Anda di halaman 1dari 68

KEPUTUSAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 5/K/I-XIII.2/5/2016

TENTANG
PEDOMAN MANAJEMEN PENUNJANG PEMERIKSAAN
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 8 Peraturan


BPK Nomor 1 Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan
Negara, BPK telah menetapkan Keputusan Badan Pemeriksa
Keuangan Nomor 5/K/I-XIII.2/10/2015 tentang Pedoman Manajemen
Pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan yang mengatur mengenai
pengelolaan proses pemeriksaan dan digunakan sebagai acuan
bagi para Pemeriksa dalam melaksanakan pemeriksaan;
b. bahwa untuk mendukung pelaksanaan pemeriksaan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, perlu mengatur pengelolaan kewenangan-
kewenangan BPK yang menunjang pelaksanaan pemeriksaan;
c. bahwa agar pengelolaan kewenangan BPK sebagaimana dimaksud
dalam huruf b dapat berjalan dengan efisien dan efektif, perlu
menetapkan Keputusan BPK tentang Pedoman Manajemen
Penunjang Pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa


Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006
Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4654);
2. Surat Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor
31/SK/I-VIII.3/8/2006 tentang Tata Cara Pembentukan Peraturan,
Keputusan, dan Naskah Dinas pada Badan Pemeriksa Keuangan
Republik Indonesia;
3. Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 1 Tahun 2007
tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 42, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4707);

1
4. Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 3/K/I-XIII.2/7/2014
tentang Organisasi dan Tata Kerja Pelaksana Badan Pemeriksa
Keuangan sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Badan
Pemeriksa Keuangan Nomor 1/K/I-XIII.2/2/2016 tentang Perubahan
Atas Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 3/K/I-
XIII.2/7/2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Pelaksana Badan
Pemeriksa Keuangan;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : KEPUTUSAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN TENTANG PEDOMAN


MANAJEMEN PENUNJANG PEMERIKSAAN BADAN PEMERIKSA
KEUANGAN.

Pasal 1

Memberlakukan Pedoman Manajemen Penunjang Pemeriksaan BPK, yang selanjutnya dalam


Keputusan ini disingkat PMPP.

Pasal 2

PMPP adalah acuan bagi BPK dan Pelaksananya dalam mengelola penunjang pemeriksaan
dan bertujuan untuk memastikan pengelolaan kewenangan BPK yang terkait dengan proses
penunjang pemeriksaan telah dirancang, diorganisasikan, dilaksanakan, dan dikendalikan
secara efektif pada setiap tahapan pelaksanaannya.

Pasal 3

PMPP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 disusun dengan sistematika sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
BAB II : KEBIJAKAN DAN PERENCANAAN OPERASIONAL PEMERIKSAAN
BAB III : EVALUASI PEMERIKSAAN
BAB IV : EVALUASI ATAS PELAKSANAAN PEMERIKSAAN OLEH AKUNTAN PUBLIK
BERDASARKAN KETENTUAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
BAB V : PEMANTAUAN TINDAK LANJUT HASIL PEMERIKSAAN
BAB VI : PEMANTAUAN TINDAK LANJUT PENANGANAN HASIL PEMERIKSAAN BPK
MENGANDUNG UNSUR PIDANA YANG DISERAHKAN KEPADA INSTANSI
YANG BERWENANG
BAB VII : PENGELOLAAN KERUGIAN NEGARA/DAERAH
BAB VIII : PERTIMBANGAN DAN PENDAPAT BPK
BAB IX : PENUTUP

2
Pasal 4

PMPP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran
sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Keputusan ini.

Pasal 5

Perbaikan dan penjelasan lebih lanjut atas substansi PMPP akan diatur oleh Kepala Direktorat
Utama Perencanaan, Evaluasi, dan Pengembangan Pemeriksaan Keuangan Negara (Kaditama
Revbang) setelah mendapat pertimbangan dari para Kepala Unit Kerja terkait.

Pasal 6

Pada saat Keputusan ini mulai berlaku, ketentuan mengenai proses penunjang pemeriksaan
sebagaimana diatur dalam Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 1/K/I-XIII.2/2/2008
tentang Panduan Manajemen Pemeriksaan sebagaimana telah diubah dengan Keputusan
Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 05/K/I-XIII.2/8/2009 tentang Perubahan Atas Keputusan
Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 1/K/I-XIII.2/2/2008 tentang Panduan Manajemen
Pemeriksaan, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 7

Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 10 Mei 2016

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA
WAKIL KETUA, KETUA,

ttd. ttd.

SAPTO AMAL DAMANDARI HARRY AZHAR AZIS

Salinan sesuai dengan aslinya


BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Kepala Direktorat Utama Pembinaan dan Pengembangan Hukum
Pemeriksaan Keuangan Negara,

Nizam Burhanuddin

3
LAMPIRAN : KEPUTUSAN BPK-RI
NOMOR : 5/K/I-XIII.2/5/2016
TANGGAL : 10 MEI 2016

2016
PEDOMAN MANAJEMEN
PENUNJANG PEMERIKSAAN
Pedoman Manajemen Penunjang Pemeriksaan
Daftar Isi

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... i
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................................ 1
B. Tujuan PMPP .................................................................................................................. 2
C. Lingkup PMPP ................................................................................................................ 2
D. Dasar Hukum Penyusunan PMPP ................................................................................. 3
E. Kedudukan PMPP dan PMP .......................................................................................... 4
F. Hubungan PMPP dengan PMP ...................................................................................... 5
G. Sistematika PMPP .......................................................................................................... 6
BAB II KEBIJAKAN DAN PERENCANAAN OPERASIONAL PEMERIKSAAN ............... 8
A. Lingkup............................................................................................................................ 8
B. Pihak-Pihak Terkait Dalam Kebijakan dan Perencanaan Operasional Pemeriksaan ... 9
C. Mekanisme Kebijakan dan Perencanaan Operasional Pemeriksaan ......................... 10
BAB III EVALUASI PEMERIKSAAN ...............................................................................16
A. Lingkup.......................................................................................................................... 16
B. Pihak-Pihak Terkait Evaluasi Pemeriksaan ................................................................. 16
C. Mekanisme Evaluasi Pemeriksaan .............................................................................. 18
BAB IV EVALUASI ATAS PELAKSANAAN PEMERIKSAAN OLEH AKUNTAN PUBLIK
BERDASARKAN KETENTUAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN ....24
A. Lingkup.......................................................................................................................... 24
B. Pihak-Pihak Terkait Evaluasi ........................................................................................ 25
C. Mekanisme Evaluasi ..................................................................................................... 26
BAB V PEMANTAUAN TINDAK LANJUT HASIL PEMERIKSAAN ................................29
A. Lingkup.......................................................................................................................... 29
B. Pihak-Pihak Terkait Pemantauan TLHP ...................................................................... 29
C. Mekanisme Pemantauan TLHP ................................................................................... 30
BAB VI PEMANTAUAN TINDAK LANJUT PENANGANAN HASIL PEMERIKSAAN BPK
MENGANDUNG UNSUR PIDANA YANG DISERAHKAN KEPADA INSTANSI
YANG BERWENANG ........................................................................................33
A. Lingkup.......................................................................................................................... 33
B. Pihak-Pihak Terkait Pemantauan Tindak Lanjut Penanganan Hasil Pemeriksaan BPK
Mengandung Unsur Pidana yang Diserahkan Kepada Instansi yang Berwenang ..... 34

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan i


Pedoman Manajemen Penunjang Pemeriksaan
Daftar Isi

C. Mekanisme Pemantauan Tindak Lanjut Penanganan Hasil Pemeriksaan


Mengandung Unsur Pidana yang Diserahkan Kepada Instansi yang Berwenang ..... 35
BAB VII PENGELOLAAN KERUGIAN NEGARA/DAERAH ...........................................37
A. Lingkup.......................................................................................................................... 37
B. Pihak-Pihak Terkait Pengelolaan Kerugian Negara/Daerah ....................................... 38
C. Mekanisme Penghitungan Kerugian Negara/Daerah .................................................. 40
D. Mekanisme Penilaian dan/atau Penetapan Kerugian Negara/Daerah yang Dilakukan
oleh Bendahara............................................................................................................. 41
E. Mekanisme Pemberian Pertimbangan Penyelesaian Kerugian Negara/Daerah ........ 41
F. Mekanisme Pemantauan Penyelesaian Kerugian Negara/Daerah ............................. 41
G. Mekanisme Pemberian Keterangan Ahli ...................................................................... 42
BAB VIII PERTIMBANGAN DAN PENDAPAT BPK .......................................................44
A. Pemberian Pertimbangan BPK .................................................................................... 44
B. Pemberian Pendapat BPK............................................................................................ 47
BAB IX PENUTUP ...........................................................................................................51
GLOSARIUM ...................................................................................................................52
DAFTAR PERANGKAT LUNAK TERKAIT .....................................................................59

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan ii


Pedoman Manajemen Penunjang Pemeriksaan
Daftar Gambar

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1.1. Piramida Kedudukan PMPP dan PMP 4
1.2. Hubungan PMPP dengan PMP 6
2.1. Tahapan Kebijakan dan Perencanaan Operasional Pemeriksaan 10
3.1. Tahapan Review SPM oleh Itama 18
3.2. Tahapan Peer Review oleh SAI Lain 22
4.1. Tahapan Evaluasi 26
5.1. Tahapan Pemantauan Tindak Lanjut 31
6.1. Tahapan Pemantauan Tindak Lanjut Penanganan Hasil 35
Pemeriksaan Mengandung Unsur Pidana yang diserahkan kepada
Instansi yang Berwenang
7.1. Tahapan Penghitungan Kerugian Negara/Daerah atas Permintaan 40
Instansi Berwenang
7.2. Tahapan Pemantauan Penyelesaian Kerugian Negara/Daerah 42
7.3. Tahapan Pemberian Keterangan Ahli 42
8.1. Tahapan Pemberian Pertimbangan BPK 45
8.2. Tahapan Pemberian Pendapat BPK 49

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan iii


Pedoman Manajemen Penunjang Pemeriksaan
Bab I Pendahuluan

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
01 Pedoman Manajemen Penunjang Pemeriksaan (PMPP) mengatur tata Pengaturan PMPP
kelola kewenangan-kewenangan BPK yang menunjang pelaksanaan
pemeriksaan. Tata kelola kewenangan yang diatur dalam PMPP ini tidak
terlepas dari pelaksanaan pemeriksaan yang diatur dalam Pedoman
Manajemen Pemeriksaan (PMP). Beberapa proses dalam PMPP
memberikan input bagi proses pada PMP. Demikian sebaliknya, output
pada proses pemeriksaan dimanfaatkan pada proses yang diatur dalam
PMPP untuk memberikan nilai tambah sebagai output BPK yang
bermanfaat bagi tata kelola keuangan negara.

Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara


dilakukan oleh BPK terhadap Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah,
Lembaga Negara lainnya, Bank Indonesia, BUMN, BUMD, dan Lembaga
atau Badan lain yang mengelola keuangan negara.

02 Undang-undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa PMPP Mendukung


Pelaksanaan PMP
Keuangan (UU No.15 Tahun 2006) menyebutkan bahwa BPK bertugas
memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.
Selanjutnya Pasal 9, Pasal 10, dan Pasal 11 UU No.15 Tahun 2006,
menyebutkan bahwa dalam melaksanakan tugas pemeriksaan, BPK
memiliki kewenangan antara lain sebagai berikut:
a. menentukan objek pemeriksaan, merencanakan dan melaksanakan
pemeriksaan, menentukan waktu dan metode pemeriksaan, serta
menyusun dan menyajikan laporan pemeriksaan;
b. menggunakan tenaga ahli dan/atau tenaga pemeriksa di luar BPK
yang bekerja untuk dan atas nama BPK;
c. memberi Pertimbangan atas Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP);
dan
d. memberi Pertimbangan atas rancangan Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah (SPIP) Pusat/Pemerintah Daerah sebelum ditetapkan
oleh Pemerintah Pusat/Pemerintah Daerah;
e. BPK menilai dan/atau menetapkan jumlah kerugian negara yang
diakibatkan oleh perbuatan melawan hukum baik sengaja
maupun lalai yang dilakukan oleh bendahara, pengelola Badan
Usaha Milik Negara (BUMN)/Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), dan
lembaga atau badan lain yang menyelenggarakan pengelolaan
keuangan Negara;
f. memantau penyelesaian ganti kerugian negara/daerah atas:
1) penyelesaian kerugian Negara/Daerah yang ditetapkan oleh
Pemerintah terhadap pegawai negeri bukan bendahara dan
pejabat lain;

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 1


Pedoman Manajemen Penunjang Pemeriksaan
Bab I Pendahuluan

2) pelaksanaan pengenaan ganti kerugian negara/daerah kepada


bendahara, Pengelola BUMN/BUMD, dan lembaga atau badan lain
yang mengelola keuangan negara yang telah ditetapkan oleh BPK;
dan
3) pelaksanaan pengenaan ganti kerugian negara/daerah yang
ditetapkan berdasarkan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap.
g. memberikan Pendapat kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR),
Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD), Pemerintah Pusat/Pemerintah Daerah, Lembaga Negara
Lain, Bank Indonesia, BUMN, Badan Layanan Umum, BUMD,
Yayasan, dan lembaga atau badan lain, yang diperlukan karena sifat
dan pekerjaannya;
h. memberikan pertimbangan atas penyelesaian kerugian
negara/daerah yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat/Pemerintah
Daerah; dan
i. memberikan keterangan ahli dalam proses peradilan mengenai
kerugian negara/daerah.

03 Pasal 12 UU No.15 Tahun 2006 mengamanatkan untuk membentuk PMPP merupakan


ketentuan lebih
ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan wewenang lanjut dari Pasal 12
tersebut dengan Peraturan BPK. Untuk mengatur pengelolaan UU No.15 Tahun
kewenangan BPK selain kewenangan pemeriksaan, maka BPK 2006
menyusun PMPP.

04 Berdasarkan UU No.15 Tahun 2006, Standar Pemeriksaan Keuangan Alasan Pemisahan


PMPP dengan PMP
Negara (SPKN), dan proses bisnis BPK, proses pemeriksaan meliputi
proses perencanaan, proses pelaksanaan, dan proses pelaporan. PMP
mengatur pengelolaan proses pemeriksaan untuk setiap penugasan.
Sedangkan proses yang diatur dalam PMPP lebih banyak terkait pada
unsur BPK sebagai sebuah lembaga negara. Oleh karena itu, PMPP
dirancang untuk mengatur pengelolaan proses penunjang pemeriksaan
yang menjadi kewenangan BPK. Dengan demikian, pengaturan
pengelolaan pemeriksaan dipisahkan dari pengaturan pengelolaan
institusional untuk lebih memperjelas kedudukan masing-masing
pelaksana prosesnya.

B. Tujuan PMPP
05 PMPP digunakan sebagai acuan bagi BPK dan pelaksananya dalam PMPP sebagai
Pedoman
mengelola penunjang pemeriksaan dan bertujuan untuk memastikan Pengelolaan
pengelolaan kewenangan BPK yang terkait dengan proses penunjang Kewenangan BPK
pemeriksaan telah dirancang, diorganisasikan, dilaksanakan dan terkait Kegiatan
Penunjang
dikendalikan secara efektif pada setiap tahapan pelaksanaannya. Pemeriksaan

C. Lingkup PMPP
06 PMPP merupakan pengaturan pengelolaan pemeriksaan yang tidak Lingkup PMP dalam
Konteks
terkait langsung dengan proses pemeriksaan yang menghasilkan Kewenangan BPK
Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP). PMPP diperlukan untuk memberikan
nilai tambah terhadap pemeriksaan atau mengatur pengelolaan proses

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 2


Pedoman Manajemen Penunjang Pemeriksaan
Bab I Pendahuluan

yang terkait dengan kewenangan BPK lainnya. Lingkup PMPP


merupakan pengaturan pengelolaan kegiatan yang tidak terkait langsung
dengan proses pemeriksaan. PMPP diperlukan untuk memberikan nilai
tambah terhadap proses pemeriksaan secara khusus dan memberikan
nilai tambah bagi pengelolaan keuangan negara secara luas. Lingkup
PMPP mencakup pengelolaan proses-proses berikut.
a. Kebijakan dan Perencanaan Operasional Pemeriksaan;
b. Evaluasi Pemeriksaan;
c. Evaluasi Atas Pelaksanaan Pemeriksaan oleh Akuntan Publik
berdasarkan ketentuan Undang-undang;
d. Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan;
e. Pemantauan Tindak Lanjut Penanganan Hasil Pemeriksaan BPK
Mengandung Unsur Pidana yang Diserahkan kepada Instansi yang
Berwenang;
f. Pengelolaan Kerugian Negara/Daerah;
g. Pemberian Pertimbangan BPK atas SAP dan Rancangan SPIP; dan
h. Pemberian Pendapat BPK.
Pelaksana utama pada kegiatan dalam PMPP adalah unit-unit kerja
penunjang pemeriksaan yang secara tidak langsung mendukung
pelaksanaan proses pemeriksaan.

D. Dasar Hukum Penyusunan PMPP


07 Dasar hukum penyusunan PMPP adalah sebagai berikut: Dasar Hukum
Penyusunan PMPP
a. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa
Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor
85, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4654);
b. Surat Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor
31/SK/I-VIII.3/8/2006 tentang Tata Cara Pembentukan Peraturan,
Keputusan, dan Naskah Dinas pada Badan Pemeriksa Keuangan
Republik Indonesia;
c. Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 1 Tahun 2007 tentang
Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4707);
d. Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 09/K/I-XIII.2/7/2008
tentang Petunjuk Pelaksanaan Tata Cara Penyusunan atau
Penyempurnaan Pedoman Pemeriksaan dan Non Pemeriksaan; dan
e. Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 3/K/I-XIII.2/7/2014
tentang Organisasi dan Tata Kerja Pelaksana Badan Pemeriksa
Keuangan sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Badan
Pemeriksa Keuangan Nomor 1/K/I-XIII.2/2/2016 tentang Perubahan
Atas Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor
3/K/I-XIII.2/7/2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Pelaksana
Badan Pemeriksa Keuangan.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 3


Pedoman Manajemen Penunjang Pemeriksaan
Bab I Pendahuluan

E. Kedudukan PMPP dan PMP


08 PMPP sebagai pedoman pengelolaan wewenang BPK terkait penunjang PMPP dan
Peraturan
pemeriksaan disusun sebagai bentuk operasionalisasi dari UU No.15 Perundang-
Tahun 2006 dengan memperhatikan standar internasional dan praktik undangan
terbaik lainnya. PMPP digunakan dalam kerangka organisasi BPK
sebagai salah satu dasar penyusunan petunjuk pelaksanaan dan
petunjuk teknis pelaksanaan wewenang BPK terkait penunjang
pemeriksaan.

09 Keterkaitan PMPP dengan mandat, peraturan BPK, dan pedoman Piramida


Kedudukan PMP
pemeriksaan lain yang ditetapkan BPK dapat dilihat pada gambar dan PMPP
berikut.
Gambar 1.1
Piramida Kedudukan PMPP dan PMP

Piramida kedudukan PMPP dalam organisasi BPK disempurnakan


dengan mengacu kepada International Standard for Supreme Audit
Institution (ISSAI) yang telah disesuaikan dengan konteks BPK.
Kerangka Supreme Audit Institution (SAI) yang diatur oleh ISSAI terdiri
dari 4 (empat) level yang dimulai dari Level 1 sampai dengan Level 4.
ISSAI Level 1 merupakan prinsip dasar bagi berdirinya sebuah SAI yaitu
mandat, Level 2 merupakan prasyarat yang diperlukan oleh SAI untuk
melaksanakan fungsinya yaitu kode etik, standar pemeriksaan, dan
sistem pengendalian manajemen, Level 3 berisi prinsip-prinsip dasar
untuk melakukan pemeriksaan yaitu petunjuk pelaksanaan pemeriksaan,
dan Level 4 berisi pedoman yang bersifat lebih teknis.
Dalam kerangka BPK, Level 1 pada piramida tersebut adalah mandat
BPK yang terdapat dalam Undang-Undang, pada Level 2 berisi kode
etik, SPKN, dan Sistem Pemerolehan Keyakinan Mutu (SPKM). PMP
dan PMPP berada pada Level 3 dan bersifat saling mendukung satu
sama lain untuk menghasilkan laporan pemeriksaan yang berkualitas.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 4


Pedoman Manajemen Penunjang Pemeriksaan
Bab I Pendahuluan

Sedangkan pada Level 4 berisi petunjuk pelaksanaan, petunjuk teknis,


pedoman nonpemeriksaan dan Prosedur Operasional Standar/Instruksi
Kerja.

F. Hubungan PMPP dengan PMP

10 Pengaturan dalam PMPP tidak dapat dipisahkan dengan pengaturan Hubungan antara
PMPP dengan PMP
yang terdapat dalam PMP. Dalam pelaksanaannya, PMPP (mulai dari
kebijakan dan perencanaan operasional pemeriksaan, evaluasi
pemeriksaan, evaluasi atas pelaksanaan pemeriksaan oleh Akuntan
Publik berdasarkan ketentuan perundang-undangan, pemantauan tindak
lanjut penanganan hasil pemeriksaan BPK mengandung unsur pidana
yang diserahkan kepada instansi yang berwenang, pemantauan tindak
lanjut hasil pemeriksaan, pengelolaan kerugian negara/daerah,
pemberian Pertimbangan BPK atas SAP dan rancangan SPIP, dan
Pendapat BPK) dapat menjadi input atau memberikan nilai tambah bagi
pengaturan PMP.
Kebijakan dan perencanaan operasional pemeriksaan dalam PMPP
dapat dihubungkan dengan perencanaan pemeriksaan dalam PMP.
Salah satu objek evaluasi pemeriksaan yang dilakukan oleh Inspektorat
Utama (Itama) dan Tim Peer Review SAI lain adalah proses
pemeriksaan. Pengaturan pemantauan LHP yang mengandung unsur
pidana dan tindak lanjut hasil pemeriksaan dapat dikaitkan dengan
pelaporan hasil pemeriksaan. Pemberian Pendapat BPK dan
Pertimbangan BPK dapat menggunakan hasil pemeriksaan sebagai
dasar pelaksanaannya. Selain itu, pengelolaan kerugian negara dan
daerah serta pengaturan evaluasi atas pemeriksaan oleh Akuntan Publik
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan juga dapat
menggunakan proses pemeriksaan sebagai dasar pelaksanaannya.

11 Hal-hal yang diatur dalam PMPP digambarkan dalam kerangka yang Skema Hubungan
antara PMPP
melingkupi kegiatan yang diatur dalam PMP untuk menunjukkan bahwa dengan PMP
kegiatan PMPP adalah kewenangan yang muncul karena adanya proses
pemeriksaan. PMP mengatur proses perencanaan, pelaksanaan, dan
pelaporan pemeriksaan yang merupakan proses inti BPK sehingga
pemerolehan keyakinan mutunya dilakukan secara berlapis melalui
sistem manajemen mutu yaitu proses pengendalian mutu (quality
control) oleh Pejabat Fungsional Pemeriksa (PFP) serta proses
pemerolehan keyakinan mutu (quality assurance) oleh Pejabat Struktural
Pemeriksaan (PSP) dan oleh Itama untuk objek pemeriksaan dengan
risiko tinggi.
Untuk menjamin kualitas dari kegiatan yang diatur dalam PMPP, BPK
menerapkan sistem mutu kelembagaan yang dilaksanakan oleh Itama
sebagai pemerolehan keyakinan mutu internal dan oleh SAI lain sebagai
pemerolehan keyakinan mutu eksternal. Sistem mutu kelembagaan
diatur dalam dokumen SPKM.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 5


Pedoman Manajemen Penunjang Pemeriksaan
Bab I Pendahuluan

Skema hubungan antara PMPP dengan PMP dapat dilihat pada gambar
berikut.

Gambar 1.2
Hubungan PMPP dengan PMP

Perencanaan
Pelaksanaan
Pelaporan

G. Sistematika PMPP

12 Sistematika PMPP adalah sebagai berikut. Sistematika PMPP

a. Bab I, Pendahuluan berisi uraian umum mengenai latar belakang,


tujuan, lingkup, dasar hukum penyusunan PMPP, kedudukan dan
hubungan PMP dan PMPP, serta sistematika PMPP.
b. Bab II, Kebijakan dan Perencanaan Operasional Pemeriksaan berisi
uraian mengenai mekanisme kebijakan dan perencanaan operasional
pemeriksaan mulai dari penyusunan kebijakan pemeriksaan,
perencanaan operasional yang memuat Rencana Kerja Tahunan
(RKT) dan Rencana Kegiatan Pemeriksaan (RKP) BPK, sampai
dengan penentuan objek pemeriksaan on call di luar RKP.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 6


Pedoman Manajemen Penunjang Pemeriksaan
Bab I Pendahuluan

c. Bab III, Evaluasi Pemeriksaan berisi uraian mengenai mekanisme


evaluasi pemeriksaan mulai dari perencanaan sampai dengan
pemantauan tindak lanjut hasil review pemeriksaan.
d. Bab IV, Evaluasi Atas Pelaksanaan Pemeriksaan oleh Akuntan Publik
Berdasarkan Ketentuan Peraturan Perundang-undangan berisi uraian
mengenai mekanisme evaluasi atas pemeriksaan oleh Akuntan
Publik berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan mulai
dari perencanaan sampai dengan pelaporan evaluasi.
e. Bab V, Pemantauan Tindak lanjut Hasil Pemeriksaan berisi uraian
mengenai mekanisme pemantauan tindak lanjut hasil pemeriksaan
mulai dari penatausahaan tindak lanjut hasil pemeriksaan sampai
dengan pelaporan pemantauan tindak lanjut hasil pemeriksaan.
f. Bab VI, Pemantauan Tindak Lanjut Penanganan Hasil Pemeriksaan
BPK Mengandung Unsur Pidana yang Diserahkan Kepada Instansi
yang Berwenang berisi uraian mengenai mekanisme pemantauan
tindak lanjut penanganan hasil pemeriksaan BPK mengandung unsur
pidana mulai dari persiapan pemantauan sampai dengan pelaporan
hasil pemantauan atas hasil pemeriksaan BPK yang mengandung
unsur pidana.
g. Bab VII, Pengelolaan Kerugian Negara/Daerah berisi uraian
mengenai mekanisme penghitungan kerugian negara/daerah,
penilaian dan/atau penetapan kerugian negara/daerah, pemberian
pertimbangan penyelesaian kerugian negara/daerah, pemantauan
penyelesaian kerugian negara/daerah, serta pemberian keterangan
ahli.
h. Bab VIII, Pemberian Pertimbangan dan Pendapat BPK berisi uraian
mengenai mekanisme penyusunan Pertimbangan BPK atas SAP dan
Rancangan SPIP mulai dari persiapan penyusunan Pertimbangan
BPK sampai dengan penyampaian Pertimbangan BPK serta
penyusunan Pendapat BPK mulai dari persiapan penyusunan
Pendapat BPK sampai dengan tindak lanjut Pendapat BPK.
i. Bab IX, Penutup berisi uraian yang memuat harapan PMPP sebagai
dokumen yang dinamis dan senantiasa diperbarui sesuai
perkembangan yang ada.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 7


Pedoman Manajemen Penunjang Pemeriksaan
Bab II Kebijakan dan Perencanaan Operasional Pemeriksaan

BAB II
KEBIJAKAN DAN PERENCANAAN
OPERASIONAL PEMERIKSAAN

A. Lingkup
01 Pasal 9 ayat (1) huruf a UU No.15 Tahun 2006, menyebutkan bahwa Kebijakan
Pemeriksaan
dalam melaksanakan tugasnya BPK berwenang menentukan objek merupakan Amanat
pemeriksaan, merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan, UU No.15 Tahun
menentukan waktu dan metode pemeriksaan, serta menyusun dan 2006
menyajikan laporan pemeriksaan. Untuk memenuhi amanat undang-
undang tersebut, BPK menyusun sistem perencanaan pemeriksaannya
dalam sebuah proses pengelolaan perencanaan pemeriksaan yang
sistematis dan terintegrasi mulai dari kebijakan pemeriksaan sampai
dengan perencanaan operasional pemeriksaan.
Kebijakan pemeriksaan disusun dengan memperhatikan peran dan
posisi BPK sebagai lembaga pemeriksa keuangan negara dalam
melakukan pemeriksaan atas pengelolaan keuangan negara serta
harapan pemilik kepentingan terhadap hasil pemeriksaan BPK.

02 Kebijakan dan perencanaan operasional pemeriksaan merupakan Deskripsi Kebijakan


dan Perencanaan
proses sistematis yang disusun untuk mewujudkan tujuan BPK di bidang Operasional
pemeriksaan. Tujuan kebijakan BPK di bidang pemeriksaan tersebut Pemeriksaan
dimuat dalam Rencana Strategis (Renstra) BPK, yang ditetapkan untuk
jangka waktu 5 (lima) tahun, dan merupakan landasan dalam
penyusunan dokumen perencanaan operasional pemeriksaan.
Perencanaan operasional pemeriksaan bermanfaat untuk memberikan
acuan dalam menentukan objek pemeriksaan, tujuan dan harapan
penugasan serta penyusunan Program Pemeriksaan agar pemeriksaan
BPK fokus, efektif, bernilai, dan memiliki manfaat bagi pemilik
kepentingan.

03 Tujuan kebijakan dan perencanaan operasional pemeriksaan, antara Tujuan Kebijakan


dan Perencanaan
lain: Operasional
Pemeriksaan
a. memberikan arah pemeriksaan bagi BPK;
b. membantu BPK dalam merespon perubahan lingkungan;
c. membantu terciptanya pemahaman yang sama antar pihak-pihak
yang terlibat dalam pemeriksaan di BPK;
d. membantu BPK dalam meraih peluang dan mengatasi tantangan
yang dihadapi, serta memberikan arah dalam menentukan tujuan
yang realistis;
e. menjadi alat yang memungkinkan BPK untuk melihat secara
komprehensif dari rencana pengembangan yang dimilikinya; dan
f. memungkinkan BPK mewujudkan akuntabilitasnya terhadap hasil
(outcome).

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 8


Pedoman Manajemen Penunjang Pemeriksaan
Bab II Kebijakan dan Perencanaan Operasional Pemeriksaan

04 Kebijakan pemeriksaan disusun antara lain berdasarkan Rencana Penyelarasan


Penyusunan
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan kebutuhan Kebijakan
pemilik kepentingan untuk mengefektifkan kegiatan pemeriksaan BPK. Pemeriksaan
Berdasarkan pertimbangan tersebut, kebijakan pemeriksaan BPK dengan RPJMN
diberlakukan satu tahun setelah RPJMN dilaksanakan.

05 Kebijakan pemeriksaan tersebut diterjemahkan ke dalam rencana yang Perencanaan


Operasional
bersifat lebih operasional melalui sistem perencanaan tahunan yang Pemeriksaan
diwujudkan dalam dokumen RKT dan RKP yang menjadi dasar dari
penyusunan setiap Program Pemeriksaan.
Berdasarkan RKT, Unit Kerja Pemeriksaan menyusun RKP yang
menjelaskan prioritas pemeriksaan serta menentukan alokasi sumber
daya pemeriksaan yaitu jumlah pemeriksa, waktu dan biaya yang
dibutuhkan untuk setiap pemeriksaan.

06 RKP menjadi dasar untuk menyusun Program Pemeriksaan. Hubungan RKP


dengan Program
Penyusunan Program Pemeriksaan telah diatur dalam PMP. Pemeriksaan

07 Penyusunan kebijakan dan perencanaan operasional pemeriksaan Pelaksana Kegiatan


dilaksanakan oleh Direktorat Perencanaan Strategis dan Manajemen
Kinerja (Direktorat PSMK).

08 Output dari kebijakan dan perencanaan operasional pemeriksaan adalah Output Kegiatan
kebijakan pemeriksaan BPK, RKT, dan RKP.

B. Pihak-Pihak Terkait Dalam Kebijakan dan Perencanaan


Operasional Pemeriksaan
09 Kebijakan dan perencanaan operasional pemeriksaan melibatkan Pihak-Pihak Terkait
Badan, Sekretariat Jenderal (Setjen), Unit Kerja Pemeriksaan, Direktorat
Utama Perencanaan, Evaluasi dan Pengembangan Pemeriksaan
Keuangan Negara (Ditama Revbang), Biro Keuangan, Sekretariat Unit
Kerja Pemeriksaan, dan Itama.

10 Badan berperan memberikan arahan dan menetapkan kebijakan Peran Badan


pemeriksaan yang akan digunakan sebagai bahan penyusunan dan
penetapan RKT dan RKP.

11 Sekretaris Jenderal berperan menetapkan Rencana Kerja (Renja), Peran Sekretaris


Jenderal
Rencana Kegiatan Anggaran (RKA) BPK dan RKP.

12 Unit Kerja Pemeriksaan berperan: Peran Unit Kerja


Pemeriksaan
a. mengajukan usulan tema pemeriksaan dan rasionalisasinya sebagai
bahan penyusunan kebijakan pemeriksaan;
b. menyusun dan mengajukan serta menyampaikan usulan/masukan
atas RKT, Prognosa, dan RKP sesuai dengan kebijakan pemeriksaan
yang telah ditetapkan, termasuk apabila Unit Kerja Pemeriksaan
tersebut ditunjuk sebagai koordinator pemeriksaan dalam
pemeriksaan tematik; dan
c. mempersiapkan dan mengajukan usul revisi RKP tahun berjalan.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 9


Pedoman Manajemen Penunjang Pemeriksaan
Bab II Kebijakan dan Perencanaan Operasional Pemeriksaan

13 Ditama Revbang dhi. Direktorat PSMK berperan: Peran Ditama


Revbang
a. meminta dan menganalisis usul tema pemeriksaan dan informasi
yang dapat dijadikan bahan penyusunan kebijakan pemeriksaan;
b. mengidentifikasi tema pemeriksaan yang akan diusulkan kepada
Badan;
c. menyusun RKT berdasarkan usulan dari Unit Kerja Pemeriksaan;
d. meminta dan menganalisis prognosa RKP, dalam pemeriksaan
tematik, Direktorat PSMK meminta dan menganalisis prognosa RKP
dari Auditorat Utama Keuangan Negara (AKN) Koordinator serta
mengidentifikasi AKN Pelaksana yang akan terlibat dalam
pemeriksaan tematik;
e. menyusun Renja berdasarkan prognosa RKP;
f. menganalisis dan mengompilasi rancangan RKP;
g. menganalisis dan memverifikasi usulan revisi RKP; dan
h. menyesuaikan RKP BPK dengan anggaran yang disetujui oleh DPR.

14 Biro Keuangan berperan menyusun RKA BPK berdasarkan usulan Unit Peran Biro
Keuangan
Kerja Pemeriksaan.

15 Sekretariat Unit Kerja Pemeriksaan berperan meng-input RKP dalam Peran Sekretariat
Unit Kerja
sistem aplikasi pemeriksaan. Pemeriksaan

16 Itama berperan me-review konsep RKA sebelum disampaikan kepada Peran Itama
Kementerian Keuangan.

C. Mekanisme Kebijakan dan Perencanaan Operasional Pemeriksaan


17 Kebijakan dan perencanaan operasional pemeriksaan BPK terdiri dari Tahapan Kebijakan
dan Perencanaan
dua tahapan, yaitu: Operasional
Pemeriksaan
a. Penyusunan Kebijakan Pemeriksaan; dan
b. Perencanaan Operasional yang memuat RKT dan RKP BPK.
Gambar 2.1
Tahapan Kebijakan dan Perencanaan Operasional Pemeriksaan

Rencana Kegiatan
Tahunan (RKT)

Penyusunan Perencanaan
Kebijakan Operasional
Pemeriksaan
Rencana Kegiatan
Pemeriksaan (RKP)

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 10


Pedoman Manajemen Penunjang Pemeriksaan
Bab II Kebijakan dan Perencanaan Operasional Pemeriksaan

18 a. Penyusunan Kebijakan Pemeriksaan


Kepala Ditama (Kaditama) Revbang menyampaikan permintaan Usulan Kebijakan
Pemeriksaan dari
usulan kebijakan pemeriksaan kepada Auditor Utama (Tortama). Unit Kerja
Permintaan usulan tersebut berisi informasi mengenai: Pemeriksaan

1) isu strategis untuk menentukan tema pemeriksaan;


2) dasar pertimbangan pemilihan tema pemeriksaan;
3) harapan penugasan dari setiap tema pemeriksaan;
4) AKN Koordinator dan AKN Pelaksana (untuk pemeriksaan
tematik); dan
5) prioritas pemeriksaan.

19 Dalam memberikan usulan, Unit Kerja Pemeriksaan Bahan Usulan


Kebijakan
mempertimbangkan arahan, kebijakan, dan strategi Badan, hasil Pemeriksaan dari
pemeriksaan sebelumnya, dan/atau pengaduan/permintaan Unit Kerja
pemeriksaan dari pihak luar BPK. Unit Kerja Pemeriksaan menyusun Pemeriksaan
dan menyampaikan usulan kebijakan pemeriksaan kepada Ditama
Revbang dhi. Direktorat PSMK.

20 Direktorat PSMK mengumpulkan dan menganalisis informasi lain Analisis Informasi


Internal
yang terkait dengan penetapan kebijakan pemeriksaan yang akan
diusulkan. Informasi tersebut dapat berupa informasi internal, antara
lain:
1) informasi yang menjadi perhatian publik yang dapat diperoleh,
antara lain dari Biro Hubungan Masyarakat dan Kerja Sama
Internasional (Biro Humas dan Kerja Sama Internasional);
2) informasi tentang ketentuan peraturan perundang-undangan
yang dapat diperoleh, antara lain dari Direktorat Utama
Pembinaan dan Pengembangan Hukum Pemeriksaan Keuangan
Negara (Ditama Binbangkum);
3) informasi tentang hasil penelitian yang dapat dimanfaatkan
sebagai bahan penetapan kebijakan pemeriksaan yang dapat
diperoleh, antara lain dari Direktorat Penelitian dan
Pengembangan (Direktorat Litbang) BPK;
4) informasi tentang evaluasi hasil pemeriksaan sebelumnya, yang
dapat diperoleh, antara lain dari Direktorat Evaluasi dan
Pelaporan Pemeriksaan (Direktorat EPP), hasil quality assurance
yang dilakukan oleh Itama serta hasil peer review oleh SAI lain;
dan
5) Renstra BPK, Rencana Implementasi Rencana Strategis (RIR),
dan masukan Badan.

21 Selain analisis terhadap masukan internal, penyusunan kebijakan Analisis Informasi


Eksternal
pemeriksaan juga perlu mempertimbangkan informasi eksternal
seperti:
1) Informasi dari Eksekutif (Pemerintah)
Informasi tersebut dapat diperoleh dari dokumen RPJMN,
dokumen reformasi birokrasi, Rencana Aksi Percepatan
Pencapaian Tujuan Millenium Development Goals (MDGs), serta

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 11


Pedoman Manajemen Penunjang Pemeriksaan
Bab II Kebijakan dan Perencanaan Operasional Pemeriksaan

Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi


Indonesia.
2) Informasi dari Lembaga Perwakilan
Jika diperlukan, BPK dapat meminta saran, pendapat, dan
masukan dari lembaga perwakilan. Dalam rangka membahas
saran, pendapat, dan masukan tersebut, BPK dapat
menyelenggarakan pertemuan konsultasi dengan lembaga
perwakilan.
3) Informasi yang berasal dari masukan pemilik kepentingan yang
diperoleh dari acara-acara yang diselenggarakan oleh BPK
seperti survei pemilik kepentingan, forum BPK mendengar, serta
seminar nasional.
22 Berdasarkan analisis tersebut, Direktorat PSMK menyusun konsep Prinsip-prinsip
Penyusunan
Kebijakan Pemeriksaan dengan memperhatikan prinsip-prinsip Kebijakan
antara lain komprehensif, strategis, outcome focused, partisipatif, Pemeriksaan
dan antisipatif.

23 Kebijakan pemeriksaan dihasilkan berdasarkan input dari informasi Pertimbangan


dalam Penyusunan
di atas serta dengan mempertimbangkan sumber daya, wewenang Konsep Kebijakan
serta kekuatan yang dimiliki oleh BPK. Pemeriksaan

24 Berdasarkan kebijakan pemeriksaan, Direktorat PSMK menyusun Penyusunan Daftar


Potensial
daftar potensial pemeriksaan yang berisikan bidang yang akan Pemeriksaan
menjadi fokus bagi BPK dalam kegiatan pemeriksaan yang akan
dilakukan dalam periode 5 (lima) tahun.

25 Konsep kebijakan pemeriksaan tersebut disampaikan oleh Ditama Penyampaian


Konsep Kebijakan
Revbang kepada Unit Kerja Pemeriksaan dalam forum Eselon 1 Pemeriksaan
sebagai bahan pertimbangan penyediaan sumber daya. kepada Eselon 1

26 Tortama mengajukan masukan atas konsep kebijakan pemeriksaan Penyampaian


Konsep Kebijakan
BPK yang telah dirumuskan oleh Direktorat PSMK. Direktorat PSMK Pemeriksaan
menyampaikan konsep kebijakan pemeriksaan BPK yang sudah kepada Badan
mendapat masukan dari Tortama kepada Badan untuk ditetapkan.

27 Kebijakan pemeriksaan BPK tersebut ditetapkan oleh Badan melalui Penetapan


Kebijakan
Sidang Badan. Pemeriksaan dalam
Sidang Badan

28 Kebijakan pemeriksaan BPK dapat dipublikasikan ke lembaga Publikasi Kebijakan


Pemeriksaan BPK
perwakilan dan publik agar para pemilik kepentingan memahami
fokus pemeriksaan BPK serta menghindari tumpang tindih
pemeriksaan oleh Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP).

29 b. Perencanaan Operasional BPK Tahapan


Penyusunan
Penyusunan perencanaan operasional BPK meliputi penyusunan Perencanaan
Operasional BPK
RKT, prognosa RKP, Renja, RKA Kementerian/Lembaga dan RKP.

30 1) Penyusunan RKT Penyusunan RKT


oleh Direktorat
Sebagai penjabaran dari Renstra, RIR, dan kebijakan PSMK
pemeriksaan 5 (lima) tahunan, Direktorat PSMK menyusun RKT
yang berisi kebijakan dan rencana kerja BPK untuk periode

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 12


Pedoman Manajemen Penunjang Pemeriksaan
Bab II Kebijakan dan Perencanaan Operasional Pemeriksaan

1 (satu) tahun. RKT dilandasi pada kebijakan umum dan


kebijakan operasional di bidang pemeriksaan.
RKT disusun oleh Direktorat PSMK pada T-2 (dua tahun sebelum
tahun berjalan) dengan mendapatkan masukan dari Tortama
untuk selanjutnya ditetapkan dalam Sidang Badan.

31 2) Penyusunan Prognosa RKP Penyusunan


Prognosa RKP
Setelah penetapan RKT, para kepala Unit Kerja Pemeriksaan
menyusun prognosa RKP dengan berkonsultasi dengan
pimpinan unit Eselon I masing-masing untuk mendapat arahan
dan persetujuan dengan mengacu pada perangkat lunak terkait
penganggaran yang diterbitkan oleh Ditama Revbang dhi.
Direktorat PSMK.

32 Penyusunan prognosa RKP mempertimbangkan waktu, personil Pertimbangan


dalam Penyusunan
pemeriksa yang tersedia, ketersediaan data entitas pemeriksaan, Prognosa
serta infrastruktur yang diperlukan.

33 Prognosa RKP memuat prioritas pemeriksaan dan alasan Prioritas


Pemeriksaan pada
penentuan prioritas pemeriksaan tersebut. Prognosa

34 Dalam menentukan prioritas pemeriksaan, Unit Kerja Pertimbangan


dalam Menentukan
Pemeriksaan mempertimbangkan: Prioritas
Pemeriksaan
a) kebijakan pemeriksaan 5 (lima) tahunan;
b) perkiraan dampak audit dengan melihat nilai tambah yang
diharapkan setelah dilakukan pemeriksaan seperti perbaikan
dalam ekonomi, efisiensi dan efektivitas, kualitas layanan,
akuntabilitas, dan pengendalian manajemen;
c) materialitas anggaran entitas yang akan diperiksa dengan
melihat nilai total aset, utang serta anggaran tahunan;
d) risiko atas pengelolaan suatu kegiatan/program, dengan
melakukan penilaian apakah pengelolaan kegiatan/program
yang akan diperiksa memiliki risiko terjadinya
ketidakekonomisan, ketidakefisienan dan ketidakefektifan,
untuk penentuan risiko suatu objek pemeriksaan dinilai
dengan membuat analisis profil risiko pada Data Entitas
Pemeriksaan (DEP).
e) apakah suatu program memiliki sensitivitas politik yang tinggi
dan berdampak secara nasional; dan
f) program/objek pemeriksaan memiliki lingkup yang sempit
dan jarang menjadi objek pemeriksaan atau review baik oleh
pihak internal maupun eksternal.

35 Untuk pemeriksaan tematik, penyusunan prognosa RKP disertai Penyusunan


Prognosa untuk
dengan proposal yang disiapkan oleh AKN Koordinator. AKN Pemeriksaan
Koordinator menyampaikan proposal kepada AKN Pelaksana Tematik
yang ditembuskan kepada Ditama Revbang. Proposal tersebut
meliputi tujuan, sasaran, metodologi, tahun yang diperiksa, waktu
pemeriksaan, Unit Kerja Pemeriksaan yang terkait, anggaran,
kebutuhan pemeriksa, dan sarana penunjang lainnya.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 13


Pedoman Manajemen Penunjang Pemeriksaan
Bab II Kebijakan dan Perencanaan Operasional Pemeriksaan

36 Dalam penyusunan prognosa RKP, Unit Kerja Pemeriksaan Prognosa RKP


dapat
sudah harus dapat mengidentifikasi objek pemeriksaan yang Mengidentifikasi
akan diperiksa oleh BPK, diperiksa oleh Pemeriksa yang bekerja Kebutuhan
untuk dan atas nama BPK, serta objek pemeriksaan yang Pemeriksaan yang
dilakukan oleh BPK,
memerlukan keahlian khusus baik dari internal maupun eksternal Pemeriksa yang
BPK. bekerja untuk dan
atas nama BPK,
dan Kebutuhan
Tenaga Ahli

37 Prognosa RKP disampaikan kepada Ditama Revbang setelah Analisis Kesesuaian


Usulan Kegiatan
dimintakan pertimbangan Anggota Badan terkait untuk dianalisis Satker
oleh Direktorat PSMK mengenai kesesuaian usulan kegiatan Pemeriksaan
satuan kerja (satker) pemeriksaan dengan RKT. dengan RKT

38 3) Penyusunan Renja Penyusunan Renja

Prognosa RKP tersebut selanjutnya merupakan bahan


penyusunan Renja yang memuat program, kegiatan, output,
dan kebutuhan dana. Penyusunan Renja ini dilakukan oleh
Direktorat PSMK.

39 4) Penyusunan RKA dan RKP Penyusunan Usulan


RKA dan RKP
Dengan memperhatikan anggaran yang ditetapkan oleh
Kementerian Keuangan dan Kementerian Perencanaan
Pembangunan Nasional/Bappenas dalam RKA, Sekretariat
Jenderal menetapkan anggaran setiap satker (pagu indikatif,
pagu anggaran, dan pagu alokasi anggaran), sekaligus meminta
satker untuk menyusun RKA termasuk di dalamya rancangan
RKP. Unit Kerja Pemeriksaan menyampaikan rancangan RKP
kepada Direktorat PSMK dan Biro Keuangan setelah mendapat
arahan dan persetujuan pimpinan unit Eselon I.

40 Direktorat PSMK berkoordinasi dengan Biro Keuangan dalam Analisis dan


Kompilasi Usulan
menganalisis dan mengompilasi rancangan RKP dari seluruh Unit RKP
Kerja Pemeriksaan. Rancangan RKP tersebut kemudian di input
dalam sistem informasi pemeriksaan, untuk selanjutnya disahkan
oleh Sekretaris Jenderal menjadi RKP.

41 Hasil analisis dan kompilasi tersebut merupakan salah satu Sumbangan RKP
bahan bagi Biro Keuangan dalam menyusun RKA yang
selanjutnya mendapat persetujuan Sekretaris Jenderal dan
disampaikan kepada Kementerian Keuangan untuk disahkan
menjadi Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA).
RKP dan DIPA yang telah disahkan disampaikan kepada seluruh
Unit Kerja Pemeriksaan sebagai dasar pelaksanaan kegiatan.

42 5) Revisi RKP Revisi RKP

Pada tahun anggaran berjalan, Unit Kerja Pemeriksaan dapat


melakukan revisi anggaran dan output jika terdapat
faktor/pengaruh sistemik maupun nonsistemik, diantaranya jika
terdapat permintaan pemeriksaan oleh pemilik kepentingan BPK
(Pemeriksaan on call).

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 14


Pedoman Manajemen Penunjang Pemeriksaan
Bab II Kebijakan dan Perencanaan Operasional Pemeriksaan

Revisi RKP yang mengakibatkan perubahan DIPA maupun tidak


mengakibatkan perubahan DIPA mengacu pada perangkat lunak
terkait.

43 Revisi RKP karena adanya pemeriksaan on call diajukan oleh Revisi RKP karena
Pemeriksaan On
satker kepada Direktorat PSMK dengan menyertakan Call
persetujuan tertulis/arahan tertulis dari Anggota/Badan sebagai
dokumen pendukung termasuk uraian analisis, Kerangka Acuan
Kerja (KAK), dan Rencana Anggaran dan Biaya (RAB).

44 Rincian lebih lanjut terkait kebijakan dan perencanaan Perangkat Lunak


Terkait
operasional pemeriksaan mengacu pada perangkat lunak terkait.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 15


Pedoman Manajemen Penunjang Pemeriksaan
Bab III Evaluasi Pemeriksaan

BAB III
EVALUASI PEMERIKSAAN

A. Lingkup

01 Evaluasi pemeriksaan yang dilakukan oleh Itama dan SAI negara lain Definisi Evaluasi
Pemeriksaan
merupakan kegiatan penilaian Sistem Pengendalian Mutu (SPM) yang
dilakukan sebelum LHP diterbitkan (hot review) atau setelah LHP
diterbitkan (cold review) untuk menentukan apakah SPM pemeriksaan
BPK sudah dirancang dan dilaksanakan secara efektif sehingga dapat
memberikan keyakinan yang memadai bahwa kebijakan dan standar
pemeriksaan yang ditetapkan serta prosedur pemeriksaan yang berlaku
telah dipatuhi.

02 Evaluasi pemeriksaan sebelum LHP diterbitkan (hot review) bertujuan Tujuan Evaluasi
Pemeriksaan
untuk memastikan kualitas hasil pemeriksaan telah sesuai dengan
standar. Sedangkan evaluasi pemeriksaan yang dilakukan setelah LHP
diterbitkan (cold review) bertujuan untuk melakukan perbaikan bagi
kegiatan pemeriksaan yang akan datang, baik dari sisi manajemen,
kinerja pemeriksa, maupun metodologi. Hasil evaluasi digunakan
sebagai bahan masukan dalam perumusan kebijakan pemeriksaan untuk
meningkatkan kualitas pemeriksa dan hasil pemeriksaan di masa yang
akan datang.

03 Evaluasi pemeriksaan BPK yang dimaksud pada bab ini hanya terbatas Pelaksana Kegiatan
pada cold review atau evaluasi yang dilakukan secara internal BPK
setelah LHP terbit oleh Itama dan secara eksternal oleh SAI negara lain.
Evaluasi pemeriksaan yang dilakukan oleh Itama yaitu review SPM baik
pemeriksaan maupun kelembagaan, sedangkan evaluasi pemeriksaan
yang dilakukan oleh SAI lain disebut peer review yang sesuai dengan
Pasal 33 ayat (1) UU No.15 Tahun 2006.
Pengaturan mengenai mekanisme hot review oleh Itama akan diatur
pada perangkat lunak terpisah.

04 Output Proses Evaluasi Pemeriksaan adalah Laporan Hasil Review Output Kegiatan
(LHR). Output proses evaluasi pemeriksaan secara eksternal adalah
Laporan Hasil Peer Review.

B. Pihak-Pihak Terkait Evaluasi Pemeriksaan


05 Evaluasi pemeriksaan melibatkan Badan, Inspektur Utama (Irtama), Tim Pihak-Pihak Terkait
Review SPM, dan SAI lain sebagai peer reviewer.

06 Badan berperan: Peran Badan

a. menunjuk SAI lain sebagai pelaksana peer review setelah mendapat


pertimbangan DPR;
b. menyampaikan Laporan Hasil Peer Review SAI Lain kepada DPR;

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 16


Pedoman Manajemen Penunjang Pemeriksaan
Bab III Evaluasi Pemeriksaan

c. meminta Itama untuk melakukan evaluasi pemeriksaan atas


penugasan tertentu yang bersifat prioritas dan memiliki risiko tinggi;
dan
d. menyetujui kegiatan pemeriksaan yang berkaitan dengan ex-ante dan
ex-post pemeriksaan.

07 Irtama berperan: Peran Irtama

a. menentukan fokus dan strategi review;


b. memberikan arahan rekomendasi hasil review;
c. menyampaikan LHR kepada unit kerja terkait;
d. memantau tindak lanjut hasil review;
e. menandatangani Surat Tugas; dan
f. mengoordinasikan dan mendampingi kegiatan peer review.

08 Tim Review SPM terdiri dari Penanggung Jawab, Pengendali Teknis, Komposisi Tim
Review SPM
Ketua Tim, dan Anggota Tim.

09 Penanggung Jawab Tim Review SPM berperan: Peran Penanggung


Jawab
a. menandatangani Program Review;
b. menjamin terpenuhinya tujuan dan lingkup review;
c. menyetujui konsep rekomendasi hasil review dan menyampaikan
kepada Irtama untuk mendapat arahan; dan
d. menandatangani LHR.

10 Pengendali Teknis Tim Review SPM berperan: Peran Pengendali


Teknis Tim Review
a. menjamin terpenuhinya pelaksanaan Program Review; dan SPM

b. menyusun konsep rekomendasi hasil review.

11 Ketua Tim Review SPM berperan: Peran Ketua Tim


Review SPM
a. mengorganisasi, mengarahkan, dan mengawasi pelaksanaan review;
dan
b. menjamin kebenaran materi temuan dan validitas bukti review.

12 Anggota Tim Review SPM berperan melaksanakan Program Review Peran Anggota Tim
Review SPM
sesuai dengan pembagian tugas yang diberikan oleh Ketua Tim Review
SPM.

13 SAI lain sebagai peer reviewer berperan: Peran SAI lain


sebagai Peer
a. melaksanakan peer review sesuai Nota Kesepahaman atau Reviewer
Memorandum of Understanding (MoU);
b. mengomunikasikan Laporan Hasil Peer Review kepada Badan; dan
c. menyampaikan Laporan Hasil Peer Review kepada Pimpinan BPK.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 17


Pedoman Manajemen Penunjang Pemeriksaan
Bab III Evaluasi Pemeriksaan

C. Mekanisme Evaluasi Pemeriksaan


14 Mekanisme Evaluasi Pemeriksaan terdiri atas: Mekanisme
Evaluasi
a. Mekanisme Review SPM oleh Itama; dan Pemeriksaan

b. Mekanisme Peer Review oleh SAI Lain.

15 a. Mekanisme Review SPM oleh Itama


Tahapan Review
Review SPM oleh Itama terdiri dari tahapan berikut. SPM oleh Itama

1) Perencanaan Review SPM;


2) Pelaksanaan Review SPM;
3) Pelaporan Review SPM; dan
4) Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Review SPM.
Gambar 3.1
Tahapan Review SPM oleh Itama

Pemantauan
Perencanaan Tindak Lanjut

Pelaksanaan Pelaporan

16 1) Perencanaan Review SPM


Itama merencanakan review SPM dalam rencana kegiatan Tujuan
Perencanaan
tahunan yang memuat antara lain objek yang akan di-review dan Review
kebutuhan pelaksana review. Berdasarkan rencana tersebut,
Itama menyusun perencanaan review sesuai jadwal yang telah
ditetapkan. Perencanaan review diperlukan agar review dapat
dilaksanakan secara efisien, efektif, dan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

17 Perencanaan review menghasilkan Program Review dan Surat Ouput Perencanaan


Review
Tugas.

18 Perencanaan review meliputi kegiatan-kegiatan mulai dari Lingkup


Perencanaan
penentuan Tim Review SPM sampai penyusunan Rencana Review
Review Perorangan (RRP).

19 Irtama menetapkan perencanaan kebutuhan pelaksana review Penentuan Tim


Review SPM
setiap tahun disertai peran dan alokasi waktu review dengan

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 18


Pedoman Manajemen Penunjang Pemeriksaan
Bab III Evaluasi Pemeriksaan

mempertimbangkan waktu penyelesaian LHP oleh Unit Kerja


Pemeriksaan terkait.
Pejabat Struktural pada Itama sesuai kewenangannya
menentukan komposisi Tim Review SPM dengan
mempertimbangkan lingkup review dan kompetensi kolektif Tim
Review SPM. Penentuan komposisi Tim Review SPM dituangkan
dalam bentuk Surat Tugas.

20 Tim Review SPM menyusun konsep Program Review dengan Penyusunan


Program Review
memperhatikan lingkup, sasaran, dan tujuan review secara SPM
berjenjang sesuai dengan peran dan tanggung jawabnya. Dalam
menyusun Program Review, perlu dilakukan pemahaman atas
objek yang akan di review melalui pemahaman atas tugas dan
fungsi objek review dan hasil review sebelumnya beserta
pemantauan tindak lanjutnya.

21 Program Review sekurang-kurangnya meliputi unsur, antara lain Unsur Program


Review
latar belakang, tujuan review, dasar hukum, satker pelaksana
yang di review, lingkup review, pedoman review, sasaran review,
kriteria review, alasan review, metodologi review, pengarahan
review, petunjuk review, jangka waktu review, susunan tim dan
biaya review, kerangka LHR, waktu penyampaian, dan distribusi
LHR serta persetujuan Program Review.

22 Apabila metodologi review menggunakan sampel, maka sampel Sampel Review


yang dipilih harus mempertimbangkan kriteria berikut:
a) Pemeriksaan BPK yang mendapat perhatian dari pemilik
kepentingan (permintaan DPR atau mendapat perhatian
masyarakat);
b) Pemeriksaan BPK atas entitas yang mengelola anggaran
yang besar;
c) Pemeriksaan BPK yang melibatkan banyak Tim Pemeriksa
dan/atau pemeriksaan tematik; dan
d) Terdapat indikasi ketidaksesuaian dengan standar atau
pedoman yang berlaku.

23 Penanggung Jawab Tim Review SPM mengevaluasi kesesuaian Peran Penanggung


Jawab Tim Review
Program Review dengan rencana kegiatan Itama. Selanjutnya SPM
Penanggung Jawab Tim Review SPM menyetujui konsep
Program Review.

24 Proses persetujuan penugasan review dilakukan secara Persetujuan


Penugasan Review
berjenjang oleh Pejabat Struktural pada Itama untuk disetujui
oleh Irtama. Irtama menandatangani Surat Tugas setelah
mempertimbangkan Program Review yang telah disetujui
Penanggung Jawab Tim Review SPM.

25 Berdasarkan Program Review dan Surat Tugas yang telah Penyusunan RRP
disetujui, Ketua Tim Review SPM melakukan pembagian tugas
kepada masing-masing Anggota Tim atas langkah review yang
terdapat dalam Program Review. Para Anggota Tim kemudian
menyusun konsep Rencana Review Perorangan (RRP) yang

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 19


Pedoman Manajemen Penunjang Pemeriksaan
Bab III Evaluasi Pemeriksaan

merupakan penjabaran dari Program Review dan


mengajukannya kepada Ketua Tim Review SPM untuk di review.
Setelah memperhatikan arahan Pengendali Teknis Tim Review
SPM, Ketua Tim Review SPM menyetujui konsep RRP.

26 2) Pelaksanaan Review SPM


Pelaksanaan review merupakan realisasi dari Program Review Tujuan
Pelaksanaan
yang diperlukan agar review dapat dilaksanakan secara efektif, Review
efisien, dan sesuai dengan pedoman yang telah ditetapkan oleh
BPK.

27 Pelaksanaan review menghasilkan Kertas Kerja Review (KKR) Output


Pelaksanaan
dan Temuan Review. Review

28 Pelaksanaan review meliputi kegiatan-kegiatan mulai dari Lingkup


Pelaksanaan
pertemuan awal sampai penyampaian Temuan Review kepada Review
Pimpinan Satker.

29 Berdasarkan Program Review dan Surat Tugas yang telah Penyusunan Jadwal
dan Permintaan
disetujui, Ketua Tim Review SPM menyusun jadwal pelaksanaan Data
review yang memuat waktu tentatif yang dialokasikan untuk
melakukan review pada satker. Apabila diperlukan, Ketua Tim
Review SPM menyusun permintaan data kepada Pimpinan
Satker dan menyampaikannya pada saat pertemuan awal.

30 Pertemuan awal dengan Pimpinan Satker diperlukan untuk Tujuan Pertemuan


Awal
menjelaskan tujuan, lingkup, rencana kegiatan, dan waktu
review. Pertemuan awal dengan Pimpinan Satker setidaknya
dilakukan oleh Pengendali Teknis Tim Review SPM, Ketua Tim
Review SPM, Anggota Tim Review SPM.

31 Pelaksanaan Program Review dilakukan oleh Tim Review SPM Pelaksanaan


Program Review
sesuai dengan pembagian tugas dalam RRP. Pelaksanaan
Program Review bertujuan untuk memperoleh bukti review yang
cukup dan kompeten untuk menentukan apakah SPM sudah
dirancang dan dilaksanakan secara efektif. Hasil pelaksanaan
Program Review dimuat dalam KKR.

32 KKR disusun oleh Anggota Tim Review SPM dan di review Penyusunan KKR
secara berjenjang oleh Ketua Tim Review SPM dan Pengendali
Teknis Tim Review SPM pada saat pelaksanaan review. KKR
disusun berdasarkan langkah review yang direncanakan dalam
Program Review dengan mencantumkan referensi silang pada
bagian yang saling berhubungan.

33 Berdasarkan KKR yang telah disusun, Anggota Tim Review SPM Penyusunan
Temuan Review
menyusun konsep Temuan Review sesuai pembagian tugasnya
dalam RRP. Ketua Tim Review SPM me-review konsep Temuan
Review untuk menjamin kebenaran materi temuan dan validitas
bukti review untuk selanjutnya disampaikan kepada Pengendali
Teknis Tim Review SPM. Pengendali Teknis Tim Review SPM
me-review konsep Temuan Review untuk menjamin
kesesuaiannya dengan Program Review.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 20


Pedoman Manajemen Penunjang Pemeriksaan
Bab III Evaluasi Pemeriksaan

Ketua Tim Review SPM menyampaikan konsep Temuan Review


yang telah di review secara berjenjang kepada Pimpinan Satker
untuk dimintakan tanggapan. Tim Review SPM dapat
menyelenggarakan diskusi dengan pimpinan satker sebagai
forum untuk menanggapi konsep Temuan Review dan
mengklarifikasi permasalahan yang diungkap dalam konsep
Temuan Review. Hasil diskusi didokumentasikan dalam Risalah
Diskusi Temuan Review.

34 Temuan Review yang telah memperoleh tanggapan kemudian Penyampaian


Temuan Review
dihimpun dan disampaikan oleh Ketua Tim Review SPM kepada
Pimpinan Satker dengan menggunakan surat pengantar.

35 3) Pelaporan Review SPM


Pelaporan review merupakan proses penyusunan laporan Tujuan Pelaporan
Review
berdasarkan analisis atas temuan review yang diperoleh pada
saat pelaksanaan review sebagai sarana penyampaian
rekomendasi yang akan dilaksanakan oleh satuan kerja.

36 Pelaporan review menghasilkan LHR. Output Pelaporan


Review

37 Pelaporan review meliputi kegiatan-kegiatan mulai dari Lingkup Pelaporan


Review
penyusunan konsep LHR sampai dengan penyampaian LHR
kepada Pimpinan Satker.

38 Ketua Tim Review SPM menyusun konsep LHR berdasarkan Penyusunan


Konsep LHR
Temuan Review dan informasi relevan lainnya yang telah
disiapkan oleh Anggota Tim Review SPM. Dalam menyusun
konsep LHR, Ketua Tim Review SPM harus menjamin validitas
substansi, kebenaran matematis, dan akurasi angka atas bahan
penyusunan LHR yang diterima dari Anggota Tim Review SPM.
Anggota Tim Review SPM menyiapkan surat pengantar
penyampaian LHR.
Pengendali Teknis Tim Review SPM me-review konsep LHR
yang disampaikan oleh Ketua Tim Review SPM untuk menjamin
terpenuhinya pelaksanaan Program Review. Pengendali Teknis
Tim Review SPM menyampaikan konsep LHR yang telah di-
review kepada Penanggung Jawab Tim Review SPM.
Penanggung Jawab Tim Review SPM me-review konsep LHR
yang disampaikan oleh Pengendali Teknis Tim Review SPM
untuk menjamin terpenuhinya tujuan dan lingkup review yang
dinyatakan dalam Program Review.
Penanggung Jawab Tim Review SPM menyampaikan konsep
LHR dan surat pengantar penyampaian LHR kepada Irtama
untuk disetujui. Atas dasar persetujuan tersebut, Penanggung
Jawab Tim Review SPM menandatangani LHR dan Irtama
menandatangani Surat Pengantar Penyampaian LHR.

39 Subbagian Sekretariat Itama memberikan dan mencatat nomor, Penyampaian LHR


tanggal LHR, dan surat pengantar penyampaian LHR untuk
selanjutnya disampaikan kepada Pimpinan Satker terkait.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 21


Pedoman Manajemen Penunjang Pemeriksaan
Bab III Evaluasi Pemeriksaan

40 4) Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Review SPM Pemantauan Tindak


Lanjut Hasil Review
Itama melakukan pemantauan tindak lanjut hasil review untuk
memastikan rekomendasi Itama telah dilaksanakan. Mekanisme
pemantauan tindak lanjut hasil review SPM oleh Itama lebih
lanjut diatur dalam perangkat lunak terkait.

41 b. Mekanisme Peer Review oleh SAI Lain


SAI lain melakukan peer review untuk menentukan apakah SPM Tujuan Peer Review
pemeriksaan BPK telah dirancang dan dilaksanakan secara efektif
sehingga dapat memberikan keyakinan yang memadai bahwa
kebijakan dan prosedur pemeriksaan yang ditetapkan dan standar
pemeriksaan telah dipatuhi. Tujuan lainnya adalah untuk melihat apa
saja perkembangan dan upaya yang tengah dilakukan BPK untuk
menindaklanjuti rekomendasi yang diberikan oleh tim peer review
sebelumnya.

42 Peer review oleh SAI lain terdiri dari tahapan berikut. Tahapan Peer
Review
1) Perencanaan Peer Review;
2) Pelaksanaan Peer Review;
3) Pelaporan Peer Review; dan
4) Pemantauan Tindak Lanjut.

Gambar 3.2
Tahapan Peer Review oleh SAI Lain

Pemantauan
Perencanaan Tindak Lanjut

Pelaksanaan Pelaporan

43 1) Perencanaan Peer Review Tahapan


Perencanaan
Review oleh SAI lain dilaksanakan setiap 5 (lima) tahun sekali Peer Review
dengan dikoordinasikan oleh Itama. Itama melakukan
perencanaan review pemeriksaan oleh SAI lain dengan tahapan
sebagai berikut.
a) Penyusunan Kerangka Acuan Kerja (KAK), yang memuat
antara lain latar belakang, penjelasan SPM BPK, tujuan peer
review, pemilihan Tim Review, jangka waktu peer review,
bahasa yang akan digunakan, persyaratan Tim Review, dan

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 22


Pedoman Manajemen Penunjang Pemeriksaan
Bab III Evaluasi Pemeriksaan

lingkup peer review, Tim Pendamping, hal-hal yang bersifat


prosedural, laporan akhir review, pembiayaan, jaminan
kerahasiaan, dan dukungan yang akan diberikan.
b) Penunjukan SAI lain sebagai peer reviewer oleh BPK setelah
mendapat pertimbangan DPR.
c) Penyusunan MoU oleh BPK dan SAI lain yang ditunjuk
sebagai peer reviewer, yang meliputi definisi dari terminologi
yang akan digunakan dalam MoU, tujuan peer review, jangka
waktu peer review, bahasa yang akan digunakan, Tim Peer
Review, lingkup review, akses dokumen, hal-hal yang bersifat
prosedural, pelaksanaan komunikasi dan diskusi,
dokumentasi, laporan akhir, pembiayaan, dan dukungan
yang akan diberikan.

44 2) Pelaksanaan Peer Review Tahapan


Pelaksanaan
Peer Review dilaksanakan melalui review pendahuluan dan Peer Review
pekerjaan lapangan. Review pendahuluan merupakan tahap
diskusi awal antara Tim Peer Review dan BPK serta pihak terkait
dalam rangka persiapan Program Review, termasuk memberikan
penjelasan tentang mandat, fungsi, standar dan manual,
pelaporan, dan semua informasi yang berhubungan dengan SPM
BPK antara lain terkait konfirmasi tentang ruang lingkup review,
pengambilan sampling, dan hal-hal lain yang dapat
memperlancar jalannya peer review.
Tim Peer Review melaksanakan review terinci terhadap sampel
yang telah dipilih. Tim Peer Review akan berkunjung ke kantor
BPK Pusat dan beberapa Kantor BPK Perwakilan.
Dalam pelaksanaan peer review, Itama berperan sebagai Tim
Pendamping.

45 3) Pelaporan Peer Review Tahapan Pelaporan


Peer Review
Laporan hasil peer review SAI lain dapat berupa laporan ringkas
dengan hanya temuan inti, atau laporan rinci yang
mengungkapkan seluruh temuan, atau keduanya.
Laporan disusun sesuai dengan prosedur yang telah disepakati.
Jika diperlukan, SAI lain dan BPK dapat membentuk tim editorial
untuk penyusunan laporan hasil peer review.
Tim Peer Review mengomunikasikan laporan hasil peer review
kepada Badan.
Laporan hasil peer review SAI lain menjadi milik BPK. BPK
menyampaikan laporan hasil peer review tersebut kepada DPR.

46 4) Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Peer Review Tahapan


Pemantauan Tindak
Pemantauan tindak lanjut hasil peer review dilaksanakan oleh Lanjut Hasil
Peer Review
Itama. Mekanisme pemantauan tindak lanjut hasil peer review
lebih lanjut diatur dalam perangkat lunak terkait.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 23


Pedoman Manajemen Penunjang Pemeriksaan
Bab IV Evaluasi Atas Pelaksanaan Pemeriksaan oleh
Akuntan Publik Berdasarkan Ketentuan Peraturan
Perundang-undangan

BAB IV
EVALUASI ATAS PELAKSANAAN PEMERIKSAAN OLEH
AKUNTAN PUBLIK BERDASARKAN KETENTUAN
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

A. Lingkup
01 Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara Evaluasi atas
Pelaksanaan
dilakukan oleh BPK terhadap Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Pemeriksaan oleh
Lembaga Negara lainnya, Bank Indonesia, BUMN, BUMD, dan Lembaga Akuntan Pubik
Berdasarkan
atau Badan lain yang mengelola keuangan negara. Dalam hal Ketentuan
pemeriksaan keuangan negara dilakukan oleh akuntan publik Peraturan
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan, maka sesuai Perundang-
undangan
dengan Pasal 3 ayat (2) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang merupakan Amanat
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (UU UU No.15 Tahun
No.15 Tahun 2004) dan Pasal 6 ayat (4) UU No.15 Tahun 2006, laporan 2004 dan UU No. 15
Tahun 2006
hasil pemeriksaan tersebut wajib disampaikan kepada BPK dan
dipublikasikan. Penyampaian laporan hasil pemeriksaan tersebut kepada
BPK diperlukan agar BPK dapat melakukan evaluasi atas pelaksanaan
pemeriksaan yang dilakukan oleh akuntan publik. Hasil pemeriksaan
akuntan publik dan evaluasi tersebut selanjutnya disampaikan oleh BPK
kepada lembaga perwakilan, sehingga dapat ditindaklanjuti sesuai
dengan kewenangannya.

02 Evaluasi atas pelaksanaan pemeriksaan yang dilakukan oleh akuntan Definisi Evaluasi
Atas Pelaksanaan
publik adalah proses analisis untuk menilai pelaksanaan pemeriksaan Pemeriksaan yang
laporan keuangan dalam lingkup keuangan negara yang dilakukan oleh Dilakukan oleh
akuntan publik berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan. Akuntan Publik

03 Evaluasi atas pelaksanaan pemeriksaan oleh akuntan publik Tujuan Evaluasi


berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
selanjutnya disebut Evaluasi bertujuan untuk memastikan kesesuaian
pelaksanaan pemeriksaan oleh Akuntan Publik dengan Standar.

04 Evaluasi dilaksanakan oleh Unit Kerja Pemeriksaan pada objek Evaluasi Pelaksana Proses
yang ditentukan oleh Komite Pengarah. Dalam melaksanakan tugasnya,
Komite Pengarah dibantu oleh Komite Kerja.

05 Pelaksana proses Evaluasi setidaknya memiliki kualifikasi profesional Kualifikasi


Pelaksana Proses
terkait pemeriksaan keuangan.

06 Output yang dihasilkan dari proses evaluasi atas pelaksanaan Output Proses
pemeriksaan oleh akuntan publik berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan adalah Laporan Hasil Evaluasi (LHE).

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 24


Pedoman Manajemen Penunjang Pemeriksaan
Bab IV Evaluasi Atas Pelaksanaan Pemeriksaan oleh
Akuntan Publik Berdasarkan Ketentuan Peraturan
Perundang-undangan

B. Pihak-Pihak Terkait Evaluasi

07 Evaluasi melibatkan Komite Pengarah, Komite Kerja, dan Tim Evaluasi. Pihak-Pihak Terkait

08 Komite Pengarah adalah Pemberi Tugas yang berperan: Peran Komite


Pengarah
a. memberikan arahan strategis Evaluasi kepada Komite Kerja dan Tim
Evaluasi dalam bentuk Harapan Penugasan;
b. menandatangani surat tugas pelaksanaan Evaluasi;
c. menyetujui LHE;
d. menandatangani surat pengantar LHE; dan
e. menyampaikan LHE kepada lembaga perwakilan, entitas
pemeriksaan, dan Kantor Akuntan Publik (KAP) terkait.

09 Komite Kerja adalah Pejabat Struktural yang berperan: Peran Komite Kerja

a. memberikan arahan kepada Tim Evaluasi;


b. me-review perencanaan Evaluasi dan LHE;
c. menyampaikan hasil Evaluasi kepada Komite Pengarah; dan
d. menentukan komposisi Tim Evaluasi.

10 Tim Evaluasi merupakan PFP yang terdiri dari Pengendali Mutu, Komposisi Tim
Evaluasi
Pengendali Teknis, Ketua Tim, dan Anggota Tim.

11 Pengendali Mutu berperan sebagai Penanggung Jawab Evaluasi dalam: Peran Pengendali
Mutu
a. melaporkan hasil perencanaan evaluasi kepada Komite Kerja;
b. menjamin terpenuhinya tujuan dan lingkup evaluasi;
c. menjamin kelancaran pelaksanaan evaluasi; dan
d. menyampaikan LHE kepada Komite Kerja dan menandatangani LHE.

12 Pengendali Teknis berperan: Peran Pengendali


Teknis
a. menjamin terpenuhinya pelaksanaan program evaluasi;
b. me-review konsep temuan dan konsep LHE; dan
c. me-review Kertas Kerja Evaluasi (KKE).

13 Ketua Tim berperan: Peran Ketua Tim

a. mengorganisasi, mengarahkan, dan mengawasi pelaksanaan


Evaluasi;
b. menjamin kebenaran materi temuan dan validitas bukti Evaluasi; dan
c. me-review KKE yang telah disusun oleh Anggota Tim.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 25


Pedoman Manajemen Penunjang Pemeriksaan
Bab IV Evaluasi Atas Pelaksanaan Pemeriksaan oleh
Akuntan Publik Berdasarkan Ketentuan Peraturan
Perundang-undangan

14 Anggota Tim berperan: Peran Anggota Tim

a. melaksanakan Program Evaluasi sesuai dengan pembagian tugas


yang diberikan oleh Ketua Tim; dan
b. menyusun KKE.

C. Mekanisme Evaluasi
15 Evaluasi terdiri dari tiga tahapan, yaitu: Tahapan Evaluasi

a. Perencanaan Evaluasi;
b. Pelaksanaan Evaluasi; dan
c. Pelaporan Hasil Evaluasi.

Gambar 4.1
Tahapan Evaluasi

Perencanaan Pelaksanaan Pelaporan


Evaluasi Evaluasi Hasil Evaluasi

16 a. Perencanaan Evaluasi
Perencanaan Evaluasi dilakukan untuk memperoleh pemahaman Tujuan
atas tujuan Evaluasi, Harapan Penugasan dari Komite Pengarah, Perencanaan
Evaluasi
auditan dari KAP yang dievaluasi, KAP dan SPM KAP, yang dimuat
dalam Program Evaluasi.

17 Berdasarkan rencana kebutuhan pemeriksa tahunan, PFP memberi Penentuan Usulan


Komposisi Tim
usulan komposisi Tim Evaluasi. Penentuan usulan komposisi Tim Evaluasi
Evaluasi dituangkan dalam bentuk konsep surat tugas. Penyusunan
surat tugas dan administrasinya dilakukan oleh Sekretariat Unit Kerja
Pemeriksaan.

18 Tim Evaluasi membuat rencana Evaluasi yang dituangkan dalam Penyusunan


Program Evaluasi
Program Evaluasi. Program Evaluasi antara lain berisi Dasar
Pelaksanaan Evaluasi, Tujuan Evaluasi, Sasaran Evaluasi, Objek
Evaluasi, Pemahaman auditan dari KAP yang dievaluasi,
Pemahaman atas KAP, Pengarahan Evaluasi, Jadwal Pelaksanaan
Evaluasi Terinci, serta Susunan Tim Evaluasi. Program Evaluasi
disetujui dan ditandatangani oleh Pengendali Mutu. Format Program
Evaluasi diatur lebih lanjut dalam perangkat lunak terkait.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 26


Pedoman Manajemen Penunjang Pemeriksaan
Bab IV Evaluasi Atas Pelaksanaan Pemeriksaan oleh
Akuntan Publik Berdasarkan Ketentuan Peraturan
Perundang-undangan

Dalam rangka pemahaman auditan dari KAP yang dievaluasi, Tim


Evaluasi mengumpulkan:
1) informasi mengenai kegiatan usaha auditan KAP, dan lembaga
atau badan lain yang mengelola keuangan negara; dan
2) informasi tentang KAP yang memeriksa laporan keuangan
pengelola keuangan negara, antara lain metode penunjukkan
KAP dan pengalaman pemeriksaan KAP.

19 Persetujuan penugasan dilakukan oleh Komite Kerja dan Komite Persetujuan


Penugasan
Pengarah. Persetujuan penugasan tersebut dilakukan dengan
ditandatanganinya surat tugas oleh Pemberi Tugas setelah
mempertimbangkan Program Evaluasi.

20 b. Pelaksanaan Evaluasi
Tim Evaluasi melakukan komunikasi dengan KAP dan/atau akuntan Komunikasi dengan
KAP dan Pihak
publik untuk menyampaikan sifat, jadwal, lingkup Evaluasi, dan Lainnya
pelaporan Evaluasi. Apabila diperlukan, Tim Evaluasi dapat
melakukan komunikasi dengan pejabat yang berwenang pada auditan
dari KAP yang dievaluasi.

21 Evaluasi dilakukan di Kantor BPK, Kantor KAP, dan apabila Lokasi Evaluasi
diperlukan ke BUMN/D, dan lembaga atau badan lain yang
mengelola keuangan negara terkait, untuk melakukan pengujian
kepatuhan KAP terhadap Standar dan kebijakan BPK lainnya.

22 Evaluasi mencakup hal-hal berikut. Materi Evaluasi

1) Evaluasi atas kualifikasi Akuntan Publik serta anggota tim


pemeriksa pada KAP;
2) Evaluasi atas persyaratan independensi;
3) Evaluasi atas surat perikatan/kontrak;
4) Evaluasi atas SPM; dan
5) Evaluasi atas perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan
pemeriksaan.

23 Untuk memperoleh informasi mengenai pembatasan dan kejelasan Surat Representasi


tanggung jawab dalam pemeriksaan yang dilakukan KAP, Tim
Evaluasi meminta surat representasi dan pernyataan independensi
dari KAP. Format surat representasi diatur lebih lanjut dalam
perangkat lunak terkait.

24 Hasil Evaluasi memuat hasil penilaian Tim Evaluasi atas setiap Komponen Hasil
Evaluasi
langkah Evaluasi yang dilakukan dan Temuan Evaluasi yang
merupakan permasalahan yang ditemukan selama Evaluasi. Hasil
Evaluasi perlu dikomunikasikan kepada akuntan publik pada KAP
terkait.

25 Pengendali Mutu menyampaikan konsep Temuan Evaluasi kepada Tanggapan Tertulis


atas Konsep
akuntan publik untuk mendapatkan tanggapan tertulis. Jika Temuan Evaluasi

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 27


Pedoman Manajemen Penunjang Pemeriksaan
Bab IV Evaluasi Atas Pelaksanaan Pemeriksaan oleh
Akuntan Publik Berdasarkan Ketentuan Peraturan
Perundang-undangan

diperlukan, Pengendali Mutu dapat pula meminta tanggapan tertulis


kepada auditan KAP.

26 Tim Evaluasi kemudian membahas temuan tersebut bersama-sama Pembahasan


Konsep Temuan
dengan Tim Pemeriksa dari KAP. Pembahasan tersebut bertujuan Evaluasi
untuk mengomunikasikan temuan-temuan Evaluasi, menguji
kebenaran materi temuan dan validitas bukti Evaluasi. Hasil
pembahasan dimuat dalam Berita Acara Evaluasi yang
ditandatangani oleh kedua belah pihak.

27 Tanggapan resmi dan tertulis atas konsep temuan hasil Evaluasi dari Pengungkapan
Tanggapan Tertulis
akuntan publik maupun langkah-langkah yang akan dilakukan untuk dalam Temuan
perbaikan, akan diungkapkan dalam temuan hasil Evaluasi sebagai Evaluasi
dasar penyusunan LHE pelaksanaan pemeriksaan oleh KAP.

28 c. Pelaporan Hasil Evaluasi Penyusunan


Konsep LHE
Tim Evaluasi menyusun konsep LHE yang berisi hasil penilaian atas
kualifikasi pemeriksa, independensi, sistem pengendalian mutu,
perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan pemeriksaan, serta
temuan-temuan hasil Evaluasi yang telah dilengkapi dengan
tanggapan dari akuntan publik.

29 Konsep LHE disusun oleh Ketua Tim dan di review secara berjenjang Review Konsep LHE
sampai Pengendali Mutu dan dilengkapi dengan simpulan hasil
Evaluasi. Konsep LHE disetujui oleh Pengendali Mutu sebagai
penanggung jawab pelaksanaan Evaluasi. Setelah Pengendali Mutu
menyetujui konsep LHE, selanjutnya konsep tersebut disampaikan
kepada Komite Kerja untuk di-review.
Format LHE diatur lebih lanjut dalam perangkat lunak terkait.

30 Konsep LHE yang telah di-review oleh Komite Kerja selanjutnya Review oleh Komite
Pengarah
disampaikan kepada Komite Pengarah untuk mendapat persetujuan.

31 Tim Evaluasi menyusun surat pengantar penyampaian LHE yang Surat Pengantar
Penyampaian LHE
akan ditandatangani oleh Pemberi Tugas.

32 LHE yang telah disetujui oleh Komite Pengarah kemudian Penerbitan dan
Penyampaian LHE
ditandatangani oleh Pengendali Mutu. Sekretariat Unit Kerja
Pemeriksaan memfasilitasi administrasi penyampaian LHE. LHE
serta surat pengantar disampaikan kepada Lembaga Perwakilan
sehingga dapat ditindaklanjuti sesuai dengan kewenangannya.
Penyerahan LHE dituangkan dalam Berita Acara Serah Terima LHE.

33 Seluruh tahapan Evaluasi dari tahap perencanaan sampai dengan tahap Kertas Kerja
Evaluasi
pelaporan didokumentasikan dalam KKE.

34 Mekanisme lebih lanjut mengenai Evaluasi Atas Pelaksanaan Perangkat Lunak


Terkait
Pemeriksaan oleh Akuntan Publik Berdasarkan Ketentuan Peraturan
Perundang-undangan diatur dalam perangkat lunak terkait.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 28


Pedoman Manajemen Penunjang Pemeriksaan
Bab V Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan

BAB V
PEMANTAUAN TINDAK LANJUT HASIL PEMERIKSAAN

A. Lingkup
01 Berdasarkan Pasal 20 UU No.15 Tahun 2004, pejabat dari entitas yang Pemantauan Tindak
Lanjut merupakan
diperiksa wajib memberikan jawaban atau penjelasan kepada BPK Amanat UU No. 15
tentang tindak lanjut atas rekomendasi hasil pemeriksaan selambat- Tahun 2004
lambatnya 60 (enam puluh) hari setelah laporan hasil pemeriksaan
diterima.

02 Tindak lanjut hasil pemeriksaan (TLHP) adalah kegiatan dan/atau Definisi Pemantauan
TLHP
keputusan yang dilakukan oleh pejabat dari entitas yang diperiksa
dan/atau pihak lain yang kompeten untuk melaksanakan rekomendasi
hasil pemeriksaan.

03 Pemantauan TLHP merupakan proses untuk memastikan bahwa hasil Tujuan Pemantauan
TLHP
pemeriksaan BPK memberikan manfaat dalam perbaikan tata kelola
keuangan negara/daerah secara khusus bagi entitas dan secara luas
bagi pemilik kepentingan, yaitu publik.

04 Kegiatan Pemantauan TLHP dilakukan oleh Unit Kerja Pemeriksaan dan Pelaksana Kegiatan
Ditama Revbang (dhi. Direktorat EPP) dengan melibatkan Badan.

05 BPK memantau pelaksanaan tindak lanjut dan melaporkannya kepada Output Kegiatan
lembaga perwakilan dalam Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester (IHPS).
Dalam pemantauannya, BPK menatausahakan dan menginventarisasi
permasalahan, temuan, rekomendasi, dan/atau tindak lanjut atas
rekomendasi dalam LHP.

06 Tahapan pemantauan TLHP dimulai sejak disampaikannya LHP beserta Tahapan Kegiatan
Pemantauan TLHP
rencana aksi kepada entitas yang diperiksa dan berakhir dengan
dimuatnya hasil pemantauan tindak lanjut dalam IHPS.

07 Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan BPK Mengandung Unsur Pemantauan TLHP
Mengandung Unsur
Pidana yang Diserahkan Kepada Instansi yang Berwenang diatur pada Pidana
Bab VI.

B. Pihak-Pihak Terkait Pemantauan TLHP


08 Pemantauan TLHP melibatkan Badan, Unit Kerja Pemeriksaan, Ditama Pihak-Pihak Terkait
Revbang, Ditama Binbangkum/Subbagian Hukum BPK Perwakilan.

09 Badan mempunyai peran, antara lain: Peran Badan

a. melaporkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-


undangan yang berlaku atas tidak diterimanya jawaban atau
penjelasan tindak lanjut hasil pemeriksaan dalam waktu 60 (enam
puluh) hari;

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 29


Pedoman Manajemen Penunjang Pemeriksaan
Bab V Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan

b. menugaskan pembahasan dengan pengawas intern dan


pemeriksaan tindak lanjut;
c. menyetujui status TLHP dengan kriteria tertentu; dan
d. menyetujui laporan hasil pemantauan tindak lanjut.

10 Unit Kerja Pemeriksaan mempunyai peran, antara lain: Peran Unit Kerja
Pemeriksaan
a. melaksanakan pemantauan TLHP;
b. me-review hasil penelaahan jawaban atau penjelasan tindak lanjut
untuk menjamin kesesuaian tindak lanjut atas rekomendasi BPK,
dengan kebenaran, keakuratan, dan relevansi bukti-bukti
pendukungnya; dan
c. mengadministrasikan jawaban atau penjelasan tindak lanjut baik
secara manual maupun melalui sistem informasi.

11 Ditama Revbang (dhi. Direktorat EPP) mempunyai peran, antara lain: Peran Ditama
Revbang
a. melakukan pendampingan dan monitoring atas pelaksanaan
pemantauan TLHP;
b. melakukan kompilasi TLHP; dan
c. melakukan evaluasi terhadap rekomendasi yang berlarut-larut dan
belum ditindaklanjuti.

12 Tortama/Kalan memiliki peran, antara lain: Peran Tortama atau


Kalan
a. menugaskan PFP dan/atau PSP untuk melakukan pemantauan
TLHP; dan
b. memberikan persetujuan hasil penelaahan TLHP.

13 PFP dan/atau PSP memiliki peran, antara lain: Peran PFP dan/atau
PSP
a. menelaah dan mengadministrasikan jawaban atau penjelasan;
b. melaksanakan prosedur tambahan lainnya dalam rangka penelaahan
TLHP; dan
c. menyampaikan secara berjenjang usulan status tindak lanjut
rekomendasi untuk mendapatkan persetujuan Tortama/Kepala
Perwakilan (Kalan) dan/atau Badan.

14 Ditama Binbangkum/Subbagian Hukum BPK Perwakilan memiliki peran Peran Ditama


Binbangkum/
memberikan masukan atau konsultasi hukum atas TLHP entitas Subbagian Hukum
pemeriksaan. BPK Perwakilan

C. Mekanisme Pemantauan TLHP


15 Mekanisme Pemantauan TLHP terdiri dari tiga tahap, yaitu: Mekanisme
Pemantauan TLHP
a. Penatausahaan TLHP;
b. Penelaahan TLHP; dan
c. Pelaporan Pemantauan TLHP.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 30


Pedoman Manajemen Penunjang Pemeriksaan
Bab V Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan

Gambar 5.1 Gambar Tahap


Tahap Pemantauan Tindak Lanjut Pemantauan TLHP

Penatausahaan Penelaahan Pelaporan


TLHP TLHP TLHP

16 a. Penatausahaan TLHP
Penatausahaan TLHP merupakan proses untuk mengadministrasikan Penatausahaan
TLHP
bahan pemantauan TLHP sampai dengan penugasan PFP untuk
melakukan telaahan atas bahan tersebut dengan menggunakan
sistem informasi.

17 b. Penelaahan TLHP

Penelahaan TLHP dilakukan melalui desk review atau penelahaan Desk Review
dokumen oleh Kasubaud dan/atau PFP.

18 Berdasarkan arahan dari PFP atau PSP, jika hasil desk review atau Prosedur Tambahan
Lainnya dalam
telaahan belum memadai, maka PFP dan/atau PSP dapat Penelaahan TLHP
mengusulkan prosedur tambahan lainnya. Prosedur tambahan
lainnya dilakukan berdasarkan penugasan dari Tortama atau Kalan.
Prosedur tambahan lainnya yang dapat dilakukan di antaranya
adalah cek fisik, konfirmasi, pembahasan dengan Pengawas Intern
serta prosedur lainnya yang relevan untuk mendapatkan bukti yang
memadai.

19 Pembahasan dengan Pengawas Intern dapat dilakukan melalui dua Metode Pembahasan
dengan Pengawas
metode yaitu metode tatap muka dan metode tanpa tatap muka. Intern
Pembahasan dengan metode tanpa tatap muka dilakukan melalui
sistem informasi.

20 Hasil penelaahan TLHP didokumentasikan dalam sistem informasi. Dokumentasi Hasil


Penelaahan TLHP

21 c. Pelaporan Pemantauan TLHP Penyampaian Hasil


Pemantauan TLHP
Hasil pemantauan TLHP berdasarkan desk review/telahaan dokumen kepada Ditama
Revbang
dan atau prosedur tambahan lainnya, setelah mendapatkan
persetujuan dari Anggota terkait atau Tortama atau Kalan,
selanjutnya akan disampaikan kepada Kaditama Revbang dhi.
Direktorat EPP, baik secara manual maupun melalui sistem
informasi.

22 Direktorat EPP melakukan pendampingan dan monitoring atas Pendampingan dan


Monitoring
pelaksanaan pemantauan TLHP serta melakukan kompilasi matriks Pemantauan TLHP
TLHP baik secara manual maupun melalui sistem informasi.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 31


Pedoman Manajemen Penunjang Pemeriksaan
Bab V Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan

23 Direktorat EPP melakukan evaluasi terhadap rekomendasi yang Evaluasi


Rekomendasi yang
berlarut-larut dan belum ditindaklanjuti. Hasil evaluasi tersebut menjadi Berlarut-larut
input bagi database rekomendasi yang akan menjadi rujukan dalam
menyusun rekomendasi yang efektif.

24 Mekanisme lebih lanjut mengenai pemantauan TLHP diatur dalam Perangkat Lunak
Terkait
perangkat lunak terkait.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 32


Pedoman Manajemen Penunjang Pemeriksaan
Bab VI Pemantauan Tindak Lanjut Penanganan Hasil Pemeriksaan BPK
Mengandung Unsur Pidana yang Diserahkan Kepada Instansi yang Berwenang

BAB VI
PEMANTAUAN TINDAK LANJUT
PENANGANAN HASIL PEMERIKSAAN BPK
MENGANDUNG UNSUR PIDANA YANG DISERAHKAN
KEPADA INSTANSI YANG BERWENANG

A. Lingkup

01 Berdasarkan Pasal 62 ayat (2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Dasar Hukum
Pelaporan Hasil
tentang Perbendaharaan Negara (UU No.1 Tahun 2004), Pasal 14 UU Pemeriksaan BPK
No.15 Tahun 2004 serta Pasal 8 ayat (3) dan ayat (4) UU No.15 Tahun Mengandung Unsur
2006, BPK melaporkan hasil pemeriksaan mengandung unsur pidana Pidana kepada
Instansi yang
kepada instansi yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan Berwenang
perundang-undangan.

02 BPK memantau pelaksanaan tindak lanjut penanganan hasil Pelaksana Kegiatan


pemeriksaan mengandung unsur pidana yang diserahkan kepada
instansi yang berwenang yang disampaikan oleh Pimpinan BPK atau
oleh Majelis Tuntutan Perbendaharaan, dan melaporkan hasil
pemantauannya dalam IHPS. Dalam rangka pemantauan penanganan
tersebut, BPK menatausahakan atau menginventarisasi permasalahan,
temuan/hasil pemeriksaan dan/atau tindak lanjut penanganan hasil
pemeriksaan mengandung unsur pidana yang diserahkan kepada
instansi yang berwenang untuk disampaikan kepada Badan apabila
diperlukan.

03 Output yang dihasilkan dari proses pemantauan tindak lanjut Output Kegiatan
penanganan hasil pemeriksaan mengandung unsur pidana yang
diserahkan kepada instansi yang berwenang adalah Laporan
Pemantauan Tindak Lanjut Penanganan Hasil Pemeriksaan
Mengandung Unsur Pidana yang Diserahkan kepada Instansi yang
Berwenang dan Resume Laporan Semesteran dimaksud yang
disampaikan kepada Direktorat EPP untuk dimuat dalam IHPS.

04 Pelaksanaan pemantauan tindak lanjut penanganan hasil pemeriksaan Pelaksana Kegiatan


mengandung unsur pidana yang diserahkan kepada instansi yang
berwenang dilakukan oleh Ditama Binbangkum.

05 Tahapan pemantauan tindak lanjut penanganan hasil pemeriksaan Tahapan Kegiatan


mengandung unsur pidana yang diserahkan kepada instansi yang
berwenang dimulai pada saat penyampaian hasil pemeriksaan
mengandung unsur pidana oleh Pimpinan BPK sampai dengan
diterbitkannya putusan lembaga peradilan yang memiliki kekuatan
hukum tetap (in kracht).

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 33


Pedoman Manajemen Penunjang Pemeriksaan
Bab VI Pemantauan Tindak Lanjut Penanganan Hasil Pemeriksaan BPK
Mengandung Unsur Pidana yang Diserahkan Kepada Instansi yang Berwenang

B. Pihak-Pihak Terkait Pemantauan Tindak Lanjut Penanganan Hasil


Pemeriksaan BPK Mengandung Unsur Pidana yang Diserahkan
Kepada Instansi yang Berwenang
06 Pemantauan tindak lanjut penanganan hasil pemeriksaan mengandung Pihak-Pihak Terkait
unsur pidana yang diserahkan kepada instansi yang berwenang
melibatkan Badan, Ditama Binbangkum, Subbagian Hukum BPK
Perwakilan, Biro Sekretariat Pimpinan (Biro Setpim), dan Unit Kerja
Pemeriksaan.

07 Badan berperan menyampaikan Hasil Pemeriksaan mengandung unsur Peran Badan


pidana kepada instansi yang berwenang berdasarkan Keputusan BPK
dan Nota Kesepahaman atau MoU antara BPK dengan instansi
berwenang terkait.

08 Unit Kerja Pemeriksaan berperan menyampaikan Hasil Pemeriksaan Peran Unit Kerja
Pemeriksaan
BPK mengandung unsur pidana kepada Badan.

09 Ditama Binbangkum berperan: Peran Ditama


Binbangkum
a. melakukan pemantauan tindak lanjut penanganan Hasil Pemeriksaan
mengandung unsur pidana yang diserahkan kepada instansi yang
berwenang;
b. melakukan pemutakhiran data status tindak lanjut penanganan hasil
pemeriksaan mengandung unsur pidana yang telah diserahkan
kepada instansi yang berwenang ke dalam sistem informasi
pemantauan tindak lanjut penanganan hasil pemeriksaan
mengandung unsur pidana yang diserahkan kepada instansi yang
berwenang;
c. mengelola database pemantauan tindak lanjut penanganan hasil
pemeriksaan mengandung unsur pidana yang diserahkan kepada
instansi yang berwenang; dan
d. menyampaikan hasil pemantauan kepada Badan dan resume hasil
pemantauan semester kepada Direktorat EPP sebagai bahan
penyusunan IHPS.

10 Subbagian Hukum BPK Perwakilan berperan melaksanakan Peran Subbagian


Hukum BPK
pemantauan tindak lanjut atas penanganan hasil pemeriksaan BPK Perwakilan
mengandung unsur pidana yang dilimpahkan kepada instansi
berwenang di daerah.

11 Biro Setpim berperan mengadministrasikan penyampaian hasil Peran Biro Setpim


pemeriksaan mengandung unsur pidana yang diserahkan kepada
instansi yang berwenang.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 34


Pedoman Manajemen Penunjang Pemeriksaan
Bab VI Pemantauan Tindak Lanjut Penanganan Hasil Pemeriksaan BPK
Mengandung Unsur Pidana yang Diserahkan Kepada Instansi yang Berwenang

C. Mekanisme Pemantauan Tindak Lanjut Penanganan Hasil


Pemeriksaan Mengandung Unsur Pidana yang Diserahkan Kepada
Instansi yang Berwenang
12 Pemantauan tindak lanjut penanganan hasil pemeriksaan mengandung Tahapan
Pemantauan Tindak
unsur pidana yang diserahkan kepada instansi yang berwenang meliputi Lanjut Penanganan
tiga tahap: Hasil Pemeriksaan
Mengandung Unsur
a. Persiapan; Pidana yang
Diserahkan kepada
b. Pelaksanaan; dan Instansi yang
Berwenang
c. Pelaporan.
Gambar 6.1
Tahapan Pemantauan Tindak Lanjut Penanganan
Hasil Pemeriksaan Mengandung Unsur Pidana
yang diserahkan kepada Instansi yang Berwenang

Persiapan Pelaksanaan Pelaporan

13 a. Persiapan Persiapan Data


Pemantauan dan
Ditama Binbangkum menyiapkan data pemantauan dan melakukan Rekonsiliasi
rekonsiliasi/konfirmasi kepada Biro Setpim dan Unit Kerja
Pemeriksaan untuk memutakhirkan database hasil pemeriksaan
mengandung unsur pidana yang disampaikan kepada instansi yang
berwenang.

14 b. Pelaksanaan
Kaditama Binbangkum menyampaikan Surat Keluar kepada Permohonan Data
dan Dokumen
Pimpinan Instansi yang berwenang tentang permohonan data dan Pendukung
dokumen pendukung tindak lanjut penanganan hasil pemeriksaan
BPK mengandung unsur pidana yang disampaikan kepada instansi
yang berwenang, dengan dilampirkan data terakhir status tindak
lanjut penanganan hasil pemeriksaan BPK mengandung unsur
pidana yang telah disampaikan kepada instansi yang berwenang.

15 Pelaksanaan pemantauan tindak lanjut penanganan hasil Pelaksanaan


Pemantauan Tindak
pemeriksaan BPK mengandung unsur pidana yang disampaikan Lanjut
kepada instansi yang berwenang dapat dilaksanakan di tempat
kedudukan instansi yang berwenang, atau dilaksanakan di Kantor
BPK Pusat dengan mengundang instansi yang berwenang.

16 Pelaksanaan pemantauan tindak lanjut atas penanganan hasil Pelaksanaan


Pemantauan oleh
pemeriksaan BPK mengandung unsur pidana yang dilimpahkan Ditama Binbangkum

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 35


Pedoman Manajemen Penunjang Pemeriksaan
Bab VI Pemantauan Tindak Lanjut Penanganan Hasil Pemeriksaan BPK
Mengandung Unsur Pidana yang Diserahkan Kepada Instansi yang Berwenang

kepada instansi berwenang di daerah dapat dilaksanakan oleh dan/atau Subbagian


Hukum BPK
Ditama Binbangkum dan/atau Subbagian Hukum BPK Perwakilan. Perwakilan
Dalam melaksanakan pemantauan, Ditama Binbangkum dapat
melakukan komunikasi dengan instansi yang berwenang untuk
mendapat informasi tindak lanjut penanganan hasil pemeriksaan BPK
mengandung unsur pidana yang disampaikan kepada instansi yang
berwenang.

17 Apabila diperlukan, Ditama Binbangkum dapat meminta instansi yang Pemaparan Status
berwenang terkait untuk melakukan pemaparan atas perkembangan
tindak lanjut status hasil pemeriksaan BPK mengandung unsur
pidana yang telah disampaikan. Selain itu, pemaparan dilakukan
untuk mengidentifikasi kendala-kendala/permasalahan atas hasil
pemeriksaan mengandung unsur pidana yang belum ditindaklanjuti
oleh instansi yang berwenang.

18 Berdasarkan data yang diperoleh dari pelaksanaan pemantauan Pemutakhiran Status


tindak lanjut penanganan hasil pemeriksaan BPK mengandung unsur
pidana yang disampaikan kepada instansi yang berwenang, Ditama
Binbangkum melakukan pemutakhiran status perkembangan hasil
pemeriksaan yang mengandung unsur pidana yang disampaikan
kepada instansi yang berwenang.

19 c. Pelaporan Pelaporan

Ditama Binbangkum menyusun laporan pemantauan tindak lanjut


hasil pemeriksaan BPK mengandung unsur pidana yang disampaikan
kepada instansi yang berwenang setiap bulan untuk disampaikan
kepada Badan.

20 Ditama Binbangkum melakukan konfirmasi atas laporan pemantauan Konfirmasi Laporan


Pemantauan
tersebut kepada Unit Kerja Pemeriksaan terkait serta instansi yang
berwenang jika diperlukan.

21 Ditama Binbangkum menyerahkan resume data semesteran kepada Penyerahan Resume


sebagai Bahan IHPS
Direktorat EPP sebagai bahan penyusunan IHPS.

22 Mekanisme lebih lanjut mengenai pemantauan tindak lanjut Perangkat Lunak


Terkait
penanganan hasil pemeriksaan BPK mengandung unsur pidana yang
diserahkan kepada instansi yang berwenang diatur dalam perangkat
lunak terkait.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 36


Pedoman Manajemen Penunjang Pemeriksaan
Bab VII Pengelolaan Kerugian Negara/Daerah

BAB VII
PENGELOLAAN KERUGIAN NEGARA/DAERAH

A. Lingkup
01 Berdasarkan Pasal 10 ayat (1) UU No.15 Tahun 2006, penghitungan dan Penghitungan
Kerugian
penetapan kerugian negara/daerah sepenuhnya menjadi wewenang Negara/Daerah
BPK. merupakan Amanat
UU No. 15 Tahun
2006

02 Berdasarkan UU No.15 Tahun 2006, kerugian negara/daerah adalah Definisi Kerugian


Negara/Daerah
kekurangan uang, surat berharga, dan barang yang nyata dan pasti
jumlahnya sebagai akibat perbuatan melawan hukum baik sengaja
maupun lalai.

03 Pengelolaan Kerugian Negara/Daerah merupakan salah satu bentuk dari Tujuan Pengelolaan
Kerugian
pengelolaan keuangan negara dan bertujuan untuk mewujudkan Negara/Daerah
pengelolaan keuangan negara yang akuntabel.

04 Pengelolaan kerugian negara/daerah terbagi menjadi empat proses, Proses Pengelolaan


Kerugian
yaitu: Negara/Daerah
a. proses penghitungan kerugian negara/daerah, termasuk pemeriksaan
investigatif (PI) dan pemberian keterangan ahli (PKA) jika diperlukan;
b. proses penilaian dan/atau penetapan kerugian negara/daerah;
c. proses pemberian pertimbangan atas penyelesaian kerugian
negara/daerah; dan
d. proses pemantauan penyelesaian ganti kerugian negara/daerah.

05 Penghitungan dan Penetapan Kerugian Negara/Daerah, serta Dasar Penghitungan,


Penetapan dan
Pemantauan Penyelesaian Ganti Kerugian Negara/Daerah dilaksanakan Pemantauan
atas dasar: Kerugian
Negara/Daerah
a. Permintaan Instansi Berwenang
Instansi berwenang dapat meminta penghitungan dan penetapan
kerugian negara/daerah kepada BPK dalam rangka pelaksanaan
tugas dan wewenangnya.
b. Hasil pemeriksaan BPK
Apabila selama proses pemeriksaan BPK ditemukan adanya indikasi
pidana yang mengakibatkan kerugian negara/daerah, maka BPK
wajib menyampaikannya kepada instansi yang berwenang.
Mekanisme penyerahan unsur pidana yang ditemukan dalam
pemeriksaan mengacu kepada perangkat lunak terkait.
c. Hasil pengawasan APIP
Dalam hal pengawasan APIP menemukan hal-hal yang berindikasi
tindak pidana, APIP dapat meminta BPK untuk melakukan
penghitungan dan penetapan kerugian negara/daerah.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 37


Pedoman Manajemen Penunjang Pemeriksaan
Bab VII Pengelolaan Kerugian Negara/Daerah

d. Pengawasan dan/atau pemberitahuan atasan langsung bendahara


atau kepala kantor/satker/Tim Penyelesaian Kerugian Negara/Daerah
(TPKN/D).
Informasi kerugian negara/daerah yang disampaikan oleh atasan
langsung bendahara atau kepala kantor/satker/TPKN/D kepada BPK
selanjutnya akan ditetapkan oleh Majelis Tuntutan Perbendaharaan.
e. Perhitungan ex-officio
Perhitungan ex-officio adalah suatu perhitungan perbendaharaan
yang dilakukan oleh pejabat yang ditunjuk ex-officio apabila
bendaharawan yang bersangkutan meninggal dunia, melarikan diri
atau tiba-tiba harus berada di bawah pengampuan dan/atau apabila
bendaharawan yang bersangkutan tidak membuat
pertanggungjawaban walaupun telah ditegur oleh atasan
langsungnya, namun sampai batas waktu yang diberikan berakhir
yang bersangkutan tetap tidak membuat perhitungannya dan
pertanggungjawabannya.

06 Pertimbangan penyelesaian kerugian negara/daerah dilakukan Pertimbangan


Penyelesaian
berdasarkan permintaan dari pemerintah pusat/daerah terhadap kasus- Kerugian
kasus kerugian negara/daerah yang belum terselesaikan. Negara/Daerah

07 Pengelolaan kerugian negara/daerah dilakukan oleh PTP, PSP, PFP, Pelaksana Kegiatan
Ditama Binbangkum, Direktorat EPP, Majelis Tuntutan Perbendaharaan,
dan Sekretariat Unit Kerja Pemeriksaan sesuai dengan tanggung jawab
dan kewenangannya masing-masing.

08 Output yang dihasilkan dari pengelolaan kerugian negara/daerah adalah Output Kegiatan
Hasil Penghitungan dan Penetapan Kerugian Negara/Daerah, Laporan
Pemantauan Penyelesaian Kerugian Negara/Daerah, Pertimbangan
Penyelesaian Kerugian Negara/Daerah, dan database informasi
kerugian negara/daerah.

B. Pihak-Pihak Terkait Pengelolaan Kerugian Negara/Daerah


09 Pengelolaan kerugian negara/daerah melibatkan PTP, PSP, PFP, Pihak-Pihak Terkait
Ditama Binbangkum, Direktorat EPP, Majelis Tuntutan Perbendaharaan,
dan Sekretariat Unit Kerja Pemeriksaan.

10 PTP berperan: Peran PTP

a. memberikan arahan dalam pengelolaan kerugian negara/daerah;


b. memberikan penugasan penghitungan kerugian negara/daerah; dan
c. menugaskan Anggota BPK, pejabat pelaksana BPK, pemeriksa, atau
tenaga ahli dari luar BPK yang bekerja untuk dan atas nama BPK
untuk memberikan keterangan ahli.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 38


Pedoman Manajemen Penunjang Pemeriksaan
Bab VII Pengelolaan Kerugian Negara/Daerah

11 PSP berperan: Peran PSP

a. memfasilitasi komunikasi antara PTP dengan PFP dalam penugasan


penghitungan kerugian negara/daerah;
b. mengalokasikan ketersediaan sumber daya yang kompeten terkait
permintaan keterangan ahli;
c. menganalisis dan memberikan pendapat mengenai jawaban
permintaan pemohon pemberian keterangan ahli;
d. me-review hasil penelaahan PFP atas pemaparan instansi
berwenang; dan
e. menyampaikan laporan pemantauan penyelesaian kerugian
negara/daerah kepada Direktorat EPP.

12 PFP berperan: Peran PFP

a. menyediakan data pendukung yang diperlukan untuk menghitung


kerugian negara/daerah;
b. merencanakan, melaksanakan, dan melaporkan pemeriksaan dalam
rangka penghitungan kerugian negara/daerah;
c. melakukan pemantauan penyelesaian kerugian negara/daerah;
d. menyusun Laporan Hasil Penghitungan Kerugian Negara/Daerah;
dan
e. memberikan keterangan ahli, apabila ditugaskan.

13 Majelis Tuntutan Perbendaharaan berperan: Peran Majelis


Tuntutan
a. melakukan verifikasi dan pemeriksaan atas dokumen kasus kerugian Perbendaharaan
negara/daerah terhadap bendahara yang disampaikan kepada BPK;
b. menilai dan/atau menetapkan jumlah kerugian negara/daerah yang
diakibatkan oleh perbuatan melawan hukum baik sengaja maupun
lalai yang dilakukan oleh bendahara; dan
c. menilai dan memutuskan keberatan yang diajukan bendahara
berkenaan dengan penerbitan Surat Keputusan Penetapan Batas
Waktu (SKPBW).

14 Ditama Binbangkum berperan: Peran Ditama


Binbangkum
a. memberikan konsultasi atas penyelesaian kerugian negara/daerah;
b. memberikan konsultasi mengenai pelaksanaan dan tindak lanjut
pemantauan penyelesaian ganti kerugian negara/daerah kepada PSP
dan PFP;
c. menyelenggarakan fungsi kepaniteraan kerugian negara/daerah; dan
d. memberikan pendampingan hukum selama proses pemberian
keterangan ahli (persiapan, pelaksanaan, dan pelaporan).

15 Direktorat EPP berperan menyusun kompilasi Laporan Hasil Peran Direktorat EPP
Pemantauan Penyelesaian Ganti Kerugian Negara/Daerah.

16 Sekretariat Unit Kerja Pemeriksaan berperan untuk mengadministrasikan Peran Sekretariat


Unit Kerja
hasil korespondensi antara entitas pemohon penghitungan dan

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 39


Pedoman Manajemen Penunjang Pemeriksaan
Bab VII Pengelolaan Kerugian Negara/Daerah

penetapan kerugian negara/daerah dengan BPK serta Pemeriksaan


mendokumentasikan hasil pelaksanaan penghitungan dan penetapan
kerugian negara/daerah ke dalam sistem informasi pemeriksaan.

C. Mekanisme Penghitungan Kerugian Negara/Daerah


17 a. Penghitungan Kerugian Negara/Daerah (PKN/D) atas Permintaan
Instansi Berwenang
Tahapan PKN/D atas Permintaan instansi berwenang terdiri dari: Tahapan PKN/D atas
Permintaan Instansi
1) Permintaan PKN/D; Berwenang

2) Permintaan Paparan kepada instansi berwenang;


3) Pelaksanaan Paparan;
4) Penelaahan Hasil Paparan dan Permintaan Tambahan Bukti
Pendukung;
5) Pelaksanaan PKN/D; dan
6) Penyusunan Laporan Penghitungan Kerugian Negara/Daerah.

Gambar 7.1
Tahapan Penghitungan Kerugian Negara/Daerah
atas Permintaan Instansi Berwenang

Permintaan Penelaahan Hasil Paparan dan Pelaksanaan


PKN/D Permintaan Tambahan Bukti PKN/D
Pendukung

Permintaan Pelaksanaan
Paparan ke APH Paparan

18 b. PKN/D melalui Mekanisme Pemeriksaan Investigatif PKN/D melalui


mekanisme
Pelaksanaan pemeriksaan investigatif dalam rangka PKN/D Pemeriksaan
Investigatif
dilakukan atas permintaan instansi berwenang. Keputusan untuk
melaksanakan pemeriksaan investigatif dilakukan berdasarkan hasil
penelaahan informasi awal oleh Tim Pemeriksa.
Mekanisme PKN/D melalui pemeriksaan Investigatif mengacu kepada
perangkat lunak terkait.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 40


Pedoman Manajemen Penunjang Pemeriksaan
Bab VII Pengelolaan Kerugian Negara/Daerah

D. Mekanisme Penilaian dan/atau Penetapan Kerugian Negara/Daerah


yang Dilakukan oleh Bendahara
19 Penilaian dan/atau penetapan kerugian negara/daerah dilakukan melalui Penilaian dan/atau
Penetapan Kerugian
mekanisme Majelis Tuntutan Perbendaharaan untuk informasi kerugian Negara/Daerah
negara yang berasal dari atasan langsung bendahara/kepala satuan melalui Mekanisme
Majelis Tuntutan
kerja/TPKN, hasil pemeriksaan BPK dan APIP, serta perhitungan ex- Perbendaharaan
officio.
Mekanisme Majelis Tuntutan Perbendaharaan mengacu kepada
peraturan serta perangkat lunak terkait.

E. Mekanisme Pemberian Pertimbangan Penyelesaian Kerugian


Negara/Daerah
20 Pemerintah pusat/daerah mengajukan permintaan pertimbangan kerugian Mekanisme
Pemberian
negara/daerah secara tertulis kepada BPK (dhi. Ditama Binbangkum) Pertimbangan
disertai dengan bukti-bukti pendukung. Ditama Binbangkum melakukan Penyelesaian
Kerugian Negara/
penelaahan berdasarkan bukti-bukti pendukung tersebut. Hasil telaahan Daerah
diserahkan secara berjenjang kepada Wakil Ketua untuk mendapatkan
rekomendasi, masukan, dan persetujuan. Pertimbangan yang telah
disetujui kemudian diserahkan kepada entitas pemohon melalui Ditama
Binbangkum.

F. Mekanisme Pemantauan Penyelesaian Kerugian Negara/Daerah


21 Pemantuan penyelesaian kerugian negara/daerah dilakukan terhadap Pemantauan
Penyelesaian
kerugian negara/daerah berdasarkan hasil pemeriksaan BPK, hasil Kerugian Negara/
pengawasan APIP, laporan pengawasan/penetapan TPKN/D. Daerah

22 Untuk menjamin pelaksanaan pembayaran kerugian negara/daerah, BPK Objek Pemantauan


Penyelesaian
memantau: Kerugian Negara/
Daerah
a. penyelesaian kerugian negara/daerah yang ditetapkan oleh pemerintah
terhadap pegawai negeri bukan bendahara dan pejabat lain;
b. pelaksanaan pengenaan kerugian negara/daerah kepada bendahara,
pengelola BUMN/BUMD, dan lembaga atau badan lain yang mengelola
keuangan negara/daerah yang telah ditetapkan oleh BPK; dan
c. pelaksanaan pengenaan kerugian negara/daerah yang ditetapkan
berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan
hukum tetap.

23 Tahapan pemantauan penyelesaian kerugian negara/daerah adalah Tahapan


Pemantauan
sebagai berikut: Penyelesaian
Kerugian Negara/
a. pengumpulan data kerugian negara/daerah; Daerah
b. rekonsiliasi data kerugian negara/daerah; dan
c. penyusunan laporan.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 41


Pedoman Manajemen Penunjang Pemeriksaan
Bab VII Pengelolaan Kerugian Negara/Daerah

Gambar 7.2
Tahapan Pemantauan Penyelesaian Kerugian Negara/Daerah

Pengumpulan Rekonsiliasi Laporan


Data Data

24 Pemantauan penyelesaian kerugian negara yang telah diserahkan kepada Pemantauan


Penyelesaian
Panitia Urusan Piutang Negara (PUPN) merupakan tanggung jawab Kerugian Negara
masing-masing AKN terkait. yang Telah
Diserahkan
kepada PUPN

25 Pemantauan penyelesaian kerugian negara/daerah dilakukan oleh PFP Hasil Pemantauan


sebagai Bahan
dan disampaikan oleh PSP kepada Direktorat EPP untuk dikompilasi IHPS
sebagai bahan penyusunan IHPS.

26 Mekanisme pemantauan penyelesaian kerugian negara/daerah mengacu Juknis Tata Cara


Pemantauan
kepada Petunjuk Teknis (Juknis) Tata Cara Pemantauan Penyelesaian Penyelesaian
Kerugian Negara/Daerah. Kerugian Negara/
Daerah

G. Mekanisme Pemberian Keterangan Ahli


27 Pemberian keterangan ahli dilakukan dalam proses peradilan mengenai Tahapan
Pemberian
kerugian negara/daerah dengan tahapan sebagai berikut. Keterangan Ahli
a. Permintaan Keterangan Ahli;
b. Penunjukkan dan Penugasan Pemberian Keterangan Ahli; dan
c. Pemberian Keterangan Ahli.
Gambar 7.3
Tahapan Pemberian Keterangan Ahli

Penunjukan dan
Permintaan Pemberian
Penugasan Pemberian
Keterangan Ahli Keterangan Ahli
Keterangan Ahli

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 42


Pedoman Manajemen Penunjang Pemeriksaan
Bab VII Pengelolaan Kerugian Negara/Daerah

28 a. Permintaan Keterangan Ahli


Mekanisme
Permintaan keterangan ahli dilakukan secara tertulis kepada Ketua Permintaan
BPK atau Kalan. Atas arahan Ketua BPK atau Kalan, PSP melakukan Keterangan Ahli
analisis untuk menentukan kecukupan dokumen pendukung,
kesesuaian lingkup keuangan negara, serta pemenuhan unsur
kerugian negara. Berdasarkan analisis tersebut, PSP memutuskan
untuk menerima atau menolak permintaan keterangan ahli.
Dalam hal permintaan keterangan ahli tidak dipenuhi, Tortama terkait
atau Kalan menyampaikan jawaban kepada pemohon disertai alasan.

29 b. Penunjukkan dan Penugasan Pemberian Keterangan Ahli Penunjukkan dan


Penugasan
Penunjukkan dan penugasan keterangan ahli diberikan kepada PFP Pemberian
Keterangan Ahli
dengan mempertimbangkan kompetensi Ahli yang memiliki
pengalaman mengenai pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung
jawab keuangan negara dan laporan hasil pemeriksaan BPK terkait
kerugian negara/daerah yang akan dimintakan keterangan ahli.

30 c. Pemberian Keterangan Ahli Pelaksanaan


Pemberian
1) Persiapan Keterangan Ahli

PFP mempersiapkan materi objek pemberian keterangan ahli. Jika


diperlukan, PFP dapat melakukan koordinasi dengan Ditama
Binbangkum/Subbagian Hukum BPK Perwakilan terkait persiapan
pemberian keterangan ahli. Dalam hal PFP tidak dapat memenuhi
panggilan pemohon karena alasan yang patut/sah, PSP
memberitahukan ketidakhadiran PFP dimaksud secara tertulis
kepada pemohon.
2) Pelaksanaan
PFP dapat menolak memberikan keterangan ahli dengan alasan:
a) pertanyaan yang diajukan berada di luar keahlian atau
kompetensi;
b) pertanyaan yang diajukan bersifat menjerat dan/atau pertanyaan
dengan jawaban pilihan; dan
c) pertanyaan mengarah kepada pemberian keterangan fakta atas
peristiwa tindak pidana yang dialami, dilihat, dan didengar sendiri
dan/atau dari orang lain.
3) Pelaporan
Laporan Pelaksanaan Pemberian Keterangan Ahli yang dibuat oleh
PFP yang bersangkutan dan Laporan Pelaksanaan Pendampingan
Pemberian Keterangan Ahli yang dibuat oleh Ditama Binbangkum
disampaikan kepada PTP melalui PSP.

31 Mekanisme lebih lanjut mengenai pemberian keterangan ahli diatur dalam Perangkat Lunak
Terkait
perangkat lunak terkait.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 43


Pedoman Manajemen Penunjang Pemeriksaan
Bab VIII Pertimbangan dan Pendapat BPK

BAB VIII
PERTIMBANGAN DAN PENDAPAT BPK

A. Pemberian Pertimbangan BPK


01 a. Lingkup
Pasal 9 ayat (1) huruf i dan huruf j UU No.15 Tahun 2006 memberikan Pertimbangan BPK
merupakan
kewenangan kepada BPK untuk memberikan Pertimbangan atas SAP Amanat UU No. 15
dan atas Rancangan SPIP Pusat/Pemerintah Daerah sebelum Tahun 2006
ditetapkan oleh Pemerintah Pusat/Pemerintah Daerah.
BPK sebagai pemeriksa keuangan negara mendukung pelaksanaan
wewenang pemberian Pertimbangan BPK karena dalam melaksanakan
tugas pemeriksaannya BPK memperoleh pemahaman mengenai SAP
dan rancangan SPIP serta pemahaman mengenai kebijakan
pemerintah yang mencakup seluruh bidang pembangunan nasional.

02 Pertimbangan BPK merupakan pernyataan sikap yang dihasilkan dari Definisi


Pertimbangan BPK
hasil analisis BPK dan/atau masukan pihak eksternal karena
terdapatnya kelemahan dalam SAP dan SPIP yang dirancang oleh
Pemerintah.

03 Pemberian Pertimbangan BPK bertujuan untuk membantu agar Tujuan Pemberian


Pertimbangan BPK
pengelolaan keuangan negara dapat berjalan tertib, taat, dan
transparan serta membantu meningkatkan efisiensi dan efektivitas
pencapaian tujuan penyelenggaraan pemerintahan negara.

04 Pertimbangan BPK atas SAP dan rancangan SPIP diberikan Dasar Penyusunan
Pertimbangan BPK
berdasarkan permintaan dari pemerintah.

05 Pihak yang dapat meminta Pertimbangan BPK atas SAP dan Pihak Peminta dan
Penerima
Rancangan SPIP adalah Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Pertimbangan BPK
Daerah.

06 Permintaan Pertimbangan BPK dari Pemerintah akan diproses setelah Kriteria Pemberian
Pertimbangan BPK
memenuhi kriteria berikut: berdasarkan
Permintaan
1) diajukan secara resmi oleh Pemerintah atau badan penyusun SAP; Pemerintah
dan
2) objek permintaan Pertimbangan dijelaskan dari sisi filosofis,
praktis, dan yuridis di dalam surat permintaan Pertimbangan BPK.
Dalam hal permintaan Pertimbangan BPK belum memenuhi kriteria di
atas, BPK dapat meminta penjelasan lebih lanjut.

07 Pertimbangan BPK atas SAP dan Rancangan SPIP disusun oleh Pelaksana
Kegiatan
Direktorat Litbang.

08 Output kegiatan penyusunan Pertimbangan BPK adalah Pertimbangan Output Kegiatan


BPK yang disampaikan kepada Pemerintah Pusat dan/atau Daerah
sebagai bahan penyempurnaan SAP dan rancangan SPIP.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 44


Pedoman Manajemen Penunjang Pemeriksaan
Bab VIII Pertimbangan dan Pendapat BPK

09 b. Pihak-Pihak Terkait Pemberian Pertimbangan BPK Pihak-pihak Terkait

Pemberian Pertimbangan BPK melibatkan Badan, Unit Kerja


Pemeriksaan, Direktorat Litbang, Tenaga Ahli/Staf Ahli, Biro Umum,
dan Biro Humas dan Kerja Sama Internasional.

10 Badan berperan: Peran Badan

1) mengarahkan penyusunan Pertimbangan BPK; dan


2) menyetujui Pertimbangan BPK.

11 Direktorat Litbang berperan: Peran Direktorat


Litbang
1) mempersiapkan bahan pendukung Pertimbangan BPK; dan
2) menyusun konsep Pertimbangan BPK.

12 Unit Kerja Pemeriksaan berperan: Peran Unit Kerja


Pemeriksaan
1) menyediakan bahan pendukung Pertimbangan BPK yang
diperlukan berdasarkan hasil pemeriksaan; dan
2) memberikan pandangan dan pendapat mengenai penerapan SAP
dan/atau SPIP saat ini, serta usulan perbaikan SAP dan/atau
SPIP.

13 Staf Ahli BPK dan/atau Tenaga Ahli BPK dan/atau narasumber Peran Staf Ahli
BPK/Tenaga Ahli
eksternal yang memiliki keahlian dalam hal SAP dan/atau SPIP BPK/ Narasumber
berperan memberikan pandangan dan pendapat mengenai penerapan Eksternal
SAP dan/atau SPIP saat ini, serta usulan perbaikan SAP dan/atau
SPIP.

14 Biro Umum berperan menyampaikan Pertimbangan BPK kepada Peran Biro Umum
Pemerintah.

15 Biro Humas dan Kerja Sama Internasional berperan mempublikasikan Peran Biro Humas
dan Kerja Sama
Pertimbangan BPK. Internasional

16 c. Mekanisme Pemberian Pertimbangan BPK Tahapan


Pemberian
Proses Pemberian Pertimbangan BPK meliputi tahapan Persiapan Pertimbangan BPK
Penyusunan Pertimbangan BPK, Penyusunan Konsep Pertimbangan
BPK, dan Penyampaian Pertimbangan BPK.
Gambar 8.1
Tahapan Pemberian Pertimbangan BPK

Penyusunan
Persiapan Penyampaian
Konsep
Penyusunan Pertimbangan
Pertimbangan

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 45


Pedoman Manajemen Penunjang Pemeriksaan
Bab VIII Pertimbangan dan Pendapat BPK

17 1) Persiapan Penyusunan Pertimbangan BPK Pembentukan Tim


Penyusunan
Direktorat Litbang mengidentifikasi masalah/tema/topik yang Pertimbangan BPK
dimintakan pertimbangannya oleh Pemerintah dan dapat
membentuk Tim Penyusun Pertimbangan BPK. Tim Penyusun
Pertimbangan BPK terdiri dari Direktorat Litbang, PFP yang
memiliki pemahaman secara komprehensif mengenai landasan
filosofis, praktis, dan yuridis SAP dan/atau SPIP serta staf ahli
dan/atau tenaga ahli yang memiliki keahlian dalam bidang SAP
dan/atau SPIP.

18 Direktorat Litbang menyiapkan bahan pendukung terkait yang Penyiapan Bahan


Pendukung
berasal dari, namun tidak terbatas pada:
a) LHP atas objek-objek pemeriksaan yang memuat temuan atas
kelemahan SAP dan/atau SPIP;
b) Data dan Informasi yang tertuang dalam KKP terkait dengan
kelemahan SAP dan/atau SPIP;
c) Hasil kajian BPK yang relevan dengan SAP dan/atau SPIP;
dan
d) Tulisan yang mengkritisi SAP dan/atau SPIP dari pihak
eksternal yang ahli dalam bidang tersebut.
19 Dalam tahap Persiapan Penyusunan Pertimbangan BPK, Diskusi dengan
Pemerintah
Direktorat Litbang bersama dengan PFP, staf ahli dan/atau tenaga
ahli terkait dapat melakukan diskusi dengan Pemerintah
Pusat/Daerah dan/atau badan penyusun SAP untuk mendapatkan
penjelasan.

20 Direktorat Litbang melakukan pembahasan internal bersama Pembahasan


Internal
dengan PSP, PFP, staf ahli dan/atau tenaga ahli terkait, mengenai
permasalahan-permasalahan yang terdapat dalam SAP dan/atau
rancangan SPIP. Berdasarkan pembahasan tersebut, Direktorat
Litbang merumuskan pokok-pokok pikiran yang menjadi landasan
penyempurnaan SAP dan SPIP.

21 2) Penyusunan Konsep Pertimbangan BPK Analisis Teoritis,


Praktis, dan Yuridis
Dalam rangka penyusunan konsep Pertimbangan BPK, Direktorat terhadap
Perubahan SAP
Litbang melakukan analisis teoritis, praktis, dan yuridis untuk dan SPIP
menilai keterterapan dan kemanfaatan hasil penyempurnaan SAP
dan/atau SPIP terhadap proses bisnis yang berlangsung pada
Instansi Pemerintah Pusat dan/atau Daerah.

22 Untuk menyempurnakan konsep Pertimbangan BPK, Direktorat Pendapat Ahli


Litbang dapat meminta pendapat ahli eksternal dalam hal Standar
Akuntansi dan/atau SPIP.

23 Berdasarkan hasil analisis teoritis, praktis, dan yuridis dan Penyusunan


Konsep
pendapat ahli, Direktorat Litbang menyusun konsep Pertimbangan Pertimbangan BPK
BPK.
24 Direktorat Litbang menyampaikan Konsep Pertimbangan BPK Persetujuan
Konsep
melalui Kaditama Revbang kepada Badan untuk disetujui dan Pertimbangan BPK
ditandatangani oleh Ketua BPK.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 46


Pedoman Manajemen Penunjang Pemeriksaan
Bab VIII Pertimbangan dan Pendapat BPK

25 3) Penyampaian Pertimbangan BPK Penyampaian


Pertimbangan BPK
Pertimbangan BPK disampaikan kepada Pemerintah (c.q. kepada
Pemerintah
Presiden Republik Indonesia untuk Pemerintah Pusat dan/atau
c.q. Kepala Daerah untuk Pemerintah Daerah) melalui mekanisme
penyampaian dokumen kedinasan pada Biro Umum.

26 Direktorat Litbang menyampaikan Pertimbangan BPK beserta Pemuatan


Pertimbangan BPK
dengan Executive Summary-nya kepada Biro Humas dan Kerja pada Media Massa
Sama Internasional untuk dimuat dalam website BPK maupun
media massa nasional/lokal terkait.

B. Pemberian Pendapat BPK


27 a. Lingkup Pendapat BPK
merupakan
Pasal 11 huruf a UU No.15 tahun 2006 memberikan kewenangan Amanat UU No.15
Tahun 2006
kepada BPK yaitu BPK dapat memberikan Pendapat kepada DPR,
DPD, DPRD, Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah Lembaga Negara
Lain, Bank Indonesia, BUMN, Badan Layanan Umum, BUMD,
Yayasan, dan lembaga atau badan lain, yang diperlukan karena sifat
pekerjaannya.
Penjelasan Pasal 11 huruf a UU No.15 Tahun 2006 tersebut
menyatakan bahwa, Pendapat yang diberikan BPK termasuk perbaikan
di bidang pendapatan, pengeluaran, pinjaman, privatisasi, likuidasi,
merger, akuisisi, penyertaan modal pemerintah, penjaminan
pemerintah dan bidang lain yang berkaitan dengan pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara.

28 Pendapat BPK adalah penilaian dan kesimpulan BPK mengenai Definisi Pendapat
BPK
kebijakan dan/atau peraturan di bidang pengelolaan dan tanggung
jawab keuangan negara, berdasarkan hasil pemeriksaan dan/atau hasil
kajian yang dilakukan oleh BPK sesuai peraturan perundang-undangan
yang berlaku.

29 Pemberian Pendapat BPK merupakan salah satu upaya responsif BPK Tujuan Pemberian
Pendapat BPK
yang bertujuan untuk mendorong dan mempercepat terwujudnya tata
kelola pemerintahan yang baik.

30 Pendapat BPK dapat diberikan berdasarkan: Dasar Penyusunan


Pendapat BPK
1) Inisiatif BPK; dan
2) Permintaan dari pihak di luar BPK yang meminta Pendapat BPK.

31 Pihak yang dapat meminta Pendapat dan/atau yang menerima Pihak Peminta dan
Penerima
Pendapat BPK adalah DPR, DPD, DPRD, Pemerintah Pendapat BPK
Pusat/Pemerintah Daerah, Lembaga Negara Lain, Bank Indonesia,
BUMN, Badan Layanan Umum, BUMD, Yayasan, dan lembaga atau
badan lain.

32 Kriteria pemberian Pendapat BPK yaitu: Kriteria Pemberian


Pendapat BPK
1) terkait dengan pengelolaan keuangan negara;

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 47


Pedoman Manajemen Penunjang Pemeriksaan
Bab VIII Pertimbangan dan Pendapat BPK

2) makro, yaitu menyangkut pengelolaan keuangan negara secara


keseluruhan;
3) strategis, yaitu menyangkut hajat hidup dan masyarakat banyak;
4) masif, yaitu permasalahan yang sering terjadi;
5) isu aktual, yaitu permasalahan yang sedang menjadi isu;
6) mendesak, yaitu penting untuk diselesaikan dengan segera; dan
7) relevan, valid, lengkap, dan dapat diolah lebih lanjut.

33 Pendapat BPK disusun oleh Direktorat EPP. Pelaksana


Kegiatan

34 Output yang dihasilkan dari proses penyusunan Pendapat BPK adalah Output Kegiatan
Pendapat BPK sebagai bahan masukan atas kebijakan yang akan
maupun sudah diambil oleh pihak penerima Pendapat BPK.

35 b. Pihak-Pihak Terkait Pemberian Pendapat BPK Pihak-Pihak


Terkait
Pemberian Pendapat BPK melibatkan Badan, Direktorat EPP, Unit
Kerja Pemeriksaan, Staf Ahli/Tenaga Ahli, Biro Umum, Biro Humas dan
Kerja Sama Internasional, dan Ditama Binbangkum.

36 Badan berperan: Peran Badan

1) mengarahkan penyusunan Pendapat BPK;


2) memberikan masukan pemberian Pendapat BPK; dan
3) menyetujui Pendapat BPK.

37 Direktorat EPP berperan: Peran Direktorat


EPP
1) mempersiapkan bahan pendukung Pendapat BPK;
2) mengevaluasi dan menganalisis bahan pendukung Pendapat BPK;
3) menyusun konsep Pendapat BPK; dan
4) melakukan monitoring tindak lanjut Pendapat BPK.

38 Unit Kerja Pemeriksaan, berperan: Peran Unit Kerja


Pemeriksaan
1) menyediakan bahan pendukung Pendapat BPK yang diperlukan
berdasarkan hasil pemeriksaan;
2) memberikan rumusan pendapat mengenai permasalahan yang
menjadi objek Pendapat BPK serta usulan rekomendasinya; dan
3) menyampaikan surat tindak lanjut Pendapat BPK dari pihak yang
menerima Pendapat BPK kepada Direktorat EPP sebagai bahan
monitoring.

39 Staf Ahli BPK dan/atau Tenaga Ahli BPK dan/atau narasumber Peran Staf Ahli
BPK/Tenaga Ahli
eksternal yang memiliki keahlian dalam bidang yang menjadi objek BPK/ Narasumber
Pendapat BPK. Eksternal

40 Biro Umum menyampaikan Pendapat BPK kepada Pemerintah. Peran Biro Umum

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 48


Pedoman Manajemen Penunjang Pemeriksaan
Bab VIII Pertimbangan dan Pendapat BPK

41 Biro Humas dan Kerja Sama Internasional, berperan memublikasikan Peran Biro Humas
dan Kerja Sama
Pendapat BPK. Internasional

42 Ditama Binbangkum berperan memberikan pertimbangan dan Peran Ditama


Binbangkum
pendapat hukum termasuk kesesuaiannya dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

43 c. Mekanisme Pemberian Pendapat BPK Mekanisme


Pemberian
Mekanisme Pemberian Pendapat BPK berdasarkan sumbernya Pendapat
berdasarkan
dibedakan menjadi dua yaitu sumber internal dan eksternal. Sumber Sumber
internal berasal dari inisiatif BPK yaitu berdasarkan hasil evaluasi dan
analisis hasil pemeriksaan (IHPS dan/atau LHP) serta Usulan Bahan
Pendapat (UBP). Sumber eksternal berasal dari permintaan pihak luar
BPK.
Gambar 8.2
Tahapan Pemberian Pendapat BPK

44 Mekanisme Pemberian Pendapat BPK meliputi: Mekanisme


Pemberian
1) Persiapan penyusunan pendapat; Pendapat BPK

a) identifikasi masalah/tema/topik dan identifikasi data


pendukung yang dibutuhkan;
b) pengumpulan data dan penelaahan peraturan; dan
c) penyusunan bagan alur/kerangka berpikir Pendapat BPK.
2) Penyusunan pendapat;
a) pembahasan bagan alur/kerangka berpikir dengan Unit Kerja
Pemeriksaan yang terkait dengan substansi;
b) penyusunan konsep Pendapat BPK;
c) permintaan tanggapan konsep Pendapat BPK kepada Unit
Kerja Pemeriksaan terkait substansi dan Ditama Binbangkum
terkait kajian dan telaahan hukum;
d) pembahasan dengan pihak-pihak terkait; dan
e) pembahasan konsep Pendapat BPK pada Sidang BPK.
3) Penyampaian Pendapat BPK; dan
4) Pengelolaan tindak lanjut atas Pendapat BPK.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 49


Pedoman Manajemen Penunjang Pemeriksaan
Bab VIII Pertimbangan dan Pendapat BPK

45 Mekanisme lebih lanjut mengenai Pemberian Pendapat BPK diatur dalam Perangkat Lunak
Terkait
perangkat lunak terkait.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 50


Pedoman Manajemen Penunjang Pemeriksaan
Bab IX Penutup

BAB IX
PENUTUP
01 PMPP merupakan pengaturan pengelolaan pemeriksaan yang tidak PMPP sebagai
terkait langsung dengan proses pemeriksaan diharapkan dapat Pedoman dalam
Kegiatan
digunakan sebagai acuan bagi BPK dan pelaksananya dalam Penunjang
menjalankan kegiatan yang menunjang pemeriksaan pengelolaan dan Pemeriksaan
tanggung jawab keuangan negara.

02 PMPP menjadi dasar bagi perangkat lunak lain yang lebih spesifik PMPP sebagai
sesuai dengan tujuan pemakaian yang mendukung efektivitas Dasar bagi
Perangkat Lunak
pemeriksaan. Lain

03 Agar pedoman ini dapat dimanfaatkan sesuai dengan tujuan dan PMPP sebagai
fungsinya, maka pedoman ini perlu senantiasa dievaluasi, Living Document
disempurnakan, atau dimutakhirkan sesuai dengan perubahan kondisi,
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terapan di bidang
pemeriksaan, serta perkembangan peraturan perundang-undangan di
bidang keuangan negara.

04 PMPP merupakan dokumen yang dapat berubah sesuai dengan Tugas dan Fungsi
perubahan peraturan perundang-undangan, standar pemeriksaan Ditama Revbang
dan/atau kondisi lain. Oleh karena itu, Ditama Revbang dhi. Direktorat
Litbang bertugas melaksanakan pemantauan atas perkembangan
implementasi proses penunjang pemeriksaan, termasuk menampung
dan menyelesaikan masalah yang timbul serta melakukan
penyempurnaan yang diperlukan sesuai dengan perkembangan dan
kebutuhan yang ada.
Masukan atau pertanyaan terkait dengan PMPP dapat disampaikan
kepada:
Subdirektorat Litbang Kelembagaan
Direktorat Penelitian dan Pengembangan
Ditama Revbang
Lantai II Gedung Arsip Ruang 215
Badan Pemeriksa Keuangan
Jl. Gatot Subroto 31 Jakarta 10210
Telp. (021) 25549000, pesawat 3301/3300
Email: litbangsisdur@yahoo.com
KETUA
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
WAKIL KETUA, REPUBLIK INDONESIA,

ttd. ttd.

SAPTO AMAL DAMANDARI HARRY AZHAR AZIS


Salinan sesuai dengan aslinya
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Kepala Direktorat Utama Pembinaan dan Pengembangan Hukum
Pemeriksaan Keuangan Negara,

Nizam Burhanuddin
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 51
Pedoman Manajemen Penunjang Pemeriksaan
Glosarium

GLOSARIUM

A
AKN Pusat : Unsur pelaksana tugas pemeriksaan yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada BPK yang berkedudukan di Kantor BPK
Pusat.

AKN Koordinator : AKN Pusat yang memiliki portofolio pemeriksaan terkait langsung
dengan pemeriksaan tematik atau dengan kata lain memiliki tugas
dan fungsi untuk melakukan pemeriksaan pada entitas pusat yang
menjadi perumus kebijakan program pemerintah yang akan
diperiksa.

AKN Pelaksana : AKN Pusat maupun Kantor BPK Perwakilan yang memiliki tugas dan
fungsi untuk melakukan pemeriksaan pada entitas yang menjalankan
kebijakan atas program pemerintah yang akan diperiksa sesuai tema
pemeriksaan tematik.

Anggota Tim : Peran yang dimiliki pemeriksa BPK dengan tugas melaksanakan
Evaluasi evaluasi atas pelaksanaan pemeriksaan oleh Akuntan Publik dan
bertanggung jawab kepada Ketua Tim Evaluasi.

Anggota Tim Review : Peran yang dimiliki pelaksana BPK dalam pelaksanaan tugas review
SPM SPM dan bertanggung jawab kepada Ketua Tim Review SPM.

APIP : Aparat Pengawas Intern Pemerintah adalah unit organisasi di


lingkungan Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Kementerian
Negara, Lembaga Negara dan Lembaga Pemerintah Nondepartemen
yang mempunyai tugas dan fungsi melakukan pengawasan dalam
lingkup kewenangannya.

Auditan dari KAP : BUMN/D, lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan negara
yang menjadi objek pemeriksaan dari KAP yang bekerja untuk dan
atas nama BPK.

B
Badan : Sebutan untuk BPK-RI yang terdiri dari Ketua, Wakil Ketua, dan
Anggota BPK.

Bendahara : Setiap orang atau badan yang diberi tugas untuk dan atas nama
negara/daerah, menerima, menyimpan, dan membayar/menyerahkan
uang atau surat berharga atau barang-barang negara/daerah
(Pasal 1 angka 14 UU No. 1 Tahun 2004).

E
Entitas Pemeriksaan : Unit organisasi yang menjadi objek pemeriksaan BPK.

Ex-Ante : Kegiatan pengendalian dan pemerolehan keyakinan mutu yang


dilakukan selama proses pemeriksaan, sebelum LHP diterbitkan.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 52


Pedoman Manajemen Penunjang Pemeriksaan
Glosarium

Ex-Post : Kegiatan pengendalian dan pemerolehan keyakinan mutu yang


dilakukan setelah LHP diterbitkan.

H
Hasil Pemeriksaan : Produk dari pelaksanaan tugas pemeriksaan yang terdiri dari LHP
dan IHPS.

I
IHPS : Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester; dokumen yang disusun yang
memuat ringkasan mengenai hasil pemeriksaan yang signifikan, hasil
pemantauan pelaksanaan tindak lanjut hasil pemeriksaan, dan hasil
pemantauan penyelesaian pengenaan ganti kerugian negara/daerah
dalam satu semester.

Instansi yang : Aparat Penegak Hukum yang berwenang menindaklanjuti laporan


berwenang hasil pemeriksaan BPK yang berindikasi pidana dhi. Kejaksaan,
Kepolisian, dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), untuk
ditindaklanjuti dalam rangka penegakan hukum sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

ISSAI International Standards of Supreme Audit Institutions adalah standar


yang dikeluarkan oleh Organisasi Lembaga Pemeriksa Sedunia atau
The International Organisation of Supreme Audit Institutions
(INTOSAI) untuk menjadi pedoman bagi Lembaga Pemeriksa
(Supreme Audit Institutions).

K
KAP : Kantor Akuntan Publik adalah badan usaha yang didirikan
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan dan
mendapatkan izin usaha berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan tersebut (Pasal 1 angka 5 Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik).

Kebijakan : Kebijakan pemeriksaan yang dituangkan dalam tema pemeriksaan


Pemeriksaan yang akan dilaksanakan oleh pelaksana pemeriksa BPK selama
periode tertentu.

Kerugian : Kekurangan uang, surat berharga, dan barang, yang nyata dan pasti
Negara/Daerah jumlahnya sebagai akibat perbuatan melawan hukum baik sengaja
maupun lalai (Pasal 1 angka 22 UU No.1 Tahun 2004).

Ketua Tim Evaluasi : Peran yang dimiliki pemeriksa BPK yang bertindak sebagai
koordinator evaluasi atas pelaksanaan pemeriksaan oleh Akuntan
Publik di lapangan dan bertanggung jawab kepada Pengendali
Teknis atas pelaksanaan evaluasi di lapangan.

Ketua Tim Review : Peran yang dimiliki pelaksana BPK dalam melaksanakan tugas
SPM review SPM dan bertanggung jawab kepada Pengendali Teknis atas
pelaksanaan review di lapangan.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 53


Pedoman Manajemen Penunjang Pemeriksaan
Glosarium

Komite Pengarah : Komite yang terdiri dari Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota BPK yang
berperan untuk memberi tugas serta arahan kepada Tim Evaluasi
melalui Komite Kerja serta menyetujui Laporan Hasil Evaluasi dalam
rangka evaluasi atas pelaksanaan pemeriksaan oleh akuntan publik
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Komite Kerja : Komite yang terdiri dari Tortama Keuangan Negara, Kaditama
Revbang, dan Kaditama Binbangkum yang berperan memberikan
arahan kepada Tim Evaluasi dan menyampaikan hasil Evaluasi
kepada Komite Pengarah dalam rangka evaluasi atas pelaksanaan
pemeriksaan oleh akuntan publik berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

L
Laporan Hasil Peer : Output dari hasil peer review yang dapat berupa laporan ringkas/rinci
Review atau keduanya.

LHE : Laporan Hasil Evaluasi adalah output yang dihasilkan dari proses
evaluasi atas pelaksanaan pemeriksaan oleh akuntan publik
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.

LHP : Laporan Hasil Pemeriksaan adalah bentuk pertanggungjawaban


tertulis dari proses pemeriksaan yang berisi hasil analisis atas
temuan pemeriksaan yang diperoleh saat pelaksanaan pemeriksaan.

LHR : Laporan Hasil Review adalah output dari proses evaluasi


pemeriksaan yang ditandatangani oleh Penanggung Jawab Tim
Review SPM.

M
Majelis Tuntutan : Lembaga yang dibentuk untuk melaksanakan wewenang BPK dalam
Perbendaharaan rangka memproses penyelesaian kerugian negara/daerah terhadap
Bendahara (Pasal 1 Angka 1 Keputusan BPK Nomor 1 Tahun 2013
tentang Tata Cara Sidang Majelis Tuntutan Perbendaharaan).

O
Objek Pemeriksaan : Entitas/instansi/satuan kerja/kegiatan yang menjadi sasaran
pemeriksaan.

On Call : Penugasan pemeriksaan di luar RKP yang dilakukan atas permintaan


pemilik kepentingan BPK.

P
Pemeriksa : Orang yang melaksanakan tugas pemeriksaan pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara untuk dan atas nama BPK
(Pasal 1 angka 10 UU No.15 Tahun 2006).

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 54


Pedoman Manajemen Penunjang Pemeriksaan
Glosarium

Pemeriksaan : Pemeriksaan di luar pemeriksaan keuangan dan dilakukan sesuai


Tematik tema yang terdapat pada Kebijakan dan Strategi Pemeriksaan BPK
atas program pemerintah dalam suatu bidang yang diselenggarakan
oleh berbagai entitas pemeriksaan.

Pemilik Kepentingan : Seseorang/perwakilan yang memiliki hak untuk menentukan masa


(Stakeholders) depan entitas atau lembaga yang dimiliki.

Penanggung Jawab : PFP yang berperan sebagai Pengendali Mutu atau PSP yang
ditunjuk untuk menyetujui dan menandatangani Laporan Hasil
Review atau Laporan Hasil Evaluasi serta bertanggung jawab
menjamin keseluruhan mutu yang ditugaskan kepada PFP di
bawahnya.

Pendapat BPK : Pernyataan sikap, pertimbangan, dan/atau hasil konsultasi yang


disampaikan kepada pihak yang meminta dan/atau menerima
pendapat terkait atas suatu masalah atau kebijakan tertentu
sehubungan dengan pelaksanaan tugas dan wewenang BPK terkait
pengelolaan keuangan negara sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

Pengendali Mutu : Pemeriksa yang menjamin mutu review SPM atau evaluasi atas
pelaksanaan pemeriksaan oleh Akuntan Publik agar sesuai dengan
SPKN, PMP dan SPKM.

Pengendali Teknis : Pemeriksa yang bertugas menjaga secara teknis hasil review SPM
atau evaluasi atas pelaksanaan pemeriksaan oleh Akuntan Publik
dan bertanggung jawab kepada Pengendali Mutu dan/atau
Penanggung Jawab.

Perangkat Lunak : Petunjuk tertulis yang dapat berupa antara lain Petunjuk
Pelaksanaan (Juklak), Juknis, POS, Pedoman yang dipergunakan
sebagai dasar dalam menjalankan suatu proses dan/atau kegiatan.

Perhitungan Ex- : suatu perhitungan perbendaharaan yang dilakukan oleh pejabat yang
officio ditunjuk ex-officio apabila bendaharawan yang bersangkutan
meninggal dunia, melarikan diri atau tiba-tiba harus berada di bawah
pengampuan dan/atau apabila bendaharawan yang bersangkutan
tidak membuat pertanggungjawaban walaupun telah ditegur oleh
atasan langsungnya, namun sampai batas waktu yang diberikan
berakhir yang bersangkutan tetap tidak membuat perhitungannya dan
pertanggungjawabannya.

Pertemuan awal : Komunikasi sebelum dilaksanakannya pemeriksaan di lapangan


antara Pimpinan Satker yang diperiksa dengan Tim Review.

Pertimbangan BPK : Kewenangan yang dimiliki BPK untuk memberikan pertimbangan


yang didasarkan pada hasil analisis BPK atas kelemahan dalam SAP
maupun SPIP yang diterapkan Pemerintah serta penyelesaian
kerugian negara/daerah.

PFP : Pejabat Fungsional Pemeriksa adalah Pelaksana fungsional


pemeriksaan BPK yang bertanggung jawab melaksanakan
penugasan pemeriksaan yang diberikan oleh PTP, yang terdiri dari

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 55


Pedoman Manajemen Penunjang Pemeriksaan
Glosarium

Pengendali Mutu yang bertindak sebagai Penanggung Jawab,


Pengendali Mutu lainnya (jika diperlukan), Pengendali Teknis, Ketua
Tim, dan Anggota Tim.

Program Evaluasi : Langkah evaluasi atas pelaksanaan pemeriksaan oleh akuntan publik
berdasarkan ketentuan undang-undang yang harus di laksanakan
oleh Tim Evaluasi.

Program Review : Langkah review yang ditujukan untuk memperoleh bukti yang cukup
dan kompeten apakah SPM sudah dirancang dan dilaksanakan
secara efektif.

Prognosa RKP : Dokumen yang memuat prioritas pemeriksaan dan alasan penentuan
prioritas pemeriksaan tersebut.

Prosedur : Urutan kerja atau kegiatan yang terencana untuk mengerjakan


pekerjaan yang berulang dengan cara seragam dan terpadu
(Pedoman Penyusunan POS BPK, 2010).

PSP : Pejabat Struktural Pemeriksaan adalah pejabat pelaksana unit


pemeriksa yang bertanggung jawab untuk mengelola sumber daya
dan penjaminan mutu atas pelaksanaan evaluasi pemeriksaan oleh
akuntan publik berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan dan pengelolaan kerugian negara/daerah serta melakukan
telaah atas jawaban tindak lanjut dari entitas yang diperiksa dan
pembahasan dengan pengawas intern sesuai dengan lingkup wilayah
kerja pemeriksaannya.

PTP : Pemberi Tugas Pemeriksaan adalah Badan yang terdiri dari Ketua,
Wakil Ketua, dan Anggota BPK atau pejabat yang diberikan
penugasan secara tertulis oleh Badan yang bertanggung jawab
memberikan arahan dan penugasan dalam perhitungan kerugian
negara/daerah dan pemberian keterangan ahli serta memberikan
arahan dan penugasan dalam evaluasi pemeriksaan yang dilakukan
oleh akuntan publik berdasarkan ketentuan undang-undang serta
penyampaian LHE kepada lembaga perwakilan, entitas pemeriksaan,
dan Kantor Akuntan Publik terkait.

R
Rencana Kerja : Visi, misi, tujuan, kebijakan, program-program, hasil yang
diharapkan, kegiatan, keluaran yang diharapkan, prioritas, dan
kebutuhan dana guna pelaksanaannya. Renja disusun sebagai
dokumen eksternal untuk pengajuan anggaran kepada Bappenas
dan Kementerian Keuangan.

Renstra : Rencana Strategis adalah dokumen yang memuat proses yang


dilakukan suatu organisasi untuk menentukan strategi/arahan dan
mengambil keputusan untuk mengalokasikan sumber dayanya
(termasuk modal dan sumber daya manusia) dalam mencapai
strategi/arahan tersebut.

RKT : Rencana Kerja Tahunan adalah kebijakan dan rencana kerja BPK
untuk periode satu tahun yang berisi kebijakan umum dan kebijakan

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 56


Pedoman Manajemen Penunjang Pemeriksaan
Glosarium

operasional di bidang pemeriksaan dan setjen penunjang sebagai


penjabaran dari Renstra, RIR, dan Kebijakan Pemeriksaan Lima
Tahunan BPK.

RKA K/L : Rencana Kerja Anggaran Kementerian Negara/Lembaga adalah


dokumen perencanaan dan penganggaran yang berisi program dan
kegiatan suatu Kementerian Negara/Lembaga yang merupakan

penjabaran dari rencana kerja pemerintah dan rencana strategis


Kementerian Negara/Lembaga yang bersangkutan dalam satu tahun
anggaran, serta anggaran yang diperlukan untuk melaksanakannya.

RKP : Rencana Kegiatan Pemeriksaan adalah dokumen yang memuat


rencana pemeriksaan yang meliputi urutan pengelompokan tema
pemeriksaan, waktu, kebutuhan Pemeriksa, anggaran, dan
infrastruktur lainnya.

S
Sekretariat Unit : Sekretariat AKN pada Kantor BPK Pusat/Subbagian Tata Usaha
Kerja Pemeriksaan pada Kantor BPK Perwakilan/Subbagian Tata Usaha dan Humas
pada Kantor BPK Perwakilan /Subbagset Anggota adalah unit kerja
pelaksana tugas kesekretariatan yang bertanggung jawab untuk
mendukung administrasi pemeriksaan serta melaksanakan kegiatan
manajemen intern pada lingkup Unit Kerja Pemeriksaan.

SPKN : Standar Pemeriksaan Keuangan Negara adalah standar


pemeriksaan yang menjadi acuan dalam pelaksanaan pemeriksaan
keuangan negara.

SPKM : Sistem Pemerolehan Keyakinan Mutu adalah sistem yang ditetapkan


untuk memberikan keyakinan yang memadai bahwa suatu badan
pemeriksa telah mengatur SPM secara memadai dan
menyelenggarakannya secara efektif.

SPM : Sistem Pengendalian Mutu (Quality Control System) adalah suatu


sistem yang dirancang untuk memperoleh keyakinan yang memadai
bahwa BPK dan pelaksananya mematuhi ketentuan peraturan
perundang-undangan, standar pemeriksaan, serta laporan yang
dihasilkan sesuai dengan kondisi yang ditemukan.

Standar : 1. Ukuran tertentu yang dipakai sebagai patokan atau ukuran baku.
2. Sesuatu yang dianggap tetap nilainya sehingga dapat dipakai
sebagai ukuran nilai (harga).

Surat Tugas : Surat penugasan yang diberikan oleh pemberi tugas kepada Tim
Evaluasi/Tim Review SPM (pemeriksa di Itama dan SAI lain) untuk
melakukan suatu kegiatan dalam kurun waktu tertentu.

T
Temuan Review : Indikasi permasalahan yang ditemui di dalam pelaksanaan review di
lapangan.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 57


Pedoman Manajemen Penunjang Pemeriksaan
Glosarium

Tenaga Ahli : Orang dengan keahlian tertentu yang diperlukan dalam suatu
pemeriksaan serta memenuhi persyaratan profesionalisme yang
dibutuhkan BPK.

Tim Evaluasi : Tim yang terdiri dari Pengendali Mutu, Pengendali Teknis, Ketua Tim,
dan Anggota Tim yang bertugas melakukan evaluasi atas
pelaksanaan pemeriksaan oleh akuntan publik berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Tim Review SPM : Tim yang terdiri dari Penanggung Jawab, Pengendali Teknis, Ketua
Tim, dan Anggota Tim yang bertugas untuk mengevaluasi
pemeriksaan/menilai SPM yang dilakukan setelah LHP diterbitkan
untuk menentukan apakah SPM pemeriksaan BPK sudah dirancang
dan dilaksanakan secara efektif sehingga dapat memberikan
keyakinan yang memadai bahwa kebijakan dan prosedur
pemeriksaan yang ditetapkan dan standar pemeriksaan yang berlaku
telah dipatuhi.

TPKN : Tim Penyelesaian Kerugian Negara adalah tim yang menangani


penyelesaian kerugian negara yang diangkat oleh pimpinan instansi
yang bersangkutan.

U
Unit Kerja : AKN atau Perwakilan yang melaksanakan tugas memeriksa
Pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 58


Pedoman Manajemen Penunjang Pemeriksaan
Daftar Perangkat Lunak Terkait

DAFTAR PERANGKAT LUNAK TERKAIT

No Nama Perangkat Lunak Nomor & Tanggal Penetapan

1 Standar Pemeriksaan Keuangan Negara Peraturan BPK Nomor 1 Tahun 2007


(SPKN)
2 Petunjuk Pelaksanaan Sistem Pemerolehan Keputusan BPK Nomor 03/K/I-
Keyakinan Mutu (SPKM) XIII.2/03/2009 tanggal 25 Maret 2009
3 Petunjuk Teknis Evaluasi Terhadap Keputusan BPK Nomor
Pelaksanaan Pemeriksaan Akuntan Publik 11/K/I/XIII.2/7/2008 tanggal 31
Atas Laporan Keuangan Juli 2008
4 Tata Cara Pemberian Keterangan Ahli Peraturan BPK Nomor 3 Tahun 2010
5 Pedoman Pemberian Pendapat BPK Keputusan BPK Nomor 6/K/I-
XIII.2/9/2014 tanggal 1 September
2014
6 POS Perencanaan Tahunan Pelaksana BPK Keputusan BPK Nomor 434/K/X-
XIII.2/11/2011 tanggal 18 November
2011
7 POS Penganggaran BPK Keputusan Sekjen BPK No. 125/K/X-
XIII.2/2/2012 tanggal 27 Februari 2012
8 Pemantauan Pelaksanaan Tindak Lanjut Peraturan BPK Nomor 2 Tahun 2010
Rekomendasi Hasil Pemeriksaan BPK tanggal 30 Juli 2010
9 Petunjuk Teknis Pemantauan Tindak Lanjut Keputusan BPK Nomor 1/K/I-
Hasil Pemeriksaan Badan Pemeriksa XIII.2/3/2012 tanggal 6 Maret 2012
Keuangan
10 Tata Cara Pelaporan Unsur Pidana yang Keputusan BPK Nomor 2/K/I-
Ditemukan Dalam Pemeriksaan Kepada XIII.2/6/2013 tanggal 26 Juni 2013
Instansi Yang Berwenang
11 Kesepakatan Bersama BPK RI dengan No. 01/KB/I-VIII.3/07/2007
Kejaksaan Agung RI tentang Tindak Lanjut No. KEP-071/A/JA/07/2007
Penegakan Hukum Terhadap Hasil
Tanggal 25 Juni 2007
Pemeriksaan BPK yang Diduga Mengandung
Unsur Tindak Pidana
12 Kesepakatan Bersama BPK RI dengan No. 01/KB/I-XIII.3/11/2008
Kepolisian Negara RI tentang Tindak Lanjut No. POL. B/11/XI/2008
Penegakan Hukum Terhadap Hasil
Tanggal 21 November 2008
Pemeriksaan BPK yang Berindikasi Tindak
Pidana
13 Kesepakatan Bersama BPK RI dengan No. 01/KB/I-VIII.3/09/2006
Komisi Pemberantasan Tindak Pidana No. 22/KPK-BPK/IX/2006
Korupsi tentang Kerjasama Dalam Upaya
Tanggal 25 September 2006
Pencegahan dan Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi
14 Kesepakatan Bersama BPK RI dengan Pusat No. 02/KB/I-VII.3/09/2006
Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan No. NK-1/1.02/PPATK/09/06
tentang Kerjasama Dalam Rangka

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 59


Pedoman Manajemen Penunjang Pemeriksaan
Daftar Perangkat Lunak Terkait

No Nama Perangkat Lunak Nomor & Tanggal Penetapan

Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Tanggal 25 September 2006


Pidana Pencucian Uang
15 POS Pemberian Pendapat Hukum atas Hasil Keputusan Sekjen BPK RI No.
Pemeriksaan BPK pada Dit. KHK 323/K/X-XIII.2/5/2013 tgl 20 Mei 2013
16 Pedoman Pemberian Pendapat Hukum pada Keputusan Sekjen BPK RI No.
Subbag Hukum dan Humas BPK Perwakilan 277/K/X-XIII.2/5/2013 tgl 3 Mei 2013
17 POS Pemberian Pendapat Hukum pada Keputusan Sekjen BPK RI No. 18/K/X-
Subbag Hukum dan Humas BPK Perwakilan XIII.2/1/2013 tgl 28 Januari 2013
18 Petunjuk Teknis Penyusunan Materi Sidang Keputusan Wakil Ketua No.2/K/II-
Majelis Tuntutan Perbendaharaan XIII.2/1/2013 tanggal 28 Maret 2013
19 Mekanisme Kerja Tim Penyelesaian Ganti Keputusan Sekretaris Jenderal Nomor
Kerugian Negara Badan Pemeriksa 74/K/X-XIII.2/2/2009
Keuangan
20 Petunjuk Teknis Tata Cara Pemantauan Keputusan BPK No.5/K/I-
Penyelesaian Ganti Kerugian Negara/Daerah XIII.2/10/2012 tanggal 1 Oktober 2012

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 60


BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
Direktorat Penelitian dan Pengembangan

Jalan Gatot Subroto No. 31


Jakarta Pusat 10210
Telp. (021) 25549000 ext. 3300, 3301

www.bpk.go.id

Anda mungkin juga menyukai