Disusun oleh :
Vincentia Robin
26040117130121
Ilmu Kelautan D
I. PENDAHULUAN
II. ISI
Kebijakan pemerintah dalam ekonomi makro memiliki porsi yang lebih relatif besar.
Kajian terhadap seberapa besar peranan pemerintah diwujudkan dalam kebijakan moneter,
kebijakan fiskal, dan kebijakan ekonomi internasional. Lemahnya Sisi permintaan dan
penawaran agregat menyebabkan perekonomian negara sedang berkembang soal adalah berada
dalam lingkaran permasalahan tanpa ujung pangkal. Oleh karena itu campur tangan pemerintah
baik melalui kebijakan ekonomi dan non ekonomi, sangat diperlukan untuk memutuskan mata
rantai permasalahan tersebut. Kebijakan moneter, kebijakan fiskal dan kebijakan ekonomi
internasional secara teoritis dapat digunakan pemerintah untuk memperbaiki kondisi
perekonomian.
a. Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal berhubungan erat dengan kebijakan pemerintah sebagai pengendali sektor
publik. Kebijakan fiskal dalam penerimaan pemerintah dianggap sebagai suatu cara untuk
mengatur mobilisasi dana domestik, dengan instrumen utamanya perpajakan. Dengan
demikian, peranan kebijakan fiskal dalam perekonomian menjadi semakin penting.
Kebijakan fiskal adalah kebijakan ekonomi yang digunakan pemerintah untuk
mengendalikan atau mengarahkan perekonomian ke kondisi yang lebih baik atau pedoman
ekonomi meningkat atau diinginkan dengan cara mengubah penerimaan dan pengeluaran
pemerintah. Instrumen utama kebijakan fiskal adalah pajak (T) dan pengeluaran negara (G).
Kebijakan fiskal pemerintah dapat bersifat ekspansif maupun kontraktif. Kebijakan fiskal
ekspansif dilakukan pada saat perekonomian sedang menghadapi masalah pengangguran yang
tinggi. Tindakan yang dilakukan pemerintah adalah adalah membesarkan pengeluaran
pemerintah Misalnya menambah subsidi kepada rakyat kecil atau mengurangi tingkat pajak.
Adapun kebijakan fiskal kontraktif adalah bentuk kebijakan fiskal yang dilakukan pada saat
perekonomian mencapai kesempatan kerja penuh atau menghadapi inflasi. Tindakan yang
diperlukan adalah mengurangi pengeluaran pemerintah akan memperbesar tingkat pajak.
Menurut ahli ekonomi John Maynard Keynes, kebijakan fiskal sangat penting dipergunakan
untuk mengatasi pengangguran yang relatif serius. Caranya dengan mengurangi pajak
penghasilan. Biaya pajak penghasilan dikurangi maka daya beli masyarakat akan meningkat
sehingga akan meningkatkan permintaan agregat. Bila permintaan agregat meningkat, atau
pengusaha akan menambah jumlah produksinya, sehingga penggunaan tenaga kerja pun
meningkat. Dengan demikian, pemerintah bisa mengurangi jumlah pengangguran.
b. Kebijakan Moneter
Gejala moneter adalah kebijakan pemerintah melalui bank sentral untuk menambah atau
mengurangi jumlah uang yang beredar dalam rangka mengendalikan perekonomian. Di
Indonesia Bank sentral diwakili oleh Bank Indonesia. Kebijakan moneter dilakukan dengan
tujuan sebagai berikut:
1. Menjaga stabilitas ekonomi
2. Menjaga stabilitas harga terutama untuk mengatasi inflasi
3. Meningkatkan kesempatan kerja
4. Memperbaiki posisi neraca perdagangan dan neraca pembayaran.
Kebijakan moneter dapat digolongkan menjadi dua, yaitu :
1. Kebijakan Moneter Ekspansif / Monetary Expansive Policy Adalah suatu kebijakan
dalam rangka menambah jumlah uang yang beredar.
2. Kebijakan Moneter Kontraktif / Monetary Contractive Policy Adalah suatu
kebijakan dalam rangka mengurangi jumlah uang yang beredar. Disebut juga dengan
kebijakan uang ketat (tight money policy).
Terdapat beberapa macam kebijakan moneter yang dapat dilakukan pemerintah, diantaranya
ialah:
1. Kebijakan pasar terbuka
2. Kebijakan diskonto
3. kebijakan cadangan kas
4. Kebijakan kredit Selektif dan kredit longgar
5. Kebijakan Devaluasi dan revaluasi
6. Kebijakan Sanering atau memotong nilai mata uang dalam negeri
7. Kebijakan menarik atau memusnahkan uang lama
8. Kebijakan dorongan moral
Kebijakan fiskal dan moneter memiliki beberapat perbedaan namun dengan tujuan yang
sama bahkan dengan kebijakan ekonomi pemerintah lainnya. Perbedaan terletak pada
instrumen kebijakannya. Jika dalam kebijakan fiskal pemerintah Monica pengendalian
penerimaan dan pengeluaran pemerintah, dalam kebijakan moneter pemerintah mengendalikan
jumlah uang beredar. Seperti halnya kebijakan fiskal, kebijakan moneter dapat bersifat
ekspansif dan kontraktif. Kebijakan moneter ekspansif dilakukan pemerintah jika ingin
menambah jumlah uang beredar di masyarakat atau dengan tujuan akhir mempercepat roda
perekonomian yang lebih dikenal sebagai kebijakan uang longgar. Sebaliknya jika Pemerintah
ini mengurangi jumlah uang beredar di masyarakat, kebijakan moneter yang ditempuh adalah
kebijakan moneter kontraktif atau yang lebih dikenal dengan nama kebijakan uang ketat
dengan tujuan akhir menurunkan tingkat inflasi.
c. Kebijakan Perdagangan Luar Negeri
Kebijakan pedagangan luar negeri adalah tindakan atau peraturan yang dibuat oleh
pemerintah yang mempengaruhi struktur atau komposisi dan arah transaksi perdagangan dan
pembayaran internasional. Kebijakan luar negeri tidak berdiri sendiri melainkan saling
mempengaruhi terhadap komponen-komponen lain dari kebijakan ekonomi makro, seperti
kebijakan fiskal dan kebijakan moneter.
Tujuan kebijakan perdagangan luar negeri adalah sebagai berikut ialah untuk meningkatkan
ekspor untuk meningkatkan penerimaan devisa, melindungi industri nasional dari persaingan
barang-barang impor, melindungi kepentingan nasional dari pengaruh buruk atau negatif yang
berasal dari luar negeri. Menjaga keseimbangan neraca pembayaran, sekaligus menjamin
ketersediaan valas yang cukup terutama untuk kebutuhan impor dengan pembayaran cicilan
serta bunga utang luar negeri, menjaga tingkat pertumbuhan Ekonomi yang tinggi dan stabil,
serta meningkatkan kesempatan kerja.
Referensi :
Curatman, A. 2010. Teori Ekonomi Makro. Yogyakarta: Penerbit Swagati Press
Gilarso, T. 2004. Pengantar Ilmu Ekonomi Makro. Jakarta: Kanisius
Puwanto. 2005. Menanggulangi Masalah Kemiskinan dan Pengangguran di Indonesia Dalam
Perspektif Ekonomi. Jurnal Ekonomi dan Pendidikan, vol 2(3): 88-97
Silvia, E. D., Y. Wardi., H. Aimon. 2013. Analisis Pertumbuhan Ekonomi, Investasi, dan Inflasi di
Indonesia. Jurnal Kajjian Ekonomi, vol 1(2): 224-243