DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 12
Alhamdulillah, Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang mana
berkat rahmat, nikmat dan pertolongan-nya kami bisa menyelesaikan makalah
kami yang berjudul ”Perencanaan Keuangan Syariah"
Terima kasih sebelum dan sesudahnya kami ucapkan kepada dosen yang telah
membimbing, sehingga makalah ini terselesaikan dalam waktu yang telah
ditentukan. Kami menyadari sekali, didalam penyusunan makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan serta banyak kekuragan-kekurangannya, baik dari segi tata
bahasa maupun kalimat, untuk itu besar harapan kami jika ada kritik dan saran
yang membangun untuk lebih menyempurnakan makalah-makalah kami di lain
waktu.
Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas kelompok, mata kuliah
Perencanaan Keuangan Syariah semester 6 tahun akademik 2022 Prodi
Perbankan Syariah (PS) pada Universitas Islam Negeri Sultan Aji Muhammad
Idris Samarinda. Oleh karena itu, kami haturkan terima kasih banyak kepada
Dosen pembina dalam membimbing mata kuliah ini.
Kelompok 12
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..........................................................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah.........................................................................................1
B. Rumusan masalah...................................................................................................2
C. Tujuan....................................................................................................................2
BAB 2 PEMBAHASAN....................................................................................................3
A. Instrumen Keuangan Sukuk...................................................................................3
1. Pengertian Sukuk................................................................................................3
2. Sejarah Sukuk.....................................................................................................4
3. Keistimewaan Sukuk..........................................................................................5
4. Jenis-jenis Sukuk................................................................................................6
5. Masalah-masalah Sekuritisasi Sukuk................................................................14
6. Kasus Sukuk Ritel Syariah di Indonesia...........................................................16
B. Zakat Perusahaan.................................................................................................18
1. Pengertian Zakat Perusahaan............................................................................18
2. Zakat Perusahaan dalam Pandangan Ulama.....................................................20
3. Landasan Hukum Zakat Perusahaan.................................................................21
4. Pandangan Ulama Terhadap Zakat Perusahaan................................................22
5. Tata Cara Pengeluaran Zakat Perusahaan.........................................................24
C. Zakat dengan Infestasi, Jaminan Sosial, dan Fungsi Infestasi..............................28
1. Zakat dan Investasi...........................................................................................28
2. Zakat dan Jaminan Sosial.................................................................................34
3. Zakat dan Fungsi Investasi...............................................................................37
4. Lembaga Keuangan Syariah.............................................................................39
iii
BAB III PENUTUP........................................................................................................42
A. Kesimpulan..........................................................................................................42
B. Saran....................................................................................................................44
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................45
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
hasil dari hak atas sertifikat kepemilikan atas suatu aset (proyek riil),
sedangkan obligasi mendapatkan bunga atau kupon.
B. Rumusan masalah
1. Apa Itu Instrumen Keuangan Sukuk?
2. Apa Asal Usul Dan Keistimewaan Sukuk?
3. Apa Saja Jenis Sukuk?
4. Bagaimana Masalah- masalah Sekuritisasi Sukuk?
5. Bagaimana Kasus Sukuk Ritel di Indonesia?
6. Apa itu Zakat Perusahaan?
7. Bagaimana Dasar Hukum Dan Pandangan Ulama Terkait Zakat Perusahaan?
8. Bagaimana Zakat Dengan Infestasi, Jaminan Sosial Dan Juga Fungsi
Infestasi?
9. Apa itu Lembaga Keuangan Syariah?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian, Asal usul, Keistimewaan dan Jenis Sukuk
2. Untuk mengetahui Pengertian, dasar hukum dan pandangan Ulama Terkait
Zakat perusahaan
3. Untuk Mengetahui Apa itu Lembaga
2
BAB 2
PEMBAHASAN
1. Pengertian Sukuk
1
Nisful Laila, Pengembangan Sukuk Negara di indonesia, (Jawa Timur: Nizamia Learning Center,
2019) hlm. 28
3
Dalam Peraturan Nomor IX.A.13 tentang Penerbitan Efek Syariah,
Sukuk didefinisikan sebagai efek syariah berupa sertifikat atau bukti
kepemilikan yang bernilai sama dan mewakili bagian penyertaan yang tidak
terpisahkan atau tidak terbagi atas: pertama, kepemilikan aset berwujud
tertentu; kedua, nilai manfaat dan jasa atas aset proyek tertentu atau aktivitas
investasi tertentu; atau ketiga, kepemilikan atas aset proyek tertentu atau
aktivitas investasi tertentu. Di Indonesia, pada awalnya penggunaan istilah
Sukuk hanya populer di kalangan akademisi. Sukuk lebih dikenal dengan
istilah Obligasi Syariah. Tapi, sejak keluar peraturan Badan Pengawas Pasar
Modal dan Lembaga Keuangan (BAPEPAM) No. IX.A.13 mengenai
Penerbitan Efek Syariah dan ditetapkannya UU No. 19/2008 tentang Surat
Berharga Syariah Negara, istilah Sukuk tersebut menjadi lebih sering
digunakan. Bagaimanapun, Sukuk itu berbeda dengan Obligasi.
2. Sejarah Sukuk
Sukuk yang berhubungan dengan jual beli sudah ada sejak zaman
Rasulullah SAW. Tetapi, pada saat itu Sukuk masih dianggap negatif
dikarenakan sangat dekat dengan riba, sehingga Rasulullah mengingatkan
umat Islam untuk meninggalkannya. Sukuk kemudian muncul pada awal
kekhalifahan Islam dan berkembang dengan sangat luas pada waktu itu.
Perniagaan yang timbul di dunia Barat tentang transfer hak finansial,
khususnya di Inggris pada pertengahan abad ke-18, memungkinkan seorang
pedagang menggunakan suatu sakk atau cheque yang didasarkan pada suatu
jaminan pembayaran yang ditransfer antara pihak yang mewakili pembayaran
yang terjadi pada transaksi perniagaan jangka panjang. 2
4
real yang bisa diambil sewaktu-waktu. Di zaman modern seperti sekarang,
Sukuk merupakan produk yang lahir dari sejarah untuk masa yang panjang,
dimulai dari munculnya ide tentang securities utang Islam dan obligasi yang
berkembang di sektor keuangan. Sukuk tidak bisa terlepas dari perkembangan
lembaga keuangan konvensional, misalnya bonds, equity, dan surat utang
lainnya. Khususnya di Malaysia, sejarah perkembangan produk securities
Islam dimulai pada awal tahun 1990. Pada tahun 1997 terjadi krisis ekonomi
yang melanda ASEAN dan pada waktu itu pasaran bonds sangat diminati oleh
pemodal. Krisis pada waktu itu menyebabkan Malaysia menghadapi
hambatan untuk meningkatkan pasaran bonds dan equity untuk
menyeimbangkan perkembangan yang tidak kondusif pada pasar modal.3
3. Keistimewaan Sukuk
3
Ibid,. hlm. 35
4
Ibid,. hlm. 4
5
Pasar keuangan Islam hingga akhir tahun 2016 menunjukkan
perkembangan yang cukup baik. Perkembangan ini dipicu oleh
perkembangan Sukuk sebagai instrumen keuangan syariah yang relatif baru.
Sukuk mulai banyak diterbitkan dalam berbagai mata uang guna menjangkau
investor secara lebih luas. Sukuk juga mulai banyak digunakan untuk
membiayai proyek-proyek pemerintah di berbagai negara. Dalam rangka
mendorong pengembangan Sukuk dan pasar Sukuk (Sukuk market), beberapa
negara bersedia mengubah undang-undang dan sistem perpajakan mereka.
4. Jenis-jenis Sukuk
1) Sukuk Ijarah.
5
Ibid,. hlm. 3
6
Dede Abdul Fatah,” Perkembangan Obligasi Syariah (Sukuk) di Indonesia: Analisis dan
Tantangan”. Jurnal Inovatio UIN Syarief Hidayatullah, Vol.10, No.2. (2011) hlm 37
6
disewakan untuk dijual dan memperoleh hasil dari penjualan tersebut,
sehingga pemilik sukuk menjadi pemilik aset tersebut. b. Sukuk
kepemilikan manfaat Yaitu sukuk yang diterbitkan oleh pemilik aset
atau pemilik manfaat dari asset tersebut untuk menyewakan
aset/manfaat dari aset tersebut dan memperoleh sewa sehingga
pemegang sukuk tersebut menjadi pemilik manfaat dari aset tersebut. c.
Sukuk kepemilikan jasa Yaitu sukuk yang diterbitkan untuk
memberikan layanan tertentu melalui penyedia layanan (misalnya,
layanan pendidikan tinggi) dan memperoleh pembayaran kepada
penyedia layanan sehingga pemegang sukuk menjadi pemilik layanan
tersebut.
2) Sukuk Mudharabah.
3) Sukuk Salam
7
Ibid,. hlm. 38
7
Salam adalah kontrak untuk pembelian dan penjualan suatu barang
yang kuantitas dan kriterianya telah ditentukan dengan jelas ketika
membayar dimuka dan barang tersebut dikirim kemudian, pada tanggal
yang disepakati bersama. Sukuk salam adalah sukuk yang diterbitkan
untuk mengumpulkan dana modal berdasarkan akad salam sehingga
barang yang akan dikirimkan berdasarkan akad salam menjadi milik
pemegang sukuk.12 Dalam hal ini, penerbit sukuk adalah pihak yang
menjual barang dagangan salam. Pembeli sukuk adalah pihak yang
membeli barang, dan penerbitan sukuk tersebut menghasilkan nilai atau
harga (modal) barang tersebut. Sehingga pemilik sukuk menjadi salah
satu pemilik barang yang dijual dengan salam paralel.
4) Sukuk Musyarakah
Dalam hal ini pihak penerbit sukuk adalah pihak yang mengundang
untuk berkolaborasi dalam proyek atau aktivitas bisnis tertentu. Pembeli
sukuk menjadi mitra dalam akad musyarakah. Sehingga para pemilik
8
sukuk berbagi harta dalam kerjasama ini dan membagi untung dan rugi
tergantung dari keikutsertaan dalam kerjasama tersebut.
5) Sukuk Istishna’
6) Sukuk Murabahah
Murabahah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih, yaitu pihak
sebagai pemberi modal dan pihak lain yang menyediakan tenaga dan
keahlian. Keuntungan dari hasil kerjasama dibagi atas dasar nisbah
yang telah disepakati, sedangkan kerugian yang timbul sepenuhnya
ditanggung oleh pemberi modal, kecuali kerugian tersebut disebabkan
oleh kelalaian tenaga dan keahlian. Sukuk Mudharabah sukuk yang
merepresentasikan suatu proyek atau kerugian usaha yang dikelola
berdasarkan akad mudharabah dengan menunjuk salah satu mitra atau
pihak lain sebagai mudharib (pengelola usaha). AAOIFI
mendefinisikan sukuk murabahah sebagai surat berharga dengan nilai
yang sama yang diterbitkan untuk membiayai pembelian komoditas
8
Ibid,. hlm. 38
9
murabahah sedangkan komoditi tersebut menjadi pemilik pemegang
sukuk.9
Dalam hal ini, pihak penerbit sukuk adalah pihak yang menjual
barang murabahah. Pihak pembeli sukuk adalah pihak yang bertindak
sebagai pembeli barang, sedangkan dana hasil penerbitan sukuk adalah
nilai/harga penyediaan atau pembelian barang. Sehingga pemegang
sukuk secara bersama-sama menjadi pemilik barang murabahah dan
berhak atas hasil dari penjualan barang tersebut.
7) Sukuk Wakalah
10
atas nama pemegang saham. Hukum syariah untuk penerbitkan sukuk.
Dalam hal ini, penerbit sukuk berperan sebagai perwakilan (agen).
Pembeli sukuk adalah pihak pemberi bantuan (muwakkil). Sedangkan
dana hasil penerbitan sukuk merupakan modal investasi. Dengan cara
ini, pemegang sukuk menjadi pemilik harta/asset yang diwakili dalam
sukuk, termasuk manfaat dan resikonya, dan berhak atas manfaat yang
dihasilkan.10
8) Sukuk Muzara’ah
10
Ibid,. hlm. 39
11
demikian, pemegang sukuk berhak untuk ikut serta dalam produksi
tanah sesuai kontrak.
9) Sukuk Musaqah
11
Ibid,. hlm. 40
12
b. Ditinjau dari pihak penerbit
Berdasarkan sumber penerbitannya, sukuk dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
13
2. Sukuk Penyertaan atau Sukuk Equity Sukuk penyertaan atau sukuk
equity adalah pembiayaan yang berbasis pada penyertaan modal. Sukuk
yang termasuk dalam sukuk equity adalah sukuk mudharabah atau yang
lebih dikenal pembiayaan bisnis (business financing) atau sukuk
musyarakah atau yang dikenal kerjasama kemitraan (joint venture).
Selain jenis-jenis sukuk diatas ada juga multi sukuk atau sukuk
campuran (hybrid sukuk) yaitu investasi atau pembiayaan yang
dilakukan dengan multiple akad sukuk atau dibiayai dengan gabungan
beberapa akad sukuk.
14
solusi yaitu revisi aturan pajak/penghapusan pajak ganda dan penerbitan sukuk
negara dapat diimplementasikan secepatnya dan merupakan solusi jangka
pendek. Sementara itu dua solusi lainnya yaitu sosialisasiedukasi dan
penyediaan SDM profesional merupakan solusi jangka panjang yang harus
dilakukan secara simultan. Market driven strategy dipandang sebagai strategi
paling tepat dalam pengembangan sukuk korporasi di Indonesia. Hal ini sejalan
dengan kebijakan pemerintah dalam mengembangkan ekonomi syariah di
Indonesia secara umum, yaitu bottom up approach. Membangun basis
fundamental yang kuat di masyarakat, kemudian membuat regulasi dan
kebijakan-kebijakan yang dianggap perlu untuk meng akomodasi pasar secara
bertahap.
13
Ibid,. hlm. 371
15
pembangunan. Sejak 2001 hingga 2016, sudah ada sekitar 29 negara yang
menerbitkan sukuk di pasar global, yang sebagian besar merupakan negara
Muslim. Malaysia menjadi negara yang paling berkontribusi besar dalam
penerbitan sukuk negara di pasar global. Sekitar 55 persen sukuk negara di
pasar global diterbitkan oleh Malaysia, kemudian diikuti oleh Arab Saudi (14
persen), UAE (9 persen) dan Indonesia (8.1 persen). Sebagai negara yang
memiliki populasi penduduk Muslim terbesar di dunia, tentunya mengherankan
bahwa Indonesia masih tertinggal dalam hal ini. Dengan potensi pasar yang
besar, sudah seharusnya Indonesia dapat memanfaatkan potensinya untuk
mendorong perkembangan sukuk negara, baik di pasar domestik, maupun
internasional.
Studi oleh Nisful Laila dan Muslich Anshori (2020) telah melakukan
kajian komprehensif melalui riset untuk menjawab masalah diatas terkait
perkembangan sukuk negara di Indonesia. Studi tersebut telah melakukan
penilaian mengenai masalah yang dihadapi pemerintah Indonesia dalam
mengembangkan sukuk negara, serta memberikan solusi alternatif dan
rancangan strategis untuk meningkatkan kinerja sukuk negara di Indonesia ke
depannya. Metode Analytical Network Process (ANP) diadopsi dalam studi
tersebut untuk melakukan penelitian mendalam terkait isu perkembangan
16
sukuk negara di Indonesia. Tahap awal penelitian dilakukan dengan studi
literatur, kemudian dilanjutkan dengan survei dan wawancara mendalam
dengan stakeholders terkait, termasuk akademisi, praktisi, regulator dan
asosiasi. Pemilihan responden dalam riset tersebut dilakukan dengan
mempertimbangkan pengalaman pekerjaan dan pemahaman responden terkait
masalah yang dikaji. Terdapat 12 responden yang terlibat dalam penelitian,
yang dikelompokkan menjadi 4 grup, yaitu: (1) regulator berasal dari
Direktorat Pengelolaan Utang Negara, Kementerian Keuangan, (2) ahli dari
pihak akademisi yang memiliki rekam jejak penelitian dan pemahaman yang
baik terkait sukuk, (3) informan yang terlibat aktif dalam asosiasi keuangan
Islam, khususnya sukuk negara, (4) praktisi di bidang manajemen portofolio
investasi sukuk.14
Secara keseluruhan, hasil riset berdasarkan menggunakan model ANP,
menunjukkan mayoritas responden setuju bahwa dalam hal masalah yang
dihadapi dalam perkembangan sukuk negara di Indonesia, komitmen
pemerintah menjadi prioritas masalah yang paling penting dengan persentase
hasil survei terhadap akademisi, praktisi, regulator dan asosiasi sebesar 15.5
persen. Kemudian diikuti oleh masalah terkait infrastruktur transaksi (10.3
persen) dan masalah dengan regulasi (9.6 persen). Dalam konteks solusi
alternatif yang diusulkan dalam penelitian tersebut, hasil model ANP
menunjukkan bahwa semua responden setuju bahwa solusi paling penting yang
harus segera direalisasikan adalah terkait meningkatkan komitmen pemerintah
(12.8 persen), dan diikuti oleh meningkatkan kenyamanan transaksi (11.1
persen), serta melakukan revisi terhadap regulasi untuk pengembangan sukuk
negara yang lebih baik ke depannya (10.9 persen).
14
Nisful Lailaa dan Muslich Anshorib,”The Development of Sovereign Sukuk
in Indonesia”, International Journal of Innovation, Creativity and Change, Vol.11 No.11, (2020)
hlm. 637
17
(11.1 persen) dan optimalisasi peran pemerintah dan insentif pajak yang lebih
mendukung pengembangan sukuk negara di Indonesia (8.6 persen). Beberapa
rekomendasi spesifik yang ditujukan kepada pemerintah agar dapat
meningkatkan kinerja pengembangan sukuk negara di Indonesia, antara lain
adalah (1) mendorong kepastian perpajakan melalui revisi peraturan terkait
insentif pajak untuk sukuk, minimal besarnya pajak atas sukuk sama dengan
obligasi, sehingga kedua instrumen tersebut dapat bersaing dengan adil di pasar
modal, serta (2) meningkatkan peran pemerintah dalam mendukung
pengembangan sukuk negara, bisa dengan meningkatkan pembiayaan berbasis
proyek agar dapat mengoptimalkan kontribusi sukuk negara dalam mengurangi
defisit anggaran.15
B. Zakat Perusahaan
18
halal dan dimiliki oleh orang-orang yang beragama Islam, atau jika
pemiliknya bermacam-macam agamanya, maka berdasarkan kepemilikan
saham dari yang beragama Islam.
Kedua, perusahaan yang bergerak di bidang jasa, seperti perusahaan di
bidang jasa pelayanan konsultasi hukum (advokat/pengacara), keuangan,
angkutan, dan lain sebagainya.
Ketiga, perusahaan yang bergerak di bidang keuangan, seperti lembaga
keuangan, baik bank maupun non-bank (asuransi, reksadana, money canger,
dan lain-lainnya) Syarat Pengenaan Zakat Perusahaan :
Zakat perdagangan di era modern ini bisa juga disebut dengan zakat
perusahaan. perusahaan secara umum dapat dikategorikan ke dalam 1)
Perusahaan yang melakukan usaha produksi/menghasilkan produk
(commodity), seperti perusahan industry, perusahaan manufaktur, dan
lainnya. 2) perusahaan yang bergerak dibidang jasa (service), seperti lawyer,
akuntan, auditor, dan lainnya. 3) perusahaan yang bergerak dibidang
keuangan (finance) seperti Bank, lembaga asuransi, reksadana, dan lainnya.
Perusahaan yang dimiliki oleh umat muslim dapat dikenakan zakat, karena
perusahaan tersebut mengalami suatu perkembangan harta dari aktivitas
bisnisnya, dan perusahaan dapat bertindak sebagai amil dalam pembayaran
zakat para pemiliknya sebelum laba dibagikan kepada para pemilik sesuai
dengan proporsinya atau dibayarkan melalui BAZ atau LAZ.Nurhayati
menjelaskan dalam bukunya, bahwa zakat perusahaan harus dikeluarkan
jika syarat berikut terpenuhi.
a. Kepemilikan dikuasai oleh muslim/muslimin
b. Bidang usaha harus halal
c. Asset perusahaan dapat dinilai
d. Asset perusahaan dapat berkembang
e. Minimal kekayaan perusahaan setara dengan 85 gram emas.
19
1) Adanya peraturan yang mengharuskan pembayaran zakat perusahaan
tersebut.
2) Anggaran dasar perusahaan memuat hal tersebut 3) RUPS
mengeluarkan keputusan yang berkaitan dengan hal itu 4) Kerelaan
para pemegang saham menyerahkan pengeluaran zakat sahamnya
kepada dewan direksi perusahaan.
Dan kedua adalah kekayaan yang dipungut zakatnya dari hasil investasi
dan keuntungannya saja pada saat keuntungan itu diperoleh tanpa menunggu
masa setahun, baik modal itu tetap seperti tanah pertanian maupun tidak
tetap seperti lebah madu. Besar zakatnya adalah 10% atau 5%.24 Harta
(modal) perniagaan atau perdagaangan terdiri dari berbagai macam jenis,
antara lain:
20
d. Berupa berbagai macam piutang seperti piutang yang pembeliannya
diangsur selama beberapa tahun, piutang yang pelunasannya telah
ditetapkan pada waktu tertentu dan ada pula piutang yang menurut
akutansi disebut “piutang mati” (“ad-dainaul-mayyit”). Selain itu
masih ada pula berbagai macam barang dagangan yang berada di
tangan badanbadan perwakilan (egencies) dagang.17
Dasar hukum ini juga ditunjang oleh hadist yang diriwayatkan oleh
Imam Bukhari (hadist ke-1448): “Dari Muhammad bin Abdillah al-Anshari
dari bapaknya, ia berkata bahwa Abu Bakar Shidiq telah menulis surat yang
berisikan perintah zakat oleh Rasulullah kepadanya: “Janganlah digabungkan
sesuatu yang terpisah dan jangan pula dipisahkan sesuatu yang tergabung
(berserikat) karena takut mengeluarkan zakat. dan apa-apa yang telah
digabungkan dari dua orang yang berserikat (berkongsi), maka keduanya
harus diberlakukan secara sama” (HR. Bukhari) Berdasarkan hadis tersebut,
keberadaan sebagai wadah usaha menjadi badan hukum. Sebab di antara
individu itu timbul transaksi, meminjam, menjual, berhubungan dengan pihak
luar, dan juga menjalin kerja sama. Segala kewajiban dan hasi akhirnya pun
dinikmati bersama bersama, termasuk di dalamnya kewajiban kepada Allah
SWT dalam bentuk zakat. Undang-undang No. 38 tahun 1999, tentang
17
Ibid,. hlm 121
21
pengelolaan zakat, bab IV pasal 11 ayat (2) bagian (b) dikemukakan bahwa di
antara objek zakat yang wajib dikeluarkan zakatnya adalah perdagangan dan
perusahaan.18
18
Ibid,. hlm 122
19
Yusuf Qardawi, Hadya al-Islam: Fatwa Mu’ashirah, Penerjemah Al-Hamid Al-Husaini, (Bandung:
Pustaka hidayah, 2000) hlm. 367
22
Maliki dan mazhab Hambali, ulama-ulama Hadawiya dari mazhab
Zaidiah (Syi’ah), dan juga sebagian ulama kurun ini seperti ulama-ulama
terkemuka: Abu Zahra, Khalaf dan Abdur Rahman Hasan.
23
Mengakibatkan pewajiban zakat sangat pantas ditunjukkan kepada
orang-orang yang memiliki kekayaan itu supaya mereka bersih dan
suci, sedangkan orang miskin memperoleh bantuan serta terangkat
harkat dirinya, Islam sebagai agama dan juga Negara menjadi kuat
dan maju. Kasani mengemukakan logika pewajiban zakat atas hasil
tanaman sebagai berikut, “ Pemberian zakat untuk fakir miskin adalah
salah satu bentuk bersyukur kepada Allah, menolong yang lemah,
membantu mereka untuk dapat melaksanakan kewajiban-kewajiban,
serta merupakan bentuk pemberantasan sifat kikir dan menanamkan
sifat 37 pemurah. Semuanya itu benar menurut logika dan agama.
Lalu karena itu, tidakkah lebih pantas pemilik-pemilik pabrik-pabrik,
gedung-gedung, kapalkapal laut, kapal-kapal terbangdan lain-lain itu
untuk mensyukuri nikmat, menolong orang lemah dan mengikis sifat
kikir. Bila penghasilan yang mereka terima berlipat ganda lebih besar
daripada penghasilan petani jagung dan gandum yang hanya dengan
pengerahan tenaga yang sedikit sekali. Harta berkembang seperti
mesin-mesin, alat-alat industry yang pergunakan sebagai pengganti
tenaga manusia. Harta kekayaan ini dieksploitasikan dengan perkakas
dan alat-alat industry. Harta ini dianggap sebagai harta kebanyakan
berkembang, maka wajib zakat.
24
didasarkan pada laporan keuangan (neraca) dengan mengurangkan kewajiban
lancar atas aktiva lancar. 20
Adapun pola perhitungan zakat perniagaan berdasarkan assets yang
dimilki terdiri dari21 :
1) Harta dalam bentuk uang tunai, yang terdiri dari kas dan uang
simpanan
2) Harta dalam bentuk persediaan barang dagang dan aktiva berupa
sarana dan prasarana
3) Harta yang berupa piutang usaha atau piutang dagang Ketiga bentuk
harta kena zakat tersebut akan dihitung dan dikurangi harta yang
berupa aktiva tetap (sarana dan prasarana) dan kewajiban-kewajiban
yang dimiliki pada akhir tahun pembayaran zakat.
25
Setiap pola perhitungan yang digunakan akan berkaitan dengan
karakteristik setiap perusahaan yang menjadi subjek zakat, dasar neraca tentu
tidak akan sesuai jika diterapkan pada perusahaan jasa yang memiliki modal
dalam bentuk skill bukan modal berupa harta, sehingga dasar laba tentu akan
lebih sesuai untuk jenis perusahaan jasa ini.
Zakat perusahaan hampir sama dengan zakat perdagangan dan investasi.
Bedanya dalam zakat perusahaan bersifat kolektif dari pemilik atau pemegang
saham. Dengan kriteria sebagai berikut :
a) Jika perusahaan bergerak dalam bidang usaha perdagangan maka
perusahaan tersebut mengeluarkan harta sesuai dengan aturan zakat
perdagangan. Kadar zakat yang dikeluarkan sebesar 2,5 %
b) Jika perusahaan tersebut bergerak dalam bidang produksi maka zakat
yang dikeluarkan sesuai dengan aturan zakat investasi atau pertanian.
Dengan demikian zakat perusahaan dikeluarkan pada saat
menghasilkan sedangkan modal tidak dikenai zakat. Kadar zakat yang
dikeluarkan sebesar 5 % untuk penghasilan bersih dan 10 % untuk
penghasilan kotor. Harta perniagaan adalah harta yang diperuntukkan
untuk diperjualbelikan baik dikerjakan oleh individu maupun
kelompok/syirkah (PT, CV, PD, FIRMA), azas pendekatan zakat
perniagaan:22
1. Nishabnya 85 gram emas dan zakatnya 2,5 %
2. Acuan perhitungannya adalah annual report basis (laporan
tahunan)
3. Obyeknya adalah aktiva lancar aatau profit/laba, termasuk
hibah, royalty, hasil sewa asset, selisih kurs/revaluasi
maupun penghargaan berupa harta yang di terima.
4. Tidak dikenakan pada modal investasi /aktiva tetap
5. Seluruh kewajiban perusahaan merupakan komponen
pengurang dari jumlah zakat yang diperhitungkan
22
Hasan Rifa‟I Al-Faridy, “Panduan Zakat Praktis”, (Jakarta: Dompet Dhuafa Republika, 2004), h.
20
26
6. Komoditas yang diperdagangkan halal
7. Diperhitungkan after tax
8. Bagi perusahaan yang tidak memilki statement (income
statement financial, dan cash flow statement) atau
memilkinya tetapi tidak lengkap maka diperhitungkan
secara taksiran.
9. Besarnya jumlah zakat yang harus dikeluarkan adalah
berdasarkan “book value”.
10. Usaha patungan dengan non muslim labanya dipisahkan
secara proporsional berdasarkan modal masing-masing.
11. Deviden yang telah dikeluarkan zakatnya tidak lagi
menjadi komponen zakat yang diperhitungkan.
12. Kompensasi rugi tahun lalu tidak diperkenankan
dikurangkan pada penghasilan tahun berjalan.
13. Jika tidak memungkinkan membayar zakat dalam bentuk
uang, maka dapat menggantinya dengan materi lain yang
bernilai dan dapat diperjualbelikan kepada pihak lain.
14. Diperkenankan membayar zakat cicilan secara dimuka
periode tertentu.
15. Apabila terjadi likuidasi, maka zakatnya diperhitungkan
dari total kekayaan perusahaan, dan nilainya berdasarkan
“harga jual” Dari penjelasan diatas, Zakat perusahaan oleh
para ulama kontemporer dianalogkan dengan zakat
perdagangan, karena perusahaan pada hakekatnya suatu
unit bisnis yang kegiatannya adalah perdagangan yang
dapat berbentuk firma, perusahaan dagang, CV, Koperasi,
PT dan sebagainya. Maka pola perhitungan zakat
perusahaan didasarkan pada laporan keuangan (neraca)
dengan mengurangkan kewajiban lancar atas aktiva lancar.
Metode perhitungan ini biasa disebut dengan metode
sya'iyyah yang perlu diperhatikan dalam perhitungan zakat
27
perusahaan adalah pentingnya melakukan berbagai koreksi
atas nilai aktiva lancer dan kewajiban jangka pendek yang
kemudian disesuaikan dengan ketentuan syari'ah, seperti
koreksi atas pendapatan bunga, dan pendapatan haram
serta subhat lainnya. Sedangkan asset tetap tidak termasuk
yang diperhitungkan ke dalam harta yang dikenakan zakat,
karena asset tersebut tidak untuk diperjualbelikan. Kadar
zakatnya adalah 2,5 %.
Agar bisa lebih efektif maka ada yang menganjurkan untuk melakukan
investasi zakat.Dalam investasi zakat, dana tidak hanya disalurkan dalam
bentuk modal usaha saja, akan tetapi lebih diprioritaskan kepada investasi
dana zakat pada sector-sektor yang mendatangkan keuntungan dan
menyediakan lapangan kerja bagi para mustahik, sehingga dapat
meningkatkan taraf hidup para mustahik menjadi lebih baik. Pengelolaan
asset investasi zakat dilakukan dengan kerja sama antara lembaga pengelola
zakat dengan para mustahiq. Hasil dan keuntungan dari investasi zakat dapat
disalurkan kembali kepada sector-sektor yang menjadi kebutuhan para
mustahiq, seperti pelayanan kesehatan, pendidikan, sarana dan fasilitas
umum dan gerakan dakwah 23
23
Ichsan Hamidi,”Mekanisme Investasi Zakat”,Jurnal Islamic Banking, Vol. 1 No.1, (Agustus, 2015)
hlm. 2
28
a) Pengertian Zakat
Beberapa arti ini memang sangat sesuai dengan arti zakat yang
sebenarnya. Dikatakan berkah, karena zakat akan membawa keberkahan
pada harta seseorang yang telah melakukan zakat. Dikatakan suci, karena
zakat dapat mensucikan pemilik harta dari sifat tama’, syirik, kikir dan
bakhil. Dikatakan tunbuh, karena zakat akan melipatgandakan pahala bagi
para muzakki dan membantu kesulitan para mustahiq (Asnaini, 2008: 23).
ََواَقِ ْي ُموا الص َّٰلوةَ َو ٰاتُوا ال َّز ٰكوةَ َواَ ِط ْيعُوا ال َّرسُوْ َل لَ َعلَّ ُك ْم تُرْ َح ُموْ ن
َ uُ ْي ٍء فَهuٓا اَ ْنفَ ْقتُ ْم ِّم ْن َشuuق لِ َم ْن يَّ َش ۤا ُء ِم ْن ِعبَا ِد ٖه َويَ ْق ِد ُر لَهٗ ۗ َو َم
وuuُهٗ ۚ َوهuuُو ي ُْخلِفu َ قُلْ اِ َّن َرب ِّْي يَ ْب ُسطُ ال ِّر ْز
خَ ْي ُر ال ٰ ّر ِزقِيْن
29
Katakanlah: "Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezki bagi siapa
yang dikehendakiNya di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan
bagi (siapa yang dikehendakiNya)". dan barang apa saja yang kamu
nafkahkan, Maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah pemberi rezki
yang sebaik-baiknya. 24
b) Pengertian Investasi
c) Investasi Zakat
24
Ibid,. hlm. 3
25
Ibid,. hlm. 4
30
investasi zakat menurut istilah adalah mencari perolehan keuntungan
harta dengan cara melakukan usaha dengan harta zakat. Investasi harta
zakat dapat dibagi menjadi tiga bagian :
31
a) Investasi zakat merupakan sarana pendukung pelaksanaan zakat,
bukan sebagai pengganti mekanisme zakat yang ada.
b) Investasi zakat harus berjalan sesuai dengan aturan-aturan syariah,
seperti tidak berhubungan dengan riba atau bunga bank.
c) Para pengelola investasi zakat dipilih berdasarkan kompetensi,
amanah dan akhlak mulia.
d) Strategi investasi zakat dirancang dengan tujuan utana untuk
meningkatkan pendapatan para fakir dan miskin, melindungi mata
pencarian dan merealisasikan kesejahteraan mereka.
e) Lembaga investasi zakat merupakan wakil atau perpanjangan tangan
para mustahik dalam rangka mengelola harta mereka.
f) Investasi zakat harus memprioritaskan kegiatan usaha yang
memberikan manfaat secara langsung kepada para mustahik.
g) Lembaga investasi zakat harus menjaga kepercayaan atas kinerjanya
dengan melakukan audit terhadap administrasinya. 26
26
Ibid,. hlm. 5
32
tujuan-tujuan aturan ekonomi Islam melalui prioritas-prioritas yang
mencerminkan sebagai umat Islam
Kajian investasi melalui zakat dapat dilihat dari dua sisi. Pertama,
pengaruh kewajiban zakat terhadap investasi; Kedua, pengaruh harta zakat
ketika dikelola dengan pola investasi yang bersifat produktif. Kewajiban
zakat sangat memengaruhi kepada motivasi investasi yang dilakukan oleh
umat Islam. Di dalam Islam sangat dilarang terjadinya penimbunan atau
ihtikâr, seorang Muslim tidak dimotivasi untuk menyimpan modal atau
kekayaannya, dia harus mengembangkan modalnya untuk usaha-usaha
ekonomi ya
33
2. Zakat dan Jaminan Sosial
Jaminan sosial secara etimologi terdiri atas dua kata, yaitu jaminan dan
sosial. Dalam hal ini, jaminan merupakan tanggungan atas pinjaman yang
diterima atau janji satu pihak untuk menanggung kewajiban pihak lain.
Sedangkan sosial adalah sesuatu yang berkenaan dengan masyarakat atau
rakyat. Kedua arti tersebut, jika dianalogikan pihak yang satu adalah negara
serta pihak yang lain adalah masyarakat (warga negara), sehingga dapat
diambil sebuah pengertian bahwa seseorang dalam suatu negara wajib untuk
menyetorkan iuran kepada negara secara kolektif dan universal guna
menanggung dan menjamin kehidupan setiap warga negaranya yang
membutuhkan
Zakat merupakan rukun Islam dan salah satu bentuk kewajiban bagi
seorang muslim untuk mengeluarkan sebagian pendapatan atau hartanya yang
telah memenuhi syarat dan ketentuan (M. A. Khan 1989). Oleh karena itu,
zakat sebagai jaminan sosial di dalam masyarakat yang bertujuan
menciptakan pembangunan ekonomi yang lebih berkeadilan. Rasulullah saw.
bersabda:
28
Maltuf Fitri,”Pengelolaan Zakat Produktif Sebagai Instrumen Peningkatan Kesejahteraan
Umat”, Jurnal Ekonomi Islam, Vol. 8 No. 1 (2017) hlm. 160
34
“Dari Ibnu Umar ra., ia berkata, Rasulullah saw. bersabda: Islam
didirikan di atas lima pondasi: kesaksian bahwa tidak ada tuhan yang wajib
disembah selain Allah dan kesaksian bahwa Muhammad adalah utusan Allah,
mendirikan shalat, menunaikan zakat, melaksanakan haji, dan berpuasa bulan
Ramadhan.”(HR. Bukhari).
29
Naerul Edwin Kiky Aprianto,”Kontruksi Sistem Jaminan Sosial Dalam Perspektif Ekonomi Islam”,
Jurnal Ekonomi Islam, Vol. 8 No. 2 (2017) hlm. 160
35
konsep jaminan sosial yang saat ini diterapkan oleh negara-negara Barat.
Meskipun sebenarnya strategi pembangunan negara-negara Barat banyak pula
mengadopsi konsep Islam pada masa kejayaan.
Namun agar zakat ini dapat optimal sebagai salah satu instrument dalam
penerapan sistem jaminan sosial ialah diarahkan pada zakat yang bersifat
produktif. Dana zakat yang terhimpun dikelola sepenuhnya untuk sesuatu
yang produktif, sehingga dana zakat yang terhimpun dapat tumbuh dan
berkembang. Selanjutnya dari hasil dana zakat tersebut dialokasikan
sepenuhnya sebagai salah satu pendanaan dalam sistem jaminan sosial.
Diharapkan dengan optimalisasi pengelolaan dana zakat ini, maka akan dapat
terjadi sinkronisasi antara zakat dengan sistem jaminan sosial yang dikelola
oleh pemerintah.
Apabila hal ini dapat diwujudkan, maka zakat akan dapat sinkron
dengan UUD 1945 dalam pasal 34 ayat (2) dimana dinyatakan bahwa:
“negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan
memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan
martabat kemanusiaan”. Karena sistem jaminan sosial akan mampu berdiri
dengan dukungan berbagai sub sistem dalam perekonomian, dan tidak hanya
diserahkan pada pemerintah semata.
30
Nur Rianto Al Arif,”Optimalisasi Peran Zakat Dalam Memberdayakan Perekonmian Umat”, Vol.
14 No. 1, (2013)
36
3. Zakat dan Fungsi Investasi
37
sebelumnya, Abu Bakar Shiddiq memerangi orang-orang yang tidak
membayar zakat.
2. Stabilisator Perekonomian
38
dan kewajiban setiap muslim. Menerapkan prinsip-prinsip Islam dalam
berekonomi dan bermasyarakat sangat diperlukan untuk mengobati penyakit
dalam dunia ekonomi dan sosial yang dihadapi oleh masyarakat.
Lembaga Keuangan Syariah (LKS) menurut Dewan Syariah Nasional
(DSN) adalah lembaga keuangan yang mengeluarkan produk keuangan
syariah dan yang mendapat izin operasional sebagai Lembaga Keuangan
Syariah. Definisi ini menegaskan bahwa sesuatu LKS harus memenuhi dua
unsur, yaitu unsur kesesuaian dengan syariah islam dan unsur legalitas
operasi sebagai lembaga keuangan. Unsur kesesuaian suatu LKS dengan
syariah islam secara tersentralisasi diatur oleh DSN, yang diwujudkan dalam
berbagai fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga tersebut. Unsur legalitas
operasi sebagai lembaga keuangan diatur oleh berbagai instansi yang
memiliki kewenangan mengeluarkan izin operasi. Beberapa institusi tersebut
antara lain adalah sebagai berikut:
a. Bank Indonesia sebagai institusi yang berwenang mengatur dan
mengawasi Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat.
b. Departemen Keuangan sebagai institusi yang berwenang mengatur dan
mengawasi koperasi.
c. Kantor Menteri Koperasi sebagai institusi yang berwenang mengatur
dan mengawasi koperasi.
39
nasabah investor atau pihak-pihak yang terlibat agar dapat mengetahui
kondisi dana yang sebenarnya.
d. Universal, yaitu prinsip di mana LKS diharuskan memberikan suku,
agama, ras, dan golongan dalam masyarakat dalam memberikan
layanannya sesuai dengan prinsip islam sebagai rahmatan lil alamin.
Dalam operasionalnya LKS juga harus memperhatikan kepada hal-hal
berikut:
1) Pembayaran terhadap pinjaman dengan nilai yang berbeda dari nilai
pinjaman dengan nilai ditentukan sebelumnya tidak diperbolehkan.
2) Pemberi dana harus turut berbagi keuntungan dan kerugian sebagai akibat
hasil usaha institusi yang meminjam dana.
3) Islam tidak memperbolehkan “menghasilkan uang dari uang”. Uang hanya
merupakan media pertukaran dan bukan komoditas karena tidak memiliki
nilai intrinsik.
4) Unsur gharar (ketidakpastian,spekulasi) tidak diperkenankan. Kedua belah
pihak harus mengetahui dengan baik hasil yang akan mereka peroleh dari
sebuah transaksi.
5) Investasi hanya boleh diberikan kepada usaha-usaha yang tidak
diharamkan dalam Islam sehingga usaha minuman keras, misalnya, tidak
boleh didanai oleh perbankan syariah.31
31
Djaslim Saladin dan Abdus Salam DZ.,”Konsep Dasar Ekonomi Dan Lembaga Keuangan”,
(Bandung: Linda Karya, 2000) hlm. 211
40
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sukuk adalah sertifikat dengan nilai yang sama yang mewakili bagian
kepemilikan yang sepenuhnya terhadap aset yang tangible, manfaat dan jasa,
atau kepemilikan dari aset dari suatu proyek atau aktivitas investasi khusus.
Meskipun Sukuk seringkali disamakan dengan obligasi syariah, namun
sejatinya sifat Sukuk jauh dari obligasi itu sendiri.
Sukuk yang berhubungan dengan jual beli sudah ada sejak zaman
Rasulullah SAW. Tetapi, pada saat itu Sukuk masih dianggap negatif
41
dikarenakan sangat dekat dengan riba, sehingga Rasulullah mengingatkan umat
Islam untuk meninggalkannya. Sukuk kemudian muncul pada awal
kekhalifahan Islam dan berkembang dengan sangat luas pada waktu itu.
Penyebaran Sukuk relatif cepat karena Sukuk dikenal memiliki
keistimewaan sebagai instrumen keuangan yang selaras dengan hukum Islam
(syariah). Sementara pada masa tersebut bank-bank syariah memiliki kesulitan
dalam menempatkan dananya, karena instrumen keuangan yang ada sebagian
besar mengandung unsur bunga/riba yang karenanya tidak bisa digunakan oleh
institusi keuangan Islam.
Jenis-jenis Sukuk
a. Ditinjau berdasarkan akadnya
1) Sukuk Ijarah.
2) Sukuk Mudharabah.
3) Sukuk Salam
4) Sukuk Musyarakah
5) Sukuk Istishna’
6) Sukuk Murabahah
7) Sukuk Wakalah
8) Sukuk Muzara’ah
9) Sukuk Musaqah
42
4. Sukuk Penyertaan
B. Saran
Sebagai penulis makalah ini kami menyadari bahwa makalah ini masih
banyak kekurangan dalam pembuatannya. Untuk itu kami memohon maaf apabila
ada kesalahan dan kami sangat mengharap saran yang membangun dari pembaca
agar kemudian pembuatan makalah kami semakin lebih baik.
43
DAFTAR PUSTAKA
44
Lailaa, Nisful dan Muslich Anshorib. (2020). The Development of
Sovereign Sukuk
Saladin, Djaslim dan Abdus Salam DZ. (2000). Konsep Dasar Ekonomi
Dan Lembaga Keuangan. Bandung: Linda Karya. hlm. 211
45
46