Anda di halaman 1dari 16

TUHAN YANG MAHA ESA DAN KETUHANAN

D
I

S
U
S

U
N

OLEH:
KELOMPOK I
CHAIRUNNISA

DEDE ATIKA PUTRI

MUHAMMAD ALWI

MATA KULIAH : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

DOSEN PENGAMPU : SYAHRUL BUDIMAN, S.pd.I, M.Pd.I

PROGARAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI


UNIERSITAS ALWASLIYAH LABUHANBATU T.A 2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulilah puji dan syukur kita panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas limpahan
rahmat dan karunia_nya kepada kita dan tidak lupa kita mengirimkan salam dan shalawat
kepada baginda Nabi besar Muhammad SAW yang telah membawakan kita disuatu ajaran
yang benar yaitu Agama Islam, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“ Keimanan Dan Ketaqwaan ”

Makalah ini ditulis dari berbagai sumber yang berkaitan dengan agama islam serta
informasi dari media massa yang berhubungan dengan Agama Islam, tidak lupa kami
ucapkan terima kasih kepada Dosen pengajar mata kuliah Pendidikan Agama Islam atas
bimbingan dan arahannya dalam penulisan makalah ini. Penulis berharap, dengan membaca
makalah ini dapat memberikan manfaaat bagi kita semua dan menambah wawasan kita.

Rantauprapat, 18 Oktober 2021

Hormat Kami

Kelompok I
DAFTAR ISI

Kata Pengantar....................................................................................................

Daftar Isi.............................................................................................................

BAB I : Pendahuluan

1.1 Latar Belakang.............................................................................................

1.2 Rumusan Masalah........................................................................................

1.3 Tujuan Masalah............................................................................................

BAB II : Pembahasan

2.1 Pengertian Keimanan...................................................................................

2.1.1 Wujud Iman..................................................................................

2.1.2 Proses Terbentuknya Iman...........................................................

2.1.3 Tanda –Tanda Orang Beriman......................................................

2.1.4 Yang Merusak Keimanan.............................................................

2.2 Pengertian Ketaqwaan..................................................................................

2.2.1 Tanda- tanda Orang Bertaqwa.....................................................

2.2.2 Cara Menjadi Orang Bertaqwa....................................................

2.3 Implikasi Keimanan dan Ketaqwaan Dalam Kehidupan Islam

Yang Bartauhid..........................................................................................

BAB III : Penutup

3.1 Kesimpulan..................................................................................................

3.2 Saran...........................................................................................................

Daftar Pustaka...................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Keimanan dan ketaqwaan sesorang berbanding lurus dengan akhlak seseorang atau
dengan kata lain semangkin baik keimanan dan ketaqwaan maka semangkin baik pula akhlak
seseorang karena kaimanan dan ketaqwaan adalah modal yang paling utama di miliki setiap
manusia yang akan selalu melekat pada dirinya.

Saat ini keimana dan ketaqwaan telah dianggap sebagai hal yang biasa oleh
masyarakat umum bahkan ada yang tidak mengetahui sama sekali arti keimanan dan
ketaqwaan itu. Manusia selalu menganggap remeh tentang itu dan mengartikan keimanan dan
ketaqwaan hanya sebagai arti bahasa tidak mau mencari makna sebenarnya apalagi
menerapkannya dalam kehidupan.

Karena itu melalui makalah ini diharapkan dapat menumbuhkan pengetahuan dan
penerapan keimanan dan ketaqwaan dalam kehidupan setiap manusia khususnya umat islam.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat disimpulkan rumusan


masalah sebagai berikut:

a. Bagaimana implikasi iman dan taqwa di lingkungan sekitar kita khususnya


di Universitas Alwasliyah Labuhanbatu?

b. Faktor apa yang mempengaruhi implikasi iman dan taqwa di lingkungan


sekitar kita khususnya di Universitas Alwasliyah Labuhanbatu?

1.3 Tujuan

Tujuan dibuatnya makalah ini adalah sebagai bahan kajian yang dpat
memberikan informasi tentang keimanan dan ketaqwaan serta bagaimana
mengimplikasikannya dalam kehidupan yang islam bertauhid.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Keimanan


Iman berasal dari bahasa arab yaitu “amina-ya manuamanan” yang berarti percaya.
Dalam Hadits yang diriwayatkan oleh ibnu majah attabrani yaitu Iman diyakini dalam hati,
dengan mempercayai dan meyakini dengan sepenuh hati adanya alam semesta dan segala
isinya. sedangkan Keimanan adalah kepercayaan yang kokoh kepada Allah Swt.
Iman bukan hanya berarti percaya, melainkan keyakinan yang mendorong seseorang
untuk mengucapkan dna melakukan sesutau sesuai dengan keyakinan yang diyakininya. Oleh
karena itu, orang yang menginani aqidah islam akan melakukan segala sesuatu dengan aturan
islam.

2.1.1 Wujud Iman

Akidah islam dalam Al-Quran disebut Iman. Iman bukan hanya percaya, melainkan
keyakinan yang mendorong seorang muslim untuk berbuat. Oleh karena itu lapangan iman
sangat luas bahkan mencakup segala sesuatu yang dilakukan seoranmg muslim yang disebut
amal shaleh.
Aqidah islam adalah bagian yang paling pokok dalam agama islam yang merupakan
keyakinan yang menjadi dasar dari segala sesuatu tindakan atau amal. Sesorang dipandang
sebagai muslim atau bukan muslim tergantung pada aqidahnya. Apabila ia beraqidah islam,
maka segala sesuatu yang dilakukannya akan bernilai sebagai amaliyah seorang muslim.
Sedangkan jika tidak beraqidah, maka segala amalnya tidka memiliki arti apa-apa.
Aqidah islam atau iman mengikat seorang muslim, sehingga ia terikat dengan segala
aturan hukum yang datang dari islam. Oleh karena itu menjadi seorang muslim berarti
meyakini dan melaksankan segala sesuatu yang diatur dalam ajaran islam dan hidupnya
didasarkan pada ajaran islam.

2.1.2 Proses Terbentuknya Iman

Iman dalam bahasa Arab memiliki arti pengetahuan, percaya dan yakin tanpa
keraguan. Dengan demikian, iman adalah kepercayaan yang teguh yang timbul akibat
pengetahuan dan keyakinan. Adapun orang yang mengetahui dan percaya pada Allah disebut
dengan Mukmin.

Kalau kita cermati kembali makna iman tersebut, dapat dikatakan bahwa proses terbentuknya
iman dalam diri seseorang itu melalui 2 tahap, diantaranya:

1. Didahului Oleh Pengetahuan Tentang ALLAH

Artinya, bahwa iman itu dapat diperoleh lewat proses berpikir, perenungan
mendalam, survey atau penelitian terhadap alam semesta. Sebagaimana tercantum
dalam Q.S Ali Imran : 190-191.
“ Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam
dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang
yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan
mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata)”Ya
Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha suci Engkau,
maka peliharalah kami dari siksa neraka (Q.S. Ali Imran:190-191).

Dengan demikian, iman seseorang tidak tumbuh dengan sendirinya, melainkan diasah dan
dipertebal dengan cara terus-menerus menggali rahasia kekuasaan Allah yang tersedia di
alam semesta (burhan kauniyah), di samping selalu taat, takwa dan beribadah kepadaNya.

2. Timbulnya Sikap Percaya Kepada Allah

Meskipun kepercayaan pada tahap ini masih labil, tergantung pada seberapa banyak
pengetahuan tentang Allah dan upaya kontemplasinya terhadap alam semesta tersebut, namun
iman pada tahap ini akan terus meningkat seiring dengan bertambahnya pengetahuan yang
diperoleh atau pengalaman yang dijalani.

Kadang-kadang muncul keraguan dalam dirinya, namun ketika proses pencarian tersebut
berlanjut, sedikit demi sedikit keraguan itu akan hilang lalu berubah pada terbentuknya tahap
KETIGA, yakni yakin tanpa dibayangi oleh sikap ragu.

2.1.3 Tanda –Tanda Orang Beriman

Adapun ciri- ciri orang beriman menurut Al-Quran sebagai berikut:

1. jika disebut nama Allah, maka hatinya bergetar dan berusaha agar ilmu Allah tidak
lepas dari fikirannya serta jika dibacakan ayat Al- quran maka bergejolak hatinya
untuk melaksanakannya (Q.S. AL- Anfal: 2).
2. Senantiasa tawakal, yaitu bekerja tetap hidup dengan ajaran Allah menurut sunnah
Rasulullah (Q.S Ali-Imran: 120, Q.s Al-Maidah: 12, Q.s Al-Anfal: 2).
3. Tertib dalam melaksanakan shalat dan selalu menjaga pelaksanaanya bagaimanapun
sibuknya kalau sudah masuk waktu shalat segera melaksanakannya.
4. Menfkahkan rezeki yang diteriam hal ini dilakukan sbegai suatu kesadaran bahwa
harta yang dinafkahkan di jalan Allah merupakan upaya pemerataan ekonomi, agar
tidka terjadi ketimpangan natar yang kaya dengan yang miskin.
5. Memlihara amanh dan menepati janji
6. Berjihad di jalan Allah dan suka menolong (Q.s Al-Anfal:74)
7. Mempunyai sifat rendah hati.
2.1.4 Yang Merusak Keimanan

Rasulullah SAW dalam sebuah haditsnya mengemukakan bahwa tidak seperti Nabi dan
Rosul yang imannya selalu naik, iman seseorang itu kadang akan naik, kadang turun. Atau
bahkan akan turun terus sehingga akhirnya lenyap dan hatinya pun akan gersang tanpa
memiliki iman. Padahal orang yang seperti inilah yang akan menghuni neraka. Oleh karena
itu, kita haruslah tetap waspada dan hati-hati dalam menjaga iman, sehingga iman kita akan
terhindari hal-hal yang merusak.

Adapun hal-hal yang merusak keimanan adalah ;

1. Syirik

Syirik adalah segala keyakinan dan amalan yang semestinya hanya untuk Allah tetapi
dilakukan untuk selain Allah.

A. Syirik akbar (syirik besar) yaitu menyekutukan Allah dengan mahluknya seperti
keyakinan adanya kekuatan selain Allah. Misalnya menyembah berhala. Syirik yang
seperti ini disebut dengan syirik I’tiqod artinya syirik karena keyakinan yang salah,
dan juga disebut syirik jali artinya syirik yang nyata dan dikategorikan sebagai dosa
besar. Tidak ada yang bisa menghapus dosa ini selain bertaubat selagi masih hidup
dan menggantinya dengan bertauhid kepada Allah SWT. Larangan syirik I’tiqod
tercantum dalam QS Al-Maidah ayat:72.
B. Syirik asghor (syirik kecil), syirik kecil juga disebut syirik amali karena perbuatan-
perbuatan yang mempunyai tendensi selain Allah atau disebut juga syirik khofi
artinya syirik yang tersembunyi. Larangan syirik ashgor tercantum dalam surat Al-
Kahfi ayat 110. Bahaya syirik ashgor diterangkan dalam dalil-dalil naqli surat Al-
Furqan ayat 23

2. Melakukan sihir

Sihir yang dimaksud dalam bahasan ini adalah tata cara yang bertujuan merusak rumah
tangga orang lain atau menghancurkan orang lain dengan jalan meminta bantuan kepada
setan. Hal ini termasuk perbuatan terlarang dan dosa besar. Firman Allah SWT :

Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan sulaiman)
dan mereka mengatakan bahwa sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal sulaiman tidak kafir
(tidak mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitanlah yang kafir (mengerjakan sihir). Merek
mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada apa yang diturunkan
kepada malaikat di negri babil yaitu harut dan marut, sedangkan keduanya tidak mengerjakan
(sesuatu) kepada seorangpun sebelum mengatakan : “sesungguhnya kami hanya cobaan
(bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir “ maka kami mempelajari dari kedua malaikat itu
apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan istrinya.
Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorangpun,
kecuali dengan izin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu yang tidak memberi manfaat.
Demi sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barang siapa yang telah menukarnya
(kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan diakhirat, dan amat jahatlah
perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui” (QS Al-Baqarah
:102)
Tidak diragukan lagi bahwa sihir termasuk dosa besar dan hukumnyapun sangat berat, yakni
dipenggal dengan pedang. Sebagaiman sabda Rosulullah SAW yang diriwayatkan oleh
turmudzi :

“hukuman bagi tukang sihir itu adalah dipenggal dengan pedang” (HR Turmudzi)

Menurut hadits yang diriwayatkan secara marfu’ oleh ibnu mas’ud, perbuatan yang temasuk
sihir adalah memohon kekuatan pada alam, mempercayai bahwa benda-benda tertentu dapat
menolak dari gangguan pada diri, dan juga memalingkan hati perempuan agar menyukainya.

Sihir dikatakan merusak, sebab sasaran sihir antara lain :

• Mempengaruhi hati dan badan seseorang, untuk di sakiti atau di bunuh.


• Memusnahkan harta benda seseorang.
• Memutuskan ikatan kasih sayang seseorang dengan suami istri atau anak atau dengan
anggota keluarga lainnya.

3. Memakan harta riba

Riba menurut bahasa berasal dari kata “rabaa- yarbuu” yang artinya tambahan, sedangkan
mengenai definisi riba menurut syara’ para ulama berbeda pendapat. Akan tetapi secara
umum riba diartikan sebagai utang piuitang atau pinjam meminjam atau barang yang disertai
dengan tambahan bunga. Agama islam dengan tegas melarang umatnya memakan riba,
sebagaimana firman Allah SWT:

Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan
bertaqwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan Peliharalah dirimu
dari api neraka, yang disediakan untuk orang-orang yang kafir (QS Al-Imran : 130)

Hal itu dikarenakan merugikan dan mencekik pihak yang berhutang. Ia diharuskan membayar
dengan bunga yang berlipat. Seandainya terlambat membayar, bunganya pun akan terus
berlipat. Perbuatan seperti itu banyak dilakukan di zaman jahiliyah dan para ulama
menyebutnya istilah riba nasi’ah. Adapun bentuk riba lainnya adalah riba fadhal yaitu
menukar barang dengan barang sejenis, namun salah satunya lebih banyak atau lebih sedikit
dari pada yang lainnya.

Dari Abu sa’id Al-Khudri ra (beliau berkata) : sesungguhnya Rosulullah SAW bersabda :
janganlah kalian menjual emas dengan emas, kecuali sama timbangan beratnya dan dan
janganlah kalian melebihkan sebagian dari sebagian yang lain; dan janganlah kalian menjual
perak, dengan perak kecuali sama berat timbangannya, dan janganlah kamua melebihkan
sebagian dari sebagiannya; dan janganlah kalian menjual yang tempo (utang) dengan yang
tunai (Muttafaqun alaih)
4. Membunuh jiwa manusia

Maksud membunuh dalam pembahasan ini adalah membunuh jiwa yang diharamkan tanpa
hak dengan sengaja (QS. 25 :68-70). Orang yang berbuat seperti itu akan dimasukkan
keneraka jahannam dan kekal didalamnya sebagaimana firman Allah SWT:

Dan barang siapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja maka balasannya adalah
jahannam, kekal ia didalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta
menyediakan azab yang besar baginya (QS An-Nisa :93)

Sebagaimana halnya perbuatan musyrik membunuh orang mukmin tanpa sengaja juga
termasuk dosa yang kemungkinan besar tidak akan dapat ampunan Nya, Rasulullah SAW
bersabda :

Telah menceritakan kepada kami Shafwan bin Isa berkata; telah Mengabarkan kepada kami
Tsaur bin Yazid dari Abu Aun dari Abu Idris berkata; saya mendengar Mu’awiyah -dan dia
jarang menyampaikan hadis dari Rasulullah Shallallahu’alaihiwasallam berkata–, saya
mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihiwasallam bersabda: “Semua dosa akan diampuni
oleh Allah kecuali seorang laki-laki yang meninggal dalam keadaan kafir atau seorang laki-
laki yang membunuh mukmin lainnya dengan sengaja.” (Ahmad - 16302)

5. Memakan harta anak yatim

Anak yatim adalah anak yang ditinggal mati oleh ayahnya atau ia masih kecil atau dengan
kata lain ditingggal mati oleh orang yang menanggung nafkahnya. Memakan harta anak
yatim dilarang apabila dilakukan secara dzalim. Sepeti firman Allah SWT :

Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anaka yatim secara zalim, sebenarnya
mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk kedalam api yang
menyala-nyala (neraka) (QS An-Nisa: 10)

Dengan demikian apabila dilakukan dengan cara yang patut (baik) orang yang memelihara
anak yatim boleh mengambil sedikit harta anak tersebut (QS. 6: 512) yaitu menambil sebatas
biaya pemeliharaanya. Itupun kalau sinak sudah beranjak dewasa. Akan tetapi, apabila
mampu, sebaiknya dia tidak mengambil harta anak yatim tersebut (QS. 4: 6)

6. Melarikan diri dari perang (jihad)

Kata al-jihad secara bahasa berasal dari kata jahadtu jihadan, artinya saya telah berjuang
keras. Adapun secara istilah jihad adalah berjuang dengan mengeluarkan seluruh daya dan
upaya memerangi kaum kafir dan pemberontak.

Islam mewajibkan kepada umatnya untuk memelihara, menjaga, membela agamanya, serta
mempertahankan agamanya. Jika islam diperangi musuh, umat islam wajib berperang

Orang yang lari dari perang atau jihad telah menipu dirinya sendiri dan telah berkhianat
kepada Allah SWT dan dia dianggap tidak meyakini kemahakuasaan Allah SWT yang
senantiasa menolong setiap hambaNYA yang berjuang menegakkan agama Allah SWT.
Sebagaimana firman Allah SWT :
Barang siapa yang membelakangi mereka (mundur) diwaktu itu, kecuali berbelok untuk
(sisat) perang atau hendak menggabungkan diri dengan pasukan yang lain, maka
sesungguhnya orang itu kembali dengan membawa kemurkaan dari Allah, dan tempatnya
ialah neraka jahannam dan amat buruklah tempat kembalinya” (QS Al- Anfal : 16)

7. Menuduh wanita mukminat yang baik-baik berzina (qadzaf)

Al-qadzaf secara bahasa artinya menuduh, sedangkan menurut istilah adalah menuduh
seseorang berzina sehingga ia harus dijatuhi hukuman had.

Perempuan baik-baik dalam islam ialah seorang mukminat yang senantiasa taat kepada Allah
SWT dan menjaga kehormatannya dari perbuatan keji (zina).apabila wanita seperti itu
dituduh berzina tanpa disertai syarat yang telah ditetapkan syara’ seperti mendatangkan
empat saksi dan menyaksikan dengan mata kepala sendiri, maka penuduhnya wajib didera
delapan puluh kali dan kesaksiannya tidak boleh diterima selama-lamanya. Allah SWT
berfirman :

“dan orang-orang yang menuduh wanita yang baik-baik (berbuat zina) dan mereka tidak
mendatangkan empat orang saksi, maka deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh
kali dera, dan janganlah kamu terima kesaksian mereka buat selama-lamanya. Dan mereka
itulah orang- orang yang fasik” (QS An-Nur : 4).

2.2 Pengertian Ketaqwaan


Takwa menurut bahasa adalah menjaga diri atau berhati-hati. Sedangkan menurut
istilah syari’at, takwa diartikan seorang hamba menjadikan sebuah benteng bagi dirinya
untuk melindunginya dari kemurkaan Allah dan siksa-Nya. Benteng tersebut ialah dengan
melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.Menurut Imam Al Hafizh Ibnu
Rajab berkata, termasuk takwa yang sempurna adalah melaksanakan seluruh kewajiban dan
meninggalkan segala bentuk keharaman dan syubhat lalu disertai dengan melaksanakan
amalan Sunnah dan meninggalkan yang makruh, itulah derajat takwa yang sempurna.

Apapun arti dan definisi dari Takwa, secara prinsip yang harus dijadikan sebagai
dasar seseorang bertakwa adalah ketika ia mampu secara ikhlas mengerjakan segala perintah-
perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-larangan-Nya, maka itulah arti takwa yang
mungkin bisa kita pahami. Secara definisi arti takwa memang hanya terdiri dari beberapa
kalimat saja, tetapi pada tataran impelementasi, arti takwa tidak sesederhana yang kita
bayangkan, takwa merupakan sebuah komplekasitas dari seluruh tindakan dan amal
perbuatan seseorang dalam beribadah kepada Allah.

Takwa sesungguhnya adalah ketika kita bersungguh-sungguh menjauhi seluruh dosa,


baik yang besar maupun yang kecil. Dan bersungguh-sungguh melakukan seluruh bentuk
keta’atan, baik yang wajib maupun yang sunah dengan semampunya, dengan harapan semoga
ibadah Sunnah yang kita lakukan dapat menutupi kekurangan yang ada pada saat melakukan
kewajiban, dan menjauhi dosa-dosa kecil sebagai benteng yang kuat antara seorang hamba
dengan dosa-dosa besar.
2.2.1 Tanda- tanda Orang Bertaqwa

Seperti halnya dengan orang-orang yang beriman, mereka yang bertakwa pun memiliki
seperangkat tanda dan sifat serta amalan yang senantiasa mereka lakukan yang itu merupakan
jalan menuju kepada kebahagiaan dan keberuntungan. Ketika kita membaca Al Qur’an secara
terus menerus dan memahami isi yang terkandung di dalamnya, tentu kita akan dengan
mudah menemukan ciri-ciri dan sifat serta amalan orang-orang yang bertakwa. Dalam Al
Qur’an disebutkan bahwa ciri-ciri orang bertakwa adalah:

• Dalam surat Al Baqarah ayat 117, Allah menetapkan seperangkat tanda- tanda orang
yang bertakwa, yaitu: beriman kepada Allah, beriman kepada hari akhir, beriman
kepada Malaikat, beriman kepada kitab-kitab suci yang diturunkan Allah, beriman
kepada para Nabi, memberikan harta kepada kerabat, anak-anak yatim, orang-orang
miskin, para musafir, peminta-minta dan memerdekan sahaya. Kemudian ciri
berikutnya adalah mendirikan shalat, menunaikan zakat, menepati janji, bersabar
disaat melarat, menderita dan pada masa peperangan, jujur dalam segala tindakan baik
perkataan maupun perbuatan.

• Dalam surat Ali Imron ayat 15-17, Allah memberikan tanda- tanda orang yang
bertakwa, yaitu: selalu mengingat Allah dengan beriman kepada-Nya; memohon
ampunan dari Allah; selalu berlindung dan meminta perlindungan dari siksa neraka
kepada Allah; bersabar dalam melaksanakan keta’atan-Nya dan menjauhi keharaman-
Nya dan sabar terhadap takdir Allah yang pahit; berlaku jujur; senantiasa ta’at dan
khusyu; berinfak dan selalu memohon Ampunan Allah pada waktu sebelum fajar.

• Begitu juga dalam Surat Al Baqarah ayat 1-4 terdapat tanda- tanda orang bertakwa,
yaitu: beriman kepada yang ghaib; mendirikan shalat; menginfakkan sebagian rezeki;
beriman kepada Al-Qur’an dan kitab-kitab suci yang ditutnkan sebelmnya dan
beriman serta meyakini adanya Akhirat.

2.2.2 Cara Menjadi Orang yang Bertakwa

Cara menjadi orang bertaqwa sehingga mendapatkan kecintaan dari


Allah adalah:

• Memperbanyak Ilmu Agama (syar’i)

Ilmu syar’i adalah sebab terbesar untuk meniti jalan menuju takwa kepada Allah, sebab
dengan ilmu syar’i sajalah seseorang hamba mampu membedakan antara yang benar dan yang
salah, yang baik dan yang buruk serta dapat selalu menahan diri dari hal-hal yang diharamkan
dan berusaha untuk selalu mengerjakan perintah-perintah Allah. Allah berfirman, Katakanlah:
“Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?”
Sesungguhnya orang-orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.”(QS. Az-
Zumar [39]:9)
• Sungguh-sungguh Bertakwa Kepada Allah.

Dalam firman-Nya Allah menegaskan, “Dan orang-orang yang berjihad untuk mencari
keridhaan Kami, Kami akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sungguh Allah
beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS Al-Ankabut [29] : 69)
Kesungguhan menjadi indikator seorang hamba untuk meraih predikat takwa, dengan
kesungguhan dan keseriusan dalam menjalankan seluruh perintah Allah dan rasul-Nya secara
konsisten akan menghantarkan kita pada derajat takwa. Hanya mereka yang bersungguh-
sungguh dalam mengamalkan ajaran Allah yang akan mendapatkan ketakwaan.

• Mentadaburi Al Qur’an dan As-Sunnah.

Orang yang senantiasa mentadaburi Al Qur’an dan As-Sunnah ia akan selalu ingat kepada
Allah dan akan selalu mendekat menuju ketaatan kepada Allah serta berusaha menjauhkan
diri dari perbuatan dosa dan maksiat. Firman Allah menyatakan dalam firman-Nya, “Maka
apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? Kalau kiranya Al Quran itu bukan dari sisi
Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya”(QS. An-Nisa [4]:
82).
Orang yang banyak melakukan pembacaan dan kajian Al Qur’an dan As Sunah, secara
langsung akan mendapatkan kedekatan dengan Allah. Terlebih jika kita dapat juga untuk
mengamalkan apa yang terkandung didalam isi Al Qur’an tersebut dalam kehidupan sehari-
hari.

• Berdo’a.

Do’a merupakan sarana bagi seorang muslim untuk mendapatkan pertolongan dan penjagaan
dari Allah, dan Rasulullah Saw pun berdo’a dan mengajarkan kepada umatnya untuk selalu
berdo’a kepada Allah agar dikaruniai ketakwaan. Allah berfirman, “(Yaitu) orang-orang yang
beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan
mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS.Ar-Ra’du [13]: 28)

• Berteman dengan orang-orang yang Bertakwa.

Berteman dengan orang-orang saleh mempunyai pengaruh yang besar dalam meningkatkan
ilmu, iman dan takwa; kualitas takwa seorang muslim sangat ditentukan oleh orang-orang
yang berada disekitarnya. Jika berada dalam lingkaran orang yang sering bermaksiat, maka
tidak bisa dijamin kualitas ketakwaannya akan semakin baik atau tidak.

• Menjauhi Perbuatan Dosa dan Maksiat.

Konsekwensi dari takwa adalah meninggalkan perbuatan dosa dan maksiat. Karena
meninggalkan keduanya itulah hakekat dari takwa. Orang-orang yang ingin mendapatkan
derajat takwa, maka konsekwensi logisnya ia harus berani untuk meninggalkan perbuatan
dosa dan maksiat. Firman Allah dalam Al Qur’an, “Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar
diantara dosa-dosa yang dilarang mengerjakannya, niscaya kami hapus kesalahan-
kesalahanmu dan akan kami masukkan kamu ketempat yang mulia (surga)”.(QS An-Nisaa
[4]: 32)
Dari ayat diatas dapat kita ketahui bahwa mereka yang menjauhi perbuatan dosa dan maksiat,
Allah akan memberikan jaminan menghapus segala kesalahan-kesalahan yang ada. Dan itulah
sebagai motivasi yang Allah berikan kepada hamba-hamba-Nya yang ingin menjauhkan diri
dari perbuatan dosa.

• Mengetahui Perangkap Dan Jebakan Syetan

Jika kita mampu mengetahui jalan-jalan yang dilalui setan serta mengetahui jalan masuknya
kedalam jiwa kita termasuk sebab yang membantunya, maka hendaklah kita berhati-hati,
sehingga tidak mungkin setan itu menyuruh kebaikan dan melarang dari kemungkaran.
Firman Allah telah mengabarkan, “Sesungguhnya setan itu musuh bagimu, maka
perlakukanlah ia sebagai musuh, karena sesungguhnya setan itu hanya mengajak
golongannya agar menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala”.(QS. Al Fathir [35]: 6)
Takwa kepada Allah adalah sebaik-baik bekal bagi kita untuk meraih kebaikan (maslahat)
didunia dan diakhirat, takwa merupakan perisai yang dapat kita dijadikan sebagai tameng
untuk melindungi diri dari azab Allah, yaitu dengan melaksanakan segala perintah-Nya dan
menjauhi segala larangan-Nya sehingga kita menjadi hamba yang teguh melaksanakan
peribadahan kepada Allah secara hakiki.

2.3 Implikasi Keimanan dan Ketaqwaan Dalam Kehidupan Islam


Yang Bartauhid
Dengan implikasi keimanan dan ketaqwaan yang benar maka dapat menumbuhkan
keyakinan antara lain:

1. Dapat menghadapi berbagai tantangan yg datang dalam kehidupan islam.


2. Dapat melenyapkan kepercayaan pada kekuasaan manusia karena hanya percaya
pada kekuasaan Allah.
3. Memberikan ketentraman jiwa
4. Mewujudkan hidup yang baik
5. Sikap ikhlas dan konsekuen tanpa pamrih dan hanya mengharap keridhoan Allah.
6. Memberi keberuntungan yang mana selalu mengajak pada arah yang benar
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Keimanan dan ketaqwaan menunjukkan sikap batin yang terletak dalam hati sehingga
orang yang beriman dan bertaqwa kepada Allah akan menunjukkan sikap yang sesuai dengan
ajaran Allah. Keimanan dan ketaqwaan bukan hanya berarti percaya, melainkan keyakinan
yang mendorong sesorang untuk mengucapkan dan melakukan sesuatu sesuai dengan
keyakinan yang diyakininya.

Tanda- tanda orang beriman dan bertaqwa dapat dilihat berdasarkan tingkah laku
orang tersebut dalam kehidupannya.

3.2 Saran
Dengan kita meyakini bahwa agama Islam merupakan satu- satunya agama yang
sempurna maka kita harus beriman dan bertaqwa hanya kepada Allah dengan tauhid yang
benar serta selalu melaksanakan perintahnya dan menjauhi larangannya.
DAFTAR PUSTAKA

hhtps://irwansahaja.blogspot.com/2014/07/iman-implikasinya-dalam-kehidupan.html

https://infodakwahislam.wordpress.com/2013/05/11/ketaqwaan-dan-keimanan-serta-
implikasi-dalam-kehidupan-sehari-hari

https://www.academia.edu/17266456/MAKALAH_KEIMANAN_DAN_KETAKWAAN

Anda mungkin juga menyukai