Anda di halaman 1dari 14

UJIAN AKHIR SEMESTER GENAP T.A.

2022/2023

Mata Kuliah : Manajemen Risiko


Dosen : Caesar Octoviandy Purba, S.Sos, M.A.B, QRMA
Jenjang : Sarjana Terapan
Prodi/Kode Kelas : Administrasi Bisnis Sektor Publik
Hari/Tanggal/Jam : Senin/10 Juli 2023/09.00
Durasi waktu Ujian : 1 Minggu
Sifat Ujian : Take Home
Capaian : 1. Memaparkan prinsip-prinsip manajemen risiko
Pembelajaran di perusahaan sesuai SNI ISO 31000
2. Memaparkan penerapan kerangka manajemen
risiko sesuai SNI ISO 31000
Petunjuk Soal : Kerjakan soal dibawah ini,

SOAL.

STUDI KASUS IMPLEMENTASI PROSES MANAJEMEN RISIKO PADA ORGANISASI


SEKTOR PUBLIK

Sorotan Industri Pada awal tahun 2020, Stark sebagai Gubernur di Provinsi Falnova
mengadakan pertemuan dengan seluruh perangkat kerja pemerintahan untuk membahas
rencana kerja mereka untuk 5 tahun kedepan. Salah satu rencana kerja yang menjadi fokus
pembangunan provinsi adalah penyediaan infrastruktur untuk menunjang mobilitas
masyarakat melalui pembangunan moda transportasi kereta cepat yang direncanakan bisa
selesai dan siap digunakan dalam 4 tahun kedepan. Stark menyatakan bahwa dalam
pembangunan kereta cepat, skema yang akan digunakan adalah Public Private Partnership
(PPP).
Adapun pembagian tugas dalam kerjasama ini adalah (1) pihak pemerintah bertanggung
jawab dalam tahapan perencanaan dan pembangunan sarana serta prasarana kereta cepat.
Sementara itu, (2) penyediaan kereta dan pengelolaan dilakukan oleh pihak swasta. Pada
pertemuan tersebut, Stark juga menyatakan mengapa skema PPP dipilih untuk pengadaan
barang publik. Stark mengatakan “Saya sadar betul selama proses perencanaan,
pembangunan, dan operasionalisasi kereta cepat, kita pasti menghadapi banyak
ketidakpastian yang mungkin menimbulkan risiko”. Stark juga menegaskan “Skema PPP ini
dipilih untuk membagi risiko yang timbul dalam proyek kereta cepat dengan pihak lain. Perlu
diingat oleh bapak dan ibu sekalian, pembagian risiko ini tidak serta merta menghilangkan
risiko yang akan kita hadapi”. Kepada seluruh satuan kerja pemerintahan yang terkait, Stark
menambahkan beberapa faktor yang harus diperhatikan diantaranya faktor lingkungan,
pembiayaan, serta operasional. Stark juga menyatakan bahwa selama
proses pembangunan, akan dihadapkan pada gejolak politik karena adanya pemilihan kepala
daerah dan juga presiden. Dalam hal memastikan seluruh proyek berjalan tepat waktu, Stark
mengatakan bahwa pemerintah menghadapi potensi fase persiapan pembangunan tidak
terselesaikan tepat waktu karena pembebasan lahan yang terkendala oleh kepastian hukum..
Pembebasan lahan dapat terkendala karena pemilik lahan (a) enggan untuk menjual
kepemilikan tanahnya. Selain itu, gagalnya pembebasan lahan juga dapat disebabkan oleh (b)
para pihak yang saling mengklaim kepemilikan lahan (sengketa). Aspek legalitas lahan ini
perlu diperhatikan agar pemerintah tidak tersandung permasalahan hukum. Selain itu, apabila
tanah yang dibutuhkan tidak bisa “terbebaskan”, maka dikhawatirkan fase 1 pembangunan
tidak tercapai dan merugikan dari sisi anggaran.
Faktor lainnya yang perlu diperhatikan adalah faktor manusia yang bekerja di lapangan
(proyek). Bagi pekerja lapangan, keselamatan kerja merupakan hal krusial untuk bisa
bekerja dengan produktif dan menyelesaikan pembangunan yang dilakukan. Apabila
keselamatan kerja tidak diperhatikan, potensi pekerja lapang yang mengajukan resign dapat
meningkat. Kondisi saat ini jumlah pekerja lapang baru mencapai 90% dari total pekerja
yang seharusnya dipekerjakan. Pemerintah Falnova
(a) belum menyediakan sistem manajemen K3 (kesehatan dan keselamatan kerja) dengan
standar yang seharusnya. Selain itu, (b) para pekerja juga tidak diikutsertakan pada asuransi
keselamatan kerja, sehingga jika terjadi kecelakaan kerja pekerja yang harus menanggung
biayanya sendiri. Apabila hal tersebut tidak diatasi dengan baik, maka ada kemungkinan
pemerintah menghadapi kondisi kekurangan pekerja untuk pembangunan kereta cepat.
Kondisi ini bisa memunculkan dampak yang kurang baik yaitu terhambatnya proses
pembangunan kereta cepat
Dari sisi anggaran, faktor fluktuasi nilai tukar mata uang dan ketepatan waktu pengiriman
bahan baku juga perlu diperhatikan. Pengadaan bahan baku untuk pembangunan kereta cepat
saat ini masih diimpor dari negara lain. Impor yang dilakukan karena kualitas bahan baku
dalam negeri dinilai kurang baik untuk digunakan dalam proyek ini. Keterlambatan
pengiriman bahan baku pada akhirnya bisa berpengaruh pada pembengkakan realisasi
anggaran untuk bahan baku yang digunakan dalam proses pembangunan. Dampak tersebut
juga dapat terjadi apabila kurs mata uang asing tidak dikelola dengan baik, maka ada
kemungkinan kerugian akibat mata uang yang ditransaksikan memiliki nilai lebih tinggi dari
ekspektasi/rencana awal. Jika risiko terjadi, cost yang dikeluarkan dapat lebih besar dari
jumlah yang sudah direncanakan.
Berbicara mengenai sasaran, Stark berharap target yang sudah ditetapkan dapat tercapai
sesuai rencana. Stark juga menambahkan, dalam rangka mencapai sasaran, pasti akan ada
berbagai tantangan dan ketidakpastian yang dapat menimbulkan risiko. Stark
mengatakan bahwa beliau tidak ingin apabila perangkat kerja pemerintah menghindari
risiko yang muncul, tetapi ingin agar kita menghadapi risiko tersebut dengan perhitungan
yang matang. Oleh karena itu, Stark menghimbau kepada seluruh pihak yang terkait
untuk menerima risiko yang berdampak rendah atau sangat rendah, dengan kemungkinan
kejadian risiko yang sedang.

Setiap sumber daya manusia pada perangkat kerja masing-masing harus mampu
berkontribusi dan bekerja sama dengan baik, agar sasaran setiap unit perangkat kerja dapat
tercapai. Selain itu, Stark juga memperbolehkan bagi kepala sub bagianyang mampu
memahami risiko sub bagian lain untuk dapat membantu sub bagian tersebut. Karena dengan
kerja sama yang baik, sasaran akan dapat tercapai lebih cepat dan mudah. Stark
menginformasikan bahwa pengajuan anggaran untuk pembangunan Provinsi Falnova 5 tahun
kedepan adalah sebesar 100 Triliun sudah disetujui. Tetapi perlu diperhatikan bahwa Stark
hanya memperbolehkan deviasi kerugian maksimum adalah 15% dari total anggaran
pembangunan kereta cepat. Pada pertemuan berikutnya, Stark mengumpulkan seluruh
pemangku kepentingan yang relevan untuk membahas dan menentukan kriteria risiko.
Adapun pembahasandari pertemuan ini adalah diperbolehkan penggunaan parameter selain
diukur dengan nilai mata uang, serta persetujuan kriteria kemungkinan risiko dengan
menetapkan batas atas dan batas bawah untuk frekuensi kejadian dan probabilitas.
D1 Pertama adalah kriteria dampak perihal keuangan (D1). Stark sudah menyetujui bahwa
pembangunan kereta cepat yang dilakukan akan membutuhkan biaya sebesar
10 Triliun. Walaupun Stark tidak menginginkan adanya biaya lebih yang harus dikeluarkan,
namun beliau juga menyadari bahwa ada kemungkinan pembengkakan anggaran. Oleh
karena itu maka Stark mengatakan bahwa parameter yang dapat digunakan untuk kriteria
dampak keuangan (D1) dimulai dari kerugian terkecil < 100 Miliar, sedangkan kerugian
terbesar adalah > 1,5 Triliun. D2 Selanjutnya, untuk kriteria dampak hukum (D2).
Parameter dapat dimulai dari tahap terkecil yaitu tidak terdapat tuntutan, sedangkan kriteria
dampak terbesar yaitu organisasi dituntut dan didenda, kontrak atau perjanjian batal demi
hukum.D3 Serta untuk kriteria dampak sumber daya manusia (D3). Stark mengatakan,
kriteria dampak terkecil yaitu tidak terdapat pekerja lapang (proyek) yang resign, sedangkan
kriteria dampak terbesar yaitu terdapat > 10% pekerja lapangan (proyek)yang resign.
D4 Selain itu, Stark juga mengatakan bahwa kriteria dampak reputasi perlu diperhatikan
selama proses pembangunan kereta cepat (D4). Parameter paling kecil adalah adanya
pemberitaan negatif dan dimuat pada media sosial; berita negatif dimuat pada media sosial
dan menjadi trending topic/viral, berita negatif dimuat pada media lokal, berita negatif
dimuat pada media nasional, dan paling besar adalah berita negatif dimuat pada media
nasional dan internasional.

Adapun batasan atas dan bawah untuk frekuensi kejadian dan probabilitas: Kriteria
Kemungkinan Kejadian Risiko Nilai Deskripsi Frekuensi terjadi Probabilitas
1 Sangat Kecil 12 - 24 bulan (1 kali terjadi dalam 1 -2 tahun) < 5%2 Kecil 3
Sedang 4 Besar 5 Sangat Besar 0 - 3 bulan (4 - 8 kali terjadi dalam 1 tahun) 95% - 100% .
Keterangan:
Kode D1, digunakan untuk kriteria dampak 1 Kode D2, digunakan untuk kriteria dampak 2
Kode D3, digunakan untuk kriteria dampak 3 Kode D4, digunakan untuk kriteria dampak 4
Pantauan Risiko:
- Risiko 1:
Perkiraan konsekuensi terburuk dari penyebab risiko adalah pembebasan lahan
yangterkendala oleh ketidakpastian hukum yang berakibat adanya tuntutan
gantirugi/denda terhadap organisasi, kontrak atau perjanjian batal demi hukum.
Dengan kemungkinan kejadian terjadi sebesar 63%.
- Risiko 2:
Perkiraan konsekuensi terburuk dari penyebab risiko adalah potensi tingkat pekerja
lapang (proyek) yang resign sebesar 15% dari jumlah pegawai yang dipekerjakan.
Dengan tingkat kemungkinan kejadian terjadi sebesar 60%.
- Risiko 3:
Perkiraan konsekuensi terburuk dari penyebab risiko adalah pembengkakan biaya
bahan baku melebihi 1,5 Triliun. Dengan tingkat kemungkinan kejadian terjadi sebesar
96%.
Soal No 1:
Buatlah kriteria Dampak dan Kemungkinan Risiko sesuai dengan konteks
organisasi

Soal No 2:
Tentukan kriteria selera dan toleransi risiko yang ditetapkan oleh organisasi

Soal No 3:
Tentukan kriteria pengukuran risiko beserta tindakan/eskalasi yang harus
dilakukan organisasi

Soal No 4:
Lakukan identifikasi peristiwa risiko dengan menemukan tiga peristiwa risiko,
penyebab, penyebab utaman, dan jenis dampak untuk satu sasaran utama
organisasi. Perhatikan konteks internal dan eksternal berdasarkan soal pada
studi kasus
Soal No 5:
Lakukan analisis eksposur risiko untuk setiap risiko yang teridentifikasi dengan
cara menetapkan dan mengukur nilai kemungkinan dan konsekuensi risiko.

Soal No 6:
 Lakukan evaluasi risiko terhadap seluruh peristiwa risiko dengan cara
menentukan apakah setiap peristiwa risiko tersebut dapat diterima atau
tidak. Misal (Terima [TE]; Tolak [TO]; Berbagi [BG]; Turunkan [TU] dengan
memperhatikan hasil analis dan selera risiko yang telah ditetapkan.
 Lakukan pemeringkatan prioritas risiko.

Soal No 7:
 Buatlah rencana perlakuan risiko yang sesuai dengan jenis perlakuan yang
dipilih dengan memperhatikan peristiwa risiko dan penyebabnya.
 Lakukan penilaian kembali terhadap eksposur risiko setelah dilakukan
rencana pengendalian.

Soal No 8:
Buatlah rencana komunikasi dan konsultasi dengan menggunakan metode RACI
Matrix untuk masing-masing risiko terindentifikasi.

Soal No 9:

Lakukan Prosedur Pemantauan dan Tinjauan terhadap perlakuan risiko yang


dipilih meliputi:

a. Menentukan pihak yang bertanggung jawab.


b. Media pemantauan dan media yang digunakan.
c. Frekuensi peantauan dan tinjauan yang akan dilaksanakan.
Dibuat oleh : Diperiksa oleh :

(Kaprodi)
Caesar O P
(Dosen Pengampu)

Nama : Raissa Armilda


NPM : 21110023

JAWABAN

1. Kriteria Kemungkinan

Kriteria Kemungkinan 1
Nilai Deskripsi Frekuensi Terjadi Probabilitas
1 Sangat Kecil 12 – 24 Bulan (1 kali terjadi dalam 1 – 2 5% - 12%
tahun)
2 Kecil 11 – 12 Bulan (2 kali terjadi dalam 1 13% - 20%
tahun)
3 Sedang 8 – 10 Bulan (2,5 kali terjadi dalam 1 21% - 41%
tahun)
4 Tinggi 4 – 7 Bulan ( 3 kali terjadi dalam 1 tahun) 42% - 62%
5 Sangat Tinggi 0 – 3 Bulan (4 – 8 kali terjadi dalam 1 63%
tahun)

Kriteria Kemungkinan 2
Nilai Deskripsi Frekuensi Terjadi Probabilitas
1 Sangat Kecil 12 – 24 Bulan (1 kali terjadi dalam 1 – 2 < 5%
tahun)
2 Kecil 11 – 12 Bulan (2 kali terjadi dalam 1 6% - 15
tahun)
3 Sedang 8 – 10 Bulan (2,5 kali terjadi dalam 1 16% - 29%
tahun)
4 Tinggi 4 – 7 Bulan ( 3 kali terjadi dalam 1 tahun) 30% - 59%
5 Sangat Tinggi 0 – 3 Bulan (4 – 8 kali terjadi dalam 1 60%
tahun)

Kriteria Kemungkinan 3
Nilai Deskripsi Frekuensi Terjadi Probabilitas
1 Sangat Kecil 12 – 24 Bulan (1 kali terjadi dalam 1 – 2 < 8%
tahun)
2 Kecil 11 – 12 Bulan (2 kali terjadi dalam 1 8% - 30%
tahun)
3 Sedang 8 – 10 Bulan (2,5 kali terjadi dalam 1 30% - 62%
tahun)
4 Tinggi 4 – 7 Bulan ( 3 kali terjadi dalam 1 tahun) 63% - 95%
5 Sangat Tinggi 0 – 3 Bulan (4 – 8 kali terjadi dalam 1 96%
tahun)
Kriteria Dampak

Kriteria Dampak 1
Nilai Deskripsi Dampak Terjadi
1 Sangat Kecil Deviasi pembebasan lahan 0 – 20% (tidak tertuntut)
2 Kecil Deviasi pembebasan lahan 21% - 30%
3 Sedang Deviasi pembebasan lahan 31% - 50%
4 Tinggi Deviasi pembebasan lahan 51% - 90%
5 Sangat Tinggi Deviasi pembebasan lahan 91% - 100% (dituntut dan didenda)

Kriteria Dampak 2
Nilai Deskripsi Dampak Terjadi
1 Sangat Kecil Deviasi pekerja resign 0 – 1% (tidak terdapat)
2 Kecil Deviasi pekerja resign 2% - 4%
3 Sedang Deviasi pekerja resign 5% - 7%
4 Tinggi Deviasi pekerja resign 8% - 9%
5 Sangat Tinggi Deviasi pekerja resign > 10%

Kriteria Dampak 3
Nilai Deskripsi Dampak Terjadi
1 Sangat Kecil Deviasi pembengkakan biaya bahan baku < 100 milliar
2 Kecil Deviasi pembengkakan biaya bahan baku 110 milliar – 250 milliar
3 Sedang Deviasi pembengkakan biaya bahan baku 260 milliar – 500 milliar
4 Tinggi Deviasi pembengkakan biaya bahan baku 510 milliar – 1,5 Triliun
5 Sangat Tinggi Deviasi pembengkakan biaya bahan baku > 1,5 Triliun

2. Selera dan Toleransi Risiko


- Selera
Stark tidak ingin apabila perangkat kerja pemerintah menghindari risiko yang muncul, tetapi
ingin agar kita menghadapi risiko tersebut dengan perhitungan yang matang. Maka, Stark
menghimbau kepada seluruh pihak yang terkait untuk menerima risiko yang berdampak rendah
atau sangat rendah, dengan kemungkinan kejadian risiko yang sedang (dapat diterima).

- Toleransi
Stark hanya memperbolehkan deviasi kerugian maksimum adalah 15% dari total anggaran
pembangunan kereta cepat.
Stark mengatakan bahwa parameter yang dapat digunakan untuk kriteria dampak keuangan (D1)
dimulai dari kerugian terkecil < 100 Miliar, sedangkan kerugian terbesar adalah > 1,5
Triliun.
Juga, kriteria dampak terkecil yaitu tidak terdapat pekerja lapang (proyek) yang resign, sedangkan
kriteria dampak terbesar yaitu terdapat > 10% pekerja lapangan (proyek)yang resign
3. Pengukuran Risiko

Efektivitas
Kemungkina Total Tingkat
No. Peristiwa Risiko Kendali Dampak
n Eksposur Risiko
Internal
Ketidakpastian hukum
1 membatasi pembebasan Tidak efektif 5 3 15 High
lahan. 

Probabilitas tinggi dalam


jumlah pekerja lapangan
2 Tidak efektif 4 2 8 Mid
(proyek) yang akan di-
PHK. 

Kenaikan biaya
3 komoditas lebih dari 1,5 Tidak efektif 4 3 12 High
triliun. 

4. Identifikasi Risiko

Peristiwa Risiko Penyebab Penyebab Utama Dampak


Pemerintah tidak
menghadapi
masalah hukum.
Juga,
dikhawatirkan
pembangunan
Ketidakpastian hukum Para pihak yang saling
Tidak mau menjual tahap 1 tidak
membatasi pembebasan mengklaim
kepemilikan tanahnya. tercapai dan
lahan.  kepemilikan lahan
berdampak negatif
pada anggaran jika
lahan yang
dibutuhkan tidak
bisa
“dibebaskan”. 
Probabilitas tinggi dalam Belum menyediakan sistem Para pekerja tidak Apabila tidak
jumlah pekerja lapangan manajemen K3 (kesehatan dan diikutsertakan pada ditangani dengan
(proyek) yang akan di- keselamatan kerja) dengan asuransi keselamatan baik,
PHK.  standar yang seharusnya. kerja, sehingga jika kemungkinan
terjadi kecelakaan pemerintah akan
kerja, yang mana kekurangan tenaga
pekerja yang harus kerja untuk
menanggung biayanya membangun
sendiri. kereta cepat. Yang
mana dapat
merugikan dan
menunda
pembangunan
kereta cepat 
Keterlambatan
pasokan bahan
baku pada
akhirnya dapat
mempengaruhi
realisasi anggaran
bahan baku yang
digunakan dalam
proses
Impor yang dilakukan
pembangunan.
Pengadaan bahan baku untuk karena kualitas bahan
Kemudian ada
Kenaikan biaya komoditas pembangunan kereta cepat saat baku dalam negeri
kemungkinan rugi
lebih dari 1,5 triliun.  ini masih harus diimpor dari dinilai kurang baik
karena nilai mata
Luar Negeri. untuk digunakan dalam
uang yang
proyek ini.
dipertukarkan
lebih tinggi dari
ekspektasi/rencana
semula. Jika risiko
terjadi, biaya yang
dikeluarkan
mungkin lebih
tinggi dari yang
direncanakan.

5. Analisis eksposur

Peristiwa Risiko Dampak Kemungkinan Eksposur


Ketidakpastian hukum
membatasi pembebasan 5 3 15
lahan. 
Probabilitas tinggi dalam
jumlah pekerja lapangan 4 2 8
(proyek) yang akan di-PHK. 
Kenaikan biaya komoditas
4 3 12
lebih dari 1,5 triliun. 

6. Analisis evaluasi risiko

Perlakuan
Peristiwa Risiko Dampak Kemungkinan Eksposur
risiko
Ketidakpastian
Turunkan
hukum membatasi 5 3 15
Risiko
pembebasan lahan. 
Probabilitas tinggi
dalam jumlah
Turunkan
pekerja lapangan 4 2 8
Risiko
(proyek) yang akan
di-PHK. 
Kenaikan biaya
Turunkan
komoditas lebih dari 4 3 12
Risiko
1,5 triliun. 

Prioritas Risiko
No. Skala Prioritas Risiko
1. Risiko 3
2. Risiko 1
3. Risiko 2
7. Rencana perlakuan risiko

Peristiwa Risiko Dampak Kemungkinan Eksposur Rencana Aksi


Merundingkan pembelian
barang yang
Ketidakpastian dipersengketakan/diperebutkan
hukum membatasi secara sah dan sah sehingga
5 3 15
pembebasan tidak ada gangguan kepada
lahan.  organisasi serta
mendaftarkannya secara sah
sehingga sah. 
Probabilitas tinggi Menawarkan fasilitas kepada
dalam jumlah pekerja pertanian, kami yang
pekerja lapangan 4 2 8 memastikan keamanan dan
(proyek) yang kenyamanan keselamatan
akan di-PHK.  kerja.
Perolehan bahan baku lebih
Kenaikan biaya sesuai/ideal untuk
komoditas lebih 4 3 12 meningkatkan penggunaan
dari 1,5 triliun.  bahan baku dan untuk
mengurangi pembengkakan. 

Kemungkinan Perlakuan
Dampak (setelah Eksposur (setelah
Peristiwa Risiko (setelah rencana risiko (setelah
rencana aksi) rencana aksi)
aksi) rencana aksi)
Ketidakpastian hukum
membatasi pembebasan 4 1 4 Terima Risiko
lahan. 
Probabilitas tinggi
dalam jumlah pekerja Turunkan
4 2 8
lapangan (proyek) yang Risiko
akan di-PHK. 
Kenaikan biaya
komoditas lebih dari 1,5 5 1 5 Terima Risiko
triliun. 

8. Konsultasi dan Komunikasi

Komunikasi Konsultasi
Peristiwa
Risiko Pemangku Pemangku
Media Konten Media Konten
Kepentingan Kepentingan
Resiko yang
Risiko yang
Badan dihadapi Badan
Ketidakpastian dihadapi Badan
Pertanahan, Badan Pertanahan,
hukum Pertanahan, Menteri
Menteri Pertanahan, Menteri
membatasi meeting meeting Lingkungan Hidup,
Lingkungan Menteri Lingkungan
pembebasan dan Pemerintah
Hidup, dan Lingkungan Hidup, dan
lahan.  serta tindakan
Pemerintah Hidup, dan Pemerintah
penanganannya
Pemerintah
Probabilitas Manager HR, meeting Resiko yang Manager HR, meeting Risiko yang
tinggi dalam Direksi HR, dihadapi Direksi HR, dihadapi Manager
jumlah pekerja Direktur Manager HR, Direktur HR, Direksi HR,
lapangan Utama, dan Direksi HR, Utama, dan Direktur Utama, dan
(proyek) yang Pemerintah Direktur Pemerintah Pemerintah serta
akan di-PHK.  Utama, dan tindakan
Pemerintah penanganannya
Resiko yang
Resiko yang
Manager dihadapi Manager
dihadapi Manager
Kenaikan Keuangan, Manager Keuangan,
Keuangan, Direktur
biaya Direktur Keuangan, Direktur
Keuangan, Direktur
komoditas Keuangan, meeting Direktur Keuangan, meeting
Utama, dan
lebih dari 1,5 Direktur Keuangan, Direktur
Pemerintah serta
triliun.  Utama, dan Direktur Utama, dan
tindakan
Pemerintah Utama, dan Pemerintah
penanganannya
Pemerintah

9. Pemantauan dan peninjauan

Peristiwa Risiko Pemantauan dan Media Frekuensi Frekuensi


Peninjauan Pemantauan Pelaporan
Ketidakpastian hukum PIC : Dirut dan BPN,
Meeting dan
membatasi Penetapan legalitas Mingguan Bulanan
Mediasi
pembebasan lahan.  lahan.
Probabilitas tinggi
dalam jumlah pekerja PIC : Dirut dan manajer Rapat para
Bulanan Semesteran
lapangan (proyek) SDM direksi
yang akan di-PHK. . 
Kenaikan biaya
PIC : Dirut dan Direksi Rapat para
komoditas lebih dari Bulanan Tahunan
keuangan direksi
1,5 triliun. 

Anda mungkin juga menyukai