Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH EKONOMI MAKRO

PRODUK DOMESTIK BRUTO DAN PRODUK NASIONAL BRUTO

DOSEN PENGAMPU : Dr. Ayus Ahmad Yusuf, SE, M.SI.

KELOMPOK 2 :

ASEP DICKY PURNAMA ( 20220510374 )

APRIYANTI ( 20220510397 )

NURMALASARI ( 20220510449 )

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS KUNINGAN

KUNINGAN

2023
ABSTRAK

Produk Domestik Bruto (PDB)/Gross Domestic Product (GDP)Produk Domestik


Bruto (PDB) atau dalam bahasa inggris disebut Gross Domestic Product adalah  nilai barang 
dan jasa dalam suatu negara yang diproduksi oleh faktor- faktor produksi milik warga negara,
negara tersebut dan warga negara asing yang tinggal di negara tersebut dalam periode waktu
tertentu (biasanya satu tahun).GDP juga merupakan penjumlahan nilai konsumsi (C),
investasi (I), pembelian barang & jasa oleh pemerintah (G) dan ekspor neto atau nilai ekspor
setelah dikurangi nilai impor (X-M).GDP = konsumsi + investasi + pengeluaran pemerintah +
(ekspor – impor)GDP = C + I + G + (X – M).

Produk Nasional Bruto (PNB)/Gross National Product (GNP)Produk Nasional Bruto


(PNB) atau yang dalam bahasa inggris Gross National Product (GNP) adalah nilai barang-
barang dan jasa-jasa yang dihitung dalam pendapatan nasional hanya barang- barang dan
jasa-jasa yang diproduksi atau dihasilkan oleh faktor-faktor produksi yang dihasilkan warga
negara sendiri baik yang berada di dalam negeri maupun  yang berada di luar negeri selama
suatu periode (biasanya satu tahun).GNP = GDP – Produk netto terhadap luar negeriGNP =
PDB – PPLN + PPDNGNP = PDB + PPPN 
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tingkat kesejahteraan masyarakat, dilihat dari aspek ekonominya , dapat diukur dengan
pendapatan nasional (PN) perkapita. Untuk dapat meningkatkan PN, pertumbuhan
ekonomi, diukur dengan pertumbuhan PDB, menjadi salah satu target penting yang harus
dicapai dalam pembangunan ekonomi. Oleh karena itu,tidak heran jika pada awal
pembangunan ekonomi, umumnya di banyak negara perencanaan pembangunan ekonomi
lebih berorientasi pada pertumbuhan ,bukan distribusi pendapatan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana pengaruh utang luar negeri terhadap produk domestik bruto Indonesia?
2. Bagaimana pengaruh penanaman modal asing terhadap produk domestik bruto
Indonesia ?

3. Bagaimana pengaruh kurs terhadap produk domestik bruto Indonesia ?

4. Bagaimana pengaruh pajak terhadap produk domestik bruto Indonesia ?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk menganalisis pengaruh utang luar negeri terhadap produk domestik bruto
Indonesia
2. Untuk menganalisis pengaruh penanaman modal asing terhadap produk domestik
bruto Indonesia
3. Untuk menganalisis pengaruh kurs terhadap produk domestik bruto Indonesia
BAB II

PEMBAHASAN

Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan suatu indikator keberhasilan suatu negara
dalam pencapaian pembangunan yang lebih baik, dimana apabila Produk Domestik Bruto
negara tersebut setiap tahunnya mengalami peningkatan yang signifikan maka dapatlah
dikatakan bahwa roda pembangunan negara tersebut sangat baik karena Produk Domestik
Bruto yang tercermin gambarkan angka yang mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat
secara luas. Produk Domestik Bruto adalah nilai bersih barang dan jasa akhir yang dihasilkan
oleh berbagai kegiatan ekonomi disuatu daerah dalam suatu periode. Sedangkan yang
dimaksud dengan Produk Domestik Bruto perkapita adalah Produk Domestik Bruto dibagi
jumlah penduduk. Produk Domestik Bruto sering digunakan sebagai indikator pembangunan.
Semakin tinggi Produk Domestik Bruto perkapita suatu negara, maka semakin besar
pendapatan warga negara tersebut.

Meningkatnya produk domestik bruto di suatu negara merupakan ukuran keberhasilan


kesejahteraan masyarakat yang merata di negara tersebut. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi
dan stabil setiap tahun, berarti kesejahteraan ekonomi meningkat, sedangkan pertumbuhan
ekonomi dengan nilai negatif berarti tingkat kesejahteraan di suatu negara juga menurun.
Tinggi rendah laju pertumbuhan ekonomi disuatu negara menunjukkan tingkat perubahan
kesejahteraan ekonomi masyarakatnya (Boediono, 2013).

Proses peningkatan produksi barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi masyarakat
merupakan salah satu faktor pertumbuhan ekonomi di suatu negara. Dapat dikatakan, bahwa
produk domestik bruto menyangkut perkembangan yang diukur dengan meningkatnya hasil
produksi dan pendapatan. Kenaikan dalam pendapatan nasional yang ditunjukkan oleh
besarnya nilai Produk Domestik Bruto (PDB). Pertumbuhan ekonomi dipengaruhi beberapa
faktor yang merupakan indikator perekonomian atau disebut juga indikator ekonomi makro.
Tabel 2.1 Produk Domestik Bruto (PDB) Periode 2018-2022

Tahun PDB ( RP Triliun )

2018 Rp 14.837,4 Triliun

2019 Rp 15.833,9 Triliun

2020 Rp 15.434,2 Triliun

2021 Rp 3.969,1 Triliun

2022 Rp 19.588,4 Triliun

Tabel 2.1 Produk Domestik Bruto (PDB), bersumber dari Badan Pusat Statistik
Indonesia di tahun 2018 hingga 2022 naik secara signifikan, dimana pada tahun 2018 sebesar
14.837,4 T dan terus meningkat di tahun 2022 sebesar 19.588,4 T. hal ini menunjukkan
bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia terus meningkat selama 5 tahun terakhir dengan
cukup baik.

Beberapa indikator yang mempengaruhi Produk Domestik Bruto (PDB) yang sering
menjadi sorotan di antaranya adalah, Utang Luar Negeri, Penanaman Modal Asing, Kurs dan
Pajak. Berdasarkan aspek formal, pinjaman luar negeri merupakan penerimaan atau
pemberian yang dapat digunakan untuk meningkatkan investasi guna menunjang
pertumbuhan ekonomi. Sedangkan berdasarkan aspek fungsinya, pinjaman luar negeri
merupakan salah satu alternatif sumber pembiayaan yang diperlukan dalam pembangunan
(Tribroto dalam Muhammad Iqbal, 2001).
Tabel 2.2 Utang Luar Negeri Periode 2018-2020

Tahun Utang Luar Negeri

2018 375,98 M

2019 395,3 M

2020 417,53 M

2021 422,33 M

2022 395,2 M

Dari Tabel 2.2 diatas bersumber dari Badan Pusat Statistik Indonesia, tercatat utang
luar negeri di tahun 2018 sebesar 375,98 M, dan di tahun 2019 utang luar negeri sebesar
395,3 M, dibandingkan dengan tahun sebelumnya mengalami kenaikan sebesar 19,32 M,
Tahun 2020 utang luar negeri sebesar 417,53 M, mengalami kenaikan sebesar 22,23 M,
Tahun 2021 utang luar negeri sebesar 422,33 M mengalami penurunan sebesar 4,8 M , dan di
tahun 2022 utang luar negeri sebesar 395,2 M.

Pinjaman luar negeri tergantung syarat-syarat pinjaman dari bantuan yang


bersangkutan, yaitu berdasarkan tingkat suku bunga (interest rate), masa tenggang waktu
(grace period) – jangka waktu yang tidak perlu pencicilan utang serta jangka waktu pelunasan
utang (amortization period) – jangka waktu dimana pokok utang harus dibayar lunas kembali
secara cicilan. Utang luar negeri jika dimanfaatkan dan memaksimalkan penggunaannya
sebaik mungkin akan berdampak positif untuk suatu negara, namun jika sebaliknya, maka
akan menambah angka hutang yang tercatat di suatu negara tersebut. Utang luar negeri
didefinisikan sebagai utang penduduk (resident) yang berdomisili di suatu wilayah teritori
ekonomi kepada bukan penduduk (non resident). Konsep dan terminologi utang luar negeri
mengacu pada IMF External Debt Statistics: Guide for compilers and Users (2003), beberapa
ketentuan pemerintah Republik Indonesia dan Peraturan Bank Indonesia.
Untuk meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB) suatu negara, dibutuhkanlah
investasi, baik bersumber dari dalam negeri maupun luar negeri. Pembiayaan dari luar negeri,
biasa disebut penanaman modal asing (PMA) yang dimana salah satu cara untuk menutup
defisit anggaran dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional (APBN). Penanaman
modal asing (PMA) adalah aliran modal asing yang berasal dari luar negeri yang mengalir ke
sektor swasta baik yang melalui investasi langsung (direct investment) maupun investasi
tidak langsung (portofolio). (Suyatno, 2003).

Tabel 2.3 Penanaman Modal Asing (US$) Periode 2018-2022

Tahun PMA

2018 108,9 Triliun

2019 100,7 Triliun

2020 412,8 Triliun

2021 122,3 Triliun

2022 120,0 Triliun

Realisasi Penanaman Modal Asing (PMA), berdasarkan tabel diatas dapat dilihat
bahwa PMA tahun 2018 s.d 2022 mengalami peningkatan dan penurunan. Peningkatan
terjadi pada tahun 2020 sebesar 412,8 Triliun. sedangkan penurunan terjadi pada tahun 2022
sebesar 120,0 Triliun. Hal ini menunjukkan bahwa PMA selama 5 tahun terakhir mengalami
perubahan yang berfluktuasi positif dan negatif hal ini menyebabkan investor asing masih
memiliki keraguan dalam melakukan investasi/penanaman modal asing di Indonesia.

Dalam teori neo-klasik dikemukakan untuk membangun kinerja perekonomian suatu


negara maka dibutuhkan akumulasi kapital (Kuncoro,2000). Negara berkembang lebih
memerlukan investasi terutama asing karena pada umumnya tingkat tabungan domestik
rendah (Sadli, 2002). Kobrin (1977) berpendapat bahwa khususnya investasi asing bisa dan
memang berperan sebagai medium transfer kebutuhan akan sumber daya seperti teknologi,
kemampuan manajerial, jalur ekspor dan modal dari negara-negara industri ke negara
berkembang, oleh karena itu, investasi akan meningkatkan produktivitas dan terkait pula
dengan pertumbuhan ekonomi.
Salah satu variabel cukup penting mempengaruhi produk domestik bruto adalah nilai
tukar (Kurs). terdapat hubungan negatif antara kurs dengan produk domestik bruto, dimana
semakin tinggi kurs maka ekspor neto (selisih antara ekspor dan impor) semakin rendah,
penurunan ini akan berdampak pada jumlah output yang semakin berkurang dan akan
menyebabkan PDB (Produk Domestik Bruto) menurun. Yang dijelaskan dalam teori
Mundell-Fleming ( Mankiw 2003 )

Tabel 2.4 Kurs (Nilai Tukar Rp/US$) Periode 2020-2022

Mata Uang Asing 2020 2021 2022

Dollar Amerika 14 105,00 14 269,00 15 731,00

Euro 17 330,12 16 126,84 16 712,63

Pound Sterling Inggris 19 085,50 19 200,38 18 925,98

Dollar Hongkong 1 819,34 1 829,84 2 018,56

Yen Jepang 1 36,47 123,89 117,57

Ringgit Malaysia 3 491,78 3 416,10 3 556,25

Dollar Singapura 10 644,08 10 533,76 11 659,08

Dollar Australian 10 771,29 10 343,60 10 580,68

Menurut Musdholifah & Tony (2007), nilai tukar atau kurs adalah perbandingan
antara harga mata uang suatu negara dengan mata uang negara lain. Misal kurs rupiah
terhadap dollar Amerika menunjukkan berapa rupiah yang diperlukan untuk ditukarkan
dengan satu dollar Amerika. Sedangkan Triyono (2008), kurs (exchange rate) adalah
pertukaran antara dua mata uang yang berbeda, yaitu merupakan perbandingan nilai atau
harga antara kedua mata uang tersebut. Jadi, dapat disimpulkan nilai tukar rupiah adalah
suatu perbandingan antara nilai mata uang suatu negara dengan negara lain.
Dari data yang disajikan pada tabel 2.4 dapat disimpulkan bahwa dari tahun ke tahun
nilai tukar rupiah terhadap dollar cenderung terdepresiasi, pada tahun 2020 nilai tukar rupiah
terhadap dolar adalah Rp. 14.105 dan terus menurun pada tahun berikutnya hingga tahun
2022 nilai tukar rupiah berada pada Rp. 15.731/ dolar. Perbedaan nilai tukar mata uang suatu
negara (kurs) pada prinsipnya ditentukan oleh besarnya permintaan dan penawaran mata uang
tersebut Levi (1996), Akibatnya timbul depresiasi dan apresiasi. Depresiasi mata uang negara
membuat harga barang-barang domestik menjadi lebih murah bagi pihak luar negeri. Sedang
apresiasi rupiah terhadap dollar AS adalah kenaikan rupiah terhadap dollar AS. Apresiasi
mata uang suatu negara membuat harga barang-barang domestik menjadi lebih mahal bagi
pihak luar negeri. Sukirno (2004).

Penerimaan Produk Domestik Bruto (PDB) sebagian besar masih berasal dari sektor
perpajakan. Berbagai cara dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan penerimaan dari
sektor ini, tak terkecuali oleh pemerintah daerah melalui beberapa fase reformasi perpajakan
daerah. Menurut Mardiasmo (2016:3) Pajak merupakan iuran yang dibayarkan oleh rakyat
kepada negara yang masuk dalam kas negara yang melaksanakan pada undang-undang serta
pelaksanaannya dapat dipaksakan tanpa adanya balas jasa. Iuran tersebut digunakan oleh
negara untuk melakukan pembayaran atas kepentingan umum.

Tabel 2.5 Pajak (Miliar Rupiah) Periode 2018-2022

Tahun Pajak

2018 1.618,1 Triliun

2019 1.332,1 Triliun

2020 1.285,2 Triliun

2021 1.229,6 Triliun

2022 1.716,8 Triliun


Berdasarkan data di atas, penerimaan pajak terlihat naik dan turun dari tahun ke tahun
secara signifikan. Tahun 2021 penerimaan pajak sebesar 1.229,6 Triliun, yang dimana di
tahun berikutnya mengalami kenaikkan atas penerimaan pajak sebesar 487,2 (Miliar Rupiah),
dan terus mengalami kenaikkan hingga tahun 2022, penerimaan pajak sebesar 1.716,8
Triliun. Pajak memberikan kontribusi terhadap pendapatan negara, dan merupakan salah satu
posisi yang vital.

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pendapatan Nasional


Pendapatan nasional adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh seluruh rumah tangga
keluarga (RTK) di suatu negara dari penyerahan faktor-faktor produksi dalam satu
periode,biasanya selama satu tahun.

3.2 Konsep Pendapatan Nasional


Berikut adalah beberapa konsep pendapatan nasional:
a. Produk Domestik Bruto (GDP)
Produk domestik bruto (Gross Domestic Product) merupakan jumlah nilai
produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di
dalam batas wilayah suatu negara (domestik) selama satu tahun. Dalam
perhitungan GDP ini, termasuk juga hasil produksi barang dan jasa yang
dihasilkan oleh perusahaan/orang asing yang beroperasi di wilayah negara
yang bersangkutan. Barang-barang yang dihasilkan termasuk barang modal
yang belum diperhitungkan penyusutannya, karenanya jumlah yang
didapatkan dari GDP dianggap bersifat bruto/kotor.

b. Produk Nasional Bruto (GNP)


Produk Nasional Bruto (Gross National Product) atau PNB meliputi nilai
produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh penduduk suatu negara
(nasional) selama satu tahun; termasuk hasil produksi barang dan jasa yang
dihasilkan oleh warga negara yang berada di luar negeri, tetapi tidak termasuk
hasil produksi perusahaan asing yang beroperasi di wilayah negara tersebut.
c. Pendapatan Nasional Neto (NNI)
Pendapatan Nasional Neto (Net National Income) adalah pendapatan yang
dihitung menurut jumlah balas jasa yang diterima oleh masyarakat sebagai
pemilik faktor produksi. Besarnya NNI dapat diperoleh dari NNP dikurang
pajak tidak langsung. Yang dimaksud pajak tidak langsung adalah pajak yang
bebannya dapat dialihkan kepada pihak lain seperti pajak penjualan, pajak
hadiah, dll.

d. Pendapatan Perseorangan (PI)


Pendapatan perseorangan (Personal Income)adalah jumlah pendapatan yang
diterima oleh setiap orang dalam masyarakat, termasuk pendapatan yang
diperoleh tanpa melakukan kegiatan apapun. Pendapatan perseorangan juga
menghitung pembayaran transfer (transfer payment). Transfer payment adalah
penerimaan-penerimaan yang bukan merupakan balas jasa produksi tahun ini,
melainkan diambil dari sebagian pendapatan nasional tahun lalu, contoh
pembayaran dana pensiunan, tunjangan sosial bagi para pengangguran, bekas
pejuang, bunga utang pemerintah, dan sebagainya. Untuk mendapatkan jumlah
pendapatan perseorangan, NNI harus dikurangi dengan pajak laba perusahaan
(pajak yang dibayar setiap badan usaha kepada pemerintah), laba yang tidak
dibagi (sejumlah laba yang tetap ditahan di dalam perusahaan untuk beberapa
tujuan tertentu misalnya keperluan perluasan perusahaan), dan iuran pensiun
(iuran yang dikumpulkan oleh setiap tenaga kerja dan setiap perusahaan
dengan maksud untuk dibayarkan kembali setelah tenaga kerja tersebut tidak
lagi bekerja).

e. Pendapatan yang siap dibelanjakan (DI)


Pendapatan yang siap dibelanjakan (Disposable Income) adalah pendapatan
yang siap untuk dimanfaatkan guna membeli barang dan jasa konsumsi dan
selebihnya menjadi tabungan yang disalurkan menjadi investasi. Disposable
income ini diperoleh dari personal income (PI) dikurangi dengan pajak
langsung. Pajak langsung (direct tax) adalah pajak yang bebannya tidak dapat
dialihkan kepada pihak lain, artinya harus langsung ditanggung oleh wajib
pajak, contohnya pajak pendapatan.
3.3 Manfaat
Selain bertujuan untuk mengukur tingkat kemakmuran suatu negara dan untuk
mendapatkan data-data terperinci mengenai seluruh barang dan jasa yang dihasilkan suatu
negara selama satu periode, perhitungan pendapatan nasional juga memiliki manfaat-
manfaat lain, diantaranya untuk mengetahui dan menelaah struktur perekonomian
nasional. Data pendapatan nasional dapat digunakan untuk menggolongkan suatu negara
menjadi negara industri, pertanian, atau negara jasa. Contohnya, berdasarkan pehitungan
pendapatan nasional dapat diketahui bahwa Indonesia termasuk negara pertanian atau
agraris, Jepang merupakan negara industri, Singapura termasuk negara yang unggul di
sektor jasa, dan sebagainya.
Disamping itu, data pendapatan nasional juga dapat digunakan untuk menentukan
besarnya kontribusi berbagai sektor perekomian terhadap pendapatan nasional, misalnya
sektor pertanian, pertambangan, industri, perdaganan, jasa, dan sebagainya. Data tersebut
juga digunakan untuk membandingkan kemajuan perekonomian dari waktu ke waktu,
membandingkan perekonomian antarnegara atau antardaerah, dan sebagai landasan
perumusan kebijakan pemerintah.

3.4 Faktor Yang Mempengaruhi


a. Permintaan dan penawaran agregat
Permintaan agregat menunjukkan hubungan antara keseluruhan permintaan terhadap
barang-barang dan jasa sesuai dengan tingkat harga. Permintaan agregat adalah suatu
daftar dari keseluruhan barang dan jasa yang akan dibeli oleh sektor-sektor ekonomi
pada berbagai tingkat harga, sedangkan penawaran agregat menunjukkan hubungan
antara keseluruhan penawaran barang-barang dan jasa yang ditawarkan oleh
perusahaan-perusahaan dengan tingkat harga tertentu.
Jika terjadi perubahan permintaan atau penawaran agregat, maka perubahan tersebut
akan menimbulkan perubahan-perubahan pada tingkat harga, tingkat pengangguran
dan tingkat kegiatan ekonomi secara keseluruhan. Adanya kenaikan pada permintaan
agregat cenderung mengakibatkan kenaikan tingkat harga dan output nasional
(pendapatan nasional), yang selanjutnya akan mengurangi tingkat pengangguran.
Penurunan pada tingkat penawaran agregat cenderung menaikkan harga, tetapi akan
menurunkan output nasional (pendapatan nasional) dan menambah pengangguran.
b. Konsumsi dan tabungan
Konsumsi adalah pengeluaran total untuk memperoleh barang-barang dan jasa
dalam suatu perekonomian dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun),
sedangkan tabungan (saving) adalah bagian dari pendapatan yang tidak
dikeluarkan untuk konsumsi. Antara konsumsi, pendapatan, dan tabungan sangat
erat hubungannya. Hal ini dapat kita lihat dari pendapat Keynes yang dikenal
dengan psychological consumption yang membahas tingkah laku masyarakat
dalam konsumsi jika dihubungkan dengan pendapatan.

c. Investasi
Pengeluaran untuk investasi merupakan salah satu komponen penting dari
pengeluaran agregat.

3.5 Perhitungan
Pendapatan negara dapat dihitung dengan tiga pendekatan, yaitu:
a. Pendekatan pendapatan, dengan cara menjumlahkan seluruh pendapatan (upah,
sewa, bunga, dan laba) yang diterima rumah tangga konsumsi dalam suatu negara
selama satu periode tertentu sebagai imbalan atas faktor-faktor produksi yang
diberikan kepada perusahaan.

b. Pendekatan produksi, dengan cara menjumlahkan nilai seluruh produk yang


dihasilkan suatu negara dari bidang industri, agraris, ekstraktif, jasa, dan niaga
selama satu periode tertentu. Nilai produk yang dihitung dengan pendekatan ini
adalah nilai jasa dan barang jadi (bukan bahan mentah atau barang setengah jadi).

c. Pendekatan pengeluaran, dengan cara menghitung jumlah seluruh pengeluaran


untuk membeli barang dan jasa yang diproduksi dalam suatu negara selama satu
periode tertentu. Perhitungan dengan pendekatan ini dilakukan dengan
menghitung pengeluaran yang dilakukan oleh empat pelaku kegiatan ekonomi
negara, yaitu: Rumah tangga (Consumption), pemerintah (Government),
pengeluaran investasi (Investment), dan selisih antara nilai ekspor dikurangi impor
(X-M)
Rumus menghitung pertumbuhan ekonomi adalah sebagai berikut :
g = {(PDBs-PDBk)/PDBk} x 100%
g = tingkat pertumbuhan ekonomi PDBs = PDB riil tahun sekarang PDBk = PDB
riil tahun kemarin

Contoh soal :
PDB Indonesia tahun 2008 = Rp. 467 triliun, sedangkan PDB pada tahun 2007
adalah = Rp. 420 triliun. Maka berapakah tingkat pertumbuhan ekonomi pada
tahun 2008 jika diasumsikan harga tahun dasarnya berada pada tahun 2007?

Jawab:
g = {(467-420)/420}x100% = 11,19%
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai