DOSEN PENGASUH,
Prof. Dr. H. Yuddy Chrisnandi, S.E., M.E
OLEH:
SAFRUDIN TAHER
NPM: 211186918030
Setelah devaluasi baht 1984 dan Plaza Accord 1985, sejumlah besar investasi asing
langsung (terutama dari Jepang) meningkatkan tingkat pertumbuhan rata-rata per tahun
menjadi 8,8 persen dari 1985 hingga 1996 sebelum merosot menjadi −5,9 persen per tahun
dari 1997 hingga 1998. Dari tahun 1999 hingga 2006, Thailand rata-rata memiliki tingkat
pertumbuhan 5,0 persen per tahun. Sejak 2007, negara ini menghadapi sejumlah tantangan:
kudeta militer pada akhir 2006, gejolak politik dari 2008 hingga 2011, krisis keuangan AS
mencapai puncaknya dari 2008 hingga 2009, banjir pada 2010 dan 2011, dan krisis zona euro
2012. Akibatnya, dari tahun 2007 hingga 2012 rata-rata tingkat pertumbuhan PDB adalah
3,25 persen per tahun.
Thailand menderita dibandingkan dengan negara tetangga dalam hal PDB per kapita.
Pada tahun 2011, PDB nominal per kapita Tiongkok melampaui Thailand, memberikan yang
terakhir PDB nominal per kapita terendah dari rekan-rekannya. Menurut IMF, pada tahun
2012 Thailand mendapat peringkatke-92di dunia dalam PDB nominal per kapita.
C. PERBANDINGAN ANTARA PEMBANGUNAN EKONOMI INDUSTRI
INDONESIA DAN THAILAND
Saat ini Indonesia sudah terlihat telah melakukan pembangunan ekonomi. Hal ini
dapat terlihat dari beberapa tahun belakangan ini Indonesia sudah mulai meningkat dari segi
produksinya dan juga pendapatan per kapita nya menurut statistik. Badan Pusat Statistik
(BPS) mencatat perekonomian Indonesia pada tahun 2022 berhasil tumbuh 5,31 persen
dibanding tahun sebelumnya. Perekonomian domestik tahun 2022 berhasil tumbuh berkat
tingginya pertumbuhan pada triwulan IV-2022 yang naik 5,01 persen Pertumbuhan sektor
industri Indonesia cukup stabil.
Sektor industri merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam perekonomian
Indonesia. Sektor industri merupakan penyumbang terbesar terhadap Produk Domestik Bruto
(PDB) Indonesia, yaitu sekitar 50%. Beberapa perkembangan sektor industri di Indonesia
yaitu Pada tahun 2021, sektor industri manufaktur menyumbang sekitar 73% dari total
produksi industri Indonesia. Hanya sekitar 20% dari total produksi industri Indonesia yang
merupakan produk jadi, sisanya merupakan bahan baku atau produk setengah jadi. Itulah
beberapa perkembangan sektor industri di Indonesia. Sektor industri merupakan penyumbang
terbesar terhadap PDB Indonesia, terutama dari sektor manufaktur yang menyumbang sekitar
73% dari total produksi industri Indonesia. Namun, sektor industri di Indonesia masih
terkendala oleh beberapa faktor, seperti infrastruktur yang kurang baik dan keterbatasan
sumber daya manusia
Selama empat dekade terakhir, Thailand telah membuat kemajuan luar biasa juga
dalam pembangunan sosial dan ekonomi, berpindah dari negara berpenghasilan rendah ke
negara berpenghasilan menengah ke atas dalam waktu kurang dari satu generasi. Dengan
demikian, Thailand telah menjadi kisah sukses pembangunan yang dikutip secara luas,
dengan pertumbuhan kuat yang berkelanjutan dan pengentasan kemiskinan yang
mengesankan. Perekonomian Thailand tumbuh pada tingkat tahunan rata-rata 7,5% pada
tahun-tahun boom 1960-1996dan 5% selama 1999-2005 setelah Krisis Keuangan Asia.
Pertumbuhan ini menciptakan jutaan pekerjaan yang membantu menarik jutaan orang keluar
dari kemiskinan. Keuntungan di berbagai dimensi kesejahteraan sangat mengesankan: lebih
banyak anak yang mendapatkan pendidikan lebih lama, dan hampir semua orang sekarang
ditanggung oleh asuransi kesehatan sementara bentuk jaminan sosial lainnya telah
berkembang.
Namun, prospek pertumbuhan dari model ekspor yang belum lama ini mendorong
begitu banyak pertumbuhan ekonomi Thailand tampaknya telah berkurang secara signifikan,
karena stagnasi dalam produktivitas. Pertumbuhan rata-rata dalam produktivitas faktor total
(TFP) mengalami stagnasi dari yang tertinggi 3,6% per tahun selama awal tahun 2000-an
menjadi hanya 1,3% selama tahun 2009–2017. Investasi swasta menurun dari lebih dari 40%
pada tahun 1997 menjadi 16,9% dari PDB pada tahun 2019, sementara arus investasi asing
langsung dan partisipasi dalam rantai nilai global menunjukkan tanda-tanda stagnasi.
Selain itu, pandemi COVID-19 telah memberikan pukulan bagi perekonomian,
memperparah tantangan struktural. Pada tahun 2020, perekonomian diperkirakan mengalami
kontraksi sebesar 6,1%. Ini jauh lebih curam daripada penurunan yang terjadi selama Krisis
Keuangan Global 2008 (0,3% pada 2008) dan yang kedua setelah kontraksi 7,2% pada 1998,
kontraksi ekonomi paling tajam setahun penuh dalam 25 tahun terakhir. Asurvei telepon cepat
oleh Bank Dunia dilaksanakan dari April hingga Juni 2021 diperkirakan lebih dari 70%
rumah tangga mengalami penurunan pendapatan sejak Maret 2020, dengan kelompok rentan
yang paling terpukul.
Thailand telah membuat kemajuan luar biasa dalam mengurangi kemiskinan dari 58%
pada tahun 1990 menjadi 6,8% pada tahun 2020 didorong oleh tingkat pertumbuhan yang
tinggi dan transformasi struktural. Tetapi 79% penduduk miskin tetap tinggal di pedesaan dan
terutama di rumah tangga pertanian. Pengurangan kemiskinan Thailand melambat dari 2015
dan seterusnya dengan kemiskinan meningkat pada 2016, 2018 dan 2020, mencerminkan
ekonomi yang melambat, pendapatan pertanian dan bisnis yang stagnan, dan krisis COVID-
19. Ditemukan bahwa pada tahun 2020, tingkat kemiskinan lebih dari 3 poin persentase lebih
tinggi di daerah pedesaan daripada di zona perkotaan dan jumlah penduduk miskin pedesaan
melebihi jumlah penduduk miskin perkotaan hampir 2,3 juta. Distribusi kemiskinan juga tidak
merata di seluruh wilayah geografis dengan tingkat kemiskinan di Selatan dan Timur Laut
hampir dua kali lipat tingkat kemiskinan di tingkat nasional.
Menurut Pemantau Ekonomi Thailand, Perekonomian Thailand diproyeksikan akan
pulih ke tingkat sebelum pandemi pada tahun 2022, tetapi laju pertumbuhan akan lebih
lambat dari perkiraan pada tahun 2023 karena hambatan global. Perekonomian diproyeksikan
tumbuh sebesar 3,4% pada tahun 2022 dan 3,6% pada tahun 2023. Pertumbuhan pada tahun
2023 telah direvisi turun sebesar 0,7 poin persentase dibandingkan dengan proyeksi
sebelumnya yang mencerminkan penurunan permintaan global yang lebih cepat dari
perkiraan. Pemulihan sektor pariwisata dan konsumsi swasta akan tetap menjadi pendorong
utama pertumbuhan.
Indonesia vs Thailand: Ekonomi, Siapa Menang? Mengapa Thailand bisa
mempertahankan takhta sebagai raja manufaktur ASEAN? Pertama, pemerintah Thailand
(siapapun yang memimpin) punya perhatian terhadap pengembangan infrastruktur. Melalui
pembangunan infrastruktur, ekonomi Thailand menjadi efisien, tidak ada ekonomi biaya
tinggi karena masalah distribusi. Thailand juga mengembangkan kawasan industri yang dekat
dengan fasilitas transportasi. Pabrik, gudang, sampai pelabuhan dibangun dalam lokasi yang
berdekatan. Akibatnya, industri manufaktur berkembang pesat. Kontribusi sektor industri
terhadap pembentukan PDB di Thailand mencapai 25,24% pada 2020. Pada periode yang
sama, sektor manufaktur menyumbang 19,88% dalam pembentukan PDB Indonesia.
Kedua, upah pekerja di Thaland tergolong murah di antara negara-negara ASEAN.
Putera Satria Sambijantoro, Ekonom Bahana Sekuritas, menyebut upah buruh Thailand lebih
murah ketimbang Indonesia. Dengan upah Rp 4,4 juta atau sekitar US$ 308 per bulan, upah di
Jakarta dan Karawang adalah yang tertinggi di ASEAN, lebih tinggi dibandingkan Vietnam
(US$ 181) dan Thailand (US$ 214) meski produkitivitas lebih rendah. Ketiga, lokasi
geografis Thailand juga sangat menguntungkan. Selain menjadi pintu gerbang ke pasar Asia
Tenggara, Thailand juga mengoptimalkan infrastruktur menuju China dan India, negara
dengan populasi terbesar di dunia. Oleh karena itu, tidak heran Thailand menjadi pilihan
investor sebagai lokasi penanaman modal.
Ke depan, masa depan industri manufaktur Thailand sepertinya masih cerah. Industri
otomotif tetap akan tumbuh, didorong oleh tambahan permintaan kendaraan bertenaga listrik
(Electric Vehicle/EV). Pada 2015, terdapat 76 perusahaan yang terkait EV di Thailand dan
pada 2019 jumlahnya naik menjadi 420. Pada 2030, pemerintah Thailand menargetkan
produksi EV mencapai 30% dari total produksi kendaraan bermotor. Pemerintah Thailand jor-
joran memberi insentif untuk pengembangan produksi EV. Misalnya, pada 2020 pemerintah
memberikan diskon bea masuk 90% untuk bahan baku yang tidak bisa didapatkan di dalam
negeri.
DAFTAR ISI
Cipto, B. (2007). Hubungan Internasional di Asia Tenggara: Terpong Terhadap Dinamika,
Realitas, dan Masa Depan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Mangandaralam, S. (1995). Thailand Negara Gajah Putih. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Putra, W. 2018. Perekonomian Indonesia Penerapan Beberapa Teori
Ekonomi Pembangunan Di Indonesia. Depok : Rajawali Pers
Sukirno. S. 2007. Ekonomi pembangunan: Proses, Masalah, dan Dasar Kebijakan.
Jakarta.:Kencana Prenada Media Group
Suryana, 2000. Ekonomi Pembangunan Poblematika Dan Pendekata. Jakarta: Salemba Empat
https://www.worldbank.org/en/country/thailand/overview
https://id.wikipedia.org/wiki/Ekonomi_Thailand
https://www.kompas.com/skola/read/2022/11/03/130000269/perkembangan-ekonomi-
indonesia-pada-masa-reformasi?page=all
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20230110061416-532-898195/benarkah-ekonomi-
era-jokowi-tumbuh-berkualitas
https://www.cnbcindonesia.com/news/20211229000918-4-302813/indonesia-vs-thailand-
main-bola-dan-ekonomi-siapa-menang/3