Disusun Oleh :
1. Latar Belakang
suatu negara. Pembangunan ekonomi tak dapat lepas dari pertumbuhan ekonomi
ekonomi.
mana sekarang menjadi topik hangat dan dilema luar biasa bagi seluruh dunia.
dengan rencana pembangunan di negara kita. Diharapkan pula makalah ini dapat
3. Rumusan Masalah
sebagai berikut :
Global?.
BAB II
PEMBAHASAN
kebijakan lama. Muara dari reformasi ini adalah keinginan untuk melakukan
pemerintah.
Secara singkat, model dan alur perencanaan pembangunan sebagaimana
Pembangunan
Selain itu, MPR juga tidak lagi memiliki kewajiban untuk menetapkan
GBHN.
yaitu:
luas, nyata dan bertanggung jawab kepada Daerah menjadi landasan perlunya
sistem perencanaan pembangunan nasional. Pemberian kewenangan yang luas
Nomor 25 tahun 2004, bangsa Indonesia memasuki era baru dalam sejarah
secara efektif, efisien, dan bersasaran dalam rangka mewujudkan tujuan negara
hasil Sensus Penduduk (SP) 1990 dan 2000, jumlah penduduk Indonesia 179,4
juta jiwa dan 206,3 juta jiwa, dengan laju pertumbuhan penduduk 1,49 persen per
tahun pada periode 1990-2000, lebih rendah dari laju pertumbuhan penduduk
jiwa per tahun. Hal ini disebabkan belum terkendalinya angka kelahiran pada
tahun 1970- an, sehingga terjadi peningkatan jumlah penduduk pasangan usia
subur yang relatif lebih cepat dibanding kelompok usia sebelumnya, atau
Berdasarkan Sensus Penduduk tahun 1971, angka kelahiran total (Total Fertility
Rate/TFR) diperkirakan 5,6 anak per wanita usia reproduksi, dan saat ini telah
turun lebih
50 persen menjadi 2,6 anak per wanita (Survei Demografl dan Kesehatan
penggunaan alat dan obat kontrasepsi (prevalensi) pada pasangan usia subur pada
kurang dari 5 persen, tahun 1980 meningkat menjadi 26 persen, tahun 1987
menjadi 48 persen, tahun 1997 menjadi 57 persen, dan tahun 2002 sebesar 60
memiliki keterampilan serta berdaya saing tinggi dalam persaingan global yang
Jumlah angkatan kerja nasional pada krisis ekonomi tahun pertama (1998)
sekitar 92,73 juta orang, sementara jumlah kesempatan kerja yang ada hanya
sekitar 87,67 juta orang dan ada sekitar 5,06 juta orang penganggur terbuka
terutama bagi lulusan perguruan tinggi. Sementara di sisi lain jumlah angkatan
kerja lulusan perguruan tinggi terus meningkat. Sampai dengan tahun 2000 ada
sekitar 2,3 juta angkatan kerja lulusan perguruan tinggi. Kesempatan kerja yang
terbatas bagi lulusan perguruan tinggi ini menimbulkan dampak semakin banyak
inilah yang menyebabkan proses pembangunan yang berjalan selama ini kurang
intensif (hutan, dan hasil tambang), arus modal asing berupa pinjaman dan
reformasi. Ini menunjukkan bahwa belum ada perhatian serius dari pemerintah
pusat terhadap perbaikan kualitas SDM. Padahal sudah saatnya pemerintah baik
tingkat pusat maupun daerah secara serius membangun SDM yang berkualitas.
kekuatan asing. Tapi sudah seharusnya bangsa Indonesia secara benar dan tepat
tidak pernah selesai. Ada tiga hambatan yang menjadi alasan kenapa orang tidak
Hambatan kultural yang dimaksud adalah menyangkut budaya dan etos kerja.
Sementara yang menjadi masalah dari kurikulum sekolah adalah belum adanya
Sedangkan hambatan pasar kerja lebih disebabkan oleh rendahnya kualitas SDM
kerja.
Ekonomi abad ke-21, yang ditandai dengan globalisasi ekonomi,
negara di seluruh dunia menjadi satu kekuatan pasar yang semakin terintegrasi
dengan tanpa rintangan batas teritorial negara. Globalisasi yang sudah pasti
dihadapi oleh bangsa Indonesia menuntut adanya efisiensi dan daya saing dalam
45 atau terendah dari seluruh negara yang diteliti, di bawah Singapura (8),
menjadi lebih rendah. Hal ini dilakukan baik karena upah buruh yang rendah,
tarif bea masuk yang murah, infrastruktur yang memadai ataupun karena iklim
dari seluruh dunia sesuai kelasnya, seperti penggunaan staf profesional diambil
dari tenaga kerja yang telah memiliki pengalaman internasional dan\atau buruh
antara lain melalui: TV, radio, media cetak dan lain-lain. Dengan jaringan
belahan dunia untuk barang yang sama. Sebagai contoh KFC, Hoka
perdagangan dan persaingan menjadi semakin ketat dan fair. Bahkan, transaksi
canggih.
Masalah daya saing dalam pasar dunia yang semakin terbuka merupakan isu
kunci dan tantangan yang tidak ringan. Tanpa dibekali kemampuan dan
keunggulan saing yang tinggi niscaya produk suatu negara, termasuk produk
produk impor dapat mengancam posisi pasar domestik. Dengan kata lain, dalam
faktor yang desisif dalam meningkatkan kinerja perusahaan. Oleh karena itu,
produk Indonesia tidak dapat ditunda-tunda lagi dan sudah selayaknya menjadi
perhatian berbagai kalangan, bukan saja bagi para pelaku bisnis itu sendiri tetapi
saing ekonomi. Daya saing ekonomi akan terwujud bila didukung oleh SDM
yang handal. Untuk menciptakan SDM berkualitas dan handal yang diperlukan
adalah pendidikan. Sebab dalam hal ini pendidikan dianggap sebagai mekanisme
kualitas SDM yang unggul baik dalam kapasitas penguasaan IPTEK maupun
sikap mental, sehingga dapat menjadi subyek atau pelaku pembangunan yang
disinergikan dengan tuntutan kompetisi. Oleh karena itu dimensi daya saing
dalam SDM semakin menjadi faktor penting sehingga upaya memacu kualitas
Salah satu problem struktural yang dihadapi dalam dunia pendidikan adalah
kerja mengikuti aliran ekonomi konglomeratif. Di mana tenaga kerja yang ada
cenderung memasuki dunia kerja yang bercorak konglomeratif yaitu mulai dari
mempertajam kesenjangan ekonomi. Hal ini terjadi karena visi SDM terbatas
pada struktur pasar yang sudah ada dan belum sanggup menciptakan pasar
sendiri, karena kondisi makro ekonomi yang memang belum kondusif untuk itu.
yang dibutuhkan oleh struktur bangsa yang dapat memperkuat kemandirian bang
sa. Pada era reformasi yang terjadi barulah relatif tercipta reformasi politik dan
problem struktural seperti telah diuraikan di atas. Sistem politik multipartai yang
mempertahankan kekuasaan.
Dengan demikian, pada era reformasi dewasa ini, alokasi SDM masih belum
memang telah tercipta sejak pemerintahan masa lalu. Sementara di sisi lain
globalisasi.
Pertanyaannya sekarang adalah bahwa keterlibatan Indonesia pada liberalisasi
perdagangan model AFTA, APEC dan WTO dalam rangka untuk apa?
pelbagai kondisionalitas yang tercipta akibat globalisasi, maka yang akan terjadi
sumberdaya alam yang tak terolah dan buruh yang murah. Sehingga yang terjadi
kebijakan link and match mendapat tempat sebagai sebuah strategi yang
ide link and match yang tujuannya untuk menghubungkan kebutuhan tenaga
kerja dengan dunia pendidikan belum ditunjang oleh kualitas kurikulum sekolah
yang memadai untuk menciptakan lulusan yang siap pakai. Yang lebih penting
dalam hal ini adalah strategi pembangunan dan industrialisasi secara makro yang
(SDA). Kalau strategi ini tidak diciptakan maka yang akan terjadi adalah proses
utang luar negeri, teknologi, dan manajemen asing. Sebab SDM yang diciptakan
dalam kerangka mikro hanya semakin memperkuat proses ketergantungan
tersebut.
Bangsa Indonesia sebagai negara yang kaya akan SDA, memiliki posisi
wilayah yang strategis (geo strategis), yakni sebagai negara kepulauan dengan
luas laut 2/3 dari luas total wilayah; namun tidak mampu mengembalikan
manfaat sumber kekayaan yang dimiliki kepada rakyat. Hal ini karena strategi
adalah sumber kekayaan alam Indonesia semakin mendalam dikuasai oleh asing.
Sebab meskipun andaikata bangsa ini juga telah mampu menciptakan SDM yang
kualifaid terhadap semua level IPTEK, namun apabila kebijakan ekonomi yang
diciptakan tidak berbasis pada sumberdaya yang dimiliki (resources base), maka
Oleh karena itu harus ada shifting paradimn, agar proses pembangunan mampu
mendorong terbentuknya berbagai keahlian yang bisa mengolah SDA dan bisa
semakin memandirikan struktur ekonomi bangsa. Supaya visi tersebut pun terjadi
ekonomi diantaranya adalah sumber daya alam, sumber daya manusia, sumber
Sumber daya alam, yang meliputi tanah dan kekayaan alam seperti kesuburan
tanah, keadaan iklim/cuaca, hasil hutan, tambang, dan hasil laut, sangat
dibutuhkan untuk mengolah bahan mentah dari alam, menjadi sesuatu yang
melalui jumlah dan kualitas penduduk. Jumlah penduduk yang besar merupakan
PENUTUP
Kesimpulan
Pertumbuhan ekonomi tidak akan berjalan jika tidak didukung sumber daya
manusia.
antara 4,5 persen sampai 6,0 persen. Pertumbuhan ekonomi sebesar itu
diperkirakan hanya dapat menyerap angkatan kerja baru sekitar satu sampai satu
menyerap sekitar 400.000 pekerja. Namun, pada saat ini diperkirakan hanya
angkatan kerja baru setiap tahun bertambah 2,5 juta orang. Dengan jumlah
penduduk yang diperkirakan masih bertambah dari 207 juta jiwa pada tahun
2004 menjadi 220 juta jiwa pada tahun 2009, diperkirakan tingkat pengangguran
pada tahun 2009 nanti sekitar 8 persen dari seluruh angkatan kerja yang ada.