Anda di halaman 1dari 5

6 Produsen Ponsel Bangun Pabrik di RI,

Salah Satunya Samsung

Jakarta -Pemerintah Indonesia terus mendorong agar produsen telepon selular (ponsel) bisa
membangun pabrik di Indonesia. Hasilnya, ada 6 perusahaan baik domestik maupun luar negeri
yang telah membangun dan berkomitmen untuk segera mendirikan pabrik di Indonesia.

Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Partogi Pangaribuan


menyebutkan bahwa 6 perusahaan tersebut telah memilih lokasi pabrik yang tersebar di berbagai
daerah di Indonesia.

"Sudah ada 6 perusahaan. Ada yang telah membangun pabrik di Indonesia, ada juga yang sudah
berkomitmen dalam waktu dekat akan membangun pabrik di Indonesia," kata Partogi di kantor
Kementerian Perdagangan, Jakarta, Rabu (10/12/2014) malam.

Berikut adalah produsen ponsel yang sudah dan akan membangun pabrik di Indonesia:

1. PT Hartono Istana Teknologi yang membangun pabrik untuk merek Polytron di Kudus,
Jawa Tengah.
2. PT Arga Mas Lestari yang membangun pabrik untuk merek Advan di Semarang, Jawa
Tengah.
3. Mito Mobile yang membangun pabrik untuk merek Mito di Tangerang, Jawa Barat.
4. PT Samsung Electronics Indonesia yang membangun pabrik untuk merek Samsung di
Cikarang, Jawa Barat.
5. PT Aries Indo Global yang membangun pabrik untuk merek Evercoss di Semarang, Jawa
Tengah.
6. PT Sat Nusapersada yang membangun pabrik untuk merek Ivo di Batam, Kepulauan
Riau.

Partogi menerangkan, hal ini merupakan hasil dari ketegasan pemerintah dalam menerapkan
Undang-undang No 82/2012 yang menyebutkan bahwa importir harus membangun pabrik di
tahun ke-3 setelah menerima izin Importir Terdaftar (IT) dari Kementerian Perdagangan.

"Jadi kita tegas. Kalau mau masukkan barang ke Indonesia, harus bangun pabrik juga. Supaya
Indonesia nggak cuma jadi pasar," tegasnya.

Penerapan UU ini, lanjut Partogi, juga berbuah pencabutan izin IT terhadap 24 perusahaan
importir ponsel yang tak merealisasikan kegiatan impornya selama 6 bulan berturut-turut. Ia
menjelaskan, salah satu alasan mengapa para importir ini tidak melakukan kegiatan impor
meskipun telah memperoleh IT adalah tidak punya komitmen yang kuat untuk membangun
pabrik di Indonesia.

"Ada yang mungkin merasa tidak punya keuangan yang cukup, karena kami mensyaratkan
importir harus membangun pabrik setelah 3 tahun melakukan impor. Mungkin banyak yang
mundur karena merasa nggak sanggup," tutur dia.

Saat ini, ada 100 pemegang IT untuk produk ponsel, komputer genggam (handheld computer),
dan komputer tablet. Dengan pencabutan tersebut, maka hanya tinggal tersisa 76 perusahaan
pemegang IT.

Partogi mengharapkan komitmen pembangunan pabrik di Indonesia ini bisa ditiru oleh
perusahaan lainnya. Bila merasa tidak sanggup bisa menyusul untuk mundur.

"Kami tidak mem-black list. Tapi kalau setelah dihitung-hitung merasa tidak sanggup, bisa
mundur. Nanti IT-nya akan kami cabut," katanya

Petinggi Enron dan WorldCom Berakhir di


Penjara
Houston -Masih ingat skandal Enron dan WorldCom? Dua kasus manipulasi laporan keuangan yang
sempat mengguncang AS itu kini berakhir pada penjara bagi para mantan petingginya. Keputusan di
pengadilan AS yang berbeda pada Selasa (26/9/2006) memutuskan petinggi Enron dan WorldCom
bersalah. Demikian seperti dikutip dari AFP, Rabu (27/9/2006). Mantan Chief Financial Officer Enron
Andrew Fastow akhirnya divonis enam tahun penjara. Hukuman itu berarti lebih ringan empat tahun dari
tuntutan jaksa. Fastow harus meringkuk di tahanan Houston, Texas. Sementara mantan pendiri dan Chief
Executive WorldCom Bernard Ebbers juga harus meringkuk selama 25 tahun di penjara Oakdale,
Louisiana, AS. Ebbers, 65 tahun, dinyatakan bersalah karena telah berperan dalam manipulasi US$ 11
miliar di perusahaan telekomunikasi WorldCom. Fastow (44 Tahun) dinilai bersalah dalam skandal
manipulasi keuangan Enron tahun 2001 lalu yang telah menyebabkan perusahaan perdagangan energi
itu menghadapi kebangkrutan terbesar dalam sejarah AS. Fastow dinilai ikut berperan dalam upaya
Enron menyembunyikan kerugiannya yang mencapai miliaran dolar. Saat 'borok' Enron terbuka,
perusahaan tersebut ternyata menyimpan utang hingga US$ 40 miliar pada tahun 2001. Fastow sendiri
merasa menyesal dan menitikkan air mata setelah keputusan tersebut. Ia mengaku menerima keputusan
tersebut 'tanpa kepahitan'. "Saya tidak dapat menghapuskan keruian yang telah saya sebabkan," ujar
Fastow yang mengaku merasa malu dengan perbuatannya. Mantan pendiri Enron, Kenneth Lay sendiri
telah meninggal akibat serangan jantun pada Juli lalu saat menantikan keputusan. Hukuman atas Ebbers
itu juga berarti paling keras dalam sejarah kejahatan kerah putih di AS. Keputusan itu juga merefleksikan
usaha AS untuk memberantas upaya-upaya kejahatan manipulasi keuangan yang menyebabkan
guncangan di pasar finansial. Akibat manipulasi keuangan, pemegang saham WorldCom kehilangan
sekitar US$ 180 miliar, dan menyebabkan 20.000 pekerjanya kehilangan pekerjaan setelah WorldCom
bangkrut.

Bapepam: Denda Rp 4 M untuk 3 Emiten


Bakrie dan Benakat Sanksi Terberat
Jakarta -Pengenaan denda Rp 4 miliar kepada 3 perusahaan grup Bakrie, PT Energi Mega Persada Tbk
(ENRG), Bakrie and Brothers Tbk (BNBR), PT Bakrie Sumatera Plantation Tbk (UNSP), serta PT Benakat
Petroleum Energy Tbk (BIPI) oleh Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam LK),
merupakan sanksi maksimal.

"Ini kan kesalahan pelaporan. Termasuk pelanggaran berat," jelas Ketua Bapepam-LK Fuad Rahmany
dalam HUT Pasar Modal Indonesia di Jakarta, Minggu (7/11/2010) sore.

Keempat emiten ini memang terbukti bersalah dalam melakukan pencatatan posisi dana di PT Bank
Capital Indonesia Tbk (BACA). Sanksi denda Rp 1 miliar setiap emiten ini diputuskan oleh Komite
Penetapan Sanksi dan Keberatan (KPSK) yang terdiri dari 7 anggota.

"Dendanya kepada management, diputuskan oleh komite. Ini sudah sanksi terberat," ujarnya.

Fuad menambahkan, keempat emiten juga berhak mengajukan banding atas sanksi yang telah diberikan.
Berdasarkan penelusuran Bapepam, hal itu semata terjadi karena kesalahan pencatatan saja.

"Kami mencoba mencari (penelusuran) lebih jauh. Ternyata memang uangnya ada. Jadi hanya
pencatatan saja. Kalau disengaja, kan udah dicek tujuannya apa," ucap Fuad.
Menurut Ketua Komite Penetapan Sanksi dan Keberatan Bapepam Robinson Simbolon, 4 emiten
tersebut memang telah melanggar peraturan yang berkaitan dengan penerapan prinsip akuntansi yang
berlaku umum dalam penyusunan keuangan emiten, baik laporan keuangan tahunan 2009 maupun
laporan keuangan triwulan I-2010, peraturan nomor VIII.G., dan PSAK nomor 1, dan PSAK nomor 8.

Selain itu, dirinya menjelaskan, sanksi tersebut ditetapkan karena adanya pelanggaran terhadap
peraturan tentang laporan realisasi penggunaan dana hasil penawaran umum dan transaksi material,
yakni peraturan nomor X.K.4 dan peraturan nomor IX.E.2.

Penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum dimaksud berkaitan dengan pengakuan dan penyajian
atas adanya deposito dalam jumlah tertentu yang merupakan hasil penawaran umum/penawaran umum
terbatas, namun pada kenyataannya deposito dimaksud sudah tidak ada atau telah berubah menjadi
bentuk investasi lain yang nilainya antara kurang lebih Rp 867 miliar sampai Rp 3,334 triliun.

"Kesalahan pengungkapan tersebut berakibat pada tidak validnya laporan penggunaan dana hasil
penawaran umum," ujar Robinson.

Seperti diketahui, Bapepam LK memberikan sanksi denda Rp 4 miliar kepada 3 perusahaan grup Bakrie
yakni PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG), Bakrie and Brothers Tbk (BNBR), PT Bakrie Sumatera
Plantation Tbk (UNSP), serta PT Benakat Petroleum Energy Tbk (BIPI) akibat salah melakukan pencatatan
posisi dana di PT Bank Capital Indonesia Tbk (BACA).

Keempat emiten tersebut masing-masing didenda Rp 1 miliar karena kesalahannya tersebut. Sebelumnya
keempat emiten ini juga mendapatkan denda dari Bursa Efek Indonesia (BEI) sebesar Rp 2 miliar.

Rugi Selisih Kurs, Laba PLN Anjlok 40%


Jadi Rp 3,2 Triliun.
Jakarta -PT PLN (Persero) mencatat laba bersih Rp 3,2 triliun di 2012, anjlok 40% dari Rp 5,4 triliun pada
tahun sebelumnya. Laba tergerus gara-gara naiknya rugi selisih kurs.

Rugi kurs perseroan naik Rp 4,1 triliun dari Rp 1,8 triliun pada tahun 2011 menjadi Rp 5,9 triliun pada
tahun 2012 sebagai akibat dari translasi liabilitas perusahaan dalam mata uang asing.

Pasalnya, tahun ini terjadi pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) meskipun di sisi lain
terjadi penguatan terhadap yen Jepang. Penurunan laba bersih terutama disebabkan oleh transaksi non-
cash sehingga tidak berpengaruh terhadap EBITDA perusahaan yang mengalami kenaikan sebesar 26,1%
menjadi Rp. 52,4 triliun pada tahun 2012 dari Rp 41,6 triliun pada tahun 2011.

Peningkatan rugi kurs sebesar Rp 4,1 triliun terdiri dari peningkatan rugi kurs Rp 8 triliun atas pinjaman-
pinjaman yang mayoritas dalam mata uang dolar AS, yaitu: utang sewa pembiayaan atas penerapan ISAK
8 sebesar 45%, utang obligasi internasional sebesar 32%, utang bank sebesar 17%, dan liabilitas moneter
lainnya (net off asset) sebesar 6%.

Namun juga ada peningkatan laba kurs sebesar Rp 3,9 triliun atas utang sewa pembiayaan PLTU Tanjung
Jati B dan utang penerusan pinjaman yang mayoritas dalam mata uang yen Jepang (JPY).

"Laporan keuangan tahun 2012 ini telah diaudit oleh kantor akuntan publik (KAP) Osman Bing Satrio dan
Eny, yang merupakan afiliasi dari Deloitte Touche Tohmatsu Limited," kata manajemen PLN dalam siaran
pers, Sabtu (13/4/2013).

Pendapatan usaha perseroan pada tahun 2012 tercatat Rp 232,7 triliun, naik 12% dari pendapatan usaha
tahun 2011 yang sebesar Rp 208 triliun. Meningkatnya pendapatan usaha di tahun 2012 ini, terutama
berasal dari kenaikan penjualan tenaga listrik (penambahan jumlah pelanggan sebesar 3.900.104 dan
penambahan volume penjualan sebesar 4.892 GWh).

Sementara itu, beban usaha sepanjang tahun 2012 tercatat sebesar Rp 203,1 triliun, meningkat 9%
dibandingkan tahun 2011 yang mencatatkan angka Rp 185,6 triliun.

Meningkatnya beban usaha ini karena peningkatan konsumsi bahan bakar, pelumas dan pembelian
tenaga listrik untuk memenuhi peningkatan permintaan listrik dari masyarakat. Meningkatnya beban
usaha juga karena adanya peningkatan penyusutan akibat meningkatnya jumlah asset perseroan.

Anda mungkin juga menyukai