Anda di halaman 1dari 6

Nama = Siti Aisyah

NIM = 160231100160
Prodi = Ekonomi Pembangunan

KRISIS EKONOMI di INDONESIA


Tahun 1998 menjadi saksi bagi tragedi perekonomian bangsa indonesia. Dan
keadaannya berlangsung sangat tragis dan bahkan tercatat sebagai tragedi yag
paling suram dalam sejarah perekonomian sejarah indonesia. Hanya dalam waktu
beberapa tahun prestasi ekonomi yang dicapai dalam dua dekade,tenggelam begitu
saja. Selama periode sembilan bulan pertama 1998,merupakan periode paling hiruk
pikuk dalam perekonomian. Krisis yang sudah berjalan enam bulan selama tahun
1997,berkembang semakin buruk dalam tempo cepat. Dampak krisispun mulai
dirasakan secara nyata oleh masyarakat,dunia usaha. Krisis ekonomi indonesia
bahkan tercatat sebagai terparah di Asia Tenggara. Krisis ekonomi adalah situasi
dimana ekonomi dari sebuah negara mengalami penurunan yang disebabkan oleh
suatu krisis keungangan yang merujuk pada perubahan tajam menuju resesi. Krisis
ekomoni terjadi karena beberapa hal. Pertama karena adanya jumlah hutang luar
negeri swasta yang sagat besar dan umumnya berjangka pendek,dimana telah
menciptakan kondisi ketidakstabilan. Pemerintah selama ini selalu ekstra hati-hati
dalam mengelola hutang pemerintah atau hutang publik lainnya, dan senantiasa
menjaganya dalam batas-batas yang dapat tertangani. Akan tetapi untuk hutang yang
dibuat oleh sektor swasta indonesia, pemerintah sama sekali tidak memiliki
mekanisme pengawasan. Setelah krisis berlangsung, barulah disadari bahwa hutang
swasta tersebut benar-benar menjadi masalah yang serius. Antara tahun 1992 sampai
dengan bulan juli 1997, 85% dari penambahan hutang luar negeri indonesia berasal
dari pinjaman swasta(data bank dunia,1998). Hutang swasta tersebut banyak yang
tidak dilandasi oleh kelayakan ekonomi, tetapi lebih mengandalkan koneksi politik,
dan seakan disukung oleh persepsi bahwa negara akan ikut menanggung biaya
apabila kelak terjadi kegagalan. Kedua yaitu disebabkan oleh banyaknya kelemahan
dalam sistem perbankan di Indonesia. Dengan kelemahan tersebut, masalah hutang
swasta eksternal langsung beralih menjadi masalah perbankan dalam negeri. Ketika
liberalisasi sistem perbankan diberlakukan pada pertengahan tahun 1980-an,
mekanisme pengendalian dan pengawasan dari pemerintah tidak efektif dan tidak
mampu mengikuti cepatnya pertumbuhan sektor perbankan. Yang ketiga sejalan
dengan makin tidak jelasnya arah perubahan politik, maka isu tentang pemerintahan
otomatis berkembag menjadi persoalan ekonomi. Yang terakhir yaitu perkembangan
situasi politik yang telah makin menghangat dimana situasi politik tersebut
merupakan hal yang paing sulit diatasi karena kegagalan dalam mengembalikan
stabilitas sosial-politik mempersulit kinerja ekonomi dalam mencapai momentum
pemulihan secara mantap dan berkesinambungan. dampak dari adanya krisis
ekonomi yaitu melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, menyebabkan harga-

harga naik drastis, sehingga banyak perusahaan-perusahaan dan pabrik-pabrik yang


melakukan pemutusan hubungan kerja secara besar-besaran,yang mengakibatkan
jumlah penganguran meningkat dan bahan-bahan sembako semakin langka. Sebagian
besar yang mengalami PHK yaitu tenaga kerja kurang terdidik dibandingkan tenaga
kerja terdidik. Krisis ini tetap terjadi, meskipun fundamental ekonomi di Indonesia di
pandang cukup kuat dan disanjung-sanjung oleh bank dunia. Yang dimaksud
fundamental ekonomi yang kuat adalah pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, laju
inflasi terkendali, cadangan devisa masih cukup besar dan realisasi anggaran
pemerintah masih menunjukkan sedikit surplus.
Sampai dengan pertengahan tahun 1997, kegiatan perbakan secara umum masih
berkembang dengan kecepatan tinggi. Mobilisasi dana masyarakat meningkat pesat
sementara ekspansi kredit tetap kuat, terutama pada sektor properti. Ekspansi
berlebihan juga telah menyebabkan menyebakan kewajiban perbankan dalam valuta
asing, khususnya pada bank swasta nasioanal, meningkat tajam sebagaimana
tercermin pada memburuknya posisi devita neto dan semakin besarnya rekening
administratif dalam valuta asing perbankan selama tiga tahun terakhir.dan dampak
krisis ekonomi terhadap sistem perbankan yaitu melemahnya kemmpuan manajerial
bak yang telah mengakibatkan penurunan kualitas aset produktif dan peningkatan
resiko yang dihadapi bank. Sehingga kelemahan ini semakin membatasi kemampuan
bank dalam mengatisipasi dan menghadapi gejolak keuangan. Besarnya pemberian
kredit dan jaminan baik secara langsung maupun tidak langsung kepada individu atau
kelompok usaha yang terkait dengan bank telah mendorong tingginya risiko
kemacetan kredit yang dialami oleh bank. Kesulitan likuiditas akibat penarikan dana
oleh masyarakat terus berlangsung dan meluas pada sejumkah bank sehingga
terjadinya saldo debet pada rekening giro bank-bank pada bank indonesia tidak dapat
dihindari dan jumlahya semain besar. Krisis ekonomi di indonesia tahun 1997-1998
juga menyebabkan angka kemiskinan meningkat dan persediaan barang
nasional,khususnya sembilan bahan pokok di pasaran mulai menipis pada akhir
tahun 1997. Akibatnya harga barang naik dan tidak terkendali sehingga membuat
biaya hidup semkain tinggi. Dampak krisis ekonomi di indonesia pada pertumbuhan
ekonomi yaitu tingkat depresiasi rupiah yang relatif rendah, berkisar antara 2,4%
(1993) hingga 5,8%(1991) antara tahun 1996 hingga 1998 yang berada dibawah nilai
tukar nyatanya,menyebabkan nilai rupiah secara kumulatif sangat overvalued.
Ditambah dengan kenaikan penduduk dalam nilai US dollar yang naiknya relatif lebih
cepat dari kenaikan pendapatan nyata dalam rupiah, da produk dalam negeri yang
semakin lama sekamin kalah bersaing denga produk impor. Nilai rupiah rupiah yang
overlued berarti juga proteksi industri yang negatif. Akibatnya harga barang impor
yag menjadi relatif murah dan produk dalam negeri relatif mahal,sehingga masyarakat
memilih barang imporyag kualitasnya lebih baik. Akibatnya barang impor menjadi
lebih diminati daripada barang ekspor karena tingkat harganya relatif lebih murah.
Kondisi perekonomian pada tahun 1999 berada dalam situasi yang kritis, artinya
perekonomian inodonesia berada di persimpangan jalan antara kemungkinan terjadi
recovery dan kehancuran, peluangnya yaitu separuh-separuh. Investor menunggu
apakah pemilu aka berjalan dengan adil,jujur dan demokratis. Karena apabila pemilu
berjalan dengan adil,jujur dan demokratis maka diperkirakan ekonomi indonesia akan
dengan cepat pulih,karena itu investor akan kembali lagi ke indonesia. Maka dari itu
rakyat indonesia menghendaki agar pemilu berjalan dnega adil,jujur,transparan serta

demokratis harus benar-benar dilakukan tanpa adanya hambatan dan tawar-menawar


apapun. Karena masuknya aliran modal dari investor dapat memulihkan ekonomi,dan
alasan investor ingin menginvestasikan negara apabila pemerintahannya bersih da di
dukung oleh masyarakat,adanya kepastian hukum dan sistem peradilan yang
independen. Suksesnya pemilu dan sidang umum di tahun 1999 tidak serta merta
terjadi begitu saja. Namun bayangan yang di masa krisis ekonomi tersebut masih
terus berkecamuk di karenakan mengingat banyaknya intensitas kriminalitas serta
perampokan yang masih saja sering terjadi sehingga membuat masyarakat merasa
tidak aman. Melihat prosesnya berjalannya politik sangat penting maka adanya
rencana pegelaran dialog nasional sangatlah penting agar terjadinya proses
penyelesaian politik dapat segera tercapai. Da oleh karena itu diharapkan tokoh-tokoh
yang terlibat dalam hal tersebut menyamakan persepsi mereka bahwasanya pemilu
harus berhasil dan sesuai aspirasi rakyat. Beberapa hal tersebut merupakan dampak
krisis ekonomi di indonesia pada taun 1997-1998. Karena adanya dampak yang sangat
merugikan pemerintahan indonesia serta bangsa indonesia maka krisis ekonomi
tersebut harus di atasi agar ekonomi indonesia kembali pulih sekalipun tidak
kembalipulih seperti asal. Karena krisis ekonomi pada tahun 1997-1998 tersebut
membuat bangsa indonesia serta pemerintahnnya mengalami penderitaan. Maka dari
itu pihak pemerintahan harus segera melakukan sesuatu agar krisis ekonomi tidak
berlangsung semakin lama. Pada awalnya pemerintah berniat mengatasi krisis
ekonomi tersebut tanpa campur tangan pihak orang lain. Namun setelah pemerintah
menyadari bahwa merosotnya nilai tukar terhadap US dollar tidak dapat dibendung
sendiri, lebih lagi cadangan dollar AS di bank indonesia sudah mulai menipis karena
telah digunakan untuk meningkatkan kembali nilai tukar rupiah. Tanggal 8 oktober
pemerintah resmi akan meminta bantuan pada IMF. Strategi pemulihan IMF secara
garis besarnya yaitu mengembalikan kembali kepercyaan masyarakat dalam dan
masyarakat luar mengenai kinerja ekonomi indonesia. Inti dari setiap program
pemlihan ekonomi adalah restrukturiasi sektot finansial, kemudian antara indonesia
dan IMF membat nota kesepakatan,dimana terdiri atas 50 butir kebijakan mencakup
ekonomi makro(fiskal dan moneter),restrukturisasi sektor keuangan,dan reformasi
struktural yang ditandatangani bersama. Butir-butir dalam kebijakan fiskal meliputi
tetap menggunakan prinsip anggaran berimbang, usaha-usaha untuk mengurangi
pengeluaran, seperti menghilangkan subsidi bbm dan listrik serta membatalkan
proyek infrastruktur besar, dan yang terakhir yaitu meningkatkan pendapatan
pemerintah dengan menagguh PPN dan fasilitas pajak serta bea cukai, mengenakan
pajam tambahan terhadap bensin, memperbaiki audit PPN dan memperbanyak objek
pajak. Namun kesepatan tersebut gagal dilaksanakn karena kesepakatan tersebt
dirasa berat dilakukan oleh indonesia. Maka dari itu dilakukanlah negosiasi da
dihasilakan kesepakatan yang ditandatangani 15 Januari 1998. Pokok-pokok
negosiasi tersebut antara lain kebijakan makro ekonomi yang terdiri dari kebijakan
fiskal dan kebijakan moneter serta nilai tukar, kemudian restrukturisasi sektor
keuangan yang terdiri dari program restrukturisasi bank dan memperkuat aspek
hukum da pengawasan untuk perbankan, dan yang terakhir adalah reformasi
struktural yang terdiri dari perdagangan luar negeri da investasi, deregulasi dan
swastanisasi, sosial safety net lingkungan hidup. Dan dari adanya pelaksanaan
strategi kedua ini kembali mengalami hambatan sehngga di adakan negosiasi ulang
yag menghasilkan suplementary memorandum pada tanggal 10 april 1998 yang terdiri
atas 20 butir , 7 appendix da satu matriks. Strategi yang dilaksanakan yaitu

menstabilkan rupiah pda tingkat yang sesuai dengan kekuatan ekonomi indonesia,
memperkuat implemetasi reformasi struktural untuk membangun ekonomi yang
efisien dan berdaya saing, serta menyusun kerangka untuk mengatasi masalah utang
swasta ,da yang terakhir yaitu mengembalikan pembelanjaan perdagangan pada
keadaan yang normal, sehingga ekspor bangkit kembali. Sedangkan ketujuh appendix
itu antara lain, kebijakan moneter dan suku bunga, pembangunan sektor perbankan,
bantuan anggaran pemerintah untuk golonga lemah. Reformasi BUMN dan
swastanisasi, reformasi struktural, restrukturisasi utang swasta da hukum
kebangkrutan dan reformasi yudiris. Hal tersebutlah yang dilakukan pemerintah dan
IMF untuk mengembalikan ekonomi indonesia pulih.

www.seasite.niu.edu, https://siagianastria.wordprees.com,docs.google.com
id.m.wikipedia.org,http://ock-t.blogspot.com/2011/12/krisis-ekonomi-di-indonesiatahun-1997.html,http://anis-permata.blogspot.com/2014/08/kondisi-perekonomianindonesiapada.html,http://www.academia.edu/3827540/KRISIS_EKONOMI_INDO_2,http://ekono
mimikro.blogspot.com/2010/09/kebijakan-ekonomi-pada-masa-ordelama.html,http://www.academia.edu/5221392/KRISIS_MONETER_INDONESIA_SEBA_D
AMPAK_PERAN_IMF_DAN_SARAN_,http://breitaekonomiterkini.blogspot.com/2013/09/akankah-terulang-krisisekonomi.html,http://putracenter.wordprees.com/2009/12/10/4-penyebab-krisisekonomi-indonesia-tahun-1997-1998-apakah-akan-terulang-pada-krisis-ekonomisekarang/,http://www.academia.edu/7142696/KRISIS-EKONOMI-DAN-MASA-DEPANEKONOMIINDONESIA,http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2013/09/10/0806314/pelajaran.kri
sis.1997/1998

pada suatu perekonomian tertutup tanpa campur tangan permerintah diketahui


pendapatan nasional (Y) suatu negara sebesar Rp. 2000 T yang terdiri dari C = Rp.
1.500 T & I = Rp. 500T. itu, maka tentukan besarnya Pendapatan Nasional yag baru
(Y*) bila diketahui depresiasi pertahun adalah 8% !
Jawaban :
Diket : Y = Rp. 2000 T
C = Rp. 1.500T
I = Rp. 500 T
MPC = 0,7
I = Rp. 250T
Jawab :
Depresiasi = Y x % depresiasa
= Rp. 2000T x 8%
= Rp. 160T
Net investment = I - Depresiasi
= Rp. 250T Rp. 160T
= Rp. 90 T
Y* = C + I + Y
= C + I + ( net investment x k)
= C + I + ( net investment x 1/mps)
= Rp. 1500T + Rp. 500T (90 x 1/0,3)
= Rp. 2300T
Pada suatu perekonomian tertutup tanpa campur tangan pemerintah diketahui
Konsumsi (C) = Rp900 T & Investasi (I) = Rp.600T. Bila MPC negara tsb=0,75 dan
ada Tambahan gross Investment sebesar Rp.90 T pada tahun itu, maka tentukan
besarnya Pendapatan Nasional yang baru (Y*) bila diketahui depresiasi pertahun
adalah 6%
Jawaban:
Diket : C = Rp. 900T
I = Rp. 600T
MPC = 0,75
I = Rp. 90T
Depresiasi = 6%
Jawab :
Y=C+I
Y = Rp. 900T + Rp. 600T
Y = Rp. 1500T
Depresiasi = Y x % depresiasi
= Rp. 1500T x 6%
=Rp. 90T
Net Investment = I depresiasi
= Rp. 90T Rp. 90T
= Rp. 0
Y* = C + I +
Y
=C+I+(
net investment x K )
=C+I+(
net investment x 1/mps)
= Rp. 900T + Rp. 600T + (0 x 1/0,25)
= Rp. 1500T

Pada suatu perekonomian tertutup tanpa campur tangan pemerintah diketahui Y =


Rp.1250T. Bila MPC negara tsb = 0,4 dan ada tambahan gross investment sebesar
Rp. 50T pada tahun itu, maka tentukan besarnya pendapatan nasional yang baru (Y*)
bila diketahui depresiasi pertahun adalah 5% !
Jawaban :
Diket : Y = Rp. 1250T
MPC = 0,4
I = Rp. 50T
Depresiasi = 5%
Jawab :
Y=C+I
C+I=Y
Maka, C + I = Rp.1250T
Depresiasi = Rp. 1250T x 5%
= Rp. 62,5 T
Net investment =
I Depresiasi
= Rp. 50T Rp. 62,5T
= Rp. -12,5T
Y* = C + I + ( net investment x 1/mps)
Y* = Rp.1250T + (-12,5 x 1/0,6)
Y* = Rp. 1229,17

Anda mungkin juga menyukai