Anda di halaman 1dari 11

RMK

Penerimaan Penugasan dan Perencanaan Audit

DOSEN

Dr. I Dewa Nyoman Badera, S.E., M,Si., Ak

Prof. Dr. I Wayan Ramantha, S.E., M.M., Ak., CPA

NAMA KELOMPOK 9

KADEK ARI DIANINGRAT 1707532010 / 10

NI LUH PUTU RIKA YUNIASIH 1707532017 / 16

DIAN SAVITRI UDAYANA 1707532036 / 34

PROGRAM S1 AKUNTANSI REGULER DENPASAR

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

TAHUN 2019
Penerimaan Penugasan dan Perencanaan Audit

A. Penerimaan Penugasan

Pada buku Prof. Dr. Abdul Halim, M.B.A., Akt jilid 1 edisi keempat yang berjudul

Auditing dasar-dasar audit laporan keuangan, setiap pelaku bisnis atau usaha selalu berkompetisi

dengan pelaku bisnis lainnya. Penerimaan penugasan merupakan tahap awal dalam suatu audit

laporan, laporan keuangan adalah mengambil keputusan untuk menerima (menolak) suatu

kesempatan untuk menjadi auditor untuk klien yang baru, atau untuk melanjutkan sebagai auditor

bagi klien yang sudah ada. Pada umumnya keputusan untuk menerima (menolak) ini sudah

dilakukan sejak enam hingga sembilan bulan sebelum akhir tahun buku yang akan diperiksa.

Dalam profesi akuntan publik, terjadi persaingan yang cukup ketat antar kantor akuntan publik

untuk mendapatkan klien. Bagi suatu kantor akuntan publik, klien bisa merupakan klien baru atau

klien lama (yang sudah ada) yang diharapkan akan melanjutkan memberikan penugasan audit pada

tahun atau tahun-tahun berikutnya. Pergantian auditor bisa terjadi karena bebagai alasan, yaitu:

1) Klien merupakan hasil merger (penggabungan) antara beberapa perusahaan yang

semula memiliki auditor masing-masing yang berbeda.

2) Ada kebutuhan untuk mendapat perluasan jasa professional.

3) Tidak puas terhadap kantor akuntanpublik yang lama.

4) Ingin mencari auditor dengan honorarium audit yang lebih murah.

5) Penggabungan antara beberapa kantor akuntan publik.

Auditor tidak wajib menerima setiap permintaan untuk melakukan audit laporan keuangan

yang diajukan oleh calon kliennya. Apabila auditor memutuskan untuk menerima suatu penugasan

audit, maka auditor harus memikul tanggungjawab profesional terhadap masyarakat, klien, dan

terhadap anggota profesi akuntan publik yang lain.


Perikatan adalah kesepakatan kedua belah pihak untuk mengadakan suatu ikatan

perjanjian. Dalam perikatan audit, klien mengadakan suatu ikatan perjanjian dengan auditor. Klien

menyerahkan pekerjaan audit atas laporan keuangan kepada auditor dan auditor sanggup

melaksanakan pekerjaan audit tersebut berdasarkan kompetensi profesionalnya. Langkah awal

pekerjaan audit adalah pengambilan keputusan untuk menerima atau menolak perikatan audit dari

calon klien atau untuk menghentikan atau melanjutkan perikatan audit dari klien berulang.

Di bawah ini adalah langkah-langkah penerimaan penugasan audit, antara lain:

a) Mengevaluasi Integritas Manajemen

Berbagai cara yang dapat ditempuh oleh auditor dalam mengevaluasi integritas manajemen adalah:

 Melakukan komunikasi dengan auditor pendahulu

Bagi klien yang pernah diaudit oleh auditor lain, pengetahuan tentang manajemen klien

yang dimiliki oleh auditor pendahulu merupakan informasi penting bagi auditor pengganti.

Sebelum menerima penugasan, PSA No.16, Komunikasi Antara Auditor Pendahulu dengan

Auditor Pengganti (SA 315.02), mengharuskan auditor pengganti untuk berkomunikasi dengan

auditor pendahulu, baik secara lisan maupun tertulis.

 Meminta keterangan kepada pihak ketiga

Informasi tentang intregrasi manajemen dapat diperoleh dengan meminta keterangan

kepada penasehat hukum, pejabat bank, pengganti manajemen yang diberitahukan di surat kabar

bisnis, review terhadap laporan audit tahun sebelumnya yang di simpan di Bapepam, dan pihak

lain dalam masyarakan keuangan dan bisnis yang mempunyai hubungan bisnis dengan calon klien.

Kamar Dagang Indonesian (KADIN) dapat juga di pakai sebagai sumber informasi untuk

mengevaluasi intregitas manajemen.

 Mereview pengalaman auditor di masa lalu dengan klien


Sebelum mengambil keputusan untuk melanjutkan penugasan dengan klien audit, auditor

harus mempertimbangkan secara cermat pengalaman hubungan kerja dengan manajemen klien di

masa lalu.Misalnya, auditor perlu mempertimbangkan adanya kekeliruan atau kecurangan dan

pelanggaran hukum yang dilakukan oleh klien yang ditemukan dalam audit atas laporan keuangan

tahun yang lalu. Dalam audit tahun lalu, auditor mengajukan berbagai pertanyaan kepada

manajemen tentang adanya hal-hal bersyarat, kelengkapan notulen rapat dewan komisaris,

kepatuhan klien terhadap peraturan pemerintah.

b) Mengidentifikasi Keadaan Khusus dan Risiko Biasa

Hal-hal yang berhubungan dengan pengambilan keputusan untuk menerima penugasan dalam

tahap ini antara lain:

 Mengidentifikasi pemakaian laporan audit

 Mendapatkan informasi tentang stabilitas keuangan dan legal calon klien di masa depan

 Mengevaluasi auditabilitas perusahaan klien

c) Menilai Kemampuan Untuk Memenuhi Standar Umum Auditing

Penilaian kemampuan memenuhi standar umum terdiri dari 3 tahap:

 Penentuan kompetensi untuk melaksanakan audit

Standar umum pertama menuntut kompetensi teknis auditor dalam melaksanakan

penugasan audit. Standar tersebut menegaskan bahwa betapapun kemampuan seseorang dalam

bidang-bidang lain termasuk dalam bidang bisnis dan keuangan, ia tidak dapat memenuhi

persyaratan yang dimaksud dalam standar tersebut. Ada dua langkah yang dilakukan untuk

menentukan kompetensi dalam melaksanakan audit:yaitu mengindentifikasi tim audit yang

diperlukan dan mempertimbangkan perlunya konsultasi dan tenaga spesialis

 Pengevaluasian Independensi
Standar umum kedua menuntut sikap mental independent auditor dalam melaksanakan

audit. Standar tersebut mengharuskan auditor besikap independent, artinya tidak mudah

dipengaruhi karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum.

 Penentuan kemampuan melaksanakan audit secara cermat dan seksama

Standar umum ketiga menyatakan bahwa dalam pelaksanaan audit dan penyusunan

laporannya auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.

d) Menyiapkan Surat Penugasan Audit

Surat penugasan audit dibuat oleh auditor untuk kliennya. Surat ini berfungsi untuk

mendokumentasikan dan menegaskan :

 Tujuan audit atas laporan keuangan

 Tanggung jawab manajemen atas laporan keuangan

 Lingkup audit, termasuk penyebutan undang – undang, peraturan, penyertaan dari badan

professional yang harus dianut oleh auditor untuk menyampaikan hasil perikatan.

 Bentuk laporan atau bentuk komunikasi lain yang akan digunakan oleh auditor untuk

menyampaikan hasil perikatan

 Pengaturan reproduksi laporan keuangan auditan

 kesanggupan auditor untuk menyampaikan informasi tentang kelemahan signifikan dalam

struktur pengendalian intern yang ditemukan oleh auditordalam auditnya

 akses ke berbagai catatan dokumentasi dan informasi lain yang diharuskan dalam kaitannya

dengan audit.

 kesepakatan mengenai dasar penentuan fee audit

B. Perencanaan Audit
Tahap perencanaan audit merupakan suatu tahap yang vital dalam audit. Kesuksesan audit

sangat ditentukan oleh perencanaan audit secara matang. Perencanaan audit meliputi

pengembangan strategi menyeluruh untuk merencanakan pelaksanaan audit. Perencanaan audit

sangat dipengaruhi oleh informasi yang diperoleh dalam tahap pertimbangan penerimaan

penugasan audit. Auditor perlu mempertimbangkan informasi mengenai intergritas manajemen,

kekeliruan dan ketidak beresan dan pelanggaran hukum klien dalam merencanakan audit.

Luas dan kelengkapan perencanaan sangat tergantung pada :

 ukuran dan kompleksitas perusahaan klien,

 pengalaman auditor dengan klien,

 pengetahuan dan kemampuan auditor beserta seluruh stafnya.

Perencanaan audit biasanya dilakukan antara tiga hingga enam bulan sebelum akhir tahun

buku klien. Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam proses perencanaan auditing agar

auditing yang dilakukan mendapatkan hasil sesuai yang diharapkan yaitu :

1. Mendapatkan pemahaman tentang bisnis dan bidang usaha klien

2. Melaksanan prosedur dan analitis

3. Menetapkan pertimbangan awal tentang tingkat materialitas

4. Mendapatkan Pemahaman tentang struktur pengendalian intern klien

5. Menetapkan strategi audit awal untuk asersi-asersi

6. Mempertimbangkan risiko audit

 Menghimpun Pemahaman Bisnis Klien Dan Industri Klien

Penghimpunan pemahaman bisnis dan industri klien dilakukan dengan tujuan untuk

mendukung perencanaan audit yang dilakukan auditor. Pemahaman tersebut akan digunakan untuk
merencanakan lingkup audit, memperkirakan masalah-masalah yang mungkin timbul dan

menentukan atau memodifikasi prosedur audit yang direncanakan. Hal yang berkaitan dengan

bisnis dan industri klien yang perlu dipahami auditor adalah sebagai berikut:

a. jenis bisnis dan produk klien,

b. lokasi dan karakteristik operasi klien seperti metoda produksi dan pemasaran,

c. jenis dan karakteristik industri,

d. eksistensi ada tidaknya pihak terkait yang mempunyai hubungn erat dengan

klien misalnya sama-sama anak perusahaan dari suatu holding company,

e. peraturan pemerintah yang mempengaruhi bisnis dan industri klien,

f. karakteristik laporan yang harus diberikan kepada instansi tertentu.

 Pemahaman auditor tentang bisnis klien dan industri klien dapat diperoleh melalui

Mereview kertas kerja tahun lalu. Dalam penugasan audit ulangan, auditor bisa

memperoleh pengetahuan tentang klien dengan mereview kertas kerja tahun lalu. Selain itu,

kertas kerja menunjukkan masalahmasalah yang mucul dalam audit pada tahun lalu yang

mungkin akan berlanjut pada tahun-tahun selanjutnya. Bagi klien baru, kertas kerja yang

disusun auditor pendahulu bisa membantu. Melakukan peninjauan ke tempat operasi klien

Dari peninjauan langsung ke pabrik, auditor akan mengetahui tata-letak pabrik, proses

operasi (produksi), fasilitas pergudangan, dan hal-hal yang bisa menimbulkan masalah. Selama

peninjauan ke kantor, auditor akan mendapat pengetahuan tentang jenis dan lokasi catatan

akuntansi dan kebiasaan kerja para karyawan.

 Mengajukan pertanyaan pada dewan komisaris maupun komite audit


Komite audit dari dewan komisaris bisa memberi penjelasan penting kepada auditor

mengenai bisnis dan industri klien. Komite audit juga bisa memberi informasi kepada auditor

tentang perubahan-perubahan penting dalam manajemen perusahaan dan struktur organisasi.

 Mengajukan pertanyaan pada manajemen

Pertanyaan yang diajukan kepada manajemen bisa menyangkut mengenai luas dan saat

keterlibatan personil klien dalam pembuatan daftar-daftar dan analisis untuk auditor.

 Menentukan adanya hubungan istimewa

Prinsip akuntansi yang berlaku umum mencakup keharusan membuat pengungkapan

khusus dan dalam hal tertentu menetapkan perlakuan akuntansi khusus, untuk transaksi-transaksi

dengan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa.

C. Analisis Kemungkinan Kecurangan dan Pelanggaran Hukum

Kecurangan

SA Seksi 110 [PSA No.01] Tanggung Jawab dan Fungsu Auditor Independen,

menyatakan bahwa “Auditor bertanggung jawab dalam merencanakan dan melaksanakan

audit untuk memperoleh keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan bebas dari

salah saji material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan dan kecurangan”. Seksi ini berfokuspada

pertimbangan auditor atas kecurangan dalam audit terhadap laporan keuangan,

manajemen bertanggung jawab untuk mencegah dan medeteksi kecurangan.Meskipun kecurangan

merupakan konsep hukum yang luas, kepentingan

auditor berkaitan secara khusus ke tindakan kecurangan yang berakibat terhadap salah saji materi

aldalam laporan keuangan.


Faktor yang membedakan antara kecurangan dan kekeliruan adalah apakah tindakan yang

mendasarinya, yang berakibat terjadinya salah saji dalam laporankeuangan, berupa tindakan yang

disengaja atau tidak sengaja. Ada dua tipe salah saji yangrelevan dengan pertimbangan auditor

tentang kecurangan dalam pelaporan keuangan dankecurangan yang timbul dari perlakuan tidak

semestinya terhadap asset. Salah saji yang timbul dari kecurangan dalam pelaporan keuangan

adalah salah saji atau penghilangan secara sengaja jumlah atau pengungkapan dalam laporan

keuangan dapat menyangkut tindakan seperti :

a) Manipulasi, pemalsuan, atau perubahan catatan akuntansi atau dokumen pendukungnya

yang menjadi sumber data bagi penyajian laporan keuangan.

b) Representasi yang salah dalam atau penghilangan dari laporan keuangan peristiwa,transaksi,

atau informasi signifikan.

c) Salah penerapan secara sengaja prinsip akuntansi yang berkaitan dengan jumlah,klasifikasi,

cara penyajian, atau pengungkapan.

d) Salah saji yang timbul dari perlakuan tidak semestinya terhadap asset (sering kalidisebut

dengan penyalahgunaan atau penggelapan) berkaitan dengan pencurian assetentitas

berakibat laporan keuangan tidak disajikan sesuai Standar Akuntansi Kuangandi Indonesia.

e) Perlakuan dapat dilakukan dengan berbagai cara, termasuk penggelapanentitas membayar

harga barang/uang, pencurian set, atau tindakan yang menyebab kanentitas membayar harga

barang atau jasa yang tidak diterima oleh entitas.

Kecurangan dapat disembunyikan dengan memalsukan dokumentasi,

termasuk pemalsuan tanda tangan. Kecurangan juga dapat disembunyikan melalui kolusi di antar

amenajemen, karyawan, atau pihak ketiga. Sebagai contoh, melalui kolusi, bukti palsu

bahwa pengendalian aktivitas telah didasarkan secara efektif dapat disajikan kepada auditor.
Pelanggaran Hukum

Istilah unsur tindakan pelanggaran hukum dalam SA Seksi 317 berarti pelanggaran

terhadap hukum atau perundang-undangan Republik Indonesia. Pengertian unsure

tindakan pelanggaran hukum oleh klien tidak termasuk pelanggaran perorangan yang dilakukan

olehmanajemen dan karyawan entitas yang tidak berkaitan dengan kegiatan bisnis entitas.Auditor

biasanya mempertimbangkan hukum dan peraturan yang dipahaminyasebagai hal yang dimiliki

pengaruh langsung dan material dalam penentuan jumlah-jumlahyang disajikan dalam laporan

keuangan.

Jika auditor mengetahui adanya kemungkinan unsure tindakan pelanggaran hukum,maka

ia harus berusaha memperoleh informasi tentang sifat pelanggaran, kondisi

terjadinya pelanggaran, dan informasi lain yang cukup untuk mengevaluasi dampak unsur

pelanggaranterhadap laporan keuangan. Jika dimungkinkan, auditor harus memperoleh keterangan

daritingkat manajemen yang lebih tinggi daripada tingkat manajemen pelaku unsur

tindakan pelanggaran hukum. Jika manajemen tidak berhasil memberikan informasi dan keterang

anyang memuaskan tentang terjadinya atau tidaknya unsur tindakan pelanggaran hukum,

makaauditor harus melakukan konsultasi dengan penasihat hukum klien atau ahli lain tentang

penerapan hukum dan peraturan relevan dengan kondisi yang dihadapi sekaligus mengantisipasi

dampaknya terhadap laporan keuangan. Pertemuan konsultasi dengan penasihat hukum klien harus

dengan sepengetahuan dan persetujuan klien.


DAFTAR PUSTAKA

Arens, Alvin A, dkk. 2011.Jasa Audit dan Assurance Pendekatan Terpadu

(Adaptasi Indonesia) Jakarta : Penerbit Salemba Empat

.IAPI. Standar Profesional Akuntan Publik . 31 Maret 2011. Jakarta : Penerbit Salemba

Empat

Abdul Halim 2001. Auditing 1: dasar-dasar audit Laporan Keuangan, Ed 2 UPP-AMP

YKPN Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai