EKONOMI MAKRO
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 12 (2AK-E)
2023
KATA PENGANTAR
Penulis
i
Daftar Isi
KATA PENGANTAR...................................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................... 1
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
5. Apa Pengertian Kurva Philips
2
BAB II
PEMBAHASAN
Inflasi merupakan tingkat kenaikan harga secara umum dari barang/komoditas dan jasa
selama suatu periode tertentu. Inflasi diukur dengan tingkat inflasi yaitu tingkat perubahan
dari tingkat harga secara umum1. Menurut teori kuantitas sebab utama timbulnya inflasi
adalah kelebihan perintaan yang disebabkan penambahan jumlah uang yang beredar. Tingkat
inflai berpengaruh positif maupun negatif tergantung pada derajat inflasi itu sendiri, inflasi
yang berlebihan dapat merugikan perekonomian secara keseluruhan, yaitu dapat membuat
banyak perusahaan mengalami kebangkrutan. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi
adalah sebuah nilai ketika tingkat dari harga yang berlaku di dalam suatu bidang ekonomi.
Sebagai salah satu dari indikator di dalam melihat kestabilan perekonomian suatu wilayah
tertentu, perkembangan harga jasa dan barang pada umumnya dapat dihitung melalui indeks
harga dari para konsumen (IHK). IHK adalah besarnya biaya paketMenurut Pohan, terdapat
sejumlah alasan mengapa IHK lebih banyak digunakan dibandingkan indikator harga lainnya,
yaitu :
a) IHK dipublikasikan secara periodik dengan jangka waktu yang paling pendek (bulanan).
b) IHK mengukur kenaikan biaya hidup karena mencakup barang dan jasa yang paling
banyak dibeli dan dikonsumsi masyarakat.
c) IHK telah dikenal dan lama digunakan sebagai dasar pengukuran inflasi.2
Inflasi merupakan peristiwa moneter yang terjadi di semua negara yang dianggap sebagai
penyakit ekonomi yang memerlukan penanganan khusus untuk menanggulanginya. Tingkat
inflasi berbeda dari satu periode ke periode lainnya, dan berbeda pula dari satu negara ke
negara lainnya. Ada kalanya tingkat inflasi rendah, yaitu mencapai dibawah 4-6%. Tingkat
yang moderat mencapai 5-10%. Inflasi yang sangat serius dapat menvcapai tingkat beberapa
ratus atau ribu persen dalam setahun. Apabila inflasi tinggi akan mengakibatkan nilai
1
Jogiyanto Hartono, Teori Portofolio dan Analisis Investasi, (Yogyakarta: BPFE, 2016), hal.300
2
Aulia Pohan, Kerangka Kebijakan Moneter dan Implikasinya di indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo Prersada,
2008), hal159.
3
pendapatan masyarakat menurun, sehingga akan mengakibatkan melemahnya daya konsumsi
masyarakat. Ketika daya belli masyarakat sudah menurun, maka peran kebijakan pemerintah
sangat diperlukan untuk menstabilkan perekonomian.3 Jadi dapat disimpulkan inflasi adalah
peristiwa naiknya nilai harga suaru barrang atau jasa yang berulang-ulang yang dapat
mempengaruhi harga barang atau jasa lainnya menjadi naiik juga, serta inflasi merupakan
suatu masalah yang setiap tehunnya dihadapi oleh perkonomian suatu negara.
Menurut Sukirno bahwa berdasarkan pada sumber atau penyebab atas kenaikan harga–
harga yang belaku, inflasi biasanya dibedakan kepada tiga bentuk yaitu:
a. Inflasi tarikan permintaan (demand pull inflation) Yaitu inflasi yang terjadi karena
terjadinya kenaikan permintaan atas suatu komoditas. Inflasi ini biasanya terjadi pada
masa perekonomian yang berkembang pesat. Kesempatan kerja yang tinggi
menciptakan tingkat pendapatan yang tinggi selanjutnya menimbulkan pengeluaran
yang melebihi kemampuan ekonomi dalam mengeluarkan barang dan jasa.
Pengeluaran yang berlebihan ini akan menimbulkan inflasi, karena terlalu banyak
uang yang beredar. Seperti bunyi hukum permintaan, bahwa apabila jumlah
permintaan meningkat , sementara di sisi lain penawaran tetap maka akan terjadi
kenaikan harga. Kenaikan permintaan inilah yang dapat memicu terjadinya inflasi.
b. Inflasi desakan biaya (cost push inflation) Yaitu inflasi yang terjadi karena adanya
kenaikan biaya produksi. Pada saat krisis ekonomi 1997, ketika banyak industri di
Indonesia bahan bakunya terlalu bergantung kepada bahan baku impor sehingga
ketika terjadi penurunan nilai mata uang rupiah maka akan berpengaruh terhadap
kenaikan biaya produksi. Implikasi selanjutnya dari kenaikan biaya produksi adalah
kenaikan harga kepada konsumen.
c. Inflasi diimpor (imported inflation) Yaitu inflasi yang disebabkan oleh terjadinya
inflasi di luar negeri. Inflasi ini terjadi apabila barang-barang impor yang mengalami
kenaikan harga memiliki peranan yang penting dalam kegiatan pengeluaran di
perusahaan-perusahaan. Contohnya kenaikan harga bahan baku bagi industri di dalam
3
Mandala Manurung dan Pratama Rahardja, Uang, Perbankan, dan Ekonomi Moneter:Kajian Kontekstual
Indoesia, (Jakarta: FEUI, 2004), hal.58.
4
negeri yang diimpor dari luar negeri, sehingga apabila harga bahan baku tersebut naik
maka kenaikan harganya dapat menyebabkan kenaikan harga pula di dalam negeri.4
Teori Kuantitas merupakan teori yang paling tua mengenai inflasi, namun teori
ini masih sangat berguna untuk menerangkan protes inflasi di jaman yang modern ini,
4
Sadono Sukirno, Makro Ekonomi Suatu Pengantar (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000), 333.
5
terutama di negara-negara yang sedng berkembang. Teori kuantitas ini menyoroti peranan
dalam inflasi dari sebagai berikut:
1. Jumlah uang yang beredar. Inflasi hanya bisa terjadi kalau ada penambahan volume
uang yang beredar, tanpa ada kenaikan jumlah uang yang beredar. Kejadian seperti ini
misalnya, kegagalan panen, hanya akan menaikkan hargaharga untuk smentara waktu
saja. Bila jumlah uang tidak ditambah, infasi akan berhenti dengan sendirinya, apapun
sebab-musababnya awal dari kenaikan hargaharga tersebut.
2. Psikologi (expectation) masyarakat mengenai hargaharga. Laju inflasi ditentukan oleh
laju pertambahan jumlah uang yang beredar dan oleh psikologi (harapan) masyarakat
mengenai harga-harga di masa mendatang. Ada tiga kemungkinan keadaan, keadaan
yang pertama adalah bila masyarakat tidak atau belum mengharapkan harga-harga
untuk naik pada bulan-bulan mendatang. Kedua adalah dimana masyarakat (atas dasar
pengalaman di bulan-bulan sebelumnya) mulai sadar bahwa ada inflasi. Dan yang
ketiga terjadi pada tahap inflasi yang lebih parah yaitu tahap hiperinflasi, pada tahap
ini orang-orang sudah kehilangan kepercayaan terhadap nilai mata uang. Hiperinflasi
ini pernah terjadi di Indonesia selama periode 1961-1966.5
b. Teori Keynes
Teori Keynes mengenai inflasi didasarkan atas teori makronya, dan menyoroti
aspeklain dari inflasi Menurut teori ini, inflasi terjadi karena sesuatu masyarakat
ingin hidup diluar batas kemampuan ekonominya. Proses inflasi, menurut pandangan
ini, tidk lain adalah proses perebutan bagian rejeki diantara kelompok-kelompok
sosial yang menginginkan bagian yang lebih besar daripada yang biasa disediakan
oleh masyarakat tersebut. proses perebutan ini akhirnya diterjemahkan menjadi
keadaan dimana permintaan masyarakat akan barang-barang selalu melebihi jumlah
barang-barang yang tersedia (timbulnya apa yang disebut inflationary gap).
Inflationary gap timbul karena adanya golongan-golongan masyarakat tersebut
berhasil menerjemahkan aspirasi mereka menjadi permintaan yang efektif akan
barang-barang. Dengan kata lain, mereka berhasil memperoleh dana untuk
mengubah aspirasinya menjadi rencana pembelian barang-barang yang didukung
dengan dana. Golongan masyarakat seperti ini mungkin adalah pemerintah sendiri,
yang berusaha memperoleh bagian yang lebih besar darioutput msyarakat dengan
5
Boediono, Teori Moneter, Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No.5 Edisi Ketiga, (Yogyakarta: BPFE,
1992),hal.167-169.
6
jalan menjalankan defisit dalam anggaran belanjanya yang dibiayai dengan
mencetak uang baru. Golongan tersebut mungkin juga pengusaha-pengusaha swasta
yang 41 menginginkan untuk investasi-investasu baru dan memperoleh kenaikan gaji
anggota-anggota melebihi kenaikan produktifitas buruh. 6
c. Teori Strukturalis
Teori mengenai Inflasi yang didasarkan atas pengalaman di negara-negara
Amerika latin. Teori ini memberikan tekanan pada ketegaran dari struktur
perekonomian negara-negara sedang berkembang. Dalam teori strukturralis ada 3 hal
yang perlu ditekankan:
1. Teori ini menerangkan proses inflasi jangka panjang di negar-negara yang
sedang berkembang.
2. Ada asumsi bahwa jumlah uang yang beredar bertambah dan secara pasif
mengikuti dan menampung kenaikan harga-harga tersebut. dengan kata lain,
proses inflasi terseut bisa berlangsung terus hanya apabila jumlah uang
beredar juga bertambah terus. Tanpa kenaikan jumlah uang proses tersebut
akan berhenti dengan sendirinya.
3. Faktor-faktor struktural yang dikatakan sebagai sebab musabab yang paling
dasar dari proses inflasti tersebut bukan 100% struktural. Sering dijumpai
bahwa keterangan-keterangan tersebut disebabkan oleh kebijakan harga atau
moneter pemerintah sendiri.7
Menurut Prathama Rahardja dan Manurung inflasi memiliki beberapa dampak buruk
terhadap individu dan masyarakat yaitu:
6
Boediono, Teori Moneter, Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No.5 Edisi Ketiga, (Yogyakarta: BPFE,
1992),hal. 170-171.
7
Boediono, Teori Moneter, Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No.5 Edisi Ketiga, (Yogyakarta: BPFE, 1992),
hal.173.
7
inflasi ini akan menurunkan upah riil setiap individu yang berpendapatan tetap, seperti
pegawai negeri sipil ataupun karyawan.
Adapun menurut ekonom Islam, inflasi berakibat sangat buruk bagi perekonomian
karena:
8
Rahardja dan Mandala Manurung, Pengantar Ilmu Ekonomi., 371-372.
8
mulia, mata uang asing dengan mengorbankan investasi ke arah produktif
seperti pertanian, industrial, perdagangan, transportasi, dan lainnya.9
a. Kebijakan moneter
1) Melalui jumlah uang yang beredar. Salah satu komponen jumlah uang adalah uang
giral (permintaan deposit). Bank Sentral apat mengatur uang giral melalui penetapan
cadangan minimum. Untuk menekan laju inflasi, cadangan minimum dinaikkan sehingga
jumlah uang menjadi lebih kecil. Selain itu Bank Sentral juga dapat menggunakan tingkat
diskonto yang merupakan pinjaman yang diberikan kepada bank umum. Ketika tingkat
diskonto dinaikkan maka gairah bank umum untuk meminjam semakin kecil sehingga
cadangan yang ada pada bank sentral juga mengecil. Akibatnya kemampuan bank umum
untuk memberikan pinjaman kepda masyarakat menjadi kecil sehingga jmlah uang
beredar turun dan inflasi dapat dicegah.
2) Melalui kebijakan Inflation Targeting Framework (ITF) Menurut Bank Indonesia, ITF
merupakan kebijakan moneter yang dilakukan secara forward looking, artinya perubahan
stance kebijakan moneter dilakukan melalui evaluasi apakah perkembangan inflasi
kedepan masih sesuai dengan sasaran inflasi yang telah dicanangkan. Kebijakan moneter
juga ditandai oleh transparansi dan akuntabilitas kebijakan kepada publik. Secara
operasional, stance kebijakan moneter dicerminkan oleh penetapan suku bunga kebijakan
(BI rate) yang diharapkan akan memengaruhi suku bunga pasar uang, suku bunga
deposito dan suku bunga kredit perbankan. Perubahan suku bunga ini pada akhirnya yang
akan memengaruhi output dan inflasi. Kelebihan menggunakan ITF yaitu:
9
Rafiq al-Masri, a paper submitted in the second Workshop on inflation: Inflation and Its Impact on Societies –
The Islamic Solution, dalam Teori Makro Islam : Konsep, Teori dan Analisis, ed. M. Nur Rianto Al Arif (Bandung:
ALFABETA, 2010), 100.
9
a. ITF lebih mudah dipahami oleh masyarakat.
b. ITF memfokuskan pada inflasi sebagai priorotas kebijakan mkneter sesuai
dengtan mandat yang diberikan kepada Bank Indonesia.
c. ITF bersifat forward looking sesuai dengan dmpak kebijaka pada inflasi
yang memerlukan time lag.
d. ITF meningkatkan trasparansi dan akuntabilitas kebijakan moneter
mendorong kredibilitas kebijakan moneter.
e. ITF tidak memerlukan asumsi kestabilan hubungan antara uang beredar,
output dan inflasi. Sebaliknya, ITF merupakan pendekatan yang lebih
komprehensif dengan mempertimbangkan sejumlah variabel informasi
tentang kondisi perekonomian.
Bank Indonesia mengumumkan sasaran inflasi ke depan pada periode tertentu. Setiap
periode, Bank Indonesia mengevaluasi apakah proyeksi inflasi ke depan masih sesuai
dengan sasaran yang ditetapkan. Jika proyeksi inflasi sudah tidak kompatibel dengan
sasaran, Bank Indonesia akan melakukan respon dengan menggunakan instrument yang
dimiliki. Misalnya jika proyeksi inflasi telah melampaui sasaran, maka Bank Indonesia
akan cenderung melakukan pengetatan moneter.
b. Kebijakan fiskal
10
Nopirin, Pengantar Ilmu Ekonomi Makro & Mikro, (Yogyakarta: BPFE, 2000), hal.34.
10
2.5 Kurva Philipsh
Kurva Phillips yaitu sebuah kurva yang menggambarkan trade-off antara inflasi dan
pengangguran. Kurva Phillips merupakan kurva yang diturunkan dari kurva penawaran
agregat jangka pendek: ketika para pembuat kebijkakan menggerakkan perekonomian
sepanjang kurva penawaran agregat jangka pendek, pengangguran dan inflasi bergerak
dalam arah berlawanan (Mankiw 2008, h.376). Kurva Phillips adalah salah satu cara yang
berguna untuk menunjukkan penawaran agregat, karena inflasi dan pengangguran
merupakan ukuran kinerja perekonomian yang penting.
Kurva Phillips mengalami beberapa tahap perubahan bentuk, dimana kurva Phillips
dalam bentuk modernnya menyatakan bahwa inflasi tergantung pada tiga kekuatan:
3. Guncangan penawaran.
Hubugan terbalik (tradeoff) antara penganguran dan inflasi disebut kurva phillips.
Semakin tinggi tingkat pengangguran maka semakin rendah tingkat inflasi upah. Dalam hal
ini pengangguran sebagai output dan menerjemahkan inflasi sebagai perubahan harga.
Kondisi dimana secara simultan pengangguran tinggi dan diikuti inflasi yang tinggi disebut
sebagai stagflasi.11 Adapun gambar kurva phillips adalah sebagai berikut:
11
Dornbusch, Fisher, Startz. 2008. Makroekonomi. McGraw-hill Companies, Inc. America, New York
11
A.W. Phillips menggambarkan bagaimana sebaran hubungan antara inflasi dengan
tingkat pengangguran didasarkan pada asumsi bahwa inflasi merupakan cerminan dari adanya
kenaikan permintaan agregat. Dengan naiknya permintaan agregat, maka sesuai dengan teori
permintaan, jika permintaan naik maka harga akan naik. Dengan tingginya harga (inflasi)
maka untuk memenuhi permintaan tersebut produsen meningkatkan kapasitas produksinya
dengan menambah tenaga kerja (asumsinya tenaga kerja merupakan satu-satunya input yang
dapat meningkatkan output). Akibat dari peningkatan permintaan tenaga kerja maka dengan
naiknya harga-harga (inflasi), pengangguran berkurang.
Tingkat inflasi yang tinggi merupakan indikasi awal memburuknya perekonomian suatu
negara. Tingkat inflasi yang tinggi dapat mendorong bank sentral menaikkan tingkat suku
bunga sehingga menyebabkan kontraksi atau pertumbuhan negatif di sektor riil. Lebih jauh
lagi akan menyebabkan pengangguran yang makin meningkat. Dalam jangka pendek
kenaikan inflasi menunjukkan pertumbuhan perekonomian namun dalam jangka panjang
kenaikan inflasi yang tinggi dapat memberikan dampak buruk. Tingginya tingkat inflasi
menyebabkan harga barang domestik relatif lebih mahal dibandingkan dengan harga barang
impor. Masyarakat terdorong untuk membeli barang impor dibandingkan barang domestik.
Hal ini berakibat nilai ekspor cenderung turun dan nilai impor naik. Kurang bersaingnya
harga produk domestik menyebabkan rendahnya permintaan produk dalam negeri. Produksi
menjadi berkurang karena sejumlah pengusaha akan mengurangi produksi. Produksi
berkurang menyebabkan sejumlah pekerja kehilagan pekerjaannya sehingga pengangguran
meningkat.
12
Kurva Phillips dibuat dengan membuat plot titik koordinat antara pengagguran dan inflasi
12
Kurva Philips13 di atas menunjukkan bahwa di negara Indonesia hubungan antara tingkat
inflasi dan pengangguran bukan lagi sebuah tradeoff melainkan berjalan searah, artinya
inflasi yang tinggi juga diikuti dengan tingkat pengangguran yang tinggi. Hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Amierrudin Saliem dengan data inflasi dan
pengangguran Indonesia tahun 1976 hingga 2006 yang juga menunjukkan hubungan yang
positif antara pengangguran dan inflasi. Inflasi sebagai bentuk kenaikan harga-harga di semua
sektor, maka perusahaan-perusahaan akan mengambil kebijakan mengurangi biaya untuk
memproduksi barang atau jasa dengan cara mengurangi pegawai atau tenaga kerja.
Akibatnya, angka pengangguran yang tinggi tidak dapat dihindari dan berakibat
perekonomian negara tersebut mengalami kemunduran. Oleh karena itu, inflasi sangat
berkaitan erat dengan tingkat pengangguran.
13
Data yang digunakan untuk membuat kurva Phillips di atas adalah data dari tahun 1986 hingga 2014
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat kami ambil dari pembahasan makalah di atas adalah sebagai
berikut :
1. Inflasi merupakan tingkat kenaikan harga secara umum dari barang/komoditas dan jasa
selama suatu periode tertentu. Inflasi diukur dengan tingkat inflasi yaitu tingkat
perubahan dari tingkat harga secara umum. Inflasi merupakan peristiwa moneter yang
terjadi di semua negara yang dianggap sebagai penyakit ekonomi yang memerlukan
penanganan khusus untuk menanggulanginya.
2. Teori-teori Inflasi
a. Teori Kuantitas
b. Teori Keynes
c. Teori Strukturalis
3. Dampak Inflasi
4. Pengendalian Inflasi
a. Kebijakan moneter
b. Kebijakan fiskal
5. Kurva Philips
14
Kurva Phillips yaitu sebuah kurva yang menggambarkan trade-off antara inflasi dan
pengangguran. Kurva Phillips merupakan kurva yang diturunkan dari kurva penawaran
agregat jangka pendek. Hubugan terbalik (tradeoff) antara penganguran dan inflasi
disebut kurva phillips. Semakin tinggi tingkat pengangguran maka semakin rendah
tingkat inflasi upah.
3.2 Saran
Makalah ini diharapkan memberikan pemahaman yang lebih baik tentang inflasi dan
mengilustrasikan pentingnya mengendalikan inflasi dalam perekonomian modern.
Dengan pemahaman yang mendalam tentang inflasi, individu dan organisasi dapat
mengambil langkah-langkah yang tepat untuk melindungi nilai kekayaan mereka dan
berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi yang stabil.
DAFTAR PUSTAKA
15
Jogiyanto Hartono, Teori Portofolio dan Analisis Investasi, (Yogyakarta: BPFE, 2016), hal.300
Aulia Pohan, Kerangka Kebijakan Moneter dan Implikasinya di indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Prersada, 2008), hal 159.
Mandala Manurung dan Pratama Rahardja, Uang, Perbankan, dan Ekonomi Moneter:Kajian Kontekstual
Indoesia, (Jakarta: FEUI, 2004), hal.58.
Sadono Sukirno, Makro Ekonomi Suatu Pengantar (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000), 333
Boediono, Teori Moneter, Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No.5 Edisi Ketiga, (Yogyakarta: BPFE,
1992),hal.167-169.
Boediono, Teori Moneter, Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No.5 Edisi Ketiga, (Yogyakarta: BPFE,
1992),hal. 170-171.
Boediono, Teori Moneter, Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No.5 Edisi Ketiga, (Yogyakarta: BPFE, 1992),
hal.173.
Rafiq al-Masri, a paper submitted in the second Workshop on inflation: Inflation and Its Impact on Societies –
The Islamic Solution, dalam Teori Makro Islam : Konsep, Teori dan Analisis, ed. M. Nur Rianto Al Arif
(Bandung: ALFABETA, 2010), 100.
Nopirin, Pengantar Ilmu Ekonomi Makro & Mikro, (Yogyakarta: BPFE, 2000), hal.34.
16