REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 5/K/I-XIII.2/5/2016
TENTANG
PEDOMAN MANAJEMEN PENUNJANG PEMERIKSAAN
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
1
4. Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 3/K/I-XIII.2/7/2014
tentang Organisasi dan Tata Kerja Pelaksana Badan Pemeriksa
Keuangan sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Badan
Pemeriksa Keuangan Nomor 1/K/I-XIII.2/2/2016 tentang Perubahan
Atas Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 3/K/I-
XIII.2/7/2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Pelaksana Badan
Pemeriksa Keuangan;
MEMUTUSKAN:
Pasal 1
Pasal 2
PMPP adalah acuan bagi BPK dan Pelaksananya dalam mengelola penunjang pemeriksaan
dan bertujuan untuk memastikan pengelolaan kewenangan BPK yang terkait dengan proses
penunjang pemeriksaan telah dirancang, diorganisasikan, dilaksanakan, dan dikendalikan
secara efektif pada setiap tahapan pelaksanaannya.
Pasal 3
PMPP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 disusun dengan sistematika sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
BAB II : KEBIJAKAN DAN PERENCANAAN OPERASIONAL PEMERIKSAAN
BAB III : EVALUASI PEMERIKSAAN
BAB IV : EVALUASI ATAS PELAKSANAAN PEMERIKSAAN OLEH AKUNTAN PUBLIK
BERDASARKAN KETENTUAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
BAB V : PEMANTAUAN TINDAK LANJUT HASIL PEMERIKSAAN
BAB VI : PEMANTAUAN TINDAK LANJUT PENANGANAN HASIL PEMERIKSAAN BPK
MENGANDUNG UNSUR PIDANA YANG DISERAHKAN KEPADA INSTANSI
YANG BERWENANG
BAB VII : PENGELOLAAN KERUGIAN NEGARA/DAERAH
BAB VIII : PERTIMBANGAN DAN PENDAPAT BPK
BAB IX : PENUTUP
2
Pasal 4
PMPP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran
sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Keputusan ini.
Pasal 5
Perbaikan dan penjelasan lebih lanjut atas substansi PMPP akan diatur oleh Kepala Direktorat
Utama Perencanaan, Evaluasi, dan Pengembangan Pemeriksaan Keuangan Negara (Kaditama
Revbang) setelah mendapat pertimbangan dari para Kepala Unit Kerja terkait.
Pasal 6
Pada saat Keputusan ini mulai berlaku, ketentuan mengenai proses penunjang pemeriksaan
sebagaimana diatur dalam Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 1/K/I-XIII.2/2/2008
tentang Panduan Manajemen Pemeriksaan sebagaimana telah diubah dengan Keputusan
Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 05/K/I-XIII.2/8/2009 tentang Perubahan Atas Keputusan
Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 1/K/I-XIII.2/2/2008 tentang Panduan Manajemen
Pemeriksaan, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 7
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 10 Mei 2016
ttd. ttd.
Nizam Burhanuddin
3
LAMPIRAN : KEPUTUSAN BPK-RI
NOMOR : 5/K/I-XIII.2/5/2016
TANGGAL : 10 MEI 2016
2016
PEDOMAN MANAJEMEN
PENUNJANG PEMERIKSAAN
Pedoman Manajemen Penunjang Pemeriksaan
Daftar Isi
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... i
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................................ 1
B. Tujuan PMPP .................................................................................................................. 2
C. Lingkup PMPP ................................................................................................................ 2
D. Dasar Hukum Penyusunan PMPP ................................................................................. 3
E. Kedudukan PMPP dan PMP .......................................................................................... 4
F. Hubungan PMPP dengan PMP ...................................................................................... 5
G. Sistematika PMPP .......................................................................................................... 6
BAB II KEBIJAKAN DAN PERENCANAAN OPERASIONAL PEMERIKSAAN ............... 8
A. Lingkup............................................................................................................................ 8
B. Pihak-Pihak Terkait Dalam Kebijakan dan Perencanaan Operasional Pemeriksaan ... 9
C. Mekanisme Kebijakan dan Perencanaan Operasional Pemeriksaan ......................... 10
BAB III EVALUASI PEMERIKSAAN ...............................................................................16
A. Lingkup.......................................................................................................................... 16
B. Pihak-Pihak Terkait Evaluasi Pemeriksaan ................................................................. 16
C. Mekanisme Evaluasi Pemeriksaan .............................................................................. 18
BAB IV EVALUASI ATAS PELAKSANAAN PEMERIKSAAN OLEH AKUNTAN PUBLIK
BERDASARKAN KETENTUAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN ....24
A. Lingkup.......................................................................................................................... 24
B. Pihak-Pihak Terkait Evaluasi ........................................................................................ 25
C. Mekanisme Evaluasi ..................................................................................................... 26
BAB V PEMANTAUAN TINDAK LANJUT HASIL PEMERIKSAAN ................................29
A. Lingkup.......................................................................................................................... 29
B. Pihak-Pihak Terkait Pemantauan TLHP ...................................................................... 29
C. Mekanisme Pemantauan TLHP ................................................................................... 30
BAB VI PEMANTAUAN TINDAK LANJUT PENANGANAN HASIL PEMERIKSAAN BPK
MENGANDUNG UNSUR PIDANA YANG DISERAHKAN KEPADA INSTANSI
YANG BERWENANG ........................................................................................33
A. Lingkup.......................................................................................................................... 33
B. Pihak-Pihak Terkait Pemantauan Tindak Lanjut Penanganan Hasil Pemeriksaan BPK
Mengandung Unsur Pidana yang Diserahkan Kepada Instansi yang Berwenang ..... 34
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1.1. Piramida Kedudukan PMPP dan PMP 4
1.2. Hubungan PMPP dengan PMP 6
2.1. Tahapan Kebijakan dan Perencanaan Operasional Pemeriksaan 10
3.1. Tahapan Review SPM oleh Itama 18
3.2. Tahapan Peer Review oleh SAI Lain 22
4.1. Tahapan Evaluasi 26
5.1. Tahapan Pemantauan Tindak Lanjut 31
6.1. Tahapan Pemantauan Tindak Lanjut Penanganan Hasil 35
Pemeriksaan Mengandung Unsur Pidana yang diserahkan kepada
Instansi yang Berwenang
7.1. Tahapan Penghitungan Kerugian Negara/Daerah atas Permintaan 40
Instansi Berwenang
7.2. Tahapan Pemantauan Penyelesaian Kerugian Negara/Daerah 42
7.3. Tahapan Pemberian Keterangan Ahli 42
8.1. Tahapan Pemberian Pertimbangan BPK 45
8.2. Tahapan Pemberian Pendapat BPK 49
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
01 Pedoman Manajemen Penunjang Pemeriksaan (PMPP) mengatur tata Pengaturan PMPP
kelola kewenangan-kewenangan BPK yang menunjang pelaksanaan
pemeriksaan. Tata kelola kewenangan yang diatur dalam PMPP ini tidak
terlepas dari pelaksanaan pemeriksaan yang diatur dalam Pedoman
Manajemen Pemeriksaan (PMP). Beberapa proses dalam PMPP
memberikan input bagi proses pada PMP. Demikian sebaliknya, output
pada proses pemeriksaan dimanfaatkan pada proses yang diatur dalam
PMPP untuk memberikan nilai tambah sebagai output BPK yang
bermanfaat bagi tata kelola keuangan negara.
B. Tujuan PMPP
05 PMPP digunakan sebagai acuan bagi BPK dan pelaksananya dalam PMPP sebagai
Pedoman
mengelola penunjang pemeriksaan dan bertujuan untuk memastikan Pengelolaan
pengelolaan kewenangan BPK yang terkait dengan proses penunjang Kewenangan BPK
pemeriksaan telah dirancang, diorganisasikan, dilaksanakan dan terkait Kegiatan
Penunjang
dikendalikan secara efektif pada setiap tahapan pelaksanaannya. Pemeriksaan
C. Lingkup PMPP
06 PMPP merupakan pengaturan pengelolaan pemeriksaan yang tidak Lingkup PMP dalam
Konteks
terkait langsung dengan proses pemeriksaan yang menghasilkan Kewenangan BPK
Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP). PMPP diperlukan untuk memberikan
nilai tambah terhadap pemeriksaan atau mengatur pengelolaan proses
10 Pengaturan dalam PMPP tidak dapat dipisahkan dengan pengaturan Hubungan antara
PMPP dengan PMP
yang terdapat dalam PMP. Dalam pelaksanaannya, PMPP (mulai dari
kebijakan dan perencanaan operasional pemeriksaan, evaluasi
pemeriksaan, evaluasi atas pelaksanaan pemeriksaan oleh Akuntan
Publik berdasarkan ketentuan perundang-undangan, pemantauan tindak
lanjut penanganan hasil pemeriksaan BPK mengandung unsur pidana
yang diserahkan kepada instansi yang berwenang, pemantauan tindak
lanjut hasil pemeriksaan, pengelolaan kerugian negara/daerah,
pemberian Pertimbangan BPK atas SAP dan rancangan SPIP, dan
Pendapat BPK) dapat menjadi input atau memberikan nilai tambah bagi
pengaturan PMP.
Kebijakan dan perencanaan operasional pemeriksaan dalam PMPP
dapat dihubungkan dengan perencanaan pemeriksaan dalam PMP.
Salah satu objek evaluasi pemeriksaan yang dilakukan oleh Inspektorat
Utama (Itama) dan Tim Peer Review SAI lain adalah proses
pemeriksaan. Pengaturan pemantauan LHP yang mengandung unsur
pidana dan tindak lanjut hasil pemeriksaan dapat dikaitkan dengan
pelaporan hasil pemeriksaan. Pemberian Pendapat BPK dan
Pertimbangan BPK dapat menggunakan hasil pemeriksaan sebagai
dasar pelaksanaannya. Selain itu, pengelolaan kerugian negara dan
daerah serta pengaturan evaluasi atas pemeriksaan oleh Akuntan Publik
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan juga dapat
menggunakan proses pemeriksaan sebagai dasar pelaksanaannya.
11 Hal-hal yang diatur dalam PMPP digambarkan dalam kerangka yang Skema Hubungan
antara PMPP
melingkupi kegiatan yang diatur dalam PMP untuk menunjukkan bahwa dengan PMP
kegiatan PMPP adalah kewenangan yang muncul karena adanya proses
pemeriksaan. PMP mengatur proses perencanaan, pelaksanaan, dan
pelaporan pemeriksaan yang merupakan proses inti BPK sehingga
pemerolehan keyakinan mutunya dilakukan secara berlapis melalui
sistem manajemen mutu yaitu proses pengendalian mutu (quality
control) oleh Pejabat Fungsional Pemeriksa (PFP) serta proses
pemerolehan keyakinan mutu (quality assurance) oleh Pejabat Struktural
Pemeriksaan (PSP) dan oleh Itama untuk objek pemeriksaan dengan
risiko tinggi.
Untuk menjamin kualitas dari kegiatan yang diatur dalam PMPP, BPK
menerapkan sistem mutu kelembagaan yang dilaksanakan oleh Itama
sebagai pemerolehan keyakinan mutu internal dan oleh SAI lain sebagai
pemerolehan keyakinan mutu eksternal. Sistem mutu kelembagaan
diatur dalam dokumen SPKM.
Skema hubungan antara PMPP dengan PMP dapat dilihat pada gambar
berikut.
Gambar 1.2
Hubungan PMPP dengan PMP
Perencanaan
Pelaksanaan
Pelaporan
G. Sistematika PMPP
BAB II
KEBIJAKAN DAN PERENCANAAN
OPERASIONAL PEMERIKSAAN
A. Lingkup
01 Pasal 9 ayat (1) huruf a UU No.15 Tahun 2006, menyebutkan bahwa Kebijakan
Pemeriksaan
dalam melaksanakan tugasnya BPK berwenang menentukan objek merupakan Amanat
pemeriksaan, merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan, UU No.15 Tahun
menentukan waktu dan metode pemeriksaan, serta menyusun dan 2006
menyajikan laporan pemeriksaan. Untuk memenuhi amanat undang-
undang tersebut, BPK menyusun sistem perencanaan pemeriksaannya
dalam sebuah proses pengelolaan perencanaan pemeriksaan yang
sistematis dan terintegrasi mulai dari kebijakan pemeriksaan sampai
dengan perencanaan operasional pemeriksaan.
Kebijakan pemeriksaan disusun dengan memperhatikan peran dan
posisi BPK sebagai lembaga pemeriksa keuangan negara dalam
melakukan pemeriksaan atas pengelolaan keuangan negara serta
harapan pemilik kepentingan terhadap hasil pemeriksaan BPK.
08 Output dari kebijakan dan perencanaan operasional pemeriksaan adalah Output Kegiatan
kebijakan pemeriksaan BPK, RKT, dan RKP.
14 Biro Keuangan berperan menyusun RKA BPK berdasarkan usulan Unit Peran Biro
Keuangan
Kerja Pemeriksaan.
15 Sekretariat Unit Kerja Pemeriksaan berperan meng-input RKP dalam Peran Sekretariat
Unit Kerja
sistem aplikasi pemeriksaan. Pemeriksaan
16 Itama berperan me-review konsep RKA sebelum disampaikan kepada Peran Itama
Kementerian Keuangan.
Rencana Kegiatan
Tahunan (RKT)
Penyusunan Perencanaan
Kebijakan Operasional
Pemeriksaan
Rencana Kegiatan
Pemeriksaan (RKP)
41 Hasil analisis dan kompilasi tersebut merupakan salah satu Sumbangan RKP
bahan bagi Biro Keuangan dalam menyusun RKA yang
selanjutnya mendapat persetujuan Sekretaris Jenderal dan
disampaikan kepada Kementerian Keuangan untuk disahkan
menjadi Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA).
RKP dan DIPA yang telah disahkan disampaikan kepada seluruh
Unit Kerja Pemeriksaan sebagai dasar pelaksanaan kegiatan.
43 Revisi RKP karena adanya pemeriksaan on call diajukan oleh Revisi RKP karena
Pemeriksaan On
satker kepada Direktorat PSMK dengan menyertakan Call
persetujuan tertulis/arahan tertulis dari Anggota/Badan sebagai
dokumen pendukung termasuk uraian analisis, Kerangka Acuan
Kerja (KAK), dan Rencana Anggaran dan Biaya (RAB).
BAB III
EVALUASI PEMERIKSAAN
A. Lingkup
01 Evaluasi pemeriksaan yang dilakukan oleh Itama dan SAI negara lain Definisi Evaluasi
Pemeriksaan
merupakan kegiatan penilaian Sistem Pengendalian Mutu (SPM) yang
dilakukan sebelum LHP diterbitkan (hot review) atau setelah LHP
diterbitkan (cold review) untuk menentukan apakah SPM pemeriksaan
BPK sudah dirancang dan dilaksanakan secara efektif sehingga dapat
memberikan keyakinan yang memadai bahwa kebijakan dan standar
pemeriksaan yang ditetapkan serta prosedur pemeriksaan yang berlaku
telah dipatuhi.
02 Evaluasi pemeriksaan sebelum LHP diterbitkan (hot review) bertujuan Tujuan Evaluasi
Pemeriksaan
untuk memastikan kualitas hasil pemeriksaan telah sesuai dengan
standar. Sedangkan evaluasi pemeriksaan yang dilakukan setelah LHP
diterbitkan (cold review) bertujuan untuk melakukan perbaikan bagi
kegiatan pemeriksaan yang akan datang, baik dari sisi manajemen,
kinerja pemeriksa, maupun metodologi. Hasil evaluasi digunakan
sebagai bahan masukan dalam perumusan kebijakan pemeriksaan untuk
meningkatkan kualitas pemeriksa dan hasil pemeriksaan di masa yang
akan datang.
03 Evaluasi pemeriksaan BPK yang dimaksud pada bab ini hanya terbatas Pelaksana Kegiatan
pada cold review atau evaluasi yang dilakukan secara internal BPK
setelah LHP terbit oleh Itama dan secara eksternal oleh SAI negara lain.
Evaluasi pemeriksaan yang dilakukan oleh Itama yaitu review SPM baik
pemeriksaan maupun kelembagaan, sedangkan evaluasi pemeriksaan
yang dilakukan oleh SAI lain disebut peer review yang sesuai dengan
Pasal 33 ayat (1) UU No.15 Tahun 2006.
Pengaturan mengenai mekanisme hot review oleh Itama akan diatur
pada perangkat lunak terpisah.
04 Output Proses Evaluasi Pemeriksaan adalah Laporan Hasil Review Output Kegiatan
(LHR). Output proses evaluasi pemeriksaan secara eksternal adalah
Laporan Hasil Peer Review.
08 Tim Review SPM terdiri dari Penanggung Jawab, Pengendali Teknis, Komposisi Tim
Review SPM
Ketua Tim, dan Anggota Tim.
12 Anggota Tim Review SPM berperan melaksanakan Program Review Peran Anggota Tim
Review SPM
sesuai dengan pembagian tugas yang diberikan oleh Ketua Tim Review
SPM.
Pemantauan
Perencanaan Tindak Lanjut
Pelaksanaan Pelaporan
25 Berdasarkan Program Review dan Surat Tugas yang telah Penyusunan RRP
disetujui, Ketua Tim Review SPM melakukan pembagian tugas
kepada masing-masing Anggota Tim atas langkah review yang
terdapat dalam Program Review. Para Anggota Tim kemudian
menyusun konsep Rencana Review Perorangan (RRP) yang
29 Berdasarkan Program Review dan Surat Tugas yang telah Penyusunan Jadwal
dan Permintaan
disetujui, Ketua Tim Review SPM menyusun jadwal pelaksanaan Data
review yang memuat waktu tentatif yang dialokasikan untuk
melakukan review pada satker. Apabila diperlukan, Ketua Tim
Review SPM menyusun permintaan data kepada Pimpinan
Satker dan menyampaikannya pada saat pertemuan awal.
32 KKR disusun oleh Anggota Tim Review SPM dan di review Penyusunan KKR
secara berjenjang oleh Ketua Tim Review SPM dan Pengendali
Teknis Tim Review SPM pada saat pelaksanaan review. KKR
disusun berdasarkan langkah review yang direncanakan dalam
Program Review dengan mencantumkan referensi silang pada
bagian yang saling berhubungan.
33 Berdasarkan KKR yang telah disusun, Anggota Tim Review SPM Penyusunan
Temuan Review
menyusun konsep Temuan Review sesuai pembagian tugasnya
dalam RRP. Ketua Tim Review SPM me-review konsep Temuan
Review untuk menjamin kebenaran materi temuan dan validitas
bukti review untuk selanjutnya disampaikan kepada Pengendali
Teknis Tim Review SPM. Pengendali Teknis Tim Review SPM
me-review konsep Temuan Review untuk menjamin
kesesuaiannya dengan Program Review.
42 Peer review oleh SAI lain terdiri dari tahapan berikut. Tahapan Peer
Review
1) Perencanaan Peer Review;
2) Pelaksanaan Peer Review;
3) Pelaporan Peer Review; dan
4) Pemantauan Tindak Lanjut.
Gambar 3.2
Tahapan Peer Review oleh SAI Lain
Pemantauan
Perencanaan Tindak Lanjut
Pelaksanaan Pelaporan
BAB IV
EVALUASI ATAS PELAKSANAAN PEMERIKSAAN OLEH
AKUNTAN PUBLIK BERDASARKAN KETENTUAN
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
A. Lingkup
01 Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara Evaluasi atas
Pelaksanaan
dilakukan oleh BPK terhadap Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Pemeriksaan oleh
Lembaga Negara lainnya, Bank Indonesia, BUMN, BUMD, dan Lembaga Akuntan Pubik
Berdasarkan
atau Badan lain yang mengelola keuangan negara. Dalam hal Ketentuan
pemeriksaan keuangan negara dilakukan oleh akuntan publik Peraturan
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan, maka sesuai Perundang-
undangan
dengan Pasal 3 ayat (2) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang merupakan Amanat
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (UU UU No.15 Tahun
No.15 Tahun 2004) dan Pasal 6 ayat (4) UU No.15 Tahun 2006, laporan 2004 dan UU No. 15
Tahun 2006
hasil pemeriksaan tersebut wajib disampaikan kepada BPK dan
dipublikasikan. Penyampaian laporan hasil pemeriksaan tersebut kepada
BPK diperlukan agar BPK dapat melakukan evaluasi atas pelaksanaan
pemeriksaan yang dilakukan oleh akuntan publik. Hasil pemeriksaan
akuntan publik dan evaluasi tersebut selanjutnya disampaikan oleh BPK
kepada lembaga perwakilan, sehingga dapat ditindaklanjuti sesuai
dengan kewenangannya.
02 Evaluasi atas pelaksanaan pemeriksaan yang dilakukan oleh akuntan Definisi Evaluasi
Atas Pelaksanaan
publik adalah proses analisis untuk menilai pelaksanaan pemeriksaan Pemeriksaan yang
laporan keuangan dalam lingkup keuangan negara yang dilakukan oleh Dilakukan oleh
akuntan publik berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan. Akuntan Publik
04 Evaluasi dilaksanakan oleh Unit Kerja Pemeriksaan pada objek Evaluasi Pelaksana Proses
yang ditentukan oleh Komite Pengarah. Dalam melaksanakan tugasnya,
Komite Pengarah dibantu oleh Komite Kerja.
06 Output yang dihasilkan dari proses evaluasi atas pelaksanaan Output Proses
pemeriksaan oleh akuntan publik berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan adalah Laporan Hasil Evaluasi (LHE).
07 Evaluasi melibatkan Komite Pengarah, Komite Kerja, dan Tim Evaluasi. Pihak-Pihak Terkait
09 Komite Kerja adalah Pejabat Struktural yang berperan: Peran Komite Kerja
10 Tim Evaluasi merupakan PFP yang terdiri dari Pengendali Mutu, Komposisi Tim
Evaluasi
Pengendali Teknis, Ketua Tim, dan Anggota Tim.
11 Pengendali Mutu berperan sebagai Penanggung Jawab Evaluasi dalam: Peran Pengendali
Mutu
a. melaporkan hasil perencanaan evaluasi kepada Komite Kerja;
b. menjamin terpenuhinya tujuan dan lingkup evaluasi;
c. menjamin kelancaran pelaksanaan evaluasi; dan
d. menyampaikan LHE kepada Komite Kerja dan menandatangani LHE.
C. Mekanisme Evaluasi
15 Evaluasi terdiri dari tiga tahapan, yaitu: Tahapan Evaluasi
a. Perencanaan Evaluasi;
b. Pelaksanaan Evaluasi; dan
c. Pelaporan Hasil Evaluasi.
Gambar 4.1
Tahapan Evaluasi
16 a. Perencanaan Evaluasi
Perencanaan Evaluasi dilakukan untuk memperoleh pemahaman Tujuan
atas tujuan Evaluasi, Harapan Penugasan dari Komite Pengarah, Perencanaan
Evaluasi
auditan dari KAP yang dievaluasi, KAP dan SPM KAP, yang dimuat
dalam Program Evaluasi.
20 b. Pelaksanaan Evaluasi
Tim Evaluasi melakukan komunikasi dengan KAP dan/atau akuntan Komunikasi dengan
KAP dan Pihak
publik untuk menyampaikan sifat, jadwal, lingkup Evaluasi, dan Lainnya
pelaporan Evaluasi. Apabila diperlukan, Tim Evaluasi dapat
melakukan komunikasi dengan pejabat yang berwenang pada auditan
dari KAP yang dievaluasi.
21 Evaluasi dilakukan di Kantor BPK, Kantor KAP, dan apabila Lokasi Evaluasi
diperlukan ke BUMN/D, dan lembaga atau badan lain yang
mengelola keuangan negara terkait, untuk melakukan pengujian
kepatuhan KAP terhadap Standar dan kebijakan BPK lainnya.
24 Hasil Evaluasi memuat hasil penilaian Tim Evaluasi atas setiap Komponen Hasil
Evaluasi
langkah Evaluasi yang dilakukan dan Temuan Evaluasi yang
merupakan permasalahan yang ditemukan selama Evaluasi. Hasil
Evaluasi perlu dikomunikasikan kepada akuntan publik pada KAP
terkait.
27 Tanggapan resmi dan tertulis atas konsep temuan hasil Evaluasi dari Pengungkapan
Tanggapan Tertulis
akuntan publik maupun langkah-langkah yang akan dilakukan untuk dalam Temuan
perbaikan, akan diungkapkan dalam temuan hasil Evaluasi sebagai Evaluasi
dasar penyusunan LHE pelaksanaan pemeriksaan oleh KAP.
29 Konsep LHE disusun oleh Ketua Tim dan di review secara berjenjang Review Konsep LHE
sampai Pengendali Mutu dan dilengkapi dengan simpulan hasil
Evaluasi. Konsep LHE disetujui oleh Pengendali Mutu sebagai
penanggung jawab pelaksanaan Evaluasi. Setelah Pengendali Mutu
menyetujui konsep LHE, selanjutnya konsep tersebut disampaikan
kepada Komite Kerja untuk di-review.
Format LHE diatur lebih lanjut dalam perangkat lunak terkait.
30 Konsep LHE yang telah di-review oleh Komite Kerja selanjutnya Review oleh Komite
Pengarah
disampaikan kepada Komite Pengarah untuk mendapat persetujuan.
31 Tim Evaluasi menyusun surat pengantar penyampaian LHE yang Surat Pengantar
Penyampaian LHE
akan ditandatangani oleh Pemberi Tugas.
32 LHE yang telah disetujui oleh Komite Pengarah kemudian Penerbitan dan
Penyampaian LHE
ditandatangani oleh Pengendali Mutu. Sekretariat Unit Kerja
Pemeriksaan memfasilitasi administrasi penyampaian LHE. LHE
serta surat pengantar disampaikan kepada Lembaga Perwakilan
sehingga dapat ditindaklanjuti sesuai dengan kewenangannya.
Penyerahan LHE dituangkan dalam Berita Acara Serah Terima LHE.
33 Seluruh tahapan Evaluasi dari tahap perencanaan sampai dengan tahap Kertas Kerja
Evaluasi
pelaporan didokumentasikan dalam KKE.
BAB V
PEMANTAUAN TINDAK LANJUT HASIL PEMERIKSAAN
A. Lingkup
01 Berdasarkan Pasal 20 UU No.15 Tahun 2004, pejabat dari entitas yang Pemantauan Tindak
Lanjut merupakan
diperiksa wajib memberikan jawaban atau penjelasan kepada BPK Amanat UU No. 15
tentang tindak lanjut atas rekomendasi hasil pemeriksaan selambat- Tahun 2004
lambatnya 60 (enam puluh) hari setelah laporan hasil pemeriksaan
diterima.
02 Tindak lanjut hasil pemeriksaan (TLHP) adalah kegiatan dan/atau Definisi Pemantauan
TLHP
keputusan yang dilakukan oleh pejabat dari entitas yang diperiksa
dan/atau pihak lain yang kompeten untuk melaksanakan rekomendasi
hasil pemeriksaan.
03 Pemantauan TLHP merupakan proses untuk memastikan bahwa hasil Tujuan Pemantauan
TLHP
pemeriksaan BPK memberikan manfaat dalam perbaikan tata kelola
keuangan negara/daerah secara khusus bagi entitas dan secara luas
bagi pemilik kepentingan, yaitu publik.
04 Kegiatan Pemantauan TLHP dilakukan oleh Unit Kerja Pemeriksaan dan Pelaksana Kegiatan
Ditama Revbang (dhi. Direktorat EPP) dengan melibatkan Badan.
05 BPK memantau pelaksanaan tindak lanjut dan melaporkannya kepada Output Kegiatan
lembaga perwakilan dalam Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester (IHPS).
Dalam pemantauannya, BPK menatausahakan dan menginventarisasi
permasalahan, temuan, rekomendasi, dan/atau tindak lanjut atas
rekomendasi dalam LHP.
06 Tahapan pemantauan TLHP dimulai sejak disampaikannya LHP beserta Tahapan Kegiatan
Pemantauan TLHP
rencana aksi kepada entitas yang diperiksa dan berakhir dengan
dimuatnya hasil pemantauan tindak lanjut dalam IHPS.
07 Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan BPK Mengandung Unsur Pemantauan TLHP
Mengandung Unsur
Pidana yang Diserahkan Kepada Instansi yang Berwenang diatur pada Pidana
Bab VI.
10 Unit Kerja Pemeriksaan mempunyai peran, antara lain: Peran Unit Kerja
Pemeriksaan
a. melaksanakan pemantauan TLHP;
b. me-review hasil penelaahan jawaban atau penjelasan tindak lanjut
untuk menjamin kesesuaian tindak lanjut atas rekomendasi BPK,
dengan kebenaran, keakuratan, dan relevansi bukti-bukti
pendukungnya; dan
c. mengadministrasikan jawaban atau penjelasan tindak lanjut baik
secara manual maupun melalui sistem informasi.
11 Ditama Revbang (dhi. Direktorat EPP) mempunyai peran, antara lain: Peran Ditama
Revbang
a. melakukan pendampingan dan monitoring atas pelaksanaan
pemantauan TLHP;
b. melakukan kompilasi TLHP; dan
c. melakukan evaluasi terhadap rekomendasi yang berlarut-larut dan
belum ditindaklanjuti.
13 PFP dan/atau PSP memiliki peran, antara lain: Peran PFP dan/atau
PSP
a. menelaah dan mengadministrasikan jawaban atau penjelasan;
b. melaksanakan prosedur tambahan lainnya dalam rangka penelaahan
TLHP; dan
c. menyampaikan secara berjenjang usulan status tindak lanjut
rekomendasi untuk mendapatkan persetujuan Tortama/Kepala
Perwakilan (Kalan) dan/atau Badan.
16 a. Penatausahaan TLHP
Penatausahaan TLHP merupakan proses untuk mengadministrasikan Penatausahaan
TLHP
bahan pemantauan TLHP sampai dengan penugasan PFP untuk
melakukan telaahan atas bahan tersebut dengan menggunakan
sistem informasi.
17 b. Penelaahan TLHP
Penelahaan TLHP dilakukan melalui desk review atau penelahaan Desk Review
dokumen oleh Kasubaud dan/atau PFP.
18 Berdasarkan arahan dari PFP atau PSP, jika hasil desk review atau Prosedur Tambahan
Lainnya dalam
telaahan belum memadai, maka PFP dan/atau PSP dapat Penelaahan TLHP
mengusulkan prosedur tambahan lainnya. Prosedur tambahan
lainnya dilakukan berdasarkan penugasan dari Tortama atau Kalan.
Prosedur tambahan lainnya yang dapat dilakukan di antaranya
adalah cek fisik, konfirmasi, pembahasan dengan Pengawas Intern
serta prosedur lainnya yang relevan untuk mendapatkan bukti yang
memadai.
19 Pembahasan dengan Pengawas Intern dapat dilakukan melalui dua Metode Pembahasan
dengan Pengawas
metode yaitu metode tatap muka dan metode tanpa tatap muka. Intern
Pembahasan dengan metode tanpa tatap muka dilakukan melalui
sistem informasi.
24 Mekanisme lebih lanjut mengenai pemantauan TLHP diatur dalam Perangkat Lunak
Terkait
perangkat lunak terkait.
BAB VI
PEMANTAUAN TINDAK LANJUT
PENANGANAN HASIL PEMERIKSAAN BPK
MENGANDUNG UNSUR PIDANA YANG DISERAHKAN
KEPADA INSTANSI YANG BERWENANG
A. Lingkup
01 Berdasarkan Pasal 62 ayat (2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Dasar Hukum
Pelaporan Hasil
tentang Perbendaharaan Negara (UU No.1 Tahun 2004), Pasal 14 UU Pemeriksaan BPK
No.15 Tahun 2004 serta Pasal 8 ayat (3) dan ayat (4) UU No.15 Tahun Mengandung Unsur
2006, BPK melaporkan hasil pemeriksaan mengandung unsur pidana Pidana kepada
Instansi yang
kepada instansi yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan Berwenang
perundang-undangan.
03 Output yang dihasilkan dari proses pemantauan tindak lanjut Output Kegiatan
penanganan hasil pemeriksaan mengandung unsur pidana yang
diserahkan kepada instansi yang berwenang adalah Laporan
Pemantauan Tindak Lanjut Penanganan Hasil Pemeriksaan
Mengandung Unsur Pidana yang Diserahkan kepada Instansi yang
Berwenang dan Resume Laporan Semesteran dimaksud yang
disampaikan kepada Direktorat EPP untuk dimuat dalam IHPS.
08 Unit Kerja Pemeriksaan berperan menyampaikan Hasil Pemeriksaan Peran Unit Kerja
Pemeriksaan
BPK mengandung unsur pidana kepada Badan.
14 b. Pelaksanaan
Kaditama Binbangkum menyampaikan Surat Keluar kepada Permohonan Data
dan Dokumen
Pimpinan Instansi yang berwenang tentang permohonan data dan Pendukung
dokumen pendukung tindak lanjut penanganan hasil pemeriksaan
BPK mengandung unsur pidana yang disampaikan kepada instansi
yang berwenang, dengan dilampirkan data terakhir status tindak
lanjut penanganan hasil pemeriksaan BPK mengandung unsur
pidana yang telah disampaikan kepada instansi yang berwenang.
17 Apabila diperlukan, Ditama Binbangkum dapat meminta instansi yang Pemaparan Status
berwenang terkait untuk melakukan pemaparan atas perkembangan
tindak lanjut status hasil pemeriksaan BPK mengandung unsur
pidana yang telah disampaikan. Selain itu, pemaparan dilakukan
untuk mengidentifikasi kendala-kendala/permasalahan atas hasil
pemeriksaan mengandung unsur pidana yang belum ditindaklanjuti
oleh instansi yang berwenang.
19 c. Pelaporan Pelaporan
BAB VII
PENGELOLAAN KERUGIAN NEGARA/DAERAH
A. Lingkup
01 Berdasarkan Pasal 10 ayat (1) UU No.15 Tahun 2006, penghitungan dan Penghitungan
Kerugian
penetapan kerugian negara/daerah sepenuhnya menjadi wewenang Negara/Daerah
BPK. merupakan Amanat
UU No. 15 Tahun
2006
03 Pengelolaan Kerugian Negara/Daerah merupakan salah satu bentuk dari Tujuan Pengelolaan
Kerugian
pengelolaan keuangan negara dan bertujuan untuk mewujudkan Negara/Daerah
pengelolaan keuangan negara yang akuntabel.
07 Pengelolaan kerugian negara/daerah dilakukan oleh PTP, PSP, PFP, Pelaksana Kegiatan
Ditama Binbangkum, Direktorat EPP, Majelis Tuntutan Perbendaharaan,
dan Sekretariat Unit Kerja Pemeriksaan sesuai dengan tanggung jawab
dan kewenangannya masing-masing.
08 Output yang dihasilkan dari pengelolaan kerugian negara/daerah adalah Output Kegiatan
Hasil Penghitungan dan Penetapan Kerugian Negara/Daerah, Laporan
Pemantauan Penyelesaian Kerugian Negara/Daerah, Pertimbangan
Penyelesaian Kerugian Negara/Daerah, dan database informasi
kerugian negara/daerah.
15 Direktorat EPP berperan menyusun kompilasi Laporan Hasil Peran Direktorat EPP
Pemantauan Penyelesaian Ganti Kerugian Negara/Daerah.
Gambar 7.1
Tahapan Penghitungan Kerugian Negara/Daerah
atas Permintaan Instansi Berwenang
Permintaan Pelaksanaan
Paparan ke APH Paparan
Gambar 7.2
Tahapan Pemantauan Penyelesaian Kerugian Negara/Daerah
Penunjukan dan
Permintaan Pemberian
Penugasan Pemberian
Keterangan Ahli Keterangan Ahli
Keterangan Ahli
31 Mekanisme lebih lanjut mengenai pemberian keterangan ahli diatur dalam Perangkat Lunak
Terkait
perangkat lunak terkait.
BAB VIII
PERTIMBANGAN DAN PENDAPAT BPK
04 Pertimbangan BPK atas SAP dan rancangan SPIP diberikan Dasar Penyusunan
Pertimbangan BPK
berdasarkan permintaan dari pemerintah.
05 Pihak yang dapat meminta Pertimbangan BPK atas SAP dan Pihak Peminta dan
Penerima
Rancangan SPIP adalah Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Pertimbangan BPK
Daerah.
06 Permintaan Pertimbangan BPK dari Pemerintah akan diproses setelah Kriteria Pemberian
Pertimbangan BPK
memenuhi kriteria berikut: berdasarkan
Permintaan
1) diajukan secara resmi oleh Pemerintah atau badan penyusun SAP; Pemerintah
dan
2) objek permintaan Pertimbangan dijelaskan dari sisi filosofis,
praktis, dan yuridis di dalam surat permintaan Pertimbangan BPK.
Dalam hal permintaan Pertimbangan BPK belum memenuhi kriteria di
atas, BPK dapat meminta penjelasan lebih lanjut.
07 Pertimbangan BPK atas SAP dan Rancangan SPIP disusun oleh Pelaksana
Kegiatan
Direktorat Litbang.
13 Staf Ahli BPK dan/atau Tenaga Ahli BPK dan/atau narasumber Peran Staf Ahli
BPK/Tenaga Ahli
eksternal yang memiliki keahlian dalam hal SAP dan/atau SPIP BPK/ Narasumber
berperan memberikan pandangan dan pendapat mengenai penerapan Eksternal
SAP dan/atau SPIP saat ini, serta usulan perbaikan SAP dan/atau
SPIP.
14 Biro Umum berperan menyampaikan Pertimbangan BPK kepada Peran Biro Umum
Pemerintah.
15 Biro Humas dan Kerja Sama Internasional berperan mempublikasikan Peran Biro Humas
dan Kerja Sama
Pertimbangan BPK. Internasional
Penyusunan
Persiapan Penyampaian
Konsep
Penyusunan Pertimbangan
Pertimbangan
28 Pendapat BPK adalah penilaian dan kesimpulan BPK mengenai Definisi Pendapat
BPK
kebijakan dan/atau peraturan di bidang pengelolaan dan tanggung
jawab keuangan negara, berdasarkan hasil pemeriksaan dan/atau hasil
kajian yang dilakukan oleh BPK sesuai peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
29 Pemberian Pendapat BPK merupakan salah satu upaya responsif BPK Tujuan Pemberian
Pendapat BPK
yang bertujuan untuk mendorong dan mempercepat terwujudnya tata
kelola pemerintahan yang baik.
31 Pihak yang dapat meminta Pendapat dan/atau yang menerima Pihak Peminta dan
Penerima
Pendapat BPK adalah DPR, DPD, DPRD, Pemerintah Pendapat BPK
Pusat/Pemerintah Daerah, Lembaga Negara Lain, Bank Indonesia,
BUMN, Badan Layanan Umum, BUMD, Yayasan, dan lembaga atau
badan lain.
34 Output yang dihasilkan dari proses penyusunan Pendapat BPK adalah Output Kegiatan
Pendapat BPK sebagai bahan masukan atas kebijakan yang akan
maupun sudah diambil oleh pihak penerima Pendapat BPK.
39 Staf Ahli BPK dan/atau Tenaga Ahli BPK dan/atau narasumber Peran Staf Ahli
BPK/Tenaga Ahli
eksternal yang memiliki keahlian dalam bidang yang menjadi objek BPK/ Narasumber
Pendapat BPK. Eksternal
40 Biro Umum menyampaikan Pendapat BPK kepada Pemerintah. Peran Biro Umum
41 Biro Humas dan Kerja Sama Internasional, berperan memublikasikan Peran Biro Humas
dan Kerja Sama
Pendapat BPK. Internasional
45 Mekanisme lebih lanjut mengenai Pemberian Pendapat BPK diatur dalam Perangkat Lunak
Terkait
perangkat lunak terkait.
BAB IX
PENUTUP
01 PMPP merupakan pengaturan pengelolaan pemeriksaan yang tidak PMPP sebagai
terkait langsung dengan proses pemeriksaan diharapkan dapat Pedoman dalam
Kegiatan
digunakan sebagai acuan bagi BPK dan pelaksananya dalam Penunjang
menjalankan kegiatan yang menunjang pemeriksaan pengelolaan dan Pemeriksaan
tanggung jawab keuangan negara.
02 PMPP menjadi dasar bagi perangkat lunak lain yang lebih spesifik PMPP sebagai
sesuai dengan tujuan pemakaian yang mendukung efektivitas Dasar bagi
Perangkat Lunak
pemeriksaan. Lain
03 Agar pedoman ini dapat dimanfaatkan sesuai dengan tujuan dan PMPP sebagai
fungsinya, maka pedoman ini perlu senantiasa dievaluasi, Living Document
disempurnakan, atau dimutakhirkan sesuai dengan perubahan kondisi,
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terapan di bidang
pemeriksaan, serta perkembangan peraturan perundang-undangan di
bidang keuangan negara.
04 PMPP merupakan dokumen yang dapat berubah sesuai dengan Tugas dan Fungsi
perubahan peraturan perundang-undangan, standar pemeriksaan Ditama Revbang
dan/atau kondisi lain. Oleh karena itu, Ditama Revbang dhi. Direktorat
Litbang bertugas melaksanakan pemantauan atas perkembangan
implementasi proses penunjang pemeriksaan, termasuk menampung
dan menyelesaikan masalah yang timbul serta melakukan
penyempurnaan yang diperlukan sesuai dengan perkembangan dan
kebutuhan yang ada.
Masukan atau pertanyaan terkait dengan PMPP dapat disampaikan
kepada:
Subdirektorat Litbang Kelembagaan
Direktorat Penelitian dan Pengembangan
Ditama Revbang
Lantai II Gedung Arsip Ruang 215
Badan Pemeriksa Keuangan
Jl. Gatot Subroto 31 Jakarta 10210
Telp. (021) 25549000, pesawat 3301/3300
Email: litbangsisdur@yahoo.com
KETUA
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
WAKIL KETUA, REPUBLIK INDONESIA,
ttd. ttd.
Nizam Burhanuddin
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 51
Pedoman Manajemen Penunjang Pemeriksaan
Glosarium
GLOSARIUM
A
AKN Pusat : Unsur pelaksana tugas pemeriksaan yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada BPK yang berkedudukan di Kantor BPK
Pusat.
AKN Koordinator : AKN Pusat yang memiliki portofolio pemeriksaan terkait langsung
dengan pemeriksaan tematik atau dengan kata lain memiliki tugas
dan fungsi untuk melakukan pemeriksaan pada entitas pusat yang
menjadi perumus kebijakan program pemerintah yang akan
diperiksa.
AKN Pelaksana : AKN Pusat maupun Kantor BPK Perwakilan yang memiliki tugas dan
fungsi untuk melakukan pemeriksaan pada entitas yang menjalankan
kebijakan atas program pemerintah yang akan diperiksa sesuai tema
pemeriksaan tematik.
Anggota Tim : Peran yang dimiliki pemeriksa BPK dengan tugas melaksanakan
Evaluasi evaluasi atas pelaksanaan pemeriksaan oleh Akuntan Publik dan
bertanggung jawab kepada Ketua Tim Evaluasi.
Anggota Tim Review : Peran yang dimiliki pelaksana BPK dalam pelaksanaan tugas review
SPM SPM dan bertanggung jawab kepada Ketua Tim Review SPM.
Auditan dari KAP : BUMN/D, lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan negara
yang menjadi objek pemeriksaan dari KAP yang bekerja untuk dan
atas nama BPK.
B
Badan : Sebutan untuk BPK-RI yang terdiri dari Ketua, Wakil Ketua, dan
Anggota BPK.
Bendahara : Setiap orang atau badan yang diberi tugas untuk dan atas nama
negara/daerah, menerima, menyimpan, dan membayar/menyerahkan
uang atau surat berharga atau barang-barang negara/daerah
(Pasal 1 angka 14 UU No. 1 Tahun 2004).
E
Entitas Pemeriksaan : Unit organisasi yang menjadi objek pemeriksaan BPK.
H
Hasil Pemeriksaan : Produk dari pelaksanaan tugas pemeriksaan yang terdiri dari LHP
dan IHPS.
I
IHPS : Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester; dokumen yang disusun yang
memuat ringkasan mengenai hasil pemeriksaan yang signifikan, hasil
pemantauan pelaksanaan tindak lanjut hasil pemeriksaan, dan hasil
pemantauan penyelesaian pengenaan ganti kerugian negara/daerah
dalam satu semester.
K
KAP : Kantor Akuntan Publik adalah badan usaha yang didirikan
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan dan
mendapatkan izin usaha berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan tersebut (Pasal 1 angka 5 Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik).
Kerugian : Kekurangan uang, surat berharga, dan barang, yang nyata dan pasti
Negara/Daerah jumlahnya sebagai akibat perbuatan melawan hukum baik sengaja
maupun lalai (Pasal 1 angka 22 UU No.1 Tahun 2004).
Ketua Tim Evaluasi : Peran yang dimiliki pemeriksa BPK yang bertindak sebagai
koordinator evaluasi atas pelaksanaan pemeriksaan oleh Akuntan
Publik di lapangan dan bertanggung jawab kepada Pengendali
Teknis atas pelaksanaan evaluasi di lapangan.
Ketua Tim Review : Peran yang dimiliki pelaksana BPK dalam melaksanakan tugas
SPM review SPM dan bertanggung jawab kepada Pengendali Teknis atas
pelaksanaan review di lapangan.
Komite Pengarah : Komite yang terdiri dari Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota BPK yang
berperan untuk memberi tugas serta arahan kepada Tim Evaluasi
melalui Komite Kerja serta menyetujui Laporan Hasil Evaluasi dalam
rangka evaluasi atas pelaksanaan pemeriksaan oleh akuntan publik
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Komite Kerja : Komite yang terdiri dari Tortama Keuangan Negara, Kaditama
Revbang, dan Kaditama Binbangkum yang berperan memberikan
arahan kepada Tim Evaluasi dan menyampaikan hasil Evaluasi
kepada Komite Pengarah dalam rangka evaluasi atas pelaksanaan
pemeriksaan oleh akuntan publik berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
L
Laporan Hasil Peer : Output dari hasil peer review yang dapat berupa laporan ringkas/rinci
Review atau keduanya.
LHE : Laporan Hasil Evaluasi adalah output yang dihasilkan dari proses
evaluasi atas pelaksanaan pemeriksaan oleh akuntan publik
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
M
Majelis Tuntutan : Lembaga yang dibentuk untuk melaksanakan wewenang BPK dalam
Perbendaharaan rangka memproses penyelesaian kerugian negara/daerah terhadap
Bendahara (Pasal 1 Angka 1 Keputusan BPK Nomor 1 Tahun 2013
tentang Tata Cara Sidang Majelis Tuntutan Perbendaharaan).
O
Objek Pemeriksaan : Entitas/instansi/satuan kerja/kegiatan yang menjadi sasaran
pemeriksaan.
P
Pemeriksa : Orang yang melaksanakan tugas pemeriksaan pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara untuk dan atas nama BPK
(Pasal 1 angka 10 UU No.15 Tahun 2006).
Penanggung Jawab : PFP yang berperan sebagai Pengendali Mutu atau PSP yang
ditunjuk untuk menyetujui dan menandatangani Laporan Hasil
Review atau Laporan Hasil Evaluasi serta bertanggung jawab
menjamin keseluruhan mutu yang ditugaskan kepada PFP di
bawahnya.
Pengendali Mutu : Pemeriksa yang menjamin mutu review SPM atau evaluasi atas
pelaksanaan pemeriksaan oleh Akuntan Publik agar sesuai dengan
SPKN, PMP dan SPKM.
Pengendali Teknis : Pemeriksa yang bertugas menjaga secara teknis hasil review SPM
atau evaluasi atas pelaksanaan pemeriksaan oleh Akuntan Publik
dan bertanggung jawab kepada Pengendali Mutu dan/atau
Penanggung Jawab.
Perangkat Lunak : Petunjuk tertulis yang dapat berupa antara lain Petunjuk
Pelaksanaan (Juklak), Juknis, POS, Pedoman yang dipergunakan
sebagai dasar dalam menjalankan suatu proses dan/atau kegiatan.
Perhitungan Ex- : suatu perhitungan perbendaharaan yang dilakukan oleh pejabat yang
officio ditunjuk ex-officio apabila bendaharawan yang bersangkutan
meninggal dunia, melarikan diri atau tiba-tiba harus berada di bawah
pengampuan dan/atau apabila bendaharawan yang bersangkutan
tidak membuat pertanggungjawaban walaupun telah ditegur oleh
atasan langsungnya, namun sampai batas waktu yang diberikan
berakhir yang bersangkutan tetap tidak membuat perhitungannya dan
pertanggungjawabannya.
Program Evaluasi : Langkah evaluasi atas pelaksanaan pemeriksaan oleh akuntan publik
berdasarkan ketentuan undang-undang yang harus di laksanakan
oleh Tim Evaluasi.
Program Review : Langkah review yang ditujukan untuk memperoleh bukti yang cukup
dan kompeten apakah SPM sudah dirancang dan dilaksanakan
secara efektif.
Prognosa RKP : Dokumen yang memuat prioritas pemeriksaan dan alasan penentuan
prioritas pemeriksaan tersebut.
PTP : Pemberi Tugas Pemeriksaan adalah Badan yang terdiri dari Ketua,
Wakil Ketua, dan Anggota BPK atau pejabat yang diberikan
penugasan secara tertulis oleh Badan yang bertanggung jawab
memberikan arahan dan penugasan dalam perhitungan kerugian
negara/daerah dan pemberian keterangan ahli serta memberikan
arahan dan penugasan dalam evaluasi pemeriksaan yang dilakukan
oleh akuntan publik berdasarkan ketentuan undang-undang serta
penyampaian LHE kepada lembaga perwakilan, entitas pemeriksaan,
dan Kantor Akuntan Publik terkait.
R
Rencana Kerja : Visi, misi, tujuan, kebijakan, program-program, hasil yang
diharapkan, kegiatan, keluaran yang diharapkan, prioritas, dan
kebutuhan dana guna pelaksanaannya. Renja disusun sebagai
dokumen eksternal untuk pengajuan anggaran kepada Bappenas
dan Kementerian Keuangan.
RKT : Rencana Kerja Tahunan adalah kebijakan dan rencana kerja BPK
untuk periode satu tahun yang berisi kebijakan umum dan kebijakan
S
Sekretariat Unit : Sekretariat AKN pada Kantor BPK Pusat/Subbagian Tata Usaha
Kerja Pemeriksaan pada Kantor BPK Perwakilan/Subbagian Tata Usaha dan Humas
pada Kantor BPK Perwakilan /Subbagset Anggota adalah unit kerja
pelaksana tugas kesekretariatan yang bertanggung jawab untuk
mendukung administrasi pemeriksaan serta melaksanakan kegiatan
manajemen intern pada lingkup Unit Kerja Pemeriksaan.
Standar : 1. Ukuran tertentu yang dipakai sebagai patokan atau ukuran baku.
2. Sesuatu yang dianggap tetap nilainya sehingga dapat dipakai
sebagai ukuran nilai (harga).
Surat Tugas : Surat penugasan yang diberikan oleh pemberi tugas kepada Tim
Evaluasi/Tim Review SPM (pemeriksa di Itama dan SAI lain) untuk
melakukan suatu kegiatan dalam kurun waktu tertentu.
T
Temuan Review : Indikasi permasalahan yang ditemui di dalam pelaksanaan review di
lapangan.
Tenaga Ahli : Orang dengan keahlian tertentu yang diperlukan dalam suatu
pemeriksaan serta memenuhi persyaratan profesionalisme yang
dibutuhkan BPK.
Tim Evaluasi : Tim yang terdiri dari Pengendali Mutu, Pengendali Teknis, Ketua Tim,
dan Anggota Tim yang bertugas melakukan evaluasi atas
pelaksanaan pemeriksaan oleh akuntan publik berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Tim Review SPM : Tim yang terdiri dari Penanggung Jawab, Pengendali Teknis, Ketua
Tim, dan Anggota Tim yang bertugas untuk mengevaluasi
pemeriksaan/menilai SPM yang dilakukan setelah LHP diterbitkan
untuk menentukan apakah SPM pemeriksaan BPK sudah dirancang
dan dilaksanakan secara efektif sehingga dapat memberikan
keyakinan yang memadai bahwa kebijakan dan prosedur
pemeriksaan yang ditetapkan dan standar pemeriksaan yang berlaku
telah dipatuhi.
U
Unit Kerja : AKN atau Perwakilan yang melaksanakan tugas memeriksa
Pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.
www.bpk.go.id