Anda di halaman 1dari 11

JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 6 No.

1 Januari 2022

PENGARUH INFLASI DAN TINGKAT PENGANGGURAN TERHADAP


PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA PERIODE 2017 – 2021

1MASDELIMA
HASIBUAN, 2RINDI SAFIRA, 3NURUL JANNAH
1,2,3UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
1masdelimahasibuan854@gmail.com, 2Rindisafira70@gmail.com, 3Jnurul1992@gmail.com

ABSTRACT
One of the things that determines a country's economic progress can be seen from its economic growth, because the
economy is one of the things that becomes very important for the country, an advanced economy indicates that the welfare
of citizens is also getting better. The purpose of this study is to analyze the factors that affect economic growth in Indonesia.
These factors include inflation and the unemployment rate. The study used multiple linear regression analysis with data per
semester in the period 2017 - 2021. In this study the authors used secondary data derived from BPS and Bank Indonesia
(BI), the data collected was tested using SPSS for Windows. From the results of the study it is known that inflation and
unemployment rate do not have a significant influence on economic growth in Indonesia in the period 2017 - 2021. But this
problem is also an important problem to be solved, the policies carried out by the government in overcoming inflation and the
unemployment rate must be more optimized.

Keywords : Inflation, Unemployment, Economic Growth, Linear Regression

PENDAHULUAN
Ekonomi merupakan aspek terpenting di dalam suatu Negara. Pertumbuhan ekonomi suatu negara atau suatu
wilayah yang terus menunjukkan peningkatan menggambarkan bahwa perekonomian negara atau wilayah tersebut
berkembang dengan baik (Amir,2007). Pertumbuhan ekonomi merupakan sesuatu yang sering berkaitan dengan
pembangunan manusia. Pertumbuhan ekonomi tinggi adalah target dalam pembangunan untuk negara berkembang.
Pertumbuhan Perekonomian erat kaitannya dengan peningkatan barang dan jasa yang dihasilkan untuk masyarakat,
sehingga semakin banyak barang yang diproduksi, semakin banyak kesejahteraan masyarakat akan meningkat sehingga
dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu masalah perekonomian suatu
negara dalam jangka panjang. Dalam analisis makro, tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapai suatu negara diukur dari
perkembangannya pendapatan nasional riil yang dicapai oleh negara/wilayah. Indonesia merupakan salah satu negara yang
terus ditingkatkan untuk meningkatkan pembangunan, terutama dalam aspek ekonomi. Salah satu faktor penghambat
pertumbuhan ekonomi menganggur. Menurut (Sukirno, 2012) pengangguran adalah suatu kondisi di mana seseorang
termasuk angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan tetapi belum bisa mendapatkannya. Pengangguran sering menjadi
kendala dari sudut pandang ekonomi, karena dengan Sumber daya pengangguran yang dimiliki akan terbuang percuma sia-
sia sehingga akan menghambat produktivitas dan juga pendapatan. Dengan berkurangnya pendapatan, akan menyebabkan
kemiskinan dan juga masalah sosial lainnya. Pengangguran merupakan salah satu dampak yang dapat menghambat
pertumbuhan ekonomi. Karena jika Pengangguran yang tidak segera diatasi akan mengakibatkan kerawanan sosial, dan
akan berujung pada kemiskinan (Arsyad, 2015). Pengangguran adalah masalah bagi semua negara di dunia. Pada Tingkat
pengangguran bahkan akan mengganggu stabilitas nasional di masing-masing negara. Sehingga setiap negara berusaha
mempertahankan tingkat pengangguran pada tingkat yang wajar. Menurut pendapat ningsih 2011 Dalam ekonomi makro,
masalah pengangguran dibahas di pasar tenaga kerja yang juga pengangguran berhubungan dengan keseimbangan antara
tingkat upah dan tenaga kerja. Istilah dari hambatan terhadap pertumbuhan ekonomi tidak hanya pengangguran, tetapi ada
juga faktor lain yang salah Salah satunya adalah inflasi. Inflasi adalah salah satu kondisi ekonomi di negara di mana ada
tren naik harga umum barang dan jasa selama periode waktu tertentu panjang yang disebabkan oleh arus yang tidak
seimbang barang dan uang. inflasi adalah proses kenaikan harga dalam suatu perekonomian. Semakin tinggi tingkat inflasi
akan menyebabkan harga barang dan jasa yang lebih tinggi. Inflasi yang berdampak negatif jika nilainya melebihi sepuluh
persen (Sukirno, 2012). Pengangguran dan inflasi adalah dua masalah masalah ekonomi utama yang dihadapi oleh setiap
35
JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 6 No. 1 Januari 2022

masyarakat, mulai dari dua masalah ini dapat menyebabkan perekonomian dan akan berdampak negatif terhadap ekonomi,
politik dan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia mencapai - 2,19 % pada kuartal IV 2020, angka tersebut
sangatlah rendah jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, hal ini dipengaruhi oleh adanya Krisis akibat Pandemi Covid
19 yang membuat banyak negara bukan hanya Indonesia mengalami kesulitan. Tingkat pertumbuhan ekonomi di Indonesia
sepanjang tahun 2020 dibilang sangat mengalami perlambatan pertumbuhan bahkan tercatat sepanjang tahun PDB
Indonesia menyentuh angka minus (-), tetapi kondisi ini bisa dipulihkan walaupun angka pertumbuhan tidak bisa naik secara
drastis, angka pertumbuhan ekonomi Indonesia berkembang mengalami pertumbuhan sebesar 7,07 % pada kuartal II, ini
memberikan harapan bahwa pertumbuhan perekonomian indonesia bisa lebih baik kedepannya. Berdasarkan laporan yang
telah disebutkan diatas maka penulis ingin meneliti kondisi tingkat inflasi, tingkat pengangguran dan pertumbuhan
ekonomi di Indonesia. Dimana inflasi sebagai variabel X1 atau independent variable(X1), sedangkan tingkat pengangguran
sebagai variabel X2 atau independent variable (X2), dan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebagai variabel Y atau
dependent variable (Y). Penulis dapat dirumuskan beberapa masalah dalam penelitian ini yaitu :
1. Bagaimana pengaruh inflasi terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia periode 2017 - 2021.
2. Bagaimana pengaruh tingkat pengangguran terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia periode 2017 - 2021.
3. Bagaimana pengaruh inflasi dan tingkat pengangguranterhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia periode 2017 -
2021.

LANDASAN TEORI
Inflasi
Inflasi adalah kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus. Inflasi terjadi jika kenaikan harga bersifat
umum, berlangsung secara terus menerus terjadi secara bersamaan. Inflasi digolongkan menjadi 4 yaitu :
1. Inflasi ringan ( low inflation ) ; dibawah 10 % per tahun.
2. Inflasi sedang ( moderte Inflation ) ; 10 - 30 % per tahun.
3. Imflasi berat ; 30 - 100 % per tahun.
4. Inflasi sangat berat ( hiperinflation) ; Diatas 100 % per tahun.

Nasution (1997) menyatakan ada beberapa cara yang dilakukan pemerintah dalam mengatasi inflasi dapat dilakukan
dengan cara :
1. Kebijakan moneter
Kebijakan moneter merupakan kebijakan pemerintah melalui bank sentral untuk memengaruhi penawaran uang dalam
perekonomian atau mengubah suku bunga, dengan maksud untuk memengaruhi pengeluaran agregat. Berikut ini
jenis-jenis kebijakan moneter dalam mengatasi masalah pengangguran dan inflasi. Kebijakan moneter ini dapat
dilakukan dengan cara :
a. Kebijakan Moneter Ketat (Tight Money Policy)
Kebijakan ini merupakan suatu cara yang paling ampuh dalam mengatasi inflasi, karena tindakan ini mempengaruhi
segala sektor perekonomian tanpa pandang bulu. Dengan tindakan ini seluruh sektor ekonomi akan mengalami
kemacetan dalam menjalankan aktivitasnya karena mengurangi atau membatasi jumlah uang beredar. Kebijakan ini
dilakukan pada saat perekonomian mengalami inflasi.
b. Meningkatkan Suku Bunga Bank Melalui Bank Sentral
Meningkatkan suku bunga bank melalui Bank Sentral akan meningkatkan minat masyarakat untuk menabung.
Dengan naiknya suku bunga yang disebabkan Bank Sentral, akan menyebabkan permintaan uang untuk investasi
akan berkurang. Maksud meningkatkan suku bunga bank ini adalah untuk menarik uang yang beredar di
masyarakat.
2. Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal merupakan langkah pemerintah membuat perubahan dalam bidang perpajakan dan pengeluaran
pemerintah dengan maksud untuk memengaruhi pengeluaran agregat dalam perekonomian. Melalui kebijakan fiskal
masalah pengangguran dan inflasi dapat diatasi (Indriayu, 2009). Berikut ini adalah jenis-jenis kebijakan fiskal :
a. Kebijakan fiskal ekspansif (expansionary fiscal policy) yaitu menaikkan belanja Negara dan menurunkan tingkat
pajak netto. Kebijakan ini untuk meningkatkan daya beli masyarakat. Kebijakan fiskal ekspansif dilakukan pada saat
perekonomian mengalami resesi atau depresi dan pengangguran yang tinggi.

36
JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 6 No. 1 Januari 2022

b. Kebijakan fiskal kontraktif (contractionary fiskal policy) yaitu dengan menurunkan belanja negara dan menaikkan
tingkat pajak. Kebijakan ini bertujuan untuk menurunkan daya beli masyarakat dan mengatasi inflasi.

Pengangguran
pengangguran merupakan penduduk yang tidak bekerja tetapi sedang mencari pekerjaan, atau sedang mempersiapkan
suatu usaha baru, atau penduduk yang tidak mencari kerja karena sudah diterima bekerja namun belum mulai bekerja
(Badan Pusat Statistik, 2017 ). Orang-orang seperti ini bisa disebut menganggur tetapi belum tentu miskin. Sama juga
halnya adalah, banyaknya individu yang mungkin bekerja secara penuh per hari, tetapi tetap memperoleh pendapatan yang
sedikit. Untuk mengetahui besar kecilnya tingkat pengangguran dapat diamati melalui 2 (dua) pendekatan antara lain
sebagai berikut (Wilson, 2012) :
1. Pendekatan Angkatan Kerja
Besar kecilnya tingkat pengangguran dihitung berdasarkan presentase dari perbandingan jumlah antara orang yang
menganggur dan jumlah angkatan kerja (Wilson, 2012).
Tingkat pengangguran = Jumlah yang menganggur x 100% Jumlah angkatan kerja
2. Pendekatan Pemanfaatan Tenaga Kerja
Untuk menentukan besar kecilnya tingkat pengangguran yang didasarkan pada pendekatan pemanfaatan tenaga kerja
antara lain (Wilson, 2012) :
a. Bekerja penuh yaitu orang yang bekerja penuh, atau jam kerjanya mencapai 35 jam per minggu.
b. Setengah menganggur yaitu mereka yang bekerja, tetapi belum dimanfaatkan secara penuh, artinya jam kerja
mereka dalam seminggu kurang dari 35 jam.

Pertumbuhan Ekonomi
Secara umum, pertumbuhan ekonomi didefinisikan sebagai peningkatan dalam kemampuan dari suatu perekonomian dalam
memproduksi barang dan jasa. Dengan kata lain, pertumbuhan ekonomi lebih menunjuk pada perubahan yang bersifat
kuantitatif dan biayanya diukur dengan menggunakan data produk domestik bruto (PDB) atau pendapatan output per kapita.
Dalam pertumbuhan ekonomi terdapat beberapa teori para ahli yang mengungkapkan bagaimana tahapan terjadinya
pertumbuhan ekonomi dan faktor-faktor apa saja yang menjadi penyebab utama pertumbuhan ekonomi. Terdapat beberapa
aliran dalam teori pertumbuhan ekonomi menurut Tambunan (2011), yaitu :
1. Aliran Ekonomi Klasik
Menurut aliran klasik kemajuan teknologi disebabkan adanya akumulasi kapital (modal), sehingga memungkinkan
adanya spesialisasi atau pembagian kerja malalui mekanisme yang lebih baik, hal ini menyebabkan hasil produktivitas
menjadi lebih meningkat. Meningkatnya produktivitas akan menambah peningkatan keuntungan, sehingga mendorong
perkembangan investasi. Keadaan ini meningkatkan pertumbuhan ekonomi dimana tingkat upah naik dan
kesejahteraan penduduk juga ikut naik. Namun, tingkat kemakmuran penduduk yang tinggi, meningkatkan
pertambahan jumlah penduduk, akibatnya keuntungan kembali menurun.
2. Teori Neo-Keynesian
Model pertumbuhan yang masuk di dalam kelompok neo-keynesian adalah model dari Harrod dan Domar yang
mencoba memperluas teori Keynes, mengenai keseimbangan pertumbuhan ekonomi dalam perspektif jangka panjang
dengan melihat pengaruh dari investasi.
3. Teori Neo Klasik
Pemikiran dari teori neo-klasik ini didasarkan pada kritik atas kelemahan-kelemahan atau penyempurnaan terhadap
pandangan/ asumsi dari teori klasik. Dalam kelompok teori modern, kualitas tenaga kerja lebih penting dari pada
kuantitasnya. Kualitas tenaga kerja tidak hanya dilihat dari tingkat pendidikan tetapi juga kondisi kesehatannya.
Sekarang ini tingkat pendidikan dan kondisi kesehatan menjadi dua variabel bebas yang penting dalam analisis-
analisis empiris dengan tingkat ekonometris mengenai pertumbuhan ekonomi.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat kuantitatif, dimana data yang diperoleh bersifat sekunder diolah
menggunakan SPSS 25 For Windows . Data dalam penelitian ini diperoleh dari www.bps.goi.id untuk tingkat Pengangguran
dan pertumbuhan PBD serta data inflasi yang diperoleh dari situs resmi Bank Indonesia.

37
JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 6 No. 1 Januari 2022

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y) :
1. Variabel Bebas (independent) adalah variabel yang mempengaruhivariabel terikat. Variabel bebas dalam
penelitian ini terdiri dari: a. Inflasi (X1) b.Tingkat pengangguran (X2)
2. Variabel Terikat (dependent) adalah variabel yang dipengaruhi variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini
adalah Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia (Y)

Penelitian dilakukan di Indonesia dengan menggunakan data time series 5 tahun terakhir, populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh data Inflasi, Tingkat Pengangguran dan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia selama periode 2017 - 2021.
Sedangkan Sampel nya dalam penelitian ini menggunakan data bulan februari dan Agustus untuk presentasi Inflasi, jumlah
pengangguran terbuka dari jumlah angkatan kerja yang tiap tahunnya di terbitkan oleh Badan Pusat Statistik, dan
presentase pertumbuhan PDB atas dasar harga berlaku menurut komponen pengeluaran pada triwulan pertama dan
ketiga yang data tersebut diterbitkan oleh Badan Pusat Statistika. Setelah data terkumpul kemudian data diolah dengan
SPSS 25 For Windows dengan metode analisa regresi untuk membandingkan pengaruh variabel X1 (Inflasi), variabel
X2 (Tingkat Pengangguran)terhadap variabel Y (Pertumbuhan Ekonomi). Analisa statistik deskriptif digunakan untuk
menggambarkan kondisi dari masing-masing variabel. Frekuensi kejadian dari masing-masing variabel, rata-rata nilai
dari variabel selama rentang periode 2010-2016, nilai minimum dan maksimum yang pernah dicapai dari masing-
masing variabel dan standar deviasi untuk masing-masing variabel. Adapun Regresi linear berganda harus memenuhi
syarat asumsi klasik yaitu :
1. Uji Normalitas
2. Uji Multikolinearitas
3. Uji Auto Korelasi
4. Uji Heterokedastisitas.

Untuk Pengujian Hipotesis Dilakukan Dengan Uji Parsial (t) Dan Uji Simultan ( Uji F)
Berikut data perkembangan inflasi yang terjadi Di Indonesia Periode 2017 - 2021 (%) :

Tabel 1.1

Berdasarkan tabel 1.1 menjelaskan pergerakan inflasi mengalami peningkatan dan penurunan yang berarti inflasi ini
bersifat fluktuatif atau bisa berubah-ubah. Selama 5 tahun terakhir, terlihat inflasi tertinggi di tahun 2017 pada bulan
februari sebesar 4,38 %, angka ini di sumbangkan oleh kenaikan subsidi energi listrik, kenaikan bahan pangan serta
kenaikan harga tembakau. Karakteristik tingkat inflasi yang tidak stabil di Indonesia menyebabkan deviasi yang lebih
besar dibandingkan biasanya dari proyeksi inflasi tahunan oleh Bank Indonesia. Hal inilah yang membuat tercipta nya
biaya ekonomi ekonomi lainnya seperti pertambahan pinjaman dari luar negeri.

38
JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 6 No. 1 Januari 2022

Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk terbesar ke 4 di dunia, Akan tetapi jumlah penduduk yang
terbesar separuh nya di isi oleh penduduk yang berusia dibawah 30 tahun,.itu berarti bahwa Indonesia memiliki angkatan
kerja yang sangat besar. Namun hal ini menjadi suatu problem bagi negara Indonesia dikarenakan angkatan kerja yang
besar tidak di imbangi dengan lapangan pekerjaan,inilah yang membuat tingkat Pengangguran di Indonesia menjadi sangat
tinggi dan tentu saja ini berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.

Tabel 1.2. Data perkembangan Tingkat Pengangguran Di Indonesia Periode 2017- 2021

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa data angkatan kerja terbesar ada pada tahun 2021, mencapai 140,15 juta
orang, namun angkatan kerja yang tinggi juga membuat tingkat Pengangguran menjadi 9,1 juta orang. Hal yang sama juga
terjadi pada tahun 2020 dimana menjadikan tingkat Pengangguran yang sangat lah tinggi mencapai 9,77 juta orang. Ini
sebagai dampak dari adanya Pandemi Covid 19 yang membuat banyak usaha yang menjadi bangkrut akibat adanya
pembatasan Social distancing sehingga banyak membuat para pelaku usaha melakukan PHK yang sangat besar, sehingga
membuat angka pengangguran yang sebelumnya tinggi menjadi sangat tinggi. Diperlukan nya kebijakan dari pemerintah
untuk mengatasi permasalahan ini.

Tabel 1.3. Data Statistik Pertumbuhan Ekonomi Bruto Secara Umum ( 2017 -2021)

Berdasarkan tabel 1.3 dapat diketahui perkembangan PDB terjadi peningkatan dan penurunan. PDB tertinggi dicapai di
tahun 2021 dengan jumlah 1203,30 milyar USD dan terendah di tahun 2017 dengan 1015,00 milyar USD. PDB per
kapita tertinggi dapat dicapai di tahun 2021.

Tabel 1.4. Data Pertumbuhan Produk Domestik Bruto Menurut Pengeluaran (%)

39
JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 6 No. 1 Januari 2022

Dari data pertumbuhan ekonomi diatas dapat diketahui bahwa pertumbuhan ekonomi yang tinggi ada pada tahun 2021
sebesar 7,07 % dimana sebelumnya pada tahun 2020 pertumbuhan ekonomi sangat lah kecil bahkan menyentuh angka
minus (-), Perlambatan pertumbuhan konsumsi pemerintah disebabkan perlambatan pertumbuhan belanja pegawai pada
2020. Belanja pegawai tumbuh 1,18 persen, pada 2019 tumbuh 8,49 persen. Secara keseluruhan, investasi menjadi sumber
kontraksi ekonomi terdalam, yakni minus 1,63 persen. Lalu, konsumsi rumah tangga yang menyumbang kontraksi sebesar
minus 1,43 persen. Selanjutnya dari sisi lapangan usaha, 10 dari 17 sektor ekonomi menyumbang kontribusi negatif. Paling
parah ialah sektor transportasi dan pergudangan yang tercatat minus 15,04 persen.Diikuti, sektor akomodasi dan makan
yang mencapai minus 10,22 persen pada 2020. Padahal, pada 2019 lalu, sektor ini masih tumbuh 5,79 persen.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Inflasi
Inflasi dapat diartikan sebagai kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus dalam jangka waktu
tertentu. Hasil data inflasi yang diperoleh dari Bank Indonesia diolah dengan SPSS 25 For Windows dengan analisis
deskriptif yaitu :

Tabel 2.1. Hasil Perhitungan Analisis Deskriptif Inflasi

Berdasarkan data diatas, Inflasi selama periode 2017 - 2021 memiliki nilai terendah sebesar 1,32 Nilai minimum
sebesar 1,32 artinya pemerintah mampu menjaga tingkat inflasi di Indonesia sebesar 1,32 %. Nilai maksimum sebesar
4,83 artinya batas atas kemampuan pemerintah menjaga tingkat di level 4,83 %. Nilai rata-rata sebesar 2,8360
menunjukkan dari 10 kasus selama periode penelitian, rata-rata inflasi adalah sebesar 2,8360 %. Sedangkan
standar deviasi sebesar 1, 13945 artinya selama periode penelitian, ukuran penyebaran dari variabel Inflasi adalah
sebesar 1,13945 dari 10 kasus terjadi.

Tingkat Pengangguran
Tingkat Pengangguran adalah angka yang menunjukkan berapa banyak dari jumlah angkatan kerja yang sedang aktif
mencari pekerjaan. Berikut hasil pengolahan data tingkat Pengangguran.

Tabel 2.2. Hasil Perhitungan Analisis Deskriptif Tingkat Pengangguran

Berdasarkan data diatas bahwa nilai minimum tingkat Pengangguran berada pada 4,99 %, sedangkan nilai maksimum nya
berada pada 7,07 %. Nilai rata-rata sebesar 5,6400 artinya bahwa selama periode penelitian diperoleh angka tingkat
Pengangguran sebesar 5,6 %. Sedangkan standar deviasi menunjukkan 0, 71232 artinya dari 10 kasus terjadi
penyebaran tingkat pengangguran sebesar 0,71 %.

Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan dalam kemampuan dari suatu perekonomian dalam memproduksi barang dan
jasa. Berikut data yang sudah diolah diperoleh hasil analisis deskriptif yaitu :

40
JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 6 No. 1 Januari 2022

Tabel 2.3. Hasil Perhitungan Analisis Deskriptif Pertumbuhan Ekonomi

Berdasarkan Tabel diatas nilai pertumbuhan ekonomi Indonesia periode 2017 - 2021 dengan nilai minimum sebesar -3,49 %,
dan nilai maksimum sebesar 5,17 %. Rata-rata nilai pertumbuhan ekonomi selama periode penelitian berada pada
3,4120 artinya rata-rata pertumbuhan ekonomi pada nilai 3,41 %. Sedangkan standar deviasi sebesar 2,81647,
artinya selama periode penelitian ukuran penyebaran dari variabel pertumbuhan ekonomi sebesar 2,81 % dari 10
kasus yang terjadi. Berikut hasil pengujian yang dilakukan dalam penelitian ini.

Uji Normalitas
Uji normalitas adalah uji yang dilakukan untuk mengecek apakah data penelitian berasal dari populasi yang sebarannya
normal. Berikut ini hasil uji Normalitas melalui uji signifikansi Kolmogorov-Smirnov dapat dilihat pada tabel 2.4.

Tabel 2.4. Hasil Perhitungan Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa nila Asymp.Sig. sebesar 0,545 nilai tersebut lebih besar dari nilai signifikansi
yaitu 0,05. Hal ini berarti bahwa data yang dipakai dalam penelitian ini adalah normal.

Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas adalah uji yang digunakan untuk mengetahui apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar
variabel independent atau variable bebas. Untuk mengetahui apakah terjadi multikolinearitas dapat dilihat dari nilai VIF
(Variance Inflation Factor) yang terdapat pada masing–masing variabel. Berikut hasil pengujian uji Multikolinearitas
dalam tabel 2.5.

Tabel 2.5. Uji Multikolinearitas

Berdasarkan tabel 2.5 nilai VIF dari variabel Inflasi sebesar 1,033 dan untuk variabel Tingkat Pengangguran bernilai
1,033. Kedua variabel tersebut memiliki nilai dibawah 10, artinya data dalam penelitian ini tidak terjadi gejala
Multikolinearitas dalam model Regresi.
41
JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 6 No. 1 Januari 2022

Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi digunakan untuk mengetahui adakah korelasi variabel yang ada di dalam model prediksi dengan perubahan
waktu. Untuk mengetahui adanya autokorelasi dalam suatu model regresi dilakukan melalui pengujian terhadap nilai uji
Durbin Watson (Uji DW). Berikut hasil uji yang dilakukan yaitu :

Tabel 2.6. Uji Autokorelasi

Diketahui N = 10 K = 2 sehinga berdasarkan Durbin Watson tabel diperoleh dL = 0,697 dan dU = 1, 641 sehingga muncul
ketentuan sebagai berikut :
1. 0, 697 < DW < 2,359 tidak ada autokolerasi
2. 0, 697 < DW < 1, 641 tidak dapat disimpulkan
3. DW < 0,9054 terjadi autokorelasi positif.

Hasil uji Durbin-Watson menunjukkan nilai hitung sebesar 2, 063 nilai tersebut berada diantara batas dL 0,697 -
2,359. Dapat disimpulkan tidak terjadi autokorelasi dalam peneltian ini.

Uji Heterokedastisitas
Uji ini dilakukan guna untuk menguji apakah terdapat ketidaksamaan varians dari residual pada suatu pengamatan ke
pengamatan lainnya. Berikut hasil uji Heterokedastisitas dapat dilihat pada tabel 2.7.

Tabel 2.7. Uji Heterokedastisitas

Berdasarkan tabel diatas diketahui nilai sig setiap variabel diatas 0,05 hal ini berarti dalam pengujian ini model regresi yang
terbentuk bebas dari gejala Heterokedastisitas. Hasil pengujian asumsi klasik telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan
bahwa Model regresi dalam penelitian ini layak digunakan sebab terbebas dari masalah Normalitas data, tidak terjadi
Multikolinearitas, tidak terjadi Autokorelasi dan tidak terjadi Heterokedastisitas. Berikut dilakukan uji estimasi linear berganda
dan hasilnya yaitu :

Tabel 2.8. Hasil Perhitungan Uji Regresi Linear Berganda

42
JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 6 No. 1 Januari 2022

Pertumbuhan Ekonomi = - 1,531 - 1,049 inflasi + 1,404 tingkat pengangguran


Dari persamaan regresi linear berganda diatas dapat diungkapkan :
1. Nilai konstanta sebesar - 1,531 yang berarti tanpa variabel bebas Inflasi dan Tingkat Pengangguran,
Pertumbuhan Ekonomi sudah mencapai nilai - 1,531 %.
2. Inflasi menunjukkan angka -1,049, artinya apabila tingkat pengangguran bernilai nol atau konstan maka setiap
kenaikan inflasi sebesar 1% akan menurunkan pertumbuhan ekonomi sebesar -1,049%.
3. Tingkat pengangguran menunjukkan angka 1,404, artinya apabila inflasi bernilai nol atau konstan maka setiap
kenaikan tingkat pengangguran 1%maka akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 1,404%.

Uji Hipotesis
Uji t
Uji t digunakan untuk menguji bagaimana pengaruh masing-masing variabel bebasnya secara sendiri-sendiri terhadap
variabel terikatnya. Berikut hasil pengolahan uji T dalam penelitian ini

Tabel 2.9. Uji t

Berdasarkan uji t parsial menggunakan regresi linear berganda pada tabel 2.9 dapat menunjukkan :
1. Uji t Parsial antara variabel bebas Inflasi diperoleh t hitung sebesar -1,380 < t tabel sebesar 2,365 dengan tingkat
signifikansi 0,210 > 0,05. Maka H0diterima dan Ha1ditolak, dari hasil uji t dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak
ada pengaruh yang signifikan antara Inflasi dengan Pertumbuhan Ekonomi.
2. Uji t Parsial antara variabel bebas Tingkat Pengangguran diperoleh t hitung sebesar 1,155 < t tabel
sebesar 2,365 dengan tingkat signifikansi 0,286 > 0,05. Variabel ini termasuk tidak signifikan. Nilai signifikansi
variabel tingkat pengangguran lebih besar dari derajat kesalahan yang artinya bahwa H0 diterima dan Ha2 dapat
ditolak Dari hasil uji t disimpulkan bahwa Tingkat Pengangguran merupakan berpengaruh negatif dan tidak
signifikan dalam memprediksi Pertumbuhan Ekonomi.

Uji F
Uji ini dilakukan untuk menunjukkan apakah variabel bebas Inflasi dan Tingkat Pengangguran secara bersama‐sama
mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat Pertumbuhan Ekonomi.

Tabel 2.10. Uji F

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa tingkat signifikasi uji tersebut adalah 0,210 > 0,05 dan nilai F hitung sebesar 1,969
lebih kecil dari F tabel sebesar 4,74, dengan demikian artinya Ho diterima dan Ha ditolak. Dari hasil Uji F dapat ditarik
43
JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 6 No. 1 Januari 2022

kesimpulan bahwa Inflasi dan Tingkat Pengangguran secara bersama-sama tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia selama periode 2017 - 2021.

Koefisien Determinasi
Diuji untuk melihat seberapa besar kekuatan pengaruh variabel bebas terhadap variasi variabel terikat diketahui dengan
besarnya koefisien determinasi (R²).

Tabel 2.11. Hasil Perhitungan Koefisien Determinasi

Tabel 2.11 diatas dapat diketahui nilai koefisien determinan (Adjusted R Square) sebesar 0,177. Artinya 17,7 %
pertumbuhan ekonomi di Indonesia dapat dipengaruhi oleh variabel bebas inflasi dan tingkat pengangguran,
sedangkan sisanya 82,3 % pertumbuhan ekonomi di Indonesia diengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar model penelitian.
Dalam penelitian ini koefisien determinan (R2) yang digunakan adalah Adjusted R Square, karena penelitian ini
menggunakan lebih dari dua variabel bebas.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang diperoleh dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa :
1. Inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia periode 2017 –2021. Hal ini
dibuktikan melalui uji t yang mempunyai t hitung sebesar -1, 380 lebih kecil dari t tabel sebesar 1,155 atau nilai
signifikansi sebesar 0,210 lebih besar dari derajat kesalahan yaitu 5 persen atau 0,05, karena nilai t hitung
menghasilkan angka negatif maka inflasi berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi yang secara statistik
tidak signifikan.
2. Tingkat pengangguran berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia periode 2017 - 2021.
Dengan adanya pengaruh tingkat pengangguran terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia dibuktikan
dengan nilai t hitung sebesar 1,155 lebih besar dari t tabel sebesar 2,365 atau nilai signifikansi sebesar 0,286
lebih besar dari taraf signifikansi yaitu 0,05.
3. Inflasi dan tingkat pengangguran secara simultan tidak sepenuhnya mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di
Indonesia periode 2017 - 2021. Hal ini dibuktikan dengan nilai F hitung sebesar 1,969 lebih kecil dari F tabel sebesar
4,74 atau nilai signifikansi uji F sebesar 0,210 lebih besar dari taraf signifikansi 0,05.

DAFTAR PUSTAKA

Amri, Amir. 2007. Pengaruh inflasi dan pertumbuhan ekonomi terhadap pengangguran di Indonesia. Jurnal Inflasi
dan Pengangguran Vol. 1 no. 1, 2007, Jambi. Hal. 127 –137.
Arsyad, Lincolin. 2010. Ekonomi Pembangunan, Edisi Kelima, Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Badan Pusat Statistik. 2021. Data Jumlah Pengangguran.Diakses pada 28 November 2021dari http://www.bps.go.id/
Badan Pusat Statistik. 2021. Tenaga Kerja. Diakses pada 28 November 2021 dari https://www.bps.go.id/
Bank Indonesia. 2021. Data Inflasi. Diakses pada tanggal 28 November 2021 dari
http://www.bi.go.id/web/id/moneter/inflasi/datainflasi
Fitri, D. N. E. (2016) Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia Tahun 1984-2013.
Jurnal Pendidikan dan Ekonomi, 5(3), 219-227.
Gilarso. T. (2004) Pengantar Ilmu Ekonomi Makro, Yogyakarta: KANISIUS.

44
JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 6 No. 1 Januari 2022

Ginting, S., Kuriata, C., Lubis, I., & Mahalli, K. (2008) Pembangunan Manusia di Indonesia Dan Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhinya. Pembangunan Manusia di Indonesia dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya.
Huda Nurul, Nasution, dkk. (2008) Makro Ekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Kalsum, U. (2017) Pengaruh Pengangguran dan Inflasi terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Sumatera Utara. Jurnal
Ekonomikawan, 17(1) Keempat. Jakarta : Salemba Empat.
Nani Hartati. 2020. Pengaruh Inflasi dan Tingkat Pengangguran terhadap Pertumbuhan Ekonomi Periode 2010 - 2016.
Jurnal STIE Pelita Bangsa Vol. 5 No. 01 (2020): JESPB Edisi April 2020.

45

Anda mungkin juga menyukai