Anda di halaman 1dari 56

LAPORAN

PENILAIAN RISIKO

DEPUTI BIDANG INVESTIGASI

NOMOR : S-263/D5/04/2021
TANGGAL : 31 MARET 2021
Penilaian Risiko

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................. ii


DAFTAR ISI......................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A. Latar Belakang .................................................................... 1
B. Dasar Hukum ..................................................................... 2
C. Tujuan ................................................................................ 3
D. Ruang Lingkup.................................................................... 3
E. Metodologi ........................................................................... 3
BAB II PROFIL DEPUTI BIDANG INVESTIGASI BPKP .......................... 4
A. Struktur Organisasi ............................................................ 4
B. Tugas dan Fungsi ................................................................ 4
C. Visi dan Misi ..................................................................... 10
D. Tujuan dan Sasaran .......................................................... 11
E. Program dan Kegiatan ....................................................... 11
BAB III PENETAPAN KRITERIA PENILAIAN RISIKO ........................... 15
A. Penetapan Konteks Risiko ................................................. 15
B. Penetapan Kriteria Penilaian Risiko ................................... 16
C. Identifikasi Risiko.............................................................. 20
D. Peta Risiko ........................................................................ 23
BAB IV PENUTUP ............................................................................. 27

iii
Penilaian Risiko

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014 tentang Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, Deputi Bidang Investigasi
melaksanakan tugas membantu Kepala di bidang pelaksanaan
pengawasan kelancaran pembangunan termasuk program lintas sektoral,
pencegahan korupsi, audit atas penyesuaian harga, audit klaim, audit
investigatif terhadap kasus-kasus penyimpangan yang berindikasi
merugikan keuangan negara, audit penghitungan kerugian keuangan
Negara, dan pemberian keterangan ahli. Dalam melaksanakan tugas
tersebut, Deputi Bidang Investigasi menyelenggarakan fungsi:
1. pengkajian, perumusan, dan penyusunan kebijakan teknis di bidang
investigasi;
2. penyusunan rencana dan pengendalian pelaksanaan investigasi;
3. penyusunan pedoman dan pemberian bimbingan teknis investigasi
dan pencegahan kolusi, korupsi dan nepotisme;
4. pengoordinasian penyelenggaraan pengawasan intern terhadap
perencanaan dan pelaksanaan kegiatan yang dapat menghambat
kelancaran pembangunan termasuk program lintas sektoral;
5. pelaksanaan audit atas penyesuaian harga, audit klaim dan audit
investigatif terhadap kasus-kasus penyimpangan yang berindikasi
merugikan keuangan negara, audit penghitungan kerugian keuangan
negara, dan pemberian keterangan ahli pada instansi pusat dan
daerah, dan/atau kegiatan lain yang seluruh atau sebagian
keuangannya dibiayai oleh anggaran negara dan/atau subsidi
termasuk badan usaha dan badan lainnya yang didalamnya terdapat
kepentingan keuangan atau kepentingan lain dari Pemerintah Pusat
dan/atau Pemerintah Daerah, serta upaya pencegahan korupsi;

1
Penilaian Risiko

6. pelaksanaan sosialisasi dan bimbingan teknis program anti korupsi


kepada masyarakat, dunia usaha, aparat pemerintahan dan badan-
badan lainnya;
7. pelaksanaan analisis, evaluasi dan pengolahan hasil pengawasan
bidang penugasan investigasi; dan
8. pelaksanaan kegiatan pengawasan berdasarkan penugasan
pemerintah di bidang keinvestigasian sesuai peraturan perundang-
undangan.

Untuk melaksanakan tugas dan fungsinya dengan sebaik-baiknya, perlu


adanya kontribusi dari semua unsur yang ada di lingkungan Deputi
Bidang Investigasi. Namun untuk menjalankan fungsinya masing-masing
dengan baik, setiap aktivitas yang dilakukan tidak terlepas dari adanya
risiko yang dapat berpengaruh dalam pencapaian tujuan organisai.

Sehubungan dengan hal tersebut dan dengan memperhatikan Peraturan


Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), pasal 13 ayat 1 yang mewajibkan
setiap pimpinan instansi pemerintah untuk melakukan penilaian risiko.
Deputi Bidang Investigasi melakukan penilaian risiko dengan cara
mengidentifikasi dan menganalisis risiko dalam menjalankan tugas dan
fungsinya.

B. Dasar Hukum

Penyusunan penilaian risiko Deputi Bidang Investigasi mengacu pada


ketentuan berikut:
1. Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun 2008 tentang Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah.
2. Peraturan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
Nomor PER-688/K/D4/2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Penilaian
Risiko Di Lingkungan Instansi Pemerintah.
3. Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014 tentang Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan.

2
Penilaian Risiko

4. Peraturan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Nomor 5


Tahun 2019 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan.
5. Peraturan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Nomor 2
Tahun 2020 tentang Rencana Strategis BPKP Tahun 2020-2024.
6. Rencana Strategis Deputi Bidang Investigasi Tahun 2020-2024 Nomor
Lap-11/D5/04/2020 tanggal 13 Oktober 2020.

C. Tujuan

Tujuan penilaian risiko pada Deputi Bidang Investigasi adalah sebagai


berikut:
1. Untuk mendapatkan register dan peta risiko pada Deputi Bidang
Investigasi.
2. Sebagai bahan evaluasi pengendalian intern dalam implementasi
SPIP.

D. Ruang Lingkup

Ruang lingkup penilaian risiko meliputi seluruh Direktorat di Lingkungan


Deputi Bidang Investigasi yang terdiri dari Direktorat Investigasi I,
Direktorat Investigasi II, Direktorat Investigasi III, dan Direktorat
Investigasi IV. Penilaian risiko difokuskan pada kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan oleh Direktorat di Lingkungan Deputi Bidang Investigasi
baik kegiatan pengawasan maupun kegiatan dukungan pengawasan.

E. Metodologi

Metodologi yang digunakan dalam penilaian risiko pada Deputi Bidang


Investigasi baik pada tahap identifikasi risiko dan analisis risiko adalah
kualitatif, sedangkan teknik yang digunakan adalah brainstorming dan
Focus Group Disscussion yang melibatkan seluruh Direktorat di
Lingkungan Deputi Bidang Investigasi.

3
Penilaian Risiko

BAB II
PROFIL DEPUTI BIDANG INVESTIGASI BPKP

A. Struktur Organisasi

Sesuai dengan Peraturan Badan Pengawasan Keuangan dan


Pembangunan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2019 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan, struktur organisasi Deputi Bidang Investigasi terdiri atas
4 (empat) Direktorat. Masing-masing Direktorat mempunyai Sub
Direktorat dan Kelompok Pejabat Fungsional. Untuk urusan Tata Usaha,
Deputi Bidang Investigasi memperoleh staf perbantuan dari Sekretariat
Utama.

Struktur Organisasi Deputi Bidang Investigasi dapat digambarkan dengan


Bagan berikut:

B. Tugas dan Fungsi

Sesuai dengan Peraturan Badan Pengawasan Keuangan dan


Pembangunan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2019 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawasan Keuangan dan

4
Penilaian Risiko

Pembangunan, rincian tugas dan fungsi Deputi Bidang Investigasi adalah


sebagai berikut:
1. Deputi Bidang Investigasi
Melaksanakan tugas membantu Kepala di bidang pelaksanaan
pengawasan kelancaran pembangunan termasuk program lintas
sektoral, pencegahan korupsi, audit atas penyesuaian harga, audit
klaim, audit investigatif terhadap kasuskasus penyimpangan yang
berindikasi merugikan keuangan negara, audit penghitungan
kerugian keuangan negara dan pemberian keterangan ahli.

Dalam melaksanakan tugasnya, Deputi Bidang Investigasi


menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:
1) pengkajian, perumusan, dan penyusunan kebijakan teknis di
bidang investigasi;
2) penyusunan rencana dan pengendalian pelaksanaan investigasi;
3) penyusunan pedoman dan pemberian bimbingan teknis
investigasi dan pencegahan kolusi, korupsi dan nepotisme;
4) pengoordinasian penyelenggaraan pengawasan intern terhadap
perencanaan dan pelaksanaan kegiatan yang dapat menghambat
kelancaran pembangunan termasuk program lintas sektoral;
5) pelaksanaan audit atas penyesuaian harga, audit klaim dan audit
investigatif terhadap kasus-kasus penyimpangan yang berindikasi
merugikan keuangan negara, audit penghitungan kerugian
keuangan negara, dan pemberian keterangan ahli pada instansi
pusat dan daerah, dan/atau kegiatan lain yang seluruh atau
sebagian keuangannya dibiayai oleh anggaran negara dan/atau
subsidi termasuk badan usaha dan badan lainnya yang
didalamnya terdapat kepentingan keuangan atau kepentingan lain
dari Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah, serta upaya
pencegahan korupsi;
6) pelaksanaan sosialisasi dan bimbingan teknis program anti
korupsi kepada masyarakat, dunia usaha, aparat pemerintahan
dan badan-badan lainnya;

5
Penilaian Risiko

7) pelaksanaan analisis, evaluasi dan pengolahan hasil pengawasan


bidang penugasan investigasi; dan
8) pelaksanaan kegiatan pengawasan berdasarkan penugasan
pemerintah di bidang keinvestigasian sesuai peraturan
perundang-undangan.

2. Direktorat Investigasi I
Direktorat Investigasi I mempunyai tugas melaksanakan pengawasan
kelancaran pembangunan termasuk program lintas sektoral,
pencegahan korupsi, audit atas penyesuaian harga, audit klaim, audit
investigatif terhadap kasus-kasus penyimpangan yang berindikasi
merugikan keuangan negara, audit penghitungan kerugian keuangan
negara dan pemberian keterangan pada objek pengawasan instansi
pemerintah pusat bidang perekonomian, objek pengawasan badan
usaha agrobisnis, infrastruktur, perdagangan, energi dan
pertambangan, objek pengawasan pemerintah daerah, badan usaha
milik daerah, dan badan usaha milik desa wilayah Sumatera, dan
objek pengawasan kegiatan lain yang seluruh atau sebagian
keuangannya dibiayai oleh anggaran negara dan/atau subsidi
termasuk badan usaha dan badan lainnya yang di dalamnya terdapat
kepentingan keuangan atau kepentingan lain dari Pemerintah Pusat
dan/atau Pemerintah Daerah.

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana, Direktorat Investigasi I


menyelenggarakan fungsi:
1) pelaksanaan audit investigatif terhadap kasus-kasus
penyimpangan yang berindikasi merugikan keuangan negara,
audit penghitungan kerugian keuangan negara, pemberian
keterangan ahli, audit investigatif penelusuran asset dan
pemulihan kerugian negara, dan audit tujuan tertentu lainnya di
bidang investigasi;
2) pelaksanaan audit atas penyesuaian harga, audit klaim, evaluasi
hambatan kelancaran pembangunan, dan pengawasan terhadap

6
Penilaian Risiko

perencanaan dan pelaksanaan kegiatan yang dapat menghambat


kelancaran pembangunan termasuk program lintas sektoral;
3) pelaksanaan sosialisasi, pembimbingan, konsultasi pencegahan
kolusi, korupsi, dan nepotisme, dan tata kelola serta pengendalian
intern anti korupsi dan manajemen risiko kecurangan (fraud);
4) pelaksanaan pembinaan kapabilitas pengawasan intern bidang
investigasi pada aparat pengawasan intern pemerintah dan satuan
pengawasan intern badan usaha; dan
5) pelaksanaan kegiatan pengawasan di bidang investigasi
berdasarkan penugasan pemerintah sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan, pada objek pengawasan.

3. Direktorat Investigasi II
Direktorat Investigasi II mempunyai tugas melaksanakan pengawasan
kelancaran pembangunan termasuk program lintas sektoral,
pencegahan korupsi, audit atas penyesuaian harga, audit klaim, audit
investigatif terhadap kasus-kasus penyimpangan yang berindikasi
merugikan keuangan negara, audit penghitungan kerugian keuangan
negara dan pemberian keterangan ahli pada objek pengawasan
instansi pemerintah pusat bidang politik, hukum, keamanan,
pembangunan manusia dan kebudayaan, objek pengawasan badan
usaha konektivitas, pariwisata, kawasan, industri, perumahan, dan
jasa air, objek pengawasan pemerintah daerah, badan usaha milik
daerah dan badan usaha milik desa wilayah Jawa dan Kalimantan,
dan objek pengawasan kegiatan lain yang seluruh atau sebagian
keuangannya dibiayai oleh anggaran negara dan/atau subsidi
termasuk badan usaha dan badan lainnya yang di dalamnya terdapat
kepentingan keuangan atau kepentingan lain dari Pemerintah Pusat
dan/atau Pemerintah Daerah.

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Direktorat


Investigasi II menyelenggarakan fungsi:
1) pelaksanaan audit investigatif terhadap kasus-kasus
penyimpangan yang berindikasi merugikan keuangan negara,

7
Penilaian Risiko

audit penghitungan kerugian keuangan negara, pemberian


keterangan ahli, audit investigatif penelusuran asset dan
pemulihan kerugian negara, dan audit tujuan tertentu lainnya di
bidang investigasi;
2) pelaksanaan audit atas penyesuaian harga, audit klaim, evaluasi
hambatan kelancaran pembangunan, dan pengawasan terhadap
perencanaan dan pelaksanaan kegiatan yang dapat menghambat
kelancaran pembangunan termasuk program lintas sektoral;
3) pelaksanaan sosialisasi, pembimbingan, konsultasi pencegahan
kolusi, korupsi, dan nepotisme, dan tata Kelola serta pengendalian
intern anti korupsi dan manajemen risiko kecurangan (fraud);
4) pelaksanaan pembinaan kapabilitas pengawasan intern bidang
investigasi pada aparat pengawasan intern pemerintah dan satuan
pengawasan intern badan usaha; dan
5) pelaksanaan kegiatan pengawasan di bidang investigasi
berdasarkan penugasan pemerintah sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan, pada objek pengawasan.

4. Direktorat Investigasi III


Direktorat Investigasi III mempunyai tugas melaksanakan
pengawasan kelancaran pembangunan termasuk program lintas
sektoral, pencegahan korupsi, audit atas penyesuaian harga, audit
klaim, audit investigatif terhadap kasus-kasus penyimpangan yang
berindikasi merugikan keuangan negara, audit penghitungan
kerugian keuangan negara dan pemberian keterangan ahli pada objek
pengawasan instansi pemerintah pusat bidang kemaritiman, objek
pengawasan badan usaha jasa keuangan, jasa penilai, dan
manufaktur, objek pengawasan pemerintah daerah, badan usaha
milik daerah, dan badan usaha milik desa wilayah Sulawesi, Maluku,
Papua, Bali, dan Nusa Tenggara, dan objek pengawasan kegiatan lain
yang seluruh atau Sebagian keuangannya dibiayai oleh anggaran
negara dan/atau subsidi termasuk badan usaha dan badan lainnya
yang di dalamnya terdapat kepentingan keuangan atau kepentingan
lain dari Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah.

8
Penilaian Risiko

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Direktorat


Investigasi III menyelenggarakan fungsi:
1) pelaksanaan audit investigatif terhadap kasus-kasus
penyimpangan yang berindikasi merugikan keuangan negara,
audit penghitungan kerugian keuangan negara, pemberian
keterangan ahli, audit investigatif penelusuran asset dan
pemulihan kerugian negara, dan audit tujuan tertentu lainnya di
bidang investigasi;
2) pelaksanaan audit atas penyesuaian harga, audit klaim, evaluasi
hambatan kelancaran pembangunan, dan pengawasan terhadap
perencanaan dan pelaksanaan kegiatan yang dapat menghambat
kelancaran pembangunan termasuk program lintas sektoral;
3) pelaksanaan sosialisasi, pembimbingan, konsultasi pencegahan
kolusi, korupsi, dan nepotisme, dan tata Kelola serta pengendalian
intern anti korupsi dan manajemen risiko kecurangan (fraud);
4) pelaksanaan pembinaan kapabilitas pengawasan intern bidang
investigasi pada aparat pengawasan intern pemerintah dan satuan
pengawasan intern badan usaha; dan
5) pelaksanaan kegiatan pengawasan di bidang investigasi
berdasarkan penugasan pemerintah sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan, pada objek pengawasan.

5. Direktorat Investigasi IV
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Pasal 205,
Direktorat Investigasi IV mempunyai tugas membantu Deputi Bidang
Investigasi mengimplementasikan kebijakan teknis pengawasan,
melaksanakan koordinasi perencanaan, analisis, dan evaluasi
kegiatan bidang investigasi dan pelaporan hasil pengawasan dan
kinerja serta pengembangan kapabilitas bidang investigasi,
melaksanakan pembinaan dan pengelolaan kegiatan forensik digital,
melaksanakan pengelolaan dan pengembangan informasi bidang
investigasi.

9
Penilaian Risiko

Dalam melaksanakan tugasnya, Direktorat Investigasi IV


menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:
1) Pelaksanaan pengkajian, perumusan, serta penyusunan kebijakan
teknis pengawasan bidang investigasi, dan pedoman pengawasan
bidang investigasi;
2) Pelaksanaan koordinasi perencanaan, analisis, evaluasi, serta
pelaporan hasil pengawasan dan kinerja bidang investigasi;
3) Pelaksanaan forensik digital dan pemberian keterangan ahli;
4) Pelaksanaan kajian informasi awal, pengelolaan, dan
pengembangan informasi pengawasan bidang investigasi;
5) Pelaksanaan koordinasi penyelenggaraan sistem pengendalian
intern pemerintah dan reformasi birokrasi di lingkup Deputi
Bidang Investigasi; dan
6) Pelaksanaan kegiatan pengawasan di bidang investigasi
berdasarkan penugasan pemerintah sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.

C. Visi dan Misi

Deputi Bidang Investigasi diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan


publik (Aparat Penegak Hukum/APH, Kementerian/Lembaga/Pemerintah
Daerah/Korporasi, akademisi, dan LSM) serta berperan aktif dalam
mendukung pemberantasan TPK dan mewujudkan Good Governance.
Untuk mewujudkan hal tersebut, Deputi Bidang Investigasi menetapkan
visi:
Pusat Keunggulan Solusi Kecurangan untuk mendukung visi BPKP
Menjadi Auditor Internal Pemerintah Berkelas Dunia dan Trusted Advisor
Pemerintah untuk Meningkatkan Good Governance Sektor Publik dalam
rangka Mewujudkan Visi Misi Presiden dan Wakil Presiden ‘Indonesia
Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-
Royong’.

BPKP melaksanakan Misi Presiden dan Wakil Presiden untuk


menegakkan sistem hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan
terpercaya; mengelola pemerintahan yang bersih, efektif, dan terpercaya;

10
Penilaian Risiko

dan mensinergikan pemerintah daerah dalam kerangka negara kesatuan,


dengan:
1. Melaksanakan Pengawasan Intern terhadap Akuntabilitas Pengelolaan
Keuangan dan Pembangunan Nasional; dan
2. Membangun Sumber Daya Pengawasan yang Berkualitas.

D. Tujuan dan Sasaran

Mengacu pada visi dan misi BPKP, ditetapkan tujuan yaitu kondisi yang
ingin dicapai oleh BPKP pada tahun 2024 yaitu:
1. Terwujudnya Akuntabilitas Keuangan dan Pembangunan Nasional;
dan
2. Terwujudnya Tata Kelola Pengawasan yang Unggul, Akuntabel dan
Sehat.

Adapun sasaran yang ingin dicapai adalah sebagai berikut:


1. Meningkatnya Pengawasan Pembangunan atas Akuntabilitas
Keuangan Negara dan Daerah Bidang Investigasi.
2. Meningkatnya Pengawasan Pembangunan atas Kelancaran
Pelaksanaan Pembangunan Nasional.
3. Meningkatnya Pengawasan Pembangunan atas Efektivitas
Pengendalian Korupsi pada Badan Usaha.
4. Meningkatnya Pengawasan Pembangunan atas Efektivitas Hasil
Pengawasan Keinvestigasian.
5. Meningkatnya Pengawasan Pembangunan atas Efektivitas
Pengendalian Korupsi.

E. Program dan Kegiatan

Program Deputi Bidang Investigasi merupakan penjabaran dari kebijakan


BPKP yang rumusannya mencerminkan tugas dan fungsi, yang berisikan
kegiatan dengan menggunakan sumber daya yang disediakan untuk
mencapai hasil pengawasan dengan indikator kinerja yang terukur.
Program Deputi Bidang terdiri dari:

11
Penilaian Risiko

1. Program pengawasan intern akuntabilitas keuangan negara dan


pembangunan nasional serta pembinaan penyelenggaraan sistem
pengendalian intern pemerintah (Program 06).
2. Program dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya
(Program 01).

Program 01 bersifat generik antar K/L yaitu Program Dukungan


Manajemen Internal. Program ini ditujukan untuk memastikan
terciptanya kondisi yang diperlukan dalam melaksanakan tugas teknis
pengawasan oleh kedeputian teknis. Baik program teknis pengawasan
(Program 06) maupun program dukungan (Program 01) akan
dilaksanakan dalam bentuk kegiatan-kegiatan oleh unit kerja atau satuan
kerja di lingkungan BPKP.

Kegiatan Deputi Bidang Investigasi terdiri dari:


1. Audit Investigatif
Audit investigatif adalah proses mencari, menemukan, dan
mengumpulkan bukti secara sistematis yang bertujuan
mengungkapkan kasus-kasus dugaan mal administrasi, hambatan
kelancaran pembangunan, penyalahgunaan wewenang dan
penyimpangan yang berindikasi merugikan keuangan negara dengan
hasil berupa kesimpulan dan rekomendasi untuk memberi nilai
tambah dan meningkatkan operasional sebuah organisasi.
2. Audit Penghitungan Kerugian Keuangan Negara
Audit penghitungan kerugian keuangan negara merupakan audit
dengan tujuan tertentu untuk menyatakan pendapat mengenai nilai
kerugian keuangan negara yang diakibatkan oleh penyimpangan dari
hasil penyidikan dan digunakan untuk mendukung tindakan litigasi.
3. Pemberian Keterangan Ahli
Pemberian Keterangan Ahli adalah pemberian pendapat berdasarkan
keahlian profesi Auditor BPKP dalam suatu kasus tindak pidana
korupsi dan/atau perdata untuk membuat terang suatu kasus bagi
Penyidik dan/atau Hakim.

12
Penilaian Risiko

4. Audit Penyesuaian Harga


Audit Penyesuaian Harga adalah proses pengumpulan dan evaluasi
bukti-bukti terkait dengan penyesuaian harga atas suatu kontrak
tahun jamak atau karena kebijakan pemerintah, untuk memperoleh
simpulan nilai penyesuaian harga.
5. Audit Klaim
Audit Klaim adalah proses pengumpulan dan evaluasi bukti-bukti
terkait dengan tuntutan kepada pemberi kerja atas tambahan biaya
yang diajukan oleh penyedia barang/jasa sebagai akibat kondisi yang
bukan merupakan kesalahan penyedia barang/jasa.
6. Evaluasi Hambatan Kelancaran Pembangunan
Evaluasi Hambatan Kelancaran Pembangunan (HKP) adalah evaluasi
secara independen dan objektif terhadap hambatan pembangunan
untuk mendapatkan alternatif penyelesaian sesuai ketentuan yang
berlaku melalui mediasi.
7. Pengumpulan dan Pengevaluasian Data Elektronik atau Komputer
Forensik (PEBDE)
Komputer forensik merupakan suatu rangkaian metodologi yang
terdiri dari teknik dan prosedur untuk mengumpulkan bukti-bukti
dari piranti komputer atau media digital lainnya, agar dapat
dipergunakan secara sah sebagai alat bukti di pengadilan.
8. Fraud Control Plan (FCP)
Fraud Control Plan (FCP) merupakan pengendalian yang dirancang
secara spesifik, teratur dan terukur oleh suatu organisasi untuk
mencegah, menangkal, dan memudahkan pendeteksian dan
pengungkapan kemungkinan terjadinya korupsi/kecurangan yang
ditandai dengan eksistensi dan implementasi beberapa atribut dalam
upaya mencapai tujuan organisasi secara keseluruhan.
9. Pengembangan Masyarakat Pembelajar Anti Korupsi (MPAK)
Masyarakat pembelajar anti korupsi merupakan bentuk kegiatan
bersifat preventif edukatif. Strategi ini dilandasi suatu pemikiran logis
bahwa peristiwa korupsi dapat dimulai, difasilitasi, didorong,

13
Penilaian Risiko

dilaksanakan, dipengaruhi, dihambat, dicegah dan diketahui oleh


individu di luar organisasi (anggota masyarakat).
10. Fraud Risk Assessment (FRA)/Penilaian Risiko Kecurangan
Fraud Risk Assessment (FRA) atau penilaian risiko kecurangan adalah
proses proaktif yang bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengatasi
kerentanan organisasi atas kecurangan yang dilakukan pihak internal
ataupun pihak eksternal.
11. Penanganan Pengaduan Masyarakat
Pengaduan masyarakat adalah laporan dari masyarakat mengenai
adanya indikasi terjadinya penyimpangan, korupsi, kolusi dan
nepotisme yang dilakukan aparat pemerintah daerah dalam
penyelenggaraan pemerintahan.
Pengaduan masyarakat menjadi sarana yang penting untuk menjadi
trigger (pemicu) bagi perbaikan proses penyelenggaraan
pemerintahan, namun hal ini harus bisa dikelola dengan baik. Atas
pengaduan masayarakat yang diterima oleh Deputi Bidang Investigasi,
dilakukan penelaahan untuk dapat diputuskan tindak lanjutnya.
12. Penilaian Budaya Organisasi Anti Korupsi (PBOAK)
PBOAK adalah penilaian budaya organisasi yang bersifat tematik
dalam hal ini berfokus pada budaya anti korupsi.
13. Pengukuran Indeks Efektivitas Pengendalian Korupsi (IEPK)
Indeks Efektivitas Pencegahan Korupsi adalah Indeks Komposit yang
dibentuk dari Indeks Kapabilitas Pengelolaan Risiko Korupsi, Indeks
Penerapan Strategi Pencegahan Korupsi dan Indeks Penanganan
Kejadian Korupsi.
14. Peningkatan Kompetensi
Auditor harus mempunyai pendidikan, pengetahuan, keahlian dan
keterampilan, pengalaman, serta kompetensi lain yang diperlukan
untuk melaksanakan tanggung jawabnya, karena itu auditor wajib
meningkatkan pengetahuan, keahlian dan keterampilan, serta
kompetensi lain.

14
Penilaian Risiko

BAB III
PENETAPAN KRITERIA PENILAIAN RISIKO

Langkah kerja penilaian risiko merupakan penjelasan secara rinci atas


prosedur penilaian risiko. Langkah kerja penilaian risiko terdiri atas
penetapan konteks risiko, identifikasi risiko, dan analisis risiko.

A. Penetapan Konteks Risiko

Secara umum penetapan konteks risiko merupakan penjabaran sasaran


satuan organisasi/unit kerja, serta hubungan satuan organisasi/unit
kerja dengan lingkungan eksternal dan internal yang diproyeksi dapat
menimbulkan risiko dan mempengaruhi pencapaian tujuan organisasi.
Sasaran satuan organisasi/unit kerja berdasarkan Rencana Strategis
(Renstra) atau Indikator Kinerja Utama (IKU) atau Perjanjian Kinerja (PK).
Pelaksana penetapan konteks risiko adalah pimpinan satuan
organisasi/unit kerja sebagai pemilik risiko.

Pada tahap penetapan konteks ini terdapat beberapa hal yang akan
menjadi perhatian, yaitu:
1. Konteks Strategis
Penetapan konteks strategis pada prinsipnya merupakan pernyataan
peran suatu instansi pemerintah di lingkungannya. Pernyataan peran
instansi dinyatakan dalam pernyataan visi dan misi, tujuan dan
sasaran yang dibangun setelah menganalis lingkungan eksternal dan
internal. Tujuan yang ditetapkan tersebut harus spesifik, terukur,
dapat dicapai, relevan, dan terikat waktu.
Output Penetapan Konteks Strategis adalah deskripsi tentang aktivitas
strategis, outcome yang diinginkan dari aktivitas strategis, faktor-
faktor kritis di dalam lingkungan, pemangku kepentingan
(stakeholder) internal dan eksternal, serta kirteria evaluasi risiko.

15
Penilaian Risiko

2. Konteks Organisasional
Tujuan Penetapan Konteks Organisasional adalah untuk memastikan
ruang lingkup proses penilaian risiko yang akan dilakukan oleh suatu
unit organisasi dalam kaitannya dengan tugas-tugas atau tindakan
yang bersifat manajerial.
Output penetapan konteks organisasional adalah rumusan misi,
tujuan, dan sasaran organisasi, pemahaman proses operasional
(business process) tindakan manajemen untuk mencapai misi tujuan
dan sasaran, serta penetapan struktur analisis dan kriteria evaluasi
risiko terhadap tujuan unit organisasi dalam konteks organisasional
dimaksud.
3. Konteks Operasional
Kegiatan Instansi Pemerintah pada tingkatan yang lebih rendah
merupakan kegiatan yang bersifat teknis operasional yang
dilaksanakan sesuai dengan tugas dan fungsi yang telah ditetapkan.
Kegiatan pada tingkatan ini dapat berupa kegiatan yang bersifat
substansi sesuai dengan karakteristik unit yang bersangkutan
maupun kegiatan dukungan yang bersifat generik.
Penetapan Konteks operasional ini dilakukan untuk memastikan
bahwa tujuan pada tingkat kegiatan mempunyai kriteria pengukuran,
mengidentifikasi sumber daya, pihak yang bertanggung jawab dan
para pihak terkait. Tujuan penetapan konteks operasional adalah
untuk memastikan ruang lingkup proses penilaian risiko yang akan
dilakukan oleh suatu unit organisasi dalam kaitannya dengan tugas-
tugas teknis suatu organisasi.
Output penetapan konteks operasional adalah rumusan sasaran dan
tujuan, pemahaman proses operasional kegiatan teknis operasional
serta penetapan struktur analisis dan kriteria evaluasi risiko untuk
kegiatan operasional dimaksud.

B. Penetapan Kriteria Penilaian Risiko

Sebelum melakukan penilaian risiko dimulai, beberapa hal yang perlu


disiapkan terlebih dahulu, yaitu meliputi menetapkan kriteria skala

16
Penilaian Risiko

dampak dan kemungkinan yang akan digunakan. Pihak jajaran tingkat


atas manajemen merumuskan skala dampak dan kemungkinan terlebih
dahulu sebelum proses penilaian risiko dilakukan sesuai dengan
kebutuhan instansi. Aspek yang dapat dijadikan pertimbangan kriteria
kemungkinan dan dampak antara lain adalah reputasi organisasi,
kerugian finansial, berhentinya pelayanan, kerugian pihak ketiga,
kerusakan lingkungan, dan bahkan terhambatnya/kegagalan pencapaian
tujuan organisasi.

Kriteria penilaian terhadap tingkat atau kemungkinan terjadinya


(probabilitas) risiko menggunakan skala lima pengukuran kemungkinan
(likelihood) (sangat jarang, jarang, kadang-kadang, sering, sangat sering)
dengan kriteria sebagai berikut:
Tabel 3.1
Tingkat Kemungkinan Terjadinya Risiko
Deputi Bidang Investigasi
No. Kemungkinan Kejadian Berulang Kejadian Tunggal Skala
(Frekuensi) (Probabilitas) Nilai
1 Sangat Jarang Kemungkinan Diabaikan 1
terjadi > 25 tahun Probabilitas sangat
kedepan kecil mendekati 0
2 Jarang Mungkin terjadi Kecil kemungkinan 2
sekali dalam 25 tetapi tidak
tahun diabaikan
Probabilitas
rendah, tetapi lebih
besar dari pada 0
3 Kadang- Mungkin terjadi Kemungkinan 3
kadang sekali dalam 10 kurang dari 50%,
tahun tetapi masih cukup
besar
Probabilitas kurang
dari 50%, tetapi
masih cukup tinggi
4 Sering Mungkin terjadi Mungkin tidak 4
kira-kira sekali terjadi atau
dalam setahun peluang 50/50

17
Penilaian Risiko

No. Kemungkinan Kejadian Berulang Kejadian Tunggal Skala


(Frekuensi) (Probabilitas) Nilai
5 Sangat Sering Dapat terjadi Kemungkinan 5
beberapa kali terjadi >50%
dalam setahun

Skala penilaian dampak risiko pada penilaian risiko di Deputi Bidang


Investigasi menggunakan skala lima (sangat signifikan, signifikan,
sedang, kurang signifikan dan tidak signifikan), dengan kriteria sebagai
berikut:
Tabel 3.2
Tingkat Dampak Risiko
Deputi Bidang Investigasi
No. Dampak Keterangan Skala
Risiko Dampak Kualitas Reputasi Capaian Nilai
pada pihak Pelayanan Kinerja
terkait
1 Tidak Hanya Pada Diketahui > 100% 1
Signifikan berdampak prinsipnya, oleh
pada satu defisiensi Lingkungan
pihak atau tidak Deputi
adanya Bidang
pelayanan Investigasi
rendah,
tanpa ada
komentar
2 Kurang Berdampak Pelayanan Dimuat >80% - < 2
Signifikan pada 2-3 dianggap oleh 100%
pihak memuaskan media
oleh massa
masyarakat namun
umum, tetapi cepat
pegawai dilupakan
instansi masyarakat
mewaspadai
adanya
defisiensi
3 Sedang Berdampak Pelayanan Dimuat di >60% - < 3
pada 3-4 dianggap media 80%
pihak kurang massa
memuaskan dan
oleh diingat

18
Penilaian Risiko

No. Dampak Keterangan Skala


Risiko Dampak Kualitas Reputasi Capaian Nilai
pada pihak Pelayanan Kinerja
terkait
masyarakat sementara
umum dan oleh
pegawai masyarakat
organisasi
4 Signifikan Berdampak Masyarakat Dimuat di >20% - < 4
pada 4-5 umum media 60%
pihak menganggap massa
pelayanan dan
organisasi diingat
tidak oleh
memuaskan masyarakat
5 Sangat Berdampak Pelayanan Dimuat < 20% 5
Signifikan/ pada lebih turun sangat oleh
berbahaya/ dari 5 pihak jauh di media
katastropik bawah dan
standar diingat
yang diterima lama
oleh
masyarakat

Matrik risiko yang digunakan dalam penilaian risiko pada Deputi Bidang
Investigasi adalah 5 X 5 dengan deskripsi sebagai berikut:
Tabel 3.3
Matrik Risiko Skala Lima Yang Menggambarkan Status Risiko
Deputi Bidang Investigasi

Konsekuensi/Dampak
1 2 3 4 5
Skala Kemungkinan
Tidak Kurang Sangat
Sedang Signifikan
Signifikan Signifikan Signifikan
Sangat Sangat Sangat
5 Sangat Sering Sedang Tinggi
Tinggi Tinggi Tinggi
Sangat Sangat
4 Sering Sedang Sedang Tinggi
Tinggi Tinggi
Kadang- Sangat
3 Rendah Sedang Tinggi Tinggi
kadang Tinggi
2 Jarang Rendah Rendah Sedang Sedang Tinggi
Sangat
1 Rendah Rendah Rendah Rendah Tinggi
Jarang

Matrik risiko skala lima yang menggambarkan nilai risiko ditampilkan


pada tabel berikut:
19
Penilaian Risiko

Tabel 3.4
Matrik Risiko Skala Lima Yang Menggambarkan Nilai Risiko
Deputi Bidang Investigasi

Konsekuensi / Dampak
Skala Kemungkinan
Tidak Kurang Sedang Signifikan Sangat
Signifikan Signifikan Signikan
Sangat
5 5 10 15 20 25
Sering
4 Sering 4 8 12 16 20
Kadang-
3 3 6 9 12 15
kadang
2 Jarang 2 4 6 8 10
Sangat
1 1 2 3 4 5
Jarang

C. Identifikasi Risiko

Dari pernyataan risiko yang telah diidentifikasi berdasarkan indikator


sasaran pada perjanjian kinerja, Deputi Bidang Investigasi memiliki 135
risiko, dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 3.5
Identifikasi Risiko
Deputi Bidang Investigasi

No. Sasaran Program Indikator Sasaran Program/ Risiko Dampak


Dalam Perjanjian Kegiatan
Kinerja
1. Meningkatnya 1) Nilai Efisiensi
Pengawasan Pengeluaran Negara
Pembangunan dan Daerah
atas
Akuntabilitas
Keuangan Negara
dan Daerah
Bidang
Investigasi
a. Audit Klaim 6 6
b. Audit Penyesuaian 8 5
Harga
2) Nilai Penyelamatan
Keuangan Negara dan
Daerah
a. Audit Investigatif 15 7

20
Penilaian Risiko

No. Sasaran Program Indikator Sasaran Program/ Risiko Dampak


Dalam Perjanjian Kegiatan
Kinerja
b. Audit Penghitungan 15 5
Kerugian Keuangan
Negara
2. Meningkatnya Persentase Hambatan
Pengawasan Pelaksanaan
Pembangunan Pembangunan yang
atas Kelancaran Diselesaikan
Pelaksanaan
Pembangunan
Nasional
Evaluasi Hambatan 6 5
Kelancaran
Pembangunan
3. Meningkatnya 1) Persentase Hasil
Pengawasan Pengawasan Represif
Pembangunan yang Dimanfaatkan/
atas Efektivitas Ditindaklanjuti
Hasil Pengawasan
Keinvestigasian
a. Audit Investigatif 15 7
b. Audit Penghitungan 15 5
Kerugian Keuangan
Negara
c. Pemberian Keterangan 6 4
Ahli
d. Pengumpulan dan 6 4
Evaluasi Bukti
Dokumen Elektronik
(PEBDE)
e. Penanganan 2 2
Pengaduan Masyarakat
2) Persentase Hasil
Pengawasan Preventif
dan Edukatif yang
Dimanfaatkan/
Ditindaklanjuti
a. Fraud Control Plan 6 3
(FCP)
b. Fraud Risk Assessment 5 3
(FRA)
c. Pengembangan 4 4
Masyarakat Pembelajar
Anti Korupsi (MPAK)

21
Penilaian Risiko

No. Sasaran Program Indikator Sasaran Program/ Risiko Dampak


Dalam Perjanjian Kegiatan
Kinerja
d. Penilaian Budaya 4 5
Organisasi Anti Korupsi
(PBOAK)
e. Pengukuran Indeks 4 3
Efektivitas
Pengendalian Korupsi
(IEPK)
4. Meningkatnya 1) Persentase Pegawai
Kualitas Layanan yang Mengikuti
“Ketatausahaan” Peningkatan
Unit Kerja Kompetensi
Workshop/ Diklat/ 3 3
Pelatihan Kantor
Sendiri (PKS)
2) Persentase
Administrasi SDM yang
Diselesaikan Tepat
Waktu
Pengelolaan 4 4
Administrasi
Kepegawaian
3) Persentase Penyusunan
RKA Tepat Waktu Unit
Kerja
Penyusunan dan Revisi 3 3
RKA
4) Nilai SAKIP Unit Kerja
Evaluasi SAKIP 4 1
5) Maturitas SPIP Unit
Kerja
Penilaian Mandiri 3 1
Maturitas SPIP
6) Indeks Kualitas
Layanan
Ketatausahaan Unit
Kerja
Kegiatan 2 2
Ketatausahaan

22
Penilaian Risiko

D. Peta Risiko

Dari pernyataan risiko yang telah diidentifikasi, maka diperoleh peta


risiko berdasarkan sasaran program pada Perjanjian Kinerja Deputi
Bidang Investigasi, sebagai berikut:
1. Meningkatnya Pengawasan Pembangunan atas Akuntabilitas
Keuangan Negara dan Daerah Bidang Investigasi

• Jika pelaksanaan audit klaim yang lama dan


berlarut-larut.
• Pihak Penyedia Barang/Jasa tidak sepakat
dengan hasil audit klaim
• Kepala Satker tidak sependapat dengan hasil
audit
• Pelaksanaan penugasan berlarut-larut.
3 • Pihak Penyedia Barang/Jasa tidak sepakat
dengan hasil audit
• Kepala Satker tidak sependapat dengan hasil
audit
• Dukungan teknologi informasi terhadap
kegiatan pengawasan kurang maksimal
• Dukungan teknologi informasi terhadap
kegiatan pengawasan kurang maksimal

• Gugatan dari pihak penyedia barang/jasa, jika BPKP tidak melakukan


audit dikarenakan anggaran untuk pembayaran klaim belum tersedia
dalam DIPA Satker.
• Terjadi kesalahan menentukan jumlah klaim
• Gugatan dari pihak penyedia jasa, jika BPKP tidak melakukan audit
dikarenakan anggaran untuk pembayaran penyesuaian harga belum
tersedia dalam DIPA Satker.
• Gugatan dari Pihak terkait karena salah dalam menerapkan metode
• Tidak dapat memenuhi permintaan perhitungan.
• Auditi menolak/ membatasi penugasan
Aparat Penegak Hukum (APH) dan • Terjadi kesalahan menentukan jumlah penyesuaian harga
pengawasan
stakeholders lainnya • Salah menilai kecukupan informasi dalam memutuskan penerimaan
• Risiko gugatan terhadap pribadi auditor
• Waktu Pemeriksaan berlarut-larut penugasan
• Risiko gugatan bahwa BPKP tidak berwenang
• Hasil pengawasan tidak sesuai dengan • Risiko bukti yang cukup, relevan, dan kompeten gagal diperoleh oleh
dalam perhitungan kerugian keuangan negara
2 ekspektasi stakeholders auditor
• Tidak diperoleh kesepakatan hasil audit
• Hasil pengawasan tidak ditindaklanjuti • Kesalahan dalam menganalisis dan evaluasi bukti
dengan penyidik, sehingga laporan hasil audit
stakeholders • Adanya tuntutan hukum terhadap hasil audit
tidak digunakan dalam pemberkasan
• Risiko tidak dapat memenuhi • Terjadi kesalahan menentukan jumlah kerugian keuangan negara/daerah
• Adanya tuntutan hukum terhadap hasil
permintaan Aparat Penegak Hukum (APH) • Terjadi kesalahan dalam menentukan metode penghitungan kerugian
pengawasan
• Waktu Pemeriksaan berlarut-larut keuangan negara/daerah
• Salah menilai kecukupan informasi dalam memutuskan penerimaan
penugasan
• Risiko bukti yang cukup, relevan, dan kompeten gagal diperoleh oleh
auditor
• Kesalahan dalam menganalisis dan mengevaluasi bukti
• Terjadi kesalahan menentukan jumlah kerugian keuangan negara/daerah
• Terjadi kesalahan dalam menentukan metode penghitungan kerugian
keuangan negara/daerah

• Risiko ancaman dari auditan


• Tenaga ahli yang digunakan, tidak
menghasilkan informasi yang relevan dengan
Likelihood →

tujuan pengawasan • Laporan hasil audit klaim tidak ditindaklanjuti


• Risiko BPKP dimanfaatkan oknum Aparat • Laporan hasil audit penyesuaian harga tidak ditindaklanjuti
1 Penegak Hukum (APH) untuk menjustifikasi • Salah menentukan hipotesis penyimpangan
pemutihan/SP3 kasus • Benturan kepentingan antara auditor dengan rekanan dalam penugasan
• Risiko ancaman dari auditan audit penyesuaian harga
• Tenaga ahli yang digunakan, tidak
menghasilkan informasi yang relevan dengan
tujuan pengawasan

1 2 3 4 5
Impact →

23
Penilaian Risiko

2. Meningkatnya Pengawasan Pembangunan atas Kelancaran


Pelaksanaan Pembangunan Nasional

• Tidak tercapai kesepakatan


diantara pihak terkait
permasalahan hambatan
3 kelancaran pembangunan
• Gugatan dari para pihak karena
audit terlalu lama, sehingga
mereka merasa dirugikan.

• Permasalahan hambatan
kelancaran pembangunan
2 • Gugatan atas hasil EHKP
sedang ditangani oleh Aparat
Penegak Hukum

• Auditor/evaluator tidak dapat


Likelihood →

berkomunikasi dan melakukan


mediasi secara baik
1 • Berita Acara Kesepakatan atas
hasil Evaluasi Hambatan
Kelancaran Pembangunan tidak
dilaksanakan

1 2 3 4 5
Impact →

24
Penilaian Risiko

3. Meningkatnya Pengawasan Pembangunan atas Efektivitas Hasil


Pengawasan Keinvestigasian

• Dukungan teknologi informasi terhadap kegiatan pengawasan kurang maksimal


3
• Dukungan teknologi informasi terhadap kegiatan pengawasan kurang maksimal

• Salah menilai kecukupan informasi dalam memutuskan


• Tidak dapat memenuhi permintaan Aparat Penegak
• Auditi menolak/ membatasi penugasan pengawasan penerimaan penugasan
Hukum (APH) dan stakeholders lainnya
• Risiko gugatan terhadap pribadi auditor • Risiko bukti yang cukup, relevan, dan kompeten gagal diperoleh
• Waktu Pemeriksaan berlarut-larut
• Risiko gugatan bahwa BPKP tidak berwenang dalam perhitungan kerugian keuangan negara oleh auditor
• Hasil pengawasan tidak sesuai dengan ekspektasi
• Tidak diperoleh kesepakatan hasil audit dengan penyidik, sehingga laporan hasil audit tidak digunakan • Kesalahan dalam menganalisis dan evaluasi bukti
stakeholders
dalam pemberkasan • Adanya tuntutan hukum terhadap hasil audit
• Hasil pengawasan tidak ditindaklanjuti
• Adanya tuntutan hukum terhadap hasil pengawasan • Terjadi kesalahan menentukan jumlah kerugian keuangan
stakeholders
• Auditi menolak/ membatasai penugasan negara/daerah
• Risiko tidak dapat memenuhi permintaan Aparat
• Auditor tidak berhasil memberikan rekomendasi atas kelemahan yang ditemukan dalam penugasan • Terjadi kesalahan dalam menentukan metode penghitungan
Penegak Hukum (APH)
• FCP gagal diterapkan kerugian keuangan negara/daerah
• Waktu Pemeriksaan berlarut-larut
• FCP sudah diterapkan tetapi gagal mendeteksi kecurangan • Salah menilai kecukupan informasi dalam memutuskan
• Laporan Hasil PEBDE terlambat disampaikan kepada
• Hasil penugasan FCP tidak dapat ditindaklanjuti penerimaan penugasan
Unit Kerja atau Instansi Peminta
• Auditi tidak mau melanjutkan FCP ke tahap berikutnya • Risiko bukti yang cukup, relevan, dan kompeten gagal diperoleh
• Risiko tidak dapat memenuhi permintaan Unit
2 • Auditi menolak/ membatasi penugasan pengawasan oleh auditor
Kerja/ Instansi Lain
• Auditor tidak berhasil memberikan rekomendasi atas kelemahan yang ditemukan dalam penugasan • Kesalahan dalam menganalisis dan mengevaluasi bukti
• Informasi dalam pengaduan masyarakat tidak
• Hasil FRA tidak dapat ditindaklanjuti • Terjadi kesalahan menentukan jumlah kerugian keuangan
didukung bukti-bukti yang memadai.
• Hasil FRA tidak digunakan oleh Stakeholders negara/daerah
• Auditor salah dalam menganalisis informasi dalam
• Adanya resistensi pegawai terhadap perubahan budaya organisasi anti korupsi di K/L/P/K masing-masing • Terjadi kesalahan dalam menentukan metode penghitungan
pengaduan masyarakat
• Kegiatan MPAK tidak berhasil mambangun/ meningkatkan kepedulian peserta belajar berperan aktif kerugian keuangan negara/daerah
• Auditor tidak dapat berperan sebagai fasilisator
dalam upaya pemberantasan korupsi • Ahli gagal meyakinkan majelis hakim dalam persidangan
bagi peserta belajar
• Adanya resistensi pegawai terhadap perubahan budaya organisasi menjadi budaya organisasi anti korupsi • Auditor salah memperoleh barang bukti media penyimpanan
• Hasil kegiatan pengembangan MPAK tidak
• Pegawai tidak mengisi kuesioner dengan dengan jujur dokumen elektronik
ditindaklanjuti oleh K/L/P/K
• Responden tidak memahami pertanyaan kuesioner • Auditor salah dalam menganalisa dokumen elektronik
• Auditor tidak dapat menemukan akar permasalahan
• Responden tidak menjawab pertanyaan kuesioner dengan jujur • Fakta-fakta yang ditemukan pada media digital tidak mendukung
korupsi pada organisasi
• Jawaban dari responden terlalu beragam kasus yang sedang ditangani.
• Rekomendasi yang dihasilkan dari PBOAK tidak
• Auditor tidak dapat melakukan kegiatan pengukuran IEPK • Auditor tidak dapat memperkirakan kondisi kecurangan yang
dapat ditindaklanjuti
mungkin terjadi

• Salah menentukan hipotesis penyimpangan


• Ahli keliru dalam memberikan keterangan atas suatu perkara
• Risiko ancaman dari auditan
Likelihood →

• Auditor kehilangan independensi/ penilaian objektif


• Tenaga ahli yang digunakan, tidak menghasilkan informasi yang relevan dengan tujuan pengawasan
(profesionalisme)
• Risiko BPKP dimanfaatkan oknum Aparat Penegak Hukum (APH) untuk menjustifikasi pemutihan/SP3
1 • Risiko gugatan dari pihak lain
kasus
• Risiko ancaman fisik kepada pemberi keterangan ahli
• Risiko ancaman dari auditan
• Risiko salah menunjuk pegawai sebagai pemberi keterangan ahli
• Tenaga ahli yang digunakan, tidak menghasilkan informasi yang relevan dengan tujuan pengawasan
di persidangan
• Media tidak dapat diakuisisi

1 2 3 4 5
Impact →

25
Penilaian Risiko

4. Meningkatnya Kualitas Layanan “Ketatausahaan” Unit Kerja

• Tidak seluruh pegawai mendapat kesempatan


mengikuti workshop/ Diklat/ PKS
• Terbatasnya sarana prasarana workshop/ diklat
• Peserta tidak memahami materi workshop/ Diklat/
PKS
• Usulan kenaikan pangkat dan jabatan tidak selesai
• Keterlambatan waktu pemrosesan berkas dokumen
tepat waktu
kepegawaian seperti Karpeg dan Taspen
2 • Usulan kenaikan gaji berkala tidak selesai tepat
• Dokumen pendukung implementasi SAKIP tidak ada
waktu
• Kurangnya pemahamam auditor mengenai
• Penyusunan Laporan GDN tidak tepat waktu
pelaksanaan evaluasi SPIP
• Tidak dilakukan pendokumentasian, pemantauan,
dan pengukuran perkembangan/progres
penyelenggaraan SPIP
• Pengelolaan arsip/ dokumen tidak tertib

• Realisasi/ serapan anggaran tidak mencapai target


• Laporan Keuangan terlambat
• Penyusunan RKA dan data dukung tidak Tepat waktu
Likelihood →

• Pemahaman auditor terhadap SAKIP masih rendah


• Pemahaman tim dalam melaksanakan evaluasi tidak • Usulan Penilaian Angka Kredit tidak selesai
1
seragam tidak waktu
• Hasil evaluasi SAKIP tidak dapat ditindaklanjuti
• Unit kerja belum memprioritaskan pelaksanaan
program SPIP
• Layanan Ketatausahaan terlambat

1 2 3 4 5
Impact →

26
Penilaian Risiko

BAB IV
PENUTUP

Peta risiko ini merupakan laporan hasil pelaksanaan penilaian risiko di


lingkungan Deputi Bidang Investigasi yang dilakukan berdasarkan perjanjian
kinerja antara Deputi Kepala BPKP Bidang Investigasi dengan Kepala BPKP.
Laporan ini akan disesuaikan kembali jika terjadi perubahan terhadap
renstra atau perjanjian kinerja di Lingkungan Deputi Bidang Investigasi.

27
Lampiran

IDENTIFIKASI DAN ANALISA RISIKO


DEPUTI BIDANG INVESTIGASI

Unit Organisasi : Deputi Bidang Investigasi


Sasaran Dalam Perjanjian Kinerja : Meningkatnya Pengawasan Pembangunan atas Akuntabilitas Keuangan Negara dan
Daerah Bidang Investigasi
Indikator : Nilai Efisiensi Pengeluaran Negara dan Daerah

No. Kegiatan dan Pernyataan Risiko Pemilik Dampak Skor Skor Total Rencana Tindak
Tujuan Kegiatan Risiko Dampak Kemungkinan Skor Pengendalian
Terjadi (6 x 7)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Audit Klaim
Tujuan:
Memberikan Waktu pemeriksaan Deputi Hasil audit 3 3 9 a. Peningkatan
bahan berlarut-larut. Bidang tidak dapat kompetensi auditor
pertimbangan Investigasi bermanfaat b. Dilakukan monitoring
dalam bagi para pihak pelaksanaan
pengambilan secara tepat penugasan
keputusan waktu.
untuk Gugatan dari pihak Deputi a. Penyedia 4 2 8 Penegasan kepada
penyelesaian penyedia barang/jasa, jika Bidang barang/jasa Satker bahwa Satker
klaim BPKP tidak melakukan Investigasi tidak/ tetap mempunyai
audit dikarenakan anggaran terlambat kewajiban untuk
untuk pembayaran klaim menerima melakukan pembayaran
belum tersedia dalam DIPA pembayaran klaim, terlepas dari ada
Satker. klaim karena atau tidaknya
tidak ketersediaan anggaran
dilakukan pada saat akan
audit oleh dilakukan audit.
BPKP.
b. Kepercayaan
kepada BPKP
berkurang

1
Lampiran

No. Kegiatan dan Pernyataan Risiko Pemilik Dampak Skor Skor Total Rencana Tindak
Tujuan Kegiatan Risiko Dampak Kemungkinan Skor Pengendalian
Terjadi (6 x 7)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Pihak Penyedia Deputi Tuntutan 3 3 9 Meningkatkan
Barang/Jasa tidak sepakat Bidang terhadap hasil komunikasi dan
dengan hasil audit klaim Investigasi audit. koordinasi dengan para
pihak agar diperoleh
penyamaan persepsi
tentang penyelesaian
klaim
Kepala Satker tidak Deputi Satker tidak 3 3 9 Meningkatkan
sependapat dengan hasil Bidang dapat komunikasi dan
audit Investigasi melakukan koordinasi dengan para
pembayaran pihak agar diperoleh
klaim. penyamaan persepsi
tentang penyelesaian
klaim
Terjadi kesalahan Deputi Terjadi kurang/ 4 2 8 Peningkatan kompetensi
menentukan jumlah klaim Bidang lebih bayar auditor
Investigasi klaim
Laporan hasil audit klaim Deputi Kepercayaan 4 1 4 Peningkatan kompetensi
tidak ditindaklanjuti Bidang Kepada BPKP auditor dan
Investigasi Berkurang meningkatkan
koordinasi
2 Audit
Penyesuaian
Harga (PH)
Tujuan:
Memberikan Gugatan dari pihak Deputi a. Penyedia 4 2 8 Penegasan kepada
bahan penyedia jasa, jika BPKP Bidang barang/jasa Satker bahwa Satker
pertimbangan tidak melakukan audit Investigasi tidak/ tetap mempunyai
bagi penanggung dikarenakan anggaran terlambat kewajiban untuk
jawab kegiatan untuk pembayaran menerima melakukan pembayaran
atau pengguna penyesuaian harga belum pembayaran klaim, terlepas dari ada
barang/jasa. tersedia dalam DIPA Satker. penyesuaian atau tidaknya
harga ketersediaan anggaran
karena tidak

2
Lampiran

No. Kegiatan dan Pernyataan Risiko Pemilik Dampak Skor Skor Total Rencana Tindak
Tujuan Kegiatan Risiko Dampak Kemungkinan Skor Pengendalian
Terjadi (6 x 7)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
dilakukan pada saat akan
audit oleh dilakukan audit.
BPKP.
b. Trust kepada
BPKP
berkurang
Gugatan dari Pihak terkait Deputi a. Terjadi 4 2 8 a. Peningkatan
karena salah dalam Bidang kurang/ kompetensi auditor
menerapkan metode Investigasi lebih bayar b. Quality Assurance
perhitungan. jumlah oleh Rendal
penyesuaian
harga
b. Trust
kepada
BPKP
berkurang
Waktu pemeriksaan Deputi Hasil audit 3 3 9 Peningkatan kompetensi
berlarut-larut. Bidang tidak dapat auditor
Investigasi bermanfaat
bagi para pihak
secara tepat
waktu.
Terjadi kesalahan Deputi Terjadi kurang/ 4 2 8 a. Peningkatan
menentukan jumlah Bidang lebih bayar kompetensi auditor
penyesuaian harga Investigasi jumlah b. Quality Assurance
penyesuaian oleh Rendal
harga
Pihak Penyedia Deputi Satker tidak 3 3 9 Meningkatkan
Barang/Jasa tidak sepakat Bidang dapat komunikasi dan
dengan hasil audit Investigasi melakukan koordinasi dengan para
pembayaran pihak agar diperoleh
penyesuaian penyamaan persepsi
harga. tentang penyelesaian
penyesuaian harga

3
Lampiran

No. Kegiatan dan Pernyataan Risiko Pemilik Dampak Skor Skor Total Rencana Tindak
Tujuan Kegiatan Risiko Dampak Kemungkinan Skor Pengendalian
Terjadi (6 x 7)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kepala Satker tidak Deputi Satker tidak 3 3 9 Meningkatkan
sependapat dengan hasil Bidang dapat komunikasi dan
audit Investigasi melakukan koordinasi dengan para
pembayaran pihak agar diperoleh
penyesuaian penyamaan persepsi
harga. tentang penyelesaian
penyesuaian harga
Laporan hasil audit Deputi Kepercayaan 4 1 4 Peningkatan kompetensi
penyesuaian harga tidak Bidang Kepada BPKP auditor dan
ditindaklanjuti Investigasi Berkurang meningkatkan
koordinasi dengan pihak
terkait
Benturan kepentingan Deputi Kepercayaan 4 1 4 a. Setiap berkas
antara auditor dengan Bidang Kepada BPKP penugasan dilengkapi
rekanan dalam penugasan Investigasi Berkurang dengan Pakta
audit penyesuaian harga Integritas yang
ditandatangani oleh
Tim Audit
b. Dilakukan reviu
berjenjang dan
Quality Assurance
oleh Rendal

4
Lampiran

IDENTIFIKASI DAN ANALISA RISIKO


DEPUTI BIDANG INVESTIGASI

Unit Organisasi : Deputi Bidang Investigasi


Sasaran Dalam Perjanjian Kinerja : Meningkatnya Pengawasan Pembangunan atas Akuntabilitas Keuangan Negara dan
Daerah Bidang Investigasi
Indikator : Nilai Penyelamatan Keuangan Negara dan Daerah

No. Kegiatan dan Pernyataan Risiko Pemilik Dampak Skor Skor Total Rencana Tindak
Tujuan Kegiatan Risiko Dampak Kemungkinan Skor Pengendalian
Terjadi (6 x 7)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Audit
Investigatif
Tujuan:
Mengungkap Tidak dapat memenuhi Deputi Kepercayaan 2 2 4 Penambahan sumber daya
fakta atau permintaan Aparat Bidang kepada BPKP
kejadian yang Penegak Hukum (APH) Investigasi berkurang
sebenarnya dan stakeholders lainnya
tentang indikasi Salah menilai kecukupan Deputi Indikasi kasus 4 2 8 a. Peningkatan kompetensi
tindak pidana informasi dalam Bidang korupsi tidak auditor
korupsi memutuskan penerimaan Investigasi dapat b. Dilakukan reviu berjenjang
dan/atau penugasan dibuktikan sebelum pengambilan
tujuan spesifik keputusan
lainnya sesuai Waktu Pemeriksaan Deputi Kepercayaan 2 2 4 a. Peningkatan kompetensi
peraturan yang berlarut-larut Bidang kepada BPKP auditor
berlaku. Investigasi berkurang b. Dilakukan monitoring
pelaksanaan penugasan
Risiko bukti yang cukup, Deputi Kesimpulan 4 2 8 a. Peningkatan kompetensi
relevan, dan kompeten Bidang hasil audit auditor
gagal diperoleh oleh Investigasi tidak valid b. Meningkatkan komunikasi
auditor dan koordinasi dengan
pihak terkait

5
Lampiran

No. Kegiatan dan Pernyataan Risiko Pemilik Dampak Skor Skor Total Rencana Tindak
Tujuan Kegiatan Risiko Dampak Kemungkinan Skor Pengendalian
Terjadi (6 x 7)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kesalahan dalam Deputi Kesimpulan 4 2 8 Peningkatan kompetensi
menganalisis dan evaluasi Bidang hasil audit auditor
bukti Investigasi tidak valid
Risiko ancaman dari Deputi Penugasan 3 1 3 Melakukan koordinasi
auditan Bidang tidak dengan Instansi yang
Investigasi dilanjutkan meminta audit
Adanya tuntutan hukum Deputi Kepercayaan 4 2 8 a. Bertindak sesuai
terhadap hasil audit Bidang kepada BPKP peraturan perundangan
Investigasi berkurang b. Melaksanakan audit
sesuai dengan standar/
pedoman (SAIPI, PPKBI)
Terjadi kesalahan Deputi a. Informasi 4 2 8 a. Peningkatan kompetensi
menentukan jumlah Bidang tidak akurat auditor
kerugian keuangan Investigasi b. Stakeholders b. Dilakukan reviu
negara/daerah salah dalam berjenjang
pengambilan
keputusan
Terjadi kesalahan dalam Deputi Informasi 4 2 8 Peningkatan kompetensi
menentukan metode Bidang tidak lengkap/ auditor
penghitungan kerugian Investigasi akurat
keuangan negara/daerah
Auditi menolak/ Deputi Informasi 3 2 6 Melakukan koordinasi dan
membatasi penugasan Bidang tidak lengkap/ komunikasi dengan Instansi
pengawasan Investigasi akurat yang meminta audit
Dukungan teknologi Deputi Informasi 3 3 9 a. Peningkatan kompetensi
informasi terhadap Bidang tidak lengkap/ auditor
kegiatan pengawasan Investigasi akurat b. Peningkatan/
kurang maksimal penambahan sarana
teknologi informasi
Tenaga ahli yang Deputi Informasi 3 1 4 a. Penggunaan tenaga ahli
digunakan, tidak Bidang tidak lengkap/ direncanakan dengan
menghasilkan informasi Investigasi akurat baik.
yang relevan dengan
tujuan pengawasan

6
Lampiran

No. Kegiatan dan Pernyataan Risiko Pemilik Dampak Skor Skor Total Rencana Tindak
Tujuan Kegiatan Risiko Dampak Kemungkinan Skor Pengendalian
Terjadi (6 x 7)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
b. Komunikasi
kesepahaman maksud
penggunaan tenaga ahli
Hasil pengawasan tidak Deputi Kepercayaan 2 2 4 a. Peningkatan kompetensi
sesuai dengan ekspektasi Bidang kepada BPKP auditor
stakeholders Investigasi berkurang b. Melaksanakan audit
sesuai dengan standar/
pedoman (SAIPI, PPKBI)
Hasil pengawasan tidak Deputi Kepercayaan 2 2 4 a. Peningkatan kompetensi
ditindaklanjuti oleh Bidang kepada BPKP auditor
stakeholders Investigasi berkurang b. Melaksanakan audit
sesuai dengan standar/
pedoman (SAIPI, PPKBI)
Salah menentukan Deputi Tujuan Audit 4 1 4 Peningkatan kompetensi
hipotesis penyimpangan Bidang Tidak Tercapai auditor
Investigasi
2 Audit
Penghitungan
Kerugian
Keuangan
Negara
Tujuan:
Menyatakan Risiko tidak dapat Deputi Kepercayaan 2 2 4 Penambahan sumber daya
pendapat memenuhi permintaan Bidang kepada BPKP
mengenai nilai Aparat Penegak Hukum Investigasi berkurang
kerugian (APH)
keuangan Salah menilai kecukupan Deputi Indikasi kasus 4 2 8 Peningkatan kompetensi
negara yang informasi dalam Bidang korupsi tidak auditor
diakibatkan memutuskan penerimaan Investigasi dapat
oleh penugasan dibuktikan
penyimpangan Waktu Pemeriksaan Deputi Kepercayaan 2 2 4 Peningkatan kompetensi
dari hasil berlarut-larut Bidang kepada BPKP auditor
penyidikan dan Investigasi Berkurang

7
Lampiran

No. Kegiatan dan Pernyataan Risiko Pemilik Dampak Skor Skor Total Rencana Tindak
Tujuan Kegiatan Risiko Dampak Kemungkinan Skor Pengendalian
Terjadi (6 x 7)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
digunakan Risiko BPKP Deputi Reputasi BPKP 3 1 3 Peningkatan kompetensi
untuk dimanfaatkan oknum Bidang terganggu terkait dengan pemahaman
mendukung Aparat Penegak Hukum Investigasi auditor atas suatu perkara
tindakan (APH) untuk
litigasi. menjustifikasi
pemutihan/SP3 kasus
Risiko bukti yang cukup, Deputi Kesimpulan 4 2 8 a. Peningkatan kompetensi
relevan, dan kompeten Bidang hasil audit auditor
gagal diperoleh oleh Investigasi tidak valid b. Meningkatkan komunikasi
auditor dan koordinasi dengan
pihak terkait
Dukungan teknologi Deputi Informasi 3 3 9 a. Peningkatan kompetensi
informasi terhadap Bidang tidak lengkap/ auditor
kegiatan pengawasan Investigasi akurat b. Peningkatan/
kurang maksimal penambahan sarana
teknologi informasi
Kesalahan dalam Deputi Kesimpulan 4 2 8 Peningkatan kompetensi
menganalisis dan Bidang hasil audit auditor
mengevaluasi bukti Investigasi tidak valid
Risiko ancaman dari Deputi Penugasan 3 1 3 Melakukan koordinasi
auditan Bidang tidak dengan APH
Investigasi dilanjutkan
Risiko gugatan terhadap Deputi Kepercayaan 3 2 6 a. Bertindak sesuai
pribadi auditor Bidang kepada BPKP peraturan perundangan
Investigasi berkurang b. Melaksanakan audit
sesuai dengan standar/
pedoman (SAIPI, PPKBI)
Risiko gugatan bahwa Deputi Kepercayaan 3 2 6 a. Bertindak sesuai
BPKP tidak berwenang Bidang kepada BPKP peraturan perundangan
dalam perhitungan Investigasi berkurang b. Melaksanakan audit
kerugian keuangan sesuai dengan standar/
negara pedoman (SAIPI, PPKBI)

8
Lampiran

No. Kegiatan dan Pernyataan Risiko Pemilik Dampak Skor Skor Total Rencana Tindak
Tujuan Kegiatan Risiko Dampak Kemungkinan Skor Pengendalian
Terjadi (6 x 7)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Tidak diperoleh Deputi Kepercayaan 3 2 6 a. Bertindak sesuai
kesepakatan hasil audit Bidang kepada BPKP peraturan perundangan
dengan penyidik, sehingga Investigasi berkurang b. Melaksanakan audit
laporan hasil audit tidak sesuai dengan standar/
digunakan dalam pedoman (SAIPI, PPKBI)
pemberkasan c. Meningkatkan
komunikasi dan
koordinasi dengan APH
agar diperoleh
penyamaan persepsi
tentang penyelesaian
suatu perkara
Adanya tuntutan hukum Deputi Kepercayaan 3 2 6 a. Bertindak sesuai
terhadap hasil Bidang kepada BPKP peraturan perundangan
pengawasan Investigasi berkurang b. Melaksanakan audit
sesuai dengan standar/
pedoman (SAIPI, PPKBI)
Tenaga ahli yang Deputi Informasi 3 1 4 Penggunaan tenaga ahli
digunakan, tidak Bidang tidak lengkap/ direncanakan dengan baik.
menghasilkan informasi Investigasi akurat
yang relevan dengan
tujuan pengawasan
Terjadi kesalahan Deputi Informasi 4 2 8 Peningkatan kompetensi
menentukan jumlah Bidang tidak lengkap/ auditor
kerugian keuangan Investigasi akurat
negara/daerah
Terjadi kesalahan dalam Deputi Informasi 4 2 8 Peningkatan kompetensi
menentukan metode Bidang tidak lengkap/ auditor
penghitungan kerugian Investigasi akurat
keuangan negara/daerah

9
Lampiran

IDENTIFIKASI DAN ANALISA RISIKO


DEPUTI BIDANG INVESTIGASI

Unit Organisasi : Deputi Bidang Investigasi


Sasaran Dalam Perjanjian Kinerja : Meningkatnya Pengawasan Pembangunan atas Kelancaran Pelaksanaan
Pembangunan Nasional
Indikator : Persentase Hambatan Pelaksanaan Pembangunan yang Diselesaikan

No. Kegiatan dan Pernyataan Risiko Pemilik Dampak Skor Skor Total Rencana Tindak
Tujuan Kegiatan Risiko Dampak Kemungkinan Skor Pengendalian
Terjadi (6 x 7)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Evaluasi
Hambatan
Kelancaran
Pembangunan
(EHKP)
Tujuan:
Untuk Gugatan atas hasil EHKP Deputi Kepercayaan 3 2 6 a. Bertindak sesuai
mendapatkan Bidang kepada BPKP peraturan perundangan
alternatif Investigasi berkurang b. Melaksanakan audit
penyelesaian sesuai dengan standar/
hambatan pedoman (SAIPI, PPKBI)
pembangunan Auditor/evaluator tidak Deputi Reputasi BPKP 3 1 3 Peningkatan kompetensi
sesuai dapat berkomunikasi dan Bidang BPKP auditor/evaluator
ketentuan yang melakukan mediasi secara Investigasi terganggu
berlaku melalui baik
mediasi (proses Tidak tercapai Deputi Hambatan 3 3 9 Meningkatkan komunikasi
perundingan kesepakatan diantara Bidang pembangunan dan koordinasi dengan para
untuk pihak terkait Investigasi tidak dapat pihak agar diperoleh
memperoleh permasalahan hambatan diselesaikan penyamaan persepsi tentang
kesepakatan kelancaran pembangunan penyelesaian permasalahan
para pihak) hambatan kelancaran
pembangunan

10
Lampiran

No. Kegiatan dan Pernyataan Risiko Pemilik Dampak Skor Skor Total Rencana Tindak
Tujuan Kegiatan Risiko Dampak Kemungkinan Skor Pengendalian
Terjadi (6 x 7)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Gugatan dari para pihak Deputi Hasil audit 3 3 9 Peningkatan kompetensi
karena audit terlalu lama, Bidang tidak dapat auditor
sehingga mereka merasa Investigasi bermanfaat
dirugikan. bagi para
pihak secara
tepat waktu.
Permasalahan hambatan Deputi Penugasan 2 2 4 Melakukan komunikasi
kelancaran pembangunan Bidang EHKP terhenti dengan unit penanggung
sedang ditangani oleh Investigasi jawab, pelaksana program/
Aparat Penegak Hukum kegiatan atau pihak terkait
lainnya.
Berita Acara Kesepakatan Deputi Reputasi BPKP 3 1 3 Melakukan komunikasi
atas hasil Evaluasi Bidang berkurang dengan unit penanggung
Hambatan Kelancaran Investigas jawab, pelaksana program/
Pembangunan tidak kegiatan atau pihak terkait
dilaksanakan lainnya

11
Lampiran

IDENTIFIKASI DAN ANALISA RISIKO


DEPUTI BIDANG INVESTIGASI

Unit Organisasi : Deputi Bidang Investigasi


Sasaran Dalam Perjanjian Kinerja : Meningkatnya Pengawasan Pembangunan atas Efektivitas Hasil Pengawasan
Keinvestigasian
Indikator : Persentase Hasil Pengawasan Represif yang Dimanfaatkan/Ditindaklanjuti

No. Kegiatan dan Pernyataan Risiko Pemilik Dampak Skor Skor Total Rencana Tindak
Tujuan Risiko Dampak Kemungkinan Skor Pengendalian
Kegiatan Terjadi (6 x 7)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Audit
Investigatif
Tujuan:
Mengungkap
fakta atau
kejadian yang
sebenarnya
tentang indikasi
tindak pidana
korupsi
dan/atau
tujuan spesifik
lainnya sesuai
peraturan yang
berlaku.
2 Audit
Penghitungan
Kerugian
Keuangan
Negara
Tujuan:
Menyatakan
pendapat

12
Lampiran

No. Kegiatan dan Pernyataan Risiko Pemilik Dampak Skor Skor Total Rencana Tindak
Tujuan Risiko Dampak Kemungkinan Skor Pengendalian
Kegiatan Terjadi (6 x 7)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
mengenai nilai
kerugian
keuangan
negara yang
diakibatkan
oleh
penyimpangan
dari hasil
penyidikan dan
digunakan
untuk
mendukung
tindakan
litigasi.
3 Pemberian
Keterangan
Ahli
Tujuan
Memberikan Ahli gagal meyakinkan Deputi Reputasi BPKP 4 2 8 a. Peningkatan kompetensi
pendapat majelis hakim dalam Bidang terganggu auditor
berdasarkan persidangan Investigasi b. Persiapan sebelum sidang
keahlian profesi ditingkatkan
Auditor BPKP Ahli keliru dalam Deputi Reputasi BPKP 4 1 4 a. Peningkatan kompetensi
dalam suatu memberikan keterangan Bidang terganggu auditor
kasus atas suatu perkara Investigasi b. Penguasaan/ pemahaman
tindak pidana materi perkara
korupsi ditingkatkan
dan/atau Auditor kehilangan Deputi Kepercayaan 4 1 4 Peningkatan integritas
perdata untuk independensi/ penilaian Bidang kepada BPKP auditor
membuat objektif (profesionalisme) Investigasi berkurang
terang Risiko gugatan dari pihak Deputi Reputasi BPKP 4 1 4 a. Bertindak sesuai
suatu kasus lain Bidang terganggu peraturan perundangan
bagi Penyidik Investigasi

13
Lampiran

No. Kegiatan dan Pernyataan Risiko Pemilik Dampak Skor Skor Total Rencana Tindak
Tujuan Risiko Dampak Kemungkinan Skor Pengendalian
Kegiatan Terjadi (6 x 7)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
dan/atau b. Melaksanakan penugasan
Hakim. sesuai dengan standar/
pedoman (SAIPI, PPKBI)
Risiko ancaman fisik Deputi Sakit, 4 1 4 Perlindungan kepada ahli
kepada pemberi Bidang kehilangan jiwa,
keterangan ahli Investigasi cacat dll
Risiko salah menunjuk Deputi Keterangan ahli 4 1 4 Peningkatan kompetensi
pegawai sebagai pemberi Bidang tidak auditor agar seluruh auditor
keterangan ahli di Investigasi dipertimbangkan dapat melaksanakan
persidangan oleh majelis penugasan pemberian
hakim sebagai keterangan ahli
alat bukti
4 Pengumpulan
dan Evaluasi
Bukti
Dokumen
Elektronik
(PEBDE)
Tujuan
Untuk Auditor salah Deputi Kesimpulan 4 2 8 a. Peningkatan kompetensi
Memperoleh, memperoleh barang bukti Bidang hasil audit tidak auditor
menganalisis, media penyimpanan Investigasi valid b. Meningkatkan komunikasi
dan dokumen elektronik dan koordinasi dengan
mengevaluasi Unit Kerja atau Instansi
dokumen Peminta
elektronik Auditor salah dalam Deputi Kesimpulan 4 2 8 Peningkatan kompetensi
dalam rangka menganalisa dokumen Bidang hasil audit tidak auditor
memperoleh elektronik Investigasi valid
petunjuk atau Laporan Hasil PEBDE Deputi Reputasi BPKP 2 2 4 Peningkatan kompetensi
bukti digital terlambat disampaikan Bidang berkurang auditor
untuk kepada Unit Kerja atau Investigasi
Instansi Peminta

14
Lampiran

No. Kegiatan dan Pernyataan Risiko Pemilik Dampak Skor Skor Total Rencana Tindak
Tujuan Risiko Dampak Kemungkinan Skor Pengendalian
Kegiatan Terjadi (6 x 7)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
kepentingan Fakta-fakta yang Deputi Kesimpulan 4 2 8 Peningkatan kompetensi
penanganan ditemukan pada media Bidang hasil audit tidak auditor
kasus yang digital tidak mendukung Investigasi valid
berindikasi kasus yang sedang
tindak pidana. ditangani
Risiko tidak dapat Deputi Kepercayaan 2 2 4 Penambahan sumber daya
memenuhi permintaan Bidang kepada BPKP
Unit Kerja/ Instansi Lain Investigasi berkurang
Media tidak dapat Deputi Kesimpulan 4 1 4 Update Software dan
diakuisisi Bidang hasil audit tidak Peralatan
Investigasi valid
5 Penanganan
Pengaduan
Masyarakat
Tujuan
Melakukan Informasi dalam Deputi Pengaduan 2 2 4 Mencari informasi dari
penelaahan pengaduan masyarakat Bidang masyarakat sumber informasi lainnya
pengaduan tidak didukung Investigasi tidak dapat
masyarakat kecukupan informasi ditindaklanjuti
untuk
diputuskan
tindak
lanjutnya.
Auditor salah dalam Deputi Kesimpulan 2 2 4 Peningkatan kompetensi
menganalisis informasi Bidang tidak valid auditor
dalam pengaduan Investigasi
masyarakat

15
Lampiran

IDENTIFIKASI DAN ANALISA RISIKO


DEPUTI BIDANG INVESTIGASI

Unit Organisasi : Deputi Bidang Investigasi


Sasaran Dalam Perjanjian Kinerja : Meningkatnya Pengawasan Pembangunan atas Efektivitas Hasil Pengawasan
Keinvestigasian
Indikator : Persentase Hasil Pengawasan Preventif dan Edukatif yang Dimanfaatkan/
Ditindaklanjuti

No. Kegiatan dan Pernyataan Risiko Pemilik Dampak Skor Skor Total Rencana Tindak
Tujuan Kegiatan Risiko Dampak Kemungkinan Skor Pengendalian
Terjadi (6 x 7)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Fraud Control
Plan (FCP)
Tujuan
Untuk Auditi menolak/ Deputi Informasi tidak 3 2 6 Melakukan koordinasi dan
mencegah, membatasai penugasan Bidang lengkap/ akurat komunikasi dengan pihak
mendeteksi dini, Investigasi terkait penugasan FCP
dan merespon Auditor tidak berhasil Deputi Hasil penugasan 3 2 6 Peningkatan kompetensi
kecurangan/ memberikan Bidang tidak dapat auditor
fraud rekomendasi atas Investigasi bermanfaat bagi
kelemahan yang pihak terkait
ditemukan dalam
penugasan
FCP gagal diterapkan Deputi Hasil penugasan 3 2 6 Peningkatan kompetensi
Bidang tidak dapat auditor
Investigasi bermanfaat bagi
pihak terkait
FCP sudah diterapkan Deputi Hasil penugasan 3 2 6 a. Peningkatan kompetensi
tetapi gagal mendeteksi Bidang tidak dapat auditor
kecurangan Investigasi bermanfaat bagi b. Melakukan koordinasi
pihak terkait dan komunikasi dengan
pihak terkait penugasan
FCP

16
Lampiran

No. Kegiatan dan Pernyataan Risiko Pemilik Dampak Skor Skor Total Rencana Tindak
Tujuan Kegiatan Risiko Dampak Kemungkinan Skor Pengendalian
Terjadi (6 x 7)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Hasil penugasan FCP Deputi Hasil penugasan 3 2 6 Peningkatan kompetensi
tidak dapat Bidang tidak dapat auditor
ditindaklanjuti Investigasi bermanfaat bagi
pihak terkait
Auditi tidak mau Deputi Reputasi BPKP 3 2 6 Melakukan koordinasi dan
melanjutkan FCP ke Bidang berkurang komunikasi dengan pihak
tahap berikutnya Investigasi terkait penugasan FCP
2 Fraud Risk
Assessment
(FRA)
Tujuan:
Untuk Auditor tidak dapat Deputi Kesimpulan 4 2 8 Peningkatan kompetensi
mengidentifikasi memperkirakan kondisi Bidang hasil FRA tidak auditor
dan mengatasi kecurangan yang Investigasi valid
kerentanan mungkin terjadi
organisasi atas Auditi menolak/ Deputi Informasi tidak 3 2 6 Melakukan koordinasi dan
kecurangan yang membatasi penugasan Bidang lengkap/ akurat komunikasi dengan pihak
dilakukan pengawasan Investigasi terkait penugasan FRA
pihak internal Auditor tidak berhasil Deputi Hasil penugasan 3 2 6 Peningkatan kompetensi
ataupun pihak memberikan Bidang tidak dapat auditor
eksternal. rekomendasi atas Investigasi bermanfaat bagi
kelemahan yang pihak terkait
ditemukan dalam
penugasan
Hasil FRA tidak dapat Deputi Hasil penugasan 3 2 6 a. Peningkatan kompetensi
ditindaklanjuti Bidang tidak dapat auditor
Investigasi bermanfaat bagi b. Menjalin komunikasi
pihak terkait yang efektif
Hasil FRA tidak Deputi Hasil penugasan 3 2 6 a. Peningkatan kompetensi
digunakan oleh Bidang tidak dapat auditor
Stakeholders Investigasi bermanfaat bagi b. Menjalin komunikasi
pihak terkait yang efektif

17
Lampiran

No. Kegiatan dan Pernyataan Risiko Pemilik Dampak Skor Skor Total Rencana Tindak
Tujuan Kegiatan Risiko Dampak Kemungkinan Skor Pengendalian
Terjadi (6 x 7)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
3 Pengembangan
Masyarakat
Pembelajar Anti
Korupsi (MPAK)
Tujuan
Meningkatkan Auditor tidak dapat Deputi Tujuan 2 2 4 Peningkatan kompetensi
pemahaman berperan sebagai Bidang pengembangan auditor
peserta belajar fasilisator bagi peserta Investigasi MPAK tidak
mengenai belajar tercapai
korupsi dan anti Adanya resistensi Deputi Strategi 3 2 6 Melakukan koordinasi dan
korupsi, dan pegawai terhadap Bidang pencegahan komunikasi dengan pihak
membangun perubahan budaya Investigasi untuk terkait penugasan
kepedulian agar organisasi anti korupsi meminimalisir
para peserta di K/L/P/K masing- risiko korupsi
belajar dapat masing melalui
berperan aktif peningkatan
dalam upaya pemahaman dan
pemberantasan kepedulian anti
korupsi di korupsi tidak
Indonesia dalam tercapai
rangka Hasil kegiatan Deputi a. Komunitas 2 2 4 Peningkatan kompetensi
meningkatkan pengembangan MPAK Bidang Pembelajar auditor
kapabilitas tidak ditindaklanjuti Investigasi Anti Korupsi
kementerian/ oleh K/L/P/K (KomPAK)
lembaga/ tidak
pemerintah terbentuk.
daerah dan b. Tidak ada
korporasi pengembangan
negara/ daerah system
(K/L/P/K) dalam whistleblowing
mengelola risiko Kegiatan MPAK tidak Deputi Strategi 3 2 6 Melakukan koordinasi dan
fraud/ korupsi berhasil mambangun/ Bidang pencegahan komunikasi dengan pihak
meningkatkan Investigasi untuk terkait penugasan
kepedulian peserta meminimalisir

18
Lampiran

No. Kegiatan dan Pernyataan Risiko Pemilik Dampak Skor Skor Total Rencana Tindak
Tujuan Kegiatan Risiko Dampak Kemungkinan Skor Pengendalian
Terjadi (6 x 7)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
belajar berperan aktif risiko korupsi
dalam upaya melalui
pemberantasan korupsi peningkatan
pemahaman dan
kepedulian anti
korupsi tidak
tercapai
4 Penilaian
Budaya
Organisasi Anti
Korupsi
(PBOAK)
Tujuan
Membantu Auditor tidak dapat Deputi a. Auditor tidak 2 2 4 Peningkatan kompetensi
organisasi menemukan akar Bidang dapat auditor
memahami permasalahan korupsi Investigasi memberikan
dimana posisi pada organisasi rekomendasi
organisasi saat tindak
ini, sehingga perbaikan
dapat menyusun dengan tepat
strategi budaya b. Reputasi
dan rencana aksi terganggu
yang digunakan Rekomendasi yang Deputi Budaya 2 2 4 Peningkatan kompetensi
untuk dihasilkan dari PBOAK Bidang organisasi anti auditor
mengubah tidak dapat Investigasi korupsi tidak
budaya permisif ditindaklanjuti dapat diterapkan
korupsif ke arah Adanya resistensi Deputi Strategi 3 2 6 Melakukan koordinasi dan
budaya anti pegawai terhadap Bidang pencegahan komunikasi dengan pihak
korupsi. perubahan budaya Investigasi untuk terkait penugasan
organisasi menjadi meminimalisir
budaya organisasi anti risiko korupsi
korupsi melalui
peningkatan
pemahaman dan

19
Lampiran

No. Kegiatan dan Pernyataan Risiko Pemilik Dampak Skor Skor Total Rencana Tindak
Tujuan Kegiatan Risiko Dampak Kemungkinan Skor Pengendalian
Terjadi (6 x 7)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
kepedulian anti
korupsi tidak
tercapai
Pegawai tidak mengisi Deputi Data yang 3 2 6 Melakukan koordinasi dan
kuesioner dengan Bidang diperoleh dari komunikasi dengan pihak
dengan jujur Investigasi kuesioner tidak terkait penugasan
mencerminkan
kondisi yang
sebenarnya
5 Pengukuran
Indeks
Efektivitas
Pengendalian
Korupsi (IEPK)
Tujuan
a. Untuk Responden tidak Deputi Data yang 3 2 6 a. Melakukan koordinasi
menyediakan memahami pertanyaan Bidang diperoleh dari dan komunikasi dengan
peta jalan kuesioner Investigasi kuesioner tidak pihak terkait penugasan
bagi mencerminkan b. Pertanyaan dibuat
peningkatan kondisi yang dengan Bahasa yang
pengelolaan sebenarnya sederhana dan mudah
risiko korupsi dipahami
dalam rangka
mewujudkan
tata kelola
pemerintahan
yang baik
dan bersih.
b. Memberikan
penilaian
terhadap
seberapa
tingkat

20
Lampiran

No. Kegiatan dan Pernyataan Risiko Pemilik Dampak Skor Skor Total Rencana Tindak
Tujuan Kegiatan Risiko Dampak Kemungkinan Skor Pengendalian
Terjadi (6 x 7)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
keberhasilan
upaya
pencegahan
dan
penegakan
hukum
terhadap
pejabat
korupsi
terhadap
penurunan
risiko korupsi
Responden tidak Deputi Data yang 3 2 6 Melakukan koordinasi dan
menjawab pertanyaan Bidang diperoleh dari komunikasi dengan pihak
kuesioner dengan jujur Investigasi kuesioner tidak terkait penugasan
mencerminkan
kondisi yang
sebenarnya
Jawaban dari responden Deputi Sulit untuk 3 2 6 Pertanyaan dibuat dengan
terlalu beragam Bidang mengambil bahasa yang sederhana dan
Investigasi simpulan hasil mudah dipahami
pengukuran
IEPK
Auditor tidak dapat Deputi Hasil 3 2 6 Peningkatan kompetensi
melakukan kegiatan Bidang pengukuran auditor
pengukuran IEPK Investigasi IEPK tidak
menggambarkan
kondisi yang
sebenarnya

21
Lampiran

IDENTIFIKASI DAN ANALISA RISIKO


DEPUTI BIDANG INVESTIGASI

Unit Organisasi : Deputi Bidang Investigasi


Sasaran Dalam Perjanjian Kinerja : Meningkatnya Kualitas Layanan “Ketatausahaan” Unit Kerja
Indikator : 1. Persentase Pegawai yang Mengikuti Peningkatan Kompetensi
2. Persentase Administrasi SDM yang Diselesaikan Tepat Waktu
3. Persentase Penyusunan RKA Tepat Waktu Unit Kerja
4. Nilai SAKIP Unit Kerja
5. Maturitas SPIP Unit Kerja
6. Indeks Kualitas Layanan Ketatausahaan Unit Kerja

No. Kegiatan dan Pernyataan Risiko Pemilik Dampak Skor Skor Total Rencana Tindak
Tujuan Kegiatan Risiko Dampak Kemungkinan Skor Pengendalian
Terjadi (6 x
7)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Workshop/
Diklat/ Pelatihan
Kantor Sendiri
(PKS)
Tujuan
a. Meningkatkan Tidak seluruh pegawai Deputi Angka kredit pegawai 2 2 4 Database
kompetensi mendapat kesempatan Bidang tidak terpenuhi kepegawaian selalu
pegawai mengikuti workshop/ Investigasi di-update untuk
b. Menciptakan Diklat/ PKS mengetahui pegawai
kesamaan yang belum mengikuti
persepsi dan workshop/ diklat
pola pikir dalam Terbatasnya Deputi Tidak seluruh pegawai 2 2 4 Meningkatkan/
melaksanakan sarana prasarana Bidang mendapat menambah sarana
tugas workshop/ diklat Investigasi kesempatan dan prasarana
mengikuti workshop/ workshop/ diklat
Diklat/ PKS

22
Lampiran

No. Kegiatan dan Pernyataan Risiko Pemilik Dampak Skor Skor Total Rencana Tindak
Tujuan Kegiatan Risiko Dampak Kemungkinan Skor Pengendalian
Terjadi (6 x
7)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Peserta tidak Deputi Peserta tidak dapat 2 2 4 Peserta diklat
memahami materi Bidang mengimplementasikan dibebaskan dari
workshop/ Diklat/ PKS Investigasi materi workshop/ pelaksanaan tugas
Diklat/ PKS dalam agar berkonsentrasi
pelaksanaan tugas dalam mengikuti
workshop/ diklat
2 Pengelolaan
Administrasi
Kepegawaian
Tujuan
Terlayaninya Usulan kenaikan Pegawai di Pegawai terlambat 3 2 6 Kelengkapan berkas
administrasi yang pangkat dan jabatan lingkungan naik pangkat kenaikan pangkat
berkaitan dengan tidak selesai tepat Deputi disiapkan lebih awal
kepegawaian waktu Bidang
dengan cepat, tepat Investigasi
dan akurat Keterlambatan waktu Deputi Pegawai terlambat 2 2 4 Kelengkapan untuk
pemrosesan berkas Bidang menerima dokumen pemrosesan dokumen
dokumen kepegawaian Investigasi kepegawaian kepegawaian
seperti Karpeg dan disiapkan lebih awal
Taspen
Usulan kenaikan gaji Pegawai di Kenaikan gaji pegawai 3 2 6 Kelengkapan berkas
berkala tidak selesai lingkungan terlambat kenaikan gaji berkala
tepat waktu Deputi disiapkan lebih awal
Bidang
Investigasi
Penyusunan Laporan Deputi Menghambat 3 2 6 Penyusunan laporan
GDN tidak tepat waktu Bidang pembayaran GDN segera dilakukan
Investigasi tunjangan kinerja setelah tanggal akhir
periode penghitungan
untuk pembayarn
tunjangan kinerja

23
Lampiran

No. Kegiatan dan Pernyataan Risiko Pemilik Dampak Skor Skor Total Rencana Tindak
Tujuan Kegiatan Risiko Dampak Kemungkinan Skor Pengendalian
Terjadi (6 x
7)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Usulan Penilaian Pegawai di Pegawai terlambat 4 1 4 Komunikasi terkait
Angka Kredit tidak lingkungan naik pangkat dan batas waktu
selesai tidak waktu Deputi jabatan penyelesaian
Bidang penilaian angka kredit
Investigasi
3 Penyusunan dan
Revisi RKA
Tujuan
Untuk menentukan Realisasi/ serapan Deputi Anggaran tidak 2 1 2 Kegiatan
anggaran anggaran tidak Bidang terserap dilaksanakan sesuai
yang diperlukan mencapai target Investigasi dengan rencana
untuk Laporan Keuangan Deputi Laporan Keuangan 2 1 2 Data dukungan
melaksanakan terlambat Bidang tidak dapat penyusun laporan
rencana kerja Investigasi digunakan dalam keuangan selalu di-
pengambilan update
keputusan
Penyusunan RKA dan Deputi Rencana kerja 2 1 2 Peningkatan
data dukung Bidang terganggu kompetensi petugas
tidak Tepat Investigasi penyusun RKA
waktu
4 Evaluasi SAKIP
Tujuan
a. Memperoleh Pemahaman auditor Deputi Nilai evaluasi SAKIP 2 1 2 Sosialisasi/ PKS
informasi terhadap SAKIP masih Bidang rendah tentang SAKIP di
tentang rendah Investigasi lingkungan auditor
implementasi Pemahaman tim dalam Deputi Nilai evaluasi SAKIP 2 1 2 a. Sosialisasi
SAKIP. melaksanakan evaluasi Bidang rendah pedoman evaluasi
b. Menilai tingkat tidak seragam Investigasi b. Koordinasi dan
implementasi komunikasi
SAKIP. diantara tim
c. Memberikan Dokumen pendukung Deputi Nilai evaluasi SAKIP 2 2 4 a. Pengarsipan
saran perbaikan implementasi SAKIP Bidang rendah dokumen
untuk tidak ada Investigasi ditingkatkan

24
Lampiran

No. Kegiatan dan Pernyataan Risiko Pemilik Dampak Skor Skor Total Rencana Tindak
Tujuan Kegiatan Risiko Dampak Kemungkinan Skor Pengendalian
Terjadi (6 x
7)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
peningkatan b. Dokumen
implementasi pendukung
SAKIP. implementasi
d. Memonitor SAKIP selalu di-
tindak lanjut update
rekomendasi Hasil evaluasi SAKIP Deputi Nilai evaluasi SAKIP 2 1 2 Komunikasi dan
hasil evaluasi tidak dapat Bidang rendah koordinasi untuk
periode ditindaklanjuti Investigasi memahami hasil
sebelumnya. evaluasi dan
menindaklanjutinya
5 Penilaian Mandiri
Maturitas SPIP
Tujuan
a. Untuk Unit kerja belum Deputi Nilai maturitas SPIP 2 1 2 Program/ kegiatan
menciptakan memprioritaskan Bidang rendah unit kerja
tata kelola pelaksanaan program Investigasi diselaraskan
pemerintah yang SPIP dengan program SPIP
baik serta Kurangnya Deputi Nilai maturitas SPIP 2 2 4 Auditor diikutkan
menunjang pemahamam Bidang rendah diklat Evaluasi SPIP
keberhasilan auditor mengenai Investigasi
reformasi pelaksanaan evaluasi
birokrasi SPIP
b. Menentukan Tidak dilakukan Deputi Nilai maturitas SPIP 2 2 4 Dokumen pendukung
tingkat pendokumentasian, Bidang rendah SPIP selalu di-update
maturitas pemantauan, dan Investigasi
penyelenggaraan pengukuran
SPIP perkembangan/progres
penyelenggaraan SPIP

25
Lampiran

No. Kegiatan dan Pernyataan Risiko Pemilik Dampak Skor Skor Total Rencana Tindak
Tujuan Kegiatan Risiko Dampak Kemungkinan Skor Pengendalian
Terjadi (6 x
7)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
6 Kegiatan
Ketatausahaan
Tujuan
Membantu Layanan Deputi Kelancaran kegiatan 2 1 2 Peningkatan
kelancaran unit Ketatausahaan Bidang terganggu kompetensi petugas
kerja dalam terlambat Investigasi layanan
pelaksanaan ketatausahaan
kegiatan untuk Pengelolaan arsip/ Deputi Pencarian dokumen 2 2 4 Peningkatan
mencapai tujuan dokumen tidak tertib Bidang lambat kompetensi petugas
dari sesuatu Investigasi layanan
organisasi. ketatausahaan

26

Anda mungkin juga menyukai