Anda di halaman 1dari 405

KEPUTUSAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

REPUBLIK INDONESIA
NOMOR /K/I-XIII.2/ /2020.......

TENTANG
PETUNJUK TEKNIS PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah


Daerah merupakan salah satu tugas pokok Badan Pemeriksa
Keuangan sebagai pelaksanaan Undang-Undang Nomor 15
Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung
Jawab Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 15 Tahun
2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan;
b. bahwa Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor
3/K/I-XIII.2/3/2016 tentang Buku Panduan Pemeriksaan Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah sudah tidak sesuai lagi dengan
perkembangan peraturan perundang-undangan dan kebutuhan
organisasi di lingkungan Badan Pemeriksa Keuangan sehingga
perlu diganti;
c. bahwa sehubungan dengan hal sebagaimana dimaksud dalam
huruf a dan huruf b serta dalam rangka menjamin pemeriksaan
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah agar dapat berjalan lebih
efektif, memenuhi standar pemeriksaan, dan mengikuti
perkembangan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku, perlu menetapkan Keputusan Badan Pemeriksa
Keuangan tentang Petunjuk Teknis Pemeriksaan Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah;

KETUA WAKIL ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA


KETUA I II III IV V VI VII

KADIT LPBH KADITAMA SEKRETARIS


BINBANGKUM JENDERAL

1
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);
2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan
Pemeriksa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2006 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4654);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2010 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5165);
4. Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 1 Tahun 2017
tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara;
5. Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 3 Tahun 2018
tentang Penyusunan Peraturan, Instruksi, Surat Edaran,
Keputusan, dan Pengumuman pada Badan Pemeriksa
Keuangan;
6. Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 1 Tahun 2019
tentang Organisasi dan Tata Kerja Pelaksana Badan Pemeriksa
Keuangan;
7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2013 tentang
Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual
pada Pemerintah Daerah;
8. Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor
5/K/I-XIII.2/8/2010 tentang Petunjuk Teknis Kodering Temuan
Hasil Pemeriksaan;
9. Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor
4/K/I-XIII.2/5/2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan
Kertas Kerja Pemeriksaan;
10. Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor
2/K/I-XIII.2/7/2012 tentang Juknis Pemahaman dan Pengujian
Sistem Pengendalian Internal Pemeriksaan Keuangan;
11. Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor
5/K/I-XIII.2/10/2013 tentang Petunjuk Teknis Penetapan Batas
Materialitas Pemeriksaan Keuangan;

KETUA WAKIL ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA


KETUA I II III IV V VI VII

KADIT LPBH KADITAMA SEKRETARIS


BINBANGKUM JENDERAL

2
12. Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor
4/K/I-XIII.2/7/2014 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan
Keuangan;
13. Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor
5/K/I-XIII.2/8/2014 tentang Petunjuk Teknis Uji Petik
Pemeriksaan Keuangan;
14. Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor
5/K/I-XIII.2/10/2015 tentang Pedoman Manajemen Pemeriksaan;
15. Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor
3/K/I-XIII.2/4/2017 tentang Petunjuk Teknis Penilaian Risiko
Pemeriksaan Keuangan;
16 Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor
9/K/I-XIII.2/8/2017 tentang Pedoman Penyusunan dan Revisi
Perangkat Lunak pada Badan Pemeriksa Keuangan;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : KEPUTUSAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN TENTANG


PETUNJUK TEKNIS PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN
PEMERINTAH DAERAH.

KESATU : Menetapkan Petunjuk Teknis Pemeriksaan Laporan Keuangan


Pemerintah Daerah yang selanjutnya disebut Juknis Pemeriksaan
LKPD sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Keputusan ini.

KEDUA : Juknis Pemeriksaan LKPD disusun dengan sistematika sebagai


berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
BAB II : PROSEDUR ANALITIS
BAB III : PEMAHAMAN DAN PENILAIAN RISIKO
BAB IV : MATERIALITAS DALAM PEMERIKSAAN LKPD
BAB V : UJI PETIK PEMERIKSAAN (AUDIT SAMPLING)
BAB VI : KERTAS KERJA PEMERIKSAAN
BAB VII : FORMULASI TEMUAN PEMERIKSAAN LKPD
BAB VIII : PENYUSUNAN LHP
BAB IX : PANDUAN PENYUSUNAN OPINI
BAB X : PENGENDALIAN DAN PENJAMINAN MUTU

KETUA WAKIL ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA


KETUA I II III IV V VI VII

KADIT LPBH KADITAMA SEKRETARIS


BINBANGKUM JENDERAL

3
BAB XI : PERENCANAAN PEMERIKSAAN LKPD:
PEMERIKSAAN INTERIM
BAB XII : PEMERIKSAAN ATAS BADAN LAYANAN UMUM
DAERAH (BLUD)
BAB XIII : PENUTUP

KETIGA : Pada saat Keputusan ini mulai berlaku, Keputusan Badan Pemeriksa
Keuangan Nomor 3/K/I-XIII.2/3/2016 tentang Buku Panduan
Pemeriksaan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah, dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku.

KEEMPAT : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 2020

WAKIL KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA, REPUBLIK INDONESIA,

AGUS JOKO PRAMONO AGUNG FIRMAN SAMPURNA

KETUA WAKIL ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA


KETUA I II III IV V VI VII

KADIT LPBH KADITAMA SEKRETARIS


BINBANGKUM JENDERAL

4
ANGGOTA, ANGGOTA,

HENDRA SUSANTO PIUS LUSTRILANANG

ANGGOTA, ANGGOTA,

ACHSANUL QOSASI ISMA YATUN

ANGGOTA, ANGGOTA,

BAHRULLAH AKBAR HARRY AZHAR AZIS

ANGGOTA,

DANIEL LUMBAN TOBING

KETUA WAKIL ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA


KETUA I II III IV V VI VII

KADIT LPBH KADITAMA SEKRETARIS


BINBANGKUM JENDERAL

5
LAMPIRAN : KEPUTUSAN BPK-RI
NOMOR : /K/I-XIII.2/ /2020
TANGGAL : 2020

PETUNJUK TEKNIS PEMERIKSAAN


LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA
2020
Juknis Pemeriksaan LKPD Daftar Isi

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................................ I


DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................................IV
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................V
DAFTAR TABEL ...................................................................................................................VI
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
Latar Belakang ........................................................................................................... 1
Tujuan ........................................................................................................................ 2
Lingkup Bahasan ....................................................................................................... 2
Dasar Hukum Penyusunan Juknis Pemeriksaan LKPD ............................................. 3
Sistematika Juknis Pemeriksaan LKPD ..................................................................... 4
BAB II PROSEDUR ANALITIS .............................................................................................. 7
Gambaran Umum ....................................................................................................... 8
Tujuan Prosedur Analitis .......................................................................................... 11
Pelaksanaan Prosedur Analitis ................................................................................ 12
1. Analisis Data ..................................................................................................... 12
2. Teknik Prediktif.................................................................................................. 23
3. Analisis Rasio dan Tren .................................................................................... 24
BAB III PEMAHAMAN DAN PENILAIAN RISIKO ................................................................ 26
Gambaran Umum ..................................................................................................... 27
Penilaian Risiko........................................................................................................ 30
BAB IV MATERIALITAS DALAM PEMERIKSAAN LKPD ................................................... 42
Gambaran Umum..................................................................................................... 43
Penetapan dan Penggunaan Materialitas pada Tahap Perencanaan ..................... 46
1. Dasar Penetapan Materialitas ........................................................................... 46
2. Penentuan Tingkat Materialitas......................................................................... 46
3. Penetapan Nilai Materialitas Awal tingkat Laporan Keuangan (Overall
Materiality/OM) .................................................................................................. 48
4. Penetapan Salah Saji yang Dapat Ditoleransi (TM) .......................................... 49
Hubungan Materialitas dan Risiko Terhadap Bukti Audit ......................................... 51
Revisi Materialitas Sejalan dengan Proses Pemeriksaan ........................................ 52
Evaluasi dan Penggunaan Materialitas pada Tahap Pelaporan .............................. 53
BAB V UJI PETIK PEMERIKSAAN (AUDIT SAMPLING) .................................................... 54
Gambaran Umum..................................................................................................... 54
Uji Petik Pemeriksaan .............................................................................................. 55
1. Pendekatan Uji Petik Statistik ........................................................................... 58
2. Pendekatan Uji Petik Nonstatistik ..................................................................... 69
BAB VI KERTAS KERJA PEMERIKSAAN .......................................................................... 77
Gambaran Umum ..................................................................................................... 78
Fungsi dan Manfaat Dokumentasi KKP .................................................................... 78
Lingkup Dokumentasi KKP ....................................................................................... 79

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan i


Juknis Pemeriksaan LKPD Daftar Isi

Syarat dan Isi Dokumentasi Pemeriksaan................................................................ 79


Tahapan Pendokumentasian Pemeriksaan LKPD .................................................... 80
1. Indeksasi KKP ................................................................................................... 80
2. Penyusunan KKP .............................................................................................. 83
3. Pemberian Tanda Simbol Analisis (Tickmark) .................................................. 83
4. Pemberian Referensi Silang (Cross Reference) ............................................... 84
5. Pereviuan KKP .................................................................................................. 85
6. Pelabelan KKP .................................................................................................. 86
7. Penyerahan KKP............................................................................................... 87
8. Pemberian TPRM .............................................................................................. 87
9. Penyimpanan KKP ............................................................................................ 87
10. Peminjaman KKP .............................................................................................. 88
11. Pemindahan KKP ke Arsip ................................................................................ 89
12. Pemindaian (Scanning) KKP ............................................................................. 89
13. Pemusnahan ..................................................................................................... 89
14. Hubungan Panduan tentang KKP dengan Sistem Aplikasi LKPD (SiAP LKPD)
.......................................................................................................................... 89
BAB VII FORMULASI TEMUAN PEMERIKSAAN LKPD ..................................................... 90
Gambaran Umum..................................................................................................... 91
Panduan Umum Penulisan TP LKPD ...................................................................... 93
1. Panduan Penulisan Judul ................................................................................. 94
2. Panduan Penulisan Kondisi .............................................................................. 94
3. Panduan Penulisan Kriteria ............................................................................... 95
4. Panduan Penulisan Akibat ................................................................................ 98
5. Panduan Penulisan Sebab ................................................................................ 99
Temuan SPI ............................................................................................................. 99
Temuan Kepatuhan................................................................................................ 101
Panduan Penulisan Temuan Berulang atau Temuan Hasil Pemeriksaan
Sebelumnya ........................................................................................................... 102
Panduan Pengintegrasian Pemeriksaan Kinerja dan PDTT dengan Pemeriksaan
LKPD ...................................................................................................................... 103
Komunikasi TP ....................................................................................................... 104
BAB VIII PENYUSUNAN LHP ........................................................................................... 105
LHP Keuangan ....................................................................................................... 105
Sistematika LHP..................................................................................................... 106
Opini ....................................................................................................................... 107
Gambaran Umum Pemeriksaan............................................................................. 108
Hasil Pemeriksaan tentang Kelemahan SPI dan Ketidakpatuhan terhadap Peraturan
Perundang-undangan ............................................................................................ 109
Management Letter ................................................................................................ 111
BAB IX PANDUAN PENYUSUNAN OPINI ........................................................................ 112
Gambaran Umum................................................................................................... 112
Dasar Pertimbangan Pemberian Opini .................................................................. 113
1. Pembatasan Lingkup Pemeriksaan atau Kecukupan Bukti Pemeriksaan ...... 113
2. Penyimpangan dari Prinsip Akuntansi yang Mengakibatkan Salah Saji ......... 115
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan ii
Juknis Pemeriksaan LKPD Daftar Isi

3. Pengaruh Temuan Ketidakpatuhan dan SPI terhadap Opini .......................... 116


4. Materialitas ...................................................................................................... 117
5. Pervasiveness ................................................................................................. 118
6. Pertimbangan Profesional terhadap Materialitas ............................................ 120
Jenis Opini ............................................................................................................. 121
1. Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) ................................................................. 121
2. Wajar Dengan Pengecualian (WDP) ............................................................... 122
3. Tidak Wajar (TW) ............................................................................................ 122
4. Tidak Menyatakan Pendapat (TMP) ............................................................... 123
5. Paragraf Penekanan Suatu hal dan Paragraf Hal Lain ................................... 125
Mekanisme dan Matriks Perumusan Opini ............................................................ 127
Contoh Opini .......................................................................................................... 127
Tanggal Opini dan Tanggal LHP ............................................................................ 129
Penanda Tangan Laporan ..................................................................................... 130
BAB X PENGENDALIAN DAN PENJAMINAN MUTU ....................................................... 131
BAB XI PERENCANAAN PEMERIKSAAN LKPD: PEMERIKSAAN INTERIM .................. 140
Gambaran Umum................................................................................................... 140
Tahapan Pemeriksaan Interim ............................................................................... 141
1. Tahap Persiapan ............................................................................................. 141
2. Tahap Pelaksanaan ........................................................................................ 143
3. Tahap Pelaporan............................................................................................. 145
BAB XII PEMERIKSAAN ATAS BADAN LAYANAN UMUM DAERAH (BLUD) ............... 147
Gambaran Umum................................................................................................... 147
Lingkup Bahasan ................................................................................................... 148
Tujuan dan Risiko Pemeriksaan BLUD .................................................................. 148
Pengelolaan dan Pelaporan Keuangan BLUD ....................................................... 149
1. Tahap Penganggaran ..................................................................................... 149
2. Tahap Pelaksanaan Anggaran ........................................................................ 150
3. Tahap Pelaporan Keuangan ........................................................................... 151
Dasar Hukum Pengelolaan BLU ............................................................................ 152
Hubungan Pemeriksa LKPD dengan Auditor BLUD .............................................. 153
BAB XIII PENUTUP ........................................................................................................... 155
Pemberlakuan Juknis Pemeriksaan LKPD ............................................................ 155
Pemuktahiran Juknis Pemeriksaan LKPD ............................................................. 155
Pemantauan Juknis Pemeriksaan LKPD ............................................................... 155
GLOSARIUM ..................................................................................................................... 156
DAFTAR SINGKATAN DAN AKRONIM ............................................................................ 161
REFERENSI ...................................................................................................................... 163
TIM PENYUSUN................................................................................................................ 165

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan iii


Juknis Pemeriksaan LKPD Daftar Lampiran

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran II Prosedur Analitis


Lampiran III.1 Matriks Perhitungan Risiko Bawaan (Inherent Risk)
Lampiran III.2 Kuesioner Sistem Pengendalian Intern
Lampiran III.3 Kuesioner SPI Terkait Sistem/Teknologi Informasi
Lampiran III.4 Kesimpulan Tingkat Efektivitas SPI secara Keseluruhan
Lampiran III.5 Matriks Penilaian Risiko Pengendalian di Tingkat Akun
Lampiran IV.1 Penetapan Nilai Risiko untuk Penilaian Rate OM
Lampiran IV.2 Worksheet Perhitungan Salah Saji yang Dapat Ditoleransi (TM)
Lampiran IV.3 Penetapan Nilai Risiko untuk Penilaian Rate OM yang Direvisi
Lampiran V.1 Ukuran Sampel untuk Uji Petik Atribut dengan Tingkat Keyakinan 95%
Ukuran Sampel untuk Uji Petik Atribut dengan Tingkat Keyakinan 90%
Lampiran V.2 Tabel Nilai RF
Tabel Nilai EF
Lampiran V.3 Tabel Nilai UML
Lampiran VI.1 Matriks Indeks KKP
Lampiran VI.2 Lembar Sampul
Lampiran VI.3 Hasil Pelaksanaan Prosedur Pemeriksaan
Lampiran VI.4 Kertas Kerja Utama
Lampiran VI.5 Kertas Kerja Pendukung
Lampiran VI.6 Lembar Reviu KKP (Review Sheet)
Lampiran VI.7 Daftar Isi KKP
Lampiran VI.8 Berita Acara Serah Terima Kertas Kerja Pemeriksaan BPK
Lampiran VII.1 Format Matriks Temuan Pemeriksaan
Lampiran VII.2 Kriteria yang Sering Digunakan dalam Pemeriksaan LKPD
Lampiran VII.3 Jenis Temuan Sistem Pengendalian Intern
Lampiran VII.4 Jenis Temuan Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundang-undangan
Lampiran VII.5 Pengintegrasian Pemeriksaan Kinerja dan PDTT dengan Pemeriksaan
LKPD
Lampiran VIII.1 Format Sistematika LHP
Lampiran VIII.2 Gambaran Umum Pemeriksaan
Lampiran VIII.3 Format LHP atas SPI dan Kepatuhan dalam Kerangka Pemeriksaan
Laporan Keuangan
Lampiran VIII.4 Format Management Letter
Lampiran IX.1 Guideline Tingkat Kompleksitas Akun pada Pemeriksaan LKPD
Lampiran IX.2 Daftar Panduan Pertimbangan Profesional dalam Penentuan Pengaruh
Suatu Masalah terhadap Opini LKPD
Lampiran IX.3 Formulir Analisis Pengaruh Temuan terhadap Akun
Lampiran IX.4 Formulir Perumusan Opini Laporan Keuangan
Lampiran IX.5 Contoh Opini
Lampiran X Checklist Sistem Pengendalian Mutu Pemeriksaan LKPD BPK
Lampiran XI Formulir Komunikasi Pemeriksa Tahun Berjalan Kepada Pemeriksa
Terdahulu

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan iv


Juknis Pemeriksaan LKPD Daftar Gambar

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Ilustrasi Penerapan Analisis Vertikal dalam LO ................................................16


Gambar 2. Ilustrasi Penerapan Analisis Horizontal antara LRA dan Laporan Perubahan
SAL .................................................................................................................... 20
Gambar 3. Ilustrasi Penerapan Analisis Horizontal antara LO, Laporan Perubahan
Ekuitas, dan Neraca ..........................................................................................21
Gambar 4. Ilustrasi Penerapan Analisis Horizontal antara LO, LRA, dan Neraca ..............23
Gambar 5. Hubungan Risiko Pemeriksaan, Risiko Bawaan, dan Risiko Pengendalian ....30
Gambar 6. Hubungan Materialitas dan Risiko terhadap Bukti Audit ...................................51
Gambar 7. Ilustrasi Penentuan OPD untuk Uji Petik ...........................................................72
Gambar 8. Contoh Hubungan Antar-KKP dan Referensi Silang ........................................85
Gambar 9. Label Kardus .....................................................................................................86
Gambar 10. Daftar Isi Kardus ................................................................................................86
Gambar 11. Penanda Batas KKP ..........................................................................................87
Gambar 12. Pertimbangan Opini ........................................................................................ 123
Gambar 13. Bagan Alur Opini ............................................................................................ 124
Gambar 14. Tahapan Penjaminan Mutu Pemeriksaan LKPD............................................ 132
Gambar 15. Tahapan Pemeriksaan Interim ....................................................................... 141

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan v


Juknis Pemeriksaan LKPD Daftar Tabel

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Hubungan Pengembangan Ekspektasi dengan Risiko Salah Saji .......................... 9


Tabel 2. Analisis Vertikal dalam LRA................................................................................... 14
Tabel 3. Analisis Vertikal dalam Neraca .............................................................................. 14
Tabel 4. Analisis Vertikal dalam LAK ................................................................................... 14
Tabel 5. Analisis Vertikal dalam Laporan Operasional ........................................................ 15
Tabel 6. Analisis Vertikal dalam Laporan Perubahan SAL .................................................. 16
Tabel 7. Analisis Vertikal dalam Laporan Perubahan Ekuitas ............................................. 17
Tabel 8. Analisis Horizontal antara LRA dan Neraca .......................................................... 17
Tabel 9. Analisis Horizontal antara LRA dan LAK ............................................................... 18
Tabel 10. Analisis Horizontal antara Neraca dan LAK......................................................... 19
Tabel 11. Analisis Horizontal antara LRA dan Laporan Perubahan SAL ............................ 20
Tabel 12. Analisis Horizontal antara LO, LPE, dan Neraca ................................................. 21
Tabel 13. Analisis Horizontal antara LO, LRA, dan Neraca................................................. 22
Tabel 14. Pedoman Penentuan Risiko Pengendalian ......................................................... 34
Tabel 15. Hubungan Masing-Masing Risiko dengan Jumlah Bukti Pemeriksaan ............... 36
Tabel 16. Pengaruh Masing-Masing Risiko Terhadap Lingkup Pengujian Terinci .............. 37
Tabel 17. Formulir Penilaian Risiko ..................................................................................... 38
Tabel 18. Tabel Strategi Pemeriksaan Umum ..................................................................... 40
Tabel 19. Perhitungan Rate Materialitas Awal tingkat LK (OM) .......................................... 47
Tabel 20. Contoh Perhitungan OM ...................................................................................... 48
Tabel 21. Hubungan Metode Uji Petik dengan Jenis Pengujian .......................................... 58
Tabel 22. Hubungan Risiko Pengendalian Awal dengan Pendekatan Pemeriksaan ......... 58
Tabel 23. Penentuan TKT berdasarkan Risiko Pengendalian Awal .................................... 60
Tabel 24. Penentuan Ukuran Sampel Pemeriksaan Berdasarkan Risiko Deteksi .............. 70
Tabel 25. Contoh Ukuran Sampel Pemeriksaan Berdasarkan Risiko Deteksi untuk
Individual Accounts atau Kelompok Transaksi .................................................... 70
Tabel 26. Contoh Penentuan Ukuran Sampel Pemeriksaan berdasarkan Saldo Individual
Accounts atau Kelompok Transaksi .................................................................... 71
Tabel 27. Contoh Penetapan Ukuran Sampel Pemeriksaan ............................................... 73
Tabel 28. Kode Indeksasi Akun Kas di Kas Daerah ............................................................ 82
Tabel 29. Daftar Tickmark ................................................................................................... 83
Tabel 30. Tabel Kriteria TP yang Spesifik ........................................................................... 96
Tabel 31. Tabel Kriteria TP yang Umum ............................................................................. 97

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan vi


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab I

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
01 Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Pemeriksaan
LKPD sebagai
merupakan salah satu tugas pokok Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) tugas pokok
BPK
sebagai pelaksanaan Undang-Undang (UU) Nomor 15 Tahun 2004
tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan
Negara dan UU Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa
Keuangan. LKPD merupakan pertanggungjawaban kepala daerah,
yaitu gubernur/bupati/walikota atas pelaksanaan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (APBD) tahun anggaran tertentu. LKPD tersebut
disusun dengan menggunakan suatu sistem akuntansi keuangan
daerah dan berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP).
02 Pemeriksaan atas LKPD merupakan jenis pemeriksaan keuangan yang Opini atas
laporan
dilakukan oleh BPK dengan tujuan memberikan pernyataan opini keuangan
tentang tingkat kewajaran informasi yang disajikan dalam LKPD. Sesuai
dengan penjelasan Pasal 16 ayat (1) UU No. 15 Tahun 2004 tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara,
opini merupakan pernyataan profesional pemeriksa mengenai
kewajaran informasi keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan
yang didasarkan pada kriteria (i) kesesuaian dengan standar akuntansi
pemerintahan, (ii) kecukupan pengungkapan (adequate disclosures),
(iii) kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, dan (iv)
efektivitas Sistem Pengendalian Intern (SPI).
03 Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 71 Tahun 2010 tentang Komponen
laporan
Standar Akuntansi Pemerintahan dan Peraturan Menteri Dalam Negeri keuangan
berbasis
(Permendagri) Nomor 64 Tahun 2013 tentang Penerapan Standar akrual
Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual pada Pemerintah Daerah,
Pemerintah Daerah (Pemda) diwajibkan menyajikan laporan keuangan
berbasis akrual yang terdiri dari tujuh komponen yaitu Laporan Realisasi
Anggaran (LRA), Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (SAL),
Neraca, Laporan Operasional (LO), Laporan Arus Kas (LAK), Laporan
Perubahan Ekuitas (LPE), dan Catatan Atas Laporan Keuangan
(CaLK).
04 Penerapan atas ketentuan di atas harus dipahami oleh Pemeriksa BPK Pemutakhiran
Juknis
untuk melaksanakan pemeriksaan atas LKPD berbasis akrual. Panduan Pemeriksaan
LKPD
Pemeriksaan LKPD dimutakhirkan untuk menyesuaikan dengan
perubahan peraturan dan kondisi terkini. Mengacu pada Pedoman
Penyusunan dan Revisi Perangkat Lunak pada BPK, nomenklatur
Panduan Pemeriksaan LKPD diubah menjadi Petunjuk Teknis (Juknis)
Pemeriksaan LKPD.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 1


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab I

Tujuan
05 Juknis ini disusun untuk membantu pencapaian kualitas pemeriksaan Tujuan Juknis
Pemeriksaan
sebagaimana dipersyaratkan dalam Standar Pemeriksaan Keuangan LKPD
Negara (SPKN) dan memberikan panduan penerapan atas SPKN,
Juklak, dan Juknis terkait pemeriksaan keuangan yang telah ada di
BPK.
06 Tujuan penyusunan juknis ini sebagai berikut:
a. memberikan panduan bagi pemeriksa dalam melaksanakan
perencanaan, pekerjaan lapangan, dan pelaporan hasil
pemeriksaan LKPD; dan
b. memberikan keseragaman pemahaman atas metodologi
pemeriksaan keuangan LKPD dan sebagai dasar dalam
menggunakan pertimbangan profesional (professional judgement).
07 Dengan adanya Juknis Pemeriksaan LKPD ini, para pemeriksa
diharapkan dapat:
a. melaksanakan prosedur pemeriksaan yang diperlukan dalam
pemeriksaan LKPD dengan menggunakan pendekatan
pemeriksaan berbasis risiko (Risk Based Audit Approach) secara
memadai; dan
b. memiliki persamaaan cara pandang dan persepsi terkait
permasalahan yang ditemukan dalam pemeriksaan LKPD, yang
pada akhirnya akan meningkatkan kualitas pemeriksaan atas
LKPD.

Lingkup Bahasan
08 Juknis Pemeriksaan LKPD ini mengatur metodologi dalam pemeriksaan Lingkup Juknis
Pemeriksaan
LKPD yang meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan LKPD
hasil pemeriksaan. Juknis ini memberikan referensi bagi pemeriksa
dalam hal penerapan Juklak Pemeriksaan Keuangan untuk entitas
Pemda.
09 Pengaturan metodologi pemeriksaan LKPD yang diatur dalam juknis
pemeriksaan ini juga berkaitan/mengacu pada langkah-langkah
pemeriksaan keuangan yang diuraikan dalam Petunjuk Teknis (Juknis)
terkait pemeriksaan keuangan seperti Keputusan Badan Pemeriksa
Keuangan Nomor 2/K/I-XIII.2/7/2012 tentang Juknis Pemahaman dan
Pengujian Sistem Pengendalian Internal Pemeriksaan Keuangan,
Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 3/K/I-XIII.2/4/2017
tentang Petunjuk Teknis Penilaian Risiko Pemeriksaan Keuangan,
Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 5/K/I-XIII.2/10/2013
tentang Petunjuk Teknis Penetapan Batas Materialitas Pemeriksaan
Keuangan, dan Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 5/K/I-
XIII.2/8/2014 tentang Petunjuk Teknis Uji Petik Pemeriksan Keuangan.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 2


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab I

Dasar Hukum
10 Dasar hukum penyusunan Juknis Pemeriksaan LKPD adalah sebagai Dasar hukum
Juknis
berikut: Pemeriksaan
LKPD
a. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);
b. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa
Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006
Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4654);
c. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2010 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5165);
d. Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 1 Tahun 2017
tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara;
e. Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 3 Tahun 2018
tentang Penyusunan Peraturan, Instruksi, Surat Edaran, Keputusan,
dan Pengumuman pada Badan Pemeriksa Keuangan;
f. Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 1 Tahun 2019
tentang Organisasi dan Tata Kerja Pelaksana Badan Pemeriksa
Keuangan;
g. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2013 tentang
Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual pada
Pemerintah Daerah;
h. Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 5/K/I-XIII.2/8/2010
tentang Petunjuk Teknis Kodering Temuan Hasil Pemeriksaan;
i. Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 4/K/I-XIII.2/5/2011
tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Kertas Kerja
Pemeriksaan;
j. Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 2/K/I-XIII.2/7/2012
tentang Juknis Pemahaman dan Pengujian Sistem Pengendalian
Internal Pemeriksaan Keuangan;
k. Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 5/K/I-XIII.2/10/2013
tentang Petunjuk Teknis Penetapan Batas Materialitas Pemeriksaan
Keuangan;
l. Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 4/K/I-XIII.2/7/2014
tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Keuangan;
m. Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 5/K/I-XIII.2/8/2014
tentang Petunjuk Teknis Uji Petik Pemeriksan Keuangan;
n. Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 5/K/I-XIII.2/10/2015
tentang Pedoman Manajemen Pemeriksaan;

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 3


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab I

o. Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 3/K/I-XIII.2/4/2017


tentang Petunjuk Teknis Penilaian Risiko Pemeriksaan Keuangan;
dan
p. Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 9/K/I-XIII.2/8/2017
tentang Pedoman Penyusunan dan Revisi Perangkat Lunak pada
Badan Pemeriksa Keuangan.

Sistematika
11 Juknis Pemeriksaan LKPD ini terdiri dari 12 bab, yakni satu bab tentang Sistematika
Juknis
pendahuluan dan sebelas bab yang menguraikan metodologi Pemeriksaan
LKPD
pemeriksaan LKPD beserta konsep dan teori auditing yang
mendasarinya. Juknis Pemeriksaan LKPD ini dilengkapi dengan
lampiran yang berisi formulir dan contoh format yang terkait dengan
pembahasan masing-masing bab.
12 Untuk memperkaya wawasan terkait pemeriksaan LKPD dan mengasah
pertimbangan profesional, Pemeriksa diharapkan membaca Frequently
Asked Question (FAQ) Pemeriksaan LKPD. FAQ tersebut berisi
pembahasan permasalahan-permasalahan yang sering dihadapi
pemeriksa beserta solusinya.
13 Tahapan yang dilakukan dalam pemeriksaan LKPD mengacu pada
metodologi pemeriksaan yang diatur dalam Keputusan Badan
Pemeriksa Keuangan Nomor 4/K/I-XIII.2/7/2014 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Pemeriksaan Keuangan. Sedangkan proses dan
pengelolaan pemeriksaan mengacu pada Keputusan Badan Pemeriksa
Keuangan Nomor 5/K/I-XIII.2/10/2015 tentang Pedoman Manajemen
Pemeriksaan yang selanjutnya disingkat PMP. Hal-hal yang dibahas
dalam Juknis Pemeriksaan LKPD adalah hal-hal penting yang sering
muncul dalam Pemeriksaan LKPD dan Pemeriksa biasanya
menemukan kesulitan dalam melaksanakannya. Oleh karena itu, urutan
antarbab dalam Juknis Pemeriksaan LKPD ini tidak dapat dibaca
sebagai urutan pemeriksaan. Pemeriksa diharapkan membaca dan
memahami bab yang relevan dengan pelaksanaan prosedur
pemeriksaan terkait. Sebagai contoh: Saat pemeriksaan, dalam
Program Pemeriksaan (P2) Pemeriksa diminta untuk melakukan
analisis risiko. Untuk itu, Pemeriksa dapat langsung membaca Bab III
mengenai Pemahaman dan Penilaian Risiko. Demikian juga, apabila
Pemeriksa mendapatkan kesulitan untuk memutuskan perlakuan
terhadap suatu kasus yang ditemui dalam pemeriksaan di lapangan,
Pemeriksa dapat mengacu pada FAQ.
14 Juknis Pemeriksaan LKPD ini disusun dengan sistematika sebagai
berikut:

Bab I : Pendahuluan
Bab ini menjelaskan secara singkat mengenai latar
belakang, tujuan, lingkup bahasan, dasar hukum, dan
sistematika Juknis Pemeriksaan LKPD.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 4


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab I

Bab II : Prosedur Analitis


Bab ini memberikan panduan bagi Pemeriksa dalam
melakukan prosedur analitis (analytical procedures)
dalam setiap tahapan pemeriksaan, mencakup gambaran
umum prosedur analitis dan pelaksanaan prosedur
analitis.
Bab III : Pemahaman dan Penilaian Risiko
Bab ini memberikan juknis kepada Pemeriksa tentang
pemahaman dan penilaian risiko, mencakup gambaran
umum risiko dan penilaian risiko.
Bab IV : Materialitas dalam Pemeriksaan LKPD
Bab ini menjelaskan tentang gambaran umum
materialitas, pertimbangan materialitas awal, hubungan
materialitas dan risiko terhadap bukti audit, serta
pertimbangan atas materialitas yang direvisi.
Bab V : Uji Petik Pemeriksaan (Audit Sampling)
Bab ini memaparkan tentang gambaran umum uji petik,
penentuan cakupan (coverage) pemeriksaan dan satuan
kerja (satker) yang akan diperiksa, dan uji petik
pemeriksaan.
Bab VI : Kertas Kerja Pemeriksaan
Bab ini menguraikan tentang gambaran umum, fungsi
dan manfaat dokumentasi pemeriksaan, lingkup
dokumentasi pemeriksaan, syarat dan unsur-unsur
dokumentasi pemeriksaan, dan tahapan
pendokumentasian pemeriksaan LKPD.
Bab VII : Formulasi Temuan Pemeriksaan LKPD
Untuk mempermudah penulisan temuan dan
pengklasifikasiannya, para Pemeriksa dapat membaca
bab ini, yang memuat tentang gambaran umum, panduan
umum penulisan Temuan Pemeriksaan (TP) LKPD,
temuan SPI, temuan kepatuhan, panduan penulisan
temuan berulang atau temuan hasil pemeriksaan
sebelumnya, dan dilengkapi dengan contoh temuan yang
sering muncul dalam Pemeriksaan LKPD.
Bab VIII : Penyusunan LHP
Bab ini berhubungan erat dengan Bab VII dan
menjelaskan mengenai penyusunan LHP, yang terdiri dari
LHP atas Keuangan, LHP atas Kelemahan SPI dan
Ketidakpatuhan terhadap Peraturan Perundang-
undangan, serta dimungkinkan adanya pelaporan lain
sesuai dengan harapan pemberi tugas.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 5


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab I

Bab IX : Panduan Penyusunan Opini


Salah satu tahap penting dalam Pemeriksaan LKPD
adalah “menetapkan opini”. Bab ini akan memberikan
panduan sistematis bagi Pemeriksa dalam menetapkan
opini pemeriksaan. Selain itu juga memuat penjelasan
tentang gambaran umum, dasar pertimbangan pemberian
opini, jenis opini, mekanisme dan matriks perumusan
opini, serta contoh opini.
Bab X : Pengendalian dan Penjaminan Mutu
Untuk meningkatkan kualitas pemeriksaan, penjaminan
mutu (quality assurance) terhadap pemeriksaan mutlak
dilakukan. Bab ini akan memberikan panduan terhadap
hal tersebut.
Bab XI : Perencanaan Pemeriksaan LKPD: Pemeriksaan Interim
Bab ini memberikan penjelasan tentang pemeriksaan
interim atas LKPD, mencakup gambaran umum, tahapan
pemeriksaan interim, dan penyusunan program
pemeriksaan rinci.
Bab XII : Pemeriksaan atas Badan Layanan Umum Daerah
(BLUD)
Bab ini memberikan panduan dalam melakukan
pemeriksaan BLUD dan pengaruhnya terhadap LKPD,
mencakup gambaran umum BLUD, tujuan pemeriksaan
satuan kerja BLUD pada LKPD, pengelolaan dan
pelaporan keuangan BLUD.
Bab XIII : Penutup
Bab ini memberikan penjelasan tentang pemberlakuan
juknis, pemutakhiran juknis, dan pemantauan juknis.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 6


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab II

BAB II
PROSEDUR ANALITIS

SPKN Kerangka Konseptual


Para. 37: Bentuk bukti pemeriksaan bermacam-macam, seperti catatan transaksi
elektronis/fisik, komunikasi tertulis atau elektronis dengan pihak di luar entitas yang
diperiksa, hasil observasi Pemeriksa, maupun keterangan lisan/tertulis dari pihak
yang diperiksa. Metode yang digunakan dalam pemerolehan bukti bisa termasuk
inspeksi, observasi, permintaan keterangan, konfirmasi, rekalkulasi, prosedur
analitis, dan/atau teknik lainnya.

Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) Standar Audit (SA) 315 Respons
Terhadap Risiko yang Telah Dinilai
Para. 6: Prosedur penilaian risiko harus mencakup berikut:
(a) permintaan keterangan dari manajemen, dan personel lain dalam entitas yang
menurut pertimbangan auditor kemungkinan memiliki informasi yang mungkin
membantu dalam mengidentifikasi risiko kesalahan penyajian material karena
kecurangan atau kesalahan; (Ref: Para. A6)
(b) prosedur analitis; dan (Ref: Para. A7–A10)
(c) observasi dan inspeksi (Ref: Para. A11)

SPAP SA 520 Prosedur Analitis


• Para. 4: Untuk tujuan SA, istilah “prosedur analitis” berarti pengevaluasian
terhadap informasi keuangan yang dilakukan melalui analisis hubungan
antara data keuangan dan data nonkeuangan. Prosedur analitis juga
mencakup investigasi sebagaimana yang diperlukan atas fluktuasi atau
hubungan teridentifikasi yang tidak konsisten dengan informasi relevan lain,
atau yang berbeda dari nilai yang diharapkan dalam jumlah yang signifikan.
(Ref: Para. A1–A3)
• Para. 5: Pada waktu merancang dan melaksanakan prosedur analitis
substantif, sendiri atau dalam kombinasi dengan pengujian rinci, sebagai
prosedur substantif berdasarkan SA 330, auditor harus: (Ref: Para. A4–A5)
(a) menentukan kecocokan prosedur analitis substantif untuk asersi yang
tersedia, dengan memperhitungkan risiko kesalahan penyajian
material yang ditentukan, dan pengujian rinci, jika ada, untuk asersi-
asersi tersebut; (Ref: Para. A6–A11)

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 7


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab II

(b) mengevaluasi keandalan data yang dijadikan rasio oleh auditor untuk
mengembangkan ekspektasi atas jumlah tercatat atau rasio, dengan
memperhitungkan sumber, komparabilitas, serta sifat dan relevansi
informasi yang tersedia, dan pengendalian atas penyusunannya;
(Ref: Para. A12–A14)
(c) mengembangkan ekspektasi atas jumlah tercatat atau rasio dan
mengevaluasi apakah ekspektasi tersebut telah cukup tepat untuk
mengidentifikasi kesalahan penyajian yang, baik secara individu atau
ketika diagregasikan dengan kesalahan penyajian lainnya, dapat
menyebabkan terjadinya kesalahan penyajian material dalam laporan
keuangan; dan (Ref: Para. A15)
(d) menentukan jumlah perbedaan antara jumlah tercatat dengan nilai
yang diharapkan yang dapat diterima tanpa memerlukan investigasi
lebih lanjut seperti yang disyaratkan oleh paragraf 7. (Ref: Para. A16)
• Para. 6: Auditor harus merancang dan melaksanakan prosedur analitis
mendekati akhir audit yang membantu auditor ketika membentuk kesimpulan
keseluruhan tentang apakah laporan keuangan telah disajikan konsisten
dengan pemahaman auditor atas entitas. (Ref: Para. A17–A19)

Gambaran Umum
01 Prosedur analitis merupakan evaluasi terhadap informasi keuangan Pengertian
prosedur
yang dibuat dengan mempelajari hubungan yang masuk akal antara analitis
data keuangan yang satu dengan data keuangan lainnya atau antara
data keuangan dengan data nonkeuangan.
02 Asumsi dasar penerapan prosedur analitis adalah bahwa hubungan Asumsi dasar
prosedur
yang masuk akal di antara data dapat diharapkan tetap ada dan analitis
berlanjut, kecuali jika timbul kondisi yang sebaliknya. Kondisi tertentu
yang dapat menimbulkan penyimpangan dalam hubungan ini mencakup
antara lain, peristiwa atau transaksi yang tidak biasa, perubahan
akuntansi, perubahan usaha, fluktuasi acak, atau salah saji.
03 Prosedur analiis dapat dilakukan sebagai prosedur untuk penilaian Standar Audit
terkait
risiko maupun prosedur pengujian substantif. Lebih lanjut Pemeriksa
harus memperhatikan ketentuan dalam Standar 315 tentang
Pengidentifikasian dan Penilaian Risiko Kesalahan Penyajian Material
melalui Pemahaman atas Entitas dan Lingkungannya, serta SA 520
tentang Prosedur Analitis.
04 Secara umum, pelaksanaan prosedur analitis dilakukan dengan Tahapan
prosedur
tahapan- tahapan sebagai berikut. analitis

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 8


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab II

a. Pemeriksa terlebih dahulu melakukan pemahaman hubungan


keuangan yang dapat diperoleh dengan pemahaman tentang
entitas yang diperiksa beserta proses bisnis utamanya.
b. Mengembangkan ekspektasi (develop expectation) atas pola
hubungan yang seharusnya terjadi antar data terkait.
Pengembangan ekspektasi ini berdasarkan hasil pemahaman
hubungan keuangan yang masuk akal. Dalam mengembangkan
ekspektasi, Pemeriksa harus secara hati-hati mempertimbangkan
faktor-faktor yang secara signifikan mempengaruhi data maupun
pola hubungan yang akan dianalisis/diukur.
c. Membandingkan hasil analisis data riil dengan ekspektasi atas pola
hubungan yang seharusnya terjadi, serta menelusuri penyebab
penyimpangan signifikan yang terjadi.
05 Perbedaan antara hasil analisis data riil dengan ekspektasi atas pola
hubungan yang seharusnya terjadi, mengindikasikan terjadinya risiko
salah saji yang harus ditelusuri. Penelusuran dapat dilakukan
menggunakan data laporan keuangan dan/atau data nonkeuangan,
dengan contoh sebagai berikut.
a. Pemeriksa Pengembangan Ekspektasi atas Pola Hubungan
yang Seharusnya Terjadi dengan Menggunakan Data Keuangan

Tabel 1. Hubungan Pengembangan Ekspektasi dengan Risiko Salah Saji

Data yang
Akun Digunakan Ekspektasi yang Dikembangkan Risiko Salah Saji

Realisasi LRA, BKU Realisasi Pendapatan (LRA) = Total nilai Kurang/lebih saji
Pendapatan dan kredit Rekening Kasda + Penerimaan penerimaan
(LRA) Rekening Sah di luar Kas Daerah (Dana BOS, dsb)
Kas Daerah + Kas di Bendahara Penerimaan –
Pengembalian Belanja pada Tahun
Berjalan

• Kas di Bendahara Penerimaan diakui


sebagai pendapatan, merujuk Bultek
23 dan 24 dan IPSAP 02, jika
rekening Bendahara Penerimaan
ditetapkan sebagai rekening BUD
• Penerimaan sah diluar Kasda
Provinsi/Kabupaten/Kota [A1] atau
yang ditransfer langsung dari
Kementerian/ Pemprov ke Satker
Pelaksana, seperti Dana BOS.

Realisasi LRA, Reg Realisasi Belanja (LRA) = Total SP2D Kurang/lebih saji
Belanja (LRA) SP2D, Reg dan Total SP3B (Surat Permintaan belanja
SP3B Pengesahan Pendapatan dan Belanja)
[A2] - pengembalian sisa Uang
Persediaan (UP) – pengembalian sisa
belanja (kontra pos)

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 9


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab II

Data yang
Akun Digunakan Ekspektasi yang Dikembangkan Risiko Salah Saji

Kas di Neraca, Buku Saldo Kas di Bendahara Pengeluaran Kurang/lebih saji


Bendahara Catatan = Saldo UP di Bendahara Pengeluaran Kas di Bendahara
Pengeluaran Potongan + Utang PFK yang belum disetorkan ke Pengeluaran
PFK/Buku kas negara/pihak ketiga oleh Bendahara
Pajak Pengeluaran + Pendapatan Jasa Giro
(Perhitungan yang belum disetorkan ke kasda
Fihak
Ketiga)[A3],
SSP
Kas di Neraca, Kas di Bendahara Penerimaan = Saldo Kurang/lebih saji
Bendahara BKU, STS kas di BKU Bendahara Penerimaan Kas di Bendahara
Penerimaan OPD Penerimaan

Aset Tetap LRA, Neraca, Saldo Aset Tetap per Hibah aset tetap
(AT) 31 Des 200X = (So Aset Tetap per 31 yang tidak
(harga Des 200X-1) + Belanja Modal +/- mutasi diungkapkan,
perolehan) masuk/keluar Aset Tetap selain dari penghapusan Aset
Belanja Modal Tetap (AT) tidak
diungkapkan, salah
penganggaran
sehingga aset tetap
kurang/lebih saji

Neraca, Total aset tetap menurut Daftar Aset yang


Daftar Inventaris Barang Milik Daerah dilaporkan tidak
Inventaris intrakomptabel = total harga perolehan ada, aset tetap
Barang aset tetap di Neraca diperoleh dari hibah
Daerah belum dicatat di
neraca, Kesalahan
kompilasi

Utang Jangka LRA dan Saldo Utang Jangka Panjang per 31 Lebih/kurang saji
Panjang dan Neraca Desember 200x = Saldo Utang Jangka akun utang atau
Bagian Lancar Panjang per 31 Desember 200x-1 – akun
Utang Jangka Pengeluaran Pembiayaan Utang Jangka pembiayaan,
Panjang Panjang - Bagian Lancar Utang Jangka kekurangan
Panjang + Penerimaan Pembiayaan dari pengungkapan atas
Utang Jangka Panjang selisih yang
mungkin terjadi

Utang PFK Neraca dan Utang PFK per 31 Desember 200x = Lebih/kurang saji
LAK saldo utang PFK per 31 Desember utang PFK, selisih
200x-1 + penerimaan PFK - fisik dan catatan
pengeluaran PFK SiLPA

Pendapatan LO, Neraca, Pendapatan Pajak (LO) = Pendapatan Lebih/kurang saji


Pajak (LO) LRA Pajak (LRA) - Saldo Piutang Pajak Awal akun Pendapatan
Tahun + Saldo Piutang Pajak Akhir Pajak
Tahun.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 10


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab II

Data yang
Akun Digunakan Ekspektasi yang Dikembangkan Risiko Salah Saji

Belanja Barang LO, Neraca, Beban Persediaan (LO)* = Belanja Lebih/kurang saji
Jasa – LRA Barang dan Jasa Persediaan (LRA) + akun Belanja
Persediaan dan Saldo Persediaan Awal Tahun – Saldo Barang Jasa –
Beban Persediaan Akhir Tahun +/- mutasi Persediaan dan
Persediaan persediaan non APBD Beban Persediaan
*) Rumus ini hanya dapat diterapkan
bagi Pemda yang menggunakan
metode pencatatan periodik.

b. Pengembangan Ekspektasi atas Pola Hubungan yang


Seharusnya Terjadi dengan Menggunakan Data Keuangan dan
Nonkeuangan
Pengembangan ekspektasi atas pola hubungan yang seharusnya
terjadi dapat menggunakan data keuangan dan nonkeuangan,
dengan contoh sebagai berikut.
Belanja Gaji suatu pemda X untuk Tahun Anggaran (TA) 20X0 Contoh
pengembang-
sebesar Rp1 miliar. Asumsi pada tahun depan, tidak ada an ekspektasi
atas pola
penambahan pegawai dan tidak ada rencana kenaikan gaji, maka hubungan
Belanja Gaji untuk TA 20X1 tidak akan mengalami perubahan dengan
menggunakan
secara signifikan dari belanja gaji tahun lalu. Sebaliknya, apabila data keuangan
dalam tahun berjalan terdapat penambahan jumlah pegawai yang dan
nonkeuangan
signifikan dan kenaikan gaji dari pemerintah, maka belanja gaji
tahun depan akan naik secara signifikan. Misalnya Belanja Gaji
tahun berikutnya ternyata sejumlah Rp2 miliar, sementara pada
saat perencanaan pemeriksaan, diprediksi bahwa Belanja Gaji
akhir tahun tersebut sebesar Rp1,5 miliar maka terdapat selisih
sejumlah Rp500 juta dari perkiraan semula. Selisih tersebut akan
diidentifikasi dan dilakukan uji substansi sebagai bahan pembuktian
audit untuk menyimpulkan apakah terjadi salah saji pada Belanja
Gaji.

Tujuan Prosedur Analitis


06 Tujuan prosedur analitis terkait erat dengan waktu pelaksanaannya. Tujuan
prosedur
Prosedur analitis bisa digunakan pada saat perencanaan pemeriksaan, analitis
pelaksanaan pemeriksaan lapangan, dan pada saat pelaporan. Berikut
tujuan dan proses yang dilaksanakan di masing-masing tahapan
tersebut.
a. Pada tahap perencanaan pemeriksaan, prosedur analitis
membantu Pemeriksa dalam memahami entitas termasuk transaksi
dan kejadian pada tahun berjalan. Selain itu, prosedur analitis
membantu perencanaan sifat, saat, dan lingkup prosedur
pemeriksaan. Prosedur analitis pada tahap perencanaan

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 11


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab II

pemeriksaan dapat dilakukan di antaranya melalui analisis prediktif


atas data keuangan dan nonkeuangan maupun analisis data secara
vertikal dan horizontal atas laporan keuangan unaudited yang
diserahkan oleh Pemda. Penyimpangan yang ditemukan dari hasil
analisis vertikal dan horizontal mengindikasikan risiko terjadinya
salah saji. Untuk itu, Pemeriksa diharuskan melakukan evaluasi
atas penyimpangan tersebut untuk melihat apakah dibutuhkan
perluasan prosedur pemeriksaan terkait siklus atau akun tertentu.
b. Pada tahap pelaksanaan pemeriksaan lapangan, prosedur
analitis ditujukan untuk memperoleh bukti tentang asersi tertentu
yang berhubungan dengan saldo akun atau jenis transaksi. Selain
itu, hasil prosedur analitis di tahapan ini bisa digunakan untuk
menilai kecukupan pengungkapan atas setiap perubahan pada
akun laporan keuangan yang diperiksa. Di tahap ini, prosedur
analitis biasanya dilakukan dengan melakukan analisis data
pendukung laporan keuangan baik data keuangan maupun data
nonkeuangan.
c. Pada tahap pelaporan, prosedur analitis dilakukan sebagai reviu
menyeluruh informasi keuangan. Hal ini diperlukan untuk
memastikan bahwa akun-akun dalam Laporan Keuangan yang
berkaitan baik secara vertikal maupun horizontal sudah sinkron.

Pelaksanaan Prosedur Analitis


07 Prosedur analitis dapat dilaksanakan sebelum LKPD diterima oleh BPK. Pelaksanaan
prosedur
Pemeriksa dapat memanfaatkan data keuangan dari portal e-audit di analitis
sebelum LK
BPK yang telah terkoneksi dengan server Pemda. Contohnya: total diserahkan
belanja bagi hasil pajak provinsi harus sama dengan total pendapatan kepada BPK
bagi hasil pajak yang diterima oleh seluruh kabupaten/kota di provinsi
tersebut.
08 Ada 3 (tiga) cara melakukan prosedur analitis dalam pemeriksaan Teknik
prosedur
LKPD, yaitu analisis data, teknik prediktif, serta analisis rasio dan tren analitis
dengan uraian sebagai berikut.

1. Analisis Data
09 Analisis data dilakukan dengan menguji ketepatan penjumlahan antar Analisis data

akun dan kecukupan pengungkapannya.


10 Pengujian ketepatan penjumlahan antarakun dan kecukupan Tujuan
analisis data
pengungkapannya bertujuan untuk mengetahui kesesuaian dan menilai
kebenaran angka-angka dalam laporan keuangan. Melalui analisis,
dapat diketahui apakah terdapat kesalahan jurnal ataupun kesalahan
klasifikasi akun sehingga dapat dilakukan koreksi atas laporan
keuangan dimaksud.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 12


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab II

11 Setelah BPK menerima laporan keuangan dari Pemda, pemeriksa harus Analisis data
setelah LK
terlebih dahulu melakukan pengujian mengenai ketepatan penjumlahan unaudited
diterima
akun-akun dalam laporan keuangan maupun penjumlahan rinciannya di
CaLK. Penjumlahan rincian di CaLK juga harus dipastikan sesuai
dengan jumlah yang dicantumkan di laporan keuangan. Pengujian juga
meliputi analisis vertikal dan analisis horizontal untuk mengetahui
apakah terdapat kesalahan atau ketidaksinkronan dalam laporan
keuangan sehingga dapat diperoleh pertimbangan untuk dilanjutkan
dengan pengujian substantif. Pengujian tersebut harus
didokumentasikan dalam KKP dan hasilnya dikomunikasikan kepada
pimpinan entitas. Apabila ditemukan kesalahan dalam penjumlahan,
ketidaksesuaian angka laporan keuangan dengan CaLK, dan
ketidaksesuaian lainnya, maka entitas harus melakukan perbaikan
terlebih dahulu sebelum laporan keuangan tersebut diserahkan secara
resmi kepada BPK.
Perlu diingat bahwa pada saat melakukan prosedur analitis, harus
diperoleh keyakinan bahwa seluruh transaksi yang terjadi pada
satu TA tercermin dalam LKPD TA tersebut. Hal tersebut harus
tercermin dalam LRA, Neraca, LAK, LO, Laporan Perubahan SAL,
LPE, dan/atau CaLK.
Misalnya:
Penerimaan di bendahara penerimaan yang belum disetorkan ke Kas
Daerah (Kasda) pada akhir tahun anggaran harus tercermin dalam kas
di bendahara penerimaan pada Neraca per 31 Desember.
Penerimaan utang Pemda harus tercermin dalam penerimaan
pembiayaan pada LRA dan pengakuan utang pada Neraca per 31
Desember.
Adanya pengakuan Utang PFK harus tercermin dalam saldo Kas di
Neraca per 31 Desember dan dijelaskan dalam CaLK.
12 Analisis data dilakukan dengan menguji hubungan antarakun dalam Analisis
vertikal dan
Neraca, LRA, LAK, LO, Laporan Perubahan SAL, dan LPE, baik analisis analisis
horizontal
secara vertikal maupun horizontal.

a) Analisis Vertikal
13 Analisis vertikal dilakukan dengan melihat hubungan akun dalam satu Analisis
vertikal
jenis laporan keuangan saja, misalnya analisis antarakun Neraca saja,
atau antarakun LRA saja, atau antarakun LAK saja, atau antarakun LO
saja. Tujuannya yaitu untuk menentukan keseimbangan dan kebenaran
saldo tiap akun dalam LRA, Neraca, LAK, dan LO. Analisis ini dilakukan
dengan menjaga keseimbangan antarjurnal dalam satu laporan,
sehingga dapat dipastikan bahwa tiap akun dalam laporan keuangan
telah disajikan dengan angka yang benar dan seimbang.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 13


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab II

(1) Analisis Vertikal dalam LRA


14 Analisis vertikal dalam LRA diperlukan untuk memastikan bahwa akun- Analisis
vertikal dalam
akun dalam LRA telah disajikan dengan angka yang benar sesuai LRA
dengan persamaan di bawah ini.
Tabel 2. Analisis Vertikal dalam LRA

Uraian Persamaan
SiLPA tahun berjalan harus sama dengan total SiLPA = Total Pendapatan – Total Belanja
pendapatan dikurangi total belanja dan transfer dan Transfer + Total Penerimaan
ditambah total penerimaan pembiayaan Pembiayaan – Total Pengeluaran
dikurangi dengan total pengeluaran pembiayaan. Pembiayaan

(2) Analisis Vertikal dalam Neraca


15 Analisis vertikal dalam neraca diperlukan untuk memastikan bahwa Analisis
vertikal dalam
akun-akun dalam neraca telah disajikan dengan angka yang benar dan neraca
disajikan secara seimbang untuk akun-akun yang saling berhubungan.

Tabel 3. Analisis Vertikal dalam Neraca

Uraian Persamaan

Aset harus sama dengan total Kewajiban Aset = Kewajiban + Ekuitas


ditambah dengan total Ekuitas.

(3) Analisis Vertikal dalam LAK


16 Analisis vertikal dalam LAK diperlukan untuk memastikan bahwa akun- Analisis
vertikal dalam
akun dalam LAK telah disajikan dengan angka yang benar sesuai LAK
dengan persamaan di bawah ini.
Tabel 4. Analisis Vertikal dalam LAK

Uraian Persamaan

Arus Kas Bersih dari Aktivitas Operasi harus Arus Kas Bersih dari Aktivitas Operasi =
sama dengan Arus Masuk Kas dari Aktivitas Arus Masuk Kas dari Aktivitas Operasi - Arus
Operasi dikurangi Arus Keluar Kas dari Aktivitas Keluar Kas dari Aktivitas Operasi
Operasi.

Arus Kas Bersih dari Aktivitas Investasi harus Arus Kas Bersih dari Aktivitas Investasi =
sama dengan Arus Masuk Kas dari Aktivitas Arus Masuk Kas dari Aktivitas Investasi -
Investasi dikurangi Arus Keluar Kas dari Arus Keluar Kas dari Aktivitas Investasi
Aktivitas Investasi.

Arus Kas Bersih dari Aktivitas Pendanaan harus Arus Kas Bersih dari Aktivitas Pendanaan =
sama dengan Arus Masuk Kas dari Aktivitas Arus Masuk Kas dari Aktivitas Pendanaan -
Pendanaan dikurangi Arus Keluar Kas dari Arus Keluar Kas dari Aktivitas Pendanaan
Aktivitas Pendanaan.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 14


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab II

Uraian Persamaan

Arus Kas Bersih dari Aktivitas Transitoris harus Arus Kas Bersih dari Aktivitas Transitoris =
sama dengan Arus Masuk Kas dari Aktivitas Arus Masuk Kas dari Aktivitas Transitoris -
Transitoris dikurangi Arus Keluar Kas dari Arus Keluar Kas dari Aktivitas Transitoris
Aktivitas Transitoris.

Kenaikan/Penurunan Kas harus sama dengan Kenaikan/Penurunan Kas = Arus Kas


Arus Kas Bersih dari Aktivitas Operasi Bersih dari Aktivitas Operasi + Arus Kas
ditambah Arus Kas Bersih dari Aktivitas Bersih dari Aktivitas Investasi + Arus Kas
Investasi ditambah Arus Kas Bersih dari Bersih dari Aktivitas Pendanaan + Arus Kas
Aktivitas Pendanaan ditambah Arus Kas Bersih Bersih dari Aktivitas Transitoris
dari Aktivitas Transitoris.

Saldo Akhir Kas Tahun Sebelumnya harus Saldo Akhir Kas Tahun Sebelumnya =
sama dengan Saldo Awal Kas. Saldo Awal Kas
Saldo Akhir Kas harus sama dengan Saldo
Awal Kas ditambah Kenaikan (Penurunan) Saldo Akhir Kas = Saldo Awal Kas +
Kas. Kenaikan/(Penurunan) Kas + Koreksi
SILPA tahun sebelumnya + Kas Lainnya di
Bendahara (selain BUD)

[A4]

(4) Analisis Vertikal dalam LO


17 Analisis vertikal dalam LO diperlukan untuk memastikan bahwa akun- Analisis
vertikal dalam
akun dalam LO telah disajikan dengan angka yang benar sesuai dengan LO
persamaan di bawah ini.

Tabel 5. Analisis Vertikal dalam Laporan Operasional

Uraian Persamaan
Surplus/Defisit LO harus sama dengan total Surplus/Defisit LO= Total Pendapatan (LO) -
Pendapatan (LO) dikurangi total Beban (LO) Total Beban (LO) + Surplus/(Defisit) kegiatan
ditambah (dikurangi) total Kegiatan non operasional (LO) + Total Pos Luar Biasa
Nonoperasional (LO) ditambah (dikurangi) Pos (LO)
Luar Biasa (LO)

[A5]

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 15


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab II

Ilustrasi penerapan analisis vertikal dalam LO sebagaimana di bawah


ini.

Gambar 1. Ilustrasi Penerapan Analisis Vertikal dalam LO

(5) Analisis Vertikal dalam Laporan Perubahan SAL


18 Analisis vertikal dalam Laporan Perubahan SAL diperlukan untuk Analisis
vertikal dalam
memastikan bahwa akun-akun dalam Laporan Perubahan SAL telah Laporan
Perubahan
disajikan dengan angka yang benar sesuai dengan persamaan di bawah SAL
ini.

Tabel 6. Analisis Vertikal dalam Laporan Perubahan SAL

Uraian Persamaan
SAL Akhir harus sama dengan SAL Awal SAL Akhir (LP SAL) = SAL Awal (LP SAL) -
dikurangi Penggunaan SAL sebagai Penggunaan SAL (LP SAL) + SiLPA/(SiKPA)
penerimaan pembiayaan tahun berjalan Tahun Berjalan (LP SAL) + Koreksi
ditambah Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Kurang/(Lebih) Kesalahan Pembukuan
Anggaran Tahun Berjalan ditambah Koreksi Tahun Sebelumnya (LP SAL)+ Lain-Lain (LP
Lebih/Kurang Kesalahan Pembukuan Tahun SAL)
Sebelumnya
SAL Awal (LP SAL) = SAL Akhir Tahun
sebelumnya (LP SAL)

(6) Analisis Vertikal dalam LPE


19 Analisis vertikal dalam LPE diperlukan untuk memastikan bahwa akun- Analisis
vertikal dalam
akun dalam LPE telah disajikan dengan angka yang benar sesuai LPE
dengan persamaan di bawah ini.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 16


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab II

Tabel 7. Analisis Vertikal dalam Laporan Perubahan Ekuitas

Uraian Persamaan
Ekuitas akhir harus sama dengan ekuitas awal Ekuitas akhir (LPE) = ekuitas awal (LPE) +
ditambah (dikurangi) surplus/defisit LO surplus/(defisit) LO (LPE) + koreksi
ditambah (dikurangi) koreksi yang terkait ekuitas[A6] (LPE)
dengan ekuitas
• Jika terdapat nilai koreksi yang terkait
dengan ekuitas dalam LPE yang belum
dapat dijelaskan agar dilakukan penelusuran
dan menjadi fokus pemeriksaan. Apabila
tidak dapat dijelaskan sampai dengan
berakhirnya pemeriksaan agar diungkapkan
dalam TP.

b) Analisis Horizontal
20 Analisis horizontal dilakukan dengan melihat hubungan antar akun Analisis
horizontal
dalam unsur laporan keuangan yang berbeda, misalnya akun LRA
dengan akun neraca, akun LRA dengan akun LAK, akun LO dengan
LPE dan Neraca, ataupun kesesuaian dengan nilai yang disajikan
dalam LAK dan apakah sudah cukup diungkapkan dalam CaLK. Tujuan
dilakukan analisis horizontal adalah untuk menentukan keseimbangan
dan kebenaran saldo tiap akun dalam Neraca, LRA, LAK, LO, Laporan
Perubahan SAL, LPE, serta kecukupan pengungkapan dalam CaLK.

(1) Analisis Horizontal antara LRA dan Neraca


21 Analisis horizontal antara LRA dan Neraca diperlukan untuk Analisis
horizontal
memastikan bahwa akun-akun yang ada di LRA yang berhubungan antara LRA
dan neraca
dengan akun-akun di Neraca telah disajikan secara benar dan sesuai.

Tabel 8. Analisis Horizontal antara LRA dan Neraca

Uraian Persamaan

SiLPA di LRA harus sama dengan Kas di SiLPA (LRA) = Kas di Kas Daerah + Kas di
Kas Daerah ditambah Kas di Bendahara Bendahara Pengeluaran + Kas di Bendahara
Pengeluaran ditambah Kas di Bendahara Penerimaan + Setara Kas + Saldo kas di
Penerimaan ditambah Setara Kas ditambah Bendahara yang berasal dari transaksi yang
dengan Saldo kas di Bendahara yang disahkan melalui mekanisme SP3B – Utang PFK
berasal dari transaksi yang disahkan (Neraca)
melalui mekanisme SP3B dikurangi dengan
Utang PFK di neraca. • Jika terdapat selisih agar dilakukan penelusuran
dan menjadi fokus pemeriksaan. Apabila selisih
tersebut tidak dapat dijelaskan sampai dengan
berakhirnya pemeriksaan agar diungkapkan
dalam TP

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 17


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab II

Uraian Persamaan

Penerimaan (Pengeluaran) Pembiayaan Penerimaan (Pengeluaran) Pembiayaan Pinjaman


Pinjaman Jangka Panjang harus sama Jangka Panjang (LRA) Tahun 200x = Utang
dengan Utang Jangka Panjang ditambah Jangka Panjang + Bagian Lancar Utang Jangka
Bagian Lancar Utang Jangka Panjang tahun Panjang Tahun 200x – Utang Jangka Panjang
berjalan dikurangi Utang Jangka Panjang Tahun 200x-1 – Bagian Lancar Utang Jangka
tahun sebelumnya dikurangi Bagian Lancar Panjang tahun 200x-1
Utang Jangka Panjang tahun sebelumnya

(2) Analisis Horizontal antara LRA dan LAK


22 Analisis horizontal antara LRA dan LAK diperlukan untuk memastikan Analisis
horizontal
bahwa akun-akun yang ada di LRA yang berhubungan dengan akun- antara LRA
dan LAK
akun di LAK telah disajikan secara benar dan sesuai.

Tabel 9. Analisis Horizontal antara LRA dan LAK

Uraian Persamaan

Arus Kas Masuk dari Aktivitas Operasi (LAK) Arus Kas Masuk Dari Aktivitas Operasi
harus sama dengan Total Pendapatan Daerah (LAK) = Total Pendapatan Daerah (LRA) –
(LRA) dikurangi Pendapatan Asli Daerah Pendapatan Asli Daerah Lainnya yang
Lainnya yang berasal dari Penjualan Aset Berasal dari Penjualan Aset Tetap dan Aset
Tetap dan Aset Lainnya Lainnya (LRA)

Arus Kas Keluar dari Aktivitas Operasi harus Arus Kas Keluar Dari Aktivitas Operasi =
sama dengan Belanja Operasi ditambah Belanja Operasi + Belanja Tak Terduga (di
Belanja Tak Terduga (di LRA) dan Belanja LRA) + Belanja Transfer (di LRA)
Transfer (di LRA)
Arus Kas Masuk dari Aktivitas Investasi (LAK) Arus Kas Masuk Dari Aktivitas Investasi
harus sama dengan Pencairan Dana (LAK) = Pencairan Dana Cadangan +
Cadangan ditambah Pendapatan Asli Daerah Pendapatan Asli Daerah yang berasal dari
yang berasal dari penjualan Aset Tetap dan Penjualan Aset Tetap dan Aset Lainnya
Aset Lainnya (di LRA) ditambah Pencairan (LRA) + Hasil Penjualan Kekayaan Daerah
Dana Cadangan Hasil Penjualan Kekayaan yang Dipisahkan + Penerimaan Penjualan
Daerah yang Dipisahkan dan ditambah Investasi Nonpermanen
Penerimaan Penjualan Investasi Nonpermanen

Arus Kas Keluar dari aktivitas Investasi (LAK) Arus Kas Keluar Dari Aktivitas Investasi
harus sama dengan Belanja Modal (di LRA) (LAK) = Belanja Modal (di LRA) +
ditambah Pembiayaan Pengeluaran Pembiayaan Pengeluaran Penyertaan
Penyertaan Modal Pemda dan ditambah Modal Pemda + Pembiayaan Pengeluaran
Pembiayaan Pengeluaran Pembelian Investasi Pembelian Investasi Nonpermanen
Nonpermanen

Arus Kas Masuk dari aktivitas Pendanaan Arus Kas Masuk Dari Aktivitas Pendanaan
(LAK) harus sama dengan Penerimaan (LAK) = Penerimaan Pendanaan Di LRA
Pendanaan di LRA (selain penggunaan SiLPA). (Selain Penggunaan SiLPA)

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 18


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab II

Uraian Persamaan

Arus Kas Keluar dari aktivitas Pendanaan Arus Kas Keluar Dari Aktivitas Pendanaan
(LAK) harus sama dengan Pengeluaran (LAK) = Pengeluaran Pendanaan di LRA
Pendanaan di LRA.

Catatan : Jika terdapat selisih agar dilakukan penelusuran dan menjadi fokus
pemeriksaan. Apabila selisih tersebut tidak dapat dijelaskan sampai dengan berakhirnya
pemeriksaan agar diungkapkan dalam TP.

(3) Analisis Horizontal antara Neraca dan LAK


23 Analisis horizontal antara Neraca dan LAK diperlukan untuk Analisis
horizontal
memastikan bahwa akun-akun yang ada di Neraca yang antara neraca
dan LAK
berhubungan dengan akun-akun di LAK telah disajikan secara benar
dan sesuai.

Tabel 10. Analisis Horizontal antara Neraca dan LAK

Uraian Persamaan

Saldo akhir Kas tahun lalu (LAK) harus sama Saldo Akhir Kas Tahun Lalu (LAK) = Saldo
dengan saldo awal Kas tahun berjalan (LAK), awal Kas Tahun Berjalan (LAK) = Saldo Akhir
saldo akhir Kas di neraca tahun lalu, dan Kas Tahun lalu (Neraca) = Saldo Awal Kas
saldo awal Kas di neraca tahun berjalan. Tahun Berjalan (Neraca)
Apabila terdapat selisih harus diungkapkan
dalam CaLK

Saldo akhir kas di neraca tahun berjalan harus Saldo Akhir Kas Tahun Berjalan (Neraca) =
sama dengan saldo akhir Kas di LAK tahun Saldo Akhir Kas Tahun Berjalan (LAK) =
berjalan. Silpa (LRA) - Utang PFK Tahun Berjalan.

Saldo Utang PFK di neraca tahun berjalan Saldo Utang PFK per 31 desember 200x
harus sama dengan saldo Utang PFK di neraca (Neraca) = Saldo Utang PFK Tahun per 31
tahun sebelumnya ditambah Penerimaan PFK desember 200x-1 (Neraca) + Penerimaan PFK
tahun berjalan dikurangi Pengeluaran PFK Tahun 200x – Pengeluaran PFK Tahun 200x
tahun berjalan di LAK. (LAK)

Catatan :
a. Jika terdapat selisih agar dilakukan penelusuran dan menjadi fokus pemeriksaan.
Apabila selisih tersebut tidak dapat dijelaskan sampai dengan berakhirnya
pemeriksaan agar diungkapkan dalam TP.
b. Bahwa nilai saldo penerimaan dan pengeluaran PFK pada LAK harus merupakan
nilai saldo hasil kosolidasian antara BUD dan Bendahara Pengeluaran (wajib pungut
PFK).

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 19


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab II

(4) Analisis Horizontal antara LRA dan Laporan Perubahan SAL


24 Analisis horizontal antara LRA dan Laporan Perubahan SAL diperlukan Analisis
horizontal
untuk mengetahui kesinambungan antar LRA dan Laporan Perubahan antara LRA
dan Laporan
SAL serta memastikan bahwa akun-akun yang ada di LRA yang Perubahan
berhubungan dengan akun-akun di Laporan Perubahan SAL telah SAL
disajikan secara benar dan sesuai.

Tabel 11. Analisis Horizontal antara LRA dan Laporan Perubahan SAL

Uraian Persamaan

SilPA di LRA harus sama dengan Saldo SiLPA pada LRA = Saldo Anggaran Lebih
Anggaran Lebih (SAL) akhir pada Laporan (SAL) Akhir pada Laporan Perubahan SAL
Perubahan SAL

SiLPA Tahun Sebelumnya pada LRA harus SiLPA Tahun 200x-1 (LRA) = SilPA Tahun
sama dengan Penggunaan SiLPA 200x-1 (LP SAL) = Saldo Awal Tahun 200x
ditambah/(dikurangi) koreksi SiLPA pada (LP SAL)
Laporan Perubahan SAL harus sama dengan
Penggunaan SiLPA tahun sebelumnya pada SiLPA Tahun 200x-1 (LRA) = Anggaran
LRA harus sama dengan Saldo Anggaran Lebih Penggunaan SAL sebagai Penerimaan
(SAL) Awal pada Laporan Perubahan SAL Pembiayaan Tahun 200x (LRA) = Saldo
penggunaan SAL Tahun 200x (LP SAL).

Catatan : Jika terdapat selisih agar dilakukan penelusuran dan menjadi fokus
pemeriksaan. Apabila selisih tersebut tidak dapat dijelaskan sampai dengan berakhirnya
pemeriksaan agar diungkapkan dalam TP.

Ilustrasi penerapan analisis horizontal antara LRA dan Laporan Perubahan SAL
sebagaimana di bawah ini.

Gambar 2. Ilustrasi Penerapan Analisis Horizontal antara LRA dan Laporan


Perubahan SAL

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 20


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab II

(5) Analisis Horizontal antara LO, LPE, dan Neraca


25 Analisis horizontal antara LO, LPE, dan Neraca diperlukan untuk Analisis
horizontal
mengetahui kesinambungan antar LO, LPE, dan Neraca serta antara LO,
LPE, dan
memastikan bahwa akun-akun yang ada di LO yang berhubungan neraca
dengan akun-akun di LPE dan Neraca telah disajikan secara benar
dan sesuai.

Tabel 12. Analisis Horizontal antara LO, LPE, dan Neraca

Uraian Persamaan

Ekuitas Awal pada LPE harus sama dengan Ekuitas Awal (LPE) = Ekuitas Tahun
Ekuitas Akhir pada Neraca Tahun Sebelumnya Sebelumnya (Neraca)
Surplus/Defisit pada LO harus sama dengan Surplus/Defisit (LO) = Surplus/Defisit (LPE)
Surplus/Defisit pada LPE
Ekuitas akhir pada LPE harus sama dengan Ekuitas akhir (LPE) = Ekuitas (Neraca)
Ekuitas pada Neraca

Ilustrasi penerapan analisis horizontal antara LO, LPE, dan Neraca sebagai
berikut.

Gambar 3. Ilustrasi Penerapan Analisis Horizontal antara LO, Laporan Perubahan


Ekuitas, dan Neraca

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 21


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab II

(6) Analisis horizontal antara LO, LRA, dan Neraca


26 Analisis horizontal antara LO, LRA, dan Neraca diperlukan untuk Analisis
horizontal
memastikan bahwa akun-akun yang ada di LO yang berhubungan antara LO,
LRA, dan
dengan akun-akun di LRA dan Neraca telah disajikan secara benar dan neraca
sesuai.

Tabel 13. Analisis Horizontal antara LO, LRA, dan Neraca

Uraian Persamaan

Pendapatan Pajak (LO) harus sama dengan Pendapatan Pajak (LO) = Pendapatan Pajak
Pendapatan Pajak (LRA) dikurangi Piutang (LRA) - Saldo Piutang Pajak Awal Tahun +
Pajak Awal Tahun ditambah Piutang Pajak Saldo Piutang Pajak Akhir Tahun
Akhir Tahun

Pendapatan Retribusi (LO) harus sama dengan Pendapatan Retribusi (LO) = Pendapatan
Pendapatan Retribusi (LRA) dikurangi Piutang Retribusi (LRA) – Saldo Piutang Retribusi
Retribusi Awal Tahun ditambah Piutang Awal Tahun + Saldo Piutang Retribusi Akhir
Retribusi Akhir Tahun dikurangi Pendapatan Tahun – Saldo Pendapatan Retribusi yang
Retribusi yang Diterima Dimuka pada Neraca Diterima Dimuka Tahun Akhir (Neraca) +
ditambah dengan Saldo Awal Pendapatan Saldo Awal Pendapatan Retribusi Diterima di
Retribusi Diterima di Muka pada Neraca Muka (Neraca)

Pendapatan Bagi Hasil Pajak (LO) harus sama Pendapatan Bagi Hasil Pajak (LO) =
dengan Pendapatan Bagi Hasil Pajak (LRA) Pendapatan Bagi Hasil Pajak (LRA) – Saldo
dikurangi Piutang Bagi Hasil Pajak Awal Tahun Piutang Bagi Hasil Pajak Awal Tahun +
ditambah Piutang Bagi Hasil Pajak Akhir Tahun Saldo Piutang Bagi Hasil Pajak Akhir Tahun
dikurangi Pendapatan Bagi Hasil Pajak yang – Saldo Pendapatan Bagi Hasil Pajak
Diterima Dimuka (Neraca) ditambah dengan Diterima Dimuka Akhir (Neraca) + Saldo
Saldo Awal Pendapatan Bagi Hasil Pajak Awal Pendapatan Bagi Hasil Pajak Diterima
Diterima di Muka pada Neraca di Muka (Neraca)

Beban Persediaan pada LO harus sama Beban Persediaan (LO) = Belanja Barang
dengan Belanja Barang dan Jasa yang dan Jasa yang Menghasilkan Persediaan
Menghasilkan Persediaan pada LRA ditambah (LRA) + Saldo Persediaan Awal Tahun –
Persediaan Awal Tahun dikurangi Saldo Saldo Persediaan Akhir Tahun (Neraca) +/-
Persediaan Akhir Tahun (Neraca) Lebih/Kurang mutasi persediaan non APBD
mutasi persediaan non APBD

Beban Penyusutan (LO) harus sama dengan Beban Penyusutan (LO) = Akumulasi
Akumulasi Penyusutan Akhir Tahun dikurangi Penyusutan Akhir Tahun – Akumulasi
Akumulasi Penyusutan Awal Tahun Penyusutan Awal Tahun

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 22


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab II

Ilustrasi penerapan analisis horizontal antara antara LO, LRA, dan


Neraca sebagai berikut.

Gambar 4. Ilustrasi Penerapan Analisis Horizontal antara LO, LRA, dan Neraca

Ilustrasi lebih rinci penggunaan prosedur analitis dengan teknik


analisis data sebagaimana tercantum dalam Lampiran II yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Keputusan ini.

2. Teknik Prediktif
27 Teknik prediktif bisa dilakukan dengan membandingkan realisasi dan Teknik
prediktif
anggaran akun-akun di laporan realisasi anggaran. Perbedaan
signifikan yang terjadi bisa menjadi indikasi permasalahan yang
seharusnya diungkapkan pada CaLK.
28 Selain itu, teknik prediktif dapat juga dilakukan dengan menghitung Contoh teknik
prediktif
jumlah tertentu dan membandingkan dengan catatan-catatan atau
rumusan lain untuk mengetahui adanya indikasi permasalahan yang
akan diuji lebih lanjut dalam pengujian substantif. Contoh teknik
prediktif adalah memprediksi (memperkirakan) belanja pemeliharaan
kendaraan dinas tahun berjalan, dengan melihat data dan jumlah
kendaraan tahun-tahun sebelumnya. Misalnya, pada TA 2017 terdapat
penambahan 40 (empat puluh) unit kendaraan dinas operasional roda
empat dari pembelian. Penambahan tersebut dapat diperkirakan akan

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 23


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab II

berdampak pada penambahan biaya pemeliharaan kendaraan dinas


tahun TA 2018. Jika diketahui paket biaya pemeliharaan per kendaraan
roda empat dengan kondisi baru adalah Rp10.000.000,00/tahun, maka
Pemeriksa dapat memprediksi adanya kenaikan anggaran belanja
pemeliharaan sebesar Rp400.000.000,00 pada TA 2018. Jika kenaikan
anggaran dan realisasinya ternyata melebihi Rp400.000.000,00 secara
signifikan, Pemeriksa dapat melakukan langkah pemeriksaan lebih
mendalam atas belanja tersebut.

3. Analisis Rasio dan Tren


29 Analisis rasio dan tren merupakan kegiatan untuk menganalisis data Analisis rasio
dan tren
keuangan dan/atau nonkeuangan dalam periode tertentu untuk
mengetahui perubahan signifikan dalam realisasi anggaran dan posisi
keuangan. Contoh analisis rasio dan tren adalah membandingkan
belanja tertentu dengan belanja lain atau belanja tertentu tahun
sebelumnya.

c) Analisis Rasio
30 Analisis rasio dilakukan dengan menguji hubungan antarakun di dalam Contoh rasio
keuangan
laporan keuangan. Beberapa rasio keuangan yang dapat digunakan
untuk mengukur akuntabilitas Pemda yaitu.
a. Rasio Kemandirian Keuangan (RKK)
Rasio ini menunjukkan kemampuan Pemda dalam membiayai sendiri
kegiatan pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan kepada
masyarakat, yang diformulasikan sebagai berikut.
Pendapatan Asli Daerah (PAD)
RKK=
Bantuan Keuangan dari Pemerintah Pusat/Provinsi dan Pinjaman

Berdasarkan formula di atas dapat diketahui sejauh mana


ketergantungan Pemda terhadap sumber dana ekstern. Semakin
tinggi rasio ini berarti tingkat ketergantungan daerah terhadap
sumber pendanaan dari pihak ekstern (terutama pemerintah pusat
dan provinsi) semakin rendah, demikian pula sebaliknya. Rasio ini
juga menggambarkan tingkat partisipasi masyarakat dalam
pembangunan daerah. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin tinggi
partisipasi masyarakat dalam membayar pajak dan retribusi daerah
yang merupakan komponen dari PAD.
b. Rasio Efisiensi (RE)
Rasio ini menggambarkan perbandingan antara besarnya biaya yang
dikeluarkan untuk memperoleh PAD dengan realisasi PAD yang
diterima, yang diformulasikan sebagai berikut.

Realisasi Biaya dikeluarkan untuk memperoleh PAD


RE = ×100%
Realisasi Penerimaan PAD

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 24


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab II

Dengan rasio tersebut diketahui kesesuaian nilai realisasi biaya


pemungutan PAD dengan ketentuan serta apakah terdapat indikasi
pemborosan dalam pengeluaran biaya pemungutan PAD.
31 Selain itu, untuk menilai alokasi dana yang dilakukan Pemda digunakan
rasio belanja langsung terhadap total belanja dan rasio belanja tidak
langsung terhadap total belanja. Dengan rasio ini dapat diketahui
apakah dana pemda sebagian besar digunakan untuk pembangunan
yang akan memberi manfaat jangka panjang bagi masyarakat atau
untuk belanja habis pakai seperti belanja pegawai.

d) Analisis Tren
32 Analisis tren adalah analisis yang dilakukan dengan membandingkan Pengertian
analisis tren
akun yang sama untuk periode lebih dari dua tahun sehingga diperoleh
gambaran mengenai kecenderungan dari suatu akun dalam LKPD.
Analisis kecenderungan ini umumnya digunakan dalam membuat
prediksi keuangan. Misalnya prediksi pencapaian pajak daerah pada
tahun yang diperiksa berdasarkan data atau informasi
kecenderungan pencapaian pajak daerah beberapa periode yang lalu.
33 Analisis tren tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan tabel, Mekanisme
analisis tren
perhitungan matematis dalam persentase ataupun diagram untuk
mengetahui kecenderungan dari akun-akun dalam Neraca dan LRA.
34 Analisis tren mengidentifikasi pola-pola dari kecenderungan (perubahan-
perubahan yang terjadi dalam beberapa periode yang telah lalu)
sebagai dasar dari evaluasi dan prediksi keadaan atau perubahan di
masa sekarang.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 25


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab III

BAB III
PEMAHAMAN DAN PENILAIAN RISIKO
SPKN PSP 200 Standar Pelaksanaan
• Para. 8d: Risiko pemeriksaan adalah risiko terjadinya kemungkinan bahwa
temuan, kesimpulan, dan/atau rekomendasi Pemeriksa tidak benar atau tidak
lengkap, sebagai akibat dari faktor-faktor seperti bukti yang tidak cukup
dan/atau tidak tepat, prosedur pemeriksaan yang tidak memadai, atau kelalaian
yang disengaja maupun informasi yang menyesatkan.
• Para. 14: Pemeriksa harus memperoleh pemahaman atas entitas dan/atau hal
pokok/informasi hal pokok yang diperiksa yang diperlukan untuk
mengidentifikasi permasalahan, menentukan materialitas, risiko, jenis dan
sumber bukti, serta auditabilitas.
• Para. 16: Pemeriksa harus menilai dan merespons risiko pemeriksaan dengan
menggunakan pertimbangan profesional.
• Para. 17: Pemeriksa harus mengidentifikasi dan mengukur risiko material
sebagai akibat dari kecurangan.
• Para. 18: Pemeriksa harus memutakhirkan penilaian dan respons terhadap
risiko tersebut sepanjang proses pemeriksaan dengan menggunakan
pertimbangan profesional.

SPAP SA 315 Pengidentifikasian dan Penilaian Risiko Kesalahan Penyajian


Material Melalui Pemahaman Atas Entitas dan Lingkungannya
• Para. 5: Auditor harus melaksanakan prosedur penilaian risiko untuk
menyediakan suatu dasar bagi pengidentifikasian dan penilaian risiko
kesalahan penyajian material pada tingkat laporan keuangan dan asersi.
Namun, prosedur penilaian risiko semata tidak menyediakan bukti audit yang
cukup dan tepat sebagai dasar opini audit.

SPAP SA 330 Respons Auditor Terhadap Risiko yang Telah Dinilai


• Para. 5: Auditor harus merancang dan mengimplementasikan respons
keseluruhan untuk menanggapi risiko kesalahan penyajian material yang telah
dinilai pada tingkat laporan keuangan.
• Para. 6: Auditor harus merancang dan mengimplementasikan prosedur audit
lebih lanjut yang sifat, saat, dan luasnya didasarkan pada dan merupakan
respons terhadap risiko kesalahan penyajian material yang telah dinilai pada
tingkat asersi.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 26


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab III

Gambaran Umum

01 Pemeriksaan Berbasis Risiko (Risk Based Audit/RBA) digunakan di Pemeriksaan


Berbasis
BPK dalam pelaksanaan pemeriksaan keuangan termasuk Risiko (Risk
Based Audit
Pemeriksaan LKPD. Penggunaan pendekatan ini sangat penting di /RBA)
BPK, mengingat keterbatasan waktu pemeriksaan dan jumlah
Pemeriksa. Dengan RBA, BPK Perwakilan dapat lebih memaksimalkan
sumber daya yang ada dalam Pemeriksaan LKPD dengan tetap
mematuhi ketentuan peraturan perundang-undangan. Tim Pemeriksa
nantinya dapat menentukan strategi pemeriksaan dengan
memfokuskan prosedur pemeriksaan yang lebih lengkap terhadap
suatu area (akun atau siklus) berisiko tinggi, sementara itu untuk area
(akun atau siklus) berisiko rendah hanya digunakan prosedur
pemeriksaan sederhana seperti ”memeriksa kebenaran mutasi”.
02 Dalam pemeriksaan keuangan, kita mengenal ada 4 (empat) jenis risiko Risiko
Pemeriksaan
yaitu sebagai berikut. (Audit Risk
(AR))
a. Risiko Pemeriksaan (Audit Risk/AR)
Risiko pemeriksaan adalah risiko yang timbul karena Pemeriksa,
tanpa disadari, tidak memodifikasi opininya sebagaimana mestinya
atas suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji material.
Dalam mempertimbangkan Risiko Pemeriksaan atas Laporan
Keuangan (LK) secara keseluruhan, Pemeriksa harus
mempertimbangkan risiko salah saji material (Risk of Material
Misstatement/RoMM) yang berpotensi mempengaruhi asersi.
Pemeriksa juga harus mempertimbangkan risiko pada tingkat
individual saldo akun dan kelas transaksi, serta atas penyajian dan
pengungkapan (presentation and disclosure).
Risiko pemeriksaan pada tingkat individual saldo akun, kelas
transaksi, serta penyajian dan pengungkapan, meliputi:
1) Risiko Bawaan (Inherent Risk/IR) dan Risiko Pengendalian
(Control Risk/CR) atau disebut risiko salah saji material (RoMM)
merupakan risiko yang terkait asersi atas saldo akun, kelas
transaksi, atau penyajian dan pengungkapan, yang mungkin
mengandung salah saji material terhadap laporan keuangan
ketika digabungkan dengan salah saji pada saldo, kelas
transaksi, atau pengungkapan yang lain.
2) Risiko Deteksi (Detection Risk/DR) yaitu risiko bahwa pemeriksa
tidak mampu mendeteksi salah saji.
b. Risiko Bawaan Risiko Bawaan

Risiko bawaan adalah kerentanan suatu saldo akun atau golongan


transaksi terhadap suatu salah saji material, dengan asumsi bahwa
tidak terdapat pengendalian yang terkait.
Setiap saldo akun atau kelas transaksi memiliki Risiko Bawaan
yang berbeda-beda.
Risiko bawaan diidentifikasi pada tingkat akun. Risiko bawaan dapat

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 27


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab III

terjadi pada keseluruhan akun atau akun-akun tertentu dalam


laporan keuangan. Pemeriksa dapat mengidentifikasi risiko bawaan
melalui pemahaman atas entitas pemeriksaan. Hasil pemahaman
entitas akan dapat mengidentifikasi risiko bisnis (yang dituangkan
dalam Business Risk Matrix/BRM) serta risiko kecurangan (yang
dituangkan dalam Fraud Risk Assesment Matrix/FRAM). Dalam
mengidentifikasi risiko bawaan, Pemeriksa mempertimbangkan
faktor-faktor risiko bawaan, BRM, dan FRAM.
BRM menghimpun seluruh kondisi atau peristiwa yang berisiko
secara signifikan pada entitas yang diperiksa, yang dapat
mengakibatkan entitas yang diperiksa tersebut gagal dalam
mencapai tujuannya. Risiko kegagalan tersebut juga dapat
berpengaruh kepada keandalan laporan keuangan, efisiensi dan
efektivitas, serta kepatuhan terhadap peraturan perundang-
undangan. Contoh Format BRM merujuk pada Keputusan Badan
Pemeriksa Keuangan Nomor 3/K/I-XIII.2/4/2017 tentang
Petunjuk Teknis Penilaian Risiko Pemeriksaan Keuangan, yang
selanjutnya disebut Juknis Penilaian Risiko Pemeriksaan
Keuangan.
FRAM berfungsi untuk mengidentifikasi dan mendeteksi adanya
risiko kecurangan pada entitas yang diperiksa yang berpotensi
mengakibatkan salah saji dalam laporan keuangan. Pada setiap
hasil identifikasi Fraud Risk, Pemeriksa menganalisis jenis
kecurangannya, klasifikasinya, dampak dan kemungkinan
terjadinya, faktor penyebabnya, prosedur alternatif tambahan untuk
meyakinkan bahwa kecurangan dapat dideteksi serta matriks dan
akun yang terkait. Contoh Format FRAM merujuk pada Juknis
Penilaian Risiko Pemeriksaan Keuangan.
Identifikasi risiko pada matriks BRM dan FRAM harus
dipertimbangkan untuk penilaian risiko, penentuan materialitas, dan
penyusunan prosedur pemeriksaan.
c. Risiko Pengendalian Risiko
Pengendalian
Risiko pengendalian adalah risiko bahwa suatu salah saji material
yang terjadi dalam suatu asersi tidak dapat dicegah, dideteksi
dan dikoreksi secara tepat waktu oleh pengendalian internal entitas
yang diperiksa.
Risiko ini merupakan fungsi atas efektivitas desain, implementasi
dan pemeliharaan pengendalian intern oleh pimpinan entitas yang
diperiksa. Risiko pengendalian dimaksudkan untuk
mengidentifikasi risiko yang menghambat pencapaian tujuan
entitas yang diperiksa, yang relevan dengan penyusunan laporan
keuangan. Risiko pengendalian hanya dapat dikurangi, tidak dapat
dihilangkan karena adanya keterbatasan bawaan dalam setiap
pengendalian intern.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 28


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab III

Untuk menilai risiko pengendalian dengan tepat, Pemeriksa harus


memahami pengendalian intern entitas yang diperiksa dan
melakukan pengujian pengendalian untuk menilai efektivitas.
Pemeriksa menilai keseluruhan tingkat risiko pengendalian untuk
setiap siklus transaksi.
d. Risiko Deteksi Risiko Deteksi

Risiko deteksi adalah risiko bahwa Pemeriksa tidak dapat


mendeteksi salah saji material yang terdapat dalam suatu asersi.
Risiko deteksi merupakan fungsi efektivitas prosedur pemeriksaan
dan penerapannya oleh Pemeriksa. Risiko ini timbul karena
ketidakpastian yang ada pada saat Pemeriksa tidak memeriksa
100% saldo akun atau golongan transaksi, dan sebagian lagi
karena ketidakpastian lain yang ada (antara lain kesalahan dalam
pengambilan sampel dan pemilihan prosedur pemeriksaan),
walaupun saldo akun atau golongan transaksi tersebut diperiksa
100%.
Model risiko deteksi dapat diformulasikan seperti berikut.

DR = AR / (IR X CR)

Ket:
AR : Risiko Pemeriksaan
IR : Risiko Bawaan
CR : Risiko Pengendalian
DR : Risiko Deteksi

Selain keempat jenis risiko tersebut, Pemeriksa harus mewaspadai


adanya risiko kecurangan (fraud risk). Pemeriksa harus menilai
risiko salah saji material yang mungkin timbul karena kecurangan
dari informasi dalam laporan keuangan atau data keuangan lain
yang secara signifikan terkait dengan tujuan pemeriksaan.
Pemeriksa dapat menggunakan FRAM sebagai alat bantu
mengidentifikasi adanya risiko kecurangan.
Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) mensyaratkan
bahwa dalam merencanakan pemeriksaaan, Pemeriksa harus
mempertimbangkan risiko terjadinya kecurangan (fraud) yang
secara signifikan dapat memengaruhi tujuan pemeriksaan.
Pemeriksa harus mengidentifikasi faktor risiko kecurangan dan
menilai risiko adanya ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan
perundang-undangan yang disebabkan oleh kecurangan dan/atau
ketidakpatutan. Risiko tersebut harus dianggap sebagai risiko
signifikan dan Pemeriksa harus memperoleh pemahaman tentang
pengendalian yang terkait dengan risiko tersebut.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 29


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab III

Dalam rangka menentukan strategi pemeriksaan, Pemeriksa harus


menentukan risiko pemeriksaan, risiko bawaan, dan risiko
pengendalian yang hubungannya dapat digambarkan sebagai
berikut.

Gambar 5. Hubungan Risiko Pemeriksaan, Risiko Bawaan, dan


Risiko Pengendalian

03 Berkaitan dengan pemahaman dan penilaian risiko, Pemeriksa harus Standar Audit
terkait
memperhatikan ketentuan-ketentuan dalam:
a. SPAP SA 315 tentang Pengidentifikasian dan Penilaian Risiko
Kesalahan Penyajian Material Melalui Pemahaman Atas Entitas dan
Lingkungannya.
b. SPAP SA 330 tentang Respon Auditor Terhadap Risiko yang Telah
Dinilai.

Penilaian Risiko

04 Penilaian risiko merupakan prosedur terakhir dari tahap perencanaan Penilaian


Risiko
sebelum penyusunan program pemeriksaan terinci. Namun hasil dari
penilaian risiko ini akan terus disesuaikan dengan kondisi yang ditemui
Tim Pemeriksa di lapangan. Besaran risiko ini juga akan
dipertimbangkan pada saat pengambilan opini atas laporan keuangan.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 30


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab III

05 Tahapan penilaian risiko sebagai berikut. Tahapan


Penilaian
Risiko
a. menentukan tingkat Risiko Pemeriksaan;
b. mengidentifikasi dan menilai Risiko Bawaan untuk masing-masing
akun;
c. mengidentifikasi dan menilai Risiko Pengendalian untuk masing-
masing akun;
d. menetapkan Risiko Deteksi; dan
e. menentukan strategi pemeriksaan dan membuat link risiko yang
teridentifikasi ke program pemeriksaan.
06 Penjelasan masing-masing tahap penilaian risiko adalah sebagai Menentukan
Tingkat Risiko
berikut. Pemeriksaan

a. Menentukan Tingkat Risiko Pemeriksaan


Pemeriksa dapat menetapkan Risiko Pemeriksaan melalui
pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan kualitatif dengan
menetapkan Risiko Pemeriksaan dilakukan dalam 3 (tiga) kategori
yaitu:
1) tingkat risiko pemeriksaan rendah;
2) tingkat risiko pemeriksaan sedang; dan
3) tingkat risiko pemeriksaan tinggi.
Sedangkan penilaian Risiko Pemeriksaan dengan pendekatan
kuantitatif dilakukan dengan merujuk pada pedoman penilaian
risiko ASOSAI, khususnya untuk entitas sektor publik. Pedoman
tersebut mengklasifikasikan Risiko Pemeriksaan dalam 3 (tiga)
tingkat risiko berdasarkan ciri-ciri entitas yang diperiksa yaitu:
1) Tingkat Risiko Pemeriksaan sebesar 5% (lima persen), artinya
tingkat keyakinan Pemeriksa atas opininya sebesar 95%
(sembilan puluh lima persen) (AR = 1 - tingkat keyakinan).
Tingkat ini berlaku untuk entitas pada umumnya atau sebagian
besar entitas yang diperiksa.
2) Tingkat Risiko Pemeriksaan sebesar 3% (tiga persen), artinya
tingkat keyakinan Pemeriksa atas opininya sebesar 97%
(sembilan puluh tujuh persen). Tingkat ini dinilai cukup memadai
untuk beberapa entitas yang sangat sensitif atau berisiko tinggi.
3) Tingkat Risiko Pemeriksaan sebesar 1% (satu persen), artinya
tingkat keyakinan Pemeriksa atas opininya sampai 99%
(sembilan puluh sembilan persen). Tingkat ini berlaku bagi
beberapa entitas dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a) entitas tersebut mempunyai pengguna eksternal yang sangat
ekstensif perhatiannya terhadap laporan keuangan entitas
tersebut; dan/atau
b) entitas tersebut cukup rentan akan terjadinya salah saji
material dan adanya harapan yang tinggi dari pengguna
laporan keuangan atas kewajaran laporan keuangan entitas

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 31


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab III

tersebut sehingga Pemeriksa membutuhkan tingkat


keyakinan yang sangat tinggi.
Pemeriksa harus menentukan Risiko Pemeriksaan berdasarkan
identifikasi kondisi entitas yang diperiksa dan juga informasi
penting lainnya yang berkaitan. Pemeriksa juga perlu
mempertimbangkan harapan penugasan atas entitas yang
diperiksa apalagi jika entitas tersebut mempunyai stakeholders
yang luas.
Oleh karena entitas pemeriksaan LKPD merupakan sektor publik
dengan ketentuan pengelolaan (proses bisnis) yang sama untuk
semua entitas, maka BPK menetapkan nilai Risiko Pemeriksaan
yang sama untuk semua entitas pemeriksaan LKPD yaitu
sebesar 5% (lima persen).
b. Mengidentifikasi dan Menilai Risiko Bawaan untuk Masing- Meng-
identifikasi dan
masing Akun menilai risiko
bawaan untuk
masing-
Dalam penentuan Risiko Bawaan, Pemeriksa dapat masing akun
mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi Risiko
Bawaan sebagaimana diuraikan dalam Juknis Penilaian Risiko
Pemeriksaan Keuangan. Faktor-faktor tersebut meliputi:
1) sifat bisnis/industri entitas yang diperiksa;
2) hasil pemeriksaan sebelumnya;
3) integritas personel kunci;
4) frekuensi penugasan pemeriksaan pada entitas yang
diperiksa;
5) hubungan dengan pihak-pihak istimewa;
6) jenis-jenis transaksi (rutin/nonrutin) dan tingkat
kompleksitasnya;
7) pertimbangan yang diperlukan untuk mencatat saldo akun
dengan tepat;
8) tingkat kerentanan terhadap pencurian/penyalahgunaan aset;
dan
9) tingkat salah saji dikarenakan adanya kecurangan terhadap
laporan keuangan.

Pada umumnya, kondisi/lingkungan entitas pemeriksaan seluruh


BPK Perwakilan, yakni Pemda adalah sama, sehingga dapat
dipertimbangkan risiko bawaan atas akun-akun yang sama
dalam seluruh entitas pemeriksaan adalah tidak berbeda secara
signifikan. Namun demikian penilaian IR masing-masing akun
dapat berbeda antara entitas satu dengan lainnya karena
dipengaruhi oleh faktor-faktor penilaian risiko. Dalam menilai
risiko bawaan akun, Pemeriksa perlu mempertimbangkan hasil
penilaian BRM dan FRAM sebagaimana diatur dalam Juknis
Penilaian Risiko Pemeriksaan Keuangan. Contoh penetapan

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 32


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab III

tingkat risiko bawaan untuk masing-masing akun diilustrasikan


pada Lampiran III.1 yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Keputusan ini. Dalam ilustrasi tersebut faktor-faktor
pertimbangan penentuan risiko bawaan disederhanakan menjadi
4 (empat) faktor, yaitu:
1) jenis, sifat dan tingkat kompleksitas transaksi (pertimbangan
faktor ini merangkum faktor-faktor dalam Juknis Penilaian
Risiko nomor 1, 2, 3, 4, 5, dan 6);
2) tingkat subjektivitas atas pertimbangan-pertimbangan yang
disyaratkan oleh standar akuntansi (merepresentasikan faktor
dalam Juknis Penilaian Risiko nomor 7);
3) tingkat kerentanan terhadap pencurian/penyalahgunaan aset
(merepresentasikan faktor dalam Juknis Penilaian Risiko
nomor 8); dan
4) faktor-faktor kemungkinan salah saji karena rekayasa
penyajian laporan keuangan (merepresentasikan faktor
dalam Juknis Penilaian Risiko nomor 9).
c. Mengidentifikasi dan Menilai Risiko Pengendalian untuk Meng-
identifikasi dan
Masing-masing Akun menilai risiko
pengendalian
Setelah Pemeriksa menilai risiko bawaan langkah selanjutnya untuk masing-
masing akun
adalah menentukan tingkat risiko pengendalian. Risiko
pengendalian yang ditetapkan adalah risiko pada tingkat siklus
transaksi. Risiko pengendalian yang ditetapkan tersebut
merupakan nilai awal risiko pengendalian yang diberikan oleh
Pemeriksa dari hasil langkah-langkah pemahaman atas SPI dan
dari hasil penilaian risiko bawaan.
Dalam melakukan tahapan-tahapan pemahaman SPI tersebut
Pemeriksa menggunakan Matriks Risiko Pengendalian (Control
Risk Matriks/CRM). CRM dilakukan untuk setiap siklus transaksi
entitas yang diperiksa. Tujuan penilaian risiko pengendalian
dengan menggunakan CRM ini adalah untuk menentukan area
atau siklus mana yang memerlukan pengujian pengendalian
(test of control). Siklus transaksi yang akan dilakukan pengujian
pengendalian adalah siklus atau kelas-kelas transaksi yang
memiliki risiko pengendalian rendah atau sedang. Dalam
menyusun CRM juga harus memperhatikan BRM dan penilaian
SPI tingkat entitas (SPI COSO) dan risiko pengendalian
teknologi informasi. Contoh kuesioner SPI COSO dan SPI TI
disajikan pada Lampiran III.2, Lampiran III.3, dan Lampiran
III.4 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan
ini.
Penyusunan CRM merupakan dokumentasi hasil dari
pemahaman SPI yang meliputi langkah-langkah berikut:
1) memperoleh serta menelaah data dan informasi SPI;
2) mendokumentasikan hasil pemahaman SPI;

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 33


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab III

3) mengevaluasi implementasi SPI;


4) mengidentifikasi pengendalian yang ada;
5) mengidentifikasi kelemahan pengendalian;
6) menentukan tingkat kelemahan pengendalian; dan
7) menentukan nilai awal Risiko Pengendalian.
Pemberian nilai awal atas risiko pengendalian untuk masing-
masing akun dengan ukuran kualitatif dilakukan dengan
panduan sebagai berikut:
1) Jika tingkat kelemahan pengendalian terkait akun adalah
material maka secara umum Pemeriksa dapat menyimpulkan
bahwa risiko pengendalian awal atas akun yang
bersangkutan adalah tinggi;
2) Jika tingkat kelemahan pengendalian terkait akun adalah
signifikan maka secara umum Pemeriksa dapat
menyimpulkan bahwa risiko pengendalian awal atas akun
adalah sedang; dan
3) Jika tidak terdapat kelemahan pengendalian maka risiko
pengendalian terkait akun disimpulkan rendah, atau terdapat
kelemahan pengendalian akan tetapi tingkat kelemahan
pengendaliannya adalah sangat rendah, tidak berdampak
dan/atau terdapat pengendalian pengganti (compensating
controls).
Sedangkan penilaian risiko pengendalian terkait akun secara
kuantitatif dapat menggunakan pedoman sebagai berikut:

Tabel 14. Pedoman Penentuan Risiko Pengendalian

Penilaian Subyektif Level Risiko Risiko Pengendalian

Keyakinan Pemeriksa sangat terjamin Rendah 30%

Keyakinan Pemeriksa cukup terjamin Sedang 70%

Keyakinan Pemeriksa tidak terjamin Tinggi 100%

Sumber: Dimodifikasi dari AICPA Statistical Sampling Sub Committe (1983)

Pemeriksa menilai bahwa pengendalian terkait akun adalah


efektif, maka penilaian risiko pengendalian sebesar 30% (tiga
puluh persen). Apabila Pemeriksa menilai risiko pengendalian
adalah “rendah”, Pemeriksa perlu melaksanakan test of controls
untuk mengonfirmasikan bahwa pengendalian telah beroperasi
secara efektif sepanjang periode. Pemeriksa mengevaluasi
kecukupan dari bukti yang sudah diperoleh serta apakah bukti ini
mendukung penilaian "rendah". Jika Pemeriksa menyimpulkan
bahwa bukti-bukti pemeriksaan tidak mendukung penilaian ini,
Pemeriksa mempertimbangkan kembali evaluasinya atas
efektivitas pengendalian. Jika pengendalian ditemukan ternyata

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 34


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab III

tidak efektif, Pemeriksa menilai risiko pengendalian sebagai


"tinggi".
Penilaian “sedang” menunjukkan bahwa keyakinan Pemeriksa
cukup terjamin atas efektivitas pengendalian terkait akun dengan
risiko pengendalian sebesar 70%. Pemeriksa menyimpulkan
bahwa desain dari pengendalian adalah efektif, tetapi Pemeriksa
tidak melakukan test of controls untuk mengonfirmasikan
efektifitas pelaksanaannya sepanjang periode. Pemeriksa juga
mempertimbangkan apakah pelaksanaan walkthrough yang
dilakukan oleh Pemeriksa terhadap pengendalian memberikan
bukti yang cukup untuk menilai risiko sebagai "sedang". Jika
Pemeriksa menyimpulkan bahwa bukti tidak mendukung penilaian
ini, Pemeriksa mempertimbangkan untuk mendapatkan bukti-
bukti tambahan untuk mendukung penilaian “sedang”, atau
menilai risiko pengendalian sebagai "tinggi". Penilaian risiko
pengendalian ini tidak berlaku untuk akun-akun atau asersi-asersi
yang dipengaruhi oleh transaksi-transaksi yang bersifat estimasi,
seperti penyusutan, penyisihan piutang ragu-ragu.
Penilaian “tinggi” menunjukkan bahwa keyakinan Pemeriksa tidak
terjamin atas efektivitas pengendalian terkait akun dengan
rentang risiko pengendalian sebesar 100% (seratus persen).
Pemeriksa menilai risiko pengendalian sebagai tinggi ketika
1) Bukti pemeriksaan mengindikasikan bahwa pengendalian
tidak efektif, atau
2) Setelah memperoleh pemahaman yang memadai mengenai
proses bisnis entitas yang diperiksa:
a) Pemeriksa meyakini bahwa pengendalian terkait akun
tersebut tidak efektif, atau
b) Pemeriksa sudah mengidentifikasi prosedur-prosedur uji
substantif yang efisien dan efektif yang diyakini penting
untuk mendukung saldo akun terkait.
Dalam menilai risiko pengendalian akun, Pemeriksa perlu
mempertimbangkan risiko-risiko yang terungkap dalam hasil
penilaian BRM dan FRAM sebagaimana diatur dalam Juknis
Penilaian Risiko Pemeriksaan Keuangan.
Cara menetapkan tingkat risiko pengendalian untuk masing-
masing akun diilustrasikan pada Lampiran III.5 beserta softcopy
Kertas Kerja Perhitungan Risiko Pengendalian Tingkat Akun yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan ini. Kertas
Kerja Perhitungan Risiko Pengendalian Tingkat Akun tersebut
merupakan penjabaran lebih lanjut dari Keputusan Badan
Pemeriksa Keuangan Nomor 2/K/I-XIII.2/7/2012 tentang
Juknis Pemahaman dan Pengujian Sistem Pengendalian
Internal Pemeriksaan Keuangan, yang selanjutnya disebut
Juknis Pemahaman dan Pengujian SPI Pemeriksaan
Keuangan, yang lebih bersifat kualitatif menjadi pendekatan
kuantitatif.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 35


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab III

d. Menetapkan Risiko Deteksi Menetapkan


risiko deteksi
Risiko deteksi yang ditetapkan akan dipengaruhi oleh ketiga risiko
lain dalam model yaitu risiko pemeriksaan, risiko bawaan, dan
risiko pengendalian pada akun yang bersangkutan. Berubahnya
salah satu unsur risiko dalam model tersebut, akan merubah risiko
deteksi yang ditetapkan.
Risiko deteksi ditetapkan untuk menentukan berapa banyak bukti
substantif yang akan dikumpulkan oleh Pemeriksa. Banyaknya
bukti yang akan dikumpulkan berbanding terbalik dengan risiko
deteksi yang ditetapkan Pemeriksa. Jika risiko deteksi yang
ditetapkan kecil, maka bukti yang harus dikumpulkan
besar/banyak.
Meningkatnya risiko pemeriksaan, akan mengakibatkan risiko
deteksi yang direncanakan juga akan meningkat, dan bukti
pemeriksaan yang direncanakan menurun.
Meningkatnya risiko bawaan dan risiko pengendalian, akan
mengakibatkan risiko deteksi yang direncanakan menurun dan
bukti pemeriksaan yang direncanakan meningkat, demikian
sebaliknya.
Ilustrasi hubungan masing-masing risiko dengan jumlah bukti
pemeriksaan yang direncanakan pada tingkat Risiko
Pemeriksaan 5% (AR tinggi) dapat dilihat pada Tabel berikut.

Tabel 15. Hubungan Masing-masing Risiko dengan Jumlah Bukti Pemeriksaan

Jumlah Bukti
Kondisi AR IR CR DR
Pemeriksaan
1 Tinggi Rendah Rendah Tinggi Rendah
2 Tinggi Rendah Moderat Moderat Moderat
3 Tinggi Rendah Tinggi Moderat Moderat
4 Tinggi Moderat Rendah Moderat Moderat
5 Tinggi Moderat Moderat Moderat Moderat
6 Tinggi Moderat Tinggi Rendah Tinggi
7 Tinggi Tinggi Rendah Moderat Moderat
8 Tinggi Tinggi Moderat Rendah Tinggi
9 Tinggi Tinggi Tinggi Rendah Tinggi

Hubungan antara risiko pemeriksaan, risiko bawaan, risiko


pengendalian, dan risiko deteksi secara kuantitatif akan
mempengaruhi lingkup pengujian terinci. Hubungan kuantitatif
masing-masing risiko dengan lingkup pengujian terinci pada
tingkat risiko pemeriksaan 5% (AR tinggi) diilustrasikan sebagai
berikut.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 36


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab III

Tabel 16. Pengaruh Masing-Masing Risiko Terhadap Lingkup Pengujian Terinci

AR IR CR RoMM DR MATERIALITAS LINGKUP


PENGUJIAN

5% 30% L 30% L 9% L 56% H TINGGI TERBATAS

5% 30% L 70% M 21% L 24% M SEDANG SEDANG

5% 30% L 100% H 30% M 17% M SEDANG SEDANG

5% 70% M 30% L 21% L 24% M SEDANG SEDANG

5% 70% M 70% M 49% M 10% L RENDAH MENDALAM

5% 70% M 100% H 70% H 7% L RENDAH MENDALAM

5% 100% H 30% L 30% M 17% M SEDANG SEDANG

5% 100% H 70% M 70% H 7% L RENDAH MENDALAM

5% 100% H 100% H 100% H 5% L RENDAH MENDALAM

a. Tingkat DR rendah, nilai antara 1% - 10%;


b. Tingkat DR sedang, nilai antara 11% - 32%; dan
c. Tingkat DR tinggi, nilai antara 33% - 56%.

e. Menentukan Strategi Pemeriksaan dan Membuat Link Risiko Menetapkan


risiko deteksi
yang Teridentifikasi ke Program Pemeriksaan.
Strategi pemeriksaan untuk menentukan sifat, saat, dan seberapa
dalam prosedur pengujian substantif, didasarkan pada masing-
masing tingkat risiko deteksi pada akun yang bersangkutan, yakni
sebagai berikut.
Strategi pemeriksaan pada tingkat risiko deteksi akun yang
rendah
Sifat: Pengujian pemeriksaan atas seluruh asersi signifikan dengan
menggunakan prosedur pemeriksaan sebagai berikut.
1) pemeriksaan fisik atas saldo akhir;
2) reviu eksternal dokumen;
3) konfirmasi; dan
4) reperfomance.
Saat: Seluruh pekerjaan yang signifikan dilaksanakan pada akhir
tahun.
Luas lingkup: Pengujian yang lebih luas (ekstensif/luas atas akun
atau transaksi yang signifikan.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 37


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab III

Strategi pemeriksaan pada tingkat risiko deteksi akun yang


tinggi
Sifat: Pengujian pemeriksaan dengan menggunakan prosedur
pemeriksaan sebagai berikut.
1) pemeriksaan fisik (dilakukan pada tahap interim date);
2) prosedur analitis; dan
3) pengujian substantif atas transaksi dan saldo.
Saat: dilaksanakan pada interim dan akhir tahun
Luas lingkup: Pengujian yang lebih terbatas atas akun atau
transaksi. Penilaian risiko deteksi dilakukan hanya atas akun-akun
yang signifikan berdasarkan Worksheet Perhitungan Salah Saji
yang Dapat Ditoleransi (TM) sebagaimana dimuat dalam
Lampiran IV.2 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Keputusan ini.
Penilaian risiko deteksi atas akun signifikan dan hubungannya
dengan strategi pemeriksaan selanjutnya didokumentasikan dalam
Formulir Penilaian Risiko sebagaimana Tabel berikut.
Tabel 17. Formulir Penilaian Risiko

No Akun AR IR CR DR Strategi Reff P2 Terinci


(5%) (H/M/L) (H/M/L) (H/M/L) Pemeriksaan (Pengujian
Substantif)

1 2 3 4 5 6 7 8

Berikut petunjuk pengisian masing-masing kolom formulir penilaian


risiko.
Kolom 1 (Nomor)
Diisi dengan nomor urut.
Kolom 2 (Akun)
Diisi dengan nama akun pada laporan keuangan. Misalnya:
kelompok akun Aset Tetap terdiri dari Sub Akun Tanah, Bangunan,
Jalan, Peralatan dan Mesin, serta Konstruksi dalam Pengerjaan.
Maka kolom 2 akan diisi dengan Sub Akun Tanah, Bangunan,
Jalan, Peralatan dan Mesin, dan Konstruksi dalam Pengerjaan.
Kolom akun diisi dengan akun yang signifikan berdasarkan
Worksheet Perhitungan TM, dengan kriteria kuantitatif dan
judgement profesional Pemeriksa dengan pertimbangan sebagai
berikut.
Kriteria kuantitatif adalah nilai Materialitas Awal (PM). Jika saldo
akun lebih besar daripada 50% (lima puluh persen) OM, maka
akun tersebut signifikan. Misalnya: saldo akun piutang Rp60 miliar,
nilai OM adalah Rp100 miliar, maka akun piutang signifikan secara
kuantitatif (lebih besar dari 50% x Rp100 miliar).

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 38


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab III

Saldo akun mungkin berada dibawah 50% dari OM, tetapi akun
tersebut dapat menjadi signifikan berdasarkan pertimbangan nilai
transaksi yang besar dan judgement professional Pemeriksa.
Misalnya: Akun Kas pada Bendahara Pengeluaran yang bersaldo
Rp23 juta ditetapkan sebagai akun signifikan walaupun 50% (lima
puluh persen) dari OM sebesar Rp50 miliar. Penetapan ini karena
risiko Kas pada Bendahara Pengeluaran tinggi, sehingga
kemungkinan terjadi salah saji yang tinggi pada akun kas ini.
Kolom 3 (AR: Identifikasi)
Diisi berdasarkan tingkat risiko pemeriksaan, yakni sebesar 5%
(lima persen).
Kolom 4 (IR: Identifikasi)
Diisi berdasarkan tingkat risiko bawaan pada akun yang
bersangkutan, dengan ketentuan:
IR rendah (L) = 30% (tiga puluh persen)
IR sedang (M) = 70% (tujuh puluh persen)
IR tinggi (H) = 100% (seratus persen)
Kolom 5 (CR: Identifikasi)
Diisi berdasarkan tingkat risiko pengendalian pada akun yang
bersangkutan, dengan ketentuan:
CR rendah (L) = 30% (tiga puluh persen)
CR sedang (M) = 70% (tujuh puluh persen)
CR tinggi (H) = 100% (seratus persen)
Kolom 6 (DR)
Diisi berdasarkan perhitungan Audit Risk Model (DR = AR/ (IR x
CR)), dengan ketentuan:
DR rendah (L) = 1% - 10%
DR sedang (M) = 11% - 32%
DR tinggi (H) = 33% - 56%
Kolom 7 (Strategi Pemeriksaan)
Diisi dengan strategi pemeriksaan yang ditetapkan, apakah akan
dilakukan pengujian substantif mendalam, moderat, atau terbatas.
Apakah akan dilakukan uji pengendalian atau tidak. Strategi
pemeriksaan tersebut ditetapkan berdasarkan hasil tingkat Risiko
Deteksi pada kolom (6). Sesuai dengan RBA maka penentuan
strategi pemeriksaan didasarkan pada tingkat risiko deteksi pada
suatu akun. Contohnya semakin rendah risiko deteksi maka
semakin tinggi efektivitas prosedur substantif yang dilaksanakan.
Dengan demikian, Pemeriksa bisa mengalokasikan sebagian besar
sumber daya baik dari jumlah Pemeriksa, cakupan dan kedalaman
prosedur pemeriksaan substantif atas akun tersebut.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 39


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab III

Contoh alternatif strategi pemeriksaan berdasarkan tingkat risiko


deteksi adalah sebagai berikut:
Tabel 18. Tabel Strategi Pemeriksaan Umum

Risiko
Strategi Pemeriksaan Umum
Deteksi

Rendah • Akun bersangkutan menjadi fokus pemeriksaan sehingga


(Low) menjadi prioritas alokasi sumber daya Pemeriksa (jumlah dan
kualitas).
• Tidak/sedikit mengandalkan pengendalian, sehingga pengujian
substantif atas saldo dan/atau transaksi dilaksanakan secara
mendalam. Berdasarkan kondisi yang ada, pilih juga penekanan
pada asersi tertentu yang paling berpengaruh, misalnya
eksistensi, atau kepemilikan.
• Prosedur analitis dan uji akurasi harus dilakukan.
• Sampel secara luas dan mendalam.
• Teknik pemeriksaan yang dilakukan minimal antara lain: review
eksternal dokumen, konfirmasi, reperfomance.
• Mempertimbangkan kemungkinan terjadinya fraud.

Sedang • Pemeriksa memberikan perhatian yang cukup dengan alokasi


(Medium) sumber daya pemeriksa (jumlah dan kualitas) yang memadai.
• Sebagian mengandalkan pengendalian.
• Pengujian Substantif tidak terlalu mendalam. Pilih apakah
mengutamakan substantif saldo atau transaksi. Berdasarkan
kondisi yang ada, pilih juga penekanan pada asersi tertentu
yang paling berpengaruh, misalnya eksistensi, atau
kepemilikan, sesuai dengan keadaan.
• Prosedur analitis dan uji akurasi harus dilakukan.
• Sampel menengah

Tinggi (High) • Tidak menjadi fokus pemeriksaan


• Mengandalkan pengendalian sehingga pengujian substantif
dilakukan secara terbatas atau tidak dilakukan. Bila dilakukan
dapat hanya substantif saldo saja.
• Prosedur analitis dan uji akurasi merupakan prosedur utama.
• Sampel kecil atau tidak diuji.

Strategi di atas merupakan strategi umum. Pemeriksa dapat


menambahkan strategi lain yang lebih spesifik sesuai dengan
pertimbangan profesional masing-masing. Misalnya: untuk akun
aset tetap dengan risiko revaluasi tidak wajar, Pemeriksa
mengusulkan penggunaan tenaga ahli appraisal dari luar BPK atau
dari Pemeriksa BPK yang sudah tersertifikasi penilai aset.
Kolom 8 (Reff P2)
Diisi dengan refference pada P2. Misalnya reff pada program
langkah 1.a.1, sesuai dengan indeks di program.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 40


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab III

Sejalan dengan proses pemeriksaan dan diperolehnya bukti


pemeriksaan tambahan, Pemeriksa dapat merevisi penilaian risiko
yang telah dibuat. Dalam kondisi Pemeriksa memperoleh bukti
tambahan yang tidak konsisten dengan bukti awal yang dijadikan
dasar penilaian risiko sebelumnya, maka Pemeriksa harus merevisi
penilaian risiko yang telah dibuat. Pemeriksa harus memodifikasi
prosedur pemeriksaan lanjutan untuk merespons perubahan
penilaian risiko tersebut. Revisi penilaian risiko dan prosedur
pemeriksaan tersebut harus didokumentasikan dan mendapat
persetujuan penanggungjawab pemeriksaan dalam Kertas Kerja
Pemeriksaan (KKP).

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 41


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab IV

BAB IV
MATERIALITAS DALAM PEMERIKSAAN LKPD
SPKN PSP 200 Standar Pelaksanaan
• Para. 14: Pemeriksa harus memperoleh pemahaman atas entitas dan/atau hal
pokok/informasi hal pokok yang diperiksa yang diperlukan untuk mengidentifikasi
permasalahan, menentukan materialitas, risiko, jenis dan sumber bukti, serta
auditabilitas.
• Para. 21: Pemeriksa harus mempertimbangkan materialitas pada seluruh proses
pemeriksaan dengan menggunakan pertimbangan profesional.
• Para. 22: Pemeriksa harus memutakhirkan penilaian terhadap materialitas
sepanjang proses pemeriksaan berdasarkan penilaian risiko dengan menggunakan
pertimbangan profesional.
• Para. A16: Sesuatu dapat dinilai material jika pengetahuan mengenai hal tersebut
mungkin akan memengaruhi pengambilan keputusan oleh pengguna Laporan Hasil
Pemeriksaan (LHP). Materialitas meliputi aspek kuantitatif dan kualitatif.
• Para. A17: Hal-hal yang menjadi pertimbangan profesional dalam menentukan
tingkat materialitas antara lain kebutuhan pengguna LHP, misalnya perhatian dari
para pemangku kepentingan, kepentingan umum, dan dampak bagi masyarakat;
karakteristik bawaan pada suatu hal atau sekelompok hal; konteks keterjadian
suatu hal; dan persyaratan perundang-undangan.

SPAP SA 320 Materialitas dalam Tahap Perencanaan dan Pelaksanaan Audit


• Para. 5: Konsep materialitas diterapkan oleh auditor pada tahap perencanaan dan
pelaksanaan audit, serta pada saat mengevaluasi dampak kesalahan penyajian
yang teridentifikasi dalam audit dan kesalahan penyajian yang tidak dikoreksi, jika
ada, terhadap laporan keuangan dan pada saat merumuskan opini dalam laporan
auditor.
• Para. 6: Dalam perencanaan audit, auditor membuat pertimbangan-pertimbangan
tentang ukuran kesalahan penyajian yang dipandang material. Pertimbangan-
pertimbangan tersebut menyediakan suatu basis untuk:
(a) menentukan sifat, saat dan luas prosedur penilaian risiko;
(b) mengidentifikasi dan menilai risiko kesalahan penyajian material; dan
(c) menentukan sifat, saat dan luas prosedur audit lanjutan.
• Para. 10: Pada saat menetapkan strategi audit secara keseluruhan, auditor harus
menentukan materialitas untuk laporan keuangan secara keseluruhan. Jika, dalam
kondisi spesifik entitas, terdapat satu atau lebih golongan transaksi, saldo akun atau
pengungkapan tertentu yang mengandung kesalahan penyajian yang jumlahnya
lebih rendah daripada materialitas laporan keuangan secara keseluruhan
diperkirakan secara masuk akal akan memengaruhi keputusan ekonomi yang
dibuat oleh para pengguna berdasarkan laporan keuangan tersebut, maka auditor
harus menetapkan materialitas yang akan diterapkan terhadap golongan transaksi,
saldo akun atau pengungkapan tertentu tersebut.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 42


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab IV

Gambaran Umum

01 SPKN mensyaratkan Pemeriksa untuk merencanakan pemeriksaan Latar belakang


materialitas
sebaik-baiknya, menguji pengendalian intern, dan memperoleh bukti
kompeten yang cukup untuk dapat menyatakan suatu pendapat atas
laporan keuangan yang diperiksa. Dalam pelaksanaan pemeriksaan
tersebut, biasanya Pemeriksa selalu dihadapkan dengan berbagai
keterbatasan seperti waktu, sumber daya manusia, dan biaya sehingga
Pemeriksa tidak mungkin melakukan pengujian atas seluruh transaksi
dalam suatu entitas yang diperiksa. Keterbatasan tersebut
menimbulkan kebutuhan bagi Pemeriksa untuk mempertimbangkan
“materialitas” dalam pemeriksaan.
02 Materialitas adalah besarnya informasi akuntansi yang apabila terjadi Pengertian
materialitas
penghilangan atau salah saji, dilihat dari keadaan yang melingkupinya,
mungkin dapat mengubah atau mempengaruhi pertimbangan orang
yang meletakkan kepercayaan atas informasi tersebut. Sebuah
kesalahan penyajian, termasuk penghilangan, dianggap material bila
kesalahan penyajian tersebut, secara individual atau agregat,
diperkirakan dapat memengaruhi keputusan ekonomi yang diambil
berdasarkan laporan keuangan oleh pengguna laporan keuangan
tersebut.
03 Sesuai dengan Juknis Materialitas tersebut, konsep materialitas juga Kelompok
materialitas
dapat dikelompokkan menjadi:
a. materialitas kuantitatif; materialitas yang menggunakan ukuran
kuantitatif tertentu seperti nilai uang, jumlah waktu, frekuensi
maupun jumlah unit; dan
b. materialitas kualitatif; materialitas yang menggunakan ukuran
kualitatif yang lebih ditentukan pada pertimbangan profesional.
Pertimbangan profesional tersebut didasarkan pada cara pandang,
pengetahuan, dan pengalaman pada situasi dan kondisi tertentu.
Contoh: berdampak pada banyak akun/Organisasi Perangkat
Daerah (OPD), bersifat sistemik, melibatkan tokoh kunci (Kepala
Daerah, Kepala OPD atau Ketua DPRD) atau menjadi sorotan
public, peristiwa yang mengandung ketidakpatuhan terhadap
peraturan perundang-undangan, atau kecurangan.
04 Pada tahap perencanaan, penetapan materialitas ditujukan untuk
merencanakan penentuan sifat, saat, dan luas prosedur pemeriksaan
yang akan dilakukan, sehingga diperoleh bukti audit yang kompeten
sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan
keuangan yang diaudit. Pada tahap ini, Pemeriksa juga harus
mempertimbangkan salah saji yang mungkin tidak material secara
kuantitatif, tetapi material secara kualitatif.
05 Sesuai dengan SA 320, pada tahap perencanaan, Pemeriksa harus Overall
materiality dan
menetapkan materialitas pada tingkat laporan keuangan (overall spesific
materiality
materiality/OM). Adakalanya terdapat situasi di mana salah saji yang
lebih kecil dari overall materiality dapat mempengaruhi keputusan
pengguna laporan keuangan. Dalam kondisi tersebut, Pemeriksa harus

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 43


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab IV

menentukan materialitas spesifik (spesific materiality) atas golongan


transaksi, saldo akun, atau pengungkapan.
Faktor-faktor yang terkait dengan specific materiality meliputi hal-hal
berikut:
a. apakah peraturan perundang-undangan atau kerangka pelaporan
keuangan yang berlaku memengaruhi harapan para pengguna
laporan keuangan terhadap pengukuran atau pengungkapan hal-
hal tertentu, sebagai contoh transaksi dengan pihak berelasi, dan
remunerasi manajemen dan pihak yang bertanggung jawab atas
tata kelola;
b. pengungkapan utama dalam kaitannya dengan industri/lingkungan
yang di dalamnya entitas tersebut beroperasi, sebagai contoh,
biaya penelitian dan pengembangan bagi perusahaan farmasi; dan
c. apakah perhatian difokuskan pada aspek tertentu dari
bisnis/kegiatan entitas yang diungkapkan secara terpisah dalam
laporan keuangan, sebagai contoh, akuisisi bisnis baru.
06 Nilai materialitas awal pada tingkat laporan keuangan (overall
materiality/OM) merupakan nilai maksimum yang menjadi batas
Pemeriksa untuk meyakini bahwa semua salah saji yang diatas nilai
tersebut dianggap material dan dapat mempengaruhi keputusan dari
pihak-pihak yang berkepentingan. Overall materiality ditetapkan
sehubungan dengan kebutuhan pengguna laporan keuangan. Angka
OM tidak diubah sehubungan dengan adanya perubahan penilaian
risiko. Nilai OM harus dimutakhirkan ketika Pemeriksa mengetahui
adanya informasi yang menyebabkan penetapan angka OM
seharusnya berbeda dari yang ditetapkan semula, misalnya perubahan
nilai realisasi belanja dalam LRA yang menjadi basis penghitungan OM
awal.
07 Mengacu pada SA 320, selain menentukan OM, Pemeriksa juga harus Performance
materiality
menetapkan materialitas pelaksanaan (performance materiality) untuk
menilai risiko kesalahan penyajian material dan menentukan sifat, saat,
dan luas prosedur pemeriksaan lanjutan. Performance Materiality
merupakan suatu jumlah yang lebih rendah dari overall materiality, yang
ditetapkan untuk mengantisipasi nilai salah saji yg tidak terdeteksi dan
tidak dikoreksi, setelah dilakukannya seluruh pengujian. Materialitas
pelaksanaan biasanya diterapkan dalam bentuk persentase tertentu
dari overall materiality. Namun demikian, penetapan Performance
Materiality bukan sekadar hitung-hitungan sederhana, melainkan
memerlukan pertimbangan profesional, diantaranya memperhitungkan:
a. pemahaman Pemeriksa terhadap entitas dan lingkungannya;
b. hasil pelaksanaan prosedur penilaian risiko;
c. sifat dan luasnya salah saji yang terungkap dalam pemeriksaan
sebelumnya; dan
d. ekspektasi mengenai salah saji dalam tahun berjalan. Misalnya
penggunaan suatu perangkat lunak pada kali pertama
menimbulkan ekspektasi salah saji tambahan.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 44


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab IV

08 Berdasarkan Juknis Penetapan Batas Materialitas pada Pemeriksaan


Keuangan Tahun 2013, istilah Overall materiality adalah sama dengan
Planning Materiality (PM), sedangkan konsep performance materiality
(materialitas pelaksanaan) diterapkan dengan penetapan Tolerable
Misstatement (TM).
09 Besarnya materialitas berpengaruh pada banyaknya bukti pemeriksaan Materialitas
berpengaruh
yang harus diperoleh atau ukuran sampel yang akan diuji. Tingkat pada bukti
yang harus
materialitas berhubungan terbalik dengan banyaknya bukti/ukuran dikumpulkan
sampel. Semakin tinggi tingkat materialitas, semakin sedikit bukti yang
diperlukan atau sampel yang akan diambil oleh Pemeriksa untuk dapat
menyatakan pendapat. Sebaliknya, jika materialitas yang ditetapkan
rendah, maka diperlukan bukti atau sampel yang lebih banyak.
10 Pada tahap akhir pelaksanaan pemeriksaan, Pemeriksa melakukan
revisi atas pertimbangan yang mendasari nilai OM dan TM sebelumnya
berdasarkan pertimbangan kuantitatif dan kualitatif (revised judgement
about materiality). Nilai OM dan TM pada tahap akhir pemeriksaan
sangat penting karena berhubungan dengan opini yang akan diberikan.
Selanjutnya, penerapan materialitas untuk tujuan penentuan opini
dapat dilihat pada Bab IX Panduan Penyusunan Opini.
11 Perlu dipahami bahwa dalam konsep pemeriksaan berbasis risiko, ada Pemeriksaan
berbasis risiko
hubungan kait mengait antara penentuan materialitas dengan tingkat dan
materialitas
risiko, cakupan pemeriksaan, dan uji petik (sampling) pemeriksaan.
Penentuan tingkat risiko diharapkan dapat diselesaikan pada
pemeriksaan interim atas LKPD, sehingga informasi tersebut dapat
dimanfaatkan untuk penyusunan (pemutakhiran) program pemeriksaan
terinci atas LKPD yang dilaksanakan kemudian.
12 Penilaian risiko yang memadai pada tahap perencanaan pemeriksaan
diharapkan dapat membantu Pemeriksa untuk merancang prosedur
pemeriksaan yang dapat mendeteksi adanya risiko salah saji material
dalam laporan keuangan. Prosedur pemeriksaan dengan pendekatan
RBA yang memfokuskan pemeriksaan pada area-area yang berisiko
tinggi akan semakin meningkatkan efisiensi dan efektifitas pemeriksaan
dan permasalahan keterbatasan sumber daya akan dapat teratasi.
13 Berkaitan dengan materialitas, Pemeriksa harus memperhatikan Standar audit
terkait
ketentuan terkait materialitas yang diatur dalam SA 320 tentang
Materialitas Dalam Tahap Perencanaan dan Pelaksanaan Audit.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 45


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab IV

Penetapan dan Penggunaan Materialitas pada Tahap


Perencanaan

1. Dasar Penetapan Materialitas


14 Juknis memberikan panduan bahwa penentuan dasar penetapan Dasar
penetapan
materialitas dapat menggunakan nilai total aset, ekuitas, total materialitas
penerimaan, atau total belanja/biaya. Dalam memutuskan nilai yang
akan dijadikan dasar, Pemeriksa sebaiknya mempertimbangkan:
a. karakteristik (sifat, besar dan tugas pokok) dan lingkungan entitas
yang diperiksa;
b. area dalam laporan keuangan yang akan lebih diperhatikan oleh
pengguna laporan keuangan; dan
c. kestabilan atau keandalan nilai yang akan dijadikan dasar.
15 Bervariasinya acuan dasar penetapan materialitas sebagaimana Dasar
penetapan
dikemukakan di atas, perlu dipertimbangkan untuk memilih dasar yang materialitas
dalam
paling sesuai dengan karakteristik pemeriksaan LKPD. Berdasarkan pemeriksaan
pertimbangan tersebut, dalam pemeriksaan LKPD Pemeriksa dapat LKPD
menggunakan total realisasi belanja sebagai dasar penetapan
materialitas dengan pertimbangan:
a. secara karakteristik berdasarkan sifat, besar dan tugas pokok
entitas yang diperiksa (Pemda) realisasi belanja merupakan nilai
yang cukup tinggi disajikan dalam laporan keuangan;
b. penggunaan dana/pengalokasian belanja lebih diperhatikan oleh
pengguna laporan keuangan (Pemda, DPRD, masyarakat); dan
c. nilai realisasi belanja merupakan nilai yang relatif andal.

2. Penentuan Tingkat Materialitas

16 Berdasarkan Juknis Materialitas, jika mengambil dasar penetapan Tingkat


materialitas
materialitas adalah total realisasi belanja maka tingkat materialitas untuk
pemeriksaan
untuk pemeriksaan LKPD berkisar antara 0,5% s.d. 5% dari total LKPD
realisasi belanja tersebut. Juknis Materialitas secara lebih lanjut tidak
memberikan panduan dalam penentuan besaran tingkat materialitas
dalam kisaran tersebut. Juknis Materialitas hanya memberikan panduan
bahwa dalam penentuan tingkat materialitas mempertimbangkan risiko
pemeriksaan dan kondisi SPI pada entitas.
17 Penentuan OM didasarkan pada tingkat Audit Risk (AR) dengan Penentuan
OM
mempertimbangkan hasil penilaian risiko pada saat pemeriksaan
interim. Secara rumus, perhitungan tingkat materialitas yakni sebagai
berikut:

Materialitas Awal tingkat LK (OM) = rate x total realisasi


Belanja (Termasuk Transfer)

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 46


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab IV

18 Pemeriksa perlu mempertimbangkan hasil penilaian risiko pada saat Hasil penilaian
risiko pada
pemeriksaan interim. Hasil penilaian risiko pada saat pemeriksaan saat
pemeriksaan
interim tersebut merupakan pemutakhiran perkembangan terakhir interim
kondisi SPI dan risiko pemeriksaan pada entitas yang dapat berubah.
Berdasarkan hasil penilaian tersebut, tingkat materialitas yang
ditetapkan dapat disesuaikan menjadi tingkat tertentu.
19 Hasil penilaian risiko pada saat pemeriksaan interim memuat Cara
menetapkan
kesimpulan tingkat risiko atas beberapa faktor sebagai berikut: tingkat risiko
yang
a. Opini terakhir tahun sebelumnya berpengaruh
dalam
Opini terakhir tahun sebelumnya tersebut sekaligus juga perhitungan
materialitas
mencerminkan intensitas permasalahan-permasalahan tahun
sebelumnya yang berasal dari pemeriksaan keuangan.
b. Hasil pemeriksaan tahun anggaran yang diperiksa
Hasil pemeriksaan tahun anggaran yang diperiksa yang dimaksud
adalah yang berasal dari pemeriksaan kinerja, Pemeriksaan
Dengan Tujuan Tertentu (PDTT), maupun pemeriksaan interim
yang dilakukan oleh BPK.
c. Efektivitas tindak lanjut
d. Integritas personil kunci
Yang dimaksud Manajemen dan Personil Kunci adalah Kepala
Daerah, Sekretaris Daerah, Kepala SKPKD (BUD, Kepala BPKD)
dan Dispenda.
e. Efektivitas atas SPI
f. Potensi adanya kecurangan (fraud) dalam dua tahun anggaran
terakhir.
Cara menetapkan tingkat risiko yang berpengaruh dalam perhitungan
materialitas diilustrasikan pada Lampiran IV.1 yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Keputusan ini.
20 Kesimpulan atas tingkat risiko pemeriksaan tersebut memiliki kontribusi Perhitungan
rate
terhadap tingkat (rate) materialitas, sehingga perhitungan rate OM materialitas
awal
menjadi sebagaimana pada Tabel berikut.

Tabel 19. Perhitungan Rate Materialitas Awal tingkat LK (OM)

Hasil
% Kontribusi Risiko
Penilaian
No. Level Entitas Terhadap % AR Rate OM
Tingkat
OM
Risiko
1 6 10,00% 5% 0,50%

2 7 17,50% 5% 0,88%

3 8 25,00% 5% 1,25%

4 9 32,50% 5% 1,63%

5 10 40,00% 5% 2,00%

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 47


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab IV

Hasil
% Kontribusi Risiko
Penilaian
No. Level Entitas Terhadap % AR Rate OM
Tingkat
OM
Risiko
6 11 47,50% 5% 2,38%

7 12 55,00% 5% 2,75%

8 13 62,50% 5% 3,13%

9 14 70,00% 5% 3,50%

10 15 77,50% 5% 3,88%

11 16 85,00% 5% 4,25%

12 17 92,50% 5% 4,63%

13 18 100,00% 5% 5,00%

21 Pemeriksa dapat menggunakan tingkat materialitas yang paling rendah Tingkat


materialitas
(paling konservatif) pada pemeriksaan atas laporan keuangan entitas pemeriksaan
LK entitas
yang baru kali pertama diperiksa. Karenanya, tingkat materialitas untuk baru diperiksa
Pemda yang belum pernah dilakukan pemeriksaan dapat menggunakan
tingkat materialitas yang paling rendah yakni sebesar 0,5%.

3. Penetapan Nilai Materialitas Awal tingkat Laporan Keuangan (Overall


Materiality/OM)
22 Tahap selanjutnya dalam penetapan materialitas secara kuantitatif Penetapan
OM
adalah menetapkan nilai OM yang merupakan nilai materialitas untuk
tingkat laporan keuangan secara keseluruhan. Nilai materialitas awal
yang diperoleh merupakan besarnya kesalahan yang mempengaruhi
pertimbangan Pengguna Laporan Keuangan. Nilai materialitas tersebut
merupakan perkalian antara persentase tingkat (rate) materialitas
dengan dasar penetapan materialitas.
23 Perhitungan nilai OM lebih jelasnya dapat dilihat pada contoh berikut: Contoh
pehitungan
nilai OM

Hasil penilaian tingkat risiko pemeriksaan atas Pemerintah Kabupaten


ABCD diperoleh skor sebesar 14, sehingga memiliki kontribusi terhadap
rate OM sebesar 3,50%. Total realisasi belanja (nilai sebelum audit) adalah
sebesar Rp2.473.490.609.437,00. Perhitungan nilai OM untuk pemeriksaan
Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten ABCD sebagai berikut.
Tabel 20. Contoh Perhitungan OM

Dasar penetapan materialitas : Total Belanja

Tingkat Materialitas : 3,50%

Nilai Total Belanja pada LK : Rp2.473.490.609.437,00

MATERIALITAS AWAL (OM) : 3,50% X Rp2.473.490.609.437,00 =


Rp86.572.171.330,30

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 48


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab IV

4. Penetapan Salah Saji yang Dapat Ditoleransi (TM)


24 Setelah nilai OM ditetapkan, selanjutnya Pemeriksa menetapkan TM. Penetapan TM

TM merupakan alokasi OM pada setiap akun atau kelompok akun.


Alokasi TM dilakukan dengan tujuan untuk menentukan akun/kelompok
akun dalam laporan keuangan yang memerlukan tambahan prosedur
pemeriksaan, memastikan adanya kemungkinan salah saji yang
material yang berasal dari penggabungan salah saji yang jumlahnya
lebih kecil daripada materialitas awal, dan mempertimbangkan risiko
deteksi.
25 Pedoman pengalokasian OM dalam perhitungan TM adalah sebagai Pedoman
perhitungan
berikut. TM

a. TM hanya dilakukan terhadap akun-akun yang dilakukan pengujian.


Akun-akun seperti ekuitas tidak mendapatkan alokasi OM (tidak
dihitung TM-nya) karena hanya merupakan akun penyeimbang
(ekuitas = aset – kewajiban).
b. Perhitungan alokasi nilai OM hanya dilakukan pada akun-akun
utama (akun signifikan). Penentuan akun signifikan ini harus
mempertimbangkan pemahaman entitas, hasil penilaian risiko,
pengalaman salah saji pada periode sebelumnya, serta ekspektasi
salah saji pada laporan keuangan yang diperiksa. Dengan
pertimbangan kehati-hatian, Pemeriksa dapat menetapkan batas
nilai akun signifikan sebesar 50% (lima puluh persen) dari OM atau
nilai yang lain tergantung penilaian risiko. Akun dengan saldo lebih
dari 50% (lima puluh persen) OM secara kuantitatif dapat dinilai
sebagai akun signifikan dan perlu pengujian mendalam.
c. Pemeriksa juga harus menentukan akun-akun signifikan dengan
pertimbangan kualitatif. Berdasarkan pertimbangan kualitatif, akun-
akun dengan nilai di bawah materialitas pelaksanaan (50% OM),
namun memiliki risiko salah saji yang tinggi, rentan
penyalahgunaan atau ketidakpatuhan, maka dapat
dipertimbangkan menjadi akun signifikan. Karakteristik kualitatif
akun signifikan antara lain:
1) jumlah maupun frekuensi transaksi atas akun tersebut banyak
dalam 1 (satu) tahun anggaran;
2) sifat dan nilai akun berpengaruh signifikan terhadap laporan
keuangan;
3) penyajian dan pengungkapan akun tersebut signifikan terhadap
laporan keuangan;
4) standar audit mengharuskan pemeriksaan pada akun tersebut;
5) akun tersebut menjadi fokus perhatian para pemangku
kepentingan;
6) terdapat regulasi industri yang mengatur akun tersebut;
7) terdapat unsur kerugian atas akun tersebut;
8) kemungkinan adanya kewajiban kontinjensi atas akun tersebut;
dan

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 49


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab IV

9) keberadaan transaksi akun tersebut dengan pihak yang


mempunyai hubungan istimewa.
d. Alokasi nilai OM dilakukan secara masing-masing, yakni untuk
akun-akun Neraca, LRA dan LO.
e. Perhitungan total nilai akun yang diperiksa (yang akan dialokasikan
pada perhitungan TM), harus menggunakan angka absolut, saldo
akun negatif harus dianggap positif. Misal, saldo akumulasi
penyusulan harus dihitung sebagai saldo yang berdiri sendiri , tidak
dikurangkan pada nilai asset tetap. Alokasi nilai OM pada akun-
akun dengan menggunakan rumus:

𝑁𝑁
𝑇𝑇𝑇𝑇 = 𝑂𝑂𝑂𝑂 ∗ � �
𝑇𝑇

Keterangan:
TM = Tingkat Salah Saji yang Dapat Ditoleransi
OM = Overall materiality atau nilai materialitas awal tingkat laporan
N = Nilai saldo akun yang bersangkutan (akun-akun neraca, LRA, atau LO)
T = Total nilai akun yang diperiksa pada masing-masing neraca, LRA, dan LO

f. Alokasi pada suatu akun tidak boleh melebihi 50% dari OM (batas
akun signifikan). Selain itu, akun-akun dalam LRA dan LO yang
sama (serupa), maka dengan pertimbangan konservatif dapat
dialokasikan nilai TM yang terkecil.
g. Setelah Pemeriksa melakukan pengalokasian TM secara
proporsional, Pemeriksa dimungkinkan untuk melakukan
penyesuaian atas nilai TM akun-akun tertentu sesuai dengan
pertimbangan professional, misalnya apabila Pemeriksa menilai
bahwa TM akun kas diberi alokasi nilai tertentu yang berbeda dari
perhitungan yang proporsional. Pertimbangan kualitatif tersebut
diantaranya memperhatikan risiko risiko kesalahan penyajian
material, waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pemeriksaan, dan
faktor kualitatif lainnya. Misalnya akun Dana Perimbangan memiliki
saldo yang besar sehingga termasuk sebagai akun signifikan.
Namun, akun ini jumlah transaksinya tidak terlalu banyak sehingga
mudah dalam mengujinya. Maka Pemeriksa dapat memberikan
alokasi TM yang lebih rendah dari perhitungan TM secara kuantitatif.
h. Pertimbangan kualitatif yang digunakan dalam menentukan akun
signifikan maupun penentuan TM harus sejalan dengan hasil
penilaian risiko atas setiap akun sebagaimana diuraikan dalam Bab
IV tentang Penilaian Risiko Pemeriksaan. Penilaian risiko tersebut
bisa merupakan penilaian risiko pada saat pemeriksaan interim atau
hasil penilaian pada saat persiapan pemeriksaan. Misalnya, akun
Kas memiliki risiko kesalahan penyajian yang tinggi (RoMM), maka
Pemeriksa dapat mempertimbangan nilai TM yang lebih rendah dari
perhitungan TM secara kuantitatif.
26 Contoh perhitungan TM dapat dilihat pada Lampiran IV.2 yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan ini.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 50


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab IV

Hubungan Materialitas dan Risiko Terhadap Bukti Audit

27 Tujuan pemeriksaan atas laporan keuangan adalah untuk memberikan Hubungan


materialitas
keyakinan yang memadai (reasonable assurance) apakah laporan dan risiko
keuangan telah disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material
sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku di Indonesia
(dalam hal ini adalah Standar Akuntansi Pemerintahan). Bertitik tolak
dari tujuan tersebut, pada dasarnya penentuan tingkat materialitas
memegang peranan yang sangat penting dalam mengevaluasi hasil-
hasil pelaksanaan seluruh prosedur pemeriksaan.
28 Konsep Materialitas dan Risiko dalam audit merupakan hal yang
berkaitan dan tidak terpisahkan. Risiko mencerminkan tentang
besarnya ketidakpastian, sedangkan materialitas mengukur besarnya
salah saji yang dapat ditoleransi. Mengutip uraian dalam buku “Auditing
and Assurance Services, An Integrated Approach, Twelfth Edition”
karangan Arens, hubungan antara materialitas dan risiko terhadap bukti
audit adalah sebagai berikut:

Gambar 6. Hubungan Materialitas dan Risiko terhadap Bukti Audit

29 Dari skema tersebut, terlihat bahwa AR, IR, CR, DR, dan TM bersama-
sama mempengaruhi tingkat kecukupan bukti audit.
30 AR berhubungan terbalik dengan bukti audit. Makin rendah tingkat AR, Skema AR, IR,
CR, DR, dan
makin banyak bukti audit yang harus dikumpulkan dan dilakukan TM
pengujian. Makin banyaknya bukti audit tersebut dikarenakan pada
tingkat AR yang lebih rendah, Pemeriksa hanya bersedia menanggung
risiko pemeriksaan yang lebih rendah, sehingga Pemeriksa harus
memperluas prosedur pemeriksaannya dengan memperbanyak bukti
pemeriksaan yang harus dilakukan pengujian. Di sisi lain, IR maupun
CR memiliki hubungan lurus dengan kebutuhan bukti audit. Misalnya,
makin tinggi tingkat CR mengindikasikan makin tidak efektif tingkat
pengendalian intern yang terkait dengan akun tersebut. Dalam kondisi
tersebut, Pemeriksa tidak dapat mengandalkan bahwa kemungkinan

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 51


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab IV

terjadinya salah saji pada laporan keuangan dapat dideteksi dan


diperbaiki (dikoreksi) dengan SPI yang dibangun oleh entitas. Dengan
demikian, Pemeriksa harus memperluas prosedur pemeriksaannya
guna dapat menyimpulkan tingkat kewajaran penyajian laporan
keuangan, diantaranya dengan memperbanyak bukti pemeriksaan yang
harus dikumpulkan dan dilakukan pengujian.
31 Sementara itu, hubungan antara AR, IR, CR, dan DR dijelaskan dalam
konsep Audit Risk Model sebagaimana pada Bab III, yakni DR = AR/ (IR
x CR). AR berhubungan lurus dengan DR, sedangkan IR dan CR
berhubungan terbalik dengan DR. Makin besar AR (asumsi pada tingkat
IR dan CR yang sama), maka tingkat DR akan semakin besar,
sedangkan semakin besar IR dan/atau CR (asumsi pada tingkat AR
yang sama), maka tingkat DR akan semakin kecil.
32 DR berhubungan terbalik dengan banyaknya bukti audit, sehingga
semakin rendah DR maka bahan bukti yang harus dikumpulkan
Pemeriksa akan semakin banyak, dan sebaliknya. Tingkat DR yang
rendah mengindikasikan bahwa Pemeriksa memasang “jaring” yang
lebih kecil guna mendeteksi kemungkinan adanya salah saji laporan
keuangan, sehingga memerlukan bahan bukti yang lebih banyak untuk
diperiksa. Sebaliknya, tingkat DR yang lebih tinggi, mengindikasikan
bahwa Pemeriksa memasang “jaring” yang lebih besar dalam
mendeteksi kemungkinan salah saji laporan keuangan, sehingga bahan
bukti yang diperlukan lebih sedikit.
33 Demikian juga pengaruh TM terhadap banyaknya bukti audit yang harus
diuji. TM, yang merupakan alokasi materialitas awal tingkat laporan
keuangan (OM) pada tingkat akun, juga memiliki hubungan terbalik
dengan kebutuhan bukti audit yang harus diuji agar dapat
menyimpulkan kewajaran penyajian laporan keuangan. TM yang tinggi
mengindikasikan bahwa Pemeriksa memberikan “batas toleransi” yang
lebih besar atas kemungkinan adanya salah saji pada suatu akun,
sehingga bukti audit yang harus dilakukan pengujian lebih sedikit
dibandingkan dengan pengujian pada akun yang memperoleh alokasi
TM yang lebih rendah.

Revisi Materialitas Sejalan dengan Proses Pemeriksaan

34 Sepanjang pelaksanaan pemeriksaan lapangan, Pemeriksa melakukan Evaluasi


materialitas
evaluasi atas penetapan materialitas yang telah dilakukan pada tahap pada akhir
pelaksanaan
perencanaan sebagai berikut: pemeriksaan
a. Pemutakhiran basis yang digunakan dalam penetapan OM dan TM,
misal OM yang semula berdasarkan angka LK tahun sebelumnya
menjadi angka LKPD unaudited.
b. Perubahan batasan nilai akun signifikan dan alokasi TM sejalan
dengan pemutakhiran penilaian atas risiko. Penilaian risiko tersebut
bisa berubah apabila ternyata pengujian atas pengendalian maupun
substantif menunjukkan hasil yang berbeda dengan penilaian risiko

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 52


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab IV

yang telah ditetapkan di saat perencanaan, atau ditemukan risiko lain


yang pada saat perencanaan belum dipertimbangkan. Berdasarkan
perubahan penilaian risiko tersebut, Pemeriksa dapat
mengalokasikan ulang TM yang telah ditetapkan sebelumnya.
35 Dengan adanya perubahan tersebut, Pemeriksa juga harus memastikan
kecukupan bukti yang diperoleh sebagaimana diuraikan dalam
penggunaan materialitas di tahap perencanaan. Perubahan OM dan TM
tersebut harus didokumentasikan dan mendapatkan persetujuan dari
Pengendali Teknis/Penanggung Jawab.
36 Perhitungan penetapan nilai risiko untuk penilaian OM yang direvisi
mengacu pada Lampiran IV.3 yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Keputusan ini.

Evaluasi dan Penggunaan Materialitas pada Tahap Pelaporan

37 Di tahap pelaporan, materialitas yang telah ditetapkan pada akhir Revisi


materialitas
pemeriksaan lapangan kembali dievaluasi terutama untuk karena
perubahan
memutakhirkan basis yang digunakan menjadi angka dalam LKPD basis
audited (setelah dilakukan koreksi audit) dan penetapan ulang OM dan materialitas
TM berdasar hasil pengujian pengendalian maupun substantif. Nilai OM
berdasarkan LK audited menjadi patokan dalam mengevaluasi salah
saji secara agregat dalam perumusan opini.
38 Dalam penentuan materialitas akhir, Pemeriksa kembali
mempertimbangkan faktor-faktor kualitatif. Penanggung jawab
menerapkan pertimbangan profesional ketika meninjau materialitas
sebelum penentuan opini. Penerapan pertimbangan profesional dalam
evaluasi akhir materialitas harus didokumentasikan.
39 Materialitas yang telah dievaluasi tersebut kemudian dibandingkan
dengan salah saji yang masih ditemukan untuk menentukan apakah
salah saji yang ditemukan material/tidak material di tingkat akun dan
tingkat laporan keuangan secara keseluruhan.
40 Perbandingan ini harus mempertimbangkan, baik aspek kuantitatif
maupun kualitatif. Pertimbangan kuantitatif dan kualitatif dalam
penetapan opini secara rinci diatur dalam Bab tersendiri.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 53


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab V

BAB V
UJI PETIK PEMERIKSAAN (AUDIT SAMPLING)

SPKN PSP 200 Standar Pelaksanaan


• Para. 25: Pemeriksa harus merancang dan melaksanakan prosedur pemeriksaan
yang tepat untuk memperoleh bukti pemeriksaan yang cukup dan tepat.
• Para. 31: Pemeriksa dapat memperoleh bukti dengan menggunakan uji petik
pemeriksaan untuk memberikan dasar yang memadai bagi Pemeriksa untuk
menarik kesimpulan.

SPAP SA 500 Bukti Audit


• Para. 6: Auditor harus merancang dan melaksanakan prosedur audit yang tepat
sesuai dengan kondisi untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat.
• Para. 10: Ketika merancang pengujian pengendalian dan pengujian rinci, auditor
harus menentukan cara pemilihan unsur untuk pengujian yang efektif dalam
mencapai tujuan prosedur audit.

SPAP SA 530 Sampling


• Para. 6: Ketika merancang suatu sampel audit, auditor harus mempertimbangkan
tujuan prosedur audit dan karakteristik populasi yang menjadi sumber suatu
sampel yang akan diambil.
• Para. 9: Auditor harus melaksanakan prosedur audit yang tepat untuk tujuan yang
hendak dicapai atas setiap unsur yang dipilih.

Gambaran Umum

01 Uji petik adalah pemilihan beberapa unsur dalam suatu populasi Pengertian uji
petik
sebagai dasar untuk mengambil kesimpulan atas keseluruhan populasi.
Uji petik secara teknis adalah penerapan prosedur pemeriksaan
terhadap kurang dari 100% (seratus persen) unsur dalam suatu
populasi pemeriksaan yang relevan, sedemikian rupa, sehingga semua
unit sampel memiliki peluang yang sama untuk dipilih.
02 Tujuan uji petik adalah untuk memperoleh bukti pemeriksaan yang Tujuan uji
petik
cukup dan tepat. Bukti tersebut harus memberikan basis memadai bagi
Pemeriksa untuk menarik kesimpulan tentang populasi secara
keseluruhan. Prosedur pemeriksaan untuk memperoleh bukti antara
lain: inspeksi, pengamatan (observasi), wawancara (permintaan
keterangan), konfirmasi eksternal, penghitungan ulang, pelaksanaan
kembali, prosedur analitis, survei, dan pengukuran.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 54


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab V

03 Kecukupan bukti pemeriksaan adalah ukuran kuantitas bukti


pemeriksaan. Kuantitas bukti pemeriksaan yang diperlukan dipengaruhi
oleh penilaian Pemeriksa atas risiko kesalahan penyajian material dan
juga kualitas bukti pemeriksaan tersebut. Ketepatan bukti pemeriksaan
adalah ukuran tentang kualitas bukti pemeriksaan. Bukti pemeriksaan
dianggap berkualitas jika bukti tersebut relevan dan andal dalam
mendukung kesimpulan yang dijadikan basis opini Pemeriksa.
04 Pelaksanaan uji petik tersebut dapat dilakukan dengan pendekatan Pendekatan uji
petik
nonstatistik dan pendekatan statistik. Uji petik nonstatistik merupakan
pendekatan Pemeriksa dalam memilih sampel dan menilai hasil
pemeriksaan sampel lebih berdasarkan pertimbangan profesionalnya.
Sedangkan uji petik statistik adalah pendekatan uji petik dengan
menggunakan perhitungan matematis sebagai sarana untuk
menentukan perencanaan, pemilihan, dan evaluasi sampel.
Penggunaan kedua pendekatan tersebut memerlukan pertimbangan
profesional Pemeriksa dalam perencanaan, pemilihan, dan evaluasi
hasil sampel serta dalam menghubungkan bukti audit yang dihasilkan
dari sampel dengan bukti lain dalam penarikan kesimpulan atas saldo
akun atau kelompok transaksi yang berkaitan.
05 Terkait dengan pengumpulan bukti dan sampel pemeriksaan, Standar audit
terkait
Pemeriksa harus memperhatikan ketentuan-ketentuan dalam SA 500
tentang Bukti Audit, dan SA 530 tentang Sampel.

Uji Petik Pemeriksaan

06 Sebelum menentukan pengambilan uji petik, pemeriksa harus Contoh


pengujian
menetapkan tujuan pengujian atau asersi yang akan diuji. Pemeriksa yang
mengharuskan
harus memilih prosedur pemeriksaan yang tepat untuk tujuan pengujian menggunakan
dan asersi yang diuji. Tidak semua pengujian atas suatu asersi uji petik
menerapkan uji petik, misalnya permintaan keterangan (inquiry),
observasi, prosedur analitis, scanning dan reviu catatan-catatan untuk
mengidentifikasi transaksi yang tidak wajar. Pemeriksa harus dapat
menentukan, berdasarkan pengalamannya, apakah suatu pengujian
menerapkan uji petik atau tidak. Beberapa contoh pengujian yang
mengharuskan menggunakan uji petik, yaitu:
a. Dalam pengujian pengendalian atas transaksi belanja, salah satu
atribut yang diuji adalah semua SPM yang telah diotorisasi oleh
Pengguna Anggaran/ Kuasa Pengguna Anggaran. Sedangkan
deviasinya adalah SPM yang tidak diotorisasi atau diotorisasi oleh
pejabat yang tidak berwenang.
b. Dalam pengujian asersi keberadaan aset tetap kendaraan bermotor,
pemeriksa harus melakukan inspeksi langsung dengan cek fisik
kendaraan bermotor untuk menghasilkan bukti fisik.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 55


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab V

c. Dalam pengujian pengendalian untuk mengetahui hak dan


kewajiban aset tetap kendaraan bermotor, pemeriksa dapat
memutuskan untuk menggunakan prosedur pemeriksaan inspeksi
atas dokumen surat-suratnya dan siapa yang bertanggung jawab
atas penyimpanannya. Pada saat inspeksi tersebut akan diketahui
apakah terdapat deviasi (penyimpangan) dari kondisi yang
ditetapkan. Contoh: kendaraan bermotor tersebut ternyata tidak
mempunyai surat-surat, berarti ada deviasi atas pengendalian atas
hak dan kewajiban aset tersebut dari yang seharusnya.
07 Secara umum tahap-tahap yang harus dilakukan baik dalam Tahapan
pelaksanaan
pelaksanaan uji petik dengan pendekatan nonstatistik maupun statistik uji petik
adalah sebagai berikut.
a. Penentuan tujuan pengujian
Pemeriksa harus menetapkan tujuan pengujian, apakah merupakan
pengujian pengendalian atau pengujian substantif. Jika pengujian
pengendalian, pemeriksa harus menentukan asersi yang akan diuji
dan atributnya (asumsi dengan metode attribute sampling). Jika
pengujian substantif, pemeriksa harus menentukan asersi yang
akan diuji dan menentukan metode uji petiknya (variable sampling
atau monetary unit sampling). Misalnya, untuk asersi keberadaan
melalui pengujian substantif atas aset tetap kendaraan bermotor,
pemeriksa harus melakukan observasi langsung dengan cek fisik
kendaraan bermotor untuk menghasilkan bukti fisik, dengan uji petik
ditentukan dari jumlah unit kendaraan bermotor atau nilainya.
b. Penentuan prosedur pemeriksaan
Dalam tahap ini pemeriksa menentukan prosedur pemeriksaan.
Prosedur pemeriksaan yang dapat dilakukan dalam menguji
pengendalian antara lain: inspeksi dokumen dan atau file elektronik
(inspection); serta pelaksanaan kembali suatu pengendalian oleh
Pemeriksa (reperformance). Prosedur yang dapat digunakan dalam
Uji Substantif antara lain: cek fisik persediaan/aset untuk
menyakinkan bahwa persediaan tercatat dalam Laporan Keuangan
memang benar-benar ada, inspeksi dokumen untuk menyakinkan
bahwa pengeluaran/belanja benar-benar terjadi, konfirmasi kepada
pihak ketiga, dan lain-lain.
c. Pendefinisian populasi dan unit uji petik
Populasi adalah keseluruhan data yang menjadi sumber dari sampel
yang akan dipilih, dimana Pemeriksa berkeinginan untuk menarik
kesimpulan dari keseluruhan data tersebut. Sedangkan unit uji petik
merupakan unsur atau elemen didalam populasi, baik itu dokumen,
transaksi, ataupun item-item yang memiliki karakteristik yang akan
diukur oleh pemeriksa untuk membuat estimasi mengenai
karakteristik seluruh populasi. Berkaitan dengan tujuan menguji
keberadaan kendaraan bermotor maka populasinya merupakan
seluruh kendaraan bermotor pada akun aset tetap, sedangkan unit
uji petiknya bisa berupa kendaraan roda empat dan roda dua.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 56


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab V

d. Penentuan metode uji petik


Pada tahap ini, pemeriksa menentukan metode uji petik yang akan
digunakan yaitu nonstatistika atau statistika. Dalam memilih metode
statistika maupun nonstatistika, Pemeriksa harus mampu memilih
sampel yang dapat merepresentasikan populasi, yaitu memiliki
karakteristik dari populasi, sehingga kesimpulan yang diambil tidak
bias.
Keputusan Pemeriksa dalam memilih metode statistika atau
nonstatistika didasarkan pada pertimbangan biaya dan manfaat
serta kondisi, dalam hal ini, tingkat risiko entitas. Perlu diingat bahwa
hasil dari pengujian dengan metode Nonstatistika tidak dapat
diekstrapolasi atau diproyeksikan pada populasi.
e. Penentuan ukuran sampel
Dalam tahap ini jumlah ukuran sampel ditentukan dengan
mempertimbangkan beberapa faktor. Hasil pengujian pengendalian
akan mempengaruhi pengujian selanjutnya. Contoh: ketika hasil
pengujian pengendalian ternyata kendaraan roda empat tidak
memiliki garasi sendiri dan tidak dilengkapi surat kepemilikian, maka
pengujian substantif atas kendaraan harus diperbanyak untuk bisa
menjawab kecukupan bukti kesimpulan bahwa keberadaan
kendaraan roda empat tidak bisa diyakini kebenarannya.
f. Seleksi unit sampel dan pelaksanaan pengujian
Pada tahap ini, pemeriksa harus mempertimbangkan bagaimana
sampel akan dipilih sehingga sampel yang dipilih dapat mewakili
populasi dan setiap anggota populasi harus memiliki kesempatan
yang sama untuk dipilih. Setelah sampel yang mewakili populasi
terpilih dilakukan pengujian terhadap unsur-unsur yang terpilih
sebagai sampel tersebut. Dalam pelaksanaan, pemeriksa harus
menentukan teknik pemilihan sampel yang akan dilakukan,
misalnya random sampling atau stratified sampling. Keputusan
pemeriksa untuk menentukan populasinya. Jika sudah melihat
populasi kendaraan bermotor dan bisa dikelompokkan lagi menjadi
roda empat jenis sedan atau jenis mobil niaga, maka pemeriksa
harus menentukan teknik pemilihan sampelnya, apakah terhadap
seluruh kendaraan bermotor yang berada di kantor BPK Pusat saja
(teknik pengambilan sampel secara rinci akan dibahas pada bagian
berikutnya pada bab ini). Tahap pemilihan sampel dan pelaksanaan
pengujian serta tahap evaluasi merupakan bagian dari tahap
pelaksanaan pemeriksaan, yakni dalam rangka mengumpulkan
bahan bukti untuk menguji suatu asersi.
g. Evaluasi dan dokumentasi
Tahap evaluasi merupakan tahapan penerjemahan hasil,
ekstrapolasi/ proyeksi hasil, pertimbangan aspek kualitatif, sampai
pengambilan kesimpulan. Ketika memproyeksikan suatu hasil pada
populasi untuk menarik kesimpulan, pemeriksa harus
mempertimbangkan risiko uji petik. Pemeriksa harus menyusun

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 57


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab V

dokumentasi pemeriksaan guna memberikan informasi yang jelas


dan memadai terkait pelaksanaan uji petik.
08 Uji petik pemeriksaan dapat dilakukan dengan menggunakan
pendekatan statistik dan nonstatistik. Selain itu kedua pendekatan
tersebut dapat diterapkan untuk pengujian pengendalian dan pengujian
substantif, dengan uraian sebagai berikut.

1. Pendekatan Uji Petik Statistik

09 Hubungan metode uji petik dengan jenis pengujian dalam pendekatan Hubungan
metode uji
uji petik statistik adalah sebagai berikut: petik dengan
jenis
pengujian

Tabel 21. Hubungan Metode Uji Petik dengan Jenis Pengujian

No. Jenis Pengujian Metode Uji Petik

1. Pengujian Pengendalian Attribute Sampling

2. Pengujian Substantif Variable Sampling

Monetary unit Sampling

10 Hubungan metode uji petik dengan jenis pengujian dalam pendekatan Hubungan
risiko
uji petik statistik adalah sebagai berikut: pengendalian
awal dengan
pendekatan
pemeriksaan

Tabel 22. Hubungan Risiko Pengendalian Awal dengan


Pendekatan Pemeriksaan

Risiko
Pendekatan Pemeriksaan
Pengendalian
Sangat tidak mengandalkan pengendalian. Pemeriksa dapat
High (Maximum) melakukan pengujian substantif langsung tanpa test of
control (substantive approach).
Sebagian mengandalkan pengendalian. Pemeriksa dapat
melakukan test of control yang kemudian dilanjutkan dengan
Medium
pengujian substantif (test of control and substantive
approach)
Sangat mengandalkan pengendalian. Pemeriksa harus
melakukan test of control untuk memastikan apakah desain
Low pengendalian internal telah efektif diimplementasikan. Hasil
pengujian pengendalian dipertimbangkan untuk penentuan
kedalaman pengujian substantive

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 58


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab V

11 Berikut merupakan tahapan-tahapan penentuan sampel dengan


pendekatan statistik dalam pengujian pengendalian dan pengujian
substantif:
a. Pengujian Pengendalian (Attribute Sampling) Penentuan
sampel
dengan
Pengujian pengendalian secara statistik, berdasarkan Juknis Uji pendekatan
Petik Pemeriksaan Keuangan menggunakan diagram keputusan statistik dalam
pengujian
penggunaan metode uji petik pengendalian, diterapkan untuk tingkat pengendalian
risiko entitas yang bervariasi atau sedang. Untuk entitas yang
memiliki risiko rendah, maka yang digunakan adalah uji petik
nonstatistika. Sementara itu, untuk tingkat risiko entitas tinggi,
pengujian pengendalian tidak dilakukan, tetapi langsung uji
substantif mendalam (terinci).
Metode uji petik statistika dalam uji pengendalian di dalam Juknis Uji
Petik Pemeriksaan Keuangan ditetapkan sebagai berikut:
1) Metode Fixed sample size; dipilih jika nilai awal risiko
pengendalian sedang (7 - 20%), atau rendah – tinggi (5 - 7%).
2) Metode Sequential (stop or go); dipilih jika nilai awal risiko
pengendalian rendah-sedang (2 - 5%).
3) Metode Discovery; dipilih jika nilai awal risiko pengendalian
rendah-rendah (0 - 2%).
12 Berikut disampaikan ilustrasi tahapan metodologi uji petik statistik Ilustrasi
tahapan
Fixed sample size dalam pengujian pengendalian. metodologi uji
petik statistik
1) Penetapan tujuan pengujian fixed sample
size dalam
Dalam attribute sampling, tujuan pengujian adalah untuk pengujian
pengendalian
mengetahui apakah sampel-sampel yang mewakili populasi
telah sesuai dengan atribut yang sebelumnya telah didefinisikan.
2) Pendefinisian populasi dan unit uji petik/sampel
Atribut merupakan kualitas/sifat yang berkaitan dengan populasi
yang diuji petik, sedangkan deviasi merupakan atribut yang
negatif atau defektif, terkadang disebut pula sebagai kekeliruan
(error). Misalnya, di dalam pengujian pengendalian atas
transaksi belanja, salah satu atribut yang diuji adalah bahwa
semua SPM telah diotorisasi oleh Pengguna Anggaran,
sedangkan deviasinya adalah jika ada SPM yang dicairkan
namun tidak diotorisasi atau diotorisasi oleh pejabat yang tidak
berwenang.
Misalnya, di dalam pengujian pengendalian atas transaksi
belanja, ditetapkan populasi adalah seluruh SPM yang telah
diterbitkan dan telah dicairkan melalui penerbitan SP2D dari
KPPN selama tahun anggaran yang diperiksa. Dalam hal ini
diketahui bahwa jumlah SPM yang telah diterbitkan adalah
20.000 lembar sehingga populasinya adalah 20.000 dan unit
sampling-nya adalah dokumen SPM beserta dokumen
pendukungnya.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 59


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab V

3) Penentuan ukuran sampel


Untuk menentukan ukuran sampel, pemeriksa terlebih dahulu
menentukan parameter-parameter sebagai berikut.
a) Penetapan Tingkat Kesalahan Tertoleransi (TKT)/Tolerable
Exception Rate (TER)
TKT merupakan tingkat kekeliruan di dalam sampel yang
diuji yang masih dapat diterima untuk tetap menyimpulkan
bahwa pengendalian berjalan efektif dan/atau jumlah salah
saji di dalam transaksi yang ditemukan masih dapat diterima.
Contoh, jika untuk atribut adanya otorisasi dari Pengguna
Anggaran pada SPM, pemeriksa menetapkan TKT 5%, hal
ini berarti pemeriksa memutuskan bahwa jika ditemukan 5%
dari sampel SPM tidak diotorisasi, maka pengendalian masih
efektif sesuai dengan risiko pengendalian yang ditetapkan
pada perencanaan pemeriksaan. Penentuan besarnya TKT
sangat tergantung pada penilaian pemeriksa terhadap
keandalan pengendalian intern. Terdapat 3 (tiga) tingkatan
TKT yang disarankan untuk masing-masing tingkat risiko
pengendalian yang direncanakan, sebagai berikut.

Tabel 23. Penentuan TKT berdasarkan Risiko Pengendalian Awal

Tingkat Kesalahan Tertoleransi


Risiko Pengendalian Awal
(TKT)
Tidak melakukan pengujian
High (Maximum)
pengendalian
Medium 6% - 10%

Low 3% - 5%

b) Penetapan tingkat keandalan atau tingkat keyakinan


Tingkat keandalan atau tingkat keyakinan merupakan
probabilitas benar dalam mempercayai efektivitas
pengendalian intern. Tingkat keandalan atau tingkat
keyakinan merupakan kebalikan dari Risk of Assessing
Control Risk Too Low (RACRL). RACRL merupakan tingkat
risiko yang masih dapat diterima oleh pemeriksa karena telah
menyimpulkan bahwa pengendalian masih berjalan efektif
ketika pada kenyataannya pengendalian tidak berjalan
efektif. Dalam pengujian pengendalian, umumnya pemeriksa
dapat menggunakan tingkat keandalan sebesar 90%, 95%,
atau 99%. Penentuan besarnya tingkat keandalan yang akan
digunakan akan tergantung kepada kepercayaan pemeriksa
terhadap pengendalian intern entitas yang diperiksa.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 60


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab V

c) Penetapan Dugaan Tingkat Kesalahan (DTK)/Expected error


rate
DTK merupakan jumlah kesalahan yang diperkirakan akan
terjadi dalam populasi. Hal ini biasanya ditetapkan
berdasarkan pengalaman pemeriksa sehingga memerlukan
pertimbangan profesional. Misalnya, berdasarkan
pengalaman tahun lalu pemeriksa memperkirakan bahwa
kesalahan yang ditemukan tidak lebih dari 2%, dengan
demikian DTK adalah 2%. Namun dalam hal pemeriksa tidak
memiliki pengalaman mengenai besarnya kesalahan dalam
suatu populasi, maka ia dapat mengambil 50 sampel awal
untuk menaksir tingkat kesalahan yang terdapat dalam
populasi. Misalnya dari pemeriksaan atas 50 sampel,
ditemukan satu penyimpangan, maka taksiran DTK-nya
adalah sebesar 2% (1:50).
4) Pemilihan Sampel dan Pelaksanaan Pengujian
Setelah mendapatkan jumlah sampel, Pemeriksa dapat
melakukan pemilihan sampel dengan menggunakan metode
random (probabilistic approach) secara otomatis di Audit
Command Language (ACL), metode sistematik dengan
menggunakan penambahan nilai tertentu (mis: incremental 10
angka), stratifikasi atau menggunakan judgement untuk memilih
item-item mana saja yang akan dipilih.
5) Evaluasi Hasil Uji Petik
Jika dari hasil uji petik ditemukan kesalahan/deviasi lebih kecil
atau sama dengan Achieve, maka hasil uji petik tersebut
mendukung kesimpulan tentang tingkat keandalan (RACRL)
serta tingkat TKT. Misalnya, jika dengan tingkat keyakinan 95%,
DTK 2% serta TKT 5% yang ditetapkan didapatkan nilai
Achieved UPL sama dengan 6, dan hasil uji petik ditemukan
deviasi sebanyak 5, maka dapat disimpulkan bahwa
pengendalian telah berjalan efektif namun terdapat risiko
sebesar 5% bahwa pemeriksa salah memberikan kesimpulan.
Bila tidak demikian, misalnya ditemukan deviasi lebih dari 6,
maka pemeriksa perlu memperbaiki tingkat DTK ataupun
RACRL yang ditetapkan. Baik deviasi yang ditemukan lebih
besar maupun lebih kecil daripada Achieved UPL, pemeriksa
perlu meng-update matriks penilaian risiko terutama jika ada
perubahan tingkat risiko pengendalian yang ditetapkan pada
tahap penilaian risiko.
Contoh penggunaan metode uji petik atribut (attribute sampling) Contoh
penggunaan
dapat dilihat pada Boks 1 di bawah ini. metode uji
petik atribut

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 61


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab V

Boks 1
CONTOH PENERAPAN METODE UJI PETIK ATRIBUT (ATTRIBUTE SAMPLING)
Sebagai bagian dari pengujian atas pos belanja, pemeriksa melakukan pengujian
pengendalian terhadap otorisasi SPM.
Penetapan tujuan pengujian: uji petik ini dilakukan untuk menguji apakah proses
pengendalian dalam penerbitan SPM sebagai dokumen otorisasi untuk transaksi
belanja berjalan efektif.
Penetapan atribut dan deviasi: Karena pengujian ditujukan untuk mengetahui
pengendalian terhadap otorisasi SPM, maka atributnya yang ditetapkan adalah SPM
telah diotorisasi oleh Pengguna Anggaran, sedangkan deviasinya adalah jika ada
SPM yang dicairkan namun tidak diotorisasi atau diotorisasi tapi tidak oleh pejabat
yang berwenang.
Pendefinisian populasi dan unit sampling: Populasi yang akan diambil sampelnya
berupa 20.000 lembar SPM.
Penentuan metode pemillihan sampel: simple random sampling.
Penetapan TKT: Pemeriksa menetapkan TKT sebesar 5%.
Penetapan tingkat keandalan: Pemeriksa menetapkan tingkat keandalan sebesar
95%, atau tingkat RACRL (risiko menilai risiko pengendalian terlalu rendah) sebesar
5%.
Penetapan DTK: Berdasarkan pengalaman tahun sebelumnya pemeriksa
menetapkan DTK sebesar 2%.
Penentuan ukuran sampel ditetapkan dengan merujuk pada tabel ukuran sampel
untuk uji petik atribut dengan tingkat keandalan/keyakinan 95% seperti yang
tercantum pada Lampiran V.1 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Keputusan ini. Pada tabel tersebut dengan tingkat keyakinan 95%, pilih DTK sebesar
2% dan TKT sebesar 5%, diperoleh jumlah sampel sebesar 181 unsur. Dengan
melihat tabel tersebut, selain diperoleh ukuran sampel, juga diperoleh nilai Achieved
UPL (kesalahan yang masih dapat diterima) yang ditunjukkan dengan angka dalam
kurung di samping ukuran sampel, yaitu 4.
Pemilihan sampel: Setelah jumlah sampel yang harus dipilih diketahui, maka
pemeriksa harus memilih sampel tersebut dari keseluruhan populasi. Dalam hal ini
pemeriksa harus memilih 181 unsur diantara 20.000 lembar SPM yang ada. Teknik
penyeleksian 181 unsur dari 20.000 dapat dilakukan dengan memilih teknik pemilihan
sampel tertentu, misalnya simple random sampling.
Pelaksanaan pengujian: Setelah 181 SPM terpilih sebagai sampel, pemeriksa
memeriksa atribut yang ditetapkan sebelumnya, berupa SPM yang ditandatangani
oleh Pengguna Anggaran. Pemeriksa harus mencatat berapa kali ia menemukan SPM
yang tidak diotorisasi dengan semestinya.
Evaluasi hasil uji petik: Setelah memeriksa 181 SPM, pemeriksa menemukan terdapat
3 lembar SPM yang tidak diotorisasi dengan semestinya, jumlah kesalahan tersebut
kemudian dibandingkan dengan Achieved UPL yang diperoleh sebelumnya, yaitu 4.
Karena jumlah kesalahan yang diperoleh masih lebih kecil dari nilai Achieved UPL,
maka pemeriksa dapat menyimpulkan bahwa pengendalian telah berjalan efektif
namun terdapat risiko sebesar 5% bahwa pemeriksa salah memberikan kesimpulan.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 62


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab V

b. Pengujian Substantif (Monetary Unit Sampling/MUS) Penentuan


sampel
dengan
Pengujian substantif secara statistik, berdasarkan Juknis Uji Petik pendekatan
Pemeriksaan Keuangan menggunakan diagram keputusan statistik dalam
pengujian
penggunaan metode uji petik substantif, diterapkan untuk tingkat substantif
risiko entitas yang bervariasi atau sedang. Untuk entitas yang
memiliki risiko rendah atau tinggi, maka yang digunakan adalah uji
petik nonstatistika.
Pembedaan metode yang digunakan dalam pengujian substantif
berdasarkan keterjadian salah saji, yaitu sebagai berikut:
1) Jika diperkirakan frekuensi keterjadian salah saji tersebut cukup
banyak, maka yang digunakan adalah variable sampling.
2) Jika diperkirakan frekuensi keterjadian salah saji tersebut sedikit
(kurang dari 20 kejadian), maka yang digunakan adalah MUS.
13 Berikut disampaikan ilustrasi tahapan metodologi uji petik statistik Ilustrasi
tahapan
menggunakan metode MUS dalam pengujian substantif. metodologi uji
petik statistik
1) Penetapan tujuan pengujian menggunakan
metode MUS
Tujuan yang ditetapkan adalah menguji apakah akun-akun yang dalam
pengujian
terdapat pada laporan keuangan telah disajikan secara wajar. substantif

2) Mendefinisikan populasi dan unit sampling-nya.


Misalnya, untuk pengujian substantif atas transaksi belanja,
ditetapkan populasi adalah seluruh SPM yang telah diterbitkan
dan telah dicairkan melalui penerbitan Surat Perintah Pencairan
Dana (SP2D) dari BUD selama tahun anggaran yang diperiksa.
Dalam hal ini diketahui bahwa jumlah SPM yang telah diterbitkan
adalah 20.000 lembar sehingga populasinya adalah 20.000 dan
unit sampling-nya adalah dokumen SPM beserta dokumen
pendukungnya.
3) Menentukan tingkat reliability factor untuk risk of incorrect
acceptance (β risk).
Risk of incorrect acceptance (β risk) adalah risiko yang masih
dapat diterima oleh pemeriksa karena telah menerima bahwa
hasil uji petik mendukung kesimpulan bahwa saldo yang tercatat
tidak mengandung salah saji material padahal sebenarnya
terdapat salah saji material. Untuk memilih nilai β risk, pemeriksa
harus menggunakan judgement dan mempertimbangkan risiko.
Namun, mengingat kondisi akuntabilitas pemerintah yang saat
ini masih banyak memiliki kelemahan sistem pengendalian
dalam hampir semua kegiatan/transaksi maka β risk yang layak
dipilih adalah 1-10%. Namun juga pemeriksa memiliki
pertimbangan lain yang layak maka pemeriksa dapat memiliki
tingkat β risk yang lain.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 63


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab V

4) Menentukan tolerable misstatement, expected misstatement,


dan expansion factor.
Tolerable misstatement adalah sama dengan tolerable error per
akun yang telah dialokasikan pada saat penentuan tolerable
error. Expected misstatement adalah perkiraan nilai kesalahan
yang mungkin terjadi. Untuk menentukan EM maka pemeriksa
harus mempertimbangkan temuan-temuan tahun sebelumnya
atau hasil pemeriksaan interim. Jika pemeriksa menghitung EM
maka Expansion Factor harus dipilih menggunakan tabel pada
Lampiran V.2 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Keputusan ini.
5) Penentuan ukuran sampel
Rumus menentukan besarnya sampel adalah:
NB × RF0
n=
SST − (DSS × EF)

Keterangan:
n : Ukuran Sampel
NB : Nilai buku (Nilai yang tercatat untuk setiap unsur)
RF : Faktor keandalan (Reliability Factor), yaitu suatu faktor
untuk menyatakan risiko atas penerimaan yang salah,
dengan asumsi tidak ada kekeliruan (nol kekeliruan).
RF0 (untuk kekeliruan yang diharapkan = nol, atau U)
disajikan pada Lampiran V.2 yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Keputusan ini.
SST : Salah saji yang tertoleransi (Tolerable Misstatement),
yaitu salah saji maksimum yang boleh ada dalam
populasi tanpa membuat laporan keuangan dianggap
memberikan pandangan/ pengarahan yang salah
(misleading).
DSS : Dugaan Salah Saji (DSS), yaitu estimasi Pemeriksa
pemeriksa atas salah saji moneter dalam populasi.
Biasanya hal ini diestimasikan berdasarkan
pengalaman masa lalu dan pengetahuan mengenai
entitas yang diperiksa.
EF : Faktor ekspansi (Expansion Factor), yaitu suatu faktor
atas salah saji yang diharapkan, juga menggambarkan
penerimaan yang salah. Nilai faktor ekspansi disajikan
pada Lampiran V.2 yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Keputusan ini.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 64


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab V

6) Pemilihan Sampel dan Pelaksanaan Pengujian


Tahap pemilihan sampel dan pelaksanaan pengujian pada MUS
meliputi:
a) Pemilihan Sampel
Pemilihan sampel dapat dilakukan dengan menggunakan
software pemeriksaan seperti ACL dengan memasukkan
perintah random setelah memasukkan beberapa parameter
seperti yang telah disebutkan di atas, atau secara manual
dengan menggunakan tabel nomor acak seperti telah
diilustrasikan pada bagian metode pemilihan sampel.
b) Melakukan prosedur pemeriksaan
Lakukan prosedur pemeriksaan terhadap sampel yang
terpilih sesuai dengan tujuan pemeriksaan yang ingin
dicapai.
7) Evaluasi Hasil Uji Petik
Setelah pemeriksa menyelesaikan pengujian pemeriksaan atas
unit fisik yang terkait dengan unit moneter yang dipilih, ia akan
mengevaluasi kekeliruan yang ditemukan. Untuk mengevaluasi
kekeliruan yang ditemukan langkah yang dilakukan adalah
mengevaluasi nilai salah saji moneter maksimum (Max) yang
kemudian dibandingkan dengan nilai salah saji yang dapat
diterima (TM). Apabila nilai max sama atau lebih kecil dari nilai
TM, maka hasil pemeriksaan sampel akan mendukung
kesimpulan pemeriksa, bahwa populasi yang terwakili dengan
sampel tersebut tidak mengandung salah saji.
Cara menghitung nilai max adalah:
UML X
Max = NB X X1
n
Ket:
Max : Salah saji moneter maksimum
NB : Nilai buku
UMLx : Batas atas salah saji (upper misstatement limit) dapat dilihat pada
Lampiran V.3 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Keputusan ini.
n : Jumlah/ukuran sampel

Estimasi nilai salah saji moneter maksimum di dalam populasi


dapat disaring kembali dengan menggunakan informasi
tambahan yang diperoleh di dalam sampel, dengan
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 65


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab V

a) Batasan dasar (basic bound)


Jika tidak ditemukan adanya salah saji, pemeriksa akan
mengestimasikan Max sebagai.
UML 0
Max = NB X X1
n
Dengan tidak adanya salah saji, nilai tersebut akan
merupakan batasan dasar (basic bound). Apapun hasil
pengujian sampel, pemeriksa akan selalu mengestimasikan
jumlah moneter maksimum dari overstatement setidaknya
sebesar batasan dasar (basic bound) untuk tingkat risiko
yang telah ditetapkan.
b) Kesalahan (tainting)

Tentukan nilai tainting t untuk setiap unit fisik yang


mengandung kesalahan, catat setiap t dalam salah satu dari
dua kelompok berikut: understatement atau overstatement.
Setelah seluruh tainting ditentukan, urutkan setiap kelompok
mulai dari yang terbesar sampai yang terkecil (t1 = tainting
dengan nilai salah saji relatif yang terbesar, t2 = tainting
dengan nilai salah saji relatif terbesar kedua, dan
seterusnya). Kemudian hitung Max, setelah
memperhitungkan tainting.
c) Overstatement saja
Peningkatan dalam Pemeriksaan dengan ditemukannya satu
overstatement adalah:

UML1 − UML0
Peningkatan (Addition) = NB X1
n
UML1
Sehingga, Max = NB X1
n
UML0 UML1 − UML0
= NB X1 + NB X1
n n

d) Overstatement dan understatement


Ketika ditemukan baik overstatement maupun
understatement dalam sampel yang dipilih, apabila ukuran
sampel telah cukup memadai, maka nilai bersih
overstatement maksimum adalah:

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 66


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab V

Net Max o/s : Nilai bersih overstatement moneter maksimum

Overstatement moneter maksimum (hanya


Max :
mempertimbangkan overstatement, jika ada)

Kemungkinan salah saji untuk understatement


MLMu/s :
(MLMu/s = NB x (jumlah tainting (t) understatement / n)
NB : Nilai buku

n : Ukuran sampel

Jika pemeriksa menemukan bahwa dengan menerapkan


pendekatan di atas ternyata menghasilkan nilai bersih yang lebih
kecil dari batasan dasar (basic bound) atau jumlah kesalahan
understatement melebihi jumlah kesalahan overstatement, maka
pemeriksa perlu secara teliti menguji kembali pertimbangannya
dalam menggunakan pendekatan MUS. Jika diperlukan,
pemeriksa perlu mengganti pendekatan MUS yang
digunakannya dengan pendekatan yang menggunakan sampel
variabel. Jika pemeriksa memutuskan, setelah melakukan
pengujian ulang, bahwa penggunaan pendekatan MUS tetap
sesuai, maka pemeriksa akan mengestimasi NetMaxo/s setidak-
tidaknya sebesar batasan dasar (basic bound), untuk tingkat
risiko yang telah ditetapkan.
Dalam melakukan evaluasi, pemeriksa harus menyimpulkan
apakah nilai buku yang dilaporkan dapat diterima dengan
membandingkan antara max atau NetMaxo/s, yang relevan
dengan TM.
Contoh penggunaan metode MUS dapat dilihat pada Boks di Contoh
penggunaan
bawah ini. metode MUS

Boks 2 :
CONTOH PENERAPAN METODE UJI PETIK SATUAN MATA UANG
(MONETARY UNIT SAMPLING)
Pemeriksa menggunakan metode uji petik satuan mata uang untuk
menilai kewajaran saldo piutang. Akun piutang bernilai
Rp50.000.000.000, pemeriksa mentolerir risiko beta sebesar 5%,
Besarnya kesalahan maksimum yang dapat ditolerir adalah
Rp600.000.000 dan pemeriksa memperkirakan adanya kesalahan
sebesar Rp50.000.000.
Diasumsikan bahwa hasil pemeriksaan menunjukkan terdapat dua
overstatement, yaitu Rp5.000.000 dari nilai buku Rp10.000.000 dan
Rp16.000.000 dari nilai buku Rp20.000.000.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 67


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab V

Dari contoh tersebut, maka diketahui:


NB = 50.000.000.000
SST/TM = 600.000.000
β = 5%
DSS = 50.000.000
RF = 3 (Lihat Lampiran V.2 RF dengan risiko 5%)
EF = 1,6 (Lihat Lampiran V.2 EF dengan risiko 5%)
UML0 = 3 (Lihat Lampiran V.3 UML dengan risiko 5%)
UML1 = 4,8 (Lihat Lampiran V.3 UML dengan risiko 5%)
UML2 = 6,3 (Lihat Lampiran V.3 UML dengan risiko 5%)
1. Hitung ukuran sampel n: = 288 unsur
2. Hitung tainting t1 dan t2:
t1 = Rp5.000.000/10.000.000 = 0,5
t2 = Rp16.000.000/20.000.000 = 0,8

3. Hitung Max:
3 4,8 − 3
Max = 50.000.000.000 × × 1 + 50.000.000.000 × × 0,5 +
288 288
6,3 − 4,8
50.000.000.000 × × 0,8
288
= 885.416.667
4. Kesimpulan
Dengan hasil di atas, Pemeriksa 95% (sembilan puluh lima persen)
yakin bahwa nilai moneter dari overstatement dalam akun piutang tidak
melebihi Rp885.416.667. Namun karena nilai ini melebihi SST, yaitu
Rp600 juta, maka Pemeriksa mungkin menolak NB berdasarkan hasil
pengujiannya.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 68


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab V

2. Pendekatan Uji Petik Nonstatistik

14 Dalam menentukan sampel dengan pendekatan nonstatistik, pemeriksa Pendekatan uji


petik
harus sudah melakukan atau memiliki: nonstatistik

a. pemahaman yang baik terhadap proses bisnis entitas;


b. pemahaman dan penilaian risiko entitas (AR, IR, CR); dan
c. prosedur analitis.
15 Penggunaan metode profesional judgement dapat dilakukan juga untuk Tahapan
penentuan
pengujian pengendalian maupun pengujian substantif. Proses sampel
dengan
penentuan uji petik yang dilakukan untuk kedua pengujian tersebut tidak pendekatan
berbeda, tetapi tergantung karakter akun yang akan diuji. Tahapan- nonstatistik
tahapan penentuan sampel dengan pendekatan nonstatistik adalah
sebagai berikut.

a. Penentuan tujuan pengujian


Dalam hal pengujian pengendalian, misalnya pemeriksa
menetapkan tujuan pengambilan uji petik untuk menguji atas
approval dan authorization yang terdapat pada penerbitan SPM.
b. Pendefinisian populasi dan unit uji petik/sampel
Berkaitan dengan tujuan uji petik untuk menguji approval dan
authorization dalam penerbitan SPM, maka populasinya adalah
jumlah seluruh SPM yang diterbitkan dalam periode tersebut.
Sedangkan unit uji petiknya dapat berupa beberapa SPM yang
diterbitkan pada bulan-bulan tertentu sesuai dengan pertimbangan
pemeriksa.
c. Penentuan ukuran sampel
Mengingat karakteristik akuntansi Pemda yang menggunakan
sistem terdistribusi, maka dokumen-dokumen atau unit sampel
sebagian besar berada pada OPD-OPD yang merupakan entitas
akuntansi. Oleh karena itu, sebelum dapat menentukan jumlah
sampel dan unit sampel yang akan dipilih, perlu terlebih dahulu,
dengan pertimbangan tertentu dan profesional, menentukan ukuran
sampel pemeriksaan dan OPD yang akan diperiksa, karena
dokumen-dokumen atau unit sampel yang akan diuji tersebar di
OPD-OPD. Untuk tujuan pengujian ini, pemeriksa dapat
menggunakan hasil analisis risiko yang telah dilakukan pada tahap
sebelumnya.
Langkah-langkah dalam mengkaitkan hasil penilaian risiko entitas Langkah
dalam
dengan penentuan ukuran sampel pemeriksaan dan OPD yang akan mengkaitkan
hasil penilaian
diperiksa adalah sebagai berikut. risiko entitas
dengan
1) Penentuan risiko deteksi untuk masing-masing akun atau penentuan
kelompok transaksi ukuran sampel
pemeriksaan

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 69


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab V

Penentuan risiko deteksi dapat dilihat pada Bab III pada Tabel
15 Hubungan Masing-masing Risiko dengan Jumlah Bukti
Pemeriksaan dan Tabel 16 Pengaruh Masing-masing Risiko
Terhadap Lingkup Pengujian Terinci.
2) Penentuan persentase ukuran sampel pemeriksaan
berdasarkan rating risiko deteksi sebagai berikut:

Tabel 24. Penentuan Ukuran Sampel Pemeriksaan Berdasarkan Risiko Deteksi

Risiko Deteksi Ukuran sampel Pemeriksaan*


Low >50%-100%
Medium >30%-50%
High 20%-30%

*Ukuran sampel Pemeriksaan dapat dilakukan dengan cara prosedur analitis terinci,
pengujian mendalam atas SPI, dan pengujian terinci atas saldo (termasuk pengujian terhadap
fraud) sesuai dengan strategi pemeriksaan sebagaimana dijelaskan pada BAB 3.

Contoh ukuran sampel pemeriksaan untuk masing-masing Contoh ukuran


sampel
individual accounts atau kelompok transaksi berdasarkan hasil pemeriksaan
berdasarkan
penilaian risiko deteksi adalah: risiko deteksi

Tabel 25. Contoh Ukuran Sampel Pemeriksaan Berdasarkan Risiko Deteksi


untuk Individual Accounts atau Kelompok Transaksi

Ukuran sampel
Akun Risiko Deteksi
pemeriksaan*
Kas Low 100%

Piutang Medium >30%-50%

Aset tetap Low >50%-100%

Aset lainnya High 20%-30%

PNBP Low >50%-100%

Belanja Low >50%-100%

Khusus untuk pemeriksaan Kas di BUD, pemeriksa harus melakukan cash opname dan
perhitungan kas untuk menguji kebenaran formal dan materiil saldo kas per tanggal neraca
serta menguji kebenaran transaksi dalam Laporan Arus Kas.

3) Penentuan basis nilai yang akan dipakai untuk menentukan Contoh


penentuan
ukuran sampel pemeriksaan sebaiknya menggunakan basis ukuran sampel
pemeriksaan
nilai berupa saldo individual accounts atau kelompok transaksi berdasarkan
pada LKPD-unaudited yang akan diuji petik, dengan contoh saldo
individual
sebagai berikut. accounts

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 70


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab V

Tabel 26. Contoh Penentuan Ukuran Sampel Pemeriksaan berdasarkan Saldo


Individual Accounts atau Kelompok Transaksi

Saldo di LKPD Ukuran sampel*


Akun % Cov.
(unaudited) pemeriksaan (Rp)

Kas Rp5.000.000.000 60% **

Piutang Rp2.500.000.000 40% Rp1.000.000.000

Aset tetap Rp600.000.000.000 50% ***

Aset lainnya Rp10.000.000.000 25% Rp2.500.000.000

Pendapatan Daerah Rp280.000.000.000 50% Rp140.000.000.000

Belanja Daerah Rp300.000.000.000 60% Rp180.000.000.000


* Jika dalam tahap pelaksanaan pemeriksaan lapangan terhadap suatu akun tertentu,
Pemeriksa menemukan salah saji yang akan mengubah saldo akun tersebut sangat
material, maka pemeriksa dapat mengubah ukuran sampel pemeriksaannya
** Untuk pemeriksaan kas, diambil dari nilai transaksi dari tahun anggaran berjalan
(mutasi debet dan kredit) bukan dari saldo akhir pada tanggal pelaporan.
*** Khusus untuk pemeriksaan aset tetap, penentuan ukuran sampel pemeriksaan dapat
menggunakan basis nilai mutasi aset tetap tahun berjalan, sepanjang berdasarkan
hasil pemeriksaan sebelumnya, entitas telah melakukan inventarisasi ulang dan
penilaian kembali atas aset tetap serta telah didokumentasikan, dicatat, dan
dilaporkan secara memadai.

Dengan penerapan e-audit (electronic audit), cakupan


pemeriksaan untuk akun kas dan pendapatan daerah
(khususnya pendapatan transfer) dapat diambil secara populasi,
mengingat adanya kemudahan akses data secara elektronik.
4) Berdasarkan perhitungan cakupan pemeriksaan untuk masing-
masing akun atau kelompok transaksi tersebut, pemeriksa
memilih OPD yang akan diuji petik untuk dapat memenuhi nilai
ukuran sampel pemeriksaan. Dalam memilih OPD-OPD yang
akan diuji petik/sampling, pemeriksa harus mempertimbangkan
beberapa hal:
a) Karakteristik akun tersebut, sebagai contoh: akun kas,
penentuan ukuran sampel pemeriksaan dilakukan secara
populasi, hal ini terkait dengan tingkat risiko bawaan dari
akun kas yang sangat tinggi. Sedangkan untuk pemeriksaan
atau OPD yang diuji petik untuk pemeriksaan akun “Belanja
Daerah” akan tersebar di semua OPD, sedangkan untuk
pemeriksaan akun “Pendapatan Daerah” akan terpusat di
DPPKAD/Dispenda atau OPD-OPD tertentu yang mengelola
pendapatan.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 71


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab V

b) Hasil pengambilan sampling pada pemeriksaan


sebelumnya, baik pemeriksaan interim, PDTT, dan
pemeriksaan kinerja (sepanjang cakupan pemeriksaan
sebelumnya meliputi tahun anggaran yang sama dengan
tahun pelaporan keuangan). Pemeriksa harus
memprioritaskan untuk memilih OPD-OPD yang belum diuji
petik pada pemeriksaan sebelumnya, kecuali terdapat
pertimbangan-pertimbangan lain yang cukup signifikan,
sehingga mengharuskan pengambilan sampel yang sama
dengan pemeriksaan sebelumnya.
c) OPD yang memperoleh alokasi anggaran cukup besar
dan/atau memiliki risiko kesalahan dan/atau kecurangan
yang tinggi.

Contoh : Ilustrasi
penentuan
OPD untuk uji
Sesuai hasil perhitungan tersebut di atas, ukuran sampel petik
pemeriksaan untuk akun “Belanja Daerah” adalah Rp180 miliar.
Pemeriksa harus menentukan OPD-OPD yang akan diuji petik
untuk dapat memenuhi nilai ukuran sampel pemeriksaan Rp180
miliar, yaitu :
Gambar 7. Ilustrasi Penentuan OPD untuk Uji Petik

Beberapa pertimbangan pemilihan OPD adalah sebagai berikut. Pertimbangan


pemilihan
OPD
a) Menetapkan OPD atau perangkat daerah lainnya yang akan
dipilih sebagai sampel dengan pertimbangan nilai, risiko,
sampel pemeriksaan sebelumnya. Misal: OPD A dipilih
karena frekuensi transaksi tinggi, OPD B dipilih karena
dianggap memiliki risiko kesalahan (mungkin ada informasi
mengenai kejadian korupsi, dll) meskipun nilainya paling

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 72


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab V

kecil, OPD C dipilih karena nilai tertinggi, dan OPD D dipilih


karena belum pernah diperiksa selama ini. Total nilai
cakupan pemeriksaan adalah Rp180 miliar. Pemeriksa dapat
menambah cakupan pemeriksaan menjadi Rp200 miliar, jika
hal tersebut dianggap layak dan sumber daya yang ada
memadai.
b) Memilih bidang-bidang atau unit-unit di bawah OPD sehingga
nilai ukuran sampel pada OPD terpenuhi, misal: OPD A,
Rp40 miliar, sampel terpilih adalah Bidang A1 dan A2 yang
memiliki nilai realisasi belanja masing-masing Rp15 miliar
dan Rp25 miliar. Pertimbangan untuk memilih bidang/unit
dapat berdasarkan nilai, risiko, jumlah OPD, pertimbangan
pemeriksaan sebelumnya atau hal lain yang menurut
pemeriksa lebih layak.
Setelah pemeriksa menentukan unit sampel yang akan diambil
maka pemeriksa menentukan jumlah sampel yang mencukupi
berdasarkan pertimbangan profesional. Misalnya: Setelah
memilih unit sampel belanja-belanja di akhir tahun sebagai target
pemilihan dan pengujian sampel, pemeriksa perlu menentukan
berapa belanja di akhir tahun yang akan diuji. Untuk menetapkan
besarnya jumlah dan nilai unsur yang akan diambil harus
mempertimbangkan hasil penentuan ukuran sampel
pemeriksaan dan OPD yang akan diperiksa seperti yang telah
diuraikan di atas untuk akun yang telah ditetapkan, yaitu:

Tabel 27. Contoh Penetapan Ukuran Sampel Pemeriksaan

Saldo di LKPD Ukuran sampel


Akun % Cov.
(unaudited) pemeriksaan

Kas Rp5.000.000.000 60% Rp3.000.000.000*)

Piutang Rp2.500.000.000 40% Rp1.000.000.000

Aset tetap Rp600.000.000.000 50% Rp300.000.000.000*)

Aset lainnya Rp10.000.000.000 25% Rp2.500.000.000

Pendapatan Daerah Rp280.000.000.000 50% Rp140.000.000.000

Belanja Daerah Rp300.000.000.000 60% Rp180.000.000.000

* Untuk pemeriksaan kas diambil dari nilai transaksi dari tahun anggaran berjalan (mutasi
debet dan kredit) bukan dari saldo akhir pada tanggal pelaporan.
** Khusus untuk pemeriksaan aset tetap, penentuan ukuran sampel pemeriksaan dapat
menggunakan basis nilai mutasi aset tetap tahun berjalan, sepanjang berdasarkan hasil
pemeriksaan sebelumnya, entitas telah melakukan inventarisasi ulang dan penilaian
kembali atas aset tetap serta telah didokumentasikan, dicatat, dan dilaporkan secara
memadai.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 73


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab V

Selain pertimbangan tersebut, Pemeriksa juga masih


memungkinkan mempertimbangkan kelayakan jumlah sampel
disesuaikan dengan kondisi senyatanya, dengan
memperhitungkan:
a) cost dan benefit;
b) waktu pemeriksaan;
c) jumlah SDM yang dimiliki; dan
d) signifikansi akun yang diuji terhadap laporan keuangan.

Misalnya: Populasi adalah 2000 dokumen senilai Rp2 miliar dan risiko
gabungan tinggi. Setelah menggunakan pertimbangan sebelumnya,
didapatkan jumlah sampel sebesar 10% x 2000 = 200 atau senilai
Rp500juta. Namun demikian, waktu pemeriksaan sangat sempit dan
SDM yang dimiliki hanya sedikit. Oleh karena itu pemeriksa memutuskan
untuk mengurangi sampel menjadi 100 sampel. Jika pemeriksa
memutuskan untuk memodifikasi jumlah sampel berdasarkan
pertimbangan profesional, maka pemeriksa harus menuangkan
pertimbangan-pertimbangan tersebut dalam KKP. Pemeriksa dapat
memperbesar cakupan pemeriksaan jika berdasarkan hasil
pemeriksaan menunjukkan bahwa nilai akun dikoreksi secara
signifikan.

d. Menentukan unit-unit sampel yang akan dijadikan target pengambilan Penentuan


unit sampel
sampel harus mem-
perhatikan
Dalam menentukan unit-unit sampel yang akan dijadikan target hasil
pemahaman
pengambilan dan pengujian, pemeriksa mempertimbangkan hasil SPI dan
pemahaman SPI, analytical review, dan analisis risiko yang telah penilaian risiko
dilakukan.
Contoh–contoh penggunaan judgement dalam menentukan unit
sampel yang akan diambil antara lain sebagai berikut:
1) Jika dari hasil penilaian internal control pemeriksa menemukan
adanya kelemahan signifikan yang spesifik dan berpengaruh
terhadap laporan keuangan, maka pemeriksa dapat melakukan
pengujian yang terfokus pada kelemahan yang ditemukan.
Contoh:
a) Pemeriksa menemukan adanya kelemahan dalam sistem
pemungutan dan penyetoran Pendapatan Daerah, maka
pemeriksa melakukan uji substantif pada bukti-bukti yang
mengarah pada permasalahan, antara lain: Surat Ketetapan
Pajak Daerah/SKPD atau Surat Ketetapan Retribusi
Daerah/SKRD, bukti-bukti setor atau surat tanda setoran, nota
debet atau nota kredit, rekening koran dan lain-lain.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 74


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab V

b) Pemeriksa menemukan adanya kelemahan dalam sistem


pembayaran Belanja Pegawai, maka pemeriksa melakukan uji
substantif pada bukti yang mengarah pada permasalahan,
antara lain: SP2D belanja pegawai ke OPD, jumlah pegawai
sesuai data kepegawaian di BKD, daftar nominatif dan kuitansi
penerimaan gaji dari pegawai, dan lain-lain.
c) Belanja sosial (bansos) tanpa prosedur pertanggungjawaban,
maka pemeriksa melakukan uji substantif pada rincian
pengeluaran bansos, dasar/bukti-bukti pengeluaran bansos,
dokumen penyerahan bansos ke sasaran dan sebagainya.
2) Jika pengelolaan kas di Bendahara Pengeluaran tidak tertib atau
tidak menyelenggarakan Buku Kas Umum dan buku-buku
pembantu lainnya, pemeriksa harus melakukan cash opname dan
pengujian atas bukti-bukti pertanggungjawaban uang persediaan
dan bukti setor kembali ke Kas Daerah.
3) Jika tujuan langkah pemeriksaan sudah jelas, misalnya untuk
menemukan belanja akhir tahun yang pertanggung-jawabannya
tidak valid maka sampel yang dipilih adalah dokumen-dokumen
belanja yang terjadi akhir tahun.
4) Jika dalam analytical review, pemeriksa melihat adanya hubungan
tidak normal antarakun, misal akun belanja modal dengan aset
tetap, atau adanya tren yang tidak normal misal realisasi belanja
modal menumpuk di akhir tahun, maka sampel yang akan dipilih
difokuskan pada berita acara serah terima di akhir tahun karena
kemungkinan besar terdapat proyek yang belum selesai akan
tetapi berita acara sudah dibuat selesai dan dibayar. Jika terjadi
ketidaksesuaian antara perubahan belanja pegawai dengan
perubahan jumlah pegawai entitas, pemeriksa disarankan agar
melakukan sampling terhadap pengeluaran belanja pegawai
tersebut untuk bulan-bulan dimana terjadi kondisi tersebut. Jika
terjadi belanja yang signifikan di luar siklus yang normal,
disarankan agar pemeriksa melakukan sampling terhadap belanja
tersebut. Contoh: pengeluaran belanja yang signifikan pada Badan
Penanggulangan Bencana Daerah umumnya terjadi pada saat
terjadi bencana atau satu sampai dengan dua bulan setelah
terjadinya bencana. Oleh karena itu, jika terjadi pengeluaran
belanja yang signifikan pada periode bulan keempat setelah
terjadinya bencana atau sebelum terjadinya bencana, disarankan
agar pemeriksa melakukan sampling terhadap pengeluaran
belanja tersebut.
5) Jika terjadi pola pengeluaran belanja yang tidak biasa, disarankan
agar pemeriksa melakukan sampling terhadap pengeluaran
belanja tersebut. Contoh: Pencairan SP2D oleh OPD A di akhir
tahun anggaran yang jauh lebih besar dibandingkan dengan
pencairan SP2D bulan-bulan sebelumnya. Jika hal tersebut terjadi,
disarankan agar pemeriksa melakukan uji petik pengeluaran
belanja pada OPD A pada bulan-bulan tersebut.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 75


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab V

Dalam memilih unit sampel berupa akun yang akan disampel dan
diuji, pemeriksa mempertimbangkan siklus akun terkait. Misalnya:
ketika pemeriksa memutuskan akan mengambil sampel akun
belanja modal, maka pemeriksa sekaligus akan mengambil sampel
pada akun aktiva tetap terkait belanja modal tersebut.
e. Evaluasi Hasil Uji Petik Evaluasi hasil
uji petik
Setelah melakukan pengujian dan menemukan ada beberapa
kesalahan, pemeriksa tidak dapat langsung memproyeksikan
kesalahan tersebut ke populasi. Pemeriksa harus menggunakan
judgement dengan beberapa pertimbangan:
1) Frekuensi terjadinya kesalahan. Jika kesalahan yang ditemukan
hanya kasus yang terjadi pada satu waktu tertentu maka
kesimpulan akan berbeda dengan kesalahan yang sudah umum
terjadi dan frekuensi keterjadiannya pada beberapa waktu tertentu
dalam satu tahun. Misalnya, kesalahan yang terjadi 3 kali dalam
setahun dan umum terjadi seperti kesalahan mata anggaran
belanja barang ke belanja modal akan menyebabkan pemeriksa
berkesimpulan kesalahan serupa banyak terjadi dan
mempengaruhi kewajaran akun. Sedangkan kesalahan yang tidak
umum terjadi dan hanya terjadi dalam satu waktu tertentu mungkin
menyebabkan pemeriksa berkesimpulan kesalahan sejenis tidak
banyak terjadi dan tidak mempengaruhi kewajaran akun.
2) Unsur tindak pidana. Jika terdapat unsur tindak pidana dalam satu
temuan maka pemeriksa harus waspada dan berupaya
memperluas pengujian untuk mendapatkan keyakinan awal bahwa
indikasi tindak pidana terjadi atau tidak. Pemeriksa sebaiknya
mempertimbangkan bahwa tindak pidana tersebut mempengaruhi
kewajaran akun.
3) Penyebab kesalahan apakah disebabkan oleh sistem aplikasi atau
kesalahan personil. Jika kesalahan disebabkan karena kelemahan
sistem aplikasi maka kemungkinan besar kesalahan akan
mempengaruhi kewajaran akun.
f. Mendokumentasikan perencanaan, pemilihan, pengujian dan evaluasi Dokumentasi
hasil. uji petik

Pemeriksa mendokumentasikan setiap langkah penetapan uji petik


dan hasilnya dalam KKP. Dokumentasi setidaknya berisi dasar
penentuan lokasi/OPD yang akan diperiksa, pendekatan sampel yang
digunakan dan alasannya, tujuan pengujian, definisi populasi dan unit
sampling, ukuran sample, pemilihan sampel, hasil pelaksanaan
pengujian, dan evaluasi hasil pengujian.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 76


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab VI

BAB VI
KERTAS KERJA PEMERIKSAAN
SPKN PSP 100 Standar Umum pada bagian Dokumentasi Pemeriksaan
• Para 29: Pemeriksa harus menyusun dokumentasi pemeriksaan yang memadai
secara tepat waktu pada seluruh tahapan pemeriksaan dan memberikan
pemahaman yang jelas atas prosedur pemeriksaan yang dilakukan, pertimbangan
profesional, bukti yang diperoleh, dan kesimpulan yang dibuat.
• Para 30: Pemeriksa harus menyusun dokumentasi pemeriksaan guna memberikan
informasi yang jelas dan memadai. Melalui dokumentasi tersebut, Pemeriksa lain
yang tidak memiliki latar belakang pengetahuan atas pemeriksaan tersebut dapat
memahami sifat, waktu, lingkup, dan hasil dari prosedur pemeriksaan yang
dilaksanakan, bukti yang diperoleh dalam mendukung temuan, kesimpulan, dan
rekomendasi pemeriksaan, serta alasan dibalik semua hal signifikan yang
dibutuhkan dalam mengambil pertimbangan profesional dan kesimpulan terkait.
• Para 31: BPK harus mengembangkan sistem dokumentasi pemeriksaan yang
efisien dan efektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

SPAP SA 230 Dokumentasi Audit


• Para 7: Auditor harus menyiapkan dokumentasi audit secara tepat waktu. (Ref: Para.
A1)
• Para 8: Auditor harus menyusun dokumentasi audit yang memadai sehingga
memungkinkan seorang auditor berpengalaman, yang tidak memiliki keterkaitan
sebelumnya dengan audit tersebut, memahami: (Ref: Para. A2–A5, A16–A17)
(a) Sifat, saat, dan luas prosedur audit yang telah dilaksanakan dan kepatuhan
terhadap SA serta peraturan perundang-undangan yang berlaku; (Ref: Para.
A6–A7);
(b) Hasil prosedur audit yang dilaksanakan, dan bukti audit yang diperoleh; dan
(c) Hal-hal signifikan yang timbul selama proses audit, kesimpulan-kesimpulan
yang ditarik, dan pertimbangan profesional signifikan yang dibuat untuk
mencapai kesimpulan-kesimpulan tersebut. (Ref: Para. A8–A11).
• Para 9: Dalam mendokumentasikan sifat, saat, dan luas prosedur audit yang
dilaksanakan, auditor harus mencantumkan:
(a) karakteristik yang diidentifikasi tentang unsur spesifik atau hal-hal tertentu yang
telah diuji; (Ref: Para. A12);
(b) siapa yang melaksanakan pekerjaan audit tersebut dan tanggal pekerjaan
tersebut diselesaikan; dan
(c) siapa yang menelaah pekerjaan audit tersebut serta tanggal dan luas
penelaahan yang dilakukan. (Ref: Para. A13).

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 77


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab VI

• Para 10: Auditor harus mendokumentasikan pembahasan atas hal-hal signifikan


dengan manajemen, pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola, dan pihak lain,
termasuk sifat hal-hal signifikan tersebut, serta kapan dan dengan siapa
pembahasan tersebut dilakukan. (Ref: Para. A14)

Gambaran Umum

01 Dalam rangka melaksanakan pemeriksaan sesuai dengan SPKN, Dokumendasi


pemeriksaan
pemeriksa harus mempersiapkan dan memelihara dokumentasi
pemeriksaan dalam bentuk KKP. Dokumentasi pemeriksaan yang
berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan
pemeriksaan harus berisi informasi yang cukup untuk memungkinkan
pemeriksa yang berpengalaman, tetapi tidak mempunyai hubungan
dengan pemeriksaan tersebut dapat memastikan bahwa dokumentasi
pemeriksaan tersebut dapat menjadi bukti yang mendukung
pertimbangan dan simpulan pemeriksa. Selain itu, dokumentasi
pemeriksaan harus mendukung opini, temuan, simpulan dan
rekomendasi pemeriksaan.
02 Berkaitan dengan dokumentasi pemeriksaan, selain memperhatikan Standar Audit
yang terkait
Juklak tentang Kertas Kerja Pemeriksaan yang berlaku, Pemeriksa juga
harus memperhatikan ketentuan yang relevan dalam SA 230 tentang
Dokumentasi Audit.

Fungsi dan Manfaat Dokumentasi KKP

03 Dokumentasi pemeriksaan berfungsi sebagai bentuk Fungsi dan


manfaat
pertanggungjawaban pemeriksaan yang dilakukan pemeriksa, bahan dokumentasi
penilaian kualitas pemeriksaan, serta satu di antara sumber atau KKP
referensi pemeriksaan berikutnya. Manfaat dokumentasi pemeriksaan
adalah untuk:
a. dasar penyusunan LHP atau alat penghubung antara pekerjaan
pemeriksaan dan hasil pemeriksaan;
b. alat mereviu, mengendalikan dan mengawasi pekerjaan para
pelaksana pemeriksaan;
c. alat pembuktian yang mendukung LHP;
d. sarana mengevaluasi seluruh atau sebagian hasil pemeriksaan;
e. sumber data atau informasi bagi kelanjutan pemeriksaan dan
perencanaan pemeriksaan berikutnya; dan
f. membantu pemeriksa dalam pelaksanaan dan supervisi
pemeriksaan.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 78


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab VI

Lingkup Dokumentasi KKP

04 Dokumentasi pemeriksaan meliputi catatan dan/atau hasil pekerjaan Lingkup


dokumentasi
pemeriksa (perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan hasil KKP
pemeriksaan), bukti-bukti pemeriksaan yang kompeten, relevan, dan
cukup untuk mendukung catatan dan/atau hasil pekerjaan pemeriksa

Syarat dan Isi Dokumentasi Pemeriksaan

05 Agar sesuai dengan fungsi dan manfaatnya, KKP harus memenuhi Syarat
dokumentasi
syarat-syarat berikut: KKP

a. cukup, yaitu harus memadai untuk mendukung temuan-temuan,


simpulan dan rekomendasi berdasarkan pertimbangan profesional
pemeriksa;
b. kompeten, yaitu memiliki dukungan bukti yang kuat;
c. relevan, yaitu sesuai dengan waktu dan substansi pemeriksaan
dalam program pemeriksaan;
d. akurat atau tepat, yaitu sesuai dengan fakta dan bukti, termasuk
hasil analisis atau hasil perhitungan;
e. lengkap, sesuai dengan lingkup dalam program pemeriksaan, dan
mengandung isi seperti disebutkan dalam Juknis ini;
f. ringkas, yaitu merupakan ringkasan dan penafsiran data yang
dilakukan oleh pemeriksa dan bukan hanya merupakan penyalinan
catatan entitas ke dalam KKP;
g. jelas dan informatif, yaitu tidak menimbulkan arti ganda, mudah
dimengerti, dan tidak diperlukan penjelasan lisan tambahan yang
menggambarkan proses pemeriksaan yang dilakukan;
h. sistematis, yaitu memiliki tata urutan yang jelas dan konsisten;
i. rapi, yaitu mudah dibaca, mudah diketahui jejak, dan mudah direviu;
j. aman, yaitu bebas dari akses pihak lain yang tidak berkepentingan
dalam proses pemeriksaan sehingga terjaga kerahasiaannya dan
bebas dari risiko hilang serta rusak;
k. mudah diakses, yaitu dapat dicari dan diperoleh sesuai dengan
ketentuan penggunaan KKP; dan
l. bersih, yaitu terjaga dari kotoran yang dapat merusak dan
menyulitkan penggunaan KKP sesuai ketentuan penggunaannya.
06 KKP berisi catatan dan/atau hasil pekerjaan pemeriksa, yang paling Informasi
dalam
tidak memuat informasi sebagai berikut: dokumentasi
pemeriksaan
a. judul KKP;
b. nama, paraf, dan tanggal penyusun, pereviu, dan pemberi
persetujuan;

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 79


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab VI

c. indeks KKP;
d. referensi silang (cross reference) yang menggambarkan hubungan
antar KKP dalam tahap perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan
hasil pemeriksaan, termasuk pula hubungan dengan KKP periode
sebelumnya (bila diperlukan);
e. catatan pemeriksa terkait dengan informasi yang disajikan dalam
KKP tersebut; dan
f. simpulan pemeriksa yang didukung oleh hasil analisis sesuai
dengan lingkup program pemeriksaan.
07 KKP dilengkapi dengan kode dan simbol tertentu secara konsisten dan Kode dan
Simbol dalam
sistematik. Kode dan simbol tersebut meliputi indeksasi KKP; referensi KKP
silang (cross reference) antar KKP pada tahap perencanaan,
pelaksanaan, dan pelaporan hasil pemeriksaan serta KKP sebelumnya;
tickmark; dan tanda reviu. Penggunaan kode atau simbol pada KKP
harus dijelaskan pemeriksa. Penjelasan tersebut termasuk dalam KKP

Tahapan Pendokumentasian Pemeriksaan LKPD

08 Tahapan pendokumentasian pemeriksaan LKPD meliputi perencanaan Tahapan pen-


dokumentasi-
indeksasi KKP, penyusunan KKP, pemberian tanda simbol analisis, an
pemberian referensi silang, pereviuan KKP, pelabelan KKP, pemeriksaan
penyerahan KKP, pengendalian mutu KKP, dan penyimpanan KKP LKPD

1. Indeksasi KKP
09 Pemeriksaan LKPD diklasifikasikan dalam 3 (tiga) kelompok indeksasi
yaitu:
a. KKP Indeks A KKP Indeks A

KKP Indeks A meliputi catatan dan/atau hasil pekerjaan pemeriksa


dalam tahap perencanaan pemeriksaan yang menghasilkan surat
tugas, P2, Program Kerja Perorangan (PKP), Pemahaman Entitas,
Struktur Organisasi, Peraturan-peraturan terkait LKPD,
Pemahaman SPI, Pemahaman dan Penilaian Risiko, dan Prosedur
Analitikal Awal.
Untuk setiap tahapan diberikan indeksasi A.1, A.2, A.3, …, A.19.
Indeksasi secara keseluruhan dapat dilihat pada Lampiran VI.1.
b. KKP Indeks B KKP Indeks B

KKP Indeks B meliputi catatan dan/atau hasil pekerjaan pemeriksa


dalam pelaksanaan pemeriksaan yang menghasilkan simpulan dan
TP serta pengakhiran pemeriksaan.
Untuk setiap tahapan diberikan indeksasi B.1, B.2, B.3, …, B.11.
Indeksasi secara keseluruhan dapat dilihat pada Lampiran VI.1.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 80


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab VI

Pengujian akun-akun Neraca, Laporan Realisasi Anggaran, dan Susunan KKP


Indeks B
Laporan Operasional yang dibuat KKP-nya adalah akun dengan
indeks 3 (tiga) digit. Setiap akun tersebut disusun satu kesatuan
dengan urutan sebagai berikut:
1) Lembar Sampul (cover sheet) disingkat CS, format dapat dilihat
pada Lampiran VI.2 yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Keputusan ini;
2) Hasil Pelaksanaan Prosedur Pemeriksaan (HP3), format dapat
dilihat pada Lampiran VI.3 yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Keputusan ini;
3) Lembar Utama (lead schedule) disingkat LS, format dapat dilihat
pada Lampiran VI.4 yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Keputusan ini;
4) Lembar Pendukung (supporting schedule) disingkat SS, format
dapat dilihat pada Lampiran VI.5 yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Keputusan ini;
5) Lembar Pelaksanaan Pengujian Substantif (substantive test)
disingkat ST;
6) Lembar Pelaksanaan Pengujian Pengendalian (control test)
disingkat CT;
7) Lembar Pelaksanaan Pengujian Penyajian dan Pengungkapan
disingkat PD;
8) Dokumen/bukti relevan yang diperoleh dari auditee disingkat BA;
9) Berita Acara Pengujian Cek Fisik/Opname disingkat BF;
10) Hasil konfirmasi dari pihak ketiga disingkat BK; dan
11) Hasil wawancara secara tertulis disingkat BW.
Sebagai contoh KKP pengujian akun Kas di Kas Daerah dengan Contoh
Penyusunan
kode indeks B.1.1.1 mempunyai dua lembar pendukung dan enam KKP Indeks B
prosedur pengujian substantif, penomoran KKP-nya adalah sebagai
berikut:

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 81


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab VI

Tabel 28. Kode Indeksasi Akun Kas di Kas Daerah

No Keterangan Kode KKP No Keterangan Kode KKP

1 Lembar Sampul B.1.1.1.CS.01 7 Lembar B.1.1.1.PD.01


Pelaksanaan
Pengujian
Penyajian dan
Pengungkapan

2 Hasil B.1.1.1.HP.01 8 Dokumen/bukti B.1.1.1.BA.01


Pelaksanaan yang diperoleh dari
Prosedur B.1.1.1.BA.02
auditee
Pemeriksaan ….dst.

3 Lembar Utama B.1.1.1.LS.01 9 Berita Acara Cash B.1.1.1.BF.01


Opname

4 Lembar B.1.1.1.SS.01 10 Hasil konfirmasi dari B.1.1.1.BK.01


Pendukung pihak ketiga
B.1.1.1.SS.02

5 Lembar B.1.1.1.ST.01 11 Hasil wawancara B.1.1.1.BW.01


Pelaksanaan secara tertulis
Pengujian B.1.1.1.ST.02
Substantif ….dst
B.1.1.1.ST.06

6 Lembar B.1.1.1.CT.01
Pelaksanaan
Pengujian
Pengendalian

Setiap bukti/dokumen yang diperoleh dari entitas, analisis yang


dibuat oleh pemeriksa dan diperoleh dari pihak ketiga harus
diberikan nomor indeksasi
Untuk setiap koreksi atas akun harus didokumentasikan pada lembar Dokumentasi
Jurnal Koreksi
utama, jurnal-jurnal tersebut akan dikumpulkan dalam KKP Daftar
Jurnal Koreksi yang terlebih dahulu disetujui oleh Pengendali Teknis
sebelum diajukan kepada auditee. Jurnal koreksi yang diajukan oleh
pemeriksa diberi kode PAJE#XX (XX= nomor dua digit) dan jurnal
reklasifikasi diberi kode PRJE#XX. Sedangkan jurnal koreksi yang
diajukan oleh entitas diberi kode CAJE#XX.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 82


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab VI

c. KKP Indeks C KKP Indeks C

KKP Indeks C meliputi catatan dan/atau hasil pekerjaan pemeriksa


dalam tahap pelaporan pemeriksaan. Untuk setiap tahapan
diberikan indeksasi C.1, C.2, C.3, dan C.4. Indeksasi secara
keseluruhan dapat dilihat pada Lampiran VI.1 yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Keputusan ini.

2. Penyusunan KKP
10 KKP yang disusun secara manual maupun melalui media Aplikasi SiAP Identitas yang
harus ada
LK harus memuat informasi mengenai identitas BPK (simbol dan nama), pada KKP
pernyataan “Kertas Kerja Pemeriksaan”, entitas dan tahun yang
diperiksa, nomor kode indeks KKP, nama/initial, tanggal dan paraf,
simbol analisis (tickmark) dan pemberian referensi silang (cross
reference).

3. Pemberian Tanda Simbol Analisis (Tickmark)


11 Tickmark adalah tanda berupa simbol/huruf/angka yang digunakan Tanda simbol
analisis
untuk menandakan bahwa suatu prosedur pemeriksaan telah dilakukan (tickmark)
oleh pemeriksa, atau menandakan pemberian penjelasan lebih lanjut
atas suatu informasi. Tickmark digunakan untuk menyederhanakan
pendokumentasian pekerjaan yang telah dilakukan dan kondisi yang
ditemukan selama pelaksanaan pemeriksaan. Tickmark ini diletakkan di
dekat/di sebelah data yang dijelaskannya. Penulisan tickmark
sebaiknya menggunakan warna yang berbeda dengan warna tulisan
yang merupakan isi dari dokumen pemeriksaan tersebut. Setiap
penggunaan tickmark ini harus disertai dengan label keterangan
(legenda) yang menjelaskan maksud dari penggunaan tanda tersebut
pada kertas kerja. Legenda tersebut sebaiknya singkat dan cukup dapat
menjelaskan hasil dari prosedur pemeriksaan yang dilakukan. Tickmark
tidak boleh diberikan apabila prosedur tersebut tidak atau tidak dapat
dilakukan oleh pemeriksa. Contoh tickmark dapat dilihat pada Tabel 6.2
berikut.

Tabel 29. Daftar Tickmark

No Tickmark Keterangan Penempatan

1 ∧ Prosedur Footing sudah dilakukan Ditempatkan di bawah


angka total

2 < Prosedur Croos Footing sudah dilakukan Ditempatkan di


samping kanan angka
total
3 RK Rekening Sesuai dengan rekening koran Diletakkan di samping
Koran kanan angka

4 = Sudah sesuai dengan saldo terperiksa Ditempatkan di bawah


(audited balance) tahun lalu angka total
5 ≠ Tidak sesuai dengan saldo terperiksa Ditempatkan di bawah
(audited balance) tahun lalu angka total

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 83


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab VI

No Tickmark Keterangan Penempatan

6 B Buku besar Telah dicocokkan dengan buku besar Diletakkan di samping


kanan angka

7 bp Buku Telah dicocokkan dengan buku pembantu Diletakkan di samping


pembantu kanan angka

8 D Document Telah diperiksa dokumen (perjanjian, polis, Diletakkan di samping


kontrak) kanan angka

9 Vo Vouching Vouching Diletakkan di samping


kanan angka
10 J Journal Telah dicocokkan dengan Jurnal Diletakkan di samping
kanan angka
11 C Cheque Pemeriksaan cek batal Diletakkan di samping
kanan angka

12 CB Confirm Jawaban konfirmasi yang cocok Diletakkan di samping


Balance kanan angka

13 RD Report Jawaban konfirmasi yang tidak cocok Diletakkan di samping


Different kanan angka

14 RPO Return Post Jawaban konfirmasi dikembalikan oleh Diletakkan di samping


Office Kantor Pos kanan angka

15 NR No Respon Bila tidak ada jawaban untuk tujuan lain Diletakkan di samping
kanan angka

16 PBC Prepared By Untuk menandakan bahwa suatu daftar Diletakkan disudut kiri
Client dibuat oleh auditee atas dan ditulis
tanggal terimanya

4. Pemberian Referensi Silang (Cross Reference)


12 Catatan dan/atau hasil pekerjaan pemeriksa dapat saling berkaitan Referensi
silang (cross
antara satu KKP dengan KKP yang lain. Anggota Tim pemeriksa reference)
memberikan referensi silang pada KKP yang disusunnya. Referensi
silang tersebut menghubungkan KKP dalam satu indeks dengan KKP
indeks lain yang relevan antara lain sebagai berikut:
a. KKP Indeks A dengan KKP Indeks B, sesama KKP Indeks B, serta
KKP Indeks B dengan KKP Indeks C;
b. Lembar Sampul dengan Lembar Utama/Lembar Pendukung;
c. Lembar Utama dengan Lembar Pendukungnya;
d. Lembar Utama dengan Lembar Pendukung dari Lembar Utama
yang lain; dan
e. Lembar Pengujian dengan dokumen yang di-copy dari
auditee/konfirmasi dari pihak ketiga.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 84


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab VI

Gambar 8. Contoh Hubungan Antar-KKP dan Referensi Silang

13 Langkah-langkah yang dimuat dalam P2 dihubungkan dengan PKP


masing-masing anggota tim yang ada di indeks A. Prosedur
pemeriksaan yang dituangkan dalam PKP dihubungkan dengan KKP
lembar sampul atau HP3 yang ada di indeks B. Referensi silang ini untuk
mempermudah kontrol atas pelaksanaan P2/PKP
14 KKP lembar sampul untuk pemeriksaan keuangan dihubungkan dengan
KKP Utama. KKP utama dihubungkan dengan KKP Pendukung, KKP
Pendukung dihubungkan dengan HP3, dan HP3 dihubungkan dengan
bukti-bukti pendukungnya
15 Konsep final TP dihubungkan dengan masing-masing lembar sampul
yang relevan. Kriteria dalam TP dapat dihubungkan dengan permanent
file atau KKP tentang kriteria yang digunakan dalam pemeriksaan.
16 KKP Indeks B yang memuat TP diberikan referensi silang dengan KKP
Indeks C tentang konsep final LHP yang memuat TP tersebut. Demikian
pula, pada KKP Indeks C diberikan referensi silang KKP Indeks B
tersebut.

5. Pereviuan KKP
17 Pereviuan KKP dilakukan oleh Ketua Tim, Pengendali Teknis, dan/atau Reviu KKP

Penanggung Jawab Pemeriksaan sesuai dengan kewenangannya. Hasil


reviu dituangkan dalam lembar reviu (review sheet) dan/atau lembar
sampul KKP dengan membuat catatan dan simpulan reviu. Apabila
digunakan lembar reviu tersendiri, lembar reviu tersebut digabungkan

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 85


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab VI

dalam lembar KKP yang direviu. Contoh lembar reviu dapat dilihat pada
Lampiran VI.6 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Keputusan ini.
18 Pereviu KKP memberikan identitas nama/inisial, paraf, dan tanggal
penyampaian hasil reviunya untuk ditindaklanjuti oleh Anggota Tim
apabila diperlukan atau tanggal penyampaian ke jenjang lebih tinggi
untuk pereviuan dan/atau persetujuan.

6. Pelabelan KKP
19 KKP yang telah selesai direviu oleh Pengendali Teknis, dimasukkan ke Pelabelan
KKP
dalam kardus sesuai dengan urutan/hasil pekerjaan pemeriksa
(perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan hasil pemeriksaan) dan
setiap kardus diberikan label kardus seperti Gambar 9 berikut.
Gambar 9. Label Kardus

20 Setiap kardus dan odner juga dibuatkan daftar isi (format sebagaimana
tercantum dalam Lampiran VI.7 yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Keputusan ini) untuk mempermudah pencarian
dokumen. Daftar isi kardus berisi rangkuman dokumen apa saja yang
tersimpan dalam kardus tersebut seperti Gambar 10.
Gambar 10. Daftar Isi Kardus

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 86


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab VI

21 Jika dalam satu odner terdiri dari beberapa dokumen KKP, maka untuk
mempermudah pencarian KKP, diberikan penanda batas untuk setiap
KKP seperti Gambar 11.
Gambar 11. Penanda Batas KKP

7. Penyerahan KKP
22 Ketua Tim pemeriksaan menyerahkan seluruh KKP dari tahap Penyerahan
KKP
perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan hasil pemeriksaan kepada
Kepala Subauditorat dengan tembusan kepada pemberi tugas paling
lama 10 hari kerja setelah tanggal surat keluar LHP. Penyerahan KKP
dilakukan sesuai dengan Berita Acara Serah Terima KKP seperti pada
Lampiran VI.8 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Keputusan ini.

8. Pemberian TPRM
23 KKP yang telah diserahkan kemudian direviu untuk memperoleh Pemberian
TPRM
keyakinan mutu, dan diberikan Tanda Reviu Pengendalian Mutu
(TRPM) pejabat. Pengendalian mutu dibahas lebih lanjut pada BAB X
tentang Pengendalian dan Penjaminan Mutu atas Pemeriksaan.

9. Penyimpanan KKP
24 KKP yang telah direviu dikemas ke dalam media penyimpanan serta Penyimpanan
KKP
diberi stiker TRPM oleh pejabat, disimpan dalam tempat penyimpanan
satuan kerja pelaksana BPK di bidang pemeriksaan yang bersangkutan
(subauditorat) secara rapi, sistematis, dan aman selama dua tahun dari
tahun pemeriksaan dilakukan. Lamanya penyimpanan di subauditorat
juga berdasarkan pertimbangan dari Kepala Subauditorat mengenai
nilai guna dari KKP terkait.
25 Untuk penyimpanan KKP yang sistematis dan jelas serta memudahkan Identitas KKP

dalam pencariannya, maka tiap-tiap media penyimpanan KKP


(kardus/ordner/map) diberi label identitas yang jelas, yaitu:
a. nama objek, entitas, tahun yang diperiksa, dan tahun pemeriksaan;
b. daftar Isi KKP;

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 87


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab VI

c. nomor dan jumlah kardus KKP; dan


d. satuan kerja BPK bidang pemeriksaan (sampai tingkat eselon III).
26 Map/ordner KKP dalam kardus disimpan sesuai indeksnya secara
berurutan. Masing-masing map/ordner diberi label identitas KKP dan
daftar isi KKP yang disimpan dalam map/odner tersebut.
27 Penyimpanan KKP yang dikerjakan melalui media aplikasi SiAP LK
mengikuti ketentuan yang diatur tersendiri.

10. Peminjaman KKP


28 KKP yang dikelola oleh pejabat pengelola KKP dapat dipinjamkan Administrasi
Peminjaman
dengan persetujuan pemberi tugas atau pejabat pengelola KKP KKP
tersebut. Peminjaman KKP dilakukan melalui nota peminjaman dari
pihak peminjam kepada pejabat pengelola KKP. Peminjaman
didokumentasikan dalam Berita Acara Peminjaman KKP oleh pejabat
pengelola KKP.
29 KKP dapat dipinjamkan untuk kepentingan: Kepentingan
Peminjaman
a. perencanaan pemeriksaan; KKP

b. reviu pengendalian mutu;


c. kegiatan penyidikan;
d. alat bukti di pengadilan; dan/atau
e. keperluan kedinasan lainnya sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan yang berlaku.
30 Persyaratan peminjaman KKP adalah sebagai berikut: Syarat
Peminjaman
a. peminjam hanya dapat menggunakan KKP tersebut di kantor BPK. KKP

Penggunaan KKP di luar kantor BPK harus mendapatkan


persetujuan tertulis dari pemberi tugas sesuai ketentuan perundang-
undangan;
b. peminjam menjaga kebersihan, kelengkapan, keutuhan, dan
keamanan KKP yang dipinjam;
c. peminjam dilarang mengubah KKP, memindahkan KKP ke tempat
lain yang tidak sesuai, dan menghilangkan KKP;
d. peminjam dapat menggandakan KKP dengan persetujuan pejabat
pengelola KKP dan/atau pemberi tugas;
e. peminjam dilarang meminjamkan KKP kepada pihak lain tanpa
persetujuan persetujuan tertulis pejabat pengelola KKP dan/atau
pemberi tugas; dan
f. peminjam mengembalikan KKP dalam keadaan lengkap dan utuh
seperti ketika KKP dipinjam dan sesuai dengan waktu peminjaman.
31 Penggunaan lain atas KKP, seperti peminjaman untuk proses
penyelidikan dan/atau penyidikan aparat penegak hukum dilakukan
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 88


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab VI

11. Pemindahan KKP ke Arsip


32 KKP yang telah melewati waktu 2 (dua) tahun di satuan kerja pelaksana Pemindahan
KKP
BPK di bidang pemeriksaan (paling rendah setingkat unit eselon III)
dipindahkan oleh pejabat terkait kepada Subbagian terkait dengan
suatu berita acara yang dilengkapi daftar KKP yang diserahkan.

12. Pemindaian (Scanning) KKP


33 Penanggung jawab dan/atau pejabat pengelola KKP melakukan Pemindaian
KKP
pemindaian (scanning) KKP, sebelum KKP tersebut dipindahkan ke
arsip. Pemindaian ini bertujuan sebagai dokumen cadangan (backup
file) atas pemeriksaan. Hasil pemindaian KKP dibuat rangkap dua.
Rangkap pertama disimpan oleh penanggung jawab dan/atau pejabat
pengelola KKP. Rangkap kedua disampaikan kepada subbag terkait
bersama KKP yang diserahkan.
34 Penanggung jawab dan/atau pejabat pengelola KKP serta subbag
terkait menyimpan hasil pemindaian KKP dalam suatu media
penyimpanan baik berupa disk atau tempat penyimpanan komputer
dengan memerhatikan keamanan hasil pemindaian KKP tersebut.

13. Pemusnahan
35 Pemusnahan KKP dilakukan oleh subbag terkait sesuai dengan Pemusnahan
KKP
ketentuan pengelolaan arsip dalam peraturan perundang-undangan
dan memperoleh persetujuan tertulis dari Pejabat Pengelola KKP
dan/atau pemberi tugas yang relevan dengan KKP yang dimusnahkan
tersebut. Pemusnahan dituangkan dalam berita acara pemusnahan
sesuai dengan ketentuan pengelolaan arsip dalam peraturan
perundang-undangan. Berita acara pemusnahan KKP atau arsip
tersebut disampaikan pula kepada pejabat pengelola KKP dan/atau
pemberi tugas untuk keperluan pengendalian dan bukti pemusnahan
KKP.

14. Hubungan Panduan tentang KKP dengan Sistem Aplikasi LKPD


(SiAP LKPD)
36 Pada saat ini, BPK sedang mengembangkan sebuah sistem aplikasi Hubungan
KKP dan SIAP
berbasis teknologi informasi (IT) guna membantu mengefisienkan dan LKPD
mengefektifkan pelaksanaan pemeriksaan atas LKPD, yang dinamakan
dengan SiAP LKPD. SiAP LKPD ini membantu memfasilitasi dan
mendokumentasikan seluruh proses pemeriksaan LKPD, mulai dari
perencanaan (termasuk persiapan pemeriksaan), pelaksanaan, dan
pelaporan.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 89


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab VII

BAB VII
FORMULASI TEMUAN PEMERIKSAAN LKPD
SPKN PSP 100 Standar Umum
• Para 22: Apabila terdapat risiko ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berindikasi kecurangan dan ketidakpatutan yang
secara signifikan memengaruhi hal pokok/informasi hal pokok yang diperiksa,
Pemeriksa harus memodifikasi prosedur untuk mengidentifikasi terjadinya
kecurangan dan/atau ketidakpatutan, serta menentukan dampaknya terhadap hal
pokok/informasi hal pokok yang diperiksa.
• Para 23: Pemeriksa harus mengungkapkan ketidakpatuhan terhadap ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berindikasi kecurangan, ketidakpatutan,
dan/atau kerugian negara/daerah, serta ketidakpatuhan yang berpengaruh
langsung dan material terhadap hal pokok/informasi hal pokok yang diperiksa
sesuai ketentuan.

SPKN PSP 200 Standar Pelaksanaan


• Para 33: Pemeriksa harus mengembangkan temuan pemeriksaan apabila
menemukan ketidaksesuaian antara kondisi dan kriteria.
• Para 34: Pemeriksa harus mempertimbangkan unsur temuan yang terdiri dari
kondisi, kriteria, akibat, dan sebab dalam mengembangkan temuan pemeriksaan.
Namun unsur yang dibutuhkan untuk sebuah temuan pemeriksaan bergantung
pada tujuan pemeriksaan. (Ref: Para. A21)
• Para 35: Pemeriksa dapat membuat temuan pemeriksaan untuk memenuhi tujuan
pemeriksaan dalam rangka menarik kesimpulan dan/atau rekomendasi. (Ref: Para.
A22)

SPAP SA 250 Pertimbangan atas Peraturan Perundang-Undangan dalam Audit


atas Laporan Keuangan
• Para 12: Berdasarkan SA 315, sebagai bagian dari usaha untuk memahami entitas
dan lingkungan bisnisnya, auditor harus memperoleh suatu pemahaman umum
mengenai:
a) kerangka peraturan perundang-undangan yang berlaku bagi entitas dan
industri atau sektor yang di dalamnya entitas beroperasi; dan
b) bagaimana entitas mematuhi kerangka tersebut. (Ref: Para. A7)
• Para 18: Jika auditor mengetahui informasi mengenai suatu kejadian
ketidakpatuhan atau dugaan ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-
undangan, auditor harus memperoleh: (Ref: Para. A13)
a) pemahaman atas sifat ketidakpatuhan dan kondisi terjadinya ketidakpatuhan;
dan
b) informasi lebih lanjut untuk mengevaluasi dampak yang mungkin terjadi
terhadap laporan keuangan. (Ref: Para. A14)

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 90


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab VII

• Para 19: Jika auditor menduga kemungkinan terjadi ketidakpatuhan, maka auditor
harus membahas hal tersebut dengan manajemen dan, jika relevan, dengan pihak-
pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola. Jika manajemen atau, jika relevan,
pihak-pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola tidak dapat memberikan
informasi memadai yang mendukung kepatuhan entitas terhadap peraturan
perundang-undangan dan, dalam pertimbangan auditor, dampak dugaan
ketidakpatuhan tersebut material terhadap laporan keuangan, maka auditor harus
mempertimbangkan keputusan untuk memperoleh advis hukum. (Ref: Para. A15–
A16)

SPAP Standar Audit 265 Pengomunikasian Defisiensi dalam Pengendalian


Internal kepada Pihak yang Bertanggung Jawab atas Tata Kelola dan Manajemen
• Para 7: Auditor harus menentukan apakah, berdasarkan pekerjaan audit yang telah
dilakukan, auditor telah mengidentifikasi satu atau lebih defisiensi dalam
pengendalian internal. (Ref: Para. A1–A4)
• Para 8: Jika auditor telah mengidentifikasi satu atau lebih defisiensi dalam
pengendalian internal, auditor harus menentukan, berdasarkan pekerjaan audit
yang telah dilakukan, apakah defisiensi tersebut, secara individual atau kombinasi
merupakan defisiensi signifikan. (Ref: Para. A5–A11)
• Para 9: Auditor harus mengomunikasikan secara tertulis tentang defisiensi
signifikan dalam pengendalian internal yang diidentifikasi selama audit kepada
pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola secara tepat waktu. (Ref: Para.
A12– A18, A27)

Gambaran Umum
01 Sesuai UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU Kriteria Opini

Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan


Tanggung Jawab Keuangan Negara, dan UU Nomor 15 Tahun 2006
tentang Badan Pemeriksa Keuangan, BPK bertugas memeriksa LKPD.
Berdasarkan UU Nomor 15 Tahun 2004, pemeriksaan keuangan
menghasilkan opini. Opini merupakan pernyataan profesional
pemeriksa mengenai kewajaran informasi keuangan yang disajikan
dalam laporan keuangan yang didasarkan pada kriteria (i) kesesuaian
dengan standar akuntansi pemerintahan, (ii) kecukupan pengungkapan
(adequate disclosures), (iii) kepatuhan terhadap peraturan perundang-
undangan, dan (iv) efektivitas SPI.
02 Untuk mendukung pengambilan kesimpulan (opini), Pemeriksa harus Pengembang-
an temuan
mengembangkan TP apabila terdapat perbedaan kondisi dan kriteria
pemeriksaan. Dalam pemeriksaan keuangan, TP tersebut dapat berupa
temuan terkait kelemahan SPI, kepatuhan peraturan perundang-
undangan, maupun usulan koreksi pencatatan (jurnal koreksi maupun
pengungkapan).
03 Temuan SPI yaitu temuan yang berhubungan dengan kelemahan Temuan SPI

struktur/desain SPI dan aplikasi SPI.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 91


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab VII

04 Temuan Kepatuhan yaitu temuan yang berhubungan dengan Temuan


kepatuhan
ketidakpatuhan pengelolaan keuangan daerah terhadap peraturan
perundang-undangan, peraturan pemerintah, peraturan daerah,
maupun ketentuan terkait lainnya. Berdasarkan Keputusan BPK Nomor
5/K/I-XIII.2/8/2010 tentang Juknis Kodering Temuan Hasil
Pemeriksaan, yang selanjutnya disebut Juknis Kodering Temuan Hasil
Pemeriksaan, temuan kepatuhan terdiri dari 5 (lima) jenis yaitu temuan
yang mengindikasikan terjadinya kerugian daerah, potensi kerugian
daerah, kekurangan penerimaan, temuan administrasi dan temuan
Indikasi Tindak Pidana.
05 Berdasarkan PMP, TP merupakan temuan atau indikasi permasalahan Permasalahan
yang menjadi
yang diperoleh selama pemeriksaan. Pada dasarnya, TP terkait TP
dengan:
a. ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-
undangan, penyimpangan, dan ketidakpatutan yang material untuk
dilaporkan;
b. kelemahan SPI yang material untuk dilaporkan;
c. kegagalan suatu program yang diperiksa; dan
d. ketidaksesuaian kondisi dengan kriteria yang ditetapkan.
06 TP yang dihasilkan oleh BPK sebaiknya memenuhi beberapa prinsip, Prinsip TP

antara lain:
a. prinsip keadilan, maksudnya TP BPK tidak boleh merugikan suatu
pihak demi menguntungkan pihak yang lain. Karena pada dasarnya,
TP itu harus memberikan manfaat langsung dan tidak langsung
terhadap proses pengelolaan keuangan daerah yang lebih baik.
b. prinsip kejujuran, artinya setiap TP BPK harus mengungkapkan
secara menyeluruh (full disclosure) atas fakta dan data yang
ditemukan oleh pemeriksa selama melaksanakan pemeriksaan
tanpa ada yang ditutup-tutupi.
c. prinsip profesionalisme, artinya TP BPK harus dihasilkan oleh
pemeriksa yang kompeten dan menguasai bidang/objek
pemeriksaan yang menjadi temuan sehingga kualitas TP menjadi
lebih tinggi.
07 Untuk memberikan panduan dalam membuat laporan atas temuan hasil
pemeriksaan LKPD supaya setiap pemeriksa BPK memiliki persamaan
persepsi tentang penyusunan TP yang berkualitas, maka dinilai perlu
untuk menyusun panduan formulasi TP atas LKPD tersebut.
08 Panduan formulasi TP atas LKPD ini bertujuan untuk: Tujuan
panduan
a. memudahkan penyusunan TP LKPD oleh anggota tim pemeriksa; formulasi TP

b. mempermudah ketua tim dalam mengonsolidasikan TP; dan


c. memberi pedoman mengenai informasi yang seharusnya
diungkapkan dalam temuan terkait.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 92


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab VII

09 Walaupun demikian, tim pemeriksa hendaknya selalu menyesuaikan


template tersebut dengan kondisi dan data yang paling relevan di entitas
terkait. Template ini juga tidak membatasi kemungkinan adanya
permasalahan lain yang seharusnya dilaporkan dalam LHP atas LKPD.
10 Perumusan TP LKPD dilakukan dengan pendekatan-pendekatan Pendekatan
perumusan TP
sebagai berikut: LKPD

a. temukan permasalahan yang signifikan atas penyajian akun dalam


laporan keuangan. Kemudian tentukan efek kumulatif
ketidakwajaran penyajian akun tersebut terhadap laporan keuangan
secara menyeluruh;
b. bedakan permasalahan tersebut dalam permasalahan yang sedang
berjalan (current) dan permasalahan saldo awal (past). Hal ini
penting untuk menghindari adanya akumulasi temuan yang
berulang serta membedakan apakah temuan tersebut terjadi atas
saldo awal atau penyajian saldo pada tahun berjalan;
c. identifikasi temuan-temuan yang berulang kali terjadi dan temuan-
temuan yang terjadi pada banyak LKPD berdasarkan hasil
pemeriksaan LKPD dan PDTT pada tahun-tahun sebelumnya;
d. telaah LHP tahun-tahun sebelumnya untuk mengetahui kekurangan
dalam pengungkapan TP sebagai pertimbangan untuk melakukan
perbaikan;
e. mutakhirkan peraturan-peraturan yang menjadi kriteria TP LKPD;
dan
f. tentukan informasi minimal yang perlu dicantumkan dalam TP
LKPD.

Panduan Umum Penulisan TP LKPD


11 Unsur-unsur TP terdiri dari judul, kondisi, kriteria, akibat, sebab dan Unsur-unsur
TP
komentar instansi. Saat TP disusun dalam Konsep LHP yang nantinya
akan direviu secara berjenjang untuk menjadi LHP, perlu ditambahkan
unsur rekomendasi. Kendala dalam penulisan TP adalah bagaimana
menyinkronkan bahasa pada setiap unsur TP tersebut sehingga TP
menjadi lebih mudah dipahami oleh pembaca LHP serta memberikan
keseragaman metode dan teknik penulisan TP antar-Pemeriksa BPK.
12 Berikut ini adalah pedoman dalam melaporkan TP dalam LTP: Pedoman
pelaporan TP
a. Judul merupakan unsur awal dalam penyusunan TP yang dalam LTP

memberikan gambaran awal kepada pembaca TP untuk


memperoleh informasi yang singkat dan jelas tentang permasalahan
yang dimuat dalam TP tersebut.
b. Kondisi merupakan gambaran tentang situasi yang ada. Kondisi
yang diungkapkan dalam TP harus berisi data/informasi/bukti atas
suatu keadaan yang disajikan secara objektif dan relevan
berdasarkan fakta yang ditemukan pemeriksa di lapangan.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 93


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab VII

c. Kriteria merupakan informasi yang dapat digunakan oleh pengguna


LHP untuk menentukan keadaan seperti apa yang seharusnya
dilaksanakan.
d. Akibat merupakan pengungkapan yang memberikan hubungan
yang jelas dan logis untuk menjelaskan dampak dari adanya
perbedaan antara apa yang ditemukan oleh pemeriksa di lapangan
(kondisi) dengan keadaan yang diharapkan (kriteria).
e. Sebab merupakan bukti yang meyakinkan mengenai faktor yang
menjadi sumber utama perbedaan antara kondisi dan kriteria.
f. Komentar Instansi merupakan tanggapan oleh entitas yang
diperiksa terhadap indikasi temuan. Pemeriksa wajib memberikan
kesempatan kepada pihak yang diperiksa untuk menanggapi TP
sebagaimana diamanatkan dalam Kode Etik BPK.
13 Salah satu cara yang paling mudah adalah untuk mempermudah Matriks TP

penyusunan dan menyinkronkan tiap unsur TP yaitu membuat matriks


TP. Lihat Lampiran VII.1 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Keputusan ini. Dengan membuat matriks, pemeriksa akan lebih mudah
mengidentifikasi adanya ketidaksesuaian penulisan dan pengungkapan
dari tiap-tiap unsur TP.

1. Panduan Penulisan Judul


14 Judul merupakan unsur awal dalam penyusunan TP, judul memberikan Penulisan
Judul TP
gambaran awal kepada pembaca TP untuk memperoleh informasi yang
singkat dan jelas tentang permasalahan yang dimuat dalam TP
tersebut. Salah satu teknik pengungkapan Judul yaitu memberikan
simpulan/gambaran atas kondisi permasalahan yang terjadi, atau dapat
juga mengombinasikan antara kondisi dengan akibat, menggunakan
bahasa yang singkat, jelas, dan sesuai Ejaan Yang Disempurnakan
(EYD).
15 Berikut ini contoh Penulisan Judul TP: Contoh Judul
TP

Penyajian Investasi Permanen dalam Neraca Pemda Kabupaten A TA 20xx sebesar


Rp123.456.789,00 Tidak Berdasarkan Metode Ekuitas

2. Panduan Penulisan Kondisi


16 Pelaporan lingkup atau kedalaman dari kondisi dapat membantu Penulisan
Kondisi TP
pengguna laporan dalam memperoleh perspektif yang wajar. Untuk
menuangkan kondisi agar mudah dipahami dalam TP, ada beberapa hal
yang harus diperhatikan yaitu:
a. Dalam pemeriksaan atas laporan keuangan, paragraf awal TP harus
menjelaskan saldo atas akun yang menjadi TP serta tentukan
berapa anggaran dan realisasinya serta bandingkan dengan saldo
tahun sebelumnya. Hal ini penting, agar pembaca TP dapat
memahami posisi saldo awal atas akun tersebut.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 94


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab VII

b. Pemeriksa dapat menguraikan hasil telaahan atas akun atau asersi


tertentu terkait akun tersebut disertai penjelasan atas bukti-bukti
relevan yang ditemukan di lapangan.
c. Sebutkan pihak-pihak yang terkait langsung dengan permasalahan
yang ada dalam TP tersebut. Gunakan inisial dalam menulis nama
orang, perusahaan atau organisasi tertentu.
d. Gunakan bahasa yang mudah dipahami dan langsung pada pokok
permasalahan supaya tidak meluas pada permasalahan lainnya
yang tidak berhubungan.
17 Berikut ini contoh pengungkapan kondisi dalam TP. Contoh kondisi
TP

Temuan – Sistem Pencatatan dan Pelaporan Aset Tetap pada Pemerintah


Kabupaten ABC Belum Memadai dan Belum didukung Bukti Kepemilikan
sebesar Rp . . .
Pemerintah Kabupaten ABC menyajikan aset tetap senilai Rp443.485,97 juta dalam
Neraca per 31 Desember 20xx. Jumlah yang tersaji tersebut meningkat sebesar
Rp57.980,00 juta atau 15,03% dibandingkan saldo aset tetap dalam Neraca audited
tahun sebelumnya (atau senilai Rp385.505,97 juta).
CaLK Pemerintah Kabupaten ABC Tahun 20xx pada Paragraf 3.e.5 menyatakan
bahwa Aset Tetap tersebut terdiri dari 1) Tanah, 2) Peralatan dan Mesin, 3) Gedung
dan Bangunan, 4) Jalan, Irigasi dan Jaringan, 5) Aset Tetap Lainnya, dan Konstruksi
dalam Pengerjaan.
Dari hasil pemeriksaan diketahui bahwa sistem pengendalian atas aset tetap pada
Pemerintah Kabupaten ABC belum memadai, antara lain terdapat kondisi sebagai
berikut.
1) Nilai aset tetap yang diungkapkan dalam Neraca Pemerintah Kabupaten ABC
belum didasarkan pada inventarisasi aset tetap dan belum didukung bukti
kepemilikan sebesar Rp . . . . .
2) ……………………………….

3. Panduan Penulisan Kriteria


18 Kriteria memberikan informasi yang dapat digunakan oleh pengguna Penulisan
kriteria TP
LHP untuk menentukan keadaan seperti apa yang seharusnya
dilaksanakan. Kriteria akan mudah dipahami apabila dinyatakan secara
wajar, eksplisit, lengkap, dan sumber dari kriteria dinyatakan dalam
LHP. Kriteria, harus detail dan rinci tidak boleh menggunakan kriteria
yang bersifat umum (general) agar tidak membiaskan kriteria utama
yang dilanggar dalam TP.
19 Hal penting yang perlu dipahami Pemeriksa dalam menentukan kriteria Pelanggaran
dari suatu
adalah hal-hal apa saja yang dilanggar atau tidak dilaksanakan ketentuan
sehingga muncul permasalahan yang ada dalam kondisi. Dalam
pemeriksaan atas LKPD, kriteria yang bisa digunakan pemeriksa yaitu
SAP, Buletin Teknis SAP, peraturan perundang-undangan yang terkait
dengan penyusunan LKPD, kontrak pengadaan barang/jasa

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 95


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab VII

sehubungan dengan kewajaran penyajian belanja dalam LKPD serta


kebijakan dan prosedur lain yang terkait dengan asersi laporan
keuangan yang dinilai pemeriksa.
20 Untuk menyajikan kriteria dalam TP, pemeriksa dapat mengutip kriteria
dari satu atau lebih kriteria yang paling spesifik dan relevan dengan
permasalahan yang diungkapkan.
21 Salah satu hal yang terpenting dalam menentukan kriteria adalah
hindari menggunakan aturan “sapu jagat”, yang mencakup hal-hal yang
terlalu umum sehingga pelanggaran dalam temuan tersebut menjadi
sulit dipahami oleh pembaca laporan.
22 Berikut ini contoh pengungkapan kriteria dalam TP yang spesifik. Contoh kriteria
TP yang
spesifik
Tabel 30. Tabel Kriteria TP yang Spesifik

No Judul TP Kriteria TP
1 Aset tetap Tanah Keadaan diatas tidak sesuai dengan Peraturan
yang disajikan dalam Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016
Neraca Pemerintah tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik
Kabupaten B belum Negara:
didukung bukti 1. Pasal 296 ayat (1) yang menyatakan bahwa
kepemilikan sebesar Pengelola Barang, Pengguna Barang
Rp123.456.789,00 dan/atau kuasa Pengguna Barang wajib
melakukan pengamanan barang milik negara
yang berada dalam penguasaannya.
2. Pasal 296 ayat (2) yang menyatakan bahwa
Pengamanan barang milik daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
meliputi:
a. pengamanan fisik;
b. pengamanan administrasi; dan
c. pengamanan hukum.
3. Pasal 297 ayat (1) dan ayat (2) yang
menyatakan bahwa bukti kepemilikan barang
milik daerah wajib disimpan dengan tertib dan
aman serta penyimpanan bukti kepemilikan
barang milik daerah dilakukan oleh Pengelola
Barang.
2 Temuan kekurangan Kontrak pekerjaan yang bersangkutan,
volume pekerjaan disesuaikan dengan pasal-pasal yang dilanggar
atau keterlambatan
penyelesaian
pekerjaan

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 96


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab VII

No Judul TP Kriteria TP
3 Belanja Perjalanan Keadaan tersebut tidak sesuai dengan Peraturan
Dinas Ganda pada Gubernur/Bupati/Walikota tentang Tata Cara
Beberapa Kegiatan Penganggaran dan Pertanggungjawaban
di Dinas Kesehatan Perjalanan Dinas.
Sebesar
Rp123.456.789,00
4 Pengendalian Keadaan di atas tidak sesuai dengan Peraturan
Internal dan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011
Pertanggungjawaban beserta perubahannya tentang Pedoman
Belanja Bantuan Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang
Hibah, Bantuan Bersumber dari APBD. (Pasalnya disesuaikan
Sosial, Bantuan dengan kondisi pelanggaran yang terjadi).
Keuangan dan Bagi
Hasil Ke Desa
Sebesar
Rp123.456.789,00
Tidak Memadai

23 Berikut ini contoh pengungkapan kriteria dalam TP yang terlalu umum Contoh kriteria
TP yang bias
(bias).
Tabel 31. Tabel Kriteria TP yang Umum

No Judul TP Kriteria TP
1 Pengadaan Barang dan Permasalahan tersebut melanggar Peraturan
Jasa pada Kegiatan di Pemerintah No. 12 Tahun 2019 tentang
Dinas Koperasi, Usaha Pengelolaan Keuangan Daerah Pasal 3 ayat (1)
Mikro Kecil Menengah yang menyatakan bahwa pengelolaan keuangan
(UMKM), Perindustrian, daerah dilakukan secara tertib, efisien,
Perdagangan dan ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung
Pertanian Kota X jawab dengan memperhatikan rasa keadilan,
Melebihi Ketetapan kepatutan, manfaat untuk masyarakat, serta taat
Harga Tertinggi Sebesar pada ketentuan peraturan perundang-undangan.
Rp123.456.789,00
2 Kekurangan Volume Keadaan tersebut tidak sesuai dengan Peraturan
Pekerjaan pada Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang
Kegiatan pembangunan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
Gedung Sekolah pada
Dinas Pendidikan Kota D
Tahun Anggaran 2009
Senilai
Rp123.456.789,00

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 97


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab VII

No Judul TP Kriteria TP
3 Nilai Penyertaan Modal Hal tersebut bertentangan dengan PP 71 Tahun
Berupa Aset Tetap ke 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah,
PD Pasar Bermartabat Lampiran I, yang menyatakan bahwa
Sebesar karakteristik kualitatif laporan keuangan adalah
Rp123.456.789,00 Tidak ukuran-ukuran normatif yang perlu diwujudkan
Dapat Diyakini dalam informasi akuntansi sehingga dapat
Kewajarannnya memenuhi tujuannya. Salah satunya pada poin
(b) Andal yaitu Informasi dalam laporan
keuangan bebas dari pengertian yang
menyesatkan dan kesalahan material,
menyajikan setiap fakta secara jujur, serta dapat
diverifikasi. Informasi mungkin relevan, tetapi jika
hakikat atau penyajiannya tidak dapat diandalkan
maka penggunaan informasi tersebut secara
potensial dapat menyesatkan.

24 Kriteria yang sering digunakan dalam pemeriksaan LKPD dapat dilihat


Lampiran VII.2 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Keputusan ini.

4. Panduan Penulisan Akibat


25 Akibat lebih mudah dipahami bila dinyatakan secara jelas, terinci, dan Penulisan
akibat TP
apabila memungkinkan, dinyatakan dalam angka. Signifikansi dari
akibat yang dilaporkan ditunjukkan oleh bukti yang meyakinkan. Jika
terdapat TP yang diindikasikan berdampak material terhadap penyajian
Laporan Keuangan maka dalam akibat dapat disebutkan dampaknya
terhadap kewajaran LK. Akibat dapat terdiri dari dua hal yaitu:
a. permasalahan finansial (dalam bentuk angka) atas dampak yang
ditimbulkan menurut kondisi;
b. permasalahan nonfinansial seperti tidak tercapainya suatu
tujuan/program ataupun aktivitas pengendalian yang diterapkan.
26 Hal penting lainnya dalam teknik pengungkapan akibat yaitu adanya
hubungan yang logis, termasuk perhitungan angka secara matematis,
antara judul dengan akibat serta adanya kemudahan dalam pemberian
rekomendasi pada saat TP menjadi LHP.
27 Berikut ini contoh pengungkapan akibat dalam TP. Contoh akibat
TP

Hal tersebut mengakibatkan:


a. penyajian akun Penyertaan Modal senilai Rp123.456.789,00 tidak
dapat diyakini kewajarannya; dan
b. penyertaan Modal kurang saji sebesar Rp123.456.789,00.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 98


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab VII

5. Panduan Penulisan Sebab


28 Sebab harus benar-benar dari akar permasalahan utama (rootcause) Penulisan
sebab TP
bukan faktor yang bersifat umum. Dalam melaporkan sebab, pemeriksa
harus mempertimbangkan apakah bukti yang diperoleh oleh pemeriksa
cukup memadai atau tidak, sehingga memberikan argumen yang
meyakinkan dan memadai bahwa sebab yang diungkapkan merupakan
faktor utama terjadinya perbedaan. Sesuai SPKN unsur sebab bersifat
opsional tergantung dengan kedalaman pengujian yang dilakukan
pemeriksa untuk dapat menentukan penyebab utama dari
ketidakpatuhan yang timbul. Sebab dapat terdiri dari 2 (dua) hal yaitu:
a. Sumber daya manusia yaitu orang yang menjadi penyebab
terjadinya permasalahan tersebut, seperti kepala daerah, kepala
dinas, bendahara, ataupun pihak lainnya yang terkait; dan
b. Sistem/prosedur yang mengakibatkan kelemahan permasalahan
tersebut terjadi. Seperti ketiadaan sistem/prosedur atau adanya
kelemahan dalam desain sistem dan prosedur tersebut.
29 Dalam pengungkapan sebab, Pemeriksa juga perlu memperhatikan
apakah sebab yang diungkapkan tersebut nantinya dapat dilanjutkan
untuk menjadi dasar pemberian rekomendasi. Dalam situasi temuan
terkait dengan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan
dimana tidak dapat ditetapkan dengan logis penyebab temuan tersebut,
Pemeriksa tidak diharuskan untuk mengungkapkan unsur sebab ini.
Salah satu hal yang penting yaitu tidak memaksakan orang-perorangan
untuk menjadi sebab, sehingga nantinya akan berdampak pada sulitnya
pemberian rekomendasi.
30 Berikut ini contoh pengungkapan sebab dalam TP. Contoh sebab
TP
Hal tersebut terjadi karena Kepala Bidang Aset DPKBD belum melakukan
rekonsiliasi aset tetap secara memadai dengan Pengguna Barang OPD.

Temuan SPI
31 Dalam pemeriksaan laporan keuangan, Pemeriksa diharuskan untuk Identifikasi
defisiensi
memperoleh pemahaman tentang pengendalian internal yang relevan pengendalian
dengan audit pada saat mengidentifikasi dan menilai risiko kesalahan intern
penyajian material. Dalam melakukan penilaian risiko tersebut,
Pemeriksa mempertimbangkan pengendalian internal untuk merancang
prosedur audit yang tepat sesuai dengan kondisi yang bersangkutan,
namun bukan untuk tujuan menyatakan opini atas efektivitas
pengendalian internal yang bersangkutan. Pemeriksa mengidentifikasi
defisiensi dalam pengendalian internal tidak hanya dalam proses
penilaian risiko tetapi juga pada tahap-tahap audit lain. Defisiensi yang
teridentifikasi yang harus dikomunikasikan oleh auditor kepada pihak
yang bertanggung jawab atas tata kelola dan manajemen.
32 Berdasarkan SPAP-SA 265, defisiensi dalam pengendalian internal Defisiensi
pengendalian
terjadi bila: internal
menurut SA
265

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 99


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab VII

a. suatu pengendalian dirancang, diterapkan atau dioperasikan


sedemikian rupa sehingga pengendalian tersebut tidak dapat
mencegah, atau mendeteksi dan mengoreksi kesalahan penyajian
dalam laporan keuangan secara tepat waktu; atau
b. tidak adanya suatu pengendalian yang diperlukan untuk mencegah,
atau mendeteksi dan mengoreksi kesalahan penyajian dalam
laporan keuangan secara tepat waktu.
33 Berkaitan dengan kelemahan pengendalian intern, Pemeriksa harus
memperhatikan ketentuan dalam SPAP-SA 265 tentang
Pengomunikasian Defisiensi dalam Pengendalian Internal kepada
Pihak yang Bertanggung Jawab atas Tata Kelola dan Manajemen.
Beberapa contoh “kondisi yang dapat dilaporkan” yaitu sebagai berikut: Contoh kondisi
kelemahan
a. tidak ada pemisahan tugas yang memadai sesuai dengan tujuan pengendalian
internal
pengendalian yang layak;
b. tidak ada reviu dan persetujuan yang memadai untuk transaksi,
pencatatan akuntansi atau output dari suatu sistem;
c. tidak memadainya berbagai persyaratan untuk pengamanan aktiva;
d. bukti kelalaian yang mengakibatkan kerugian, kerusakan atau
penggelapan aktiva;
e. bukti bahwa suatu sistem gagal menghasilkan output yang lengkap
dan cermat sesuai dengan tujuan pengendalian yang ditentukan
oleh entitas yang diperiksa karena kesalahan penerapan prosedur
pengendalian;
f. bukti adanya kesengajaan mengabaikan pengendalian intern oleh
para pihak yang mempunyai wewenang, sehingga menyebabkan
kegagalan tujuan menyeluruh sistem tersebut;
g. bukti kegagalan untuk menjalankan tugas yang menjadi bagian dari
pengendalian intern, seperti tidak dibuatnya rekonsiliasi atau
pembuatan rekonsiliasi tidak tepat waktu;
h. kelemahan dalam lingkungan pengendalian, seperti tidak adanya
tingkat kesadaran yang memadai tentang pengendalian dalam
organisasi tersebut;
i. kelemahan yang signifikan dalam disain atau pelaksanaan
pengendalian intern yang dapat mengakibatkan pelanggaran
ketentuan peraturan perundangundangan yang berdampak
langsung dan material atas laporan keuangan; dan
j. kegagalan untuk melakukan tindak lanjut dan membentuk sistem
informasi pemantauan tindak lanjut untuk secara sistematis dan
tepat waktu memperbaiki kekurangan-kekurangan dalam
pengendalian intern yang sebelumnya telah diketahui.
34 Untuk keperluan Sistem Manajemen Pemeriksaan, Juknis Kodering Klasifikasi
substansi
Temuan Hasil Pemeriksaan mengklasifikasikan substansi temuan temuan
kelemahan SPI sebagai berikut: kelemahan
SPI

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 100


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab VII

a. kelompok temuan kelemahan sistem pengendalian akuntansi dan


pelaporan;
b. kelompok kelemahan sistem pengendalian pelaksanaan anggaran
pendapatan dan belanja; dan
c. kelompok kelemahan struktur pengendalian.
35 Selain itu, disajikan contoh-contoh jenis temuan SPI pada Lampiran
VII.3 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan ini,
untuk membantu penentuan klasifikasi.

Temuan Kepatuhan

36 SPKN PSP 100 para. 20 mengatur bahwa Pemeriksa harus merancang Pengaruh
temuan
pemeriksaan untuk memberikan keyakinan yang memadai guna kepatuhan
mendeteksi ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang- yang langsung
undangan, kontrak, dan produk hukum lainnya yang berpengaruh dan material

langsung dan material terhadap hal pokok/informasi hal pokok yang


diperiksa. Pengaruh langsung dan material dapat berupa:
a. hal yang menyebabkan salah saji dalam laporan keuangan;
b. hal yang menyebabkan penyimpangan kinerja terkait aspek
ekonomis, efisiensi, dan efektivitas;
c. hal yang menyebabkan kekurangan penerimaan dan penyimpangan
administrasi; dan/atau
d. hal yang menyebabkan potensi kerugian negara/daerah dan/atau
kerugian keuangan negara/daerah.
37 Apabila Pemeriksa menemukan ketidakpatuhan terhadap peraturan Dampak
ketidak-
perundang-undangan, Pemeriksa harus menentukan dampak patuhan
ketidakpatuhan tersebut pada kewajaran laporan keuangan. Sesuai terhadap opini
dengan SPAP-SA 250, jika Pemeriksa menyimpulkan bahwa
ketidakpatuhan berdampak material terhadap laporan keuangan, dan
belum tercermin secara memadai dalam laporan keuangan, maka
auditor dapat menyatakan suatu opini wajar dengan pengecualian atau
suatu opini tidak wajar atas laporan keuangan tersebut. Jika Pemeriksa
tidak dapat memperoleh bukti audit cukup dan tepat karena adanya
pembatasan lingkup atas ketidakpatuhan yang mungkin berdampak
material terhadap laporan keuangan, maka Pemeriksa harus
menyatakan opini wajar dengan pengecualian atau pernyataan tidak
memberikan opini atas laporan keuangan atas basis pembatasan ruang
lingkup audit.
38 Untuk kepentingan Sistem Manajemen Pemeriksaan (SMP), menurut Klasifikasi
temuan
Juknis Kodering Temuan Hasil Pemeriksaan, substansi temuan menurut
ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan Juknis
diklasifikasikan menjadi: Kodering
Temuan Hasil
Pemeriksaan

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 101


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab VII

a. temuan kerugian negara/daerah atau kerugian negara/daerah;


b. temuan potensi kerugian negara/daerah atau potensi kerugian
negara/ daerah;
c. temuan kekurangan penerimaan negara/daerah;
d. temuan administrasi;
e. temuan indikasi tindak pidana.
39 Contoh-contoh jenis temuan Kepatuhan dapat dilihat pada
Lampiran VII.4 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Keputusan ini.

Panduan Penulisan Temuan Berulang atau Temuan Hasil


Pemeriksaan Sebelumnya
40 Pemeriksa seringkali menemukan permasalahan yang sama dengan Temuan
berulang
permasalahan yang telah diungkapkan dalam LHP atas laporan
keuangan tahun sebelumnya. TP tetap dinyatakan berulang walaupun
terjadi pada OPD yang berbeda. Berulangnya permasalahan tersebut
bisa terjadi karena tindak lanjut belum selesai atau belum dilaksanakan
oleh Pemda terkait.
41 Pemeriksa tetap melaporkan TP berulang dalam LHP agar Pelaporan
temuan
permasalahan tersebut menjadi perhatian Pemda terkait untuk berulang
menindaklanjutinya. Dalam mengungkapkan TP berulang, Pemeriksa
harus terlebih dahulu menjelaskan pengungkapan TP dimaksud dalam
LHP tahun sebelumnya. Hal-hal yang perlu diungkapkan adalah uraian
singkat kondisi, rekomendasi yang diberikan, dan tindak lanjut yang
sudah dilaksanakan oleh Pemda terkait.
42 Secara teknis, hal yang harus dilakukan Pemeriksa selanjutnya yaitu Pemutakhiran
temuan
memutakhirkan data pemantauan tindak lanjut atas temuan sebelumnya
sebelumnya, dengan mengklasifikasikannya sebagai temuan yang
sudah ditindaklanjuti sesuai rekomendasi (TS). Sedangkan temuan
yang baru akan mengganti temuan sebelumnya dalam pemantauan
tindak lanjut.
43 Pemeriksa juga bisa mengungkapkan temuan hasil PDTT yang Temuan LHP
DTT yang
dilaksanakan sebelumnya yang berakibat pada penyajian atas LKPD. berdampak
Dalam mengungkapkan temuan seperti ini, Pemeriksa harus terlebih pada LKPD
dahulu menjelaskan pengungkapan TP dimaksud dalam LHP terkait
(sebutkan nomor dan judul LHP terkait) yaitu uraian kondisi dan
rekomendasinya. Selanjutnya, pemeriksa menguraikan kaitan masalah
tersebut dengan pengungkapan salah satu akun di LKPD yang
diperiksa.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 102


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab VII

44 Berikut ini contoh pengungkapan TP berulang. Contoh


penulisan TP
berulang

Temuan – Sistem Pencatatan dan Pelaporan Aset Tetap pada


Pemerintah Kabupaten X Tidak Memadai
Pemerintah Kabupaten X melaporkan jumlah aset tetap sebesar
Rp443.485.970.000,00 dalam Neraca per 31 Desember 2016. CaLK
Pemerintah Kabupaten X Tahun 2016 pada Paragraf 3.e.5 menyatakan
bahwa Aset Tetap tersebut terdiri dari 1) Tanah, 2) Peralatan dan
Mesin, 3) Gedung dan Bangunan, 4) Jalan, Irigasi dan Jaringan, 5) Aset
Tetap Lainnya, dan Konstruksi dalam Pengerjaan. Dalam pemeriksaan
atas Pemerintah Kabupaten X Tahun 2015, BPK melaporkan beberapa
kelemahan SPI atas pengelolaan aset yaitu belum seluruh OPD pada
Pemerintah Kabupaten X melakukan inventarisasi aset tetap serta
terdapat aset tetap yang belum memiliki sertifikat hak kepemilikan yang
sah.
Sehubungan dengan permasalahan tersebut, BPK menyarankan agar
Pemerintah Kabupaten X segera melakukan inventarisasi aset tetap
serta mengurus sertifikat hak kepemilikan atas aset miliki Pemda.
Menindaklanjuti rekomendasi tersebut, selama tahun 2016, Pemerintah
Kabupaten X telah menginstruksikan rekomendasi BPK tersebut ke
seluruh OPD di bawahnya.
Berdasarkan pemeriksaan BPK atas LK Pemerintah Kabupaten X
Tahun 2016, masih terdapat kelemahan dalam pengendalian intern
atas pengelolaan aset sebagai berikut.
1) Aset tetap pada 5 (lima) OPD masih belum memiliki daftar
inventarisasi aset tetap sebesar Rp123.456.789,00;
2) Aset tanah pada pada 2 (dua) OPD sebesar Rp123.456.789,00
masih belum memiliki sertifikat hak kepemilikan yang sah . . . .

Panduan Pengintegrasian Pemeriksaan Kinerja dan PDTT


dengan Pemeriksaan LKPD
45 Dalam rangka mengoptimalkan pelaksanaan pemeriksaan LKPD, hasil Integrasi
pemeriksaan
pemeriksaan keuangan tidak terbatas pada hasil pemeriksaan interim kinerja dan
maupun hasil pemeriksaan terinci atas laporan keuangan. Pemeriksaan PDTT dengan
kinerja dan PDTT yang dilaksanakan pada TA yang diperiksa dapat pemeriksaan
LKPD
dimasukkan sebagai bagian dari pemeriksaan interim. Panduan
pengintegrasian pemeriksaan kinerja dan PDTT dengan pemeriksaan
LKPD disajikan pada Lampiran VII.5 yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Keputusan ini.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 103


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab VII

Komunikasi TP
46 Sesuai dengan PMP, Ketua Tim menyampaikan konsep TP yang telah Komunikasi
TP dengan
di-review oleh Pengendali Mutu dan Pengendali teknis kepada pejabat entitas
entitas yang diperiksa untuk dimintakan komentar instansi.
47 Setelah penyampaian TP, Pelaksana Fungsional Pemeriksa dalam hal
ini Pengendali Teknis dan/atau Ketua Tim dapat menyelenggarakan
diskusi dengan pimpinan entitas dan/atau pejabat yang diperiksa.
Diskusi tersebut sebagai forum untuk menanggapi TP sebelum TP
diserahkan kepada pimpinan entitas yang diperiksa. Diskusi
dilaksanakan dengan tujuan untuk mengklarifikasi permasalahan yang
diungkap dalam konsep TP. Pemeriksa mendokumentasikan
pelaksanaan diskusi tersebut dalam risalah diskusi.
48 Tim Pemeriksa (Pengendali Teknis dan/atau Ketua Tim) agar
mengomunikasikan kepada pimpinan entitas dampak TP terhadap
kewajaran penyajian laporan keuangan.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 104


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab VIII

BAB VIII
PENYUSUNAN LHP

SPKN PSP 100 Standar Umum


• Para 23: Pemeriksa harus mengungkapkan ketidakpatuhan terhadap ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berindikasi kecurangan, ketidakpatutan,
dan/atau kerugian negara/daerah, serta ketidakpatuhan yang berpengaruh
langsung dan material terhadap hal pokok/informasi hal pokok yang diperiksa
sesuai ketentuan.

SPKN PSP 300 Standar Pelaporan


• Para 6: Pemeriksa harus menyusun LHP secara tertulis untuk mengomunikasikan
hasil pemeriksaannya.
• Para 7: Pemeriksa harus menyusun LHP secara tepat waktu, lengkap, akurat,
objektif, meyakinkan, jelas, dan ringkas.
• Para 8: LHP harus memenuhi unsur laporan sesuai dengan jenis pemeriksaannya.
Unsur LHP antara lain:
a. pernyataan bahwa pemeriksaan dilaksanakan sesuai dengan standar
pemeriksaan;
b. tujuan, lingkup, metodologi;
c. kesimpulan;
d. temuan pemeriksaan;
e. rekomendasi pemeriksaan;
f. tanggapan pihak yang bertanggung jawab; dan
g. penandatanganan LHP.
• Para 13: Pemeriksa harus mengungkapkan temuan dalam LHP apabila terdapat
ketidaksesuaian antara kondisi dengan kriteria.

LHP Keuangan

01 Untuk mengomunikasikan hasil pemeriksaannya, Pemeriksa harus Pelaporan


hasil
menyusun LHP. LHP tersebut harus memenuhi unsur-unsur yang pemeriksaan
diharuskan oleh SPKN.
02 LHP keuangan harus memuat simpulan pemeriksaan dalam bentuk Simpulan
pemeriksaan
pernyataan opini laporan keuangan serta permasalahan-permasalahan
material yang ditemukan dalam pemeriksaan. Permasalahan-
permasalahan yang ditemukan meliputi kelemahan SPI, ketidakpatuhan
terhadap peraturan perundang-undangan, kesalahan penyajian
maupun permasalahan pengungkapan laporan keuangan yang tidak
dapat/tidak disetujui untuk dikoreksi. Untuk TP yang tidak berpengaruh
langsung pada penyajian laporan keuangan, dan dinilai tidak material

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 105


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab VIII

baik secara kuantitatif maupun kualitatif akan dikomunikasikan kepada


manajemen entitas yang diperiksa dalam bentuk Management Letter.
03 LHP yang memuat opini harus menjelaskan bahwa Pemeriksa juga Isi LHP

menerbitkan laporan yang memuat permasalahan-permasalahan


tersebut, dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan. Hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam menyusun LHP keuangan:
a. sistematika LHP;
b. opini;
c. gambaran umum pemeriksaan; dan
d. LHP tentang Kelemahan SPI dan Ketidakpatuhan terhadap
Peraturan Perundang-undangan.

Sistematika LHP
04 Hasil pemeriksaan atas LKPD disajikan dengan sistematika sebagai LHP atas LK
Pemda
berikut:
a. LHP atas Laporan Keuangan. Laporan ini memuat:
1) Hasil pemeriksaan yang memuat opini BPK atas kewajaran
Laporan Keuangan entitas;
2) Gambaran Umum Pemeriksaan;
3) Laporan Keuangan entitas yang telah diperiksa.
Penyajian laporan keuangan entitas harus memuat Surat
Pernyataan Tanggung Jawab yang ditandatangani oleh
pimpinan entitas sebagai pihak yang bertanggun jawab dalam
penyajian laporan keuangan, disertai dengan tempat dan
tanggal. Pada bagian akhir masing-masing komponen laporan
keuangan juga harus ditandatangani oleh pimpinan entitas.
b. LHP atas SPI dan Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-
undangan. Laporan ini memuat:
1) hasil pemeriksaan yang memuat resume permasalahan terkait
kelemahan SPI dan ketidakpatuhan terhadap peraturan
perundang-undangan;
2) hasil pemeriksaan atas SPI dan kepatuhan terhadap peraturan
perundang-undangan; dan
3) ikhtisar pemantauan TLHP sebelumnya.
05 Selain kedua laporan tersebut, dimungkinkan adanya pelaporan lain
sesuai dengan harapan pemberi tugas. Misalnya adanya pelaporan
khusus terkait penilaian atas pengungkapan atau informasi yang
berkaitan dengan prestasi kinerja.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 106


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab VIII

06 Dalam penyajian LHP, sistematika LHP secara keseluruhan harus


disajikan pada bagian awal sebelum LHP Keuangan (Opini). Contoh
penyajian pada Lampiran VIII.1 yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Keputusan ini.
07 Format cover LHP atas LKPD mengikuti ketentuan yang berlaku, dalam Cover LHP

hal ini merujuk pada PMP yang berlaku.

Opini

08 LHP atas laporan keuangan berisi simpulan atau opini kewajaran Unsur-unsur
LHP
laporan keuangan. Format opini laporan keuangan atas Pemda pada
prinsipnya mengacu pada SPAP-SA 700, SA 705, dan SA 706 dengan
beberapa penyesuaian.
09 Unsur pokok LHP atas laporan keuangan meliputi:
a. Suatu Judul “Laporan Hasil pemeriksaan atas Laporan Keuangan”.
b. Laporan pada lembar opini terdiri atas beberapa bagian yang
masing-masing diberi subjudul, terdiri atas: bagian pendahuluan,
tanggung jawab entitas atas laporan keuangan, tanggung jawab
BPK, opini, dan laporan atas SPI dan Kepatuhan.
c. Paragraf pendahuluan menyatakan dasar hukum pemeriksaan,
pernyataan bahwa Pemeriksa telah melakukan pemeriksaan,
identifikasi entitas yang diperiksa, unsur laporan keuangan yang
diperiksa serta periode laporan keuangannya.
d. Paragraf terkait tanggung jawab entitas atas laporan keuangan
mencakup suatu penjelasan bahwa manajemen entitas
bertanggung jawab untuk menyusun laporan keuangan sesuai
dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku dan
pengendalian intern yang memadai.
e. Paragraf terkait tanggung jawab BPK harus menyatakan:
1) tanggung jawab BPK adalah untuk menyatakan opini atas
laporan keuangan berdasarkan pemeriksaan;
2) pemeriksaan dilakukan berdasarkan SPKN;
3) SPKN mengharuskan BPK untuk mematuhi kode etik, serta
merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan untuk
memperoleh keyakinan yang memadai bahwa laporan
keuangan bebas dari kesalahan penyajian material;
4) gambaran tentang proses pemeriksaan meliputi pengujian
bukti-bukti yang mendukung angka-angka dan pengungkapan
dalam laporan keuangan;
5) prosedur yang dipilih bergantung pada pertimbangan
profesional, termasuk penilaian risiko kesalahan penyajian
yang material, baik yang disebabkan oleh kecurangan maupun
kesalahan;

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 107


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab VIII

6) dalam melakukan penilaian risiko Pemeriksa


mempertimbangkan pengendalian intern yang relevan dengan
penyusunan dan penyajian laporan keuangan, untuk
merancang prosedur pemeriksaan yang tepat, tetapi bukan
untuk tujuan menyatakan opini atas efektivitas pengendalian
intern entitas;
7) pemeriksaan yang dilakukan juga mencakup evaluasi atas
ketepatan kebijakan akuntansi yang digunakan dan kewajaran
estimasi akuntansi yang dibuat entitas, serta evaluasi atas
penyajian laporan keuangan secara keseluruhan;
8) pemeriksa yakin bahwa bukti pemeriksaan yang telah
diperoleh adalah cukup dan tepat, sebagai dasar untuk
menyatakan opini; dan
9) paragraf terkait opini, harus diberi judul sesuai dengan jenis
opini yang diberikan. Jika Pemeriksa memberikan opini yang
dimodifikasi (selain opini WTP), maka sebelum paragraf opini
harus memuat satu paragraf tentang dasar opini terkait.
f. Dalam paragraf Laporan atas SPI dan Kepatuhan menyatakan
bahwa untuk memperoleh keyakinan yang memadai atas
kewajaran laporan keuangan, BPK melakukan pemeriksaan
terhadap SPI dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-
undangan yang dimuat dalam laporan terpisah, namun merupakan
bagian tidak terpisahkan dari LHP atas laporan keuangan.
g. Tempat dan tanggal laporan.
h. Identitas penanda tangan dan tanda tangan.

Gambaran Umum Pemeriksaan


10 Sesuai dengan SPKN, LHP harus memuat tujuan dan metodologi Isi gambaran
umum LHP
pemeriksaan. Untuk menyajikan informasi tersebut, LHP keuangan
memuat gambaran umum pemeriksaan yang paling sedikit berisi:
a. dasar hukum pemeriksaan;
b. standar pemeriksaan;
c. tujuan pemeriksaan;
d. entitas yang diperiksa;
e. lingkup pemeriksaan;
f. metodologi pemeriksaan;
g. jangka waktu pemeriksaan; dan
h. batasan pemeriksaan.
Ilustrasi Gambaran Umum disajikan pada Lampiran VIII.2 yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan ini.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 108


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab VIII

Hasil Pemeriksaan tentang Kelemahan SPI dan


Ketidakpatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan
11 a. Sistematika Penyajian Penyajian LHP
SPI dan
kepatuhan
LHP harus memuat temuan yang dinilai material terkait dengan terhadap
kelemahan SPI, ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang- peraturan
perundang-
undangan, maupun kesesuaian dengan SAP. Temuan-temuan undangan
tersebut disajikan pada laporan tersendiri dengan sistematika
sebagai berikut:
1) Resume Hasil Pemeriksaan
Bagian ini merupakan resume pokok-pokok permasalahan-
permasalahan yang ditemukan selama pemeriksaan laporan
keuangan beserta rekomendasi terkait.
2) Hasil Pemeriksaan berisi TP
Bagian ini berisi uraian temuan-temuan pemeriksaan terkait
kelemahan SPI dan/atau ketidakpatuhan terhadap peraturan
perundang-undangan. Masing-masing temuan pada bagian ini
diklasifikasikan sesuai dengan siklus dalam laporan keuangan,
yaitu:
a) penyusunan laporan keuangan;
b) pendapatan;
c) belanja;
d) pembiayaan;
e) aset; dan
f) kewajiban.
3) Ikhtisar Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan
Keuangan sebelumnya
Bagian ini berisi matriks yang menggambarkan rekapitulasi
perkembangan pemantauan tindak lanjut hasil pemeriksaan
keuangan pada periode sampai dengan data Tindak Lanjut
dalam IHPS terakhir sebelum LHP diterbitkan.
Format LHP atas SPI dan Kepatuhan dalam Kerangka
Pemeriksaan Laporan Keuangan dimuat pada Lampiran VIII.3
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan ini.
b. Penyajian TP Penyajian TP
dan perlunya
tanggapan
Dalam menyajikan TP, Pemeriksa harus mengembangkan unsur-
unsur TP berupa kondisi, kriteria, akibat, dan sebab untuk
membantu manajemen entitas yang diperiksa atau pihak
berwenang dalam memahami perlunya mengambil tindakan
perbaikan. Selain itu, Pemeriksa wajib memberikan kesempatan
kepada pihak yang diperiksa untuk menanggapi TP sebagaimana
diamanatkan dalam Kode Etik BPK. Apabila Pemeriksa dapat
mengembangkan secara memadai temuan-temuan tersebut,

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 109


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab VIII

Pemeriksa harus membuat rekomendasi guna tindakan perbaikan.


Apabila Pemeriksa menemukan TP yang mengandung indikasi Temuan yang
awal kecurangan, Pemeriksa harus menyajikan temuan tersebut mengandung
indikasi awal
dalam LHP tanpa menjelaskan secara mendetail dugaan kecurangan
kecurangan tersebut. Namun Pemeriksa lebih menitikberatkan
penjelasannya kepada dampak temuan tersebut terhadap hal
pokok/informasi hal pokok sesuai tujuan pemeriksaan.
Untuk kemudahan dalam mengklasifikasikan TP dalam IHPS.
Dalam menyusun TP, Pemeriksa harus memperhatikan klasifikasi
TP sesuai dengan Juknis Kodering Temuan Hasil Pemeriksaan.
c. Rekomendasi Rekomendasi

Rekomendasi merupakan arahan, saran, dan/atau masukan untuk


perbaikan dan peningkatan suatu sistem, proses, perilaku
organisasi dan kepemimpinan dari suatu entitas yang diperiksa atas
permasalahan-permasalahan yang timbul sehingga dapat
memberikan perbaikan atas pelaporan LKPD pada tahun yang
akan datang.
Apabila Pemeriksa dapat mengembangkan temuan secara
memadai, serta dapat menentukan sebab adanya suatu
permasalahan, maka Pemeriksa dapat memberikan rekomendasi.
Rekomendasi disajikan pada saat penyusunan Konsep LHP.
Rekomendasi pemeriksaan harus bersifat konstruktif dan berguna
untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ditemukan dalam
pemeriksaan.
Hal yang
Hal-hal penting yang perlu diperhatikan dalam menyajikan harus
rekomendasi antara lain: diperhatikan
dalam
1) memberikan arahan kepada entitas yang diperiksa agar dapat rekomendasi

meminimalisasi akibat yang ada dalam TP serta melakukan


tindakan pencegahan supaya akibat yang sama tidak terjadi
lagi dimasa yang akan datang;
2) menghilangkan sebab, artinya rekomendasi dapat mengurangi
dampak negatif yang ditimbulkan oleh sebab serta memberikan
langkah-langkah perbaikan supaya sebab tersebut tidak
muncul lagi di masa yang akan datang; dan
3) memberikan masukan perbaikan sistem pengelolaan
keuangan negara sehingga ada nilai tambah (added value)
yang bisa diberikan oleh BPK kepada pemerintah pusat dan
daerah.
Berikut ini contoh pengungkapan rekomendasi. Contoh
Pemberian
Rekomendasi
BPK merekomendasikan kepada Bupati Kabupaten B untuk
menginstruksikan Kepala Bappeda supaya mengembalikan
kelebihan pembayaran honorarium sebesar Rp123.456.789,00
ke kas daerah.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 110


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab VIII

Management Letter

12 Temuan kelemahan SPI dan ketidakpatuhan terhadap peraturan Penyusunan


Management
perundang-undangan yang tidak berpengaruh langsung pada penyajian Letter dan
panduannya
laporan keuangan dan tidak material secara kuantitatif maupun kualitatif
disampaikan kepada entitas dalam bentuk management letter. Panduan
umum Management Letter sebagai berikut:
a. Management Letter disampaikan oleh Pemberi Tugas kepada
Gubernur/Bupati/Walikota serta Inspektur yang terkait bersamaan
dengan surat keluar LHP.
b. Batasan TP yang dimuat dalam management letter antara lain:
1) nilai temuan secara kuantitatif di bawah ambang batas tolerable
misstatement akun; dan
2) secara kualitatif temuan tersebut tidak mengandung indikasi
kecurangan/fraud, ketidakpatuhan yang material dan bukan
merupakan permasalahan yang menjadi perhatian publik.
c. Penentuan temuan yang disampaikan melalui Management Letter
harus berdasarkan pertimbangan profesional.
d. Management Letter berisi matriks ringkasan TP (ringkasan kondisi,
akibat, sebab, tanggapan, dan rekomendasi).
e. Pemantauan atas rekomendasi dilakukan oleh Tim Pemeriksa
berikutnya sebagai bagian dari proses penilaian risiko.
13 Contoh surat penyampaian management letter berikut matriksnya pada
Lampiran VIII.4 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Keputusan ini.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 111


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab IX

BAB IX
PANDUAN PENYUSUNAN OPINI

SPKN PSP 300 Standar Pelaporan


• Para 5c: Kesimpulan adalah penafsiran logis mengenai hal pokok/informasi hal
pokok yang didasarkan atas hasil pengujian bukti dan bukan sekedar ringkasan
temuan.
• Para 11: Pemeriksa harus menyusun kesimpulan atas hasil pemeriksaan.
Kesimpulan merupakan jawaban atas pencapaian tujuan pemeriksaan.
• Para 12: Kesimpulan harus dinyatakan secara jelas dan meyakinkan. Kekuatan
kesimpulan ditentukan oleh bukti yang meyakinkan dan didukung dengan
metodologi yang tepat.
• Para A.11: Pemeriksa memberikan kesimpulan atas tujuan pemeriksaan. Khusus
pemeriksaan keuangan, Pemeriksa menyatakan kesimpulan dalam bentuk opini.

SPAP SA 700 Perumusan Suatu Opini dan Pelaporan Atas Laporan Keuangan
• Para 10: Auditor harus merumuskan suatu opini tentang apakah laporan keuangan
disusun, dalam semua hal yang material, sesuai dengan kerangka pelaporan
keuangan yang berlaku.
• Para 16: Auditor harus menyatakan opini tanpa modifikasian bila auditor
menyimpulkan bahwa laporan keuangan disusun, dalam semua hal yang material,
sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.

SPAP SA 705 Modifikasi Terhadap Opini dalam Laporan Auditor Independen


Para 2: SA ini menetapkan tiga tipe opini modifikasian, yaitu opini wajar dengan
pengecualian, opini tidak wajar, dan opini tidak menyatakan pendapat. Keputusan
tentang ketepatan penggunaan tipe opini modifikasian bergantung pada:
a) sifat dari hal-hal yang menyebabkan dilakukannya modifikasi, yaitu apakah laporan
keuangan mengandung kesalahan penyajian material atau, dalam hal
ketidakmampuan untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat,
kemungkinan mengandung kesalahan penyajian material; dan
b) pertimbangan auditor tentang seberapa pervasive-nya dampak atau kemungkinan
dampak hal-hal tersebut terhadap laporan keuangan.

Gambaran Umum

01 Tujuan dari pemeriksaan laporan keuangan adalah untuk memberikan Tujuan


pemeriksaan
opini atas laporan keuangan. Opini merupakan pernyataan profesional laporan
keuangan
sebagai kesimpulan Pemeriksa mengenai tingkat kewajaran informasi
yang disajikan dalam laporan keuangan. Dalam perumusan opini,
Pemeriksa mengacu kepada SPKN.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 112


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab IX

02 Walaupun SPKN telah mengatur mengenai standar pelaporan, tetapi


dalam penerapannya masih mengalami beberapa kendala terutama
karena standar tersebut masih menimbulkan penafsiran yang berbeda
diantara para Pemeriksa, khususnya mengenai pertimbangan dalam hal
penetapan opini maupun format penyajian opini tersebut.
03 Oleh karena itu, diperlukan panduan untuk mempersempit perbedaan
penafsiran atas standar pelaporan tersebut khususnya dalam
pemberian opini LKPD. Panduan berikut secara garis besar memuat
dasar pertimbangan opini, jenis opini, mekanisme pemberian opini,
format opini standar, tanggal opini dan LHP, serta penanda tangan LHP
LKPD.
04 Terkait dengan perumusan opini, Pemeriksa harus memperhatikan Standar audit
yang terkait
ketentuan-ketentuan dalam SA 700 tentang Perumusan Suatu Opini opini
dan Pelaporan atas Laporan Keuangan, SA 705 tentang Modifikasi
terhadap Opini dalam Laporan Auditor Independen, dan SA 706 tentang
Paragraf Penekanan Suatu Hal dan Paragraf Hal Lain dalam Laporan
Auditor Independen.

Dasar Pertimbangan Pemberian Opini


05 Opini merupakan pernyataan profesional sebagai kesimpulan Pertimbang-
an
Pemeriksa mengenai tingkat kewajaran informasi yang disajikan dalam pemberian
opini
laporan keuangan yang didasarkan pada (i) kesesuaian dengan standar
akuntansi pemerintahan, (ii) kecukupan pengungkapan, (iii) kepatuhan
terhadap peraturan perundang-undangan, dan (iv) efektivitas SPI.
Dengan memperhatikan kriteria pemberian opini tersebut, pada
dasarnya terdapat dua kondisi yang menentukan opini yaitu:
a. pembatasan lingkup pemeriksaan atau kecukupan bukti; dan
b. penyimpangan dari prinsip akuntansi atau salah saji.
Kedua hal tersebut harus dikaitkan dengan tingkat materialitas dan
dampaknya terhadap laporan keuangan secara keseluruhan
(pervasiveness).

1. Pembatasan Lingkup Pemeriksaan atau Kecukupan Bukti Pemeriksaan


06 Standar pemeriksaan mensyaratkan agar Pemeriksa wajib Bukti yang
cukup dan
mengumpulkan bukti yang cukup dan tepat sebagai dasar untuk tepat
menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diperiksa.
Pemeriksa diharuskan untuk meyakinkan dirinya bahwa prosedur
pemeriksaan yang dilaksanakan pada akhirnya dapat menghasilkan
bukti pemeriksaan yang cukup memadai untuk menyatakan
kesimpulan. Ketidakmampuan Pemeriksa dalam memperoleh bukti
merupakan pembatasan lingkup bagi Pemeriksa dalam memenuhi
standar pemeriksaan. Pembatasan lingkup yang mengakibatkan
Pemeriksa tidak dapat memperoleh cukup bukti dapat terjadi karena 3
(tiga) hal:

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 113


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab IX

a. Keadaan di luar kendali entitas misalnya:


1) catatan akuntansi hancur (karena kebakaran misalnya);
2) catatan akuntansi telah disita oleh aparat penegak hukum
untuk waktu yang tidak dapat ditentukan; dan
3) adanya ketidakpastian.
b. Keadaan terkait sifat dan waktu penugasan misalnya:
1) waktu yang tersedia untuk penghitungan persediaan tidak
cukup;
2) pengendalian entitas tidak efektif dan Pemeriksa tidak dapat
menerapkan prosedur alternatif untuk memperoleh bukti yang
cukup; dan
3) ketidakcukupan catatan akuntansi.
c. Pembatasan oleh manajemen misalnya manajemen membatasi
Pemeriksa melaksanakan prosedur inspeksi fisik, konfirmasi
kepada pihak ketiga, ataupun pembatasan lainnya dalam
melaksanakan prosedur pemeriksaan.
07 Ketidakmampuan Pemeriksa dalam menerapkan suatu prosedur tidak
boleh dianggap sebagai pembatasan pemeriksaan, apabila Pemeriksa
dapat melakukan prosedur alternatif untuk mengumpulkan bukti yang
diperlukan. Pemeriksa baru boleh berhenti dalam mengumpulkan bukti
dan menyimpulkan bahwa bukti yang cukup tidak dapat diperoleh
apabila Pemeriksa tidak dapat menjalankan prosedur alternatif.
08 Suatu temuan dapat dikategorikan sebagai temuan yang berkaitan Pembatasan
lingkup
dengan pembatasan lingkup, jika temuan tersebut berkaitan dengan perolehan
bukti
ketidakcukupan bukti bagi Pemeriksa untuk melakukan prosedur pemeriksaan
pemeriksaan, ketidakcukupan catatan akuntansi, dan/atau kelemahan
SPI, sehingga Pemeriksa berkesimpulan bahwa sistem telah gagal
dalam menyajikan informasi yang wajar. Hal penting yang harus diingat
dalam temuan kategori ini adalah bahwa Pemeriksa tidak dapat
menerapkan prosedur pemeriksaan secara memadai, dan Pemeriksa
juga tidak meyakini kewajaran suatu akun. Sebelum menyimpulkan
adanya pembatasan lingkup, Pemeriksa harus terlebih dahulu
meyakinkan bahwa dia telah melakukan prosedur alternatif. Temuan ini
dapat berupa temuan kepatuhan maupun temuan pengendalian intern.
09 Indikasi-indikasi temuan jenis ini dapat dilihat pada kesimpulan (akibat)
temuan misalnya:
a. hal ini mengakibat akun .... tidak dapat diyakini kewajarannya;
b. nilai aktiva tidak dapat diketahui dengan pasti;
c. adanya potensi aset tidak tercatat minimal sebesar ........; atau
d. piutang tidak mencerminkan nilai yang sebenarnya.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 114


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab IX

2. Penyimpangan dari Prinsip Akuntansi yang Mengakibatkan Salah Saji

10 Pemberian opini atas laporan keuangan harus didasarkan pada Salah saji atas
laporan
keyakinan yang memadai bahwa laporan keuangan telah disajikan keuangan
secara wajar dalam semua hal yang material sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum. Penyajian laporan keuangan secara
wajar artinya bahwa tidak terdapat salah saji yang material dalam
pelaporan keuangan. Salah saji yang mempengaruhi opini adalah salah
saji yang tidak dapat dikoreksi dengan alasan (1) entitas tidak bersedia
melakukan koreksi akuntansi, dan (2) secara teknis koreksi tersebut
tidak dapat dilakukan karena terikat pada peraturan perundang-
undangan.
11 Salah saji dapat diklasifikasikan: Klasifikasi
salah saji
a. Kesesuaian pilihan kebijakan akuntansi
1) kebijakan akuntansi yang dipilih tidak konsisten dengan
kerangka pelaporan keuangan yang berlaku; atau
2) laporan keuangan, termasuk catatan terkait, tidak
merepresentasikan transaksi dan kejadian yang sebenarnya
(underlying transactions and events) sehingga penyajian yang
wajar tidak dapat dilakukan.
b. Penerapan kebijakan akuntansi terpilih
1) manajemen tidak secara konsisten menerapkan kebijakan
akuntansi tersebut sesuai dengan kerangka pelaporan
keuangan, termasuk ketika manajemen tidak menerapkan
kebijakan akuntansi secara konsisten antarperiode atau
antartransaksi yang sejenis (konsistensi penerapan); atau
2) terjadi kesalahan penerapan kebijakan akuntansi (misalnya
karena kesalahan yang tidak disengaja dalam menerapkan
kebijakan akuntansi).
c. Kesesuaian atau kecukupan pengungkapan dalam laporan
keuangan
1) laporan keuangan tidak memasukkan semua hal yang perlu
diungkapkan sesuai yang dipersyaratkan dalam SAP;
2) pengungkapan dalam laporan keuangan tidak disajikan sesuai
dengan SAP; atau
3) laporan keuangan tidak mengungkapkan hal-hal yang
dipersyaratkan untuk mencapai penyajian yang wajar (fair
presentation).
12 Salah saji dapat disebabkan oleh (1) ketidakpatuhan terhadap peraturan Penyebab
salah saji
perundang-undangan; (2) kecurangan (fraud); dan (3) ketidakpatutan.
Ketidakpatutan merupakan perbuatan yang tidak masuk akal dan di luar
praktik-praktik yang lazim. Salah saji juga dapat terjadi karena tidak
efektifnya pengendalian intern.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 115


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab IX

13 Sementara itu, temuan yang berkaitan dengan penyimpangan dari TP atas salah
saji laporan
prinsip akuntansi haruslah diperoleh setelah Pemeriksa melaksanakan keuangan
pemeriksaan sesuai dengan standar, dalam arti tidak ada pembatasan
lingkup. Pelanggaran terhadap prinsip akuntansi meliputi pertimbangan
atas: (1) apakah prinsip akuntansi yang dipilih untuk diterapkan sudah
berlaku umum, prinsip akuntansi sudah tepat sesuai keadaan, dan
laporan keuangan beserta catatannya memberikan informasi yang
cukup dapat mempengaruhi penggunaan, pemahaman dan penafsiran,
(2) apakah informasi diiktisarkan dengan semestinya, (3) apakah
laporan keuangan mencerminkan peristiwa atau kejadian yang
mendasarinya, dan (4) apakah prinsip akuntansi telah diterapkan secara
konsisten dengan penjelasan mengenai alasan dan dampaknya.
14 Beberapa petunjuk yang mengisyaratkan adanya pelanggaran terhadap
standar akuntansi, misalnya dalam kesimpulan Pemeriksa menyatakan:
a. akun ... lebih saji/kurang saji sebesar........... ;
b. informasi .... yang tidak diungkap dapat menyesatkan pembaca
laporan keuangan;
c. hal ini tidak sesuai dengan PSAP ... ; atau
d. Inkonsistensi tersebut dapat mengakibatnya terganggunya daya
banding laporan keuangan.

3. Pengaruh Temuan Ketidakpatuhan dan SPI terhadap Opini


15 Untuk temuan ketidakpatuhan, jika Pemeriksa yakin bahwa tindakan Pengaruh
ketidak-
melanggar hukum yang dilakukan oleh entitas mempunyai dampak patuhan dan
spi terhadap
material terhadap laporan keuangan, dan pelanggaran tersebut belum pemberian
dipertanggungjawabkan/dikoreksi dan belum diungkapkan secara opini
memadai, Pemeriksa harus menyatakan pendapat Wajar Dengan
Pengecualian (WDP) atau Tidak Wajar (TW), tergantung pada tingkat
materialitas dan dampak pelanggaran tersebut pada laporan keuangan
(pervasiveness). Jika Pemeriksa dihalangi atau tidak dapat memperoleh
bukti yang cukup untuk mengevaluasi apakah dampak tersebut telah
atau akan memiliki dampak material terhadap laporan keuangan,
Pemeriksa dapat memberikan pendapat WDP atau Tidak Menyatakan
Pendapat (TMP) atas laporan keuangan, tergantung pada besarnya pos
atau kemungkinan dampaknya (pervasiveness) terhadap laporan
keuangan secara keseluruhan.
16 Untuk temuan pengendalian, jika terdapat pengendalian intern yang
lemah mengakibatkan catatan akuntasi yang tidak lengkap dan/atau
dokumen yang tersedia tidak memadai dan/atau sistem tidak
menghasilkan data akuntansi yang valid. Pengendalian intern yang
lemah dapat berupa catatan akuntasi yang tidak lengkap, dokumen
yang tersedia tidak memadai, dan/atau sistem yang tidak menghasilkan
data akuntansi yang valid. Ketiga hal tersebut merupakan kondisi yang
tidak memungkinkan Pemeriksa melaksanakan prosedur pemeriksaan
secara memadai, sehingga dapat mengakibatkan Pemeriksa
memberikan opini WDP karena pembatasan lingkup (jika material tetapi
tidak pervasive) atau opini TMP (jika material dan pervasive).

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 116


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab IX

4. Materialitas
17 Materialitas adalah besarnya informasi akuntansi yang apabila terjadi Materialitas

penghilangan atau salah saji, dilihat dari keadaan yang melingkupinya,


mungkin dapat mengubah atau mempengaruhi pertimbangan orang
yang meletakkan kepercayaan atas informasi tersebut. Definisi tersebut
mengakui pertimbangan materialitas dilakukan dengan
memperhitungkan keadaan yang melingkupi dan perlu melibatkan baik
pertimbangan kuantitatif maupun kualitatif.
18 Pada tahap perencanaan, Pemeriksa telah menetapkan tingkat Tingkat
Materialitas
materialitas sebagai berikut:
a. materialitas awal tingkat laporan keuangan; dan
b. materialitas awal tingkat akun laporan keuangan.
19 Selama pelaksanaan pemeriksaan, Pemeriksa sering mengubah Pertimbangan
revisi
pertimbangan pendahuluan tentang materialitas. Hal ini biasa disebut materialitas
pemeriksaan
sebagai pertimbangan tentang materialitas yang direvisi (revised
judgement about materiality). Pemeriksa mungkin akan melakukan
revisi karena adanya perubahan dalam salah satu faktor yang
digunakan untuk menetukan pertimbangan pendahuluan; karena
Pemeriksa memutuskan bahwa pertimbangan pendahuluan terlalu
besar atau terlalu kecil. Sebagai contoh, pertimbangan pendahuluan
tentang materialitas kerap kali ditetapkan sebelum akhir tahun dan
didasarkan pada laporan keuangan tahun sebelumnya atau informasi
laporan keuangan interim. Pertimbangan ini mungkin dievaluasi kembali
setelah laporan keuangan tahun berjalan tersedia. Atau, situasi yang
dihadapi entitas berubah akibat adanya suatu peristiwa tertentu, seperti
adanya kegiatan sosial politik (pemilihan kepala daerah) yang
memungkinkan menimbulkan risiko terjadinya pelanggaran terhadap
ketentuan. Atau Pemeriksa tidak menemukan bukti adanya
pelanggaran yang material dan menyimpulkan adanya peningkatan
efektifitas pengendalian intern.
20 Pertimbangan materialitas yang direvisi merupakan acuan utama ketika Tingkatan
materialitas
Pemeriksa akan mempertimbangkan opini atas laporan keuangan. untuk
pertimbangan
Sebuah salah saji dapat dikatakan material apabila kesalahan penyajian opini
tersebut dapat mempengaruhi keputusan yang diambil oleh pengguna
laporan keuangan. Dalam penerapan konsep materialitas ini, terdapat 3
(tiga) tingkatan nilai yang digunakan untuk menentukan jenis opini yang
akan diterbitkan.
a. Tidak Material.
Kesalahan penyajian dapat terjadi tetapi salah saji tersebut tidak
mempengaruhi keputusan yang dibuat oleh pengguna laporan
keuangan.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 117


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab IX

b. Material tetapi tidak mempengaruhi keseluruhan penyajian laporan


keuangan.
Kesalahan penyajian dapat mempengaruhi keputusan seorang
pengguna laporan keuangan tetapi secara keseluruhan laporan
keuangan tetap disajikan secara wajar dan tetap dapat digunakan.
Sebagai contoh, bila diketahui terdapat kesalahan penyajian aktiva
tetap yang bernilai cukup besar, hal ini kemungkinan dapat
mempengaruhi pengguna laporan keuangan, misalnya DPRD,
untuk membuat keputusan penganggaran. Namun, salah saji
tersebut tidak memiliki pengaruh menyeluruh pada kewajaran
laporan keuangan, karena dampaknya hanya terjadi pada akun
tersebut.
c. Sangat material sehingga mempengaruhi kewajaran penyajian
seluruh laporan keuangan.
Yang dimaksud dengan salah saji sangat material terhadap
keseluruhan laporan keuangan adalah apabila salah saji tersebut
secara nilai sangat material dan/atau mempunyai pengaruh secara
luas terhadap akun dan/atau laporan lainnya.
21 Tingkat materialitas tertinggi terjadi apabila terdapat probabilitas yang Salah saji
yang pervasif
sangat tinggi bahwa pengguna laporan keuangan akan membuat
keputusan yang tidak benar jika dalam pembuatan keputusannya
didasarkan pada informasi yang dihasilkan dari keseluruhan laporan
keuangan. Pada tingkat ini, salah saji yang terjadi dikatakan sebagai
pervasive. Contoh, apabila salah saji terjadi terkait dengan transaksi
Kas di Kas Daerah yang jumlahnya sangat besar, salah saji tersebut
memiliki pengaruh terhadap kewajaran laporan keuangan secara
keseluruhan, sehingga pengguna laporan keuangan dapat membuat
keputusan yang salah. Dalam hal ini, transaksi Kas di Kas Daerah
memiliki pengaruh yang besar pada laporan keuangan karena
menyangkut akun lain seperti SiLPA.

5. Pervasiveness
22 Saat menentukan tingkat materialitas dari suatu kesalahan penyajian, Pervasiveness

Pemeriksa juga harus mempertimbangkan seberapa besar pengaruh


salah saji tersebut terhadap Laporan Keuangan secara keseluruhan.
Pengaruh semacam ini disebut sebagai tingkat resapan atau rembetan
(pervasiveness).
Perlu dipahami bahwa total salah saji (misstatement) atau pembatasan
lingkup yang nilainya di atas materialitas tidak selalu mengakibatkan
opini TW ataupun TMP. Hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah
masalah tingkat pervasiveness

23 Suatu salah saji dikatakan pervasive apabila salah saji tersebut memiliki Dasar
pertimbangan
pengaruh pada akun lain. Pertimbangan atas pervasive dapat pervasiveness
didasarkan pada faktor-faktor berikut:

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 118


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab IX

a. Kompleksitas Kompleksitas

Kompleksitas berkaitan dengan dampak permasalahan pada suatu


akun terhadap akun lainnya atau komponen laporan keuangan
lainnya dan atau banyaknya asersi yang terpengaruh. Beberapa
akun dalam laporan keuangan menurut sifatnya memiliki tingkat
kompleksitas tinggi karena pengaruhnya pada akun lain.
Contohnya, suatu pemda dengan anggaran belanja sebesar Rp1,3
triliun ditemukan adanya 10 transaksi belanja modal fiktif sebesar
Rp75 miliar. Hal tersebut dapat mengakibatkan salah saji pada pos
belanja modal, aset tetap, dan ekuitas, sehingga dapat dikatakan
bahwa temuan belanja modal tersebut bersifat kompleks. Dalam
kasus ini, jika permasalahan tersebut belum
dipertanggungjawabkan baik berupa pengembalian maupun
SKTJM/SK Pembebanan, Pemeriksa dapat mempertimbangkan
memberikan opini Tidak Wajar walaupun secara proporsi jumlah
tersebut belum mencapai 20% dari total aset. Contoh lain,
penerimaan hibah dari negara donor sebesar Rp40 miliar dikelola
di luar APBD, sehingga pendapatan dan belanja menjadi kurang
saji, sisa kas tidak dicatat, dan aset tetap yang dihasilkan juga tidak
dicatat. Hal tersebut dapat dipertimbangkan Pemeriksa untuk
memberikan opini TW atau TMP.
Tingkat kompleksitas akun dalam pemeriksaan LKPD disajikan
pada Lampiran IX.1 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Keputusan ini.
b. Proporsi Proporsi salah
saji
Tidak ada ukuran baku yang menjadi besaran proporsi yang
bersifat substansial karena ini lebih didasarkan pada pertimbangan
profesional Pemeriksa. Untuk memudahkan penilaian, Pemeriksa
dapat menetapkan kebijakan mengenai batasan proporsi yang
dianggap fundamental. Umumnya permasalahan proporsi terjadi
pada akun aset tetap.
Misalnya, Pemeriksa menemukan tanah senilai tertentu yang
mencapai nilai 20% (dua puluh persen) dari total akun aset ternyata
tidak dapat ditunjukkan keberadaannya dan kepemilikannya oleh
entitas. Dalam kondisi seperti ini, Pemeriksa dapat
mempertimbangkan sebagai nilai yang pervasive.
c. Pengungkapan yang bersifat fundamental Pengungkap-
an yang
fundamental
Pengungkapan dikatakan fundamental apabila dapat
mempengaruhi pengguna laporan keuangan membuat keputusan
atau terdapat penilaian yang berbeda apabila tidak diungkapkan.
Apakah pengungkapan dapat mempengaruhi opini? Jawabannya
"ya". Bila manajemen menghilangkan dari laporan keuangan,
informasi yang seharusnya diungkapkan sesuai dengan prinsip
akuntansi, termasuk CaLK, Pemeriksa harus memberikan
pendapat WDP atau pendapat TW karena alasan tersebut dan
harus memberikan informasi yang cukup dalam laporannya.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 119


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab IX

Contoh: Pemda menolak untuk mengungkapkan adanya aset yang


masih dalam sengketa, padahal pada tingkat pengadilan negeri
pemda sudah dikalahkan. Jika nilai aset material maka Pemeriksa
dapat mempertimbangkan untuk tidak memberikan opini Wajar
Tanpa Pengecualian (WTP).
6. Pertimbangan Profesional terhadap Materialitas
24 Dalam mempertimbangkan suatu materialitas, Pemeriksa harus Faktor-faktor
dalam
mempertimbangkan faktor-faktor kuantitatif dan kualitatif. Jenis salah menentukan
materialitas
saji tertentu mungkin lebih penting bagi para pengguna laporan
keuangan dibandingkan salah saji lainnya, sekalipun nilainya sama.
Sebagai contoh:
a. jumlah yang melibatkan kecurangan biasanya dianggap lebih
penting ketimbang kesalahan yang tidak disengaja dengan nilai
yang sama, karena kecurangan itu mencerminkan tingkat kejujuran
serta reliabilitas manajemen atau personil lain yang terlibat.
Sebagai contoh, sebagian besar pemakai menganggap salah saji
persediaan yang disengaja lebih penting daripada kesalahan
klerikal dalam persediaan dengan nilai yang sama;
b. salah saji yang sebenarnya kecil bisa menjadi material jika ada
konsekuensi yang mungkin timbul dari kewajiban kontraktual.
Katakanlah bahwa modal kerja bersih yang tercantum dalam
laporan keuangan sedikit lebih tinggi dari nilai minimum yang
disyaratkan dalam perjanjian pinjaman. Jika modal kerja bersih
yang sebenarnya lebih kecil dari nilai minimum yang disyaratkan itu,
yang menimbulkan default atas pinjaman itu, klasifikasi kewajiban
lancar dan tidak lancar akan terpengaruh secara material; atau
c. salah saji yang sebenarnya tidak material dapat saja menjadi
material jika mempengaruhi SILPA.
25 Dalam memilih opini yang tepat, Pemeriksa perlu mempertimbangkan Pertimbangan
materialitas
faktor-faktor kualitatif sebagai berikut: kualitatif

a. penting tidaknya salah saji atau potensi salah saji dikaitkan dengan
asersi. Jika hanya menyangkut asersi valuation dan presentation,
opini yang diberikan bisa WDP. Namun, jika menyangkut asersi
existency atau occurrence, right and obligation dan completeness,
opini yang diberikan dapat Tidak Wajar atau Tidak Menyatakan
Pendapat; dan
b. luas atau tidaknya akibat dari salah saji atau risiko kemungkinan
salah saji baik jumlah akun yang terpengaruh maupun jumlah
laporan yang terpengaruh.
Sebagai contoh:
a. kelemahan pengendalian intern dalam pencatatan aset tetap di satu
OPD saja (tidak terjadi di OPD lain), tidak mengharuskan
Pemeriksa melakukan pengecualian atas seluruh akun aset tetap;
b. temuan mengenai adanya aset tetap yang belum direvaluasi,
harusnya hanya berpengaruh terhadap aset yang diperoleh

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 120


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab IX

sebelum tahun 2004. Dengan demikian, kualifikasi dapat dilakukan


terhadap aset tetap yang diperoleh sebelum tahun 2004, bukan
terhadap keseluruhan aset tetap; atau
c. kelemahan pengendalian dalam pengelolaan Kas di Bendahara
Pengeluaran bisa jadi tidak hanya berpengaruh terhadap kewajaran
saldo Kas di Bendahara Pengeluaran, tetapi juga mungkin
berpengaruh terhadap kewajaran belanja yang dikeluarkan melalui
mekanisme Uang Persediaan.
Contoh Iain penerapan pertimbangan materialitas kualitatif dalam
penentuan opini atas LKPD dapat dilihat pada Lampiran IX.2 sebagai
bagian yang tidak terpisahkan dari Keputusan ini.

Jenis Opini

26 UU Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Jenis-jenis


opini
Tanggung Jawab Keuangan Negara menyatakan bahwa opini atas
laporan keuangan terbagi menjadi 4 (empat) jenis:
a. Wajar Tanpa Pengecualian (WTP);
b. Wajar Dengan Pengecualian (WDP);
c. Tidak Wajar (TW); dan
d. Tidak Menyatakan Pendapat (TMP).

1. Wajar Tanpa Pengecualian (WTP)

27 Sebagaimana dalam International Standards of Supreme Audit Opini menurut


ISSAI 1700
Institutions (ISSAI) 1700, Pemeriksa harus merumuskan suatu opini
apakah laporan keuangan disusun, dalam semua hal yang material,
sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku. Untuk
merumuskan opini tersebut, Pemeriksa harus menyimpulkan apakah
Pemeriksa telah memperoleh keyakinan memadai tentang apakah
laporan keuangan secara keseluruhan bebas dari kesalahan penyajian
material.
28 Opini WTP menyatakan bahwa laporan keuangan disajikan secara Opini WTP

wajar dalam semua hal yang material, realisasi anggaran, perubahan


saldo anggaran lebih, posisi keuangan, operasional arus kas, dan
perubahan ekuitas, serta CaLK sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum (SAP).
29 Opini WTP merupakan penilaian tertinggi atas laporan keuangan, Kondisi untuk
opini WTP
dimana ini bisa tercapai apabila memenuhi kondisi-kondisi sebagai
berikut:
a. bukti pemeriksaan yang cukup dan tepat telah diperoleh, dan
pemeriksa telah melaksanakan penugasan sedemikian rupa sesuai
SPKN;

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 121


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab IX

b. semua aspek dari standar umum SPKN telah dipatuhi dalam


penugasan pemeriksaan;
c. seluruh laporan keuangan (LRA, laporan perubahan SAL, neraca,
LO, LAK, LPE, dan CaLK) telah lengkap disajikan; dan
d. laporan keuangan yang disajikan telah sesuai dengan SAP. Hal ini
juga berarti bahwa pengungkapan informasi yang cukup telah
tercantum dalam CaLK serta bagian-bagian lainnya dari laporan
keuangan tersebut.

2. Wajar Dengan Pengecualian (WDP)


30 Opini WDP menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara Opini WDP

wajar dalam semua hal yang material, realisasi anggaran, perubahan


saldo anggaran lebih, posisi keuangan, operasional arus kas, dan
perubahan ekuitas, serta CaLK sesuai SAP, kecuali untuk dampak hal-
hal yang yang dikecualikan.
31 Kondisi-kondisi yang menyebabkan Pemeriksa menyatakan opini WDP Kondisi untuk
opini WDP
adalah adanya salah saji sebagai berikut:
a. WDP karena adanya penyimpangan dari prinsip akuntansi (salah
saji)
Pemeriksa setelah memperoleh bukti pemeriksaan yang cukup
memadai, menyimpulkan bahwa salah saji yang terjadi baik secara
individual maupun agregat, adalah material, tapi tidak pervasive,
terhadap laporan keuangan; atau
b. WDP karena adanya pembatasan lingkup (ketidakcukupan bukti)
Pemeriksa tidak dapat memperoleh bukti pemeriksaan yang cukup
memadai untuk dijadikan dasar opini, tetapi Pemeriksa
menyimpulkan bahwa dampak yang mungkin terjadi (possible
effects) pada laporan keuangan atas salah saji yang tidak terdeteksi,
apabila ada, adalah material tetapi tidak pervasive.

3. Tidak Wajar (TW)


32 Kondisi yang menyebabkan Pemeriksa menyatakan opini TW adalah Kondisi untuk
opini TW
ketika Pemeriksa, setelah memperoleh bukti pemeriksaan yang cukup
memadai, menyimpulkan bahwa penyimpangan dari prinsip akuntansi
(salah saji) yang ditemukan, baik secara individual maupun agregat,
adalah material dan pervasive. Sifat pervasive (berpengaruh secara
keseluruhan) diantaranya dapat dilihat dari kompleksitas, proporsinya
terhadap laporan keuangan secara keseluruhan, dan persyaratan
pengungkapan yang bersifat fundamental.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 122


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab IX

4. Tidak Menyatakan Pendapat (TMP)


33 Kondisi yang menyebabkan Pemeriksa menyatakan opini TMP adalah Kondisi untuk
opini TMP
adanya pembatasan lingkup yang luar biasa sehingga Pemeriksa tidak
dapat memperoleh bukti yang cukup memadai sebagai dasar
menyatakan pendapat (opini).
34 Dalam kondisi ekstrim yang melibatkan banyak ketidakpastian,
Pemeriksa menyimpulkan bahwa, terlepas dari perolehan bukti
pemeriksaan yang cukup memadai terkait setiap ketidakpastian,
Pemeriksa tidak mungkin merumuskan opini atas laporan keuangan
karena adanya interaksi potensial dan dampak kumulatif yang mungkin
terjadi pada laporan keuangan.
35 Hubungan antara masing-masing kondisi yang mendasari opini dengan
bukti pemeriksaan dan salah saji material (termasuk pervasiveness dan
pertimbangan profesional) dijabarkan dalam bagan sederhana berikut.

Gambar 12. Pertimbangan Opini

PERTIMBANGAN OPINI PEMERIKSA

MATERIALITAS JENIS OPINI

Tidak Material WTP – PSH/PHL

Pembatasan Pelanggaran
Lingkup SAP

WDP
WDP
Keterbatasan
Pelanggaran SAP
Material Lingkup

Sangat
Material TMP TW

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 123


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab IX

Atau dapat digambarkan dalam bagan alur sebagai berikut:

Gambar 13. Bagan Alur Opini

Mulai

Ya Pemeriksa dapat Tidak


memperoleh
semua bukti
pemeriksaan
yang diperlukan?

Ya Pemeriksa menemukan Ya
penyimpangan dari Dampak yang
Tidak Tidak mungkin (possible
prinsip akuntansi
(salah saji) effect) atas salah saji
material? yang tidak terdeteksi
material?

Tidak Ya Tidak
Apakah salah Dampak yg mungkin
Apakah terdapat kondisi
saji bersifat atas salah saji yang
yang perlu dikomunikasikan
pervasive? tidak terdeteksi
untuk menarik perhatian?
bersifat pervasive?

Tidak

Wajar Tanpa
Pengecualian
(WTP)
Ya
Ya

WTP Dengan
Paragraf
Penekanan Suatu
Hal/ penekanan hal
lain

Wajar Dengan
Pengecualian
(WDP)

Tidak Menyatakan
Tidak Wajar
Pendapat
(TW)
(TMP)

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 124


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab IX

5. Paragraf Penekanan Suatu Hal dan Paragraf Hal Lain


36 Berdasarkan ISSAI 1706 dan SA 706 terdapat bentuk komunikasi
tambahan dalam laporan Pemeriksa berupa Paragraf Penekanan Suatu
Hal dan Paragraf Hal Lain.
a. Paragraf Penekanan Suatu Hal
Paragraf Penekanan Suatu Hal: suatu paragraf yang tercantum Peragraf
penekanan
dalam laporan Pemeriksa yang mengacu pada suatu hal yang telah suatu hal
disajikan atau diungkapkan dengan tepat dalam laporan keuangan,
yang menurut pertimbangan Pemeriksa, sedemikian penting bahwa
hal tersebut adalah fundamental bagi pemahaman pengguna laporan
keuangan.
Paragraf penekanan suatu hal dicantumkan dalam laporan
Pemeriksa, dalam hal Pemeriksa telah memperoleh bukti audit yang
cukup dan tepat bahwa tidak terdapat kesalahan penyajian material
atas hal tersebut dalam laporan keuangan.
Ketika Pemeriksa mencantumkan paragraf penekanan suatu hal
dalam laporannya, pemeriksa harus:
1) meletakkan paragraf tersebut segera setelah paragraf opini
dalam laporan Pemeriksa;
2) menggunakan judul “Penekanan Suatu hal” atau judul lain yang
tepat;
3) mencantumkan dalam paragraf tersebut suatu pengacuan yang
jelas tentang hal yang ditekankan dan acuan pada CaLK yang
relevan; dan
4) mengindikasikan bahwa opini auditor tidak dimodifikasi
sehubungan dengan hal yang ditekankan tersebut.
Adapun contoh kondisi yang di dalamnya Pemeriksa perlu
mempertimbangkan untuk mencantumkan suatu paragraf
Penekanan Suatu Hal:
1) suatu ketidakpastian yang berhubungan dengan hasil di masa
depan atas perkara litigasi yang tidak biasa atau tindakan yang
akan dilakukan oleh regulator;
2) penerapan dini (jika diizinkan) atas suatu standar akuntansi baru
yang berdampak pervasif terhadap laporan keuangan sebelum
tanggal efektif berlakunya; atau
3) suatu bencana alam besar yang telah atau masih berlanjut yang
mempunyai dampak signifikan terhadap posisi keuangan
entitas.
Menurut Practice Note ISSAI 1706, beberapa contoh kondisi yang
relevan untuk dapat dicantumkan sebagai Paragraf Penekanan
Suatu Hal atas suatu informasi yang telah disajikan atau
diungkapkan dalam laporan keuangan pada sektor publik, meliputi:

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 125


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab IX

1) legislative actions on programs or the budget;


2) contradictive laws, regulations or directives with a significant
effect on the entity;
3) fraud, abuse or losses;
4) significant transactions;
5) significant internal control deficiencies;
6) questionable business practices;
7) transactions entered into without due regards for economy;
8) prior period restatements;
9) lack of fiscal sustainability;
10) environmental issues;
11) corporate social responsibility issues;
12) ethical issues (proper behaviour by public officials); or
13) ineffective and uneconomical use of public assets.
Pencantuman paragraf penekanan suatu hal tidak memengaruhi PSH dan PHL
tidak
opini auditor. Paragraf tersebut bukan merupakan pengganti bagi berpengaruh
pada opini
hal-hal berikut:
1) pemeriksa menyatakan Opini WDP atau Opini TW, atau Opini
TMP; dan
2) pengungkapan dalam laporan keuangan yang diharuskan
untuk dibuat oleh manajemen menurut kerangka pelaporan
keuangan yang berlaku.
b. Paragraf Hal lain
Paragraf hal lain: suatu paragraf yang tercantum dalam laporan Paragraf hal
lain
Pemeriksa yang mengacu pada suatu hal selain yang telah disajikan
atau diungkapkan dalam laporan keuangan, yang menurut
pertimbangan Pemeriksa, relevan bagi pemahaman pengguna
laporan keuangan atas audit, tanggung jawab Pemeriksa, atau
laporan Pemeriksa. Perubahan opini dari opini selain opini WTP di
tahun sebelumnya menjadi opini WTP di tahun berjalan dan upaya
tindak lanjut yang dilakukan entitas tersebut merupakan salah satu
hal penting yang perlu diinformasikan kepada pengguna laporan
keuangan pada paragraf hal lain. Paragraf hal lain diletakkan
langsung setelah paragraf opini apabila tidak ada paragraf
penekanan suatu hal. Namun apabila ada paragraf penekanan suatu
hal, maka paragraf hal lain diletakkan setelah paragraf penekanan
suatu hal.
Contoh kondisi yang diuraikan pada poin nomor 1 (paragraf
penekanan suatu hal) juga relevan untuk paragraf penekanan hal
lain apabila informasi terkait hal tersebut belum disajikan dalam
laporan keuangan.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 126


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab IX

Mekanisme dan Matriks Perumusan Opini

37 Berdasarkan TP yang telah diungkap dalam LHP atas SPI dan Matriks
perumusan
Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan, Tim opini
Pemeriksaan menyusun matriks usulan perumusan opini dengan format
sebagaimana disajikan dalam Lampiran IX.3 dan Lampiran IX.4 yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan ini.
38 Apabila dilakukan pembahasan lebih lanjut oleh Penanggung Jawab
beserta Tim terkait atas kesimpulan pada Lampiran IX.4 yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan ini, maka
dituangkan dalam notulensi tersendiri yang berisikan keputusan final
atas rumusan opini yang akan ditetapkan.

Contoh Opini

39 BPK telah menetapkan standar pelaporan untuk pemeriksaan Standar


pelaporan
keuangan. Bentuk dan isi atas LHP keuangan pemerintah diatur untuk sesuai SPKN
memenuhi kesesuaian dengan SPKN.
40 Berikut adalah hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengungkapan Panduan
opini pemeriksaan. perumusan
opini
a. Panduan umum
1) sebelum merumuskan opini, Pemeriksa harus mempunyai
pemahaman yang cukup mengenai entitas termasuk risikonya;
2) jika ada pembatasan lingkup, apakah prosedur alternatif sudah
dilakukan;
3) jika ada penyimpangan dari SAP, apakah koreksi atau
penyempurnaan telah diusulkan oleh Pemeriksa;
4) pada prinsipnya Pemeriksa menggunakan format dan bahasa
yang diatur (dicontohkan dalam SPAP), kecuali diatur lain oleh
juknis, juklak, atau panduan tertulis; dan
5) penyajian LHP atas laporan keuangan menggunakan
pendekatan angka koresponding. Angka Koresponding
adalah informasi komparatif yang angka-angka dan
pengungkapan lainnya untuk periode lalu dicantumkan sebagai
suatu bagian integral dari periode kini, dan dimaksudkan untuk
dibaca hanya dalam hubungannya dengan angka-angka dan
pengungkapan lainnya yang berkaitan dengan periode kini.
b. Opini WTP
Untuk opini WTP dapat mengikuti bahasa standar, kecuali untuk
hal-hal tertentu yang diatur lain.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 127


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab IX

c. Opini WDP Opini WDP


karena
pembatasan
Apabila Opini WDP diberikan karena pembatasan lingkup, maka lingkup
Pemeriksa perlu memperhatikan panduan berikut:
1) situasi itu harus dijelaskan dalam paragraf penjelasan terpisah
sebelum paragraf opini;
2) penjelasan sedapat mungkin mengacu pada pos, atau CaLK;
3) kata-kata pada paragraf opini, harus menunjukkan bahwa
pengecualian tersebut berkaitan dengan dampak yang mungkin
timbul terhadap laporan keuangan dan bukan terhadap
pembatasan itu sendiri; dan
4) opini harus dimulai dengan frasa "kecuali". Demikian juga dalam
paragraf Iingkup, harus dimulai dengan frasa "kecuali".
Apabila opini WDP diberikan karena adanya penyimpangan dari Opini WDP
karena
prinsip akuntansi, Pemeriksa perlu memperhatikan hal-hal berikut: penyimpangan
prinsip
1) jelaskan semua alasan yang menyebabkan Pemeriksa akuntansi
berkesimpulan bahwa terdapat penyimpangan dari standar
akuntansi dalam paragraf penjelasan terpisah sebelum paragraf
opini;
2) penjelasan sedapat mungkin mengacu pada pos laporan
keuangan atau CaLK. Paragraf penjelasan harus menjelaskan
dampak dari penyimpangan tersebut;
3) jika laporan keuangan sudah mengungkap penjelasan atas
penyimpangan, maka dapat mengacu pada penjelasan tersebut;
dan
4) pada paragraf scope tidak perlu ada frasa "kecuali". Pada
paragraf opini, yang dikecualikan adalah dampak dari
penyimpangan terhadap SAP, bukan akunnya.
d. Opini TMP
1) diberikan jika Pemeriksa tidak dapat merumuskan opini karena
tidak dapat melaksanakan pemeriksaan yang lingkupnya cukup
untuk menyatakan pendapat;
2) pemeriksa harus mengungkapkan semua alasan substantif yang
menyebabkan tidak memberikan pendapat; dan
3) tidak boleh ada kalimat yang menyatakan BPK sudah
melaksanakan pemeriksaan sesuai dengan standar.
e. Opini TW
1) pemeriksa harus menjelaskan dua hal dalam laporan yaitu,
semua alasan yang mendukung dan dampak utama yang
menyebabkan pendapat tersebut; dan
2) semua alasan harus dikemukakan pada paragraf terpisah
sebelum paragraf opini.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 128


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab IX

f. Opini dengan Paragraf Penekanan Suatu Hal


1) paragraf tersebut harus mengacu pada informasi yang disajikan
atau diungkapkan dalam laporan keuangan;
2) paragraf penekanan suatu hal dicantumkan dalam laporan
Pemeriksa, dalam hal Pemeriksa telah memperoleh bukti audit
yang cukup dan tepat bahwa tidak terdapat kesalahan penyajian
material atas hal tersebut dalam laporan keuangan; dan
3) pemeriksa menyatakan dalam paragraf tersebut bahwa opini
Pemeriksa tidak dimodifikasi sehubungan dengan hal yang
ditekankan tersebut.
g. Opini dengan Paragraf Penekanan Hal Lain.
1) paragraf penekanan hal lain harus mengacu pada suatu hal
selain yang telah disajikan atau diungkapkan dalam laporan
keuangan; dan
2) dicantumkan karena menurut pertimbangan Pemeriksa, relevan
bagi pemahaman pengguna laporan keuangan atas audit,
tanggung jawab Pemeriksa, atau laporan Pemeriksa.
Contoh-contoh mengenai opini dapat dilihat pada Lampiran IX.5 yang Contoh opini

merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan ini. Contoh


tersebut terdiri dari:
a. opini WTP;
b. opini WTP dengan Paragraf Penekanan Suatu Hal;
c. opini WTP dengan Paragraf Hal Lain;
d. opini WDP (karena pembatasan ruang lingkup);
e. opini WDP (karena adanya penyimpangan standar akuntansi);
f. opini TW; dan
g. opini TMP.

Tanggal Opini dan Tanggal Laporan

41 Dalam pemeriksaan LKPD, BPK menerbitkan LHP yang terdiri dari LHP LHP keuangan

atas Laporan Keuangan serta LHP atas Kelemahan SPI dan Kepatuhan
terhadap Peraturan Perundang-undangan. Selain kedua laporan
tersebut, dimungkinkan adanya pelaporan lain sesuai dengan harapan
pemberi tugas. Misalnya adanya pelaporan khusus terkait penilaian atas
informasi aspek kinerja tertentu. Untuk itu, tanggal LHP tersebut
haruslah sama.
42 Berdasarkan SPAP 2013, SA 700 paragraf A38, tanggal laporan Tanggal
laporan
Pemeriksa adalah tanggal ketika prosedur pemeriksaan telah secara Pemeriksa
substansial selesai dilaksanakan dan kesimpulan berdasarkan bukti
pemeriksaan yang cukup dan tepat telah dapat diperoleh.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 129


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab IX

43 Dengan pertimbangan di atas, tanggal laporan yang disajikan pada


masing-masing LHP, baik di halaman penanda tangan maupun di
halaman muka (cover) menggunakan tanggal yang sama yaitu tanggal
pada saat Pemeriksa yakin bahwa seluruh prosedur pemeriksaan telah
dilaksanakan dan telah memperoleh bukti pemeriksaan yang cukup dan
tepat untuk menetapkan opini, yaitu tanggal setelah tanggapan dan
rencana aksi diterima atau seharusnya diterima.

Penanda Tangan LHP


44 Penanda tangan LHP LKPD adalah Penanggung Jawab Pemeriksaan. Penanda
tangan LHP
Hal ini didasarkan pada ketentuan Juklak Pemeriksaan Keuangan
Paragraf 39 yang menyatakan bahwa "Penanda tangan LHP Keuangan
adalah Penanggung Jawab pemeriksaan yang ditetapkan dalam surat
tugas. Kriteria dan kualifikasi penanda tangan/penanggung jawab
pemeriksaan atas laporan keuangan mengikuti ketentuan yang diatur
BPK.
45 Sesuai PMP, Bab I Huruf G, angka 16 menyatakan bahwa Kewenangan
penanda tangan LHP berada pada Pemberi Tugas Pemeriksaan (PTP).
PTP adalah Badan yang terdiri dari Ketua, Wakil Ketua, Anggota, atau
Pejabat yang diberikan penugasan secara tertulis oleh Badan yang
bertanggung jawab memberikan arah dan penugasan pemeriksaan
kepada Pejabat Struktural Pemeriksa dan Pejabat Fungsional
Pemeriksa, memantau jalannya pemeriksaan, menandatangani surat
keluar dan LHP, serta menyerahkan LHP dan IHPS kepada Lembaga
Perwakilan dan entitas yang diperiksa.
46 Kewenangan tersebut dapat didelegasikan oleh Ketua, atau Wakil
Ketua, atau Anggota BPK kepada Penanggung Jawab pemeriksaan
yang memiliki kompetensi untuk menandatangani laporan tersebut.
Penandatangan LHP dapat ditugaskan oleh PTP kepada Penanggung
Jawab Pemeriksaan yang memiliki kompetensi untuk menandatangani
laporan tersebut.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 130


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab X

BAB X
PENGENDALIAN DAN PENJAMINAN MUTU

SPKN PSP 100 Standar Umum


• Para. 11: Sistem pengendalian mutu terdiri dari prosedur dan kebijakan untuk
memastikan pemerolehan hasil pemeriksaan yang bermutu tinggi sesuai dengan
standar pemeriksaan dan ketentuan peraturan perundang-undangan.
• Para. 12: Pemeriksa harus menerapkan sistem pengendalian mutu pada saat
penugasan untuk memberikan keyakinan memadai bahwa Pemeriksaan sesuai
dengan standar pemeriksaan dan ketentuan peraturan perundang-undangan, dan
LHP adalah tepat sesuai dengan kondisinya.

01 Kerangka Konseptual SPKN menyatakan bahwa sistem pengendalian Sistem


pengendalian
mutu harus mencakup, tetapi tidak terbatas pada, hal-hal seperti mutu menurut
kerangka
supervisi, review berjenjang, monitoring, dan konsultasi selama proses konseptual
pemeriksaan. Sistem pengendalian mutu BPK ditelaah secara intern SPKN
dan juga oleh badan pemeriksa keuangan negara lain yang menjadi
anggota organisasi pemeriksa keuangan sedunia.
02 Sebagai pedoman/acuan dalam rangka memperoleh keyakinan yang Sistem
pengendalian
memadai bahwa sistem pengendalian mutu telah diatur BPK secara mutu menurut
SPKM
memadai dan diselenggarakan secara tertib, efektif, dan sesuai dengan
dengan ketentuan, BPK telah mengatur dalam Petunjuk Pelaksanaan
Sistem Pemerolehan Keyakinan Mutu (SPKM).
03 Pada PMP, pelembagaan SPKM menekankan unsur pengendalian Sistem
pengendalian
mutu (quality control) dan pemerolehan keyakinan mutu (quality mutu menurut
PMP
assurance) yang menjadi bagian tidak terpisahkan dalam proses
pemeriksaan. Dalam PMP dinyatakan:
04 “Pengendalian mutu dilakukan dengan tujuan memastikan bahwa Pengendalian
mutu
pemeriksaan telah dilakukan dengan mematuhi standar profesi serta
ketentuan hukum dan peraturan yang berlaku dan LHP yang diterbitkan
telah sesuai dengan kondisinya. Pengendalian mutu akan menjamin
bahwa seluruh tahapan pemeriksaan dilaksanakan tepat waktu, secara
komprehensif, terdokumentasi secara memadai, dilaksanakan, dan di-
review oleh Pemeriksa yang kompeten secara berjenjang.”
05 Pemerolehan keyakinan mutu dilakukan dengan tujuan untuk Pemerolehan
keyakinan
memperoleh hasil pemeriksaan yang bermutu tinggi dalam rangka mutu
memenuhi ketentuan perundang-undangan dan sesuai dengan standar
dan praktik terbaik internasional dalam pemeriksaan, serta menjadi
dasar penilaian atau kriteria atas mutu pemeriksaan untuk kegiatan
sebelum sampai dengan setelah pemeriksaan dilakukan.”
06 Dalam pemeriksaan LKPD, Pejabat Fungsional Pemeriksa (PFP) PFP secara
berjenjang
secara berjenjang bertanggung jawab melaksanakan pengendalian melaksankan
pengendalian
mutu mulai dari Ketua Tim, Pengendali Teknis, dan Pengendali Mutu mutu
pada saat tahap pemeriksaan sebelum laporan pemeriksaan diterbitkan PSP
memastikan
(ex-ante). Sesuai dengan PMP, sebelum LHP atas LKPD dari penjaminan

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 131


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab X

penanggung jawab diterbitkan, Pejabat Struktural Pemeriksa harus mutu telah


berjalan
memastikan bahwa penjaminan mutu telah berjalan. Penjaminan mutu
ini menjadi dasar bagi BPK untuk menerbitkan LHP tersebut. Untuk
melaksanakan ini, perwakilan dapat membentuk tim reviu di perwakilan
yang hasil review-nya menjadi bahan pertimbangan Penanggung
Jawab dalam meyakini jenis opini yang akan diberikan. Tahapan
penjaminan mutu pemeriksaan LKPD dapat dilihat pada Gambar 14.

Gambar 14. Tahapan Penjaminan Mutu Pemeriksaan LKPD

LKPD
diterima Supervisi
Pemeriksaan

Persiapan Pelaksanaan Pelaporan hasil Proses Reviu Tim


Pemeriksaan Pemeriksaan Pemeriksaan Reviu

Surat Perintah Surat Tugas Selesainya Konsep LHP yang Penerbitan LHP
Persiapan Pelaksanaan Pelaksanaan telah disetujui dengan Surat Keluar
Pemeriksaan Pemeriksaan Pemeriksaan Lapangan Penanggungjawab Kepala Perwakilan

Hot Reviu Cold Reviu

07 Sistem Manajemen Mutu (SMM) dalam setiap tahapan pemeriksaan Objek


pengendalian
dijelaskan dalam PMP. Secara ringkas objek pengendalian yang harus mutu
dilakukan pada setiap tahapan pemeriksaan sebagai berikut:
a. Tahap Perencanaan. Objek pengendalian yang harus dilakukan
pada Tahap Perencanaan meliputi:
1) pembentukan Tim Perencanaan Pemeriksaan (TPP);
2) penyusunan Paket Program Pemeriksaan;
3) penentuan Tim Pemeriksaan;
4) persetujuan Penugasan; dan
5) penyusunan PKP.
b. Tahap Pelaksanaan. Objek pengendalian yang harus dilakukan
pada Tahap Pelaksanaan meliputi:
1) pemberitahuan Pemeriksaan;
2) komunikasi awal;
3) pelaksanaan P2 dan Penyusunan KKP;
4) penyusunan TP;
5) komunikasi akhir;
6) pengakhiran tahap pelaksanaan pemeriksaan; dan
7) penilaian Kinerja PFP.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 132


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab X

c. Tahap Pelaporan. Objek pengendalian yang harus dilakukan pada


Tahap Pelaporan meliputi:
1) penyusunan konsep LHP;
2) review konsep LHP;
3) penyampaian konsep LHP dan perolehan tanggapan dari
entitas yang diperiksa;
4) finalisasi konsep LHP;
5) persetujuan konsep LHP dan surat keluar; dan
6) penerbitan dan Penyerahan LHP.
Dalam Pemeriksaan Keuangan atas LKPD, SMM di atas harus
mengacu pada PMP.
08 Pengendalian mutu dilakukan untuk memastikan pemeriksaan telah Hot review
dan cold
sesuai dengan standar pemeriksaan dan ketentuan yang berlaku. review
Pengendalian mutu dapat dilakukan secara hot review dan cold review.
Pengendalian mutu yang dilakukan mulai dari perencanaan
pemeriksaan sampai dengan LHP diterbitkan, disebut hot review.
Sedangkan review yang dilakukan setelah LHP diterbitkan disebut cold
review. Contoh cold review adalah review LHP yang dilakukan oleh
Inspektorat Utama.
09 Adapun contoh pengendalian mutu berupa hot review diuraikan sebagai Contoh hot
review
berikut. Untuk Checklist Sistem Pengendalian Mutu Pemeriksaan LKPD
BPK tercantum dalam Lampiran X yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Keputusan ini.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 133


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab X

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 134


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab X

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 135


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab X

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 136


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab X

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 137


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab X

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 138


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab X

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 139


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab XI

BAB XI
PERENCANAAN PEMERIKSAAN LKPD:
PEMERIKSAAN INTERIM

SPKN PSP 200 Standar Umum


• Para. 9: BPK dan Pemeriksa harus merencanakan pemeriksaan dengan sebaik-
baiknya.
• Para. 14: Pemeriksa harus memperoleh pemahaman atas entitas dan/atau hal
pokok/informasi hal pokok yang diperiksa yang diperlukan untuk mengidentifikasi
permasalahan, menentukan materialitas, risiko, jenis dan sumber bukti, serta
auditabilitas.

Gambaran Umum

01 Pemeriksaan keuangan interim LKPD (selanjutnya disebut dengan Pertimbangan


pemeriksaan
pemeriksaan interim) lazim dilakukan dalam pemeriksaan keuangan. interim
BPK melaksanakan pemeriksaan interim atas LKPD mengacu pada
best practice dengan pertimbangan untuk mempercepat penyelesaian
pemeriksaan atas laporan keuangan sesuai dengan batas waktu
pemeriksaan atas LKPD yang telah ditetapkan undang-undang.
Kebijakan perlu tidaknya dilaksanakan pemeriksaan interim pada LKPD
sepenuhnya ditetapkan oleh masing-masing BPK Perwakilan dengan
mempertimbangkan 1) besaran anggaran, 2) kekuatan personil
Pemeriksa pada BPK Perwakilan yang bersangkutan, 3) hasil
pemeriksaan sebelumnya, dan 4) pertimbangan objektif lainnya.
02 Siegel dan Shim (2000: 519) melihat pemeriksaan interim dari 2 (dua) Pendekatan
atas
pendekatan, yaitu: pemeriksaan
interim
a. pemeriksaan keuangan terhadap laporan keuangan interim (audit
of an interim period), misalnya Laporan Keuangan Triwulanan atau
Laporan Keuangan Semesteran;
b. pemeriksaan keuangan terhadap laporan keuangan tahunan yang
dilakukan selama periode akuntansi masih berjalan. Pemeriksaan
yang dilakukan dapat meliputi konfirmasi, cek fisik persediaan, atau
kegiatan pemeriksaan lainnya yang nantinya akan digabungkan
dengan tahap akhir pemeriksaan keuangan secara menyeluruh
terhadap laporan keuangan tahunan yang diperiksa.
03 Berdasarkan kedua pendekatan tersebut di atas dapat disimpulkan Waktu
pelaksanaan
bahwa waktu pelaksanaan pemeriksaan interim atas LKPD efektif pemeriksaan
interim
dilaksanakan pada tahun berjalan sebelum tanggal laporan keuangan
(31 Desember 20XX) yaitu pada semester II (atau triwulan IV) yang
mencakup data transaksi-transaksi selama periode tahun tersebut
sampai dengan pemeriksaan interim berlangsung. Sesuai dengan PMP,
Pemeriksaan Interim dapat dilakukan pada tahun berjalan, yaitu pada
semester II setelah entitas menerbitkan Laporan Keuangan semester I

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 140


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab XI

atau pada TA berikutnya, namun sebelum Laporan Keuangan


diserahkan oleh entitas kepada BPK.
04 Pelaksanaan pemeriksaan laporan keuangan interim di BPK, antara lain Tujuan
pemeriksaan
bertujuan untuk: interim

a. pemberian kesimpulan hasil reviu atas SPI dan kepatuhan terhadap


peraturan perundang-undangan;
b. pengujian kesesuaian dengan SAP atas transaksi-transaksi selama
periode yang berlangsung sampai dengan saat pemeriksaan
interim; dan
c. perolehan data dan informasi untuk pengembangan perencanaan
pemeriksaan terinci.
05 Lingkup pemeriksaan interim meliputi: Lingkup
pemeriksaan
interim
a. SPI;
b. kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan;
c. transaksi atau realisasi anggaran semester I dan/atau sampai
dengan periode pemeriksaan interim berlangsung;
d. pemantauan tindak lanjut LHP sebelumnya; dan
e. informasi lain yang terkait dengan laporan keuangan.

Tahapan Pemeriksaan Interim

06 Tahapan Pemeriksaan Interim terdiri dari 3 (tiga) bagian utama yaitu Tahapan
pemeriksaan
persiapan, pelaksanaan, dan pelaporan yang secara rinci terdiri dari interim
kegiatan sebagai berikut:
Gambar 15. Tahapan Pemeriksaan Interim

PERSI APAN PEL AKSANAAN PEL APORAN

•Evaluas i has il •Pem ut akhir andat a •Pengam bilan


pem er ik s aan um um ent it as dan kes im pulan
s ebelum nya dat at er kait SPI •Penet apan
•Per oleh L apor an ent it as m at er ialit as , r is ik o
Keuangan I nt er im •Pengujian at as TL HP dan s am pling
•Penent uan obyek s ebelum nya •Penyus unan L apor an
dan lingkup •Pener apan pr os edur Has il Pem er ik s aan
pem er ik s aanint er im pengujian I nt er im
•Penent uan t ujuan pengendala in •Penyus unan
dan penyus unan •Pener apan pr os edur pr ogr am
langkah pengujian s ubs t ant if pem er ik s aan
pem er ik s aan •Pener apan pr os edur s ubs t ant if / t er inc i
pengujian
kepat uhant er hadap
per at ur an
per undang-
undangan
•Penyus unan Tem uan
Pem er ik s aan
•Dokum ent as i
pem er ik s aan

1. Tahap Persiapan
07 Tahap persiapan meliputi kegiatan evaluasi atas hasil pemeriksaan Tahap
persiapan
sebelumnya, pemerolehan Laporan Keuangan Interim, enentuan objek
dan lingkup pemeriksaan interim, dan penentuan tujuan pemeriksaan.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 141


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab XI

a) Evaluasi hasil pemeriksaan sebelumnya

08 Pada tahapan persiapan ini, pertama-tama dilakukan evaluasi hasil Langkah


evaluasi hasil
pemeriksaan sebelumnya. Langkah-langkah yang dilakukan untuk pemeriksaan
sebelumnya
mengevaluasi hasil pemeriksaan sebelumnya adalah sebagai berikut:
a. Lakukan inventarisasi semua pemeriksaan yang pernah dilakukan
sebelumnya, baik itu pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja,
maupun PDTT. Khusus untuk pemeriksaan keuangan yang
dilakukan pada tahun sebelumnya, perhatikan opini yang diberikan
sebagai dasar pertimbangan untuk analisis risiko dan penentuan
materialitas pemeriksaan yang akan dilakukan sekarang.
b. Buat daftar yang menggambarkan semua permasalahan yang
pernah ditemukan maupun permasalahan yang pernah ada terkait
dengan objek pemeriksaan (khususnya temuan yang berkaitan
dengan pengendalian intern dan kepatuhan), termasuk posisi
tindak lanjut setiap temuan/permasalahan tersebut sampai dengan
tanggal terakhir semester.
c. Lakukan analisis sebab dan dampaknya bagi kewajaran penyajian
laporan keuangan. Fokuskan pada permasalahan yang berulang;
d. Identifikasikan hubungan setiap permasalahan yang masih
berstatus “belum ditindaklanjuti sesuai rekomendasi/tidak
ditindaklanjuti” dengan objek pemeriksaan.
e. Pastikan juga apakah permasalahan yang telah ditindaklanjuti
sesuai rekomendasi berpotensi terjadi atau akan terjadi dan terkait
dengan objek pemeriksaan.
f. Tentukan fokus pemeriksaan interim dengan mempertimbangkan
permasalahan yang memiliki probabilitas terjadi dan terkait dengan
objek pemeriksaan dan permasalahan yang terus berulang.

b) Peroleh Laporan Keuangan Interim

09 Langkah selanjutnya adalah meminta LKPD yang telah disusun oleh Pemerolehan
laporan
entitas yang bersangkutan sesuai dengan periode yang telah keuangan
interim
ditentukan/disepakati sebelumnya (Semesteran atau Triwulanan atau
LKPD per 31 Oktober).

c) Penentuan objek dan lingkup pemeriksaan interim

10 Penentuan objek dan lingkup pemeriksaan interim mencakup langkah- Penentuan


objek dan
langkah sebagai berikut: lingkup
pemeriksaan
a. Lakukan analisis mendalam terhadap fokus-fokus pemeriksaan interim
interim (hasil pertimbangan pemeriksaan sebelumnya). Analisis
meliputi hubungan setiap fokus permasalahan dan
kriteria/ketentuan yang mengatur hal-hal terkait fokus pemeriksaan

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 142


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab XI

tersebut. Analisis tersebut sedapat mungkin mengidentifikasi


hingga jenis transaksi, sistem transaksi, frekuensi terjadinya, dan
kesamaan pola transaksi.
b. Lakukan pemetaan (mapping) terhadap signifikansi setiap fokus
pemeriksaan interim.
c. Dengan pertimbangan waktu dan sumber daya yang ada, pilih
objek dan cakupan yang paling material dan signifikan yang
meliputi akun tertentu, mata anggaran tertentu, satuan kerja
tertentu, dan periode transaksi tertentu (sampai dengan periode
pemeriksaan interim).

d) Penentuan tujuan dan penyusunan langkah pemeriksaan

11 Berdasarkan objek dan lingkup pemeriksaan, tentukan tujuan Penentuan


tujuan interim
pemeriksaan interim. Berdasarkan tujuan pemeriksaan yang telah
ditetapkan, susunlah P2 yang berisi langkah-langkah pemeriksaan,
susunan Tim Pemeriksaan, periode yang akan diperiksa, waktu
pemeriksaan, dan jangka waktu pemeriksaan. Selain itu, pastikan waktu
pemeriksaan yang tepat.

2. Tahap Pelaksanaan

12 Tahap-tahap kegiatan dalam pelaksanaan pemeriksaan interim Tahapan


pelaksanaan
mengacu pada tujuan pemeriksaan interim yang telah ditetapkan pemeriksaan
interim
sebelumnya. Dengan demikian, khusus untuk kegiatan penerapan
prosedur pengujian pengendalian (control test) dan penentuan
sampling, kegiatan penerapan prosedur pengujian substantif
(substantive test), dan kegiatan prosedur pengujian kepatuhan terhadap
peraturan perundang-undangan di bawah ini tidak harus dilaksanakan
seluruhnya, namun sepenuhnya tergantung pada tujuan pemeriksaan
yang ditetapkan. Apabila tujuan pemeriksaan yang disebutkan dalam
paragraf di atas akan dilaksanakan seluruhnya, maka tahap
pelaksanaan pemeriksaan interim meliputi kegiatan sebagai berikut:

a) Pemutakhiran data umum entitas dan data terkait SPI entitas

13 Langkah pertama dalam tahapan pelaksanaan adalah pemutakhiran Pemutakhiran


data entitas
data umum entitas dan data terkait SPI yang menjadi cakupan dan SPI
pemeriksaan. Pastikan pemeriksa telah memiliki pemahaman atas data
umum organisasi dan sistem pengelolaan transaksi dari hasil
pemeriksaan tahun sebelumnya. Jika tidak terdapat perubahan,
pemeriksa dapat menggunakan data dari pemeriksaan sebelumnya.
Jika terdapat perubahan data umum organisasi dan SPI, lakukan
analisis atas perubahan tersebut. Perubahan SPI umumnya terkait
dengan temuan BPK atas kelemahan SPI dari hasil pemeriksaan

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 143


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab XI

sebelumnya, serta status tindak lanjutnya. Dokumentasikan data


mutakhir dalam format yang mudah dipahami.
14 Untuk memperoleh pemahaman entitas secara umum, pemeriksa
melakukan komunikasi dengan pemeriksa terdahulu. Hasil pelaksanaan
komunikasi dengan pemeriksa terdahulu didokumentasikan dalam KKP,
sebagaimana tercantum dalam Lampiran XI yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Keputusan ini.

b) Pengujian atas TLHP sebelumnya

15 Pemeriksa harus memastikan bahwa entitas yang diperiksa telah Tindaklanjut


pemeriksaan
menindaklanjuti rekomendasi hasil pemeriksaan sebelumnya. Terhadap sebelumnya
rekomendasi yang belum ditindaklanjuti, lakukan diskusi tentang
kendala dan akibatnya bagi entitas yang diperiksa. Pemeriksa dapat
meminta Pemda untuk segera menindaklanjuti permasalahan agar tidak
mempengaruhi penyajian LKPD dan mengakibatkan kualifikasi dalam
opini.

c) Penerapan prosedur pengujian pengendalian

16 a. Lakukan evaluasi atas desain SPI. Jika tidak terdapat pemutakhiran Langkah
pengujian
desain SPI objek yang menjadi cakupan pemeriksaan, Pemeriksa pengendalian
dan
dapat memanfaatkan hasil evaluasi desain SPI tahun sebelumnya. penentuan
Jika terdapat pemutakhiran desain SPI, lakukan analisis dan sampling
identifikasikan kelemahan desain SPI tersebut dan dampaknya:
b. Lakukan pengujian atas implementasi SPI, dan identifikasi
kelemahan implementasi SPI dan dampaknya.
c. Buat daftar kelemahan desain dan implementasi SPI serta
dampaknya.
d. Uji tingkat signifikansi setiap kelemahan desain dan penerapan SPI
serta uji tingkat keterjadiannya dan kemungkinan keterjadiannya.
Semakin tinggi tingkat keterjadiannya dan kemungkinan
keterjadiannya, semakin diprioritaskan menjadi objek yang akan
diuji lebih lanjut dalam pemeriksaan subtantif/terinci.

d) Penerapan prosedur pengujian substantif

17 Lakukan pengujian substantif atas transaksi terhadap Prosedur


substantif
akun/transaksi/mata anggaran yang telah ditetapkan dalam objek dan
lingkup pemeriksaan dengan mengacu pada sampling yang telah
ditentukan. Jenis pengujian yang dilakukan mempertimbangkan hasil
pengujian atas risiko pengendalian dan jenis asersi yang terkait dengan
risiko yang ditemukan.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 144


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab XI

e) Penerapan prosedur pengujian kepatuhan terhadap peraturan perundang-


undangan

18 Selain pengujian susbtantif, tim juga menerapkan prosedur pengujian Pengujian


kepatuhan
kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dengan terhadap
peraturan
mempertimbangkan fokus pemeriksaan yang telah dipertimbangkan perundang-
sebelumnya, transaksi yang terjadi pada akhir tahun anggaran, dan undangan
Konstruksi Dalam Pengerjaan (KDP).

f) Penyusunan TP

19 Pemeriksa menyusun TP atas permasalahan-permasalahan terkait Penyusunan


TP
kelemahan pengendalian intern dan dan ketidakpatuhan. Temuan
dimaksud disampaikan kepada entitas yang diperiksa untuk mendapat
tanggapan dan agar pimpinan entitas yang diperiksa dapat segera
melakukan tindakan perbaikan.

g) Dokumentasi pemeriksaan
20 Setiap prosedur yang dilaksanakan pada pemeriksaan interim, harus Dokumentasi
pemeriksaan
didokumentasikan dengan baik. Dokumentasi pemeriksaan mengacu
pada standar audit yang terkait, khususnya SA 230 tentang
Dokumentasi Audit.

3. Tahap Pelaporan
21 Tahap pelaporan pada pemeriksaan interim akan menjadi input bagi Tahap
pelaporan
pemeriksaan terinci. Terdapat beberapa kegiatan yang harus dilakukan
pad tahap pelaporan, yaitu sebagai berikut.

a) Pengambilan kesimpulan interim

22 Berdasarkan langkah-langkah dalam tahap pelaksanaan, lakukan Pengambilan


kesimpulan
pengambilan kesimpulan hasil pemeriksaan interim, dengan mengacu interim
pada tujuan pemeriksaan yang ditetapkan di atas.

b) Penentuan tingkat materialitas, risiko, dan sampling

23 Berdasarkan simpulan pemeriksaan interim, Pemeriksa menentukan Penentuan


materialitas,
tingkat materialitas, risiko dan sampel pemeriksaan untuk digunakan risiko, dan
sampel
pada saat pemeriksaan substantif tahap terinci. Prosedur penentuan
sampel pemeriksaan mengacu pada Juknis Pemeriksaan LKPD ini, Bab
V tentang Uji Petik Pemeriksaan (Audit Sampling) dengan
memperhitungkan pengujian substantif yang sudah dilakukan saat
pemeriksaan interim.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 145


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab XI

c) Penyusunan LHP interim

24 Selanjutnya Tim Pemeriksa menyusun Laporan Pemeriksaan Interim Laporan


pemeriksaan
yang terdiri dari 3 (tiga) bagian yaitu: interim

a. ringkasan eksekutif yang berisi transaksi/akun yang memiliki risiko


tinggi dan kelemahan SPI serta ketidakpatuhan yang signifikan, serta
tingkat materialitas yang ditetapkan berdasar hasil pengujian atas
pegendalian;
b. gambaran umum pemeriksaan yang terdiri dari dasar hukum, tujuan,
lingkup, metodologi pemeriksaan, dan waktu pemeriksaan; dan
c. hasil Pemeriksaan yang berisi temuan-temuan kelemahan SPI dan
ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, penilaian
risiko atas akun-akun signifikan (sebagaimana diatur dalam Juknis
Pemeriksaan LKPD ini, Bab III Pemahaman dan Penilaian Risiko),
serta penetapan tingkat materialitas dan sampel.

d) Penyusunan Program Pemeriksaan terinci/substantif

25 Setelah hasil pemeriksaan interim diperoleh, langkah selanjutnya Penyusunan


program
adalah melakukan perancangan dan penyusunan langkah-langkah pemeriksaan
terinci
pemeriksaan dalam suatu program pemeriksaan untuk pengujian
substantif/rinci. Penyusunan langkah-langkah pemeriksaan
berdasarkan strategi pemeriksaan yang telah ditetapkan dalam tabel
penilaian risiko sebagaimana dilaporkan dalam LHP Interim.
26 Permasalahan yang ditemukan dan dilaporkan dalam LHP Interim Hasil
pemeriksaan
dipantau penyelesaiannya oleh Tim Pemeriksa. Hasil pemantauan Interim
dipantau
tersebut dituangkan dalam program pemeriksaan khususnya dalam perkembang-
bagian Hasil Pemahaman Entitas dan Pemahaman SPI Entitas. annya pada
pemeriksaan
terinci
27 Selain itu, perkembangan atas penyelesaian permasalahan tersebut
juga menjadi dasar untuk memutakhirkan strategi pemeriksaan
sebagaimana dicantumkan dalam tabel penilaian risiko. Apabila
masalah yang ditemukan belum selesai ditindaklanjuti oleh entitas
sampai dengan akhir pemeriksaan terinci, maka Tim Pemeriksa harus
mengungkapkan masalah tersebut dalam LHP atas SPI/Kepatuhan dan
menguji dampaknya terhadap penyajian LKPD yang akan diberikan
opini.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 146


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab XII

BAB XII
PEMERIKSAAN ATAS
BADAN LAYANAN UMUM DAERAH (BLUD)

Gambaran Umum

01 Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) merupakan instansi di BLUD

lingkungan Pemda yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada


masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa
mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan
kegiatannya berdasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas. Pola
pengelolaan keuangan BLUD berbeda dengan pola pengelolaan
keuangan OPD pada umumnya.
LKPD merupakan konsolidasian laporan keuangan OPD dan BLUD
yang ada di bawahnya. Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum
diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 23 Tahun 2005
sebagaimana telah diubah dengan PP Nomor 74 Tahun 2012 tentang
Perubahan atas PP Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum. Sedangkan pengelolaan BLUD
diatur dalam Permendagri Nomor 79 Tahun 2018 tentang Badan
Layanan Umum Daerah.
Pola Pengelolaan Keuangan BLUD yang selanjutnya disingkat PPK-
BLUD adalah pola pengelolaan keuangan yang memberikan fleksibilitas
berupa keleluasaan untuk menerapkan praktik-praktik bisnis yang sehat
untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka
memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan
bangsa, sebagai pengecualian dari ketentuan pengelolaan keuangan
daerah pada umumnya. Dengan adanya PPK-BLUD yang memiliki pola
pengelolaan keuangan berbeda dengan pola pengelolaan keuangan
pada umumnya, mengharuskan Pemeriksa untuk melakukan langkah-
langkah pemeriksaan yang sedikit berbeda.
Pola BLUD tersedia untuk diterapkan oleh setiap OPD yang secara
fungsional menyelenggarakan kegiatan yang bersifat operasional. OPD
dimaksud dapat berasal dari dan berkedudukan pada berbagai jenjang
eselon atau noneselon. Sehubungan dengan itu, organisasi dan struktur
OPD yang berkehendak menerapkan PPK-BLUD kemungkinan
memerlukan penyesuaian dengan memperhatikan ketentuan yang
diatur dalam peraturan perundang-undangan. BLUD berperan sebagai
agen dari Instansi Pemerintah induknya. Kedua belah pihak
menandatangani kontrak kinerja (a contractual performance
agreement), di mana Kepala Daerah induk bertanggung jawab atas
kebijakan layanan yang hendak dihasilkan, dan BLUD bertanggung
jawab untuk menyajikan layanan yang diminta.
Dengan sifat-sifat tersebut, BLUD tetap menjadi satker Pemda yang
tidak dipisahkan. Dan karenanya, seluruh perdapatan yang
diperolehnya dari non-APBD dilaporkan dan dikonsolidasikan dalam

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 147


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab XII

pertanggungjawaban APBD.
Salah satu perbedaan pengelolaan keuangan BLUD dengan OPD pada
umumnya adalah berkaitan dengan Akuntansi dan Pelaporan
pertanggungjawabannya. Namun sebagai kekayaan daerah yang tidak
dipisahkan, maka BLUD juga diharuskan untuk melaksanakan Sistem
Akuntansi yang berdasarkan SAP sebagaimana yang dilaksanakan
oleh OPD. Hal ini perlu dilaksanakan agar Laporan Keuangan BLUD
dapat dikonsolidasikan ke LKPD.

Lingkup Bahasan

02 Pada bagian ini tidak membahas secara spesifik terkait pedoman Penyajian
laporan
pemeriksaan keuangan Pemda yang memiliki BLUD. Secara umum keuangan
BLUD sesuai
metodologi pemeriksaan yang dilakukan sama dengan pemeriksaan dengan SAP
laporan keuangan OPD. Bab ini membahas beberapa penekanan terkait
dengan penyajian laporan keuangan BLUD sesuai dengan PSAP
Nomor 13. Berdasarkan PSAP Nomor 13 tersebut, dan Permendagri
Nomor 79 Tahun 2018, BLUD menyajikan laporan keuangan sesuai
dengan SAP bukan SAK. Dengan demikian tidak dibutuhkan langkah-
langkah pemeriksaan tambahan terkait penyajian laporan keuangan
yang dikonversi dari SAK ke SAP.

Tujuan dan Risiko Pemeriksaan BLUD

03 Tujuan pemeriksaan satuan kerja BLUD pada LKPD adalah untuk Tujuan
pemeriksaan
menyakinkan bahwa LKPD tidak mengandung salah saji yang material
pada akun-akun BLUD.
04 Beberapa risiko yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan LK BLUD
antara lain:
a. terdapat penyalahgunaan pendapatan BLUD dan pembebanan tarif
yang tidak sesuai ketentuan;
b. terdapat rekening BLUD yang tidak dilaporkan;
c. rekening BLUD yang dibuka tidak sesuai peruntukannya;
d. terdapat pendapatan yang tidak dicatat dan/atau penggunaan
langsung oleh bendahara atau kasir;
e. pendapatan dan/atau Belanja BLUD belum disahkan oleh Fungsi
BUD;
f. sistem akuntansi dan aplikasi pelaporan keuangan yang ada belum
mendukung penerapan PSAP 13;
g. ketidakakuratan saldo awal;
h. terdapat perbedaan saldo kas pada BLUD dalam LKPD dengan
saldo yang disajikan dalam LK OPD; dan
i. tidak tereliminasinya akun-akun resiprokal (aset, kewajiban,
beban, & pendapatan LO yang berasal dari transaksi antara BLU
dengan OPD yang membawahinya dan/atau pada tingkat LKPD.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 148


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab XII

Pengelolaan dan Pelaporan Keuangan BLUD

05 BLUD beroperasi sebagai perangkat kerja Pemda untuk tujuan Pengelolaan


dan pelaporan
pemberian layanan umum secara lebih efektif dan efisien sejalan keuangan
BLUD
dengan praktik bisnis yang sehat, yang pengelolaannya dilakukan
berdasarkan kewenangan yang didelegasikan oleh Kepala Daerah.
BLUD merupakan bagian dari perangkat Pemda yang dibentuk untuk
membantu pencapaian tujuan Pemda, dengan status hukum tidak
terpisah dari Pemda. Kepala Daerah bertanggung jawab atas
pelaksanaan kebijakan penyelenggaraan pelayanan umum yang
didelegasikan kepada BLUD terutama pada aspek manfaat yang
dihasilkan.
Pejabat pengelola BLUD bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan
pemberian layanan umum yang didelegasikan oleh Kepala Daerah.
Dalam pelaksanaan kegiatan, BLUD harus mengutamakan efektivitas
dan efisiensi serta kualitas pelayanan umum kepada masyarakat tanpa
mengutamakan pencarian keuntungan. Rencana kerja dan anggaran
serta laporan keuangan dan kinerja BLUD disusun dan disajikan
sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari rencana kerja dan anggaran
serta laporan keuangan dan kinerja Pemda. Dalam menyelenggarakan
dan meningkatkan layanan kepada masyarakat, BLUD diberikan
fleksibilltas dalam pengelolaan keuangannya.
PPK-BLUD bertujuan meningkatkan kualitas pelayanan kepada
masyarakat untuk mewujudkan penyelenggaraan tugas-tugas Pemda
dalam memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan
bangsa. Penerapan PPK-BLUD pada OPD atau Unit Kerja, harus
memenuhi persyaratan substantif, teknis, dan administratif
sebagaimana diatur dalam Pasal 4 PP No 23 Tahun 2005 sebagaimana
telah diubah dengan PP Nomor 74 Tahun 2012 tentang Perubahan atas
PP Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan
Layanan Umum.
Sebagaimana layaknya unit organisasi Pemda, maka tahapan
pengelolaan keuangan BLUD terdiri dari tahap penganggaran, tahap
pelaksanaan anggaran, dan tahap pelaporan keuangan.

1. Tahap Penganggaran

06 Penganggaran BLUD dimulai dari tahap penyusunan Rencana Bisnis RBA

dan Anggaran (RBA). RBA adalah dokumen perencanaan bisnis dan


penganggaran yang berisi program, kegiatan, target kinerja, dan
anggaran suatu BLU. RBA disusun berdasarkan prinsip anggaran
berbasis kinerja, perhitungan akuntansi biaya menurut jenis layanan,
kebutuhan pendanaan dan kemampuan pendapatan yang diperkirakan
akan diterima dari masyarakat, badan lain, APBD, APBN dan sumber-
sumber pendapatan BLUD lainnya. RBA merupakan penjabaran lebih
lanjut dari program dan kegiatan BLUD dengan berpedoman pada
pengelolaan keuangan BLUD dan memuat:

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 149


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab XII

a. kinerja tahun berjalan;


b. asumsi makro dan mikro;
c. target kinerja;
d. analisis dan perkiraan biaya satuan;
e. perkiraan harga;
f. anggaran pendapatan dan biaya;
g. besaran persentase ambang batas;
h. prognosa laporan keuangan;
i. perkiraan maju (forward estimate);
j. rencana pengeluaran investasi/modal; dan
k. ringkasan pendapatan dan biaya untuk konsolidasi dengan RKA-
OPD/APBD.
Untuk BLUD-OPD, RBA disajikan sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dari Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD,
sedangkan untuk BLUD-Unit Kerja, RBA disusun dan dikonsolidasikan
dengan RKA-OPD. RBA sebagaimana dimaksud dimuka dipersamakan
sebagai RKA-OPD/RKA-Unit Kerja. Selanjutnya RBA BLUD-OPD
disampaikan kepada PPKD dan RBA BLUD-Unit Kerja disampaikan
kepada Kepala OPD untuk dibahas sebagai bagian dari RKA-OPD yang
pada akhirnya disampaikan kepada PPKD. RBA tersebut atau RKA-
OPD beserta RBA oleh PPKD disampaikan kepada TAPD untuk
dilakukan penelaahan. RBA yang telah dilakukan penelaahan oleh
TAPD disampaikan kepada PPKD untuk dituangkan dalam Rancangan
Peraturan Daerah tentang APBD.
Setelah Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD ditetapkan
menjadi Peraturan Daerah, pemimpin BLUD melakukan penyesuaian
terhadap RBA untuk ditetapkan menjadi RBA definitif. RBA definitif
dipakai sebagai dasar penyusunan DPA-BLUD untuk diajukan kepada
PPKD.

2. Tahap Pelaksanaan Anggaran

07 DPA-BLUD mencakup antara lain: Pelaksanaan


anggaran
BLUD
a. pendapatan dan biaya;
b. proyeksi arus kas; dan
c. umlah dan kualitas barang dan/atau jasa yang akan dihasilkan.
PPKD mengesahkan DPA-BLUD sebagai dasar pelaksanaan
anggaran. Dalam hal DPA-BLUD belum disahkan oleh PPKD, BLUD
dapat melakukan pengeluaran uang setinggi-tingginya sebesar angka
DPA-BLUD tahun sebelumnya. DPA-BLUD yang telah disahkan oleh
PPKD menjadi dasar penarikan dana yang bersumber dari APBD.
Penarikan dana tersebut digunakan untuk belanja pegawai, belanja

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 150


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab XII

modal, barang dan/atau jasa. DPA-BLUD menjadi lampiran perjanjian


kinerja yang ditandatangani oleh Kepala Daerah/Kepala OPD dengan
Pemimpin BLUD. Perjanjian kinerja merupakan manifestasi hubungan
kerja antara Kepala Daerah/ Kepala OPD dan Pemimpin BLUD, yang
dituangkan dalam perjanjian kinerja (contractual performance
agreement).
Dalam perjanjian kinerja, Kepala Daerah/Kepala OPD menugaskan
Pemimpin BLUD untuk menyelenggarakan kegiatan pelayanan umum
dan berhak mengelola dana sesuai yang tercantum dalam DPA-BLUD.
Perjanjian kinerja antara lain memuat kesanggupan untuk
meningkatkan:
a. kinerja pelayanan bagi masyarakat;
b. kinerja keuangan; dan
c. manfaat bagi masyarakat.
Pelaksanaan Anggaran BLUD berpedoman kepada Permendagri
Nomor 79 Tahun 2018 tentang Badan Layanan Umum Daerah.

3. Tahap Pelaporan Keuangan

08 Akuntansi dan laporan keuangan BLUD diselenggarakan sesuai Akuntansi dan


laporan
dengan Standar Akuntansi Pemerintahan. Sesuai dengan PSAP Nomor keuangan
BLUD sesuai
13 tentang Penyajian Laporan Keuangan BLU, penyelenggaraan PSAP Nomor
akuntansi dan laporan keuangan BLUD menggunakan basis kas untuk 13
pengakuan pendapatan - LRA, belanja, pembiayaan, dan
menggunakan basis akrual untuk pengakuan pendapatan - LO, beban,
aset, kewajiban dan ekuitas. BLUD mengembangkan dan menerapkan
sistem akuntansi dengan berpedoman pada standar akuntansi
pemerintahan dan ditetapkan oleh Kepala Daerah dengan Peraturan
Daerah.
Berdasarkan PSAP Nomor 13, laporan keuangan BLUD terdiri atas:
a. Laporan Realisasi Anggaran (LRA);
b. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih;
c. Neraca;
d. Laporan Operasional (LO);
e. Laporan Arus Kas;
f. Laporan Perubahan Ekuitas (LPE); dan
g. CaLK.
LRA, Neraca, LO, dan LPE BLUD digabungkan pada laporan keuangan
entitas akuntansi/entitas pelaporan yang membawahinya. Seluruh
pendapatan, belanja, dan pembiayaan pada LRA BLUD
dikonsolidasikan ke dalam LRA entitas akuntansi/entitas pelaporan
yang membawahinya. LAK BLUD dikonsolidasikan pada LAK unit yang
mempunyai fungsi perbendaharaan umum. Laporan Perubahan SAL

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 151


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab XII

BLUD digabungkan dalam Laporan Perubahan SAL Bendahara Umum


Daerah dan entitas pelaporan yang menyusun laporan keuangan
konsolidasiannya.
Dalam rangka konsolidasian laporan keuangan BLUD ke dalam laporan
keuangan entitas yang membawahinya, perlu dilakukan eliminasi
terhadap akun-akun timbal balik (reciprocal accounts) seperti
pendapatan, beban, aset, dan kewajiban yang berasal dari entitas
akuntansi/pelaporan dalam satu entitas pemerintahan kecuali akun-
akun pendapatan dan belanja pada LRA yang berasal dari entitas
akuntansi/pelaporan.
Secara umum akuntansi pendapatan dan belanja BLUD hampir sama
dengan transaksi pada OPD lainnya. Pengaturan secara khusus atas
pengakuan pendapatan, belanja, dan pembiayaan BLUD sebagai
berikut:
Pendapatan - LRA pada BLUD diakui pada saat pendapatan kas yang
diterima BLUD diakui sebagai pendapatan oleh unit yang mempunyai
fungsi perbendaharaan umum.
Pemda dapat membuat mekanisme pengakuan pendapatan - LRA
BLUD sesuai dengan ketentuan yang berlaku di lingkup Pemda
tersebut. Misalnya, Pemda membuat mekanisme pengesahan
pendapatan - LRA BLUD yang disampaikan kepada Bendahara Umum
Daerah (BUD).
Belanja pada BLUD diakui pada saat pengeluaran kas yang dilakukan
oleh BLUD disahkan oleh unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan
umum.
Penerimaan pembiayaan pada BLU diakui pada saat kas yang diterima
BLU disahkan oleh unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan
umum.
Pengeluaran pembiayaan pada BLU diakui pada saat pengeluaran
pembiayaan disahkan oleh unit yang mempunyai fungsi
perbendaharaan umum.
Dalam Permendagri Nomor 79 Tahun 2018 Pasal 100 ayat (1) dan ayat
(2) dinyatakan bahwa BLUD wajib menyusun laporan keuangan
semesteran dan tahunan serta laporan tahunan tersebut disertai
dengan Laporan kinerja. Laporan semesteran dapat dijadikan salah
satu bahan pemeriksaan pada saat pemeriksaan LKPD interim.

Dasar Hukum Pengelolaan BLU

09 Dasar Hukum Pengelolaan BLU: Dasar hukum

a. UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;


b. UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 152


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab XII

c. PP Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan


Layanan Umum sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 74 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum;
d. PP Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah
khususnya PSAP Nomor 13 tentang Penyajian Laporan Keuangan
Badan Layanan Umum;
e. Permendagri Nomor 79 Tahun 2018 tentang Badan Layanan
Umum Daerah; dan
f. Peraturan Daerah terkait yang mengatur tentang penetapan OPD
atau unit organisasi dalam OPD yang menerapkan PPK-BLUD
serta pedoman pengelolaan keuangan BLUD terkait.

Hubungan Pemeriksa LKPD dengan Auditor BLUD


10 Pola Pengelolaan Keuangan BLU telah memberikan fleksibilitas dalam PSAP 13

rangka pelaksanaan anggaran BLU/D, pengelolaan pendapatan,


belanja, pengelolaan kas, dan pengadaan barang/jasa. Sebagai
penyeimbang, BLUD juga harus dikendalikan secara ketat dalam
perencanaan, penganggaran, serta dalam pertanggungjawabannya.
Berdasarkan PSAP Nomor 13, BLUD diaudit dan diberi opini oleh
auditor eksternal.
11 BLUD berperan sebagai agen dari OPD yang membawahinya, oleh
karenanya laporan keuangan BLUD juga dikonsolidasikan pada laporan
keuangan OPD yang terkait. Oleh karenanya, pemeriksaan atas LKPD
juga harus mencakup BLUD yang dalam hal ini dapat diperiksa oleh
auditor lain (di luar Pemeriksa BPK). Dalam kondisi demikian,
Pemeriksa harus mempertimbangkan hal-hal khusus yang diatur dalam
SA 600 tentang Pertimbangan Khusus Audit atas Laporan Keuangan
Grup.
12 Dalam hal BLUD diperiksa oleh pemeriksa di luar BPK atau oleh auditor
eksternal, maka Pemeriksa LKPD harus dapat memperoleh bukti
pemeriksaan yang cukup dan tepat untuk mengurangi risiko
pemeriksaan ke tingkat yang dapat diterima, dengan:
a. membangun komunikasi yang tepat dengan auditor BLUD; dan
b. mengevaluasi bukti pemeriksaan yang diperoleh dalam proses
pemeriksaan konsolidasi dan informasi keuangan dari LK BLUD.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 153


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab XII

13 Panduan umum pemeriksaan LKPD yang mengkonsolidasikan laporan Panduan

keuangan OPD dengan BLUD, antara lain sebagai berikut:


a. Pemeriksa LKPD harus memperoleh pemahaman yang cukup atas
entitas LKPD, BLUD, kebijakan dan proses konsolidasi, sistem
akuntansi penyusunan laporan keuangan, serta hal-hal yang
relevan.
b. Pemeriksa LKPD melakukan komunikasi dengan auditor BLUD
guna mengetahui penilaian risiko dan sejauh mana auditor BLUD
menanggapi penilaian risiko tersebut melalui prosedur
pemeriksaan.
c. Atas penilaian risiko dan prosedur audit tersebut, Pemeriksa LKPD
menelaah dan menilai apakah prosedur audit telah cukup dalam
merespons risiko. Apabila pemeriksaan atas BLUD telah selesai
pada saat pelaksanaan pemeriksaan LKPD, maka Pemeriksa
LKPD harus meminta informasi permasalahan-permasalahan
signifikan yang menjadi temuan auditor BLUD.
d. Informasi tersebut digunakan sebagai dasar bagi Pemeriksa LKPD
dalam merancang prosedur lanjutan untuk memperoleh bukti dan
yang cukup dan tepat terkait penyajian laporan keuangan LKPD.
14 Proses komunikasi dengan auditor BLUD harus didokumentasikan Dokumentasi

dalam KKP.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 154


Juknis Pemeriksaan LKPD Bab XIII

BAB XIII
PENUTUP

Pemberlakuan Juknis Pemeriksaan LKPD


01 Juknis Pemeriksaan LKPD mulai berlaku saat ditetapkan melalui Pemberlakuan
Juknis
Keputusan BPK.

Pemuktahiran Juknis Pemeriksaan LKPD


02 Pemutakhiran Juknis Pemeriksaan LKPD dapat berupa perubahan Pemutakhiran
Juknis
Juknis dimaksud atau penjelasan atas substansi Juknis tersebut.
03 Perubahan atas Juknis Pemeriksaan LKPD akan ditetapkan melalui
Keputusan BPK tentang Perubahan atas Juknis Pemeriksaan LKPD.

Pemantauan Juknis Pemeriksaan LKPD


04 Juknis Pemeriksaan LKPD merupakan dokumen yang dapat berubah Pemantauan
Juknis
sesuai dengan perubahan peraturan perundang-undangan, standar
pemeriksaan dan/atau kondisi lain. Oleh karena itu, masukan atau
pertanyaan terkait dengan Juknis Pemeriksaan LKPD dapat
disampaikan kepada:

Subdirektorat Litbang Pemeriksaan Keuangan


Direktorat Penelitian dan Pengembangan
Ditama Revbang
Lantai II Gedung Arsip
Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia
Jl. Gatot Subroto 31 Jakarta 10210
Telp. (021) 25549000, pesawat 3306
Email : litbang@bpk.go.id

WAKIL KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA, REPUBLIK INDONESIA,

AGUS JOKO PRAMONO AGUNG FIRMAN SAMPURNA

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 155


Juknis Pemeriksaan LKPD Glosarium

GLOSARIUM

A
Analisis/Reviu : Aktivitas yang memuat sejumlah kegiatan seperti
mengurai, membedakan, memilah sesuatu untuk
digolongkan dan dikelompokkan kembali menurut
kriteria tertentu kemudian dicari kaitannya dan ditafsirkan
maknanya.
APBD : Anggaran Pendapatan Belanja Daerah adalah rencana
keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan
disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD
dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
Asersi : Pernyataan yang dibuat oleh satu pihak yang secara
implisit dimaksudkan untuk digunakan oleh pihak lain
(pihak ketiga). Untuk laporan keuangan historis, asersi
merupakan pernyataan dalam laporan keuangan oleh
manajemen sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum di Indonesia.
Audited : Telah diaudit.
B
Best Practice : Suatu cara paling efisien (upaya paling sedikit) dan
efektif (hasil terbaik) untuk menyelesaikan suatu tugas,
berdasarkan suatu prosedur yang dapat diulangi yang
telah terbukti manjur untuk banyak orang dalam jangka
waktu yang cukup lama.
D
Dana Bantuan : Dana yang disediakan oleh pemerintah untuk membiayai
Operasional Sekolah operasional nonpersonalia bagi satuan pendidikan dasar
(BOS) sebagai pelaksana program wajib belajar.
Defisiensi : Kekurangan.
F
Frequently Asked : Kumpulan tanya jawab.
Question (FAQ)
Fraud : Tindakan curang yang dilakukan sedemikian rupa,
sehingga menguntungkan diri sendiri, kelompok, atau
pihak lain (perorangan, perusahaan, atau institusi).
I
Ikhtisar Hasil : Dokumen yang disusun yang memuat ringkasan
Pemeriksaan Semester mengenai hasil pemeriksaan yang signifikan, hasil
(IHPS) pemantauan pelaksanaan tindak lanjut hasil
pemeriksaan, dan hasil pemantauan penyelesaian
pengenaan ganti kerugian negara/daerah dalam satu
semester.
Indeksasi : Proses penomoran.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 156


Juknis Pemeriksaan LKPD Glosarium

J
Judgement : Pertimbangan.
Juklak : Petunjuk pelaksanaan adalah perangkat lunak yang
memuat cara pelaksanaan kegiatan, termasuk urutan
pelaksanaannya dalam proses pemeriksaan dan
penunjang. Dalam konteks proses pemeriksaan, Juklak
memuat metode, teknik, dan langkah-langkah
pemeriksaan secara umum terhadap suatu tujuan
pemeriksaan tertentu.
Juknis : Petunjuk teknis adalah pedoman dalam proses
pemeriksaan atau proses penunjang yang memuat
metode, teknik, dan langkah-langkah pemeriksaan atau
penunjang secara rinci terhadap tahapan kegiatan.
K
Kebijakan : Rangkaian konsep dan asas yang menjadi pedoman
dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan,
kepemimpinan, dan cara bertindak. Istilah ini dapat
diterapkan pada pemerintahan, organisasi dan kelompok
sektor swasta, serta individu.
Kinerja : Capaian keluaran/hasil/dampak dari kegiatan/
program/sasaran sehubungan dengan penggunaan
sumber daya pembangunan.
Kode Etik : Suatu bentuk aturan tertulis yang secara sistematik
sengaja dibuat berdasarkan prinsip-prinsip moral yang
ada dan pada saat yang dibutuhkan akan dapat
difungsikan sebagai alat untuk menghakimi segala
macam tindakan yang secara logika-rasional umum
(common sense) dinilai menyimpang dari kode etik.
L
Laporan Hasil : Bentuk pertanggungjawaban tertulis dari proses
Pemeriksaan (LHP) pemeriksaan yang berisi hasil analisis atas temuan
pemeriksaan yang diperoleh saat pelaksanaan
pemeriksaan.
M
Materialitas : Besarnya suatu penghilangan atau salah saji informasi
akuntansi yang, dipandang dari keadaan-keadaan yang
melingkupinya, memungkinkan pertimbangan yang
dilakukan oleh orang yang mengandalkan pada informasi
menjadi berubah atau dipengaruhi oleh penghilangan
atau salah saji tersebut.
Mutakhir : Terakhir/terbaru/modern.
O
Opini : Pernyataan profesional sebagai kesimpulan pemeriksa
mengenai tingkat kewajaran informasi yang disajikan
dalam laporan keuangan.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 157


Juknis Pemeriksaan LKPD Glosarium

Opini Tidak Menyatakan : Auditor menolak memberikan pendapat artinya tidak ada
Pendapat (TMP) opini yang diberikan. Opini jenis ini diberikan jika auditor
tidak bisa meyakini apakah laporan keuangan wajar atau
tidak. Opini ini bisa diterbitkan jika auditor menganggap
ada ruang lingkup audit yang dibatasi oleh perusahaan/
pemerintah yang diaudit, misalnya karena auditor tidak
bisa memperoleh bukti-bukti yang dibutuhkan untuk bisa
menyimpulkan dan menyatakan laporan sudah disajikan
dengan wajar.
Opini Tidak Wajar (TW) : Opini audit yang diterbitkan jika laporan keuangan
mengandung salah saji material, atau dengan kata lain
laporan keuangan tidak mencerminkan keadaan yang
sebenarnya. Jika laporan keuangan mendapatkan opini
jenis ini, berarti auditor meyakini laporan keuangan
perusahaan/pemerintah diragukan kebenarannya,
sehingga bisa menyesatkan pengguna laporan
keuangan dalam pengambilan keputusan.
Opini Wajar Dengan : Opini audit yang diterbitkan jika sebagian besar informasi
Pengecualian (WDP) dalam laporan keuangan bebas dari salah saji material,
kecuali untuk rekening atau item tertentu yang menjadi
pengecualian. Sebagian akuntan memberikan julukan
little adverse (ketidakwajaran yang kecil) terhadap opini
jenis ini, untuk menunjukan adanya ketidakwajaran
dalam item tertentu, namun demikian ketidakwajaran
tersebut tidak mempengaruhi.
Opini Wajar Tanpa : Opini audit yang akan diterbitkan jika laporan
Pengecualian (WTP) keuangan dianggap memberikan informasi yang bebas
dari salah saji material. Jika laporan keuangan diberikan
opini jenis ini, artinya auditor meyakini berdasarkan bukti-
bukti audit yang dikumpulkan, pemerintah dianggap telah
menyelenggarakan prinsip akuntansi yang berlaku
umum dengan baik, dan kalaupun ada kesalahan,
kesalahannya dianggap tidak material dan tidak
berpengaruh signifikan terhadap pengambilan
keputusan.
Output : Keluaran.
P
Panduan/Seri Panduan : Dokumen pengaturan arahan lainnya yang tidak
mengikat dan tidak perlu melalui proses legislasi.
Panduan/Seri Panduan adalah suatu referensi yang
dapat memberikan pemahaman dalam pelaksanaan
suatu kegiatan tertentu (bersifat spesifik) dan bersifat
tidak mengikat perseorangan atau satuan kerja.
Pedoman : Naskah dinas yang memuat acuan yang bersifat
umum dan mengikat di lingkungan pelaksana BPK yang
perlu dijabarkan ke dalam petunjuk teknis atau prosedur
operasional standar dan penerapannya disesuaikan
dengan karakteristik satuan kerja yang bersangkutan.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 158


Juknis Pemeriksaan LKPD Glosarium

Pemeriksa : Orang yang melaksanakan tugas pemeriksaan


pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara
untuk dan atas nama BPK.
Pemeriksaan : Proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi yang
dilakukan secara independen, objektif, dan profesional
berdasarkan standar pemeriksaan, untuk menilai
kebenaran, kecermatan, kredibilitas, dan keandalan
informasi mengenai pengelolaan dan tanggungjawab
keuangan negara.
Pemerintah Daerah : Penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh
pemerintah daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan
dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem
dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Penerimaan negara : Uang yang masuk ke kas negara.
Peraturan : Naskah dinas yang bersifat mengatur, memuat
kebijakan pokok, bersifat umum, berlaku untuk seluruh
satuan organisasi/unit kerja dalam sebuah instansi
pemerintah, dan dapat merupakan dasar bagi
penyusunan naskah dinas lainnya.
Prosedur : Urutan kerja atau kegiatan yang terencana untuk
mengerjakan pekerjaan yang berulang dengan cara yang
seragam dan terpadu.
Proses Bisnis : Suatu kumpulan aktivitas atau pekerjaan terstruktur
yang saling terkait untuk menyelesaikan suatu masalah
tertentu atau yang menghasilkan produk atau layanan
(demi meraih tujuan tertentu).
R
Referensi : Rujukan untuk suatu informasi yang dilakukan oleh
seseorang untuk membantu seseorang mendapatkan
informasi.
Risiko : Tingkat kemungkinan terjadinya kerugian yang harus
ditanggung dalam pemberian kredit, penanaman
investasi, atau transaksi lain yang dapat berbentuk harta,
kehilangan keuntungan (untung), atau kemampuan
ekonomis, antara lain, karena adanya perubahan suku
bunga, kebijakan pemerintah, dan kegagalan usaha.
S
Scanning : Pemindaian.
Software : Sekumpulan data elektronik yang disimpan dan diatur
oleh komputer. Sekumpulan data tersebut dapat berupa
program atau instruksi yang dapat menjalankan suatu
perintah pada sebuah komputer.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 159


Juknis Pemeriksaan LKPD Glosarium

Stakeholders : Pihak-pihak yang memiliki hubungan atau


kepentingan.
Standar : Suatu norma atau persyaratan yang biasanya
berupa suatu dokumen formal yang menciptakan
kriteria, metode, proses, dan praktik rekayasa atau teknis
yang seragam. Suatu standar dapat pula berupa suatu
artefak atau perangkat formal lain yang digunakan untuk
kalibrasi atau pengukuran/rujukan. Tujuan dari
standarisasi adalah untuk memudahkan keseragaman
baik terkait input, proses maupun output.
Supervisi : Pengawasan atau pengendalian.
T
Temuan Pemeriksaan : Indikasi permasalahan yang ditemui di dalam
pemeriksaan di lapangan.
Temuan kepatuhan : Temuan yang memuat permasalahan mengenai
terhadap peraturan ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan
perundang-undangan perundang-undangan yang mengakibatkan kerugian,
potensi kerugian, kekurangan penerimaan, administrasi
dan indikasi tindak pidana.
Temuan SPI : Temuan yang memuat permasalahan kelemahan sistem
pengendalian akuntansi dan pelaporan, kelemahan
sistem pengendalian pelaksanaan anggaran pendapatan
dan belanja serta kelemahan struktur pengendalian
intern.
U
Unaudited : Belum diaudit.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 160


Juknis Pemeriksaan LKPD Daftar Singkatan dan Akronim

DAFTAR SINGKATAN DAN AKRONIM

APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah


AR : Audit Risk
AT : Aset Tetap
BKU : Buku Kas Umum
BLU : Badan Layanan Umum
BLUD : Badan Layanan Umum Daerah
BPK : Badan Pemeriksa Keuangan
BRM : Business Risk Matrix
CaLK : Catatan atas Laporan Keuangan
CR : Control Risk
DR : Detection Risk
DTK : Dugaan Tingkat Kesalahan
FAQ : Frequently Asked Question
FRAM : Fraud Risk Assesment Matrix
HP3 : Hasil Pelaksanaan Program Pemeriksaan
IR : Inherent Risk
ISSAI : International Standards of Supreme Audit Institutions
Juklak : Petunjuk Pelaksanaan
Juknis : Petunjuk Teknis
KHP : Konsep Hasil Pemeriksaan
KKP : Kertas Kerja Pemeriksaan
LAK : Laporan Arus Kas
LHP : Laporan Hasil Pemeriksaan
LKPD : Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
LO : Laporan Operasional
LPE : Laporan Perubahan Ekuitas
LRA : Laporan Realisasi Anggaran
LS : Lead Schedule
MUS : Monetary Unit Sampling
OPD : Organisasi Perangkat Daerah
P2 : Program Pemeriksaan
PAD : Pendapatan Asli Daerah
Para. : Paragraf
PDTT : Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu
Permendagri : Peraturan Menteri Dalam Negeri
OM : Overall Materiality
PMP : Pedoman Manajemen Pemeriksaan

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 161


Juknis Pemeriksaan LKPD Daftar Singkatan dan Akronim

PSP : Pernyataan Standar Pemeriksaan


PP : Peraturan Pemerintah
SA : Standar Audit
SAL : Saldo Anggaran Lebih
SAP : Standar Akuntansi Pemerintahan
SP2D : Surat Perintah Pencairan Dana
SPAP : Standar Profesional Akuntan Publik
SPI : Sistem Pengendalian Intern
SPKN : Standar Pemeriksaan Keuangan Negara
SPM : Surat Perintah Membayar
TA : Tahun Anggaran
TER : Tolerable Exception Rate
TKT : Tingkat Kesalahan Tertoleransi
TMP : Tidak Menyatakan Pendapat
TM : Tolerable Misstatement
TP : Temuan Pemeriksaan
TRPM : Tanda Reviu Pengendali Mutu
TW : Tidak Wajar
UP : Uang Persediaan
UU : Undang-Undang
WDP : Wajar Dengan Pengecualian
WTP : Wajar Tanpa Pengecualian

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 162


Juknis Pemeriksaan LKPD Referensi

REFERENSI

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.


Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4400).
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa
Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 85, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4654).
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 123,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165).
Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 1 Tahun 2017 tentang Standar Pemeriksaan
Keuangan Negara.
Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 3 Tahun 2018 tentang Penyusunan Peraturan,
Instruksi, Surat Edaran, Keputusan, dan Pengumuman pada Badan Pemeriksa
Keuangan.
Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 1 Tahun 2019 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Pelaksana Badan Pemeriksa Keuangan.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2013 tentang Penerapan Standar
Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual pada Pemerintah Daerah.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 79 Tahun 2018 tentang Badan Layanan Umum
Daerah.
Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 5/K/I-XIII.2/8/2010 tentang Petunjuk Teknis
Kodering Temuan Hasil Pemeriksaan.
Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 4/K/I-XIII.2/5/2011 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Pengelolaan Kertas Kerja Pemeriksaan.
Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 2/K/I-XIII.2/7/2012 tentang Juknis
Pemahaman dan Pengujian Sistem Pengendalian Internal Pemeriksaan Keuangan.
Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 5/K/I-XIII.2/10/2013 tentang Petunjuk Teknis
Penetapan Batas Materialitas Pemeriksaan Keuangan.
Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 4/K/I-XIII.2/7/2014 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Pemeriksaan Keuangan.
Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 5/K/I-XIII.2/8/2014 tentang Petunjuk Teknis
Uji Petik Pemeriksan Keuangan.
Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 5/K/I-XIII.2/10/2015 tentang Pedoman
Manajemen Pemeriksaan.
Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 3/K/I-XIII.2/4/2017 tentang Petunjuk Teknis
Penilaian Risiko Pemeriksaan Keuangan.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 163


Juknis Pemeriksaan LKPD Referensi

Institut Akuntan Publik Indonesia. Standar Audit 100. Standar Umum.


Institut Akuntan Publik Indonesia. Standar Audit 200. Tujuan Keseluruhan Auditor Independen
dan Pelaksanaan Audit Berdasarkan Standar Audit.
Institut Akuntan Publik Indonesia. Standar Audit 230. Dokumentasi Audit.
Institut Akuntan Publik Indonesia. Standar Audit 250. Pertimbangan Atas Peraturan
Perundang-Undangan Dalam Audit Atas Laporan Keuangan.
Institut Akuntan Publik Indonesia. Standar Audit 265. Pengomunikasian Defisiensi Dalam
Pengendalian Internal Kepada Pihak Yang Bertanggung Jawab Atas Tata Kelola Dan
Manajemen.
Institut Akuntan Publik Indonesia. Standar Audit 300. Perencanaan Suatu Audit atas Laporan
Keuangan.
Institut Akuntan Publik Indonesia. Standar Audit 315. Pengidentifikasian dan Penilaian Risiko
Kesalahan Penyajian Material Melalui Pemahaman atas Entitas dan Lingkungannya.
Institut Akuntan Publik Indonesia. Standar Audit 320. Materialitas dalam Tahap Perencanaan
dan Pelaksanaan Audit.
Institut Akuntan Publik Indonesia. Standar Audit 330. Respons Auditor Terhadap Risiko yang
Telah Dinilai.
Institut Akuntan Publik Indonesia. Standar Audit 500. Bukti Audit.
Institut Akuntan Publik Indonesia. Standar Audit 520. Prosedur Analitis.
Institut Akuntan Publik Indonesia. Standar Audit 530. Sampling Audit.
Institut Akuntan Publik Indonesia. Standar Audit 700. Perumusan Suatu Opini dan Pelaporan
atas Laporan Keuangan.
Institut Akuntan Publik Indonesia. Standar Audit 705. Modifikasi Terhadap Opini Dalam
Laporan Auditor Independen.
Institut Akuntan Publik Indonesia. Standar Audit 706. Paragraf Penekanan Suatu Hal dan
Paragraf Hal Lain Dalam. Laporan Auditor Independen.
Arens. 2008. Auditing and Assurance Services, An Integrated Approach, Twelfth Edition.
Pearson.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 164


Juknis Pemeriksaan LKPD Tim Penyusun

TIM PENYUSUN
Juknis Pemeriksaan LKPD ini disusun atas kerjasama
Tim Pokja Pemeriksaan LKPD – Direktorat Litbang

Juknis Pemeriksaan LKPD merupakan dokumen yang dapat berubah dan


disempurnakan sesuai dengan perkembangan yang ada. Saran dan masukan
dapat disampaikan kepada:

Subdirektorat Litbang Pemeriksaan Keuangan


Direktorat Penelitian dan Pengembangan
Ditama Revbang
Lantai II Gedung Arsip
Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia
Jl. Gatot Subroto 31 Jakarta 10210
Telp. (021) 25549000, pesawat 3306
Email : litbang@bpk.go.id
LAMPIRAN II : KEPUTUSAN BPK-RI
NOMOR : /K/I-XIII.2/ /2020
TANGGAL : 2020

No Indeks :
Dibuat Oleh :
Direviu Oleh :
Disetujui Oleh :

PROSEDUR ANALITIS ANTAR AKUN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA ………. TA 20NN

Analisis Vertikal
Analisis vertikal dalam LRA
Uraian Unaudited Audited
Silpa (LRA) = Pendapatan (LRA) - Belanja dan Transfer Daerah (LRA) + Penerimaan Pembiayaan (LRA) -
Pengeluaran Pembiayaan (LRA)
Silpa LRA Tahun Berjalan (LRA) 102.908.463.819,62 102.908.463.819,62
Total Pendapatan Tahun Berjalan (LRA) 1.093.254.985.846,70 1.093.254.985.846,70
Total Belanja dan Transfer Tahun Berjalan (LRA) 1.021.996.019.106,42 1.021.996.019.106,42
Penerimaan Pembiayaan Tahun Berjalan (LRA) 37.012.847.079,34 37.012.847.079,34
Pengeluaran Pembiayaan Tahun Berjalan (LRA) 5.363.350.000,00 5.363.350.000,00
Selisih - -
Seharusnya tidak terdapat selisih, karena analisis ini telah memasukkan seluruh komponen perhitungan yang dimungkinkan dalam menguji akun tersebut

Analisis vertikal dalam Neraca


Uraian Unaudited Audited
Aset (Neraca) = Kewajiban (Neraca) + Ekuitas (Neraca)
Aset Tahun Berjalan (Neraca) 1.148.064.095.417,09 1.148.064.095.417,09
Kewajiban Tahun Berjalan (Neraca) 31.868.200.762,26 31.868.200.762,26
Ekuitas Tahun Berjalan (Neraca) 1.116.195.894.654,83 1.116.195.894.654,83
Selisih - -
Seharusnya tidak terdapat selisih, karena analisis ini telah memasukkan seluruh komponen perhitungan yang dimungkinkan dalam menguji akun tersebut

Analisis vertikal dalam LAK Unaudited Audited


Uraian Unaudited Audited
Arus Kas Bersih Akt. Operasi (LAK) = Arus Kas Masuk Akt. Operasi (LAK) - Arus Kas Keluar Akt. Operasi (LAK)
Arus Kas Bersih Aktivitas Operasi Tahun Berjalan (LAK) 229.869.812.311,28 229.869.812.311,28
Arus Kas Masuk Aktivitas Operasi Tahun Berjalan (LAK) 1.093.254.985.846,70 1.093.254.985.846,70
Arus Kas Keluar Aktivitas Operasi Tahun Berjalan (LAK) 863.385.173.535,42 863.385.173.535,42
Selisih - -
Seharusnya tidak terdapat selisih, karena analisis ini telah memasukkan seluruh komponen perhitungan yang dimungkinkan dalam menguji akun tersebut

Uraian Unaudited Audited


Arus Kas Bersih Akt. Investasi (LAK) = Arus Kas Masuk Akt. Investasi (LAK) - Arus Kas Keluar Akt. Investasi (LAK)
Arus Kas Bersih Aktivitas Investasi Tahun Berjalan (LAK) (163.974.195.571,00) (163.974.195.571,00)
Arus Masuk Kas Akt. Investasi Tahun Berjalan (LAK) - -
Arus Keluar Kas Akt. Investasi Tahun Berjalan (LAK) 163.974.195.571,00 163.974.195.571,00
Selisih - -
Seharusnya tidak terdapat selisih, karena analisis ini telah memasukkan seluruh komponen perhitungan yang dimungkinkan dalam menguji akun tersebut

Uraian Unaudited Audited


Arus Kas Bersih Akt. Pendanaan (LAK) = Arus Kas Masuk Akt. Pendanaan (LAK) - Arus Kas Keluar Akt.
Pendanaan (LAK)
Arus Kas Bersih Aktivitas Pendanaan Tahun Berjalan (LAK) - -
Arus Masuk Kas Aktivitas Pendanaan Tahun Berjalan (LAK) - -
Arus Keluar Kas Aktivitas Pendanaan Tahun Berjalan (LAK) - -
Selisih - -
Seharusnya tidak terdapat selisih, karena analisis ini telah memasukkan seluruh komponen perhitungan yang dimungkinkan dalam menguji akun tersebut

Uraian Unaudited Audited


Arus Kas Bersih Akt. Transitoris (LAK) = Arus Kas Masuk Akt. Transitoris (LAK) - Arus Kas Keluar Akt.
Transitoris (LAK)
Arus Kas Bersih Aktivitas Transitoris Tahun Berjalan (LAK) (94.877.085,38) (94.877.085,38)
Arus Masuk Kas Aktivitas Transitoris Tahun Berjalan (LAK) 66.875.358.499,84 66.875.358.499,84
Arus Keluar Kas Aktivitas Transitoris Tahun Berjalan (LAK) 66.970.235.585,22 66.970.235.585,22
Selisih - -
Seharusnya tidak terdapat selisih, karena analisis ini telah memasukkan seluruh komponen perhitungan yang dimungkinkan dalam menguji akun tersebut

Uraian Unaudited Audited


Kenaikan/(Penurunan) Kas (LAK) = Arus Kas Bersih Akt. Operasi (LAK) + Arus Kas Bersih Akt. Investasi Arus
Kas Bersih Akt. Pendanaan (LAK) + Arus Kas Bersih Akt. Transitoris (LAK)
Kenaikan/Penurunan Kas Tahun Berjalan (LAK) 65.800.739.654,90 65.800.739.654,90
Arus Kas Bersih Aktivitas Operasi Tahun Berjalan (LAK) 229.869.812.311,28 229.869.812.311,28
Arus Kas Bersih Aktivitas Investasi Tahun Berjalan (LAK) (163.974.195.571,00) (163.974.195.571,00)
Arus Kas Bersih Aktivitas Pendanaan Tahun Berjalan (LAK) - -
Arus Kas Bersih Aktivitas Transitoris Tahun Berjalan (LAK) (94.877.085,38) (94.877.085,38)
Selisih - -
Seharusnya tidak terdapat selisih, karena analisis ini telah memasukkan seluruh komponen perhitungan yang dimungkinkan dalam menguji akun tersebut
Uraian Unaudited Audited
Saldo Akhir Kas Tahun 20NN-1 (LAK) = Saldo Awal Kas (LAK)
Saldo Akhir Kas Tahun 20NN-1 (LAK) 37.624.660.099,30 37.624.660.099,30
Saldo Awal Kas Tahun Berjalan (LAK) 37.624.660.099,30 37.624.660.099,30
Selisih - -
Saldo Akhir Tahun Lalu dalam LAK “HARUS BERKELANJUTAN” dengan saldo awal tahun berikutnya

Uraian Unaudited Audited


Saldo Akhir Kas (LAK) = Saldo Awal Kas (LAK) + Kenaikan/(Penurunan) Kas (LAK) + Koreksi SILPA Tahun Lalu
(LAK) + Kas Lainnya di Bendahara (Selain BUD) (LAK)
Saldo Akhir Kas Tahun Berjalan (LAK) 103.041.035.289,52 103.041.035.289,52
Saldo Awal Kas tahun Berjalan (LAK) 37.624.660.099,30 37.624.660.099,30
Kenaikan/(Penurunan) Kas Tahun Berjalan (LAK) 65.800.739.654,90 65.800.739.654,90
Koreksi SILPA Tahun Lalu (LAK) (396.029.259,52) (396.029.259,52)
Kas Lainnya di Bendahara (Selain BUD) - (LAK) 11.664.794,84 11.664.794,84
Selisih - -
Seharusnya tidak terdapat selisih, karena analisis ini telah memasukkan seluruh komponen perhitungan yang dimungkinkan dalam menguji akun tersebut,
dengan catatan penyajian dalam Face LK atas LAK mengungkapkan koreksi SiLPA Tahun Lalu (SAL) dan Utang PFK (Selain di BUD) disajikan dalam perhitungan
Saldo Akhir Kas (LAK), seperti format terlampir

Analisis vertikal dalam LO


Uraian Unaudited Audited
Surplus/(Defisit) - LO = Pendapatan (LO) - Beban (LO) + Surplus/(Defisit) Kegiatan Non Operasional (LO) +
Total Pos Luar Biasa (LO)
Surplus/(Defisit) Tahun Berjalan (LO) 198.934.868.666,90 198.934.868.666,90
Total Pendapatan Tahun Berjalan (LO) 1.203.742.382.395,34 1.203.742.382.395,34
Total Beban Tahun Berjalan (LO) 1.003.795.552.461,95 1.003.795.552.461,95
Total Surplus (Defisit) Kegiatan Non Operasional Tahun Berjalan (LO) (735.684.520,49) (735.684.520,49)
Total Pos Luar Biasa Tahun Berjalan (LO) (276.276.746,00) (276.276.746,00)
Selisih - -
Seharusnya tidak terdapat selisih, karena analisis ini telah memasukkan seluruh komponen perhitungan yang dimungkinkan dalam menguji akun tersebut

Analisis vertikal dalam LP SAL


Uraian Unaudited Audited
SAL Akhir (LP SAL) = SAL Awal (LP SAL) - Penggunaan SAL (LP SAL) + SiLPA/(SiKPA) Tahun Berjalan (LP SAL) +
Koreksi Kurang/(Lebih) Kesalahan Pembukuan Tahun Sebelumnya (LP SAL)+ Lain-Lain (LP SAL)
SAL Akhir Tahun Berjalan (LP SAL) 102.908.463.819,62 102.908.463.819,62
SAL Awal Tahun Berjalan (LP SAL) 37.408.876.338,86 37.408.876.338,86
Penggunaan SAL Tahun Berjalan (LP SAL) 37.012.847.079,34 37.012.847.079,34
SiLPA/SiKPA Tahun Berjalan (LP SAL) 102.908.463.819,62 102.908.463.819,62
Koreksi Kurang/(Lebih) Kesalahan Pembukuan Tahun Sebelumnya pada Tahun Berjalan (LP SAL) (396.029.259,52) (396.029.259,52)
Lain - Lain Tahun Berjalan (LP SAL) - -
Selisih - -
Seharusnya tidak terdapat selisih, karena analisis ini telah memasukkan seluruh komponen perhitungan yang dimungkinkan dalam menguji akun tersebut

Uraian Unaudited Audited


SAL Awal (LP SAL) = SAL Akhir Tahun 20NN-1 (LP SAL)
SAL Awal Tahun Berjalan (LP SAL) 37.408.876.338,86 37.408.876.338,86
SAL Akhir Tahun 20NN-1 (LP SAL) 37.408.876.338,86 37.408.876.338,86
Selisih - -
Saldo SAL Tahun Lalu dalam LP SAL “HARUS BERKELANJUTAN” dengan saldo awal tahun berikutnya

Analisis vertikal dalam LPE


Uraian Unaudited Audited
Ekuitas Akhir (LPE) = Ekuitas Awal (LPE) + Surplus/(Defisit) LO (LPE) + Koreksi Ekuitas (LPE)
Ekuitas Akhir Tahun Berjalan (LPE) 1.116.195.894.654,83 1.116.195.894.654,83
Ekuitas Awal Tahun Berjalan (LPE) 920.991.188.924,38 920.991.188.924,38
Surplus/(Defisit) LO Tahun Berjalan (LPE) 198.934.868.666,90 198.934.868.666,90
Koreksi Ekuitas Tahun Berjalan (LPE) (3.730.162.936,45) (3.730.162.936,45)
Selisih - -
Seharusnya tidak terdapat selisih, karena analisis ini telah memasukkan seluruh komponen perhitungan yang dimungkinkan dalam menguji akun tersebut

Uraian Unaudited Audited


Ekuitas Awal (LPE) = Ekuitas Akhir Tahun 20NN-1 (LPE)
Ekuitas Awal Tahun Berjalan (LPE) 920.991.188.924,38 920.991.188.924,38
Ekuitas Akhir Tahun 20NN-1 (LPE) 920.991.188.924,38 920.991.188.924,38
Selisih - -
Saldo Akhir Ekuitas Tahun Lalu dalam LPE “HARUS BERKELANJUTAN” dengan saldo awal tahun berikutnya
Analisis Horizontal
Analisis Horizontal antara LRA dan Neraca
Uraian Unaudited Audited
SiLPA/(SiKPA) (LRA) = Kas di Kasda (Neraca) + Kas di Bend. Penerimaan (Neraca) + Kas di Bend.
Pengeluaran (Neraca) + Kas di Bend. BLUD (Neraca) + Kas di Bend. FKTP (Neraca) + Kas di Bend. BOS
(Neraca) + Setara Kas di BUD (Neraca) + Kas Lainnya di Bendahara Pengeluaran (Selain BUD) Terkait Utang
PFK (Neraca) - Utang PFK (Neraca)

SiLPA/(SiKPA) (LRA) = Kas dan Setara Kas (Neraca) - Utang PFK (Neraca)
SiLPA/SiKPA Tahun Berjalan (LRA) 102.908.463.819,62 102.908.463.819,62
Kas di Kasda Tahun Berjalan (Neraca) 26.889.344.541,30 26.889.344.541,30
Kas di Bendahara Penerimaan Tahun Berjalan (Neraca) 250.145.774,00 250.145.774,00
Kas di Bendahara Pengeluaran Tahun Berjalan (Neraca) 570.000,00 570.000,00
Kas di Bendahara BLUD Tahun Berjalan (Neraca) 64.012.281,68 64.012.281,68
Kas di Bendahara FKTP Tahun Berjalan (Neraca) 4.046.207.901,00 4.046.207.901,00
Kas di Bendahara BOS Tahun Berjalan (Neraca) 1.658.183.321,64 1.658.183.321,64
Setara Kas di BUD Tahun Berjalan (Neraca) 70.000.000.000,00 70.000.000.000,00
Kas Lainnya di Bendahara (Selain BUD) Tahun Berjalan - Terkait Utang PFK (Neraca) 11.664.794,84 11.664.794,84
Utang PFK Tahun Berjalan (Neraca) 11.664.794,84 11.664.794,84
Selisih - -
Seharusnya tidak terdapat selisih, karena analisis ini telah memasukkan seluruh komponen perhitungan yang dimungkinkan dalam menguji akun tersebut

Uraian Unaudited Audited


Penyertaan Modal pada Pengeluaran Pembiayaan (LRA) = Investasi Permanen Penyertaan Modal (Neraca)
- Investasi Permanen Penyertaan Modal Tahun 20NN-1 (Neraca)
Penyertaan Modal - Pengeluaran Pembiayaan Tahun Berjalan (LRA) 5.363.350.000,00 5.363.350.000,00
Investasi Permanen Penyertaan Modal Tahun Berjalan (Neraca) 56.929.925.541,13 56.929.925.541,13
Investasi Permanen Penyertaan Modal Tahun 20NN-1 (Neraca) 50.882.489.920,16 50.882.489.920,16
Selisih (684.085.620,97) (684.085.620,97)
Penjelasan Unaudited dan Audited (lihat masing-masing kolom) (684.085.620,97) (684.085.620,97)
Jika terdapat selisih dapat didentifikasi dari:
Koreksi Ekuitas - Investasi
Perubahan nilai investasi karena terdapat investasi pada BUMD dengan metode ekuitas (684.085.620,97) (684.085.620,97)
Adanya penjualan saham atas penyertaan modal pada investasi permanen
Dapat ditambahkan sesuai dengan kondisi yang ada…..
Adanya kemungkinan kesalahan penjurnalan sehingga DIPERLUKAN reklasifikasi antar akun (POIN INI
BUKANLAH MERUPAKAN PENJELASAN MELAINKAN HARUS DILAKUKAN REKLASIFIKASI)
Diperlukan tambahan narasi pengungkapan pada Investasi Permanan terkait dengan terjadinya koreksi ekuitas dan atau penjelasan terkait dengan perubahan
posisi kepemilikan dan nilai investasi pada masing-masing BUMD dengan metode ekuitas dan atau pengungkapan jumlah penjualan saham atas penyertaan
modal atas investasi permanen

Uraian Unaudited Audited


Penerimaan Pinjaman (LRA) = Utang Jangka Panjang Tahun Berjalan (Neraca) - Bag. Lancar Utang Jangka
Panjang (Neraca) - Pinjaman Jangka Pendek dari Penerimaan Pembiayaan (Neraca) - Utang Jangka
Panjang (Pinjaman) Tahun 20NN - 1 (Neraca)
Penerimaan Pinjaman Tahun Berjalan (LRA) - -
Utang Jangka Panjang (Pinjaman) Tahun Berjalan (Neraca) - -
Bag. Lancar Utang Jangka Panjang Tahun Berjalan (Neraca) - -
Pinjaman Jangka Pendek dari Penerimaan Pembiayaan Tahun Berjalan (Neraca) - -
Utang Jangka Panjang (Pinjaman) Tahun 20NN-1 (Neraca) - -
Selisih - -
Penjelasan Unaudited dan Audited (lihat masing-masing kolom) - -
Jika terdapat selisih dapat didentifikasi dari:
Koreksi Ekuitas - Utang Jangka Panjang (Pinjaman)
Terdapat Rescheduling Pembayaran Utang Jangka Panjang
Dapat ditambahkan sesuai dengan kondisi yang ada…..
Adanya kemungkinan kesalahan penjurnalan sehingga DIPERLUKAN reklasifikasi antar akun (POIN INI
BUKANLAH MERUPAKAN PENJELASAN MELAINKAN HARUS DILAKUKAN REKLASIFIKASI)
Diperlukan tambahan narasi pengungkapan pada Utang Jangka Panjang atas Koreksi Ekuitas terkait sebab terjadinya; Diperlukan tambahan narasi pengungkapan
pada Penerimaan Pembiayaan - Perolehan Pinjaman bahwa sebagian atau seluruh Perolehan Pinjaman tersebut terdapat pembayaran yang merupakan hasil
rescheduling utang jangka panjang - direferensi juga ke Penjelasan Utang Jangka Panjang

Uraian Unaudited Audited


Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri (LRA) = Bag. Lancar Utang Jangka panjang Tahun 20NN-1
(Neraca)
Pembayaran Pokok Pinjaman (LRA) - -
Bag. Lancar Utang Jangka Panjang Tahun 20NN-1 (Neraca) - -
Selisih - -
Penjelasan Unaudited dan Audited (lihat masing-masing kolom) - -
Jika terdapat selisih dapat didentifikasi dari:
Koreksi Ekuitas - Kewajiban Bag. Lancar Utang Jangka Panjang
Terdapat Rescheduling Pembayaran Utang Jangka Panjang
Dapat ditambahkan sesuai dengan kondisi yang ada…..
Adanya kemungkinan kesalahan penjurnalan sehingga DIPERLUKAN reklasifikasi antar akun (POIN INI
BUKANLAH MERUPAKAN PENJELASAN MELAINKAN HARUS DILAKUKAN REKLASIFIKASI)
Diperlukan tambahan narasi pengungkapan bahwa terjadi perubahan saldo Bag. Lancar Utang Jangka Panjang dan sebab terjadinya dan atau disertai adanya
recheduling pembayaran utang jangka panjang
Uraian Unaudited Audited
Belanja Modal Tanah (LRA) = Aset Tetap Tanah Tahun Berjalan (Neraca) - Aset Tetap Tanah Tahun 20NN-1
(Neraca)
Realisasi Belanja Modal Tanah Tahun Berjalan (LRA) - -
Penambahan (Penurunan)
Aset Tetap Tanah Tahun Berjalan (Neraca) 149.190.729.136,00 149.190.729.136,00
Aset Tetap Tanah 20NN - 1 (Neraca) 146.980.280.391,00 146.980.280.391,00
Selisih 2.210.448.745,00 2.210.448.745,00
Penjelasan Unaudited dan Audited (lihat masing-masing kolom) 2.210.448.745,00 2.210.448.745,00
Jika terdapat selisih dapat didentifikasi dari:
Mutasi tambah
Penerimaan Hibah Barang 11.946.803.250,00 11.946.803.250,00
Perolehan Aset dari Hutang
Kapitalisasi dari Belanja Pegawai
Kapitalisasi dari Belanja Barang dan Jasa
Reklasifikasi antar Aset Tetap dari B. Modal Tahun Berjalan
Reklasifikasi dari Aset Lainnya karena Perubahan Kebijakan/Status Ditahun Berjalan
Koreksi Pencatatan Tahun Sebelumnya
- Barang Ekstrakompabel menjadi Intrakompabel (Perub. Kebijakan Batas Kapitalisasi)
- Reklasifikasi antar Aset Tetap
- Reklasifikasi dari Aset Lainnya
- Kurang catat saldo awal tahun 1.582.356.495,00 1.582.356.495,00
Dapat ditambahkan sesuai dengan kondisi yang ada…..
Mutasi kurang
Pemberian Hibah Barang
Penghapusan
Penjualan
Salah Pos Belanja Modal (Seharusnya Belanja Pegawai dan Belanja Barang dan Jasa)
Reklasifikasi antar Aset Tetap dari B. Modal Tahun Berjalan
Reklasifikasi ke Aset Lainnya karena Perubahan Kebijakan/Status Ditahun Berjalan
Koreksi Pencatatan Tahun Sebelumnya
- Barang Intrakompabel menjadi Ekstrakompabel (Perub. Kebijakan Batas Kapitalisasi)
- Reklasifikasi ke Aset Tetap (3.336.510.000,00) (3.336.510.000,00)
- Reklasifikasi antar Aset Lainnya
- Lebih catat saldo awal tahun (7.982.201.000,00) (7.982.201.000,00)
Dapat ditambahkan sesuai dengan kondisi yang ada…..

Diperlukan tambahan narasi pengungkapan pada Aset Tetap tersebut di atas yang mengungkapkan uraian di atas disertai lampiran terjadinya pada massing-

Uraian Unaudited Audited


Belanja Modal Peralatan & Mesin (LRA) = Aset Tetap Peralatan & Mesin Tahun Berjalan (Neraca) - Aset
Tetap Peralatan & Mesin Tahun 20NN-1 (Neraca)
Realisasi Belanja Modal Peralatan dan Mesin Tahun Berjalan (LRA) 35.486.032.721,00 35.486.032.721,00
Penambahan/(Penurunan)
Aset Tetap Peralatan dan Mesin Tahun Berjalan (Neraca) 215.227.896.883,59 215.227.896.883,59
Aset Tetap Peralatan dan Mesin Tahun 20NN-1 (Neraca) 189.325.547.309,59 189.325.547.309,59
Selisih (9.583.683.147,00) (9.583.683.147,00)
Penjelasan Unaudited dan Audited (lihat masing-masing kolom) - -
Jika terdapat selisih dapat didentifikasi dari:
Mutasi tambah
Penerimaan Hibah Barang
Perolehan Aset dari Hutang
Kapitalisasi dari Belanja Pegawai
Kapitalisasi dari Belanja Barang dan Jasa
Reklasifikasi antar Aset Tetap dari B. Modal Tahun Berjalan
Reklasifikasi dari Aset Lainnya karena Perubahan Kebijakan/Status Ditahun Berjalan
Koreksi Pencatatan Tahun Sebelumnya
- Barang Ekstrakompabel menjadi Intrakompabel (Perub. Kebijakan Batas Kapitalisasi)
- Reklasifikasi antar Aset Tetap
- Reklasifikasi dari Aset Lainnya
- Kurang catat saldo awal tahun
Dapat ditambahkan sesuai dengan kondisi yang ada…..
Mutasi kurang
Pemberian Hibah Barang
Penghapusan
Penjualan
Salah Pos Belanja Modal (Seharusnya Belanja Pegawai dan Belanja Barang dan Jasa)
Reklasifikasi antar Aset Tetap dari B. Modal Tahun Berjalan
Reklasifikasi ke Aset Lainnya karena Perubahan Kebijakan/Status Ditahun Berjalan
Koreksi Pencatatan Tahun Sebelumnya
- Barang Intrakompabel menjadi Ekstrakompabel (Perub. Kebijakan Batas Kapitalisasi)
- Reklasifikasi ke Aset Tetap
- Reklasifikasi antar Aset Lainnya
- Lebih catat saldo awal tahun
Dapat ditambahkan sesuai dengan kondisi yang ada…..

Diperlukan tambahan narasi pengungkapan pada Aset Tetap tersebut di atas yang mengungkapkan uraian di atas disertai lampiran terjadinya pada massing-
Uraian Unaudited Audited
Belanja Modal Gedung & Bangunan (LRA) = Aset Tetap Gedung & Bangunan Tahun Berjalan (Neraca) -
Aset Tetap Gedung & Bangunan Tahun 20NN-1 (Neraca)
Realisasi Belanja Modal Gedung dan Bangunan Tahun Berjalan (LRA) 32.518.505.054,00 32.518.505.054,00
Penambahan/(Penurunan)
Aset Tetap Gedung dan Bangunan Tahun Berjalan (Neraca) 336.636.952.001,05 336.636.952.001,05
Aset Tetap Gedung dan Bangunan Tahun 20NN-1 (Neraca) 305.610.999.398,26 305.610.999.398,26
Selisih (1.492.552.451,21) (1.492.552.451,21)
Penjelasan Unaudited dan Audited (lihat masing-masing kolom) - -
Jika terdapat selisih dapat didentifikasi dari:
Mutasi tambah
Penerimaan Hibah Barang
Perolehan Aset dari Hutang
Kapitalisasi dari Belanja Pegawai
Kapitalisasi dari Belanja Barang dan Jasa
Reklasifikasi antar Aset Tetap dari B. Modal Tahun Berjalan
Reklasifikasi dari Aset Lainnya karena Perubahan Kebijakan/Status Ditahun Berjalan
Koreksi Pencatatan Tahun Sebelumnya
- Barang Ekstrakompabel menjadi Intrakompabel (Perub. Kebijakan Batas Kapitalisasi)
- Reklasifikasi antar Aset Tetap
- Reklasifikasi dari Aset Lainnya
- Kurang catat saldo awal tahun
Dapat ditambahkan sesuai dengan kondisi yang ada…..
Mutasi kurang
Pemberian Hibah Barang
Penghapusan
Penjualan
Salah Pos Belanja Modal (Seharusnya Belanja Pegawai dan Belanja Barang dan Jasa)
Reklasifikasi antar Aset Tetap dari B. Modal Tahun Berjalan
Reklasifikasi ke Aset Lainnya karena Perubahan Kebijakan/Status Ditahun Berjalan
Koreksi Pencatatan Tahun Sebelumnya
- Barang Intrakompabel menjadi Ekstrakompabel (Perub. Kebijakan Batas Kapitalisasi)
- Reklasifikasi ke Aset Tetap
- Reklasifikasi antar Aset Lainnya
- Lebih catat saldo awal tahun
Dapat ditambahkan sesuai dengan kondisi yang ada…..

Diperlukan tambahan narasi pengungkapan pada Aset Tetap tersebut di atas yang mengungkapkan uraian di atas disertai lampiran terjadinya pada massing-

Uraian Unaudited Audited


Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan (LRA) = Aset Tetap Jalan, Irigasi dan Jaringan Tahun Berjalan
(Neraca) - Aset Tetap Jalan, Irigasi dan Jaringan Tahun 20NN-1 (Neraca)
Realisasi Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan Tahun Berjalan (LRA) 89.605.760.896,00 89.605.760.896,00
Penambahan/(Penurunan)
Aset Tetap Jalan, Irigasi dan Jaringan Tahun Berjalan (Neraca) 855.538.717.574,69 855.538.717.574,69
Aset Tetap Jalan, Irigasi dan Jaringan Tahun 20NN-1 (Neraca) 755.998.932.973,35 755.998.932.973,35
Selisih 9.934.023.705,34 9.934.023.705,34
Penjelasan Unaudited dan Audited (lihat masing-masing kolom) - -
Jika terdapat selisih dapat didentifikasi dari:
Mutasi tambah
Penerimaan Hibah Barang
Perolehan Aset dari Hutang
Kapitalisasi dari Belanja Pegawai
Kapitalisasi dari Belanja Barang dan Jasa
Reklasifikasi antar Aset Tetap dari B. Modal Tahun Berjalan
Reklasifikasi dari Aset Lainnya karena Perubahan Kebijakan/Status Ditahun Berjalan
Koreksi Pencatatan Tahun Sebelumnya
- Barang Ekstrakompabel menjadi Intrakompabel (Perub. Kebijakan Batas Kapitalisasi)
- Reklasifikasi antar Aset Tetap
- Reklasifikasi dari Aset Lainnya
- Kurang catat saldo awal tahun
Dapat ditambahkan sesuai dengan kondisi yang ada…..
Mutasi kurang
Pemberian Hibah Barang
Penghapusan
Penjualan
Salah Pos Belanja Modal (Seharusnya Belanja Pegawai dan Belanja Barang dan Jasa)
Reklasifikasi antar Aset Tetap dari B. Modal Tahun Berjalan
Reklasifikasi ke Aset Lainnya karena Perubahan Kebijakan/Status Ditahun Berjalan
Koreksi Pencatatan Tahun Sebelumnya
- Barang Intrakompabel menjadi Ekstrakompabel (Perub. Kebijakan Batas Kapitalisasi)
- Reklasifikasi ke Aset Tetap
- Reklasifikasi antar Aset Lainnya
- Lebih catat saldo awal tahun
Dapat ditambahkan sesuai dengan kondisi yang ada…..

Diperlukan tambahan narasi pengungkapan pada Aset Tetap tersebut di atas yang mengungkapkan uraian di atas disertai lampiran terjadinya pada massing-
masing OPD
Uraian Unaudited Audited
Belanja Modal Aset Tetap Lainnya (LRA) = Aset Tetap Aset Tetap Lainnya Tahun Berjalan (Neraca) - Aset
Tetap Aset Tetap Lainnya Tahun 20NN-1 (Neraca)
Realisasi Belanja Modal Aset Tetap Lainnya Tahun Berjalan (LRA) 1.000.546.900,00 1.000.546.900,00
Penambahan/(Penurunan)
Aset Tetap Lainnya Tahun Berjalan (Neraca) 47.950.985.048,38 47.950.985.048,38
Aset Tetap Lainnya Tahun 20NN - 1 (Neraca) 7.590.282.245,12 7.590.282.245,12
Selisih 39.360.155.903,26 39.360.155.903,26
Penjelasan Unaudited dan Audited (lihat masing-masing kolom) - -
Jika terdapat selisih dapat didentifikasi dari:
Mutasi tambah
Penerimaan Hibah Barang
Perolehan Aset dari Hutang
Kapitalisasi dari Belanja Pegawai
Kapitalisasi dari Belanja Barang dan Jasa
Reklasifikasi antar Aset Tetap dari B. Modal Tahun Berjalan
Reklasifikasi dari Aset Lainnya karena Perubahan Kebijakan/Status Ditahun Berjalan
Koreksi Pencatatan Tahun Sebelumnya
- Barang Ekstrakompabel menjadi Intrakompabel (Perub. Kebijakan Batas Kapitalisasi)
- Reklasifikasi antar Aset Tetap
- Reklasifikasi dari Aset Lainnya
- Kurang catat saldo awal tahun
Dapat ditambahkan sesuai dengan kondisi yang ada…..
Mutasi kurang
Pemberian Hibah Barang
Penghapusan
Penjualan
Salah Pos Belanja Modal (Seharusnya Belanja Pegawai dan Belanja Barang dan Jasa)
Reklasifikasi antar Aset Tetap dari B. Modal Tahun Berjalan
Reklasifikasi ke Aset Lainnya karena Perubahan Kebijakan/Status Ditahun Berjalan
Koreksi Pencatatan Tahun Sebelumnya
- Barang Intrakompabel menjadi Ekstrakompabel (Perub. Kebijakan Batas Kapitalisasi)
- Reklasifikasi ke Aset Tetap
- Reklasifikasi antar Aset Lainnya
- Lebih catat saldo awal tahun
Dapat ditambahkan sesuai dengan kondisi yang ada…..

Diperlukan tambahan narasi pengungkapan pada Aset Tetap tersebut di atas yang mengungkapkan uraian di atas disertai lampiran terjadinya pada massing-
masing OPD

Uraian Unaudited Audited


Belanja Modal Aset Lainnya - Tdk Berwujud (LRA) = Aset Lainnya - Tdk Berwujud Tahun Berjalan (Neraca) -
Aset Lainnya - Tdk Berwujud Tahun 20NN-1 (Neraca)
Realisasi Belanja Modal Aset Lainnya Tahun Berjalan (LRA) - -
Penambahan/(Penurunan)
Aset Lainnya - Aset Tidak Berwujud Tahun Berjalan (Neraca) 660.635.000,00 660.635.000,00
Aset Lainnya - Aset Tidak Berwujud Tahun 20NN-1 (Neraca) 105.100.000,00 105.100.000,00
Selisih 555.535.000,00 555.535.000,00
Penjelasan Unaudited dan Audited (lihat masing-masing kolom) - -
Jika terdapat selisih dapat didentifikasi dari:
Mutasi tambah
Penerimaan Hibah Barang
Perolehan Aset dari Hutang
Kapitalisasi dari Belanja Pegawai
Kapitalisasi dari Belanja Barang dan Jasa
Reklasifikasi dari Aset Tetap dari B. Modal Tahun Berjalan
Reklasifikasi antar Aset Lainnya karena Perubahan Kebijakan/Status Ditahun Berjalan
Koreksi Pencatatan Tahun Sebelumnya
- Barang Ekstrakompabel menjadi Intrakompabel (Perub. Kebijakan Batas Kapitalisasi)
- Reklasifikasi dari Aset Tetap
- Reklasifikasi antar Aset Lainnya
- Kurang catat saldo awal tahun
Dapat ditambahkan sesuai dengan kondisi yang ada…..
Mutasi kurang
Pemberian Hibah Barang
Penghapusan
Penjualan
Salah Pos Belanja Modal (Seharusnya Belanja Pegawai dan Belanja Barang dan Jasa)
Reklasifikasi ke Aset Tetap dari B. Modal Tahun Berjalan
Reklasifikasi antar Aset Lainnya karena Perubahan Kebijakan/Status Ditahun Berjalan
Koreksi Pencatatan Tahun Sebelumnya
- Barang Intrakompabel menjadi Ekstrakompabel (Perub. Kebijakan Batas Kapitalisasi)
- Reklasifikasi ke Aset Tetap
- Reklasifikasi antar Aset Lainnya
- Lebih catat saldo awal tahun
Dapat ditambahkan sesuai dengan kondisi yang ada…..

Diperlukan tambahan narasi pengungkapan pada Aset Tetap tersebut di atas yang mengungkapkan uraian di atas disertai lampiran terjadinya pada massing-
masing OPD
Analisis Horizontal antara LRA dan LAK
Uraian Unaudited Audited
Arus Kas Masuk Akt. Operasi (LAK) = Pendapatan Daerah (LRA) - Hasil Penjualan Aset Tetap ( Tanah,
Peralsin, Gedung, JIJ, Aset Tetap Lainnya) (LRA) - Hasil Penjualan Aset Lainnya (LRA)
Arus Kas Masuk Aktivitas Operasi Tahun Berjalan (LAK) 1.093.254.985.846,70 1.093.254.985.846,70
Pendapatan Daerah Tahun Berjalan (LRA) 1.093.254.985.846,70 1.093.254.985.846,70
Hasil Penjualan Tanah Tahun Berjalan (LRA) - -
Hasil Penjualan Peralatan dan Mesin Tahun Berjalan (LRA) - -
Hasil Penjualan Gedung dan Bangunan Tahun Berjalan (LRA) - -
Hasil Penjualan Jalan, Irigasi dan Jaringan Tahun Berjalan (LRA) - -
Hasil Penjualan Aset Tetap Lainnya Tahun Berjalan (LRA) - -
Hasil Penjualan Aset Lainnya Tahun Berjalan (LRA) - -
Selisih - -
Seharusnya tidak terdapat selisih, karena analisis ini telah memasukkan seluruh komponen perhitungan yang dimungkinkan dalam menguji akun tersebut

Uraian Unaudited Audited


Arus Kas Keluar Akt. Operasi (LAK) = Belanja Operasi (LRA) + Belanja Tidak Terduga (LRA) + Transfer
Daerah (LRA)
Arus Kas Keluar Aktivitas Operasi Tahun Berjalan (LAK) 863.385.173.535,42 863.385.173.535,42
Belanja Operasi Tahun Berjalan (LRA) 683.120.878.454,97 683.120.878.454,97
Belanja Tidak Terduga Tahun Berjalan (LRA) 199.311.746,00 199.311.746,00
Transfer Daerah Tahun Berjalan (LRA) 180.064.983.334,45 180.064.983.334,45
Selisih - -
Seharusnya tidak terdapat selisih, karena analisis ini telah memasukkan seluruh komponen perhitungan yang dimungkinkan dalam menguji akun tersebut

Uraian Unaudited Audited


Arus Kas Masuk Akt. Investasi (LAK) = Hasil Penjualan Aset Tetap ( Tanah, Peralsin, Gedung, JIJ, Aset Tetap
Lainnya) (LRA) + Hasil Penjualan Aset Lainnya (LRA) + Pencairan Dana Cadangan (LRA) + Hasil Penjualan
Kekayaan Daerah yg Dipisahkan (LRA) + Penerimaan Penjualan Investasi Non Permanen (LRA)
Arus Kas Masuk Aktivitas Investasi Tahun Berjalan (LAK) - -
Hasil Penjualan Tanah Tahun Berjalan (LRA) - -
Hasil Penjualan Peralatan dan Mesin Tahun Berjalan (LRA) - -
Hasil Penjualan Gedung dan Bangunan Tahun Berjalan (LRA) - -
Hasil Penjualan Jalan, Irigasi dan Jaringan Tahun Berjalan (LRA) - -
Hasil Penjualan Aset Tetap Lainnya Tahun Berjalan (LRA) - -
Hasil Penjualan Aset Lainnya Tahun Berjalan (LRA) - -
Pencairan Dana Cadangan - Penerimaan Pembiayaan Tahun Berjalan (LRA) - -
Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan - Penerimaan Pembiayaan Tahun Berjalan (LRA) - -
Penerimaan Penjualan Investasi Non Permanen - Penerimaan Pembiayaan Tahun Berjalan (LRA) - -
Selisih - -
Seharusnya tidak terdapat selisih, karena analisis ini telah memasukkan seluruh komponen perhitungan yang dimungkinkan dalam menguji akun tersebut

Uraian Unaudited Audited


Arus Kas Keluar Akt. Investasi (LAK) = Belanja Modal (Tanah, Peralsin, Gedung, JIJ, Aset Tetap Lainnya dan
Aset Lainnya (LRA) + Pembentukan Dana Cadangan (LRA) + Penyertaan Modal (LRA)
Arus Kas Keluar Aktivitas Investasi Tahun Berjalan (LAK) 163.974.195.571,00 163.974.195.571,00
Belanja Modal Tanah Tahun Berjalan (LRA) - -
Belanja Modal Peralatan dan Mesin Tahun Berjalan (LRA) 35.486.032.721,00 35.486.032.721,00
Belanja Modal Gedung dan Bangunan Tahun Berjalan (LRA) 32.518.505.054,00 32.518.505.054,00
Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan Tahun Berjalan (LRA) 89.605.760.896,00 89.605.760.896,00
Belanja Modal Aset Tetap Lainnya Tahun Berjalan (LRA) 1.000.546.900,00 1.000.546.900,00
Belanja Modal Aset Lainnya Tahun Berjalan (LRA) - -
Pembentukan Dana Cadangan - Pengeluaran Pembiayaan Tahun Berjalan (LRA) - -
Penyertaan Modal - Pengeluaran Pembiayaan Tahun Berjalan (LRA) 5.363.350.000,00 5.363.350.000,00
Pengeluaran Investasi Non Permanen Lainnya - Pengeluaran Pembiayaan Tahun Berjalan (LRA) - -
Selisih - -
Seharusnya tidak terdapat selisih, karena analisis ini telah memasukkan seluruh komponen perhitungan yang dimungkinkan dalam menguji akun tersebut

Uraian Unaudited Audited


Arus Kas Masuk Akt. Pendanaan (LAK) = Penerimaan Pinjaman dari Dalam Negeri (LRA) + Penerimaan
Kembali Piutang (LRA) + Penerimaan Pinjaman Luar Negeri (LRA) + Penerimaan Pinjaman jangka panjang
Lainnya (LRA)
Arus Kas Masuk Aktivitas Pendanaan Tahun Berjalan (LAK) - -
Penerimaan Pinjaman dari Dalam Negeri - Penerimaan Pembiayaan Tahun Berjalan (LRA) - -
Penerimaan Kembali Piutang - Penerimaan Pembiayaan Tahun Berjalan (LRA) - -
Penerimaan Pinjaman Luar Negeri - Penerimaan Pembiayaan Tahun Berjalan (LRA) - -
Penerimaan Pinjaman Jangka Panjang Lainnya - Penerimaan Pembiayaan Tahun Berjalan (LRA) - -
Selisih - -
Seharusnya tidak terdapat selisih, karena analisis ini telah memasukkan seluruh komponen perhitungan yang dimungkinkan dalam menguji akun tersebut
Uraian Unaudited Audited
Arus Kas Keluar Akt. Pendanaan (LAK) = Pembayaran Pokok Pinjaman dari Dalam Negeri (LRA) +
pemberian Pinjaman Daerah (LRA) + Pembayaran Pokok Pinjaman Luar Negeri (LRA) + Pembayaran Pokok
Pinjaman jangka Panjang Lainnya (LRA)
Arus Kas Keluar Aktivitas Pendanaan Tahun Berjalan (LAK) - -
Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Penerimaan Pembiayaan Tahun Berjalan (LRA) - -
Pemberian Pinjaman Daerah - Pengeluaran Pembiayaan Tahun Berjalan (LRA) - -
Pembayaran Pokok Pinjaman Luar Negeri - Pengeluaran Pembiayaan Tahun Berjalan (LRA) - -
Pembayaran Pokok Pinjaman Jangka Panjang Lainnya - Pengeluaran Pembiayaan Tahun Berjalan (LRA) - -
Selisih - -
Seharusnya tidak terdapat selisih, karena analisis ini telah memasukkan seluruh komponen perhitungan yang dimungkinkan dalam menguji akun tersebut

Analisis Horizontal antara Neraca dan LAK


Uraian Unaudited Audited
Saldo Kas dan Setara Kas Tahun 20NN-1 (Neraca) = Saldo Awal Kas (LAK)
Saldo Kas dan Setara Kas Tahun 20NN-1 (Neraca) 37.518.118.219,08 37.518.118.219,08
Saldo Awal Kas Tahun Berjalan (LAK) 37.624.660.099,30 37.624.660.099,30
Selisih (106.541.880,22) (106.541.880,22)
Seharusnya tidak terdapat selisih dengan catatan penyajian dalam Face LK atas LAK pada Tahun 20NN-1 mengungkapkan Koreksi SiLPA Tahun Lalu Tahun
20NN-1 (SAL) dan Kas lainnya di Bendahara (Selain BUD) - Utang PFK Tahun 20NN-1 seperti format terlampir. Jika masih terdapat selisih ada kemungkinan
Utang PFK Tahun 20NN-1 tidak disajikan sebagai Kas Lainnya di Bendahara (selain BUD) tetapi disajikan sebagai bagian dari Kas di Masing-Masing Jenis
Bendahara Pengeluaran dan atau penerimaan dan pengeluaran PFK dalam Transaksi Transitoris termasuk didalamnya transaksi PFK selain BUD

Uraian Unaudited Audited


Kas dan Setara Kas Tahun Berjalan (Neraca) = Saldo Akhir Kas Tahun Berjalan (LAK)
Kas dan Setara Kas Tahun Berjalan (Neraca) 102.920.128.614,46 102.920.128.614,46
Saldo Akhir Kas Tahun Berjalan (LAK) 103.041.035.289,52 103.041.035.289,52
Selisih (120.906.675,06) (120.906.675,06)
Seharusnya tidak terdapat selisih dengan catatan penyajian dalam Face LK atas LAK mengungkapkan Koreksi Silpa Tahun Lalu Tahun (SAL) dan Kas Lainnya di
Bendahara (Selain BUD) - (Neraca) disajikan dalam perhitungan Saldo Akhir Kas (LAK) seperti format terlampir. Jika masih terdapat selisih ada kemungkinan
Utang PFK tidak disajikan sebagai Kas Lainnya di Bendahara (selain BUD) tetapi disajikan sebagai bagian dari Kas di Masing-Masing Jenis Bendahara
Pengeluaran dan atau penerimaan dan pengeluaran PFK dalam Transaksi Transitoris termasuk didalamnya transaksi PFK selain BUD

Uraian Unaudited Audited


Utang PFK Tahun Berjalan (Neraca) = Utang PFK Tahun 20NN-1 (Neraca) + Penerimaan PFK (LAK) -
Pengeluaran PFK (LAK)
Utang PFK Tahun Berjalan (Neraca) 11.664.794,84 11.664.794,84
Utang PFK Tahun 20NN-1 (Neraca) 109.241.880,22 109.241.880,22
Penerimaan PFK Tahun Berjalan (LAK) 66.875.358.499,84 66.875.358.499,84
Pengeluaran PFK Tahun Berjalan (LAK) 66.970.235.585,22 66.970.235.585,22
Selisih (2.700.000,00) (2.700.000,00)
Penjelasan Unaudited dan Audited (lihat masing-masing kolom) - -
Jika terdapat selisih dapat didentifikasi dari:
Koreksi Ekuitas - Utang PFK
Utang PFK termasuk Utang PFK di Bendahara Pengeluaran OPD*
Dapat ditambahkan sesuai dengan kondisi yang ada…..
* catatan: yang masusk dalam LAK atas Penerimaan dan pengeluaran PFK hanya transaksi PFK
dari BUD
Adanya kemungkinan kesalahan penjurnalan sehingga DIPERLUKAN reklasifikasi antar akun (POIN INI
BUKANLAH MERUPAKAN PENJELASAN MELAINKAN HARUS DILAKUKAN REKLASIFIKASI)
Diperlukan tambahan narasi pengungkapan bahwa saldo Utang PFK Tahun 20NN-1 yang mengalami koreksi dan merinci utang PFK BUD dan Bagian BUD serta
PFK OPD

Analisis Horizontal antara LRA dan LP SAL


Uraian Unaudited Audited
SiLPA/(SiKPA) Tahun Berjalan (LRA) = SAL Akhir Tahun Berjalan (LP SAL)
SiLPA/(SiKPA) Tahun Berjalan (LRA) 102.908.463.819,62 102.908.463.819,62
SAL Akhir Tahun Berjalan (LP SAL) 102.908.463.819,62 102.908.463.819,62
Selisih - -
Seharusnya tidak terdapat selisih, karena analisis ini telah memasukkan seluruh komponen perhitungan yang dimungkinkan dalam menguji akun tersebut

Uraian Unaudited Audited


SiLPA Tahun 20NN-1 (LRA) = Penggunaan SiLPA (LP SAL) + Koreksi SiLPA atau SiKPA Tahun Berjalan (LP SAL)
+ Lain-Lain Tahun Berjalan (LP SAL)
SiLPA/(SiKPA) Tahun 20NN-1 (LRA) 37.408.876.338,86 37.408.876.338,86
Penggunaan SiLPA Tahun Berjalan (LP SAL) 37.012.847.079,34 37.012.847.079,34
Koreksi SiLPA atau SiKPA +/(-) Tahun Berjalan (LP SAL) (396.029.259,52) (396.029.259,52)
Lain-Lain Tahun Berjalan (LP SAL) - -
Selisih - -
Seharusnya tidak terdapat selisih, karena analisis ini telah memasukkan seluruh komponen perhitungan yang dimungkinkan dalam menguji akun tersebut

Uraian Unaudited Audited


SiLPA Tahun 20NN-1 (LRA) = SAL Awal (LP SAL)
SiLPA/(SiKPA) Tahun 20NN-1 (LRA) 37.408.876.338,86 37.408.876.338,86
SAL Awal Tahun Berjalan (LP SAL) 37.408.876.338,86 37.408.876.338,86
Selisih - -
Seharusnya tidak terdapat selisih, Saldo SiLPA/(SiKPA) Tahun Lalu dalam LRA “HARUS BERKELANJUTAN” dengan saldo awal SAL tahun berjalan
Uraian Unaudited Audited
Penggunaan SiLPA (LRA) = SAL Awal (LP SAL) – Koreksi SiLPA atau SiKPA (LP SAL) - Lain-Lain (LP SAL)
Penggunaan SiLPA - Penerimaan Pembiayaan Tahun Berjalan (LRA) 37.012.847.079,34 37.012.847.079,34
SAL Awal Tahun Berjalan (LP SAL) 37.408.876.338,86 37.408.876.338,86
Koreksi SiLPA atau SiKPA Tahun Berjalan (LP SAL) (396.029.259,52) (396.029.259,52)
Lain-Lain Tahun Berjalan (LP SAL) - -
Selisih - -
Seharusnya tidak terdapat selisih, karena analisis ini telah memasukkan seluruh komponen perhitungan yang dimungkinkan dalam menguji akun tersebut

Uraian Unaudited Audited


Penggunaan SiLPA (LRA) = Penggunaan SiLPA (LP SAL)
Penggunaan SiLPA - Penerimaan Pembiayaan Tahun Berjalan (LRA) 37.012.847.079,34 37.012.847.079,34
Penggunaan SiLPA Tahun Berjalan (LP SAL) 37.012.847.079,34 37.012.847.079,34
Selisih - -
Seharusnya tidak terdapat selisih, karena analisis ini telah memasukkan seluruh komponen perhitungan yang dimungkinkan dalam menguji akun tersebut

Analisis Horizontal antara LO, Laporan Perubahan Ekuitas dan Neraca


Uraian Unaudited Audited
Ekuitas Awal Tahun Berjalan (LPE) = Ekuitas Akhir Tahun 20NN-1 (Neraca)
Ekuitas Awal Tahun Berjalan (LPE) 920.991.188.924,38 920.991.188.924,38
Ekuitas Akhir Tahun 20NN-1 (Neraca) 920.991.188.924,38 920.991.188.924,38
Selisih - -
Seharusnya tidak terdapat selisih, karena analisis ini telah memasukkan seluruh komponen perhitungan yang dimungkinkan dalam menguji akun tersebut

Uraian Unaudited Audited


Ekuitas Akhir Tahun Berjalan (LPE) = Ekuitas Tahun Berjalan (Neraca)
Ekuitas Akhir Tahun Berjalan (LPE) 1.116.195.894.654,83 1.116.195.894.654,83
Ekuitas Tahun Berjalan (Neraca) 1.116.195.894.654,83 1.116.195.894.654,83
Selisih - -
Seharusnya tidak terdapat selisih, karena analisis ini telah memasukkan seluruh komponen perhitungan yang dimungkinkan dalam menguji akun tersebut

Analisis Horizontal antara LO dan LPE


Uraian Unaudited Audited
Surplus/(Defisit) Tahun Berjalan (LO) = Surplus/(Defisit) Tahun Berjalan (LPE)
Surplus/(Defisit) Tahun Berjalan (LO) 198.934.868.666,90 198.934.868.666,90
Surplus/(Defisit) Tahun Berjalan (LPE) 198.934.868.666,90 198.934.868.666,90
Selisih - -
Seharusnya tidak terdapat selisih, karena analisis ini telah memasukkan seluruh komponen perhitungan yang dimungkinkan dalam menguji akun tersebut

Analisis Horizontal antara LO, LRA dan Neraca


Uraian Unaudited Audited
Pendapatan Pajak (LO) = Pendapatan Pajak (LRA) + Piutang Pajak (Neraca) - Piutang Pajak Tahun 20NN-1
(Neraca) - Pendapatan Pajak Diterima Dimuka (Neraca) + Pendapatan Pajak Diterima Dimuka Tahun 20NN-
1 (Neraca)
Pendapatan Pajak Tahun Berjalan (LO) 18.788.405.912,54 18.788.405.912,54
Pendapatan Pajak Tahun Berjalan (LRA) 16.629.094.278,24 16.629.094.278,24
Piutang Pajak Tahun Berjalan (Neraca) 29.294.529.564,70 29.294.529.564,70
Piutang Pajak Tahun 20NN-1 (Neraca) 27.576.391.229,40 27.576.391.229,40
Pendapatan Pajak Diterima Dimuka Tahun Berjalan (Neraca) - -
Pendapatan Pajak Diterima Dimuka Tahun 20NN-1 (Neraca) - -
Selisih 441.173.299,00 441.173.299,00
Penjelasan Unaudited dan Audited (lihat masing-masing kolom) 441.173.299,00 441.173.299,00
Jika terdapat selisih dapat didentifikasi dari:
Koreksi Ekuitas - Piutang Pajak (contoh penjelasan kesalahan pengakuan piutang PPJ tahun lalu
Rp220.000.000,00 dan piutang pajak hotel Rp221.173.299,00) 441.173.299,00 441.173.299,00
Koreksi Ekuitas - Pendapatan Pajak Diterima Dimuka
Dapat ditambahkan sesuai dengan kondisi yang ada…..
Adanya kemungkinan kesalahan penjurnalan sehingga DIPERLUKAN reklasifikasi antar akun (POIN INI
BUKANLAH MERUPAKAN PENJELASAN MELAINKAN HARUS DILAKUKAN REKLASIFIKASI)

Uraian Unaudited Audited


Pendapatan Retribusi (LO) = Pendapatan Retribusi (LRA) + Piutang Retribusi (Neraca) - Piutang Retribusi
Tahun 20NN-1 (Neraca) - Pendapatan Retribusi Diterima Dimuka (Neraca) + Pendapatan Retribusi Diterima
Dimuka Tahun 20NN-1 (Neraca)
Pendapatan Retribusi Tahun Berjalan (LO) 23.390.348.400,95 23.390.348.400,95
Pendapatan Retribusi Tahun Berjalan (LRA) 23.456.807.611,00 23.456.807.611,00
Piutang Retribusi Tahun Berjalan (Neraca) 270.210.095,67 270.210.095,67
Piutang Retribusi Tahun 20NN-1 (Neraca) 326.156.429,00 326.156.429,00
Pendapatan Retribusi Diterima Dimuka Tahun Berjalan (Neraca) - -
Pendapatan Retribusi Diterima Dimuka Tahun 20NN-1 (Neraca) - -
Selisih (10.512.876,72) (10.512.876,72)
Penjelasan Unaudited dan Audited (lihat masing-masing kolom) (10.512.876,72) (10.512.876,72)
Jika terdapat selisih dapat didentifikasi dari:
Koreksi Ekuitas - Piutang Retribusi
Koreksi Ekuitas - Pendapatan Retribusi Diterima Dimuka (contoh penjelasan : koreksi retribusi sewa
kantin tahun lalu yang seharusnya dicatat diterima dimuka sebesar Rp10.512.876,72 (10.512.876,72) (10.512.876,72)
Dapat ditambahkan sesuai dengan kondisi yang ada…..
Adanya kemungkinan kesalahan penjurnalan sehingga DIPERLUKAN reklasifikasi antar akun (POIN INI
BUKANLAH MERUPAKAN PENJELASAN MELAINKAN HARUS DILAKUKAN REKLASIFIKASI)
Uraian Unaudited Audited
Pendapatan Hasil Pengl. Kekayaan Daerah yang Dipisahkan (LO) = Pendapatan Hasil Pengl. Kekayaan
Daerah yang Dipisahkan (LRA) + Piutang Hasil Pengl. Kekayaan Daerah yang Dipisahkan (Neraca) - Piutang
Hasil Pengl. Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Tahun 20NN-1 (Neraca) - Pendapatan Hasil Pengl.
Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Diterima Dimuka (Neraca) + Pendapatan Hasil Pengl. Kekayaan Daerah
yang Dipisahkan Diterima Dimuka Tahun 20NN-1 (Neraca)

Pendapatan Hasil Pengl. Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Tahun Berjalan (LO) 9.136.371.487,41 9.136.371.487,41
Pendapatan Hasil Pengl. Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Tahun Berjalan (LRA) 5.243.193.348,50 5.243.193.348,50
Piutang Pendapatan Hasil Pengl. Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Tahun Berjalan (Neraca) 6.896.247.390,65 6.896.247.390,65
Piutang Pendapatan Hasil Pengl. Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Tahun 20NN-1 (Neraca) 5.243.193.360,90 5.243.193.360,90
Pendapatan Hasil Pengl. Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Diterima Dimuka Tahun Berjalan (Neraca) - -
Pendapatan Hasil Pengl. Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Diterima Dimuka Tahun 20NN-1 (Neraca) - -
Selisih 2.240.124.109,16 2.240.124.109,16
Penjelasan Unaudited dan Audited (lihat masing-masing kolom) - -
Jika terdapat selisih dapat didentifikasi dari:
Koreksi Ekuitas - Piutang Pendapatan Hasil Pengl. Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
Koreksi Ekuitas - Pendapatan Hasil Pengl. Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Diterima Dimuka
Dapat ditambahkan sesuai dengan kondisi yang ada…..
Adanya kemungkinan kesalahan penjurnalan sehingga DIPERLUKAN reklasifikasi antar akun (POIN INI
BUKANLAH MERUPAKAN PENJELASAN MELAINKAN HARUS DILAKUKAN REKLASIFIKASI)

Uraian Unaudited Audited


Pendapatan Lain-Lain PAD yang Sah (LO) = Pendapatan Lain-Lain PAD yang Sah (LRA) + Piutang Lain-Lain
PAD yang Sah (Neraca) - Piutang Lain-Lain PAD yang Sah Tahun 20NN-1 (Neraca) - Pendapatan Lain-Lain
PAD yang Sah Diterima Dimuka (Neraca) + Pendapatan Lain-Lain PAD yang Sah Diterima Dimuka Tahun
20NN-1 (Neraca)
Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah Tahun Berjalan (LO) 62.858.210.436,95 62.858.210.436,95
Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah Tahun Berjalan (LRA) 59.263.253.432,35 59.263.253.432,35
Piutang Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah Tahun Berjalan (Neraca) 13.589.723.461,56 13.589.723.461,56
Piutang Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah Tahun 20NN-1 (Neraca) 9.825.324.145,95 9.825.324.145,95
Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah Diterima Dimuka Tahun Berjalan (Neraca) 157.060.979,17 157.060.979,17
Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah Diterima Dimuka Tahun 20NN-1 (Neraca) 82.024.353,12 82.024.353,12
Selisih (94.405.684,96) (94.405.684,96)
Penjelasan Unaudited dan Audited (lihat masing-masing kolom) - -
Jika terdapat selisih dapat didentifikasi dari:
Penerimaan bagian lancar TGR dan Tagihan Penjualan Angsuran
Koreksi Ekuitas - Piutang Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah
Koreksi Ekuitas - Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah Diterima Dimuka
Dapat ditambahkan sesuai dengan kondisi yang ada…..
Adanya kemungkinan kesalahan penjurnalan sehingga DIPERLUKAN reklasifikasi antar akun (POIN INI
BUKANLAH MERUPAKAN PENJELASAN MELAINKAN HARUS DILAKUKAN REKLASIFIKASI)

Uraian Unaudited Audited


Transfer Pem. Pusat - Dana Perimbangan (LO) = Transfer Pem. Pusat - Dana Perimbangan (LRA) + Piutang
Transfer Pem. Pusat - Dana Perimbangan (Neraca) - Piutang Transfer Pem. Pusat - Dana Perimbangan
Tahun 20NN-1 (Neraca) - Transfer Pem. Pusat - Dana Perimbangan Diterima Dimuka (Neraca) + Transfer
Pem. Pusat - Dana Perimbangan Diterima Dimuka Tahun 20NN-1 (Neraca)
Transfer Pemerintah Pusat - Dana Perimbangan Tahun Berjalan (LO) 736.569.769.180,00 736.569.769.180,00
Transfer Pemerintah Pusat - Dana Perimbangan Tahun Berjalan (LRA) 736.569.769.180,00 736.569.769.180,00
Piutang Transfer Pemerintah Pusat - Dana Perimbangan Tahun Berjalan (Neraca) - -
Piutang Transfer Pemerintah Pusat - Dana Perimbangan Tahun 20NN-1 (Neraca) - -
Transfer Pemerintah Pusat - Dana Perimbangan Diterima Dimuka Tahun Berjalan (Neraca) - -
Transfer Pemerintah Pusat - Dana Perimbangan Diterima Dimuka Tahun 20NN-1 (Neraca) - -
Selisih - -
Penjelasan Unaudited dan Audited (lihat masing-masing kolom) - -
Jika terdapat selisih dapat didentifikasi dari:
Koreksi Ekuitas - Piutang Transfer Pemerintah Pusat - Dana Perimbangan
Koreksi Ekuitas - Transfer Pemerintah Pusat - Dana Perimbangan Diterima Dimuka
Dapat ditambahkan sesuai dengan kondisi yang ada…..
Adanya kemungkinan kesalahan penjurnalan sehingga DIPERLUKAN reklasifikasi antar akun (POIN INI
BUKANLAH MERUPAKAN PENJELASAN MELAINKAN HARUS DILAKUKAN REKLASIFIKASI)
Uraian Unaudited Audited
Transfer Pem. Pusat Lainnya (LO) = Transfer Pem. Pusat Lainnya (LRA) + Piutang Transfer Pem. Pusat
Lainnya (Neraca) - Piutang Transfer Pem. Pusat Lainnya Tahun 20NN-1 (Neraca) - Transfer Pem. Pusat
Lainnya Diterima Dimuka (Neraca) + Transfer Pem. Pusat Lainnya Diterima Dimuka Tahun 20NN-1 (Neraca)

Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya Tahun Berjalan (LO) 55.783.708.000,00 55.783.708.000,00


Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya Tahun Berjalan (LRA) 55.783.708.000,00 55.783.708.000,00
Piutang Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya Tahun Berjalan (Neraca) - -
Piutang Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya Tahun 20NN-1 (Neraca) - -
Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya Diterima Dimuka Tahun Berjalan (Neraca) - -
Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya Diterima Dimuka Tahun 20NN-1 (Neraca) - -
Selisih - -
Penjelasan Unaudited dan Audited (lihat masing-masing kolom) - -
Jika terdapat selisih dapat didentifikasi dari:
Koreksi Ekuitas - Piutang Transfer Pemerintah Pusat Lainnya
Koreksi Ekuitas - Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya Diterima Dimuka
Dapat ditambahkan sesuai dengan kondisi yang ada…..
Adanya kemungkinan kesalahan penjurnalan sehingga DIPERLUKAN reklasifikasi antar akun (POIN INI
BUKANLAH MERUPAKAN PENJELASAN MELAINKAN HARUS DILAKUKAN REKLASIFIKASI)

Uraian Unaudited Audited


Transfer Pem. Daerah Lainnya (LO) = Transfer Pem. Daerah Lainnya (LRA) + Piutang Transfer Pem. Daerah
Lainnya (Neraca) - Piutang Transfer Pem. Daerah Lainnya Tahun 20NN-1 (Neraca) - Transfer Pem. Daerah
Lainnya Diterima Dimuka (Neraca) + Transfer Pem. Daerah Lainnya Diterima Dimuka Tahun 20NN-1
(Neraca)
Transfer Pemerintah Daerah Lainnya Tahun Berjalan (LO) 158.020.838.784,49 158.020.838.784,49
Transfer Pemerintah Daerah Lainnya Tahun Berjalan (LRA) 166.904.199.996,61 166.904.199.996,61
Piutang Transfer Pemerintah Daerah Lainnya Tahun Berjalan (Neraca) 6.786.493.237,40 6.786.493.237,40
Piutang Transfer Pemerintah Daerah Lainnya Tahun 20NN-1 (Neraca) 11.943.463.618,13 11.943.463.618,13
Transfer Pemerintah Daerah Lainnya Diterima Dimuka Tahun Berjalan (Neraca) - -
Transfer Pemerintah Daerah Lainnya Diterima Dimuka Tahun 20NN-1 (Neraca) - -
Selisih (3.726.390.831,39) (3.726.390.831,39)
Penjelasan Unaudited dan Audited (lihat masing-masing kolom) - -
Jika terdapat selisih dapat didentifikasi dari:
Koreksi Ekuitas - Piutang Transfer Pemerintah Daerah Lainnya
Koreksi Ekuitas - Transfer Pemerintah Daerah Lainnya Diterima Dimuka
Dapat ditambahkan sesuai dengan kondisi yang ada…..
Adanya kemungkinan kesalahan penjurnalan sehingga DIPERLUKAN reklasifikasi antar akun (POIN INI
BUKANLAH MERUPAKAN PENJELASAN MELAINKAN HARUS DILAKUKAN REKLASIFIKASI)

Uraian Unaudited Audited


Lain-Lain Pendapatan yang Sah (LO) = Lain-Lain Pendapatan yang Sah (LRA) + Piutang Lain-Lain
Pendapatan yang Sah (Neraca) - Piutang Lain-Lain Pendapatan yang Sah Tahun 20NN-1 (Neraca) - Lain-
Lain Pendapatan yang Sah Diterima Dimuka (Neraca) + Lain-Lain Pendapatan yang Sah Diterima Dimuka
Tahun 20NN-1 (Neraca)
Lain - Lain Pendapatan yang Sah Tahun Berjalan (LO) 139.194.730.193,00 139.194.730.193,00
Lain - Lain Pendapatan yang Sah Tahun Berjalan (LRA) 29.404.960.000,00 29.404.960.000,00
Piutang Lain - Lain Pendapatan yang Sah Tahun Berjalan (Neraca) - -
Piutang Lain - Lain Pendapatan yang Sah Tahun 20NN-1 (Neraca) - -
Lain - Lain Pendapatan yang Sah Diterima Dimuka Tahun Berjalan (Neraca) - -
Lain - Lain Pendapatan yang Sah Diterima Dimuka Tahun 20NN-1 (Neraca) - -
Selisih 109.789.770.193,00 109.789.770.193,00
Penjelasan Unaudited dan Audited (lihat masing-masing kolom) - -
Jika terdapat selisih dapat didentifikasi dari:
Koreksi Ekuitas - Piutang Lain - Lain Pendapatan yang Sah
Koreksi Ekuitas - Lain - Lain Pendapatan yang Sah Diterima Dimuka
Pendapatan Hibah berupa Barang yang menjadi Aset Tetap
Pendapatan Hibah berupa Barang yang menjadi Persediaan
Dapat ditambahkan sesuai dengan kondisi yang ada…..
Adanya kemungkinan kesalahan penjurnalan sehingga DIPERLUKAN reklasifikasi antar akun (POIN INI
BUKANLAH MERUPAKAN PENJELASAN MELAINKAN HARUS DILAKUKAN REKLASIFIKASI)

Uraian Unaudited Audited


Beban Pegawai (LO) = Belanja Pegawai (LRA) + Utang Belanja Pegawai (Neraca) - Utang Belanja Pegawai
Tahun 20NN-1 (Neraca)
Beban Pegawai Tahun Berjalan (LO) 519.831.647.674,55 519.831.647.674,55
Belanja Pegawai Tahun Berjalan (LRA) 505.048.186.824,20 505.048.186.824,20
Utang Belanja Pegawai Tahun Berjalan (Neraca) 18.104.707.546,00 18.104.707.546,00
Utang Belanja Pegawai Tahun 20NN-1 (Neraca) 3.215.438.695,65 3.215.438.695,65
Selisih (105.808.000,00) (105.808.000,00)
Penjelasan Unaudited dan Audited (lihat masing-masing kolom) - -
Jika terdapat selisih dapat didentifikasi dari:
Adanya Beban Pegawai Dibayar Dimuka (hal ini kecil kemungkinan mengingat sifat Belanja Pegawai)
Koreksi Ekuitas Utang Belanja Pegawai
Koreksi Ekuitas Beban Pegawai Dibayar Dimuka (hal ini kecil kemungkinan mengingat sifat Belanja
Pegawai)
Dapat ditambahkan sesuai dengan kondisi yang ada…..
Adanya kemungkinan kesalahan penjurnalan sehingga DIPERLUKAN reklasifikasi antar akun (POIN INI
BUKANLAH MERUPAKAN PENJELASAN MELAINKAN HARUS DILAKUKAN REKLASIFIKASI)
Uraian Unaudited Audited
PENGUJIAN INI DILAKUKAN JIKA ENTITAS MENYAJIKAN BEBAN BARANG DAN JASA DI FACE LO - JIKA TIDAK ABAIKAN HASIL FORMULA INI
Beban Barang & Jasa (LO) = Belanja Barang & Jasa (LRA) + Utang Belanja Barang & Jasa (Neraca) - Utang
Belanja Barang & Jasa Tahun 20NN-1 (Neraca) - Beban Barang dan Jasa Dibayar Dimuka (Neraca) + Beban
Barang dan Jasa Dibayar Dimuka Tahun 20NN-1 (Neraca) - Persediaan Barang (Neraca) + Persediaan
Barang Tahun 20NN-1 (Neraca)
Beban Barang dan Jasa Tahun Berjalan (LO) 159.583.268.742,68 159.583.268.742,68
Belanja Barang dan Jasa Tahun Berjalan (LRA) 156.608.347.045,77 156.608.347.045,77
Utang Belanja Barang dan Jasa Tahun Berjalan (Neraca) 4.082.961.448,50 4.082.961.448,50
Utang Belanja Barang dan Jasa Tahun 20NN-1 (Neraca) 4.413.014.080,00 4.413.014.080,00
Beban Barang dan Jasa Dibayar Dimuka Tahun Berjalan (Neraca) 74.752.187,67 74.752.187,67
Beban Barang dan Jasa Dibayar Dimuka Tahun 20NN-1 (Neraca) 42.843.561,64 42.843.561,64
Persediaan Barang Tahun Berjalan (Neraca) 8.700.530.222,63 8.700.530.222,63
Persediaan Barang Tahun 20NN-1 (Neraca) 6.714.674.466,00 6.714.674.466,00
Selisih 5.322.738.711,07 5.322.738.711,07
Penjelasan Unaudited dan Audited (lihat masing-masing kolom) - -
Jika terdapat selisih dapat didentifikasi dari:
Bertambahnya persediaan karena penerimaan hibah barang persediaan (pendapatan hibah)
Berkurangnya persediaan karena pemberian hibah barang persediaan (beban hibah)
Berkurangnya persediaan karena adanya persediaan expired (beban luar biasa)
Adanya koreksi pencatatan tahun lalu (koreksi ekuitas persediaan dan beban dibayar dimuka ) baik
bertambah maupun berkurang
Dapat ditambahkan sesuai dengan kondisi yang ada…..
Adanya kemungkinan kesalahan penjurnalan sehingga DIPERLUKAN reklasifikasi antar akun (POIN INI
BUKANLAH MERUPAKAN PENJELASAN MELAINKAN HARUS DILAKUKAN REKLASIFIKASI)

PENGUJIAN INI DILAKUKAN JIKA ENTITAS MENYAJIKAN BEBAN PERSEDIAAN DI FACE LO - JIKA TIDAK ABAIKAN HASIL FORMULA INI
Pengujian persediaan hanya bisa diterapkan oleh satuan kerja yang menerapkan pencatatan periodik
Beban Persediaan (LO) = Belanja Barang dan Jasa Terkait Persediaan (LRA) - Persediaan Barang (Neraca) +
Persediaan Barang Tahun 20NN-1 (Neraca)
Beban Persediaan Tahun Berjalan (LO) - Diinput secara manual - -
Belanja Barang dan Jasa yang Menghasilkan Persediaan (LRA) - harap disiapkan lampiran rincian objek - -
belanja atau objek belanja (jika keseluruhan dari rincian objek belanja dalam objek belanja) yang
menjadi persediaan - Diinput secara manual
Persediaan Barang Tahun Berjalan (Neraca) 8.700.530.222,63 8.700.530.222,63
Persediaan Barang Tahun 20NN-1 (Neraca) 6.714.674.466,00 6.714.674.466,00
Selisih 1.985.855.756,63 1.985.855.756,63
Penjelasan Unaudited dan Audited (lihat masing-masing kolom) - -
Jika terdapat selisih dapat didentifikasi dari:
Bertambahnya persediaan karena penerimaan hibah barang persediaan (pendapatan hibah)
Berkurangnya persediaan karena pemberian hibah barang persediaan (beban hibah)
Berkurangnya persediaan karena adanya persediaan expired (beban luar biasa)
Adanya koreksi pencatatan tahun lalu (koreksi ekuitas persediaan) baik bertambah maupun
Dapat ditambahkan sesuai dengan kondisi yang ada…..
Adanya kemungkinan kesalahan penjurnalan sehingga DIPERLUKAN reklasifikasi antar akun (POIN INI
BUKANLAH MERUPAKAN PENJELASAN MELAINKAN HARUS DILAKUKAN REKLASIFIKASI)

Uraian Unaudited Audited


Beban Bunga (LO) = Belanja Bunga (LRA) + Utang Belanja Bunga (Neraca) - Utang Belanja Bunga Tahun
20NN-1 (Neraca) - Beban Bunga Dibayar Dimuka (Neraca) + Beban Bunga Dibayar Dimuka Tahun 20NN-1
(Neraca)
Beban Bunga Tahun Berjalan (LO) - -
Belanja Bunga Tahun Berjalan (LRA) - -
Utang Belanja Bunga Tahun Berjalan (Neraca) - -
Utang Belanja Bunga Tahun 20NN-1 (Neraca) - -
Beban Bunga Dibayar Dimuka Tahun Berjalan (Neraca) - -
Beban Bunga Dibayar Dimuka Tahun 20NN-1 (Neraca) - -
Selisih - -
Penjelasan Unaudited dan Audited (lihat masing-masing kolom) - -
Jika terdapat selisih dapat didentifikasi dari:
Koreksi ekuitas utang belanja bunga
Koreksi ekuitas beban bunga dibayar dimuka
Dapat ditambahkan sesuai dengan kondisi yang ada…..
Adanya kemungkinan kesalahan penjurnalan sehingga DIPERLUKAN reklasifikasi antar akun (POIN INI
BUKANLAH MERUPAKAN PENJELASAN MELAINKAN HARUS DILAKUKAN REKLASIFIKASI)
Uraian Unaudited Audited
Beban Subsidi (LO) = Belanja Subsidi (LRA) + Utang Belanja Subsidi (Neraca) - Utang Belanja Subsidi Tahun
20NN-1 (Neraca) - Beban Subsidi Dibayar Dimuka (Neraca) + Beban Subsidi Dibayar Dimuka Tahun 20NN-1
(Neraca)
Beban Subsidi Tahun Berjalan (LO) - -
Belanja Subsidi Tahun Berjalan (LRA) - -
Utang Belanja Subsidi Tahun Berjalan (Neraca) - -
Utang Belanja Subsidi Tahun 20NN-1 (Neraca) - -
Beban Subsidi Dibayar Dimuka Tahun Berjalan (Neraca) - -
Beban Subsidi Dibayar Dimuka Tahun 20NN-1 (Neraca) - -
Selisih - -
Penjelasan Unaudited dan Audited (lihat masing-masing kolom) - -
Jika terdapat selisih dapat didentifikasi dari:
Koreksi ekuitas utang belanja subsidi
Koreksi ekuitas beban subsidi dibayar dimuka
Dapat ditambahkan sesuai dengan kondisi yang ada…..
Adanya kemungkinan kesalahan penjurnalan sehingga DIPERLUKAN reklasifikasi antar akun (POIN INI
BUKANLAH MERUPAKAN PENJELASAN MELAINKAN HARUS DILAKUKAN REKLASIFIKASI)

Uraian Unaudited Audited


Beban Hibah (LO) = Belanja Hibah (LRA) + Utang Belanja Hibah (Neraca) - Utang Belanja Hibah Tahun
20NN-1 (Neraca)
Beban Hibah Tahun Berjalan (LO) 45.219.015.337,47 45.219.015.337,47
Belanja Hibah Tahun Berjalan (LRA) 17.610.320.185,00 17.610.320.185,00
Utang Belanja Hibah Tahun Berjalan (Neraca) - -
Utang Belanja Hibah Tahun 20NN-1 (Neraca) - -
Selisih 27.608.695.152,47 27.608.695.152,47
Penjelasan Unaudited dan Audited (lihat masing-masing kolom) 27.608.695.152,47 27.608.695.152,47
Jika terdapat selisih dapat didentifikasi dari
Belanja Hibah Barang untuk Diserahkan ke Masy/Pihak Ketiga (bagi entitas yang tidak menerapkan
konversi penyajian Belanja Hibah (LRA)
Belanja Bantuan hibah Barang untuk Diserahkan ke Masy/Pihak Ketiga menjadi persediaan karena
belum disalurkan
Pemberian hibah barang yang berasal dari aset tetap/aset lainnya yang dimiliki entitas 27.608.695.152,47 27.608.695.152,47
Koreksi Ekuitas - Hutang Belanja Hibah
Koreksi Ekuitas dan Mutasi Beban Hibah Dibayar Dimuka
Dapat ditambahkan sesuai dengan kondisi yang ada…..
Adanya kemungkinan kesalahan penjurnalan sehingga DIPERLUKAN reklasifikasi antar akun (POIN INI
BUKANLAH MERUPAKAN PENJELASAN MELAINKAN HARUS DILAKUKAN REKLASIFIKASI)

Uraian Unaudited Audited


Beban Bantuan Sosial (LO) = Belanja Bantuan Sosial (LRA) + Utang Belanja Bantuan Sosial (Neraca) - Utang
Belanja Bantuan Sosial Tahun 20NN-1 (Neraca)
Beban Bantuan Sosial Tahun Berjalan (LO) 3.848.579.400,00 3.848.579.400,00
Belanja Bantuan Sosial Tahun Berjalan (LRA) 3.854.024.400,00 3.854.024.400,00
Utang Belanja Bantuan Sosial Tahun Berjalan (Neraca) - -
Utang Belanja Bantuan Sosial Tahun 20NN-1 (Neraca) - -
Selisih (5.445.000,00) (5.445.000,00)
Penjelasan Unaudited dan Audited (lihat masing-masing kolom) (5.445.000,00) (5.445.000,00)
Jika terdapat selisih dapat didentifikasi dari:
Belanja Sosial Barang untuk Diserahkan ke Masy/Pihak Ketiga (bagi entitas yang tidak menerapkan
konversi penyajian Belanja Sosial (LRA)
Belanja Bantuan Sosial Barang untuk Diserahkan ke Masy/Pihak Ketiga menjadi persediaan karena
belum disalurkan (5.445.000,00) (5.445.000,00)
Pemberian bantuan sosial barang yang berasal dari aset tetap/aset lainnya yang dimiliki entitas
Koreksi Ekuitas - Hutang Belanja Sosial
Koreksi Ekuitas dan Mutasi Beban Sosial Dibayar Dimuka
Dapat ditambahkan sesuai dengan kondisi yang ada…..
Adanya kemungkinan kesalahan penjurnalan sehingga DIPERLUKAN reklasifikasi antar akun (POIN INI
BUKANLAH MERUPAKAN PENJELASAN MELAINKAN HARUS DILAKUKAN REKLASIFIKASI)

Uraian Unaudited Audited


Beban Penyisihan Piutang (LO) = Penyisihan Piutang Tahun 20NN-1 (Neraca) - Penyisihan Piutang (Neraca)
Beban Penyisihan Piutang Tahun Berjalan (LO) 2.049.737.638,13 2.049.737.638,13
Penyisihan Piutang Tahun Berjalan (Neraca) (20.775.430.961,02) (20.775.430.961,02)
Penyisihan Piutang Tahun 20NN-1 (Neraca) (18.799.547.836,96) (18.799.547.836,96)
Selisih 73.854.514,07 73.854.514,07
Penjelasan Unaudited dan Audited (lihat masing-masing kolom) - -
Jika terdapat selisih dapat didentifikasi dari:
Koreksi Ekuitas - Piutang karena perubahan saldo nilai Piutang yang berdampak pada perubahan nilai
penyisihan
Penurunan nilai penyisihan karena perubahan status performing/likuiditas Piutang yg dicatat di Pos
Luar Biasa sebagai Pendapatan
Dapat ditambahkan sesuai dengan kondisi yang ada…..
Diperlukan tambahan narasi pengungkapan pada Penyisihan Piutang atas Koreksi Ekuitas terkait sebab terjadinya; bahwa ada penurunan yang disebabkan
perubahan status performing/likuiditas Piutang dari sebagian atau seluruh Piutang, hal ini direferensi juga penjelasan pada pos pendapatan dimana dilakukan
pencatatan pendapatannya.
Uraian Unaudited Audited
Beban Penyisihan Investasi Non Permanen (LO) = Penyisihan Investasi Non Permanen Tahun 20NN-1
(Neraca) - Penyisihan Investasi Non Permanen (Neraca)
Beban Penyisihan Investasi Non Permanen Tahun Berjalan (LO) - -
Penyisihan Investasi Non Permanen Tahun Berjalan (Neraca) (29.342.059,56) (29.342.059,56)
Penyisihan Investasi Non Permanen Tahun 20NN-1 (Neraca) (30.142.059,56) (30.142.059,56)
Selisih 800.000,00 800.000,00
Penjelasan Unaudited dan Audited (lihat masing-masing kolom) 800.000,00 800.000,00
Jika terdapat selisih dapat didentifikasi dari:
Koreksi Ekuitas - Investasi Jangka Panjang karena perubahan saldo nilai investasi yang berdampak
pada perubahan nilai penyisihan
Penurunan nilai penyisihan karena perubahan status performing/likuiditas investasi yg dicatat di Pos
Luar Biasa sebagai Pendapatan 800.000,00 800.000,00
Dapat ditambahkan sesuai dengan kondisi yang ada…..
Adanya kemungkinan kesalahan penjurnalan sehingga DIPERLUKAN reklasifikasi antar akun (POIN INI
BUKANLAH MERUPAKAN PENJELASAN MELAINKAN HARUS DILAKUKAN REKLASIFIKASI)
Diperlukan tambahan narasi pengungkapan pada Penyisihan Investasi Non Permanen atas Koreksi Ekuitas terkait sebab terjadinya; Penyisihan Investasi Non
Permanen bahwa ada penurunan yang disebabkan perubahan status performing/likuiditas investasi dari sebagian atau seluruh Investasi Non Permanen, hal ini
direferensi juga penjelasan pada pos pendapatan dimana dilakukan pencatatan pendapatannya.

Uraian Unaudited Audited


Beban Penyu. Aset Tetap Peralsin (LO) = Akm. Penyu. Aset Tetap Peralsin Tahun 20NN-1 (Neraca) - Akm.
Penyu. Aset Tetap Peralsin (Neraca)
Beban Penyusutan Peralatan dan Mesin Tahun Berjalan (LO) 92.820.724.687,04 92.820.724.687,04
Akumulasi Penyusutan Aset Tetap Peralatan dan Mesin Tahun Berjalan (Neraca) (722.597.242.091,70) (722.597.242.091,70)
Akumulasi Penyusutan Aset Tetap Peralatan dan Mesin Tahun 20NN-1 (Neraca) (645.673.693.076,24) (645.673.693.076,24)
Selisih 15.897.175.671,58 15.897.175.671,58
Penjelasan Unaudited dan Audited (lihat masing-masing kolom) - -
Jika terdapat selisih dapat didentifikasi dari:
Mutasi tambah
Penerimaan Hibah Barang yang Disertai dengan Akm. Sebagai Akibat Barang Tersebut Telah
Digunakan/Masa Manfaatnya Telah Berkurang
Koreksi Pencatatan Tahun Sebelumnya
- Dikarenakan Salah Pencatatan Nilai Baik Karena Kapitalisasi atau Kurang Catat Nilai Aset
- Dikarenakan Salah Pencatatan Antar Aset Tetap yang Berdampak pada Perubahan Masa Manfaat
- Dikarenakan Perubahan Kondisi/Status Aset dari Aset Lainnya menjadi Aset Tetap (Digunakan Pihak
Lainnya)
- Dikarenakan Perubahan Kondisi/Status Aset dari Aset Lainnya menjadi Aset Tetap (Akan
- Dikarenakan Perubahan Kondisi/Status Aset dari Aset Lainnya menjadi Aset Tetap (Rusak Berat)
Dapat ditambahkan sesuai dengan kondisi yang ada…..
Mutasi kurang
Terdapat Aset Tetap yang Dihibahkan Tahun Berjalan
Terdapat Aset Tetap yang Dihapuskan Tahun Berjalan
Terdapat Aset Tetap yang Dijual Tahun Berjalan
Dikarenakan Perubahan Kondisi/Status Aset dari Aset Tetap menjadi Aset Lainnya (Digunakan Pihak
Dikarenakan Perubahan Kondisi/Status Aset dari Aset Tetap menjadi Aset Lainnya (Akan
Dikarenakan Perubahan Kondisi/Status Aset dari Aset Tetap menjadi Aset Lainnya (Rusak Berat)
Koreksi Pencatatan Tahun Sebelumnya
- Dikarenakan Salah Pencatatan Nilai Baik Karena Kapitalisasi atau Lebih Catat Nilai Aset
- Dikarenakan Salah Pencatatan Antar Aset Tetap yang Berdampak pada Perubahan Masa Manfaat
- Dikarenakan Perubahan Kondisi/Status Aset dari Aset Tetap menjadi Aset Lainnya (Digunakan Pihak
Lainnya)
- Dikarenakan Perubahan Kondisi/Status Aset dari Aset Tetap menjadi Aset Lainnya (Akan
- Dikarenakan Perubahan Kondisi/Status Aset dari Aset Tetap menjadi Aset Lainnya (Rusak Berat)
Dapat ditambahkan sesuai dengan kondisi yang ada…..

Diperlukan tambahan narasi pengungkapan pada atas sebab - sebab perbedaan beban penyusutan dengan akumulasi penyusutan sebagaimana diungkap diatas
Uraian Unaudited Audited
Beban Penyu. Aset Tetap Gedung & Bangunan (LO) = Akm. Penyu. Aset Tetap Gedung & Bangunan Tahun
20NN-1 (Neraca) - Akm. Penyu. Aset Tetap Gedung & Bangunan (Neraca)
Beban Penyusutan Gedung dan Bangunan Tahun Berjalan (LO) - -
Akumulasi Penyusutan Aset Tetap Gedung dan Bangunan Tahun Berjalan (Neraca) - -
Akumulasi Penyusutan Aset Tetap Gedung dan Bangunan Tahun 20NN-1 (Neraca) - -
Selisih - -
Penjelasan Unaudited dan Audited (lihat masing-masing kolom) - -
Jika terdapat selisih dapat didentifikasi dari:
Mutasi tambah
Penerimaan Hibah Barang yang Disertai dengan Akm. Sebagai Akibat Barang Tersebut Telah
Koreksi Pencatatan Tahun Sebelumnya
- Dikarenakan Salah Pencatatan Nilai Baik Karena Kapitalisasi atau Kurang Catat Nilai Aset
- Dikarenakan Salah Pencatatan Antar Aset Tetap yang Berdampak pada Perubahan Masa Manfaat
- Dikarenakan Perubahan Kondisi/Status Aset dari Aset Lainnya menjadi Aset Tetap (Digunakan Pihak
- Dikarenakan Perubahan Kondisi/Status Aset dari Aset Lainnya menjadi Aset Tetap (Akan
- Dikarenakan Perubahan Kondisi/Status Aset dari Aset Lainnya menjadi Aset Tetap (Rusak Berat)
Dapat ditambahkan sesuai dengan kondisi yang ada…..
Mutasi kurang
Terdapat Aset Tetap yang Dihibahkan Tahun Berjalan
Terdapat Aset Tetap yang Dihapuskan Tahun Berjalan
Terdapat Aset Tetap yang Dijual Tahun Berjalan
Dikarenakan Perubahan Kondisi/Status Aset dari Aset Tetap menjadi Aset Lainnya (Digunakan Pihak
Dikarenakan Perubahan Kondisi/Status Aset dari Aset Tetap menjadi Aset Lainnya (Akan
Dikarenakan Perubahan Kondisi/Status Aset dari Aset Tetap menjadi Aset Lainnya (Rusak Berat)
Koreksi Pencatatan Tahun Sebelumnya
- Dikarenakan Salah Pencatatan Nilai Baik Karena Kapitalisasi atau Lebih Catat Nilai Aset
- Dikarenakan Salah Pencatatan Antar Aset Tetap yang Berdampak pada Perubahan Masa Manfaat
- Dikarenakan Perubahan Kondisi/Status Aset dari Aset Tetap menjadi Aset Lainnya (Digunakan Pihak
- Dikarenakan Perubahan Kondisi/Status Aset dari Aset Tetap menjadi Aset Lainnya (Akan
- Dikarenakan Perubahan Kondisi/Status Aset dari Aset Tetap menjadi Aset Lainnya (Rusak Berat)
Dapat ditambahkan sesuai dengan kondisi yang ada…..

Diperlukan tambahan narasi pengungkapan pada atas sebab - sebab perbedaan beban penyusutan dengan akumulasi penyusutan sebagaimana diungkap diatas

Uraian Unaudited Audited


Beban Penyu. Aset Tetap JIJ (LO) = Akm. Penyu. Aset Tetap JIJ Tahun 20NN-1 (Neraca) - Akm. Penyu. Aset
Tetap JIJ (Neraca)
Beban Penyusutan Aset Tetap Jalan, Irigasi dan Jaringan Tahun Berjalan (LO) - -
Akumulasi Penyusutan Aset Tetap Jalan, Irigasi dan Jaringan Tahun Berjalan (Neraca) - -
Akumulasi Penyusutan Aset Tetap Jalan, Irigasi dan Jaringan Tahun 20NN-1 (Neraca) - -
Selisih - -
Penjelasan Unaudited dan Audited (lihat masing-masing kolom) - -
Jika terdapat selisih dapat didentifikasi dari:
Mutasi tambah
Penerimaan Hibah Barang yang Disertai dengan Akm. Sebagai Akibat Barang Tersebut Telah
Koreksi Pencatatan Tahun Sebelumnya
- Dikarenakan Salah Pencatatan Nilai Baik Karena Kapitalisasi atau Kurang Catat Nilai Aset
- Dikarenakan Salah Pencatatan Antar Aset Tetap yang Berdampak pada Perubahan Masa Manfaat
- Dikarenakan Perubahan Kondisi/Status Aset dari Aset Lainnya menjadi Aset Tetap (Digunakan Pihak
- Dikarenakan Perubahan Kondisi/Status Aset dari Aset Lainnya menjadi Aset Tetap (Akan
- Dikarenakan Perubahan Kondisi/Status Aset dari Aset Lainnya menjadi Aset Tetap (Rusak Berat)
Dapat ditambahkan sesuai dengan kondisi yang ada…..
Mutasi kurang
Terdapat Aset Tetap yang Dihibahkan Tahun Berjalan
Terdapat Aset Tetap yang Dihapuskan Tahun Berjalan
Terdapat Aset Tetap yang Dijual Tahun Berjalan
Dikarenakan Perubahan Kondisi/Status Aset dari Aset Tetap menjadi Aset Lainnya (Digunakan Pihak
Dikarenakan Perubahan Kondisi/Status Aset dari Aset Tetap menjadi Aset Lainnya (Akan
Dikarenakan Perubahan Kondisi/Status Aset dari Aset Tetap menjadi Aset Lainnya (Rusak Berat)
Koreksi Pencatatan Tahun Sebelumnya
- Dikarenakan Salah Pencatatan Nilai Baik Karena Kapitalisasi atau Lebih Catat Nilai Aset
- Dikarenakan Salah Pencatatan Antar Aset Tetap yang Berdampak pada Perubahan Masa Manfaat
- Dikarenakan Perubahan Kondisi/Status Aset dari Aset Tetap menjadi Aset Lainnya (Digunakan Pihak
- Dikarenakan Perubahan Kondisi/Status Aset dari Aset Tetap menjadi Aset Lainnya (Akan
- Dikarenakan Perubahan Kondisi/Status Aset dari Aset Tetap menjadi Aset Lainnya (Rusak Berat)
Dapat ditambahkan sesuai dengan kondisi yang ada…..

Diperlukan tambahan narasi pengungkapan pada atas sebab - sebab perbedaan beban penyusutan dengan akumulasi penyusutan sebagaimana diungkap diatas
Uraian Unaudited Audited
Beban Penyu. Aset Tetap Lainnya (LO) = Akm. Penyu. Aset Lainnya Tahun 20NN-1 (Neraca) - Akm. Penyu.
Aset Lainnya (Neraca)
Beban Penyusutan Aset Tetap Lainnya Tahun Berjalan (LO) - -
Akumulasi Penyusutan Aset Tetap Lainnya Tahun Berjalan (Neraca) - -
Akumulasi Penyusutan Aset Tetap Lainnya Tahun 20NN-1 (Neraca) - -
Selisih - -
Penjelasan Unaudited dan Audited (lihat masing-masing kolom) - -
Jika terdapat selisih dapat didentifikasi dari:
Mutasi tambah
Penerimaan Hibah Barang yang Disertai dengan Akm. Sebagai Akibat Barang Tersebut Telah
Koreksi Pencatatan Tahun Sebelumnya
- Dikarenakan Salah Pencatatan Nilai Baik Karena Kapitalisasi atau Kurang Catat Nilai Aset
- Dikarenakan Salah Pencatatan Antar Aset Tetap yang Berdampak pada Perubahan Masa Manfaat
- Dikarenakan Perubahan Kondisi/Status Aset dari Aset Lainnya menjadi Aset Tetap (Digunakan Pihak
- Dikarenakan Perubahan Kondisi/Status Aset dari Aset Lainnya menjadi Aset Tetap (Akan
- Dikarenakan Perubahan Kondisi/Status Aset dari Aset Lainnya menjadi Aset Tetap (Rusak Berat)
Dapat ditambahkan sesuai dengan kondisi yang ada…..
Mutasi kurang
Terdapat Aset Tetap yang Dihibahkan Tahun Berjalan
Terdapat Aset Tetap yang Dihapuskan Tahun Berjalan
Terdapat Aset Tetap yang Dijual Tahun Berjalan
Dikarenakan Perubahan Kondisi/Status Aset dari Aset Tetap menjadi Aset Lainnya (Digunakan Pihak
Dikarenakan Perubahan Kondisi/Status Aset dari Aset Tetap menjadi Aset Lainnya (Akan
Dikarenakan Perubahan Kondisi/Status Aset dari Aset Tetap menjadi Aset Lainnya (Rusak Berat)
Koreksi Pencatatan Tahun Sebelumnya
- Dikarenakan Salah Pencatatan Nilai Baik Karena Kapitalisasi atau Lebih Catat Nilai Aset
- Dikarenakan Salah Pencatatan Antar Aset Tetap yang Berdampak pada Perubahan Masa Manfaat
- Dikarenakan Perubahan Kondisi/Status Aset dari Aset Tetap menjadi Aset Lainnya (Digunakan Pihak
Lainnya)
- Dikarenakan Perubahan Kondisi/Status Aset dari Aset Tetap menjadi Aset Lainnya (Akan
- Dikarenakan Perubahan Kondisi/Status Aset dari Aset Tetap menjadi Aset Lainnya (Rusak Berat)
Dapat ditambahkan sesuai dengan kondisi yang ada…..

Diperlukan tambahan narasi pengungkapan pada atas sebab - sebab perbedaan beban penyusutan dengan akumulasi penyusutan sebagaimana diungkap diatas

Uraian Unaudited Audited


Beban Amortisasi (LO) = Akm. Amortisasi Tahun 20NN-1 (Neraca) - Akm. Amortisasi (Neraca)
Beban Amortisasi Tahun Berjalan (LO) 93.789.666,63 93.789.666,63
Akumulasi Amortisasi Tahun Berjalan (Neraca) (557.369.999,96) (557.369.999,96)
Akumulasi Amortisasi Tahun 20NN-1 (Neraca) (15.960.000,00) (15.960.000,00)
Selisih (447.620.333,33) (447.620.333,33)
Penjelasan Unaudited dan Audited dapat diidentifikasi dari (lihat masing-masing kolom) - -
Jika terdapat selisih dapat didentifikasi dari:
Mutasi tambah
Penerimaan Hibah Barang yang Disertai dengan Akm. Sebagai Akibat Barang Tersebut Telah
Digunakan/Masa Manfaatnya Telah Berkurang
Koreksi Pencatatan Tahun Sebelumnya
- Dikarenakan Salah Pencatatan Nilai Baik Karena Kapitalisasi atau Kurang Catat Nilai Aset
- Dikarenakan Salah Pencatatan Antar Aset Tetap dgn Aset Lainnya yang Berdampak pada Perubahan
Masa Manfaat
Dapat ditambahkan sesuai dengan kondisi yang ada…..
Mutasi kurang
Terdapat Aset Tidak Berwujud yang Dihibahkan Tahun Berjalan
Terdapat Aset Tidak Berwujud yang Dihapuskan Tahun Berjalan
Terdapat Aset Tidak Berwujud yang Dijual Tahun Berjalan
Koreksi Pencatatan Tahun Sebelumnya
- Dikarenakan Salah Pencatatan Nilai Baik Karena Kapitalisasi atau Lebih Catat Nilai Aset
- Dikarenakan Salah Pencatatan Antar Aset Lainnya dengan Aset Tetap yang Berdampak pada
Perubahan Masa Manfaat
Dapat ditambahkan sesuai dengan kondisi yang ada…..

Diperlukan tambahan narasi pengungkapan pada atas sebab - sebab perbedaan beban amortisasi dengan akumulasi amortisasi sebagaimana diungkap diatas
PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA …………………………………
LAPORAN REALISASI ANGGARAN
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20NN DAN 20NN - 1
AUDITED
DALAM RUPIAH
TA 20NN REALISASI
URAIAN REFF CALK
ANGGARAN REALISASI % TA 20NN-1

PENDAPATAN DAERAH 10,00 1.093.254.985.846,70 105,09 1.040.303.795.317,47

PENDAPATAN ASLI DAERAH 4,00 104.592.348.670,09 99,77 104.829.402.222,16


Pendapatan Pajak Daerah 1,00 16.629.094.278,24 103,62 16.048.826.148,00
Pendapatan Retribusi Daerah 1,00 23.456.807.611,00 91,80 25.553.071.979,00
Pendapatan Hasil Pengl. Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 1,00 5.243.193.348,50 108,88 4.815.356.050,46

Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 1,00 59.263.253.432,35 101,46 58.412.148.044,70

PENDAPATAN TRANSFER 3,00 959.257.677.176,61 103,67 925.258.422.095,31


Transfer Pemerintah Pusat - Dana Perimbangan 1,00 736.569.769.180,00 97,89 752.414.024.893,00
Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya 1,00 55.783.708.000,00 129,46 43.090.305.000,00
Transfer Pemerintah Daerah Lainnya 1,00 166.904.199.996,61 128,63 129.754.092.202,31

LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH 3,00 29.404.960.000,00 287,83 10.215.971.000,00


Pendapatan Hibah 1,00 29.404.960.000,00 287,83 10.215.971.000,00
Pendapatan Dana Darurat 1,00 - - -
Pendapatan Lainnya 1,00 - - -

BELANJA DAERAH 13,00 841.931.035.771,97 86,54 972.884.410.895,56

BELANJA OPERASI 6,00 683.120.878.454,97 94,84 720.324.621.911,93


Belanja Pegawai 1,00 505.048.186.824,20 87,56 576.798.979.320,00
Belanja Barang dan Jasa 1,00 156.608.347.045,77 117,69 133.072.055.966,50
Belanja Bunga 1,00 - - -
Belanja Subsidi 1,00 - - -
Belanja Hibah 1,00 17.610.320.185,00 213,74 8.239.306.625,43
Belanja Bantuan Sosial 1,00 3.854.024.400,00 174,05 2.214.280.000,00

BELANJA MODAL 6,00 158.610.845.571,00 62,82 252.493.348.983,63


Belanja Modal - Tanah 1,00 - - -
Belanja Modal - Peralatan dan Mesin 1,00 35.486.032.721,00 41,13 86.274.909.351,63
Belanja Modal - Gedung dan Bangunan 1,00 32.518.505.054,00 120,54 26.976.682.692,00
Belanja Modal - Jalan, Irigasi dan Jaringan 1,00 89.605.760.896,00 66,79 134.159.319.000,00
Belanja Modal - Aset Tetap Lainnya 1,00 1.000.546.900,00 19,69 5.082.437.940,00
Belanja Modal - Aset Lainnya 1,00 - - -

BELANJA TAK TERDUGA 1,00 199.311.746,00 299,99 66.440.000,00


Belanja Tak Terduga 1,00 199.311.746,00 299,99 66.440.000,00

TRANSFER DAERAH 6,00 180.064.983.334,45 154,48 116.565.747.028,50

TRANSFER BAGI HASIL PENDAPATAN 2,00 4.326.734.000,00 116,63 3.709.841.075,00


Transfer Bagi Hasil Pajak 1,00 1.498.288.500,00 117,37 1.276.534.000,00
Transfer Bagi Hasil Pendapatan Lainnya 1,00 2.828.445.500,00 116,24 2.433.307.075,00

TRANSFER BANTUAN KEUANGAN 4,00 175.738.249.334,45 155,72 112.855.905.953,50


Transfer Bantuan Keuangan kepada Pemerintah Daerah 1,00 970.066.951,45 26,33 3.684.463.652,50
Lainnya
Transfer Bantuan Keuangan kepada Desa 1,00 174.043.003.689,00 160,49 108.446.317.607,00
Transfer Bantuan Keuangan Lainnya 1,00 725.178.694,00 100,01 725.124.694,00
Transfer Dana Otonomi Khusus 1,00 - - -

JUMLAH BELANJA DAN TRANSFER 19,00 1.021.996.019.106,42 93,81 1.089.450.157.924,06

SURPLUS/DEFISIT (9,00) 71.258.966.740,28 (144,99) (49.146.362.606,59)

PEMBIAYAAN 1,00 31.649.497.079,34 36,57 86.555.238.945,45

PENERIMAAN PEMBIAYAAN 8,00 37.012.847.079,34 35,78 103.455.209.945,45


Penggunaan SiLPA Tahun Sebelumnya 1,00 37.012.847.079,34 35,78 103.455.209.945,45
Pencairan Dana Cadangan 1,00 - - -
Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 1,00 - - -
Pinjaman Dalam Negeri 1,00 - - -
Penerimaan Kembali Piutang 1,00 - - -
Penerimaan Kembali Investasi Non Permanen Lainnya 1,00 - - -
Penerimaan Pinjaman Luar Negeri 1,00 - - -
Penerimaan Utang Jangka Panjang Lainnya 1,00 - - -

PENGELUARAN PEMBIAYAAN 7,00 5.363.350.000,00 31,74 16.899.971.000,00


Pembentukan Dana Cadangan 1,00 - - -
Penyertaan Modal/Investasi Pemerintah Daerah 1,00 5.363.350.000,00 31,74 16.899.971.000,00
Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri 1,00 - - -
Pemberian Pinjaman Daerah 1,00 - - -
Pengeluaran Investasi Non Permanen Lainnya 1,00 - - -
Pembayaran Pokok Pinjaman Luar Negeri 1,00 - - -
Pembayaran Utang Jangka Panjang Lainnya 1,00 - - -

SISA LEBIH/(KURANG) PEMBIAYAAN ANGGARAN - SILPA/(SiKPA) (8,00) 102.908.463.819,62 275,09 37.408.876.338,86

Catatan atas Laporan Keuangan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan secara keseluruhan

…................., XX ….................. 20NN+1


GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA ….

….....................................
PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA …………………………………
LAPORAN PERUBAHAN SALDO ANGGARAN LEBIH
PER 31 DESEMBER 20NN DAN 20NN-1
AUDITED
DALAM RUPIAH
TAHUN
URAIAN REFF CALK
20NN 20NN-1

Saldo Anggaran Lebih Awal 5.5.1 37.408.876.338,86 101.696.840.141,91

Penggunaan SAL sebagai Penerimaan Pembiayaan Tahun Berjalan 5.5.2 37.012.847.079,34 103.455.209.945,45

Subtotal 396.029.259,52 (1.758.369.803,54)

Sisa Lebih/(Kurang) Pembiayaan Anggaran (SiLPA/SiKPA) 5.5.3 102.908.463.819,62 37.408.876.338,86

Subtotal 103.304.493.079,14 35.650.506.535,32

Koreksi Kesalahan Pembukuan Tahun Sebelumnya 5.5.4 (396.029.259,52) 1.758.369.803,54

Lain - Lain 5.5.5 - -

Saldo Anggaran Lebih Akhir 5.5.5 102.908.463.819,62 37.408.876.338,86

Catatan atas Laporan Keuangan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan secara keseluruhan

…................., XX ….................. 20NN+1


GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA ….

….....................................
PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA …………………………………
NERACA
PER 31 DESEMBER 20NN DAN 31 DESEMBER 20NN-1
AUDITED
DALAM RUPIAH
URAIAN REFF CALK TAHUN 20NN TAHUN 20NN-1

ASET 1.148.064.095.417,09 929.682.715.583,36

ASET LANCAR 148.106.885.567,72 80.793.788.826,14


Kas dan Setara Kas 102.920.128.614,46 37.518.118.219,08
Kas di Kas Daerah 26.889.344.541,30 12.158.957.935,64
Kas di Bendahara Penerimaan 250.145.774,00 231.668.456,35
Kas di Bendahara Pengeluaran 570.000,00 -
Kas di BLUD 64.012.281,68 1.136.740.076,11
Kas di Bendahara FKTP 4.046.207.901,00 1.668.124.590,00
Kas di Bendahara BOS 1.658.183.321,64 2.213.385.280,76
Kas Lainnya di Bendahara (Selain BUD) 11.664.794,84 109.241.880,22
Setara Kas 70.000.000.000,00 20.000.000.000,00

Investasi Jangka Pendek - -


Investasi dalam Saham - -
Investasi dalam Deposito - -
Investasi dalam SUN - -
Investasi dalam SBI - -
Investasi dalam SPN - -
Investasi Jangka Pendek BLUD - -
Investasi Jangka Pendek Lainnya - -

Piutang 57.186.905.503,98 55.317.700.416,38


Piutang Pendapatan 56.837.203.749,98 54.914.528.783,38
Piutang Lainnya 349.701.754,00 403.171.633,00

Penyisihan Piutang (20.775.430.961,02) (18.799.547.836,96)


Penyisihan Piutang Pendapatan (20.425.729.207,02) (18.449.578.733,57)
Penyisihan Piutang Lainnya (349.701.754,00) (349.969.103,39)

Beban Dibayar dimuka 74.752.187,67 42.843.561,64


Beban Pegawai Dibayar Dimuka - -
Beban Barang dan Jasa Dibayar Dimuka 74.752.187,67 42.843.561,64
Beban Bunga Dibayar Dimuka - -
Beban Subsidi Dibayar Dimuka - -
Beban Hibah Dibayar Dimuka - -
Beban Bantuan Sosial Dibayar Dimuka - -
Beban Tak Terduga Dibayar Dimuka - -
Beban Transfer Dibayar Dimuka - -

Persediaan 8.700.530.222,63 6.714.674.466,00


Persediaan Bahan Pakai Habis 8.700.530.222,63 6.714.674.466,00
Persediaan Bahan/Material - -
Persediaan Barang Lainnya - -

INVESTASI JANGKA PANJANG 57.476.583.481,57 51.428.347.860,60


Investasi Non Permanen 546.657.940,44 545.857.940,44
Investasi Jangka Panjang kepada Entitas Lainnya - -
Investasi dalam Obligasi - -
Investasi dalam Proyek Pembangunan - -
Dana Bergulir 576.000.000,00 576.000.000,00
Deposito Jangka Panjang - -
Investasi Non Permanen Lainnya - -
URAIAN REFF CALK TAHUN 20NN TAHUN 20NN-1
Penyisihan Investasi Jangka pajang Non Permanen - 29.342.059,56 - 30.142.059,56

Investasi Permanen 56.929.925.541,13 50.882.489.920,16


Penyertaan Modal Pemerintah Daerah 56.929.925.541,13 50.882.489.920,16
Investasi Permanen Lainnya - -

ASET TETAP 927.516.515.531,77 765.124.008.190,34


Aset Tetap Tanah 149.190.729.136,00 146.980.280.391,00
Aset Tetap Peralatan dan Mesin 215.227.896.883,59 189.325.547.309,59
Aset Tetap Gedung dan Bangunan 336.636.952.001,05 305.610.999.398,26
Aset Tetap Jalan, Irigasi dan Jaringan 855.538.717.574,69 755.998.932.973,35
Aset Tetap Lainnya 47.950.985.048,38 7.590.282.245,12
Aset Tetap Konstruksi Dalam Pengerjaan 45.568.476.979,76 5.291.658.949,26
Akumulasi Penyusutan Aset Tetap (722.597.242.091,70) (645.673.693.076,24)

DANA CADANGAN - -
Dana Cadangan - -

ASET LAINNYA 14.964.110.836,03 32.336.570.706,28


Tagihan Jangka Panjang - -
Kemitraan dengan Pihak Ketiga - -
Aset Tidak Berwujud 660.635.000,00 105.100.000,00
Amortisasi Aset Tidak Berwujud (557.369.999,96) (15.960.000,00)
Aset Lain - Lain Lainnya 14.860.845.835,99 32.247.430.706,28

KEWAJIBAN 31.868.200.762,26 8.691.526.658,99

KEWAJIBAN JANGKA PENDEK 31.868.200.762,26 8.691.526.658,99


Utang Perhitungan Fihak Ketiga 11.664.794,84 109.241.880,22
Utang Bunga - -
Bagian Lancar Utang Jangka Panjang - -
Pendapatan Diterima Dimuka 157.060.979,17 82.024.353,12
Utang Belanja dan Transfer 31.690.725.144,50 8.500.260.425,65
Utang Jangka Pendek Lainnya 8.749.843,75 -

KEWAJIBAN JANGKA PANJANG - -


Utang Dalam Negeri - -
Utang Jangka Panjang Lainnya - -

EKUITAS 1.116.195.894.654,83 920.991.188.924,37

JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS 1.148.064.095.417,09 929.682.715.583,36

Catatan atas Laporan Keuangan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan secara keseluruhan

…................., XX ….................. 20NN+1


GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA ….

….....................................
PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA …………………………………
LAPORAN OPERASIONAL
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20NN DAN 20NN - 1
AUDITED
DALAM RUPIAH
KENAIKAN/
URAIAN REFF CALK TAHUN 20NN TAHUN 20NN-1 %
(PENURUNAN)

KEGIATAN OPERASIONAL

PENDAPATAN - LO 1.203.742.382.395,34 1.082.543.958.158,47 121.198.424.236,87 11,20


PENDAPATAN ASLI DAERAH - LO 114.173.336.237,85 117.126.289.524,91 (2.952.953.287,06) (2,52)
Pendapatan Pajak Daerah - LO 18.788.405.912,54 17.340.455.203,80 1.447.950.708,74 8,35
Pendapatan Retribusi Daerah - LO 23.390.348.400,95 25.690.651.191,00 (2.300.302.790,05) (8,95)
Pendapatan Hasil Pengl. Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 9.136.371.487,41 11.084.866.789,25 (1.948.495.301,84) (17,58)
- LO
Lain - Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah - LO 62.858.210.436,95 63.010.316.340,86 (152.105.903,91) (0,24)

PENDAPATAN TRANSFER - LO 950.374.315.964,49 913.977.950.372,56 36.396.365.591,93 3,98


Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat - Dana 736.569.769.180,00 752.414.024.893,00 (15.844.255.713,00) (2,11)
Perimbangan - LO
Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya - LO 55.783.708.000,00 43.090.305.000,00 12.693.403.000,00 29,46
Pendapatan Transfer Pemerintah Daerah Lainnya - LO 158.020.838.784,49 118.473.620.479,56 39.547.218.304,93 33,38

LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH - LO 139.194.730.193,00 51.439.718.261,00 87.755.011.932,00 170,60


Pendapatan Hibah - LO 139.194.730.193,00 51.439.718.261,00 87.755.011.932,00 170,60
Pendapatan Dana Darurat - LO - - - -
Pendapatan Lainnya - LO - - - -

BEBAN OPERASIONAL DAN BEBAN TRANSFER 1.003.795.552.461,95 993.925.617.150,77 9.869.935.311,18 0,99


BEBAN OPERASI 823.730.569.127,50 877.359.870.122,27 (53.629.300.994,77) (6,11)
Beban Pegawai 519.831.647.674,55 585.017.864.791,02 (65.186.217.116,47) (11,14)
Beban Barang dan Jasa 159.583.268.742,68 164.327.133.019,27 (4.743.864.276,59) (2,89)
Beban Bunga - - - -
Beban Subsidi - - - -
Beban Hibah 45.219.015.337,47 45.332.099.180,13 (113.083.842,66) (0,25)
Beban Bantuan Sosial 3.848.579.400,00 2.214.280.000,00 1.634.299.400,00 73,81
Beban Penyusutan dan Amortisasi 92.914.514.353,67 78.675.850.036,75 14.238.664.316,92 18,10
Beban Penyisihan Piutang 2.049.737.638,13 126.590.024,40 1.923.147.613,73 1.519,19
Beban Lain-Lain 283.805.981,00 1.666.053.070,70 (1.382.247.089,70) (82,97)

BEBAN TRANSFER 180.064.983.334,45 116.565.747.028,50 63.499.236.305,95 54,48


Beban Transfer Bagi Hasil Pendapatan - LO 4.326.734.000,00 3.709.841.075,00 616.892.925,00 16,63
Beban Transfer Bantuan Keuangan - LO 175.738.249.334,45 112.855.905.953,50 62.882.343.380,95 55,72

SURPLUS/(DEFISIT) DARI KEGIATAN OPERASIONAL 199.946.829.933,39 88.618.341.007,70 111.328.488.925,69 125,63

KEGIATAN NON OPERASIONAL

SURPLUS NON OPERASIONAL - LO 3.073.906,24 - 3.073.906,24 -


Surplus Penjualan Aset Non Lancar - LO 3.073.906,24 - 3.073.906,24 -
Surplus Penyelesaian Kewajiban Jangka Panjang - LO - - - -
Surplus dari Kegiatan Non Operasional Lainnya - LO - - - -

DEFISIT NON OPERASIONAL - LO 738.758.426,73 3.998.110.384,00 (3.259.351.957,27) (81,52)


Defisit Penjualan Aset Non Lancar - LO 698.233.093,73 - 698.233.093,73 -
Defisit Penyelesaian Kewajiban Jangka Panjang - LO - - - -
Defisit dari Kegiatan Non Operasional Lainnya - LO 40.525.333,00 3.998.110.384,00 (3.957.585.051,00) (98,99)

SURPLUS/(DEFISIT) DARI KEGIATAN NON OPERASIONAL (735.684.520,49) (3.998.110.384,00) 3.262.425.863,51 (81,60)

POS LUAR BIASA


Pendapatan Luar Biasa - LO - - - -
Beban Luar Biasa - LO 276.276.746,00 66.440.000,00 209.836.746,00 315,83

SURPLUS/(DEFISIT) DARI POS LUAR BIASA (276.276.746,00) (66.440.000,00) (209.836.746,00) 315,83

SURPLUS/(DEFISIT) - LO 198.934.868.666,90 84.553.790.623,70 114.381.078.043,20 135,28

Catatan atas Laporan Keuangan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan secara keseluruhan

…................., XX ….................. 20NN+1


GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA ….

….....................................
PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA …………………………………
LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20NN DAN 20NN - 1
AUDITED
DALAM RUPIAH
TAHUN
URAIAN REFF CALK
20NN 20NN-1

Ekuitas Awal 5.6.1 920.991.188.924,38 842.745.637.518,71

Surplus/(Defisit) LO 5.6.2 198.934.868.666,90 84.553.790.623,70

Dampak Kumulatif Perubahan Kebijakan/Kesalahan Mendasar: 5.6.3 (3.730.162.936,45) (6.308.239.218,03)


Koreksi Ekuitas - Kas 5.6.3.1 3.492.654.656,36 -
Koreksi Ekuitas - Piutang 5.6.3.2 - (22.999.899.848,18)
Koreksi Ekuitas - Beban Dibayar Dimuka - -
Koreksi Ekuitas - Persediaan 5.6.3.3 - -
Koreksi Ekuitas - Investasi 5.6.3.4 1.191.917.493,25 (354.663.541,95)
Koreksi Ekuitas - Aset Tetap 5.6.3.5 (5.625.484.486,88) 16.775.531.546,05
Koreksi Ekuitas - Aset Lainnya 5.6.3.6 (3.256.294.412,81) (7.956.666,67)
Koreksi Ekuitas - Kewajiban 5.6.3.7 467.043.813,63 278.749.292,72

Ekuitas Akhir 5.6.4 1.116.195.894.654,83 920.991.188.924,38

Catatan atas Laporan Keuangan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan secara keseluruhan

…................., XX ….................. 20NN+1


GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA ….

….....................................
PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA …………………………………
LAPORAN ARUS KAS
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20NN DAN 20NN - 1
AUDITED
DALAM RUPIAH
URAIAN REFF CALK TAHUN 20NN TAHUN 20NN-1

ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI


Arus Masuk Kas
Pendapatan Pajak Daerah 16.629.094.278,24 16.048.826.148,00
Pendapatan Retribusi Daerah 23.456.807.611,00 25.553.071.979,00
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 5.243.193.348,50 4.815.356.050,46
Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 59.263.253.432,35 58.412.148.044,70
Transfer Pemerintah Pusat - Dana Perimbangan 736.569.769.180,00 752.414.024.893,00
Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya 55.783.708.000,00 43.090.305.000,00
Transfer Pemerintah Daerah Lainnya 166.904.199.996,61 129.754.092.202,31
Pendapatan Hibah 29.404.960.000,00 10.215.971.000,00
Pendapatan Dana Darurat - -
Pendapatan Lainnya - -
Jumlah Arus Masuk Kas 1.093.254.985.846,70 1.040.303.795.317,47

Arus Keluar Kas


Belanja Pegawai 505.048.186.824,20 576.798.979.320,00
Belanja Barang dan Jasa 156.608.347.045,77 133.072.055.966,50
Belanja Bunga - -
Belanja Subsidi - -
Belanja Hibah 17.610.320.185,00 8.239.306.625,43
Belanja Bantuan Sosial 3.854.024.400,00 2.214.280.000,00
Belanja Tak Terduga 199.311.746,00 66.440.000,00
Transfer Bagi Hasil Pendapatan 4.326.734.000,00 3.709.841.075,00
Transfer Bantuan Keuangan 175.738.249.334,45 112.855.905.953,50
Jumlah Arus Keluar Kas 863.385.173.535,42 836.956.808.940,43

Arus Kas Bersih dari Aktivitas Operasi 229.869.812.311,28 203.346.986.377,04

ARUS KAS DARI AKTIVITAS INVESTASI


Arus Masuk Kas
Pencairan Dana Cadangan - -
Penjualan atas Aset Daerah yang Tidak Dipisahkan - -
Penjualan atas Aset Lainnya - -
Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan - -
Penerimaan Penjualan Investasi Non Permanen - -
Jumlah Arus Masuk Kas - -

Arus Keluar Kas


Pembentukan Dana Cadangan - -
Belanja Modal - Tanah - -
Belanja Modal - Peralatan dan Mesin 35.486.032.721,00 86.274.909.351,63
Belanja Modal - Gedung dan Bangunan 32.518.505.054,00 26.976.682.692,00
Belanja Modal - Jalan, Irigasi dan Jaringan 89.605.760.896,00 134.159.319.000,00
Belanja Modal - Aset Tetap Lainnya 1.000.546.900,00 5.082.437.940,00
Belanja Modal - Aset Lainnya - -
Penyertaan Modal Pemerintah Daerah 5.363.350.000,00 16.899.971.000,00
Pengeluaran Pembelian Investasi Non Permanen - -
Jumlah Arus Keluar Kas 163.974.195.571,00 269.393.319.983,63

Arus Kas Bersih dari Aktivitas Investasi (163.974.195.571,00) (269.393.319.983,63)

ARUS KAS DARI AKTIVITAS PENDANAAN


Arus Masuk Kas
Penerimaan Pinjaman Dalam Negeri - -
Penerimaan Pinjaman Luar Negeri - -
Penerimaan Utang Obligasi - -
Penerimaan Kembali Pinjaman Daerah - -
Penerimaan Utang Jangka Panjang Lainnya - -
Jumlah Arus Masuk Kas - -
URAIAN REFF CALK TAHUN 20NN TAHUN 20NN-1

Arus Keluar Kas


Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - -
Pembayaran Pokok Pinjaman Luar Negeri - -
Pembayaran Pokok Utang Obligasi - -
Pemberian Pinjaman Daerah - -
Pembayaran Utang Jangka Panjang Lainnya - -
Jumlah Arus Keluar Kas - -

Arus Kas Bersih dari Aktivitas Pendanaan - -

ARUS KAS DARI AKTIVITAS TRANSITORIS


Arus Masuk Kas
Penerimaan Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) 66.875.358.499,84 79.639.788.126,22
Penerimaan Kembali Uang Persediaan dari Bend. Pengeluaran - -
Kiriman Uang Masuk - -

Jumlah Arus Masuk Kas 66.875.358.499,84 79.639.788.126,22

Arus Keluar Kas


Pembayaran Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) 66.970.235.585,22 79.541.923.646,00
Pemberian Kembali Uang Persediaan kepada Bend. Pengeluaran - -
Kiriman Uang Keluar - -

Jumlah Arus Keluar Kas 66.970.235.585,22 79.541.923.646,00

Arus Kas Bersih dari Aktivitas Transitoris (94.877.085,38) 97.864.480,22

Kenaikan / (Penurunan) Kas 65.800.739.654,90 (65.948.469.126,37)

Saldo Awal Kas 37.624.660.099,30 101.705.517.541,91

Koreksi SILPA Tahun Lalu (396.029.259,52) 1.758.369.803,54

Kas Lainnya di Bendahara (Selain BUD) - Terkait PFK 11.664.794,84 109.241.880,22

Saldo Akhir Kas 103.041.035.289,52 37.624.660.099,30

Catatan atas Laporan Keuangan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan secara keseluruhan

…................., XX ….................. 20NN+1


GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA ….

….....................................

WAKIL KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA, REPUBLIK INDONESIA,

AGUS JOKO PRAMONO AGUNG FIRMAN SAMPURNA


LAMPIRAN III.1 : KEPUTUSAN BPK-RI
NOMOR : /K/I-XIII.2/ /2020
TANGGAL : 2020

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


TIM PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PROVINSI/KOTA/KAB.....
TAHUN ANGGARAN 200X

Contoh Matriks Perhitungan Risiko Bawaan (Inherent Risk)

Bobot Penilaian Skala %


No Uraian Akun Laporan Keuangan Jumlah Tingkat IR
IR
A B C D
I Laporan Realisasi Anggaran
01 PENDAPATAN
02 PENDAPATAN ASLI DAERAH
03 Pendapatan Pajak Daerah 3 1 3 3 10 100% H
04 Pendapatan Retribusi Daerah 3 1 3 3 10 100% H
05 Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 1 2 2 1 6 30% L
06 Lain-lain PAD yang Sah 3 2 3 3 11 100% H
10 TRANSFER PEMERINTAH PUSAT - DANA PERIMBANGAN
11 Dana Bagi Hasil Pajak 1 2 2 1 6 30% L
12 Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam 1 2 2 1 6 30% L
13 Dana Alokasi Umum 1 2 2 1 6 30% L
14 Dana Alokasi Khusus 1 2 2 1 6 30% L
17 TRANSFER PEMERINTAH PUSAT - LAINNYA
18 Dana Otonomi Khusus 1 2 3 2 8 70% M
19 Dana Penyesuaian 1 2 3 2 8 70% M
22 TRANSFER PEMERINTAH PROVINSI
23 Pendapatan Bagi Hasil Pajak 2 2 2 2 8 70% M
24 Pendapatan Bagi Hasil Lainnya 2 2 2 2 8 70% M
28 LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH
29 Pendapatan Hibah 3 3 2 2 10 100% H
30 Pendapatan Dana Darurat 3 3 2 2 10 100% H
31 Pendapatan Lainnya 3 3 2 2 10 100% H
35 BELANJA
36 BELANJA OPERASI
37 Belanja Pegawai 3 2 1 2 8 70% M
38 Belanja Barang 3 2 3 3 11 100% H
39 Bunga 1 2 1 2 6 30% L
40 Subsidi 1 2 2 1 6 30% L
41 Hibah 3 2 3 2 10 100% H
42 Bantuan Sosial 2 2 3 3 10 100% H
42a Bantuan Keuangan 2 2 3 2 9 70% M
45 BELANJA MODAL
46 Belanja Tanah 2 3 3 2 10 100% H
47 Belanja Peralatan dan Mesin 3 2 3 2 10 100% H
48 Belanja Gedung dan Bangunan 3 2 3 2 10 100% H
49 Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan 3 2 3 2 10 100% H
50 Belanja Aset Tetap Lainnya 2 3 2 3 10 100% H
51 Belanja Aset Lainnya 2 3 2 3 10 100% H
54 BELANJA TAK TERDUGA
55 Belanja Tak Terduga 3 3 3 2 11 100% H
59 TRANSFER
60 TRANSFER/BAGI HASIL KE DESA
61 Bagi Hasil Pajak 2 2 3 3 10 100% H
62 Bagi Hasil Retribusi 2 3 3 2 10 100% H
63 Bagi Hasil Pendapatan Lainnya 2 2 2 2 8 70% M
64 JUMLAH TRANSFER/BAGI HASIL KE DESA (61 s/d 63)
69 PEMBIAYAAN
Bobot Penilaian Skala %
No Uraian Akun Laporan Keuangan Jumlah Tingkat IR
IR
A B C D
71 PENERIMAAN PEMBIAYAAN
72 Pengunaan SILPA 3 2 3 3 11 100% H
73 Pencairan Dana Cadangan 1 1 2 2 6 30% L
74 Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 1 2 3 3 9 70% M
75 Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Pusat 1 2 1 2 6 30% L
76 Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Daerah Lainnya 1 2 1 2 6 30% L
77 Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bank 1 2 1 2 6 30% L
78 Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bukan Bank 1 2 1 2 6 30% L
79 Pinjaman Dalam Negeri - Obligasi 1 2 1 2 6 30% L
80 Pinjaman Dalam Negeri - Lainnya 1 2 1 2 6 30% L
81 Penerimaan Kembali Pinjaman Kepada Perusahaan Negara 1 2 1 2 6 30% L
82 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Daerah 1 2 1 2 6 30% L
83 Penerimaan kembali Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya 1 2 1 2 6 30% L
Penerimaan kembali Investasi Proyek Pembangunan 1 2 1 2 6 30% L
Penerimaan kembali Investasi SUN & SBI 1 2 1 2 6 30% L
Penerimaan kembali Pinjaman Angsuran Berjangka 1 2 1 2 6 30% L
Penerimaan kembali Penerimaan Piutang Daerah 3 2 3 2 10 100% H
86 PENGELUARAN PEMBIAYAAN
87 Pembentukan Dana Cadangan 1 2 2 1 6 30% L
88 Penyertaan Modal Pemerintah Daerah 2 3 2 3 10 100% H
89 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Pusat 1 2 1 2 6 30% L
90 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Daerah 1 2 1 2 6 30% L
91 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bank 1 2 1 2 6 30% L
92 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan 1 2 1 2 6 30% L
93 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Obligasi 1 2 1 2 6 30% L
94 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Lainnya 1 2 1 2 6 30% L
94A Pengembalian Sisa Dana DPPID 2 3 2 3 10 100% H
95 Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Negara 1 2 1 2 6 30% L
96 Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Daerah 1 2 1 2 6 30% L
97 Pemberian Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya 1 2 1 2 6 30% L
Pembelian Investasi SUN & SBI 1 2 1 2 6 30% L
Investasi pada Proyek Pembangunan 1 2 1 2 6 30% L
Pembelian Angsuran Berjangka 1 2 1 2 6 30% L

II LAPORAN OPERASIONAL
1 KEGIATAN OPERASIONAL
2 PENDAPATAN
3 PENDAPATAN ASLI DAERAH
4 Pendapatan Pajak Daerah 3 1 3 3 10 100% H
5 Pendapatan Retribusi Daerah 3 1 3 3 10 100% H
6 Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 1 2 2 1 6 30% L
7 Pendapatan Asli Daerah Lainnya 3 2 3 3 11 100% H
8 PENDAPATAN TRANSFER
9 TRANSFER PEMERINTAH PUSAT - DANA PERIMBANGAN
10 Dana Bagi Hasil Pajak 1 2 2 1 6 30% L
11 Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam 1 2 2 1 6 30% L
12 Dana Alokasi Umum 1 2 2 1 6 30% L
13 Dana Alokasi Khusus 1 2 2 1 6 30% L
14 TRANSFER PEMERINTAH PUSAT LAINNYA
15 Dana Otonomi Khusus 3 2 3 2 10 100% H
16 Dana Penyesuaian 3 2 3 2 10 100% H
17 TRANSFER PEMERINTAH PROVINSI
18 Pendapatan Bagi Hasil Pajak 2 2 2 2 8 70% M
19 Pendapatan Bagi Hasil Lainnya 2 2 2 2 8 70% M
20 LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH
21 Pendapatan Hibah 3 3 2 2 10 100% H
22 Pendapatan Hibah Aset 3 3 2 2 10 100% H
23 Pendapatan Dana Darurat 3 3 2 2 10 100% H
24 Pendapatan Dana BOS 3 3 2 2 10 100% H
25 Pendapatan Lainnya 3 3 2 2 10 100% H
26 BEBAN
27 Beban Pegawai 3 2 1 2 8 70% M
28 Beban Persediaan 3 2 3 3 11 100% H
29 Beban Jasa 3 2 3 3 11 100% H
30 Beban Pemeliharaan 3 2 3 3 11 100% H
31 Beban Perjalanan Dinas 3 2 3 3 11 100% H
32 Beban Bunga 1 2 1 2 6 30% L
33 Beban Subsidi 2 3 3 2 10 100% H
34 Beban Hibah 3 2 3 2 10 100% H
Bobot Penilaian Skala %
No Uraian Akun Laporan Keuangan Jumlah Tingkat IR
IR
A B C D
35 Beban Bantuan Sosial 3 2 3 2 10 100% H
36 Beban Penyusutan 3 2 2 3 10 100% H
37 Beban Penyisihan Piutang 3 2 2 3 10 100% H
38 Beban Cadangan Kerugian Investasi Non Permanen 3 2 2 3 10 100% H
39 Beban Transfer 3 1 1 1 6 30% L
40 Beban Penghapusan Aset 3 2 2 3 10 100% H
41 Beban Hibah Aset 3 2 2 3 10 100% H
42 Beban Dibayar di Muka 3 2 2 3 10 100% H
43 Beban Lain-lain 3 3 2 3 11 100% H
44 Beban Dana BOS 3 2 3 2 10 100% H
45 SURPLUS/DEFISIT DARI KEGIATAN NON OPERASIONAL
46 Surplus Penjualan Aset Nonlancar 2 3 2,00 3 10 100% H
47 Surplus Penyelesaian Kewajiban Jangka Panjang 2 3 2,00 3 10 100% H
48 Defisit Penjualan Aset Nonlancar 2 3 2,00 3 10 100% H
49 Defisit Penyelesaian Kewajiban Jangka Panjang 2 3 2,00 3 10 100% H
50 Surplus/Defisit dari Kegiatan Non Operasional Lainnya 2 3 2,00 3 10 100% H
51 POS LUAR BIASA
52 Pendapatan Luar Biasa 2 3 2,00 3 10 100% H
53 Beban Luar Biasa 2 3 2,00 3 10 100% H

II NERACA
1 ASET
2 ASET LANCAR
3 Kas di Bendahara Penerimaan 3 2 3 3 11 100% H
4 Bank 3 2 3 3 11 100% H
5 Deposito 3 2 3 3 11 100% H
6 Kas di Bendahara Pengeluaran 3 2 3 3 11 100% H
7 Kas di Bendahara Penerimaan 3 2 3 3 11 100% H
8 Kas di BLUD 3 2 3 3 11 100% H
9 Kas di Bendahara Dana BOS 3 2 3 3 11 100% H
10 Investasi Jangka Pendek 3 2 2 3 10 100% H
11 Piutang Pajak 3 2 1 3 9 70% M
12 Piutang Retribusi 3 2 1 3 9 70% M
Piutang Dana Bagi Hasil dari Pusat 3 2 1 3 9 70% M
Piutang DAU 3 2 1 3 9 70% M
Piutang DAK 3 2 1 3 9 70% M
Piutang Transfer Lainnya dari Pusat 3 2 1 3 9 70% M
Piutang Transfer Antar Daerah 3 2 1 3 9 70% M
Piutang Kelebihan Transfer 3 2 1 3 9 70% M
13 Penyisihan Piutang 3 3 1 1 8 70% M
14 Penyisihan Piutang Dana Bergulir 3 3 1 1 8 70% M
15 Belanja Dibayar Dimuka 2 3 2 3 10 100% H
16 Bagian Lancar Pinjaman kepada Perusahaan Negara 1 2 2 1 6 30% L
17 Bagian Lancar Pinjaman kepada Perusahaan Daerah 1 2 2 1 6 30% L
18 Bagian Lancar Pinjaman kepada Pemerintah Pusat 1 2 2 1 6 30% L
19 Bagian Lancar Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya 1 2 2 1 6 30% L
20 Bgaian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran 2 2 2 2 8 70% M
21 Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi 2 2 2 2 8 70% M
22 Piutang Lainnya 3 2 3 3 11 100% H
23 Persediaan 3 2 3 3 11 100% H
24 RK Dinas 2 2 2 2 8 70% M
25 INVESTASI JANGKA PANJANG
26 Investasi Non Permanen 2 3 2 3 10 100% H
27 Pinjaman Jangka Panjang 1 3 2 3 9 70% L
28 Investasi dalam Surat Utang Negara 1 3 2 3 9 70% L
29 Investasi dalam Proyek Pembangunan 1 3 2 3 9 70% L
30 Investasi Non Permanen Lainnya 2 3 2 3 10 100% H
31 Cadangan Kerugian Investasi Non Permanen 2 3 2 3 10 100% H
32 Investasi Permanen 2 3 2 3 10 100% H
33 Penyertaan Modal Pemerintah Daerah 2 3 2 3 10 100% H
34 Investasi Permanen Lainnya 2 3 2 3 10 100% H
35 ASET TETAP
36 Tanah 3 2 3 3 11 100% H
37 Peralatan dan Mesin 3 2 3 3 11 100% H
38 Gedung dan Bangunan 3 2 3 3 11 100% H
39 Jalan, Irigasi dan Jaringan 3 2 3 3 11 100% H
40 Aset Tetap Lainnya 2 2 3 3 10 100% H
41 Konstruksi dalam Pengerjaan 2 3 2 3 10 100% H
42 Akumulasi Penyusutan 3 3 2 3 11 100% H
Bobot Penilaian Skala %
No Uraian Akun Laporan Keuangan Jumlah Tingkat IR
IR
A B C D
43 RK Dinas Aset 2 2 2 2 8 70% M
44 DANA CADANGAN
45 Dana Cadangan 1 2 2 1 6 30% L
46 ASET LAINNYA
47 Tagihan Penjualan Angsuran 2 3 2 3 10 100% H
48 Tuntutan Ganti Rugi 2 3 2 3 10 100% H
49 Kemitraan dengan Pihak Ketiga 2 3 2 3 10 100% H
50 Aset Tak Berwujud 2 3 2 3 10 100% H
51 Aset Lain-lain 2 3 2 3 10 100% H
52 KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
53 Utang Perhitungan Pihak Ketiga (PFK) 2 3 2 3 10 100% H
54 Utang Bunga 2 3 2 3 10 100% H
55 Bagian Lancar Utang Jangka Panjang 2 3 2 3 10 100% H
56 Pendapatan Diterima Dimuka 2 3 2 3 10 100% H
57 Utang Belanja 2 3 2 3 10 100% H
58 Utang Jangka Pendek Lainnya 2 3 2 3 10 100% H
Pinjaman Angsuran Berjangka
59 KEWAJIBAN JANGKA PANJANG
60 Utang Dalam Negeri - Sektor Perbankan 2 1 1 2 6 30% L
61 Utang Dalam Negeri - Obligasi 2 1 1 2 6 30% L
62 Premium (Diskonto) Obligasi 2 1 1 2 6 30% L
63 Pendapatan Diterima Dimuka 2 3 3 2 10 100% H
64 Utang Jangka Panjang Lainnya 2 3 2 3 10 100% H
65 EKUITAS DANA
66 Ekuitas Dana 3 2 2 3 10 100% H

Keterangan :
A = Jenis-jenis transaksi (rutin/non-rutin) dan tingkat kompleksitasnya
B = Tingkat subyektivitas atas pertimbangan-pertimbangan yang disyaratkan oleh standar akuntansi
C = Tingkat kerentanan terhadap penyalahgunaan/pencurian
D = Faktor-faktor terkait dengan salah saji dikarenakan adanya kecurangan terhadap laporan keuangan

4–6 : Rendah (30%)


7–9 : Sedang (70%)
10 –12 : Tinggi (100%)

Kriteria Bobot :
A= 1: Jika transaksi tidak rutin dan tidak kompleks
2: Jika transaksi tidak rutin dan namun kompleks, atau transaksi rutin namun tidak kompleks
3: Jika transaksi rutin dan kompleks
B= 1: Jika tingkat subyektivitas akun atas pertimbangan yang disyaratkan oleh standar akuntansi rendah
2: Jika tingkat subyektivitas akun atas pertimbangan yang disyaratkan oleh standar akuntansi sedang
3: Jika tingkat subyektivitas akun atas pertimbangan yang disyaratkan oleh standar akuntansi tinggi
C= 1: Jika kerentanan akun terhadap pencurian/penyalahgunaan rendah
2: Jika kerentanan akun terhadap pencurian/penyalahgunaan sedang
3: Jika kerentanan akun terhadap pencurian/penyalahgunaan tinggi
D= 1: Jika kemungkinan salah saji karena rekayasa penyajian laporan keuangan rendah
2: Jika kemungkinan salah saji karena rekayasa penyajian laporan keuangan sedang
3: Jika kemungkinan salah saji karena rekayasa penyajian laporan keuangan tinggi

WAKIL KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA, REPUBLIK INDONESIA,

AGUS JOKO PRAMONO AGUNG FIRMAN SAMPURNA


Petunjuk

LAMPIRAN III.2 : KEPUTUSAN BPK-RI


NOMOR : /K/I-XIII.2/ /2020
TANGGAL : 2020

PROVINSI/KAB/KOTA……………………
TAHUN ANGGARAN XXXX
KUESIONER SISTEM PENGENDALIAN INTERN

Petunjuk
1 Kuesioner yang meliputi Lingkungan Pengendalian, Penaksiran Risiko, Aktivitas Pengendalian, Informasi dan
Komunikasi, serta Pemantauan diberikan kepada responden, dengan ketentuan:
a. Responden Kepala Daerah, Wakil Kepala Daerah, dan Sekretaris Daerah: Quesioner Unsur Lingkungan
Pengendalian
b. Responden Sekretaris Daerah dan BUD: Quesioner Unsur Penaksiran Risiko
c. Responden BUD: Quesioner Unsur Aktivitas Pengendalian
d. Responden BUD, Dispenda, dan Bapeda: Quesioner Unsur Informasi dan Komunikasi
e. Responden Inspektorat: Quesioner Unsur Pemantauan
2 Konversi jawaban responden ke dalam angka berikut:
a. TS = 1
b. R=2
c. S=3
3 Masukkan hasil konversi jawaban responden untuk setiap pertanyaan ke Sheet PERHITUNGAN SPI
4 Hitung total nilai jawaban untuk tiap pertanyaan (kolom 10)
5 Hitung rata-rata jawaban untuk tiap pertanyaan (kolom 11)
6 Hitung rata-rata jawaban untuk tiap unsur
7 Hitung rata-rata jawaban untuk keseluruhan unsur SPI
Kuesioner Lingk Pengendalian

(diisi oleh Kepala Daerah, Wakil Kepala Daerah, Sekda)


PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA ...
TAHUN ANGGARAN 20xx
KUESIONER SISTEM PENGENDALIAN INTERN
UNSUR: LINGKUNGAN PENGENDALIAN
BPK RI

Diisi oleh : Direviu oleh : TIM PEMERIKSA BPK


Tanggal : Tanggal :

PERNYATAAN TS R S KOMENTAR
1. Integritas dan nilai-nilai etika
a. Terdapat kebijakan atau aturan-aturan intern mengenai pedoman
berperilaku secara tertulis yang memberikan sanksi terhadap
pegawai yang melakukan kecurangan atau ketidakjujuran yang
ditetapkan oleh Pemerintah Daerah (Kode etik dan sanksi atas
pelanggaran).

b. Kebijakan-kebijakan atau aturan-aturan tersebut telah


dikomunikasikan atau disosialisasikan kepada seluruh pegawai.

c. Terdapat pernyataan tertulis yang ditandatangani pegawai untuk


menerapkan aturan perilaku tersebut (Pembuatan Pakta Integritas
sebagaimana PermenPAN dan RB Nomor 60 Tahun 2012)

d. Terdapat unit khusus pada Pemda yang berfungsi sebagai penegak


aturan perilaku pegawai

e. Pegawai yang melanggar aturan-aturan atau kebijakan-kebijakan


dikenakan sanksi oleh atasan pegawai tersebut sesuai aturan.

f. Sanksi yang diberikan kepada pegawai yang melanggar telah


dikomunikasikan kepada seluruh pegawai sehingga pegawai
mengetahui konskuensi dari penyimpangan dan pelanggaran yang
dilakukan

g. Terdapat prosedur formal untuk menetapkan, merubah atau


menghilangkan suatu pengendalian di lingkungan Pemerintah
Daerah.
2. Komitmen terhadap kompetensi
a. Pemerintah Daerah menentukan kualifikasi atau persyaratan
pendidikan, pengetahuan dan keterampilan yang harus dipenuhi
untuk menduduki jabatan atau melaksanakan tugas-tugas tertentu.
(Standar kompetensi untuk masing-masing jabatan dan pelaksana
tugas). Terdapat produk hukum atas standar kompetensi tersebut.

b. Terdapat pengujian terhadap pegawai yang akan menduduki


jabatan atau pelaksana tugas-tugas tertentu.

c. Terdapat upaya Pemerintah Daerah untuk meningkatkan


pengetahuan dan keterampilan pegawai dengan diklat-diklat atau
kursus-kursus.
d. Terdapat diklat-diklat atau kursus-kursus yang diadakan oleh
Pemerintah sesuai dengan kebutuhan pegawai atau kebutuhan
kerja.
e. Terdapat program baik formal maupun informal untuk orientasi dan
pelatihan pegawai baru. Serta terdapat pedoman terkait hal
tersebut.
f. Para pegawai di lingkungan Pemda memiliki kompetensi sesuai
standar kompetensi yang ditetapkan untuk masing-masing bidang.
(Misal: penyusun laporan keuangan memiliki latar belakang
pendidikan akuntansi, dll)
Kuesioner Lingk Pengendalian

PERNYATAAN TS R S KOMENTAR
g. Kelanjutan pendidikan pegawai mendapat dukungan dari Pemda
(Terdapat anggaran Beasiswa dan diklat bagi pegawai yang telah
memenuhi kualifikasi)
h. Setiap pegawai mendapatkan pendidikan dan pelatihan yang
berkesinambungan sesuai dengan peran dan fungsi masing-masing

i. Terdapat mekanisme monitoring untuk memastikan bahwa setiap


pegawai mendapatkan pelatihan teknis sesuai bidang kerja

j. Terdapat standar minimal jam pelatihan yang harus dipenuhi oleh


setiap pegawai

3. Falsafah dan gaya operasi manajemen


a. Pimpinan SKPD membuat laporan rutin mengenai perkembangan
pelaksanaan program dan kegiatan untuk disampaikan kepada
Kepala Daerah
b. Laporan tersebut memuat target waktu, kendala, dan pencapaian
dari program dan kegiatan
c. Kepala Daerah melaksanakan rapat rutin dengan seluruh Kepala
SKPD untuk melakukan evaluasi pencapaian program dan kegiatan
berdasarkan laporan dari masing-masing pimpinan SKPD

d. Setiap keputusan yang dibuat oleh pimpinan didiskusikan dengan


bawahan.
e. Pemda terlibat dalam perancangan perubahan dalam struktur
pengendalian:

- Pengendalian dipantau secara memadai

- Terdapat tindak lanjut terhadap penyimpangan dari unsur


pengendalian yang berlaku
d. Pimpinan SKPD membuat prosedur baku untuk setiap proses kerja
dan mewajibkan kepada pegawai untuk mengikuti prosedur baku
tersebut
e. Pemda bersedia menerima saran (advice) dari pihak yang
berkompeten mengenai hal-hal penting terkait masalah Akuntansi
dan Pengendalian Intern.

f. Pemda mempunyai rasa tanggung jawab atas Laporan Keuangan,


dengan menekankan pentingnya keakuratan data akuntansi dan
metode Akuntansi yang berlaku umum serta kewajiban melakukan
rekonsiliasi rutin antar unit-unit akuntansi terkait (Misal BUD dengan
Bendahara Pengeluaran, Bid. AKuntansi, Bid. Aset, dengan Pengurus
Barang SKPD).
g. Tidak ada salah satu pimpinan di lingkungan pemerintah daerah
yang dominan dibanding pimpinan lainnya sehingga cek and
balance diantara para pimpinan tersebut cukup memadai.
h. Terdapat petunjuk bahwa Kepala Daerah beserta jajarannya:
 Menginginkan laporan keuangan yang wajar

 Jujur dalam menanggapi pertanyaan-pertanyaan auditor


 Sungguh-sungguh dalam membuat estimasi akuntansi

 Memiliki integritas

 Memiliki kesadaran pengendalian yang kuat

i. Kepala Daerah melakukan penyempurnaan/penyesuaian pimpinan


SKPD kunci segera setelah pengangkatan sebagai Kepala Daerah
Kuesioner Lingk Pengendalian

PERNYATAAN TS R S KOMENTAR
j. Terdapat kebijakan tertulis mengenai pola mutasi, rotasi, dan
promosi pegawai

4. Struktur organisasi
a. Struktur organisasi ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
b. Struktur organisasi telah menggambarkan tugas pokok, fungsi,
tanggung jawab dan wewenang bagi setiap unit kerja.
c. Struktur organisasi telah memberikan kecukupan kerangka kerja
secara keseluruhan untuk merencanakan, mengarahkan,
mengawasi, serta memfasilitasi akan kecukupan arus informasi.
d. Terdapat penyesuaian perubahan struktur organisasi sehubungan
dengan adanya perubahan peraturan perundangan dan lingkungan
strategis
e. Terdapat analisa jabatan untuk menentukan kebutuhan jumlah
pegawai untuk masing-masing unit dalam organisasi pemerintah
daerah

5. Pelimpahan wewenang dan tanggung jawab


a. Terdapat job discription (deskripsi tugas) yang ditetapkan atasan
untuk masing-masing pegawai, terutama kepada pegawai yang
bertanggung jawab dalam pengelolaan anggaran dan kekayaan
daerah
b. Kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh pimpinan untuk setiap
tugas telah dinyatakan secara tertulis sehingga pelaksana tugas
tahu wewenang dan tanggung jawabnya, terutama prosedur yang
berkaitan dengan pengelolaan anggaran (adanya SOP dalam setiap
prosedur pengelolaan anggaran mulai dari perencanaan sampai
dengan pelaporan)
c. Pegawai yang tidak dapat melaksanakan tugas dan
tanggungjawabnya mendapatkan sanksi.
d. Pendelegasian tugas dan wewenang diberikan kepada pegawai yang
mampu merealisasikan tujuan pokok dan fungsi unit kerja.
e. Kapasitas pendelegasian wewenang telah diatur dengan baik
sehingga pembagian tugas cukup merata diantara para pegawai
(tidak terjadi seseorang tidak banyak melakukan pekerjaan
sementara yang lain mempunyai pekerjaan berlebihan, namun tidak
terdapat kompensasi atas pekerjaan yang berlebihan tersebut).

6. Kebijakan dan praktek yang terkait dengan Sumber Daya Manusia.


a.
Pemda memiliki standar kompetensi pegawai yang meliputi latar
belakang pengetahuan, keterampilan, dan pendidikan untuk setiap
posisi dan jabatan sebagai dasar rekrutmen pegawai baru

b. Pegawai yang direkrut atau diterima telah sesuai antara latar


belakang pengetahuan, keterampilan dan pendidikannya dengan
kualifikasi yang dibutuhkan.

c. Pegawai ditempatkan pada unit kerja yang sesuai dengan latar


belakang pendidikan dan kompetensi teknis yang dimiliki (Misal:
Pegawai dengan latar belakang pendidikan akuntansi ditempatkan
pada unit organisaai penyusun laporan keuangan dsb)

d. Promosi pegawai didasarkan pada pertimbangan :


- Prestasi kerja

- Kepangkatan.

- Senioritas.
Kuesioner Lingk Pengendalian

PERNYATAAN TS R S KOMENTAR
yang dilaksanakan melalui Baperjakat

e. Terdapat mekanisme penilaian kinerja pegawai yang memadai selain


dengan DP3 yang dibuat pada akhir tahun

f. Setiap mutasi pegawai mempertimbangkan kemampuan teknis


pegawai dengan kebutuhan teknis suatu unit kerja.

g. Pemda menerapkan sistem reward and punishment atas pencapaian


kinerja pegawai
h. Terdapat kebijakan mutasi pegawai di lingkungan Biro/bagian
Keuangan (tugas-tugas dirotasikan secara periodik diantara
pegawai)

JUMLAH
Kuesioner Penaksiran Risiko

(diisi oleh Sekda dan BUD)


PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA ...
TAHUN ANGGARAN 20xx
KUESIONER SISTEM PENGENDALIAN INTERN
UNSUR: PENAKSIRAN RISIKO
BPK RI

Diisi oleh : Direviu oleh : TIM PEMERIKSA


Tanggal : Tanggal :

PERNYATAAN TS R S KOMENTAR
1. Pemerintah Daerah telah mengidentifikasi risiko-risiko yang dapat
menghambat pembuatan Laporan Keuangan Daerah seperti
Penyampaian SPJ yang terlambat.
2. Pemerintah Daerah telah mengantisipasi perubahan peraturan, standar
akuntansi yang terkait dengan proses pencatatan dan pelaporan.

3. Pemerintah Daerah telah mengantisipasi kelemahan-kelemahan


penggunaan teknologi informasi dalam pemrosesan transaksi, seperti
back up data jika data yang tersimpan dalam komputer hilang,
kemacetan program dll.

4. Pemerintah Daerah telah mengantisipasi jika terjadi perubahan personil,


seperti melakukan mutasi di lingkungan Biro/Bagian Keuangan atau unit
kerja yang mengangani keuangan dan pembukuan.

5. Pemerintah Daerah telah mengantisipasi kemungkinan kolusi antar


karyawan yang merupakan family. (Pegawai yang memiliki hubungan
keluarga tidak ditempatkan pada unit/jabatan/posisi yang memiliki
hubungan strategis. Misal: kakak sebagai panitia pengadaan sedangkan
adik sebagai pemeriksa barang)
6. Terdapat penghitungan saldo kas (cash opname ) yang ada ditangani
fungsi pemegang kas/bendaharawan secara periodik dan secara
mendadak oleh fungsi pemeriksa intern.
7. Terdapat sistem (teknologi informasi) baru atau diperbaiki yang telah
diterapkan oleh Pemerintah Daerah dalam pemrosesan transaksi
keuangan.
8. Semua sistem (teknologi informasi) yang dibuat atau diseleksi telah
dicoba sebelum diterapkan dalam pengolahan data transaksi.

9. Tingkat rotasi (turnover ) pegawai cukup tinggi pada bagian pembukuan


dan keuangan.
10. Terdapat tekanan (pressure ) kepada pegawai untuk segera
menyelesaikan laporan keuangan dalam waktu yang terlalu pendek.

JUMLAH
Kuesioner AktivitasPengendalian

(diisi oleh BUD)


PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA ...
TAHUN ANGGARAN 20xx
KUESIONER SISTEM PENGENDALIAN INTERN
UNSUR: AKTIVITAS PENGENDALIAN
BPK RI

Diisi oleh : Direviu oleh : TIM PEMERIKSA BPK


Tanggal : Tanggal :

PERNYATAAN TS R S KOMENTAR
1. Pengendalian Pengolahan Informasi (Information Processing
Controls )
a. Penandatanganan SPM, check, SP2D atau dokumen-dokumen
lainnya hanya dilakukan oleh personil yang telah ditunjuk dalam SK
Kepala Daerah.
b. SPM, check, SP2D atau dokumen penting lainnya sebelum
ditandatangani oleh personil yang ditunjuk, diverifikasi secara detail.

c. SPM, check, SP2D dan dokumen-dokumen penting lainnya yang tidak


digunakan disimpan ditempat yang aman.
d. Terdapat nomor urut tercetak (prenumbered) pada SPM, check,
SP2D dan formulir-formulir yang lain.
e. Terdapat rekonsiliasi antara rekening kas daerah, kas di bendahara
pengeluaran, kas dibendahara penerimaan dengan catatan
pembukuan penerimaan dan pengeluaran secara periodik dan rutin.

f. Terdapat pencocokan antara buku besar dengan buku pembantu


secara periodik.
2. Pemisahan Tugas (Segregation of duties )
a. Tanggung jawab terhadap pelaksanaan transaksi, pencatatan
transaksi, dan penyimpanan terhadap asset yang diperoleh dari
transaksi dilaksanakan oleh orang atau bidang yang berbeda dalam
organisasi SKPD maupun Pemda.
b. Setiap tahap pelaksanaan suatu transaksi dilaksanakan oleh orang
yang berbeda.
c. Pemegang buku besar dan buku pembantu dilaksanakan oleh orang
yang berbeda.
d. Pegawai yang melakukan rekonsiliasi bank terpisah dengan yang
menyiapkan cek/SP2D.
e. SPM, cek atau surat berharga lainnya ditandatangani oleh orang
yang berbeda dengan orang yang menyiapkannya
f. Terdapat pemisahan antara orang menandatangani cek dengan
bagian penerimaan kas.
g. Terdapat pemisahan tugas antara pihak yang melaksanakan
pengadaan barang, memeriksa barang hasil pengadaan, menerima
barang hasil pengadaan, dan mengadministrasikan pembukuan
barang
3. Pengendalian Fisik (Physical Controls ), data, dokumen, dan catatan

a. Terdapat pembatasan akses terhadap orang-orang untuk masuk ke


ruang penyimpanan dokumen, peralatan pengolahan data, dan
penyimpanan aset (seperti komputer pada bagian pembukuan dan
gudang persediaan/barang).
b. Tempat dokumen dan peralatan pengolahan data dilengkapi dengan
sistem pengamanan yang baik, seperti antisipasi kerusakan akibat
kebakaran dan banjir.
c. Terdapat pembatasan akses/password terhadap orang-orang yang
tidak berhak pada peralatan pengolah dan penyimpan data
(komputer, server, dll)
d. Password tersebut diperbaharui secara periodik
e. Akses fisik sudah diproteksi dengan baik dan pengawasan
(monitoring) sistem sudah dilaksanakan dan tindakan diambil jika
diperlukan.
f. Lemari besi dikunci bila tidak digunakan dan kunci kombinasi juga
kunci-kunci lainnya dibatasi hanya pada orang-orang tertentu
g. Pengendalian yang ada didokumentasikan dalam prosedur uraian,
flow chart atau form lainnya
Kuesioner AktivitasPengendalian

PERNYATAAN TS R S KOMENTAR
4. Review atas Kinerja (Performance Reviews )
a. Pemerintah Daerah melakukan analisa penyebab selisih antara
anggaran dengan realisasi pendapatan dan belanja.
b. Terdapat mekanime pelaporan yang membandingkan antara target
kinerja dengan tingkat pencapaian (LAKIP atau dokumen lain)

c. Pemerintah Daerah melakukan perbandingan antara Laporan


Pertanggungjawaban yang dibuat dengan Laporan yang sejenis oleh
Pemerintah Daerah Lain serta data-data yang relevan seperti data
Statistik.
d. Pimpinan di lingkungan Pemerintah Daerah mereview/melakukan
analisa perbandingan antara realisasi dengan anggaran dan ramalan
tahun lalu.
e. Hasil analisa perbandingan anggaran dan realisasi pendapatan dan
belanja serta pencapaian kinerja mengungkap
permasalahan/kendala/hambatan tidak tercapainya target yang telah
ditetapkan
f. Kepala Daerah memerintahkan kepada SKPD untuk menindaklanjuti
hasil analisa tersebut dan tindak lanjut tersebut didokumentasikan
untuk perbaikan kinerja
JUMLAH
Kuesioner Infokom

(diisi oleh BUD, Bapeda dan Dispenda)


PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA ...
TAHUN ANGGARAN 20xx
KUESIONER SISTEM PENGENDALIAN INTERN
UNSUR: INFORMASI DAN KOMUNIKASI
BPK RI

Diisi oleh : Direviu oleh : TIM PEMERIKSA BPK


Tanggal : Tanggal :

PERNYATAAN TS R S KOMENTAR
1. Hanya bukti-bukti transaksi yang valid dan telah diverifikasi yang dicatat
atau dijurnal (terkait dengan Asersi Keberadaan dan Keterjadian)

2. Semua bukti transaksi yang valid atau telah diverifikasi dalam Tahun
Anggaran berkenan telah dibukukan atau dicatat (terkait dengan Asersi
Kelengkapan).
3. Semua hak dan kewajiban Pemerintah daerah yang disebabkan oleh
transaksi telah dicatat (terkait dengan Asersi Hak dan Kewajiban)

4. Semua transaksi telah diukur atau dinyatakan dengan nilai rupiah dan
dialoksikan sesuai pos-posnya masing-masing (terkait dengan Asersi
Penialaian dan Alokasi)
5. Semua transaksi telah dilaporkan dan diungkapkan secara memadai
(terkait dengan Asersi Penyajian dan Pengungkapan)
6. Ayat-ayat jurnal didukung oleh data pendukung yang lengkap/pencatatan
didasarkan atas sumber yang dilampiri dengan dokumen pendukung yang
lengkap.
7. Pencatatan dilakukan oleh pegawai yang diberi wewenang untuk itu.

8. Setiap tugas yang dilaksanakan sesuai dengan tupoksi

9. Setiap ayat-ayat jurnal harus disetujui oleh pejabat yang berwenang.

10. Bukti-bukti pembukuan di file secara rapi.


11. Pegawai mendapatkan sosialisasi atas kebijakan akuntansi yang sudah
ditetapkan
12. Laporan yang disiapkan tepat waktu, informatif dan didistribusikan
kepada pihak yang berhak.
13. Terdapat sistem informasi yang terintegrasi yang memungkinkan praktik
desentralisasi keuangan dapat termonitor secara terpusat (sistem
informasi antara SKPD dengan SKPKD terintegrasi)

JUMLAH
Kuesioner Pemantauan

(diisi oleh Inspektorat)


PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA ...
TAHUN ANGGARAN 20xx
KUESIONER SISTEM PENGENDALIAN INTERN
UNSUR: PEMANTAUAN
BPK RI

Diisi oleh : Direviu oleh : TIM PEMERIKSA BPK


Tanggal : Tanggal :

PERNYATAAN TS R S KOMENTAR
1. Setiap rekomendasi untuk perbaikan Struktur Pengendalian Interen
yang disampaikan oleh Internal Auditor dan Eksternal Auditor telah
dilaksanakan dan dipantau oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

2. Temuan audit (audit finding) telah ditindaklanjuti secara keseluruhan.

3. Pengaduan masyarakat atau issu-issu di media massa mendapat


perhatian dari Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah serta ditindaklanjuti oleh SKPD yang berwenang.
4. Pembagian tugas dan wewenang sudah dimonitor dengan baik

5. Pimpinan secara berkala mendapat laporan status penyelesaian


rekomendasi yang disampaikan auditor internal dan eksternal sehingga
pimpinan dapat menyakinkan kualitas dan ketepatan waktu
penyelesaian setiap rekomendai
JUMLAH
Rekap

Indeks KKP : A.2.1.4


PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA ... Disusun Oleh :[ / / ]
TAHUN ANGGARAN 20xx Direviu Oleh :[ / / ]
REKAPITULASI KUESIONER SISTEM PENGENDALIAN INTERN Disetujui Oleh :[ / / ]

NO UNSUR Responden Total Rata-rata


Bupati Wakil Bupati Sekda BUD Ka. BAPPEDA Ka. DPPKAD Inspektur
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
A Lingkungan Pengendalian
1. Integritas dan nilai-nilai etika
a. Terdapat kebijakan atau aturan-aturan intern mengenai pedoman 3,00 3,00 3,00 9,00 3,00
berperilaku secara tertulis yang memberikan sanksi terhadap pegawai
yang melakukan kecurangan atau ketidakjujuran yang ditetapkan oleh
Pemerintah Daerah (Kode etik dan sanksi atas pelanggaran).

b. Kebijakan-kebijakan atau aturan-aturan tersebut telah dikomunikasikan 3,00 3,00 3,00 9,00 3,00
atau disosialisasikan kepada seluruh pegawai.
c. Terdapat pernyataan tertulis yang ditandatangani pegawai untuk 3,00 3,00 3,00 9,00 3,00
menerapkan aturan perilaku tersebut (Pembuatan Pakta Integritas
sebagaimana PermenPAN dan RB Nomor 60 Tahun 2012)
d. Terdapat unit khusus pada Pemda yang berfungsi sebagai penegak 3,00 3,00 3,00 9,00 3,00
aturan perilaku pegawai
e. Pegawai yang melanggar aturan-aturan atau kebijakan-kebijakan 3,00 3,00 3,00 9,00 3,00
dikenakan sanksi oleh atasan pegawai tersebut sesuai aturan.
f. Sanksi yang diberikan kepada pegawai yang melanggar telah 3,00 3,00 3,00 9,00 3,00
dikomunikasikan kepada seluruh pegawai sehingga pegawai
mengetahui konskuensi dari penyimpangan dan pelanggaran yang
dilakukan
g. Terdapat prosedur formal untuk menetapkan, merubah atau 3,00 3,00 3,00 9,00 3,00
menghilangkan suatu pengendalian dilingkungan Pemerintah Daerah.

2. Komitmen terhadap kompetensi


a. Pemerintah Daerah menentukan kualifikasi atau persyaratan 3,00 3,00 3,00 9,00 3,00
pendidikan, pengetahuan dan keterampilan yang harus dipenuhi untuk
menduduki jabatan atau melaksanakan tugas-tugas tertentu. (Standar
kompetensi untuk masing-masing jabatan dan pelaksana tugas) Apakah
ada produk hukum atas standar kompetensi tersebut?

b. Terdapat pengujian terhadap pegawai yang akan menduduki jabatan 3,00 3,00 3,00 9,00 3,00
atau pelaksana tugas-tugas tertentu.
c. Terdapat upaya Pemerintah Daerah untuk meningkatkan pengetahuan 3,00 3,00 3,00 9,00 3,00
dan keterampilan pegawai dengan diklat-diklat atau kursus-kursus.

d. Terdapat diklat-diklat atau kursus-kursus yang diadakan oleh 3,00 3,00 3,00 9,00 3,00
Pemerintah sesuai dengan kebutuhan pegawai atau kebutuhan kerja.

e. Terdapat program baik formal maupun informal untuk orientasi dan 3,00 3,00 3,00 9,00 3,00
pelatihan pegawai baru? Apakah ada pedomannya?
f. Para pegawai di lingkungan Pemda memiliki kompetensi sesuai standar 3,00 3,00 3,00 9,00 3,00
kompetensi yang ditetapkan untuk masing-masing bidang. (Misal:
penyusun laporan keuangan memiliki latar belakang pendidikan
akuntansi, dll)
g. Kelanjutan pendidikan pegawai mendapat dukungan dari Pemda 2,00 2,00 3,00 7,00 2,33
(Anggaran Beasiswa dan diklat bagi pegawai yang belum memenuhi
kualifikasi)
h. Setiap pegawai mendapatkan pendidikan dan pelatihan yang 3,00 3,00 3,00 9,00 3,00
berkesinambungan sesuai dengan peran dan fungsi masing-masing
i. Terdapat mekanisme monitoring untuk memastikan bahwa setiap 3,00 3,00 3,00 9,00 3,00
pegawai mendapatkan pelatihan teknis sesuai bidang kerja
j. Terdapat standar minimal jam pelatihan yang harus dipenuhi oleh 3,00 3,00 3,00 9,00 3,00
setiap pegawai
3. Falsafah dan gaya operasi manajemen
a. Pimpinan SKPD membuat laporan rutin mengenai perkembangan 3,00 3,00 3,00 9,00 3,00
pelaksanaan program dan kegiatan untuk disampaikan kepada Kepala
Daerah
b. Laporan tersebut memuat target waktu, kendala, dan pencapaian dari 3,00 3,00 3,00 9,00 3,00
program dan kegiatan
c. Kepala Daerah melaksanakan rapat rutin dengan seluruh Kepala SKPD 3,00 3,00 3,00 9,00 3,00
untuk melakukan evaluasi pencapaian program dan kegiatan
berdasarkan laporan dari masing-masing pimpinan SKPD
d. Setiap keputusan yang dibuat oleh pimpinan didiskusikan dengan 3,00 3,00 3,00 9,00 3,00
bawahan.
e. Pemda terlibat dalam perancangan perubahan dalam struktur - -
pengendalian:
 Apakah pengendalian dipantau secara memadai 3,00 3,00 3,00 9,00 3,00
 Apakah terdapat tindak lanjut terhadap penyimpangan dari unsur 3,00 3,00 3,00 9,00 3,00
pengendalian yang berlaku
d. Pimpinan SKPD membuat prosedur baku untuk setiap proses kerja dan 3,00 3,00 3,00 9,00 3,00
mewajibkan kepada pegawai untuk mengikuti prosedur baku tersebut

e. Pemda bersedia menerima saran (advice) dari pihak yang berkompeten 3,00 3,00 3,00 9,00 3,00
mengenai hal-hal penting terkait masalah Akuntansi dan Pengendalian
Intern.
f. Pemda mempunyai rasa tanggung jawab atas Laporan Keuangan, 3,00 3,00 3,00 9,00 3,00
dengan menekankan pentingnya keakuratan data akuntansi dan metode
Akuntansi yang berlaku umum serta kewajiban melakukan rekonsiliasi
rutin antar unit-unit akuntansi terkait (Misal BUD dengan Bendahara
Pengeluaran, Bid. AKuntansi, Bid. Aset, dengan Pengurus Barang
SKPD).
g. Tidak ada salah satu pimpinan di lingkungan pemerintah daerah yang 3,00 3,00 3,00 9,00 3,00
dominan dibanding pimpinan lainnya sehingga cek and balance
diantara para pimpinan tersebut cukup memadai.
h. Terdapat petunjuk bahwa Kepala Daerah beserta jajarannya: 3,00 3,00 3,00 9,00 3,00
 Menginginkan laporan keuangan yang wajar
 Jujur dalam menanggapi pertanyaan- pertanyaan auditor
 Sungguh-sungguh dalam membuat estimasi akuntansi
 Memiliki integritas
 Memiliki kesadaran pengendalian yang kuat
i. Kepala Daerah melakukan penyempurnaan/penyesuaian pimpinan SKPD 3,00 3,00 3,00 9,00 3,00
kunci segera setelah pengangkatan sebagai Kepala Daerah
j. Terdapat kebijakan tertulis mengenai pola mutasi, rotasi, dan promosi 3,00 3,00 3,00 9,00 3,00
pegawai
Rekap

NO UNSUR Responden Total Rata-rata


Bupati Wakil Bupati Sekda BUD Ka. BAPPEDA Ka. DPPKAD Inspektur
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
4. Struktur organisasi
a. Struktur organisasi ditetapkan dengan Peraturan Daerah. 3,00 3,00 3,00 9,00 3,00
b. Struktur organisasi telah menggambarkan tugas pokok, fungsi, 3,00 3,00 3,00 9,00 3,00
tanggung jawab dan wewenang bagi setiap unit kerja.
c. Struktur organisasi telah memberikan kecukupan kerangka kerja secara 3,00 3,00 3,00 9,00 3,00
keseluruhan untuk merencanakan, mengarahkan, mengawasi, serta
memfasilitasi akan kecukupan arus informasi.
d. Terdapat penyesuaian perubahan struktur organisasi sehubungan 3,00 3,00 3,00 9,00 3,00
dengan adanya perubahan peraturan perundangan dan lingkungan
strategis
e. Terdapat analisa jabatan untuk menentukan kebutuhan jumlah pegawai 3,00 3,00 3,00 9,00 3,00
untuk masing-masing unit dalam organisasi pemerintah daerah

5. Pelimpahan wewenang dan tanggung jawab


a. Terdapat job discription (deskripsi tugas) yang ditetapkan atasan untuk 3,00 3,00 3,00 9,00 3,00
masing-masing pegawai, terutama kepada pegawai yang bertanggung
jawab dalam pengelolaan anggaran dan kekayaan daerah

b. Kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh pimpinan untuk setiap 3,00 3,00 3,00 9,00 3,00
tugas telah dinyatakan secara tertulis sehingga pelaksana tugas tahu
wewenag dan tanggungjawabnya, terutama prosedur yang berkaitan
dengan pengelolaan anggaran (adanya SOP dalam setiap prosedur
pengelolaan anggaran mulai dari perencanaan sampai dengan
pelaporan)
c. Pegawai yang tidak dapat melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya 3,00 3,00 3,00 9,00 3,00
mendapatkan sanksi.
d. Pendelegasian tugas dan wewenang diberikan kepada pegawai yang 3,00 3,00 3,00 9,00 3,00
mampu merealisasikan tujuan pokok dan fungsi unit kerja.
e. Kapasitas pendelegasian wewenang telah diatur dengan baik sehingga 3,00 3,00 3,00 9,00 3,00
pembagian tugas cukup merata diantara para pegawai (tidak terjadi
seseorang tidak banyak melakukan pekerjaan sementara yang lain
mempunyai pekerjaan berlebihan, namun tidak terdapat kompensasi
atas pekerjaan yang berlebihan tersebut).
6. Kebijakan dan praktek yang terkait dengan Sumber Daya Manusia.
a. Pemda memiliki standar kompetensi pegawai yang meliputis latar belakang 3,00 3,00 3,00 9,00 3,00
pengetahuan, keterampilan, dan pendidikan untuk setiap posisi dan jabatan
sebagai dasar rekrutmen pegawai baru
b. Pegawai yang direkrut atau diterima telah sesuai antara latar belakang 3,00 3,00 3,00 9,00 3,00
pengetahuan, keterampilan dan pendidikannya dengan kualifikasi yang
dibutuhkan.
c. Pegawai ditempatkan pada unit kerja yang sesuai dengan latar 3,00 3,00 3,00 9,00 3,00
belakang pendidikan dan kompetensi teknis yang dimiliki (Misal:
Pegawai dengan latar belakang pendidikan akuntansi ditempatkan pada
unit organisaai penyusun laporan keuangan dsb)
d. Promosi pegawai didasarkan pada pertimbangan : 3,00 3,00 3,00 9,00 3,00
- Prestasi kerja
- Kepangkatan.
- Senioritas.
yang dilaksanakan melalui Baperjakat
e. Terdapat mekanisme penilaian kinerja pegawai yang memadai selain 3,00 3,00 3,00 9,00 3,00
dengan DP3 yang dibuat pada akhir tahun
f. Setiap mutasi pegawai mempertimbangkan kemampuan teknis pegawai 3,00 3,00 3,00 9,00 3,00
dengan kebutuhan teknis suatu unit kerja.
g. Pemda menerapkan sistem reward and punishment atas pencapaian 2,00 2,00 3,00 7,00 2,33
kinerja pegawai
h. Terdapat ada kebijakan mutasi pegawai dilingkungan Biro/bagian 3,00 3,00 3,00 9,00 3,00
Keuangan (tugas-tugas dirotasikan secara periodik diantara pegawai)

RATA-RATA UNSUR LINGKUNGAN PENGENDALIAN 2,97


B PENAKSIRAN RISIKO
1. Pemerintah Daerah telah mengidentifikasi risiko-risiko yang dapat 3,00 3,00 6,00 3,00
menghambat pembuatan Laporan Keuangan Daerah seperti Penyampaian
SPJ yang terlambat.
2. Pemerintah Daerah telah mengantisipasi perubahan peraturan, standar 3,00 3,00 6,00 3,00
akuntansi yang terkait dengan proses pencatatan dan pelaporan.

3. Pemerintah Daerah telah mengantisipasi kelemahan-kelemahan penggunaan 3,00 3,00 6,00 3,00
teknologi informasi dalam pemrosesan transaksi, seperti back up data jika
data yang tersimpan dalam komputer hilang, kemacetan program dll.

4. Pemerintah Daerah telah mengantisipasi jika terjadi perubahan personil, 3,00 3,00 6,00 3,00
seperti melakukan mutasi dilingkungan Biro/Bagian Keuangan atau unit kerja
yang mengangani keuangan dan pembukuan.
5. Pemerintah Daerah telah mengantisipasi kemungkinan kolusi antar karyawan 3,00 3,00 6,00 3,00
yang merupakan family. (Pegawai yang memiliki hubungan keluarga tidak
ditempatkan pada unit/jabatan/posisi yang memiliki hubungan strategis.
Misal: kakak sebagai panitia pengadaan sedangkan adik sebagai pemeriksa
barang)
6. Terdapat penghitungan saldo kas (cash opname ) yang ada ditangani fungsi 3,00 3,00 6,00 3,00
pemegang kas/bendaharawan secara periodik dan secara mendadak oleh
fungsi pemeriksa intern.
7. Terdapat sistem (teknologi informasi) baru atau diperbaiki yang telah 3,00 3,00 6,00 3,00
diterapkan oleh Pemerintah Daerah dalam pemrosesan transaksi keuangan.

8. Semua sistem (teknologi informasi) yang dibuat atau diseleksi telah dicoba 3,00 3,00 6,00 3,00
sebelum diterapkan dalam pengolahan data transaksi.
9. Tingkat rotasi (turnover ) pegawai cukup tinggi pada bagian pembukuan dan 1,00 2,00 3,00 1,50
keuangan.
10. Terdapat tekanan (pressure ) kepada pegawai untuk segera menyelesaikan 2,00 2,00 4,00 2,00
laporan keuangan dalam waktu yang terlalu pendek.
RATA-RATA UNSUR PENAKSIRAN RISIKO 2,75
Rekap

NO UNSUR Responden Total Rata-rata


Bupati Wakil Bupati Sekda BUD Ka. BAPPEDA Ka. DPPKAD Inspektur
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
C AKTIVITAS PENGENDALIAN
1. Pengendalian Pengolahan Informasi (Information Processing Controls )

a. Penandatanganan SPM, check, SP2D atau dokumen-dokumen lainnya 3,00 3,00 3,00
hanya dilakukan oleh personil yang telah ditunjuk dalam SK Kepala
Daerah.
b. SPM, check, SP2D atau dokumen penting lainnya sebelum 3,00 3,00 3,00
ditandatangani oleh personil yang ditunjuk, diverifikasi secara detail.
c. SPM, check, SP2D dan dokumen-dokumen penting lainnya yang tidak 3,00 3,00 3,00
digunakan disimpan ditempat yang aman.
d. Terdapat nomor urut tercetak (prenumbered) pada SPM, check, SP2D 3,00 3,00 3,00
dan formulir-formulir yang lain.
e. Terdapat mekanisme pengecekan independen terhadap penerimaan 3,00 3,00 3,00
dan pembayaran secara periodik.
f. Terdapat rekonsiliasi antara rekening kas daerah, kas di bendahara 3,00 3,00 3,00
pengeluaran, kas dibendahara penerimaan dengan catatan pembukuan
penerimaan dan pengeluaran secara periodik dan rutin.
g. Terdapat pencocokan antara buku besar dengan buku pembantu secara 3,00 3,00 3,00
periodik.
2. Pemisahan Tugas (Segregation of duties )
a. Tanggungjawab terhadap pelaksanaan transaksi, pencatatan transaksi, 3,00 3,00 3,00
dan penyimpanan terhadap asset yang diperoleh dari transaksi
dilaksanakan oleh orang atau bidang yang berbeda dalam organisasi
SKPD maupun Pemda.
b. Setiap tahap pelaksanaan suatu transaksi dilaksanakan oleh orang yang 3,00 3,00 3,00
berbeda.
c. Pemegang buku besar dan buku pembantu dilaksanakan oleh orang 3,00 3,00 3,00
yang berbeda.
d. Pegawai yang melakukan rekonsiliasi bank terpisah dengan yang 3,00 3,00 3,00
menyiapkan cek/SP2D.
e. SPM, cek atau surat berharga lainnya ditandatangani oleh orang yang 3,00 3,00 3,00
berbeda dengan orang yang menyiapkannya
f. Terdapat pemisahan antara orang menandatangani cek dengan bagian 3,00 3,00 3,00
penerimaan kas.

g. Terdapat pemisahan tugas antara pihak yang melaksanakan pengadaan 3,00 3,00 3,00
barang, memeriksa barang hasil pengadaan, menerima barang hasil
pengadaan, dan mengadministrasikan pembukuan barang

3. Pengendalian Fisik (Physical Controls ), data, dokumen, dan catatan


a. Terdapat pembatasan akses terhadap orang-orang untuk masuk ke 3,00 3,00 3,00
ruang penyimpanan dokumen, peralatan pengolahan data, dan
penyimpanan aset (seperti komputer pada bagian pembukuan dan
gudang persediaan/barang).
b. Tempat dokumen dan peralatan pengolahan data dilengkapi dengan 3,00 3,00 3,00
sistem pengamanan yang baik, seperti antisipasi kerusakan akibat
kebakaran dan banjir.
c. Terdapat pembatasan akses /password terhadap orang-orang yang 3,00 3,00 3,00
tidak berhak pada peralatan pengolah dan penyimpan data (komputer,
server, dll)
d. Password tersebut diperbaharui secara periodik 3,00 3,00 3,00
e. Akses fisik sudah diproteksi dengan baik dan pengawasan (monitoring) 3,00 3,00 3,00
sistem sudah dilaksanakan dan tindakan diambil jika diperlukan.

f. Lemari besi dikunci bila tidak digunakan dan apakah kunci kombinasi 3,00 3,00 3,00
juga kunci-kunci lainnya dibatasi hanya pada orang-orang tertentu
g. Pengendalian yang ada didokumentasikan dalam prosedur uraian, flow 3,00 3,00 3,00
chart atau form lainnya
4. Review atas Kinerja (Performance Reviews )
a. Pemerintah Daerah melakukan analisa penyebab selisih antara 3,00 3,00 3,00
anggaran dengan realisasi pendapatan dan belanja.
b. Terdapat mekanime pelaporan yang membandingkan antara target 3,00 3,00 3,00
kinerja dengan tingkat pencapaian (LAKIP atau dokumen lain)
c. Pemerintah Daerah melakukan perbandingan antara Laporan 3,00 3,00 3,00
Pertanggungjawaban yang dibuat dengan Laporan yang sejenis oleh
Pemerintah Daerah Lain serta data-data yang relevan seperti data
Statistik.
d. Pimpinan di lingkungan Pemerintah Daerah mereview/melakukan 3,00 3,00 3,00
analisa perbandingan antara realisasi dengan anggaran dan ramalan
tahun lalu.

e. Hasil analisa perbandingan anggaran dan realisasi pendapatan dan 3,00 3,00 3,00
belanja serta pencapaian kinerja mengungkap
permasalahan/kendala/hambatan tidak tercapainya target yang telah
ditetapkan
f. Kepala Daerah memerintahkan kepada SKPD untuk menindaklanjuti 3,00 3,00 3,00
hasil analisa tersebut dan tindak lanjut tersebut didokumentasikan
untuk perbaikan kinerja
RATA-RATA AKTIVITAS PENGENDALIAN 3,00
Rekap

NO UNSUR Responden Total Rata-rata


Bupati Wakil Bupati Sekda BUD Ka. BAPPEDA Ka. DPPKAD Inspektur
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
D INFORMASI DAN KOMUNIKASI
1. Hanya bukti-bukti transaksi yang valid dan telah diverifikasi yang dicatat 3,00 3,00 6,00 3,00
atau dijurnal (terkait dengan Asersi Keberadaan dan Keterjadian)
2. Semua bukti transaksi yang valid atau telah diverifikasi dalam Tahun 3,00 3,00 6,00 3,00
Anggaran berkenan telah dibukukan atau dicatat (terkait dengan Asersi
Kelengkapan).
3. Semua hak dan kewajiban Pemerintah daerah yang disebabkan oleh 3,00 3,00 6,00 3,00
transaksi telah dicatat (terkait dengan Asersi Hak dan Kewajiban)
4. Semua transaksi telah diukur atau dinyatakan dengan nilai rupiah dan 3,00 3,00 6,00 3,00
dialoksikan sesuai pos-posnya masing-masing (terkait dengan Asersi
Penialaian dan Alokasi)
5. Semua transaksi telah dilaporkan dan diungkapkan secara memadai (terkait 3,00 3,00 6,00 3,00
dengan Asersi Penyajian dan Pengungkapan)
6. Ayat-ayat jurnal didukung oleh data pendukung yang lengkap/Apakah 3,00 3,00 6,00 3,00
pencatatan didasarkan atas sumber yang dilampiri dengan dokumen
pendukung yang lengkap.
7. Pencatatan dilakukan oleh pegawai yang diberi wewenang untuk itu. 3,00 3,00 6,00 3,00
8. Setiap tugas yang dilaksanakan sesuai dengan tupoksi 3,00 3,00 6,00 3,00
9. Setiap ayat-ayat jurnal harus disetujui oleh pejabat yang berwenang. 3,00 3,00 6,00 3,00
10. Bukti-bukti pembukuan di file secara rapi. 3,00 3,00 6,00 3,00
11. Pegawai mendapatkan sosialisasi atas kebijakan akuntansi yang sudah 3,00 3,00 6,00 3,00
ditetapkan
12. Laporan yang disiapkan tepat waktu, informatif dan didistribusikan kepada 3,00 3,00 6,00 3,00
pihak yang berhak.
13. Terdapat sistem informasi yang terintegrasi yang memungkinkan praktik 3,00 3,00 6,00 3,00
desentralisasi keuangan dapat termonitor secara terpusat (sistem informasi
antara SKPD dengan SKPKD terintegrasi)
RATA-RATA UNSUR INFORMASI DAN KOMUNIKASI 3,00
E PEMANTAUAN
1. Setiap rekomendasi untuk perbaikan Struktur Pengendalian Interen yang 3,00 3,00 3,00
disampaikan oleh Internal Auditor dan Eksternal Auditor telah dilaksanakan
dan dipantau oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
2. Temuan audit (audit finding) telah ditindaklanjuti secara keseluruhan. 3,00 3,00 3,00
3. Pengaduan masyarakat atau issu-issu di media massa mendapat perhatian 3,00 3,00 3,00
dari Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah serta
ditindaklanjuti oleh SKPD yang berwenang.
4. Pembagian tugas dan wewenang sudah dimonitor dengan baik 3,00 3,00 3,00
5. Pimpinan secara berkala mendapat laporan status penyelesaian rekomendasi 3,00 3,00 3,00
yang disampaikan auditor internal dan eksternal sehingga pimpinan dapat
menyakinkan kualitas dan ketepatan waktu penyelesaian setiap rekomendai

RATA-RATA UNSUR PEMANTAUAN 3,00


RATA-RATA TOTAL 2,94

KESIMPULAN
NO UNSUR SKOR
1 Lingkungan Pengendalian 2,97
2 Penaksiran Risiko 2,75
3 Aktivitas Pengendalian 3,00
4 Informasi dan Komunikasi 3,00
5 Pemantauan 3,00
SKOR RATA-RATA PENILAIAN SPI 2,94

Nilai KESIMPULAN
EFEKTIVITAS
SPI COSO
2,34 - 3,00 Efektif
1,67 - 2,33 Belum
Sepenuhnya
1,00 - 1,66 Tidak Efektif

WAKIL KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA, REPUBLIK INDONESIA,

AGUS JOKO PRAMONO AGUNG FIRMAN SAMPURNA


Petunjuk

LAMPIRAN III.3 : KEPUTUSAN BPK-RI


NOMOR : /K/I-XIII.2/ /2020
TANGGAL : 2020

PROVINSI/KAB/KOTA……………………
TAHUN ANGGARAN XXXX
KUESIONER SISTEM PENGENDALIAN INTERN
TERKAIT SISTEM/TEKNOLOGI INFORMASI

Petunjuk
1 Kuesioner disampaikan kepada responden yang relevan, yakni BUD dan Kepala Bidang
Akuntansi dan Pelaporan
2 Konversi jawaban responden ke dalam angka berikut:
a. TS = 1
b. R=2
c. S=3
3 Masukkan hasil konversi jawaban responden untuk setiap pertanyaan ke Sheet
PERHITUNGAN SPI TI
4 Hitung rata-rata jawaban untuk tiap unsur berdasarkan hasil kuesioner
5 Hitung rata-rata jawaban untuk keseluruhan unsur SPI TI berdasarkan hasil kuesioner
6 Berikan pertimbangan penilaian keseluruhan unsur SPI TI dengan hasil wawancara unsur-
unsur TI
Kuesioner

KUESIONER PENGENDALIAN SISTEM INFORMASI


PROSES BISNIS PELAPORAN KEUANGAN

No. Pernyataan TS R S Keterangan


I Pengendalian Umum
A Administrasi dan Fungsi TI
1 Terdapat bagan organisasi yang khusus menangani TI
2 Semua fungsi atas data input dilakukan oleh personil yang
lain dari pemrogram
3 Terdapat program rotasi tugas secara priodik, misal operator
ditugaskan pada aplikasi tertentu, lain dari yang bisa
dikerjakan
4 Tugas karyawan TI terpisah dari semua tugas yang
berhubungan dengan inisiasi transaksi dan perubahan master
file
5 Dilakukan pelatihan bagi pegawai baru dalam hal
pengoperasian aplikasi
B Pemisahan Tugas TI
1 Terdapat job description yang jelas bagi setiap staf TI
2 Terdapat buku panduan atas aplikasi dan peralatan-peralatan
komputer yang dimiliki entitas
3 Terdapat pengawasan (supervisi) terhadap kegiatan
operasional yang dilakukan
4 Terdapat staf teknisi TI di dalam entitas
5 Terdapat tempat penyimpanan atas dokumentasi aset-aset
sistem informasi secara terpisah
6 Dilakukan penataan terhadap arsip-arsip dokumentasi
tersebut
7 Dilakukan pemisahan antara fungsi operator, programer, dan
supervisor
8 Terdapat pengendalian yang menjamin bahwa analisis
sistem/pemrogram tidak dapat akses terhadap file berjalan

9 Terdapat pengendalian yang menjamin bahwa staff yang


bertanggung jawab menyiapkan input berbeda dengan yang
memasukkan input
10 Terdapat pengendalian yang menjamin bahwa output
diperiksa karyawan yang lain dari yang melaksanakan input

C Pengembangan Sistem
1 Pemakai, manajemen dan Inspektorat berpartisipasi dalam
pengembangan, pengawasan, review akhir, dan pengujian
aplikasi baru serta modifikasi aplikasi yang ada
2 Spesifikasi sistem di reviu dan disetujui oleh tingkat
manajemen yang tepat
3 Semua perubahan program disetujui oleh kepada divisi TI
atau bagian yang mengelola TI
4 Terdapat metode pengembangan sistem aplikasi yang dimiliki
di Pemerintah Daerah
5 Terdapat prosedur tertulis untuk pemeliharaan program yang
menyediakan:
a. Permohonan formal untuk merubah program
b. Persetujuan oleh individu yang bertanggung jawab atas
perubahan program
c. Pengujian atas perubahan program sebelum diterima?
D Keamanan Fisik dan On Line
1 Terdapat penggunaan username dan password (menu
log-in) pada aplikasi entitas
2 Ketika pengentrian password dilakukan, karakter
password yang dientry tersamarkan

3 Dilakukan penggantian password secara berkala paling


sedikit 1 (satu) kali dalam 6 (enam) bulan
4 Aplikasi akan secara otomatis melakukan log-out apabila
dalam selang waktu tertentu tidak terdapat aktivitas
penggunaan atas aplikasi entitas
Kuesioner

No. Pernyataan TS R S Keterangan


5 Setelah berhasil melakukan log-in , aplikasi akan
menampilkan pesan informasi mengenai waktu akses terakhir
yang dilakukan oleh user
6 Semua komputer terhubung dalam jaringan client-server ?
7 Semua komputer terhubung dalam jaringan internet
8 Tersedia fasilitas audit trail pada aplikasi
9 Terdapat pembatasan usaha (limited trial) untuk
melakukan log-in
10 Username dan password bersifat case-sensitive
11 Username dan password menggunakan campuran antara
karakter huruf dan angka (alphanumeric mix)
12 Dilakukan penonaktifan atau penghapusan password atas
pegawai yang telah berhenti bekerja/pindah
13 Pada aplikasi terdapat menu yang berguna untuk
melakukan pengaturan atas level akses user dalam
penggunaan aplikasi
14 Dilakukan perubahan level akses aplikasi terhadap pegawai
yang dipindahtugaskan ke departemen lain
15 Terdapat pembagian level akses staf terhadap aplikasi

16 Terdapat fasilitas user logs (audit trail ) pada aplikasi


17 Dilakukan evaluasi terhadap user logs secara berkala

18 Terdapat penggunaan tanda pengenal (badge ) bagi:


a. Pegawai (PNS/PTT)
b. Tamu
19 Terdapat pengisian buku kunjungan tamu bagi setiap
pihak luar yang memasuki gedung entitas
20 Terdapat penggunaan software anti virus pada setiap
komputer
21 Sering digunakan removable disk (seperti flashdisk )
22 Selalu dilakukan pengecekan dengan software anti virus
terhadap setiap file yang digunakan
23 Dilakukan scanning virus secara berkala
E Rencana Cadangan (Back Up) dan Contigency
1 Dilakukan back-up data secara berkala
2 Entitas mengasuransikan aset-aset yang dimilikinya
3 Entitas memiliki lokasi cadangan untuk tempat beroperasi
apabila sewaktu-waktu gedung entitas tidak dapat digunakan
untuk bekerja
F Pengendalian Perangkat Keras
1 Pada ruangan kantor terdapat:
a. tabung pemadam kebakaran
b. alarm kebakaran
c. water sprinkler
d. detektor asap
2 Dilakukan perawatan secara berkala terhadap tabung
pemadam kebakaran, alarm kebakaran, water sprinkler dan
detektor asap
3 Digunakan penutup / bahan pelindung terhadap peralatan
komputer yang sudah selesai digunakan
4 Terdapat penggunaan UPS (Uninterruptible Power
Supply) pada komputer
5 Tidak pernah terjadi variasi tegangan listrik, termasuk
terjadinya pemadaman listrik PLN dalam waktu singkat
6 Terdapat generator/genset pada gedung Entitas
7 Terdapat penggunaan petugas keamanan kantor
8 Terdapat alarm keamanan pada gedung entitas
9 Terdapat kebijakan dilarang merokok dalam ruangan
kantor
10 Dilakukan penguncian pada ruangan kantor setelah para
pegawai pulang kerja
11 Langit-langit gedung dilapisi dengan bahan waterproof
Kuesioner

No. Pernyataan TS R S Keterangan


12 Terdapat kebijaksanaan entitas yang melarang pegawai
untuk membawa masuk makanan dan minuman ke
dalam ruangan kantor
13 Di lokasi gedung entitas bebas dari banjir

II Pengendalian Aplikasi
A Pengendalian Input
1 Penginputan data dilakukan dengan menggunakan metode
keyboarding
2 Penginputan data transaksi selalu dilakukan berdasarkan
dokumen sumber
3 Dilakukan pemeriksaan kembali (checking ) atas data-data
yang diinput terhadap dokumen sumber, sebelum save
dilakukan
4 Terdapat pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas
atas kebenaran data yang termuat pada dokumen
sumber
5 Setiap jenis transaksi menggunakan template (format) form
dokumen sumber yang berbeda
6 Terdapat penggunaan judul yang secara jelas
mengidentifikasikan maksud dari setiap dokumen sumber
yang ada
7 Selalu diperlukan tabbing untuk pindah ke pengentrian field
berikutnya
8 Tampilan caption secara jelas dapat dibedakan dari data-
entry field terkait
9 Caption secara jelas mengidentifikasikan maksud dari data-
entry field yang harus diisi
10 Warna yang digunakan pada form-form aplikasi
menyilaukan mata
11 Terdapat menu fasilitas help pada aplikasi
12 Terdapat fasilitas prompting yang menampilkan pesan
informasi atas tindakan yang harus diambil oleh user dalam
melakukan pengentrian data
13 Kode transaksi yang digunakan terdiri dari gabungan antara
karakter angka dan karakter huruf (alphanumeric mix)

14 Digunakan kombinasi antara huruf besar dan kecil untuk


keperluan pengkodean
15 Penggunaan icon-icon menu yang terdapat pada aplikasi
mudah untuk dimengerti
B Pengendalian Proses
1 Terdapat kontrol yang memadai yang menjamin bahwa
semua transaksi yang diterima, diproses oleh komputer
2 Jika menggunakan teknik batch total yang ditetapkan
dimuka,komputer mengakumulasikan dan membandingkan
batch total dalam tiap run, transaksi yang berhubungan
diproses, batch total yang dihasilkan oleh komputer
dibandingkan dengan telah ditetapkan di muka

3 Jika tidak, terdapat ada metode pengganti yang efektif untuk


memverifikasi semua transaksi yang diproses
4 Record input , terutama field-field yang penting seperti nomor
STS, SP2D, Jumlah Rp., dan lain-lain diuji untuk:
a) Charakter checks
b) Sign checks
c) Validity checks
d) Limit and resaonables checks
e) Sequance checks
f) Arithmetic checks
g) Self-checking digit
h) Control total checks
i) Run to run checks
j) Over-flow checks
5 Terdapat program checks untuk mendeteksi data yang hilang
atau tidak diproses
Kuesioner

No. Pernyataan TS R S Keterangan


6 Terdapat program yang dijalankan dapat menguji validitas
kode pada data input dan berhenti atau menampilkan error
message jika kode tersebut tidak sah
7 Terdapat prosedur tindak lanjut untuk menentukan bahwa
koreksi telah dilakukan atas kesalahan yang ditemukan oleh
komputer
8 Terdapat prosedur check point dan restrart, khususnya untuk
program yang waktu prosesnya lebih dari dari 10 menit

C Pengendalian Output
1 Pada setiap jenis laporan yang dicetak, tercantum informasi
mengenai:
a. nama laporan
b. waktu dan tanggal laporan dicetak (time stamping ).
c. cakupan periode atas laporan.
d. staf yang mencetak laporan terkait.
e. nomor halaman dari laporan.
f. total halaman dari laporan yang dicetak.
2 Nama laporan yang tercantum secara jelas
mengidentifikasikan isi dari laporan terkait
3 Terdapat pembedaan printer untuk keperluan pencetakan
jenis laporan yang berbeda
4 Laporan yang sensitif, dikontrol dan didistribusikan hanya
pada pihak yang berhak
5 Laporan-laporan selalu diserahkan secara langsung kepada
user yang dituju
6 Dilakukan pengecekan atas kebenaran dari isi laporan
yang dicetak sebelum digunakan
7 Koreksi dan penyesuaian kesalahan pada master file:
a) Disiapkan oleh supervisor
b) Direview dan disetujui oleh pejabat yang bertanggung
jawab atas hal itu
8 Terdapat prosedur yang menjamin bahwa semua koreksi
yang telah diotorisasi segera diproses dengan tepat dan
hasilnya adalah file yang sesuai dengan control total
9 Pada awal penggunaan aplikasi, dilakukan pengujian
untuk mengecek keakuratan dan kehandalan dari aplikasi
10 Terdapat lemari tempat penyimpanan dokumen arsip
11 Terdapat pembatasan hak akses terhadap dokumen arsip
yang disimpan
12 Dilakukan penataan atas dokumen arsip yang disimpan

13 Laporan yang dicetak selalu dikumpulkan secara seketika

14 Terdapat staf yang bertanggung jawab untuk


mengumpulkan dan mengamankan laporan output yang
tertinggal pada printer
15 Terdapat kebijakan entitas yang menetapkan mengenai
jangka waktu penyimpanan atas laporan yang dihasilkan

16 Setiap laporan yang sudah tidak dibutuhkan dihancurkan


dengan menggunakan paper shredder
Teknik Wawancara

HASIL WAWANCARA SISTEM PENGENDALIAN SISTEM INFORMASI Indeks KKP A.2.1.5.2


TERKAIT PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN Disusun Oleh : [ / / ]
Direviu Oleh : [ / / ]
Disetujui Oleh : [ / / ]

No. Pertanyaan Jawaban


A Pengendalian Manajamen Keamanan
Apakah terdapat penggunaan tabung pemadam kebakaran dan belum
1.
detektor asap di setiap ruangan gedung?
Bagaimana bentuk perawatan yang dilakukan terhadap tabung service 6 bulan sekali
2.
pemadam kebakaran?
Apakah terdapat material yang mudah terbakar di sekitar lokasi tidak
3.
peralatan komputer diletakkan
Apakah peralatan komputer tidak pernah ditutup dengan pelindung, tidak
4.
misalkan. setiap di akhir jam kerja kantor?
Apakah perusahaan terletak di daerah yang rawan banjir dan tidak
5.
gempa?
Apakah makanan dan minuman diperbolehkan untuk diletakkan pada tidak
6.
ruangan kantor?
Apakah pegawai diijinkan untuk merokok di dalam gedung entitas? tidak
7.
Apakah banyak pegawai entitas yang memiliki kebiasaan tidak
8.
merokok?
9. Apakah UPS digunakan pada semua komputer yang ada? ya
Apakah sering terjadi variasi tegangan listrik PLN di gedung tidak
10.
perusahaan?
11. Software anti virus apa yang digunakan oleh perusahaan? NOD, Avast
12. Apakah full system scan dilakukan secara berkala? ya
Apakah entitas sering menggunakan data-data masukan yang ya
13.
berasal dari removable disk (e.g.flash disk)?
Apakah terdapat kebijakan entitas dalam rangka mencegah upgrade antivirus secara berkala
14.
resiko virus komputer?
Berapa orang petugas keamanan yang digunakan oleh entitas? 6 (enam ) orang
15.
Ada berapakah jumlah jalur akses untuk masuk ke dalam gedung 5 (lima) jalur
16.
entitas?
Apakah setiap tamu yang datang diwajibkan untuk mengisi buku tidak
17.
kunjungan?
Apakah ruangan tempat aset sistem informasi berada selalu dikunci ya
18.
setelah jam kerja kantor selesai?
Apa saja fasilitas yang telah tersedia pada lokasi cadangan untuk tidak ada
19.
tempat beroperasi entitas?
20. Berapa lama sekali backup data dilakukan? backup otomatis tiap jam
Disimpan dalam bentuk apakah backup data yang dilakukan drive, optical; dan flashdisk
21.
setiap bulan? Apakah ke media optical disk?
Dimana letak lokasi cadangan tempat operasional entitas tersebut? kantor dan drive
22.
Diletakkan dimanakah generator yang dimiliki entitas? di gedung paling sudut
Asuransi apa yang dimiliki oleh entitas? Mencakup apa saja asuransi tidak ada
23. tersebut?
Apakah para pegawai mengenakan badge tanda pengenal diri ya
dalam entitas?
B Pengendalian Manajamen Operasi
1. Apakah terdapat pemisahan tugas yang jelas antara bagian ya
otorisasi, pengentrian data, dan penyimpanan stok barang?
2. Apakah buku panduan atas aplikasi dan peralatan komputer yang ya
digunakan entitas masih tersedia dengan lengkap?
3. Pada departemen mana saja supervisi dilaksanakan? tiap bidang dilakukan supervisi
4. Apakah selalu dilakukan pelatihan terhadap pegawai baru dalam ya
pengoperasian aplikasi?
5. Seberapa sering peralatan komputer yang ada (server, komputer sering
client, dan printer) digunakan?
6. Apakah dilakukan perawatan terhadap peralatan komputer yang ya
ada?
7. Bagaimana bila terjadi masalah atas peralatan komputer yang ditangani sendiri baru kalu tidak bisa memakai jasa pihak ketiga
ada?
Teknik Wawancara

No. Pertanyaan Jawaban


8. Kebijakan apa yang ditetapkan entitas mengenai masalah dianggarkan biaya pemeliharaan komputer dan jaringan
maintenance ini?
9. Apakah peralatan kantor (sep.meja dan kursi) yang ada cukup ya
nyaman untuk digunakan?
10. Apakah cahaya penerangan pada ruangan kantor cukup memadai? ya

11. Apakah udara dalam ruangan kantor selalu dalam kondisi ya


yang segar, tidak berbau apek?
12. Apakah gedung entitas terletak di daerah yang bising atau ramai? tidak

13. Apakah pada layar komputer terpantul cahaya lampu? tidak


14. Apakah terdapat pengaturan atas peralatan yang terletak di tidak
atas meja dalam rangka mendukung kegiatan pengentrian data?

15. Dimanakah dokumentasi atas aset-aset sistem informasi disimpan? sitem aplikasi barang milik daerah

16. Apakah terdapat pembatasan hak akses terhadap dokumentasi aset ya


sistem informasi tersebut?
17. Apakah dilakukan penataan atas arsip dokumentasi yang ada? ya

C Pengendalian Batasan
1. Apakah setiap staf dapat mengakses aplikasi? tidak. staf tertentu
2. Apakah terdapat penggunaan username dan password pada ya
aplikasi?
3. Kebijakan apa yang ditetapkan entitas mengenai pengendalian hak penggunaan username dan password
akses aplikasi ini?
4. Pada saat penginputan password , apakah karakter yang diinput ya
disamarkan pada layar komputer?
5. Berapakah jumlah paling sedikit digit untuk karakter password? 4

Mengapa jumlah paling sedikit digit password hanya sebatas 3 lebih dari 3
karakter saja?
6. Apakah semua staf menggunakan jumlah digit password paling tidak
sedikit 6 buah karakter?
7. Apakah dilakukan penggantian password secara berkala? tidak
8. Apakah username dan password pada aplikasi bersifat case ya
sensitive?
9. Pada username dan password , apakah dapat digunakan ya
penggunaan campuran karakter angka dan huruf?
10. Apakah dilakukan penghapusan username dan password terhadap ya
staf yang sudah mengundurkan diri/pindah?
11. Apakah dilakukan perubahan level akses aplikasi terhadap staf yang ya
dipindahtugaskan ke bagian lain?
12. Apakah aplikasi akan secara otomatis melakukan log-out apabila ya
dalam selang waktu tertentu tidak terdapat aktivitas penggunaan?

13. Apakah setelah berhasil melakukan log-in, aplikasi akan tidak, tapi terecord di database
menampilkan pesan informasi mengenai waktu akses terakhir yang
dilakukan oleh user?
14. Berapa kali usaha percobaan (limited trial) untuk melakukan log- tidak terbatas
in dapat dilakukan?
15. Pada aplikasi, apakah terdapat menu untuk mengatur level akses ya
(dalam hal melakukan read, add, modify, ataupun delete) dari setiap
user?
16. Siapakah yang berhak untuk melakukan perubahan atas level akses administrator
user?
17. Bagaimana kebijakan level akses yang ditetapkan pimpinan entitas dengan Surat Keputusan
atas aplikasi?
18. Apakah dilakukan evaluasi secara berkala atas audit trail yang ya
terdapat pada aplikasi?
19. Berapa level akses yang disediakan oleh aplikasi ? Dan apa 3 level (admin. sub admin dan operator). Admin bisa mengatur
keistimewaan yang dimiliki level administrator dibandingkan level otoritas user dan masuk ke program file
lainnya?
20. Apakah pada aplikasi terdapat fasilitas user logs ? ya
21. Apakah dilakukan evaluasi secara berkala atas informasi yang jarang
terdapat pada user logs tersebut?
Teknik Wawancara

No. Pertanyaan Jawaban


D Pengendalian Input
1. Apakah digunakan metode penginputan data yang lain selain tidak
menggunakan keyboard dan mouse (e.g. optical scanner)?
2. Apakah penginputan data transaksi selalu dilakukan berdasarkan ya
dokumen sumber?
3. Apakah dilakukan rechecking atas data yang diinput sebelum ragu
tombol “save” ditekan?
4. Apakah terdapat pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas ya
atas kebenaran data dokumen sumber?
5. Apakah digunakan template form khusus untuk setiap jenis ya
transaksi?
6. Apakah tercantum judul yang jelas pada semua dokumen sumber ya
yang ada?
7. Apakah terdapat penggunaan tabbing untuk keperluan perpindahan ya
antar field pada form aplikasi?
8. Apakah warna yang digunakan pada form-form aplikasi ya
mendukung user dalam melakukan pengentrian data?
9. Apakah semua kode yang digunakan oleh entitas menggunakan ya
karakter alphanumeric mix?
10. Apakah terdapat standar yang ditetapkan entitas mengenai format ya
pengkodean atas produk dan transaksi?
11. Apakah digunakan kombinasi antara huruf besar dan kecil untuk ya
keperluan pengkodean?
12. Bagaimana format pengkodean yang digunakan dalam rangka kode disesuaikan jenis dokumen sumber
membedakan antara kategori produk yang satu dengan yang lainnya?

13. Apakah aplikasi ….. merupakan software yang dibuat oleh entitas tidak
sendiri?
14. Apakah dilakukan perhitungan secara manual terhadap total tidak. Otomatis terhitung
nilai dari setiap transaksi yang diinput?
15. Apakah sistem akan menolak penginputan karakter huruf yang ya
dilakukan oleh user pada data-entry field yang seharusnya memuat
data angka?
16. Apakah pada form aplikasi, terdapat data-entry field yang ya
memiliki pembatasan dalam hal rentang nilai yang dapat diisi?
17. Apabila user melakukan kesalahan dalam pengentrian kode barang, tidak
apakah aplikasi memberikan pesan pemberitahuan akan hal
tersebut?
18. Apabila kode form tidak terisi apakah aplikasi akan memberikan ya
pesan informasi atas hal tersebut?
19. Apakah aplikasi memunculkan kode form secara otomatis atas setiap tidak
data transaksi baru yang dibuat oleh user?
20. Apakah para staf mengalami kesulitan dalam memberikan tidak
instruksi-instruksi untuk dijalankan oleh aplikasi?
E Pengendalian Output
1. Apakah pada semua jenis laporan tercantum informasi mengenai ya
total halaman dari laporan yang dicetak?
2. Apakah pada akhir halaman dari laporan terdapat penanda akhir atas ya
detail halaman yang dicetak?
3. Berdasarkan jenis laporan apa, pembedaan penggunaan printer tidak terdapat pembedaan, hanya pembedaan ukuran kertas
dilakukan?
4. Kebijakan apa yang ditetapkan entitas dalam hal pencetakan laporan laporan harus sudah diotorisasi pimpinan
yang sensitif?
5. Dalam kondisi apa, laporan tidak diserahkan secara langsung kepada laporan yang belum final
user yang dituju?
6. Kebijakan apa yang ditetapkan entitas dalam hal pendistribusian laporan yang didistribusikan telah diotorisasi secara cukup dan
laporan? telah diverifikasi pimpinan
7. Setiap berapa lama sekali perbandingan sisa stok antara antara data tiga bulan sekali
yang tercatat pada DBS dengan hasil opname fisik dilakukan?

8. Apakah sofware ….. dibeli dari software developer (bukan built in software developer (BPKP)
house)?
9. Pada awal pembelian aplikasi, langkah pengujian apa yang sebelum dishare ke Pemda, aplikasi telah diujicoba oleh tim
dilakukan untuk mengecek kehandalan dari aplikasi DBS? pengembang BPKP dan dikonsultasikan ke BPK
10. Apakah lemari tempat menyimpan dokumen arsip selalu dikunci? ragu
Teknik Wawancara

No. Pertanyaan Jawaban


11. Bagaimana bentuk penataan atas dokumen arsip yang disimpan? menggunakan box arsip dan almari

12. Kebijakan apa yang ditetapkan entitas dalam hal pengendalian memberikan kode dan penataan arsip sesuai ketentuan pengarsipan
terhadap report collection ?
13. Siapa yang bertanggung jawab untuk mengumpulkan dan pelaksana teknis dan atasan langsung
mengamankan laporan output yang tertinggal pada printer?
14. Berapa lama jangka waktu penyimpanan laporan output (yang 5 tahun
dihasilkan oleh module inventory) yang ditetapkan oleh entitas?

15. Atas arsip yang sudah berumur lebih dari 5 (lima) tahun, apa bentuk untuk arsip yang besifat pertanggungjawabankeuangan masih
kebijaksanaan yang ada mengenai prosedur penghancuran arsip? disimpan digudang

16. Kebijakan apa yang ditetapkan entitas terhadap laporan yang sudah disimpan di gudang / tetap diarsipkan
tidak dibutuhkan?
17. Apakah setiap laporan yang sudah tidak dibutuhkan selalu di- ya
shredding?
Rekap

KUESIONER PENGENDALIAN SISTEM INFORMASI Indeks KKP A.2.1.5.1


PROSES BISNIS PELAPORAN KEUANGAN Disusun Oleh : [ / / ]
Direviu Oleh : [ / / ]
Disetujui Oleh : [ / / ]

Kabid
Rata-Rata
No. Pernyataan BUD Akuntansi dan Jumlah
(Skor)
Pelaporan
I Pengendalian Umum
A Administrasi dan Fungsi TI
1 Terdapat bagan organisasi yang khusus menangani - -
TI
2 Semua fungsi atas data input dilakukan oleh personil - -
yang lain dari pemrogram
3 Terdapat program rotasi tugas secara priodik, misal - -
operator ditugaskan pada aplikasi tertentu, lain dari
yang bisa dikerjakan
4 Tugas karyawan TI terpisah dari semua tugas yang - -
berhubungan dengan inisiasi transaksi dan
perubahan master file
5 Dilakukan pelatihan bagi pegawai baru dalam hal - -
pengoperasian aplikasi
B Pemisahan Tugas TI
1 Terdapat job description yang jelas bagi setiap staf - -
TI
2 Terdapat buku panduan atas aplikasi dan peralatan- - -
peralatan komputer yang dimiliki entitas

3 Terdapat pengawasan (supervisi) terhadap kegiatan - -


operasional yang dilakukan
4 Terdapat staf teknisi TI di dalam entitas - -
5 Terdapat tempat penyimpanan atas dokumentasi - -
aset-aset sistem informasi secara terpisah

6 Dilakukan penataan terhadap arsip-arsip - -


dokumentasi tersebut
7 Dilakukan pemisahan antara fungsi operator, - -
programer, dan supervisor
8 Terdapat pengendalian yang menjamin bahwa - -
analisis sistem/pemrogram tidak dapat akses
terhadap file berjalan
9 Terdapat pengendalian yang menjamin bahwa staff - -
yang bertanggung jawab menyiapkan input berbeda
dengan yang memasukkan input
10 Terdapat pengendalian yang menjamin bahwa - -
output diperiksa karyawan yang lain dari yang
melaksanakan input
C Pengembangan Sistem
1 Pemakai, manajemen dan Inspektorat berpartisipasi - -
dalam pengembangan, pengawasan, review akhir,
dan pengujian aplikasi baru serta modifikasi aplikasi
yang ada
2 Spesifikasi sistem di reviu dan disetujui oleh tingkat - -
manajemen yang tepat
3 Semua perubahan program disetujui oleh kepada - -
divisi TI atau bagian yang mengelola TI
4 Terdapat metode pengembangan sistem aplikasi - -
yang dimiliki di Pemerintah Daerah
5 Terdapat prosedur tertulis untuk pemeliharaan - -
program yang menyediakan:
a. Permohonan formal untuk merubah program - -
b. Persetujuan oleh individu yang bertanggung - -
jawab atas perubahan program
Rekap

Kabid
Rata-Rata
No. Pernyataan BUD Akuntansi dan Jumlah
(Skor)
Pelaporan
c. Pengujian atas perubahan program sebelum - -
diterima?
D Keamanan Fisik dan On Line
1 Terdapat penggunaan username dan - -
password (menu log-in) pada aplikasi entitas
2 Ketika pengentrian password dilakukan, karakter - -
password yang dientry tersamarkan
3 Dilakukan penggantian password secara berkala, - -
paling sedikit 1 (satu) kali dalam 6 (enam) bulan

4 Aplikasi akan secara otomatis melakukan log-out - -


apabila dalam selang waktu tertentu tidak terdapat
aktivitas penggunaan atas aplikasi entitas
5 Setelah berhasil melakukan log-in , aplikasi akan - -
menampilkan pesan informasi mengenai waktu
akses terakhir yang dilakukan oleh user
6 Semua komputer terhubung dalam jaringan client- - -
server
7 Semua komputer terhubung dalam jaringan internet - -

8 Tersedia fasilitas audit trail pada aplikasi - -


9 Terdapat pembatasan usaha (limited trial) untuk - -
melakukan log-in
10 Username dan password bersifat case-sensitive - -
11 Username dan password menggunakan campuran - -
antara karakter huruf dan angka (alphanumeric mix )

12 Dilakukan penonaktifan atau penghapusan password - -


atas pegawai yang telah berhenti bekerja/pindah

13 Pada aplikasi terdapat menu yang berguna - -


untuk melakukan pengaturan atas level akses user
dalam penggunaan aplikasi
14 Dilakukan perubahan level akses aplikasi terhadap - -
pegawai yang dipindahtugaskan ke departemen lain

15 Terdapat pembagian level akses staf terhadap - -


aplikasi
16 Terdapat fasilitas user logs (audit trail ) pada - -
aplikasi
17 Dilakukan evaluasi terhadap user logs secara - -
berkala
18 Terdapat penggunaan tanda pengenal (badge ) bagi:

a. Pegawai (PNS/PTT) - -
b. Tamu - -
19 Terdapat pengisian buku kunjungan tamu bagi - -
setiap pihak luar yang memasuki gedung entitas

20 Terdapat penggunaan software anti virus pada - -


setiap komputer
21 Sering digunakan removable disk (seperti flashdisk ) - -

22 Selalu dilakukan pengecekan dengan software anti - -


virus terhadap setiap file yang digunakan
23 Dilakukan scanning virus secara berkala - -
E Rencana Cadangan (Back Up) dan
Contigency
1 Dilakukan back-up data secara berkala - -
2 Entitas mengasuransikan aset-aset yang dimilikinya - -
Rekap

Kabid
Rata-Rata
No. Pernyataan BUD Akuntansi dan Jumlah
(Skor)
Pelaporan
3 Entitas memiliki lokasi cadangan untuk tempat - -
beroperasi apabila sewaktu-waktu gedung entitas
tidak dapat digunakan untuk bekerja
F Pengendalian Perangkat Keras
1 Pada ruangan kantor terdapat:
a. tabung pemadam kebakaran - -
b. alarm kebakaran - -
c. water sprinkler - -
d. detektor asap - -
2 Dilakukan perawatan secara berkala terhadap - -
tabung pemadam kebakaran, alarm kebakaran,
water sprinkler dan detektor asap
3 Digunakan penutup / bahan pelindung terhadap - -
peralatan komputer yang sudah selesai digunakan
4 Terdapat penggunaan UPS (Uninterruptible - -
Power Supply) pada komputer
5 Tidak pernah terjadi variasi tegangan listrik, - -
termasuk terjadinya pemadaman listrik PLN dalam
waktu singkat
6 Terdapat generator/genset pada gedung Entitas - -
7 Terdapat penggunaan petugas keamanan kantor - -
8 Terdapat alarm keamanan pada gedung entitas - -
9 Terdapat kebijakan dilarang merokok dalam - -
ruangan kantor
10 Dilakukan penguncian pada ruangan kantor setelah - -
para pegawai pulang kerja
11 Langit-langit gedung dilapisi dengan bahan - -
waterproof
12 Terdapat kebijaksanaan entitas yang melarang - -
pegawai untuk membawa masuk makanan dan
minuman ke dalam ruangan kantor

13 Di lokasi gedung entitas bebas dari banjir - -

II Pengendalian Aplikasi
A Pengendalian Input
1 Penginputan data dilakukan dengan menggunakan - -
metode keyboarding
2 Penginputan data transaksi selalu dilakukan - -
berdasarkan dokumen sumber
3 Dilakukan pemeriksaan kembali (checking ) atas - -
data-data yang diinput terhadap dokumen sumber,
sebelum save dilakukan
4 Terdapat pembagian tugas dan tanggung jawab - -
yang jelas atas kebenaran data yang termuat
pada dokumen sumber
5 Setiap jenis transaksi menggunakan template - -
(format) form dokumen sumber yang berbeda
6 Terdapat penggunaan judul yang secara jelas - -
mengidentifikasikan maksud dari setiap dokumen
sumber yang ada
7 Selalu diperlukan tabbing untuk pindah ke - -
pengentrian field berikutnya
8 Tampilan caption secara jelas dapat dibedakan dari - -
data-entry field terkait
9 Caption secara jelas mengidentifikasikan maksud - -
dari data-entry field yang harus diisi
10 Warna yang digunakan pada form-form aplikasi - -
menyilaukan mata
11 Terdapat menu fasilitas help pada aplikasi - -
Rekap

Kabid
Rata-Rata
No. Pernyataan BUD Akuntansi dan Jumlah
(Skor)
Pelaporan
12 Terdapat fasilitas prompting yang menampilkan - -
pesan informasi atas tindakan yang harus diambil
oleh user dalam melakukan pengentrian data

13 Kode transaksi yang digunakan terdiri dari gabungan - -


antara karakter angka dan karakter huruf
(alphanumeric mix )
14 Digunakan kombinasi antara huruf besar dan kecil - -
untuk keperluan pengkodean
15 Penggunaan icon-icon menu yang terdapat pada - -
aplikasi mudah untuk dimengerti
B Pengendalian Proses
1 Terdapat kontrol yang memadai yang menjamin - -
bahwa semua transaksi yang diterima, diproses oleh
komputer
2 Jika menggunakan teknik batch total yang - -
ditetapkan dimuka,komputer mengakumulasikan dan
membandingkan batch total dalam tiap run,
transaksi yang berhubungan diproses, batch total
yang dihasilkan oleh komputer dibandingkan dengan
telah ditetapkan di muka
Rekap

Kabid
Rata-Rata
No. Pernyataan BUD Akuntansi dan Jumlah
(Skor)
Pelaporan
3 Jika tidak, terdapat ada metode pengganti yang - -
efektif untuk memverifikasi semua transaksi yang
diproses
4 Record input , terutama field-field yang penting - -
seperti nomor STS, SP2D, Jumlah Rp., dan lain-lain
diuji untuk:
a) Charakter checks
b) Sign checks
c) Validity checks
d) Limit and resaonables checks
e) Sequance checks
f) Arithmetic checks
g) Self-checking digit
h) Control total checks
i) Run to run checks
j) Over-flow checks
5 Terdapat program checks untuk mendeteksi data - -
yang hilang atau tidak diproses

6 Terdapat program yang dijalankan dapat menguji - -


validitas kode pada data input dan berhenti atau
menampilakan error message jika kode tersebut
tidak sah
7 Terdapat prosedur tindak lanjut untuk menentukan - -
bahwa koreksi telah dilakukan atas kesalahan yang
ditemukan oleh komputer
8 Terdapat prosedur check point dan restrart, - -
khususnya untuk program yang waktu prosesnya
lebih dari dari 10 menit
C Pengendalian Output
1 Pada setiap jenis laporan yang dicetak, tercantum
informasi mengenai:
a. nama laporan - -
b. waktu dan tanggal laporan dicetak (time - -
stamping )
c. cakupan periode atas laporan - -
d. staf yang mencetak laporan terkait - -
e. nomor halaman dari laporan - -
f. total halaman dari laporan yang dicetak - -
2 Nama laporan yang tercantum secara jelas - -
mengidentifikasikan isi dari laporan terkait
3 Terdapat pembedaan printer untuk keperluan - -
pencetakan jenis laporan yang berbeda
4 Laporan yang sensitif, dikontrol dan didistribusikan - -
hanya pada pihak yang berhak
5 Laporan-laporan selalu diserahkan secara langsung - -
kepada user yang dituju
6 Dilakukan pengecekan atas kebenaran dari isi - -
laporan yang dicetak sebelum digunakan
7 Koreksi dan penyesuaian kesalahan pada master file: - -
a) Disiapkan oleh supervisor
b) Direview dan disetujui oleh pejabat yang
bertanggung jawab atas hal itu

8 Terdapat prosedur yang menjamin bahwa semua - -


koreksi yang telah diotorisasi segera diproses
dengan tepat dan hasilnya adalah file yang sesuai
dengan control total
9 Pada awal penggunaan aplikasi, dilakukan - -
pengujian untuk mengecek keakuratan dan
kehandalan dari aplikasi
10 Terdapat lemari tempat penyimpanan dokumen - -
arsip
Rekap

Kabid
Rata-Rata
No. Pernyataan BUD Akuntansi dan Jumlah
(Skor)
Pelaporan
11 Terdapat pembatasan hak akses terhadap dokumen - -
arsip yang disimpan
12 Dilakukan penataan atas dokumen arsip yang - -
disimpan
13 Laporan yang dicetak selalu dikumpulkan secara - -
seketika
14 Terdapat staf yang bertanggung jawab untuk - -
mengumpulkan dan mengamankan laporan
output yang tertinggal pada printer
15 Terdapat kebijakan entitas yang menetapkan - -
mengenai jangka waktu penyimpanan atas
laporan yang dihasilkan
16 Setiap laporan yang sudah tidak dibutuhkan - -
dihancurkan dengan menggunakan paper shredder

KESIMPULAN SPI TI:


UNSUR SPI SKOR
I Pengendalian Umum
A Administrasi dan Fungsi TI -
B Pemisahan Tugas TI -
C Pengembangan Sistem -
D Keamanan Fisik dan On Line -
E Rencana Cadangan (Back Up) dan Contigency -
F Pengendalian Perangkat Keras -
II Pengendalian Aplikasi
A Pengendalian Input -
B Pengendalian Proses -
C Pengendalian Output -
JUMLAH -
RATA-RATA SKOR -

Nilai KESIMPULAN
EFEKTIVITAS
SPI
2,34 - 3,00 Efektif
1,67 - 2,33 Belum
Sepenuhnya
1,00 - 1,66 Tidak Efektif
HASIL WAWANCARA SISTEM PENGENDALIAN SISTEM INFORMASI
TERKAIT PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN

No. Pertanyaan Jawaban


A Pengendalian Manajamen Keamanan
Apakah terdapat penggunaan tabung pemadam Tidak., tabung pemadam kebakaran memang terdapat pada setiap ruangan,
1. kebakaran dan detektor asap di setiap ruangan gedung? tetapi detektor asap hanya terdapat pada ruangan gudang saja.

Bagaimana bentuk perawatan yang dilakukan terhadap Setiap setahun sekali petugas dari kantor pemadam kebakaran datang untuk
2. tabung pemadam kebakaran? melakukan pengecekan terhadap kondisi kelayakan dan melakukan pengisian ulang
terhadap tabung pemadam kebakaran.
Apakah terdapat material yang mudah terbakar di Tidak, keberadaan peralatan komputer sangat dijaga. Semua material yang mudah
3. sekitar lokasi peralatan komputer diletakkan terbakar, dan juga yang berbentuk liquid tidak boleh diletakkan di dekat peralatan
komputer.
Apakah peralatan komputer tidak pernah ditutup dengan Tidak, peralatan komputer tidak pernah ditutupi dengan bahan pelindung. Diakhir jam
4. pelindung, misalkan. setiap di akhir jam kerja kantor? kerja kantor, semua peralatan komputer hanya dimatikan saja.

Apakah perusahaan terletak di daerah yang rawan Tidak, gedung perusahaan berada di daerah yang bebas banjir dan tidak rawan gempa.
5. banjir dan gempa?
Apakah makanan dan minuman diperbolehkan untuk Ya, makanan dan minuman boleh dibawa masuk ke dalam ruangan kantor. Meskipun
diletakkan pada ruangan kantor? demikian, terdapat kebijakan perusahaan mengenai peletakkan minuman dan semua
6. material yang berbentuk cairan harus jauh dari tempat aset-aset sistem informasi berada

Apakah pegawai diijinkan untuk merokok di dalam Tidak, terdapat kebijakan perusahaan yang menetapkan bahwa seluruh ruangan di gedung
7. gedung entitas? perusahaan merupakan daerah bebas rokok.
Apakah banyak pegawai entitas yang memiliki Tidak, sebagian besar karyawan tidak memiliki kebiasaan merokok.
8.
kebiasaan merokok?
Apakah UPS digunakan pada semua komputer Ya, semua komputer yang ada dilengkapi dengan UPS.
9. yang ada?
Apakah sering terjadi variasi tegangan listrik PLN di Ya, aliran listrik dari PLN sering kali tidak menentu, dan sering terjadi pemadaman
10.
gedung perusahaan? listrik sekejap dari pihak.
Software anti virus apa yang digunakan oleh Perusahaan menggunakan symantec anti virus.
11.
perusahaan?
Apakah full system scan dilakukan secara berkala? Tidak, full system scan pada komputer jarang dilakukan.
12.
Apakah entitas sering menggunakan data-data masukan Tidak, para staf jarang menggunakan data masukan yang berasal dari removable disk.
13. yang berasal dari removable disk (e.g.flash disk)? Data masukan yang digunakan hampir selalu berupa dokumen sumber.

Apakah terdapat kebijakan entitas dalam rangka Ya, adanya kebijakan perusahaan yang melarang para staf untuk meng-install
14. mencegah risiko virus komputer? software tambahan ke dalam komputer tanpa seijin dari pimpinan perusahaan; dan
dilakukannya backup data secara berkala.
Berapa orang petugas keamanan yang digunakan oleh Terdapat dua orang petugas keamanan yang ditempatkan di pintu masuk gedung.
15. entitas?
Ada berapakah jumlah jalur akses untuk masuk ke dalam Hanya terdapat satu jalur akses untuk memasuki gedung perusahaan, yaitu pintu
16. gedung entitas? masuk yang dijaga oleh petugas keamanan.
Apakah setiap tamu yang datang diwajibkan untuk Tidak, perusahaan tidak memiliki buku kunjungan yang wajib diisi oleh tamu yang
17. mengisi buku kunjungan? datang ke perusahaan.
Apakah ruangan tempat aset sistem informasi berada Ya, ruangan selalu dikunci setelah para karyawan selesai bekerja di akhir hari.
18. selalu dikunci setelah jam kerja kantor selesai?
Apa saja fasilitas yang telah tersedia pada lokasi Fasilitas generator, air conditioning (AC), dan semua perabotan kantor.
19. cadangan untuk tempat beroperasi entitas?
20. Berapa lama sekali backup data dilakukan? Setiap 1 (satu) bulan sekali backup data dilakukan.
Disimpan dalam bentuk apakah backup data yang Backup data yang dilakukan tidak disimpan ke cd, semua data backup disimpan pada
21. dilakukan setiap bulan? Apakah ke media optical disk ? drive d: server.

Dimana letak lokasi cadangan tempat operasional Ada di Jl.Karang Cantik BBV B 17. Jakarta Utara.
22. entitas tersebut?
Diletakkan dimanakah generator yang dimiliki Generator diletakkan di lantai 3 gedung perusahaan.
entitas?
Asuransi apa yang dimiliki oleh entitas? Mencakup apa Asuransi ACA, yang mencakup asuransi atas gedung dan seluruh isinya, termasuk
23. saja asuransi tersebut? peralatan komputer yang ada.
Apakah para pegawai mengenakan badge tanda Tidak, perusahaan tidak menggunakan badge bagi para karyawan.
pengenal diri dalam entitas?
B Pengendalian Manajamen Operasi
1. Apakah terdapat pemisahan tugas yang jelas antara Ya, kepala gudang bertanggung jawab atas penyimpanan stok barang, dan kepala gudang
bagian otorisasi, pengentrian data, dan penyimpanan mengeluarkan barang dari gudang berdasarkan faktur yang telah terotorisasi, sedangkan
stok barang? staf admin menangani masalah pengentrian data.
2. Apakah buku panduan atas aplikasi dan peralatan Ya, semua dokumentasi yang berkaitan dengan aset informasi tersedia dengan
komputer yang digunakan entitas masih tersedia dengan lengkap dan dikelola dengan baik.
lengkap?
3. Pada departemen mana saja supervisi dilaksanakan? Supervisi dilakukan pada semua bagian atau departemen yang ada.

4. Apakah selalu dilakukan pelatihan terhadap pegawai Ya, setiap karyawan baru yang diterima bekerja selalu diberikan pelatihan atas aplikasi-
baru dalam pengoperasian aplikasi? aplikasi yang akan digunakan dalam tugasnya sehari-hari.
5. Seberapa sering peralatan komputer yang ada (server, Peralatan komputer digunakan secara aktif setiap hari untuk kegiatan operasional
komputer client, dan printer ) digunakan? perusahaan selama jam kerja kantor.
6. Apakah dilakukan perawatan terhadap peralatan Ya, setiap staf bertanggung jawab atas kebersihan dan perawatan terhadap peralatan
komputer yang ada? komputer yang digunakan dalam keseharian pekerjaannya.
7. Bagaimana bila terjadi masalah atas peralatan Perusahaan pada hari yang sama akan menghubungi pihak teknisi dari luar untuk
komputer yang ada? dilakukan service atau perbaikan.
8. Kebijakan apa yang ditetapkan entitas mengenai masalah Khusus untuk maintenance terhadap CPU, apabila memungkinkan, pemindahan atas
maintenance ini? data-data dan program penting dari mesin harus dilakukan sebelum diserahkan kepada
pihak teknisi.
9. Apakah peralatan kantor (seperti meja dan kursi) Ya, meja dan kursi yang ada nyaman untuk digunakan.
yang ada cukup nyaman untuk digunakan?
10. Apakah cahaya penerangan pada ruangan kantor cukup Ya, penerangan ruangan yang ada sangat memadai dan tentunya kondusif bagi aktivitas
memadai? kerja karyawan.
11. Apakah udara dalam ruangan kantor selalu dalam Ya, ruangan kantor tidak pernah berbau apek, ataupun tidak segar.
kondisi yang segar, tidak berbau apek?
12. Apakah gedung entitas terletak di daerah yang bising Tidak, daerah lokasi gedung berada tidak bising/ramai.
atau ramai?
13. Apakah pada layar komputer terpantul cahaya lampu? Tidak, karena setiap staf memposisikan layarnya sedemikian rupa agar tidak terjadi
pantulan cahaya.
14. Apakah terdapat pengaturan atas peralatan yang Ya, setiap staf menata mejanya dengan baik, yang mendukung efektifitas kerjanya
terletak di atas meja dalam rangka mendukung kegiatan masing-masing.
pengentrian data?
15. Dimanakah dokumentasi atas aset-aset sistem Semua dokumentasi atas aset sistem informasi disimpan di lemari kantor.
informasi disimpan?
16. Apakah terdapat pembatasan hak akses terhadap Ya, terdapat staf yang bertanggung jawab atas penyimpanan dokumentasi-
dokumentasi aset sistem informasi tersebut? dokumentasi tersebut. Akses ke dokumentasi harus melalui persetujuan dari staf
tersebut.
17. Apakah dilakukan penataan atas arsip dokumentasi Tidak, arsip-arsip dokumentasi tersebut langsung disimpan pada lemari, tanpa dilakukan
yang ada? pengelompokan.
C Pengendalian Batasan
1. Apakah setiap staf dapat mengakses aplikasi? Tidak. Tidak semua komputer staf terhubung dalam jaringan client-server untuk keperluan
penggunaan aplikasi DBS.
2. Apakah terdapat penggunaan username dan password Ya, setiap staf untuk dapat masuk ke menu utama DBS harus memasukkan username
pada aplikasi? dan password terlebih dahulu.
3. Kebijakan apa yang ditetapkan entitas mengenai Adanya penekanan dari pihak pimpinan untuk tidak memberitahukan username dan
pengendalian hak akses aplikasi ini? password yang dimiliki oleh staf pengguna aplikasi DBS.
4. Pada saat penginputan password , apakah karakter yang Ya, setiap karakter password yang dimasukkan, akan tampak pada layar komputer berupa
diinput disamarkan pada layar komputer? dot hitam ( ● ).
5. Berapakah jumlah paling sedikit digit untuk karakter Minimal jumlah digit untuk karakter password sebanyak 3 (tiga) buah.
password?
Mengapa jumlah paling sedikit digit password hanya Karena pada saat pembelian aplikasi, hal itu tidak dipermasalahkan oleh pimpinan
sebatas 3 (tiga) karakter saja? perusahaan.
6. Apakah semua staf menggunakan jumlah digit password Tidak, sebagian dari para karyawan menggunakan jumlah digit password kurang dari
paling sedikit 6 (enam) buah karakter? enam buah.
7. Apakah dilakukan penggantian password secara Tidak, penggantian password jarang sekali dilakukan.
berkala?
8. Apakah username dan password pada aplikasi Ya, apabila kita salah memasukkan jenis huruf (uppercase/lowercase) secara tidak
bersifat case sensitive ? tepat maka aplikasi akan men-denied login yang kita lakukan.
9. Pada username dan password , apakah dapat Ya, alphanumeric mix dapat digunakan untuk pengisian username dan password.
digunakan penggunaan campuran karakter angka dan
huruf?
10. Apakah dilakukan penghapusan username dan Tidak, username dan password atas karyawan yang sudah mengundurkan diri
password terhadap staf yang sudah mengundurkan dibiarkan begitu saja, tidak dihapus.
diri/pindah?
11. Apakah dilakukan perubahan level akses aplikasi Tidak, sebab semua staf di-set sebagai level ”administrator”.
terhadap staf yang dipindahtugaskan ke bagian lain?
12. Apakah aplikasi akan secara otomatis melakukan log- Tidak, user harus mengklik menu ”Exit ” untuk keluar dari sistem aplikasi.
out apabila dalam selang waktu tertentu tidak terdapat
aktivitas penggunaan?
13. Apakah setelah berhasil melakukan log-in, aplikasi akan Tidak, setelah log-in berhasil dilakukan, maka akan langsung masuk ke menu
menampilkan pesan informasi mengenai waktu akses tampilan utama.
terakhir yang dilakukan oleh user?
14. Berapa kali usaha percobaan (limited trial) untuk Tiga kali, apabila telah 3 kali gagal, maka account user yang bersangkutan akan diblokir.
melakukan log-in dapat dilakukan?
15. Pada aplikasi, apakah terdapat menu untuk mengatur Ya, pada aplikasi DBS terdapat menu untuk pengaturan batasan tindakan yang dapat
level akses (dalam hal melakukan read, add, modify, dilakukan oleh setiap user dalam mengakses DBS, yaitu pada menu ”User Setup ”.
ataupun delete ) dari setiap user?
16. Siapakah yang berhak untuk melakukan perubahan atas Penetapan action privilege terhadap masing-masing staf pengguna aplikasi
level akses user? hanya dapat dilakukan oleh pimpinan perusahaan.
17. Bagaimana kebijakan level akses yang ditetapkan Semua staf pengguna aplikasi DBS di-set sebagai level administrator.
pimpinan entitas atas aplikasi?
18. Apakah dilakukan evaluasi secara berkala atas audit Tidak, tidak pernah dilakukan evaluasi atas audit trail yang ada.
trail yang terdapat pada aplikasi?
19. Berapa level akses yang disediakan oleh aplikasi ? Dan Terdapat 2 level, yaitu level administrator dan level user. Level administrator dapat
apa keistimewaan yang dimiliki level administrator melakukan read, add, modify, dan delet e pada semua modul yang terdapat pada aplikasi,
dibandingkan level lainnya? sedangkan untuk level user, terdapat pembatasan akses sesuai setting yang dapat di-
customized.
20. Apakah pada aplikasi terdapat fasilitas user logs ? Ya, aplikasi DBS menyediakan fasilitas user logs.

21. Apakah dilakukan evaluasi secara berkala atas informasi Tidak, fasilitas user logs tidak pernah digunakan.
yang terdapat pada user logs tersebut?
D Pengendalian Input
1. Apakah digunakan metode penginputan data yang lain Tidak, untuk keperluan pengentrian data hanya menggunakan keyboard dan mouse
selain menggunakan keyboard dan mouse (e.g. optical saja.
scanner)?
2. Apakah penginputan data transaksi selalu dilakukan Ya, setiap kegiatan pengentrian data transaksi harus didasarkan atas dokumen sumber.
berdasarkan dokumen sumber?
3. Apakah dilakukan rechecking atas data yang diinput Ya, terdapat kebijakan perusahaan untuk dilakukannya pemeriksaan kembali atas
sebelum tombol “save” ditekan? data-data yang diinput terhadap dokumen sumber sebelum saving dilakukan.

4. Apakah terdapat pembagian tugas dan tanggung jawab Ya, staf yang membuat dan memberikan otorisasi bertanggung jawab atas kebenaran
yang jelas atas kebenaran data dokumen sumber? data yang termuat pada dokumen sumber yang bersangkutan.

5. Apakah digunakan template form khusus untuk setiap Tidak, untuk keperluan barang rusak, barang renovasi, dan koreksi stok digunakan nota
jenis transaksi? memo serba guna.

6. Apakah tercantum judul yang jelas pada semua dokumen Tidak, dokumen sumber yang digunakan untuk keperluan pencatatan barang rusak,
sumber yang ada? barang renovasi, dan koreksi stok tidak tercantum judul dokumen yang bersangkutan.

7. Apakah terdapat penggunaan tabbing untuk keperluan Ya, user harus selalu melakukan tabbing untuk pindah ke field berikutnya.
perpindahan antar field pada form aplikasi?

8. Apakah warna yang digunakan pada form-form Ya, penggunaan warna yang ada pada aplikasi sudah baik.
aplikasi mendukung user dalam melakukan pengentrian
data?
9. Apakah semua kode yang digunakan oleh entitas Tidak. Untuk beberapa kategori produk, kode yang digunakan hanya terdiri dari
menggunakan karakter alphanumeric mix? angka saja.
10. Apakah terdapat standar yang ditetapkan entitas Tidak ada. Perusahaan memberikan kewenangan kepada staf admin untuk
mengenai format pengkodean atas produk dan transaksi? menentukan sendiri format kode transaksi yang diperlukan. Sedangkan untuk keperluan
pengkodean atas produk, perusahaan secara langsung menggunakan kode produk dari
supplier.

11. Apakah digunakan kombinasi antara huruf besar dan Tidak. Semua kode hanya menggunakan huruf besar.
kecil untuk keperluan pengkodean?
12. Bagaimana format pengkodean yang digunakan Dua digit awal dari setiap kode barang berperan sebagai identifier atas kategori
dalam rangka membedakan antara kategori produk yang produk,misalnya.01-kategori ”Camera”, 02- kategori ”Golden”.
satu dengan yang lainnya?
13. Apakah aplikasi ….. merupakan software yang dibuat Tidak, aplikasi tersebut dibeli dari software developer, yang merupakan paket aplikasi
oleh entitas sendiri? terstandardisasi untuk kebutuhan perusahaan skala menengah.
14. Apakah dilakukan perhitungan secara manual Ya, dilakukan perhitungan secara manual untuk mengetahui total nilai dari setiap
terhadap total nilai dari setiap transaksi yang diinput? transaksi yang terjadi.

15. Apakah sistem akan menolak penginputan karakter huruf Ya, karakter huruf yang diinput oleh user tidak akan muncul pada data entry field yang
yang dilakukan oleh user pada data-entry field yang bersangkutan.
seharusnya memuat data angka?
16. Apakah pada form aplikasi, terdapat data-entry field Ya, biasanya rentang nilai berlaku pada field ”Lokasi”.
yang memiliki pembatasan dalam hal rentang nilai yang
dapat diisi?
17. Apabila user melakukan kesalahan dalam pengentrian Ya, aplikasi akan secara otomatis memunculkan tampilan list daftar kode barang
kode barang, apakah aplikasi memberikan pesan yang paling mendekati kode barang yang salah dientri tersebut.
pemberitahuan akan hal tersebut?

18. Apabila kode form tidak terisi apakah aplikasi akan Ya, aplikasi akan memunculkan pesan kesalahan, yang memberitahukan bahwa kode
memberikan pesan informasi atas hal tersebut? form tidak terisi. Kode form harus diisi terlebih dahulu sebelum data dapat diproses
lebih lanjut.
19. Apakah aplikasi memunculkan kode form secara Ya, kode form secara otomatis dihasilkan berdasarkan abjad dan nomor urut terakhir yang
otomatis atas setiap data transaksi baru yang dibuat oleh ada, dimana user dapat mengubah kode form sesuai dengan jenis transaksi yang
user? diperlukan.
20. Apakah para staf mengalami kesulitan dalam Tidak, karena aplikasi yang ada user friendly (berbasis menu), dan juga oleh karena
memberikan instruksi-instruksi untuk dijalankan oleh adanya kebijakan perusahaan dalam hal perekrutan karyawan, yaitu untuk jabatan staf
aplikasi? admin diharuskan.
E Pengendalian Output
1. Apakah pada semua jenis laporan tercantum informasi Tidak, tetapi sebagian besar dari jenis laporan yang ada tidak memuat informasi
mengenai total halaman dari laporan yang dicetak? mengenai total halaman.

2. Apakah pada akhir halaman dari laporan terdapat Ya. Pada setiap halaman akhir laporan terdapat penanda akhir atas detail yang dicetak,
penanda akhir atas detail halaman yang dicetak? bisa berupa garis pembatas tebal ataupun berupa baris yang berisi keterangan ”Total”.

3. Berdasarkan jenis laporan apa, pembedaan penggunaan Berdasarkan jenis laporan transaksi biasa (reguler) dan laporan yang bersifat sensitif.
printer dilakukan?
4. Kebijakan apa yang ditetapkan entitas dalam hal Bahwa setiap staf yang melakukan pencetakan laporan harus melakukan
pencetakan laporan yang sensitif? pengecekan atas correct printer yang dipilih sebelum menekan tombol ”print”.
5. Dalam kondisi apa, laporan tidak diserahkan secara Bila user yang dituju sedang tidak berada di tempat, maka biasanya laporan diletakkan
langsung kepada user yang dituju? langsung di atas meja kerja user yang dituju dan hanya ditempeli dengan memo.

6. Kebijakan apa yang ditetapkan entitas dalam hal Bahwa pendistribusian laporan harus dilakukan secara langsung kepada user yang dituju.
pendistribusian laporan?
7. Setiap berapa lama sekali perbandingan sisa stok antara Setiap satu bulan sekali dilakukan perbandingan sisa stok antara antara data yang
antara data yang tercatat pada DBS dengan hasil tercatat pada DBS dengan hasil opname fisik dilakukan.
opname fisik dilakukan?
8. Apakah sofware ….. dibeli dari software developer Ya, software DBS Solutions dibeli dari software developer (bukan built in house ).
(bukan built in house )?
9. Pada awal pembelian aplikasi, langkah pengujian apa Dengan melakukan perbandingan antara data inputan dengan output yang dihasilkan
yang dilakukan untuk mengecek kehandalan dari apakah sesuai ataukah tidak. Termasuk juga dilakukan uji perhitungan secara manual
aplikasi DBS? atas data yang ada.
10. Apakah lemari tempat menyimpan dokumen arsip selalu Ya, dan staf admin bertanggung jawab terhadap penyimpanan arsip tersebut.
dikunci?
11. Bagaimana bentuk penataan atas dokumen arsip yang Dokumen arsip disusun berdasarkan kategori, yaitu customer/consignee,sample-out,
disimpan? sample-in , dan juga surat jalan.
12. Kebijakan apa yang ditetapkan entitas dalam hal Bahwa terdapat kebijakan untuk tidak membiarkan laporan yang dicetak tergeletak
pengendalian terhadap report collection ? pada printer. Laporan harus langsung dikumpulkan dan disimpan pada tempat yang
aman.
13. Siapa yang bertanggung jawab untuk mengumpulkan Chief Accounting yang bertanggung jawab untuk mengamankan semua laporan output
dan mengamankan laporan output yang tertinggal pada yang tertinggal di printer.
printer?
14. Berapa lama jangka waktu penyimpanan laporan output Perusahaan menetapkan jangka waktu penyimpanan semua laporan output dari modul
(yang dihasilkan oleh module inventory) yang inventory selama 5 (lima) tahun
ditetapkan oleh entitas?
15. Atas arsip yang sudah berumur lebih dari 5 (lima) tahun, Untuk arsip-arsip dokumen output yang sudah berumur lebih dari 5 tahun yang akan
apa bentuk kebijaksanaan yang ada mengenai prosedur dihancurkan, perlu dibuat dokumen yang memuat list arsip yang akan dishredding; dan
penghancuran arsip? dokumen tersebut harus ditandatangani baik oleh yang memberikan otorisasi maupun
yang melakukan penghancuran arsip-arsip tersebut.

16. Kebijakan apa yang ditetapkan entitas terhadap laporan Semua laporan yang sudah tidak dibutuhkan dihancurkan dengan menggunakan paper
yang sudah tidak dibutuhkan? shredder .
17. Apakah setiap laporan yang sudah tidak dibutuhkan Tidak, para staf terkadang memotong laporan yang tidak dibutuhkan menjadi
selalu di-shredding ? beberapa bagian untuk dijadikan kertas memo.

WAKIL KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA, REPUBLIK INDONESIA,

AGUS JOKO PRAMONO AGUNG FIRMAN SAMPURNA


LAMPIRAN III.4 : KEPUTUSAN BPK-RI
NOMOR : /K/I-XIII.2/ /2020

TANGGAL : 2020

Pemeriksaan atas Laporan Keuangan


Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota ... Indeks KKP :
Tahun Anggaran 20XX Dibuat oleh :
Direviu oleh :
Disetujui oleh :
BPK RI

Kesimpulan Tingkat Efektivitas SPI Secara


Keseluruhan

No. Unsur Nilai Skor Setelah Pengujian


Pengendalian
A Efektivitas SPI tingkat entitas (COSO) ….
B Efektivitas SPI TI ....
Jumlah Nilai Skor (A + B) …
Rata-rata Nilai Skor ((A + B):2) …
Kesimpulan tingkat efektivitas SPI secara ……………..
keseluruhan

Keterangan:

Nilai (Skor) Tingkat Efektivitas SPI


2,34 - 3,00 Efektif
1,67 - 2,33 Belum Sepenuhnya
1,00 - 1,66 Tidak Efektif
Ketua Tim, Pengendali Teknis, Wakil Penanggung Jawab

..................... ............... ...........................


NIP. ... NIP. ... NIP. ...

Penanggung Jawab,

……………………………..
NIP. ...

WAKIL KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA, REPUBLIK INDONESIA,

AGUS JOKO PRAMONO AGUNG FIRMAN SAMPURNA


LAMPIRAN III.5 : KEPUTUSAN BPK-RI
NOMOR : /K/I-XIII.2/ /2020
TANGGAL : 2020

PEMERIKSAAN PENDAHULUAN Indeks KKP : A.13.3


ATAS Disusun Oleh :
LAPORAN KEUANGAN [inisial/tgl/bln/thn/paraf]
Direviu Oleh :
PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA………………
TAHUN ANGGARAN 20XX
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

Penilaian Risiko Pengendalian di Tingkat Akun

Nilai Rata-rata Pada Tiap Proses Bisnis

Subsidi, Hibah, Belanja


Belanja Modal
Sosial, Barang/Jasa Pengelolaan
Penerimaan Kepegawaian Pengelolaan dan Akuntansi dan Tingkat Risiko Pada Akun
No Akun yang akan di Periksa Penganggaran Bantuan dan Investasi dan Total Rata-Rata
Pendapatan dan Penggajian Kas Pengelolaan Pelaporan Individual
Keuangan, & Pengelolaan Pembiayaan
Aset Tetap
Tidak Terduga Persediaan

From A.13.3.1 From A.13.3.2 From A.13.3.3 From A.13.3.4 From A.13.3.5 From A.13.3.6 From A.13.3.7 From A.13.3.8 From A.13.3.9

1 2 3 4 5 7
1 Kas di Kas Daerah 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
2 Kas di Bendahara Pengeluaran 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
3 Kas di Bendahara Penerimaan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
4 Kas di Bendahara BLU 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
5 Investasi Jangka Pendek 0,00 0,00 0,00 L %
6 Piutang Pajak Daerah 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
7 Piutang Retribusi Daerah 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
8 Piutang PAD Lainnya 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
9 Piutang Dana Bagi Hasil dari Pusat 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
10 Piutang Dana Alokasi Umum 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
11 Piutang Dana Alokasi Khusus 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
12 Piutang Transfer Lainnya dari Pusat 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
13 Piutang Pendapatan Bagi Hasil dari Propinsi 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
14 Piutang Transfer Antar Daerah 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
15 Piutang Kelebihan Transfer 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
16 Bagian Lancar Pinjaman Kepada Perusahaan Negara 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
17 Bagian Lancar Pinjaman Kepada Perusahaan Daerah 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
18 Bagian Lancar Pinjaman Kepada Pemerintah Daerah Lainnya 0,00 0,00 0,00 0,00 L %

19 Bagian Lancar Pinjaman Angsuran Berjangka 0,00 0,00 0,00 0,00 L %


20 Bagian Lancar Dana Bergulir 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
21 Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
22 Bagian Lancar Tuntutan Perbendaharaan 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
23 Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
24 Piutang DPRD 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
25 Piutang Bunga 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
26 Piutang Lainnya 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
27 Penyisihan Piutang Tak Tertagih 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
28 Persediaan 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
29 Belanja Dibayar Dimuka 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
30 Investasi Non Permanen Pinjaman Kepada Perusahaan Negara 0,00 0,00 0,00 0,00 L %

31 Investasi Non Permanan Pinjaman Kepada Perusahaan Daerah 0,00 0,00 0,00 0,00 L %

32 Investasi Non Permanan Pinjaman Kepada Pemerintah Daerah 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
Lainnya
33 Investasi Non Permanan SUN dan SBI 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
34 Investasi Non Permanan Proyek Pembangunan 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
Nilai Rata-rata Pada Tiap Proses Bisnis

Subsidi, Hibah, Belanja


Belanja Modal
Sosial, Barang/Jasa Pengelolaan
Penerimaan Kepegawaian Pengelolaan dan Akuntansi dan Tingkat Risiko Pada Akun
No Akun yang akan di Periksa Penganggaran Bantuan dan Investasi dan Total Rata-Rata
Pendapatan dan Penggajian Kas Pengelolaan Pelaporan Individual
Keuangan, & Pengelolaan Pembiayaan
Aset Tetap
Tidak Terduga Persediaan

From A.13.3.1 From A.13.3.2 From A.13.3.3 From A.13.3.4 From A.13.3.5 From A.13.3.6 From A.13.3.7 From A.13.3.8 From A.13.3.9

1 2 3 4 5 7
35 Pinjaman angsuran Berjangka 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
36 Investasi Non Permanen Dana Bergulir 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
37 Investasi Non Permanen Lainnya 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
38 Investasi Permanen Penyertaan Modal Pemerintah Daerah 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
39 Investasi Permanen Lainnya 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
40 Aset Tetap Tanah 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
41 Aset Tetap Peralatan dan Mesin 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
42 Aset Tetap Gedung dan Bangunan 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
43 Aset Tetap Jalan, Irigasi, dan Jaringan 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
44 Aset Tetap Aset Tetap Lainnya 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
45 Aset Tetap Konstruksi dalam Pengerjaan 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
46 Aset Tetap Akumulasi Penyusutan 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
47 Dana Cadangan 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
48 Aset Lainnya Tagihan Penjualan Angsuran 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
49 Aset Lainnya Tuntutan Perbendaharaan 0,00 0,00 0,00 L %
50 Aset Lainnya Tagihan Tuntutan Ganti Rugi 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
51 Aset Lainnya Kemitraan Dengan Pihak Ketiga 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
52 Aset Lainnya Aset Tak Berwujud 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
53 Aset Lainnya Aset Lain-Lain 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
54 Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
55 Utang Perhitungan Pihak Ketiga (PPK)/Utang Belanja 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
56 Utang Bagi Hasil Pajak dan Retribusi Ke Kab/Kota/Desa 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
57 Utang Bunga 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
58 Bagian Lancar Utang Dalam Negeri 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
59 Bagian Lancar Utang Jangka Panjang Lainnya 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
60 Utang Jangka Pendek Lainnya 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
61 Utang Jangka Panjang Utang Dalam Negeri 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
62 Utang Jangka Panjang Lainnya 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
63 PAD Pendapatan Pajak Daerah 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
64 PAD Pendapatan Retribusi Daerah 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
65 PAD Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
Dipisahkan
66 PAD Lain-lain PAD yang sah 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
67 Transfer Pusat Dana Perimbangan Dana Bagi Hasil Pajak 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 L %

68 Transfer Pusat Dana Perimbangan Dana Bagi Hasil Sumber Daya 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
Alam
69 Transfer Pusat Dana Perimbangan Dana Alokasi Umum 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 L %

70 Transfer Pusat Dana Perimbangan Dana Alokasi Khusus 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
71 Transfer Pemerintah Pusat Lainnya Dana Otonomi Khusus 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 L %

72 Transfer Pemerintah Pusat Lainnya Dana Penyesuaian 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
73 Transfer Pemerintah Provinsi BHP Pendapatan Bagi Hasil Pajak 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
Daerah **)
74 Transfer Pemerintah Provinsi BHP Pendapatan Bagi Hasil 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
Retribusi Daerah **)
75 Transfer Pemerintah Provinsi BHP Pendapatan Bagi Hasil 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
Lainnya**)
76 Transfer Pemerintah Provinsi Lainnya Bantuan Keuangan dari 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
Propinsi **)
77 Transfer Pemerintah Provinsi Lainnya Bantuan Dana Pemekaran 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
dari Propinsi **)
Nilai Rata-rata Pada Tiap Proses Bisnis

Subsidi, Hibah, Belanja


Belanja Modal
Sosial, Barang/Jasa Pengelolaan
Penerimaan Kepegawaian Pengelolaan dan Akuntansi dan Tingkat Risiko Pada Akun
No Akun yang akan di Periksa Penganggaran Bantuan dan Investasi dan Total Rata-Rata
Pendapatan dan Penggajian Kas Pengelolaan Pelaporan Individual
Keuangan, & Pengelolaan Pembiayaan
Aset Tetap
Tidak Terduga Persediaan

From A.13.3.1 From A.13.3.2 From A.13.3.3 From A.13.3.4 From A.13.3.5 From A.13.3.6 From A.13.3.7 From A.13.3.8 From A.13.3.9

1 2 3 4 5 7
78 Transfer Pemerintah Provinsi Lainnya Bantuan Keuangan Lainnya 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
dari Propinsi **)

79 Lain-lain Pendapatan yang Sah Pendapatan Hibah 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
80 Lain-lain Pendapatan yang Sah Pendapatan Dana Darurat 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
81 Lain-lain Pendapatan yang Sah Pendapatan Lainnya 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
82 Belanja Pegawai 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
83 Belanja Barang dan Jasa 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
84 Belanja Bunga 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
85 Belanja Subsidi 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
86 Belanja Hibah 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
87 Bantuan Sosial 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
88 Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
89 Belanja Tanah 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
90 Belanja Peralatan dan Mesin 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
91 Belanja Gedung dan Bangunan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
92 Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
93 Belanja Aset Tetap Lainnya 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
94 Belanja Aset Lainnya 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
95 Belanja Tak Terduga 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
96 Transfer ke Kab/Kota Bagi Hasil Pendapatan Pajak**) 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
97 Transfer ke Kab/Kota Bagi Hasil Pendapatan Retribusi **) 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
98 Transfer ke Kab/Kota Bagi Hasil Pendapatan Lainnya**) 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
99 Transfer ke Kab/Kota Bantuan Keuangan **) 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
100 Penerimaan Pembiayaan Penggunaan SiLPA 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
101 Penerimaan Pembiayaan Pencairan Dana Cadangan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
102 Penerimaan Pembiayaan Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
Dipisahkan
103 Penerimaan Pembiayaan Penerimaan Pinjaman Dalam Negeri 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 L %

104 Penerimaan Pembiayaan Penerimaan Kembali Pinjaman Kepada 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
Perusahaan Negara
105 Penerimaan Pembiayaan Penerimaan Kembali Pinjaman Kepada 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
Perusahaan Daerah
106 Penerimaan Pembiayaan Penerimaan Kembali Pinjaman Kepada 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
Pemerintah Daerah Lainnya
107 Penerimaan Pembiayaan Penerimaan Kembali Investasi Proyek 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
Pembangunan
108 Penerimaan Pembiayaan Penerimaan Kembali Investasi SUN 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
dan SBI
109 Penerimaan Pembiayaan Penerimaan Kembali Pinjaman 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
angsuran Berjangka
110 Penerimaan Pembiayaan Penerimaan Kembali Dana Bergulir 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 L %

111 Penerimaan Pembiayaan Utang Belanja 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
112 Penerimaan Pembiayaan Penerimaan Piutang Daerah 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
113 Pengeluran Pembiayaan Pembentukan Dana Cadangan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
114 Pengeluran Pembiayaan Penyertaan Modal Pemerintah Daerah 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 L %

115 Pengeluran Pembiayaan Pembayaran Pokok Utang Pinjaman 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
Dalam Negeri
116 Pengeluran Pembiayaan Pemberian Pinjaman Kepada 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
Perusahaan Negara
117 Pengeluran Pembiayaan Pemberian Pinjaman Kepada 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
Perusahaan Daerah
118 Pengeluran Pembiayaan Pemberian Pinjaman Kepada 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
Pemerintah Daerah Lainnya
Nilai Rata-rata Pada Tiap Proses Bisnis

Subsidi, Hibah, Belanja


Belanja Modal
Sosial, Barang/Jasa Pengelolaan
Penerimaan Kepegawaian Pengelolaan dan Akuntansi dan Tingkat Risiko Pada Akun
No Akun yang akan di Periksa Penganggaran Bantuan dan Investasi dan Total Rata-Rata
Pendapatan dan Penggajian Kas Pengelolaan Pelaporan Individual
Keuangan, & Pengelolaan Pembiayaan
Aset Tetap
Tidak Terduga Persediaan

From A.13.3.1 From A.13.3.2 From A.13.3.3 From A.13.3.4 From A.13.3.5 From A.13.3.6 From A.13.3.7 From A.13.3.8 From A.13.3.9

1 2 3 4 5 7
119 Pengeluran Pembiayaan Investasi SUN dan SBI 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
120 Pengeluran Pembiayaan Investasi Proyek Pembangunan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
121 Pengeluran Pembiayaan Pinjaman angsuran Berjangka 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
122 Pengeluran Pembiayaan Penyaluran Dana Bergulir 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
123 Pengeluran Pembiayaan Utang Belanja 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
124 PAD - Pendapatan Pajak Daerah 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
125 PAD - Pendapatan Rettribusi Daerah 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
126 PAD - Hasil Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
127 PAD - PAD lainnya 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
128 Pendapatan Transfer 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
129 Lain-Lain Pendapatan yang Sah 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
130 Beban Pegawai 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
131 Beban Persediaan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
132 Beban Jasa 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
133 Beban Pemeliharaan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
134 Beban Perjalanan Dinas 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
135 Beban Bunga 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
136 Beban Subsidi 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
137 Beban Hibah 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
138 Beban Bantuan Sosial 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
139 Beban Penyusutan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
140 Beban Transfer 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
141 Beban Lain-Lain 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
142 Surplus Penjualan Aset 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
143 Defisit Penjualan Aset 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
144 Pendapatan Luar Biasa 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 L %
145 Beban Luar Biasa 0,00 0,00 0,00 0,00 L %

Nilai Tingkat Risiko


4–5 Tinggi
2 - 3,99 Sedang
1 - 1,99 Rendah
PROVINSI/KAB/KOTA……………………
TAHUN ANGGARAN XXXX
KUESIONER SISTEM PENGENDALIAN INTERN

Lampiran 3.2
PETUNJUK UMUM PENGISIAN

1 Pemeriksa dapat menambahkan dan/atau mengurangi risiko audit dan pengendalian lainnya yang relevan
terkait risiko audit, di masing-masing proses bisnis.
2 Pada Kolom, 4, pemeriksa harus mengidentifikasi apakah pengendalian yang seharusnya ada pada Kolom 3
dilakukan atau tidak oleh entitas tersebut.
3 Pemeriksa melakukan analisis pada kolom 5, apakah risiko yang diidentifikasi tersebut telah dapat dimitigasi
dengan pengendalian yang seharusnya ada atau pengendalian pengganti (compensating control) yang
dilakukan oleh entitas. Jika risiko tersebut masih ada, lakukan identifikasi dampaknya terhadap akun dan asersi
mana dari akun tersebut yang terpengaruh.
4 Lakukan skoring Asersi Pengujian Proses Bisnis (Setelah Control Test) pada kolom 8 s.d 13 sesuai pedoman
berikut.

Skor Penilaian Pengaruh Keterangan


Risiko Terhadap Asersi LK

Skor 1 Jika, semua unsur pengendalian kunci terpenuhi.


Skor 3 > 50% tetapi tidak keseluruhan unsur pengendalian kunci terpenuhi
Skor 5 < 50% unsur pengendalian kunci terpenuhi
Jika pengendalian kunci maka penilaian hanya memberikan skor 1 jika pengendalian kunci dilaksanakan
hanya ada satu dan 5 jika tidak dilaksanakan.
Prinsip dalam
memberikan
mempertimbangkan judgment auditor.
penilaian/pembobotan/
skoring.

Keterangan Asersi:
Keberadaan : Bahwa semua transaksi dan kejadian yang dicatat adalah benar-benar terjadi.

Kelengkapan : Bahwa semua transaksi dan kejadian yang seharusnya dicatat telah dicatat.
Akurasi : Bahwa semua informasi akuntansi atas transaksi telah dicatat dengan tepat atau

Pembukuan dan : Bahwa semua transfer informasi dari data rekaman transaksi pada jurnal ke sub
Pengikhtisasaran akun dan buku besar adalah akurat
Klasifikasi : Bahwa semua transaksi dan kejadian telah diklasifikasikan pada akun yang tepat

Timing : Bahwa semua transaksi dan kejadian dicatat pada waktu yang tepat
PEMERIKSAAN PENDAHULUAN A.13.2.1 Indeks KKP
ATAS Disusun Oleh : [inisial/tgl/bln/thn/paraf]
LAPORAN KEUANGAN Direviu Oleh :
[inisial/tgl/bln/thn/paraf]
PEMERINTAH PROV/KAB/KOTA………………….
TAHUN ANGGARAN 20XX
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
Penilaian Risiko di Tingkat Proses Bisnis Penganggaran

Tingkat Risiko Pada Akun


Pengendalian Kunci Asersi Pengujian Proses Bisnis (Setelah Control Test) Terpengaruh

Analisis Kelemahan Akun


No. Risiko Audit Lokasi SKPD Pembukuan
Pengendalian Terpengaruh Tingkat
Pengendalian yang dan Total Rata-rata
Pengendalian sesuai ketentuan Keterjadian Kelengkapan Akurasi Klasifikasi Timing Risiko
dilakukan dientitas Pengikhtisasa
ran
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16)
A. Penyusunan KUA dan (Suplemen A.1.)
1 KUA dan PPA disusun dengan Penyusunan sesuai dengan RKPD dan Seluruh akun 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
dokumen yang tidak memadai Permendagri No.27 Tahun 2013 tentang LRA
atau terlambat disepakati Pedoman Penyusunan APBD TA 2014.
antara KDH dan DPRD

Sekda menyetujui dan menyerahkan


Rancangan KUA kepada KDH paling
lambat Awal Juni.
KDH mengotorisasi dan menyerahkan
rancangan KUA kepada DPRD paling
lambat pertengahan Juni.
Adanya monitoring oleh TAPD atas nota
kesepakatan KUA untuk disepakati paling
lambat Minggu Ke-1 Juli.

KDH mengotorisasi dan menyerahkan


rancangan PPAS kepada DPRD paling
lambat Minggu ke-2 Juli.
Adanya monitoring oleh TAPD atas PPA
untuk disepakati paling lambat akhir Juli.

B Penyiapan Pedoman Penyusunan RKA SKPD (Suplemen A.2)


1 SE KDH tentang Pedoman TAPD membuat Rancangan Awal SE KDH Seluruh akun 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
Penyusunan RKA SKPD tidak ini mencakup: LRA
mengacu pada ketentuan 1. PPA untuk tiap program SKPD dan
rencana pendapatan dan pembiayaan
2. Sinkronisasi program dan kegiatan antar
SKPD dengan kinerja SKPD sesuai
dengan SPM
3. Batas waktu penyampaian RKA-SKPD
kepada PPKD
4. Hal-hal lain yang perlu mendapat
perhatian dari SKPD
5. Lampiran:
- KUA
- PPA
- Kode Rekening APBD
- Format RKA-SKPD
- Analisis Standar Belanja
- Standar Satuan Harga

KDH mengotorisasi Rancangan Surat


Edaran KDH tentang Pedoman
Penyusunan RKA SKPD menjadi Surat
Edaran KDH tentang Pedoman
Penyusunan RKA SKPD, paling lambat
awal bulan Agustus tahun anggaran
berjalan.
SEKDA mengkoordinasi penyebaran Surat
Edaran KDH tentang Pedoman
Penyusunan RKA SKPD kepada SKPD.

C Penyusunan RKA SKPD (Suplemen A.3)


1 Rencana penganggaran Adanya otorisasi, persetujuan dan Pendapatan 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
belanja dan pendapatan daerah verifikasi atas RKA dari Kepala SKPD dan Belanja
dalam SKPD (RKA SKPD) tidak Adanya otorisasi, persetujuan dan
memiliki dasar hukum/dasar verifikasi oleh TAPD atas RKA yang
penetapan, sumber pendapatan diusulkan oleh Kepala SKPD
dan telah sesuai kebutuhan
Tingkat Risiko Pada Akun
Pengendalian Kunci Asersi Pengujian Proses Bisnis (Setelah Control Test) Terpengaruh

Analisis Kelemahan Akun


No. Risiko Audit Lokasi SKPD Pembukuan
Pengendalian Terpengaruh Tingkat
Pengendalian yang dan Total Rata-rata
Pengendalian sesuai ketentuan Keterjadian Kelengkapan Akurasi Klasifikasi Timing Risiko
dilakukan dientitas Pengikhtisasa
ran
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16)
2 Kesalahan klasifikasi
Adanya otorisasi, persetujuan dan Pendapatan 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
penganggaran (contoh:
verifikasi atas RKA dari Kepala SKPD dan Belanja
penganggaran belanja pegawai Adanya otorisasi, persetujuan dan
pada pos belanja selain verifikasi oleh TAPD atas RKA yang
pegawai, dan seterusnya) diusulkan oleh Kepala SKPD
3 Penganggaran atas kegiatan Adanya otorisasi, persetujuan dan Pendapatan 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
yang tidak melalui verifikasi oleh TAPD atas RKA yang dan Belanja
APBD/penggunaan langsung diusulkan oleh Kepala SKPD
(contoh: Pengelolaan dana
kontribusi dari mahasiswa
AKPER tidak dilakukan melalui
mekanisme APBD)

4 Penganggaran Pendapatan Adanya otorisasi, persetujuan dan PAD/ kas di 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah


tidak realistis (terlalu verifikasi atas RKA dari Kepala SKPD Bend Penerima
rendah/tinggi) dengan memperhatikan potensi
pendapatan dan realisasi pendapatan
tahun sebelumnya.
Adanya otorisasi, persetujuan dan
verifikasi dari ketua TAPD.
5 Penganggaran Belanja untuk Adanya otorisasi, persetujuan dan Belanja modal, 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
DPAL yang tidak tepat verifikasi atas RKA dari Kepala SKPD Belanja Barang
dengan memperhatikan penyebab adanya Jasa, aset
kegiatan lanjutan (misalnya: force majeure)
Adanya otorisasi, persetujuan dan
verifikasi dari ketua TAPD.
D Penyiapan Raperda APBD (Suplemen A.4)
1 Anggaran pendapatan dan TAPD melakukan verifikasi dan kompilasi Seluruh akun 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
belanja dalam Raperda APBD Raperda APBD berdasarkan RKA SKPD LRA
berbeda dengan kompilasi
seluruh RKA SKPD

E Pembahasan Raperda APBD dan Penyusunan Raper KDH Penjabaran APBD (Suplemen A.5)
1 Persetujuan Bersama Raperda KDH melakukan koordinasi dengan DPRD Seluruh akun 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
APBD terlambat dilaksanakan. TAPD atas penyerahan Raperda APBD LRA
beserta lampiran dan Nota Keuangan
paling lambat minggu pertama bulan
Oktober.
KDH melakukan koordinasi dengan DPRD
dalam membuat Persetujuan Bersama
Raperda APBD selambat-lambatnya 1
bulan sebelum tahun anggaran
bersangkutan dilaksanakan.

F Evaluasi Raperda APBD dan Raper KDH Penjabaran APBD (Suplemen A.6)
1 KDH terlambat menyerahkan KDH melalui Kepala SKPKD menyerahkan Seluruh akun 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
Raperda APBD beserta Raperda APBD beserta lampiran dan LRA
lampiran dan Raper KDH Raper KDH Penjabaran APBD kepada
Penjabaran APBD kepada Gubernur/Mendagri paling lambat 3 hari
Gubernur/Mendagri kerja setelah disetujui.

KDH melalui Kepala SKPKD melakukan


monitoring hasil Evaluasi
Gubernur/Mendagri disampaikan paling
lambat 15 hari kerja setelah diterimanya
Raperda
G Penetapan Perda APBD dan Per KDH Penjabaran APBD (Suplemen A.7)
1 Penetapan Perda APBD dan Koordinasi KDH dan DPRD terkait Seluruh akun 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
Per KDH Penjabaran APBD penetapan Raperda APBD beserta LRA
terlambat lampiran dan Raper KDH Penjabaran
menjadi Perda APBD dan Raper KDH
Penjabaran selambat-lambatnya 31
Desember tahun anggaran sebelumnya.

KDH melalui Kepala SKPKD melakukan


monitoring penyerahan Perda APBD dan
Per KDH Penjabaran kepada
Gubernur/Mendagri selambat-lambatnya 7
hari setelah ditetapkan.
H Pembatalan Perda APBD dan Per KDH Penjabaran APBD (Suplemen A.8)
Tingkat Risiko Pada Akun
Pengendalian Kunci Asersi Pengujian Proses Bisnis (Setelah Control Test) Terpengaruh

Analisis Kelemahan Akun


No. Risiko Audit Lokasi SKPD Pembukuan
Pengendalian Terpengaruh Tingkat
Pengendalian yang dan Total Rata-rata
Pengendalian sesuai ketentuan Keterjadian Kelengkapan Akurasi Klasifikasi Timing Risiko
dilakukan dientitas Pengikhtisasa
ran
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16)
1 Hasil evaluasi Raperda APBD TAPD memonitoring proses tindak lanjut Seluruh akun 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
dan Raper KDH penjabaran atas hasil evaluasiRaperda APBD dan LRA
APBD oleh Gubernur/Mendagri Raper KDH penjabaran APBD oleh
tidak ditindaklanjuti oleh KDH Gubernur/Mendagri
dan DPRD

I Penyiapan Rancangan DPA-SKPD dan Rancangan Anggaran Kas (Suplemen B.1)


1 Verfikasi bersama DPA SKPD TAPD melakukan monitoring atas kegiatan Seluruh akun 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
antara TAPD dengan Kepala verifikasi bersama terkait dengan LRA
SKPD terlambat ditetapkan pemenuhan jadwal:
1. PPKD membuat Surat Pemberitahuan
berdasarkan Perda APBD dan Per KDH
Penjabaran APBD paling lambat 3 hari
kerja sejak APBD ditetapkan dan
diserahkan kepada SKPD.

2. SKPD menyusun Rancangan DPA-


SKPDberdasarkan Surat Pemberitahuan
Perda APBD dan Per KDH Penjabaran
APBD.
3. SKPD menyerahkan Rancangan DPA-
SKPD dan Rancangan Anggaran Kas
SKPD kpd PPKD paling lambat 6 hari kerja
setelah adanya pemberitahuan.

4. PPKD mengotorisasi Rancangan DPA-


SKPD dan Rancangan Anggaran Kas
SKPD kemudian diserahkan kepada
TAPD.
5.TAPD melakukan verifikasi Rancangan
DPA-SKPD dan Rancangan Anggaran Kas
SKPD bersama Kepala SKPD, berdasar
Per KDH Penjabaran, paling lambat 15 hari
kerja sejak ditetapkannya Per KDH
Penjabaran.

J Penyusunan Rancangan DPA-SKPD (Suplemen B.2)


1 Penganggaran Belanja dan Verifikasi oleh PA untuk memastikan Pendapatan, 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
Pendapatan dalam DPA SKPD kesesuaian rancangan DPA SKPD dengan Belanja modal,
tidak mengacu pada Perda Perda SKPD dan RKA SKPD Belanja Barang
APBD Jasa, aset

K Pengesahan Rancangan DPA-SKPD (Suplemen B.3)


1 Rancangan DPA SKPD tidak Verifikasi oleh PA atas rancangan DPA Seluruh akun 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
disetujui oleh Sekda SKPD dan rancangan anggaran kas LRA
sebelum diserahkan kepada TAPD.

2 Terdapat perbedaan antara Adanya sistem pencatatan penganggaran 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah


DPA SKPD, Perkada APBD P yang terintegrasi yang berbasis komputer
dan Perda APBD P baik secara
jumlah dan rincian anggaran
Adanya verifikasi dari TAPD

Jumlah 0 0 0 0 0 0

Keterangan
Skor Pengaruh Resiko Keterangan Total Risiko
Jika, semua unsur pengendalian kunci Total
Skor 1 Asersi Pengujian Proses Bisnis (Setelah Control Test)
terpenuhi.
Pembukuan
dan
Skor 3 > 50% unsur pengendalian kunci terpenuhi Keterjadian Kelengkapan Akurasi Klasifikasi Timing
Pengikhtisasa
ran
Skor 5 < 50% unsur pengendalian kunci Rata-rata 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

maka penilaian hanya memberikan skor 1


Jika pengendalian kunci hanya
ada satu
jika pengendalian kunci dilaksanakan dan Tingkat Risiko Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah To A.13.3 kolom (3)
5 jika tidak dilaksanakan.

prinsip dalam memberikan


mempertimbangkan judgment auditor.
penilaian/pembobotan/ skoring.
Tingkat Risiko Pada Akun
Pengendalian Kunci Asersi Pengujian Proses Bisnis (Setelah Control Test) Terpengaruh

Analisis Kelemahan Akun


No. Risiko Audit Lokasi SKPD Pembukuan
Pengendalian Terpengaruh Tingkat
Pengendalian yang dan Total Rata-rata
Pengendalian sesuai ketentuan Keterjadian Kelengkapan Akurasi Klasifikasi Timing Risiko
dilakukan dientitas Pengikhtisasa
ran
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16)
Tingkat CR
Nilai
Proses Bisnis
4–5 Tinggi
2 - 3,99 Sedang
1 - 1,99 Rendah
PEMERIKSAAN PENDAHULUAN A.13.2.2 Indeks KKP
ATAS Disusun Oleh : [inisial/tgl/bln/thn/paraf]
LAPORAN KEUANGAN Direviu Oleh :
[inisial/tgl/bln/thn/paraf]
PEMERINTAH PROV/KAB/KOTA………………….
Disetujui Oleh :
TAHUN ANGGARAN 20XX
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
Penilaian Risiko di Tingkat Proses Bisnis Penerimaan Pendapatan

Tingkat Risiko Pada Akun Terpengaruh


Pengendalian Kunci Asersi Pengujian Proses Bisnis (Setelah Control Test)
Akun
Analisis Kelemahan Lokasi
No. Risiko Audit Terpengaru Pembukuan
Pengendalian SKPD Tingkat
Pengendalian sesuai Pengendalian yang h Kelengkapa dan Total Rata-rata
Keterjadian Akurasi Klasifikasi Timing Risiko
ketentuan dilakukan dientitas n Pengikhtisa
saran
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16)
Sub Proses: Pendapatan yang dikelola oleh Bendahara Penerimaan dan Bendahara Penerimaan Pembantu
A Penetapan
1 Penetapan SKPD/SKRD Adanya verifikasi data Kas di 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
tidak berdasarkan data pajak dan retribusi di tim Bendahara
yang valid pendataan dan penetapan penerimaan;
unit kerja terkait Kas di Kasda
pendapatan Pendapatan
PAD

2 Belum semua subyek Pendataan objek pajak Kas di 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah


pajak/retribusi telah secara periodik Bendahara
ditetapkan sebagai wajib penerimaan;
pajak Kas di Kasda
Pendapatan
PAD

B Pemungutan dan
Penyetoran
3 Pemungutan pajak dan a. otorisasi dan pemisahan Kas di 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
retribusi tidak fungsi antara petugas Bendahara
berdasarkan SKPD dan pemungut dan penerimaan penerimaan;
SKRD Kas di Kasda
Pendapatan
b. verifikasi jumlah PAD
penetapan dan jumlah
yang dipungut
4 Pemungutan pajak dan Adanya verifikasi jumlah Kas di 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
retribusi tidak sesuai pajak dan jumlah retribusi Bendahara
dengan SKPD/SKRD yang dipungut dengan penerimaan;
belum diakui sebagai SKRD/SKPD Kas di Kasda
piutang pajak/retribusi Pendapatan
atau hutang PAD

5 Jumlah nominal di STS a. Terdapat pencatatan Kas di 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah


dan Slip Setoran/Bukti penerimaan yang sesuai Bendahara
Lain yang Sah yang antara bukti penerimaan;
diterbitkan oleh pembayaran/bukti lainnya Kas di Kasda
Bendahara yang sah dgn register STS Pendapatan
Penerimaan/pembantu PAD
tidak sama
b. Adanya verifikasi atasan
langsung yang menyakinan
kebenaran pencatatan
tersebut
c. Adanya rekonsiliasi R/C
Kas Daerah, R/C
Bendahara Penerimaan
dan Pembukuan serta bukti
transaksi penerimaan oleh
Bendahara
Penerimaan/Pembantu dan
BUD secara periodik

6 Jumlah nominal STS a. Terdapat pencatatan Kas di 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah


dan jumlah uang yang penerimaan yang sesuai Bendahara
disetorkan ke Kasda antara bukti penerimaan;
(rekening kasda) dan pembayaran/bukti lainnya Kas di Kasda
BKU penerimaan harian yang sah dgn register STS Pendapatan
tidak sama PAD

b. Adanya verifikasi
atasan langsung yang
menyakinan kebenaran
pencatatan tersebut
Jumlah nominal STS Kas di
dan jumlah uang yang Bendahara
disetorkan ke Kasda penerimaan;
(rekening kasda) dan Kas di Kasda Tingkat Risiko Pada Akun Terpengaruh
BKU penerimaan harian Pengendalian Kunci Pendapatan Asersi Pengujian Proses Bisnis (Setelah Control Test)
tidak sama Analisis Kelemahan PADAkun Lokasi
No. Risiko Audit Terpengaru Pembukuan
Pengendalian SKPD Tingkat
Pengendalian sesuai Pengendalian yang h Kelengkapa dan Total Rata-rata
Keterjadian Akurasi Klasifikasi Timing Risiko
ketentuan dilakukan dientitas n Pengikhtisa
saran
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16)
c. Adanya rekonsiliasi R/C
Kas Daerah, R/C
Bendahara Penerimaan,
STS dan Pembukuan
(BKU penerimaan harian)
serta bukti transaksi
penerimaan oleh
Bendahara
Penerimaan/Pembantu dan
BUD secara periodik

7 STS dan Slip a. Slip setoran/bukti Kas di 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah


Setoran/Bukti lainnya lainnnya yang sah memili Bendahara
yang sah yang dibuat prenumber penerimaan;
oleh Bendahara b. Validasi bukti Kas di Kasda
Penerimaan/pembantu setoran/bukti lainnya yang Pendapatan
dibuat ganda/fiktif sah yang divalidasi oleh PAD
penyelia/atas langsung

c. Verifikasi R/C Kas


Daerah dengan
SKPD/SKRD dan Slip
Setoran/Bukti Lainnya
yang sah/Nota Kredit oleh
Bendahara Penerimaan
dan BUD
d. Rekonsiliasi pencatatan
penerimaan di Bendahara
Penerimaan dan BUD

8 Terdapat penerimaan a. Adanya pemisahan Kas di 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah


oleh juru pungut yang tugas dan wewenang Bendahara
tidak disetorkan dan antara pemungut penerimaan;
dilaporkan ke bendahara pendapatan dengan Kas di Kasda
penerimaan bendahara penerimaan Pendapatan
b. Rekonsiliasi data PAD
pendapatan di UPTD/juru
pungut dengan bendahara
penerimaan secara periodik

c. adanya verifikasi atas


jumlah karcis yang dikelola
oleh masing-masing juru
pungut dengan jumlah
uang yang disetorkan dan
dilaporkan ke Bendahara
Penerimaan oleh
Bendahara Penerimaan
sewaktu-waktu

d. Adanya
otorisasi/validasi untuk
yang berwenang menerima
pendapatan
9 Pajak dan retribusi yang a. penggunaan Kas di 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
tidak disetorkan/tidak prenumbered untuk tanda Bendahara
dicatat atau penerimaan bukti pembayaran pajak penerimaan;
yang disetor ke Kasda dan retribusi Kas di Kasda
tidak sesuai dengan Pendapatan
Pendapatan yang b. Rekonsiliasi pencatatan PAD
diterima bendahara penerimaan dan
rekening kas daerah

c. rekonsiliasi buku harian


pemungutan dengan buku
penerimaan bendahara

d. Verifikasi oleh atasan


langsung atas penerimaan
harian
10 Tunggakan SKPD dan rekonsiliasi laporan Kas di 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
SKRD penerimaan dan register Bendahara
SKPD/SKRD penerimaan;
Kas di Kasda
Pendapatan
PAD

11 Pendapatan Jasa verifikasi atas dasar Kas di 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah


Pelayanan rumah sakit pengajuan klaim Bendahara
(Jamkesmas, Jamkesda penerimaan;
dll) kurang diklaim Kas di Kasda
Pendapatan
PAD
Tingkat Risiko Pada Akun Terpengaruh
Pengendalian Kunci Asersi Pengujian Proses Bisnis (Setelah Control Test)
Akun
Analisis Kelemahan Lokasi
No. Risiko Audit Terpengaru Pembukuan
Pengendalian SKPD Tingkat
Pengendalian sesuai Pengendalian yang h Kelengkapa dan Total Rata-rata
Keterjadian Akurasi Klasifikasi Timing Risiko
ketentuan dilakukan dientitas n Pengikhtisa
saran
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16)
12 Dana kapitasi kurang, a. verifikasi atas jumlah Kas di 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
belum diterima atau pasien peserta askes Bendahara
menyebrang tahun penerimaan;
anggaran b. rekonsiliasi penerimaan Kas di Kasda
dana kapitasi dan rekening Pendapatan
kas daerah PAD

13 Penggunaan langsung a. rekonsiliasi penerimaan Kas di 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah


atas penerimaan untuk dan penyetoran Bendahara
non BLUD dan pendapatan oleh penerimaan;
pelaporan pendapatan Bendahara Penerimaan ke Kas di Kasda
secara netto kas daerah Pendapatan
PAD
b. kebijakan kepala daerah
mengenai larangan
penggunaan langsung

14 Pemungutan pajak dan Perda/SK kepala daerah Kas di 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah


retribusi tidak ada dasar mengenai penetapan dan Bendahara
hukum atau dasar pembatalan pemberlakuan penerimaan;
hukumnya telah pemungutan pajak/retribusi Kas di Kasda
dibatalkan Pendapatan
PAD

C Pencatatan dan Pelaporan


15 Penerimaan tidak dapat a. Verifikasi penyetoran Kas di 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
diidentifikasi jenisnya yang meliputi tanggal, nilai, Bendahara
jenis penerimaan, tempat penerimaan;
penyetoran (tunai atau Kas di Kasda
bank) dan penyetor Pendapatan
PAD

b. Verifikasi dan
rekonsiliasi fungsi
penerimaan dengan
pencatatan
16 Pencatatan atas a. pemisahan fungsi Kas di 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
Penerimaan fiktif untuk penerimaan dan Bendahara
meningkatkan kinerja pencatatan penerimaan;
b. Rekonsiliasi STS, BKU Kas di Kasda
penerimaan harian, Buku Pendapatan
Pembantu Per Obyek PAD
Penerimaan, Rekening Kas
daerah
17 Kesalahan aritmatika a. verifikasi laporan Kas di 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
dalam pelaporan pertanggungjawaban Bendahara
bendahara penerimaan dan penerimaan;
dokumen sumber Kas di Kasda
penerimaan Pendapatan
b. Reviu berjenjang atas PAD
penyusunan laporan
penerimaan
18 Perbedaan penyajian rekonsiliasi pencatatan Kas di 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
jumlah dan jenis realisasi antara petugas pemungut, Bendahara
penerimaan antara bendahara penerimaan , penerimaan;
petugas pemungut, dan BUD Kas di Kasda
bendahara penerimaan Pendapatan
dan BUD PAD

19 Bendahara penerimaan Adanya verifikasi atasan PAD, kas di 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah


tidak menyelenggarakan langsung atas kelengkapan bendahara
pembukuan sesuai penatausahaan dokumen penerimaan
dengan dokumen yang penerimaan yang terdiri
ditentukan dari SKP Daerah/SKR,
STS, Surat Tanda Bukti
Pembayaran, BKU
Penerimaan, Buku
Pembantu Rincian Obyek
Penerimaan, dan Buku
Rekapitulasi Penerimaan
Harian

20 SPJ Penerimaan Adanya pengawasan dari Kas di 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah


terlambat diserahkan PPK dan PA terkait batas Bendahara
waktu penyerahan SPJ penerimaan;
Penerimaan dari Kas di Kasda
Bendahara Penerimaan ke Pendapatan
PPK SKPD, dari PPK PAD
SKPD ke PA dan PA ke
BUD, paling lambat tanggal
10 bulan berikutnya
Tingkat Risiko Pada Akun Terpengaruh
Pengendalian Kunci Asersi Pengujian Proses Bisnis (Setelah Control Test)
Akun
Analisis Kelemahan Lokasi
No. Risiko Audit Terpengaru Pembukuan
Pengendalian SKPD Tingkat
Pengendalian sesuai Pengendalian yang h Kelengkapa dan Total Rata-rata
Keterjadian Akurasi Klasifikasi Timing Risiko
ketentuan dilakukan dientitas n Pengikhtisa
saran
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16)
21 PA tidak mengotorisasi BUD memverifikasi, Kas di 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
SPJ Penerimaan mengevaluasi dan Bendahara
sehingga tidak dapat menganalisis SPJ penerimaan;
diyakini penerimaan Penerimaan untuk Kas di Kasda
pada SKPD yang rekonsiliasi penerimaan Pendapatan
bersangkutan dari SKPD PAD

23 Catatan penerimaan Verifikasi oleh atasan Kas di 0 0 0 0 Rendah


atas pendapatan tidak langsung atas penerimaan Bendahara
didukung bukti yang harian penerimaan;
cukup Kas di Kasda
Pendapatan
PAD

24 Adanya penyalahgunaan Adanya pemeriksaan kas Kas di 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah


atas penerimaan oleh oleh PA sekurang- Bendahara
bendahara penerima kurangnya 1 kali dalam 3 penerimaan;
bulan Kas di Kasda
Pendapatan
PAD

25 Jasa giro rekening Adanya perjanjian dengan Kas di 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah


Bendahara pihak perbankan atas Bendahara
Penerimaan/Pembantu sistem auto debet atas jasa penerimaan;
Bendahara Penerimaan giro rekening Bendahara Kas di Kasda
tidak disetor ke Kasda Penerimaan Pendapatan
PAD
Verifikasi Rekening
Bendahara Penerimaan
oleh atasan langsung
D PENATAUSAHAAN
PENERIMAAN
DENGAN
BENDAHARA
PEMBANTU
(Suplemen C.2.2)
1 Bendahara Penerimaan Adanya verifikasi dari Kas di 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
Pembantu tidak Bendahara Penerimaan Bendahara
menyelenggarakan atas kelengkapan penerimaan;
pembukuan sesuai penatausahaan dokumen Kas di Kasda
dengan dokumen yang penerimaan yang terdiri Pendapatan
ditentukan dari BKU Penerimaan PAD
Pembantu dan Buku
Rekapitulasi Penerimaan
Harian Pembantu

2 Perbedaan jumlah Adanya rekonsiliasi BKU Kas di 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah


penerimaan berdasarkan Penerimaan Pembantu dan Bendahara
BKU Penerimaan Buku Rekapitulasi penerimaan;
Pembantu dan Buku Penerimaan Harian Kas di Kasda
Rekapitulasi Penerimaan Pembantu Pendapatan
Harian Pembantu PAD

3 SPJ Penerimaan Adanya pengawasan dari Kas di 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah


Bendahara Pembantu Bendahara Penerimaan Bendahara
terlambat diserahkan terkait batas waktu penerimaan;
penyerahan SPJ Kas di Kasda
Penerimaan Bendahara Pendapatan
Penerimaan Pembantu ke PAD
Bendahara Penerimaan
paling lambat 5 hari bulan
berikutnya

4 SPJ Penerimaan Bendahara Penerimaan Kas di 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah


Bendahara Pembantu memverifikasi, Bendahara
tidak sesuai dengan mengevaluasi dan penerimaan;
BKU Penerimaan menganalisis SPJ Kas di Kasda
Pembantu dan Buku Penerimaan Bendahara Pendapatan
Rekapitulasi Penerimaan Pembantu PAD
Harian Pembantu

5 Penyalahgunaan kas Adanya pengawasan oleh Kas di 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah


oleh Bendahara atasan langsung dan Bendahara
Penerimaan Pembantu Bendahara Penerimaan penerimaan;
Kas di Kasda
Pendapatan
PAD

Sub Proses:
Penerimaan yang
langsung masuk ke
Kas Daerah
PAD
A Penyetoran
Tingkat Risiko Pada Akun Terpengaruh
Pengendalian Kunci Asersi Pengujian Proses Bisnis (Setelah Control Test)
Akun
Analisis Kelemahan Lokasi
No. Risiko Audit Terpengaru Pembukuan
Pengendalian SKPD Tingkat
Pengendalian sesuai Pengendalian yang h Kelengkapa dan Total Rata-rata
Keterjadian Akurasi Klasifikasi Timing Risiko
ketentuan dilakukan dientitas n Pengikhtisa
saran
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16)
1 Jumlah a. Verifikasi R/C Kas Kas di Kasda, 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
pendapatan/retribusi Daerah dengan Piutang
yang disetor ke Kas SKPD/SKRD dan Slip Pajak,
Daerah tidak sama Setoran/Bukti Lainnya Piutang
dengan yang sah/Nota Kredit Retribusi dan
pendapatan/retribusi b. Rekonsiliasi pencatatan utang
yang ditetapkan di penerimaan di Bendahara
SKPD/SKRD belum akui Penerimaan dan BUD
sebagai piutang
pajak/retribusi dan
hutang
2 Slip setoran/bukti lain a. Rekonsiliasi pencatatan Kas di Kasda, 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
yang sah yang penerimaan di Bendahara Piutang
diterbitkan oleh Bank, Penerimaan dan BUD Pajak,
fiktif atau dibuat ganda Piutang
Retribusi dan
b. Verifikasi R/C Kas utang
Daerah dengan
SKPD/SKRD dan Slip
Setoran/Bukti Lainnya
yang sah/Nota Kredit dan
pencatatan penerimaan
baik di Bendahara
Penerimaan maupun di
BUD
B Pencatatan dan
Pelaporan
1 Ketidaksesuaian antara Rekonsiliasi R/C Kas Kas di Kasda, 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
jumlah PAD di Kas Daerah dengan Laporan PAD
Daerah dengan catatan Pendapatan/Retribusi
Bendahara Bendahara Penerimaan,
Penerimaan/BUD atas Nota Kredit dan Slip
jumlah penerimaan yang Setoran/bukti lainnya yang
telah disetor ke kas sah
daerah

2 Pendapatan yang a. rekonsiliasi data Kas di Kasda, 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah


bersumber dari investasi penerimaan, dokumen PAD
tidak diterima tepat sumber penerimaan
waktu dan tepat jumlah (misalnya RUPS), Laporan
(penerimaan); BUMD audited, dan
rekening kasda

b. verifikasi pendapatan
dengan peraturan bagi
hasil investasi

3 Proses penagihan atas a. Penilaian kinerja dan Kas di Kasda, 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah


hasil penjualan asset monitoring dari atasan PAD
pemda tidak efektif; langsung dan inspektorat

b. Sisdur penagihan
penjualan aset
4 Pengendalian atas a. Ada sisdur penagihan Kas di Kasda, 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
kegiatan penagihan dan penjualan aset PAD
penyetoran hasil
penjualan asset pemda b. Penilaian kinerja dan
lemah monitoring dari atasan
langsung dan inspektorat

Penerimaan
Pendapatan Transfer
(Pusat dan Propinsi)

A Penerimaan
1 Penerimaan pendapatan a. Penetapan kas Daerah Kas di Kasda, 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
transfer tidak melalui sebagai rekening Pendapatan
rekening kas daerah penampung penerimaan Transfer
dana transfer

b. Rekonsiliasi antara
BUD dengan Dirjen
Perimbangan/Provinsi
terkait jumlah pendapatan
transfer
2 Pendapatan transfer a. Rekonsiliasi antara Kas di Kasda, 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
diterima tidak sesuai BUD dengan Dirjen Pendapatan
dengan Surat Ketetapan Perimbangan/Provinsi Transfer
Pendapatan Transfer terkait jumlah pendapatan
transfer
b. Verifikasi pencatatan
penerimaan pendapatan
transfer dengan ketetapan
besaran pendapatan
transfer

B Pencatatan dan
Pelaporan
1 Pencatatan dan a. Sisdur pencatatan dan Kas di Kasda, 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
pelaporan pendapatan pelaporan Pendapatan
transfer tidak didukung Transfer
dengan dokumen
pencatatan dan bukti
yang memadai
Tingkat Risiko Pada Akun Terpengaruh
Pengendalian Kunci Asersi Pengujian Proses Bisnis (Setelah Control Test)
Akun
Analisis Kelemahan Lokasi
No. Risiko Audit Terpengaru Pembukuan
Pengendalian SKPD Tingkat
Pengendalian sesuai Pengendalian yang h Kelengkapa dan Total Rata-rata
Keterjadian Akurasi Klasifikasi Timing Risiko
ketentuan dilakukan dientitas n Pengikhtisa
saran
Pencatatan dan Kas di Kasda,
(1) pelaporan (2)pendapatan (3) (4) (5) (6)
Pendapatan (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16)
transfer tidak didukung b. Verfikasi kelengkapan Transfer
dengan dokumen penatausahaan
pencatatan dan bukti penerimaan
yang memadai
2 Pendapatan transfer a. rekonsiliasi penerimaan Kas di Kasda, 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
salah diklasifikasikan transfer dengan pemerintah Pendapatan
pusat/provinsi Transfer

b. verifikasi atas laporan


penerimaan pendapatan

Sub Proses:
penerimaan melalui
Bank Lain
A. Penyetoran
1 Jumlah Verifikasi SKPD/SKRD, Kas di Kasda, 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
pendapatan/retribusi Slip Setoran/bukti lainnya PAD
yang disetor ke Bank yang sah, nota kredit
tidak sama dengan
pendapatan/retribusi
yang ditetapkan di
SKPD/SKRD piutang
pajak/retrubusi dan
utang
B. pencatatan dan
Pelaporan
1 Jumlah Rekonsiliasi R/C Kas Kas di Kasda, 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
pendapatan/retribusi Daerah dengan Laporan PAD
yang disetorkan ke Kas Pendapatan/Retribusi
Daerah oleh Bank Lain Bendahara Penerimaan,
tidak sama dengan Nota Kredit dan Slip
jumlah Setoran/bukti lainnya yang
pendapatan/retribusi sah

Jumlah 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

Keterangan

Skor Pengaruh Resiko Keterangan Total Risiko


Jika, semua unsur Total
Skor 1 pengendalian kunci Asersi Pengujian Proses Bisnis (Setelah Control Test)
terpenuhi.
Pembukuan
> 50% unsur pengendalian Kelengkapa dan
Skor 3 Keterjadian Akurasi Klasifikasi Timing
kunci terpenuhi n Pengikhtisa
saran
< 50% unsur pengendalian
Skor 5 Rata-rata 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
kunci
maka penilaian hanya
memberikan skor 1 jika
Jika pengendalian kunci Tingkat
hanya ada satu
pengendalian kunci
Risiko
Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah To A.13.3 kolom (3)
dilaksanakan dan 5 jika
tidak dilaksanakan.
prinsip dalam
memberikan mempertimbangkan
penilaian/pembobotan/ judgment auditor.
skoring.

Tingkat CR
Nilai
Proses Bisnis

4–5 Tinggi
2 - 3,99 Sedang
1 - 1,99 Rendah
PEMERIKSAAN PENDAHULUAN A.13.2.3 Indeks KKP
ATAS Disusun Oleh : [inisial/tgl/bln/thn/paraf]
LAPORAN KEUANGAN Direviu Oleh :
[inisial/tgl/bln/thn/paraf]
PEMERINTAH PROV/KAB/KOTA………………….
TAHUN ANGGARAN 20XX
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
Penilaian Risiko di Tingkat Proses Bisnis Kepegawaian dan Penggajian

Tingkat Risiko Pada Akun Terpengaruh


Pengendalian Kunci Asersi Pengujian Proses Bisnis (Setelah Control Test)
Analisis Kelemahan
No. Risiko Audit Akun Terpengaruh Lokasi SKPD
Pengendalian Pembukuan Tingkat Risiko
Pengendalian yang dan Total Rata-rata
Pengendalian sesuai ketentuan Keterjadian Kelengkapan Akurasi Klasifikasi Timing Setelah TOC
dilakukan dientitas Pengikhtisasa
ran
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16)
1 Proses Penerbitan SP2D UP Adanya verifikasi Kuasa BUD atas Belanja pegawai, Kas 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
dan LS untuk gaji dan honor kelengkapan SPM GU dan LS untuk
tanpa Didukung dengan penerbitan SP2D
dokumen yang memadai
(kelengkapan dokumen)
2 Pembayaran gaji dan tunjangan Terdapat verifikasi pembayaran gaji oleh Belanja pegawai, Kas 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
lebih atau kurang dari yang PPK
seharusnya
3 Pembayaran gaji dan tunjangan verifikasi daftar gaji dan pegawai oleh PPK. Belanja pegawai, Kas 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
diterima oleh yang bukan
seharusnya Pembayaran gaji dan tunjangan langsung ke
rekening pegawai
4 Gaji, tunjangan, dan honor a. Pengawasan atasan langsung dan Belanja pegawai, Kas 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
pegawai tidak/terlambat Inspektorat
dibayarkan oleh Bendahara b. Adanya manajemen kas dan pembuatan
Pengeluaran (termasuk kondisi skala Prioritas kegiatan
keuangan SKPD tidak
mencukupi).

5 Pajak atas honor belum Adanya verifikasi PPK atas kelengkapan Belanja pegawai, Kas 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
dipungut oleh Bendahara dokumen pemungutan pajak di
SKPD/PPKD berupa surat setoran pajak
(SSP).
6 Pajak yang dipungut atas honor Adanya verifikasi atas perhitungan pajak Belanja pegawai, Kas 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
tidak sesuai ketentuan yang telah dipungut.
perpajakan.
7 Pegawai fiktif Adanya hasil verifikasi data pegawai yang Belanja pegawai, Kas 0 0 0 0 0 0 0 0
memadai Rendah

Rekonsiliasi data pegawai BKD dengan data


SKPD secara periodik

8 Pegawai tercatat di dua atau Rekonsiliasi data pegawai BKD dengan data Belanja pegawai, Kas 0 0 0 0 0 0 0 0
lebih SKPD SKPD Rendah

9 Database pegawai tidak update/ Rekonsiliasi data pegawai BKD dengan data Belanja pegawai, Kas 0 0 0 0 0 0 0 0
Rendah
valid. SKPD secara periodik
Pendataaan data pegawai SKPD secara
periodik

10 Pengendalian sistem aplikasi Pengendalian (control ) atas sistem aplikasi Belanja pegawai, Kas 0 0 0 0 0 0 0 0
penggajian tidak berjalan penggajian memadai dan direviu secara Rendah
dengan baik. periodik

11 Tarif dan pembayaran gaji dan Pembuat daftar gaji membandingkan data Belanja pegawai, Kas 0 0 0 0 0 0 0 0
tunjangan tidak sesuai ketentuan gaji pegawai dengan peraturan terkait Rendah
(melebihi hak pegawai,
pembayaran dobel) Pembuat daftar gaji memverifikasi dokumen
absen dan surat tugas

12 Pembayaran gaji dan tunjangan Rekonsiliasi data gaji dengan peraturan Belanja pegawai, Kas 0 0 0 0 0 0 0 0
tidak sesuai dengan ketentuan terkait Rendah
(kepangkatan, golongan Update data pegawai SKPD
pegawai, jumlah tanggungan,
tunjangan jabatan dll) Rekonsiliasi antara bendahara gaji dengan
bagian kepegawaian SKPD

13 Pembayaran SP2D atas gaji Verifikasi dokumen pendukung pembayaran Belanja pegawai, Kas 0 0 0 0 0 0 0 0
dan tunjangan melebihi rincian gaji oleh PPK Rendah
daftar gaji.

14 Pembayaran tidak sesuai jumlah Rekonsiliasi data pegawai BKD dengan data Belanja pegawai, Kas 0 0 0 0 0 0 0 0
pegawai (telah SKPD secara periodik Rendah
meninggal/pensiun)
Tingkat Risiko Pada Akun Terpengaruh
Pengendalian Kunci Asersi Pengujian Proses Bisnis (Setelah Control Test)
Analisis Kelemahan
No. Risiko Audit Akun Terpengaruh Lokasi SKPD
Pengendalian Pembukuan Tingkat Risiko
Pengendalian yang dan Total Rata-rata
Pengendalian sesuai ketentuan Keterjadian Kelengkapan Akurasi Klasifikasi Timing Setelah TOC
dilakukan dientitas Pengikhtisasa
ran
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16)
15 Dokumen gaji tidak Verifikasi dokumen gaji oleh PPK Belanja pegawai, Kas 0 0 0 0 0 0 0 0
ditandatangani penerima gaji/ Rendah
tandatangan palsu.
16 Kegiatan fiktif (SK tanpa Pengawasan dari atasan langsung Belanja pegawai, Kas 0 0 0 0 0 0 0 0
Rendah
kegiatan)
Verifikasi SPJ oleh PPK

Adanya peraturan Kepala Daerah yang


membatasi pemberian honor kegiatan

17 Adanya Belanja Pegawai Selain Verifikasi (atas jenis kegiatan) oleh PPK, Belanja pegawai, Kas 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
Gaji yang Tidak Diperbolehkan diantaranya melalui pembandingan dengan
(contoh: belanja operasional DPA SKPD
sekda dan kepala dinas)

19 Tarif honor tidak standar Pencocokkan tarif dengan standar biaya Belanja pegawai, Kas 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
yang telah disahkan oleh Kepala Daerah

20 Daftar penerima honor tidak Verifikasi SPJ oleh PPK Belanja pegawai, Kas 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
sesuai dengan yang
dipertanggung-jawabkan
21 Pemberian Honor tidak memiliki Konfirmasi dengan Bagian Hukum Setda Belanja pegawai, Kas 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
dasar hukum (SK Kepala yang menerbitkan SK Honor tersebut.
Daerah/SK Kepala SKPD)

22 Pemberian tunjangan Verifikasi data base anggota DPRD yang Belanja pegawai, Kas 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
perumahan untuk anggota memiliki istri sebagai anggota DPRD
DPRD yang berstatus suami istri dengan SPJ pembayaran tunjangan
terdeteksi doble perumahan
Jumlah 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

Keterangan
Skor Pengaruh Resiko Keterangan Total Risiko
Jika, semua unsur pengendalian kunci Total
Skor 1 Asersi Pengujian Proses Bisnis (Setelah Control Test)
terpenuhi.
Pembukuan
dan
Skor 3 > 50% unsur pengendalian kunci terpenuhi Keterjadian Kelengkapan Akurasi Klasifikasi Timing
Pengikhtisasa
ran
Skor 5 < 50% unsur pengendalian kunci Rata-rata 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
maka penilaian hanya memberikan skor 1
Jika pengendalian kunci hanya
ada satu
jika pengendalian kunci dilaksanakan dan 5 Tingkat Risiko Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah To A.13.3 kolom (3)
jika tidak dilaksanakan.

prinsip dalam memberikan


mempertimbangkan judgment auditor.
penilaian/pembobotan/ skoring.

Tingkat CR Proses
Nilai
Bisnis
4–5 Tinggi
2 - 3,99 Sedang
1 - 1,99 Rendah
PEMERIKSAAN PENDAHULUAN A.13.2.4 Indeks KKP
ATAS Disusun Oleh : [inisial/tgl/bln/thn/paraf]
LAPORAN KEUANGAN Direviu Oleh : [inisial/tgl/bln/thn/paraf]
Disetujui Oleh : [inisial/tgl/bln/thn/paraf]
PEMERINTAH PROV/KAB/KOTA………………….
TAHUN ANGGARAN 20XX
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
Penilaian Risiko di Tingkat Proses Bisnis Subsidi, Hibah, Bansos dan Transfer

Tingkat Risiko Pada Akun Terpengaruh


Pengendalian Kunci Asersi Pengujian Proses Bisnis (Setelah Control Test)

Analisis Kelemahan Lokasi


No. Risiko Audit Akun Terpengaruh
Pengendalian SKPD Pembukuan Tingkat
Total Rata-rata
Pengendalian sesuai Pengendalian yang Kelengkapa dan Risiko
Keterjadian Akurasi Klasifikasi Timing
ketentuan dilakukan dientitas n Pengikhtisa
saran
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16)
A Perencanaan
Belanja Subsidi
1 Belanja subsidi dianggarkan tidak Belanja subsidi digunakan Belanja Subsidi 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
untuk bantuan biaya produksi untuk menganggarkan
agar harga jual produksi bantuan biaya produksi
barang/jasa terjangkau oleh kepada perusahaan/lembaga
masyarakat tertentu agar harga jual
produksi/jasa yang
dihasilkan dapat terjangkau
oleh masyarakat banyak.

adanya evaluasi apakah


barang yang disubsidi
memenuhi persyaratan
sebagai barang untuk
pelayanan umum
2 Harga subsidi barang tidak wajar evaluasi harga atas harga Belanja Subsidi 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
barang yang disubsidi Kas di Kas Daerah

3 Perusahaan/lembaga yang Perusahaan/lembaga Belanja Subsidi 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah


menerima subsidi tidak tertentu adalah
merupakan perusahaan/lembaga perusahaan/lembaga yang
yang menghasilkan produk/jasa menghasilkan produk atau
pelayanan umum jasa pelayanan umum
masyarakat

Adanya evaluasi atau


telaahan atas perusahaan
penerima subsidi

4 Perusahaan/lembaga yang Perusahaan/lembaga Belanja Subsidi 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah


menerima subsidi tidak pernah penerima belanja subsidi
diaudit sesuai ketentuan harus terlebih dahulu
pengelolaan keuangan dilakukan audit sesuai
dengan ketentuan
pemeriksaan pengelolaan
dan tanggung jawab
keuangan negara

Adanya evaluasi atau


telaahan atas perusahaan
penerima subsidi

5 Pemerintah Daerah belum Terdapat Peraturan Internal Belanja Subsidi 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah


menetapkan Peraturan Internal di di Daerah yang menyatakan
Daerah yang menyatakan tata tata cara perencanaan,
cara perencanaan, pelaksanaan, pelaksanaan,
pertanggungjawaban dan pertanggungjawaban dan
pelaporan belanja subsidi pelaporan belanja subsidi

Belanja Hibah dan Bansos


1 Usulan Hibah dan Bansos tidak Pemerintah, pemerintah Belanja Hibah dan 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
dilakukan secara tertulis oleh daerah lainnya, perusahaan Bansos
pemohon Hibah dan Bansos daerah, masyarakat dan
kepada Kepala Daerah organisasi kemasyarakatan
dapat menyampaikan usulan
hibah secara tertulis kepada
kepala daerah

2 Kepala Daerah tidak membuat Kepala daerah menunjuk Belanja Hibah dan 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
keputusan tertulis tentang SKPD terkait untuk Bansos
penunjukkan SKPD yang menjadi melakukan evaluasi usulan
leading sector yang akan
melakukan evaluasi atas
permohonan tertulis Hibah dan
Bansos
3 Usulan hibah dan Bansos tidak SKPD yang ditunjuk sebagai Belanja Hibah dan 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
dilakukan evaluasi oleh SKPD leading sektor melakukan Bansos
leading sector evaluasi berupa
rekomendasi kepada Kepala
Daerah melalui TAPD.
Tingkat Risiko Pada Akun Terpengaruh
Pengendalian Kunci Asersi Pengujian Proses Bisnis (Setelah Control Test)

Analisis Kelemahan Lokasi


No. Risiko Audit Akun Terpengaruh
Pengendalian SKPD Pembukuan Tingkat
Total Rata-rata
Pengendalian sesuai Pengendalian yang Kelengkapa dan Risiko
Keterjadian Akurasi Klasifikasi Timing
ketentuan dilakukan dientitas n Pengikhtisa
saran
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16)
4 TAPD tidak memberikan TAPD memberikan Belanja Hibah dan 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
pertimbangan atas rekomendasi pertimbangan atas Bansos
yang diusulkan oleh SKPD rekomendasi dari usulan
SKPD
5 Terdapat kondisi dimana usulan penerima hibah hasil Belanja Hibah dan 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
pemohon mengajukan bantuan Rekomendasi kepala SKPD Bansos
hibah dan bansos tidak melalui dan pertimbangan TAPD
Kepala Daerah tetapi langsung menjadi dasar pencantuman
kepada TAPD sehingga data alokasi anggaran hibah
usulan hasil evaluasi SKPD dalam rancangan KUA dan
berbeda dengan data yang PPAS
dibahas dalam rancangan KUA
dan PPAS

6 Penerima hibah uang tidak Hibah uang harus tercantum Belanja Hibah dan 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
tercantum dalam RKA PPKD dalam RKA PPKD dan Bansos
menjadi dasar pencantuman
dalam APBD

7 Penerima hibah barang dan jasa Hibah barang dan jasa harus Belanja Hibah dan 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
tidak tercantum dalam RKA tercantum dalam RKA Bansos
SKPD SKPD dan menjadi dasar
pencantuman dalam APBD

8 Penerima Hibah dan Bansos RKA-PPKD dan RKA-SKPD Belanja Hibah dan 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
yang tercantum dalam RKA menjadi dasar Bansos
PPKD dan RKA SKPD Leading penganggaran hibah dan
sektor tidak menjadi dasar Bansos dalam APBD sesuai
penganggaran hibah dan Bansos peraturan perundang-
dalam pembahasan dan undangan
penetapan APBD

9 Penganggaran hibah uang dan Penganggaran hibah uang Belanja Hibah dan 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
bansos uang tidak dalam Belanja dan Bansos uang dalam Bansos
Tidak Langsung dan hibah Belanja Tidak Langsung,
barang dan jasa dan Bansos penganggaran hibah barang
barang dan jasa tidak dalam dan jasa dan Bansos barang
Belanja Langsung dan jasa dalam Belanja
Langsung

10 Pencantuman penerima hibah Kepala Daerah Belanja Hibah dan 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah


bansos baik dalam bentuk uang mencantumkan daftar nama Bansos
dan barang/jasa dalam dokumen penerima, alamat penerima
Penjabaran APBD tidak lengkap, dan besaran hibah dalam
tidak ada nama, alamat dan Lampiran III dan IV
besaran hibah dan bansos yang Peraturan Kepala Daerah
diterima tentang Penjabaran APBD.

11 Tidak terdapat peraturan internal Tata cara penganggaran, Belanja Hibah dan 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
daerah yang mengatur tata cara pelaksanaan dan Bansos
perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan,
pertanggungjawaban dan pertanggungjawaban dan
pelaporan belanja hibah dan pelaporan serta monitoring
bansos sedangkan daerah dan evaluasi hibah dan
tersebut telah menganggarkan bantuan sosial diatur lebih
hibah dan bantuan sosial lanjut dengan peraturan
kepala daerah dan
Pemerintah daerah dapat
menganggarkan hibah dan
bantuan sosial apabila telah
menetapkan peraturan
kepala daerah

Belanja Transfer
1 Perhitungan alokasi transfer tidak adanya evaluasi dan Belanja Transfer; 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
sesuai ketentuan, misalnya dana verifikasi perhitungan atas Kas di Kas Daerah
bagi hasil pajak/retribusi provinsi alokasi dana transfer
kepada kabupaten kota, dana
bagi hasil kabupaten kota ke
desa

2 Tidak terdapat peraturan internal terdapat peraturan internal Belanja Transfer 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
daerah yang mengatur tata cara daerah yang mengatur tata
perencanaan, pelaksanaan, cara perencanaan,
pertanggungjawaban dan pelaksanaan,
pelaporan belanja hibah dan pertanggungjawaban dan
bansos sedangkan daerah pelaporan belanja transfer
tersebut telah menganggarkan
hibah dan bantuan sosial

B. Pelaksanaan
Umum
1 Pelaksanaan anggaran hibah dan Pelaksanaan anggaran Belanja Hibah; 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
Bansos berupa uang tidak hibah dan Bansos berupa Belanja Bansos
berdasarkan dokumen DPA- uang berdasarkan atas DPA-
PPKD PPKD
Tingkat Risiko Pada Akun Terpengaruh
Pengendalian Kunci Asersi Pengujian Proses Bisnis (Setelah Control Test)

Analisis Kelemahan Lokasi


No. Risiko Audit Akun Terpengaruh
Pengendalian SKPD Pembukuan Tingkat
Total Rata-rata
Pengendalian sesuai Pengendalian yang Kelengkapa dan Risiko
Keterjadian Akurasi Klasifikasi Timing
ketentuan dilakukan dientitas n Pengikhtisa
saran
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16)
2 Pelaksanaan anggaran Hibah Pelaksanaan anggaran Belanja Hibah; 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
dan bansos berupa barang/jasa hibah berupa barang atau Belanja Bansos
tidak berdasarkan dokumen DPA jasa berdasarkan atas DPA-
SKPD SKPD

3 Kepala Daerah tidak membuat Kepala daerah menetapkan Belanja Hibah; 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
keputusan dengan dasar daftar penerima hibah Belanja Bansos
dokumen APBD dan Penjabaran beserta besaran uang atau
APBD tentang penetapan daftar jenis barang atau jasa yang
penerima hibah dan besaran akan dihibahkan dengan
uang dan jenis barang atau jasa keputusan kepala daerah
yang akan dihibahkan berdasarkan peraturan
daerah tentang APBD dan
peraturan kepala daerah
tentang penjabaran APBD

4 Tidak ada NPHD Adanya kecukupan bukti Belanja Hibah 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah


pendukung Belanja Hibah
berupa NPHD
5 Ada NPHD namun tidak Persyaratan minimal yang Belanja Hibah 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
memenuhi syarat minimal NPHD harus termuat dalam NPHD
adalah pemberi dan
penerima hibah; tujuan
pemberian hibah;
besaran/rincian penggunaan
hibah yang akan diterima;
hak dan kewajiban; tata cara
penyaluran/penyerahan
hibah; dan tata cara
pelaporan hibah.

6 Penandatanganan naskah NPHD Kepala daerah dapat Belanja Hibah 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah


dilakukan oleh pejabat selain menunjuk pejabat yang
Kepala Daerah dan tidak ada SK diberi wewenang untuk
penunjukkan pejabat yang diberi menandatangani NPHD
wewenang untuk
menandatangani NPHD

7 pencairan Hibah dalam bentuk Pencairan hibah dalam Belanja Hibah 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
uang tidak dilakukan dengan bentuk uang dilakukan
mekanisme LS dengan mekanisme
pembayaran langsung (LS)

8 Pengadaan barang dan jasa Pengadaan barang dan jasa Belanja Hibah 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
dalam rangka Hibah dan Bansos dalam rangka hibah
tidak dilaksanakan sesuai berpedoman pada peraturan
peraturan pengadaan barang dan perundang-undangan
jasa yang berlaku tentang pengadaan barang
dan jasa yang berlaku

Pengajuan SPP/SPM-LS untuk Hibah, Bansos dan Subsidi


1 Bendahara Pengeluaran SKPKD PPK harus memverifikasi Belanja Hibah; 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
dalam membuat SPP LS tidak adanya SPD dan Keputusan Belanja Bansos;
dilengkapi SPD dan Keputusan KDH dalam pengajuan SPP Belanja Subsidi;
KDH sehingga melebihi nilai LS Belanja Transfer
SPD
2 Bendahara Pengeluaran SKPKD Bendahara pengeluaran Belanja Hibah; 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
tidak membuat register SPP LS SKPKD harus membuat Belanja Bansos;
yang telah dibuat register SPP LS Belanja Subsidi;
Belanja Transfer
3 PPK SKPKD tidak melakukan PPK harus melakukan Belanja Hibah; 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
penelitian dokumen SPP LS dan meneliti kelengkapan SPP, Belanja Bansos;
dokumen lain dibandingkan dan memverifikasi SPP, Belanja Subsidi;
dengan DPA SKPD dan SPD menguji kebenaran SPP Belanja Transfer
sehingga berpotensi melebihi dibandingkan dengan DPA
anggaran dan atau tidak sesuai dan SPD
anggaran

4 PPK SKPKD tidak membuat PPK harus membuat surat Belanja Hibah; 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
surat penolakan SPM atas SPP penolakan SPM dan Belanja Bansos;
yang tidak lengkap dan regster dimonitor oleh PA serta Belanja Subsidi;
surat penolakan harus membuat register Belanja Transfer
surat penolakan atas
penerbitan SPM
5 PPK tidak membuat register PPK wajib membuat Belanja Hibah; 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
SPM LS sehingga terjadi Register SPM LS Belanja Bansos;
penomoran SPM yang lompat Belanja Subsidi;
dan atau ganda, pembayaran Belanja Transfer
ganda
6 Surat Penolakan penerbitan SPM Bendahara Pengeluaran Belanja Hibah; 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
LS tidak diotorisasi oleh PPKD membuat register surat Belanja Bansos;
sehingga berpotensi diterbitkan penolakan SPM untuk Belanja Subsidi;
SPM yang telah ditolak memantau SPM yang telah Belanja Transfer
ditolak
7 Penolakan SPM LS Bendahara harus memonitor Belanja Hibah; 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
ditandatangani lebih dari 1 hari surat penolakan SPM yang Belanja Bansos;
kerja akan diotorisasi oleh PA Belanja Subsidi;
Belanja Transfer
Tingkat Risiko Pada Akun Terpengaruh
Pengendalian Kunci Asersi Pengujian Proses Bisnis (Setelah Control Test)

Analisis Kelemahan Lokasi


No. Risiko Audit Akun Terpengaruh
Pengendalian SKPD Pembukuan Tingkat
Total Rata-rata
Pengendalian sesuai Pengendalian yang Kelengkapa dan Risiko
Keterjadian Akurasi Klasifikasi Timing
ketentuan dilakukan dientitas n Pengikhtisa
saran
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16)
8 Perangkapan fungsi PPK oleh PPK harus melakukan Belanja Hibah; 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
Bendahara Pengeluaran (PPK meneliti kelengkapan SPP, Belanja Bansos;
hanya jabatan formalitas) yang dan memverifikasi SPP Belanja Subsidi;
mengakibatkan berpotensi SPJ Belanja Transfer
tidak lengkap

Penerbitan SP2D LS untuk Hibah, Bansos dan Subsidi


1 Proses Penerbitan SP2D LS Adanya verifikasi oleh Kuasa Belanja Hibah; 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
untuk hibah, bansos, subsidi BUD atas kelengkapan SPM Belanja Bansos;
tanpa Didukung dengan untuk pengajuan penerbitan Belanja Subsidi;
dokumen yang memadai SP2D Belanja Transfer
(kelengkapan dokumen)
2 SPM yang diajukan tidak SPM yang diajukanharus Belanja Hibah; 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
dilengkapi dengan Surat dilengkapi dengan Surat Belanja Bansos;
Pernyataan Tanggung jawab Pernyataan Tanggung jawab Belanja Subsidi;
Pengguna Anggaran/Kuasa PA Pengguna Anggaran/Kuasa Belanja Transfer
dan bukti-bukti pengeluaran yang PA dan bukti-bukti
sah dan lengkap pengeluaran yang sah dan
lengkap
3 Kuasa BUD tidak membuat Surat Kuasa BUD harus membuat Belanja Hibah; 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
Penolakan Penerbitan SP2D Surat Penolakan Penerbitan Belanja Bansos;
yang tidak lengkap SP2D yang tidak lengkap Belanja Subsidi;
Belanja Transfer
4 Kuasa BUD tidak membuat Kuasa BUD harus membuat Belanja Hibah; 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
register Surat Penolakan register Surat Penolakan Belanja Bansos;
penerbitan SP2D yang tidak penerbitan SP2D yang tidak Belanja Subsidi;
lengkap lengkap Belanja Transfer
5 SP2D diterbitkan melebihi 2 hari penerbitan SP2D paling Belanja Hibah; 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
kerja sejak SPM lengkap diterima lambat 2 hari kerja sejak Belanja Bansos;
SPM diterima Belanja Subsidi;
Belanja Transfer
6 Kuasa BUD tidak mencatat Kuasa BUD harus mencatat Belanja Hibah; 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
SP2D dan Nota Debet dari Bank SP2D dan Nota Debet dari Belanja Bansos;
sebagai dokumen Bank sebagai dokumen Belanja Subsidi;
penatausahaan di BUD penatausahaan di BUD Belanja Transfer

7 Bendahara SKPKD tidak Bendahara SKPKD harus Belanja Hibah; 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah


mencatat SP2D yang diterima mencatat SP2D yang Belanja Bansos;
dari BUD ke dalam dokumen diterima dari BUD ke dalam Belanja Subsidi;
penatausahaan Bendahara dokumen penatausahaan Belanja Transfer
Pengeluaran SKPKD

8 Bendahara Pengeluaran SKPKD Bendahara Pengeluaran Belanja Hibah; 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah


tidak membuat lengkap dokumen SKPKD harus membuat Belanja Bansos;
penatausahaan yang terdiri dari lengkap dokumen Belanja Subsidi;
BKU Pengeluaran, Buku Bantu penatausahaan Belanja Transfer
Bank, Buku Bantu Pajak, Buku
Bantu Panjar, Buku Rekapitulasi
Pengeluaran per rincian objek

9 SP2D tidak diotorisasi oleh SP2D harus diotorisasi oleh Belanja Hibah; 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
PPKD/BUD sebelum diajukan ke PPKD/BUD Belanja Bansos;
Bank untuk dicairkan Belanja Subsidi;
Belanja Transfer
Khusus Belanja Subsidi
1 Jumlah Subsidi yang diterima Pencairan Belanja subsidi Belanja Subsidi; 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
berbeda dengan yang dicairkan dari Kas Daerah melalui Kas di Kas Daerah
dari kas daerah/ dana tidak mekanisme transfer ke
diterima oleh pihak yang berhak. rekening pihak yang berhak
(mekanisme LS) -
kecukupan bukti pendukung

Khusus Belanja Hibah


1 Penerima hibah tidak memenuhi Adanya verifikasi dan Belanja Hibah 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
persyaratan, diantaranya: evaluasi penerima hibah
peruntukkannya tidak spesifik tahun sebelumnya
ditetapkan, Menerima hibah Adanya verifikasi dan
secara terus menerus, Tidak evaluasi secara selektif
termasuk sebagai organisasi usulan atau proposal
yang dapat menerima hibah, penerima hibah
2 contoh
Hibah SKPD, Partai Politik
kepada masyarakat hibah kepada masyarakat Belanja Hibah 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
diberikan kepada masyarakat yang memiliki kepengurusan
yang tidak memiliki yang jelas dan hibah kepada
kepengurusan yang jelas, kelompok masyarakat yang
sedangkan hibah kepada terdaftar minimal 3 tahun
kelompok kemasyarakatan di pada pemerintah daerah dan
berikan kepada kelompok mempunyai sekretariat tetap
masyarakat yang tidak terdaftar
pada pemerintah daerah minimal
3 tahun dan tidak mempunyai
sekretariat yang tetap
Tingkat Risiko Pada Akun Terpengaruh
Pengendalian Kunci Asersi Pengujian Proses Bisnis (Setelah Control Test)

Analisis Kelemahan Lokasi


No. Risiko Audit Akun Terpengaruh
Pengendalian SKPD Pembukuan Tingkat
Total Rata-rata
Pengendalian sesuai Pengendalian yang Kelengkapa dan Risiko
Keterjadian Akurasi Klasifikasi Timing
ketentuan dilakukan dientitas n Pengikhtisa
saran
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16)
3 Jumlah yang diterima berbeda Pencairan Belanja Hibah Belanja Hibah; 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
dengan yang dicairkan dari kas dari Kas Daerah melalui Kas di Kas Daerah
daerah/ dana tidak diterima oleh mekanisme transfer ke
pihak yang berhak. rekening pihak yang berhak
(mekanisme LS) -
kecukupan bukti
Verifikasi atas pengeluaran
hibah dari kepala SKPKD

Monitoring dari pihak


Inspektorat daerah
Khusus Belanja Bansos
1 Jumlah yang diterima berbeda Pencairan Belanja Bantuan Belanja Bansos 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
dengan yang dicairkan dari kas dari Kas Daerah melalui
daerah/ dana tidak diterima oleh mekanisme transfer ke
pihak yang berhak. rekening pihak yang berhak
(mekanisme LS)

2 Hibah dan bantuan berupa Pengendalian atas proses Belanja Bansos 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
barang yang belum diserahkan pelaporan keuangan oleh
ke masyarakat tidak dicatat PPK SKPD
sebagai persediaan di Neraca

Khusus Belanja Transfer


1 Pertanggungjawaban tidak Adanya surat pernyataan Belanja Transfer 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
disampaikan atau terlambat kesanggupan penerima
disampaikan kepada Kepala untuk menyampaikan
Daerah. pertanggungjawaban tepat
waktu-kecukupan bukti
pendukung

Adanya monitoring dari


pihak Inspektorat Daerah
Jumlah 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Rendah

Keterangan
Skor Pengaruh Resiko Keterangan Total Risiko
Jika, semua unsur Total
Skor 1 pengendalian kunci Asersi Pengujian Proses Bisnis (Setelah Control Test)
terpenuhi.
Pembukuan
> 50% unsur pengendalian Kelengkapa dan
Skor 3 Keterjadian Akurasi Klasifikasi Timing
kunci terpenuhi n Pengikhtisa
saran
< 50% unsur pengendalian
Skor 5 Rata-rata 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
kunci
maka penilaian hanya
memberikan skor 1 jika
Jika pengendalian kunci hanya Tingkat
ada satu
pengendalian kunci
Risiko
Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah To A.13.3 kolom (3)
dilaksanakan dan 5 jika tidak
dilaksanakan.

prinsip dalam memberikan mempertimbangkan


penilaian/pembobotan/ skoring. judgment auditor.

Tingkat CR Proses
Nilai
Bisnis
4–5 Tinggi
2 - 3,99 Sedang
1 - 1,99 Rendah
PEMERIKSAAN PENDAHULUAN A.13.2.5 Indeks KKP
ATAS Disusun Oleh : [inisial/tgl/bln/thn/paraf]
LAPORAN KEUANGAN Direviu Oleh : [inisial/tgl/bln/thn/paraf]
Disetujui Oleh : [inisial/tgl/bln/thn/paraf]
PEMERINTAH PROV/KAB/KOTA………………….
TAHUN ANGGARAN 20XX
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

Penilaian Risiko di Tingkat Proses Bisnis Belanja Barang Jasa dan Pengelolaan Persediaan

Tingkat Risiko Pada Akun


Pengendalian Kunci Asersi Pengujian Proses Bisnis (Setelah Control Test) Terpengaruh

Analisis Kelemahan Lokasi


No. Risiko Audit Akun Terpengaruh Pembuku
Pengendalian SKPD Tingkat
Pengendalian yang Kelengkapa an dan Klasifikas Total Rata-rata
Pengendalian sesuai ketentuan Keterjadian Akurasi Timing Risiko
dilakukan dientitas n Pengikhti i
sasaran
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16)
PENGAJUAN SPP-SPM UP/GU/TU/LS DAN PENERBITAN SP2D
1 Bendahara Pengeluaran dalam PPK harus memverifikasi adanya SPD Belanja Barang/Jasa Kas 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
membuat SPP UP tidak dalam pengajuan SPP UP di Bendahara
dilengkapi SPD sehingga Pengeluaran
melebihi nilai SPD

2 Pengajuan SPP UP melebihi PPK menverifikasi pengajuan SPP dengan Belanja Barang/Jasa Kas 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
ketetapan SK Kepala Daerah tentang batas penetapan di Bendahara
UP Pengeluaran
3 PPTK tidak menyerahkan SPJ Bendahara harus mempunyai check list Belanja Barang/Jasa Kas 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
yang lengkap kepada Bendahara kelengkapan bukti untuk pengajuan SPP di Bendahara
Pengeluaran dalam rangka GU/TU/LS Pengeluaran
pengajuan SPP GU/TU/LS
berpotensi kelebihan
pembayaran
4 SPJ untuk pencairan GU/TU/LS PPTK harus menyiapkan dokumen untuk Belanja Barang/Jasa Kas 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
diserahkan langsung oleh pihak pembayaran kepada pihak ketiga sesuai di Bendahara
ketiga kepada Bendahara persyaratan pembayaran yang ditetapkan Pengeluaran
Pengeluaran bukan oleh PPTK
yang berpotensi adanya
kelebihan pembayaran,
kesalahan penghitungan, dsb

5 PPK tidak membuat surat PPK harus membuat surat penolakan SPM Belanja Barang/Jasa Kas 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
penolakan SPM apabila ada dan dimonitor oleh PA di Bendahara
SPP UP/GU/TU/LS yang tidak Pengeluaran
lengkap yang berpotensi SPM
ganda dan kelebihan
pembayaran dan tidak sesuai
peruntukan
6 Register SPP UP/GU/TU/LS PPK wajib membuat Register SPP Belanja Barang/Jasa Kas 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
tidak dibuat/ tidak tertib dibuat UP/GU/TU/LS di Bendahara
sehingga terjadi penomoran SPP Pengeluaran
yang lompat dan atau ganda,
pembayaran ganda
7 PPK tidak membuat register PPK wajib membuat Register SPM Belanja Barang/Jasa Kas 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
SPM UP/GU/TU/LS sehingga UP/GU/TU/LS di Bendahara
terjadi penomoran SPP yang Pengeluaran
lompat dan atau ganda,
pembayaran ganda
8 PPK tidak membuat register PPK harus membuat register surat Belanja Barang/Jasa Kas 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
surat penolakan penerbitan SPM penolakan SPM dan dimonitor oleh PA di Bendahara
UP/GU/TU/LS Pengeluaran
9 Perangkapan fungsi PPK oleh PPK harus melakukan meneliti kelengkapan Belanja Barang/Jasa Kas 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
Bendahara Pengeluaran (PPK SPP, dan memverifikasi SPP di Bendahara
hanya jabatan formalitas) yang Pengeluaran
mengakibatkan berpotensi SPJ
tidak lengkap

10 Penerbitan SPM UP/GU/TU/LS PPK harus memonitor rancangan SPM yang Belanja Barang/Jasa Kas 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
lebih dari 2 hari kerja akan diotorisasi oleh PA di Bendahara
Pengeluaran
11 Penelitian SPP UP/GU/TU/LS PPK harus melakukan meneliti kelengkapan Belanja Barang/Jasa Kas 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
oleh PPK tidak dibandingkan bukti pendukung SPP, dan memverifikasi di Bendahara
dengan SPD, DPA SKPD dan SPP, menguji kebenaran SPP Pengeluaran
kelengkapan dokumen sehingga
berpotensi terjadi pengeluaran
melebihi anggaran dan/atau tidak
sesuai anggaran serta tidak sah.

12 SPP UP/GU/TU/LS dan Bendahara Pengeluaran mengarsipkan dan Belanja Barang/Jasa Kas 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
dokumen lain tidak diarsipkan mengamankan data dengan baik di Bendahara
dengan baik berpotensi tidak ada Pengeluaran
pengamanan data
13 Surat Penolakan SPM Bendahara Pengeluaran membuat register Belanja Barang/Jasa Kas 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
UP/GU/TU/LS tidak diotorisasi surat penolakan SPM untuk memantau SPM di Bendahara
oleh Pengguna Anggaran yang telah ditolak Pengeluaran
sehingga berpotensi diterbitkan
SPM yang telah ditolak

14 Penolakan SPM UP/GU/TU/LS Bendahara harus memonitor surat Belanja Barang/Jasa Kas 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
ditandatangani lebih dari 1 hari penolakan SPM yang akan diotorisasi oleh di Bendahara
kerja PA Pengeluaran
Tingkat Risiko Pada Akun
Pengendalian Kunci Asersi Pengujian Proses Bisnis (Setelah Control Test) Terpengaruh

Analisis Kelemahan Lokasi


No. Risiko Audit Akun Terpengaruh Pembuku
Pengendalian SKPD Tingkat
Pengendalian yang Kelengkapa an dan Klasifikas Total Rata-rata
Pengendalian sesuai ketentuan Keterjadian Akurasi Timing Risiko
dilakukan dientitas n Pengikhti i
sasaran
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16)
15 Tidak ada otorisasi SPM PA harus mengotorisasi SPM dan BUD Belanja Barang/Jasa Kas 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
UP/GU/TU/LS oleh Pengguna tidak menerbitkan SP2D jika tidak ada di Bendahara
Anggaran berpotensi dasar otorisasi SPM Pengeluaran
penerbitan SP2D tidak sah

16 Penerbitan dan otorisasi SPM PA harus mengotorisasi SPM dan BUD Belanja Barang/Jasa Kas 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
UP/GU/TU/LS tanpa SPP tidak menerbitkan SP2D jika tidak didukung di Bendahara
sehingga SPM dan belanja tidak SPP dan SPM (yang telah diotorisasi) Pengeluaran
sah

17 Proses Penerbitan SP2D Adanya verifikasi Kuasa BUD atas Belanja Barang/Jasa Kas 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
GU/TU/LS tanpa Didukung kelengkapan SPM GU/TU/LS. di Bendahara
dengan dokumen/bukti yang Pengeluaran
memadai (kelengkapan
dokumen).

PENYAMPAIAN SPJ DAN PENCATATAN


1 Transaksi Belanja Barang dan PPK memverifikasi dokumen SPJ termasuk Belanja Barang/Jasa Kas 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
Jasa tidak dicatat Bendahara pencatatan di Bendahara
Pengeluaran sehingga Pengeluaran
berpotensi Belanja bersangkutan
kurang dicatat

2 Transaksi dicatat terlambat/ tidak PPK memverifikasi ketepatan waktu Belanja Barang/Jasa Kas 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
tertib berpotensi keterlambatan pembuatan SPJ di Bendahara
pengajuan SPJ Pengeluaran

3 Pengajuan SPJ terlambat Bendahara mengajukan SPJ paling lambat Belanja Barang/Jasa Kas 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
sehingga berpotensi pencairan tanggal 10 bulan berikutnya di Bendahara
terlambat Pengeluaran

4 Penyerahan SPJ ke PA lebih PPK menyerahkan SPJ ke PA tepat waktu Belanja Barang/Jasa Kas 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
dari 10 hari bulan berikutnya di Bendahara
berakibat keterlambatan Pengeluaran
pencairan SPJ

5 PPK tidak memverifikasi SPJ PPK memverifikasi setiap SPJ yang Belanja Barang/Jasa Kas 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
sehingga berpotensi SPJ fiktif disampaikan di Bendahara
Pengeluaran

6 PPK tidak membuat register PPK membuat register penerimaan/ Belanja Barang/Jasa Kas 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
penerimaan SPJ/ penolakan SPJ penolakan SPJ di Bendahara
sehingga berpotensi Pengeluaran
pembayaran ganda

7 PA tidak mengesahkan SPJ PA mengesahkan SPJ dan BUD tidak Belanja Barang/Jasa Kas 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
sehingga berakibat menerbitkan SP2D yang tidak didukung di Bendahara
pertanggungjawaban tidak sah/ pengesahan SPJ dari PA Pengeluaran
fiktif

8 PA tidak membuat register PA membuat register pengesahan SPJ Belanja Barang/Jasa Kas 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
pengesahan SPJ sehingga di Bendahara
berakibat berpotensi Pengeluaran
pengeluaran tidak terkendali

9 Pengarsipan surat pengesahan PA memonitor pengarsipan pengesahan Belanja Barang/Jasa Kas 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
SPJ tidak tertib sehingga SPJ di Bendahara
berakibat berpotensi Pengeluaran
pengamanan data tidak memadai

PELAKSANAAN PENGELUARAN BELANJA BARANG DAN JASA


1 Realisasi melebihi anggaran Kecukupan dokumen/data realisasi Belanja Kas di Bendahara 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
Barang Pengeluaran, Belanja
barang jasa; Persediaan
Verifikasi data realisasi belanja dengan sisa
anggaran
rekonsiliasi dan verifikasi oleh SKPKD
penerbitan SP2D dengan membandingkan
SPD
2 Adanya pemotongan dan Terdapat otorisasi dan verifikasi untuk Kas di Bendahara 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
pemungutan yang tidak memastikan pembayaran SP2D LS hanya Pengeluaran, Belanja
seharusnya atas pembayaran melalui rekening bank milik pihak ketiga Barang dan Jasa
SP2D LS secara tunai

3 Barang/jasa yang s.d. 31 Verifikasi Laporan Perkembangan fisik dan Kewajiban; 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
Desember telah diterima (telah realisasi keuangan oleh pengguna anggaran persediaan;belanja
ada berita acara penerimaan barang dan jasa
barang & jasa) tetapi belum
dilakukan pembayaran per 31
Desember

4 Barang dan jasa yang diterima Panitia pemeriksa barang melakukan Belanja barang jasa: 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
tidak sesuai dengan surat pemeriksaan jumlah dan spesifikasi Persediaan
perjanjian, baik secara kuantitas barang/jasa dan membandingkan dengan
dan kualitas. pesanan/perjanjian serta
mendokumentasikan hasil pemeriksaan
dalam berita acara.
Tingkat Risiko Pada Akun
Pengendalian Kunci Asersi Pengujian Proses Bisnis (Setelah Control Test) Terpengaruh

Analisis Kelemahan Lokasi


No. Risiko Audit Akun Terpengaruh Pembuku
Pengendalian SKPD Tingkat
Pengendalian yang Kelengkapa an dan Klasifikas Total Rata-rata
Pengendalian sesuai ketentuan Keterjadian Akurasi Timing Risiko
dilakukan dientitas n Pengikhti i
sasaran
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16)
5 Waktu serah terima barang/jasa Berdasarkan berita acara serah terima Belanja barang jasa: 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
terlambat dan belum dikenakan barang, PPTK menghitung dan mengenakan Persediaan
sanksi denda. denda sesuai perjanjian.

6 Harga barang/jasa melebihi PPK melakukan verifikasi harga satuan


harga standar sehingga barang/jasa dengan membandingkan
berpotensi terjadinya kelebihan dengan harga standar.
pembayaran.
7 Pertanggungjawaban tidak Verifikasi kelengkapan dokumen oleh Belanja barang jasa: 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
sesuai, tidak lengkap dan belum Bendahara dan PPK.Persetujuan dan Persediaan
diverifikasi secara memadai otorisasi anggaran dan pencairan oleh
sehingga berpotensi adanya Pengguna Anggaran (penerbitan SPP-SPM-
belanja fiktif, pembayaran ganda SP2D); verifikasi pelaksanaan dan
dan/atau pengeluaran tidak pertanggungjawaban kegiatan PPTK oleh
sesuai peruntukan. PPK; kecukupan dokumen
pertanggungjawaban; pemeriksaan
fisik/serah terima pekerjaan.
6 Belanja berindikasi fiktif/ganda verifikasi pelaksanaan dan Belanja barang dan jasa: 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
pertanggungjawaban kegiatan PPTK; Persediaan
kecukupan dokumen pertanggungjawaban;
pemeriksaan fisik/serah terima
pekerjaan/Barang
Monitoring oleh Inspektorat
8 Pajak atas pengadaan barang/ Bendahara Pengeluaran melakukan Belanja Barang dan Jasa 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
jasa belum dipungut perhitungan pajak yang akan dipungut pada
saat pengajuan SPP.
9 Pajak yang telah dipungut belum Bendahara Pengeluaran wajib menyetorkan
disetorkan ke Kas Negara. pajak yang dipungutnya dan menyampaikan
bukti setor pajak sebagai kelengkapan SPJ.

7 Surat Tugas SPPD dibuat Perjalanan Dinas tidak dapat dilaksanakan Belanja Barang dan Jasa 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
belakangan sehingga berpotensi sebelum Surat Tugas ditandatangani
pencairan SPPD fiktif

10 Pelaksanaan kegiatan/ Setiap kegiatan harus didukung SK, Surat Belanja Barang dan Jasa 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
perjalanan tidak didukung Tugas, SPPD yang ditandatangi oleh pejabat
dengan SK Pembentukan Tim, yang berwenang.
SK Penerima Bantuan, Surat
Perintah, SPPD sehingga
berpotensi kegiatan fiktif

9 PPTK tidak verifikasi nama- PPTK harus memverifikasi nama penerima Belanja Barang dan Jasa 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
nama penerima honor sesuai honor sesuai SK
SK, sehingga berpotensi
kelebihan pembayaran
11 PPTK tidak mengecek jumlah PPTK harus menyiapkan dokumen untuk Belanja Barang dan Jasa 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
dan nama pelaksana perjalanan pembayaran sesuai persyaratan pembayaran
dinas atau nama penerima yang ditetapkan
bantuan sehingga berpotensi
terjadinya belanja fiktif.

10 Bendahara Pengeluaran tidak Bendahara Pengeluaran melakukan Belanja Barang dan Jasa 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
memverifikasi kelengkapan verifikasi, evaluasi atas kelengkapan dalam
sehingga berpotensi kelebihan rangka pembayaran
pembayaran, tidak sesuai
peruntukan

10 Pengguna Anggaran tidak PA harus membuat Surat Tugas, SK Tim Belanja Barang dan Jasa 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
membuat ST, SK Tim sehingga
berpotensi fiktif
12 Para pelaksana perjalanan dinas Para pelaksana perjalanan dinas wajib Belanja Barang dan Jasa 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
tidak membuat laporan kegiatan membuat dan menyampaikan laporan
dan atau dokumentasi kegiatan kegiatan kepada pejabat yang berwenang.
sehingga berpotensi fiktif

14 Penilaian dan penyajian belanja Verifikasi data anggaran dengan realisasi Belanja Barang Jasa; 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
barang/jasa dan modal tidak belanja, Aset tetap
sesuai dengan substansinya Evaluasi Pencatatan dan Pembukuan di
SKPKD
15 Penggunaan dana yang tidak Adanya otorisasi dan verifikasi atas Kas di kasda; Belanja 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
sesuai peruntukan (contoh: dana penggunaan dana sesuai dengan
DAK digunakan untuk peruntukkannya
membiayai pengeluaran rutin)

PEMBELANJAAN DANA NON GAJI ( Suplemen B.5.3 , B.6.3 , B.7.3 , dan B.10.4)
1 Terjadi penyalahgunaan kas, Adanya pemeriksaan kas oleh PA sewaktu- Kas di Bendahara 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
misalnya PPh dan pajak lainnya waktu dan sekurang-kurangnya 1 kali dalam Pengeluaran, Belanja
yang telah dipungut tidak 3 bulan Barang dan Jasa
disetorkan seluruhnya ke Monitoring dari atasan langsung, SKPKD
rekening kas umum negara, sisa dan Inspektorat.
2 UP tidak disetor
Bendahara ke Kasda,
pengeluaran dll
belum Monitoring dari atasan langsung Kas di Bendahara 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
memungut pajak Pengeluaran, Belanja
Verifikasi dari Kuasa BUD (PMK 64 Tahun Barang dan Jasa
2013)
3 Kelebihan pembayaran belanja Adanya verifikasi atas pembayaran belanja Kas di Bendahara 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
dari yang seharusnya oleh PPK Pengeluaran, Belanja
Barang dan Jasa
Tingkat Risiko Pada Akun
Pengendalian Kunci Asersi Pengujian Proses Bisnis (Setelah Control Test) Terpengaruh

Analisis Kelemahan Lokasi


No. Risiko Audit Akun Terpengaruh Pembuku
Pengendalian SKPD Tingkat
Pengendalian yang Kelengkapa an dan Klasifikas Total Rata-rata
Pengendalian sesuai ketentuan Keterjadian Akurasi Timing Risiko
dilakukan dientitas n Pengikhti i
sasaran
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16)
4 Adanya pemotongan dan Terdapat otorisasi dan verifikasi untuk Kas di Bendahara 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
pemungutan yang tidak memastikan pembayaran SP2D LS hanya Pengeluaran, Belanja
seharusnya atas pembayaran melalui rekening bank milik pihak ketiga Barang dan Jasa
SP2D LS secara tunai

PENATAUSAHAAN DOKUMEN BENDAHARA PENGELUARAN


1 Bendahara pengeluaran tidak Adanya verifikasi atasan langsung atas Kas di Bendahara 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
menyelenggarakan pembukuan kelengkapan penatausahaan dokumen Pengeluaran
sesuai dengan dokumen yang pengeluaran yang terdiri dari BKU, buku
ditentukan simpanan/bank, buku pajak, buku panjar,
buku rekapitulasi pengeluaran per rincian
obyek dan register SPP UP/GU/TU/LS

2 SPJ Pengeluaran terlambat Adanya pengawasan dari PPK dan PA Kas di Bendahara 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
diserahkan terkait batas waktu penyerahan SPJ Pengeluaran
Pengeluaran Bendahara Pengeluaran ke
PPK SKPD, dari PPK SKPD ke PA dan PA
ke BUD, paling lambat tanggal 10 bulan
berikutnya
4 Jasa giro rekening Bendahara Adanya perjanjian dengan pihak perbankan Kas di Bendahara 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
Pengeluaran tidak disetor ke atas sistem auto debet atas jasa giro Pengeluaran
Kasda rekening Bendahara Pengeluaran

Verifikasi Rekening Bendahara Pengeluaran


oleh atasan langsung
5 Terdapat selisih antara BKU Rekonsiliasi bank Kas di Bendahara 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
(Buku Bank) Bendahara Adanya pengawasan oleh atasan langsung Pengeluaran
Pengeluaran dengan Rekening bendahara pengeluaran
bank PENATAUSAHAAN PERSEDIAAN
1 Penyimpan barang tidak Penyimpan barang harus mencatat setiap Persediaan 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
mencatat setiap penerimaan dan penerimaan dan pengeluaran barang dalam
pengeluaran barang/ persediaan buku/kartu persediaan.
secara tertib.

2 Persediaan tidak disimpan dalam Adanya gudang/tempat penyimpanan yang Persediaan 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
tempat yang aman sehingga aman untuk menyimpan persediaan yang
berpotensi hilang hanya dapat diakses personil yang memiliki
kewenangan.

3 Tidak ada pemisahan Penyimpan barang memisahkan persediaan Persediaan 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah


penyimpanan persediaan yang yang rusak/usang/ kadaluwarsa dalam
rusak/usang/ kadaluwarsa gudang dan membuat pencatatan terpisah
dengan persediaan yang kondisinya bagus.

4 Tidak ada pemeriksaan fisik dan Penyimpan barang dan atasan langsung Persediaan 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
pelaporan persediaan secara melakukan pemeriksaan fisik persediaan
berkala. yang hasilnya didokumentasikan dalam
suatu berita acara dan disampaikan kepada
Kepala SKPD sebagai bahan penyusunan
LKPD.
Jumlah 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

Keterangan
Skor Pengaruh Resiko Keterangan Total Risiko
Jika, semua unsur pengendalian kunci Total
Skor 1 Asersi Pengujian Proses Bisnis (Setelah Control Test)
terpenuhi.

Pembuku
Kelengkapa an dan Klasifikas
Skor 3 > 50% unsur pengendalian kunci terpenuhi Keterjadian Akurasi Timing
n Pengikhti i
sasaran

Skor 5 < 50% unsur pengendalian kunci Rata-rata 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
maka penilaian hanya memberikan skor 1
Jika pengendalian kunci hanya Tingkat
ada satu
jika pengendalian kunci dilaksanakan dan 5
Risiko
Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah To A.13.3 kolom (3)
jika tidak dilaksanakan.

prinsip dalam memberikan


mempertimbangkan judgment auditor.
penilaian/pembobotan/ skoring.

Tingkat CR Proses
Nilai
Bisnis
4–5 Tinggi
2 - 3,99 Sedang
1 - 1,99 Rendah
PEMERIKSAAN PENDAHULUAN A.13.2.6 Indeks KKP
ATAS Disusun Oleh :
LAPORAN KEUANGAN [inisial/tgl/bln/thn/paraf]
PEMERINTAH PROV/KAB/KOTA…………………. Direviu Oleh :
TAHUN ANGGARAN 20XX
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
Penilaian Risiko di Tingkat Proses Bisnis Pengelolaan Kas

Tingkat Risiko Pada Akun


Pengendalian Kunci Asersi Pengujian Proses Bisnis (Setelah Control Test) Terpengaruh

Analisis Kelemahan
No. Risiko Audit Akun Terpengaruh Lokasi SKPD Tingkat
Pengendalian Pembukuan Risiko
Pengendalian yang dan Total Rata-rata
Pengendalian sesuai ketentuan Keterjadian Kelengkapan Akurasi Klasifikasi Timing Setelah
dilakukan dientitas Pengikhtisasa TOC
ran
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16)
I KAS DI BUD
A PENERBITAN SP2D UP/GU/TU/LS (Suplemen B.5.2 , B.6.2 , B.7.2 , B.8.2)
1 Penerbitan SP2D UP/GU/TU/LS Monitoring oleh Kuasa BUD atas 0 0 Rendah
melebihi batas waktu yang penerbitan SP2D 0 0 0 0 0 0
ditentukan
2 Penerbitan SP2D UP melebihi Pengguna Anggaran 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
nilai ketetapan Kepala Daerah - Bukti-bukti pengeluaran yang sah dan
lengkap
Adanya verifikasi oleh Kuasa BUD
3 Penerbitan SP2D GU/TU/LS
tidak sesuai prosedur dan tidak
didukung dengan kelengkapan
yang memadai
4 Surat Penolakan SP2D Adanya mekanisme penerbitan surat 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
UP/GU/TU/LS tidak dibuat penolakan penerbitan SP2D atas SPM
secara tertulis yang tidak lengkap oleh Kuasa BUD paling
lambat 1 hari kerja sejak SPM diterima

Adanya mekanisme perbaikan/


penyempurnaan SPM
B PENERBITAN SP2D LS PEMBENTUKAN DANA CADANGAN (Suplemen B.11.2)
1 Proses Pembentukan Dana Adanya Perda Dana Cadangan Kas di kasda, Dana DPPK. 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
Cadangan tidak didukung PPKD memilih Program berdasarkan Perda Cadangan
dengan dokumen yang Dana Cadangan
memadai BUD menverifikasi kecukupan dana
cadangan berdasarkan Perda, Daftar
Program/Kegiatan dan Daftar Kebutuhan
Dana Cadangan
PPKD menyetujui Surat Perintah
Pemindahbukuan yang dibuat oleh BUD
C PENCAIRAN SP2D DAN PENGELOLAAN PFK
1 Pencairan SP2D LS bukan PPKD mengotorisasi SP2D dan 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
kepada rekening Pihak Ketiga menyerahkannya kepada Bank;
yang dituju SK Kepala Daerah tentang penetapan
penerima Subsidi, Hibah, Bansos, Bagi
Hasil, dan Pembiayaan
Berdasarkan SP2D Bank
mencairkan/mentransfer dana kepada
pihak ketiga dan membuat Nota Debet.
Nota Debet diserahkan kepada Kuasa
BUD.
2 Pajak belum dipungut oleh BUD Adanya verifikasi PPK atas kelengkapan Kas di kasda DPPK 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
dokumen pemungutan pajak di
SKPD/PPKD berupa surat setoran pajak
(SSP).
adanya MoU dengan pihak bank mengenai
pembayaran pihak ketiga secara netto (cek
jika ada pengendalian pengganti).

3 Pajak telah dipungut namun Adanya verifikasi atasan langsung Kas di kasda DPPK. 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
belum disetor atau terlambat bendahara pengeluaran dan rekonsiliasi
disetor antara register setoran pajak dengan saldo
PFK.
Bendahara Pengeluaran membuat Daftar
Transaksi Harian (DTH) atas transaksi
Belanja yang dipungut pajaknya oleh
Bendahara Pengeluaran
DTH Disampaikan kepada Kuasa BUD
dilampiri dengan SSP lembar ketiga paling
lambat tanggal 10 bulan berikutnya

Berdasarkan DTH, Kuasa BUD membuat


Rekap Transaksi Harian (RTH) yang
disampaikan secara bulanan kepada
Kepala KPP paling lambat tanggal 20 bulan
berikutnya;
Pengendalian penerapan dan pemutakhiran
sistem informasi keuangan daerah (SIKD)
dalam perhitungan pemungutan pajak.

adanya MoU dengan pihak bank antara


lain ttg pengelolaan pajak.
4 Penyetoran pajak fiktif dengan Verifikasi atas bukti setoran pajak dan Kas di kasda DPPK. 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
pemalsuan bukti pendukung. konfirmasi ke Dirjen Pajak melalui KPP
terkait keabsahan bukti setoran pajak.
5 Pajak yang dipungut tidak Adanya verifikasi atas perhitungan pajak Kas di kasda; belanja DPPK. 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
sesuai ketentuan perpajakan yang telah dipungut.
(tarif, Jenis pajak, dll) Pengendalian penerapan dan pemutakhiran
sistem informasi keuangan daerah (SIKD)
dalam perhitungan pemungutan pajak.

7 Pengeluaran kas tanpa SP2D Adanya Register SP2D dan kelengkapan Kas di kasda DPPK. 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
dokumen pengajuannya
Adanya otorisasi pengeluaran kas
8 Dana Titipan (Jasa Bongkar Rekonsiliasi antara data buku dan Kas di kasda DPPK. 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
Reklame, PDAM, PLN, dll) Rekening Koran Bank.
tidak didokumentasikan dalam
pembukuan Kuasa BUD

D PENATAUSAHAAN PENGELOLAAN KAS


1 Sistem Pembukuan Adanya kecukupan dokumen dan Kas di kasda, Hutang DPPK 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
Pengelolaan Kas Daerah Belum catatan/data yang mendukung Sistem PFK
Tertib (BUD tidak Pembukuan sesuai dengan peraturan yang
menyelenggarakan pembukuan berlaku.
sesuai ketentuan) Sistem informasi keuangan terkait dengan
pengelolaan kas.
Rekonsiliasi data buku dengan data bank,
data Bendahara SKPD, dan data Bidang
Pendapatan.
2 Terdapat rekening Kasda yang Adanya persetujuan Kepala Daerah atas Kas di kasda DPPK 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
belum dilengkapi dengan SK semua rekening Kasda.
Kepala Daerah
Tingkat Risiko Pada Akun
Pengendalian Kunci Asersi Pengujian Proses Bisnis (Setelah Control Test) Terpengaruh

Analisis Kelemahan
No. Risiko Audit Akun Terpengaruh Lokasi SKPD Tingkat
Pengendalian Pembukuan Risiko
Pengendalian yang dan Total Rata-rata
Pengendalian sesuai ketentuan Keterjadian Kelengkapan Akurasi Klasifikasi Timing Setelah
dilakukan dientitas Pengikhtisasa TOC
ran
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16)
3 Rekening yang dikuasai BUD Adanya persetujuan Kepala Daerah atas Kas di kasda DPPK 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
belum dilaporkan sebagai semua rekening Kasda.
rekening Kasda
4 Rekening Kasda belum Adanya kecukupan dokumen berupa Kas di kasda DPPK 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
dilengkapi Surat Perjanjian perjanjian dengan Bank atas rekening
dengan Bank Kasda.
5 Terdapat penerimaan dan Adanya rekonsiliasi penerimaan antara Kas di kasda; DPPK 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
pengeluaran yang tidak bisa bidang akuntansi, bidang pendapatan, dan Pendapatan; belanja
dijelaskan SKPD terkait (dokumen STS, SKPD,
SKRD).
Adanya rekonsiliasi pengeluaran antara
bidang akuntansi, bidang perbendaharaan
dan SKPD terkait (dokumen SPP, SPM,
SP2D, SPD, SPJ administratif dan
fungsional, rekening koran).

6 Penatausahaan Kuasa BUD Pencatatan SP2D dan Nota Debet oleh Kas di kasda DPPK 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
tidak lengkap Kuasa BUD pada dokumen penatausahaan
(Register SP2D, Register Penolakan
SP2D, Buku Kas Penerimaan dan Buku
Kas Pengeluaran)

Adanya Sistem informasi keuangan terkait


dengan pengelolaan kas Daerah

II KAS DI BENDAHARA PENERIMAAN


A PENATAUSAHAAN SPJ PENERIMAAN (Suplemen C.2.1)
1 Adanya rekening yang dikelola Kepala Daerah menetapkan pembentukan Kas di Bendahara 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
bendahara penerimaan selain rekening Bendahara Penerimaan Penerimaan
yang ditetapkan oleh Kepala
Daerah

2 Bendahara Penerimaan/ Adanya verifikasi dari atasan langsung dan Kas di Bendahara 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
Pembantu tidak Bendahara Penerimaan atas kelengkapan Penerimaan, PAD
menyelenggarakan pembukuan penatausahaan dokumen penerimaan
sesuai dengan ketentuan

3 Terdapat perbedaan jumlah Adanya rekonsiliasi BKU Penerimaan, Kas di Bendahara 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
penerimaan berdasarkan BKU Buku Rekapitulasi Penerimaan Harian Penerimaan, PAD
Penerimaan, Buku Rekapitulasi Pembantu, dan SPJ penerimaan
Penerimaan Harian Pembantu,
dan SPJ (dokumen pendukung)
penerimaan

4 Penyetoran penerimaan ke Adanya pengawasan oleh atasan langsung Kas di Bendahara 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
Bendahara Penerimaan/ Kasda dan Bendahara Penerimaan atas waktu Penerimaan, PAD
terlambat dari ketentuan penyetoran penerimaan

5 Penyalahgunaan kas oleh Adanya pengawasan oleh atasan langsung Kas di Bendahara 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
Bendahara Penerimaan/ dan Bendahara Penerimaan atas nilai Penerimaan, PAD
Pembantu penyetoran penerimaan

III KAS DI BENDAHARA PENGELUARAN


C PENATAUSAHAAN DOKUMEN BENDAHARA PENGELUARAN 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
1 Adanya rekening yang dikelola Kepala Daerah menetapkan pembentukan Kas di Bendahara 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
bendahara pengeluaran selain rekening Bendahara Pengeluaran Pengeluaran
yang ditetapkan oleh Kepala
Daerah

2 Jasa giro rekening Bendahara Adanya perjanjian dengan pihak perbankan Kas di Bendahara 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
Pengeluaran tidak disetor ke atas sistem auto debet atas jasa giro Pengeluaran
Kasda rekening Bendahara Pengeluaran

3 Terdapat selisih antara BKU Adanya cash opname secara berkala oleh Kas di Bendahara 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
Bendahara Pengeluaran atasan langsung bendahara pengeluaran Pengeluaran
dengan kas tunai, rekening
bank, dan buku panjar yang
tidak dapat dijelaskan
4 Adanya pemotongan dan Terdapat otorisasi dan verifikasi untuk Kas di Bendahara 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
pemungutan yang tidak memastikan pembayaran SP2D LS hanya Pengeluaran
seharusnya atas pembayaran melalui rekening bank milik pihak ketiga
SP2D LS tunai
5 Pengeluaran UP (SP2D GU) Adanya verifikasi yang memadai dari PPK Kas di Bendahara 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
tidak didukung SPJ yang atas SPJ SPM GU Pengeluaran, Belanja
memadai Pengawasan dari Inspektorat Barag/Jasa
6 Penyimpanan uang panjar Adanya ketentuan tentang nilai maksimal Kas di Bendahara 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
(misal pada PPTK) tidak penyimpanan uang tunai Pengeluaran
memadai
7 Pengelolaan uang panjar tidak Terdapat format dokumen pencatatan uang Kas di Bendahara 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
diadministrasikan secara panjar Pengeluaran
memadai
8 Penyalahgunaan kas (UP) Adanya pengawasan oleh atasan langsung Kas di Bendahara 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
dan Inspektorat Pengeluaran
IV KAS DI BLUD
1 BLUD tidak melaporkan seluruh Adanya mekanisme pelaporan atas seluruh Kas di BLUD RSUD (BLUD) 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
pendapatan dan biaya kepada pendapatan dan biaya BLUD yang
PPKD dilaporkan kepada PPKD berupa laporan
operasional dan laporan arus kas setiap
triwulan, paling lambat 15 hari setelah
periode pelaporan selesai.
Adanya kewajiban menyampaikan laporan
keuangan lengkap kepada PPKD setiap
semesteran dan tahunan BLUD untuk
dikonsolidasikan ke dalam laporan
keuangan pemda, paling lambat 2 bulan
setelah periode pelaporan berakhir.

2 Penerimaan BLUD tidak setiap Adanya kewajiban penyetoran seluruh Kas di BLUD, PAD RSUD (BLUD) 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
hari disetorkan seluruhnya ke penerimaan BLUD setiap hari ke rekening
rekening kas BLUD berpotensi kas BLUD
kehilangan dan atau Adanya kewajiban melaporkan Penerimaan
penyalahgunaan BLUD kepada pejabat keuangan BLUD

3 Transaksi penerimaan dan Transaksi penerimaan dan pengeluaran Kas di BLUD, PAD, RSUD (BLUD) 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
pengeluaran kas tidak melalui kas dilaksanakan melalui rekening kas belanja
rekening kas BLUD yang BLUD
berpotensi terdapat penerimaan Rekening kas BLUD ditetapkan oleh
dan pengeluaran yang tidak Kepala Daerah
4 Kesalahan pencatatan atas verifikasi bukti penerimaan oleh bagian Kas di BLUD, PAD RSUD (BLUD) 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
penerimaan deposit/uang muka akuntansi
dari pasien sebagai pendapatan
Tingkat Risiko Pada Akun
Pengendalian Kunci Asersi Pengujian Proses Bisnis (Setelah Control Test) Terpengaruh

Analisis Kelemahan
No. Risiko Audit Akun Terpengaruh Lokasi SKPD Tingkat
Pengendalian Pembukuan Risiko
Pengendalian yang dan Total Rata-rata
Pengendalian sesuai ketentuan Keterjadian Kelengkapan Akurasi Klasifikasi Timing Setelah
dilakukan dientitas Pengikhtisasa TOC
ran
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16)
5 Tidak ada pengesahan dari Verifikasi dan otorisasi SPM Pengesahan Kas di BLUD, belanja RSUD (BLUD) 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
BUD berupa SPM Pengesahan oleh BUD atas seluruh pengeluaran biaya
atas pengeluaran biaya BLUD BLUD yang bersumber dari jasa layanan,
hibah, hasil kerjasama dengan pihak lain
dan lain-lain pendapatan BLUD yang sah,
dilakukan dengan menerbitkan SPM
Pengesahan yang dilampiri Surat
Pernyataan Tanggung Jawab (SPTJ)

6 Terdapat selisih kas BLUD Rekonsiliasi bank Kas di BLUD RSUD (BLUD) 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
antara BKU dan rekening koran Kas opname
Verifikasi bukti penerimaan dan
pengeluaran oleh pejabat keuangan BLUD

7 Rekening BLUD tidak Ada penetapan Kepala Daerah atas Kas di BLUD 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
ditetapkan Kepala Daerah rekening BLUD
8 Penyimpanan dan pengeluaran Kepala Daerah menetapkan tata cara Kas di BLUD 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
kas BLUD tidak tertib (misal. pengelolaan keangan BLUD, yang
Menyimpan uang tunai dalam diantaranya mengatur tentang belanja
jumlah yang sangat besar BLUD secara LS dan pembatasan
karena belum ada pengaturan penyimpanan uang tunai.
belanja LS)

IV KAS DANA KAPITASI JKN


PADA FKTP
1 FKTP tidak melaporkan seluruh Adanya mekanisme pelaporan atas seluruh Kas, PAD dan Belanja di FKTP/Puskesma 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
pendapatan dan belanja kepada pendapatan dan Belanja Dana Kapitasi FKTP s
Dinas Kesehatan yang dilaporkan kepada Dinas Kesehatan
berupa laporan realisasi pendapatan dan
belanja tiap bulan paling lambat tanggal 10
bulan berikutnya.

Adanya kewajiban menyampaikan


permohonan pengesahan pendapatan dan
belanja kepada DPPKD/BPKAD setiap
bulan untuk dikonsolidasikan ke dalam
laporan keuangan pemda.
2 Tidak ada pengesahan dari Verifikasi dan otorisasi SP2B oleh BUD Kas, PAD dan Belanja di FKTP/Puskesma 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
BUD berupa Surat Pengesaran atas seluruh pendapatan dan pengeluaran FKTP s
Pendapatan dan Belanja biaya FKTP.
(SP2B) Dana Kapitasi FKTP

3 Terdapat selisih kas Dana Rekonsiliasi bank FKTP/Puskesma 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah


Kapitasi pada FKTP antara Kas opname Kas di FKTP s
Buku Kas dengan RK dan kas Verifikasi bukti penerimaan dan
tunai serta NPD yang belum di- pengeluaran oleh Dinas Kesehatan
SPJ-kan, yang tidak dapat (Pejabat Penatausahaan Keuangan)
4 Jasa giro rekening Bendahara Adanya perjanjian dengan pihak perbankan Kas di FKTP FKTP/Puskesma 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
Dana Kapitasi JKN pada FKTP atas sistem auto debet atas jasa giro s
tidak disetor ke Kasda rekening Bendahara Dana Kapitasi JKN
pada FKTP
5 Pengeluaran kas/dana kapitasi Adanya verifikasi yang memadai dari PPK Kas di FKTP FKTP/Puskesma 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
tidak didukung SPJ yang atas SPJ dana kapitasi s
memadai atau Nota Permintaan
Dana (NPD) dari PPTK/PPK Pengawasan dari Inspektorat

7 Pengelolaan uang panjar tidak Terdapat format dokumen pencatatan uang Kas di FKTP FKTP/Puskesma 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
diadministrasikan secara panjar s
memadai
8 Penyalahgunaan kas/dana Adanya pengawasan oleh atasan langsung Kas di FKTP FKTP/Puskesma 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
kapitasi dan Inspektorat s

Jumlah 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

Keterangan
Skor Pengaruh Resiko Keterangan Total Risiko
Jika, semua unsur pengendalian kunci Total
Skor 1 Asersi Pengujian Proses Bisnis (Setelah Control Test)
terpenuhi.
Pembukuan
dan
Skor 3 > 50% unsur pengendalian kunci terpenuhi Keterjadian Kelengkapan Akurasi Klasifikasi Timing
Pengikhtisasa
ran
Skor 5 < 50% unsur pengendalian kunci Rata-rata 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
maka penilaian hanya memberikan skor 1
Jika pengendalian kunci hanya
ada satu
jika pengendalian kunci dilaksanakan dan 5 Tingkat Risiko Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah To A.13.3 kolom (3)
jika tidak dilaksanakan.

prinsip dalam memberikan


mempertimbangkan judgment auditor.
penilaian/pembobotan/ skoring.

Tingkat CR Proses
Nilai
Bisnis
4–5 Tinggi
2 - 3,99 Sedang
1 - 1,99 Rendah
PEMERIKSAAN PENDAHULUAN A.13.2.5 Indeks KKP
ATAS Disusun Oleh : [inisial/tgl/bln/thn/paraf]
LAPORAN KEUANGAN Direviu Oleh :
PEMERINTAH PROV/KAB/KOTA…………………. [inisial/tgl/bln/thn/paraf]
TAHUN ANGGARAN 20XX Disetujui Oleh :
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
Penilaian Risiko di Tingkat Proses Bisnis Belanja Modal dan Pengelolaan Aset Tetap

Tingkat Risiko Pada Akun Terpengaruh


Pengendalian Kunci Asersi Pengujian Proses Bisnis (Setelah Control Test)
Akun
Analisis Kelemahan Lokasi Pembukuan
No. Risiko Audit Terpengaru Tingkat
Pengendalian yang dilakukan Pengendalian SKPD Kelengkapa dan Total Rata-rata
Pengendalian sesuai ketentuan h Keterjadian Akurasi Klasifikasi Timing Risiko
dientitas n Pengikhtisa
saran
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16)
A. Pengelolaan Belanja Modal
1 Transaksi Belanja Modal tidak PPK memverifikasi dokumen SPJ belanja modal 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
dicatat Bendahara Pengeluaran termasuk pencatatan dan aset
sehingga berpotensi Belanja tetap
bersangkutan kurang dicatat

2 Transaksi Belanja Modal dicatat PPK memverifikasi ketepatan waktu Belanja 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
terlambat/ tidak tertib berpotensi pembuatan SPJ Modal
keterlambatan pengajuan SPJ
Belanja Modal

3 Pengajuan SPJ Belanja Modal Bendahara harus mengajukan SPJ Belanja 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
terlambat sehingga berpotensi tepat waktu Modal
pencairan terlambat

4 PPTK tidak menyerahkan SPJ Bendahara Pengeluaran Belanja 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah


Belanja Modal yang lengkap menverfikasi SPJ dan harus Modal
kepada Bendahara mempunyai check list kelengkapan
Pengeluaran dalam rangka bukti untuk pengajuan SPP Belanja
pengajuan SPP Belanja Modal Modal
berpotensi kelebihan
pembayaran
5 SPJ untuk pencairan Belanja PPTK harus menyiapkan dokumen Belanja 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
Modal diserahkan langsung untuk pembayaran kepada pihak Modal
oleh pihak ketiga kepada ketiga sesuai persyaratan
Bendahara Pengeluaran bukan pembayaran yang ditetapkan
oleh PPTK yang berpotensi
adanya kelebihan pembayaran,
kesalahan penghitungan, dsb

6 Perangkapan fungsi PPK oleh PPK harus melakukan meneliti Belanja 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
Bendahara Pengeluaran (PPK kelengkapan SPP, dan Modal
hanya jabatan formalitas) yang memverifikasi SPP
mengakibatkan berpotensi SPJ
Belanja Modal tidak lengkap

7 PPK tidak memverifikasi SPJ PPK harus memverifikasi setiap Belanja 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
Belanja Modal sehingga pengajuan SPJ Modal
berpotensi SPJ Belanja Modal
fiktif
8 Penelitian SPP Belanja Modal PPK harus melakukan meneliti Belanja 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
oleh PPK tidak dibandingkan kelengkapan SPP, dan Modal
dengan SPD dan DPA SKPD memverifikasi SPP, menguji
sehingga berpotensi melebihi kebenaran SPP
anggaran dan atau tidak sesuai
anggaran

9 SPP Belanja Modal dan Bendahara Pengeluaran Belanja 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah


dokumen lain tidak diarsipkan mengarsipkan dan mengamankan Modal
dengan baik berpotensi tidak data dengan baik
ada pengamanan data

10 PA tidak mengesahkan SPJ PA harus mengesahkan SPJ dan Belanja 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah


Belanja Modal sehingga BUD tidak menerbitkan SP2D yang Modal
berakibat pertanggungjawaban tidak didukung pengesahan SPJ
belanja modal tidak sah/ fiktif dari PA

11 Penerbitan SPM Belanja Modal PPK harus memonitor rancangan Belanja 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
lebih dari 2 hari kerja SPM yang akan diotorisasi oleh PA Modal

12 Surat Penolakan SPM Belanja Bendahara Pengeluaran membuat Belanja 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah


Modal tidak diotorisasi oleh register surat penolakan SPM untuk Modal
Pengguna Anggaran sehingga memantau SPM yang telah ditolak
berpotensi diterbitkan SPM
Belanja Modal yang telah ditolak

13 Penolakan SPM Belanja Modal Bendahara harus memonitor surat Belanja 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
ditandatangani lebih dari 1 hari penolakan SPM yang akan Modal
kerja diotorisasi oleh PA
Tingkat Risiko Pada Akun Terpengaruh
Pengendalian Kunci Asersi Pengujian Proses Bisnis (Setelah Control Test)
Akun
Analisis Kelemahan Lokasi Pembukuan
No. Risiko Audit Terpengaru Tingkat
Pengendalian yang dilakukan Pengendalian SKPD Kelengkapa dan Total Rata-rata
Pengendalian sesuai ketentuan h Keterjadian Akurasi Klasifikasi Timing Risiko
dientitas n Pengikhtisa
saran
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16)
14 Tidak ada otorisasi SPM PA harus mengotorisasi SPM dan Belanja 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
Belanja Modal oleh Pengguna BUD tidak menerbitkan SP2D jika Modal
Anggaran berpotensi dasar tidak ada otorisasi SPM
penerbitan SP2D Belanja Modal
tidak sah

15 Penerbitan dan otorisasi SPM PA harus mengotorisasi SPM dan Belanja 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
Belanja Modal tanpa SPP BUD tidak menerbitkan SP2D jika Modal
Belanja Modal sehingga SPM tidak didukung SPP dan SPM (yang
dan belanja modal tidak sah telah diotorisasi)

16 Metode pengadaan aset tetap persetujuan dan verifikasi pemilihan Belanja 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
tidak sesuai pepres 54 th 2010 metode pengadaan yg sesuai Modal
dan perubahannya (tidak dengan ketentuan oleh Pengguna
melakukan survey harga) Anggaran

17 HPS tidak ada atau tidak Kecukupan dokumen/data yang belanja modal 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
disusun/dikalkulasi secara digunakan untuk menyusun HPS dan aset
keahlian dan tidak berdasarkan tetap
data yang dapat Monitoring yang dilakukan oleh
dipertanggungjawabkan (mark Pengguna Anggaran dan
up, biaya-biaya yang tidak Inspektorat
seharusnya, dll). Otorisasi dan Verifikasi penetapan
HPS oleh PPK

Adanya Pemisahan tugas yang


tepat dalam proses penyusunan
HPS
18 Realisasi Belanja Modal Kecukupan dokumen/data realisasi Belanja 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
melebihi anggaran Belanja Barang/modal Modal dan
Verifikasi data realisasi belanja Aset tetap
dengan sisa anggaran
rekonsiliasi dan verifikasi oleh
SKPKD penerbitan SP2D dengan
membandingkan SPD
19 Barang/aset tetap s.d. 31 Verifikasi Laporan Perkembangan Kewajiban; 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
Desember telah diterima (telah fisik dan realisasi keuangan oleh Aset
ada berita acara penerimaan) pengguna anggaran tetap;belanja
tetapi belum dilakukan modal
pembayaran per 31 Desember

20 Pelaksanaan tidak sesuai verifikasi realisasi pekerjaan fisik Belanja 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah


dengan Perjanjian (jangka dengan kontrak Modal
waktu, volume, kualitas) Monitoring oleh Tim Pemantau
Pembangunan (TPP) dan
Inspektorat
21 Belanja Modal berindikasi verifikasi pelaksanaan dan Belanja 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
fiktif/ganda pertanggungjawaban kegiatan Modal dan
PPTK; kecukupan dokumen Aset tetap
pertanggungjawaban; pemeriksaan
fisik/serah terima pekerjaan/Barang

Monitoring oleh Inspektorat


22 Proses Penerbitan SP2D Adanya verifikasi Kuasa BUD atas Kas di kasda, DPPK. 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
Belanja Modal tanpa didukung kelengkapan SPM Belanja Modal Belanja
dengan dokumen yang Modal, Aset
memadai, yaitu : Tetap
- Surat Pernyataan tanggung
jawab
Pengguna Anggaran/Kuasa
Pengguna Anggaran
- Bukti-bukti pengeluaran yang
sah dan lengkap
28 Adanya pemotongan dan Terdapat otorisasi dan verifikasi Kas di 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
pemungutan yang tidak untuk memastikan pembayaran Bendahara
seharusnya atas pembayaran SP2D LS hanya melalui rekening Pengeluaran,
Belanja Modal secara tunai bank milik pihak ketiga Belanja
Modal
29 Penilaian dan penyajian belanja Verifikasi data anggaran dengan Belanja 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
modal tidak sesuai dengan realisasi belanja, Modal dan
substansinya Aset tetap
Evaluasi Pencatatan dan
Pembukuan di SKPKD
30 Penggunaan dana yang tidak Adanya otorisasi dan verifikasi atas Belanja 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
sesuai peruntukan (contoh: penggunaan dana sesuai dengan Modal dan
dana DAK digunakan untuk peruntukkannya Aset Tetap
membiayai pengeluaran rutin)

B. Pengelolaan Aset Tetap/Barang Milik Daerah (BMD)


a Perencanaan kebutuhan dan
penganggaran (Permendagri
Nomor 17 Tahun 2007 Pasal 7
s.d. 10)

1 SKPD tidak memiliki Rencana 1. Adanya kebijakan Kepala Daerah Persediaan, 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
Kebutuhan BMD (RKBMD) dan tentang mekanisme perencanaan Aset Tetap,
Rencana Kebutuhan anggaran pengadaan BMD (SE Belanja
Pemeliharaan BMD (RKPBMD) Kepala Daerah tentang Penyusunan
RKA-SKPD)
Tingkat Risiko Pada Akun Terpengaruh
Pengendalian Kunci Asersi Pengujian Proses Bisnis (Setelah Control Test)
Akun
Analisis Kelemahan Lokasi Pembukuan
No. Risiko Audit Terpengaru Tingkat
Pengendalian yang dilakukan Pengendalian SKPD Kelengkapa dan Total Rata-rata
Pengendalian sesuai ketentuan h Keterjadian Akurasi Klasifikasi Timing Risiko
dientitas n Pengikhtisa
saran
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16)
2 RKBMD dan RKPBMD tidak 1. Adanya kebijakan Kepala Daerah Persediaan, 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
dijadikan dasar dalam tentang mekanisme perencanaan Aset Tetap,
penyusunan RKA SKPD anggaran pengadaan BMD (SE Belanja
Kepala Daerah tentang Penyusunan
RKA-SKPD)

3 Penyusunan RKBMD tidak 1. Adanya kebijakan Kepala Daerah Persediaan, 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah


memperhatikan ketersediaan tentang mekanisme perencanaan Aset Tetap,
BMD dan analisa kebutuhan anggaran pengadaan BMD (SE Belanja
Kepala Daerah tentang Penyusunan
RKA-SKPD)

2. Adanya daftar BMD yang


memadai
3. Adanya mekanisme verifikasi atas
kebutuhan barang

4 Penyusunan RKPBMD tidak 1. Adanya kebijakan Kepala Daerah Persediaan, 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah


mempertimbangkan data BMD tentang mekanisme perencanaan Aset Tetap,
yang masih dipergunakan untuk anggaran pengadaan BMD (SE Belanja
operasional Kepala Daerah tentang Penyusunan
RKA-SKPD)

2. Adanya daftar BMD yang


memadai
3. Adanya mekanisme verifikasi atas
kebutuhan barang

5 Penyusunan RKBMD dan 1. Adanya kebijakan Kepala Daerah Persediaan, 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah


RKPBMD tidak didasarkan tentang mekanisme perencanaan Aset Tetap,
pada standar sarana prasarana anggaran pengadaan BMD (SE Belanja
dan standar harga Kepala Daerah tentang Penyusunan
RKA-SKPD)

2. Adanya daftar BMD yang


memadai
3. Adanya mekanisme verifikasi atas
kebutuhan barang

4. Adanya Standar Sarana dan


Prasarana yang ditetapkan Kepala
Daerah
5. Adanya Standar Harga Barang
yang ditetapkan oleh Kepala Daerah

6 Pemda tidak memiliki Daftar 1. Adanya kebijakan Kepala Daerah Persediaan, 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
Kebutuhan Barang Milik Daerah tentang mekanisme perencanaan Aset Tetap,
(DKBMD) dan Daftar anggaran pengadaan BMD (SE Belanja
Kebutuhan Pemeliharaan Kepala Daerah tentang Penyusunan
Barang Milik Daerah RKA-SKPD)
(DKPBMD)
2. Adanya daftar BMD yang
memadai
3. Adanya mekanisme verifikasi atas
kebutuhan barang

4. Adanya Standar Sarana dan


Prasarana
5. Adanya Standar Harga Barang
yang ditetapkan oleh Kepala Daerah

b Pengadaan (Permendagri
Nomor 17 Tahun 2007 Pasal
11 s.d. 15)
1 Pengadaan barang tidak 1. Adanya pembentukan ULP pada Aset Tetap, 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
dilaksanakan oleh Panitia tingkat Pemda dan Panitia Belanja
Pengadaan maupun ULP Pengadaan pada tiap SKPD
2. Adanya kebijakan Kepala Daerah
tentang pengadaan barang yang
dilaksanakan oleh ULP dan Panitia
Pengadaan
2 Pengadaan fiktif 1. Adanya pembentukan Tim Aset Tetap, 0 0
Pemeriksa Barang pada tiap SKPD Belanja 0 0 0 0 0 0 Rendah

2. Setiap penerimaan barang


dilakukan pemeriksaan oleh panitia
pemeriksa barang dengan dokumen
berupa Berita Acara Pemeriksaan
Barang yang ditandatangani
penyedia dan pemeriksa barang.
(verifikasi)

3 SKPD tidak menyusun laporan 1. Adanya mekanisme pelaporan Aset Tetap, 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
hasil pengadaan barang kepada hasil pengadaan dari SKPD kepada Belanja
Kepala Daerah Kepala Daerah

c Penerimaan, penyimpanan, dan


penyaluran (Pasal 16 s.d. 20)
Tingkat Risiko Pada Akun Terpengaruh
Pengendalian Kunci Asersi Pengujian Proses Bisnis (Setelah Control Test)
Akun
Analisis Kelemahan Lokasi Pembukuan
No. Risiko Audit Terpengaru Tingkat
Pengendalian yang dilakukan Pengendalian SKPD Kelengkapa dan Total Rata-rata
Pengendalian sesuai ketentuan h Keterjadian Akurasi Klasifikasi Timing Risiko
dientitas n Pengikhtisa
saran
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16)
1 Jumlah dan spesifikasi barang 1. Adanya penunjukan penyimpan Aset Tetap, 0 0
yang diserahkan tidak sesuai barang pada tiap SKPD Belanja 0 0 0 0 0 0 Rendah
dengan perjanjian
2. Adanya penunjukan pemeriksa
barang pada tiap SKPD

3. Adanya pemisahan fungsi antara


PPTK, Panitia pengadaan, dan
panitia pemeriksa barang,
penyimpan dan pengurus barang,
serta bendahara pengeluaran .
(pemisahan fungsi)

4. Adanya pemeriksaan barang oleh


Panitia pemeriksa barang untuk
setiap hasil pengadaan
5. Adanya Berita Acara
Pemeriksaan Barang atas kegiatan
pemeriksaan barang
6. Adanya BAST atas setiap
penerimaan hasil pengadaan barang

7. Rekonsiliasi antara BAST dengan


Berita Acara Pemeriksaan Barang

8. Rekonsiliasi BAST, BAPB,


dengan pencatatan pengurus
barang
2 Pengalihan penguasaan hasil 1. Adanya pelaporan dari SKPD Aset Tetap 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
pengadaan barang tidak kepada Kepala Daerah melalui
bergerak (tanah dan bangunan) pengelola perihal hasil pengadaan
barang tidak bergerak

2. Adanya penetapan penggunaan


BMD oleh Kepala Daerah

3 Potensi kehilangan barang hasil 1. Adanya gudang penerimaan hasil Aset Tetap 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
pengadaan dan hasil pengadaan sebelum didistribusikan
pengadaan fiktif atas barang kepada unit pengguna
yang disimpan di gudang
rekanan/unit pengguna

4 Potensi kehilangan barang hasil 1. Adanya pencatatan pada Aset Tetap 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
pengadaan dan hasil catatan/buku penerimaan gudang
pengadaan fiktif atas barang dan kartu barang yang dibuat oleh
yang disimpan di gudang SKPD penyimpan barang (kelengkapan
dokumen)
2. Pengawasan dan/atau stock
opname oleh atasan langsung
penyimpan barang terhadap barang
persediaan secara rutin dan
insidentil
5 Potensi kekurangan barang 1. Adanya kartu barang dan buku Persediaan, 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
(terjadi pendistribusian fiktif) pengeluaran barang (dokumen Belanja
pengganti ) yang dibuat penyimpan
barang yang menjelaskan
penerimaan dan pengekuaran
barang
2. Adanya nota permintaan barang
yang ditandatangani pihak yang
meminta, penyimpan barang, dan
atasan langsung penyimpan barang.
(verifikasi, otorisasi dan
kelengkapan dokumen)

3. Adanya rekonsiliasi antara


catatan unit pengguna dengan
catatan penyimpan barang yang
meliputi kartu barang, buku
pengeluaran, dan nota permintaan
barang
6 Penyerahan barang dari Pihak 1. Adanya kelengkapan BAST pada Aset Tetap 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
Ketiga hasil perjanjian dan/atau setiap pertanggungjawaban belanja
pelaksanaan dari suatu perijinan modal/aset tetap
tertentu, sumbangan, hibah,
wakaf dan penyerahan dari 2. Adanya pemeriksaan oleh tim
masyarakat tidak dituangkan pemeriksa barang dan didukung
dalam Berita Acara Serah dengan BAST yang ditandatangani
Terima (BAST) penyedia barang dan penerima
barang serta diketahui oleh
Pengguna Anggaran. (verifikasi)

3. BAST harus sesuai dengan


Berita Acara Pemeriksaan Barang
yang dilakukan Panitia Pemeriksa
Barang (rekonsiliasi)
Tingkat Risiko Pada Akun Terpengaruh
Pengendalian Kunci Asersi Pengujian Proses Bisnis (Setelah Control Test)
Akun
Analisis Kelemahan Lokasi Pembukuan
No. Risiko Audit Terpengaru Tingkat
Pengendalian yang dilakukan Pengendalian SKPD Kelengkapa dan Total Rata-rata
Pengendalian sesuai ketentuan h Keterjadian Akurasi Klasifikasi Timing Risiko
dientitas n Pengikhtisa
saran
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16)
7 Penyaluran barang tidak 1. Adanya pengendalian fisik Aset Tetap 0 0
dilengkapi dengan bukti serah dokumen atas surat permintaan
0 0 0 0 0 0 Rendah
terima kepada unit pengguna penggunaan barang dan surat
perintah pengeluaran barang
2. Adanya Surat Perintah
Pengeluaran Barang (SPPB) dari
Pengguna/Kuasa Pengguna yang
disertai dengan BAST(otorisasi)

8 Sisa barang yang masih 1. Adanya kewajiban Aset tetap 0 0


tersedia tidak diketahui penyelenggaraan administrasi
pembukuan secara tertib oleh 0 0 0 0 0 0 Rendah
penyimpan dan pengurus barang

2. Adanya verifikasi dan


pengawasan atasan langsung atas
pelaksanaan pekerjaan penyimpan
barang
3. Adanya stock opnamde dan
rekonsiliasi antara fisik dan catatan

d Penggunaan (Pasal 21 s.d. 24)

1 Penggunaan aset tetap oleh 1. Adanya catatan yang dibuat Aset Tetap 0 0
pihak yang tidak berhak pengurus barang SKPD atas 0 0 0 0 0 0 Rendah
penggunaan BMD
2. Adanya pengawasan dari atasan
langsung pengurus barang terhadap
penggunaan aset tetap

3. Adanya kewajiban penyampaian


laporan barang pengguna termasuk
status penggunaan barang yang
ditetapkan kepala daerah setiap
semester kepada Kepala Daerah
melalui Pengelola Barang Daerah
(Sekretaris Daerah).

2 BMD tidak dimanfaatkan SKPD 1. Adanya penetapan status Aset Tetap 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
dan tidak diserahkan kepada penggunaan oleh Kepala Daerah
Kepala Daerah untuk ditetapkan melalui pengelola BMD atas status
ulang status penggunaannya penggunaan barang milik daerah
yang belum dimanfaatkan.

2. Adanya kewajiban penyampaian


laporan barang pengguna termasuk
status penggunaan barang yang
ditetapkan kepala daerah setiap
semester kepada Kepala Daerah
melalui Pengelola Barang Daerah
(Sekretaris Daerah).

3. Adanya SOP/SK Kepala Daerah


yang mengatur secara teknis
pengelolaan aset tetap yang tidak
dimanfaatkan
e Penatausahaan (Pasal 25 s.d.
30)
Pembukuan
1 Pengurus barang SKPD tidak 1. Dilakukannya rekonsiliasi secara Aset Tetap 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
menyusun KIB sesuai rutin antara laporan BMD SKPD
ketentuan dengan laporan BMD
Kabupaten/Kota
2. Laporan secara rutin KIB Pada
SKPD/Pengguna Barang kepada
pengelola BMD (Sekretaris Daerah)

3. Pengguna Barang melakukan


pemeriksaan terhadap
penatausahaan aset pada SKPD
secara berkala
4. Adanya sistem informasi
pengelolaan BMD yang handal
5. Adanya pengawasan dan
verifikasi dari atasan langsung
terhadap penyusunan KIB oleh
pengurus barang
2 Mutasi BMD tidak dicatat dalam 1. Adanya SK Kepala Daerah Aset Tetap 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
Buku Mutasi Barang dan KIB tentang Penghapusan BMD
tidak dimutakhirkan (otorisasi) yang menjadi dasar
(Perpindahan BMD antar penghapusan ditembuskan kepada
SKPD, penghapusan BMD, pengurus barang.(kelengkapan
BMD dihibahkan, dll) dokumen)
2. Adanya pemutakhiran laporan
barang semesteran dan tahunan
Tingkat Risiko Pada Akun Terpengaruh
Pengendalian Kunci Asersi Pengujian Proses Bisnis (Setelah Control Test)
Akun
Analisis Kelemahan Lokasi Pembukuan
No. Risiko Audit Terpengaru Tingkat
Pengendalian yang dilakukan Pengendalian SKPD Kelengkapa dan Total Rata-rata
Pengendalian sesuai ketentuan h Keterjadian Akurasi Klasifikasi Timing Risiko
dientitas n Pengikhtisa
saran
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16)
3. Adanya rekonsiliasi data aset
antara Bidang Aset (DPPKAD) dan
Pengurus Barang SKPD

4. Adanya pengawasan dan


verifikasi dari atasan langsung
terhadap penyusunan KIB oleh
pengurus barang
5. Pengurus barang memperoleh
tembusan BAST barang yang
masuk maupun keluar

3 Database BMD tidak lengkap 1. Adanya pemutakhiran laporan Aset Tetap 0 0


dan akurat barang semesteran dan tahunan 0 0 0 0 0 0 Rendah

2. Adanya rekonsiliasi data aset


antara Bidang Aset (SKPKD) dan
Pengurus Barang SKPD

3. Adanya pengawasan dan


verifikasi dari atasan langsung
terhadap penyusunan KIB oleh
pengurus barang
4. Pengurus barang memperoleh
tembusan BAST barang yang
masuk maupun keluar dan memuat
rincian barang secara jelas

4 Pemda tidak memiliki Daftar 1. Adanya pelaporan BMD dari Aset Tetap 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
Barang Milik Daerah (DBMD) SKPD kepada pembantu pengelola
secara rutin tiap semesteran dan
tahunan
2. Adanya rekonsiliasi data aset
antara Bidang Aset (SKPKD) dan
Pengurus Barang SKPD

3. Adanya verifikasi dan konsolidasi


penyusunan laporan BMD tingkat
Pemda dari laporan BMD seluruh
SKPD
4. Penyusunan Daftar Barang Milik
Daerah oleh pembantu pengelola
tiap semesteran dan tahunan

5 BMD milik pihak lain dicatat dan 1. Setiap pencatatan didasarkan Aset Tetap 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
dilaporkan sebagai BMD milik pada bukti kepemilikan dan BAST
Pemda (Aset dari Dana yang valid
Dekonsentrasi dan TP serta
aset lain yang bukan milik
Pemda)
2. Adanya rekonsiliasi data aset
antara Bidang Aset (SKPKD) dan
Pengurus Barang SKPD

3. Adanya pengawasan dan


verifikasi dari atasan langsung
terhadap penyusunan KIB dan
laporan BMD oleh pengurus barang

Inventarisasi
6 Database BMD tidak lengkap 1. Adanya SK Kepala Daerah Aset Tetap 0 0
dan akurat tentang Pelaksanaan Sensus BMD 0 0 Rendah
(otorisasi)
2. Adanya updating data BMD dan
rekonsiliasi antara data dengan
kondisi fisik barang
3. Adanya Rekapitulasi hasil
sensus, Buku Inventaris, Buku
Induk Inventaris, dan Rekapitulasi
BMD
7 Kekurangan/kehilangan BMD 1. Adanya SK Kepala Daerah 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
yang tidak terdeteksi tentang daftar barang pengguna
yang ditetapkan tiap tahun

2. Adanya pengecekan ulang atas


fisik BMD secara tertib oleh
pengguna barang
3. Adanya SOP yang mengatur
tentang kewajiban pelaporan atas
kekurangan/kehilangan BMD

Pelaporan
8 SKPD tidak menyusun laporan 1. Adanya kewajiban pemutakhiran Aset Tetap 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
barang semesteran dan dan penyampaian laporan barang
tahunan semesteran dan tahunan oleh
pengguna barang kepada Kepala
Daerah
Tingkat Risiko Pada Akun Terpengaruh
Pengendalian Kunci Asersi Pengujian Proses Bisnis (Setelah Control Test)
Akun
Analisis Kelemahan Lokasi Pembukuan
No. Risiko Audit Terpengaru Tingkat
Pengendalian yang dilakukan Pengendalian SKPD Kelengkapa dan Total Rata-rata
Pengendalian sesuai ketentuan h Keterjadian Akurasi Klasifikasi Timing Risiko
dientitas n Pengikhtisa
saran
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16)
2. Adanya rekonsiliasi data aset
antara Bidang Aset (SKPKD) dan
Pengurus Barang SKPD

3. Adanya pengawasan dan


verifikasi dari atasan langsung serta
Inspektorat terhadap penyusunan
KIB dan laporan BMD oleh
pengurus barang
9 Pembantu Pengelola Barang 1. Adanya kewajiban bagi SKPD Aset Tetap 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
tidak menyusun Laporan untuk menyampaikan laporan BMD
Barang Milik Daerah (LBMD) kepada Bidang Aset
hasil konsolidasi laporan barang
semesteran dan tahunan dari 2. Adanya rekonsiliasi data aset
SKPD antara Bidang Aset (SKPKD) dan
Pengurus Barang SKPD

3. Adanya pengawasan dan


verifikasi dari Sekretaris Daerah
selaku Pengelola barang serta
Inspektorat terhadap penyusunan
KIB dan laporan BMD oleh
pengguna barang

10 Terdapat perbedaan catatan 1. Adanya kewajiban bagi SKPD Aset Tetap 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
BMD antara SKPD dengan untuk menyampaikan laporan BMD
Bidang Aset dan Bidang kepada Bidang Aset
Akuntansi
2. Adanya rekonsiliasi data aset
antara Bidang Aset (SKPKD),
Bidang Akuntansi SKPKD, dan
Pengurus Barang SKPD secara
periodik
11 Laporan BMD yang disusun Aset Tetap 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
tidak akurat dan valid
(kesalahan aritmatik, komponen
laporan tidak lengkap, dll) 1. Adanya petunjuk penyusunan
laporan BMD

2. Adanya verifikasi berjenjang


dalam penyusunan Laporan BMD
f Pemanfaatan (Pasal 31 s.d. 44)

1 Potensi Pengalihan kepemilikan 1. Adanya surat perjanjian dan Aset Tetap 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
oleh pihak lain atas persetujuan (dari pengelola, Kepala
pemanfaatan BMD tanpa Surat Daerah atau DPRD) atas
Perjanjian pemanfaatan BMD yang mengatur
hak dan kewajiban masing-masing
pihak dan lamanya waktu
pemanfaatan
2. Pengawasan terhadap
pemanfaatan BMD dilakukan oleh
rutin oleh Inspektorat, Kepala
SKPD, dan atau pengelola BMD

2 Perjanjian Pemanfaatan BMD 1. Adanya telaahan dan survey Aset Tetap, 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
tidak memberikan keuntungan kelayakan pelaksanaan Pendapatan
bagi Pemda pemanfaatan BMD Asli Daerah
2. Adanya penunjukan tim untuk
melaksanakan lelang atas
pemanfaatan BMD yang menurut
ketentuan diharuskan
menggunakan sistem lelang
3. Adanya Peraturan yang mengatur
tarif retribusi, bagi hasil, dan
pendapatan lainnya atas
pemanfaatan BMD
3 Keamanan obyek BGS(Bangun 1. Adanya larangan penjaminan, Aset Tetap 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
Guna Serah) dan BSG (Bangun penggadaian, atau
Serah Guna) tidak terjamin pemindahtanganan obyek BGS
pada Surat Perjanjian
2. Perjanjian BGS dilakukan
terhadap BMD dengan sertifikat hak
pengelolaan milik Pemda
g Pengamanan dan pemeliharaan
(Pasal 45 s.d. 49)

Pengamanan Hukum
1 BMD tidak dilengkapi dengan 1. Setiap pengadaan barang Aset Tetap 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
bukti kepemilikan yang sah dilengkapi denga BAST antara
penyedia barang dengan pengguna
barang
2. Pengguna/Kuasa Pengguna
menyimpan dokumen kepemilikan
barang milik daerah selain tanah
dan bangunan
Tingkat Risiko Pada Akun Terpengaruh
Pengendalian Kunci Asersi Pengujian Proses Bisnis (Setelah Control Test)
Akun
Analisis Kelemahan Lokasi Pembukuan
No. Risiko Audit Terpengaru Tingkat
Pengendalian yang dilakukan Pengendalian SKPD Kelengkapa dan Total Rata-rata
Pengendalian sesuai ketentuan h Keterjadian Akurasi Klasifikasi Timing Risiko
dientitas n Pengikhtisa
saran
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16)
3. Pengelola menyimpan seluruh
dokumen kepemilikan tanah
dan/atau bangunan milik pemerintah
daerah
4. Adanya pengendalian fisik
dokumen atas bukti kepemilikan
barang daerah
2 Bukti kepemilikan tanah 1. Adanya pengendalian (termasuk Aset Tetap 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
dan/atau bangunan milik penyimpanan) atas dokumen
pemerintah daerah tidak kepemilikan dan pencatatan dalam
disimpan/ditatausahakan oleh KIB terkait informasi kepemilikan
pembantu pengelola tanah dan/atau bangunan di
barang/BUD dan terdapat bukti pengelola BMD
kepemilikan bukan atas nama
pemda, 2. Adanya rekapitulasi penyimpanan
dokumen kepemilikan sesuai
wewenangnya dalam Permendagri
17/2007, yaitu: tanah/bangunan
oleh pengelola BMD dan selain
tanah/bangunan oleh
pengguna/kuasa pengguna BMD

3. Dalam kasus ruilslag, perlu


adanya SOP tentang mekanisme
ruilslag dan selanjutnya dilakukan
pengawasan oleh atasan langsung

Pengamanan Fisik
3 Potensi kehilangan dan 1. Tersedianya gudang yang Aset Tetap 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
kerusakan BMD memadai di setiap SKPD untuk
penyimpanan barang sebelum
dipergunakan
2. Adanya aturan atas pembatasan
akses fisik BMD oleh pihak lain

3. Adanya pemagaran dan


pemberian tanda batas pada tanah
milik Pemda
4. Adanya pemberian label dan
identitas kepemilikan atas fisik BMD

Pemeliharaan
4 Potensi kerusakan serta 1. Adanya kebijakan pemeliharaan Aset Tetap 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
penurunan nilai ekonomis dan yang ditetapkan oleh pengguna
fungsi BMD barang
2. Adanya kartu pemeliharaan yang
dibuat oleh pengurus barang di tiap
SKPD
3. Adanya pengawasan atas
kegiatan pemeliharaan oleh
pengguna barang dan bagian aset
atas BMD yang dipinjampakaikan

5 Potensi pemeliharaan fiktif atas 1. Adanya kebijakan pemeliharaan Aset Tetap, 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
aset yang dipinjampakaikan atas BMD yang dipinjampakaikan Belanja
Barang dan
Jasa
2. Adanya RKPBMD pada setiap
SKPD dengan validasi atas data
BMD yang akan dipelihara

3. Adanya pengawasan atas


kegiatan pemeliharaan oleh bagian
aset atas BMD yang
dipinjampakaikan
h Penilaian (pasal 50 s.d. 52)
1 Nilai asset yang disajikan tidak 1. Adanya dokumen Aset Tetap 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
memiliki dasar penilaian kontrak/SPK/bukti lainnya atas
kegiatan pengadaan aset tetap yang
memadai (kelengkapan dokumen)

2. Adanya dokumen penilaian yang


memadai atas aset tetap yang
diperoleh sebelum penyusunan
neraca awal Pemda

2 Pencatatan aset belum 1. Adanya Peraturan Kepala Daerah Aset Tetap, 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
mempertimbangkan seluruh tentang kebijakan kapitalisasi aset Belanja
komponen harga perolehan. dan penyusutan aset tetap

2. Penganggaran belanja modal


memperhitungkan seluruh
komponen harga perolehan
Tingkat Risiko Pada Akun Terpengaruh
Pengendalian Kunci Asersi Pengujian Proses Bisnis (Setelah Control Test)
Akun
Analisis Kelemahan Lokasi Pembukuan
No. Risiko Audit Terpengaru Tingkat
Pengendalian yang dilakukan Pengendalian SKPD Kelengkapa dan Total Rata-rata
Pengendalian sesuai ketentuan h Keterjadian Akurasi Klasifikasi Timing Risiko
dientitas n Pengikhtisa
saran
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16)
3 Kebijakan akuntansi terkait 1. Adanya Peraturan Kepala Daerah Aset Tetap 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
asset tetap (kapitalisasi dan tentang kebijakan kapitalisasi aset
penyusutan) belum ada. dan penyusutan aset tetap

i Penghapusan (Pasal 53 s.d.


55)
1 Penghapusan BMD dilakukan 1. Adanya usulan dari SKPD atas Aset Tetap 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
tanpa usulan dari SKPD dan penghapusan BMD
persetujuan Kepala Daerah

2. Adanya verifikasi dan penelitian


atas usulan SKPD oleh Tim
Penghapusan Barang Daerah

3. Adanya otorisasi terhadap


penghapusan asset yang dilakukan
KDH
2 Barang yang diserahkan 1. Adanya usulan penghapusan Aset Tetap 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
kepemilikannya kepada pihak BMD dari pengurus barang SKPD
lain belum dibuatkan Surat yang telah diverifikasi oleh pengelola
Penghapusan (kecukupan dokumen dan
catatan/data, verifikasi)

2. Adanya Berita Acara


Pemusnahan dan Laporan BA
Pemusnahan kepada Kepala
Daerah (kecukupan dokumen dan
catatan/data)
j Pemindahtanganan (Pasal 56
s.d. 81)
1 Pemindahtanganan tanah dan 1. Adanya verifikasi/telaah terhadap Aset Tetap 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
bangunan tidak melalui usulan pemindahtanganan tanah
Keputusan Kepala Daerah dan dan bangunan
persetujuan DPRD
2. Adanya persetujuan DPRD dan
keputusan kepala daerah terhadap
pemindahtanganan (persetujuan
dan otorisasi)
2 Penjualan BMD tanpa melalui 1. Adanya SK Kepala Daerah Aset Tetap, 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
proses lelang tentang penetapan penghapusan Pendapatan
BMD dan cara penjualan (apakah Asli Daerah
melalui Kantor Lelang atau lelang
terbatas) (persetujuan)

3 Penjualan kendaraan 1. Adanya Berita Acara hasil Aset Tetap, 0 0


perorangan dinas dijual belum penelitian Panitia Penjualan Pendapatan
berumur lebih dari 5 tahun Kendaraan (verifikasi) dan SK Asli Daerah
(sejak diperoleh), dijual lebih Kepala Daerah tentang penetapan
dari 1 unit, dan penjualan penjualan kendaraan (otorisasi) 0 0 0 0 0 0 Rendah
dilakukan pada saat pejabat
negara masih menjabat

4 Penjualan kendaraan dinas 1. Adanya Berita Acara hasil Aset Tetap, 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
operasional dijual belum penelitian Panitia Penjualan Pendapatan
berumur lebih dari 5 tahun Kendaraan (verifikasi) dan SK Asli Daerah
Kepala Daerah tentang penetapan
penjualan kendaraan (otorisasi)

5 Penjualan kendaraan dinas 1. Adanya Berita Acara hasil Aset Tetap, 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
operasional khusus dijual belum penelitian Panitia Penjualan Pendapatan
berumur lebih dari 10 tahun Kendaraan (verifikasi) dan SK Asli Daerah
Kepala Daerah tentang penetapan
penjualan kendaraan (otorisasi)

6 Penjualan kendaraan 1. Adanya SK Kepala Daerah Aset Tetap, 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah


operasional tidak dilaksanakan tentang penetapan penghapusan Pendapatan
melalui lelang terbatas BMD dan cara penjualan (apakah Asli Daerah
melalui Kantor Lelang atau lelang
terbatas) (persetujuan)

7 Penjualan rumah dinas selain 1. Adanya Penetapan golongan Aset Tetap, 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
rumah dinas golongan III dan rumah dinas oleh Kepala Daerah Pendapatan
belum berumur 10 tahun atau Asli Daerah
lebih 2. Adanya pencatatan yang
memadai perihal perolehan rumah
dinas
3. Adanya verifikasi atas usulan
penjualan rumah dinas
8 Penjualan rumah dinas kepada 1. Adanya data pegawai yang Aset Tetap, 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
pegawai yang tidak berhak menempati rumah dinas dan Pendapatan
penerbitan Surat Ijin Penghunian Asli Daerah
oleh Kepala Daerah

2. Adanya verifikasi atas usulan


penjualan rumah dinas
9 Penjualan rumah dinas dengan 1. Adanya berita acara hasil Aset Tetap, 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
harga rendah tanpa ketetapan penelitian/taksiran dari panitia yang Pendapatan
penaksiran harga bertanggungjawab atas penjualan Asli Daerah
BMD (verifikasi)
Tingkat Risiko Pada Akun Terpengaruh
Pengendalian Kunci Asersi Pengujian Proses Bisnis (Setelah Control Test)
Akun
Analisis Kelemahan Lokasi Pembukuan
No. Risiko Audit Terpengaru Tingkat
Pengendalian yang dilakukan Pengendalian SKPD Kelengkapa dan Total Rata-rata
Pengendalian sesuai ketentuan h Keterjadian Akurasi Klasifikasi Timing Risiko
dientitas n Pengikhtisa
saran
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16)
10 Pelepasan hak atas tanah 1. Adanya berita acara hasil Aset Tetap, 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
dan/atau bangunan tidak penelitian/taksiran dari panitia yang Pendapatan
mempertimbangkan keuntungan bertanggungjawab atas pelepasan Asli Daerah
bagi daerah BMD (verifikasi)
11 Hasil penjualan atas BMD tidak 1. Adanya Berita Acara Aset Tetap, 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
disetorkan ke Kas Daerah Penghapusan dan tindak lanjut atas Pendapatan
penghapusan tersebut Asli Daerah
2. Adanya ketentuan penyetoran
hasil penjualan BMD ke Kas Daerah
pada perjanjian penjualan BMD

12 Tukar menukar tanah dan/atau 1. Adanya berita acara hasil Aset tetap 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
bangunan tidak penelitian/taksiran dari panitia yang
mempertimbangkan aspek bertanggungjawab atas tukar
teknis, ekonomis, dan yuridis menukar BMD (verifikasi)
bagi daerah
13 Hibah BMD kepada pihak yang 1. Adanya usulan penerima hibah Aset tetap 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
tidak berhak BMD dari SKPD
2. Adanya verifikasi atas usulan
penetapan penerimaan hibah BMD

3. Adanya SK Kepala Daerah


tentang penetapan penerima Hibah
BMD
14 Pemindahtanganan BMD untuk 1. Adanya rekonsiliasi pencatatan Aset tetap, 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
penyertaan modal tanpa disertai antara perusahaan daerah dan Investasi
Perda tentang Penyertaan DPPKAD (rekonsiliasi) Jangka
Modal Panjang
2. Adanya berita acara serah terima
aset tetap
3. Adanya usulan penetapan Perda
tentang Penyertaan Modal dari
Kepala Daerah kepada DPRD

k Pembinaan, pengawasan, dan


pengendalian (Pasal 82 s.d. 83)

1 Penertiban penggunaan aset 1. Adanya pengawasan atas Aset Tetap 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah


yang bermasalah tidak penggunaan aset Pemda yang
dilaksanakan bermasalah (pengendalian fisik atas
aset dan catatan/data)
l Tuntutan ganti rugi (Pasal 85)

1 Kasus kehilangan BMD tidak 2. Adanya Tim Pemantauan Aset Tetap, 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
diproses melalui Tuntutan Ganti Kerugian Daerah yang proaktif Pendapatan
Rugi melaksanakan tugas dan fungsinya Asli Daerah

Jumlah 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

Keterangan

Skor Pengaruh Resiko Keterangan Total Risiko


Jika, semua unsur pengendalian Total
Skor 1 Asersi Pengujian Proses Bisnis (Setelah Control Test)
kunci terpenuhi.
Pembukuan
> 50% unsur pengendalian kunci Kelengkapa dan
Skor 3 Keterjadian Akurasi Klasifikasi Timing
terpenuhi n Pengikhtisa
saran

Skor 5 < 50% unsur pengendalian kunci Rata-rata 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

maka penilaian hanya memberikan


Jika pengendalian kunci hanya skor 1 jika pengendalian kunci Tingkat
ada satu dilaksanakan dan 5 jika tidak Risiko
Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah To A.13.3 kolom (3)
dilaksanakan.

prinsip dalam memberikan mempertimbangkan judgment


penilaian/pembobotan/ skoring. auditor.

Tingkat CR
Nilai
Proses Bisnis

4–5 Tinggi
2 - 3,99 Sedang
1 - 1,99 Rendah
PEMERIKSAAN PENDAHULUAN A.13.2.8 Indeks KKP
ATAS Disusun Oleh : [inisial/tgl/bln/thn/paraf]
LAPORAN KEUANGAN Direviu Oleh : [inisial/tgl/bln/thn/paraf]
PEMERINTAH PROV/KAB/KOTA…………………. Disetujui Oleh : [inisial/tgl/bln/thn/paraf]
TAHUN ANGGARAN 20XX
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
Penilaian Risiko di Tingkat Proses Bisnis Pengelolaan Investasi dan Pembiayaan

No. Risiko Audit Pengendalian Kunci Analisis Kelemahan Akun Terpengaruh Lokasi SKPD Tingkat Risiko Pada Akun
Pengendalian Asersi Pengujian Proses Bisnis (Setelah Control Test) Terpengaruh
Total Rata-rata Tingkat
Pengendalian sesuai ketentuan Pengendalian yang Risiko
Pembukuan
dilakukan dientitas
dan
Keterjadian Kelengkapan Akurasi Klasifikasi Timing
Pengikhtisasa
ran

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16)
PEMBIAYAAN
Penganggaran
1 Pengeluaran/Penerimaan a. Setiap pengeluaran/penerimaan Penerimaan 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
Investasi/Divestasi Tidak investasi/ divestasi harus melalui proses Pembiayaan;
dianggarkan atau tidak tepat persetujuan anggaran oleh DPRD. Pengeluaran
anggaran. Pembiayaan; Investasi.
b. Verifikasi pengeluaran oleh PPK.
2 Kepala Daerah belum/tidak Penetapan SK Kepala Daerah tentang Penerimaan 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
menetapkan Bendahara penetapan Bendahara Pengeluaran Pembiayaan;
Pengeluaran pengelola pengelola pembiayaan Pengeluaran
pembiayaan pada SKPKD Pembiayaan; Investasi.

Pengajuan SPP-SPM LS dan penerbitan SP2D


1 Bendahara Pengeluaran dalam PPK harus memverifikasi adanya SPD Pengeluaran 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
membuat SPP LS Pengeluaran dalam pengajuan SPP LS Pembiayaan, Investasi
Pembiayaan tidak dilengkapi
SPD sehingga melebihi nilai
SPD

2 Pengajuan SPP LS PPK harus memverifikasi nilai SPP LS Pengeluaran 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah


Pengeluaran Pembiayaan dengan anggaran yang ditetapkan dalam Pembiayaan, Investasi
melebihi anggaran pengajuan SPP LS
3 PPK tidak membuat surat Pengawasan oleh PA Pengeluaran 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
penolakan SPM apabila ada Pembiayaan, Investasi
SPP LS Pengeluaran
Pembiayaan yang tidak lengkap
yang berpotensi SPM ganda
dan kelebihan pembayaran dan
tidak sesuai peruntukan

4 Register SPP LS Pengeluaran Pengawasan oleh PA Pengeluaran 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah


Pembiayaan tidak dibuat/ tidak Pembiayaan, Investasi
tertib dibuat sehingga terjadi
penomoran SPP yang lompat
dan atau ganda, pembayaran
ganda

5 PPK tidak membuat register Adanya verifikasi dan pengawasan oleh PA Pengeluaran 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
SPM LS Pengeluaran atas kewajiban PPK membuat Register Pembiayaan, Investasi
Pembiayaan sehingga terjadi SPM LS
penomoran SPM yang lompat
dan atau ganda, pembayaran
ganda

6 PPK tidak membuat register Adanya verifikasi dan pengawasan oleh PA Pengeluaran 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
surat penolakan penerbitan atas kewajiban PPK membuat register Pembiayaan, Investasi
SPM LS Pengeluaran surat penolakan SPM
Pembiayaan

7 Perangkapan fungsi PPK oleh Adanya pengawasan oleh PA atas tugas Pengeluaran 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
Bendahara Pengeluaran (PPK PPK dan bendahara pengeluaran Pembiayaan, Investasi
hanya jabatan formalitas) yang
mengakibatkan adanya potensi
Pengawasan periodik oleh Inspektorat
SPJ tidak lengkap

8 Penerbitan SPM LS PPK harus memonitor rancangan SPM Pengeluaran 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah


Pengeluaran Pembiayaan lebih yang akan diotorisasi oleh PA Pembiayaan, Investasi
dari 2 hari kerja
9 Penelitian SPP LS Pengeluaran PPK harus meneliti kelengkapan SPP, dan Pengeluaran 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
Pembiayaan oleh PPK tidak memverifikasi SPP, menguji kebenaran Pembiayaan, Investasi
dibandingkan dengan SPD dan SPP
DPA SKPD sehingga
berpotensi melebihi anggaran Pengawasan periodik oleh Inspektorat
dan atau tidak sesuai anggaran

10 SPP LS Pengeluaran Bendahara Pengeluaran mengarsipkan Pengeluaran 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah


Pembiayaan dan dokumen lain dan mengamankan data dengan baik Pembiayaan, Investasi
tidak diarsipkan dengan baik
berpotensi tidak ada
pengamanan data
11 Surat Penolakan SPM LS Bendahara Pengeluaran membuat register Pengeluaran 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
Pengeluaran Pembiayaan tidak surat penolakan SPM untuk memantau Pembiayaan, Investasi
diotorisasi oleh Pengguna SPM yang telah ditolak
Anggaran sehingga berpotensi
diterbitkan SPM yang telah
ditolak

12 Penolakan SPM LS Bendahara harus memonitor surat Pengeluaran 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah


Pengeluaran Pembiayaan penolakan SPM yang akan diotorisasi oleh Pembiayaan, Investasi
ditandatangani lebih dari 1 hari PA
kerja
13 Tidak ada otorisasi SPM LS BUD tidak menerbitkan SP2D jika tidak Pengeluaran 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
Pengeluaran Pembiayaan oleh ada otorisasi SPM Pembiayaan, Investasi
Pengguna Anggaran berpotensi
dasar penerbitan SP2D tidak
sah
No. Risiko Audit Pengendalian Kunci Analisis Kelemahan Akun Terpengaruh Lokasi SKPD Tingkat Risiko Pada Akun
Pengendalian Asersi Pengujian Proses Bisnis (Setelah Control Test) Terpengaruh
Total Rata-rata Tingkat
Pengendalian sesuai ketentuan Pengendalian yang Risiko
Pembukuan
dilakukan dientitas
dan
Keterjadian Kelengkapan Akurasi Klasifikasi Timing
Pengikhtisasa
ran

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16)
14 Penerbitan dan otorisasi SP2D BUD tidak menerbitkan SP2D jika tidak Pengeluaran 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
LS Pengeluaran Pembiayaan didukung SPP dan SPM (yang telah Pembiayaan, Investasi
tanpa SPP sehingga SPM dan diotorisasi)
belanja tidak sah

15 Proses Penerbitan SP2D LS Adanya verifikasi Kuasa BUD atas Pengeluaran 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
untuk investasi dan kelengkapan SPM LS untuk penerbita Pembiayaan, Investasi
pembiayaan tanpa didukung SP2D.
dengan dokumen yang
memadai (kelengkapan
dokumen).

16 Pencairan SP2D LS untuk Rekonsiliasi RC BUD dengan BKU Pengeluaran 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah


investasi dan pembiayaan Pembiayaan, Investasi
melebihi tahun anggaran.

INVESTASI JANGKA
PANJANG
Perencanaan
1 Pengelola Investasi Adanya perencanaan investasi Pemda Investasi Jangka 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
(BUD/PPKD) belum menyusun yang disertai dengan alasan dan Panjang
perencanaan investasi Pemda pertimbangan
yang memadai

2 Perencanaan investasi Pemda Adanya surat persetujuan kepala daerah Investasi Jangka 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
belum disetujui Kepala Daerah atas perencanaan investasi Pemda Panjang

3 Pemda tidak memiliki Adanya Surat Ketetapan Kepala Daerah Investasi Jangka 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
penasehat investasi dari tenaga atas pengangkatan Penasehat Investasi Panjang
profesional independen yang
ditetapkan Kepala Daerah.

4 Investasi pada surat berharga Adanya hasil analisis investasi Pemda Investasi Jangka 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
tidak berdasarkan analisis sebelum melakukan investasi Panjang
investasi yang disusun - Saham: Analisis nilai wajar
penasehat investasi untuk - Surat utang: analisis penilaian & risiko
mendapatkan nilai wajar - Penyertaan modal & pinjaman: analisis
kelayakan, portofolio, risiko

Pelaksanaan
Investasi Non Permanen
5 Pengeluaran investasi non Adanya Keputusan Kepala Daerah terkait Pengeluaran 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
permanen (dana bergulir) tidak penyaluran dan penerima Dana Bergulir pembiayaan, investasi
berdasarkan Keputusan Kepala non permanen.
Daerah
6 Pengeluaran investasi non - Adanya SOP dalam pengelolaan dana Pengeluaran 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
permanen (dana bergulir) tidak bergulir. pembiayaan, investasi
tepat sasaran kepada non permanen.
penerima.
- Adanya verifikasi dan pencocokan antara
pengeluaran dana bergulir dengan daftar
penerima.
7 Nilai pokok dan bunga dana Adanya pembukuan dan monitoring dana Investasi non 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
bergulir sulit diketahui sehingga bergulir permanen, pendapatan
saldo tidak akurat Adanya monitoring dari leading sector bila bunga.
pengelolaannya diserahkan kepada bank
(channeling).
Adanya SOP dalam dalam pengelolaan
dana bergulir.
8 Penerima dana bergulir tidak - Perjanjian pemberian pinjaman Investasi non 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
mengembalikan dana pinjaman permanen, pendapatan
- Adanya jadwal angsuran
bunga.
- Monitoring rutin dari SKPD leading sector

9 Penerimaan pengembalian Monitoring dari SKPD leading sector. Investasi non 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
pokok dan bunga dana bergulir permanen, pendapatan
Rekonsiliasi antara SKPD leading sector
melalui SKPD leading sector bunga. Kas di Kas
dengan PPKD.
tidak disetor ke Kasda. Daerah, Kas di
10 Penerimaan pengembalian Monitoring dari SKPD leading sector. Investasi non 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
pokok dan bunga dana bergulir permanen, pendapatan
Rekonsiliasi antara SKPD leading sector
(yang tidak digulirkan lagi) bunga. Kas di Kas
dengan PPKD.
melalui bank (channeling) tidak Daerah
Investasi Permanen
11 Investasi tidak ditetapkan Setiap investasi harus ada persetujuan Investasi Permanen 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
dengan Perda DPRD dan diperda-kan.
12 Penyertaan modal Pemda/ Penyaluran investasi dituangkan dalam Investasi Permanen 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
Investasi tidak didukung perjanjian investasi
dengan perjanjian investasi
13 Kepemilikan terhadap BUMD/ Adanya penatausahaan investasi daerah. Investasi Permanen 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
Badan Usaha Lainnya tidak
disertai bukti kepemilikan yang
Adanya pengendalian fisik atas bukti
sah kepemilikan di BUMD/Badan Usaha
Lainnya.
14 Laporan Keuangan BUMD Monitoring LK BUMD oleh Bagian Investasi Permanen 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
Belum ada/ Belum diaudit oleh Perekonomian dan BUD
KAP
15 Investasi pada Setiap pengeluaran/penerimaan investasi Investasi Permanen 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
Bank/Perusahaan yang Tidak harus melalui proses verifikasi kelayakan
Sehat penempatan investasi.

Adanya telaahan dari bagian terkait (misal


Bagian Perekonomian).
Pelaporan
16 Pengelola Investasi Adanya Laporan Kegiatan Investasi yang Investasi Jangka 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
(BUD/PPKD) belum menyusun terdiri atas: Panjang
Laporan kegiatan investasi - Laporan posisi portofolio investasi
- Laporan hasil investasi
Divestasi
17 Divestasi dilaksanakan tidak Penasehat investasi menyusun analisis Investasi jk.panjang 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
berdasarkan hasil analisis investasi.
investasi.
No. Risiko Audit Pengendalian Kunci Analisis Kelemahan Akun Terpengaruh Lokasi SKPD Tingkat Risiko Pada Akun
Pengendalian Asersi Pengujian Proses Bisnis (Setelah Control Test) Terpengaruh
Total Rata-rata Tingkat
Pengendalian sesuai ketentuan Pengendalian yang Risiko
Pembukuan
dilakukan dientitas
dan
Keterjadian Kelengkapan Akurasi Klasifikasi Timing
Pengikhtisasa
ran
17 Divestasi dilaksanakan tidak Investasi jk.panjang
(1) berdasarkan (2) hasil analisis (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16)
investasi. Adanya pengawasan dan laporan ke
Kepala Daerah atas pelaksanaan
investasi.
KEWAJIBAN JANGKA
PANJANG
18 Pinjaman Jangka Menengah Adanya otorisasi pinjaman Pembiayaan 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
dan Panjang tanpa persetujuan Penerimaan; Kewajiban.
DPRD
Surat Persetujuan DPRD atas pinjaman
daerah
19 Penerbitan Obligasi Daerah Pengelolaan investasi daerah ditetapkan Kewajiban Jk.Pendek; 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
tidak ditetapkan dengan dengan peraturan kepala daerah Kewajiban Jk.Panjang;
Peraturan Daerah (approvals ). Pembiayaan
pengeluaran; Belanja
Bunga.

20 Pemda Tidak Menganggarkan Ada skedul pembayaran cicilan pokok dan Kewajiban Jk.Pendek; 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
pembayaran Bunga Obligasi bunga. Kewajiban Jk.Panjang;
Mekanisme pengawasan penganggaran Pembiayaan
dari DPRD pengeluaran; Belanja
21 Pemda tidak membayarkan Ada skedul pembayaran cicilan pokok dan Bunga.
Kewajiban Jk.Pendek; 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
bunga obligasi secara tepat bunga. Kewajiban Jk.Panjang;
waktu Adanya kelengkapan dokumen terkait Pembiayaan
jumlah dan waktu pembayaran cicilan pengeluaran; Belanja
pokok dan bunga. Bunga.
Rekonsiliasi dengan Depkeu terkait jumlah
dan waktu pembayaran cicilan dan bunga.

22 Pengeluaran pembiayaan Perjanjian Kredit/Pinjaman memuat 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah


(pembayaran pokok dan bunga klausul tata cara pembayaran adalah
utang jangka panjang, dengan penerbitan SP2D dan bukan
pengeluaran investasi pemda) dengan sistem autodebet
dilakukan tanpa menggunakan
mekanisme SP2D

DANA CADANGAN
23 Pembentukan/penambahan Pembentukan Dana Cadangan ditetapkan 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
dana cadangan tidak didukung dengan Peraturan Daerah
peraturan daerah
24 Dana cadangan digunakan Program dan kegiatan ditetapkan 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
untuk membiayai program dan berdasarkan Peraturan daerah tentang
kegiatan lain diluar yang telah Dana cadangan
ditetapkan dalam peraturan
daerah tentang pembentukan
dana cadangan

25 Penerimaan hasil Perda Pembentukan Dana Cadangan 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah


bunga/deviden rekening dana
cadangan dan penempatan
Adanya daftar nominatif dana cadangan
dalam portofolio tidak
menambah jumlah dana
cadangan Laporan hasil penempatan Dana
Cadangan

Jumlah 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

Keterangan
Skor Pengaruh Resiko Keterangan Total Risiko
Jika, semua unsur pengendalian kunci Total
Skor 1 Asersi Pengujian Proses Bisnis (Setelah Control Test)
terpenuhi.
Pembukuan
dan
Skor 3 > 50% unsur pengendalian kunci terpenuhi Keterjadian Kelengkapan Akurasi Klasifikasi Timing
Pengikhtisasa
ran
Skor 5 < 50% unsur pengendalian kunci Rata-rata 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
maka penilaian hanya memberikan skor 1
Jika pengendalian kunci hanya
ada satu
jika pengendalian kunci dilaksanakan dan Tingkat Risiko Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah To A.13.3 kolom (3)
5 jika tidak dilaksanakan.

prinsip dalam memberikan


mempertimbangkan judgment auditor.
penilaian/pembobotan/ skoring.

Tingkat CR Proses
Nilai
Bisnis
4–5 Tinggi
2 - 3,99 Sedang
1 - 1,99 Rendah
PEMERIKSAAN PENDAHULUAN A.13.2.9 Indeks KKP
Disusun Oleh : [inisial/tgl/bln/thn/paraf]
ATAS
Direviu Oleh :
LAPORAN KEUANGAN [inisial/tgl/bln/thn/paraf]
PEMERINTAH PROV/KAB/KOTA………………….
TAHUN ANGGARAN 20XX
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
Penilaian Risiko di Tingkat Proses Bisnis Pelaporan Keuangan

Tingkat Risiko Pada Akun Terpengaruh


Pengendalian Kunci Asersi Pengujian Proses Bisnis (Setelah Control Test)

Analisis Kelemahan
No. Risiko Audit Akun Terpengaruh Lokasi SKPD
Pengendalian Pembukuan Tingkat
Pengendalian yang dilakukan dan Total Rata-rata
Pengendalian sesuai ketentuan Keterjadian Kelengkapan Akurasi Klasifikasi Timing Risiko
dientitas Pengikhtisa
saran
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16)
A Akuntansi dan Laporan keuangan SKPD (termasuk SKPKD sebagai SKPD) Suplemen D.1 dan D.2
1 Transaksi tidak didukung dengan bukti Setiap transaksi yang dicatat telah Semua akun 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
pendukung yang valid sebagai dasar melalui proses verifikasi oleh PPK
pencatatan. SKPD

2 Pengelompokan penyajian akun tidak sesuai Adanya sistem yang secara otomatis Semua akun 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
dengan kelompok kode perkiraan. dapat menolak input transaksi yang
tidak sesuai kode rekeningnya dan
dilengkapi dengan SOP yang jelas
dan legal (persetujuan).

Jika entitas tidak memiliki sistem


maka pengendalian pengganti yaitu
dilakukan verifikasi oleh SKPKD atas
laporan keuangan SKPD

3 LK tidak didukung Buku Besar yang PA untuk melakukan otorisasi setiap Semua akun 0 0 0 0 0 0 0 0 0
memadai. transaksi yang dijurnal oleh PPK
SKPD harus diposting secara benar Rendah
ke buku besar dan buku besar
pembantu.
Reviu oleh Inspektorat atas LK
SKPD
4 LK SKPD yang disajikan belum dilakukan Adanya kecukupan dokumen dan Semua akun 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
penyesuaian, koreksi, penutupan dan jurnal data dalam menyusun LK SKPD
balik. (kecukupan dokumen dan data);

PPK SKPD memiliki kompetensi


dalam menyusun LK.

Verifikasi oleh PA dan rekonsiliasi


oleh SKPKD atas LK SKPD

5 Penyajian dan Pengungkapan LK LK disusun oleh PPK SKPD bukan Semua akun 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
SKPD/PPKD/BLUD tidak memadai. oleh Bendahara
Pengeluaran/SKPKD (pemisahan
tugas );

Adanya verifikasi oleh PA dan


rekonsiliasi secara berkala antara LK
SKPD dengan LK di tingkat PPKD.

Akuntansi dan Laporan


Keuangan Pemda (Suplemen
B D.3 dan D.4)
1 LK konsolidasi tidak lengkap mencakup Adanya rekonsiliasi secara berkala Semua akun 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
keseluruhan LK SKPD (mis LK BLUD belum antara LK SKPD dengan LK di
dikonsolidasi). tingkat PPKD, termasuk untuk BLUD
(rekonsiliasi).

Reviu oleh Inspektorat atas LK


Pemda

2 Penyajian dan Pengungkapan LKPD LK disusun oleh PPK SKPD bukan Semua akun 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
Konsolidasian tidak memadai. oleh Bendahara
Pengeluaran/SKPKD (pemisahan
tugas );

Adanya verifikasi oleh PA dan


rekonsiliasi secara berkala antara LK
SKPD dengan LK di tingkat PPKD.

3 LKPD terlambat disampaikan kepada BPK. Monitoring dan reviu dari Inspektorat - 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
atas penyelesaian LK Pemda

4 LKPD yang disampaikan kepada BPK belum Kepala Daerah hanya melakukan Semua akun 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
direviu oleh Inspektorat Daerah/Bawasda. otorisasi atas LK Pemda yang telah
direviu oleh Inspektorat
Penyusunan Laporan
Pertanggungjawaban
Pelaksanaan APBD (Suplemen
C D.5 dan D.6)
Tingkat Risiko Pada Akun Terpengaruh
Pengendalian Kunci Asersi Pengujian Proses Bisnis (Setelah Control Test)

Analisis Kelemahan
No. Risiko Audit Akun Terpengaruh Lokasi SKPD
Pengendalian Pembukuan Tingkat
Pengendalian yang dilakukan dan Total Rata-rata
Pengendalian sesuai ketentuan Keterjadian Kelengkapan Akurasi Klasifikasi Timing Risiko
dientitas Pengikhtisa
saran
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16)
1 Raperda yang dibuat oleh PPKD tidak PPKD melakukan verifikasi atas Pendapatan, belanja, Aset, 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
berdasarkan hasil audit BPK (khususnya penyusunan Raperda sesuai hasil Kewajiban
untuk saldo-saldo tahun sebelumnya) audit BPK.

2 Perda Pertanggungjawaban Pelaksanaan Laporan keuangan secara berjenjang Pendapatan, belanja, Aset, 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
LKPD terlambat disampaikan kepada Menteri disampaikan tepat waktu. Kewajiban
Dalam Negeri (untuk tingkat pemerintah
provinsi), dan gubernur (untuk tingkat
pemerintah kab/kota).

3 Risiko atas pengggunaan TI dalam proses


pelaporan keuangan

a Fungsi SDM TI tidak berjalan optimal Lihat kuesioner TI Bagian Seluruh akun 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
Administrasi dan fungsi TI; dan
Bagian Pemisahan Tugas TI
b Keberlanjutan output laporan keuangan yang Lihat kuesioner TI Bagian Seluruh akun 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
dihasilkan dari sistem TI tidak terjamin Pengembangan Sistem

c Manipulasi input, proses, dan output serta Lihat kuesioner TI Bagian Keamanan Seluruh akun 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
distribusi output laporan yang tidak legal fisik dan on line; Bagian
Pengendalian Aplikasi Input; Bagian
Pengendalian Aplikasi Proses; dan
Bagian Pengendalian Aplikasi Output

d Kehilangan data dan informasi yang diproses Lihat kuesioner TI Bagian Rencana Seluruh akun 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
melalui sistem TI Cadangan (back up) dan contigency

e Kerusakan/kehilangan alat yang digunakan Lihat kuesioner TI Bagian Seluruh akun 0 0 0 0 0 0 0 0 Rendah
dalam sistem TI Pengendalian Perangkat Keras

Jumlah 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

Keterangan

Skor Pengaruh Resiko Keterangan Total Risiko


Jika, semua unsur pengendalian Total
Skor 1 Asersi Pengujian Proses Bisnis (Setelah Control Test)
kunci terpenuhi.
Pembukuan
> 50% unsur pengendalian kunci dan
Skor 3 Keterjadian Kelengkapan Akurasi Klasifikasi Timing
terpenuhi Pengikhtisa
saran

Skor 5 < 50% unsur pengendalian kunci Rata-rata 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

maka penilaian hanya memberikan


skor 1 jika pengendalian kunci
Jika pengendalian kunci hanya ada satu
dilaksanakan dan 5 jika tidak
Tingkat Risiko Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah To A.13.3 kolom (3)
dilaksanakan.

prinsip dalam memberikan mempertimbangkan judgment


penilaian/pembobotan/ skoring. auditor.
Nilai Tingkat CR Proses Bisnis
4–5 Tinggi
2 - 3,99 Sedang
1 - 1,99 Rendah

WAKIL KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA, REPUBLIK INDONESIA,

AGUS JOKO PRAMONO AGUNG FIRMAN SAMPURNA


Panduan Pemeriksaan LKPD LAMPIRAN IV.1 : Lampiran 4.1
KEPUTUSAN BPK-RI
NOMOR : /K/I-XIII.2/ /2020
TANGGAL : 2020

Pemeriksaan atas LKPD ............(1) Indeks KKP : (3)


Tahun ………….(2) Dibuat oleh : (4)
Direviu oleh : (5)
Disetujui oleh : (6)
Penetapan Nilai Risiko Untuk Penilaian
BPK RI Rate PM

No. Faktor-Faktor yang Kriteria Skor


Mempengaruhi
1 2 3
(Risiko (Risiko (Risiko
Tinggi) Sedang) Rendah)

1 Opini terakhir tahun Skor 3 jika opini tahun sebelumnya


sebelumnya WTP, skor 2 jika opini tahun
sebelumnya WDP, dan skor 1 jika opini
tahun sebelumnya TW atau TMP

2 Hasil pemeriksaan Semakin banyak permasalahan


tahun anggaran yang signifikan yang ditemukan BPK dalam
diperiksa pemeriksaan sebelumnya, baik dari
pemeriksaan kinerja, pemeriksaan
PDTT, maupun pemeriksaan
interim/pendahuluan maka skor
semakin kecil.
a. Skor 1 jika terdapat temuan
ketidakpatuhan yang berdampak
luas (berpengaruh ke banyak
akun/OPD, menyangkut tokoh kunci
(Kepala Daerah/Pimpinan DPRD)
atau menjadi sorotan publik);
b. Skor 2 jika terdapat temuan
ketidakpatuhan yang dampaknya
terbatas atau tidak dilakukan
pemeriksaan pada tahun yang
diperiksa;

c. Skor 3 jika tidak ada temuan


ketidakpatuhan yang signifikan.
Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran 4.1

No. Faktor-Faktor yang Kriteria Skor


Mempengaruhi
1 2 3
(Risiko (Risiko (Risiko
Tinggi) Sedang) Rendah)

3 Efektivitas tindak lanjut Semakin tidak efektif penyelesaian


tindak lanjut, maka skor akan semakin
kecil.
a. Skor 1 jika persentase penyelesaian
tindaklanjut atas rekomendasi <
50%;
b. Skor 2 jika persentase penyelesaian
tindaklanjut atas rekomendasi
>50% dan < 75%;
c. Skor 3 jika persentase penyelesaian
tindaklanjut atas rekomendasi
>75%; dan
Dalam menghitung prosentase
penyelesaian tindak lanjut
rekomendasi, jumlah rekomendasi
dikurangi dengan jumlah rekomendasi
yang tidak dapat ditindaklanjuti (status
4)

4 Integritas personil Penilaian Integritas personil kunci


kunci mempertimbangkan rekam jejak
personil kunci, serta sosialisasi dan
penegakan peraturan disiplin pegawai,
serta tingkat kepedulian personil kunci
terhadap kelancaran proses
pemeriksaan.
Semakin diragukan integritas personil
kunci, maka skor akan semakin kecil.

5 Efektivitas atas Sistem Semakin tidak efektif SPI maka skor


Pengendalian Intern akan semakin kecil
a. Skor 1 jika SPI tidak efektif;
b. Skor 2 jika SPI belum sepenuhnya
efektif; dan
c. Skor 3 jika SPI telah efektif.
Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran 4.1

No. Faktor-Faktor yang Kriteria Skor


Mempengaruhi
1 2 3
(Risiko (Risiko (Risiko
Tinggi) Sedang) Rendah)

Skor penilaian SPI tersebut meliputi


hasil penilaian gabungan SPI COSO
dan SPI TI.
Metode penilaian efektivitas SPI
mengacu pada SPI COSO
Lampiran IV.1.1 dan SPI TI Lampiran
IV.1.2.
Catatan; Dalam penilaian SPI COSO
harus sejalan dengan risiko yang
diidentifikasi pada CRM, dan
sebaliknya identifikasi CRM harus
memperhatikan penilaian SPI COSO.

6 Potensi adanya a. Skor 1 jika terdapat informasi


kecurangan (fraud) adanya potensi kecurangan (fraud)
dalam dua tahun yang merupakan kasus yang
anggaran terakhir ditangani oleh aparat penegak
hukum (kepolisian, kejaksaan,
KPK).

b. Skor 2 jika terdapat informasi


adanya potensi kecurangan (fraud),
yang bersumber dari informasi
media masa dan pengaduan
masyarakat yang dapat
dipertanggungjawabkan, tetapi
bukan merupakan kasus yang
ditangani oleh aparat penegak
hukum (kepolisian, kejaksaan,
KPK).
c. Skor 3 jika tidak terdapat informasi
adanya potensi kecurangan (fraud),
baik yang bersumber dari informasi
media masa, pengaduan
masyarakat, maupun kasus yang
ditangani oleh aparat penegak
hukum (kepolisian, kejaksaan,
KPK).
Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran 4.1

No. Faktor-Faktor yang Kriteria Skor


Mempengaruhi
1 2 3
(Risiko (Risiko (Risiko
Tinggi) Sedang) Rendah)

Dalam mengidentifikasi potensi fraud,


harus sejalan dengan penilaian risiko
fraud pada FRAM.

Sub Total

Total

Untuk setiap faktor pengukur, terdapat 3 skor sebagai ukuran nilai dari pengaruh faktor
terhadap risiko pemeriksaan yang dapat diterima. Nilai 1 (satu) mewakili nilai risiko tinggi, dan
nilai 3 (tiga) mewakili nilai risiko rendah. Skor nilai untuk masing-masing faktor pengukur
diberikan dengan dasar perbandingan kriteria dan kondisi yang ada serta menggunakan
pertimbangan profesional. Skor nilai total untuk keseluruhan faktor kemudian dijumlahkan.

Keterangan:

(1) : Diisi dengan entitas yang diperiksa.


(2) : Diisi dengan tahun yang diperiksa.
(3) : Diisi dengan nomor indeks.
(4) : Diisi dengan nama dan paraf pembuat KKP serta tanggal pembuatan KKP tersebut.
(5) : Diisi dengan nama dan paraf yang mereviu KKP serta tanggal reviu KKP tersebut.
(6) : Diisi dengan nama dan paraf yang menyetujui KKP serta tanggal persetujuan KKP
tersebut.

WAKIL KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA, REPUBLIK INDONESIA,

AGUS JOKO PRAMONO AGUNG FIRMAN SAMPURNA


LAMPIRAN IV.2 : KEPUTUSAN BPK-RI
NOMOR : /K/I-XIII.2/ /2020
TANGGAL : 2020

Indeks KKP No. :

Pemeriksaan atas Laporan Keuangan


Pemerintah Kota ABC
Tahun 200X dan 200X-1 Disusun/Tgl :
Badan Pemeriksa Keuangan Direview/Tgl :
Republik Indonesia Disetujui/Tgl :

Worksheet Perhitungan Salah Saji yang Dapat Ditoleransi (TM)

Perhitungan Materialitas
Jumlah yang Mendasari (Total Realisasi 2.473.490.609.437,00
Belanja)
Tingkat Materialitas 3,50%
Overall Materiality Materiality (OM) 86.572.171.330,30
Batas akun signifikan (50% dari OM) 43.286.085.665,15

Keterangan
Pengujian Akun Signifikan (> 50% dari PM) dan Pertimbangan Lain Alokasi TM
Nilai dalam Laporan
Uraian (akun) Akun-akun yang diaudit
Keuangan (dengan rumus) Uraian Pertimbangan
Batas Akun Signifikan Pertimbangan
Nilai Akun Signifikan dan pertimbangan Kualitatif
(50% PM) Kualitatif
kualitatif
1 2 3 4 5 6 7 8
NERACA
ASET
ASET LANCAR
Kas di Kas Daerah 905.050.079.880,00 905.050.079.880,00 43.286.085.665,15 905.050.079.880,00 500.000,00 Kas memiliki risiko salah saji
tinggi (RoMM=H)
Kas di Bendahara Pengeluaran 978.269.516,00 978.269.516,00 43.286.085.665,15 978.269.516,00 Kas memiliki risiko 500.000,00 Kas memiliki risiko salah saji
tinggi tinggi (RoMM=H)
Kas di Bendahara Penerimaan 65.432.500,00 65.432.500,00 43.286.085.665,15 65.432.500,00 Kas memiliki risiko 500.000,00 Kas memiliki risiko salah saji
tinggi tinggi (RoMM=H)
Kas di Bendahara BLUD 11.656.105.709,00 11.656.105.709,00 43.286.085.665,15 0,00 0,00
Kas di Bendahara Dana BOS 5.001.829.739,00 5.001.829.739,00 43.286.085.665,15 0,00 0,00
Investasi Jangka Pendek - 0,00 43.286.085.665,15 0,00 0,00
Piutang Pajak Daerah 271.832.216.871,00 271.832.216.871,00 43.286.085.665,15 271.832.216.871,00 2.196.899.285,91
Piutang Retribusi Daerah 8.865.794.451,00 8.865.794.451,00 43.286.085.665,15 0,00 0,00
Penyisihan Piutang (245.564.896.340,00) 245.564.896.340,00 43.286.085.665,15 245.564.896.340,00 1.984.611.506,41
Penyisihan Piutang Dana Bergulir - 0,00 43.286.085.665,15 0,00 0,00
Belanja Dibayar Dimuka 3.170.117.701,00 3.170.117.701,00 43.286.085.665,15 0,00 0,00
Bagian Lancar Pinjaman kepada Perusahaan - 0,00 43.286.085.665,15 0,00 0,00
Negara
Bagian Lancar Pinjaman kepada Perusahaan - 0,00 43.286.085.665,15 0,00 0,00
Daerah
Bagian Lancar Pinjaman kepada Perusahaan - 0,00 43.286.085.665,15 0,00 0,00
Pemerintah Pusat
Bagian Lancar Pinjaman kepada Perusahaan - 0,00 43.286.085.665,15 0,00 0,00
Pemerintah Daerah Lainnya
Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran - 0,00 43.286.085.665,15 0,00 0,00
Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi - 0,00 43.286.085.665,15 0,00 0,00
Piutang Lainnya 16.335.377.691,00 16.335.377.691,00 43.286.085.665,15 0,00 0,00
Penyisihan Piutang Lainnya (5.873.609.198,00) 5.873.609.198,00 43.286.085.665,15 0,00 0,00
Persediaan 44.361.323.750,00 44.361.323.750,00 43.286.085.665,15 44.361.323.750,00 358.520.272,51
Jumlah Aset Lancar (3 s.d 23) 1.015.878.042.270,00

INVESTASI JANGKA PANJANG


Investasi Non Permanen
Pinjaman Jangka Panjang - 0,00 43.286.085.665,15 0,00 0,00
Investasi dalam Surat Utang Negara - 0,00 43.286.085.665,15 0,00 0,00
Investasi dalam Proyek Pembangunan - 0,00 43.286.085.665,15 0,00 0,00
Investasi Non Permanen Lainnya 4.700.000.000,00 4.700.000.000,00 43.286.085.665,15 0,00 0,00
Cadangan Kerugian Investasi Non Permanen (1.080.620.762,00) 1.080.620.762,00 43.286.085.665,15 0,00 0,00

Jumlah Investasi Non Permanen (27 s.d 31) 3.619.379.238,00

Investasi Permanen
Penyertaan Modal Pemda 62.846.543.502,00 62.846.543.502,00 43.286.085.665,15 62.846.543.502,00 507.914.507,45
Investasi Permanen Lainnya - 0,00 43.286.085.665,15 0,00 0,00
Jumlah Investasi Permanen (34 s.d 35) 62.846.543.502,00
Jumlah Investasi Jangka Panjang (32 + 36) 66.465.922.740,00

ASET TETAP
Tanah 3.623.084.124.539,00 3.623.084.124.539,00 43.286.085.665,15 3.623.084.124.539,00 29.281.116.924,31
Peralatan dan Mesin 989.497.933.801,00 989.497.933.801,00 43.286.085.665,15 989.497.933.801,00 7.996.945.061,18
Gedung dan Bangunan 1.457.131.509.262,00 1.457.131.509.262,00 43.286.085.665,15 1.457.131.509.262,00 11.776.275.855,10
Jalan, Irigasi, dan Jaringan 1.279.544.234.937,00 1.279.544.234.937,00 43.286.085.665,15 1.279.544.234.937,00 10.341.047.313,60
Aset Tetap Lainnya 62.232.661.307,00 62.232.661.307,00 43.286.085.665,15 62.232.661.307,00 502.953.221,51
Konstruksi dalam Pengerjaan 109.950.402.504,00 109.950.402.504,00 43.286.085.665,15 109.950.402.504,00 888.599.458,62
Akumulasi Penyusutan (1.401.823.977.729,00) 1.401.823.977.729,00 43.286.085.665,15 1.401.823.977.729,00 11.329.290.291,98
Jumlah Aset Tetap (40 s.d 46) 6.119.616.888.621,00

DANA CADANGAN
Dana Cadangan 47.183.424.649,00 47.183.424.649,00 43.286.085.665,15 47.183.424.649,00 381.327.986,47
Jumlah Dana Cadangan (50) 47.183.424.649,00

ASET LAINNYA
Tagihan Penjualan Angsuran - 0,00 43.286.085.665,15 0,00 0,00
Tuntutan Ganti Rugi - 0,00 43.286.085.665,15 0,00 0,00
Kemitraan Dengan Pihak Ketiga 66.053.931.000,00 66.053.931.000,00 43.286.085.665,15 66.053.931.000,00 533.836.038,70
Aset Tak Berwujud 18.095.485.406,00 18.095.485.406,00 43.286.085.665,15 0,00 0,00
Aset Lain-Lain 111.085.904.808,00 111.085.904.808,00 43.286.085.665,15 111.085.904.808,00 897.776.384,85
Akumulasi Penyusutan Aset Lainnya (14.571.270.036,00) 14.571.270.036,00 43.286.085.665,15 14.571.270.036,00 Berisiko tinggi terjadi 117.762.394,41
kesalahan
Jumlah Aset Lainnya (54 s.d 59) 180.664.051.178,00

JUMLAH ASET (23 + 37 + 47 + 51 + 60) 7.429.808.329.458,00

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 1


Keterangan
Pengujian Akun Signifikan (> 50% dari PM) dan Pertimbangan Lain Alokasi TM
Nilai dalam Laporan
Uraian (akun) Akun-akun yang diaudit
Keuangan (dengan rumus) Uraian Pertimbangan
Batas Akun Signifikan Pertimbangan
Nilai Akun Signifikan dan pertimbangan Kualitatif
(50% PM) Kualitatif
kualitatif

KEWAJIBAN
KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
Utang Perhitungan Pihak Ketiga (PFK) 4.442.638.263,00 4.442.638.263,00 43.286.085.665,15 0,00 0,00
Utang Bunga 62.604.529,00 62.604.529,00 43.286.085.665,15 0,00 0,00
Bagian Lancar Utang Jangka Panjang 1.816.665.353,00 1.816.665.353,00 43.286.085.665,15 0,00 0,00
Pendapatan Diterima Dimuka 1.964.887.805,00 1.964.887.805,00 43.286.085.665,15 0,00 0,00
Utang Belanja 19.105.494.255,00 19.105.494.255,00 43.286.085.665,15 19.105.494.255,00 Berisiko tinggi, dan 154.407.182,37
berdampak pada
penganggaran
berikutnya
Utang Jangka Pendek Lainnya - 0,00 43.286.085.665,15 0,00 0,00
Jumlah Kewajiban Jangka Pendek (66 s.d 27.392.290.205,00
71)

KEWAJIBAN JANGKA PANJANG


Utang Dalam Negeri - Sektor Perbankan - 0,00 43.286.085.665,15 0,00 0,00
Utang Dalam Negeri - Obligasi - 0,00 43.286.085.665,15 0,00 0,00
Premium (Diskonto) Obligasi - 0,00 43.286.085.665,15 0,00 0,00
Pendapatan Diterima Dimuka 23.000.000,00 23.000.000,00 43.286.085.665,15 0,00 0,00
Utang Jangka Panjang Lainnya - 0,00 43.286.085.665,15 0,00 0,00
Jumlah Kewajiban Jangka Panjang (75 s.d 23.000.000,00
79)
Jumlah Kewajiban (72 + 80) 27.415.290.205,00

EKUITAS
Ekuitas 7.402.393.039.253,00
Jumlah Ekuitas (84) 7.402.393.039.253,00

JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS (81 + 85) 7.429.808.329.458,00

Jumlah 10.795.052.367.793,00 10.711.963.631.186,00 79.250.783.685,38

Cara Pengisian:
Kolom 1: Diisi sesuai nama akun sesuai dengan LK Unaudited
Kolom 2: Diisi sesuai saldo akun dalam LK Unaudited
Kolom 3: Diisi sesuai dengan akun-akun yang akan diperiksa (selain ekuitas dana)
Kolom 4: Diisi sesuai dengan nilai batas akun signifikan, yakni 50% dari PM
Kolom 5: Diisi sesuai dengan nilai saldo akun yang dianggap signifikan dalam LK Unaudited . Di dalam perhitungan akun
signifikan di atas memasukkan juga diantaranya akun Kas di Bendahara Pengeluaran dan Kas di Bendahara Penerimaan serta
akun lainnya yang signifikan "by nature "

Kolom 6: Diisi alokasi PM dalam perhitungan TM masing-masing akun berdasarkan proporsinya, dengan pertimbangan
profesional lainnya. Misalnya, TM untuk akun Kas dibatasi sampai dengan jumlah yang sangat minimal (sebesar nilai
pembukaan rekening di bank) dikarenakan sifatnya yang sangat berisiko "by nature "

Kolom 7: Diisi dengan uraian pertimbangan kualitatif dalam menentukan nilai TM.

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 2


Panduan Pemeriksaan LKPD

Indeks KKP No. :

Pemeriksaan atas Laporan Keuangan


Pemerintah Kota ABC
Tahun 200X dan 200X-1 Disusun/Tgl :
Badan Pemeriksa Keuangan Direview/Tgl :
Republik Indonesia Disetujui/Tgl :

Worksheet Perhitungan Salah Saji yang Dapat Ditoleransi (TM)

Perhitungan OM
Jumlah yang Mendasari (Total Realisasi 2.473.490.609.437,00
Belanja)
Tingkat Materialitas 3,50%
Planning Materiality (OM) 86.572.171.330,30

Keterangan Perhitungan TM untuk Akun-akun yang


Pengujian Akun Signifikan (> 50% dari PM) dan Pertimbangan Lain Alokasi TM
sama pada LRA dan LO
Nilai dalam Laporan
Uraian (akun) Akun-akun yang diaudit
Keuangan (Uraian
Batas Akun Signifikan (dengan rumus) dan
Nilai Akun Signifikan Pertimbangan Kualitatif pertimbangan LRA LO
(50% OM) pertimbangan lain
Kualitatif)
1 2 3 4 5 6 7 8
LRA
PENDAPATAN
PENDAPATAN ASLI DAERAH
Pendapatan Pajak Daerah 683.708.489.950,00 683.708.489.950,00 43.286.085.665,15 683.708.489.950,00 10.051.800.167,92 10.051.800.167,92 11.829.661.860,56
Pendapatan Retribusi Daerah 102.785.108.993,00 102.785.108.993,00 43.286.085.665,15 102.785.108.993,00 1.511.134.337,25 1.511.134.337,25 1.661.183.338,81
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan 7.650.778.888,00 7.650.778.888,00 43.286.085.665,15 - - - -
Daerah yang Dipisahkan
Lain-lain PAD yang sah 131.774.932.675,00 131.774.932.675,00 43.286.085.665,15 131.774.932.675,00 1.937.339.245,98 1.937.339.245,98 2.406.570.654,82
Jumlah Pendapatan Asli Daerah (3 s.d 6) 925.919.310.506,00

PENDAPATAN TRANSFER
TRANSFER PEMERINTAH PUSAT - DANA
PERIMBANGAN
Dana Bagi Hasil Pajak 120.223.608.244,00 120.223.608.244,00 43.286.085.665,15 120.223.608.244,00 a) Akun dana perimbangan 500.000,00 RoMM tinggi 500.000,00 500.000,00
menjadi perhatian
Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam 1.878.324.513,00 1.878.324.513,00 43.286.085.665,15 1.878.324.513,00 b) Besaran penerimaan 500.000,00 RoMM tinggi 500.000,00 500.000,00
Dana Alokasi Umum 1.054.002.569.000,00 1.054.002.569.000,00 43.286.085.665,15 1.054.002.569.000,00 ditetapkan dengan regulasi 500.000,00 RoMM tinggi 500.000,00 500.000,00
Dana Alokasi Khusus 14.993.022.000,00 14.993.022.000,00 43.286.085.665,15 14.993.022.000,00 tertentu 500.000,00 RoMM tinggi 500.000,00 500.000,00
c) Pengujian relatif mudah
Jumlah Pendapatan Transfer Dana 1.191.097.523.757,00
Perimbangan (11 + 14)

TRANSFER PEMERINTAH PUSAT - LAINNYA

Dana Otonomi Khusus -


Dana Penyesuaian 266.894.650.000,00 266.894.650.000,00 43.286.085.665,15 266.894.650.000,00 500.000,00 500.000,00 500.000,00
Jumlah Pendapatan Transfer Pemerintah 266.894.650.000,00
Pusat - Lainnya (18 + 19)

TRANSFER PEMERINTAH PROPINSI


Pendapatan Bagi Hasil Pajak Daerah 329.977.231.976,00 329.977.231.976,00 43.286.085.665,15 329.977.231.976,00 4.851.285.664,20 4.851.285.664,20 5.309.068.735,30
Pendapatan Bagi Hasil Lainnya - - 43.286.085.665,15 - -
Jumlah Transfer Pemerintah Provinsi (23 + 329.977.231.976,00
24)
Jumlah Pendapatan Transfer (15 + 20 + 25) 1.787.969.405.733,00

LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH


Pendapatan Hibah - - 43.286.085.665,15 - -
Pendapatan Dana Darurat - - 43.286.085.665,15 - -
Pendapatan Lainnya 82.682.010.621,00 82.682.010.621,00 43.286.085.665,15 82.682.010.621,00 1.215.580.997,55 1.215.580.997,55 1.330.287.168,39
Jumlah Lain-lain Pendapatan yang Sah (30 82.682.010.621,00
s.d 32)

JUMLAH PENDAPATAN (7 + 27 + 33) 2.796.570.726.860,00

BELANJA
BELANJA OPERASI
Belanja Pegawai 1.290.880.031.132,00 1.290.880.031.132,00 43.286.085.665,15 1.290.880.031.132,00 18.978.363.300,20 18.978.363.300,20 20.811.478.713,64
Belanja Barang dan Jasa 545.272.678.680,00 545.272.678.680,00 43.286.085.665,15 545.272.678.680,00 8.016.533.484,21
Belanja Bunga 378.295.400,00 378.295.400,00 43.286.085.665,15 - - -
Belanja Subsidi - - 43.286.085.665,15 - - -
Belanja Hibah 41.621.315.866,00 41.621.315.866,00 43.286.085.665,15 - - -
Bantuan Sosial 2.731.600.000,00 2.731.600.000,00 43.286.085.665,15 - - -
Bantuan Keuangan 788.567.000,00 788.567.000,00 43.286.085.665,15 - - -
Jumlah Belanja Operasi (39 s.d 45) 1.881.672.488.078,00

BELANJA MODAL
Belanja Tanah 55.557.059.733,00 55.557.059.733,00 43.286.085.665,15 55.557.059.733,00 816.793.224,84
Belanja Peralatan dan Mesin 132.632.841.323,00 132.632.841.323,00 43.286.085.665,15 132.632.841.323,00 1.949.952.115,97
Belanja Gedung dan Bangunan 143.715.016.979,00 143.715.016.979,00 43.286.085.665,15 143.715.016.979,00 2.112.880.932,50
Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan 252.075.125.515,00 252.075.125.515,00 43.286.085.665,15 252.075.125.515,00 3.705.978.243,98
Belanja Aset Tetap Lainnya 7.031.368.712,00 7.031.368.712,00 43.286.085.665,15 - -
Belanja Aset Lainnya - - 43.286.085.665,15 - -
Jumlah Belanja Modal (49 s.d 54) 591.011.412.262,00

BELANJA TAK TERDUGA


Belanja Tak Terduga 806.709.097,00 806.709.097,00 43.286.085.665,15 - -
Jumlah Belanja Tak Terduga (58) 806.709.097,00

TRANSFER
TRANSFER/BAGI HASIL PENDAPATAN KE
DESA
Bagi Hasil Pajak ke Desa - - 43.286.085.665,15 - -
Bagi Hasil Retribusi ke Desa - - 43.286.085.665,15 - -
Bagi Hasil Pendapatan Lainnya ke Desa - - 43.286.085.665,15 - -
Jumlah Transfer/Bagi Hasil ke Desa (63 s.d -
65)

JUMLAH BELANJA DAN TRANSFER (46 + 55 2.473.490.609.437,00


+ 59 + 66)

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 1


Keterangan Perhitungan TM untuk Akun-akun yang
Pengujian Akun Signifikan (> 50% dari PM) dan Pertimbangan Lain Alokasi TM
sama pada LRA dan LO
Nilai dalam Laporan
Uraian (akun) Akun-akun yang diaudit
Keuangan (Uraian
Batas Akun Signifikan (dengan rumus) dan
Nilai Akun Signifikan Pertimbangan Kualitatif pertimbangan LRA LO
(50% OM) pertimbangan lain
Kualitatif)
SURPLUS/DEFISIT ( 35- 68) 323.080.117.423,00

PEMBIAYAAN
PENERIMAAN PEMBIAYAAN
Penggunaan SiLPA 635.457.569.772,00 635.457.569.772,00 43.286.085.665,15 635.457.569.772,00 500.000,00
Pencairan Dana Cadangan - - 43.286.085.665,15 - -
Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang - - 43.286.085.665,15 - -
Dipisahkan
Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Pusat - - 43.286.085.665,15 - -
Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Daerah - - 43.286.085.665,15 - -
Lainnya
Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan - - 43.286.085.665,15 - -
Bank
Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan - - 43.286.085.665,15 - -
Bukan Bank
Pinjaman Dalam Negeri - Obligasi - - 43.286.085.665,15 - -
Pinjaman Dalam Negeri - Lainnya - - 43.286.085.665,15 - -
Penerimaan Kembali Pinjaman Kepada - - 43.286.085.665,15 - -
Perusahaan Negara
Penerimaan Kembali Pinjaman Kepada - - 43.286.085.665,15 - -
Perusahaan Daerah
Penerimaan Kembali Pinjaman Kepada - - 43.286.085.665,15 - -
Pemerintah Daerah Lainnya
Jumlah Penerimaan Pembiayaan (74 s.d 85) 635.457.569.772,00

PENGELUARAN PEMBIAYAAN
Pembentukan Dana Cadangan 15.000.000.000,00 15.000.000.000,00 43.286.085.665,15 15.000.000.000,00 Terdapat persyaratan 220.528.199,86
regulasi yang harus ditaati
Penyertaan Modal Pemerintah Daerah 29.000.000.000,00 29.000.000.000,00 43.286.085.665,15 29.000.000.000,00 Terdapat persyaratan 426.354.519,73
regulasi yang harus ditaati
Pembayaran Pokok Utang Pinjaman Dalam - - 43.286.085.665,15 - -
Negeri - Pemerintah Pusat
Pembayaran Pokok Utang Pinjaman Dalam - - 43.286.085.665,15 - -
Negeri - Pemerintah Daerah Lainnya
Pembayaran Pokok Utang Pinjaman Dalam 1.816.665.353,00 1.816.665.353,00 43.286.085.665,15 - -
Negeri - Lembaga Keuangan Bank
Pembayaran Pokok Utang Pinjaman Dalam - - 43.286.085.665,15 - -
Negeri - Lembaga Keuangan Bukan Bank
Pembayaran Pokok Utang Pinjaman Dalam - - 43.286.085.665,15 - -
Negeri - Obligasi
Pembayaran Pokok Utang Pinjaman Dalam - - 43.286.085.665,15 - -
Negeri - Lainnya
Pemberian Pinjaman Kepada Perusahaan - - 43.286.085.665,15 - -
Negara
Pemberian Pinjaman Kepada Perusahaan - - 43.286.085.665,15 - -
Daerah
Pemberian Pinjaman Kepada Pemerintah - - 43.286.085.665,15 - -
Daerah Lainnya
Jumlah Pengeluaran Pembiayan (89 s.d 99) 45.816.665.353,00
PEMBIAYAAN NETTO (86 - 100) 589.640.904.419,00

SISA LEBIH PEMBIAYAAN ANGGARAN (70 + 912.721.021.842,00


101)

Jumlah 5.951.335.571.422,00 5.888.510.271.106,00 55.797.524.434,20

Cara Pengisian:
Kolom 1: Diisi sesuai nama akun sesuai dengan LK Unaudited
Kolom 2: Diisi sesuai saldo akun dalam LK Unaudited
Kolom 3: Diisi sesuai dengan akun-akun yang akan diperiksa (selain ekuitas dana)
Kolom 4: Diisi sesuai dengan nilai batas akun signifikan, yakni 50% dari PM
Kolom 5: Diisi sesuai dengan nilai saldo akun yang dianggap signifikan dalam LK Unaudited . Di dalam perhitungan akun signifikan di
atas memasukkan juga diantaranya akun Kas di Bendahara Pengeluaran dan Kas di Bendahara Penerimaan serta akun lainnya yang
signifikan "by nature "

Kolom 6: Diisi alokasi PM dalam perhitungan TM masing-masing akun berdasarkan proporsinya, dengan pertimbangan profesional
lainnya. Misalnya, TM untuk akun Kas dibatasi sampai dengan jumlah yang sangat minimal (sebesar nilai pembukaan rekening di bank)
dikarenakan sifatnya yang sangat berisiko "by nature ". Selain itu, untuk akun-akun dalam LRA dan LO yang sama (serupa), maka
dengan pertimbangan konservatif dapat dialokasikan nilai TM yang terkecil.

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 2


Indeks KKP No. :

Pemeriksaan atas Laporan Keuangan


Pemerintah
Tahun Kota200X-1
200X dan ABC Disusun/Tgl :
Badan Pemeriksa Keuangan Direview/Tgl :
Republik Indonesia Disetujui/Tgl :

Worksheet Perhitungan Salah Saji yang Dapat Ditoleransi (TM)

Perhitungan PM
Jumlah yang Mendasari (Total Realisasi 2.473.490.609.437,00
Belanja)
Tingkat Materialitas 3,50%
Planning Materiality (PM) 86.572.171.330,30

Keterangan Perhitungan TM untuk Akun-akun


Pengujian Akun Signifikan (> 50% dari PM) dan Pertimbangan Lain Alokasi TM
yang sama pada LRA dan LO
Nilai dalam Laporan Akun-akun yang
Uraian (akun) (Uraian pertimbangan
Keuangan diaudit (dengan rumus)
Batas Akun Signifikan Kualitatif)
Nilai Akun Signifikan Pertimbangan Kualitatif dan pertimbangan LO LRA
(50% PM)
lain
1 2 3 4 5 6 7 8

LAPORAN OPERASIONAL

KEGIATAN OPERASIONAL
PENDAPATAN
PENDAPATAN ASLI DAERAH
Pendapatan Pajak Daerah 735.254.951.590,00 735.254.951.590,00 43.286.085.665,15 735.254.951.590,00 10.051.800.167,92 11.829.661.860,56 10.051.800.167,92
Pendapatan Retribusi Daerah 103.248.367.515,00 103.248.367.515,00 43.286.085.665,15 103.248.367.515,00 1.511.134.337,25 1.661.183.338,81 1.511.134.337,25
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan 7.862.169.853,00 7.862.169.853,00 43.286.085.665,15 - - - -
Daerah yang Dipisahkan
Pendapatan Asli Daerah Lainnya 149.576.802.039,00 149.576.802.039,00 43.286.085.665,15 149.576.802.039,00 1.937.339.245,98 2.406.570.654,82 1.937.339.245,98
Jumlah Pendapatan Asli Daerah (4 S.D 7) 995.942.290.997,00

PENDAPATAN TRANSFER
TRANSFER PEMERINTAH PUSAT-DANA
PERIMBANGAN
Dana Bagi Hasil Pajak 120.223.608.244,00 120.223.608.244,00 43.286.085.665,15 120.223.608.244,00 a) Akun dana perimbangan 500.000,00 500.000,00 500.000,00
Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam 1.878.324.513,00 1.878.324.513,00 43.286.085.665,15 1.878.324.513,00 menjadi perhatian 500.000,00 500.000,00 500.000,00
Dana Alokasi Umum 1.054.002.569.000,00 1.054.002.569.000,00 43.286.085.665,15 1.054.002.569.000,00 b) Besaran penerimaan 500.000,00 500.000,00 500.000,00
Dana Alokasi Khusus 14.993.022.000,00 14.993.022.000,00 43.286.085.665,15 14.993.022.000,00 ditetapkan dengan regulasi 500.000,00 500.000,00 500.000,00
tertentu
c) Pengujian relatif mudah
Jumlah Pendapatan Transfer Dana 1.191.097.523.757,00
Perimbangan (12 + 15)

TRANSFER PEMERINTAH PUSAT LAINNYA

Dana Otonomi Khusus -


Dana Penyesuaian 266.894.650.000,00 266.894.650.000,00 43.286.085.665,15 266.894.650.000,00 500.000,00 500.000,00 500.000,00
Jumlah Pendapatan Transfer Lainnya (19 + 266.894.650.000,00
20)

TRANSFER PEMERINTAH PROVINSI


Pendapatan Bagi Hasil Pajak 329.977.231.976,00 329.977.231.976,00 43.286.085.665,15 329.977.231.976,00 4.851.285.664,20 5.309.068.735,30 4.851.285.664,20
Pendapatan Bagi Hasil Lainnya - - 43.286.085.665,15 -
Jumlah Pendapatan Transfer Pemerintah 329.977.231.976,00
Provinsi (24 + 25)
Jumlah Pendapatan Transfer (16 + 21 + 26) 1.787.969.405.733,00

LAIN LAIN PENDAPATAN YANG SAH


Pendapatan Hibah - - 43.286.085.665,15 - -
Pendapatan Hibah Aset 47.770.317.510,00 47.770.317.510,00 43.286.085.665,15 47.770.317.510,00 768.586.055,62
Pendapatan Dana Darurat - - 43.286.085.665,15 - -
Pendapatan Dana BOS 97.076.605.014,00 97.076.605.014,00 43.286.085.665,15 97.076.605.014,00 1.561.884.635,26
Pendapatan Lainnya 82.682.010.621,00 82.682.010.621,00 43.286.085.665,15 82.682.010.621,00 1.215.580.997,55 1.330.287.168,39 1.215.580.997,55
Jumlah Lain-lain Pendapatan yang Sah (30 227.528.933.145,00
S.D 34)

Jumlah Pendapatan (8 + 27 + 35) 3.011.440.629.875,00

BEBAN
Beban Pegawai 1.293.506.353.307,00 1.293.506.353.307,00 43.286.085.665,15 1.293.506.353.307,00 18.978.363.300,20 20.811.478.713,64 18.978.363.300,20
Beban Persediaan 215.591.805.185,00 215.591.805.185,00 43.286.085.665,15 215.591.805.185,00 3.468.699.054,30
Beban Jasa 218.830.676.896,00 218.830.676.896,00 43.286.085.665,15 218.830.676.896,00 3.520.809.899,75
Beban Pemeliharaan 58.266.171.067,00 58.266.171.067,00 43.286.085.665,15 58.266.171.067,00 937.455.912,59
Beban Perjalanan Dinas 41.554.300.158,00 41.554.300.158,00 43.286.085.665,15 - -
Beban Bunga 253.270.899,00 253.270.899,00 43.286.085.665,15 - - -
Beban Subsidi - - 43.286.085.665,15 - - -
Beban Hibah 41.621.315.866,00 41.621.315.866,00 43.286.085.665,15 - - -
Beban Bantuan Sosial 2.731.600.000,00 2.731.600.000,00 43.286.085.665,15 - - -
Beban Bantuan Keuangan 788.567.000,00 788.567.000,00 43.286.085.665,15 - - -
Beban Penyusutan 451.136.318.529,00 451.136.318.529,00 43.286.085.665,15 451.136.318.529,00 7.258.421.163,54
Beban Penyisihan Piutang 53.086.103.433,00 53.086.103.433,00 43.286.085.665,15 53.086.103.433,00 854.112.783,26
Beban Kerugian Investasi Non Permanen - 43.286.085.665,15 - -
Beban Transfer 1.044.000,00 1.044.000,00 43.286.085.665,15 - -
Beban Penghapusan Aset - 43.286.085.665,15 - -
Beban Hibah Aset 738.891.572,00 738.891.572,00 43.286.085.665,15 - -
Beban Lain-lain 1.167.404.129,00 1.167.404.129,00 43.286.085.665,15 - -
Beban Dana BOS 86.768.024.408,00 86.768.024.408,00 43.286.085.665,15 86.768.024.408,00 1.396.027.849,71
JUMLAH BEBAN (40 + 57) 2.466.041.846.449,00

SURPLUS/DEFISIT DARI OPERASI (37 + 58) 545.398.783.426,00

SURPLUS/DEFISIT DARI KEGIATAN NON


OPERASIONAL
Surplus Penjualan Aset Nonlancar - - 43.286.085.665,15 - -
Surplus Penyelesaian Kewajiban Jangka - - 43.286.085.665,15 - -
Panjang
Defisit Penjualan Aset Nonlancar - - 43.286.085.665,15 - -
Defisit Penyelesaian Kewajiban Jangka Panjang - - 43.286.085.665,15 - -

Surplus/Defisit dari Kegiatan Non Operasional 2.500,00 2.500,00 43.286.085.665,15 - -


Lainnya
JUMLAH SURPLUS/DEFISIT DARI 2.500,00
KEGIATAN NON OPERASIONAL (63 S.D 67)

SURPLUS/DEFISIT SEBELUM POS LUAR 545.398.785.926,00


BIASA (61 + 68)

POS LUAR BIASA


Pendapatan Luar Biasa - - 43.286.085.665,15 - -
Beban Luar Biasa - - 43.286.085.665,15 - -
JUMLAH POS LUAR BIASA (73 - 74) -

SURPLUS/DEFISIT- LO (70 +75) 545.398.785.926,00

Jumlah 5.477.482.478.824,00 5.380.763.912.847,00 58.314.001.067,13

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 1


1 2 3 4 5 6 7 8

LAPORAN OPERASIONAL

Cara Pengisian:
Kolom 1: Diisi sesuai nama akun sesuai dengan LK Unaudited
Kolom 2: Diisi sesuai saldo akun dalam LK Unaudited
Kolom 3: Diisi sesuai dengan akun-akun yang akan diperiksa (selain ekuitas dana)
Kolom 4: Diisi sesuai dengan nilai batas akun signifikan, yakni 50% dari PM

Kolom 5: Diisi sesuai dengan nilai saldo akun yang dianggap signifikan dalam LK Unaudited . Di dalam perhitungan akun signifikan di
atas memasukkan juga diantaranya akun Kas di Bendahara Pengeluaran dan Kas di Bendahara Penerimaan serta akun lainnya
yang signifikan "by nature "
Kolom 6: Diisi alokasi PM dalam perhitungan TM masing-masing akun berdasarkan proporsinya, dengan pertimbangan profesional
lainnya. Misalnya, TM untuk akun Kas dibatasi sampai dengan jumlah yang sangat minimal (sebesar nilai pembukaan rekening di
bank) dikarenakan sifatnya yang sangat berisiko "by nature ". Selain itu, untuk akun-akun dalam LRA dan LO yang sama (serupa),
maka dengan pertimbangan konservatif dapat dialokasikan nilai TM yang terkecil.

Kolom 7: Diisi dengan uraian pertimbangan kualitatif dalam menentukan nilai TM.

WAKIL KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA, REPUBLIK INDONESIA,

AGUS JOKO PRAMONO AGUNG FIRMAN SAMPURNA

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 2


LAMPIRAN IV.3 : KEPUTUSAN BPK-RI
NOMOR : /K/I-XIII.2/ /2020
TANGGAL : 2020

Pemeriksaan atas LKPD ............(1) Indeks KKP : (3)


Tahun ………….(2) Dibuat oleh : (4)

Direviu oleh : (5)


BPK RI Contoh Penetapan Nilai Risiko Untuk Penilaian Disetujui oleh : (6)
Rate PM yang Direvisi

No. Faktor-Faktor Kriteria Skor Pertimbangan Skor


yang Penilaian Kualitatif/Kondisi Penilaian
Mempengaruhi Saat yang Ditemukan pada Setelah
Perencanaan Saat Pemeriksaan Direvisi
Pemeriksaan Terinci
1 Opini terakhir Skor 3 jika opini tahun 3 Tetap 3
tahun sebelumnya sebelumnya WTP, skor 2
jika opini tahun sebelumnya
WDP, dan skor 1 jika opini
tahun sebelumnya TW atau
TMP
2 Hasil pemeriksaan Semakin banyak 2 Dari hasil pemeriksaan 1
tahun anggaran permasalahan signifikan terinci, pemeriksa
yang diperiksa yang ditemukan BPK dalam menemukan:
pemeriksaan sebelumnya, 1. Belanja Fiktif yang
baik dari pemeriksaan signifikan dan
kinerja, pemeriksaan PDTT, berdampak luas.
maupun pemeriksaan 2. Keberadaan Aset
interim/pendahuluan maka Tidak Diketahui
skor semakin kecil. (jumlah signifikan).
a. Skor 1 jika terdapat 3. Terjadi ketekoran
temuan ketidakpatuhan kas (jumlah
yang berdampak luas; signifikan).
b. Skor 2 menjadi jika
terdapat temuan
ketidakpatuhan yang
dampaknya terbatas
atau tidak dilakukan
pemeriksaan pada tahun
yang diperiksa;
c. Skor 3 jika tidak ada
temuan ketidakpatuhan
yang signifikan.
No. Faktor-Faktor Kriteria Skor Pertimbangan Skor
yang Penilaian Kualitatif/Kondisi Penilaian
Mempengaruhi Saat yang Ditemukan pada Setelah
Perencanaan Saat Pemeriksaan Direvisi
Pemeriksaan Terinci
3 Efektivitas tindak Semakin tidak efektif 2 Tidak ada 2
lanjut penyelesaian tindak lanjut, perkembangan
maka skor akan semakin penyelesaian tindak
kecil. lanjut.
a. Skor 1 jika persentase
penyelesaian
tindaklanjut atas
rekomendasi < 50%;
b. Skor 2 jika persentase
penyelesaian
tindaklanjut atas
rekomendasi >50% dan
< 75%; dan
c. Skor 3 jika persentase
penyelesaian
tindaklanjut atas
rekomendasi >75%.
4 Integritas personil Penilaian Integritas personil 2 Saat pemeriksaan 1
kunci kunci mempertimbangkan terinci diketahui
rekam jejak personil kunci, bahwa:
serta sosialisasi dan a. Banyak pejabat
penegakan peraturan entitas yang tidak
disiplin pegawai, serta ditempat dan tidak
tingkat kepedulian personil dapat menjelaskan
kunci terhadap kelancaran permasalahan
proses pemeriksaan. yang terjadi di
Semakin diragukan lingkungannya.
integritas personil kunci, b. Komitmen Kepala
maka skor akan semakin Daerah dalam
kecil. perbaikan
pengelolaan
keuangan rendah.
c. Pejabat Kunci
tidak sesuai
dengan
kompetensinya.
5 Efektivitas atas Semakin tidak efektif SPI 3 Berdasarkan hasil 2
Sistem maka skor akan semakin pengujian
Pengendalian kecil pengendalian diketahui
Intern a. Skor 1 jika SPI tidak bahwa SPI belum
efektif; sepenuhnya efektif
diimplementasikan.
No. Faktor-Faktor Kriteria Skor Pertimbangan Skor
yang Penilaian Kualitatif/Kondisi Penilaian
Mempengaruhi Saat yang Ditemukan pada Setelah
Perencanaan Saat Pemeriksaan Direvisi
Pemeriksaan Terinci
b. Skor 2 jika SPI belum
sepenuhnya efektif; dan
c. Skor 3 jika SPI telah
efektif.
6 Potensi adanya a. Skor 1 jika terdapat 2 Saat pemeriksaan 1
kecurangan informasi adanya terinci diketahui bahwa
(fraud) dalam dua potensi kecurangan banyak pejabat yang
tahun anggaran (fraud) yang merupakan terlibat kasus hukum
terakhir kasus yang ditangani yang sudah ditangani
oleh aparat penegak oleh APH.
hukum (kepolisian,
kejaksaan, KPK).
b. Skor 2 jika terdapat
informasi adanya
potensi kecurangan
(fraud), yang bersumber
dari informasi media
masa dan pengaduan
masyarakat yang dapat
dipertanggung-
jawabkan, tetapi bukan
merupakan kasus yang
ditangani oleh aparat
penegak hukum
(kepolisian, kejaksaan,
KPK).
c. Skor 3 jika tidak
terdapat informasi
adanya potensi
kecurangan (fraud), baik
yang bersumber dari
informasi media masa,
pengaduan masyarakat,
maupun kasus yang
ditangani oleh aparat
penegak hukum
(kepolisian, kejaksaan,
KPK).
Jumlah 15 10
Kesimpulan:

Berdasarkan Pertimbangan Kualitatif/Kondisi yang Ditemukan pada Saat Pemeriksaan Terinci pemeriksa
memodifikasi materialitas tingkat laporan dari 3,50% menjadi 2,00%.

Keterangan:

(1) : Diisi dengan entitas yang diperiksa.


(2) : Diisi dengan tahun yang diperiksa.
(3) : Diisi dengan nomor indeks.
(4) : Diisi dengan nama dan paraf pembuat KKP serta tanggal pembuatan KKP tersebut.
(5) : Diisi dengan nama dan paraf yang mereviu KKP serta tanggal reviu KKP tersebut.
(6) : Diisi dengan nama dan paraf yang menyetujui KKP serta tanggal persetujuan KKP tersebut.

WAKIL KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA, REPUBLIK INDONESIA,

AGUS JOKO PRAMONO AGUNG FIRMAN SAMPURNA


LAMPIRAN V.1 : KEPUTUSAN BPK-RI
NOMOR : /K/I-XIII.2/ /2020
TANGGAL : 2020
WAKIL KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA, REPUBLIK INDONESIA,

AGUS JOKO PRAMONO AGUNG FIRMAN SAMPURNA

Lampiran 5.2
LAMPIRAN V.2 : KEPUTUSAN BPK-RI
NOMOR : /K/I-XIII.2/ /2020
TANGGAL : 2020

WAKIL KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA, REPUBLIK INDONESIA,

AGUS JOKO PRAMONO AGUNG FIRMAN SAMPURNA


LAMPIRAN V.3 : KEPUTUSAN BPK-RI
NOMOR : /K/I-XIII.2/ /2020
TANGGAL : 2020
Lampiran 5.3

WAKIL KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA, REPUBLIK INDONESIA,

AGUS JOKO PRAMONO AGUNG FIRMAN SAMPURNA


LAMPIRAN VI.1 : KEPUTUSAN BPK-RI
NOMOR : /K/I-XIII.2/ /2020
TANGGAL : 2020

Matriks KKP Indeks A

INDEKS A PERENCANAAN
Judul Kertas Kerja Pemeriksaan Indeks
Surat Tugas A.1
Program Pemeriksaan A.2
Program Kerja Perorangan A.3
Indeks Kertas Kerja Pemeriksaan A.4
Struktur Organisasi Entitas A.5
Peraturan-Peraturan dan Perjanjian A.6
Peraturan Negara [UU, PP, Perpu, Kepres, Inpres, Permen, dll] A.6.1
Peraturan Daerah [Perda, SK Gubernur, dll ] A.6.2
Kontrak/Perjanjian Jangka Panjang/MOU A.6.3
Hasil Pemeriksaan BPK dan APIP Sebelumnya A.7
Pemantauan Tindak Lanjut LHP Sebelumnya A.8
Rencana Aksi Peningkatan Opini dan Pemantauannya A.9
Pemahaman Tujuan Pemeriksaan dan Harapan Penugasan A.10
Pemahaman atas Entitas A.11
Pemahaman atas Sistem Pengendalian Intern A.12
Pemahaman dan Penilaian Risiko A.13
Pemahaman dan Pengujian Teknologi Informasi A.14
Penentuan Tingkat Materialitas Awal dan Salah Saji Tertolerir A.15
[PM dan TE]
Penentuan Metode Uji Petik Pemeriksaan A.16
Laporan Keuangan Unaudited A.17
Pelaksanaan Prosedur Analitis Awal A.18
Surat Pemberitahuan Pemeriksaan dan Permintaan Data Awal A.19
Laporan Hasil Pemeriksaan Interim A.20
Risalah Komunikasi dengan Tim Pemeriksaan Sebelumnya A.21
Surat Pernyataan Gangguan Independensi A.22
Matriks KKP Indeks B

INDEKS B PELAKSANAAN
Judul Kertas Kerja Pemeriksaan Indeks
Pengujian Akun-Akun Neraca B.1
Aset Lancar B.1.1
Kas di Kas Daerah B.1.1.1
Kas di Bendahara Pengeluaran B.1.1.2
Kas di Bendahara Penerimaan B.1.1.3
Kas di BLUD B.1.1.4
Investasi Jangka Pendek B.1.1.5
Piutang B.1.1.6
Bagian Lancar Pinjaman Jangka Panjang B.1.1.7
Bagian Lancar TP TGR B.1.1.8
Persediaan B.1.1.9
Belanja Dibayar Dimuka B.1.1.10
Investasi Jangka Panjang B.1.2
Investasi Non Permanen B.1.2.1
Investasi Permanen (Penyertaan Modal Pemerintah Daerah) B.1.2.2
Aset Tetap B.1.3
Aset Tetap B.1.3.1
Dana Cadangan B.1.4
Dana Cadangan B.1.4.1
Aset Lainnya B.1.5
Aset Lainnya B.1.5.1
Kewajiban B.1.6
Kewajiban Jangka Pendek B.1.6.1
Kewajiban Jangka Panjang B.1.6.2
Pengujian Akun-Akun Laporan Realisasi Anggara (LRA) B.2
Pendapatan B.2.1
Pendapatan PAD B.2.1.1
Pendapatan Transfer Pusat B.2.1.2
Pendapatan Transfer Pusat Lainnya B.2.1.3
Pendapatan Transfer Provinsi *) B.2.1.4
INDEKS B PELAKSANAAN
Judul Kertas Kerja Pemeriksaan Indeks
Pendapatan Transfer Provinsi Lainnya *) B.2.1.5
Lain-lain Pendapatan yang Sah B.2.1.6
Belanja B.2.2
Belanja Pegawai B.2.2.1
Belanja Barang dan Jasa B.2.2.2
Belanja Bunga B.2.2.3
Belanja Subsidi B.2.2.4
Bantuan Hibah B.2.2.5
Belanja Bansos B.2.2.6
Belanja Modal B.2.2.7
Belanja Tidak Terduga B.2.2.8
Transfer B.2.3
Transfer /Bagi Hasil Pendapatan B.2.3.1
Transfer Lainnya /Bantuan Keuangan B.2.3.2
Pembiayaan B.2.4
Penerimaan Pembiayaan B.2.4.1
Pengeluaran Pembiayaan B.2.4.2
Pengujian Akun-Akun Laporan Operasional (LO) B.3
Pendapatan B.3.1
Pendapatan PAD B.3.1.1
Pendapatan Transfer Pusat B.3.1.2
Pendapatan Transfer Pusat Lainnya B.3.1.3
Pendapatan Transfer Provinsi *) B.3.1.4
Pendapatan Transfer Provinsi Lainnya *) B.3.1.5
Lain-lain Pendapatan yang Sah B.3.1.6
Beban B.3.2
Beban Pegawai B.3.2.1
Beban Persediaan B.3.2.2
Beban Jasa B.3.2.2
Beban Pemeliharaan B.3.2.3
Beban Perjalanan Dinas B.3.2.4
Beban Bunga B.3.2.4
INDEKS B PELAKSANAAN
Judul Kertas Kerja Pemeriksaan Indeks
Beban Subsidi B.3.2.5
Beban Hibah B.3.2.6
Beban Bansos B.3.2.7
Beban Bantuan Keuangan B.3.2.8
Beban Penyusutan B.3.2.9
Beban Penyisihan Piutang B.3.2.10
Beban Kerugian Investasi Non Permanen B.3.2.11

Beban Transfer B.3.2.12

Beban Penghapusan Aset B.3.2.13

Beban Hibah Aset B.3.2.14

Beban Lain-lain B.3.2.15

Beban Kerugian Investasi Non Permanen B.3.2.16

Surplus/Defisit Dari Kegiatan Non Operasional B.3.3


Pos Luar Biasa B.3.4
Ikhtisar Jurnal Koreksi B.4
Ikhtisar Jurnal Koreksi Persetujuan Pengendali Teknis B.4.1
Ikhtisar Jurnal Koreksi Persetujuan Entitas B.4.2
Worksheet Laporan Keuangan B.5
Prosedur Analitis Akhir B.6
Notulen Pertemuan Awal B.7
Berita Acara Penolakan Pemeriksaan/Pembatasan Audit B.8
Penyelesaian Penugasan & Cakupan Pemeriksaan B.9
Penyelesaian Penugasaan B.9.1
Cakupan Pemeriksaan B.9.2
Reviu Sheet KKP B.10
Konsep Temuan Pemeriksaan B.11
Surat Pengantar Penyampaian Konsep TP B.11.1
Konsep Temuan Pemeriksaan B.11.2
Risalah Diskusi TP/Notulen Pertemuan Akhir B.11.3
Daftar Konsep TP Batal B.11.4
INDEKS B PELAKSANAAN
Judul Kertas Kerja Pemeriksaan Indeks
Surat Pengantar Penyampaian TP B.11.5
Temuan Pemeriksaan [TP Final dan Komentar Instansi] B.11.6
Laporan Mingguan Pemeriksaan B.12
Laporan Akhir Pelaksanaan Pemeriksaan Lapangan (LAPPL) B.13
*) Hanya ada di Kabupaten/Kota

Matriks KKP Indeks C


Pelaporan

INDEKS C
Judul Kertas Kerja Pemeriksaan Indeks
Konsep Laporan Hasil Pemeriksaan C.1
Risalah Diskusi Penyusunan Konsep LHP C.1.1
Kertas Kerja Perumusan Opini C.1.2
Nota Penyampaian & Konsep LHP C.1.3
Analisis/reviu Konsep LHP C.1.4
Analisis/reviu Konsep LHP oleh Pengendali Teknis C.1.4.1
Analisis/reviu Konsep LHP oleh Tim Reviu C.1.4.2
Analisis/reviu Konsep LHP oleh Penanggung Jawab C.1.4.3
Laporan Kendali Pelaksanaan Laporan C.1.5
Konsep Laporan Hasil Pemeriksaan Hasil Analisis C.1.6
Surat Pengantar Penyampaian Konsep LHP kepada Entitas C.1.7
Tanggapan atas Konsep LHP oleh Pimpinan Entitas dan Rencana Aksi C.1.8
Risalah Pembahasan Konsep LHP dengan Pemberi Tugas C.1.9
Nota Penyampaikan Kembali Konsep LHP Final C.1.10
Laporan Hasil Pemeriksaan C.2
Surat Keluar LHP C.2.1
Surat Representasi Manajemen C.2.2
Laporan Hasil Pemeriksaan C.2.3
Ikhtisar Hasil Pemeriksaan [Bahan Hapsem] C.3
Matriks Hasil Pemeriksaan C.3.1
INDEKS C
Judul Kertas Kerja Pemeriksaan Indeks
Berita Acara Serah Terima KKP C.4
SPM Kinerja Pemeriksaan C.5
Kuesioner Kepuasan Pemilik Kepentingan atas Kinerja BPK terkait Hasil C. 6
Pemeriksaan.

Catatan:
Indeksasi KKP Akun dapat disesuaikan dengan Bagan Akun Standar yang berlaku pada masing-masing entitas
yang diperiksa.

WAKIL KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA, REPUBLIK INDONESIA,

AGUS JOKO PRAMONO AGUNG FIRMAN SAMPURNA


LAMPIRAN VI.2 : KEPUTUSAN BPK-RI
NOMOR : /K/I-XIII.2/ /2020
TANGGAL : 2020

Pemeriksaan Atas No. Indeks : (3)


Laporan Keuangan…..(1) Dibuat oleh : (4)
Tahun…..(2) Direviu oleh : (5)
Disetujui oleh : (6)
BPK RI

LEMBAR SAMPUL
Nama Akun : (7)
Kode Akun : (8)
Deskripsi Akun : (9)
Saldo Akun : a. saldo sebelum pemeriksaan : ....... (10)
b. penyesuaian : .......
c. saldo setelah penyesuaian : .......

(Lembar sampul merupakan kertas kerja yang berisi ringkasan hasil pemeriksaan atas akun yang
diperiksa. Lembar sampul ini dibuat setelah seluruh prosedur pemeriksaan telah dilakukan dan angka
dalam laporan keuangan sudah dinyatakan final. Lembar sampul ini diletakkan di bagian terdepan dari
setiap akun yang diperiksa, dilampiri dengan Kerta Kerja Utama, Kertas Kerja Pendukung dan Hasil
Pelaksanaan Prosedur Pemeriksaan )
1. Hasil Pemeriksaan (11)
…………………………………………………………………………………………....
……………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………(Ref:…..)
2. Simpulan (12)
…………………………………………………………………………………………....
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
Keterangan:
(1) : Diisi dengan laporan keuangan yang diperiksa.
(2) : Diisi dengan tahun yang diperiksa.
(3) : Diisi dengan nomor indeks.
(4) : Diisi dengan nama dan paraf pembuat KKP serta tanggal pembuatan KKP tersebut.
(5) : Diisi dengan nama dan paraf yang mereviu KKP serta tanggal reviu KKP tersebut.
(6) : Diisi dengan nama dan paraf yang menyetujui KKP serta tanggal persetujuan KKP
tersebut.
(7) : Diisi dengan nama akun dalam laporan keuangan yang diperiksa dan bukan kelompok
akun, contoh: kas di bendaharawan, piutang pajak, dan pendapatan pajak daerah.
(8) : Diisi dengan kode akun.
(9) : Diisi dengan keterangan singkat mengenai akun dan saldo normal akun.
(10) : Diisi dengan saldo atas akun sebelum diperiksa (unaudited), nilai koreksi atas saldo
(koreksi pemeriksaan) dan saldo akhir setelah diperiksa (audited)
(11) : Diisi dengan hasil pemeriksaan dan dilengkapi dengan referensi indeks KKP.
Pada kolom ini juga dapat diisi dengan temuan pemeriksaan yang berkaitan dengan
SPI maupun kepatuhan, yang diperoleh pada saat pemeriksaan.
(12) : Diisi dengan simpulan atas hasil pemeriksaan. Simpulan ini berisi tentang penilaian
pemeriksa atas kewajaran penyajian saldo akun dalam laporan keuangan.

WAKIL KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA, REPUBLIK INDONESIA,

AGUS JOKO PRAMONO AGUNG FIRMAN SAMPURNA


LAMPIRAN VI.3 : KEPUTUSAN BPK-RI
NOMOR : /K/I-XIII.2/ /2020
TANGGAL : 2020

Pemeriksaan Atas No. Indeks : (3)


Laporan Keuangan…..(1) Dibuat oleh : (4)
Tahun…..(2) Direviu oleh : (5)
Disetujui oleh : (6)
BPK RI

HASIL PELAKSANAAN PROSEDUR PEMERIKSAAN

Prosedur Pemeriksaan : (7)


(KKP tentang Hasil Pelaksanaan Prosedur Pelaksanaan Pemeriksaan ini berisi analisis dan kesimpulan
dari suatu prosedur pemeriksaan yang telah dilakukan oleh pemeriksa).
1. Tujuan Pemeriksaan (8)
…………………………………………………………………………………………....
……………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………(Ref:…..)
2. Hasil Pemeriksaan (9)
…………………………………………………………………………………………....
……………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………(Ref:…..)
3. Simpulan (10)
…………………………………………………………………………………………....
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
Keterangan:
(1) : Diisi dengan laporan keuangan yang diperiksa.
(2) : Diisi dengan tahun yang diperiksa.
(3) : Diisi dengan nomor indeks.
(4) : Diisi dengan nama dan paraf pembuat KKP serta tanggal pembuatan KKP tersebut.
(5) : Diisi dengan nama dan paraf yang mereviu KKP serta tanggal reviu KKP tersebut.
(6) : Diisi dengan nama dan paraf yang menyetujui KKP serta tanggal persetujuan KKP
tersebut.
(7) : Diisi dengan kode referensi silang dengan P2/PKP, sesuai dengan kode numbering
prosedur tersebut dalam P2/PKP yang dilakukan dan dianalisis pada lembar ini.
Contoh: Apabila dalam PKP, prosedur/langkah-langkah pemeriksaan ini sudah disebut,
dengan kodering 2.1 sampai dengan 2.4, maka pada kolom prosedur ini dapat ditulis
referensi silang ke PKP tersebut dengan menulis ”lihat PKP 2.1 s/d 2.4”.
(8) : Diisi dengan kode referensi silang dengan P2/PKP, sesuai dengan kode numbering
tujuan tersebut dalam P2/PKP tentang prosedur pemeriksaan yang dilakukan dan
dianalisis pada lembar ini.
(9) : Diisi dengan hasil pemeriksaan dan dilengkapi dengan referensi indeks KKP ke
dokumen pendukungnya.
(10) : Diisi dengan simpulan atas hasil pemeriksaan. Simpulan pemeriksaan ini merupakan
jawaban dari tujuan dari prosedur yang dilakukan.

WAKIL KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA, REPUBLIK INDONESIA,

AGUS JOKO PRAMONO AGUNG FIRMAN SAMPURNA


LAMPIRAN VI.4 : KEPUTUSAN BPK-RI
NOMOR : /K/I-XIII.2/ /2020
TANGGAL : 2020

Pemeriksaan Atas No. Indeks : (3)


Laporan Keuangan…..(1) Dibuat oleh : (4)
Tahun…..(2) Direviu oleh : (5)
Disetujui oleh : (6)
BPK RI

Keterangan: Digunakan untuk


Pemeriksaan Keuangan

KERTAS KERJA UTAMA

Koreksi Pemeriksa Saldo


Saldo Akun Saldo Akun
Nama Akun Kode Akun KKP Ref Jurnal Penyesuaian Jurnal Reklasifikasi setelah
Tahun X Tahun X-1
Debet Kredit Debet Kredit diperiksa
(7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16)

Keterangan:
(1) : Diisi dengan nama entitas yang diperiksa.
(2) : Diisi dengan tahun laporan keuangan yang diperiksa.
(3) : Diisi dengan nomor indeks.
(4)-(6) : Diisi dengan nama dan paraf pemeriksa yang membuat, yang mereviu dan yang menyetujui
KKP disertai dengan tanggal pelaksanaan kegiatan tersebut.
(7) : Diisi dengan nama akun dalam laporan keuangan yang diperiksa dan bukan kelompok akun,
contoh: kas di bendaharawan, piutang pajak, dan pendapatan pajak daerah.
(8) : Diisi dengan kode akun.
(9) : Diisi dengan referensi indeks KKP.
(10) : Diisi dengan saldo akun tahun berjalan yang belum diperiksa (unaudited current year balance).
(11), (12) : Diisi dengan jurnal koreksi penyesuaian hasil pemeriksaan (adjustment journal entries).
(13), (14) : Diisi dengan jurnal koreksi reklasifikasi hasil pemeriksaan (reclassification journal entries).
(15) : Diisi dengan saldo akhir setelah diperiksa (audited balance).
(16) : Diisi dengan saldo akun yang telah diperiksa tahun sebelumnya (prior year audited balance).

WAKIL KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA, REPUBLIK INDONESIA,

AGUS JOKO PRAMONO AGUNG FIRMAN SAMPURNA


LAMPIRAN VI.5 : KEPUTUSAN BPK-RI
NOMOR : /K/I-XIII.2/ /2020
TANGGAL : 2020

Pemeriksaan Atas No. Indeks : (3)


Laporan Keuangan…..(1) Dibuat oleh : (4)
Tahun…..(2) Direviu oleh : (5)
Disetujui oleh : (6)
BPK RI

Keterangan: Digunakan untuk


Pemeriksaan Keuangan

KERTAS KERJA PENDUKUNG

Nama Akun : (7)


Kelompok Akun : (8)
Saldo Akun : (9)

Koreksi Pemeriksa
Saldo Saldo setelah
Uraian Kode Akun Jurnal Penyesuaian Jurnal Reklasifikasi KKP Ref
Tahun Berjalan diperiksa
Debet Kredit Debet Kredit
(10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19)
Kantor Pusat …………………...
…………………...
Total Kantor Pusat …………………...

Kantor Perwakilan …………………...


…………………...
…………………...
Total Kantor Perwakilan …………………...
(10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19)
Total Kantor Pusat dan Kantor …………………...
Perwakilan
Saldo per buku …………………...
Selisih …………………...
(dalam rupiah)
Selisih …………………...
(dalam Persen)
Penjelasan selisih : (20)
Kesimpulan : (21)

Keterangan:
(1) : Diisi dengan laporan keuangan yang diperiksa.
(2) : Diisi dengan tahun yang diperiksa.
(3) : Diisi dengan nomor indeks.
(4) : Diisi dengan nama dan paraf pembuat KKP serta tanggal pembuatan KKP tersebut.
(5) : Diisi dengan nama dan paraf yang mereviu KKP serta tanggal reviu KKP tersebut.
(6) : Diisi dengan nama dan paraf yang menyetujui KKP serta tanggal persetujuan KKP tersebut.
(7) : Diisi dengan nama akun dalam laporan keuangan yang diperiksa dan bukan kelompok akun,
contoh: kas di bendaharawan, piutang pajak, dan pendapatan pajak daerah.
(8) : Diisi dengan kelompok akun, misalnya kelompok akun Kas, Aset Tetap, dan sebagainya.
(9) : Diisi dengan saldo akun tahun yang diperiksa.

Cukup jelas
(10) :
(11) : Diisi dengan rincian dari akun (sub akun).
(12) : Diisi dengan kode tiap rincian dari sub akun.
(13) : Diisi dengan saldo tahun berjalan yang belum diperiksa.
(14)-(15) : Diisi dengan nilai jurnal penyesuaian pemeriksaan.
(16)-(17) : Diisi dengan nilai jurnal reklasifikasi pemeriksaan.
(18) : Diisi dengan saldo akhir setelah koreksi pemeriksaan.
(19) : Diisi dengan referensi indeks KKP atas kertas kerja pendukung yang lebih rinci.
(20) : Diisi dengan penjelasan pemeriksa atas selisih yang ditemukan berdasarkan hasil analisisnya
(bila ada).
(21) : Diisi dengan kesimpulan pemeriksa tentang akun ini, berdasarkan hasil pemeriksaannya.

WAKIL KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA, REPUBLIK INDONESIA,

AGUS JOKO PRAMONO AGUNG FIRMAN SAMPURNA


LAMPIRAN VI.6 : KEPUTUSAN BPK-RI
NOMOR : /K/I-XIII.2/ /2020
TANGGAL : 2020

Pemeriksaan Atas
.....…..
Tahun…..

BPK RI

LEMBAR REVIU KKP (Review Sheet)

Objek Pemeriksaan
:
Nama Reviewer
:
Jabatan dalam ST
:
Prosedur yang di-reviu*
: 1. Perencanaan

2. Pelaksanaan

3. Pelaporan
*diisi dengan prosedur pemeriksaan yang di-reviu serta diberikan tickmark jika sudah di-reviu

No. Deskripsi Kegiatan** Hasil Reviu Tanggal Paraf

** diisi tahapan dari prosedur pemeriksaan yang di-reviu

WAKIL KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA, REPUBLIK INDONESIA,

AGUS JOKO PRAMONO AGUNG FIRMAN SAMPURNA


LAMPIRAN VI.7 : KEPUTUSAN BPK-RI
NOMOR : /K/I-XIII.2/ /2020
TANGGAL : 2020

Pemeriksaan Atas
.....…..
Tahun…..

BPK RI

DAFTAR ISI KKP

KKP Indeks A
Dokumen-dokumen yang dikelompokkan dalam KKP Indeks A:

Index Judul Kertas Kerja Pemeriksaan


A.1 Surat Tugas
A.2 Program Pemeriksaan
A.3.1 Program Kerja Perorangan – A
A.3.2 Program Kerja Perorangan – B

Dan seterusnya

Keterangan:
1. Untuk daftar isi yang dilekatkan pada ordner /map, daftar isi KKP ini diletakkan di bagian dalam
sampul ordner/map. Isi KKP dalam daftar isi ini harus sesuai dengan setiap judul KKP yang
dikelompokkan dalam kelompok KKP ini.
2. Untuk daftar isi yang dilekatkan pada kardus, daftar isi KKP ini diletakkan pada bagian samping
kardus. Isi KKP dalam daftar isi cukup diisi dengan jenis/kelompok akun yang diperiksa, untuk
pemeriksaan keuangan, atau jenis area kunci/objek tertentu untuk pemeriksaan kinerja atau PDTT.

WAKIL KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA, REPUBLIK INDONESIA,

AGUS JOKO PRAMONO AGUNG FIRMAN SAMPURNA


LAMPIRAN VI.8 : KEPUTUSAN BPK-RI
NOMOR : /K/I-XIII.2/ /2020
TANGGAL : 2020

Pemeriksaan Atas
.....…..
Tahun…..

BPK RI

BERITA ACARA SERAH TERIMA


KERTAS KERJA PEMERIKSAAN BPK
Pada hari ini, ............ tanggal ............. kami menyerahkan berkas-berkas KKP yang sudah diberi nomor
kode indeks dan direviu secara berjenjang, kami nyatakan telah sesuai standar yang diatur dalam
pedoman pemeriksaan BPK.

Pihak yang menyerahkan :


Nama : _________________
NIP : _________________
Jabatan : Ketua Tim Pemeriksaan

Pihak yang menerima :


Nama : _________________
NIP : _________________
Jabatan: Kasubaud.......................

Pihak yang Menerima Pihak yang Menyerahkan

_________________ __________________
NIP. NIP.

Keterangan:
Berita Acara Penyerahan KKP ini sebaiknya dilampiri dengan Daftar Indeks KKP yang berisi tentang
seluruh isi KKP yang diserahterimakan beserta indeksasinya.

WAKIL KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA, REPUBLIK INDONESIA,

AGUS JOKO PRAMONO AGUNG FIRMAN SAMPURNA


LAMPIRAN VII.1 : KEPUTUSAN BPK-RI
NOMOR : /K/I-XIII.2/ /2020
TANGGAL : 2020

FORMAT MATRIKS TEMUAN PEMERIKSAAN

Matriks Temuan Pemeriksaan


Jenis Pemeriksaan : Pemeriksaan Laporan Keuangan Daerah Dibuat oleh :
Entitas : Pemerintah Kabupaten X Direviu oleh :
Tahun Anggaran : 20xx Disetujui oleh :

No Judul Akibat Sebab Rekomendasi


1

WAKIL KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA, REPUBLIK INDONESIA,

AGUS JOKO PRAMONO AGUNG FIRMAN SAMPURNA


LAMPIRAN VII.2 : KEPUTUSAN BPK-RI
NOMOR : /K/I-XIII.2/ /2020
TANGGAL : 2020

KRITERIA YANG SERING DIGUNAKAN


DALAM PEMERIKSAAN LKPD
1. Undang-Undang
a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
b. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;
c. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan atas
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara;
d. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah; dan
e. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah.

2. Peraturan Pemerintah
a. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum sebagaimana telah diubah terakhir
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2012 tentang Perubahan
atas Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum;
b. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang
Milik Negara/Daerah;
c. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang
Negara/Daerah;
d. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan;
e. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2018 tentang Pinjaman Daerah;
dan
f. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah.

3. Peraturan Presiden
Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah.

4. Peraturan Menteri Dalam Negeri


a. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dua kali terakhir
dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang
Perubahan Kedua atas Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;
b. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 55 Tahun 2008 tentang Tata Cara
Penatausahaan dan Penyusunan Laporan Pertanggungjawaban
Bendahara serta Penyampaiannya;
c. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman
Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang Bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali
terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2018
tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32
Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang
Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;
d. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2013 tentang Penerapan
Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual Pada Pemerintah
Daerah;
e. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 tentang Pedoman
Pengelolaan Barang Milik Daerah; dan
f. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 79 Tahun 2018 tentang Badan
Layanan Umum Daerah.

5. Penjelasan Teknis Standar Akuntansi Pemerintahan


a. Buletin Teknis SAP (No. 1 s.d. No. 24); dan
b. Interpretasi SAP (No. 1 s.d. No. 4).

WAKIL KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA, REPUBLIK INDONESIA,

AGUS JOKO PRAMONO AGUNG FIRMAN SAMPURNA


LAMPIRAN VII.3 : KEPUTUSAN BPK-RI
NOMOR : /K/I-XIII.2/ /2020
TANGGAL : 2020

JENIS TEMUAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN

No. Jenis Temuan Contoh Temuan

I Kelemahan sistem 1 Pencatatan tidak/belum dilakukan atau


pengendalian akuntansi tidak akurat
dan pelaporan
2 Proses penyusunan laporan tidak
sesuai ketentuan

3 Entitas terlambat menyampaikan


laporan

4 Sistem Informasi Akuntansi dan


Pelaporan tidak memadai

5 Sistem Informasi Akuntansi dan


Pelaporan belum didukung SDM yang
memadai

II Kelemahan sistem 1 Perencanaan kegiatan tidak memadai


pengendalian
pelaksanaan anggaran 2 Mekanisme pemungutan, penyetoran
pendapatan dan belanja dan pelaporan serta penggunaan
penerimaan
negara/daerah/perusahaan dan hibah
tidak sesuai ketentuan

3 Penyimpangan terhadap peraturan


perundang-undangan bidang teknis
tertentu atau ketentuan intern
organisasi yang diperiksa tentang
pendapatan dan belanja

4 Pelaksanaan belanja di luar


mekanisme APBN/APBD

5 Penetapan/pelaksanaan kebijakan
tidak tepat atau belum dilakukan
berakibat hilangnya potensi
penerimaan/pendapatan

6 Penetapan/pelaksanaan kebijakan
tidak tepat atau belum dilakukan
berakibat peningkatan biaya/belanja

7 Kelemahan pengelolaan fisik aset


No. Jenis Temuan Contoh Temuan

III Kelemahan struktur 1 Entitas tidak memiliki SOP yang formal


pengendalian intern untuk suatu prosedur atau
keseluruhan prosedur

2 SOP yang ada pada entitas tidak


berjalan secara optimal atau tidak
ditaati

3 Entitas tidak memiliki Satuan


Pengawas Intern

4 Satuan Pengawas Intern yang ada


tidak memadai atau tidak berjalan
optimal

5 Tidak ada pemisahan tugas dan fungsi


yang memadai

WAKIL KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA, REPUBLIK INDONESIA,

AGUS JOKO PRAMONO AGUNG FIRMAN SAMPURNA


LAMPIRAN VII.4 : KEPUTUSAN BPK-RI
NOMOR : /K/I-XIII.2/ /2020
TANGGAL : 2020

JENIS TEMUAN KEPATUHAN


TERHADAP PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

No. Jenis Temuan Contoh Temuan


I Kerugian 1 Belanja atau pengadaan barang/jasa
Negara/Daerah/Perusahaan fiktif
2 Rekanan pengadaan barang/jasa
tidak menyelesaikan pekerjaan
3 Kekurangan volume pekerjaan
dan/atau barang
4 Kelebihan pembayaran selain
kekurangan volume pekerjaan
dan/atau barang
5 Pemahalan harga (mark up)
6 Penggunaan uang/barang untuk
kepentingan pribadi
7 Pembayaran honorarium dan/atau
biaya perjalanan dinas ganda
dan/atau melebihi standar yang
ditetapkan
8 Spesifikasi barang/jasa yang
diterima tidak sesuai dengan kontrak
9 Belanja tidak sesuai atau melebihi
ketentuan
10 Pengembalian pinjaman/piutang
atau dana bergulir macet
11 Kelebihan penetapan dan
pembayaran restitusi pajak atau
penetapan kompensasi kerugian
12 Penjualan/pertukaran/penghapusan
aset negara/daerah tidak sesuai
ketentuan dan merugikan
negara/daerah
13 Pengenaan ganti kerugian negara
belum/tidak dilaksanakan sesuai
ketentuan
14 Entitas belum/tidak melaksanakan
tuntutan perbendaharaan sesuai
ketentuan
15 Penghapusan hak tagih tidak sesuai
ketentuan
16 Pelanggaran ketentuan pemberian
diskon penjualan
No. Jenis Temuan Contoh Temuan
17 Penentuan HPP terlalu rendah
sehingga penentuan harga jual lebih
rendah dari yang seharusnya
18 Jaminan pelaksanaan dalam
pelaksanaan pekerjaan,
pemanfaatan barang, dan
pemberian fasilitas tidak dapat
dicairkan
19 Penyetoran penerimaan
negara/daerah dengan bukti fiktif

II Potensi kerugian 1 Kelebihan pembayaran dalam


Negara/Daerah/Perusahaan pengadaan barang/jasa tetapi
pembayaran pekerjaan belum
dilakukan sebagian atau seluruhnya
2 Rekanan belum melaksanakan
kewajiban pemeliharaan barang
hasil pengadaan yang telah rusak
selama masa pemeliharaan
3 Aset dikuasai pihak lain
4 Pembelian aset yang berstatus
sengketa
5 Aset tidak diketahui keberadaannya
6 Pemberian jaminan dalam
pelaksanaan pekerjaan,
pemanfaatan barang dan pemberian
fasilitas tidak sesuai ketentuan
7 Pihak ketiga belum melaksanakan
kewajiban untuk menyerahkan aset
kepada negara/daerah
8 Piutang/pinjaman atau dana bergulir
yang berpotensi tidak tertagih
9 Penghapusan piutang tidak sesuai
ketentuan
10 Pencairan anggaran pada akhir
tahun anggaran untuk pekerjaan
yang belum selesai

III Kekurangan Penerimaan 1 Penerimaan negara/daerah atau


denda keterlambatan pekerjaan
belum/tidak ditetapkan
dipungut/diterima/disetor ke kas
negara/daerah atau perusahaan
milik negara/daerah
No. Jenis Temuan Contoh Temuan
2 Penggunaan langsung penerimaan
negara/daerah
3 Dana Perimbangan yang telah
ditetapkan belum masuk ke kas
daerah
4 Penerimaan negara/daerah diterima
atau digunakan oleh instansi yang
tidak berhak
5 Pengenaan tarif pajak/PNBP lebih
rendah dari ketentuan
6 Koreksi perhitungan bagi hasil
dengan KKKS
7 Kelebihan pembayaran subsidi oleh
pemerintah

IV Administrasi 1 Pertanggungjawaban tidak


akuntabel (bukti tidak lengkap/tidak
valid)
2 Pekerjaan dilaksanakan mendahului
kontrak atau penetapan anggaran
3 Proses pengadaan barang/jasa tidak
sesuai ketentuan (tidak
menimbulkan kerugian negara)
4 Pemecahan kontrak untuk
menghindari pelelangan
5 Pelaksanaan lelang secara proforma
6 Penyimpangan terhadap peraturan
per-UU-an bidang pengelolaan
perlengkapan atau barang milik
negara/daerah/perusahaan
7 Penyimpangan terhadap peraturan
perundang-undangan bidang
tertentu lainnya seperti kehutanan,
pertambangan, perpajakan, dll.
8 Koreksi perhitungan
susbsidi/kewajiban pelayanan umum
9 Pembentukan cadangan piutang,
perhitungan penyusutan atau
amortisasi tidak sesuai ketentuan
10 Penyetoran penerimaan
negara/daerah atau kas di
bendaharawan ke Kas
negara/daerah melebihi batas waktu
yang ditentukan
No. Jenis Temuan Contoh Temuan
11 Pertanggungjawaban/penyetoran
uang persediaan melebihi batas
waktu yang ditentukan
12 Sisa kas di bendahara pengeluaran
akhir Tahun Anggaran belum/tidak
disetor ke kas negara/daerah
13 Pengeluaran investasi pemerintah
tidak didukung bukti yang sah
14 Kepemilikan aset tidak/belum
didukung bukti yang sah
15 Pengalihan anggaran antar-MAK
tidak sah
16 Pelampauan pagu anggaran

V Indikasi tindak pidana 1 Melawan hukum atau


korupsi menyalahgunakan kewenangan dan
dapat merugikan keuangan negara
2 Suap-menyuap
3 Penggelapan dalam jabatan
4 Pemerasan oleh pegawai negeri
5 Perbuatan curang dalam proses
pengadaan barang/jasa
6 Benturan kepentingan dalam proses
pengadaan barang/jasa
7 Gratifikasi

WAKIL KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA, REPUBLIK INDONESIA,

AGUS JOKO PRAMONO AGUNG FIRMAN SAMPURNA


LAMPIRAN VII.5 : KEPUTUSAN BPK-RI
NOMOR : /K/I-XIII.2/ /2020
TANGGAL : 2020

PENGINTEGRASIAN PEMERIKSAAN KINERJA DAN PDTT


DENGAN PEMERIKSAAN LKPD

Salah satu strategi pada tahap perencanaan pemeriksaan keuangan, adalah


“mempertimbangkan hasil dan pengetahuan yang diperoleh dari pemeriksaan kinerja
dan kegiatan pemeriksaan lain yang relevan dengan entitas yang diperiksa, termasuk
implikasi dari rekomendasi yang signifikan dan tindak lanjut hasil pemeriksaan sebelumnya”.

Lampiran ini mengatur bagaimana pemeriksa memperoleh informasi dari hasil pemeriksaan
kinerja maupun PDTT dalam menentukan area risiko yang mendukung pemeriksaan
keuangan untuk memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan secara
keseluruhan bebas dari salah saji material dan sesuai dengan kerangka pelaporan
keuangan yang berlaku.

A. Pengertian
Integrasi merupakan pembauran menjadi kesatuan yang utuh atau bulat. Dalam
konteks pemeriksaan LKPD, integrasi adalah menyatukan hasil Pemeriksaan Kinerja
dan PDTT dalam Pemeriksaan LKPD untuk mencapai tujuan pemeriksaan keuangan.
Integrasi yang dimaksud terbatas pada temuan-temuan pemeriksaan yang
mempengaruhi asersi manajemen, yaitu keterjadian, keberadaan, kelengkapan,
penilaian, hak dan kewajiban, serta penyajian dan pengungkapan.

B. Tahapan Kegiatan
Kegiatan integrasi dilakukan pada tahap perencanaan pemeriksaan. Kegiatan
tersebut meliputi Panduan Umum dan Panduan Khusus.

1. Panduan Umum

Kegiatan pada tahap ini bersifat umum, yaitu beberapa rangkaian kegiatan, yaitu.

a. Pemeriksa harus memperoleh hasil pemeriksaan kinerja dan PDTT yang


dilaksanakan pada TA yang diperiksa.

b. Pemeriksa harus mengidentifikasikan temuan-temuan pemeriksaan signifikan


(temuan SPI maupun temuan kepatuhan) yang dapat mempengaruhi asersi
manajemen. Pertimbangan signifikansi temuan pemeriksaan sebelumnya
tergantung pada tingkat materialitas pada masing-masing LK yang diperiksa.
c. Pemeriksa harus mengidentifikasikan tindak lanjut atas rekomendasi terkait
temuan pemeriksaan sebagaimana pada poin 2.

2. Panduan Khusus

Kegiatan integrasi pada tahap ini meliputi kegiatan yang bersifat khusus, yaitu.

a. Apabila terdapat temuan Pemeriksaan Kinerja dan PDTT yang mempengaruhi


asersi manajemen dan sudah ditindaklanjuti entitas yang diperiksa,
pemeriksa harus mengidentifikasikan apakah tindak lanjut tersebut telah
mengoreksi laporan keuangan yang diperiksa.
• Jika laporan keuangan sudah dikoreksi, pemeriksa tidak perlu
mengungkapkan dalam LHP Laporan Keuangan.
• Jika laporan keuangan belum dikoreksi, pemeriksa harus mengajukan
usulan koreksi kepada entitas yang diperiksa.

b. Apabila terdapat temuan pemeriksaan kinerja dan PDTT yang mempengaruhi


asersi manajemen dan belum selesai ditindaklanjuti entitas yang diperiksa,
pemeriksa harus melaksanakan langkah-langkah berikut ini.

1) Kondisi 1: Pemeriksa tidak menambah sampel pemeriksaan


a) Pemeriksa harus menguji kecukupan bukti yang mendukung temuan
pemeriksaan tersebut dalam rangka pemeriksaan laporan keuangan.
Apabila masih memerlukan bukti pendukung tambahan, pemeriksa harus
melaksanakan prosedur pemeriksaan tambahan untuk memperoleh bukti
tambahan atas temuan pemeriksaan tersebut.

b) Apabila temuan pemeriksaan telah didukung dengan bukti yang memadai,


baik melalui pemeriksaan sebelumnya atau prosedur pemeriksaan
tambahan, pemeriksa harus menyusun temuan pemeriksaan dalam rangka
pemeriksaan laporan keuangan. Temuan dapat berupa temuan SPI
maupun temuan kepatuhan.
c) Dalam menyusun temuan pemeriksaan dalam rangka pemeriksaan laporan
keuangan, pemeriksa harus mengacu pada LHP Kinerja/PDTT terkait dan
menganalisis dampaknya terhadap kewajaran laporan keuangan yang
diperiksa.

d) Pemeriksa tidak perlu membuat rekomendasi tambahan dalam hasil


pemeriksaan laporan keuangan.
Contoh penyajian 1:
Judul Temuan
Dalam LHP Nomor …… tanggal ... Desember 2014 mengenai [diisi pemeriksaan yang
dilakukan – misalnya: Pemeriksaan atas Belanja Modal Pemda ABC Tahun 2014], BPK
telah mengungkapkan adanya kekurangan volume atas beberapa pelaksanaan pengadaan
barang dan jasa sebagai berikut: [diuraikan sesuai kondisi yang ditemukan sesuai LHP
yang direfer, misalnya sebagai berikut].
a. Pemeriksaan dilakukan terhadap 50 kontrak pengadaan barang dengan nilai kontrak
sebesar Rp…. atas realisasi Belanja Modal Tahun 2014;
b. Terdapat kekurangan volume senilai Rp…. pada 30 kontrak pengadaan barang senilai
Rp…..
Kondisi tersebut tidak sesuai dengan [sebutkan kriteria yang dilanggar sesuai LHP yang
direfer].
Kondisi tersebut mengakibatkan [sebutkan akibat sesuai LHP yang direfer].
Kondisi tersebut terjadi karena [sebutkan sebab sesuai LHP yang direfer].
BPK telah merekomendasikan agar Kepala Daerah …… untuk ……… [sebutkan
rekomendasi sesuai LHP yang direfer].
Pemda ABC sampai dengan pemeriksaan LKPD berakhir belum menindaklanjuti
rekomendasi BPK tersebut sehingga mengakibatkan [sebutkan akibat belum
ditindaklanjutinya rekomendasi BPK tersebut terhadap kewajaran laporan keuangan].

2) Kondisi 2: Pemeriksa menambah sampel pemeriksaan


a) Pemeriksa melaksanakan langkah 1.a) s.d. 1.b)
b) Dalam menyusun temuan pemeriksaan dalam rangka pemeriksaan laporan
keuangan, pemeriksa harus mengacu pada LHP Kinerja/PDTT terkait,
menambah kondisi sesuai hasil pemeriksaan atas sampel tambahan, dan
menganalisis akumulasi dampaknya terhadap kewajaran laporan
keuangan yang diperiksa.
c) Dalam penyusunan rekomendasi, pemeriksa hanya merekomendasikan
atas permasalahan yang ditemukan pada sampel tambahan.
Contoh penyajian 2:
Judul Temuan
1. Pemda ABC belum menindaklanjuti rekomendasi atas kekurangan volume sebesar
Rp….. Dalam LHP Nomor …… tanggal ... Desember 2014 mengenai [diisi pemeriksaan
yang dilakukan – misalnya: Hasil Pemeriksaan atas Belanja Modal Pemda ABC Tahun
2014], BPK telah mengungkapkan adanya kekurangan volume atas beberapa pelaksanaan
pengadaan barang dan jasa sebagai berikut:
[diuraikan sesuai kondisi yang ditemukan sesuai LHP yang direfer, misalnya sebagai
berikut]
a. Pemeriksaan dilakukan terhadap 50 kontrak pengadaan barang dengan nilai kontrak
sebesar Rp…. atas realisasi Belanja Modal Tahun 2014;
b. Terdapat kekurangan volume senilai Rp…. pada 30 kontrak pengadaan barang senilai
Rp…..
Kondisi tersebut tidak sesuai dengan [sebutkan kriteria yang dilanggar sesuai LHP yang
direfer].
Kondisi tersebut mengakibatkan [sebutkan akibat sesuai LHP yang direfer].
Kondisi tersebut terjadi karena [sebutkan sebab sesuai LHP yang direfer].
BPK telah merekomendasikan agar Kepala Daerah …… untuk ……… [sebutkan
rekomendasi sesuai LHP yang direfer]. Namun, Pemda ABC sampai dengan pemeriksaan
LKPD berakhir belum menindaklanjuti rekomendasi BPK tersebut.

2. Terdapat kekurangan volume sebesar Rp……. Dalam pemeriksaan atas LK Pemda ABC,
BPK juga telah melakukan pengujian atas sampel tambahan terhadap 30 kontrak
pengadaan barang dengan nilai kontrak Rp…….. Hasil pengujian atas pelaksanaan kontrak
tersebut menunjukkan bahwa terdapat kekurangan volume senilai Rp….. pada 15 kontrak
pengadaan barang dengan nilai kontrak sebesar Rp… dengan rincian sebagai berikut.
--Tabel rincian--
Kondisi tersebut tidak sesuai dengan [sebutkan kriteria yang dilanggar].
Kondisi tersebut mengakibatkan:
a. [akibat khusus untuk kondisi sampel tambahan];
b. [akibat untuk akumulasi kondisi 1 dan kondisi 2 terhadap kewajaran laporan keuangan]
Kondisi tersebut terjadi karena [sebab untuk kondisi 2].
BPK merekomendasikan kepada Kepala Daerah ABC agar ……..[rekomendasi khusus
untuk kondisi 2].
C. Kriteria Pemilihan Temuan yang Dapat Diintegrasikan dalam Pemeriksaan
Keuangan LKPD
Siklus kegiatan pemeriksaan di BPK secara umum terbagi menjadi dua semester.
Semester I karena memenuhi amanat Undang-Undang, BPK melaksanakan
pemeriksaan keuangan dengan tujuan menilai kewajaran atas laporan keuangan
entitas pemerintah, Sedangkan Semester II, BPK melaksanakan Pemeriksaan Kinerja
dan PDTT. Pada prinsipnya LHP Kinerja dan PDTT tersebut dapat dimanfaatkan
untuk menunjang pemeriksaan keuangan. Oleh karena itu, perlu suatu kriteria atau
koridor tertentu untuk mengintegrasikan LHP PDTT dan Kinerja kedalam Pemeriksaan
LK.
1. Kriteria LHP Pemeriksaan Kinerja dan PDTT yang dapat diintegrasikan ke
LHP LKPD TA 2014
a. Pemeriksaan Kinerja
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 Pasal 4 ayat (3) tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara,
Pemeriksaan Kinerja adalah pemeriksaan atas pengelolaan keuangan negara
yang terdiri atas pemeriksaan aspek ekonomi, efisiensi, dan efektivitas. Secara
singkat, Juklak Pemeriksaan Kinerja menjelaskan bahwa aspek ekonomi
berkaitan dengan perolehan sumber daya yang akan digunakan dalam proses
biaya, waktu, tempat, kualitas, dan kuantitas yang benar. Fokusnya adalah
meminimalkan biaya perolehan input yang akan digunakan dalam proses,
dengan tetap menjaga kualitas sejalan dengan prinsip dan praktik administrasi
yang sehat dan kebijakan manajemen.
Selanjutnya aspek efisiensi merupakan hubungan optimal antara input dan
output. Sehingga entitas dikatakan efisien apabila mampu menghasilkan
output maksimal dengan jumlah input tertentu atau mampu menghasilkan
output tertentu dengan memanfaatkan input minimal. Terakhir aspek efektivitas
yang secara prinsip berhubungan dengan pencapaian tujuan. Efektivitas
berhubungan dengan output yang dihasilkan dengan tujuan yang dicapai
(outcome). Berdasarkan aspek 3E pemeriksaan kinerja tersebut, maka kriteria
LHP Kinerja yang dapat dihubungkan dengan pemeriksaan LK yakni;
1) Coverage Tahun Anggaran pemeriksaan Kinerja masih termasuk
coverage Tahun Anggaran Pemeriksaan LK.
Contoh, Pemeriksaan Kinerja Program ABC yang menggunakan
anggaran Tahun 2014 di Pemda Y; maka coverage Pemeriksaan
kinerja tersebut masih termasuk dalam coverage pemeriksaan
Laporan Keuangan Pemda Y untuk Tahun Anggaran 2014.
2) Faktor 3E yang menjadi perhatian ("temuan") di LHP Kinerja yang
dapat dihubungkan dengan asersi laporan keuangan entitas.
Contoh program XYZ di suatu entitas Pemda membutuhkan input
sejumlah aset A. Aset A tersebut dapat tersedia di suplier B seharga
Rp100.000.000,00 dengan cara pembayaran, kualitas, dan layanan
purnajual yang sama, Aset A juga tersedia di suplier C seharga
Rp90.000.000,00. Jika entitas membeli Aset A di suplier B, maka
dikatakan entitas tersebut telah melakukan pemborosan atau
ketidakekonomisan sebesar Rp10.000.000,00. Maka nilai
ketidakekonomisan tersebut dapat menjadi bahan evaluasi untuk
dihubungkan dengan asersi aset di entitas kementerian tersebut.
3) Kelemahan SPI yang dapat berpengaruh pada keandalan atau
kewajaran suatu siklus atau akun dalam Laporan Keuangan.
Seringkali pada saat melakukan pemeriksaan kinerja suatu program di
entitas pemerintah, tim pemeriksa juga melihat keandalan SPI entitas
tersebut untuk melaksanakan programnya. Sepanjang kelemahan SPI
untuk program tersebut dapat dihubungkan dengan keandalan suatu
siklus atau akun di dalam laporan keuangan, maka kelemahan SPI ini
dapat dipertimbangkan.

b. Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu


PDTT adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan tujuan khusus, di luar
pemeriksaan keuangan dan pemeriksaan kinerja. Termasuk dalam PDTT
ini adalah pemeriksaan atas hal-hal lain yang berkaitan dengan
keuangan dan pemeriksaan investigatif. Saat ini praktek yang dilakukan
untuk PDTT di BPK adalah eksaminasi. Contohnya: Pemeriksaan Belanja
di Pemda X Tahun Anggaran 20XX. Dalam LHP PDTT unsur yang paling
dominan diungkap adalah mengenai aspek Kepatuhan terhadap
peraturan dan perundang-undangan serta SPI. Oleh karena itu,
berdasarkan substansi yang dikemukan dalam LHP PDTT untuk
dihubungkan dengan pemeriksaan Laporan Keuangan dapat kita berikan
kriteria sebagai berikut:
1) Coverage Tahun Anggaran pemeriksaan PDTT masih termasuk
coverage Tahun Anggaran Pemeriksaan LK.
Contoh: Pemeriksaan Belanja Modal Pemda X untuk Tahun Anggaran
2014; maka coverage Pemeriksaan tersebut masih termasuk dalam
coverage pemeriksaan Laporan Keuangan Pemda X untuk Tahun
Anggaran 2014.
2) Apabila coverage Tahun pemeriksaan PDTT tidak sama dengan
Pemeriksaan LK, akan tetapi permasalahannya masih berpengaruh
(secara signifikan) terhadap asersi LK Tahun Anggaran yang
bersangkutan, dengan asumsi permasalahannya belum
diselesaikan atau belum dikoreksi sampai dengan saat pelaksanaan
pemeriksaan LK, maka masih dapat dihubungkan dengan Pemeriksaan
LK. Contohnya: Pemeriksaan Belanja Modal Tahun Anggaran 2012,
terdapat Belanja Pembelian Kendaraan "Fiktif" sehingga masih
berpengaruh pada asersi Keberadaan dan Penilaian Aset Kendaraan
pada Neraca Laporan Keuangan Tahun 2014.
3) Berpengaruh terhadap penyajian dan pengungkapan Laporan
Keuangan entitas.
Contohnya, dalam LHP Pemda X, terdapat "kekeliruan" dalam
penggunaan Belanja Perjalanan Dinas. Kekeliruan tersebut dapat
mengakibatkan salah saji (misstatement) pada penyajian dan
pengungkapan Akun Belanja Barang pada Laporan Keuangan
Pemda X di Tahun Anggaran 2014, sehingga permasalahan kekeliruan
Belanja Perjalanan Dinas tersebut ("kemungkinan akibat fraud atau
error") dapat berpengaruh pada penyajian dan pengungkapan di
daiam LK.
4) Kelemahan SPI yang dapat berpengaruh pada asersi suatu akun dalam
Laporan Keuangan, Contohnya, SPI lemah atas pengamanan aset
(i.e. Tanah) di Pemda X sehingga dapat berpengaruh terhadap asersi
keberadaan asset Tanah dalam laporan keuangan Pemda X tersebut.

WAKIL KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA, REPUBLIK INDONESIA,

AGUS JOKO PRAMONO AGUNG FIRMAN SAMPURNA


LAMPIRAN VIII.1 : KEPUTUSAN BPK-RI
NOMOR : /K/I-XIII.2/ /2020
TANGGAL : 2020

FORMAT SISTEMATIKA LHP

SISTEMATIKA LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN


ATAS LAPORAN KEUANGAN
PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA .......
TAHUN 20XX

Hasil Pemeriksaan Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota .......Tahun


20XX terdiri dari ...... laporan yaitu:
I. Laporan Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan.
a. Hasil pemeriksaan yang memuat opini BPK;
b. Gambaran Umum Pemeriksaan yang berisi dasar hukum pemeriksaan, standar
pemeriksaan, tujuan pemeriksaan, entitas yang diperiksa, lingkup pemeriksaan,
metodologi pemeriksaan, jangka waktu pemeriksaan, dan batasan pemeriksaan.
c. Pernyataan Tanggung Jawab Kepala Daerah dilengkapi dengan tanggal dan
tempat.
d. Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota ....... Tahun 20XX.
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (Buku I) wajib ditandatangani oleh Kepala
Daerah untuk seluruh komponen Laporan Keuangan tanpa tanggal dan tempat.

II. Laporan Hasil Pemeriksaan atas Sistem Pengendalian Intern dan Kepatuhan
terhadap Peraturan Perundang-Undangan. Laporan ini memuat:
a. Resume Laporan atas Sistem Pengendalian Intern dan Kepatuhan terhadap
Peraturan Perundang-Undangan;
b. Hasil Pemeriksaan atas Sistem Pengendalian Intern dan Kepatuhan terhadap
Peraturan Perundang-Undangan; dan
c. Ikhtisar Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Keuangan sebelumnya.
III. Laporan Hasil Pemeriksaan atas Aspek Kinerja Tertentu …… dalam Laporan
Keuangan. (agar disesuaikan dengan penugasan terkait aspek kinerja yang
diperiksa).
Laporan ini memuat:
a. Resume Laporan Hasil Pemeriksaan atas Aspek Kinerja dalam Laporan
Keuangan; dan
b. Hasil Pemeriksaan atas Hasil Pemeriksaan atas Pengungkapan Aspek Kinerja
dalam Laporan Keuangan.

WAKIL KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA, REPUBLIK INDONESIA,

AGUS JOKO PRAMONO AGUNG FIRMAN SAMPURNA


LAMPIRAN VIII.2 : KEPUTUSAN BPK-RI
NOMOR : /K/I-XIII.2/ /2020
TANGGAL : 2020

GAMBARAN UMUM PEMERIKSAAN

1. Dasar Hukum Pemeriksaan


a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
b. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;
c. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara; dan
d. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan.

2. Standar Pemeriksaan
Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah (Kabupaten/Kota
Kementerian/Lembaga/ ……………) Tahun 20xx berpedoman pada SPKN yang
ditetapkan dengan Peraturan BPK Nomor 1 Tahun 2017.

3. Tujuan Pemeriksaan
Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah (Provinsi/Kabupaten/Kota
……………) Tahun 20xx bertujuan untuk memberikan opini atas kewajaran Laporan
Keuangan Pemerintah (Provinsi/Kabupaten/Kota/Kementerian/Lembaga/ ……………)
Tahun 20xx yang didasarkan pada kriteria:
a. kesesuaian dengan Standar Akuntansi Pemerintahan;
b. kecukupan pengungkapan (adequate disclosures);
c. kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan; dan
d. efektivitas Sistem Pengendalian Intern.
4. Entitas yang Diperiksa
Pemeriksaan dilakukan pada Pemerintah (Provinsi/Kabupaten/Kota ……………) yang
memiliki …. SKPD.

5. Lingkup Pemeriksaan
Lingkup pemeriksaan adalah Laporan Keuangan Pemerintah
(Provinsi/Kabupaten/Kota ……………) yang terdiri dari:
a. Neraca per 31 Desember 20xx;
b. Laporan Realisasi Anggaran (LRA);
c. Laporan Operasional (LO);
d. Laporan Arus Kas (LAK);
e. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (LPSAL);
f. Laporan Perubahan Ekuitas (LPE); dan
g. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).
Pengujian atas laporan keuangan tersebut di atas meliputi:
a. Kewajaran penyajian saldo akun dalam Neraca dan Laporan Perubahan SAL per
31 Desember 20xx;
b. Kewajaran penyajian saldo akun dan transaksi pada Laporan Realisasi Anggaran,
Laporan Operasional dan Laporan Arus Kas untuk tahun yang berakhir sampai
dengan 31 Desember 20xx;
c. Kewajaran penyajian saldo akun dan transaksi pada Laporan Operasional,
Laporan Perubahan Ekuitas untuk periode yang berakhir sampai dengan 31
Desember 20xx;
d. Kecukupan pengungkapan informasi keuangan pada Catatan Atas Laporan
Keuangan;
e. Konsistensi penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan LKPD;
f. Efektivitas desain dan implementasi sistem pengendalian intern termasuk
pertimbangan hasil pemeriksaan sebelumnya yang terkait dengan penyajian dan
pengungkapan akun-akun dalam laporan keuangan; dan
g. Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan terkait pengelolaan
keuangan daerah dalam rangka penyusunan LKPD.

6. Metodologi Pemeriksaan

Pemeriksaan Laporan Keuangan Pemerintah (Provinsi/Kabupaten/Kota ……………)


Tahun 20xx dilakukan dengan pendekatan pemeriksaan berbasis risiko. Kegiatan
pemeriksaan meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan hasil pemeriksaan.

Perencanaan pemeriksaan diawali dari proses identifikasi dan penilaian risiko


kesalahan penyajian material. Identifikasi dan penilaian risiko tersebut dilakukan
melalui pemahaman entitas, termasuk sistem pengendalian intern terkait, serta
penelaahan atas tindak lanjut hasil pemeriksaan sebelumnya. Dalam melakukan
penilaian risiko, Pemeriksa mempertimbangkan pengendalian intern yang relevan
dengan penyusunan dan penyajian wajar Laporan Keuangan. Hal tersebut
dimaksudkan untuk merancang prosedur pemeriksaan yang tepat, tetapi tidak
bertujuan untuk menyatakan opini atas efektivitas pengendalian intern.
Berdasarkan hasil penilaian risiko, Pemeriksa mengumpulkan dan menguji bukti-bukti
yang mendukung angka-angka dan pengungkapan dalam laporan keuangan.
Pengujian tersebut meliputi pengujian pengendalian maupun pengujian substantif atas
transaksi dan saldo laporan keuangan. Prosedur pengujian mencakup inspeksi,
observasi, konfirmasi, penghitungan kembali, pelaksanaan ulang (reperformance), dan
prosedur analitis, serta memadukan beberapa prosedur sebagai tambahan atas
permintaan keterangan dari manajemen entitas. Prosedur tersebut dipilih
mendasarkan pada pertimbangan profesional pemeriksa, termasuk penilaian risiko
salah saji yang material dalam laporan keuangan, baik yang disebabkan oleh
kecurangan maupun kesalahan.
Berdasarkan pengujian dan bukti-bukti yang diperoleh, Pemeriksa mengomunikasikan
permasalahan-permasalahan yang ditemukan terkait dengan kelemahan SPI,
ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, kesalahan penyajian
laporan keuangan serta kecukupan pengungkapan kepada manajemen/pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola entitas. Pejabat entitas yang diperiksa
memberikan komentar/tanggapan atas permasalahan tersebut. Permasalahan-
permasalahan yang ditemukan kemudian dievaluasi dampaknya terhadap kewajaran
penyajian laporan keuangan.

Laporan hasil pemeriksaan keuangan menghasilkan kesimpulan berupa opini serta


laporan hasil pemeriksaan terkait kelemahan SPI dan ketidakpatuhan terhadap
peraturan perundangan, serta permasalahan lain yang perlu ditekankan kepada
pembaca laporan.

7. Jangka Waktu Pemeriksaan

Pemeriksaan dilakukan selama xx hari mulai tanggal ……… 20xx s.d. ………….. 20xx
berdasarkan Surat Tugas Nomor ………….. tanggal …………20xx.

8. Batasan Pemeriksaan

Semua informasi yang disajikan dalam laporan keuangan merupakan tanggung jawab
manajemen. Oleh karena itu, BPK tidak bertanggung jawab terhadap salah
interpretasi dan kemungkinan pengaruh atas informasi yang tidak diberikan baik yang
sengaja maupun tidak disengaja oleh manajemen.
Pemeriksaan BPK meliputi prosedur-prosedur yang dirancang untuk memberikan
keyakinan yang memadai dalam mendeteksi adanya kesalahan dan salah saji yang
berpengaruh material terhadap laporan keuangan. Pemeriksaan BPK tidak ditujukan
untuk menemukan kesalahan atau penyimpangan. Walaupun demikian, jika dari hasil
pemeriksaan ditemukan penyimpangan, akan diungkapkan.
Dalam melaksanakan pemeriksaan, BPK juga menyadari kemungkinan adanya
perbuatan-perbuatan melanggar hukum yang timbul. Namun pemeriksaan BPK tidak
memberikan jaminan bahwa semua tindakan melanggar hukum akan terdeteksi dan
hanya memberikan jaminan yang wajar bahwa tindakan melanggar hukum yang
berpengaruh secara langsung dan material terhadap angka-angka dalam laporan
keuangan akan terdeteksi. BPK akan menginformasikan bila ada perbuatan-perbuatan
melanggar hukum atau kesalahan/penyimpangan material yang ditemukan selama
pemeriksaan.

Dalam melaksanakan pengujian kepatuhan atas peraturan perundang-undangan, BPK


hanya menguji kepatuhan instansi atas peraturan perundang-undangan yang terkait
langsung dengan penyusunan laporan keuangan. Hal ini tidak menutup kemungkinan
bahwa masih terdapat ketidakpatuhan pada peraturan yang tidak teridentifikasi.

WAKIL KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA, REPUBLIK INDONESIA,

AGUS JOKO PRAMONO AGUNG FIRMAN SAMPURNA


LAMPIRAN VIII.3 : KEPUTUSAN BPK-RI
NOMOR : /K/I-XIII.2/ /2020
TANGGAL : 2020

Format LHP atas SPI dan Kepatuhan


dalam Kerangka Pemeriksaan Laporan Keuangan

DAFTAR ISI
Hal
DAFTAR ISI ..............…………………………………………………. i
DAFTAR TABEL ..............…………………………………………………......
DAFTAR LAMPIRAN…………………………….....……............................
RESUME HASIL PEMERIKSAAN ATAS SISTEM PENGENDAL IAN
INTERN DAN KEPATUHAN TERHADAP PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN ............................................................................................
BAB I HASIL PEMERIKSAAN
A. Penyusunan Laporan Keuangan
1. [ judul temuan pemeriksaan ]................................................................
2. dst.. ...................................................................................................
B. Pendapatan
1. [ judul temuan pemeriksaan ................................................................
2. [ judul temuan pemeriksaan ] ..............................................................
3. dst.. ...................................................................................................
C. Belanja
D. Pembiayaan
E. Aset
F. Kewajiban

BAB II HASIL PEMANTAUAN TINDAK LANJUT PEMERIKSAAN TAHUN


SEBELUMNYA

LAMPIRAN

BPK Perwakilan Prov ins i ................


BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

RESUME HASIL PEMERIKSAAN ATAS SISTEM


PENGENDALIAN INTERN DAN KEPATUHAN
TERHADAP PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan


Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara dan Undang-Undang
Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan serta
Undang-Undang terkait lainnya, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) telah
memeriksa laporan keuangan Pemerintah
Provinsi/Kabupaten/Kota xxx T a h u n 2 0 x x d e n g a n o p i n i … …
y a n g d i m u a t d a l a m Laporan Hasil Pemeriksaan Nomor [NOMOR
LAPORAN OPINI].

Untuk memperoleh keyakinan yang memadai tentang apakah laporan


keuangan bebas dari salah saji material, BPK melakukan pengujian atas
efektifitas sistem pengendalian intern dan kepatuhan terhadap peraturan
perundang-undangan yang berpengaruh langsung dan material terhadap
laporan keuangan. Namun, pemeriksaan yang dilakukan BPK tidak
dirancang khusus untuk menyatakan pendapat atas efektivitas sistem
pengendalian intern dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-
undangan. Oleh karena itu, BPK tidak menyatakan pendapat seperti itu.

BPK menemukan adanya kelemahan pengendalian intern maupun


ketidakpatuhan terhadap peraturan perundangan dalam pemeriksaan Laporan
Keuangan Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota xxx T a h u n 2 0 x x dengan
pokok-pokok temuan sebagai berikut:

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 2


1. Resume temuan (substansi temuan dan akibat disajikan dalam kalimat
yang efektif).
2. [ PERMASALAHAN #2 ]
3. dst..

Berdasarkan kelemahan-kelemahan tersebut, BPK merekomendasikan


kepada gubernur/bupati/walikota [ NAMA ENTITAS ] antara lain agar:
1. [ REKOMENDASI #1 ]
2. [ REKOMENDASI #2 ]
3. dst..

Kelemahan dan rekomendasi perbaikan secara rinci dapat dilihat dalam


laporan ini.

[ kota kedudukan Perwakilan BPK ], [ tanggal]


BADAN P EMERIKSA KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
Perwakilan Provinsi ..............
Penanggung Jawab Pemeriksaan,

.............................

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 3


BAB I
HASIL PEMERIKSAAN
ATAS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DAN KEPATUHAN TERHADAP
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Hasil pemeriksaan Laporan Keuangan Pemerintah [NAMA


ENTITAS] TA 20xx mengungkapkan permasalahan-permasalahan terkait
kelemahan Sistem Pengendalian Intern dan Kepatuhan terhadap Peraturan
Perundang-undangan sebanyak [JUMLAH TEMUAN] temuan
pemeriksaan, dengan rincian sebagai berikut.:

A. Penyusunan Laporan Keuangan


1. [ Judul Temuan Pemeriksaan terkait penyusunan laporan
keuangan]

[ Uraian kondisi ]
[ Uraian kriteria ]
[ Uraian akibat ]
[ Uraian sebab ]
[ Uraian Komentar Instansi ]
[ Uraian rekomendasi jika ada ]

2. [ Judul Temuan Pemeriksaan yang disajikan sesuai akun ]


[ Uraian kondisi ]
[ Uraian kriteria ]
[ Uraian akibat ]
[ Uraian sebab ]
[ Uraian Komentar Instansi ]
[ Uraian rekomendasi jika ada ]

B. Pendapatan

1. [ Judul Temuan Pemeriksaan yang disajikan terkait akun


pendapatan]

[ Uraian kondisi ]
[ Uraian kriteria ]
[ Uraian akibat ]

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 4


[ Uraian sebab ]
[ Uraian Komentar Instansi ]
[ Uraian rekomendasi jika ada ]

2. [ Judul Temuan Pemeriksaan yang disajikan sesuai akun ]


[ Uraian kondisi ]
[ Uraian kriteria ]
[ Uraian akibat ]
[ Uraian sebab ]
[ Uraian Komentar Instansi ]
[ Uraian rekomendasi jika ada ]

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 5


BAB II
HASIL PEMANTAUAN TINDAK LANJUT PEMERIKSAAN
TAHUN SEBELUMNYA

Dalam rangka pemeriksaan atas Laporan Keuangan


[Provinsi/Kota/Kabupaten] Tahun XX, BPK memantau tindak lanjut [Provinsi
/Kota/Kabupaten] terhadap Laporan Hasil Pemeriksaan [Provinsi
/Kota/Kabupaten] Tahun XXXX – YYYY. Sesuai dengan Pasal 20 Undang-
Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara, pelaksanaan tindak lanjut menjadi
tanggung jawab Pemerintah/[Provinsi /Kota/Kabupaten] dan DPRD.
Pemantauan atas tindak lanjut [Provinsi /Kota/Kabupaten] terhadap
temuan tersebut menunjukkan hal-hal sebagai berikut:

No LHP Tahun Jumlah Hasil Pemantauan Tindak Lanjut


Temuan
Sesuai Belum Belum Tidak Dapat
Sesuai/ Ditindaklanjuti Ditindaklanjuti
Selesai
1 Tahun X-1
2 Tahun X-2
3 Tahun X-3
4 dan seterusnya
Total

[Provinsi /Kota/Kabupaten] telah menindaklanjuti rekomendasi yang


diajukan BPK, antara lain mengenai [ diisi dengan tindak lanjut yang
signifikan atau yang berdampak pada opini tahun sebelumnya ]:
1. [rekomendasi yang telah ditindaklanjuti];
2. [rekomendasi yang telah ditindaklanjuti]; dan
3. dan seterusnya.

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 6


Adapun permasalahan yang masih dalam proses tindak lanjut antara lain
adalah [ diisi dengan tindak lanjut yang signifikan atau yang berdampak pada
opini tahun sebelumnya ]:
1. [permasalahan yang belum ditindaklanjuti];
2. [permasalahan yang belum ditindaklanjuti]; dan
3. dan seterusnya.

WAKIL KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA, REPUBLIK INDONESIA,

AGUS JOKO PRAMONO AGUNG FIRMAN SAMPURNA

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 7


LAMPIRAN VIII.4 : KEPUTUSAN BPK-RI
NOMOR : /K/I-XIII.2/ /2020
TANGGAL : 2020

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA

[diisi dengan: Alamat BPK Perwakilan, Nomor telepon dan fax]

Nomor : [nomor surat] [nama Kota], [tanggal surat]


Lampiran : Satu Berkas
Perihal : Management Letter Pemeriksaan atas Kepada Yth.
Laporan Keuangan [nama Pemda] [Pimpinan Entitas]
Tahun 20XX di
[nama Kota]

Badan Pemeriksa Keuangan, berdasarkan Undang Nomor 15 Tahun 2006 dan Undang-Undang
Nomor 15 Tahun 2004, telah melakukan pemeriksaan atas Laporan Keuangan [nama Pemda] Tahun
20XX, yang terdiri dari Neraca, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Operasional, Laporan Perubahan
Ekuitas, dan Catatan atas Laporan Keuangan.
Berdasarkan surat BPK Nomor [nomor surat keluar penyampaian], BPK telah menyampaikan
Laporan Hasil Pemeriksaan Nomor [nomor laporan opini], [nomor laporan SPI dan Kepatuhan]
masing-masing tertanggal [tanggal laporan].
Selain permasalahan yang diungkap dalam laporan hasil pemeriksaan dimaksud, terdapat ......
permasalahan yang tidak signifikan namun perlu diperbaiki beserta rekomendasinya, sebagaimana
terlampir.
Atas perhatian dan kerjasama [Pimpinan Entitas], kami ucapkan terima kasih.

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA
Kepala Perwakilan Provinsi …,

[Nama Kalan]
[NIP]

Tembusan Yth. :
1. Tortama .....
2. Inspektur ....
MANAGEMENT LETTER
PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH
PROVINSI/KABUPATEN/KOTA [NAMA]
TAHUN 20XX

No. Judul dan Ringkasan Masalah Tanggapan Rekomendasi


1 [Judul Singkat Permasalahan] [tanggapan manajemen] [rekomendasi]

[Ringkasan kondisi, akibat dan


sebab]

2
dst

WAKIL KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA, REPUBLIK INDONESIA,

AGUS JOKO PRAMONO AGUNG FIRMAN SAMPURNA


LAMPIRAN IX.1 : KEPUTUSAN BPK-RI
NOMOR : /K/I-XIII.2/ /2020
TANGGAL : 2020

GUIDELINE
TINGKAT KOMPLEKSITAS AKUN PADA PEMERIKSAAN LKPD

Akun Kompleksitas Akun

Kas di Kasda Tinggi

Kas di Bendahara Pengeluaran Tinggi

Kas di Bendahara Penerimaan Tinggi

Kas di BLUD Tinggi

Piutang – Pinjaman Tinggi

Piutang – Nonpinjaman Tinggi

Persediaan Rendah

Investasi Nonpermanen Tinggi

Investasi Permanen Rendah

Aset Tetap Tinggi

Dana Cadangan Rendah

Aset Lainnya Rendah

Hutang PFK Tinggi

Hutang Jk Pendek Lainnya Rendah

Hutang Jk Panjang Tinggi

Pendapatan Asli Daerah Rendah

Pendapatan Transfer Rendah

Lain-lain Pendapatan yg Sah Rendah


Akun Kompleksitas Akun

Belanja Pegawai Rendah

Belanja Barang dan Jasa Tinggi

Belanja Modal Tinggi

Belanja Bunga Rendah

Belanja Subsidi Rendah

Belanja Hibah Tinggi

Belanja Bansos Tinggi

Belanja Tak Terduga Rendah

Belanja Transfer Rendah

Pengeluaran Pembiayaan – Pemberian Pinjaman Rendah

Pengeluaran Pembiayaan – Bayar Utang Rendah

Pengeluaran Pembiayaan – Penyertaan Modal Rendah

Penerimaan Pembiayaan – Silpa Tahun Lalu Tinggi

Penerimaan Pembiayaan – Lainnya Rendah

Pendapatan Asli Daerah (LO) Tinggi

Pendapatan Transfer (LO) Rendah

Lain-lain Pendapatan yg Sah (LO) Rendah

Beban Pegawai Rendah

Beban Barang dan Jasa Tinggi

Beban Bunga Rendah

Beban Subsidi Rendah

Beban Hibah Tinggi

Beban Bansos Tinggi

BebanTransfer Rendah

Beban penyusutan/penyisihan Rendah


Akun Kompleksitas Akun

Kegiatan Nonoperasional Rendah

Pos Luar Biasa Rendah

WAKIL KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA, REPUBLIK INDONESIA,

AGUS JOKO PRAMONO AGUNG FIRMAN SAMPURNA


LAMPIRAN IX.2 : KEPUTUSAN BPK-RI
NOMOR : /K/I-XIII.2/ /2020
TANGGAL : 2020

DAFTAR PANDUAN PERTIMBANGAN PROFESIONAL


DALAM PENENTUAN PENGARUH SUATU MASALAH TERHADAP OPINI LKPD

Pembatasan
Asersi Akun Lingkup/
No Masalah Pertimbangan Profesional
Terkait Terpengaruh Ketidaksesuaian
dengan SAP
1 Pendapatan yang Kelengkapan LRA: Ketidaksesuaian Pada prinsipnya semua pendapatan dan belanja APBD
digunakan langsung tanpa Pendapatan dengan SAP dilaporkan dalam LRA.
melalui APBD/LRA retribusi, Jika nilai yang dikelola di luar APBD sudah
(misalnya pendapatan Belanja diadministrasikan dan dipertanggungjawabkan secara tertib
yang berasal dari Pajak, Barang/Jasa serta pemeriksa dapat menguji bukti-bukti, maka :
Retribusi, dan atau LO:  Jika nilainya lebih kecil dari 50% PM setelah revisi, maka
Pendapatan Lainnya) Pendapatan cukup dapat dipertimbangkan diungkapkan dalam CaLK
Operasional tanpa mempengaruhi opini.
dan Beban
Operasional  Jika nilainya melebihi 50% dari PM setelah revisi,
dipertimbangkan untuk mempengaruhi opini.

2 Permasalahan kas tekor. • Keberadaan Neraca: Ketidaksesuaian • Permasalahan kas tekor mencakup Kas Tekor yang
Kas tekor yang disajikan • Penyajian • Kas; atau dengan SAP terjadi Tahun Lalu dan Kas Tekor yang terjadi pada
dalam akun Kas, ataupun • Penilaian • Piutang; atau Tahun Berjalan
telah dilakukan reklasifikasi • Aset Lainnya • Untuk Kas Tekor yang terjadi Tahun Lalu, terdapat 3
ke akun Piutang atau Aset (tiga) perlakuan:
Lainnya.

1
Pembatasan
Asersi Akun Lingkup/
No Masalah Pertimbangan Profesional
Terkait Terpengaruh Ketidaksesuaian
dengan SAP
a. Jika sudah terbit SKTJM bendahara atau penetapan
majelis/ peradilan yang menyebut dengan jelas pihak
yang dibebani dan nilai piutangnya, maka disajikan
pada akun Piutang pada kelompok Aset Lancar atau
Aset Lainnya (lihat Bultek 16 tentang Akuntansi
Piutang Berbasis Akrual), dengan melakukan koreksi
terhadap penggunaan SiLPA tahun lalu pada LRA.
Dalam hal SKTJM bendahara jumlahnya lebih kecil
daripada kas tekor maka SKTJM bendahara tersebut
ditolak dan tidak dapat diakui sebagai piutang,
sehingga hal tersebut dapat dipertimbangkan untuk
berpengaruh terhadap opini. Dalam hal penetapan
pengadilan jumlahnya lebih kecil daripada jumlah kas
tekor, selisih tersebut disajikan dalam Akun Aset
Lain-lain kelompok Aset Lainnya.
b. Jika sudah dalam proses majelis atau peradilan
namun belum terbit penetapan majelis/peradilan,
maka sajikan di akun aset lain-lain kelompok aset
lainnya, dengan melakukan koreksi penggunaan
SiLPA tahun lalu pada LRA dan diungkap dalam
CALK. Angka yang disajikan pada akun aset lain-lain
adalah sebesar nilai kas tekor. Apabila jumlah yang
dapat dikembalikan/tertagih sudah dapat dipastikan
misal adanya nilai maksimal penjaminan oleh LPS

2
Pembatasan
Asersi Akun Lingkup/
No Masalah Pertimbangan Profesional
Terkait Terpengaruh Ketidaksesuaian
dengan SAP
dalam kasus kas tekor terjadi karena kebangkrutan
bank tempat kas daerah ditempatkan, maka angka
yang disajikan pada akun Piutang adalah sebesar
nilai yang diperkirakan dapat tertagih, sedangkan
sisanya disajikan pada akun aset lain-lain kelompok
aset lainnya.
c. Jika belum ada SKTJM maupun belum diproses
majelis atau peradilan, maka sesuai Bultek No. 14
Akuntansi Kas dan Bultek No.20 Akuntansi Kerugian
Negara/Daerah, pemeriksa mengusulkan koreksi
kepada pemda untuk mereklas ke aset lainnya
dengan terlebih dahulu melengkapi bukti memorial
yang diperlukan. Apabila koreksi tidak diterima oleh
pemda dan nilainya material, maka dapat
dipertimbangkan mempengaruhi opini.

• Untuk Kas Tekor yang terjadi pada Tahun Berjalan,


terdapat 2 perlakuan:
a. Jika telah disetor kembali keseluruhan (lunas)
selama masih dalam masa pemeriksaan (termasuk
finalisasi KHP) maka disajikan dalam akun Kas dan
diungkap dalam CALK. Permasalahan tersebut
dibuat temuan pemeriksaan yang tidak berdampak
terhadap opini.

3
Pembatasan
Asersi Akun Lingkup/
No Masalah Pertimbangan Profesional
Terkait Terpengaruh Ketidaksesuaian
dengan SAP
b. Namun demikian, apabila ketekoran kas tersebut
bersifat sistemik dan masif, jika material tetap dapat
dipertimbangkan berdampak terhadap opini
(misstatement), meskipun telah disetor kembali
secara keseluruhan.
c. Jika permasalahan kas tekor tersebut belum disetor
kembali secara keseluruhan, maka mendasarkan
Bultek 14 Akuntansi Kas dan Bultek 20 Akuntansi
Kerugian Negara/Daerah, pemeriksa mengusulkan
koreksi kepada pemda untuk mereklas ke aset
lainnya dengan terlebih dahulu melengkapi bukti
memorial yang diperlukan. Apabila koreksi tidak
diterima oleh pemda dan nilainya material maka
dapat dipertimbangkan mempengaruhi opini.
Jika pemda telah mereklas ke akun aset lainnya,
pemeriksa perlu mencermati ada atau tidaknya
indikasi fraud. Dalam hal indikasi fraud ditemukan
maka dapat dipertimbangkan mempengaruhi opini
dengan memperhatikan nilai TM atas akun aset
lainnya.
• Pemeriksa mempertimbangkan batas materialitas terkait
permasalahan kas tekor adalah sebesar TM, jika
meyakini adanya fraud.

4
Pembatasan
Asersi Akun Lingkup/
No Masalah Pertimbangan Profesional
Terkait Terpengaruh Ketidaksesuaian
dengan SAP
3 Perbedaan penyajian/ • Kelengkapan Neraca: Pembatasan • Pemeriksa perlu mempertimbangkan untuk melakukan
pelaporan penyertaan • Hak dan Investasi lingkup prosedur alternatif untuk menguji kewajaran saldo
modal pemda yang kewajiban Permanen penyertaan modal tersebut.
disebabkan • Penilaian • Jika dari hasil pelaksanaan prosedur alternatif pemeriksa
ketidaksesuaian dapat meyakini kewajaran nilai Investasi Permanen,
antara Neraca Pemda maka dapat dipertimbangkan tidak berdampak pada
dengan Neraca BUMD opini.
(LK BUMD). • Jika tidak dapat dilakukan prosedur alternatif atau dapat
dilakukan prosedur alternatif tetapi tidak memadai
sehingga kewajaran saldo Investasi Permanen tersebut
tidak dapat ditentukan, maka jika berdampak material
dapat dipertimbangkan mempengaruhi opini karena
pembatasan lingkup.
• Batas materialitas untuk permasalahan ini dapat
dipertimbangkan maksimal 50% PM.

4 Penyertaan modal pemda • Keberadaan Neraca: Pembatasan • Keberadaan penyertaan modal pemerintah daerah
pada BUMD berbentuk • Hak dan Investasi Lingkung dalam bentuk PD harus didukung dengan perda
Perusahaan Daerah (PD) kewajiban Permanen pendirian jika PD tersebut hanya dimiliki oleh satu pemda
tidak ada Perda Pendirian, • Kelengkapan tersebut.
penyertaan Pemda pada • Keberadaan penyertaan modal pemerintah daerah pada
BUMD atau perusahaan BUMD atau perusahaan lainnya berbentuk PT harus
lainnya berbentuk didukung dengan dokumen legalitas pendirian (Akta
Perseroan Terbatas (PT) Notaris, Anggaran Dasar, Pengesahan dari pihak
tidak memiliki dokumen berwenang).
legalitas pendirian atau
penyertaan modal pemda

5
Pembatasan
Asersi Akun Lingkup/
No Masalah Pertimbangan Profesional
Terkait Terpengaruh Ketidaksesuaian
dengan SAP
belum disertai dengan bukti • Dengan demikian, dalam kondisi penyertaan modal
kepemilikan. tanpa perda pendirian pada PD yang hanya dimiliki oleh
satu pemda, atau penyertaan pada BUMD/perusahaan
lainnya berbentuk PT yang tidak memiliki dokumen
legalitas pendiriannya, maka jika berdampak material
dapat dipertimbangkan mempengaruhi opini karena
pembatasan lingkup. Hal ini mengingat keberadaan
perda pendirian PD ataupun dokumen legalitas pendirian
BUMD/perusahaan lainnya berbentuk PT merupakan
sesuatu hal yang sangat signifikan dalam menentukan
eksistensi penyertaan modal pemerintah daerah tersebut
secara hukum/legal.
• Terkait dengan penyetoran penyertaan modal berikutnya
dalam batas tidak melampaui jumlahnya yang ditetapkan
dalam Perda Pendirian yang di dalamnya mengatur
Anggaran Dasar, ketiadaan bukti kepemilikan (misalnya
lembar saham) tidak serta merta dianggap sebagai
pembatasan lingkup pemeriksaan. Pemeriksa perlu
mempertimbangkan untuk melakukan prosedur alternatif
untuk menguji kewajaran saldo penyertaan modal
tersebut.
• Jika berdasarkan prosedur alternatif yang memadai
diyakini kewajaran nilai Investasi Permanen tersebut,
Pemeriksa dapat mempertimbangkan ketiadaan bukti
pendukung penyetoran modal berikutnya (di luar
penyertaan untuk pendirian) tidak berdampak pada opini.

6
Pembatasan
Asersi Akun Lingkup/
No Masalah Pertimbangan Profesional
Terkait Terpengaruh Ketidaksesuaian
dengan SAP
• Namun sebaliknya, jika tidak dapat dilakukan prosedur
alternatif atau dapat dilakukan prosedur alternatif tetapi
tidak memadai sehingga kewajaran saldo Investasi
Permanen tersebut tidak dapat ditentukan, ketiadaan
bukti pendukung penyetoran modal berikutnya (di luar
penyertaan untuk pendirian) tersebut jika berdampak
material dapat dipertimbangkan mempengaruhi opini
karena pembatasan lingkup.
• Penyertaan modal pemda yang melampaui batas yang
ditetapkan dalam Perda Pendirian/Anggaran Dasar
harus didukung dengan Perda Penambahan Penyertaan
Modal/Anggaran Dasar dan pengesahan dari pejabat
yang berwenang. Jika dukungan dokumen tersebut tidak
ada, maka tidak serta merta dianggap sebagai
pembatasan lingkup pemeriksaan. Pemeriksa perlu
mempertimbangkan untuk melakukan prosedur alternatif
untuk melakkan prosedur alternatif unuk menguji
kewarajan saldo penyertaan modal tersebut.
• Jika tidak dapat dilakukan prosedur alternatif' atau dapat
dilakukan prosedur alternatif tetapi tidak memadai
sehingga kewajaran saldo Investasi Permanen tersebut
tidak dapat ditentukan dan berdampak material,
dipertimbangkan mempengaruhi opini karena
pembatasan lingkup.
• Batas materialitas untuk permasalahan ini dapat
dipertimbangkan maksimal 50% (lima puluh persen) PM
setelah revisi.

7
Pembatasan
Asersi Akun Lingkup/
No Masalah Pertimbangan Profesional
Terkait Terpengaruh Ketidaksesuaian
dengan SAP
5 Metode Pencatatan • Kelengkapan Neraca: • Ketidaksesuaian • Menurut Lampiran I.07 PSAP 06 paragraf 36 dan 37,
Penyertaan Modal • Hak dan Investasi dengan SAP metode pencatatan penyertaan modal pemda yang lebih
Pemda yang lebih dari kewajiban Permanen • Pembatasan dari 20% dilakukan dengan menggunakan metode
20%. • Penilaian lingkup ekuitas. Penggunaan metode ekuitas tersebut akan lebih
valid jika didasarkan pada informasi LK BUMD terkait
yang sudah diaudit.
• Dalam kondisi LK BUMD terkait belum diaudit, tidak serta
merta dianggap sebagai pembatasan lingkup
pemeriksaan. Pemeriksa perlu mempertimbangkan
untuk melakukan prosedur alternatif untuk menguji
kewajaran saldo penyertaan modal tersebut.
• Kondisi tersebut dapat dipertimbangkan tidak berdampak
pada opini jika berdasarkan prosedur alternatif yang
memadai diyakini kewajaran nilai Investasi Permanen
tersebut. Misalnya, BUMD memiliki saldo ekuitas dalam
neraca unaudited negatif. Jika pemeriksa meyakini
bahwa kalaupun dilakukan pemeriksaan maka saldo
ekuitas tersebut tidak akan mencapai positif, maka nilai
penyertaan modal pemda pada BUMD tersebut dapat
diyakini kewajarannya yakni maksimal sebesar nihil.
• Namun sebaliknya, jika kondisi LK BUMD terkait telah
diaudit atau diaudit tetapi hasil opininya bukan wajar
tanpa pengecualian (WTP), dapat dipertimbangkan
berdampak pada opini karena pembatasan lingkup jika
tidak dapat dilakukan prosedur alternatif atau dapat
dilakukan prosedur alternatif tetapi tidak memadai,

8
Pembatasan
Asersi Akun Lingkup/
No Masalah Pertimbangan Profesional
Terkait Terpengaruh Ketidaksesuaian
dengan SAP
sehingga kewajaran saldo Investasi Permanen tersebut
tidak dapat ditentukan.
• Batas materialitas untuk permasalahan ini dapat
dipertimbangkan maksimal 50% (lima puluh persen) PM.

6 Pemberlakuan aturan Penilaian Neraca: • Ketidak sesuaian • Menurut Bultek SAP Nomor 7 penyajian dana bergulir
mengenai penyisihan Investasi dengan SAP adalah sebesar NRV atau nilai bersih yang dapat
piutang terhadap Dana Permanen • Pembatasan direalisasikan. NRV diperoleh dengan mengurangkan
Bergulir. LO: Lingkup perkiraan dana bergulir tidak tertagih dari dana bergulir
Beban Lain-lain yang dicatat sebesar harga perolehan ditambah
Penyisihan dana pendapatan.
bergulir • Jika pemda belum menerapkan kebijakan tentang NRV
(belum memiliki kebijakan aging schedule), tetapi telah
mengungkapkan kondisi tersebut dalam CaLK, maka:
 Jika berdasarkan prosedur alternatif dapat diyakini
kewajaran nilai dana bergulir tersebut, maka dapat
dipertimbangkan tidak berdampak pada opini.
Pelaksanaan prosedur alternatif tersebut diantaranya
dengan melihat kondisi apakah dana bergulir
tersebut ada yang macet (tidak tertagih)
atau tidak.
 Jika tidak dapat dilakukan prosedur alternatif atau
dapat dilakukan prosedur alternatif tetapi tidak
memadai sehingga kewajaran saldo dana bergulir
tersebut tidak dapat ditentukan, maka jika
berdampak material dapat dipertimbangkan
mempengaruhi opini karena pembatasan lingkup.

9
Pembatasan
Asersi Akun Lingkup/
No Masalah Pertimbangan Profesional
Terkait Terpengaruh Ketidaksesuaian
dengan SAP
• Jika Pemda telah menetapkan kebijakan akuntansi
penyisihan piutang dana bergulir, tetapi tidak
menerapkan, maka jika berdampak material dapat
dipertimbangkan mempengaruhi opini (misstatement).
• Batas materialitas untuk permasalahan ini dapat
dipertimbangkan maksimal 50% PM setelah revisi.

7 Pemda baru menyajikan Neraca: Ketidaksesuaian a. Jika diperoleh nilai pada saat neraca awal, Auditor
Penilaian
pada tahun berjalan nilai Aset Tetap dengan SAP mengusulkan Pemda untuk melakukan koreksi;
aset tetap yang sudah Akumulasi b. Penilaian atas aset yang telah lama dimiliki dan tidak
diperoleh/dikuasai Penyusutan diketahui biaya perolehannya mengacu pada BULTEK
sebelum neraca awal, PSAP No. 2 tentang Penyusunan Neraca Awal
dengan menggunakan nilai LPE: Pemerintah Daerah
saat penyajian bukan nilai Koreksi Nilai c. Batas dampak materialitas untuk permasalahan ini
saat perolehan Aset Tetap dipertimbangkan maksimal 50% PM setelah revisi.

LO:
Beban
Penyusutan

8 Penyajian Aset Tetap yang Penilaian Neraca: Pembatasan a. Ketidaksesuaian penyajian jumlah Aset Tetap yang
diperoleh sebelum dan Aset Tetap Lingkup diperoleh sebelum tanggal Neraca Awal menurut
sesudah tanggal Neraca Akumulasi berbagai sumber data dan penyajian nilai Aset Tetap
Awal dengan nilai Rp1,00 Penyusutan yang diperoleh sampai dengan tanggal Neraca awal
sebesar Rp1,00 tidak serta merta diperlakukan sebagai
LPE: pembatasan lingkup, tetapi perlu dilakukan prosedur
Koreksi Nilai alternatif untuk meyakinkan saldo Aset Tetap yang
Aset Tetap diperoleh sampai dengan tanggal Neraca Awal tersebut

10
Pembatasan
Asersi Akun Lingkup/
No Masalah Pertimbangan Profesional
Terkait Terpengaruh Ketidaksesuaian
dengan SAP
LO: b. Jika dari hasil pelaksanaan prosedur alternatif
Beban pemeriksa yakin kewajaran aset tetap yang diperoleh
Penyusutan sebelum tanggal neraca, maka dapat dipertimbangkan
tidak berdampak pada opini
c. Namun, jika tidak dapat dilakukan prosedur alternatif
atau prosedur alternatif dapat dilakukan tetapi tidak
memadai sehingga pemeriksa tidak dapat
menyimpulkan tingkat kewajarannya dan apabila
berdampak material, dipertimbangkan mempengaruhi
opini karena pembatasan lingkup atas bagian nilai :yang
tidak dapat diyakini kewajarannya.
d. Batas dampak materialitas untuk perrnasalahan ini
dipertirnbanqkan maksimal 50% PM setelah revisi.

9 Saldo aset tetap tidak • Eksistensi Neraca: Pembatasan Untuk aset tetap, pemeriksa dapat memberikan
didukung rincian data yang Aset tetap Lingkup pertimbangan materialitas 50% PM setelah revisi. Aset tetap
• Kelengkapan
mernadai. Akumulasi biasanya merupakan nilai yang dominan dibanding aset
• Penilaian Penyusutan lainnya. Sehingga secara proporsi dapat menjadi pervasive
Pemeriksa tidak dapat Ekuitas (sangat material), sehingga mungkin dapat mengakibatkan
menjalankan prosedur • Hak dan
opini TMP.
audit untuk meyakini asersi kewajiban
LO:
manajemen. • Penyajian dan Beban
pengungkapan Penyusutan

11
Pembatasan
Asersi Akun Lingkup/
No Masalah Pertimbangan Profesional
Terkait Terpengaruh Ketidaksesuaian
dengan SAP
10 Penyajian Aset Penilaian Neraca: Ketidaksesuaian • Pemerintah daerah harus menerapkan
Tetap/Piutang yang belum Aset Tetap, dengan SAP penyusutan/amortisasi/penyisihan untuk Aset
menerapkan Ekuitas Tetap/Piutang/ sesuai dengan Lampiran I PSAP 07
penyusutan/amortisasi/ Paragraf 52 yang menyatakan bahwa Aset tetap
penyisihan. LO: disajikan berdasarkan biaya perolehan aset tetap
Beban tersebut dikurangi akumulasi penyusutan.
Penyusutan • Apabila Pemda tidak menerapkan penyusutan,
pemeriksa harus menilai dampaknya terhadap penyajian
Aset Tetap tersebut, jika berdampak material dapat
dipertimbangkan mempengaruhi opini (misstatetement)
dengan batas materialitas sebesar 50% PM setelah
revisi.

11 Pembayaran belanja LRA: Ketidak sesuaian • Permasalahan ini merupakan ketidakpatuhan terhadap
• Keterjadian
pegawai tidak sesuai/ Belanja Pegawai dengan SAP peraturan perundang-undangan yang berdampak pada
melebihi ketentuan • Hak dan salah saji dalam LK.
Misalnya: kewajiban • Pemeriksa perlu mempertimbangkan penyebab
LO:
• Kelebihan tarif, terjadinya permasalahan tersebut, apakah terdapat
Beban Pegawai
• Belanja pegawai fiktif, unsur fraud atau tidak. Jika pemeriksa yakin terdapat
• Belanja pegawai tidak unsur fraud maka batas materialitas dapat ditetapkan
sah sebesar TM. Sebaliknya apabila pemeriksa tidak dapat
meyakini adanya unsur fraud maka pemeriksa dapat
menggunakan batas materialitas maksimal 50% PM
setelah Revisi.
• Jika material dan belum tercermin secara memadai
dalam laporan keuangan (belum dilakukan
pengembalian kelebihan pembayaran dan/atau belum di

12
Pembatasan
Asersi Akun Lingkup/
No Masalah Pertimbangan Profesional
Terkait Terpengaruh Ketidaksesuaian
dengan SAP
terbitkan SKTJM/SK Pembebanan sebelum tanggal LHP
dan belum diungkapkan dalam CaLK), maka dapat
dikualifikasikan pada opini (misstatement).
• Jika material (melebihi TM) dan sudah tercermin secara
memadai dalam laporan keuangan, tetapi permasalahan
tersebut bersifat sistemik dan massive, maka dapat
dipertimbangkan tetap berdampak pada opini
(misstatement).
• Jika material (melebihi TM) dan sudah tercermin secara
memadai dalam laporan keuangan, serta bukan
merupakan permasalahan yang bersifat sistemik dan
masif, maka dipertimbangkan tidak berdampak pada
opini.

12 Kegiatan pengadaan Keterjadian LRA: Ketidaksesuaian • Permasalahan ini merupakan ketidakpatuhan terhadap
barang dan jasa tidak • Belanja dengan SAP peraturan perundang-undangan yang berdampak pada
sesuai ketentuan Barang dan salah saji dalam LK.
Jasa • Pemeriksa perlu mempertimbangkan penyebab
Misalnya: Kelebihan • Belanja terjadinya permasalahan tersebut, apakah terdapat
pembayaran karena Modal unsur fraud atau tidak. Jika pemeriksa yakin terdapat
kekurangan volume dan unsur fraud maka batas materialitas dapat ditetapkan
pemahalan (mark up) sebesar TM. Sebaliknya apabila pemeriksa tidak dapat
meyakini adanya unsur fraud maka pemeriksa dapat
menggunakan batas materialitas maksimal 50% PM
setelah Revisi.

13
Pembatasan
Asersi Akun Lingkup/
No Masalah Pertimbangan Profesional
Terkait Terpengaruh Ketidaksesuaian
dengan SAP
• Jika material dan belum tercermin secara memadai
dalam laporan keuangan (belum dilakukan
pengembalian kelebihan pembayaran dan/atau belum di
terbitkan SKTJM/SK Pembebanan sebelum tanggal LHP
dan belum diungkapkan dalam CaLK), maka dapat
dikualifikasikan pada opini (misstatement).
• Jika material (melebihi TM) dan sudah tercermin secara
memadai dalam laporan keuangan, tetapi permasalahan
tersebut bersifat sistemik dan massive, maka dapat
dipertimbangkan tetap berdampak pada opini
(misstatement).
• Jika material (melebihi TM) dan sudah tercermin secara
memadai dalam laporan keuangan, serta bukan
merupakan permasalahan yang bersifat sistemik dan
massive, maka dipertimbangkan tidak berdampak pada
opini.

13 Pembayaran belanja Keterjadian LRA: Ketidaksesuaian • Permasalahan ini merupakan ketidakpatuhan terhadap
barang dan jasa tidak Belanja Barang dengan SAP peraturan perundang-undangan yang berdampak pada
sesuai/melebihi ketentuan dan Jasa salah saji dalam LK.
LO: • Pemeriksa perlu mempertimbangkan penyebab
Misalnya: Belanja Beban Perjalan terjadinya permasalahan tersebut, apakah terdapat
perjalanan dinas fiktif/ Dinas/Beban unsur fraud atau tidak. Jika pemeriksa yakin terdapat
belanja material/belanja Persediaan/Beb unsur fraud maka batas materialitas dapat ditetapkan
pemeliharaan fiktif atau an pemeliharaan sebesar TM. Sebaliknya apabila pemeriksa tidak dapat
perjalanan dinas ganda meyakini adanya unsur fraud maka pemeriksa dapat
atau kelebihan tarif

14
Pembatasan
Asersi Akun Lingkup/
No Masalah Pertimbangan Profesional
Terkait Terpengaruh Ketidaksesuaian
dengan SAP
menggunakan batas materialitas maksimal 50% PM
setelah Revisi.
• Jika material dan belum tercermin secara memadai
dalam laporan keuangan (belum dilakukan
pengembalian kelebihan pembayaran dan/atau belum di
terbitkan SKTJM/SK Pembebanan sebelum tanggal LHP
dan belum diungkapkan dalam CaLK), maka dapat
dikualifikasikan pada opini (misstatement).
• Jika material (melebihi TM) dan sudah tercermin secara
memadai dalam laporan keuangan, tetapi permasalahan
tersebut bersifat sistemik dan massive, maka dapat
dipertimbangkan tetap berdampak pada opini
(misstatement).

14 Permasalahan klasifikasi Penyajian dan LRA: Ketidaksesuaian Jika hibah/bantuan sosial dalam bentuk barang dianggarkan
belanja barang, belanja Pengungkapan Belanja dengan SAP dan dalam belanja barang dan penyajian LRA dan LO telah
sosial dan hibah Barang/Jasa, atau pembatasan dikonversi sebagaimana dimaksud dalam pasal 11 ayat (2)
Belanja lingkup dan pasal 21 ayat (1) Permendagri No 32 Tahun 2011 dan
Bantuan Sosial perubahannya, dipertimbangkan tidak mempengaruhi opini,
dan Belanja sepanjang sifat dari pembelian barang tersebut adalah
Hibah untuk diberikan kepada masyarakat.
Namun jika belanja barang digunakan untuk hibah dalam
LO: bentuk tunai, dipertimbangkan mempengaruhi opini,
Beban dengan pertimbangan materialitas sebesar 50% dari PM
Operasional: setelah revisi. Sedangkan apabila Pemda tidak melakukan
konversi dalam penyajian realisasi belanja barang/jasa
tersebut maka pemeriksa mengusulkan koreksi/reklasifikasi

15
Pembatasan
Asersi Akun Lingkup/
No Masalah Pertimbangan Profesional
Terkait Terpengaruh Ketidaksesuaian
dengan SAP
Beban dan apabila usulan koreksi/reklasifikasi tidak diterima dan
Persediaan, atau data tidak tersedia, maka dipertimbangkan
Beban Jasa, mempengaruhi opini dengan pertimbangan materialitas
sebesar 50% dari PM setelah revisi.

15 Laporan pertanggung- • Keterjadian • LRA: • Ketidaksesuaian • Permasalahan ini merupakan ketidakpatuhan terhadap
jawaban penggunaan • Penilaian Belanja dengan SAP peraturan perundang-undangan yang berdampak pada
belanja bantuan sosial dan Bantuan • Pembatasan salah saji dalam LK.
belanja hibah tidak ada Sosial dan Lingkup • Belanja Bansos:
Belanja Hibah  Berdasarkan Permendagri Nomor 32 Tahun 2011
dan perubahannya, pertanggungjawaban
• LO: penyaluran bansos dari Pemda berupa usulan dari
Beban penerima, keputusan kepala daerah tentang
penetapan daftar penerima bansos, pakta integritas
dan bukti transfer/penyerahan uang.
 Apabila tidak ada pertanggungjawaban, maka tidak
serta merta diperlakukan sebagai pembatasan
lingkup, tetapi perlu dilakukan prosedur alternatif
untuk meyakinkan ada tidaknya penyaluran bansos
fiktif, salah sasaran, atau penggunaan yang tidak
sesuai proposal.
 Apabila setelah dilakukan prosedur alternatif diyakini
terdapat penyaluran bansos fiktif, salah sasaran,
atau penggunaan yang tidak sesuai proposal yang
berindikasi fraud dan bersifat sistemik, maka jika
material dapat dipertimbangkan mempengaruhi opini

16
Pembatasan
Asersi Akun Lingkup/
No Masalah Pertimbangan Profesional
Terkait Terpengaruh Ketidaksesuaian
dengan SAP
(misstatement) dengan batas materialitas sebesar
TM.
 Apabila tidak dapat dilakukan prosedur alternatif
atau dapat dilakukan prosedur alternatif tetapi tidak
memadai, maka jika dampaknya material dapat
dipertimbangkan mempengaruhi opini (pembatasan
lingkup) dengan batas materialitas 50% PM setelah
revisi.
• Belanja Hibah
 Berdasarkan Permendagri Nomor 32 Tahun 2011
dan perubahannya, pertanggungjawaban
penyaluran bansos dari Pemda berupa usulan dari
penerima, keputusan kepala daerah tentang
penetapan daftar penerima bansos, NPHD, pakta
integritas dan bukti transfer/penyerahan uang.
 Apabila tidak ada pertanggungjawaban, maka tidak
serta merta diperlakukan sebagai pembatasan
lingkup, tetapi perlu dilakukan prosedur alternatif
untuk meyakinkan ada tidaknya penyaluran bansos
fiktif, salah sasaran, atau penggunaan yang tidak
sesuai proposal.

17
Pembatasan
Asersi Akun Lingkup/
No Masalah Pertimbangan Profesional
Terkait Terpengaruh Ketidaksesuaian
dengan SAP
 Apabila setelah dilakukan prosedur alternatif diyakini
terdapat penyaluran bansos fiktif, salah sasaran,
atau penggunaan yang tidak sesuai proposal yang
berindikasi fraud dan bersifat sistemik, maka jika
material dapat dipertimbangkan mempengaruhi opini
(misstatement) dengan batas materialitas sebesar
TM.
 Apabila tidak dapat dilakukan prosedur alternatif atau
dapat dilakukan prosedur alternatif tetapi tidak
memadai, maka jika dampaknya material dapat
dipertimbangkan mempengaruhi opini (pembatasan
lingkup) dengan batas materialitas 50% PM setelah
revisi.

16 SPJ belum lengkap di • Keterjadian • LRA: • Ketidaksesuaian • Permasalahan ini merupakan ketidakpatuhan terhadap
Bendahara Pengeluaran • Penilaian Belanja dengan SAP. peraturan perundang-undangan yang berdampak pada
• Pembatasan salah saji dalam LK. Namun, mengacu pada SAP hal
• LO: lingkup. tersebut tidak dapat dilakukan koreksi;
• Beban • Apabila tidak ada SPJ pada Bendahara Pengeluaran
berupa bukti pengeluaran yang lengkap dan sah, maka
tidak serta merta diperlakukan sebagai pembatasan
lingkup, tetapi perlu dilakukan prosedur alternatif untuk
meyakinkan realisasi belanja tersebut.

18
Pembatasan
Asersi Akun Lingkup/
No Masalah Pertimbangan Profesional
Terkait Terpengaruh Ketidaksesuaian
dengan SAP
• Apabila setelah dilakukan prosedur alternatif diyakini
terdapat pengeluaran tidak sesuai ketentuan yang
berindikasi fraud dan bersifat sistemik, maka jika material
dapat dipertimbangkan mempengaruhi opini
(misstatement) dengan batas materialitas sebesar TM.
• Apabila tidak dapat dilakukan prosedur alternatif atau
dapat dilakukan prosedur alternatif tetapi tidak memadai,
maka jika dampaknya material dapat dipertimbangkan
mempengaruhi opini (pembatasan lingkup) dengan batas
materialitas sebesar 50% PM setelah revisi.
• SPJ yang dapat dipertimbangkan untuk menilai
kewajaran pengeluaran adalah SPJ yang diperoleh
sampai dengan akhir pemeriksaan lapangan.

17 Kesalahan klasifikasi • Penyajian dan LRA: Ketidaksesuaian • Pemeriksa perlu mempertimbangkan penyebab
belanja yang ditemukan pengungkapan Belanja dengan SAP ketidaksesuaian klasifikasi jenis belanja tersebut apakah
dalam pemeriksaan disebabkan dari kesalahan pada saat menganggarkan
LO: ataukah dari pengeluaran yang tidak sesuai
Misalnya ditemukan Beban peruntukannya.
adanya realisasi belanja • Terjadinya kesalahan pada saat menganggarkan dapat
barang/jasa untuk dilihat jika kesalahan klasifikasi terjadi sejak awal
pembelian aset tetap penganggaran (DPA) atas belanja terkait, sedangkan
(seharusnya belanja pengeluaran yang tidak sesuai peruntukkan terjadi
modal). manakala belanja direalisasikan tidak sesuai dengan
peruntukkan belanja yang tertera dalam dokumen
penganggaran.

19
Pembatasan
Asersi Akun Lingkup/
No Masalah Pertimbangan Profesional
Terkait Terpengaruh Ketidaksesuaian
dengan SAP
• Pemeriksa harus menguji apakah kesalahan
penganggaran tersebut telah dikoreksi untuk penyajian
akun terkait di LO. Jika belum, pemeriksa harus
mengusulkan untuk dikoreksi. Jika koreksi yang
diusulkan ditolak, permasalahan ini dapat mempengaruhi
opini. Batas materialitas yang dipertimbangkan adalah
50% PM setelah revisi.
• Pemeriksa mempertimbangkan penentuan batas
materialitas sebesar 10% dari total belanja atas
kesalahan klasifikasi belanja yang disebabkan oleh
kesalahan pada saat menganggarkan jika
dipertimbangkan tidak ada risiko lain yang signifikan
terkait penyajian Aset Tetapnya dalam Neraca.
• Pemeriksa mempertimbangkan penentuan batas
materialitas maksimal sebesar 50% PM setelah revisi
untuk kesalahan klasifikasi belanja yang disebabkan oleh
pengeluaran yang tidak sesuai peruntukannya.

20
Pembatasan
Asersi Akun Lingkup/
No Masalah Pertimbangan Profesional
Terkait Terpengaruh Ketidaksesuaian
dengan SAP
18 Realisasi Pengeluaran • Penyajian LRA: Ketidaksesuaian Pada dasarnya setiap pengeluaran harus dilakukan melalui
yang tidak tersedia • Kelengkapan Belanja dengan SAP mekanisme APBD. Berdasarkan PP 58 Tahun 2005 bahwa
anggarannya • Hak dan LO: SKPD dilarang melakukan pengeluaran atas beban
(voorfinanciring) dan tidak Kewajiban Beban anggaran daerah untuk tujuan yang tidak tersedia
termasuk pengeluaran  Penilaian anggaran, dan/atau yang tidak cukup tersedia anggarannya
yang mendesak dana atau dalam APBD. Pemeriksa harus menguji apakah terdapat
darurat indikasi fraud atas pelaksanaan belanja tersebut. Apabila
terdapat indikasi fraud menggunakan materialitas TM dan
apabila tidak terdapat indikasi fraud menggunakan batas
materialitas 50% PM setelah revisi.

WAKIL KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA, REPUBLIK INDONESIA,

AGUS JOKO PRAMONO AGUNG FIRMAN SAMPURNA

21
LAMPIRAN IX.3 : KEPUTUSAN BPK-RI
NOMOR : /K/I-XIII.2/ /2020
TANGGAL : 2020

Pemeriksaan atas LKPD ............(1) Indeks KKP : (3)


Tahun ………….(2) Dibuat oleh : (4)
Direviu oleh : (5)
BPK RI
Formulir Analisis Pengaruh Temuan Terhadap Akun Disetujui oleh : (6)

Masukan/
Kategori (Pembatasan
Pertimbangan Apakah Pertimbangan
Akun yang Asersi yang Lingkup atau
No Pokok Masalah Nilai profesional terhadap mempengaruhi dari Tim
terpengaruh terpengaruh Ketidaksesuaian
materialitas akun Review
dengan SAP)
Perwakilan

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Kesimpulan:
• Jika jawaban atas kolom 8 seluruhnya adalah “tidak”, maka opininya adalah “wajar tanpa pengecualian (WTP)”;
• Jika jawaban atas kolom 8 ada yang “ya”, maka penentuan opini mengikuti langkah selanjutnya dalam lampiran 9.4
Penjelasan:
1. Kolom 1 diisi nomor urut;
2. Kolom 2 diisi judul temuan atau pokok masalah;
3. Kolom 3 diisi nilai dampak atau kemungkinan dampak suatu permasalahan terhadap akun atau LK. Dalam hal nilai dampak atau kemungkinan dampak
tidak dapat diukur, kolom ini tidak perlu diisi tetapi ditambahkan penjelasan di pertimbangan profesional (kolom 7) apakah kemungkinan dampak tsb dapat
menjadi material atau tidak;
4. Kolom 4 diisi akun yang terpengaruh (dapat lebih dari satu akun);
5. Kolom 5 diisi asersi yang terpengaruh (dapat lebih dari satu asersi). Jika tidak ada asersi yang dilanggar, dapat dikosongkan;
6. Kolom 6 diisi kategori pembatasan lingkup atau ketidaksesuaian dengan standar (pilih salah satu, jika tidak termasuk dalam kedua kategori tsb, bisa
dikosongkan, misalnya temuan administratif);
7. Kolom 7 diisi pertimbangan profesional pemeriksa terhadap materialitas, baik kuantitatif maupun kualitatif, pertimbangan apakah masuk dalam
pembatasan lingkup atau ketidaksesuaian dengan standar, dan pertimbangan lainnya yang dianggap perlu untuk menentukan apakah permasalahan tsb
berpengaruh terhadap kewajaran akun atau tidak;
8. Kolom 8 diisi “ya” jika berpengaruh terhadap kewajaran akun, atau “tidak” apabila tidak mempengaruhi kewajaran akun. Hal ini tergantung dengan
pertimbangan profesional yang dijelaskan pada kolom 7.
9. Kolom 9 diisi masukan/pertimbangan dari Tim Review Perwakilan (jika ada)

WAKIL KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA, REPUBLIK INDONESIA,

AGUS JOKO PRAMONO AGUNG FIRMAN SAMPURNA


LAMPIRAN IX.4 : KEPUTUSAN BPK-RI
NOMOR : /K/I-XIII.2/ /2020
TANGGAL : 2020

Pemeriksaan atas LKPD ............(1) Indeks KKP : (3)


Tahun ………….(2) Dibuat oleh : (4)
Direviu oleh : (5)
Formulir Perumusan Opini Laporan Keuangan Disetujui oleh : (6)
BPK RI

Nilai Dampak Nilai Dampak


Pertimbangan profesional dengan memperhatikan pervasiveness
No Pokok Masalah Akun yang terpengaruh Pembatasan Ketidaksesuaian
Lingkup dengan SAP (proporsi, kompleksitas, pengungkapan)

1 2 3 4 5 6

Total

Kesimpulan Opini :

Ditandangani oleh : Pemberi Tugas/Kalan, Penanggung Jawab, Wakil Penanggung Jawab, Pengendali Teknis, Ketua Tim
Catatan Paraf
Kepala Perwakilan
(Pemberi Tugas)
Penanggung Jawab
Wakil Penanggung
Jawab
Pengendali Teknis
Ketua Tim

Keterangan:
1. Kolom 1 diisi nomor urut;
2. Kolom 2 diisi temuan atau gabungan beberapa temuan yg mempunyai poko masalah yang sama;
3. Kolom 3 diisi akun yang terpengaruh;
4. Kolom 4 diisi nilai dampak terhadap salah saji, nilai salah saji atau kemungkinan dampak salah saji (atau potensi salah saji);
5. Kolom 5 diisi pertimbangan profesional penentuan opini dengan memperhatikan pervasiveness serta kejadian-kejadian penting yang berpengaruh
terhadap kewajaran LK;
6. Kolom 6 diisi kesimpulan opini berdasarkan pertimbangan profesional pada kolom 5.

WAKIL KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA, REPUBLIK INDONESIA,

AGUS JOKO PRAMONO AGUNG FIRMAN SAMPURNA


LAMPIRAN IX.5 : KEPUTUSAN BPK-RI
NOMOR : /K/I-XIII.2/ /2020
TANGGAL : 2020

CONTOH OPINI

1. OPINI “WAJAR TANPA PENGECUALIAN”

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN


ATAS LAPORAN KEUANGAN

Laporan atas Laporan Keuangan

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung
Jawab Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan,
BPK telah memeriksa Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota......, yang terdiri dari Neraca
tanggal 31 Desember 20XX, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih,
Laporan Operasional, Laporan Arus Kas, dan Laporan Perubahan Ekuitas untuk tahun yang berakhir pada
tanggal tersebut, serta Catatan atas Laporan Keuangan.

Tanggung jawab Pemerintah atas Laporan Keuangan

Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota .......... bertanggung jawab atas penyusunan dan penyajian wajar
laporan keuangan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan dan pengendalian intern yang memadai
untuk menyusun laporan keuangan yang bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh
kecurangan maupun kesalahan.

Tanggung jawab BPK

Tanggung jawab BPK adalah untuk menyatakan suatu opini atas laporan keuangan berdasarkan
pemeriksaan BPK. BPK melaksanakan pemeriksaan berdasarkan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara.
Standar tersebut mengharuskan BPK mematuhi kode etik BPK, serta merencanakan dan melaksanakan
pemeriksaan untuk memperoleh keyakinan yang memadai apakah laporan keuangan tersebut bebas dari
kesalahan penyajian material.

Suatu pemeriksaan meliputi pengujian bukti-bukti yang mendukung angka-angka dan pengungkapan dalam
laporan keuangan. Prosedur yang dipilih mendasarkan pada pertimbangan profesional pemeriksa, termasuk
penilaian risiko salah saji yang material dalam laporan keuangan, baik yang disebabkan oleh kecurangan
maupun kesalahan. Dalam melakukan penilaian risiko, Pemeriksa mempertimbangkan pengendalian intern
yang relevan dengan penyusunan dan penyajian wajar laporan keuangan Pemerintah

BPK Perwakilan Provinsi……. 1


Provinsi/Kabupaten/Kota .......... untuk merancang prosedur pemeriksaan yang tepat sesuai dengan kondisi
yang ada, tetapi bukan untuk tujuan menyatakan opini atas efektivitas pengendalian intern Pemerintah
Provinsi/Kabupaten/Kota .......... Pemeriksaan yang dilakukan BPK juga mencakup evaluasi atas ketepatan
kebijakan akuntansi yang digunakan dan kewajaran estimasi akuntansi yang dibuat oleh Pemerintah
Provinsi/Kabupaten/Kota .........., serta evaluasi atas penyajian laporan keuangan secara keseluruhan.

BPK yakin bahwa bukti pemeriksaan yang telah diperoleh adalah cukup dan tepat, sebagai dasar untuk
menyatakan opini BPK.

Opini

Menurut opini BPK, laporan keuangan yang disebut di atas, menyajikan secara wajar, dalam semua hal
yang material, posisi keuangan Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota ..... tanggal 31 Desember 20XX, dan
realisasi anggaran, perubahan saldo anggaran lebih, operasional, arus kas, serta perubahan ekuitas untuk
tahun yang berakhir pada tanggal tersebut, sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.

Laporan atas SPI dan Kepatuhan

Untuk memperoleh keyakinan yang memadai atas kewajaran laporan keuangan tersebut, BPK juga
melakukan pemeriksaan terhadap sistem pengendalian intern dan kepatuhan terhadap peraturan
perundang-undangan. Laporan Hasil Pemeriksaan atas Sistem Pengendalian Intern dan Kepatuhan
terhadap Peraturan Perundang-undangan disajikan dalam Laporan Nomor ..../LHP/XV/05/20XX tanggal
...Mei 20XX, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari laporan ini.

.........................., ..... Mei 20XX


BADAN P EMERIKSA KEUANGAN
Perwakilan Provinsi ..............
Penanggung Jawab Pemeriksaan,

............................., CA
Register Negara Akuntan No ..........

BPK Perwakilan Provinsi……. 2


2. OPINI “WTP DENGAN PARAGRAF PENEKANAN SUATU HAL DAN HAL LAIN”

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN


ATAS LAPORAN KEUANGAN

Laporan atas Laporan Keuangan

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung
Jawab Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan,
BPK telah memeriksa Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota......, yang terdiri dari Neraca
tanggal 31 Desember 20XX, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih,
Laporan Operasional, Laporan Arus Kas, dan Laporan Perubahan Ekuitas untuk tahun yang berakhir pada
tanggal tersebut, serta Catatan atas Laporan Keuangan.

Tanggung jawab Pemerintah atas Laporan Keuangan

Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota .......... bertanggung jawab atas penyusunan dan penyajian wajar
laporan keuangan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan dan pengendalian intern yang memadai
untuk menyusun laporan keuangan yang bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh
kecurangan maupun kesalahan.

Tanggung jawab BPK

Tanggung jawab BPK adalah untuk menyatakan suatu opini atas laporan keuangan berdasarkan
pemeriksaan BPK. BPK melaksanakan pemeriksaan berdasarkan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara.
Standar tersebut mengharuskan BPK mematuhi kode etik BPK, serta merencanakan dan melaksanakan
pemeriksaan untuk memperoleh keyakinan yang memadai apakah laporan keuangan tersebut bebas dari
kesalahan penyajian material .

BPK Perwakilan Provinsi……. 3


Suatu pemeriksaan meliputi pengujian bukti-bukti yang mendukung angka-angka dan pengungkapan dalam
laporan keuangan. Prosedur yang dipilih mendasarkan pada pertimbangan profesional Pemeriksa,
termasuk penilaian risiko kesalahan penyajian yang material dalam laporan keuangan, baik yang
disebabkan oleh kecurangan maupun kesalahan. Dalam melakukan penilaian risiko, Pemeriksa
mempertimbangkan pengendalian intern yang relevan dengan penyusunan dan penyajian wajar laporan
keuangan Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota .......... untuk merancang prosedur pemeriksaan yang tepat
sesuai dengan kondisi yang ada, tetapi bukan untuk tujuan menyatakan opini atas efektivitas pengendalian
intern Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota .......... Pemeriksaan yang dilakukan BPK juga mencakup
evaluasi atas ketepatan kebijakan akuntansi yang digunakan dan kewajaran estimasi akuntansi yang dibuat
oleh Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota .........., serta evaluasi atas penyajian laporan keuangan secara
keseluruhan.

BPK yakin bahwa bukti pemeriksaan yang telah diperoleh adalah cukup dan tepat, sebagai dasar untuk
menyatakan opini BPK.

Opini

Menurut opini BPK, laporan keuangan yang disebut di atas, menyajikan secara wajar, dalam semua hal
yang material, posisi keuangan Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota ..... tanggal 31 Desember 20XX, dan
realisasi anggaran, perubahan saldo anggaran lebih, operasional, arus kas, serta perubahan ekuitas untuk
tahun yang berakhir pada tanggal tersebut, sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.

Penekanan Suatu Hal

BPK menekankan pada Catatan ...... atas Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota yang
menjelaskan bahwa pada TA 20XX terjadi perubahan struktur organisasi di lingkungan Pemerintah
Provinsi/Kabupaten/Kota ...... yang mengakibatkan perubahan jumlah laporan keuangan entitas akuntansi
pada TA 20XX dibandingkan jumlah laporan keuangan entitas pada TA 20XX. Opini BPK tidak dimodifikasi
sehubungan dengan hal tersebut.

Hal Lain
Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota telah melakukan beberapa upaya perbaikan guna menindaklanjuti
rekomendasi BPK atas permasalahan selisih data piutang Pajak Bumi dan Bangunan yang terjadi pada
periode sebelumnya, dengan melakukan inventarisasi piutang PBB, melakukan rekonsiliasi data piutang
secara periodik, serta memperbaiki sistem dan prosedur pengelolaan piutang PBB.

BPK Perwakilan Provinsi……. 4


Laporan atas SPI dan Kepatuhan

Untuk memperoleh keyakinan yang memadai atas kewajaran laporan keuangan tersebut, BPK juga
melakukan pemeriksaan terhadap sistem pengendalian intern dan kepatuhan terhadap peraturan
perundang-undangan. Laporan Hasil Pemeriksaan atas Sistem Pengendalian Intern dan Kepatuhan
terhadap Peraturan Perundang-undangan disajikan dalam Laporan Nomor ..../LHP/XV/05/20XX tanggal
...Mei 20XX, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari laporan ini.

.........................., ..... Mei 20XX


BADAN P EMERIKSA KEUANGAN
Perwakilan Provinsi ..............
Penanggung Jawab Pemeriksaan,

............................., CA
Register Negara Akuntan No ........

BPK Perwakilan Provinsi……. 5


3. OPINI “WTP DENGAN PARAGRAF HAL LAIN”

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN


ATAS LAPORAN KEUANGAN

Laporan atas Laporan Keuangan

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung
Jawab Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan,
BPK telah memeriksa Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota......, yang terdiri dari Neraca
tanggal 31 Desember 20XX, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih,
Laporan Operasional, Laporan Arus Kas, dan Laporan Perubahan Ekuitas untuk tahun yang berakhir pada
tanggal tersebut, serta Catatan atas Laporan Keuangan.

Tanggung jawab Pemerintah atas Laporan Keuangan

Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota .......... bertanggung jawab atas penyusunan dan penyajian wajar
laporan keuangan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan dan pengendalian intern yang memadai
untuk menyusun laporan keuangan yang bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh
kecurangan maupun kesalahan.

Tanggung jawab BPK

Tanggung jawab BPK adalah untuk menyatakan suatu opini atas laporan keuangan berdasarkan
pemeriksaan BPK. BPK melaksanakan pemeriksaan berdasarkan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara.
Standar tersebut mengharuskan BPK mematuhi kode etik BPK, serta merencanakan dan melaksanakan
pemeriksaan untuk memperoleh keyakinan yang memadai apakah laporan keuangan tersebut bebas dari
kesalahan penyajian material .

Suatu pemeriksaan meliputi pengujian bukti-bukti yang mendukung angka-angka dan pengungkapan dalam
laporan keuangan. Prosedur yang dipilih mendasarkan pada pertimbangan profesional Pemeriksa,
termasuk penilaian risiko kesalahan penyajian yang material dalam laporan keuangan, baik yang
disebabkan oleh kecurangan maupun kesalahan. Dalam melakukan penilaian risiko, Pemeriksa
mempertimbangkan pengendalian intern yang relevan dengan penyusunan dan penyajian wajar laporan
keuangan Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota .......... untuk merancang prosedur pemeriksaan yang tepat
sesuai dengan kondisi yang ada, tetapi bukan untuk tujuan menyatakan opini atas efektivitas pengendalian

BPK Perwakilan Provinsi……. 6


intern Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota .......... Pemeriksaan yang dilakukan BPK juga mencakup
evaluasi atas ketepatan kebijakan akuntansi yang digunakan dan kewajaran estimasi akuntansi yang dibuat
oleh Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota .........., serta evaluasi atas penyajian laporan keuangan secara
keseluruhan.

BPK yakin bahwa bukti pemeriksaan yang telah diperoleh adalah cukup dan tepat, sebagai dasar untuk
menyatakan opini BPK.

Opini

Menurut opini BPK, laporan keuangan yang disebut di atas, menyajikan secara wajar, dalam semua hal
yang material, posisi keuangan Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota ..... tanggal 31 Desember 20XX, dan
realisasi anggaran, perubahan saldo anggaran lebih, operasional, arus kas, serta perubahan ekuitas untuk
tahun yang berakhir pada tanggal tersebut, sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.

Hal Lain

Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota telah melakukan beberapa upaya perbaikan guna menindaklanjuti


rekomendasi BPK atas permasalahan selisih data piutang Pajak Bumi dan Bangunan yang terjadi pada
periode sebelumnya, dengan melakukan inventarisasi piutang PBB, melakukan rekonsiliasi data piutang
secara periodik, serta memperbaiki sistem dan prosedur pengelolaan piutang PBB.

Laporan atas SPI dan Kepatuhan

Untuk memperoleh keyakinan yang memadai atas kewajaran laporan keuangan tersebut, BPK juga
melakukan pemeriksaan terhadap sistem pengendalian intern dan kepatuhan terhadap peraturan
perundang-undangan. Laporan Hasil Pemeriksaan atas Sistem Pengendalian Intern dan Kepatuhan
terhadap Peraturan Perundang-undangan disajikan dalam Laporan Nomor ..../LHP/XV/05/20XX tanggal
...Mei 20XX, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari laporan ini.

.........................., ..... Mei 20XX


BADAN P EMERIKSA KEUANGAN
Perwakilan Provinsi ..............
Penanggung Jawab Pemeriksaan,

............................., CA
Register Negara Akuntan No ........

BPK Perwakilan Provinsi……. 7


4. OPINI “WAJAR DENGAN PENGECUALIAN”
(KARENA PEMBATASAN RUANG LINGKUP)

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN


ATAS LAPORAN KEUANGAN

Laporan atas Laporan Keuangan

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung
Jawab Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan,
BPK telah memeriksa Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota......., yang terdiri dari
Neraca tanggal 31 Desember 20XX, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan Saldo Anggaran
Lebih, Laporan Operasional, Laporan Arus Kas, dan Laporan Perubahan Ekuitas untuk tahun yang berakhir
pada tanggal tersebut, serta Catatan atas Laporan Keuangan.

Tanggung jawab Pemerintah atas laporan keuangan

Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota .......... bertanggung jawab atas penyusunan dan penyajian wajar
laporan keuangan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan dan pengendalian intern yang memadai
untuk menyusun laporan keuangan yang bebas dari kesalahan penyajian material, baik yang disebabkan
oleh kecurangan maupun kesalahan.

Tanggung jawab BPK

Tanggung jawab BPK adalah untuk menyatakan suatu opini atas laporan keuangan berdasarkan
pemeriksaan BPK. BPK melaksanakan pemeriksaan berdasarkan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara.
Standar tersebut mengharuskan BPK mematuhi kode etik BPK, serta merencanakan dan melaksanakan
pemeriksaan untuk memperoleh keyakinan yang memadai apakah laporan keuangan tersebut bebas dari
kesalahan penyajian material .

Suatu pemeriksaan meliputi pengujian bukti-bukti yang mendukung angka-angka dan pengungkapan dalam
laporan keuangan. Prosedur yang dipilih mendasarkan pada pertimbangan profesional Pemeriksa,
termasuk penilaian risiko kesalahan penyajian yang material dalam laporan keuangan, baik yang
disebabkan oleh kecurangan maupun kesalahan. Dalam melakukan penilaian risiko, Pemeriksa
mempertimbangkan pengendalian intern yang relevan dengan penyusunan dan penyajian wajar laporan
keuangan Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota .......... untuk merancang prosedur pemeriksaan yang tepat
sesuai dengan kondisi yang ada, tetapi bukan untuk tujuan menyatakan opini atas efektivitas pengendalian
intern Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota .......... Pemeriksaan yang dilakukan BPK juga mencakup

BPK Perwakilan Provinsi……. 8


evaluasi atas ketepatan kebijakan akuntansi yang digunakan dan kewajaran estimasi akuntansi yang dibuat
oleh Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota .........., serta evaluasi atas penyajian laporan keuangan secara
keseluruhan.

BPK yakin bahwa bukti pemeriksaan yang telah diperoleh adalah cukup dan tepat, sebagai dasar untuk
menyatakan opini wajar dengan pengecualian.

Dasar Opini Wajar Dengan Pengecualian

Sebagaimana Diungkap dalam Catatan ...... dan lampiran 1.I.3 atas Laporan Keuangan, Pemerintah
Provinsi/Kabupaten/Kota ......... menyajikan nilai Aset Tetap per 31 Desember 20XX sebesar Rp1,27 triliun.
Dari nilai tersebut, diantaranya sebesar Rp234,66 milyar tidak didukung dengan rincian. Pemerintah
Provinsi/Kabupaten/Kota ...... telah memiliki kebijakan pencatatan, penyajian dan pengungkapan Aset
Tetap, namun belum dilaksanakan secara memadai. BPK tidak dapat memperoleh bukti pemeriksaan yang
cukup dan tepat tentang nilai tersebut, karena tidak tersedia data dan informasi pada satuan kerja terkait.
Sebagai akibatnya, BPK tidak dapat menentukan apakah diperlukan penyesuaian terhadap angka tersebut
di atas.

Opini Wajar Dengan Pengecualian

Menurut opini BPK, kecuali untuk dampak hal yang dijelaskan dalam paragraf dasar opini wajar dengan
pengecualian, laporan keuangan yang disebut di atas menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang
material, posisi keuangan Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota ..... tanggal 31 Desember 20XX, dan
realisasi anggaran, perubahan saldo anggaran lebih, operasional, arus kas, serta perubahan ekuitas untuk
tahun yang berakhir pada tanggal tersebut, sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.

Laporan atas SPI dan Kepatuhan

Untuk memperoleh keyakinan yang memadai atas kewajaran laporan keuangan tersebut, BPK juga
melakukan pemeriksaan terhadap sistem pengendalian intern dan kepatuhan terhadap peraturan
perundang-undangan. Laporan Hasil Pemeriksaan atas Sistem Pengendalian Intern dan Kepatuhan
terhadap Peraturan Perundang-undangan disajikan dalam Laporan Nomor ..../LHP/XV/05/20XX tanggal ...
Mei 20XX, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari laporan ini.

.........................., ..... Mei 20XX


BADAN P EMERIKSA KEUANGAN
Perwakilan Provinsi ..............
Penanggung Jawab Pemeriksaan,

............................., CA
Register Negara Akuntan No ........

BPK Perwakilan Provinsi……. 9


5. OPINI “WAJAR DENGAN PENGECUALIAN”
(KARENA ADANYA PENYIMPANGAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN)

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN


ATAS LAPORAN KEUANGAN

Laporan atas Laporan Keuangan

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung
Jawab Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan,
BPK telah memeriksa Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota......., yang terdiri dari
Neraca tanggal 31 Desember 20XX, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan Saldo Anggaran
Lebih, Laporan Operasional, Laporan Arus Kas, dan Laporan Perubahan Ekuitas untuk tahun yang berakhir
pada tanggal tersebut, serta Catatan atas Laporan Keuangan.

Tanggung jawab Pemerintah atas laporan keuangan

Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota .......... bertanggung jawab atas penyusunan dan penyajian wajar
laporan keuangan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan dan pengendalian intern yang memadai
untuk menyusun laporan keuangan yang bebas dari kesalahan penyajian material, baik yang disebabkan
oleh kecurangan maupun kesalahan.

Tanggung jawab BPK

Tanggung jawab BPK adalah untuk menyatakan suatu opini atas laporan keuangan berdasarkan
pemeriksaan BPK. BPK melaksanakan pemeriksaan berdasarkan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara.
Standar tersebut mengharuskan BPK mematuhi kode etik BPK, serta merencanakan dan melaksanakan
pemeriksaan untuk memperoleh keyakinan yang memadai apakah laporan keuangan tersebut bebas dari
kesalahan penyajian material .

Suatu pemeriksaan meliputi pengujian bukti-bukti yang mendukung angka-angka dan pengungkapan dalam
laporan keuangan. Prosedur yang dipilih mendasarkan pada pertimbangan profesional Pemeriksa,
termasuk penilaian risiko kesalahan penyajian yang material dalam laporan keuangan, baik yang
disebabkan oleh kecurangan maupun kesalahan. Dalam melakukan penilaian risiko, Pemeriksa
mempertimbangkan pengendalian intern yang relevan dengan penyusunan dan penyajian wajar laporan
keuangan Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota .......... untuk merancang prosedur pemeriksaan yang tepat
sesuai dengan kondisi yang ada, tetapi bukan untuk tujuan menyatakan opini atas efektivitas pengendalian
intern Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota .......... Pemeriksaan yang dilakukan BPK juga mencakup
evaluasi atas ketepatan kebijakan akuntansi yang digunakan dan kewajaran estimasi akuntansi yang dibuat

BPK Perwakilan Provinsi……. 10


oleh Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota .........., serta evaluasi atas penyajian laporan keuangan secara
keseluruhan.

BPK yakin bahwa bukti pemeriksaan yang telah diperoleh adalah cukup dan tepat, sebagai dasar untuk
menyatakan opini wajar dengan pengecualian.

Dasar Opini Wajar Dengan Pengecualian

Sebagaimana diungkapkan dalam Catatan ....... atas Laporan Keuangan, Pemerintah


Provinsi/Kabupaten/Kota ..... menyajikan aset tetap per 31 Desember 20XX sebesar Rp945,10 miliar.
Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota ..... telah melakukan penilaian aset tetap yang diperoleh sebelum
tanggal 31 Desember 20XX sebesar Rp110,93 miliar. Namun, hasil penilaian kembali tersebut belum
disajikan dalam Neraca Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota ..... tanggal 31 Desember 20XX sebagaimana
diatur dalam Standar Akuntansi Pemerintahan. Seandainya hasil penilaian kembali atas aset tetap yang
diperoleh sebelum tanggal 31 Desember 20XX tersebut disajikan, maka nilai aset tetap per tanggal 31
Desember 20XX akan meningkat sebesar Rp110,93 miliar.

Opini Wajar Dengan Pengecualian

Menurut opini BPK, kecuali untuk dampak hal yang dijelaskan dalam paragraf dasar opini wajar dengan
pengecualian, laporan keuangan yang disebut di atas menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang
material, posisi keuangan Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota ..... tanggal 31 Desember 20XX, dan
realisasi anggaran, perubahan saldo anggaran lebih, operasional, arus kas, serta perubahan ekuitas untuk
tahun yang berakhir pada tanggal tersebut, sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.

Laporan atas SPI dan Kepatuhan

Untuk memperoleh keyakinan yang memadai atas kewajaran laporan keuangan tersebut, BPK juga
melakukan pemeriksaan terhadap sistem pengendalian intern dan kepatuhan terhadap peraturan
perundang-undangan. Laporan Hasil Pemeriksaan atas Sistem Pengendalian Intern dan Kepatuhan
terhadap Peraturan Perundang-undangan disajikan dalam Laporan Nomor ..../LHP/XV/05/20XX tanggal ...
Mei 20XX, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari laporan ini.

.........................., ..... Mei 20XX


BADAN P EMERIKSA KEUANGAN
Perwakilan Provinsi ..............
Penanggung Jawab Pemeriksaan,

............................., CA
Register Negara Akuntan No ........

BPK Perwakilan Provinsi……. 11


6. OPINI “TIDAK WAJAR”

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN


ATAS LAPORAN KEUANGAN

Laporan atas Laporan Keuangan

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung
Jawab Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan,
BPK telah memeriksa Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota..........., yang terdiri dari
Neraca tanggal 31 Desember 20XX, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan Saldo Anggaran
Lebih, Laporan Operasional, Laporan Arus Kas, dan Laporan Perubahan Ekuitas untuk tahun yang berakhir
pada tanggal tersebut, serta Catatan atas Laporan Keuangan.

Tanggung jawab Pemerintah atas laporan keuangan

Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota .......... bertanggung jawab atas penyusunan dan penyajian wajar
laporan keuangan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan dan pengendalian intern yang memadai
untuk menyusun laporan keuangan yang bebas dari kesalahan penyajian material, baik yang disebabkan
oleh kecurangan maupun kesalahan.

Tanggung jawab BPK

Tanggung jawab BPK adalah untuk menyatakan suatu opini atas laporan keuangan berdasarkan
pemeriksaan BPK. BPK melaksanakan pemeriksaan berdasarkan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara.
Standar tersebut mengharuskan BPK mematuhi kode etik BPK, serta merencanakan dan melaksanakan
pemeriksaan untuk memperoleh keyakinan yang memadai apakah laporan keuangan tersebut bebas dari
kesalahan penyajian material .

Suatu pemeriksaan meliputi pengujian bukti-bukti yang mendukung angka-angka dan pengungkapan dalam
laporan keuangan. Prosedur yang dipilih mendasarkan pada pertimbangan profesional Pemeriksa,
termasuk penilaian risiko kesalahan penyajian yang material dalam laporan keuangan, baik yang
disebabkan oleh kecurangan maupun kesalahan. Dalam melakukan penilaian risiko, Pemeriksa
mempertimbangkan pengendalian intern yang relevan dengan penyusunan dan penyajian wajar laporan
keuangan Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota .......... untuk merancang prosedur pemeriksaan yang tepat
sesuai dengan kondisi yang ada, tetapi bukan untuk tujuan menyatakan opini atas efektivitas pengendalian

BPK Perwakilan Provinsi……. 12


intern Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota .......... Pemeriksaan yang dilakukan BPK juga mencakup
evaluasi atas ketepatan kebijakan akuntansi yang digunakan dan kewajaran estimasi akuntansi yang dibuat
oleh Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota .........., serta evaluasi atas penyajian laporan keuangan secara
keseluruhan.

BPK yakin bahwa bukti pemeriksaan yang telah diperoleh adalah cukup dan tepat, sebagai dasar untuk
menyatakan opini tidak wajar.

Dasar Opini Tidak Wajar

Sebagaimana diungkapkan dalam Catatan ....... atas Laporan Keuangan, Pemerintah


Provinsi/Kabupaten/Kota ..... menyajikan aset tetap per 31 Desember 20XX sebesar Rp945,10 miliar.
Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota ..... telah melakukan penilaian aset tetap yang diperoleh sebelum
tanggal 31 Desember 20XX sebesar Rp880,93 miliar. Namun, hasil penilaian kembali tersebut belum
disajikan dalam Neraca Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota ..... tanggal 31 Desember 20XX sebagaimana
diatur dalam Standar Akuntansi Pemerintahan. Seandainya hasil penilaian kembali atas aset tetap yang
diperoleh sebelum tanggal 31 Desember 20XX tersebut disajikan, maka nilai aset tetap per tanggal 31
Desember 20XX akan meningkat sebesar Rp880,93 miliar.

Sebagaimana diungkapkan dalam Catatan ........ atas Laporan Keuangan, Pemerintah


Provinsi/Kabupaten/Kota ..... menyajikan pendapatan asli daerah lainnya dan belanja barang Tahun 20XX
masing-masing sebesar Rp20,00 miliar dan Rp18,00 miliar. Nilai tersebut belum termasuk penerimaan dan
pengeluaran dari 20 SKPD di lingkungan Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota ....... sebesar Rp70,00 miliar karena
penerimaan tersebut digunakan langsung oleh SKPD di lingkungan Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota ....... untuk
membiayai operasinya masing-masing. Seandainya Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota ....... mengakui
penerimaan yang digunakan langsung tersebut sebagaimana diatur dalam Standar Akuntansi Pemerintahan,
maka pendapatan asli daerah lainnya dan belanja barang tahun 20XX akan meningkat masing-masing sebesar
Rp70,00 miliar.

Sebagaimana diungkapkan dalam Catatan ...... atas Laporan Keuangan, Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota .......
menyajikan penyertaan modal per 31 Desember 20XX sebesar Rp75 miliar. Penyertaan tersebut merupakan
penyertaan kepada dua BUMD sebesar nilai perolehan. Kepemilikan pemerintah daerah atas BUMD tersebut
adalah 100%. Sesuai Standar Akuntansi Pemerintahan, nilai investasi tersebut seharusnya dicatat berdasarkan
metode ekuitas. Seandainya Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota ....... mencatat investasi tersebut dengan metode
ekuitas, maka nilai investasi akan menurun sebesar Rp25 miliar untuk Tahun 20XX. Penurunan ekuitas terjadi
karena kedua BUMD tersebut mengalami kerugian sesuai dengan laporan keuangan yang telah diaudit pada
kedua perusahaan tersebut.

BPK Perwakilan Provinsi……. 13


Opini Tidak Wajar

Menurut opini BPK, karena signifikansi dari hal yang dijelaskan dalam paragraf Dasar Opini Tidak Wajar,
laporan keuangan yang disebut di atas tidak menyajikan secara wajar, posisi keuangan Pemerintah
Provinsi/Kabupaten/Kota ....... tanggal 31 Desember 20XX, d a n realisasi anggaran, perubahan saldo anggaran
lebih, operasional, arus kas, serta perubahan ekuitas untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut,
sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.

Laporan atas SPI dan Kepatuhan

Untuk memperoleh keyakinan yang memadai atas kewajaran laporan keuangan tersebut, BPK juga
melakukan pemeriksaan terhadap sistem pengendalian intern dan kepatuhan terhadap peraturan
perundang-undangan. Laporan Hasil Pemeriksaan atas Sistem Pengendalian Intern Kepatuhan terhadap
Peraturan Perundang-undangan disajikan dalam Laporan Nomor ..../LHP/XV/05/20XX tanggal ... Mei 20XX,
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari laporan ini.

.........................., ..... Mei 20XX


BADAN P EMERIKSA KEUANGAN
Perwakilan Provinsi ..............
Penanggung Jawab Pemeriksaan,

............................., CA
Register Negara Akuntan No .............

BPK Perwakilan Provinsi……. 14


7. OPINI ”TIDAK MENYATAKAN PENDAPAT”

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN


ATAS LAPORAN KEUANGAN

Laporan atas Laporan Keuangan

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung
Jawab Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan,
BPK berwenang memeriksa Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota....., yang terdiri dari
Neraca tanggal 31 Desember 20XX, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan Saldo Anggaran
Lebih, Laporan Operasional, Laporan Arus Kas, dan Laporan Perubahan Ekuitas untuk tahun yang berakhir
pada tanggal tersebut, serta Catatan atas Laporan Keuangan.

Tanggung jawab Pemerintah atas Laporan Keuangan

Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota .......... bertanggung jawab atas penyusunan dan penyajian wajar
laporan keuangan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan dan pengendalian intern yang memadai
untuk menyusun laporan keuangan yang bebas dari kesalahan penyajian material, baik yang disebabkan
oleh kecurangan maupun kesalahan.

Tanggung jawab BPK

Tanggung jawab BPK adalah untuk menyatakan suatu opini atas laporan keuangan berdasarkan
pemeriksaan BPK yang sesuai dengan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara. Namun, karena hal yang
dijelaskan dalam paragraf Dasar Opini Tidak Memberikan Pendapat, BPK tidak dapat memperoleh bukti
pemeriksaan yang cukup dan tepat untuk menyediakan suatu dasar bagi opini pemeriksaan.

BPK Perwakilan Provinsi……. 15


Dasar Opini Tidak Menyatakan Pendapat

Sebagaimana diungkapkan dalam Catatan ..... atas Laporan Keuangan, Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota .........
melaporkan persediaan per 31 Desember 20XX sebesar Rp25,00 miliar. Satuan kerja pengelola persediaan di
lingkungan Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota ......... tidak menyelenggarakan kartu persediaan untuk mencatat
mutasi persediaan secara memadai. Satuan kerja tidak melakukan inventarisasi fisik atas Persediaan yang
dimilikinya per 31 Desember 20XX. BPK tidak dapat memperoleh bukti pemeriksaan yang cukup dan tepat
tentang nilai tersebut di atas posisi per 31 Desember 20XX. Sebagai akibatnya, BPK tidak dapat menentukan
apakah diperlukan penyesuaian terhadap angka tersebut di atas.

Sebagaimana Diungkap dalam Catatan ...... atas Laporan Keuangan, Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota
......... menyajikan nilai Aset Tetap per 31 Desember 20XX sebesar Rp1,27 triliun. Dari nilai tersebut,
diantaranya sebesar Rp806,66 milyar tidak didukung dengan rincian. Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota
...... telah memiliki kebijakan pencatatan, penyajian dan pengungkapan Aset Tetap, namun belum
dilaksanakan secara memadai. BPK tidak dapat memperoleh bukti pemeriksaan yang cukup dan tepat
tentang nilai tersebut di atas posisi per 31 Desember 20XX, karena tidak tersedia data dan informasi pada
satuan kerja terkait. Sebagai akibatnya, BPK tidak dapat menentukan apakah diperlukan penyesuaian
terhadap angka tersebut di atas.

Opini Tidak Menyatakan Pendapat

Karena signikansi dari hal-hal yang dijelaskan dalam paragraf Dasar Opini Tidak Menyatakan Pendapat, BPK
tidak dapat memperoleh bukti pemeriksaan yang cukup dan tepat untuk menyediakan suatu dasar bagi opini
pemeriksaan. Oleh karena itu, BPK tidak menyatakan suatu opini atas Laporan Keuangan Pemerintah
Provinsi/Kabupaten/Kota .........tanggal 31 Desember 20XX serta untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut.

BPK Perwakilan Provinsi……. 16


Laporan atas SPI dan Kepatuhan

Untuk memperoleh keyakinan yang memadai atas kewajaran laporan keuangan tersebut, BPK juga
melakukan pemeriksaan terhadap sistem pengendalian intern dan kepatuhan terhadap peraturan
perundang-undangan. Laporan Hasil Pemeriksaan atas Sistem Pengendalian Intern Kepatuhan terhadap
Peraturan Perundang-undangan disajikan dalam Laporan Nomor ..../LHP/XV/05/20XX tanggal ... Mei 20XX,
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari laporan ini.

.........................., ..... Mei 20XX


BADAN P EMERIKSA KEUANGAN
Perwakilan Provinsi ..............
Penanggung Jawab Pemeriksaan,

............................., CA
Register Negara Akuntan No ........

WAKIL KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA, REPUBLIK INDONESIA,

AGUS JOKO PRAMONO AGUNG FIRMAN SAMPURNA

BPK Perwakilan Provinsi……. 17


LAMPIRAN X : KEPUTUSAN BPK-RI
NOMOR : /K/I-XIII.2/ /2020
TANGGAL : 2020

KUESIONER SISTEM PENGENDALIAN MUTU PEMERIKSAAN LKPD


BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Entitas Pemeriksaan

Jenis Pemeriksaan

Tahun Pemeriksaan

Tahun yang Diperiksa

TIM PEMERIKSA
1. PenanggungJawab :

2. Wakil Penanggung Jawab :


Tanggal Reviu

3. Pengendali Teknis :

4. Ketua Tim :

Petunjuk Pengisian kuesioner:

Isilah kuesioner sesuai dengan kondisi yang diterapkan:


o Jika kesimpulan pada pertanyaan tertentu positif, tanda √ harus dimasukkan dalam kolom “Y (Ya)”.

o Jika kesimpulannya negatif, tanda √ harus dimasukkan pada kolom “T (Tidak)”, diikuti dengan
alasan/penjelasan yang tepat dalam kolom komentar. Sebagai contoh, apabila ada jawaban tidak,
maka komentar harus diisi penjelasan yang masih dalam lingkup memadai. Hal ini berarti Ketua Tim,
Pengendali Teknis, dan Penanggung Jawab mengetahui dan menyadari adanya situasi seperti itu.

o Jika suatu pertanyaan tidak dapat diaplikasikan, tanda √ harus dimasukkan dalam kolom “not
applicable (tidak dapat diaplikasikan)”, bersama dengan penjelasan yang memadai.
Not
No. Elemen Uraian Ya Tidak Komentar Keterangan
Applicable
1. Perencanaan a. Objek Pemeriksaan ditetapkan
Pemeriksaan dalam RKP

b. Tujuan pemeriksaan dan


harapan penugasan
didokumentasikan dalam KKP

c. Tujuan pemeriksaan dan


harapan penugasan dijelaskan
dalam P2

d. Tim Pemeriksa memiliki


kualifikasi/kompetensi yang
diperlukan

e. Tim Pemeriksa memenuhi


syarat independensi

f. Pemahaman entitas yang


diperiksa didokumentasikan
dalam KKP

g. Kriteria yang digunakan dalam


TP telah didokumentasikan
dalam KKP

h. Pemahaman SPI
didokumentasikan dalam KKP

i. Penilaian risiko
didokumentasikan dalam KKP

j. Hasil pemahaman SPI dan


penilaian risiko digunakan
untuk menyusun P2

k. Batas Materialitas atau


Signifikansi Masalah
didokumentasikan dalam KKP

l. Prosedur analitis awal untuk


audit LK didokumentasikan
dalam KKP

m. P2 didokumentasikan dalam
KKP

n. Jadwal pemeriksaan dalam P2


meliputi penyelesaian laporan

o. P2 disusun dan ditetapkan


oleh Penanggung Jawab

p. Jika ada perubahan P2, maka


Perubahan P2 tersebut
disetujui oleh Penanggung
Jawab dan Pemberi Tugas

q. P2 dijabarkan dalam PKP


Not
No. Elemen Uraian Ya Tidak Komentar Keterangan
Applicable

r. Fotokopi surat tugas terdapat


dalam KKP

2. Pelaksanaan a. BPK menetapkan pedoman


Pemeriksaan pemeriksaan yang mengatur
pelaksanaan pemeriksaan
yang memungkinkan
pekerjaan dilaksanakan
secara efisien dan efektif

b. Ketua Tim Pemeriksa


melakukan pertemuan awal
dengan pimpinan entitas yang
diperiksa

c. Untuk pemeriksaan LK,


Pemeriksa melakukan
prosedur analitis rinci atas LK
sebelum pengujian
pengendalian dan substantif

d. Tim Pemeriksa melakukan


pengujian pengendalian intern
dan kepatuhan terhadap
ketentuan peraturan
perundang-undangan

e. Pemeriksa
mendokumentasikan hasil
pengujian pengendalian intern
dan kepatuhan dalam KKP

f. Pemeriksa melakukan
pengujian substantif atas
transaksi/saldo/kegiatan/
objek yang diperiksa yang
didokumentasikan dalam KKP

g. KKP memuat hasil


pemeriksaan/pelaksanaan P2
dan kesimpulannya

h. Bukti pendukung yang


kompeten tersedia secara
cukup dalam KKP

i. Ketua Tim Pemeriksa


mengonsultasikan hasil
pelaksanaan pemeriksaan
dengan tenaga ahli dari luar
BPK apabila diperlukan,
khususnya terhadap bidang
atau permasalahan di luar
keahlian yang dimiliki oleh
Pemeriksa

j. Pemeriksa memeriksa
kewajiban kontinjensi,
Not
No. Elemen Uraian Ya Tidak Komentar Keterangan
Applicable
komitmen jangka panjang dan
kejadian setelah tanggal
neraca pada pemeriksaan
keuangan sebelum menyusun
TP

k. Tim Pemeriksa menyusun TP

l. TP disusun berdasarkan bukti


yang didokumentasikan dalam
KKP

m. Pemeriksa menggunakan
referensi silang dalam TP dan
KKP

n. Untuk pemeriksaan
keuangan, Tim Pemeriksa
menyusun skedul utama (lead
schedule) LK dan skedul
pendukungnya (supporting
schedule)

o. Pemeriksa membuat
penomoran indeks KKP

p. Pemeriksa memberikan
identitas KKP yang jelas
(nama objek/kegiatan, tahun
yang diperiksa)

q. Pemeriksa mengungkapkan
identitasnya sebagai
penyusun KKP dan
tanggalnya

r. Tim Pemeriksa memperoleh


tanggapan dari pimpinan
entitas yang diperiksa atas TP

s. Ketua Tim Pemeriksa


mendokumentasikan hasil
pelaksanaan pemeriksaan di
dalam KKP secara sistematis
sesuai dengan indeks dan
pedoman yang ditetapkan

t. Ketua Tim Pemeriksa


melakukan pertemuan akhir

u. Tim pemeriksaan
melaksanakan dan
menyelesaikan pemeriksaan
di lapangan sesuai dengan
waktu yang ditetapkan

3. Supervisi a. BPK menetapkan pedoman


dan Reviu pemeriksaan yang mengatur
Not
No. Elemen Uraian Ya Tidak Komentar Keterangan
Applicable
superivisi dan reviu di dalam
pemeriksaan

b. Supervisi dan reviu dilakukan


terhadap perencanaan
pemeriksaan, pelaksanaan
P2, pelaporan hasil
pemeriksaan, dan hasilnya
didokumentasikan dalam KKP

c. Ketua Tim melakukan reviu


terhadap KKP Anggota Tim
atas pelaksanaan P2

d. Ketua Tim mereviu kebenaran


matematis dan akurasi angka

e. Ketua Tim Pemeriksa


memberikan persetujuan atau
arahan dalam KKP Anggota
Tim

f. Pengendali Teknis mereviu


pekerjaan Tim terkait unsur
TP, tujuan, dan kebahasaan

g. Penanggung Jawab mereviu


pemenuhan SPKN atas
pekerjaan Tim Pemeriksa

h. Hasil reviu Ketua Tim/


Pengendali Teknis/
Penanggung Jawab terlihat
dalam KKP

i. Ketua Tim/Pengendali
Teknis/Penanggung Jawab
memberikan persetujuan
berupa paraf/lainnya dan
tanggal reviu dalam KKP

4. Pelaporan a. BPK menetapkan pedoman


Hasil yang mengatur pelaporan
Pemeriksaan hasil pemeriksaan dan
pemantauan tindak lanjut hasil
pemeriksaan.

b. Ketua Tim, Pengendali


Teknis, dan Penanggung
Jawab menyusun dan/atau
mereviu LHP sesuai dengan
peran yang dimiliki
berdasarkan TP, bukti yang
diperoleh, dan tanggapan
pimpinan entitas.

c. Penanggung Jawab
pemeriksaan memperoleh
tanggapan dari pimpinan
Not
No. Elemen Uraian Ya Tidak Komentar Keterangan
Applicable
entitas yang diperiksa atas
konsep LHP. Khusus untuk
pemeriksaan atas LK,
Penanggung Jawab harus
memperoleh surat
representasi atas LK yang
disampaikan.

d. Tanggapan pimpinan entitas


yang diperiksa dimuat di
dalam laporan hasil
pemeriksaan. Apabila
penanggung jawab tidak
sepakat atas tanggapan
tersebut, penanggung jawab
telah menyampaikan
ketidaksetujuannya di dalam
laporan hasil pemeriksaan.

e. Laporan hasil pemeriksaan


yang disampaikan telah
relevan (tepat waktu),
lengkap, akurat, objektif,
meyakinkan, jelas, dan
seringkas mungkin, serta
menggunakan bahasa yang
sederhana, baku, dan mudah
dipahami pengguna laporan.

f. Laporan hasil pemeriksaan


memuat opini atau simpulan,
pernyataan bahwa
pemeriksaan dilakukan sesuai
dengan standar pemeriksaan,
gambaran umum
pemeriksaan (dasar, tujuan,
lingkup, batasan, waktu, dan
metodologi pemeriksaan),
hasil pemeriksaan rinci.

g. Hasil pemeriksaan rinci antara


lain meliputi hasil
pemeriksaan atas kelemahan
sistem pengendalian intern
dan ketidakpatuhan/
penyimpanan atau
kecurangan terhadap
ketentuan perundang-
undangan, atau
ketidakpatutan.

h. Laporan hasil pemeriksaan


ditandatangani oleh Badan
atau Pemeriksa yang
ditugaskan Badan sebagai
Not
No. Elemen Uraian Ya Tidak Komentar Keterangan
Applicable
penanggung jawab
pemeriksaan sesuai dengan
kompetensi dan kualifikasi
yang ditetapkan.

i. Apabila ada informasi rahasia,


laporan hasil pemeriksaan
mengungkapkan sifat
informasi dan ketentuan yang
mengatur hal tersebut.

j. BPK melaporkan hasil


pemeriksaan yang
mengandung kecurangan
atau penyimpangan ketentuan
perundang-undangan kepada
pihak yang berwenang.

WAKIL KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA, REPUBLIK INDONESIA,

AGUS JOKO PRAMONO AGUNG FIRMAN SAMPURNA


LAMPIRAN XI : KEPUTUSAN BPK-RI
NOMOR : /K/I-XIII.2/ /2020
TANGGAL : 2020

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


Auditee : Pemerintah ................
Tahun Buku : 20XX
KERTAS KERJA PEMERIKSAAN Dibuat Oleh : [ / / ]
Direview Oleh : [ / / ]
Disetujui Oleh : [ / / ]

FORMULIR KOMUNIKASI PEMERIKSA TAHUN BERJALAN


KEPADA PEMERIKSA TERDAHULU

(diisi nama pemeriksaan, misal: Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi........Tahun........

TIM PEMERIKSA TERDAHULU:


1. ....
2. ....
3. .... (diisi susunan tim dan nama pemeriksa)

NO MATERI YG DIKOMUNIKASIKAN KETERANGAN


(diisi hal-hal yang dikomunikasikan tim pemeriksa terdahulu (diisi penjelasan yang diperlukan, misal
antara lain terkait: detil kegiatan yang dimaksud pada
a. Proses bisnis entitas materi yang dikomunikasikan dan
b. Efektivitas sistem pengendalian intern, termasuk indikasi resiko yang diidentifikasi oleh
lingkungan entitas yang berdampak signifikan terhadap tim pemeriksa terdahulu)
efektivitas sistem pengedalian intern
c. Karakteristik / gaya manajemen yang perlu menjadi
perhatian
d. Area-area berisiko dan kompleksitas sistem tertentu
yang memerlukan alokasi sumber daya yang banyak
yang disarankan untuk didalami oleh tim pemeriksa
selanjutnya,;
e. Strategi pemenuhan jumlah sample
f. Kendala-kendala dalam pelaksanaan pemeriksaan

....................., ........ 20XX


Tim Pemeriksa Terdahulu Tim Pemeriksa Tahun Berjalan

(.................................) (....................................)

WAKIL KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA, REPUBLIK INDONESIA,

AGUS JOKO PRAMONO AGUNG FIRMAN SAMPURNA


Direktorat Penelitian dan Pengembangan Telp. : (021) 25549000
Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Ext.3300, 3301
Gd. Arsip Lantai 2 Fax. : 021-5705372
Jl. Gatot Subroto No.31 e-mail: litbang@bpk.go.id
Jakarta Pusat 10210

Anda mungkin juga menyukai