Anda di halaman 1dari 21

MEKANISME PERDAGANGAN EFEK

LEMBAGA KLIRING DAN PENJAMINAN

Didukung

Gedung Bursa Efek Indonesia , Tower II Lantai 1, Jl. Jend. Sudirman Kav 52-53,
Jakarta Selatan 12190 | Telp (021) 515 0 515 ext. 8102, 8103
www.ticmi.co.id
Modul WPPE | MPE

DAFTAR ISI

I. FUNGSI DAN LAYANAN KPEI DI PASAR MODAL INDONESIA .............................. 1


II. DASAR HUKUM PENDIRIAN KPEI ................................................................... 1
III. SEKILAS KPEI ............................................................................................. 2
IV. FUNGSI DAN LAYANAN KPEI ......................................................................... 3
IV.1. Fungsi Keanggotaan dan Partisipasi ...................................................... 6
IV.2. Fungsi Pengelolaan Agunan .................................................................. 8
IV.3. Fungsi Pengelolaan Risiko .................................................................... 8
IV.4. Fungsi Kliring dan Penyelesaian .......................................................... 10
IV.5. Fungsi Pengelolaan Kegagalan ............................................................ 17
IV.6. Fungsi Pengelolaan Dana Jaminan ....................................................... 18
V. LAYANAN INFORMASI ................................................................................. 19

Materi Pelatihan WPPE | Edisi 2016 i


Modul WPPE | MPE

LEMBAGA KLIRING DAN PENJAMINAN

I. FUNGSI DAN LAYANAN KPEI DI PASAR MODAL INDONESIA

Gambar 1 – Struktur Pasar Modal Indonesia

Bursa Efek Indonesia (BEI), Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI) dan Kustodian
Sentral Efek Indonesia (KSEI) merupakan Self-Regulatory Organization (SRO) dibawah
pengawasan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). SRO merupakan institusi yang diberi
kewenangan oleh OJK untuk membuat dan menerapkan peraturan di pasar modal
Indonesia atau biasa disebut regulator. Kewenangan regulator dapat diterapkan sebagai
pelengkap dari peraturan pemerintah yang ada. SRO memiliki peraturan dan ketentuan
yang mengikat bagi pelaku pasar modal sebagai fungsi pengawasan untuk mencegah
praktik perdagangan yang dilarang.
Ketiga regulator tersebut memiliki fungsi dan peran masing-masing dalam pasar modal
Indonesia. BEI berfungsi sebagai Bursa Efek, merupakan penyedia sarana dan prasarana
perdagangan efek. KPEI berfungsi sebagai Lembaga Kliring dan Penjaminan (LKP),
merupakan penyedia jasa kliring dan penjaminan penyelesaian transaksi bursa.
Sedangkan KSEI berfungsi sebagai Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (LPP),
bertugas menyediakan jasa kustodian sentral dan penyelesaian efek.
Dalam modul ini, akan dijelaskan secara detail mengenai fungsi dan layanan KPEI sebagai
LKP di pasar modal Indonesia.

II. DASAR HUKUM PENDIRIAN KPEI


1. UU No. 21 Tahun 2011, Tentang Otoritas Jasa Keuangan
2. UU No. 8 Tahun 1995, Tentang Pasar Modal
3. Peraturan Pemerintah No. 45 tahun 1995 tentang Penyelenggaraan kegiatan di Bidang
Pasar Modal
4. Akte Pendirian No. 8 Tanggal 5 Agustus 1996 sebagai Perseroan Terbatas

Materi Pelatihan WPPE | Edisi 2016 1


Modul WPPE | MPE

5. Izin Usaha, SK Bapepam No. Kep.-26/PM/1998 Tanggal 1 Juni 1998 sebagai Lembaga
Kliring dan Penjaminan

Dalam UU Pasar Modal No 8 tahun 1995, disebutkan bahwa LKP didirikan dengan tujuan
untuk menyediakan jasa klriing dan penjaminan penyelesaian transaksi bursa yang
teratur, wajar dan efisien. Selain itu, LKP juga dapat memberikan jasa lain berdasarkan
ketentuan yang ditetapkan oleh OJK. LKP wajib menetapkan peraturan mengenai
kegiatan kliring dan penjaminan penyelesaian transaksi bursa, termasuk ketentuan
mengenai biaya pemakaian jasa.

III. SEKILAS KPEI


Sebelum terbentuk BEI, saham KPEI dimiliki oleh Bursa Efek Jakarta (BEJ) sebesar 90%
dan Bursa Efek Surabaya (BES) sebesar 10%. Modal disetor KPEI sebesar Rp 15 milyar
dan modal dasar sebesar Rp 60 milyar. Tahun 2007, BEJ dan BES melakukan merger
menjadi BEI dan secara otomatis kepemilikan saham KPEI 100% dimiliki oleh BEI.

Sesuai dengan fungsinya sebagai LKP, KPEI memiliki beberapa layanan jasa dan produk
lainnya, seperti diantaranya:
1. Jasa Kliring Transaksi Bursa
2. Jasa Penjaminan dan Pengelolaan Risiko
3. Jasa Pinjam Meminjam Efek
4. Jasa Pengelolaan Agunan
5. Layanan Informasi

Sumber pendapatan KPEI dalam menjalankan layanan dan jasanya diantaranya berasal
dari:
1. Fee jasa Kliring Transaksi Bursa
2. Fee jasa Pengelolaan Dana Jaminan
3. Fee jasa Pinjam Meminjam Efek
4. Fee jasa lainnya, seperti pengenaan fee atas layanan m-CLEARS

KPEI merupakan organisasi nirlaba, yang tidak membayar dividen kepada pemegang
sahamnya. Hasil keuntungan dari kegiatan operasional KPEI akan dikembalikan untuk
operasional dan pengembangan infrastruktur pasar modal.

Beberapa tonggak sejarah KPEI diantaranya adalah sebagai berikut:


2000:
 Penerapan perdagangan dan penyelesaian tanpa warkat di pasar modal Indonesia
 Peluncuran electronic clearing & guarantee system (e-CLEARS) sebagai sistem
kliring dan penjaminan ekuiti

2001:
 Peluncuran risk monitoring online (RMOL) dan cash management sebagai sistem
kliring dan penyelesaian derivatif khususnya kontrak berjangka
 Peluncuran sistem pinjam meminjam efek

2004:
Dimulainya transaksi, kliring, dan penjaminan penyelesaian transaksi opsi saham

2005:
Peluncuran electronic bond clearing & settlement system (e-BOCS) sebagai sistem
kliring dan penyelesaian surat utang

2012:
Implementasi mekanisme straight through processing (STP)

Materi Pelatihan WPPE | Edisi 2016 2


Modul WPPE | MPE

2014:
 KPEI terdaftar sebagai anggota kehormatan PASLA
 KPEI menjadi anggota resmi CCP12

2015:
Implementasi Peraturan No II-15 tentang Kliring dan Penjaminan Penyelesaian
Transaksi Efek Tidak Dijamin dan Transaksi Dipisahkan atas Efek Bersifat Ekuitas
sebagai bagian dari pemberlakukan Peraturan OJK No 26/POJK.04/2014 tentang
Penjaminan Penyelesaian Transaksi Bursa

Februari 2016:
 Peluncuran sistem kliring dan penyelesaian derivatif yang baru

IV. FUNGSI DAN LAYANAN KPEI


Layanan jasa kliring dan penjaminan KPEI diberikan kepada Anggota Kliring dan Bank
Kustodian. Berdasarkan Peraturan KPEI No. II-3 tentang Anggota Kliring pasal 1 angka 1,
Anggota Kliring (AK) adalah anggota bursa efek atau pihak lain, yang memenuhi
persyaratan untuk mendapatkan layanan jasa kliring dan penjaminan penyelesaian
transaksi bursa sesuai dengan Peraturan OJK No. 26/POJK.04/2014 tentang Penjaminan
Penyelesaian Transaksi Bursa.

Selain AK, Bank Kustodian (BK) juga merupakan pihak lain yang menerima layanan jasa
kliring dan penjaminan KPEI khususnya terkait Pinjam Meminjam Efek dengan status
sebagai pihak pemberi pinjaman (lender). Hal ini sesuai dengan Peraturan KPEI No. II-10
tentang Jasa Pinjam meminjam Efek Tanpa Warkat pasal 3 huruf a.

Selain sebagai LKP, KPEI juga dikenal sebagai satu-satunya Central Counterparty (CCP) di
pasar modal Indonesia. KPEI mengambil peran sebagai mitra pengimbang atau CCP untuk
melakukan novasi dalam penjaminan penyelesaian transaksi bursa. Novasi adalah
pengalihan hukum antara AB jual dengan AB beli menjadi hubungan hukum antara AB jual
dengan KPEI sebagai pembeli, dan AB beli dengan KPEI sebagai penjual.

Gambar 2 – Proses Novasi

Gambar pertama pada proses novasi di atas mengenai beberapa transaksi bursa yang
dikliringkan oleh masing-masing perusahaan efek secara bilateral. Gambar tersebut
menjelaskan perhitungan hak dan kewajiban yang harus diserahkan atau diterima
perusahaan efek satu dengan perusahaan efek lainnya. Sedangkan pada gambar kedua,
terdapat keberadaan KPEI sebagai LKP dalam proses kliring transaksi bursa sehingga lebih
meng-efisienkan proses penyelesaiannya.

Materi Pelatihan WPPE | Edisi 2016 3


Modul WPPE | MPE

Penjelasan Kliring Secara Bilateral Penjelasan Kliring dengan KPEI


sebagai LKP
 Perusahaan i sebagai buyer serah 25 Transaksi perusahaan i dengan
ke perusahaan j perusahaan j, k dan l dikliringkan oleh
 Perusahaan i sebagai buyer serah 100 KPEI yang menghasilkan posisi terakhir
ke perusahaan k dengan terima 15
 Perusahaan i sebagai seller terima 140
dari perusahaan l

 Perusahaan j sebagai seller terima 25 Transaksi perusahaan j dengan


dari perusahaan i perusahaan i dan l dikliringkan oleh KPEI
 Perusahaan j sebagai seller terima 15 yang menghasilkan posisi terakhir
dari perusahaan l dengan terima 40

 Perusahaan k sebagai buyer serah 130 Transaksi perusahaan k dengan


ke perusahaan l perusahaan i dan l dikliringkan oleh KPEI
 Perusahaan k sebagai seller terima yang menghasilkan posisi terakhir
100 dari perusahaan i dengan serah 30

 Perusahaan l sebagai buyer serah 140 Transaksi perusahaan l dengan


ke perusahaan i perusahaan I, j dan k dikliringkan oleh
 Perusahaan lsebagai buyer serah 15 ke KPEI yang menghasilkan posisi terakhir
perusahaan j dengan serah 25
 Perusahaan l sebagai seller terima
130 dari perusahaan k

Gambar 3 – Ilustrasi Novasi dan Netting

Materi Pelatihan WPPE | Edisi 2016 4


Modul WPPE | MPE

Sama seperti penjelasan pada gambar proses novasi sebelumnya, gambar di atas
menceritakan adanya transaksi bursa secara bilateral antar beberapa perusahaan efek,
sehingga pemenuhan hak dan kewajiban perusahaan efek sangat bergantung kepada
perusahaan efek lainnya. Agar perusahaan efek B “B” mendapatkan hak terima uang
sebesar Rp 100 harus melakukan dua kali transaksi. Transaksi pertama dengan
perusahaan efek A “A”, dimana B harus menyerahkan uang Rp 8000 untuk mendapatkan
1000 saham ASII. Selanjutnya, 1000 saham ASII tersebut akan diserahkan ke perusahaan
efek C “C” agar mendapatkan uang sebesar Rp 8100. Jadi selisih keuntungan yang
diterima dari kedua transaksi tersebut sebesar Rp 100. Berbeda dengan gambar
dibawahnya, dimana terdapat KPEI diantara 3 perusahaan efek di atas dan masing-masing
perusahaan efek bertransaksi dengan KPEI. Sehingga B mendapatkan hak terima Rp 100
dari KPEI bukan dari perusahaan efek yang lain karena KPEI telah melakukan proses
netting. Penjelasan netting akan disampaikan pada bagian fungsi kliring dan penyelesaian.

Untuk dapat mensejajarkan KPEI sebagai CCP di dunia internasional, pada 2014-2015
KPEI telah melakukan penilaian mandiri yang dibantu oleh pihak konsultan. Penilaian
mandiri yang dilakukan KPEI terkait peran KPEI sebagai salah satu Financial Market
Infrastructure (FMI) atau lembaga-lembaga penyedia infrastruktur di pasar keuangan
Indonesia. FMI berperan penting dalam mendukung aktivitas pembayaran, penyelesaian
maupun penyimpanan instrument keuangan. Penilaian mandiri tersebut untuk
memastikan KPEI telah memenuhi 23 prinsip yang direkomendasikan Principles for
Financial Market Infrastructure (PFMI) yang dikeluarkan oleh International Organization of
Securities Commissions (IOSCO). Hasil penilaian mandiri KPEI secara umum adalah
broadly observed, yang artinya sebagian besar sudah comply. Status broadly observed
menunjukkan gap atas pemenuhan prinsip yang ditemukan tergolong tidak besar. Dari 23
prinsip tersebut, ada yang berada pada posisi observed dan beberapa masuk kategori
partly observed. Sehingga masih ada beberapa gap dengan kategori high, medium dan
low yang harus diperbaiki KPEI.

Dalam menjalankan fungsi sebagai LKP atau CCP di pasar modal Indonesia, KPEI
menyediakan beberapa layanan jasa maupun produk diantaranya sebagai berikut :

Materi Pelatihan WPPE | Edisi 2016 5


Modul WPPE | MPE

Gambar 4 – Fungsi KPEI

IV.1. Fungsi Keanggotaan dan Partisipasi


 Persyaratan keanggotaan KPEI mengacu pada Peraturan KPEI II-3 tentang
Anggota Kliring.
 Definisi AK adalah Anggota Bursa Efek atau pihak lain, yang memenuhi
persyaratan untuk mendapatkan layanan jasa Kliring dan Penjaminan
Penyelesaian Transaksi Bursa berdasarkan peraturan Lembaga Kliring dan
Penjaminan sebagaimana diatur dalam Pasal 1 Angka 6 Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan Nomor 26/POJK.04/2014 tentang Penjaminan Penyelesaian transaksi
Bursa.
 Beberapa persyaratan yang wajib dipenuhi untuk menjadi AK, diantaranya :
a. Memiliki saham bursa dan menyerahkan Surat Persetujuan Anggota Bursa
(SPAB)
b. Membuka rekening efek di KSEI sesuai peraturan KSEI
c. Menyetorkan kontribusi awal Dana Jaminan sebesar Rp 5 milyar
d. Menempatkan agunan berupa Dana Minimum Kas sebesar Rp 1 milyar
e. Menyerahkan Laporan Keuangan Tengah Tahunan dan Laporan Keuangan
Tahunan
f. Bertanggung jawab atas seluruh kegiatan transaksi yang dilakukan AK
maupun nasabah AK
g. Memiliki sistem untuk mendukung operasional dan pengendalian risiko
terkait transaksi bursa
h. Menandatangani perjanjian pemberian layanan jasa kliring dan penjaminan
penyelesaian transaksi bursa serta perjanjian pinjam meminjam efek
 Selain Anggota Bursa Efek, pihak lain yang mendapat layanan jasa kliring dan
penjaminan penyelesaian transaksi bursa adalah Bank Kustodian

Materi Pelatihan WPPE | Edisi 2016 6


Modul WPPE | MPE

 Bank Kustodian merupakan pihak pemberi pinjaman (lender) dalam layanan


pinjam meminjam efek
 Struktur rekening efek AK dan nasabah AK yang terdapat pada rekening KSEI
:

Gambar 5 – Struktur Rekening Efek

1. Definisi rekening efek di KSEI :


a. Rekening Depositori (Rek 001) adalah rekening efek untuk menyimpan
efek dan atau dana milik AK sendiri
b. Sub Rekening Efek Depositori (Sub Rek 001) adalah rekening efek untuk
menyimpan efek dan atau dana milik nasabah AK
c. Rekening Efek Penyelesaian (Rek 002 atau Rekening Serah Terima)
adalah rekening untuk penyerahan dan atau penerimaan efek dan atau
dana dari dan atau kepada KPEI
d. Rekening Pinjam Meminjam Efek Penerima Pinjaman (Rek 003) adalah
rekening untuk penyerahan dan atau penerimaan efek dan atau dana
penerima pinjaman terkait transaksi pinjam meminjam efek
e. Rekening Jaminan (Rek 004) adalah rekening untuk menempatkan efek
dan atau dana yang dijaminkan oleh AK kepada KPEI
f. Sub Rekening Efek Jaminan (Sub Rek 004) adalah rekening untuk
menempatkan efek dan atau dana yang dijaminkan nasabah AK kepada
KPEI
g. Rekening Pinjam Meminjam Efek Pemberi Pinjaman (Rek 005) adalah
rekening untuk penyerahan dan atau penerimaan efek dan atau dana
pemberi pinjaman terkait pinjam meminjam efek
h. Sub Rekening Pinjam Meminjam Efek Nasabah Pemberi Pinjaman (Sub
Rek 005) adalah rekening untuk penyerahan dan atau penerimaan efek
dan atau dana nasabah pemberi pinjaman terkait pinjam meminjam efek

Materi Pelatihan WPPE | Edisi 2016 7


Modul WPPE | MPE

IV.2. Fungsi Pengelolaan Agunan


Pengelolaan agunan bertujuan untuk memastikan bahwa agunan dan sumber
keuangan lainnya “mencukupi” untuk kebutuhan penyelesaian transaksi bursa.
Istilah mencukupi berarti agunan yang disediakan tidak kurang (bagi CCP maupun
pelaku pasar lainnya) dan juga tidak berlebihan sehingga tidak efisien bagi pelaku
pasar.

 Berdasarkan Peraturan KPEI No. II-12 tentang Penempatan Agunan, definisi


agunan adalah aset yang dijaminkan oleh AK kepada KPEI yang dapat
digunakan untuk penyelesaian transaksi bursa dan atau untuk menyelesaikan
kewajiban AK kepada KPEI
 Agunan (collateral) yang ditempatkan oleh AK merupakan jaminan atas
penyelesaian transaksi bursa baik untuk kepentingan AK maupun nasabah AK
 Agunan yang ditempatkan oleh nasabah AK merupakan jaminan atas
penyelesaian transaksi bursa baik untuk kepentingan nasabah AK
 Selain sebagai jaminan penyelesaian transaksi bursa, agunan juga digunakan
sebagai salah satu komponen dalam perhitungan batasan transaksi (trading
limit)
 Bentuk agunan yang dikelola dan diadministrasikan oleh KPEI antara lain:
a. Agunan online, yakni agunan yang disimpan secara elektronik di rekening
KSEI.
Contoh agunan online adalah uang dan efek (saham, ETF, waran, HMETD
dan SBN).
b. Agunan offline, yakni agunan yang tidak disimpan di rekening KSEI,
contohnya bank garansi, deposito, dana minimum kas, sertifikat BI dan
saham bursa.
 KPEI menggunakan beberapa parameter penilaian agunan guna memastikan
kecukupan agunan yang disetorkan oleh AK. Parameter yang digunakan
diantaranya adalah haircut dan disallowance.
 Berdasarkan Peraturan Bapepam No V.D.5, haircut adalah faktor pengurang
nilai pasar wajar efek sesuai dengan risikonya sebesar persentase tertentu dari
nilai pasar wajar efek dimaksud. Berikut penjelasan haircut efek yang dihitung
KPEI :
a. Haircut saham, penghitungannya ditetapkan berdasarkan analisa KPEI yang
memperhitungkan analisa fundamental dan analisa market statik.
b. Haircut saham IPO dan ETF, dimana saham IPO didasarkan nilai ekuitasnya
sedangkan ETF ditetapkan sebesar persentase tertentu.
c. Haircut obligasi, didasarkan pada tingkat likuiditas, jenis obligasi, peringkat
dan rating yang dikeluarkan oleh Pefindo untuk masing masing obligasi
tersebut.
 Collateral disallowance adalah batasan nilai saham yang diperhitungkan sebagai
agunan didasarkan pada :
a. Persentase tertentu dari efek skripless
b. Batasan nilai IDR maksimal untuk saham
c. Batasan nilai efek bersifat utang (khusus korporasi berdasarkan rating)

IV.3. Fungsi Pengelolaan Risiko


 Perangkat pengelolaan risiko yang digunakan KPEI diantaranya adalah
perhitungan risiko, penggunaan trading limit dan penerapan metode
pengukuran risiko.
 Pengelolaan risiko bertujuan untuk memastikan bahwa exposure (risiko)
transaksi bursa dihitung secara “memadai” dan memperhitungkan berbagai
risiko yang mungkin timbul seperti market risk, liquidity risk, credit risk dan
operational risk pada level tertentu. Memadai berarti tidak terlalu ketat dan
tidak terlalu longgar serta disesuaikan dengan kondisi pasar.

Materi Pelatihan WPPE | Edisi 2016 8


Modul WPPE | MPE

1. Perhitungan Risiko
a. Berdasarkan rekomendasi prinsip 4 PFMI-IOSCO tentang kebutuhan
margin, jika CCP mengandalkan kebutuhan margin dalam membatasi
risiko kredit partisipan (disebut AK), maka margin tersebut harus cukup
digunakan untuk menutupi potensi risiko pada kondisi pasar normal.
b. Model dan parameter yang digunakan untuk menentukan kebutuhan
margin harus berdasarkan risiko dan direview secara reguler
c. Risiko adalah ketidakpastian yang timbul dari perubahan tidak terduga
dan dapat menimbulkan kerugian
d. KPEI menggunakan metode margin untuk mengukur tingkat
ketidakpastian dan menimimalisir kerugian
e. Margin adalah kebutuhan collateral untuk menutupi risiko dari sebuah
posisi/portfolio
f. Margin terdiri dari initial margin dan variation margin.
g. Initial margin adalah margin yang dihitung dari potensi kerugian
maksimum atas suatu porfolio.

KPEI membedakan metode perhitungan initial margin berdasarkan


metode valuasi risiko dan pasar yang best practice, seperti:
- Pasar Ekuitas dan Pinjam Meminjam Efek
i. Yang termasuk ekuitas adalah produk saham, ETF, waran dan
HMETD.
ii. Untuk saham yang tergolong likuid, menggunakan metodologi
Historical VaR dikarenakan saham likuid mempunyai data
historis yang lengkap dan tidak berisiko tinggi berdasarkan
kriteria fundamental.
iii. Untuk saham illikuid, menggunakan metodologi Alternate
Historical VaR, sedangkan produk saham yang baru tercatat di
bursa efek (IPO), waran dan HMETD menggunakan factor model.
iv. Metode VaR adalah metode valuasi risiko dengan
memperhitungkan kemungkinan kerugian terburuk yang
mungkin terjadi pada periode waktu tertentu dengan tingkat
keyakinan tertentu (time horizon dan confidence level)
berdasarkan data historis untuk kondisi pasar yang normal.

- Pasar Surat Utang


KPEI menggunakan metodologi factor model dengan nilai persentase
tertentu sebagai risk factor. Penentuan risk factor tersebut
berdasarkan pada fluktuasi harga pasar obligasi.

- Pasar Derivatif
KPEI menggunakan metodologi Standard Portfolio Analysis of Risk
(SPAN). SPAN adalah model yang digunakan untuk menilai risiko
dengan cara mengestimasi potensi kerugian terburuk terhadap nilai
sebuah posisi atau portfolio dalam satu jangka waktu tertentu
berdasarkan parameter yang telah ditetapkan oleh KPEI. Model ini
dilakukan dengan cara simulasi terhadap perubahan harga pasar dan
menghitung nilai laba dan rugi berdasarkan perubahan harga pasar
tersebut, dimana simulasi ini dilakukan dalam 16 skenario.

h. Variation margin adalah margin yang dihitung dari keuntungan/kerugian


suatu portfolio akibat pergerakan harga pasar (marked to market).

2. Penggunaan trading limit

Materi Pelatihan WPPE | Edisi 2016 9


Modul WPPE | MPE

Adalah batasan transaksi di bursa untuk setiap AK berdasarkan nilai agunan bebas AK
yang disetorkan ke KPEI dikalikan dengan suatu faktor yang menggambarkan profil risiko
dari AK tersebut

3. Metode pengukuran risiko


a. KPEI perlu “memastikan” bahwa perhitungan risiko yang digunakan
adalah valid dan layak.
b. Proses memastikan ini dilakukan KPEI dengan melakukan pengujian
berdasarkan metode tertentu yang terdiri dari:
- Back testing adalah kerangka pengujian statistik yang berisi
pengecekan apakah risiko yang terjadi pada praktiknya sejalan
dengan perkiraan peramalan. Back testing digunakan untuk melihat
akurasi perhitungan VAR, dengan tingkat kepercayaan 99% dan 505
hari.
- Stress testing adalah metode dalam mengukur tingkat risiko terburuk
yang dapat dihadapi KPEI dalam waktu tertentu dalam kondisi pasar
abnormal

IV.4. Fungsi Kliring dan Penyelesaian


Kliring adalah proses penentuan hak dan kewajiban efek maupun dana milik AK
yang timbul dari transaksi bursa. Kegiatan kliring akan menghasilkan Daftar Hasil
Kliring (DHK), yang akan dikirimkan ke AK sebagai tagihan atas transaksi yang
sudah dilakukan dan wajib diselesaikan sesuai jangka waktu penyelesaian.

Proses kliring dilakukan atas produk yang ditransaksikan di bursa efek, seperti :
 Ekuiti (Saham, Waran, HMETD, Reksadana ETF)
 Surat Utang (Obligasi Korporasi, Surat Utang Negara, Sukuk Korporasi, Surat
Berharga Syariah Negara, Efek Beragun Aset)
 Derivatif (Kontrak Berjangka Indeks Efek-KBIE dan Kontrak Opsi Saham-KOS)

Metode kliring yang tersedia ada 2 jenis yakni:


 Netting adalah pemenuhan hak dan kewajiban AK dengan menyerahkan atau
menerima sejumlah efek tertentu yang ditransaksikan dan untuk menerima
atau membayar sejumlah uang untuk seluruh efek yang ditransaksikan.
 Per Transaksi (trade for trade – TFT) adalah pemenuhan hak dan kewajiban AK
untuk setiap transaksi oleh AK jual dan AK beli yang dilakukan secara langsung
atas efek yang ditransaksikan.
Berikut tabel maupun alur terkait proses kliring dan penyelesaian transaksi bursa
:

Materi Pelatihan WPPE | Edisi 2016 10


Modul WPPE | MPE

Gambar 6 – Tabel Kliring dan Penyelesaian Transaksi Bursa

Gambar 7 – Kerangka Waktu Penyelesaian Transaksi Bursa Melalui KSEI

Materi Pelatihan WPPE | Edisi 2016 11


Modul WPPE | MPE

Gambar 8 – Kerangka Waktu Penyelesaian Transaksi Bursa Melalui Bank


Pembayaran

Gambar 9 – Proses Kliring dan Penyelesaian Transaksi Bursa berdasarkan


SID

1. Kliring Transaksi Ekuiti

Materi Pelatihan WPPE | Edisi 2016 12


Modul WPPE | MPE

Pemenuhan kewajiban AK kepada KPEI, dilakukan dengan pemindahbukuan efek


dan atau uang ke Rek Serah Terima (Rek 002) AK, dan juga pemenuhan
kewajiban nasabah AK kepada AK yang bersangkutan, KPEI melakukan
pemindahbukuan efek dan atau uang dari Sub Rekening Efek Jaminan (Sub Rek
04) nasabah AK ke Rekening Serah Terima (Rek 002) AK yang bersangkutan
paling lambat jam 12.15 WIB pada tanggal penyelesaian.

Pemenuhan hak AK oleh KPEI, dilakukan dengan pemindahbukuan efek dan atau
uang ke Rekening Serah Terima (Rek 002) AK, dan juga pemenuhan hak
nasabah AK dari AK yang bersangkutan, KPEI melakukan pemindahbukuan efek
dan atau uang dari Rekening Serah Terima (Rek 002) AK ke Sub Rekening Efek
Jaminan (Rek 004) nasabah AK yang bersangkutan paling lambat jam 13.30
WIB pada tanggal penyelesaian.

Jika terdapat AK yang tidak dapat memenuhi sebagian atau seluruh kewajiban
serah efek ke KPEI pada tanggal penyelesaian, maka AK tersebut dapat
melakukan beberapa alternatif dibawah ini:
- Melakukan transaksi pinjam meminjam efek ke KPEI
- Melakukan transaksi beli dengan efek yang sama di pasar tunai yang
jatuh tempo penyelesaiannya pada tanggal yang sama dengan transaksi
di pasar reguler 3 hari bursa sebelumnya
- Mengganti kewajibannya menjadi serah uang pengganti (disebut dengan
Alternate Cash Settlement – ACS) sebesar 125% dari harga tertinggi efek
yang tidak dapat diserahkan. Harga tertinggi diperoleh dari harga efek
saat T+0 sesi 1 dan sesi 2 serta T+3 sesi 1, dipilih mana yang tertinggi
diantara ketiga harga tersebut.

Dalam melakukan kliring transaksi ekuiti, KPEI menggunakan aplikasi web e-


CLEARS. e-CLEARS mempunyai kemampuan menyediakan informasi hasil kliring
dari level AK sampai dengan level nasabah.

Contoh kliring transaksi ekuiti :

2. Kliring Transaksi Surat Utang


Apabila memilih metode kliring netting, pemenuhan hak dan/atau kewajiban AK
dilakukan dengan menyetorkan efek dan atau dana ke Rekening Penyelesaian
Efek KPEI paling lambat jam 12.00 WIB pada tanggal penyelesaian. Sedangkan
pemenuhan hak AK oleh KPEI dengan menyetorkan efek dan atau dana ke

Materi Pelatihan WPPE | Edisi 2016 13


Modul WPPE | MPE

Rekening Efek AK dan atau Rekening Efek Agen Setelmen paling lambat jam
15.00 WIB pada tanggal penyelesaian. Jika pemenuhan kewajiban tidak dapat
dilakukan secara netting, maka pemenuhan hak dan/atau kewajiban AK
dilakukan secara per-transaksi paling lambat jam 15.00 WIB.

Apabila memilih metode kliring per-transaksi (TFT), pemenuhan hak dan atau
kewajiban AK dilakukan dengan menyediakan efek dan atau dana di Rekening
Efek AK dan atau Rekening Efek Agen Setelmen dilengkapi dengan instruksi
Delivery versus Payment (DvP) atau Receive versus Payment (RvP) paling
lambat jam 15.00 WIB pada tanggal penyelesaian. Sedangkan pemenuhan hak
AK oleh KPEI dengan menyetorkan efek dan atau dana ke Rekening Efek AK dan
atau Rekening Efek Agen Setelmen paling lambat jam 15.00 WIB pada tanggal
penyelesaian.

Jika AK gagal dalam memenuhi kewajiban penyelesaian transaksi bursa (baik


melalui netting maupun per-transaksi) dan tidak dapat melakukan proses
renegosiasi dengan AK lawan selambat-lambatnya jam 17.00 WIB pada tanggal
penyelesaian, diberlakukan mekanisme Nilai Penyelesaian Final (NPF).

Proses kliring transaksi surat utang dilakukan dengan menggunakan aplikasi


web e-BOCS. e-BOCS menyediakan informasi hasil kliring hanya untuk level AK.

Contoh kliring transaksi surat utang:

3. Kliring dan Penyelesaian Transaksi Derivatif

Materi Pelatihan WPPE | Edisi 2016 14


Modul WPPE | MPE

Pemenuhan kewajiban AK kepada KPEI dengan menyediakan dana di Rekening


Jaminan Kontrak Berjangka dan Opsi paling lambat jam 12.00 WIB pada tanggal
penyelesaian. Sedangkan pemenuhan kewajiban nasabah AK kepada AK yang
bersangkutan, dilakukan dengan menyediakan dana di Sub Rekening Jaminan
Kontrak Berjangka dan Opsi oleh nasabah AK yang bersangkutan paling lambat
jam 12.00 WIB.

Pemenuhan hak AK oleh KPEI, dilakukan dengan pemindahbukuan dana ke


Rekening Jaminan Kontrak Berjangka dan Opsi AK paling lambat jam 14.30 WIB
pada tanggal penyelesaian. Sedangkan pemenuhan hak nasabah AK yang
bersangkutan, KPEI melakukan pemindahbukuan dana ke Sub Rekening
Jaminan Kontrak Berjangka dan Opsi Nasabah AK yang bersangkutan paling
lambat pukul 14.30 WIB pada tanggal penyelesaian.
Jika AK tidak dapat memenuhi sebagian atau seluruh kewajiban kepada KPEI
pada tanggal dan waktu penyelesaian, KPEI akan memberikan status gagal
bayar dan memberlakukan mekanisme pembatasan transaksi kepada AK dan AK
dimintakan untuk melakukan transaksi saling hapus.
Transaksi saling hapus adalah transaksi yang dilakukan oleh AK untuk
menyelesaikan kontrak dengan posisi berlawanan, baik itu jual maupun beli
derivatif (khususnya Kontrak Berjangka). Transaksi tersebut bertujuan untuk
mengurangi risiko dari outstanding position dari AK yang bersangkutan. Setelah
itu, pada sore hari pada tanggal penyelesaian KPEI akan menjalankan likuidasi
paksa kontrak atas sisa outstanding position AK tersebut.
Proses kliring dan penyelesaian transaksi derivatif dilakukan dengan
menggunakan aplikasi web Sistim Kliring Derivatif (SKD). SKD mempunyai
kemampuan menyediakan informasi hasil kliring dari level AK sampai dengan
level nasabah.

Contoh kliring transaksi derivatif :

Materi Pelatihan WPPE | Edisi 2016 15


Modul WPPE | MPE

4. Transaksi Pinjam Meminjam Efek (PME)


Pinjam Meminjam Efek adalah peralihan (peminjaman) hak guna efek sementara
dari pemberi pinjaman (lender) ke peminjam (borrower) dalam periode tertentu.

Terdapat dua jenis PME, yakni PME Reguler dengan mekanisme perhitungan
imbalan jasa bersifat tetap (fixed fee rate) dan PME Front End dengan
perhitungan imbalan jasa ditetapkan melalui proses tawar menawar (bid offer
fee rate). Perhitungan imbalan jasa dilakukan secara harian pada akhir hari (End
of Day-EoD).

Kedua jenis PME ini juga dibedakan berdasarkan waktu pengembalian pinjaman
yakni pinjaman Open Term dan pinjaman Fixed Term. Pada jenis pinjaman open
term, lender dan borrower dapat melakukan pengembalian sebelum jatuh
tempo. Sebaliknya dengan pinjaman fixed term, lender dan borrower tidak dapat
melakukan pengembalian sebelum jatuh tempo.

Dalam mekanisme PME, baik pinjaman open term maupun pinjaman fixed term,
apabila borrower tidak dapat mengembalikan pinjaman pada tanggal jatuh
tempo atau tidak dapat menyerahkan efek yang dipinjamkan (manufactured
dividen), maka borrower harus membayar Non-Reimbursement Compensation
(NRC) sebesar 125% dari harga tertinggi saham yang dipinjam. Harga tertinggi
diperoleh dari harga efek saat T+0 sesi 1 dan sesi 2 serta T+3 sesi 1, dipilih
mana yang tertinggi diantara ketiga harga tersebut.
Untuk menghindari potensi kegagalan AK dalam menyerahkan saham untuk
penyelesaian transaksi bursa, KPEI menyediakan layanan jasa PME. Selain
membantu pemenuhan serah saham, layanan ini juga berfungsi untuk
mendukung strategi transaksi short selling, margin trading, dan sebagai
pendapatan tambahan untuk investasi jangka panjang bagi pihak yang
meminjamkan.

Materi Pelatihan WPPE | Edisi 2016 16


Modul WPPE | MPE

Proses transaksi layanan PME dilakukan dengan menggunakan sistem e-CLEARS


dan aplikasi Front End.

Contoh perhitungan transaksi pinjam meminjam efek :

IV.5. Fungsi Pengelolaan Kegagalan


Selain melakukan kliring transaksi bursa, KPEI juga melakukan fungsi penjaminan
atas penyelesaian transaksi bursa. Berdasarkan Peraturan No. 26/POJK.04/2014
tentang Penjaminan Penyelesaian Transaksi Bursa, LKP wajib secara seketika dan
langsung mengambil alih tanggung jawab AK yang gagal memenuhi kewajibannya
berkaitan dengan penyelesaian transaksi bursa dan untuk menyelesaikan transaksi
tersebut pada waktu dan cara yang sama sebagaimana diwajibkan kepada AK yang
bersangkutan.

 Berdasarkan rekomendasi prinsip 13 PFMI-IOSCO bahwa CCP diharuskan


memiliki aturan dan prosedur khusus untuk melakukan alokasi kerugian jika
kerugian tidak dapat ditutupi oleh anggota yang gagal.

 CCP juga harus memiliki sumber keuangan yang cukup untuk melakukan
penanganan kegagalan, meskipun pada akhirnya kerugian ditanggung secara
bersama-sama oleh anggotanya. Sebagai bentuk mutualisasi atas risiko, CCP
mengenakan default fund atau clearing fund kepada anggotanya dalam bentuk
pengenaan dana jaminan oleh KPEI.

 Penanganan kegagalan penyelesaian transaksi bursa oleh KPEI :


a. Sebelum AK dinyatakan gagal bayar
Jika terdapat indikasi AK Gagal Bayar, KPEI menjalankan mekanisme
pencairan agunan AK yang dimilikinya seperi agunan offline (misal : dana
minimum kas, deposito)
b. Setelah AK dinyatakan gagal bayar
i. KPEI secara seketika dan langsung akan mengambil alih tanggung
jawab AK yang mengalami gagal bayar.

Materi Pelatihan WPPE | Edisi 2016 17


Modul WPPE | MPE

ii. KPEI menggunakan sumber keuangan tertentu berdasarkan


Peraturan OJK No 26/POJK.04/2014 yakni cadangan jaminan,
fasilitas kredit bank, dana jaminan, dan jaringan kredit.
Cadangan jaminan adalah laba bersih LKP yang disisihkan untuk
menjalankan fungsi penjaminan dan penyelesaian transaksi bursa
dan telah disetujui dalam RUPST.
Fasilitas Kredit Bank adalah dana talangan “segera” atas
kegagalan di tanggal penyelesaian, jika nilai Cadangan Jaminan tidak
mencukupi.
Dana jaminan adalah kumpulan dana dan atau efek yang
diadministrasikan dan dikelola oleh LKP yang digunakan untuk
melakukan fungsi penjaminan.
Jaringan Kredit adalah AK baik sendiri-sendiri maupun bersama-
sama yang diwajibkan untuk menutup kewajiban LKP berkaitan
dengan fungsi penjaminan.
iii. KPEI menjalankan mekanisme pengembalian penggunaan sumber
keuangan dari AK Gagal Bayar sebagai berikut:
- Hak terima dari penyelesaian transaksi bursa (jika ada) akan
langsung di offset dengan kewajibannya (2 Hari Bursa)
- Forced Sell efek yang ada di rekening agunan (10 Hari Bursa)
- Eksekusi saham keanggotaan bursa (60 Hari Bursa)
- Pencabutan keanggotaan (cabut SPAB)
- Permohonan Pengajuan Kepailitan Anggota Kliring yang
bersangkutan
iv. Urutan pengembalian sumber keuangan dalam proses penyelesaian
transaksi bursa antara lain dana jaminan, jaringan kredit, fasilitas
kredit bank, cadangan jaminan

IV.6. Fungsi Pengelolaan Dana Jaminan


Berdasarkan Peraturan OJK NO. 26/POJK.04/2014 Bab III Pasal 10 angka 2
disebutkan bahwa Dana Jaminan:
a. Kontribusi Dana Jaminan berasal dari kontribusi awal Anggota Kliring baru dan
kontribusi yang didasarkan pada nilai transaksi setiap Anggota Kliring
b. Penetapan nilai kontribusi awal Anggota Kliring baru termasuk tata cara
pemungutannya, ditetapkan dalam peraturan Lembaga Kliring dan Penjaminan.
c. Kontribusi Dana Jaminan yang didasarkan pada nilai transaksi dibayar paling
lambat pada hari penyelesaian Transaksi Bursa melalui Lembaga Kliring dan
Penjaminan; dan
d. Penetapan besaran nilai kontribusi yang didasarkan pada nilai transaksi diatur
dalam Surat Edaran OJK No. 23/SEOJK.04/2015 tentang Kontribusi Dana
Jaminan Berdasarkan Nilai Transaksi, yakni:
i. Kontribusi Dana Jaminan Berdasarkan Nilai Transaksi untuk transaksi
Efek bersifat ekuitas sebesar 0,01% (satu per sepuluh ribu) dari nilai
setiap transaksi Efek bersifat ekuitas.
ii. Kontribusi Dana Jaminan Berdasarkan Nilai Transaksi untuk transaksi
Kontrak Berjangka indeks Efek, sebesar 0,0006% (enam per satu juta)
dari nilai setiap transaksi Kontrak Berjangka Indeks Efek.
iii. Kontribusi Dana Jaminan Berdasarkan Nilai Transaksi untuk transaksi
Efek bersifat utang dan Sukuk, sebesar 0,00125% (seratus dua puluh
lima per sepuluh juta) dari nilai setiap transaksi Efek bersifat utang dan
Sukuk.
iv. Kontribusi Dana Jaminan Berdasarkan Nilai Transaksi untuk transaksi
kontrak Opsi bersifat ekuitas sebesar 0,01% (satu per sepuluh ribu) dari
nilai kontrak Opsi.

Materi Pelatihan WPPE | Edisi 2016 18


Modul WPPE | MPE

e. LKP dapat mengenakan biaya atas jasa pengelolaan investasi Dana Jaminan
paling banyak 10% dari pendapatan bersih Dana Jaminan setelah pajak.
f. Dana Jaminan bukan merupakan milik pihak tertentu dan tidak didistribusikan
kepada siapapun untuk keperluan apapun kecuali untuk tujuan penjaminan
penyelesaian transaksi bursa.
g. Penggunaan Dana Jaminan untuk menyelesaikan transaksi bursa wajib dibayar
kembali oleh AK yang gagal menyelesaikan transaksi bursa dimaksud
h. Dana Jaminan hanya dapat diinvestasikan dalam deposito bank dan/atau Surat
Berharga Negara dengan komposisi dan batasan nilai investasi sesuai dengan
penetapan Komite Kebijakan Kredit dan Pengendalian Risiko KPEI.

V. LAYANAN INFORMASI

1. Member Interface (MI)


Layanan Member Interface (MI) adalah portal yang dapat diakses oleh AK yang
menginformasikan keseluruhan kegiatan pesanan transaksi AK di Bursa Efek Indonesia
hingga penyelesaian transaksi yang dilakukan oleh AK.

Melalui MI, AK dapat mengetahui hasil proses kliring, pengelolaan agunan dan
penjaminan risiko, serta penyelesaian atas transaksi bursa yang sudah dilakukan. Salah
satu modul yang dapat dimanfaatkan oleh AK dalam portal ini adalah simulasi
perhitungan. Dalam simulasi tersebut, menu yang tersedia antara lain untuk pesanan
transaksi, agunan, dan transaksi.

2. Mobile Clearing and Guarantee System (m-CLEARS)


KPEI menyediakan sarana penyampaian informasi mengenai kegiatan kliring dan
penjaminan penyelesaian transaksi bursa kepada AK melalui layanan m-CLEARS.
Layanan m-CLEARS merupakan layanan tambahan untuk memudahkan AK dalam
memperoleh informasi, tanpa harus mengakses langsung masing-masing sistem yang
sudah disediakan KPEI. Layanan m-CLEARS memanfaatkan pesan singkat (SMS) dari
telepon selular dan pengunduhan aplikasi mobile versi Android, iOS, dan BlackBerry
sebagai media penyampaian informasi.

Layanan m-CLEARS berupa pengiriman SMS terdiri atas 2 metode penyampaian.


Metode Alert, untuk penyampaian informasi dengan menu yang lebih lengkap dan
waktu pengiriman yang ditetapkan oleh KPEI. Sedangkan untuk metode On Request,
untuk penyampaian informasi dengan menu yang lebih sedikit dengan waktu
pengiriman sesuai permintaan AK. Informasi yang tersedia dalam aplikasi ini dapat
diakses dengan praktis dan bersifat real time.

Beberapa keuntungan layanan m-CLEARS adalah:


 Praktis, artinya informasi disampaikan langsung ke pengguna jasa yang berkepentingan
dan telah terdaftar sesuai dengan tingkat kebutuhan pelanggan;
 Cepat, artinya informasi terjadwal sesuai dengan kegiatan kliring dan penjaminan;
 Aktual, artinya informasi terkini mengenai kegiatan kliring dan penjaminan;
 Akurat, artinya informasi yang disampaikan didukung oleh data akurat.

3. Customer Care KPEI


KPEI menyediakan layanan satu pintu untuk memenuhi kebutuhan pengguna jasa dan
pemangku kepentingan lainnya. Layanan Customer Care KPEI menyediakan informasi
mengenai produk dan layanan KPEI, juga untuk menjawab pertanyaan, masukan, maupun
keluhan yang disampaikan.

Materi Pelatihan WPPE | Edisi 2016 19

Anda mungkin juga menyukai