No. 200.001/2011
200.001/2011
Direktorat Litbang
Badan Pemeriksa Keuangan RI
Jl. Jenderal Gatot Subroto 31
Jakarta -10210
KEPUTUSAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 10/K/I-XIII.2/12/2011
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS PENENTUAN AREA KUNCI PEMERIKSAAN KINERJA
MEMUTUSKAN:
Pasal 2
Pasal 3
Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal :
ANGGOTA, ANGGOTA,
ANGGOTA, ANGGOTA,
ANGGOTA,
BAHRULLAH AKBAR
DAFTAR ISI
i
DAFTAR LAMPIRAN
ii
Juknis Penentuan Area Kunci
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
01. Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) dalam Pernyataan Standar Signifikansi masalah
menurut SPKN
Pemeriksaan (PSP) 04 Standar Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja paragraf 8
(delapan) mensyaratkan pemeriksa untuk mempertimbangkan signifikansi
suatu masalah dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan atas
pemeriksaan kinerja. Suatu masalah dianggap signifikan apabila masalah itu
relatif penting bagi pencapaian tujuan pemeriksaan dan bagi pengguna laporan
hasil pemeriksaan. Untuk melaksanakan SPKN dan mempertimbangkan
adanya keterbatasan-keterbatasan seperti waktu, sumber daya manusia dan
biaya yang dihadapi oleh pemeriksa serta menyesuaikan dengan tahap-tahap
dalam Juklak Pemeriksaan Kinerja, maka dalam tahap perencanaan
pemeriksaan perlu menentukan suatu area kunci.
02. 0Penentuan area kunci membuat pemeriksaan kinerja menjadi lebih fokus pada Area kunci membuat
pelaksanaan
2bidang-bidang tertentu yang dianggap penting sehingga pemeriksa tidak perlu
pemeriksaan lebih
melakukan pemeriksaan atas seluruh aktivitas, bidang, program dari suatu fokus
entitas. Dengan demikian, hasil pemeriksaan dapat memberikan nilai tambah
untuk perbaikan kinerja bagi obyek yang diperiksa secara signifikan.
03. 0Penentuan area kunci merupakan salah satu tahapan penting dalam Penentuan area kunci
memengaruhi lingkup
4perencanaan pemeriksaan kinerja karena memengaruhi lingkup dan tujuan
dan tujuan
pemeriksaan, serta kriteria yang akan digunakan pada tahap pelaksanaan pemeriksaan
pemeriksaan kinerja.
04. 0Berdasarkan point 01, 02, dan 03 di atas, penentuan area kunci dalam Juknis ini adalah
penjabaran SPKN dan
5pemeriksaan kinerja perlu diatur dalam suatu petunjuk teknis sebagai
Juklak Pemeriksaan
penjabaran dari SPKN dan Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja, Kinerja
sehingga pemeriksa memiliki dasar, keseragaman, dan konsistensi dalam
menentukan area kunci.
B. Tujuan
05. 0Tujuan penyusunan Petunjuk Teknis (Juknis) Penentuan Area Kunci adalah Tujuan penyusunan
Juknis
6memberikan pedoman secara teknis dalam menentukan
area/bidang/program/kegiatan yang akan menjadi fokus utama dalam
pelaksanaan pemeriksaan kinerja.
C. Lingkup
06. 0Juknis Penentuan Area Kunci hanya mengatur teknik-teknik yang dibutuhkan Lingkup Juknis
7oleh pemeriksa dalam menentukan aktivitas/bidang/program yang akan
menjadi fokus utama dalam pelaksanaan pemeriksaan kinerja. Dengan
demikian, Juknis ini hanya membahas materi-materi yang diperlukan pada
tahap perencanaan pemeriksaan kinerja.
07. 0Juknis Penentuan Area Kunci merupakan penjabaran dari Petunjuk
8Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja pada tahap perencanaan pemeriksaan kinerja
tentang Penentuan Area Kunci, sehingga kedudukan Juknis ini tidak dapat
dipisahkan dengan Juklak Pemeriksaan Kinerja.
BAB II
GAMBARAN UMUM AREA KUNCI
BAB III
TEKNIK PENENTUAN AREA KUNCI
A. Umum
01. 0Telah disebutkan dalam bab sebelumnya bahwa tim pemeriksa melakukan
Output
OutputDari
DariPemahaman
1pemahaman entitas dan identifikasi masalah pada objek pemeriksaan dengan Entitas
Pemahaman
Entitasdan
danIdentifikasi
Identifikasi
Masalah
menggunakan keahliannya sebagai pemeriksa, seperti: memahami proses Masalah
tergantung dari hasil penilaian auditor terhadap empat faktor pemilihan. Potensial yang Dapat
Diperiksa
03. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari kegiatan tahap sebelumnya, pada
tahap ini pemeriksa dapat mengidentifikasikan beberapa area potensial. Tidak
semua area potensial yang teridentifikasi tersebut akan ditindaklanjuti oleh
pemeriksa, mengingat adanya keterbatasan sumber daya pemeriksaan. Format Membuat
MembuatUrutan
UrutanPrioritas
berdasarkan
Prioritas
berdasarkanFaktor
Faktor
Pemilihan
kertas kerja untuk penentuan area potensial dapat dilihat pada Lampiran III.1 Pemilihan
04. Untuk memberikan ilustrasi penentuan area potensial yang dapat diperiksa
digunakan contoh kasus pada Kantor Pertanahan di Kabupaten ABC.1 Dengan
menggunakan hasil identifikasi masalah yang telah dilakukan sebelumnya
pada pemeriksaan kinerja Kantor Pertanahan di Kabupaten ABC diperoleh Menentukan
MenentukanArea
AreaKunci
Kunci
1
Semua sub unsur komponen penilaian dalam Juknis ini hanya sebagai ilustrasi pemeriksaan kinerja kantor
pertanahan. Sedangkan dalam pelaksanaan pemeriksaan di lapangan, penentuan sub unsur komponen penilaian merupakan
hasil pertimbangan profesional pemeriksa sesuai dengan kondisi masing-masing. Contohnya sub-sub unsur efektivitas atas
penilaian dampak pemeriksaan diilustrasikan seperti: 1) perbaikan analisis kebutuhan untuk suatu program, 2) tujuan dan
kebijakan program yang lebih jelas, dan 3) tujuan, rincian, serta sasaran yang lebih memadai dan seterusnya.
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan hal 5 dari 24
Juknis Penentuan Area Kunci
07. 0Penentuan area kunci sangat penting untuk diidentifikasi oleh pemeriksa,
6karena memengaruhi luasnya lingkup pemeriksaan. Apabila area yang
diperiksa terlalu banyak, maka lingkup pemeriksaannya pun akan semakin luas
dan pada akhirnya risiko pemeriksaan menjadi tinggi. Lingkup pemeriksaan
yang diperiksa akan memengaruhi efektivitas pemeriksaan dalam pencapaian
tujuan pemeriksaan. Lingkup pemeriksaan yang lebih kecil memungkinkan
pemeriksa untuk melakukan evaluasi secara lebih mendalam pada area kunci
yang dipilih, sehingga diharapkan tujuan pemeriksaan kinerja, yaitu
memperbaiki dan meningkatkan kinerja entitas dapat tercapai.
08. 0Untuk melakukan penilaian terhadap faktor-faktor pemilihan di atas (faktor Pembobotan Area
Kunci
7risiko manajemen, signifikansi, dampak pemeriksaan, dan auditabilitas),
pemeriksa dapat melakukan pembobotan berdasarkan pertimbangan
profesionalnya (professional judgment). Pembobotan dilakukan dengan
menggunakan matriks pembobotan dengan skor terhadap faktor-faktor
pemilihan sebagai berikut:
Tinggi = skor 3
Sedang = skor 2
Rendah = skor 1
BAB IV
FAKTOR PEMILIHAN-RISIKO MANAJEMEN
01. Penilaian risiko pada pemeriksaan kinerja adalah risiko yang ditanggung Faktor-faktor
pemilihan; Risiko
manajemen terkait dengan aspek ekonomi, efisiensi, dan efektivitas, antara Manajemen
lain:
a. Pengeluaran di bawah/di atas anggaran dalam jumlah yang signifikan.
b. Tidak dicapainya tujuan yang telah ditetapkan.
c. Tingginya mutasi pegawai.
d. Manajemen tidak bereaksi atas kelemahan yang ditemukan.
e. Ekspansi program secara mendadak.
f. Hubungan tanggung jawab yang tumpang tindih, tidak jelas atau
membingungkan.
g. Aktivitas yang bersifat kompleks dalam suatu lingkungan yang penuh
dengan ketidakpastian. Beberapa indikator yang mengakibatkan
ketidakpastian tersebut antara lain:
kegiatan yang amat terdesentralisasi dengan banyak pihak yang
berkepentingan;
penggunaan teknologi yang berkembang amat pesat dan canggih;
lingkungan yang dinamis dan kompetitif;
melibatkan berbagai macam instansi/lintas sektoral; dan
proyek atau aktivitas yang baru.
h. Aktivitas yang berdampak negatif pada lingkungan hidup.
i. Kurangnya keamanan data elektronik dan/atau sistem informasi.
j. Tindakan yang berindikasi kecurangan.
02. Contoh penilaian risiko manajemen untuk area-area potensial pada Kantor Contoh Penilaian
Risiko Manajemen
Pertanahan Kabupaten ABC adalah sebagai berikut :
Area Pengelolaan Penggunaan Pengelolaan Pengelolaan
Potensial PNBP Belanja PNBP pelayanan dalam
utama pelayanan
kepada penanganan
pemohon sengketa,
Unsur
konflik, dan
perkara
a. Tingginya mutasi
1 1 2 2
pegawai
b. Adanya
Perubahan
1 1 2 3
Kebijakan yang
mendadak
c. Adanya
hubungan
tanggung jawab 2 2 3 3
yang tumpang
tindih
d. Pengeluaran
tidak sesuai 2 1 3 3
anggaran
BAB V
FAKTOR PEMILIHAN-SIGNIFIKANSI
01. Signifikansi
0 suatu area pemeriksaan berkaitan dengan dampak yang dihasilkan Konsep Signifikansi
area tersebut terhadap objek pemeriksaan secara keseluruhan. Signifikansi
bergantung pada apakah suatu kegiatan dalam suatu area pemeriksaan secara
komparatif memiliki pengaruh yang besar terhadap kegiatan lainnya dalam
objek pemeriksaan secara keseluruhan. Penentuan signifikansi merupakan
penilaian profesional dimana seorang pemeriksa harus mempertimbangkan
faktor-faktor seperti: materialitas keuangan, batas kritis keberhasilan, dan
visibilitas. Format kertas kerja penilaian signifikansi dapat dilihat pada
Lampiran V.1.
02. Materialitas
0 keuangan adalah salah satu aspek dari signifikansi. Faktor ini Aspek Materialitas
Keuangan
didasarkan atas penilaian terhadap aset yang dikuasai, jumlah penerimaan dan
pengeluaran yang dikelola oleh entitas yang diperiksa. Semakin tinggi tingkat
materialitas keuangan suatu kegiatan/program/bidang, maka semakin tinggi
kemungkinan menjadi area kunci yang akan dipilih sebagai lingkup
pemeriksaan. Materialitas dalam pemeriksaan keuangan dan pemeriksaan
kinerja dapat berbeda. Objek yang sama bisa dipandang secara berbeda,
sehingga ada kemungkinan material menurut audit kinerja tapi menurut
pemeriksaan keuangan tidak material. Hal tersebut diilustrasikan sebagai
berikut:
Alokasi
Anggaran 150.000.000,00 100.000.000,00 300.000.000,00 200.000.000,00
Belanja (Rp)
Total Anggaran
Belanja Kantor 10.000.000.000,00 10.000.000.000,00 10.000.000.000,00 10.000.000.000,00
Pertanahan (Rp)
Persentase 0,015% 0.01% 0,03% 0,02%
Bobot/Skor 2 1 3 2
03. Aspek batas kritis keberhasilan menunjukkan pentingnya suatu area dalam Aspek Batas Kritis
Keberhasilan
menentukan keberhasilan suatu entitas. Apabila perbaikan yang ditimbulkan
akan memberikan dampak yang signifikan terhadap operasi entitas maka
signifikansinya akan tinggi. Sebaliknya, suatu pekerjaan yang bersifat rutin
dan perbaikan kinerja suatu objek tidak berdampak luas terhadap kinerja
entitas secara keseluruhan maka tingkat signifikansinya relatif rendah. Contoh
perbaikan yang memberikan dampak yang signifikan:
Pada kegiatan operasi bank pemerintah, peningkatan kinerja area treasuri
akan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap naiknya penerimaan
bank tersebut. Oleh karena itu peningkatan kinerja area treasuri merupakan
area yang signifikan dalam entitas bank pemerintah.
Pelayanan utama kepada pemohon merupakan bisnis utama dari Kantor
Pertanahan Kabupaten ABC sehingga peningkatan kinerja dari pelayanan
utama kepada pemohon akan menaikkan PNBP.
04. Visibilitas atau kejelasan suatu area berhubungan erat dengan dampak Aspek Visibilitas
eksternal dari suatu kegiatan/program/bidang. Hal ini berkaitan dengan aspek
sosial, ekonomi dan lingkungan suatu kegiatan/program/bidang, serta
pentingnya kegiatan tersebut terhadap program pemerintah atau masyarakat.
Contohnya adalah suatu lembaga pemeriksa melakukan pemeriksaan kinerja
pada area pengelolaan pelayanan pertanahan pada suatu kantor pertanahan.
Jika melihat aspek visibilitasnya, area ini memiliki signifikansi yang tinggi
karena kegiatan pelayanan pertanahan merupakan hal yang penting dan peka,
serta peningkatan kinerja kantor pertanahan akan memengaruhi aspek sosial
dan ekonomi masyarakat.
05. Contoh penilaian signikansi untuk area-area potensial pada Kantor Pertanahan Contoh Penilaian
Signifikansi
kabupaten ABC adalah sebagai berikut :
pelayanan penanganan
Pengelolaan pelayanan
Pengelolaan dalam
Pengelolaan PNBP
Area
Potensial
perkara
PNBP
Keterangan
Unsur
BAB VI
FAKTOR PEMILIHAN-DAMPAK
PEMERIKSAAN
01. Dampak
0 pemeriksaan merupakan nilai tambah yang diharapkan dari Konsep Dampak
Pemeriksaan
pemeriksaan tersebut, yaitu suatu perubahan dan perbaikan yang dapat
meningkatkan aspek 3E dari area yang diperiksa. Nilai tambah yang
dihasilkan dari suatu pemeriksaan merupakan hal penting dalam menentukan
area kunci yang akan diperiksa secara rinci. Pertanyaan yang harus selalu
diajukan oleh pemeriksa adalah Apakah pemeriksaan yang akan dilaksanakan
dapat memberikan suatu perbaikan kinerja entitas? Apabila pemeriksaan
tampaknya tidak akan menimbulkan perubahan berarti pada kinerja
manajemen, pemeriksa dapat memberikan bobot yang rendah terhadap
komponen dampak pemeriksaan. Format kertas kerja menilai dampak
pemeriksaan dapat dilihat pada Lampiran VI.1.
02. Berikut disajikan beberapa kemungkinan atau contoh dampak pemeriksaan Beberapa
kemungkinan dampak
yang diharapkan berdasarkan beberapa aspek tertentu: pemeriksaan
1. Aspek efektivitas 2. Peningkatan 3. Peningkatan
perencanaan, akuntabilitas
pengendalian, dan
manajemen
Perbaikan analisis Peningkatan Peningkatan
kebutuhan. perencanaan pengendalian dan
Memperjelas tujuan manajemen. pemantauan ekstern.
dan kebijakan. Memperjelas Indikator kinerja yang
Memperkenalkan penentuan prioritas lebih baik dan akurat.
tujuan dan sasaran dan sasaran yang lebih Perbandingan yang
dengan lebih baik. baik. lebih baik dengan
Perbaikan dalam Insentif sasaran yang organisasi sejenis.
pencapaian tujuan lebih baik. Penyajian informasi
melalui perubahan Pengendalian dan yang lebih jelas dan
sifat output atau manajemen atas informatif.
peningkatan sasaran. sumber daya manusia,
aset, proyek, dan
sumber daya lain yang
lebih baik.
Pengendalian yang
ketat atas kecurangan.
Peningkatan sistem
akuntansi keuangan.
Informasi manajemen
keuangan yang lebih
baik.
Keamanan sistem
komputer yang lebih
baik.
03. Contoh penentuan dampak pemeriksaan untuk area-area potensial pada Kantor
Pertanahan Kabupaten ABC dapat dilakukan sebagai berikut:
Area Pengelolaan
Potensial dalam
Pengelolaan
pelayanan
Pengelolaan Penggunaan pelayanan
penanganan
PNBP Belanja PNBP utama kepada
sengketa,
pemohon
Unsur konflik, dan
perkara
1. Efektivitas
3 3 3 3
(12/4) (12/4) (12/4) (12/4)
a) Perbaikan analisis
3 3 3 3
kebutuhan untuk suatu
program
b) Tujuan dan kebijakan
program yang lebih jelas 3 3 3 3
c) Tujuan rincian dan
sasaran yang lebih
memadai 3 3 3 3
d) Peningkatan pencapaian
tujuan melalui
perubahan output atau 3 3 3 3
perbaikan sasaran
2. Peningkatan
Perencanaan, 2,5 2,5 2 1,38
Pengendalian, dan
Pengelolaan (20/8) (20/8) (16/8) (11/8)
a) Peningkatan
3 3 3 2
perencanaan badan yang
diperiksa
b) Prioritas dan sasaran 3 3 3 2
yang lebih jelas
c) Insentif yang lebih baik
untuk mencapai sasaran 3 3 1 1
d) Perbaikan pengendalian
dan pengelolaan
sumber daya manusia,
aset, proyek, dan 3 3 3 2
sumber daya lain
e) Pengendalian yang lebih 3 3 3 1
ketat atas kecurangan
f) Perbaikan sistem
akuntansi keuangan 1 1 1 1
g) Perbaikan informasi
manajemen keuangan 3 3 1 1
h) Perbaikan keamanan
sistem komputer 1 1 1 1
3. Peningkatan
Akuntabilitas 2,33 2,33 2 2
c) Pengembangan bentuk
1 1 1 1
laporan keuangan
d) Perbaikan indikator
3 3 3 3
kinerja
e) Perbaikan perbandingan
kinerja antara badan 1 1 1 1
sejenis yang diperiksa
f) Penyajian informasi
yang lebih jelas dan
informatif 3 3 3 3
4. Efisiensi
3 3 3 1,5
6. Peningkatan Mutu
Pelayanan 1 1 2,5 1,83
BAB VII
FAKTOR PEMILIHAN-AUDITABILITAS
02. Contoh penilaian auditabilitas untuk area-area potensial pada Kantor Contoh Penilaian
Untuk Auditabilitas
Pertanahan Kabupaten ABC adalah sebagai berikut:
Area Pengelolaan
Potensial dalam
Pengelolaan
Pengelolaan pelayanan
Penggunaan pelayanan
penanganan
PNPB Belanja PNPB utama kepada
sengketa,
pemohon
konflik dan
Unsur perkara
Lokasi Pemeriksaan 3 3 3 3
BAB VIII
PENENTUAN AREA KUNCI
DAN ANALISIS HASIL
02. Contoh penentuan area kunci pada Kantor Pertanahan Kabupaten ABC adalah Contoh Penentuan
Area Kunci
sebagai berikut:
Faktor Pemilihan
Dipilih/Tidak
Kesimpulan
Total Skor
Auditabilitas5
Pemeriksaan4
Manajemen2
Signifikansi3
Urutan
Dampak
No Area Potensial
Risiko
Prioritas
Simpulan:
Dari tabel di atas terlihat area potensial pengelolaan pelayanan kepada
pemohon mendapatkan skor tertinggi sebesar 11 (sebelas), sehingga tim
pemeriksa memutuskan area ini sebagai area kunci.
03. Analisis hasil menjelaskan alasan pemilihan area kunci setelah Analisis Pemilihan
Area Kunci
mempertimbangkan faktor-faktor pemilihan. Tujuannya adalah untuk
memberikan dasar pemilihan area kunci dari area-area potensial yang tersedia.
Format kertas kerja untuk analisa pemilihan area kunci dapat dilihat pada
Lampiran VIII.2. Contoh hasil analisis untuk pemilihan area kunci pelayanan
kepada pemohon diuraikan sebagai berikut:
2
Lihat halaman 9.
3
Lihat halaman 12.
4
Lihat halaman 16.
5
Lihat halaman 18.
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan hal 20 dari 24
Juknis Penentuan Area Kunci
B. Dokumentasi
Pemeriksa harus mendokumentasikan setiap langkah dalam menentukan area Dokumentasi
kegiatan
kunci, termasuk pertimbangan profesional dan cara pembobotannya, yang
telah disetujui dan direviu oleh Pengendali Teknis dan Penanggung Jawab
pemeriksaan.
BAB IX
PENUTUP
Referensi
Asian Organisation of Supreme Audit Institution, 2000, Performance Auditing Guideline. ASOSAI.
Badan Pemeriksa Keuangan, 2007, Organisasi dan Tata Kerja Pelaksanaan Badan Pemeriksa
Keuangan Republik Indonesia, Jakarta.
Badan Pemeriksa Keuangan, 2007, Standar Pemeriksaan Keuangan Negara, Jakarta.
Badan Pemeriksa Keuangan, 2008, Panduan Manajemen Pemeriksaan, Jakarta.
Chambers, A. and Rand, G., 2000, The Operational Auditing Handbook : Auditing Business Processes,
John Wiley & Sons, London.
International Organizations of Supreme Audit Institutions, 2004, Implementation Guidelines for
Performance Auditing, INTOSAI.
Rai, Agung, 2008, Audit Kinerja: Teori dan Aplikasi pada Sektor Publik, Jakarta.
No. Indeks
Pemeriksaan Kinerja Atas
Dibuat oleh :
.. (Obyek Pemeriksaan)
Tahun Anggaran Direviu oleh :
Disetujui oleh :
Catatan:
1. Kolom 2 Hasil Identifikasi Masalah diisi dengan output berupa masalah-masalah utama yang didapatkan
dari langkah Pemeriksaan Kinerja sebelumnya yaitu Identifikasi Masalah.
2. Kolom 3 Area Potensial diisi dengan Area/Program/Kegiatan/Bidang yang berkaitan dengan masalah utama
yang didapatkan.
Juknis Penentuan Area Kunci Lampiran IV.1
No. Indeks
Pemeriksaan Kinerja Atas Dibuat oleh :
.. (Obyek Pemeriksaan)
Tahun Anggaran Direviu oleh :
Disetujui oleh :
Risiko tidak
tercapainya 3E
Skor rata-rata
risiko tidak
tercapainya 3E
Catatan :
1. Pembobotan terhadap faktor-faktor penilaian dilakukan sebagai berikut:
Tinggi = skor 3
Sedang = skor 2
Rendah = skor 1
2. Bila subunsur faktor risiko tidak tercapainya 3E yang ada tidak relevan dan pemeriksa kesulitan
mengidentifikasi subunsur faktor penilaian yang relevan untuk menilai keseluruhan area potensial,
maka pemeriksa dapat langsung memberikan skor pada risiko tidak tercapainya 3E atas masing-masing
area potensial disertai alasan pemberian skor.
3. Alasan pemberian nilai skor untuk risiko tidak tercapainya 3E secara naratif untuk masing-masing area
potensial dijelaskan di bawah tabel kertas kerja penilaian risiko manajemen.
Juknis Penentuan Area Kunci Lampiran V.1
No. Indeks
Pemeriksaan Kinerja Atas
Dibuat oleh :
.. (Obyek Pemeriksaan)
Tahun Anggaran Direviu oleh :
Disetujui oleh :
Catatan :
1. Pembobotan terhadap faktor-faktor penilaian dilakukan sebagai berikut:
Tinggi = skor 3
Sedang = skor 2
Rendah = skor 1
2. Skor rata-rata signifikansi diisi dengan rata-rata penjumlahan dari faktor-faktor penilaian.
3. Pengisian skoring hanya dilakukan pada faktor-faktor penilaian yang dapat diidentifikasi. Contoh: pada
pemilihan area potensial berdasarkan kegiatan mungkin akan sulit untuk mendapatkan data untuk
materialitas keuangan.
4. Alasan pemberian nilai skor untuk faktor-faktor penilaian secara naratif untuk masing-masing area
potensial dijelaskan di bawah tabel kertas kerja penilaian signifikansi.
Juknis Penentuan Area Kunci Lampiran VI.1
No. Indeks
Pemeriksaan Kinerja Atas
Dibuat oleh :
.. (Obyek Pemeriksaan)
Tahun Anggaran Direviu oleh :
Disetujui oleh :
No. Indeks
Pemeriksaan Kinerja Atas
Dibuat oleh :
.. (Obyek Pemeriksaan)
Tahun Anggaran Direviu oleh :
Disetujui oleh :
No. Indeks
Pemeriksaan Kinerja Atas
.. (Obyek Pemeriksaan) Dibuat oleh :
Direviu oleh :
Tahun Anggaran.
Disetujui oleh :
Catatan:
1. Kolom 2 diisi dengan area-area potensial yang didapatkan dari hasil identifikasi masalah
2. Kolom 3, 4, 5, dan 6 diisi dengan menggunakan skor 1 = rendah, 2 = sedang, 3 = tinggi.
3. Kolom 7 merupakan penjumlahan dari kolom 3, 4, 5, dan 6.
4. Kolom 8 merupakan urutan prioritas dari area-area potensial yang akan dipilih sebagai obyek pemeriksaan
5. Kolom 9 merupakan kesimpulan area potensial yang akan dipilih sebagai obyek pemeriksaan (area kunci).
Juknis Penentuan Area Kunci Lampiran VIII.2
No. Indeks
Pemeriksaan Kinerja Atas
Dibuat oleh :
(Obyek Pemeriksaan)
Tahun Anggaran. Direviu oleh :
Disetujui oleh :
Catatan :
Untuk Alasan Pemilihan diisi dengan dasar pertimbangan pemeriksa dalam pemilihan area kunci.
Juknis Penentuan Area Kunci
1. Daeng M. Nazier
2. Hery Subowo
3. Ria Anugriani
4. Beni Subena
7. Dwi Afriyanti
9. Subeki Supriyadi
14. Yosie