Anda di halaman 1dari 12

Analisis Inflasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di

Indonesia
Fitria Salsabilla
Universitas Negeri Jakarta

Alamat: Universitas Negeri Jakarta


Korespondensi penulis: salsabft20@gmail.com

Abstract.
Developing countries tend to experience inflation, countries with inflation rates of less
than 3% are still achieving normal standards, while countries with high and unstable
inflation experience economic instability. increase in prospects. A general and
continuous decline in the price level of goods and services in a country leads to higher
levels of poverty and unemployment. This study uses quantitative methods using time
series data collected between 2016 and 2020 and statistical calculations using SPSS. The
results showed that the inflation rate was 3.532> t table 2.306 and the significance level
was 0.039 < . 0.05, which means that inflation affects Indonesia's economic growth /
Growth Domestic Product (GDP).
Keywords: 3-5 words or phrases that reflect the contents of the article (alphabetically).

Abstrak.
Negara-negara berkembang cenderung mengalami inflasi, negara-negara dengan tingkat
inflasi kurang dari 3% masih mencapai standar normal, sedangkan negara-negara dengan
inflasi tinggi dan tidak stabil mengalami ketidakstabilan perekonomian. peningkatan
prospek. Penurunan tingkat harga barang dan jasa secara umum dan terus-menerus di
suatu negara, menyebabkan semakin tingginya tingkat kemiskinan dan pengangguran.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan menggunakan data time series
yang dikumpulkan antara tahun 2016 hingga 2020 dan perhitungan statistik menggunakan
SPSS. Hasil penelitian sebanyak orang menunjukkan bahwa tingkat inflasi sebesar 3,532
> ttabel 2,306 dan tingkat signifikansi 0,039 < . 0,05 yang berarti inflasi berpengaruh
terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia/produk domestik bruto (PDB).
Kata kunci: 3-5 kata atau frasa yang mencerminkan isi artikel (secara alfabetis).

LATAR BELAKANG

Negara-negara berkembang umumnya mengalami permasalahan ekonomi seperti inflasi


yang tinggi dan pertumbuhan ekonomi yang lambat. Inflasi merupakan indikator
ekonomi yang penting. Tingkat pertumbuhan selalu rendah dan stabil sehingga tidak
menimbulkan penyakit makroekonomi yang berujung pada ketidakstabilan
perekonomian. Inflasi mempunyai dampak positif dan negatif terhadap perekonomian.
Jika perekonomian negara sedang terpuruk, Bank Indonesia dapat menerapkan kebijakan

Received Januari 30, 2023; Revised Febuari 2, 2023; Accepted Maret 22, 2023
*Corresponding author, e-mail address
STRATEGI PEMASARAN YANG DILAKUKAN DI PLAZA TUNJUNGAN III
SURABAYA DALAM MEMASARKAN SEMUA PRODUKNYA

moneter ekspansif dengan menurunkan suku bunga.1 Inflasi yang tinggi dan fluktuatif
mencerminkan ketidakstabilan perekonomian, kenaikan harga barang dan jasa secara
umum dan berkelanjutan di Indonesia, serta tingkat kemiskinan yang lebih tinggi dari
sebelumnya. Laju inflasi Indonesia mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun seiring
dengan meningkatnya laju inflasi menyebabkan masyarakat yang semula mampu
memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan barang dan jasa yang mahal tidak mampu lagi
sehingga mengakibatkan kemiskinan.

Sumber : www.bps.go.id, 2020


Dari Tabel 1.1, laju inflasi di Indonesia sebesar .3.02 pada tahun 2016, laju inflasi kembali
meningkat sebesar 3.61 pada tahun 2017, laju inflasi menurun sebesar .3.13 pada tahun
2018, laju inflasi kembali menurun sebesar 2.72. pada tahun 2019, dan 2020 Tingkat
2
inflasi kembali turun pada tahun 2017. 1.68. Pertumbuhan ekonomi merupakan
permasalahan jangka panjang yang harus diselesaikan oleh negara-negara yang
diperkirakan akan mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat. Semua negara
mempunyai tujuan yang sama: bagaimana mempercepat pertumbuhan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi adalah proses peningkatan output per kapita secara terus menerus
dalam jangka panjang. Kesehatan perekonomian suatu negara bergantung pada
pertumbuhan ekonomi, dan pertumbuhan ekonomi merupakan prasyarat mutlak bagi
kemajuan dan kesejahteraan suatu negara. Jika suatu negara gagal mempercepat
pertumbuhan ekonomi, maka akan muncul permasalahan ekonomi dan sosial baru, seperti
tingginya angka kemiskinan. Pertumbuhan ekonomi dapat diukur dengan menggunakan
produk domestik bruto (PDB).

1 Putong, Iskandar. 2013. “Pengantar Ekonomi Mikro dan Makro”. Jakarta : Ghalia

Indonesia
2 Website Badan Pusat Statistik (bps.go.id).

2 DHAMMAVICAYA - VOLUME 5, NO. 2, JANUARI 2022


Sumber : www.bps.go.id, 2020
Tabel 1.2 menunjukkan bahwa laju perkembangan PDB berdasarkan harga konstan dapat
bervariasi. Tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2016 hingga tahun 2020
menunjukkan bahwa perekonomian Indonesia sedang lesu akibat ketidakpastian
perekonomian global dan permasalahan fiskal seperti defisit transaksi berjalan, inflasi
yang tinggi, dan depresiasi nilai tukar rupiah. Pada tahun 2020, PDB Indonesia yang
sebesar terus mengalami penurunan hingga mencapai -2,50, namun hal ini disebabkan
oleh adanya pandemi virus corona baru yang melanda Indonesia sehingga
mengakibatkan menurunnya daya beli masyarakat Indonesia secara signifikan dan
menyebabkan peningkatan angka pengangguran. di dalam Semua faktor tersebut dapat
saling berinteraksi dan berhubungan. Semua faktor tersebut dapat mempengaruhi
kondisi sosial ekonomi masyarakat dan pemerintah. Oleh karena itu, upaya
penanggulangan inflasi harus dilakukan secara komprehensif dan terpadu.3

KAJIAN TEORITIS

Pertumbuhan Ekonomi (Economic Growth)

Pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan kemampuan jangka panjang suatu negara

dalam menyediakan berbagai barang ekonomi bagi masyarakatnya. Peningkatan kapasitas itu
sendiri ditentukan atau dimungkinkan oleh kemajuan, atau adaptasi teknologi, kelembagaan dan
ideologi terhadap berbagai tuntutan situasi yang ada (Kuznets, 1971). Faktor yang menjadi
pertimbangan dalam mengukur pertumbuhan ekonomi adalah Produk Domestik Bruto (PDB)
atau Produk Domestik Bruto (PDB). Produk domestik bruto (PDB) adalah total output barang
dan jasa yang diproduksi di suatu negara atau wilayah selama periode waktu tertentu. PDB
nominal (atau PDB atas dasar harga berlaku) mengacu pada nilai PDB tanpa memperhitungkan
pengaruh harga. Di sisi lain, PDB riil (disebut PDB harga tetap) mengoreksi nilai PDB nominal
untuk memperhitungkan pengaruh harga. 3 Analisis mekanisme perekonomian nasional (output)
berdasarkan PDB dengan menggunakan pendekatan:

1. Pendekatan produksi

3 Website Badan Pusat Statistik (bps.go.id).


STRATEGI PEMASARAN YANG DILAKUKAN DI PLAZA TUNJUNGAN III
SURABAYA DALAM MEMASARKAN SEMUA PRODUKNYA

2. Pendekatan pengeluaran/pengeluaran

3. Pendekatan pendapatan4

Teori Pertumbuhan Ekonomi

Teori hubungan pertumbuhan ekonomi dengan inflasi diambil dari penelitian Umaru dan
Zubairu (2012)5:

1. The Philips Curve

Tujuan utama pembuat kebijakan ekonomi adalah mengurangi inflasi dan pengangguran.
Penerapan kebijakan moneter dan fiskal menggerakkan perekonomian menuju tingkat harga
yang lebih tinggi di sepanjang kurva penawaran agregat jangka pendek, sehingga menurunkan
pengangguran karena perusahaan membutuhkan lebih banyak pekerja seiring dengan
peningkatan keuntungan. Keuntungan diperoleh dan sebaliknya. Trade-off antara inflasi dan
pengangguran diwakili oleh kurva Phillips. Hasil empiris Phillips menunjukkan bahwa terdapat
hubungan berbanding terbalik antara tingkat upah dengan tingkat pengangguran. Temuan ini
didukung oleh fakta bahwa pergerakan upah dapat dijelaskan oleh tingkat dan perubahan tingkat
pengangguran. Salah satu argumen yang menentang kurva Phillips adalah perluasan yang
menetapkan hubungan antara harga dan tingkat pengangguran. Hal ini didasarkan pada asumsi
bahwa upah dan harga bergerak dalam arah yang sama. Kekuatan kurva Phillips terletak pada
hubungan antara inflasi dan tingkat pengangguran sebesar .

2. The Monetarist
Teori Kuantitas Uang (QTM) berpendapat bahwa jumlah uang beredar merupakan
penentu utama tingkat harga atau nilai uang, dan bahwa perubahan jumlah uang
beredar mengubah tingkat harga secara langsung dan proporsional. Kaum monetaris
menekankan bahwa setiap perubahan dalam jumlah uang beredar hanya mempengaruhi
tingkat harga atau sisi keuangan perekonomian, dan bahwa sektor riil perekonomian
sepenuhnya terisolasi. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan jumlah uang beredar
tidak mempengaruhi produksi barang dan jasa yang sebenarnya, hanya nilai atau harga
pertukarannya.
3. The Keynesian

4 Shitundu,L. And Luvanda, G. (2000). The Effect of Inflation on Economic Growth in Tanzania, African Journal of
Finance and Management, Vol. 9 No. 1, pp. 70- 77.

5 Umaru,A. And Zubairu, J. (2012). The Effect of Inflation on the Growth and Development of the Nigerian Economy:
An Empirical Analysis, International Journal of Business and Social Science, Vol. 3, No. 10, pp. 187-188.

4 DHAMMAVICAYA - VOLUME 5, NO. 2, JANUARI 2022


Keynesian menentang pandangan monetaris tentang hubungan antara jumlah uang beredar dan
harga. Menurut Keynesian, hubungan antara perubahan jumlah uang beredar dan harga tidak
proporsional dan tidak langsung melalui tingkat suku bunga. Kekuatan teori Keynes terletak pada
integrasi teori uang di satu sisi dan teori produksi dan lapangan kerja melalui suku bunga di sisi
lain. Oleh karena itu, peningkatan jumlah uang beredar menurunkan suku bunga, meningkatkan
jumlah investasi dan permintaan agregat, serta meningkatkan output dan lapangan kerja. Dengan
kata lain, Keynesian memahami hubungan nyata antara sektor moneter dalam perekonomian,
yang mewakili keseimbangan antara pasar komoditas dan pasar keuangan. Menurut Keynesian,
selama ada pengangguran, produksi dan lapangan kerja berubah pada tingkat yang sama dengan
jumlah uang beredar, namun harga tidak berubah. Namun, pada kesempatan kerja penuh,
perubahan jumlah uang beredar menyebabkan harga berubah secara proporsional.

4. The Neo Keynesian

Penjelasan teoretis Neo-Keynesian mempertimbangkan permintaan agregat dan penawaran


agregat. Teori ini mengasumsikan pandangan Keynesian dalam jangka pendek dan pandangan
klasik dalam jangka panjang. Pendekatan sederhananya adalah dengan mempertimbangkan
perubahan belanja publik atau jumlah uang beredar nominal dan mengasumsikan bahwa tingkat
inflasi yang diharapkan adalah nol. Akibatnya, permintaan keseluruhan terhadap keseimbangan
uang riil meningkat dan tingkat harga menurun. Teori Neo-Keynesian berfokus pada
produktivitas karena penurunan skala produktivitas menyebabkan tekanan inflasi dan melebarnya
kesenjangan output.

Inflasi (Inflation)

Sederhananya, inflasi adalah kenaikan harga secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga
satu atau dua barang bukanlah inflasi kecuali kenaikan tersebut meluas ke (atau menyebabkan
kenaikan harga) barang lain (Bank Indonesia). secara umum menggambarkan inflasi sebagai
situasi ekonomi di mana jumlah uang beredar meningkat ``lebih cepat’’ dibandingkan produksi
barang dan jasa dalam perekonomian yang sama. Inflasi diukur sebagai persentase indeks
perubahan harga (indeks harga konsumen, indeks harga grosir, indeks harga produsen, dll).
Essien berpendapat bahwa Indeks Harga Konsumen (CPI) mengukur harga sekumpulan barang
yang representatif. Mencakup jasa dan jasa yang dibeli oleh rata-rata konsumen dan dihitung
berdasarkan Survei Harga Konsumen berkala. Indikator yang umum digunakan untuk mengukur
inflasi adalah Indeks Harga Konsumen (CPI).
STRATEGI PEMASARAN YANG DILAKUKAN DI PLAZA TUNJUNGAN III
SURABAYA DALAM MEMASARKAN SEMUA PRODUKNYA

Pengaruh Inflasi terhadap Pertumbuhan Ekonomi (PDB)

Sebagai aturan umum, tidak semua inflasi berdampak buruk bagi perekonomian. Apalagi jika kita
mengalami inflasi yang moderat, yakni di bawah 10 persen. Inflasi yang moderat sebenarnya
dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. Sebab, inflasi dapat mendorong pengusaha untuk lebih
meningkatkan produksinya. Pengusaha tertarik untuk memperluas produksi karena mereka akan
memperoleh keuntungan lebih jika harga naik. Selain itu, peningkatan produksi sebesar juga
memberikan dampak positif lainnya seperti terciptanya lapangan kerja baru. Jika nilainya
melebihi 10% maka inflasi berdampak negatif6 .

METODE PENELITIAN

Metode penelitian ini adalah menggunakan metode kualitatif dengan teknik analisis
ekonometrika.Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan cara mencari data
tingkat Inflasi dan pertumbuhan ekonomi di website Badan Pusat Statistik (BPS)7.

HASIL DAN PEMBAHASAN (Sub judul level 1)

Penulis menggunakan pendekatan kuantitatif dalam penelitian ini. Data yang digunakan
pada penelitian ini adalah data runtun waktu (time series) yang merupakan data tahunan,
dimulai pada tahun 1983-2014. Penyajian data mengenai inflasi dan pertumbuhan
ekonomi menggunakan data yang telah dihitung oleh BPS. Perkembangan pertumbuhan
ekonomi menggunakan data laju pertumbuhan ekonomi yang telah dikeluarkan oleh BPS.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan cara mencari data tingkat

inflasi dan pertumbuhan ekonomi di website Badan Pusat Statistik (BPS). Penelitian ini
menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan teknik analisis ekonometrika8. . Analisis
ekonometrika yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linear sederhana dengan
metode Ordinary Least Squre (OLS). Data diolah menggunakan program Eviews. Model
yang digunakan dalam penelitian ini adalah model ekonometrika. Model yang digunakan
sebagai berikut Yi = β0 + β1 Xi + µi

dimana:

6 http://www.bi.go.id/id/moneter/inflasi/pengenalan/Contents/Default.aspx

7 Achmadi, Abu & Cholid Narbuko. 2015. “Metodologi Penelitian”. Jakarta : PT Bumi Aksara

8 Panorama, Maya &. Muhajirin. 2017. “Pendekatan Praktis Metode Kualitatif dan Kuantitati”. Yogyakarta : Idea
Press Yogyakarta

6 DHAMMAVICAYA - VOLUME 5, NO. 2, JANUARI 2022


Y = Pertumbuhan ekonomi

β0 dan β1 = Parameter

X1 = Inflasi

µi = Error term

Data

Pertumbuhan ekonomi berfluktuatif pada tahun 1983-2014. Berikut ini data Pertumbuhan
Ekonomi & Inflasi di Indonesia sejak tahun 1983-2014 dengan hasil analisis data sebagai
berikut

Yi = β0 + β1 Xi + µi

Yi = 7,634675-0,250527+0,026578

Koefisien inflasi yang negatif sebesar -0,250527 artinya jika inflasi naik 1% maka

pertumbuhan ekonomi akan berkurang atau menurun sebesar 0,250527. Nilai probabilitas
0,0000 menunjukkan bahwa inflasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi, karena nilai probabilitasnya kurang dari α 5%.

- Uji Koefisien Determinasi (R2)

Berdasarkan output, diperoleh nilai R2 =0,747588, artinya sebesar 74,7588% nilai

Pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh inflasi sedangkan sisanya sebesar 25,2412%

Dipengaruhi oleh faktor lain,


STRATEGI PEMASARAN YANG DILAKUKAN DI PLAZA TUNJUNGAN III
SURABAYA DALAM MEMASARKAN SEMUA PRODUKNYA

- Uji F (Uji Kecocokan Model)

Hipotesis :

Ho : model tidak cocok

H1 : model cocok

Taraf Signifikansi : α=5%

Statistik Uji:

Prob(F-statistic) = 0,000000

Daerah Kritis:

Ho ditolak jika Prob(F-statistic) < α

Keputusan: Karena Prob(F-statistic)=0,000000 < α =0,05 maka Ho ditolak

Kesimpulan:

Jadi, pada taraf signifikansi α=5% didapatkan hasil bahwa bahwa model regresi cocok

- Uji t Hipotesis:

Ho = koefisien inflasi tidak signifikan H1 = koefisien inflasi signifikan Taraf


Signifikansi : α=5%

Statistik Uji:

Nilai probability Inflasi= 0,000000

Daerah Kritis:

Ho ditolak jika probability < α

Keputusan: Karena probability=0,000000 < α = 0,05 maka Ho ditolak

Kesimpulan:

Jadi, pada taraf signifikansi α=5% didapatkan hasil bahwa koefisien Inflasi signifikan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, maka disimpulkan bahwa:

8 DHAMMAVICAYA - VOLUME 5, NO. 2, JANUARI 2022


1. Inflasi berpengaruh negativ dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di
Indonesia tahun 1983-2014. Ini terlihat dari Hasil uji signifikan uji F, yang
menunjukkan inflasi berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

2. Besarnya pengaruh yang diberikan inflasi terhadap pertumbuhan ekonomi di lihat


dari R square diketahui R2 =0,747588, artinya sebesar 74,7588% nilai
pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh inflasi sedangkan sisanya sebesar
25,2412% dipengaruhi oleh faktor lain.

Dari hasil diatas dapat disarankan/direkomendasikan sebagai berikut :

1. Sekiranya pemerintah terus memperbaharui dan mengevaluasi setiap


kebijakan yang dilakukan untuk mengatasi inflasi baik itu kebijakan moneter
dan kebijakan fiskal.
2. Sebaiknya pemerintah menjaga kestabilan harga setiap produk terutama
bahan pokok untuk menekan inflasi dan mengendalikan jumlah uang yang
beredar di masyarakat.
3. Pemerintah menjalin kerjasama yang baik dengan pengusaha dan mendorong
agar pengusaha menaikkan hasil produksinya. Cara ini cukup efektif mengingat
inflasi disebabkan oleh kenaikan jumlah barang konsumsi tidak seimbang
dengan jumlah uang yang beredar. Oleh karena itu pemerintah membuat
prioritas produksi atau memberi bantuan (subsidi) kepada sektor produksi bahan
bakar, produksi beras..
4. Pemerintah melakukan pengawasan harga dan sekaligus menetapkan harga
maksimal.

DAFTAR REFERENSI
Achmadi, Abu & Cholid Narbuko. 2015. “Metodologi Penelitian”. Jakarta : PT Bumi
Aksara

Arikunto, Suharsimi. 2014. “Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik”. Jakarta:


Rineka Cipta

Boediono. 2014. “Ekonomi Moneter”. Yogyakarta : BPFE


STRATEGI PEMASARAN YANG DILAKUKAN DI PLAZA TUNJUNGAN III
SURABAYA DALAM MEMASARKAN SEMUA PRODUKNYA

Fadilla, F., & Aravik, H. 2018. Pandangan Islam dan Pengaruh Kurs, BI Rate terhadap
Inflasi. Jurnal Ecoment Global: Kajian Bisnis dan Manajemen, 3(2), 95-108.

Ghozali, Imam. 2013. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”.


Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Hasan, M. Iqbal. 2012. “Pokok-Pokok Materi Statistik 2”. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Noor, Juliansyah. 2012. “Metodologi Penelitian”. Jakarta: Prenadamedia Group.

Panorama, Maya &. Muhajirin. 2017. “Pendekatan Praktis Metode Kualitatif dan
Kuantitati”. Yogyakarta : Idea Press Yogyakarta

Putong, Iskandar. 2013. “Pengantar Ekonomi Mikro dan Makro”. Jakarta : Ghalia
Indonesia

Barro, R. (1996). Determinants of economic growth: A cross-country empirical study.


NBER Working Paper Vol. 56, No. 98, pp. 22-29.

Boediono. 2008. Inflasi Ideal 3 - 4 Persen. www.tempo.com

Datta, K. and Kumar, C. (2011). Relationship between Inflation and Economic Growth
in Malaysia. International Conference on Economics and Finance Research IPEDR, Vol.
4, No. 2, pp. 415-16.

Essien, E.A. (2005). ‟Exchange Rate Pass-Through to Inflation in Nigeria”. West African
Journal of Monetary and Economic Intergration (First Half),Vol. 5, Number 1, Accra:
West African Monetary Institute.

Marbuah, G. (2010). The Inflation-Growth Nexus: Testing for Optimal Inflation for
Ghana, Journal of Monetary and Economic Integration, Vol. 11, No. 2, pp. 71-72.

10 DHAMMAVICAYA - VOLUME 5, NO. 2, JANUARI 2022


Mubarik, A. (2005). Inflation and Growth. An Estimate of the Threshold Level of
Inflation in Pakistan. SBP- Research Bulletin, Vol. 1, No. 1 pp. 35-43

Quartey, P. (2010). Price Stability and the Growth Maximizing rate of inflation for Ghana,
Business and Economic Journal, Vol. 1, No. 1, pp. 180-194.

Shitundu, L. And Luvanda, G. (2000). The Effect of Inflation on Economic Growth in


Tanzania, African Journal of Finance and Management, Vol. 9 No. 1, pp. 70- 77.

Umaru, A. And Zubairu, J. (2012). The Effect of Inflation on the Growth and
Development of the Nigerian Economy: An Empirical Analysis, International
Journal of Business and Social Science, Vol. 3, No. 10, pp. 187-188.

Website Badan Pusat Statistik (bps.go.id).

Website Bank Indonesia

(http://www.bi.go.id/id/moneter/inflasi/pengenalan/Contents/Default.aspx)

Anda mungkin juga menyukai