Didukung
Gedung Bursa Efek Indonesia , Tower II Lantai 1, Jl. Jend. Sudirman Kav 52-53,
Jakarta Selatan 12190 | Telp (021) 515 0 515 ext. 8102, 8103
www.ticmi.co.id
Modul WPPE | MPE
DAFTAR ISI
Bursa Efek Indonesia (BEI), Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI) dan Kustodian
Sentral Efek Indonesia (KSEI) merupakan Self-Regulatory Organization (SRO) dibawah
pengawasan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). SRO merupakan institusi yang diberi
kewenangan oleh OJK untuk membuat dan menerapkan peraturan di pasar modal
Indonesia atau biasa disebut regulator. Kewenangan regulator dapat diterapkan sebagai
pelengkap dari peraturan pemerintah yang ada. SRO memiliki peraturan dan ketentuan
yang mengikat bagi pelaku pasar modal sebagai fungsi pengawasan untuk mencegah
praktik perdagangan yang dilarang.
Ketiga regulator tersebut memiliki fungsi dan peran masing-masing dalam pasar modal
Indonesia. BEI berfungsi sebagai Bursa Efek, merupakan penyedia sarana dan prasarana
perdagangan efek. KPEI berfungsi sebagai Lembaga Kliring dan Penjaminan (LKP),
merupakan penyedia jasa kliring dan penjaminan penyelesaian transaksi bursa.
Sedangkan KSEI berfungsi sebagai Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (LPP),
bertugas menyediakan jasa kustodian sentral dan penyelesaian efek.
Dalam modul ini, akan dijelaskan secara detail mengenai fungsi dan layanan KPEI sebagai
LKP di pasar modal Indonesia.
5. Izin Usaha, SK Bapepam No. Kep.-26/PM/1998 Tanggal 1 Juni 1998 sebagai Lembaga
Kliring dan Penjaminan
Dalam UU Pasar Modal No 8 tahun 1995, disebutkan bahwa LKP didirikan dengan tujuan
untuk menyediakan jasa klriing dan penjaminan penyelesaian transaksi bursa yang
teratur, wajar dan efisien. Selain itu, LKP juga dapat memberikan jasa lain berdasarkan
ketentuan yang ditetapkan oleh OJK. LKP wajib menetapkan peraturan mengenai
kegiatan kliring dan penjaminan penyelesaian transaksi bursa, termasuk ketentuan
mengenai biaya pemakaian jasa.
Sesuai dengan fungsinya sebagai LKP, KPEI memiliki beberapa layanan jasa dan produk
lainnya, seperti diantaranya:
1. Jasa Kliring Transaksi Bursa
2. Jasa Penjaminan dan Pengelolaan Risiko
3. Jasa Pinjam Meminjam Efek
4. Jasa Pengelolaan Agunan
5. Layanan Informasi
Sumber pendapatan KPEI dalam menjalankan layanan dan jasanya diantaranya berasal
dari:
1. Fee jasa Kliring Transaksi Bursa
2. Fee jasa Pengelolaan Dana Jaminan
3. Fee jasa Pinjam Meminjam Efek
4. Fee jasa lainnya, seperti pengenaan fee atas layanan m-CLEARS
KPEI merupakan organisasi nirlaba, yang tidak membayar dividen kepada pemegang
sahamnya. Hasil keuntungan dari kegiatan operasional KPEI akan dikembalikan untuk
operasional dan pengembangan infrastruktur pasar modal.
2001:
Peluncuran risk monitoring online (RMOL) dan cash management sebagai sistem
kliring dan penyelesaian derivatif khususnya kontrak berjangka
Peluncuran sistem pinjam meminjam efek
2004:
Dimulainya transaksi, kliring, dan penjaminan penyelesaian transaksi opsi saham
2005:
Peluncuran electronic bond clearing & settlement system (e-BOCS) sebagai sistem
kliring dan penyelesaian surat utang
2012:
Implementasi mekanisme straight through processing (STP)
2014:
KPEI terdaftar sebagai anggota kehormatan PASLA
KPEI menjadi anggota resmi CCP12
2015:
Implementasi Peraturan No II-15 tentang Kliring dan Penjaminan Penyelesaian
Transaksi Efek Tidak Dijamin dan Transaksi Dipisahkan atas Efek Bersifat Ekuitas
sebagai bagian dari pemberlakukan Peraturan OJK No 26/POJK.04/2014 tentang
Penjaminan Penyelesaian Transaksi Bursa
Februari 2016:
Peluncuran sistem kliring dan penyelesaian derivatif yang baru
Selain AK, Bank Kustodian (BK) juga merupakan pihak lain yang menerima layanan jasa
kliring dan penjaminan KPEI khususnya terkait Pinjam Meminjam Efek dengan status
sebagai pihak pemberi pinjaman (lender). Hal ini sesuai dengan Peraturan KPEI No. II-10
tentang Jasa Pinjam meminjam Efek Tanpa Warkat pasal 3 huruf a.
Selain sebagai LKP, KPEI juga dikenal sebagai satu-satunya Central Counterparty (CCP) di
pasar modal Indonesia. KPEI mengambil peran sebagai mitra pengimbang atau CCP untuk
melakukan novasi dalam penjaminan penyelesaian transaksi bursa. Novasi adalah
pengalihan hukum antara AB jual dengan AB beli menjadi hubungan hukum antara AB jual
dengan KPEI sebagai pembeli, dan AB beli dengan KPEI sebagai penjual.
Gambar pertama pada proses novasi di atas mengenai beberapa transaksi bursa yang
dikliringkan oleh masing-masing perusahaan efek secara bilateral. Gambar tersebut
menjelaskan perhitungan hak dan kewajiban yang harus diserahkan atau diterima
perusahaan efek satu dengan perusahaan efek lainnya. Sedangkan pada gambar kedua,
terdapat keberadaan KPEI sebagai LKP dalam proses kliring transaksi bursa sehingga lebih
meng-efisienkan proses penyelesaiannya.
Sama seperti penjelasan pada gambar proses novasi sebelumnya, gambar di atas
menceritakan adanya transaksi bursa secara bilateral antar beberapa perusahaan efek,
sehingga pemenuhan hak dan kewajiban perusahaan efek sangat bergantung kepada
perusahaan efek lainnya. Agar perusahaan efek B “B” mendapatkan hak terima uang
sebesar Rp 100 harus melakukan dua kali transaksi. Transaksi pertama dengan
perusahaan efek A “A”, dimana B harus menyerahkan uang Rp 8000 untuk mendapatkan
1000 saham ASII. Selanjutnya, 1000 saham ASII tersebut akan diserahkan ke perusahaan
efek C “C” agar mendapatkan uang sebesar Rp 8100. Jadi selisih keuntungan yang
diterima dari kedua transaksi tersebut sebesar Rp 100. Berbeda dengan gambar
dibawahnya, dimana terdapat KPEI diantara 3 perusahaan efek di atas dan masing-masing
perusahaan efek bertransaksi dengan KPEI. Sehingga B mendapatkan hak terima Rp 100
dari KPEI bukan dari perusahaan efek yang lain karena KPEI telah melakukan proses
netting. Penjelasan netting akan disampaikan pada bagian fungsi kliring dan penyelesaian.
Untuk dapat mensejajarkan KPEI sebagai CCP di dunia internasional, pada 2014-2015
KPEI telah melakukan penilaian mandiri yang dibantu oleh pihak konsultan. Penilaian
mandiri yang dilakukan KPEI terkait peran KPEI sebagai salah satu Financial Market
Infrastructure (FMI) atau lembaga-lembaga penyedia infrastruktur di pasar keuangan
Indonesia. FMI berperan penting dalam mendukung aktivitas pembayaran, penyelesaian
maupun penyimpanan instrument keuangan. Penilaian mandiri tersebut untuk
memastikan KPEI telah memenuhi 23 prinsip yang direkomendasikan Principles for
Financial Market Infrastructure (PFMI) yang dikeluarkan oleh International Organization of
Securities Commissions (IOSCO). Hasil penilaian mandiri KPEI secara umum adalah
broadly observed, yang artinya sebagian besar sudah comply. Status broadly observed
menunjukkan gap atas pemenuhan prinsip yang ditemukan tergolong tidak besar. Dari 23
prinsip tersebut, ada yang berada pada posisi observed dan beberapa masuk kategori
partly observed. Sehingga masih ada beberapa gap dengan kategori high, medium dan
low yang harus diperbaiki KPEI.
Dalam menjalankan fungsi sebagai LKP atau CCP di pasar modal Indonesia, KPEI
menyediakan beberapa layanan jasa maupun produk diantaranya sebagai berikut :
1. Perhitungan Risiko
a. Berdasarkan rekomendasi prinsip 4 PFMI-IOSCO tentang kebutuhan
margin, jika CCP mengandalkan kebutuhan margin dalam membatasi
risiko kredit partisipan (disebut AK), maka margin tersebut harus cukup
digunakan untuk menutupi potensi risiko pada kondisi pasar normal.
b. Model dan parameter yang digunakan untuk menentukan kebutuhan
margin harus berdasarkan risiko dan direview secara reguler
c. Risiko adalah ketidakpastian yang timbul dari perubahan tidak terduga
dan dapat menimbulkan kerugian
d. KPEI menggunakan metode margin untuk mengukur tingkat
ketidakpastian dan menimimalisir kerugian
e. Margin adalah kebutuhan collateral untuk menutupi risiko dari sebuah
posisi/portfolio
f. Margin terdiri dari initial margin dan variation margin.
g. Initial margin adalah margin yang dihitung dari potensi kerugian
maksimum atas suatu porfolio.
- Pasar Derivatif
KPEI menggunakan metodologi Standard Portfolio Analysis of Risk
(SPAN). SPAN adalah model yang digunakan untuk menilai risiko
dengan cara mengestimasi potensi kerugian terburuk terhadap nilai
sebuah posisi atau portfolio dalam satu jangka waktu tertentu
berdasarkan parameter yang telah ditetapkan oleh KPEI. Model ini
dilakukan dengan cara simulasi terhadap perubahan harga pasar dan
menghitung nilai laba dan rugi berdasarkan perubahan harga pasar
tersebut, dimana simulasi ini dilakukan dalam 16 skenario.
Adalah batasan transaksi di bursa untuk setiap AK berdasarkan nilai agunan bebas AK
yang disetorkan ke KPEI dikalikan dengan suatu faktor yang menggambarkan profil risiko
dari AK tersebut
Proses kliring dilakukan atas produk yang ditransaksikan di bursa efek, seperti :
Ekuiti (Saham, Waran, HMETD, Reksadana ETF)
Surat Utang (Obligasi Korporasi, Surat Utang Negara, Sukuk Korporasi, Surat
Berharga Syariah Negara, Efek Beragun Aset)
Derivatif (Kontrak Berjangka Indeks Efek-KBIE dan Kontrak Opsi Saham-KOS)
Pemenuhan hak AK oleh KPEI, dilakukan dengan pemindahbukuan efek dan atau
uang ke Rekening Serah Terima (Rek 002) AK, dan juga pemenuhan hak
nasabah AK dari AK yang bersangkutan, KPEI melakukan pemindahbukuan efek
dan atau uang dari Rekening Serah Terima (Rek 002) AK ke Sub Rekening Efek
Jaminan (Rek 004) nasabah AK yang bersangkutan paling lambat jam 13.30
WIB pada tanggal penyelesaian.
Jika terdapat AK yang tidak dapat memenuhi sebagian atau seluruh kewajiban
serah efek ke KPEI pada tanggal penyelesaian, maka AK tersebut dapat
melakukan beberapa alternatif dibawah ini:
- Melakukan transaksi pinjam meminjam efek ke KPEI
- Melakukan transaksi beli dengan efek yang sama di pasar tunai yang
jatuh tempo penyelesaiannya pada tanggal yang sama dengan transaksi
di pasar reguler 3 hari bursa sebelumnya
- Mengganti kewajibannya menjadi serah uang pengganti (disebut dengan
Alternate Cash Settlement – ACS) sebesar 125% dari harga tertinggi efek
yang tidak dapat diserahkan. Harga tertinggi diperoleh dari harga efek
saat T+0 sesi 1 dan sesi 2 serta T+3 sesi 1, dipilih mana yang tertinggi
diantara ketiga harga tersebut.
Rekening Efek AK dan atau Rekening Efek Agen Setelmen paling lambat jam
15.00 WIB pada tanggal penyelesaian. Jika pemenuhan kewajiban tidak dapat
dilakukan secara netting, maka pemenuhan hak dan/atau kewajiban AK
dilakukan secara per-transaksi paling lambat jam 15.00 WIB.
Apabila memilih metode kliring per-transaksi (TFT), pemenuhan hak dan atau
kewajiban AK dilakukan dengan menyediakan efek dan atau dana di Rekening
Efek AK dan atau Rekening Efek Agen Setelmen dilengkapi dengan instruksi
Delivery versus Payment (DvP) atau Receive versus Payment (RvP) paling
lambat jam 15.00 WIB pada tanggal penyelesaian. Sedangkan pemenuhan hak
AK oleh KPEI dengan menyetorkan efek dan atau dana ke Rekening Efek AK dan
atau Rekening Efek Agen Setelmen paling lambat jam 15.00 WIB pada tanggal
penyelesaian.
Terdapat dua jenis PME, yakni PME Reguler dengan mekanisme perhitungan
imbalan jasa bersifat tetap (fixed fee rate) dan PME Front End dengan
perhitungan imbalan jasa ditetapkan melalui proses tawar menawar (bid offer
fee rate). Perhitungan imbalan jasa dilakukan secara harian pada akhir hari (End
of Day-EoD).
Kedua jenis PME ini juga dibedakan berdasarkan waktu pengembalian pinjaman
yakni pinjaman Open Term dan pinjaman Fixed Term. Pada jenis pinjaman open
term, lender dan borrower dapat melakukan pengembalian sebelum jatuh
tempo. Sebaliknya dengan pinjaman fixed term, lender dan borrower tidak dapat
melakukan pengembalian sebelum jatuh tempo.
Dalam mekanisme PME, baik pinjaman open term maupun pinjaman fixed term,
apabila borrower tidak dapat mengembalikan pinjaman pada tanggal jatuh
tempo atau tidak dapat menyerahkan efek yang dipinjamkan (manufactured
dividen), maka borrower harus membayar Non-Reimbursement Compensation
(NRC) sebesar 125% dari harga tertinggi saham yang dipinjam. Harga tertinggi
diperoleh dari harga efek saat T+0 sesi 1 dan sesi 2 serta T+3 sesi 1, dipilih
mana yang tertinggi diantara ketiga harga tersebut.
Untuk menghindari potensi kegagalan AK dalam menyerahkan saham untuk
penyelesaian transaksi bursa, KPEI menyediakan layanan jasa PME. Selain
membantu pemenuhan serah saham, layanan ini juga berfungsi untuk
mendukung strategi transaksi short selling, margin trading, dan sebagai
pendapatan tambahan untuk investasi jangka panjang bagi pihak yang
meminjamkan.
CCP juga harus memiliki sumber keuangan yang cukup untuk melakukan
penanganan kegagalan, meskipun pada akhirnya kerugian ditanggung secara
bersama-sama oleh anggotanya. Sebagai bentuk mutualisasi atas risiko, CCP
mengenakan default fund atau clearing fund kepada anggotanya dalam bentuk
pengenaan dana jaminan oleh KPEI.
e. LKP dapat mengenakan biaya atas jasa pengelolaan investasi Dana Jaminan
paling banyak 10% dari pendapatan bersih Dana Jaminan setelah pajak.
f. Dana Jaminan bukan merupakan milik pihak tertentu dan tidak didistribusikan
kepada siapapun untuk keperluan apapun kecuali untuk tujuan penjaminan
penyelesaian transaksi bursa.
g. Penggunaan Dana Jaminan untuk menyelesaikan transaksi bursa wajib dibayar
kembali oleh AK yang gagal menyelesaikan transaksi bursa dimaksud
h. Dana Jaminan hanya dapat diinvestasikan dalam deposito bank dan/atau Surat
Berharga Negara dengan komposisi dan batasan nilai investasi sesuai dengan
penetapan Komite Kebijakan Kredit dan Pengendalian Risiko KPEI.
V. LAYANAN INFORMASI
Melalui MI, AK dapat mengetahui hasil proses kliring, pengelolaan agunan dan
penjaminan risiko, serta penyelesaian atas transaksi bursa yang sudah dilakukan. Salah
satu modul yang dapat dimanfaatkan oleh AK dalam portal ini adalah simulasi
perhitungan. Dalam simulasi tersebut, menu yang tersedia antara lain untuk pesanan
transaksi, agunan, dan transaksi.