Dikerjakan Oleh:
B. Ekonomi
Ekonomi merupakan salah satu ilmu sosial yang mempelajari aktivitas manusia
yang berhubungan dengan produksi, distribusi, dan konsumsi terhadap barang dan
jasa. Istilah "ekonomi" sendiri berasal dari bahasa Yunani, yaitu οἶκος (oikos) yang
berarti "keluarga, rumah tangga" dan νόμος (nomos) yang berarti "peraturan, aturan,
hukum". Secara garis besar, ekonomi diartikan sebagai "aturan rumah tangga" atau
"manajemen rumah tangga." Sementara yang dimaksud dengan ahli ekonomi atau
ekonom adalah orang menggunakan konsep ekonomi, dan data dalam bekerja.
Ekonomi banyak dibahas dalam sebuah ilmu khusus yang dikenal dengan nama ilmu
ekonomi, yang di dalamnya mencakup sosiologi. sejarah, antropologi, dan geografi.
Beberapa bagian ekonomi yang berupa ilmu terapan seperti produksi, distribusi,
perdagangan, dan konsumsi juga dibahas dalam ilmu lain seperti ilmu teknik,
manajemen, administrasi bisnis, sains terapan, dan keuangan. Ada banyak sektor
dalam ekonomi, yang kemudian dikelompokkan menjadi tiga sektor utama yaitu
sektor primer, sektor sekunder, dan, dan sektor tersier.
C. Kemiskinan
Kemiskinan adalah keadaan di mana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi
kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan
kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan
dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan
merupakan masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif
dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif,
dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan, dll.
D. Kesenjangan sosial
Kesenjangan sosial adalah suatu keadaan ketidak seimbangan yang ada di
masyarakat yang menjadikan suatu perbedaan yang sangat mencolok. Dalam hal
kesenjangan sosial sangatlah mencolok dari berbagai aspek misalnya perbedaan
pendapatan antara si kaya dan si miskin.
E. Koefisien Gini
Koefisien Gini adalah ukuran yang dikembangkan oleh statistikus Italia,
Corrado Gini, dan dipublikasikan pada tahun 1912 dalam karyanya, Variabilità e
mutabilità. Koefisien ini biasanya digunakan untuk mengukur kesenjangan
pendapatan dan kekayaan. Indeks ini menggunakan ukuran skala 0 sampai dengan 1
dengan angka 0 menunjukan tidak adanya kesenjangan sosial di masyarakat,
sedangkan 1 menunjukan bahwa terjadi kesenjangan sosial yang “ekstrem” di
masyarakat.
F. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian suatu
negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode
tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan
kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan
pendapatan nasional. Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi
keberhasilan pembangunan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat
diukur dengan cara membandingkan, misalnya untuk ukuran nasional, Gross
National Product (GNP), tahun yang sedang berjalan dengan tahun sebelumnya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perekonmian Indonesia tidak terlepas dari
permasalahan kesenjangan dalam pengelolaan perekonomian, dimana para pemilik
modal besar selalu mendapatkan kesempatan yang lebih luas dibandingkan dengan
para pengusaha kecil dan menengah yang kekurangan modal.
G. Reformasi
Reformasi adalah proses pembentukan kembali suatu tatanan kehidupan (lama)
diganti dengan tatanan yang baru. Tujuannya ke arah yang lebih baik dengan melihat
keperluan masa depan. Selain itu juga menekankan kembali pada bentuk asal dengan
menghentikan penyimpangan-penyimpangan dan praktik-praktik yang salah dengan
melakukan perombakan menyeluruh dari suatu sistem kehidupan, baik dalam aspek
politik, ekonomi, hukum, sosial, maupun bidang pendidikan. Orang yang mendukung
reformasi (menginginkan perubahan) disebut dengan reformis. Reformasi ekonomi
adalah perubahan secara drastis untuk perbaikan ekonomi dl suatu masyarakat atau
negara. Di Indonesia, kata Reformasi umumnya merujuk kepada gerakan mahasiswa
pada tahun 1998 yang menjatuhkan kekuasaan presiden Soeharto atau era setelah
Orde Baru, yaitu era reformasi
Namun, kondisi perekonomian Indonesia sekarang tetap dinilai sudah mulai stabil,
setelah mengalami kejatuhan pada krisis 1998. Saat itu inflasi meroket drastis 80 persen
dengan pertumbuhan ekonominya minus.
ERA SEBELUM REFORMASI
1. Soekarno (1945-1967)
INDONESIA mengalami tiga fase perekonomian di era Presiden
Soekarno. Fase pertama yakni penataan ekonomi pasca-kemerdekaan,
kemudian fase memperkuat pilar ekonomi, serta fase krisis yang mengakibatkan
inflasi. Pada awal pemerintahan Soekarno, PDB per kapita Indonesia sebesar
Rp 5.523.863.
ERA REFORMASI
1. BJ Habibie (1998-1999)
Pada masa pemerintahannya, Joko Widodo atau yang lebih akrab disapa
Jokowi merombak struktur APBN dengan lebih mendorong investasi,
pembangunan infrastruktur, dan melakukan efisiensi agar Indonesia lebih berdaya
saing. Namun, grafik pertumbuhan ekonomi Indonesia selama empat tahun masa
pemerintahan Jokowi terus berada di bawah pertumbuhan pada era SBY. Pada
2015, perekonomian Indonesia kembali terlihat rapuh. Rupiah terus menerus
melemah terhadap dollar AS. Saat itu, ekonomi Indonesia tumbuh 4,88 persen.
"Defisit semakin melebar karena impor kita cenderung naik atau ekspor kita yang
cenderung turun," kata Lana.
Di era Jokowi kata Lana, arah perekonomian Indonesia tak terlihat jelas.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) seolah hanya
sebagai dokumen tanpa pengawasan dalam implementasinya. Dalam kondisi itu,
tak diketahui sejauh mana RPJMN terealisasi. Ini tidak seperti repelita yang lebih
fokus dan pengawasannya dilakukan dengan baik sehingga bisa dijaga. Pada 2016,
ekonomi Indonesia mulai terdongkrak tumbuh 5,03 persen. Dilanjutkan dengan
pertumbuhan ekonomi tahun 2017 sebesar 5,17. Berdasarkan asumsi makro dalam
APBN 2018, pemerintah memprediksi pertumbuhan ekonomis 2018 secara
keseluruhan mencapai 5,4 persen. Namun, pertumbuhan ekonomi di kuartal I-2018
ternyata tak cukup menggembirakan, hanya 5,06 persen.
0,45
0,41 0,41 0,413 0,41 0,41
0,4 0,38
0,363 0,363 0,37
0,35 0,35
0,34
0,35 0,329 0,33
0,308 0,31
0,3
0,3
0,25
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
Grafik 1. Rasio Gini Indonesia pada 1999-2015 (sumber: BPS) 2015
Menurut Institute for Development of Economic and Finance (Indef), rasio gini di
Indonesia semenjak era reformasi terus mengalami peningkatan dan pada tahun 2015
sudah mencapai angka 0.41-0.45. Angka ini sangat memperihatinkan dan dianggap
sudah memasuki fase “Lampu Kuning”, karena apabila rasio gini sudah mencapai
angka 0.5 maka dapat dikatakan sudah memasuki kesenjangan sosial yang berbahaya
bagi kestabilan sebuah negara. Bahkan, beberapa pengamat ekonomi mengatakan
bahwa apabila angka rasio gini sudah mencapai 0.45 maka tragedi 1998 akan sangat
memungkinkan untuk terulang kembali. Selain itu pada era reformasi terdapat
peningkatan jumlah pengangguran dan kemiskinan. Berikut ini data yang telah di
olah pada era reformasi terkait peningkatan jumlah pengangguran dan kemiskinan di
Indonesia.
Proses akumulasi utang pun terus berlanjut di era Presiden Habibie. Bahkan, Habibie
tercatat sebagai presiden yang membuat utang Indonesia makin besar hanya dalam
waktu singkat. Pada masa kepemimpinannya yang hanya seusia jagung, kata Dani,
Habibie mengakumulasi tambahan utang luar negeri hingga USD 20 miliar. Warisan
utang dari Habibie sekitar USD 178 miliar.Zaman reformasi tidak berarti Indonesia
lepas dari jerat utang. Presiden Abdurrahman Wahid atau yang akrab disapa Gus Dur
, sempat menurunkan utang luar negeri pemerintah sekitar USD 21,1 miliar. Dari
USD 178 miliar menjadi USD 157 miliar. Namun, utang pemerintah secara
keseluruhan meningkat. Sebelum lengser, Gus Dur mewarisi utang sebesar Rp
1.273,18 triliun ke pemerintahan Megawati. Pun demikian di era kepemimpinan
Presiden Megawati Soekarno putri yang duduk menjadi orang nomor satu di republik
ini setelah Gus Dur lengser. Di masa Megawati berkuasa, terjadi penurunan jumlah
utang melalui penjualan aset-aset negara. Pada 2001 utang Indonesia sebesar Rp
1.273,18 triliun turun menjadi Rp 1.225,15 triliun pada 2002. Sayangnya, di tahun-
tahun berikutnya utang Indonesia terus meningkat. Pada 2004, total utang Indonesia
menjadi Rp 1.299,5 triliun.Budaya warisan utang berlanjut ke era Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono (SBY). Setelah mendapat warisan utang sebesar RP 1.299
triliun, utang Indonesia justru semakin membengkak menjadi Rp 1.700 triliun di
2009 atau lima tahun pertama masa kepemimpinan SBY. Catatan positif pada masa
kepemimpinan SBY, Indonesia melunasi utang-utangnya pada dana moneter
internasional atau International Monetary Fund (IMF) yang telah menjerat sejak
1997. Pada Oktober 2006, sisa utang pada IMF sebesar USD 3,7 miliar yang
harusnya jatuh tempo pada 2010 telah diselesaikan oleh BI. Sebelumnya, pada Juni
2006, BI juga membayar utang ke IMF sebesar Rp 3,7 miliar. Jadi, dalam waktu satu
tahun anggaran, sisa utang ke IMF sebesar Rp 7,4 miliar telah dilunasi. Data terbaru,
menjelang berakhirnya masa kepemimpinan SBY di 2014, utang Indonesia semakin
menggunung. Per April 2013, utang pemerintah sudah menembus Rp 2.023 triliun.
C. Cadangan Devisa Era Reformasi
Cadangan devisa merupakan aspek terpenting dalam menyangga
perekonomian suatu negara. Aspek penting disini karena cadangan devisa dapat
digunakan oleh pemerintah untuk menyeimbangkan pembayaran internasional,
menstabilkan nilai tukar suatu negara, serta melakukan pembayaran ke luar negeri.
Isu perang dagang yang memanaskan Amerika Serikat dan China pun
sudah terbukti menyeret peta ekonomi politik global. Belum lagi kondisi
ekonomi di Amerika Serikat yang diperkirakan bakal memperketat kebijakan
moneternya, ditakar bakal menarik pulang greenback ke negeri asalnya, yang
sudah pasti menekan nilai tukar mata uang negara lain termasuk rupiah. Dari
dalam negeri, persoalan dasar industrialisasi yang tidak berjalan sebagaimana
mestinya, juga masih menjadi pekerjaan rumah tiada usai bagi pemerintahan,
siapa pun itu yang berkuasa.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Reformasi adalah proses pembentukan kembali suatu tatanan kehidupan lama
diganti dengan tatanan yang baru.. Di Indonesia, kata Reformasi umumnya merujuk
kepada gerakan mahasiswa pada tahun 1998 yang menjatuhkan kekuasaan presiden
Soeharto atau era setelah Orde Baru, yaitu era reformasi. Era reformasi di timbulkan
oleh beberapa faktor yang berujung pada krisis multidimensional yang menjadi
penyebab umum lahirnya gerakan reformasi. Faktor tersebut antara lain krisis
ekonomi, krisis politik, krisis sosial, krisis hukum dan krisis kepercayaan.
Reformasi di Indonesia berdampak paling dominan dari segi sosial dan
ekonomi. Dari segi sosial melalui era reformasi terjadi kesenjangan sosial yang
cukup signifikan. Hal ini tercermin dari perubahan rasio koefisien gini yang semakin
menunjukan trend peningkatan sehingga berdampak pada peningkatan jumlah
kemiskinan dan pengangguran. Sedangkan dari segi ekonomi, era reformasi
membawa kondisi ekonomi Indonesia mengalami fluktasi yang signifikan yang
tercermin dari tingkat pertumbuhan ekonomi, utang pemerintah dan cadangan devisa
negara.
B. Saran
https://jeo.kompas.com/jejak-pertumbuhan-ekonomi-indonesia-dari-masa-ke-masa
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2018/05/21/20-tahun-setelah-reformasi-
ekonomi-indonesia-tumbuh-sekitar-5
https://www.academia.edu/28423401/ANALISA_KONDISI_PEREKONOMIAN_I
NDONESIA_ERA_REFORMASI