Anda di halaman 1dari 41

LAMPIRAN : KEPUTUSAN BPK RI

No. 200.001/2011

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA
2011
LAMPIRAN : KEPUTUSAN BPK RI
NOMOR : 10 /K/1-XIII.2/12/2011
TANGGAL : 30 DESEMBER 2011

200.001/2011

PETUNJUK TEKNIS PENENTUAN AREA KUNCI


PEMERIKSAAN KINERJA

Direktorat Litbang
Badan Pemeriksa Keuangan RI
Jl. Jenderal Gatot Subroto 31
Jakarta -10210
KEPUTUSAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 10/K/I-XIII.2/12/2011

TENTANG
PETUNJUK TEKNIS PENENTUAN AREA KUNCI PEMERIKSAAN KINERJA

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) dalam


Pernyataan Standar Pemeriksaan (PSP) 04 Standar
Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja paragraf 8 (delapan)
mensyaratkan Pemeriksa untuk mempertimbangkan signifikansi
suatu masalah dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
pelaporan atas Pemeriksaan Kinerja, di mana suatu masalah
dianggap signifikan apabila masalah itu relatif penting bagi
pencapaian tujuan pemeriksaan dan bagi pengguna laporan
hasil pemeriksaan;
b. bahwa untuk melaksanakan SPKN dan mempertimbangkan
adanya keterbatasan-keterbatasan yang dihadapi oleh
Pemeriksa serta menyesuaikan dengan tahap-tahap dalam
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja, maka dalam tahap
perencanaan pemeriksaan perlu menentukan suatu area kunci;
c. bahwa dengan penentuan area kunci sebagaimana dimaksud
pada huruf b, Pemeriksaan Kinerja menjadi lebih fokus pada
bidang-bidang tertentu yang dianggap penting dan hasil
pemeriksaan dapat memberikan nilai tambah untuk perbaikan
kinerja bagi obyek yang diperiksa secara signifikan;
d. bahwa sehubungan dengan hal sebagaimana disebutkan pada
huruf a, huruf b, dan huruf c, dipandang perlu menetapkan
Petunjuk Teknis Penentuan Area Kunci Pemeriksaan Kinerja
dengan suatu Keputusan;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);
2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan
Pemeriksa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2006 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4654);
3. Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 1 Tahun 2007
tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 42, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4707);
4. Surat Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor
31/SK/I-VII.3/8/2006 tanggal 31 Agustus 2006 tentang Tata
Cara Pembentukan Peraturan, Keputusan, dan Naskah Dinas
pada Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia;
5. Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor
39/K/SK/I-VIII.3/7/2007 tanggal 13 Juli 2007 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Pelaksana Badan Pemeriksa Keuangan
Republik Indonesia;
6. Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor
1/K/I-XIII.2/2/2008 tanggal 19 Februari 2008 tentang Panduan
Manajemen Pemeriksaan sebagaimana telah diubah dengan
Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor
5/K/I-XIII.2/8/2009 tanggal 26 Agustus 2009 tentang Perubahan
atas Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor
1/K/I-XIII.2/2/2008 tentang Panduan Manajemen Pemeriksaan;
7. Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor
06/K/I-XIII.2/6/2008 tanggal 5 Juni 2008 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : KEPUTUSAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN TENTANG


PETUNJUK TEKNIS PENENTUAN AREA KUNCI PEMERIKSAAN
KINERJA.
Pasal 1

Menetapkan dan memberlakukan Petunjuk Teknis Penentuan Area Kunci Pemeriksaan


Kinerja di lingkungan Badan Pemeriksa Keuangan.

Pasal 2

Petunjuk Teknis Penentuan Area Kunci Pemeriksaan Kinerja sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 1 disusun dengan sistematika sebagai berikut:
a. BAB I : PENDAHULUAN
b. BAB II : GAMBARAN UMUM AREA KUNCI
c. BAB III : TEKNIK PENENTUAN AREA KUNCI
d. BAB IV : FAKTOR PEMILIHAN-RISIKO MANAJEMEN
e. BAB V : FAKTOR PEMILIHAN-SIGNIFIKANSI
f. BAB VI : FAKTOR PEMILIHAN-DAMPAK PEMERIKSAAN
g. BAB VII : FAKTOR PEMILIHAN-AUDITABILITAS
h. BAB VIII : PENENTUAN AREA KUNCI DAN ANALISIS HASIL
i. BAB IX : PENUTUP

Pasal 3

Petunjuk Teknis Penentuan Area Kunci Pemeriksaan Kinerja sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 2 adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dari Keputusan ini.
Pasal 4

Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal :

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA
WAKIL KETUA, KETUA,

HASAN BISRI HADI POERNOMO

ANGGOTA, ANGGOTA,

MOERMAHADI SOERJA DJANEGARA TAUFIEQURACHMAN RUKI

Plh. ANGGOTA, ANGGOTA,

HASAN BISRI ALI MASYKUR MUSA

ANGGOTA, ANGGOTA,

SAPTO AMAL DAMANDARI RIZAL DJALIL

ANGGOTA,

BAHRULLAH AKBAR
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .................................................................................................................................. i


DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ....................................................................................................... 1
B. Tujuan ..................................................................................................................... 1
C. Lingkup .................................................................................................................. 1
D. Dasar Hukum Penyusunan Petunjuk Teknis .......................................................... 2
E. Sistematika Penulisan ............................................................................................. 2
BAB II GAMBARAN UMUM AREA KUNCI ....................................................................... 3
A. Konsep Area Kunci ................................................................................................ 3
B. Tujuan Penentuan Area Kunci ............................................................................... 3
C. Kegiatan Utama dalam Menentukan Area Kunci ................................................... 3
BAB III TEKNIK PENENTUAN AREA KUNCI .................................................................... 4
A. Umum ..................................................................................................................... 4
B. Menentukan Area Potensial yang Dapat Diperiksa ................................................ 5
C. Menentukan Area Kunci ........................................................................................ 6
BAB IV FAKTOR PEMILIHAN-RISIKO MANAJEMEN ................................................... 8
BAB V FAKTOR PEMILIHAN-SIGNIFIKANSI ................................................................. 10
BAB VI FAKTOR PEMILIHAN-DAMPAK PEMERIKSAAN ............................................ 13
BAB VII FAKTOR PEMILIHAN-AUDITABILITAS ............................................................. 17
BAB VIII PENENTUAN AREA KUNCI DAN ANALISIS HASIL ....................................... 19
A. Tahapan Pengisian Kertas Kerja Pemeriksaan dan Analisis Hasil.......................... 19
B. Dokumentasi............................................................................................................ 22
BAB IX PENUTUP ..................................................................................................................... 23
A. Pemberlakuan Petunjuk Teknis Area Kunci .......................................................... 23
B. Perubahan Petunjuk Teknis Penentuan Area Kunci................................................ 23
C. Pemantauan Petunjuk Teknis Penentuan Area Kunci............................................. 23
REFERENSI ........................................................................................................................................ 24
LAMPIRAN
SUSUNAN TIM PENYUSUN JUKNIS PENENTUAN AREA KUNCI

i
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran III.1 Kertas Kerja Penentuan Area Potensial


Lampiran IV.1 Kertas Kerja Penilaian Risiko Manajemen
Lampiran V.1 Kertas Kerja Penilaian Signifikansi
Lampiran VI.1 Kertas Kerja Penilaian Dampak Pemeriksaan
Lampiran VII.1 Kertas Kerja Penilaian Auditabilitas
Lampiran VIII.1 Kertas Kerja Pemilihan Area Kunci
Lampiran VIII.2 Kertas Kerja Hasil Analisis Pemilihan Area Kunci

ii
Juknis Penentuan Area Kunci

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
01. Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) dalam Pernyataan Standar Signifikansi masalah
menurut SPKN
Pemeriksaan (PSP) 04 Standar Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja paragraf 8
(delapan) mensyaratkan pemeriksa untuk mempertimbangkan signifikansi
suatu masalah dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan atas
pemeriksaan kinerja. Suatu masalah dianggap signifikan apabila masalah itu
relatif penting bagi pencapaian tujuan pemeriksaan dan bagi pengguna laporan
hasil pemeriksaan. Untuk melaksanakan SPKN dan mempertimbangkan
adanya keterbatasan-keterbatasan seperti waktu, sumber daya manusia dan
biaya yang dihadapi oleh pemeriksa serta menyesuaikan dengan tahap-tahap
dalam Juklak Pemeriksaan Kinerja, maka dalam tahap perencanaan
pemeriksaan perlu menentukan suatu area kunci.
02. 0Penentuan area kunci membuat pemeriksaan kinerja menjadi lebih fokus pada Area kunci membuat
pelaksanaan
2bidang-bidang tertentu yang dianggap penting sehingga pemeriksa tidak perlu
pemeriksaan lebih
melakukan pemeriksaan atas seluruh aktivitas, bidang, program dari suatu fokus
entitas. Dengan demikian, hasil pemeriksaan dapat memberikan nilai tambah
untuk perbaikan kinerja bagi obyek yang diperiksa secara signifikan.
03. 0Penentuan area kunci merupakan salah satu tahapan penting dalam Penentuan area kunci
memengaruhi lingkup
4perencanaan pemeriksaan kinerja karena memengaruhi lingkup dan tujuan
dan tujuan
pemeriksaan, serta kriteria yang akan digunakan pada tahap pelaksanaan pemeriksaan
pemeriksaan kinerja.
04. 0Berdasarkan point 01, 02, dan 03 di atas, penentuan area kunci dalam Juknis ini adalah
penjabaran SPKN dan
5pemeriksaan kinerja perlu diatur dalam suatu petunjuk teknis sebagai
Juklak Pemeriksaan
penjabaran dari SPKN dan Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja, Kinerja
sehingga pemeriksa memiliki dasar, keseragaman, dan konsistensi dalam
menentukan area kunci.
B. Tujuan
05. 0Tujuan penyusunan Petunjuk Teknis (Juknis) Penentuan Area Kunci adalah Tujuan penyusunan
Juknis
6memberikan pedoman secara teknis dalam menentukan
area/bidang/program/kegiatan yang akan menjadi fokus utama dalam
pelaksanaan pemeriksaan kinerja.
C. Lingkup
06. 0Juknis Penentuan Area Kunci hanya mengatur teknik-teknik yang dibutuhkan Lingkup Juknis
7oleh pemeriksa dalam menentukan aktivitas/bidang/program yang akan
menjadi fokus utama dalam pelaksanaan pemeriksaan kinerja. Dengan
demikian, Juknis ini hanya membahas materi-materi yang diperlukan pada
tahap perencanaan pemeriksaan kinerja.
07. 0Juknis Penentuan Area Kunci merupakan penjabaran dari Petunjuk
8Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja pada tahap perencanaan pemeriksaan kinerja
tentang Penentuan Area Kunci, sehingga kedudukan Juknis ini tidak dapat
dipisahkan dengan Juklak Pemeriksaan Kinerja.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan hal 1 dari 24


Juknis Penentuan Area Kunci

D. Dasar Hukum Penyusunan Petunjuk Teknis


08. 0Dasar hukum penyusunan Petunjuk Teknis Penentuan Area Kunci adalah Dasar hukum
penyusunan Juknis
9sebagai berikut:
a. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan
dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4400);
b. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa
Keuangan Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2006 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4654);
c. Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 1 Tahun 2007 tentang
Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4707);
d. Surat Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 31/SK/I-VII.3/8/2006
tanggal 31 Agustus 2006 tentang Tata Cara Pembentukan Peraturan,
Keputusan, dan Naskah Dinas pada Badan Pemeriksa Keuangan Republik
Indonesia;
e. Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 39/K/I-VIII.3/7/2007
tanggal 13 Juli 2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Pelaksana Badan
Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia;
f. Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 1/K/1-XIII.2/2/2008 tanggal
19 Februari 2008 tentang Panduan Manajemen Pemeriksaan sebagaimana
telah diubah dengan Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor
5/K/I-XIII.2/8/2009 tanggal 26 Agustus 2009 tentang Perubahan atas
Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 1/K/I-XIII.2/2/2008 tentang
Panduan Manajemen Pemeriksaan;
g. Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 09/K/I-XIII.2/7/2008
tanggal 31 Juli 2008 tentang Petunjuk Pelaksanaan Tata Cara Penyusunan
atau Penyempurnaan Pedoman Pemeriksaan dan Non Pemeriksaan; dan
h. Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 06/K/I-XIII.2/6/2008
tanggal 5 Juni 2008 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja.
.
E. Sistematika Penulisan
09. 1Juknis ini disusun menurut sistematika sebagai berikut:
0Bab I : Pendahuluan
Bab II : Gambaran Umum Area Kunci
Bab III : Teknik Penentuan Area Kunci
Bab IV : Faktor Pemilihan-Risiko Manajemen
Bab V : Faktor Pemilihan-Signifikansi
Bab VI : Faktor Pemilihan-Dampak Pemeriksaan
Bab VII : Faktor Pemilihan-Auditabilitas
Bab VIII : Penentuan Area Kunci dan Analisis Hasil
Bab IX : Penutup
Referensi
Lampiran

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan hal 2 dari 24


Juknis Penentuan Area Kunci

BAB II
GAMBARAN UMUM AREA KUNCI

A. A. Konsep Area Kunci


01. Area kunci adalah suatu aktivitas, bidang, atau program dalam entitas yang Konsep Area Kunci
diperiksa yang merupakan fokus pemeriksaan kinerja. Dalam kegiatan
penentuan area kunci, pemeriksa akan memahami suatu permasalahan yang
sudah teridentifikasi pada tahap sebelumnya secara lebih mendalam.
02. Penentuan area kunci yang tepat akan sangat membantu pemeriksa dalam Manfaat Penentuan
Area Kunci
melaksanakan pemeriksaan terinci. Lingkup pemeriksaan menjadi lebih sempit
karena hanya terfokus pada area kunci yang telah ditetapkan. Dengan demikian
analisis dalam pemeriksaan akan lebih mendalam sehingga tujuan pemeriksaan
dapat tercapai. Tujuan pemeriksaan kinerja adalah untuk meningkatkan
perbaikan kinerja suatu aktivitas, bidang, serta program terkait dengan aspek
ekonomi, efisiensi dan efektivitas.
B. Tujuan Penentuan Area Kunci
03. Tujuan penentuan area kunci dalam perencanaan adalah: Tujuan penentuan area
kunci
a. menentukan urutan prioritas area kunci yang akan dipilih dengan
menggunakan pendekatan faktor-faktor pemilihan (selection factors) yang
terdiri dari (1) risiko manajemen, (2) signifikansi, (3) dampak
pemeriksaan, dan (4) auditabilitas; dan
b. memperoleh area kunci yang akan menjadi fokus dalam pelaksanaan
pemeriksaan kinerja.

C. Kegiatan Utama dalam Menentukan Area Kunci


04. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari identifikasi masalah, yang di dalamnya Faktor pemilihan
untuk menentukan
terdapat informasi tentang visi, misi, proses bisnis, isu terkait lingkungan area kunci
hidup, dan tugas utama entitas, pemeriksa dapat menentukan beberapa area
potensial yang dapat dikembangkan dalam pemeriksaan. Area potensial yang
telah teridentifikasi, selanjutnya akan dipilih berdasarkan urutan prioritasnya
untuk ditentukan sebagai fokus utama obyek pemeriksaan yang disebut area
kunci. Untuk menentukan urutan prioritas area kunci yang akan dipilih,
digunakan suatu pendekatan faktor-faktor pemilihan (selection factors) yang
terdiri atas (1) risiko manajemen, (2) signifikansi, (3) dampak pemeriksaan,
dan (4) auditabilitas.
05. Sesuai dengan hasil pertimbangan dari faktor-faktor pemilihan, pemeriksa Penentuan area kunci
dapat menentukan area kunci yang akan menjadi fokus dalam pelaksanaan
pemeriksaan kinerja.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan hal 3 dari 24


Juknis Penentuan Area Kunci

BAB III
TEKNIK PENENTUAN AREA KUNCI

A. Umum
01. 0Telah disebutkan dalam bab sebelumnya bahwa tim pemeriksa melakukan
Output
OutputDari
DariPemahaman
1pemahaman entitas dan identifikasi masalah pada objek pemeriksaan dengan Entitas
Pemahaman
Entitasdan
danIdentifikasi
Identifikasi
Masalah
menggunakan keahliannya sebagai pemeriksa, seperti: memahami proses Masalah

bisnis obyek pemeriksaan dengan pendekatan input-proses-output; melakukan


pemetaan terhadap permasalahan-permasalahan dan isu-isu yang ada atas
obyek pemeriksaan; dan melakukan pengelompokan atas permasalahan/isu Menentukan
Menentukanarea
area
yang teridentifikasi ke dalam area-area potensial yang akan dipilih oleh tim potensial
potensialyang
yangdapat
diperiksa
dapat
diperiksa
pemeriksa. Selanjutnya, tahapan dalam menentukan area kunci adalah sebagai
berikut:
1. Menentukan area-area potensial yang dapat diperiksa.
Berdasarkan output dari pemahaman entitas dan identifikasi masalah Membuat
MembuatUrutan
UrutanPrioritas
Prioritas
sebelumnya didapatkan beberapa area potensial yang akan dijadikan area berdasarkan
berdasarkanFaktor
Pemilihan
Faktor
Pemilihan
pemeriksaan. Area-area tersebut adalah area yang dianggap signifikan
terhadap keseluruhan program yang akan diperiksa.
2. Membuat urutan prioritas atas beberapa area yang telah ditentukan
berdasarkan faktor-faktor pemilihan.
Tidak semua area potensial yang telah ditetapkan sebelumnya akan Menentukan
MenentukanArea
AreaKunci
Kunci
ditindaklanjuti dalam pemeriksaan terinci. Area-area tersebut akan disusun
sesuai peringkat dengan menggunakan faktor-faktor pemilihan.
3. Menentukan area kunci berdasarkan urutan prioritas yang telah dibuat dan
ketersediaan sumber daya pemeriksaan.
Area potensial yang mendapat peringkat teratas akan mendapat prioritas
untuk dipilih menjadi objek pemeriksaan saat pemeriksaan terinci yang
disebut sebagai area kunci. Area kunci yang telah ditentukan tersebut dapat
dipilih semua atau sebagian, berdasarkan pertimbangan profesional
pemeriksa.

Penjelasan teknis secara detil dalam menentukan area kunci dalam


pemeriksaan kinerja dapat dijelaskan sebagai berikut.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan hal 4 dari 24


Juknis Penentuan Area Kunci

B. Menentukan Area Potensial yang Dapat Diperiksa


02. 0Area potensial adalah area yang akan menjadi fokus pemeriksaan berdasarkan
Output
OutputDari
DariPemahaman
Pemahaman
2masalah utama yang ada di dalam suatu entitas. Setelah menggunakan empat Entitas
Entitasdan
danIdentifikasi
Identifikasi
Masalah
Masalah
faktor pemilihan yaitu risiko manajemen, auditabilitas, signifikansi, dan
dampak pemeriksaan maka area potensial yang ada akan dipilih untuk menjadi
area kunci. Tidak semua area potensial akan menjadi area kunci, hal itu Menentukan Area

tergantung dari hasil penilaian auditor terhadap empat faktor pemilihan. Potensial yang Dapat
Diperiksa

03. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari kegiatan tahap sebelumnya, pada
tahap ini pemeriksa dapat mengidentifikasikan beberapa area potensial. Tidak
semua area potensial yang teridentifikasi tersebut akan ditindaklanjuti oleh
pemeriksa, mengingat adanya keterbatasan sumber daya pemeriksaan. Format Membuat
MembuatUrutan
UrutanPrioritas
berdasarkan
Prioritas
berdasarkanFaktor
Faktor
Pemilihan
kertas kerja untuk penentuan area potensial dapat dilihat pada Lampiran III.1 Pemilihan

04. Untuk memberikan ilustrasi penentuan area potensial yang dapat diperiksa
digunakan contoh kasus pada Kantor Pertanahan di Kabupaten ABC.1 Dengan
menggunakan hasil identifikasi masalah yang telah dilakukan sebelumnya
pada pemeriksaan kinerja Kantor Pertanahan di Kabupaten ABC diperoleh Menentukan
MenentukanArea
AreaKunci
Kunci

beberapa masalah yang kemudian dikembangkan menjadi beberapa area


potensial yang akan dipilih.
Permasalahan-permasalahan yang ada pada Kantor Pertanahan di Kabupaten
ABC adalah:
a) pelayanan yang tidak tepat waktu dan tarif yang tidak sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku;
b) penggunaan belanja Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang tidak
ekonomis, efisien, dan efektif;
c) pencapaian target PNBP tidak terpenuhi karena rendahnya kesadaran
hukum masyarakat di bidang pertanahan; dan
d) timbulnya sengketa pertanahan yang disebabkan karena belum adanya
database pertanahan yang belum memadai.
05. 0Dari masalah utama yang diidentifikasi tersebut dapat ditentukan area-area
4potensial yang dapat diperiksa. Sebagai contoh, pada permasalahan pertama
yaitu kurangnya pemberian pelayanan yang tepat waktu dan tarif yang tidak
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, area potensial
yang berhubungan dengan masalah tersebut adalah pengelolaan pelayanan
kepada pemohon. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:

1
Semua sub unsur komponen penilaian dalam Juknis ini hanya sebagai ilustrasi pemeriksaan kinerja kantor
pertanahan. Sedangkan dalam pelaksanaan pemeriksaan di lapangan, penentuan sub unsur komponen penilaian merupakan
hasil pertimbangan profesional pemeriksa sesuai dengan kondisi masing-masing. Contohnya sub-sub unsur efektivitas atas
penilaian dampak pemeriksaan diilustrasikan seperti: 1) perbaikan analisis kebutuhan untuk suatu program, 2) tujuan dan
kebijakan program yang lebih jelas, dan 3) tujuan, rincian, serta sasaran yang lebih memadai dan seterusnya.
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan hal 5 dari 24
Juknis Penentuan Area Kunci

Masalah Utama Area Potensial


Kurangnya pemberian pelayanan
Pengelolaan pelayanan kepada
yang tepat waktu dan tarif yang
pemohon
tidak sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

Penggunaan belanja PNBP yang Penggunaan belanja PNBP


tidak ekonomis, tidak efisien, dan
tidak efektif.
Pencapaian target PNBP tidak
Pengelolaan PNBP
terpenuhi karena rendahnya
kesadaran hukum masyarakat di
bidang pertanahan.

Pengelolaan dalam pelayanan


Timbulnya sengketa pertanahan
yang disebabkan karena belum penanganan sengketa, konflik dan
adanya database pertanahan perkara

Sesuai dengan masalah-masalah utama tersebut, area-area potensial yang dapat


dipilih sebagai area kunci adalah:
a) pengelolaan pelayanan kepada pemohon;
b) penggunaan belanja PNBP;
c) pengelolaan PNBP; dan
d) pengelolaan dalam pelayanan penanganan sengketa, konflik dan perkara.

C. Menentukan Area Kunci


06. 0Setelah mendapatkan beberapa area potensial, pemeriksa menentukan urutan Output
OutputDari
DariIdentifikasi
Identifikasi
5prioritas dari masing-masing area. Pemeriksa dapat memilih satu atau beberapa Masalah
Masalah

area potensial menjadi area kunci berdasarkan urutan prioritasnya tergantung


pada ketersediaan sumber daya (jumlah auditor, waktu, anggaran, dan kesiapan Menentukan
MenentukanArea
Area
Potensial
PotensialYang
YangDapat
Dapat
auditor). Dalam menentukan area kunci yang akan dipilih menjadi objek Diperiksa
Diperiksa

pemeriksaan, pemeriksa dapat menggunakan faktor-faktor pemilihan, yang


terdiri dari: (1) risiko manajemen, (2) signifikansi suatu program, yang
mencakup materialitas keuangan, batas kritis keberhasilan, dan visibilitas, Membuat Urutan Prioritas
berdasarkan Faktor
Pemilihan

(3) dampak pemeriksaan, dan (4) auditabilitas.

Menentukan Area Kunci

07. 0Penentuan area kunci sangat penting untuk diidentifikasi oleh pemeriksa,
6karena memengaruhi luasnya lingkup pemeriksaan. Apabila area yang
diperiksa terlalu banyak, maka lingkup pemeriksaannya pun akan semakin luas
dan pada akhirnya risiko pemeriksaan menjadi tinggi. Lingkup pemeriksaan
yang diperiksa akan memengaruhi efektivitas pemeriksaan dalam pencapaian
tujuan pemeriksaan. Lingkup pemeriksaan yang lebih kecil memungkinkan
pemeriksa untuk melakukan evaluasi secara lebih mendalam pada area kunci
yang dipilih, sehingga diharapkan tujuan pemeriksaan kinerja, yaitu
memperbaiki dan meningkatkan kinerja entitas dapat tercapai.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan hal 6 dari 24


Juknis Penentuan Area Kunci

08. 0Untuk melakukan penilaian terhadap faktor-faktor pemilihan di atas (faktor Pembobotan Area
Kunci
7risiko manajemen, signifikansi, dampak pemeriksaan, dan auditabilitas),
pemeriksa dapat melakukan pembobotan berdasarkan pertimbangan
profesionalnya (professional judgment). Pembobotan dilakukan dengan
menggunakan matriks pembobotan dengan skor terhadap faktor-faktor
pemilihan sebagai berikut:
Tinggi = skor 3
Sedang = skor 2
Rendah = skor 1

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan hal 7 dari 24


Juknis Penentuan Area Kunci

BAB IV
FAKTOR PEMILIHAN-RISIKO MANAJEMEN

01. Penilaian risiko pada pemeriksaan kinerja adalah risiko yang ditanggung Faktor-faktor
pemilihan; Risiko
manajemen terkait dengan aspek ekonomi, efisiensi, dan efektivitas, antara Manajemen
lain:
a. Pengeluaran di bawah/di atas anggaran dalam jumlah yang signifikan.
b. Tidak dicapainya tujuan yang telah ditetapkan.
c. Tingginya mutasi pegawai.
d. Manajemen tidak bereaksi atas kelemahan yang ditemukan.
e. Ekspansi program secara mendadak.
f. Hubungan tanggung jawab yang tumpang tindih, tidak jelas atau
membingungkan.
g. Aktivitas yang bersifat kompleks dalam suatu lingkungan yang penuh
dengan ketidakpastian. Beberapa indikator yang mengakibatkan
ketidakpastian tersebut antara lain:
kegiatan yang amat terdesentralisasi dengan banyak pihak yang
berkepentingan;
penggunaan teknologi yang berkembang amat pesat dan canggih;
lingkungan yang dinamis dan kompetitif;
melibatkan berbagai macam instansi/lintas sektoral; dan
proyek atau aktivitas yang baru.
h. Aktivitas yang berdampak negatif pada lingkungan hidup.
i. Kurangnya keamanan data elektronik dan/atau sistem informasi.
j. Tindakan yang berindikasi kecurangan.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan hal 8 dari 24


Juknis Penentuan Area Kunci

02. Contoh penilaian risiko manajemen untuk area-area potensial pada Kantor Contoh Penilaian
Risiko Manajemen
Pertanahan Kabupaten ABC adalah sebagai berikut :
Area Pengelolaan Penggunaan Pengelolaan Pengelolaan
Potensial PNBP Belanja PNBP pelayanan dalam
utama pelayanan
kepada penanganan
pemohon sengketa,
Unsur
konflik, dan
perkara

Risiko tidak tercapainya


3E (contoh) :

a. Tingginya mutasi
1 1 2 2
pegawai

b. Adanya
Perubahan
1 1 2 3
Kebijakan yang
mendadak

c. Adanya
hubungan
tanggung jawab 2 2 3 3
yang tumpang
tindih

d. Pengeluaran
tidak sesuai 2 1 3 3
anggaran

Skor rata-rata Risiko 1,5 1,25 2,5 2,75


tidak tercapainya 3E
(6/4) (5/4) (10/4) (11/4)

Pada area potensial pengelolaan PNBP, unsur risiko tidak tercapainya 3E


mendapat skor 1,5 karena terdapat beberapa faktor yang menyebabkan tidak
tercapainya 3E yaitu adanya hubungan tanggung jawab yang tumpang tindih
dan pengeluaran tidak sesuai anggaran. Format kertas kerja untuk penilaian
risiko manajemen dapat dilihat pada Lampiran IV.1.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan hal 9 dari 24


Juknis Penentuan Area Kunci

BAB V
FAKTOR PEMILIHAN-SIGNIFIKANSI

01. Signifikansi
0 suatu area pemeriksaan berkaitan dengan dampak yang dihasilkan Konsep Signifikansi
area tersebut terhadap objek pemeriksaan secara keseluruhan. Signifikansi
bergantung pada apakah suatu kegiatan dalam suatu area pemeriksaan secara
komparatif memiliki pengaruh yang besar terhadap kegiatan lainnya dalam
objek pemeriksaan secara keseluruhan. Penentuan signifikansi merupakan
penilaian profesional dimana seorang pemeriksa harus mempertimbangkan
faktor-faktor seperti: materialitas keuangan, batas kritis keberhasilan, dan
visibilitas. Format kertas kerja penilaian signifikansi dapat dilihat pada
Lampiran V.1.
02. Materialitas
0 keuangan adalah salah satu aspek dari signifikansi. Faktor ini Aspek Materialitas
Keuangan
didasarkan atas penilaian terhadap aset yang dikuasai, jumlah penerimaan dan
pengeluaran yang dikelola oleh entitas yang diperiksa. Semakin tinggi tingkat
materialitas keuangan suatu kegiatan/program/bidang, maka semakin tinggi
kemungkinan menjadi area kunci yang akan dipilih sebagai lingkup
pemeriksaan. Materialitas dalam pemeriksaan keuangan dan pemeriksaan
kinerja dapat berbeda. Objek yang sama bisa dipandang secara berbeda,
sehingga ada kemungkinan material menurut audit kinerja tapi menurut
pemeriksaan keuangan tidak material. Hal tersebut diilustrasikan sebagai
berikut:

Pengelolaan Penggunaan Pengelolaan Pengelolaan


PNBP Belanja PNBP pelayanan utama dalam pelayanan
kepada pemohon penanganan
sengketa, konflik
dan perkara

Alokasi
Anggaran 150.000.000,00 100.000.000,00 300.000.000,00 200.000.000,00
Belanja (Rp)
Total Anggaran
Belanja Kantor 10.000.000.000,00 10.000.000.000,00 10.000.000.000,00 10.000.000.000,00
Pertanahan (Rp)
Persentase 0,015% 0.01% 0,03% 0,02%
Bobot/Skor 2 1 3 2

Ilustrasi di atas memperlihatkan bahwa area potensial pengelolaan pelayanan


utama kepada pemohon memiliki persentase 0,03%. Persentase ini merupakan
yang tertinggi dibandingkan area potensial yang lain sehingga area ini juga
mendapatkan bobot/skor tertinggi yaitu 3.
Pada pemeriksaan keuangan, nilai atau persentase area potensial pengelolaan
pelayanan utama kepada pemohon sebesar 0,03% tersebut dapat dianggap
tidak material karena berada di bawah ambang batas tingkat materialitas
sebesar 0,5% dari total belanja. Tetapi di dalam pemeriksaan kinerja area
potensial ini tetap dianggap signifikan karena mendapatkan alokasi anggaran
yang tertinggi dibandingkan area potensial lainnya.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan hal 10 dari 24


Juknis Penentuan Area Kunci

03. Aspek batas kritis keberhasilan menunjukkan pentingnya suatu area dalam Aspek Batas Kritis
Keberhasilan
menentukan keberhasilan suatu entitas. Apabila perbaikan yang ditimbulkan
akan memberikan dampak yang signifikan terhadap operasi entitas maka
signifikansinya akan tinggi. Sebaliknya, suatu pekerjaan yang bersifat rutin
dan perbaikan kinerja suatu objek tidak berdampak luas terhadap kinerja
entitas secara keseluruhan maka tingkat signifikansinya relatif rendah. Contoh
perbaikan yang memberikan dampak yang signifikan:
Pada kegiatan operasi bank pemerintah, peningkatan kinerja area treasuri
akan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap naiknya penerimaan
bank tersebut. Oleh karena itu peningkatan kinerja area treasuri merupakan
area yang signifikan dalam entitas bank pemerintah.
Pelayanan utama kepada pemohon merupakan bisnis utama dari Kantor
Pertanahan Kabupaten ABC sehingga peningkatan kinerja dari pelayanan
utama kepada pemohon akan menaikkan PNBP.
04. Visibilitas atau kejelasan suatu area berhubungan erat dengan dampak Aspek Visibilitas
eksternal dari suatu kegiatan/program/bidang. Hal ini berkaitan dengan aspek
sosial, ekonomi dan lingkungan suatu kegiatan/program/bidang, serta
pentingnya kegiatan tersebut terhadap program pemerintah atau masyarakat.
Contohnya adalah suatu lembaga pemeriksa melakukan pemeriksaan kinerja
pada area pengelolaan pelayanan pertanahan pada suatu kantor pertanahan.
Jika melihat aspek visibilitasnya, area ini memiliki signifikansi yang tinggi
karena kegiatan pelayanan pertanahan merupakan hal yang penting dan peka,
serta peningkatan kinerja kantor pertanahan akan memengaruhi aspek sosial
dan ekonomi masyarakat.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan hal 11 dari 24


Juknis Penentuan Area Kunci

05. Contoh penilaian signikansi untuk area-area potensial pada Kantor Pertanahan Contoh Penilaian
Signifikansi
kabupaten ABC adalah sebagai berikut :

utama kepada pemohon

pelayanan penanganan
Pengelolaan pelayanan

sengketa, konflik dan


Penggunaan Belanja

Pengelolaan dalam
Pengelolaan PNBP
Area
Potensial

perkara
PNBP
Keterangan

Unsur

Materialitas Keuangan 2 1 3 2 Area Potensial


pengelolaan
pelayanan utama
kepada pemohon
memiliki
persentase
tertinggi sebesar
0,03%. Persentase
ini merupakan
yang tertinggi
dibandingkan area
potensial yang
lain sehingga area
ini juga
mendapatkan
bobot/skor
tertinggi yaitu 3.
(Lihat di par.02).

Batas Kritis Keberhasilan 2 2 3 1 Pengelolaan


pelayanan utama
kepada pemohon
merupakan bisnis
utama dari kantor
pertanahan.
Perbaikan
terhadap area ini
akan
meningkatkan
kinerja entitas
secara
keseluruhan.
Visibilitas 2 2 3 2 Pengelolaan
pelayanan utama
kepada pemohon
merupakan
masalah yang
penting dan peka.
Peningkatan
kinerja kantor
pertanahan akan
memengaruhi
aspek sosial dan
ekonomi terhadap
masyarakat
umum.
Skor rata-rata 2 1,67 3 1,67
signifikansi (6/3) (5/3) (9/3) (5/3)

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan hal 12 dari 24


Juknis Penentuan Area Kunci

BAB VI
FAKTOR PEMILIHAN-DAMPAK
PEMERIKSAAN

01. Dampak
0 pemeriksaan merupakan nilai tambah yang diharapkan dari Konsep Dampak
Pemeriksaan
pemeriksaan tersebut, yaitu suatu perubahan dan perbaikan yang dapat
meningkatkan aspek 3E dari area yang diperiksa. Nilai tambah yang
dihasilkan dari suatu pemeriksaan merupakan hal penting dalam menentukan
area kunci yang akan diperiksa secara rinci. Pertanyaan yang harus selalu
diajukan oleh pemeriksa adalah Apakah pemeriksaan yang akan dilaksanakan
dapat memberikan suatu perbaikan kinerja entitas? Apabila pemeriksaan
tampaknya tidak akan menimbulkan perubahan berarti pada kinerja
manajemen, pemeriksa dapat memberikan bobot yang rendah terhadap
komponen dampak pemeriksaan. Format kertas kerja menilai dampak
pemeriksaan dapat dilihat pada Lampiran VI.1.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan hal 13 dari 24


Juknis Penentuan Area Kunci

02. Berikut disajikan beberapa kemungkinan atau contoh dampak pemeriksaan Beberapa
kemungkinan dampak
yang diharapkan berdasarkan beberapa aspek tertentu: pemeriksaan
1. Aspek efektivitas 2. Peningkatan 3. Peningkatan
perencanaan, akuntabilitas
pengendalian, dan
manajemen
Perbaikan analisis Peningkatan Peningkatan
kebutuhan. perencanaan pengendalian dan
Memperjelas tujuan manajemen. pemantauan ekstern.
dan kebijakan. Memperjelas Indikator kinerja yang
Memperkenalkan penentuan prioritas lebih baik dan akurat.
tujuan dan sasaran dan sasaran yang lebih Perbandingan yang
dengan lebih baik. baik. lebih baik dengan
Perbaikan dalam Insentif sasaran yang organisasi sejenis.
pencapaian tujuan lebih baik. Penyajian informasi
melalui perubahan Pengendalian dan yang lebih jelas dan
sifat output atau manajemen atas informatif.
peningkatan sasaran. sumber daya manusia,
aset, proyek, dan
sumber daya lain yang
lebih baik.
Pengendalian yang
ketat atas kecurangan.
Peningkatan sistem
akuntansi keuangan.
Informasi manajemen
keuangan yang lebih
baik.
Keamanan sistem
komputer yang lebih
baik.

4. Aspek efisiensi 5. Aspek Ekonomi 6. Peningkatan


Kualitas Pelayanan

Peningkatan output Pengurangan biaya Waktu tunggu lebih


pada tingkat input sebagai hasil dari singkat.
yang sama. pengadaan yang lebih Distribusi manfaat
Perbaikan atas baik. yang lebih adil.
pekerjaan ganda dan Pengurangan biaya Akses yang lebih
kurang koordinasi. karena pemanfaatan mudah terhadap
sumber daya yang informasi.
lebih ekonomis. Makin luasnya
Pengurangan fasilitas. jangkauan pelayanan
dan makin banyaknya
pilihan bagi
masyarakat.

Pemeriksa diharapkan dapat menggunakan pertimbangan profesionalnya


dalam menganalisis dan menilai komponen dampak pemeriksaan atas
area-area potensial yang diperiksanya.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan hal 14 dari 24


Juknis Penentuan Area Kunci

03. Contoh penentuan dampak pemeriksaan untuk area-area potensial pada Kantor
Pertanahan Kabupaten ABC dapat dilakukan sebagai berikut:

Area Pengelolaan
Potensial dalam
Pengelolaan
pelayanan
Pengelolaan Penggunaan pelayanan
penanganan
PNBP Belanja PNBP utama kepada
sengketa,
pemohon
Unsur konflik, dan
perkara

1. Efektivitas
3 3 3 3
(12/4) (12/4) (12/4) (12/4)

a) Perbaikan analisis
3 3 3 3
kebutuhan untuk suatu
program
b) Tujuan dan kebijakan
program yang lebih jelas 3 3 3 3
c) Tujuan rincian dan
sasaran yang lebih
memadai 3 3 3 3
d) Peningkatan pencapaian
tujuan melalui
perubahan output atau 3 3 3 3
perbaikan sasaran

2. Peningkatan
Perencanaan, 2,5 2,5 2 1,38
Pengendalian, dan
Pengelolaan (20/8) (20/8) (16/8) (11/8)
a) Peningkatan
3 3 3 2
perencanaan badan yang
diperiksa
b) Prioritas dan sasaran 3 3 3 2
yang lebih jelas
c) Insentif yang lebih baik
untuk mencapai sasaran 3 3 1 1
d) Perbaikan pengendalian
dan pengelolaan
sumber daya manusia,
aset, proyek, dan 3 3 3 2
sumber daya lain
e) Pengendalian yang lebih 3 3 3 1
ketat atas kecurangan
f) Perbaikan sistem
akuntansi keuangan 1 1 1 1
g) Perbaikan informasi
manajemen keuangan 3 3 1 1
h) Perbaikan keamanan
sistem komputer 1 1 1 1

3. Peningkatan
Akuntabilitas 2,33 2,33 2 2

(14/6) (14/6) (12/6) (12/6)


a) Peningkatan kejelasan
3 3 3 3
output-output dan
prosedur-prosedur
b) Perbaikan pertanggung-
jawaban atas
pengelolaan keuangan 3 3 1 1
negara kepada lembaga
perwakilan

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan hal 15 dari 24


Juknis Penentuan Area Kunci

c) Pengembangan bentuk
1 1 1 1
laporan keuangan
d) Perbaikan indikator
3 3 3 3
kinerja
e) Perbaikan perbandingan
kinerja antara badan 1 1 1 1
sejenis yang diperiksa
f) Penyajian informasi
yang lebih jelas dan
informatif 3 3 3 3
4. Efisiensi
3 3 3 1,5

(6/2) (6/2) (6/2) (3/2)


a) Peningkatan output yang
3 3 3 1
dihasilkan dari tingkat
input yang sama
b) Perbaikan atas pekerjaan
ganda dan perbaikan
koordinasi 3 3 3 2
5. Ekonomi
1 2 2,5 1

(4/4) (8/4) (10/4) (4/4)


a) Pengurangan biaya
1 3 1 1
melalui perbaikan
sistem pengontrakan dan
pembelian besar-besaran
b) Pengurangan biaya
melalui perbaikan 1 3 3 1
pemanfaatan sumber
daya manusia dan
sumber daya lain
c) Penyederhanaan fasilitas 1 1 3 1
d) Pemulihan biaya-biaya
melalui pengenalan
ongkos-ongkos yang
sebelumnya tidak 1 1 3 1
dikenakan, atau revisi
ongkos-ongkos

6. Peningkatan Mutu
Pelayanan 1 1 2,5 1,83

(6/6) (6/6) (15/6) (11/6)


a) Daftar tunggu yang
lebih pendek untuk 1 1 3 3
program
b) Pengurangan waktu
respon untuk program 1 1 3 3
c) Pembagian yang lebih
adil akan manfaat- 1 1 1 1
manfaat program
d) Peningkatan akses
terhadap informasi 1 1 3 2
e) Perluasan cakupan
pelayanan dan perluasan
1 1 3 1
pilihan
f) Peningkatan kesetaraan
akses terhadap program- 1 1 2 1
program
Skor rata-rata Dampak 2,14 2,31 2,5 1,79
Pemeriksaan
(12,83/6) (13,83/6) (15/6) (10,71/6)

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan hal 16 dari 24


Juknis Penentuan Area Kunci

BAB VII
FAKTOR PEMILIHAN-AUDITABILITAS

01. Auditabilitas berhubungan dengan kemampuan pemeriksa untuk


melaksanakan pemeriksaan sesuai dengan SPKN. Berbagai keadaan dapat
terjadi baik karena keadaan entitas maupun keadaan pemeriksa. Berbagai
keadaan entitas dan keadaan pemeriksa dapat menyebabkan pemeriksa
memutuskan untuk tidak melakukan pemeriksaan dalam area tertentu
walaupun hal tersebut amat signifikan. Faktor-faktor yang perlu
dipertimbangkan terkait dengan auditabilitas antara lain adalah:
1. Pemeriksa tidak mempunyai kompetensi yang cukup untuk melakukan
pemeriksaan.
2. Kegiatan yang bersifat tidak memungkinkan untuk diperiksa, misalnya
kegiatan yang berkaitan dengan rahasia negara.
3. Area yang dimaksud sedang dalam proses perubahan yang signifikan
dan mendasar atau adanya kebijakan yang mengubah struktur
organisasi secara total. Misalnya, pada tahun 2010 pemeriksa
merencanakan untuk melaksanakan pemeriksaan kinerja atas entitas
XYZ untuk tahun anggaran 2009. Pada tahun 2010 diketahui entitas
XYZ akan dibubarkan pada tahun 2011. Berdasarkan informasi
tersebut maka entitas XYZ memiliki tingkat auditabilitas yang rendah.
4. Lokasi pekerjaan lapangan tidak dapat dijangkau karena bencana alam
atau alasan lain.
5. Ketersediaan data dan akses data yang nantinya diperlukan sebagai
bukti pemeriksaan.
Format kertas kerja untuk penilaian auditabilitas dapat dilihat pada Lampiran
VII.1.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan hal 17 dari 24


Juknis Penentuan Area Kunci

02. Contoh penilaian auditabilitas untuk area-area potensial pada Kantor Contoh Penilaian
Untuk Auditabilitas
Pertanahan Kabupaten ABC adalah sebagai berikut:

Area Pengelolaan
Potensial dalam
Pengelolaan
Pengelolaan pelayanan
Penggunaan pelayanan
penanganan
PNPB Belanja PNPB utama kepada
sengketa,
pemohon
konflik dan
Unsur perkara

Personel : 2,33 2,33 3 3


(7/3) (7/3) (9/3) (9/3)
a. Kemampuan/
keahlian personel 2 2 3 3
b. Pengalaman 2 2 3 3
Pemeriksa Atas
Area yang akan
diperiksa
c. Jumlah Personel 3 3 3 3

Waktu yang tersedia untuk 2 2 3 3


melakukan audit

Perubahan yang signifikan 3 3 3 3


atas entitas

Lokasi Pemeriksaan 3 3 3 3

Skor rata-rata 2,58 2,58 3 3


Auditabilitas
(10,33/4) (10,33/4) (12/4) (12/4)

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan hal 18 dari 24


Juknis Penentuan Area Kunci

BAB VIII
PENENTUAN AREA KUNCI
DAN ANALISIS HASIL

A. Tahapan Pengisian Kertas Kerja Pemeriksaan dan Analisis Hasil


01. Format kertas kerja untuk penentuan area kunci dapat dilihat pada Lampiran Petunjuk pengisian
format KKP
VIII.1. Tahapan yang harus dilakukan untuk mengisi format KKP dalam
menentukan area kunci tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pemeriksa menentukan terlebih dahulu area-area potensial untuk dipilih
menjadi fokus pelaksanaan pemeriksaan (kolom 2).
2. Pemeriksa menilai masing-masing area yang telah ditentukan dengan
menggunakan faktor-faktor pemilihan, yaitu:
risiko manajemen (kolom 3);
signifikansi (kolom 4);
dampak pemeriksaan (kolom 5); dan
auditabilitas (kolom 6).
3. Pemeriksa menjumlahkan skor yang didapatkan dari keempat faktor
pemilihan untuk mendapatkan nilai total skor (kolom 7).
4. Pemeriksa menentukan urutan prioritas untuk masing-masing area
(kolom 8).
5. Pemeriksa membuat kesimpulan tentang pemilihan area kunci untuk
dilanjutkan dengan pemeriksaan terinci (kolom 9).

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan hal 19 dari 24


Juknis Penentuan Area Kunci

02. Contoh penentuan area kunci pada Kantor Pertanahan Kabupaten ABC adalah Contoh Penentuan
Area Kunci
sebagai berikut:
Faktor Pemilihan

Dipilih/Tidak
Kesimpulan
Total Skor
Auditabilitas5
Pemeriksaan4
Manajemen2

Signifikansi3
Urutan

Dampak
No Area Potensial

Risiko
Prioritas

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)


1. Tidak
Pengelolaan PNBP 1,5 2 2,14 2,58 8,22 3
Dipilih
2. Penggunaan Tidak
1,25 1,67 2,31 2,58 7,81 4
Belanja PNBP Dipilih
Dipilih
Pengelolaan
3. Sebagai
Pelayanan Utama 2,5 3 2,5 3 11 1
Area
Kepada Pemohon
Kunci
Pengelolaan dalam
pelayanan
4. Tidak
penanganan 2,75 1,67 1,79 3 9,21 2
Dipilih
sengketa, konflik
dan perkara.

Simpulan:
Dari tabel di atas terlihat area potensial pengelolaan pelayanan kepada
pemohon mendapatkan skor tertinggi sebesar 11 (sebelas), sehingga tim
pemeriksa memutuskan area ini sebagai area kunci.

03. Analisis hasil menjelaskan alasan pemilihan area kunci setelah Analisis Pemilihan
Area Kunci
mempertimbangkan faktor-faktor pemilihan. Tujuannya adalah untuk
memberikan dasar pemilihan area kunci dari area-area potensial yang tersedia.
Format kertas kerja untuk analisa pemilihan area kunci dapat dilihat pada
Lampiran VIII.2. Contoh hasil analisis untuk pemilihan area kunci pelayanan
kepada pemohon diuraikan sebagai berikut:

Faktor-Faktor Pemilihan Alasan Pemilihan Area Kunci


Risiko pengelolaan pelayanan
Risiko Manajemen
tergolong tinggi karena masih terdapat
beberapa kelemahan dalam
pengendalian internal berdasarkan
pemeriksaan keuangan. Di samping itu
terdapat risiko yang tinggi tidak
tercapainya 3E seperti tingginya
mutasi pegawai, adanya hubungan
tanggung jawab yang tumpang tindih,
dan pengeluaran tidak sesuai anggaran.

2
Lihat halaman 9.
3
Lihat halaman 12.
4
Lihat halaman 16.
5
Lihat halaman 18.
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan hal 20 dari 24
Juknis Penentuan Area Kunci

Signifikansi Dari segi materialitas keuangan, nilai


anggaran belanja yang dialokasikan
untuk pengelolaan pelayanan utama
kepada pemohon lebih besar dari
kegiatan yang lain yaitu sebesar
Rp300.000.000,00.
Dari segi batas kritis keberhasilan,
pengelolaan pelayanan tergolong tinggi
karena akan memberikan pengaruh
yang signifikan terhadap operasi kantor
pelayanan seperti naiknya PNBP.
Dari segi visibilitas area ini memiliki
signifikansi yang tinggi karena
pembangunan pelayanan pertanahan
merupakan masalah yang penting dan
peka serta peningkatan kinerja kantor
pertanahan akan memengaruhi aspek
sosial dan ekonomi terhadap
masyarakat umum.

Dampak Audit Dampak audit tergolong tinggi karena


perbaikan atas pengelolaan pelayanan
akan menurunkan keluhan dari
pemohon dan meningkatkan faktor 3E
seperti: 1) efektivitas, yaitu adanya
perbaikan analisis kebutuhan untuk
suatu program, tujuan dan kebijakan
yang lebih jelas, tujuan dan sasaran
yang lebih memadai, peningkatan
pencapaian tujuan melalui perubahan
output atau perbaikan sasaran; 2)
efisiensi, yaitu adanya peningkatan
output yang dihasilkan dari tingkat
input yang sama dan perbaikan atas
pekerjaan ganda dan perbaikan
koordinasi, 3) ekonomi, yaitu adanya
pengurangan biaya melalui perbaikan
pemanfaatan sumber daya manusia dan
sumber daya lain serta pemulihan
biaya-biaya revisi ongkos-ongkos, 4)
peningkatan mutu pelayanan, yaitu
adanya daftar tunggu yang lebih pendek
untuk program, pengurangan waktu
respon untuk program, peningkatan
akses terhadap informasi, serta adanya
perluasan cakupan pelayanan dan
perluasan pilihan.

Auditabilitas Auditabilitas tergolong tinggi karena


tim audit sudah memiliki pengalaman
dalam memeriksa kantor pertanahan
dan personel yang cukup, tersedianya
waktu yang tersedia untuk melakukan
audit, tidak adanya perubahan yang
signifikan atas entitas, dan lokasi audit
mudah untuk dicapai.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan hal 21 dari 24


Juknis Penentuan Area Kunci

B. Dokumentasi
Pemeriksa harus mendokumentasikan setiap langkah dalam menentukan area Dokumentasi
kegiatan
kunci, termasuk pertimbangan profesional dan cara pembobotannya, yang
telah disetujui dan direviu oleh Pengendali Teknis dan Penanggung Jawab
pemeriksaan.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan hal 22 dari 24


Juknis Penentuan Area Kunci

BAB IX
PENUTUP

A. Pemberlakuan Petunjuk Teknis Area Kunci


01. 0Juknis Penentuan Area Kunci mulai berlaku saat ditetapkan melalui Juknis mulai berlaku
pada saat ditetapkan
1Keputusan BPK.
melalui Keputusan
BPK
B. Perubahan Petunjuk Teknis Penentuan Area Kunci
02. Perubahan Juknis dapat berupa perubahan Juknis dimaksud atau penjelasan Perubahan Juknis
dapat berupa
atas substansi Juknis tersebut. perubahan Juknis atau
penjelasan substansi
03. Perubahan atas Juknis ini akan dilakukan melalui Keputusan BPK tentang
Perubahan atas Juknis dimaksud.
C. Pemantauan Petunjuk Teknis Penentuan Area Kunci
04. 0Juknis ini merupakan dokumen yang dapat berubah sesuai dengan perubahan Pemantauan dilakukan
oleh tim pemantauan
3peraturan perundang-undangan, standar pemeriksaan, dan kondisi lain. Oleh
karena itu, pemantauan atas Juknis ini akan dilakukan oleh Tim Pemantauan
Petunjuk Teknis Penentuan Area Kunci. Selain itu, masukan atau pertanyaan
terkait dengan Juknis ini dapat disampaikan kepada:

Sub Direktorat Litbang Pemeriksaan Keuangan dan Kinerja


Direktorat Penelitian dan Pengembangan
Ditama Revbang
Lantai II Gedung Arsip, BPK-RI
Jl. Gatot Subroto 31 Jakarta 10210
Telp. (021)-25549000 ext. 3306/3307/3308
Email: litbang-pemeriksaan@bpk.go.id

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan hal 23 dari 24


Juknis Penentuan Area Kunci

Referensi

Asian Organisation of Supreme Audit Institution, 2000, Performance Auditing Guideline. ASOSAI.
Badan Pemeriksa Keuangan, 2007, Organisasi dan Tata Kerja Pelaksanaan Badan Pemeriksa
Keuangan Republik Indonesia, Jakarta.
Badan Pemeriksa Keuangan, 2007, Standar Pemeriksaan Keuangan Negara, Jakarta.
Badan Pemeriksa Keuangan, 2008, Panduan Manajemen Pemeriksaan, Jakarta.
Chambers, A. and Rand, G., 2000, The Operational Auditing Handbook : Auditing Business Processes,
John Wiley & Sons, London.
International Organizations of Supreme Audit Institutions, 2004, Implementation Guidelines for
Performance Auditing, INTOSAI.
Rai, Agung, 2008, Audit Kinerja: Teori dan Aplikasi pada Sektor Publik, Jakarta.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan hal 24 dari 24


Juknis Penentuan Area Kunci Lampiran III.1

No. Indeks
Pemeriksaan Kinerja Atas
Dibuat oleh :
.. (Obyek Pemeriksaan)
Tahun Anggaran Direviu oleh :
Disetujui oleh :

KERTAS KERJA PENENTUAN AREA POTENSIAL


Tujuan Kegiatan ini adalah menentukan area-area potensial yang akan menjadi area kunci dalam
pelaksanaan pemeriksaan
No Hasil Identifikasi Masalah Area Potensial
1 2 3
1.
2.
3.
4.

Catatan:
1. Kolom 2 Hasil Identifikasi Masalah diisi dengan output berupa masalah-masalah utama yang didapatkan
dari langkah Pemeriksaan Kinerja sebelumnya yaitu Identifikasi Masalah.
2. Kolom 3 Area Potensial diisi dengan Area/Program/Kegiatan/Bidang yang berkaitan dengan masalah utama
yang didapatkan.
Juknis Penentuan Area Kunci Lampiran IV.1

No. Indeks
Pemeriksaan Kinerja Atas Dibuat oleh :
.. (Obyek Pemeriksaan)
Tahun Anggaran Direviu oleh :
Disetujui oleh :

KERTAS KERJA PENILAIAN RISIKO MANAJEMEN

FAKTOR- AREA POTENSIAL


FAKTOR
PENILAIAN Area Potensial 1 Area Potensial 2 Area Potensial 3 Dan seterusnya

(1) (2) (3) (4) (5)

Risiko tidak
tercapainya 3E

Skor rata-rata
risiko tidak
tercapainya 3E

Catatan :
1. Pembobotan terhadap faktor-faktor penilaian dilakukan sebagai berikut:
Tinggi = skor 3
Sedang = skor 2
Rendah = skor 1
2. Bila subunsur faktor risiko tidak tercapainya 3E yang ada tidak relevan dan pemeriksa kesulitan
mengidentifikasi subunsur faktor penilaian yang relevan untuk menilai keseluruhan area potensial,
maka pemeriksa dapat langsung memberikan skor pada risiko tidak tercapainya 3E atas masing-masing
area potensial disertai alasan pemberian skor.
3. Alasan pemberian nilai skor untuk risiko tidak tercapainya 3E secara naratif untuk masing-masing area
potensial dijelaskan di bawah tabel kertas kerja penilaian risiko manajemen.
Juknis Penentuan Area Kunci Lampiran V.1

No. Indeks
Pemeriksaan Kinerja Atas
Dibuat oleh :
.. (Obyek Pemeriksaan)
Tahun Anggaran Direviu oleh :
Disetujui oleh :

KERTAS KERJA PENILAIAN SIGNIFIKANSI

FAKTOR-FAKTOR AREA-AREA POTENSIAL


PENILAIAN Area Potensial 1 Area Potensial 2 Area Potensial 3 Dan seterusnya
(1) (2) (3) (4) (5)
Materialitas Keuangan
Batas Kritis
Keberhasilan
Visibilitas
Skor rata-rata
signifikansi

Catatan :
1. Pembobotan terhadap faktor-faktor penilaian dilakukan sebagai berikut:
Tinggi = skor 3
Sedang = skor 2
Rendah = skor 1
2. Skor rata-rata signifikansi diisi dengan rata-rata penjumlahan dari faktor-faktor penilaian.
3. Pengisian skoring hanya dilakukan pada faktor-faktor penilaian yang dapat diidentifikasi. Contoh: pada
pemilihan area potensial berdasarkan kegiatan mungkin akan sulit untuk mendapatkan data untuk
materialitas keuangan.
4. Alasan pemberian nilai skor untuk faktor-faktor penilaian secara naratif untuk masing-masing area
potensial dijelaskan di bawah tabel kertas kerja penilaian signifikansi.
Juknis Penentuan Area Kunci Lampiran VI.1

No. Indeks
Pemeriksaan Kinerja Atas
Dibuat oleh :
.. (Obyek Pemeriksaan)
Tahun Anggaran Direviu oleh :
Disetujui oleh :

KERTAS KERJA PENILAIAN DAMPAK PEMERIKSAAN


AREA-AREA POTENSIAL
FAKTOR-FAKTOR Area Potensial 1 Area Potensial 2 Area Potensial 3 Dst
PENILAIAN
(1) (2) (3) (4) (5)
1. Efektivitas
2. Peningkatan Perencanaan,
Pengendalian, dan Pengelolaan
3. Peningkatan Akuntabilitas
4. Efisiensi
5. Ekonomi
6. Peningkatan Mutu Pelayanan
Skor rata-rata Dampak
Pemeriksaan
Catatan :
1. Pembobotan terhadap faktor-faktor penilaian dilakukan sebagai berikut:
Tinggi = skor 3
Sedang = skor 2
Rendah = skor 1
2. Penentuan subunsur faktor-faktor penilaian merupakan hasil pertimbangan profesional pemeriksa.
3. Skor rata-rata Dampak Pemeriksaan diisi dengan rata-rata penjumlahan dari faktor-faktor penilaian.
4. Alasan pemberian nilai skor untuk faktor-faktor penilaian secara naratif untuk masing-masing area
potensial dijelaskan di bawah tabel kertas kerja penilaian auditabilitas.
Juknis Penentuan Area Kunci Lampiran VII.1

No. Indeks
Pemeriksaan Kinerja Atas
Dibuat oleh :
.. (Obyek Pemeriksaan)
Tahun Anggaran Direviu oleh :
Disetujui oleh :

KERTAS KERJA PENILAIAN AUDITABILITAS


FAKTOR-FAKTOR AREA POTENSIAL
PENILAIAN Area Potensial 1 Area Potensial 2 Area Potensial 3 Dst
(1) (2) (3) (4) (5)
Personel
a. Kemampuan/keahlian
personel
b. Pengalaman
Pemeriksa Atas Area
yang akan diperiksa
c. Jumlah Personel
Waktu yang tersedia untuk
melakukan audit

Perubahan yang signifikan


atas entitas
Lokasi Pemeriksaan
Faktor-faktor penilaian
lainnya (sesuai kondisi
lapangan)
Skor rata-rata
auditabilitas
Catatan :
1. Pembobotan terhadap faktor-faktor penilaian dilakukan sebagai berikut:
Tinggi = skor 3
Sedang = skor 2
Rendah = skor 1
2. Skor rata-rata auditabilitas diisi dengan rata-rata penjumlahan dari faktor-faktor penilaian.
3. Alasan pemberian nilai skor untuk faktor-faktor penilaian secara naratif untuk masing-masing area
potensial dijelaskan di bawah tabel kertas kerja penilaian auditabilitas.
Juknis Penentuan Area Kunci Lampiran VIII.1

No. Indeks
Pemeriksaan Kinerja Atas
.. (Obyek Pemeriksaan) Dibuat oleh :
Direviu oleh :
Tahun Anggaran.
Disetujui oleh :

KERTAS KERJA PEMILIHAN AREA KUNCI


Tujuan kegiatan ini untuk menentukan urutan prioritas dari area potensial yang akan dipilih menjadi obyek pemeriksaan kinerja (area kunci).

Area Faktor Pemilihan Total Urutan Kesimpulan


No
Potensial Risiko Manajemen Signifikansi Dampak Pemeriksaan Auditabilitas Skor Prioritas Dipilih/Tidak
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
1.
2.
3.

Catatan:
1. Kolom 2 diisi dengan area-area potensial yang didapatkan dari hasil identifikasi masalah
2. Kolom 3, 4, 5, dan 6 diisi dengan menggunakan skor 1 = rendah, 2 = sedang, 3 = tinggi.
3. Kolom 7 merupakan penjumlahan dari kolom 3, 4, 5, dan 6.
4. Kolom 8 merupakan urutan prioritas dari area-area potensial yang akan dipilih sebagai obyek pemeriksaan
5. Kolom 9 merupakan kesimpulan area potensial yang akan dipilih sebagai obyek pemeriksaan (area kunci).
Juknis Penentuan Area Kunci Lampiran VIII.2

No. Indeks
Pemeriksaan Kinerja Atas
Dibuat oleh :
(Obyek Pemeriksaan)
Tahun Anggaran. Direviu oleh :
Disetujui oleh :

KERTAS KERJA HASIL ANALISIS PEMILIHAN AREA KUNCI


NAMA AREA KUNCI:
Tujuan kegiatan ini adalah untuk memberikan dasar pemilihan area kunci dari area-area potensial yang tersedia.

No FAKTOR-FAKTOR PEMILIHAN ALASAN PEMILIHAN AREA KUNCI


1 RISIKO MANAJEMEN
2 SIGNIFIKANSI MASALAH
3 DAMPAK PEMERIKSAAN
4 AUDITABILITAS

Catatan :
Untuk Alasan Pemilihan diisi dengan dasar pertimbangan pemeriksa dalam pemilihan area kunci.
Juknis Penentuan Area Kunci

TIM PENYUSUN PETUNJUK TEKNIS


PENENTUAN AREA KUNCI PEMERIKSAAN
KINERJA

1. Daeng M. Nazier

2. Hery Subowo

3. Ria Anugriani

4. Beni Subena

5. Agus Bambang Irawan

6. G. Yorrie Rismanto Adi

7. Dwi Afriyanti

8. Harpanto Guno Sabanu

9. Subeki Supriyadi

10. Iwan Purwanto Sudjali

11. Sandra Willia Gusman

12. Bambang Prayudhi

13. Denny Wahyu Sendjaja

14. Yosie

15. Asad Agung Perkasa

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan


Direktorat Litbang
Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia
Jl. Jenderal Gatot Subroto 31
Jakarta 10210 Indonesia
+62-21-25549000 ext. 3306/3307/3308
Email: litbang-pemeriksaan@bpk.go.id

Anda mungkin juga menyukai