Anda di halaman 1dari 19

INFLASI DAN PENGANGGURAN DALAM EKONOMI

MAKRO

Disusun Oleh:
AYI SURYANI
ENDANG SUSANTO
ENDRI AGUSTIAN
INTAN AMALIA
SELLI INDAH LESTARI

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BINA SARANA INFORMATIKA
2023
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, atas limpahan
karunia sehingga makalah Pengantar Ekonomi Makro dapat diselesaikan. Kami juga
mengucapkan Terima Kasih kepada Bapak Gurhanawan M.SI selaku dosen mata
kuliah Pengantar Ekonomi Makro yang sudah membantu kami dalam proses
penulisan makalah ini.
Makalah ini disusun untuk dapat memahami konsep dasar ekonomi makro dan
penerapan dalam perekonomian. Kelebihan makalah ini adalah menyajikan konsep
dasar “Masalah Ekonomi Makro” secara sederhana dan mudah dipahami oleh
pembaca.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi nilai tugas mata kuliah
Pengantar Ekonomi Makro. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran
agar makalah semakin lebih baik.

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................................ii
I PENDAHULUAN.................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................1
1.3 Tujuan......................................................................................................................1
II PEMBAHASAN..................................................................................................................2
2.1 Inflasi........................................................................................................................2
2.2 Pengangguran..........................................................................................................5
2.2.1 Profil Pengangguran di Indonesia.................................................................6
2.2.2 Jenis – jenis pengangguran............................................................................7
2.2.3 Sebab-Sebab Pengangguran...........................................................................8
2.2.4 Dampak Pengangguran..................................................................................9
III PENUTUP........................................................................................................................14
3.1 Kesimpulan............................................................................................................14
3.2 Saran.......................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................15

ii
I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Inflasi dan pengangguran adalah masalah jangka pendek dalam


perekonomian. Inflasi sendiri diartikan sebagai meningkatnya harga-harga secara
umum dan terus menerus. Kenaikan dari satu atau dua barang saja tidak dapat
dikatakan sebagai inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan
kenaikan harga) pada barang lainnya. Semua negara di dunia selalu menghadapi
permasalahan inflasi. Sehingga dapat dikatakan bahwa inflasi yang terjadi pada suatu
negara dapat digunakan sebagai indikator baik buruknya perekonomian suatu negara.
Bagi negara yang perekonomiannya baik, tingkat inflasi yang terjadi berkisar antara
2 sampai 4 persen per tahun. Tingkat inflasi yang berkisar antara 2 sampai 4 persen
dikatakan tingkat inflasi yang rendah. Tingkat inflasi yang berkisar antara 7 sampai
10 persen dikatakan inflasi yang tinggi. Inflasi yang sangat tinggi tersebut disebut
hiperinflasi (hyper inflation).
Tujuan negara membangun adalah untuk kesejahteraan rakyat, maka masalah
pengangguran yang tinggi merupakan kondisi yang sangat tidak dikehendaki oleh
suatu negara di manapun. Inflasi dan pengangguran adalah dua masalah ekonomi
yang utama yang sering dihadapi oleh masyarakat suatu negara. Jika masalah inflasi
dan pengangguran tidak terkendali, maka kedua masalah tersebut dapat
mewujudakan efek buruk baik yang bersifat ekonomi, sosial, politik serta lingkungan
dan budaya. Untuk menghindari berbagai efek buruk yang mungkin ditimbulkan oleh
kedua masalah tersebut, secara sederhana yakni secara ekonomi makro diperlukan
berbagai kebijakan ekonomi yang komprehensif. Dalam teori kurva Phillips,
pengangguran yang tinggi memang akan cenderung mengurangi inflasi. Namun yang
menarik di Indonesia fenomena yang sering terjadi adalah ketika pengangguran
tinggi tingkat inflasi juga masih tetap tinggi. Padahal, tujuan yang selalu dikehendaki
untuk kedua masalah tersebut adalah rendah.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka rumusan masalah pada tulisan ini adalah
bagaimana pengertian mengenai inflasi dan pengangguran serta factor-faktor yang
terkait dalam ekonomi makro.

1.3 Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk membahas pengertian dan factor-faktor yang
terkait dengan inflasi dan pengangguran dalam ekonomi makro.

1
II PEMBAHASAN

2.1 Inflasi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) inflasi merupakan
kemerosotan nilai uang (kertas) karena banyak dan cepatnya uang (kertas) beredar
sehingga menyebabkan naiknya harga barang-barang . Inflasi merupakan suatu
proses kenaikan harga secara terus menerus yang terdapat dalam suatu perekonomian
Menurut Boediono (1990), inflasi diartikan sebagai kecenderungan dari harga-harga
secara umum terus menerus naik (bertambah). Berikut komponen didalam
memahami suatu inflasi yaitu; tingginya jumlah uang yang beredar di suatu negara,
jumlah barang terbatas, atau kenaikan harga yang terus menerus.
Inflasi adalah naiknya harga-harga komoditi secara umum disebabkan oleh
tidak sinkronnya antara program sistem pengadaan komoditi (produksi, penentuan
harga, pencetakan uang dan lain sebagainya) dengan pendapatan yang dimiliki oleh
masyarakat. Sebenarnya inflasi bukan masalah yang terlalu berarti apabila keadaan
tersebut diiringi oleh tersedianya komoditi yang diperlukan secara cukup dan
ditimpali dengan naiknya tingkat pendapatan yang lebih besar dari % tingkat inflasi
tersebut (daya beli masyarakat lebih besar dari tingkat inflasi). Akan tetapi manakala
biaya produksi untuk menghasilkan komoditi semakin tinggi yang menyebabkan
harga jualnya juga menjadi relatif tinggi sementara disisi lain tingkat pendapatan
masyarakat relatif tetap maka barulah inflasi ini menjadi sesuatu yang
membahayakan apalagi bila berlangsung dalam waktu yang relatif lama dengan porsi
berbanding terbalik antara tingkat inflasi terhadap tingkat pendapatan (daya
beli).secara umum inflasi merugikan bagi Sebagian besar masayarakat untuk
mengatasi dan mengantisipasi kerugian ini maka Masyarakat dan seluruh pelaku
ekonomi lainnya harus mampu membaca gejala dan trend inflasi yang telah terjadi
seblumnya,jika berdasarkan pengalaman tahuntahun seblmnya kebijakankebijakan
ekonomi ratarata inflasi 10% pertahun, maka pengusaha dapat memasukan
perubahan harga itu dalam struktur harga barang yang dihasilkannya . begitu pula
denga kelompok Masyarakat yang berpendapatan tetap , dapat menuntut kenaikan
gaji atau upah sebesar ratarata infalsi yang terjadi . sehingga pendapatannya secara
real tidak mengalami penurunan

Ciri-ciri terjadinya inflasi pada suatu negara sebagai berikut:


1. Pada umumnya harga-harga dalam keadaan naik secara terus- menerus
2. Banyaknya uang yang beredar melebihi kebutuhan
3. Pergerakan barang relatif sedikit
4. Nilai uang (daya beli uang) menurun
Pencegahan inflasi telah lama menjadi salah satu tujuan utama dari
kebijaksanaan ekonomi makro pemerintahan dan bank sentral disetiap negara.
Karena inflasi dianggap sebagai bencana bagi perekenomian khususnya pada

2
masyarakat yang memiliki pendapata rendah, kegiatan pinjam meminjam (pemberi
pinjaman beruntung, peminjam merugi), spekulasi dan persaingan dalam
perdagangan internasional. Negara berkembang yang mengalami defisit nerca
perdagangan dan menganut APBN defisit, biasanya melakukan penambahan dengan
mencetak uang untuk membiayai pengeluaran pemerintah. Apabila penctakan uang
tidak diimbangi dengan kenaikan pendapatan nasional (GNP)Kenaikan harga atau
inlfasipun tidak akan terjadi secara langsung dirasakan pada tahun pencetakan tahun
tersebut, tetapi akan terasa setelah beberapa tahun (di Indonesia dampak inflasi
dirasakan setelah 2 - 3 tahun) dari tahun saat terjadi penambahan uang dengan
pencetakan uang baru fenomena ini sesuai dengan teori kuantitas Irving FisherJadi
dapat dikatakan bahwa teori kuantitas uang ini merupakan fondasi dari teori-teori
ekonomi saat ini.
Fenomena inflasi di Indonesia menurut pandangan koynes adalah inflasi yang
terjadi akibat kenaikan gaji pegawai negeriJika Pemerintah Indonesia mengumumkan
gaji pegawai negeri, maka pemerintah menambah pengeluaran rutinnya. Kenaikan
gaji tersebut biasanya akan diikuti kenaikan harga-harga bahan pokok seperti beras
dan minyak gorengKenaikan harga barang-barang lain menyebabkan pengusaha
swasta menaikan investasi karena ada keuntungan akibat harga tersebut. Kenaikan
harga bahan pokok yang diikuti kenaikan harga barang-barang lainnya menyebabkan
tuntutan karyawan dan buruh untuk menaikan upahnya menyesuaikan kenaikan
harga bahan pokok dan barang-barang lainnyaPada realitanya, tuntutan karyawan dan
buruh seperti ini jarang sekali dapat dipenuhi karena posisi tawaran yang rendah.
Inflasipun sebenarnya bersifat relatif, karena ukuran berat atau ringannya
bergantung pada kekuatan masyarakat dan negara yang mengalami inflasiPengaruh
positif inflasi terjadi apabila inflasi masih dibawah persentasi tingkat bunga kredit
yang berlaku bagi negara majuhal demikian akan mendorong kegiatan ekonomi dan
pembangunan, karena pengusaha dinegara maju dapat memanfaatkan kenaikan harga
untuk berinvestasi memproduksi, serta menjual barang dan jasa.
Sedangkan tingkat inflasi di Indonesia selama 10 tahun terakhir rata-rata
7,98%. Salah satu cara mengatasinya yaitu dengan kebijakan moneter oleh
pemerintah yang dalam hal ini menjadi tugas Bank Indonesia (BI)Kenaikan harga
dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali jika kenaikan itu
meluas dan mengakibatkan kenaikan harga pada barang lainnya. Kebalikan dari
inflasi disebut deflasi
Ragam inflasi dikategorikan menjadi:
1. inflasi ringan terjadi ketika kenaikan harga berada di bawah angka
10%pertahun
2. Inflasi sedang antara 10%-30% pertahun
3. Inflasi berat antara 30%-100% pertahun
4. Hiperinflasi (inflasi yang tidak terkendali), terjadi ketika kenaikan harga
berada di atas 100% pertahun

Indikator yang sering digunakan untuk mengukur tingkat inflasi adalah

3
Indeks Harga Konsumen (IHK)Yakni indeks yang menghitung rata-rata perubahan
harga dari suatu paket barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga dalam
kurun waktu tertentu. Perubahan IHK dari waktu ke waktu menggambarkan tingkat
kenaikan (inflasi) atau tingkat penurunan (deflasi) dari barang dan jasaPenentuan
barang dan jasa dalam keranjang IHK dilakukan atas dasar Survei Biaya Hidup
(SBH) yang dilakukan BPS Kemudian BPS akan memonitor perkembangan harga
dari barang dan jasa tersebut secara bulanan di 82 kota seluruh Indonesia, di pasar
tradisional dan modern terhadap beberapa jenis barang atau jasa di setiap kota. Inflasi
yang diukur IHK dikelompokkan ke 7 kelompok pengeluaran, yakni:
1. Kelompok bahan makanan
2. Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau
3. Kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar
4. Kelompok sandang
5. Kelompok kesehatan
6. Kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga
7. Kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan

Biasanya inflasi di Indonesia akan tinggi menjelang Hari Raya Idul Fitri, Idul
Adha, atau terganggunya produksi akibat cuaca, dan momen lainnya. Kalau tidak ada
upaya dari pemerintah, inflasi tersebut akan cenderung bergerak tak terkendali.
Kenaikan harga barang terus menerus atau inflasi terjadi bukan tanpa sebab.
Secara umum, ada beberapa faktor penyebab terjadinya inflasi, antara lain:
a. Meningkatnya jumlah permintaan atau demand pada suatu jenis barang
tertentu. Saat permintaan naik, namun stok atau suplai terbatas, pasti akan
terjadi lonjakan harga.
b. Biaya produksi sebuah barang atau jasa mengalami kenaikan. Hal ini
disebabkan karena terjadi peningkatan harga bahan baku maupun upah
pekerja. Dari situlah, produsen akan mengambil tindakan mengerek harga jual
barang atau jasa.
c. Saat jumlah uang yang beredar di masyarakat cukup tinggi. Ketika jumlah
uang yang ada di masyarakat meningkat hingga dua kali lipat, harga barang
pun akan mengalami peningkatan yang setara Hal ini disebabkan karena
kenaikan daya beli masyarakat, tetapi stok barang tetap statis.

Dampak dari inflasi itu meliputi; memperburuk tingkat pendapatan dan


banyaknya pengangguran. Sedangkan akibat buruk dari Inflasi itu sendiri;
Menurunnya tingkat kemakmuran masyarakat (terutama bagi yang berpenghasilan
tetap). Inflasi bisa berlaku lebih cepat dibandingkan kenaikan upah/gaji. Prospek
pembangunan ekonomi jangka panjang terganggu cenderung mengurangi tingkat
Investasi, mengurangi ekspor dan menaikkan impor, dan memperlambat
pertumbuhan ekonomi.
Perdagangan internasional merupakan kegiatan perdagangan yang melewati
batas-batas wilayah suatu negara. Kegiatan ini dapat berupa ekspor dan impor barang

4
untuk bahan baku, barang setengah jadi, atau produk-produk akhir yang dibutuhkan
konsumen. Terutama yang tidak dimiliki atau tidak diproduksi di dalam negeri.
Bisnis internasional ini juga dapat berupa perdagangan jasa, seperti perbankan,
konsultan, hotel, asuransi, travel, atau transportasi. Jika di dalam negeri terjadi
kenaikan harga, artinya harga produk dalam negeri menjadi lebih mahal. sebaliknya,
jika produk dalam negeri lebih mahal dibandingkan dengan produkproduk luar
negeri, maka akan menyebabkan produk domestik menjadi lebih sulit bersaing
dengan produk impor.

2.2 Pengangguran
Pengangguran (unemployment) merupakan masalah yang selalu hampir ada
dalam setiap perekonomian, terutama di negara berkembang seperti Indonesia.
Secara umum, pengangguran didefinisikan sebagai ketidakmampuan angkatan kerja
(labor force) untuk memperoleh pekerjaan sesuai yang mereka butuhkan dan mereka
inginkan. Dengan kata lain, pengangguran merujuk pada situasi atau keadaan di
mana seseorang menghadapi ketiadaan kesempatan Kerja. Pengangguran tidaklah
selalu identik dengan orang yang tidak memiliki pekerjaan atau sedang mencari
pekerjaan. Orang yang sudah memiliki pekerjaan dan menjalankan pekerjaannya juga
dapat digolongkan sebagai pengangguran karena konsep pengangguran dapat dilinat
dari tiga dimensi, yaitu:
a. Waktu
b. Intensitas pekerjaan
c. Produkivitas

Orang yang sudah bekerja dapat digolongkan sebagai setengah pengangguran


apabila pekerjaan yang dilakukan oleh orang tersebut tidak Sesuai dengan
keterampilan dan keahlian yang dimilikinya sehingga hasil akhir dari pekerjaannya di
bawah produktivitas yang seharusnya Secara lebih rinci, setengah pengangguran
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Setengah penganggur kentara (visible under-employment) yang
mencerminkan kondisi orang yang bekerja tetapi mengalami ketidakcukupan
dalam volume pekerjaan yang dilakukan. Adapun kriteria setengah
pengangguran kentara dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1. Bekerja kurang dari jam kerja normal
2. Melakukan pekerjaan secara terpaksa
3. Sudah bekerja tapi masih mencari pekerjaan lain atau masin bersedia
menerima pekerjaan tambahan

b. Setengah penganggur tak kentara (invisible under-employment) dapat


tercermin dari adanya ketidaktepatan dalam penempatan sumber daya
manusia, atau adanya ketidakseimbangan antara tenaga kerja dengan faktor
produksi. Hal ini ditandai dengan rendahnya tingkat pendapatan,
keterampilan yang kurang dimanfaatkan, dan rendahnya tingkat produkivitas.

5
Setengah penganggur, baik yang kentara maupun yang tidak kentara dapat
dihitung dengan cara membagi jumiah penduduk yang setengah menganggur pada
tahun dengan jumiah angkatan kerja pada tahun yang bersangkutan.
2.2.1 Profil Pengangguran di Indonesia
Masalah pengangguran, yang terbuka maupun yang samar-samar merupakan
penyakityang bersifat struktural dan kronis yang melanda seluruh negara
berkembang. Bersifat struktural berarti masalah pengangguran ini berkaitan dengan
berbagai aspek, baik aspek ekonomi maupun aspek sosial, politi, dan
kemasyarakatan. Sedangkan pengang-guran bersifat kronis, artinya masalah
pengangguran dari waktu ke waktu bukannya mengalami perbaikan, akan tetapi
justru permasalahan pengangguran semakin parah dan jumiahnyapun terus
meningkat. Penyebab yang paling mendasar adalah pencari kerja setiap tahun terus
bertambah, sedangkan lapangan kerja yang tersedia bagi mereka tidak mencukupi,
kalaupun bertambah tidakiah sebanding dengan tambahan pencari kerja tersebut
Akibatnya, setiap tahun jumiah penganggur yang benar-benar
terbuka terus meningkat Menurut Edgar O. Edwards menggolongkan pengangguran
menjadi 5 bentuk, yaitu:

1. Pengangguran terbuka (open unemployment)


Pengangguran terbuka dapat dibagi menjadi dua, yaiu:
a. Penganggur sukarela
b. Penganggur terpaksa

2. Setengah penganggur (underemployment)


Tenaga kerja yangtermasuk setengah menganggur adalah kelompok tenaga
kerja yang lamanya bekerja (dalam satuan hari, jam, ataupun minggu) kurang
dari yang seharusnya mereka bisa kerjakan. Misalnya orang yang sudah
memiiki pekerjaan, tetapi orang tersebut malas-malasan, datang terlambat,
maupun mendahului pulang.

3. Bekerja secara tidak penuh


a. Pengangguran tak kentara (disguised unemployment)
b. Pengangguran tersembunyi (hidden unemployment)

4. Tenaga kerja lemah (impaired)


Kelompok ini sebenarnya memiliki pekerjaan dan bekerja secara penuh,
tetapi intensitasnya rendah. Jenis pengangguran ini dikarenakan kurang gizi
maupun menderita penyakit tertentu.

5. Tenaga kerja tidak produktif


Kelompok angkatan kerja ini sebenarnya sudah memilki pekerjaan dan
mampu bekerja secara produktif, tapi karena kurangnya fasilitas yang dimiliki

6
perusahaan mengakibatkan mereka menghasilkan pekerjaan yang tidak
memuaskan Misalnya mesin yang dimillki sudah usang, kondisi pabrik yang
tidak nyaman, maupun bahan baku yang tidak tersedia secara rutin.

2.2.2 Jenis – jenis pengangguran

1. Pengangguran Friksional Adalah pengangguran yang disebabkan karena


jenis pekerjaan memerlukan kenaikan skill atau peningkatan keterampilan
pekerjaKeterampilan yang lebih tinggi dibutuhkan oleh para pengguna
tenaga kerja sulit ditemukan pada keterampilan yang dimiliki oleh para
pekerjaSehingga pengangguran friksional dalam perekonomian akan
terjadiPengangguran friksional tidak akan pernah mencapai angka nol.
2. Pengangguran Struktural Yaitu bagian dari pengangguran disebabkan
perubahan struktur perekonomian. Perubahan struktur perekonomian ini
membuat sejumlah pekerja kehilangan pekerjaan. Contoh, perubahan
struktur yang cukup cepat dari struktur ekonomi yang bersifat agraris
menuju perekonomian ke arah dominasi sektor industri yang lebih besar,
akan menyebabkan sejumlah tenaga kerja yang berada di sektor agraris
atau pertanian akan kehilangan pekerjaan.

Pengangguran Akibat Siklus Bisnis atau Siklus Ekonomi Yaitu


naiknya pengangguran yang terjadi akibat resesi atau depresi pada suatu
perekonomian. Output, kesempatan kerja, dan pengangguran merupakan
variabel yang saling berhubungan.

Jika perekonomian memproduksi lebih banyak barang dan jasa maka


akan lebih banyak tenaga kerja yang digunakan di dalam aktivitas
produksiAtau yang terjadi jumlah tenaga kerja yang ada harus mampu
memproduksi lebih banyak. Jika dihubungkan dengan pernyataan tersebut
di atas, yang pertama menggambarkan suatu kenaikan kesempatan kerja.
Sedangkan kedua, menunjukkan kenaikan produktivitas per pekerja.
Kenaikan produktivitas merupakan penyebab utama pertumbuhan
ekonomi

Satu kenaikan tingkat pengangguran akan menyebabkan output turun


dan sebagian orang kehilangan pekerjaan. Dapat disimpulkan hubungan
variabel output dan kesempatan kerja sebagai berikut"Jika jumlah
angkatan kerja tidak berubah dan produktivitas tenaga kerja konstan,
maka tingkat pengangguran mempunyai hubungan yang berlawanan
dengan output perekonomian. Yaitu jika output perekonomian mengalami
pertumbuhan yang tinggi maka tingkat pengangguran akan kecil dan
sebaliknya"

7
2.2.3 Sebab-Sebab Pengangguran

Sebelum berbicara tentang pengangguran, ada baiknya kita mengetahui


terlebih dahulu apa yang disebut dengan tenaga kerja, angkatan kerja dan usia
pekerja yang ditetapkan di Indonesia. Tenaga kerja yaitu penduduk dalam usia
kerja yang siap melakukan pekerjaan, antara lain mereka yang sudah bekerja,
mereka yang sedang mencari pekerjaan, mereka yang bersekolah, dan mereka
yang mengurus rumah tanggaAngkatan kerja adalah mereka yang mempunyai
pekerjaan, baik sedang bekerja maupun yang sementara tidak sedang bekerja
karena suatu sebab (petani yang menunggu panen,karyawan yang sedang
sakit,dsb). Sedangkan yang dimaksud dengan usia pekerja adalah tingkat umur
seseorang yang diharapkan dapat bekerja dan memperoleh pendapatan. Di
Indonesia kisaran usia kerja adalah antara 10-64 tahun.

Kemudian yang disebut sebagai pengangguran atau tuna karya adalah


istilah untuk orang yang tidak bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja
kurang dari dua hari selama seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha
mendapatkan pekerjaan. Masalah pengangguran tentulah tidak muncul begitu saja
tanpa suatu sebab. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pengganguran
secara global adalah sebagai berikut:

1. Besarnya Angkatan Kerja Tidak Seimbang dengan Kesempatan Kerja.


Ketidakseimbangan terjadi apabila jumlah angkatan kerja lebih besar
daripada kesempatan kerja yang tersedia. Kondisi sebaliknya sangat
jarang terjadi.

2. Struktur Lapangan Kerja Tidak Seimbang

3. Kebutuhan jumlah dan jenis tenaga terdidik dan penyediaan tenaga


terdidik tidak seimbangApabila kesempatan kerja jumlahnya sama
atau lebih besar daripada angkatan kerja, pengangguran belum tentu
tidak terjadi. Alasannya, belum tentu terjadi kesesuaian antara tingkat
pendidikan yang dibutuhkan dan yang tersedia. Ketidakseimbangan
tersebut mengakibatkan sebagian tenaga kerja yang ada tidak dapat
mengisi kesempatan kerja yang tersedia

8
4. Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Kerja antar daerah tidak
seimbangJumlah angkatan kerja disuatu daerah mungkin saja lebih
besar dari kesempatan kerja, sedangkan di daerah lainnya dapat terjadi
keadaan sebaliknyaKeadaan tersebut dapat mengakibatkan
perpindahan tenaga kerja dari suatu daerah ke daerah lain, bahkan dari
suatu negara ke negara lainnya

5. Budaya pilih-pilih pekerjaanPada dasarnya setiap orang ingin bekerja


sesuai dengan latar belakang pendidikan. Dan lagi ditambah dengan
sifat gengsi maka tak heran kebanyakan yang ditemukan di Indonesia
bukan pengangguran terselubung, melainkan pengangguran terbuka
yang didominasi oleh kaum intelektual (berpendidikan tinggi)

6. Pemalas. Selain budaya memilih-milih pekerjaan,budaya (negatif) lain


yang menjamur di Indonesia adalah budaya malasMalas mencari
pekerjaan sehingga jalan keluar lain yang ditempuh adalah dengan
menyogok untuk mendapatkan pekerjaan.

7. Tidak mau ambil resiko"Saya bersedia tidak digaji selama 3 bulan


pertama jika diterima bekerja di kantor bapakDengan demikian bapak
tidak akan rugiJika bapak tidak puas dengan hasil kerja saya selama 3
bulan tersebutbapak bisa pecat saya "Adakah yang berani mengambil
resiko seperti itu? Saya yakin sedikit sekaliPadahal kalau dipikir-pikir
itu justru menguntungkan si pencari kerja selama 3 bulan tersebut ia
bisa menimba pengalaman sebanyak-banyaknyaMeskipun akhirnya
dipecat jugatoh dia sudah mendapat pengalaman kerja 3 bulan.

2.2.4 Dampak Pengangguran

Tujuan akhir pembangunan ekonomi suatu negara pada dasarnya adalah


meningkatkan kemakmuran masyarakat dan pertumbuhan ekonomi agar stabil dan
dalam keadaan naik terusJika tingkat pengangguran di suatu negara relatif tinggi, hal
tersebut akan menghambat pencapaian tujuan pembangunan ekonomi yang telah
dicita-citakan. Hal ini terjadi karena pengganguran berdampak negatif terhadap
kegiatan perekonomian, seperti yang dijelaskan di bawah ini:

1. Pengangguran bisa menyebabkan masyarakat tidak dapat memaksimalkan tingkat


kemakmuran yang dicapainya. Hal ini terjadi karena pengangguran bisa
menyebabkan pendapatan nasional riil (nyata) yang dicapai masyarakat akan lebih
rendah daripada pendapatan potensial (pendapatan yang seharusnya)Oleh karena itu
kemakmuran yang dicapai oleh masyarakat pun akan lebih rendah.

9
2. Pengangguran akan menyebabkan pendapatan nasional yang berasal dari sektor
pajak berkurangHal ini terjadi karena pengangguran yang tinggi akan menyebabkan
kegiatan perekonomian menurun sehingga pendapatan masyarakat pun akan
menurun. Dengan demikian, pajak yang harus dibayar dari masyarakat pun akan
menurunJika penerimaan pajak menurundana untuk kegiatan ekonomi pemerintah
juga akan berkurang sehingga kegiatan pembangunan pun akan terus menurun

3. Pengangguran tidak menggalakkan pertumbuhan ekonomiAdanya pengangguran


akan menyebabkan daya beli masyarakat akan berkurang sehingga permintaan
terhadap barang-barang hasil produksi akan berkurangKeadaan demikian tidak
merangsang kalangan Investor (pengusaha) untuk melakukan perluasan atau
pendirian industri baru. Dengan demikian tingkat investasi menurun sehingga
pertumbuhan ekonomipun tidak akan terpacu.

Berikut ini merupakan dampak negatif pengangguran terhadap individu


yang mengalaminya dan terhadap masyarakat pada umumnya:

1. Pengangguran dapat menghilangkan mata pencaharian


2. Pengangguran dapat menghilangkan ketrampilan
3. Pengangguran dapat meningkatkan angka kriminalitas
4. Pengangguran akan menimbulkan ketidakstabilan sosial politik
5. Pengangguran dapat meningkatkan angka kemiskinan

Cara mengatasi pengangguran yaitu antara lain dengan:

1. WiraswastaSelama orang masih tergantung pada upaya mencari kerja di


perusahaan tertentu, pengangguran akan tetap menjadi masalah pelik.
Masalah menjadi agak terpecahkan apabila muncul keinginan untuk
menciptakan lapangan usaha sendiri atau berwiraswastaFakta
memperlihatkan cukup banyak wiraswasta yang berhasilMeskipun demikian,
wiraswasta pun bukanlah hal yang mudah.
2. Untuk mendorong pengembangan usaha mandiriusaha kecil dan usaha
keluarga, perlu menyalurkan dana melalui bank seperti BPR dengan tingkat
bunga di bawah 15% per tahun.
3. Untuk membantu usaha keluarga miskin, perlu menyediakan dana pinjaman
dengan tingkat bunga cukup menutupi biaya adminstrasi bank, misalnya 7%,
yang dapat diperoleh tanpa agunan.
4. Bantuan kepada keluarga miskin seperti beras untuk si miskin (raskin)
sedapat mungkin diganti menjadi penciptaan kesempatan kerja.
5. Sejumlah dana bergulir disediakan dan disalurkan untuk usaha- usaha
keluarga di sektor informal sehingga dapat menambah penghasilan mereka.
6. Program Pendidikan dan Pelatihan KerjaPengangguran terutama disebabkan
oleh masalah tenaga kerja yang tidak terampil dan ahli. Perusahaan lebih

10
menyukai calon pegawai yang sudah memiliki keterampilan atau keahlian
tertentu. Masalah tersebut amat relevan di negara kita mengingat sejumlah
penganggur adalah orang yang belum memiliki keterampilan atau keahlian
tertentuUntuk mengatasi masalah tersebut, perlu digalakan lembaga yang
mendidik tenaga kerja menjadi siap pakaiYang paling penting dalam
pendidikan dan pelatihan kerja itu adalah kesesuaian program dengan
kualifikasi yang dituntut oleh kebanyakan perusahaan.

2.3 Hubungan Inflasi Dengan Pengangguran ( kurva Philips ) di Indonesia


Arti inflasi dan pengangguran telah dijelaskan secara singkat di atas,
sebagaimana diketahui bahwa manakala inflasi terlalu tinggi, maka Masyarakat
cenderung tidak ingin menyimpan uangnya lagi, tetapi akan diubah dalam bentuk
barang, baik barang yang siap dipakai atau harus melalui proses produksi (membuat
rumah misalnya). Sementara pengangguran adalah orang yang tidak bekerja dan
sedang mencari pekerjaan.
Dalam kondisi tingkat inflasi yang relatif tinggi, maka secara teoritis para
pengangguran akan banyak memperoleh pekerjaan, bukan saja karena banyak
masyarakat membutuhkan tenaganya, tetapi juga para produsen seharusnya akan
momentum kenaikan harga barang dengan menambah produksinya yang tentu saja
harus membuka kapasitas produksi baru dan ini tentu memerlukan tenaga kerja baru
sampai pada tingkat full employment.
Sampai sebegitu jauh agaknya inflasi yang tinggi banyak memberikan
dampak yang negatif daripada positif bagi suatu bangsa dalam perekonomiannya.
Alasannya, sederhana saja karena banyak negara yang mengelola ekonominya tidak
efisien, hambatan investasi, dan masih tergantung sangat besar (baik dari segi
kualitas maupun kuantitas) pada bahan baku impor.
Kenyataannya inflasi yang relatif tinggi membuat masyarakat hidup
berhemat, banyak PHK dan penurunan jumlah produksi sehingga terjadi kelangkaan
barang di pasar, dan ini justru akan menjadi inflasi yang sudah tinggi menjadi lebih
tinggi.
Prof. A. W Phillips dari London School of Economic (tahun 1958),
Inggris meneliti data dari berbagai negara mengenai tingkat pengangguran dan
inflasi. Secara empiris tanpa didasari teori yang kuat ditemukan suatu bukti ada
hubungan yang terbalik antara tingkat inflasi dan pengangguran, dalam arti apabila
inflasi naik, maka pengangguran turun, sebaliknya apabila inflasi turun, maka
pengangguran naik.

Secara teori, Lipsey (tahun 1997) menerangkan hubungan antara tingkat


inflasi dengan pengangguran melalui teori pasar tenaga kerja. Menurutnya, upah
tenaga kerja akan cenderung turun bila pengangguran relatif banyak, karena
banyaknya tingkat pengangguran mencerminkan adanya kelebihan penawaran tenaga
kerja. Sebaliknya upah tenaga kerja naik bila tingkat pengangguran
relatif rendah, karena adanya kelebihan permintaan tenaga kerja. Namun, meskipun

11
pada suatu kondisi terdapat keseimbangan anatara permintaan dan penawaran tenaga
kerja yang memberikan tingkat upah tertentu, pengangguran masih saja tetap ada, hal
ini dikarenakan informasi yang kurang keahlian yang tidak sesuai dengan lowongan
dan sebagainya. Jadi menurut Lipsey, sehubungan dengan teori Phillips, penawaran
dan permintaan itu menentukan tingkat upah dan perubahan tingkat upah tergantung
dari adanya kelebihan permintaan tenaga kerja. Dengan demikian, makin besar
kelebihan permintaan tenaga kerja, maka tingkat upah akan semakin besar, ini berarti
tingkat pengangguran akan semakin kecil/rendah. Karena hubungan antara kelebihan
permintaan tenaga kerja sebanding dengan kenaikan upah, maka berarti bila tingkat
upah tinggi maka pengangguran rendah, sebaliknya bila tingkat upah rendah, maka
pengangguran tinggi. Namun, bila dibalik pernyataannya menjadi bila tingkat
pengangguran tinggi, maka upah rendah dan bila pengangguran rendah, maka upah
tinggi. Perlu diingat bahwa asumsi dasar dari teori ini adalah bahwa bila upah riil
sama dengan upah nominal, dimana upah riil adalah upah nominal dibagi dengan
harga yang berlaku.
Yang menjadi pertanyaan adalah dimanakah hubungan antara tingkat upah
dengan inflasi sehubungan dengan penjelasan teoritis. Lihatlah Kembali salah satu
penyebab inflasi yang dijelaskan di atas, yaitu cost push inflation, dimana salah satu
penyebab naiknya harga barang adalah adanya tuntutan
kenaikan upah, sehingga untuk mengatasi biaya produksi dan operasi, maka harga
produk dijual dengan harga relatif mahal dari sebelumnya (artinya manakala upah
tinggi, maka tingkat inflasi tinggi, dan sebaliknya)

Kurva Phillips Hubugan terbalik (tradeoff) antara penganguran dan inflasi


disebut kurva phillips. Semakin tinggi tingkat pengangguran maka semakin rendah
tingkat inflasi upah. Dalam hal ini pengangguran sebagai output dan menerjemahkan
inflasi sebagai perubahan harga. Kondisi dimana secara simultan pengangguran
tinggi dan diikuti inflasi yang tinggi disebut sebagai stagflasi3. Adapun gambar
kurva phillips adalah sebagai berikut:

Gambar 1. Kurva Philips

12
Gambar 1. Kurva Phillips A.W. Phillips menggambarkan bagaimana sebaran
hubungan antara inflasi dengan tingkat pengangguran didasarkan pada asumsi bahwa
inflasi merupakan cerminan dari adanya kenaikan permintaan agregat. Dengan
naiknya permintaan agregat, maka sesuai dengan teori permintaan, jika permintaan
naik maka harga akan naik. Dengan tingginya harga (inflasi) maka untuk memenuhi
permintaan tersebut produsen meningkatkan kapasitas produksinya dengan
menambah tenaga kerja (asumsinya tenaga kerja merupakan satu-satunya input yang
dapat meningkatkan output). Akibat dari peningkatan permintaan tenaga kerja maka
dengan naiknya harga-harga (inflasi), pengangguran berkurang.
Tiga masalah utama dan mendasar dalam perekonomian Indonesia secara
makro ekonomi adalah persoalan ketenagakerjaan atau pengangguran dan inflasi
yang tinggi serta pertumbuhan ekonomi yang relatif rendah dan belum berkualitas.
Penanggulangan atau kebijakan pada dua masalah ini pun tidak dapat diprioritaskan
mana yang akan diselesaikan terlebih dahulu, semuanya bergantung pada kondisi
struktural perekonomian.
Kurva Phillips tidak berlaku di Indonesia karena inflasi di Indonesia tidak
disebabkan oleh permintaan agregat melainkan kenaikan harga, misalnya akibat
kenaikan BBM. Selain itu kebanyakan perusahaan di Indonesia menerapkan padat
modal bukan padat karya, sehingga pertumbuhan lapangan kerja lebih kecil
dibandingkan dengan pertumbuhan angkatan kerja. Suatu perekonomian negara
dikatakan baik jika pada suatu ketika tingkat inflasi dan pengangguran yang terjadi
lebih rendah dibanding tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapai. Tujuan utama
dari kebijakan ekonomi makro adalah untuk memecahkan masalah inflasi sebagai
penyebab terjadinya ketidakstabilan harga dan untuk memecahkan masalah
pengangguran. Jadi kebijakan ekonomi makro harus dapat mencapai sasarannya,
yaitu menciptakan stabilitas harga dan dalam waktu bersamaan menciptakan
kesempatan kerja.

13
III PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pengujian data yang dilakukan secara statistik, dapat
diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa inflasi berpengaruh negatif terhadap
pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Artinya ketika inflasi meningkat maka
pertumbuhan ekonomi juga akan rendah.
2. Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara pengangguran terhadap
pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Hal ini disebabkan karena walaupun
pertumbuhan ekonomi terus mengalami peningkatan akan tetapi tingkat
pengangguran tidak mengalami penurunan yang berarti.

3.2 Saran
Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis data, menunjukkan bahwa pengangguran
dan inflasi Secara bersama-sama mempunyai pengaruh signifikan, dan secara
masingmasing juga mempunyai pengaruh signifikan. Melihat kondisi di atas, ada
beberapa saran yang diberikan yaitu :
1. Pemerintah bisa membuat agar pengusaha menaikkan hasil produksinya.
Menekankan tingkat upah, melakukan pengawasan harga dan sekaligus menetapkan
harga maksimal. Pemerintah seharusnya melakukan distribusi secara langsung.
Dimana hal ini diharapkan agar tidak terjadinya kenaikan harga.
2. Pemerintah perlu merangsang terciptanya lapangan pekerjaan baru, dengan
memperhatikan usaha kecil, dan menengah (UKM) karena pada sektor itulah orang
menganggur banyak bekerja. UKM dapat menyerap banyak tenaga kerja apabila

14
dikembangkan dengan baik dan juga didukung oleh pemerintah.

15
DAFTAR PUSTAKA

Erna Chotidjah Suhatmi, SE.,M.Ak dan Ecclisia Sulistyowati, SE.,MM


Ekonomi Makro
Ragandhi, Arsad. 2014. Jurnal Studi Ekonomi Indonesia:Pengaruh
Pendapatan Nasional,Inflasi, dan Suku Bunga Deposito Terhadap
Konsumsi Masyarakat di Indonesia. (online)
Riza Ronaldo Jurnal Ekonomi, Volume 21 Nomor 2, Juni 2019

https://www.dpr.go.id/doksetjen/dokumen/
apbn_analisis_keberadaan_tradeoff_inflasi_dan_pengangguran_%28kurva_phillips
%29_di_indonesia20140821142142.pdf

16

Anda mungkin juga menyukai