Anda di halaman 1dari 12

INFLASI DAN PENGANGGURAN DALAM EKONOMI

MAKRO

Disusun Oleh:
AYI SURYANI
ENDANG SUSANTO
ENDRI AGUSTIAN
INTAN AMALIA
SELLI INDAH LESTARI

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BINA SARANA INFORMATIKA
2023
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, atas limpahan
karunia sehingga makalah Pengantar Ekonomi Makro dapat diselesaikan. Kami juga
mengucapkan Terima Kasih kepada Bapak Gurhanawan M.SI selaku dosen mata
kuliah Pengantar Ekonomi Makro yang sudah membantu kami dalam proses
penulisan makalah ini.
Makalah ini disusun untuk dapat memahami konsep dasar ekonomi makro dan
penerapan dalam perekonomian. Kelebihan makalah ini adalah menyajikan konsep
dasar “Masalah Ekonomi Makro” secara sederhana dan mudah dipahami oleh
pembaca.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi nilai tugas mata kuliah
Pengantar Ekonomi Makro. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran
agar makalah semakin lebih baik.

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................................ii
I PENDAHULUAN.................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................1
1.3 Tujuan......................................................................................................................1
II PEMBAHASAN..................................................................................................................2
2.1 Inflasi........................................................................................................................2
2.2 Pengangguran..........................................................................................................5
2.2.1 Profil Pengangguran di Indonesia.................................................................6
2.3 Hubungan Inflasi dengan Pengangguran.............................................................6
III PENUTUP..........................................................................................................................7
3.1 Kesimpulan..............................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................8

ii
I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ekonomi Makro adalah cabang ilmu ekonomi yang mempelajari aspek
ekonomi dalam skala besar, seperti negara, wilayah atau seluruh dunia. Fokus utama
ekonomi makro adalah skala agregat.Teori ekonomi pada dasarnya dibagi menjadi 2
yaitu Teori Ekonomi Mikro & Teori Ekonomi Makro. Keduanya mempelajari
masalah-masalah ekonomi namun permasalahan ekonomi yang dipelajari berbeda
dalam sudut pandangnya.
Ekonomi Makro menganalisa keadaan keseluruhan dari kegiatan
perekonomian. Kegiatan tersebut meliputi Tindakan para konsumen pada pengusaha
pemerintah, Lembaga-lembaga keuangan, dan negara lain serta bagaimana pengaruh
Tindakan-tindakan tersebut terhadap perekonomian secara keseluruhan. Teori
ekonomi makro ini lahir ditandai dengan keluarnya sebuah buku yang berjudul “The
General Theory of employment”. Interest and money pada tahun 1937 yang ditulis
oleh JM KEYNES ahli ekonomi universitas Cambridge Inggris. Buku terserbut juga
di pandang sebagai tonggak yang sangat penting dalam Sejarah pemikiran ekonomi
barat.
Secara umum tugas pengendalian ekonomi makro adalah mengusahakan agar
perekonomian bisa bekerja dan tumbuh secara seimbang, terhindar dari keadaan-
keadaan yang dapat menganggung kesimbangan umum tersebut, Seperti masalah
Inflasi dan pengangguran.

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk membahas pengertian dan factor-faktor yang
terkait dengan inflasi dan pengangguran dalam ekonomi makro.

1
II PEMBAHASAN

2.1 Inflasi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) inflasi merupakan
kemerosotan nilai uang (kertas) karena banyak dan cepatnya uang (kertas) beredar
sehingga menyebabkan naiknya harga barang-barang . Inflasi merupakan suatu
proses kenaikan harga secara terus menerus yang terdapat dalam suatu perekonomian
Menurut Boediono (1990), inflasi diartikan sebagai kecenderungan dari harga-harga
secara umum terus menerus naik (bertambah). Berikut komponen didalam
memahami suatu inflasi yaitu; tingginya jumlah uang yang beredar di suatu negara,
jumlah barang terbatas, atau kenaikan harga yang terus menerus.
Inflasi adalah naiknya harga-harga komoditi secara umum disebabkan oleh
tidak sinkronnya antara program sistem pengadaan komoditi (produksi, penentuan
harga, pencetakan uang dan lain sebagainya) dengan pendapatan yang dimiliki oleh
masyarakat. Sebenarnya inflasi bukan masalah yang terlalu berarti apabila keadaan
tersebut diiringi oleh tersedianya komoditi yang diperlukan secara cukup dan
ditimpali dengan naiknya tingkat pendapatan yang lebih besar dari % tingkat inflasi
tersebut (daya beli masyarakat lebih besar dari tingkat inflasi). Akan tetapi manakala
biaya produksi untuk menghasilkan komoditi semakin tinggi yang menyebabkan
harga jualnya juga menjadi relatif tinggi sementara disisi lain tingkat pendapatan
masyarakat relatif tetap maka barulah inflasi ini menjadi sesuatu yang
membahayakan apalagi bila berlangsung dalam waktu yang relatif lama dengan porsi
berbanding terbalik antara tingkat inflasi terhadap tingkat pendapatan (daya
beli).secara umum inflasi merugikan bagi Sebagian besar masayarakat untuk
mengatasi dan mengantisipasi kerugian ini maka Masyarakat dan seluruh pelaku
ekonomi lainnya harus mampu membaca gejala dan trend inflasi yang telah terjadi
seblumnya,jika berdasarkan pengalaman tahuntahun seblmnya kebijakankebijakan
ekonomi ratarata inflasi 10% pertahun, maka pengusaha dapat memasukan
perubahan harga itu dalam struktur harga barang yang dihasilkannya . begitu pula
denga kelompok Masyarakat yang berpendapatan tetap , dapat menuntut kenaikan
gaji atau upah sebesar ratarata infalsi yang terjadi . sehingga pendapatannya secara
real tidak mengalami penurunan
Ciri-ciri terjadinya inflasi pada suatu negara sebagai berikut:
1. Pada umumnya harga-harga dalam keadaan naik secara terus- menerus
2. Banyaknya uang yang beredar melebihi kebutuhan
3. Pergerakan barang relatif sedikit
4. Nilai uang (daya beli uang) menurun
Pencegahan inflasi telah lama menjadi salah satu tujuan utama dari
kebijaksanaan ekonomi makro pemerintahan dan bank sentral disetiap negara.
Karena inflasi dianggap sebagai bencana bagi perekenomian khususnya pada
masyarakat yang memiliki pendapata rendah, kegiatan pinjam meminjam (pemberi

2
pinjaman beruntung, peminjam merugi), spekulasi dan persaingan dalam
perdagangan internasional. Negara berkembang yang mengalami defisit nerca
perdagangan dan menganut APBN defisit, biasanya melakukan penambahan dengan
mencetak uang untuk membiayai pengeluaran pemerintah. Apabila penctakan uang
tidak diimbangi dengan kenaikan pendapatan nasional (GNP)Kenaikan harga atau
inlfasipun tidak akan terjadi secara langsung dirasakan pada tahun pencetakan tahun
tersebut, tetapi akan terasa setelah beberapa tahun (di Indonesia dampak inflasi
dirasakan setelah 2 - 3 tahun) dari tahun saat terjadi penambahan uang dengan
pencetakan uang baru fenomena ini sesuai dengan teori kuantitas Irving FisherJadi
dapat dikatakan bahwa teori kuantitas uang ini merupakan fondasi dari teori-teori
ekonomi saat ini.
Fenomena inflasi di Indonesia menurut pandangan koynes adalah inflasi yang
terjadi akibat kenaikan gaji pegawai negeriJika Pemerintah Indonesia mengumumkan
gaji pegawai negeri, maka pemerintah menambah pengeluaran rutinnya. Kenaikan
gaji tersebut biasanya akan diikuti kenaikan harga-harga bahan pokok seperti beras
dan minyak gorengKenaikan harga barang-barang lain menyebabkan pengusaha
swasta menaikan investasi karena ada keuntungan akibat harga tersebut. Kenaikan
harga bahan pokok yang diikuti kenaikan harga barang-barang lainnya menyebabkan
tuntutan karyawan dan buruh untuk menaikan upahnya menyesuaikan kenaikan
harga bahan pokok dan barang-barang lainnyaPada realitanya, tuntutan karyawan dan
buruh seperti ini jarang sekali dapat dipenuhi karena posisi tawaran yang rendah.
Inflasipun sebenarnya bersifat relatif, karena ukuran berat atau ringannya
bergantung pada kekuatan masyarakat dan negara yang mengalami inflasiPengaruh
positif inflasi terjadi apabila inflasi masih dibawah persentasi tingkat bunga kredit
yang berlaku bagi negara majuhal demikian akan mendorong kegiatan ekonomi dan
pembangunan, karena pengusaha dinegara maju dapat memanfaatkan kenaikan harga
untuk berinvestasi memproduksi, serta menjual barang dan jasa.
Sedangkan tingkat inflasi di Indonesia selama 10 tahun terakhir rata-rata
7,98%. Salah satu cara mengatasinya yaitu dengan kebijakan moneter oleh
pemerintah yang dalam hal ini menjadi tugas Bank Indonesia (BI)Kenaikan harga
dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali jika kenaikan itu
meluas dan mengakibatkan kenaikan harga pada barang lainnya. Kebalikan dari
inflasi disebut deflasi
Ragam inflasi dikategorikan menjadi:
1. inflasi ringan terjadi ketika kenaikan harga berada di bawah angka
10%pertahun
2. Inflasi sedang antara 10%-30% pertahun
3. Inflasi berat antara 30%-100% pertahun
4. Hiperinflasi (inflasi yang tidak terkendali), terjadi ketika kenaikan harga
berada di atas 100% pertahun

Indikator yang sering digunakan untuk mengukur tingkat inflasi adalah


Indeks Harga Konsumen (IHK)Yakni indeks yang menghitung rata-rata perubahan

3
harga dari suatu paket barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga dalam
kurun waktu tertentu. Perubahan IHK dari waktu ke waktu menggambarkan tingkat
kenaikan (inflasi) atau tingkat penurunan (deflasi) dari barang dan jasaPenentuan
barang dan jasa dalam keranjang IHK dilakukan atas dasar Survei Biaya Hidup
(SBH) yang dilakukan BPS Kemudian BPS akan memonitor perkembangan harga
dari barang dan jasa tersebut secara bulanan di 82 kota seluruh Indonesia, di pasar
tradisional dan modern terhadap beberapa jenis barang atau jasa di setiap kota. Inflasi
yang diukur IHK dikelompokkan ke 7 kelompok pengeluaran, yakni:
1. Kelompok bahan makanan
2. Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau
3. Kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar
4. Kelompok sandang
5. Kelompok kesehatan
6. Kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga
7. Kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan

Biasanya inflasi di Indonesia akan tinggi menjelang Hari Raya Idul Fitri, Idul
Adha, atau terganggunya produksi akibat cuaca, dan momen lainnya. Kalau tidak ada
upaya dari pemerintah, inflasi tersebut akan cenderung bergerak tak terkendali.
Kenaikan harga barang terus menerus atau inflasi terjadi bukan tanpa sebab.
Secara umum, ada beberapa faktor penyebab terjadinya iÖnflasi, antara lain:
a. Meningkatnya jumlah permintaan atau demand pada suatu jenis barang
tertentu. Saat permintaan naik, namun stok atau suplai terbatas, pasti akan
terjadi lonjakan harga.
b. Biaya produksi sebuah barang atau jasa mengalami kenaikan. Hal ini
disebabkan karena terjadi peningkatan harga bahan baku maupun upah
pekerja. Dari situlah, produsen akan mengambil tindakan mengerek harga jual
barang atau jasa.
c. Saat jumlah uang yang beredar di masyarakat cukup tinggi. Ketika jumlah
uang yang ada di masyarakat meningkat hingga dua kali lipat, harga barang
pun akan mengalami peningkatan yang setara Hal ini disebabkan karena
kenaikan daya beli masyarakat, tetapi stok barang tetap statis.

Dampak dari inflasi itu meliputi; memperburuk tingkat pendapatan dan


banyaknya pengangguran. Sedangkan akibat buruk dari Inflasi itu sendiri;
Menurunnya tingkat kemakmuran masyarakat (terutama bagi yang berpenghasilan
tetap). Inflasi bisa berlaku lebih cepat dibandingkan kenaikan upah/gaji. Prospek
pembangunan ekonomi jangka panjang terganggu cenderung mengurangi tingkat
Investasi, mengurangi ekspor dan menaikkan impor, dan memperlambat
pertumbuhan ekonomi.
Perdagangan internasional merupakan kegiatan perdagangan yang melewati
batas-batas wilayah suatu negara. Kegiatan ini dapat berupa ekspor dan impor barang
untuk bahan baku, barang setengah jadi, atau produk-produk akhir yang dibutuhkan

4
konsumen. Terutama yang tidak dimiliki atau tidak diproduksi di dalam negeri.
Bisnis internasional ini juga dapat berupa perdagangan jasa, seperti perbankan,
konsultan, hotel, asuransi, travel, atau transportasi. Jika di dalam negeri terjadi
kenaikan harga, artinya harga produk dalam negeri menjadi lebih mahal. sebaliknya,
jika produk dalam negeri lebih mahal dibandingkan dengan produkproduk luar
negeri, maka akan menyebabkan produk domestik menjadi lebih sulit bersaing
dengan produk impor.

2.2 Pengangguran
Pengangguran (unemployment) merupakan masalah yang selalu hampir ada
dalam setiap perekonomian, terutama di negara berkembang seperti Indonesia.
Secara umum, pengangguran didefinisikan sebagai ketidakmampuan angkatan kerja
(labor force) untuk memperoleh pekerjaan sesuai yang mereka butuhkan dan mereka
inginkan. Dengan kata lain, pengangguran merujuk pada situasi atau keadaan di
mana seseorang menghadapi ketiadaan kesempatan Kerja. Pengangguran tidaklah
selalu identik dengan orang yang tidak memiliki pekerjaan atau sedang mencari
pekerjaan. Orang yang sudah memiliki pekerjaan dan menjalankan pekerjaannya juga
dapat digolongkan sebagai pengangguran karena konsep pengangguran dapat dilinat
dari tiga dimensi, yaitu:
a. Waktu
b. Intensitas pekerjaan
c. Produkivitas

Orang yang sudah bekerja dapat digolongkan sebagai setengah pengangguran


apabila pekerjaan yang dilakukan oleh orang tersebut tidak Sesuai dengan
keterampilan dan keahlian yang dimilikinya sehingga hasil akhir dari pekerjaannya di
bawah produktivitas yang seharusnya Secara lebih rinci, setengah pengangguran
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Setengah penganggur kentara (visible under-employment) yang
mencerminkan kondisi orang yang bekerja tetapi mengalami ketidakcukupan
dalam volume pekerjaan yang dilakukan. Adapun kriteria setengah
pengangguran kentara dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1. Bekerja kurang dari jam kerja normal
2. Melakukan pekerjaan secara terpaksa
3. Sudah bekerja tapi masih mencari pekerjaan lain atau masin bersedia
menerima pekerjaan tambahan

b. Setengah penganggur tak kentara (invisible under-employment) dapat


tercermin dari adanya ketidaktepatan dalam penempatan sumber daya
manusia, atau adanya ketidakseimbangan antara tenaga kerja dengan faktor
produksi. Hal ini ditandai dengan rendahnya tingkat pendapatan,
keterampilan yang kurang dimanfaatkan, dan rendahnya tingkat produkivitas.

5
Setengah penganggur, baik yang kentara maupun yang tidak kentara dapat
dihitung dengan cara membagi jumiah penduduk yang setengah menganggur pada
tahun dengan jumiah angkatan kerja pada tahun yang bersangkutan.
2.2.1 Profil Pengangguran di Indonesia
Masalah pengangguran, yang terbuka maupun yang samar-samar merupakan
penyakityang bersifat struktural dan kronis yang melanda seluruh negara
berkembang. Bersifat struktural berarti masalah pengangguran ini berkaitan dengan
berbagai aspek, baik aspek ekonomi maupun aspek sosial, politi, dan
kemasyarakatan. Sedangkan pengang-guran bersifat kronis, artinya masalah
pengangguran dari waktu ke waktu bukannya mengalami perbaikan, akan tetapi
justru permasalahan pengangguran semakin parah dan jumiahnyapun terus
meningkat. Penyebab yang paling mendasar adalah pencari kerja setiap tahun terus
bertambah, sedangkan lapangan kerja yang tersedia bagi mereka tidak mencukupi,
kalaupun bertambah tidakiah sebanding dengan tambahan pencari kerja tersebut
Akibatnya, setiap tahun jumiah penganggur yang benar-benar
terbuka terus meningkat Menurut Edgar O. Edwards menggolongkan pengangguran
menjadi 5 bentuk, yaitu:

1. Pengangguran terbuka (open unemployment)


Pengangguran terbuka dapat dibagi menjadi dua, yaiu:
a. Penganggur sukarela
b. Penganggur terpaksa

2. Setengah penganggur (underemployment)


Tenaga kerja yangtermasuk setengah menganggur adalah kelompok tenaga
kerja yang lamanya bekerja (dalam satuan hari, jam, ataupun minggu) kurang
dari yang seharusnya mereka bisa kerjakan. Misalnya orang yang sudah
memiiki pekerjaan, tetapi orang tersebut malas-malasan, datang terlambat,
maupun mendahului pulang.

3. Bekerja secara tidak penuh


a. Pengangguran tak kentara (disguised unemployment)
b. Pengangguran tersembunyi (hidden unemployment)

4. Tenaga kerja lemah (impaired)


Kelompok ini sebenarnya memiliki pekerjaan dan bekerja secara penuh,
tetapi intensitasnya rendah. Jenis pengangguran ini dikarenakan kurang gizi
maupun menderita penyakit tertentu.

5. Tenaga kerja tidak produktif


Kelompok angkatan kerja ini sebenarnya sudah memilki pekerjaan dan
mampu bekerja secara produktif, tapi karena kurangnya fasilitas yang dimiliki
perusahaan mengakibatkan mereka menghasilkan pekerjaan yang tidak

6
memuaskan Misalnya mesin yang dimillki sudah usang, kondisi pabrik yang
tidak nyaman, maupun bahan baku yang tidak tersedia secara rutin.

2.2.2

7
III PENUTUP
3.1 Kesimpulan

8
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai