Anda di halaman 1dari 93

MAKALAH

TEORI EKONOMI MAKRO 1

INFLASI, PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PENGANGGURAN DI INDONESIA

2017-2021

DOSEN PENGAJAR : Denny Asmas, SE,

Disusun oleh :

NAMA : EVI NURYENI PANDWINATA

NIM : 2000860201023

FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM STUDY EKONOMI PEMBANGUNAN

UNIVERSITAS BATANG HARI JAMBI

2022

[Type text]
KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang tidak terhingga saya limpahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala berkah dan rahmat-Nya, sehingga saya mampu menyusun dan menyelesaikan tugas
makalah dengan judul “Inflasi,Pertumbuhan Ekonomi Dan Penggannguran Di Indonesia
Tahun 2017-2021”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori Ekonomi
Makro I Makalah ini kami persembahkan kepada Bapak Denny Asmas, SE.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam
menyusun dan menyelesaikan makalah ini. Saya menyadari bahwa dalam makalah ini masih
banyak kekurangan, sehingga saran dan masukan dari berbagai pihak sangat saya tunggu
untuk perbaikan pada penyusunan berikutnya, harapan saya makalah ini bisa bermanfaat bagi
setiap pembacanya.
Semoga makalah ini bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu
pengetahuan bagi kita semua dan dapat memberikan informasi bagi pembaca. Aamiin

Jambi, 16 Maret 2022

Penulis

[Type text]
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................. 1

A. Latar Belakang .......................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ..................................................................................................... 2

C. Tujuan ........................................................................................................................ 2

D. Manfaat penelitian ........................................................................................... ......

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................. 3

A.Infestasi ...................................................................................................................... 3

B. Pertumbuhan Ekonomi .............................................................................................. 13


C.Pengangguran ............................................................................................................. 20

BAB III PENUTUP....................................................................................................... 40

A. Kesimpulan................................................................................................................ 40

B. Saran........................................................................................................................... 40

DAFTAR PUSTAKA

[Type text]
BAB I

PENDAHULUAN

1) Latar Belakang
Tiga indikator yang terus – menerus diamatai adalah inflasi, pertumbuhan
ekonomi dan penggangguran. Ada dua yang sangat berpengaruh dan berkaitan yaitu
inflasi dan penggangguran, bisa dilihat bahwa tingkat pengangguran alamiah
bergantung pada berbagai ciri pasar tenaga kerja, seperti peraturan upah minimum,
kekuasaan pasar serikat pekerja, peranan upah efisiensi dan seberapa efektifnya
proses pencarian kerja. Sebaliknya tingkat inflasi terutama sekali bergantung pada
jumlah uang yang beredar yang dikendalikan oleh bank sentral, oleh sebab itu, pada
jangka panjang, inflasi dan pengangguran secara garis besar bukanlah dua masalah
yang saling berkaitan.

Seperti yang kita ketahui sebelumnya bahwa kebijakan moneter dan kebijakan
fiskal dapat menggeser kurva permintaan agregat. Oleh sebab itu, kebijakan moneter
dan fiskal dapat memindahkan perekonomian sepanjang kurva phillips. Kenaikan
jumlah uang yang beredar, peningkatan pengeluaran pemerintah atau pemotongan
pajak meningkatkan permintaan agregat dan memindahkan perekonomian ke suatu
titik pada kurva phillips dengan tingkat pengangguran yang lebih rendah dan inflasi
yang lebih tinggi. Dan begitu juga sebaliknya. Dengan pemahaman ini kurva phillips
menawarkan pilihan-pilihan kombinasi antara inflasi dan penangguran kepada para
pembuat kebijakan (Mankiw, 2006:364).

Banyak negara berkembang didunia ini yang sudah berhasil menunjukan


pertumbuhan ekonomi dinegara itu sendiri, tapi masalah dalam negara itu sendiri
permainan kata-kata masih banyak yang belum terselesaikan, seperti contoh
_:gerakan, tingkat kelahiran yang sangat tinggi, minimnya tenaga ahli, dan susahnya
mendapatkan tempat untuk bekerja. Keadaan ini permainan kata-kata menjadi sorotan
oleh ahli-ahli ekonomi dengan masalah“pembangunan bukanlah arti dari
pembangunan”

Pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi sering kali dikaitkan


dengan suatu hal yang sama oleh beberapa ahli ekonomi, tapi pada dasarnya dua hal
itu berbeda pengertiannya. Dengan adany a pertumbuhan ekonomi maka akan ada
pembangunan _ekonomi itu sendiri dimana dengan pertumbuhan ekonomi Perubahan-
perubahan pada berbagai sektor ekonomi tersebut mengakibat kanterjadinya
pertumbuhanekonomi, yang ditandai dengan naiknya produksinasional, pendapatan
nasional, dan pendapatan perkapita.situasi semacam itu akan berlangsung secara
terus-terus menerus.

[Type text]
B. RUMUSAN MASALAH

1) Apa itu inflasi, Pertumbuhan Ekonomi Dan penggangguran .


2) Jenis – jenis inflasi dan penggangguran.
3) Cara menghitung Inflasi Dan Pertumbuhan Ekonomi.
4) Hubungan inflasi Dan Penggaguran.
5) Mengetahui tingkat inflasi,pertumbuhan ekonomi dan penggangguran di indonesia
tahun 2017-2021.

C. TUJUAN

Tujuan dalam makalah ini adalah ingin mengetahui tentang konsep dan pengaruh
Inflasi, Pertumbuhan Ekonomi Dan pengguran.Dan dapat mengetahui Jenis – jenis serta
dampak- dampak dari inflasi Dan Penggangguran serta cara menghitung Inflasi Dan
Pertumbuhan Ekonomi.

D. MANFAAT PENELITIAN

Adapun manfaat yang ingin diambil dalam penelitian ini adalah:

1. Dapat menambah pengetahuan penulis dan pembaca mengenai hubungan kausalitas antara
inflasi, pertumbuhan konomi dan pengganguran di Indonesia Pada Tahun 2017-2021

2. Sebagai tambahan referensi dan gambaran informasi yang dapat berguna sebagai bahan
studi komparatif bagi penelitian selanjutnya.

[Type text]
BAB 11

PEMBAHASAN

A. INFLASI

1) PENGERTIAN INFLASI
Inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum secara terus-menerus.
Sedangkan kebalikan dari inflasi adalah deflasi, yaitu penurunan harga secara
terus menerus, akibatnya daya beli masyarakat bertambah besar, sehingga pada
tahap awal barang-barang menjadi langka, akan tetapi pada tahap berikutnya
jumlah barang akan semakin banyak karena semakin berkurangnya daya beli
masyarakat.
Akibat dari inflasi secara umum adalah menurunnya daya beli masyarakat
karena secara riil tingkat pendapatannya juga
menurun. Jadi, misalkan besarnya inflasi pada tahun yang bersangkutan naik
sebesar 5%, sementara pendapatan tetap, maka itu berarti secara riil pendapatan
mengalami penurunan sebesar 5% yang akibatnya relatif akan menurunkan daya
beli sebesar 5% juga.
Tujuan jangka panjang pemerintah adalah menjaga agar tingkat inflasi
yang berlaku berada pada tingkat yang sangat rendah. Tingkat inflasi nol persen
bukanlah tujuan utama kebijakan pemerintah karena ia adalah sukar untuk dicapai.
Yang paling penting untuk diusahakan adalah menjaga agar tingkat
inflasi tetap rendah.
2) JENIS – JENIS INFLASI
Berdasarkan sifatnya inflasi dibagi menjadi 3 kategori utama
A.Menurut Sifatnya yaitu sebagai berikut:
• Inflasi merayap/rendah (creeping inflation), yaitu inflasi yang besarnya
kurang
dari 10% pertahun
• Inflasi menengah (galloping inflation) besarnya antara 10 – 30% pertahun.
Inflasi ini biasanya ditandai oleh naiknya harga-harga secara cepat dan relatif
besar. Angka inflasi pada kondisi ini biasanya disebut inflasi 2 digit, misalnya
15%, 20%, 30%, dan sebagainya.
• Inflasi berat (high inflation), yaitu inflasi yang besarnya antara 30 – 100%
pertahun. Dalam kondisi ini harga-harga secara umum naik.
• Inflasi sangat tinggi (hyper inflation), yaitu inflasi yang ditandai oleh
naiknya
harga secara drastic hingga mencapai 4 digit (di atas 100%). Pada kondisi ini
masyarakat tidak ingin lagi menyimpan uang, karena nilainya merosot sangat
tajam, sehingga lebih baik ditukarkan dengan barang.

[Type text]
B. Berdasarkan Sebabnya
Demand Pull Inflation. Inflasi ini timbul karenaadanya pertmintaan
keseluruhan yang tinggi di satu pihak. Akibatnya adalah sesuai dengan hukum
permintaan, bila permintaan banyak sementara penawaran tetap, maka harga
akan naik. Dan bila hal ini berlangsung secara terus-menerus akan
mengakibatkan inflasi yang berkepanjangan. Oleh karena itu, untuk
mengatasinya diperlukan adanya pembukaan kapasitas produksi baru dengan
penambahan tenaga kerja baru.
Cost Push Inflation. Inflasi ini disebabkan turunnya produksi karena naiknya
biaya produksi (naiknya biaya produksi dapat terjadi karena tidak efisiennya
perusahaan, nilai kurs mata uang negara yang bersangkutan jatuh/menurun,
kenaikan harga bahan baku industri, adanya tuntutan kenaikan upah dari
serikat
buruh yang kuat dan sebagainya). Akibat naiknya biaya produksi, maka dua
hal
yang bisa dilakukan oleh produsen, yaitu: pertama, langsung menaikkan harga
produknya dengan jumlah penawaran yang sama, atau harga produknya naik
(karena tarik menarik permintaan dan penawaran) karena penurunan jumlah
produksi.
C. Berdasarkan Asalnya
inflasi dibagi menjadi dua, yaitu pertama inflasi
yang berasal dari dalam negeri (domestic inflation) yang timbul karena
terjadinya defisit dalam pembiayaan dan belanja negara yang terlihat pada
anggaran belanja negara.
Untuk mengatasinya biasanya pemerintah mencetak uang baru. Selain itu
harga-harga naik dikarenakan musim paceklik (gagal panen), bencana alam
yang berkepanjangan dan sebagainya. Kedua inflasi yang berasal dari luar
negeri. Karena negara-negara yang menjadi mitra dagang suatu negara
mengalami
inflasi yang tinggi, dapatlah diketahui bahwa harga-harga dan juga ongkos
produksi relatif mahal, sehingga bila terpaksa negara lain harus mengimpor
barang tersebut maka harga jualnya di dalam negeri tentu saja bertambah
mahal.
3) Metode Pengukuran Inflasi
Suatu kenaikan harga dalam inflasi dapat diukur dengan menggunakan indeks
harga. Ada beberapa indeks harga yang dapat digunakan untuk mengukur laju
inflasi (Nopirin,1987:25) antara lain:
a) ConsumerPriceIndex (CPI)
Indeks yang digunakan untuk mengukur biaya atau pengeluaran rumah tangga
dalam membeli sejumlah barang bagi keperluan kebuthan hidup:
CPI= (Cost of marketbasket ingiven year : Cost of marketbasket in base year) x 100%
b) Produsen PriceIndex dikenal dengan Whosale Price Index
Index yang lebih menitikberatkan pada perdagangan besar seperti harga bahan
mentah (raw material), bahan baku atau barang setengah jadi. Indeks PPI ini

[Type text]
sejalan dengan indeks CPI.
c) GNP Deflator
GNP deflator ini merupakan jenis indeks yang berbeda dengan indeks CPI dan
PPI, dimana indeks ini mencangkup jumlah barang dan jasa yang termasuk
dalam hitungan GNP, sehingga jumlahnya lebih banyak dibanding dengan
kedua indeks diatas: GNP Deflator = (GNP Nominal : GNP Riil) x 100%.
4) Dampak Dari Inflasi
DAMPAK NEGATIF

1. Bila harga secara umum naik terus-menerus maka masyarakat akan panik, sehingga
perekonomian tidak berjalan normal, karena disatu sisi ada masyarakat yang
berlebihan uang memborong sementara yang kekurangan uang tidak bisa membeli
barang akibatnya negara rentan terhadap segala macam kekacauan yang
ditimbulkannya.

2. Sebagai akibat dari kepanikan tersebut maka masyarakat cenderung untuk menarik
tabungan guna membeli dan menumpuk barang sehingga banyak bank di rush
akibatnya bank kekurangan dana berdampak pada tutup (bangkrut ) atau rendahnya
dana investasi yang tersedia.

3. Produsen cenderung memanfaatkan kesempatan kenaikan harga untuk


memperbesar keuntungan dengan cara mempermainkan harga di pasaran.

DAMPAK POSITIF

1. Masyarakat akan semakin selektif dalam mengkonsumsi, produksi akan diusahakan


seefisien mungkin dan konsumtifme dapat ditekan.

2. Inflasi yang berkepanjangan dapat menumbuhkan industri kecil dalam negeri


menjadi semakin dipercaya dan tangguh.

3. Tingkat pengangguran cenderung akan menurun karena masyarakat akan tergerak


untuk melakukan kegiatan produksi dengan cara mendirikan atau membuka usaha.

Inflasi dan Perkembangan Ekonomi

Kenaikan harga – harga menimbulkan efek yang buruk pula ke atas perdagangan.
Kenaikan harga menyebabkan barang – barang negara itu tidak dapat bersaing di
pasaran internasional. Maka ekspor menurun. Sebaliknya, harga – harga produksi
dalam negeri yang semakin tinggi sebagai akibat inflasi menyebabkan barang –
barang impor menjadi relatif murah. Maka lebih banyak impor akan di lakukan.
Ekspor yang menurun dan diikuti pula oleh impor yang bertambah menyebabkan
ketidakseimbangan dalam aliran mata uang asing. Kedudukan neraca pembayaran
akan memburuk.

[Type text]
5) Cara Mengatasi Inflasi
A. Kebijakan Moneter, Melalui pengaturan jumlah uang yang beredar.pelaksanaan
operasi pasar terbuka, Penetapan tingkat diskonto, Penetapan rasio cadangan wajib
minimum.
B. Kebijakan Fisal, Pengurangan pengeluaran pemerintah serta kenaikan pajak akan
mengurangi permintan total .
C. Kebijakan Yang Berkaitan Dengan Output, dapat memperkecil laju inflasi.
D. Kebijakan Penenuan Harga dan Indexing, dilakukan dengan penentuan harga.

 1Inflasi Di IndonesiaTahun 2017

Indeks inflasi konsumen dan bulanan indonesia 2017-2021

Bulan 2017
  IHK Inflasi
Januari 127,94 0,97
Februari 128,24 0,23
Maret 128,22 -0,02
April 128,33 0,09
Mei 128,83 0,39
Juni 129,72 0,69
Juli 130,00 0,22
Agustus 129,91 -0,07
September 130,08 0,13
Oktober 130,09 0,01
November 130,35 0,2
Desember 131,28 0,71
Tingkat
  3,61
Inflasi

 Inflasi Januari di indonesia 2017

Pada Januari 2017 terjadi inflasi sebesar 0,97 persen dengan Indeks Harga
Konsumen (IHK) sebesar 127,94. Dari 82 kota IHK, seluruhnya mengalami inflasi. Inflasi
tertinggi terjadi di Pontianak sebesar 1,82 persen dengan IHK sebesar 137,25 dan terendah
terjadi di Manokwari sebesar 0,09 persen dengan IHK sebesar 122,46.

Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya seluruh
indeks kelompok pengeluaran, yaitu: kelompok bahan makanan sebesar 0,66 persen,
kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,47 persen; kelompok
perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 1,09 persen; kelompok sandang
sebesar 0,33 persen; kelompok kesehatan sebesar 0,50 persen; kelompok pendidikan,

[Type text]
rekreasi, dan olahraga sebesar 0,12 persen; dan kelompok transpor, komunikasi, dan jasa
keuangan sebesar 2,35 persen.

Tingkat inflasi tahun kalender (Januari) 2017 sebesar 0,97 persen dan tingkat inflasi
tahun ke tahun (Januari 2017 terhadap Januari 2016) sebesar 3,49 persen.

Komponen inti pada Januari 2017 dan tingkat inflasi komponen inti tahun kalender
(Januari) 2017 mengalami inflasi masing-masing sebesar 0,56 persen; serta tingkat inflasi
komponen inti tahun ke tahun (Januari 2017 terhadap Januari 2016) sebesar 3,35 persen.

 Inflasi Februari di indonesia 2017

Pada Februari 2017 terjadi inflasi sebesar 0,23 persen dengan Indeks Harga
Konsumen (IHK) sebesar 128,24. Dari 82 kota IHK, 62 kota mengalami inflasi dan 20 kota
mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Manado sebesar 1,16 persen dengan IHK
sebesar 128,49 dan terendah terjadi di Ternate sebesar 0,03 persen dengan IHK sebesar
131,13. Sedangkan, deflasi tertinggi terjadi di Jambi sebesar 1,40 persen dengan IHK
sebesar 125,74 dan terendah terjadi di Bungo sebesar 0,02 persen dengan IHK sebesar
125,34.

Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya
sebagian besar indeks kelompok pengeluaran, yaitu: kelompok makanan jadi, minuman,
rokok, dan tembakau sebesar 0,39 persen; kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan
bakar sebesar 0,75 persen; kelompok sandang sebesar 0,52 persen; kelompok kesehatan
sebesar 0,26 persen; kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar 0,08 persen; dan
kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,15 persen. Sedangkan
kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi, yaitu kelompok bahan makanan sebesar
0,31 persen.

Tingkat inflasi tahun kalender (Januari–Februari) 2017 sebesar 1,21 persen dan
tingkat inflasi tahun ke tahun (Februari 2017 terhadap Februari 2016) sebesar 3,83 persen.

Komponen inti pada Februari 2017 mengalami inflasi sebesar 0,37 persen. Tingkat
inflasi komponen inti tahun kalender (Januari–Februari) 2017 mengalami inflasi sebesar
0,93 persen dan tingkat inflasi komponen inti tahun ke tahun (Februari 2017 terhadap
Februari 2016) sebesar 3,41 persen.

[Type text]
 Inflasi Maret di indonesia 2017

Pada Maret 2017 terjadi deflasi sebesar 0,02 persen dengan Indeks Harga
Konsumen (IHK) sebesar 128,22. Dari 82 kota IHK, 49 kota mengalami deflasi dan 33 kota
mengalami inflasi. Deflasi tertinggi terjadi di Tanjung Pandan sebesar 1,49 persen dengan
IHK sebesar 134,11 dan terendah terjadi di Padang dan Purwokerto masing-masing sebesar
0,01 persen dengan IHK masing-masing sebesar 134,04 dan 125,22. Sedangkan inflasi
tertinggi terjadi di Merauke sebesar 1,24 persen dengan IHK sebesar 135,67 dan terendah
terjadi di Tembilahan dan Banjarmasin masing-masing sebesar 0,01 persen dengan IHK
masingmasing sebesar 131,26 dan 127,74.

Deflasi terjadi karena adanya penurunan harga yang ditunjukkan oleh turunnya
beberapa indeks kelompok pengeluaran, yaitu: kelompok bahan makanan sebesar 0,66
persen dan kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,13 persen.
Sedangkan kelompok pengeluaran yang mengalami inflasi, yaitu: kelompok makanan jadi,
minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,31 persen; kelompok perumahan, air, listrik, gas,
dan bahan bakar sebesar 0,30 persen; kelompok sandang sebesar 0,18 persen; kelompok
kesehatan sebesar 0,21 persen; dan kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar
0,08 persen.

Tingkat inflasi tahun kalender (Januari–Maret) 2017 sebesar 1,19 persen dan tingkat
inflasi tahun ke tahun (Maret 2017 terhadap Maret 2016) sebesar 3,61 persen.

Komponen inti pada Maret 2017 mengalami inflasi sebesar 0,10 persen. Tingkat
inflasi komponen inti tahun kalender (Januari–Maret) 2017 mengalami inflasi sebesar 1,03
persen dan tingkat inflasi komponen inti tahun ke tahun (Maret 2017 terhadap Maret 2016)
sebesar 3,30 persen.

 April di indonesia 2017

Pada April 2017 terjadi inflasi sebesar 0,09 persen dengan Indeks Harga Konsumen
(IHK) sebesar 128,33. Dari 82 kota IHK, 53 kota mengalami inflasi dan 29 kota mengalami
deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Pangkalpinang sebesar 1,02 persen dengan IHK sebesar
136,08 dan terendah terjadi di Cilacap sebesar 0,01 persen dengan IHK 130,60.Sedangkan
deflasi tertinggi terjadi di Singaraja sebesar 1,08 persen dengan IHK sebesar 136,83 dan
terendah terjadi di Jakarta dan Manado masing-masing sebesar 0,02 persen dengan IHK
masing-masing sebesar 127,97 dan 128,77.
[Type text]
Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya
sebagian besar indeks kelompok pengeluaran, yaitu: kelompok makanan jadi, minuman,
rokok, dan tembakau sebesar 0,12 persen; kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan
bakar sebesar 0,93 persen; kelompok sandang sebesar 0,49 persen; kelompok kesehatan
sebesar 0,08 persen; kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar 0,03 persen; dan
kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,27 persen. Sedangkan
kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi, yaitu kelompok bahan makanan sebesar
1,13 persen.

Tingkat inflasi tahun kalender (Januari–April) 2017 sebesar 1,28 persen dan tingkat
inflasi tahun ke tahun (April 2017 terhadap April 2016) sebesar 4,17 persen.

Komponen inti pada April 2017 mengalami inflasi sebesar 0,13 persen. Tingkat
inflasi komponen inti tahun kalender (Januari–April) 2017 mengalami inflasi sebesar 1,17
persen dan tingkat inflasi komponen inti tahun ke tahun (April 2017 terhadap April 2016)
sebesar 3,28 persen.

 Inflasi Mei di indonesia 2017

Pada Mei 2017 terjadi inflasi sebesar 0,39 persen dengan Indeks Harga Konsumen
(IHK) sebesar 128,83. Dari 82 kota IHK, 70 kota mengalami inflasi dan 12 kota mengalami
deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Tual sebesar 0,96 persen dengan IHK sebesar 144,44 dan
terendah terjadi di Sampit dan Bulukumba masing-masing sebesar 0,02 persen dengan IHK
masing-masing 129,86 dan 133,21. Sedangkan deflasi tertinggi terjadi di Manado sebesar
1,13 persen dengan IHK sebesar 127,31 dan terendah terjadi di Pematangsiantar sebesar
0,01 persen dengan IHK sebesar 132,80.

Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya seluruh
indeks kelompok pengeluaran, yaitu: kelompok bahan makanan sebesar 0,86 persen;
kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,38 persen; kelompok
perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,35 persen; kelompok sandang
sebesar 0,23 persen; kelompok kesehatan sebesar 0,37 persen; kelompok pendidikan,
rekreasi, dan olahraga sebesar 0,03 persen; dan kelompok transpor, komunikasi, dan jasa
keuangan sebesar 0,23 persen.

Tingkat inflasi tahun kalender (Januari–Mei) 2017 sebesar 1,67 persen dan tingkat
inflasi tahun ke tahun (Mei 2017 terhadap Mei 2016) sebesar 4,33 persen.

[Type text]
Komponen inti pada Mei 2017 mengalami inflasi sebesar 0,16 persen. Tingkat
inflasi komponen inti tahun kalender (Januari–Mei) 2017 mengalami inflasi sebesar 1,33
persen dan tingkat inflasi komponen inti tahun ke tahun (Mei 2017 terhadap Mei 2016)
sebesar 3,20 persen.

 Inflasi Juni di indonesia 2017

Pada Juni 2017 terjadi inflasi sebesar 0,69 persen dengan Indeks Harga Konsumen
(IHK) sebesar 129,72. Dari 82 kota IHK, 79 kota mengalami inflasi dan 3 kota mengalami
deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Tual sebesar 4,48 persen dengan IHK sebesar 150,91 dan
terendah terjadi di Merauke sebesar 0,12 persen dengan IHK 135,57. Sedangkan deflasi
tertinggi terjadi di Singaraja sebesar 0,64 persen dengan IHK sebesar 136,45 dan terendah
terjadi di Denpasar sebesar 0,01 persen dengan IHK sebesar 125,57.

Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya seluruh
indeks kelompok pengeluaran, yaitu: kelompok bahan makanan sebesar 0,69 persen;
kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,39 persen; kelompok
perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,75 persen; kelompok sandang
sebesar 0,78 persen; kelompok kesehatan sebesar 0,34 persen; kelompok pendidikan,
rekreasi, dan olahraga sebesar 0,07 persen; dan kelompok transpor, komunikasi, dan jasa
keuangan sebesar 1,27 persen.

Tingkat inflasi tahun kalender (Januari–Juni) 2017 sebesar 2,38 persen dan tingkat
inflasi tahun ke tahun (Juni 2017 terhadap Juni 2016) sebesar 4,37 persen.

Komponen inti pada Juni 2017 mengalami inflasi sebesar 0,26 persen. Tingkat
inflasi komponen inti tahun kalender (Januari–Juni) 2017 mengalami inflasi sebesar 1,59
persen dan tingkat inflasi komponen inti tahun ke tahun (Juni 2017 terhadap Juni 2016)
sebesar 3,13 persen.

 Inflasi juli di indonesia 2017

Pada Juli 2017 terjadi inflasi sebesar 0,22 persen dengan Indeks Harga Konsumen
(IHK) sebesar 130,00. Dari 82 kota IHK, 59 kota mengalami inflasi dan 23 kota mengalami
deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Bau-Bau sebesar 2,44 persen dengan IHK sebesar 134,83
dan terendah terjadi di Meulaboh sebesar 0,01 persen dengan IHK 127,99. Sementara itu,
deflasi tertinggi terjadi di Merauke sebesar 1,50 persen dengan IHK sebesar 133,53 dan

[Type text]
terendah terjadi di Metro dan Probolinggo masing-masing sebesar 0,07 persen dengan IHK
masing-masing sebesar 136,49 dan 126,10.

Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya
sebagian besar indeks kelompok pengeluaran, yaitu: kelompok bahan makanan sebesar 0,21
persen; kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,57 persen;
kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,06 persen; kelompok
sandang sebesar 0,06 persen; kelompok kesehatan sebesar 0,15 persen; dan kelompok
pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar 0,62 persen. Sementara itu, kelompok
pengeluaran yang mengalami penurunan indeks, yaitu kelompok transpor, komunikasi, dan
jasa keuangan sebesar 0,08 persen.

Tingkat inflasi tahun kalender (Januari–Juli) 2017 sebesar 2,60 persen dan tingkat
inflasi tahun ke tahun (Juli 2017 terhadap Juli 2016) sebesar 3,88 persen.

Komponen inti pada Juli 2017 mengalami inflasi sebesar 0,26 persen. Tingkat
inflasi komponen inti tahun kalender (Januari–Juli) 2017 mengalami inflasi sebesar 1,86
persen dan tingkat inflasi komponen inti tahun ke tahun (Juli 2017 terhadap Juli 2016)
sebesar 3,05 persen.

 Inflasi Agustus di indonesia 2017

Pada Agustus 2017 terjadi deflasi sebesar 0,07 persen dengan Indeks Harga
Konsumen (IHK) sebesar 129,91. Dari 82 kota IHK, 47 kota mengalami deflasi dan 35 kota
mengalami inflasi. Deflasi tertinggi terjadi di Ambon sebesar 2,08 persen dengan IHK
sebesar 128,03 dan terendah terjadi di Samarinda sebesar 0,03 persen dengan IHK 133,21.
Sementara inflasi tertinggi terjadi di Lhokseumawe sebesar 1,09 persen dengan IHK
sebesar 125,68 dan terendah terjadi di Batam sebesar 0,01 persen dengan IHK sebesar
129,50.

Deflasi terjadi karena adanya penurunan harga yang ditunjukkan oleh turunnya
beberapa indeks kelompok pengeluaran, yaitu: kelompok bahan makanan sebesar 0,67
persen dan kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,60 persen.
Sementara kelompok pengeluaran yang mengalami kenaikan indeks adalah: kelompok
makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,26 persen; kelompok perumahan,
air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,10 persen; kelompok sandang sebesar 0,32

[Type text]
persen; kelompok kesehatan sebesar 0,20 persen; dan kelompok pendidikan, rekreasi, dan
olahraga sebesar 0,89 persen.

Tingkat inflasi tahun kalender (Januari–Agustus) 2017 sebesar 2,53 persen dan
tingkat inflasi tahun ke tahun (Agustus 2017 terhadap Agustus 2016) sebesar 3,82 persen.

Komponen inti pada Agustus 2017 mengalami inflasi sebesar 0,28 persen. Tingkat
inflasi komponen inti tahun kalender (Januari–Agustus) 2017 mengalami inflasi sebesar
2,15 persen dan tingkat inflasi komponen inti tahun ke tahun (Agustus 2017 terhadap
Agustus 2016) sebesar 2,98 persen.

 Inflasi September di indonesia 2017

Pada September 2017 terjadi inflasi sebesar 0,13 persen dengan Indeks Harga
Konsumen (IHK) sebesar 130,08. Dari 82 kota IHK, 50 kota mengalami inflasi dan 32 kota
mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Tual sebesar 1,59 persen tertinggi terjadi di
Tual sebesar 1,59 persen dengan IHK sebesar 153,62 dan terendah terjadi di Mamuju
dan Depok sebesar 0,01 persen dengan IHK masing-masing sebesar 129,55 dan
128,56. Sedangkan deflasi tertinggi terjadi di Manado sebesar 1,04 persen dengan
IHK sebesar 128,26 dan terendah terjadi di Tembilahan sebesar 0,01 persen dengan IHK
sebesar 133,95.

Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya
beberapa indeks kelompok pengeluaran, yaitu: kelompok makanan jadi, minuman, rokok
dan tembakau sebesar 0,34 persen; kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar
sebesar 0,21 persen; kelompok sandang sebesar 0,52 persen; kelompok kesehatan sebesar
0,16 persen; kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga sebesar 1,03 persen; dan
kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,02 persen, sedangkan
kelompok bahan makanan mengalami penurunan sebesar 0,53 persen.

Tingkat inflasi tahun kalender (Januari–September) 2017 sebesar 2,66 persen dan
tingkat inflasi tahun ke tahun (September 2017 terhadap September 2016) sebesar 3,72
persen.

Komponen inti pada September 2017 mengalami inflasi sebesar 0,35


persen. Tingkat inflasi komponen inti tahun kalender (Januari–September) 2017

[Type text]
mengalami inflasi sebesar 2,51 persen dan tingkat inflasi komponen inti tahun ke tahun
(September 2017 terhadap September 2016) sebesar 3,00 persen.

 Inflasi Oktober di indonesia 2017

Pada Oktober 2017 terjadi inflasi sebesar 0,01 persen dengan Indeks Harga
Konsumen (IHK) sebesar 130,09. Dari 82 kota IHK, 44 kota mengalami inflasi dan 38 kota
mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Tual sebesar 1,05 persen dengan IHK sebesar
155,24 dan terendah terjadi di Surakarta dan Cilegon masingmasing sebesar 0,01 persen
dengan IHK masing-masing sebesar 124,65 dan 136,75. Sedangkan deflasi tertinggi terjadi
di Palu sebesar 1,31 persen dengan IHK sebesar 130,33 dan terendah terjadi di Palopo
sebesar 0,01 persen dengan IHK sebesar 127,47

Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya
beberapa indeks kelompok pengeluaran, yaitu: kelompok makanan jadi, minuman, rokok,
dan tembakau sebesar 0,28 persen; kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar
sebesar 0,18 persen; kelompok sandang sebesar 0,18 persen; kelompok kesehatan sebesar
0,21 persen; dan kelompok pendidikan, rekreasi, dan olah raga sebesar 0,16 persen.
Sedangkan kelompok pengeluaran yang mengalami penurunan indeks, yaitu: kelompok
bahan makanan sebesar 0,45 persen dan kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan
0,13 persen.

Tingkat inflasi tahun kalender (Januari–Oktober) 2017 sebesar 2,67 persen dan
tingkat inflasi tahun ke tahun (Oktober 2017 terhadap Oktober 2016) sebesar 3,58 persen.

Komponen inti pada Oktober 2017 mengalami inflasi sebesar 0,17 persen. Tingkat
inflasi komponen inti tahun kalender (Januari–Oktober) 2017 mengalami inflasi sebesar
2,68 persen dan tingkat inflasi komponen inti tahun ke tahun (Oktober 2017 terhadap
Oktober 2016) sebesar 3,07 persen.

 Inflasi November di indonesia 2017

Pada November 2017 terjadi inflasi sebesar 0,20 persen dengan Indeks Harga
Konsumen (IHK) sebesar 130,35. Dari 82 kota IHK, 68 kota mengalami inflasi dan 14 kota
mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Singaraja sebesar 1,80 persen dengan IHK
sebesar 138,11 dan terendah terjadi di Bekasi dan Palopo masing-masing sebesar 0,02

[Type text]
persen dengan IHK masing-masing sebesar 126,24 dan 127,49. Sedangkan deflasi tertinggi
terjadi di Tual sebesar 2,74 persen dengan IHK sebesar 150,99 dan terendah terjadi di
Manokwari sebesar 0,02 persen dengan IHK sebesar 124,20.

Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya seluruh
indeks kelompok pengeluaran, yaitu: kelompok bahan makanan sebesar 0,37 persen;
kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,22 persen; kelompok
perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,13 persen; kelompok sandang
sebesar 0,12 persen; kelompok kesehatan sebesar 0,27 persen; kelompok pendidikan,
rekreasi, dan olah raga sebesar 0,10 persen; dan kelompok transpor, komunikasi, dan jasa
keuangan 0,09 persen.

Tingkat inflasi tahun kalender (Januari–November) 2017 sebesar 2,87 persen dan
tingkat inflasi tahun ke tahun (November 2017 terhadap November 2016) sebesar 3,30
persen.

Komponen inti pada November 2017 mengalami inflasi sebesar 0,13 persen.
Tingkat inflasi komponen inti tahun kalender (Januari–November) 2017 mengalami inflasi
sebesar 2,82 persen dan tingkat inflasi komponen inti tahun ke tahun (November 2017
terhadap November 2016) sebesar 3,05 persen

 Inflasi Desember di indonesia 2017

Pada Desember 2017 terjadi inflasi sebesar 0,71 persen dengan Indeks Harga
Konsumen (IHK) sebesar 131,28. Dari 82 kota IHK, seluruhnya mengalami inflasi. Inflasi
tertinggi terjadi di Jayapura sebesar 2,28 persen dengan IHK sebesar 131,75 dan terendah
terjadi di Sorong sebesar 0,18 persen dengan IHK sebesar 128,53.

Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya seluruh
indeks kelompok pengeluaran, yaitu: kelompok bahan makanan sebesar 2,26 persen;
kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,30 persen; kelompok
perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,17 persen; kelompok sandang
sebesar 0,13 persen; kelompok kesehatan sebesar 0,18 persen; kelompok pendidikan,
rekreasi, dan olah raga sebesar 0,07 persen; dan kelompok transpor, komunikasi, dan jasa
keuangan sebesar 0,75 persen.

[Type text]
Tingkat inflasi tahun kalender (Januari–Desember) 2017 dan tingkat inflasi tahun ke
tahun (Desember 2017 terhadap Desember 2016) masing-masing sebesar 3,61 persen.

Komponen inti pada Desember 2017 mengalami inflasi sebesar 0,13 persen. Tingkat
inflasi komponen inti tahun kalender (Januari–Desember) 2017 dan tingkat inflasi
komponen inti tahun ke tahun (Desember 2017 terhadap Desember 2016) masing-masing
sebesar 2,95 persen.

 Inflasi di indonesia tahun 2018

Indeks inflasi konsumen dan bulanan indonesia 2018

2018
Bulan
IHK Inflasi
Januari 132,10 0,62
Februari 132,32 0,17
Maret 132,58 0,20
April 132,71 0,10
Mei 132,99 0,21
Juni 133,77 0,59
Juli 134,14 0,28
Agustus 134,07 -0,05
September 133,83 -0,18
Oktober 134,2 0,28
November 134,56 0,27
Desember 135,39 0,62
Tingkat
  3,13
Inflasi

 Inflasi januari di indonesia 2018

Tingkat inflasi tahun kalender Januari 2018 sebesar 0,62 persen dan tingkat inflasi
tahun ke tahun (Januari 2018 terhadap Januari 2017) sebesar 3,25 persen.

[Type text]
Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 132,10. Dari 82 kota IHK, 79 kota
mengalami inflasi dan 3 kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Bandar
Lampung sebesar 1,42 persen dengan IHK sebesar 133,17 dan terendah terjadi di
Tangerang sebesar 0,04 persen dengan IHK sebesar 138,34. Sementara deflasi tertinggi
terjadi di Jayapura sebesar 1,12 persen dengan IHK sebesar 130,28 dan terendah terjadi di
Meulaboh sebesar 0,14 persen dengan IHK sebesar 131,63.

Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya
beberapa indeks kelompok pengeluaran, yaitu: kelompok bahan makanan sebesar 2,34
persen; kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,43 persen;
kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,23 persen; kelompok
sandang sebesar 0,50 persen; kelompok kesehatan sebesar 0,28 persen; dan kelompok
pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar 0,16 persen. Sementara kelompok pengeluaran
yang mengalami penurunan indeks, yaitu kelompok transpor, komunikasi, dan jasa
keuangan 0,28 persen.

Komponen inti pada Januari 2018 mengalami inflasi sebesar 0,31 persen. Tingkat
inflasi komponen inti tahun kalender Januari 2018 mengalami inflasi sebesar 0,31 persen
dan tingkat inflasi komponen inti tahun ke tahun (Januari 2018 terhadap Januari 2017)
sebesar 2,69 persen.

 Inflasi Februari di indonesia 2018

Pada Februari 2018 terjadi inflasi sebesar 0,17 persen dengan Indeks Harga
Konsumen (IHK) sebesar 132,32. Dari 82 kota IHK, 55 kota mengalami inflasi dan 27 kota
mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Jayapura sebesar 1,05 persen dengan IHK
sebesar 131,65 dan terendah terjadi di Palangka Raya sebesar 0,04 persen dengan IHK
sebesar 127,64. Sementara itu, deflasi tertinggi terjadi di Medan sebesar 0,96 persen dengan
IHK sebesar 136,82 dan terendah terjadi di Lubuklinggau sebesar 0,02 persen dengan IHK
sebesar 129,79.

Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya seluruh
indeks kelompok pengeluaran, yaitu: kelompok bahan makanan sebesar 0,13 persen;
kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,43 persen; kelompok
perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,22 persen; kelompok sandang
sebesar 0,35 persen; kelompok kesehatan sebesar 0,26 persen; kelompok pendidikan,

[Type text]
rekreasi, dan olahraga sebesar 0,07 persen; dan kelompok transpor, komunikasi, dan jasa
keuangan 0,02 persen.

Tingkat inflasi tahun kalender (Januari–Februari) 2018 sebesar 0,79 persen dan
tingkat inflasi tahun ke tahun (Februari 2018 terhadap Februari 2017) sebesar 3,18 persen.

Komponen inti pada Februari 2018 mengalami inflasi sebesar 0,26 persen. Tingkat
inflasi komponen inti tahun kalender (Januari–Februari) 2018 mengalami inflasi sebesar
0,57 persen dan tingkat inflasi komponen inti tahun ke tahun (Februari 2018 terhadap
Februari 2017) sebesar 2,58 persen.

 Inflasi Maret di indonesia 2018

Pada Maret 2018 terjadi inflasi sebesar 0,20 persen dengan Indeks Harga Konsumen
(IHK) sebesar 132,58. Dari 82 kota IHK, 57 kota mengalami inflasi dan 25 kota mengalami
deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Jayapura sebesar 2,10 persen dengan IHK sebesar 134,42
dan terendah terjadi di Sumenep sebesar 0,01 persen dengan IHK sebesar 128,12.
Sementara deflasi tertinggi terjadi di Tual sebesar 2,30 persen dengan IHK sebesar 150,50
dan terendah terjadi di Bulukumba sebesar 0,01 persen dengan IHK sebesar 138,72.

Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya seluruh
indeks kelompok pengeluaran, yaitu: kelompok bahan makanan sebesar 0,14 persen;
kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,26 persen; kelompok
perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,06 persen; kelompok sandang
sebesar 0,36 persen; kelompok kesehatan sebesar 0,37 persen; kelompok pendidikan,
rekreasi, dan olahraga sebesar 0,07 persen; dan kelompok transpor, komunikasi, dan jasa
keuangan 0,28 persen.

Tingkat inflasi tahun kalender (Januari–Maret) 2018 sebesar 0,99 persen dan tingkat
inflasi tahun ke tahun (Maret 2018 terhadap Maret 2017) sebesar 3,40 persen.

Komponen inti pada Maret 2018 mengalami inflasi sebesar 0,19 persen. Tingkat
inflasi komponen inti tahun kalender (Januari–Maret) 2018 mengalami inflasi sebesar 0,76
persen dan tingkat inflasi komponen inti tahun ke tahun (Maret 2018 terhadap Maret 2017)
sebesar 2,67 persen.

[Type text]
 Inflasi April di indonesia 2018

Pada April 2018 terjadi inflasi sebesar 0,10 persen dengan Indeks Harga Konsumen
(IHK) sebesar 132,71. Dari 82 kota IHK, 54 kota mengalami inflasi dan 28 kota mengalami
deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Merauke sebesar 1,32 persen dengan IHK sebesar 138,07
dan terendah terjadi di Padang dan Kudus masing-masing sebesar 0,01 persen dengan IHK
masing-masing sebesar 137,20 dan 138,91. Sementara deflasi tertinggi terjadi di Tual
sebesar 2,26 persen dengan IHK sebesar 147,10 dan terendah terjadi di Medan, Bandar
Lampung, dan Tegal masing-masing sebesar 0,01 persen dengan IHK masing-masing
sebesar 137,65; 133,39; dan 128,61.

Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya
sebagian besar indeks kelompok pengeluaran, yaitu: kelompok makanan jadi, minuman,
rokok, dan tembakau sebesar 0,24 persen; kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan
bakar sebesar 0,16 persen; kelompok sandang sebesar 0,29 persen; kelompok kesehatan
sebesar 0,22 persen; kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar 0,04 persen; dan
kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan 0,19 persen. Sementara kelompok
pengeluaran yang mengalami penurunan indeks, yaitu kelompok bahan makanan sebesar
0,26 persen.

Tingkat inflasi tahun kalender (Januari–April) 2018 sebesar 1,09 persen dan tingkat
inflasi tahun ke tahun (April 2018 terhadap April 2017) sebesar 3,41 persen.

Komponen inti pada April 2018 mengalami inflasi sebesar 0,15 persen. Tingkat
inflasi komponen inti tahun kalender (Januari– April) 2018 mengalami inflasi sebesar 0,91
persen dan tingkat inflasi komponen inti tahun ke tahun (April 2018 terhadap April 2017)
sebesar 2,69 persen.

 Inflasi Mei di indonesia 2018

Pada Mei 2018 terjadi inflasi sebesar 0,21 persen dengan Indeks Harga Konsumen
(IHK) sebesar 132,99. Dari 82 kota IHK, 65 kota mengalami inflasi dan 17 kota mengalami
deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Tual sebesar 1,88 persen dengan IHK sebesar 149,87 dan
terendah terjadi di Purwokerto dan Tangerang masing-masing sebesar 0,01 persen dengan
IHK masing-masing sebesar 129,28 dan 139,95. Sementara deflasi tertinggi terjadi di
Pangkalpinang sebesar 0,99 persen dengan IHK sebesar 137,93 dan terendah terjadi di
Pematangsiantar sebesar 0,01 persen dengan IHK 137,09.
[Type text]
Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya seluruh
indeks kelompok pengeluaran, yaitu: kelompok bahan makanan sebesar 0,21 persen;
kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,31 persen; kelompok
perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,19 persen; kelompok sandang
sebesar 0,33 persen; kelompok kesehatan sebesar 0,21 persen; kelompok pendidikan,
rekreasi, dan olahraga sebesar 0,09 persen; dan kelompok transpor, komunikasi, dan jasa
keuangan 0,18 persen.

Tingkat inflasi tahun kalender (Januari–Mei) 2018 sebesar 1,30 persen dan tingkat
inflasi tahun ke tahun (Mei 2018 terhadap Mei 2017) sebesar 3,23 persen.

Komponen inti pada Mei 2018 mengalami inflasi sebesar 0,21 persen. Tingkat
inflasi komponen inti tahun kalender (Januari– Mei) 2018 adalah sebesar 1,12 persen dan
tingkat inflasi komponen inti tahun ke tahun (Mei 2018 terhadap Mei 2017) sebesar 2,75
persen.

 Inflasi Juni di indonesia 2018

Pada Juni 2018 terjadi inflasi sebesar 0,59 persen dengan Indeks Harga Konsumen
(IHK) sebesar 133,77. Dari 82 kota IHK, seluruhnya mengalami inflasi. Inflasi tertinggi
terjadi di Tarakan sebesar 2,71 persen dengan IHK sebesar 146,13 dan terendah terjadi di
Medan dan Pekanbaru masing-masing sebesar 0,01 persen dengan IHK masing-masing
sebesar 136,47 dan 134,60.

Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya seluruh
indeks kelompok pengeluaran, yaitu: kelompok bahan makanan sebesar 0,88 persen;
kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,40 persen; kelompok
perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,13 persen; kelompok sandang
sebesar 0,36 persen; kelompok kesehatan sebesar 0,27 persen; kelompok pendidikan,
rekreasi, dan olahraga sebesar 0,07 persen; dan kelompok transpor, komunikasi, dan jasa
keuangan 1,50 persen.

Tingkat inflasi tahun kalender (Januari–Juni) 2018 sebesar 1,90 persen dan tingkat
inflasi tahun ke tahun (Juni 2018 terhadap Juni 2017) sebesar 3,12 persen.

Komponen inti pada Juni 2018 mengalami inflasi sebesar 0,24 persen. Tingkat
inflasi komponen inti tahun kalender (Januari–Juni) 2018 mengalami inflasi sebesar 1,37

[Type text]
persen dan tingkat inflasi komponen inti tahun ke tahun (Juni 2018 terhadap Juni 2017)
sebesar 2,72 persen.

 Inflasi Juli di indonesia 2018

Pada Juli 2018 terjadi inflasi sebesar 0,28 persen dengan Indeks Harga Konsumen
(IHK) sebesar 134,14. Dari 82 kota IHK, 68 kota mengalami inflasi dan 14 kota mengalami
deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Sorong sebesar 1,47 persen dengan IHK sebesar 135,77
dan terendah terjadi di Depok, Banyuwangi, dan Surabaya masing-masing sebesar 0,03
persen dengan IHK masing-masing sebesar 131,59; 128,51; dan 133,37.

Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya
sebagian besar indeks kelompok pengeluaran, yaitu: kelompok bahan makanan sebesar 0,86
persen; kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,45 persen;
kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,16 persen; kelompok
sandang sebesar 0,29 persen; kelompok kesehatan sebesar 0,27 persen; dan kelompok
pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar 0,83 persen. Sementara kelompok pengeluaran
yang mengalami penurunan indeks, yaitu kelompok transpor, komunikasi, dan jasa
keuangan sebesar 0,65 persen.

Tingkat inflasi tahun kalender (Januari–Juli) 2018 sebesar 2,18 persen dan tingkat
inflasi tahun ke tahun (Juli 2018 terhadap Juli 2017) sebesar 3,18 persen.

Komponen inti pada Juli 2018 mengalami inflasi sebesar 0,41 persen. Tingkat
inflasi komponen inti tahun kalender (Januari– Juli) 2018 mengalami inflasi sebesar 1,78
persen dan tingkat inflasi komponen inti tahun ke tahun (Juli 2018 terhadap Juli 2017)
sebesar 2,87 persen.

 Inflasi Agustus di indonesia 2018

Pada Agustus 2018 terjadi deflasi sebesar 0,05 persen dengan Indeks Harga
Konsumen (IHK) sebesar 134,07. Dari 82 kota IHK, 52 kota mengalami deflasi dan 30 kota
mengalami inflasi. Deflasi tertinggi terjadi di Bau-Bau sebesar 2,49 persen dengan IHK
sebesar 134,76 dan terendah terjadi di Jember sebesar 0,01 persen dengan IHK sebesar
129,38. Sementara inflasi tertinggi terjadi Tarakan sebesar 0,62 dengan IHK sebesar 144,99

[Type text]
dan terendah terjadi di Medan dan Padangsidimpuan masing-masing sebesar 0,01 persen
dengan IHK masingmasing sebesar 137,15 dan 131,65.

Deflasi terjadi karena adanya penurunan harga yang ditunjukkan oleh turunnya
beberapa indeks kelompok pengeluaran, yaitu: kelompok bahan makanan sebesar
1,10persen; kelompok sandang sebesar 0,07 persen; dan kelompok transpor, komunikasi,
dan jasa keuangan sebesar 0,15 persen. Sementara kelompok pengeluaran yang mengalami
kenaikan indeks, yaitu: kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar
0,35 persen; kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,25 persen;
kelompok kesehatan sebesar 0,20 persen; dan kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga
sebesar 1,03 persen.

Tingkat inflasi tahun kalender (Januari–Agustus) 2018 sebesar 2,13 persen dan
tingkat inflasi tahun ke tahun (Agustus 2018 terhadap Agustus 2017) sebesar 3,20 persen.

Komponen inti pada Agustus 2018 mengalami inflasi sebesar 0,30 persen. Tingkat
inflasi komponen inti tahun kalender (Januari–Agustus) 2018 mengalami inflasi sebesar
2,09 persen dan tingkat inflasi komponen inti tahun ke tahun (Agustus 2018 terhadap
Agustus 2017) sebesar 2,90 persen.

 Inflasi September di indonesia 2018

Pada September 2018 terjadi deflasi sebesar 0,18 persen dengan Indeks Harga
Konsumen (IHK) sebesar 133,83. Dari 82 kota IHK, 66 kota mengalami deflasi dan 16 kota
mengalami inflasi. Deflasi tertinggi terjadi di Pare-pare sebesar 1,59 persen dengan IHK
sebesar 127,39 dan terendah terjadi di Tegal, Singkawang, Samarinda, dan Ternate masing-
masing sebesar 0,01 persen dengan IHK masing-masing sebesar 129,95; 137,13; 137,45;
dan 136,70. Sementara inflasi tertinggi terjadi di Bengkulu sebesar 0,59 persen dengan IHK
sebesar 142,79 dan terendah terjadi di Bungo sebesar 0,01 persen dengan IHK masing-
masing sebesar 131,25.

Deflasi terjadi karena adanya penurunan harga yang ditunjukkan oleh turunnya
beberapa indeks kelompok pengeluaran, yaitu: kelompok bahan makanan sebesar 1,62
persen; dan kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,05 persen.
Sementara kelompok pengeluaran yang mengalami kenaikan indeks adalah kelompok
makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,29 persen; kelompok perumahan,
air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,21 persen; kelompok sandang sebesar 0,27

[Type text]
persen; kelompok kesehatan sebesar 0,41 persen; dan kelompok pendidikan, rekreasi, dan
olahraga sebesar 0,54 persen.

Tingkat inflasi tahun kalender (Januari–September) 2018 sebesar 1,94 persen dan
tingkat inflasi tahun ke tahun (September 2018 terhadap September 2017) sebesar 2,88
persen.

Komponen inti pada September 2018 mengalami inflasi sebesar 0,28 persen.
Tingkat inflasi komponen inti tahun kalender (Januari–September) 2018 sebesar 2,38
persen dan tingkat inflasi komponen inti tahun ke tahun (September 2018 terhadap
September 2017) sebesar 2,82 persen.

 Inflasi Oktober di indonesia 2018

Pada Oktober 2018 terjadi inflasi sebesar 0,28 persen dengan Indeks Harga
Konsumen (IHK) sebesar 134,20. Dari 82 kota IHK, 66 kota mengalami inflasi dan 16 kota
mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Palu sebesar 2,27 persen dengan IHK sebesar
138,46 dan terendah terjadi di Cilegon sebesar 0,01 persen dengan IHK 140,32. Sementara
deflasi tertinggi terjadi di Bengkulu sebesar 0,74 persen dengan IHK sebesar 141,73 dan
terendah terjadi di Tangerang sebesar 0,01 persen dengan IHK sebesar 141,63.

Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya seluruh
indeks kelompok pengeluaran, yaitu: kelompok bahan makanan sebesar 0,15 persen;
kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,27 persen; kelompok
perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,42 persen; kelompok sandang
sebesar 0,54 persen; kelompok kesehatan sebesar 0,06 persen; kelompok pendidikan,
rekreasi, dan olahraga sebesar 0,09 persen; dan kelompok transpor, komunikasi, dan jasa
keuangan sebesar 0,26 persen.

Tingkat inflasi tahun kalender (Januari–Oktober) 2018 sebesar 2,22 persen dan
tingkat inflasi tahun ke tahun (Oktober 2018 terhadap Oktober 2017) sebesar 3,16 persen.

Komponen inti pada Oktober 2018 mengalami inflasi sebesar 0,29 persen. Tingkat
inflasi komponen inti tahun kalender (Januari–Oktober) 2018 sebesar 2,67 persen dan
tingkat inflasi komponen inti tahun ke tahun (Oktober 2018 terhadap Oktober 2017) sebesar
2,94 persen

[Type text]
 Inflasi November di indonesia 2018

Pada November 2018 terjadi inflasi sebesar 0,27 persen dengan Indeks Harga
Konsumen (IHK) sebesar 134,56. Dari 82 kota IHK, 70 kota mengalami inflasi dan 12 kota
mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Merauke sebesar 2,05 persen dengan IHK
sebesar 139,50 dan terendah terjadi di Balikpapan sebesar 0,01 persen dengan IHK sebesar
137,85. Sementara deflasi tertinggi terjadi di Medan sebesar 0,64 persen dengan IHK
sebesar 138,37 dan terendah terjadi di Pematangsiantar dan Pangkalpinang masing-masing
sebesar 0,01 persen dengan IHK masing-masing sebesar 138,56 dan 139,06.

Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya seluruh
indeks kelompok pengeluaran, yaitu: kelompok bahan makanan sebesar 0,24 persen;
kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,20 persen; kelompok
perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,25 persen; kelompok sandang
sebesar 0,23 persen; kelompok kesehatan sebesar 0,36 persen; kelompok pendidikan,
rekreasi, dan olahraga sebesar 0,05 persen; dan kelompok transpor, komunikasi, dan jasa
keuangan sebesar 0,56 persen.

Tingkat inflasi tahun kalender (Januari–November) 2018 sebesar 2,50 persen dan
tingkat inflasi tahun ke tahun (November 2018 terhadap November 2017) sebesar 3,23
persen.

Komponen inti pada November 2018 mengalami inflasi sebesar 0,22 persen.
Tingkat inflasi komponen inti tahun kalender (Januari–November) 2018 sebesar 2,90
persen dan tingkat inflasi komponen inti tahun ke tahun (November 2018 terhadap
November 2017) sebesar 3,03 persen.

 Inflasi Desember di indonesia 2018

Pada Desember 2018 terjadi inflasi sebesar 0,62 persen dengan Indeks Harga
Konsumen (IHK) sebesar 135,39. Dari 82 kota IHK, 80 kota mengalami inflasi dan 2 kota
mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Kupang sebesar 2,09 persen dengan IHK
sebesar 135,96 dan terendah terjadi di Banda Aceh sebesar 0,02 persen dengan IHK sebesar
128,20. Sementara deflasi tertinggi terjadi di Sorong sebesar 0,15 persen dengan IHK
sebesar 134,89 dan terendah terjadi di Kendari sebesar 0,09 persen dengan IHK sebesar
128,48.

[Type text]
Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya seluruh
indeks kelompok pengeluaran, yaitu: kelompok bahan makanan sebesar 1,45 persen;
kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,22 persen; kelompok
perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,13 persen; kelompok sandang
sebesar 0,08 persen; kelompok kesehatan sebesar 0,20 persen; kelompok pendidikan,
rekreasi, dan olahraga sebesar 0,10 persen; dan kelompok transpor, komunikasi, dan jasa
keuangan sebesar 1,28 persen.

Tingkat inflasi tahun kalender (Januari–Desember) 2018 dan tingkat inflasi tahun ke
tahun (Desember 2018 terhadap Desember 2017) masing-masing sebesar 3,13 persen.

Komponen inti pada Desember 2018 mengalami inflasi sebesar 0,17 persen. Tingkat
inflasi komponen inti tahun kalender (Januari–Desember) 2018 dan tingkat inflasi
komponen inti tahun ke tahun (Desember 2018 terhadap Desember 2017) masing-masing
sebesar 3,07 persen.

 inflasi di indonesia tahun 2019

Indeks inflasi konsumen dan bulanan indonesia 2019

2019
Bulan
IHK Inflasi
Januari 135,83 0,32
Februari 135,72 -0,08
Maret 135,87 0,11
April 136,47 0,44
Mei 137,40 0,68
Juni
138,16 0,55

Juli 138,59 0,31


Agustus 138,75 0,12
September 138,37 -0,27
Oktober 138,40 0,02
November 138,60 0,14
Desember 139,07 0,34
Tingkat   2,72

[Type text]
Inflasi

 Inflasi januari di indonesia 2019

Pada Januari 2019 terjadi inflasi sebesar 0,32 persen denganIndeks Harga
Konsumen (IHK) sebesar 135,83. Dari 82 kota IHK, 73 kota mengalami inflasi dan 9 kota
mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Tanjung Pandan sebesar 1,23 persen dengan
IHK sebesar 145,12 dan terendah terjadi di Pematangsiantar sebesar 0,01 persen dengan
IHK sebesar 139,10. Sementara deflasi tertinggi terjadi di Tual sebesar 0,87 persen dengan
IHK sebesar 154,44 dan terendah terjadi di Merauke sebesar 0,01 persen dengan IHK
sebesar 141,00.

Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya
sebagian besar indeks kelompok pengeluaran, yaitu: kelompok bahan makanan sebesar 0,92
persen; kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,27 persen;
kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,28 persen; kelompok
sandang sebesar 0,47 persen; kelompok kesehatan sebesar 0,27 persen; dan kelompok
pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar 0,24 persen. Sementara kelompok pengeluaran
yang mengalami penurunan indeks, yaitu: kelompok transpor, komunikasi, dan jasa
keuangan sebesar 0,16 persen.

Tingkat inflasi tahun kalender Januari 2019 sebesar 0,32 persen dan tingkat inflasi
tahun ke tahun (Januari 2019 terhadap Januari 2018) sebesar 2,82 persen.

Komponen inti pada Januari 2019 mengalami inflasi sebesar 0,30 persen. Tingkat
inflasi komponen inti tahun kalender Januari 2019 sebesar 0,30 persen dan tingkat inflasi
komponen inti tahun ke tahun (Januari 2019 terhadap Januari 2018) sebesar 3,06 persen.

 Inflasi Februari di indonesia 2019

Pada Februari 2019 terjadi deflasi sebesar 0,08 persen dengan Indeks Harga
Konsumen (IHK) sebesar 135,72. Dari 82 kota IHK, 69 kota mengalami deflasi dan 13 kota
mengalami inflasi. Deflasi tertinggi terjadi di Merauke sebesar 2,11 persen dengan IHK
sebesar 138,03 dan terendah terjadi di Serang sebesar 0,02 persen dengan IHK sebesar
145,88. Sementara inflasi tertinggi terjadi di Tual sebesar 2,98 persen dengan IHK sebesar
159,05 dan terendah terjadi di Kendari sebesar 0,03 persen dengan IHK sebesar 129,36.

[Type text]
Deflasi terjadi karena adanya penurunan harga yang ditunjukkan oleh turunnya
beberapa indeks kelompok pengeluaran, yaitu: kelompok bahan makanan sebesar
1,11persen. Sementara kelompok pengeluaran yang mengalami kenaikan indeks adalah:
kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,31 persen; kelompok
perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,25 persen; kelompok sandang
sebesar 0,27 persen; kelompok kesehatan sebesar 0,36 persen; kelompok pendidikan,
rekreasi, dan olahraga sebesar 0,11 persen; dan kelompok transpor, komunikasi, dan jasa
keuangan sebesar 0,05 persen.

Tingkat inflasi tahun kalender (Januari–Februari) 2019 sebesar 0,24 persen dan
tingkat inflasi tahun ke tahun (Februari 2019 terhadap Februari 2018) sebesar 2,57 persen.

Komponen inti pada Februari 2019 mengalami inflasi sebesar 0,26 persen. Tingkat
inflasi komponen inti tahun kalender (Januari–Februari) 2019 sebesar 0,56 persen dan
tingkat inflasi komponen inti tahun ke tahun (Februari 2019 terhadap Februari 2018)
sebesar 3,06 persen.

 Inflasi Maret di indonesia 2019

Pada Maret 2019 terjadi inflasi sebesar 0,11 persen dengan Indeks Harga Konsumen
(IHK) sebesar 135,87. Dari 82 kota IHK, 51 kota mengalami inflasi dan 31 kota mengalami
deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Ambon sebesar 0,86 persen dengan IHK sebesar 132,17
dan terendah terjadi di Bekasi dan Tangerang masing-masing sebesar 0,01 persen dengan
IHK masing-masing sebesar 133,26 dan 143,56. Sementara deflasi tertinggi terjadi di Tual
sebesar 3,03 persen dengan IHK sebesar 154,23 dan terendah terjadi di Palembang, Batam,
dan Sampit masing-masing sebesar 0,01 persen dengan IHK masing-masing sebesar
131,94, 137,48, dan 138,61.

Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya
sebagian besar indeks kelompok pengeluaran, yaitu: kelompok makanan jadi, minuman,
rokok, dan tembakau sebesar 0,21 persen; kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan
bakar sebesar 0,11 persen; kelompok sandang sebesar 0,23 persen; kelompok kesehatan
sebesar 0,24 persen; kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar 0,06 persen; dan
kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,10 persen. Sementara
kelompok pengeluaran yang mengalami penurunan indeks, yaitu: kelompok bahan makanan
sebesar 0,01 persen.

[Type text]
Tingkat inflasi tahun kalender (Januari–Maret) 2019 sebesar 0,35 persen dan tingkat
inflasi tahun ke tahun (Maret 2019 terhadap Maret 2018) sebesar 2,48 persen.

Komponen inti pada Maret 2019 mengalami inflasi sebesar 0,16 persen. Tingkat
inflasi komponen inti tahun kalender (Januari–Maret) 2019 sebesar 0,72 persen dan tingkat
inflasi komponen inti tahun ke tahun (Maret 2019 terhadap Maret 2018) sebesar 3,03
persen.

 Inflasi April di indonesia 2019

Pada April 2019 terjadi inflasi sebesar 0,44 persen dengan Indeks Harga Konsumen
(IHK) sebesar 136,47. Dari 82 kota IHK, 77 kota mengalami inflasi dan 5 kota mengalami
deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Medan sebesar 1,30 persen dengan IHK sebesar 140,66
dan terendah terjadi di Pare-Pare sebesar 0,03 persen dengan IHK sebesar 129,45.
Sementara deflasi tertinggi terjadi di Manado sebesar 1,27 persen dengan IHK sebesar
131,74 dan terendah terjadi di Maumere sebesar 0,04 persen dengan IHK sebesar 126,03.

Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya seluruh
indeks kelompok pengeluaran, yaitu: kelompok bahan makanan sebesar 1,45 persen;
kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,19 persen; kelompok
perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,12 persen; kelompok sandang
sebesar 0,15 persen; kelompok kesehatan sebesar 0,25 persen; kelompok pendidikan,
rekreasi, dan olahraga sebesar 0,03 persen; dan kelompok transpor, komunikasi, dan jasa
keuangan sebesar 0,28 persen.

Tingkat inflasi tahun kalender (Januari–April) 2019 sebesar 0,80 persen dan tingkat
inflasi tahun ke tahun (April 2019 terhadap April 2018) sebesar 2,83 persen.

Komponen inti pada April 2019 mengalami inflasi sebesar 0,17 persen. Tingkat
inflasi komponen inti tahun kalender (Januari–April) 2019 sebesar 0,89 persen dan tingkat
inflasi komponen inti tahun ke tahun (April 2019 terhadap April 2018) sebesar 3,05 persen.

 Inflasi Mei di indonesia 2019

[Type text]
Pada Mei 2019 terjadi inflasi sebesar 0,68 persen dengan Indeks Harga Konsumen
(IHK) sebesar 137,40. Dari 82 kota IHK, 81 kota mengalami inflasi dan 1 kota mengalami
deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Tual sebesar 2,91 persen dengan IHK sebesar 159,00 dan
terendah terjadi di Kediri sebesar 0,05 persen dengan IHK sebesar 130,10. Sementara
deflasi terjadi di Merauke sebesar 0,49 persen dengan IHK sebesar 139,44.

Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya seluruh
indeks kelompok pengeluaran, yaitu: kelompok bahan makanan sebesar 2,02 persen;
kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,56 persen; kelompok
perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,06 persen; kelompok sandang
sebesar 0,45 persen; kelompok kesehatan sebesar 0,18 persen; kelompok pendidikan,
rekreasi, dan olahraga sebesar 0,03 persen; dan kelompok transpor, komunikasi, dan jasa
keuangan sebesar 0,54 persen.

Tingkat inflasi tahun kalender (Januari–Mei) 2019 sebesar 1,48 persen dan tingkat
inflasi tahun ke tahun (Mei 2019 terhadap Mei 2018) sebesar 3,32 persen.

Komponen inti pada Mei 2019 mengalami inflasi sebesar 0,27 persen. Tingkat
inflasi komponen inti tahun kalender (Januari–Mei) 2019 sebesar 1,17 persen dan tingkat
inflasi komponen inti tahun ke tahun (Mei 2019 terhadap Mei 2018) sebesar 3,12 persen.

 Inflasi Juni di indonesia 2019

Pada Juni 2019 terjadi inflasi sebesar 0,55 persen dengan Indeks Harga Konsumen
(IHK) sebesar 138,16. Dari 82 kota IHK, 76 kota mengalami inflasi dan 6 kota mengalami
deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Manado sebesar 3,60 persen dengan IHK sebesar 140,02
dan terendah terjadi di Singaraja sebesar 0,02 persen dengan IHK sebesar 144,11.
Sementara deflasi tertinggi terjadi di Tanjung Pandan sebesar 0,41 persen dengan IHK
sebesar 145,67 dan terendah terjadi di Jayapura sebesar 0,08 persen dengan IHK sebesar
142,37.

Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya
sebagian besar indeks kelompok pengeluaran, yaitu: kelompok bahan makanan sebesar 1,63
persen; kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,59 persen;
kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,17 persen; kelompok
sandang sebesar 0,81 persen; kelompok kesehatan sebesar 0,19 persen; dan kelompok
pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar 0,07 persen. Sementara kelompok pengeluaran

[Type text]
yang mengalami penurunan indeks, yaitu: kelompok transpor, komunikasi, dan jasa
keuangan sebesar 0,14 persen.

Tingkat inflasi tahun kalender (Januari–Juni) 2019 sebesar 2,05 persen dan tingkat
inflasi tahun ke tahun (Juni 2019 terhadap Juni 2018) sebesar 3,28 persen.

Komponen inti pada Juni 2019 mengalami inflasi sebesar 0,38 persen. Tingkat
inflasi komponen inti tahun kalender (Januari– Juni) 2019 sebesar 1,55 persen dan tingkat
inflasi komponen inti tahun ke tahun (Juni 2019 terhadap Juni 2018) sebesar 3,25 persen.

 Inflasi Juli di indonesia 2019

Pada Juli 2019 terjadi inflasi sebesar 0,31 persen dengan Indeks Harga Konsumen
(IHK) sebesar 138,59. Dari 82 kota IHK, 55 kota mengalami inflasi dan 27 kota mengalami
deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Sibolga sebesar 1,88 persen dengan IHK sebesar 148,33
dan terendah terjadi di Makassar sebesar 0,01 persen dengan IHK sebesar 139,39.
Sementara deflasi tertinggi terjadi di Tual sebesar 1,55 persen dengan IHK sebesar 158,34
dan terendah terjadi di Gorontalo sebesar 0,02 persen dengan IHK sebesar 132,42.

Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya
sebagian besar indeks kelompok pengeluaran, yaitu: kelompok bahan makanan sebesar 0,80
persen; kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,24 persen;
kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,14 persen; kelompok
sandang sebesar 0,70 persen; kelompok kesehatan sebesar 0,18 persen; dan kelompok
pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar 0,92 persen. Sementara kelompok pengeluaran
yang mengalami penurunan indeks, yaitu: kelompok transpor, komunikasi, dan jasa
keuangan sebesar 0,36 persen.

Tingkat inflasi tahun kalender (Januari–Juli) 2019 sebesar 2,36 persen dan tingkat
inflasi tahun ke tahun (Juli 2019 terhadap Juli 2018) sebesar 3,32 persen.

Komponen inti pada Juli 2019 mengalami inflasi sebesar 0,33 persen. Tingkat
inflasi komponen inti tahun kalender (Januari– Juli) 2019 sebesar 1,89 persen dan tingkat
inflasi komponen inti tahun ke tahun (Juli 2019 terhadap Juli 2018) sebesar 3,18 persen.

 Inflasi Agustus di indonesia 2019

[Type text]
Pada Agustus 2019 terjadi inflasi sebesar 0,12 persen dengan Indeks Harga
Konsumen (IHK) sebesar 138,75. Dari 82 kota IHK, 44 kota mengalami inflasi dan 38 kota
mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Kudus sebesar 0,82 persen dengan IHK
sebesar 144,56, dan terendah terjadi di Tasikmalaya, Madiun dan Pare-Pare masing-masing
sebesar 0,04 persen dengan IHK masing-masing sebesar 134,58, 134,52, dan 132,02.
Sementara deflasi tertinggi terjadi di Bau-Bau sebesar 2,10 persen dengan IHK sebesar
136,38 dan terendah terjadi di Tegal dan Palopo masing-masing sebesar 0,02 persen dengan
IHK masing-masing sebesar 134,22 dan 136,35.

Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya
sebagian besar indeks kelompok pengeluaran, yaitu: kelompok makanan jadi, minuman,
rokok, dan tembakau sebesar 0,26 persen; kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan
bakar sebesar 0,23 persen; kelompok sandang sebesar 0,88 persen; kelompok kesehatan
sebesar 0,59 persen; dan kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar 1,21 persen.
Sementara kelompok pengeluaran yang mengalami penurunan indeks, yaitu: kelompok
bahan makanan sebesar 0,19 persen dan kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan
sebesar 0,55 persen.

Tingkat inflasi tahun kalender (Januari-Agustus) 2019 sebesar 2,48 persen dan
tingkat inflasi tahun ke tahun (Agustus 2019 terhadap Agustus 2018) sebesar 3,49 persen.

Komponen inti pada Agustus 2019 mengalami inflasi sebesar 0,43 persen. Tingkat
inflasi komponen inti tahun kalender (Januari–Agustus) 2019 sebesar 2,32 persen dan
tingkat inflasi komponen inti tahun ke tahun (Agustus 2019 terhadap Agustus 2018) sebesar
3,30 persen.

 Inflasi September di indonesia 2019

Pada September 2019 terjadi deflasi sebesar 0,27 persen dengan Indeks Harga
Konsumen (IHK) sebesar 138,37. Dari 82 kota IHK, 70 kota mengalami deflasi dan 12 kota
mengalami inflasi. Deflasi tertinggi terjadi di Sibolga sebesar 1,94 persen dengan IHK
sebesar 144,61 dan terendah terjadi di Surabaya sebesar 0,02 persen dengan IHK sebesar
137,13. Sementara itu, inflasi tertinggi terjadi di Meulaboh sebesar 0,91 persen dengan IHK
sebesar 139,48 dan terendah terjadi di Watampone dan Palopo masing-masing sebesar 0,01
persen dengan IHK masing-masing sebesar 134,97 dan 136,36.

[Type text]
Deflasi terjadi karena adanya penurunan harga yang ditunjukkan oleh turunnya
indeks kelompok bahan makanan sebesar 1,97 persen. Sementara kelompok pengeluaran
yang mengalami kenaikan indeks, yaitu: kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan
tembakau sebesar 0,28 persen; kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar
sebesar 0,09 persen; kelompok sandang sebesar 0,72 persen; kelompok kesehatan sebesar
0,32 persen; kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar 0,47 persen; dan
kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,01 persen.

Tingkat inflasi tahun kalender (Januari–September) 2019 sebesar 2,20 persen dan
tngkat inflasi tahun ke tahun (September 2019 terhadap September 2018) sebesar 3,39
persen.

Komponen inti pada September 2019 mengalami inflasi sebesar 0,29 persen.
Tingkat inflasi komponen inti tahun kalender (Januari–September) 2019 sebesar 2,62
persen dan tngkat inflasi komponen inti tahun ke tahun (September 2019 terhadap
September 2018) sebesar 3,32 persen.

 Inflasi Oktober di indonesia 2019

Pada Okober 2019 terjadi inflasi sebesar 0,02 persen dengan Indeks Harga
Konsumen (IHK) sebesar 138,40. Dari 82 kota IHK, 43 kota mengalami inflasi dan 39 kota
mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Manado sebesar 1,22 persen dengan IHK
sebesar 136,49 dan terendah terjadi di Pematangsiantar, Tual, dan Ternate masing-masing
sebesar 0,01 persen dengan IHK masing-masing sebesar 140,89; 159,94; dan 140,32.
Sementara itu, deflasi tertinggi terjadi di Balikpapan sebesar 0,69 persen dengan IHK
sebesar 140,49 dan terendah terjadi di Palopo sebesar 0,01 persen dengan IHK sebesar
136,35.

Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya
sebagian besar indeks kelompok pengeluaran, yaitu: kelompok makanan jadi, minuman,
rokok, dan tembakau sebesar 0,45 persen; kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan
bakar sebesar 0,08 persen; kelompok sandang sebesar 0,08 persen; kelompok kesehatan
sebesar 0,30 persen; dan kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar 0,10 persen.
Sementara kelompok pengeluaran yang mengalami penurunan indeks, yaitu: kelompok
bahan makanan sebesar 0,41 persen dan kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan
sebesar 0,08 persen.

[Type text]
Tingkat inflasi tahun kalender (Januari–Oktober) 2019 sebesar 2,22 persen dan
tingkat inflasi tahun ke tahun (Oktober 2019 terhadap Oktober 2018) sebesar 3,13 persen.

Komponen inti pada Oktober 2019 mengalami inflasi sebesar 0,17 persen. Tingkat
inflasi komponen inti tahun kalender (Januari–Oktober) 2019 sebesar 2,80 persen dan
tingkat inflasi komponen inti tahun ke tahun (Oktober 2019 terhadap Oktober 2018) sebesar
3,20 persen.

 Inflasi November di indonesia 2019

Pada November 2019 terjadi inflasi sebesar 0,14 persen dengan Indeks Harga
Konsumen (IHK) sebesar 138,60. Dari 82 kota IHK, 57 kota mengalami inflasi dan 25 kota
mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Manado sebesar 3,30 persen dengan IHK
sebesar 140,99 dan terendah terjadi di Malang sebesar 0,01 persen dengan IHK sebesar
136,92. Sementara deflasi tertinggi terjadi di Tanjung Pandan sebesar 1,06 persen dengan
IHK sebesar 146,21 dan terendah terjadi di Batam dan Denpasar masing-masing sebesar
0,01 persen dengan IHK masing-masing sebesar 137,96 dan 133,54.

Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya
sebagian besar indeks kelompok pengeluaran, yaitu: kelompok bahan makanan sebesar 0,37
persen; kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,25 persen;
kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,12 persen; kelompok
sandang sebesar 0,03 persen; kelompok kesehatan sebesar 0,23 persen; dan kelompok
pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar 0,02 persen. Sementara kelompok pengeluaran
yang mengalami penurunan indeks, yaitu: kelompok transpor, komunikasi, dan jasa
keuangan sebesar 0,07 persen.

Tingkat inflasi tahun kalender (Januari–November) 2019 sebesar 2,37 persen dan
tingkat inflasi tahun ke tahun (November 2019 terhadap November 2018) sebesar 3,00
persen.

Komponen inti pada November 2019 mengalami inflasi sebesar 0,11 persen.
Tingkat inflasi komponen inti tahun kalender (Januari–November) 2019 sebesar 2,91 persen
dan tingkat inflasi komponen inti tahun ke tahun (November 2019 terhadap November
2018) sebesar 3,08 persen.

[Type text]
 Inflasi Desember di indonesia 2019

Pada Desember 2019 terjadi inflasi sebesar 0,34 persen dengan Indeks Harga
Konsumen (IHK) sebesar 139,07. Dari 82 kota IHK, 72 kota mengalami inflasi dan 10 kota
mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Batam sebesar 1,28 persen dengan IHK
sebesar 139,73 dan terendah terjadi di Watampone sebesar 0,01 persen dengan IHK sebesar
135,06. Sementara deflasi tertinggi terjadi di Manado sebesar 1,88 persen dengan IHK
sebesar 138,34 dan terendah terjadi di Bukittinggi dan Singkawang masing-masing sebesar
0,01 persen dengan IHK masing-masing sebesar 133,58 dan 137,78.

Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya
sebagian besar indeks kelompok pengeluaran, yaitu: kelompok bahan makanan sebesar 0,78
persen; kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,29 persen;
kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,09 persen; kelompok
sandang sebesar 0,05 persen; kelompok kesehatan sebesar 0,29 persen; dan kelompok
transpor, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,58 persen. Sementara kelompok
pengeluaran yang mengalami penurunan indeks, yaitu: kelompok pendidikan, rekreasi, dan
olahraga sebesar 0,05 persen.

Tingkat inflasi tahun kalender (Januari–Desember) 2019 dan tingkat inflasi tahun ke
tahun (Desember 2019 terhadap Desember 2018) masing-masing sebesar 2,72 persen.

Komponen inti pada Desember 2019 mengalami inflasi sebesar 0,11 persen. Tingkat
inflasi komponen inti tahun kalender (Januari–Desember) 2019 dan tingkat inflasi
komponen inti tahun ke tahun (Desember 2019 terhadap Desember 2018) masing-masing
sebesar 3,02 persen.

[Type text]
 inflasi di indonesia tahun 2020

Indeks inflasi konsumen dan bulanan di indonesia 2020

2019
Bulan
IHK Inflasi
Januari 135,83 0,32
Februari 135,72 -0,08
Maret 135,87 0,11
April 136,47 0,44
Mei 137,40 0,68
Juni 138,16 0,55
Juli 138,59 0,31
Agustus 138,75 0,12
September 138,37 -0,27
Oktober 138,40 0,02
November 138,60 0,14
Desember 139,07 0,34
Tingkat
  2,72
Inflasi

 Inflasi januari di indonesia 2020

Pada Januari 2020 terjadi inflasi sebesar 0,39 persen dengan Indeks Harga
Konsumen (IHK) sebesar 104,33. Dari 90 kota IHK, 79 kota mengalami inflasi dan 11 kota
mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Meulaboh sebesar 1,44 persen dengan IHK
sebesar 106,20 dan terendah terjadi di Gorontalo sebesar 0,03 persen dengan IHK sebesar
103,61. Sementara deflasi tertinggi terjadi di Baubau sebesar 1,39 persen dengan IHK
sebesar 102,09 dan terendah terjadi di Kudus sebesar 0,01 persen dengan IHK sebesar
103,37.

Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya
sebagian besar indeks kelompok pengeluaran, yaitu kelompok makanan, minuman, dan
tembakau sebesar 1,62 persen; kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 0,12 persen;
kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,13 persen;

[Type text]
kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,09
persen; kelompok kesehatan sebesar 0,42 persen; kelompok informasi, komunikasi, dan
jasa keuangan sebesar 0,04 persen; kelompok rekreasi, olahraga dan budaya sebesar 0,18
persen; kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 0,19 persen; dan
kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 0,46 persen. Sementara kelompok
yang mengalami deflasi yaitu kelompok transportasi sebesar 0,89 persen dan kelompok
pendidikan sebesar 0,14 persen.

Tingkat inflasi tahun kalender Januari 2020 sebesar 0,39 persen dan tingkat inflasi
tahun ke tahun (Januari 2020 terhadap Januari 2019) sebesar 2,68 persen.

Komponen inti pada Januari 2020 mengalami inflasi sebesar 0,19 persen. Tingkat
inflasi komponen inti tahun kalender Januari 2020 sebesar 0,19 persen dan tingkat inflasi
komponen inti tahun ke tahun (Januari 2020 terhadap Januari 2019) sebesar 2,88 persen.

 Inflasi Februari di indonesia 2020

Pada Februari 2020 terjadi inflasi sebesar 0,28 persen dengan Indeks Harga
Konsumen (IHK) sebesar 104,62. Dari 90 kota IHK, 73 kota mengalami inflasi dan 17 kota
mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Sintang sebesar 1,21 persen dengan IHK
sebesar 109,73 dan terendah terjadi di Pare-pare sebesar 0,02 persen dengan IHK sebesar
103,82. Sementara deflasi tertinggi terjadi di Tanjung Pandan sebesar 1,20 persen dengan
IHK sebesar 103,66 dan terendah terjadi di Padangsidimpuan sebesar 0,01 persen dengan
IHK sebesar 104,01.

Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya
sebagian besar indeks kelompok pengeluaran, yaitu kelompok makanan, minuman, dan
tembakau sebesar 0,95 persen; kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 0,21 persen;
kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,09 persen;
kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,06
persen; kelompok kesehatan sebesar 0,34 persen; kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya
sebesar 0,07 persen; kelompok pendidikan sebesar 0,02 persen; kelompok penyediaan
makanan dan minuman/restoran sebesar 0,17 persen; dan kelompok perawatan pribadi dan
jasa lainnya sebesar 0,41 persen. Sementara kelompok yang mengalami deflasi, yaitu
kelompok transportasi sebesar 0,37 persen; dan kelompok informasi, komunikasi, dan jasa
keuangan sebesar 0,01 persen.

[Type text]
Tingkat inflasi tahun kalender (Januari–Februari) 2020 sebesar 0,66 persen dan
tingkat inflasi tahun ke tahun (Februari 2020 terhadap Februari 2019) sebesar 2,98 persen.

Komponen int pada Februari 2020 mengalami inflasi sebesar 0,14 persen. Tingkat
inflasi komponen inti tahun kalender (Januari–Februari) 2020 sebesar 0,33 persen dan
tingkat inflasi komponen inti tahun ke tahun (Februari 2020 terhadap Februari 2019)
sebesar 2,76 persen.

 Inflasi Maret di indonesia2020

Pada Maret 2020 terjadi inflasi sebesar 0,10 persen dengan Indeks Harga Konsumen
(IHK) sebesar 104,72. Dari 90 kota IHK, 43 kota mengalami inflasi dan 47 kota mengalami
deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Lhokseumawe sebesar 0,64 persen dengan IHK sebesar
104,20 dan terendah terjadi di Pekanbaru, Surakarta, dan Surabaya masing-masing sebesar
0,01 persen dengan IHK masing-masing sebesar 103,40; 103,76; dan 104,26. Sementara
deflasi tertinggi terjadi di Timika sebesar 1,91 persen dengan IHK sebesar 102,79 dan
terendah terjadi di Tangerang sebesar 0,01 persen dengan IHK sebesar 104,40.

Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya
sebagian besar indeks kelompok pengeluaran, yaitu kelompok makanan, minuman, dan
tembakau sebesar 0,10 persen; kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 0,12 persen;
kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,02 persen;
kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,28
persen; kelompok kesehatan sebesar 0,21 persen; kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya
sebesar 0,02 persen; kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 0,36
persen; dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 0,99 persen. Kelompok
pengeluaran yang mengalami deflasi, yaitu kelompok transportasi sebesar 0,43 persen dan
kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,09 persen. Sementara
kelompok pengeluaran yang tidak mengalami perubahan, yaitu kelompok pendidikan.

Tingkat inflasi tahun kalender (Januari–Maret) 2020 sebesar 0,76 persen dan tingkat
inflasi tahun ke tahun (Maret 2020 terhadap Maret 2019) sebesar 2,96 persen.

Komponen inti pada Maret 2020 mengalami inflasi sebesar 0,29 persen. Tingkat
inflasi komponen inti tahun kalender (Januari–Maret) 2020 sebesar 0,61 persen dan tingkat
inflasi komponen inti tahun ke tahun (Maret 2020 terhadap Maret 2019) sebesar 2,87
persen.

[Type text]
 Inflasi April di indonesia 2020

Pada April 2020 terjadi inflasi sebesar 0,08 persen dengan Indeks Harga Konsumen
(IHK) sebesar 104,80. Dari 90 kota IHK, 39 kota mengalami inflasi dan 51 kota mengalami
deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Baubau sebesar 0,88 persen dengan IHK sebesar 103,16
dan terendah terjadi di Cirebon, Depok, dan Balikpapan masing-masing sebesar 0,02 persen
dengan IHK masing-masing sebesar 102,74; 105,84; dan 103,27. Sementara deflasi
tertinggi terjadi di Pangkalpinang sebesar 0,92 persen dengan IHK sebesar 102,31 dan
terendah terjadi di Bogor dan Semarang masing-masing sebesar 0,02 persen dengan IHK
masing-masing sebesar 105,93 dan 104,86.

Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya
sebagian besar indeks kelompok pengeluaran, yaitu kelompok makanan, minuman, dan
tembakau sebesar 0,09 persen; kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 0,04 persen;
kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,09 persen;
kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,09
persen; kelompok kesehatan sebesar 0,23 persen; kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya
sebesar 0,03 persen; kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 0,18
persen; dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 1,20 persen. Kelompok
pengeluaran yang mengalami deflasi yaitu kelompok transportasi sebesar 0,42 persen dan
kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,34 persen. Sementara
kelompok pengeluaran yang tidak mengalami perubahan yaitu kelompok pendidikan.

Tingkat inflasi tahun kalender (Januari–April) 2020 sebesar 0,84 persen dan tingkat
inflasi tahun ke tahun (April 2020 terhadap April 2019) sebesar 2,67 persen.

Komponen inti pada April 2020 mengalami inflasi sebesar 0,17 persen. Tingkat
inflasi komponen inti tahun kalender (Januari– April) 2020 sebesar 0,79 persen dan tingkat
inflasi komponen inti tahun ke tahun (April 2020 terhadap April 2019) sebesar 2,85 persen.

 Inflasi Mei di indonesia 2020

Pada Mei 2020 terjadi inflasi sebesar 0,07 persen dengan Indeks Harga Konsumen
(IHK) sebesar 104,87. Dari 90 kota IHK, 67 kota mengalami inflasi dan 23 kota mengalami
deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Tanjung Pandan sebesar 1,20 persen dengan IHK sebesar
104,57 dan terendah terjadi di Tanjung Pinang, Bogor, dan Madiun masing-masing sebesar
0,01 persen dengan IHK masing-masing sebesar 102,62; 105,94; dan 103,20. Sementara
[Type text]
deflasi tertinggi terjadi di Luwuk sebesar 0,39 persen dengan IHK sebesar 106,41 dan
terendah terjadi di Manado sebesar 0,01 persen dengan IHK sebesar 104,63.

Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya
sebagian besar indeks kelompok pengeluaran, yaitu kelompok pakaian dan alas kaki sebesar
0,09 persen; kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,04
persen; kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar
0,10 persen; kelompok kesehatan sebesar 0,27 persen; kelompok transportasi sebesar 0,87
persen; kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,08 persen; kelompok
rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 0,06 persen; kelompok penyediaan makanan dan
minuman/restoran sebesar 0,08 persen; dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya
sebesar 0,12 persen. Kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi, yaitu kelompok
makanan, minuman, dan tembakau sebesar 0,32 persen. Sementara kelompok pengeluaran
yang tidak mengalami perubahan, yaitu kelompok pendidikan.

Tingkat inflasi tahun kalender (Januari–Mei) 2020 sebesar 0,90 persen dan tingkat
inflasi tahun ke tahun (Mei 2020 terhadap Mei 2019) sebesar 2,19 persen.

Komponen inti pada Mei 2020 mengalami inflasi sebesar 0,06 persen. Tingkat
inflasi komponen inti tahun kalender (Januari– Mei) 2020 sebesar 0,84 persen dan tingkat
inflasi komponen inti tahun ke tahun (Mei 2020 terhadap Mei 2019) sebesar 2,65 persen.

 Inflasi Juni di indonesia 2020

Pada Juni 2020 terjadi inflasi sebesar 0,18 persen dengan Indeks Harga Konsumen
(IHK) sebesar 105,06. Dari 90 kota IHK, 76 kota mengalami inflasi dan 14 kota mengalami
deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Kendari sebesar 1,33 persen dengan IHK sebesar 104,80
dan terendah terjadi di Makassar sebesar 0,01 persen dengan IHK sebesar 105,51.
Sementara deflasi tertinggi terjadi di Ternate sebesar 0,34 persen dengan IHK sebesar
105,43 dan terendah terjadi di Padangsidimpuan sebesar 0,02 persen dengan IHK sebesar
105,38.

Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkann oleh naiknya
sebagian besar indeks kelompok pengeluaran, yaitu: kelompok makanan, minuman, dan
tembakau sebesar 0,47 persen; kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 0,02 persen;
kelompok kesehatan sebesar 0,13 persen; kelompok transportasi sebesar 0,41 persen;
kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 0,13 persen; dan kelompok penyediaan

[Type text]
makanan dan minuman/restoran sebesar 0,28 persen. Kelompok pengeluaran yang
mengalami deflasi, yaitu: kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga
sebesar 0,04 persen; kelompok perlengkapan,peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah
tangga sebesar 0,03 persen; kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar
0,06 persen; dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 0,08 persen.
Sementara kelompok pengeluaran yang tidak mengalami perubahan, yaitu kelompok
pendidikan.

Tingkat inflasi tahun kalender (Januari–Juni) 2020 sebesar 1,09 persen dan tingkat
inflasi tahun ke tahun (Juni 2020 terhadap Juni 2019) sebesar 1,96 persen.

Komponen inti pada Juni 2020 mengalami inflasi sebesar 0,02 persen. Tingkat
inflasi komponen inti tahun kalender (Januari–Juni) 2020 sebesar 0,86 persen dan tingkat
inflasi komponen inti tahun ke tahun (Juni 2020 terhadap Juni 2019) sebesar 2,26 persen.

 Inflasi Juli di indonesia 2020

Pada Juli 2020 terjadi deflasi sebesar 0,10 persen dengan Indeks Harga Konsumen
(IHK) sebesar 104,95. Dari 90 kota IHK, 61 kota mengalami deflasi dan 29 kota mengalami
inflasi. Deflasi tertinggi terjadi di Manokwari sebesar 1,09 persen dengan IHK sebesar
107,21 dan terendah terjadi di Gunungsitoli, Bogor, Bekasi, Luwuk, dan Bulukumba
masing-masing sebesar 0,01 persen dengan IHK masing-masing sebesar 103,29; 106,22;
106,98; 107,22; dan 106,05. Sementara inflasi tertinggi terjadi di Timika sebesar 1,45
persen dengan IHK sebesar 106,95 dan terendah terjadi di Jember dan Banyuwangi masing-
masing sebesar 0,01 persen dengan IHK masing-masing sebesar 104,77 dan 103,50.

Deflasi terjadi karena adanya penurunan harga yang ditunjukkan oleh turunnya
beberapa indeks kelompok pengeluaran, yaitu: kelompok makanan, minuman dan tembakau
sebesar 0,73 persen; kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga
sebesar 0,01 persen; dan kelompok transportasi sebesar 0,17 persen. Sementara kelompok
pengeluaran yang mengalami kenaikan indeks, yaitu: kelompok pakaian dan alas kaki
sebesar 0,09 persen; kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah
tangga sebesar 0,10 persen; kelompok kesehatan sebesar 0,29 persen; kelompok informasi,
komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,02 persen; kelompok rekreasi, olahraga, dan
budaya sebesar 0,15 persen; kelompok pendidikan sebesar 0,16 persen; kelompok

[Type text]
penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 0,15 persen; dan kelompok perawatan
pribadi dan jasa lainnya sebesar 0,93 persen.

Tingkat inflasi tahun kalender (Januari–Juli) 2020 sebesar 0,98 persen dan tingkat
inflasi tahun ke tahun (Juli 2020 terhadap Juli 2019) sebesar 1,54 persen.

Komponen inti pada Juli 2020 mengalami inflasi sebesar 0,16 persen. Tingkat
inflasi komponen inti tahun kalender (Januari– Juli) 2020 sebesar 1,03 persen dan tingkat
inflasi komponen inti tahun ke tahun (Juli 2020 terhadap Juli 2019) sebesar 2,07 persen.

 Inflasi Agustus di indonesia 2020

Pada Agustus 2020 terjadi deflasi sebesar 0,05 persen dengan Indeks Harga
Konsumen (IHK) sebesar 104,90. Dari 90 kota IHK, 53 kota mengalami deflasi dan 37 kota
mengalami inflasi. Deflasi tertinggi terjadi di Kupang sebesar 0,92 persen dengan IHK
sebesar 102,48 dan terendah terjadi di Sibolga, Tembilahan, Bekasi, dan Banyuwangi
masing-masing sebesar 0,01 persen dengan IHK masing-masing sebesar 103,05; 105,06;
106,97; dan 103,49. Sementara inflasi tertinggi terjadi di Meulaboh sebesar 0,88 persen
dengan IHK sebesar 107,53 dan terendah terjadi di Batam, Kediri, dan Kotamobagu
masing-masing sebesar 0,02 persen dengan IHK masing-masing sebesar 103,24; 104,51;
dan 105,93.

Deflasi terjadi karena adanya penurunan harga yang ditunjukkan oleh turunnya
beberapa indeks kelompok pengeluaran, yaitu: kelompok makanan, minuman, dan
tembakau sebesar 0,86 persen dan kelompok transportasi sebesar 0,14 persen. Sementara
kelompok pengeluaran yang mengalami kenaikan indeks adalah kelompok pakaian dan alas
kaki sebesar 0,07 persen; kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga
sebesar 0,02 persen; kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah
tangga sebesar 0,08 persen; kelompok kesehatan sebesar 0,06 persen; kelompok informasi,
komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,03 persen; kelompok rekreasi, olahraga, dan
budaya sebesar 0,05 persen; kelompok pendidikan sebesar 0,57 persen; kelompok
penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 0,13 persen; dan kelompok perawatan
pribadi dan jasa lainnya sebesar 2,02 persen.

Tingkat inflasi tahun kalender (Januari–Agustus) 2020 sebesar 0,93 persen dan
tingkat inflasi tahun ke tahun (Agustus 2020 terhadap Agustus 2019) sebesar 1,32 persen.

[Type text]
Komponen inti pada Agustus 2020 mengalami inflasi sebesar 0,29 persen. Tingkat
inflasi komponen inti tahun kalender (Januari–Agustus) 2020 sebesar 1,32 persen dan
tingkat inflasi komponen inti tahun ke tahun (Agustus 2020 terhadap Agustus 2019) sebesar
2,03 persen.

 Inflasi September di indonesia 2020

Pada September 2020 terjadi deflasi sebesar 0,05 persen dengan Indeks Harga
Konsumen (IHK) sebesar 104,85. Dari 90 kota IHK, 56 kota mengalami deflasi dan 34 kota
mengalami inflasi. Deflasi tertinggi terjadi di Timika sebesar 0,83 persen dengan IHK
sebesar 106,50 dan terendah terjadi di Bukittinggi, Jember, dan Singkawang masing-masing
sebesar 0,01 persen dengan IHK masing-masing sebesar 103,25; 104,64; dan 102,48.
Sementara inflasi tertinggi terjadi di Gunungsitoli sebesar 1,00 persen dengan IHK sebesar
104,96 dan terendah terjadi di Pekanbaru dan Pontianak masingmasing sebesar 0,01 persen
dengan IHK masing-masing sebesar 103,44 dan 105,50.

Deflasi terjadi karena adanya penurunan harga yang ditunjukkan oleh turunnya
beberapa indeks kelompok pengeluaran, yaitu: kelompok makanan, minuman, dan
tembakau sebesar 0,37 persen; kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 0,01 persen;
kelompok transportasi sebesar 0,33 persen; dan kelompok informasi, komunikasi, dan jasa
keuangan sebesar 0,01 persen. Kelompok pengeluaran yang mengalami kenaikan indeks,
yaitu: kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,07 persen;
kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,15
persen; kelompok kesehatan sebesar 0,16 persen; kelompok pendidikan sebesar 0,62
persen; kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 0,13 persen; dan
kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 0,25 persen. Sementara kelompok
pengeluaran yang tidak mengalami perubahan, yaitu kelompok rekreasi, olahraga, dan
budaya.

Tingkat inflasi tahun kalender (Januari–September) 2020 sebesar 0,89 persen dan
tingkat inflasi tahun ke tahun (September 2020 terhadap September 2019) sebesar 1,42
persen.

Komponen inti pada September 2020 mengalami inflasi sebesar 0,13 persen.
Tingkat inflasi komponen inti tahun kalender (Januari–September) 2020 sebesar 1,46persen

[Type text]
dan tingkat inflasi komponen inti tahun ke tahun (September 2020 terhadap September
2019) sebesar 1,86 persen.

 Inflasi Oktober di indonesia 2020

Pada Oktober 2021 terjadi inflasi sebesar 0,12 persen dengan Indeks Harga
Konsumen (IHK) sebesar 106,66. Dari 90 kota IHK, 68 kota mengalami inflasi dan 22 kota
mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Sampit sebesar 2,06 persen dengan IHK
sebesar 109,30 dan terendah terjadi di Banyuwangi dan Sumenep masing-masing sebesar
0,02 persen dengan IHK masing-masing sebesar 104,64 dan 106,21. Sementara deflasi
tertinggi terjadi di Kendari sebesar 0,70 persen dengan IHK sebesar 107,98 dan terendah
terjadi di Bengkulu sebesar 0,02 persen dengan IHK sebesar 105,89.

Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya seluruh
indeks kelompok pengeluaran, yaitu: kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar
0,10 persen; kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 0,15 persen; kelompok perumahan,
air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,08 persen; kelompok perlengkapan,
peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,13 persen; kelompok kesehatan
sebesar 0,06 persen; kelompok transportasi sebesar 0,33 persen; kelompok informasi,
komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,04 persen; kelompok rekreasi, olahraga, dan
budaya sebesar 0,04 persen; kelompok pendidikan sebesar 0,02 persen; kelompok
penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 0,12 persen; dan kelompok perawatan
pribadi dan jasa lainnya sebesar 0,02 persen.

Tingkat inflasi tahun kalender (Januari–Oktober) 2021 sebesar 0,93 persen dan
tingkat inflasi tahun ke tahun (Oktober 2021 terhadap Oktober 2020) sebesar 1,66 persen.

Komponen inti pada Oktober 2021 mengalami inflasi sebesar 0,07 persen. Tingkat
inflasi komponen inti tahun kalender (Januari–Oktober) 2021 sebesar 1,23 persen dan
tingkat inflasi komponen inti tahun ke tahun (Oktober 2021 terhadap Oktober 2020) sebesar
1,33 persen.

 Inflasi November di indonesia 2020

Pada November 2020 terjadi inflasi sebesar 0,28 persen dengan Indeks Harga
Konsumen (IHK) sebesar 105,21. Dari 90 kota IHK, 83 kota mengalami inflasi dan 7 kota
mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Tual sebesar 1,15 persen dengan IHK sebesar

[Type text]
106,83 dan terendah terjadi di Bima sebesar 0,01 persen dengan IHK sebesar 104,48.
Sementara deflasi tertinggi terjadi di Kendari sebesar 0,22 persen dengan IHK sebesar
104,81 dan terendah terjadi di Meulaboh dan Palopo masing-masing sebesar 0,01 persen
dengan IHK masing-masing sebesar 108,02 dan 104,21.

Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya
sebagian besar indeks kelompok pengeluaran, yaitu: kelompok makanan, minuman dan
tembakau sebesar 0,86 persen; kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 0,14 persen;
kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,08
persen; kelompok kesehatan sebesar 0,32 persen; kelompok transportasi sebesar 0,30
persen; kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,02 persen; kelompok
rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 0,04 persen; kelompok pendidikan sebesar 0,12
persen; dan kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 0,11 persen.
Sementara kelompok pengeluaran yang mengalami penurunan indeks, yaitu: kelompok
perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,04 persen dan kelompok
perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 0,23 persen.

Tingkat inflasi tahun kalender (Januari–November) 2020 sebesar 1,23 persen dan
tingkat inflasi tahun ke tahun (November 2020 terhadap November 2019) sebesar 1,59
persen.

Komponen inti pada November 2020 mengalami inflasi sebesar 0,06 persen.
Tingkat inflasi komponen inti tahun kalender (Januari– November) 2020 sebesar 1,55
persen dan tingkat inflasi komponen inti tahun ke tahun (November 2020 terhadap
November 2019) sebesar 1,67 persen.

 Inflasi Desember di indonesia 2020

Pada Desember 2020 terjadi inflasi sebesar 0,45 persen dengan Indeks Harga
Konsumen (IHK) sebesar 105,68. Dari 90 kota IHK, 87 kota mengalami inflasi dan 3 kota
mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Gunungsitoli sebesar 1,87 persen dengan IHK
sebesar 107,85 dan terendah terjadi di Tanjung Selor sebesar 0,05 persen dengan IHK
sebesar 102,47. Sementara deflasi tertinggi terjadi di Luwuk sebesar 0,26 persen dengan
IHK sebesar 107,51 dan terendah terjadi di Ambon sebesar 0,07 persen dengan IHK sebesar
105,52.

[Type text]
Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya
sebagian besar indeks kelompok pengeluaran, yaitu: kelompok makanan, minuman dan
tembakau sebesar 1,49 persen; kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 0,03 persen;
kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,03 persen;
kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,08
persen; kelompok kesehatan sebesar 0,19 persen; kelompok transportasi sebesar 0,46
persen; dan kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 0,27 persen.
Kelompok pengeluaran yang mengalami penurunan indeks, yaitu: kelompok informasi,
komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,01 persen; kelompok rekreasi, olahraga, dan
budaya sebesar 0,01 persen; dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 0,29
persen. Sementara kelompok yang tidak mengalami perubahan, yaitu kelompok pendidikan.

Tingkat inflasi tahun kalender (Januari–Desember) 2020 dan tingkat inflasi tahun ke
tahun (Desember 2020 terhadap Desember 2019) sebesar 1,68.

Komponen inti pada Desember 2020 mengalami inflasi sebesar 0,05 persen. Tingkat
inflasi komponen inti tahun kalender (Januari– Desember) 2020 dan tingkat inflasi
komponen inti tahun ke tahun (Desember 2020 terhadap Desember 2019) sebesar 1,60
persen.

[Type text]
 Inflasi di indonesia tahun 2021

Indeks inflasi konsumen dan bulanan di indonesia 2021

2021
Bulan
IHK Inflasi
Januari 105,95 0,26
Februari 106,06 0,10
Maret 106,15 0,08
April 106,29 0,13
Mei 106,63 0,32
Juni 106,46 -0,16
Juli 106,54 0,08
Agustus 106,57 0,03
September 106,53 -0,04
Oktober 106,66 0,12
November 107,05 0,37
Desember 107,66 0,57
Tingkat
  1,87
Inflasi

 Inflasi januari di indonesia 2021

Pada Januari 2021 terjadi inflasi sebesar 0,26 persen dengan Indeks Harga
Konsumen (IHK) sebesar 105,95. Dari 90 kota IHK, 75 kota mengalami inflasi dan 15 kota
mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Mamuju sebesar 1,43 persen dengan IHK
sebesar 105,54 dan terendah terjadi di Balikpapan dan Ambon sebesar 0,02 persen dengan
IHK masing-masing sebesar 103,38 dan 105,54. Sementara deflasi tertinggi terjadi di
Baubau sebesar 0,92 persen dengan IHK sebesar 103,86 dan terendah terjadi di Pontianak
sebesar 0,01 persen dengan IHK sebesar 106,16.

Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya
sebagian besar indeks kelompok pengeluaran, yaitu: kelompok makanan, minuman dan
tembakau sebesar 0,81 persen; kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 0,11 persen;
kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,03 persen;

[Type text]
kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,15
persen; kelompok kesehatan sebesar 0,19 persen; kelompok informasi, komunikasi, dan
jasa keuangan sebesar 0,04 persen; kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 0,05
persen; kelompok pendidikan sebesar 0,04 persen; kelompok penyediaan makanan dan
minuman/restoran sebesar 0,33 persen; dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya
sebesar 0,23 persen. Sementara kelompok pengeluaran yang mengalami penurunan indeks,
yaitu kelompok transportasi sebesar 0,30 persen.

Tingkat inflasi tahun kalender (Januari–Januari) 2021 sebesar 0,26 persen dan
tingkat inflasi tahun ke tahun (Januari 2021 terhadap Januari 2020) sebesar 1,55 persen.

Komponen inti pada Januari 2021 mengalami inflasi sebesar 0,14 persen. Tingkat
inflasi komponen inti tahun kalender (Januari– Januari) 2021 sebesar 0,14 persen dan
tingkat inflasi komponen inti tahun ke tahun (Januari 2021 terhadap Januari 2020) sebesar
1,56 persen.

 Inflasi Februari di indonesia 2021

Pada Februari 2021 terjadi inflasi sebesar 0,10 persen dengan Indeks Harga
Konsumen (IHK) sebesar 106,06. Dari 90 kota IHK, 56 kota mengalami inflasi dan 34 kota
mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Mamuju sebesar 1,12 persen dengan IHK
sebesar 106,72 dan terendah terjadi di Tasikmalaya dan Sumenep masing-masing sebesar
0,02 persen dengan IHK masing-masing sebesar 103,88 dan 105,52. Sementara deflasi
tertinggi terjadi di Gunungsitoli sebesar 1,55 persen dengan IHK sebesar 107,33 dan
terendah terjadi di Malang dan Tarakan masing-masing sebesar 0,01 persen dengan IHK
masing-masing sebesar 104,08 dan 104,27.

Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya
sebagian besar indeks kelompok pengeluaran, yaitu kelompok makanan, minuman dan
tembakau sebesar 0,07 persen; kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 0,06 persen;
kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,04 persen;
kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,36
persen; kelompok kesehatan sebesar 0,19 persen; kelompok transportasi sebesar 0,30
persen; kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 0,06 persen; dan kelompok
penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 0,28 persen. Kelompok pengeluaran
yang mengalami penurunan indeks, yaitu kelompok informasi, komunikasi, dan jasa

[Type text]
keuangan sebesar 0,03 persen dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar
0,14 persen. Sementara kelompok pendidikan tidak mengalami perubahan.

Tingkat inflasi tahun kalender (Januari–Februari) 2021 sebesar 0,36 persen dan
tingkat inflasi tahun ke tahun (Februari 2021 terhadap Februari 2020) sebesar 1,38 persen.

Komponen inti pada Februari 2021 mengalami inflasi sebesar 0,11 persen. Tingkat
inflasi komponen inti tahun kalender (Januari– Februari) 2021 sebesar 0,25 persen dan
tingkat inflasi komponen inti tahun ke tahun (Februari 2021 terhadap Februari 2020)
sebesar 1,53 persen.

 Inflasi Maret di indonesia 2021

Pada Maret 2021 terjadi inflasi sebesar 0,08 persen dengan Indeks Harga Konsumen
(IHK) sebesar 106,15. Dari 90 kota IHK, 58 kota mengalami inflasi dan 32 kota mengalami
deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Jayapura sebesar 1,07 persen dengan IHK sebesar 105,53
dan terendah terjadi di Tangerang dan Banjarmasin masing-masing sebesar 0,01 persen
dengan IHK masing-masing sebesar 105,66 dan 107,09. Sementara deflasi tertinggi terjadi
di Baubau sebesar 0,99 persen dengan IHK sebesar 103,38 dan terendah terjadi di Palopo
sebesar 0,01 persen dengan IHK sebesar 104,87.

Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya
sebagian besar indeks kelompok pengeluaran, yaitu: kelompok makanan, minuman dan
tembakau sebesar 0,40 persen; kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 0,02 persen;
kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,04 persen;
kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,10
persen; kelompok kesehatan sebesar 0,08 persen; kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya
sebesar 0,05 persen; kelompok pendidikan sebesar 0,01 persen; dan kelompok penyediaan
makanan dan minuman/restoran sebesar 0,17 persen. Sementara kelompok pengeluaran
yang mengalami penurunan indeks, yaitu: kelompok transportasi sebesar 0,25 persen;
kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,03 persen; dan kelompok
perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 0,39 persen.

Tingkat inflasi tahun kalender (Januari–Maret) 2021 sebesar 0,44 persen dan tingkat
inflasi tahun ke tahun (Maret 2021 terhadap Maret 2020) sebesar 1,37 persen.

[Type text]
Komponen inti pada Maret 2021 mengalami deflasi sebesar 0,03 persen. Tingkat
inflasi komponen inti tahun kalender (Januari– Maret) 2021 sebesar 0,23 persen dan tingkat
inflasi komponen inti tahun ke tahun (Maret 2021 terhadap Maret 2020) sebesar 1,21
persen.

 Inflasi April di indonesia 2021

Pada April 2021 terjadi inflasi sebesar 0,13 persen dengan Indeks Harga Konsumen
(IHK) sebesar 106,29. Dari 90 kota IHK, 72 kota mengalami inflasi dan 18 kota mengalami
deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Kotamobagu sebesar 1,31 persen dengan IHK sebesar
107,89 dan terendah terjadi di Yogyakarta sebesar 0,01 persen dengan IHK sebesar 106,92.
Sementara deflasi tertinggi terjadi di Jayapura sebesar 1,26 persen dengan IHK sebesar
104,20 dan terendah terjadi di Tanjung Pandan sebesar 0,02 persen dengan IHK sebesar
107,83.

Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya
sebagian besar indeks kelompok pengeluaran, yaitu: kelompok makanan, minuman dan
tembakau sebesar 0,20 persen; kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 0,19 persen;
kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,07 persen;
kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,26
persen; kelompok kesehatan sebesar 0,18 persen; kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya
sebesar 0,20 persen; kelompok pendidikan sebesar 0,01 persen; kelompok penyediaan
makanan dan minuman/restoran sebesar 0,21 persen; dan kelompok perawatan pribadi dan
jasa lainnya sebesar 0,29 persen. Sementara kelompok transportasi dan kelompok
informasi, komunikasi, dan jasa keuangan tidak mengalami perubahan.

Tingkat inflasi tahun kalender (Januari–April) 2021 sebesar 0,58 persen dan tngkat
inflasi tahun ke tahun (April 2021 terhadap April 2020) sebesar 1,42 persen.

Komponen inti pada April 2021 mengalami inflasi sebesar 0,14 persen. Tingkat
inflasi komponen inti tahun kalender (Januari–April) 2021 sebesar 0,37 persen dan tingkat
inflasi komponen inti tahun ke tahun (April 2021 terhadap April 2020) sebesar 1,18 persen.

 Inflasi Mei di indonesia 2021

Pada Mei 2021, terjadi inflasi sebesar 0,32 persen dengan Indeks Harga Konsumen
(IHK) sebesar 106,63. Dari 90 kota IHK, 78 kota mengalami inflasi dan 12 kota mengalami

[Type text]
deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Manokwari sebesar 1,82 persen dengan IHK sebesar
109,47 dan terendah terjadi di Tembilahan sebesar 0,01 persen dengan IHK sebesar 106,82.
Sementara deflasi tertinggi terjadi di Timika sebesar 0,83 persen dengan IHK sebesar
107,24 dan terendah terjadi di Palembang sebesar 0,02 persen dengan IHK sebesar 105,50.

Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya seluruh
indeks kelompok pengeluaran, yaitu: kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar
0,38 persen; kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 0,52 persen; kelompok perumahan,
air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,03 persen; kelompok perlengkapan,
peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,27 persen; kelompok kesehatan
sebesar 0,07 persen; kelompok transportasi sebesar 0,71 persen; kelompok informasi,
komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,01 persen; kelompok rekreasi, olahraga, dan
budaya sebesar 0,12 persen; kelompok pendidikan sebesar 0,01 persen; kelompok
penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 0,44 persen; dan kelompok perawatan
pribadi dan jasa lainnya sebesar 0,59 persen.

Tingkat inflasi tahun kalender (Januari–Mei) 2021 sebesar 0,90 persen dan tingkat
inflasi tahun ke tahun (Mei 2021 terhadap Mei 2020) sebesar 1,68 persen.

Komponen inti pada Mei 2021 mengalami inflasi sebesar 0,24 persen. Tingkat
inflasi komponen inti tahun kalender (Januari–Mei) 2021 sebesar 0,61 persen dan tingkat
inflasi komponen inti tahun ke tahun (Mei 2021 terhadap Mei 2020) sebesar 1,37 persen.

 Inflasi Juni di indonesia 2021

Pada Juni 2021 terjadi deflasi sebesar 0,16 persen dengan Indeks Harga Konsumen
(IHK) sebesar 106,46. Dari 90 kota IHK, 56 kota mengalami deflasi dan 34 kota mengalami
inflasi. Deflasi tertinggi terjadi di Kupang sebesar 0,89 persen dengan IHK sebesar 104,88
dan terendah terjadi di Palembang sebesar 0,01 persen dengan IHK sebesar 105,49.
Sementara inflasi tertinggi terjadi di Singkawang sebesar 1,36 persen dengan IHK sebesar
105,50 dan terendah terjadi di Pekanbaru dan Tanjung Selor masing-masing sebesar 0,01
persen dengan IHK masing-masing sebesar 105,28 dan 103,92.

Deflasi terjadi karena adanya penurunan harga yang ditunjukkan oleh turunnya
beberapa indeks kelompok pengeluaran, yaitu: kelompok makanan, minuman dan tembakau
sebesar 0,71 persen; kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 0,12 persen; kelompok
transportasi sebesar 0,35 persen; dan kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan

[Type text]
sebesar 0,01 persen. Sementara kelompok pengeluaran yang mengalami kenaikan indeks,
yaitu: kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,07 persen;
kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,17
persen; kelompok kesehatan sebesar 0,03 persen; kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya
sebesar 0,23 persen; kelompok pendidikan sebesar 0,03 persen; kelompok penyediaan
makanan dan minuman/restoran sebesar 0,24 persen; dan kelompok perawatan pribadi dan
jasa lainnya sebesar 0,35 persen.

Tingkat inflasi tahun kalender (Januari–Juni) 2021 sebesar 0,74 persen dan tingkat
inflasi tahun ke tahun (Juni 2021 terhadap Juni 2020) sebesar 1,33 persen.

Komponen inti pada Juni 2021 mengalami inflasi sebesar 0,14 persen. Tingkat
inflasi komponen inti tahun kalender (Januari–Juni) 2021 sebesar 0,76 persen dan tingkat
inflasi komponen inti tahun ke tahun (Juni 2021 terhadap Juni 2020) sebesar 1,49 persen.

 Inflasi Juli di indonesia 2021

Pada Juli 2021 terjadi inflasi sebesar 0,08 persen dengan Indeks Harga Konsumen
(IHK) sebesar 106,54. Dari 90 kota IHK, 61 kota mengalami inflasi dan 29 kota mengalami
deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Sorong sebesar 1,51 persen dengan IHK sebesar 108,33
dan terendah terjadi di Sampit sebesar 0,01 persen dengan IHK sebesar 107,10. Sementara
deflasi tertinggi terjadi di Manokwari sebesar 0,60 persen dengan IHK sebesar 109,89 dan
terendah terjadi di Maumere dan Samarinda masing-masing sebesar 0,01 persen dengan
IHK masing-masing sebesar 106,65 dan 105,69.

Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya
sebagian besar indeks kelompok pengeluaran, yaitu: kelompok makanan, minuman, dan
tembakau sebesar 0,15 persen; kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 0,08 persen;
kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,05 persen;
kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,11
persen; kelompok kesehatan sebesar 0,24 persen; kelompok informasi, komunikasi, dan
jasa keuangan sebesar 0,03 persen; kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 0,05
persen; kelompok pendidikan sebesar 0,18 persen; dan kelompok penyediaan makanan dan
minuman/ restoran sebesar 0,05 persen. Sementara kelompok pengeluaran yang mengalami
penurunan indeks, yaitu: kelompok transportasi sebesar 0,01 persen dan kelompok
perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 0,07 persen.

[Type text]
Tingkat inflasi tahun kalender (Januari–Juli) 2021 sebesar 0,81 persen dan tingkat
inflasi tahun ke tahun (Juli 2021 terhadap Juli 2020) sebesar 1,52 persen.

Komponen inti pada Juli 2021 mengalami inflasi sebesar 0,07 persen. Tingkat
inflasi komponen inti tahun kalender (Januari–Juli) 2021 sebesar 0,82 persen dan tingkat
inflasi komponen inti tahun ke tahun (Juli 2021 terhadap Juli 2020) sebesar 1,40 persen.

 Inflasi Agustus di indonesia 2021

Pada Agustus 2021 terjadi inflasi sebesar 0,03 persen dengan Indeks Harga
Konsumen (IHK) sebesar 106,57. Dari 90 kota IHK, 34 kota mengalami inflasi dan 56 kota
mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Kendari sebesar 0,62 persen dengan IHK
sebesar 108,48 dan terendah terjadi di Tanjung sebesar 0,01 persen dengan IHK sebesar
108,17. Sementara deflasi tertinggi terjadi di Sorong sebesar 1,04 persen dengan IHK
sebesar 107,20 dan terendah terjadi di Meulaboh, Sukabumi, dan Timika masing-masing
sebesar 0,03 persen dengan IHK masing-masing sebesar 109,93;106,56; dan 108,14.

Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya
sebagian besar indeks kelompok pengeluaran, yaitu: kelompok perumahan, air, listrik, dan
bahan bakar rumah tangga sebesar 0,05 persen; kelompok perlengkapan, peralatan dan
pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,27 persen; kelompok kesehatan sebesar 0,32
persen; kelompok pendidikan sebesar 1,20 persen; kelompok penyediaan makanan dan
minuman/restoran sebesar 0,10 persen; dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya
sebesar 0,15 persen. Sementara kelompok pengeluaran yang mengalami penurunan indeks,
yaitu: kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 0,32 persen; kelompok pakaian
dan alas kaki sebesar 0,07 persen; kelompok transportasi sebesar 0,05 persen; kelompok
informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,01 persen; dan kelompok rekreasi,
olahraga, dan budaya sebesar 0,07 persen.

Tingkat inflasi tahun kalender (Januari–Agustus) 2021 sebesar 0,84 persen dan
tingkat inflasi tahun ke tahun (Agustus 2021 terhadap Agustus 2020) sebesar 1,59 persen.

Komponen inti pada Agustus 2021 mengalami inflasi sebesar 0,21 persen. Tingkat
inflasi komponen inti tahun kalender (Januari– Agustus) 2021 sebesar 1,03 persen dan
tingkat inflasi komponen inti tahun ke tahun (Agustus 2021 terhadap Agustus 2020) sebesar
1,31 persen.

[Type text]
 Inflasi September di indonesia 2021

Pada September 2021 terjadi deflasi sebesar 0,04 persen dengan Indeks Harga
Konsumen (IHK) sebesar 106,53. Dari 90 kota IHK, 56 kota mengalami deflasi dan 34 kota
mengalami inflasi. Deflasi tertinggi terjadi di Gorontalo sebesar 0,90 persen dengan IHK
sebesar 105,94 dan terendah terjadi di Palu sebesar 0,01 persen dengan IHK sebesar 108,33.
Sementara inflasi tertinggi terjadi di Pangkal Pinang sebesar 0,60 persen dengan IHK
sebesar 104,98 dan terendah terjadi di Surakarta sebesar 0,01 persen dengan IHK sebesar
105,96.

Deflasi terjadi karena adanya penurunan harga yang ditunjukkan oleh turunnya
beberapa indeks kelompok pengeluaran, yaitu: kelompok makanan, minuman dan tembakau
sebesar 0,47 persen dan kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,01
persen. Sementara kelompok pengeluaran yang mengalami kenaikan indeks, yaitu:
kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 0,27 persen; kelompok perumahan, air, listrik, dan
bahan bakar rumah tangga sebesar 0,08 persen; kelompok perlengkapan, peralatan dan
pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,20 persen; kelompok kesehatan sebesar 0,12
persen; kelompok transportasi sebesar 0,07 persen; kelompok rekreasi, olahraga, dan
budaya sebesar 0,11 persen; kelompok pendidikan sebesar 0,10 persen; kelompok
penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 0,25 persen; dan kelompok perawatan
pribadi dan jasa lainnya sebesar 0,04 persen.

Tingkat inflasi tahun kalender (Januari–September) 2021 sebesar 0,80 persen dan
tingkat inflasi tahun ke tahun (September 2021 terhadap September 2020) sebesar 1,60
persen.

Komponen inti pada September 2021 mengalami inflasi sebesar 0,13 persen.
Tingkat inflasi komponen inti tahun kalender (Januari–September) 2021 sebesar 1,16
persen dan tingkat inflasi komponen inti tahun ke tahun (September 2021 terhadap
September 2020) sebesar 1,30 persen.

 Inflasi Oktober di indonesia 2021

Pada Oktober 2021 terjadi inflasi sebesar 0,12 persen dengan Indeks Harga
Konsumen (IHK) sebesar 106,66. Dari 90 kota IHK, 68 kota mengalami inflasi dan 22 kota
mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Sampit sebesar 2,06 persen dengan IHK
sebesar 109,30 dan terendah terjadi di Banyuwangi dan Sumenep masing-masing sebesar
[Type text]
0,02 persen dengan IHK masing-masing sebesar 104,64 dan 106,21. Sementara deflasi
tertinggi terjadi di Kendari sebesar 0,70 persen dengan IHK sebesar 107,98 dan terendah
terjadi di Bengkulu sebesar 0,02 persen dengan IHK sebesar 105,89.

Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya seluruh
indeks kelompok pengeluaran, yaitu: kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar
0,10 persen; kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 0,15 persen; kelompok perumahan,
air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,08 persen; kelompok perlengkapan,
peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,13 persen; kelompok kesehatan
sebesar 0,06 persen; kelompok transportasi sebesar 0,33 persen; kelompok informasi,
komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,04 persen; kelompok rekreasi, olahraga, dan
budaya sebesar 0,04 persen; kelompok pendidikan sebesar 0,02 persen; kelompok
penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 0,12 persen; dan kelompok perawatan
pribadi dan jasa lainnya sebesar 0,02 persen.

Tingkat inflasi tahun kalender (Januari–Oktober) 2021 sebesar 0,93 persen dan
tingkat inflasi tahun ke tahun (Oktober 2021 terhadap Oktober 2020) sebesar 1,66 persen.

Komponen inti pada Oktober 2021 mengalami inflasi sebesar 0,07 persen. Tingkat
inflasi komponen inti tahun kalender (Januari–Oktober) 2021 sebesar 1,23 persen dan
tingkat inflasi komponen inti tahun ke tahun (Oktober 2021 terhadap Oktober 2020) sebesar
1,33 persen.

 Inflasi November di indonesia 2021

Pada November 2021 terjadi inflasi sebesar 0,37 persen dengan Indeks Harga
Konsumen (IHK) sebesar 107,05. Dari 90 kota IHK, 84 kota mengalami inflasi dan 6 kota
mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Sintang sebesar 2,01 persen dengan IHK
sebesar 113,80 dan terendah terjadi di Bima dan Pontianak masingmasing sebesar 0,02
persen dengan IHK masing-masing sebesar 105,89 dan 107,06. Sementara deflasi tertinggi
terjadi di Kotamobagu sebesar 0,53 persen dengan IHK sebesar 107,95 dan terendah terjadi
di Tual sebesar 0,16 persen dengan IHK sebesar 108,77

Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya
sebagian besar indeks kelompok pengeluaran, yaitu: kelompok makanan, minuman dan
tembakau sebesar 0,84 persen; kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 0,09 persen;
kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,14 persen;

[Type text]
kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,35
persen; kelompok kesehatan sebesar 0,01 persen; kelompok transportasi sebesar 0,51
persen; kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 0,18 persen; kelompok
penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 0,22 persen; dan kelompok perawatan
pribadi dan jasa lainnya sebesar 0,37 persen. Sementara kelompok informasi, komunikasi,
dan jasa keuangan serta kelompok pendidikan tidak mengalami perubahan.

Tingkat inflasi tahun kalender (Januari–November) 2021 sebesar 1,30 persen dan
tingkat inflasi tahun ke tahun (November 2021 terhadap November 2020) sebesar 1,75
persen.

Komponen inti pada November 2021 mengalami inflasi sebesar 0,17 persen.
Tingkat inflasi komponen inti tahun kalender (Januari–November) 2021 sebesar 1,40
persen dan tingkat inflasi komponen inti tahun ke tahun (November 2021 terhadap
November 2020) sebesar 1,44 persen.

 Inflasi Desember di indonesia 2021

Pada Desember 2021, terjadi inflasi sebesar 0,57 persen dengan Indeks Harga
Konsumen (IHK) sebesar 107,66. Dari 90 kota IHK, 88 kota mengalami inflasi dan 2 kota
mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Jayapura sebesar 1,91 persen dengan IHK
sebesar 105,87 dan terendah terjadi di Pekanbaru sebesar 0,07 persen dengan IHK sebesar
106,53. Sementara deflasi tertinggi terjadi di Dumai sebesar 0,13 persen dengan IHK
sebesar 107,70 dan terendah terjadi di Bukittinggi sebesar 0,04 persen dengan IHK sebesar
106,59.

Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya
sebagian besar indeks kelompok pengeluaran, yaitu: kelompok makanan, minuman, dan
tembakau sebesar 1,61 persen; kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 0,22 persen;
kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,10 persen;
kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,24
persen; kelompok kesehatan sebesar 0,16 persen; kelompok transportasi sebesar 0,62
persen; kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 0,10 persen; kelompok
penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 0,24 persen; dan kelompok perawatan
pribadi dan jasa lainnyasebesar 0,25 persen. Kelompok pengeluaran yang mengalami

[Type text]
penurunan indeks,yaitu kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,10
persen. Sementara kelompok pendidikan tidak mengalami perubahan.

Tingkat inflasi tahun kalender (Januari–Desember) 2021 dan tingkat inflasi tahun ke
tahun (Desember 2021 terhadap Desember 2020) sebesar 1,87 persen.

Komponen inti pada Desember 2021 mengalami inflasi sebesar 0,16 persen. Tingkat
inflasi komponen inti tahun kalender (Januari–Desember) 2021 dan tingkat inflasi
komponen inti tahun ke tahun (Desember 2021 terhadap Desember 2020) adalah sebesar
1,56 persen.

[Type text]
B. PERTUMBUHAN EKONOMI

1. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi .


Pertumbuhan ekonomi (Ekonomis Pertumbuhan)adalah perkembangan kegiatan
dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa Yangdiproduksikan dalam
masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat.Masalah
pertumbuhan ekonomi dapat dilihat sebagai masalah makro ekonomi dalam jangka
panjang. Perkembangan kemampuan memproduks ibarang dan jasa sebaga iakibat
pertambahan faktor-faktor produksi pada umumnya tidak selalu diikuti oleh
pertambahan produksi barang dan jasa yang sama besarnya.Pertambahan potens
imemproduksi seringl ebih besar darip ertambahan produksi yang sebenarnya.Dengan
demikian perkembangan ekonomi adalah lebih lambat dari potensinya.
(SadonoSukrino,1994;10).
Indikator yang digunakan untuk menghitung tingkat pertumbuhan ekonomi :
 Tingkat pertumbuhan PDB ( produk domestik kasar )
 Tingkat pertumbuhan PNB ( produk nasional kasar )
2. Sumber Kenaikan pertumbuhan Ekonomi
Didefinisikan sebagai kenaikan PDB nyata perkapita.faktor- faktor produksi yang
berlokasi di dalam sebuah negara, Kenaikan PDB dapat muncul melalui
1) Kenaikan penawaran tenaga kerja
2) Kenaikan modal fisika atau sumber daya manusia
3) Kenaikan produktivitas
3. Perhitungan Pertumbuhan Ekonomi
PDB adalah total produksi barang dan jasa yang dihasilkan di dalam suatau wilayah
pada periode tertentu, misalnya satu tahun.PDB jika dibagi dnegan jumlah penduduk
maka menjadi PDB berkapita.uraian ini lebih spesifik karen di perhitungkan jumlah
penduduk serta mencerminkan kesejahteraan penduduk di suatu tempet.
Rumus menghitung pertumbuhan ekonomi adalah sebagai berikut :
G={(PDB -PDBk)/PDBk}x100%
G=tingkat pertumbuhan ekonomi
PDB=PDB nyata tahun sekarang
PDBk=PDB nyata tahun kemarin
Contoh tentang: PDB Indonesia tahun 2008=Rp.467tigaliun ,sedangkan PDB pada
tahun 2007 adalah=Rp.420triliun. Maka berapakah tingkat pertumbuhan ekonomi
pada tahun 2008 jika dibalas harga tahun dasar berada pada tahun 2007?
jawab:G={(467- 420)/420}x100%=11,19%
4. Manfaat pertumbuhan ekonomi
Manfaat pertumbuhan ekonomi antara lain sebagai berikut :
1.Laju pertumbuhannya untuk mengukur kemajuan ekonomi sebagai hasil
pembangunan nasional pendapatan perkapitanya digunakan untuk mengukur tingkat
kemakmuran penduduk,sebab semakin pria ingkat pendapatan perkapita dengan kerja
konstan semakin tingg itingkat kemakmuran penduduk dan juga produktivitasnya.

[Type text]
2.Sebagai dasar pembuatan proyeks iatau perkiraan penerimaan negara untuk
perencanaan pembangunan nasional atau sektoral dan daerah .Sebagai dasar ini
keutamaan mempersembahkan bantuan luar negari oleh Bank dunia atau lembaga
internasional lainnya.Sebagai dasar pembuatan prakiraan bisnis, khususnya
persamaan penjualan bagi perusahaan untuk dasar penyusunan perencanaan produk
dan perkembangan sumbur daya (tenaga kerja dan modal).
(Dornbuch,Rdanpemancing,S,1994:649-651).
 Pertumbuhan ekonomi indonesia 2017

Perekonomian Indonesia tahun 2017 yang diukur berdasarkan Produk Domestik


Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp13.588,8 triliun dan PDB perkapita
mencapai Rp51,89 juta atau US$3.876,8.

Ekonomi Indonesia tahun 2017 tumbuh 5,07 persen lebih tinggi dibanding capaian
tahun 2016 sebesar 5,03 persen. Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh
Lapangan Usaha Informasi dan Komunikasi sebesar 9,81 persen. Dari sisi pengeluaran
pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Komponen Ekspor Barang dan Jasa sebesar 9,09 persen.
Ekonomi Indonesia triwulan IV-2017 bila dibandingkan triwulan IV-2016 (y-on-y) tumbuh
5,19 persen. Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Lapangan Usaha Jasa
Perusahaan sebesar 9,25 persen. Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh
Komponen Ekspor Barang dan Jasa sebesar 8,50 persen. Ekonomi Indonesia triwulan IV-
2017 bila dibandingkan triwulan sebelumnya (q-to-q) mengalami kontraksi sebesar 1,70
persen. Dari sisi produksi, hal ini disebabkan oleh efek musiman pada Lapangan Usaha
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan yang mengalami kontraksi 21,60 persen. Dari sisi
pengeluaran disebabkan oleh penurunan Ekspor neto.

Struktur ekonomi Indonesia secara spasial Tahun 2017 didominasi oleh kelompok
provinsi di Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Kelompok provinsi di Pulau Jawa memberikan
kontribusi terbesar terhadap Produk Domestik Bruto, yakni sebesar 58,49 persen, diikuti
oleh Pulau Sumatera sebesar 21,66 persen, dan Pulau Kalimantan 8,20 persen.

A. PDB MENURUT LAPANGAN USAHA

1. Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2017 (c-to-c)

Ekonomi Indonesia Tahun 2017 tumbuh 5,07 persen. Pertumbuhan terjadi pada
seluruh lapangan usaha. Informasi dan Komunikasi mencapai pertumbuhan tertinggi
sebesar 9,81 persen, diikuti oleh Jasa Lainnya sebesar 8,66 persen; dan Transportasi dan
Pergudangan sebesar 8,49 persen. Bila dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan
[Type text]
ekonomi Indonesia tahun 2017, Industri Pengolahan memiliki sumber pertumbuhan
tertinggi sebesar 0,91 persen, diikuti Konstruksi sebesar 0,67 persen, dan Perdagangan
Besar-Eceran; Reparasi Mobil-Sepeda Motor sebesar 0,59 persen.

2. Pertumbuhan Ekonomi Triwulan IV-2017 Terhadap Triwulan IV-2016 (y-on-y)

Pertumbuhan ekonomi Indonesia menurut pengeluaran Triwulan IV-2017


dibandingkan dengan Triwulan IV-2016 mencapai 5,19 persen (y-on-y). Pertumbuhan
tertinggi terjadi pada komponen Ekspor Barang dan Jasa sebesar 8,50 persen yang diikuti
oleh pertumbuhan PMTB sebesar 7,27 persen, komponen PK-LNPRT sebesar 5,24 persen,
komponen PK-RT sebesar 4,97 persen, dan komponen PK-P sebesar 3,81 persen.
Sementara itu, komponen Impor Barang dan Jasa tumbuh 11,81 persen, namun impor
merupakan faktor pengurang dalam PDB.

Struktur PDB Indonesia menurut pengeluaran atas dasar harga berlaku tidak
menunjukkan perubahan yang berarti. Aktivitas permintaan akhir masih didominasi oleh
Komponen PK-RT yang mencakup lebih dari separuh PDB Indonesia. Komponen lainnya
yang memiliki peranan besar terhadap PDB secara berturut-turut adalah PMTB, Ekspor
Barang dan Jasa, Impor Barang dan Jasa, dan PK-P, sedangkan PK-LNPRT dan Perubahan
Inventori relatif kecil. Dibandingkan dengan struktur PDB menurut Pengeluaran pada
triwulan III-2017, peranan Komponen PK-RT meningkat yaitu dari 55,73 persen pada
triwulan III-2017 menjadi 56,22 persen pada triwulan IV-2017. Komponen lain yang
perannya juga meningkat adalah PK-LNPRT, PK-P, PMTB, Ekspor Barang dan Jasa, serta
Impor Barang dan Jasa. Peran ekspor neto pada triwulan ini tercatat positif 0,05 persen
menurun dibanding triwulan III-2017 yang sebesar 1,56 persen.

3. Pertumbuhan Ekonomi Triwulan IV-2017 Terhadap Triwulan III 2017 (q-to-q)

Ekonomi Indonesia triwulan IV-2017 mengalami kontraksi 1,70 persen bila


dibandingkan triwulan sebelumnya (q-to-q). Hal ini disebabkan melambatnya pertumbuhan
Komponen PK-RT menjadi 0,01 persen dan tumbuhnya impor.

 Pertumbuhan ekonomi indonesia 2018

Perekonomian Indonesia tahun 2018 yang diukur berdasarkan Produk Domestik


Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp14 837,4 triliun dan PDB Perkapita
mencapai Rp56,0 Juta atau US$3 927,0. Ekonomi Indonesia tahun 2018 tumbuh 5,17

[Type text]
persen lebih tinggi dibanding capaian tahun 2017 sebesar 5,07 persen. Dari sisi produksi,
pertumbuhan tertinggi dicapai Lapangan Usaha Jasa Lainnya sebesar 8,99 persen. Dari sisi
pengeluaran, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Komponen Pengeluaran Konsumsi
Lembaga Nonprofit yang melayani Rumah Tangga (PK-LNPRT) sebesar 9,08 persen.

Ekonomi Indonesia triwulan IV-2018 dibanding triwulan IV-2017 tumbuh 5,18


persen (y-on-y). Dari sisi produksi, pertumbuhan didorong oleh semua lapangan usaha,
dimana pertumbuhan tertinggi dicapai Lapangan Usaha Jasa Lainnya sebesar 9,08 persen.
Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan didorong oleh semua komponen, dimana pertumbuhan
tertinggi dicapai oleh Komponen PK-LNPRT sebesar 10,79 persen.

Ekonomi Indonesia triwulan IV-2018 dibanding triwulan III-2018 mengalami


kontraksi sebesar 1,69 persen (q-to-q). Dari sisi produksi, hal ini disebabkan oleh efek
musiman pada Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan yang mengalami
penurunan 21,41 persen. Dari sisi pengeluaran, disebabkan oleh komponen Ekspor Barang
dan Jasa yang mengalami kontraksi 2,22 persen.

Struktur ekonomi Indonesia secara spasial tahun 2018 didominasi oleh kelompok
provinsi di Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Pulau Jawa memberikan kontribusi terbesar
terhadap Produk Domestik Bruto, yakni sebesar 58,48 persen, diikuti oleh Pulau Sumatera
sebesar 21,58 persen, dan Pulau Kalimantan 8,20 persen.

A. PDB MENURUT LAPANGAN USAHA

1. Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2018 (c-to-c)

Ekonomi Indonesia tahun 2018 tumbuh 5,17 persen. Pertumbuhan terjadi pada
seluruh lapangan usaha. Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Lapangan Usaha Jasa Lainnya
sebesar 8,99 persen; diikuti Jasa Perusahaan sebesar 8,64 persen; dan Jasa Kesehatan dan
Kegiatan Sosial sebesar 7,13 persen. Berdasarkan sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia
tahun 2018, sumber pertumbuhan tertinggi berasal dari Lapangan Usaha Industri
Pengolahan sebesar 0,91 persen; diikuti Perdagangan Besar-Eceran, Reparasi Mobil-Sepeda
Motor sebesar 0,66 persen; Konstruksi sebesar 0,61 persen; Pertanian, Kehutanan, dan
Perikanan sebesar 0,50 persen; dan Informasi dan Komunikasi sebesar 0,36 persen.
Sementara pertumbuhan ekonomi Indonesia dari lapangan usaha lainnya sebesar 2,14
persen.

[Type text]
2. Pertumbuhan Ekonomi Triwulan IV-2018 Terhadap Triwulan IV-2017 (y-on-y)

Ekonomi Indonesia triwulan IV-2018 dibanding triwulan IV-2017 (y-on-y) tumbuh


sebesar 5,18 persen. Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Lapangan Usaha Jasa Lainnya
sebesar 9,08 persen; diikuti oleh Jasa Perusahaan sebesar 8,94 persen; Pengadaan Air,
Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Daur Ulang sebesar 7,92 persen; dan Jasa Kesehatan
dan Kegiatan Sosial sebesar 7,80 persen.

3. Pertumbuhan Ekonomi Triwulan IV-2018 Terhadap Triwulan III-2018 (q-to-q)

Ekonomi Indonesia triwulan IV-2018 dibanding triwulan sebelumnya (q-to-q)


mengalami
kontraksi1,69persen.KontraksiterutamadisebabkanolehpenurunanLapanganUsahaPertanian,
Kehutanan, dan Perikanan yang cukup signifikan sebesar 21,41 persen. Hal ini disebabkan
faktor musiman beberapa komoditas pertanian. Penurunan juga terjadi pada Lapangan
Usaha Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor sebesar 2,18
persen; Industri Pengolahan sebesar 1,16 persen; Pertambangan dan Penggalian sebesar
0,16 persen; dan Jasa Keuangan dan Asuransi sebesar 0,02 persen.

B. PDB MENURUT PENGELUARAN

1. Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2018 (c-to-c)

Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2018 mencapai 5,17
persen. Pertumbuhan terjadi pada semua komponen, yaitu Komponen Pengeluaran
Konsumsi Rumah Tangga (PK-RT), PK-LNPRT, Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (PK-
P), Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB), dan Ekspor Barang dan Jasa. Sementara
komponen Impor Barang dan Jasa mengalami peningkatan, namum komponen ini
merupakan faktor pengurang. Komponen PKLNPRT merupakan komponen yang
mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 9,08 persen; diikuti Komponen PMTB sebesar
6,67 persen; dan Komponen Ekspor Barang dan Jasa sebesar 6,48 persen.

Berdasarkan sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2018, sumber


pertumbuhan tertinggi berasal dari Komponen PK-RT sebesar 2,74 persen; yang diikuti
oleh Komponen PMTB sebesar 2,17 persen. Sementara sumber pertumbuhan ekonomi
Indonesia dari komponen lainnya sebesar 0,26 persen. yang mengalami pertumbuhan

[Type text]
tertinggi sebesar 9,08 persen; diikuti Komponen PMTB sebesar 6,67 persen; dan
Komponen Ekspor Barang dan Jasa sebesar 6,48 persen.

2. Pertumbuhan Ekonomi Triwulan IV-2018 Terhadap Triwulan IV-2017 (y-on-y)

Ekonomi Indonesia pada triwulan IV-2018 dibanding triwulan IV-2017 tumbuh


sebesar 5,18 persen (y-on-y). Pertumbuhan tertinggi terjadi pada Komponen PK-LNPRT
sebesar 10,79 yang diikuti oleh Komponen PMTB sebesar 6,01 persen, Komponen PK-RT
sebesar 5,08 persen, komponen PK-P sebesar 4,56 persen, dan Komponen Ekspor Barang
dan Jasa sebesar 4,33 persen. Sementara itu, Komponen Impor Barang dan Jasa tumbuh
7,10 persen, namun impor merupakan faktor pengurang dalam PDB.

3. Pertumbuhan Ekonomi Triwulan IV-2018 Terhadap Triwulan III-2018 (q-to-q)

Ekonomi Indonesia triwulan IV-2018 dibanding triwulan III-2018 (q-to-q)


mengalami kontraksi sebesar 1,69 persen. Hal ini disebabkan melambatnya pertumbuhan
Komponen PK-RT sebesar 0,09 persen dan terkontraksinya Komponen Ekspor Barang dan
Jasa sebesar 2,22 persen.

C. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB)

Struktur perekonomian Indonesia secara spasial tahun 2018 masih didominasi oleh
kelompok provinsi di Pulau Jawa yang memberikan kontribusi terhadap Produk Domestik
Bruto sebesar 58,48 persen, kemudian diikuti oleh Pulau Sumatera sebesar 21,58 persen,
Pulau Kalimantan 8,20 persen, Pulau Sulawesi 6,22 persen, dan sisanya 5,52 persen di
pulau-pulau lainnya.

 Pertumbuhan ekonomi indonesia 2019

Perekonomian Indonesia tahun 2019 yang diukur berdasarkan Produk Domestik


Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp15 833,9 triliun dan PDB Perkapita
mencapai Rp59,1 Juta atau US$4 174,9. Ekonomi Indonesia tahun 2019 tumbuh 5,02
persen, lebih rendah dibanding capaian tahun 2018 sebesar 5,17 persen. Dari sisi produksi,
pertumbuhan tertinggi dicapai Lapangan Usaha Jasa Lainnya sebesar 10,55 persen. Dari sisi
pengeluaran, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Komponen Pengeluaran Konsumsi
Lembaga Nonprofit yang melayani Rumah Tangga (PK-LNPRT) sebesar 10,62 persen.

[Type text]
Ekonomi Indonesia triwulan IV-2019 dibanding triwulan IV-2018 tumbuh 4,97
persen (y-on-y). Dari sisi produksi, pertumbuhan didorong oleh semua lapangan usaha,
dengan pertumbuhan tertinggi dicapai Lapangan Usaha Jasa Lainnya sebesar 10,78 persen.
Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Komponen Pengeluaran
Konsumsi Rumah Tangga (PK-RT) sebesar 4,97 persen. Ekonomi Indonesia triwulan IV-
2019 dibanding triwulan III-2019 mengalami kontraksi sebesar 1,74 persen (q-to-q). Dari
sisi produksi, hal ini disebabkan oleh efek musiman pada Lapangan Usaha Pertanian,
Kehutanan, dan Perikanan yang mengalami penurunan 20,52 persen. Dari sisi pengeluaran,
disebabkan oleh komponen Ekspor Barang dan Jasa yang mengalami kontraksi sebesar 2,55
persen.

Struktur ekonomi Indonesia secara spasial tahun 2019 didominasi oleh kelompok
provinsi di Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Pulau Jawa memberikan kontribusi terbesar
terhadap Produk Domestik Bruto, yakni sebesar 59,00 persen, diikuti oleh Pulau Sumatera
sebesar 21,32 persen, dan Pulau Kalimantan 8,05 persen.

A. PDB MENURUT LAPANGAN USAHA

1. Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2019 (c-to-c)

Ekonomi Indonesia tahun 2019 tumbuh 5,02 persen. Pertumbuhan terjadi pada
seluruh lapangan usaha. Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Lapangan Usaha Jasa Lainnya
sebesar 10,55 persen; diikuti Jasa Perusahaan sebesar 10,25 persen; dan Informasi dan
Komunikasi sebesar 9,41 persen. Berdasarkan sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia
tahun 2019, sumber pertumbuhan tertinggi berasal dari Lapangan Usaha Industri
Pengolahan sebesar 0,80 persen; diikuti Perdagangan Besar-Eceran, Reparasi Mobil-Sepeda
Motor sebesar 0,61 persen; Konstruksi sebesar 0,58 persen; dan Informasi lainnya sebesar
2,54 persen.

2. Pertumbuhan Ekonomi Triwulan IV-2019 Terhadap Triwulan IV-2018 (y-on-y)

Ekonomi Indonesia triwulan IV-2019 dibanding triwulan IV-2018 (y-on-y) tumbuh


sebesar 4,97 persen. Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Lapangan Usaha Jasa Lainnya
sebesar 10,78 persen; diikuti oleh Jasa Perusahaan sebesar 10,49 persen; Informasi dan
Komunikasi sebesar 9,71 persen; dan Jasa Keuangan dan Asuransi sebesar 8,49 persen.

3. Pertumbuhan Ekonomi Triwulan IV-2019 Terhadap Triwulan III-2019 (q-to-q)

[Type text]
Ekonomi Indonesia triwulan IV-2019 dibanding triwulan III-2019 (q-to-q)
mengalami kontraksi 1,74 persen. Hal ini disebabkan terkontraksinya Lapangan Usaha
Pertanian, Kehutanan dan Perikanan sebesar 20,52 persen; Lapangan Usaha Perdagangan
Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor sebesar 2,32 persen; Industri
Pengolahan sebesar 1,63 persen; dan Pertambangan dan Penggalian sebesar 1,52 persen.

B. PDB MENURUT PENGELUARAN

1. Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2019 (c-to-c)

Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2019 mencapai 5,02
persen. Pertumbuhan terjadi pada hampir semua komponen, yaitu PK-RT; PK-LNPRT;
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (PK-P); dan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB).
Sementara komponen lainnya yaitu Ekspor Barang dan Jasa; dan Impor Barang dan Jasa
mengalami kontraksi. Komponen PK-LNPRT merupakan komponen yang mengalami
pertumbuhan tertinggi dengan pertumbuhan sebesar 10,62 persen; diikuti Komponen PK-
RT sebesar 5,04 persen; dan Komponen PMTB sebesar 4,45 persen. Berdasarkan sumber
pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2019, sumber pertumbuhan tertinggi berasal dari
Komponen PK-RT sebesar 2,73 persen; diikuti oleh Komponen PMTB sebesar 1,47 persen.
Sementara sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia dari komponen lainnya sebesar 0,82
persen.

2. Pertumbuhan Ekonomi Triwulan IV-2019 Terhadap Triwulan IV-2018 (y-on-y)

Ekonomi Indonesia triwulan IV-2019 dibanding triwulan IV-2018 tumbuh sebesar


4,97 persen (y-on-y). Pertumbuhan tertinggi terjadi pada Komponen PK-RT sebesar 4,97
persen yang diikuti oleh Komponen PMTB sebesar 4,06 persen; Komponen PK-LNPRT
sebesar 3,53 persen; dan komponen PK-P sebesar 0,48 persen. Sementara itu, Komponen
Ekspor Barang dan Jasa dan Komponen Impor Barang dan Jasa mengalami kontraksi
masing-masing sebesar 0,39 persen dan 8,05 persen, namun impor merupakan faktor
pengurang dalam PDB.

3. Pertumbuhan Ekonomi Triwulan IV-2019 Terhadap Triwulan III-2019 (q-to-q)

Ekonomi Indonesia triwulan IV-2019 dibanding triwulan III-2019 (q-to-q)


mengalami kontraksi sebesar 1,74 persen. Hal ini disebabkan melambatnya pertumbuhan

[Type text]
Komponen PK-RT sebesar 0,04 persen dan terkontraksinya Komponen Ekspor Barang dan
Jasa sebesar 2,55 persen.

C. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB)

Struktur perekonomian Indonesia secara spasial tahun 2019 masih didominasi oleh
kelompok provinsi di Pulau Jawa yang memberikan kontribusi terhadap Produk Domestik
Bruto sebesar 59,00 persen, kemudian diikuti oleh Pulau Sumatera sebesar 21,32 persen,
Pulau Kalimantan 8,05 persen, Pulau Sulawesi 6,33 persen, dan sisanya 5,30 persen di
pulau-pulau lainnya.

 Pertumbuhan perekonomian indonesia 2020

Perekonomian Indonesia 2020 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Bruto


(PDB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp15.434,2 triliun dan PDB per kapita mencapai
Rp56,9 Juta atau US$3.911,7.

Ekonomi Indonesia tahun 2020 mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 2,07


persen (c-to-c) dibandingkan tahun 2019. Dari sisi produksi, kontraksi pertumbuhan
terdalam terjadi pada Lapangan Usaha Transportasi dan Pergudangan sebesar 15,04 persen.
Sementara itu, dari sisi pengeluaran hampir semua komponen terkontraksi, Komponen
Ekspor Barang dan Jasa menjadi komponen dengan kontraksi terdalam sebesar 7,70 persen.
Sementara, Impor Barang dan Jasa yang merupakan faktor pengurang terkontraksi sebesar
14,71 persen. Ekonomi Indonesia triwulan IV-2020 terhadap triwulan IV-2019 mengalami
kontraksi pertumbuhan sebesar 2,19 persen (y-on-y). Dari sisi produksi, Lapangan Usaha
Transportasi dan Pergudangan mengalami kontraksi pertumbuhan terdalam sebesar 13,42
persen. Dari sisi pengeluaran, Komponen Ekspor Barang dan Jasa mengalami kontraksi
pertumbuhan terdalam sebesar 7,21 persen. Sementara, Impor Barang dan Jasa yang
merupakan faktor pengurang terkontraksi sebesar 13,52 persen.

Ekonomi Indonesia triwulan IV-2020 terhadap triwulan sebelumnya mengalami


kontraksi pertumbuhan sebesar 0,42 persen (q-to-q). Dari sisi produksi, kontraksi
pertumbuhan terdalam terjadi pada Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
sebesar 20,15 persen. Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Komponen
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (PK-P) yang tumbuh sebesar 27,15 persen.

[Type text]
Struktur ekonomi Indonesia secara spasial pada 2020 didominasi oleh kelompok
provinsi di Pulau Jawa sebesar 58,75 persen, dengan kinerja ekonomi yang mengalami
kontraksi pertumbuhan sebesar 2,51 persen.

A. PDB MENURUT LAPANGAN USAHA

1. Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2020 (c-to-c)

Ekonomi Indonesia tahun 2020 mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 2,07


persen. Lapangan usaha yang mengalami kontraksi pertumbuhan terdalam diantaranya
Transportasi dan Pergudangan sebesar 15,04 persen; Penyediaan Akomodasi dan Makan
Minum sebesar 10,22 persen; Jasa Perusahaan sebesar 5,44 persen; Jasa Lainnya sebesar
4,10 persen; dan Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor sebesar
3,72 persen. Sebaliknya, beberapa lapangan usaha masih mengalami pertumbuhan positif,
di antaranya; Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial sebesar 11,60 persen; Informasi dan
Komunikasi sebesar 10,58 persen; Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur
Ulang sebesar 4,94 persen; Real Estat sebesar 2,32 persen; dan Pertanian, Kehutanan dan
Perikanan sebesar 1,75 persen.

2. Pertumbuhan Ekonomi Triwulan IV-2020 Terhadap Triwulan IV-2019 (y-on-y)

Ekonomi Indonesia triwulan IV-2020 dibanding triwulan IV-2019 (y-on-y)


mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 2,19 persen. Lapangan usaha yang mengalami
kontraksi pertumbuhan signifikan adalah Transportasi dan Pergudangan sebesar 13,42
persen; Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum sebesar 8,88 persen; dan Jasa
Perusahaan sebesar 7,02 persen. Di sisi lain, beberapa lapangan usaha masih mengalami
pertumbuhan positif, di antaranya Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial sebesar 16,54
persen; Informasi dan Komunikasi sebesar 10,91 persen; dan Pengadaan Air, Pengelolaan
Sampah, Limbah dan Daur Ulang sebesar 4,98 persen.

3. Pertumbuhan Ekonomi Triwulan IV-2020 Terhadap Triwulan III-2020 (q-to-q)

Ekonomi Indonesia triwulan IV-2020 dibanding triwulan III-2020 (q-to-q)


mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 0,42 persen. Lapangan usaha yang mendorong
terjadinya kontraksi pertumbuhan terjadi pada Pertanian, Kehutanan dan Perikanan sebesar
20,15 persen; Perdagangan Besar dan Eceran Reparasi Mobil dan Sepeda Motor sebesar
0,87 persen; dan Industri Pengolahan sebesar 0,38 persen. Pertumbuhan tertinggi dicapai

[Type text]
oleh Lapangan Usaha Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
sebesar 8,95 persen; Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum sebesar 5,86 persen; dan
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial sebesar 5,78 persen.

B. PDB MENURUT PENGELUARAN

1. Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2020 (c-to-c)

Ekonomi Indonesia sampai dengan tahun 2020 mengalami kontraksi pertumbuhan


sebesar 2,07 persen. Kontraksi terjadi pada hampir semua komponen PDB Pengeluaran,
kecuali Komponen PK-P yang tumbuh sebesar 1,94 persen. Kontraksi terdalam terjadi pada
Komponen Ekspor Barang dan Jasa sebesar 7,70 persen, diikuti Komponen Pembentukan
Modal Tetap Bruto (PMTB), Pengeluaran Konsumsi Lembaga Nonprofit yang Melayani
Rumah Tangga (PK-LNPRT), dan Komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (PK-
RT) yang masing-masing sebesar 4,95 persen; 4,29 persen; dan 2,63 persen. Sementara itu,
Komponen Impor Barang dan Jasa (yang merupakan faktor pengurang dalam PDB menurut
pengeluaran) mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 14,71 persen.

2. Pertumbuhan Ekonomi Triwulan IV-2020 Terhadap Triwulan IV-2019 (y-on-y)

Ekonomi Indonesia pada triwulan IV-2020 terhadap triwulan IV-2019 (y-on-y)


mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 2,19 persen. Kontraksi terjadi pada hampir
semua komponen pengeluaran, kecuali Komponen PK-P yang tumbuh sebesar 1,76 persen.
Pertumbuhan negatif terutama terjadi pada Komponen Ekspor Barang dan Jasa sebesar 7,21
persen; diikuti Komponen PMTB sebesar 6,15 persen; dan Komponen PK-RT sebesar 3,61
persen. Sementara itu, Komponen Impor Barang dan Jasa mengalami kontraksi
pertumbuhan sebesar 13,52 persen.

3. Pertumbuhan Ekonomi Triwulan IV-2020 Terhadap Triwulan III-2020 (q-to-q)

Ekonomi Indonesia triwulan IV-2020 dibanding triwulan III-2020 (q-to-q)


mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 0,42 persen. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada
Komponen PK-P sebesar 27,15 persen; diikuti Komponen PMTB sebesar 4,19 persen; dan
Komponen Ekspor Barang dan Jasa sebesar 2,41 persen. Sementara itu, Komponen Impor
Barang dan Jasa tumbuh sebesar 16,28 persen.

[Type text]
C. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB)

Struktur perekonomian Indonesia secara spasial pada tahun 2020 masih didominasi
oleh kelompok provinsi di Pulau Jawa yang memberikan kontribusi terhadap PDB sebesar
58,75 persen; kemudian diikuti oleh Pulau Sumatera sebesar 21,36 persen; Pulau
Kalimantan sebesar 7,94 persen; Pulau Sulawesi sebesar 6,66 persen; Pulau Bali dan Nusa
Tenggara sebesar 2,94 persen; serta Pulau Maluku dan Papua sebesar 2,35 persen.

Dampak pandemi COVID-19 dirasakan dengan level kontraksi pertumbuhan yang


bervariasi antarpulau. Kelompok pulau yang mengalami kontraksi pertumbuhan (c-to-c)
meliputi Pulau Bali dan Nusa Tenggara sebesar 5,01 persen; Pulau Jawa sebesar 2,51
persen; Pulau Kalimantan sebesar 2,27 persen; dan Pulau Sumatera sebesar 1,19 persen.
Sebaliknya, dampak COVID-19 relatif tidak terlalu parah pada kelompok pulau yang
mengalami peningkatan pertumbuhan yang meliputi Pulau Sulawesi tumbuh sebesar 0,23
persen dan Pulau Maluku dan Papua sebesar 1,44 persen.

 Pertumbuhan perekonomian indonesia 2021

Perekonomian Indonesia 2021 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Bruto


(PDB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp16.970,8 triliun dan PDB per kapita mencapai
Rp62,2 juta atau US$4.349,5.

Ekonomi Indonesia tahun 2021 tumbuh sebesar 3,69 persen, lebih tinggi dibanding
capaian tahun 2020 yang mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 2,07 persen. Dari sisi
produksi, pertumbuhan tertinggi terjadi pada Lapangan Usaha Jasa Kesehatan dan Kegiatan
Sosial sebesar 10,46 persen. Sementara dari sisi pengeluaran pertumbuhan tertinggi dicapai
oleh Komponen Ekspor Barang dan Jasa sebesar 24,04 persen. Ekonomi Indonesia triwulan
IV-2021 terhadap triwulan IV-2020 mengalami pertumbuhan sebesar 5,02 persen (y-on-y).
Dari sisi produksi, Lapangan Usaha Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial mengalami
pertumbuhan tertinggi sebesar 12,16 persen. Sementara dari sisi pengeluaran, Komponen
Ekspor Barang dan Jasa mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 29,83 persen.

Ekonomi Indonesia triwulan IV-2021 terhadap triwulan sebelumnya mengalami


pertumbuhan sebesar 1,06 persen (q-to-q). Dari sisi produksi, Lapangan Usaha
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib mengalami

[Type text]
pertumbuhan tertinggi sebesar 22,20 persen. Dari sisi pengeluaran, Komponen Pengeluaran
Konsumsi Pemerintah (PK-P) mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 33,00 persen. „

Struktur ekonomi Indonesia secara spasial tahun 2021 didominasi oleh kelompok
provinsi di Pulau Jawa yang memberikan kontribusi ekonomi sebesar 57,89 persen dan
kinerja ekonomi yang mengalami pertumbuhan sebesar 3,66 persen.

A. PDB Menurut Lapangan Usaha

1. Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2021 (c-to-c)

Ekonomi Indonesia tahun 2021 tumbuh sebesar 3,69 persen. Pertumbuhan terjadi
pada hampir seluruh lapangan usaha. Lapangan usaha yang mengalami pertumbuhan
tertinggi adalah Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 10,46 persen; diikuti Informasi dan
Komunikasi sebesar 6,81 persen; dan Pengadaan Listrik dan Gas sebesar 5,55 persen.
Sementara itu, Industri Pengolahan yang memiliki peran dominan tumbuh 3,39 persen.
Sedangkan Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan serta Perdagangan Besar dan Eceran,
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor masing-masing tumbuh sebesar 1,84 persen dan 4,65
persen.

2. Pertumbuhan Ekonomi Triwulan IV-2021 Terhadap Triwulan IV-2020 (y-on-y)

Ekonomi Indonesia triwulan IV-2021 terhadap triwulan IV-2020 (y-on-y) tumbuh


sebesar 5,02 persen. Pertumbuhan terjadi pada sebagian besar lapangan usaha. Lapangan
usaha yang tumbuh signifikan adalah Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial sebesar 12,16
persen; diikuti Transportasi dan Pergudangan sebesar 7,93 persen; serta Pengadaan Listrik
dan Gas sebesar 7,81 persen. Sementara itu, Industri Pengolahan yang memiliki peran
dominan tumbuh 4,92 persen. Sedangkan Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan serta
Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor masing-masing tumbuh
sebesar 2,28 persen dan 5,56 persen.

3. Pertumbuhan Ekonomi Triwulan IV-2021 Terhadap Triwulan III-2021 (q-to-q)

Ekonomi Indonesia pada triwulan IV-2021 tumbuh sebesar 1,06 persen (q-to-q)
dibanding triwulan III-2021. Lapangan Usaha Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan
Jaminan Sosial Wajib tumbuh signifikan sebesar 22,20 persen; diikuti Transportasi dan
Pergudangan sebesar 14,24 persen; serta Jasa Pendidikan sebesar 13,61 persen. Sementara
itu, Industri Pengolahan yang memiliki peran dominan tumbuh 0,82 persen. Sementara

[Type text]
untuk Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan serta Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi
Mobil dan Sepeda Motor masing-masing mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 19,46
persen dan 0,44 persen.

B. PDB Menurut Pengeluaran

1. Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2021 (c-to-c)

Ekonomi Indonesia tahun 2021 tumbuh sebesar 3,69 persen. Pertumbuhan terjadi
pada semua Komponen Pengeluaran. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada Komponen Ekspor
Barang dan Jasa sebesar 24,04 persen; diikuti Komponen PK-P sebesar 4,17 persen;
Komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar 3,80 persen; Komponen
Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (PK-RT) sebesar 2,02 persen; dan Komponen
Pengeluaran Konsumsi Lembaga Nonprofit yang Melayani Rumah Tangga (PK-LNPRT)
sebesar 1,59 persen. Sementara itu, Komponen Impor Barang dan Jasa (yang merupakan
faktor pengurang dalam PDB menurut pengeluaran) tumbuh sebesar 23,31 persen.

2. Pertumbuhan Ekonomi Triwulan IV-2021 Terhadap Triwulan IV-2020 (y-on-y)

Ekonomi Indonesia triwulan IV-2021 terhadap triwulan IV-2020 tumbuh sebesar


5,02 persen (y-on-y). Pertumbuhan tertinggi terjadi pada Komponen Ekspor Barang dan
Jasa sebesar 29,83 persen; diikuti Komponen PK-P sebesar 5,25 persen; Komponen PMTB
sebesar 4,49 persen; Komponen PK-RT sebesar 3,55 persen; dan Komponen PK-LNPRT
sebesar 3,29 persen. Sementara itu, Komponen Impor Barang dan Jasa tumbuh sebesar
29,60 persen.

3. Pertumbuhan Ekonomi Triwulan IV-2021 Terhadap Triwulan III-2021 (q-to-q)

Ekonomi Indonesia pada triwulan IV-2021 dibanding triwulan III-2021 (q-to-q)


tumbuh sebesar 1,06 persen. Pertumbuhan terjadi pada semua Komponen Pengeluaran.
Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Komponen PK-P sebesar 33,00 persen; diikuti oleh
Komponen PMTB; Komponen Ekspor Barang dan Jasa; dan Komponen PK-RT yang
masing-masing tumbuh sebesar 4,96 persen; 3,90 persen; dan 3,02 persen. Sementara itu,
Komponen Impor Barang dan Jasa tumbuh sebesar 15,05 persen.

C. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

[Type text]
Kelompok provinsi di Pulau Jawa masih mendominasi struktur perekonomian
Indonesia secara spasial pada tahun 2021 dengan kontribusi sebesar 57,89 persen; diikuti
Pulau Sumatera sebesar 21,70 persen; Pulau Kalimantan sebesar 8,25 persen; Pulau
Sulawesi sebesar 6,89 persen; Pulau Bali dan Nusa Tenggara sebesar 2,78 persen; serta
Pulau Maluku dan Papua sebesar 2,49 persen. Selama tahun 2021, sinyal pemulihan
perekonomian dari efek pandemi COVID-19 mulai terlihat pada semua kelompok pulau.
Pertumbuhan tertinggi (c-to-c) tercatat terjadi di kelompok Pulau Maluku dan Papua yang
tumbuh sebesar 10,09 persen; diikuti Pulau Sulawesi sebesar 5,67 persen; Pulau Jawa
sebesar 3,66 persen; dan Pulau Sumatera bersama Pulau Kalimantan sebesar 3,18 persen.
Selanjutnya, kelompok provinsi di Pulau Bali dan Nusa Tenggara, yang ekonominya
banyak dipengaruhi oleh aktivitas pariwisata, tumbuh sebesar 0,07 persen.

[Type text]
C. PENGGANGGURAN

2) Pengertian Penggangguran
Pengangguran atau orang yang menganggur adalah mereka yang tidak
mempunyai pekerjaan dan sedang tidak aktif mencari pekerjaan Kategori orang
yang menganggur biasanya adalah mereka yang tidak memiliki pekerjaan pada
usia kerja dan masanya kerja. Usia kerja biasanya usia yang tidak dalam masa
sekolah tetapi di atas usia anak-anak (relatif di atas 6 – 18 tahun, yaitu masa
pendidikan dari SD – tamat SMU). Sedangkan di atas usia 18, namun masih
sekolah dapatlah dikategorikan sebagai penganggur, meski untuk hal ini masih
banyak yang memperdebatkannya.Pengangguran pada dasarnya tidak bisa
dihilangkan sepenuhnya, karena bagaimanapun baik dan hebatnya kemampuan
suatu bangsa dalam menangani perekonomiannya, tetap saja pengangguran itu
ada. Akan tetapi mashab klasik dengan salah satu teorinya yang terkenal sebagai
hukum “Say” dari Jean Baptiste Say yang mengatakan bahwa “Supply creats its
own demand” atau penawaran menciptakan permintaannya sendiri menjelaskan
bahwa bila ini benar terjadi, maka pengangguran tidak aka nada, dan bila pun ada
tidak akan berlangsung lama, karena akan pulih kembali.
pengangguran selalu menjadi masalah, bukan saja karena pengangguran
berarti pemborosan dana. Akan tetapi, juga memberikan dampak social yang tidak
baik misalkan akan semakin meningkatnya tindakan kriminal dan pelanggaran
moral. Akan tetapi, di sisi lain pengangguran atau menganggur umumnya
dilakukan dengan suka rela, baik karena memilih pekerjaan, menunggur pekerjaan
yang sesuai, keluar dari pekerjaan lama untuk mencari pekerjaan baru karena
alasan jenuh, bosan atau tidak cocok dengan pekerjaan dan perusahaan, dan
berbagai macam alasan lainnya.
3) Jenis – jenis pengangguran
Berdasarkan penyebab terjadinya :
 Pengangguran friksional : sifatnya sementara disebabkan oleh kendala
waktu, informasi dan kondisi geografis antara pelamar dengan pembuka
lamaran pekerjaan. Ini terjadi karena pelamar kerja tidak mampu
memenuhi syarat yang dibutuhkan oleh pembuka lamaran kerja.

[Type text]
 Pengangguran konjungtural : pengangguran yang disebabkan oleh naik
turunnya siklus ekonomi.
 Pengangguran struktural : pengangguran yang diakibatkan oleh
perubahan struktur ekonomi dan corak ekonomi dalam jangka panjang.
 Pengangguran musiman : keadaan menganggur yang disebabkan oleh
fluktuasi ekonomi jangka pendek yang menyebabkan tenaga kerja untuk
menganggur.
 Pengangguran siklikal : pengangguran yang menganggur akibat imbas
naik turun siklus ekonomi sehingga permintaan tenaga kerja lebih rendah
daripada penawaran kerja.
 Pengangguran teknologi : pengangguran yang disebabkan adanya
Perubahan tenaga manusia menjadi tenaga mesin.
 Pengangguran siklus : pengangguran yang diakibatkan oleh menurunnya
kegiatan perekonomian karena terjadi resesi.
Berdasarkan cirinya :
 Pengangguran Terbuka : Pengangguran ini tercipta sebagai akibat
pertambahan lowongan pekerjaan yang lebih rendah dari pertambahan
tenaga kerja
 Pengangguran Tersembunyi : Di banyak negara berkembang, seringkali
didapati bahwa jumlah pekerja dalam suatu kegiatan ekonomi adalah
lebih banyak dari yang sebenarnya diperlukan supaya ia dapat
menjalankan kegiatannya dengan efisien.
 Pengangguran Bermusim : Pengangguran ini terutama terdapat di sektor
pertanian dan perikanan. Pada musim hujan penyadap karet dan nelayan
tidak dapat melakukan pekerjaan mereka dan terpaksa menganggur.
 Setengah Menganggur : Di negara – negara berkembang penghijrahan
atau migrasi dari desa ke kota adalah sangat pesat.
4) Akibat Penggangguran
Bagi perekonomian Indonesia:
1. Penurunan pendapatan perkapita.
2. Penurunan pendapatan pemerintah yang berasal dari pajak.
3. Meningkatnya biaya sosial yang harus dikeluarkan pemerintah.
Bagi masyarakat :
1. Menjadi beban psikologis dan psikis.
2. Dapat menghilangkan keterampilan karena tidak pernah dipakai untuk
bekerja.
3. Menimbulkan ketidakstabilan sosial dan politik, sperti meningkatnya
tindak kriminalitas.
5) Hubungan Antara Inflasi dan Penggangguran
Dalam kondisi tingkat inflasi yang relatif tinggi, maka secara teoritis para
pengangguran akan banyak memperoleh pekerjaan, bukan saja karena banyak
masyarakat membutuhkan tenaganya, tetapi juga para produsen seharusnya akan
memanfaatkan momentum kenaikan harga barang dengan menambah produksinya

[Type text]
yang tentu saja harus membuka kapasitas produksi baru dan ini tentu memerlukan
tenaga kerja baru sampai pada tingkat full employment.
Sampai sebegitu jauh agaknya inflasi yang tinggi banyak memberikan dampak
yang negatif daripada positif bagi suatu bangsa dalam perekonomiannya.
Alasannya, sederhana saja karena banyak negara yang mengelola ekonominya
tidak efisien, hambatan investasi, dan masih tergantung sangat besar (baik dari
segi kualitas maupun kuantitas) pada bahan baku impor. Kenyataannya inflasi
yang relatif tinggi membuat masyarakat hidup berhemat, banyak PHK dan
penurunan jumlah produksi sehingga terjadi kelangkaan barang di pasar, dan ini
justru akan menjadi inflasi yang sudah tinggi menjadi lebih tinggi.
Dengan demikian, makin besar kelebihan permintaantenaga kerja, maka tingkat
upah akan semakin besar, ini berarti tingkat pengangguran akan semakin
kecil/rendah. Karena hubungan antara kelebihan permintaan tenaga kerja
sebanding dengan kenaikan upah, maka berarti bila tingkat upah tinggi maka
pengangguran rendah, sebaliknya bila tingkat upah rendah, maka pengangguran
tinggi. Namun, bila dibalik pernyataannya menjadi bila tingkat pengangguran
tinggi, maka upah rendah dan bila pengangguran rendah maka upah tinggi. Perlu
diingat bahwa asumsi dasar dari teori ini adalah bahwa bila upah riil sama dengan
upah nominal, dimana upah riil adalah upah nominal dibagi dengan harga yang
berlaku.Yang menjadi pertanyaan adalah dimanakah hubungan antara tingkat
upah dengan inflasi sehubungan dengan penjelasan teoritis. Lihatlah kembali salah
satu penyebab inflasi yang dijelaskan di atas, yaitu cost push inflation, dimana
salah satu penyebab naiknya harga barang adalah adanya tuntutan kenaikan
upah,sehingga untuk mengatasi biaya produksi dan operasi, maka harga produk
dijual dengan harga relatif mahal dari sebelumnya (artinya manakala upah tinggi,
maka tingkat inflasi tinggi, dan sebaliknya).
 pengangguran di indonesia tahun 2017

Tingkat Pengangguran Terbuka Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan 2 2017


Tidak/Belum Pernah Sekolah/Belum Tamat & Tamat SD 2.62
SMP 5.52
SMA umum 8.32
SMA Kejuruan 11.38
Diploma I/II/III 6.86
Universitas 5.25

Tingkat Setengah Pengangguran Menurut Tingkat Pendidikan (Persen)


Tingkat pendidikan 2 2017
Tidak/Belum Pernah Sekolah/Belum Tamat & Tamat SD 8.37
SMP 8.41
SMA umum 7.60

[Type text]
SMA Kejuruan 5.82
Diploma I/II/III 4.75
Universitas 4.81

Sebanyak 128,06 juta penduduk Indonesia adalah angkatan kerja, jumlahnya


bertambah 2,62 juta orang dari Agustus 2016. Sejalan dengan itu, Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja (TPAK) juga meningkat 0,33 poin. Dalam setahun terakhir, pengangguran
bertambah 10 ribu orang, sementara TPT turun sebesar 0,11 poin. Dilihat dari tingkat
pendidikan, TPT untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) paling tinggi diantara tingkat
pendidikan lain, yaitu sebesar 11,41 persen. Penduduk yang bekerja sebanyak 121,02 juta
orang, bertambah 2,61 juta orang dari Agustus 2016. Sektor-sektor yang mengalami
peningkatan persentase penduduk yang bekerja terutama pada Sektor Industri (0,93 poin),
Sektor Perdagangan(0,74poin),danSektorJasaKemasyarakatan(0,49 poin). Sementara
sektor-sektor yang mengalami penurunan adalah Sektor Pertanian (2,21 poin), Sektor
Pertambangan (0,10 poin), dan Sektor Konstruksi (0,01 poin).

Sebanyak 69,02 juta orang (57,03 persen) penduduk bekerja di kegiatan informal,
akan tetapi persentasenya menurun sebesar 0,57 poin dibanding Agustus 2016. Dari
121,02jutaorang yangbekerja,sebesar7,55persenmasuk kategori setengah menganggur dan
20,40 persen pekerja paruh waktu. Dalam setahun terakhir, setengah penganggur turun
sebesar 0,03 poin, sementara pekerja paruh waktu naik sebesar 0,76 poin.

Angkatan Kerja, Penduduk Bekerja, dan Pengangguran

Jumlah angkatan kerja pada Agustus 2017 sebanyak 128,06 juta orang, naik 2,62
juta orang dibanding Agustus 2016 (setahun yang lalu). Komponen pembentuk angkatan
kerja adalah penduduk yang bekerja dan pengangguran. Pada Agustus 2017, sebanyak
121,02 juta orang penduduk bekerja dan sebanyak 7,04 juta orang menganggur. Dibanding
setahun yang lalu, jumlah penduduk bekerja dan pengangguran masing-masing bertambah
2,61 juta orang dan 10 ribu orang.

Sejalan dengan naiknya jumlah angkatan kerja, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
(TPAK) juga meningkat. TPAK pada Agustus 2017 tercatat sebesar 66,67 persen,
meningkat 0,33 poin dibanding setahun yang lalu. Kenaikan TPAK memberikan indikasi
adanya kenaikan potensi ekonomi dari sisi pasokan (supply) tenaga kerja. Berdasarkan jenis
kelamin, terdapat perbedaan TPAK antara laki-laki dan perempuan. Pada Agustus 2017,

[Type text]
TPAK laki-laki sebesar 82,51 persen sementara TPAK perempuan hanya sebesar 50,89
persen. Dibandingkan dengan kondisi seta,hun yang lalu, baik TPAK laki-laki maupun
perempuan mengalami kenaikan, masing-masing sebesar 0,54 poin dan 0,12 poin.

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) adalah indikator yang dapat digunakan untuk
mengukur tingkat penawaran tenaga kerja yang tidak digunakan atau tidak terserap oleh
pasar kerja. TPT pada Agustus 2016 sebesar 5,61 persen, turun menjadi 5,50 persen pada
Agustus 2017. Dilihat dari daerah tempat tinggalnya, TPT di perkotaan tercatat lebih tinggi
dibanding di perdesaan. Pada Agustus 2017, TPT di perkotaan sebesar 6,79 persen,
sedangkan TPT pada wilayah perdesaan sebesar 4,01 persen. Dibandingkan setahun yang
lalu, TPT wilayah perdesaan mengalami penurunan (0,50 poin), sementara peningkatan
terjadi pada perkotaan (0,19 poin).

Dilihat dari tingkat pendidikan pada Agustus 2017, TPT untuk Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) paling tinggi diantara tingkat pendidikan lain yaitu sebesar 11,41 persen.
TPT tertinggi berikutnya terdapat pada Sekolah Menengah Atas (SMA) sebesar 8,29
persen. Dengan kata lain, ada penawaran tenaga kerja yang tidak terserap terutama pada
tingkat pendidikan SMK dan SMA. Mereka yang berpendidikan rendah cenderung mau
menerima pekerjaan apa saja, dapat dilihat dari TPT SD ke bawah paling kecil diantara
semua tingkat pendidikan yaitu sebesar 2,62 persen. Dibandingkan kondisi setahun yang
lalu, TPT mengalami peningkatan pada tingkat pendidikan Diploma I/II/III, Universitas,
dan SMK, sedangkan TPT pada tingkat pendidikan lainnya menurun.

 Pengangguran di indonesia 2018

Tingkat Pengangguran Terbuka Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan 2 2018


Tidak/Belum Pernah Sekolah/Belum Tamat & Tamat SD 2.40
SMP 4.77
SMA umum 7.90
SMA Kejuruan 11.18
Diploma I/II/III 6.00
Universitas 5.88

Tingkat Setengah Pengangguran Menurut Tingkat Pendidikan (Persen)


Tingkat pendidikan 2 2018
Tidak/Belum Pernah Sekolah/Belum Tamat & Tamat SD 7.38
SMP 7.11

[Type text]
SMA umum 6.72
SMA Kejuruan 5.89
Diploma I/II/III 3.78
Universitas 3.79
Jumlah angkatan kerja pada Agustus 2018 sebanyak 131,01 juta orang, naik 2,95
juta orang dibanding Agustus 2017. Sejalan dengan itu, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
(TPAK) juga meningkat 0,59 persen poin. Dalam setahun terakhir, pengangguran
berkurang 40 ribu orang, sejalan dengan TPT yang turun menjadi 5,34 persen pada Agustus
2018. Dilihat dari tingkat pendidikan, TPT untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
masih mendominasi di antara tingkat pendidikan lain, yaitu sebesar 11,24 persen.

Penduduk yang bekerja sebanyak 124,01 juta orang, bertambah 2,99 juta orang dari
Agustus 2017. Lapangan pekerjaan yang mengalami peningkatan persentase penduduk
yang bekerja terutama pada Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum (0,47 persen poin),
Industri Pengolahan (0,21 persen poin), dan Transportasi (0,17 persen poin). Sementara
lapangan pekerjaan yang mengalami penurunan utamanya pada Pertanian (0,89 persen
poin), Jasa Lainnya (0,11 persen poin), dan Jasa Pendidikan (0,05 persen poin).

Sebanyak 70,49 juta orang (56,84 persen) bekerja pada kegiatan informal. Selama
setahun terakhir, pekerja informal turun sebesar 0,19 persen poin dibanding Agustus 2017.
Persentase tertinggi pada Agustus 2018 adalah pekerja penuh (jam kerja minimal 35 jam
per minggu) sebesar 71,31 persen. Sementara penduduk yang bekerja dengan jam kerja 1–7
jam memiliki persentase yang paling kecil, yaitu sebesar 2,14 persen. Sementara itu,
pekerja tidak penuh terbagi menjadi dua, yaitu pekerja paruh waktu (22,07 persen) dan
pekerja setengah penganggur (6,62 persen)

Angkatan Kerja, Penduduk Bekerja, dan Pengangguran

Jumlah angkatan kerja pada Agustus 2018 sebanyak 131,01 juta orang, naik 2,95
juta orang dibanding Agustus 2017. Komponen pembentuk angkatan kerja adalah penduduk
yang bekerja dan pengangguran. Pada Agustus 2018, sebanyak 124,01 juta orang adalah
penduduk bekerja, sedangkan sebanyak 7 juta orang menganggur. Dibanding setahun yang
lalu, jumlah penduduk bekerja bertambah 2,99 juta orang, sedangkan pengangguran
berkurang 40 ribu orang. Sejalan dengan naiknya jumlah angkatan kerja, Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja (TPAK) juga meningkat. TPAK pada Agustus 2018 tercatat sebesar 67,26
persen, meningkat 0,59 persen poin dibanding setahun yang lalu. Kenaikan TPAK
memberikan indikasi adanya kenaikan potensi ekonomi dari sisi pasokan (supply) tenaga

[Type text]
kerja. Berdasarkan jenis kelamin, terdapat perbedaan TPAK antara laki-laki dan
perempuan. Pada Agustus 2018, TPAK laki-laki sebesar 82,69 persen, sedangkan TPAK
perempuan hanya sebesar 51,88 persen. Dibandingkan dengan kondisi setahun yang lalu,
TPAK laki-laki dan perempuan masing-masing meningkat sebesar 0,18 persen poin dan
0,99 persen poin.

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) adalah indikator yang dapat digunakan untuk
mengukur tingkat penawaran tenaga kerja yang tidak digunakan atau tidak terserap oleh
pasar kerja. TPT pada Agustus 2017 sebesar 5,50 persen, turun menjadi 5,34 persen pada
Agustus 2018.

Dilihat dari daerah tempat tinggalnya, TPT di perkotaan tercatat lebih tinggi
dibanding di perdesaan. Pada Agustus 2018, TPT di wilayah perkotaan sebesar 6,45 persen,
sedangkan TPT di perdesaan hanya sebesar 4,04 persen. Dibandingkan setahun yang lalu,
TPT di perkotaan mengalami penurunan sebesar 0,34 persen poin, sedangkan TPT
perdesaan meningkat sebesar 0,03 persen poin.

Dilihat dari tingkat pendidikan pada Agustus 2018, TPT untuk Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) masih mendominasi di antara tingkat pendidikan lain, yaitu sebesar 11,24
persen. TPT tertinggi berikutnya terdapat pada Sekolah Menengah Atas (SMA) sebesar
7,95 persen. Dengan kata lain, ada penawaran tenaga kerja yang tidak terserap, terutama
pada tingkat pendidikan SMK dan SMA. Mereka yang berpendidikan rendah cenderung
mau menerima pekerjaan apa saja, dapat dilihat dari TPT SD ke bawah paling kecil di
antara semua tingkat pendidikan, yaitu sebesar 2,43 persen. Dibandingkan kondisi setahun
yang lalu, peningkatan TPT hanya terjadi pada tingkat pendidikan Universitas, sedangkan
TPT pada tingkat pendidikan lainnya.

 Pengangguran di indonesia 2019

Tingkat Pengangguran Terbuka Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan 2 2019


Tidak/Belum Pernah Sekolah/Belum Tamat & Tamat SD 2.39
SMP 4.72
SMA umum 7.87
SMA Kejuruan 10.36
Diploma I/II/III 5.95
Universitas 5.64

[Type text]
Tingkat Setengah Pengangguran Menurut Tingkat Pendidikan (Persen)

Tingkat pendidikan 2 2019


Tidak/Belum Pernah Sekolah/Belum Tamat & Tamat SD 7.18
SMP 7.04
SMA umum 6.36
SMA Kejuruan 5.40
Diploma I/II/III 3.73
Universitas 4.23

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) mengalami penurunan sejak tahun 2015


sampai dengan tahun 2019. Pada Agustus 2019, TPT turun menjadi 5,28 persen
dibandingkan tahun lalu yang sebesar 5,34 persen. Terdapat 5 orang penganggur dari 100
orang angkatan kerja di Indonesia. Sejalan dengan naiknya jumlah angkatan kerja, Tingkat
Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) juga mengalami peningkatan. TPAK Agustus 2019
sebesar 67,49 persen, meningkat 0,23 persen poin dibandingkan tahun lalu. Peningkatan
TPAK memberikan indikasi potensi ekonomi dari sisi pasokan (supply) tenaga kerja yang
meningkat. Dilihat dari tren lapangan pekerjaan selama Agustus 2018-Agustus 2019,
lapangan pekerjaan yang mengalami peningkatan persentase terutama pada Penyediaan
Akomodasi dan Makan Minum (0,50 persen poin), Industri Pengolahan (0,24 persen poin),
dan Perdagangan (0,20 persen poin). Sementara lapangan pekerjaan yang mengalami
penurunan terutama pada Pertanian (1,46 persen poin), Jasa Keuangan (0,06 persen poin),
dan Pertambangan (0,04 persen poin). Pekerja formal yaitu mereka yang berusaha dibantu
buruh tetap dan yang menjadi buruh/karyawan/pegawai. Terdapat sejumlah 56,02 juta
orang (44,28 persen) pekerja formal. Sedangkan penduduk yang bekerja pada kegiatan
informal (mencakup berusaha sendiri, berusaha dibantu buruh tidak tetap, pekerja bebas,
dan pekerja tak dibayar) ada sebanyak 70,49 juta orang (55,72 persen).

Sakernas Agustus 2019 mencatat ada sejumlah 8,13 juta orang setengah
pengangguran (orang yang bekerja kurang dari 35 jam seminggu dan masih mencari
pekerjaan atau masih bersedia menerima pekerjaan) dan 28,41 juta orang pekerja paruh
waktu (orang yang bekerja di bawah jam kerja normal kurang dari 35 jam seminggu tetapi
tidak mencari pekerjaan atau tidak bersedia menerima pekerjaan lain).

 Angkatan Kerja, Penduduk Bekerja, dan Pengangguran

[Type text]
Jumlah angkatan kerja pada Agustus 2019 sebanyak 133,56 juta orang, naik 2,55
juta orang dibanding Agustus 2018. Komponen pembentuk angkatan kerja adalah penduduk
yang bekerja dan pengangguran. Pada Agustus 2019, sebanyak 126,51 juta orang adalah
penduduk bekerja dan sebanyak 7,05 juta orang menganggur. Dibanding setahun yang lalu,
jumlah penduduk bekerja bertambah 2,50 juta orang dan pengangguran meningkat 50 ribu
orang. Sejalan dengan naiknya jumlah angkatan kerja, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
(TPAK) juga meningkat. TPAK pada Agustus 2019 tercatat sebesar 67,49 persen,
meningkat 0,23 persen poin dibandingkan Agustus 2018. Peningkatan TPAK memberikan
indikasi adanya potensi ekonomi dari sisi pasokan (supply) tenaga kerja yang juga
meningkat. Pada periode Agustus 2015-Agustus 2019, TPAK mengalami peningkatan
sebesar 1,73 persen poin. Berdasarkan jenis kelamin, terdapat perbedaan TPAK antara laki-
laki dan perempuan. Pada Agustus 2019, TPAK laki-laki sebesar 83,13 persen dan TPAK
perempuan sebesar 51,89 persen. Selama tahun 2015-2019, TPAK perempuan mengalami
peningkatan yang lebih tinggi (3,02 persen poin) dibandingkan TPAK laki-laki (0,42 persen
poin).

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) merupakan indikator untuk mengukur tenaga


kerja yang tidak terserap oleh pasar kerja. TPT mengalami penurunan dari Agustus 2015
sampai dengan Agustus 2019 sebesar 0,90 persen poin. TPT pada Agustus 2018 sebesar
5,34 persen turun menjadi 5,28 persen pada Agustus 2019. Hal ini berarti dari 100 orang
angkatan kerja, terdapat sekitar 5 orang penganggur. Pada Agustus 2019, TPT laki-laki
sebesar 5,31 persen, lebih tinggi dari TPT perempuan yang sebesar 5,23 persen (Gambar 1).
Dibandingkan setahun yang lalu, penurunan TPT laki-laki (0,09 persen poin) lebih tinggi
dibandingkan penurunan TPT perempuan (0,03 persen poin).Dari Agustus 2015-Agustus
2019, TPT pada seluruh jenjang pendidikan mengalami penurunan sebesar 0,3 sampai 2,4
persen poin. Pada Agustus 2019, TPT untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) masih
yang paling tinggi diantara tingkat pendidikan lain (10,42 persen), sedangkan TPT terendah
adalah pada jenjang pendidikan SD (2,41 persen).Dilihat dari tren Agustus 2015-Agustus
2019, TPT pada semua kelompok umur mengalami penurunan yang cukup signifikan
sebesar 0,01 sampai 4 persen poin. Semakin tinggi umur seseorang, maka TPT akan
cenderung menurun. Pada Agustus 2019, TPT penduduk umur muda (15-24) tertinggi
dibanding kelompok umur lain, yaitu sebesar 18,62 persen. Sedangkan, TPT penduduk
lansia paling kecil diantara semua kelompok umur yaitu sebesar 0,66 persen.

 Setengah Pengangguran Menurut Jenis Kelamin


[Type text]
Setengah pengangguran adalah mereka yang jam kerjanya di bawah ambang batas
jam kerja normal (kurang dari 35 jam dalam seminggu), dan masih mencari atau menerima
pekerjaan tambahan. Dari tahun 2015-2019, tren tingkat setengah pengangguran menurun
sebesar 2,05 persen poin, dimana tingkat setengah pengangguran di Indonesia pada Agustus
2019 sebesar 6,43 persen. Dari 100 orang penduduk bekerja di Indonesia, terdapat sekitar 6
orang yang setengah pengangguran. Tingkat setengah pengangguran pada laki-laki sebesar
6,54 persen lebih tinggi dibanding perempuan yang sebesar 6,26 persen.

 Pengangguran di indonesia 2020

Tingkat Pengangguran Terbuka Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan 2 2020


Tidak/Belum Pernah Sekolah/Belum Tamat & Tamat SD 3.61
SMP 6.46
SMA umum 9.86
SMA Kejuruan 13.55
Diploma I/II/III 8.08
Universitas 7.35

Tingkat Setengah Pengangguran Menurut Tingkat Pendidikan (Persen)


Tingkat pendidikan 2 2020
Tidak/Belum Pernah Sekolah/Belum Tamat & Tamat SD 10.15
SMP 10.92
SMA umum 11.03
SMA Kejuruan 10.38
Diploma I/II/III 6.85
Universitas 8.06

Jumlah angkatan kerja pada Agustus 2020 sebanyak 138,22 juta orang, naik 2,36
juta orang dibanding Agustus 2019. Sejalan dengan kenaikan jumlah angkatan kerja,
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) juga naik sebesar 0,24 persen poin. Tingkat
pengangguran terbuka (TPT) Agustus 2020 sebesar 7,07 persen, meningkat 1,84 persen
poin dibandingkan dengan Agustus 2019. Penduduk yang bekerja sebanyak 128,45 juta
orang, turun sebanyak 0,31 juta orang dari Agustus 2019. Lapangan pekerjaan yang
mengalami peningkatan persentase terbesar adalah Sektor Pertanian (2,23 persen poin).
Sementara sektor yang mengalami penurunan terbesar yaitu Sektor Industri Pengolahan

[Type text]
(1,30 persen poin). Sebanyak 77,68 juta orang (60,47 persen) bekerja pada kegiatan
informal, naik 4,59 persen poin dibanding Agustus 2019.

Dalam setahun terakhir, persentase pekerja setengah penganggur dan persentase


pekerja paruh waktu naik masing-masing sebesar 3,77 persen poin dan 3,42 persen poin.
Terdapat 29,12 juta orang (14,28 persen) penduduk usia kerja yang terdampak Covid-19,
terdiri dari pengangguran karena Covid-19 (2,56 juta orang), Bukan Angkatan Kerja (BAK)
karena Covid-19 (0,76 juta orang), sementara tidak bekerja karena Covid-19 (1,77 juta
orang), dan penduduk bekerja yang mengalami pengurangan jam kerja karena Covid-19
(24,03 juta orang).

 Setengah Pengangguran Menurut Jenis Kelamin

Setengah pengangguran adalah mereka yang jam kerjanya dibawah jam kerja
normal (kurang dari 35 jam per minggu), dan masih mencari atau menerima pekerjaan lain.
Tingkat setengah pengangguran pada Agustus 2020 adalah sebanyak 10,19 persen. Hal ini
berarti dari 100 penduduk bekerja terdapat sekitar 10 orang yang termasuk setengah
penganggur. Tingkat setengah pengangguran Agustus 2020 mengalami peningkatan yang
cukup besar, yaitu 3,77 persen poin dibandingkan dengan Agustus 2019. Pada Agustus
2020, tingkat setengah pengangguran laki-laki sebesar 10,77 persen, sedangkan tingkat
setengah pengangguran perempuan sebesar 9,30 persen. Tingkat setengah pengangguran
laki-laki dan perempuan mengalami peningkatan masing-masing sebesar 4,25 persen poin
dan 3,05 persen poin selama setahun terakhir (Agustus 2019–Agustus 2020).

 Karakteristik Penganggur

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) merupakan indikator yang digunakan untuk


mengukur tenaga kerja yang tidak terserap oleh pasar kerja dan menggambarkan kurang
termanfaatkannya pasokan tenaga kerja. TPT hasil Sakernas Agustus 2020 sebesar 7,07
persen. Hal ini berarti dari 100 orang angkatan kerja, terdapat sekitar tujuh orang
penganggur. Pada Agustus 2020, TPT mengalami peningkatan yang cukup besar yaitu
sebesar 1,84 persen poin dibandingkan dengan Agustus 2019.

[Type text]
 TPT Menurut Jenis Kelamin

Pada Agustus 2020, TPT laki-lakisebesar 7,46 persen, lebih tinggi dibanding TPT
perempuan yang sebesar 6,46 persen. Dibandingkan Agustus 2019, TPT laki-laki naik 2,22
persen poin, sedangkan perempuan naik sebesar 1,24 persen poin.

 TPT Menurut Daerah Tempat Tinggal

Pada Agustus 2020, TPT perkotaan sebesar 8,98 persen lebih tinggi hampir dua kali
TPT di daerah perdesaan (4,71 persen). Dibandingkan Agustus 2019, TPT perkotaan naik
2,69 persen poin, sedangkan perdesaan naik sebesar 0,79 persen poin.

 TPT Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

Pada Agustus 2020, TPT masing-masing kategori pendidikan mengalami


peningkatan seiring dengan naiknya TPT nasional. TPT dari tamatan Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) masih merupakan yang paling tinggi dibandingkan tamatan jenjang
pendidikan lainnya, yaitu sebesar 13,55 persen. Sementara TPT yang paling rendah adalah
mereka dengan pendidikan Sekolah Dasar (SD) ke bawah, yaitu sebesar 3,61 persen.

 TPT Menurut Kelompok Umur

Pada Agustus 2020, TPT penduduk kelompok umur muda (15–24 tahun) merupakan
TPT tertinggi, yaitu mencapai 20,46 persen. Sementara itu, TPT penduduk kelompok umur
tua (60 tahun ke atas) merupakan yang paling rendah, yaitu sebesar 1,70 persen.
Dibandingkan Agustus 2019, terjadi peningkatan TPT pada semua kelompok umur, yaitu
1,77 persen poin untuk kelompok umur muda; 2,03 persen poin untuk kelompok umur 25–
59 tahun; dan 1,02 persen poin untuk kelompok umur 60 tahun ke atas.

 Pandemi Covid-19 dan Ketenagakerjaan di Indonesia

Penduduk usia kerja yang terdampak Covid-19 dikelompokkan menjadi empat


komponen yaitu a) Penganggur; b) Bukan angkatan kerja yang pernah berhenti bekerja pada
Februari-Agustus 2020; c) Penduduk yang bekerja dengan statussementara tidak bekerja;
dan d) Penduduk bekerja yang mengalami pengurangan jam kerja. Kondisi c) dan d)
merupakan dampak pandemi Covid-19 yang dirasakan oleh mereka yang saat ini masih
bekerja, sedangkan kondisi a) dan b) merupakan dampak pandemi Covid-19 pada mereka
yang berhenti bekerja.Dilihat dari jenis kelamin, penduduk usia kerja laki-laki yang

[Type text]
terdampak Covid-19 (17,75 juta orang) lebih besar daripada perempuan (11,37 juta orang).
Sementara itu, jika dilihat dari daerah tempat tinggal, penduduk usia kerja di perkotaan
yang terdampak Covid-19 sebanyak 20,56 juta orang, sedangkan di perdesaan sebanyak
8,56 juta orang.Apabila dilihat berdasarkan distribusi kelompok umur, kelompok umur
dewasa (25- 59 tahun) merupakan kelompok umur yang paling banyak terdampak Covid-19
pada semua komponen. Sementara pada kelompok umur muda (15-24 tahun) yang
terdampak paling besar pada komponen pengangguran karena Covid-19.

Pada kelompok umur tua (60 tahun ke atas) yang terdampak paling besar pada
komponen bukan angkatan kerja karena Covid-19. Sebagai salah satu upaya untuk
mengendalikan penyebaran Covid-19, pemerintah memberlakukan pembatasan mobilitas
penduduk, baik dalam skala nasional maupun regional. Hal tersebut berdampak pada
penurunan jumlah pekerja komuter dibandingkan dengan kondisi normal. Pada Agustus
2020, jumlah pekerja komuter di Indonesia sebesar 7,01 juta orang turun sebesar 21,07
persen jika dibandingkan dengan kondisi Agustus 2019 (8,89 juta orang). Fenomena
pekerja komuter biasanya ditemui di kota-kota besar. Arus pekerja komuter yang masuk ke
kota-kota besar secara umum mengalami penurunan. Persentase penurunan terbesar terjadi
di Kota Bandung, yaitu sebesar 32,91 persen. Provinsi DKI Jakarta, sebagai ibukota, juga
mengalami penurunan pekerja komuter yang cukup besar di lima wilayah kotanya yaitu
sekitar 19–32 persen. Sementara, Banjarmasin mengalami penurunan yang relatif kecil
yaitu sebesar 1,41 persen.

 Pengangguran di indonesia 2021

Tingkat Pengangguran Terbuka Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan 2 2021


Tidak/Belum Pernah Sekolah/Belum Tamat & Tamat SD 3.61
SMP 6.45
SMA umum 9.09
SMA Kejuruan 11.13
Diploma I/II/III 5.87
Universitas 5.98

Tingkat Setengah Pengangguran Menurut Tingkat Pendidikan (Persen)


Tingkat pendidikan 2 2021
Tidak/Belum Pernah Sekolah/Belum Tamat & Tamat SD 8.72
SMP 9.18
SMA umum 9.55

[Type text]
SMA Kejuruan 8.59
Diploma I/II/III 6.33
Universitas 7.07

Jumlah angkatan kerja pada Agustus 2021 sebanyak 140,15 juta orang, naik 1,93
juta orang dibanding Agustus 2020. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) naik
sebesar 0,03 persen poin. „ Penduduk yang bekerja sebanyak 131,05 juta orang, naik
sebanyak 2,60 juta orang dari Agustus 2020. Lapangan pekerjaan yang mengalami
peningkatan persentase terbesar adalah Sektor Industri Pengolahan (0,65 persen poin).
Sementara lapangan pekerjaan yang mengalami penurunan terbesar yaitu Sektor Pertanian,
Kehutanan, dan Perikanan (1,43 persen poin).

Sebanyak 77,91 juta orang (59,45 persen) bekerja pada kegiatan informal, turun
1,02 persen poin dibanding Agustus 2020. Persentase pekerja paruh waktu naik sebesar
1,03 persen poin, sementara persentase setengah pengangguran turun 1,48 persen poin
dibandingkan Agustus 2020. „ Jumlah pekerja komuter pada Agustus 2021 sebanyak 7,34
juta orang, naik sebesar 330 ribu orang dibanding Agustus 2020. Tingkat Pengangguran
Terbuka (TPT) Agustus 2021 sebesar 6,49 persen, turun 0,58 persen poin dibandingkan
dengan Agustus 2020. „ Terdapat 21,32 juta orang (10,32 persen penduduk usia kerja) yang
terdampak COVID-19. Terdiri dari pengangguran karena COVID-19 (1,82 juta orang),
Bukan Angkatan Kerja (BAK) karena COVID-19 (700 ribu orang), sementara tidak bekerja
karena COVID-19 (1,39 juta orang), dan penduduk bekerja yang mengalami pengurangan
jam kerja karena COVID-19 (17,41 juta orang).Komposisi angkatan kerja pada Agustus
2021 terdiri dari 131,05 juta orang penduduk yang bekerja dan 9,10 juta orang
pengangguran. Apabila dibandingkan Agustus 2020, terjadi peningkatan jumlah angkatan
kerja sebanyak 1,93 juta orang. Penduduk bekerja mengalami peningkatan sebanyak 2,60
juta orang dan pengangguran turun sebanyak 670 ribu orang. Apabila dibandingkan kondisi
Februari 2021, jumlah angkatan kerja meningkat sebanyak 340 ribu orang. Penduduk
bekerja turun sebanyak 10 ribu orang dan pengangguran naik sebanyak 350 ribu orang.

 Setengah Pengangguran Menurut Jenis Kelamin

Setengah pengangguran adalah mereka yang jam kerjanya di bawah jam kerja
normal (kurang dari 35 jam per minggu) dan masih mencari pekerjaan atau bersedia
menerima pekerjaan lain. Tingkat setengah pengangguran pada Agustus 2021 adalah

[Type text]
sebesar 8,71 persen. Hal ini berarti dari 100 penduduk bekerja terdapat sekitar sembilan
orang yang termasuk setengah pengangguran. Dibandingkan Agustus 2020, tingkat
setengah pengangguran mengalami penurunan sebesar 1,48 persen poin, namun jika
dibandingkan Februari 2021 tidak mengalami perubahan.

Pada Agustus 2021, tingkat setengah pengangguran laki-laki sebesar 9,27 persen,
sedangkan tingkat setengah pengangguran perempuan sebesar 7,86 persen. Dibandingkan
Agustus 2020, tingkat setengah pengangguran, baik laki-laki maupun perempuan,
mengalami penurunan masing-masing 1,50 persen poin dan 1,44 persen poin. Apabila
dibandingkan Februari 2021, tingkat setengah pengangguran laki-laki turun sebesar 0,09
persen poin dan tingkat setengah pengangguran perempuan naik sebesar 0,11 persen poin.

 Karakteristik Pengangguran

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) merupakan indikator yang digunakan untuk


mengukur tenaga kerja yang tidak terserap oleh pasar kerja dan menggambarkan kurang
termanfaatkannya pasokan tenaga kerja. TPT hasil Sakernas Agustus 2021 sebesar 6,49
persen. Hal ini berarti dari 100 orang angkatan kerja, terdapat sekitar enam orang
penganggur.

Pada Agustus 2021, TPT mengalami penurunan sebesar 0,58 persen poin
dibandingkan Agustus 2020, namun mengalami kenaikan sebesar 0,23 persen poin
dibandingkan dengan Februari 2021. Pada Agustus 2021, TPT laki-laki sebesar 6,74 persen,
lebih tinggi dibanding TPT perempuan yang sebesar 6,11 persen. TPT laki-laki mengalami
penurunan dibandingkan Agustus 2020 dan Februari 2021, masing-masing sebesar 0,72
persen poin dan 0,07 persen poin. Sementara TPT perempuan mengalami penurunan
sebesar 0,35 persen poin dibandingkan Agustus 2020 dan mengalami kenaikan sebesar 0,70
persen poin dibandingkan Februari 2021. Apabila dilihat menurut daerah tempat tinggal,
TPT perkotaan (8,32 persen) lebih tinggi hampir dua kali TPT di daerah perdesaan (4,17
persen). TPT menurut daerah tempat tinggal memiliki pola yang sama dengan TPT
nasional, yaitu turun dibandingkan Agustus 2020 dan naik dibandingkan Februari 2021.

Dibandingkan Agustus 2020, TPT perkotaan dan perdesaan turun masing-masing


sebesar 0,66 persen poin dan 0,54 persen poin. Namun jika dibandingkan Februari 2021,
TPT perkotaan dan perdesaan naik masing-masing sebesar 0,32 persen poin dan 0,06 persen
poin.Pada Agustus 2021, TPT penduduk kelompok umur muda (15—24 tahun) merupakan

[Type text]
TPT tertinggi mencapai 19,55 persen. Sementara itu, TPT penduduk kelompok umur tua
(60 tahun ke atas) merupakan yang paling rendah, yaitu sebesar 2,73 persen. Pola yang
sama terjadi pada Agustus 2020 maupun Februari 2021. Dibandingkan Agustus 2020,
terjadi peningkatan TPT pada kelompok umur tua (60 tahun ke atas) sebesar 1,03 persen
poin. Namun jika dibandingkan Februari 2021, peningkatan TPT terdapat pada kelompok
umur muda (15—24 tahun) dan kelompok umur tua (60 tahun ke atas) masing-masing
sebesar 1,52 persen poin dan 1,44 persen poin.TPT menurut kategori pendidikan
mempunyai pola yang sama, baik pada Agustus 2020, Februari 2021, dan Agustus 2021.
Pada Agustus 2021, TPT dari tamatan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) masih
merupakan yang paling tinggi dibandingkan tamatan jenjang pendidikan lainnya, yaitu
sebesar 11,13 persen. Sementara TPT yang paling rendah adalah pada pendidikan Sekolah
Dasar (SD) ke bawah, yaitu sebesar 3,61 persen.

Dibandingkan Agustus 2020, TPT semua kategori pendidikan mengalami


penurunan, penurunan terbesar pada kategori pendidikan SMK sebesar 2,42 persen poin.
Namun jika dibandingkan Februari 2021, kategori pendidikan SD ke bawah, SMP, dan
SMA mengalami kenaikan TPT dengan kenaikan terbesar pada kategori pendidikan SMP
sebesar 0,58 persen poin. Sementara kategori pendidikan SMK, Diploma I/II/III, dan
Universitas mengalami penurunan TPT dengan penurunan terbesar pada kategori
pendidikan Universitas, yaitu sebesar 0,99 persen poin.

Pandemi COVID-19 dan Ketenagakerjaan di Indonesia Pandemi COVID-19


berdampak terhadap kondisi ketenagakerjaan di Indonesia. Pandemi COVID-19 membuat
sebagian penduduk kehilangan atau berhenti bekerja dan menjadi pengangguran atau Bukan
Angkatan Kerja (BAK). Pandemi COVID-19 juga membuat sebagian penduduk menjadi
sementara tidak bekerja atau mengalami pengurangan jam kerja.

Adapun penduduk usia kerja yang terdampak COVID-19 berdasarkan hasil


Sakernas dikelompokkan menjadi empat komponen yaitu: (1) Pengangguran karena
COVID-19; (2) Bukan Angkatan Kerja (BAK) karena COVID-19; (3) Sementara tidak
bekerja karena COVID-19; dan (4) Penduduk bekerja yang mengalami pengurangan jam
kerja karena COVID-19. Kondisi (1) dan (2) merupakan dampak pandemi COVID-19 pada
mereka yang berhenti bekerja, sedangkan kondisi (3) dan (4) merupakan dampak pandemi
COVID-19 yang dirasakan oleh mereka yang masih bekerja.Pada Agustus 2021, komposisi
penduduk usia kerja yang terdampak COVID-19 terdiri dari 1,82 juta orang pengangguran

[Type text]
karena COVID-19; 700 ribu orang Bukan Angkatan Kerja (BAK) karena COVID-19; 1,39
juta orang sementara tidak bekerja karena COVID-19; dan 17,41 juta orang penduduk
bekerja yang mengalami pengurangan jam kerja karena COVID-19.

BAB III

[Type text]
PENUTUP

A. kESIMPULAN

Inflasi adalah suatu keadaan dalam mana terjadi senantiasa meningkatnya harga-harga pada
umumnya, atau suatu keadaan di mana terjadi senantiasa turunnya nilai uang.Ada dua cara yg
di gunakan untuk melihat masalah pengangguran. Yang pertama adalah dengan melihar
sumber dari wujud masalah tersebut dan yang kedua adalah berdasarkan ciri – cirinya.
Berdasarkan sumbernya pengangguran dibedakan kepada : pengangguran normal/friksional,
pengangguran siklikal (kunjungtur), pengangguran berstruktur dan pengangguran teknologi.
Berdasarkan ciri – cirinya pengangguran dibedakan kepada : pengangguran terbuka,
pengangguran tersembunyi, pengangguran bermusim dan setengah menganggur.Mengapakah
pengangguran perlu diatasi? Kebijakan pemerintah untukmengatasi pengangguran didorong
oleh tujuan bersifat ekonomi dan tujuan bersifat sosial dan politik. Dari segi ekonomi tujuan
mengatasi pengangguran adalah : Menyediakan kesempatan kerja, meningkatkan taraf
kemakmuran masyarakat dan memperbaiki distribusi pendapatan.

Pertumbuhan ekonomi disetiap negara berbeda tergantung dengan pendapatan perkapita itu
sendiri dan tergantung dengan pendapatan peduduknya.semakin tinggi prndapatan penduduk
maka semakin tinggi pula pertumbuhan ekonomi di negara tersebut dan sebaliknya.oleh karna
itu negara pun terus memajukan pendapatan nasional mereka dengan menaikkn harga-harga
kebutuhan pokok.

B. SARAN

Menurut saya sebaiknya pemerintah dapat mengatasi penggangguran yang terjadi di


indonesia yaitu dengan membuka lapangan kerja atau menyediakan lapangan pekerjaan.
Dalam menghadapi kemiskinan di zaman global diperlukan usaha –usaha yang lebih
kreatif,inovatif, dan eksprolatif.selain itu globalisasi membuka peluang untuk meningkatkan
partisipasi masyarakat indonesia yang unggul untuk lebih eksprolatif. Di dalam menghadapi
zaman globalisasi kedepan mau tidak mau dengan meningkatkan kualitas SDM dalam
pengetahuan, wawasan, skill,mentalitas,dan moralitas yang standarnya adalah standar global.

Pemerintah dapat menciptakan semangat dan spirit untuk mendorong pencapian


pertumbuhan ekonomi yang cepat dan tidak hanya memerlukan pengembangan faktor
penawaran saja, yang menaikkan kapasitas produksi masyarakat. Yaitu sumber-sumber alam
dan manusia, kapital,dan teknologi, tetapi juga faktor permintaan luar negeri. Tanpa
kenaikkan potensi produksi tidak dapat di realisasikan.

[Type text]
DAFTAR PUSTAKA

BPS.2017. Indonesia Perkembangan Indeks Harga Konsumen/ Inflasi.Badan Pusat


Statistik.Jakarta-Indonesia

BPS.2018. Indonesia Perkembangan Indeks Harga Konsumen/ Inflasi. Badan Pusat Statiatik.
Jakarta - Indonesia

BPS.2019. Indonesia Perkembangan Indeks Harga Konsumen/ Inflasi.Badan Pusat


Statistik.Jakarta-Indonesia

BPS. 2020.Indonesia Perkembangan Indeks Harga Konsumen/ Inflasi.Badan Pusat Statistik.

Jakarta-Indonesia

BPS. 2021. Indonesia Perkembangan Indeks Harga Konsumen/Inflasi.Badan Pusat Statistik.


Jakarta-Indonesia

BPS.2017. Indonesia Pertumbuhan Ekonomi Indonesia triwulan IV.Badan pusat


Statistik.Jakarta-Indonesia

BPS. 2018 . Indonesia Pertumbuhan Ekonomi Indonesia triwulan IV. Badan Pusat Statistik.
Jakarta Indonesia

BPS.2019. Indonesia Pertumbuhan Ekonomi triwulan IV. Badan Pusat Statistik . Jakarta –
Indonesia

BPS.2020. Indonesia Pertumbuhan Ekonomi triwulan IV. Badan Pusat Statistik. Jakarta –
Indonesia

BPS.2021. Indonesia Pertumbuhan Ekonomi triwulan IV . Badan Pusat Statistik. Jakarta-


Indonesia

BPS.2017.Indonesia Keadaan Ketengakerjaan Indonesia Agustus 2017. Badan Pusat Statistik.


Jakarta-indonesia

BPS.2018.Indonesia Keadaan Ketengakerjaan Indonesia. Badan Pusat Statistik. Jakarta-


indonesia

BPS.2019.Indonesia Keadaan Ketengakerjaan Indonesia. Badan Pusat Statistik. Jakarta-


indonesia

BPS.2020.Indonesia Keadaan Ketengakerjaan Indonesia. Badan Pusat Statistik. Jakarta-


indonesia

BPS.2021.Indonesia Keadaan Ketengakerjaan Indonesia. Badan Pusat Statistik. Jakarta-


indonesia

[Type text]
[Type text]

Anda mungkin juga menyukai