Dengan mengucapkan Puji Syukur atas Kehadirat Allah Yang Maha Kuasa karena atas
Rahmat dan Hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan penulisan makalah ini dengan judul
“Pembangunan Ekonomi Di Indonesia” dengan tujuan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah
ekonomi pembangunan. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW,beserta keluarga dan para sahabatnya yang telah membimbing kita dari jalan
kegelapan menuju jalan yang terang.
Tidak lupa kami ucapakan terima kasih kepada bapak dosen pengampu yang telah
membantu kami dalam penulisan makalah ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada
teman kelompok saya yang ikut serta dalam pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih ada kekurangan dikarenakan terbatasnya
pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, Kami sangat mengharapkan
masukan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun untuk penyempurnaan
makalah kedepannya. Tidak lupa harapan kami semoga makalah ini dapat bermanfaat pembaca.
Kelompok 10
BAB I
PENDAHULUAN
A. Periode 1951-1955
Masalah pokok yang dihadapi pada periode ini merupakan kelanjutan masalah dari periode
sebelumnya, yaitu :
1.Inflasi yang tidak terkendali.
apabila serangan inflasi demikian hebatnya sehingga setiap saat harga-harga terus berubah dan
meningkat sehingga orang tidak dapat menahan uang lebih lama disebabkan nilai uang terus merosot
disebut inflasi yang tidak terkendali (Hiperinflasi).
2.Tidak terarahnya surplus perdagangan.
3.Kebijakan keuangan tidak berpihak pada investasi.
4.Pergantian kabinet yang sering kali sehingga menghambat program pembangunan.
B. Periode 1956-1960
Pada periode ini masalah yang dihadapi semakin bertambah, yang merupakan akumulasi dari
masalah-masalah periode sebelumnya dan belum dapat tertangani. Masalah-masalah tersebut
antara lain :
1.Biaya hidup yang tinggi khususnya di masyarakat pedesaan, karena produksi pertanian yang
menurun dan naiknya inflasi.
2.Hambatan-hambatan dalam industri sebagai imbas kebijakan impor dalam mengimbangi
naiknya ekspor dan harga komoditi ekspor Indonesia.
3.Defisit APBN.
4.Kemunduran produks barang-barang kebutuhan pokok.
Kebijakan yang diambil adalah dengan menyusun Rencana Pembangunan Lima Tahun
Pertama dalam kurun waktu 1956-1960, yang disusun oleh Biro Perancang Negara di bawah
Kabinet Djuanda. Proyek- proyek dan kebijakan-kebijakan yang disusun tidak dapat dijalankan
dengan baik karena terkendala dana tambahan karena inflasi yang terus terjadi. Sebagian proyek
tidak dapat dijalankan karena situasi politik dan keamanan yang tidak mendukung.
C. Periode 1961-1965
Pada periode ini keadaan perekonomian semakin memburuk dan masalah yang dihadapi
semakin kompleks. Masalah-masalah yang dihadapi pada periode ini adalah :
4) Inflasi semakin meningkat dan berbagai dampak yang ditimbulkannya semakin memperburuk
perekonomian.
5) Pemberontakan yang terjadi pada tahun 1957 di Sumatera dan Sulawesi menyebabkan
anggaran pemerintahan d bidang pertahanan dan keamanan meningkat.
Nilai dasar tukar (terms of trade) Indonesia memburuk.
6) Menurunnya produksi barang-barang ekspor.
7) Kenaikan impor beras yang mengakibatkan kenaikan penggunaan devisa.
Menghadapi situasi yang demikian rumit, Prof. Muhammad Yamin sebagai ketua Dewan
Perancang Nasional menyusun Rencana Pembangunan Nasional Semesta Berencana untuk kurun
waktu 1961-1969. Rencana pembangunan tersebut memuat tiga program pokok, yaitu :
Sistem ekonomi terpimpin pada masa ini dengan Manifesto Politik membawa Indonesia ke
arah etatisme dalam kehidupan perekonomian. Inflasi mencapai puncaknya menjadi 650% pada
periode 1965-1966.
D.Periode 1966-1968
Pada periode ini diupayakan untuk memperbaiki keadaan perekonomian akibat inflasi yang
mencapai 650% pada tahun sebelumnya. Program pembangunan dibagi menjadi program jangka
pendek yang meliputi program stabiisasi dan rehabilitasi, serta program jangka panjang yang
meliputi program pembangunan pertanian, perdagangan, dan industri.
Untuk mengupayakan stabilisasi dan rehabilitasi, maka dibuat program- program, yaitu :
8) Pengendalian inflasi.
9) Pencukupan kebutuhan pangan.
10) Rehabilitasi prasarana ekonomi.
11) Peningkatan kegiatan ekspor.
12) Pencukupan kebutuhan sandang.
Untuk program jangka panjang adalah program pembangunan dengan skala prioritas sebagai
berikut :
1) Program pembangunan sektor pertanian.
2) Pembangunan sektor prasarana.
3) Pembangunan sektor industri, pertambangan, dan minyak.
Permasalahan perekonomian dunia juga belum selesai pada periode ini, dimana pada akhir
periode harga minyak bumi semakin menurun yang mengakibatkan neraca pembayaran Indonesia
semakin terpuruk. Untuk mengatasi hal tersebut dan meningkatkan daya saing produk Indonesia,
maka diambil kebijakan devaluasi rupiah terhadap US$ sebesar 27,6% pada 30 maret 1983.
H. Periode 1984-1985 dan 1988-1989
Pada Repelita IV masalah perekonomian masih berlanjut, dimana harga minyak bumi
turun drastis sehingga penerimaan negara menurun. Situasi perekonomian dunia yang tidak
menentu berakibat buruk terhadap perekonomian dalam negeri, dimana ekspor terhambat dengan
adanya proteksi dari negara-negara maju terutama Amerika Serikat.
Pada akhir Repelita IV, utang luar negeri semakin terbebani dengan depresiasi mata uang
Dollar Amerika terhadap Yen dan Mark Jerman. Keadaan yang menggembirakan adalah naiknya
harga minyak bumi yaitu US$15 perbarel, sedangkan ekspor non-migas telah dapat melampaui
ekspor berkat deregulasi yang dilaksanakan secara intensif. Indonesia pada tahun 1984 sudah
tidak lagi mengimpor beras, sehingga devisa yang ada dapat digunakan untuk kegiatan
pembangunan.
Kebijakan yang dituangkan dalam GBHN 1983 tidak jauh berbeda dengan GBHN pada
tahun 1978, sehingga kebijakan-kebijakan yang diambil masih melanjutkan Repelita sebelumnya.
Usaha-usaha deregulasi dan debirokratisasi dalam aspek moneter, perdagangan, dan fiskal
dengan tujuan untuk meningkatkan efisiensi pada mekanisme pasar.
Sasaran pembangunan adalah tumbuhnya sikap kemandirian dalam diri manusia dan
masyarakat Indonesia melalui peningkatan peran serta, efisiensi, dan produktivitas rakyat dalam
rangka meningkatkan taraf hidup, kecerdasan, dan kesejahteraan lahir batin.
Prioritas pembangunan pada Repelita VI adalah pembangunan- pembangunan di sektor ekonomi
dengan keterkaitan antara industri dan pertanian serta bidang pembangunan lainnya dan
peningkatan kualitas sumber daya manusia, dengan pengembangan :
I. Penataan industri nasional yang mengarah pada penguatan dan pendalaman struktur industry
yang didukung oleh :
a) Kemampuan teknologi yang makin meningkat.
b) Peningkatan ketangguhan pertanian.
c) Pemantapan sistem dan kelembagaan koperasi.
d) Penyempurnaan pola pangan, jasa, dan sistem distribusi.
e) Pemanfaatan secara optimal dan tepat guna faktor produksi dan sumber daya ekonomi, serta
ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai prasyarat terbentuknya masyarakat industri yang
menjamin peningkatan keadilan, kemakmuran, dan pemerataan pendapatan serta
kesejahteraan rakyat, sesuai dengan nilai-nilai pancasila.
II. Pembangunan sumber daya manusia agar semakin meningkat kualitasnya, sehingga dapat
mendukung pembangunan ekonomi melalui peningkatan produktivitas dengan pendidikan
nasional yang makin merata dan bermutu, disertai dengan peningkatan dan perluasan pendidikan
keahlian yang dibutuhkan berbagai bidang pembangunan, serta pengembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang makin mantap.
Dari struktur pembangunan mulai dari Repelita I sampai dengan Repelita VI, terlihat
bahwa tahap-tahap pertumbuhan sejalan dengan apa yang dikemukakan Rostow dalam teorinya.
Penguatan sektor pertanian pada masa awal pembangunan, yang dilanjutkan dengan sektor
industri untuk mendorong sektor pertanian telah dijalankan Repelita demi Repelita.
Namun yang perlu dicatat bahwa sampai dengan saat ini aspek teknologi termasuk
pertanian , negara kita masih tergolong tertinggal dengan negara-negara maju. Kemudian
infrastruktur yang mendukung pertumbuhan sektor-sektor lain misalnya industri baru sekarang
ini terlihat perkembangannya. Jadi, infrastruktur belum disiapkan dengan baik ketika menuju
tahap tinggal landas.
Bagaimanapun pembangunan ekonomi adalah proses yang terus menerus dan selalu
mengalami perubahan. Permasalahan teknologi yang belum modern dan rendahnya kualitas
sumber daya manusia masih menjadi permasalahan utama pemerintah dalam menjankan
pembangunan. Sekali lagi, sektor pendidikan menjadi sangat penting diperhatikan untuk
memperbaiki kelemahan-kelemahan tersebut. Dengan pendidikan yang merata dan berkualitas di
seluruh pelosok Indonesia, diharapkan akan terlahir generasi-generasi berikutnya yang lebih
berkualitas yang kemudian dapat membangun negara ini dengan teknologi yang modern untuk
mencapai kesejahteraan dan keadilan.
B.Periode 2004-2009
Pada periode ini terjadi perubahan fundamental dalam perpolitikan, dimana, peran MPR
dipersempit dengan tidak lagi melakukan penyusunan GBHN. Presiden bertugas membuat
program kerja yang harus dilaksanakan dengan baik dan dipertanggungjawabkan kepada publik.
Karena sistem pemilihan langsung dalam pemilihan presiden, maka kinerja presiden pada masa
kepemimpinan akan sangat menentukan terpilihnya kembali pada periode selanjutnya.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono membuat Kabinet Indonesia Bersatu dengan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah, yang diarahkan untuk :
1. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia, kesejahteraan rakyat, dan ketahanan
budaya.
2. Meningkatkan pembangunan ekonomi dan membangun landasan pembangunan
berkelanjutan dalam rangka pengurangan pengangguran dan kemiskinan.
3. Mendorong pembangunan daerah.
4. Mendorong supremasi hukum.
5. Memantapkan kehidupan politik serta memperkokoh persatuan dan kesatuan dalam
kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Dari lima prioritas pembangunan di atas, ditujukan untuk mewujudkan kondisi perekonomian
yang didukung oleh sektor riil yang berdaya saing, berdaya tahan, dan berkeadilan. Untuk
sasaran tersebut, maka kebijakan yang diambil adalah :
1) Meletakkan landasan perekonomian yang mengacu pada kepentingan nasional yang
mendorong mekanisme pasar dengan peran pemerintah yang optimal dalam mewujudkan
persaingan yang sehat
2) Mengembangkan perekonomian yang berdaya saing tinggi dan berdaya tahan melalui
percepatan kebangkitan sektor riil dengan penggerak sektor industri dan mewujudkan
ketahanan pangan yang tangguh.
3) Menjaga stabiitas moneter dan meningkatkan ketahanan sektor keuangan yang mampu
mengenali dan mencegah terjadinya krisis, serta mampu mengendalikan dampak krisis
yang terjadi.
4) Meningkatkan pemerataan pembangunan dan kesempatan berusaha yang dapat
mengangkat kesejahteraan masyarakat, terutama bagi penduduk yang kurang mampu,
serta meletakkan landasan bagi terbentuknya sistem jaminan sosial yang dapat menjamin
peningkatan kesejahteraan masyarakat sebagai tujuan akhir pembangunan.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Pada dasarnya pembangunan ekonomi ditujukan untuk mengatasi kemiskinan,
penggangguran, dan ketimpangan. Sehingga dapat terwujudnya masyarakat yang
sejahtera, makmur, dan berkeadilan. Agar tercapai kesejahteraan tersebut, maka harus
diikuti dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, pemerataan pembangunan, dan
adanya stabilitas nasional yang mantap dan dinamis atau yang pada masa orde baru
disebut dengan Trilogi Pembangunan. Pembangunan ekonomi diupayakan tidak lepas
dari pada trilogi pembangunan, karena dengan adanya pembangunan ekonomi maka
pertumbuhan ekonomi dengan kebijakan yang tepat akan memungkinkan terjadinya
distribusi yang merata dan tercapai kesejahteraan.
3.2 SARAN
A. Pemerintah harusnya membuka lapangan kerja yang padat karya agar banyak masyarakat yang
mendapatkan perkerjaan tetapi perlu melihat sarana dan prasarana pendidikan dan kesehatan juga
untuk mensejahterakan masyarakatnya.
B. Dengan adanya kerjasama yang baik antar sektor baik swasta maupun pemerintah, diharapkan
menjadi motor penggerak ekonomi kerakyatan dan juga sebagai sumber pertumbuhan bagi
masyarakat Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA