MODUL
PENYELENGGARAAN SPIP ATAS PENGADAAN BARANG/JASA
PADA PEMERINTAH DAERAH
NOMOR : S-1486/D3/02/2018
TANGGAL : 14 September 2018
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ........................................................................................................... iii
DAFTAR ISI .......................................................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN …….................................................................................................. v
DAFTAR TABEL .................................................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................... viii
DAFTAR ISTILAH ............................................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................... 1
B. Dasar Hukum ............................................................................................................. 2
C. Tujuan dan Ruang Lingkup ..................................................................................... 3
D. Metodologi Penyusunan Modul .............................................................................. 4
E. Sistematika Modul ..................................................................................................... 4
BAB II GAMBARAN UMUM ATAS TAHAPAN DAN PROSES PENGADAAN
BARANG/JASA PEMERINTAH ....................................................................................... 6
A. Pengertian Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah .................................................. 6
B. Prinsip dan Etika Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah ..................................... 6
C. Klasifikasi Pengadaan Barang/Jasa ........................................................................ 7
D. Tahapan dan Proses Pengadaan Barang/Jasa ....................................................... 8
E. Unit Kerja Pengadaan Barang/Jasa ……............................................................... 11
iv
DAFTAR LAMPIRAN
v
c. Contoh Form Persyaratan Pejabat Pembuat Komitmen;
d. Contoh Form Persyaratan Pejabat Pengadaan;
e. Contoh Form Persyaratan Kelompok Kerja Pemilihan;
f. Contoh Form Persyaratan Pejabat/Panitia Pemeriksa Hasil
Pekerjaan (PjPHP/PPHP);
Lampiran 16 Contoh Pakta Integritas;
Lampiran 17 Contoh Kuesioner Penilaian kinerja 360 Derajat;
Lampiran 18 Contoh Perkada Tentang Kebijakan Audit PBJ;
Lampiran 19 Contoh Program Kerja Penyusun Standar Harga;
Lampiran 20 Contoh Pengintegrasian Simren-SIRUP;
Lampiran 21 Contoh Audit Program Penjaminan Kualitas Penganggaran PBJ;
Lampiran 22 Contoh Audit Program Penjaminan Kualitas PBJ Pada Tahap
Perencanaan Pengadaan;
Lampiran 23 Contoh SOP Atau Manual Reviu Spesifikasi Teknis;
Lampiran 24 Contoh Kertas Kerja Reviu Spesifikasi Teknis;
Lampiran 25 Contoh Formulir Usulan Alternatif Spesifikasi Teknis;
Lampiran 26 Contoh Formulir Penetapan Spesifikasi Teknis Oleh PPK;
Lampiran 27 Contoh Manual Pelaksanaan Penyusunan Dan Penetapan HPS;
Lampiran 28 Contoh Kertas Kerja Penyusunan Dan Penetapan HPS;
Lampiran 29 Contoh Program Audit Pada Tahap Pengumuman;
Lampiran 30 Contoh Program Audit Pencatatan Aset;
Lampiran 31 Contoh Surat Pernyataan Tanggung Jawab Sampai Dengan
Umur Ekonomis;
Lampiran 32 Rekapitulasi RTP Atas Risiko Prioritas;
Lampiran 33 Contoh Pencatatan Risiko (Risk Even);
Lampiran 34 Contoh Informasi RTP;
Lampiran 35 Contoh Rancangan Monitoring Dan Evaluasi Atas Pengendalian
Intern.
Lampiran 36 Contoh Outline (Daftar Isi) Laporan/Dokumen Rencana Tindak
Pengendalian
vi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Lima Besar Kasus Korupsi yang Ditangani KPK Tahun 2004 –
Maret 2016 ………………………………………………………… 16
3.2 Kasus Operasi Tangkap Tangan KPK terkait PBJ ......................... 16
3.3 Komposisi Permasalahan Kelemahan SPI Tahun 2016 ................ 17
3.4 Skala Dampak Risiko ………………………………………………. 22
3.5 Skala Kemungkinan Terjadinya Risiko …………………………... 22
3.6 Kriteria Penerimaan Risiko PBJ …………………………………… 23
3.7 Matriks Analisis Risiko …………………………………………….. 23
3.8 Matriks Hasil Analisis Risiko PBJ ………………………………… 36
3.9 Hasil Analisis Risiko Sesuai Urutan Kategori …………………… 37
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Tahapan Pengadaan Barang/Jasa Melalui Penyedia ……………........ 8
3.1 Siklus Penyelenggaraan SPIP atas Kegiatan PBJ …………………….. 13
3.2 Identifikasi Kelemahan Lingkungan Pengendalian dalam PBJ ......... 15
3.3 Komposisi Permasalahan Ketidakpatuhan Ketentuan Peraturan
Perundang-undangan yang Mengakibatkan Kerugian Tahun 2016
(Berdasarkan Nilai Permasalahan atas Pemeriksaan LKPD) ……….. 17
3.4 Langkah Kerja Penilaian Risiko PBJ …………………………………... 21
3.5 Langkah Kerja Penyusunan Dokumen RTP PBJ ……………………... 39
viii
DAFTAR ISTILAH
ix
Harga Perkiraan Sendiri : Harga yang disusun berdasarkan harga pasar
setempat, Informasi biaya satuan oleh BPS, asosiasi
terkait atau informasi yang dapat
dipertanggungjawabkan, pabrikan atau agen
tunggal, yang disusun sebelum batas akhir
pemasukan penawaran untuk pemilihan dengan
pascakualifikasi 28 hari sebelum pengadaan.
x
atas tercapainya tujuan.
xi
Modul Penyelenggaraan SPIP atas Pengadaan Barang / Jasa pada Pemerintah Daerah
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengadaan Barang/Jasa (PBJ) Pemerintah merupakan mekanisme belanja
pemerintah yang memegang peranan penting dalam pemanfaatan anggaran
negara. PBJ melibatkan jumlah uang yang sangat besar, sehingga pemerintah
disebut juga sebagai the largest buyer. Menurut data Lembaga Kebijakan PBJ
Pemerintah (LKPP), Anggaran PBJ setiap tahunnya mencapai sekitar 40% dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (APBD).
Begitu pentingnya peran PBJ mengharuskan pemerintah membuat
pengaturan-pengaturan pelaksanaan PBJ. Sejak tahun 1973, pemerintah telah
memiliki aturan terkait PBJ, namun belum berupa peraturan khusus, melainkan
masih disisipkan dalam Keppres Pedoman Pelaksanaan APBN. Keppres pertama
yang dikeluarkan terkait PBJ yaitu Keppres Nomor 11 tahun 1973 tentang
Pedoman Pelaksanaan APBN. Setelah lahirnya Keppres tersebut, hampir setiap
tahun secara berturut-turut diterbitkan Keppres baru sebagai penyempurnaan
pengaturan pelaksanaan APBN. Baru setelah tahun 2000, Keppres yang secara
khusus mengatur PBJ diterbitkan, terakhir dengan Perpres Nomor 16 Tahun 2018
tentang PBJ Pemerintah. Tujuan dari pengaturan tersebut, sebagaimana
tercantum dalam point b pertimbangan Perpres Nomor 16 Tahun 2018, adalah
untuk memberikan pemenuhan nilai manfaat yang sebesar-besarnya (value for
money) dan kontribusi dalam peningkatan penggunaan produk dalam negeri,
peningkatan peran Usaha Mikro, Usaha Kecil dan Usaha Menengah serta
pembangunan berkelanjutan.
Meskipun peraturan terkait PBJ telah ada dan selalu disempurnakan,
pelaksanaan PBJ masih belum optimal dalam mencapai tujuan PBJ. Hal tersebut
disebabkan antara lain karena lemahnya sistem pengendalian intern dalam PBJ.
1
Modul Penyelenggaraan SPIP atas Pengadaan Barang / Jasa pada Pemerintah Daerah
B. Dasar Hukum
Dasar hukum yang menjadi acuan dalam penyusunan modul ini, yaitu:
1. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian
Intern Pemerintah (SPIP);
2. Perpres Nomor 16 Tahun 2018 tentang PBJ Pemerintah
3. Perka LKPP No 1 Tahun 2018 tentang Perubahan Kedua Perka LKPP tentang
Whistleblowing System PBJ;
4. Peraturan Kepala LKPP Nomor 7 Tahun 2018 tentang Pedoman Perencanaan
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;
2
Modul Penyelenggaraan SPIP atas Pengadaan Barang / Jasa pada Pemerintah Daerah
3
Modul Penyelenggaraan SPIP atas Pengadaan Barang / Jasa pada Pemerintah Daerah
E. Sistematika Modul
Modul ini disusun dalam empat bab yaitu sebagai berikut;
Bab I Pendahuluan.
Bab ini menguraikan latar belakang penyusunan modul, dasar hukum,
tujuan dan ruang lingkup, metodologi penyusunan, dan sistematika
modul.
Bab II Gambaran umum atas tahapan dan proses PBJ pemerintah daerah.
Bab ini menguraikan mengenai pengertian PBJ pemerintah, prinsip dan
etika PBJ, klasifikasi PBJ, tahapan proses PBJ, serta unit kerja pengadaan
barang/jasa.
4
Modul Penyelenggaraan SPIP atas Pengadaan Barang / Jasa pada Pemerintah Daerah
5
Modul Penyelenggaraan SPIP atas Pengadaan Barang / Jasa pada Pemerintah Daerah
BAB II
6
Modul Penyelenggaraan SPIP atas Pengadaan Barang / Jasa pada Pemerintah Daerah
C. Klasifikasi PBJ
PBJ meliputi pengadaan barang, pekerjaan konstruksi, jasa konsultansi, dan
jasa lainnya. Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa dapat dilakukan melalui
swakelola maupun melalui penyedia, dengan uraian sebagai berikut:
1. Swakelola
Swakelola adalah cara memperoleh barang/jasa yang dikerjakan sendiri oleh
Kementerian/ Lembaga/ Perangkat Daerah, Kementerian /Lembaga/
Perangkat Daerah lain, organisasi kemasyarakatan, atau kelompok
masyarakat (Perpres Nomor 16 Tahun 2018, pasal 1 angka 23) .
2. Pemilihan Penyedia Barang/Jasa
a. Metode Pemilihan penyedia barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya
dapat dilakukan melalui:
1) E-purchasing
E-purchasing adalah tata cara pembelian barang melalui sistem
katalog elektronik.
2) Pengadaan Langsung
Pengadaan langsung adalah pengadaan untuk mendapatkan
Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang bernilai
paling banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
3) Penunjukan Langsung
Penunjukan Langsung adalah metode pemilihan untuk mendapatkan
Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Konsultansi/Jasa
Lainnya dalam keadaan tertentu.
7
Modul Penyelenggaraan SPIP atas Pengadaan Barang / Jasa pada Pemerintah Daerah
4) Tender Cepat.
Tender Cepat dilaksanakan dalam hal spesifikasi dan volume
pekerjaannya sudah dapat ditentukan secara rinci; dan Pelaku Usaha
telah terkualifikasi dalam Sistem Informasi Kinerja Penyedia.
5) Tender
Tender adalah metode pemilihan untuk mendapatkan Penyedia
Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya dalam hal tidak dapat
menggunakan metode pemilihan penyedia sebagaimana pada poin
2.a.1) sampai dengan 2.a.4) di atas.
b. Metode pemilihan penyedia jasa konsultansi terdiri atas:
1) Seleksi.
Seleksi adalah metode pemilihan untuk mendapatkan Penyedia Jasa
Konsultansi bernilai paling sedikit di atas Rp100.000.000,00.
2) Pengadaan langsung
Pengadaan langsung adalah metode pemilihan untuk mendapatkan
penyedia jasa konsultansi yang bernilai sampai dengan paling banyak
Rp100.000.000,00.
3) Penunjukan langsung.
Penunjukan langsung adalah metode pemilihan penyedia jasa
konsultansi yang dilaksanakan untuk jasa konsultansi dalam keadaan
tertentu.
D. Tahapan dan Proses PBJ Melalui Penyedia
Tahapan PBJ dapat digambarkan pada gambar 2.1 berikut:
Gambar 2.1
Tahapan Pengadaan Barang/jasa Melalui Penyedia
8
Modul Penyelenggaraan SPIP atas Pengadaan Barang / Jasa pada Pemerintah Daerah
9
Modul Penyelenggaraan SPIP atas Pengadaan Barang / Jasa pada Pemerintah Daerah
3. Persiapan Pemilihan
Persiapan pemilihan Penyedia oleh Pokja Pemilihan/Pejabat Pengadaan
dilaksanakan setelah Pokja Pemilihan/Pejabat Pengadaan menerima
permintaan pemilihan Penyedia dari PPK yang dilampiri dokumen persiapan
PBJ melalui Penyedia yang disampaikan oleh PPK kepada Kepala
UKPBJ/Pejabat Pengadaan. Persiapan PBJ melalui Penyedia yang dilakukan
oleh Pokja Pemilihan/Pejabat Pengadaan meliputi:
a. Penetapan metode pemilihan Penyedia;
b. Penetapan metode kualifikasi;
c. Penetapan metode evaluasi penawaran;
d. Penetapan metode penyampaian dokumen penawaran;
e. Penetapan jadwal pemilihan; dan
f. Penyusunan Dokumen Pemilihan.
4. Pelaksanaan pemilihan penyedia
Pelaksanaan pemilihan Penyedia dilakukan oleh PPK dan Pokja
Pemilihan/Pejabat Pengadaan sesuai metode pemilihan, dengan ketentuan:
a. PPK melaksanakan E-purchasing dengan nilai pagu paling sedikit di atas
Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
b. Pejabat Pengadaan melaksanakan:
1) E-purchasing dengan nilai pagu paling banyak Rp200.000.000,00 (dua
ratus juta rupiah); dan
2) Pengadaan Langsung dan Penunjukan Langsung untuk pengadaan
Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya dengan nilai HPS paling
banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah); atau Jasa Konsultansi
yang bernilai paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
c. Pokja Pemilihan melaksanakan Tender/Seleksi, Tender Cepat, dan
Penunjukan Langsung.
d. Pelaku pelaksanaan pengadaan khusus diatur lebih lanjut dalam Peraturan
LKPP terkait Pengadaan Khusus.
10
Modul Penyelenggaraan SPIP atas Pengadaan Barang / Jasa pada Pemerintah Daerah
11
Modul Penyelenggaraan SPIP atas Pengadaan Barang / Jasa pada Pemerintah Daerah
12
Modul Penyelenggaraan SPIP atas Pengadaan Barang / Jasa pada Pemerintah Daerah
BAB III
PENYELENGGARAAN SPIP PBJ PEMERINTAH DAERAH
13
Modul Penyelenggaraan SPIP atas Pengadaan Barang / Jasa pada Pemerintah Daerah
14
Modul Penyelenggaraan SPIP atas Pengadaan Barang / Jasa pada Pemerintah Daerah
Gambar 3.2
Identifikasi Kelemahan Lingkungan Pengendalian dalam PBJ
Penilaian awal atas Survei terhadap
Simpulan hasil
kerentanan lingk. lingkungan
Persiapan penilaian penilaian lingkungan
pengendalian PBJ pengendalian PBJ
pengendalian PBJ
Pemda yang ada
Kajian, reviu
Mendasarkan
atas kondisi dan
Survei persepsi kepada dua
kultur instansi
pegawai atas hasil simpulan
Persiapan data berdasarkan
kondisi sementara yaitu
dan kuesioner hasil audit,
lingkungan hasil penilaian
kajian, berita,
pengendalian awal dan hasil
wawancara,
survei persepsi
data lainnya
1. Persiapan penilaian
a. Persiapan data; data yang digunakan untuk menilai lingkungan
pengendalian PBJ pemerintah daerah dapat berupa:
1)Laporan hasil audit pada pemerintah daerah yang bersangkutan
misalnya audit operasional, audit kinerja, dan audit PBJ;
2)Hasil reviu/evaluasi atas penyelenggaran PBJ oleh Inspektorat Daerah,
3)Hasil kajian tentang lingkungan pengendalian pemerintah daerah;
4)Berita terkait pelaksanaan PBJ instansi pemerintah daerah dari berbagai
sumber misalnya media massa, internet, hasil penelitian, dan sumber-
sumber lain yang relevan.
b. Penyusunan lembar kuesioner survei lingkungan pengendalian PBJ
(contoh lembar kuesioner pada Lampiran 1) dan Kertas Kerja Tabulasi
Kuesioner (contoh format disajikan pada Lampiran 2).
2. Penilaian awal kerentanan lingkungan pengendalian PBJ Pemerintah Daerah.
Penilaian awal kerentanan lingkungan pengendalian PBJ Pemerintah Daerah
dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran permasalahan-permasalahan
dalam lingkungan pengendalian. Penilaian kerentanan dilakukan dengan
menggunakan data yang dikumpulkan pada langkah persiapan penilaian.
Dalam modul ini, data yang digunakan untuk menilai kerentanan kondisi
lingkungan pengendalian intern PBJ pada Pemerintah Daerah secara umum
yaitu:
15
Modul Penyelenggaraan SPIP atas Pengadaan Barang / Jasa pada Pemerintah Daerah
16
Modul Penyelenggaraan SPIP atas Pengadaan Barang / Jasa pada Pemerintah Daerah
Sumber: BPK
17
Modul Penyelenggaraan SPIP atas Pengadaan Barang / Jasa pada Pemerintah Daerah
18
Modul Penyelenggaraan SPIP atas Pengadaan Barang / Jasa pada Pemerintah Daerah
19
Modul Penyelenggaraan SPIP atas Pengadaan Barang / Jasa pada Pemerintah Daerah
20
Modul Penyelenggaraan SPIP atas Pengadaan Barang / Jasa pada Pemerintah Daerah
Gambar 3.4
Langkah Kerja Penilaian Risiko PBJ
Persiapan penilaian risiko Memilih tujuan PBJ yang Melakukan penilaian risiko
PBJ relevan PBJ
21
Modul Penyelenggaraan SPIP atas Pengadaan Barang / Jasa pada Pemerintah Daerah
Tabel 3.4
Skala Dampak Risiko PBJ
Tingkat
Skala Dampak/Konsekuensi Uraian
Risiko PBJ
1 Tidak signifikan/ Pengaruh terhadap kualitas, jumlah, waktu, biaya,
Sangat kecil lokasi, dan penyedia barang/jasa tidak signifikan.
2 Kurang signifikan/ Pengaruh terhadap kualitas, jumlah, waktu, biaya,
Kecil lokasi, dan penyedia barang/jasa rendah/kurang
signifikan.
3 Sedang / Medium Pengaruh terhadap kualitas, jumlah, waktu, biaya,
lokasi, dan penyedia barang/jasa sedang.
4 Signifikan / Besar Pengaruh terhadap kualitas, jumlah, waktu, biaya,
lokasi, dan penyedia barang/jasa tinggi/signifikan.
5 Sangat signifikan / Pengaruh terhadap kualitas, jumlah, waktu, biaya,
Sangat besar lokasi, dan penyedia barang/jasa sangat signifikan.
22
Modul Penyelenggaraan SPIP atas Pengadaan Barang / Jasa pada Pemerintah Daerah
Tabel 3.6
Kriteria Penerimaan Risiko PBJ
Pihak Yang
Tingkat Risiko PBJ Kriteria untuk Penerimaan Risiko PBJ
Bertanggung Jawab
Kemungkinan
Kemungkinan
besar
4
Mungkin
3
Kemungkinan
kecil
2
Sangat jarang
1
23
Modul Penyelenggaraan SPIP atas Pengadaan Barang / Jasa pada Pemerintah Daerah
tingkat risiko rendah (warna biru) dan sangat rendah (hijau) berarti
dapat ditoleransi (risiko dapat diterima).
2. Memilih tujuan PBJ yang relevan
Berdasarkan tujuan PBJ pada Bab III huruf A, tujuan PBJ yang
dipertimbangkan untuk dilakukan penilaian risiko adalah tujuan yang
pertama yaitu “Menghasilkan barang/jasa yang tepat dari setiap uang yang
dibelanjakan, diukur dari aspek kualitas, jumlah, waktu, biaya, lokasi, dan
Penyedia”.
Pemilihan tujuan PBJ tersebut didasarkan kepada pertimbangan bahwa
tujuan tersebut merupakan tujuan yang paling utama dan dirasakan masih
memiliki banyak permasalahan dalam pencapaiannya, serta penting dan
mendesak untuk segera ditangani.
Pemilihan terhadap suatu tujuan PBJ tertentu bukan berarti bahwa
tujuan-tujuan lainnya tidak perlu/tidak akan dinilai risiko dan
pengendaliannya. Penilaian risiko dan pengendalian atas tujuan PBJ lainnya
dapat dijadwalkan sesuai kebutuhan.
3. Melakukan Penilaian Risiko
a. Identifikasi Risiko PBJ
Dalam tahapan ini, berbagai risiko yang mengancam pencapaian tujuan
PBJ diidentifikasi sesuai dengan tahapan proses PBJ. Risiko PBJ yang
diidentifikasi merupakan kejadian yang mengancam pencapaian tujuan
PBJ. Kejadian ini bisa sudah terjadi atau yang akan terjadi di masa depan.
Pada tahap identifikasi risiko, selain pernyataan risiko kegiatan PBJ, juga
disampaikan atribut risiko seperti pemilik risiko, penyebab risiko, sumber
risiko, dampak risiko, penerima dampak risiko, serta apakah dapat
dikendalikan (controllable) atau tidak dapat dikendalikan (uncontrollable)
oleh Pemda atau tidak.
Identifikasi risiko PBJ dilakukan sebagai berikut:
1) Mengenali proses dan tahapan penyelenggaraan PBJ. Dalam modul
ini untuk kepentingan Identifikasi Risiko, proses PBJ dibagi menjadi 7
tahapan utama yaitu:
24
Modul Penyelenggaraan SPIP atas Pengadaan Barang / Jasa pada Pemerintah Daerah
25
Modul Penyelenggaraan SPIP atas Pengadaan Barang / Jasa pada Pemerintah Daerah
26
Modul Penyelenggaraan SPIP atas Pengadaan Barang / Jasa pada Pemerintah Daerah
27
Modul Penyelenggaraan SPIP atas Pengadaan Barang / Jasa pada Pemerintah Daerah
28
Modul Penyelenggaraan SPIP atas Pengadaan Barang / Jasa pada Pemerintah Daerah
29
Modul Penyelenggaraan SPIP atas Pengadaan Barang / Jasa pada Pemerintah Daerah
30
Modul Penyelenggaraan SPIP atas Pengadaan Barang / Jasa pada Pemerintah Daerah
31
Modul Penyelenggaraan SPIP atas Pengadaan Barang / Jasa pada Pemerintah Daerah
32
Modul Penyelenggaraan SPIP atas Pengadaan Barang / Jasa pada Pemerintah Daerah
33
Modul Penyelenggaraan SPIP atas Pengadaan Barang / Jasa pada Pemerintah Daerah
34
Modul Penyelenggaraan SPIP atas Pengadaan Barang / Jasa pada Pemerintah Daerah
35
Modul Penyelenggaraan SPIP atas Pengadaan Barang / Jasa pada Pemerintah Daerah
Tabel 3.8.
Matriks Hasil Analisis Risiko PBJ
Dampak/Konsekuensi
MATRIKS Tidak Sangat
Kecil Sedang Besar
ANALISIS RISIKO signifikan signifikan
1 2 3 4 5
Hampir 5
pasti
PHP1,PHP2, PKP2, PKP3,
Kemungkin 4 PHP3 PDP4, PK3,
an besar
PK10,
PU4, PU5, PKP1, PU1, PU2,
Terjadinya Risiko
Urutan jenis risiko sesuai kategori yang telah ditetapkan tersaji dalam tabel 3.9.
36
Modul Penyelenggaraan SPIP atas Pengadaan Barang / Jasa pada Pemerintah Daerah
Tabel 3.9.
Hasil Analisis Risiko sesuai Urutan Kategori
No Kategori/Kode Risiko
Risiko
1 Sangat Tinggi
1) PKP2 Mark-up anggaran PBJ
2) PKP3 Penentuan anggaran PBJ tidak didasarkan pada perhitungan teknis
yang memadai
3) PDP4 Penyusunan Harga Perkiraan Sendiri (HPS) yang tidak profesional
4) PK3 Kontrak “dijual” kepada pihak lain atau seluruh pekerjaan utama
dialihkan kepada penyedia lainnya
5) PK10 Jumlah dan kualitas tenaga ahli dilapangan tidak sesuai dengan
persyaratan
2 Tinggi
6) PKP1 Kegiatan PBJ dalam dokumen penganggaran (RAPBD/APBD) tidak
pernah diusulkan oleh SKPD
7) PU1 Perencanaan tidak sesuai dengan kebutuhan riil
8) PU2 Perencanaan disesuaikan dengan keinginan pihak-pihak tertentu untuk
keuntungan pribadi/pribadi/pihak lain
9) PU3 Penggelembungan anggaran (perencanaan PBJ)
10) PDP3 Spesifikasi yang disusun dibuat tidak sesuai ketentuan
11) PPP1 Pengumuman dan pendaftaran peserta tender/seleksi yang direkayasa
12) PPP7 Perubahan penting atas dokumen pengadaan tidak dituangkan dalam
perubahan (amandemen) dokumen pengadaan dan tidak di unggah ke
dalam portal LPSE pengadaan terkait dalam batas waktu yang
ditentukan
13) PK1 Perubahan substansi kontrak sebelum kontrak ditandatangani (yang
merugikan keuangan negara)
37
Modul Penyelenggaraan SPIP atas Pengadaan Barang / Jasa pada Pemerintah Daerah
No Kategori/Kode Risiko
Risiko
27) PDP1 Penetapan sistem pengadaan yang menguntungkan salah satu pihak
c. Memvalidasi Risiko
Hasil analisis risiko kegiatan PBJ selanjutnya dikomunikasikan kepada
Kepala Daerah untuk divalidasi dan diputuskan risiko mana yang akan
diprioritaskan untuk ditangani. Dalam modul ini, risiko dengan kriteria
“sangat tinggi” dan “tinggi” akan diprioritaskan untuk ditangani.
Terhadap Risiko PBJ yang akan diprioritaskan untuk ditangani,
Pemerintah Daerah diharapkan membangun pengendalian untuk
menurunkan kemungkinan munculnya risiko (preventif), menurunkan
dampak dari risiko yang muncul (mitigatif), atau keduanya. Daftar risiko
prioritas disajikan dalam Lampiran 8.
38
Modul Penyelenggaraan SPIP atas Pengadaan Barang / Jasa pada Pemerintah Daerah
Tahap ini bertujuan untuk menilai apakah pengendalian dalam PBJ telah
dibangun secara memadai untuk mengatasi risiko PBJ yang telah diprioritaskan.
Penilaian terhadap pengendalian PBJ yang ada mencakup kebijakan dan
prosedur yang dimiliki instansi pemerintah terkait penyelenggaraan PBJ.
Selanjutnya dalam tahapan ini, dihasilkan beberapa keluaran, yaitu:
1. Daftar kegiatan pengendalian yang dibutuhkan untuk mengatasi risiko yang
diprioritaskan dalam PBJ;
2. Daftar pengendalian yang ada untuk masing-masing risiko prioritas PBJ;
3. Hasil identifikasi pengendalian yang masih dibutuhkan untuk masing-
masing risiko prioritas PBJ.
Hasil penilaian atas pengendalian yang ada selengkapnya disajikan dalam
Lampiran 9.
39
Modul Penyelenggaraan SPIP atas Pengadaan Barang / Jasa pada Pemerintah Daerah
40
Modul Penyelenggaraan SPIP atas Pengadaan Barang / Jasa pada Pemerintah Daerah
41
Modul Penyelenggaraan SPIP atas Pengadaan Barang / Jasa pada Pemerintah Daerah
42
Modul Penyelenggaraan SPIP atas Pengadaan Barang / Jasa pada Pemerintah Daerah
43
Modul Penyelenggaraan SPIP atas Pengadaan Barang / Jasa pada Pemerintah Daerah
44
Modul Penyelenggaraan SPIP atas Pengadaan Barang / Jasa pada Pemerintah Daerah
45
Modul Penyelenggaraan SPIP atas Pengadaan Barang / Jasa pada Pemerintah Daerah
46
Modul Penyelenggaraan SPIP atas Pengadaan Barang / Jasa pada Pemerintah Daerah
H. Pelaporan
Hasil Penilaian atas Sistem Pengendalian Intern yang Ada dan Rencana Tindak
Perbaikan Pengendalian yang telah diidentifikasi selanjutnya dituangkan ke
dalam Laporan atau Dokumen RTP. Sebelum difinalkan, draft dokumen RTP
perlu dibicarakan dengan Kepala Daerah dan pihak yang terkait. Dokumen RTP
final selanjutnya disampaikan kepada pihak-pihak yang terkait. Outline Laporan
atau Dokumen RTP disajikan pada Lampiran 36.
47
Modul Penyelenggaraan SPIP atas Pengadaan Barang / Jasa pada Pemerintah Daerah
BAB IV
PENUTUP
48
Modul Penyelenggaraan SPIP atas Pengadaan Barang / Jasa pada Pemerintah Daerah
DAFTAR PUSTAKA
Alfian, Pemetaan Jenis dan Risiko Kecurangan dalam Audit Pengadaan Barang dan
Jasa, Jurnal Pengadaan, Oktober 2015/Volume 4, Nomor 1
Badan Pemeriksa Keuangan. 2017. Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester I Tahun 2017
Badan Pemeriksa Keuangan. 2018. Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester II Tahun
2017
Bappenas-ADB. Tool Kit Anti Korupsi Bidang Pengadaan Barang dan Jasa
Pemerintah.
http://sp.beritasatu.com
https://nasional.kompas.com
https://news.detik.com
https://www.viva.co.id
Kedeputian Bidang Pencegahan KPK, 2015. Kajian Pencegahan Korupsi Pada
Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah
Peraturan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Nomor 24
Tahun 2013 tentang Pedoman Pelaksanaan Control Self Assessment untuk
Penilaian Risiko
Peraturan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Nomor 25
Tahun 2013 tentang Petunjuk Pelaksanaan Control Environtment Evaluation
(CEE)
Peraturan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Nomor
Per-10/K/LB/2013 tentang Pedoman Teknis Bimbingan Teknis
Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
Peraturan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Nomor
Per-1326/K/LB/2009 tentang Pedoman Teknis Umum Penyelenggaraan Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah
Peraturan Kepala LKPP No 1 Tahun 2018 tentang Perubahan Kedua Perka LKPP
tentang Whistleblowing System PBJ
49
Modul Penyelenggaraan SPIP atas Pengadaan Barang / Jasa pada Pemerintah Daerah
50
LAMPIRAN
Lampiran: 1 / 1-2
CONTOH
KUESIONER PENILAIAN LINGKUNGAN PENGENDALIAN
INTERN/CONTROL ENVIRONMENT EVALUATION (CEE)
PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMERINTAH
A. IDENTITAS RESPONDEN
Berilah tanda silang untuk posisi anda saat ini?
1. Pejabat Struktural
2. Pejabat Fungsional
3. Staf
Unit kerja: ………………………………………………………
JAWABAN KUESIONER
Sudah Sudah
Telah
dibangun/ dibangun/
Belum dibangun/
diterapkan diterapkan
NO. PERTANYAAN /KUESIONER ada/ diterapkan,
dengan baik, dengan baik
belum akan tetapi
tapi masih dan dapat
dibangun masih perlu
bisa ditularkan ke
perbaikan
ditingkatkan organisai lain
1 2 3
A. PENEGAKAN INTEGRITAS DAN NILAI ETIKA
1 Pelaku PBJ mendapatkan pesan integritas & nilai
etika secara rutin dari pimpinan instansi (Misalnya
keteladanan, pesan moral dll)
2 Kode etik pelaku PBJ telah diterapkan dengan baik
JAWABAN KUESIONER
Sudah Sudah
Telah
dibangun/ dibangun/
Belum dibangun/
diterapkan diterapkan
NO. PERTANYAAN /KUESIONER ada/ diterapkan,
dengan baik, dengan baik
belum akan tetapi
tapi masih dan dapat
dibangun masih perlu
bisa ditularkan ke
perbaikan
ditingkatkan organisai lain
D PEMBENTUKAN STRUKTUR ORGANISASI YANG SESUAI DENGAN KEBUTUHAN
1 Organisasi pelaksanaan PBJ (misal UKPBJ) telah
bersifat mandiri
2 Pejabat yang ditunjuk mengerti dan taat pada
tanggung jawabnya
3 Organisasi pelaksanaan PBJ berbentuk struktural
dengan nomenklatur berdasarkan kebutuhan dan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan
4 Personel yang bertugas di organisasi pelaksanaan
PBJ merupakan pegawai tetap dan bukan pegawai
yang bersifat adhoc (sementara) dari unit kerja lain.
5 Proses validasi atas tingkat kehandalan, keakuratan,
kelengkapan, ketepatan waktu sistem informasi
dilakukan secara berkala
E PENDELEGASIAN WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB YANG TEPAT
1 Kriteria pendelegasian wewenang telah ditentukan
dengan tepat
2 Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab
dilaksanakan secara tepat
3 Kewenangan direviu secara periodik
F PENYUSUNAN DAN PENERAPAN KEBIJAKAN YANG SEHAT TENTANG PEMBINAAN SUMBER DAYA
MANUSIA
1 Kebijakan SDM secara efektif dipahami oleh para
pegawai
2 Rekruitmen, retensi, maupun prosedur pemilihan
SDM (PA, KPA, PPK, Panitia Pengadaan) telah
dilakukan dengan baik
3 Honorarium pelaku PBJ telah sesuai dengan
tanggung jawab dan kinerja
4 Program pengembangan SDM yang ada dapat
meningkatkan pengendalian intern
5 Program perencanaan pelatihan memadai
CONTOH
REKAPITULASI HASIL KUESIONER PENILAIAN LINGKUNGAN PENGENDALIAN INTERN
CONTROL ENVIRONTMENT EVALUATION (CEE) PBJ
JAWABAN RESPONDEN (R)
NO. PERTANYAAN /KUESIONER R1 R2 R3 R4 R5 R6 Dst Modus
(1) (2) (3)
A. PENEGAKAN INTEGRITAS DAN NILAI ETIKA
1 Pelaku PBJ mendapatkan pesan integritas & nilai etika secara
rutin dari pimpinan instansi (Misalnya keteladanan, pesan
moral dll)
2 Kode etik pelaku PBJ telah diterapkan dengan baik
B KOMITMEN TERHADAP KOMPETENSI
1 Syarat kompetensi setiap pelaku PBJ telah ditentukan
2 Pegawai yang kompeten telah secara tepat mengisi posisi
pelaku PBJ
3 Strategi peningkatan kompetensi pelaku PBJ telah
diterapkan dengan baik
C KEPEMIMPINAN YANG KONDUSIF
1 Penilaian oleh pimpinan telah memperhatikan keahlian dan
pelaksanaan tugas
2 Pimpinan menerapkankan manajemen risiko dan
pengendalian dalam pelaksanaan tugas
3 Pimpinan mampu mengarahkan sumber daya dan potensi
organisasi untuk melaksanakan PBJ sesuai prosedur yang
ditetapkan
4 Pimpinan melibatkan dan memperhatikan pertimbangan
pegawai dalam pengambilan keputusan
5 Gaya pimpinan dapat mendorong pegawai untuk
meningkatkan kinerja
D PEMBENTUKAN STRUKTUR ORGANISASI YANG SESUAI DENGAN KEBUTUHAN
1 Organisasi pelaksanaan PBJ (misal UKPBJ) telah bersifat
mandiri
2 Pejabat yang ditunjuk mengerti dan taat pada tanggung
jawabnya
3 Organisasi pelaksanaan PBJ berbentuk struktural dengan
nomenklatur berdasarkan kebutuhan dan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan
4 Personel yang bertugas di organisasi pelaksanaan PBJ
merupakan pegawai tetap dan bukan pegawai yang bersifat
adhoc (sementara) dari unit kerja lain
5 Proses validasi atas tingkat kehandalan, keakuratan,
kelengkapan, ketepatan waktu sistem informasi dilakukan
secara berkala
E PENDELEGASIAN WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB YANG TEPAT
1 Kriteria pendelegasian wewenang telah ditentukan dengan
tepat
2 Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab dilaksanakan
secara tepat
3 Kewenangan direviu secara periodik
F PENYUSUNAN DAN PENERAPAN KEBIJAKAN YANG SEHAT TENTANG PEMBINAAN SUMBER
1 Kebijakan SDM secara efektif dipahami oleh para pegawai
CONTOH
Kondisi Kerentanan Lingkungan Pengendalian Intern Terkait PBJ
di Pemerintah Daerah
Contoh
Simpulan Survei Persepsi atas Lingkungan Pengendalian Intern PBJ
Pemerintah Daerah Menurut Metode CEE
Hasil penilaian
No. Uraian Sub Unsur Lingkungan Pengendalian
CEE
(1) (2) (3)
1 Penegakan integritas dan nilai etika Tidak memadai
- Para pegawai yang terlibat dalam proses PBJ (PA, KPA, PPK,
Panitia Pengadaan) belum mendapatkan pesan integritas &
nilai etika secara rutin dari pimpinan instansi
- Kode etik (PA, KPA, PPK, Panitia Pengadaan) belum
disusun
2 Komitmen Terhadap Kompetensi Cukup memadai
Proses penunjukan pegawai terkait PBJ dilakukan dengan
mempertimbangkan kompetensi
3 Kepemimpinan yang kondusif Tidak memadai
- Gaya kepemimpinan yang kondusif belum dirasakan baik di
dalam maupun di luar organisasi
- Pegawai yang terkait PBJ belum menilai risiko dan
memahami tujuan pengendalian intern PBJ
4 Struktur organisasi sesuai kebutuhan Cukup memadai
Pejabat yang terlibat dalan proses PBJ mengerti dan taat pada
tanggung jawabnya
5 Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat Cukup memadai
Adanya penyerahan tugas dan tanggung jawab kegiatan
terkait PBJ kepada pihak yang berwenang
6 Penyusunan dan Penerapan Kebijakan yang Sehat tentang Tidak memadai
Pembinaan SDM
Program perencanaan pelatihan PBJ belum memadai
7 Perwujudan Peran APIP yang Efektif Cukup memadai
Internal Auditor melakukan reviu atas efisiensi/efektivitas
pelaksanaan PBJ secara periodik
8 Hubungan Kerja yang Baik dengan Instansi Pemerintah Cukup memadai
Terkait
Pihak-pihak yang terkait dengan PBJ memiliki hubungan kerja
yang baik, khususnya dengan aparat pengawasan dan LKPP
Lampiran : 5 / 1 - 3
Contoh
Kertas Kerja Penyimpulan Kondisi Lingkungan Pengendalian
2 Komitmen Tidak - Pemda belum melakukan Cukup Proses penunjukan pegawai Tidak Pemda belum melakukan
Terhadap Memadai pengembangan kompetensi memadai terkait PBJ dilakukan dengan memadai pengembangan kompetensi pelaku
Kompetensi pelaku PBJ secara berkelanjutan, mempertimbangkan kompetensi PBJ secara berkelanjutan, sehingga
sehingga pelaku PBJ belum yang tepat untuk jabatan yang pelaku PBJ belum melaksanakan
melaksanakan prosedur PBJ diisi prosedur PBJ sesuai dengan
sesuai dengan ketentuan. ketentuan.
3 Kepemimpi Tidak - Pimpinan organisasi belum Tidak - Gaya kepemimpinan yang Tidak - Pimpinan organisasi belum
nan yang Memadai mampu mengarahkan sumber memadai kondusif belum dirasakan baik memadai mampu mengarahkan sumber
kondusif daya dan potensi organisasi di dalam maupun di luar daya dan potensi organisasi
untuk melaksanakan PBJ sesuai organisasi untuk melaksanakan PBJ sesuai
dengan prosedur yang - Pegawai yang terkait PBJ belum dengan prosedur yang
ditetapkan. menilai risiko dan memahami ditetapkan;
- Proses PBJ tidak transparan tujuan pengendalian intern PBJ - Pimpinan tidak transparan
terhadap proses PBJ;
- Pengelola pengadaan mengalami
demotivasi dalam melaksanakan
tugasnya serta enggan
meningkatkan prestasi kerja;
- Pimpinan/pelaku PBJ belum
menilai risiko dan memahami
tujuan pengendalian intern PBJ.
Lampiran : 5 / 2 - 3
Contoh
Formulir Kertas Kerja
Identifikasi Risiko Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Daerah
5. Perencanaan disesuaikan PU2 Kepala Daerah, - Adanya penyalahgunaan Eksternal Dapat - Kegiatan perencanaan umum Kepala Daerah,
dengan keinginan pihak- PA/KPA, OPD wewenang dan/atau kolusi Dikendalikan pengadaan tidak dilaksanakan OPD
pihak tertentu untuk dalam perencanaan pengadaan secara transparan, dan hasil
keuntungan pribadi/pihak yang merugikan keuangan pelaksanaan PBJ berpotensi
lain negara. menghasilkan barang/jasa
- Minimnya monitoring dan Internal Dapat yang tidak sesuai dengan
Evaluasi perencanaan Dikendalikan kebutuhan.
pengadaan - Kompetisi tidak terjadi dan
peluang pemerintah daerah
untuk memperoleh penawaran
yang paling menguntungkan
semakin kecil.
- Adanya kebocoran keuangan
negara/daerah
6. Penggelembungan PU3 Kepala Daerah, - Adanya intervensi dari Internal/Eksternal Dapat - Memperbesar peluang adanya Kepala Daerah,
anggaran (perencanaan PBJ) PA/KPA, OPD eksekutif, legislatif, atau pihak Dikendalikan kemahalan barang/jasa OPD
lain pada saat penyusunan - Mengurangi besaran anggaran
Anggaran untuk kegiatan program/kegiatan lain
Pengadaan barang/jasa
- Standar harga barang yang
sesuai dengan harga pasar
tidak tersedia
Lampiran: 6 / 3 - 11
D. 15. Pengumuman dan PPP1 PA/KPA, PPK, - Pelelangan sudah diarah kan Internal Dapat - Kualitas Peserta Peserta
Pelaksana- pendaftaran peserta Pokja UKPBJ kepada kelompok tertentu Dikendalikan tender/seleksi tidak tender/seleksi,
an tender/seleksi yang - Pendaftaran peserta Kompeten dan kompetitif OPD
Pemilihan direkayasa tender/seleksi tidak sesuai karena jumlahnya terbatas
Penyedia dengan kompleksitas - Informasi yang didapatkan
pekerjaan oleh peserta tender/seleksi
- Pengumuman dilakukan tidak lengkap sehingga
sebelum penetapan anggaran peserta tender/seleksi tidak
oleh legislatif dapat melakukan penawaran
- Pengumuman tender/seleksi dan menghilangkan kompetisi
hanya dilakukan kepada yang sehat.
kelompok tertentu dan tidak - Mempersempit peluang
disebarluaskan peserta lain untuk bertarung
- Isi pengumuman tidak secara adil dan gagal
lengkap memenyerahkan syarat-syarat
- Informasi mengenai dalam secara lengkap dan tepat
Lampiran: 6 / 5 - 11
E. 22. Perubahan substansi PK1 PA/KPA, PPK - Kelalaian PPK dalam Internal Dapat Adanya kerugian keuangan Kepala Daerah,
Pelaksana- kontrak sebelum kontrak menyusun dokumen kontrak Dikendalikan negara/daerah PPK
an Kontrak ditandatangani (yang - Unsur kesengajaan untuk
merugikan keuangan merubah substansi kontrak
negara) yang akan ditandatangani
berbeda dengan rancangan
kontrak yang disampaikan
dalam dokumen pengadaan
dengan tujuan
menguntungkan pihak
tertentu
23. Penandatanganan dan PK2 PA/KPA, PPK, - Kelalaian PPK Internal Dapat - Kontrak bermasalah PPK
pelaksanaan kontrak tidak Pelaksana PBJ - Unsur kesengajaan pihak- Dikendalikan misalnya karena
sesuai ketentuan pihak tertentu penandatanganan kontrak
tanpa dilengkapi surat
jaminan pelaksanaan, dan
penandatanganan kontrak
dilakukan bukan oleh pihak
yang berwenang
(dipalsukan oleh pihak
tertentu), penandatanganan
Kontrak dilakukan sebelum
DIPA/DPA disahkan.
Lampiran: 6 / 7 - 11
28. Data lapangan yang PK7 PA/KPA, PPK - Konsultan pengawas lalai atau Eksternal Dapat - Kelebihan pembayaran PPK, OPD
dipalsukan bekerjasama dengan penyedia Dikendalikan kepada rekanan
dalam menyediakan data - Kuantitas/volume/kualitas
palsu yang menguntungkan pekerjaan/barang yang
penyedia. Misalnya jumlah diserahkan tidak sesuai
peralatan di lapangan, jumlah dengan kontrak
material, laporan perhitungan
volume pekerjaan (back up
quantity) laporan harian,
Lampiran: 6 / 8 - 11
33. Penyerahan barang di lokasi PSB2 - PA/KPA - PPK lalai dalam pengendalian Internal/Eksternal Dapat - Barang hasil pengadaan - PPK
yang tidak tepat waktu - PPK pada proses pengerjaan Dikendalikan terlambat untuk digunakan - OPD
- Penyedia kontrak. sehingga berdampak pada - Peyedia
- Penyedia belum efektivitas organisasi.
menyelesaikan pekerjaan - Timbulnya kewajiban untuk
hingga batas waktu yang membayar denda bagi
ditentukan. Penyedia.
- Kelalaian konsultan pengawas
dalam mengawasi pekerjaan
pelaksana
34. Keterlambatan penyerahan PSB3 - Kepala Daerah - Kelalaian PPK yang tidak Internal Dapat Terjadinya kerugian keuangan Kepala Daerah
barang tidak didenda - PA/KPA memungut denda. Dikendalikan daerah/negara atas denda
- PPK yang tidak dipungut oleh
PPK.
35. Pembayaran yang tidak PSB4 - PPK - PPK dengan sengaja Internal Dapat Pembayaran yang tidak sesuai - PPK
sesuai ketentuan - PjPHP/ menyetujui proses Dikendalikan dengan kemajuan fisik - OPD
PPHP pembayaran meskipun tidak pekerjaan PBJ dan merugikan - Bendahara
- Bendahara keuangan negara.
sesuai ketentuan misalnya
Berita acara penyelesaian
pekerjaan
direkayasa/ditinggikan
sampai dengan progres yang
disyaratkan untuk mencairkan
anggaran, pembayaran tidak
sesuai dengan kemajuan fisik
atau adanya pembayaran
fiktif, pembayaran tidak
didukung dengan hasil
Lampiran: 6 / 10 - 11
Contoh
Formulir Kertas Kerja
Hasil Analisis Risiko Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Daerah (Keseluruhan)
Analisis Risiko
Tahapan Kode Skala
“Risiko” yang Teridentifikasi Skala Skala
PBJ Risiko Kemung-
Dampak*) Risiko
kinan *)
a b c d e f=dxe
A. 1. Kegiatan PBJ dalam dokumen penganggaran (RAPBD/APBD) PKP1 4 3 12
Perumusan tidak pernah diusulkan oleh SKPD
Kebijakan 2. Mark-up anggaran PBJ PKP2 4 4 16
(Pengang- 3. Penentuan anggaran PBJ tidak didasarkan pada perhitungan teknis PKP3 4 4 16
garan) yang memadai
B. 4. Perencanaan tidak sesuai dengan kebutuhan riil PU1 4 3 12
Perencana- 5. Perencanaan disesuaikan dengan keinginan pihak-pihak tertentu PU2 4 3 12
an untuk keuntungan pribadi/pribadi/pihak lain
Pengadaan 6. Penggelembungan anggaran (perencanaan PBJ) PU3 4 3 12
7. Menyatukan atau memusatkan beberapa kegiatan yang tersebar di PU4 3 3 9
beberapa satker yang menurut sifat pekerjaan dan tingkat
efisiensinya seharusnya dilakukan di satker masing-masing
8. Menggabungkan beberapa paket pekerjaan yang sifat pekerjaan PU5 3 3 9
dan besaran nilainya seharusnya dapat dilakukan usaha kecil
9. Pembentukan panitia pengadaan atau penunjukan pejabat PU6 3 3 9
pengadaan tidak sesuai ketentuan
C. 10. Penenetapan sistem pengadaan yang menguntungkan salah satu PDP1 3 3 9
Persiapan pihak
Pengadaan 11. Penyusunan jadual pelaksanaan pengadaan yang menguntungkan PDP2 3 2 6
dan bagi pihak tertentu
Lampiran: 7 / 2 - 4
Analisis Risiko
Tahapan Kode Skala
“Risiko” yang Teridentifikasi Skala Skala
PBJ Risiko Kemung-
Dampak*) Risiko
kinan *)
a b c d e f=dxe
Persiapan 12. Spesifikasi yang disusun dibuat tidak sesuai ketentuan PDP3 4 3 12
Pemilihan 13. Penyusunan Harga Perkiraan Sendiri (HPS) yang tidak profesional PDP4 4 4 16
14. Penyusunan dokumen pengadaan barang/jasa yang PDP5 3 3 9
menguntungkan calon rekanan tertentu
D. 15. Pengumuman dan pendaftaran peserta tender/seleksi yang PPP1 4 3 12
Pelaksana- direkayasa
an 16. Tahap Kualifikasi Penyedia Barang/Jasa dan Pengambilan PPP2 3 3 9
Pemilihan Dokumen Pemilihan Penyedia Barang/Jasa yang mempersulit
Penyedia pihak atau peserta yang tidak dimenangkan
17. Penjelasan tender/seleksi tidak sesuai ketentuan PPP3 3 3 9
Analisis Risiko
Tahapan Kode Skala
“Risiko” yang Teridentifikasi Skala Skala
PBJ Risiko Kemung-
Dampak*) Risiko
kinan *)
a b c d e f=dxe
dialihkan kepada penyedia lainnya
25. Pekerjaan utama disubkontrakan PK4 4 3 12
26. Perintah perubahan volume (contract change order) dalam rangka PK5 4 3 12
Kolusi Korupsi Nepotisme
27. Perubahan desain tidak diikuti dengan justifikasi dan perubahan PK6 4 3 12
(amandemen) kontrak
28. Data lapangan yang dipalsukan PK7 4 3 12
31. Jumlah dan kualitas tenaga ahli dilapangan tidak sesuai dengan PK10 4 4 16
persyaratan
F. 32. Kuantitas dan kualitas barang yang di terima tidak sesuai PSB1 4 3 12
Penyelesai- kebutuhan
an dan 33. Penyerahan barang di lokasi yang tidak tepat waktu PSB2 3 3 9
Serah 34. Keterlambatan penyerahan barang tidak didenda PSB3 3 3 9
Terima 35. Pembayaran yang tidak sesuai ketentuan PSB4 4 3 12
Barang 36. Kekurangan pemungutan dana penyetoran pajak/PNBP PSB5 3 3 9
/Jasa 37. Pelaporan yang tidak dilaksanakan, Pelaporan yang tidak sesuai PSB6 3 3 9
keadaan/peraturan, serta Pelaporan yang tidak lengkap
G. 38. Barang/jasa tidak dicatat sebagaimana mestinya oleh pemerintah PHP 1 3 4 12
Peman- daerah (misalnya tidak tercatat sebagai aset dalam neraca
faatan Hasil pemerintah daerah);
Lampiran: 7 / 4 - 4
Analisis Risiko
Tahapan Kode Skala
“Risiko” yang Teridentifikasi Skala Skala
PBJ Risiko Kemung-
Dampak*) Risiko
kinan *)
a b c d e f=dxe
PBJ 39. Barang/konstruksi tidak dapat dimanfaatkan sampai dengan PHP 2 3 4 12
umur ekonomisnya
40. Barang/jasa hasil pengadaan tidak dimanfaatkan PHP 3 4 3 12
Keterangan:
*) Besaran skala dampak dan kemungkinan ditetapkan berdasarkan survei kepada 62 Korwas Bidang Akuntabilitas Pemerintah Daerah dan Korwas Bidang
Program dan Pelaporan serta Pembinaan JFA (P3A) pada Perwakilan BPKP
Lampiran: 8 / 1 - 2
Contoh
Formulir Kertas Kerja
Daftar Risiko Prioritas Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Daerah
15. Perintah perubahan volume (contract change order) dalam rangka PK5 4 3 12
Kolusi Korupsi Nepotisme
16. Perubahan desain tidak diikuti dengan justifikasi dan perubahan PK6 4 3 12
(amandement) kontrak
17. Data lapangan yang dipalsukan PK7 4 3 12
18. Jumlah dan kualitas tenaga ahli dilapangan tidak sesuai dengan PK10 4 4 16
persyaratan
F. 19. Kuantitas dan kualitas barang yang di terima tidak sesuai kebutuhan PSB1 4 3 12
Penyelesai-an dan Serah 20. Pembayaran yang tidak sesuai ketentuan PSB4 4 3 12
Terima Barang /Jasa
G. 21. Barang/jasa tidak dicatat sebagaimana mestinya oleh pemerintah PHP1 3 4 12
Peman-faatan Hasil PBJ daerah (misalnya tidak tercatat sebagai aset dalam neraca pemerintah
daerah)
22. Barang/konstruksi tidak dapat dimanfaatkan sampai dengan umur PHP2 3 4 12
ekonomisnya
23. Barang/jasa hasil pengadaan tidak dimanfaatkan PHP 3 4 3 12
Keterangan: Tabel ini berisi risiko prioritas yang diasumsikan terdiri dari risiko dengan kriteria “sangat tinggi” dan “tinggi”(skala
risiko > 12)
Lampiran : 9 / 1 - 13
Contoh
Formulir Kertas Kerja
Penilaian atas Kegiatan Pengendalian yang Ada dan Masih Dibutuhkan (urut proses)
Tahap Pengendalian yang seharusnya Uraian Pengendalian yang Sudah Risiko yang masih Pengendalian yang masih Pemilik/
Pengadaan Kode Ada *) akan timbul**) dibutuhkan ***) Penanggung
Risiko Prioritas
Barang/ Risiko Jawab
Jasa
a b c d e f g h
A. 1. Kegiatan PBJ dalam PKP1 - Peningkatan transparansi proses - TAPD melakukan reviu/evaluasi - Masih adanya - Penggunaan Kepala Daerah,
Perumusan dokumen penganggaran untuk meyakini bahwa kegiatan PBJ kegiatan PBJ yang website/aplikasi untuk Bappeda,
Kebijakan penganggaran - Keikutsertaan masyarakat dan sudah selaras dengan RPJMD. tidak selaras antara meningkatkan PA/KPA, OPD
(Pengang- (RAPBD/APBD) pegawai dalam mengawasi - Pengaduan masyarakat sudah ada, RPJMD, transparansi dan
garan) tidak pernah pelaksanaan PBJ namun belum dikelola dengan baik penganggaran , dan keterlibatan masyarakat
diusulkan oleh SKPD - TAPD melakukan reviu/evaluasi PBJ dalam proses
untuk meyakini bahwa kegiatan PBJ - Pelaksanaan penganggaran
sudah selaras dengan RPJMD. penganggaran tidak (penggunaan sistem
- Proses perencanaan dan dapat diakses oleh pengaduan masyarakat
penganggaran menggunakan masyarakat dan aplikasi
aplikasi dan pembatasan akses - Pengaduan oleh penganggaran yang
(contoh menggunakan e-planing dan masyarakat secara memungkinkan
e-budgeting) manual (misal dilakukan pemantauan
- Integrasi e-planning (SIMDA melalui surat) oleh masyarakat)
Perencanaan), SIRUP, dan SPSE berpotensi tidak - Pengintegrasian e-
- SPSE memiliki interkoneksi dengan terpantau atau tidak planning (misalnya
sistem informasi perencanaan , ditindaklanjuti. SIMDA Perencanaan),
penganggaran, pembayaran, SHBJ, SIRUP, dan Sistem
manajemen aset, dan sistem informai Pengadaan Secara
lain yang terkait dengan SPSE Elektronik (SPSE)
(Perpres 16 Tahun 2018 pasal 71 ayat - Penjaminan kualitas oleh
(2)) Inspektorat Daerah
- Setiap Pelaku PBJ wajib memiliki untuk memastikan
integritas dan menandatangani Pakta penganggaran PBJ telah
Integritas serta tidak boleh sesuai kebutuhan dan
merangkap dengan pekerjaan pelaku mendukung output dan
lain yang berpotensi menimbulkan outcome yang
conflict of interest (Bab II Perka diharapkan
LKPP No 15/2018)
2. Mark-up anggaran PBJ PKP2 - Penyusunan database atau sumber - Perencanaan anggaran PBJ Sumber database - Penyusunan Standar Kepala Daerah,
data sebagai acuan penganggaran dilakukan bersamaan dengan penganggaran kurang Harga Barang/Jasa Bappeda,
harga barang/jasa yang mudah di perhitungan KUA PPAS dan RKA akurat dan uptodate (SHBJ) berdasarkan PA/KPA, OPD
akses, lengkap, transparan, dan SKPD. Analisis Standar Belanja
akurat (ASB) terutama untuk
Lampiran : 9 / 2 - 13
Tahap Pengendalian yang seharusnya Uraian Pengendalian yang Sudah Risiko yang masih Pengendalian yang masih Pemilik/
Pengadaan Kode Ada *) akan timbul**) dibutuhkan ***) Penanggung
Risiko Prioritas
Barang/ Risiko Jawab
Jasa
a b c d e f g h
- Integrasi antara SHBJ (standar harga penyusunan KUA PPAS
barang/jasa) dengan SIMDA dan RKA SKPD.
Perencanaan - Penggunaan
- Perencanaan Pengadaan yang website/aplikasi untuk
dananya bersumber dari APBD meningkatkan
dilakukan bersamaan dengan proses transparansi dan
penyusunan Rencana Kerja dan keterlibatan masyarakat
Anggaran Perangkat Daerah (RKA dalam proses
Perangkat Daerah) setelah nota penganggaran
kesepakatan Kebijakan Umum APBD (penggunaan sistem
serta Prioritas dan Plafon Anggaran pengaduan masyarakat
Sementara (KUA-PPAS) (Perpres 16 dan aplikasi
Tahun 2018 pasal 18 (3) penganggaran yang
memungkinkan
dilakukan pemantauan
oleh masyarakat)
- Pengintegrasian e-
planning (misalnya
SIMDA Perencanaan),
SHBJ, SIRUP, dan Sistem
Pengadaan Secara
Elektronik (SPSE)
- Penjaminan kualitas oleh
Inspektorat Daerah
untuk memastikan
penganggaran PBJ telah
sesuai kebutuhan dan
mendukung output dan
outcome yang
diharapkan
3. Penentuan anggaran PKP3 - Penganggaran agar melibatkan - Terdapat pedoman atau panduan - Inspektorat belum - Sosialisasi pedoman Kepala Daerah,
PBJ tidak didasarkan Inspektorat Daerah sebagai perhitungan teknis dari kementerian dilibatkan secara aktif perhitungan teknis Bappeda,
pada perhitungan penjaminan kualitas untuk terkait dalam penganggaran penganggaran oleh PA/KPA, OPD
teknis yang memadai memastikan penganggaran PBJ telah - Ada dokumen perencanaan (DED) - Peraturan kementerian/OPD OPD
sesuai kebutuhan dan didukung untuk pekerjaan tertentu (misal kementerian teknis teknis kepada OPD yang
dengan data yang memadai konstruksi) pada saat pengusulan belum dipahami membutuhkan terutama
- Dukungan data dan perhitungan anggaran. pada saat penyusunan
teknis dari kementerian/OPD teknis - Untuk pekerjaan teknis didampingi spesifikasi teknis/KAK
terkait oleh konsultan perencana dan perkiraan
- Integrasi antara SHBJ (standar harga - OPD non teknis didampingi oleh biaya/RAB untuk PBJ,
Lampiran : 9 / 3 - 13
Tahap Pengendalian yang seharusnya Uraian Pengendalian yang Sudah Risiko yang masih Pengendalian yang masih Pemilik/
Pengadaan Kode Ada *) akan timbul**) dibutuhkan ***) Penanggung
Risiko Prioritas
Barang/ Risiko Jawab
Jasa
a b c d e f g h
barang/jasa) dengan SIMDA OPD teknis sebagai konsultan. misalnya Standar dan
Perencanaan. - Pendampingan oleh LKPP untuk Pedoman Pengadaan
- Harus ada dokumen perencanaan paket pekerjaan dengan nilai besar. Pekerjaan Konstruksi
(DED) untuk pekerjaan tertentu Terintegrasi Rancang
(misal konstruksi) pada saat Bangun (Design and
pengusulan anggaran. Build).
- Untuk pekerjaan teknis didampingi - Pengintegrasian e-
oleh konsultan perencana. (disetiap planning (misalnya
kontrak konstruksi disertai kontrak SIMDA Perencanaan),
konsultan perencanaan) SHBJ, SIRUP, dan Sistem
- OPD non teknis didampingi oleh Pengadaan Secara
OPD teknis sebagai konsultan. Elektronik (SPSE)
- Pendampingan oleh LKPP untuk - Penjaminan kualitas
paket pekerjaan dengan nilai besar. oleh Inspektorat Daerah
untuk memastikan
penganggaran PBJ telah
sesuai kebutuhan dan
mendukung output dan
outcome yang
diharapkan
B. 4. Perencanaan tidak PU1 - Masyarakat dapat mengusulkan - Kajian atas kegiatan yang akan Prosedur perencanaan - Penjaminan kualitas oleh Kepala Daerah,
Perencana- sesuai dengan kegiatan pengadaan melalui SIMDA dilakukan tidak sesuai dengan Inspektorat Daerah PA/KPA, OPD
an kebutuhan riil Perencanaan - Sosialisasi dan komunikasi atas ketentuan untuk :
Pengadaan - Kajian atas kegiatan yang akan rencana kegiatan kepada
§ Memastikan
dilakukan masyarakat/pengguna
perencanaan PBJ telah
- Sosialisasi dan komunikasi atas - Setiap tahun OPD menyusun
rencana kegiatan kepada Rencana Kebutuhan Barang Milik sesuai kebutuhan dan
masyarakat/pengguna Daerah (RKBMD) mendukung tugas,
- Setiap tahun OPD menyusun - Penyusunan rencana teknis oleh fungsi, dan program
Rencana Kebutuhan Barang Milik Pengguna Anggaran agar melibatkan (output dan outcome
Daerah (RKBMD) instansi teknis (misal Dinas yang diharapkan)
- Penyusunan perencanaan umum Pekerjaan Umum) Daerah untuk
§ Meminimalisir
oleh Pengguna Anggaran agar meminimalisir kesalahan teknis
kesalahan spesifikasi,
melibatkan Inspektorat Daerah - Pemaparan desk TAPD ke Tim
penyimpangan
sebagai penjamin kualitas untuk Pengarah TAPD untuk mencermati
terhadap ketentuan,
memastikan perencanaan telah masing-masing usulan.
dan menghindari
sesuai kebutuhan dan didukung - Kebutuhan barang masuk ke
keterlibatan/campur
dengan data yang memadai. APBD/DPA.
tangan pelaku usaha
- Penyusunan rencana teknis oleh - Input data rencana PBJ ke SIRUP
dalam
Pengguna Anggaran agar melibatkan oleh Admin berdasarkan data
Lampiran : 9 / 4 - 13
Tahap Pengendalian yang seharusnya Uraian Pengendalian yang Sudah Risiko yang masih Pengendalian yang masih Pemilik/
Pengadaan Kode Ada *) akan timbul**) dibutuhkan ***) Penanggung
Risiko Prioritas
Barang/ Risiko Jawab
Jasa
a b c d e f g h
instansi teknis (misal Dinas APBD/DPA dalam Simda. penyusunannya
Pekerjaan Umum) Daerah untuk - Verifikasi SIRUP
meminimalisir kesalahan spesifikasi. - Mengumumkan SIRUP di Web
- Penyusunan database atau sumber (Perpres 16 Tahun 2018 pasal 22 ayat
data sebagai acuan standarisasi (4)
kualitas dan harga barang/jasa
- Pemaparan desk TAPD ke Tim
Pengarah TAPD untuk mencermati
masing-masing usulan.
- Kebutuhan barang masuk ke
APBD/DPA.
- Input data rencana PBJ ke SIRUP
oleh Admin berdasarkan data
APBD/DPA dalam Simda.
- Verifikasi SIRUP
- Mengumumkan SIRUP di Web.
5. Perencanaan PU2 - Setiap tahun OPD menyusun Setiap tahun OPD menyusun Rencana - Lemahnya - Penjaminan kualitas oleh Kepala Daerah,
disesuaikan dengan Rencana Kebutuhan Barang Milik Kebutuhan Barang Milik Daerah pengawasan untuk Inspektorat Daerah PA/KPA, OPD
keinginan pihak-pihak Daerah (RKBMD) (RKBMD) memastikan untuk :
tertentu - Penyusunan perencanaan umum perencanaan
§ Memastikan
oleh Pengguna Anggaran agar pengadaan bebas
melibatkan Inspektorat Daerah dari pengaruh pihak- perencanaan PBJ telah
sebagai penjamin kualitas untuk pihak tertentu sesuai kebutuhan dan
meminimalisir penyimpangan - Penyusunan mendukung tugas,
terhadap ketentuan, dan spesifikasi teknis fungsi, dan program
menghindari keterlibatan/campur tidak sesuai (output dan outcome
tangan pihak-pihak yang tidak ketentuan yang diharapkan)
berkepentingan
§ Meminimalisir
- Integrasi e-planning (SIMDA
Perencanaan), SIRUP, dan SPSE kesalahan spesifikasi,
- Keterlibatan pengawasan penyimpangan
masyarakat dalam PBJ terhadap ketentuan,
dan menghindari
keterlibatan/campur
tangan pelaku usaha
dalam
penyusunannya
- Keterlibatan instansi
teknis (misal Dinas
Lampiran : 9 / 5 - 13
Tahap Pengendalian yang seharusnya Uraian Pengendalian yang Sudah Risiko yang masih Pengendalian yang masih Pemilik/
Pengadaan Kode Ada *) akan timbul**) dibutuhkan ***) Penanggung
Risiko Prioritas
Barang/ Risiko Jawab
Jasa
a b c d e f g h
Pekerjaan Umum untuk
teknis konstruksi) dalam
penyusunan spesifikasi
teknis/KAK dalam
bentuk
BIMTEK/Workshop
penyusunan spesifikasi
teknis/KAK.
6. Penggelembungan PU3 Penyusunan database / SHBJ (Standar Sudah terdapat SHBJ namun prosedur Sumber database - Penjaminan kualitas oleh Kepala Daerah,
anggaran Harga Barang/Jasa) atau sumber data penyusunannya masih belum penganggaran kurang Inspektorat Daerah PA/KPA, OPD
(perencanaan PBJ) sebagai acuan penganggaran harga memadai (misal hanya berdasarkan akurat dan uptodate untuk :
barang/jasa yang mudah di akses, data pengadaan tahun sebelumnya)
§ Memastikan
lengkap, transparan, dan akurat
perencanaan PBJ telah
sesuai kebutuhan dan
mendukung tugas,
fungsi, dan program
(output dan outcome
yang diharapkan)
§ Meminimalisir
kesalahan spesifikasi,
penyimpangan
terhadap ketentuan,
dan menghindari
keterlibatan/campur
tangan pelaku usaha
dalam
penyusunannya
- Pembuatan dan
implementasi SOP
penyusunan database
standar kualitas dan
harga barang/jasa yang
mudah diakses, lengkap,
transparan, akurat dan
Lampiran : 9 / 6 - 13
Tahap Pengendalian yang seharusnya Uraian Pengendalian yang Sudah Risiko yang masih Pengendalian yang masih Pemilik/
Pengadaan Kode Ada *) akan timbul**) dibutuhkan ***) Penanggung
Risiko Prioritas
Barang/ Risiko Jawab
Jasa
a b c d e f g h
dapat diperbarui secara
berkala
7. Spesifikasi yang PDP3 - PPK melakukan reviu spesifikasi PPK melakukan reviu spesifikasi Reviu spesifikasi - Penyusunan PA/KPA, PPK
disusun dibuat tidak teknis/KAK yang telah disusun pada teknis/KAK yang telah disusun pada teknis/KAK oleh PPK SOP/manual atas reviu
sesuai ketentuan tahap perencanaan PBJ. Reviu tahap perencanaan PBJ. tidak sesuai ketentuan spesifikasi teknis oleh
berdasarkan data/informasi pasar PPK , termasuk langkah-
terkini untuk mengetahui langkah dalam
ketersediaan, harga dan alternatif melakukan survei untuk
barang/jasa sejenis, ketersediaan mengumpulkan data
barang/jasa yang memiliki TKDN, Ketersediaan, Harga,
memenuhi SNI, dan memenuhi Alternatif barang sejenis,
kriteria produk berkelanjutan. PPK Ketersediaan
dapat menetapkan tim atau tenaga barang/jasa yang
ahli yang bertugas membantu PPK memiliki Tingkat
dalam menyusun spesifikasi Komponen Dalam
teknis/KAK untuk mendapatkan Negeri (TKDN), Standar
persetujuan PA/KPA (Perka LKPP Nasional Indonesia
C. No 9 Tahun 2018 Bab II, point 2.1) (SNI), dan produk
Persiapan - Pengawalan oleh APIP dari tahap berkelanjutan. Dalam
Pengadaan awal termasuk tahap pengkajian pekerjaan konstruksi,
dan ulang spesifikasi teknis yang reviu spesifikasi dapat
Persiapan diusulkan oleh PA/KPA, serta melibatkan konsultan
Pemilihan penunjukan PPK yang independen perencana
- Untuk konstruksi, melibatkan - Penyusunan dokumen
konsultan perencanaan dalam pengadaan (penetapan
membuat perencanaan pengadaan spesifikasi teknis/KAK,
barang/jasa. HPS, rancangan kontrak)
- Adanya Surat Pernyataan antara PPK agar di reviu oleh
dan Konsultan Perencana yang Inspektorat Daerah
menyatakan konsultan perencana
berkewajiban bertanggung jawab
sampai dengan kontrak konstruksi
selesai. Hal ini untuk mengantisipasi
jika dikemudian hari terdapat
permasalahan terkait spesifikasi,
maka konsultan perencana harus
bertanggung jawab.
- Peningkatan Kompetensi penyusun
Lampiran : 9 / 7 - 13
Tahap Pengendalian yang seharusnya Uraian Pengendalian yang Sudah Risiko yang masih Pengendalian yang masih Pemilik/
Pengadaan Kode Ada *) akan timbul**) dibutuhkan ***) Penanggung
Risiko Prioritas
Barang/ Risiko Jawab
Jasa
a b c d e f g h
spesifikasi barang.
8. Penyusunan Harga PDP4 -HPS dihitung secara keahlian dan PPK melakukan penyusunan HPS Penyusunan HPS oleh - Penyusunan PA/KPA, PPK
Perkiraan Sendiri menggunakan data yang dapat PPK tidak sesuai SOP/manual HPS
(HPS) yang tidak dipertanggung-jawabkan; HPS prosedur termasuk langkah-
profesional memperhitungkan keuntungan dan langkah yang perlu
biaya tidak langsung; Total HPS, dilakukan dalam survei
merupakan hasil perhitungan HPS harga HPS
ditambah dengan PPN - Penyusunan dokumen
(Perpres 16 Tahun 2018 Pasal 26) pengadaan (penetapan
- Dalam melaksanakan PBJ melalui spesifikasi teknis/KAK,
penyedia, PA/KPA/PPK/Pokja HPS, rancangan
dapat dibantu tim teknis/tenaga ahli, kontrak) agar di reviu
tim pendukung, PPTK (Bab I oleh Inspektorat Daerah
lampiran Perka LKPP No. 9 Tahun
2018)
9. Pengumuman dan PPP1 - Penyelenggaraan PBJ secara elektronik - Terdapat SOP/Manual book - Pengumuman - Audit atas proses PA/KPA, PPK,
pendaftaran peserta menggunakan SPSE (Perpres 16 Mengatur secara teknis proses tender/seleksi Tidak pemilihan penyedia Pokja UKPBJ
tender/seleksi yang Tahun 2018 Bab X) pemilihan penyedia untuk Pokja Lengkap barang dan jasa oleh
direkayasa - Melakukan pengadaan secara e- sejak pengkajian ulang sampai - SPSE tidak dapat Inspektorat Daerah
Purchasing untuk barang/jasa yang dengan usulan pemenang. diakses - Penggunaan SPSE dan
sudah tercantum dalam Katalog - Pengumuman dan pendaftaran - Peserta katalog elektronik .
Elektronik (Perpres 16 Tahun 2018 peserta menggunakan SPSE tender/seleksi Untuk menjamin
pasal 38 (2) - Melakukan pengadaan secara e- dengan performance berfungsinya SPSE,
- SIKaP adalah aplikasi yang Purchasing untuk barang/jasa yang kurang baik tidak UKPBJ perlu
merupakan sub sistem dari SPSE sudah tercantum dalam Katalog dapat diidentifikasi . melibatkan Dinas
D. yang digunakan untuk mengelola Elektronik Kominfo untuk
Pelaksana Informasi Kinerja Penyedia - Pengawasan PBJ oleh Inspektorat memastikan aplikasi
an Barang/Jasa yang dikembangkan oleh melalui SPSE SPSE selalu dalam
Pemilihan LKPP (Perka LKPP Nomor 11 Tahun - Pengembangan Sistem Informasi kondisi siap dengan
Penyedia 2018 ttg Katalog Elektronik Pasal 1 Kinerja Penyedia Barang/Jasa jaringan yang memadai.
ayat (21)) (SIKaP)
LKPP dapat melakukan intergrasi data
SIKaP, sistem E-Purchasing, dan/atau
E-Tendering untuk optimalisasi
Katalog Elektronik (Perka LKPP
Nomor 11 Tahun 2018 Pasal 39 ayat
(5))
Lampiran : 9 / 8 - 13
Tahap Pengendalian yang seharusnya Uraian Pengendalian yang Sudah Risiko yang masih Pengendalian yang masih Pemilik/
Pengadaan Kode Ada *) akan timbul**) dibutuhkan ***) Penanggung
Risiko Prioritas
Barang/ Risiko Jawab
Jasa
a b c d e f g h
10. Perubahan penting PPP7 - Perubahan penting atas dokumen - Perubahan penting atas dokumen - Hasil kesepakatan - Audit atas proses PA/KPA, PPK,
atas dokumen pengadaan dituangkan dalam pengadaan dituangkan dalam untuk dilakukan pemilihan penyedia Pokja UKPBJ
pengadaan tidak perubahan (amandemen) disertai perubahan (amandemen) disertai amandemen tidak barang dan jasa oleh
dituangkan dalam dokumen pertimbangan dokumen pertimbangan disampaikan dalam Inspektorat Daerah
perubahan dilakukannya amandemen tersebut. dilakukannya amandemen tersebut. SPSE - Penggunaan SPSE dan
(amandemen) dokumen - Setiap perubahan dokumen - Setiap perubahan dokumen - Aplikasi SPSE tidak katalog elektronik .
pengadaan dan tidak pengadaan harus di-upload dalam pengadaan harus di-upload dalam dapat diakses Untuk menjamin
di unggah ke dalam SPSE. SPSE. berfungsinya SPSE,
portal LPSE - Persetujuan perubahan disetujui - Persetujuan perubahan disetujui UKPBJ perlu
pengadaan terkait oleh PPK. oleh PPK. melibatkan Dinas
dalam batas waktu - Perubahan harus diupload selambat- - Perubahan harus diupload selambat- Kominfo untuk
yang ditentukan lambatnya 2 hari sebelum batas lambatnya 2 hari sebelum batas memastikan aplikasi
akhir pemasukan penawaran. akhir pemasukan penawaran. SPSE selalu dalam
- Jika perubahan tadi substansial - Jika perubahan tadi substansial kondisi siap dengan
maka jangka waktu pemasukan maka jangka waktu pemasukan jaringan yang memadai.
penawaran bisa diperpanjang penawaran bisa diperpanjang - Keterlibatan inspektorat
- Keterlibatan inspektorat dalam dalam memverifikasi
memverifikasi dokumen pengadaan dokumen pengadaan
yang diupload yang diupload
11. Perubahan substansi PK1 - PPK melakukan kaji ulang terhadap - PPK melakukan kaji ulang terhadap - Pengawasan oleh PA/KPA, PPK
E. kontrak sebelum substansi kontrak dengan melibatkan substansi kontrak Inspektorat Daerah atas
Pelaksana kontrak peran APIP di daerah. - PPK memiliki sertifikat kompetensi, pelaksanaan kontrak
an Kontrak ditandatangani - PPK harus memiliki sertifikat keahlian, dan pengalaman dalam untuk mendeteksi
kompetensi, keahlian, dan menjalankan tugasnya adanya perubahan
pengalaman dalam menjalankan substansi kontrak
tugasnya (Pasal 5 Perka LKPP sebelum kontrak
Nomor 15/2018) ditandatangani
12. Penandatanganan dan PK2 Pejabat Penandatangan Kontrak dan Pejabat Penandatangan Kontrak dan - Pengawasan oleh PA/KPA, PPK,
pelaksanaan kontrak Penyedia wajib memeriksa kembali Penyedia wajib memeriksa kembali Inspektorat Daerah atas Pelaksana PBJ
tidak sesuai ketentuan rancangan Kontra meliputi substansi, rancangan Kontrak pelaksanaan kontrak
bahasa, redaksional, untuk mendeteksi
angka, dan huruf serta membubuhkan adanya
paraf pada setiap lembar dokumen penandatanganan dan
Kontrak (Perka LKPP No 9 Tahun pelaksanaan kontrakk
2018 Bab VII point. 7.2.2) tidak sesuai ketentuan
- Verifikasi oleh APIP Daerah
terhadap kontrak yang akan
Lampiran : 9 / 9 - 13
Tahap Pengendalian yang seharusnya Uraian Pengendalian yang Sudah Risiko yang masih Pengendalian yang masih Pemilik/
Pengadaan Kode Ada *) akan timbul**) dibutuhkan ***) Penanggung
Risiko Prioritas
Barang/ Risiko Jawab
Jasa
a b c d e f g h
ditandatangani
13. Kontrak “dijual” PK3 - Pencantuman klausul dalam kontrak - Pencantuman klausul dalam Pemilik perusahaan - Pengawasan oleh PA/KPA, PPK
kepada pihak lain atau yang menyatakan keseluruhan kontrak yang menyatakan yang di-blacklist masih Inspektorat Daerah atas
seluruh pekerjaan kontrak tidak boleh dialihkan dan keseluruhan kontrak tidak boleh bisa mengikuti PBJ pelaksanaan kontrak
utama dialihkan pengenaan sanksi jika pekerjaan dialihkan dan pengenaan sanksi jika menggunakan untuk mendeteksi
kepada penyedia utama dialihkan pekerjaan utama dialihkan perusahaan lain adanya penjualan
lainnya - Sanksi daftar hitam (blacklist) (Perka kontrak
LKPP No 17 th 2018 ttg Sanksi Daftar - Pemberlakuan Blacklist
Hitam) baik untuk perusahaan
maupun
pemilik/pelaku yang
menjual kontrak atau
mensubkontrakkan
pekerjaan utama
14. Pekerjaan utama PK4 - Pencantuman klausul dalam kontrak - Pencantuman klausul dalam kontrak Pelanggaran klausul - Pengawasan oleh PA/KPA, PPK
disubkontrakan yang menyatakan pekerjaan utama yang menyatakan pekerjaan utama kontrak oleh penyedia Inspektorat Daerah atas
tidak boleh dialihkan dan pengenaan tidak boleh dialihkan dan pengenaan barang/jasa pelaksanaan kontrak
sanksi jika pekerjaan utama sanksi jika pekerjaan utama untuk mendeteksi
dialihkan dialihkan adanya sub kontrak
- Adanya audit PBJ oleh APIP daerah - Audit PBJ oleh APIP daerah sebagian pekerjaan utama
saat pelaksanaan kontrak berjalan besar dilakukan setelah kontrak - Pemberlakuan Blacklist
selesai dilaksanakan baik untuk perusahaan
maupun
pemilik/pelaku yang
menjual kontrak atau
mensubkontrakkan
pekerjaan utama
15. Perintah perubahan PK5 - Perubahan volume kontrak Perubahan volume kontrak didasarkan - Pengawasan oleh PA/KPA, PPK
volume (contract didasarkan pada justifikasi teknis pada justifikasi teknis dan Inspektorat Daerah atas
change order) dalam dan berdasarkan persetujuan berdasarkan persetujuan konsultan pelaksanaan kontrak
rangka Kolusi Korupsi konsultan pengawas pengawas untuk mendeteksi
Nepotisme - Adanya Audit PBJ saat kontrak adanya perubahan
masih berjalan volume kontrak dalam
rangka KKN
16. Perubahan desain PK6 - Klausul dalam kontrak yang - Klausul dalam kontrak yang - Pengawasan oleh PA/KPA, PPK
tidak diikuti dengan menyatakan bahwa perubahan menyatakan bahwa perubahan Inspektorat Daerah atas
justifikasi dan desain harus berdasarkan justifikasi desain harus berdasarkan justifikasi pelaksanaan kontrak
perubahan teknis dan dituangkan dalam teknis dan dituangkan dalam untuk mendeteksi
(amandemen) kontrak amandemen kontrak amandemen kontrak adanya perubahan
- Pengawasan oleh konsultan - Pengawasan oleh konsultan desain tidak diikuti
Lampiran : 9 / 10 - 13
Tahap Pengendalian yang seharusnya Uraian Pengendalian yang Sudah Risiko yang masih Pengendalian yang masih Pemilik/
Pengadaan Kode Ada *) akan timbul**) dibutuhkan ***) Penanggung
Risiko Prioritas
Barang/ Risiko Jawab
Jasa
a b c d e f g h
pengawas. pengawas. dengan justifikasi dan
- Adanya audit PBJ oleh APIP perubahan
daerah. Saat kontrak masih berjalan (amandemen) kontrak
17. Data lapangan yang PK7 - Pengawasan oleh konsultan - Pengawasan oleh konsultan Konsultan pengawas - Pengawasan oleh PA/KPA, PPK
dipalsukan pengawas. pengawas. turut serta dalam Inspektorat Daerah atas
- Adanya audit PBJ oleh APIP daerah. - Adanya audit PBJ oleh APIP daerah. memalsukan data pelaksanaan kontrak
- Data lapangan misanya Laporan - Data lapangan misanya Laporan untuk mendeteksi
progres, Foto pelaksanaan harus progres, Foto pelaksanaan harus adanya data lapangan
disetujui oleh Konsultan Pengawas disetujui oleh Konsultan Pengawas yang dipalsukan
18. Jumlah dan kualitas PK10 - Prosedur pembuktian dalam - Pokja pemilihan melakukan - Pengawasan oleh PA/KPA, PPK
tenaga ahli dilapangan pemilihan penyedia barang/jasa pengecekan lapangan atas Inspektorat Daerah atas
tidak sesuai dengan yang memungkinkan Pokja untuk kebenaran tenaga ahli (pada saat pelaksanaan kontrak
persyaratan melakukan pengecekan lapangan proses tender/seleksi) untuk mendeteksi
atas kebenaran tenaga ahli. adanya jumlah dan
- PPK melakukan pengecekan tenaga kualaitas tenaga ahli di
ahli di lapangan lapangan tidak sesuai
- Menetapkan persyaratan dengan persyaratan
tersedianya finger print untuk - Pengawasan atas peran
pembuatan daftar hadir tenaga ahli. tenaga ahli konsultan
perencana dan
pengawas di lapangan
oleh PPK
19. Kuantitas dan PSB1 - Pengawasan oleh konsultan - Pengawasan oleh konsultan Panitia/Pejabat - Audit atas pengadaan - PA/KPA
F. kualitas barang yang pengawas, PPK, APIP daerah pada pengawas, PPK, APIP daerah pada Penerima Hasil barang dan jasa - PPK
Penyelesai di terima tidak sesuai saat pelaksanaan PBJ untuk saat pelaksanaan PBJ untuk Pekerjaan (PPHP) melibatkan Inspektorat - Penyedia
an dan kebutuhan meyakinkan kuantitas dan kualitas meyakinkan kuantitas dan kualitas tidak memahami Daerah untuk - PPHP/PjPH
Serah barang telah sesuai barang telah sesuai pekerjaan teknis mengetahui kualitas P
Terima - Panitia/Pejabat Penerima Hasil - Panitia/Pejabat Penerima Hasil barang dan jasa
Barang/ Pekerjaan (PjPHP) memenuhi syarat Pekerjaan (PjPHP) memenuhi syarat - Persyaratan
jasa memiliki integritas dan disiplin; memiliki integritas dan disiplin; pengetahuan dan
memiliki pengalaman di bidang memiliki pengalaman di bidang pengalaman yang
Pengadaan Barang/Jasa; Pengadaan Barang/Jasa; cukup bagi
memahami administrasi proses memahami administrasi proses Panitia/Pejabat
pengadaan barang/jasa; dan pengadaan barang/jasa; dan Penerima Hasil
menandatangani Pakta Integritas menandatangani Pakta Integritas Pekerjaan (PjPHP) dan
(Perka LKPP No 15/2018 psl 10 (2)) melibatkan orang yang
memahami teknis
barang yang
diserahterimakan.
Misalnya untuk
Lampiran : 9 / 11 - 13
Tahap Pengendalian yang seharusnya Uraian Pengendalian yang Sudah Risiko yang masih Pengendalian yang masih Pemilik/
Pengadaan Kode Ada *) akan timbul**) dibutuhkan ***) Penanggung
Risiko Prioritas
Barang/ Risiko Jawab
Jasa
a b c d e f g h
pekerjaan IT harus
melibatkan ahli IT
- Pengalokasian waktu
yang cukup bagi
pejabat/panitia
pemeriksa hasil
pekerjaan untuk
melakukan pengujian
dan pemeriksaan hasil
pekerjaan.
20. Pembayaran yang PSB4 - Pembayaran didukung dengan - Pembayaran didukung dengan - Audit atas pengadaan Kepala Daerah,
tidak sesuai ketentuan Laporan Progress Fisik dari Laporan Progress Fisik dari barang dan jasa PA/KPA
konsultan pengawas konsultan pengawas melibatkan Inspektorat
- Adanya audit PBJ oleh APIP daerah - Audit PBJ oleh inspektorat masih Daerah untuk
terutama pada saat pelaksanaan bersifat post audit mengetahui
kontrak pembayaran yang
tidaka sesuai dengan
ketentuan
- Pengalokasian waktu
yang cukup bagi
pejabat/panitia
pemeriksa hasil
pekerjaan untuk
melakukan pengujian
dan pemeriksaan hasil
pekerjaan.
- Integrasi SPSE,
pelaksanaan kontrak
dan pembayaran
G. 21. Barang/jasa tidak PHP 1 - Audit PBJ oleh Inspektorat - Audit PBJ oleh Inspektorat - Audit PBJ oleh Kepala Daerah,
Peman- dicatat sebagaimana - Adanya kewajiban Pemda utk - Adanya kewajiban Pemda utk Inspektorat, untuk PA/KPA
faatan mestinya oleh mencatat hasil PBJ dalam SIMA mencatat hasil PBJ dalam SIMA memastikan bahwa
Hasil PBJ pemerintah daerah barang sudah
dimasukkan ke dalam
SIMAK-BMN/
SIMBADA/aplikasi
BMN yang lain
- Integrasi SPSE,
pelaksanaan kontrak,
pembayaran, dan SIMA
Lampiran : 9 / 12 - 13
Tahap Pengendalian yang seharusnya Uraian Pengendalian yang Sudah Risiko yang masih Pengendalian yang masih Pemilik/
Pengadaan Kode Ada *) akan timbul**) dibutuhkan ***) Penanggung
Risiko Prioritas
Barang/ Risiko Jawab
Jasa
a b c d e f g h
22. Barang/konstruksi PHP 2 - Penetapan tanggung jawab - Tanggung jawab pelaksana, Konsultan perencana, - Penetapan tanggung Kepala Daerah,
yang sudah melewati pelaksana, konsultan perencana, konsultan perencana, dan konsultan pelaksana PBJ, dan jawab penyedia PA/KPA
masa pemeliharaan, dan pengawas tidak hanya sampai pengawas sampai dengan konsultan pengawas konstruksi, konsultan
namun tidak dapat tahap pemeliharaan tetapi juga selesainya tahap pemeliharaan tidak mau perencana, dan
dimanfaatkan sesuai sampai dengan umur teknis bertanggungjawab pengawas tidak hanya
umur teknisnya konstruksi pada saat adanya sampai tahap
karena rusak/roboh - Berdasarkan UU No 2 Tahun 2017 kegagalan bangunan pemeliharaan tetapi
tentang Jasa Kontruksi pasal 60 (1) juga sampai dengan
Dalam hal penyelenggaraan Jasa umur teknis konstruksi.
Konstruksi tidak memenuhi Standar Hal tersebut dapat
Keamanan, Keselamatan, dilakukan misalnya
Kesehatan, dan Keberlanjutan dengan pembuatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal surat pernyataan
59, Pengguna Jasa dan/atau dimana pelaksana,
Penyedia Jasa dapat menjadi pihak konsultan perencana,
yang bertanggung jawab terhadap dan pengawas harus
Kegagalan Bangunan. bertanggung jawab
Pasal 63 Penyedia Jasa wajib sesuai dengan tanggun
mengganti atau memperbaiki jawabnya masing-
Kegagalan Bangunan sebagaimana masing apabila
dimaksud dalam Pasal 60 ayat (1) barang/kontruksi tidak
yang disebabkan kesalahan dapat digunakan s.d.
Penyedia Jasa umur ekonomis yang
disebabkan karena
kesalahan konsultan
perencana, pelaksana,
atau konsultan
pengawas
23. Barang/jasa hasil PHP 3 - Setiap tahun OPD menyusun - Setiap tahun OPD menyusun - Penyusunan Kepala Daerah,
pengadaan tidak Rencana Kebutuhan Barang Milik Rencana Kebutuhan Barang Milik perencanaan umum PA/KPA
dimanfaatkan Daerah (RKBMD) Daerah (RKBMD) oleh Pengguna
- Penyusunan perencanaan umum - Kontrak mengatur kewajiban Anggaran agar
oleh Pengguna Anggaran agar penyedia barang/jasa untuk melibatkan Inspektorat
melibatkan Inspektorat Daerah memberikan pelatihan secara Daerah sebagai
sebagai penjamin kualitas untuk memadai kepada penyedia penjamin kualitas untuk
memastikan perencanaan telah - Pengawasan oleh konsultan memastikan
sesuai kebutuhan dan didukung pengawas, PPK, APIP daerah pada perencanaan telah
dengan data yang memadai. saat pelaksanaan PBJ untuk sesuai kebutuhan dan
- Penyusunan rencana teknis oleh meyakinkan kualitas barang/jasa didukung dengan data
Pengguna Anggaran agar melibatkan - Panitia/Pejabat Penerima Hasil yang memadai.
Lampiran : 9 / 13 - 13
Tahap Pengendalian yang seharusnya Uraian Pengendalian yang Sudah Risiko yang masih Pengendalian yang masih Pemilik/
Pengadaan Kode Ada *) akan timbul**) dibutuhkan ***) Penanggung
Risiko Prioritas
Barang/ Risiko Jawab
Jasa
a b c d e f g h
instansi teknis (misal Dinas Pekerjaan (PjPHP) melakukan - Penyusunan rencana
Pekerjaan Umum) Daerah untuk pemeriksaan barang/jasa sebelum teknis oleh Pengguna
meminimalisir kesalahan spesifikasi. diserahkan kepada pengguna Anggaran agar
- Kontrak mengatur kewajiban - Adanya persyaratan jaminan melibatkan instansi
penyedia barang/jasa untuk ketersediaan suku cadang untuk teknis (misal Dinas
memberikan pelatihan secara mengantisipasi jika ada kerusakan Pekerjaan Umum)
memadai kepada penyedia Daerah untuk
- Pengawasan oleh konsultan meminimalisir
pengawas, PPK, APIP daerah pada kesalahan spesifikasi.
saat pelaksanaan PBJ untuk - Untuk pengadaan
meyakinkan kualitas barang/jasa tertentu,perlu diatur
- Panitia/Pejabat Penerima Hasil dalam klausul kontrak
Pekerjaan (PjPHP) melakukan bahwa penyedia
pemeriksaan barang/jasa sebelum barang/jasa dianggap
diserahkan kepada pengguna menyelesaikan
- Adanya persyaratan jaminan pekerjaan jika
ketersediaan suku cadang untuk peralatan/mesin sudah
mengantisipasi jika ada kerusakan dapat dioperasikan
misal untuk pengadaan
alat kedokteran atau
alat kesehatan, dsb.
Lampiran: 10 / 1 - 9
CONTOH
PERATURAN GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA
NOMOR ....... TAHUN 20....
TENTANG
KODE ETIK UNIT KERJA PENGADAAN BARANG/JASA
PROVINSI/KABUPATEN/KOTA .......
Menimbang : a. Bahwa agar pelaksanaan pengadaan barang/jasa berjalan sesuai dengan prinsip-
prinsip pengadaan barang/jasa, maka diperlukan Kode Etik Unit Kerja
Pengadaan Barang/Jasa;
b. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a perlu
menetapkan Peraturan Gubernur/Bupati/Walikota ................. tentang Kode Etik
Unit Kerja Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Daerah ...................;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor ................... Tahun ................... tentang Pembentukan
Pemerintah Daerah ........
2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah
beberapa kali terakhir denganUndang-undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang
Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
3. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2018 tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
MEMUTUSKAN :
BAB I
KETENTUAN UMUM
Bagian Kesatu
Pengertian Umum
Pasal 1
Bagian Kedua
Maksud dan Tujuan
Pasal 2
b. Untuk memastikan bahwa seorang profesional akan berperilaku pada tingkat lebih tinggi
dibandingkan pegawai negeri sipil lainnya;
c. Untuk mewujudkan pokja pemilihan terpercaya, berintegritas, objektif, akuntabel,
transparan, dan memegang teguh rahasia, serta memotivasi pengembangan profesi secara
berkelanjutan; dan
d. Untuk mencegah terjadinya tingkah laku tidak etis, agar dipenuhi prinsip-prinsip kerja
akuntabel dan terlaksananya pengendalian pengadaan barang/jasa, sehingga terwujud
pokja pemilihan yang kredibel dengan kinerja optimal dalam pelaksanaan pengadaan
barang/jasa.
Bagian Ketiga
Fungsi
Pasal 3
Fungsi Kode Etik adalah:
a. Memberikan pedoman bagi setiap anggota tentang prinsip profesionalitas yang digariskan.
b. Merupakan sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas profesi pengadaan barang/jasa.
c. Memberikan suatu pengetahuan kepada masyarakat agar memahami arti pentingnya profesi
pengadaan barang/jasa.
d. Mencegah campur tangan pihak di luar kelompok kerja tentang hubungan etika dalam
keanggotaan profesi pengadaan barang/jasa.
Bagian Keempat
Pemberlakuan
Pasal 4
Kode Etik berlaku bagi pejabat struktural dan pokja pemilihan yang mempunyai ruang lingkup,
tugas, tanggung jawab, dan wewenang untuk melakukan pengadaan barang/jasa.
BAB II
PRINSIP PENGADAAN BARANG/JASA
Pasal 5
(1) Pengadaan Barang/Jasa menerapkan prinsip:
a. efisien;
b. efektif;
c. transparan;
d. terbuka;
e. bersaing;
f. adil/tidak diskriminatif; dan
g. akuntabel.
Lampiran: 10 / 4 - 9
BAB III
KODE ETIK
Pasal 6
(1) Sesuai dengan prinsip pengadaan barang/jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, setiap
pejabat struktural dan pokja pemilihan harus taat pada Kode Etik yang terdiri atas:
a. melaksanakan tugas secara tertib, disertai rasa tanggung jawab untuk mencapai sasaran,
kelancaran dan ketepatan tercapainya tujuan pengadaan barang/jasa;
b. bekerja secara profesional dan mandiri, serta menjaga kerahasiaan Dokumen Pengadaan
yang menurut sifatnya harus dirahasiakan untuk mencegah terjadinya penyimpangan
dalam pengadaan barang/jasa;
c. tidak saling mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung yang berakibat
terjadinya persaingan tidak sehat;
d. menerima dan bertanggung jawab atas segala keputusan yang ditetapkan sesuai dengan
kesepakatan tertulis para pihak;
e. menghindari dan mencegah terjadinya pertentangan kepentingan para pihak yang terkait,
baik secara langusng maupun tidak langsung dalam proses pengadaan barang/jasa;
f. menghindari dan mencegah terjadinya pemborosan dan kebocoran keuangan Negara
dalam pengadaan barang/jasa;
Lampiran: 10 / 5 - 9
BAB IV
MAJELIS PERTIMBANGAN KODE ETIK
Bagian Kesatu
Kedudukan
Pasal 7
Majelis Pertimbangan Kode Etik bersifat adhoc sebagai komite pengawas perilaku pejabat struktural
dan pokja pemilihan berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Daerah
melalui Sekretaris Daerah.
Bagian Kedua
Tugas
Pasal 8
Majelis Pertimbangan Kode Etik mempunyai tugas melaksanakan pengawasan perilaku pejabat
struktural dan pokja pemilihan berdasarkan Kode Etik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6.
Bagian Ketiga
Kewenangan
Pasal 9
(1) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, Majelis Pertimbangan Kode
Etik berwenang untuk:
a. melaksanakan pengawasan langsung terhadap perilaku pejabat struktural dan pokja
pemilihan;
b. menerima pengaduan/keluhan dari penyedia barang/jasa, Bagian Layanan Pengadaan dan
jajarannya, OPD dan/atau masyarakat;
c. mengumpulkan dan/atau mencari tahu fakta, data dan/atau informasi terkait
pengaduan/keluhan yang diterima;
d. mengolah dan/atau menganalisa pengaduan/keluhan yang diterima;
e. melaksanakan pemanggilan terhadap pejabat struktural dan/atau pokja pemilihan dan
pihak terkait seperti pelapor dan saksi;
f. melaksanakan pemeriksaan atas pengaduan/keluhan yang diterima;
g. menilai ada/atau tidaknya pelanggaran kode etik oleh pejabat struktural dan/atau pokja
pemilihan baik yang dilaporkan oleh penyedia barang/jasa, kuasa atau wakilnya baik
langsung maupun tidak langsung atau perusahaan yang mempunyai afiliasi dengan
penyedia barang/jasa atau masyarakat dan/atau yang dipertanyakan oleh pejabat
struktural dan/atau pokja pemilihan;
h. mengusulkan pemberian sanksi atas pelanggaran Kode Etik yang dilakukan oleh pejabat
struktural dan/atau pokja pemilihan untuk ditetapkan oleh Kepala Daerah atau pejabat
Lampiran: 10 / 6 - 9
yang diberikan kewenangan untuk memberikan hukuman bagi pejabat struktural dan/atau
pokja pemilihan; dan
i. melaporkan tugas, kewenangan dan tanggung jawabnya kepada Kepala Daerah melalui
Sekretaris Daerah.
j. Laporan Majelis Pertimbangan Kode Etik kepada Kepala Daerah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf i mengenai orang pribadi pejabat struktural dan/atau pokja pemilihan
bersifat rahasia.
Bagian Keempat
Tanggung Jawab
Pasal 10
Dalam melaksanakan tugas dan kewenangannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 dan Pasal 9,
Majelis Pertimbangan Kode Etik bertanggung jawab atas:
a. terlaksananya pengawasan perilaku pejabat struktural dan pokja pemilihan berdasarkan
prinsip dan Kode Etik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dan Pasal 6;
b. terwujudnya transparansi dan akuntabilitas penyelesaian pengaduan atas perilaku pejabat
struktural dan pokja pemilihan; dan
terlaksananya penerapan Kode Etik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 pada setiap pelaksanaan
tugas seluruh pejabat struktural dan pokja pemilihan
Bagian Kelima
Susunan
Pasal 11
(1) Personel pada majelis pertimbangan kode etik berjumlah gasal yang terdiri dari unsur
Inspektorat Daerah, unsur unit kerja bidang kepegawaian, dan unsur unit kerja bidang hukum.
(2) Ketua majelis pertimbangan kode etik berasal dari unsur Inspektorat Daerah.
(3) Majelis pertimbangan kode etik dibantu oleh sekretariat majelis pertimbangan kode etik yang
berkedudukan pada Inspektorat Daerah.
Bagian Keenam
Masa Tugas, Pengangkatan dan Pemberhentian
Pasal 12
Masa tugas Majelis Pertimbangan Kode Etik selama 3 (tiga) tahun dan dapat ditunjuk kembali pada
periode berikutnya.
Pasal 13
Pengangkatan dan pemberhentian Majelis Pertimbangan Kode Etik ditetapkan dengan Keputusan
Kepala Daerah.
BAB V
PEMERIKSAAN DAN KEPUTUSAN
Bagian Kesatu
Pemeriksaan Atas Dasar Pengaduan
Pasal 14
Pemeriksaan atas dasar pengaduan dari masyarakat, laporan OPD, media massa, dan/atau pihak
lain dilakukan dengan mekanisme:
Lampiran: 10 / 7 - 9
a. Sekretaris Majelis Pertimbangan Kode Etik menyusun telaahan atas pengaduan yang diterima
dan menyampaikannya kepada Ketua Majelis Pertimbangan Kode Etik;
b. Ketua Majelis Pertimbangan Kode Etik mengadakan rapat Majelis Pertimbangan Kode Etik
yang dipersiapkan oleh Sekretaris untuk membahas pengaduan;
c. Rapat Majelis Pertimbangan Kode Etik membahas dan membuat kesimpulan apakah
pengaduan layak atau tidak layak ditindaklanjuti dengan pemeriksaan;
d. Apabila tidak layak proses penanganan pengaduan dihentikan dan diberikan penjelasan
tertulis yang patut kepada pihak pengadu;
e. Apabila layak proses penanganan pengaduan ditindaklanjuti dengan pemeriksaan oleh sidang
Majelis Pertimbangan Kode Etik, dengan:
1. pemanggilan para pihak;
2. pengumpulan bukti; dan
3. pemeriksaan bukti.
f. Sesuai dengan hasil pemeriksaan dan bukti yang ada, Majelis Pertimbangan Kode Etik
memutuskan dan menetapkan ada atau tidak pelanggaran terhadap Kode Etik;
g. Apabila diputuskan dan ditetapkan bahwa telah terjadi pelanggaran terhadap Kode Etik, maka
dalam putusannya Majelis Pertimbangan Kode Etik harus mencantumkan sanksi administratif
yang diberikan kepada pejabat struktural dan/atau pokja pemilihan yang melanggar;
h. Keputusan Majelis Pertimbangan Kode Etik dilaporkan kepada Kepala Daerah;
i. Kepala Daerah atau pejabat yang ditunjuk menetapkan pemberian sanksi berdasarkan
Keputusan Majelis Pertimbangan Kode Etik.
Bagian Kedua
Pemeriksaan Atas Dasar Temuan
Pasal 15
Pemeriksaan atas dasar temuan dilakukan oleh Majelis Pertimbangan Kode Etik dan/atau hasil
temuan aparat pemeriksa dengan mekanisme:
a. Ketua Majelis Pertimbangan Kode Etik mengadakan rapat Majelis Pertimbangan Kode Etik
yang dipersiapkan oleh Sekretariat Majelis Pertimbangan Kode Etik untuk membahas hasil
temuan;
b. Rapat Majelis Pertimbangan Kode Etik membahas dan membuat kesimpulan apakah hasil
temuan layak atau tidak layak ditindaklanjuti dengan pemeriksaan;
c. Apabila tidak layak proses penanganan hasil temuan dihentikan dan diberikan penjelasan
tertulis yang patut kepada pihak pengadu;
d. Apabila layak proses penanganan hasil temuan ditindaklanjuti dengan pemeriksaan oleh
sidang Majelis Pertimbangan Kode Etik, dengan:
1. pemanggilan para pihak;
2. pengumpulan bukti; dan
3. pemeriksaan bukti.
e. Sesuai dengan hasil pemeriksaan dan bukti yang ada Majelis Pertimbangan Kode Etik
memutuskan dan menetapkan ada atau tidak pelanggaran terhadap Kode Etik.
f. Apabila diputuskan dan ditetapkan bahwa telah tejadi pelanggaran terhadap Kode Etik maka
dalam putusannya Majelis Pertimbangan Kode Etik harus mencantumkan sanksi administratif
yang diberikan kepada pejabat struktural dan pokja pemilihan yang melanggar;
g. Keputusan Majelis Pertimbangan Kode Etik dilaporkan kepada Kepala Daerah dengan
tembusan kepada Wakil Kepala Daerah, Sekretaris Daerah dan Asisten Perekonomian,
Pembangunan dan Sumber Daya Alam untuk diambil keputusan; dan
Lampiran: 10 / 8 - 9
h. Kepala Daerah atau pejabat yang ditunjuk menetapkan pemberian sanksi berdasarkan putusan
Majelis Pertimbangan Kode Etik.
BAB VI
SANKSI
Pasal 16
(1) Sanksi administratif bagi pejabat struktural dan pokja pemilihan sebagaimana dimaksud dalam
pasal 14 huruf i dan pasal 15 huruf h berupa :
a. Ringan :
Berupa teguran lisan;
b. Sedang :
Berupa teguran tertulis;
c. Berat :
Tidak ditugaskan menjadi pokja dalam kurun waktu 3 (tiga) bulan;
d. Ditentukan lain oleh Majelis Pertimbangan Kode Etik.
(2) Yang masuk dalam katagori ringan pada ayat (2) huruf a adalah pelanggaran kode etik dalam
pasal 6 ayat (1) huruf a dan b.
(3) Yang masuk dalam katagori sedang pada ayat (2) huruf b adalah pelanggaran kode etik dalam
pasal 6 ayat (1) huruf c, d dan e.
(4) Yang masuk dalam katagori berat pada ayat (2) huruf c adalah pelanggaran kode etik dalam
pasal 6 ayat (1) huruf f, g dan h.
BAB VII
TUGAS SEKRETARIAT MAJELIS PERTIMBANGAN KODE ETIK
Pasal 17
Sekretariat Majelis Pertimbangan Kode Etik mempunyai tugas untuk:
a. menyusun dan mengajukan kegiatan dan anggaran Majelis Pertimbangan Kode Etik;
b. melaksanakan surat menyurat Majelis Pertimbangan Kode Etik;
c. melaksanakan persiapan rapat Majelis Pertimbangan Kode Etik;
d. melaksanakan kegiatan administrasi dan keuangan Kode Etik;
e. melaksanakan tugas kepaniteraan sidang Majelis Pertimbangan Kode Etik;
f. mempersiapkan putusan Majelis Pertimbangan Kode Etik;
g. mengarsipkan hasil sidang dan keputusan sidang Majelis Pertimbangan Kode Etik;
h. menyusun laporan Majelis Pertimbangan Kode Etik; dan
i. melaksanakan tugas lain yang diberikan Majelis Pertimbangan Kode Etik.
BAB VIII
PEMBIAYAAN
Pasal 18
Pembiayaan kegiatan Majelis Pertimbangan Kode Etik dibebankan pada Anggaran dan
Pendapatan Belanja Daerah.
Lampiran: 10 / 9 - 9
BAB IX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 19
...................
Diundangkan di ...................
pada tanggal
SEKRETARIS DAERAH ...................,
...................
CONTOH
PERATURAN GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA
NOMOR ....... TAHUN 20....
TENTANG
MEMUTUSKAN :
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
1. penyalahgunaan wewenang;
2. hambatan dalam pelayanan masyarakat;
3. korupsi, kolusi dan nepotisme;
4. pelanggaran disiplin pegawai;
5. penyimpangan pengadaan barang/jasa.
BAB III
SUMBER PENGADUAN
Pasal 3
BAB IV
ADMINISTRASI PENGADUAN
Pasal 4
Penanganan pengaduan yang dilakukan oleh OPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat
(3), berkaitan dengan pelaku dan materi yang lebih tepat ditangani oleh pimpinan unit kerja
bersangkutan.
BAB VI
PELAPORAN
Pasal 8
1. Tim sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) dan (2) melaporkan hasil penanganan
pengaduan kepada Inspektorat, dengan tembusan kepada Sekretaris Daerah dan Bupati.
2. Hasil penanganan pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disertai saran tindak
lanjut sesuai peraturan perundang-undangan.
3. Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat melakukan ekspos dihadapan Kepala
Daerah jika terkait materi yang mempunyai nilai strategis.
4. Ekspos sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berkaitan dengan materi pengaduan dan hasil
penanganan pengaduan.
Lampiran : 11 / 4 - 5
Pasal 9
1. Laporan hasil penanganan pengaduan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 dalam bentuk
tertulis yang memuat :
a. Sumber pengaduan;
b. Materi pengaduan;
c. Fakta yang ditemukan;
d. Analisis;
e. Kesimpulan; dan
f. Saran.
2. Sistematika laporan hasil penanganan pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tercantum dalam Lampiran Peraturan ini.
BAB VII
PEMANTAUAN DAN PEMUTAKHIRAN
Pasal 10
Inspektorat dan Tim Pelayanan Informasi dan Pengaduan melakukan pemantauan dan
pemutakhiran penanganan pengaduan dan tindak lanjut hasil penanganan pengaduan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8.
BAB VIII
KERAHASIAAN PELAPOR
Pasal 11
Pemerintah Daerah melalui Tim Pelayanan Informasi dan Pengaduan Perizinan menjamin
kerahasiaan pelapor.
BAB IX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 12
GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA,
ttd
............................
Lampiran : 11 / 5 - 5
DAFTAR ISI
LAMPIRAN
1. ……………………
2. ……………………
3. ……………………
4. ……………………
(Tempat, Tanggal)
Mengetahui : Tim Pemeriksa,
Inspektur
1. ..
( .................. ) 2. ..
3. ..
GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA
ttd
....................
Lampiran : 12 / 1 - 1
Tim Pelayanan
No Proses Kepala Daerah Sekretaris Daerah OPD Terkait Inspektorat
Informasi & Pengaduan
Mulai
2 Mencatat/meregister pengaduan
(atau menginput materi aduan ke mencatat/
meregister
dalam sistem)
Hasil telaahan/
kajian aduan
Ya
5 Memberikan disposisi kepada
Inspektorat dan/atau OPD terkait Permasalah Ya Hasil telaahan/
an kajian aduan
Strategis? Hasil telaahan/
kajian aduan
Tidak
8 Melakukan Pemeriksaan
Melakukan Melakukan
Pemeriksaan Pemeriksaan
Bukti TL
Bukti TL Bukti TL Bukti TL
Bukti TL
Pimpinan UKPBJ
Kelompok Jabatan
Pungsional
Pelaksanaan Penilaian
Perencanaan Seleksi Orientasi Pengembangan SDM Sanksi dan Penghargaan
Tugas Kinerja
1. Penentuan 1. Seleksi sesuai 1. Penandatangana Pelatihan sesuai dengan 1. Pelaksanaan 1. Pengisian 1. Kinerja pelaku PBJ yang
posisi yang dengan n pakta integritas posisi pelaku PBJ yang tugas kuesioner baik diberi penghargaan
kosong dan Syarat sesuai dengan diampu dengan materi kinerja oleh (reward) berupa catatan
jumlah Administratif etika pengadaan meliputi: atasan, yang baik untuk kenaikan
pelaku PBJ (Perka LKPP No (pasal 7 Perpres a. Perencanaan PBJ bawahan, pangkat, promosi,
yang harus 15/2018) dan 16 tahun 2018 b. Pemilihan Penyedia rekan sejawat prioritas untuk diklat PBJ,
terpenuhi track record Barang dan jasa dan penyedia dan honor sesuai dengan
kepegawaian) c. Manajemen Kontrak kemampuan K/L/D
d. manajemen Informasi (Pasal 13 Perka LKPP No
Aset 14/2018 tentang UKPBJ
e. Kompetensi Umum
2. Penentuan 2. Seleksi sesuai 2. Pemberian SK 2. Pemantauan 2. Informasi 2. Kinerja yang buruk bagi
kandidat dengan Penilaian dan Uraian dan kinerja dari pelaku PBJ, sesuai dengan
pengisi Integritas Tugas pembinaan pihak luar Perpres 16/2018
posisi Pegawai oleh atasan/ (Misal dikategorikan menjadi 2
pelaku PBJ (personal integrity) APIP Pengaduan yaitu lalai melakukan
Masyarakat) kewajiban dan melanggar
pakta integritas. Untuk
lalai dalam melaksanakan
kewajiban dikenakan
sanksi administratif sesuai
dengan pasal 77 ayat 6 UU
No 5/2014 tentang ASN,
sementara pelanggaran
pakta integritas diberikan
sanksi sesuai dengan PP
53/2010
3. Penetapan Pelaku 3. Diberhentikan sebagai
PBJ pelaku PBJ
4. Pengumuman 4. Diberhentikan sebagai
Pelaku PBJ pelaku PBJ
kepada
Masyarakat
Lampiran : 14 / 2 - 6
LEMBAR KERJA IDENTIFIKASI KEGIATAN
A. Data Kegiatan
1. Judul : Prosedur Pengembangan SDM PBJ
2. Jenis Kegiatan : Rutin
3. Penanggung : Pmpinan OPD
Jawab
a. Produk : Terbentuknya SDM PBJ yang kompeten
b. Kegiatan : Kepala Sub Bagian XXX
4. Ruang Lingkup : Pemerintah Daerah XXX
B. Identifikasi Kegiatan
1. Judul Kegiatan : Prosedur Pengembangan SDM PBJ
2. Langkah Awal : Perencanaan
3. Langkah : Seleksi, Orientasi, Pengembangan SDM, Pelaksanaan Tugas, dan Penilaian
Utama Kinerja
4. Langkah Akhir : Sanksi dan Penghargaan
C. Identifikasi Langkah
1. Langkah Awal : 1. PA/KPA melakukan analisis posisi dan jumlah pelaku PBJ yang harus terpenuhi
(Perencanaan) 2. Masing masing pimpinan OPD mengajukan kandidat untuk mengisi posisi pelaku
PBJ yang harus dipenuhi
3. PA/KPA menentukan kandidat pengisi posisi pelaku PBJ dari usulan pimpinan
OPD
2. Langkah Utama : Seleksi
1. PA/KPA mengedarkan formulir seleksi melalui pimpinan OPD kepada kandidat
pelaku PBJ. Formulir seleksi berisi data umum, riwayat kepegawaian, dan kuesioner
integritas pribadi. Data umum memuat keterangan nama, NIP, riwayat unit, strata
pendidikan, jumlah tahun pengalaman terlibat sebagai pelaku PBJ disertai
keterangan posisi keterlibatan dalam PBJ. Untuk dapat ditunjuk sebagai pelaku PBJ,
pegawai harus memenuhi persyaratan integritas dan kedisiplinan, dan juga harus
memenuhi persyaratan lain sebagaimana diatur dalam Perka LKPP Nomor 15 Tahun
2018 tentang Pelaku Pengadaan Barang/Jasa.
2. Sesuai dengan penilaian formulir seleksi, PA/KPA menetapkan pelaku PBJ melalui
SK pelaku PBJ
3. PA/KPA melalui pimpinan OPD mengumumkan SK kepada masyarakat melalui
media massa
Orientasi
1. Pelaku PBJ yang sudah di SK kan menandatangani pakta integritas yang disiapkan
dan disaksikan oleh PA/KPA
2. PA/KPA menjelaskan uraian tugas tiap pelaku PBJ sesuai dengan posisinya
Pengembangan SDM
Untuk melaksanakan tugas sesuai dengan posisinya, PA/KPA memberikan diklat.
Pelaku PBJ dapat mengajukan diklat untuk mendapatkan kompetensi PBJ kepada
PA/KPA. Materi Diklat meliputi perencanaan PBJ, pemilihan penyedia barang dan jasa,
manajemen kontrak, manajemen informasi aset, dan kompetensi umum
Pelaksanaan Tugas
1. Pelaku PBJ melaksanakan tugasnya sesuai dengan posisinya masing masing
menurut ketentuan Perpres 16 Tahun 2018
2. Dalam melaksanakan tugasnya, pelaku PBJ diawasi dan dibina oleh atasan langsung
dan APIP
Lampiran : 14 / 3 - 6
Penilaian Kinerja
1. Untuk menilai kinerja pelaksanaan tugas pelaku PBJ, PA/KPA melalui pimpinan
OPD mengedarkan kuesioner 360 derajat kinerja kepada atasan, bawahan, dan rekan
sejawat pelaku PBJ.
2. Sebagai tambahan PA/KPA juga memanfaatkan aduan masyarakat untuk menilai
kinerja pelaku PBJ
3. Sanksi dan : 1. PA/KPA menilai kinerja pelaku PBJ sesuai dengan hasil tabulasi kuesioner 360
penghargaan derajat dan pengaduan masyarakat.
2. Kinerja pelaku PBJ yang baik diberi reward berupa catatan yang baik untuk kenaikan
pangkat, promosi, prioritas untuk diklat PBJ, dan penghargaan lainnya sesuai
ketentuan.
3. Sesuai dengan Perpres 16/2018 pelanggaran/kelalaian dikategorikan menjadi dua
yaitu lalai melakukan kewajiban dan melanggar pakta integritas. Untuk lalai dalam
melaksanakan kewajiban dikenakan sanksi administratif sesuai dengan pasal 77 ayat
6 UU No 5/2014 tentang ASN, sementara pelanggaran pakta integritas diberikan
sanksi sesuai dengan PP 53/2010 dan dikategorikan sebagai hukuman ringan,
sedang, dan berat.
4. Atas kinerja yang buruk, PA/KPA memberhentikan pelaku PBJ dari posisinya
Lampiran : 14 / 4 - 6
FLOWCHART SOP PENGEMBANGAN SDM PEGAWAI
B. SELEKSI
1 PA/KPA mengedarkan formulir seleksi Formulir Seleksi
sesuai Lampiran 15 melalui pimpinan
OPD kepada kandidat pelaku PBJ.
Formulir seleksi berisi data umum, Formulir Formulir Formulir
riwayat kepegawaian, dan kuesioner Seleksi Seleksi Seleksi
integritas pribadi. Data umum memuat
keterangan nama, NIP, riwayat unit,
strata pendidikan, jumlah tahun
pengalaman terlibat sebagai pelaku
PBJ disertai keterangan posisi
keterlibatan dalam PBJ sebagai apa
2 Sesuai dengan penilaian formulir SK Penetapan
SK Penetapan
seleksi, PA/KPA menetapkan pelaku
Pelaku PBJ
PBJ melalui SK sebagai pelaku PBJ
A. Data Pegawai
1. Nama :
2. NIP :
3. Unit :
4.. Pendidikan :
5. Jumlah tahun pengalaman terlibat :
dalam PBJ
6. Sebagai :
B. Riwayat Kepegawaian
1. Riwayat Aduan Masyarakat (3 tahun terakhir)
*Kuesioner Integritas Pribadi dikembangkan dari Schlenker, B. R. (2008). “Integrity and character: Implications of
principled and expedient ethical ideologies.” Journal of Social and Clinical Psychology, Vol. 27 No. 10: 1078- 1125
Penjelasan skala:
1. Sangat Tidak Setuju
2. Tidak Setuju
3. Setuju
4. Sangat Setuju
...................................
NIP. ...........................
Lampiran : 15b / 1-1
Form ini diisi oleh PA/KPA (untuk PPK, Pejabat Pengadaan, PjPHP, PPHP)) atau pimpinan UKPBJ (untuk
Pokja PBJ)
...................................
NIP. ...........................
Keterangan:
a. *) Diisi
berdasarkan form Penilaian Integritas yang diisi oleh kandidat dan dibandingkan
dengan data kepegawaian.
b. **)Diisi berdasarkan penilain 360 o sebagaimana disajikan dalam Lampiran 17
c. Kandidat dianggap memenuhi persyaratan integritas dan disiplin jika jawaban 1 sd 6 adalah
“ya”
Lampiran : 15c / 1-1
CONTOH
FORM PERSYARATAN PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN
Nama Pemda : .....................................................................................
Nama OPD : .....................................................................................
Nama Paket Pekerjaan : .......................................................................................
Tahun : ......................
Nama kandidat :.................................................................................
...................................
NIP. ...........................
Keterangan:
*) Simpulan pemenuhan persyaratan integritas dan disiplin dibuat berdasarkan form “Rekap
Penilaian Integritas”
Lampiran : 15d / 1-1
CONTOH
FORM PERSYARATAN PEJABAT PENGADAAN
Nama Pemda : .....................................................................................
Nama OPD : .....................................................................................
Nama Paket Pekerjaan : .......................................................................................
Tahun : ......................
Nama kandidat :.................................................................................
...................................
NIP. ...........................
Keterangan:
*) Simpulan pemenuhan persyaratan integritas dan disiplin dibuat berdasarkan form “Rekap
Penilaian Integritas”
Lampiran : 15e / 1-1
CONTOH
FORM PERSYARATAN KELOMPOK KERJA PEMILIHAN
Nama Pemda : .....................................................................................
Nama OPD : .....................................................................................
Nama Paket Pekerjaan : .......................................................................................
Tahun : ......................
Nama kandidat :.................................................................................
...................................
NIP. ...........................
Keterangan:
*) Simpulan pemenuhan persyaratan integritas dan disiplin dibuat berdasarkan form “Rekap
Penilaian Integritas”
Lampiran : 15f / 1-1
CONTOH
FORM PERSYARATAN PEJABAT/PANITIA PEMERIKSA HASIL PEKERJAAN
(PjPHP/PPHP)
Nama Pemda : .....................................................................................
Nama OPD : .....................................................................................
Nama Paket Pekerjaan : .......................................................................................
Tahun : ......................
Nama kandidat :.................................................................................
...................................
NIP. ...........................
Keterangan:
*) Simpulan pemenuhan persyaratan integritas dan disiplin dibuat berdasarkan form “Rekap
Penilaian Integritas”
Lampiran : 16 / 1 - 1
CONTOH
PAKTA INTEGRITAS
UNIT KERJA PENGADAAN BARANG/JASA
PEMERINTAH DAERAH ...................
Nama : ...................
NIP : ...................
Jabatan : ...................
Pada hari ................... bulan ................... tahun ..................., saya selaku ..................., menyatakan janji
dan kesanggupan untuk melaksanakan kode etik sebagai berikut:
a. melaksanakan tugas secara tertib, disertai rasa tanggung jawab untuk mencapai sasaran,
kelancaran dan ketepatan tercapainya tujuan pengadaan barang/jasa;
b. bekerja secara profesional dan mandiri, serta menjaga kerahasiaan Dokumen Pengadaan yang
menurut sifatnya harus dirahasiakan untuk mencegah terjadinya penyimpangan dalam
pengadaan barang/jasa;
c. tidak saling mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung yang berakibat terjadinya
persaingan tidak sehat;
d. menerima dan bertanggung jawab atas segala keputusan yang ditetapkan sesuai dengan
kesepakatan tertulis para pihak;
e. menghindari dan mencegah terjadinya pertentangan kepentingan para pihak yang terkait, baik
secara langsUng maupun tidak langsung dalam proses pengadaan barang/jasa;
f. menghindari dan mencegah terjadinya pemborosan dan kebocoran keuangan Negara dalam
pengadaan barang/jasa;
g. menghindari dan mencegah penyalahgunaan wewenang dan/atau kolusi dengan tujuan untuk
kepentingan pribadi, golongan atau pihak lain yang secara langsung atau tidak langsung
merugikan Negara; dan
h. tidak menerima, tidak menawarkan atau tidak menjanjikan untuk memberi atau menerima
hadiah, imbalan, rabat dan berupa apa saja dari atau kepada siapapun yang diketahui atau patut
diduga berkaitan dengan pengadaan barang/jasa.
Menyaksikan
Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran Yang Menyatakan
(Nama) (Nama)
(NIP) (NIP)
*Keterangan: contoh format pakta integritas diambil dari contoh pakta integritas di kab/kota ,
sedangkan isi kode etik diambil dari Pasal 7 Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
Lampiran: 17 /1 - 2
CONTOH
KUESIONER PENILAIAN KINERJA 360 DERAJAT
1. Nama : ................................................
2. NIP : ................................................
3. Jabatan : ................................................
2 PPK
a menyusun perencanaan pengadaan dengan tepat
b menetapkan spesifikasi teknis/Kerangka Acuan Kerja (KAK) dengan tepat
c menetapkan rancangan kontrak; menetapkan HPS; dengan tepat
d menetapkan besaran uang muka yang akan dibayarkan kepada Penyedia dengan tepat
e mengusulkan perubahan jadwal kegiatan dengan tepat
f menetapkan tim pendukung dengan tepat
g menetapkan tim atau tenaga ahli dengan tepat
h melaksanakan E-purchasing sesuai ketentuan
i menetapkan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa dengan tepat
Lampiran: 17 /2 - 2
Tanggapan
No Pernyataan
1 2 3 4
j mengendalikan Kontrak dengan tepat
k melaporkan pelaksanaan dan penyelesaian kegiatan kepada PA/ KPA dengan tepat
l menyerahkan hasil pekerjaan pelaksanaan kegiatan kepada PA/ KPA dengan berita acara
penyerahan dengan tepat
m menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen pelaksanaan kegiatan dengan tepat
n menilai kinerja Penyedia dengan tepat
3 Pejabat Pengadaan
a melaksanakan persiapan dan pelaksanaan Pengadaan Langsung dengan tepat
b melaksanakan persiapan dan pelaksanaan Penunjukan Langsung sesuai ketentuan
c melaksanakan persiapan dan pelaksanaan Penunjukan Langsung untuk pengadaan Jasa
Konsultansi sesuai ketentuan
d melaksanakan E-purchasing sesuai ketentuan
4 Pokja Pemilihan
a melaksanakan persiapan dan pelaksanaan pemilihan Penyedia dengan tepat
b melaksanakan persiapan dan pelaksanaan pemilihan Penyedia untuk katalog elektronik dengan tepat
c menetapkan pemenang pemilihan/Penyedia untuk metode pemilihan dengan tepat
5 PjPHP
a memeriksa administrasi hasil pekerjaan pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya dan
Jasa Konsultansi yang menjadi tanggung jawabnya secara tepat
6 PPHP
a memeriksa administrasi hasil pekerjaan pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya dan
Jasa Konsultansi yang menjadi tanggung jawabnya secara tepat
Keterangan:
1) Kuesioner Pemenuhan Kode Etik dikembangkan dari Pasal 7 Perpres 16/2018
2) Kuesioner Kinerja Pelaku PBJ dikembangkan dari tugas dan tanggung jawab tiap tiap pelaku PBJ dalam Perpres
16/2018
3) Kuesioner penilaian kinerja 360 o diisi oleh teman sejawat, bawahan, dan atasan langsung terhadap kinerja pelaku PBJ
4) Pegawai dianggap berkinerja baik jika rata-rata penilaian memiliki skor 3-4
Lampiran : 18 / 1 - 8
Piagam Audit Intern dapat disusun dengan Peraturan Kepala Daerah, Keputusan Inspektorat, atau peraturan
lainnya sesuai kebutuhan Pemerintah Daerah. Berikut ini contoh isi/substansi dari Piagam Audit Intern yang
didalamnya memuat kebijakan tentang audit PBJ oleh Inspektorat Daerah.
1. Audit intern adalah kegiatan yang independen dan obyektif dalam bentuk pemberian keyakinan
(assurance activities) dan konsultansi (consulting activities), yang dirancang untuk memberi nilai
tambah dan meningkatkan operasional sebuah organisasi (auditi). Kegiatan ini membantu
organisasi (auditi) mencapai tujuannya dengan cara menggunakan pendekatan yang sistematis
dan teratur untuk menilai dan meningkatkan efektivitas dari proses manajemen risiko, kontrol
(pengendalian), dan tata kelola.
2. Inspektorat Provinsi/Kabupaten/Kota ................... adalah Aparat Pengawasan Intern Pemerintah
(APIP) yang dibentuk dengan tugas melaksanakan audit intern di lingkungan Pemerintah
Provinsi/Kabupaten/Kota ....................
3. Inspektorat Provinsi/Kabupaten/Kota ................. memiliki kewenangan untuk mengakses
seluruh informasi, sistem informasi, catatan, dokumentasi, aset, dan personil pada
instansi/unit kerja/satuan kerja di lingkungan Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota
.................... yang diperlukan sehubungan dengan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi audit
intern serta kewenangan lain sebagaimana tercantum dalam lampiran piagam ini;
4. PP Nomor 60 Tahun 2008, antara lain menyatakan bahwa Pimpinan Instansi Pemerintah wajib
menciptakan dan memelihara Lingkungan Pengendalian yang baik melalui :
a) Penegakan integritas dan nilai etika;
b) Komitmen terhadap kompetensi;
c) Kepemimpinan yang kondusif;
d) Pembentukan struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan;
e) Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat;
f) Penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat tentang pembinaan sumber daya manusia;
g) Mewujudkan peran APIP yang efektif;
h) Hubungan kerja yang baik dengan Instansi Pemerintah terkait.
Piagam Audit Intern mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan. Piagam Audit Intern ini dapat direviu
dan dimutakhirkan secara berkala untuk dilihat kesesuaiannya dan apabila diperlukan maka
akan dilakukan perubahan dan/atau penyempurnaan guna menjamin keselarasan dengan praktik-
praktik terbaik di bidang audit intern, perubahan lingkungan organisasi, dan perkembangan
praktik-praktik penyelenggaraan tugas dan fungsi pemerintah. Piagam Audit Intern ini dapat
dijadikan dasar bagi Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota ............... untuk mengevaluasi kegiatan
Inspektorat Provinsi/Kabupaten/Kota .....................
................, ....................... 20..
Disahkan oleh Inspektur Prov/Kab/Kota ......
Gubernur/Bupati/Walikota ....
..................................
........................................ NIP. ..........................
Lampiran : 18 / 2 - 8
Agar Aparat Pengawasan Intern Pemerintah melaksanakan tugas pokoknya dengan efektif,
maka APIP harus menjalankan fungsi:
a) Penyusunan perencanaan dibidang pengawasan;
b) Perumusan kebijakan dan fasilitasi pengawasan ;
c) Penyelenggaraan pengawasan terhadap pelaksanaan urusan pemerintahan daerah
dan pemerintahan desa dan kasus pengaduan ;
d) Pelaksanaan pemeriksaan, pengusutan, pengujian dan penilaian tugas
pengawasan;
e) Pelaksanaan pembinaan, koordinasi dan evaluasi kegiatan pengawasan ;
f) Pelaksanaan kegiatan penatausahaan Inspektorat;
g) Pelaksanaan pemeriksaan atas permintaan instansi lain ;
h) Pengkoordinasian penyelenggaraan pengawasan dalam rangka kepentingan
pemerintah daerah;
i) Pelayanan penunjang penyelenggaraan Pemerintahan bidang pengawasan;
j) Menyelenggarakan pengujian serta penilaian atas laporan setiap unsur
dilingkungan pemerintah daerah serta pemeriksaan pengawasan fungsional atas
dasar petunjuk Kepala Daerah;
k) Melakukan pengusutan kebenaran informasi/laporan atau pengaduan terhadap
penyimpangan atau penyalahgunaan dibidang pemerintahan, sosial budaya dan
ekonomi pembangunan.
Lampiran : 18 / 4 - 8
l) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Daerah sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
Untuk dapat mencapai tujuan dan fungsi audit intern tersebut di atas, maka lingkup audit
intern Inspektorat Provinsi/Kabupaten/Kota .................... paling kurang meliputi:
a) Audit dengan tujuan tertentu termasuk audit ketaatan untuk memastikan bahwa
penyelenggaraan tugas dan fungsi Pemerintah Kabupaten/Kota........... telah sesuai
ketentuan;
b) Audit atas pengadaan barang dan jasa Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota.................
c) Audit kinerja atas peyelenggaraan tugas dan fungsi Pemerintah Kabupaten/Kota
...................., yang mencakup audit kinerja atas pengelolaan keuangan negara dan
audit kinerja atas pelaksanaan tugas dan fungsi Pemerintah Kabupaten/Kota
....................;
d) Reviu atas penyelenggaraan tugas dan fungsi Pemerintah Kabupaten/Kota
...................., seperti reviu atas Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten/Kota
.................... dan reviu atas Laporan Kinerja Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota
....................;
e) Evaluasi atas penyelenggaraan tugas dan fungsi Pemerintah Kabupaten/Kota
...................., seperti evaluasi atas Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP)
dan evaluasi atas penggunaan Dana Dekonsentrasi/Tugas Perbantuan;
f) Pemantauan dan aktivitas audit intern lainnya yang berupa asistensi, sosialisasi, dan
konsultasi terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi Pemerintah
Provinsi/Kabupaten/Kota .....................
13. PENUTUP
Piagam Audit Intern ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila
diperlukan maka akan dilakukan perubahan dan/atau penyempurnaan guna
menjamin keselarasan dengan praktik-praktik terbaik di bidang pengawasan,
perubahan lingkungan organisasi, dan perkembangan praktik-praktik
penyelenggaraan tugas dan fungsi pemerintah.
................................................. ..................................
NIP. ......................................... NIP. ..........................
Disahkan oleh
Gubernur/Bupati/Walikota ....
........................................
Lampiran : 19 / 1-3
CONTOH
PROGRAM KERJA
PENYUSUNAN STANDAR HARGA
B. PROGRAM KERJA
Kegiatan yang perlu dilakukan untuk menyusun Standar harga adalah sebagai
berikut:
1. Kegiatan Persiapan
Kegiatan persiapan meliputi persiapan administrasi dan teknis. Persiapan
administrasi yang terpenting adalah pengurusan surat izin atau pengantar
survei lapangan. Hal ini sangat menunjang bagi tim survei untuk memasuki
wilayah studi secara lancar. Sedangkan persiapan teknis meliputi penyiapan
peralatan/perlengkapan lapangan, kendaraan dan personil. Selain itu pada
tahap ini dilakukan diskusi secara mendalam dengan pihak – pihak terkait,
terutama pemilik kegiatan, tentang masalah dan kebutuhan spesifik.
2. Pengumpulan Data dan Analisa Serta Pembahasan
Dilakukan Pengumpulan data-data, untuk kemudian dilakukan analisa serta
pembahasan sesuai metode ilmiah dalam penulisan laporan
Lampiran : 19 / 3-3
3. PenyusunanLaporan
Laporan Akhir berisi Studi dan laporan implementasi kegiatan setelah di
sempurnakan melalui diskusi dengan pihak-pihak yang berkepentingan.
4. Penyerahan Produk
Yang dimaksud dengan Produk disini adalah laporan akhir standar harga
satuan. Seluruh Produk pekerjaan diserahkan sesuai jadwal yang ditetapkan.
Lampiran: 20 / 1 - 2
CONTOH
PENGINTEGRASIAN PROSES PERENCANAAN, PENGANGGARAN, DAN
PERENCANAAN PENGADAAN BARANG/JASA MELALUI PENGGUNAAN
SISTEM APLIKASI SEPERTI SIMDA PERENCANAAN DAN SIRUP
SIMDA KEU
SIRUP
SIMDA REN
CONTOH
PROGRAM AUDIT PENJAMINAN KUALITAS PELAKSANAAN
PENGANGGARAN
CONTOH
PROGRAM AUDIT PENJAMINAN KUALITAS PERENCANAAN PBJ
CONTOH
MANUAL PELAKSANAAN
REVIU DAN PENETAPAN SPESIFIKASI TEKNIS/KAK
Tujuan: memastikan bahwa spesifikasi teknis/KAK pada saat penyusunan anggaran belanja
atau perencanaan Pengadaan Barang/Jasa masih sesuai dengan kebutuhan barang/jasa dan
ketersedian anggaran belanja sesuai hasil persetujuan
No. Tahapan Uraian
1 Kelengkapan PPK mendapatkan spesifikasi teknis/KAK yang telah disusun
pada tahap perencanaan Pengadaan Barang/Jasa
administrasi
2 Reviu spesifikasi a. PPK mengumpulkan data/informasi terkini terkait:
teknis/KAK - Ketersediaan,
- Harga,
- Alternatif barang sejenis
- Ketersediaan barang/jasa yang memiliki Tingkat
Komponen Dalam Negeri (TKDN)
- Standar Nasional Indonesia (SNI)
- Kriteria produk berkelanjutan
b. Dalam hal barang/jasa yang dibutuhkan tidak tersedia di
pasar maka PPK mengusulkan alternatif spesifikasi
teknis/KAK untuk mendapatkan persetujuan PA/KPA
3 Pembentukan Tim PPK dapat menetapkan tim atau tenaga ahli yang bertugas
membantu PPK dalam penyusunan spesifikasi teknis/KAK
4 Penetapan PPK menetapkan spesifikasi teknis/KAK yang telah disetujui
oleh PA/KPA berdasarkan hasil reviu
Lampiran 24 / 1 - 3
CONTOH
KERTAS KERJA REVIU SPESIFIKASI TEKNIS/KAK
Survei 2
Pihak yang disurvei : ....................... (Nama toko, web site, asosiasi, badan usaha,
dsb)
Alamat : ........................ (Alamat pihak yang disurvei)
Ketersediaan barang/jasa sebagaimana yang dianggarkan atau direncanakan
D. Spesifikasi teknis/KAK yang diusulkan oleh PPK atau Tim Reviu / Tenaga Ahli
sesuai hasil reviu
Spesifikasi : ............................................... Satuan: ..............
Kuantitas/Jumlah
(uraian jumlah kebutuhan yang masih diperlukan)
CONTOH
FORM USULAN ALTERNATIF SPESIFIKASI TEKNIS/KAK KEPADA PA/KPA
................................................. .............................................
NIP. ........................................... NIP. ......................................
Catatan oleh PA/KPA:
.................................................................................
.................................................................
Lampiran : 26 / 1 - 1
CONTOH
FORM PENETAPAN SPESIFIKASI TEKNIS/KAK
OLEH PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN (PPK)
................................................. .............................................
NIP. ........................................... NIP. ......................................
Catatan oleh PA/KPA:
.................................................................................
...................................................
Lampiran : 27 / 1 - 2
CONTOH
MANUAL PELAKSANAAN
PENYUSUNAN DAN PENETAPAN HPS
Tujuan : Menetapkan HPS untuk menilai kewajaran harga penawaran dan/atau kewajaran
harga satuan, dasar untuk menetapkan batas tertinggi penawaran yang sah dalam pengadaan
barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya dan dasar untuk menetapkan besaran nilai jaminan
pelaksanaan bagi penawaran yang nilainya lebih rendah 80% (delapan puluh persen) dari nilai
HPS.
No. Tahapan Uraian
1 Kelengkapan PPK mendapatkan:
administrasi a. Hasil perkiraan biaya/Rencana Anggaran Biaya (RAB) yang
telah disusun pada tahap perencanaan pengadaan
b. Pagu Anggaran yang tercantum dalam DIPA/DPA, atau
untuk proses pemilihan yang dilakukan sebelum penetapan
DIPA/DPA mengacu kepada Pagu Anggaran yang
tercantum dalam RKA K/L atau RKA Perangkat Daerah
c. Hasil reviu perkiraan biaya/Rencana Anggaran Biaya (RAB)
termasuk komponen keuntungan, biaya tidak langsung
(overhead cost), dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
2 Penetapan Tim PPK dapat menetapkan tim atau tenaga ahli yang bertugas
memberikan masukan dalam penyusunan HPS
3 Penyusunan HPS HPS dihitung secara keahlian dan menggunakan data/informasi
yang dapat dipertanggungjawabkan.
4 Pengumpulan a. harga pasar setempat yaitu harga barang/jasa di lokasi
data/informasi barang/jasa diproduksi/diserahkan/dilaksanakan,
yang digunakan menjelang dilaksanakannya pemilihan Penyedia;
untuk menyusun b. informasi biaya/harga satuan yang dipublikasikan secara
HPS resmi oleh Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah;
c. informasi biaya/harga satuan yang dipublikasikan secara
resmi oleh asosiasi. Yang dimaksud dengan asosiasi adalah
asosiasi profesi keahlian, baik yang berada di dalam negeri
maupun di luar negeri. Informasi biaya/harga satuan yang
dipublikasikan termasuk pula sumber data dari situs web
komunitas internasional yang menayangkan informasi
biaya/harga satuan profesi keahlian di luar negeri yang
berlaku secara internasional termasuk dimana Pengadaan
Barang/Jasa akan dilaksanakan;
d. daftar harga/biaya/tarif barang/jasa setelah dikurangi
rabat/potongan harga (apabila ada) yang dikeluarkan oleh
pabrikan/distributor/agen/pelaku usaha;
e. inflasi tahun sebelumnya, suku bunga pinjaman tahun
berjalan dan/atau kurs tengah Bank Indonesia valuta asing
Lampiran : 27 / 2 - 2
terhadap Rupiah;
f. hasil perbandingan biaya/harga satuan barang/jasa sejenis
dengan Kontrak yang pernah atau sedang dilaksanakan;
g. perkiraan perhitungan biaya/harga satuan yang dilakukan
oleh konsultan perencana (engineer’s estimate);
h. informasi biaya/harga satuan barang/jasa di luar negeri
untuk tender/seleksi internasional; dan/atau
i. informasi lain yang dapat dipertanggungjawabkan.
5 Perhitungan HPS
untuk jenis
barang/jasa
a. Barang Perhitungan HPS untuk barang harus memperhitungkan
komponen biaya antara lain
a. Harga barang;
b. Biaya pengiriman;
c. Keuntungan dan biaya overhead;
d. Biaya instalasi;
e. Suku cadang;
f. Biaya operasional dan pemeliharaan; atau
g. Biaya pelatihan.
b. Pekerjaan Perhitungan HPS untuk Pekerjaan Konstruksi berdasarkan hasil
Konstruksi perhitungan biaya harga satuan yang dilakukan oleh konsultan
perencana (Engineer’s Estimate) berdasarkan rancangan rinci
(Detail Engineering Design) yang berupa Gambar dan Spesifikasi
Teknis.
Perhitungan HPS telah memperhitungkan keuntungan dan biaya
overhead yang wajar untuk Pekerjaan Konstruksi sebesar 15%
(limabelas persen).
6. Penetapan HPS PPK menetapkan HPS dengan menandatangani pada lembar
persetujuan/penetapan. HPS yang sah adalah yang telah
ditandatangani oleh PPK. Nilai HPS paling tinggi sama dengan
nilai Pagu Anggaran.
Penetapan HPS paling lama 28 (dua puluh delapan) hari kerja
sebelum batas akhir:
a. penyampaian penawaran untuk pemilihan dengan
pascakualifikasi; atau
b. penyampaian dokumen kualifikasi untuk pemilihan dengan
prakualifikasi.
Lampiran : 28 / 1 - 5
CONTOH
KERTAS KERJA PENYUSUNAN DAN PENETAPAN HPS
UNTUK PENGADAAN BARANG
No Data Nilai
1 Barang 1
2 Barang 2
3 dst
Lampiran : 28 / 2 - 5
C. Survei Pasar
1) Nama Barang: Barang 1
No Sumber Data Merk/Type Harga Biaya Keun- Biaya Suku Biaya Biaya ...... Rabat/ Jumlah
Barang Pengirim- tungan dan Instalasi Operasional dan Pelatihan Discount Harga Satuan
an Overhead Cadang Pemeliharaan NIlai
Dst
Harga wajar
Keterangan:
a) Sumber data harga antara lain berasal dari: harga pasar setempat, harga yang dipublikasi oleh Kementerian/Lembaga/Pemda, biaya/harga yang dipublikasi oleh asosiasi, harga pabrikan/distributor/agen/pelaku
usaha, inflasi tahun sebelumnya, perkiraan harga oleh konsultan perencana, informasi biaya/harga di luar negeri (utk tender/seleksi internasional), informasi lain.
b) Rabat/discount sebagai pengurang harga
c) Hasil survei didukung dengan data (price list, daftar harga, harga publikasi, dsb) yang relevan
Lampiran : 28 / 3 - 5
No Sumber Data Merk/Type Harga Biaya Keun- Biaya Suku Biaya Biaya ...... Rabat/ Jumlah
Barang Pengirim- tungan dan Instalasi Operasional dan Pelatihan Discount Harga Satuan
an Overhead Cadang Pemeliharaan
Dst
Harga wajar
Keterangan:
a) Sumber data harga antara lain berasal dari: harga pasar setempat, harga yang dipublikasi oleh Kementerian/Lembaga/Pemda, biaya/harga yang dipublikasi oleh asosiasi, harga pabrikan/distributor/agen/pelaku
usaha, inflasi tahun sebelumnya, perkiraan harga oleh konsultan perencana, informasi biaya/harga di luar negeri (utk tender/seleksi internasional), informasi lain.
b) Rabat/discount sebagai pengurang harga
c) Hasil survei didukung dengan data (price list, daftar harga, harga publikasi, dsb) yang relevan
Lampiran : 28 / 4 - 5
D. Simpulan HPS
Berdasarkan hasil survei menggunakan data yang dapat dipertanggungjawabkan, Harga
Perkiraan Sendiri (HPS), untuk:
Dst
PPN Rp
1. ........................... : ................
.................................................
2. ........................... : ................
NIP. .............................................
3. Dst
Catatan PPK:
.........................................................................................
.........................................................................................
...................................
Lampiran : 28 / 5 - 5
CONTOH
LEMBAR PENETAPAN HARGA PERKIRAAN SENDIRI (HPS) OLEH PEJABAT
PEMBUAT KOMITMEN (PPK)
Harga Perkiraan Sendiri atas paket pekerjaan ......................... tersebut ditetapkan sebesar Rp
.................. sebagai berikut:
Dst
PPN Rp
PPK
.............................................
NIP. ........................................
Lampiran : 29 / 1 - 3
CONTOH
PROGRAM AUDIT DALAM TAHAP PENGUMUMAN TENDER/SELEKSI
Tujuan Audit:
Meyakinkan bahwa audit dapat dilaksanakan melalui e-audit.
Prosedur Audit:
1. Dapatkan kode akses auditor dari admin LPSE untuk masuk ke dalam SPSE dengan
menunjukkan surat tugas audit;
A. Pengumuman Tender/seleksi
Tujuan Audit:
Meyakinkan bahwa pengumuman pemilihan telah dilaksanakan secara transparan, terbuka,
bersaing, adil/tidak diskriminatif, dan akuntabel, dalam hal:
- Substansi Pengumuman
- Jangka waktu pengumuman
- Media Pengumuman
Prosedur Audit:
1. Dapatkan informasi pengumuman tender/seleksi dengan menyalin (print screen)
pengumuman tender/seleksi yang telah diunggah oleh Pokja Pemilihan;
2. Pastikan bahwa tender/seleksi selain diumumkan di Portal Pengadaan Nasional (LPSE),
juga diumumkan di Website Pemda, media massa, dan ditempel di Papan Pengumuman
Resmi untuk masyarakat ( di UKPBJ)
3. Teliti dan uji apakah substansi pengumuman tender/seleksi telah sesuai dengan dokumen
pemilihan (ketentuan yang berlaku);
7. Bandingkan substansi dokumen pemilihan sebelum diunggah dengan yang diunggah oleh
Pokja Pemilihan pada LPSE;
8. Jika terjadi perbedaan lakukan konfirmasi penyebab perbedaan dan uji apakah perubahan
tersebut untuk lebih mengoptimalkan prinsip dan/atau tujuan pengadaan barang/jasa
Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah.
Prosedur Audit:
2. Lakukan konfirmasi ke LPSE dan Pokja Pemilihan apakah terdapat keluhan dari calon
penyedia terkait hambatan pendaftaran dan dalam mengunduh dokumen pemilihan;
3. Teliti apakah terdapat peserta yang menggunakan IP (internet protocol) address yang sama
dengan peserta lain untuk mendaftar dan mengunggah dokumen tender/seleksi (diluar
yang disediakan oleh LPSE);
4. Jika pada angka 3. di atas terdapat calon calon peserta menggunakan IP address yang sama,
cek apakah pada saat mengunduh dokumen penawaran juga menggunakan IP address yang
sama.
C. Pemberian Penjelasan
Tujuan Audit:
Meyakinkan bahwa seluruh pertanyaan calon penyedia telah dijawab oleh Pokja Pemilihan
yang dituangkan dalam Kumpulan Tanya Jawab atau Berita Acara Pemberian Penjelasan
(BAPP)
Prosedur Audit:
1. Teliti apakah pelaksanaan pemberian penjelasan sesuai dengan jadwal dalam aplikasi SPSE;
2. Observasi apakah seluruh pertanyaan peserta dijawab oleh Pokja Pemilihan segera setelah
Lampiran : 29 / 3 - 3
4. Teliti dan uji apakah semua pertanyaan dari calon penyedia melalui SPSE telah dijawab
dengan tepat (sesuai dengan ketentuan baik dalam dokumen tender/seleksi maupun
ketentuan lainnya yang berlaku) dan oleh Pokja Pemilihan beserta tenaga ahli (konsultan
perencana) dan/atau tenaga ahli lainnya;
5. Jika terdapat pertanyaan yang belum dijawab minta Pokja Pemilihan agar memberikan
tambahan waktu untuk menjawab pertanyaan tersebut (jika diperlukan);
6. Teliti dan lakukan pengujian apakah Aanwijzing terhadap pekerjaan konstruksi perlu
dilanjutkan dengan peninjauan lapangan (jika diperlukan);
7. Teliti apakah hasil dari peninjauan lapangan telah dibuatkan Berita Acara Penjelasan
Lanjutan dan diunggah dalam SPSE;
8. Dapatkan dokumen Berita Acara Pemberian Penjelasan (BAPP) atau dokumen kumpulan
tanya jawab yang dilakukan secara online dan/atau dari hasil peninjauan lapangan;
9. Teliti dan analisis dokumen tanya jawab dan/atau hasil peninjauan lapangan apakah
terdapat hal-hal yang harus diubah dalam dokumen tpemilihan. Jika ada diskusikan dengan
Pokja Pemilihan dan PPK;
Catatan:
Perubahan rancangan kontrak, spesifikasi teknis, KAK, gambar dan/atau nilai total HPS,
harus mendapatkan persetujuan PPK sebelum dituangkan dalam Adendum Dokumen
Pemilihan.
Lampiran : 30 / 1 - 1
CONTOH
PROGRAM AUDIT PENJAMINAN KUALITAS
PENCATATAN ASET HASIL PBJ
RENCANA REALISASI
No. Tujuan dan Prosedur Audit Ref
Pelaksana Waktu Pelaksana Waktu
KKA
Tujuan Audit:
Memastikan bahwa barang sudah
dimasukkan ke dalam SIMAK-BMN/
SIMBADA/aplikasi BMN yang lain
Prosedur Audit:
1. Peroleh SIMAK-BMN/SIMBADA/
aplikasi BMN yang lain, daftar
inventaris, buku induk barang
inventaris, atau dokumen lain yang
relevan;
2. Bandingkan barang dalam Berita
Acara serah terima hasil pengadaan
dengan SIMAK-
BMN/SIMBADA/aplikasi BMN yang
lain, daftar inventaris, buku induk
barang inventaris;
3. Yakinkan bahwa barang yang telah
diserahkan sudah dimasukkan ke
dalam SIMAK-
BMN/SIMBADA/aplikasi BMN yang
lain sesuai akunnya, daftar inventaris,
buku induk barang inventaris, atau
dokumen lain yang relevan;
4. Hasil langkah kerja, tuangkan dalam
daftar uji dan buat simpulan hasil
audit.
Lampiran: 31 / 1 - 2
Nama : …………………………………………….(1)
Jabatan : Direktur PT ...........................2)
Jenis Pekerjaan : Konsultan Perencana/Pelaksana/Konsultan Pengawas (3)
1. Bersedia untuk menjamin bahwa spesifikasi teknis barang/jasa telah sesuai dengan
prosedur perencanaan teknis yang memadai dan pelaksanaan pekerjaan telah sesuai
dengan kontrak yang telah disetujui, sehingga memungkinkan barang/jasa yang
diserahkan akan dapat dipergunakan sampai dengan perhitungan umur ekonomisnya
……..…(9), ….…….…..(10)
…………………………….….
……………(11) ……..……
..................................................(12)
Keterangan:
(1) Diisi dengan nama pejabat penanda tangan surat.
(2) Diisi dengan jabatan dalam perusahaan.
(3) Pilih jenis pekerjaan yang sesuai.
(4) Diisi dengan nama pekerjaan sesuai Surat Perjanjian Kerja
(SPK)/Kontrak.
(5) Diisi dengan nomor SPK/Kontrak.
Lampiran: 31 / 2 - 2
A. Lingkungan Pengendalian
1) Integritas pihak-pihak yang terkait dalam PBJ 1) Peningkatan integritas pelaku PBJ, antara lain melalui pertimbangan
(PA/KPA, PPK, Penyedia Barang, Pejabat rekam jejak integritas calon /kandidat pelaku PBJ sejak tahapan seleksi,
Pengadaan, UKPBJ) masih lemah. dan penilaian integritas setelah pelaksanaan tugas
2) Belum ada Aturan Perilaku/Kode Etik yang 2) Perlunya kode etik/aturan perilaku dan implementasinya khusus bagi
mengatur pihak-pihak yang terkait dalam PBJ. pelaku PBJ dan UKPBJ yang antara lain memuat standar perilaku etis,
praktik yang dapat diterima, praktik yang tidak dapat diterima ,
pembentukan majelis pertimbangan kode etik, dan proses penanganan
pelanggaran kode etik.
3) Penguatan whistle blower system yang dituangkan dalam kebijakan/SOP
(Perkada atau peraturan lainnya). Dalam whistle blower system tersebut
perlu diatur bahwa pelanggaran integritas dan kode etik oleh SDM
merupakan salah satu objek yang dapat dilaporkan dan adanya jaminan
kerahasiaan si pelapor
Pemda belum melakukan pengembangan Pelaksanaan pengembangan kompetensi melalui Pelatihan/Diklat PBJ bagi
kompetensi pelaku PBJ secara berkelanjutan, pelaku PBJ secara periodik, yang antara lain meliputi perencanaan PBJ,
sehingga pelaku PBJ belum melaksanakan prosedur pemilihan penyedia barang dan jasa, manajemen kontrak, manajemen
PBJ sesuai dengan ketentuan. informasi aset, dan kompetensi umum. Penentuan kebutuhan pelatihan/diklat
mempertimbangkan hasil evaluasi oleh pemda dan kebutuhan pelaku PBJ.
Lampiran : 32/ 2 - 11
1) Pimpinan organisasi belum mampu mengarahkan 1) Peningkatan peran masyarakat/pegawai melalui penerapan sistem
sumber daya dan potensi organisasi untuk pengaduan masyarakat dan penggunaan e-Proc/SPSE yang dapat diakses
melaksanakan PBJ sesuai prosedur yang oleh masyarakat pada setiap tahapan PBJ untuk mengatasi adanya
ditetapkan penyimpangan, penyalahgunaan wewenang, korupsi, kolusi dan nepotisme
2) Pimpinan tidak transparan terhadap proses PBJ dalam proses PBJ.
3) Pengelola pengadaan mengalami demotivasi 2) Penilaian risiko oleh pimpinan/PA/KPA sebelum dilaksanakannya PBJ.
dalam melaksanakan tugasnya serta enggan Untuk itu, Pemerintah daerah perlu menetapkan dan melaksanakan
meningkatkan prestasi kerja kebijakan terkait penilaian risiko PBJ. Pelaksanaan Penilaian risiko mengacu
4) Pimpinan/pelaku PBJ belum menilai risiko dan kepada Pedoman Penilaian Risiko di masing-masing Pemerintah Daerah.
memahami tujuan pengendalian intern PBJ.
Belum semua pemerintah daerah membentuk UKPBJ Penyusunan dan implementasi Perkada tentang pembentukan UKPBJ sesuai
mandiri, atau UKPBJ masih bersifat adhoc dengan dengan Perka LKPP Nomor 14 Tahun 2018 tentang Unit Kerja Pengadaan
pegawai yang merangkap dengan jabatan atau tugas Barang/Jasa.
lain.
1) Pemilihan pegawai/pejabat yang terkait dalam 1) Pola recruitment SDM pelaku PBJ harus mempertimbangkan syarat-syarat
PBJ masih didasarkan pada pegawai/pejabat yang yang diatur dalam peraturan dan kompetensi jabatan, serta integritas SDM.
dapat diajak “bekerja sama” untuk melakukan Untuk itu, perlu menyusun dan mengimplementasikan Prosedur
kecurangan.. Pengembangan SDM PBJ yang setidak-tidaknya meliputi tahapan
2) Pegawai/pejabat terkait PBJ belum diawasi secara Perencanaan, Seleksi, Orientasi, Pengembangan SDM, Monitoring
memadai Pelaksanaan Tugas, Penilaian Kinerja dan Integritas, serta pemberian
3) Pelatihan PBJ belum memadai Sanksi dan Penghargaan. Dlm tahapan seleksi sdh mempertimbangkan
Lampiran : 32/ 3 - 11
4) Jumlah honorarium/sistem penggajian/ kompetensi jabatan dan rekam jejak integritas calon /kandidat pelaku PBJ.
remunerasi bagi pegawai yang terkait pengadaan Penilaian integritas akan dilakukan kembali setelah pelaksanaan tugas.
belum disesuaikan dengan kinerjanya dan belum 2) Adanya SOP dan transparansi proses recruitment SDM pelaku PBJ.
mendorong peningkatan nilai integritas. Transparansi proses recruitment SDM pelaku PBJ tercermin sejak
pengusulan kandidat, adanya seleksi, dan pengumuman SDM pelaku PBJ.
1) Peran APIP belum optimal dalam pengawasan dan 1) Penyusunan dan penetapan kebijakan pelaksanaan audit PBJ termasuk
pembinaan PBJ. pemberian akses kepada Inspektorat Daerah ke dalam aplikasi SPSE sesuai
batas kewenangannya yang disahkan dalam Peraturan Kepala
Daerah/Peraturan Daerah;
2) Memasukkan kegitan audit PBJ (baik kegiatan yang sedang berlangsung
maupun setelah kegiatan) ke dalam PKPT maupun Piagam Audit
Inspektorat;
3) Penyusunan pedoman audit PBJ;
4) Peningkatan kapabilitas Inspektorat Daerah untuk melakukan pengawasan
PBJ, melalui diklat PBJ dan diklat audit PBJ
1. Kegiatan PBJ dalam Kegiatan PBJ dalam dokumen penganggaran 1. Sosialisasi pedoman perhitungan teknis
dokumen penganggaran tidak pernah diusulkan oleh SKPD. Hal ini penganggaran oleh kementerian/OPD teknis
(RAPBD/APBD) tidak terjadi misalnya karena adanya penambahan kepada OPD yang membutuhkan terutama pada
pernah diusulkan oleh kegiatan pengadaan oleh pihak-pihak saat penyusunan spesifikasi teknis/KAK dan
SKPD tertentu tanpa melalui mekanisme yang perkiraan biaya/RAB untuk PBJ. (Risk 3)
seharusnya. Akibatnya kegiatan PBJ dalam 2. Penyusunan Standar Harga Barang/Jasa (SHBJ)
Lampiran : 32/ 4 - 11
dokumen penganggaran tidak selaras dengan atau Standar Satuan Harga (SSH) berdasarkan
program dalam RPJMD, RKPD, usulan Analisis Standar Belanja (ASB) terutama untuk
Musrenbang dan RKA SKPD. penyusunan KUA PPAS dan RKA SKPD. Serta
integrasi antara SSH, ASB, dan Perencanaan
(SIMDA Perencanaan). (Risk 2)
2. Mark-up anggaran PBJ Anggaran PBJ yang diusulkan oleh SKPD 3. Penggunaan website/aplikasi untuk
dalam RKA SKPD sengaja ditinggikan . meningkatkan transparansi dan keterlibatan
masyarakat dalam proses penganggaran
(penggunaan sistem pengaduan masyarakat dan
3. Penentuan anggaran PBJ Anggaran PBJ yang diusulkan tidak aplikasi penganggaran yang memungkinkan
tidak didasarkan pada didukung dengan perhitungan teknis, dilakukan pemantauan oleh masyarakat) (Risk 1,
perhitungan teknis yang misalnya engineer estmate, namun hanya 2)
memadai berdasarkan perkiraan atau menaikkan 4. Pengintegrasian e-planning (misalnya SIMDA
anggaran PBJ tahun sebelumnya dengan Perencanaan), SHBJ, SIRUP, dan Sistem
prosentase tertentu. Pengadaan Secara Elektronik (SPSE) (Risk 1,2,3)
5. Penjaminan kualitas oleh Inspektorat Daerah
untuk memastikan penganggaran PBJ telah sesuai
kebutuhan dan mendukung output dan outcome
yang diharapkan (Risk 1,2,3).
1. Perencanaan tidak sesuai Perencanaan PBJ tidak dilakukan 1. Penjaminan kualitas oleh Inspektorat Daerah untuk
dengan kebutuhan riil berdasarkan kebutuhan sesuai dengan :
rencana kegiatan yang ada di dalam Rencana § Memastikan perencanaan PBJ telah sesuai
Kerja Perangkat Daerah, kebutuhan kebutuhan dan mendukung tugas, fungsi, dan
Lampiran : 32/ 5 - 11
barang/jasa yang diperlukan belum program (output dan outcome yang diharapkan)
menunjang tugas dan fungsi, serta program § Meminimalisir kesalahan spesifikasi,
organisasi penyimpangan terhadap ketentuan, dan
Contoh: SKPD tidak memerlukan suatu jenis menghindari keterlibatan/campur tangan
barang tertentu misal kendaraan bermotor, pelaku usaha dalam penyusunannya. (Risk 1, 2,
namun dalam perencanaan pengadaan 3)
direncanakan pengadaan sepeda motor 2. Keterlibatan instansi teknis (misal Dinas Pekerjaan
Umum untuk teknis konstruksi) dalam
2. Perencanaan disesuaikan Spesifikasi teknis/KAK dibuat berdasarkan penyusunan spesifikasi teknis/KAK dalam bentuk
dengan keinginan pihak- keinginan pihak tertentu atau mengarah
BIMTEK/Workshop penyusunan spesifikasi
pihak tertentu kepada merek/produk tertentu. teknis/KAK (Risk 2)
(Ket: Spesifikasi dapat mengarah kepada 3. Pembuatan dan implementasi SOP penyusunan
merek/produk tertentu untuk pengadaan database standar kualitas dan harga barang/jasa
komponen barang/jasa, suku cadang, bagian yang mudah diakses, lengkap, transparan, akurat
dari 1 (satu) sistem yang sudah ada, dan dapat diperbarui secara berkala. (Risk 3)
barang/jasa dalam katalog elektronik, atau
barang/jasa melalui Tender Cepat)
Contoh: spesifikasi pengadaan alat kesehatan
sudah diarahkan ke spesifikasi merk tertentu.
3. Penggelembungan Perhitungan biaya barang/jasa yang
anggaran dibutuhkan, dan biaya pendukung dalam
anggaran PBJ ditetapkan terlalu tinggi (tidak
sesuai dengan harga pasar), karena tidak
adanya standar harga barang/jasa yang
akurat di Pemda.
Lampiran : 32/ 6 - 11
1. Hasil reviu spesifikasi Hasil reviu spesifikasi teknis yang dibuat oleh 1. Penyusunan SOP/manual atas reviu spesifikasi
teknis yang dibuat oleh PPK tidak sesuai dengan ketentuan misalnya teknis oleh PPK , termasuk langkah-langkah
PPK tidak sesuai ketentuan tidak sesuai kebutuhan dan tidak mengacu dalam melakukan survei untuk mengumpulkan
kepada RUP, spesifikasi disusun mengarah
data Ketersediaan, Harga, Alternatif barang
kepada suatu merek tertentu, serta spesifikasi
teknis tidak jelas/tidak menggambarkan sejenis, Ketersediaan barang/jasa yang memiliki
metode kerja penyelesaian pekerjaan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN),
Standar Nasional Indonesia (SNI), dan produk
2. Penyusunan Harga HPS yang disusun oleh PPK tidak
berkelanjutan. Dalam pekerjaan konstruksi, reviu
Perkiraan Sendiri (HPS) berdasarkan survei pasar, HPS tidak dihitung
yang tidak profesional secara keahlian, HPS disusun oleh calon spesifikasi dapat melibatkan konsultan perencana
penyedia barang/jasa sehingga barang/jasa . (Risk 1)
dan harga disesuaikan dengan keinginan 2. Penyusunan SOP/manual HPS termasuk langkah-
penyedia barang/jasa, adanya rekayasa langkah yang perlu dilakukan dalam survei harga
(mark-up) koefisien dan jenis komponen yang HPS. (Risk 2)
diperlukan untuk membentuk harga satuan 3. Penyusunan dokumen pengadaan (penetapan
sub jenis pekerjaan, adanya rekayasa (mark-
spesifikasi teknis/KAK, HPS, rancangan kontrak)
up) volume sub-sub jenis pekerjaan
khususnya untuk jenis kontrak lump sum, agar di reviu oleh Inspektorat Daerah. (Risk 1, 2)
HPS tidak berdasarkan data-data yang valid.
1. Pengumuman dan Pengumuman tender/seleksi semu atau 1. Audit atas proses pemilihan penyedia barang
pendaftaran peserta fiktif, jangka waktu pengumuman sangat dan jasa oleh Inspektorat Daerah. (Risk 1, 2)
tender/seleksi yang terbatas, isi pengumuman tidak informatif, 2. Penggunaan SPSE dan katalog elektronik .
direkayasa waktu yang ditetapkan untuk pendaftaran
Untuk menjamin berfungsinya SPSE, UKPBJ
tidak jelas, alamat yang digunakan untuk
Lampiran : 32/ 7 - 11
mendaftar tidak jelas atau alamat jelas tetapi perlu melibatkan Dinas yang menangani
sulit dicari atau alamatnya fiktif, Kominfo untuk memastikan aplikasi SPSE
tender/seleksi hanya diumumkan melalui selalu dalam kondisi siap dengan jaringan
LPSE dan tidak melalui papan pengumuman
yang memadai. (Risk 1, 2)
resmi dan website Pemda.
Pendaftaran peserta tender/seleksi yang
direkayasa misalnya adanya tender/seleksi
arisan, dimana terdapat beberapa peserta
yang mengikuti tender hanya sebagai
formalitas, pemenang sudah diatur sejak
awal.
2. Perubahan penting atas a. Amandemen dokumen pengadaan
dokumen pengadaan tidak (misalnya perubahan HPS, spesifikasi
dituangkan dalam teknis/KAK, rancangan kontrak) tidak
perubahan (amandemen) diunggah (di-upload) dalam portal LPSE
dokumen pengadaan dan dalam batas waktu yang ditentukan
tidak diunggah ke dalam misalnya, sekurang-kurangnya 3 (tiga) hari
portal LPSE pengadaan sebelum batas akhir pemasukan dokumen
terkait dalam batas waktu penawaran.
yang ditentukan b. Dalam hal amandemen dokumen
pengadaan mengakibatkan kebutuhan
penambahan waktu penyiapan dokumen
penawaran, Pokja pengadaan belum
memperpanjang batas akhir pemasukan
penawaran
Lampiran : 32/ 8 - 11
1. Perubahan substansi Substansi kontrak yang akan ditandatangani 1. Pengawasan oleh Inspektorat Daerah atas
kontrak sebelum kontrak berbeda dengan rancangan kontrak yang pelaksanaan kontrak untuk mendeteksi
ditandatangani disampaikan dalam dokumen pengadaan adanya sub kontrak pekerjaan utama, laporan
dengan tujuan menguntungkan pihak tertentu.
yang tidak sesuai, pembayaran yang tidak
2. Penandatanganan dan Penandatanganan kontrak tanpa dilengkapi sesuai kontrak, dan penyimpangan lainnya;
pelaksanaan kontrak tidak surat jaminan pelaksanaan, dan (Risk 1 sd 8)
sesuai ketentuan penandatanganan kontrak dilakukan bukan 2. Pemberlakuan Blacklist baik untuk
oleh pihak yang berwenang (dipalsukan oleh
perusahaan maupun pemilik/pelaku yang
pihak tertentu), penandatanganan Kontrak
dilakukan sebelum DIPA/DPA menjual kontrak atau mensubkontrakkan
disahkan. pekerjaan utama; (Risk 3, 4)
3. Pengawasan atas peran tenaga ahli konsultan
3. Kontrak “dijual” kepada Penyedia atau Pemenang tender/seleksi,
perencana dan pengawas di lapangan oleh
pihak lain/seluruh menjual kontrak atau seluruh pekerjaan kepada
pekerjaan dialihkan kepada penyedia lain. Secara administrasi kontrak PPK. (Risk 8)
penyedia lainnya dilaksanakan oleh pememnag tender/seleksi,
namun pada kenyataannya kontrak
dilaksanakan oleh penyedia lain.
4. Pekerjaan utama Penyedia atau Pemenang tender/seleksi,
disubkontrakan mensubkontrakkan pekerjaan utama kepada
penyedia lain.
5. Perintah perubahan Perubahan volume kontrak (contract change
volume (contract change order) tidak berdasarkan justifikasi teknis yang
order) dalam rangka Kolusi memadai, tetapi dalam rangka keuntungan
Korupsi Nepotisme penyedia semata. Misalnya harga satuan
pekerjaan tertentu yang telah dimarkup harga
Lampiran : 32/ 9 - 11
1. Kuantitas dan kualitas Barang yang diterima oleh pengguna (kuantitas, 1. Audit atas pengadaan barang dan jasa
barang yang diterima tidak kualitas) tidak sesuai kontrak , barang tidak melibatkan Inspektorat Daerah untuk
sesuai kontrak atau barang dimanfaatkan. mengetahui kualitas barang dan jasa. (Risk
tidak dimanfaatkan. 1, 2)
2. Persyaratan pengetahuan dan pengalaman
2. Pembayaran yang tidak Berita acara penyelesaian pekerjaan yang cukup bagi Panitia/Pejabat Penerima
sesuai ketentuan. direkayasa/ditinggikan sampai dengan progres Hasil Pekerjaan (PjPHP) dan melibatkan
yang disyaratkan untuk mencairkan anggaran. orang yang memahami teknis barang yang
Pembayaran tidak sesuai dengan kemajuan fisik diserahterimakan. Misalnya untuk pekerjaan
atau adanya pembayaran fiktif, pembayaran IT harus melibatkan ahli IT. (Risk 1)
tidak didukung dengan hasil perhitungan 3. Pengalokasian waktu yang cukup bagi
bersama (mutual cek) untuk kontrak harga pejabat/panitia pemeriksa hasil pekerjaan
satuan, serta tidak dibuat Berita Acara (BA) untuk melakukan pengujian dan
pembayaran. pemeriksaan hasil pekerjaan. (Risk 1, 2)
1. Barang/jasa tidak dicatat Aset yang dihasilkan dari kontrak tidak dicatat 1. Audit PBJ oleh Inspektorat, untuk
sebagaimana mestinya oleh sebagai aset dalam neraca pemerintah daerah, memastikan bahwa barang sudah
pemerintah daerah (misalnya misalnya gedung yang telah selesai dibangun dimasukkan ke dalam SIMAK-BMN/
tidak tercatat sebagai aset tidak dicatat sebagai aset dalam pemerintah SIMBADA/aplikasi BMN yang lain. (Risk
dalam neraca pemerintah daerah. 1)
daerah); 2. Penetapan tanggung jawab penyedia
Lampiran : 32/ 11 - 11
2. Barang/konstruksi tidak Barang/konstruksi yang dibuat oleh penyedia konstruksi, konsultan perencana, dan
dapat dimanfaatkan sampai ternyata tidak dapat dimanfaatkan sampai pengawas tidak hanya sampai tahap
dengan umur ekonomisnya. dengan umur ekonomisnya. Misalnya jembatan pemeliharaan tetapi juga sampai dengan
seharusnya umur ekonomisnya 20 tahun, umur teknis konstruksi. Hal tersebut dapat
namun baru dimanfaatkan selama 5 tahun, dilakukan misalnya dengan pembuatan
jembatan tersebut roboh yang disebabkan oleh surat pernyataan dimana pelaksana,
kelalaian konsultan perencana, dan pelaksana. konsultan perencana, dan pengawas harus
bertanggung jawab sesuai dengan tanggun
jawabnya masing-masing apabila
barang/kontruksi tidak dapat digunakan
s.d. umur ekonomis yang disebabkan
karena kesalahan konsultan perencana,
pelaksana, atau konsultan pengawas. (Risk
2)
3. Barang/jasa hasil Barang/jasa hasil PBJ tidak dimanfaatkan oleh 1. Penyusunan rencana teknis oleh Pengguna
pengadaan tidak pengguna misalnya karena tidak sesuai Anggaran agar melibatkan instansi teknis
dimanfaatkan. kebutuhan, tidak tersedia sarana/fasilitas (misal Dinas Pekerjaan Umum) Daerah
pendukung lainnya, SDM pengguna tidak bisa untuk meminimalisir kesalahan spesifikasi.
mengoperasikan karena tidak ada pelatihan 2. Untuk pengadaan tertentu,perlu diatur
yang memadai. dalam klausul kontrak bahwa penyedia
barang/jasa dianggap menyelesaikan
pekerjaan jika peralatan/mesin sudah
dapat dioperasikan misal untuk pengadaan
alat kedokteran atau alat kesehatan, dsb.
Lampiran : 33 / 1 - 2
CONTOH
PENCATATAN KEJADIAN RISIKO (RISK EVEN)
Analisis Risiko
Kode
“Risiko” yang Teridentifikasi Tanggal
Risiko Sebab Dampak
terjadi
1. Kegiatan PBJ dalam dokumen penganggaran PKP1
(RAPBD/APBD) tidak pernah diusulkan oleh SKPD
2. Mark-up anggaran PBJ PKP2
3. Penentuan anggaran PBJ tidak didasarkan pada PKP3
perhitungan teknis yang memadai
4. Perencanaan tidak sesuai dengan kebutuhan riil PU1
5. Perencanaan disesuaikan dengan keinginan pihak- PU2
pihak tertentu untuk keuntungan
pribadi/pribadi/pihak lain
6. Penggelembungan anggaran (perencanaan PBJ) PU3
7. Spesifikasi yang disusun dibuat tidak sesuai PDP3
ketentuan
8. Penyusunan Harga Perkiraan Sendiri (HPS) yang PDP4
tidak profesional
9. Pengumuman dan pendaftaran peserta PPP1
tender/seleksi yang direkayasa
10. Perubahan penting atas dokumen pengadaan tidak PPP7
dituangkan dalam perubahan (amandement)
dokumen pengadaan dan tidak di unggah ke dalam
portal LPSE pengadaan terkait dalam batas waktu
yang ditentukan
11. Perubahan substansi kontrak sebelum kontrak PK1
ditandatangani (yang merugikan keuangan negara)
12. Penandatanganan dan pelaksanaan kontrak tidak PK2
sesuai ketentuan
Lampiran : 33 / 2 - 2
Analisis Risiko
Kode
“Risiko” yang Teridentifikasi Tanggal
Risiko Sebab Dampak
terjadi
13. Kontrak “dijual” kepada pihak lain atau seluruh PK3
pekerjaan utama dialihkan kepada penyedia lainnya
CONTOH
PENGKOMUNIKASIAN PENGENDALIAN YANG DIBANGUN
No Media/Bentuk Sarana Penerima Waktu
Kegiatan Pengendalian yang Dibutuhkan Penyedia Informasi
Pengkomunikasian Informasi Pelaksanaan
1 2 3 4 5 6
1 Peningkatan integritas pelaku PBJ, antara lain Sosialisasi SOP UKPBJ OPD, seluruh November
melalui pertimbangan rekam jejak integritas pemilihan pelaku PBJ, pegawai dan 2018
calon /kandidat pelaku PBJ sejak tahapan website, SE masyarakat
seleksi, dan penilaian integritas setelah
pelaksanaan tugas
2 Perlunya kode etik/aturan perilaku dan Sosialisasi kode UKPBJ OPD, Pelaku Desember
implementasinya khusus bagi pelaku PBJ dan etik/aturan perilaku , PBJ, masyarakat 2018
UKPBJ yang antara lain memuat standar web site, SE
perilaku etis, praktik yang dapat diterima,
praktik yang tidak dapat diterima ,
pembentukan majelis pertimbangan kode etik,
dan proses penanganan pelanggaran kode etik
3 Penguatan whistle blower system yang Sosialisasi Perkada Sekretariat Daerah, OPD, pelaku Januari 2019
dituangkan dalam kebijakan/SOP (Perkada whistle blower UKPBJ, OPD yang PBJ, masyarakat
atau peraturan lainnya). Dalam whistle blower system/pengaduan menangani kominfo
system tersebut perlu diatur bahwa pelanggaran masyarakat, website,
integritas dan kode etik oleh SDM merupakan SE
salah satu objek yang dapat dilaporkan dan
adanya jaminan kerahasiaan si pelapor
4 Pelaksanaan pengembangan kompetensi Jadual Diklat PBJ, BKD, Balai Diklat OPD, pelaku PBJ Januari 2019
melalui Pelatihan/Diklat PBJ bagi pelaku PBJ website, SE Daerah, UKPBJ
secara periodik, yang antara lain meliputi
perencanaan PBJ, pemilihan penyedia barang
dan jasa, manajemen kontrak, manajemen
informasi aset, dan kompetensi umum.
Penentuan kebutuhan pelatihan/diklat
mempertimbangkan hasil evaluasi oleh pemda
dan kebutuhan pelaku PBJ.
5 Peningkatan peran masyarakat/pegawai Sosialisasi Perkada Sekretariat Daerah, OPD, pelaku Januari 2019
melalui penerapan sistem pengaduan whistle blower UKPBJ, OPD yang PBJ, masyarakat
masyarakat dan penggunaan e-Proc/SPSE system/pengaduan menangani kominfo
yang dapat diakses oleh masyarakat pada setiap masyarakat, website,
tahapan PBJ untuk mengatasi adanya SE
penyimpangan, penyalahgunaan wewenang,
korupsi, kolusi dan nepotisme dalam proses
PBJ.
6 Penilaian risiko oleh pimpinan/PA/KPA Sosialisasi/Bimtek Inspektorat UKPBJ, OPD Januari 2019
sebelum dilaksanakannya PBJ. pedoman penilaian
risiko khususnya
untuk PBJ,
7 Penyusunan dan implementasi Perkada tentang Perkada UKPBJ, Bagian Organisasi OPD Desember
pembentukan UKPBJ sesuai dengan Perka sosialisasi, website 2019
LKPP Nomor 14 Tahun 2018 tentang Unit Kerja
Pengadaan Barang/Jasa
8 Pola recruitment SDM pelaku PBJ harus Sosialisasi SOP UKPBJ OPD, seluruh November
mempertimbangkan syarat-syarat yang diatur pemilihan pelaku PBJ, pegawai dan 2018
dalam peraturan dan kompetensi jabatan, serta website, SE masyarakat
integritas SDM
9 Adanya SOP dan transparansi proses Sosialisasi SOP UKPBJ OPD, seluruh November
recruitment SDM pelaku PBJ. Transparansi pemilihan pelaku PBJ, pegawai dan 2018
proses recruitment SDM pelaku PBJ tercermin website, SE masyarakat
sejak pengusulan kandidat, adanya seleksi, dan
pengumuman SDM pelaku PBJ.
10 Penyusunan dan penetapan kebijakan Sosialisasi pedoman Inspektorat, UKPBJ Pegawai Februari
pelaksanaan audit PBJ termasuk pemberian audit PBJ, Jadwal Inspektorat, 2019
akses kepada Inspektorat Daerah ke dalam Diklat PBJ untuk OPD
aplikasi SPSE sesuai batas kewenangannya Inspektorat Daerah,
yang disahkan dalam Peraturan Kepala Diklat SPSE untuk
Daerah/Peraturan Daerah Inspektorat
11 Memasukkan kegitan audit PBJ (baik kegiatan Sosialisasi Perkada Inspektorat, UKPBJ Pegawai Februari
yang sedang berlangsung maupun setelah Piagam Audit Inspektorat, 2019
kegiatan) ke dalam PKPT maupun Piagam Inspektorat, sosialisasi OPD
Lampiran : 34 / 1 - 3
12 Sosialisasi pedoman perhitungan teknis SE UKPBJ, OPD Teknis OPD Januari 2019
penganggaran oleh kementerian/OPD teknis
kepada OPD yang membutuhkan terutama
pada saat penyusunan spesifikasi teknis/KAK
dan perkiraan biaya/RAB untuk PBJ
13 Penyusunan Standar Harga Barang/Jasa (SHBJ) Sosialisasi SOP Sekretariat Daerah OPD November
atau Standar Satuan Harga (SSH) berdasarkan penyusunan SHBJ, SE 2018
Analisis Standar Belanja (ASB) terutama untuk
penyusunan KUA PPAS dan RKA SKPD
14 Penggunaan website/aplikasi untuk SE, website Sekretariat Derah, Masyarakat Februari
meningkatkan transparansi dan keterlibatan UKPBJ 2018
masyarakat dalam proses penganggaran
(penggunaan sistem pengaduan masyarakat
dan aplikasi penganggaran yang
memungkinkan dilakukan pemantauan oleh
masyarakat)
15 Pengintegrasian e-planning (misalnya SIMDA Perkada/Instruksi Sekretariat Daerah UKPBJ, Badan Januari 2019
Perencanaan), SHBJ, SIRUP, dan Sistem Kepala Daerah yang menangani
Pengadaan Secara Elektronik (SPSE) pengelolaan
keuangan
daerah, Bappeda
16 Penjaminan kualitas oleh Inspektorat Daerah Perkada/Instruksi Inspektorat Daerah OPD Desember
untuk memastikan penganggaran PBJ telah Kepala Daerah 2018
sesuai kebutuhan dan mendukung output dan
outcome yang diharapkan
17 Penjaminan kualitas oleh Inspektorat Daerah Perkada/Instruksi Inspektorat Daerah OPD Desember
untuk : Kepala Daerah 2018
§ Memastikan perencanaan PBJ telah sesuai
kebutuhan dan mendukung tugas, fungsi,
dan program (output dan outcome yang
diharapkan)
§ Meminimalisir kesalahan spesifikasi,
penyimpangan terhadap ketentuan, dan
menghindari keterlibatan/campur tangan
pelaku usaha dalam penyusunannya
18 Keterlibatan instansi teknis (misal Dinas Instruksi Kepala UKPBJ, OPD Teknis OPD November
Pekerjaan Umum untuk teknis konstruksi) Daerah, Jadwal 2018
dalam penyusunan spesifikasi teknis/KAK Workshop
dalam bentuk BIMTEK/Workshop penyusunan
spesifikasi teknis/KAK
19 Pembuatan dan implementasi SOP penyusunan Sosialisasi SOP Sekretariat Daerah OPD Maret 2019
database standar kualitas dan harga penyusunan SHBJ, SE
barang/jasa yang mudah diakses, lengkap,
transparan, akurat dan dapat diperbarui secara
berkala.
20 Penyusunan SOP/manual atas reviu spesifikasi Sosialisasi SOP, SE, UKPBJ OPD November
teknis oleh PPK, termasuk langkah-langkah website 2018
dalam melakukan survei untuk
mengumpulkan data Ketersediaan, Harga,
Alternatif barang sejenis, Ketersediaan
barang/jasa yang memiliki Tingkat Komponen
Dalam Negeri (TKDN), Standar Nasional
Indonesia (SNI), dan produk berkelanjutan.
Dalam pekerjaan konstruksi, reviu spesifikasi
dapat melibatkan konsultan perencana
21 Penyusunan SOP/manual HPS termasuk Sosialisasi SOP, SE, UKPBJ OPD November
langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam website 2018
survei harga HPS
22 Penyusunan dokumen pengadaan (penetapan Perkada/Instruksi Inspektorat Daerah OPD Desember
spesifikasi teknis/KAK, HPS, rancangan Kepala Daerah 2018
kontrak) agar di reviu oleh Inspektorat Daerah
23 Audit atas proses pemilihan penyedia barang Perkada/Instruksi Inspektorat Daerah OPD Juni 2019,
dan jasa oleh Inspektorat Daerah Kepala Daerah November
2019
Lampiran : 34 / 1 - 3
CONTOH
RANCANGAN PEMANTAUAN BERKELANJUTAN ATAS PENGENDALIAN INTERN
No Bentuk/Metode
Penanggung Jawab Waktu Pelaksanaan
Kegiatan Pengendalian yang Dibutuhkan Pemantauan yang
Pemantauan Pemantauan
Diperlukan
1 2 3 4 5
1 Peningkatan integritas pelaku PBJ, antara lain - Reviu atas penerapan UKPBJ - Setahun sekali
melalui pertimbangan rekam jejak integritas calon prosedur pengembangan Inspektorat - Setiap selesai
/kandidat pelaku PBJ sejak tahapan seleksi, dan SDM PBJ pengadaan
penilaian integritas setelah pelaksanaan tugas - Penilaian integritas
Pelaku PBJ
2 Perlunya kode etik/aturan perilaku dan Reviu penerapan kode etik Inspektorat, BKD Setahun sekali
implementasinya khusus bagi pelaku PBJ dan
UKPBJ yang antara lain memuat standar perilaku
etis, praktik yang dapat diterima, praktik yang
tidak dapat diterima , pembentukan majelis
pertimbangan kode etik, dan proses penanganan
pelanggaran kode etik
3 Penguatan whistle blower system yang dituangkan Evaluasi penyelenggaraan UKPBJ - Setiap 6 bulan sekali
dalam kebijakan/SOP (Perkada atau peraturan whistle blower system Inspektorat
lainnya). Dalam whistle blower system tersebut
perlu diatur bahwa pelanggaran integritas dan
kode etik oleh SDM merupakan salah satu objek
yang dapat dilaporkan dan adanya jaminan
kerahasiaan si pelapor
4 Pelaksanaan pengembangan kompetensi melalui Evaluasi penyelenggaraan UKPBJ - Setiap selesai diklat
Pelatihan/Diklat PBJ bagi pelaku PBJ secara pelatihan/Diklat PBJ Balai Diklat untuk menilai
periodik, yang antara lain meliputi perencanaan Inspektorat pemahaman peserta
PBJ, pemilihan penyedia barang dan jasa, - Setahun sekali
manajemen kontrak, manajemen informasi aset, untuk menilai
dan kompetensi umum. Penentuan kebutuhan penyelenggaraan
pelatihan/diklat mempertimbangkan hasil pelatihan/diklat
evaluasi oleh pemda dan kebutuhan pelaku PBJ. secara umum
5 Peningkatan peran masyarakat/pegawai melalui Evaluasi penyelenggaraan UKPBJ - Setiap 6 bulan sekali
penerapan sistem pengaduan masyarakat dan sistem pengaduan Inspektorat
penggunaan e-Proc/SPSE yang dapat diakses oleh masyarakat/whistle blower
masyarakat pada setiap tahapan PBJ untuk system
mengatasi adanya penyimpangan,
penyalahgunaan wewenang, korupsi, kolusi dan
nepotisme dalam proses PBJ.
6 Penilaian risiko oleh pimpinan/PA/KPA sebelum - Monitoring oleh - Pimpinan PA/KPA Rutin oleh pimpinan
dilaksanakannya PBJ. pimpinan/PA/KPA - Inspektorat PA/KPA, setiap
- Evaluasi oleh Inspektorat semester oleh
Inspektorat
7 Penyusunan dan implementasi Perkada tentang Monitoring perkembangan Sekretariat Daerah Setiap bulan
pembentukan UKPBJ sesuai dengan Perka LKPP pembantukan UKPBJ oleh
Nomor 14 Tahun 2018 tentang Unit Kerja Sekretariat Daerah,
Pengadaan Barang/Jasa
8 Pola recruitment SDM pelaku PBJ harus - Reviu atas penerapan UKPBJ - Setahun sekali
mempertimbangkan syarat-syarat yang diatur prosedur pengembangan Inspektorat - Setiap selesai
dalam peraturan dan kompetensi jabatan, serta SDM PBJ pengadaan
integritas SDM - Penilaian integritas
Pelaku PBJ
9 Adanya SOP dan transparansi proses recruitment - Evaluasi penempatan UKPBJ - Setahun sekali
SDM pelaku PBJ. Transparansi proses recruitment pelaku PBJ Inspektorat
SDM pelaku PBJ tercermin sejak pengusulan
kandidat, adanya seleksi, dan pengumuman SDM
pelaku PBJ.
10 Penyusunan dan penetapan kebijakan Monitoring pelaksanaan Kepala Daerah Setiap 6 bulan sekali
pelaksanaan audit PBJ termasuk pemberian akses audit PBJ yang dilakukan Inspektorat
kepada Inspektorat Daerah ke dalam aplikasi Inspektorat
SPSE sesuai batas kewenangannya yang disahkan
dalam Peraturan Kepala Daerah/Peraturan
Daerah
11 Memasukkan kegitan audit PBJ (baik kegiatan Monitoring pelaksanaan Kepala Daerah Setiap 6 bulan sekali
yang sedang berlangsung maupun setelah audit PBJ yang dilakukan Inspektorat
kegiatan) ke dalam PKPT maupun Piagam Audit Inspektorat
Lampiran : 35 / 2 - 3
No Bentuk/Metode
Penanggung Jawab Waktu Pelaksanaan
Kegiatan Pengendalian yang Dibutuhkan Pemantauan yang
Pemantauan Pemantauan
Diperlukan
1 2 3 4 5
Inspektorat
12 Sosialisasi pedoman perhitungan teknis Monitoring sosialisasi UKPBJ Setiap pelaksanaan
penganggaran oleh kementerian/OPD teknis pedoman perhitungan kegiatan
kepada OPD yang membutuhkan terutama pada teknis
saat penyusunan spesifikasi teknis/KAK dan
perkiraan biaya/RAB untuk PBJ
13 Penyusunan Standar Harga Barang/Jasa (SHBJ) Monitoring penyusunan Sekretariat Daerah Setiap tahun
atau Standar Satuan Harga (SSH) berdasarkan SHBJ
Analisis Standar Belanja (ASB) terutama untuk
penyusunan KUA PPAS dan RKA SKPD
14 Penggunaan website/aplikasi untuk Evaluasi penyelenggaraan Sekretariat Daerah, Setiap 6 bulan sekali
meningkatkan transparansi dan keterlibatan whistle blower system UKPBJ
masyarakat dalam proses penganggaran
(penggunaan sistem pengaduan masyarakat dan
aplikasi penganggaran yang memungkinkan
dilakukan pemantauan oleh masyarakat)
15 Pengintegrasian e-planning (misalnya SIMDA Monitoring implementasi Sekretariat Daerah, Setiap 6 bulan sekali
Perencanaan), SHBJ, SIRUP, dan Sistem Pengintegrasian e-planning UKPBJ
Pengadaan Secara Elektronik (SPSE) (misalnya SIMDA
Perencanaan), SHBJ, SIRUP,
dan Sistem Pengadaan
Secara Elektronik (SPSE)
16 Penjaminan kualitas oleh Inspektorat Daerah - Monitoring pelaksanaan Kepala Daerah Setiap 6 bulan sekali
untuk memastikan penganggaran PBJ telah sesuai penjaminan kualitas oleh Inspektorat
kebutuhan dan mendukung output dan outcome Inspektorat
yang diharapkan - Monitoring pelaksanaan
Tindak lanjut oleh OPD
17 Penjaminan kualitas oleh Inspektorat Daerah - Monitoring pelaksanaan Kepala Daerah Setiap 6 bulan sekali
untuk : penjaminan kualitas oleh Inspektorat
§ Memastikan perencanaan PBJ telah sesuai Inspektorat
kebutuhan dan mendukung tugas, fungsi, - Monitoring pelaksanaan
dan program (output dan outcome yang Tindak lanjut oleh OPD
diharapkan)
§ Meminimalisir kesalahan spesifikasi,
penyimpangan terhadap ketentuan, dan
menghindari keterlibatan/campur tangan
pelaku usaha dalam penyusunannya
18 Keterlibatan instansi teknis (misal Dinas Pekerjaan Monitoring sosialisasi UKPBJ Setiap pelaksanaan
Umum untuk teknis konstruksi) dalam pedoman perhitungan kegiatan
penyusunan spesifikasi teknis/KAK dalam bentuk teknis
BIMTEK/Workshop penyusunan spesifikasi
teknis/KAK
19 Pembuatan dan implementasi SOP penyusunan Monitoring penyusunan Sekretariat Daerah Setiap semester
database standar kualitas dan harga barang/jasa SOP dan penyusunan
yang mudah diakses, lengkap, transparan, akurat database standar kualitas
dan dapat diperbarui secara berkala. dan harga barang/jasa
20 Penyusunan SOP/manual atas reviu spesifikasi Monitoring penyusunan UKPBJ dan Kepala Setiap pelaksanaan
teknis oleh PPK, termasuk langkah-langkah dalam SOP dan pelaksanaan reviu OPD kegiatan
melakukan survei untuk mengumpulkan data spesifikasi teknis oleh PPK
Ketersediaan, Harga, Alternatif barang sejenis,
Ketersediaan barang/jasa yang memiliki Tingkat
Komponen Dalam Negeri (TKDN), Standar
Nasional Indonesia (SNI), dan produk
berkelanjutan. Dalam pekerjaan konstruksi, reviu
spesifikasi dapat melibatkan konsultan perencana
21 Penyusunan SOP/manual HPS termasuk langkah- Monitoring penyusunan UKPBJ dan Kepala Setiap pelaksanaan
langkah yang perlu dilakukan dalam survei harga SOP dan implementasi OPD kegiatan
HPS
22 Penyusunan dokumen pengadaan (penetapan - Monitoring pelaksanaan Kepala Daerah Setiap 6 bulan sekali
spesifikasi teknis/KAK, HPS, rancangan kontrak) Reviu inspektorat daerah Inspektorat
agar di reviu oleh Inspektorat Daerah - Monitoring tindak lanjut
oleh OPD
23 Audit atas proses pemilihan penyedia barang dan - Monitoring pelaksanaan Kepala Daerah Setiap 6 bulan sekali
jasa oleh Inspektorat Daerah audit proses pemilihan Inspektorat
PBJ
Lampiran : 35 / 3 - 3
No Bentuk/Metode
Penanggung Jawab Waktu Pelaksanaan
Kegiatan Pengendalian yang Dibutuhkan Pemantauan yang
Pemantauan Pemantauan
Diperlukan
1 2 3 4 5
- Monitoring tindak lanjut
oleh OPD
24 Penggunaan SPSE dan katalog elektronik . Untuk - Pemantauan penggunaan UKPBJ Setiap 3 bulan
menjamin berfungsinya SPSE, UKPBJ perlu SPSE dan katalog Inspektorat
melibatkan Dinas yang menangani Kominfo elektronik
untuk memastikan aplikasi SPSE selalu dalam - Pemantauan kepada
kondisi siap dengan jaringan yang memadai Dinas yang menangani
kominfo
25 Pengawasan oleh Inspektorat Daerah atas - Monitoring pelaksanaan Kepala Daerah Setiap 6 bulan sekali
pelaksanaan kontrak untuk mendeteksi adanya pengawasan oleh Inspektorat
sub kontrak pekerjaan utama, laporan yang tidak inspektorat daerah
sesuai, pembayaran yang tidak sesuai kontrak, - Monitoring tindak lanjut
dan penyimpangan lainnya oleh OPD
26 Pemberlakuan Blacklist baik untuk perusahaan Monitoring pelaksanaan UKPBJ Setiap ada kejadian
maupun pemilik/pelaku yang menjual kontrak blaclist Inspektorat
atau mensubkontrakkan pekerjaan utama
27 Pengawasan atas peran tenaga ahli konsultan Monitoring pengawasan Inspektorat Setiap 6 bulan sekali
perencana dan pengawas di lapangan oleh PPK PPK
28 Audit atas pengadaan barang dan jasa melibatkan - Monitoring pelaksanaan Kepala Daerah Setiap 6 bulan sekali
Inspektorat Daerah untuk mengetahui kualitas Audit PBJ oleh Inspektorat
barang dan jasa Inspektorat
- Monitoring tindak lanjut
oleh OPD
29 Persyaratan pengetahuan dan pengalaman yang Evaluasi penetapan UKPBJ Setiap pembentukan
cukup bagi Panitia/Pejabat Penerima Hasil Panitia/Pejabat Penerima
Pekerjaan (PjPHP) dan melibatkan orang yang Hasil Pekerjaan (PjPHP)
memahami teknis barang yang diserahterimakan
30 Pengalokasian waktu yang cukup bagi Evaluasi alokasi waktu UKPBJ Setiap pelaksanaan
pejabat/panitia pemeriksa hasil pekerjaan untuk
melakukan pengujian dan pemeriksaan hasil
pekerjaan
31 Audit PBJ oleh Inspektorat, untuk memastikan - Monitoring pelaksanaan Kepala Daerah Setiap 6 bulan sekali
bahwa barang sudah dimasukkan ke dalam Audit PBJ oleh Inspektorat
SIMAK-BMN/ SIMBADA/aplikasi BMN yang Inspektorat
lain - Monitoring tindak lanjut
oleh OPD
32 Penetapan tanggung jawab penyedia konstruksi, Evaluasi oleh UKPBJ dan UKPBJ Setiap pelaksanaan
konsultan perencana, dan pengawas tidak hanya Inspektorat Inspektorat kontrak
sampai tahap pemeliharaan tetapi juga sampai
dengan umur teknis konstruksi
33 Penyusunan rencana teknis oleh Pengguna Monitoring penyusunan UKPBJ Setiap pelaksanaan
Anggaran agar melibatkan instansi teknis (misal rencana teknis kegiatan
Dinas Pekerjaan Umum) Daerah untuk
meminimalisir kesalahan spesifikasi
34 Untuk pengadaan tertentu,perlu diatur dalam Evaluasi oleh UKPBJ dan UKPBJ Setiap pelaksanaan
klausul kontrak bahwa penyedia barang/jasa Inspektorat Inspektorat kontrak
dianggap menyelesaikan pekerjaan jika
peralatan/mesin sudah dapat dioperasikan misal
untuk pengadaan alat kedokteran atau alat
kesehatan, dsb
Lampiran : 36 / 1-1
I. Pendahuluan .......................................................................................1
A Latar belakang................................................................................1
B Dasar hukum ..................................................................................2
C Maksud dan tujuan .........................................................................2
D Ruang lingkup ................................................................................3
II. Sekilas tentang SPIP ..........................................................................4
A Pengertian ......................................................................................4
B Tujuan spip.....................................................................................5
C unsur unsur SPIP ...........................................................................5
1. Lingkungan Pengendalian ........................................................5
2. Penilaian risiko .........................................................................6
3. Aktifitas pengendalian ...............................................................6
4. Informasi dan komunikasi .........................................................6
5. Pemantauan berkelanjutan .......................................................7
D. PernyataanTanggung Jawab (Statement of Responsibilities).......7
III. Penciptaan Lingkungan Pengendalian yang Diharapkan .....................8
A. Tujuan Penciptaan Lingkungan Pengendalian yang Baik ...............8
B. Kondisi Lingkungan Pengendalian Saat Ini.....................................9
C. Rencana Perbaikan Lingkungan Pengendalian ............................11
IV. Risiko dan Kegiatan Pengendalian....................................................14
A. Pernyataan Tujuan .......................................................................14
B. Risiko-risiko ..................................................................................15
C. Pengendalian Terpasang..............................................................18
D. Pengendalian yang Masih Dibutuhkan..........................................18
V. Informasidan Komunikasi ........................................................................20
VI. Pemantauan dan Evaluasi ......................................................................21
VII. Penutup ....................................................................................................23
Lampiran