Anda di halaman 1dari 84

·- PETUNJUK

PELAKSANAAN
PEMERIKSAAN
KEPATUHAN

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA
2018
KEPUTUSAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 3/K/I-XIII.2/5/2018

TENTANG
PETUNJUK PELAKSANAAN PEMERIKSAAN KEPATUHAN

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa sesuai ketentuan Pasal 2 ayat (2) dan Pasal 4 Undang-
Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan
dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, Badan Pemeriksa
Keuangan melaksanakan pemeriksaan atas pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara yang terdiri atas pemeriksaan
keuangan, pemeriksaan kinerja, dan pemeriksaan dengan tujuan
tertentu;
b. bahwa sesuai ketentuan Paragraf 18 Lampiran I Kerangka
Konseptual Pemeriksaan Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan
Nomor 1 Tahun 2017 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan
Negara, pemeriksaan dengan tujuan tertentu bertujuan untuk
memberikan kesimpulan sesuai dengan tujuan pemeriksaan yang
ditetapkan;
c. bahwa pelaksanaan pemeriksaan dengan tujuan tertentu
sebagaimana dimaksud dalam huruf b, dapat berbentuk
pemeriksaan kepatuhan dan pemeriksaan investigatif;
d. bahwa dalam rangka melakukan pemeriksaan kepatuhan
sebagaimana dimaksud dalam huruf c, diperlukan suatu pedoman
bagi pemeriksa agar terdapat keseragaman persepsi dan
metodologi dalam pelaksanaan pemeriksaan kepatuhan;
e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
huruf d, perlu menetapkan Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan
tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kepatuhan;

KETUA WAKIL ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA


KETUA I II III IV V VI VII

KADIT. LPBH KADITAMA SEKRETARIS


BINBANGKUM JENDERAL

1
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);
2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa
Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006
Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4654);
3. Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 1 Tahun 2017
tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara;
4. Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 3 Tahun 2018
tentang Penyusunan Peraturan, Instruksi, Surat Edaran, Keputusan,
dan Pengumuman pada Badan Pemeriksa Keuangan;
5. Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor
3/K/I-XIII.2/7/2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Pelaksana
Badan Pemeriksa Keuangan sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan
Nomor 14/K/I-XIII.2/9/2017 tentang Perubahan Keempat atas
Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 3/K/I-XIII.2/7/2014
tentang Organisasi dan Tata Kerja Pelaksana Badan Pemeriksa
Keuangan;
6. Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 5/K/I-XIII.2/10/2015
tentang Pedoman Manajemen Pemeriksaan Badan Pemeriksa
Keuangan;
7. Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 5/K/I-XIII.2/5/2016
tentang Pedoman Manajemen Penunjang Pemeriksaan Badan
Pemeriksa Keuangan;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : KEPUTUSAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN TENTANG


PETUNJUK PELAKSANAAN PEMERIKSAAN KEPATUHAN.

KESATU : Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kepatuhan ini merupakan


pedoman bagi para Pemeriksa Badan Pemeriksa Keuangan dalam
melakukan pemeriksaan kepatuhan yang memiliki tingkat keyakinan
memadai.

KETUA WAKIL ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA


KETUA I II III IV V VI VII

KADIT. LPBH KADITAMA SEKRETARIS


BINBANGKUM JENDERAL

2
KEDUA : Pemeriksaan kepatuhan bertujuan untuk menyediakan informasi ke
pengguna Laporan Hasil Pemeriksaan mengenai kepatuhan entitas
yang diperiksa dalam mengikuti/mematuhi ketentuan peraturan
perundang-undangan, keputusan legislatif, kontrak, dan kode etik yang
ditetapkan.

KETIGA : Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kepatuhan sebagaimana


dimaksud dalam Diktum KESATU disusun dengan sistematika sebagai
berikut:
Bab I : Pendahuluan
Bab II : Konsep Pemeriksaan Kepatuhan
Bab III : Perencanaan Pemeriksaan Kepatuhan
Bab IV : Pelaksanaan Pemeriksaan Kepatuhan
Bab V : Pelaporan Pemeriksaan Kepatuhan
Bab VI : Penutup

KEEMPAT : Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kepatuhan sebagaimana


dimaksud dalam Diktum KESATU tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan ini.

KELIMA : Pada saat Keputusan ini mulai berlaku, maka Keputusan Badan
Pemeriksa Keuangan Nomor 2/K/I-XIII.2/11/2009 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu, dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku.

KEENAM : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 11 Mei 2018

WAKIL KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA, REPUBLIK INDONESIA,

ttd. ttd.

BAHRULLAH AKBAR MOERMAHADI SOERJA DJANEGARA

Salinan sesuai dengan aslinya


BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Kepala Direktorat
KETUA WAKIL Utama Pembinaan
ANGGOTA dan Pengembangan
ANGGOTA ANGGOTA Hukum ANGGOTA
ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA
KETUA Pemeriksaan
I II III
Keuangan Negara, IV V VI VII

ttd. KADIT. LPBH KADITAMA SEKRETARIS


. BINBANGKUM JENDERAL
Nizam Burhanuddin

3
Juklak Pemeriksaan Kepatuhan Daftar Isi

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .................................................................................................................................................. i


DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................................. 1
A. Latar Belakang .......................................................................................................................... 1
B. Tujuan Penyusunan Juklak ....................................................................................................... 1
C. Dasar Hukum Juklak ................................................................................................................. 2
D. Lingkup Juklak .......................................................................................................................... 2
E. Posisi Juklak .............................................................................................................................. 3
F. Sistematika Juklak .................................................................................................................... 3
BAB II KONSEP PEMERIKSAAN KEPATUHAN........................................................................................... 4
A. Definisi Pemeriksaan Kepatuhan ............................................................................................. 4
B. Tujuan Pemeriksaan Kepatuhan .............................................................................................. 4
C. Pemeriksaan Kepatuhan dalam Konteks Sektor Publik............................................................ 4
D. Lingkup Pemeriksaan Kepatuhan ............................................................................................. 4
E. Prinsip Umum Pemeriksaan Kepatuhan................................................................................... 5
F. Metodologi Pemeriksaan Kepatuhan ..................................................................................... 11
BAB III PERENCANAAN PEMERIKSAAN KEPATUHAN ............................................................................ 13
A. Pendahuluan .......................................................................................................................... 13
B. Tujuan dan Lingkup Perencanaan .......................................................................................... 13
C. Perencanaan Pemeriksaan Kepatuhan .................................................................................. 14
1. Identifikasi Pengguna Hasil Pemeriksaan dan Pihak yang Bertanggung Jawab ................ 14
2. Penentuan Hal Pokok, Tujuan, dan Lingkup Pemeriksaan ................................................ 14
3. Identifikasi Kriteria ............................................................................................................ 17
4. Pemahaman Entitas dan Lingkungannya .......................................................................... 18
5. Pemahaman Sistem Pengendalian Intern ......................................................................... 19
6. Penentuan Materialitas..................................................................................................... 20
7. Penilaian Risiko ................................................................................................................. 22
8. Penentuan Uji Petik........................................................................................................... 25
9. Penyusunan Strategi dan Rencana Pemeriksaan .............................................................. 26
BAB IV PELAKSANAAN PEMERIKSAAN KEPATUHAN ............................................................................. 27
A. Pendahuluan .......................................................................................................................... 27
B. Pemerolehan dan Analisis Bukti ............................................................................................. 27
C. Pengembangan Temuan ........................................................................................................ 30
D. Pemerolehan Tanggapan atas Temuan Pemeriksaan ............................................................ 30
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan i
Juklak Pemeriksaan Kepatuhan Daftar Isi

BAB V PELAPORAN PEMERIKSAAN KEPATUHAN .................................................................................. 31


A. Pendahuluan .......................................................................................................................... 31
B. Penyusunan LHP ..................................................................................................................... 31
1. Prinsip Laporan yang Baik ................................................................................................. 31
2. Kerangka dan Isi LHP Kepatuhan....................................................................................... 32
3. Penyusunan Kesimpulan Pemeriksaan ............................................................................. 33
4. Temuan dengan Indikasi Awal Kecurangan ...................................................................... 36
5. Penyusunan Rekomendasi Pemeriksaan .......................................................................... 36
C. Tindak Lanjut Pemeriksaan Kepatuhan .................................................................................. 36
BAB VI PENUTUP ..................................................................................................................................... 38
A. Pemberlakuan Juklak.............................................................................................................. 38
B. Pemutakhiran Juklak .............................................................................................................. 38
C. Pemantauan Juklak ................................................................................................................ 38
GLOSARIUM ............................................................................................................................................. 39
DAFTAR SINGKATAN DAN AKRONIM ...................................................................................................... 42
REFERENSI ................................................................................................................................................ 44
LAMPIRAN ............................................................................................................................................... 44

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan ii


Juklak Pemeriksaan Kepatuhan Daftar Lampiran

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran III.1 Contoh Hal Pokok, Informasi Hal Pokok, dan Kriterianya

Lampiran III.2 Contoh Kertas Kerja Pemahaman Tujuan dan Harapan Penugasan

Lampiran III.3 Contoh Kertas Kerja Identifikasi Hal Pokok dan Kriteria Pemeriksaan

Lampiran III.4 Laporan Hasil Perencanaan Pemeriksaan

Lampiran V.1 Contoh Formulasi Penilaian atas Permasalahan/Temuan dengan Menggunakan


Metode Pembobotan

Lampiran V.2 Format Kesimpulan

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan iii


Juklak Pemeriksaan Kepatuhan Bab I

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
01 Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Latar belakang
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK) mempunyai kewenangan untuk melakukan pemeriksaan
keuangan, pemeriksaan kinerja, dan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu
(PDTT). Berdasarkan penjelasan undang-undang tersebut, PDTT adalah
pemeriksaan yang dilakukan dengan tujuan khusus, di luar pemeriksaan
keuangan dan pemeriksaan kinerja. PDTT merupakan wadah atas beberapa
jenis pemeriksaan, yang dilaksanakan dalam bentuk eksaminasi dengan tingkat
keyakinan tinggi.
02 BPK telah menyusun dan menetapkan Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) PDTT
yaitu Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 2/K/I-XIII.2/2/2009
tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu dengan
mengacu pada Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 1 Tahun 2007
tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) dan Keputusan Badan
Pemeriksa Keuangan Nomor 1/K/I-XIII.2/2/2008 tentang Pedoman Manajemen
Pemeriksaan (PMP). Namun, dengan mempertimbangkan perkembangan jenis
pemeriksaan dan meningkatkan mutu para pemeriksa serta organisasi
pemeriksa dalam melaksanakan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung
jawab keuangan negara yang dapat dipertanggungjawabkan, BPK telah
menetapkan Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 1 Tahun 2017
tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara. SPKN antara lain mengatur
standar pelaksanaan dan pelaporan PDTT. PDTT dapat berbentuk pemeriksaan
kepatuhan dan pemeriksaan investigatif.
03 Selanjutnya, agar terdapat keseragaman pelaksanaan PDTT khususnya
pemeriksaan kepatuhan bagi Pemeriksa BPK dan pihak lain yang melaksanakan
pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang
bertindak untuk dan atas nama BPK, maka disusun Juklak Pemeriksaan
Kepatuhan. Juklak Pemeriksaan Kepatuhan merupakan salah satu pedoman
PDTT terkait dengan pengelolaan keuangan negara yang disusun dengan
memperhatikan peraturan perundang-undangan, SPKN, PMP, The International
Standard of Supreme Audit Institutions (ISSAI), dan praktik-praktik internasional
terbaik (international best practices).

B. Tujuan Penyusunan Juklak


04 Penyusunan Juklak Pemeriksaan Kepatuhan ini bertujuan untuk: Tujuan
a. menciptakan kesamaan persepsi dan keseragaman metodologi sehingga
tercapai pemeriksaan yang sistematis, efektif, dan efisien;
b. menjabarkan langkah-langkah yang terdapat di dalam SPKN; dan
c. menjaga mutu pemeriksaan BPK.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 1


Juklak Pemeriksaan Kepatuhan Bab I

C. Dasar Hukum Juklak


05 Dasar hukum penyusunan Juklak Pemeriksaan Kepatuhan ini adalah: Dasar hukum
a. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan
dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4400);
b. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa
Keuangan Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2006 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4654);
c. Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Nomor 1
Tahun 2017 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara;
d. Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 3 Tahun 2018 tentang
Penyusunan Peraturan, Instruksi, Surat Edaran, Keputusan, dan
Pengumuman pada Badan Pemeriksa Keuangan;
e. Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 3/K/I-XIII.2/7/2014 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Pelaksana Badan Pemeriksa Keuangan
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan
Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 14/K/I-XIII.2/9/2017 tentang
Perubahan Keempat atas Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor
3/K/I-XIII.2/7/2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Pelaksana Badan
Pemeriksa Keuangan;
f. Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 5/K/I-XIII.2/10/2015 tentang
Pedoman Manajemen Pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan;
g. Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 5/K/I-XIII.2/5/2016 tentang
Pedoman Manajemen Penunjang Pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan;
dan
h. Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 9/K/I-XIII.2/8/2017 tentang
Pedoman Penyusunan dan Revisi Perangkat Lunak pada Badan Pemeriksa
Keuangan.

D. Lingkup Juklak
06 Juklak Pemeriksaan Kepatuhan ini mengatur metodologi pemeriksaan Lingkup
kepatuhan yang berdiri sendiri mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan,
hingga pelaporan. Juklak Pemeriksaan Kepatuhan ini tidak mengatur prosedur-
prosedur pemeriksaan secara rinci pada setiap tahapan pemeriksaan.
Penjabaran atas teknik pemeriksaan yang lebih detail akan dijabarkan dalam
suatu petunjuk teknis terkait pemeriksaan kepatuhan.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 2


Juklak Pemeriksaan Kepatuhan Bab I

E. Posisi Juklak
07 Posisi Juklak dalam pedoman pemeriksaan BPK: Posisi

UUD
UU Nomor 15 Tahun 2004 Mandat
UU Nomor 15 Tahun 2006

Kode Etik SPKN SPKM Standar

PMP PMPP Pedoman

PDTT
Keuangan Kinerja Juklak
Kepatuhan Investigatif

Juknis Juknis

F. Sistematika Juklak
08 Juklak Pemeriksaan Kepatuhan ini disusun dengan sistematika sebagai berikut: Sistematika
Bab I Pendahuluan
Bab II Konsep Pemeriksaan Kepatuhan
Bab III Perencanaan Pemeriksaan Kepatuhan
Bab IV Pelaksanaan Pemeriksaan Kepatuhan
Bab V Pelaporan Pemeriksaan Kepatuhan
Bab VI Penutup
Glosarium
Daftar Singkatan dan Akronim
Referensi
Lampiran

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 3


Juklak Pemeriksaan Kepatuhan Bab II

BAB II
KONSEP PEMERIKSAAN KEPATUHAN

A. Definisi Pemeriksaan Kepatuhan


01 Pemeriksaan kepatuhan merupakan pemeriksaan untuk menilai apakah hal Definisi
pokok (subject matter) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- pemeriksaan
undangan (yang digunakan sebagai kriteria). kepatuhan

B. Tujuan Pemeriksaan Kepatuhan


02 Tujuan pemeriksaan kepatuhan adalah untuk menyediakan informasi ke Tujuan
pengguna (intended user) Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) apakah entitas yang pemeriksaan
diperiksa mengikuti/mematuhi peraturan perundang-undangan, keputusan kepatuhan
legislatif, kontrak, dan kode etik (codes of conduct) yang ditetapkan.

C. Pemeriksaan Kepatuhan dalam Konteks Sektor Publik


03 Aspek pemeriksaan kepatuhan terdiri dari regularity (ketaatan kepada kriteria Pemeriksaan
formal seperti peraturan perundangan dan perjanjian yang relevan) dan/atau kepatuhan dalam
propriety (ketaatan pada prinsip umum pelaksanaan tata kelola keuangan yang konteks sektor
baik dan perilaku pejabat publik). publik

Lembaga sektor publik dituntut untuk transparan dan akuntabel serta


melaksanakan tata kelola dengan baik dalam mengelola dana yang dihimpun
dari masyarakat. Publik tidak dapat serta-merta mempercayai mutlak pejabat
sektor publik dalam memenuhi tanggung jawabnya. Disinilah pemeriksaan
kepatuhan memerankan pola dalam meyakini prinsip-prinsip transparansi,
akuntabilitas, dan tata kelola yang baik dengan:
a. menyediakan laporan (pemeriksaan) yang dapat diandalkan apakah dana
publik telah digunakan sesuai dengan peraturan;
b. melaporkan penyimpangan dan pelanggaran terhadap peraturan; dan
c. mengidentifikasi kelemahan dan penyimpangan terhadap peraturan dan
menilai etika/kepatutan para pejabat/pegawai sektor publik.

D. Lingkup Pemeriksaan Kepatuhan


04 Pemeriksaan kepatuhan dapat dilakukan berdiri sendiri maupun bersamaan Lingkup
dengan pemeriksaan keuangan atau pemeriksaan kinerja. Untuk pemeriksaan pemeriksaan
kepatuhan yang dikombinasikan dengan keuangan atau kinerja, pemeriksa kepatuhan
menggunakan standar sesuai dengan penugasan. Pemeriksa dapat menerapkan
Juklak Pemeriksaan Kepatuhan ini selama tidak bertentangan dengan standar
yang digunakan sesuai dengan penugasan. Pemeriksaan kepatuhan sebagai
jenis PDTT merupakan pemeriksaan kepatuhan yang berdiri sendiri.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 4


Juklak Pemeriksaan Kepatuhan Bab II

E. Prinsip Umum Pemeriksaan Kepatuhan


05 Prinsip umum pemeriksaan kepatuhan meliputi: Prinsip umum
a. objektivitas dan etika; pemeriksaan
b. risiko pemeriksaan; kepatuhan
c. risiko kecurangan;
d. materialitas;
e. pertimbangan dan skeptisisme profesional;
f. pengendalian mutu;
g. dokumentasi; dan
h. komunikasi.

a. Objektivitas dan etika Objektivitas dan


etika
06 Pemeriksa harus mematuhi prosedur yang relevan terkait objektivitas
dan etika.
Pemeriksa harus menunjukkan sikap profesional dan integritas, objektif,
dan memiliki kompetensi profesional yang dibutuhkan serta melaksanakan
kehati-hatian. Pemeriksa juga harus menjaga independensi dalam fakta
dan penampilan serta kerahasiaan mengenai semua masalah pemeriksaan.
07 Pemeriksa harus berhati-hati untuk tetap bersikap objektif sehingga
temuan dan kesimpulan tidak memihak.
Pemeriksa harus menunjukkan objektivitas dalam memilih tujuan
pemeriksaan dan mengidentifikasi kriteria. Pemeriksa perlu memastikan
bahwa komunikasi dengan pemangku kepentingan tidak berkompromi
dengan objektivitas BPK. Ketika kebebasan dan kemandirian dalam
menetapkan hal pokok dan kriteria dibatasi oleh undang-undang atau
mungkin adanya permintaan lembaga perwakilan, objektivitas pemeriksa
harus tetap dijaga.

b. Risiko Pemeriksaan Risiko


pemeriksaan
08 Risiko pemeriksaan adalah risiko bahwa hasil pemeriksaan atau kesimpulan
pemeriksa akan tidak sesuai dengan kondisi yang sebenarnya. Pemeriksa
harus mempertimbangkan risiko pemeriksaan selama proses pemeriksaan.
Tiga komponen risiko pemeriksaan:
1) risiko bawaan (Inherent Risk/IR), yaitu risiko ketidakpatuhan entitas
atas ketentuan peraturan perundang-undangan, sebelum terdapat
pengendalian intern terkait;
2) risiko pengendalian (Control Risk/CR), yaitu risiko bahwa pengendalian
intern yang relevan dengan risiko bawaan tidak memadai atau tidak
bekerja dengan baik untuk mencegah terjadinya ketidakpatuhan; dan
3) risiko deteksi (Detection Risk/DR), yaitu risiko bahwa prosedur yang
dilakukan oleh pemeriksa akan menyebabkan kesimpulan yang salah.
09 Pemeriksa harus mengurangi risiko yang mengakibatkan kesimpulan yang
tidak benar sampai ke tingkat yang dapat diterima
Pengurangan risiko pemeriksaan meliputi aspek: mengantisipasi risiko yang
mungkin terjadi atau diketahui atas pekerjaan yang dihadapi atau
konsekuensinya, membangun prosedur untuk mengatasi risiko tersebut
selama pemeriksaan, dan mendokumentasikan apa dan bagaimana risiko
tersebut akan dihadapi. Pemeriksa perlu mengevaluasi apakah lingkup
pekerjaan yang dilaksanakan telah cukup. Selanjutnya, dalam
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 5
Juklak Pemeriksaan Kepatuhan Bab II

menyimpulkan, pemeriksa perlu mengevaluasi apakah pemeriksa telah


memiliki bukti pemeriksaan yang cukup dan sesuai ketika menilai hal pokok
terhadap kriteria untuk membentuk kesimpulan, berdasarkan tingkat
risikonya.

c. Risiko Kecurangan Risiko kecurangan

010 Pemeriksa harus mempertimbangkan risiko kecurangan selama proses


pemeriksaan, dan mendokumentasikan hasil penilaiannya.
Pemeriksa perlu mengidentifikasi dan menilai risiko kecurangan dan
mendapatkan bukti pemeriksaan yang cukup dan sesuai. Dikarenakan
keterbatasan bawaan dari pemeriksaan, terdapat risiko yang tidak dapat
dihindari yaitu tindakan melanggar hukum termasuk kecurangan yang tidak
dapat dideteksi oleh pemeriksa. Risiko tidak terdeteksinya pelanggaran
hukum yang dihasilkan dari kecurangan lebih tinggi daripada pelanggaran
hukum yang dihasilkan oleh kesalahan. Hal ini dikarenakan kecurangan
dapat melibatkan skema yang terorganisasi yang dirancang untuk
disembunyikan, kesengajaan untuk tidak mencatat transaksi, atau
penyimpangan yang sengaja dilakukan terhadap pemeriksa. Usaha
penyembunyian tersebut lebih sulit untuk dideteksi ketika dilakukan
bersamaan dengan kolusi.
011 Pemeriksa bertanggung jawab untuk menjaga skeptisisme profesional
selama pemeriksaan dan menyadari fakta bahwa prosedur pemeriksaan
yang efektif untuk mendeteksi kesalahan mungkin tidak efektif dalam
mendeteksi kecurangan. Ketika kecurangan yang dicurigai telah
diidentifikasi, pemeriksa mengambil langkah untuk memastikan bahwa
pemeriksa secara tepat merespons sesuai dengan mandat BPK. Tanggung
jawab utama untuk pencegahan dan deteksi kecurangan ada pada
manajemen entitas melalui perancangan dan pelaksanaan Sistem
Pengendalian Intern (SPI) yang baik. Walaupun sebuah pemeriksaan dapat
bertindak sebagai pencegah kecurangan, pemeriksaan biasanya tidak
dirancang untuk mendeteksi kecurangan.

d. Materialitas Materialitas

012 Pemeriksa harus mempertimbangkan materialitas pada seluruh proses


pemeriksaan dengan menggunakan pertimbangan profesional.
Penentuan materialitas memerlukan pertimbangan profesional dan
bergantung pada interpretasi pemeriksa atas kebutuhan pengguna hasil
pemeriksaan.
013 Pemeriksa harus menentukan materialitas sebagai dasar dalam membuat
desain pemeriksaan. Materialitas diterapkan pada setiap tahap
pemeriksaan, yaitu:
a. tahap perencanaan, untuk membantu pemeriksa menilai risiko
material dan menentukan sifat, waktu, dan luasnya prosedur
pemeriksaan;
b. tahap pelaksanaan, ketika mempertimbangkan informasi baru yang
mungkin akan mengubah prosedur yang telah direncanakan, untuk
membantu pemeriksa dalam memutuskan luas prosedur pemeriksaan,
mengevaluasi bukti yang diperoleh, serta efek ketidakpatuhan yang
teridentifikasi; dan
c. tahap pelaporan dan kesimpulan, untuk menentukan dampak
ketidakpatuhan pada kesimpulan pemeriksaan.
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 6
Juklak Pemeriksaan Kepatuhan Bab II

014 Sesuatu dapat dinilai material jika pengetahuan mengenai hal tersebut
mungkin akan memengaruhi pengambilan keputusan oleh pengguna LHP.
Dalam menentukan materialitas, pemeriksa memperhatikan kebutuhan
pemangku kepentingan (lembaga perwakilan, harapan publik, pemilik, dan
pihak manajemen) dan dugaan kecurangan terkait dengan hal pokok yang
diperiksa.
Materialitas meliputi aspek kuantitatif dan kualitatif. Aspek kuantitatif
sering dinyatakan dalam nilai, seperti persentase, jumlah orang, atau
jumlah uang yang terlibat. Sedangkan aspek kualitatif dinyatakan sebagai
sifat yang melekat atau karakteristik dari suatu hal.
015 Pertimbangan materialitas memengaruhi keputusan mengenai sifat, waktu,
dan luas prosedur pemeriksaan, serta evaluasi hasil pemeriksaan. Khusus
pemeriksaan kepatuhan yang berdiri sendiri, penentuan topik dan kriteria
pemeriksaan juga mempertimbangkan materialitas.
016 Dalam pemeriksaan kepatuhan, tujuan pemeriksa menetapkan tingkat
materialitas adalah untuk:
a. mengidentifikasi dan menilai risiko adanya ketidakpatuhan material;
b. menentukan sifat, waktu, dan kedalaman prosedur pemeriksaan;
c. mengevaluasi apakah terdapat ketidakpatuhan material atas ketentuan
peraturan perundang-undangan; dan
d. melaporkan temuan ketidakpatuhan dan hal-hal lain yang diwajibkan
untuk dilaporkan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
017 Faktor-faktor yang dapat dipertimbangkan oleh pemeriksa dalam menilai
risiko adanya ketidakpatuhan material adalah sebagai berikut:
a. kompleksitas ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. kerawanan terjadinya ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan
perundang-undangan;
c. jangka waktu hal pokok yang diperiksa telah menjadi subjek yang harus
patuh terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan;
d. kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan pada
tahun-tahun sebelumnya;
e. dampak potensial ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan
perundang-undangan bagi hal pokok yang diperiksa;
f. tingkat pertimbangan yang digunakan entitas dalam mematuhi
peraturan; dan
g. hasil penilaian risiko pemeriksaan sebelumnya.
018 Pemeriksa harus memutakhirkan penilaian terhadap materialitas sepanjang
proses pemeriksaan berdasarkan penilaian risiko dengan menggunakan
pertimbangan profesional dan mendokumentasikan pemutakhiran
tersebut dalam Kertas Kerja Pemeriksaan (KKP).

e. Pertimbangan dan skeptisisme profesional Pertimbangan


dan skeptisisme
019 Pemeriksa harus melaksanakan pertimbangan profesional selama proses
profesional
pemeriksaan.
Untuk menunjukkan pertimbangan profesional, pemeriksa mengikuti
pelatihan yang relevan, menggunakan pengetahuan dan pengalaman
dalam konteks yang diatur oleh standar pemeriksaan dan etik, sehingga
keputusan yang dipertimbangkan dengan baik dapat dibuat pada seluruh
tahapan proses pemeriksaan.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 7


Juklak Pemeriksaan Kepatuhan Bab II

020 Jika terdapat kesulitan dalam kepakaran atau isu yang tidak dapat
dipecahkan dalam tim pemeriksa, pemeriksa dapat menggunakan tenaga
ahli.
Isu yang sulit dapat membutuhkan kompetensi dan pengalaman yang tidak
tercakup dalam tim pemeriksa. Hal ini dapat berupa isu terkait dengan
kompetensi bisnis khusus, metodologi, atau yuridis. Isu yang tidak dapat
dipecahkan harus dapat dijelaskan di dalam tim pemeriksa, dan diantara
tim pemeriksa dan pihak lain yang terlibat dalam pemeriksaan. Jika
pemeriksa memerlukan keahlian yang tidak dimiliki oleh tim pemeriksa,
maka pemeriksa dapat menggunakan tenaga ahli.
021 Pemeriksa harus melaksanakan skeptisisme profesional dan
mempertahankan pemikiran yang objektif dan terbuka.
Skeptisisme profesional adalah sebuah sikap yang mempertahankan
pemikiran yang objektif dan terbuka dengan cara waspada terhadap
kondisi yang dapat mengindikasikan kemungkinan ketidakpatuhan sebagai
akibat dari kesalahan atau kecurangan. Skeptisisme profesional penting
ketika mengevaluasi bukti pemeriksaan yang berlawanan dengan bukti
pemeriksaan lainnya dan informasi yang mempertanyakan keandalan bukti
pemeriksaan, seperti dokumen dan respons atas pertanyaan.
Penerapan skeptisisme profesional penting untuk memastikan bahwa
pemeriksa menghindari bias pribadi dan tidak berlebihan menyamaratakan
ketika menarik kesimpulan dari observasi. Sebagai tambahan, pemeriksa
harus bersikap rasional berdasarkan penilaian kritis atas bukti yang
dikumpulkan.

f. Pengendalian Mutu Pengendalian


Mutu
022 BPK bertanggung jawab atas kualitas keseluruhan pemeriksaan untuk
memastikan bahwa pemeriksaan dilaksanakan sesuai dengan standar
profesional, hukum, dan peraturan serta laporan sesuai dengan
kondisinya.
Dalam lingkup prosedur pengendalian mutu, BPK memiliki sistem
keyakinan mutu untuk menjamin kualitas pemeriksaan keseluruhan.
Prosedur pengendalian mutu dapat berupa supervisi, review, konsultasi,
dan pelatihan yang cukup dan meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan,
dan pelaporan. Kualitas keseluruhan BPK tergantung pada sebuah sistem
yang mendefinisikan peran dan tanggung jawab secara jelas. BPK
memastikan bahwa prosedur dan review yang cukup dilaksanakan selama
proses pemeriksaan. Pengendalian mutu didokumentasikan dalam KKP.
023 Tim pemeriksa secara kolektif memiliki kompetensi profesional yang
diperlukan untuk melaksanakan pemeriksaan.
Tim pemeriksa dibentuk untuk secara kolektif memiliki kompetensi,
pengetahuan, keterampilan, dan keahlian untuk melaksanakan
pemeriksaan sesuai dengan standar profesional. Tergantung pada hal
pokoknya, kompetensi profesional mencakup:
a. keterampilan pemeriksaan dan analisis/pengumpulan data;
b. kompetensi hukum;
c. pemahaman dan pengalaman praktis dari jenis pemeriksaan yang telah
dilaksanakan;
d. pengetahuan atas standar dan kewenangan yang dapat diaplikasikan;

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 8


Juklak Pemeriksaan Kepatuhan Bab II

e. pemahaman atas kegiatan entitas yang diperiksa dan pengalaman yang


sesuai untuk jenis entitas dan kegiatan yang diperiksa;
f. kemampuan dan pengalaman untuk melaksanakan pertimbangan
profesional; dan
g. menghasilkan laporan pemeriksaan yang sesuai dengan kondisi.
024 Pemeriksa harus bertanggung jawab atas keseluruhan kualitas
pemeriksaan.
Pemeriksa bertanggung jawab atas kinerja pemeriksaan dan harus
menerapkan prosedur pengendalian mutu selama proses pemeriksaan.
Prosedur tersebut harus bertujuan untuk memastikan bahwa pemeriksaan
sesuai dengan standar yang berlaku dan laporan pemeriksaan, kesimpulan
atau pendapat adalah tepat sesuai dengan kondisi.
g. Dokumentasi Dokumentasi

025 Pemeriksa harus menyiapkan dokumentasi pemeriksaaan yang cukup


rinci untuk mendukung pemahaman yang jelas atas pekerjaan yang telah
dilaksanakan, bukti yang didapatkan, dan kesimpulan yang diambil.
Pemeriksa harus menyiapkan dokumentasi pemeriksaan secara tepat
waktu, menjaga tetap terbarukan selama pemeriksaan, dan melengkapi
dokumentasi bukti pemeriksaan yang mendukung temuan pemeriksaan
sebelum laporan pemeriksaan diterbitkan.
Tujuan dokumentasi pekerjaan pemeriksaan adalah untuk meningkatkan
transparansi pekerjaan yang dilaksanakan, dan memungkinkan pemeriksa
yang berpengalaman yang tidak memiliki hubungan dengan pemeriksaan
sebelumnya untuk:
a. memahami masalah penting yang muncul selama pemeriksaan,
kesimpulan yang diambil, dan pertimbangan profesional signifikan yang
dibuat dalam mencapai kesimpulan;
b. memahami hubungan antara hal pokok yang diperiksa, kriteria, lingkup
pemeriksaan, penilaian risiko, strategi pemeriksaan dan perencanaan
pemeriksaan, serta sifat, waktu, keluasan dan hasil dari prosedur
dilakukan;
c. memahami bukti yang diperoleh untuk mendukung kesimpulan;
d. memahami alasan yang mendasari semua hal signifikan yang
memerlukan pertimbangan profesional;
e. memahami kesimpulan hasil pemeriksaan; dan
f. memahami hal penting lainnya yang diungkap dalam dokumentasi.
026 Dokumentasi meliputi:
a. penjelasan hal pokok pemeriksaan;
b. penilaian risiko, strategi pemeriksaan dan perencanaan pemeriksaan,
serta dokumen terkait;
c. metode yang diaplikasikan dan lingkup serta jangka waktu
pemeriksaan;
d. sifat, waktu, dan luas prosedur pemeriksaan yang dilaksanakan;
e. hasil prosedur pemeriksaan yang dilaksanakan dan bukti pemeriksaan
yang didapatkan;
f. evaluasi bukti pemeriksaan dalam membentuk temuan, kesimpulan,
dan rekomendasi;
g. pertimbangan yang dilakukan dalam proses pemeriksaan, termasuk
penggunaan tenaga ahli dan alasan di belakangnya;
h. komunikasi dengan dan tanggapan dari entitas yang diperiksa; dan
i. review pengawasan dan pengendalian mutu lainnya.
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 9
Juklak Pemeriksaan Kepatuhan Bab II

Dokumentasi harus cukup untuk menunjukkan bagaimana pemeriksa


mendefinisikan tujuan, hal pokok, kriteria dan lingkup, dan alasan mengapa
metode atau analisis dipilih. Untuk tujuan ini, dokumentasi harus
terorganisir untuk menyediakan hubungan yang jelas dan langsung dengan
temuan dan bukti yang mendukungnya.
027 Secara khusus dalam tahap perencanaan, dokumentasi yang disimpan oleh
pemeriksa harus memiliki:
a. informasi yang dibutuhkan untuk memahami entitas yang diperiksa
dan lingkungannya yang memungkinkan penilaian risiko;
b. penilaian materialitas atas hal pokok; dan
c. identifikasi sumber bukti pemeriksaan yang memungkinkan.
028 Pemeriksa perlu memakai prosedur yang tepat untuk menjaga kerahasiaan
dan pengamanan atas dokumentasi pemeriksaan dan menyimpannya
untuk jangka waktu yang memadai sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan memungkinkan pelaksanaan kegiatan tindak
lanjut pemeriksaan. Mendokumentasikan keputusan kunci yang sudah
dibuat adalah penting untuk menunjukkan independensi dan
ketidakberpihakan pemeriksa dalam analisisnya. Kehadiran isu sensitif
membutuhkan dokumentasi atas fakta yang relevan yang dipertimbangkan
oleh pemeriksa dalam memilih tindakan tertentu atau dalam mengambil
keputusan tertentu. Dengan demikian, tindakan dan keputusan dijelaskan
dan transparan.
Dokumentasi pemeriksaan dapat mengacu pada pedoman pengelolaan KKP
yang telah ada.

h. Komunikasi Komunikasi

029 Pemeriksa harus melakukan komunikasi yang efektif selama proses


pemeriksaan.
Komunikasi harus dilakukan pada semua tahap pemeriksaan mulai dari
tahap perencanaan sampai dengan tahap pelaporan. Pemeriksa harus
mengomunikasikan kriteria pemeriksaan, ketidaksesuaian dengan kriteria,
dan juga kesulitan dalam melakukan pemeriksaan kepada pihak yang
bertanggung jawab. Mengomunikasikan hal-hal tersebut dapat membantu
dalam mencapai saling pengertian dalam proses pemeriksaan dan kegiatan
pihak yang bertanggung jawab. Bentuk komunikasi dengan pihak yang
bertanggung jawab selama proses pemeriksaan perlu disesuaikan dengan
kondisinya. Pemeriksa perlu mempertimbangkan waktu komunikasi dan
bentuk komunikasi apakah dilakukan secara lisan atau tertulis atau
keduanya.
030 Temuan ketidakpatuhan yang material harus dikomunikasikan dengan
level manajemen yang sesuai dan pihak yang bertanggung jawab atas
tata kelola. Hal signifikan lainnya dari pemeriksaan yang secara langsung
relevan dengan entitas juga harus dikomunikasikan.
Temuan yang tidak dianggap material atau tidak dimasukkan dalam
laporan pemeriksaan, dapat dikomunikasikan kepada manajemen selama
pemeriksaan. Mengomunikasikan temuan tersebut dapat membantu
entitas untuk memperbaiki temuan ketidakpatuhan dan menghindari
temuan yang serupa di masa mendatang.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 10


Juklak Pemeriksaan Kepatuhan Bab II

F. Metodologi Pemeriksaan Kepatuhan


031 Tiga tahapan dalam pemeriksaan kepatuhan yaitu perencanaan, pelaksanaan, Metodologi
dan pelaporan. Langkah-langkah dalam metodologi pemeriksaan kepatuhan pemeriksaan
ditunjukkan dalam gambar. kepatuhan

Gambar Metodologi Pemeriksaan Kepatuhan


Ukuran Kinerja Pemeriksaan:
-Standar Pemeriksaan Keuangan Negara
-Sistem Pemerolehan Keyakinan Mutu
-Panduan Manajemen Pemeriksaan
-Tujuan dan Harapan Penugasan

PERENCANAAN PELAKSANAAN PELAPORAN

1. Identifikasi Pengguna
Hasil Pemeriksaan dan
Pihak yang Bertanggung
Jawab

10. Pemerolehan
2. Penentuan Hal Pokok, dan Analisis Bukti 13. Penyusunan
Tujuan, dan Lingkup
LHP
Pemeriksaan

3. Identifikasi Kriteria

4. Pemahaman Entitas
dan Lingkungannya
11. Pengembangan
Temuan
5. Pemahaman Sistem
Pengendalian Intern

6. Penentuan Materialitas

7. Penilaian Risiko 14. Tindak Lanjut


12. Pemerolehan Pemeriksaan
Tanggapan atas Kepatuhan
8. Penentuan Uji Petik
Temuan
Pemeriksaan
9. Penyusunan Strategi
dan Rencana Pemeriksaan

SUPERVISI, KENDALI DAN PENJAMINAN MUTU


(Supervision, Quality Control and Assurance)

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 11


Juklak Pemeriksaan Kepatuhan Bab II

032 Tahap perencanaan pemeriksaan meliputi 9 (sembilan) langkah kegiatan, yaitu: Tahap
a. identifikasi pengguna hasil pemeriksaan dan pihak yang bertanggung perencanaan
jawab; pemeriksaan
b. penentuan hal pokok, tujuan, dan lingkup pemeriksaan; terdiri dari
c. identifikasi kriteria; sembilan langkah
d. pemahaman entitas dan lingkungannya;
e. pemahaman sistem pengendalian intern;
f. penentuan materialitas;
g. penilaian risiko;
h. penentuan uji petik; dan
i. penyusunan strategi dan rencana pemeriksaan.

033 Tahap pelaksanaan pemeriksaan meliputi 3 (tiga) langkah kegiatan, yaitu: Tahap
a. pemerolehan dan analisis bukti; pelaksanaan
b. pengembangan temuan; dan pemeriksaan
c. pemerolehan tanggapan atas temuan pemeriksaan. terdiri dari tiga
langkah

034 Tahap pelaporan pemeriksaan meliputi 2 (dua) langkah kegiatan, yaitu Tahap pelaporan
penyusunan LHP dan tindak lanjut pemeriksaan kepatuhan. pemeriksaan
terdiri dari dua
langkah

035 Ukuran kinerja yang digunakan untuk menilai keberhasilan pemeriksaan


kepatuhan adalah SPKN, Sistem Pemerolehan Keyakinan Mutu (SPKM), PMP,
dan tujuan serta harapan penugasan. Kegiatan supervisi dan pengendalian
mutu dilakukan terhadap seluruh tahapan pemeriksaan kepatuhan.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 12


Juklak Pemeriksaan Kepatuhan Bab III

BAB III
PERENCANAAN PEMERIKSAAN KEPATUHAN

A. Pendahuluan
01 Secara umum, perencanaan pemeriksaan kepatuhan memiliki 2 (dua) aspek. Aspek dalam
Pertama, pemeriksa membangun strategi keseluruhan mencakup lingkup, perencanaan
fokus, waktu, dan pelaksanaan pemeriksaan. Kedua, berdasarkan strategi
tersebut, pemeriksa menyiapkan rencana pemeriksaan yang menunjukkan
pendekatan secara detail dan langkah-langkah khusus terkait sifat, waktu, dan
luas prosedur yang akan dilaksanakan, serta alasan pemilihannya. Sifat dan
luas aktivitas perencanaan akan bervariasi tergantung pada kondisi
pemeriksaan, seperti kompleksitas dari hal pokok dan kriteria.

B. Tujuan dan Lingkup Perencanaan


02 Pemeriksa harus merencanakan pemeriksaan untuk memastikan bahwa Pentingnya
pemeriksaan dilaksanakan dengan cara yang ekonomis, efisien, efektif, tepat perencanaan
waktu, dan sesuai dengan kebijakan pemeriksaan, Rencana Kerja Pemeriksaan
(RKP), serta SPKN yang ditetapkan oleh BPK.
Pada tahap perencanaan, pemeriksa melihat hubungan antara hal pokok,
kriteria, dan lingkup pemeriksaan kepatuhan. Pemeriksa mempertimbangkan
kebutuhan pengguna laporan dan menggunakan pertimbangan profesional
dalam melakukan perencanaan.
03 Perencanaan membantu untuk: Tujuan
a. memberikan perhatian yang tepat kepada area yang penting dalam perencanaan
pemeriksaan;
b. mengidentifikasi masalah-masalah potensial secara tepat waktu;
c. mengatur dan mengelola pemeriksaan secara tepat;
d. membagi tugas kepada anggota tim secara tepat;
e. memfasilitasi arahan, pengawasan, dan review pekerjaan anggota tim; dan
f. mempertimbangkan perlu tidaknya penggunaan tenaga ahli.
04 Perencanaan pemeriksaan meliputi: Lingkup
a. identifikasi pengguna hasil pemeriksaan dan pihak yang bertanggung perencanaan
jawab;
b. penentuan hal pokok, tujuan, dan lingkup;
c. identifikasi kriteria;
d. pemahaman entitas dan lingkungannya;
e. pemahaman sistem pengendalian intern;
f. penentuan materialitas;
g. penilaian risiko;
h. penentuan uji petik; dan
i. membangun strategi dan rencana pemeriksaan/Program Pemeriksaan (P2).

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 13


Juklak Pemeriksaan Kepatuhan Bab III

C. Perencanaan Pemeriksaan Kepatuhan


1. Identifikasi Pengguna Hasil Pemeriksaan dan Pihak yang Bertanggung
Jawab

05 Pemeriksa harus secara jelas mengidentifikasi pengguna hasil Identifikasi


pemeriksaan/LHP dan pihak yang bertanggung jawab serta pengguna LHP
mempertimbangkan implikasi atas peran mereka untuk kepentingan dan pihak yang
pemeriksaaan. bertanggung

Pengguna hasil pemeriksaan/LHP adalah pihak yang menerima laporan jawab

pemeriksaan kepatuhan yang disiapkan oleh pemeriksa. Pengguna LHP dapat


berasal dari legislatif atau badan pengawas, dan pihak yang bertanggung jawab
atas tata kelola. Pihak yang bertanggung jawab memiliki tanggung jawab atas
hal pokok dan menjadi subjek pemeriksaan.
06 Identifikasi pihak yang bertanggung jawab penting ketika menentukan kriteria
pemeriksaan. Pihak yang bertanggung jawab harus mematuhi kriteria yang
berasal dari misalnya hukum, peraturan, ketentuan penganggaran, dan
peraturan keuangan. Penetapan kriteria dipengaruhi oleh hal pokok/informasi
hal pokok yang akan diperiksa. Pemeriksa juga perlu mengomunikasikan
kriteria kepada pihak yang bertanggung jawab selama proses pemeriksaan.
Untuk beberapa hal pokok, pihak yang bertanggung jawab dapat lebih dari
satu, misalnya pada kasus lebih dari satu entitas yang terlibat dalam
pelaksanaan anggaran. Pada kasus tersebut, jumlah pengguna LHP juga dapat
bertambah. Sebagai contoh, pada pemeriksaan kepatuhan pelaksanaan impor
beras, pihak yang bertanggung jawab adalah Direktorat Jenderal Bea Cukai
Kementerian Keuangan, Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negeri
Kementerian Perdagangan, dan instansi terkait lainnya.

2. Penentuan Hal Pokok, Tujuan, dan Lingkup Pemeriksaan

07 Pada umumnya tahap perencanaan dilakukan di awal pemeriksaan. Apabila Penentuan hal
diperlukan, pemeriksa dapat memperbarui rencana, untuk mencerminkan pokok, tujuan,
perubahan yang signifikan selama pemeriksaan. Pemeriksa dapat dan lingkup
menyesuaikan lingkup dan prosedur sesuai dengan kondisi di lapangan. pemeriksaan

Hal Pokok
08 Hal pokok dapat berbentuk kuantitatif yang dapat diukur maupun kualitatif Hal Pokok
yang sifatnya lebih subjektif. Hal pokok harus dapat diidentifikasi dan dinilai
dengan kriteria sehingga memungkinkan pengumpulan bukti tentang informasi
hal pokok untuk mendukung kesimpulan. Hal pokok pemeriksaan kepatuhan
dapat cukup luas dan bervariasi dari pemeriksaan satu ke pemeriksaan lainnya.
Hal pokok dapat bersifat umum atau sangat spesifik.
09 Pemeriksa perlu menentukan hal pokok dan kriteria secara hati-hati sehingga Contoh hal pokok
dapat menghasilkan laporan yang berguna dan memenuhi harapan pemberi
tugas. Oleh karena itu, pemeriksa harus selalu mencari:
a. aspek penting dari hal pokok; dan
b. kriteria yang sesuai tersedia untuk pengukuran hal pokok.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 14


Juklak Pemeriksaan Kepatuhan Bab III

Beberapa contoh dari hal pokok yang dapat dijadikan referensi antara lain:
a. pengelolaan dan pertanggungjawaban belanja bantuan sosial;
b. pengadaan barang dan jasa;
c. belanja modal infrastruktur;
d. pengelolaan operasional bank;
e. penerimaan negara dan Dana Bagi Hasil (DBH);
f. pelaksanaan impor beras;
g. pelaksanaan karantina komoditi hortikultura;
h. pelaksanaan kegiatan pengerukan;
i. pencetakan dan pemusnahan Rupiah;
j. pengelolaan hibah luar negeri, dll.
(Contoh Hal Pokok, Informasi Hal Pokok, dan Kriterianya dapat dilihat pada
Lampiran III.1 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan ini)

Tujuan Pemeriksaan
010 Pemeriksa harus menyatakan secara jelas tujuan pemeriksaan atas hal pokok Tujuan
atau informasi hal pokok yang akan diperiksa. Dalam pemeriksaan kepatuhan, pemeriksaan
mendeteksi kecurangan bukan merupakan tujuan utama, namun pemeriksa
harus memasukkan faktor risiko terjadinya kecurangan dalam penilaian risiko
dan tetap waspada terhadap indikasi kecurangan saat melaksanakan pekerjaan
mereka.
011 Tujuan pemeriksaan akan memengaruhi hal-hal sebagai berikut: Pengaruh tujuan
a. hal pokok/informasi hal pokok yang akan diperiksa; dan pemeriksaan
b. kriteria pemeriksaan.
012 Tujuan pemeriksaan harus memiliki karakteristik: Karakteristik
a. realistis; tujuan
b. dapat dicapai; dan pemeriksaan
c. memberikan informasi yang cukup kepada entitas serta pemangku
kepentingan lainnya tentang fokus pemeriksaan.
013 Dalam menyusun dan menetapkan tujuan, pemeriksa perlu memperhatikan Faktor-faktor
harapan penugasan. Selain itu, faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam yang
menyusun dan menetapkan tujuan, antara lain: memengaruhi
a. SPI entitas; tujuan
b. hasil penilaian signifikansi/materialitas;
c. risiko pemeriksaan;
d. Rencana Strategis (Renstra) BPK;
e. sifat pemeriksaan apakah mandatory (diwajibkan dalam undang-undang)
atau reguler;
f. informasi dari LHP sebelumnya; dan
g. Renstra entitas yang diperiksa.
014 Pemeriksa perlu mengomunikasikan kepada pemberi tugas mengenai: Pentingnya
a. tujuan dan implikasi tujuan tersebut terhadap kedalaman prosedur yang komunikasi tujuan
akan dilakukan dan jenis bukti yang akan dikumpulkan; dan dan harapan
b. alasan penugasan. penugasan

Komunikasi atas kedua hal tersebut bertujuan untuk memperoleh pemahaman


mengenai harapan pemberi tugas atas output yang akan dihasilkan.
Pemahaman tujuan dan harapan penugasan dilakukan untuk mengurangi risiko
kesalahan penafsiran atas tugas yang diberikan atau atas harapan dari pihak

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 15


Juklak Pemeriksaan Kepatuhan Bab III

lain, baik yang dilakukan oleh pemeriksa maupun pemberi tugas. Pemeriksa
perlu melakukan komunikasi baik lisan maupun tertulis dengan pemberi tugas,
dan didokumentasikan dalam bentuk formulir tujuan dan harapan penugasan.
(Contoh Kertas Kerja Pemahaman Tujuan dan Harapan Penugasan dapat dilihat
pada Lampiran III.2 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan
ini)
Lingkup Pemeriksaan
015 Lingkup pemeriksaan adalah pernyataan yang jelas mengenai fokus, luas, dan Lingkup
batasan pemeriksaan. Lingkup pemeriksaan mencakup pengidentifikasian Pemeriksaan
objek/sasaran pemeriksaan, aspek yang diperiksa, organisasi, lokasi geografis,
dan periode yang dicakup dalam pemeriksaan. Lingkup ataupun batas
pemeriksaan dapat juga didefinisikan dengan "apa yang diperiksa", "siapa yang
diperiksa", "di mana yang akan diperiksa", dan "kapan akan diperiksa".
Lingkup pemeriksaan harus dikomunikasikan kepada entitas. Informasi
mengenai lingkup pemeriksaan sebaiknya dilakukan secara tertulis. Proses
pemeriksaan yang efektif tergantung pada tingkat pemahaman pemeriksa
maupun pihak yang diperiksa mengenai lingkup pemeriksaan. Lingkup
pemeriksaan harus dinyatakan secara jelas dalam laporan karena akan
memengaruhi bentuk kesimpulan.
016 Dalam menentukan lingkup pemeriksaan, faktor-faktor yang dipertimbangkan Faktor yang
antara lain: dipertimbangkan
a. kepentingan atau harapan publik atau legislatif; dalam penentuan
b. pengaruh kepada masyarakat; lingkup
c. proyek dengan dana publik yang signifikan; pemeriksaan
d. penerima dana publik;
e. signifikansi ketentuan hukum tertentu;
f. prinsip tata kelola pemerintahan yang baik;
g. peran badan sektor publik yang berbeda;
h. hak warga negara dan badan sektor publik;
i. potensi pelanggaran dari ketentuan peraturan perundang-undangan yang
mengatur aktivitas entitas publik, atau utang negara, defisit dan kewajiban
ekstern;
j. ketidakpatuhan pengendalian intern, atau ketiadaan SPI yang cukup;
k. temuan pemeriksaan sebelumnya; dan
l. risiko ketidakpatuhan dari pihak ketiga.
017 Pada saat pelaksanaan pemeriksaan dimungkinkan adanya perubahan lingkup Perubahan
pemeriksaan. Kondisi yang memungkinkan adanya perubahan lingkup lingkup
pemeriksaan kepatuhan pada saat pelaksanaan pemeriksaan antara lain pemeriksaan
adalah:
a. Ditemukannya hal-hal yang berdampak signifikan atas pengendalian intern
entitas dan berdasarkan penilaian risiko ditemukan risiko tinggi tidak
tercapainya tujuan pemeriksaan yang ditetapkan pada tahap perencanaan.
Lingkup pemeriksaan akan difokuskan pada hal pokok/akun/unit kerja yang
memiliki tingkat risiko tinggi dan/atau sifat operasi bisnis yang kompleks
atau baru.
b. Pemahaman bisnis proses yang lebih rinci baru diperoleh ketika
pelaksanaan pemeriksaan dan berbeda dengan pemahaman pada saat
perencanaan pemeriksaan, seperti:

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 16


Juklak Pemeriksaan Kepatuhan Bab III

1) Perubahan produk hukum terkait proses bisnis entitas; dan


2) Perubahan struktur organisasi (antara lain perubahan Peraturan
Pemerintah (PP) atau Peraturan Daerah (Perda), dan adanya
merger/akuisisi).
c. Terdapat masalah yang krusial dan material yang mengakibatkan kerugian
negara, tindak pidana korupsi, dan kecurangan.
Perubahan lingkup harus didokumentasikan oleh pemeriksa.

3. Identifikasi Kriteria

018 Kriteria adalah alat ukur yang digunakan untuk menilai hal pokok yang sedang Identifikasi
diperiksa. Kriteria merupakan hal yang utama dalam pemeriksaan kepatuhan kriteria
karena tujuan pemeriksaan adalah untuk menilai apakah hal pokok yang
diperiksa sesuai (patuh) dengan aturan yang berlaku yang menjadi kriteria.
Kriteria yang digunakan dalam pemeriksaan kepatuhan diinformasikan kepada
pihak yang diperiksa pada awal pemeriksaan (entry meeting) agar diperoleh
kesamaan pemahaman antara pemeriksa dan pihak yang diperiksa. Kesamaan
pemahaman mencegah ketidaksepakatan atas kriteria pada saat pembahasan
temuan.
019 Kriteria dapat spesifik atau lebih umum, dan dapat diambil dari berbagai Sifat kriteria
sumber, termasuk undang-undang, peraturan, standar-standar, prinsip-prinsip,
dan praktik terbaik. Kriteria dapat bersifat formal, seperti undang-undang,
peraturan di bawah kerangka undang-undang, dan peraturan lainnya yang
relevan terkait dengan undang-undang, serta peraturan dan perjanjian,
kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh pejabat dari entitas yang
diperiksa, dan lain-lain.
Ketika kriteria formal tidak ada atau belum disahkan secara hukum atau ada
kekurangan dalam legislasi tentang penerapannya, pemeriksa dapat
menggunakan prinsip-prinsip yang diterima umum, pendapat ahli, kepatutan,
kode etik, atau yang berhubungan dengan harapan mengenai perilaku. Kriteria
tersebut harus dikomunikasikan dengan entitas yang diperiksa. Sebagai
contoh, kewajaran biaya jamuan yang tidak diatur secara eksplisit dalam
ketentuan apapun.
020 Kriteria pemeriksaan yang baik memiliki karakteristik sebagai berikut: Karakteristik
a. Relevan: kriteria yang relevan menghasilkan informasi hal pokok yang kriteria
membantu pengambilan keputusan oleh pengguna LHP;
b. Lengkap: faktor-faktor relevan yang dapat memengaruhi kesimpulan tidak
ada yang diabaikan;
c. Andal: kriteria yang andal menghasilkan kesimpulan yang konsisten ketika
digunakan dan diuji dengan cara yang sama, oleh pemeriksa lain, pada
kondisi yang sama;
d. Netral: kriteria netral menghasilkan informasi hal pokok yang bebas dari
bias yang sesuai dalam situasi perikatan;
e. Dimengerti: kriteria yang dapat dimengerti menghasilkan informasi hal
pokok yang dapat dimengerti oleh pengguna LHP;
f. Kegunaan: kriteria yang berguna menghasilkan temuan dan kesimpulan
yang memenuhi kebutuhan pengguna informasi;
g. Keterbandingan: kriteria yang dapat dibandingkan konsisten dengan yang
digunakan dalam pemeriksaan kepatuhan pada entitas lain yang serupa
atau aktivitas yang digunakan pada pemeriksaan kepatuhan sebelumnya
pada entitas yang diperiksa;

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 17


Juklak Pemeriksaan Kepatuhan Bab III

h. Dapat diterima: kriteria yang dapat diterima adalah kriteria yang disetujui
oleh ahli yang independen dalam bidangnya, entitas yang diperiksa,
legislatif, media, dan masyarakat; dan
i. Ketersediaan: kriteria tersedia untuk pengguna LHP sehingga mereka
mengerti sifat pemeriksaan yang dilaksanakan dan sebagai dasar laporan
pemeriksaan.
021 Kriteria yang digunakan bergantung pada sejumlah faktor, antara lain: Faktor-faktor
a. tujuan pemeriksaan; yang
b. lingkup pemeriksaan; dan memengaruhi
c. hal pokok/informasi hal pokok yang diperiksa. kriteria

022 Sumber kriteria yang beragam memungkinkan adanya ketentuan yang saling Sumber kriteria
bertentangan dan adanya interpretasi yang berbeda. Selain itu, terdapat
kemungkinan bahwa peraturan yang di bawah tidak konsisten dengan
peraturan di atasnya. Apabila pemeriksa mengidentifikasi adanya
pertentangan antara beberapa sumber kriteria yang digunakan, maka
pemeriksa harus menganalisis konsekuensi adanya pertentangan tersebut, dan
menindaklanjuti dengan melakukan beberapa hal antara lain:
a. memodifikasi tujuan pemeriksaan atau hal pokok yang akan diperiksa; atau
b. memutuskan untuk tidak melakukan penilaian atas hal pokok; atau
c. melibatkan para ahli untuk memperoleh pandangan atas adanya
pertentangan beberapa sumber kriteria.
023 Pemeriksa perlu menetapkan kriteria sebagai: Tujuan penetapan
a. alat untuk mengaitkan tujuan dengan P2 selama tahap pengumpulan dan kriteria
analisis bukti;
b. dasar dalam pengumpulan bukti dan penetapan prosedur pengumpulan
bukti;
c. dasar penetapan temuan; dan
d. hal yang akan dikomunikasikan oleh pemeriksa dengan manajemen entitas
yang diperiksa mengenai sifat pemeriksaan.
024 Langkah-langkah dalam penentuan kriteria: Langkah
a. mencari sumber-sumber kriteria yang masih berlaku; penentuan
b. mengkaji kesesuaian kriteria dengan hal yang akan diperiksa; kriteria
c. menentukan kriteria yang akan digunakan; dan
d. memastikan kriteria yang digunakan dapat diterima oleh para pihak.
(Contoh Kertas Kerja Identifikasi Hal Pokok dan Kriteria Pemeriksaan dapat
dilihat pada Lampiran III.3 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Keputusan ini)

4. Pemahaman Entitas dan Lingkungannya

025 Pemeriksa perlu memiliki pemahaman yang menyeluruh tentang entitas dan Pemahaman
lingkungan entitas, serta bagaimana pengaruhnya terhadap hal pokok dan entitas dan
informasi hal pokok. Pemahaman entitas dapat membantu pemeriksa dalam lingkungannya
memperoleh gambaran umum entitas yang akan digunakan sebagai input
dalam penilaian risiko dan SPI, serta menentukan kriteria dan materialitas
pemeriksaan.
Dalam hal pemeriksaan kepatuhan mencakup lebih dari 1 (satu) satu entitas,
pemeriksa harus memperoleh pemahaman atas semua entitas yang akan
diperiksa dalam lingkup yang ditentukan.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 18


Juklak Pemeriksaan Kepatuhan Bab III

026 Pemahaman entitas dan lingkungannya harus dilakukan dengan Faktor-faktor


memperhatikan faktor-faktor: pemahaman
a. Intern entitas dan
1) tujuan dan strategi entitas; lingkungannya
2) praktik tata kelola yang dilakukan entitas (kontinuitas dan efektivitas);
3) kekuatan dan kelemahan organisasi;
4) sumber daya (Sumber Daya Manusia (SDM), keuangan dan teknologi);
5) sifat operasional entitas;
6) ukuran kinerja entitas;
7) alur dan saluran komunikasi; dan
8) budaya organisasi.
Informasi terkait faktor intern dapat berasal dari:
struktur organisasi entitas, laporan pemeriksaan intern, kebijakan entitas,
database entitas, dan lain-lain.
b. Ekstern
1) peraturan perundangan;
2) hubungan dengan pihak ketiga;
3) kebutuhan pemangku kepentingan/stakeholder;
4) kondisi perekonomian dan geopolitik; dan
5) teknologi dan informasi.
Informasi terkait faktor ekstern dapat berasal dari:
LHP dan hasil komunikasi dengan pemeriksa sebelumnya, laporan
pemantauan tindak lanjut hasil pemeriksaan, internet, media massa, dan
lain-lain.
027 Langkah-langkah dalam tahapan pemahaman entitas adalah sebagai berikut: Langkah-langkah
a. memahami tujuan entitas, kegiatan pengelolaan (perencanaan, pemahaman
pelaksanaan, pelaporan, dan pengawasan) entitas, serta strategi entitas entitas
untuk mencapai tujuan;
b. memahami pengaruh lingkungan terhadap pencapaian tujuan entitas;
c. mengidentifikasi temuan dan rekomendasi yang signifikan atas
pemeriksaan sebelumnya, atau studi lain yang sebelumnya telah
dilaksanakan;
d. mengidentifikasi peraturan-peraturan yang harus dipatuhi oleh entitas;
e. memahami kekuatan dan kelemahan entitas dalam merespons kepatuhan
terhadap perundang-undangan; dan
f. memahami dampak yang mungkin terjadi dari kecurangan dan/atau
penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-undangan terhadap
hal yang diperiksa.
Setelah pemahaman diperoleh, pemeriksa perlu mengidentifikasi dan menilai
risiko yang mungkin berdampak material terhadap pemeriksaan.

5. Pemahaman Sistem Pengendalian Intern

028 Pemahaman atas pengendalian intern merupakan bagian yang melengkapi Pemahaman SPI
pemahaman entitas. Pemeriksa menggunakan pertimbangan profesional untuk
memutuskan apakah suatu pengendalian relevan atau tidak dengan
mempertimbangkan hal pokok, sifat, lingkup, dan tujuan pemeriksaan
kepatuhan.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 19


Juklak Pemeriksaan Kepatuhan Bab III

029 Dalam konteks pemeriksaan kepatuhan, SPI terdiri dari kebijakan, struktur,
prosedur, proses, tugas, dan faktor-faktor lainnya yang membantu entitas
untuk merespons dengan tepat risiko ketidakpatuhan. Sebuah sistem yang
efektif harus menjaga aset entitas yang diperiksa, memfasilitasi pelaporan
intern dan ekstern, serta membantu entitas yang diperiksa untuk mematuhi
peraturan yang terkait.
030 Pemeriksa harus menguji keandalan pengendalian tersebut dan menilai risiko
apakah struktur pengendalian yang ada dapat mencegah atau mendeteksi
ketidakpatuhan material serta memperbaiki ketidakpatuhan yang terdeteksi.
Hasil dari penilaian pengendalian intern akan membantu pemeriksa
menentukan tingkat keyakinan, sifat, waktu, dan lingkup prosedur pemeriksaan
yang akan dilakukan.
031 Pemeriksa perlu memperoleh pemahaman atas seluruh komponen SPI yaitu (1) Komponen SPI
lingkungan pengendalian; (2) proses penilaian risiko entitas; (3) aktivitas
pengendalian; (4) sistem informasi dan komunikasi; serta (5) pemantauan yang
relevan dengan pemeriksaan. Selain itu, pemeriksa perlu memahami
mengenai:
a. bentuk pengendalian;
b. apakah pengendalian telah memadai serta dapat mendeteksi, mencegah,
dan mengoreksi ketidakpatuhan; dan
c. apakah pengendalian bekerja sebagaimana yang diharapkan.
032 Penilaian SPI entitas secara mendalam dapat dilakukan dengan melakukan
review dokumen, diskusi dengan pimpinan/manajemen entitas, diskusi dengan
personil satuan kerja pengawas intern, observasi fisik, dan pengujian
pengendalian.
Hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam menilai pengendalian intern entitas
yaitu komunikasi, penegakan integritas dan nilai-nilai etika, komitmen terhadap
kompetensi, tata kelola, filosofi dan gaya operasi manajemen, struktur
organisasi, keberadaan dan tingkat aktivitas pemeriksa intern, pembagian
wewenang dan tanggung jawab, serta kebijakan dan praktik SDM entitas yang
diperiksa.

6. Penentuan Materialitas

033 Penilaian materialitas pada tahap perencanaan pemeriksaan membantu Penentuan


pemeriksa untuk mengidentifikasi hal-hal yang menjadi perhatian atau materialitas
dipandang penting oleh pengguna hasil pemeriksaan. Hal terpenting dalam
menentukan materialitas pada tahap perencanaan adalah mempertimbangkan
apakah kepatuhan atau ketidakpatuhan tersebut memengaruhi keputusan
pengguna. Pemeriksa harus menilai ulang materialitas yang ditetapkannya
sepanjang proses pemeriksaan.
034 Penentuan materialitas dapat berdasarkan penilaian terhadap pentingnya Faktor-faktor
temuan pemeriksaan. Pada akhir pemeriksaan, pemeriksa harus yang harus
mempertimbangkan apakah temuan cukup signifikan untuk dimasukkan dalam dipertimbangkan
laporan. Untuk melaksanakan hal tersebut, dalam menentukan material atau dalam menilai
tidaknya suatu informasi pada tahap perencanaan, pemeriksa harus materialitas
mempertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut: informasi
a. konteks di mana masalah muncul, misalnya jika masalah tersebut terkait
dengan kepatuhan terhadap undang-undang atau peraturan;
b. harapan publik dan kepentingan umum;

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 20


Juklak Pemeriksaan Kepatuhan Bab III

c. kebutuhan untuk pengawasan legislatif dan peraturan di area tertentu;


d. kebutuhan akan keterbukaan dan transparansi; dan
e. kegiatan yang menggunakan pembiayaan besar.
Ketidakpatuhan dapat tidak berhubungan sama sekali dengan nilai, jumlah,
atau ukuran.
035 Suatu hal dapat dianggap material meskipun nilainya lebih rendah atau Unsur yang
berakibat pervasif apabila didalamnya terdapat unsur: menyebabkan
a. kecurangan (fraud); suatu hal
b. tindakan melanggar hukum disengaja atau ketidakpatuhan; dianggap material
c. informasi yang salah atau tidak lengkap untuk manajemen, pemeriksa, atau
legislatif;
d. kesengajaan mengabaikan untuk melanjutkan permintaan yang dibuat oleh
manajemen, badan otoritas, atau pemeriksa; dan
e. kejadian dan transaksi yang dilakukan namun tidak didukung dengan dasar
hukum yang memadai untuk melaksanakan kegiatan atau transaksi
tertentu.
036 Materialitas Kuantitatif Materialitas
Materialitas kuantitatif ditentukan dengan persentase terhadap basis tertentu. kuantitatif
Persentase tersebut merupakan ambang batas yang berfungsi sebagai faktor
penentu dalam perhitungan ukuran sampel untuk pengujian substantif dan
dalam interpretasi hasil pemeriksaan.
037 Penentuan persentase membutuhkan pertimbangan profesional pemeriksa
atas ukuran-ukuran yang mungkin menurut pengguna laporan penting dan atas
tingkat maksimum ketidakpatuhan yang dapat diterima. Basis yang digunakan
biasanya adalah total pengeluaran atau total pendapatan atau neraca.
Pemeriksa dapat menggunakan nilai yang dianggarkan jika pemeriksaan
direncanakan sebelum adanya realisasi akhir. Ketika data aktual atas
pengeluaran dan pendapatan diperoleh, maka pemeriksa harus me-review
kembali ambang materialitas yang ditetapkan.
Contoh:
Batas materialitas ditetapkan antara 0,5% dan 2% dari total pengeluaran atau
total pendapatan yang menjadi lingkup pemeriksaan (nilai yang paling
mencerminkan tingkat aktivitas keuangan atau subjek pemeriksaan).
038 Materialitas Kualitatif Materialitas
Aspek kualitatif dapat menyebabkan ketidakpatuhan menjadi material kualitatif
walaupun secara kuantitatif nilainya kecil (tidak material). Hal tersebut dapat
disebabkan karena:
a. Material secara sifat (material by nature)
Berhubungan dengan karakteristik yang melekat dan melibatkan isu yang
mempersyaratkan pengungkapan tertentu atau kepentingan politik/publik
yang tinggi, termasuk di dalamnya dugaan salah kelola, kecurangan, tidak
sah, atau penyimpangan disengaja.
b. Material secara konteks (material by context)
Merupakan hal yang material karena keadaan mereka, sehingga kesan yang
diberikan kepada pengguna LHP berubah, termasuk di dalamnya kesalahan
kecil yang dapat memberikan efek yang signifikan. Contohnya, hasil dari
pengadaan barang/jasa tidak tercatat sebagai aset.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 21


Juklak Pemeriksaan Kepatuhan Bab III

Isu yang bersifat material karena sifat atau konteksnya harus diungkapkan dan
dalam kasus tertentu harus diputuskan oleh Badan, apakah akan menjadi
pertimbangan dalam penarikan kesimpulan pemeriksaan.
039 Beberapa contoh materialitas kualitatif yang tidak berhubungan dengan Contoh
kuantitas sama sekali, antara lain: materialitas
a. Suatu bangunan diwajibkan untuk diperiksa kelayakannya setiap tahun, kualitatif
namun instansi pemerintah belum melakukan pemeriksaan selama 5 (lima)
tahun terakhir. Ketidakpatuhan tersebut dapat menjadi signifikan karena
aspek kualitatif seperti implikasi keamanan. Meskipun tidak mengakibatkan
nilai uang tertentu, ketidakpatuhan yang terjadi adalah material karena
menimbulkan dampak potensial seperti keselamatan penghuni bangunan.
b. Suatu kontrak pendanaan mensyaratkan bahwa penerima dana harus
mempersiapkan laporan keuangan dan mengirimkannya ke lembaga donor
pada tanggal tertentu. Namun laporan keuangan belum disiapkan dan tidak
dikirim sesuai tanggal. Material atau tidaknya ketidakpatuhan tergantung
pada konsekuensi yang mungkin timbul sebagai akibat dari ketidakpatuhan
penyampaian laporan tersebut.
040 Pertimbangan profesional pemeriksa dibutuhkan dalam menyimpulkan
materialitas dari ketidakpatuhan yang teridentifikasi, misalnya entitas telah
memenuhi sembilan dari sepuluh peraturan yang relevan, tetapi tidak
memenuhi salah satu peraturan. Pertimbangan profesional diperlukan untuk
menyimpulkan apakah entitas mematuhi peraturan secara keseluruhan.
Pemeriksa dapat mempertimbangkan pentingnya peraturan yang tidak
dipatuhi entitas, serta hubungan peraturan tersebut dengan peraturan lainnya.

7. Penilaian Risiko

041 Setelah meninjau pengendalian intern entitas yang diperiksa, pemeriksa perlu Tujuan penilaian
fokus dalam menentukan kemungkinan adanya: risiko
a. ketidakpatuhan terhadap peraturan yang signifikan; dan
b. dampak ketidakpatuhan pada entitas yang diperiksa dalam hal ini tujuan
entitas.
Tujuan melakukan penilaian risiko dalam pemeriksaan kepatuhan adalah untuk
mengidentifikasi area-area kritis dengan risiko ketidakpatuhan tinggi dan
mengalokasikan sumber daya untuk memeriksa area yang kritis tersebut.
Apabila peraturan perundangan yang terkait dengan hal pokok yang diperiksa
sangat luas, pemeriksa harus fokus dalam mengidentifikasi ketidakpatuhan
terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan dan materialitas dalam
konteks pemeriksaan kepatuhan yang dilakukan.
042 Langkah-langkah dalam penilaian risiko adalah sebagai berikut: Langkah-langkah
a. mengidentifikasi risiko yang berasal dari peraturan perundangan, dalam penilaian
ketentuan yang berlaku, transaksi dan aktivitas berisiko, dan lain-lain; risiko
b. mengevaluasi apakah entitas memiliki sistem pengendalian/prosedur
untuk mengelola risiko tersebut dan bagaimana entitas mengelola
ketidakpatuhan;
c. menilai kemampuan entitas dalam mengidentifikasi, mengukur,
memonitor, dan mengendalikan risiko-risiko kunci dalam mencapai tujuan;
d. melakukan analisis atas risiko ketidakpatuhan yaitu menentukan seberapa
besar dampak dan frekuensi risiko yang akan terjadi;

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 22


Juklak Pemeriksaan Kepatuhan Bab III

e. mempertimbangkan kecurangan yang mungkin terjadi; dan


f. hasil penilaian risiko dapat dipertimbangkan oleh pemeriksa untuk
menentukan fokus pemeriksaan.
043 Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam menilai risiko ketidakpatuhan Faktor yang
adalah: memengaruhi
a. kebaruan dan kompleksitas peraturan yang harus dipatuhi; penilaian risiko
b. layanan yang diberikan oleh entitas dan bagaimana mereka dipengaruhi ketidakpatuhan
oleh faktor ekstern;
c. tingkat pengawasan oleh pemerintah;
d. kerentanan ketentuan peraturan perundang-undangan terhadap
ketidakpatuhan;
e. lamanya waktu entitas menjadi subjek atas ketentuan peraturan
perundang-undangan;
f. pengamatan pemeriksa tentang bagaimana entitas telah memenuhi
ketentuan peraturan perundang-undangan di tahun-tahun sebelumnya;
g. kemungkinan dampak yang muncul yang ditimbulkan oleh ketidakpatuhan;
h. pertimbangan yang digunakan dalam mematuhi peraturan;
i. biaya yang harus dikeluarkan untuk menaati ketentuan peraturan
perundang-undangan;
j. kegagalan pencegahan atas ketidakpatuhan; dan
k. kemampuan entitas untuk menaati ketentuan peraturan perundang-
undangan.
044 Adanya keterbatasan pemeriksaan mengakibatkan pemeriksaan kepatuhan Keterbatasan
tidak dapat memberikan garansi atau jaminan mutlak bahwa semua dalam kepatuhan
ketidakpatuhan akan terdeteksi. Ketika menilai risiko hal pokok atau entitas,
pemeriksa perlu memahami keterbatasan dalam kepatuhan (inherent
limitations of compliance), antara lain:
a. pertimbangan manajemen dalam menafsirkan hukum dan peraturan;
b. kesalahan manusia (human error);
c. desain sistem yang tidak sesuai atau fungsi sistem yang tidak efektif;
d. pengendalian terabaikan;
e. penyembunyian bukti;
f. kekhawatiran pemangku kepentingan;
g. perubahan signifikan;
h. potensi kecurangan;
i. pemborosan dan penyalahgunaan sumber daya; dan
j. penyalahgunaan pengendalian intern dan lingkungan pengendalian.
045 Ketidakpatuhan dapat terjadi karena kecurangan atau error (kesalahan), Pertimbangan
sehingga kedua hal tersebut harus dipertimbangkan dalam setiap tahap risiko kecurangan
pemeriksaan. Kecurangan adalah tindakan yang sengaja dilakukan untuk
mendapatkan keuntungan yang tidak sah dan tidak adil. Faktor yang
membedakan kecurangan dan kesalahan adalah apakah tindakan yang
menyebabkan ketidakpatuhan sengaja atau tidak sengaja.
Pemeriksa perlu memiliki pemahaman yang jelas tentang arti kecurangan.
Pihak yang bertanggung jawab atas tindakan kecurangan dapat berasal dari
pihak yang bertanggung jawab, pegawai, atau pihak ketiga. Prosedur
pemeriksaan yang efektif untuk mendeteksi kesalahan mungkin tidak efektif
dalam mendeteksi kecurangan. Risiko tidak terdeteksinya ketidakpatuhan
sebagai hasil dari kecurangan lebih tinggi daripada risiko tidak terdeteksi dari
hasil sebuah kesalahan.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 23


Juklak Pemeriksaan Kepatuhan Bab III

046 Tanggung jawab utama untuk mencegah dan mendeteksi kecurangan ada pada Tujuan penilaian
manajemen entitas, dengan merancang, melaksanakan, dan memelihara SPI risiko kecurangan
yang memadai. Ketika melaksanakan penilaian risiko khususnya risiko
kecurangan (fraud risk assessment), pemeriksa harus menyadari bahwa
walaupun pengendalian intern secara tertulis relevan, tetapi tidak menjamin
bahwa dalam praktiknya pengendalian berfungsi seperti yang diinginkan.
Meskipun suatu pemeriksaan dapat mencegah kecurangan, namun normalnya
pemeriksaan kepatuhan tidak dirancang untuk mendeteksi kecurangan. Tujuan
penilaian risiko kecurangan adalah untuk:
a. mengidentifikasi kecurangan bawaan pada entitas;
b. mengidentifikasi dan menilai pengendalian intern entitas; dan
c. menilai risiko yang tersisa (residual risk) untuk mempertimbangkan
prosedur pemeriksaan yang perlu dilakukan.
047 Pertanyaan di bawah ini relevan untuk dipertimbangkan ketika pemeriksa Pertanyaan
melakukan penilaian risiko kecurangan pada entitas: penilaian risiko
a. Apakah entitas sudah membangun framework (kerangka) pengendalian kecurangan
kecurangan secara jelas?
b. Apakah kebijakan dan prosedur pendeteksian dan pencegahan kecurangan
telah dijalankan secara integral dan selaras dengan kegiatan entitas?
c. Apakah semua pihak terkait sudah berkontribusi dan membangun
kebijakan dalam upaya pendeteksian dan pencegahan kecurangan?
d. Apakah kebijakan entitas terkait kecurangan berhubungan dengan elemen
seperti (1) tone of the top, (2) penilaian risiko kecurangan, (3) pengendalian
intern berbasis risiko, (4) pelaporan intern, (5) pelaporan ekstern, (6)
pengungkapan kepentingan publik, (7) investigasi, (8) kode etik, (9)
pendidikan dan kesadaran bagi karyawan, dan (10) kesadaran masyarakat?
e. Apakah kebijakan secara keseluruhan dan beberapa kebijakan dan
prosedur entitas mencerminkan kebutuhan khusus entitas?
f. Apakah kerangka pengendalian kecurangan yang ada di-review secara
periodik? Kapan dilakukan review terakhir?
g. Apakah pendekatan struktural yang ada telah melaksanakan rekomendasi
hasil review di atas?
h. Apakah entitas telah memprioritaskan untuk melaksanakan rekomendasi
terkait perubahan dan perbaikan kebijakan dan prosedur operasional
entitas?
i. Apakah entitas telah mengomunikasikan secara efektif atau menumbuhkan
perhatian terhadap kerangka pengendalian kecurangannya?
j. Apakah kerangka pengendalian kecurangan secara mudah diakses oleh
semua pihak yang terkait?
k. Apakah semua pihak yang terkait telah berkomitmen terhadap prinsip dan
kebijakan terkait pengendalian kecurangan?
l. Apakah seseorang/unit organisasi dalam entitas memperhatikan “rasa
memiliki” dan administrasi kerangka pengendalian kecurangan?
048 Contoh area dan situasi yang dapat secara khusus menimbulkan risiko Contoh area dan
kecurangan pada sektor publik diantaranya: situasi yang dapat
a. hibah dan bantuan kepada pihak ketiga; menimbulkan
b. pengadaan barang dan jasa; risiko kecurangan
c. pelaksanaan tugas dan wewenang pegawai;
d. salah saji atau salah tafsir yang disengaja atas hasil atau informasi; dan
e. privatisasi entitas pemerintah.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 24


Juklak Pemeriksaan Kepatuhan Bab III

8. Penentuan Uji Petik

049 Pemeriksa merancang prosedur pemeriksaan dan pengambilan sampel Penentuan uji
sehingga jika terdapat ketidakpatuhan yang mencapai tingkat materialitas petik
tertentu, akan teridentifikasi dengan menggunakan uji petik. Pelaksanaan uji
petik memiliki risiko bahwa kesimpulan pemeriksa yang didasarkan pada
sampel yang dipilih berbeda dengan kesimpulan apabila prosedur pemeriksaan
diterapkan terhadap keseluruhan populasi. Oleh karena itu dengan uji petik
diharapkan pemeriksa dapat merancang dan memilih sampel pemeriksaan,
melaksanakan prosedur pemeriksaan pada item sampel, dan mengevaluasi
hasil dari sampel sehingga memberikan dasar yang tepat bagi pemeriksa dalam
menarik kesimpulan tentang populasi dari sampel yang diambil.

050 Uji petik dapat menggunakan metode statistika yang melibatkan pilihan acak Faktor yang
dan penggunaan teori probabilitas untuk mengevaluasi hasil atau nonstatistika. memengaruhi
Keputusan menggunakan pendekatan statistika atau nonstatistika bergantung pemilihan metode
pada pertimbangan profesional pemeriksa. uji petik

Faktor-faktor yang memengaruhi pemilihan metode uji petik (statistika dan


nonstatistika), yaitu:
a. risiko pemeriksaan;
Contoh: Semakin tinggi tingkat risiko bawaan dan/atau risiko pengendalian
yang dinilai oleh pemeriksa, maka risiko deteksi semakin rendah. Kondisi ini
memerlukan pemeriksaan substantif dengan ukuran sampel yang semakin
besar.
b. biaya dan manfaat;
c. kondisi entitas/risiko entitas; dan
d. kompetensi pemeriksa.
051 Langkah-langkah uji petik: Langkah-langkah
a. menentukan populasi yang akan dipilih; uji petik
b. mengeksplorasi sifat populasi;
c. stratifikasi sampel, jika sesuai;
Stratifikasi berarti: (1) membagi populasi ke dalam subpopulasi atau
tingkatan menggunakan kriteria pemeriksaan yang telah ditetapkan dan
didokumentasikan (misalnya nilai moneter, umur piutang, dan lain-lain);
dan (2) menerapkan prosedur pemeriksaan untuk item sampel dari masing-
masing subpopulasi (misalnya stratifikasi berdasarkan nilai maka menguji
semua item bernilai tinggi dan sampel yang representatif dari item bernilai
rendah);
d. menentukan ukuran sampel;
Semakin besar ukuran sampel, semakin besar akurasi dan kemungkinan
bahwa sampel telah mewakili populasi, sehingga risiko sampling lebih
rendah.
e. memilih metode sampel dan alasan mengapa metode tersebut dipilih; dan
f. mengevaluasi apakah uji petik dapat diproyeksikan untuk populasi yang
dimaksudkan.
Ukuran sampel harus cukup untuk memungkinkan pemeriksa menyimpulkan
pada tingkat risiko uji petik yang sesuai, bahwa:
a. Untuk pengujian pengendalian, tingkat penyimpangan total tidak melebihi
tingkat penyimpangan yang dapat ditoleransi.
b. Untuk pengujian substantif, penyimpangan jumlah nilai uang tidak melebihi
tingkat materialitas yang dapat diterima oleh pemeriksa.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 25


Juklak Pemeriksaan Kepatuhan Bab III

052 Dalam pemeriksaan kepatuhan dimungkinkan adanya pemeriksaan Pemeriksaan


pendahuluan yang bertujuan untuk merencanakan besar sampel dan tingkat pendahuluan
materialitas. Selain itu pemeriksaan pendahuluan dilakukan untuk menilai dalam
desain dan penerapan pengendalian intern yang diperiksa apakah telah cukup pemeriksaan
untuk memberikan keyakinan bahwa objek yang diperiksa telah mematuhi kepatuhan
kriteria yang ditentukan. Penentuan besarnya sampel dalam pemeriksaan
terinci sangat bergantung pada hasil pemeriksaan pendahuluan.
Metode pengambilan sampel mengacu pada pedoman yang berlaku.

9. Penyusunan Strategi dan Rencana Pemeriksaan

053 Perencanaan pemeriksaan dilakukan supaya pemeriksaan dapat dilaksanakan Penyusunan


secara efektif. Tahapan terakhir dalam perencanaan pemeriksaan adalah strategi dan
pengembangan strategi pemeriksaan (audit strategy) yang berisi hal-hal yang rencana
akan dilakukan selama pemeriksaan, dan rencana pemeriksaan (audit plan) pemeriksaan
yang merumuskan bagaimana cara melakukan pemeriksaan.
054 Tujuan strategi pemeriksaan adalah untuk mendesain seluruh keputusan atas Tujuan strategi
hal-hal sebagai berikut: pemeriksaan
a. tujuan, ruang lingkup, hal pokok, kriteria, dan karakteristik lain dari
pemeriksaan kepatuhan, dengan mempertimbangkan mandat dan unsur-
unsur yang terkandung dalam definisi pemeriksaan kepatuhan;
b. tanggung jawab dan tujuan pelaporan, pihak yang dituju, waktu, dan
bentuk pelaporan;
c. komunikasi dengan entitas;
d. faktor signifikan yang dapat memengaruhi fokus dan sasaran pemeriksaan;
e. materialitas dan penilaian risiko;
f. informasi yang diperoleh dari pemeriksaan sebelumnya atau yang terkait;
g. komposisi dan alokasi kerja tim pemeriksa, termasuk kebutuhan ahli;
h. waktu pemeriksaan;
i. entitas tempat dilakukan pemeriksaan; dan
j. penggunaan pekerjaan pemeriksa intern sebagai salah satu faktor dalam
menentukan sifat, saat, atau luas prosedur pemeriksaan.
055 Strategi dan rencana pemeriksaan harus didokumentasikan secara tertulis dan Laporan Hasil
diperbarui sepanjang proses pemeriksaan. Sebagai hasil akhir dari tahap Perencanaan
perencanaan, pemeriksa menyusun Laporan Hasil Perencanaan Pemeriksaan Pemeriksaan
(LHPP), P2, dan Program Kerja Perorangan (PKP).
LHPP merupakan output pemahaman objek pemeriksaan yang menjadi bahan
penyusunan konsep P2. LHPP antara lain memuat kesimpulan mengenai hal-
hal berikut:
a. kompleksitas pemeriksaan yang akan dijadikan sebagai dasar dalam
menentukan komposisi tim pemeriksa; dan
b. kebutuhan penggunaan tenaga ahli dalam pemeriksaan.
Format Laporan Hasil Perencanaan Pemeriksaan dapat dilihat pada
Lampiran III.4 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan ini.
Penyusunan P2 dan PKP mengacu pada PMP yang berlaku.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 26


Juklak Pemeriksaan Kepatuhan Bab IV

BAB IV
PELAKSANAAN PEMERIKSAAN KEPATUHAN

A. Pendahuluan
01 Tahap pelaksanaan pemeriksaan kepatuhan merupakan implementasi dari P2 Pendahuluan
pada tahap perencanaan pemeriksaan kepatuhan.
02 Tujuan dari pelaksanaan pemeriksaan kepatuhan adalah untuk mendapatkan Tujuan
bukti yang cukup, kompeten, dan relevan sebagai dasar yang memadai dalam pelaksanaan
mengembangkan temuan pemeriksaan kepatuhan dan menyusun kesimpulan pemeriksaan
pemeriksaan kepatuhan. kepatuhan

03 Pelaksanaan pemeriksaan kepatuhan meliputi pemerolehan dan analisis bukti, Lingkup


pengembangan temuan, dan pemerolehan tanggapan atas temuan. Pemeriksa pelaksanaan
melaksanakan prosedur pemeriksaan kepatuhan menggunakan pertimbangan pemeriksaan
profesional yang disesuaikan dengan situasi di entitas. kepatuhan

B. Pemerolehan dan Analisis Bukti


04 Bukti pemeriksaan adalah informasi yang digunakan oleh pemeriksa dalam Pengertian bukti
menentukan kesesuaian hal pokok dengan kriteria pemeriksaan. Sifat dan pemeriksaan
sumber bukti pemeriksaan yang diperlukan harus ditentukan secara pasti
sesuai kriteria, materialitas, hal pokok, dan ruang lingkup pemeriksaan. Proses
pengumpulan bukti dilakukan sampai pemeriksa yakin bahwa bukti telah cukup
dan tepat untuk mendukung kesimpulan.
05 Kecukupan adalah ukuran kuantitas bukti yang dibutuhkan untuk mendukung Kecukupan
temuan pemeriksaan dan kesimpulan. Kecukupan bukti dapat dinilai dari
kemampuannya untuk meyakinkan pengguna laporan.
06 Bukti pemeriksaan yang cukup berkaitan dengan keputusan tentang tingkat Bukti yang cukup
keyakinan. Dalam menyusun kesimpulan dengan tingkat keyakinan yang
memadai, pemeriksa perlu mendapatkan lebih banyak bukti. Jumlah bukti yang
diperlukan tergantung pada risiko pemeriksaan (semakin besar risiko
pemeriksaan, maka semakin banyak bukti diperlukan) dan pada kualitas bukti
(semakin tinggi kualitas bukti, maka semakin sedikit bukti yang diperlukan).
07 Ketepatan adalah ukuran kualitas bukti yang mencakup relevansi, validitas, dan Ketepatan
keandalan.
a. Relevansi mengacu pada keterkaitan dan pentingnya bukti dengan
permasalahan yang sedang diperiksa.
b. Validitas mengacu pada tingkat keakuratan bukti sebagai dasar untuk
mengukur apa yang sedang dievaluasi. Validitas juga berarti tingkat
kebenaran, kekuatan, atau keabsahan suatu fakta atau informasi.
c. Keandalan mengacu pada sejauh mana bukti pemeriksaan telah
dikumpulkan dan diperoleh dengan metode yang transparan dan dapat
diterapkan. Keandalan bukti dipengaruhi oleh sumber, sifat, dan keadaan
khusus di mana bukti diperoleh.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 27


Juklak Pemeriksaan Kepatuhan Bab IV

08 Pemeriksa perlu merencanakan respons yang memadai guna menilai risiko.


Respons tersebut termasuk mendesain prosedur pemeriksaan atas risiko
seperti prosedur substantif dan uji pengendalian. Prosedur substantif
mencakup tes detail dan prosedur analitis. Ketika pemeriksa ingin menentukan
sifat, waktu, dan luas prosedur substantif, pemeriksa perlu mendapatkan bukti
bahwa pengendalian berjalan efektif. Desain dan implementasi atas kunci
pengendalian yang relevan dengan hal pokok harus dievaluasi secara cukup.
Kuantitas bukti yang diminta tergantung pada risiko pemeriksaan (semakin
tinggi risiko, bukti yang harus didapatkan semakin banyak). Kualitas bukti juga
tergantung pada risiko pemeriksaan (semakin berkualitas sebuah bukti,
kemungkinan lebih sedikit bukti yang diminta). Namun pada saat yang
bersamaan pemeriksa harus menilai jumlah bukti yang bergantung pada
kekhususan sebuah pemeriksaan dan tidak hanya memperhatikan kuantitas
atau kualitas bukti.
Pemeriksa melaksanakan prosedur pemeriksaan yang efektif sejalan dengan
rencana pemeriksaan untuk mengumpulkan bukti pemeriksaan dan memenuhi
tujuan pemeriksaan. Pemeriksa perlu menggabungkan dan membandingkan
bukti dari berbagai sumber dengan menggunakan teknik/metode yang
berbeda dalam rangka memenuhi persyaratan kecukupan dan ketepatan.
09 Metode pengumpulan bukti pemeriksaan: Metode
a. pengamatan; pengumpulan
b. inspeksi; bukti pemeriksaan
c. permintaan keterangan;
d. konfirmasi ekstern;
e. re-performance;
f. perhitungan ulang;
g. pengujian substantif;
h. uji pengendalian; dan
i. prosedur analitis.
010 Pengamatan adalah melihat proses atau prosedur yang dilakukan oleh orang Pengamatan
lain. Pengamatan memberikan bukti pemeriksaan berupa kinerja dari suatu
proses atau prosedur, tetapi terbatas pada saat pengamatan dilakukan dan
fakta bahwa tindakan yang diamati dapat memengaruhi bagaimana proses
atau prosedur dilakukan.
011 Inspeksi meliputi pemeriksaan buku, catatan, atau dokumen, baik intern atau Inspeksi
ekstern, dalam bentuk kertas, elektronik, atau pemeriksaan fisik. Pemeriksa
mempertimbangkan keandalan dokumen yang diperiksa dan tetap
memperhatikan risiko kecurangan serta kemungkinan adanya pemalsuan
dokumen.
012 Permintaan keterangan termasuk mencari informasi dari pihak yang relevan, Permintaan
baik di dalam maupun di luar entitas yang diperiksa. Permintaan keterangan keterangan
dapat dilakukan dengan cara wawancara, memberikan kuesioner, dan
memperoleh dokumentasi tertulis dari entitas yang diperiksa.
013 Konfirmasi ekstern merepresentasikan bukti pemeriksaan yang diperoleh Konfirmasi
pemeriksa sebagai tanggapan tertulis dari pihak ketiga untuk menguji validitas ekstern
bukti pemeriksaan.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 28


Juklak Pemeriksaan Kepatuhan Bab IV

014 Re-performance merupakan pelaksanaan prosedur yang sama secara Re-performance


independen yang sudah dilakukan oleh entitas yang diperiksa. Re-performance
dapat dilakukan secara manual atau berbasiskan komputer.
015 Perhitungan ulang merupakan pemeriksaan akurasi matematika suatu Perhitungan ulang
dokumen atau catatan. Perhitungan ulang dapat dilakukan secara manual atau
elektronik.
016 Pengujian substantif melibatkan pengujian transaksi atau kegiatan rinci Pengujian
terhadap kriteria pemeriksaan. Pengujian substantif akan efektif jika substantif
dikombinasikan dengan metode pengumpulan bukti lainnya.
017 Uji pengendalian merupakan pengujian atas pengendalian yang telah dilakukan Uji pengendalian
manajemen untuk mengurangi risiko ketidakpatuhan.
018 Prosedur analitis dapat digunakan baik sebagai bagian dari analisis risiko Prosedur analitis
maupun ketika mengumpulkan bukti pemeriksaan. Bukti pemeriksaan dapat
dikumpulkan dengan membandingkan data, analisis trend, atau
mengidentifikasi kondisi yang tidak sesuai harapan, baik berdasarkan data
historis maupun pengalaman pemeriksa.
Teknik analisis regresi atau metode matematika lainnya dapat membantu
pemeriksa dalam membandingkan hasil aktual dengan yang diharapkan.
Prosedur analitis tidak bisa menjadi satu-satunya teknik yang digunakan,
melainkan harus dilakukan bersama-sama dengan metode pengujian lainnya
untuk dapat memberikan hasil analisis yang memadai.
019 Pemeriksa mendokumentasikan hal-hal yang signifikan sebagai bukti untuk Dokumentasi
mendukung kesimpulan dan laporan. Dokumentasi pemeriksaan harus cukup pemeriksaan
lengkap dan rinci sehingga pemeriksa memahami kegiatan pemeriksaan yang
dilakukan dalam mendukung kesimpulan.
Dokumentasi dilakukan selama proses pemeriksaan. Hal-hal yang
didokumentasikan antara lain: kriteria yang digunakan, kegiatan pemeriksaan
yang dilakukan, bukti yang diperoleh, pertimbangan yang dibuat, dan review
yang dilakukan. Pemeriksa mempersiapkan dokumentasi pemeriksaan yang
relevan sebelum laporan diterbitkan. Dokumentasi disimpan untuk periode
waktu tertentu.
020 Pemeriksa menggunakan pertimbangan profesional dalam memastikan bukti Evaluasi bukti
telah cukup dan tepat untuk menunjukkan pihak yang bertanggung jawab atas pemeriksaan
tindakan ketidakpatuhan. Pertimbangan profesional tersebut antara lain: kepatuhan
a. penilaian terhadap pelaksanaan tanggung jawab yang disebutkan dalam
peraturan;
b. penentuan apakah ketidakpatuhan atau perbuatan melawan hukum dari
pejabat publik menyebabkan penyimpangan administrasi, kerugian,
penyalahgunaan, atau pemborosan;
c. penilaian terhadap kemungkinan situasi pengecualian (yaitu force majeure,
keadaan tidak terduga); dan
d. penilaian terhadap hubungan antara pihak ketiga dengan manajer entitas,
serta kemungkinan efek dan konsekuensi atas adanya tindakan
ketidakpatuhan.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 29


Juklak Pemeriksaan Kepatuhan Bab IV

C. Pengembangan Temuan
021 Unsur temuan yang harus ada adalah kondisi, kriteria, dan akibat, sedangkan Unsur temuan
unsur sebab bersifat opsional tergantung dengan kedalaman pengujian yang
dilakukan pemeriksa untuk dapat menentukan penyebab utama dari
ketidakpatuhan yang timbul.
022 Hal-hal yang yang perlu diperhatikan dalam menyusun suatu temuan Menyusun
pemeriksaan: temuan
a. temuan pemeriksaan harus dapat mengakomodasi tujuan pemeriksaan pemeriksaan
yang telah ditetapkan;
b. pengungkapan unsur-unsur dalam temuan disesuaikan dengan tujuan
pemeriksaan kepatuhan;
c. temuan pemeriksaan harus didukung oleh bukti-bukti pemeriksaan yang
cukup, kompeten, dan relevan;
d. temuan pemeriksaan sedapat mungkin disajikan dalam suatu urutan yang
logis, akurat, dan lengkap; dan
e. temuan pemeriksaan merupakan hasil dari proses analisis bukti-bukti
pemeriksaan oleh tim pemeriksa di lapangan.
023 Langkah-langkah dalam penyusunan temuan pemeriksaan adalah sebagai Langkah-langkah
berikut: penyusunan
a. melakukan analisis hasil pengujian bukti untuk mengidentifikasi adanya temuan
perbedaan (gap) yang signifikan antara kondisi dan kriteria; pemeriksaan
b. mengidentifikasi dampak yang ditimbulkan dari perbedaan untuk
mengetahui akibat dan sebab, apabila terdapat perbedaan yang signifikan
antara kondisi dengan kriteria; dan
c. menyusun unsur-unsur temuan pemeriksaan dari temuan tersebut.
Konsep temuan pemeriksaan disusun pada saat pemeriksaan berlangsung.
Seluruh langkah dalam penyusunan temuan pemeriksaan didokumentasikan
dalam suatu KKP.

D. Pemerolehan Tanggapan atas Temuan Pemeriksaan


024 Konsep temuan pemeriksaan disusun oleh pemeriksa melalui review Tanggapan
berjenjang dan didokumentasikan ke dalam KKP. Selanjutnya pemeriksa temuan
menyampaikan konsep temuan pemeriksaan kepada pejabat entitas untuk pemeriksaan
dimintakan komentar instansi.
Pemeriksa perlu mendiskusikan hasil pemeriksaan kepada entitas. Hal ini
dilakukan dengan menjelaskan bagaimana temuan, kriteria, dan kesimpulan
yang dikembangkan secara seimbang dan beralasan serta bagaimana konsep
kesimpulan atau rekomendasi secara keseluruhan dicapai berdasarkan
temuan.
025 Temuan pemeriksaan yang telah memperoleh komentar/tanggapan dari Himpunan
pimpinan entitas dihimpun menjadi Himpunan Temuan Pemeriksaan. Temuan
Pemeriksaan

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 30


Juklak Pemeriksaan Kepatuhan Bab V

BAB V
PELAPORAN PEMERIKSAAN KEPATUHAN

A. Pendahuluan
01 Pelaporan adalah suatu kegiatan memberikan kesimpulan tertulis atas evaluasi Pengertian
terhadap bukti-bukti dan informasi yang diperoleh selama proses pemeriksaan.
Kesimpulan pemeriksaan harus dapat memberikan keyakinan yang memadai
dan dikomunikasikan kepada pengguna dalam bentuk LHP.
02 LHP berfungsi untuk: Fungsi LHP
a. mengomunikasikan hasil pemeriksaan kepada pihak yang berkepentingan
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. menghindari kesalahpahaman atas hasil pemeriksaan;
c. sebagai bahan untuk melakukan tindakan perbaikan oleh pihak yang
bertanggung jawab; dan
d. memudahkan pemantauan tindak lanjut untuk menentukan pengaruh
tindakan perbaikan yang semestinya dilakukan.
03 Pelaporan pemeriksaan terdiri atas 2 (dua) langkah kegiatan, yaitu: Kegiatan
a. penyusunan LHP (temuan pemeriksaan, kesimpulan, rekomendasi, dan pelaporan
action plan); dan
b. Tindak Lanjut Pemeriksaan.

B. Penyusunan LHP
1. Prinsip Laporan yang Baik

04 LHP yang baik harus mengandung prinsip-prinsip sebagai berikut: Prinsip LHP yang

a. Tepat Waktu baik

LHP harus tepat waktu agar informasi yang disampaikan bermanfaat secara
maksimal. LHP yang dibuat dengan hati-hati tetapi terlambat disampaikan,
nilainya menjadi berkurang bagi pengguna LHP.
b. Lengkap
LHP harus memuat secara lengkap semua informasi dari bukti untuk
memenuhi tujuan pemeriksaan. LHP juga harus menyajikan secara
memadai informasi yang dibutuhkan agar memberikan pemahaman bagi
pengguna atas hal yang diperiksa, temuan, dan kesimpulan pemeriksa.
c. Akurat
LHP harus akurat dalam menyajikan informasi, didukung oleh bukti yang
cukup dan tepat. LHP yang akurat memberikan keyakinan kepada
pengguna LHP bahwa hal yang dilaporkan memiliki kredibilitas dan dapat
diandalkan. Satu ketidakakuratan dalam LHP dapat menimbulkan keraguan
atas keandalan seluruh laporan dan dapat mengalihkan perhatian
pengguna LHP dari substansi LHP. Apabila terdapat data yang dapat
memengaruhi kesimpulan pemeriksaan yang tidak dapat diuji lebih lanjut
oleh pemeriksa, pemeriksa harus secara jelas mengungkapkannya dalam
LHP.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 31


Juklak Pemeriksaan Kepatuhan Bab V

d. Objektif
LHP harus objektif. Pemeriksa harus menyajikan LHP:
1) secara seimbang dan tidak memihak; dan
2) sesuai dengan fakta yang ditemui di lapangan.
e. Meyakinkan
LHP harus menyajikan hubungan logis antara tujuan pemeriksaan, kriteria,
temuan, kesimpulan, dan rekomendasi (apabila ada). Informasi yang
disajikan harus meyakinkan pengguna LHP untuk mengakui validitas
temuan tersebut dan manfaat penerapan rekomendasi (apabila ada).
f. Jelas
LHP harus jelas yaitu mudah dibaca dan dipahami. Pemeriksa harus menulis
LHP dengan bahasa yang jelas, tidak ambigu, sesederhana mungkin, dan
apabila menggunakan istilah-istilah teknis agar dijelaskan maknanya untuk
memudahkan pemahaman pembaca. Pemeriksa juga harus menyusun LHP
dengan logis untuk memberi kejelasan dan pemahaman bagi pengguna
LHP.
g. Ringkas
LHP harus ringkas, tidak memuat informasi yang tidak perlu atau tidak
relevan dengan tujuan pemeriksaan. LHP yang menyajikan informasi yang
kurang memadai atau memuat hal-hal yang tidak relevan akan berdampak
pada kesalahpahaman pembaca atas informasi LHP.

2. Kerangka dan Isi LHP Kepatuhan

05 LHP Kepatuhan memuat lembar penyataan tanggung jawab entitas, LHP Kerangka dan isi
Kepatuhan, informasi umum, uraian hasil pemeriksaan, tindak lanjut, serta LHP Kepatuhan
lampiran.
Kerangka LHP Kepatuhan secara detail adalah:
1. Lembar Pernyataan Tanggung Jawab Entitas
Memuat pernyataan tanggung jawab entitas terhadap segala informasi
atas hal pokok yang diperiksa.
2. Laporan Hasil Pemeriksaan Kepatuhan
Memuat ringkasan hasil pemeriksaan dan kesimpulan.
3. Bab I: Pendahuluan
Bab ini memuat:
a. Dasar Hukum
b. Standar Pemeriksaan
c. Tujuan Pemeriksaan
d. Lingkup Pemeriksaan
e. Kriteria Pemeriksaan
f. Metodologi Pemeriksaan
1) Metode uji petik
2) Metode pengumpulan bukti
3) Metode penarikan kesimpulan
g. Jangka Waktu Pemeriksaan
4. Bab II: Gambaran Umum
Bab ini memuat informasi umum dan sistem pengendalian intern atas
entitas/objek/aktivitas/kegiatan yang berkaitan dengan hal pokok yang
diperiksa.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 32


Juklak Pemeriksaan Kepatuhan Bab V

5. Bab III: Hasil Pemeriksaan


6. Bab IV: Hasil Pemantauan Tindak Lanjut Pemeriksaan
Bab ini memuat ringkasan hasil pemantauan tindak lanjut yang telah
dilakukan oleh entitas atas hasil pemeriksaan terkait hal pokok yang sedang
diperiksa.
7. Lampiran
06 Unsur LHP Kepatuhan antara lain: Unsur LHP
a. pernyataan bahwa pemeriksaan dilaksanakan sesuai dengan standar Kepatuhan
pemeriksaan;
b. tujuan, lingkup, dan metodologi;
c. lembar kesimpulan;
d. temuan pemeriksaan;
e. rekomendasi pemeriksaan (apabila ada);
f. tanggapan pihak yang bertanggung jawab; dan
g. penandatanganan LHP.
07 Struktur lembar kesimpulan LHP Kepatuhan adalah: Struktur lembar
a. judul; kesimpulan
b. penerima;
c. deskripsi atas informasi hal pokok dan hal pokok yang mendasari;
d. luas dan batasan pemeriksaan, termasuk periode yang diperiksa;
e. tujuan pemeriksaan;
f. tanggung jawab dari pihak yang bertanggung jawab dan pemeriksa;
g. kriteria pemeriksaan;
h. identifikasi standar pemeriksaan dan tingkat keyakinan;
i. ringkasan prosedur dan metodologi yang digunakan;
j. kesimpulan;
k. tanggapan dari entitas terperiksa (dapat dilampirkan);
l. tanggal laporan; dan
m. tanda tangan.

3. Penyusunan Kesimpulan Pemeriksaan

08 Kesimpulan pemeriksaan kepatuhan merupakan pernyataan keyakinan hasil Pengertian


analisis logis untuk menjawab tujuan pemeriksaan dengan didukung bukti yang
tepat/sesuai. Dengan kata lain, unsur tujuan pemeriksaan, bukti dan
metodologi memegang peranan penting dalam penyusunan kesimpulan.
09 Proses penarikan kesimpulan pemeriksaan kepatuhan adalah sebagai berikut: Proses penarikan
a. merangkum semua temuan pemeriksaan yang telah dikomunikasikan kesimpulan
dengan entitas yang diperiksa dan menganalisisnya dalam proses
pengambilan keputusan;
b. menentukan material atau tidaknya penyimpangan yang terjadi;
c. menentukan bentuk kesimpulan yang sesuai setelah mempertimbangkan
materialitas;
Untuk mempermudah penarikan kesimpulan, pemeriksa dapat
memformulasikan (secara kuantitatif dan kualitatif) atas hasil pemeriksaan
dengan faktor-faktor/parameter tertentu. Faktor-faktor tersebut antara
lain nilai, dampak, indikasi kecurangan, visibilitas dan sensitivitas, dan
besarnya harapan. Contoh Formulasi Penilaian atas
Permasalahan/Temuan dengan Menggunakan Metode Pembobotan dapat
dilihat pada Lampiran V.1 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Keputusan ini.
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 33
Juklak Pemeriksaan Kepatuhan Bab V

d. menuangkan kesimpulan dalam bentuk draft dan berkomunikasi dengan


pihak yang bertanggung jawab jika terdapat modifikasi dalam kesimpulan;
dan
e. menuangkan kesimpulan secara terinci dalam LHP sesudah melalui proses
pembahasan.
Kesimpulan hasil pemeriksaan kepatuhan dinyatakan tersendiri dalam 1 (satu)
lembar pernyataan kesimpulan, memuat satu kesimpulan secara umum atas
tujuan pemeriksaan.
010 Faktor-faktor yang mendukung kualitas penarikan kesimpulan oleh pemeriksa Faktor pendukung
adalah sebagai berikut: kualitas penarikan
a. Tujuan Pemeriksaan kesimpulan
Kesimpulan dalam pemeriksaan kepatuhan pada dasarnya merupakan
jawaban atas tujuan pemeriksaan, sehingga penentuan tujuan pemeriksaan
akan sangat memengaruhi penarikan kesimpulan. Tujuan yang diharapkan
oleh pemberi tugas harus dijabarkan dengan spesifik dan jelas serta
didokumentasikan dalam tahapan perencanaan.
b. Lingkup Pemeriksaan
Lingkup pemeriksaan harus ditetapkan secara jelas dan spesifik. Semakin
spesifik lingkup pemeriksaan, maka akan semakin membantu pemeriksa
dalam menyusun kesimpulan dan membantu pengalokasian sumber daya
pemeriksaan lebih tepat dan efisien.
Apabila terdapat pembatasan lingkup pemeriksaan, maka diungkapkan
dalam laporan. Pembatasan terhadap lingkup pemeriksaan, terdiri dari:
1) Pembatasan oleh entitas yang diperiksa
Hal ini terjadi karena entitas benar-benar tidak memberikan
data/informasi yang dibutuhkan. Hal ini harus didukung oleh bukti–
bukti secara tertulis dan disadari oleh kedua belah pihak. Template
formulir berita acara penolakan pemeriksaan/pemberian
keterangan/dokumen pemeriksaan dapat dilihat pada PMP.
2) Pembatasan oleh keadaan
Hal ini terjadi pada saat pemeriksa menghadapi keterbatasan di luar
kendali pemeriksa maupun pihak terperiksa.
c. Kriteria
Untuk mendapatkan kesimpulan pemeriksaan kepatuhan yang tepat, maka
penentuan kriteria sangat penting dan termasuk langkah awal dalam
perencanaan pemeriksaan kepatuhan.
d. Materialitas
Materialitas digunakan pemeriksa untuk menentukan bentuk kesimpulan
pemeriksaan apakah sesuai dengan kriteria, tidak sesuai dengan kriteria,
sesuai kriteria dengan pengecualian, atau tidak menyatakan kesimpulan.
e. Uji Petik
Pemeriksa harus menjelaskan apakah hasil uji petik dapat diproyeksikan
untuk populasi yang dimaksudkan jika uji petik tersebut secara signifikan
mendukung temuan, kesimpulan, atau rekomendasi pemeriksaan.
f. Bukti Pemeriksaan
Dalam rangka membuat kesimpulan, pemeriksa harus memperoleh bukti
pemeriksaan yang tepat, cukup, dan harus mematuhi prinsip-prinsip umum
dalam perolehan bukti pemeriksaan.
g. Keluasan (pervasiveness)
Pervasif merupakan kondisi di mana permasalahan yang ada memiliki
dampak yang luas atau melibatkan koordinasi banyak pihak/unit kerja.
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 34
Juklak Pemeriksaan Kepatuhan Bab V

011 Beberapa contoh situasi dimana mungkin ada risiko ketidakpatuhan material Contoh pervasif
yang pervasif terhadap ketidakpatuhan entitas adalah:
a. Suatu entitas yang mengalami kesulitan keuangan dan menyebabkan
terjadinya peningkatan risiko atas dana hibah yang akan dialihkan untuk
tujuan yang tidak sah.
b. Suatu entitas yang memiliki sejarah pencatatan yang buruk atas program-
programnya.
012 Faktor-faktor yang dapat memengaruhi pemeriksa dalam menentukan material Faktor yang
atau tidaknya suatu ketidakpatuhan, yaitu: memengaruhi
a. Jumlah yang terlibat (jumlah uang atau ukuran kuantitatif lainnya, seperti materialitas
jumlah penduduk, entitas atau organisasi yang terlibat, tingkat emisi ketidakpatuhan
polutan, atau penundaan waktu dalam hubungannya dalam tenggat
waktu).
b. Sifat dari ketidakpatuhan, seperti hukum, peraturan, atau prosedur intern.
c. Masalah yang mendorong munculnya ketidakpatuhan, seperti kelalaian
dan kecurangan.
d. Dampak yang memungkinkan dan konsekuensi yang mungkin ditimbulkan
oleh ketidakpatuhan.
e. Visibilitas dan sensitivitas dari program yang sedang diperiksa (apakah
memengaruhi kepentingan publik atau apakah berdampak pada
kerentanan warga).
f. Kebutuhan dan harapan dari badan legislatif, masyarakat/publik, atau
pengguna laporan lainnya.
Pada saat pemeriksa melakukan evaluasi, pemeriksa harus menyadari apakah
materialitas atas ketidakpatuhan itu pervasif atau tidak. Jika tidak
memungkinkan untuk mendapatkan bukti yang cukup dan sesuai karena
ketidakpastian atau adanya pembatasan lingkup, maka pemeriksa harus
menilai apakah ketidakpatuhan tersebut material dan pervasif.
013 Pemeriksa melaksanakan prosedur pemeriksaan untuk menentukan apakah Subsequent event
terdapat “subsequent event“ atau terdapat peristiwa yang terjadi setelah
selesainya pekerjaan lapangan sampai dengan tanggal laporan pemeriksaan
yang dapat dipertimbangkan atas kesimpulan terjadinya suatu ketidakpatuhan
dan memerlukan pengungkapan tertentu.
Pengungkapan subsequent event tidak memengaruhi penarikan kesimpulan.
014 Kesimpulan adalah penyataan atas keyakinan (keyakinan positif) untuk Bentuk
menjawab tujuan pemeriksaan. Bentuk kesimpulan dan pertimbangan yang kesimpulan
dapat diterapkan dalam penarikan kesimpulan adalah sebagai berikut:
a. Kesimpulan “Sesuai dengan Kriteria”
1) patuh pada semua kriteria; dan/atau
2) terdapat ketidakpatuhan dan/atau potensi terjadinya ketidakpatuhan
yang tidak material dan tidak terdapat isu independensi.
b. Kesimpulan “Tidak Sesuai dengan Kriteria”
Terdapat ketidakpatuhan yang material dan bersifat pervasif serta
memengaruhi keseluruhan hal pokok yang disebabkan dari penyimpangan
atas kriteria.
c. Kesimpulan “Sesuai Kriteria dengan Pengecualian”
1) terdapat ketidakpatuhan yang material tapi tidak bersifat luas
(pervasif); dan/atau
2) pembatasan ruang lingkup yang berpotensi menyebabkan terjadinya
ketidakpatuhan material tetapi tidak bersifat luas (pervasif).
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 35
Juklak Pemeriksaan Kepatuhan Bab V

d. Kesimpulan “Tidak Menyatakan Kesimpulan”


1) terdapat potensi terjadinya ketidakpatuhan yang material dan bersifat
luas (pervasif) dan memengaruhi keseluruhan objek yang diperiksa
(subject matter) disebabkan pembatasan lingkup oleh pihak terperiksa
atau penyebab lainnya, sehingga lingkup pemeriksaan sangat terbatas
dan pemeriksa tidak dapat menerapkan prosedur alternatif untuk
mendapatkan bukti yang memadai; dan/atau
2) terdapat isu independensi dan hal ini tidak memerlukan pertimbangan
materialitas.
Format Kesimpulan dapat dilihat pada Lampiran V.2 yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Keputusan ini.

4. Temuan dengan Indikasi Awal Kecurangan

015 Temuan pemeriksaan yang mengandung indikasi awal kecurangan disajikan Temuan dengan
dalam LHP tanpa menjelaskan secara mendetail dugaan kecurangan tersebut. indikasi awal
Namun pemeriksa lebih menitikberatkan penjelasannya kepada dampak kecurangan
temuan tersebut terhadap pokok/informasi hal pokok sesuai tujuan
pemeriksaan. Pemeriksa dapat mengungkapkan 4W+ 2H (What, When, Where,
dan Who + How dan How Much) untuk temuan pemeriksaan yang mengandung
indikasi awal kecurangan sepanjang mendukung tujuan pemeriksaan. Unsur
“Why” sebaiknya diungkapkan dalam pemeriksaan investigatif, sesuai dengan
prosedur yang berlaku di BPK.

5. Penyusunan Rekomendasi Pemeriksaan

016 Dalam pemeriksaan kepatuhan, pemeriksa tidak diharuskan memberikan Rekomendasi


rekomendasi pada setiap temuan pemeriksaannya. Rekomendasi harus pemeriksaan
diberikan jika penyebab temuan diketahui dengan pasti dan memenuhi
harapan penugasan/sesuai dengan tujuan, serta apabila pemeriksa memiliki
keyakinan dan pemahaman memadai terhadap suatu permasalahan yang
diungkap. Rekomendasi harus dapat memperbaiki kelemahan yang ada, namun
tidak melampaui apa yang menjadi batas tanggung jawab manajemen entitas.
Rekomendasi harus secara jelas menyatakan apa yang harus diperbaiki serta
siapa yang memiliki wewenang, untuk menginisiasi perbaikan yang
direkomendasikan. Rekomendasi harus disampaikan sejalan dengan tujuan,
temuan, dan kesimpulan hasil pemeriksaan.

C. Tindak Lanjut Pemeriksaan Kepatuhan


017 Konsep LHP disampaikan kepada entitas untuk memperoleh tanggapan berupa Tindak lanjut
rencana aksi sebagai bentuk rencana tindak lanjut entitas. pemeriksaan
kepatuhan

018 BPK memiliki peran dalam melakukan pemantauan tindak lanjut oleh pihak Peran BPK dalam
yang bertanggung jawab atas rekomendasi dalam LHP. Kebutuhan tindak lanjut tindak lanjut
akan tergantung pada sifat hal pokok, ketidakpatuhan, dan kondisi tertentu
dari pemeriksaan. Dalam hal tindak lanjut belum ditindaklanjuti/belum selesai
ditindaklanjuti, pemeriksa perlu mempertimbangkan kemungkinan
ketidakpatuhan tersebut masih terjadi (berulang) pada lingkup periode yang
diperiksa. Hal tersebut harus dinyatakan sebagai temuan berulang, sehingga
harus diformulasikan kembali dan dipertimbangkan dampaknya terhadap
kesimpulan pemeriksaan kepatuhan pada periode berjalan.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 36


Juklak Pemeriksaan Kepatuhan Bab V

Pemeriksa harus memberikan waktu yang cukup bagi pihak yang bertanggung
jawab untuk melaksanakan rekomendasi sesuai dengan peraturan perundang-
undangan dan memastikan bahwa tindak lanjut relevan bagi pengguna LHP.
019 Proses pemantauan tindak lanjut rekomendasi bertujuan untuk memastikan Tujuan
tindakan korektif yang telah dilakukan oleh pihak yang bertanggung jawab pemantauan
dalam menanggapi rekomendasi atas temuan ketidakpatuhan yang ditemukan tindak lanjut
pada LHP sebelumnya.
020 Proses pemantauan tindak lanjut rekomendasi memberikan manfaat bagi Manfaat tindak
entitas yang diperiksa, pengguna LHP, dan pemeriksa, yaitu untuk: lanjut
a. Menunjukkan keefektifan pihak yang bertanggung jawab dalam mengatasi
masalah.
b. Menyediakan update/pemutakhiran kepada pengguna laporan atas apa
yang telah dilakukan dan dicapai oleh pihak yang bertanggung jawab dan
celah perbedaan yang ada.
c. Menilai keefektifan pekerjaan pemeriksa dan merencanakan pemeriksaan
di masa datang.
Pemantauan tindak lanjut mengacu pada ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 37


Juklak Pemeriksaan Kepatuhan Bab VI

BAB VI
PENUTUP

A. Pemberlakuan Juklak
01 Juklak Pemeriksaan Kepatuhan berlaku pada saat ditetapkannya Keputusan Pemberlakuan
Badan Pemeriksa Keuangan tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan juklak
Kepatuhan.

B. Pemutakhiran Juklak
02 Pemutakhiran Juklak Pemeriksaan Kepatuhan dapat berupa perubahan juklak Pemutakhiran
yang dimaksud atau penjelasan atas substansi juklak tersebut. juklak

03 Perubahan atas juklak ini akan disampaikan secara resmi melalui keputusan
tentang perubahan petunjuk dimaksud.
04 Penjelasan atas substansi juklak ini disampaikan secara tertulis dari Tim
Pemantauan Juklak pada Direktorat Penelitian dan Pengembangan.

C. Pemantauan Juklak
05 Juklak Pemeriksaan Kepatuhan ini merupakan dokumen yang dapat berubah Pemantauan
sesuai dengan perubahan peraturan perundang-undangan dan kondisi lain. juklak
Oleh karena itu, pemantauan atas juklak ini akan dilakukan oleh Tim
Pemantauan Juklak Pemeriksaan Kepatuhan di BPK. Selain itu, masukan atau
pertanyaan terkait dengan Juklak ini dapat disampaikan kepada:
Ditama Revbang
Direktorat Penelitian dan Pengembangan
Subdirektorat Litbang PDTT
Lantai II Gedung Arsip R.216
Jl. Gatot Subroto 31 Jakarta 10210
Telp. (021)-25549000 ext. 3311/3313
Email: subditlitbangpdtt@bpk.go.id.

WAKIL KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA, REPUBLIK INDONESIA,

ttd. ttd.

BAHRULLAH AKBAR MOERMAHADI SOERJA DJANEGARA

Salinan sesuai dengan aslinya


BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Kepala Direktorat Utama Pembinaan dan Pengembangan Hukum
Pemeriksaan Keuangan Negara,
Tt
ttd.
d.

Nizam Burhanuddin
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 38
Juklak Pemeriksaan Kepatuhan Glosarium

GLOSARIUM

B
Badan : Sebutan untuk BPK-RI yang terdiri dari Ketua, Wakil Ketua, dan
Anggota BPK.

E
Entitas Pemeriksaan : Unit organisasi yang menjadi objek pemeriksaan BPK.

H
Hal Pokok : Hal-hal yang diperiksa dan/atau hal-hal yang menjadi perhatian
dalam suatu penugasan pemeriksaan, yang dapat berupa
informasi, kondisi, atau aktivitas yang dapat diukur/dievaluasi
berdasarkan kriteria tertentu.
Harapan Penugasan : Keinginan dari yang memberi tugas, dhi. Pemberi Tugas
Pemeriksaan (PTP), terhadap pelaksanaan tugas pemeriksaan.
Hasil Pemeriksaan : Produk dari pelaksanaan tugas pemeriksaan yang terdiri dari
KKP, LHP, dan dokumen pemeriksaan lainnya.

I
Informasi Hal Pokok : Hasil evaluasi atau hasil pengukuran hal pokok terhadap kriteria.
ISSAI : International Standards of Supreme Audit Institutions adalah
standar yang dikeluarkan oleh Organisasi Lembaga Pemeriksa
Sedunia atau The International Organisation of Supreme Audit
Institutions (INTOSAI) untuk menjadi pedoman bagi Lembaga
Pemeriksa (Supreme Audit Institutions).

K
Kepatutan (Propriety) : Ketaatan pada prinsip umum pelaksanaan tata kelola keuangan
yang baik dan perilaku pejabat publik.
Kerugian Negara : Kekurangan uang, surat berharga, dan barang, yang nyata dan
pasti jumlahnya sebagai akibat perbuatan melawan hukum baik
sengaja maupun lalai (Pasal 1 Angka 22 Undang-Undang Nomor
1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara).
Kertas Kerja Pemeriksaan (KKP) : Catatan-catatan yang dibuat dan data yang dikumpulkan oleh
Pemeriksa secara sistematis pada saat melaksanakan tugas
pemeriksaan mulai tahap perencanaan pemeriksaan sampai
dengan tahap pelaporan pemeriksaan.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 39


Juklak Pemeriksaan Kepatuhan Glosarium

L
LHP : Laporan Hasil Pemeriksaan adalah bentuk pertanggungjawaban
tertulis dari proses pemeriksaan yang berisi hasil analisis atas
temuan pemeriksaan yang diperoleh saat pelaksanaan
pemeriksaan.
LHPP : Laporan Hasil Perencanaan Pemeriksaan adalah bentuk
pertanggungjawaban tertulis dari pelaksanaan pemahaman
objek pemeriksaan yang menjadi bahan penyusunan konsep
program pemeriksaan.

O
Objek Pemeriksaan : Entitas/instansi/satuan kerja/kegiatan yang menjadi sasaran
pemeriksaan.

P
Pemeriksa : Orang yang melaksanakan tugas pemeriksaan pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara untuk dan atas nama BPK
(Pasal 1 angka 10 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006
tentang Badan Pemeriksa Keuangan).
Pemeriksaan Pendahuluan : Pemeriksaan lapangan pada pemeriksaan kepatuhan yang
dilakukan dalam rangka perencanaan pemeriksaan.
Pemilik Kepentingan (Stakeholders) : Seseorang/perwakilan yang memiliki hak untuk menentukan
masa depan entitas atau lembaga yang dimiliki.
Pengguna LHP : Lembaga perwakilan, pemerintah, serta pihak lain yang
mempunyai kepentingan terhadap LHP.
Petunjuk Teknis Pemeriksaan : Petunjuk yang memuat teknik-teknik dan urutan langkah
pemeriksaan yang harus dilakukan terhadap suatu objek
pemeriksaan tertentu yang disesuaikan dengan tujuan dan
sarana pemeriksaan.
Pihak yang Bertanggung Jawab : Pihak yang diperiksa, yang bertanggung jawab atas informasi hal
pokok dan/atau bertanggung jawab mengelola hal pokok,
dan/atau bertanggung jawab menindaklanjuti hasil pemeriksaan
antara lain Presiden, Menteri, dan Kepala Daerah.
Program Pemeriksaan (P2) : Langkah pemeriksaan di lapangan yang harus dilaksanakan oleh
tim pemeriksa.
Prosedur : 1. Tahap kegiatan untuk menyelesaikan suatu aktivitas.
2. Langkah-langkah yang secara pasti dalam memecahkan suatu
masalah.
PKP : Program Kerja Perorangan adalah alokasi kegiatan pemeriksaan
yang akan dilaksanakan berdasarkan P2.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 40


Juklak Pemeriksaan Kepatuhan Glosarium

R
Rencana Aksi : Merupakan aksi yang akan dilaksanakan oleh entitas yang
diperiksa berdasarkan rekomendasi BPK yang termuat dalam
LHP.
RKP : Rencana Kegiatan Pemeriksaan adalah dokumen yang memuat
rencana pemeriksaan yang meliputi urutan pengelompokan
tema pemeriksaan, waktu, kebutuhan pemeriksa, anggaran, dan
infrastruktur lainnya.

S
SPKN : Standar Pemeriksaan Keuangan Negara adalah standar
pemeriksaan yang menjadi acuan dalam pelaksanaan
pemeriksaan keuangan negara.
Standar : 1. Ukuran tertentu yang dipakai sebagai patokan atau ukuran
baku.
2. Sesuatu yang dianggap tetap nilainya sehingga dapat dipakai
sebagai ukuran nilai (harga).

T
Temuan Pemeriksaan : Indikasi permasalahan yang ditemui di dalam pemeriksaan di
lapangan.
Tim Pemeriksa : Terdiri dari Pengendali Mutu yang bertindak sebagai Penanggung
Jawab, Pengendali Mutu lainnya (jika diperlukan), Pengendali
Teknis, Ketua Tim, dan Anggota Tim.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 41


Juklak Pemeriksaan Kepatuhan Daftar Singkatan dan Akronim

DAFTAR SINGKATAN DAN AKRONIM

A
APBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

B
BMN : Barang Milik Negara
BPK : Badan Pemeriksa Keuangan
BPP : Buku Pedoman Perusahaan

C
CMOB : Credit Manual For Overseas Branch
CR : Control Risk

D
DBH : Dana Bagi Hasil
DR : Detection Risk

E
ESDM : Energi dan Sumber Daya Mineral

I
IR : Inherent Risk

J
Juklak : Petunjuk Pelaksanaan
Juknis : Petunjuk Teknis

K
KCLN : Kantor Cabang Luar Negeri
Keppres : Keputusan Presiden
KKP : Kertas Kerja Pemeriksaan

L
LBMN : Laporan Barang Milik Negara
LHP : Laporan Hasil Pemeriksaan
LHPP : Laporan Hasil Perencanaan Pemeriksaan

N
NIP : Nomor Induk Pegawai

P
PBB : Pajak Bumi Bangunan
PDTT : Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu
Perda : Peraturan Daerah
Perpres : Peraturan Presiden
PKP : Program Kerja Perorangan

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 42


Juklak Pemeriksaan Kepatuhan Daftar Singkatan dan Akronim

PMK : Peraturan Menteri Keuangan


PMP : Pedoman Manajemen Pemeriksaan
PMPP : Pedoman Manajemen Penunjang Pemeriksaan
PMS : Performance Management System
PNBP : Penerimaan Negara Bukan Pajak
PP : Peraturan Pemerintah
PPh : Pajak Penghasilan
PTK : Pedoman Tata Kerja
P2 : Program Pemeriksaan

R
Renstra : Rencana Strategis
RKA-K/L : Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga
RKP : Rencana Kerja Pemeriksaan
RKS : Rencana Kerja dan Syarat

S
SDA : Sumber Daya Alam
SDM : Sumber Daya Manusia
SLA : Service Level Agreement
SOP : Standar Operasional Prosedur
SPI : Sistem Pengendalian Intern
SPIP : Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
SPKM : Sistem Pemerolehan Keyakinan Mutu
SPKN : Standar Pemeriksaan Keuangan Negara

T
TA : Tahun Anggaran

U
UU : Undang-Undang
UUD : Undang-Undang Dasar

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 43


Juklak Pemeriksaan Kepatuhan Referensi

REFERENSI

BPK RI. (2009). Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu. Jakarta: Direktorat Litbang.

BPK RI. (2015). Pedoman Manajemen Pemeriksaan. Jakarta: Direktorat Litbang.

BPK RI. (2016). Kajian Pemeriksaan Kepatuhan. Jakarta: Direktorat Litbang.

BPK RI. (2016). Pedoman Manajemen Penunjang Pemeriksaan. Jakarta: Direktorat Litbang.

BPK RI. (2017). Pedoman Penyusunan dan Revisi Perangkat Lunak di BPK. Jakarta: Direktorat Litbang.

BPK RI. (2017). Standar Pemeriksaan Keuangan Negara. Jakarta: Direktorat Litbang.

Comptroller and Auditor General of India. (2016). Compliance Auditing Guidelines. Diakses dari
http://www.cag.gov.in/sites/default/files/cag_pdf/Compliance_Guidelines_approved_final_prefac
e.pdf.

European Court of Auditors. (2012). Financial and Compliance Audit Manual. Diakses dari
http://www.eca.europa.eu/Lists/ECADocuments/FCAM_2012/FCAM_2012_EN.PDF.

INTOSAI. (2010). International Standards of Supreme Audit Institutions (ISSAI) 100 tentang prinsip
fundamental pemeriksaan sektor publik. Diakses dari http://www.issai.org/en_us/site-issai/issai-
framework/3-fundamental-auditing-priciples.htm.

INTOSAI. (2010). ISSAI 400 tentang prinsip fundamental pemeriksaan kepatuhan. Diakses dari
http://www.intosai.org/issai-executive-summaries/view/article/issai-400-fundamental-principles-
of-compliance-auditing.html.

INTOSAI. (2016). ISSAI 4000 tentang pedoman pemeriksaan kepatuhan. Diakses dari
http://www.intosai.org/issai-executive-summaries/view/article/issai-4000-compliance-audit-
guidelines-general-introduction.html.

Intosai Development Initiative. (2014). ISSAI Implementation Handbook-Compliance Audit. Diakses dari
http://www.idicommunity.org/3i/index.php/3i-library/cat_view/3-handbooks.

OCEG. (2015). GRC Capability Model Red book version 3. Diakses dari https://go.oceg.org/grc-capability-
model-red-book.

State of Utah. (2013). Legal Compliance Audit Guide. Diakses dari https://auditor.utah.gov/wp-
content/uploads/sites/5/2013/05/Legal-Compliance-Audit-Guide-2013.pdf.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 44


Juklak Pemeriksaan Kepatuhan Lampiran III.1

LAMPIRAN III.1 : KEPUTUSAN BPK-RI


NOMOR : 3/K/I-XIII.2/5/2018
TANGGAL : 11 MEI 2018

CONTOH HAL POKOK, INFORMASI HAL POKOK, DAN KRITERIANYA

No Hal Pokok Informasi Hal Pokok Kriteria


1 Pengelolaan operasional Laporan pengelolaan loans, Ketentuan intern bank terkait pengelolaan loans,
Kantor Cabang Bank xxx trade finance, securities, trade finance, securities, funding, dan operasional
funding, dan operasional lainnya.
lainnya a. Anggaran Dasar Perusahaan PT Bank xx
b. Rencana Jangka Panjang tahun 20xx-20xx
c. Rencana Bisnis Bank tahun 20xx s.d 20xx
d. Ketentuan Intern Bank xx yang meliputi:
1) Buku Pedoman Perusahaan (BPP)
Perencanaan Strategis
2) Buku Pedoman Performance Management
System (PMS) dan Service Level Agreement
(SLA)
3) Buku Pedoman Kebijakan Akuntansi
4) BPP Divisi Internasional dan masing-masing
Kantor Cabang Luar Negeri (KCLN)
5) BPP tata kerja transaksi impor dan ekspor
6) BPP tata kerja letter of intent
7) Credit Manual for Overseas Branch (CMOB)
8) BPP Surat Berharga
9) Ketentuan pembentukan A dan P account
e. Ketentuan-ketentuan lainnya yang terkait, baik
ketentuan intern maupun dari otoritas lokal
KCLN yang relevan dengan pengelolaan
operasional Bank xx KCLN kota xx
2 Pengadaan barang dan jasa Tahap perencanaan: Peraturan terkait pengadaan barang/jasa
dokumen penganggaran pemerintah dan surat perjanjian/kontrak.
Rencana Kerja dan Anggaran a. Peraturan Pemerintah (PP) tentang Sistem
Kementerian Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP)
Negara/Lembaga (RKA-K/L) b. Peraturan Presiden (Perpres) tentang
hingga dokumen pengadaan barang/jasa pemerintah dan
usulan/proposal dari masing- perubahannya
masing pimpinan tinggi c. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan
utama/madya tentang mekanisme pelaksanaan pembayaran
atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja
Tahap pelaksanaan:
Negara (APBN)
dokumen
d. Surat perjanjian/kontrak
pengadaan/Rencana Kerja
dan Syarat (RKS),
pelaksanaan pelelangan,
serah terima barang hingga
pembayaran

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 45


Juklak Pemeriksaan Kepatuhan Lampiran III.1

No Hal Pokok Informasi Hal Pokok Kriteria

3 Pelaksanaan belanja dan Daftar rekapitulasi keuangan, Peraturan terkait pelaksanaan belanja, pengadaan
pengelolaan aset laporan penerimaan dan barang/jasa, dan pengelolaan barang milik
pengeluaran Penerimaan negara/daerah.
Negara Bukan Pajak a. PP tentang pengelolaan barang milik
(PNBP)/belanja, dan Laporan negara/daerah
Barang Milik Negara (LBMN) b. Perpres tentang pengadaan barang/jasa
pemerintah
c. Peraturan menteri tentang mekanisme
pelaksanaan anggaran belanja negara di
lingkungan kementerian
d. Peraturan menteri tentang pedoman
pelaksanaan pengadaan barang/jasa serta
evaluasi pemberian/penerimaan hibah di
lingkungan kementerian
4 Belanja modal infrastruktur Anggaran belanja modal Peraturan terkait pengadaan barang, pengelolaan
Tahun Anggaran xxxx serta barang, pengelolaan keuangan, dan surat
realisasinya sampai dengan perjanjian/kontrak.
31 Desember xxxx a. Undang-Undang (UU) tentang jalan
b. UU tentang jasa konstruksi
c. PP tentang pengelolaan barang negara/daerah
d. PP tentang pelaksanaan jasa konstruksi
e. Perpres tentang pengadaan barang/jasa
pemerintah
f. Peraturan menteri tentang pedoman
pengelolaan keuangan daerah
g. Peraturan menteri tentang pedoman
pengelolaan barang daerah
h. Peraturan menteri tentang pedoman
pengadaan pekerjaan konstruksi dan jasa
konsultansi
i. Peraturan tentang pedoman penunjukan
langsung pengadaan kendaraan pemerintah
j. Kontrak-kontrak yang terkait dengan
pengadaan barang/jasa
5 Penerimaan negara dan Laporan realisasi penyaluran Peraturan terkait penyaluran DBH SDA Migas dan
Dana Bagi Hasil (DBH) DBH Sumber Daya Alam PBB Migas bagian daerah.
(SDA) Minyak dan Gas Bumi a. UU tentang minyak dan gas bumi
(Migas) dan Realisasi DBH b. UU tentang keuangan negara
Pajak Bumi dan Bangunan
c. UU tentang perbendaharaan negara
(PBB) Migas bagian daerah
d. UU tentang perimbangan keuangan antara
dari tahun 20xx s.d. tahun pemerintah pusat dan pemerintah daerah
20xx
e. PP tentang kegiatan usaha hulu minyak dan
gas bumi
f. PP tentang dana perimbangan
g. PP tentang biaya operasi yang dapat
dikembalikan dan perlakuan Pajak Penghasilan
(PPh) di bidang usaha hulu minyak dan gas
bumi

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 46


Juklak Pemeriksaan Kepatuhan Lampiran III.1

No Hal Pokok Informasi Hal Pokok Kriteria

h. Perpres tentang pengalihan pelaksanaan tugas


dan fungsi kegiatan usaha hulu minyak dan gas
bumi
i. Perpres tentang penyelenggaraan pengelolaan
kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi
j. Peraturan menteri tentang tata cara
penetapan dan penawaran wilayah kerja
minyak dan gas bumi
k. Peraturan menteri tentang pedoman kebijakan
peningkatan produksi minyak dan gas bumi
l. Peraturan menteri tentang organisasi dan tata
kerja satker khusus pelaksana kegiatan usaha
hulu minyak dan gas bumi
m. Peraturan menteri tentang tata cara
penetapan dan penawaran wilayah kerja
minyak dan gas bumi
n. Peraturan menteri tentang rekening minyak
dan gas bumi
o. Peraturan menteri tentang pengalokasian
anggaran transfer ke daerah
p. Peraturan menteri tentang pelaksanaan dan
pertanggungjawaban anggaran transfer ke
daerah
q. Standar Operasional Prosedur (SOP) dan/atau
Pedoman Tata Kerja (PTK) yang berlaku di
instansi yang terkait dengan pemeriksaan
6 Pelaksanaan impor beras Laporan impor beras Peraturan terkait impor beras.
a. Peraturan menteri tentang ketentuan impor
dan ekspor beras
b. Buku tarif kepabeanan Indonesia tahun 20xx
c. Peraturan Menteri Keuangan (PMK) tentang
penetapan sistem klasifikasi barang dan
pembebanan tarif bea masuk atas barang
impor
d. Surat rekomendasi yang dikeluarkan
Kementerian Pertanian untuk setiap
permohonan beras tahun 20xx
7 Pengelolaan dan Laporan Peraturan terkait pelaksanaan dan
pertanggungjawaban pertanggungjawaban pertanggungjawaban bantuan sosial.
belanja bantuan sosial bantuan sosial a. Keputusan Presiden (Keppres) tentang
pedoman pelaksanaan APBN
b. Perpres tentang pengadaan barang dan jasa
dan peraturan perubahannya
c. PMK tentang belanja bansos pada kementerian
negara/lembaga
d. Buletin teknis tentang akuntansi belanja
bantuan sosial
e. Pedoman/panduan pengelolaan bantuan sosial

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 47


Juklak Pemeriksaan Kepatuhan Lampiran III.1

No Hal Pokok Informasi Hal Pokok Kriteria

8 Pelaksanaan karantina Laporan realisasi PNBP atas Peraturan terkait PNBP atas pelaksanaan
komoditi hortikultura pelaksanaan karantina karantina komoditi hortikultura.
komoditi hortikultura a. UU tentang karantina hewan, ikan, dan
tumbuhan
b. UU tentang kepabeanan
c. UU tentang hortikultura
d. PP tentang tarif atas jenis penerimaan negara
bukan pajak yang berlaku pada Departemen
Pertanian dan perubahannya
e. PMK tentang penetapan sistem klasifikasi
barang dan pembebanan tarif bea masuk atas
barang impor
9 Pelaksanaan kegiatan Laporan realisasi Peraturan terkait pelaksanaan kegiatan
pengerukan pelaksanaan kegiatan pengerukan.
pengerukan a. UU tentang pelayaran
b. UU tentang jasa konstruksi
c. PP tentang angkutan di perairan
d. PP tentang penyelenggaraan jasa konstruksi
e. PP tentang kepelabuhanan
f. PP tentang kenavigasian
g. Keppres tentang pelaksanaan APBN
h. Perpres tentang pengadaan barang/jasa
pemerintah
i. Peraturan menteri tentang standar biaya
j. Peraturan menteri tentang pengerukan dan
reklamasi
k. Peraturan menteri tentang alur pelayaran di
laut
l. Pedoman teknis kegiatan pelabuhan dan
pengerukan
m. Peraturan tentang juklak penatausahaan dan
penyusunan laporan pertanggungjawaban
bendahara kementerian
negara/lembaga/kantor/satker
10 Pencetakan dan Kontrak pengadaan bahan Peraturan terkait pencetakan dan pemusnahan
pemusnahan Rupiah uang dan persediaan bahan uang.
uang a. UU tentang mata uang
b. Nota kesepahaman tentang pelaksanaan
koordinasi dalam rangka perencanaan dan
pencetakan serta pemusnahan Rupiah
c. Peraturan pelaksanaan terkait pencetakan dan
pemusnahan uang

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 48


Juklak Pemeriksaan Kepatuhan Lampiran III.1

No Hal Pokok Informasi Hal Pokok Kriteria

11 Pengelolaan hibah luar Laporan realisasi hibah Peraturan terkait pengelolaan pinjaman dan hibah
negeri luar negeri.
a. PP tentang tata cara pengadaan pinjaman luar
negeri dan penerimaan hibah
b. Pedoman pengelolaan pinjaman dan hibah luar
negeri
c. Perjanjian hibah

WAKIL KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA, REPUBLIK INDONESIA,

ttd. ttd.

BAHRULLAH AKBAR MOERMAHADI SOERJA DJANEGARA

Salinan sesuai dengan aslinya


BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Kepala Direktorat Utama Pembinaan dan Pengembangan Hukum
Pemeriksaan Keuangan Negara,
Tt
ttd.
d.

Nizam Burhanuddin

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 49


Juklak Pemeriksaan Kepatuhan Lampiran III.2

LAMPIRAN III.2 : KEPUTUSAN BPK-RI


NOMOR : 3/K/I-XIII.2/5/2018
TANGGAL : 11 MEI 2018

CONTOH KERTAS KERJA PEMAHAMAN TUJUAN DAN HARAPAN PENUGASAN

Pemeriksaan Kepatuhan No. Indeks


Atas ………….. Dibuat oleh:
Tahun ……….. Di-review oleh:
Disetujui oleh:

KERTAS KERJA PEMAHAMAN TUJUAN DAN HARAPAN PENUGASAN


Tujuan kegiatan pada tahap ini adalah pemeriksa dapat memahami tujuan dari dilaksanakannya pemeriksaan dan
harapan dari pemberi tugas.
I. Tujuan Penugasan
1. .....................................................................................................................................................................
2. . ...................................................................................................................................................................
3. Dst c
II. Harapan Penugasan
1. Standar Pemeriksaan
.....................................................................................................................................................................
2. Jangka Waktu Pemeriksaan
.....................................................................................................................................................................
3. Fokus dan Sasaran Pemeriksaan
.....................................................................................................................................................................
4. Dst
III. Arahan lainnya (*opsional)
1. .....................................................................................................................................................................
2. ....................................................................................................................................................................
3. Dst

(Tempat), (tanggal)…………………….

Pemberi Tugas Pemeriksaan


……………………..

WAKIL KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA, REPUBLIK INDONESIA,

ttd. ttd.

BAHRULLAH AKBAR MOERMAHADI SOERJA DJANEGARA

Salinan sesuai dengan aslinya


BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Kepala Direktorat Utama Pembinaan dan Pengembangan Hukum
Pemeriksaan Keuangan Negara,
Tt

ttd.

Nizam Burhanuddin
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 50
Juklak Pemeriksaan Kepatuhan Lampiran III.3

LAMPIRAN III.3 : KEPUTUSAN BPK-RI


NOMOR : 3/K/I-XIII.2/5/2018
TANGGAL : 11 MEI 2018

CONTOH KERTAS KERJA IDENTIFIKASI HAL POKOK DAN KRITERIA PEMERIKSAAN

Pemeriksaan Kepatuhan No. Indeks


Atas ………….. Dibuat oleh:
Tahun ……….. Di-review oleh:
Disetujui oleh:

KERTAS KERJA IDENTIFIKASI HAL POKOK DAN KRITERIA PEMERIKSAAN

Informasi Sumber Kriteria


Hal Pokok Keterangan
Hal Pokok Kriteria Nomor Tentang
1. UU UU Pemeriksaan Pengelolaan dan
No.15/2004 Tanggung Jawab Keuangan Negara
2. PP Dst Dst
3. dst

Catatan:
Sebaiknya kriteria yang digunakan adalah kriteria yang berkaitan langsung dengan hal pokok dan tujuan
pemeriksaan.

WAKIL KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA, REPUBLIK INDONESIA,

ttd. ttd.

BAHRULLAH AKBAR MOERMAHADI SOERJA DJANEGARA

Salinan sesuai dengan aslinya


BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Kepala Direktorat Utama Pembinaan dan Pengembangan Hukum
Pemeriksaan Keuangan Negara,
Tt
ttd. d.

Nizam Burhanuddin

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 51


Juklak Pemeriksaan Kepatuhan Lampiran III.4

LAMPIRAN III.4 : KEPUTUSAN BPK-RI


NOMOR : 3/K/I-XIII.2/5/2018
TANGGAL : 11 MEI 2018

LAPORAN HASIL PERENCANAAN PEMERIKSAAN

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN HASIL PERENCANAAN PEMERIKSAAN (LHPP)

Entitas yang diperiksa : [Isi entitas yang diperiksa]


Tahun Anggaran yang diperiksa : [Isi Tahun Anggaran Berjalan]
I. Gambaran Mengenai Entitas Pemeriksaan
[Isi dengan narasi mengenai gambaran umum, bussiness process, dan seputar masalah dari
entitas yang relevan dengan hal pokok pemeriksaan]
II. Gambaran Mengenai Lingkup Pemeriksaan
[Isi dengan narasi mengenai gambaran umum terkait "apa yang diperiksa", "siapa yang
diperiksa", "di mana yang akan diperiksa" dan "jangka waktu mana yang diperiksa"]
III. Stakeholders Entitas
[Isi dengan penjelasan naratif mengenai stakeholders entitas dan hubungan antara hal
pokok dengan entitas yang relevan dengan hal pokok]
IV. Gambaran Mengenai Faktor Internal dan Eksternal Entitas
[Isi dengan mengenai bagaimana faktor internal dan eksternal memengaruhi entitas yang
relevan dengan hal pokok]
V. Gambaran Mengenai Aspek Utama Hal Pokok dan Analisis Kriteria Pemeriksaan
[Isi dengan: (1) penentuan aspek-aspek utama dari hal pokok yang kemudian dikaitkan
dengan kriteria pemeriksaan yang relevan (2) penentuan kriteria pemeriksaan yang relevan
dengan aspek utama]
Contoh:
Hal Pokok: “Pelaksanaan Kontrak dan Penyerahan Barang”
No Aspek Utama Subaspek (kriteria) Sumber Kriteria
1. Kuantitas dan Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan
kualitas hasil (PPHP) telah melakukan pengecekan
pekerjaan jumlah atau volume dan kualitas
atau spesifikasi barang/jasa sesuai
dengan surat perjanjian (kontrak).
Kuantitas dan kualitas barang/jasa
yang diserahkan telah sesuai dengan
surat perjanjian.
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 52
Juklak Pemeriksaan Kepatuhan Lampiran III.4

No Aspek Utama Subaspek (kriteria) Sumber Kriteria


2. Ketepatan waktu Penyerahan barang/jasa oleh
penyerahan hasil penyedia barang/jasa dilakukan
pekerjaan tepat waktu sesuai Surat Perjanjian.
Keterlambatan penyerahan
barang/jasa (bila ada) oleh penyedia
barang/jasa hanya disebabkan oleh
hal-hal di luar kemampuan penyedia
barang/jasa (force majeure).
Penyedia barang/jasa telah
dikenakan sanksi/denda
keterlambatan sesuai dengan
ketentuan dalam surat perjanjian.
3. Subkontrak Pihak lain dilarang mengambil alih
tanggung jawab penyedia
barang/jasa untuk melaksanakan
seluruh pekerjaan utama yang
ditetapkan dalam kontrak kepada
pihak lainnya.
Apabila hanya mengambil sebagian
pekerjaan utama dan tidak
mengambil alih seluruh pekerjaan
utama, pihak lain yang terlibat
tersebut merupakan penyedia
barang/jasa spesialis.

VI. Risiko-risiko Signifikan atas Hal Pokok


[Isi dengan penjelasan mengenai risiko-risiko yang mungkin terjadi pada hal pokok
pemeriksaan yang dapat memengaruhi kepatuhan entitas terhadap kriteria]
Pengaruh
terhadap Signifikansi Respons/Kontrol Respons
No. Identifikasi risiko
auditee/hal risiko dari auditee pemeriksa
pokok
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Kebijakan
a. ……………………………
b. …………….
2 Regulasi/Peraturan
a. …………
b. …………….
3 Koordinasi antar
lembaga/hubungan
dengan stakeholders
4 Sistem Informasi
a. ………….
b. …………..
5 Aktivitas/bussiness
process/manajerial/tupoksi
a. …..
b. …….

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 53


Juklak Pemeriksaan Kepatuhan Lampiran III.4

Keterangan:
1. Kolom (1) diisi dengan nomor urut.
2. Kolom (2) diisi dengan risiko teridentifikasi yang berasal dari kebijakan, peraturan
perundangan/ketentuan yang berlaku, komunikasi antarlembaga, tupoksi/manajerial/organisasi,
sistem informasi, stakeholder, transaksi, dan aktivitas berisiko yang berpengaruh terhadap
entitas yang diperiksa.
Berikut ini beberapa contoh:
- Kebijakan pemerintah pada sektor publik tidak jelas dan sangat sektoral;
- Perubahan kebijakan pemerintah pusat atau daerah yang signifikan;
- Sorotan masyarakat terhadap integritas manajemen;
- Perubahan atau pergantian kepemimpinan dalam manajemen entitas;
- Tuntutan ataupun desakan dari pihak lain, seperti dari instansi penegak hukum;
- Auditee melakukan perubahan yang signifikan atas kebijakan akuntansinya yang digunakan
sebagai dasar penyusunan laporan keuangan;
- Pada tahun anggaran berjalan, terdapat mutasi dan transaksi keuangan dengan jumlah
besar;
- Sistem informasi yang belum terintegrasi antar bagian, dll.
3. Kolom (3) diisi dengan pengaruh faktor yang teridentifikasi pada kolom (2) terhadap entitas.
4. Kolom (4) diisi dengan tingkat signifikansi risiko entitas yang diidentifikasi terhadap pemeriksaan
secara keseluruhan.
5. Kolom (5) diisi dengan kontrol dari auditee terhadap adanya kondisi tersebut.
6. Kolom (6) diisi dengan respons pemeriksa atas risiko yang teridentifikasi. Respons dapat berupa
perencanaan pemeriksaan khususnya mengenai lingkup dan strategi pemeriksaannya untuk
menghadapi risiko yang teridentifikasi tersebut.
Contoh:
Pengaruh Signifi- Respons/
Respons
No Identifikasi risiko terhadap kansi Kontrol dari
pemeriksa
auditee risiko auditee
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Kebijakan
Kebijakan pembangunan Budget untuk Sedang Auditee Pemeriksa perlu
jalan baru lebih pemeliharaan menyusun skala melihat apakah
diutamakan daripada jalan terbatas prioritas perencanaan
pemeliharaan jalan yang sehingga pemeliharaan pemeliharaan
sudah ada kualitas jalan jalan jalan sudah
tidak terjamin didasarkan
analisis
kebutuhan
Kebijakan moratorium Auditee (dhi. Tinggi Auditee Pemeriksa
pemberian izin Kementerian memastikan melakukan
pertambangan yang Energi dan data perizinan pembandingan
selama ini dilakukan oleh Sumber Daya pertambangan data izin
pemerintah kabupaten Mineral/ESDM) dari Pemerintah pertambangan
berpotensi Daerah akurat daerah dengan
gagal dalam dan update surat pencabutan
memverifikasi izin Kementerian
izin ESDM
pertambangan
yang akan
dicabut
Kebijakan pemerintah Anggaran Sedang Auditee secara Pemeriksa
menerima hibah pesawat pemeliharaan ketat melakukan melakukan
bekas meningkat dan uji kelayakan observasi dan cek
potensi terbang pesawat fisik terkait
terjadinya bekas kesiapan pesawat
kanibalisasi

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 54


Juklak Pemeriksaan Kepatuhan Lampiran III.4

Pengaruh Signifi- Respons/


Respons
No Identifikasi risiko terhadap kansi Kontrol dari
pemeriksa
auditee risiko auditee
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
2 Ketentuan peraturan
perundang-undangan
Belum adanya peraturan Alokasi dana Sedang Tidak ada, Pemeriksa harus
daerah tentang alokasi desa tidak mengacu pada memperhatikan
dana desa memiliki dasar Peraturan mekanisme dan
hukum Pemerintah pengelolaan
Nomor 72 Tahun alokasi dana desa
2005 tentang
Desa
3 Koordinasi antarlembaga
Lemahnya koordinasi Biaya Tinggi Membangun Pemeriksa harus
antarlembaga terkait pemeliharaan database jalan melihat apakah
kebijakan, perencanaan, tidak ekonomis yang update database jalan
penganggaran, dan dan kualitas sebagai bahan didasarkan pada
pelaksanaan pemeliharaan hasil perencanaan kondisi riil
jalan pemeliharaan dan Pemeriksa juga
rendah penganggaran perlu menguji
pemeliharaan apakah database
tersebut
dikomunikasikan
pada saat
perencanaan dan
penganggaran
4 Sistem Informasi
Penggunaan aplikasi baru Potensi aplikasi Tinggi Membuat back Menguji aplikasi
dalam pengadaan barang belum dapat up dengan tetap yang ada dan
dan jasa mengakomodir menggunakan mengumpulkan
transaksi atau hardcopy pada informasi terkait
tahapan masa peralihan kesiapan
pengadaan, penggunaannya
SDM belum
menguasai
aplikasi
5 Aktivitas/business process
yang berisiko
Penggunaan penerimaan Potensi Tinggi Membuat Pemeriksa harus
pajak daerah secara terjadinya mekanisme menguji apakah
langsung tanpa melalui kas kekurangan penerimaan mekanisme
daerah penerimaan pajak daerah tersebut telah
efektif
Pemilihan penyedia Hasil pengadaan Tinggi Membangun Pemeriksa perlu
barang cenderung tidak ekonomis Whistleblowing melakukan fraud
direkayasa dan tidak fair System risk assessment
dan pengujian
substantif
Dst

VII. Sumber daya yang digunakan


[Isi dengan sumber daya yang dikelola oleh entitas atau sumber daya yang digunakan terkait
dengan hal yang diperiksa, misalnya anggaran entitas]

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 55


Juklak Pemeriksaan Kepatuhan Lampiran III.4

VIII. Materialitas
[Isi dengan materialitas perencanaan pemeriksaan dan judgment penentuan materialitas
tersebut. Selain itu pemeriksa perlu merancang materialitas pelaporan untuk menentukan
batas penyimpangan yang akan digunakan]
IX. Temuan/rekomendasi sebelumnya
[Isi dengan temuan dan rekomendasi signifikan dari pemeriksaan/studi sebelumnya]
X. Pejabat Entitas
Nama Jabatan

XI. Kesimpulan
[Isi dengan kesimpulan mengenai pemahaman atas entitas berdasarkan kondisi yang telah
dijelaskan pada romawi I s.d. IX antara lain kesimpulan mengenai kompleksitas pemeriksaan
dan kebutuhan tenaga ahli]

……………, …………………. 20xx


Ketua Tim,

(Nama Jelas)

WAKIL KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA, REPUBLIK INDONESIA,

ttd. ttd.

BAHRULLAH AKBAR MOERMAHADI SOERJA DJANEGARA

Salinan sesuai dengan aslinya


BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Kepala Direktorat Utama Pembinaan dan Pengembangan Hukum
Pemeriksaan Keuangan Negara,
Tt
ttd.
d.

Nizam Burhanuddin

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 56


Juklak Pemeriksaan Kepatuhan Lampiran V.1

LAMPIRAN V.1 : KEPUTUSAN BPK-RI


NOMOR : 3/K/I-XIII.2/5/2018
TANGGAL : 11 MEI 2018

CONTOH FORMULASI PENILAIAN ATAS PERMASALAHAN/TEMUAN


DENGAN MENGGUNAKAN METODE PEMBOBOTAN

Pemeriksaan Kepatuhan No. Indeks


Atas ………….. Dibuat oleh:
Tahun ……….. Di-review oleh:
Disetujui oleh:

CONTOH FORMULASI PENILAIAN ATAS PERMASALAHAN/TEMUAN


DENGAN MENGGUNAKAN METODE PEMBOBOTAN

Langkah-Langkah Penyimpulan (bila menggunakan pembobotan)

1. Setelah tujuan dan hal pokok ditetapkan maka pemeriksa perlu mem-breakdown hal pokok.
2. Hal pokok di-breakdown menjadi beberapa aspek utama yang relevan dengan tujuan
pemeriksaan.
3. Setelah aspek ditentukan, maka dilanjutkan dengan membobot masing-masing aspek
tersebut (lihat Membobot Aspek).
4. Selanjutnya masing-masing aspek tersebut dirinci menjadi beberapa subaspek yang relevan
yang didasarkan pada kriteria.
5. Setelah subaspek ditentukan, maka dilanjutkan dengan membobot subaspek (lihat Membobot
Subaspek/Kriteria).
6. Temuan-temuan yang muncul dikelompokkan dan disatukan pada subaspek yang relevan.
7. Temuan yang sudah terkelompokkan ke dalam subaspek selanjutnya dibobot (lihat
Membobot Temuan).
8. Masing-masing hasil/skor temuan tertimbang selanjutnya dikurangkan dengan Nilai
Tertimbang untuk mencari Penyimpangan Temuan Tertimbangnya.
9. Selanjutnya masing-masing Penyimpangan Temuan Tertimbang tersebut dikurangkan dengan
masing-masing Batas Penyimpangan Tertimbang.
10. Bila hasilnya melebihi batas penyimpangan tertimbang berarti dinyatakan “Menyimpang
Secara Material”.
11. Bila hasilnya tidak melebihi batas penyimpangan tertimbang berarti dinyatakan “Tidak
Menyimpang Secara Material”.

Membobot Aspek
Yang dimaksud aspek di sini mencakup antara lain:
 Tahapan proses bisnis dari hal pokok.
 Hal/bagian/unsur utama dari hal pokok yang menjadi isu sentral dari tujuan pemeriksaan.
 Contoh aspek dalam pemeriksaan:
o Hal pokok "pengadaan barang dan jasa", aspek yang dinilai antara lain: perencanaan
pengadaan, pemilihan penyedia barang, dan pelaksanaan kontrak.
o Hal pokok "pengelolaan Barang Milik Negara (BMN)", aspek yang dinilai antara lain:
penatausahaan, pengamanan, pemeliharaan, dan pelaporan BMN.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 57


Juklak Pemeriksaan Kepatuhan Lampiran V.1

o Hal pokok "pengelolaan pertambangan batubara", aspek yang dinilai antara lain:
perizinan, PNBP, dan pengelolaan lingkungan pertambangan batubara.
o Hal pokok "pelaksanaan kontrak" aspek yang dinilai: kuantitas dan kualitas barang,
ketepatan waktu penyerahan barang dan subkontrak.
o Hal pokok "pengelolaan operasional Bank X pada KCLN", aspek yang dinilai: loan, trade
finance, securities, dan operasional lainnya.
o Hal pokok "pengelolaan dana desa", aspek yang dinilai: perencanaan, pelaksanaan,
pelaporan, dan monitoring.

Panduan dalam Membobot Aspek


1. Pahami tujuan pemeriksaan secara mendalam dan mengaitkannya dengan kriteria utama.
2. Menganalisis pengaruh kepatuhan aspek terhadap kriteria utama.
3. Memperhitungkan secara kualitatif kontribusi masing-masing aspek terhadap kepatuhan hal
pokok terhadap kriteria.
4. Pertimbangan lainnya adalah besarnya tahapan proses yang dilalui oleh aspek, banyaknya
ketentuan yang disyaratkan oleh kriteria pada aspek, dan besarnya anggaran yang dibutuhkan
aspek.

Contoh sederhana pembobotan aspek


Hal pokok pemeriksaan misalnya “Pelaksanaan Kontrak “
No Aspek Bobot Pertimbangan
1 Kuantitas dan kualitas 40% Aspek kuantitas dan kualitas barang dibobot lebih tinggi dari
hasil pekerjaan yang lain karena tingginya perhatian kriteria utama dalam aspek
ini. Ketidaktepatan kuantitas dan kualitas dapat berdampak
buruk/merugikan bagi pemilik.
2 Ketepatan waktu 35% Aspek ketepatan waktu juga cukup penting mengingat
penyerahan kepentingan pihak pemilik dalam memanfaatkan barang
pekerjaan secara tepat waktu. Keterlambatan pekerjaan akan cukup
berdampak.
3 Subkontrak 25% Meskipun aspek subkontrak tidak boleh dilanggar namun tidak
dibobot tinggi karena yang prioritas dilihat adalah hasil
pekerjaannya.

Membobot Subaspek/Kriteria
1. Masing-masing aspek yang telah disusun selanjutnya di-breakdown menjadi beberapa
subaspek yang didasarkan pada kriteria utama yang relevan dengan tujuan pemeriksaan.
2. Yang sangat penting diperhatikan dalam membobot subaspek/kriteria adalah substansi,
tujuan utama, dan latar belakang kriteria itu sendiri.
3. Pemeriksa dapat mendiskusikan dengan ahli terkait sifat (nature) dan konteks dari peraturan
yang akan dijadikan sebagai kriteria pemeriksaan.
4. Dengan memahami nature dan konteks peraturan (kriteria) pemeriksa diharapkan mampu
menganalisis aspek kekakuan dan kelenturan dari sebuah kriteria.
5. Selain itu pemeriksa juga harus mempertimbangkan konsekuensi/implikasi dari peraturan.
6. Selanjutnya pemeriksa dapat menilai pengaruh/kontribusi rincian kriteria terhadap
keberhasilan kriteria dalam mencapai tujuannya.

Contoh: Hal Pokok Pemeriksaan Pelaksanaan Kontrak


No Aspek Subaspek Bobot Pertimbangan
1. Kuantitas dan PPHP telah melakukan 20%
kualitas hasil pengecekan jumlah atau
pekerjaan volume dan kualitas atau
(40%) spesifikasi barang/jasa sesuai
dengan surat perjanjian

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 58


Juklak Pemeriksaan Kepatuhan Lampiran V.1

No Aspek Subaspek Bobot Pertimbangan


Kuantitas dan kualitas 80% Kriteria ini dibobot sangat signifikan
barang/jasa yang diserahkan karena secara substansi menjadi
telah sesuai dengan surat kriteria yang sangat berpengaruh
perjanjian (dominan) dalam keberhasilan
pengadaan
2. Ketepatan Penyerahan barang/jasa oleh 70% Kriteria ini dibobot sangat signifikan
waktu penyedia barang/jasa karena secara substansi menjadi
penyerahan dilakukan tepat waktu sesuai kriteria yang sangat berpengaruh
hasil Surat Perjanjian (dominan) dan memiliki nature (law)
(35%) yang kaku
Keterlambatan penyerahan 15%
barang/jasa (bila ada) oleh
penyedia barang/jasa hanya
disebabkan oleh hal-hal di
luar kemampuan penyedia
barang/jasa (force majeure)
Penyedia barang/jasa telah 15%
dikenakan sanksi/denda
keterlambatan sesuai dengan
ketentuan dalam surat
perjanjian
3. Subkontrak Pihak lain dilarang mengambil 60% Nature of law dari kriteria ini cukup
(25%) alih tanggung jawab penyedia kaku karena mengatur pokok
barang/jasa untuk tanggung jawab para pihak
melaksanakan seluruh
pekerjaan utama yang
ditetapkan dalam kontrak
kepada pihak lainnya
Apabila hanya mengambil 40%
sebagian pekerjaan utama
dan tidak mengambil alih
seluruh pekerjaan utama,
pihak lain yang terlibat
tersebut merupakan penyedia
barang/jasa spesialis

Membobot Temuan
Beberapa faktor/parameter yang perlu dipertimbangkan ketika membobot temuan antara lain:
1. Nilai temuan (nominal atau frekuensi terjadinya atau luasnya kejadian).
2. Dampak (dampak finansial, dampak hukum, dampak reputasi, dampak fisik/operasional,
dampak lingkungan, atau dampak sosial politik).
3. Sensitivitas atau harapan publik.
4. Indikasi kecurangan.
5. Pertimbangan lainnya (menurut judgment pemeriksa).

Selanjutnya parameter tersebut dibobot. Penggunaan parameter di atas disesuaikan dengan


temuan yang ada. Jadi tidak harus semua 5 (lima) parameter di atas dipertimbangkan namun
tergantung dari konteks temuan. Berikut ini beberapa contoh dalam membobot/me-rating
parameter pertimbangan:
No Parameter Rating Pertimbangan
1. Nilai Tinggi Cukup jauh di atas materialitas perencanaan
Sedang Di sekitar materialitas perencanaan
Rendah Jauh di bawah materialitas perencanaan
2. Dampak
Dampak Finansial Tinggi Menimbulkan kerugian negara/potensi
kerugian negara
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 59
Juklak Pemeriksaan Kepatuhan Lampiran V.1

No Parameter Rating Pertimbangan


Sedang Menimbulkan pemborosan
Rendah Tidak berdampak

Dampak Hukum Tinggi Dapat dituntut di pengadilan


Sedang Diselidiki oleh pihak yang berwenang
Rendah Ditegur keras oleh pihak yang berwenang

Dampak Reputasi Tinggi Ketidakpatuhan diberitakan di headline media


nasional sehingga memperburuk
reputasi/citra
Sedang Ketidakpatuhan diberitakan di media regional
Rendah Ketidakpatuhan diberitakan di media lokal

Dampak lingkungan Tinggi Menimbulkan bencana/kerusakan lingkungan


Sedang Potensi bencana
Rendah Turunnya daya dukung lingkungan

Dampak fisik/operasional Tinggi Output tidak bisa digunakan sama sekali


Sedang Sebagian (medium) output bisa digunakan
Rendah Sebagian besar output bisa digunakan

3. Sensitivitas atau harapan Tinggi Mencederai rasa keadilan publik secara luas,
publik tingginya pengaduan
Sedang Mencederai rasa keadilan publik secara
terbatas, pengaduan cukup
Rendah Pengaduan rendah

4. Indikasi kecurangan Tinggi Melibatkan unsur internal-eksternal, top


management
Sedang Melibatkan unsur internal atau eksternal
Rendah Insidental/individual
Pembobotan temuan dapat dilakukan dengan tingkat persentase maupun skala tertentu
Contoh pembobotan dengan skala tertentu/persentase:
Skala Keterangan Persentase
1 Paling rendah 0%
2 Rendah ..
3 Menengah ..
4 Paling tinggi 100%

Contoh Membobot Temuan untuk Ilustrasi kasus di bawah ini:


Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai apakah para pihak telah patuh terhadap ketentuan
pelaksanaan kontrak/perjanjian. Hal pokok pemeriksaan ini adalah pelaksanaan kontrak, lingkup
pemeriksaannya meliputi belanja konstruksi (jalan dan jembatan) pada Satker Dinas Pekerjaan
Umum di Pemerintah Kabupaten X Tahun Anggaran 2017. Realisasi belanja jalan dan jembatan
pada tahun 2017 diketahui senilai Rp100 miliar. Jumlah kontrak pengadaan 50 buah. Pemeriksa
(diasumsikan) telah melakukan penilaian risiko terhadap entitas terkait hal pokok tersebut.
Menurut pemeriksa tingkat risiko secara keseluruhan berada di level menengah. Berdasarkan
judgment, pemeriksa melakukan sampling atas kontrak yang ada senilai Rp50 miliar (50%). Pada
saat perencanaan pemeriksa menetapkan tingkat materialitas perencanaan sebesar 2% dari
realisasi belanja jalan dan jembatan (Rp2 miliar). Pemeriksa menemukan 7 penyimpangan sesuai
subaspek/kriteria (baik material maupun tidak material) sebagai berikut:

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 60


Juklak Pemeriksaan Kepatuhan Lampiran V.1

Harapan Indikasi Rata-


Subaspek/kriteria Temuan Nilai Dampak Jumlah
publik Kecurangan rata
PPHP telah melakukan (1) Pengecekan 1 1 1 1 4 1
pengecekan jumlah atau jumlah atau volume
volume dan kualitas atau yang dilakukan PPHP
spesifikasi barang/jasa atas sebagian kecil
sesuai dengan Surat pekerjaan tidak
Perjanjian akurat
Kuantitas dan kualitas (2) Terjadi kurang 1 2 1 1 5 1,25
barang/jasa yang volume pada
diserahkan telah sesuai sebagian kecil
dengan Surat Perjanjian pekerjaan Rp300
juta
Penyerahan barang/jasa (3) Terdapat 1 2 1 1 5 1,25
oleh penyedia keterlambatan
barang/jasa dilakukan penyerahan hasil
tepat waktu sesuai Surat senilai Rp600 juta
Perjanjian
Keterlambatan (4) Keterlambatan 1 1 1 1 4 1
penyerahan barang/jasa pada temuan (2)
(bila ada) oleh penyedia tidak dikarenakan
barang/jasa hanya force majeure
disebabkan oleh hal-hal
di luar kemampuan
penyedia barang/jasa
(force majeure)
Penyedia barang/jasa (5) Denda 1 2 1 1 5 1,25
telah dikenakan keterlambatan atas
sanksi/denda temuan (3) senilai
keterlambatan sesuai Rp6 juta belum
dengan ketentuan dalam dipungut
surat perjanjian
Pihak lain dilarang (6) Beberapa paket 4 4 4 4 16 4
mengambil alih tanggung jalan senilai total
jawab penyedia Rp45 miliar
barang/jasa untuk dikerjakan oleh
melaksanakan seluruh subkon semuanya
pekerjaan utama yang
ditetapkan dalam kontrak
kepada pihak lainnya
Apabila hanya mengambil (7) Beberapa paket 4 4 4 4 16 4
sebagian pekerjaan sebagian
utama dan tidak pekerjaannya
mengambil alih seluruh dikerjakan oleh
pekerjaan utama, pihak subkon yang tidak
lain yang terlibat tersebut spesialis senilai Rp15
merupakan penyedia miliar
barang/jasa spesialis

Penentuan Batas Penyimpangan


Batas Penyimpangan dalam konteks pembobotan dapat diartikan sebagai suatu batas untuk
menilai apakah temuan tersebut menyimpang atau tidak menyimpang secara material.
Penentuan Batas Penyimpangan tergantung dari judgment pemeriksa dalam memandang tingkat
kepatuhan hal pokok terhadap kriteria setelah mempertimbangkan parameter nilai, dampak,
sensitivitas/harapan publik, dan kecurangan. Pemeriksa dapat menggunakan metodologi
penentuan materialitas (materialitas pelaporan) pemeriksaan keuangan dalam menentukan batas
penyimpangan.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 61


Juklak Pemeriksaan Kepatuhan Lampiran V.1

Pada kasus di atas, setelah menemukan penyimpangan (temuan) pemeriksa melakukan diskusi
internal tim untuk menentukan batas penyimpangan material. Berdasarkan diskusi diputuskan
batas penyimpangan materialnya senilai 10% atau 0,3 (bila menggunakan skala 1 s.d. 4). Selain itu
pemeriksa juga perlu menetapkan rentang bobot untuk menentukan bentuk kesimpulan yang
akan ditarik. Misalnya untuk kasus di atas pemeriksa menetapkan:
Skala Bentuk Kesimpulan Keterangan
1 ≤ x < 1,3 Sesuai Jika total bobot masih di bawah batas
penyimpangan 10% (skala 0,3) atau 1 +
0,3=1,3. Artinya tidak ada temuan
(penyimpangan pada subaspek) yang
material.
1,3 ≤ x < 1,8 Sesuai Kriteria Dengan Pengecualian Bentuk SDP ditetapkan setelah hasil
(SDP) pembobotan beberapa subaspek berada di
atas batas penyimpangan namun tidak
bersifat pervasif/menyeluruh.
1,8 ≤ x < 4 Tidak Sesuai (TS) Bentuk TS ditetapkan setelah hasil
pembobotan pada sebagian besar subaspek
di atas batas penyimpangan dan bersifat
pervasif/menyeluruh.

Pembobotan di atas tidak semata-mata mendasarkan pada angka hasil formulasi pembobotan
saja, pemeriksa masih dapat menggunakan beberapa pertimbangan kualitatif lainnya apabila
diperlukan sampai pemeriksa merasa yakin dengan judgment profesionalnya meskipun
sebenarnya formulasi pembobotan ini sudah mengakomodasi pertimbangan kualitatif.

Berdasarkan perhitungan/formulasi pembobotan untuk kasus di atas (lihat Lampiran 1)


didapatkan:
1. Total skor bobotnya 1,9.
2. Terdapat 2 (dua) subaspek (pada aspek subkontrak) yang bobot penyimpangannya di atas
batas penyimpangan.

Dalam kasus ini pemeriksa dapat saja memutuskan bentuk simpulannya “Tidak Sesuai Dengan
Kriteria” karena total skornya berada di atas 1,8. Di sisi lain pemeriksa juga harus
mempertimbangkan apakah penyimpangan pada aspek subkontrak bersifat pervasif atau
terlokalisir pada aspek tersebut saja. Bila pemeriksa merasa yakin penyimpangan pada aspek
subkontrak tidak pervasif/menyeluruh ke subaspek lainnya maka bentuk kesimpulannya “Sesuai
Kriteria Dengan Pengecualian” pada aspek subkontrak.

……………, …………………. 20xx


Ketua Tim,
(Nama Jelas)

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 62


Juklak Pemeriksaan Kepatuhan
Lampiran 1
Direktorat Litbang

Tujuan Pemeriksaan : Menilai Apakah Pelaksanaan Kontrak Pengadaan Jalan Telah Sesuai dengan Peraturan Perundangan
Hal pokok : Pelaksanaan Kontrak Pengadaan Jalan
Lingkup : Kontrak Pengadaan Jalan pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten "X" Tahun 2017
Total Kontrak : Rp100 Miliar. Sampling: Rp50 Miliar
Batas
Skor Penyimpangan
Pembo- Bobot Nilai Skala Skor Selisih
Aspek Subaspek/Kriteria Temuan Penyimpangan (Tertimbang) Kesimpulan per Subaspek
botan Kriteria Tertimbang Temuan Temuan Penyimpangan
Tertimbang yang Bisa
Ditoleransi
(1) (2) (3) (4) (5) = (2)*(4) (6) (7) = (8)=(7)-(5) (9)=0,3X (5) (10) = (8) -(9)
(5)*(6)
A Kuantitas 40% PPHP telah melakukan 20% 0,08 Temuan 1 1 0,08 0,00 0,02 -0,02 Di Bawah Batas Tidak Me-
dan pengecekan jumlah atau Penyimpangan nyimpang
Kualitas volume dan kualitas atau Secara
spesifikasi barang/jasa sesuai Material
Badan Pemeriksa Keuangan

dengan Surat Perjanjian


Kuantitas dan kualitas 80% 0,32 Temuan 2 1,25 0,4 0,08 0,10 -0,02 Di Bawah Batas Tidak Me-
barang/jasa yang diserahkan Penyimpangan nyimpang
telah sesuai dengan Surat Secara
Perjanjian Material
B Ketepatan 35% Penyerahan barang/jasa oleh 70% 0,245 Temuan 3 1,25 0,30625 0,06 0,07 -0,01 Di Bawah Batas Tidak Me-
Waktu penyedia barang/jasa Penyimpangan nyimpang
dilakukan tepat waktu sesuai Secara
Surat Perjanjian Material
Keterlambatan penyerahan 15% 0,053 Temuan 4 1 0,0525 0,00 0,02 -0,02 Di Bawah Batas Tidak Me-
barang/jasa (bila ada) oleh Penyimpangan nyimpang
penyedia barang/jasa hanya Secara
disebabkan oleh hal-hal di Material
luar kemampuan penyedia
barang/jasa (force majeure)

Lampiran V.1
Penyedia barang/jasa telah 15% 0,053 Temuan 5 1,25 0,065625 0,01 0,02 0,00 Tidak Melebihi Tidak Me-
dikenakan sanksi/denda Batas nyimpang
keterlambatan sesuai dengan Penyimpangan Secara
ketentuan dalam Surat Material
Perjanjian
63
Batas

Juklak Pemeriksaan Kepatuhan


Direktorat Litbang

Skor Penyimpangan
Pembo- Bobot Nilai Skala Skor Selisih
Aspek Subaspek/Kriteria Temuan Penyimpangan (Tertimbang) Kesimpulan per Subaspek
botan Kriteria Tertimbang Temuan Temuan Penyimpangan
Tertimbang yang Bisa
Ditoleransi
C Subkon 25% Pihak lain dilarang 60% 0,15 Temuan 6 4 0,6 0,45 0,05 0,41 Melebihi Batas Me-
mengambil alih tanggung Penyimpangan nyimpang
jawab penyedia barang/jasa Secara
untuk melaksanakan seluruh Material
pekerjaan utama yang
ditetapkan dalam kontrak
kepada pihak lainnya
Apabila hanya mengambil 40% 0,10 Temuan 7 4 0,4 0,30 0,03 0,27 Melebihi Batas Me-
sebagian pekerjaan utama Penyimpangan nyimpang
dan tidak mengambil alih Secara
seluruh pekerjaan utama, Material
pihak lain yang terlibat
tersebut merupakan
penyedia barang/jasa
Badan Pemeriksa Keuangan

spesialis
100% 1,00 1,904375 0,30
Total batas
skor penyimpangan

WAKIL KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA, REPUBLIK INDONESIA,

ttd. ttd.

BAHRULLAH AKBAR MOERMAHADI SOERJA DJANEGARA


Salinan sesuai dengan aslinya
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Kepala Direktorat Utama Pembinaan dan Pengembangan Hukum

Lampiran V.1
Pemeriksaan Keuangan Negara,
Tt
ttd.
64

d.
Nizam Burhanuddin
Juklak Pemeriksaan Kepatuhan Lampiran V.2

LAMPIRAN V.2 : KEPUTUSAN BPK-RI


NOMOR : 3/K/I-XIII.2/5/2018
TANGGAL : 11 MEI 2018

FORMAT KESIMPULAN

a. FORMAT KESIMPULAN SESUAI DENGAN KRITERIA

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA

Laporan Hasil Pemeriksaan Kepatuhan atas <hal yang diperiksa>

Pengguna laporan <nama entitas>

Berdasarkan Undang-Undang (UU) Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan


Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara dan UU Nomor 15 Tahun 2006
tentang Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), BPK telah melaksanakan Pemeriksaan
Kepatuhan atas ..... <sebutkan hal yang diperiksa> Tahun Anggaran (TA) ..... . Pemeriksaan
ini bertujuan ...... <sebutkan tujuan pemeriksaan>.

Tanggung Jawab Manajemen

(Entitas) bertanggung jawab atas perencanaan/pelaksanaan/penyusunan/dan seterusnya


(sebutkan hal yang diperiksa) agar sesuai dengan (sebutkan kriteria) sehingga bebas dari
kesalahan yang material dan kecurangan.

Tanggung Jawab BPK

Tanggung jawab BPK adalah menyatakan kesimpulan atas (sebutkan hal yang diperiksa)
berdasarkan hasil pemeriksaan. BPK melaksanakan pemeriksaan berdasarkan Standar
Pemeriksaan Keuangan Negara. Standar tersebut mengharuskan BPK mematuhi kode etik
BPK, serta merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan untuk memperoleh keyakinan
yang memadai.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 65


Juklak Pemeriksaan Kepatuhan Lampiran V.2

Pemeriksaan dilakukan dengan menguji bukti-bukti sesuai dengan prosedur pemeriksaan


yang dipilih dengan pertimbangan pemeriksa dan penilaian risiko termasuk risiko
kecurangan. Dalam melakukan penilaian risiko, pemeriksa mempertimbangkan
pengendalian intern yang relevan untuk merancang prosedur pemeriksaan yang tepat
sesuai dengan kondisi yang ada. BPK yakin bahwa bukti pemeriksaan yang telah diperoleh
adalah cukup dan tepat sebagai dasar menyatakan kesimpulan.

Kesimpulan

Berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan, BPK menyimpulkan bahwa…. <sebutkan


hal pokok yang diperiksa> telah sesuai dengan <sebutkan kriteria yang telah ditetapkan
atau telah dinyatakan> dalam semua hal yang material.

…………….., …….. 20xx


<tanggal pada saat kesimpulan dibuat>
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
PENANGGUNG JAWAB PEMERIKSAAN,

<tanda tangan, nama, dan Nomor Induk Pegawai (NIP)


penanggung jawab>

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 66


Juklak Pemeriksaan Kepatuhan Lampiran V.2

b. FORMAT KESIMPULAN TIDAK SESUAI DENGAN KRITERIA

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA

Laporan Hasil Pemeriksaan Kepatuhan atas <hal yang diperiksa>

Pengguna laporan <nama entitas>

Berdasarkan Undang-Undang (UU) Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan


Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara dan UU Nomor 15 Tahun 2006
tentang Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), BPK telah melaksanakan Pemeriksaan
Kepatuhan atas ..... <sebutkan hal yang diperiksa> Tahun Anggaran (TA) ..... . Pemeriksaan
ini bertujuan ...... <sebutkan tujuan pemeriksaan>.

Tanggung Jawab Manajemen

(Entitas) bertanggung jawab atas perencanaan/pelaksanaan/penyusunan/dan seterusnya


(sebutkan hal yang diperiksa) agar sesuai dengan (sebutkan kriteria) sehingga bebas dari
kesalahan yang material dan kecurangan.

Tanggung Jawab BPK

Tanggung jawab BPK adalah menyatakan kesimpulan atas (sebutkan hal yang diperiksa)
berdasarkan hasil pemeriksaan. BPK melaksanakan pemeriksaan berdasarkan Standar
Pemeriksaan Keuangan Negara. Standar tersebut mengharuskan BPK mematuhi kode etik
BPK, serta merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan untuk memperoleh keyakinan
yang memadai.

Pemeriksaan dilakukan dengan menguji bukti-bukti sesuai dengan prosedur pemeriksaan


yang dipilih dengan pertimbangan pemeriksa dan penilaian risiko termasuk risiko
kecurangan. Dalam melakukan penilaian risiko, pemeriksa mempertimbangkan
pengendalian intern yang relevan untuk merancang prosedur pemeriksaan yang tepat
sesuai dengan kondisi yang ada. BPK yakin bahwa bukti pemeriksaan yang telah diperoleh
adalah cukup dan tepat sebagai dasar menyatakan kesimpulan.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 67


Juklak Pemeriksaan Kepatuhan Lampiran V.2

Dasar Kesimpulan

Jelaskan hal-hal yang menjadi alasan kesimpulan tidak sesuai

Kesimpulan

Dikarenakan signifikansi hal-hal yang dijelaskan pada paragraf di atas, maka BPK
menyimpulkan bahwa ...... <sebutkan hal pokok yang diperiksa> dilaksanakan tidak sesuai
dengan <sebutkan kriteria yang telah ditetapkan atau telah dinyatakan> dalam semua hal
yang material.

…………….., …….. 20xx


<tanggal pada saat kesimpulan dibuat>
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
PENANGGUNG JAWAB PEMERIKSAAN,

<tanda tangan, nama, dan NIP penanggung jawab>

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 68


Juklak Pemeriksaan Kepatuhan Lampiran V.2

c. FORMAT KESIMPULAN SESUAI KRITERIA DENGAN PENGECUALIAN

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA

Laporan Hasil Pemeriksaan Kepatuhan atas <hal yang diperiksa>

Pengguna laporan <nama entitas>

Berdasarkan Undang-Undang (UU) Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan


Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara dan UU Nomor 15 Tahun 2006
tentang Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), BPK telah melaksanakan Pemeriksaan
Kepatuhan atas ..... <sebutkan hal yang diperiksa> Tahun Anggaran (TA) ..... . Pemeriksaan
ini bertujuan ...... <sebutkan tujuan pemeriksaan>.

Tanggung Jawab Manajemen

(Entitas) bertanggung jawab atas perencanaan/pelaksanaan/penyusunan/dan seterusnya


(sebutkan hal yang diperiksa) agar sesuai dengan (sebutkan kriteria) sehingga bebas dari
kesalahan yang material dan kecurangan.

Tanggung Jawab BPK

Tanggung jawab BPK adalah menyatakan kesimpulan atas (sebutkan hal yang diperiksa)
berdasarkan hasil pemeriksaan. BPK melaksanakan pemeriksaan berdasarkan Standar
Pemeriksaan Keuangan Negara. Standar tersebut mengharuskan BPK mematuhi kode etik
BPK, serta merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan untuk memperoleh keyakinan
yang memadai.

Pemeriksaan dilakukan dengan menguji bukti-bukti sesuai dengan prosedur pemeriksaan


yang dipilih dengan pertimbangan pemeriksa dan penilaian risiko termasuk risiko
kecurangan. Dalam melakukan penilaian risiko, pemeriksa mempertimbangkan
pengendalian intern yang relevan untuk merancang prosedur pemeriksaan yang tepat
sesuai dengan kondisi yang ada. BPK yakin bahwa bukti pemeriksaan yang telah diperoleh
adalah cukup dan tepat sebagai dasar menyatakan kesimpulan.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 69


Juklak Pemeriksaan Kepatuhan Lampiran V.2

Dasar Kesimpulan

Jelaskan beberapa hal utama yang tidak sesuai

Kesimpulan

Berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan, kecuali hal-hal yang dijelaskan pada
paragraf di atas, BPK menyimpulkan bahwa…. <sebutkan hal pokok yang diperiksa>, telah
dilaksanakan sesuai dengan <sebutkan kriteria yang telah ditetapkan atau telah
dinyatakan> dalam semua hal yang material.

…………….., …….. 20xx


<tanggal pada saat kesimpulan dibuat>
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
PENANGGUNG JAWAB PEMERIKSAAN,

<tanda tangan, nama, dan NIP penanggung jawab>

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 70


Juklak Pemeriksaan Kepatuhan Lampiran V.2

d. FORMAT KESIMPULAN TIDAK MENYATAKAN KESIMPULAN

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA

Laporan Hasil Pemeriksaan Kepatuhan atas <hal yang diperiksa>

Pengguna laporan <nama entitas>

Berdasarkan Undang-Undang (UU) Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan


Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara dan UU Nomor 15 Tahun 2006
tentang Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), BPK telah melaksanakan Pemeriksaan
Kepatuhan atas ..... <sebutkan hal yang diperiksa> Tahun Anggaran (TA) ..... . Pemeriksaan
ini bertujuan ...... <sebutkan tujuan pemeriksaan>.

Tanggung Jawab Manajemen

(Entitas) bertanggung jawab atas perencanaan/pelaksanaan/penyusunan/dan seterusnya


(sebutkan hal yang diperiksa) agar sesuai dengan (sebutkan kriteria) sehingga bebas dari
kesalahan yang material dan kecurangan.

Tanggung Jawab BPK

Tanggung jawab BPK adalah menyatakan kesimpulan atas (sebutkan hal yang diperiksa)
berdasarkan hasil pemeriksaan. BPK melaksanakan pemeriksaan berdasarkan Standar
Pemeriksaan Keuangan Negara. Namun, karena hal yang dijelaskan dalam paragraf Dasar
Kesimpulan Tidak Menyatakan Kesimpulan, BPK tidak dapat memperoleh bukti
pemeriksaan yang cukup dan tepat untuk menyediakan suatu dasar bagi kesimpulan
pemeriksaan.

Dasar Kesimpulan Tidak Menyatakan Kesimpulan

Jelaskan hal-hal yang menjadi alasan tidak menyatakan kesimpulan

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 71


Juklak Pemeriksaan Kepatuhan Lampiran V.2

Kesimpulan

Dikarenakan BPK tidak memperoleh bukti yang cukup dan tepat sebagaimana dijelaskan
pada paragraf di atas, maka BPK tidak menyatakan suatu kesimpulan atas …<sebutkan hal
pokok yang diperiksa>.

…………….., …….. 20xx


<tanggal pada saat kesimpulan dibuat>
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
PENANGGUNG JAWAB PEMERIKSAAN,

<tanda tangan, nama, dan NIP penanggung jawab>

WAKIL KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA, REPUBLIK INDONESIA,

ttd. ttd.

BAHRULLAH AKBAR MOERMAHADI SOERJA DJANEGARA

Salinan sesuai dengan aslinya


BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Kepala Direktorat Utama Pembinaan dan Pengembangan Hukum
Pemeriksaan Keuangan Negara,
Tt
ttd.d.

Nizam Burhanuddin

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 72

Anda mungkin juga menyukai