Analogi pasar modal sebenarnya sama dengan pasar tradisional dalam arti
sesungguhnya. Di pasar ada penjual yang ingin menawarkan barang dagangan kepada
pembeli dan pembeli ingin membeli barang dagangan dari penjual. Di situlah akan terjadi
tawar-menawar harga antara kedua belah pihak. Setelah pembeli dan penjual sepakat,
maka pembeli akan mendapat barang dan penjual akan mendapat uang. Di pasar modal
juga ada pembeli dan penjual, dan terjadi tawar menawar harga, tetapi barang yang
diperdagangkan adalah saham. Hanya saja, kalau di pasar modal dengan sistem online
saat ini kita tidak bisa bertemu pembeli dan penjual secara langsung. Saat ini, transaksi jual
beli saham sudah banyak dilakukan secara online trading.
Sedangkan investor sebagai pihak yang memiliki kelebihan dana akan memperoleh
return berupa capital gain dan capital yield. Capital gain diperoleh investor ketika harga jual
lebih tinggi dibandingkan dengan harga beli dan keuntungan tersebut telah direalisasikan.
Capital yield diperoleh investor ketika perusahaan membagikan dividen kepada investor
sebagai pemegang saham perusahaannya.
1. Menyediakan sumber pembiayaan (jangka panjang) bagi dunia usaha dan bagi
emiten sekaligus memungkinkan alokasi sumber daya secara optimal.
2. Fungsi pasar modal untuk mendorong terciptanya alokasi dana yang efisien,
karena dengan adanya pasar modal maka pihak yang kelebihan dana (investor) dapat
memilih alteranatif investasi yang memberikan return yang paling optimal. Fungsi ini disebut
dengan Fungsi keuangan pasar modal.
Dengan kata lain, dapat diartikan bahwa Otoritas Jasa Keuangan adalah sebuah
lembaga pengawasan jasa keuangan, seperti industri perbankan, pasar modal, reksa dana,
perusahaan pembiayaan, dana pensiun dan asuransi. Pada dasarnya UU tentang OJK ini
hanya mengatur mengenai pengorganisasian dan tata pelaksana kegiatan keuangan dari
lembaga yang memiliki kekuasaan di dalam pengaturan dan pengawasan terhadap sektor
jasa keuangan. Berikut adalah struktur organisasi pasar modal di Indonesia.
1. Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
Dalam struktur tersebut, OJK memiliki kedudukan tertinggi dalam pasar modal. OJK
melaksanakan tugas dan pengawasan sebagai berikut.
1) Kegiatan jasa keuangan di sektor perbankan.
a. Bursa Efek
Bursa Efek merupakan pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan
sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek pihak-pihak lain (broker dan
dealer) dengan tujuan memperdagangkan efek antara mereka. Bursa Efek dapat dikatakan
sebagai penyedia media perdagangan efek, antara lain saham, dan media tersebut
dipergunakan untuk memperdagangkan efek oleh anggota-anggotanya (perusahaan efek).
Hal ini dilakukan agar perdagangan efek berjalan dengan aman, teratur dan efisien, maka
bursa mengatur dan mengawasi tata cara perdagangan efek dan juga mengatur
persyaratan bagi efek yang dapat diperdagangkan di bursa melalui suatu peraturan Bursa
Efek. Bursa Efek juga memiliki tugas untuk menyebarluaskan informasi bursa ke seluruh
lapisan masyarakat, mengupayakan likuiditas instrumen, yaitu mengalirnya dana secara
cepat pada efek-efek yang dijual dan memasyarakatkan pasar modal, untuk menarik calon
investor dan perusahaan yang go public (Tandelilin, 2010).
Bursa Efek di Indonesia adalah Bursa Efek Indonesia yang merupakan hasil merger
dari Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya. Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek
Surabaya bergabung pada tanggal 30 November 2007 dan berganti nama menjadi Bursa
Efek Indonesia (Tandelilin, 2010). Menurut Tandelilin (2010), fungsi Bursa Efek adalah
sebagai berikut.
a) Menciptakan pasar secara terus menerus bagi efek yang telah ditawarkan kepada
masyarakat.
b) Menciptakan harga yang wajar bagi efek yang bersangkutan melalui mekanisme pasar.
3. Perusahaan Efek
Perusahaan efek merupakan perseroan yang telah memiliki izin usaha dari
Bapepam untuk menjalankan fungsinya sebagai penjamin emisi efek, perantara pedagang
efek, dan atau manajer investasi serta kegiatan lain sesuai dengan ketentuan yang
ditetapkan Bapepam.
c. Wali Amanat
Wali amanat merupakan pihak yang mewakili kepentingan pemegang efek yang
bersifat utang, baik di dalam maupun di luar pengadilan. Kegiatan usaha wali amanat dapat
dilakukan oleh Bank Umum atau pihak lain yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah.
d. Pemeringkat Efek
Menurut Tandelilin (2010), pemeringkat efek merupakan lembaga yang dapat
menjembatani kesenjangan informasi antara emiten dan investor dengan menyediakan
informasi standar atas tingkat risiko kredit suatu perusahaan. Saat ini terdapat 2
perusahaan pemeringkat efek, yaitu PT PEFINDO dan PT Kasnic Credit Rating Indonesia.
e. Penasihat Investasi
Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal, penasihat
investasi merupakan pihak yang memberi nasihat kepada pihak lain mengenai penjualan
atau pembelian efek. Dengan kata lain, penasihat investasi merupakan pihak yang
memberikan nasihat kepada nasabah maupun calon nasabah dan pihak lain mengenai jual
beli efek, sehingga investasi yang dilakukan sesuai dengan karakteristik dari nasabah
tersebut.
a. Akuntan Publik
Menurut Tandelilin (2010), fungsi akuntan adalah membantu emiten dalam
menuyusun prospektus dan laporan tahunan, sehingga tersaji memenuhi ketentuan yang
ditetapkan oleh Bapepam dan Bursa Efek. Akuntan publik memiliki fungsi dalam memeriksa
laporan keuangan emiten, Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan, Lembaga
Penyimpanan dan Penyelesaian, dan pihak lain yang melakukan kegiatan di bidang pasar
modal.
b. Notaris
Notaris memiliki fungsi untuk membuat berita acara RUPS, membuat akte
perubahan anggaran dasar, menyiapkan perjanjian-perjanjian dalam rangka emisi efek
(Tandelilin, 2010). Jadi, dapat dikatakan bahwa notaris berperan ketika emiten, perusahaan
sekuritas, dan pihak-pihak lainnya menyusun anggaran dasar dan kontrak-kontrak kegiatan.
c. Penilai
Menurut Tandelilin (2010), perusahaan penilai berperan dalam penentuan nilai wajar
atas suatu aset perusahaan dalam proses emisi.
d. Konsultan Hukum
Menurut Tandelilin (2010), konsultan hukum bertugas untuk melakukan pemeriksaan
secara menyeluruh dari segi hukum (legal audit) dan memberikan pendapat dari segi
hukum (legal opinion) terhadap emiten dan perusahaan publik.
a. Pasar perdana
Pasar perdana merupakan tempat di mana saham diluncurkan pertama kali melalui
suatu proses yang disebut dengan penawaran umum perdana atau initial public offering
(IPO). Pada pasar ini, investor dapat langsung membeli efek kepada penjamin emisi atau
pada agen penjual yang ditunjuk. Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang
Pasar Modal, perusahaan yang dapat melakukan penawaran umum adalah perusahaan
yang telah menyampaikan pernyataan pendaftaran kepada Bappepam dan pernyataan
pendaftaran tersebut telah dinyatakan efektif oleh Bappepam. Ada beberapa ciri pasar
perdana, yaitu sebagai berikut.
1. Transaksi terjadi di luar bursa.
2. Harga efek sudah ditentukan.
3. Tidak ada biaya transaksi.
4. Investor langsung ke penjamin atau agen penjual .
5. Jangka waktu pasar biasanya 3 (tiga) hari.
2. Penjamin emisi efek bertugas untuk melakukan penjatahan saham kepada agen
penjual dan agen penjual melakukan penawaran kepada investor.
b. Pasar sekunder
Pasar sekunder merupakan pasar setelah pasar perdana, yaitu ketika efek-efek
diperjualbelikan antara investor di lantai bursa. Pada pasar sekunder, pelaku utamanya
adalah para pialang dan masyarakat luas baik secara pribadi maupun lembaga.
Perdagangan di pasar sekunder dapat dilakukan dengan tiga jenis pasar:
Ada beberapa ciri pasar sekunder, yaitu sebagai berikut.
a. Saham Biasa
Saham biasa merupakan sertifikat yang menunjukkan bukti kepemilikan dari suatu
perusahaan (Tandelilin, 2010). Saham biasa memiliki jangka waktu yang tidak terbatas,
berbeda dengan obligasi yang memiliki jangka waktu tertentu. Pemegang saham biasa
memiliki beberapa keuntungan, yaitu:
Dividen
Capital Gain = harga jual – harga beli
Ada beberapa hak yang dimliki oleh pemegang saham biasa. Hak-hak tersebut adalah
sebagai berikut.
1. Hak kontrol, yaitu hak pemegang saham biasa untuk memilih dewan direksi dan
pimpinan perusahaan pada saat Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Selain
itu, hak ini juga meberikan hak kepada pemegang saham untuk memberikan
persetujuan atas kebijakan-kebijakan perusahaan.
3. Hak preemptive, yaitu hak yang bertujuan untuk melindungi hak kontrol dan
kepemilikan pemegang saham yang lama. Hak ini memberikan prioritas bagi
pemegang saham lama untuk dapat membeli tambahan saham biasa yang beredar
guna mempertahankan presentase kepemilikan pada perusahaan. Hak ini juga
bertujuan untuk melindungi pemegang saham dari nilai saham yang biasanya turun
pada saat perusahaan mengeluarkan tambahan lembar saham.
4. Hak klaim sisa, yaitu hak untuk mengajukan klaim apabila perusahaan melakukan
likuidasi dan masih terdapat sisa dari hasil likuidas setelah dikurangi kewajiban-
kewajiban prioritas lainnya.
b. Saham preferen
Saham preferen merupakan saham yang memiliki karakteristik yang berbeda
dengan saham biasa dalam beberapa hal. Hal tersebut dikarenakan saham preferen
memiliki karakteristik gabungan antara sekuritas saham biasa dan obligasi sehingga
disebut dengan hybrid securities (Jogiyanto, 2013).
1. Hak preferen terhadap dividen, yakni hak untuk menerima dividen terlebih dahulu
dibandingkan dengan pemegang saham biasa.
3. Hak preferen saat likuidasi, yakni hak prioritas untuk melakukan klaim atas hasil
likuidasi aset perusahaan dibandingkan hak klaim yang diajukan oleh pemegang
saham biasa.
Risiko yang dimiliki oleh pemegang saham preferen dinilai jauh lebih kecil jika
dibandingkan dengan risiko pemegang saham biasa. Akan tetapi, pemegang saham
preferen tidak memiliki hak untuk memberikan suara atau pendapat terkait kebijakan
manajemen perusahaan layaknya pemegang saham biasa.
c. Bukti Right
Bukti right merupakan sekuritas yang memberikan hak kepada pemegang saham
lama untuk membeli saham baru perusahaan pada harga yang telah ditetapkan selama
perioda tertentu dalam waktu kurang dari enam bulan. Bukti right ini dikenal juga dengan
sebutan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD). Bukti right diterbitkan melalui
prosedur penawaran umum terbatas yang disebut dengan right issue dan keputusan untuk
melakukan right issue didapatkan melalui RUPS.
d. Waran
Waran merupakan hak untuk membeli saham pada waktu dan harga yang sudah
ditentukan sebelumnya. Keputusan perusahaan untuk menjual waran ditetapkan pada
waktu RUPS. Waran hampir sama dengan right issue, perbedaannya adalah waran
biasanya dijual bersamaan dengan sekuritas lain, misalnya obligasi atau saham. Waran
diberikan secara gratis kepada pemegang saham, sehingga pemegang waran tidak
mengalami kerugian. Masa berlaku harga saham bisa di atas enam bulan, atau mungkin
lima tahun atau lebih.
3.1.2 Obligasi
Obligasi merupakan surat utang. Jadi, obligasi itu ibarat perusahaan/pemerintah meminjam
uang kepada masyarakat. Jadi, jika kita membeli obligasi, maka peran kita adalah kreditur.
Uang tersebut biasanya digunakan untuk membayar utang negara, ekspansi usaha,
pembiayaan APBN dan sebagainya. Obligasi memiliki jangka waktu tertentu, di mana
penerbit obligasi harus mengembalikan nominal pokok (face value) pada saat jatuh tempo
(maturity date). Selain membayar pokok, penerbit obligasi juga wajib melakukan
pembayaran bunga (coupon) secara berkala dengan tingkat bunga dan perioda
pembayaran yang ditentukan pada kontrak, biasanya bisa setiap 3 bulan sekali, atau 6
bulan
sekali. Obligasi terdiri dari 3 jenis yaitu obligasi pemerintah (government bond),
obligasi perusahaan (corporate bond) dan obligasi konversi.
a. Obligasi pemerintah
Obligasi pemerintah merupakan obligasi yang dikeluarkan oleh pemerintah
Indonesia untuk memenuhi kebutuhan negara. Jenis obligasi ini seringkali dinilai
sebagai suatu sekuritas yang bebas risiko karena dijamin oleh pemerintah. Obligasi
jenis ini pada pemerintah Amerika Serikat umumnya disebut dengan treasury bonds
(T-Bonds), sementara di Indonesia disebut dengan istilah Obligasi Republik
Indonesia (ORI).
b. Obligasi Perusahaan
Obligasi perusahaan merupakan obligasi di mana penerbitnya merupakan suatu
instansi perusahaan, baik perusahaan swasta maupun perusahaan negara.
Penerbitan obligasi ini bertujuan untuk membantu pendanaan perusahaan. Dana
yang diperoleh dari hasil penjualan obligasi akan menjadi kewajiban utang jangka
panjang perusahaan. Risiko obligasi perusahaan lebih besar jika dibandingkan
dengan risiko obligasi pemerintah.
b. Obligasi konversi
Jenis obligasi ini identik dengan sekuritas obligasi pada umumnya, akan tetapi
memiliki karakteristik khusus. Karakteristik khusus ini dikarenakan jenis obligasi ini
merupakan obligasi yang dapat dikonversi menjadi saham biasa dengan syarat-
syarat konversi yang dicantumkan pada waktu penerbitan obligasi konversi. Jenis
obligasi ini memudahkan perusahaan penerbit obligasi karena penerbit tidak perlu
membayarkan bunga dan nominal pokok berupa kas, melainkan berupa saham
biasa.
Karakteristik Obligasi:
1. Nilai nominal (nominal value atau face value), mencerminkan besarnya nilai
rupiah obligasi yang diterbitkan. Nilai nominal obligasi besar, tidak seperti nilai
nominal saham yang nilainya kecil dalam ratusan rupiah. Obligasi umumnya
diterbitkan dalam berbagai pecahan nilai nominal kecil yang disebut denominasi.
Obligasi negara ritel Indonesia yang dikeluarkan oleh pemerintah Republik
Indonesia memunyai nilai nominal dalam denominasi Rp1.000.000,00, sehingga
obligasi negara dapat dikatakan memunyai nilai nominal Rp1.000.000,00.
2. Kupon (coupon), merupakan bunga yang dibayar secara reguler oleh penerbit
obligasi kepada pemegangnya. Kupon obligasi ditetapkan dalam persentase
tahunan dari nilai nominal dan dibayarkan pada interval waktu tertentu. Di pasar
modal Indonesia, pembayaran bunga kupon obligasi perusahaan biasanya
ditetapkan tiga bulanan atau setengah tahunan. Kupon obligasi juga boleh
ditetapkan nol atau tidak membayar kupon. Obligasi ini biasa disebut zero coupon
bond.
3. Jatuh tempo (maturity), merupakan tanggal ketika pemegangnya akan menerima
uang pokok pinjaman yang jumlahnya sebesar nilai nominalnya. Jatuh tempo
obligasi bervariasi dari 1 tahun hingga lebih dari 10 tahun.
Reksa dana berbentuk kontrak investasi kolektif (KIK) merupakan kontrak antara
manajer investasi dan bank kustodian yang mewakili investor. Kontrak ini memberikan
kewenangan kepada manajer investasi untuk mengelola portofolio investasi kolektif dan
kepada bank kustodian untuk melaksanakan penitipan kolektif. Pada bentuk KIK, manajer
investasi menarik dana dari para investor dengan menjual unit penyertaan reksa dana.
Manajer investasi menginvestasikan dana pada berbagai efek, baik di pasar modal maupun
di pasar uang. Reksa dana merupakan jenis dari investasi tidak langsung.
Reksa dana sendiri dari beberapa jenis, yaitu sebagai berikut (Jogiyanto,
2013).
1. Reksa dana pasar uang. Merupakan reksa dana yang portofolionya dibentuk
dengan aset-aset surat berharga utang jangka pendek yang jatuh temponya kurang
dari satu tahun.
2. Reksa dana pendapatan tetap. Merupakan reksa dana yang berisi paling tidak
80% aset obligasi dan sisanya dapat berupa aset lain, misalnya saham. Tujuannya
adalah untuk membentuk portofolio yang lebih aman.
3. Reksa dana saham atau reksa dana ekuitas Merupakan reksa dana yang berisi
paling tidak 80% aset saham dan sisanya dapat berupa aset lain, misalnya obligasi.
Tujuan dari reksa dana ini adalah untuk menghasilkan return yang tinggi. Reksa
dana saham merupakan jenis reksa dana yang memiliki risiko paling tinggi pula di
antara jenis reksa dana lainnya.
4. Reksa dana campuran Merupakan reksa dana yang berisi aset campuran dalam
bentuk obligasi, saham, dan aset lainnya.
5. Reksa dana terproteksi Merupakan reksa dana yang memproteksi investor dari
kerugian penurunan nilai investasinya. Proteksi ini dilakukan oleh reksa dana
dengan cara memasukkan obligasi-obligasi yang akan jatuh tempo dalam jangka
pendek ke dalam portofolionya.
Pasar modal Indonesia memiliki mekanisme sistem perdagangan atau dengan kata
lain adalah aturan dalam sistem perdagangan jual beli saham. Tujuan Bursa Efek Indonesia
membentuk aturan adalah untuk memastikan bahwa transaksi di pasar modal tercipta
secara wajar, efektif dan efisien. Mekanisme perdagangan di pasar modal Indonesia yang
akan banyak dibahas disini adalah berkaitan dengan:
1. Satuan Perdagangan Saham
2. Fraksi Harga dan Auto reject
3. Jam perdagangan bursa
4. Suspensi
Aturan sekarang 1 Lot = 100 lembar saham diberlakukan mulai 6 Januari 2014.
Dahulu 1 lot = 500 lembar saham. Tujuan Bursa Efek Indonesia mengubah satuan lot
supaya transaksi saham di pasar modal menjadi lebih likuid serta semakin banyak investor
yang menanamkan dananya di pasar modal, karena dengan mengurangi 1 lot menjadi 100
lembar, maka harga saham menjadi lebih murah, sehingga lebih mudah diperdagangkan
dan lebhi menjangkau investor-investor yang memiliki dana kecil.
Investor A membeli saham Astra Agro Lestari Tbk (AALI) di harga Rp23.000
sebanyak 20 lot. Maka, dengan menggunakan aturan 1 lot = 100 lembar, maka
perhitungannya: Rp23.000 X 20 lot X 100 lembar = Rp46.0000.000.
Fraksi dan jenjang maksimum perubahan harga di atas berlaku untuk satu Hari
Bursa penuh dan disesuaikan pada Hari Bursa berikutnya jika Harga Penutupan berada
pada rentang harga yang berbeda. Jenjang maksimum perubahan harga dapat
dilakukan sepanjang tidak melampaui batasan persentase auto rejection.
Auto Rejection
Harga penawaran jual dan atau permintaan beli yang dimasukkan ke dalam JATS adalah
harga penawaran yang masih berada di dalam rentang harga tertentu. Bila Anggota Bursa
memasukkan harga diluar rentang harga tersebut maka secara otomatis akan ditolak oleh
JATS (auto rejection).
Batasan auto rejection yang berlaku saat ini sesuai SK Direksi Nomor Kep-00096/BEI/08-
2015 :
1. Harga penawaran jual atau penawaran beli saham lebih kecil dari Rp 50,- (lima puluh
rupiah);
2. Harga penawaran jual atau penawaran beli saham lebih dari 35% (tiga puluh lima
perseratus) di atas atau 10% (sepuluh perseratus) di bawah Acuan Harga untuk Saham
dengan rentang harga Rp 50,- (lima puluh rupiah) sampai dengan dari Rp 200,- (dua ratus
rupiah);
3. Harga penawaran jual atau penawaran beli saham lebih dari 25% (dua puluh lima
perseratus) di atas atau 10% (sepuluh perseratus) di bawah Acuan Harga untuk Saham
dengan rentang harga Rp 200,- (dua ratus rupiah) sampai dengan dari Rp 5.000,- (lima ribu
rupiah);
4. Harga penawaran jual atau penawaran beli saham lebih dari 20% (dua puluh perseratus) di
atas atau 10% (sepuluh perseratus) di bawah Acuan Harga untuk Saham dengan rentang
harga di atas Rp 5.000,- (lima ribu rupiah).
Perdagangan Efek di Pasar Reguler, Pasar Tunai dan Pasar Negosiasi dilakukan selama
jam perdagangan setiap Hari Bursa dengan berpedoman pada waktu JATS.
Jam Perdagangan Pasar Reguler:
Hari Sesi I Sesi II
Senin – Kamis Pukul 09:00:00 s/d 12:00:00 Pukul 13:30:00 s/d 15:49:59
Jumat Pukul 09:00:00 s/d 11:30:00 Pukul 14:00:00 s/d 15:49:59
Jam Perdagangan Pasar Tunai:
Hari Waktu
Senin – Kamis Pukul 09:00:00 s/d 12:00:00
Jumat Pukul 09:00:00 s/d 11:30:00
Jam Perdagangan Pasar Negosiasi:
Hari Sesi I Sesi II
Senin – Kamis Pukul 09:00:00 s/d 12:00:00 Pukul 13:30:00 s/d 16:15:00
Jumat Pukul 09:00:00 s/d 11:30:00 Pukul 14:00:00 s/d 16:15:00
Untuk Pasar Reguler menggunakan sesi Pra-pembukaan, Pra-penutupan dan Pasca
Penutupan yang dilakukan setiap hari Bursa dengan jadwal sebagai berikut:
Pra Pembukaan :
Waktu Agenda
Anggota Bursa Efek memasukan penawaran Jual dan atau
08:45:00 - 08:55:00 WIB
permintaan beli
08:55:01 - 08:59:59 WIB JATS melakukan proses pembentukan Harga Pembukaan
dan memperjumpakan penawaran jual dengan permintaan
beli pada Harga Pembukaan berdasarkan price dan time
priority
Pra-penutupan dan Pasca Penutupan:
Sesi Waktu Aktivitas
Pra-penutupan 15:50:00 s.d. 16:00:00 Anggota Bursa Efek
memasukan penawaran
Jual dan atau permintaan
beli
16:00:01 s.d. 16:04:59 JATS melakukan proses
pembentukan Harga
Penutupan dan
memperjumpakan
penawaran jual dengan
permintaan beli pada Harga
Penutupan
berdasarkan pricedan time
priority
Pasca Penutupan 16:05:00 s.d. 16:15:00 Anggota Bursa Efek untuk
memasukkan penawaran
jual dan atau permintaan
beli pada Harga
Penutupan, dan JATS
memperjumpakan secara
berkelanjutan (continuous
auction) atas penawaran
jual dengan permintaan beli
untuk Efek yang sama
secara keseluruhan
maupun sebagian pada
Harga Penutupan
berdasarkan time priority
DAFTAR PUSTAKA
Brigham, E. F., & Houston, F. J. (2006). Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Edisi 10. Jakarta:
Salemba Empat.
Hooker, M.A. (2004). Macroeconomics Factors and Emerging Market Equity Returns: A Bayesian
Model Selection Approach, Emerging Market Review. 5:379-387.
Jogiyanto, H. (2013). Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Kedelapan. Yogyakarta: BPFE.
May, E. (2013). Smart Trader Rich Investor. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Sukirno, S.
(2006). Ekonomi Pembangunan Proses Masalah dan Dasar Kebijakan, Cetakan Ketiga. Jakarta:
Kencana.
Tambunan, A. P. (2007). Menilai Harga Wajar Saham. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Tandelilin, E. (2010). Portofolio dan Investasi: Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Kanisius.
Www.idx.co.id