Anda di halaman 1dari 194

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

MODUL
PENYELENGGARAAN SPIP ATAS PENGADAAN BARANG/JASA
PADA PEMERINTAH DAERAH

DEPUTI BIDANG PENGAWASAN PENYELENGGARAAN


KEUANGAN DAERAH

NOMOR : S-1486/D3/02/2018
TANGGAL : 14 September 2018

INTEGRITAS – INOVASI – INDEPENDEN


TIM PENYUSUN

Pengarah : Gatot Darmasto


Penanggung jawab : Bea Rejeki Tirtadewi
Pembantu penanggung jawab : Nani Ulina Kartika Nasution
Pengendali Teknis : Imelda Mauldivita
Ketua Tim : Wahyu Hartono
Anggota Tim : Jovardian Mahar
Teguh Priyanto
Rizky Shampitha Surya W.
Lufhti Fathurahman A.

ii
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ........................................................................................................... iii
DAFTAR ISI .......................................................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN …….................................................................................................. v
DAFTAR TABEL .................................................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................... viii
DAFTAR ISTILAH ............................................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................... 1
B. Dasar Hukum ............................................................................................................. 2
C. Tujuan dan Ruang Lingkup ..................................................................................... 3
D. Metodologi Penyusunan Modul .............................................................................. 4
E. Sistematika Modul ..................................................................................................... 4
BAB II GAMBARAN UMUM ATAS TAHAPAN DAN PROSES PENGADAAN
BARANG/JASA PEMERINTAH ....................................................................................... 6
A. Pengertian Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah .................................................. 6
B. Prinsip dan Etika Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah ..................................... 6
C. Klasifikasi Pengadaan Barang/Jasa ........................................................................ 7
D. Tahapan dan Proses Pengadaan Barang/Jasa ....................................................... 8
E. Unit Kerja Pengadaan Barang/Jasa ……............................................................... 11

BAB III PENYELENGGARAAN SPIP PENGADAAN BARANG/JASA (PBJ) .......... 13


A. Tahap 1: Penetapan Tujuan PBJ ............................................................................. 14
B. Tahap 2: Identifikasi Kelemahan Lingkungan Pengendalian PBJ .................... 14
C. Tahap 3: Penilaian Risiko PBJ Pemerintah Daerah ............................................. 21
D. Tahap 4: Evaluasi Pengendalian yang Ada .......................................................... 39
E. Tahap 5: Penyusunan Rencana Tindak Pengendalian PBJ ................................ 39
F. Tahap 6: Informasi dan Komunikasi atas Risiko dan RTP ................................. 46
G. Tahap 7: Monitoring dan Evaluasi RTP ………………………............................ 47
H. Pelaporan: .................................................................................................................. 47
BAB IV PENUTUP ............................................................................................................... 48
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 49

iv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Penilaian Lingkungan Pengendalian Intern/Control


Environment Evaluation (CEE) Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah;
Lampiran 2 Contoh Kertas Kerja Rekapitulasi Jawaban Penilaian
Lingkungan Pengendalian Intern/Control Environment Evaluation
(CEE) PBJ;
Lampiran 3 Contoh Kondisi Kerentanan Lingkungan Pengendalian Intern
Terkait PBJ Di Pemerintah Daerah;
Lampiran 4 Contoh Simpulan Survei Persepsi atas Lingkungan
Pengendalian Intern PBJ Pemerintah Daerah Menurut Metode
CEE;
Lampiran 5 Contoh Kertas Kerja Penyimpulan Kondisi Lingkungan
Pengendalian
Lampiran 6 Contoh Formulir Kertas Kerja Identifikasi Risiko Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah Daerah;
Lampiran 7 Contoh Formulir Kertas Kerja Hasil Analisis Risiko Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah Daerah (Keseluruhan);
Lampiran 8 Contoh Formulir Kertas Kerja Daftar Risiko Prioritas Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah Daerah;
Lampiran 9 Contoh Formulir Kertas Kerja Penilaian Atas Kegiatan
Pengendalian Yang Ada Dan Masih Dibutuhkan;
Lampiran 10 Contoh Perkada Kode Etik UKPBJ;
Lampiran 11 Contoh Peraturan Daerah Tentang Penanganan Pengaduan
Masyarakat;
Lampiran 12 Contoh SOP Pengaduan Masyarakat;
Lampiran 13 Contoh Struktur Organisasi UKPBJ;
Lampiran 14 Contoh Langkah Utama Dan SOP Pengembangan SDM;
Lampiran 15 a. Contoh Formulir Seleksi Pelaku PBJ – Penilaian Integritas
dan Disiplin;
b. Contoh Form Rekap Pemenuhan Persyaratan Integritas dan
Disiplin

v
c. Contoh Form Persyaratan Pejabat Pembuat Komitmen;
d. Contoh Form Persyaratan Pejabat Pengadaan;
e. Contoh Form Persyaratan Kelompok Kerja Pemilihan;
f. Contoh Form Persyaratan Pejabat/Panitia Pemeriksa Hasil
Pekerjaan (PjPHP/PPHP);
Lampiran 16 Contoh Pakta Integritas;
Lampiran 17 Contoh Kuesioner Penilaian kinerja 360 Derajat;
Lampiran 18 Contoh Perkada Tentang Kebijakan Audit PBJ;
Lampiran 19 Contoh Program Kerja Penyusun Standar Harga;
Lampiran 20 Contoh Pengintegrasian Simren-SIRUP;
Lampiran 21 Contoh Audit Program Penjaminan Kualitas Penganggaran PBJ;
Lampiran 22 Contoh Audit Program Penjaminan Kualitas PBJ Pada Tahap
Perencanaan Pengadaan;
Lampiran 23 Contoh SOP Atau Manual Reviu Spesifikasi Teknis;
Lampiran 24 Contoh Kertas Kerja Reviu Spesifikasi Teknis;
Lampiran 25 Contoh Formulir Usulan Alternatif Spesifikasi Teknis;
Lampiran 26 Contoh Formulir Penetapan Spesifikasi Teknis Oleh PPK;
Lampiran 27 Contoh Manual Pelaksanaan Penyusunan Dan Penetapan HPS;
Lampiran 28 Contoh Kertas Kerja Penyusunan Dan Penetapan HPS;
Lampiran 29 Contoh Program Audit Pada Tahap Pengumuman;
Lampiran 30 Contoh Program Audit Pencatatan Aset;
Lampiran 31 Contoh Surat Pernyataan Tanggung Jawab Sampai Dengan
Umur Ekonomis;
Lampiran 32 Rekapitulasi RTP Atas Risiko Prioritas;
Lampiran 33 Contoh Pencatatan Risiko (Risk Even);
Lampiran 34 Contoh Informasi RTP;
Lampiran 35 Contoh Rancangan Monitoring Dan Evaluasi Atas Pengendalian
Intern.
Lampiran 36 Contoh Outline (Daftar Isi) Laporan/Dokumen Rencana Tindak
Pengendalian

vi
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
3.1 Lima Besar Kasus Korupsi yang Ditangani KPK Tahun 2004 –
Maret 2016 ………………………………………………………… 16
3.2 Kasus Operasi Tangkap Tangan KPK terkait PBJ ......................... 16
3.3 Komposisi Permasalahan Kelemahan SPI Tahun 2016 ................ 17
3.4 Skala Dampak Risiko ………………………………………………. 22
3.5 Skala Kemungkinan Terjadinya Risiko …………………………... 22
3.6 Kriteria Penerimaan Risiko PBJ …………………………………… 23
3.7 Matriks Analisis Risiko …………………………………………….. 23
3.8 Matriks Hasil Analisis Risiko PBJ ………………………………… 36
3.9 Hasil Analisis Risiko Sesuai Urutan Kategori …………………… 37

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
2.1 Tahapan Pengadaan Barang/Jasa Melalui Penyedia ……………........ 8
3.1 Siklus Penyelenggaraan SPIP atas Kegiatan PBJ …………………….. 13
3.2 Identifikasi Kelemahan Lingkungan Pengendalian dalam PBJ ......... 15
3.3 Komposisi Permasalahan Ketidakpatuhan Ketentuan Peraturan
Perundang-undangan yang Mengakibatkan Kerugian Tahun 2016
(Berdasarkan Nilai Permasalahan atas Pemeriksaan LKPD) ……….. 17
3.4 Langkah Kerja Penilaian Risiko PBJ …………………………………... 21
3.5 Langkah Kerja Penyusunan Dokumen RTP PBJ ……………………... 39

viii
DAFTAR ISTILAH

Adil/tidak diskriminatif : Memberikan perlakuan yang sama bagi semua


calon Penyedia Barang/Jasa dan tidak mengarah
untuk memberi keuntungan kepada pihak tertentu,
dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional.

Akuntabel : Sesuai dengan aturan dan ketentuan yang terkait


dengan Pengadaan Barang/Jasa sehingga dapat
dipertanggungjawabkan

Control Self Assessment : suatu proses penilaian diri sendiri tentang


(CSA) efektifitas pengendalian yang ada untuk memberi
keyakinan bahwa tujuan/sasaran organisasi akan
tercapai. Penilaian sendiri merujuk upaya yang
melibatkan manajemen dan karyawan secara aktif
terlibat dalam evaluasi dan pengukuran efektivitas
pengendalian.

Control Environtment : merupakan kegiatan evaluasi atas lingkungan


Evaluation (CEE) pengendalian suatu organisasi dibandingkan
dengan “kondisi ideal” (framework) dari masing-
masing subunsur dalam lingkungan pengendalian
sehingga diperoleh gambaran kondisinya dan
masukan bagi manajemen dalam perbaikan
lingkungan pengendalian.

Efektif : Pengadaan Barang/Jasa harus sesuai dengan


kebutuhan dan sasaran yang telah ditetapkan serta
memberikan manfaat yang sebesar-besarnya.

Efisien : Pengadaan Barang/Jasa harus diusahakan dengan


menggunakan dana dan daya yang minimum
untuk mencapai kualitas dan sasaran dalam waktu
yang ditetapkan atau menggunakan dana yang
telah ditetapkan untuk mencapai hasil dan sasaran
dengan kualitas yang maksimum.

Focus Group Discussion : Suatu proses pengumpulan informasi suatu


(FGD) masalah tertentu yang sangat spesifik melalui
diskusi kelompok.

ix
Harga Perkiraan Sendiri : Harga yang disusun berdasarkan harga pasar
setempat, Informasi biaya satuan oleh BPS, asosiasi
terkait atau informasi yang dapat
dipertanggungjawabkan, pabrikan atau agen
tunggal, yang disusun sebelum batas akhir
pemasukan penawaran untuk pemilihan dengan
pascakualifikasi 28 hari sebelum pengadaan.

Kompetitif/Bersaing : Pengadaan Barang/Jasa harus dilakukan melalui


persaingan yang sehat diantara sebanyak mungkin
Penyedia Barang/Jasa yang setara dan memenuhi
persyaratan, sehingga dapat diperoleh Barang/Jasa
yang ditawarkan secara kompetitif dan tidak ada
intervensi yang mengganggu terciptanya
mekanisme pasar dalam Pengadaan Barang/Jasa

Lingkungan pengendalian : Lingkungan pengendalian yang menimbulkan


perilaku positif dan kondusif untuk penerapan
Sistem Pengendalian Intern dalam lingkungan
kerjanya.

LKPP (Lembaga Kebijakan : Lembaga Pemerintah yang bertugas


Pengadaan Barang/Jasa mengembangkan dan merumuskan kebijakan
Pemerintah) Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

Pengadaan Barang/Jasa : Kegiatan Pengadaan Barang/Jasa oleh


(PBJ) Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah yang
dibiayai oleh APBN/APBD yang prosesnya sejak
identifikasi kebutuhan, sampai dengan serah terima
hasil pekerjaan.

Rencana Tindak : Rencana perbaikan pengendalian yang ada


Pengendalian termasuk pengkomunikasian dan pemantauan
pelaksanaan perbaikannya.

Risiko : Kejadian yang mengancam pencapaian tujuan dan


sasaran Pengadaan Barang/Jasa. Kejadian ini bisa
sudah terjadi atau yang akan terjadi.

Sistem Pengendalian : Segala tindakan dan kegiatan yang dilakukan


Intern Pemerintah (SPIP) secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh
pegawai untuk memberikan keyakinan memadai

x
atas tercapainya tujuan.

Terbuka : Pengadaan Barang/Jasa dapat diikuti oleh semua


Penyedia Barang/Jasa yang memenuhi
persyaratan/kriteria tertentu berdasarkan
ketentuan dan prosedur yang jelas.

Transparan : Semua ketentuan dan informasi mengenai


Pengadaan Barang/Jasa bersifat jelas dan dapat
diketahui secara luas oleh Penyedia Barang/Jasa
yang berminat serta oleh masyarakat pada
umumnya.

Whistle Blower System : Sistem yang digunakan untuk mengakomodasi


pelapor yang memiliki Informasi dan ingin
melaporkan suatu perbuatan yang berindikasi
pelanggaran yang terjadi di K/L/D.

xi
Modul Penyelenggaraan SPIP atas Pengadaan Barang / Jasa pada Pemerintah Daerah

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengadaan Barang/Jasa (PBJ) Pemerintah merupakan mekanisme belanja
pemerintah yang memegang peranan penting dalam pemanfaatan anggaran
negara. PBJ melibatkan jumlah uang yang sangat besar, sehingga pemerintah
disebut juga sebagai the largest buyer. Menurut data Lembaga Kebijakan PBJ
Pemerintah (LKPP), Anggaran PBJ setiap tahunnya mencapai sekitar 40% dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (APBD).
Begitu pentingnya peran PBJ mengharuskan pemerintah membuat
pengaturan-pengaturan pelaksanaan PBJ. Sejak tahun 1973, pemerintah telah
memiliki aturan terkait PBJ, namun belum berupa peraturan khusus, melainkan
masih disisipkan dalam Keppres Pedoman Pelaksanaan APBN. Keppres pertama
yang dikeluarkan terkait PBJ yaitu Keppres Nomor 11 tahun 1973 tentang
Pedoman Pelaksanaan APBN. Setelah lahirnya Keppres tersebut, hampir setiap
tahun secara berturut-turut diterbitkan Keppres baru sebagai penyempurnaan
pengaturan pelaksanaan APBN. Baru setelah tahun 2000, Keppres yang secara
khusus mengatur PBJ diterbitkan, terakhir dengan Perpres Nomor 16 Tahun 2018
tentang PBJ Pemerintah. Tujuan dari pengaturan tersebut, sebagaimana
tercantum dalam point b pertimbangan Perpres Nomor 16 Tahun 2018, adalah
untuk memberikan pemenuhan nilai manfaat yang sebesar-besarnya (value for
money) dan kontribusi dalam peningkatan penggunaan produk dalam negeri,
peningkatan peran Usaha Mikro, Usaha Kecil dan Usaha Menengah serta
pembangunan berkelanjutan.
Meskipun peraturan terkait PBJ telah ada dan selalu disempurnakan,
pelaksanaan PBJ masih belum optimal dalam mencapai tujuan PBJ. Hal tersebut
disebabkan antara lain karena lemahnya sistem pengendalian intern dalam PBJ.

1
Modul Penyelenggaraan SPIP atas Pengadaan Barang / Jasa pada Pemerintah Daerah

Peraturan Pemerintah (PP) No. 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian


Intern Pemerintah (SPIP) mengamanatkan bahwa pemerintah wajib
menyelenggarakan sistem pengendalian intern untuk memberikan keyakinan
yang memadai atas tercapainya tujuan pemerintah, dimana salah satu bagiannya
adalah PBJ, melalui penyelenggaraan program/ kegiatan yang efektif dan efisien,
keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap
peraturan perundang-undangan. Dalam hal ini, BPKP selaku Pembina
penyelenggaraan SPIP sebagaimana diamanatkan dalam PP No. 60 Tahun 2008,
berkomitmen untuk dapat memberikan peran consulting maupun assurance secara
independen atas penyelenggaraan program/kegiatan pemerintahan, termasuk
kegiatan PBJ oleh pemda melalui pemberian masukan/rekomendasi perbaikan
pengendalian intern yang diperlukan dalam penyelenggaraan PBJ, mulai dari
perumusan kebijakan (penganggaran), perencanaan pengadaan, persiapan
pengadaan, persiapan pemilihan, pelaksanaan pemilihan, pelaksanaan kontrak,
serah terima, sampai dengan pemanfaatan hasil PBJ.
Sehubungan dengan hal tersebut, BPKP menyusun “Modul
Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah atas Pengadaan
Barang/Jasa pada Pemerintah Daerah”, dengan harapan agar dapat menjadi
bahan masukan bagi pemerintah daerah dalam mengidentifikasi risiko dan
memperbaiki pengendalian intern yang diperlukan dalam penyelenggaraan PBJ
sehingga membantu pencapaian tujuan PBJ.

B. Dasar Hukum
Dasar hukum yang menjadi acuan dalam penyusunan modul ini, yaitu:
1. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian
Intern Pemerintah (SPIP);
2. Perpres Nomor 16 Tahun 2018 tentang PBJ Pemerintah
3. Perka LKPP No 1 Tahun 2018 tentang Perubahan Kedua Perka LKPP tentang
Whistleblowing System PBJ;
4. Peraturan Kepala LKPP Nomor 7 Tahun 2018 tentang Pedoman Perencanaan
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;

2
Modul Penyelenggaraan SPIP atas Pengadaan Barang / Jasa pada Pemerintah Daerah

5. Peraturan Kepala LKPP Nomor 8 Tahun 2018 tentang Pedoman Swakelola;


6. Peraturan Kepala LKPP Nomor 9 Tahun 2018 tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengadaan Barang/Jasa Melalui Penyedia;
7. Peraturan Kepala LKPP Nomor 10 Tahun 2018 tentang Pedoman Pelaksanaan
Tender/Seleksi Internasional;
8. Peraturan Kepala LKPP Nomor 11 Tahun 2018 tentang Katalog Elektronik;
9. Peraturan Kepala LKPP Nomor 12 Tahun 2018 tentang Pedoman Pengadaan
Barang/Jasa yang Dikecualikan pada Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;
10. Peraturan Kepala LKPP Nomor 13 Tahun 2018 tentang Pengadaan
Barang/Jasa dalam Penanganan Keadaan Darurat;
11. Peraturan Kepala LKPP Nomor 14 Tahun 2018 tentang Unit Kerja Pengadaan
Barang/Jasa;
12. Peraturan Kepala LKPP Nomor 15 Tahun 2018 tentang Pelaku Pengadaan
Barang/Jasa;
13. Peraturan Kepala LKPP Nomor 16 Tahun 2018 tentang Agen Pengadaan;
14. Peraturan Kepala LKPP Nomor 17 Tahun 2018 tentang Sanksi Daftar Hitam
Dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;
15. Peraturan Kepala LKPP Nomor 18 Tahun 2018 tentang Layanan Penyelesaian
Sengketa Kontrak Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;
16. Peraturan Kepala LKPP Nomor 19 Tahun 2018 tentang Pengembangan Sistem
Dan Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa.

C. Tujuan dan Ruang Lingkup


1. Tujuan
Penyusunan modul ini bertujuan untuk:
1) Memberikan panduan dalam mengidentifikasi dan menganalisis risiko
penyelenggaraan PBJ pemerintah daerah;
2) Memberikan panduan dalam perumusan Rencana Tindak Pengendalian
(RTP) yang memadai untuk mengoptimalkan efektivitas pencapaian
tujuan PBJ pemerintah daerah;

3
Modul Penyelenggaraan SPIP atas Pengadaan Barang / Jasa pada Pemerintah Daerah

3) Memberikan bahan pertimbangan perbaikan penyelenggaraan sistem


pengendalian intern atas pelaksanaan PBJ secara lebih akuntabel dan
transparan.
2. Ruang Lingkup
Modul ini dikhususkan untuk Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa
yang dilakukan melalui penyedia yang meliputi penilaian risiko dan
penyusunan RTP yang diperlukan untuk setiap tahapan PBJ pemerintah
daerah, mulai dari tahapan perumusan kebijakan (penganggaran),
perencanaan pengadaan, persiapan pengadaan, persiapan pemilihan,
pelaksanaan pemilihan, pelaksanaan kontrak, serah terima, dan pemanfaatan
hasil PBJ oleh Pemerintah Daerah.

D. Metodologi Penyusunan Modul


Modul ini disusun dengan menggunakan metode sebagai berikut.
1. Desk study, yaitu melakukan tinjauan pustaka terkait prosedur dan praktek
PBJ pemerintah daerah serta pengumpulan regulasi dan data sekunder yang
terkait;
2. Focused Group Discussion (FGD) dan Workshop dengan pihak-pihak terkait
baik internal maupun eksternal untuk memperoleh masukan terkait isi
materi dan sistematika modul.

E. Sistematika Modul
Modul ini disusun dalam empat bab yaitu sebagai berikut;
Bab I Pendahuluan.
Bab ini menguraikan latar belakang penyusunan modul, dasar hukum,
tujuan dan ruang lingkup, metodologi penyusunan, dan sistematika
modul.
Bab II Gambaran umum atas tahapan dan proses PBJ pemerintah daerah.
Bab ini menguraikan mengenai pengertian PBJ pemerintah, prinsip dan
etika PBJ, klasifikasi PBJ, tahapan proses PBJ, serta unit kerja pengadaan
barang/jasa.

4
Modul Penyelenggaraan SPIP atas Pengadaan Barang / Jasa pada Pemerintah Daerah

Bab III Penyelenggaraan SPIP PBJ Pemerintah Daerah.


Bab ini menguraikan langkah-langkah penyelenggaraan SPIP PBJ yang
meliputi Analisis Tujuan PBJ, Identifikasi Kelemahan Lingkungan
Pengendalian PBJ, Penilaian Risiko PBJ, Evaluasi Pengendalian yang Ada,
Penyusunan RTP PBJ, Pengkomunikasian RTP, dan Monitoring dan
Evaluasi RTP.
Bab IV Penutup.
Bab ini menguraikan penutup, penegasan penggunaan, dan kemungkinan
untuk dilakukan pengembangan modul.

5
Modul Penyelenggaraan SPIP atas Pengadaan Barang / Jasa pada Pemerintah Daerah

BAB II

GAMBARAN UMUM ATAS TAHAPAN DAN PROSES PBJ


PEMERINTAH DAERAH

A. Pengertian PBJ Pemerintah


Berdasarkan Perpres Nomor 16 Tahun 2018, PBJ Pemerintah yang selanjutnya
disebut dengan PBJ adalah kegiatan PBJ oleh Kementerian/Lembaga/Perangkat
Daerah yang dibiayai oleh APBN/APBD yang prosesnya sejak identifikasi
kebutuhan, sampai dengan serah terima hasil pekerjaan.
Ruang lingkup PBJ meliputi PBJ di lingkungan Kementerian/ Lembaga/
Perangkat Daerah yang menggunakan anggaran belanja dari APBN/APBD,
termasuk PBJ yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari pinjaman dalam
negeri dan/atau hibah dalam negeri yang diterima oleh Pemerintah dan/atau
Pemerintah Daerah; dan/atau termasuk PBJ yang sebagian atau seluruhnya dibiayai
dari pinjaman luar negeri atau hibah luar negeri.

B. Prinsip dan Etika PBJ


PBJ menerapkan prinsip efisien, efektif, transparan, terbuka, bersaing, adil, dan
akuntabel. Semua pihak yang terlibat dalam PBJ harus mematuhi etika sebagai
berikut:
1. Melaksanakan tugas secara tertib, disertai rasa tanggung jawab untuk
mencapai sasaran, kelancaran, dan ketepatan tujuan PBJ;
2. Bekerja secara profesional, mandiri, dan menjaga kerahasiaan informasi yang
menurut sifatnya harus dirahasiakan untuk mencegah penyimpangan PBJ;
3. Tidak saling mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung yang
berakibat persaingan usaha tidak sehat;
4. Menerima dan bertanggung jawab atas segala keputusan yang ditetapkan
sesuai dengan kesepakatan tertulis pihak yang terkait;
5. Menghindari dan mencegah terjadinya pertentangan kepentingan pihak yang
terkait, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang berakibat
persaingan usaha tidak sehat dalam PBJ;

6
Modul Penyelenggaraan SPIP atas Pengadaan Barang / Jasa pada Pemerintah Daerah

6. Menghindari dan mencegah pemborosan dan kebocoran keuangan negara;


7. Menghindari dan mencegah penyalahgunaan wewenang dan/atau kolusi;
8. Tidak menerima, tidak menawarkan, atau tidak menjanjikan untuk memberi
atau menerima hadiah, imbalan, komisi, rabat dan apa saja dari atau kepada
siapapun yang diketahui atau patut diduga berkaitan dengan PBJ.

C. Klasifikasi PBJ
PBJ meliputi pengadaan barang, pekerjaan konstruksi, jasa konsultansi, dan
jasa lainnya. Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa dapat dilakukan melalui
swakelola maupun melalui penyedia, dengan uraian sebagai berikut:
1. Swakelola
Swakelola adalah cara memperoleh barang/jasa yang dikerjakan sendiri oleh
Kementerian/ Lembaga/ Perangkat Daerah, Kementerian /Lembaga/
Perangkat Daerah lain, organisasi kemasyarakatan, atau kelompok
masyarakat (Perpres Nomor 16 Tahun 2018, pasal 1 angka 23) .
2. Pemilihan Penyedia Barang/Jasa
a. Metode Pemilihan penyedia barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya
dapat dilakukan melalui:
1) E-purchasing
E-purchasing adalah tata cara pembelian barang melalui sistem
katalog elektronik.
2) Pengadaan Langsung
Pengadaan langsung adalah pengadaan untuk mendapatkan
Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang bernilai
paling banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
3) Penunjukan Langsung
Penunjukan Langsung adalah metode pemilihan untuk mendapatkan
Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Konsultansi/Jasa
Lainnya dalam keadaan tertentu.

7
Modul Penyelenggaraan SPIP atas Pengadaan Barang / Jasa pada Pemerintah Daerah

4) Tender Cepat.
Tender Cepat dilaksanakan dalam hal spesifikasi dan volume
pekerjaannya sudah dapat ditentukan secara rinci; dan Pelaku Usaha
telah terkualifikasi dalam Sistem Informasi Kinerja Penyedia.
5) Tender
Tender adalah metode pemilihan untuk mendapatkan Penyedia
Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya dalam hal tidak dapat
menggunakan metode pemilihan penyedia sebagaimana pada poin
2.a.1) sampai dengan 2.a.4) di atas.
b. Metode pemilihan penyedia jasa konsultansi terdiri atas:
1) Seleksi.
Seleksi adalah metode pemilihan untuk mendapatkan Penyedia Jasa
Konsultansi bernilai paling sedikit di atas Rp100.000.000,00.
2) Pengadaan langsung
Pengadaan langsung adalah metode pemilihan untuk mendapatkan
penyedia jasa konsultansi yang bernilai sampai dengan paling banyak
Rp100.000.000,00.
3) Penunjukan langsung.
Penunjukan langsung adalah metode pemilihan penyedia jasa
konsultansi yang dilaksanakan untuk jasa konsultansi dalam keadaan
tertentu.
D. Tahapan dan Proses PBJ Melalui Penyedia
Tahapan PBJ dapat digambarkan pada gambar 2.1 berikut:
Gambar 2.1
Tahapan Pengadaan Barang/jasa Melalui Penyedia

Perencanaan Persiapan Persiapan Pelaksanaan Pelaksanaan


Serah Terima
Pengadaan Pengadaan Pemilihan Pemilihan Kontrak

8
Modul Penyelenggaraan SPIP atas Pengadaan Barang / Jasa pada Pemerintah Daerah

Sebelum tahap perencanaan PBJ terdapat tahap perumusan kebijakan berupa


serangkaian kegiatan penyusunan RKPD.
Secara garis besar, PBJ terdiri dari tahapan :
1. Perencanaan PBJ
Perencanaan pengadaan disusun oleh PPK dan ditetapkan oleh PA/KPA yang
meliputi identifikasi kebutuhan, penetapan barang/jasa, cara, jadwal, dan
anggaran Pengadaan Barang/Jasa. Pengadaan Barang/Jasa dilaksanakan
dengan cara swakelola dan/atau Penyedia. Perencanaan Pengadaan yang
dananya bersumber dari APBD dilakukan bersamaan dengan proses
penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Perangkat Daerah (RKA Perangkat
Daerah) setelah ditetapkannya nota kesepakatan Kebijakan Umum APBD,
serta Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (KUA-PPAS). Pedoman
Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa diatur dalam Peraturan Lembaga
Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Nomor 7 tahun 2018 tentang
Pedoman Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
2. Persiapan Pengadaaan
Persiapan Pengadaan dapat dilaksanakan setelah RKA Perangkat Daerah
disetujui oleh DPRD. Untuk Pengadaan Barang/Jasa yang kontraknya harus
ditandatangani pada awal tahun, persiapan pengadaan dan/atau pemilihan
Penyedia dapat dilaksanakan setelah persetujuan RKA Perangkat Daerah
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Persiapan Pengadaan
dilakukan oleh PPK meliputi:
a. Penetapan spesifikasi teknis/Kerangka Acuan Kerja (KAK);
b. Penetapan HPS;
c. Penetapan rancangan kontrak; dan/atau;
d. Penetapan uang muka, jaminan uang muka, jaminan pelaksanaan, jaminan
pemeliharaan, sertifikat garansi, dan/atau penyesuaian harga.
Disamping itu, PPK melakukan identifikasi apakah barang/jasa yang akan
diadakan termasuk dalam kategori barang/jasa yang akan diadakan melalui
pengadaan langsung, E-purchasing, atau termasuk pengadaan khusus.

9
Modul Penyelenggaraan SPIP atas Pengadaan Barang / Jasa pada Pemerintah Daerah

3. Persiapan Pemilihan
Persiapan pemilihan Penyedia oleh Pokja Pemilihan/Pejabat Pengadaan
dilaksanakan setelah Pokja Pemilihan/Pejabat Pengadaan menerima
permintaan pemilihan Penyedia dari PPK yang dilampiri dokumen persiapan
PBJ melalui Penyedia yang disampaikan oleh PPK kepada Kepala
UKPBJ/Pejabat Pengadaan. Persiapan PBJ melalui Penyedia yang dilakukan
oleh Pokja Pemilihan/Pejabat Pengadaan meliputi:
a. Penetapan metode pemilihan Penyedia;
b. Penetapan metode kualifikasi;
c. Penetapan metode evaluasi penawaran;
d. Penetapan metode penyampaian dokumen penawaran;
e. Penetapan jadwal pemilihan; dan
f. Penyusunan Dokumen Pemilihan.
4. Pelaksanaan pemilihan penyedia
Pelaksanaan pemilihan Penyedia dilakukan oleh PPK dan Pokja
Pemilihan/Pejabat Pengadaan sesuai metode pemilihan, dengan ketentuan:
a. PPK melaksanakan E-purchasing dengan nilai pagu paling sedikit di atas
Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
b. Pejabat Pengadaan melaksanakan:
1) E-purchasing dengan nilai pagu paling banyak Rp200.000.000,00 (dua
ratus juta rupiah); dan
2) Pengadaan Langsung dan Penunjukan Langsung untuk pengadaan
Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya dengan nilai HPS paling
banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah); atau Jasa Konsultansi
yang bernilai paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
c. Pokja Pemilihan melaksanakan Tender/Seleksi, Tender Cepat, dan
Penunjukan Langsung.
d. Pelaku pelaksanaan pengadaan khusus diatur lebih lanjut dalam Peraturan
LKPP terkait Pengadaan Khusus.

10
Modul Penyelenggaraan SPIP atas Pengadaan Barang / Jasa pada Pemerintah Daerah

Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa melalui penyedia diatur dalam


Peraturan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Nomor 9
tahun 2018 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Melalui
Penyedia.
5. Pelaksanaan Kontrak
Pelaksanaan kontrak dilaksanakan oleh para pihak sesuai ketentuan yang
termuat dalam kontrak dan peraturan perundang-undangan. Pelaksanaan
kontrak terdiri atas Penetapan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa
(SPPBJ), penandatanganan kontrak, pemberian uang muka, pembayaran
prestasi pekerjaan, perubahan kontrak, penyesuaian harga, penghentian
kontrak atau berakhirnya kontrak, pemutusan kontrak, dan penanganan
keadaan kahar.
6. Penyelesaian kontrak dan serah terima hasil pekerjaan,
Serah terima hasil pekerjaaan dilaksanakan setelah pekerjaan selesai 100%
(seratus persen) sesuai ketentuan yang termuat dalam kontrak. Penyedia
mengajukan permintaan secara tertulis kepada Pejabat Penandatangan
Kontrak untuk serah terima barang/jasa. Pejabat Penandatangan Kontrak
melakukan pemeriksaan terhadap barang/jasa yang diserahkan. Pejabat
Penandatangan Kontrak dan Penyedia menandatangani Berita Acara Serah
Terima.

E. Unit Kerja Pengadaan Barang/Jasa


Kepala daerah membentuk Unit Kerja Pengadaan Barang/Jasa (UKPBJ) yang
memiliki tugas menyelenggarakan dukungan PBJ pada Pemerintah Daerah.
UKPBJ memiliki fungsi:
1. Pengelolaan PBJ;
2. Pengelolaan layanan pengadaan secara elektronik;
3. Pembinaan SDM dan Kelembagaan PBJ;
4. Pelaksanaan pendampingan, konsultansi, dan/atau bimbingan teknis;
5. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Daerah.

11
Modul Penyelenggaraan SPIP atas Pengadaan Barang / Jasa pada Pemerintah Daerah

UKPBJ berbentuk struktural dan ditetapkan sesuai ketentuan peraturan


perundang-undangan. Ketentuan mengenai UKPBJ diatur dalam Peraturan
Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Nomor 14 tahun 2018
tentang UKPBJ.

12
Modul Penyelenggaraan SPIP atas Pengadaan Barang / Jasa pada Pemerintah Daerah

BAB III
PENYELENGGARAAN SPIP PBJ PEMERINTAH DAERAH

Peningkatan kualitas pelayanan publik melalui penyelenggaraan


pemerintahan yang baik dan bersih, perlu didukung dengan pengelolaan keuangan
yang efektif, efisien, transparan, dan akuntabel. Untuk meningkatkan efisiensi dan
efektifitas penggunaan keuangan negara yang dibelanjakan melalui proses PBJ
Pemerintah, diperlukan upaya untuk menciptakan keterbukaan, transparansi,
akuntabilitas serta prinsip persaingan/kompetisi yang sehat dalam proses PBJ
Pemerintah yang dibiayai APBN/APBD, sehingga diperoleh barang/jasa yang
terjangkau dan berkualitas serta dapat dipertanggungjawabkan baik fisik, keuangan,
maupun manfaatnya bagi kelancaran tugas Pemerintah dan pelayanan masyarakat.
Penyelenggaraan SPIP atas kegiatan PBJ Pemerintah Daerah dilakukan
melalui beberapa tahapan yang membentuk suatu siklus sebagimana dapat
diilustrasikan pada gambar 3.1
Gambar 3.1
Siklus Penyelenggaraan SPIP atas Kegiatan PBJ

13
Modul Penyelenggaraan SPIP atas Pengadaan Barang / Jasa pada Pemerintah Daerah

A. Tahap 1: Penetapan Tujuan PBJ


Tahap pertama pelaksanaan penyelenggaraan SPIP atas kegiatan PBJ
Pemerintah Daerah adalah penetapan “tujuan” atas kegiatan PBJ. Tujuan PBJ
secara formal telah tercantum dalam pasal 4 Perpres Nomor 16 Tahun 2018 yaitu:
1. Menghasilkan barang/jasa yang tepat dari setiap uang yang dibelanjakan,
diukur dari aspek kualitas, jumlah, waktu, biaya, lokasi, dan Penyedia;
2. Meningkatkan penggunaan produk dalam negeri;
3. Meningkatkan peran serta Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha Menengah;
4. Meningkatkan peran pelaku usaha nasional;
5. Mendukung pelaksanaan penelitian dan pemanfaatan barang/jasa hasil
penelitian;
6. Meningkatkan keikutsertaan industri kreatif;
7. Mendorong pemerataan ekonomi; dan
8. Mendorong pengadaan berkelanjutan.
Dengan memahami tujuan PBJ yang hendak dicapai, pemerintah daerah
dapat mengidentifikasi segala kemungkinan kejadian yang mengancam
pencapaian tujuan kegiatan PBJ (risiko PBJ). Selain tujuan formal tersebut, tujuan
PBJ juga dapat berupa tujuan spesifik atas kegiatan tertentu sesuai dengan
kebutuhan masing-masing pemerintah daerah.

B. Tahap 2: Identifikasi Kelemahan Lingkungan Pengendalian PBJ

Identifikasi kelemahan lingkungan pengendalian PBJ dilakukan dengan


melakukan penilaian atas kondisi lingkungan pengendalian PBJ pada
Pemerintah Daerah sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008
tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Identifikasi kelemahan
lingkungan pengendalian dalam PBJ dilakukan dengan langkah-langkah sebagai
berikut:

14
Modul Penyelenggaraan SPIP atas Pengadaan Barang / Jasa pada Pemerintah Daerah

Gambar 3.2
Identifikasi Kelemahan Lingkungan Pengendalian dalam PBJ
Penilaian awal atas Survei terhadap
Simpulan hasil
kerentanan lingk. lingkungan
Persiapan penilaian penilaian lingkungan
pengendalian PBJ pengendalian PBJ
pengendalian PBJ
Pemda yang ada

Kajian, reviu
Mendasarkan
atas kondisi dan
Survei persepsi kepada dua
kultur instansi
pegawai atas hasil simpulan
Persiapan data berdasarkan
kondisi sementara yaitu
dan kuesioner hasil audit,
lingkungan hasil penilaian
kajian, berita,
pengendalian awal dan hasil
wawancara,
survei persepsi
data lainnya

1. Persiapan penilaian
a. Persiapan data; data yang digunakan untuk menilai lingkungan
pengendalian PBJ pemerintah daerah dapat berupa:
1)Laporan hasil audit pada pemerintah daerah yang bersangkutan
misalnya audit operasional, audit kinerja, dan audit PBJ;
2)Hasil reviu/evaluasi atas penyelenggaran PBJ oleh Inspektorat Daerah,
3)Hasil kajian tentang lingkungan pengendalian pemerintah daerah;
4)Berita terkait pelaksanaan PBJ instansi pemerintah daerah dari berbagai
sumber misalnya media massa, internet, hasil penelitian, dan sumber-
sumber lain yang relevan.
b. Penyusunan lembar kuesioner survei lingkungan pengendalian PBJ
(contoh lembar kuesioner pada Lampiran 1) dan Kertas Kerja Tabulasi
Kuesioner (contoh format disajikan pada Lampiran 2).
2. Penilaian awal kerentanan lingkungan pengendalian PBJ Pemerintah Daerah.
Penilaian awal kerentanan lingkungan pengendalian PBJ Pemerintah Daerah
dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran permasalahan-permasalahan
dalam lingkungan pengendalian. Penilaian kerentanan dilakukan dengan
menggunakan data yang dikumpulkan pada langkah persiapan penilaian.
Dalam modul ini, data yang digunakan untuk menilai kerentanan kondisi
lingkungan pengendalian intern PBJ pada Pemerintah Daerah secara umum
yaitu:

15
Modul Penyelenggaraan SPIP atas Pengadaan Barang / Jasa pada Pemerintah Daerah

a. Data Kasus Korupsi yang Ditangani Komisi Pemberantasan Korupsi


(KPK) tahun 2004-2016.
Data kasus korupsi yang ditangani KPK tahun 2004-2016 menunjukan
bahwa jumlah kasus PBJ menempati posisi ke-2 tertinggi setelah
penyuapan, sebagaimana disajikan dalam Tabel 3.1.
Tabel 3.1
Lima Besar Kasus Korupsi yang Ditangani KPK
Tahun 2004 - Maret 2016
Uraian 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Jml
Penyuapan 0 7 2 4 13 12 19 25 34 50 20 38 47 271
PBJ 2 12 8 14 18 16 16 10 8 9 15 14 6 148
Penyalahguna 0 0 5 3 10 8 5 4 3 0 4 2 0 44
an anggaran
Pungutan 0 0 7 2 3 0 0 0 0 1 6 1 1 21
Perijinan 0 0 5 1 3 1 0 0 0 3 5 1 1 20
Sumber data: KPK

b. Data media online mengenai Operasi Tangkap Tangan (OTT) KPK.


Kasus OTT terkait penyuapan dalam PBJ tahun 2015-2017 yang
melibatkan eksekutif, legislatif, dan rekanan disajikan dalam Tabel 3.2.
Tabel 3.2
Kasus Operasi Tangkap Tangan KPK terkait PBJ
No. Instansi Tahun Kasus Pelaku
1 Kab B 2017 Pemberian suap terkait pembangunan Bupati, Kepala Dinas
insfrastruktur di Kabupaten B tahun 2017 PU, Rekanan
dan penerimaan fee terkait proyek
betonisasi jalan.
2 Prov B 2017 Penerimaan suap terkait fee proyek Gubernur, Rekanan
pembangunan peningkatan jalan di
Kabupaten
3 Kota T 2017 Pengadaan barang jasa di lingkungan Walikota,
Pemerintahan Kota T pengusaha, Wadir
RSUD
4 Kota B 2017 Suap terkait dengan pengadaan barang Walikota, Kabag
dan jasa di lingkungan Pemerintah Kota Layanan dan
B Pengadaan
5 Kab M 2015 Penerimaan uang terkait proyek dari Ketua Fraksi, Kepala
Kepala Dinas Pendapatan Pengelolaan DPPKAD, Bappeda
Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD)
dan Kepala Badan Perencanaan dan
Pembangunan Daerah (Bappeda)
6 Kab D 2015 Penerimaan suap proyek pembangkit Anggota komisi, staf
listrik mikrohidro ahli, rekanan, Kepala
Dinas Pertamben
Sumber data: berbagai media online

16
Modul Penyelenggaraan SPIP atas Pengadaan Barang / Jasa pada Pemerintah Daerah

c. Hasil Pemeriksaan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD).


Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester I Tahun 2017 atas 537 LKPD
mengungkapkan adanya 6.053 kelemahan SPI dengan komposisi
sebagaimana disajikan pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3
Komposisi Permasalahan Kelemahan SPI Tahun 2016
Uraian LKPD

Kelemahan sistem pengendalian akuntansi dan pelaporan 2.156 (36%)


Kelemahan sistem pengendalian pelaksanaan anggaran 2.657 (44%)
pendapatan dan belanja
Kelemahan struktur pengendalian intern 1.240 (20%)
Jumlah 6.053 (100%)
Sumber data: BPK

Dari Tabel 3.3 terlihat bahwa kelemahan sistem pengendalian


pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja merupakan kelemahan
SPI yang tertinggi pada LKPD.
Selain itu, hasil pemeriksaan LKPD Tahun 2016 mengungkapkan adanya
2.525 permasalahan ketidakpatuhan pada 512 Pemda dengan kerugian
senilai Rp1,13 triliun.
Gambar 3.3.
Komposisi Permasalahan Ketidakpatuhan Ketentuan Peraturan
Perundang-undangan yang Mengakibatkan Kerugian Tahun 2016
(Berdasarkan Nilai Permasalahan)

Sumber: BPK

17
Modul Penyelenggaraan SPIP atas Pengadaan Barang / Jasa pada Pemerintah Daerah

Permasalahan ketidakpatuhan tersebut secara umum terjadi karena :


1) PPK tidak optimal dalam mengendalikan pelaksanaan anggaran dan
mengawasi pelaksanaan kontrak;
2) KPA, Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK), pengawas lapangan
dan konsultan pengawas tidak cermat dalam mengendalikan dan
mengawasi pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan kontrak;
3) Pejabat/ Panitia Penerima Hasil Pekerjaan (PPHP) tidak
melaksanakan tugasnya dalam memeriksa hasil pekerjaan dengan
cermat dan tidak membuat Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan
(BAPP) sesuai dengan kondisi yang sebenarnya;
4) Direktur Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) tidak memedomani
ketentuan dalam pengelolaan keuangan daerah dan pengelolaan jasa
pelayanan;
5) PPK dan PPTK tidak cermat dalam menyusun Harga Perkiraan
Sendiri (HPS), di antaranya tidak melaksanakan survei harga sebagai
bahan penyusunan HPS;
6) Pengguna anggaran, PPK, PPTK, bendahara pengeluaran dan
bendahara pengeluaran pembantu tidak mematuhi ketentuan dalam
pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan;
7) Kepala SKPD selaku pengguna BMD kurang optimal dalam
mengamankan dan memelihara BMD yang berada dalam
penguasaannya.
Sedangkan berdasarkan IHPS Semester II Tahun 2017 oleh BPK, dari hasil
pemeriksaan BPK atas 5 LKPD mengungkapkan 63 kelemahan SPI yang
terdiri atas 10 kelemahan sistem pengendalian akuntansi dan pelaporan, 37
permasalahan kelemahan sistem pengendalian pelaksanaan anggaran
pendapatan dan belanja, dan 16 permasalahan kelemahan struktur
pengendalian intern. Selain itu, terdapat 46 permasalahan ketidakpatuhan
terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan, diantaranya
permasalahan terkait kekurangan volume pekerjaan dan/atau barang,

18
Modul Penyelenggaraan SPIP atas Pengadaan Barang / Jasa pada Pemerintah Daerah

kelebihan pembayaran selain kekurangan volume pekerjaan dan/atau


barang, denda keterlambatan yang belum dipungut.
Dari data diatas, selanjutnya, disimpulkan kondisi kerentanan lingkungan
pengendalian intern PBJ di Pemerintah Daerah sebagaimana disajikan pada
lampiran 3.
3. Survei terhadap Lingkungan Pengendalian PBJ yang Ada.
Survei ini dilakukan dalam rangka mendapatkan data persepsi pegawai
terhadap gambaran atas kondisi lingkungan pengendalian PBJ Pemerintah
Daerah. Survei tersebut dapat menggunakan metode Control Environment
Evaluation (CEE), yaitu suatu penilaian mandiri atas pengendalian/Control
Self Assessment (CSA) yang diaplikasikan pada lingkungan pengendalian.
Contoh simpulan kondisi lingkungan pengendalian intern PBJ Pemerintah
Daerah menurut metode CEE yang diterapkan oleh BPKP secara umum
cukup memadai sebagaimana disajikan dalam lampiran 4.
4. Simpulan hasil penilaian lingkungan pengendalian PBJ
Berdasarkan hasil penilaian awal dan hasil survei persepsi, selanjutnya
disimpulkan kondisi lingkungan pengendalian PBJ pada Pemerintah Daerah
dengan menggunakan Kertas Kerja sebagaimana disajikan dalam lampiran 5.
Simpulan hasil penilaian lingkungan pengendalian PBJ adalah sebagai
berikut:
a. Penegakan integritas dan nilai etika:
1) Integritas pihak-pihak yang terlibat dalam PBJ (PA/KPA, PPK,
Penyedia Barang, Pejabat Pengadaan, UKPBJ) masih lemah.
2) Belum ada aturan perilaku/kode etik yang mengatur pihak-pihak
yang terkait dalam PBJ.
b. Komitmen terhadap kompetensi
Pemda belum melakukan pengembangan kompetensi pelaku PBJ secara
berkelanjutan, sehingga pelaku PBJ belum melaksanakan prosedur PBJ
sesuai dengan ketentuan.

19
Modul Penyelenggaraan SPIP atas Pengadaan Barang / Jasa pada Pemerintah Daerah

c. Kepemimpinan yang kondusif


1) Pimpinan organisasi belum mampu mengarahkan sumber daya dan
potensi organisasi untuk melaksanakan PBJ sesuai dengan prosedur
yang ditetapkan;
2) Pimpinan tidak transparan terhadap proses PBJ;
3) Pengelola pengadaan mengalami demotivasi dalam melaksanakan
tugasnya serta enggan meningkatkan prestasi kerja;
4) Pimpinan/pelaku PBJ belum menilai risiko dan memahami tujuan
pengendalian intern PBJ.
d. Struktur organisasi sesuai kebutuhan
Belum semua pemerintah daerah membentuk UKPBJ mandiri, atau
UKPBJ masih bersifat adhoc (sementara) dengan pegawai yang
merangkap dengan jabatan atau tugas lain.
e. Penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat tentang pembinaan
SDM
1) Pemilihan pegawai/pejabat yang terkait dalam PBJ masih didasarkan
pada pegawai/pejabat yang dapat diajak “bekerja sama” untuk
melakukan kecurangan;
2) Pegawai/pejabat terkait PBJ belum diawasi secara memadai;
3) Pelatihan PBJ belum memadai;
4) Jumlah honorarium/sistem penggajian/ remunerasi bagi pegawai
yang terkait pengadaan belum disesuaikan dengan kinerjanya dan
belum mendorong peningkatan nilai integritas.
f. Perwujudan peran APIP yang efektif
1) APIP tidak dioptimalkan perannya dalam pengawasan dan
pembinaan PBJ;
2) Pengawasan oleh APIP lebih bersifat menanggapi adanya
permasalahan setelah proses PBJ, dan belum bersifat antisipatif;
3) Belum semua auditor memahami proses PBJ dengan benar.

20
Modul Penyelenggaraan SPIP atas Pengadaan Barang / Jasa pada Pemerintah Daerah

Mengingat pentingnya kondisi lingkungan pengendalian PBJ yang baik,


sedapat mungkin Kepala Daerah diikutkan dalam pembahasan kondisi
lingkungan pengendalian. Simpulan akhir atas kondisi lingkungan
pengendalian PBJ di pemerintah daerah akan menjadi dasar bagi
penyusunan rencana tindak perbaikan lingkungan pengendalian.

C. Tahap 3: Penilaian Risiko PBJ Pemerintah Daerah


Langkah kerja penilaian risiko PBJ digambarkan pada gambar 3.4.

Gambar 3.4
Langkah Kerja Penilaian Risiko PBJ

Persiapan penilaian risiko Memilih tujuan PBJ yang Melakukan penilaian risiko
PBJ relevan PBJ

Menetapkan kriteria dan Identifikasi risiko PBJ


skala dampak dan
kemungkinan risiko PBJ
Pemilihan tujuan yang
akan dinilai risiko PBJ- Analisis risiko PBJ
nya
Menetapkan tingkat risiko Memvalidasi risiko PBJ dan
PBJ yang dapat diterima Memutuskan cara
menanggapi risiko PBJ

1. Persiapan penilaian risiko PBJ


a. Menetapkan kriteria dan skala dampak serta kemungkinan risiko PBJ.
Penetapan skala dampak dan kemungkinan agar mengacu kepada data
statistik yang tersedia. Jika basis data dimaksud belum tersedia, agar
mengacu kepada pengalaman organisasi sejenis dan apabila data seperti
ini pun tidak diperoleh, maka penetapan skala tersebut berdasarkan
FGD yang disetujui oleh pimpinan. Dalam modul ini, kriteria dan skala
ditetapkan sebagai berikut:
1) Skala Dampak Risiko PBJ
Skala dampak Risiko PBJ yang digunakan dalam modul ini disajikan
dalam tabel 3.4

21
Modul Penyelenggaraan SPIP atas Pengadaan Barang / Jasa pada Pemerintah Daerah

Tabel 3.4
Skala Dampak Risiko PBJ
Tingkat
Skala Dampak/Konsekuensi Uraian
Risiko PBJ
1 Tidak signifikan/ Pengaruh terhadap kualitas, jumlah, waktu, biaya,
Sangat kecil lokasi, dan penyedia barang/jasa tidak signifikan.
2 Kurang signifikan/ Pengaruh terhadap kualitas, jumlah, waktu, biaya,
Kecil lokasi, dan penyedia barang/jasa rendah/kurang
signifikan.
3 Sedang / Medium Pengaruh terhadap kualitas, jumlah, waktu, biaya,
lokasi, dan penyedia barang/jasa sedang.
4 Signifikan / Besar Pengaruh terhadap kualitas, jumlah, waktu, biaya,
lokasi, dan penyedia barang/jasa tinggi/signifikan.
5 Sangat signifikan / Pengaruh terhadap kualitas, jumlah, waktu, biaya,
Sangat besar lokasi, dan penyedia barang/jasa sangat signifikan.

2) Skala Kemungkinan Terjadinya Risiko PBJ


Skala kemungkinan terjadinya Risiko PBJ yang digunakan dalam
modul ini disajikan dalam tabel 3.5.
Tabel 3.5
Skala Kemungkinan Terjadinya Risiko PBJ
Skala Tingkat Kemungkinan Uraian
Terjadinya Risiko PBJ
1 Sangat jarang Kemungkinan terjadinya Risiko sangat kecil
(sebesar 0 – 10%), dapat diabaikan
2 Kemungkinan kecil/ Kemungkinan terjadinya Risiko rendah/kecil
Jarang (sebesar 11% - 30%, tidak dapat diabaikan
3 Kadang-kadang/ Kemungkinan terjadinya Risiko cukup
Mungkin terjadi sering/kadang-kadang (sebesar 31% - 50%), tidak
dapat diabaikan
4 Kemunginan besar/ Kemungkinan terjadinya Risiko sering (sebesar 51 -
Sering terjadi 70%), harus dikendalikan
5 Hampir pasti terjadi/ Kemungkinan terjadinya Risiko sangat sering (lebih
Sangat sering dari 70%), harus segera dikendalikan

b. Menetapkan tingkat risiko PBJ yang dapat diterima


Tingkat risiko PBJ ditentukan melalui hasil perkalian antara skala
dampak dengan skala kemungkinan keterjadian risiko PBJ. Tingkat
risiko PBJ dapat digambarkan dalam tabel 3.6:

22
Modul Penyelenggaraan SPIP atas Pengadaan Barang / Jasa pada Pemerintah Daerah

Tabel 3.6
Kriteria Penerimaan Risiko PBJ
Pihak Yang
Tingkat Risiko PBJ Kriteria untuk Penerimaan Risiko PBJ
Bertanggung Jawab

1-2 (sangat rendah) Dapat diterima Kepala Bidang


3-4 (rendah) Dapat diterima Kepala Bidang
5-9 (Sedang/Medium) Diperlukan pengendalian yang cukup Kepala OPD
10-12 (Tinggi) Harus menjadi perhatian manajemen Kepala Daerah
dan diperlukan pengendalian yang baik
15-25 (Sangat Tinggi) Tak dapat diterima, diperlukan Kepala Daerah dan
pengendalian yang sangat baik Pusat

Matriks analisis risiko PBJ terdiri dari 25 bidang yang dapat


dikelompokan berdasarkan tingkatan risiko mulai dari sangat rendah
hingga sangat tinggi sebagaimanan tersaji dalam tabel 3.7.
Tabel 3.7.
Matriks Analisis Risiko
Dampak/Konsekuensi
MATRIKS Tidak Sangat
Kecil Sedang Besar
ANALISIS RISIKO signifikan signifikan
1 2 3 4 5
Hampir pasti
5
Terjadinya Risiko

Kemungkinan
Kemungkinan

besar
4
Mungkin
3
Kemungkinan
kecil
2
Sangat jarang
1

Keterangan : Sangat Sedang/ Sangat


Rendah Tinggi
rendah Medium tinggi

Dalam matriks Risiko di atas, area tingkat risiko sangat tinggi


(warna merah) menunjukkan area risiko yang tidak dapat diterima dan
diperlukan pengendalian yang sangat baik serta membutuhkan
penanganan dengan prioritas yang sangat tinggi. Selanjutnya, untuk area
tingkat risiko tinggi (warna oranye) dan sedang (warna kuning) menjadi
prioritas penanganan berikutnya (risiko tidak dapat diterima), pada area

23
Modul Penyelenggaraan SPIP atas Pengadaan Barang / Jasa pada Pemerintah Daerah

tingkat risiko rendah (warna biru) dan sangat rendah (hijau) berarti
dapat ditoleransi (risiko dapat diterima).
2. Memilih tujuan PBJ yang relevan
Berdasarkan tujuan PBJ pada Bab III huruf A, tujuan PBJ yang
dipertimbangkan untuk dilakukan penilaian risiko adalah tujuan yang
pertama yaitu “Menghasilkan barang/jasa yang tepat dari setiap uang yang
dibelanjakan, diukur dari aspek kualitas, jumlah, waktu, biaya, lokasi, dan
Penyedia”.
Pemilihan tujuan PBJ tersebut didasarkan kepada pertimbangan bahwa
tujuan tersebut merupakan tujuan yang paling utama dan dirasakan masih
memiliki banyak permasalahan dalam pencapaiannya, serta penting dan
mendesak untuk segera ditangani.
Pemilihan terhadap suatu tujuan PBJ tertentu bukan berarti bahwa
tujuan-tujuan lainnya tidak perlu/tidak akan dinilai risiko dan
pengendaliannya. Penilaian risiko dan pengendalian atas tujuan PBJ lainnya
dapat dijadwalkan sesuai kebutuhan.
3. Melakukan Penilaian Risiko
a. Identifikasi Risiko PBJ
Dalam tahapan ini, berbagai risiko yang mengancam pencapaian tujuan
PBJ diidentifikasi sesuai dengan tahapan proses PBJ. Risiko PBJ yang
diidentifikasi merupakan kejadian yang mengancam pencapaian tujuan
PBJ. Kejadian ini bisa sudah terjadi atau yang akan terjadi di masa depan.
Pada tahap identifikasi risiko, selain pernyataan risiko kegiatan PBJ, juga
disampaikan atribut risiko seperti pemilik risiko, penyebab risiko, sumber
risiko, dampak risiko, penerima dampak risiko, serta apakah dapat
dikendalikan (controllable) atau tidak dapat dikendalikan (uncontrollable)
oleh Pemda atau tidak.
Identifikasi risiko PBJ dilakukan sebagai berikut:
1) Mengenali proses dan tahapan penyelenggaraan PBJ. Dalam modul
ini untuk kepentingan Identifikasi Risiko, proses PBJ dibagi menjadi 7
tahapan utama yaitu:

24
Modul Penyelenggaraan SPIP atas Pengadaan Barang / Jasa pada Pemerintah Daerah

a) Tahap Perumusan Kebijakan (Penganggaran);


b) Tahap Perencanaan Pengadaan;
c) Tahap Persiapan Pengadaan dan Persiapan Pemilihan;
d) Tahap Pelaksanaan Pemilihan Penyedia;
e) Pelaksanaan Kontrak;
f) Penyelesaian Kontrak dan serah terima hasil pekerjaan;
g) Pemanfaatan hasil PBJ.
2) Identifikasi kejadian risiko dalam modul ini, selain mendasarkan
pada permasalahan yang pernah terjadi dalam setiap tahapan PBJ,
juga mendasarkan kepada kejadian yang mungkin terjadi dan
menghambat pencapaian tujuan PBJ. Teknik Identifikasi Risiko PBJ
yang digunakan dalam modul ini menggunakan desk evaluation dan
diskusi kelompok/FGD.
Hasil identifikasi risiko pada PBJ adalah sebagai berikut:
a) Risiko atas perumusan kebijakan (penganggaran)
Risiko yang teridentifikasi dalam tahap ini adalah sebagai berikut;
(1) Kegiatan PBJ dalam dokumen penganggaran
(RAPBD/APBD) tidak pernah diusulkan oleh SKPD
Kegiatan PBJ dalam dokumen penganggaran (APBD) tidak
mendukung program dalam RPJMD, RKPD dan hasil
musrenbang, atau tidak pernah diusulkan oleh SKPD. Hal ini
dapat terjadi misalnya karena adanya penambahan kegiatan
pengadaan oleh pihak-pihak tertentu tanpa
mempertimbangkan keselarasan dengan RPJMD.
(2) Mark-up anggaran PBJ.
Anggaran PBJ yang diusulkan oleh SKPD dalam RKA SKPD
sengaja ditinggikan untuk keuntungan atau kepentingan
pihak tertentu.
(3) Penentuan anggaran PBJ tidak didasarkan pada perhitungan
teknis yang memadai.

25
Modul Penyelenggaraan SPIP atas Pengadaan Barang / Jasa pada Pemerintah Daerah

Anggaran PBJ yang diusulkan tidak didukung dengan


perhitungan teknis, namun hanya berdasarkan perkiraan
atau menaikkan anggaran PBJ tahun sebelumnya dengan
prosentase tertentu.
b) Risiko atas Perencanaan Pengadaan
Risiko yang teridentifikasi dalam tahap ini adalah sebagai berikut;
(1) Perencanaan tidak sesuai dengan kebutuhan riil.
Perencanaan PBJ tidak dilakukan berdasarkan kebutuhan
sesuai dengan rencana kegiatan yang ada di dalam Rencana
Kerja Perangkat Daerah, kebutuhan barang/jasa yang
diperlukan belum menunjang tugas dan fungsi, serta program
organisasi.
(2) Perencanaan disesuaikan dengan keinginan pihak-pihak
tertentu.
Spesifikasi teknis/KAK dibuat berdasarkan keinginan pihak
tertentu tanpa memperhatikan kebutuhan barang/jasa
Perangkat Daerah masing-masing.
(3) Penggelembungan anggaran.
Perhitungan biaya barang/jasa yang dibutuhkan, dan biaya
pendukung dalam anggaran PBJ ditetapkan terlalu tinggi
(tidak sesuai dengan harga pasar), karena tidak adanya
standar harga barang/jasa yang akurat di Pemda.
(4) Menyatukan atau memusatkan beberapa kegiatan yang
tersebar di beberapa satker yang menurut sifat pekerjaan dan
tingkat efisiensinya seharusnya dilakukan di satker masing-
masing.
(5) Menggabungkan beberapa paket pekerjaan yang sifat
pekerjaan dan besaran nilainya dapat dilakukan oleh usaha
kecil menjadi satu paket pekerjaan yang hanya dapat
dilaksanakan oleh usaha non kecil (menengah dan besar);

26
Modul Penyelenggaraan SPIP atas Pengadaan Barang / Jasa pada Pemerintah Daerah

(6) Pembentukan panitia pengadaan atau penunjukan pejabat


pengadaan tidak sesuai ketentuan. Panitia pengadaan atau
pejabat pengadaan dipilih dari orang-orang yang telah
memberikan kesanggupan untuk memberikan uang suap dan
uang terima kasih, dipilih dari orang-orang yang mempunyai
hubungan khusus dengan calon penyedia barang/jasa, dipilih
dari orang-orang yang tidak memiliki integritas moral, mudah
dipengaruhi untuk melakukan KKN, dan dipilih dari orang-
orang yang tidak profesional, tidak mempunyai pemahaman
dan kemampuan mengenai proses tender/seleksi, sehingga
mudah dijadikan “boneka” untuk memuluskan jalannya KKN.
c) Risiko atas persiapan pengadaan dan persiapan pemilihan
Risiko yang teridentifikasi dalam tahap ini adalah sebagai berikut;
(1) Penetapan sistem pengadaan yang menguntungkan salah satu
pihak.
Penetapan sistem pemilihan penyedia barang/jasa cenderung
kepada penggunaan sistem penunjukkan langsung, pemilihan
sistem evaluasi penawaran diarahkan kepada sistem yang
mampu mengamankan penyedia dan anggaran termasuk
unsur “suap” dan “uang terima kasih” yang telah ditetapkan,
dan adanya kecenderungan pemilihan sistem kontrak jenis
lumpsum, untuk memudahkan mark-up anggaran/HPS.
(2) Penyusunan jadwal pelaksanaan pengadaan yang
menguntungkan bagi pihak tertentu.
Alokasi waktu seperti pengumuman tender/seleksi dan
pemasukan dokumen penawaran sangat tidak realistis,
penggunaan waktu-waktu libur atau di luar hari kerja sebagai
kegiatan pelaksanaan tender/seleksi, serta penetapan jadual
proses tender/seleksi sengaja mendekati akhir tahun

27
Modul Penyelenggaraan SPIP atas Pengadaan Barang / Jasa pada Pemerintah Daerah

anggaran, sehingga memungkinkan dilakukan penunjukkan


langsung.
(3) Spesifikasi yang disusun dibuat tidak sesuai ketentuan.
Hasil reviu spesifikasi teknis yang dibuat oleh PPK tidak
sesuai dengan kebutuhan dan tidak mengacu kepada Rencana
Umum Pengadaan (RUP), spesifikasi disusun mengarah
kepada suatu merek tertentu, serta spesifikasi teknis tidak
jelas/tidak menggambarkan metode kerja penyelesaian
pekerjaan;
(4) Penyusunan Harga Perkiraan Sendiri (HPS) yang tidak
profesional.
Risiko adanya penyusunan HPS yang tidak profesional
diantaranya:
- HPS yang disusun oleh PPK tidak berdasarkan pada hasil
survei pasar, tidak dihitung secara keahlian, dan disusun
oleh calon penyedia barang/jasa, sehingga barang/jasa dan
harga disesuaikan dengan keinginan penyedia barang/jasa;
- rekayasa (mark-up) koefisien dan jenis komponen yang
diperlukan untuk membentuk harga satuan sub jenis
pekerjaan;
- rekayasa (mark-up) volume sub-sub jenis pekerjaan
khususnya untuk jenis kontrak lump sum;
- HPS tidak berdasarkan pada data-data yang valid.
(5) Penyusunan dokumen PBJ yang menguntungkan calon
rekanan tertentu.
Risiko adanya penyusunan dokumen PBJ yang
menguntungkan calon rekanan tertentu diantaranya:
- rekayasa persyaratan kualifikasi yang hanya berpihak
kepada kepentingan penyedia barang/jasa tertentu;

28
Modul Penyelenggaraan SPIP atas Pengadaan Barang / Jasa pada Pemerintah Daerah

- penetapan persyaratan administrasi detail yang tidak


substantif untuk “menjegal” penyedia barang/jasa yang
tidak dimenangkan;
- spesifikasi teknis barang/jasa yang mengarah kepada
kemampuan penyedia barang/jasa tertentu (kecuali untuk
pengadaan komponen barang/jasa, suku cadang, bagian
dari 1 (satu) sistem yang sudah ada, barang/jasa dalam
katalog elektronik, atau barang/jasa melalui Tender Cepat);
- rancangan kontrak tidak standar;
- persyaratan teknis mengada-ada atau berlebihan,
dibandingkan kebutuhan dan pelaksanaan pekerjaan;
- kriteria kelulusan evaluasi tidak ada dan/atau tidak jelas;
- penambahan persyaratan kualifikasi tidak sesuai dengan
ketentuan;
- penambahan kriteria evaluasi yang tidak perlu;
- bobot penilaian dalam evaluasi tidak dicantumkan secara
detail;
- dokumen tender/seleksi tidak standar/tidak lengkap.
d) Risiko atas pelaksanaan pemilihan penyedia
Risiko yang teridentifikasi dalam tahap ini adalah sebagai berikut;
(1) Pengumuman dan pendaftaran peserta tender/seleksi yang
direkayasa.
Risiko adanya pengumuman dan pendaftaran peserta
tender/seleksi yang direkayasa diantaranya:
- pengumuman tender/seleksi semu atau fiktif;
- jangka waktu pengumuman sangat terbatas;
- isi pengumuman tidak informatif;
- waktu yang ditetapkan untuk pendaftaran tidak jelas;
- alamat yang digunakan untuk mendaftar tidak jelas atau
alamat jelas tetapi sulit dicari atau alamatnya fiktif;

29
Modul Penyelenggaraan SPIP atas Pengadaan Barang / Jasa pada Pemerintah Daerah

- tender/seleksi hanya diumumkan melalui LPSE dan tidak


melalui papan pengumuman resmi dan website Pemda.
(2) Tahap Kualifikasi Penyedia Barang/Jasa dan Pengambilan
Dokumen Pemilihan Penyedia Barang/Jasa yang mempersulit
pihak atau peserta yang tidak dimenangkan.
Risiko adanya tahap Kualifikasi Penyedia Barang/Jasa dan
Pengambilan Dokumen Pemilihan Penyedia Barang/Jasa
yang mempersulit pihak atau peserta yang tidak dimenangkan
diantaranya:
- proses kualifikasi dengan meminta seluruh copy atau asli
dokumen pendukung;
- evaluasi persyaratan kualifikasi tidak sesuai dengan
kriteria yang ditetapkan, sehingga rekanan-rekanan yang
tidak memenuhi dinyatakan memenuhi syarat kualifikasi;
- melakukan perubahan kriteria kualifikasi pada saat
evaluasi dilakukan;
- hasil prakualifikasi tidak diumumkan dan tidak
memberikan waktu sanggah bagi peserta/masyarakat;
- dokumen tender/seleksi yang diberikan tidak sama, serta
waktu, tempat pengambilan dokumen tender/seleksi tidak
jelas.
(3) Penjelasan tender/seleksi tidak sesuai ketentuan.
Risiko adanya Penjelasan tender/seleksi tidak sesuai
ketentuan diantaranya:
- tidak semua peserta tender/seleksi yang mendaftar/lulus
prakualifikasi diundang untuk Aanwijzing;
- kegiatan Aanwijzing semu atau fiktif;
- aanwijzing tidak menjelaskan seluruh isi dokumen
tender/seleksi termasuk dampak atau akibat dari isi yang
ditetapkan dalam dokumen tender/seleksi;

30
Modul Penyelenggaraan SPIP atas Pengadaan Barang / Jasa pada Pemerintah Daerah

- tidak memberikan kesempatan kepada seluruh peserta


untuk mengajukan pertanyaan terhadap hal-hal yang
kurang jelas;
- tidak melakukan dokumentasi terhadap perubahan yang
mungkin terjadi dalam aanwijzing sebagai perubahan
(amandement) dokumen tender/seleksi;
- adendum dokumen tender/seleksi tidak didistribusikan
kepada seluruh peserta tender/seleksi;
- perincian HPS diberitahukan kepada rekanan tertentu;
- total HPS tidak diberitahukan kepada seluruh peserta
aanwijzing;
- pokja UKPBJ mengumpulkan dan menjawab pertanyaan
penyedia mendekati batas akhir penjelasan.
(4) Evaluasi Penawaran, Pembuktian Kualifikasi dan Pembuatan
Berita Acara Hasil Tender/seleksi tidak sesuai prosedur.
Risiko adanya evaluasi Penawaran, Pembuktian Kualifikasi
dan Pembuatan Berita Acara Hasil Tender/seleksi tidak sesuai
prosedur diantaranya:
- evaluasi penawaran tidak sesuai dengan kriteria yang
ditetapkan;
- adanya perubahan kriteria pada saat pelaksanaaan evaluasi
penawaran disesuaikan dengan kriteria yang dimiliki oleh
penyedia yang akan dimenangkan atau “pendampingnya”;
- tidak dilakukan klarifikasi dan konfirmasi terhadap daftar
dan dokumen kualifikasi yang meragukan (pengalaman,
ijazah, dukungan bank);
- dokumen penawaran yang diunggah tidak sesuai dengan
dokumen asli;
- dokumen peserta yang tidak memenuhi syarat diluluskan
oleh pokja UKPBJ;

31
Modul Penyelenggaraan SPIP atas Pengadaan Barang / Jasa pada Pemerintah Daerah

- menambah tata cara evaluasi (post bidding) diluar yang


telah ditetapkan dalam dokumen tender/seleksi;
- berita acara hasil tender/seleksi tidak informatif dan tidak
didukung dengan berkas-berkas evaluasi penawaran; serta
- pemenang yang ditetapkan dalam berita acara hasil
tender/seleksi tidak sesuai dengan hasil evaluasi yang
sebenarnya.
(5) Penetapan dan pengumuman tender/seleksi direkayasa.
Risiko adanya penetapan dan pengumuman tender/seleksi
direkayasa diantaranya:
- pemenang tender/seleksi tidak diumumkan secara luas;
- isi pengumuman pemenang tender/seleksi tidak
memenuhi standar minimal pengumuman;
- waktu pengumuman ditunda-tunda untuk mengelabui
rekanan yang sengaja tidak dimenangkan.
(6) Sanggahan peserta tender/seleksi dan pengaduan masyarakat
direkayasa atau tidak ditindaklanjuti.
Risiko adanya sanggahan peserta tender/seleksi dan
pengaduan masyarakat direkayasa atau tidak ditindaklanjuti
diantaranya:
- rekayasa sanggahan, formalitas sanggahan dibuat agar
tender/seleksi terlihat wajar, substansi sanggahan tidak
ditanggapi atau tidak seluruhnya ditanggapi;
- panitia/penyedia yang dimenangkan melakukan
“negosiasi” dengan memberikan “Uang tutup mulut” agar
rekanan yang menyanggah tidak mengajukan sanggahan
banding (dalam pekerjaan konstruksi).
(7) Perubahan penting atas dokumen pengadaan tidak dituangkan
dalam perubahan (amandemen) dokumen pengadaan dan tidak
di unggah ke dalam portal LPSE pengadaan terkait dalam

32
Modul Penyelenggaraan SPIP atas Pengadaan Barang / Jasa pada Pemerintah Daerah

batas waktu yang ditentukan.


Amandemen dokumen pengadaan (misalnya perubahan atas
HPS, spesifikasi teknis/KAK, dan rancangan kontrak) tidak
diunggah (di-upload) dalam portal LPSE dalam batas waktu
yang ditentukan misalnya, sekurang-kurangnya 3 (tiga) hari
sebelum batas akhir pemasukan dokumen penawaran.
Dalam hal adendum dokumen pengadaan mengakibatkan
kebutuhan penambahan waktu penyiapan dokumen
penawaran, Pokja pengadaan belum memperpanjang batas
akhir pemasukan penawaran.
e) Risiko atas pelaksanaan kontrak
Risiko yang teridentifikasi dalam tahap ini adalah sebagai berikut:
(1) Perubahan substansi kontrak sebelum kontrak ditandatangani
Substansi kontrak yang akan ditandatangani berbeda dengan
rancangan kontrak yang disampaikan dalam dokumen
pengadaan dengan tujuan menguntungkan pihak tertentu;
(2) Penandatanganan dan pelaksanaan kontrak tidak sesuai
ketentuan, misalnya penandatanganan kontrak tanpa
dilengkapi surat jaminan pelaksanaan, dan penandatanganan
kontrak dilakukan bukan oleh pihak yang berwenang
(dipalsukan oleh pihak tertentu);
(3) Kontrak “dijual” kepada pihak lain atau seluruh pekerjaan
utama dialihkan kepada penyedia lainnya;
Penyedia atau Pemenang tender/seleksi, menjual kontrak atau
seluruh pekerjaan kepada penyedia lain. Secara administrasi
kontrak dilaksanakan oleh pemenang tender/seleksi, namun
pada kenyataannya kontrak dilaksanakan oleh penyedia lain.
(4) Pekerjaan utama disubkontrakan;
Penyedia atau Pemenang tender/seleksi, mensubkontrakkan
pekerjaan utama kepada penyedia lain.

33
Modul Penyelenggaraan SPIP atas Pengadaan Barang / Jasa pada Pemerintah Daerah

(5) Perintah perubahan volume (contract change order) dalam


rangka Kolusi Korupsi Nepotisme;
Perubahan volume kontrak (contract change order) tidak
berdasarkan justifikasi teknis yang memadai, tetapi dalam
rangka keuntungan penyedia semata. Misalnya harga satuan
pekerjaan tertentu yang telah dimark up harga satuannya,
ditambah volumenya, sehingga keuntungan penyedia dari
marup semakin tinggi.
(6) Perubahan desain tidak diikuti dengan justifikasi dan
perubahan (amandement) kontrak;
(7) Data lapangan yang dipalsukan;
Data lapangan seperti metodologi dan cara pelaksanaan
pekerjaan, jumlah peralatan di lapangan, jumlah material,
laporan perhitungan volume pekerjaan (back up quantity)
laporan harian, laporan bulanan, BA penghitungan volume
pekerjaan dibuat tidak sesuai kondisi riil atau volumenya
cenderung dibesarkan.
(8) Terlambat melakukan mobilisasi peralatan dan tenaga kerja;
(9) Jumlah dan jenis peralatan tidak sesuai dengan persyaratan;
(10) Jumlah dan kualitas tenaga ahli dilapangan tidak sesuai
dengan persyaratan;
Jumlah dan kualitas tenaga ahli di lapangan tidak sesuai/lebih
rendah dibandingkan dengan yang tercantum dalam kontrak.
f) Risiko atas penyelesaian dan serah terima barang/jasa
Risiko yang teridentifikasi dalam tahap ini adalah sebagai
berikut:
1) Kuantitas dan kualitas barang yang diterima tidak sesuai
dengan kebutuhan.
Barang yang diterima oleh pengguna tidak sesuai
kebutuhan atau permintaan pengguna;

34
Modul Penyelenggaraan SPIP atas Pengadaan Barang / Jasa pada Pemerintah Daerah

2) Penyerahan barang di lokasi yang tidak tepat waktu;


3) Keterlambatan penyerahan barang tidak didenda;
4) Pembayaran tidak sesuai ketentuan;
Pembayaran tidak sesuai dengan kemajuan fisik, pembayaran
fiktif, pembayaran tidak didukung dengan hasil perhitungan
bersama (mutual cek) untuk kontrak harga satuan, serta tidak
dibuat Berita Acara (BA) pembayaran;
5) Kekurangan pemungutan dan penyetoran pajak/PNBP;
6) Pelaporan yang tidak dilaksanakan, pelaporan yang tidak
sesuai keadaan/peraturan, serta pelaporan yang tidak
lengkap.
g) Risiko atas pemanfaatan hasil PBJ
Risiko yang teridentifikasi dalam tahap ini adalah sebagai berikut:
1) Barang/jasa tidak dicatat sebagaimana mestinya oleh
pemerintah daerah (misal nya tidak tercatat sebagai aset
dalam neraca pemerintah daerah);
2) Barang/konstruksi yang sudah melewati masa pemeliharaan,
namun tidak dapat dimanfaatkan sesuai umur
ekonomis/teknisnya;
Barang/konstruksi yang dibuat oleh PBJ ternyata tidak dapat
dimanfaatkan sampai dengan umur ekonomis/teknisnya,
misalnya bangunan permanen seharusnya umur ekonomisnya
20 tahun, namun baru dimanfaatkan selama 5 tahun
bangunan tersebut sudah roboh dan ternyata disebabkan oleh
kelalaian pelaksana.
3) Barang/jasa hasil pengadaan tidak dimanfaatkan.
Barang/jasa hasil PBJ tidak dimanfaatkan oleh pengguna
misalnya karena tidak sesuai kebutuhan, tidak tersedia
sarana/fasilitas pendukung lainnya, SDM pengguna tidak

35
Modul Penyelenggaraan SPIP atas Pengadaan Barang / Jasa pada Pemerintah Daerah

bisa mengoperasikan karena tidak ada pelatihan yang


memadai.
Kertas Kerja Identifikasi Risiko disajikan dalam Lampiran 6.
b. Analisis Risiko PBJ
Setelah Risiko pelaksanaan PBJ teridentifikasi dan disepakati, langkah
berikutnya adalah melakukan analisis risiko pelaksanaan PBJ.
Pada modul ini, analisis risiko pelaksanaan PBJ dilakukan dengan
permintaan masukan atas skala dampak dan kemungkinan kepada 62
Korwas Bidang APD dan P3A BPKP secara online, dengan hasil
sebagaimana disajikan dalam Lampiran 7.
Dari hasil survei atas skala dampak dan kemungkinan tersebut diperoleh
“Matriks Analisis Risiko” yang disajikan pada tabel 3.8:

Tabel 3.8.
Matriks Hasil Analisis Risiko PBJ
Dampak/Konsekuensi
MATRIKS Tidak Sangat
Kecil Sedang Besar
ANALISIS RISIKO signifikan signifikan
1 2 3 4 5
Hampir 5
pasti
PHP1,PHP2, PKP2, PKP3,
Kemungkin 4 PHP3 PDP4, PK3,
an besar
PK10,
PU4, PU5, PKP1, PU1, PU2,
Terjadinya Risiko

PU6, PDP1, PU3, PDP3,


Kemungkinan

PDP5, PPP2, PPP1, PPP7,


Mungkin
3 PPP3, PPP4, PK1, PK2,
PPP6, PK8, PK4,PK5, PK6,
PK9, PSB2, PK7, PSB1, PSB4
PSB3, PSB5,
PSB6
Kemungkin 2 PDP2 PPP5
an kecil
Sangat 1
jarang

Keterangan : Sangat Sedang/ Sangat


Rendah Tinggi
rendah Medium tinggi

Urutan jenis risiko sesuai kategori yang telah ditetapkan tersaji dalam tabel 3.9.

36
Modul Penyelenggaraan SPIP atas Pengadaan Barang / Jasa pada Pemerintah Daerah

Tabel 3.9.
Hasil Analisis Risiko sesuai Urutan Kategori

No Kategori/Kode Risiko
Risiko
1 Sangat Tinggi
1) PKP2 Mark-up anggaran PBJ
2) PKP3 Penentuan anggaran PBJ tidak didasarkan pada perhitungan teknis
yang memadai
3) PDP4 Penyusunan Harga Perkiraan Sendiri (HPS) yang tidak profesional
4) PK3 Kontrak “dijual” kepada pihak lain atau seluruh pekerjaan utama
dialihkan kepada penyedia lainnya
5) PK10 Jumlah dan kualitas tenaga ahli dilapangan tidak sesuai dengan
persyaratan
2 Tinggi
6) PKP1 Kegiatan PBJ dalam dokumen penganggaran (RAPBD/APBD) tidak
pernah diusulkan oleh SKPD
7) PU1 Perencanaan tidak sesuai dengan kebutuhan riil
8) PU2 Perencanaan disesuaikan dengan keinginan pihak-pihak tertentu untuk
keuntungan pribadi/pribadi/pihak lain
9) PU3 Penggelembungan anggaran (perencanaan PBJ)
10) PDP3 Spesifikasi yang disusun dibuat tidak sesuai ketentuan
11) PPP1 Pengumuman dan pendaftaran peserta tender/seleksi yang direkayasa
12) PPP7 Perubahan penting atas dokumen pengadaan tidak dituangkan dalam
perubahan (amandemen) dokumen pengadaan dan tidak di unggah ke
dalam portal LPSE pengadaan terkait dalam batas waktu yang
ditentukan
13) PK1 Perubahan substansi kontrak sebelum kontrak ditandatangani (yang
merugikan keuangan negara)

14) PK2 Penandatanganan dan pelaksanaan kontrak tidak sesuai ketentuan


15) PK4 Pekerjaan utama disubkontrakan
16) PK5 Perintah perubahan volume (contract change order) dalam rangka Kolusi
Korupsi Nepotisme
17) PK6 Perubahan desain tidak diikuti dengan justifikasi dan perubahan
(amandemen) kontrak
18) PK7 Data lapangan yang dipalsukan
19) PSB1 Kuantitas dan kualitas barang yang di terima tidak sesuai kebutuhan
20) PSB4 Pembayaran yang tidak sesuai ketentuan
21) PHP 1 Barang/jasa tidak dicatat sebagaimana mestinya oleh pemerintah
daerah (misalnya tidak tercatat sebagai aset dalam neraca pemerintah
daerah);
22) PHP 2 Barang/konstruksi tidak dapat dimanfaatkan sampai dengan umur
ekonomisnya
23) PHP 3 Barang/jasa hasil pengadaan tidak dimanfaatkan
3 Sedang/Medium
24) PU4 Menyatukan atau memusatkan beberapa kegiatan yang tersebar di
beberapa satker yang menurut sifat pekerjaan dan tingkat efisiensinya
seharusnya dilakukan di satker masing-masing
25) PU5 Menggabungkan beberapa paket pekerjaan yang sifat pekerjaan dan
besaran nilainya seharusnya dapat dilakukan usaha kecil
26) PU6 Pembentukan panitia pengadaan atau penunjukan pejabat pengadaan
tidak sesuai ketentuan

37
Modul Penyelenggaraan SPIP atas Pengadaan Barang / Jasa pada Pemerintah Daerah

No Kategori/Kode Risiko
Risiko
27) PDP1 Penetapan sistem pengadaan yang menguntungkan salah satu pihak

28) PDP5 Penyusunan dokumen pengadaan barang/jasa yang menguntungkan


calon rekanan tertentu
29) PPP2 Tahap Kualifikasi Penyedia Barang/Jasa dan Pengambilan Dokumen
Pemilihan Penyedia Barang/Jasa yang mempersulit pihak atau peserta
yang tidak dimenangkan
30) PPP3 Penjelasan tender/seleksi tidak sesuai ketentuan

31) PPP4 Evaluasi Penawaran, Pembuktian Kualifikasi dan Pembuatan Berita


Acara Hasil Pelelangan tidak sesuai prosedur
32) PPP6 Sanggahan peserta tender/seleksi dan pengaduan masyarakat
direkayasa atau tidak ditindaklanjuti
33) PK8 Terlambat melakukan mobilisasi
34) PK9 Jumlah dan jenis peralatan tidak sesuai dengan persyaratan
35) PSB2 Penyerahan barang di lokasi yang tidak tepat waktu
36) PSB3 Keterlambatan penyerahan barang tidak didenda
37) PSB5 Kekurangan pemungutan dana penyetoran pajak/PNBP
38) PSB6 Pelaporan yang tidak dilaksanakan, Pelaporan yang tidak sesuai
keadaan/peraturan, serta Pelaporan yang tidak lengkap
39) PPP5 Penetapan dan pengumuman tender/seleksi direkayasa
40) PDP2 Penyusunan jadual pelaksanaan pengadaan yang menguntungkan bagi
pihak tertentu
4 Rendah
- Tidak ada
5 Sangat rendah
- Tidak ada
-

c. Memvalidasi Risiko
Hasil analisis risiko kegiatan PBJ selanjutnya dikomunikasikan kepada
Kepala Daerah untuk divalidasi dan diputuskan risiko mana yang akan
diprioritaskan untuk ditangani. Dalam modul ini, risiko dengan kriteria
“sangat tinggi” dan “tinggi” akan diprioritaskan untuk ditangani.
Terhadap Risiko PBJ yang akan diprioritaskan untuk ditangani,
Pemerintah Daerah diharapkan membangun pengendalian untuk
menurunkan kemungkinan munculnya risiko (preventif), menurunkan
dampak dari risiko yang muncul (mitigatif), atau keduanya. Daftar risiko
prioritas disajikan dalam Lampiran 8.

38
Modul Penyelenggaraan SPIP atas Pengadaan Barang / Jasa pada Pemerintah Daerah

D. Tahap 4: Evaluasi Pengendalian yang Ada

Tahap ini bertujuan untuk menilai apakah pengendalian dalam PBJ telah
dibangun secara memadai untuk mengatasi risiko PBJ yang telah diprioritaskan.
Penilaian terhadap pengendalian PBJ yang ada mencakup kebijakan dan
prosedur yang dimiliki instansi pemerintah terkait penyelenggaraan PBJ.
Selanjutnya dalam tahapan ini, dihasilkan beberapa keluaran, yaitu:
1. Daftar kegiatan pengendalian yang dibutuhkan untuk mengatasi risiko yang
diprioritaskan dalam PBJ;
2. Daftar pengendalian yang ada untuk masing-masing risiko prioritas PBJ;
3. Hasil identifikasi pengendalian yang masih dibutuhkan untuk masing-
masing risiko prioritas PBJ.
Hasil penilaian atas pengendalian yang ada selengkapnya disajikan dalam
Lampiran 9.

E. Tahap 5: Penyusunan RTP PBJ

RTP PBJ merupakan kebijakan/prosedur yang akan dibuat untuk membangun


pengendalian yang diperlukan guna mengatasi kelemahan lingkungan
pengendalian intern dan mengatasi risiko prioritas yang sudah teridentifikasi.
Langka kerja penyusunan RTP PBJ sebagaimana digambarkan dalam gambar
3.5.
Gambar 3.5
Langkah Kerja Penyusunan Dokumen RTP PBJ

Merumuskan Tindakan Merumuskan Kegiatan


untuk Mengatasi Pengendalian yang Menyelaraskan Rencana
Kelemahan Lingkungan Dibutuhkan dalam Tindak Pengendalian
Pengendalian Rangka Mengatasi Risiko

39
Modul Penyelenggaraan SPIP atas Pengadaan Barang / Jasa pada Pemerintah Daerah

1. Merumuskan Tindakan untuk Mengatasi Kelemahan Lingkungan


Pengendalian
Berdasarkan kelemahan pengendalian yang telah teridentifikasi, dibuat RTP
lingkungan kegiatan PBJ sebagai berikut:
a. Penegakan integritas dan nilai etika
1) Peningkatan integritas pelaku PBJ, antara lain melalui pertimbangan
rekam jejak integritas calon /kandidat pelaku PBJ sejak tahapan
seleksi, dan penilaian integritas setelah pelaksanaan tugas.
2) Perlunya kode etik/aturan perilaku dan implementasinya khusus bagi
pelaku PBJ dan UKPBJ yang antara lain memuat standar perilaku etis,
praktik yang dapat diterima, praktik yang tidak dapat diterima ,
pembentukan majelis pertimbangan kode etik, dan proses penanganan
pelanggaran kode etik. Contoh Kode etik disajikan dalam Lampiran
10.
3) Penguatan whistle blowing system yang dituangkan dalam
kebijakan/SOP (Perkada atau peraturan lainnya). Dalam whistle
blowing system tersebut perlu diatur bahwa pelanggaran integritas dan
kode etik oleh SDM merupakan salah satu objek yang dapat
dilaporkan dan adanya jaminan kerahasiaan si pelapor. Contoh
Peraturan Daerah dan SOP Pengaduan Masyarakat (Whistle Blowing
System) disajikan dalam Lampiran 11 dan 12.
b. Komitmen terhadap kompetensi
Pelaksanaan Pelatihan/Diklat PBJ bagi pelaku PBJ secara periodik,
misalnya meliputi perencanaan PBJ, pemilihan penyedia barang dan jasa,
manajemen kontrak, manajemen informasi aset, dan kompetensi umum.
Penentuan kebutuhan pelatihan/diklat mempertimbangkan peraturan
terkini dari Pemda atau KL terkait PBJ, hasil evaluasi oleh pemda, dan
kebutuhan pelaku PBJ.

40
Modul Penyelenggaraan SPIP atas Pengadaan Barang / Jasa pada Pemerintah Daerah

c. Kepemimpinan yang kondusif


1) Peningkatan peran masyarakat/pegawai melalui penerapan sistem
pengaduan masyarakat dan penggunaan e-Proc/SPSE yang dapat
diakses oleh masyarakat pada setiap tahapan PBJ untuk mengatasi
adanya penyimpangan, penyalahgunaan wewenang, korupsi, kolusi
dan nepotisme dalam proses PBJ. Contoh SOP Pengaduan Masyarakat
disajikan dalam Lampiran 12.
2) Penilaian risiko oleh pimpinan/PA/KPA sebelum dilaksanakannya
PBJ. Untuk itu, Pemerintah daerah perlu menetapkan dan
melaksanakan kebijakan terkait penilaian risiko PBJ. Pelaksanaan
Penilaian risiko mengacu kepada Pedoman Penilaian Risiko di masing-
masing Pemerintah Daerah, dan Modul Pelaksanaan Penyelenggaraan
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) atas Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah Daerah.
d. Struktur organisasi sesuai kebutuhan
Penyusunan dan implementasi Perkada tentang pembentukan UKPBJ
sesuai dengan Perka LKPP Nomor 14 Tahun 2018 tentang Unit Kerja
Pengadaan Barang/Jasa. Contoh Struktur Organisasi UKPBJ disajikan
pada Lampiran 13.
e. Penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat tentang SDM
1) Pola rekruitment SDM pelaku PBJ harus mempertimbangkan syarat-
syarat yang diatur dalam peraturan dan kompetensi jabatan, serta
integritas SDM. Untuk itu, pemda perlu menyusun dan
mengimplementasikan prosedur pengembangan SDM PBJ yang
setidak-tidaknya meliputi tahapan perencanaan, seleksi, orientasi,
pengembangan SDM, monitoring pelaksanaan tugas, penilaian kinerja
dan integritas, serta pemberian sanksi dan penghargaan. Dalam
tahapan seleksi sudah mempertimbangkan kompetensi jabatan dan
rekam jejak integritas calon /kandidat pelaku PBJ. Penilaian integritas
seharusnya dilakukan kembali setelah pelaksanaan tugas. Contoh

41
Modul Penyelenggaraan SPIP atas Pengadaan Barang / Jasa pada Pemerintah Daerah

langkah utama dan SOP pengembangan SDM pelaku PBJ disajikan


dalam Lampiran 14. Sedangkan Lampiran 15 menyajikan contoh
Formulir Seleksi Pelaku PBJ, Lampiran 9 menyajikan contoh Perkada
Kode Etik UKPBJ, Lampiran 16 menyajikan contoh Pakta Integritas,
dan Lampiran 17 menyajikan contoh Kuesioner Penilaian Kinerja 360
Derajat.
2) Adanya SOP dan transparansi proses recruitment SDM pelaku PBJ.
Transparansi proses recruitment SDM pelaku PBJ tercermin sejak
pengusulan kandidat, adanya seleksi, dan pengumuman SDM pelaku
PBJ. Contoh Formulir Seleksi Pelaku PBJ disajikan pada Lampiran 15.
f. Perwujudan peran APIP yang efektif
1) Penyusunan dan penetapan kebijakan pelaksanaan audit PBJ termasuk
pemberian akses kepada Inspektorat Daerah ke dalam aplikasi SPSE
sesuai batas kewenangannya yang disahkan dalam Peraturan Kepala
Daerah/Peraturan Daerah;
2) Memasukkan kegitan audit PBJ (baik kegiatan yang sedang
berlangsung maupun setelah kegiatan) ke dalam PKPT maupun
Piagam Audit Inspektorat;
3) Penyusunan pedoman audit PBJ;
4) Peningkatan kapabilitas Inspektorat Daerah untuk melakukan
pengawasan PBJ, melalui diklat PBJ dan diklat audit PBJ.
Contoh Perkada tentang Kebijakan Audit PBJ oleh Inspektorat Daerah
yang tertuang dalam Piagam audit disajikan dalam Lampiran 18.
2. Merumuskan Kegiatan Pengendalian yang Dibutuhkan dalam Rangka
Mengatasi Risiko
Kegiatan pengendalian sebagai solusi untuk mengatasi risiko prioritas,
sebagai berikut:
a. Kegiatan pengendalian pada tahap perumusan kebijakan (penganggaran)
Pengendalian yang diperlukan untuk mengatasi risiko pada tahap
perumusan kebijakan (penganggaran), antara lain;

42
Modul Penyelenggaraan SPIP atas Pengadaan Barang / Jasa pada Pemerintah Daerah

1) Sosialisasi pedoman perhitungan teknis penganggaran oleh


kementerian/OPD teknis kepada OPD yang membutuhkan terutama
pada saat penyusunan spesifikasi teknis/KAK dan perkiraan
biaya/RAB untuk PBJ;
2) Penyusunan Standar Harga Barang/Jasa (SHBJ) atau Standar Satuan
Harga (SSH) berdasarkan Analisis Standar Belanja (ASB) terutama
untuk penyusunan KUA PPAS dan RKA SKPD. Serta integrasi antara
SSH, ASB, dan Perencanaan (SIMDA Perencanaan).
Contoh Program Kerja Penyusunan Standar Harga, disajikan dalam
Lampiran 19.
3) Penggunaan website/aplikasi untuk meningkatkan transparansi dan
keterlibatan masyarakat dalam proses penganggaran (penggunaan
sistem pengaduan masyarakat dan aplikasi penganggaran yang
memungkinkan dilakukan pemantauan oleh masyarakat)
4) Pengintegrasian aplikasi e-planning (misalnya SIMDA Perencanaan),
SHBJ, SIRUP, dan Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SPSE).
Contoh bentuk pengintegrasian proses perencanaan, penganggaran,
dan perencanaan pengadaan barang/jasa, disajikan dalam Lampiran
20.
5) Penjaminan kualitas oleh Inspektorat Daerah untuk memastikan
penganggaran PBJ telah sesuai kebutuhan dan mendukung output dan
outcome yang diharapkan. Contoh Audit Program penjaminan kualitas
penganggaran PBJ disajikan dalam Lampiran 21.
b. Kegiatan pengendalian pada tahap perencanaan pengadaan
Pengendalian yang diperlukan untuk mengatasi risiko pada tahap
perencanaan pengadaan, antara lain;
1) Penjaminan kualitas oleh Inspektorat Daerah untuk :
a) Memastikan perencanaan PBJ telah sesuai kebutuhan dan
mendukung tugas, fungsi, dan program (output dan outcome yang
diharapkan);

43
Modul Penyelenggaraan SPIP atas Pengadaan Barang / Jasa pada Pemerintah Daerah

b) Meminimalisir kesalahan spesifikasi, penyimpangan terhadap


ketentuan, dan menghindari keterlibatan/campur tangan pelaku
usaha dalam penyusunannya.
Contoh Audit Program Penjaminan kualitas PBJ pada tahap
Perencanaan Pengadaan disajikan dalam Lampiran 22.
2) Keterlibatan instansi teknis (misal Dinas Pekerjaan Umum untuk teknis
konstruksi) dalam penyusunan spesifikasi teknis/KAK.
3) Penyusunan database standar kualitas dan harga barang/jasa yang
mudah diakses, lengkap, transparan, akurat, dan dapat diperbarui
secara berkala.
c. Kegiatan pengendalian pada tahap persiapan pengadaan dan persiapan
pemilihan
Pengendalian yang diperlukan untuk mengatasi risiko pada tahap
persiapan pengadaan dan persiapan pemilihan, antara lain;
1) Penyusunan SOP/manual atas reviu spesifikasi teknis oleh PPK,
termasuk langkah-langkah dalam melakukan survei untuk
mengumpulkan data ketersediaan barang, harga, alternatif barang
sejenis, ketersediaan barang/jasa yang memiliki Tingkat Komponen
Dalam Negeri (TKDN), Standar Nasional Indonesia (SNI), dan produk
berkelanjutan. Dalam pekerjaan konstruksi, reviu spesifikasi dapat
melibatkan konsultan perencana. Contoh SOP atau Manual Reviu
Spesifikasi Teknis disajikan dalam Lampiran 23, sedangkan contoh
Kertas Kerja Reviu Spesifikasi Teknis disajikan dalam Lampiran 24,
Contoh Form Usulan Alternatif Spesifikasi Teknis, dan Penetapan
Spesifikasi Teknis disajikan dalam Lampiran 25 dan 26.
2) Penyusunan SOP/manual HPS termasuk langkah-langkah yang perlu
dilakukan dalam survei harga HPS.
Contoh SOP Manual HPS disajikan dalam Lampiran 27, sedangkan
contoh Kertas Kerja Penyusunan dan Penetapan HPS disajikan dalam
Lampiran 28.

44
Modul Penyelenggaraan SPIP atas Pengadaan Barang / Jasa pada Pemerintah Daerah

3) Penyusunan dokumen pengadaan (penetapan spesifikasi teknis/KAK,


HPS, rancangan kontrak) agar di reviu oleh Inspektorat Daerah.
d. Kegiatan pengendalian pada tahap pelaksanaan pemilihan penyedia
Pengendalian yang diperlukan untuk mengatasi risiko pada tahap
pelaksanaan pemilihan penyedia barang dan jasa, antara lain:
1) Audit atas proses pemilihan penyedia barang dan jasa oleh Inspektorat
Daerah, terutama pada tahap pengumuman. Contoh program audit
disajikan dalam Lampiran 29;
2) Penggunaan SPSE dan katalog elektronik. Untuk menjamin berfungsinya
SPSE, UKPBJ perlu melibatkan Dinas yang menangani Kominfo untuk
memastikan aplikasi SPSE selalu dalam kondisi siap dengan jaringan
yang memadai.
e. Kegiatan pengendalian pada tahap pelaksanaan kontrak.
Pengendalian yang diperlukan untuk mengatasi risiko pada tahap
pelaksanaan kontrak, antara lain:
1) Pengawasan oleh Inspektorat Daerah atas pelaksanaan kontrak untuk
mendeteksi adanya sub kontrak pekerjaan utama, laporan yang tidak
sesuai, pembayaran yang tidak sesuai kontrak, dan penyimpangan
lainnya;
2) Pemberlakuan Blacklist baik untuk perusahaan maupun pemilik/pelaku
yang menjual kontrak atau mensubkontrakkan pekerjaan utama;
3) Pemantauan peran tenaga ahli di lapangan oleh PPK dan konsultan
pengawas.
f. Kegiatan pengendalian pada tahap Penyelesaian dan Serah Terima Barang
dan Jasa
Pengendalian yang diperlukan untuk mengatasi risiko pada tahap
penyelesaian dan serah terima barang dan jasa, antara lain;
1) Audit atas pengadaan barang dan jasa melibatkan Inspektorat Daerah
untuk mengetahui kualitas barang dan jasa;

45
Modul Penyelenggaraan SPIP atas Pengadaan Barang / Jasa pada Pemerintah Daerah

2) Persyaratan pengetahuan dan pengalaman yang cukup bagi


Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan (PjPHP) yang dibuktikan
dengan adanya sertifikat profesi;
3) Pengalokasian waktu yang cukup bagi pejabat/panitia pemeriksa hasil
pekerjaan untuk melakukan pengujian dan pemeriksaan hasil pekerjaan.
g. Kegiatan pengendalian pada tahap Pemanfaatan Hasil PBJ
Pengendalian yang diperlukan untuk mengatasi risiko pada tahap
pemanfaatan hasil PBJ, antara lain:
1) Audit PBJ oleh Inspektorat, untuk memastikan bahwa barang sudah
dimasukkan ke dalam SIMAK-BMN/ SIMBADA/aplikasi BMN yang
lain. Contoh Program Audit Pencatatan Aset disajikan dalam lampiran
30.
2) Penetapan tanggung jawab pelaksana, konsultan perencana, dan
pengawas tidak hanya sampai tahap pemeliharaan tetapi juga sampai
dengan umur teknis konstruksi. Hal tersebut dapat dilakukan misalnya
dengan pembuatan surat pernyataan dimana pelaksana, konsultan
perencana, dan pengawas harus bertanggung jawab sesuai dengan
tanggung jawabnya masing-masing apabila barang/kontruksi tidak
dapat digunakan s.d. umur ekonomis yang disebabkan karena
kesalahan konsultan perencana, pelaksana, atau konsultan pengawas.
Contoh Surat Pernyataan Tanggung Jawab sampai dengan Umur
Ekonomis disajikan dalam Lampiran 31.
Selengkapnya, kegiatan pengendalian atas risiko prioritas setiap tahapan PBJ
dan RTP-nya disajikan dalam Lampiran 32.

F. Tahap 6: Informasi dan komunikasi atas Risiko dan RTP

1. Informasi tentang tren risiko


Dalam rangka pendokumentasian keterjadian risiko yang telah teridentifikasi,
maka pemerintah daerah perlu membuat catatan mengenai kapan risiko
terjadi (risk event) dan dampak yang terjadi dengan tujuan untuk mengetahui
tingkat keterjadian risiko dan efektivitas pengendalian yang telah

46
Modul Penyelenggaraan SPIP atas Pengadaan Barang / Jasa pada Pemerintah Daerah

dilaksanakan. Form pencatatan kapan terjadinya risiko yang teridentifikasi


disajikan dalam Lampiran 33.

2. Informasi tentang RTP


Informasi tentang RTP berisi jenis sarana pengkomunikasian pengendalian,
penyedia dan penerima informasi, dan waktu pelaksanaan, Sebagaimana
disajikan dalam lampiran 34.

G. Tahap 7: Monitoring dan Evaluasi RTP

Dokumen RTP perlu memuat mekanisme pemantauan yang akan dijalankan.


Hal ini untuk memastikan bahwa pengendalian yang dirancang dapat
dilaksanakan dan berjalan secara efektif. Contoh rancangan monitoring dan
evaluasi atas Pengendalian Intern disajikan pada lampiran 35.

H. Pelaporan

Hasil Penilaian atas Sistem Pengendalian Intern yang Ada dan Rencana Tindak
Perbaikan Pengendalian yang telah diidentifikasi selanjutnya dituangkan ke
dalam Laporan atau Dokumen RTP. Sebelum difinalkan, draft dokumen RTP
perlu dibicarakan dengan Kepala Daerah dan pihak yang terkait. Dokumen RTP
final selanjutnya disampaikan kepada pihak-pihak yang terkait. Outline Laporan
atau Dokumen RTP disajikan pada Lampiran 36.

47
Modul Penyelenggaraan SPIP atas Pengadaan Barang / Jasa pada Pemerintah Daerah

BAB IV

PENUTUP

Modul ini disusun dalam rangka memberikan panduan umum kepada


Pemerintah Daerah dalam menyelenggarakan Sistem Pengendalian Intern PBJ. Hasil
penilaian risiko dan RTP pada setiap tahapan penyelenggaraan sistem pengendalian
intern dapat berbeda-beda diantara pemerintah daerah sesuai dengan kondisi
masing-masing di daerah.
Pemerintah daerah dapat mengembangkan modul ini dalam
penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern PBJ yang lebih spesifik misalnya:
1. PBJ yang dilakukan pada jasa konsultansi;
2. PBJ secara swakelola;
3. PBJ konstruksi, secara lebih spesifik misalnya pembangunan jalan, jembatan,
gedung dan sebagainya;
4. PBJ dalam rangka penanganan keadaan darurat;
5. PBJ di luar negeri;
6. PBJ penelitian;
7. PBJ dalam bentuk tender/seleksi internasional;
8. PBJ di Desa;
9. PBJ lainnya sesuai kebutuhan.
Akhir kata, tim penyusun berharap agar modul ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak khususnya pelaksana PBJ pada Pemerintah Daerah.

48
Modul Penyelenggaraan SPIP atas Pengadaan Barang / Jasa pada Pemerintah Daerah

DAFTAR PUSTAKA

Alfian, Pemetaan Jenis dan Risiko Kecurangan dalam Audit Pengadaan Barang dan
Jasa, Jurnal Pengadaan, Oktober 2015/Volume 4, Nomor 1
Badan Pemeriksa Keuangan. 2017. Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester I Tahun 2017
Badan Pemeriksa Keuangan. 2018. Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester II Tahun
2017
Bappenas-ADB. Tool Kit Anti Korupsi Bidang Pengadaan Barang dan Jasa
Pemerintah.
http://sp.beritasatu.com
https://nasional.kompas.com
https://news.detik.com
https://www.viva.co.id
Kedeputian Bidang Pencegahan KPK, 2015. Kajian Pencegahan Korupsi Pada
Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah
Peraturan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Nomor 24
Tahun 2013 tentang Pedoman Pelaksanaan Control Self Assessment untuk
Penilaian Risiko
Peraturan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Nomor 25
Tahun 2013 tentang Petunjuk Pelaksanaan Control Environtment Evaluation
(CEE)
Peraturan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Nomor
Per-10/K/LB/2013 tentang Pedoman Teknis Bimbingan Teknis
Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
Peraturan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Nomor
Per-1326/K/LB/2009 tentang Pedoman Teknis Umum Penyelenggaraan Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah
Peraturan Kepala LKPP No 1 Tahun 2018 tentang Perubahan Kedua Perka LKPP
tentang Whistleblowing System PBJ

49
Modul Penyelenggaraan SPIP atas Pengadaan Barang / Jasa pada Pemerintah Daerah

Peraturan Kepala LKPP Nomor 7 Tahun 2018 tentang Pedoman Perencanaan


Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
Peraturan Kepala LKPP Nomor 8 Tahun 2018 tentang Pedoman Swakelola
Peraturan Kepala LKPP Nomor 9 Tahun 2018 tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengadaan Barang/Jasa Melalui Penyedia
Peraturan Kepala LKPP Nomor 10 Tahun 2018 tentang Pedoman Pelaksanaan
Tender/Seleksi Internasional
Peraturan Kepala LKPP Nomor 11 Tahun 2018 tentang Katalog Elektronik
Peraturan Kepala LKPP Nomor 12 Tahun 2018 tentang Pedoman Pengadaan
Barang/Jasa yang Dikecualikan pada Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
Peraturan Kepala LKPP Nomor 13 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa
dalam Penanganan Keadaan Darurat
Peraturan Kepala LKPP Nomor 14 Tahun 2018 tentang Unit Kerja Pengadaan
Barang/Jasa
Peraturan Kepala LKPP Nomor 15 Tahun 2018 tentang Pelaku Pengadaan
Barang/Jasa
Peraturan Kepala LKPP Nomor 16 Tahun 2018 tentang Agen Pengadaan
Peraturan Kepala LKPP Nomor 17 Tahun 2018 tentang Sanksi Daftar Hitam Dalam
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
Peraturan Kepala LKPP Nomor 18 Tahun 2018 tentang Layanan Penyelesaian
Sengketa Kontrak Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
Peraturan Kepala LKPP Nomor 19 Tahun 2018 tentang Pengembangan Sistem Dan
Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah (SPIP)
Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang PBJ Pemerintah
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan. 2013. Penyelenggaraan SPIP Integratif
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan. 2013. Simulasi Penyelenggaraan SPIP

50
LAMPIRAN
Lampiran: 1 / 1-2

CONTOH
KUESIONER PENILAIAN LINGKUNGAN PENGENDALIAN
INTERN/CONTROL ENVIRONMENT EVALUATION (CEE)
PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMERINTAH

A. IDENTITAS RESPONDEN
Berilah tanda silang untuk posisi anda saat ini?
1. Pejabat Struktural
2. Pejabat Fungsional
3. Staf
Unit kerja: ………………………………………………………

B. KUESIONER EVALUASI LINGKUNGAN PENGENDALIAN


Berikan tanda silang (X) pada kotak jawaban yang paling tepat menurut Saudara atas
kondisi unit kerja Saudara

KUESIONER EVALUASI LINGKUNGAN PENGENDALIAN

JAWABAN KUESIONER
Sudah Sudah
Telah
dibangun/ dibangun/
Belum dibangun/
diterapkan diterapkan
NO. PERTANYAAN /KUESIONER ada/ diterapkan,
dengan baik, dengan baik
belum akan tetapi
tapi masih dan dapat
dibangun masih perlu
bisa ditularkan ke
perbaikan
ditingkatkan organisai lain
1 2 3
A. PENEGAKAN INTEGRITAS DAN NILAI ETIKA
1 Pelaku PBJ mendapatkan pesan integritas & nilai
etika secara rutin dari pimpinan instansi (Misalnya
keteladanan, pesan moral dll)
2 Kode etik pelaku PBJ telah diterapkan dengan baik

B KOMITMEN TERHADAP KOMPETENSI


1 Syarat kompetensi setiap pelaku PBJ telah
ditentukan
2 Pegawai yang kompeten telah secara tepat mengisi
posisi pelaku PBJ
3 Strategi peningkatan kompetensi pelaku PBJ telah
diterapkan dengan baik
C KEPEMIMPINAN YANG KONDUSIF
1 Penilaian oleh pimpinan telah dilakukan dalam
setiap pelaksanaan tugas
2 Pimpinan menerapkan manajemen risiko dan
pengendalian dalam pelaksanaan tugas
3 Pimpinan mampu mengarahkan sumber daya dan
potensi organisasi untuk melaksanakan PBJ sesuai
prosedur yang ditetapkan
4 Pimpinan melibatkan dan memperhatikan pendapat
pegawai dalam pengambilan keputusan

5 Gaya pimpinan dapat mendorong pegawai untuk


meningkatkan kinerja
Lampiran: 1 / 2-2

JAWABAN KUESIONER
Sudah Sudah
Telah
dibangun/ dibangun/
Belum dibangun/
diterapkan diterapkan
NO. PERTANYAAN /KUESIONER ada/ diterapkan,
dengan baik, dengan baik
belum akan tetapi
tapi masih dan dapat
dibangun masih perlu
bisa ditularkan ke
perbaikan
ditingkatkan organisai lain
D PEMBENTUKAN STRUKTUR ORGANISASI YANG SESUAI DENGAN KEBUTUHAN
1 Organisasi pelaksanaan PBJ (misal UKPBJ) telah
bersifat mandiri
2 Pejabat yang ditunjuk mengerti dan taat pada
tanggung jawabnya
3 Organisasi pelaksanaan PBJ berbentuk struktural
dengan nomenklatur berdasarkan kebutuhan dan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan
4 Personel yang bertugas di organisasi pelaksanaan
PBJ merupakan pegawai tetap dan bukan pegawai
yang bersifat adhoc (sementara) dari unit kerja lain.
5 Proses validasi atas tingkat kehandalan, keakuratan,
kelengkapan, ketepatan waktu sistem informasi
dilakukan secara berkala
E PENDELEGASIAN WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB YANG TEPAT
1 Kriteria pendelegasian wewenang telah ditentukan
dengan tepat
2 Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab
dilaksanakan secara tepat
3 Kewenangan direviu secara periodik

F PENYUSUNAN DAN PENERAPAN KEBIJAKAN YANG SEHAT TENTANG PEMBINAAN SUMBER DAYA
MANUSIA
1 Kebijakan SDM secara efektif dipahami oleh para
pegawai
2 Rekruitmen, retensi, maupun prosedur pemilihan
SDM (PA, KPA, PPK, Panitia Pengadaan) telah
dilakukan dengan baik
3 Honorarium pelaku PBJ telah sesuai dengan
tanggung jawab dan kinerja
4 Program pengembangan SDM yang ada dapat
meningkatkan pengendalian intern
5 Program perencanaan pelatihan memadai

6 Anggaran pengembangan SDM memadai

7 Evaluasi kinerja manajemen pelaksanaan PBJ


dilakukan dengan baik
G PERWUJUDAN PERAN APARAT PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH YANG EFEKTIF

1 Inspektorat Daerah melakukan reviu atas


efisiensi/efektivitas pelaksanaan PBJ secara
periodik
2 Inspektorat Daerah memiliki pengetahuan terhadap
proses PBJ

3 Inspektorat Daerah melakukan reviu atas


kepatuhan hukum terkait PBJ dan aturan lainnya
H HUBUNGAN KERJA YANG BAIK DENGAN INSTANSI PEMERINTAH TERKAIT
1 Hubungan kerja yang baik dengan
instansi/organisasi lain yang memiliki keterkaitan
operasional telah terbangun
2 Hubungan kerja yang baik dengan instansi yang
terkait atas fungsi pengawasan (Inspektorat, BPKP,
dan BPK) telah terbangun
Lampiran: 2 / 1 - 2

CONTOH
REKAPITULASI HASIL KUESIONER PENILAIAN LINGKUNGAN PENGENDALIAN INTERN
CONTROL ENVIRONTMENT EVALUATION (CEE) PBJ
JAWABAN RESPONDEN (R)
NO. PERTANYAAN /KUESIONER R1 R2 R3 R4 R5 R6 Dst Modus
(1) (2) (3)
A. PENEGAKAN INTEGRITAS DAN NILAI ETIKA
1 Pelaku PBJ mendapatkan pesan integritas & nilai etika secara
rutin dari pimpinan instansi (Misalnya keteladanan, pesan
moral dll)
2 Kode etik pelaku PBJ telah diterapkan dengan baik
B KOMITMEN TERHADAP KOMPETENSI
1 Syarat kompetensi setiap pelaku PBJ telah ditentukan
2 Pegawai yang kompeten telah secara tepat mengisi posisi
pelaku PBJ
3 Strategi peningkatan kompetensi pelaku PBJ telah
diterapkan dengan baik
C KEPEMIMPINAN YANG KONDUSIF
1 Penilaian oleh pimpinan telah memperhatikan keahlian dan
pelaksanaan tugas
2 Pimpinan menerapkankan manajemen risiko dan
pengendalian dalam pelaksanaan tugas
3 Pimpinan mampu mengarahkan sumber daya dan potensi
organisasi untuk melaksanakan PBJ sesuai prosedur yang
ditetapkan
4 Pimpinan melibatkan dan memperhatikan pertimbangan
pegawai dalam pengambilan keputusan
5 Gaya pimpinan dapat mendorong pegawai untuk
meningkatkan kinerja
D PEMBENTUKAN STRUKTUR ORGANISASI YANG SESUAI DENGAN KEBUTUHAN
1 Organisasi pelaksanaan PBJ (misal UKPBJ) telah bersifat
mandiri
2 Pejabat yang ditunjuk mengerti dan taat pada tanggung
jawabnya
3 Organisasi pelaksanaan PBJ berbentuk struktural dengan
nomenklatur berdasarkan kebutuhan dan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan
4 Personel yang bertugas di organisasi pelaksanaan PBJ
merupakan pegawai tetap dan bukan pegawai yang bersifat
adhoc (sementara) dari unit kerja lain
5 Proses validasi atas tingkat kehandalan, keakuratan,
kelengkapan, ketepatan waktu sistem informasi dilakukan
secara berkala
E PENDELEGASIAN WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB YANG TEPAT
1 Kriteria pendelegasian wewenang telah ditentukan dengan
tepat
2 Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab dilaksanakan
secara tepat
3 Kewenangan direviu secara periodik
F PENYUSUNAN DAN PENERAPAN KEBIJAKAN YANG SEHAT TENTANG PEMBINAAN SUMBER
1 Kebijakan SDM secara efektif dipahami oleh para pegawai

2 Rekruitmen, retensi, maupun Prosedur pemilihan SDM (PA,


KPA, PPK, Panitia Pengadaan) telah dilakukan dengan baik

3 Honorarium pelaku PBJ telah sesuai dengan tanggung jawab


dan kinerja
4 Program pengembangan SDM yang ada dapat
meningkatkan pengendalian intern
5 Program perencanaan pelatihan memadai
6 Anggaran pengembangan SDM memadai
Lampiran: 2 / 2 - 2

JAWABAN RESPONDEN (R)


NO. PERTANYAAN /KUESIONER R1 R2 R3 R4 R5 R6 Dst Modus
(1) (2) (3)
7 Evaluasi kinerja manajemen pelaksanaan PBJ dilakukan
dengan baik
G PERWUJUDAN PERAN APARAT PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH YANG EFEKTIF
1 Inspektorat Daerah melakukan reviu atas
efisiensi/efektivitas pelaksanaan PBJ secara periodik
2 Inspektorat Daerah memiliki pengetahuan terhadap proses
PBJ
3 Inspektorat Daerah melakukan reviu atas kepatuhan hukum
terkait PBJ dan aturan lainnya
H HUBUNGAN KERJA YANG BAIK DENGAN INSTANSI PEMERINTAH TERKAIT
1 Hubungan kerja yang baik dengan instansi/organisasi lain
yang memiliki keterkaitan operasional telah terbangun

2 Hubungan kerja yang baik dengan instansi yang terkait atas


fungsi pengawasan (inspektorat, BPKP, dan BPK) telah
terbangun
Lampiran : 3 / 1 - 2

CONTOH
Kondisi Kerentanan Lingkungan Pengendalian Intern Terkait PBJ
di Pemerintah Daerah

No. Klasifikasi*) Uraian Kelemahan Uraian Kekuatan


(1) (2) (3) (4)
1 Integritas dan - Integritas Pihak-pihak yag - Adanya penanda-tanganan
nilai etika terkait dalam PBJ (PA/KPA, Pakta Integritas yang
PPK, Penyedia Barang, menyatakan bahwa tidak
Pejabat Pengadaan, UKPBJ) akan melakukan Korupsi,
masih lemah Kolusi dan Nepotisme
- Sanksi terhadap
pelanggaran oleh pihak
yang terkait PBJ
- Adanya aturan tentang
sanksi terhadap
pelanggaran
2 Komitmen Pemda belum melakukan Adanya pelatihan tentang
terhadap pengembangan kompetensi Sertifikasi PBJ
kompetensi pelaku PBJ secara
berkelanjutan, sehingga
pelaku PBJ belum
melaksanakan prosedur PBJ
sesuai dengan ketentuan.
3 Kepemimpinan - Pimpinan orgnisasi belum Adanya analisis jabatan dan
yang kondusif mampu mengarahkan syarat jabatan untuk
sumber daya dan potensi menduduki jabatan tertantu
organisasi untuk sehingga dihasilkan SDM
melaksanakan PBJ sesuai terbaik untuk proses PBJ dan
dengan prosedur yang mengurangi kemungkinan
ditetapkan. adanya pemilihan pejabat
- Proses PBJ tidak transparan PBJ secara subjektif
4 Struktur Belum semua pemerintah Adanya UKPBJ di daerah
organisasi sesuai daerah membentuk UKPBJ
kebutuhan mandiri. Atau UKPBJ masih
bersifat adhoc dengan pegawai
yang merangkap dengan
jabatan atau tugas lain.
5 Pendelegasian Adanya penyerahan tugas dan Adanya prosedur tentang
wewenang dan tanggung jawab kegiatan pendelegasian wewenang
tanggung jawab terkait PBJ kepada pihak yang
tidak berwenang.
6 Kebijakan - Pemilihan pegawai/pejabat Adanya analisis jabatan dan
Sumber Daya yang terkait dalam PBJ syarat jabatan untuk
Manusia masih didasarkan pada menduduki jabatan tertantu
pegawai/pejabat yang dapat sehingga dihasilkan SDM
diajak “bekerja sama” untuk terbaik untuk proses PBJ dan
melakukan kecurangan. mengurangi kemungkinan
- Pegawai/pejabat terkait PBJ adanya pemilihan pejabat
belum diawasi secara PBJ secara “like or dislike”
memadai
Lampiran : 3 / 2 - 2

No. Klasifikasi*) Uraian Kelemahan Uraian Kekuatan


(1) (2) (3) (4)
7 Peran APIP yang - APIP tidak dioptimalkan Adanya audit PBJ yang
efefktif perannya dalam dilakukan dalam setiap
pengawasan dan pembinaan tahapan proses PBJ
PBJ
- Pengawasan lebih bersifat
menanggapi adanya
permasalahan setelah proses
PBJ, dan belum bersifat
antisipatif
- Terhambatnya pelaksanaan
pengadaan karena ketakutan
pelaksana pengadaan
menjadi temuan auditor.
- Belum semua Auditor
memahami dengan benar
terkait proses PBJ sesuai
Peraturan
8 Hubungan kerja - Masih terdapat kolusi
yang baik diantara pihak-pihak yang
terkait PBJ (Legislatif,
Eksekutif, Pihak penyedia,
pejabat/pegawai terkait PBJ)
untuk melakukan
kecurangan.
- Intervensi oleh pihak yang
tidak berwenang
*) Klasifikasi permasalahan menggunakan sub unsur Lingkungan Pengendalian dalam PP
60 Tahun 2008.
Lampiran : 4 / 1 - 1

Contoh
Simpulan Survei Persepsi atas Lingkungan Pengendalian Intern PBJ
Pemerintah Daerah Menurut Metode CEE

Hasil penilaian
No. Uraian Sub Unsur Lingkungan Pengendalian
CEE
(1) (2) (3)
1 Penegakan integritas dan nilai etika Tidak memadai
- Para pegawai yang terlibat dalam proses PBJ (PA, KPA, PPK,
Panitia Pengadaan) belum mendapatkan pesan integritas &
nilai etika secara rutin dari pimpinan instansi
- Kode etik (PA, KPA, PPK, Panitia Pengadaan) belum
disusun
2 Komitmen Terhadap Kompetensi Cukup memadai
Proses penunjukan pegawai terkait PBJ dilakukan dengan
mempertimbangkan kompetensi
3 Kepemimpinan yang kondusif Tidak memadai
- Gaya kepemimpinan yang kondusif belum dirasakan baik di
dalam maupun di luar organisasi
- Pegawai yang terkait PBJ belum menilai risiko dan
memahami tujuan pengendalian intern PBJ
4 Struktur organisasi sesuai kebutuhan Cukup memadai
Pejabat yang terlibat dalan proses PBJ mengerti dan taat pada
tanggung jawabnya
5 Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat Cukup memadai
Adanya penyerahan tugas dan tanggung jawab kegiatan
terkait PBJ kepada pihak yang berwenang
6 Penyusunan dan Penerapan Kebijakan yang Sehat tentang Tidak memadai
Pembinaan SDM
Program perencanaan pelatihan PBJ belum memadai
7 Perwujudan Peran APIP yang Efektif Cukup memadai
Internal Auditor melakukan reviu atas efisiensi/efektivitas
pelaksanaan PBJ secara periodik
8 Hubungan Kerja yang Baik dengan Instansi Pemerintah Cukup memadai
Terkait
Pihak-pihak yang terkait dengan PBJ memiliki hubungan kerja
yang baik, khususnya dengan aparat pengawasan dan LKPP
Lampiran : 5 / 1 - 3

Contoh
Kertas Kerja Penyimpulan Kondisi Lingkungan Pengendalian

No. Sub unsur Penilaian awal Survei Persepsi Simpu-lan Penjelasan


Hasil Uraian Hasil Uraian
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 Penegakan Tidak - Integritas Pihak-pihak yag Tidak - Para pegawai yang terlibat Tidak - Integritas pihak-pihak yang
integritas Memadai terkait dalam PBJ (PA/KPA, memadai dalam proses PBJ (PA, KPA, Memadai terlibat dalam PBJ (PA/KPA,
dan nilai PPK, Penyedia Barang, Pejabat PPK, Panitia Pengadaan) belum PPK, Penyedia Barang, Pejabat
etika Pengadaan, UKPBJ) masih lemah mendapatkan pesan integritas Pengadaan, UKPBJ) masih lemah.
& nilai etika secara rutin dari - Belum ada aturan perilaku/kode
pimpinan instansi etik yang mengatur pihak-pihak
- Kode etik (PA, KPA, PPK, yang terkait dalam PBJ.
Panitia Pengadaan) belum
disusun

2 Komitmen Tidak - Pemda belum melakukan Cukup Proses penunjukan pegawai Tidak Pemda belum melakukan
Terhadap Memadai pengembangan kompetensi memadai terkait PBJ dilakukan dengan memadai pengembangan kompetensi pelaku
Kompetensi pelaku PBJ secara berkelanjutan, mempertimbangkan kompetensi PBJ secara berkelanjutan, sehingga
sehingga pelaku PBJ belum yang tepat untuk jabatan yang pelaku PBJ belum melaksanakan
melaksanakan prosedur PBJ diisi prosedur PBJ sesuai dengan
sesuai dengan ketentuan. ketentuan.

3 Kepemimpi Tidak - Pimpinan organisasi belum Tidak - Gaya kepemimpinan yang Tidak - Pimpinan organisasi belum
nan yang Memadai mampu mengarahkan sumber memadai kondusif belum dirasakan baik memadai mampu mengarahkan sumber
kondusif daya dan potensi organisasi di dalam maupun di luar daya dan potensi organisasi
untuk melaksanakan PBJ sesuai organisasi untuk melaksanakan PBJ sesuai
dengan prosedur yang - Pegawai yang terkait PBJ belum dengan prosedur yang
ditetapkan. menilai risiko dan memahami ditetapkan;
- Proses PBJ tidak transparan tujuan pengendalian intern PBJ - Pimpinan tidak transparan
terhadap proses PBJ;
- Pengelola pengadaan mengalami
demotivasi dalam melaksanakan
tugasnya serta enggan
meningkatkan prestasi kerja;
- Pimpinan/pelaku PBJ belum
menilai risiko dan memahami
tujuan pengendalian intern PBJ.
Lampiran : 5 / 2 - 3

No. Sub unsur Penilaian awal Survei Persepsi Simpu-lan Penjelasan


Hasil Uraian Hasil Uraian
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
4 Struktur Tidak Belum semua pemerintah daerah Cukup Pejabat yang terlibat dalan proses Tidak Belum semua pemerintah daerah
organisasi Memadai membentuk UKPBJ mandiri. Atau memadai PBJ mengerti dan taat pada Memadai membentuk UKPBJ mandiri, atau
sesuai UKPBJ masih bersifat adhoc tanggung jawabnya UKPBJ masih bersifat adhoc
kebutuhan dengan pegawai yang merangkap (sementara) dengan pegawai yang
dengan jabatan atau tugas lain. merangkap dengan jabatan atau
tugas lain.
5 Pendelegasi Cukup Pendelegasian wewenang dan Cukup Adanya penyerahan tugas dan Cukup Adanya penyerahan tugas dan
an Memadai tanggung jawaba kepada memadai tanggung jawab kegiatan terkait memadai tanggung jawab kegiatan terkait PBJ
wewenang PA/KPA, PPK, Pejabat Pengadaan PBJ kepada pihak yang kepada pihak yang berwenang
dan dan UKPBJ telah didukung berwenang
tanggung dengan SK
jawab yang
tepat
6 Penyusunan Tidak - Pemilihan pegawai/pejabat yang Tidak Program perencanaan pelatihan Tidak - Pemilihan pegawai/pejabat yang
dan Memadai terkait dalam PBJ masih memadai PBJ belum memadai memadai terkait dalam PBJ masih
Penerapan didasarkan pada didasarkan pada
Kebijakan pegawai/pejabat yang dapat pegawai/pejabat yang dapat
yang Sehat diajak “bekerja sama” untuk diajak “bekerja sama” untuk
tentang melakukan kecurangan. melakukan kecurangan;
Pembinaan - Pegawai/pejabat terkait PBJ - Pegawai/pejabat terkait PBJ
SDM belum diawasi secara memadai belum diawasi secara memadai;
- Jumlah honorarium/sistem - Pelatihan PBJ belum memadai;
penggajian/ remunerasi bagi - Jumlah honorarium/sistem
pegawai yang terkait pengadaan penggajian/ remunerasi bagi
belum disesuaikan dengan pegawai yang terkait pengadaan
kinerjanya dan belum belum disesuaikan dengan
mendorong peningkatan nilai kinerjanya dan belum mendorong
integritas. peningkatan nilai integritas.
7 Perwujudan Tidak - APIP tidak dioptimalkan Cukup Internal Auditor melakukan reviu Tidak - APIP tidak dioptimalkan
Peran APIP Memadai perannya dalam pengawasan memadai atas efisiensi/efektivitas Memadai perannya dalam pengawasan dan
yang Efektif dan pembinaan PBJ pelaksanaan PBJ secara periodik pembinaan PBJ
- Pengawasan lebih bersifat - Pengawasan oleh APIP lebih
menanggapi adanya bersifat menanggapi adanya
permasalahan setelah proses PBJ, permasalahan setelah proses PBJ,
dan belum bersifat antisipatif dan belum bersifat antisipatif
- Terhambatnya pelaksanaan - Belum semua auditor memahami
Lampiran : 5 / 3 - 3

No. Sub unsur Penilaian awal Survei Persepsi Simpu-lan Penjelasan


Hasil Uraian Hasil Uraian
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
pengadaan karena ketakutan proses PBJ dengan benar
pelaksana pengadaan menjadi
temuan auditor.
- Belum semua Auditor
memahami dengan benar terkait
proses PBJ sesuai Peraturan
8 Hubungan Tidak - Masih terdapat kolusi diantara Cukup Pihak-pihak yang terkait dengan Cukup Pihak-pihak yang terkait dengan
Kerja yang Memadai pihak-pihak yang terkait PBJ memadai PBJ memiliki hubungan kerja memadai PBJ memiliki hubungan kerja yang
Baik dengan (Legislatif, Eksekutif, Pihak yang baik, khususnya dengan baik, khususnya dengan aparat
Instansi penyedia, pejabat/pegawai aparat pengawasan dan LKPP pengawasan dan LKPP
Pemerintah terkait PBJ) untuk melakukan
Terkait kecurangan.
- Intervensi oleh pihak yang tidak
berwenang
Lampiran: 6 / 1 - 11

Contoh
Formulir Kertas Kerja
Identifikasi Risiko Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Daerah

Risiko Sebab*) Dapat/Tidak Dampak**)


Tahap PBJ Kode Pemilik Dapat Pihak yang
Uraian Uraian Sumber Uraian
Risiko Dikendalikan Terkena
a b c d e f g h i
A. 1. Kegiatan PBJ dalam PKP1 Kepala Daerah, - Adanya penyalahgunaan Eksternal/Internal Dapat - Kegiatan PBJ tidak mendukung Kepala Daerah,
Perumusan dokumen penganggaran Bappeda, PA/KPA, wewenang dan/atau kolusi Dikendalikan kinerja program dan kegiatan OPD
Kebijakan (RAPBD/APBD) tidak OPD dengan tujuan untuk dalam RPJMD
(Pengang- pernah diusulkan oleh keuntungan pribadi, golongan - Adanya kegiatan yang
garan) SKPD atau pihak lain yang secara dianggarkan , namun
langsung atau tidak langsung sebenarnya kegiatan tersebut
merugikan Negara/Daerah. tidak pernah diusulkan
- Adanya kegiatan yang sudah
- Belum maksimalnya lembaga Internal Dapat diusulkan namun tidak muncul
atau unit di Pemda (Misalnya Dikendalikan dalam anggaran.
TAPD) yang melakukan - Kecenderungan adanya
penelaahan terhadap dokumen kemahalan harga
penganggaran yang diusulkan
oleh OPD
2. Mark-up anggaran PBJ PKP2 Kepala Daerah, - Penetapan Anggaran untuk Internal Dapat - Makin menggelembungnya Kepala Daerah,
Bappeda, PA/KPA, Pengadaan belum berdasarkan Dikendalikan Alokasi anggaran untuk OPD
OPD kebutuhan yang riil. Kegiatan Pengadaan
- Tidak tersedianya standar Internal Dapat Barang/Jasa.
harga barang yang dibutuhkan Dikendalikan - Pemborosan keuangan daerah
sesuai dengan harga pasar
3. Penentuan anggaran PBJ PKP3 Kepala Daerah, - Keterbatasan SDM di OPD Internal Dapat - Alokasi Anggaran pada APBD Kepala Daerah,
tidak didasarkan pada Bappeda, PA/KPA, dalam melakukan perhitungan Dikendalikan untuk kegiatan Pengadaan OPD
perhitungan teknis yang OPD teknis Barang/Jasa tidak sesuai
memadai - Penganggaran belum dengan kebutuhan riilnya
didukung dengan Kerangka - Kualitas barang/jasa tidak
Acuan Kerja (KAK) dan sesuai dengan standar
kebijakan umum
- SDM yang melakukan analisa
dan perhitungan teknis
anggaran belum memadai.
- Perencanaan program dan
anggaran pada Pemda
cenderung bersifat incremental
Lampiran: 6 / 2 - 11

Risiko Sebab*) Dapat/Tidak Dampak**)


Tahap PBJ Kode Pemilik Dapat Pihak yang
Uraian Uraian Sumber Uraian
Risiko Dikendalikan Terkena
a b c d e f g h i
(menambah, mengurangi dan
menyempurnakan program-
program yang telah ada pada
tahun sebelumnya),
orientasinya lebih kepada
penyerapan anggaran bukan
kepada inovasi
Adanya intervensi oleh pihak- Eksternal Dapat
pihak lain (legislatif atau Dikendalikan
penyedia barang/jasa) untuk
merubah perencanaan tanpa
diikuti dengan perubahan teknis,
misalnya pada saat APBD-P.
B. 4. Perencanaan tidak sesuai PU1 Kepala Daerah, - Menetapkan Rencana Umum Internal Dapat - Pemborosan anggaran yang Kepala Daerah,
Perencana- dengan kebutuhan riil PA/KPA, OPD Pengadaan belum berdasarkan Dikendalikan memperbesar peluang OPD
an kebutuhan yang riil kebocoran
Pengadaan - Masih lemahnya Sumber Daya - Kebutuhan anggaran tidak
Manusia. mencukupi

5. Perencanaan disesuaikan PU2 Kepala Daerah, - Adanya penyalahgunaan Eksternal Dapat - Kegiatan perencanaan umum Kepala Daerah,
dengan keinginan pihak- PA/KPA, OPD wewenang dan/atau kolusi Dikendalikan pengadaan tidak dilaksanakan OPD
pihak tertentu untuk dalam perencanaan pengadaan secara transparan, dan hasil
keuntungan pribadi/pihak yang merugikan keuangan pelaksanaan PBJ berpotensi
lain negara. menghasilkan barang/jasa
- Minimnya monitoring dan Internal Dapat yang tidak sesuai dengan
Evaluasi perencanaan Dikendalikan kebutuhan.
pengadaan - Kompetisi tidak terjadi dan
peluang pemerintah daerah
untuk memperoleh penawaran
yang paling menguntungkan
semakin kecil.
- Adanya kebocoran keuangan
negara/daerah
6. Penggelembungan PU3 Kepala Daerah, - Adanya intervensi dari Internal/Eksternal Dapat - Memperbesar peluang adanya Kepala Daerah,
anggaran (perencanaan PBJ) PA/KPA, OPD eksekutif, legislatif, atau pihak Dikendalikan kemahalan barang/jasa OPD
lain pada saat penyusunan - Mengurangi besaran anggaran
Anggaran untuk kegiatan program/kegiatan lain
Pengadaan barang/jasa
- Standar harga barang yang
sesuai dengan harga pasar
tidak tersedia
Lampiran: 6 / 3 - 11

Risiko Sebab*) Dapat/Tidak Dampak**)


Tahap PBJ Kode Pemilik Dapat Pihak yang
Uraian Uraian Sumber Uraian
Risiko Dikendalikan Terkena
a b c d e f g h i
7. Menyatukan atau PU4 Kepala Daerah, Adanya kesengajaan agar Eksternal Dapat - Kualitas barang/Jasa tidak Kepala Daerah,
memusatkan beberapa PA/KPA, OPD pekerjaan dapat dilakukan oleh Dikendalikan sesuai dengan kebutuhan OPD, penyedia
kegiatan yang tersebar di satu rekanan tertentu Satker barang/jasa
beberapa satker yang - Pengusaha Kecil tidak dapat
menurut sifat pekerjaan dan ikut berpartisipasi dalam
tingkat efisiensinya kegiatan Pengadaan
seharusnya dilakukan di Barang/Jasa
satker masing-masing
8. Menggabungkan beberapa PU5 Kepala Daerah, Adanya kesengajaan agar Eksternal Dapat - Pengusaha Kecil tidak dapat Kepala Daerah,
paket pekerjaan yang sifat PA/KPA, OPD pekerjaan dapat dilakukan oleh Dikendalikan ikut berpartisipasi dalam OPD, penyedia
pekerjaan dan besaran satu rekanan tertentu kegiatan Pengadaan barang/jasa
nilainya seharusnya dapat Barang/Jasa
dilakukan usaha kecil - Menghambat pemerataan
ekonomi
9. Pembentukan panitia PU6 Kepala Daerah, - Keterbatasan jumlah SDM Internal Dapat - Panitia mudah diatur dan tidak Kepala Daerah,
pengadaan atau penunjukan PA/KPA, OPD yang memahami proses PBJ Dikendalikan mempunyai integritas yang OPD
pejabat pengadaan tidak tinggi
sesuai ketentuan - Kesengajaan untuk menunjuk Internal Dapat - Pelaksanaan Pengadaan
panitia yang dapat diatur Dikendalikan Barang/Jasa menjadi tidak
efisien, terbuka dan akuntabel.
C. 10. Penetapan sistem PDP1 PA/KPA, PPK - Adanya Persekongkolan Eksternal Tidak Dapat - Adanya tuntutan hukum OPD
Persiapan pengadaan yang Dikendalikan kepada instansi,dan adanya
Pengadaan menguntungkan salah satu sanggah
dan - Kesalahan dalam menetapkan Internal Dapat
pihak - Tidak dihasilkan pelaksana
Persiapan sistem pengadaan (metode dan Dikendalikan
PBJ yang bersaing
Pemilihan kriteria evaluasi, metode
penyampaian dokumen)
11. Penyusunan jadual PDP2 PA/KPA, PPK - Penyusunan Jadwal terlalu Internal Dapat - Penyedia yang sudah OPD
pelaksanaan pengadaan cepat/tidak realistis Dikendalikan dipersiapkan untuk jadi
yang menguntungkan bagi - Unsur kesengajaan untuk pemenang yang dapat
pihak tertentu memenangkan penyedia menyampaikan penawaran,
tertentu sehingga upaya untuk
mendapatkan penyedia yang
kompeten tidak tercapai.
- Meniadakan persaingan sehat
sehingga merugikan
orang/rekanan lain
12. Spesifikasi yang disusun PDP3 PA/KPA, PPK - Spesifikasi teknis yang Internal Dapat - Barang yang dihasilkan tidak OPD
dibuat tidak sesuai ditetapkan oleh PA/KPA Dikendalikan sesuai dengan kebutuhan
ketentuan mengarah kepada merk user/pengguna yang
tertentu untuk keuntungan berdampak pada pemborosan
Lampiran: 6 / 4 - 11

Risiko Sebab*) Dapat/Tidak Dampak**)


Tahap PBJ Kode Pemilik Dapat Pihak yang
Uraian Uraian Sumber Uraian
Risiko Dikendalikan Terkena
a b c d e f g h i
pihak tertentu (barang tidak dapat
- PPK tidak melakukan kaji dimanfaatkan)
ulang terhadap RUP yang
salah satunya terkait
Spesifikasi teknis yang
ditetapkan oleh PA/KPA
13. Penyusunan Harga PDP4 PA/KPA, PPK - HPS yang ditetapkan oleh PPK Internal Dapat - Penggelembungan HPS (Mark OPD
Perkiraan Sendiri (HPS) dilakukan tanpa survey harga Dikendalikan up) sehingga nilai proyek
yang tidak profesional pasar, dan persyaratan terkait menjadi lebih tinggi dari
penyusunan HPS (tidak ada seharusnya.
data dukungan HPS),
- PPK langsung menerima HPS
dari PA/KPA tanpa
melakukan kaji ulang terkait
HPS tersebut
- HPS diatur oleh Pelaku Usaha
- Salah dalam penghitungan
HPS dengan memasukkan
variabel yang tidak dibolehkan
seperti biaya tidak terduga
14. Penyusunan dokumen PDP5 PA/KPA, PPK, - Kesengajaan untuk Internal Dapat Tidak adanya persaingan harga Peserta
pengadaan barang/jasa Pokja UKPBJ memenangkan salah satu Dikendalikan dalam pengadaan tender/seleksi,
yang menguntungkan calon rekanan OPD
rekanan tertentu

D. 15. Pengumuman dan PPP1 PA/KPA, PPK, - Pelelangan sudah diarah kan Internal Dapat - Kualitas Peserta Peserta
Pelaksana- pendaftaran peserta Pokja UKPBJ kepada kelompok tertentu Dikendalikan tender/seleksi tidak tender/seleksi,
an tender/seleksi yang - Pendaftaran peserta Kompeten dan kompetitif OPD
Pemilihan direkayasa tender/seleksi tidak sesuai karena jumlahnya terbatas
Penyedia dengan kompleksitas - Informasi yang didapatkan
pekerjaan oleh peserta tender/seleksi
- Pengumuman dilakukan tidak lengkap sehingga
sebelum penetapan anggaran peserta tender/seleksi tidak
oleh legislatif dapat melakukan penawaran
- Pengumuman tender/seleksi dan menghilangkan kompetisi
hanya dilakukan kepada yang sehat.
kelompok tertentu dan tidak - Mempersempit peluang
disebarluaskan peserta lain untuk bertarung
- Isi pengumuman tidak secara adil dan gagal
lengkap memenyerahkan syarat-syarat
- Informasi mengenai dalam secara lengkap dan tepat
Lampiran: 6 / 5 - 11

Risiko Sebab*) Dapat/Tidak Dampak**)


Tahap PBJ Kode Pemilik Dapat Pihak yang
Uraian Uraian Sumber Uraian
Risiko Dikendalikan Terkena
a b c d e f g h i
pengumuman tender/seleksi waktu .
dibuat tidak lengkap dan tidak
memadai.
- Media pengumuman hanya
dengan satu media tertentu
- Adanya tender/seleksi arisan, Eksternal Tidak dapat
dimana terdapat beberapa dikendalikan
peserta yang mengikuti tender
hanya sebagai formalitas,
pemenang sudah diatur sejak
awal.
16. Tahap Kualifikasi Penyedia PPP2 PA/KPA, PPK, - Unsur kesengajaan untuk Internal Dapat - Banyak peserta gugur akibat Peserta
Barang/Jasa dan Pokja UKPBJ memenangkan penyedia Dikendalikan tidak memenuhi kriteria tender/seleksi,
Pengambilan Dokumen tertentu evaluasi yang seharusnya OPD
Pemilihan Penyedia - Hanya sedikit peserta yang
Barang/Jasa yang memperoleh dokumen
mempersulit pihak atau
peserta yang tidak
dimenangkan
17. Penjelasan tender/seleksi PPP3 PA/KPA, PPK, - Pokja tidak menguasai Internal Dapat - Tidak ada transparansi Peserta
tidak sesuai ketentuan Pokja UKPBJ substansi teknis Dikendalikan informasi, sehingga tender/seleksi,
- Pembatasan informasi oleh mengakibatkan ketimpangan OPD
panitia agar hanya kelompok dalam persaingan.
dekat saja yang memiliki - Hanya Peserta tender/seleksi
informasi lengkap. tertentu yang memenuhi
syarat
18. Evaluasi Penawaran, PPP4 PA/KPA, PPK, - Panitia tender/seleksi tidak Internal Dapat Tujuan PBJ untuk memperoleh OPD
Pembuktian Kualifikasi dan Pokja UKPBJ memahami prosedur Dikendalikan barang yang tepat dan bersaing
Pembuatan Berita Acara pengadaan barang/jasa tidak diperoleh
Hasil Pelelangan tidak - Unsur kesengajaan untuk
sesuai prosedur memenangkan penyedia
tertentu
19. Penetapan dan PPP5 PA/KPA, PPK, - Pokja UKPBJ mengarahkan Internal Dapat - Terjadinya tuntutan hukum OPD
pengumuman Pokja UKPBJ kualifikasi ke penyedia Dikendalikan - Menjadi indikasi tindak
tender/seleksi direkayasa tertentu pidana karena rekayasa
- Pokja UKPBJ bekerjasama /kolusi/penyalahgunaan
dengan penyedia wewenang
20. Sanggahan peserta PPP6 PA/KPA, PPK, - Kekurangpahaman Pokja Internal Dapat - Tuntutan Hukum kepada Peserta
tender/seleksi dan Pokja UKPBJ UKPBJ untuk menindaklanjuti Dikendalikan PA/KPA/PPK tender/seleksi,
pengaduan masyarakat - Substansi sanggahan tidak - Tender/Seleksi tidak OPD
Lampiran: 6 / 6 - 11

Risiko Sebab*) Dapat/Tidak Dampak**)


Tahap PBJ Kode Pemilik Dapat Pihak yang
Uraian Uraian Sumber Uraian
Risiko Dikendalikan Terkena
a b c d e f g h i
direkayasa atau tidak ditanggapi dilaksanakan secara bersaing
ditindaklanjuti - Kolusi diantara peserta
tender/seleksi agar
tender/seleksi terlihat wajar
21. Perubahan penting atas PPP7 PA/KPA, PPK, - Pokja UKPBJ/Panitia Internal Dapat Peserta tender/seleksi tidak Peserta
dokumen pengadaan tidak Pokja UKPBJ Pengadaan lalai menuangkan Dikendalikan mengetahui adanya perubahan tender/seleksi,
dituangkan dalam perubahan penting ke dalam penting sehingga penawaran bisa OPD
perubahan (amandemen) amandemen dokumen digugurkan.
dokumen pengadaan dan pengadaan .
tidak di unggah ke dalam - Pokja UKPBJ terlambat
portal LPSE pengadaan mengunggah amandemen
terkait dalam batas waktu dokumen pengadaan ke portal
yang ditentukan LPSE
- Kesengajaan Pokja UKPBJ
untuk menguntungkan pihak
tertentu

E. 22. Perubahan substansi PK1 PA/KPA, PPK - Kelalaian PPK dalam Internal Dapat Adanya kerugian keuangan Kepala Daerah,
Pelaksana- kontrak sebelum kontrak menyusun dokumen kontrak Dikendalikan negara/daerah PPK
an Kontrak ditandatangani (yang - Unsur kesengajaan untuk
merugikan keuangan merubah substansi kontrak
negara) yang akan ditandatangani
berbeda dengan rancangan
kontrak yang disampaikan
dalam dokumen pengadaan
dengan tujuan
menguntungkan pihak
tertentu
23. Penandatanganan dan PK2 PA/KPA, PPK, - Kelalaian PPK Internal Dapat - Kontrak bermasalah PPK
pelaksanaan kontrak tidak Pelaksana PBJ - Unsur kesengajaan pihak- Dikendalikan misalnya karena
sesuai ketentuan pihak tertentu penandatanganan kontrak
tanpa dilengkapi surat
jaminan pelaksanaan, dan
penandatanganan kontrak
dilakukan bukan oleh pihak
yang berwenang
(dipalsukan oleh pihak
tertentu), penandatanganan
Kontrak dilakukan sebelum
DIPA/DPA disahkan.
Lampiran: 6 / 7 - 11

Risiko Sebab*) Dapat/Tidak Dampak**)


Tahap PBJ Kode Pemilik Dapat Pihak yang
Uraian Uraian Sumber Uraian
Risiko Dikendalikan Terkena
a b c d e f g h i
24. Kontrak “dijual” kepada PK3 PA/KPA, PPK - Penyedia berniat Internal Dapat - Pekerjaan terlambat PPK
pihak lain atau seluruh menguntungkan diri sendiri Dikendalikan - Kemahalan harga, dengan
pekerjaan utama dialihkan dengan menjual kontrak ke asumsi penyedia mengambil
kepada penyedia lainnya penyedia lain margin keuntungan dan
- Ketidakmampuan rekanan perusahaan sub kontrak juga
melaksanakan kontrak setelah mengambil margin
memenangkan tender/seleksi keuntungan
25. Pekerjaan utama PK4 PA/KPA, PPK - Penyedia berniat Eksternal Dapat - Pekerjaan terlambat PPK
disubkontrakan menguntungkan diri sendiri Dikendalikan - Kemahalan harga, dengan
- Ketidakmampuan rekanan asumsi penyedia mengambil
melaksanakan pekerjaan margin keuntungan dan
utama perusahaan sub kontrak juga
mengambil margin
26. Perintah perubahan volume PK5 PA/KPA, PPK - PPK bekerjasama dengan Eksternal Tidak Dapat - Kelebihan pembayaran dan PPK
(contract change order) dalam penyedia untuk merubah Dikendalikan kemahalan harga yang
rangka Kolusi Korupsi volume sehingga pekerjaan menyebabkan kerugian
Nepotisme yang harga satuannya tinggi uang negara
volumenya ditinggikan,
sedangkan pekerjaan yang
harga satuannya rendah
volumenya direndahkan
sehingga menguntungkan
penyedia.
- Konsultan pengawas tidak
berfungsi sebagaimana
mestinya
27. Perubahan desain tidak PK6 PA/KPA, PPK - Kesengajaan rekanan untuk Internal Dapat - Kualitas/kuantitas PPK, OPD
diikuti dengan justifikasi merubah desain dalam rangka Dikendalikan Barang/jasa tidak sesuai
dan perubahan (amandemen) menguntungkan diri sendiri dengan
kontrak - Kelalaian konsultan pengawas spesifikasi/kebutuhan yang
dalam mengawasi pelaksana diharapkan

28. Data lapangan yang PK7 PA/KPA, PPK - Konsultan pengawas lalai atau Eksternal Dapat - Kelebihan pembayaran PPK, OPD
dipalsukan bekerjasama dengan penyedia Dikendalikan kepada rekanan
dalam menyediakan data - Kuantitas/volume/kualitas
palsu yang menguntungkan pekerjaan/barang yang
penyedia. Misalnya jumlah diserahkan tidak sesuai
peralatan di lapangan, jumlah dengan kontrak
material, laporan perhitungan
volume pekerjaan (back up
quantity) laporan harian,
Lampiran: 6 / 8 - 11

Risiko Sebab*) Dapat/Tidak Dampak**)


Tahap PBJ Kode Pemilik Dapat Pihak yang
Uraian Uraian Sumber Uraian
Risiko Dikendalikan Terkena
a b c d e f g h i
laporan bulanan, BA
penghitungan volume
pekerjaan dibuat tidak sesuai
kondisi riil dan cenderung
dibesarkan volumenya untuk
keuntungan pihak tertentu
29. Terlambat melakukan PK8 PA/KPA, PPK - Kekurang siapan penyedia Eksternal Dapat - Potensi keterlambatan PPK
mobilisasi dalam melakukan mobilisasi Dikendalikan penyelesaian pengadaan
peralatan, tenaga kerja, dan
material
30. Jumlah dan jenis peralatan PK9 PA/KPA, PPK - Panitia pengadaan lalai Internal/Eksternal Dapat - Potensi keterlambatan PPK
tidak sesuai dengan memeriksa kualifikasi Dikendalikan penyelesaian pengadaan
persyaratan peralatan yang dimiliki oleh - Dengan peralatan yang tidak
penyedia sesuai standar maka
- Kesengajaan dari penyedia terdapat kemungkinan
barang/jasa bahwa barang yang
dihasilkan spesifikasinya
tidak sesuai dengan yang
diminta sehingga barang
tidak bisa dimanfaatkan
31. Jumlah dan kualitas tenaga PK10 PA/KPA, PPK - Panitia pengadaan lalai Internal/Eksternal Dapat - Potensi keterlambatan PPK
ahli dilapangan tidak sesuai memeriksa kualifikasi jumlah Dikendalikan penyelesaian pengadaan
dengan persyaratan dan kualitas tenaga ahli yang - Dengan jumlah dan kualitas
dimiliki oleh penyedia tenaga ahli yang tidak sesuai
- Kelalaian penyedia yang tidak standar maka terdapat
menyediakan tenaga ahli kemungkinan bahwa barang
sesuai yang ditentukan yang dihasilkan
spesifikasinya tidak sesuai
dengan yang diminta
sehingga barang tidak bisa
dimanfaatkan
Lampiran: 6 / 9 - 11

Risiko Sebab*) Dapat/Tidak Dampak**)


Tahap PBJ Kode Pemilik Dapat Pihak yang
Uraian Uraian Sumber Uraian
Risiko Dikendalikan Terkena
a b c d e f g h i
F. 32. Kuantitas dan kualitas PSB1 - PA/KPA - PPK lalai atau dengan sengaja Internal/Eksternal Dapat - Barang hasil pengadaan tidak - PPK
Penyele- barang yang di terima tidak - PPK tidak melaksanakan Dikendalikan dapat dimanfaatkan. - OPD
saian dan sesuai dengan kebutuhan - Penyedia pengendalian pada proses - Pemanfaatan barang/jasa
Serah - PPHP/PjPHP pengerjaan kontrak. tidak berdampak
Terima - PPK tidak memahami pada pencapaian tujuan
Barang/ spesifikasi kebutuhan barang. organisasi.
jasa - Penyedia mengganti - Terjadinya kerugian keuangan
spesifikasi barang untuk negara.
mendapatkan keuntungan
dari selisih harga.

33. Penyerahan barang di lokasi PSB2 - PA/KPA - PPK lalai dalam pengendalian Internal/Eksternal Dapat - Barang hasil pengadaan - PPK
yang tidak tepat waktu - PPK pada proses pengerjaan Dikendalikan terlambat untuk digunakan - OPD
- Penyedia kontrak. sehingga berdampak pada - Peyedia
- Penyedia belum efektivitas organisasi.
menyelesaikan pekerjaan - Timbulnya kewajiban untuk
hingga batas waktu yang membayar denda bagi
ditentukan. Penyedia.
- Kelalaian konsultan pengawas
dalam mengawasi pekerjaan
pelaksana
34. Keterlambatan penyerahan PSB3 - Kepala Daerah - Kelalaian PPK yang tidak Internal Dapat Terjadinya kerugian keuangan Kepala Daerah
barang tidak didenda - PA/KPA memungut denda. Dikendalikan daerah/negara atas denda
- PPK yang tidak dipungut oleh
PPK.
35. Pembayaran yang tidak PSB4 - PPK - PPK dengan sengaja Internal Dapat Pembayaran yang tidak sesuai - PPK
sesuai ketentuan - PjPHP/ menyetujui proses Dikendalikan dengan kemajuan fisik - OPD
PPHP pembayaran meskipun tidak pekerjaan PBJ dan merugikan - Bendahara
- Bendahara keuangan negara.
sesuai ketentuan misalnya
Berita acara penyelesaian
pekerjaan
direkayasa/ditinggikan
sampai dengan progres yang
disyaratkan untuk mencairkan
anggaran, pembayaran tidak
sesuai dengan kemajuan fisik
atau adanya pembayaran
fiktif, pembayaran tidak
didukung dengan hasil
Lampiran: 6 / 10 - 11

Risiko Sebab*) Dapat/Tidak Dampak**)


Tahap PBJ Kode Pemilik Dapat Pihak yang
Uraian Uraian Sumber Uraian
Risiko Dikendalikan Terkena
a b c d e f g h i
perhitungan bersama (mutual
cek) untuk kontrak harga
satuan, serta tidak dibuat
Berita Acara (BA)
pembayaran.
- PjPHP/PPHP tidak
memastikan progress
pekerjaan di lapangan.
36. Kekurangan pemungutan PSB5 - Kepala Daerah - Penyedia dengan sengaja Eksternal/Internal Dapat Adanya potensi kerugian - Kepala
dan penyetoran - PA/KPA tidak menyetorkan Dikendalikan keuangan Negara/Daerah Daerah
pajak/PNBP - PPK pajak/PNBP.
- Kelalaian PPK/bendahara
yang tidak memungut dan
menyetorkan pajak/PNBP
37. Pelaporan yang tidak PSB6 - PA/KPA - PPK lalai mengingatkan Internal/Ekstern Dapat Terhambatnya informasi - PPK
dilaksanakan, pelaporan - PPK Penyedia untuk memberikan al Dikendalikan kemajuan pekerjaan dan - Penyedia
yang tidak sesuai laporan dengan lengkap dan dapat mengganggu proses
keadaan/peraturan, serta tepat waktu. pengawasan PBJ.
pelaporan yang tidak - Penyedia sengaja tidak
lengkap membuat laporan dengan
tujuan tertentu.
- Penyedia belum membuat
dokumen pelengkap untuk
setiap laporan.
G. 38. Barang/jasa tidak dicatat PHP 1 Kepala Daerah, Kelalaian PA yang tidak Internal Dapat Potensi hilangnya barang/hasil Kepala Daerah,
Peman- sebagaimana mestinya oleh PA/KPA mencatat hasil pengadaan Dikendalikan pekerjaan dari aset pemerintah OPD
faatan pemerintah daerah barang/jasa sebagai aset daerah daerah
Hasil PBJ (misalnya tidak tercatat
sebagai aset dalam neraca
pemerintah daerah);
39. Barang/konstruksi tidak PHP 2 Kepala Daerah, - Kelalaian konsultan perencana Internal Bisa - Kerugian keuangan negara - Kepala
dapat dimanfaatkan sampai PA/KPA dalam membuat spesifikasi dikendalikan - Menghambat pencapaian Daerah
dengan umur ekonomisnya teknis dan bisa tidak Tujuan program - Masyarakat
- Kelalaian pelaksana yang dapat
tidak membangun bangunan dikendalikan
(misalnya dalam kontrak misalnya
konstruksi) sesuai spesifikasi karena
yang ditetapkan adanya
- Kelalaian konsultan pengawas bencana alam
yang tidak melakukan
Lampiran: 6 / 11 - 11

Risiko Sebab*) Dapat/Tidak Dampak**)


Tahap PBJ Kode Pemilik Dapat Pihak yang
Uraian Uraian Sumber Uraian
Risiko Dikendalikan Terkena
a b c d e f g h i
pengawasan atas pelaksanaan
kontrak oleh penyedia
barang/jasa
- Bencana alam
40. Barang/jasa hasil PHP 3 Kepala Daerah, - Barang tidak sesuai kebutuhan Internal Bisa - Pemborosan keuangan negara - Kepala
pengadaan tidak PA/KPA pengguna dikendalikan - Tujuan pengadaan tidak Daerah
dimanfaatkan - Tidak tersedia sarana/fasilitas optimal - Pengguna
pendukung untuk barang
mengoperasikan
mesin/peralatan hasil PBJ
- Tidak ada pelatihan memadai
bagi operator
-Barang rusak
Keterangan:
*) Untuk mempermudah identifikasi sebab risiko, sebab risiko bisa dikategorikan ke dalam : Man, Money, Method, Machine, dan Material
**) Untuk mempermudah identifikasi dampak risiko, dampak risiko bisa dikategorikan ke dalam: Keuangan, Kinerja, Reputasi dan Hukum
Lampiran: 7 / 1 - 4

Contoh
Formulir Kertas Kerja
Hasil Analisis Risiko Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Daerah (Keseluruhan)

Analisis Risiko
Tahapan Kode Skala
“Risiko” yang Teridentifikasi Skala Skala
PBJ Risiko Kemung-
Dampak*) Risiko
kinan *)
a b c d e f=dxe
A. 1. Kegiatan PBJ dalam dokumen penganggaran (RAPBD/APBD) PKP1 4 3 12
Perumusan tidak pernah diusulkan oleh SKPD
Kebijakan 2. Mark-up anggaran PBJ PKP2 4 4 16
(Pengang- 3. Penentuan anggaran PBJ tidak didasarkan pada perhitungan teknis PKP3 4 4 16
garan) yang memadai
B. 4. Perencanaan tidak sesuai dengan kebutuhan riil PU1 4 3 12
Perencana- 5. Perencanaan disesuaikan dengan keinginan pihak-pihak tertentu PU2 4 3 12
an untuk keuntungan pribadi/pribadi/pihak lain
Pengadaan 6. Penggelembungan anggaran (perencanaan PBJ) PU3 4 3 12
7. Menyatukan atau memusatkan beberapa kegiatan yang tersebar di PU4 3 3 9
beberapa satker yang menurut sifat pekerjaan dan tingkat
efisiensinya seharusnya dilakukan di satker masing-masing
8. Menggabungkan beberapa paket pekerjaan yang sifat pekerjaan PU5 3 3 9
dan besaran nilainya seharusnya dapat dilakukan usaha kecil
9. Pembentukan panitia pengadaan atau penunjukan pejabat PU6 3 3 9
pengadaan tidak sesuai ketentuan
C. 10. Penenetapan sistem pengadaan yang menguntungkan salah satu PDP1 3 3 9
Persiapan pihak
Pengadaan 11. Penyusunan jadual pelaksanaan pengadaan yang menguntungkan PDP2 3 2 6
dan bagi pihak tertentu
Lampiran: 7 / 2 - 4

Analisis Risiko
Tahapan Kode Skala
“Risiko” yang Teridentifikasi Skala Skala
PBJ Risiko Kemung-
Dampak*) Risiko
kinan *)
a b c d e f=dxe
Persiapan 12. Spesifikasi yang disusun dibuat tidak sesuai ketentuan PDP3 4 3 12
Pemilihan 13. Penyusunan Harga Perkiraan Sendiri (HPS) yang tidak profesional PDP4 4 4 16
14. Penyusunan dokumen pengadaan barang/jasa yang PDP5 3 3 9
menguntungkan calon rekanan tertentu
D. 15. Pengumuman dan pendaftaran peserta tender/seleksi yang PPP1 4 3 12
Pelaksana- direkayasa
an 16. Tahap Kualifikasi Penyedia Barang/Jasa dan Pengambilan PPP2 3 3 9
Pemilihan Dokumen Pemilihan Penyedia Barang/Jasa yang mempersulit
Penyedia pihak atau peserta yang tidak dimenangkan
17. Penjelasan tender/seleksi tidak sesuai ketentuan PPP3 3 3 9

18. Evaluasi Penawaran, Pembuktian Kualifikasi dan Pembuatan PPP4 3 3 9


Berita Acara Hasil Pelelangan tidak sesuai prosedur
19. Penetapan dan pengumuman tender/seleksi direkayasa PPP5 4 2 8
20. Sanggahan peserta tender/seleksi dan pengaduan masyarakat PPP6 3 3 9
direkayasa atau tidak ditindaklanjuti
21. Perubahan penting atas dokumen pengadaan tidak dituangkan PPP7 4 3 12
dalam perubahan (amandemen) dokumen pengadaan dan tidak di
unggah ke dalam portal LPSE pengadaan terkait dalam batas
waktu yang ditentukan
E. 22. Perubahan substansi kontrak sebelum kontrak ditandatangani PK1 4 3 12
Pelaksana- (yang merugikan keuangan negara)
an Kontrak 23. Penandatanganan dan pelaksanaan kontrak tidak sesuai ketentuan PK2 4 3 12
24. Kontrak “dijual” kepada pihak lain atau seluruh pekerjaan utama PK3 4 4 16
Lampiran: 7 / 3 - 4

Analisis Risiko
Tahapan Kode Skala
“Risiko” yang Teridentifikasi Skala Skala
PBJ Risiko Kemung-
Dampak*) Risiko
kinan *)
a b c d e f=dxe
dialihkan kepada penyedia lainnya
25. Pekerjaan utama disubkontrakan PK4 4 3 12
26. Perintah perubahan volume (contract change order) dalam rangka PK5 4 3 12
Kolusi Korupsi Nepotisme
27. Perubahan desain tidak diikuti dengan justifikasi dan perubahan PK6 4 3 12
(amandemen) kontrak
28. Data lapangan yang dipalsukan PK7 4 3 12

29. Terlambat melakukan mobilisasi PK8 3 3 9


30. Jumlah dan jenis peralatan tidak sesuai dengan persyaratan PK9 3 3 9

31. Jumlah dan kualitas tenaga ahli dilapangan tidak sesuai dengan PK10 4 4 16
persyaratan
F. 32. Kuantitas dan kualitas barang yang di terima tidak sesuai PSB1 4 3 12
Penyelesai- kebutuhan
an dan 33. Penyerahan barang di lokasi yang tidak tepat waktu PSB2 3 3 9
Serah 34. Keterlambatan penyerahan barang tidak didenda PSB3 3 3 9
Terima 35. Pembayaran yang tidak sesuai ketentuan PSB4 4 3 12
Barang 36. Kekurangan pemungutan dana penyetoran pajak/PNBP PSB5 3 3 9
/Jasa 37. Pelaporan yang tidak dilaksanakan, Pelaporan yang tidak sesuai PSB6 3 3 9
keadaan/peraturan, serta Pelaporan yang tidak lengkap
G. 38. Barang/jasa tidak dicatat sebagaimana mestinya oleh pemerintah PHP 1 3 4 12
Peman- daerah (misalnya tidak tercatat sebagai aset dalam neraca
faatan Hasil pemerintah daerah);
Lampiran: 7 / 4 - 4

Analisis Risiko
Tahapan Kode Skala
“Risiko” yang Teridentifikasi Skala Skala
PBJ Risiko Kemung-
Dampak*) Risiko
kinan *)
a b c d e f=dxe
PBJ 39. Barang/konstruksi tidak dapat dimanfaatkan sampai dengan PHP 2 3 4 12
umur ekonomisnya
40. Barang/jasa hasil pengadaan tidak dimanfaatkan PHP 3 4 3 12
Keterangan:

*) Besaran skala dampak dan kemungkinan ditetapkan berdasarkan survei kepada 62 Korwas Bidang Akuntabilitas Pemerintah Daerah dan Korwas Bidang
Program dan Pelaporan serta Pembinaan JFA (P3A) pada Perwakilan BPKP
Lampiran: 8 / 1 - 2

Contoh
Formulir Kertas Kerja
Daftar Risiko Prioritas Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Daerah

Tahapan PBJ Analisis Risiko


Kode
Risiko Prioritas Skala
Risiko Skala Skala
Kemung-
Dampak*) Risiko
kinan *)
a b c d e f
A. 1. Kegiatan PBJ dalam dokumen penganggaran (RAPBD/APBD) tidak PKP1 4 3 12
Perumusan Kebijakan pernah diusulkan oleh SKPD
(Penganggaran) 2. Mark-up anggaran PBJ PKP2 4 4 16
3. Penentuan anggaran PBJ tidak didasarkan pada perhitungan teknis PKP3 4 4 16
yang memadai
B. 4. Perencanaan tidak sesuai dengan kebutuhan riil PU1 4 3 12
Perencana-an Pengadaan 5. Perencanaan disesuaikan dengan keinginan pihak-pihak tertentu untuk PU2 4 3 12
keuntungan pribadi/pribadi/pihak lain
6. Penggelembungan anggaran (perencanaan PBJ) PU3 4 3 12
C. 7. Spesifikasi yang disusun dibuat tidak sesuai ketentuan PDP3 4 3 12
Persiapan Pengadaan 8. Penyusunan Harga Perkiraan Sendiri (HPS) yang tidak profesional PDP4 4 4 16
dan Persiapan Pemilihan
D. 9. Pengumuman dan pendaftaran peserta tender/seleksi yang direkayasa PPP1 4 3 12
Pelaksana-an Pemilihan 10. Perubahan penting atas dokumen pengadaan tidak dituangkan dalam PPP7 4 3 12
Penyedia perubahan (amandement) dokumen pengadaan dan tidak di unggah ke
dalam portal LPSE pengadaan terkait dalam batas waktu yang
ditentukan
E. 11. Perubahan substansi kontrak sebelum kontrak ditandatangani (yang PK1 4 3 12
Pelaksana-an Kontrak merugikan keuangan negara)

12. Penandatanganan dan pelaksanaan kontrak tidak sesuai ketentuan PK2 4 3 12


13. Kontrak “dijual” kepada pihak lain atau seluruh pekerjaan utama PK3 4 4 16
Lampiran: 8 / 2 - 2

Tahapan PBJ Analisis Risiko


Kode
Risiko Prioritas Skala
Risiko Skala Skala
Kemung-
Dampak*) Risiko
kinan *)
a b c d e f
dialihkan kepada penyedia lainnya
14. Pekerjaan utama disubkontrakan PK4 4 3 12

15. Perintah perubahan volume (contract change order) dalam rangka PK5 4 3 12
Kolusi Korupsi Nepotisme
16. Perubahan desain tidak diikuti dengan justifikasi dan perubahan PK6 4 3 12
(amandement) kontrak
17. Data lapangan yang dipalsukan PK7 4 3 12

18. Jumlah dan kualitas tenaga ahli dilapangan tidak sesuai dengan PK10 4 4 16
persyaratan
F. 19. Kuantitas dan kualitas barang yang di terima tidak sesuai kebutuhan PSB1 4 3 12
Penyelesai-an dan Serah 20. Pembayaran yang tidak sesuai ketentuan PSB4 4 3 12
Terima Barang /Jasa
G. 21. Barang/jasa tidak dicatat sebagaimana mestinya oleh pemerintah PHP1 3 4 12
Peman-faatan Hasil PBJ daerah (misalnya tidak tercatat sebagai aset dalam neraca pemerintah
daerah)
22. Barang/konstruksi tidak dapat dimanfaatkan sampai dengan umur PHP2 3 4 12
ekonomisnya
23. Barang/jasa hasil pengadaan tidak dimanfaatkan PHP 3 4 3 12
Keterangan: Tabel ini berisi risiko prioritas yang diasumsikan terdiri dari risiko dengan kriteria “sangat tinggi” dan “tinggi”(skala
risiko > 12)
Lampiran : 9 / 1 - 13

Contoh
Formulir Kertas Kerja
Penilaian atas Kegiatan Pengendalian yang Ada dan Masih Dibutuhkan (urut proses)

Tahap Pengendalian yang seharusnya Uraian Pengendalian yang Sudah Risiko yang masih Pengendalian yang masih Pemilik/
Pengadaan Kode Ada *) akan timbul**) dibutuhkan ***) Penanggung
Risiko Prioritas
Barang/ Risiko Jawab
Jasa
a b c d e f g h
A. 1. Kegiatan PBJ dalam PKP1 - Peningkatan transparansi proses - TAPD melakukan reviu/evaluasi - Masih adanya - Penggunaan Kepala Daerah,
Perumusan dokumen penganggaran untuk meyakini bahwa kegiatan PBJ kegiatan PBJ yang website/aplikasi untuk Bappeda,
Kebijakan penganggaran - Keikutsertaan masyarakat dan sudah selaras dengan RPJMD. tidak selaras antara meningkatkan PA/KPA, OPD
(Pengang- (RAPBD/APBD) pegawai dalam mengawasi - Pengaduan masyarakat sudah ada, RPJMD, transparansi dan
garan) tidak pernah pelaksanaan PBJ namun belum dikelola dengan baik penganggaran , dan keterlibatan masyarakat
diusulkan oleh SKPD - TAPD melakukan reviu/evaluasi PBJ dalam proses
untuk meyakini bahwa kegiatan PBJ - Pelaksanaan penganggaran
sudah selaras dengan RPJMD. penganggaran tidak (penggunaan sistem
- Proses perencanaan dan dapat diakses oleh pengaduan masyarakat
penganggaran menggunakan masyarakat dan aplikasi
aplikasi dan pembatasan akses - Pengaduan oleh penganggaran yang
(contoh menggunakan e-planing dan masyarakat secara memungkinkan
e-budgeting) manual (misal dilakukan pemantauan
- Integrasi e-planning (SIMDA melalui surat) oleh masyarakat)
Perencanaan), SIRUP, dan SPSE berpotensi tidak - Pengintegrasian e-
- SPSE memiliki interkoneksi dengan terpantau atau tidak planning (misalnya
sistem informasi perencanaan , ditindaklanjuti. SIMDA Perencanaan),
penganggaran, pembayaran, SHBJ, SIRUP, dan Sistem
manajemen aset, dan sistem informai Pengadaan Secara
lain yang terkait dengan SPSE Elektronik (SPSE)
(Perpres 16 Tahun 2018 pasal 71 ayat - Penjaminan kualitas oleh
(2)) Inspektorat Daerah
- Setiap Pelaku PBJ wajib memiliki untuk memastikan
integritas dan menandatangani Pakta penganggaran PBJ telah
Integritas serta tidak boleh sesuai kebutuhan dan
merangkap dengan pekerjaan pelaku mendukung output dan
lain yang berpotensi menimbulkan outcome yang
conflict of interest (Bab II Perka diharapkan
LKPP No 15/2018)
2. Mark-up anggaran PBJ PKP2 - Penyusunan database atau sumber - Perencanaan anggaran PBJ Sumber database - Penyusunan Standar Kepala Daerah,
data sebagai acuan penganggaran dilakukan bersamaan dengan penganggaran kurang Harga Barang/Jasa Bappeda,
harga barang/jasa yang mudah di perhitungan KUA PPAS dan RKA akurat dan uptodate (SHBJ) berdasarkan PA/KPA, OPD
akses, lengkap, transparan, dan SKPD. Analisis Standar Belanja
akurat (ASB) terutama untuk
Lampiran : 9 / 2 - 13

Tahap Pengendalian yang seharusnya Uraian Pengendalian yang Sudah Risiko yang masih Pengendalian yang masih Pemilik/
Pengadaan Kode Ada *) akan timbul**) dibutuhkan ***) Penanggung
Risiko Prioritas
Barang/ Risiko Jawab
Jasa
a b c d e f g h
- Integrasi antara SHBJ (standar harga penyusunan KUA PPAS
barang/jasa) dengan SIMDA dan RKA SKPD.
Perencanaan - Penggunaan
- Perencanaan Pengadaan yang website/aplikasi untuk
dananya bersumber dari APBD meningkatkan
dilakukan bersamaan dengan proses transparansi dan
penyusunan Rencana Kerja dan keterlibatan masyarakat
Anggaran Perangkat Daerah (RKA dalam proses
Perangkat Daerah) setelah nota penganggaran
kesepakatan Kebijakan Umum APBD (penggunaan sistem
serta Prioritas dan Plafon Anggaran pengaduan masyarakat
Sementara (KUA-PPAS) (Perpres 16 dan aplikasi
Tahun 2018 pasal 18 (3) penganggaran yang
memungkinkan
dilakukan pemantauan
oleh masyarakat)
- Pengintegrasian e-
planning (misalnya
SIMDA Perencanaan),
SHBJ, SIRUP, dan Sistem
Pengadaan Secara
Elektronik (SPSE)
- Penjaminan kualitas oleh
Inspektorat Daerah
untuk memastikan
penganggaran PBJ telah
sesuai kebutuhan dan
mendukung output dan
outcome yang
diharapkan
3. Penentuan anggaran PKP3 - Penganggaran agar melibatkan - Terdapat pedoman atau panduan - Inspektorat belum - Sosialisasi pedoman Kepala Daerah,
PBJ tidak didasarkan Inspektorat Daerah sebagai perhitungan teknis dari kementerian dilibatkan secara aktif perhitungan teknis Bappeda,
pada perhitungan penjaminan kualitas untuk terkait dalam penganggaran penganggaran oleh PA/KPA, OPD
teknis yang memadai memastikan penganggaran PBJ telah - Ada dokumen perencanaan (DED) - Peraturan kementerian/OPD OPD
sesuai kebutuhan dan didukung untuk pekerjaan tertentu (misal kementerian teknis teknis kepada OPD yang
dengan data yang memadai konstruksi) pada saat pengusulan belum dipahami membutuhkan terutama
- Dukungan data dan perhitungan anggaran. pada saat penyusunan
teknis dari kementerian/OPD teknis - Untuk pekerjaan teknis didampingi spesifikasi teknis/KAK
terkait oleh konsultan perencana dan perkiraan
- Integrasi antara SHBJ (standar harga - OPD non teknis didampingi oleh biaya/RAB untuk PBJ,
Lampiran : 9 / 3 - 13

Tahap Pengendalian yang seharusnya Uraian Pengendalian yang Sudah Risiko yang masih Pengendalian yang masih Pemilik/
Pengadaan Kode Ada *) akan timbul**) dibutuhkan ***) Penanggung
Risiko Prioritas
Barang/ Risiko Jawab
Jasa
a b c d e f g h
barang/jasa) dengan SIMDA OPD teknis sebagai konsultan. misalnya Standar dan
Perencanaan. - Pendampingan oleh LKPP untuk Pedoman Pengadaan
- Harus ada dokumen perencanaan paket pekerjaan dengan nilai besar. Pekerjaan Konstruksi
(DED) untuk pekerjaan tertentu Terintegrasi Rancang
(misal konstruksi) pada saat Bangun (Design and
pengusulan anggaran. Build).
- Untuk pekerjaan teknis didampingi - Pengintegrasian e-
oleh konsultan perencana. (disetiap planning (misalnya
kontrak konstruksi disertai kontrak SIMDA Perencanaan),
konsultan perencanaan) SHBJ, SIRUP, dan Sistem
- OPD non teknis didampingi oleh Pengadaan Secara
OPD teknis sebagai konsultan. Elektronik (SPSE)
- Pendampingan oleh LKPP untuk - Penjaminan kualitas
paket pekerjaan dengan nilai besar. oleh Inspektorat Daerah
untuk memastikan
penganggaran PBJ telah
sesuai kebutuhan dan
mendukung output dan
outcome yang
diharapkan
B. 4. Perencanaan tidak PU1 - Masyarakat dapat mengusulkan - Kajian atas kegiatan yang akan Prosedur perencanaan - Penjaminan kualitas oleh Kepala Daerah,
Perencana- sesuai dengan kegiatan pengadaan melalui SIMDA dilakukan tidak sesuai dengan Inspektorat Daerah PA/KPA, OPD
an kebutuhan riil Perencanaan - Sosialisasi dan komunikasi atas ketentuan untuk :
Pengadaan - Kajian atas kegiatan yang akan rencana kegiatan kepada
§ Memastikan
dilakukan masyarakat/pengguna
perencanaan PBJ telah
- Sosialisasi dan komunikasi atas - Setiap tahun OPD menyusun
rencana kegiatan kepada Rencana Kebutuhan Barang Milik sesuai kebutuhan dan
masyarakat/pengguna Daerah (RKBMD) mendukung tugas,
- Setiap tahun OPD menyusun - Penyusunan rencana teknis oleh fungsi, dan program
Rencana Kebutuhan Barang Milik Pengguna Anggaran agar melibatkan (output dan outcome
Daerah (RKBMD) instansi teknis (misal Dinas yang diharapkan)
- Penyusunan perencanaan umum Pekerjaan Umum) Daerah untuk
§ Meminimalisir
oleh Pengguna Anggaran agar meminimalisir kesalahan teknis
kesalahan spesifikasi,
melibatkan Inspektorat Daerah - Pemaparan desk TAPD ke Tim
penyimpangan
sebagai penjamin kualitas untuk Pengarah TAPD untuk mencermati
terhadap ketentuan,
memastikan perencanaan telah masing-masing usulan.
dan menghindari
sesuai kebutuhan dan didukung - Kebutuhan barang masuk ke
keterlibatan/campur
dengan data yang memadai. APBD/DPA.
tangan pelaku usaha
- Penyusunan rencana teknis oleh - Input data rencana PBJ ke SIRUP
dalam
Pengguna Anggaran agar melibatkan oleh Admin berdasarkan data
Lampiran : 9 / 4 - 13

Tahap Pengendalian yang seharusnya Uraian Pengendalian yang Sudah Risiko yang masih Pengendalian yang masih Pemilik/
Pengadaan Kode Ada *) akan timbul**) dibutuhkan ***) Penanggung
Risiko Prioritas
Barang/ Risiko Jawab
Jasa
a b c d e f g h
instansi teknis (misal Dinas APBD/DPA dalam Simda. penyusunannya
Pekerjaan Umum) Daerah untuk - Verifikasi SIRUP
meminimalisir kesalahan spesifikasi. - Mengumumkan SIRUP di Web
- Penyusunan database atau sumber (Perpres 16 Tahun 2018 pasal 22 ayat
data sebagai acuan standarisasi (4)
kualitas dan harga barang/jasa
- Pemaparan desk TAPD ke Tim
Pengarah TAPD untuk mencermati
masing-masing usulan.
- Kebutuhan barang masuk ke
APBD/DPA.
- Input data rencana PBJ ke SIRUP
oleh Admin berdasarkan data
APBD/DPA dalam Simda.
- Verifikasi SIRUP
- Mengumumkan SIRUP di Web.
5. Perencanaan PU2 - Setiap tahun OPD menyusun Setiap tahun OPD menyusun Rencana - Lemahnya - Penjaminan kualitas oleh Kepala Daerah,
disesuaikan dengan Rencana Kebutuhan Barang Milik Kebutuhan Barang Milik Daerah pengawasan untuk Inspektorat Daerah PA/KPA, OPD
keinginan pihak-pihak Daerah (RKBMD) (RKBMD) memastikan untuk :
tertentu - Penyusunan perencanaan umum perencanaan
§ Memastikan
oleh Pengguna Anggaran agar pengadaan bebas
melibatkan Inspektorat Daerah dari pengaruh pihak- perencanaan PBJ telah
sebagai penjamin kualitas untuk pihak tertentu sesuai kebutuhan dan
meminimalisir penyimpangan - Penyusunan mendukung tugas,
terhadap ketentuan, dan spesifikasi teknis fungsi, dan program
menghindari keterlibatan/campur tidak sesuai (output dan outcome
tangan pihak-pihak yang tidak ketentuan yang diharapkan)
berkepentingan
§ Meminimalisir
- Integrasi e-planning (SIMDA
Perencanaan), SIRUP, dan SPSE kesalahan spesifikasi,
- Keterlibatan pengawasan penyimpangan
masyarakat dalam PBJ terhadap ketentuan,
dan menghindari
keterlibatan/campur
tangan pelaku usaha
dalam
penyusunannya
- Keterlibatan instansi
teknis (misal Dinas
Lampiran : 9 / 5 - 13

Tahap Pengendalian yang seharusnya Uraian Pengendalian yang Sudah Risiko yang masih Pengendalian yang masih Pemilik/
Pengadaan Kode Ada *) akan timbul**) dibutuhkan ***) Penanggung
Risiko Prioritas
Barang/ Risiko Jawab
Jasa
a b c d e f g h
Pekerjaan Umum untuk
teknis konstruksi) dalam
penyusunan spesifikasi
teknis/KAK dalam
bentuk
BIMTEK/Workshop
penyusunan spesifikasi
teknis/KAK.

6. Penggelembungan PU3 Penyusunan database / SHBJ (Standar Sudah terdapat SHBJ namun prosedur Sumber database - Penjaminan kualitas oleh Kepala Daerah,
anggaran Harga Barang/Jasa) atau sumber data penyusunannya masih belum penganggaran kurang Inspektorat Daerah PA/KPA, OPD
(perencanaan PBJ) sebagai acuan penganggaran harga memadai (misal hanya berdasarkan akurat dan uptodate untuk :
barang/jasa yang mudah di akses, data pengadaan tahun sebelumnya)
§ Memastikan
lengkap, transparan, dan akurat
perencanaan PBJ telah
sesuai kebutuhan dan
mendukung tugas,
fungsi, dan program
(output dan outcome
yang diharapkan)
§ Meminimalisir
kesalahan spesifikasi,
penyimpangan
terhadap ketentuan,
dan menghindari
keterlibatan/campur
tangan pelaku usaha
dalam
penyusunannya
- Pembuatan dan
implementasi SOP
penyusunan database
standar kualitas dan
harga barang/jasa yang
mudah diakses, lengkap,
transparan, akurat dan
Lampiran : 9 / 6 - 13

Tahap Pengendalian yang seharusnya Uraian Pengendalian yang Sudah Risiko yang masih Pengendalian yang masih Pemilik/
Pengadaan Kode Ada *) akan timbul**) dibutuhkan ***) Penanggung
Risiko Prioritas
Barang/ Risiko Jawab
Jasa
a b c d e f g h
dapat diperbarui secara
berkala

7. Spesifikasi yang PDP3 - PPK melakukan reviu spesifikasi PPK melakukan reviu spesifikasi Reviu spesifikasi - Penyusunan PA/KPA, PPK
disusun dibuat tidak teknis/KAK yang telah disusun pada teknis/KAK yang telah disusun pada teknis/KAK oleh PPK SOP/manual atas reviu
sesuai ketentuan tahap perencanaan PBJ. Reviu tahap perencanaan PBJ. tidak sesuai ketentuan spesifikasi teknis oleh
berdasarkan data/informasi pasar PPK , termasuk langkah-
terkini untuk mengetahui langkah dalam
ketersediaan, harga dan alternatif melakukan survei untuk
barang/jasa sejenis, ketersediaan mengumpulkan data
barang/jasa yang memiliki TKDN, Ketersediaan, Harga,
memenuhi SNI, dan memenuhi Alternatif barang sejenis,
kriteria produk berkelanjutan. PPK Ketersediaan
dapat menetapkan tim atau tenaga barang/jasa yang
ahli yang bertugas membantu PPK memiliki Tingkat
dalam menyusun spesifikasi Komponen Dalam
teknis/KAK untuk mendapatkan Negeri (TKDN), Standar
persetujuan PA/KPA (Perka LKPP Nasional Indonesia
C. No 9 Tahun 2018 Bab II, point 2.1) (SNI), dan produk
Persiapan - Pengawalan oleh APIP dari tahap berkelanjutan. Dalam
Pengadaan awal termasuk tahap pengkajian pekerjaan konstruksi,
dan ulang spesifikasi teknis yang reviu spesifikasi dapat
Persiapan diusulkan oleh PA/KPA, serta melibatkan konsultan
Pemilihan penunjukan PPK yang independen perencana
- Untuk konstruksi, melibatkan - Penyusunan dokumen
konsultan perencanaan dalam pengadaan (penetapan
membuat perencanaan pengadaan spesifikasi teknis/KAK,
barang/jasa. HPS, rancangan kontrak)
- Adanya Surat Pernyataan antara PPK agar di reviu oleh
dan Konsultan Perencana yang Inspektorat Daerah
menyatakan konsultan perencana
berkewajiban bertanggung jawab
sampai dengan kontrak konstruksi
selesai. Hal ini untuk mengantisipasi
jika dikemudian hari terdapat
permasalahan terkait spesifikasi,
maka konsultan perencana harus
bertanggung jawab.
- Peningkatan Kompetensi penyusun
Lampiran : 9 / 7 - 13

Tahap Pengendalian yang seharusnya Uraian Pengendalian yang Sudah Risiko yang masih Pengendalian yang masih Pemilik/
Pengadaan Kode Ada *) akan timbul**) dibutuhkan ***) Penanggung
Risiko Prioritas
Barang/ Risiko Jawab
Jasa
a b c d e f g h
spesifikasi barang.
8. Penyusunan Harga PDP4 -HPS dihitung secara keahlian dan PPK melakukan penyusunan HPS Penyusunan HPS oleh - Penyusunan PA/KPA, PPK
Perkiraan Sendiri menggunakan data yang dapat PPK tidak sesuai SOP/manual HPS
(HPS) yang tidak dipertanggung-jawabkan; HPS prosedur termasuk langkah-
profesional memperhitungkan keuntungan dan langkah yang perlu
biaya tidak langsung; Total HPS, dilakukan dalam survei
merupakan hasil perhitungan HPS harga HPS
ditambah dengan PPN - Penyusunan dokumen
(Perpres 16 Tahun 2018 Pasal 26) pengadaan (penetapan
- Dalam melaksanakan PBJ melalui spesifikasi teknis/KAK,
penyedia, PA/KPA/PPK/Pokja HPS, rancangan
dapat dibantu tim teknis/tenaga ahli, kontrak) agar di reviu
tim pendukung, PPTK (Bab I oleh Inspektorat Daerah
lampiran Perka LKPP No. 9 Tahun
2018)
9. Pengumuman dan PPP1 - Penyelenggaraan PBJ secara elektronik - Terdapat SOP/Manual book - Pengumuman - Audit atas proses PA/KPA, PPK,
pendaftaran peserta menggunakan SPSE (Perpres 16 Mengatur secara teknis proses tender/seleksi Tidak pemilihan penyedia Pokja UKPBJ
tender/seleksi yang Tahun 2018 Bab X) pemilihan penyedia untuk Pokja Lengkap barang dan jasa oleh
direkayasa - Melakukan pengadaan secara e- sejak pengkajian ulang sampai - SPSE tidak dapat Inspektorat Daerah
Purchasing untuk barang/jasa yang dengan usulan pemenang. diakses - Penggunaan SPSE dan
sudah tercantum dalam Katalog - Pengumuman dan pendaftaran - Peserta katalog elektronik .
Elektronik (Perpres 16 Tahun 2018 peserta menggunakan SPSE tender/seleksi Untuk menjamin
pasal 38 (2) - Melakukan pengadaan secara e- dengan performance berfungsinya SPSE,
- SIKaP adalah aplikasi yang Purchasing untuk barang/jasa yang kurang baik tidak UKPBJ perlu
merupakan sub sistem dari SPSE sudah tercantum dalam Katalog dapat diidentifikasi . melibatkan Dinas
D. yang digunakan untuk mengelola Elektronik Kominfo untuk
Pelaksana Informasi Kinerja Penyedia - Pengawasan PBJ oleh Inspektorat memastikan aplikasi
an Barang/Jasa yang dikembangkan oleh melalui SPSE SPSE selalu dalam
Pemilihan LKPP (Perka LKPP Nomor 11 Tahun - Pengembangan Sistem Informasi kondisi siap dengan
Penyedia 2018 ttg Katalog Elektronik Pasal 1 Kinerja Penyedia Barang/Jasa jaringan yang memadai.
ayat (21)) (SIKaP)
LKPP dapat melakukan intergrasi data
SIKaP, sistem E-Purchasing, dan/atau
E-Tendering untuk optimalisasi
Katalog Elektronik (Perka LKPP
Nomor 11 Tahun 2018 Pasal 39 ayat
(5))
Lampiran : 9 / 8 - 13

Tahap Pengendalian yang seharusnya Uraian Pengendalian yang Sudah Risiko yang masih Pengendalian yang masih Pemilik/
Pengadaan Kode Ada *) akan timbul**) dibutuhkan ***) Penanggung
Risiko Prioritas
Barang/ Risiko Jawab
Jasa
a b c d e f g h

10. Perubahan penting PPP7 - Perubahan penting atas dokumen - Perubahan penting atas dokumen - Hasil kesepakatan - Audit atas proses PA/KPA, PPK,
atas dokumen pengadaan dituangkan dalam pengadaan dituangkan dalam untuk dilakukan pemilihan penyedia Pokja UKPBJ
pengadaan tidak perubahan (amandemen) disertai perubahan (amandemen) disertai amandemen tidak barang dan jasa oleh
dituangkan dalam dokumen pertimbangan dokumen pertimbangan disampaikan dalam Inspektorat Daerah
perubahan dilakukannya amandemen tersebut. dilakukannya amandemen tersebut. SPSE - Penggunaan SPSE dan
(amandemen) dokumen - Setiap perubahan dokumen - Setiap perubahan dokumen - Aplikasi SPSE tidak katalog elektronik .
pengadaan dan tidak pengadaan harus di-upload dalam pengadaan harus di-upload dalam dapat diakses Untuk menjamin
di unggah ke dalam SPSE. SPSE. berfungsinya SPSE,
portal LPSE - Persetujuan perubahan disetujui - Persetujuan perubahan disetujui UKPBJ perlu
pengadaan terkait oleh PPK. oleh PPK. melibatkan Dinas
dalam batas waktu - Perubahan harus diupload selambat- - Perubahan harus diupload selambat- Kominfo untuk
yang ditentukan lambatnya 2 hari sebelum batas lambatnya 2 hari sebelum batas memastikan aplikasi
akhir pemasukan penawaran. akhir pemasukan penawaran. SPSE selalu dalam
- Jika perubahan tadi substansial - Jika perubahan tadi substansial kondisi siap dengan
maka jangka waktu pemasukan maka jangka waktu pemasukan jaringan yang memadai.
penawaran bisa diperpanjang penawaran bisa diperpanjang - Keterlibatan inspektorat
- Keterlibatan inspektorat dalam dalam memverifikasi
memverifikasi dokumen pengadaan dokumen pengadaan
yang diupload yang diupload

11. Perubahan substansi PK1 - PPK melakukan kaji ulang terhadap - PPK melakukan kaji ulang terhadap - Pengawasan oleh PA/KPA, PPK
E. kontrak sebelum substansi kontrak dengan melibatkan substansi kontrak Inspektorat Daerah atas
Pelaksana kontrak peran APIP di daerah. - PPK memiliki sertifikat kompetensi, pelaksanaan kontrak
an Kontrak ditandatangani - PPK harus memiliki sertifikat keahlian, dan pengalaman dalam untuk mendeteksi
kompetensi, keahlian, dan menjalankan tugasnya adanya perubahan
pengalaman dalam menjalankan substansi kontrak
tugasnya (Pasal 5 Perka LKPP sebelum kontrak
Nomor 15/2018) ditandatangani
12. Penandatanganan dan PK2 Pejabat Penandatangan Kontrak dan Pejabat Penandatangan Kontrak dan - Pengawasan oleh PA/KPA, PPK,
pelaksanaan kontrak Penyedia wajib memeriksa kembali Penyedia wajib memeriksa kembali Inspektorat Daerah atas Pelaksana PBJ
tidak sesuai ketentuan rancangan Kontra meliputi substansi, rancangan Kontrak pelaksanaan kontrak
bahasa, redaksional, untuk mendeteksi
angka, dan huruf serta membubuhkan adanya
paraf pada setiap lembar dokumen penandatanganan dan
Kontrak (Perka LKPP No 9 Tahun pelaksanaan kontrakk
2018 Bab VII point. 7.2.2) tidak sesuai ketentuan
- Verifikasi oleh APIP Daerah
terhadap kontrak yang akan
Lampiran : 9 / 9 - 13

Tahap Pengendalian yang seharusnya Uraian Pengendalian yang Sudah Risiko yang masih Pengendalian yang masih Pemilik/
Pengadaan Kode Ada *) akan timbul**) dibutuhkan ***) Penanggung
Risiko Prioritas
Barang/ Risiko Jawab
Jasa
a b c d e f g h
ditandatangani
13. Kontrak “dijual” PK3 - Pencantuman klausul dalam kontrak - Pencantuman klausul dalam Pemilik perusahaan - Pengawasan oleh PA/KPA, PPK
kepada pihak lain atau yang menyatakan keseluruhan kontrak yang menyatakan yang di-blacklist masih Inspektorat Daerah atas
seluruh pekerjaan kontrak tidak boleh dialihkan dan keseluruhan kontrak tidak boleh bisa mengikuti PBJ pelaksanaan kontrak
utama dialihkan pengenaan sanksi jika pekerjaan dialihkan dan pengenaan sanksi jika menggunakan untuk mendeteksi
kepada penyedia utama dialihkan pekerjaan utama dialihkan perusahaan lain adanya penjualan
lainnya - Sanksi daftar hitam (blacklist) (Perka kontrak
LKPP No 17 th 2018 ttg Sanksi Daftar - Pemberlakuan Blacklist
Hitam) baik untuk perusahaan
maupun
pemilik/pelaku yang
menjual kontrak atau
mensubkontrakkan
pekerjaan utama
14. Pekerjaan utama PK4 - Pencantuman klausul dalam kontrak - Pencantuman klausul dalam kontrak Pelanggaran klausul - Pengawasan oleh PA/KPA, PPK
disubkontrakan yang menyatakan pekerjaan utama yang menyatakan pekerjaan utama kontrak oleh penyedia Inspektorat Daerah atas
tidak boleh dialihkan dan pengenaan tidak boleh dialihkan dan pengenaan barang/jasa pelaksanaan kontrak
sanksi jika pekerjaan utama sanksi jika pekerjaan utama untuk mendeteksi
dialihkan dialihkan adanya sub kontrak
- Adanya audit PBJ oleh APIP daerah - Audit PBJ oleh APIP daerah sebagian pekerjaan utama
saat pelaksanaan kontrak berjalan besar dilakukan setelah kontrak - Pemberlakuan Blacklist
selesai dilaksanakan baik untuk perusahaan
maupun
pemilik/pelaku yang
menjual kontrak atau
mensubkontrakkan
pekerjaan utama
15. Perintah perubahan PK5 - Perubahan volume kontrak Perubahan volume kontrak didasarkan - Pengawasan oleh PA/KPA, PPK
volume (contract didasarkan pada justifikasi teknis pada justifikasi teknis dan Inspektorat Daerah atas
change order) dalam dan berdasarkan persetujuan berdasarkan persetujuan konsultan pelaksanaan kontrak
rangka Kolusi Korupsi konsultan pengawas pengawas untuk mendeteksi
Nepotisme - Adanya Audit PBJ saat kontrak adanya perubahan
masih berjalan volume kontrak dalam
rangka KKN
16. Perubahan desain PK6 - Klausul dalam kontrak yang - Klausul dalam kontrak yang - Pengawasan oleh PA/KPA, PPK
tidak diikuti dengan menyatakan bahwa perubahan menyatakan bahwa perubahan Inspektorat Daerah atas
justifikasi dan desain harus berdasarkan justifikasi desain harus berdasarkan justifikasi pelaksanaan kontrak
perubahan teknis dan dituangkan dalam teknis dan dituangkan dalam untuk mendeteksi
(amandemen) kontrak amandemen kontrak amandemen kontrak adanya perubahan
- Pengawasan oleh konsultan - Pengawasan oleh konsultan desain tidak diikuti
Lampiran : 9 / 10 - 13

Tahap Pengendalian yang seharusnya Uraian Pengendalian yang Sudah Risiko yang masih Pengendalian yang masih Pemilik/
Pengadaan Kode Ada *) akan timbul**) dibutuhkan ***) Penanggung
Risiko Prioritas
Barang/ Risiko Jawab
Jasa
a b c d e f g h
pengawas. pengawas. dengan justifikasi dan
- Adanya audit PBJ oleh APIP perubahan
daerah. Saat kontrak masih berjalan (amandemen) kontrak
17. Data lapangan yang PK7 - Pengawasan oleh konsultan - Pengawasan oleh konsultan Konsultan pengawas - Pengawasan oleh PA/KPA, PPK
dipalsukan pengawas. pengawas. turut serta dalam Inspektorat Daerah atas
- Adanya audit PBJ oleh APIP daerah. - Adanya audit PBJ oleh APIP daerah. memalsukan data pelaksanaan kontrak
- Data lapangan misanya Laporan - Data lapangan misanya Laporan untuk mendeteksi
progres, Foto pelaksanaan harus progres, Foto pelaksanaan harus adanya data lapangan
disetujui oleh Konsultan Pengawas disetujui oleh Konsultan Pengawas yang dipalsukan
18. Jumlah dan kualitas PK10 - Prosedur pembuktian dalam - Pokja pemilihan melakukan - Pengawasan oleh PA/KPA, PPK
tenaga ahli dilapangan pemilihan penyedia barang/jasa pengecekan lapangan atas Inspektorat Daerah atas
tidak sesuai dengan yang memungkinkan Pokja untuk kebenaran tenaga ahli (pada saat pelaksanaan kontrak
persyaratan melakukan pengecekan lapangan proses tender/seleksi) untuk mendeteksi
atas kebenaran tenaga ahli. adanya jumlah dan
- PPK melakukan pengecekan tenaga kualaitas tenaga ahli di
ahli di lapangan lapangan tidak sesuai
- Menetapkan persyaratan dengan persyaratan
tersedianya finger print untuk - Pengawasan atas peran
pembuatan daftar hadir tenaga ahli. tenaga ahli konsultan
perencana dan
pengawas di lapangan
oleh PPK
19. Kuantitas dan PSB1 - Pengawasan oleh konsultan - Pengawasan oleh konsultan Panitia/Pejabat - Audit atas pengadaan - PA/KPA
F. kualitas barang yang pengawas, PPK, APIP daerah pada pengawas, PPK, APIP daerah pada Penerima Hasil barang dan jasa - PPK
Penyelesai di terima tidak sesuai saat pelaksanaan PBJ untuk saat pelaksanaan PBJ untuk Pekerjaan (PPHP) melibatkan Inspektorat - Penyedia
an dan kebutuhan meyakinkan kuantitas dan kualitas meyakinkan kuantitas dan kualitas tidak memahami Daerah untuk - PPHP/PjPH
Serah barang telah sesuai barang telah sesuai pekerjaan teknis mengetahui kualitas P
Terima - Panitia/Pejabat Penerima Hasil - Panitia/Pejabat Penerima Hasil barang dan jasa
Barang/ Pekerjaan (PjPHP) memenuhi syarat Pekerjaan (PjPHP) memenuhi syarat - Persyaratan
jasa memiliki integritas dan disiplin; memiliki integritas dan disiplin; pengetahuan dan
memiliki pengalaman di bidang memiliki pengalaman di bidang pengalaman yang
Pengadaan Barang/Jasa; Pengadaan Barang/Jasa; cukup bagi
memahami administrasi proses memahami administrasi proses Panitia/Pejabat
pengadaan barang/jasa; dan pengadaan barang/jasa; dan Penerima Hasil
menandatangani Pakta Integritas menandatangani Pakta Integritas Pekerjaan (PjPHP) dan
(Perka LKPP No 15/2018 psl 10 (2)) melibatkan orang yang
memahami teknis
barang yang
diserahterimakan.
Misalnya untuk
Lampiran : 9 / 11 - 13

Tahap Pengendalian yang seharusnya Uraian Pengendalian yang Sudah Risiko yang masih Pengendalian yang masih Pemilik/
Pengadaan Kode Ada *) akan timbul**) dibutuhkan ***) Penanggung
Risiko Prioritas
Barang/ Risiko Jawab
Jasa
a b c d e f g h
pekerjaan IT harus
melibatkan ahli IT
- Pengalokasian waktu
yang cukup bagi
pejabat/panitia
pemeriksa hasil
pekerjaan untuk
melakukan pengujian
dan pemeriksaan hasil
pekerjaan.
20. Pembayaran yang PSB4 - Pembayaran didukung dengan - Pembayaran didukung dengan - Audit atas pengadaan Kepala Daerah,
tidak sesuai ketentuan Laporan Progress Fisik dari Laporan Progress Fisik dari barang dan jasa PA/KPA
konsultan pengawas konsultan pengawas melibatkan Inspektorat
- Adanya audit PBJ oleh APIP daerah - Audit PBJ oleh inspektorat masih Daerah untuk
terutama pada saat pelaksanaan bersifat post audit mengetahui
kontrak pembayaran yang
tidaka sesuai dengan
ketentuan
- Pengalokasian waktu
yang cukup bagi
pejabat/panitia
pemeriksa hasil
pekerjaan untuk
melakukan pengujian
dan pemeriksaan hasil
pekerjaan.
- Integrasi SPSE,
pelaksanaan kontrak
dan pembayaran
G. 21. Barang/jasa tidak PHP 1 - Audit PBJ oleh Inspektorat - Audit PBJ oleh Inspektorat - Audit PBJ oleh Kepala Daerah,
Peman- dicatat sebagaimana - Adanya kewajiban Pemda utk - Adanya kewajiban Pemda utk Inspektorat, untuk PA/KPA
faatan mestinya oleh mencatat hasil PBJ dalam SIMA mencatat hasil PBJ dalam SIMA memastikan bahwa
Hasil PBJ pemerintah daerah barang sudah
dimasukkan ke dalam
SIMAK-BMN/
SIMBADA/aplikasi
BMN yang lain
- Integrasi SPSE,
pelaksanaan kontrak,
pembayaran, dan SIMA
Lampiran : 9 / 12 - 13

Tahap Pengendalian yang seharusnya Uraian Pengendalian yang Sudah Risiko yang masih Pengendalian yang masih Pemilik/
Pengadaan Kode Ada *) akan timbul**) dibutuhkan ***) Penanggung
Risiko Prioritas
Barang/ Risiko Jawab
Jasa
a b c d e f g h
22. Barang/konstruksi PHP 2 - Penetapan tanggung jawab - Tanggung jawab pelaksana, Konsultan perencana, - Penetapan tanggung Kepala Daerah,
yang sudah melewati pelaksana, konsultan perencana, konsultan perencana, dan konsultan pelaksana PBJ, dan jawab penyedia PA/KPA
masa pemeliharaan, dan pengawas tidak hanya sampai pengawas sampai dengan konsultan pengawas konstruksi, konsultan
namun tidak dapat tahap pemeliharaan tetapi juga selesainya tahap pemeliharaan tidak mau perencana, dan
dimanfaatkan sesuai sampai dengan umur teknis bertanggungjawab pengawas tidak hanya
umur teknisnya konstruksi pada saat adanya sampai tahap
karena rusak/roboh - Berdasarkan UU No 2 Tahun 2017 kegagalan bangunan pemeliharaan tetapi
tentang Jasa Kontruksi pasal 60 (1) juga sampai dengan
Dalam hal penyelenggaraan Jasa umur teknis konstruksi.
Konstruksi tidak memenuhi Standar Hal tersebut dapat
Keamanan, Keselamatan, dilakukan misalnya
Kesehatan, dan Keberlanjutan dengan pembuatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal surat pernyataan
59, Pengguna Jasa dan/atau dimana pelaksana,
Penyedia Jasa dapat menjadi pihak konsultan perencana,
yang bertanggung jawab terhadap dan pengawas harus
Kegagalan Bangunan. bertanggung jawab
Pasal 63 Penyedia Jasa wajib sesuai dengan tanggun
mengganti atau memperbaiki jawabnya masing-
Kegagalan Bangunan sebagaimana masing apabila
dimaksud dalam Pasal 60 ayat (1) barang/kontruksi tidak
yang disebabkan kesalahan dapat digunakan s.d.
Penyedia Jasa umur ekonomis yang
disebabkan karena
kesalahan konsultan
perencana, pelaksana,
atau konsultan
pengawas
23. Barang/jasa hasil PHP 3 - Setiap tahun OPD menyusun - Setiap tahun OPD menyusun - Penyusunan Kepala Daerah,
pengadaan tidak Rencana Kebutuhan Barang Milik Rencana Kebutuhan Barang Milik perencanaan umum PA/KPA
dimanfaatkan Daerah (RKBMD) Daerah (RKBMD) oleh Pengguna
- Penyusunan perencanaan umum - Kontrak mengatur kewajiban Anggaran agar
oleh Pengguna Anggaran agar penyedia barang/jasa untuk melibatkan Inspektorat
melibatkan Inspektorat Daerah memberikan pelatihan secara Daerah sebagai
sebagai penjamin kualitas untuk memadai kepada penyedia penjamin kualitas untuk
memastikan perencanaan telah - Pengawasan oleh konsultan memastikan
sesuai kebutuhan dan didukung pengawas, PPK, APIP daerah pada perencanaan telah
dengan data yang memadai. saat pelaksanaan PBJ untuk sesuai kebutuhan dan
- Penyusunan rencana teknis oleh meyakinkan kualitas barang/jasa didukung dengan data
Pengguna Anggaran agar melibatkan - Panitia/Pejabat Penerima Hasil yang memadai.
Lampiran : 9 / 13 - 13

Tahap Pengendalian yang seharusnya Uraian Pengendalian yang Sudah Risiko yang masih Pengendalian yang masih Pemilik/
Pengadaan Kode Ada *) akan timbul**) dibutuhkan ***) Penanggung
Risiko Prioritas
Barang/ Risiko Jawab
Jasa
a b c d e f g h
instansi teknis (misal Dinas Pekerjaan (PjPHP) melakukan - Penyusunan rencana
Pekerjaan Umum) Daerah untuk pemeriksaan barang/jasa sebelum teknis oleh Pengguna
meminimalisir kesalahan spesifikasi. diserahkan kepada pengguna Anggaran agar
- Kontrak mengatur kewajiban - Adanya persyaratan jaminan melibatkan instansi
penyedia barang/jasa untuk ketersediaan suku cadang untuk teknis (misal Dinas
memberikan pelatihan secara mengantisipasi jika ada kerusakan Pekerjaan Umum)
memadai kepada penyedia Daerah untuk
- Pengawasan oleh konsultan meminimalisir
pengawas, PPK, APIP daerah pada kesalahan spesifikasi.
saat pelaksanaan PBJ untuk - Untuk pengadaan
meyakinkan kualitas barang/jasa tertentu,perlu diatur
- Panitia/Pejabat Penerima Hasil dalam klausul kontrak
Pekerjaan (PjPHP) melakukan bahwa penyedia
pemeriksaan barang/jasa sebelum barang/jasa dianggap
diserahkan kepada pengguna menyelesaikan
- Adanya persyaratan jaminan pekerjaan jika
ketersediaan suku cadang untuk peralatan/mesin sudah
mengantisipasi jika ada kerusakan dapat dioperasikan
misal untuk pengadaan
alat kedokteran atau
alat kesehatan, dsb.
Lampiran: 10 / 1 - 9

CONTOH
PERATURAN GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA
NOMOR ....... TAHUN 20....

TENTANG
KODE ETIK UNIT KERJA PENGADAAN BARANG/JASA
PROVINSI/KABUPATEN/KOTA .......

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA .................,

Menimbang : a. Bahwa agar pelaksanaan pengadaan barang/jasa berjalan sesuai dengan prinsip-
prinsip pengadaan barang/jasa, maka diperlukan Kode Etik Unit Kerja
Pengadaan Barang/Jasa;
b. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a perlu
menetapkan Peraturan Gubernur/Bupati/Walikota ................. tentang Kode Etik
Unit Kerja Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Daerah ...................;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor ................... Tahun ................... tentang Pembentukan
Pemerintah Daerah ........
2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah
beberapa kali terakhir denganUndang-undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang
Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
3. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2018 tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA ................. TENTANG KODE


ETIK UNIT KERJA PENGADAAN BARANG/JASA PADA PEMERINTAH
DAERAH ...................

BAB I
KETENTUAN UMUM
Bagian Kesatu
Pengertian Umum
Pasal 1

Dalam Peraturan Kepala Daerah ini yang dimaksud dengan :


1. Daerah adalah Pemerintah Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota ....................
2. Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara
Pemerintahan Daerah.
3. Kepala Daerah adalah Gubernur/Bupati/Walikota ..................
Lampiran: 10 / 2 - 9

4. Sekretariat Daerah adalah Sekretariat Daerah Pemerintah Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota


...................
5. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Pemerintah Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota
...................
6. Unit Kerja Pengadaan Barang/Jasa adalah Unit Kerja Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota ....................
7. Kelompok Kerja Pemilihan yang selanjutnya disebut Pokja Pemilihan adalah sumber daya
manusia yang ditetapkan oleh pimpinan UKPBJ untuk mengelola pemilihan Penyedia.
8. Pejabat Struktural Pengadaan Barang/Jasa adalah pejabat yang mengawasi dan
mengevaluasi perilaku pokja pemilihan pada Unit Kerja Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
Daerah ....................
9. Kode Etik Unit Kerja Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Daerah ................... yang selanjutnya
disebut Kode Etik adalah pedoman sikap, tingkah laku, dan perbuatan pejabat struktural dan
pokja pemilihan di lingkungan Pemerintah Daerah ...................
10. Pedoman Perilaku mencakup panduan tentang benturan kepentingan, pemberian dan
penerimaan hadiah, kepatuhan terhadap peraturan dan pelaksanaan wewenang.
11. Pelanggaran adalah segala perbuatan dalam bentuk ucapan, tulisan dan/atau perilaku pegawai
yang bertentangan dan/atau menyimpang dengan kode etik.
12. Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang selanjutnya disebut pengadaan barang/jasa adalah
kegiatan pengadaan barang/jasa oleh Perangkat Daerah yang dibiayai oleh APBN/APBD yang
prosesnya sejak identifikasi kebutuhan sampai dengan serah terima hasil pekerjaan.
13. Penyedia Barang/Jasa Pemerintah yang selanjutnya disebut Penyedia adalah pelaku usaha
yang menyediakan barang/jasa berdasarkan kontrak.
14. Barang adalah setiap benda baik berwujud maupun tidak berwujud, bergerak maupun tidak
bergerak, yang dapat diperdagangkan, dipakai, dipergunakan atau dimanfaatkan Pengguna
Barang.
15. Pelapor adalah seorang karena hak atau kewajibannya berdasarkan peraturan perundang-
undangan harus memberitahukan kepada pejabat yang berwenang tentang telah atau sedang
adanya peristiwa pelanggaran kode etik.
16. Majelis Pertimbangan Kode Etik adalah Komite yang menilai norma perilaku pengelola
pengadaan barang/jasa Daerah.

Bagian Kedua
Maksud dan Tujuan
Pasal 2

(1) Maksud penyusunan Kode Etik adalah sebagai pedoman :


a. Bagi pejabat struktural untuk mengawasi dan mengevaluasi perilaku pokja pemilihan;
b. Pokja pemilihan dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya.
(2) Tujuan penyusunan Kode Etik adalah :
a. Untuk mendorong sebuah budaya etis dalam profesi pengadaan barang/jasa Instansi
Pemerintah;
Lampiran: 10 / 3 - 9

b. Untuk memastikan bahwa seorang profesional akan berperilaku pada tingkat lebih tinggi
dibandingkan pegawai negeri sipil lainnya;
c. Untuk mewujudkan pokja pemilihan terpercaya, berintegritas, objektif, akuntabel,
transparan, dan memegang teguh rahasia, serta memotivasi pengembangan profesi secara
berkelanjutan; dan
d. Untuk mencegah terjadinya tingkah laku tidak etis, agar dipenuhi prinsip-prinsip kerja
akuntabel dan terlaksananya pengendalian pengadaan barang/jasa, sehingga terwujud
pokja pemilihan yang kredibel dengan kinerja optimal dalam pelaksanaan pengadaan
barang/jasa.

Bagian Ketiga
Fungsi
Pasal 3
Fungsi Kode Etik adalah:
a. Memberikan pedoman bagi setiap anggota tentang prinsip profesionalitas yang digariskan.
b. Merupakan sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas profesi pengadaan barang/jasa.
c. Memberikan suatu pengetahuan kepada masyarakat agar memahami arti pentingnya profesi
pengadaan barang/jasa.
d. Mencegah campur tangan pihak di luar kelompok kerja tentang hubungan etika dalam
keanggotaan profesi pengadaan barang/jasa.

Bagian Keempat
Pemberlakuan
Pasal 4
Kode Etik berlaku bagi pejabat struktural dan pokja pemilihan yang mempunyai ruang lingkup,
tugas, tanggung jawab, dan wewenang untuk melakukan pengadaan barang/jasa.

BAB II
PRINSIP PENGADAAN BARANG/JASA
Pasal 5
(1) Pengadaan Barang/Jasa menerapkan prinsip:
a. efisien;
b. efektif;
c. transparan;
d. terbuka;
e. bersaing;
f. adil/tidak diskriminatif; dan
g. akuntabel.
Lampiran: 10 / 4 - 9

(2) Makna prinsip sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:


a. efisien mempunyai makna bahwa pengadaan barang/jasa harus diusahakan dengan
menggunakan dana dan daya yang minimum untuk mencapai kualitas dan sasaran dalam
waktu yang ditetapkan atau menggunakan dana yang telah ditetapkan untuk mencapai
hasil dan sasaran dengan kualitas yang maksimum;
b. efektif mempunyai makna bahwa pengadaan barang/jasa harus sesuai dengan kebutuhan
dan sasaran yang telah ditetapkan serta memberikan manfaat yang sebesar-besarnya;
c. transparan mempunyai makna bahwa semua ketentuan dan informasi pengadaan
barang/jasa bersifat jelas dan dapat diketahui oleh penyedia barang/jasa yang berminat
serta oleh masyarakat pada umumnya;
d. terbuka mempunyai makna bahwa pengadaan barang/jasa dapat diikuti oleh semua
penyedia barang/jasa yang memenuhi persyaratan atau kriteria tertentu berdasarkan
ketentuan dan prosedur yang jelas;
e. bersaing mempunyai makna bahwa pengadaan barang/jasa harus dilakukan melalui
persaingan yang sehat di antara sebanyak mungkin penyedia barang/jasa yang setara dan
memenuhi persyaratan sehingga dapat diperoleh barang/jasa yang ditawarkan secara
kompetitif dan tidak ada intervensi yang mengganggu terciptanya mekanisme pasar dalam
pengadaan barang/jasa;
f. adil/tidak diskriminatif mempunyai makna bahwa memberikan perlakuan yang sama
bagi semua calon penyedia barang/jasa dan tidak mengarah untuk memberi keuntungan
kepada pihak tertentu dan tetap memperhatikan kepentingan nasional; dan
g. akuntabel mempunyai makna bahwa harus sesuai denga aturan dan ketentuan yang
terkati dengan pengadaan barang/jasa sehingga dapat dipertanggungjawabkan.

BAB III
KODE ETIK
Pasal 6
(1) Sesuai dengan prinsip pengadaan barang/jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, setiap
pejabat struktural dan pokja pemilihan harus taat pada Kode Etik yang terdiri atas:
a. melaksanakan tugas secara tertib, disertai rasa tanggung jawab untuk mencapai sasaran,
kelancaran dan ketepatan tercapainya tujuan pengadaan barang/jasa;
b. bekerja secara profesional dan mandiri, serta menjaga kerahasiaan Dokumen Pengadaan
yang menurut sifatnya harus dirahasiakan untuk mencegah terjadinya penyimpangan
dalam pengadaan barang/jasa;
c. tidak saling mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung yang berakibat
terjadinya persaingan tidak sehat;
d. menerima dan bertanggung jawab atas segala keputusan yang ditetapkan sesuai dengan
kesepakatan tertulis para pihak;
e. menghindari dan mencegah terjadinya pertentangan kepentingan para pihak yang terkait,
baik secara langusng maupun tidak langsung dalam proses pengadaan barang/jasa;
f. menghindari dan mencegah terjadinya pemborosan dan kebocoran keuangan Negara
dalam pengadaan barang/jasa;
Lampiran: 10 / 5 - 9

g. menghindari dan mencegah penyalahgunaan wewenang dan/atau kolusi dengan tujuan


untuk kepentingan pribadi, golongan atau pihak lain yang secara langsung atau tidak
langsung merugikan negara;
h. tidak menerima, tidak menawarkan atau tidak menjanjikan untuk memberi atau menerima
hadiah, imbalan, rabat dan berupa apa saja dari atau kepada siapapun yang diketahui atau
patut diduga berkaitan dengan pengadaan barang/jasa.

BAB IV
MAJELIS PERTIMBANGAN KODE ETIK

Bagian Kesatu
Kedudukan
Pasal 7
Majelis Pertimbangan Kode Etik bersifat adhoc sebagai komite pengawas perilaku pejabat struktural
dan pokja pemilihan berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Daerah
melalui Sekretaris Daerah.

Bagian Kedua
Tugas
Pasal 8
Majelis Pertimbangan Kode Etik mempunyai tugas melaksanakan pengawasan perilaku pejabat
struktural dan pokja pemilihan berdasarkan Kode Etik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6.

Bagian Ketiga
Kewenangan
Pasal 9
(1) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, Majelis Pertimbangan Kode
Etik berwenang untuk:
a. melaksanakan pengawasan langsung terhadap perilaku pejabat struktural dan pokja
pemilihan;
b. menerima pengaduan/keluhan dari penyedia barang/jasa, Bagian Layanan Pengadaan dan
jajarannya, OPD dan/atau masyarakat;
c. mengumpulkan dan/atau mencari tahu fakta, data dan/atau informasi terkait
pengaduan/keluhan yang diterima;
d. mengolah dan/atau menganalisa pengaduan/keluhan yang diterima;
e. melaksanakan pemanggilan terhadap pejabat struktural dan/atau pokja pemilihan dan
pihak terkait seperti pelapor dan saksi;
f. melaksanakan pemeriksaan atas pengaduan/keluhan yang diterima;
g. menilai ada/atau tidaknya pelanggaran kode etik oleh pejabat struktural dan/atau pokja
pemilihan baik yang dilaporkan oleh penyedia barang/jasa, kuasa atau wakilnya baik
langsung maupun tidak langsung atau perusahaan yang mempunyai afiliasi dengan
penyedia barang/jasa atau masyarakat dan/atau yang dipertanyakan oleh pejabat
struktural dan/atau pokja pemilihan;
h. mengusulkan pemberian sanksi atas pelanggaran Kode Etik yang dilakukan oleh pejabat
struktural dan/atau pokja pemilihan untuk ditetapkan oleh Kepala Daerah atau pejabat
Lampiran: 10 / 6 - 9

yang diberikan kewenangan untuk memberikan hukuman bagi pejabat struktural dan/atau
pokja pemilihan; dan
i. melaporkan tugas, kewenangan dan tanggung jawabnya kepada Kepala Daerah melalui
Sekretaris Daerah.
j. Laporan Majelis Pertimbangan Kode Etik kepada Kepala Daerah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf i mengenai orang pribadi pejabat struktural dan/atau pokja pemilihan
bersifat rahasia.

Bagian Keempat
Tanggung Jawab
Pasal 10
Dalam melaksanakan tugas dan kewenangannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 dan Pasal 9,
Majelis Pertimbangan Kode Etik bertanggung jawab atas:
a. terlaksananya pengawasan perilaku pejabat struktural dan pokja pemilihan berdasarkan
prinsip dan Kode Etik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dan Pasal 6;
b. terwujudnya transparansi dan akuntabilitas penyelesaian pengaduan atas perilaku pejabat
struktural dan pokja pemilihan; dan
terlaksananya penerapan Kode Etik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 pada setiap pelaksanaan
tugas seluruh pejabat struktural dan pokja pemilihan

Bagian Kelima
Susunan
Pasal 11
(1) Personel pada majelis pertimbangan kode etik berjumlah gasal yang terdiri dari unsur
Inspektorat Daerah, unsur unit kerja bidang kepegawaian, dan unsur unit kerja bidang hukum.
(2) Ketua majelis pertimbangan kode etik berasal dari unsur Inspektorat Daerah.
(3) Majelis pertimbangan kode etik dibantu oleh sekretariat majelis pertimbangan kode etik yang
berkedudukan pada Inspektorat Daerah.

Bagian Keenam
Masa Tugas, Pengangkatan dan Pemberhentian
Pasal 12
Masa tugas Majelis Pertimbangan Kode Etik selama 3 (tiga) tahun dan dapat ditunjuk kembali pada
periode berikutnya.
Pasal 13
Pengangkatan dan pemberhentian Majelis Pertimbangan Kode Etik ditetapkan dengan Keputusan
Kepala Daerah.
BAB V
PEMERIKSAAN DAN KEPUTUSAN
Bagian Kesatu
Pemeriksaan Atas Dasar Pengaduan
Pasal 14
Pemeriksaan atas dasar pengaduan dari masyarakat, laporan OPD, media massa, dan/atau pihak
lain dilakukan dengan mekanisme:
Lampiran: 10 / 7 - 9

a. Sekretaris Majelis Pertimbangan Kode Etik menyusun telaahan atas pengaduan yang diterima
dan menyampaikannya kepada Ketua Majelis Pertimbangan Kode Etik;
b. Ketua Majelis Pertimbangan Kode Etik mengadakan rapat Majelis Pertimbangan Kode Etik
yang dipersiapkan oleh Sekretaris untuk membahas pengaduan;
c. Rapat Majelis Pertimbangan Kode Etik membahas dan membuat kesimpulan apakah
pengaduan layak atau tidak layak ditindaklanjuti dengan pemeriksaan;
d. Apabila tidak layak proses penanganan pengaduan dihentikan dan diberikan penjelasan
tertulis yang patut kepada pihak pengadu;
e. Apabila layak proses penanganan pengaduan ditindaklanjuti dengan pemeriksaan oleh sidang
Majelis Pertimbangan Kode Etik, dengan:
1. pemanggilan para pihak;
2. pengumpulan bukti; dan
3. pemeriksaan bukti.
f. Sesuai dengan hasil pemeriksaan dan bukti yang ada, Majelis Pertimbangan Kode Etik
memutuskan dan menetapkan ada atau tidak pelanggaran terhadap Kode Etik;
g. Apabila diputuskan dan ditetapkan bahwa telah terjadi pelanggaran terhadap Kode Etik, maka
dalam putusannya Majelis Pertimbangan Kode Etik harus mencantumkan sanksi administratif
yang diberikan kepada pejabat struktural dan/atau pokja pemilihan yang melanggar;
h. Keputusan Majelis Pertimbangan Kode Etik dilaporkan kepada Kepala Daerah;
i. Kepala Daerah atau pejabat yang ditunjuk menetapkan pemberian sanksi berdasarkan
Keputusan Majelis Pertimbangan Kode Etik.

Bagian Kedua
Pemeriksaan Atas Dasar Temuan
Pasal 15
Pemeriksaan atas dasar temuan dilakukan oleh Majelis Pertimbangan Kode Etik dan/atau hasil
temuan aparat pemeriksa dengan mekanisme:
a. Ketua Majelis Pertimbangan Kode Etik mengadakan rapat Majelis Pertimbangan Kode Etik
yang dipersiapkan oleh Sekretariat Majelis Pertimbangan Kode Etik untuk membahas hasil
temuan;
b. Rapat Majelis Pertimbangan Kode Etik membahas dan membuat kesimpulan apakah hasil
temuan layak atau tidak layak ditindaklanjuti dengan pemeriksaan;
c. Apabila tidak layak proses penanganan hasil temuan dihentikan dan diberikan penjelasan
tertulis yang patut kepada pihak pengadu;
d. Apabila layak proses penanganan hasil temuan ditindaklanjuti dengan pemeriksaan oleh
sidang Majelis Pertimbangan Kode Etik, dengan:
1. pemanggilan para pihak;
2. pengumpulan bukti; dan
3. pemeriksaan bukti.
e. Sesuai dengan hasil pemeriksaan dan bukti yang ada Majelis Pertimbangan Kode Etik
memutuskan dan menetapkan ada atau tidak pelanggaran terhadap Kode Etik.
f. Apabila diputuskan dan ditetapkan bahwa telah tejadi pelanggaran terhadap Kode Etik maka
dalam putusannya Majelis Pertimbangan Kode Etik harus mencantumkan sanksi administratif
yang diberikan kepada pejabat struktural dan pokja pemilihan yang melanggar;
g. Keputusan Majelis Pertimbangan Kode Etik dilaporkan kepada Kepala Daerah dengan
tembusan kepada Wakil Kepala Daerah, Sekretaris Daerah dan Asisten Perekonomian,
Pembangunan dan Sumber Daya Alam untuk diambil keputusan; dan
Lampiran: 10 / 8 - 9

h. Kepala Daerah atau pejabat yang ditunjuk menetapkan pemberian sanksi berdasarkan putusan
Majelis Pertimbangan Kode Etik.

BAB VI
SANKSI
Pasal 16
(1) Sanksi administratif bagi pejabat struktural dan pokja pemilihan sebagaimana dimaksud dalam
pasal 14 huruf i dan pasal 15 huruf h berupa :
a. Ringan :
Berupa teguran lisan;
b. Sedang :
Berupa teguran tertulis;
c. Berat :
Tidak ditugaskan menjadi pokja dalam kurun waktu 3 (tiga) bulan;
d. Ditentukan lain oleh Majelis Pertimbangan Kode Etik.
(2) Yang masuk dalam katagori ringan pada ayat (2) huruf a adalah pelanggaran kode etik dalam
pasal 6 ayat (1) huruf a dan b.
(3) Yang masuk dalam katagori sedang pada ayat (2) huruf b adalah pelanggaran kode etik dalam
pasal 6 ayat (1) huruf c, d dan e.
(4) Yang masuk dalam katagori berat pada ayat (2) huruf c adalah pelanggaran kode etik dalam
pasal 6 ayat (1) huruf f, g dan h.

BAB VII
TUGAS SEKRETARIAT MAJELIS PERTIMBANGAN KODE ETIK
Pasal 17
Sekretariat Majelis Pertimbangan Kode Etik mempunyai tugas untuk:
a. menyusun dan mengajukan kegiatan dan anggaran Majelis Pertimbangan Kode Etik;
b. melaksanakan surat menyurat Majelis Pertimbangan Kode Etik;
c. melaksanakan persiapan rapat Majelis Pertimbangan Kode Etik;
d. melaksanakan kegiatan administrasi dan keuangan Kode Etik;
e. melaksanakan tugas kepaniteraan sidang Majelis Pertimbangan Kode Etik;
f. mempersiapkan putusan Majelis Pertimbangan Kode Etik;
g. mengarsipkan hasil sidang dan keputusan sidang Majelis Pertimbangan Kode Etik;
h. menyusun laporan Majelis Pertimbangan Kode Etik; dan
i. melaksanakan tugas lain yang diberikan Majelis Pertimbangan Kode Etik.

BAB VIII
PEMBIAYAAN
Pasal 18
Pembiayaan kegiatan Majelis Pertimbangan Kode Etik dibebankan pada Anggaran dan
Pendapatan Belanja Daerah.
Lampiran: 10 / 9 - 9

BAB IX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 19

Peraturan Gubernur/Bupati/Walikota .... ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.


Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Kepala Daerah ini
dengan penempatannya dalam Berita Daerah ....................
Ditetapkan di ...................
Pada tanggal
GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA
.................

...................
Diundangkan di ...................
pada tanggal
SEKRETARIS DAERAH ...................,

...................

BERITA DAERAH ...................


TAHUN NOMOR SERI
Lampiran : 11 / 1 - 5

CONTOH
PERATURAN GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA
NOMOR ....... TAHUN 20....

TENTANG

PEDOMAN PENANGANAN PENGADUAN MASYARAKAT


DI LINGKUNGAN PROVINSI/KABUPATEN/KOTA ..........

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA ........

Menimbang : Bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 21 ayat (1) Peraturan


Pemerintah Nomor 12 Tahun 2017 tentang Pembinaan dan Pengawasan
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, perlu menetapkan Peraturan
Gubernur/Bupati/Walikota tentang Pedoman Penanganan Pengaduan
Masyarakat di lingkungan Provinsi/Kab/Kota .................................;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan


Negara Yang Bersih dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3851);

2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak


Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999
Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3874) sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2001 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Nomor
4150);

3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 5587), sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2015 tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014
tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 24, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5657);

4. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1999 tentang Tatacara


Pelaksanaan Peranserta Masyarakat Dalam Penyelenggaraan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 129,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3866);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2017 tentang Pembinaan dan


Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 6041);

6. Perda Provinsi/Kabupaten/Kota Nomor ............ Tahun .... tentang


Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Daerah;
Lampiran : 11 / 2 - 5

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA ......... TENTANG


PEDOMAN PENANGANAN PENGADUAN MASYARAKAT DI
LINGKUNGAN PROVINSI/KABUPATEN/KOTA ..................

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan :

1. Pengaduan Masyarakat adalah laporan dari masyarakat mengenai adanya indikasi


terjadinya penyimpangan, korupsi, kolusi dan nepotisme yang dilakukan oleh aparat
pemerintah daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan.
2. Aparat Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah, Wakil Kepala Daerah, Pegawai di
lingkungan Pemerintah Daerah dan Perangkat Desa Provinsi/Kabupaten/Kota
.............................
BAB II
RUANG LINGKUP
Pasal 2

Ruang lingkup penanganan pengaduan masyarakat meliputi :

1. penyalahgunaan wewenang;
2. hambatan dalam pelayanan masyarakat;
3. korupsi, kolusi dan nepotisme;
4. pelanggaran disiplin pegawai;
5. penyimpangan pengadaan barang/jasa.

BAB III
SUMBER PENGADUAN
Pasal 3

1. Pengaduan masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 bersumber dari :


a. Badan/Lembaga/Instansi Pemerintah Daerah;
b. Badan Hukum;
c. Partai Politik;
d. Organisasi Masyarakat;
e. Media Masa; dan
f. Perorangan.
2. Pengaduan masyarakat dapat disampaikan melalui:
a. Kotak pengaduan
b. Surat pengaduan
c. SMS/WA ke nomor ...
d. Telp / Hotline .......
e. Sistem Pengaduan Masyarakat di website ........
f. dsb
Lampiran : 11 / 3 - 5

BAB IV
ADMINISTRASI PENGADUAN
Pasal 4

1. Tim Pelayanan Informasi dan Pengaduan di lingkungan Pemerintah Daerah menerima


pengaduan yang bersumber dari pengaduan sebagaimana pada pasal 3 ayat (2).
2. Pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diadministrasikan Tim Pelayanan
Informasi dan Pengaduan.
3. Setelah Pengadministrasian pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan,
maka Tim Pelayanan Informasi dan Pengaduan selanjutnya melakukan pengkajian untuk
menelaah dan menentukan klasifikasi permasalahan.
4. Hasil pengkajian disampaikan kepada Sekretaris Daerah untuk disetujui apakah telah
memadai atau belum.
5. Hasil pengkajian yang telah disetujui Sekretaris Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) dan (4), selanjutnya disampaikan kepada Inspektorat dan/atau OPD terkait dengan
tembusan kepada Inspektorat.
BAB V
PENANGANAN PENGADUAN
Pasal 5

1. Penanganan pengaduan masyarakat dilakukan oleh Inspektorat dan OPD terkait.


2. Penanganan pengaduan oleh Inspektorat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
oleh tim Inspektorat Jenderal; dan dapat melibatkan unit kerja lain di lingkungan
Pemerintah Daerah; dan
3. Penanganan pengaduan oleh OPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh
Tim OPD yang ditunjuk oleh Kepala OPD
Pasal 6

1. Penanganan pengaduan yang dilakukan oleh Tim Inspektorat sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 5 ayat (2) meliputi materi pengaduan yang mempunyai nilai strategis
dan/atau berkaitan dengan pelaku dan materi yang menjadi kewenangan Inspektorat.
2. Penanganan pengaduan yang melibatkan unit kerja lain di lingkungan Pemerintah
Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2), berkaitan dengan materi
pengaduan yang memerlukan bantuan teknis unit kerja terkait di lingkungan Pemerintah
Daerah.
Pasal 7

Penanganan pengaduan yang dilakukan oleh OPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat
(3), berkaitan dengan pelaku dan materi yang lebih tepat ditangani oleh pimpinan unit kerja
bersangkutan.
BAB VI
PELAPORAN
Pasal 8

1. Tim sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) dan (2) melaporkan hasil penanganan
pengaduan kepada Inspektorat, dengan tembusan kepada Sekretaris Daerah dan Bupati.
2. Hasil penanganan pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disertai saran tindak
lanjut sesuai peraturan perundang-undangan.
3. Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat melakukan ekspos dihadapan Kepala
Daerah jika terkait materi yang mempunyai nilai strategis.
4. Ekspos sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berkaitan dengan materi pengaduan dan hasil
penanganan pengaduan.
Lampiran : 11 / 4 - 5

Pasal 9

1. Laporan hasil penanganan pengaduan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 dalam bentuk
tertulis yang memuat :
a. Sumber pengaduan;
b. Materi pengaduan;
c. Fakta yang ditemukan;
d. Analisis;
e. Kesimpulan; dan
f. Saran.
2. Sistematika laporan hasil penanganan pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tercantum dalam Lampiran Peraturan ini.
BAB VII
PEMANTAUAN DAN PEMUTAKHIRAN
Pasal 10

Inspektorat dan Tim Pelayanan Informasi dan Pengaduan melakukan pemantauan dan
pemutakhiran penanganan pengaduan dan tindak lanjut hasil penanganan pengaduan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8.
BAB VIII
KERAHASIAAN PELAPOR
Pasal 11

Pemerintah Daerah melalui Tim Pelayanan Informasi dan Pengaduan Perizinan menjamin
kerahasiaan pelapor.
BAB IX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 12

Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan


Ditetapkan di ................
pada tanggal ............................

GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA,
ttd

............................
Lampiran : 11 / 5 - 5

LAMPIRAN : PERATURAN GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA


NOMOR : ............................
TANGGAL : .............................

SISTEMATIKA LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN


PENANGANAN PENGADUAN MASYARAKAT

DAFTAR ISI

BAB I : RINGKASAN HASIL PEMERIKSAAN

BAB II : URAIAN HASIL PEMERIKSAAN


1. UMUM
A. DASAR PEMERIKSAAN
B. WAKTU PEMERIKSAAN
C. SUSUNAN TIM PEMERIKSA
D. NARA SUMBER
E. OBYEK PEMERIKSAAN
2. SUMBER PENGADUAN
3. MATERI PENGADUAN
4. FAKTA YANG DITEMUKAN
5. ANALISIS

BAB III : KESIMPULAN


BAB IV : SARAN

LAMPIRAN
1. ……………………
2. ……………………
3. ……………………
4. ……………………

(Tempat, Tanggal)
Mengetahui : Tim Pemeriksa,
Inspektur
1. ..
( .................. ) 2. ..
3. ..

GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA

ttd
....................
Lampiran : 12 / 1 - 1

CONTOH SOP PENGADUAN MASYARAKAT

Tim Pelayanan
No Proses Kepala Daerah Sekretaris Daerah OPD Terkait Inspektorat
Informasi & Pengaduan
Mulai

1 Menerima pengaduan dari


masyarakat melalui Kotak Pengaduan
pengaduan, surat pengaduan,
SMS/WA, Telp, Sistem
pengaduan, dsb

2 Mencatat/meregister pengaduan
(atau menginput materi aduan ke mencatat/
meregister
dalam sistem)

3 Menelaah/mengkaji aduan untuk


Tidak Mengkaji
menentukan klasifikasi
aduan
permasalahan Memadai?

Hasil telaahan/
kajian aduan
Ya
5 Memberikan disposisi kepada
Inspektorat dan/atau OPD terkait Permasalah Ya Hasil telaahan/
an kajian aduan
Strategis? Hasil telaahan/
kajian aduan
Tidak

7 Membentuk tim untuk melakukan


pemeriksaan terkait pengaduan Membentuk Tim Membentuk Tim
masyarakat

8 Melakukan Pemeriksaan
Melakukan Melakukan
Pemeriksaan Pemeriksaan

9 Menyusun Laporan Pemeriksaan


dan memberikan rekomendasi Tembusan Laporan Tembusan Laporan Laporan Laporan
Pemeriksaan Laporan pemeriksaan
Pemeriksaan Pemeriksaan Pemeriksaan
terhadap pengaduan

10 Tindak lanjut aduan oleh


OPD/pihak terkait Tindak

Bukti TL
Bukti TL Bukti TL Bukti TL
Bukti TL

11 Mengunggah progress, hasil


Mengunggah
pemeriksaan aduan, dan tindak progress, hasil
lanjut ke dalam register atau pemeriksaan
sistem aplikasi
12 Pengarsipan dokumen-dokumen
terkait pengaduan masyarakat
A
Lampiran: 13 / 1 - 1

Contoh Struktur Organisasi UKPBJ

Pimpinan UKPBJ

Kelompok Jabatan
Pungsional

Unit Kerja Pembinaan dan Advokasi PBJ

Unit kerja Pengelolaan Unit kerja Pendampingan,


Unit kerja Pengelolaan Unit kerja Pembinaan SDM
Layangan Pengadaan Konsultansi, dan/atau
Pengadaan Barang/Jasa dan Kelembagaan PBJ
Elektronik Bimbingan Teknis PBJ
Lampiran : 14 / 1 - 6
CONTOH
LANGKAH UTAMA PENGEMBANGAN SDM PBJ

Pelaksanaan Penilaian
Perencanaan Seleksi Orientasi Pengembangan SDM Sanksi dan Penghargaan
Tugas Kinerja
1. Penentuan 1. Seleksi sesuai 1. Penandatangana Pelatihan sesuai dengan 1. Pelaksanaan 1. Pengisian 1. Kinerja pelaku PBJ yang
posisi yang dengan n pakta integritas posisi pelaku PBJ yang tugas kuesioner baik diberi penghargaan
kosong dan Syarat sesuai dengan diampu dengan materi kinerja oleh (reward) berupa catatan
jumlah Administratif etika pengadaan meliputi: atasan, yang baik untuk kenaikan
pelaku PBJ (Perka LKPP No (pasal 7 Perpres a. Perencanaan PBJ bawahan, pangkat, promosi,
yang harus 15/2018) dan 16 tahun 2018 b. Pemilihan Penyedia rekan sejawat prioritas untuk diklat PBJ,
terpenuhi track record Barang dan jasa dan penyedia dan honor sesuai dengan
kepegawaian) c. Manajemen Kontrak kemampuan K/L/D
d. manajemen Informasi (Pasal 13 Perka LKPP No
Aset 14/2018 tentang UKPBJ
e. Kompetensi Umum
2. Penentuan 2. Seleksi sesuai 2. Pemberian SK 2. Pemantauan 2. Informasi 2. Kinerja yang buruk bagi
kandidat dengan Penilaian dan Uraian dan kinerja dari pelaku PBJ, sesuai dengan
pengisi Integritas Tugas pembinaan pihak luar Perpres 16/2018
posisi Pegawai oleh atasan/ (Misal dikategorikan menjadi 2
pelaku PBJ (personal integrity) APIP Pengaduan yaitu lalai melakukan
Masyarakat) kewajiban dan melanggar
pakta integritas. Untuk
lalai dalam melaksanakan
kewajiban dikenakan
sanksi administratif sesuai
dengan pasal 77 ayat 6 UU
No 5/2014 tentang ASN,
sementara pelanggaran
pakta integritas diberikan
sanksi sesuai dengan PP
53/2010
3. Penetapan Pelaku 3. Diberhentikan sebagai
PBJ pelaku PBJ
4. Pengumuman 4. Diberhentikan sebagai
Pelaku PBJ pelaku PBJ
kepada
Masyarakat
Lampiran : 14 / 2 - 6
LEMBAR KERJA IDENTIFIKASI KEGIATAN

A. Data Kegiatan
1. Judul : Prosedur Pengembangan SDM PBJ
2. Jenis Kegiatan : Rutin
3. Penanggung : Pmpinan OPD
Jawab
a. Produk : Terbentuknya SDM PBJ yang kompeten
b. Kegiatan : Kepala Sub Bagian XXX
4. Ruang Lingkup : Pemerintah Daerah XXX
B. Identifikasi Kegiatan
1. Judul Kegiatan : Prosedur Pengembangan SDM PBJ
2. Langkah Awal : Perencanaan
3. Langkah : Seleksi, Orientasi, Pengembangan SDM, Pelaksanaan Tugas, dan Penilaian
Utama Kinerja
4. Langkah Akhir : Sanksi dan Penghargaan
C. Identifikasi Langkah
1. Langkah Awal : 1. PA/KPA melakukan analisis posisi dan jumlah pelaku PBJ yang harus terpenuhi
(Perencanaan) 2. Masing masing pimpinan OPD mengajukan kandidat untuk mengisi posisi pelaku
PBJ yang harus dipenuhi
3. PA/KPA menentukan kandidat pengisi posisi pelaku PBJ dari usulan pimpinan
OPD
2. Langkah Utama : Seleksi
1. PA/KPA mengedarkan formulir seleksi melalui pimpinan OPD kepada kandidat
pelaku PBJ. Formulir seleksi berisi data umum, riwayat kepegawaian, dan kuesioner
integritas pribadi. Data umum memuat keterangan nama, NIP, riwayat unit, strata
pendidikan, jumlah tahun pengalaman terlibat sebagai pelaku PBJ disertai
keterangan posisi keterlibatan dalam PBJ. Untuk dapat ditunjuk sebagai pelaku PBJ,
pegawai harus memenuhi persyaratan integritas dan kedisiplinan, dan juga harus
memenuhi persyaratan lain sebagaimana diatur dalam Perka LKPP Nomor 15 Tahun
2018 tentang Pelaku Pengadaan Barang/Jasa.
2. Sesuai dengan penilaian formulir seleksi, PA/KPA menetapkan pelaku PBJ melalui
SK pelaku PBJ
3. PA/KPA melalui pimpinan OPD mengumumkan SK kepada masyarakat melalui
media massa
Orientasi
1. Pelaku PBJ yang sudah di SK kan menandatangani pakta integritas yang disiapkan
dan disaksikan oleh PA/KPA
2. PA/KPA menjelaskan uraian tugas tiap pelaku PBJ sesuai dengan posisinya
Pengembangan SDM
Untuk melaksanakan tugas sesuai dengan posisinya, PA/KPA memberikan diklat.
Pelaku PBJ dapat mengajukan diklat untuk mendapatkan kompetensi PBJ kepada
PA/KPA. Materi Diklat meliputi perencanaan PBJ, pemilihan penyedia barang dan jasa,
manajemen kontrak, manajemen informasi aset, dan kompetensi umum
Pelaksanaan Tugas
1. Pelaku PBJ melaksanakan tugasnya sesuai dengan posisinya masing masing
menurut ketentuan Perpres 16 Tahun 2018
2. Dalam melaksanakan tugasnya, pelaku PBJ diawasi dan dibina oleh atasan langsung
dan APIP
Lampiran : 14 / 3 - 6
Penilaian Kinerja
1. Untuk menilai kinerja pelaksanaan tugas pelaku PBJ, PA/KPA melalui pimpinan
OPD mengedarkan kuesioner 360 derajat kinerja kepada atasan, bawahan, dan rekan
sejawat pelaku PBJ.
2. Sebagai tambahan PA/KPA juga memanfaatkan aduan masyarakat untuk menilai
kinerja pelaku PBJ
3. Sanksi dan : 1. PA/KPA menilai kinerja pelaku PBJ sesuai dengan hasil tabulasi kuesioner 360
penghargaan derajat dan pengaduan masyarakat.
2. Kinerja pelaku PBJ yang baik diberi reward berupa catatan yang baik untuk kenaikan
pangkat, promosi, prioritas untuk diklat PBJ, dan penghargaan lainnya sesuai
ketentuan.
3. Sesuai dengan Perpres 16/2018 pelanggaran/kelalaian dikategorikan menjadi dua
yaitu lalai melakukan kewajiban dan melanggar pakta integritas. Untuk lalai dalam
melaksanakan kewajiban dikenakan sanksi administratif sesuai dengan pasal 77 ayat
6 UU No 5/2014 tentang ASN, sementara pelanggaran pakta integritas diberikan
sanksi sesuai dengan PP 53/2010 dan dikategorikan sebagai hukuman ringan,
sedang, dan berat.
4. Atas kinerja yang buruk, PA/KPA memberhentikan pelaku PBJ dari posisinya
Lampiran : 14 / 4 - 6
FLOWCHART SOP PENGEMBANGAN SDM PEGAWAI

NO URAIAN PELAKSANA KELENGKAPAN


PA/KPA PIMPINAN KANDIDAT PELAKU PBJ ATASAN APIP
OPD LANGSUNG
A. PERENCANAAN
1 PA/KPA melakukan analisis posisi dan Hasil Analisis Posisi dan Jumlah
jumlah pelaku PBJ yang harus Anlisis Pelaku PBJ yang harus terpenuhi
terpenuhi
posisi

2 Masing masing pimpinan OPD Pengajuan Dokumen Pengajuan Kandidat


mengajukan kandidat untuk mengisi Kandidat
posisi pelaku PBJ yang harus dipenuhi

3 PA/KPA menentukan kandidat pengisi Dokumen Penetapan Kandidat


posisi pelaku PBJ dari usulan pimpinan Penetapan
OPD Kandidat

B. SELEKSI
1 PA/KPA mengedarkan formulir seleksi Formulir Seleksi
sesuai Lampiran 15 melalui pimpinan
OPD kepada kandidat pelaku PBJ.
Formulir seleksi berisi data umum, Formulir Formulir Formulir
riwayat kepegawaian, dan kuesioner Seleksi Seleksi Seleksi
integritas pribadi. Data umum memuat
keterangan nama, NIP, riwayat unit,
strata pendidikan, jumlah tahun
pengalaman terlibat sebagai pelaku
PBJ disertai keterangan posisi
keterlibatan dalam PBJ sebagai apa
2 Sesuai dengan penilaian formulir SK Penetapan
SK Penetapan
seleksi, PA/KPA menetapkan pelaku
Pelaku PBJ
PBJ melalui SK sebagai pelaku PBJ

3 PA/KPA melalui pimpinan OPD Pengumuman ke Media


mengumumkan SK kepada masyarakat Pengumum- Massa/papan pengumuman
an
melalui media massa/papan
pengumuman
Lampiran : 14 / 5 - 6
NO URAIAN PELAKSANA KELENGKAPAN
PA/KPA PIMPINAN KANDIDAT PELAKU PBJ ATASAN APIP
OPD LANGSUNG
C. ORIENTASI
1 Pelaku PBJ yang sudah di SK kan Pakta SK Penetapan
menandatangani pakta integritas Integritas Perkada Kode Etik
(Lampiran 16) yang disiapkan dan Pakta Integritas
disaksikan oleh PA/KPA
2 PA/KPA menberikan SK dan uraian SK dan Uraian Tugas
tugas tiap pelaku PBJ sesuai dengan SK dan SK dan
posisinya menurut ketentuan Uraian Uraian
Tugas Tugas

D. PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA


1 Untuk melaksanakan tugas sesuai Pengajuan Diklat/Pemberian Diklat
dengan posisinya, PA/KPA Penetapan Peserta Diklat
memberikan Diklat kepada Pelaku PBJ. Menetap-
pelaku PBJ dapat mengajukan diklat kan Pelaksana
untuk mendapatkan kompetensi PBJ peserta
Diklat
an DIklat
kepada PA/KPA. Materi Diklat meliputi
perencanaan PBJ, pemilihan penyedia
barang dan jasa, manajemen kontrak,
manajemen informasi aset, dan
kompetensi umum
E. PELAKSANAAN TUGAS
1 Pelaku PBJ melaksanakan tugasnya Dokumen pelaksanaan tugas
sesuai dengan posisinya masing Pelaksan
masing menurut ketentuan Perpres 16 aan
Tahun 2018 tugas

2 Dalam melaksanakan tugasnya, pelaku Laporan Pembinaan dan


PBJ diawasi dan dibina oleh atasan Pengawa- Pengawasan
langsung dan APIP san dan Pengawa- Pengawa-
Pembinaa san dan san dan
n Pembinaa Pembinaa
n n

Laporan Laporan Laporan


Pembinaan Pembinaan Pengawasan
Lampiran : 14 / 6 - 6
NO URAIAN PELAKSANA KELENGKAPAN
PA/KPA PIMPINAN KANDIDAT PELAKU PBJ ATASAN APIP
OPD LANGSUNG
F. PENILAIAN KINERJA
1 Untuk menilai kinerja pelaksanaan Kuesioner Penilaian Kinerja 360
tugas pelaku PBJ, PA/KPA melalui Derajat
pimpinan OPD mengedarkan kuesioner Penilaian Penilaian
360 derajad 360 derajad
360 derajat kinerja (Lampiran 17)
kepada atasan, bawahan, dan rekan
sejawat pelaku PBJ.
2 Sebagai tambahan PA/KPA juga Pengaduan Masyarakat
memanfaatkan aduan masyarakat Pengaduan
Penilaian Masyarakat
untuk menilai kinerja pelaku PBJ Kinerja

3 PA/KPA menilai kinerja pelaku PBJ Tabulasi Kuesioner Penilaian


sesuai dengan hasil tabulasi kuesioner Kinerja Kinerja
360 derajat dan pengaduan Baik? Aduan Masyarakat
masyarakat. Hasil Penilaian Kinerja

4 Kinerja pelaku PBJ yang baik diberi Ya Catatan baik


reward berupa catatan yang baik untuk
Reward
kenaikan pangkat, promosi, prioritas
untuk diklat PBJ, dan honor sesuai reward
dengan kemampuan K/L/D (Pasal 13
Perka LKPP No 14/2018 tentang
UKPBJ)
5 Sesuai dengan Perpres 16/2018 Sanksi
kelalian/pelanggaran dikategorikan Tidak
menjadi dua yaitu lalai melakukan
kewajiban dan melanggar pakta Sanksi
Sanksi
integritas. Untuk lalai dalam
melaksanakan kewajiban dikenakan
sanksi administratif sesuai dengan
pasal 77 ayat 6 UU No 5/2014 tentang
ASN, sementara pelanggaran pakta
integritas diberikan sanksi sesuai
dengan PP 53/2010 dan dikategorikan
sebagai hukuman ringan, sedang, dan
berat.
6 Atas kinerja yang buruk dan SK Pemberhentian
pelanggaran kode etik dengan kategori SK
Kinerja Pemberhen
berat, PA/KPA memberhentikan pelaku buruk tian
PBJ dari posisinya
Lampiran : 15a / 1 - 2

Form Penilaian Integritas

CONTOH FORMULIR SELEKSI PELAKU PBJ


PENILAIAN INTEGRITAS DAN DISIPLIN
PERAN: KPA/PPK/PEJABAT PENGADAAN/POKJA PEMILIHAN/PjPHP/PPHP*)

Form ini diisi oleh pegawai/pejabat sebagai kandidat pelaku PBJ

A. Data Pegawai

1. Nama :
2. NIP :
3. Unit :
4.. Pendidikan :
5. Jumlah tahun pengalaman terlibat :
dalam PBJ
6. Sebagai :

B. Riwayat Kepegawaian
1. Riwayat Aduan Masyarakat (3 tahun terakhir)

No Uraian Aduan Masyarakat Tahun


1.
2.
3.

2. Riwayat Tuntutan Hukum (3 tahun terakhir)

No Uraian Riwayat Tuntutan Hukum Tahun


1.
2.
3.

3. Riwayat Hukuman Disiplin (3 tahun terakhir)

No Uraian Riwayat Hukuman Disiplin Tahun


1.
2.
3.

4. Riwayat Penghargaan yang Diterima

No Uraian Penghargaan yang Diterima Tahun


1. `
2.
3.

5. Riwayat Nilai DP3

No Nilai DP3 Tahun


1.
2.
3.
Lampiran : 15a / 2 - 2

C. Kuesioner Integritas Pribadi


No Pernyataan Tanggapan
1 2 3 4
1 Kebenaran tetap perlu disampaikan meskipun keuntungan besar bisa hilang karena
kita bersifat jujur
2 Tidak peduli seberapa besar uang yang didapatkan, kepuasan tidak akan tercapai
dalam hidup tanpa prinsip dan karakter yang kuat
3 Pada masa kini harus bersikap praktis, beradaptasi pada kesempatan, dan harus selalu
melakukan apa yang benar
4 Bersikap kaku dan menolak untuk berkompromi adalah bagus ketika melakukan
sesuatu yang benar
5 Berkata jujur adalah hal yang penting bukan karena adanya sanksi tetapi karena
masalah prinsip
6 Ujian terhadap karakter adalah kemauan untuk memegang teguh kebenaran apapun
harga yang harus dibayar
7 Kebenaran apapun yang harus dipegang teguh
8 Penting untuk merasa bahwa saya tidak berkompromi terhadap kebenaran
9 Jika seseorang percaya bahwa sesuatu adalah benar, maka orang itu harus memegang
teguh kepercayannya walaupun kehilangan teman atau melewatkan kesempatan yang
menguntungkan
10 Apapun situasinya dan berapapun keuntungan yang bisa didapat, berkompromi
terhadap kebenaran adalah tindakan yang salah
11 Kebenaran harus ditegakkan apapun kondisinya tanpa pengecualian
12 Berbohong tetap tidak dapat dibenarkan walapun dengan alasan untuk mencapai
tujuan yang penting
13 Integritas lebih penting daripada keuntungan finansial
14 Memenuhi kewajiban seseorang sangat penting walaupun tidak ada yang tahu ketika
kewajiban itu terpenuhi
15 Meskipun dilakukan untuk alasan yang benar, berbohong dan bersikap curang tetap
merupakan sebuah masalah
16 Berbohong dan bersikap curang adalah salah apapun konsekuensi dan justifikasinya
17 Walaupun ada keuntungan yang bisa didapat, kebenaran tidak dapat dikompromikan
18 Kebohongan tidak dapat dibenarkan dan dibela apapun situasinya

*Kuesioner Integritas Pribadi dikembangkan dari Schlenker, B. R. (2008). “Integrity and character: Implications of
principled and expedient ethical ideologies.” Journal of Social and Clinical Psychology, Vol. 27 No. 10: 1078- 1125

Penjelasan skala:
1. Sangat Tidak Setuju
2. Tidak Setuju
3. Setuju
4. Sangat Setuju

................................, ...... - .... – 20...


Dibuat oleh
Calon Kandidat

...................................
NIP. ...........................
Lampiran : 15b / 1-1

Form Rekap Penilaian Integritas


CONTOH
FORM REKAP PEMENUHAN PERSYARATAN INTEGRITAS DAN DISIPLIN

Form ini diisi oleh PA/KPA (untuk PPK, Pejabat Pengadaan, PjPHP, PPHP)) atau pimpinan UKPBJ (untuk
Pokja PBJ)

Nama Pemda : .....................................................................................


Nama OPD : .....................................................................................
Nama Paket Pekerjaan : .......................................................................................
Tahun : ......................
Nama kandidat :.................................................................................
Peran yang diusulan : ................................................................................

No Uraian Persyaratan Pemenuhan Persyaratan


1 Tidak pernah menerima aduan dan terbukti bersalah dalam 3 □ ya, tidak □ pernah
tahun terakhir *) pernah
2 Tidak pernah dihukum pidana/perdata dalam 3 tahun □ ya, tidak □ pernah
terakhir *) pernah
3 Tidak pernah mendapat hukuman sedang dan berat dalam 3 □ ya, tidak □ pernah
tahun terakhir *) pernah
4 Nilai DP3 baik atau baik sekali dalam 3 tahun terakhir *) □ ya □ tidak
5 Rata-rata skor penilaian integritas pribadi 3,00 sd 4,00 *) □ ya □ tidak
6 Rata-rata skor penilaian 360o 3,00 sd 4,00 **) □ ya □ tidak
7 Pernah mendapat penghargaan terkait kinerja *) □ ya, □ tidak
pernah pernah

Simpulan pemenuhan persyaratan integritas dan disiplin: memenuhi / tidak memenuhi


Catatan : ....................................................................................................................

................................, ...... - .... – 20...


Dibuat oleh
PA/KPA atau Pimpinan UKPBJ

...................................
NIP. ...........................

Keterangan:
a. *) Diisi
berdasarkan form Penilaian Integritas yang diisi oleh kandidat dan dibandingkan
dengan data kepegawaian.
b. **)Diisi berdasarkan penilain 360 o sebagaimana disajikan dalam Lampiran 17
c. Kandidat dianggap memenuhi persyaratan integritas dan disiplin jika jawaban 1 sd 6 adalah
“ya”
Lampiran : 15c / 1-1

CONTOH
FORM PERSYARATAN PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN
Nama Pemda : .....................................................................................
Nama OPD : .....................................................................................
Nama Paket Pekerjaan : .......................................................................................
Tahun : ......................
Nama kandidat :.................................................................................

No Uraian Persyaratan Pemenuhan Persyaratan


1 Memiliki Integritas dan disiplin *) □ ya □ tidak
2 Menandatangani Pakta Integritas □ ya □ tidak
3 Memiliki Sertifikat Kompetensi sesuai dengan bidang tugas □ ya □ tidak
PPK
Atau Jika tidak memiliki Sertifikat Kompetensi sesuai dengan □ ya □ tidak
bidang tugas PPK , maka memiliki sertifikat keahlian tingkat
dasar
4 Pendidikan paling rendah S1 atau setara □ ya □ tidak
Atau jika tidak memiliki pendidikan paling rendah S1, maka □ ya □ tidak
memiliki golongan III/a atau setara
5 Memiliki kemampuan manajerial Level 3 □ ya □ tidak
6 Memiliki latar belakang keilmuan dan pengalaman sesuai □ ya □ tidak
dengan tuntutan teknis pekerjaan (syarat tambahan)
7 Tidak merangkap sebagai Pejabat Penandatangan Surat □ tidak □ merangkap
Perintah Membayar (PPSPM) atau bendahara merangkap
8 Tidak merangkap sebagai pejabat Pengadaan atau Pokja □ tidak □ merangkap
Pemilihan untuk Paket PBJ yang sama merangkap
9 Tidak merangkap sebagai PjPHP/PPHP untuk paket PBJ yang □ tidak □ merangkap
sama merangkap
Simpulan : Memenuhi/Tidak memenuhi
Catatan : ...............................................
................................, ...... - .... – 20...
Dibuat oleh
PA/KPA

...................................
NIP. ...........................

Keterangan:
*) Simpulan pemenuhan persyaratan integritas dan disiplin dibuat berdasarkan form “Rekap
Penilaian Integritas”
Lampiran : 15d / 1-1

CONTOH
FORM PERSYARATAN PEJABAT PENGADAAN
Nama Pemda : .....................................................................................
Nama OPD : .....................................................................................
Nama Paket Pekerjaan : .......................................................................................
Tahun : ......................
Nama kandidat :.................................................................................

No Uraian Persyaratan Pemenuhan Persyaratan


1 Memiliki Integritas dan disiplin *) □ ya □ tidak
2 Menandatangani Pakta Integritas □ ya □ tidak
3 Pengelola PBJ/ASN/Tni/Polri/personil lainnya yang □ ya □ tidak
memiliki Sertifikasi Kompetensi okupasi Pejabat Pengadaan
4 Tidak merangkap sebagai Pejabat Penandatangan Surat □ tidak □ merangkap
Perintah Membayar (PPSPM) atau bendahara merangkap
5 Tidak merangkap sebagai PjPHP untuk paket PBJ yang sama □ tidak □ merangkap
merangkap

Simpulan : Memenuhi/Tidak memenuhi


Catatan : ...............................................
................................, ...... - .... – 20...
Dibuat oleh
PA/KPA

...................................
NIP. ...........................
Keterangan:
*) Simpulan pemenuhan persyaratan integritas dan disiplin dibuat berdasarkan form “Rekap
Penilaian Integritas”
Lampiran : 15e / 1-1

CONTOH
FORM PERSYARATAN KELOMPOK KERJA PEMILIHAN
Nama Pemda : .....................................................................................
Nama OPD : .....................................................................................
Nama Paket Pekerjaan : .......................................................................................
Tahun : ......................
Nama kandidat :.................................................................................

No Uraian Persyaratan Pemenuhan Persyaratan


1 Memiliki Integritas dan disiplin *) □ ya □ tidak
2 Menandatangani Pakta Integritas □ ya □ tidak
3 Pengelola PBJ/ASN/Tni/Polri/personil lainnya yang □ ya □ tidak
memiliki Sertifikasi Kompetensi okupasi Pokja Pemilihan
4 Dapat bekerja sama dalam tim □ ya □ tidak
5 Tidak merangkap sebagai Pejabat Penandatangan Surat □ tidak □ merangkap
Perintah Membayar (PPSPM) atau bendahara merangkap
6 Tidak merangkap sebagai PPHP untuk paket PBJ yang □ tidak □ merangkap
sama merangkap

Simpulan : Memenuhi/Tidak memenuhi


Catatan : ...............................................
................................, ...... - .... – 20...
Dibuat oleh
Pimpinan UKPBJ

...................................
NIP. ...........................
Keterangan:
*) Simpulan pemenuhan persyaratan integritas dan disiplin dibuat berdasarkan form “Rekap
Penilaian Integritas”
Lampiran : 15f / 1-1

CONTOH
FORM PERSYARATAN PEJABAT/PANITIA PEMERIKSA HASIL PEKERJAAN
(PjPHP/PPHP)
Nama Pemda : .....................................................................................
Nama OPD : .....................................................................................
Nama Paket Pekerjaan : .......................................................................................
Tahun : ......................
Nama kandidat :.................................................................................

No Uraian Persyaratan Pemenuhan Persyaratan


1 Memiliki Integritas dan disiplin *) □ ya □ tidak
2 Menandatangani Pakta Integritas □ ya □ tidak
3 Memiliki pengalaman di bidang PBJ □ ya □ tidak
4 Memahami administrasi proses PBJ □ ya □ tidak
5 Tidak merangkap sebagai Pejabat Penandatangan Surat □ tidak □ merangkap
Perintah Membayar (PPSPM) atau bendahara merangkap
PjPHP / PPHP dapat ditetapkan dari Pengelola PBJ

Simpulan : Memenuhi/Tidak memenuhi


Catatan : ...............................................
................................, ...... - .... – 20...
Dibuat oleh
PA/KPA

...................................
NIP. ...........................

Keterangan:
*) Simpulan pemenuhan persyaratan integritas dan disiplin dibuat berdasarkan form “Rekap
Penilaian Integritas”
Lampiran : 16 / 1 - 1

CONTOH

PAKTA INTEGRITAS
UNIT KERJA PENGADAAN BARANG/JASA
PEMERINTAH DAERAH ...................

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : ...................
NIP : ...................
Jabatan : ...................

Pada hari ................... bulan ................... tahun ..................., saya selaku ..................., menyatakan janji
dan kesanggupan untuk melaksanakan kode etik sebagai berikut:

a. melaksanakan tugas secara tertib, disertai rasa tanggung jawab untuk mencapai sasaran,
kelancaran dan ketepatan tercapainya tujuan pengadaan barang/jasa;
b. bekerja secara profesional dan mandiri, serta menjaga kerahasiaan Dokumen Pengadaan yang
menurut sifatnya harus dirahasiakan untuk mencegah terjadinya penyimpangan dalam
pengadaan barang/jasa;
c. tidak saling mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung yang berakibat terjadinya
persaingan tidak sehat;
d. menerima dan bertanggung jawab atas segala keputusan yang ditetapkan sesuai dengan
kesepakatan tertulis para pihak;
e. menghindari dan mencegah terjadinya pertentangan kepentingan para pihak yang terkait, baik
secara langsUng maupun tidak langsung dalam proses pengadaan barang/jasa;
f. menghindari dan mencegah terjadinya pemborosan dan kebocoran keuangan Negara dalam
pengadaan barang/jasa;
g. menghindari dan mencegah penyalahgunaan wewenang dan/atau kolusi dengan tujuan untuk
kepentingan pribadi, golongan atau pihak lain yang secara langsung atau tidak langsung
merugikan Negara; dan
h. tidak menerima, tidak menawarkan atau tidak menjanjikan untuk memberi atau menerima
hadiah, imbalan, rabat dan berupa apa saja dari atau kepada siapapun yang diketahui atau patut
diduga berkaitan dengan pengadaan barang/jasa.

Menyaksikan
Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran Yang Menyatakan

(Nama) (Nama)
(NIP) (NIP)

*Keterangan: contoh format pakta integritas diambil dari contoh pakta integritas di kab/kota ,
sedangkan isi kode etik diambil dari Pasal 7 Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
Lampiran: 17 /1 - 2

CONTOH
KUESIONER PENILAIAN KINERJA 360 DERAJAT

A. PIHAK YANG DINILAI

1. Nama : ................................................
2. NIP : ................................................
3. Jabatan : ................................................

B. PIHAK YANG MENILAI


1. Nama : ................................................
2. NIP : ................................................
3. Jabatan : ................................................
4. Hubungan : Teman Sejawat/ Bawahan / Atasan Langsung
kerja

C. TANGGAL PENILAIAN: ...................


D. PENILAIAN KINERJA
1. Pemenuhan Terhadap Kode Etik (Integritas)
Tanggapan
No Pernyataan
1 2 3 4
1 Pelaku PBJ telah melaksanakan tugas secara tertib, disertai rasa tanggung jawab untuk mencapai
sasaran, kelancaran, dan ketepatan tujuan Pengadaan Barang/Jasa;
2 Pelaku PBJ telah bekerja secara profesional, mandiri, dan menjaga kerahasiaan informasi yang
menurut sifatnya harus dirahasiakan untuk mencegah penyimpangan Pengadaan Barang/Jasa;
3 Pelaku PBJ tidak saling mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung yang berakibat
persaingan usaha tidak sehat;
4 Pelaku PBJ telah menerima dan bertanggung jawab atas segala keputusan yang ditetapkan sesuai
dengan kesepakatan tertulis pihak yang terkait;
5 Pelaku PBJ telah menghindari dan mencegah terjadinya pertentangan kepentingan pihak yang
terkait, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang berakibat persaingan usaha tidak sehat
dalam Pengadaan Barang/Jasa;
6 Pelaku PBJ telah menghindari dan mencegah pemborosan dan kebocoran keuangan negara;
7 Pelaku PBJ telah menghindari dan mencegah penyalahgunaan wewenang dan/atau kolusi; dan
8 Pelaku PBJ tidak menerima, tidak menawarkan, atau tidak menjanjikan untuk memberi atau
menerima hadiah, imbalan, komisi, rabat, dan apa saja dari atau kepada siapapun yang diketahui
atau patut diduga berkaitan dengan Pengadaan Barang/Jasa.
2. Kinerja Pelaku PBJ
Tanggapan
No Pernyataan
1 2 3 4
1 KPA
a melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja secara tepat
b mengadakan perjanjian dengan pihak lain dalam batas anggaran belanja yang telah ditetapkan;
c menetapkan perencanaan pengadaan dengan tepat;
d menetapkan dan mengumumkan RUP secara tepat;
e melaksanakan Konsolidasi Pengadaan Barang/Jasa secara tepat;
f menetapkan Penunjukan Langsung untuk Tender/ Seleksi ulang gagal dengan tepat;
g menyatakan Tender gagal/Seleksi gagal dengan tepat
h menetapkan pemenang pemilihan/Penyedia untuk metode pemilihan dengan tepat

2 PPK
a menyusun perencanaan pengadaan dengan tepat
b menetapkan spesifikasi teknis/Kerangka Acuan Kerja (KAK) dengan tepat
c menetapkan rancangan kontrak; menetapkan HPS; dengan tepat
d menetapkan besaran uang muka yang akan dibayarkan kepada Penyedia dengan tepat
e mengusulkan perubahan jadwal kegiatan dengan tepat
f menetapkan tim pendukung dengan tepat
g menetapkan tim atau tenaga ahli dengan tepat
h melaksanakan E-purchasing sesuai ketentuan
i menetapkan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa dengan tepat
Lampiran: 17 /2 - 2

Tanggapan
No Pernyataan
1 2 3 4
j mengendalikan Kontrak dengan tepat
k melaporkan pelaksanaan dan penyelesaian kegiatan kepada PA/ KPA dengan tepat
l menyerahkan hasil pekerjaan pelaksanaan kegiatan kepada PA/ KPA dengan berita acara
penyerahan dengan tepat
m menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen pelaksanaan kegiatan dengan tepat
n menilai kinerja Penyedia dengan tepat

3 Pejabat Pengadaan
a melaksanakan persiapan dan pelaksanaan Pengadaan Langsung dengan tepat
b melaksanakan persiapan dan pelaksanaan Penunjukan Langsung sesuai ketentuan
c melaksanakan persiapan dan pelaksanaan Penunjukan Langsung untuk pengadaan Jasa
Konsultansi sesuai ketentuan
d melaksanakan E-purchasing sesuai ketentuan

4 Pokja Pemilihan
a melaksanakan persiapan dan pelaksanaan pemilihan Penyedia dengan tepat
b melaksanakan persiapan dan pelaksanaan pemilihan Penyedia untuk katalog elektronik dengan tepat
c menetapkan pemenang pemilihan/Penyedia untuk metode pemilihan dengan tepat

5 PjPHP
a memeriksa administrasi hasil pekerjaan pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya dan
Jasa Konsultansi yang menjadi tanggung jawabnya secara tepat

6 PPHP
a memeriksa administrasi hasil pekerjaan pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya dan
Jasa Konsultansi yang menjadi tanggung jawabnya secara tepat
Keterangan:
1) Kuesioner Pemenuhan Kode Etik dikembangkan dari Pasal 7 Perpres 16/2018
2) Kuesioner Kinerja Pelaku PBJ dikembangkan dari tugas dan tanggung jawab tiap tiap pelaku PBJ dalam Perpres
16/2018
3) Kuesioner penilaian kinerja 360 o diisi oleh teman sejawat, bawahan, dan atasan langsung terhadap kinerja pelaku PBJ
4) Pegawai dianggap berkinerja baik jika rata-rata penilaian memiliki skor 3-4
Lampiran : 18 / 1 - 8

Piagam Audit Intern dapat disusun dengan Peraturan Kepala Daerah, Keputusan Inspektorat, atau peraturan
lainnya sesuai kebutuhan Pemerintah Daerah. Berikut ini contoh isi/substansi dari Piagam Audit Intern yang
didalamnya memuat kebijakan tentang audit PBJ oleh Inspektorat Daerah.

CONTOH PERATURAN KEPALA DAERAH


TENTANG KEBIJAKAN AUDIT PBJ OLEH INSPEKTORAT DAERAH

1. Audit intern adalah kegiatan yang independen dan obyektif dalam bentuk pemberian keyakinan
(assurance activities) dan konsultansi (consulting activities), yang dirancang untuk memberi nilai
tambah dan meningkatkan operasional sebuah organisasi (auditi). Kegiatan ini membantu
organisasi (auditi) mencapai tujuannya dengan cara menggunakan pendekatan yang sistematis
dan teratur untuk menilai dan meningkatkan efektivitas dari proses manajemen risiko, kontrol
(pengendalian), dan tata kelola.
2. Inspektorat Provinsi/Kabupaten/Kota ................... adalah Aparat Pengawasan Intern Pemerintah
(APIP) yang dibentuk dengan tugas melaksanakan audit intern di lingkungan Pemerintah
Provinsi/Kabupaten/Kota ....................
3. Inspektorat Provinsi/Kabupaten/Kota ................. memiliki kewenangan untuk mengakses
seluruh informasi, sistem informasi, catatan, dokumentasi, aset, dan personil pada
instansi/unit kerja/satuan kerja di lingkungan Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota
.................... yang diperlukan sehubungan dengan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi audit
intern serta kewenangan lain sebagaimana tercantum dalam lampiran piagam ini;
4. PP Nomor 60 Tahun 2008, antara lain menyatakan bahwa Pimpinan Instansi Pemerintah wajib
menciptakan dan memelihara Lingkungan Pengendalian yang baik melalui :
a) Penegakan integritas dan nilai etika;
b) Komitmen terhadap kompetensi;
c) Kepemimpinan yang kondusif;
d) Pembentukan struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan;
e) Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat;
f) Penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat tentang pembinaan sumber daya manusia;
g) Mewujudkan peran APIP yang efektif;
h) Hubungan kerja yang baik dengan Instansi Pemerintah terkait.
Piagam Audit Intern mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan. Piagam Audit Intern ini dapat direviu
dan dimutakhirkan secara berkala untuk dilihat kesesuaiannya dan apabila diperlukan maka
akan dilakukan perubahan dan/atau penyempurnaan guna menjamin keselarasan dengan praktik-
praktik terbaik di bidang audit intern, perubahan lingkungan organisasi, dan perkembangan
praktik-praktik penyelenggaraan tugas dan fungsi pemerintah. Piagam Audit Intern ini dapat
dijadikan dasar bagi Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota ............... untuk mengevaluasi kegiatan
Inspektorat Provinsi/Kabupaten/Kota .....................
................, ....................... 20..
Disahkan oleh Inspektur Prov/Kab/Kota ......
Gubernur/Bupati/Walikota ....
..................................
........................................ NIP. ..........................
Lampiran : 18 / 2 - 8

Lampiran Piagam Audit Intern

PENJELASAN / SUPLEMEN PIAGAM AUDIT INTERN APIP


1. PENDAHULUAN
a) Piagam Audit Intern (Internal Audit Charter) merupakan dokumen formal yang
menyatakan tujuan, wewenang, dan tanggung jawab kegiatan pengawasan intern
oleh Aparat Pengawasan Intern Pemerintah;
b) Piagam Audit Intern merupakan penegasan komitmen dari para pemangku
kepentingan (stakeholders) terhadap arti pentingnya fungsi audit intern atas
penyelenggaraan pemerintahan di lingkungan Pemerintah Provinsi/
Kabupaten/Kota ....................;
c) Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) adalah instansi pemerintah yang
dibentuk dengan tugas melaksanakan pengawasan intern di lingkungan
pemerintah pusat dan/atau pemerintah daerah, yang terdiri dari Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Inspektorat Jenderal
Kementerian, Inspektorat/unit pengawasan intern pada Kementerian Negara,
Inspektorat Utama/Inspektorat Lembaga Pemerintah, Inspektorat/unit
pengawasan intern pada Kesekretariatan Lembaga Tinggi Negara dan Lembaga
Negara, Inspektorat Provinsi/Kabupaten/Kota, dan unit pengawasan intern pada
Badan Hukum Pemerintah lainnya sesuai dengan peraturan perundang-
undangan

2. KEDUDUKAN DAN PERAN INSPEKTORAT PROVINSI/KABUPATEN/KOTA ........


a) Inspektorat Provinsi/Kabupaten/Kota .................... merupakan unit kerja yang
dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya berada dan bertanggung jawab
langsung kepada Kepala Daerah.
b) Struktur dan kedudukan Unit APIP adalah sebagai berikut :
1) Struktur organisasi APIP harus dibentuk sesuai kebutuhan untuk
melaksanakan beban kerja.
2) Unit APIP dipimpin oleh seorang Inspektur sebagai Kepala Unit APIP.
3) Kepala Unit APIP diangkat dan diberhentikan oleh pejabat pembina
kepegawaian sesuai dengan peraturan perundang-undangan tentang
pengangkatan dan pemberhentian PNS.
4) Kepala Unit APIP bertanggung jawab kepada Bupati ..................
5) Auditor yang duduk dalam Unit APIP bertanggung jawab secara langsung
kepada kepala Unit APIP.

3. VISI DAN MISI INSPEKTORAT PROVINSI/KABUPATEN/KOTA ....................


a) Visi Inspektorat Provinsi/Kabupaten/Kota ................. adalah ”.......................................”.
b) Misi Inspektorat Provinsi/Kabupaten/Kota .................... adalah :
...........................................

4. TUGAS POKOK DAN FUNGSI INSPEKTORAT PROVINSI/KABUPATEN/KOTA ...


Tugas pokok Inspektorat Provinsi/Kabupaten/Kota .................... adalah melakukan
pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan urusan Pemerintah Provinsi
Kabupaten/Kota dibidang pembangunan, pemerintahan dan kemasyarakatan,
pelaksanaan pembinaan atas penyelenggaraan pemerintahan desa dibidang
pembangunan, pemerintahan dan kemasyarakatan dan pelaksanaan urusan
pemerintahan desa, yang paling kurang meliputi :
Lampiran : 18 / 3 - 8

a) Menyusun dan melaksanakan rencana Pengawasan Internal tahunan, termasuk


mengidentifikasi dan memutakhirkan data semua unit kerja yang dapat diawasi (audit
universe) serta data/dokumen yang diperlukan;
b) Melakukan audit ketaatan (compliance) untuk memastikan bahwa semua
prosedur/area yang diaudit telah sesuai dengan peraturan, ketentuan, dan
prosedur yang berlaku;
c) Menguji dan mengevaluasi pelaksanaan pengendalian intern dan sistem
manajemen risiko sesuai dengan kebijakan pemerintah;
d) Melakukan audit kinerja untuk memastikan efisiensi, efektivitas dan kehematan dari
seluruh aspek proses bisnis dan operasi organisasi di bidang keuangan, akuntansi,
operasional, sumber daya manusia, pemasaran, teknologi informasi dan kegiatan
lainnya;
e) Melakukan audit atas ekonomis, efisiensi dan efektivitas (value for money audit),
evaluasi program, evaluasi kebijakan pemerintah;
f) Melakukan audit atas pengadaan barang dan jasa pemerintah daerah.
g) Melakukan pemberian jasa konsultansi tanpa mengambil alih tanggung jawab
manajemen mencakup antara lain pelatihan, reviu pengembangan sistem,
penilaian mandiri atas pengendalian dan kinerja;
h) Memberikan saran perbaikan dan informasi yang obyektif tentang kegiatan yang
diperiksa pada semua tingkat manajemen;
i) Membuat laporan hasil audit intern dan menyampaikan laporan tersebut kepada
pimpinan kementerian/lembaga/pemerintah daerah dan auditi;
j) Memantau, menganalisis dan melaporkan pelaksanaan tindak lanjut perbaikan
yang telah disarankan;
k) Menyusun program untuk mengevaluasi mutu kegiatan Audit intern yang
dilakukannya; dan
l) Melakukan pemeriksaan khusus apabila diperlukan.

Agar Aparat Pengawasan Intern Pemerintah melaksanakan tugas pokoknya dengan efektif,
maka APIP harus menjalankan fungsi:
a) Penyusunan perencanaan dibidang pengawasan;
b) Perumusan kebijakan dan fasilitasi pengawasan ;
c) Penyelenggaraan pengawasan terhadap pelaksanaan urusan pemerintahan daerah
dan pemerintahan desa dan kasus pengaduan ;
d) Pelaksanaan pemeriksaan, pengusutan, pengujian dan penilaian tugas
pengawasan;
e) Pelaksanaan pembinaan, koordinasi dan evaluasi kegiatan pengawasan ;
f) Pelaksanaan kegiatan penatausahaan Inspektorat;
g) Pelaksanaan pemeriksaan atas permintaan instansi lain ;
h) Pengkoordinasian penyelenggaraan pengawasan dalam rangka kepentingan
pemerintah daerah;
i) Pelayanan penunjang penyelenggaraan Pemerintahan bidang pengawasan;
j) Menyelenggarakan pengujian serta penilaian atas laporan setiap unsur
dilingkungan pemerintah daerah serta pemeriksaan pengawasan fungsional atas
dasar petunjuk Kepala Daerah;
k) Melakukan pengusutan kebenaran informasi/laporan atau pengaduan terhadap
penyimpangan atau penyalahgunaan dibidang pemerintahan, sosial budaya dan
ekonomi pembangunan.
Lampiran : 18 / 4 - 8

l) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Daerah sesuai dengan tugas dan
fungsinya.

5. KEWENANGAN INSPEKTORAT PROVINSI/KABUPATEN/KOTA .................


Untuk dapat memenuhi tujuan dan lingkup pengawasan intern secara memadai,
Inspektorat Provinsi/Kabupaten/Kota .................... memiliki kewenangan untuk :
a) Mengakses seluruh informasi, sistem informasi, catatan, dokumentasi, aset, dan
personil yang diperlukan sehubungan dengan pelaksanaan fungsi audit intern,
termasuk dalam audit barang dan jasa;
b) Dalam audit atas suatu kegiatan yang menggunakan sistem informasi, misal SPSE
dalam audit PBJ, Inspektorat dapat meminta untuk diberikan id/username dengan
hak akses sesuai dengan kewenangannya;
c) Melakukan komunikasi secara langsung dengan pejabat pada satuan kerja yang
menjadi obyek audit intern dan pegawai lain yang diperlukan dalam rangka
pelaksanaan audit intern;
d) Memiliki wewenang untuk menyampaikan laporan dan melakukan konsultansi
dengan Bupati ................. dan berkoordinasi dengan pimpinan lainnya;
e) Melakukan koordinasi kegiatannya dengan kegiatan auditor eksternal;
f) Mengalokasikan sumber daya Inspektorat Provinsi/Kabupaten/Kota .................
serta menetapkan frekuensi, objek, dan lingkup audit intern;
g) Menerapkan teknik-teknik yang diperlukan untuk memenuhi tujuan audit intern;
h) Meminta dan memperoleh dukungan dan/atau asistensi yang diperlukan, baik
yang berasal dari internal maupun eksternal Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota
.................... dalam rangka pelaksanaan fungsi audit intern.

6. TANGGUNG JAWAB INSPEKTORAT PROVINSI/KABUPATEN/KOTA ........


Dalam penyelenggaraan fungsi pengawasan intern, Inspektorat Kabupaten/Kota
........................ bertanggung jawab untuk:
a) Secara terus menerus mengembangkan dan meningkatkan profesionalisme auditor,
kualitas proses audit intern, dan kualitas hasil audit intern dengan mengacu
kepada Standar Audit yang berlaku;
b) Menyusun, mengembangkan, dan melaksanakan Program Kerja Audit Intern
Tahunan yang peduli risiko, khususnya dalam hal penentuan skala prioritas dan
sasaran audit intern dengan mempertimbangkan ketersediaan sumber daya
pengawasan, termasuk mengidentifikasi dan memutakhirkan data semua unit
kerja yang dapat diawasi (audit universe) serta data/dokumen yang diperlukan;
c) Menjamin kecukupan dan ketersediaan sumber daya sehingga dapat
menyelenggarakan fungsi audit intern secara optimal;
d) Melakukan pemantauan tindak lanjut hasil audit intern;
e) Menyampaikan laporan hasil audit intern dan laporan berkala aktivitas
pelaksanaan fungsi audit intern kepada Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota ......

7. TUJUAN, SASARAN, DAN LINGKUP PENGAWASAN INSPEKTORAT


PROVINSI/KABUPATEN/KOTA ....................
Lampiran : 18 / 5 - 8

Tujuan penyelenggaraan audit intern oleh Inspektorat Kabupaten/Kota .................


adalah untuk memberikan nilai tambah bagi pencapaian tujuan dan sasaran, yaitu :
a) Meningkatnya ketaatan, kehematan, efisiensi, dan efektivitas pencapaian tujuan dan
sasaran penyelenggaraan tugas dan fungsi Pemerintah Kabupaten/Kota
.....................
b) Meningkatnya efektivitas manajemen risiko dan pengendalian dalam
penyelenggaraan tugas dan fungsi Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota .....................
c) Meningkatnya tata kelola penyelenggaraan tugas dan fungsi Satuan Kerja
Perangkat Daerah yang bersih dan bebas dari praktik-praktik Korupsi, Kolusi, dan
Nepotisme (KKN).

Untuk dapat mencapai tujuan dan fungsi audit intern tersebut di atas, maka lingkup audit
intern Inspektorat Provinsi/Kabupaten/Kota .................... paling kurang meliputi:
a) Audit dengan tujuan tertentu termasuk audit ketaatan untuk memastikan bahwa
penyelenggaraan tugas dan fungsi Pemerintah Kabupaten/Kota........... telah sesuai
ketentuan;
b) Audit atas pengadaan barang dan jasa Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota.................
c) Audit kinerja atas peyelenggaraan tugas dan fungsi Pemerintah Kabupaten/Kota
...................., yang mencakup audit kinerja atas pengelolaan keuangan negara dan
audit kinerja atas pelaksanaan tugas dan fungsi Pemerintah Kabupaten/Kota
....................;
d) Reviu atas penyelenggaraan tugas dan fungsi Pemerintah Kabupaten/Kota
...................., seperti reviu atas Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten/Kota
.................... dan reviu atas Laporan Kinerja Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota
....................;
e) Evaluasi atas penyelenggaraan tugas dan fungsi Pemerintah Kabupaten/Kota
...................., seperti evaluasi atas Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP)
dan evaluasi atas penggunaan Dana Dekonsentrasi/Tugas Perbantuan;
f) Pemantauan dan aktivitas audit intern lainnya yang berupa asistensi, sosialisasi, dan
konsultasi terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi Pemerintah
Provinsi/Kabupaten/Kota .....................

8. KODE ETIK DAN STANDAR AUDIT APIP


Piagam Audit Intern mensyaratkan bahwa auditor dalam melaksanakan
pekerjaannya harus senantiasa mengacu pada Standar Audit Intern Pemerintah
Indonesia dan Kode Etik yang dikeluarkan oleh organisasi profesi (AAIPI).

9. PERSYARATAN AUDITOR YANG DUDUK DALAM UNIT APIP


Persyaratan auditor intern yang duduk dalam Unit APIP paling kurang meliputi :
a) Memenuhi sertifikasi Jabatan Fungsional Auditor dan/atau sertifikasi lain di
bidang pengawasan intern pemerintah serta persyaratan teknis lainnya sesuai
peraturan perundang-undangan;
b) Memiliki integritas dan perilaku yang profesional, independen, jujur, dan obyektif
dalam pelaksanaan tugasnya;
c) Memiliki pengetahuan dan pengalaman mengenai teknis audit dan disiplin ilmu lain
yang relevan dengan bidang tugasnya;
d) Wajib mematuhi Kode Etik dan Standar Audit Intern Pemerintah Indonesia;
Lampiran : 18 / 6 - 8

e) Wajib menjaga kerahasiaan informasi terkait dengan pelaksanaan tugas dan


tanggung jawab audit intern kecuali diwajibkan berdasarkan peraturan
perundang-undangan;
f) Memahami prinsip-prinsip tata kelola organisasi yang baik, pengendalian intern
pemerintah, dan manajemen risiko; serta
g) Bersedia meningkatkan pengetahuan, keahlian, dan kemampuan
profesionalismenya secara terus-menerus.

10. LARANGAN PERANGKAPAN TUGAS DAN JABATAN AUDITOR


a) Auditor tidak boleh terlibat langsung melaksanakan operasional kegiatan yang
diaudit. atau terlibat dalam kegiatan lain yang dapat mengganggu penilaian
independensi dan obyektivitas auditor.
b) Auditor tidak boleh merangkap jabatan sebagai pejabat struktural.

11. HUBUNGAN KERJA DAN KOORDINASI


Untuk mewujudkan efektivitas dan efisiensi pelaksanaan fungsi audit intern,
Inspektorat Provinsi/Kabupaten/Kota .................... perlu menjalin kerjasama dan koordinasi
dengan auditi, APIP lainnya, Aparat Penegak Hukum (APH), dan pihak terkait lainnya
sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta aparat pengawasan ekstern
pemerintah

INSPEKTORAT PROVINSI/KABUPATEN/KOTA .................... DAN SATUAN KERJA


a) Dalam rangka pelaksanaan fungsi audit intern, maka hubungan antara
Inspektorat Provinsi/Kabupaten/Kota .................... dengan auditi adalah hubungan
kemitraan antara auditor dan auditi atau antara konsultan dengan penerima jasa.
b) Dalam setiap penugasan (baik penugasan assurance maupun consulting), auditi harus
memberikan dan menyajikan informasi yang relevan dengan ruang lingkup
penugasan.
c) Auditi harus menindaklanjuti setiap rekomendasi audit intern yang diberikan oleh
Inspektorat Provinsi/Kabupaten/Kota .................... dan melaporkan tindak lanjut
beserta status atas setiap rekomendasi audit intern kepada Inspektorat
Provinsi/Kabupaten/Kota .................... sesuai dengan prosedur yang berlaku.

INSPEKTORAT PROVINSI/KABUPATEN/KOTA ................. DENGAN APIP


LAINNYA, APARAT PENEGAK HUKUM (APH), DAN PIHAK TERKAIT LAINNYA
SESUAI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERLAKU
a) Inspektorat Provinsi/Kabupaten/Kota ................. wajib menggunakan kebijakan
dan peraturan-peraturan di bidang pengawasan yang dikeluarkan oleh instansi yang
berwenang dalam menentukan arah kebijakan dan program audit intern
Inspektorat Provinsi/Kabupaten/Kota .....................
b) Berpartisipasi dalam Rapat Koordinasi Pengawasan (Rakorwas) yang
diselenggarakan oleh instansi yang berwenang guna menyamakan persepsi
mengenai kebijakan pengawasan nasional, sinergi pengawasan nasional, dan
mengurangi tumpang tindih pelaksanaan pengawasan.
c) Koordinasi pelaporan, baik yang bersifat laporan periodik maupun laporan hasil
pengawasan.
Lampiran : 18 / 7 - 8

INSPEKTORAT PROVINSI/KABUPATEN/KOTA ..................... DAN APARAT


PENGAWASAN EKSTERN PEMERINTAH
a) Inspektorat Provinsi/Kabupaten/Kota ............... menjadi mitra pendamping bagi
aparat pengawasan ekstern pemerintah selama pelaksanaan penugasan, baik sebagai
penyedia data/informasi maupun sebagai mitra auditi pada saat pembahasan
simpulan hasil audit.
b) Inspektorat Provinsi/Kabupaten/Kota .................. dapat berkoordinasi dengan
aparat pengawasan ekstern pemerintah untuk mengurangi duplikasi dengan
lingkup penugasan Inspektorat Kementerian/Lembaga/Daerah.
c) Tindak lanjut dan status atas setiap rekomendasi audit yang disampaikan aparat
pengawasan ekstern pemerintah merupakan bahan pengawasan bagi
Inspektorat Provinsi/Kabupaten/Kota .................... terhadap penyelenggaran tugas dan
fungsi instansi pemerintah.
d) Inspektorat Provinsi/Kabupaten/Kota ................. menyampaikan laporan hasil
pengawasan kepada BPK-RI sebagaimana diwajibkan Undang-Undang Nomor 15
Tahun 2004 dan BPKP sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60
Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP).

INSPEKTORAT PROVINSI/KABUPATEN/KOTA ................. DAN BADAN


PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN (BPKP)
a) Inspektorat Provinsi/Kabupaten/Kota ................. menjadi mitra kerja bagi instansi
pembina penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dalam
rangka membangun dan meningkatkan pengendalian intern pemerintah yang meliputi:
1) Penerapan pedoman teknis penyelenggaraan SPIP;
2) Sosialisasi SPIP;
3) Pendidikan dan pelatihan SPIP;
4) Pembimbingan dan konsultansi SPIP; dan
5) Peningkatan kompetensi auditor APIP.
b) Inspektorat Provinsi/Kabupaten/Kota ................. harus menggunakan peraturan-
peraturan di bidang Jabatan Fungsional Auditor yang dikeluarkan oleh
Instansi Pembina Jabatan Fungsional Auditor.

12. PENILAIAN BERKALA


a) Pimpinan APIP secara berkala harus menilai apakah tujuan, wewenang, dan
tanggung jawab yang didefinisikan dalam Piagam ini tetap memadai dalam
kegiatan audit intern sehingga dapat mencapai tujuannya.
b) Hasil penilaian secara berkala harus dikomunikasikan kepada Kepala
Daerah.
Lampiran : 18 / 8 - 8

13. PENUTUP
Piagam Audit Intern ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila
diperlukan maka akan dilakukan perubahan dan/atau penyempurnaan guna
menjamin keselarasan dengan praktik-praktik terbaik di bidang pengawasan,
perubahan lingkungan organisasi, dan perkembangan praktik-praktik
penyelenggaraan tugas dan fungsi pemerintah.

................, ....................... 20..


Mengetahui, Inspektur Prov/Kab/Kota ......
Sekretaris Daerah Prov/Kab/Kota ....

................................................. ..................................
NIP. ......................................... NIP. ..........................
Disahkan oleh
Gubernur/Bupati/Walikota ....

........................................
Lampiran : 19 / 1-3

CONTOH
PROGRAM KERJA
PENYUSUNAN STANDAR HARGA

A. PENDEKATAN DAN METODOLOGI


1. Jenis Data
Pekerjaan ini menggunakan data primer yang digunakan berupa data Standar
Satuan Harga yang ada di Kabupaten/Kota……………………..
2. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan diperoleh dengan metode :
§ Observasi langsung,
§ Wawancara,
§ Dokumentasi.
3. Tahap penyusunan Standar Harga
Untuk dapat menunjang tercapainya keluaran (output) kegiatan Penyusunan
Standar Harga seperti yang diharapkan, maka dalam penyusunan kegiatan ini
perlu dilakukan dalam tahapan dan metodologi pekerjaan antara lain:
1) Pengumpulan dan Kompilasi Data Untuk pengumpulan data, meliputi :
a) Data Primer, yang diperoleh dari survey langsung kelapangan terkait
dengan harga bahan, harga pabrik, upah pekerja sarana serta data-data
yang terkait lainnya.
b) Data Sekunder, yang diperoleh dari instansi terkait ataupun barbagai
lembaga formal maupun non formal;
c) Studi literatur yang mengenai pajak barang, satuan kerja, serta
pengolahan harga barang menjadi harga satuan kerja;
d) Melakukan studi komparatif dengan standar harga satuan wilayah
lainnya.
Jenis-jenis data sekunder yang dibutuhkan antara lain jumlah dan sebaran
obyek survey dan aksesibilitas. Data-data yang juga dibutuhkan
berhubungan dengan tata waktu survey yang akan dilakukan.
Adapun untuk obyek survey yang harus dapat dilakukan dalam
mendukung keluaran (output ) pekerjaan, antara lain :
- Harga Bahan
- Upah Pekerjaan Konstruksi/Konsultansi di Wilayah Pemerintah
Daerah;
- Harga Pabrik/Distributor.
Hal-hal yang berkaitan dalam pelaksanaan survey, antara lain:
- Sampel harga, harga yang diambil merupakan sampel dari beberapa
varian harga dari bahan yang sejenis.
Lampiran : 19 / 2-3

- Klasifikasi bahan, bahan-bahan diklasifikasikan ke dalam beberapa


kelompok sesuai jenis dan kegunaan bahan.
- Analisa statistic, harga yang diambil merupakan modus yaitu harga
yang paling banyak terdapat di pasaran atau median atau harga
tengah.
- Satuan bahan, satuan bahan yang digunakan adalah satuan-satuan
yang lazim digunakan di Indonesia dan sesuai dengan karakteristik
dan jenis bahan.
2) Pengolahan Data.
Dalam pengolahan data, perlu dilakukan analisa data baik dari aspek
kualitatif maupun aspek kuantitatif yang dapat dipakai sebagai bahan
untuk merumuskan masalah-masalah yang berkaitan dengan penyusunan
Standar Harga.
Tahapan dalam pengolahan data meliputi:
a) Analisis harga bahan dan harga satuan yang didapat dari hasil survey.
b) Pengolahan data hasil analisis harga bahan dan harga satuan.
c) Menganalisis lanjutan hasil analisis harga bahan setelah
mempertimbangkan hasil analisis bidang ekonomi, untuk selanjutnya
membuat standar harga.
d) Menyusun data harga.
e) Menyusun naskah laporan,
3) Penyajian data.
Penyajian data berupa laporan akhir Standar Harga Satuan

B. PROGRAM KERJA
Kegiatan yang perlu dilakukan untuk menyusun Standar harga adalah sebagai
berikut:
1. Kegiatan Persiapan
Kegiatan persiapan meliputi persiapan administrasi dan teknis. Persiapan
administrasi yang terpenting adalah pengurusan surat izin atau pengantar
survei lapangan. Hal ini sangat menunjang bagi tim survei untuk memasuki
wilayah studi secara lancar. Sedangkan persiapan teknis meliputi penyiapan
peralatan/perlengkapan lapangan, kendaraan dan personil. Selain itu pada
tahap ini dilakukan diskusi secara mendalam dengan pihak – pihak terkait,
terutama pemilik kegiatan, tentang masalah dan kebutuhan spesifik.
2. Pengumpulan Data dan Analisa Serta Pembahasan
Dilakukan Pengumpulan data-data, untuk kemudian dilakukan analisa serta
pembahasan sesuai metode ilmiah dalam penulisan laporan
Lampiran : 19 / 3-3

3. PenyusunanLaporan
Laporan Akhir berisi Studi dan laporan implementasi kegiatan setelah di
sempurnakan melalui diskusi dengan pihak-pihak yang berkepentingan.
4. Penyerahan Produk
Yang dimaksud dengan Produk disini adalah laporan akhir standar harga
satuan. Seluruh Produk pekerjaan diserahkan sesuai jadwal yang ditetapkan.
Lampiran: 20 / 1 - 2

CONTOH
PENGINTEGRASIAN PROSES PERENCANAAN, PENGANGGARAN, DAN
PERENCANAAN PENGADAAN BARANG/JASA MELALUI PENGGUNAAN
SISTEM APLIKASI SEPERTI SIMDA PERENCANAAN DAN SIRUP

Penggunaan Aplikasi SIMDA Perencanaan diharapkan dapat mengintegrasikan


dokumen RPJMD, Renja, Musrenbang, sampai dengan RKPD final. Aplikasi SIRUP
yang terintegrasi dengan SIMDA Perencanaan diharapkan dapat membantu
memastikan rencana pengadaan yang diumumkan sesuai dengan dokumen
perencanaan dan penganggaran

Proses perencanaan, penganggaran, dan perencanaan pengadaan barang dan jasa


secara sederhana dapat digambarkan sebagai berikut:

SIMDA KEU

SIRUP

SIMDA REN

Penggunaan aplikasi bertujuan untuk setidaknya memastikan hal-hal sebagai


berikut:
Dalam proses perencanaan :
- Memastikan bahwa RKPD telah selaras dengan RPJMD
- Memastikan bahwa RKPD telah mangakomodir hasil-hasil Musrenbang
- Memastikan Renja SKPD telah mengacu RKP
- Memastikan Renja SKPD telah berpedoman pada Renstra SKPD
Dalam proses perencanaan pengadaan
- Memastikan bahwa identifikasi kebutuhan barang/jasa dilakukan
berdasarkan rencana kegiatan yang ada dalam rencana kerja perangkat
daerah dan dituangkan dalam dokumen penetapan barang/jasa
Lampiran: 20 / 2 - 2

- Memastikan bahwa SKPD mendapat masukan yang cukup dalam pembuatan


spesifikasi teknis/KAK
- Memastikan bahwa SSH, HSPK, dan ASB menjadi acuan dalam perhitungan
anggaran pengadaan barang/jasa
- Memastikan bahwa RUP menjadi masukan dalam rencana kerja dan
anggaran perangkat daerah
- Memastikan bahwa RUP diumumkan melalui SIRUP setalah disahkannya
APBD
Dalam proses penganggaran
- Memastikan bahwa RAPBD sesuai dengan KUA/PPAS
- Memastikan bahwa RAPBD mengakomodir RKA-SKPD
- Memastikan bahwa APBD merupakan hasil evaluasi RAPBD
Dalam SPSE
- Memastikan bahwa kegiatan PBJ telah dianggarkan dalam APBD
Lampiran: 21 / 1 - 3

CONTOH
PROGRAM AUDIT PENJAMINAN KUALITAS PELAKSANAAN
PENGANGGARAN

No Prosedur Penting Penjaminan Kualitas


I Persiapan
Tujuan:
Memperoleh pemahaman yang baik dan menyeluruh terhadap obyek yang
diperiksa dan permasalahan yang terjadi.
Prosedur:
a. Mempelajari proses penganggaran APBD sesuai peraturan yang berlaku
(Permendagri tentang Pedoman Penyusunan APBD).
b. Mempelajari proses penganggaran APBD pada Pemerintah Daerah.
c. Mempelajari berkas/data yang ada dan mempersiapkan data yang
dibutuhkan dalam pemeriksaan.
d. Mempelajari gambaran umum permasalahan yang terjadi terkait
penganggaran di daerah.
e. Mempersiapkan ST dan kelengkapan penugasan.
II Pelaksanaan
Tujuan:
a. Membuktikan ada/tidaknya penyimpangan/permasalahan sesuai
Tentative Audit Objective (TAO).
b. Memberikan rekomendasi dan saran perbaikan.
TAO:
A. Permasalahan Umum
a. Akuntabilitas dan transparansi dokumentasi dalam tahapan proses
penganggaran dan pembahasan mulai dari usulan SKPD/UKPD (Renja) ,
tahapan koordinasi/pembahasan di TAPD, serta pembahasan pihak
eksekutif-legislatif masih lemah.
Prosedur:
1. Dapatkan dokumen terkait proses penganggaran sejak penyusunan
RKPD sampai dengan penyampaian Perda tentang APBD dan
Perkada tentang Penjabaran APBD kepada Menteri Dalam Negeri,
antara lain:
a) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD),
Rencana Kerja (Renja) Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD).
b) Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD).
c) Rancangan Kebijakan Umum APBD (KUA) dan Prioritas dan
Plafon Anggaran Sementara (PPAS) oleh Tim Anggaran
Pemerintah Daerah (TAPD).
d) Berita Acara pembahasan Rancangan KUA dan PPAS TAPD
Lampiran: 21 / 2 - 3

No Prosedur Penting Penjaminan Kualitas


dengan Kepala Daerah.
e) Berita Acara pembahasan Rancangan KUA dan PPAS TAPD
dengan Panitia Anggaran Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD).
f) Nota kesepakatan antara Kepala Daerah dan DPRD atas
rancangan KUA dan PPAS.
g) Surat Edaran kepala daerah perihal Pedoman Penyusunan
Rencana Kerja dan Anggaran SKPD (RKA-SKPD) dan Rencana
Kerja dan Anggaran Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (RKA-
PPKD).
h) RKA-SKPD dan RKA-PPKD.
i) Berita Acara Pembahasan RKA SKPD, RKA PPKD oleh TAPD.
j) Rancangan Perda APBD.
k) Dokumen sosialisasi Raperda APBD.
l) Berita Acara pembahasan Raperda APBD dengan DPRD.
m) Rancangan Perkada tentang Penjabaran APBD dan Nota
Keuangan.
n) Dokumen penyampaian rancangan Perda tentang APBD dan
Rancangan Perkada tentang Penjabaran APBD kepada Menteri
Dalam Negeri dan dokumen hasil evaluasi oleh Menteri Dalam
Negeri.
o) Dokumen penyempurnaan Rancangan Perda APBD sesuai hasil
evaluasi.
p) Dokumen penyampaian keputusan DPRD tentang
penyempurnaan rancangan Perda APBD kepada Menteri Dalam
Negeri.
q) Dokumen Penetapan Perda tentang APBD dan Perkada tentang
Penjabaran APBD sesuai dengan hasil evaluasi.
r) Dokumen Penyampaian Perda tentang APBD dan Perkada
tentang Penjabaran APBD kepada Menteri Dalam Negeri.
s) Dokumen lain yang terkait.
2. Lakukan analisis dan wawancara dengan pihak terkait mengenai
proses penerbitan dokumen tersebut.
3. Analisis apakah tahapan-tahapan penerbitan dokumen tersebut telah
terintegrasi , didokumentasikan dan dikelola dengan baik.
4. Buat simpulan dan saran.
b. Pengendalian/control hak akses pejabat/orang yang diberi otorisasi
melakukan perubahan atas database proses penganggaran tidak jelas
Prosedur:
1. Dapatkan prosedur/Standard Operational and Procedure (SOP)
penganggaran dan aplikasi terkait penganggaran yang berlaku pada
Pemerintah Daerah.
2. Identifikasi control hak akses terhadap database penganggaran
3. Identifikasi kemungkinan akses terhadap database oleh pihak yang
tidak berwenang atau adanya kemungkinan akses tanpa otorisasi
Lampiran: 21 / 3 - 3

No Prosedur Penting Penjaminan Kualitas


4. Analisis sebab terjadinya, identifikasi kelemahan yang ada.
5. Susun simpulan dan rekomendasi.
c. Waktu pelaksanaan penganggaran per tahapan atau secara keseluruhan
melebihi waktu yang ditetapkan.
Prosedur:
1. Dapatkan kronologis proses penganggaran sejak penyusunan RKPD
sampai dengan penyampaian Perda tentang APBD dan Perkada
tentang Penjabaran APBD kepada Menteri Dalam Negeri.
2. Bandingkan dengan tahapan sesuai ketentuan PP Nomor 58 Tahun
2005 dan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006.
3. Identifikasi adanya waktu pelaksanaan per tahapan yang tidak sesuai
dengan ketentuan.
4. Analisis sebab dan pengaruh terhadap kinerja Pemda.
5. Susun simpulan dan rekomendasi.
d. Dokumen/syarat administratif tidak lengkap atau tidak sesuai dengan
ketentuan.
Prosedur:
1. Dapatkan dokumen/syarat administratif penganggaran APBD sejak
penyusunan RKPD sampai dengan penyampaian Perda tentang
APBD dan Perkada tentang Penjabaran APBD kepada Menteri Dalam
Negeri.
2. Bandingkan kelengkapan dokumen (teknis dan administratif)
menurut kondisi yang ada dengan yang dipersyaratkan dalam PP
Nomor 58 Tahun 2005 dan Permendagri 13 Tahun 2006.
3. Identifikasi adanya dokumen/syarat administratif yang tidak sesuai
dengan ketentuan.
4. Analisis sebab dan pengaruh terhadap kinerja Pemda.
5. Susunan simpulan dan saran.
e. Adanya kenaikan alokasi anggaran pada kegiatan-kegiatan yang
diusulkan oleh SKPD
1. Dapatkan dokumen usulan penganggaran program/kegiatan oleh
SKPD/UPKD.
2. Dapatkan dokumen Program/Kegiatan menurut APBD yang telah
disyahkan.
3. Bandingkan nilai anggaran antara yang disulkan oleh SKPD/UPKD
dengan yang ditetapkan dalam APBD.
4. Telaah penyebab adanya perbedaan nilai anggaran tersebut (apakah
karena adanya penambahan program/kegiatan, atau karena adanya
mark-up harga).
5. Lakukan evaluasi atas kewajaran harga satuannya.
6. Analisis sebab terjadinya, identifikasi saat terjadinya penambahan
harga dalam dokumen anggaran apakah saat pembahasan oleh
TAPD, eksekutif, legislatif atau sebab lain.
7. Susun simpulan dan saran.
Lampiran : 22 / 1 – 3

CONTOH
PROGRAM AUDIT PENJAMINAN KUALITAS PERENCANAAN PBJ

Bertujuan untuk menemukan kelemahan proses perencanaan pengadaan


barang/jasa dalam rangka memperbaiki perencanaan dan pengendalian kegiatan
agar sesuai dengan ketentuan. Prosedur penting yang harus dilakukan untuk
penjaminan kualitas misalnya:

No Prosedur Penting Penjaminan Kualitas


1. Identifikasi Kebutuhan
- Memastikan identifikasi kebutuhan dilakukan berdasarkan rencana
kegiatan yang ada di dalam Rencana Kerja Perangkat Daerah
- Memastikan Identifikasi kebutuhan barang/jasa telah memperhatikan:
a. prinsip efisien dan efektif
b. aspek pengadaan berkelanjutan;
c. penilaian prioritas kebutuhan;
d. barang/jasa pada katalog elektronik;
e. konsolidasi Pengadaan Barang/Jasa; dan/atau
f. barang/jasa yang telah tersedia/dimiliki/ dikuasai.
- Memastikan Identifikasi kebutuhan barang/jasa yang diperlukan dapat
menunjang tugas dan fungsi organisasi
- Memastikan Identifikasi pasokan (supply) Barang telah memperhatikan
beberapa hal, terdiri atas:
a. kemudahan mendapatkan Barang di pasaran Indonesiadengan jumlah
yang cukup untuk memenuhi kebutuhan;
b. tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN);
c. jumlah produsen dan/atau jumlah Pelaku Usaha; dan/atau
d. barang yang diperlukan merupakan produk dalam negeri atau Barang
impor, pabrikan atau dapat dilakukan dengan tangan/manual atau
merupakan produk kerajinan tangan.
2. Penetapan Barang/Jasa
- Memastikan Identifikasi kebutuhan barang/jasa dituangkan ke dalam
dokumen penetapan barang/jasa.
- Memastikan Penetapan barang/jasa dilakukan dengan memperhatikan
kodefikasi barang/jasa sesuai dengan kodefikasi yang diatur oleh
peraturan perundang-undangan
3. Penentuan Cara Pengadaan Barang/Jasa
3.1. Penyusunan spesifikasi teknis/KAK;
- Memastikan spesifikasi teknis/KAK telah dibuat berdasarkan
kebutuhan barang/jasa Perangkat Daerah masing-masing
- Memastikan spesifikasi teknis/KAK telah memperhatikan:
a. penggunakan produk dalam negeri, sepanjang tersedia dan
tercukupi;
b. penggunakan produk bersertifikat SNI, sepanjang tersedia dan
Lampiran : 22 / 2 – 3

No Prosedur Penting Penjaminan Kualitas


tercukupi;
c. memaksimalkan
d. produk industri hijau;
e. aspek pengadaan berkelanjutan; dan
f. tidak mengarah kepada merek/produk tertentu kecuali untuk
pengadaan komponen barang/jasa, suku cadang, bagian dari 1
(satu) sistem yang sudah ada, barang/jasa dalam katalog
elektronik, atau barang/jasa melalui Tender Cepat.
- Memastikan spesifikasi Teknis paling sedikit telah berisi: Spesifikasi
Mutu/kualitas, Spesifikasi jumlah, Spesifikasi waktu, dan Spesifikasi
pelayanan.
- Memastikan KAK paling sedikit telah berisi:
a. uraian pekerjaan yang akan dilaksanakan, meliputi: latar
belakang, maksud dan tujuan, lokasi pekerjaan, dan produk yang
dihasilkan (output);
b. waktu pelaksanaan yang diperlukan untuk menyelesaikan
pekerjaan dengan memperhatikan batas akhir efektif tahun
anggaran;
c. spesifikasi teknis Jasa Konsultansi yang akan diadakan, mencakup
kompetensi tenaga ahli yang dibutuhkan dan untuk badan usaha
termasuk juga kompetensi badan usaha penyedia Jasa
Konsultansi; dan
d. sumber pendanaan dan besarnya total perkiraan biaya pekerjaan.
3.2. pemaketan Pengadaan Barang/Jasa;
- memastikan pemaketan pengadaan Barang/Jasa telah berorientasi
pada:
a. keluaran atau hasil yang mengacu pada kinerja dan kebutuhan
Perangkat Daerah;
b. volume barang/jasa berdasarkan kebutuhan dan ketersediaan
barang/jasa di Perangkat Daerah serta kemampuan dari Pelaku
Usaha;
c. ketersediaan barang/jasa di pasar;
d. kemampuan pelaku usaha dalam memenuhi spesifikasi
teknis/KAK yang dibutuhkan Perangkat Daerah; dan/atau
e. ketersediaan anggaran Perangkat Daerah.
- Memastikan pemaketan telah dilakukan dengan menetapkan
sebanyak-banyaknya paket untuk Usaha Kecil tanpa mengabaikan
prinsip efisiensi, persaingan sehat, kesatuan sistem, dan kualitas
kemampuan teknis dengan nilai paket Pengadaan Barang/Pekerjaan
Konstruksi/Jasa Lainnya sampai dengan Rp2.500.000.000,00 (dua
miliar lima ratus juta rupiah), kecuali untuk paket pekerjaan yang
menuntut kompetensi teknis yang tidak dapat dipenuhi oleh Usaha
Kecil.
3.3. konsolidasi Pengadaan Barang/Jasa
- memastikan konsolidasi telah dilakukan sesuai dengan kewenangan
Lampiran : 22 / 3 – 3

No Prosedur Penting Penjaminan Kualitas


masing-masing pihak dalam perencanaan pengadaan,
- memastikan konsolidasi telah dilakukan dengan memperhatikan
kebijakan
pemaketan
1.4 Penentuan Jadwal Pengadaan Barang/jasa
- Memastikan Jadwal Pengadaan Barang/Jasa yang ditetapkan telah terdiri
atas rencana Jadwal persiapan pengadaan dan rencana Jadwal
pelaksanaan pengadaan
- Memastikan rencana jadwal persiapan Pengadaan Barang/Jasa melalui
Penyedia telah terdiri atas jadwal persiapan Pengadaan Barang/Jasa yang
dilakukan oleh PPK; dan jadwal persiapan pemilihan yang dilakukan oleh
Pokja Pemilihan
- Memastikan rencana jadwal pelaksanaan Pengadaan melalui telah
meliputi pelaksanaan pemilihan Penyedia, pelaksanaan kontrak, dan serah
terima hasil pekerjaan.
1.5 Penetapan Anggaran Pengadaan Barang/jasa
- Memastikan anggaran Pengadaan Barang/Jasa telah terdiri atas biaya
barang/jasa yang dibutuhkan; dan biaya pendukung
- Memastikan Biaya barang/jasa telah meliputi biaya yang termasuk pada
komponen sebagaimana terdapat pada spesifikasi teknis/KAK
1.6 Rencana Umum Pengadaan
- Memastikan perencanaan Pengadaan telah dituangkan ke dalam RUP oleh
PPK;
- Memastikan RUP telah memuat paling sedikit:
a. nama dan alamat PA/KPA;
b. nama paket Penyedia;
c. kebutuhan penggunaan produk dalam negeri;
d. peruntukkan paket untuk Usaha kecil atau non kecil;
e. uraian pekerjaan;
f. volume pekerjaan;
g. lokasi Pekerjaan;
h. sumber dana;
i. besarnya total perkiraan biaya pekerjaan;
j. spesifikasi teknis/KAK;
k. metode pemilihan; dan
l. perkiraan jadwal Pengadaan Barang/Jasa.
- Memastikan pengumuman RUP Perangkat Daerah telah dilakukan setelah
rancangan Peraturan Daerah tentang APBD disetujui bersama oleh
Pemerintah Daerah dan DPRD melalui aplikasi SIRUP.
Lampiran : 23 / 1-1

CONTOH
MANUAL PELAKSANAAN
REVIU DAN PENETAPAN SPESIFIKASI TEKNIS/KAK

Tujuan: memastikan bahwa spesifikasi teknis/KAK pada saat penyusunan anggaran belanja
atau perencanaan Pengadaan Barang/Jasa masih sesuai dengan kebutuhan barang/jasa dan
ketersedian anggaran belanja sesuai hasil persetujuan
No. Tahapan Uraian
1 Kelengkapan PPK mendapatkan spesifikasi teknis/KAK yang telah disusun
pada tahap perencanaan Pengadaan Barang/Jasa
administrasi
2 Reviu spesifikasi a. PPK mengumpulkan data/informasi terkini terkait:
teknis/KAK - Ketersediaan,
- Harga,
- Alternatif barang sejenis
- Ketersediaan barang/jasa yang memiliki Tingkat
Komponen Dalam Negeri (TKDN)
- Standar Nasional Indonesia (SNI)
- Kriteria produk berkelanjutan
b. Dalam hal barang/jasa yang dibutuhkan tidak tersedia di
pasar maka PPK mengusulkan alternatif spesifikasi
teknis/KAK untuk mendapatkan persetujuan PA/KPA
3 Pembentukan Tim PPK dapat menetapkan tim atau tenaga ahli yang bertugas
membantu PPK dalam penyusunan spesifikasi teknis/KAK
4 Penetapan PPK menetapkan spesifikasi teknis/KAK yang telah disetujui
oleh PA/KPA berdasarkan hasil reviu
Lampiran 24 / 1 - 3

CONTOH
KERTAS KERJA REVIU SPESIFIKASI TEKNIS/KAK

Nama Pemda : .....................................................................................


Nama OPD : .....................................................................................
Nama Paket Pekerjaan : .......................................................................................
Jenis Pengadaan : Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya/
Konsultansi*)
Sumber Dana : .....................................................................................
Besaran Anggaran : .....................................................................................
Tahun Anggaran : .....................................................................................

A. Spesifikasi/KAK pada saat penyusunan anggaran atau perencanaan pengadaan


Spesifikasi : ............................................... Satuan: ..............
Kuantitas/Jumlah
Spesifikasi Mutu/Kualitas : a. ...........................
b. ...........................
c. ..........................
(uraian kualitas sesuai dengan spesifikasi yang tercantum
dalam spesifikasi pada saan penyusunan anggaran atau
perencanaan pengadaan)
Spesifikasi Waktu (Waktu :
akan digunakan/
dimanfaatkan)
Spesifikasi pelayanan : ......................
(uraian spesifikasi pelayanan yang diharapkan misal purna
jual, pelatihan, dsb)

B. Survei yang dilakukan


Survei 1
Pihak yang disurvei : ....................... (Nama toko, web site, asosiasi, badan usaha,
dsb)
Alamat : ........................ (Alamat pihak yang disurvei)
Ketersediaan barang/jasa sebagaimana yang dianggarkan atau direncanakan

No Uraian Barang/Pek. Ketersediaan Harga TKDN SNI Produk


Konstruksi/Jasa berkelanjutan
Lainnya/Konsultansi
1 Barang 1 Ada/Tdk .... % Ya/Tdk Ya/Tdk
2 Barang 2 Ada/Tdk .... % Ya/Tdk Ya/Tdk
3 Barang 3 Ada/Tdk .... % Ya/Tdk Ya/Tdk
Dst
Lampiran 24 / 2 - 3

Ketersediaan alternatif barang/jasa (dalam hal barang/jasa yang dibutuhkan tidak


tersedia di pasar)

No Uraian Barang/Pek. Ketersediaan Harga TKDN SNI Produk


Konstruksi/Jasa berkelanjutan
Lainnya/Konsultansi
1 Barang 1 Ada/Tdk .... % Ya/Tdk Ya/Tdk
2 Barang 2 Ada/Tdk .... % Ya/Tdk Ya/Tdk
3 Barang 3 Ada/Tdk .... % Ya/Tdk Ya/Tdk
Dst

Survei 2
Pihak yang disurvei : ....................... (Nama toko, web site, asosiasi, badan usaha,
dsb)
Alamat : ........................ (Alamat pihak yang disurvei)
Ketersediaan barang/jasa sebagaimana yang dianggarkan atau direncanakan

No Uraian Barang/Pek. Ketersediaan Harga TKDN SNI Produk


Konstruksi/Jasa berkelanjutan
Lainnya/Konsultansi
1 Barang 1 Ada/Tdk .... % Ya/Tdk Ya/Tdk
2 Barang 2 Ada/Tdk .... % Ya/Tdk Ya/Tdk
3 Barang 3 Ada/Tdk .... % Ya/Tdk Ya/Tdk
Dst
Ketersediaan alternatif barang/jasa (dalam hal barang/jasa yang dibutuhkan tidak
tersedia di pasar)

No Uraian Barang/Pek. Ketersediaan Harga TKDN SNI Produk


Konstruksi/Jasa berkelanjutan
Lainnya/Konsultansi
1 Barang 1 Ada/Tdk .... % Ya/Tdk Ya/Tdk
2 Barang 2 Ada/Tdk .... % Ya/Tdk Ya/Tdk
3 Barang 3 Ada/Tdk .... % Ya/Tdk Ya/Tdk
Dst
Dst

C. Simpulan hasil reviu/survei


1. Ketersediaan barang/Jasa sebagaimana ditetapkan saat penyusunan anggaran
belanja atau perencanaan pengadaan di pasar: Tersedia / Tidak Tersedia
Penjelasan : ..............................................................................................................
2. Ketersediaan alternatif barang/jasa sejenis : Tersedia / Tidak Tersedia
Penjelasan : ..............................................................................................................
3. Berdasarkan hasil reviu/survei spesifikasi teknis/KAK, maka spesifikasi
teknis/KAK: tetap / berubah *) diabandingkan spesifikasi dalam dokumen
anggaran belanja/perencanaan pengadaan.
Lampiran 24 / 3 - 3

D. Spesifikasi teknis/KAK yang diusulkan oleh PPK atau Tim Reviu / Tenaga Ahli
sesuai hasil reviu
Spesifikasi : ............................................... Satuan: ..............
Kuantitas/Jumlah
(uraian jumlah kebutuhan yang masih diperlukan)

Spesifikasi Mutu/Kualitas : a. ...........................


b. ...........................
c. ..........................

(uraian kualitas sesuai dengan spesifikasi yang tercantum


dalam spesifikasi pada saat penyusunan anggaran belanja
atau perencanaan pengadaan)

Spesifikasi Waktu (Waktu :


akan
digunakan/dimanfaatkan)

Spesifikasi pelayanan : ......................

(uraian spesifikasi pelayanan yang diharapkan misal


purna jual, pelatihan, dsb)

................................, ......- .... – 20.....


Mengetahui
Tim Reviu / Tenaga Ahli
PPK
1. ........................... : ................
2. ........................... : ................
................................................. 3. ........................... : ................
NIP. ......................................... 4. ........................... : ................
Lampiran : 25 / 1 - 1

CONTOH
FORM USULAN ALTERNATIF SPESIFIKASI TEKNIS/KAK KEPADA PA/KPA

Berdasarkan hasil reviu Spesifikasi Teknis/KAK, atas paket pekerjaan:

Nama Pemda : .......................................................................................


Nama OPD : .......................................................................................
Nama Paket Pekerjaan : .......................................................................................
Jenis Pengadaan : Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya/
Konsultansi*)
Sumber Dana : .....................................................................................
Besaran Anggaran : .....................................................................................
Tahun Anggaran : .....................................................................................

Diperoleh simpulan bahwa spesifikasi barang/jasa sebagaimana dinyatakan pada saat


penyusunan anggaran belanja atau perencanaan Pengadaan Barang/Jasa sudah tidak sesuai
dengan kebutuhan dan tidak tersedia di pasar.

Untuk itu, diusulkan Spesifikasi teknis/KAK sebagai berikut:

Spesifikasi : ............................................... Satuan: ..............


Kuantitas/Jumlah
Spesifikasi Mutu/Kualitas : a. ...........................
b. ...........................
c. ..........................
(uraian spesifikasi kualitas/mutu yang diusulkan)
Spesifikasi Waktu (Waktu : .............................................
akan (uraian spesifikasi kualitas/mutu yang diusulkan)
digunakan/dimanfaatkan)
Spesifikasi pelayanan : ......................
(uraian spesifikasi pelayanan yang diusulkan misal purna
jual, pelatihan, dsb)

Setuju/Tidak Setuju ................................., ......- .... – 20.....


PA/KPA Pengusul
PPK

................................................. .............................................
NIP. ........................................... NIP. ......................................
Catatan oleh PA/KPA:
.................................................................................
.................................................................
Lampiran : 26 / 1 - 1

CONTOH
FORM PENETAPAN SPESIFIKASI TEKNIS/KAK
OLEH PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN (PPK)

Berdasarkan hasil reviu Spesifikasi Teknis/KAK, atas paket pekerjaan:

Nama Pemda : .....................................................................................


Nama OPD : .....................................................................................
Nama Paket Pekerjaan : .......................................................................................
Jenis Pengadaan : Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya/
Konsultansi*)
Sumber Dana : .....................................................................................
Besaran Anggaran : .....................................................................................
Tahun Anggaran : .....................................................................................

Spesifikasi teknis/KAK atas Paket Pekerjaan ...................... ditetapkan sebagai berikut:

Spesifikasi : ............................................... Satuan: ..............


Kuantitas/Jumlah
Spesifikasi Mutu/Kualitas : a. ...........................
b. ...........................
c. ..........................
(uraian spesifikasi mutu/kualitas yang ditetapkan)
Spesifikasi Waktu (Waktu : ...................................
akan (uraian spesifikasi waktu yang ditetapkan)
digunakan/dimanfaatkan)
Spesifikasi pelayanan : ......................
(uraian spesifikasi pelayanan yang ditetapkan misal
purna jual, pelatihan, dsb)

Setuju/Tidak Setuju .................................., ......- .... – 20.....


PA/KPA Pengusul
PPK

................................................. .............................................
NIP. ........................................... NIP. ......................................
Catatan oleh PA/KPA:
.................................................................................
...................................................
Lampiran : 27 / 1 - 2

CONTOH
MANUAL PELAKSANAAN
PENYUSUNAN DAN PENETAPAN HPS

Tujuan : Menetapkan HPS untuk menilai kewajaran harga penawaran dan/atau kewajaran
harga satuan, dasar untuk menetapkan batas tertinggi penawaran yang sah dalam pengadaan
barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya dan dasar untuk menetapkan besaran nilai jaminan
pelaksanaan bagi penawaran yang nilainya lebih rendah 80% (delapan puluh persen) dari nilai
HPS.
No. Tahapan Uraian
1 Kelengkapan PPK mendapatkan:
administrasi a. Hasil perkiraan biaya/Rencana Anggaran Biaya (RAB) yang
telah disusun pada tahap perencanaan pengadaan
b. Pagu Anggaran yang tercantum dalam DIPA/DPA, atau
untuk proses pemilihan yang dilakukan sebelum penetapan
DIPA/DPA mengacu kepada Pagu Anggaran yang
tercantum dalam RKA K/L atau RKA Perangkat Daerah
c. Hasil reviu perkiraan biaya/Rencana Anggaran Biaya (RAB)
termasuk komponen keuntungan, biaya tidak langsung
(overhead cost), dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
2 Penetapan Tim PPK dapat menetapkan tim atau tenaga ahli yang bertugas
memberikan masukan dalam penyusunan HPS
3 Penyusunan HPS HPS dihitung secara keahlian dan menggunakan data/informasi
yang dapat dipertanggungjawabkan.
4 Pengumpulan a. harga pasar setempat yaitu harga barang/jasa di lokasi
data/informasi barang/jasa diproduksi/diserahkan/dilaksanakan,
yang digunakan menjelang dilaksanakannya pemilihan Penyedia;
untuk menyusun b. informasi biaya/harga satuan yang dipublikasikan secara
HPS resmi oleh Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah;
c. informasi biaya/harga satuan yang dipublikasikan secara
resmi oleh asosiasi. Yang dimaksud dengan asosiasi adalah
asosiasi profesi keahlian, baik yang berada di dalam negeri
maupun di luar negeri. Informasi biaya/harga satuan yang
dipublikasikan termasuk pula sumber data dari situs web
komunitas internasional yang menayangkan informasi
biaya/harga satuan profesi keahlian di luar negeri yang
berlaku secara internasional termasuk dimana Pengadaan
Barang/Jasa akan dilaksanakan;
d. daftar harga/biaya/tarif barang/jasa setelah dikurangi
rabat/potongan harga (apabila ada) yang dikeluarkan oleh
pabrikan/distributor/agen/pelaku usaha;
e. inflasi tahun sebelumnya, suku bunga pinjaman tahun
berjalan dan/atau kurs tengah Bank Indonesia valuta asing
Lampiran : 27 / 2 - 2

terhadap Rupiah;
f. hasil perbandingan biaya/harga satuan barang/jasa sejenis
dengan Kontrak yang pernah atau sedang dilaksanakan;
g. perkiraan perhitungan biaya/harga satuan yang dilakukan
oleh konsultan perencana (engineer’s estimate);
h. informasi biaya/harga satuan barang/jasa di luar negeri
untuk tender/seleksi internasional; dan/atau
i. informasi lain yang dapat dipertanggungjawabkan.
5 Perhitungan HPS
untuk jenis
barang/jasa
a. Barang Perhitungan HPS untuk barang harus memperhitungkan
komponen biaya antara lain
a. Harga barang;
b. Biaya pengiriman;
c. Keuntungan dan biaya overhead;
d. Biaya instalasi;
e. Suku cadang;
f. Biaya operasional dan pemeliharaan; atau
g. Biaya pelatihan.
b. Pekerjaan Perhitungan HPS untuk Pekerjaan Konstruksi berdasarkan hasil
Konstruksi perhitungan biaya harga satuan yang dilakukan oleh konsultan
perencana (Engineer’s Estimate) berdasarkan rancangan rinci
(Detail Engineering Design) yang berupa Gambar dan Spesifikasi
Teknis.
Perhitungan HPS telah memperhitungkan keuntungan dan biaya
overhead yang wajar untuk Pekerjaan Konstruksi sebesar 15%
(limabelas persen).
6. Penetapan HPS PPK menetapkan HPS dengan menandatangani pada lembar
persetujuan/penetapan. HPS yang sah adalah yang telah
ditandatangani oleh PPK. Nilai HPS paling tinggi sama dengan
nilai Pagu Anggaran.
Penetapan HPS paling lama 28 (dua puluh delapan) hari kerja
sebelum batas akhir:
a. penyampaian penawaran untuk pemilihan dengan
pascakualifikasi; atau
b. penyampaian dokumen kualifikasi untuk pemilihan dengan
prakualifikasi.
Lampiran : 28 / 1 - 5

CONTOH
KERTAS KERJA PENYUSUNAN DAN PENETAPAN HPS
UNTUK PENGADAAN BARANG

Nama Pemda : .....................................................................................


Nama OPD : .....................................................................................
Nama Paket Pekerjaan : .......................................................................................
Jenis Pengadaan : Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya/
Konsultansi*)
Sumber Dana : .....................................................................................
Besaran Anggaran : .....................................................................................
Tahun Anggaran : .....................................................................................

A. Data yang digunakan

No Data Nilai

1 Hasil perkiraan biaya/Rencana Anggaran Biaya (RAB) yang Rp .............


telah disusun pada tahap perencanaan pengadaan

2 Pagu Anggaran dalam DIPA Rp .............

3 Hasil reviu perkiraan biaya/Rencana Anggaran Biaya (RAB) Rp .............


termasuk komponen keuntungan, biaya tidak langsung
(overhead cost), dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

B. Spesifikasi barang sesuai hasil reviu PPK

No Nama Barang Spesifikasi

Kuantitas Mutu Waktu Pelayanan Lainnya

1 Barang 1

2 Barang 2

3 dst
Lampiran : 28 / 2 - 5

C. Survei Pasar
1) Nama Barang: Barang 1

No Sumber Data Merk/Type Harga Biaya Keun- Biaya Suku Biaya Biaya ...... Rabat/ Jumlah
Barang Pengirim- tungan dan Instalasi Operasional dan Pelatihan Discount Harga Satuan
an Overhead Cadang Pemeliharaan NIlai

Dst

Harga wajar

Keterangan:
a) Sumber data harga antara lain berasal dari: harga pasar setempat, harga yang dipublikasi oleh Kementerian/Lembaga/Pemda, biaya/harga yang dipublikasi oleh asosiasi, harga pabrikan/distributor/agen/pelaku
usaha, inflasi tahun sebelumnya, perkiraan harga oleh konsultan perencana, informasi biaya/harga di luar negeri (utk tender/seleksi internasional), informasi lain.
b) Rabat/discount sebagai pengurang harga
c) Hasil survei didukung dengan data (price list, daftar harga, harga publikasi, dsb) yang relevan
Lampiran : 28 / 3 - 5

2) Nama Barang: Barang 2

No Sumber Data Merk/Type Harga Biaya Keun- Biaya Suku Biaya Biaya ...... Rabat/ Jumlah
Barang Pengirim- tungan dan Instalasi Operasional dan Pelatihan Discount Harga Satuan
an Overhead Cadang Pemeliharaan

Dst

Harga wajar

Keterangan:
a) Sumber data harga antara lain berasal dari: harga pasar setempat, harga yang dipublikasi oleh Kementerian/Lembaga/Pemda, biaya/harga yang dipublikasi oleh asosiasi, harga pabrikan/distributor/agen/pelaku
usaha, inflasi tahun sebelumnya, perkiraan harga oleh konsultan perencana, informasi biaya/harga di luar negeri (utk tender/seleksi internasional), informasi lain.
b) Rabat/discount sebagai pengurang harga
c) Hasil survei didukung dengan data (price list, daftar harga, harga publikasi, dsb) yang relevan
Lampiran : 28 / 4 - 5

D. Simpulan HPS
Berdasarkan hasil survei menggunakan data yang dapat dipertanggungjawabkan, Harga
Perkiraan Sendiri (HPS), untuk:

Nama Pemda : .....................................................................................


Nama OPD : .....................................................................................
Nama Paket Pekerjaan : .......................................................................................
Jenis Pengadaan : Pengadaan Barang
Sumber Dana : .....................................................................................
Besaran Anggaran : .....................................................................................
Tahun Anggaran : .....................................................................................

Adalah sebagai berikut:

No Nama Spesifikasi Jumlah Harga Satuan Total Harga (Rp)


Barang (Rp)

1 Barang 1 .............. unit Rp Rp

2 Barang 2 .............. unit Rp Rp

Dst

Jumlah harga(tdk termasuk PPN) Rp

PPN Rp

Jumlah harga (tmsk PPN)*) Rp

*) Jumlah harga tidak boleh melebihi pagu anggaran

Setuju/Tidak setuju ........................................, ......- .... – 20.....


PPK
Tim Survei/Penyusun HPS

1. ........................... : ................
.................................................
2. ........................... : ................
NIP. .............................................
3. Dst

Catatan PPK:
.........................................................................................
.........................................................................................
...................................
Lampiran : 28 / 5 - 5

CONTOH
LEMBAR PENETAPAN HARGA PERKIRAAN SENDIRI (HPS) OLEH PEJABAT
PEMBUAT KOMITMEN (PPK)

Berdasarkan hasil perhitungan HPS, atas paket pekerjaan:

Nama Pemda : .....................................................................................


Nama OPD : .....................................................................................
Nama Paket Pekerjaan : .......................................................................................
Jenis Pengadaan : Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya/
Konsultansi*)
Sumber Dana : .....................................................................................
Besaran Anggaran : .....................................................................................
Tahun Anggaran : .....................................................................................

Harga Perkiraan Sendiri atas paket pekerjaan ......................... tersebut ditetapkan sebesar Rp
.................. sebagai berikut:

No Nama Spesifikasi Jumlah Harga Satuan Total Harga (Rp)


Barang (Rp)

1 Barang 1 .............. unit Rp Rp

2 Barang 2 .............. unit Rp Rp

Dst

Jumlah harga (tdk termasuk PPN) Rp

PPN Rp

Jumlah harga (tmsk PPN)*) Rp

*) Jumlah harga tidak boleh melebihi pagu anggaran


Ditetapkan di ........................................,
Pada tanggal ......- .... – 20.....

PPK

.............................................
NIP. ........................................
Lampiran : 29 / 1 - 3

CONTOH
PROGRAM AUDIT DALAM TAHAP PENGUMUMAN TENDER/SELEKSI

No Tujuan dan Prosedur Audit

Tujuan Audit:
Meyakinkan bahwa audit dapat dilaksanakan melalui e-audit.

Prosedur Audit:
1. Dapatkan kode akses auditor dari admin LPSE untuk masuk ke dalam SPSE dengan
menunjukkan surat tugas audit;

2. Login sebagai non-penyedia ke dalam SPSE;

3. Pilih nomor surat tugas;

4. Pilih kode tender/seleksi yang akan diaudit.

A. Pengumuman Tender/seleksi
Tujuan Audit:
Meyakinkan bahwa pengumuman pemilihan telah dilaksanakan secara transparan, terbuka,
bersaing, adil/tidak diskriminatif, dan akuntabel, dalam hal:
- Substansi Pengumuman
- Jangka waktu pengumuman
- Media Pengumuman

Prosedur Audit:
1. Dapatkan informasi pengumuman tender/seleksi dengan menyalin (print screen)
pengumuman tender/seleksi yang telah diunggah oleh Pokja Pemilihan;
2. Pastikan bahwa tender/seleksi selain diumumkan di Portal Pengadaan Nasional (LPSE),
juga diumumkan di Website Pemda, media massa, dan ditempel di Papan Pengumuman
Resmi untuk masyarakat ( di UKPBJ)

3. Teliti dan uji apakah substansi pengumuman tender/seleksi telah sesuai dengan dokumen
pemilihan (ketentuan yang berlaku);

4. Observasi jangka waktu penayangan pengumuman dilakukan selama 7 hari kalender,


kecuali untuk tender/seleksi sederhana;
5. Bandingkan tanggal mulai pengumuman dengan rencana pengumuman tender/seleksi
yang terdapat dalam RUP;
Lampiran : 29 / 2 - 3

No Tujuan dan Prosedur Audit


6. Unduh dokumen tender/seleksi yang di unggah pada LPSE
Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah;

7. Bandingkan substansi dokumen pemilihan sebelum diunggah dengan yang diunggah oleh
Pokja Pemilihan pada LPSE;

8. Jika terjadi perbedaan lakukan konfirmasi penyebab perbedaan dan uji apakah perubahan
tersebut untuk lebih mengoptimalkan prinsip dan/atau tujuan pengadaan barang/jasa
Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah.

B. Pendaftaran dan Pengambilan Dokumen pemilihan


Tujuan Audit:
Meyakinkan bahwa tidak terdapat hambatan pendaftaran dan pengambilan dokumen
pemilihan melalui pengunduhan (download) dari SPSE.

Prosedur Audit:

1. Dapatkan register/daftar peserta yang mengunduh (download) dokumen pengadaan dari


SPSE;

2. Lakukan konfirmasi ke LPSE dan Pokja Pemilihan apakah terdapat keluhan dari calon
penyedia terkait hambatan pendaftaran dan dalam mengunduh dokumen pemilihan;

3. Teliti apakah terdapat peserta yang menggunakan IP (internet protocol) address yang sama
dengan peserta lain untuk mendaftar dan mengunggah dokumen tender/seleksi (diluar
yang disediakan oleh LPSE);

4. Jika pada angka 3. di atas terdapat calon calon peserta menggunakan IP address yang sama,
cek apakah pada saat mengunduh dokumen penawaran juga menggunakan IP address yang
sama.

C. Pemberian Penjelasan
Tujuan Audit:
Meyakinkan bahwa seluruh pertanyaan calon penyedia telah dijawab oleh Pokja Pemilihan
yang dituangkan dalam Kumpulan Tanya Jawab atau Berita Acara Pemberian Penjelasan
(BAPP)

Prosedur Audit:
1. Teliti apakah pelaksanaan pemberian penjelasan sesuai dengan jadwal dalam aplikasi SPSE;

2. Observasi apakah seluruh pertanyaan peserta dijawab oleh Pokja Pemilihan segera setelah
Lampiran : 29 / 3 - 3

No Tujuan dan Prosedur Audit


ada pertanyaan dari calon peserta tender/seleksi;

3. Jika diperlukan, teliti apakah Pokja Pemilihan mengikutsertakan konsultan pengawas


dan/atau tenaga ahli lainnya untuk menjawab pertanyaan dari calon peserta tender/seleksi.
Jika belum, minta panitia tender/seleksi untuk mengikutsertakannya;

4. Teliti dan uji apakah semua pertanyaan dari calon penyedia melalui SPSE telah dijawab
dengan tepat (sesuai dengan ketentuan baik dalam dokumen tender/seleksi maupun
ketentuan lainnya yang berlaku) dan oleh Pokja Pemilihan beserta tenaga ahli (konsultan
perencana) dan/atau tenaga ahli lainnya;

5. Jika terdapat pertanyaan yang belum dijawab minta Pokja Pemilihan agar memberikan
tambahan waktu untuk menjawab pertanyaan tersebut (jika diperlukan);

6. Teliti dan lakukan pengujian apakah Aanwijzing terhadap pekerjaan konstruksi perlu
dilanjutkan dengan peninjauan lapangan (jika diperlukan);

7. Teliti apakah hasil dari peninjauan lapangan telah dibuatkan Berita Acara Penjelasan
Lanjutan dan diunggah dalam SPSE;

8. Dapatkan dokumen Berita Acara Pemberian Penjelasan (BAPP) atau dokumen kumpulan
tanya jawab yang dilakukan secara online dan/atau dari hasil peninjauan lapangan;
9. Teliti dan analisis dokumen tanya jawab dan/atau hasil peninjauan lapangan apakah
terdapat hal-hal yang harus diubah dalam dokumen tpemilihan. Jika ada diskusikan dengan
Pokja Pemilihan dan PPK;

Catatan:
Perubahan rancangan kontrak, spesifikasi teknis, KAK, gambar dan/atau nilai total HPS,
harus mendapatkan persetujuan PPK sebelum dituangkan dalam Adendum Dokumen
Pemilihan.
Lampiran : 30 / 1 - 1

CONTOH
PROGRAM AUDIT PENJAMINAN KUALITAS
PENCATATAN ASET HASIL PBJ

Pencatatan barang ke dalam daftar inventaris (SIMAK-BMN/SIMBA-DA/aplikasi BMN yang lain)

RENCANA REALISASI
No. Tujuan dan Prosedur Audit Ref
Pelaksana Waktu Pelaksana Waktu
KKA
Tujuan Audit:
Memastikan bahwa barang sudah
dimasukkan ke dalam SIMAK-BMN/
SIMBADA/aplikasi BMN yang lain
Prosedur Audit:
1. Peroleh SIMAK-BMN/SIMBADA/
aplikasi BMN yang lain, daftar
inventaris, buku induk barang
inventaris, atau dokumen lain yang
relevan;
2. Bandingkan barang dalam Berita
Acara serah terima hasil pengadaan
dengan SIMAK-
BMN/SIMBADA/aplikasi BMN yang
lain, daftar inventaris, buku induk
barang inventaris;
3. Yakinkan bahwa barang yang telah
diserahkan sudah dimasukkan ke
dalam SIMAK-
BMN/SIMBADA/aplikasi BMN yang
lain sesuai akunnya, daftar inventaris,
buku induk barang inventaris, atau
dokumen lain yang relevan;
4. Hasil langkah kerja, tuangkan dalam
daftar uji dan buat simpulan hasil
audit.
Lampiran: 31 / 1 - 2

CONTOH SURAT PENYATAAN


TANGGUNG JAWAB

SURAT PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : …………………………………………….(1)
Jabatan : Direktur PT ...........................2)
Jenis Pekerjaan : Konsultan Perencana/Pelaksana/Konsultan Pengawas (3)

Saya atas nama PT ........................................................., sehubungan dengan pekerjaan


………………….(4)………………., berdasarkan surat perjanjian kerja Nomor
……………(5)……….…… tanggal …………(6)…….….. dengan nilai kontrak sebesar Rp
……….(7)……… (………………(8)…………….. rupiah).

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa:

1. Bersedia untuk menjamin bahwa spesifikasi teknis barang/jasa telah sesuai dengan
prosedur perencanaan teknis yang memadai dan pelaksanaan pekerjaan telah sesuai
dengan kontrak yang telah disetujui, sehingga memungkinkan barang/jasa yang
diserahkan akan dapat dipergunakan sampai dengan perhitungan umur ekonomisnya

2. Apabila di kemudian hari ditemukan barang/jasa yang diserahkan tidak bisa


digunakan sampai dengan umur ekonomisnya yang diakibatkan kelalaian atau
pelaksanaan pekerjaan yang tidak sesuai dengan kontrak, maka kami bersedia
mempertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Demikian pernyataan ini kami buat dengan sebenar-benarnya.

……..…(9), ….…….…..(10)
…………………………….….

……………(11) ……..……

..................................................(12)

Keterangan:
(1) Diisi dengan nama pejabat penanda tangan surat.
(2) Diisi dengan jabatan dalam perusahaan.
(3) Pilih jenis pekerjaan yang sesuai.
(4) Diisi dengan nama pekerjaan sesuai Surat Perjanjian Kerja
(SPK)/Kontrak.
(5) Diisi dengan nomor SPK/Kontrak.
Lampiran: 31 / 2 - 2

(6) Diisi dengan tanggal SPK/kontrak.


(7) Diisi dengan nilai SPK/Kontrak dalam angka.
(8) Diisi dengan nilai SPK/kontrak dalam huruf.
(9) Diisi dengan tempat penandatanganan surat.
(10) Diisi dengan tanggal, bulan, dan tahun penandatanganan surat.
(11) Diisi dengan tanda tangan pejabat yang berwenang dan dibubuhi
stempel/cap dinas.
(12) Diisi dengan nama lengkap penandatangan surat pernyataan.
Lampiran : 32/ 1 - 11

REKAPITULASI RENCANA TINDAKPENGENDALIAN

A. Lingkungan Pengendalian

KELEMAHAN LINGKUNGAN PENGENDALIAN RENCANA TINDAK PENGENDALIAN

Penegakan Integritas dan nilai etika

1) Integritas pihak-pihak yang terkait dalam PBJ 1) Peningkatan integritas pelaku PBJ, antara lain melalui pertimbangan
(PA/KPA, PPK, Penyedia Barang, Pejabat rekam jejak integritas calon /kandidat pelaku PBJ sejak tahapan seleksi,
Pengadaan, UKPBJ) masih lemah. dan penilaian integritas setelah pelaksanaan tugas
2) Belum ada Aturan Perilaku/Kode Etik yang 2) Perlunya kode etik/aturan perilaku dan implementasinya khusus bagi
mengatur pihak-pihak yang terkait dalam PBJ. pelaku PBJ dan UKPBJ yang antara lain memuat standar perilaku etis,
praktik yang dapat diterima, praktik yang tidak dapat diterima ,
pembentukan majelis pertimbangan kode etik, dan proses penanganan
pelanggaran kode etik.
3) Penguatan whistle blower system yang dituangkan dalam kebijakan/SOP
(Perkada atau peraturan lainnya). Dalam whistle blower system tersebut
perlu diatur bahwa pelanggaran integritas dan kode etik oleh SDM
merupakan salah satu objek yang dapat dilaporkan dan adanya jaminan
kerahasiaan si pelapor

Komitmen terhadap Kompetensi

Pemda belum melakukan pengembangan Pelaksanaan pengembangan kompetensi melalui Pelatihan/Diklat PBJ bagi
kompetensi pelaku PBJ secara berkelanjutan, pelaku PBJ secara periodik, yang antara lain meliputi perencanaan PBJ,
sehingga pelaku PBJ belum melaksanakan prosedur pemilihan penyedia barang dan jasa, manajemen kontrak, manajemen
PBJ sesuai dengan ketentuan. informasi aset, dan kompetensi umum. Penentuan kebutuhan pelatihan/diklat
mempertimbangkan hasil evaluasi oleh pemda dan kebutuhan pelaku PBJ.
Lampiran : 32/ 2 - 11

KELEMAHAN LINGKUNGAN PENGENDALIAN RENCANA TINDAK PENGENDALIAN

Kepemimpinan yang kondusif

1) Pimpinan organisasi belum mampu mengarahkan 1) Peningkatan peran masyarakat/pegawai melalui penerapan sistem
sumber daya dan potensi organisasi untuk pengaduan masyarakat dan penggunaan e-Proc/SPSE yang dapat diakses
melaksanakan PBJ sesuai prosedur yang oleh masyarakat pada setiap tahapan PBJ untuk mengatasi adanya
ditetapkan penyimpangan, penyalahgunaan wewenang, korupsi, kolusi dan nepotisme
2) Pimpinan tidak transparan terhadap proses PBJ dalam proses PBJ.
3) Pengelola pengadaan mengalami demotivasi 2) Penilaian risiko oleh pimpinan/PA/KPA sebelum dilaksanakannya PBJ.
dalam melaksanakan tugasnya serta enggan Untuk itu, Pemerintah daerah perlu menetapkan dan melaksanakan
meningkatkan prestasi kerja kebijakan terkait penilaian risiko PBJ. Pelaksanaan Penilaian risiko mengacu
4) Pimpinan/pelaku PBJ belum menilai risiko dan kepada Pedoman Penilaian Risiko di masing-masing Pemerintah Daerah.
memahami tujuan pengendalian intern PBJ.

Struktur organisasi sesuai kebutuhan

Belum semua pemerintah daerah membentuk UKPBJ Penyusunan dan implementasi Perkada tentang pembentukan UKPBJ sesuai
mandiri, atau UKPBJ masih bersifat adhoc dengan dengan Perka LKPP Nomor 14 Tahun 2018 tentang Unit Kerja Pengadaan
pegawai yang merangkap dengan jabatan atau tugas Barang/Jasa.
lain.

Penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat


tentang SDM

1) Pemilihan pegawai/pejabat yang terkait dalam 1) Pola recruitment SDM pelaku PBJ harus mempertimbangkan syarat-syarat
PBJ masih didasarkan pada pegawai/pejabat yang yang diatur dalam peraturan dan kompetensi jabatan, serta integritas SDM.
dapat diajak “bekerja sama” untuk melakukan Untuk itu, perlu menyusun dan mengimplementasikan Prosedur
kecurangan.. Pengembangan SDM PBJ yang setidak-tidaknya meliputi tahapan
2) Pegawai/pejabat terkait PBJ belum diawasi secara Perencanaan, Seleksi, Orientasi, Pengembangan SDM, Monitoring
memadai Pelaksanaan Tugas, Penilaian Kinerja dan Integritas, serta pemberian
3) Pelatihan PBJ belum memadai Sanksi dan Penghargaan. Dlm tahapan seleksi sdh mempertimbangkan
Lampiran : 32/ 3 - 11

KELEMAHAN LINGKUNGAN PENGENDALIAN RENCANA TINDAK PENGENDALIAN

4) Jumlah honorarium/sistem penggajian/ kompetensi jabatan dan rekam jejak integritas calon /kandidat pelaku PBJ.
remunerasi bagi pegawai yang terkait pengadaan Penilaian integritas akan dilakukan kembali setelah pelaksanaan tugas.
belum disesuaikan dengan kinerjanya dan belum 2) Adanya SOP dan transparansi proses recruitment SDM pelaku PBJ.
mendorong peningkatan nilai integritas. Transparansi proses recruitment SDM pelaku PBJ tercermin sejak
pengusulan kandidat, adanya seleksi, dan pengumuman SDM pelaku PBJ.

Perwujudan peran APIP yang efektif

1) Peran APIP belum optimal dalam pengawasan dan 1) Penyusunan dan penetapan kebijakan pelaksanaan audit PBJ termasuk
pembinaan PBJ. pemberian akses kepada Inspektorat Daerah ke dalam aplikasi SPSE sesuai
batas kewenangannya yang disahkan dalam Peraturan Kepala
Daerah/Peraturan Daerah;
2) Memasukkan kegitan audit PBJ (baik kegiatan yang sedang berlangsung
maupun setelah kegiatan) ke dalam PKPT maupun Piagam Audit
Inspektorat;
3) Penyusunan pedoman audit PBJ;
4) Peningkatan kapabilitas Inspektorat Daerah untuk melakukan pengawasan
PBJ, melalui diklat PBJ dan diklat audit PBJ

B. RTP per Tahapan Kegiatan


1. Tahap Perumusan Kebijakan (Anggaran)
RISIKO URAIAN RISIKO RENCANA TINDAK PENGENDALIAN

1. Kegiatan PBJ dalam Kegiatan PBJ dalam dokumen penganggaran 1. Sosialisasi pedoman perhitungan teknis
dokumen penganggaran tidak pernah diusulkan oleh SKPD. Hal ini penganggaran oleh kementerian/OPD teknis
(RAPBD/APBD) tidak terjadi misalnya karena adanya penambahan kepada OPD yang membutuhkan terutama pada
pernah diusulkan oleh kegiatan pengadaan oleh pihak-pihak saat penyusunan spesifikasi teknis/KAK dan
SKPD tertentu tanpa melalui mekanisme yang perkiraan biaya/RAB untuk PBJ. (Risk 3)
seharusnya. Akibatnya kegiatan PBJ dalam 2. Penyusunan Standar Harga Barang/Jasa (SHBJ)
Lampiran : 32/ 4 - 11

RISIKO URAIAN RISIKO RENCANA TINDAK PENGENDALIAN

dokumen penganggaran tidak selaras dengan atau Standar Satuan Harga (SSH) berdasarkan
program dalam RPJMD, RKPD, usulan Analisis Standar Belanja (ASB) terutama untuk
Musrenbang dan RKA SKPD. penyusunan KUA PPAS dan RKA SKPD. Serta
integrasi antara SSH, ASB, dan Perencanaan
(SIMDA Perencanaan). (Risk 2)
2. Mark-up anggaran PBJ Anggaran PBJ yang diusulkan oleh SKPD 3. Penggunaan website/aplikasi untuk
dalam RKA SKPD sengaja ditinggikan . meningkatkan transparansi dan keterlibatan
masyarakat dalam proses penganggaran
(penggunaan sistem pengaduan masyarakat dan
3. Penentuan anggaran PBJ Anggaran PBJ yang diusulkan tidak aplikasi penganggaran yang memungkinkan
tidak didasarkan pada didukung dengan perhitungan teknis, dilakukan pemantauan oleh masyarakat) (Risk 1,
perhitungan teknis yang misalnya engineer estmate, namun hanya 2)
memadai berdasarkan perkiraan atau menaikkan 4. Pengintegrasian e-planning (misalnya SIMDA
anggaran PBJ tahun sebelumnya dengan Perencanaan), SHBJ, SIRUP, dan Sistem
prosentase tertentu. Pengadaan Secara Elektronik (SPSE) (Risk 1,2,3)
5. Penjaminan kualitas oleh Inspektorat Daerah
untuk memastikan penganggaran PBJ telah sesuai
kebutuhan dan mendukung output dan outcome
yang diharapkan (Risk 1,2,3).

2. Tahap Perencanaan Pengadaaan

RISIKO URAIAN RISIKO RENCANA TINDAK PENGENDALIAN

1. Perencanaan tidak sesuai Perencanaan PBJ tidak dilakukan 1. Penjaminan kualitas oleh Inspektorat Daerah untuk
dengan kebutuhan riil berdasarkan kebutuhan sesuai dengan :
rencana kegiatan yang ada di dalam Rencana § Memastikan perencanaan PBJ telah sesuai
Kerja Perangkat Daerah, kebutuhan kebutuhan dan mendukung tugas, fungsi, dan
Lampiran : 32/ 5 - 11

RISIKO URAIAN RISIKO RENCANA TINDAK PENGENDALIAN

barang/jasa yang diperlukan belum program (output dan outcome yang diharapkan)
menunjang tugas dan fungsi, serta program § Meminimalisir kesalahan spesifikasi,
organisasi penyimpangan terhadap ketentuan, dan
Contoh: SKPD tidak memerlukan suatu jenis menghindari keterlibatan/campur tangan
barang tertentu misal kendaraan bermotor, pelaku usaha dalam penyusunannya. (Risk 1, 2,
namun dalam perencanaan pengadaan 3)
direncanakan pengadaan sepeda motor 2. Keterlibatan instansi teknis (misal Dinas Pekerjaan
Umum untuk teknis konstruksi) dalam
2. Perencanaan disesuaikan Spesifikasi teknis/KAK dibuat berdasarkan penyusunan spesifikasi teknis/KAK dalam bentuk
dengan keinginan pihak- keinginan pihak tertentu atau mengarah
BIMTEK/Workshop penyusunan spesifikasi
pihak tertentu kepada merek/produk tertentu. teknis/KAK (Risk 2)
(Ket: Spesifikasi dapat mengarah kepada 3. Pembuatan dan implementasi SOP penyusunan
merek/produk tertentu untuk pengadaan database standar kualitas dan harga barang/jasa
komponen barang/jasa, suku cadang, bagian yang mudah diakses, lengkap, transparan, akurat
dari 1 (satu) sistem yang sudah ada, dan dapat diperbarui secara berkala. (Risk 3)
barang/jasa dalam katalog elektronik, atau
barang/jasa melalui Tender Cepat)
Contoh: spesifikasi pengadaan alat kesehatan
sudah diarahkan ke spesifikasi merk tertentu.
3. Penggelembungan Perhitungan biaya barang/jasa yang
anggaran dibutuhkan, dan biaya pendukung dalam
anggaran PBJ ditetapkan terlalu tinggi (tidak
sesuai dengan harga pasar), karena tidak
adanya standar harga barang/jasa yang
akurat di Pemda.
Lampiran : 32/ 6 - 11

3. Tahap Persiapan Pengadaan


RISIKO URAIAN RISIKO RENCANA TINDAK PENGENDALIAN

1. Hasil reviu spesifikasi Hasil reviu spesifikasi teknis yang dibuat oleh 1. Penyusunan SOP/manual atas reviu spesifikasi
teknis yang dibuat oleh PPK tidak sesuai dengan ketentuan misalnya teknis oleh PPK , termasuk langkah-langkah
PPK tidak sesuai ketentuan tidak sesuai kebutuhan dan tidak mengacu dalam melakukan survei untuk mengumpulkan
kepada RUP, spesifikasi disusun mengarah
data Ketersediaan, Harga, Alternatif barang
kepada suatu merek tertentu, serta spesifikasi
teknis tidak jelas/tidak menggambarkan sejenis, Ketersediaan barang/jasa yang memiliki
metode kerja penyelesaian pekerjaan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN),
Standar Nasional Indonesia (SNI), dan produk
2. Penyusunan Harga HPS yang disusun oleh PPK tidak
berkelanjutan. Dalam pekerjaan konstruksi, reviu
Perkiraan Sendiri (HPS) berdasarkan survei pasar, HPS tidak dihitung
yang tidak profesional secara keahlian, HPS disusun oleh calon spesifikasi dapat melibatkan konsultan perencana
penyedia barang/jasa sehingga barang/jasa . (Risk 1)
dan harga disesuaikan dengan keinginan 2. Penyusunan SOP/manual HPS termasuk langkah-
penyedia barang/jasa, adanya rekayasa langkah yang perlu dilakukan dalam survei harga
(mark-up) koefisien dan jenis komponen yang HPS. (Risk 2)
diperlukan untuk membentuk harga satuan 3. Penyusunan dokumen pengadaan (penetapan
sub jenis pekerjaan, adanya rekayasa (mark-
spesifikasi teknis/KAK, HPS, rancangan kontrak)
up) volume sub-sub jenis pekerjaan
khususnya untuk jenis kontrak lump sum, agar di reviu oleh Inspektorat Daerah. (Risk 1, 2)
HPS tidak berdasarkan data-data yang valid.

4. Tahap Pelaksanaan Pemilihan Penyedia


RISIKO URAIAN RISIKO RENCANA TINDAK PENGENDALIAN

1. Pengumuman dan Pengumuman tender/seleksi semu atau 1. Audit atas proses pemilihan penyedia barang
pendaftaran peserta fiktif, jangka waktu pengumuman sangat dan jasa oleh Inspektorat Daerah. (Risk 1, 2)
tender/seleksi yang terbatas, isi pengumuman tidak informatif, 2. Penggunaan SPSE dan katalog elektronik .
direkayasa waktu yang ditetapkan untuk pendaftaran
Untuk menjamin berfungsinya SPSE, UKPBJ
tidak jelas, alamat yang digunakan untuk
Lampiran : 32/ 7 - 11

RISIKO URAIAN RISIKO RENCANA TINDAK PENGENDALIAN

mendaftar tidak jelas atau alamat jelas tetapi perlu melibatkan Dinas yang menangani
sulit dicari atau alamatnya fiktif, Kominfo untuk memastikan aplikasi SPSE
tender/seleksi hanya diumumkan melalui selalu dalam kondisi siap dengan jaringan
LPSE dan tidak melalui papan pengumuman
yang memadai. (Risk 1, 2)
resmi dan website Pemda.
Pendaftaran peserta tender/seleksi yang
direkayasa misalnya adanya tender/seleksi
arisan, dimana terdapat beberapa peserta
yang mengikuti tender hanya sebagai
formalitas, pemenang sudah diatur sejak
awal.
2. Perubahan penting atas a. Amandemen dokumen pengadaan
dokumen pengadaan tidak (misalnya perubahan HPS, spesifikasi
dituangkan dalam teknis/KAK, rancangan kontrak) tidak
perubahan (amandemen) diunggah (di-upload) dalam portal LPSE
dokumen pengadaan dan dalam batas waktu yang ditentukan
tidak diunggah ke dalam misalnya, sekurang-kurangnya 3 (tiga) hari
portal LPSE pengadaan sebelum batas akhir pemasukan dokumen
terkait dalam batas waktu penawaran.
yang ditentukan b. Dalam hal amandemen dokumen
pengadaan mengakibatkan kebutuhan
penambahan waktu penyiapan dokumen
penawaran, Pokja pengadaan belum
memperpanjang batas akhir pemasukan
penawaran
Lampiran : 32/ 8 - 11

5. Tahap Pelaksanaan Kontrak

RISIKO URAIAN RISIKO RENCANA TINDAK PENGENDALIAN

1. Perubahan substansi Substansi kontrak yang akan ditandatangani 1. Pengawasan oleh Inspektorat Daerah atas
kontrak sebelum kontrak berbeda dengan rancangan kontrak yang pelaksanaan kontrak untuk mendeteksi
ditandatangani disampaikan dalam dokumen pengadaan adanya sub kontrak pekerjaan utama, laporan
dengan tujuan menguntungkan pihak tertentu.
yang tidak sesuai, pembayaran yang tidak
2. Penandatanganan dan Penandatanganan kontrak tanpa dilengkapi sesuai kontrak, dan penyimpangan lainnya;
pelaksanaan kontrak tidak surat jaminan pelaksanaan, dan (Risk 1 sd 8)
sesuai ketentuan penandatanganan kontrak dilakukan bukan 2. Pemberlakuan Blacklist baik untuk
oleh pihak yang berwenang (dipalsukan oleh
perusahaan maupun pemilik/pelaku yang
pihak tertentu), penandatanganan Kontrak
dilakukan sebelum DIPA/DPA menjual kontrak atau mensubkontrakkan
disahkan. pekerjaan utama; (Risk 3, 4)
3. Pengawasan atas peran tenaga ahli konsultan
3. Kontrak “dijual” kepada Penyedia atau Pemenang tender/seleksi,
perencana dan pengawas di lapangan oleh
pihak lain/seluruh menjual kontrak atau seluruh pekerjaan kepada
pekerjaan dialihkan kepada penyedia lain. Secara administrasi kontrak PPK. (Risk 8)
penyedia lainnya dilaksanakan oleh pememnag tender/seleksi,
namun pada kenyataannya kontrak
dilaksanakan oleh penyedia lain.
4. Pekerjaan utama Penyedia atau Pemenang tender/seleksi,
disubkontrakan mensubkontrakkan pekerjaan utama kepada
penyedia lain.
5. Perintah perubahan Perubahan volume kontrak (contract change
volume (contract change order) tidak berdasarkan justifikasi teknis yang
order) dalam rangka Kolusi memadai, tetapi dalam rangka keuntungan
Korupsi Nepotisme penyedia semata. Misalnya harga satuan
pekerjaan tertentu yang telah dimarkup harga
Lampiran : 32/ 9 - 11

RISIKO URAIAN RISIKO RENCANA TINDAK PENGENDALIAN

satuannya, ditambah volumenya, sehingga


keuntungan penyedia dari markup semakin
tinggi.

6. Perubahan desain tidak Perubahan desain pekerjaan di lapangan tidak


diikuti dengan justifikasi dilakukan berdasarkan justifikasi teknis dan
dan perubahan tidak dibuatkan amandemen kontrak.
(amandement) kontrak
7. Data lapangan yang Data lapangan seperti jumlah metodologi dan
dipalsukan cara pelaksanaan pekerjaan, peralatan di
lapangan, jumlah material, laporan perhitungan
volume pekerjaan (back up quantity) laporan
harian, laporan bulanan, BA penghitungan
volume pekerjaan dibuat tidak sesuai kondisi
riil dan cenderung dibesarkan volumenya.
8. Jumlah dan kualitas Jumlah dan kualitas tenaga ahli di lapangan
tenaga ahli dilapangan tidak sesuai/lebih rendah dibandingkan
tidak sesuai dengan dengan yang tercantum dalam kontrak.
persyaratan
Lampiran : 32/ 10 - 11

6. Tahap Penyelesaian dan Serah Terimas Hasil Pekerjaan

RISIKO URAIAN RISIKO RENCANA TINDAK PENGENDALIAN

1. Kuantitas dan kualitas Barang yang diterima oleh pengguna (kuantitas, 1. Audit atas pengadaan barang dan jasa
barang yang diterima tidak kualitas) tidak sesuai kontrak , barang tidak melibatkan Inspektorat Daerah untuk
sesuai kontrak atau barang dimanfaatkan. mengetahui kualitas barang dan jasa. (Risk
tidak dimanfaatkan. 1, 2)
2. Persyaratan pengetahuan dan pengalaman
2. Pembayaran yang tidak Berita acara penyelesaian pekerjaan yang cukup bagi Panitia/Pejabat Penerima
sesuai ketentuan. direkayasa/ditinggikan sampai dengan progres Hasil Pekerjaan (PjPHP) dan melibatkan
yang disyaratkan untuk mencairkan anggaran. orang yang memahami teknis barang yang
Pembayaran tidak sesuai dengan kemajuan fisik diserahterimakan. Misalnya untuk pekerjaan
atau adanya pembayaran fiktif, pembayaran IT harus melibatkan ahli IT. (Risk 1)
tidak didukung dengan hasil perhitungan 3. Pengalokasian waktu yang cukup bagi
bersama (mutual cek) untuk kontrak harga pejabat/panitia pemeriksa hasil pekerjaan
satuan, serta tidak dibuat Berita Acara (BA) untuk melakukan pengujian dan
pembayaran. pemeriksaan hasil pekerjaan. (Risk 1, 2)

7. Tahap Pemanfaatan Hasil Pekerjaan

RISIKO URAIAN RISIKO RENCANA TINDAK PENGENDALIAN

1. Barang/jasa tidak dicatat Aset yang dihasilkan dari kontrak tidak dicatat 1. Audit PBJ oleh Inspektorat, untuk
sebagaimana mestinya oleh sebagai aset dalam neraca pemerintah daerah, memastikan bahwa barang sudah
pemerintah daerah (misalnya misalnya gedung yang telah selesai dibangun dimasukkan ke dalam SIMAK-BMN/
tidak tercatat sebagai aset tidak dicatat sebagai aset dalam pemerintah SIMBADA/aplikasi BMN yang lain. (Risk
dalam neraca pemerintah daerah. 1)
daerah); 2. Penetapan tanggung jawab penyedia
Lampiran : 32/ 11 - 11

RISIKO URAIAN RISIKO RENCANA TINDAK PENGENDALIAN

2. Barang/konstruksi tidak Barang/konstruksi yang dibuat oleh penyedia konstruksi, konsultan perencana, dan
dapat dimanfaatkan sampai ternyata tidak dapat dimanfaatkan sampai pengawas tidak hanya sampai tahap
dengan umur ekonomisnya. dengan umur ekonomisnya. Misalnya jembatan pemeliharaan tetapi juga sampai dengan
seharusnya umur ekonomisnya 20 tahun, umur teknis konstruksi. Hal tersebut dapat
namun baru dimanfaatkan selama 5 tahun, dilakukan misalnya dengan pembuatan
jembatan tersebut roboh yang disebabkan oleh surat pernyataan dimana pelaksana,
kelalaian konsultan perencana, dan pelaksana. konsultan perencana, dan pengawas harus
bertanggung jawab sesuai dengan tanggun
jawabnya masing-masing apabila
barang/kontruksi tidak dapat digunakan
s.d. umur ekonomis yang disebabkan
karena kesalahan konsultan perencana,
pelaksana, atau konsultan pengawas. (Risk
2)
3. Barang/jasa hasil Barang/jasa hasil PBJ tidak dimanfaatkan oleh 1. Penyusunan rencana teknis oleh Pengguna
pengadaan tidak pengguna misalnya karena tidak sesuai Anggaran agar melibatkan instansi teknis
dimanfaatkan. kebutuhan, tidak tersedia sarana/fasilitas (misal Dinas Pekerjaan Umum) Daerah
pendukung lainnya, SDM pengguna tidak bisa untuk meminimalisir kesalahan spesifikasi.
mengoperasikan karena tidak ada pelatihan 2. Untuk pengadaan tertentu,perlu diatur
yang memadai. dalam klausul kontrak bahwa penyedia
barang/jasa dianggap menyelesaikan
pekerjaan jika peralatan/mesin sudah
dapat dioperasikan misal untuk pengadaan
alat kedokteran atau alat kesehatan, dsb.
Lampiran : 33 / 1 - 2

CONTOH
PENCATATAN KEJADIAN RISIKO (RISK EVEN)

Analisis Risiko
Kode
“Risiko” yang Teridentifikasi Tanggal
Risiko Sebab Dampak
terjadi
1. Kegiatan PBJ dalam dokumen penganggaran PKP1
(RAPBD/APBD) tidak pernah diusulkan oleh SKPD
2. Mark-up anggaran PBJ PKP2
3. Penentuan anggaran PBJ tidak didasarkan pada PKP3
perhitungan teknis yang memadai
4. Perencanaan tidak sesuai dengan kebutuhan riil PU1
5. Perencanaan disesuaikan dengan keinginan pihak- PU2
pihak tertentu untuk keuntungan
pribadi/pribadi/pihak lain
6. Penggelembungan anggaran (perencanaan PBJ) PU3
7. Spesifikasi yang disusun dibuat tidak sesuai PDP3
ketentuan
8. Penyusunan Harga Perkiraan Sendiri (HPS) yang PDP4
tidak profesional
9. Pengumuman dan pendaftaran peserta PPP1
tender/seleksi yang direkayasa
10. Perubahan penting atas dokumen pengadaan tidak PPP7
dituangkan dalam perubahan (amandement)
dokumen pengadaan dan tidak di unggah ke dalam
portal LPSE pengadaan terkait dalam batas waktu
yang ditentukan
11. Perubahan substansi kontrak sebelum kontrak PK1
ditandatangani (yang merugikan keuangan negara)
12. Penandatanganan dan pelaksanaan kontrak tidak PK2
sesuai ketentuan
Lampiran : 33 / 2 - 2

Analisis Risiko
Kode
“Risiko” yang Teridentifikasi Tanggal
Risiko Sebab Dampak
terjadi
13. Kontrak “dijual” kepada pihak lain atau seluruh PK3
pekerjaan utama dialihkan kepada penyedia lainnya

14. Pekerjaan utama disubkontrakan PK4


15. Perintah perubahan volume (contract change order) PK5
dalam rangka Kolusi Korupsi Nepotisme

16. Perubahan desain tidak diikuti dengan justifikasi PK6


dan perubahan (amandement) kontrak
17. Data lapangan yang dipalsukan PK7
18. Jumlah dan kualitas tenaga ahli dilapangan tidak PK10
sesuai dengan persyaratan
19. Kuantitas dan kualitas barang yang di terima tidak PSB1
sesuai kebutuhan
20. Pembayaran yang tidak sesuai ketentuan PSB4
21. Barang/jasa tidak dicatat sebagaimana mestinya PHP1
oleh pemerintah daerah (misalnya tidak tercatat
sebagai aset dalam neraca pemerintah daerah)
22. Barang/konstruksi tidak dapat dimanfaatkan PHP2
sampai dengan umur ekonomisnya
23. Barang/jasa hasil pengadaan tidak dimanfaatkan PHP 3
Lampiran : 34 / 1 - 3

CONTOH
PENGKOMUNIKASIAN PENGENDALIAN YANG DIBANGUN
No Media/Bentuk Sarana Penerima Waktu
Kegiatan Pengendalian yang Dibutuhkan Penyedia Informasi
Pengkomunikasian Informasi Pelaksanaan
1 2 3 4 5 6
1 Peningkatan integritas pelaku PBJ, antara lain Sosialisasi SOP UKPBJ OPD, seluruh November
melalui pertimbangan rekam jejak integritas pemilihan pelaku PBJ, pegawai dan 2018
calon /kandidat pelaku PBJ sejak tahapan website, SE masyarakat
seleksi, dan penilaian integritas setelah
pelaksanaan tugas
2 Perlunya kode etik/aturan perilaku dan Sosialisasi kode UKPBJ OPD, Pelaku Desember
implementasinya khusus bagi pelaku PBJ dan etik/aturan perilaku , PBJ, masyarakat 2018
UKPBJ yang antara lain memuat standar web site, SE
perilaku etis, praktik yang dapat diterima,
praktik yang tidak dapat diterima ,
pembentukan majelis pertimbangan kode etik,
dan proses penanganan pelanggaran kode etik
3 Penguatan whistle blower system yang Sosialisasi Perkada Sekretariat Daerah, OPD, pelaku Januari 2019
dituangkan dalam kebijakan/SOP (Perkada whistle blower UKPBJ, OPD yang PBJ, masyarakat
atau peraturan lainnya). Dalam whistle blower system/pengaduan menangani kominfo
system tersebut perlu diatur bahwa pelanggaran masyarakat, website,
integritas dan kode etik oleh SDM merupakan SE
salah satu objek yang dapat dilaporkan dan
adanya jaminan kerahasiaan si pelapor
4 Pelaksanaan pengembangan kompetensi Jadual Diklat PBJ, BKD, Balai Diklat OPD, pelaku PBJ Januari 2019
melalui Pelatihan/Diklat PBJ bagi pelaku PBJ website, SE Daerah, UKPBJ
secara periodik, yang antara lain meliputi
perencanaan PBJ, pemilihan penyedia barang
dan jasa, manajemen kontrak, manajemen
informasi aset, dan kompetensi umum.
Penentuan kebutuhan pelatihan/diklat
mempertimbangkan hasil evaluasi oleh pemda
dan kebutuhan pelaku PBJ.
5 Peningkatan peran masyarakat/pegawai Sosialisasi Perkada Sekretariat Daerah, OPD, pelaku Januari 2019
melalui penerapan sistem pengaduan whistle blower UKPBJ, OPD yang PBJ, masyarakat
masyarakat dan penggunaan e-Proc/SPSE system/pengaduan menangani kominfo
yang dapat diakses oleh masyarakat pada setiap masyarakat, website,
tahapan PBJ untuk mengatasi adanya SE
penyimpangan, penyalahgunaan wewenang,
korupsi, kolusi dan nepotisme dalam proses
PBJ.
6 Penilaian risiko oleh pimpinan/PA/KPA Sosialisasi/Bimtek Inspektorat UKPBJ, OPD Januari 2019
sebelum dilaksanakannya PBJ. pedoman penilaian
risiko khususnya
untuk PBJ,
7 Penyusunan dan implementasi Perkada tentang Perkada UKPBJ, Bagian Organisasi OPD Desember
pembentukan UKPBJ sesuai dengan Perka sosialisasi, website 2019
LKPP Nomor 14 Tahun 2018 tentang Unit Kerja
Pengadaan Barang/Jasa
8 Pola recruitment SDM pelaku PBJ harus Sosialisasi SOP UKPBJ OPD, seluruh November
mempertimbangkan syarat-syarat yang diatur pemilihan pelaku PBJ, pegawai dan 2018
dalam peraturan dan kompetensi jabatan, serta website, SE masyarakat
integritas SDM
9 Adanya SOP dan transparansi proses Sosialisasi SOP UKPBJ OPD, seluruh November
recruitment SDM pelaku PBJ. Transparansi pemilihan pelaku PBJ, pegawai dan 2018
proses recruitment SDM pelaku PBJ tercermin website, SE masyarakat
sejak pengusulan kandidat, adanya seleksi, dan
pengumuman SDM pelaku PBJ.
10 Penyusunan dan penetapan kebijakan Sosialisasi pedoman Inspektorat, UKPBJ Pegawai Februari
pelaksanaan audit PBJ termasuk pemberian audit PBJ, Jadwal Inspektorat, 2019
akses kepada Inspektorat Daerah ke dalam Diklat PBJ untuk OPD
aplikasi SPSE sesuai batas kewenangannya Inspektorat Daerah,
yang disahkan dalam Peraturan Kepala Diklat SPSE untuk
Daerah/Peraturan Daerah Inspektorat
11 Memasukkan kegitan audit PBJ (baik kegiatan Sosialisasi Perkada Inspektorat, UKPBJ Pegawai Februari
yang sedang berlangsung maupun setelah Piagam Audit Inspektorat, 2019
kegiatan) ke dalam PKPT maupun Piagam Inspektorat, sosialisasi OPD
Lampiran : 34 / 1 - 3

No Media/Bentuk Sarana Penerima Waktu


Kegiatan Pengendalian yang Dibutuhkan Penyedia Informasi
Pengkomunikasian Informasi Pelaksanaan
1 2 3 4 5 6
Audit Inspektorat PKPT.

12 Sosialisasi pedoman perhitungan teknis SE UKPBJ, OPD Teknis OPD Januari 2019
penganggaran oleh kementerian/OPD teknis
kepada OPD yang membutuhkan terutama
pada saat penyusunan spesifikasi teknis/KAK
dan perkiraan biaya/RAB untuk PBJ
13 Penyusunan Standar Harga Barang/Jasa (SHBJ) Sosialisasi SOP Sekretariat Daerah OPD November
atau Standar Satuan Harga (SSH) berdasarkan penyusunan SHBJ, SE 2018
Analisis Standar Belanja (ASB) terutama untuk
penyusunan KUA PPAS dan RKA SKPD
14 Penggunaan website/aplikasi untuk SE, website Sekretariat Derah, Masyarakat Februari
meningkatkan transparansi dan keterlibatan UKPBJ 2018
masyarakat dalam proses penganggaran
(penggunaan sistem pengaduan masyarakat
dan aplikasi penganggaran yang
memungkinkan dilakukan pemantauan oleh
masyarakat)
15 Pengintegrasian e-planning (misalnya SIMDA Perkada/Instruksi Sekretariat Daerah UKPBJ, Badan Januari 2019
Perencanaan), SHBJ, SIRUP, dan Sistem Kepala Daerah yang menangani
Pengadaan Secara Elektronik (SPSE) pengelolaan
keuangan
daerah, Bappeda
16 Penjaminan kualitas oleh Inspektorat Daerah Perkada/Instruksi Inspektorat Daerah OPD Desember
untuk memastikan penganggaran PBJ telah Kepala Daerah 2018
sesuai kebutuhan dan mendukung output dan
outcome yang diharapkan
17 Penjaminan kualitas oleh Inspektorat Daerah Perkada/Instruksi Inspektorat Daerah OPD Desember
untuk : Kepala Daerah 2018
§ Memastikan perencanaan PBJ telah sesuai
kebutuhan dan mendukung tugas, fungsi,
dan program (output dan outcome yang
diharapkan)
§ Meminimalisir kesalahan spesifikasi,
penyimpangan terhadap ketentuan, dan
menghindari keterlibatan/campur tangan
pelaku usaha dalam penyusunannya
18 Keterlibatan instansi teknis (misal Dinas Instruksi Kepala UKPBJ, OPD Teknis OPD November
Pekerjaan Umum untuk teknis konstruksi) Daerah, Jadwal 2018
dalam penyusunan spesifikasi teknis/KAK Workshop
dalam bentuk BIMTEK/Workshop penyusunan
spesifikasi teknis/KAK
19 Pembuatan dan implementasi SOP penyusunan Sosialisasi SOP Sekretariat Daerah OPD Maret 2019
database standar kualitas dan harga penyusunan SHBJ, SE
barang/jasa yang mudah diakses, lengkap,
transparan, akurat dan dapat diperbarui secara
berkala.
20 Penyusunan SOP/manual atas reviu spesifikasi Sosialisasi SOP, SE, UKPBJ OPD November
teknis oleh PPK, termasuk langkah-langkah website 2018
dalam melakukan survei untuk
mengumpulkan data Ketersediaan, Harga,
Alternatif barang sejenis, Ketersediaan
barang/jasa yang memiliki Tingkat Komponen
Dalam Negeri (TKDN), Standar Nasional
Indonesia (SNI), dan produk berkelanjutan.
Dalam pekerjaan konstruksi, reviu spesifikasi
dapat melibatkan konsultan perencana
21 Penyusunan SOP/manual HPS termasuk Sosialisasi SOP, SE, UKPBJ OPD November
langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam website 2018
survei harga HPS
22 Penyusunan dokumen pengadaan (penetapan Perkada/Instruksi Inspektorat Daerah OPD Desember
spesifikasi teknis/KAK, HPS, rancangan Kepala Daerah 2018
kontrak) agar di reviu oleh Inspektorat Daerah
23 Audit atas proses pemilihan penyedia barang Perkada/Instruksi Inspektorat Daerah OPD Juni 2019,
dan jasa oleh Inspektorat Daerah Kepala Daerah November
2019
Lampiran : 34 / 1 - 3

No Media/Bentuk Sarana Penerima Waktu


Kegiatan Pengendalian yang Dibutuhkan Penyedia Informasi
Pengkomunikasian Informasi Pelaksanaan
1 2 3 4 5 6
24 Penggunaan SPSE dan katalog elektronik . Instruksi Kepala Sekretariat Daerah OPD yang Januari 2019
Untuk menjamin berfungsinya SPSE, UKPBJ Daerah menangani
perlu melibatkan Dinas yang menangani kominfo
Kominfo untuk memastikan aplikasi SPSE
selalu dalam kondisi siap dengan jaringan yang
memadai
25 Pengawasan oleh Inspektorat Daerah atas Perkada/Instruksi Inspektorat Daerah OPD Juni 2019,
pelaksanaan kontrak untuk mendeteksi adanya Kepala Daerah November
sub kontrak pekerjaan utama, laporan yang 2019
tidak sesuai, pembayaran yang tidak sesuai
kontrak, dan penyimpangan lainnya
26 Pemberlakuan Blacklist baik untuk perusahaan Instruksi Kepala UKPBJ OPD, Februari
maupun pemilik/pelaku yang menjual kontrak Daerah, sosialisasi, Masyarakat 2019
atau mensubkontrakkan pekerjaan utama website
27 Pengawasan atas peran tenaga ahli konsultan Perkada/Instruksi Inspektorat Daerah OPD Juni 2019,
perencana dan pengawas di lapangan oleh PPK Kepala Daerah November
2019
28 Audit atas pengadaan barang dan jasa Perkada/Instruksi Inspektorat Daerah OPD Juni 2019,
melibatkan Inspektorat Daerah untuk Kepala Daerah November
mengetahui kualitas barang dan jasa 2019
29 Persyaratan pengetahuan dan pengalaman yang Perkada/ Peraturan UKPBJ OPD Maret 2019
cukup bagi Panitia/Pejabat Penerima Hasil UKPBJ
Pekerjaan (PjPHP) dan melibatkan orang yang
memahami teknis barang yang
diserahterimakan
30 Pengalokasian waktu yang cukup bagi Perkada/ Peraturan UKPBJ OPD Maret 2019
pejabat/panitia pemeriksa hasil pekerjaan UKPBJ
untuk melakukan pengujian dan pemeriksaan
hasil pekerjaan
31 Audit PBJ oleh Inspektorat, untuk memastikan Perkada/Instruksi Inspektorat Daerah OPD Juni 2019,
bahwa barang sudah dimasukkan ke dalam Kepala Daerah November
SIMAK-BMN/ SIMBADA/aplikasi BMN yang 2019
lain
32 Penetapan tanggung jawab penyedia SE, sosilisasi UKPBJ OPD Januari 2019
konstruksi, konsultan perencana, dan pengawas
tidak hanya sampai tahap pemeliharaan tetapi
juga sampai dengan umur teknis konstruksi
33 Penyusunan rencana teknis oleh Pengguna SE UKPBJ, OPD Teknis OPD Januari 2019
Anggaran agar melibatkan instansi teknis (misal
Dinas Pekerjaan Umum) Daerah untuk
meminimalisir kesalahan spesifikasi
34 Untuk pengadaan tertentu,perlu diatur dalam SE, instruksi kepala UKPBJ OPD, Januari 2019
klausul kontrak bahwa penyedia barang/jasa daerah masyarakat
dianggap menyelesaikan pekerjaan jika
peralatan/mesin sudah dapat dioperasikan
misal untuk pengadaan alat kedokteran atau
alat kesehatan, dsb
Lampiran : 35 / 1 - 3

CONTOH
RANCANGAN PEMANTAUAN BERKELANJUTAN ATAS PENGENDALIAN INTERN

No Bentuk/Metode
Penanggung Jawab Waktu Pelaksanaan
Kegiatan Pengendalian yang Dibutuhkan Pemantauan yang
Pemantauan Pemantauan
Diperlukan
1 2 3 4 5
1 Peningkatan integritas pelaku PBJ, antara lain - Reviu atas penerapan UKPBJ - Setahun sekali
melalui pertimbangan rekam jejak integritas calon prosedur pengembangan Inspektorat - Setiap selesai
/kandidat pelaku PBJ sejak tahapan seleksi, dan SDM PBJ pengadaan
penilaian integritas setelah pelaksanaan tugas - Penilaian integritas
Pelaku PBJ
2 Perlunya kode etik/aturan perilaku dan Reviu penerapan kode etik Inspektorat, BKD Setahun sekali
implementasinya khusus bagi pelaku PBJ dan
UKPBJ yang antara lain memuat standar perilaku
etis, praktik yang dapat diterima, praktik yang
tidak dapat diterima , pembentukan majelis
pertimbangan kode etik, dan proses penanganan
pelanggaran kode etik
3 Penguatan whistle blower system yang dituangkan Evaluasi penyelenggaraan UKPBJ - Setiap 6 bulan sekali
dalam kebijakan/SOP (Perkada atau peraturan whistle blower system Inspektorat
lainnya). Dalam whistle blower system tersebut
perlu diatur bahwa pelanggaran integritas dan
kode etik oleh SDM merupakan salah satu objek
yang dapat dilaporkan dan adanya jaminan
kerahasiaan si pelapor
4 Pelaksanaan pengembangan kompetensi melalui Evaluasi penyelenggaraan UKPBJ - Setiap selesai diklat
Pelatihan/Diklat PBJ bagi pelaku PBJ secara pelatihan/Diklat PBJ Balai Diklat untuk menilai
periodik, yang antara lain meliputi perencanaan Inspektorat pemahaman peserta
PBJ, pemilihan penyedia barang dan jasa, - Setahun sekali
manajemen kontrak, manajemen informasi aset, untuk menilai
dan kompetensi umum. Penentuan kebutuhan penyelenggaraan
pelatihan/diklat mempertimbangkan hasil pelatihan/diklat
evaluasi oleh pemda dan kebutuhan pelaku PBJ. secara umum
5 Peningkatan peran masyarakat/pegawai melalui Evaluasi penyelenggaraan UKPBJ - Setiap 6 bulan sekali
penerapan sistem pengaduan masyarakat dan sistem pengaduan Inspektorat
penggunaan e-Proc/SPSE yang dapat diakses oleh masyarakat/whistle blower
masyarakat pada setiap tahapan PBJ untuk system
mengatasi adanya penyimpangan,
penyalahgunaan wewenang, korupsi, kolusi dan
nepotisme dalam proses PBJ.
6 Penilaian risiko oleh pimpinan/PA/KPA sebelum - Monitoring oleh - Pimpinan PA/KPA Rutin oleh pimpinan
dilaksanakannya PBJ. pimpinan/PA/KPA - Inspektorat PA/KPA, setiap
- Evaluasi oleh Inspektorat semester oleh
Inspektorat
7 Penyusunan dan implementasi Perkada tentang Monitoring perkembangan Sekretariat Daerah Setiap bulan
pembentukan UKPBJ sesuai dengan Perka LKPP pembantukan UKPBJ oleh
Nomor 14 Tahun 2018 tentang Unit Kerja Sekretariat Daerah,
Pengadaan Barang/Jasa
8 Pola recruitment SDM pelaku PBJ harus - Reviu atas penerapan UKPBJ - Setahun sekali
mempertimbangkan syarat-syarat yang diatur prosedur pengembangan Inspektorat - Setiap selesai
dalam peraturan dan kompetensi jabatan, serta SDM PBJ pengadaan
integritas SDM - Penilaian integritas
Pelaku PBJ
9 Adanya SOP dan transparansi proses recruitment - Evaluasi penempatan UKPBJ - Setahun sekali
SDM pelaku PBJ. Transparansi proses recruitment pelaku PBJ Inspektorat
SDM pelaku PBJ tercermin sejak pengusulan
kandidat, adanya seleksi, dan pengumuman SDM
pelaku PBJ.
10 Penyusunan dan penetapan kebijakan Monitoring pelaksanaan Kepala Daerah Setiap 6 bulan sekali
pelaksanaan audit PBJ termasuk pemberian akses audit PBJ yang dilakukan Inspektorat
kepada Inspektorat Daerah ke dalam aplikasi Inspektorat
SPSE sesuai batas kewenangannya yang disahkan
dalam Peraturan Kepala Daerah/Peraturan
Daerah
11 Memasukkan kegitan audit PBJ (baik kegiatan Monitoring pelaksanaan Kepala Daerah Setiap 6 bulan sekali
yang sedang berlangsung maupun setelah audit PBJ yang dilakukan Inspektorat
kegiatan) ke dalam PKPT maupun Piagam Audit Inspektorat
Lampiran : 35 / 2 - 3

No Bentuk/Metode
Penanggung Jawab Waktu Pelaksanaan
Kegiatan Pengendalian yang Dibutuhkan Pemantauan yang
Pemantauan Pemantauan
Diperlukan
1 2 3 4 5
Inspektorat
12 Sosialisasi pedoman perhitungan teknis Monitoring sosialisasi UKPBJ Setiap pelaksanaan
penganggaran oleh kementerian/OPD teknis pedoman perhitungan kegiatan
kepada OPD yang membutuhkan terutama pada teknis
saat penyusunan spesifikasi teknis/KAK dan
perkiraan biaya/RAB untuk PBJ
13 Penyusunan Standar Harga Barang/Jasa (SHBJ) Monitoring penyusunan Sekretariat Daerah Setiap tahun
atau Standar Satuan Harga (SSH) berdasarkan SHBJ
Analisis Standar Belanja (ASB) terutama untuk
penyusunan KUA PPAS dan RKA SKPD
14 Penggunaan website/aplikasi untuk Evaluasi penyelenggaraan Sekretariat Daerah, Setiap 6 bulan sekali
meningkatkan transparansi dan keterlibatan whistle blower system UKPBJ
masyarakat dalam proses penganggaran
(penggunaan sistem pengaduan masyarakat dan
aplikasi penganggaran yang memungkinkan
dilakukan pemantauan oleh masyarakat)
15 Pengintegrasian e-planning (misalnya SIMDA Monitoring implementasi Sekretariat Daerah, Setiap 6 bulan sekali
Perencanaan), SHBJ, SIRUP, dan Sistem Pengintegrasian e-planning UKPBJ
Pengadaan Secara Elektronik (SPSE) (misalnya SIMDA
Perencanaan), SHBJ, SIRUP,
dan Sistem Pengadaan
Secara Elektronik (SPSE)
16 Penjaminan kualitas oleh Inspektorat Daerah - Monitoring pelaksanaan Kepala Daerah Setiap 6 bulan sekali
untuk memastikan penganggaran PBJ telah sesuai penjaminan kualitas oleh Inspektorat
kebutuhan dan mendukung output dan outcome Inspektorat
yang diharapkan - Monitoring pelaksanaan
Tindak lanjut oleh OPD
17 Penjaminan kualitas oleh Inspektorat Daerah - Monitoring pelaksanaan Kepala Daerah Setiap 6 bulan sekali
untuk : penjaminan kualitas oleh Inspektorat
§ Memastikan perencanaan PBJ telah sesuai Inspektorat
kebutuhan dan mendukung tugas, fungsi, - Monitoring pelaksanaan
dan program (output dan outcome yang Tindak lanjut oleh OPD
diharapkan)
§ Meminimalisir kesalahan spesifikasi,
penyimpangan terhadap ketentuan, dan
menghindari keterlibatan/campur tangan
pelaku usaha dalam penyusunannya
18 Keterlibatan instansi teknis (misal Dinas Pekerjaan Monitoring sosialisasi UKPBJ Setiap pelaksanaan
Umum untuk teknis konstruksi) dalam pedoman perhitungan kegiatan
penyusunan spesifikasi teknis/KAK dalam bentuk teknis
BIMTEK/Workshop penyusunan spesifikasi
teknis/KAK
19 Pembuatan dan implementasi SOP penyusunan Monitoring penyusunan Sekretariat Daerah Setiap semester
database standar kualitas dan harga barang/jasa SOP dan penyusunan
yang mudah diakses, lengkap, transparan, akurat database standar kualitas
dan dapat diperbarui secara berkala. dan harga barang/jasa
20 Penyusunan SOP/manual atas reviu spesifikasi Monitoring penyusunan UKPBJ dan Kepala Setiap pelaksanaan
teknis oleh PPK, termasuk langkah-langkah dalam SOP dan pelaksanaan reviu OPD kegiatan
melakukan survei untuk mengumpulkan data spesifikasi teknis oleh PPK
Ketersediaan, Harga, Alternatif barang sejenis,
Ketersediaan barang/jasa yang memiliki Tingkat
Komponen Dalam Negeri (TKDN), Standar
Nasional Indonesia (SNI), dan produk
berkelanjutan. Dalam pekerjaan konstruksi, reviu
spesifikasi dapat melibatkan konsultan perencana
21 Penyusunan SOP/manual HPS termasuk langkah- Monitoring penyusunan UKPBJ dan Kepala Setiap pelaksanaan
langkah yang perlu dilakukan dalam survei harga SOP dan implementasi OPD kegiatan
HPS
22 Penyusunan dokumen pengadaan (penetapan - Monitoring pelaksanaan Kepala Daerah Setiap 6 bulan sekali
spesifikasi teknis/KAK, HPS, rancangan kontrak) Reviu inspektorat daerah Inspektorat
agar di reviu oleh Inspektorat Daerah - Monitoring tindak lanjut
oleh OPD
23 Audit atas proses pemilihan penyedia barang dan - Monitoring pelaksanaan Kepala Daerah Setiap 6 bulan sekali
jasa oleh Inspektorat Daerah audit proses pemilihan Inspektorat
PBJ
Lampiran : 35 / 3 - 3

No Bentuk/Metode
Penanggung Jawab Waktu Pelaksanaan
Kegiatan Pengendalian yang Dibutuhkan Pemantauan yang
Pemantauan Pemantauan
Diperlukan
1 2 3 4 5
- Monitoring tindak lanjut
oleh OPD
24 Penggunaan SPSE dan katalog elektronik . Untuk - Pemantauan penggunaan UKPBJ Setiap 3 bulan
menjamin berfungsinya SPSE, UKPBJ perlu SPSE dan katalog Inspektorat
melibatkan Dinas yang menangani Kominfo elektronik
untuk memastikan aplikasi SPSE selalu dalam - Pemantauan kepada
kondisi siap dengan jaringan yang memadai Dinas yang menangani
kominfo
25 Pengawasan oleh Inspektorat Daerah atas - Monitoring pelaksanaan Kepala Daerah Setiap 6 bulan sekali
pelaksanaan kontrak untuk mendeteksi adanya pengawasan oleh Inspektorat
sub kontrak pekerjaan utama, laporan yang tidak inspektorat daerah
sesuai, pembayaran yang tidak sesuai kontrak, - Monitoring tindak lanjut
dan penyimpangan lainnya oleh OPD
26 Pemberlakuan Blacklist baik untuk perusahaan Monitoring pelaksanaan UKPBJ Setiap ada kejadian
maupun pemilik/pelaku yang menjual kontrak blaclist Inspektorat
atau mensubkontrakkan pekerjaan utama
27 Pengawasan atas peran tenaga ahli konsultan Monitoring pengawasan Inspektorat Setiap 6 bulan sekali
perencana dan pengawas di lapangan oleh PPK PPK
28 Audit atas pengadaan barang dan jasa melibatkan - Monitoring pelaksanaan Kepala Daerah Setiap 6 bulan sekali
Inspektorat Daerah untuk mengetahui kualitas Audit PBJ oleh Inspektorat
barang dan jasa Inspektorat
- Monitoring tindak lanjut
oleh OPD
29 Persyaratan pengetahuan dan pengalaman yang Evaluasi penetapan UKPBJ Setiap pembentukan
cukup bagi Panitia/Pejabat Penerima Hasil Panitia/Pejabat Penerima
Pekerjaan (PjPHP) dan melibatkan orang yang Hasil Pekerjaan (PjPHP)
memahami teknis barang yang diserahterimakan
30 Pengalokasian waktu yang cukup bagi Evaluasi alokasi waktu UKPBJ Setiap pelaksanaan
pejabat/panitia pemeriksa hasil pekerjaan untuk
melakukan pengujian dan pemeriksaan hasil
pekerjaan
31 Audit PBJ oleh Inspektorat, untuk memastikan - Monitoring pelaksanaan Kepala Daerah Setiap 6 bulan sekali
bahwa barang sudah dimasukkan ke dalam Audit PBJ oleh Inspektorat
SIMAK-BMN/ SIMBADA/aplikasi BMN yang Inspektorat
lain - Monitoring tindak lanjut
oleh OPD
32 Penetapan tanggung jawab penyedia konstruksi, Evaluasi oleh UKPBJ dan UKPBJ Setiap pelaksanaan
konsultan perencana, dan pengawas tidak hanya Inspektorat Inspektorat kontrak
sampai tahap pemeliharaan tetapi juga sampai
dengan umur teknis konstruksi
33 Penyusunan rencana teknis oleh Pengguna Monitoring penyusunan UKPBJ Setiap pelaksanaan
Anggaran agar melibatkan instansi teknis (misal rencana teknis kegiatan
Dinas Pekerjaan Umum) Daerah untuk
meminimalisir kesalahan spesifikasi
34 Untuk pengadaan tertentu,perlu diatur dalam Evaluasi oleh UKPBJ dan UKPBJ Setiap pelaksanaan
klausul kontrak bahwa penyedia barang/jasa Inspektorat Inspektorat kontrak
dianggap menyelesaikan pekerjaan jika
peralatan/mesin sudah dapat dioperasikan misal
untuk pengadaan alat kedokteran atau alat
kesehatan, dsb
Lampiran : 36 / 1-1

CONTOH OUTLINE (DAFTAR ISI)


LAPORAN/DOKUMEN RENCANA TINDAK PENGENDALIAN

I. Pendahuluan .......................................................................................1
A Latar belakang................................................................................1
B Dasar hukum ..................................................................................2
C Maksud dan tujuan .........................................................................2
D Ruang lingkup ................................................................................3
II. Sekilas tentang SPIP ..........................................................................4
A Pengertian ......................................................................................4
B Tujuan spip.....................................................................................5
C unsur unsur SPIP ...........................................................................5
1. Lingkungan Pengendalian ........................................................5
2. Penilaian risiko .........................................................................6
3. Aktifitas pengendalian ...............................................................6
4. Informasi dan komunikasi .........................................................6
5. Pemantauan berkelanjutan .......................................................7
D. PernyataanTanggung Jawab (Statement of Responsibilities).......7
III. Penciptaan Lingkungan Pengendalian yang Diharapkan .....................8
A. Tujuan Penciptaan Lingkungan Pengendalian yang Baik ...............8
B. Kondisi Lingkungan Pengendalian Saat Ini.....................................9
C. Rencana Perbaikan Lingkungan Pengendalian ............................11
IV. Risiko dan Kegiatan Pengendalian....................................................14
A. Pernyataan Tujuan .......................................................................14
B. Risiko-risiko ..................................................................................15
C. Pengendalian Terpasang..............................................................18
D. Pengendalian yang Masih Dibutuhkan..........................................18
V. Informasidan Komunikasi ........................................................................20
VI. Pemantauan dan Evaluasi ......................................................................21
VII. Penutup ....................................................................................................23
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai