Anda di halaman 1dari 19

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER(RPS)

EKONOMI MAKRO

TEORI INFLASI DAN KEBIJAKAN UNTUK MENGATASINYA

DOSEN PENGGAMPU : Martina Nofra Tilopa, M.E.

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 12 (2AK-E)

1. ROSIMA SARI (2216040162)


2. MA’RIFATIN NASHEKHA (2216040173)
3. AURA GHAFIRANNUR ANAKUSA (2216040193)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI IMAM BONJOL PADANG

2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah


SWT, karena kami dapat menyelesaikan makalah ini. Dalam kesempatan ini, dengan rendah
hati saya ingin menyampaikan makalah yang berjudul "Teori Inflasi dan Kebijakan Untuk
Mengatasinya". Makalah ini disusun sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan
tugas mata kuliah Ekonomi Makro. Tujuan utama dari penyusunan makalah ini adalah untuk
memberikan pemahaman yang lebih mendalam mengenai topik yang dibahas serta
menunjukkan pemahaman kami terhadap materi tersebut. Proses penyusunan makalah ini
melibatkan beberapa tahap, antara lain pengumpulan data dan informasi dari berbagai sumber
yang relevan, analisis dan sintesis informasi, serta pembuatan struktur dan penulisan makalah
dengan bahasa yang jelas dan sistematis. Kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki
keterbatasan dan kekurangan tertentu. Oleh karena itu, segala masukan, saran, dan kritik yang
bersifat membangun sangat saya harapkan untuk pengembangan pengetahuan dan kualitas
makalah kami yang lebih baik di masa mendatang. Terakhir, kami mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan
selama proses penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca
dan memberikan kontribusi positif terhadap pemahaman dan perkembangan ilmu
pengetahuan. Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Padang, 1 Juni 2023

Penulis

i
Daftar Isi

KATA PENGANTAR...................................................................................................... i

DAFTAR ISI ..................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah ...........................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan .............................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................2

2.1 Pengertian Inflasi............................................................................................ 3

2.1.1 Penyebab Inflasi ....................................................................................4

2.1.2 Jenis-jenis Inflasi ...................................................................................5

2.2 Teori Inflasi..................................................................................................... 6

2.3 Dampak Inflasi ...............................................................................................7

2.4 Pengendalian Inflasi .......................................................................................8

2.5 Kurva Philips ..................................................................................................9

BAB III PENUTUP...................................................................................................... 10

3.1 Kesimpulan ...................................................................................................11

3.2 Saran .............................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................13

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Inflasi merupakan fenomena ekonomi yang telah menjadi fokus perhatian dalam banyak
negara di seluruh dunia. Peningkatan harga barang dan jasa secara umum dapat memiliki
dampak yang signifikan terhadap kehidupan sehari-hari masyarakat, stabilitas ekonomi, serta
kebijakan pemerintah. Oleh karena itu, pemahaman yang mendalam tentang inflasi dan teori
yang mendasarinya sangat penting. Salah satu teori yang telah dikembangkan untuk
menjelaskan inflasi adalah teori inflasi. Teori ini berfokus pada faktor-faktor yang
menyebabkan terjadinya inflasi, mekanisme inflasi, serta dampaknya terhadap perekonomian.
Dalam beberapa dekade terakhir, teori inflasi telah menjadi subjek penelitian yang intensif
oleh para ekonom dan akademisi.
Tingkat inflasi yang stabil sangat penting untuk menjaga stabilitas ekonomi suatu negara.
Inflasi yang terlalu tinggi dapat menyebabkan penurunan daya beli masyarakat,
meningkatkan biaya hidup, dan merusak kepercayaan investor. Di sisi lain, inflasi yang
terlalu rendah juga dapat memiliki konsekuensi negatif, seperti deflasi, yang dapat
menghambat pertumbuhan ekonomi dan menyebabkan kontraksi dalam sektor-sektor tertentu.
Penelitian mengenai teori inflasi telah memberikan kontribusi yang signifikan dalam
mengembangkan pemahaman kita tentang fenomena ini. Berbagai teori ekonomi, seperti teori
kuantitas uang, teori ekspektasi rasional, dan teori persaingan monopolistik, telah
memberikan wawasan baru tentang inflasi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, penulis merumuskan rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Apa Pengertian Inflasi ?
2. Apa Saja Teori-Teori Inflasi ?
3. Bagaimana Dampak Dari Inflasi ?
4. Bagaimana Cara Pengendalian Inflasi ?

1
5. Apa Pengertian Kurva Philips

1.3 Tujuan Penulisan


Makalah ini disusun dengan tujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan.
1. Pengertian Inflasi
2. Macam-macam Teori Inflasi
3. Dampak Dari Inflasi
4. Cara Pengendalian Inflasi
5. Pengertian Kurva Philips

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Inflasi

Inflasi merupakan tingkat kenaikan harga secara umum dari barang/komoditas dan jasa
selama suatu periode tertentu. Inflasi diukur dengan tingkat inflasi yaitu tingkat perubahan
dari tingkat harga secara umum1. Menurut teori kuantitas sebab utama timbulnya inflasi
adalah kelebihan perintaan yang disebabkan penambahan jumlah uang yang beredar. Tingkat
inflai berpengaruh positif maupun negatif tergantung pada derajat inflasi itu sendiri, inflasi
yang berlebihan dapat merugikan perekonomian secara keseluruhan, yaitu dapat membuat
banyak perusahaan mengalami kebangkrutan. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi
adalah sebuah nilai ketika tingkat dari harga yang berlaku di dalam suatu bidang ekonomi.
Sebagai salah satu dari indikator di dalam melihat kestabilan perekonomian suatu wilayah
tertentu, perkembangan harga jasa dan barang pada umumnya dapat dihitung melalui indeks
harga dari para konsumen (IHK). IHK adalah besarnya biaya paketMenurut Pohan, terdapat
sejumlah alasan mengapa IHK lebih banyak digunakan dibandingkan indikator harga lainnya,
yaitu :

a) IHK dipublikasikan secara periodik dengan jangka waktu yang paling pendek (bulanan).

b) IHK mengukur kenaikan biaya hidup karena mencakup barang dan jasa yang paling
banyak dibeli dan dikonsumsi masyarakat.

c) IHK telah dikenal dan lama digunakan sebagai dasar pengukuran inflasi.2

Inflasi merupakan peristiwa moneter yang terjadi di semua negara yang dianggap sebagai
penyakit ekonomi yang memerlukan penanganan khusus untuk menanggulanginya. Tingkat
inflasi berbeda dari satu periode ke periode lainnya, dan berbeda pula dari satu negara ke
negara lainnya. Ada kalanya tingkat inflasi rendah, yaitu mencapai dibawah 4-6%. Tingkat
yang moderat mencapai 5-10%. Inflasi yang sangat serius dapat menvcapai tingkat beberapa
ratus atau ribu persen dalam setahun. Apabila inflasi tinggi akan mengakibatkan nilai

1
Jogiyanto Hartono, Teori Portofolio dan Analisis Investasi, (Yogyakarta: BPFE, 2016), hal.300
2
Aulia Pohan, Kerangka Kebijakan Moneter dan Implikasinya di indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo Prersada,
2008), hal159.

3
pendapatan masyarakat menurun, sehingga akan mengakibatkan melemahnya daya konsumsi
masyarakat. Ketika daya belli masyarakat sudah menurun, maka peran kebijakan pemerintah
sangat diperlukan untuk menstabilkan perekonomian.3 Jadi dapat disimpulkan inflasi adalah
peristiwa naiknya nilai harga suaru barrang atau jasa yang berulang-ulang yang dapat
mempengaruhi harga barang atau jasa lainnya menjadi naiik juga, serta inflasi merupakan
suatu masalah yang setiap tehunnya dihadapi oleh perkonomian suatu negara.

2.1.1 Penyebab Inflasi

Menurut Sukirno bahwa berdasarkan pada sumber atau penyebab atas kenaikan harga–
harga yang belaku, inflasi biasanya dibedakan kepada tiga bentuk yaitu:

a. Inflasi tarikan permintaan (demand pull inflation) Yaitu inflasi yang terjadi karena
terjadinya kenaikan permintaan atas suatu komoditas. Inflasi ini biasanya terjadi pada
masa perekonomian yang berkembang pesat. Kesempatan kerja yang tinggi
menciptakan tingkat pendapatan yang tinggi selanjutnya menimbulkan pengeluaran
yang melebihi kemampuan ekonomi dalam mengeluarkan barang dan jasa.
Pengeluaran yang berlebihan ini akan menimbulkan inflasi, karena terlalu banyak
uang yang beredar. Seperti bunyi hukum permintaan, bahwa apabila jumlah
permintaan meningkat , sementara di sisi lain penawaran tetap maka akan terjadi
kenaikan harga. Kenaikan permintaan inilah yang dapat memicu terjadinya inflasi.
b. Inflasi desakan biaya (cost push inflation) Yaitu inflasi yang terjadi karena adanya
kenaikan biaya produksi. Pada saat krisis ekonomi 1997, ketika banyak industri di
Indonesia bahan bakunya terlalu bergantung kepada bahan baku impor sehingga
ketika terjadi penurunan nilai mata uang rupiah maka akan berpengaruh terhadap
kenaikan biaya produksi. Implikasi selanjutnya dari kenaikan biaya produksi adalah
kenaikan harga kepada konsumen.
c. Inflasi diimpor (imported inflation) Yaitu inflasi yang disebabkan oleh terjadinya
inflasi di luar negeri. Inflasi ini terjadi apabila barang-barang impor yang mengalami
kenaikan harga memiliki peranan yang penting dalam kegiatan pengeluaran di
perusahaan-perusahaan. Contohnya kenaikan harga bahan baku bagi industri di dalam

3
Mandala Manurung dan Pratama Rahardja, Uang, Perbankan, dan Ekonomi Moneter:Kajian Kontekstual
Indoesia, (Jakarta: FEUI, 2004), hal.58.

4
negeri yang diimpor dari luar negeri, sehingga apabila harga bahan baku tersebut naik
maka kenaikan harganya dapat menyebabkan kenaikan harga pula di dalam negeri.4

2.1.2 Jenis – Jenis Inflasi

Ada berbagai cara untuk menggolongkan inflasi. Penggolongan pertama didasarkan


atas parah tidaknya inflasi tersebut. Berdasarkan sifatnya inflasi dibagi menjadi beberapa
macam:22

a. Inflasi Merayap (Creeping Inflation)


Pada jenis ini inflasi biasanya ditandai dengan laju inflasi yang rendah (kurang dari
10% per tahun), kenaikan harga berjalan secara ;ambat, dengan persentase yang kecil.
Inflasi ini masih mudah dikendalikan, hargaharga naiksecara umum. Walau
bagaimanapun inflasi seperti ini sering kali menikmbulkan efek yang baik dalam
perekonomian.
b. Inflasi Menengah (Galloping Inflation)
Inflasi pada tingkat ini terjadi dengan kenaikan harga yang cukup besar (biasanya
inflasi double digit atau triple digit) dan kadang kala berjalan dalam waktu yang relatif
oebdek. Pada tingkatan inflasi seperti ini orang hanyya mau memegang uang seperlunya
saja, sedangkan kekayaan disimpan dalam bentuk aset-aset riil.
c. Inflasi Tnggi (Hyper Inflation)
Merupakan proses kenaikan harga-harga yang sangat cepat, yang menyebabkan
tingkat harga menjadi dua atau beberapa kali lipat dalam masa yang singkat. Nilai uang
semakin merosot dengan tajam sehingga ingin ditukarkan dengan barang.23 Biasanya
keadaan ini timbul apabila pemerintah mengalami defisit anggaran belanja (akibatnya
ditimbulkan adanya perang) yang diblanjai /ditutupi dengan mencetak uang.

2.2 Teori Inflasi


a. Teori Kuantitas

Teori Kuantitas merupakan teori yang paling tua mengenai inflasi, namun teori
ini masih sangat berguna untuk menerangkan protes inflasi di jaman yang modern ini,

4
Sadono Sukirno, Makro Ekonomi Suatu Pengantar (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000), 333.

5
terutama di negara-negara yang sedng berkembang. Teori kuantitas ini menyoroti peranan
dalam inflasi dari sebagai berikut:

1. Jumlah uang yang beredar. Inflasi hanya bisa terjadi kalau ada penambahan volume
uang yang beredar, tanpa ada kenaikan jumlah uang yang beredar. Kejadian seperti ini
misalnya, kegagalan panen, hanya akan menaikkan hargaharga untuk smentara waktu
saja. Bila jumlah uang tidak ditambah, infasi akan berhenti dengan sendirinya, apapun
sebab-musababnya awal dari kenaikan hargaharga tersebut.
2. Psikologi (expectation) masyarakat mengenai hargaharga. Laju inflasi ditentukan oleh
laju pertambahan jumlah uang yang beredar dan oleh psikologi (harapan) masyarakat
mengenai harga-harga di masa mendatang. Ada tiga kemungkinan keadaan, keadaan
yang pertama adalah bila masyarakat tidak atau belum mengharapkan harga-harga
untuk naik pada bulan-bulan mendatang. Kedua adalah dimana masyarakat (atas dasar
pengalaman di bulan-bulan sebelumnya) mulai sadar bahwa ada inflasi. Dan yang
ketiga terjadi pada tahap inflasi yang lebih parah yaitu tahap hiperinflasi, pada tahap
ini orang-orang sudah kehilangan kepercayaan terhadap nilai mata uang. Hiperinflasi
ini pernah terjadi di Indonesia selama periode 1961-1966.5

b. Teori Keynes
Teori Keynes mengenai inflasi didasarkan atas teori makronya, dan menyoroti
aspeklain dari inflasi Menurut teori ini, inflasi terjadi karena sesuatu masyarakat
ingin hidup diluar batas kemampuan ekonominya. Proses inflasi, menurut pandangan
ini, tidk lain adalah proses perebutan bagian rejeki diantara kelompok-kelompok
sosial yang menginginkan bagian yang lebih besar daripada yang biasa disediakan
oleh masyarakat tersebut. proses perebutan ini akhirnya diterjemahkan menjadi
keadaan dimana permintaan masyarakat akan barang-barang selalu melebihi jumlah
barang-barang yang tersedia (timbulnya apa yang disebut inflationary gap).
Inflationary gap timbul karena adanya golongan-golongan masyarakat tersebut
berhasil menerjemahkan aspirasi mereka menjadi permintaan yang efektif akan
barang-barang. Dengan kata lain, mereka berhasil memperoleh dana untuk
mengubah aspirasinya menjadi rencana pembelian barang-barang yang didukung
dengan dana. Golongan masyarakat seperti ini mungkin adalah pemerintah sendiri,
yang berusaha memperoleh bagian yang lebih besar darioutput msyarakat dengan
5
Boediono, Teori Moneter, Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No.5 Edisi Ketiga, (Yogyakarta: BPFE,
1992),hal.167-169.

6
jalan menjalankan defisit dalam anggaran belanjanya yang dibiayai dengan
mencetak uang baru. Golongan tersebut mungkin juga pengusaha-pengusaha swasta
yang 41 menginginkan untuk investasi-investasu baru dan memperoleh kenaikan gaji
anggota-anggota melebihi kenaikan produktifitas buruh. 6

c. Teori Strukturalis
Teori mengenai Inflasi yang didasarkan atas pengalaman di negara-negara
Amerika latin. Teori ini memberikan tekanan pada ketegaran dari struktur
perekonomian negara-negara sedang berkembang. Dalam teori strukturralis ada 3 hal
yang perlu ditekankan:
1. Teori ini menerangkan proses inflasi jangka panjang di negar-negara yang
sedang berkembang.
2. Ada asumsi bahwa jumlah uang yang beredar bertambah dan secara pasif
mengikuti dan menampung kenaikan harga-harga tersebut. dengan kata lain,
proses inflasi terseut bisa berlangsung terus hanya apabila jumlah uang
beredar juga bertambah terus. Tanpa kenaikan jumlah uang proses tersebut
akan berhenti dengan sendirinya.
3. Faktor-faktor struktural yang dikatakan sebagai sebab musabab yang paling
dasar dari proses inflasti tersebut bukan 100% struktural. Sering dijumpai
bahwa keterangan-keterangan tersebut disebabkan oleh kebijakan harga atau
moneter pemerintah sendiri.7

2.3 Dampak Inflasi

Menurut Prathama Rahardja dan Manurung inflasi memiliki beberapa dampak buruk
terhadap individu dan masyarakat yaitu:

a. Menurunnya tingkat kesejahteraan masyarakat Inflasi menyebabkan daya beli


masyarakat menjadi berkurang atau malah semakin rendah, apalagi bagi orang-orang
yang berpendapatan tetap. Kenaikan upah tidak secepat kenaikan harga-harga, maka

6
Boediono, Teori Moneter, Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No.5 Edisi Ketiga, (Yogyakarta: BPFE,
1992),hal. 170-171.
7
Boediono, Teori Moneter, Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No.5 Edisi Ketiga, (Yogyakarta: BPFE, 1992),
hal.173.

7
inflasi ini akan menurunkan upah riil setiap individu yang berpendapatan tetap, seperti
pegawai negeri sipil ataupun karyawan.

b. Memperburuk distribusi pendapatan bagi masyarakat yang berpendapatan tetap


akan menghadapi kemerosotan nilai riil dari pendapatannya dan pemilik karyawan dalam
bentuk uang akan mengalami penurunan juga. Akan tetapi, bagi pemilik kekayaan tetap
seperti tanah atau bangunan dapat mempertahankan atau justru menambah nilai riil
kekayaannnya. Sehingga inflasi akan menyebabkan pembagian pendapatan diantara
golongan yang berpendapatan tetap dengan pemilik kekayaan tetap akan semakin tidak
merata.

c. Terganggunya stabilitas ekonomi Inflasi mengganggu stabilitas ekonomi dengan


merusak perkiraan (ekspetasi)atas kondisi di masa depan para pelaku ekonomi. Sehingga
hal ini akan mengacaukan stabilitas dalam perekonomian suatu negara, karena akan
memunculkan perilaku spekulasi dari masyarakat. 8

Adapun menurut ekonom Islam, inflasi berakibat sangat buruk bagi perekonomian
karena:

a. Menimbulkan gangguan terhadap fungsi uang, terutama terhadap fungsi


tabungan (nilai simpan), fungsi dari pembayaran di muka, dan fungsi dari
unit perhitungan. Orang harus melepaskan diri dari uang dan asset
keuangan akibat dari beban inflasi tersebut. Inflasi juga telah
mengakibatkan terjadinya inflasi kembali, atau dengan kata lain “self
feeding inflation”.
b. Melemahkan semangat menabung dan sikap terhadap menabung dari
masyarakat (turunnya marginal propensity to save). Hal ini berakibat pada
menurunnya dana pembiayaan yang akan disalurkan.
c. Meningkatkan kecenderungan untuk berbelanja terutama pembelanjaan
untuk barang-barang non-primer dan barang-barang mewah (marginal
propensity to consume).
d. Mengarahkan investasi pada hal-hal yang non-produktif yaitu penumpukan
kekayaan (hoarding) seperti aset properti yaitu tanah dan bangunan, logam

8
Rahardja dan Mandala Manurung, Pengantar Ilmu Ekonomi., 371-372.

8
mulia, mata uang asing dengan mengorbankan investasi ke arah produktif
seperti pertanian, industrial, perdagangan, transportasi, dan lainnya.9

2.4 Pengendalian Inflasi

Pengendalian inflasi secara umum oleh pemerintah terbagi melalui kebijakan


moneter, kebijakan fiskal, dan kebijakan non moneter:

a. Kebijakan moneter

Kebijakan moneter dapat dilakukan dengan nmelakukan pengaturan pada jumlah


uang yang beresar (M) ataupun melakukan kebijakan Inflation Targeting Framework
(ITF) yang mulai diberlakukan tahun 2005.

1) Melalui jumlah uang yang beredar. Salah satu komponen jumlah uang adalah uang
giral (permintaan deposit). Bank Sentral apat mengatur uang giral melalui penetapan
cadangan minimum. Untuk menekan laju inflasi, cadangan minimum dinaikkan sehingga
jumlah uang menjadi lebih kecil. Selain itu Bank Sentral juga dapat menggunakan tingkat
diskonto yang merupakan pinjaman yang diberikan kepada bank umum. Ketika tingkat
diskonto dinaikkan maka gairah bank umum untuk meminjam semakin kecil sehingga
cadangan yang ada pada bank sentral juga mengecil. Akibatnya kemampuan bank umum
untuk memberikan pinjaman kepda masyarakat menjadi kecil sehingga jmlah uang
beredar turun dan inflasi dapat dicegah.

2) Melalui kebijakan Inflation Targeting Framework (ITF) Menurut Bank Indonesia, ITF
merupakan kebijakan moneter yang dilakukan secara forward looking, artinya perubahan
stance kebijakan moneter dilakukan melalui evaluasi apakah perkembangan inflasi
kedepan masih sesuai dengan sasaran inflasi yang telah dicanangkan. Kebijakan moneter
juga ditandai oleh transparansi dan akuntabilitas kebijakan kepada publik. Secara
operasional, stance kebijakan moneter dicerminkan oleh penetapan suku bunga kebijakan
(BI rate) yang diharapkan akan memengaruhi suku bunga pasar uang, suku bunga
deposito dan suku bunga kredit perbankan. Perubahan suku bunga ini pada akhirnya yang
akan memengaruhi output dan inflasi. Kelebihan menggunakan ITF yaitu:

9
Rafiq al-Masri, a paper submitted in the second Workshop on inflation: Inflation and Its Impact on Societies –
The Islamic Solution, dalam Teori Makro Islam : Konsep, Teori dan Analisis, ed. M. Nur Rianto Al Arif (Bandung:
ALFABETA, 2010), 100.

9
a. ITF lebih mudah dipahami oleh masyarakat.
b. ITF memfokuskan pada inflasi sebagai priorotas kebijakan mkneter sesuai
dengtan mandat yang diberikan kepada Bank Indonesia.
c. ITF bersifat forward looking sesuai dengan dmpak kebijaka pada inflasi
yang memerlukan time lag.
d. ITF meningkatkan trasparansi dan akuntabilitas kebijakan moneter
mendorong kredibilitas kebijakan moneter.
e. ITF tidak memerlukan asumsi kestabilan hubungan antara uang beredar,
output dan inflasi. Sebaliknya, ITF merupakan pendekatan yang lebih
komprehensif dengan mempertimbangkan sejumlah variabel informasi
tentang kondisi perekonomian.

Penerapan ITF diakukan dengan cara:

Bank Indonesia mengumumkan sasaran inflasi ke depan pada periode tertentu. Setiap
periode, Bank Indonesia mengevaluasi apakah proyeksi inflasi ke depan masih sesuai
dengan sasaran yang ditetapkan. Jika proyeksi inflasi sudah tidak kompatibel dengan
sasaran, Bank Indonesia akan melakukan respon dengan menggunakan instrument yang
dimiliki. Misalnya jika proyeksi inflasi telah melampaui sasaran, maka Bank Indonesia
akan cenderung melakukan pengetatan moneter.

b. Kebijakan fiskal

Kebijakan fiskal merupakan kebijakan yang mengatur pengeluaran pemerintah dan


mengatur perpajakan untuk mengatasi inflasi pemerintah mengambil langkah:

1. Menenkankan pengeluaran pemerintah.


2. Menaikkan pajak.
3. Mengadakan pinjaman pemerintah.

c. Kebijakan non moneter

Kebijakan yang dilakukan pemerintah dalam mengatasi inflasi diluar kebijakan


moneter dan kebijakan fiskal. Kebijakan non moneter yang dilakukan pemerintah antara
lain mengendalikan harga, menaikkan hasil produksi dan kebijakan upah.10

10
Nopirin, Pengantar Ilmu Ekonomi Makro & Mikro, (Yogyakarta: BPFE, 2000), hal.34.

10
2.5 Kurva Philipsh

Kurva Phillips yaitu sebuah kurva yang menggambarkan trade-off antara inflasi dan
pengangguran. Kurva Phillips merupakan kurva yang diturunkan dari kurva penawaran
agregat jangka pendek: ketika para pembuat kebijkakan menggerakkan perekonomian
sepanjang kurva penawaran agregat jangka pendek, pengangguran dan inflasi bergerak
dalam arah berlawanan (Mankiw 2008, h.376). Kurva Phillips adalah salah satu cara yang
berguna untuk menunjukkan penawaran agregat, karena inflasi dan pengangguran
merupakan ukuran kinerja perekonomian yang penting.

Kurva Phillips mengalami beberapa tahap perubahan bentuk, dimana kurva Phillips
dalam bentuk modernnya menyatakan bahwa inflasi tergantung pada tiga kekuatan:

1. Inflasi yang diharapkan

2. Deviasi pengangguran dari tingkat alamiah yang disebut pengangguran siklis

3. Guncangan penawaran.

Hubugan terbalik (tradeoff) antara penganguran dan inflasi disebut kurva phillips.
Semakin tinggi tingkat pengangguran maka semakin rendah tingkat inflasi upah. Dalam hal
ini pengangguran sebagai output dan menerjemahkan inflasi sebagai perubahan harga.
Kondisi dimana secara simultan pengangguran tinggi dan diikuti inflasi yang tinggi disebut
sebagai stagflasi.11 Adapun gambar kurva phillips adalah sebagai berikut:

Gambar 1. Kurva Philips

11
Dornbusch, Fisher, Startz. 2008. Makroekonomi. McGraw-hill Companies, Inc. America, New York

11
A.W. Phillips menggambarkan bagaimana sebaran hubungan antara inflasi dengan
tingkat pengangguran didasarkan pada asumsi bahwa inflasi merupakan cerminan dari adanya
kenaikan permintaan agregat. Dengan naiknya permintaan agregat, maka sesuai dengan teori
permintaan, jika permintaan naik maka harga akan naik. Dengan tingginya harga (inflasi)
maka untuk memenuhi permintaan tersebut produsen meningkatkan kapasitas produksinya
dengan menambah tenaga kerja (asumsinya tenaga kerja merupakan satu-satunya input yang
dapat meningkatkan output). Akibat dari peningkatan permintaan tenaga kerja maka dengan
naiknya harga-harga (inflasi), pengangguran berkurang.

Tingkat inflasi yang tinggi merupakan indikasi awal memburuknya perekonomian suatu
negara. Tingkat inflasi yang tinggi dapat mendorong bank sentral menaikkan tingkat suku
bunga sehingga menyebabkan kontraksi atau pertumbuhan negatif di sektor riil. Lebih jauh
lagi akan menyebabkan pengangguran yang makin meningkat. Dalam jangka pendek
kenaikan inflasi menunjukkan pertumbuhan perekonomian namun dalam jangka panjang
kenaikan inflasi yang tinggi dapat memberikan dampak buruk. Tingginya tingkat inflasi
menyebabkan harga barang domestik relatif lebih mahal dibandingkan dengan harga barang
impor. Masyarakat terdorong untuk membeli barang impor dibandingkan barang domestik.
Hal ini berakibat nilai ekspor cenderung turun dan nilai impor naik. Kurang bersaingnya
harga produk domestik menyebabkan rendahnya permintaan produk dalam negeri. Produksi
menjadi berkurang karena sejumlah pengusaha akan mengurangi produksi. Produksi
berkurang menyebabkan sejumlah pekerja kehilagan pekerjaannya sehingga pengangguran
meningkat.

Bentuk kurva Phillips12 memiliki kemiringan menurun, yang menunjukkan hubungan


negatif antara perubahan tingkat upah dan tingkat pengangguran, yaitu saat tingkat upah naik,
pengangguran rendah, ataupun sebaliknya. Kurva Phillips membuktikan bahwa antara
stabilitas harga dan kesempatan kerja yang tinggi tidak mungkin terjadi secara bersamaan,
yang berarti bahwa jika ingin mencapai kesempatan kerja yang tinggi/tingkat pengangguran
rendah, sebagai konsekuensinya harus bersedia menanggung beban inflasi yang tinggi.
Adapun bentuk kurva Phillips Indonesia dengan adalah sebagai berikut .

12
Kurva Phillips dibuat dengan membuat plot titik koordinat antara pengagguran dan inflasi

12
Kurva Philips13 di atas menunjukkan bahwa di negara Indonesia hubungan antara tingkat
inflasi dan pengangguran bukan lagi sebuah tradeoff melainkan berjalan searah, artinya
inflasi yang tinggi juga diikuti dengan tingkat pengangguran yang tinggi. Hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Amierrudin Saliem dengan data inflasi dan
pengangguran Indonesia tahun 1976 hingga 2006 yang juga menunjukkan hubungan yang
positif antara pengangguran dan inflasi. Inflasi sebagai bentuk kenaikan harga-harga di semua
sektor, maka perusahaan-perusahaan akan mengambil kebijakan mengurangi biaya untuk
memproduksi barang atau jasa dengan cara mengurangi pegawai atau tenaga kerja.
Akibatnya, angka pengangguran yang tinggi tidak dapat dihindari dan berakibat
perekonomian negara tersebut mengalami kemunduran. Oleh karena itu, inflasi sangat
berkaitan erat dengan tingkat pengangguran.

13
Data yang digunakan untuk membuat kurva Phillips di atas adalah data dari tahun 1986 hingga 2014

13
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat kami ambil dari pembahasan makalah di atas adalah sebagai
berikut :

1. Inflasi merupakan tingkat kenaikan harga secara umum dari barang/komoditas dan jasa
selama suatu periode tertentu. Inflasi diukur dengan tingkat inflasi yaitu tingkat
perubahan dari tingkat harga secara umum. Inflasi merupakan peristiwa moneter yang
terjadi di semua negara yang dianggap sebagai penyakit ekonomi yang memerlukan
penanganan khusus untuk menanggulanginya.

2. Teori-teori Inflasi

a. Teori Kuantitas

b. Teori Keynes

c. Teori Strukturalis

3. Dampak Inflasi

a. Menurunnya tingkat kesejahteraan masyarakat Inflasi menyebabkan daya beli


masyarakat menjadi berkurang atau malah semakin rendah.

b. Memperburuk distribusi pendapatan bagi masyarakat yang berpendapatan tetap.

c. Terganggunya stabilitas ekonomi Inflasi mengganggu stabilitas ekonomi dengan


merusak perkiraan (ekspetasi)atas kondisi di masa depan para pelaku ekonomi.

4. Pengendalian Inflasi

a. Kebijakan moneter

b. Kebijakan fiskal

c. Kebijakan non moneter

5. Kurva Philips

14
Kurva Phillips yaitu sebuah kurva yang menggambarkan trade-off antara inflasi dan
pengangguran. Kurva Phillips merupakan kurva yang diturunkan dari kurva penawaran
agregat jangka pendek. Hubugan terbalik (tradeoff) antara penganguran dan inflasi
disebut kurva phillips. Semakin tinggi tingkat pengangguran maka semakin rendah
tingkat inflasi upah.

3.2 Saran

Makalah ini diharapkan memberikan pemahaman yang lebih baik tentang inflasi dan
mengilustrasikan pentingnya mengendalikan inflasi dalam perekonomian modern.
Dengan pemahaman yang mendalam tentang inflasi, individu dan organisasi dapat
mengambil langkah-langkah yang tepat untuk melindungi nilai kekayaan mereka dan
berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi yang stabil.

DAFTAR PUSTAKA

15
Jogiyanto Hartono, Teori Portofolio dan Analisis Investasi, (Yogyakarta: BPFE, 2016), hal.300

Aulia Pohan, Kerangka Kebijakan Moneter dan Implikasinya di indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Prersada, 2008), hal 159.

Mandala Manurung dan Pratama Rahardja, Uang, Perbankan, dan Ekonomi Moneter:Kajian Kontekstual
Indoesia, (Jakarta: FEUI, 2004), hal.58.

Sadono Sukirno, Makro Ekonomi Suatu Pengantar (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000), 333

Boediono, Teori Moneter, Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No.5 Edisi Ketiga, (Yogyakarta: BPFE,
1992),hal.167-169.

Boediono, Teori Moneter, Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No.5 Edisi Ketiga, (Yogyakarta: BPFE,
1992),hal. 170-171.

Boediono, Teori Moneter, Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No.5 Edisi Ketiga, (Yogyakarta: BPFE, 1992),
hal.173.

Rahardja dan Mandala Manurung, Pengantar Ilmu Ekonomi., 371-372.

Rafiq al-Masri, a paper submitted in the second Workshop on inflation: Inflation and Its Impact on Societies –
The Islamic Solution, dalam Teori Makro Islam : Konsep, Teori dan Analisis, ed. M. Nur Rianto Al Arif
(Bandung: ALFABETA, 2010), 100.

Nopirin, Pengantar Ilmu Ekonomi Makro & Mikro, (Yogyakarta: BPFE, 2000), hal.34.

16

Anda mungkin juga menyukai