Anda di halaman 1dari 10

Machine Translated by Google

Jurnal Internasional Global


Optimasi dan Penerapannya
Vol. 1, No. 2, Juni 2022, hal.70-79 e-ISSN: 2948-4030
© 2022 Sumber Daya Intelektual SRN https://doi.org/10.56225/ijgoia.v1i2.16

Artikel

Pengaruh Variabel Makroekonomi terhadap Riil


Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia
Agam Fitriadi 1, Vivi Silvia 1, Suriani Suriani 1,*

1
Jurusan Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, Indonesia; agamfitriady8386@gmail.com
(AF); vivisilvia@unsyiah.ac.id (VS)
* Korespondensi: suriani@unsyiah.ac.id

Kutipan: Fitriady, A., Silvia, V., & Suriani, S. (2022). Pengaruh Variabel Makroekonomi Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Riil di Indonesia. Jurnal Internasional Optimasi Global dan Penerapannya, 1(2), 70-79. https://doi.org/
10.56225/ijgoia.v1i2.16
Editor Akademik: Mohd Shukor Bin Salleh.

Diterima: 22 Maret 2022 Diterima: 16 Juni 2022 Diterbitkan: 30 Juni 2022

Abstrak: Studi ini mengkaji dan menganalisis secara empiris dampak beberapa indikator ekonomi makro terhadap pertumbuhan
ekonomi, yaitu sejauh mana variabel kemiskinan, indeks pembangunan manusia (IPM), foreign direct (FDI) dan penanaman
modal dalam negeri (DMI) mempengaruhi pendapatan domestik regional bruto. produk (PDRB) atas dasar harga konstan tahun
2010 menurut pengeluaran di Indonesia. Dengan menggunakan regresi data panel dan data yang bersumber dari 32 provinsi
di seluruh Indonesia, diperoleh hasil bahwa kemiskinan berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan, FDI berpengaruh positif dan
signifikan, dan HDI berpengaruh positif dan signifikan.
Sedangkan PMDN berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap PDRB. Dalam upaya meningkatkan nilai PDRB, IPM,
dan investasi (FDI dan IPM) yang dapat mengurangi kemiskinan, maka pemerintah, swasta, dan masyarakat berperan aktif
bekerjasama dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan program strategis yang efektif dan efisien. , antara lain menjaga
stabilitas dan politik jaminan sosial, reformasi berkelanjutan di semua sektor dengan mendorong penggunaan produk dalam
negeri, memberdayakan elemen masyarakat termasuk Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, memfasilitasi berbagai pelatihan
keterampilan vokasional bagi tenaga kerja produktif dan menyusun peraturan tata kelola perizinan yang ramah investasi .
Pembangunan sumber daya manusia harus mengiringi pembangunan ekonomi untuk mengurangi dampak negatif dari
pertumbuhan ekonomi.

Kata kunci: pertumbuhan ekonomi; kemiskinan; perkembangan manusia; investasi dalam negeri; penanaman Modal Asing

Hak cipta: © 2022 oleh penulis. Dikirim untuk kemungkinan publikasi akses terbuka di bawah syarat dan ketentuan
lisensi Creative Commons Attribution (CC BY) (https://creativecommons.org/licenses/by/4.0/).

1. Perkenalan
Pertumbuhan ekonomi adalah kondisi perekonomian suatu negara yang terus membaik dari waktu ke waktu menjadi
keadaan yang lebih baik dari sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi juga diartikan sebagai pertumbuhan kapasitas produksi suatu
perekonomian yang meningkatkan pendapatan nasional (Porter, 2000). Pertumbuhan ekonomi merupakan tanda keberhasilan
pembangunan ekonomi dalam kehidupan masyarakat (Thompson, 2018). Pertumbuhan ekonomi di Indonesia selama beberapa
tahun mengalami perkembangan yang positif; dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2021 persentase pertumbuhan ekonomi
hampir setiap tahun di atas 5%, hanya pada tahun 2016 mengalami sedikit penurunan sebesar 4,88%, dan terparah terjadi
pada tahun 2020 ketika terjadi resesi akibat pandemi Covid 19 (Mursalina et al., 2022). Saat itu, pertumbuhan ekonomi turun
drastis dari 5,17% di tahun 2019 menjadi -2,07%. Resesi ekonomi, atau setidaknya penurunan

Jurnal Internasional Optimasi Global dan Penerapannya


Machine Translated by Google

Jurnal Internasional Optimasi Global dan Penerapannya Vol.


1, No. 2, Juni 2022, hlm.70-79. 71

pertumbuhan ekonomi, juga dialami oleh hampir atau bahkan seluruh negara di dunia, termasuk negara-negara besar seperti
China, Prancis, Rusia, Amerika Serikat, Jepang, Eropa, dan lain-lain. Menurut International Monetary Fund (IMF) October
2021 World Economic Outlook, pertumbuhan ekonomi global melambat menjadi sekitar -3,2% pada tahun 2020, dengan
pemulihan sebesar 5,9% diproyeksikan untuk tahun 2021 dan 4,9% untuk tahun 2022 (Jackson, 2021).
Sanchez (2021) membagi 170 negara menjadi tiga kelompok menurut pendapatan per kapita, yaitu pendapatan
rendah, menengah, dan tinggi. Pandemi memiliki dampak yang signifikan dan lebih menonjol pada pertumbuhan PDB di
negara-negara berpenghasilan menengah. Dampak terhadap pertumbuhan PDB kurang signifikan di negara termiskin karena
lockdown yang tidak terlalu ketat dan negara kaya karena kebijakan ekonomi yang lebih agresif. Selain pertumbuhan ekonomi
yang lesu, salah satu dampak negatif pandemi adalah meningkatnya angka kemiskinan. Pandemi Covid-19 telah
menyebabkan peningkatan jumlah penduduk miskin di Indonesia hampir mencapai 2,7 juta. Namun di tahun 2021, dengan
berbagai kebijakan yang diambil pemerintah dan komponen bangsa terkait.
Seiring dengan perlambatan akibat pandemi, pertumbuhan ekonomi kembali ke jalur positif sebesar 3,69%. Pandemi
COVID-19 telah mempengaruhi perekonomian daerah di wilayah Indonesia. Terbukti dengan hasil pengolahan uji statistik
Mc Nemar yang signifikan terhadap 34 provinsi di Indonesia (Oeliestina, 2021). Di Afrika Selatan, konsekuensi jangka
panjang Covid-19 akan merusak PDB, seperti yang diprediksi oleh skenario pemulihan 'Lambat' dan 'Panjang' (Arndt et al.,
2020). Gambar 1 menunjukkan pertumbuhan ekonomi Indonesia dari tahun 2013 hingga 2021.

Gambar 1. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 2013-2021.

Pertumbuhan ekonomi merupakan faktor penting yang menggambarkan pendapatan masyarakat dan tingkat
pertumbuhan daerah yang diukur dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita. PDRB adalah total nilai
tambah bruto yang dihasilkan oleh semua sektor ekonomi daerah (Zulham et al., 2019). Penghitungan PDRB dimaksudkan
untuk membantu dalam merumuskan kebijakan atau rencana daerah, mengevaluasi hasil pembangunan, dan memberikan
informasi yang dapat menggambarkan kinerja perekonomian daerah (Sukono, Saputra, et al., 2019; Sukono, Subartin, et al., 2019).
Melihat fluktuasi pertumbuhan ekonomi daerah secara riil dari tahun ke tahun tergambar melalui penyajian PDRB atas dasar
harga konstan secara berkala; pertumbuhan positif menunjukkan peningkatan ekonomi. Sebaliknya, jika negatif menunjukkan
penurunan pertumbuhan ekonomi, biasanya disertai dengan akumulasi atau penggunaan sumber daya dan dana negara
(Ananta, 1993).
PDRB merupakan salah satu indikator penting untuk menentukan kondisi ekonomi di suatu wilayah pada periode
tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun konstan (Zulham et al., 2019). PDRB adalah jumlah nilai tambah yang
dihasilkan oleh seluruh unit usaha di suatu wilayah tertentu atau jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh
seluruh unit ekonomi wilayah. PDRB, berdasarkan harga berlaku, menggambarkan nilai tambah produk dan jasa yang
dihitung dengan menggunakan harga tahun berjalan. Sebaliknya, PDRB atas dasar harga konstan menggambarkan nilai
tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung dengan menggunakan harga yang berlaku dalam satu tahun sebagai tahun
dasar. Kemampuan sumber daya ekonomi, pergeseran, dan struktur ekonomi suatu daerah ditentukan dengan menggunakan
PDRB atas dasar harga berlaku. Sedangkan PDRB konstan menghitung pertumbuhan ekonomi aktual dari tahun ke tahun
atau pertumbuhan yang tidak dipengaruhi oleh perubahan harga (Mursalina et al., 2022).
Machine Translated by Google

Jurnal Internasional Optimasi Global dan Penerapannya Vol. 1,


No. 2, Juni 2022, hlm.70-79. 72

Gambar 2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menurut Pengeluaran 2013-2021.

Gambar 2 menampilkan total 32 provinsi dengan tahun pengamatan 2013-2021. PDRB atas dasar harga konstan
menurut pengeluaran tertinggi terdapat di tiga provinsi secara konsisten dari tahun ke tahun, yaitu DKI Jakarta, Jawa Timur,
dan Jawa Barat, sedangkan yang terendah adalah Maluku Utara, Gorontalo, dan Sulawesi Barat.

2. Tinjauan Pustaka
2.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Salah satu indikator keberhasilan pelaksanaan pembangunan yang dapat dijadikan tolok ukur secara makro adalah
pertumbuhan ekonomi. Namun, meskipun telah dijadikan indikator pembangunan, pertumbuhan ekonomi masih bersifat
umum dan belum mencerminkan kemampuan masyarakat secara individu. Ada sedikit keraguan bahwa pertumbuhan
ekonomi meningkatkan kekayaan keseluruhan suatu negara, memungkinkannya memperluas kapasitasnya dalam
memerangi kemiskinan, pengangguran, dan masalah sosial lainnya. Akibatnya, di banyak negara di dunia, tingkat
pertumbuhan ekonomi yang tinggi menjadi salah satu tujuan utama kebijakan ekonomi (Sharipov, 2015). Pembangunan
daerah juga diharapkan berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi daerah dapat tercermin
dari perubahan PDRB di suatu daerah (Afrizal, 2013). Salah satu indikator keberhasilan pelaksanaan pembangunan yang
dapat dijadikan tolok ukur secara makro adalah pertumbuhan ekonomi yang tercermin dari perubahan PDRB (Produk
Domestik Regional Bruto) di suatu daerah. PDRB adalah semua nilai tambah yang timbul dari berbagai kegiatan ekonomi di
suatu wilayah, tanpa memandang pemilik faktor produksi, baik milik penduduk wilayah tersebut maupun milik penduduk
wilayah lain (Kairupan, 2013).

2.2. Kemiskinan
Kemiskinan berarti suatu kondisi dimana seseorang atau kelompok tidak memiliki kemampuan, kebebasan, aset, dan
aksesibilitas untuk kebutuhan masa depan mereka dan sangat rentan terhadap risiko dan tekanan yang disebabkan oleh
penyakit dan kenaikan harga pangan dan biaya sekolah secara tiba-tiba (Parsudi, 2000). Sedangkan menurut Chamsyah
(2006), kemiskinan adalah kondisi kehidupan yang mengacu pada keadaan kekurangan atau kesulitan dalam memenuhi
kebutuhan hidup. Seseorang dikatakan miskin jika ia kesulitan memenuhi kebutuhan pokoknya. Menurut Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional (1993), kemiskinan adalah keadaan serba kekurangan yang terjadi bukan karena kehendak orang
miskin melainkan keadaan yang tidak dapat dihindari dengan kekuatan apa adanya. Jadi, kemiskinan merupakan kondisi
kehidupan seseorang. Hal ini mengacu pada keadaan kekurangan dalam memenuhi kebutuhan dasar hidupnya dan
ketidakmampuan untuk menikmati hidupnya dalam hal kesehatan, ibadah menurut agamanya, pendidikan, pekerjaan,
penghasilan yang memadai dan taraf hidup.
Machine Translated by Google

Jurnal Internasional Optimasi Global dan Penerapannya Vol. 1, No.


2, Juni 2022, hlm.70-79. 73

2.3. Indeks Pembangunan Manusia


Indeks Pembangunan Manusia (IPM) digunakan untuk mengukur pencapaian pembangunan manusia di suatu wilayah.
Proses mendapatkan dan memperluas jumlah orang dengan keterampilan, pendidikan, dan pengalaman yang diperlukan untuk
pembangunan ekonomi dan politik suatu negara dikenal sebagai pembentukan modal pembangunan manusia (Maulida & Silvia,
2016). Seperti yang diidentifikasi oleh Ranis et al. (2000), ada hubungan dua arah yang kuat antara pembangunan manusia dan
pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi menawarkan sarana untuk mendukung peningkatan pembangunan manusia yang
berkelanjutan dimana pembangunan berkelanjutan dalam nilai pembangunan manusia sangat penting sebagai penentu
pertumbuhan ekonomi. Menurut Ranis et al. (2006), HDI berguna untuk membandingkan kinerja pembangunan manusia antar
negara dan wilayah. HDI adalah metrik yang menunjukkan bagaimana warga suatu wilayah dapat memperoleh manfaat dari
pembangunan sebagai bagian dari hak mereka atas pendapatan, kesehatan, dan pendidikan, antara lain.

2.4. Investasi asing langsung


Penanaman Modal Asing (FDI) adalah kegiatan penanaman modal untuk melakukan usaha di negara Republik Indonesia,
yang dilakukan oleh penanam modal asing yang sepenuhnya menggunakan modal asing dan yang bekerja sama dengan
penanaman modal dalam negeri. FDI merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan jumlah modal bagi pembangunan
ekonomi yang bersumber dari luar negeri (Mathiyalagan & Padli, 2022). Salvatore (2020) menjelaskan bahwa FDI terdiri dari 1)
Investasi portofolio, yaitu investasi yang hanya melibatkan aset keuangan, seperti obligasi dan saham, didenominasi atau dinilai
dalam mata uang nasional. Portofolio atau kegiatan investasi keuangan ini biasanya terjadi melalui lembaga keuangan seperti
bank, perusahaan dana investasi, yayasan pensiun, dll. barang modal, pembelian tanah untuk tujuan produksi, dan

segera.

2.5. Penanaman Modal Dalam Negeri (DMI)


Penanaman Modal Dalam Negeri (DMI) adalah kegiatan penanaman modal dimana penanam modal dalam negeri
menggunakan dana dalam negeri untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia. Menurut Harjono (2007),
penanaman modal dalam negeri adalah penggunaan modal oleh negara atau swasta nasional atau swasta asing yang
berkedudukan di Indonesia, yang digunakan untuk melakukan kegiatan usaha bagi usaha-usaha yang mendorong pembangunan
ekonomi pada umumnya. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) merupakan salah satu jenis penanaman modal langsung
yang memberikan kontribusi langsung terhadap pembangunan. Investasi langsung akan mendorong pertumbuhan ekonomi,
teknologi, transfer pengetahuan, dan penciptaan lapangan kerja, menurunkan pengangguran dan meningkatkan daya beli masyarakat (Supancana

3. Bahan dan Metode


3.1. Bahan
Penelitian ini dirancang dengan menggunakan pendekatan kuantitatif melalui analisis data panel. Data panel
menggabungkan data cross-section dan time-series (Beck, 2008; Yaffee, 2003). Data yang digunakan adalah PDRB Atas Dasar
Harga Konstan Menurut Pengeluaran, Angka Kemiskinan, IPM, FDI, dan DMI dari 32 Provinsi dari tahun 2013 hingga 2021. Data
tersebut diperoleh dari Badan Pusat Statistik, Badan Koordinasi Penanaman Modal (Badan Koordinasi Penanaman Modal).
Modal, 2021), Bank Indonesia, dan literatur lainnya. Jumlah observasi sebanyak 288 dan data diolah dengan bantuan software
EVIEWS.

3.2. Metode
Jumlah data cross sectional pada penelitian ini mencakup 32 provinsi di seluruh Indonesia kecuali Provinsi Kalimantan
Utara dan Maluku dikarenakan tidak adanya data pendukung, sedangkan data time series selama 10 tahun yaitu 2013-2021.
Variabel endogen atau dependen penelitian ini adalah PDRB, sedangkan kemiskinan, IPM, FDI, dan PMDN merupakan variabel
eksogen atau independen. Dalam penelitian ini akan dilihat sejauh mana variabel kemiskinan, IPM, FDI, dan PMDN mempengaruhi
PDRB atas dasar harga konstan tahun 2010 menurut pengeluaran di Indonesia. Efek yang akan terlihat langsung. Pengaruh
langsung antara variabel kemiskinan terhadap PDRB, variabel IPM terhadap PDRB, variabel FDI terhadap PDRB, dan variabel
PMDN terhadap PDRB. Hubungan antara variabel yang diteliti dijelaskan pada Gambar 3:
Machine Translated by Google

Jurnal Internasional Optimasi Global dan Penerapannya Vol. 1,


No. 2, Juni 2022, hlm.70-79. 74

Gambar 3. Kerangka Penelitian.

Gambar 3 hanya menunjukkan model persamaan regresi data satu panel yang akan dilakukan untuk mendapatkan
koefisien parameter. Bentuk umum model regresi linier dapat ditulis sebagai berikut (Silvia, 2021):

Y = ÿ + ÿ 1X1 + ÿ 2X2 + ….+ ÿnXn + ei (1)

Persamaan di atas (Persamaan 1) dapat dirumuskan sebagai berikut:

GRDPit = ÿ1it + ÿ11POVit + ÿ12HDIit + ÿ13FDIit + ÿ14DIit + e1 (2)

Dimana GRDPit adalah Produk Domestik Regional Bruto (untuk provinsi-i dan waktu-t), POVit adalah Kemiskinan
(untuk provinsi-i dan waktu-t), ÿ1it adalah Konstanta, ÿ11, ÿ12, ÿ13, ÿ13, ÿ14 adalah Koefisien regresi , HDI adalah Indeks
Pembangunan Manusia (untuk provinsi-i dan waktu-t), FDI adalah Penanaman Modal Asing (untuk provinsi-i dan waktu-
t), DIit adalah Penanaman Modal Dalam Negeri (untuk provinsi-i dan waktu-t), dan e1 adalah istilah Kesalahan.
Untuk melakukan regresi data panel, perlu dilakukan pemilihan model terbaik terlebih dahulu, seperti Common
Effect Model (CEM), Fixed Effect Model (FEM), atau Random Effect Model (REM). Tes Chow digunakan untuk menentukan
apakah suatu model adalah CEM atau FEM. CEM adalah hipotesis nol, sedangkan FEM adalah hipotesis alternatif. Tes
Hausman digunakan untuk memilih antara FEM dan REM sebagai model jika REM diterima. FEM adalah hipotesis
alternatif, sedangkan REM adalah hipotesis nol. Tes pengali Lagrange digunakan untuk menilai apakah model CEM atau
REM harus digunakan. Hipotesis nolnya adalah CEM, sedangkan hipotesis alternatifnya adalah REM.

4. Hasil
Penyajian statistik deskriptif bertujuan untuk memberikan gambaran data penelitian berupa mean, median,
maksimum, minimum, dan standar deviasi. Hasil analisis deskriptif untuk data variabel PDRB, kemiskinan, IPM, FDI, dan
PMDN di 32 provinsi seluruh Indonesia tahun 2012-2020 dengan total 288 observasi disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil analisis statistik deskriptif.

Statistik PDRB POV HDI FDI DMI


Rata- 306418,0 82972,26 69,68903 1,24E+13 8,67E+12 130726,8 37857,00
Rata 69,79000 5,65E+12 3,75E+12 1856301.486582,0 81,11000 8,68
Median E+13 6.21E+13 18208.74 6662.000 56.25000 2.76E+10 3.60E+09
Maksimum 420345.4 116171.4 4.338122 1.72E +13 1,24E+13 2,170845
Minimum Std. Dev. 2,419113 -0,026825 2,285302 2,277048
Kecondongan
Machine Translated by Google

Jurnal Internasional Optimasi Global dan Penerapannya Vol. 1,


No. 2, Juni 2022, hlm.70-79. 75

Kurtosis 0,000000 0,000000 0,009685 0,00 0,009685 0,00 0000 0,000000


Jarque-Bera
Kemungkinan
Pengamatan 288 288 288 288 288

Variabel PDRB memiliki nilai minimum 18208,74, nilai maksimum 1856301, nilai rata-rata 130726,8, dan nilai standar
deviasi 420345,4, menunjukkan bahwa nilai rata-rata lebih kecil dari nilai standar dan distribusi nilai kurang merata. . Variabel
kemiskinan memiliki nilai minimum 6662, nilai maksimum 486582, nilai rata-rata 82972,26, dan standar deviasi 116171,4, yang
menunjukkan bahwa nilai rata-rata lebih kecil dari nilai standar. Dengan demikian, distribusi nilai kurang merata.

IPM memiliki nilai minimum 56,25 dan nilai maksimum 81,11, dengan nilai rata-rata 69,689 dan nilai standar deviasi
4,3381, yang menunjukkan bahwa nilai rata-rata lebih besar dari nilai standar dan distribusi nilai-nilai tersebut merata. . Variabel
FDI memiliki nilai minimum 2,760, nilai maksimum 86,800, nilai rata-rata 12,400, dan standar deviasi 17,200, yang menunjukkan
nilai rata-rata lebih kecil dari nilai standar. Dengan demikian, distribusi nilai kurang merata. Variabel FDI memiliki nilai minimum
2,760, nilai maksimum 86,800, nilai rata-rata 12,400, dan standar deviasi 17,200, menunjukkan bahwa nilai rata-rata lebih rendah
dari nilai standar yang menunjukkan distribusi nilai kurang merata. . Sedangkan variabel Penanaman Modal Dalam Negeri
memiliki nilai minimum 3,6, maksimum 6,2100, mean 8,670, dan standar deviasi 12,400, nilai mean lebih rendah dari nilai
standar, menunjukkan distribusi nilai kurang merata.

Gambar 4. Perkiraan pertumbuhan ekonomi tahun 2013-2021 tanpa pengaruh variabel lain.

Gambar 4 menunjukkan data cross-sectional dari 32 provinsi di Indonesia. Hal tersebut menunjukkan kondisi pertumbuhan
ekonomi dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2021 tanpa ada variabel lain. Terdapat disparitas pertumbuhan ekonomi yang
signifikan antara provinsi di pulau Jawa dengan provinsi di pulau lain. Beberapa provinsi dengan koefisien atau parameter
pertumbuhan ekonomi awal yang tinggi antara lain DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Jawa Timur.
Semakin gelap warna area di peta, semakin tinggi awal pertumbuhan ekonomi dan sebaliknya. Warna pudar berarti pertumbuhan
ekonomi di wilayah tersebut rendah, sehingga dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi antar wilayah belum merata.

Tabel 2. Kriteria pemilihan model

Pengujian Nilai status Prob.


Tes Chow 800.063 0.000 192.058
Tes Hausmann 0.000

Tes Breusch Pagan LM Tidak ada Tidak ada

Pemilihan Model Model Efek Tetap

Tabel 2 menampilkan hasil uji Chow dan Hausman yang digunakan untuk memilih model terbaik pada data panel. Hasil uji
Chow menunjukkan bahwa P-value pada model persamaan 1 adalah 0,000, artinya P-value alpha adalah 5 persen atau 0,05.
Hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak, dan Ha diterima, yang menunjukkan bahwa dipilihlah Fixed Effect Model (FEM). Hasil uji
Hausman menunjukkan P-value Chow dan Hausman
Machine Translated by Google

Jurnal Internasional Optimasi Global dan Penerapannya Vol. 1,


No. 2, Juni 2022, hlm.70-79. 76

tes, menunjukkan bahwa model FEM dipilih. Pada Tabel 3, variabel yang ada antara lain PDRB, kemiskinan, IPM, FDI, dan PMDN
dianalisis dengan menggunakan OLS (Ordinary Least Square). Studi ini dilakukan dengan logaritma natural untuk teknik dan model
estimasi. Hal ini bertujuan untuk mengurangi pelanggaran normalitas, heteroskedastisitas, dan multikolinearitas (Fachrurrozi et al.,
2021).

Tabel 3. Hasil regresi data panel untuk model fixed effect (FEM)
Variabel Koefisien St. kesalahan t-statistik Masalah.

Catatan (POV) -0,006 0,016 -0,375 0,707

Masuk (HDI) 5.199 0,179 28.981 0.000

Log (FDI) 0,020 0,004 4.674 0.000

Masuk (DMI) 0,007 0,003 2.255 0,024


C -10.856 0,754 -14.394 0.000

R persegi 0,998 Log-kemungkinan 486.420

Adj. R kuadrat 0,998 statistik F 4602.507

SE dari regresi 0,047 Kemungkinan 0.000

Tabel 3 menunjukkan hasil regresi data panel. Penelitian ini menemukan bahwa variabel Indeks Pembangunan Manusia
(IPM), Asing (FDI), dan Penanaman Modal Dalam Negeri (DMI) berpengaruh positif signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi
daerah (PDRB). Selain itu, kemiskinan tidak berpengaruh signifikan terhadap PDRB. Nilai koefisien regresi IPM sebesar 5,199,
std. error 0,179, t-stat 28,981, dan signifikan pada 1 persen.
Dengan asumsi peningkatan IPM sebesar 1 persen akan meningkatkan PDRB sebesar 5.199 persen. Selanjutnya koefisien regresi
FDI adalah 0,020, std. error 0,004, t-stat 4,674, dan signifikan pada taraf 1 persen. Artinya dengan asumsi kenaikan FDI sebesar 1
persen akan berpengaruh pada peningkatan PDRB sebesar 0,020 persen. Koefisien regresi DMI adalah 0,007, std. error 0,003, t-
stat 2,255, dan signifikan pada 5 persen. Dengan asumsi kenaikan DMI sebesar 1 persen akan meningkatkan PDRB sebesar
0,007 persen.

5. Diskusi
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemiskinan berpengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap PDRB. Ketika
kemiskinan menurun, hal ini menyebabkan PDRB meningkat. Temuan ini bertentangan dengan Mariyanti & Mahfudz (2016) yang
menemukan hubungan sebab akibat antara pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan. Prasad (1998) menyatakan bahwa pertumbuhan
ekonomi yang disertai dengan stabilitas sosial, kelembagaan, dan politik suatu negara berpotensi menurunkan tingkat kemiskinan
dalam jangka panjang. Le Goff & Singh (2013) mengemukakan bahwa pertumbuhan ekonomi suatu negara atau wilayah dapat
mengurangi tingkat kemiskinan jika elemen kelembagaan negara atau wilayah tersebut tertata dengan baik. Namun berbeda
dengan Akoum (2008) yang menyatakan bahwa negara dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan memiliki tingkat kemiskinan
yang tinggi. Sidiq (2020) menunjukkan hubungan negatif antara kemiskinan dan pertumbuhan ekonomi. Artinya semakin rendah
angka kemiskinan maka pertumbuhan ekonomi Indonesia akan semakin meningkat.

Sedangkan untuk variabel IPM, nilai P < 0,05 menunjukkan bahwa IPM berpengaruh positif dan signifikan terhadap PDRB.
Artinya, ketika IPM meningkat, hal itu menyebabkan peningkatan PDB. Hasil penelitian ini sama dengan Rahman et al. (2020),
yang melakukan penelitian di 25 negara maju dan 25 negara berkembang dari tahun 2000 hingga 2014 dan menemukan bahwa
HDI memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dalam kasus negara maju dan berkembang. Ulas &
Keskin (2017) menyimpulkan korelasi positif antara IPM dan kinerja ekonomi. Variabel FDI memiliki P-value 0,05 dan koefisien
0,021, artinya penanaman modal asing atau dari luar negeri berpengaruh positif dan signifikan terhadap PDRB. Temuan ini
konsisten dengan temuan Gherghina et al. (2019), yang menemukan bahwa FDI merupakan salah satu penyumbang pertumbuhan
ekonomi negara. Li & Liu (2005) meneliti apakah investasi asing langsung (FDI) mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dengan
menggunakan data panel untuk 84 negara dari tahun 1970 hingga 1999. FDI tidak hanya secara langsung merangsang
pertumbuhan ekonomi tetapi juga secara tidak langsung melalui interaksinya. Interaksi FDI dengan modal manusia memiliki
dampak positif yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di negara berkembang, sedangkan FDI dengan gap teknologi
memiliki dampak negatif yang signifikan.

Variabel Penanaman Modal Dalam Negeri (DMI) memiliki P-value lebih besar dari 0,05 dan nilai koefisien sebesar 0,007, hal
ini menunjukkan bahwa PMDN berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi (PDRB). Hasil penelitian ini sejalan dengan
Agustini & Kurniasih (2017) dan Hismendi et al. (2022). Mereka menemukan bahwa domestik
Machine Translated by Google

Jurnal Internasional Optimasi Global dan Penerapannya Vol. 1,


No. 2, Juni 2022, hlm.70-79. 77

investasi berdampak positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah kabupaten/kota di Kalimantan Barat. Bakari (2018)
mengklaim bahwa investasi domestik berdampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang. Di sisi lain, investasi
domestik mendorong pertumbuhan ekonomi di Aljazair dalam jangka pendek.
Temuan Saleem & Zaheer (2018) menunjukkan bahwa investasi domestik berdampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Sebagai
akibat dari kurangnya tenaga kerja terampil dan investasi yang tepat, tingkat partisipasi angkatan kerja dan investasi domestik
berdampak kecil terhadap pertumbuhan ekonomi Pakistan.
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi atau PDRB merupakan salah satu tujuan utama pembangunan di tingkat nasional dan daerah.
Namun, hal itu belum cukup menjamin kemiskinan akan berkurang, dan kesejahteraan masyarakat akan meningkat secara merata.
Oleh karena itu, pertumbuhan ekonomi harus dibarengi dengan pemerataan pendapatan, pengembangan wilayah, program kegiatan
strategis prioritas penanggulangan kemiskinan, peningkatan IPM, dan upaya optimal semua pihak. Hal ini bertujuan untuk memanfaatkan
penanaman modal baik dalam negeri maupun luar negeri untuk memberikan manfaat bagi masyarakat secara umum sehingga seluruh
lapisan masyarakat dapat menikmati dampak positif dari pertumbuhan dan pertumbuhan ekonomi yang tinggi.

6. Kesimpulan

Sebagai kesimpulan, penelitian ini berhasil mengidentifikasi dampak variabel ekonomi makro terhadap pertumbuhan ekonomi riil
di Indonesia. Selain itu, penelitian ini menemukan bahwa peningkatan nilai PDRB berdampak langsung dan positif terhadap pengentasan
kemiskinan. Pertumbuhan ekonomi tidak hanya ditujukan untuk mengejar angka pencapaian yang bernilai tinggi, tetapi lebih penting
lagi memperhatikan upaya pemerataan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan kesejahteraan antar daerah. Mengenai skala prioritas
dan karakter serta potensi kondisi yang ada pada masing-masing wilayah tersebut. Pembangunan sumber daya manusia yang
berkelanjutan dengan mendorong peningkatan kualitas dan kuantitas pelatihan vokasi, keterampilan, dan keahlian, menjamin
ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan, kesehatan, serta menjaga stabilitas daya beli atau pendapatan masyarakat. Diikuti
dengan alokasi investasi yang tepat sasaran baik dari dalam maupun luar negeri serta mengarah pada pembukaan lapangan kerja,
padat karya dan menyentuh sektor riil merupakan langkah nyata yang harus dilakukan pemerintah bekerjasama dengan seluruh
komponen bangsa agar pertumbuhan ekonomi dapat tumbuh. yang berdampak pada kesejahteraan masyarakat dapat tercapai.

Kontribusi Penulis: Konseptualisasi, AF, VS, dan SS; metodologi, VS, dan SS; perangkat lunak, VS, dan SS; validasi, VS, dan SS; analisis
formal, AF dan VS; investigasi, AF, VS, dan SS; sumber daya, AF dan VS; kurasi data, VS, dan SS; menulis—persiapan draf asli, AF, VS,
dan SS; menulis—tinjau dan edit, AF, VS, dan SS; visualisasi, AF dan VS; supervisi, VS, dan SS; administrasi proyek, VS, dan SS; akuisisi
pendanaan, VS, dan SS Semua penulis telah membaca dan menyetujui versi naskah yang diterbitkan.

Pendanaan: Penelitian ini tidak menerima pendanaan eksternal.

Pernyataan Dewan Peninjau Institusional: Tidak berlaku.

Pernyataan Informed Consent: Tidak berlaku.

Pernyataan Ketersediaan Data: Data yang digunakan dalam penelitian ini tersedia secara online di https://www.bps.go.id/.

Ucapan Terima Kasih: Kami mengucapkan terima kasih kepada Badan Pusat Statistik (BPS), Badan Koordinasi Penanaman Modal
(BKPM), dan Bank Indonesia yang telah mengizinkan kami untuk mengakses data tersebut. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada
para reviewer atas kritik dan sarannya yang membangun.
Konflik Kepentingan: Para penulis menyatakan tidak ada konflik kepentingan.

Referensi
Afrizal, F. (2013). Analisis Pengaruh Tingkat Investasi, Belanja Pemerintah dan Tenaga Kerja Terhadap PDRB di
Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2001-2011. Universitas Hasanudin.

Agustini, Y., & Kurniasih, EP (2017). Pengaruh Investasi PMDN, PMA, dan Penyerapan Tenaga Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan

Jumlah Penduduk Miskin Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Barat. Jurnal Ekonomi Bisnis Dan Kewirausahaan, 6(2), 97–119.

Akoum, JIKA (2008). Globalisasi, Pertumbuhan, dan Kemiskinan: Mata Rantai yang Hilang. Jurnal Sosial Internasional

Ekonomi, 35(4), 226–238. https://doi.org/10.1108/03068290810854529

Ananta, A. (1993). Ciri Demografis kualitas penduduk dan pembangunan ekonomi. Lembaga Demografi.

Arndt, C., Davies, R., Gabriel, S., Harris, L., Makrelov, K., Modise, B., Robinson, S., Simbanegavi, W., Van Seventer,
Machine Translated by Google

Jurnal Internasional Optimasi Global dan Penerapannya Vol. 1,


No. 2, Juni 2022, hlm.70-79. 78

D., & Anderson, L. (2020). Dampak Covid-19 terhadap perekonomian Afrika Selatan. Kertas Kerja Afrika Selatan-
Menuju Pembangunan Ekonomi Inklusif, 111.
Badan Koordinasi Penanaman Modal. (2021). Realisasi Investasi di Indonesia Sepanjang Tahun 2020.
https://www5.bkpm.go.id/id/publikasi/siaran-pers/readmore/2413001/68601
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. (1993). Panduan Program Inpres Desa Tertinggal. Jakarta: Bappenas.
Bakari, S. (2018). Dampak investasi domestik terhadap pertumbuhan ekonomi analisis kebijakan baru dari Aljazair. Buletin
Teori dan Analisis Ekonomi, 3(1), 35–51. https://doi.org/10.25229/beta.337367
Beck, N. (2008). Metode time-series-cross-section. Buku Pegangan Metodologi Politik Oxford, 475–493.
Chamsyah, B. (2006). Teologi penanggulangan kemiskinan. RMBooks.
Fachrurrozi, K., Fahmiwati, F., Hakim, L., Aswadi, A., & Lidiana, L. (2021). Pengaruh Kemiskinan dan Pengangguran
Terhadap Kriminalitas di Indonesia Di Tahun 2019. Jurnal Real Riset, 3(2), 173–178.
Gherghina, ÿtefan C., Simionescu, LN, & Hudea, OS (2019). Menjelajahi nexus investasi langsung asing-pertumbuhan
ekonomi—Bukti empiris dari negara-negara Eropa tengah dan timur. Keberlanjutan, 11(19), 5421.
Harjono, KD (2007). Hukum Penanaman Modal : Suatu Tinjauan Terhadap Pemberlakuan Undang Undang No. 25 Tahun
2007 tentang Penanaman Modal. PT Raja Grafindo Persada. http://repository.uki.ac.id/1026/1/Hukum Penanaman
Modal.pdf
Hismendi, H., Masbar, R., Nazamuddin, N., Majid, MSA, & Suriani, S. (2021). Pasar saham sektoral dan
nexus pertumbuhan ekonomi : Bukti empiris dari Indonesia. Jurnal Keuangan Asia, Ekonomi dan Bisnis, 8(4), 11–19.
https://doi.org/10.13106/jafeb.2021.vol8.no4.0011
Jackson, JK (2021). Efek ekonomi global dari COVID-19. Layanan Riset Kongres.
https://sgp.fas.org/crs/row/R46270.pdf
Kairupan, SP (2013). Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Inflasi Dan Belanja Daerah Pengaruhnya Terhadap
Kesempatan Kerja Di Sulawesi Utara Tahun 2000-2012. Jurnal EMBA: Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen,
Bisnis Dan Akuntansi, 1(4), 2206–2216. https://doi.org/10.35794/emba.1.4.2013.3431
Le Goff, M., & Singh, RJ (2013). Bisakah perdagangan mengurangi kemiskinan di Afrika? Bank Dunia, Washington, DC.
https://openknowledge.worldbank.org/bitstream/handle/10986/12165/wps6327.pdf?sequence=1&isAllowed=y
Li, X., & Liu, X. (2005). Investasi asing langsung dan pertumbuhan ekonomi: hubungan yang semakin endogen.
Pembangunan Dunia, 33(3), 393–407. https://doi.org/10.1016/j.worlddev.2004.11.001
Mariyanti, T., & Mahfudz, AA (2016). Model sebab-akibat melingkar dinamis dalam pengentasan kemiskinan: Bukti empiris
dari Indonesia. Humanomik, 32(3), 275–299. https://doi.org/10.1108/H-02-2016-0016
Mathiyalagan, Y., & Padli, J. (2022). Dampak Terorisme terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Penanaman Modal Asing di
Negara Berkembang Asia: Malaysia, Indonesia dan Filipina. Jurnal Internasional Keuangan, Ekonomi dan Bisnis,
1(1), 57–66.
Maulida, S., & Silvia, V. (2016). Indeks Pembangunan Manusia Pasca Pemekaran Pada Enam Kabupaten di Provinsi
Aceh. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Pembangunan, 1(2), 389–399.
Mursalina, M., Masbar, R., & Suriani, S. (2022). Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Pariwisata
Sektor di Indonesia. Jurnal Internasional Penelitian dan Pemodelan Kuantitatif, 3(1), 18–28. https://doi.org/10.46336/
ijqrm.v3i1.261
Oeliestina, O. (2021). Pengaruh Pandemi Covid 19 Terhadap Perekonomian Propinsi Jambi. Jurnal Apresiasi Ekonomi,
9(1), 54–66. https://doi.org/10.31846/jae.v9i1.340
Parsudi, S. (2000). Alternatif Penanganannya Ditujukan Dalam Seminar Forum Perkotaan. Jakarta: Prasana Wilayah.
Porter, ME (2000). Lokasi, persaingan, dan pembangunan ekonomi: Kelompok lokal dalam ekonomi global. Ekonomis
Machine Translated by Google

Jurnal Internasional Optimasi Global dan Penerapannya Vol. 1,


No. 2, Juni 2022, hlm.70-79. 79

Pengembangan Triwulanan, 14(1), 15–34. https://doi.org/10.1177/089124240001400105


Prasad, BC (1998). Kesengsaraan reformasi ekonomi: kemiskinan dan ketimpangan pendapatan di Fiji. Jurnal Internasional dari
Sosial Ekonomi, 25(6/7/8), 1073–1094. https://doi.org/10.1108/03068299810212469
Putri, DT, Azwardi, A., Marwa, T., & Andaiyani, S. (2018). Apakah Pengeluaran Pemerintah Mendorong Perekonomian Daerah
Pertumbuhan? Jurnal Internasional Ekonomi dan Masalah Keuangan, 8(5), 261.
Rahman, RA, Raja, MA, & Ryan, C. (2020). Dampak pembangunan manusia terhadap pertumbuhan ekonomi: data panel
mendekati. Jurnal Elektronik SSRN. https://doi.org/10.2139/ssrn.3526909
Ranis, G., Stewart, F., & Ramirez, A. (2000). Pertumbuhan ekonomi dan pembangunan manusia. Pembangunan Dunia, 28(2),
197–219. http://www.econ.yale.edu/~granis/papers/cp0546.pdf
Ranis, G., Stewart, F., & Samman, E. (2006). Pembangunan manusia: di luar indeks pembangunan manusia. Jurnal Pembangunan
Manusia, 7(3), 323–358. https://doi.org/10.1080/14649880600815917
Saleem, M., & Zaheer, R. (2018). Kajian pengaruh investasi domestik terhadap pertumbuhan ekonomi tahun 1980-
2016. Jurnal Ekonomi Global, 6(3), 2–5. https://doi.org/10.4172/2375-4389.1000302
Salvatore, D. (2020). ekonomi internasional. Salemba Empat.
Sanchez, JM (2021). Dampak Ekonomi COVID-19 di Seluruh Dunia. Ekonom Daerah; Federal Reserve
Bank St Louis.

https://www.stlouisfed.org/publications/regional-economist/third-quarter-2021/covid19s-economic-impact
world#:~:text=Meskipun pandemi COVID-19,%25 pada orang berpenghasilan tinggi.
Sharipov, I. (2015). Model dan teori pertumbuhan ekonomi kontemporer: Tinjauan literatur. Kertas Kerja CES,
7(3), 759.
Sidiq, S. (2020). Pengaruh Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Wanita terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Negara
Indonesia Tahun 2003-2018.

Silvia, V. (2021). Statistika Deskriptif (edisi ke-1). Penerbit Andi.


Sukono, S., Saputra, J., Subartini, B., Purba, JHF, Supian, S., & Hidayat, Y. (2019). Aplikasi Pendekatan Algoritma Genetika
dan Model Cobb-Douglas untuk Memprediksi Produk Domestik Regional Bruto Berbasis Pengeluaran di Indonesia. Surat
Teknik, 27(3).
Sukono, S., Subartin, B., Napitupulu, H., Saputra, J., & Hidayat, Y. (2019). Model Peramalan Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) Menggunakan Metode Backpropagation Levenberg-Marguardt. Rekayasa Industri & Sistem Manajemen, 18(3),
530–540. https://doi.org/10.7232/iems.2019.18.3.530
Supancana, IBR (2006). menerapkan Hukum dan Kebijakan Investasi Langsung di Indonesia. Ghalia Indonesia.
Thompson, M. (2018). Modal sosial, inovasi dan pertumbuhan ekonomi. Jurnal Perilaku dan Eksperimental
Ekonomi, 73, 46–52. https://doi.org/10.1016/j.socec.2018.01.005
Ulas, E., & Keskin, B. (2017). Apakah ada hubungan antara IPM dan kinerja ekonomi? Dalam D. Procházka (Ed.),
Tren baru di bidang keuangan dan akuntansi (Springer P, hlm. 61–70). Springer International Publishing AG 2017. https://
doi.org/10.1007/978-3-319-49559-0_6
Yaffee, R. (2003). Primer untuk analisis data panel. Hubungkan: Teknologi Informasi di NYU, 8(3), 1–11.
Zulham, T., Sirojuzilam, SB, & Saputra, J. (2019). Strategi Supply Chain untuk Konvergensi Ekonomi Regional
Pertumbuhan Pesisir Timur Sumatera Utara, Indonesia. Int. J Sup. Rantai. Mgt Vol, 8(5), 325–336.

Anda mungkin juga menyukai