Penetapan tersangka JGP juga layak untuk dikritisi. Sebab, sudah lebih dari
tiga bulan sejak penetapan tersangka sebelumnya, baru hari ini akhirnya diumumkan.
Padahal dugaan kuat keterlibatannya sudah terendus sejak lama. Dalam catatan ICW,
setidaknya hingga Maret 2023 ia sudah dua kali ia diperiksa Kejaksaan. Tidak hanya
sang menteri yang ikut terseret, adik JGP, Georgius Alex juga telah dipanggil. Dugaan
keterlibatan keduanya terungkap pasca penyidik Kejaksaan menerima informasi dari
saksi lain. Bahkan yang mengejutkan, Kejaksaan juga sempat mengumumkan bahwa
adik JGP telah mengembalikan uang yang diberikan oleh BAKTI Kominfo senilai Rp
534 juta kepada penyidik.
Jika ditambah JGP, hingga saat sudah ada enam orang yang ditetapkan
sebagai tersangka. Sedangkan lima tersangka lain yakni, Anang Achmad Latif (AAL)
Dirut BAKTI Kominfo, Galumbang Menak (GMS) Direktur Utama PT Mora Telematika
Indonesia, Yohan Suryanto (YS) Tenaga Ahli Human Development (Hudev)
Universitas Indonesia Tahun 2020, Mukti Ali (MA) selaku Account Director of
Integrated Account Departement PT Huawei Tech Investment, dan Irwan Hermawan
(IH) Komisaris PT Solitech Media Synergy. Menyikapi penetapan tersangka JGP dan
penanganan perkara korupsi BTS 4G BAKTI Kominfo, setidaknya ada 5 catatan kritis
dalam dalam kasus ini.
Pertama, penetapan tersangka JGP oleh Kejaksaan dinilai lama, yaitu lebih
dari 3 bulan. Padahal proses pemeriksaan terhadap yang bersangkutan sudah
dilakukan beberapa kali, termasuk penyitaan hingga pemanggilan sang menteri.
Bahkan dalam laporan liputan Klub Jurnalis Investigasi (KJI), ada dugaan penerimaan
uang Rp 500 juta per bulan oleh JGP. Fakta tersebut terkonfirmasi dari hasil
pemeriksaan tersangka sebelumnya, yakni AAL.
Kedua, Kasus korupsi pembangunan tower jadi tamparan telak bagi upaya
pemerataan pembangunan. Pasalnya, pembangunan BTS merupakan salah satu
proyek strategis nasional yang dilaksanakan oleh BAKTI Kominfo dan sudah dimulai
sejak tahun 2020. Proyek BTS sejatinya bertujuan memberikan dukungan infrastruktur
jaringan komunikasi (pemerataan jaringan internet) dalam upaya transformasi digital
bagi ribuan desa di wilayah terluar, tertinggal, dan terdepan (3T). Namun, berdasarkan
laporan BPK dan temuan liputan kolaboratif KJI, proyek ini mundur dari target, tidak
sedikit proyek ini yang mangkrak hingga berkualitas buruk.
Ketiga, perhitungan nilai kerugian negara oleh BPKP sebesar Rp 8,032 triliun
delapan kali lipat lebih besar jika dibandingkan dengan perhitungan awal potensi
kerugian keuangan negara Kejaksaan, yakni Rp 1 triliun. Tidak hanya itu, korupsi yang
terjadi dalam proyek BTS juga berpotensi merugikan warga. Pembangunan yang
bermasalah hingga kualitas yang buruk jelas merugikan masyarakat. Sehingga
kerugian yang ditimbulkan dapat jauh lebih besar dari perhitungan BPKP. Kasus
dugaan korupsi BAKTI Kominfo ini juga menunjukan bagaimana pola dan modus
dalam praktik korupsi pengadaan barang dan jasa yang melibatkan persekongkolan
antara pihak penyedia, BAKTI, sejak dari proses perencanaan hingga pelaksanaan,
penggelembungan harga, proyek fiktif atau belum selesai saat serah terima proyek.
Berangkat dari lima catatan tersebut, beberapa saran yang diajukan untuk
menanggulangi kasus korupsi tersebut diantara lain:
1. Usut tuntas kasus korupsi BTS hingga aktor lain yang diduga terlibat, baik
dari unsur Kominfo maupun pihak swasta
2. Telusuri aliran dana dugaan pencucian uang sebagai akibat dari perbuatan
korupsi yang dilakukan oleh enam tersangka maupun pihak lain dengan
melibatkan PPATK
3. Tindaklanjuti temuan perhitungan kerugian negara oleh BPKP sebagai
pintu masuk untuk menelusuri pihak yang diduga terlibat
4. Lakukan penelusuran aset (asset tracing) terkait harta milik JGP dan
tersangka lain
5. Tuntut maksimal JGP atas perbuatannya melakukan korupsi, baik penjara
badan, denda, hingga pencabutan hak politik mengingat yang bersangkutan
adalah pejabat publik
6. Kejaksaan tidak boleh hanya mempertimbangkan dari sisi aspek kerugian
negara, melainkan juga soal pemulihan kerugian warga yang terdampak
akibat efek domino dari korupsi BTS
7. Kejaksaan harus transparan dan akuntabel dalam proses penanganan
kasus ini kepada publik. Sehingga masyarakat dapat mengetahui secara
utuh dan ikut mengawasi bagaimana perkembangan perkara ini ditangani