Anda di halaman 1dari 164

Pedoman Manajemen Pemeriksaan

Daftar Isi

DAFTAR ISI
Halaman

DAFTAR ISI ................................................................................................................... i

DAFTAR TABEL ........................................................................................................ iii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... iv

DAFTAR CONTOH TEMPLATE FORMULIR ........................................................ v

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1

A. Latar Belakang ......................................................................................... 1

B. Tujuan PMP .............................................................................................. 2

C. Lingkup PMP ............................................................................................ 3

D. Kedudukan PMP dan PMPP ................................................................. 4

E. Hubungan PMP dengan PMPP ............................................................ 6

F. Siklus Pemeriksaan................................................................................. 8

G. Organisasi Pemeriksaan ........................................................................ 8

H. Sistem Manajemen Mutu ..................................................................... 12

I. Perbedaan PMP 2008 dengan PMP 2015 ........................................ 14

J. Sistematika PMP .................................................................................. 15

BAB II PERENCANAAN PEMERIKSAAN .......................................................... 17

A. Lingkup .................................................................................................... 17

B. Pihak-pihak Terkait Dalam Perencanaan Pemeriksaan ................. 18

C. Mekanisme Perencanaan Pemeriksaan ............................................ 21

D. Sistem Manajemen Mutu ..................................................................... 31

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan i


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Daftar Isi

BAB III PELAKSANAAN PEMERIKSAAN .......................................................... 37

A. Lingkup .................................................................................................... 37

B. Pihak-pihak Terkait dalam Pelaksanaan Pemeriksaan................... 38

C. Mekanisme Pelaksanaan Pemeriksaan ............................................ 41

D. Sistem Manajemen Mutu ..................................................................... 56

BAB IV PELAPORAN PEMERIKSAAN ............................................................... 65

A. Lingkup .................................................................................................... 65

B. Pihak-Pihak Terkait dalam Pelaporan Pemeriksaan ....................... 66

C. Mekanisme Pelaporan Pemeriksaan ................................................. 69

D. Sistem Manajemen Mutu ..................................................................... 77

BAB V KONDISI KHUSUS DALAM PEMERIKSAAN ...................................... 84

A. Pemeriksaan Interim/Pendahuluan .................................................... 84

B. Pemeriksaan Tematik ........................................................................... 86

C. Pemeriksaan On Call ............................................................................ 99

D. Pemeriksaan Akuntan Publik yang Bekerja Untuk dan Atas Nama


BPK (AP) .............................................................................................. 102

BAB VI PENUTUP .................................................................................................. 107

GLOSARIUM ............................................................................................................ 109

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan ii


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Daftar Tabel

DAFTAR TABEL

Halaman

1.1. Perbedaan PMP 2008 dengan PMP 2015 14

2.1. SMM Perencanaan Pemeriksaan 32

3.1. SMM Pelaksanaan Pemeriksaan 57

4.1. SMM Pelaporan Pemeriksaan 78

5.1. SMM Perencanaan Pemeriksaan Tematik 95

5.2. SMM Pelaporan Pemeriksaan Tematik 98

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan iii


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Daftar Gambar

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1.1. Piramida Kedudukan PMP dan PMPP 5
1.2. Hubungan PMP dengan PMPP 7
1.3. Siklus Pemeriksaan 8
2.1. Tahap Perencanaan Pemeriksaan 18
2.2. Alur Dokumentasi Perencanaan Pemeriksaan 34
3.1. Tahap Pelaksanaan Pemeriksaan 38
3.2. Alur Dokumentasi Pelaksanaan Pemeriksaan 62
4.1. Tahap Pelaporan Pemeriksaan 66
4.2. Alur Dokumentasi Pelaporan Pemeriksaan 81

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan iv


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Daftar Contoh Template Formulir

DAFTAR CONTOH TEMPLATE FORMULIR

1. Surat Tugas

2. Surat Perintah Perencanaan Pemeriksaan (SP3)

3. Surat Pernyataan Independensi

4. Surat Pernyataan Gangguan Independensi

5. Laporan Hasil Perencanaan Pemeriksaan (LHPP)

6. Tujuan dan Harapan Penugasan

7. Program Pemeriksaan

8. Program Kerja Perorangan

9. Surat Pemberitahuan Pemeriksaan

10. Surat Perikatan Penugasan Pemeriksaan antara BPK RI dengan


Lembaga Perwakilan/Donor/Pemangku Kepentingan Lainnya

11. Berita Acara Penolakan Pemeriksaan/Pemberian Keterangan/


Dokumen Pemeriksaan

12. Surat Pernyataan Penolakan Menandatangani Berita Acara Penolakan


Pemeriksaan/Pemberian Keterangan/Dokumen Pemeriksaan

13. Sampul Temuan Pemeriksaan

14. Surat Penyampaian Temuan Pemeriksaan

15. Risalah Pembahasan Temuan Pemeriksaan

16. Laporan Akhir Pelaksanaan Pemeriksaan Lapangan (LAPPL)

17. Risalah Pembahasan Konsep LHP

18. Risalah Pembahasan atas Tanggapan Entitas yang Belum Memadai/


Memerlukan Penjelasan Lebih Lanjut

19. Surat Keluar

20. Sampul LHP

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan v


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Daftar Contoh Template Formulir

21. Surat Penyampaian Konsep LHP dan Permintaan Tanggapan serta


Rencana Aksi

22. Rencana Aksi

23. Lembar Review

24. Kuesioner

25. Daftar Perangkat Lunak Terkait

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan vi


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Bab I Pendahuluan

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

01 BPK sebagai lembaga pemeriksa yang bebas dan mandiri Mandat kepada
BPK untuk
memiliki peranan dan kedudukan yang strategis dalam
Memeriksa
mengawal pengelolaan dan tanggung jawab keuangan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab
negara. Peranan dan kedudukan tersebut merupakan
Keuangan
mandat yang diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Negara
(UUD) 1945, Undang-Undang (UU) Nomor 15 Tahun 2004
tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab
Keuangan Negara dan UU Nomor 15 Tahun 2006 tentang
Badan Pemeriksa Keuangan. Pemeriksaan sebagaimana
dimaksud dalam UU Nomor 15 Tahun 2004 tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan
Negara terdiri dari Pemeriksaan Keuangan, Pemeriksaan
Kinerja, dan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu.

02 Sesuai dengan UU Nomor 15 Tahun 2004 tentang Peran SPKN


dalam
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan
Pemeriksaan
Negara dan UU Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan
Pemeriksa Keuangan, BPK telah menetapkan Standar
Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) dalam Peraturan
BPK Nomor 01 Tahun 2007. SPKN tersebut merupakan
pengganti Standar Audit Pemerintahan (SAP) yang
ditetapkan BPK tahun 2005. SPKN memuat persyaratan
profesional Pemeriksa, mutu pelaksanaan pemeriksaan, dan
persyaratan laporan pemeriksaan yang profesional.
Pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
negara yang dilakukan berdasarkan SPKN akan mendorong
peningkatan mutu pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara serta pengambilan keputusan oleh
penyelenggara negara.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 1


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Bab I Pendahuluan

03 Untuk melaksanakan pemeriksaan sesuai dengan SPKN, PMP Mendukung


Efektivitas
BPK memerlukan suatu manajemen pemeriksaan yang Pelaksanaan
mendukung efektivitas pelaksanaan SPKN. BPK telah SPKN
menetapkan Panduan Manajemen Pemeriksaan (PMP) pada
tahun 2008 yang mengacu pada SPKN tahun 2007 serta
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku pada
saat itu. Sejak ditetapkannya, PMP berkembang menjadi
rujukan Pemeriksa dalam melaksanakan setiap kegiatan
pemeriksaan yang memastikan bahwa prinsip-prinsip standar
pemeriksaan dapat dijalankan secara efektif.

04 Dengan makin berkembangnya dinamika lingkungan internal Alasan


Penyempurnaan
dan eksternal, BPK memandang perlu untuk melakukan PMP
penyempurnaan atas kedudukan dan substansi PMP 2008
untuk mendukung proses pemeriksaan yang lebih efektif.
Setidaknya ada 4 (empat) alasan yang mendorong perlunya
penyempurnaan PMP, yaitu aspek pemenuhan kewenangan
BPK, aspek pelembagaan pengendalian mutu (quality
control) dan pemerolehan keyakinan mutu (quality
assurance), aspek keselarasan proses pemeriksaan dengan
proses bisnis BPK lainnya, serta aspek kesesuaian dengan
kaidah praktik internasional.

B. Tujuan PMP

05 PMP digunakan sebagai acuan bagi BPK dan Pelaksana PMP sebagai
Pedoman
BPK dalam menjalankan pemeriksaan pengelolaan dan Pengelolaan
tanggung jawab keuangan negara, yang meliputi tahap Pemeriksaan
perencanaan pemeriksaan, pelaksanaan pemeriksaan, dan
pelaporan pemeriksaan.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 2


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Bab I Pendahuluan

06 PMP bertujuan untuk memastikan pengelolaan pemeriksaan PMP


Meningkatkan
BPK telah dirancang, diorganisasikan, dilaksanakan dan Kualitas
dikendalikan secara efektif pada setiap tahapan pemeriksaan Pengelolaan dan
Hasil
sehingga dalam menghasilkan kualitas hasil pemeriksaan
Pemeriksaan
yang sesuai dengan standar.

C. Lingkup PMP

07 PMP berisi pengelolaan proses pemeriksaan, yang Lingkup PMP


dalam Konteks
mencakup perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan Proses
pemeriksaan untuk menghasilkan Laporan Hasil
Pemeriksaan (LHP), dan dilengkapi dengan Sistem
Manajemen Mutu (SMM) dalam setiap tahapannya. Lingkup
yang diatur dalam PMP secara rinci adalah sebagai berikut:

1. Perencanaan Pemeriksaan;

2. Pelaksanaan Pemeriksaan;

3. Pelaporan Pemeriksaan; dan

4. Kondisi Khusus dalam Pemeriksaan yang mengatur


mengenai Pemeriksaan Interim/Pendahuluan,
Pemeriksaan Tematik, Pemeriksaan On Call, dan
Pemeriksaan Akuntan Publik yang Bekerja Untuk dan Atas
Nama BPK (AP).

08 PMP mengatur pengelolaan pemeriksaan secara umum yaitu Lingkup PMP


dalam Konteks
untuk jenis Pemeriksaan Keuangan, Pemeriksaan Kinerja, Jenis
dan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu. Dalam hal Pemeriksaan
dibutuhkan ketentuan khusus untuk melaksanakan jenis
pemeriksaan tertentu seperti Pemeriksaan Investigatif, maka
ketentuan tersebut diatur lebih lanjut pada perangkat lunak
terkait.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 3


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Bab I Pendahuluan

09 Perbedaan lingkup PMP 2008 dengan PMP 2015 terletak Perbedaan PMP
2008 dengan
pada pemisahan proses utama pemeriksaan dengan proses
PMP 2015
penunjang pemeriksaan. Proses penunjang pemeriksaan
diatur dalam suatu pedoman terpisah yang disebut dengan
Pedoman Manajemen Penunjang Pemeriksaan (PMPP).
PMPP merupakan pengaturan pengelolaan kegiatan yang
tidak terkait langsung dengan proses pemeriksaan yang
menghasilkan Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP). PMPP
diperlukan untuk memberikan nilai tambah terhadap
pemeriksaan atau mengatur pengelolaan proses yang terkait
dengan kewenangan BPK lain. Lingkup PMPP mencakup
pengelolaan proses-proses berikut:

1. Kebijakan dan Perencanaan Operasional Pemeriksaan;


2. Evaluasi Pemeriksaan yang dilaksanakan oleh
Pemeriksa BPK dan Akuntan Publik berdasarkan
ketentuan UU;
3. Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan;
4. Pemantauan LHP berindikasi Pidana;
5. Pengelolaan Kerugian Negara/Daerah; dan
6. Pemberian Pertimbangan BPK atas SAP dan Rancangan
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) serta
Pemberian Pendapat BPK.

D. Kedudukan PMP dan PMPP

10 PMP sebagai pedoman pengelolaan pemeriksaan disusun PMP dan


Peraturan
sebagai bentuk operasionalisasi dari prinsip-prinsip SPKN
Perundang-
dengan memperhatikan mandat, peraturan perundang- undangan
undangan, standar internasional, dan praktik terbaik. Dalam
kerangka organisasi BPK, PMP digunakan sebagai salah
satu dasar penyusunan Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) dan
Petunjuk Teknis (Juknis) pemeriksaan.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 4


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Bab I Pendahuluan

11 Keterkaitan PMP dengan mandat, peraturan BPK, dan Piramida


Kedudukan PMP
pedoman pemeriksaan lain yang ditetapkan BPK dapat dilihat dan PMPP
pada gambar berikut.

Gambar 1.1
Piramida Kedudukan PMP dan PMPP

Piramida kedudukan PMP dalam organisasi BPK


disempurnakan dengan mengacu kepada ISSAI
(International Standard for Supreme Audit Institution) yang
telah disesuaikan dengan konteks BPK. Kerangka Supreme
Audit Institution (SAI) yang diatur oleh ISSAI terdiri dari 4
(empat) level yang dimulai dari Level 1 sampai dengan Level
4. ISSAI Level 1 merupakan prinsip dasar bagi berdirinya
sebuah SAI, Level 2 merupakan prasyarat yang diperlukan
oleh SAI untuk melaksanakan fungsinya, Level 3 berisi
prinsip-prinsip dasar untuk melakukan, dan Level 4 berisi
pedoman yang bersifat lebih teknis.

Dalam kerangka BPK, Level 1 pada piramida tersebut adalah


mandat BPK yang terdapat dalam Undang-Undang, pada
Level 2 berisi kode etik, SPKN, dan Sistem Pemerolehan
Keyakinan Mutu (SPKM). PMP dan PMPP berada pada
Level 3 dan bersifat saling mendukung satu sama lain untuk

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 5


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Bab I Pendahuluan

menghasilkan laporan pemeriksaan yang berkualitas.


Sedangkan pada Level 4 berisi petunjuk pelaksanaan,
petunjuk teknis, pedoman nonpemeriksaan dan Prosedur
Operasional Standar/Instruksi Kerja.

E. Hubungan PMP dengan PMPP

12 Pengaturan dalam PMP tidak dapat dipisahkan dengan Hubungan antara


PMP dan PMPP
pengaturan yang terdapat dalam PMPP. Dalam
pelaksanaannya, PMP (mulai dari tahap perencanaan,
pelaksanaan, dan pelaporan) dapat menjadi input atau
memberikan output bagi pengaturan PMPP.

Perencanaan pemeriksaan dalam PMP dapat dihubungkan


dengan kebijakan dan perencanaan operasional
pemeriksaan. Proses pemeriksaan menjadi objek review bagi
Inspektorat Utama (Itama) dan Tim Peer Review oleh SAI
negara lain. Pelaporan hasil pemeriksaan dapat dikaitkan
dengan pengaturan pemantauan LHP berindikasi pidana dan
tindak lanjut hasil pemeriksaan. Hasil pemeriksaan dijadikan
sebagai objek evaluasi hasil pemeriksaan yang dilakukan
oleh Direktorat Evaluasi dan Pelaporan Pemeriksaan
(Dit. EPP) dalam rangka penyusunan Ikhtisar Hasil
Pemeriksaan Semester (IHPS) serta menjadi dasar
penyusunan pendapat dan pertimbangan BPK. Selain itu,
proses pemeriksaan dapat juga menjadi dasar pengelolaan
kerugian negara/ daerah serta pengaturan evaluasi
pelaksanaan pemeriksaan oleh Akuntan Publik berdasarkan
ketentuan UU (Evaluasi Akuntan Publik).

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 6


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Bab I Pendahuluan

13 Skema hubungan antara PMP dengan PMPP dapat dilihat Skema Hubungan
antara PMP
pada gambar berikut.
dengan PMPP

Gambar 1.2
Hubungan PMP dengan PMPP

Proses perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan


pemeriksaan dalam PMP merupakan proses inti BPK
sehingga pemerolehan keyakinan mutunya dilakukan secara
berlapis melalui sistem manajemen mutu yaitu proses
pengendalian mutu oleh Pejabat Fungsional Pemeriksa
(PFP) serta proses pemerolehan keyakinan mutu oleh
Pejabat Struktural Pemeriksaan (PSP) dan oleh Itama untuk
objek pemeriksaan dengan risiko tinggi.
Sedangkan proses pemerolehan keyakinan mutu yang diatur
dalam PMPP merupakan proses pemerolehan keyakinan
mutu kelembagaan yang secara internal dilakukan oleh Itama
dan secara eksternal oleh SAI negara lain sebagai peer
reviewer.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 7


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Bab I Pendahuluan

F. Siklus Pemeriksaan

14 Siklus pemeriksaan merupakan serangkaian kegiatan Siklus


Pemeriksaan
pemeriksaan dari suatu tahap ke tahap lainnya dalam suatu
pemeriksaan yang terdiri dari tahapan berikut:

1. Perencanaan Pemeriksaan;

2. Pelaksanaan Pemeriksaan; dan

3. Pelaporan Pemeriksaan.

Gambar 1.3. Siklus Pemeriksaan

Proses
Pelaksanaan

Proses Proses
Perencanaan Pelaporan

G. Organisasi Pemeriksaan

15 Untuk menyelenggarakan pengelolaan pemeriksaan, Organisasi


Pemeriksaan
diperlukan pengaturan organisasi pemeriksaan yang terdiri
dari Pemberi Tugas Pemeriksaan (PTP), PSP, dan PFP.

16 PTP adalah Badan yang terdiri dari Ketua, Wakil Ketua, dan Pemberi Tugas
Pemeriksaan
Anggota atau Pejabat yang diberikan penugasan secara
tertulis oleh Badan yang bertanggung jawab memberikan
arah dan penugasan pemeriksaan kepada PSP dan PFP,
memantau jalannya pemeriksaan, menandatangani surat
keluar dan LHP, serta menyerahkan LHP dan IHPS kepada
lembaga perwakilan dan entitas yang diperiksa.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 8


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Bab I Pendahuluan

Kewenangan penandatangan LHP atas laporan keuangan


dapat didelegasikan oleh Ketua, atau Wakil Ketua, atau
Anggota BPK kepada Penanggung Jawab pemeriksaan yang
memiliki kompetensi untuk menandatangani laporan tersebut.

17 PSP adalah pejabat pelaksana Unit Kerja Pemeriksaan yang Pejabat Struktural
Pemeriksaan
bertugas mengelola sumber daya pemeriksaan dan
menjamin mutu pemeriksaan sesuai dengan lingkup wilayah
kerja pemeriksaannya. PSP pada Kantor BPK Pusat secara
berjenjang dijabat oleh Auditor Utama Keuangan Negara
(Tortama), Kepala Auditorat, dan Kepala Subauditorat. PSP
pada Kantor BPK Perwakilan secara berjenjang dijabat
Kepala Perwakilan (Kalan) dan Kepala Subauditorat
(Kasubaud).

18 PFP adalah pelaksana fungsional pemeriksaan BPK yang Pejabat


Fungsional
bertanggung jawab melaksanakan penugasan pemeriksaan Pemeriksa
yang diberikan oleh PTP. Peran PFP dibangun berdasarkan
kompetensi pemeriksa yang dibuktikan melalui proses
sertifikasi peran dan diakui secara formal oleh BPK sebagai
Pembina Jabatan Fungsional Pemeriksa melalui Surat
Ketetapan Peran (SKP) Pemeriksa oleh Sekretaris Jenderal
BPK. Peran PFP yang dilegitimasi dengan SKP disebut juga
dengan Peran Formal.

19 Peran Formal Pemeriksa secara berjenjang terdiri dari Peran Formal dan
Tugas Limpah
Pengendali Mutu, Pengendali Teknis, Ketua Tim Senior,
Ketua Tim Yunior, Anggota Tim Senior, dan Anggota Tim
Yunior.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 9


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Bab I Pendahuluan

Penugasan pemeriksaan disesuaikan dengan peran formal


Pemeriksa. Apabila tidak terdapat Pemeriksa yang sesuai
dengan jenjang jabatan atau peran tersebut, maka peran
formal tersebut dapat ditugaskan sesuai dengan pengaturan
tugas limpah dalam Juknis JFP. Pengaturan dalam PMP
lebih menitikberatkan pada penggunaan peran pada saat
pemeriksa melaksanakan suatu penugasan.

20 Tugas, tanggung jawab, dan wewenang PFP yang diuraikan Tugas, Tanggung
Jawab, dan
dalam PMP 2015 adalah tugas, tanggung jawab, dan Wewenang PFP
wewenang Pengendali Mutu, Pengendali Teknis, Ketua Tim, dalam PMP
dan Anggota Tim pada saat penugasan.

21 Pengendali Mutu berperan menjamin mutu pelaksanaan Pengendali Mutu

pemeriksaan agar sesuai dengan SPKN, PMP dan SPKM,


serta dapat menyetujui dan menandatangani LHP apabila
diberi penugasan oleh PTP.

22 Pengendali Teknis berperan mengendalikan, memantau, dan Pengendali


Teknis
mengevaluasi teknis kegiatan pemeriksaan sesuai lingkup
tugas dan program pemeriksaan yang telah ditetapkan,
dengan mengacu kepada sistem, prosedur, standar, dan
peraturan perundangan yang berlaku, guna memastikan
kegiatan pemeriksaan berjalan dengan efektif dan efisien.
Pengendali Teknis bertanggung jawab kepada Pengendali
Mutu.

23 Ketua Tim merupakan pemimpin pemeriksaan yang Ketua Tim

mengorganisasi, mengarahkan, dan mengawasi pemeriksaan


lapangan serta memastikan hasil pemeriksaan akurat,
komprehensif, dan tepat waktu. Ketua Tim bertanggung
jawab kepada Pengendali Teknis.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 10


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Bab I Pendahuluan

24 Anggota Tim bertindak sebagai pelaksana pemeriksaan Anggota Tim

sesuai dengan tugas yang diberikan oleh Ketua Tim untuk


memperoleh hasil pemeriksaan yang akurat dan bertanggung
jawab terhadap Kertas Kerja Pemeriksaan (KKP) yang
disusunnya.

25 Penanggung Jawab pemeriksaan yang tercantum dalam Penanggung


Jawab
Surat Tugas adalah PFP yang berperan sebagai Pengendali
Mutu atau PSP yang ditunjuk. PSP dapat bertindak sebagai
pejabat pelaksana fungsional pemeriksaan setelah
mempertimbangkan ketersediaan PFP yang setingkat dan
PSP tersebut memiliki kompetensi yang dipersyaratkan untuk
melaksanakan peran sebagai pejabat fungsional.

Penanggung Jawab harus bertanggung jawab atas


keseluruhan mutu yang ditugaskan kepada PFP dibawahnya.

Berdasarkan pendelegasian wewenang dari Ketua BPK atau


Wakil Ketua BPK atau Anggota BPK, Penanggung Jawab
pemeriksaan dapat menandatangani LHP. Dalam hal
Penanggung Jawab menandatangani LHP, Penanggung
Jawab wajib memiliki kualifikasi profesional yang dibuktikan
dengan:

1. Sertifikat kelulusan dalam pendidikan dan pelatihan


keteknisan yang diperlukan untuk masing-masing jenis
pemeriksaan; dan

2. Surat Tanda Sertifikasi Peran (STSP) yang diterbitkan oleh


Biro Sumber Daya Manusia (SDM).

26 Pihak lain yang terkait dengan organisasi pemeriksaan dapat Pihak Lain yang
Terkait dengan
mencakup Pemeriksa yang Bekerja Untuk dan Atas Nama Organisasi
BPK dan Pejabat Struktural di luar pemeriksaan yang terkait Pemeriksaan
langsung dalam proses pemeriksaan mulai dari
perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 11


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Bab I Pendahuluan

H. Sistem Manajemen Mutu

27 PMP 2008 belum menerapkan secara lengkap dan sistematis Sistem


Manajemen Mutu
mengenai SMM. SMM baru dikembangkan dan diterapkan
setelah PMP 2008 diterbitkan, yaitu dengan dikeluarkannya
SPKM pada tahun 2009. Pada PMP 2015, pelembagaan
SPKM menekankan unsur pengendalian mutu (quality
control) dan pemerolehan keyakinan mutu (quality
assurance) yang menjadi bagian tidak terpisahkan dalam
proses pemeriksaan.

Pengendalian mutu dilakukan dengan tujuan memastikan


bahwa pemeriksaan telah dilakukan dengan mematuhi
standar profesi serta ketentuan hukum dan peraturan yang
berlaku dan LHP yang diterbitkan telah sesuai dengan
kondisinya. Pengendalian mutu akan menjamin bahwa
seluruh tahapan pemeriksaan dilaksanakan tepat waktu,
secara komprehensif, terdokumentasi secara memadai,
dilaksanakan, dan di-review oleh Pemeriksa yang kompeten
secara berjenjang.

Pemerolehan keyakinan mutu dilakukan dengan tujuan untuk


memperoleh hasil pemeriksaan yang bermutu tinggi dalam
rangka memenuhi ketentuan perundang-undangan dan
sesuai dengan standar dan praktik terbaik internasional
dalam pemeriksaan, serta menjadi dasar penilaian atau
kriteria atas mutu pemeriksaan untuk kegiatan sebelum
sampai dengan setelah pemeriksaan dilakukan.

28 PFP secara berjenjang bertanggung jawab melaksanakan Tanggung Jawab


PFP dalam Hal
pengendalian mutu mulai dari Ketua Tim, Pengendali Teknis
Pengendalian
dan Pengendali Mutu pada saat tahap pemeriksaan sebelum Mutu
laporan pemeriksaan diterbitkan (ex-ante). Pengendalian
mutu dilakukan untuk memastikan pemeriksaan telah sesuai
dengan standar pemeriksaan dan ketentuan yang berlaku.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 12


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Bab I Pendahuluan

Proses pengendalian mutu tersebut dilakukan secara hot


review oleh Tim Pemeriksaan yang bersangkutan. Jika
diperlukan, hot review juga dapat dilakukan oleh tim lain
(cross review).
Ketua Tim bertanggung jawab melaksanakan pengendalian
mutu secara intensif kepada Anggota Tim berdasarkan
Program Kerja Perorangan (PKP) sesuai dengan format yang
telah ditetapkan dalam perangkat lunak terkait. Pengendali
Teknis bertanggung jawab melaksanakan pengendalian atas
pekerjaan Ketua Tim dan Anggota Tim berdasarkan Program
Pemeriksaan yang telah ditetapkan. Pengendali Mutu
bertanggung jawab melaksanakan pengendalian atas
tahapan pemeriksaan yang memastikan bahwa pemeriksaan
dilaksanakan sesuai dengan SPKN.

29 PSP secara berjenjang bertanggung jawab melaksanakan Tanggung Jawab


PSP dalam Hal
pemerolehan keyakinan mutu pada tahap pemeriksaan saat
Pemerolehan
sebelum laporan pemeriksaan diterbitkan (ex-ante) yang Keyakinan Mutu
memastikan pengendalian mutu telah dilaksanakan oleh PFP
secara berjenjang serta telah sesuai dengan standar
pemeriksaan dan ketentuan yang berlaku. Proses tersebut
dilakukan sebagai dasar PTP menandatangani Surat Keluar
pada setiap LHP BPK.

30 Untuk objek pemeriksaan berisiko tinggi, selain pemerolehan


keyakinan mutu yang dilakukan oleh PSP, PTP dapat
meminta Itama untuk melakukan pemerolehan keyakinan
mutu secara ex-ante, yaitu pemerolehan keyakinan mutu
dilakukan sebelum LHP diterbitkan. Dalam hal pemerolehan
keyakinan mutu dilakukan oleh PSP dan Itama, kedua hasil
pemerolehan keyakinan mutu tersebut merupakan dasar
pertimbangan PTP menandatangani Surat Keluar pada
setiap LHP.
Mekanisme pemerolehan keyakinan mutu yang dilakukan
oleh Itama diatur dalam perangkat lunak terkait.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 13


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Bab I Pendahuluan

I. Perbedaan PMP 2008 dengan PMP 2015

31 Beberapa perbedaan pokok antara PMP 2008 dan PMP 2015 Perbedaan PMP
2008 dengan
dapat dilihat pada tabel berikut. PMP 2015
Tabel 1.1
Perbedaan PMP 2008 dengan PMP 2015

No. Perbedaan PMP 2008 PMP 2015

1. Kedudukan Kedudukan PMP lebih Kedudukan PMP merupakan


PMP kepada prosedur dan operasionalisasi prinsip-prinsip SPKN
tata cara pemeriksaan. dalam pengelolaan pemeriksaan.

2. Substansi/ Memuat bagan alur, Mengintegrasikan Sistem Manajemen


materi jangka waktu Mutu pada proses pemeriksaan.
pengerjaan.
Fokus pada alur dokumentasi, jangka
waktu hanya untuk yang signifikan.

3. Tahapan PMP memuat tahap: PMP terdiri dari tahap perencanaan,


proses yang pelaksanaan dan pelaporan pemeriksaan
1. RKP
dimuat dalam sedangkan tahap lainnya dimasukkan
PMP 2. Perencanaan dalam PMPP yang berisi :
3. Pelaksanaan 1. Kebijakan dan Perencanaan
4. Pelaporan Operasional Pemeriksaan;

5. Tindak Lanjut 2. Evaluasi Pemeriksaan yang


dilaksanakan oleh Pemeriksa BPK
6. Evaluasi dan Akuntan Publik berdasarkan
ketentuan UU;
3. Pemantauan Tindak Lanjut Hasil
Pemeriksaan;
4. Pemantauan LHP Berindikasi Pidana;
5. Pengelolaan Kerugian Negara/
Daerah; dan
6. Pemberian Pertimbangan BPK atas
SAP dan Rancangan SPIP serta
Pemberian Pendapat BPK.

4. Sistematika Penjelasan atas Proses perencanaan, pelaksanaan, dan


Penyajian Pemeriksaan Tematik, pelaporan merupakan proses umum
dan Pemeriksaan On pemeriksaan, sedangkan Pemeriksaan
Call melekat pada Interim/Pendahuluan, Pemeriksaan
setiap tahapan PMP. Tematik, Pemeriksaan On Call,
Pemeriksaan Akuntan Publik yang

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 14


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Bab I Pendahuluan

No. Perbedaan PMP 2008 PMP 2015


Bekerja Untuk dan atas Nama BPK (AP)
dikelompokkan dan dijelaskan dalam
Bab Kondisi Khusus dalam Pemeriksaan
karena bersifat spesifik yang hanya
digunakan pada kondisi tertentu.

5. Dokumentasi Belum dijelaskan Memperjelas unsur dokumentasi yang


secara sistematis pada diperlukan dalam tiap tahap.
setiap tahap.
6. Sistem Belum dijelaskan Memperjelas konsep pengendalian mutu
Manajemen secara rinci untuk dan pemerolehan keyakinan mutu serta
Mutu masing-masing peran peran masing-masing Pemeriksa dalam
pada setiap tahap. tiap tahapan.

7. Peran Tim Kedudukan peran Kedudukan peran pemeriksa


Pemeriksaan pemeriksa terbatas dihubungkan dengan posisi Pemberi
pada Pejabat Tugas Pemeriksaan (PTP) dan Pejabat
Fungsional Pemeriksa Struktural Pemeriksaan (PSP).
(PFP).

8. Keselarasan Belum selaras dengan Mengakomodasi peraturan terkini.


dengan peraturan terkini.
peraturan
lainnya
9. Tujuan Sebagai panduan dan Selain sebagai pedoman pemeriksaan,
untuk menyeragamkan PMP juga digunakan untuk
pengelolaan meningkatkan kualitas pengelolaan dan
pemeriksaan. hasil pemeriksaan.

J. Sistematika PMP

32 Sistematika PMP adalah sebagai berikut. Sistematika PMP

1. Bab I Pendahuluan berisi uraian umum mengenai latar


belakang, tujuan, lingkup, kedudukan PMP dan PMPP,
hubungan PMP dengan PMPP, siklus pemeriksaan,
organisasi pemeriksaan, SMM, perbedaan PMP 2008
dengan PMP 2015, dan sistematika PMP.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 15


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Bab I Pendahuluan

2. Bab II Perencanaan Pemeriksaan berisi uraian antara lain


mengenai mekanisme perencanaan pemeriksaan mulai
dari pembentukan tim perencanaan pemeriksaan sampai
dengan pengurusan dukungan pemeriksaan, SMM
perencanaan pemeriksaan, dan dokumentasi dalam
perencanaan pemeriksaan.

3. Bab III Pelaksanaan Pemeriksaan berisi uraian antara lain


mengenai mekanisme pelaksanaan pemeriksaan mulai
dari komunikasi awal sampai dengan pengakhiran
pemeriksaan lapangan, SMM pelaksanaan pemeriksaan,
dan dokumentasi dalam pelaksanaan pemeriksaan.

4. Bab IV Pelaporan Pemeriksaan berisi uraian antara lain


mengenai mekanisme pelaporan pemeriksaan mulai dari
penyusunan Konsep LHP sampai dengan penerbitan dan
penyerahan LHP, SMM pelaporan pemeriksaan, dan
dokumentasi dalam pelaporan pemeriksaan.

5. Bab V Kondisi Khusus dalam Pemeriksaan berisi uraian


mengenai Pemeriksaan Interim/Pendahuluan,
Pemeriksaan Tematik, Pemeriksaan On Call, Pemeriksaan
Akuntan Publik Yang Bekerja Untuk dan Atas Nama BPK
(AP).

6. Bab VI Penutup berisi uraian yang memuat harapan PMP


sebagai dokumen yang dinamis dan senantiasa
diperbaharui sesuai perkembangan yang ada.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 16


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Bab II Perencanaan Pemeriksaan

BAB II
PERENCANAAN PEMERIKSAAN

A. Lingkup

01 Perencanaan pemeriksaan merupakan awal dari proses Deskripsi


Perencanaan
pemeriksaan setelah mempertimbangkan kebijakan dan Pemeriksaan
strategi pemeriksaan dan risiko manajemen pemeriksaan
BPK sebagai dasar penentuan tujuan, lingkup, dan sumber
daya yang diperlukan dalam proses pemeriksaan.

Perencanaan pemeriksaan diperlukan agar perencanaan


pemeriksaan dapat dilaksanakan secara efisien, efektif, dan
sesuai dengan kebijakan pemeriksaan, rencana kegiatan
pemeriksaan, serta standar pemeriksaan yang ditetapkan
oleh BPK.

02 Proses perencanaan pemeriksaan disiapkan oleh PFP, PSP, Pelaksana


Kegiatan
PTP, dan Sekretariat Unit Kerja Pemeriksaan sesuai dengan
tanggung jawab dan kewenangannya masing-masing.

03 Output yang dihasilkan dari proses perencanaan Output Kegiatan

pemeriksaan adalah Program Pemeriksaan dan Surat Tugas.

04 Perencanaan pemeriksaan meliputi persiapan yang bersifat Lingkup


Perencanaan
teknis dan dukungan pemeriksaan. Persiapan teknis Pemeriksaan
mencakup pembentukan Tim Perencanaan Pemeriksaan
(TPP), pemahaman objek pemeriksaan, penyusunan paket
Program Pemeriksaan, penentuan Tim Pemeriksaan,
persetujuan penugasan, dan penyusunan PKP. Sedangkan
persiapan dukungan pemeriksaan meliputi penerbitan Surat
Perjalanan Dinas (SPD), pencairan biaya pemeriksaan,
pengurusan akomodasi serta transportasi ke lokasi selama
pemeriksaan, dan penyediaan tenaga ahli jika diperlukan
oleh TPP.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 17


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Bab II Perencanaan Pemeriksaan

Gambar 2.1
Tahap Perencanaan Pemeriksaan

Pembentukan Penyusunan
Tim Perencanaan Paket Program
Pemeriksaan Pemeriksaan

Penyusunan Pengurusan
Program Kerja Dukungan
Perorangan Pemeriksaan

B. Pihak-pihak Terkait Dalam Perencanaan Pemeriksaan


05 Perencanaan pemeriksaan melibatkan PTP, PSP, PFP, dan Pihak-pihak
Terkait
Sekretariat Unit Kerja Pemeriksaan.

06 PTP berperan: Peran PTP

1. memberikan dan menandatangani Harapan Penugasan;

2. menyetujui penugasan dengan menandatangani Surat


Tugas Pemeriksaan; dan

3. menyetujui pembatalan penugasan PFP yang disebabkan


gangguan independensi.

07 PSP berperan: Peran PSP

1. menetapkan TPP;

2. memastikan ketersediaan sumber daya pemeriksaan


berdasarkan Laporan Hasil Perencanaan Pemeriksaan
(LHPP) dan Program Pemeriksaan;

3. memastikan penyusunan Program Pemeriksaan oleh PFP


telah dilakukan sesuai prosedur;

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 18


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Bab II Perencanaan Pemeriksaan

4. me-review usulan susunan Tim Pemeriksaan terkait


dengan independensi dan persyaratan kompetensi
termasuk me-review kebutuhan penggunaan Tenaga Ahli
untuk membantu kegiatan pemeriksaan; dan

5. memfasilitasi komunikasi pemeriksaan antara PTP dengan


PFP.

08 PFP berperan: Peran PFP

1. menyusun usulan TPP dan Tim Pemeriksaan;

2. menyusun, me-review, dan menyetujui LHPP, termasuk


mengidentifikasi kebutuhan Tenaga Ahli serta menyetujui
penggunaannya;

3. menyusun, me-review dan menyetujui Program


Pemeriksaan dengan memperhatikan Juklak dan Juknis
pemeriksaan terkait dan Rencana Kerja Pemeriksaan
(RKP);

4. memastikan kesesuaian program pemeriksaan dengan


Harapan Penugasan; dan

5. menyusun, me-review, dan menyetujui PKP.

09 Pengendali Mutu berperan: Peran Pengendali


Mutu
1. mengusulkan TPP dan Tim Pemeriksaan kepada PSP;

2. menyetujui LHPP dan penggunaan Tenaga Ahli;

3. mengevaluasi konsep Program Pemeriksaan berdasarkan


RKP;

4. memastikan materi konsep Program Pemeriksaan telah


memenuhi Harapan Penugasan; dan

5. menyetujui konsep Program Pemeriksaan.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 19


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Bab II Perencanaan Pemeriksaan

10 Pengendali Teknis berperan: Peran Pengendali


Teknis
1. me-review LHPP dan hasil identifikasi kebutuhan Tenaga
Ahli;

2. menjelaskan kepada Tenaga Ahli mengenai hasil yang


diharapkan dari keahliannya tersebut;

3. me-review kesesuaian konsep Program Pemeriksaan


dengan Juklak/Juknis pemeriksaan terkait;

4. me-review ketepatan metodologi pemeriksaan; dan

5. memberikan arahan terkait konsep PKP.

11 Ketua Tim berperan: Peran Ketua Tim

1. menyusun LHPP dan mengidentifikasi kebutuhan keahlian


khusus dari Tenaga Ahli yang diperlukan dalam
melaksanakan pemeriksaan;

2. menyusun Program Pemeriksaan;

3. mengevaluasi apakah prosedur yang dirancang oleh


Tenaga Ahli akan memenuhi hasil yang diinginkan oleh
pemeriksaan dimaksud;

4. melakukan pembagian tugas atas Program Pemeriksaan


yang telah disetujui;

5. me-review konsep PKP; dan

6. menyetujui PKP.

12 Anggota Tim berperan menyiapkan bahan-bahan yang Peran Anggota


Tim
diperlukan Ketua Tim untuk menyusun LHPP dan Program
Pemeriksaan serta menyusun konsep PKP.

13 TPP berperan menyusun Program Pemeriksaan. Peran TPP

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 20


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Bab II Perencanaan Pemeriksaan

14 Tenaga Ahli diperlakukan sebagai Anggota Tim dan berperan Peran Tenaga
Ahli
merancang prosedur pemeriksaan khusus untuk
dilaksanakan sesuai dengan keahlian yang diminta oleh BPK.

15 Sekretariat Unit Kerja Pemeriksaan berperan: Peran Sekretariat


Unit Kerja
1. mengelola Sistem Informasi Pemeriksaan terkait data profil Pemeriksaan
PFP, penyedia akomodasi dan transportasi, serta
penyedia tenaga ahli;

2. menyelenggarakan database akomodasi dan transportasi;

3. memutakhirkan data profil PFP terkait independensi,


persyaratan kompetensi serta kebenaran data lainnya
terkait dengan tugas-tugas pemeriksaan; dan

4. menyelenggarakan dukungan pemeriksaan, termasuk


penyediaan Tenaga Ahli (jika diperlukan).

16 Ditama Binbangkum dan/atau Subbagian (Subbag) Hukum Peran Ditama


Binbangkum
berperan: dan/atau Subbag
Hukum
1. memberikan informasi terbaru tentang peraturan terkait
pengelolaan keuangan negara; dan

2. memberikan pendapat dan konsultasi hukum ketika pada


saat perencanaan pemeriksaan ditemukan unsur tindak
pidana.

C. Mekanisme Perencanaan Pemeriksaan

1. Pembentukan Tim Perencanaan Pemeriksaan (TPP)

17 Pembentukan TPP merupakan langkah awal dalam Pembentukan


TPP
perencanaan pemeriksaan yang bertujuan untuk
menyusun Program Pemeriksaan. Sesuai dengan
kebijakan dan strategi pemeriksaan, RKP, arahan

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 21


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Bab II Perencanaan Pemeriksaan

Badan dan data profil PFP, PSP menetapkan TPP


secara berjenjang dengan mendapatkan pertimbangan
dari PFP yang memiliki peran Jabatan Fungsional
Pengendali Mutu untuk entitas yang menjadi
wewenangnya.

18 Komposisi TPP terdiri dari PFP dengan Komposisi TPP

mempertimbangkan pengalaman dan kompetensi yang


relevan dengan entitas yang akan diperiksa.

19 Penugasan TPP dituangkan dalam bentuk Surat Penugasan TPP


melalui SP3/Surat
Perintah Perencanaan Pemeriksaan (SP3) atau Surat Tugas
Tugas. Pembentukan TPP dilakukan sebelum
pemeriksaan dimulai.

2. Penyusunan Paket Program Pemeriksaan

20 Paket Program Pemeriksaan terdiri dari Program Paket Program


Pemeriksaan
Pemeriksaan dan Surat Tugas. Tahapan penyusunan
Paket Program Pemeriksaan adalah sebagai berikut.

a. Pemahaman Objek Pemeriksaan

21 Untuk memperoleh pemahaman objek pemeriksaan, Pemahaman


Objek
PFP dapat melaksanakan perencanaan pemeriksaan Pemeriksaan
dengan desk audit atau field audit. PSP menerbitkan
SP3 sebagai dasar pelaksanaan desk audit dan PTP
menerbitkan Surat Tugas sebagai dasar pelaksanaan
field audit dalam perencanaan pemeriksaan. Desk
audit dalam tahap perencanaan merupakan kegiatan
pemahaman objek pemeriksaan secara pasif (satu
arah) menggunakan dokumen yang telah dimiliki
sebelumnya dan/atau melalui komunikasi dengan
pemeriksa sebelumnya dan/atau secara elektronik
dengan memanfaatkan pusat data BPK yang berisi

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 22


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Bab II Perencanaan Pemeriksaan

informasi mengenai Database Entitas Pemeriksaan


(DEP), database profil risiko entitas, KKP
sebelumnya.

Sedangkan field audit merupakan kegiatan


perencanaan pemeriksaan melalui pekerjaan
lapangan secara aktif (dua arah) dengan mendatangi
objek pemeriksaan. Bentuk field audit pada saat
perencanaan diantaranya berupa Pemeriksaan
Interim dalam Pemeriksaan Laporan Keuangan,
Pemeriksaan Pendahuluan dalam Pemeriksaan
Kinerja dan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu.

22 TPP dapat meminta kepada Direktorat Utama Peran Ditama


Binbangkum
Pembinaan dan Pengembangan Hukum Pemeriksaan dalam
Keuangan Negara (Ditama Binbangkum) atau Perencanaan
Pemeriksaan
Subbagian (Subbag) Hukum dan/atau instansi terkait
lainnya mengenai informasi terbaru tentang peraturan
pengelolaan keuangan negara terkait objek
pemeriksaan tersebut.

23 Dalam pemahaman objek pemeriksaan, TPP perlu Unsur


Pemahaman
memahami entitas yang akan diperiksa terutama Objek
menyangkut proses bisnis entitas, risiko entitas, Pemeriksaan
Sistem Pengendalian Intern (SPI), hasil pemeriksaan
sebelumnya, tindak lanjut hasil pemeriksaan dan/atau
hasil pengawasan internal sebelumnya,
perkembangan entitas yang dapat mempengaruhi
pemeriksaan seperti organisasi, dan peraturan
perundangan yang berlaku bagi pengelolaan
keuangan negara di lingkungan entitas yang akan
diperiksa.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 23


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Bab II Perencanaan Pemeriksaan

24 Apabila TPP menemukan indikasi tindak pidana saat Pendapat Hukum


pada Tahap
tahap perencanaan pemeriksaan, TPP dapat Perencanaan
meminta pendapat hukum dari Ditama Binbangkum Pemeriksaan
dan/atau Subbag Hukum.

25 Output pemahaman objek pemeriksaan berupa LHPP Output


Pemahaman
yang menjadi bahan penyusunan konsep Program Objek
Pemeriksaan. LHPP antara lain memuat kesimpulan Pemeriksaan
TPP mengenai hal-hal berikut:

1. kompleksitas pemeriksaan yang akan dijadikan


sebagai dasar dalam menentukan komposisi Tim
Pemeriksaan; dan

2. kebutuhan penggunaan Tenaga Ahli dalam


pemeriksaan.

26 LHPP sesuai dengan jenis pemeriksaannya Penyampaian


LHPP
dilaporkan kepada PSP atau PTP (jika perencanaan
dilakukan dengan Surat Tugas) secara berjenjang
oleh PFP.

b. Penyusunan Program Pemeriksaan

27 Setelah menghasilkan LHPP, PFP menyusun konsep Penyusunan


Program
Program Pemeriksaan dengan memperhatikan sifat, Pemeriksaan oleh
luas, dan jenis pemeriksaan yang akan dirancang TPP
dalam tahapan pelaksanaan pemeriksaan dengan
memperhatikan Harapan Penugasan dari PTP.
Proses penyusunan Program Pemeriksaan
dilaksanakan oleh PFP secara berjenjang sesuai
dengan tanggung jawabnya.

Program Pemeriksaan sekurang-kurangnya meliputi


unsur, antara lain, dasar hukum pemeriksaan,
standar pemeriksaan, tujuan pemeriksaan, entitas

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 24


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Bab II Perencanaan Pemeriksaan

yang diperiksa, lingkup pemeriksaan, hasil


pemahaman SPI, sasaran pemeriksaan, kriteria yang
digunakan, alasan pemeriksaan, metodologi
pemeriksaan, petunjuk pemeriksaan, jangka waktu
pemeriksaan, susunan dan biaya pemeriksaan,
kerangka LHP, waktu penyampaian, dan distribusi
LHP serta persetujuan Program Pemeriksaan.

28 Pengendali Teknis me-review kesesuaian konsep SMM Pengendali


Teknis terhadap
Program Pemeriksaan dengan Juklak/Juknis Konsep Program
pemeriksaan terkait dan ketepatan metodologi Pemeriksaan
pemeriksaan.

29 Pengendali Mutu mengevaluasi kesesuaian konsep SMM Konsep


Program
Program Pemeriksaan dengan RKP dan memastikan Pemeriksaan oleh
materi konsep Program Pemeriksaan telah memenuhi Pengendali Mutu
dan PSP
Harapan Penugasan. Sedangkan PSP mengevaluasi
rencana alokasi SDM dan biaya pemeriksaan.

30 Pengendali Mutu menyetujui konsep Program Lama


Persetujuan oleh
Pemeriksaan paling lambat 3 (tiga) hari kerja setelah Pengendali Mutu
penyampaian konsep Program Pemeriksaan dari
Pengendali Teknis dalam TPP. Pengendali Mutu
menyampaikan Program Pemeriksaan kepada PSP
secara berjenjang dengan tembusan kepada PTP.

31 Sekretariat Unit Kerja Pemeriksaan pada tiap unit Tugas Sekretariat


Unit Kerja
kerja pemeriksaan menyelenggarakan administrasi Pemeriksaan
data profil Pemeriksa yang berkenaan dengan terkait Data Profil
Pemeriksa
independensi, persyaratan kompetensi, dan data
lainnya yang dibutuhkan sebagai bahan
pertimbangan PSP dalam mengusulkan PFP yang
akan ditugaskan dalam pemeriksaan.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 25


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Bab II Perencanaan Pemeriksaan

c. Penentuan Tim Pemeriksaan

32 Tortama/Kalan sebagai PSP jenjang tertinggi Perencanaan


Kebutuhan
menetapkan perencanaan kebutuhan Pemeriksa Pemeriksa
setiap tahun disertai peran dan alokasi waktu Tahunan
pemeriksaan termasuk alokasi waktu untuk
pengembangan kompetensi bagi Pemeriksa yang
diusulkan oleh PSP secara berjenjang. Dalam
merencanakan kebutuhan Pemeriksa, PSP perlu
mempertimbangkan faktor ukuran entitas (jumlah
satuan kerja dan anggaran) dan faktor kompleksitas
entitas (entitas baru, risiko tinggi penugasan),
ketersediaan PFP, keahlian khusus yang diperlukan,
independensi Pemeriksa, waktu pelaksanaan
pemeriksaan, rotasi PFP secara berkelanjutan dan
periodik, serta kesempatan untuk pelatihan.
Perencanaan kebutuhan Pemeriksa tahunan tersebut
menjadi acuan dalam menyusun komposisi Tim
Pemeriksaan di setiap pemeriksaan.

33 Berdasarkan perencanaan kebutuhan Pemeriksa Penentuan


Komposisi Tim
tahunan tersebut, PSP menentukan komposisi Tim Pemeriksaan
Pemeriksaan dengan mempertimbangkan masukan
PFP serta status penyelesaian penugasan PFP
sebelumnya. Penentuan komposisi Tim Pemeriksaan
dituangkan dalam bentuk konsep Surat Tugas. PFP
yang ditugaskan dalam TPP mendapat prioritas untuk
ditugaskan dalam pemeriksaan dimaksud.
Penyusunan Surat Tugas dan administrasinya
dilakukan oleh Sekretariat Unit Kerja Pemeriksaan.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 26


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Bab II Perencanaan Pemeriksaan

34 PFP memberikan pertimbangan mengenai Kompetensi Tim


Pemeriksaan
kompetensi kolektif yang dibutuhkan terkait dengan
objek pemeriksaan kepada PSP dalam menentukan
Tim Pemeriksaan, diantaranya latar belakang
pendidikan dan pengalaman, independensi, dan hasil
evaluasi kinerja Pemeriksa dalam penugasan
sebelumnya.

d. Persetujuan Penugasan

35 Proses persetujuan penugasan dilakukan secara PTP Menyetujui


Penugasan
berjenjang oleh PSP untuk disetujui oleh PTP.
Persetujuan penugasan tersebut dilakukan dengan
menandatangani Surat Tugas setelah
mempertimbangkan Program Pemeriksaan.

36 Program Pemeriksaan dan Surat Tugas yang telah Paket Program


Pemeriksaan
disetujui merupakan satu Paket Program
Pemeriksaan. Surat Tugas ditembuskan kepada
pimpinan entitas, pihak intern BPK yang terkait, dan
instansi lainnya sesuai dengan kebutuhan.

Program Pemeriksaan diunggah oleh PFP ke dalam


Sistem Informasi Pemeriksaan, sedangkan Surat
Tugas diunggah oleh Sekretariat Unit Kerja
Pemeriksaan.

37 Pemeriksa yang tercantum dalam Surat Tugas wajib Pernyataan


Independensi
mengisi Pernyataan Independensi Pemeriksa. Pemeriksa
Pernyataan Independensi tersebut disampaikan
kepada Sekretariat Unit Kerja Pemeriksaan untuk
didokumentasikan.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 27


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Bab II Perencanaan Pemeriksaan

38 Apabila terdapat gangguan independensi, PFP yang Gangguan


Independensi
bersangkutan menyampaikan alasan secara tertulis Pemeriksa
dalam formulir berupa Surat Pernyataan Gangguan
Independensi Pemeriksa kepada Tortama/Kalan
melalui usulan berjenjang mulai dari PFP satu tingkat
di atasnya. Berdasarkan pertimbangan dari atasan
langsungnya yang disampaikan melalui PSP, PTP
dapat membatalkan penugasan kepada PFP
tersebut. Keputusan pembatalan penugasan
disampaikan kepada yang bersangkutan melalui
Tortama/Kalan terkait.

Sekretariat Unit Kerja Pemeriksaan kemudian


mengadministrasikan pernyataan gangguan
independensi Pemeriksa dan keputusan pembatalan
tersebut, termasuk menindaklanjuti pengembalian
biaya pemeriksaan oleh Pemeriksa.

39 Selain karena pertimbangan independensi, Pembatalan


Penugasan
penugasan juga dapat dibatalkan oleh PTP karena
perubahan kebijakan Badan atau keadaan kahar
(force majeur) atau pertimbangan lain yang membuat
pemeriksaan tidak dapat dilaksanakan secara
memadai. Keputusan atas pembatalan penugasan
tersebut diadministrasikan oleh Sekretariat Unit Kerja
Pemeriksaan melalui Sistem Informasi Pemeriksaan
dan dikirimkan kepada entitas terperiksa.

40 Persetujuan penugasan oleh PTP paling lambat 5 Lama


Persetujuan
(lima) hari kerja setelah program pemeriksaan Penugasan
disetujui oleh Pengendali Mutu dan konsep Surat
Tugas diterima dari PSP.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 28


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Bab II Perencanaan Pemeriksaan

41 Pengendali Mutu mengkomunikasikan dan Pengkomunikasi-


an Penugasan
memberikan pengarahan mengenai penugasan
tersebut kepada Tim Pemeriksaan.

42 PFP yang telah tercantum dalam Surat Tugas yang Sifat dan
Pengecualian
telah disetujui PTP wajib melaksanakan penugasan Penugasan
pemeriksaan tersebut, kecuali dengan alasan-alasan
berikut:

1. meninggal dunia;

2. berhenti sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) BPK;

3. sakit yang berdasarkan keterangan dokter


menyatakan bahwa PFP tersebut tidak dapat
menjalankan tugas pemeriksaan; dan

4. terganggunya independensi PFP terhadap entitas


yang diperiksa sehingga PFP tidak dapat
menjalankan tugas pemeriksaan secara objektif.

Apabila terdapat konsekuensi keuangan atas


pembatalan tersebut, PFP mempertanggung-
jawabkannya kepada Biro Keuangan atau Subbag
Keuangan.

3. Penyusunan PKP

43 Berdasarkan Paket Program Pemeriksaan yang telah Penyusunan PKP

disetujui, Ketua Tim melakukan pembagian tugas


kepada masing-masing Anggota Tim atas langkah
pemeriksaan yang terdapat dalam Program
Pemeriksaan. Para Anggota Tim Pemeriksaan
kemudian menyusun konsep PKP yang merupakan
penjabaran dari Program Pemeriksaan dan
mengajukannya kepada Ketua Tim untuk di-review.
Setelah memperhatikan arahan Pengendali Teknis,

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 29


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Bab II Perencanaan Pemeriksaan

Ketua Tim Pemeriksaan menyetujui konsep PKP.


Persetujuan PKP oleh Ketua Tim dilakukan paling
lambat 2 (dua) hari kerja setelah paket Program
Pemeriksaan disetujui.

4. Pengurusan Dukungan Pemeriksaan

44 Pelaksanaan teknis pemeriksaan tidak akan berhasil Pengurusan


Dukungan
dengan baik tanpa dukungan pemeriksaan. Pemeriksaan
Penyelenggaraan dukungan pemeriksaan ini, antara
lain, meliputi:

45 a. Penerbitan SPD dan Administrasi Keuangan Penerbitan SPD


dan Administrasi
Berdasarkan tembusan Surat Tugas dan jadwal Keuangan
pemeriksaan, Sekretariat Unit Kerja Pemeriksaan
menyiapkan konsep Surat SPD untuk masing-masing
PFP yang berisi, antara lain, nomor dan tanggal Surat
Tugas dan tanggal keberangkatan PFP yang
bersangkutan. SPD ditandatangani oleh Tortama atau
Kalan, dan pejabat lainnya paling lambat 2 (dua) hari
kerja setelah Paket Program Pemeriksaan disetujui.

Berdasarkan tembusan Surat Tugas dan SPD,


Sekretariat Unit Kerja Pemeriksaan mengurus
pencairan biaya pemeriksaan.

46 b. Pengurusan Akomodasi dan Transportasi Pengurusan


Akomodasi dan
Untuk kemudahan pelaksanaan tugas, Sekretariat Transportasi
Unit Kerja Pemeriksaan menyelenggarakan database
akomodasi dan transportasi sebagai sumber
informasi dalam merancang akomodasi dan
transportasi yang dibutuhkan selama pemeriksaan.
Dalam hal akomodasi dan transportasi tidak
memungkinkan untuk dibantu pengurusannya oleh

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 30


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Bab II Perencanaan Pemeriksaan

Sekretariat Unit Kerja Pemeriksaan maka PFP dapat


merancang sendiri teknis perjalanan dan akomodasi
sesuai kondisi di lapangan.

Apabila PFP merancang sendiri teknis perjalanan dan


akomodasi, 2 (dua) hari kerja setelah PFP berada di
lapangan, Ketua Tim Pemeriksaan menyampaikan
kepada Sekretariat Unit Kerja Pemeriksaan mengenai
tempat penginapan, termasuk informasi tarifnya.

47 c. Penyediaan Tenaga Ahli Penyediaan


Tenaga Ahli
Berdasarkan kebutuhan Tenaga Ahli yang dinyatakan
dalam LHPP, Sekretariat Unit Kerja Pemeriksaan
menyelenggarakan penyediaan Tenaga Ahli sesuai
dengan database Tenaga Ahli dan pengurusan
administrasinya.

D. Sistem Manajemen Mutu

48 1. Uraian Kegiatan

SMM pada tahap perencanaan pemeriksaan dilakukan


oleh PTP, PSP, dan PFP. Tabel SMM berisi informasi
mengenai objek pengendalian dan pemerolehan
keyakinan mutu, tanggung jawab pada setiap aktivitas
SMM, serta dokumen yang dihasilkan dari aktivitas SMM
tersebut.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 31


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Bab II Perencanaan Pemeriksaan

Tabel 2.1
SMM Perencanaan Pemeriksaan

Pihak
No. Objek SMM Tanggung Jawab Dokumen SMM
Terkait

1. Pembentukan PSP Me-review dan menetapkan Lembar Review


TPP TPP dengan pertimbangan dari
PFP.

2. Penyusunan Pengendali a. Me-review dan menyetujui Lembar Review;


Paket Program Mutu LHPP (termasuk LHPP
Pemeriksaan persetujuan penggunaan
Tenaga Ahli).

b. Mengarahkan penyusunan Lembar Disposisi


Program Pemeriksaan.

c. Me-review dan menyetujui 1. Lembar


substansi konsep Program Review;
Pemeriksaan yang
2. Lembar
disampaikan Pengendali
Persetujuan
Teknis.
pada Program
Pemeriksaan

d. Memastikan materi konsep Checklist


Program Pemeriksaan telah
memenuhi Harapan
Penugasan.

e. Mengevaluasi kesesuaian Lembar Review


konsep Program
Pemeriksaan dengan RKP.

Pengendali a. Me-review LHPP dan hasil Lembar Review


Teknis identifikasi kebutuhan
tenaga ahli.

b. Me-review kesesuaian Lembar Review


konsep Program
Pemeriksaan dengan Juklak
dan Juknis terkait.

c. Me-review ketepatan Lembar Review


metodologi pemeriksaan.

Ketua Tim Mengevaluasi apakah prosedur Lembar Review


yang dirancang oleh Tenaga
Ahli akan memenuhi hasil yang
diinginkan oleh Pemeriksa.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 32


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Bab II Perencanaan Pemeriksaan

Pihak
No. Objek SMM Tanggung Jawab Dokumen SMM
Terkait

PSP a. Me-review kesesuaian Checklist atau


proses penyusunan Lembar Review
Program Pemeriksaan
dengan PMP.

b. Mengevaluasi kesesuaian Lembar Review


konsep Program
Pemeriksaan dengan RKP
dan rencana alokasi
termasuk SDM dan biaya
pemeriksaan.

3. Penentuan Pengendali Mengarahkan susunan Tim Risalah Rapat


Tim Mutu Pemeriksaan sesuai
Pemeriksaan kompetensi yang dibutuhkan.

PSP Me-review dan menyetujui Lembar Review


usulan susunan Tim
Pemeriksaan.

4. Persetujuan PTP a. Me-review dan menyetujui Lembar Review;


Penugasan penugasan yang diusulkan Surat Tugas
secara berjenjang oleh
PSP.

b. Memastikan dan menyetujui Lembar Review


naskah konsep Harapan
Penugasan sesuai dengan
arahan yang diberikan PTP.

5 Penyusunan Ketua Tim a. Me-review konsep PKP. Lembar Review


PKP
b. Menyetujui PKP. PKP

Pengendali Mengarahkan konsep PKP. Lembar Disposisi


Teknis

49 2. Alur Dokumentasi Perencanaan Pemeriksaan

Alur dokumentasi pada tahap perencanaan pemeriksaan


menggambarkan dokumen yang dihasilkan/dibutuhkan
serta perpindahannya dalam tahap perencanaan
pemeriksaan.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 33


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Bab II Perencanaan Pemeriksaan

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 34


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Bab II Perencanaan Pemeriksaan

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 35


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Bab II Perencanaan Pemeriksaan

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 36


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Bab III Pelaksanaan Pemeriksaan

BAB III
PELAKSANAAN PEMERIKSAAN

A. Lingkup

01 Pelaksanaan pemeriksaan merupakan realisasi perencanaan Deskripsi


Pelaksanaaan
pemeriksaan agar pelaksanaan pemeriksaan dapat dilakukan Pemeriksaan
secara efisien, efektif, dan sesuai dengan standar
pemeriksaan yang ditetapkan oleh BPK.

02 Proses pelaksanaan pemeriksaan dilakukan oleh PFP, PSP, Pelaksana


Kegiatan
dan PTP sesuai dengan tanggung jawab dan
kewenangannya masing-masing.

03 Output yang dihasilkan dari proses pelaksanaan Output Kegiatan

pemeriksaan adalah KKP, Temuan Pemeriksaan, dan


Laporan Akhir Pelaksanaan Pemeriksaan Lapangan
(LAPPL).

04 Pelaksanaan pemeriksaan dibagi ke dalam 2 (dua) kegiatan, Lingkup


Pelaksanaan
yaitu kegiatan pemeriksaan dan pengakhiran pemeriksaan. Pemeriksaan
Kegiatan pemeriksaan adalah kegiatan yang dilaksanakan
ketika Tim Pemeriksaan berada di lapangan. Kegiatan
pemeriksaan dimulai dari komunikasi awal dan diakhiri
dengan komunikasi akhir dengan pejabat entitas yang
diperiksa. Sedangkan kegiatan pengakhiran pemeriksaan
adalah kegiatan setelah Tim Pemeriksaan kembali dari
lapangan. Kegiatan pengakhiran pemeriksaan antara lain,
melaporkan hasil pemeriksaan di lapangan dan
mempertanggungjawabkan administrasi pemeriksaan.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 37


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Bab III Pelaksanaan Pemeriksaan

Gambar 3.1.
Tahap Pelaksanaan Pemeriksaan

Pemberitahuan Komunikasi
Penyusunan TP Komunikasi Akhir
Pemeriksaan Awal
(Penyampaian
TP)

Penilaian
Pengakhiran Kinerja PFP
Pelaksanaan P2
Tahap
dan Penyusunan
Pelaksanaan
KKP
Pemeriksaan

B. Pihak-pihak Terkait dalam Pelaksanaan Pemeriksaan

05 Pelaksanaan pemeriksaan melibatkan PTP, PSP, PFP, Pihak-pihak


Terkait
Ditama Binbangkum/Subbag Hukum, dan Sekretariat Unit
Kerja Pemeriksaan.

06 PTP berwenang memantau jalannya pemeriksaan melalui Peran PTP

Sistem Informasi Pemeriksaan dan berperan:

1. menindaklanjuti usulan PSP terkait pengurangan atau


penambahan sumber daya pemeriksaan; dan

2. menindaklanjuti penghentian penugasan pemeriksaan baik


karena penolakan pemeriksaan oleh entitas atau karena
kondisi kahar.

07 PSP berperan: Peran PSP

1. memfasilitasi komunikasi antara entitas terperiksa dengan


BPK sebagai institusi;

2. memfasilitasi komunikasi pemeriksaan antara PTP dengan


PFP; dan

3. melakukan proses pemerolehan keyakinan mutu untuk


tahap pelaksanaan pemeriksaan.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 38


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Bab III Pelaksanaan Pemeriksaan

08 PFP berperan: Peran PFP

1. menjalankan pemeriksaan lapangan dengan menerapkan


standar pemeriksaan mengenai komunikasi pemeriksaan
dengan entitas yang diperiksa;

2. melaksanakan Program Pemeriksaan sesuai dengan


standar pemeriksaan;

3. mendokumentasikan pelaksanaan Program Pemeriksaan


dalam bentuk KKP;

4. menyusun LAPPL; dan

5. mengevaluasi kinerja PFP satu tingkat dibawahnya.

09 Pengendali Mutu berperan: Peran Pengendali


Mutu
1. menjamin terpenuhinya tujuan, harapan, dan lingkup
pemeriksaan serta menjamin kelancaran pelaksanaan
pemeriksaan; dan

2. menjamin Temuan Pemeriksaan sesuai dengan standar


dan pedoman pemeriksaan.

10 Pengendali Teknis berperan: Peran Pengendali


Teknis
1. menyampaikan tujuan, harapan, dan lingkup pemeriksaan
kepada entitas pemeriksaan;

2. menjamin terpenuhinya pelaksanaan Program


Pemeriksaan yang tertuang dalam KKP;

3. menjamin kesesuaian penggunaan bahasa dalam Temuan


Pemeriksaan dengan ketentuan yang berlaku;

4. me-review kebenaran substansi Temuan Pemeriksaan;


dan

5. menjamin kebenaran matematis dalam Temuan


Pemeriksaan untuk nilai-nilai yang material.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 39


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Bab III Pelaksanaan Pemeriksaan

11 Ketua Tim berperan: Peran Ketua Tim

1. mengkoordinasikan jalannya pemeriksaan di lapangan;

2. menjamin kelengkapan dan kecukupan bukti pendukung;

3. menjamin terpenuhinya unsur-unsur Temuan Pemeriksaan


seperti kondisi, kriteria, sebab, dan akibat sesuai dengan
standar serta relevansi diantara unsur-unsur Temuan
Pemeriksaan tersebut;

4. menjamin validitas substansi dan kebenaran matematis


serta akurasi angka dalam Temuan Pemeriksaan;

5. me-review hasil prosedur yang dilaksanakan oleh Anggota


Tim termasuk Tenaga Ahli dalam kaitannya dengan
prosedur pemeriksaan yang telah direncanakan; dan

6. memberikan feedback atas kinerja pekerjaan Tenaga Ahli


kepada Sekretariat Unit Kerja Pemeriksaan.

12 Anggota Tim berperan: Peran Anggota


Tim
1. menyiapkan bahan-bahan yang diperlukan Ketua Tim
dalam berkomunikasi dengan entitas terperiksa serta
mengadministrasikannya;

2. melaksanakan Program Pemeriksaan dan


mendokumentasikannya dalam KKP;

3. menjamin kebenaran matematis dan akurasi angka dalam


KKP; dan

4. menyusun konsep Temuan Pemeriksaan dan LAPPL.

13 Tenaga Ahli berperan: Peran Tenaga


Ahli
1. melaksanakan Program Pemeriksaan sesuai dengan
lingkup keahliannya dan mendokumentasikannya dalam
KKP;

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 40


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Bab III Pelaksanaan Pemeriksaan

2. menjamin kebenaran matematis dan akurasi angka dalam


KKP; dan

3. menyusun konsep Temuan Pemeriksaan dan LAPPL.

14 Ditama Binbangkum/Subbag Hukum berperan: Peran Ditama


Binbangkum/
1. memberikan pendapat hukum atas Temuan Pemeriksaan Subbag Hukum
yang berindikasi kerugian negara/daerah dan
mengandung unsur pidana; dan

2. menindaklanjuti adanya penolakan/pembatasan


pemeriksaan oleh entitas terperiksa atas persetujuan PTP.

15 Sekretariat Unit Kerja Pemeriksaan berperan antara lain: Peran Sekretariat


Unit Kerja
1. mengadministrasikan korespondensi institusional antara Pemeriksaan
entitas terperiksa dengan BPK serta mengadministrasikan
LAPPL ke dalam Sistem Informasi Pemeriksaan; dan

2. memantau penyelesaian pertanggungjawaban


administrasi keuangan Tim Pemeriksaan dengan Biro
Keuangan/Subbag Keuangan.

C. Mekanisme Pelaksanaan Pemeriksaan

1. Pemberitahuan Pemeriksaan

16 Berdasarkan Paket Program Pemeriksaan yang telah Pemberitahuan


kepada Pimpinan
disetujui, Ketua Tim menyusun jadwal pemeriksaan Entitas yang
yang memuat waktu tentatif yang dialokasikan untuk Diperiksa
melakukan pemeriksaan pada entitas yang
bersangkutan. Dalam hal diperlukan, Ketua Tim
menyusun permintaan data/informasi awal terkait
pemeriksaan. Ketua Tim menyampaikan Surat Tugas,
jadwal pemeriksaan, Surat Pemberitahuan Pemeriksaan

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 41


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Bab III Pelaksanaan Pemeriksaan

termasuk di dalamnya permintaan data/informasi awal,


beserta dengan Surat Pembatalan Penugasan
Pemeriksa (jika ada) kepada pimpinan entitas yang
diperiksa. Pemberitahuan pemeriksaan disampaikan
paling lambat 3 (tiga) hari kerja sebelum PFP
melaksanakan pemeriksaan lapangan. Dalam hal PFP
akan memanfaatkan data dan informasi awal yang
tersedia dalam pusat data BPK, maka Ketua Tim dapat
memperoleh data dan informasi tersebut setelah Surat
Tugas diterbitkan dan di-input ke dalam Sistem
Informasi Pemeriksaan.

2. Komunikasi Awal

17 Komunikasi awal dengan pimpinan entitas yang Komunikasi Awal


dengan Pimpinan
diperiksa bertujuan untuk menjelaskan pemeriksaan Entitas
yang dilakukan, meliputi tujuan, lingkup, rencana
kegiatan dan waktu pemeriksaan, kebutuhan dokumen
yang diperiksa, serta menjelaskan komposisi Tim
Pemeriksaan yang tercantum dalam Surat Tugas.

Komunikasi tersebut dilaksanakan dalam bentuk


pertemuan awal dengan pimpinan entitas yang
diperiksa. Komunikasi awal dilakukan oleh Pengendali
Mutu, Pengendali Teknis, Ketua Tim dan Anggota Tim.
Dalam hal Pengendali Mutu tidak dapat mendampingi
karena alasan kedinasan lainnya, komunikasi awal
dilakukan oleh Pengendali Teknis. Jika Pengendali
Teknis juga tidak dapat mendampingi karena alasan
kedinasan lainnya, maka komunikasi awal setidaknya
dilakukan oleh Ketua Tim dan Anggota Tim.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 42


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Bab III Pelaksanaan Pemeriksaan

18 Pada saat pertemuan awal, PFP membuat notulen Notulen


Komunikasi Awal
yang berisi informasi tentang pertemuan awal termasuk dengan Pimpinan
pernyataan lisan dari pihak entitas jika menolak Entitas
pemeriksaan yang akan dilakukan oleh PFP. Notulen
pertemuan awal tersebut ditandatangani oleh PFP
dengan peran tertinggi yang menghadiri pertemuan awal
tersebut dan oleh entitas yang diperiksa.

3. Pelaksanaan Program Pemeriksaan dan


Penyusunan KKP

19 Pelaksanaan Program Pemeriksaan dilakukan oleh Pelaksanaan


Program
PFP sesuai pembagian tugas dalam PKP. Pemeriksaan
Pelaksanaan Program Pemeriksaan ditujukan untuk
memperoleh bukti pemeriksaan yang cukup dan
kompeten. Bukti pemeriksaan merupakan dokumen
pendukung yang dimuat dalam KKP. Seluruh
pelaksanaan Program Pemeriksaan dilaporkan oleh
Ketua Tim kepada Pengendali Teknis melalui laporan
mingguan dan oleh Pengendali Teknis kepada
Pengendali Mutu melalui laporan dua mingguan.

20 Dalam hal terdapat Program Pemeriksaan yang tidak Berita Acara


Penolakan
dapat dilaksanakan karena pimpinan entitas menolak
untuk diperiksa atau tidak menyediakan dokumen/
keterangan yang diminta, maka PFP membuat Berita
Acara Penolakan Pemeriksaan atau Penolakan
Pemberian Keterangan/Dokumen Pemeriksaan yang
ditandatangani oleh pimpinan entitas yang diperiksa dan
Pengendali Mutu. Proses penyusunan Berita Acara
Penolakan dilaksanakan setelah PFP
mengomunikasikan dampak hukum dan dampak
terhadap keseluruhan hasil pemeriksaan serta setelah

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 43


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Bab III Pelaksanaan Pemeriksaan

PFP mendiskusikan berbagai langkah prosedur


pemeriksaan alternatif kepada entitas yang diperiksa.

21 Dalam hal pimpinan entitas yang diperiksa tidak Surat


Pernyataan
bersedia menandatangani Berita Acara Penolakan Penolakan
Pemeriksaan/ Pemberian Keterangan/Dokumen Pemeriksaan
Pemeriksaan, maka Pengendali Mutu menyampaikan
Surat Pernyataan Penolakan Menandatangani Berita
Acara Penolakan Pemeriksaan/Pemberian Keterangan/
Dokumen Pemeriksaan kepada pimpinan entitas
dimaksud untuk ditandatangani.

22 Dalam hal pimpinan entitas yang diperiksa tidak Dokumentasi


Penolakan
bersedia menandatangani Surat Pernyataan Entitas
Penolakan Menandatangani Berita Acara Penolakan
Pemeriksaan/ Pemberian Keterangan/Dokumen
Pemeriksaan, maka Pengendali Mutu menyatakan
penolakan tersebut dalam kertas kerjanya.

23 Pengendali Mutu kemudian melaporkan adanya Proses Hukum


Penolakan
penolakan dari entitas yang diperiksa kepada PTP Pemeriksaan
melalui PSP dengan melampirkan bukti Berita Acara
Penolakan Pemeriksaan/Pemberian Keterangan/
Dokumen Pemeriksaan atau Surat Pernyataan
Penolakan menandatangani Berita Acara Penolakan
Pemeriksaan/ Pemberian Keterangan/Dokumen
Pemeriksaan atau notulen pertemuan awal. PTP
melalui PSP kemudian meminta pertimbangan hukum
dari Ditama Binbangkum dan pejabat struktural terkait
untuk diproses lebih lanjut sesuai peraturan perundang-
undangan. Pertimbangan hukum dari Ditama
Binbangkum disampaikan kepada PTP. Kemudian PTP
menyampaikan pertimbangan hukum tersebut kepada
PSP dan PFP. PFP membuat LHP yang menjelaskan

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 44


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Bab III Pelaksanaan Pemeriksaan

penolakan pemeriksaan/ pemberian keterangan/


dokumen pemeriksaan. Penyelesaian penolakan
pemeriksaan di BPK Perwakilan dapat melibatkan
Kasubbag Hukum sebelum meminta pertimbangan
kepada Ditama Binbangkum.

24 Penolakan pemeriksaan atau penolakan pemberian Pembatasan


Pemeriksaan
keterangan/dokumen oleh entitas merupakan salah
satu bentuk pembatasan lingkup pemeriksaan yang
dapat mempengaruhi opini atau simpulan dalam LHP.

25 Dalam hal PFP mengidentifikasi kebutuhan Tenaga Kebutuhan


Tenaga Ahli pada
Ahli pada saat pelaksanaan pemeriksaan, PFP dapat Saat
mengusulkan permintaan tersebut kepada PSP dengan Pelaksanaan
Pemeriksaan
disertai alasannya.

26 Dalam hal beberapa langkah pada Program Perubahan


Program
Pemeriksaan tidak dapat dilaksanakan atau ketika Pemeriksaan
diperlukan penambahan atau modifikasi langkah karena
kondisi di lapangan, Ketua Tim dapat mengusulkan
perubahan Program Pemeriksaan kepada Pengendali
Mutu melalui Pengendali Teknis. Dalam hal persetujuan
perubahan Program Pemeriksaan dari Pengendali Mutu
belum diperoleh, Ketua Tim dapat melaksanakan
langkah pemeriksaan sesuai dengan usulan perubahan
Program Pemeriksaan, tetapi dengan sepengetahuan
Pengendali Teknis. Perubahan Program Pemeriksaan
beserta alasannya harus didokumentasikan dalam KKP.
Selain itu, apabila PFP tidak dapat menerapkan standar
yang berlaku, maka PFP perlu mendokumentasikan hal
tersebut dalam kertas kerjanya beserta dengan alasan
yang mendasari dan dampak dari tidak dipatuhinya
standar tersebut.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 45


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Bab III Pelaksanaan Pemeriksaan

27 Dalam hal terdapat kebutuhan untuk memperpanjang Perpanjangan


Waktu
waktu pemeriksaan dan/atau menambah Pemeriksa, Pemeriksaan
Pengendali Mutu mengajukan usul perpanjangan dan/atau
Penambahan
waktu dan/atau penambahan Pemeriksa kepada PTP.
Pemeriksa
Pengajuan usulan perpanjangan waktu pemeriksaan
dan jumlah Pemeriksa dilakukan paling lambat 5 (lima)
hari kerja sebelum batas waktu pemeriksaan lapangan
berakhir.

28 Perpanjangan waktu dan/atau penambahan Pemeriksa Alasan


Perpanjangan
dapat diberikan dalam hal terdapat prosedur yang tidak Waktu
dapat dilaksanakan atau diperlukan prosedur
tambahan karena entitas tidak kooperatif atau terdapat
temuan/identifikasi unsur pidana yang perlu ditelusuri
lebih lanjut, atau satu atau lebih Pemeriksa tidak dapat
melaksanakan pemeriksaan. Perpanjangan waktu atau
penambahan Pemeriksa tidak dapat diberikan karena
ketidakcermatan dalam tahapan pemahaman
penugasan, pemahaman objek pemeriksaan, dan
penyusunan Program Pemeriksaan.

29 Persetujuan akhir perpanjangan waktu dan/atau Wewenang


Perpanjangan
penambahan Pemeriksa merupakan kewenangan PTP Waktu
dengan memperhatikan biaya dan manfaat. Sekretariat
Unit Kerja Pemeriksaan mengadministrasikan
persetujuan perpanjangan waktu dan/atau penambahan
Pemeriksa serta konsekuensi biaya yang ditimbulkan.

30 Dalam hal PFP menghadapi situasi kahar (force Penghentian


Pelaksanaan
majeur), seperti kondisi huru-hara dan/atau bencana Pemeriksaan
alam, maupun keadaan lain yang mengakibatkan
pelaksanaan pemeriksaan tidak dapat dilaksanakan
atau dapat membahayakan keselamatan PFP, maka

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 46


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Bab III Pelaksanaan Pemeriksaan

Pengendali Mutu dapat menghentikan pelaksanaan


pemeriksaan dengan cara menarik PFP dari lapangan.
Penghentian pelaksanaan pemeriksaan dilaporkan
oleh Pengendali Mutu kepada PTP dan
diadministrasikan oleh Sekretariat Unit Kerja
Pemeriksaan. Berdasarkan pemberitahuan dari
Pengendali Mutu tersebut, PTP menginformasikan
kepada entitas terperiksa. Ketua Tim menyusun LHP
yang menjelaskan situasi kahar.

31 KKP merupakan catatan-catatan yang diselenggarakan Kertas Kerja


Pemeriksaan
oleh Pemeriksa tentang prosedur pemeriksaan yang
ditempuh, pengujian yang dilakukan, informasi yang
diperoleh, dan simpulan yang dibuat sehubungan
dengan penugasan pemeriksaannya. KKP berfungsi
untuk membuktikan bahwa Pemeriksa telah
melaksanakan pemeriksaan sesuai dengan standar
pemeriksaan dan program pemeriksaan, menyusun
Temuan Pemeriksaan dan LHP, serta untuk membantu
pelaksanaan review oleh Pengendali Teknis dan/atau
Pengendali Mutu.

KKP dapat didokumentasikan dalam media kertas


dan/atau media elektronis (e-KKP). E-KKP dapat
menggantikan KKP hasil print out atau fotokopi dengan
syarat bahwa sistem e-KKP dapat mengakomodasi
proses review KKP secara elektronik yang dilakukan
berjenjang sebagai bagian dari kegiatan pengendalian
mutu. Selain itu sistem e-KKP harus dapat menjamin
ketersediaan dan keamanan data dan informasi yang
disimpan dalam bentuk elektronik tersebut.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 47


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Bab III Pelaksanaan Pemeriksaan

32 KKP disusun oleh Anggota Tim dan Tenaga Ahli (jika Penyusunan KKP

ada) untuk di-review secara berjenjang oleh Ketua Tim,


Pengendali Teknis dan/atau Pengendali Mutu pada saat
pelaksanaan pemeriksaan.

33 KKP disusun berdasarkan langkah pemeriksaan yang Indeksasi KKP

direncanakan dalam Program Pemeriksaan dengan


mencantumkan referensi silang pada bagian yang
saling berhubungan untuk kemudahan proses review
oleh Pengendali Teknis atau pemahaman entitas oleh
Pemeriksa yang akan datang. Tata cara penyusunan
dan indeksasi KKP diatur lebih lanjut pada Juklak
tentang KKP.

34 Berdasarkan pemeriksaan final, PFP menyusun lembar Penyusunan


Lembar Sampul
sampul (coversheet) dan Hasil Pelaksanaan Prosedur dan HP3
Pemeriksaan (HP3) yang merupakan bagian dari KKP.
Coversheet berisi deskripsi hasil pemeriksaan secara
umum beserta dengan kesimpulan. Sedangkan HP3
merupakan penjelasan lebih lanjut dari PKP yang
merinci penjelasan atas masing-masing prosedur
pemeriksaan yang dilakukan, hasil pemeriksaannya,
serta kesimpulannya.

Coversheet dan HP3 merupakan lembar kontrol yang


digunakan oleh Pengendali Teknis untuk memastikan
bahwa setiap langkah-langkah dalam Program
Pemeriksaan telah dilaksanakan serta dilengkapi
dengan bukti dan analisis yang memadai dari Ketua
Tim dan Anggota Tim.

Format coversheet dan HP3 secara lebih lanjut


dijelaskan dalam perangkat lunak terkait.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 48


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Bab III Pelaksanaan Pemeriksaan

35 Dalam hal terdapat prosedur yang tidak dapat Dokumentasi


Prosedur
dilaksanakan oleh Anggota Tim karena satu dan lain Pemeriksaan
hal, maka Anggota Tim perlu mendapatkan yang Tidak Dapat
Dilaksanakan
persetujuan Ketua Tim dan Pengendali Teknis.
Anggota Tim perlu mendokumentasikan prosedur yang
tidak dilaksanakan tersebut dalam kertas kerjanya
disertai dengan alasan yang mendasari.

36 Pengendali Teknis dan/atau Pengendali Mutu wajib Review KKP oleh


Pengendali
me-review KKP secara menyeluruh, membuat checklist Teknis
atas seluruh pelaksanaan langkah-langkah Program
Pemeriksaan dengan tata cara yang diatur pada Juklak
Pengelolaan KKP. Sedangkan prosedur review KKP
diatur lebih lanjut dalam perangkat lunak terkait.

4. Penyusunan Temuan Pemeriksaan

37 Temuan Pemeriksaan merupakan temuan atau indikasi Temuan


Pemeriksaan
permasalahan yang diperoleh selama pemeriksaan.
Pada dasarnya, Temuan Pemeriksaan terkait dengan:

a. ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan


perundang-undangan, penyimpangan, dan
ketidakpatutan yang material untuk dilaporkan;
b. kelemahan SPI yang material untuk dilaporkan;
c. kegagalan suatu program yang diperiksa; dan
d. ketidaksesuaian kondisi dengan kriteria yang
ditetapkan.

38 Temuan Pemeriksaan memuat unsur diantaranya judul, Unsur Temuan


Pemeriksaan
kondisi, kriteria, akibat, sebab, dan komentar instansi.
Penjelasan lebih lanjut atas unsur Temuan Pemeriksaan
mengacu pada SPKN dan perangkat lunak terkait.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 49


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Bab III Pelaksanaan Pemeriksaan

Penyusunan Temuan Pemeriksaan dilakukan dengan


prosedur berikut.

39 a. Konsep Temuan Pemeriksaan disusun oleh Anggota Penyusunan


Konsep Temuan
Tim sesuai dengan bagian yang ditetapkan di dalam Pemeriksaan oleh
PKP-nya dengan memperhatikan aspek kualitatif dari Anggota Tim
sebuah temuan. Konsep Temuan Pemeriksaan
tersebut didokumentasikan sebagai KKP Anggota
Tim dan didokumentasikan ke dalam Sistem
Informasi Pemeriksaan BPK. Proses penyusunan
temuan yang disiapkan oleh Anggota Tim akan di-
review oleh Ketua Tim.

40 Ketua Tim dapat menyusun konsep Temuan Ketua Tim Dapat


Menyusun
Pemeriksaan dengan mempertimbangkan beban Temuan
pekerjaan dan kompleksitas pemeriksaan. Konsep Pemeriksaan
Temuan Pemeriksaan tersebut didokumentasikan
dalam KKP.

41 Ketua Tim memastikan terpenuhinya unsur-unsur Review Konsep


Temuan
Temuan Pemeriksaan yang terdiri dari judul, kondisi, Pemeriksaan oleh
kriteria, sebab dan akibat sesuai dengan standar Ketua Tim
pemeriksaan. Selain itu, Ketua Tim mengidentifikasi
Temuan Pemeriksaan yang memuat informasi
rahasia atau mengandung unsur pidana, sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang terkait
dengan Keterbukaan Informasi Publik dan peraturan
BPK sebagai tindak lanjut dari peraturan perundang-
undangan tersebut. Penjelasan lebih lanjut atas
informasi rahasia yang dikecualikan dari publik dapat
dilihat pada peraturan tentang Keterbukaan Informasi
Publik.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 50


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Bab III Pelaksanaan Pemeriksaan

42 Pengendali Teknis me-review Temuan Pemeriksaan Review Konsep


Temuan
untuk menjamin kesesuaian penggunaan bahasa Pemeriksaan oleh
dalam Temuan Pemeriksaan dengan ketentuan yang Pengendali
Teknis
berlaku. Selain itu, Pengendali Teknis me-review
validitas substansi dan kebenaran matematis untuk
nilai-nilai yang material dalam Temuan Pemeriksaan.

43 Pengendali Mutu me-review Temuan Pemeriksaan Review Temuan


Pemeriksaan oleh
untuk memastikan relevansi antar unsur-unsur Pengendali Mutu
Temuan Pemeriksaan serta kesesuaian Temuan
Pemeriksaan dengan standar dan pedoman
pemeriksaan.

44 Temuan Pemeriksaan yang dinilai tidak layak Dokumentasi


Temuan
berdasarkan hasil review oleh Ketua Tim dan Pemeriksaan
Pengendali Teknis tetap didokumentasikan ke dalam yang Tidak Layak
KKP.

45 b. Ketua Tim menyampaikan konsep Temuan Penyampaian


Temuan
Pemeriksaan yang telah di-review oleh Pengendali Pemeriksaan
Mutu dan Pengendali Teknis kepada pejabat entitas untuk Ditanggapi
yang diperiksa untuk dimintakan komentar instansi.

46 c. PFP dapat menyelenggarakan diskusi dengan Diskusi Temuan


Pemeriksaan
pimpinan entitas yang diperiksa sebagai forum untuk dengan Pimpinan
menanggapi konsep Temuan Pemeriksaan tersebut Entitas
paling lambat 3 (tiga) hari kerja sebelum penyerahan
Temuan Pemeriksaan kepada pimpinan entitas yang
diperiksa. Diskusi dilaksanakan dengan tujuan untuk
mengklarifikasi permasalahan yang diungkap dalam
konsep Temuan Pemeriksaan.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 51


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Bab III Pelaksanaan Pemeriksaan

Entitas yang diperiksa dapat menyampaikan


data/informasi terkait dengan permasalahan yang
diungkap dalam konsep Temuan Pemeriksaan.
Dalam hal data/informasi yang disampaikan oleh
entitas membuktikan analisis dalam Temuan
Pemeriksaan salah dan hal tersebut diakui oleh PFP,
maka konsep Temuan Pemeriksaan dinyatakan batal.
Dalam hal data/informasi yang disampaikan oleh
entitas yang diperiksa tidak dapat membuktikan
kesalahan analisis dalam konsep Temuan
Pemeriksaan (tidak memiliki dasar yang kuat untuk
membatalkan Temuan Pemeriksaan), maka konsep
Temuan Pemeriksaan dinyatakan menjadi Temuan
Pemeriksaan.

47 d. Konsep Temuan Pemeriksaan yang dianggap tidak Konsep Temuan


Pemeriksaan
layak oleh Ketua Tim dan/atau Pengendali Teknis Tidak Layak
dan dinyatakan batal berdasarkan diskusi dengan
entitas yang diperiksa dilaporkan kepada Pengendali
Mutu dan didokumentasikan dalam KKP.

48 e. Temuan Pemeriksaan yang telah memperoleh Himpunan


Temuan
komentar/tanggapan dari pimpinan entitas oleh Ketua Pemeriksaan
Tim Pemeriksaan dihimpun menjadi Himpunan
Temuan Pemeriksaan.

49 f. Diskusi dengan entitas yang diperiksa Risalah Diskusi

didokumentasikan dalam risalah diskusi Temuan


Pemeriksaan. Risalah diskusi ini sekaligus sebagai
notulen pertemuan akhir apabila tidak ada diskusi
lebih lanjut.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 52


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Bab III Pelaksanaan Pemeriksaan

50 g. Temuan Pemeriksaan yang telah disampaikan Pemanfaatan


Sistem Informasi
kepada entitas diunggah ke dalam Sistem Informasi Manajemen
Pemeriksaan oleh Ketua Tim. Pemanfaatan Sistem Pemeriksaan
Informasi Pemeriksaan diatur lebih lanjut dalam
perangkat lunak terkait.

51 Dalam hal entitas menindaklanjuti Temuan Pemeriksaan Temuan


Pemeriksaan
sebelum Tim Pemeriksaan menyelesaikan proses yang
pelaporan pemeriksaan, Temuan Pemeriksaan tersebut Ditindaklanjuti
sebelum Tahap
tetap dimuat di dalam LHP beserta dengan keterangan
Pelaporan
atas status penyelesaian tindak lanjutnya. Temuan
Pemeriksaan dengan unsur pidana tetap akan diproses
sesuai dengan mekanisme yang berlaku.

52 Dalam hal terdapat indikasi kerugian negara/daerah Indikasi Kerugian


Negara/Daerah
dan/atau unsur pidana dalam Temuan Pemeriksaan, dan/atau Unsur
Ketua Tim menyampaikan kepada Pengendali Teknis Pidana dalam
Temuan
untuk didiskusikan kelayakannya bersama Pengendali
Pemeriksaan
Mutu.

Pengendali Mutu selanjutnya menyampaikan kepada


PSP atas indikasi yang mengandung indikasi kerugian
negara/daerah dan/atau unsur pidana tersebut.

Atas Temuan Pemeriksaan yang mengandung indikasi


kerugian negara/daerah dan/atau unsur pidana tersebut,
PSP dapat meminta pendapat hukum kepada Ditama
Binbangkum dan/atau Subbag Hukum. Mekanisme
permintaan pendapat hukum atas Temuan Pemeriksaan
mengacu pada perangkat lunak terkait.

Pendapat hukum yang diperoleh dari Ditama


Binbangkum/Subbag Hukum disampaikan oleh PSP
kepada PFP untuk didokumentasikan di dalam KKP dan
disampaikan kepada PTP dengan tembusan Ditama

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 53


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Bab III Pelaksanaan Pemeriksaan

Binbangkum/Subbag Hukum untuk proses selanjutnya


sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Temuan Pemeriksaan yang dinyatakan berindikasi
unsur pidana tidak disampaikan kepada entitas.

Pemeriksaan investigatif dapat dilakukan PFP atas


penugasan PTP guna mengungkap indikasi kerugian
negara/daerah dan/atau unsur pidana. Mekanisme
pemeriksaan investigatif mengacu pada perangkat lunak
terkait.

53 Temuan Pemeriksaan memiliki standar penulisan dan Standar


Penulisan
sampul yang disesuaikan dengan jenis pemeriksaan
yang dilakukan. Standar penulisan diatur secara khusus
dalam Juklak dan/atau Juknis pemeriksaan yang terkait.

5. Komunikasi Akhir (Penyampaian Temuan


Pemeriksaan)

54 Pengendali Mutu menyampaikan Temuan Pemeriksaan Penyampaian


Temuan
kepada pimpinan entitas yang telah dilampiri komentar Pemeriksaan
bersamaan dengan Surat Penyampaian Temuan
Pemeriksaan yang ditandatangani oleh Pengendali
Mutu. Pimpinan entitas juga menandatangani Surat
Penyampaian Temuan Pemeriksaan tersebut sebagai
bukti bahwa Temuan Pemeriksaan telah diterima oleh
entitas. Dalam hal Pengendali Mutu tidak dapat
menyampaikan Temuan Pemeriksaan secara langsung
kepada pimpinan entitas karena alasan kedinasan
lainnya, penyampaian Temuan Pemeriksaan dapat
dilakukan oleh Pengendali Teknis dan/atau Ketua Tim.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 54


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Bab III Pelaksanaan Pemeriksaan

6. Pengakhiran Tahap Pelaksanaan Pemeriksaan

55 Pengakhiran pelaksanaan pemeriksaan yang Pertanggung-


merupakan pertanggungjawaban PFP kepada PSP jawaban PFP

melalui penyampaian Laporan Akhir Pelaksanaan


Pemeriksaan Lapangan (LAPPL). Penyampaian LAPPL
ini menjadi awal dari proses pelaporan.

56 LAPPL berisi informasi mengenai waktu keberangkatan, LAPPL

waktu kembali, akomodasi selama melaksanakan


pemeriksaan, dan kendala yang dihadapi selama
melaksanakan pekerjaan pemeriksaan.

Konsep LAPPL disampaikan oleh Ketua Tim kepada


Pengendali Mutu melalui Pengendali Teknis paling
lambat 5 (lima) hari kerja setelah pemeriksaan lapangan
berakhir. Penyampaian LAPPL ini disertai dengan
Laporan Perkembangan Mingguan, Temuan
Pemeriksaan, Nota Penyampaian Temuan
Pemeriksaan, penilaian kinerja tim, dan
pertanggungjawaban keuangan.

Setelah disampaikan secara berjenjang kepada


Pengendali Mutu, LAPPL beserta lampirannya tersebut
disimpan oleh Sekretariat Unit Kerja Pemeriksaan.

57 PFP menyampaikan pertanggungjawaban biaya kepada Pertanggung-


jawaban
Sekretariat Unit Kerja Pemeriksaan atau Subbag Keuangan
Keuangan untuk BPK Perwakilan paling lambat 5 (lima)
hari kerja setelah pemeriksaan lapangan berakhir.
Pertanggungjawaban tersebut dilampiri dengan bukti
pengeluaran untuk butir biaya yang harus
dipertanggungjawabkan (komponen at cost) dan SPD
yang telah dibubuhi cap dan tandatangan entitas yang
diperiksa.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 55


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Bab III Pelaksanaan Pemeriksaan

7. Penilaian Kinerja PFP

58 Berdasarkan hasil review KKP dan observasi terhadap Penilaian Kinerja


PFP, PFP secara berjenjang membuat penilaian kinerja PFP

untuk PFP dengan peran satu tingkat di bawahnya.


Aspek yang dinilai meliputi antara lain:
a. sasaran kerja;
b. kompetensi perilaku; dan
c. kompetensi teknis PFP selama pelaksanaan
pemeriksaan.
Lembar Penilaian Kinerja bersifat rahasia dan dijadikan
sebagai acuan untuk menentukan Tim dalam
penugasan pemeriksaan berikutnya, dan acuan dalam
memproses pengajuan pangkat bagi PFP serta tindakan
lainnya sebagaimana diatur dalam ketentuan yang
berlaku. Lembar Penilaian Kinerja selain disampaikan
kepada Pengendali Mutu juga disampaikan (sebagai
tembusan) kepada PSP yang membidangi entitas yang
diperiksa, atasan langsung Anggota Tim, dan
Pengendali Teknis, serta Biro SDM/Subbag SDM
sebagai input bagi sistem aplikasi kepegawaian.
Penilaian kinerja Tim mengacu pada ketentuan
mengenai penilaian kinerja pegawai.

D. Sistem Manajemen Mutu

59 1. Uraian Kegiatan

SMM pada tahap pelaksanaan pemeriksaan dilakukan


oleh PTP, PSP, dan PFP. Tabel SMM berisi informasi
mengenai objek pengendalian dan pemerolehan
keyakinan mutu, tanggung jawab pada setiap aktivitas
SMM, serta dokumen yang dihasilkan dari aktivitas SMM
tersebut.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 56


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Bab III Pelaksanaan Pemeriksaan

Tabel 3.1
SMM Pelaksanaan Pemeriksaan

Dokumen
No. Objek SMM Pihak Terkait Tanggung Jawab
SMM

1. Pemberitahuan Ketua Tim Memastikan permintaan dokumen Checklist


Pemeriksaan awal telah disampaikan kepada
entitas sebelum pertemuan awal.

2. Komunikasi Pengendali Melalui Laporan Dua Mingguan, Checklist


Awal Mutu Pengendali Mutu memastikan
bahwa harapan, tujuan, lingkup
pemeriksaan, jadwal waktu,
kebutuhan dokumen yang
diperiksa dan komposisi Tim
Pemeriksaan telah
dikomunikasikan pada entitas saat
pertemuan awal.

Ketua Tim atau Memastikan isi notulen sesuai Checklist


Pengendali dengan pertemuan awal.
Teknis

3. Pelaksanaan Pengendali a. Mengarahkan pemeriksaan Lembar


Program Mutu melalui Laporan Dua Mingguan Disposisi
Pemeriksaan yang disampaikan oleh
dan Pengendali Teknis.
Penyusunan
KKP b. Melalui Laporan Dua Mingguan, Checklist
Pengendali Teknis memastikan
bahwa harapan, tujuan, dan
lingkup pemeriksaan telah
terpenuhi.

c. Melalui Laporan Dua Mingguan, Checklist


Pengendali Mutu memastikan
bahwa Pelaksanaan
Pemeriksaan telah dilaksanakan
sesuai dengan standar yang
terkait, PMP dan Kode Etik.

d. Me-review dan menyetujui Lembar


usulan penggunaan Tenaga Ahli Review
dalam pemeriksaan.

e. Me-review dan menyetujui Lembar


usulan perubahan Program Review
Pemeriksaan.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 57


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Bab III Pelaksanaan Pemeriksaan

Dokumen
No. Objek SMM Pihak Terkait Tanggung Jawab
SMM

f. Me-review usulan perpanjangan Lembar


waktu pemeriksaan dan/atau Review
penambahan pemeriksa (apabila
diperlukan).

Pengendali a. Mengarahkan pemeriksaan Lembar


Teknis melalui Laporan Mingguan yang Disposisi
disampaikan oleh Ketua Tim;

b. Melalui Laporan Mingguan, Lembar


Pengendali Teknis me-review Review
bahwa prosedur pemeriksaan
yang tidak dapat dilakukan telah
didukung oleh justifikasi
dan analisis yang memadai.

c. Melalui Laporan Mingguan, Lembar


Pengendali Teknis me-review Review
kecukupan prosedur.

d. Me-review KKP. Lembar


Review

e. Memastikan kebenaran dan Lembar


ketepatan informasi yang dimuat Review
di coversheet dan HP3.

f. Me-review usulan penggunaan Lembar


Tenaga Ahli dalam pemeriksaan Review
terkait kesesuaiannya dengan
tujuan dan lingkup pemeriksaan.

Ketua Tim a. Memastikan seluruh prosedur Checklist


pemeriksaan dalam Program
Pemeriksaan telah dilaksanakan;

b. Memastikan relevansi konsep Checklist


Temuan Pemeriksaan dengan
bukti pendukung pemeriksaan;

c. Memastikan Program Checklist


Pemeriksaan telah dilakukan
sesuai Juklak dan Juknis terkait.

d. Memastikan kebenaran matematis Checklist


dan akurasi angka dalam KKP.

e. Memastikan kecukupan bukti. Checklist

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 58


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Bab III Pelaksanaan Pemeriksaan

Dokumen
No. Objek SMM Pihak Terkait Tanggung Jawab
SMM

f. Me-review keandalan bukti. Lembar


Review

g. Memastikan bahwa setiap Checklist


langkah-langkah dalam Program
Pemeriksaan telah dilengkapi
dengan HP3.

h. Memastikan bahwa KKP telah Checklist


dilengkapi coversheet dan
coversheet dapat ditelusuri ke
KKP yang relevan.

PSP Me-review dan menyetujui usulan Lembar


penggunaan Tenaga Ahli dengan Review
berdasarkan resource (dana) yang
tersedia.

4. Penyusunan Pengendali a. Memastikan relevansi antar unsur- Checklist


Temuan Mutu unsur Temuan Pemeriksaan
Pemeriksaan
b. Me-review kesesuaian Temuan Lembar
Pemeriksaan (termasuk usulan Review
indikasi kerugian negara/ daerah
dan/atau unsur pidana yang
disampaikan Pengendali Teknis)
dengan standar dan pedoman
pemeriksaan.

c. Me-review ketepatan Temuan Lembar


Pemeriksaan yang berindikasi Review
kerugian negara telah didukung
dengan bukti yang cukup.

d. Me-review dan menyetujui Lembar


usulan permintaan pendapat Review
hukum atas konsep Temuan
Pemeriksaan yang berindikasi
kerugian Negara/Daerah.

e. Me-review alasan atas Temuan Lembar


Pemeriksaan yang tidak Review
layak/batal (yang disampaikan
oleh Ketua Tim dan Pengendali
Teknis).

f. Memastikan bahwa Temuan Checklist


Pemeriksaan tidak layak/batal
telah didokumentasikan dan
didukung dengan alasan dan
analisis yang memadai (yang
diusulkan oleh Ketua Tim dan
Pengendali Teknis).

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 59


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Bab III Pelaksanaan Pemeriksaan

Dokumen
No. Objek SMM Pihak Terkait Tanggung Jawab
SMM

Pengendali a. Me-review validitas substansi Lembar


Teknis dan kebenaran matematis dalam Review
Temuan Pemeriksaan untuk
nilai-nilai yang material
(termasuk usulan indikasi
kerugian negara/daerah dan
unsur pidana yang disampaikan
Ketua Tim).
b. Me-review ketepatan atas Lembar
identifikasi informasi rahasia Review
yang diusulkan oleh Ketua Tim.
c. Me-review alasan dan analisis Lembar
atas Temuan Pemeriksaan yang Review
tidak layak/batal (yang diusulkan
oleh Ketua Tim).
d. Memastikan bahwa Temuan Checklist
Pemeriksaan tidak layak/batal
telah didokumentasikan dan
didukung dengan alasan dan
analisis yang memadai (yang
diusulkan oleh Ketua Tim).
e. Me-review ketepatan penggu- Lembar
naan bahasa dalam Temuan Review
Pemeriksaan dengan kaidah
bahasa Indonesia yang baik
dan benar.
f. Memastikan Temuan Lembar
Pemeriksaan yang berindikasi Review
kerugian negara/daerah dan
unsur pidana telah memenuhi
kriteria berpotensi merugikan
negara/daerah atau memiliki
unsur pidana dan temuan telah
didukung dengan bukti yang
memadai.
Ketua Tim a. Menjamin kebenaran matematis Checklist
dan validitas substansi dalam
Temuan Pemeriksaan.
b. Memastikan relevansi konsep Checklist
Temuan Pemeriksaan dengan
bukti pendukung pemeriksaan.
c. Memastikan Temuan Checklist
Pemeriksaan telah memenuhi
unsur-unsur judul, kondisi,
kriteria, sebab dan akibat.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 60


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Bab III Pelaksanaan Pemeriksaan

Dokumen
No. Objek SMM Pihak Terkait Tanggung Jawab
SMM

d. Memastikan seluruh Temuan Checklist


Pemeriksaan telah diinput ke
dalam sistem informasi.

e. Memastikan notulen sesuai Checklist


dengan pembahasan Temuan
Pemeriksaan.

5. Komunikasi Pengendali Memastikan bahwa Temuan Checklist


Akhir Mutu Pemeriksaan telah
dikomunikasikan dengan entitas.

Pengendali Memastikan bahwa Temuan Checklist


Teknis Pemeriksaan telah
dikomunikasikan dengan entitas.

6. Pengakhiran Pengendali Mengarahkan proses pelaporan Lembar


Tahap Mutu pemeriksaan lapangan Disposisi
Pelaksanaan berdasarkan LAPPL.
Pemeriksaan
Pengendali Me-review LAPPL. Lembar
Teknis Review

Kepala Memastikan pertanggungjawaban Checklist


Sekretariat keuangan ke Biro Keuangan/
Unit Kerja Subbag Keuangan tepat waktu.
Pemeriksaan

PSP Mengevaluasi pelaksanaan Lembar


pemeriksaan berdasarkan LAPPL. Review

7. Penilaian Pengendali Memastikan bahwa Pengendali Checklist


Kinerja PFP Mutu Teknis telah mengisi lembar
penilaian kinerja Ketua Tim.

Pengendali Memastikan bahwa Ketua Tim Checklist


Teknis telah mengisi lembar penilaian
kinerja Anggota Tim.

60 2. Alur Dokumentasi Pelaksanaan Pemeriksaan

Alur dokumentasi menggambarkan dokumen yang


dihasilkan/dibutuhkan serta perpindahannya dalam tahap
pelaksanaan pemeriksaan.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 61


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Bab III Pelaksanaan Pemeriksaan

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 62


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Bab III Pelaksanaan Pemeriksaan

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 63


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Bab III Pelaksanaan Pemeriksaan

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 64


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Bab IV Pelaporan Pemeriksaan

BAB IV
PELAPORAN PEMERIKSAAN

A. Lingkup

01 Pelaporan pemeriksaan merupakan proses penyusunan Deskripsi


Pelaporan
laporan berdasarkan hasil analisis atas Temuan Pemeriksaan
Pemeriksaan yang diperoleh pada saat pelaksanaan
pemeriksaan.

02 Proses pelaporan pemeriksaan disiapkan oleh PFP, PSP, Pelaksana


Kegiatan
dan PTP sesuai dengan tanggung jawab dan
kewenangannya masing-masing.

03 Output yang dihasilkan dari proses pelaporan pemeriksaan Output Kegiatan

adalah LHP dan IHPS.

04 LHP digunakan sebagai bahan utama penyusunan IHPS. Penyerahan LHP


dan IHPS
LHP dan IHPS disampaikan kepada lembaga perwakilan
untuk ditindaklanjuti sesuai kewenangannya. LHP yang telah
disampaikan kepada lembaga perwakilan terbuka untuk
umum kecuali diatur lain dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan. Selain itu, LHP juga disampaikan
kepada entitas yang diperiksa sebagai bahan pelaksanaan
tindak lanjut atas rekomendasi hasil pemeriksaan dan pihak
terkait lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangan-undangan.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 65


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Bab IV Pelaporan Pemeriksaan

Gambar 4.1
Tahap Pelaporan Pemeriksaan

B. Pihak-Pihak Terkait dalam Pelaporan Pemeriksaan

05 Pelaporan pemeriksaan melibatkan PTP, PSP, PFP, Ditama Pihak-pihak


Terkait
Binbangkum/Subbag Hukum, Biro Humas dan Kerjasama
Internasional/Subbag Tata Usaha (TU) dan Humas/Subbag
Humas, Biro Umum/Subbag Umum, dan Sekretariat Unit
Kerja Pemeriksaan.

06 PTP berperan: Peran PTP

1. menandatangani LHP;

Kewenangan penandatangan LHP dapat ditugaskan oleh


PTP kepada Pengendali Mutu sebagai Penanggung
Jawab Pemeriksaan yang memiliki kompetensi untuk
menandatangani laporan tersebut.

2. menandatangani Surat Keluar; dan

3. menyampaikan LHP dan IHPS sesuai ketentuan.

07 PSP berperan: Peran PSP

1. melakukan pemerolehan keyakinan mutu atas hasil


pemeriksaan sesuai tanggung jawab dan kewenangannya
masing-masing;

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 66


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Bab IV Pelaporan Pemeriksaan

2. menyusun dan menandatangani surat pengantar


penyampaian konsep LHP;

3. menyampaikan konsep Surat Keluar pemeriksaan; dan

4. menyampaikan bahan IHPS.

08 PFP berperan menyusun LHP dan bahan IHPS sesuai Peran PFP

tanggung jawab dan kewenangannya masing-masing.

09 Pengendali Mutu berperan: Peran Pengendali


Mutu
1. me-review konsep LHP untuk menjamin kesesuaiannya
dengan SPKN dengan memperhatikan ketepatan waktu
penyelesaian LHP;

2. memastikan ketidaklayakan Temuan Pemeriksaan telah


didukung oleh bukti yang cukup;

3. menyampaikan pelaporan informasi rahasia, indikasi


kerugian negara/daerah dan/atau unsur pidana kepada
Anggota terkait melalui Tortama/Kalan; dan

4. me-review bahan IHPS.

10 Pengendali Teknis berperan: Peran Pengendali


Teknis
1. me-review konsep LHP dengan memperhatikan ketepatan
waktu penyelesaian LHP;

2. me-review usulan pelaporan informasi rahasia, indikasi


kerugian negara/daerah dan/atau unsur pidana;

3. menjamin terpenuhinya unsur-unsur temuan sesuai SPKN;

4. menjamin validitas substansi, kebenaran matematis, dan


akurasi angka untuk hal-hal yang material atas bahan
penyusunan LHP;

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 67


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Bab IV Pelaporan Pemeriksaan

5. menjamin kesesuaian penggunaan bahasa dengan


ketentuan yang berlaku; dan

6. memastikan kebenaran bahan IHPS.

11 Ketua Tim berperan: Peran Ketua Tim

1. menyusun konsep LHP dengan memperhatikan ketepatan


waktu penyelesaian LHP;

2. mengusulkan pelaporan informasi rahasia, indikasi


kerugian negara/daerah dan/atau unsur pidana;

3. menjamin kebenaran matematis, dan akurasi angka atas


bahan penyusunan LHP; dan

4. menyusun bahan IHPS.

12 Anggota Tim berperan menyiapkan bahan penyusunan LHP Peran Angggota


Tim
dan bahan IHPS.

13 Ditama Binbangkum/Subbag Hukum BPK Perwakilan Peran Ditama


Binbangkum/
berperan memberikan pendapat hukum atas Temuan Subbag Hukum
Pemeriksaan yang berindikasi unsur pidana dalam LHP.

14 Biro Humas dan Kerjasama Internasional/Subbag TU dan Peran Biro


Humas dan
Humas/Subbag Humas BPK Perwakilan berperan Kerjasama
memfasilitasi penyerahan LHP dan IHPS dan memuatnya Internasional/
Subbag TU &
dalam database Pusat Informasi dan Komunikasi (PIK).
Humas/Subbag
Humas

15 Biro Umum/Subbag Umum BPK Perwakilan berperan Peran Biro


Umum/Subbag
menggandakan dan menjilid LHP, Surat Keluar, dan IHPS Umum
yang akan diserahkan kepada lembaga perwakilan dan
entitas yang diperiksa.

16 Sekretariat Unit Kerja Pemeriksaan berperan menyiapkan Peran Sekretariat


Unit Kerja
administrasi kelengkapan penyerahan LHP. Pemeriksaan

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 68


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Bab IV Pelaporan Pemeriksaan

C. Mekanisme Pelaporan Pemeriksaan

1. Penyusunan Konsep LHP

17 Ketua Tim menyusun konsep LHP berdasarkan Temuan Bahan


Penyusunan
Pemeriksaan dan informasi yang relevan yang telah Konsep LHP
disiapkan oleh Anggota Tim dengan memperhatikan
ketepatan waktu penyelesaian LHP.

18 Dalam menyusun konsep LHP, Ketua Tim harus Peran Ketua Tim
dalam
menjamin validitas substansi, kebenaran matematis, dan Penyusunan
akurasi angka atas bahan penyusunan LHP yang Konsep LHP
diterima dari Anggota Tim.

19 Ketua Tim menyampaikan konsep LHP termasuk usulan Penyampaian


Konsep LHP oleh
informasi rahasia, indikasi kerugian negara/daerah Ketua Tim
dan/atau unsur pidana kepada Pengendali Teknis.

2. Review Konsep LHP

20 Pengendali Teknis me-review konsep LHP yang Review Konsep


LHP oleh
disampaikan oleh Ketua Tim dengan memperhatikan Pengendali
ketepatan waktu penyelesaian LHP, untuk: Teknis

a. menjamin terpenuhinya unsur-unsur Temuan


Pemeriksaan, yaitu kondisi, kriteria, akibat, sebab,
dan rekomendasi sesuai dengan SPKN; dan

b. menjamin kesesuaian penggunaan bahasa dalam


LHP dengan ketentuan yang berlaku.

Pengendali Teknis juga me-review usulan informasi


rahasia, indikasi kerugian negara/daerah dan/atau unsur
pidana dari Ketua Tim.

Pada saat melakukan review, Pengendali Teknis


mengisi checklist kendali mutu pelaporan pemeriksaan.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 69


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Bab IV Pelaporan Pemeriksaan

21 Pembahasan dengan Pengendali Teknis terhadap Materi


Pembahasan
konsep LHP dilakukan terkait kelengkapan, keakuratan,
objektivitas, keyakinan, dan kejelasan atas temuan dan
rekomendasi dalam konsep LHP.

22 Dalam proses pembahasan konsep LHP, Pengendali Ketidaklayakan


Temuan
Teknis dapat menyatakan ketidaklayakan Temuan Pemeriksaan
Pemeriksaan. Dalam hal Temuan Pemeriksaan dalam Konsep
LHP oleh
dinyatakan tidak layak oleh Pengendali Teknis, alasan
Pengendali
ketidaklayakan tersebut telah mempertimbangkan Teknis
keandalan, relevansi, dan kecukupan bukti yang
diperoleh dalam pemeriksaan dan didokumentasikan
dalam KKP. Ketidaklayakan Temuan Pemeriksaan
tersebut kemudian dilaporkan Pengendali Teknis
kepada Pengendali Mutu.

23 Apabila diperlukan pengembangan prosedur tambahan, Pengembangan


Prosedur
Pengendali Teknis menyampaikan usulan Tambahan
pengembangan prosedur tambahan tersebut disertai
dengan alasan yang memadai untuk memenuhi tujuan,
lingkup, dan kriteria pemeriksaan yang telah ditetapkan
kepada Pengendali Mutu. Proses usulan
pengembangan prosedur tambahan tersebut
didokumentasikan dalam KKP.

24 Hasil pembahasan konsep LHP dimuat dalam risalah Dokumentasi


Pembahasan
pembahasan konsep LHP yang ditandatangani oleh Konsep LHP
Ketua Tim dan Pengendali Teknis.

25 Ketua Tim melakukan perbaikan konsep LHP Perbaikan


Konsep LHP
berdasarkan hasil pembahasan untuk kemudian Hasil
menyampaikannya kepada Pengendali Teknis. Pembahasan

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 70


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Bab IV Pelaporan Pemeriksaan

26 Pengendali Teknis menyampaikan konsep LHP yang Penyampaian


Konsep LHP
telah di-review kepada Pengendali Mutu. oleh Pengendali
Teknis

27 Pengendali Mutu me-review konsep LHP yang Review Konsep


LHP oleh
disampaikan oleh Pengendali Teknis untuk menjamin Pengendali Mutu
kesesuaiannya dengan SPKN dan me-review usulan
pelaporan informasi rahasia, indikasi kerugian
negara/daerah dan unsur pidana. Dalam melakukan
review, Pengendali Mutu memperhatikan ketepatan
waktu penyelesaian LHP sesuai yang ditetapkan dalam
Program Pemeriksaan.

Pada saat melakukan review, Pengendali Mutu mengisi


checklist kendali mutu pelaporan pemeriksaan.

28 Dalam proses review konsep LHP, Pengendali Mutu Ketidaklayakan


Temuan
dapat menyatakan ketidaklayakan Temuan Pemeriksaan
Pemeriksaan. Dalam hal Temuan Pemeriksaan dalam Konsep
LHP oleh
dinyatakan tidak layak oleh Pengendali Mutu, alasan
Pengendali Mutu
ketidaklayakan tersebut telah mempertimbangkan
keandalan, relevansi, dan kecukupan bukti yang
diperoleh dalam pemeriksaan dan didokumentasikan
dalam KKP.

29 Apabila diperlukan, Pengendali Mutu dapat Pengembangan


Prosedur
mengusulkan pengembangan prosedur tambahan Tambahan
kepada PTP melalui PSP untuk disetujui. dengan Surat
Tugas
Dalam hal Pengendali Teknis mengusulkan
pengembangan prosedur tambahan, Pengendali Mutu
me-review dan menyampaikan usulan pengembangan
prosedur tambahan tersebut kepada PTP melalui PSP
untuk disetujui.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 71


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Bab IV Pelaporan Pemeriksaan

Persetujuan PTP dinyatakan dengan dikeluarkannya


Surat Tugas jika PFP memerlukan pengujian di
lapangan atau dokumen persetujuan lainnya yang
menjadi dasar PFP menjalankan prosedur pemeriksaan
tambahan. Prosedur pemeriksaan tambahan tersebut
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Program
Pemeriksaan.

Dengan terbitnya Surat Tugas, maka PFP perlu


mengomunikasikan perpanjangan pemeriksaan tersebut
kepada pimpinan entitas yang diperiksa serta mengikuti
tahapan kegiatan yang diatur dalam Bab Pelaksanaan
Pemeriksaan.

30 Apabila dalam penyusunan konsep LHP masih Pelaporan dan


ditemukan adanya indikasi kerugian negara/daerah Permintaan
Pendapat Hukum
dan/atau unsur pidana, maka Pengendali Mutu atas Indikasi
menyampaikannya kepada PSP. Kerugian
Negara/Daerah
Atas indikasi kerugian negara/daerah dan/atau unsur dan Unsur Pidana
pidana tersebut, PSP dapat meminta pendapat hukum
kepada Ditama Binbangkum dan/atau Subbag Hukum.
Mekanisme permintaan pendapat hukum atas indikasi
kerugian negara/daerah dan/atau unsur pidana tersebut
mengacu pada perangkat lunak terkait.
Pendapat hukum yang diperoleh dari Ditama
Binbangkum/Subbag Hukum disampaikan oleh PSP
kepada PFP untuk didokumentasikan di dalam KKP dan
disampaikan kepada PTP dengan tembusan Ditama
Binbangkum/Subbag Hukum untuk proses selanjutnya
sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Temuan Pemeriksaan yang dinyatakan berindikasi
unsur pidana tidak disampaikan kepada entitas.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 72


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Bab IV Pelaporan Pemeriksaan

PFP dapat melakukan pemeriksaan investigatif guna


mengungkap indikasi kerugian negara/daerah dan/atau
unsur pidana. Mekanisme pemeriksaan investigatif
mengacu pada perangkat lunak terkait.

31 Tortama/Kalan dapat meminta Pemeriksa lain untuk Cross Review


melakukan cross review terhadap konsep LHP dengan Konsep LHP

memperhatikan risiko hasil pemeriksaan. Hasil cross


review menjadi bahan pertimbangan bagi Pengendali
Mutu dalam menyempurnakan konsep LHP.

32 Pengendali Mutu menyampaikan konsep LHP yang Penyampaian


telah di-review kepada PSP untuk memperoleh Konsep LHP oleh
Pengendali Mutu
tanggapan entitas.

3. Penyampaian Konsep LHP dan Perolehan


Tanggapan dari Entitas Yang Diperiksa

33 PSP menyusun dan menandatangani surat pengantar Penyiapan dan


konsep LHP untuk disampaikan kepada pimpinan Penanda-
tanganan Surat
entitas yang diperiksa. Pengantar
Konsep LHP

34 PSP menyampaikan secara tertulis konsep LHP kepada Penyampaian


pimpinan entitas yang diperiksa untuk memperoleh Konsep LHP
kepada Entitas
tanggapan. Tanggapan entitas dimuat dalam formulir yang Diperiksa
Rencana Aksi sebagai bentuk rencana tindak lanjut
entitas. PSP menetapkan batas waktu penyampaian
tanggapan tertulis oleh entitas dengan
mempertimbangkan waktu penerbitan LHP.

35 Pada saat penyampaian konsep LHP kepada pimpinan Kuesioner


Penilaian
entitas, disampaikan juga kuesioner untuk menilai
Pelaksanaaan
pelaksanaan pemeriksaan sebagai umpan balik atas Pemeriksaan
independensi, integritas, dan profesionalisme PFP.
Kuesioner yang telah diisi oleh entitas disampaikan
kepada Sekretariat Unit Kerja Pemeriksaan.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 73


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Bab IV Pelaporan Pemeriksaan

36 Setelah menerima tanggapan dari entitas, PSP Penelaahan


Tanggapan oleh
menyampaikannya kepada PFP untuk ditelaah lebih PFP
lanjut.

37 Dalam hal tanggapan yang diperoleh dari entitas yang Pembahasan


Perolehan
diperiksa dianggap belum memadai atau memerlukan Tanggapan
penjelasan lebih lanjut, PFP dapat mengusulkan
pembahasan dengan entitas yang diperiksa kepada PTP
melalui PSP. PFP menyusun risalah pembahasan
tersebut.

4. Finalisasi Konsep LHP

38 Tanggapan atas Konsep LHP dan rencana aksi dari Ketidaksetujuan


Tanggapan
entitas yang diperiksa ditelaah oleh Ketua Tim. Ketua
Tim memuat tanggapan dan rencana aksi tersebut
dalam Konsep LHP. Apabila Ketua Tim tidak
sependapat dengan tanggapan entitas yang diperiksa,
Ketua Tim menyusun konsep ketidaksetujuan atas
tanggapan tersebut dan mengungkapkannya dalam LHP
untuk di-review secara berjenjang oleh Pengendali
Teknis dan Pengendali Mutu.

39 Apabila tidak ada tanggapan, LHP harus menyatakan Tidak Ada


Tanggapan
“BPK telah menyampaikan konsep laporan hasil
pemeriksaan kepada [diisi nama jabatan pimpinan
entitas yang diperiksa] pada tanggal [yang diisi sesuai
dengan tanggal dalam Surat Penyampaian Konsep
LHP], namun BPK tidak memperoleh tanggapan dari
[nama jabatan pimpinan entitas yang diperiksa] sampai
dengan waktu yang ditentukan”.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 74


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Bab IV Pelaporan Pemeriksaan

40 Ketua Tim menyampaikan Konsep LHP yang disertai Penyampaian


Konsep LHP oleh
dengan tanggapan entitas yang diperiksa secara Ketua Tim
berjenjang kepada Pengendali Teknis dan Pengendali
Mutu.

Pengendali Mutu menyampaikan Konsep LHP tersebut


kepada PSP untuk dilakukan proses pemerolehan
keyakinan mutu.

41 PSP melakukan pemerolehan keyakinan mutu untuk Pemerolehan


Keyakinan Mutu
memastikan pengendalian mutu telah dilakukan secara oleh PSP
berjenjang oleh PFP sesuai dengan SPKM dan tahapan
dalam PMP dengan menggunaan checklist pemerolehan
keyakinan mutu.

42 Setelah melakukan proses pemerolehan keyakinan Penyiapan Surat


Keluar
mutu atas konsep LHP, PSP menyusun konsep Surat
Keluar yang diparaf oleh PSP dan PFP sebagai
pernyataan bahwa konsep LHP telah mendapatkan
pengendalian mutu dan pemerolehan keyakinan mutu
yang memadai.

5. Persetujuan Konsep LHP dan Surat Keluar

43 PSP menyampaikan Konsep LHP kepada PTP dilampiri Penyampaian


Konsep LHP dan
dengan konsep Surat Keluar. Apabila diperlukan, PTP Surat Keluar
dapat melakukan pembahasan atas Konsep LHP kepada PTP
dengan PFP dan PSP. Hasil pembahasan dituangkan
dalam risalah pembahasan konsep LHP yang disetujui
oleh PTP.

44 Konsep LHP kemudian ditandatangani oleh PTP atau Penanda-


tanganan Konsep
PFP yang ditugaskan oleh PTP sebagai Penanggung LHP dan Surat
Jawab Pemeriksaan menjadi LHP. Berdasarkan LHP Keluar
tersebut, PTP menandatangani Surat Keluar.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 75


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Bab IV Pelaporan Pemeriksaan

6. Penerbitan dan Penyerahan LHP

45 LHP dan Surat Keluar yang telah ditandatangani Penggandaan


dan Penjilidan
digunakan sebagai dasar untuk melakukan LHP
penggandaan dan penjilidan. Penggandaan dan
penjilidan dilakukan oleh Biro Umum/Subbag Umum
BPK Perwakilan berdasarkan permintaan dari PSP.

46 Sekretariat Unit Kerja Pemeriksaan menyiapkan Administrasi


Kelengkapan
administrasi kelengkapan penerbitan dan penyerahan Penerbitan dan
LHP sebagai berikut: Penyerahan LHP

a. memberikan dan mencatat nomor dan tanggal LHP


dan Surat Keluar; dan

b. menyiapkan dan mendokumentasikan tanda terima


penyampaian LHP dan Surat Keluar yang paling
kurang mencantumkan tanggal, nama, tanda tangan
penerima, dan stempel dinas.

47 Penyerahan LHP dilakukan oleh PTP kepada pemangku Penyerahan LHP

kepentingan untuk ditindaklanjuti sesuai dengan


kewenangannya. Penyerahan LHP dituangkan dalam
Berita Acara Serah Terima Laporan Hasil Pemeriksaan.
PTP dapat menugaskan PSP untuk menyerahkan LHP.

48 Penyerahan LHP kepada lembaga perwakilan Penyerahan LHP


kepada Lembaga
dilaksanakan sesuai kesepakatan bersama antara BPK Perwakilan
dan masing-masing lembaga perwakilan. Mekanisme
penyerahan LHP difasilitasi oleh Biro Humas dan
Kerjasama Internasional/Subbag TU dan
Humas/Subbag Humas BPK Perwakilan dengan
mengacu pada perangkat lunak terkait.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 76


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Bab IV Pelaporan Pemeriksaan

49 Hasil pemeriksaan yang memuat unsur pidana Penyerahan LHP


kepada Instansi
disampaikan kepada Instansi yang Berwenang. Tata yang Berwenang
cara penyampaian hasil pemeriksaan yang memuat
unsur pidana mengacu pada kesepakatan bersama BPK
dan Instansi yang Berwenang terkait.

50 Setelah dikirimkan ke Lembaga Perwakilan, PSP Pemuatan LHP di


Website BPK dan
menyampaikan LHP kepada Biro Humas dan Kerjasama Penyampaian
Internasional/Subbag TU dan Humas/Subbag Humas LHP kepada
Ditama Revbang
untuk dimuat dalam database PIK. LHP juga
disampaikan oleh PSP kepada Kaditama Revbang dhi.
Dit. EPP sebagai bahan penyusunan IHPS. Mekanisme
lebih lanjut tentang penyusunan IHPS beserta dengan
sistem manajemen mutunya mengacu pada perangkat
lunak terkait.

51 BPK memantau pelaksanaan tindak lanjut atas Pemantauan


Tindak Lanjut
rekomendasi BPK yang terdapat dalam LHP dan atas
melaporkan kepada lembaga perwakilan dalam IHPS. Rekomendasi
BPK
Substansi pengelolaan TLHP beserta dengan sistem
manajemen mutunya diatur tersendiri dalam Pedoman
Manajemen Penunjang Pemeriksaan (PMPP).

D. Sistem Manajemen Mutu

52 1. Uraian Kegiatan

SMM pada tahap pelaporan pemeriksaan dilakukan oleh


PTP, PSP, dan PFP. Tabel SMM berisi informasi
mengenai objek pengendalian dan pemerolehan
keyakinan mutu, tanggung jawab pada setiap aktivitas
SMM, serta dokumen yang dihasilkan dari aktivitas SMM
tersebut.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 77


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Bab IV Pelaporan Pemeriksaan

Tabel 4.1
SMM Pelaporan Pemeriksaan
Pihak Dokumen
No. Objek SMM Tanggung Jawab
Terkait SMM

1. Penyusunan Ketua Tim Memastikan validitas Lembar


konsep LHP substansi, kebenaran Review
matematis, dan akurasi
angka atas bahan
penyusunan LHP.

2. Review konsep Pengendali a. Me-review kesesuaian Checklist


LHP Mutu dengan SPKN.

b. Memastikan ketepatan Checklist


waktu penyelesaian LHP
sesuai yang ditetapkan
dalam Program
Pemeriksaan.

c. Me-review usulan Checklist


pelaporan informasi
rahasia, indikasi kerugian
Negara/daerah dan unsur
pidana.

d. Me-review alasan atas Lembar


Temuan Pemeriksaan Review
yang tidak layak/batal
(yang disampaikan oleh
Ketua Tim dan
Pengendali Teknis).

e. Menyetujui permintaan Checklist


pendapat hukum kepada
Ditama
Binbangkum/Subbag
Hukum.

f. Me-review usulan Lembar


pengembangan prosedur Review
tambahan.

Pengendali a. Me-review konsep LHP Lembar


Teknis dan usulan pelaporan Review
informasi rahasia, indikasi
kerugian negara/daerah
dan/atau unsur pidana
(apabila ada) yang
disampaikan oleh Ketua
Tim.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 78


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Bab IV Pelaporan Pemeriksaan

Pihak Dokumen
No. Objek SMM Tanggung Jawab
Terkait SMM

b. Menjamin terpenuhinya Lembar


unsur-unsur Temuan Review
Pemeriksaan, yaitu
kondisi, kriteria, akibat,
sebab, dan rekomendasi
sesuai dengan SPKN.

c. Menjamin kesesuaian Lembar


penggunaan bahasa Review
dalam LHP dengan
ketentuan yang berlaku.

3. Penyampaian PSP Memastikan tanggapan • Checklist


Konsep LHP dan diperoleh dari entitas sesuai
Perolehan dengan jangka waktu yang • Rencana
Tanggapan dari telah ditentukan. Aksi
Entitas yang
Diperiksa

4. Finalisasi Konsep Ketua Tim Menelaah tanggapan dan Lembar


LHP rencana aksi. Review

Pengendali Me-review hasil telaah Lembar


Teknis tanggapan dan rencana aksi Review
dari Ketua Tim.

Pengendali Me-review hasil telaah Lembar


Mutu tanggapan dan rencana aksi Review
dari Pengendali Teknis.

PSP Melakukan pemerolehan Checklist


keyakinan mutu untuk
memastikan pengendalian
mutu telah dilakukan secara
berjenjang oleh PFP sesuai
dengan SPKM dan tahapan
dalam PMP.

5. Persetujuan PTP Me-review dan n.a.


Konsep LHP dan menandatangani LHP dan
Surat Keluar Surat Keluar.

Pengendali Me-review dan n.a.


Mutu menandatangani konsep
LHP.

6. Penerbitan dan PSP Memastikan ketepatan waktu Checklist


Penyerahan LHP penyerahan LHP.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 79


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Bab IV Pelaporan Pemeriksaan

53 2. Alur Dokumentasi Pelaporan Pemeriksaan

Alur dokumentasi menggambarkan dokumen yang


dihasilkan/dibutuhkan serta perpindahannya dalam tahap
pelaporan pemeriksaan.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 80


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Bab IV Pelaporan Pemeriksaan

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 81


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Bab IV Pelaporan Pemeriksaan

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 82


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Bab IV Pelaporan Pemeriksaan

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 83


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Bab V Kondisi Khusus dalam Pemeriksaan

BAB V
KONDISI KHUSUS DALAM PEMERIKSAAN

A. Pemeriksaan Interim/Pendahuluan

1. Penerbitan dan Penyerahan LHP

01 Pemeriksaan Interim merupakan bagian dari Definisi


Pemeriksaan
Pemeriksaan Keuangan yang dilakukan pada tahun Interim
berjalan atau sebelum entitas menyerahkan Laporan
Keuangan kepada BPK. Pemeriksaan Interim dapat
dilakukan pada tahun berjalan, yaitu pada semester II
setelah entitas menerbitkan Laporan Keuangan
semester I atau pada tahun anggaran berikutnya,
namun sebelum Laporan Keuangan diserahkan oleh
entitas kepada BPK.

02 Tujuan Pemeriksaan Interim adalah untuk memberikan Tujuan


Pemeriksaan
kesimpulan hasil review atas efektivitas SPI dan Interim
kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan
serta memperoleh data dan informasi untuk
pengembangan perencanaan pemeriksaan Laporan
Keuangan.

03 Pemeriksaan Pendahuluan adalah Pemeriksaan Definisi


Pemeriksaan
Lapangan pada Pemeriksaan Kinerja dan PDTT yang Pendahuluan
dilakukan dalam rangka perencanaan pemeriksaan.

04 Tujuan Pemeriksaan Pendahuluan pada PDTT adalah Tujuan


Pemeriksaan
untuk memberikan penilaian atas efektivitas SPI dan
Pendahuluan
penilaian risiko.
Tujuan Pemeriksaan Pendahuluan dalam Pemeriksaan
Kinerja adalah untuk memperoleh pemahaman entitas,
mengidentifikasi masalah, menentukan area kunci,
menentukan tujuan dan lingkup pemeriksaan,

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 84


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Bab V Kondisi Khusus dalam Pemeriksaan

menentukan kriteria pemeriksaan, dan mengidentifikasi


jenis bukti dan prosedur pemeriksaan.

2. Pihak-Pihak Terkait dalam Pemeriksaan Interim atau


Pendahuluan

05 Pemeriksaan Interim/Pendahuluan melibatkan PTP, Pihak-pihak


Terkait
PSP, PFP, dan Sekretariat Unit Kerja Pemeriksaan.
Peran pihak-pihak yang terkait mengacu pada Bab II,
III, dan IV.

3. Manajemen Pemeriksaan Interim atau Pendahuluan

06 Mekanisme perencanaan dan pelaksanaan Mekanisme


Perencanaan dan
Pemeriksaan Interim atau Pendahuluan mengacu pada Pelaksanaan
tahapan dalam Bab II dan III. Pemeriksaan
Interim/
Pendahuluan

07 Output Pemeriksaan Interim adalah LHP Interim dan Output


Pemeriksaan
Program Pemeriksaan terinci. LHP Interim terdiri dari Interim
ringkasan eksekutif, gambaran umum pemeriksaan dan
hasil pemeriksaan yang berisi temuan-temuan
kelemahan SPI dan ketidakpatuhan terhadap peraturan
perundang-undangan, penilaian risiko atas akun-akun
signifikan, serta penetapan tingkat materialitas dan
hasil perencanaan uji petik.

Berdasarkan LHP Interim, langkah-langkah pemeriksaan


dirancang dan disusun dalam suatu Program
Pemeriksaan. Program Pemeriksaan tersebut digunakan
untuk melakukan Pengujian Substantif dalam
Pemeriksaan Terinci.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 85


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Bab V Kondisi Khusus dalam Pemeriksaan

08 Output Pemeriksaan Pendahuluan dalam PDTT adalah Output


Pemeriksaan
Program Pemeriksaan yang akan digunakan dalam Pendahuluan
melakukan Pemeriksaan Terinci.

Output Pemeriksaan Pendahuluan dalam Pemeriksaan


Kinerja adalah LHP Pendahuluan. LHP Pendahuluan
digunakan sebagai bahan keputusan untuk melakukan
Pemeriksaan Terinci. Apabila diputuskan untuk
dilakukan Pemeriksaan Terinci, PFP menyusun
Program Pemeriksaan dengan mengacu pada
mekanisme penyusunan Paket Program Pemeriksaan
dalam Bab II.

09 Output Pemeriksaan Interim/Pendahuluan bersifat Sifat Output


Pemeriksaan
internal dan tidak disampaikan kepada entitas Pendahuluan/
pemeriksaan dan lembaga perwakilan. Interim

B. Pemeriksaan Tematik

1. Pendahuluan

10 Pemeriksaan Tematik adalah pemeriksaan di luar Definisi


Pemeriksaan
Pemeriksaan Keuangan dan dilakukan sesuai tema Tematik
yang terdapat pada kebijakan dan strategi pemeriksaan
BPK atas program pemerintah dalam suatu bidang
yang diselenggarakan oleh berbagai entitas
pemeriksaan. Pemeriksaan Tematik bersifat lintas AKN
dan dapat merupakan jenis Pemeriksaan Kinerja
maupun PDTT. Namun, dalam hal Pemeriksaan
Keuangan yang memerlukan koordinasi lintas AKN,
seperti Pemeriksaan Laporan Keuangan Pemerintah
Pusat (LKPP), dapat menggunakan mekanisme yang
diatur dalam subbab ini.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 86


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Bab V Kondisi Khusus dalam Pemeriksaan

11 Pemeriksaan Tematik yang melibatkan beberapa AKN Tujuan


Pemeriksaan
dan/atau BPK Perwakilan dilakukan dengan tujuan Tematik
untuk mendapatkan kesimpulan pemeriksaan yang
komprehensif serta dalam rangka efisiensi sumber
daya pemeriksaan baik dari sisi biaya maupun
Pemeriksa serta efektifitas proses pemeriksaan agar
dihasilkan pemeriksaan yang berkualitas.

12 Pemeriksaan Tematik memiliki 2 (dua) skema yaitu: 2 (dua) Skema


Pemeriksaan
a. Skema Dekonsentrasi Tematik

Pemeriksaan Tematik dengan Skema Dekonsentrasi


adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh:

1) AKN Koordinator terhadap entitas pemeriksaan


pusat yang mengeluarkan kebijakan
pembangunan nasional; dan

2) AKN Pelaksana terhadap entitas pemeriksaan


pusat yang terdapat di daerah sebagai instansi
vertikal pemerintah pusat.

Seluruh kebijakan teknis terkait pelaksanaan


Pemeriksaan Tematik dengan Skema Dekonsentrasi
berada pada AKN Koordinator. AKN Pelaksana
berperan sebagai pelaksana dari kebijakan teknis
tersebut.

b. Skema Desentralisasi

Pemeriksaan Tematik dengan Skema Desentralisasi


adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh:

1) AKN Koordinator terhadap entitas pemeriksaan


pusat yang mengeluarkan kebijakan
pembangunan nasional; dan

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 87


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Bab V Kondisi Khusus dalam Pemeriksaan

2) AKN Pelaksana terhadap entitas pemeriksaan


daerah yang menjalankan kebijakan dari entitas
pemerintah pusat.

Masing-masing AKN dan/atau BPK Perwakilan yang


berperan dalam Pemeriksaan Tematik dengan
Skema Desentralisasi memiliki kewenangan seperti
yang dijelaskan pada Bab II, III, dan IV, kecuali
dalam hal penentuan tujuan dan harapan
pemeriksaan.

2. Pihak-Pihak Terkait Pemeriksaan Tematik

13 Pemeriksaan Tematik melibatkan 1 (satu) AKN sebagai Pihak-pihak


Terkait
AKN Koordinator dan 1 (satu) atau lebih AKN lainnya
sebagai AKN Pelaksana.

14 AKN Koordinator AKN Koordinator

AKN Koordinator adalah AKN Pusat yang memiliki


portofolio pemeriksaan terkait langsung dengan tema
Pemeriksaan Tematik atau dengan kata lain memiliki
tugas dan fungsi untuk melakukan pemeriksaan pada
entitas pusat yang menjadi perumus kebijakan program
pemerintah yang akan diperiksa.

15 AKN Koordinator bertugas untuk: Tugas AKN


Koordinator
a. membentuk TPP Tematik untuk menghasilkan
Program Pemeriksaan;

b. menyusun Program Pemeriksaan TPP. Program


Pemeriksaan tersebut digunakan sebagai acuan
bagi AKN terkait lainnya;

c. menyusun mekanisme komunikasi dan koordinasi


antar Tim Pemeriksaan;

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 88


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Bab V Kondisi Khusus dalam Pemeriksaan

d. mengoordinasikan susunan Tim Pemeriksaan;

e. mengonsolidasikan konsep LHP;

f. melakukan pengurusan administrasi pemeriksaan


sesuai penganggarannya; dan

g. memastikan kecukupan dukungan pemeriksaan.

16 AKN Pelaksana Tugas AKN


Pelaksana
AKN Pelaksana dapat berupa AKN Pusat maupun
Kantor BPK Perwakilan yang memiliki tugas dan fungsi
untuk melakukan pemeriksaan pada entitas yang
menjalankan kebijakan atas program pemerintah yang
akan diperiksa sesuai tema Pemeriksaan Tematik dan
waktu yang telah ditetapkan.

17 AKN Pelaksana bertugas untuk: Tugas AKN


Pelaksana
a. mengusulkan PFP yang akan terlibat dalam Tim
Persiapan Pemeriksaan dan Tim Pemeriksaan;

b. turut serta dalam Persiapan Pemeriksaan (untuk


Pemeriksaan Tematik Skema Desentralisasi); dan

c. memberikan masukan atas Program


Pemeriksaan Tematik (untuk Pemeriksaan Tematik
Skema Dekonsentrasi).

18 Contoh Pemeriksaan Tematik dengan Skema Contoh


Pemeriksaan
Dekonsentrasi adalah Pemeriksaan Pajak di Bendahara Tematik dengan
Pengeluaran. Skema
Dekonsentrasi
a. AKN II sebagai AKN Koordinator.

AKN II memiliki portofolio untuk melakukan


pemeriksaan pada Kementerian Keuangan yang
berperan sebagai penyusun kebijakan Pajak Pusat.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 89


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Bab V Kondisi Khusus dalam Pemeriksaan

AKN I, III, IV, V, VI, VII sebagai AKN Pelaksana dan


dapat dilibatkan apabila lingkup pemeriksaan
termasuk pada Kementerian/Lembaga lainnya.

b. BPK Perwakilan sebagai AKN Pelaksana.

BPK Perwakilan yang memiliki portofolio untuk


melakukan pemeriksaan pada entitas Pemerintah
Daerah.

19 Contoh Pemeriksaan Tematik dengan Skema Contoh


Pemeriksaan
Desentralisasi adalah Pemeriksaan Dana Bantuan Tematik dengan
Operasional Sekolah (BOS). Skema
Desentralisasi
a. AKN VI sebagai AKN Koordinator.

AKN VI memiliki portofolio untuk melakukan


pemeriksaan pada Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan yang berperan sebagai penyusun
kebijakan Dana BOS untuk seluruh Indonesia.

b. BPK Perwakilan sebagai AKN Pelaksana.

BPK Perwakilan memiliki portofolio untuk


melakukan pemeriksaan pada entitas Pemerintah
Daerah yang berperan sebagai pengguna Dana
BOS.

3. Organisasi Pemeriksaan Tematik

20 Susunan organisasi Pemeriksaan Tematik terdiri dari Susunan


Organisasi
PTP, PFP, dan PSP dengan tugas dan tanggung jawab Pemeriksaan
masing-masing seperti yang telah dijelaskan dalam Tematik
Bab I, II, III, dan IV.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 90


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Bab V Kondisi Khusus dalam Pemeriksaan

21 Dalam susunan organisasi pemeriksaan pada Pengendali Mutu

Pemeriksaan dengan Skema Dekonsentrasi, Pengendali


Mutu pada AKN Koordinator berperan sebagai
Penanggung Jawab dan Pengendali Mutu pada AKN
Pelaksana berperan sebagai Wakil Penanggung Jawab
Pemeriksaan.

Sedangkan susunan organisasi pemeriksaan pada


Pemeriksaan dengan Skema Desentralisasi sama
seperti susunan organisasi pemeriksaan pada
pemeriksaan pada umumnya.

22 Koordinasi dilakukan oleh AKN Pusat dan Kantor BPK Koordinasi AKN
Pusat dan
Perwakilan baik koordinasi horizontal maupun Perwakilan
koordinasi vertikal oleh PFP maupun PSP yang terlibat.

23 Koordinasi Horizontal PFP antara AKN Koordinator dan Koordinasi


Horizontal PFP
AKN Pelaksana berada pada tingkat Pengendali Mutu, antara AKN
Pengendali Teknis, dan Ketua Tim mengenai Koordinator dan
AKN Pelaksana
pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya sesuai
dengan perannya masing-masing dalam organisasi tim.
Koordinasi dilakukan dalam rangka:

a. merumuskan konsep Program Pemeriksaan

Pemeriksaan Tematik;

b. mendiskusikan teknik pemeriksaan lapangan yang


diperlukan;

c. mendiskusikan indikasi temuan dan perlakuan yang


diperlukan agar terjadi keseragaman prosedur;

d. merumuskan sistematika temuan dalam LHP;

e. menyusun laporan gabungan; dan

f. merumuskan rekomendasi pemeriksaan.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 91


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Bab V Kondisi Khusus dalam Pemeriksaan

24 Koordinasi Horizontal PSP antar AKN Koordinator dan Koordinasi


Horizontal PSP
AKN Pelaksana berada pada tingkat: antar AKN
Koordinator dan
a. Kepala Subauditorat pada AKN Pusat yang bertindak
AKN Pelaksana
sebagai AKN Koordinator dengan Kepala
Subauditorat pada AKN Pusat lainnya dan/atau
Kepala Auditorat di BPK Perwakilan yang bertindak
sebagai AKN Pelaksana;

b. Kepala Auditorat pada AKN Pusat yang bertindak


sebagai AKN Koordinator dengan Kepala Auditorat
pada AKN Pusat lainnya dan/atau Kalan yang
bertindak sebagai AKN Pelaksana.
Koordinasi Horizontal PSP dilakukan dalam rangka:

a. pengelolaan sumber daya pemeriksaan; dan

b. pemerolehan keyakinan mutu pemeriksaan sesuai


dengan tim yang berada dalam lingkup tanggung
jawabnya.

4. Manajemen Pemeriksaan Tematik

a. Perencanaan Pemeriksaan

25 Berdasarkan kebijakan dan strategi pemeriksaan Inisiasi


Pemeriksaan
BPK, AKN Koordinator menginisiasi Pemeriksaan Tematik
Tematik dengan merencanakan pemeriksaan
sesuai dengan tahapan dalam Bab II.

26 Rencana kebutuhan sumber daya yang digunakan Sumber Daya


Pemeriksaan
untuk Pemeriksaan Tematik didiskusikan 2 (dua) Tematik
tahun sebelumnya pada kegiatan penyusunan
Rencana Kerja Tahunan oleh AKN Koordinator
bersama dengan AKN Pelaksana. Biaya
Pemeriksaan Tematik dibebankan kepada masing-
masing AKN sesuai dengan sumber daya yang

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 92


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Bab V Kondisi Khusus dalam Pemeriksaan

digunakan untuk keperluan pemeriksaan tersebut.


Pengaturan terkait penyusunan RKP merujuk
kepada PMPP.

27 Dalam perencanaan Pemeriksaan Tematik Skema TPP

Dekonsentrasi, AKN Koordinator membentuk TPP


yang terdiri dari PFP yang berasal dari AKN
Koordinator.

Sedangkan pada perencanaan Pemeriksaan


Tematik dengan Skema Desentralisasi, AKN
Koordinator membentuk TPP yang terdiri dari PFP
yang berasal dari AKN Koordinator maupun PFP
yang berasal dari AKN Pelaksana.

28 Harapan Penugasan ditandatangani oleh PTP Peran PTP

yang membawahi AKN Koordinator.

Untuk Pemeriksaan Tematik dengan Skema


Dekonsentrasi, PTP yang membawahi AKN
Koordinator berperan menandatangani Surat Tugas
Pemeriksaan Tematik. Sedangkan untuk
Pemeriksaan Tematik dengan Skema
Desentralisasi, PTP pada AKN Koordinator
maupun AKN Pelaksana berperan menandatangani
Surat Tugas Pemeriksaan Tematik.

29 Untuk Surat Tugas Pemeriksaan Tematik dengan Koordinasi PSP

Skema Dekonsentrasi, PSP AKN Pelaksana


memberikan usulan Tim Pemeriksaan kepada
PSP AKN Koordinator. Untuk Pemeriksaan
Tematik dengan Skema Desentralisasi, PSP AKN
Koordinator berkoordinasi dengan PSP AKN
Pelaksana dalam hal penyusunan Tim
Pemeriksaan.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 93


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Bab V Kondisi Khusus dalam Pemeriksaan

30 Peran PFP pada AKN Koordinator dalam tahap Peran PFP pada
perencanaan Pemeriksaan Tematik tidak berbeda AKN Koordinator

dengan peran pada perencanaan pemeriksaan


umumnya seperti yang dijelaskan pada Bab II.
Untuk Pemeriksaan Tematik dengan Skema
Desentralisasi, terdapat tambahan peran sebagai
berikut.
1) memastikan keselarasan Program
Pemeriksaan AKN Koordinator dengan
Program Pemeriksaan AKN Pelaksana; dan
2) memastikan kesesuaian seluruh Program
Pemeriksaan dengan Harapan Penugasan.

31 Peran PFP pada AKN Pelaksana dalam tahap Peran PFP pada
perencanaan Pemeriksaan Tematik tidak berbeda AKN Pelaksana

dengan peran pada perencanaan pemeriksaan


umumnya seperti yang dijelaskan pada Bab II
dengan tambahan peran sebagai berikut.
1) menyusun usulan Tim Pemeriksaan dari AKN
Pelaksana; dan
2) untuk Pemeriksaan Tematik dengan Skema
Dekonsentrasi, PFP dapat memberikan
masukan atas konsep Program Pemeriksaan
yang disusun oleh AKN Koordinator.

32 Output perencanaan Pemeriksaan Tematik adalah Output


Program Pemeriksaan Tematik. Perencanaan
Pemeriksaan
Tematik

33 Pengendalian dan pemerolehan keyakinan mutu Pengendalian


yang dilakukan oleh tiap peran dalam dan Pemerolehan
Keyakinan Mutu
perencanaan pemeriksaan sama seperti yang
telah dijelaskan pada Bab II dengan tambahan
sebagai berikut.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 94


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Bab V Kondisi Khusus dalam Pemeriksaan

Tabel 5.1
SMM Perencanaan Pemeriksaaan Tematik

No. Peran Tanggung Jawab Dokumen SMM

A. Pemeriksaan Tematik Skema Dekonsentrasi

1. PSP AKN Koordinator Me-review dan menyetujui Lembar Disposisi


susunan Tim Pemeriksaan
dari AKN Koordinator dan
AKN Pelaksana.

2. PSP AKN Pelaksana Me-review usulan Tim Lembar Disposisi


Pemeriksaan AKN Pelaksana

B. Pemeriksaan Tematik Skema Desentralisasi

1. Pengendali Mutu sebagai a. Mengarahkan Lembar Review


Penanggung Jawab pada penyusunan Program
AKN Koordinator Pemeriksaan.
b. Mengevaluasi apakah
Program Pemeriksaan
telah dapat memenuhi
tujuan, harapan dan
lingkup pemeriksaan.

b. Pelaksanaan Pemeriksaan

34 AKN Koordinator dan AKN Pelaksana secara Pelaksanaan


Pemeriksaan
bersamaan melakukan Pemeriksaan Lapangan Tematik
sesuai dengan tahapan dalam Bab III.

35 Peran PTP, PFP, dan PSP pada AKN Koordinator Peran PTP, PFP,
dan PSP
dan Pelaksana dalam tahap pelaksanaan
Pemeriksaan Tematik tidak berbeda dengan peran
pada pelaksanaan pemeriksaan umumnya seperti
yang dijelaskan pada Bab III.

36 Selama Pemeriksaan Lapangan, Ketua Tim, Koordinasi dalam


Tahap
Pengendali Teknis, dan Pengendali Mutu antar Pelaksanaan
AKN Koordinator dan Pelaksana saling Pemeriksaan
berkoordinasi sesuai dengan tugas dan tanggung
jawabnya dalam hal pelaksanaan pemeriksaan.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 95


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Bab V Kondisi Khusus dalam Pemeriksaan

37 Output yang dihasilkan dari pelaksanaan Output

pemeriksaan adalah LAPPL, KKP, serta Temuan


Pemeriksaan Tematik yang berasal dari Temuan
Pemeriksaan yang dihasilkan oleh Tim yang
berasal dari AKN Koordinator maupun AKN
Pelaksana.

38 Pengendalian dan pemerolehan keyakinan mutu SMM


Pelaksanaan
yang dilakukan oleh tiap Peran dalam pelaksanaan Pemeriksaan
pemeriksaan sama seperti yang telah dijelaskan
pada Bab III.

c. Pelaporan Pemeriksaan

39 Koordinasi dalam tahap pelaporan pemeriksaan Koordinasi pada


Tahap Pelaporan
dilakukan terhadap konsep LHP. Pengendali Mutu, Pemeriksaan
Pengendali Teknis, dan Ketua Tim dari AKN Tematik
Koordinator dan AKN Pelaksana mendiskusikan
konsep LHP sesuai dengan batas tanggung jawab
dan kewenangannya.

40 LHP Tematik ditandatangani oleh PTP yang Penanda-


tanganan LHP
memberikan persetujuan atas penugasan tersebut. Tematik

1) Pelaporan Pemeriksaan Tematik dengan


Skema Dekonsentrasi

41 Pelaporan disusun oleh AKN Koordinator yang Proses


Penyusunan LHP
menghasilkan LHP Tematik.

42 PSP AKN Koordinator menyusun dan Penyusunan dan


Penanda-
menandatangani Surat Pengantar Konsep tanganan Surat
LHP untuk disampaikan kepada pimpinan Pengantar
Konsep LHP
entitas yang diperiksa.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 96


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Bab V Kondisi Khusus dalam Pemeriksaan

43 PSP AKN Koordinator menyampaikan secara Penyampaian


Konsep LHP
tertulis konsep LHP kepada pimpinan entitas
yang diperiksa untuk memperoleh tanggapan.
Tanggapan entitas dimuat dalam Formulir
Rencana Aksi sebagai bentuk rencana tindak
lanjut entitas.

44 Dalam hal tanggapan yang diperoleh dari Pembahasan


Konsep LHP
entitas yang diperiksa dianggap belum
memadai atau memerlukan penjelasan lebih
lanjut, PFP AKN Koordinator dapat
mengusulkan pembahasan dengan entitas
yang diperiksa kepada PTP melalui PSP AKN
Koordinator. PFP AKN Koordinator (dapat
dibantu oleh PFP AKN Pelaksana) menyusun
risalah pembahasan tersebut.

45 Penyerahan LHP kepada Lembaga Perwakilan


dan Entitas Pemeriksaan dilakukan oleh AKN
Koordinator.

2) Pelaporan Pemeriksaan Tematik dengan


Skema Desentralisasi

46 Output Pelaporan Pemeriksaan Tematik Proses


Penyusunan LHP
dengan Skema Desentralisasi terdiri dari LHP
Parsial dan LHP Gabungan. LHP Parsial
disusun oleh masing-masing AKN dan/atau
BPK Perwakilan yang terlibat. Sedangkan LHP
Gabungan disusun oleh AKN Koordinator
dibantu dengan AKN Pelaksana.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 97


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Bab V Kondisi Khusus dalam Pemeriksaan

47 Proses penyusunan sampai dengan Proses


Penyusunan LHP
penyerahan LHP Parsial kepada entitas dan Parsial
lembaga perwakilan daerah dilakukan dengan
proses seperti dijelaskan pada Bab IV.

48 PSP AKN Koordinator menyusun dan Penyusunan dan


Penanda-
menandatangani surat pengantar konsep LHP tanganan Surat
Gabungan untuk disampaikan kepada Pengantar
Konsep LHP
lembaga perwakilan pusat.

49 Penyerahan LHP Gabungan kepada lembaga Penyerahan LHP


Gabungan
perwakilan dan entitas pemeriksaan pusat
dilakukan oleh AKN Koordinator.

50 Pengendalian dan pemerolehan keyakinan mutu yang SMM Pelaporan


Pemeriksaan
dilakukan oleh tiap Peran dalam pelaporan pemeriksaan Tematik
sama seperti yang telah dijelaskan pada Bab IV dengan
tambahan sebagai berikut.

Tabel 5.2
SMM Pelaporan Pemeriksaan Tematik

No. Peran Tanggung Jawab Dokumen SMM

A. Pemeriksaan Tematik Skema Dekonsentrasi

1. Pengendali Memastikan ketepatan waktu penyelesaian Checklist


Mutu LHP sesuai yang ditetapkan dalam Program
sebagai Pemeriksaan.
Penanggung
Jawab Memastikan bahwa Konsep LHP terbebas dari Lembar Review
kesalahan penerapan standar.

Me-review hasil telaah tanggapan dan rencana Lembar Review


aksi dari Pengendali Mutu sebagai WPJ.

Menyetujui Konsep LHP dengan Lembar Review


menandatangani LHP.

B. Pemeriksaan Tematik Skema Desentralisasi

Pengaturan SMM untuk Pemeriksaan Tematik Skema Desentralisasi sama


dengan pengaturan SMM pada Bab IV.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 98


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Bab V Kondisi Khusus dalam Pemeriksaan

C. Pemeriksaan On Call

1. Pendahuluan

51 Pemeriksaan On Call adalah penugasan pemeriksaan di Definisi


Pemeriksaan On
luar RKP yang dilakukan atas permintaan pemangku Call
kepentingan BPK. Pemeriksaan On Call dapat
merupakan Pemeriksaan Kinerja maupun PDTT.

52 Permintaan Pemeriksaan On Call harus disampaikan Tata Cara


Permintaan
secara tertulis kepada BPK dengan disertai alasan- Pemeriksaan On
alasan perlunya dilakukan pemeriksaan tersebut. Call

53 Permintaan Pemeriksaan On Call tidak selalu dapat Kebijakan


Pemeriksaan On
dipenuhi oleh BPK, karena BPK memiliki prioritas tema Call
pemeriksaan yang tercantum dalam Kebijakan
Pemeriksaan BPK. Permintaan Pemeriksaan On Call
dapat dipenuhi sepanjang:

a. pemeriksaan tersebut dinilai sangat penting dan


mendesak untuk dilakukan dengan
mempertimbangkan rencana pembangunan
pemerintah. Dampak hasil pemeriksaan tersebut
terkait langsung dengan kesejahteraan dan
kemakmuran rakyat Indonesia serta pengelolaan
dan tanggung jawab keuangan negara;

b. tema pemeriksaan masih sesuai dengan prioritas


pemeriksaan BPK yang tercantum dalam Kebijakan
Pemeriksaan BPK;

c. BPK memiliki sumber daya (dalam hal anggaran dan


personil) yang cukup dan kompeten untuk
melaksanakan pemeriksaan tersebut; dan

d. tidak berisiko terhadap independensi dan integritas


BPK.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 99


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Bab V Kondisi Khusus dalam Pemeriksaan

54 Pemeriksaan On Call yang telah memenuhi keempat Surat Perikatan


Penugasan
kriteria di atas, dapat dijalankan jika telah terdapat Surat Pemeriksaan
Perikatan Penugasan Pemeriksaan BPK. Surat
Perikatan Penugasan Pemeriksaan merupakan
kesepakatan tertulis antara BPK dengan pemangku
kepentingan yang meminta pemeriksaan tersebut. Surat
Perikatan Penugasan Pemeriksaan tersebut antara lain
berisi mengenai:

a. tujuan dan lingkup pemeriksaan;

b. tanggung jawab BPK;

c. kesepakatan mengenai perubahan-perubahan


(tujuan dan/atau lingkup) yang mungkin terjadi
selama penugasan; dan

d. independensi selama pelaksanaan penugasan dari


pemangku kepentingan.

Surat Perikatan Penugasan Pemeriksaan menjadi dasar


diterbitkannya Surat Tugas oleh PTP.

55 Permintaan Pemeriksaan On Call yang dinilai dapat Waktu


Pemenuhan
dipenuhi oleh BPK, dapat dilaksanakan pada tahun Pemeriksaan On
anggaran yang sedang berjalan atau pada tahun Call
anggaran berikutnya, bergantung dari urgensi dan
kepentingan pemeriksaan tersebut bagi rakyat
Indonesia.

2. Pihak-Pihak Terkait Pemeriksaan On Call

56 Pihak-pihak seperti PFP dan PSP yang terlibat dalam Peran PFP dan
PSP
perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan Pemeriksaan
On Call memiliki Peran yang sama dengan pihak-pihak
yang terlibat dalam pemeriksaan rutin seperti dijelaskan
dalam Bab I, II, III, dan IV.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 100


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Bab V Kondisi Khusus dalam Pemeriksaan

57 Badan berperan menyetujui maupun menolak Peran Badan

permintaan Pemeriksaan On Call dengan


mempertimbangkan masukan Tortama/Kalan terkait.
Persetujuan atau penolakan atas permintaan
pemeriksaan tersebut kemudian disampaikan secara
tertulis kepada pihak yang mengajukan permintaan
disertai dengan alasan-alasan persetujuan atau
penolakan.

58 Sekretariat Unit Kerja Pemeriksaan berperan mencatat Peran Sekretariat


Unit Kerja
dan mengadministrasikan seluruh permintaan Pemeriksaan
Pemeriksaan On Call dalam sebuah database sebagai
bahan referensi permintaan berikutnya bagi
Tortama/Kalan untuk memberikan masukan kepada
Badan.

3. Mekanisme Pemeriksaan On Call

59 Penganggaran perencanaan Pemeriksaan On Call Penganggaran

dijelaskan pada Prosedur Operasional Standar (POS)


Perencanaan Tahunan.

60 BPK melakukan komunikasi dengan pemangku Komunikasi


dengan
kepentingan yang meminta pemeriksaan, sebelum Pemangku
dilakukannya Pemeriksaan On Call untuk menyesuaikan Kepentingan
yang Meminta
tujuan pemeriksaan BPK dengan permintaan pemangku
Pemeriksaan
kepentingan tersebut.

61 Prosedur perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan Prosedur


Pemeriksaan
Pemeriksaan On Call mengacu kepada Bab II, III, dan
IV.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 101


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Bab V Kondisi Khusus dalam Pemeriksaan

D. Pemeriksaan Akuntan Publik yang Bekerja Untuk dan Atas Nama


BPK (AP)

1. Pendahuluan

62 Pemeriksaan oleh Akuntan Publik Yang Bekerja Untuk Definisi


Pemeriksaan oleh
dan Atas Nama BPK merupakan salah satu AP
pemeriksaan BPK yang dilakukan dengan
memanfaatkan pemeriksa dan/atau tenaga ahli dari luar
BPK sesuai dengan Pasal 9 ayat (3) Undang-Undang
Nomor 15 Tahun 2004, Pasal 9 ayat (1) huruf g Undang-
Undang Nomor 15 Tahun 2006 dan Pasal 4 ayat (1)
Peraturan BPK Nomor 1 Tahun 2008.

63 Pemanfaatan pemeriksa dan/atau tenaga ahli dari luar Prakondisi

BPK yang bekerja untuk dan atas nama BPK dapat


dilakukan jika BPK tidak memiliki/tidak cukup memiliki
Pemeriksa yang diperlukan dalam suatu pemeriksaan.
Pemeriksa dan/atau tenaga ahli dari luar BPK yang
bekerja untuk dan atas nama BPK harus memenuhi
persyaratan yang ditentukan oleh BPK.

64 Untuk memanfaatkan AP, AKN/BPK Perwakilan Pertimbangan


pemanfaatan AP
mempertimbangkan:
a. kebijakan pemeriksaan dari Badan untuk
pemanfaatan AP;
b. kebutuhan sumber daya pemeriksaan atas Laporan
Keuangan; dan
c. tingkat risiko, urgensi dan/atau dampak, baik
dampak jangka pendek ataupun jangka panjang.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 102


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Bab V Kondisi Khusus dalam Pemeriksaan

65 Pelaksanaan pengadaan AP yang bekerja pada Kantor Pengadaan AP

Akuntan Publik (KAP) dilakukan oleh AKN/BPK


Perwakilan dengan mengacu pada ketentuan
pengadaan barang dan jasa yang berlaku.

66 Pengaturan pemeriksaan AP ditetapkan oleh BPK. Pengaturan


Pemeriksaan

2. Pihak-Pihak Terkait Pemeriksaan AP

67 Pemeriksaan AP melibatkan PSP, PFP, Dit. EPP, Dit. Pihak-pihak


terkait
PSMK, Biro Keuangan, Panitia Pengadaan Barang dan
Jasa (PPBJ) BPK, serta AP.

68 PSP berperan: Peran PSP

a. menentukan objek dan/atau entitas pemeriksaan


yang akan diperiksa oleh AP;

b. mengusulkan pemanfaatan AP sebagai bagian dari


RKP kepada Dit. PSMK dan Biro Keuangan, setelah
memperoleh persetujuan dari Anggota terkait;

c. menyusun Kerangka Acuan Kerja (KAK) dan


Rencana Anggaran dan Biaya (RAB) untuk
disampaikan ke PPBJ BPK; dan

d. melaksanakan pemerolehan keyakinan mutu (quality


assurance) atas pekerjaan AP.

69 PFP berperan untuk melaksanakan penugasan sesuai Peran PFP

perannya dalam Surat Tugas Pemeriksaan.

70 Dit. EPP berperan mengelola daftar KAP Terdaftar di Peran Dit. EPP

BPK.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 103


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Bab V Kondisi Khusus dalam Pemeriksaan

71 Dit. PSMK dan Biro Keuangan berperan melakukan Peran Dit. PSMK
dan Biro
pembahasan dengan PSP terkait anggaran atau biaya Keuangan
pemeriksaan yang memanfaatkan AP.

72 PPBJ berperan melaksanakan proses pengadaan Peran PPBJ

barang dan jasa sesuai ketentuan yang berlaku.

73 AP berperan melakukan pemeriksaan sesuai dengan Peran AP

standar dan pedoman pemeriksaan yang berlaku di


BPK.

3. Organisasi Pemeriksaan

74 Organisasi pemeriksaan yang memanfaatkan AP terdiri Organisasi


Pemeriksaan
dari PTP, PFP, dan PSP dengan tugas dan tanggung yang
jawab masing-masing seperti yang telah dijelaskan memanfaatkan
AP
dalam Bab I, II, III, dan IV.

75 Dalam organisasi pemeriksaan yang memanfaatkan AP, Penanggung


Jawab
Penanggung Jawab berasal dari BPK dan ditetapkan
oleh PTP.

4. Mekanisme Pemeriksaan AP

a. Perencanaan Pemeriksaan

76 Perencanaan pemeriksaan dan pengendalian mutu Perencanaan


Pemeriksaan
oleh AP secara umum dilakukan sesuai dengan Oleh AP
Bab II. AP dapat memberikan masukan kepada
Penanggung Jawab dalam perencanaan
pemeriksaan.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 104


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Bab V Kondisi Khusus dalam Pemeriksaan

b. Pelaksanaan Pemeriksaan

77 Pelaksanaan pemeriksaan dan pengendalian mutu Pelaksanaan


Pemeriksaan
oleh AP dilakukan sesuai dengan Bab III dan Oleh AP
pedoman terkait.

c. Pelaporan Pemeriksaan

78 Konsep LHP dan KKP wajib diserahkan oleh AP Penyerahan LHP


dan KKP
secara berjenjang kepada Penanggung Jawab.

79 Pelaporan pemeriksaan dan pengendalian mutu Pelaporan


Pemeriksaan
dilakukan sesuai dengan Bab IV. Oleh AP

80 Dalam rangka penentuan opini hasil pemeriksaan, Permintaan


Penjelasan
BPK dapat meminta penjelasan kepada AP untuk Dalam Hal
dapat memberikan keyakinan yang memadai atas Penentuan Opini
konsep LHP.

81 Dalam hal terdapat implikasi hukum atas AP dan Implikasi


Hukum
pemeriksaan, AP dapat diminta untuk memberikan
keterangan terkait pemeriksaan tersebut.

82 Pemenuhan tanggung jawab AP sebagai penyedia Tanggung Jawab


AP Dalam Hal
jasa pemeriksaan dilakukan dengan menyerahkan Pemenuhan
konsep hasil pemeriksaan termasuk KKP Kontrak Kerja
dengan BPK
berdasarkan kontrak yang telah disepakati.

d. Evaluasi atas Pemanfaatan AP

83 Evaluasi terhadap pemeriksaan yang Evaluasi atas


Kinerja
memanfaatkan AP adalah proses penilaian atas Pemeriksaan dan
aspek kinerja pemeriksaan serta kinerja KAP. Kinerja AP

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 105


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Bab V Kondisi Khusus dalam Pemeriksaan

Evaluasi atas kinerja pemeriksaan bertujuan untuk


melihat kesesuaian pelaksanaan pemeriksaan
dengan standar serta perangkat lunak lainnya yang
ada di BPK serta kesesuaian pelaksanaan
pemeriksaan dengan tujuan dan atau harapan
penugasan. Sedangkan evaluasi atas kinerja AP
dimaksudkan untuk melihat seberapa jauh tingkat
kesesuaian pelaksanaan pekerjaan dengan kontrak
yang telah disepakati.

84 Evaluasi kinerja pemeriksaan yang memanfaatkan Pihak yang


Melakukan
AP dilakukan pada semua tahap pemeriksaan oleh Evaluasi
Penanggung Jawab dan PSP.

Hasil evaluasi disampaikan kepada Dit. EPP


sebagai bahan pertimbangan bagi Dit. EPP dalam
melakukan evaluasi/review atas database KAP
Terdaftar di BPK dan bagi AKN/BPK Perwakilan
untuk pemanfaatan AP selanjutnya.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 106


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Bab VI Penutup

BAB VI
PENUTUP

01 PMP 2015 mulai berlaku pada tanggal ditetapkan dan Pemberlakukan


PMP
digunakan sebagai acuan bagi BPK dan Pelaksananya
dalam menjalankan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung
jawab keuangan negara yang meliputi tahap perencanaan
pemeriksaan, pelaksanaan pemeriksaan, dan pelaporan
pemeriksaan yang dilengkapi dengan SMM dan alur
dokumentasi yang komprehensif untuk menghasilkan kualitas
pemeriksaan yang sesuai dengan standar.
PMP 2015 menjadi dasar bagi perangkat lunak lain yang
lebih spesifik sesuai dengan tujuan pemakaian yang
mendukung efektivitas pemeriksaan.

02 Pengaturan materi lain yang belum terakomodir dalam PMP Pengaturan


Peralihan
2015 masih menggunakan pengaturan yang terdapat dalam
PMP sebelumnya.

03 PMP 2015 dilengkapi dengan contoh template formulir yang Contoh Template
Formulir Standar
merupakan standar minimal formulir yang dapat dijadikan
Minimal
pedoman bagi Pemeriksa dalam menjalankan pemeriksaan
dan dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan di
lapangan seperti yang tertuang dalam perangkat lunak yang
lebih spesifik. Template formulir lain yang tidak terdapat
dalam PMP 2015 terdapat pada perangkat lunak lainnya.

04 Agar buku pedoman ini dapat dimanfaatkan sesuai dengan Dokumen


Penyempurnaan
tujuan dan fungsinya, maka pedoman ini perlu senantiasa
PMP
dievaluasi, disempurnakan, atau dimutakhirkan sesuai
dengan perubahan kondisi, perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi terapan di bidang pemeriksaan, serta
perkembangan peraturan perundang-undangan di bidang
keuangan negara.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 107


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Bab VI Penutup

05 PMP 2015 merupakan dokumen yang dapat berubah sesuai Tugas dan Fungsi
Ditama Revbang
dengan perubahan peraturan perundang-undangan, standar
pemeriksaan dan/atau kondisi lain. Oleh karena itu, Ditama
Revbang dhi. Direktorat Penelitian dan Pengembangan (Dit.
Litbang) bertugas melaksanakan pemantauan atas
perkembangan implementasi proses pemeriksaan, termasuk
menampung dan menyelesaikan masalah yang timbul serta
melakukan penyempurnaan yang diperlukan sesuai dengan
perkembangan dan kebutuhan.
Masukan atau pertanyaan terkait dengan PMP 2015 dapat
disampaikan kepada:
Subdirektorat Litbang Kelembagaan
Direktorat Penelitian dan Pengembangan
Ditama Revbang
Lantai II Gedung Arsip Ruang 215
Badan Pemeriksa Keuangan
Jl. Gatot Subroto 31 Jakarta 10210
Telp. (021) 25549000, pesawat 3301/3300
Email: litbangsisdur@yahoo.com

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 108


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Glosarium

GLOSARIUM

AKN Pusat : Auditorat Utama Keuangan Negara (AKN) Pusat adalah


unsur pelaksana tugas pemeriksaan yang berada di bawah
dan bertanggung jawab kepada BPK, yang berkedudukan
di Kantor BPK Pusat.

AKN : AKN Pusat yang memiliki portofolio pemeriksaan terkait


Koordinator langsung dengan pemeriksaan tematik atau dengan kata
lain memiliki tugas dan fungsi untuk melakukan
pemeriksaan pada entitas pusat yang menjadi perumus
kebijakan program pemerintah yang akan diperiksa.

AKN Pelaksana : AKN Kantor BPK Pusat maupun Kantor BPK Perwakilan
yang memiliki tugas dan fungsi untuk melakukan
pemeriksaan pada entitas yang menjalankan kebijakan atas
program pemerintah yang akan diperiksa sesuai tema
pemeriksaan tematik.

Akuntan Publik : Seseorang yang telah memperoleh izin dari Menteri


(AP) Keuangan untuk memberikan jasa akuntan publik (Pasal 1
angka 1 UU No. 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik)

Akurat : Ketepatan bukti yang digunakan dalam pemeriksaan.

Anggota Tim : Peran yang dimiliki Pemeriksa dengan tugas melaksanakan


Pemeriksaan pemeriksaan dan bertanggung jawab kepada Ketua Tim.

At cost : Pertanggungjawaban pengeluaran biaya pelaksanaan


sesuai dengan biaya yang sesungguhnya berdasarkan bukti
pengeluaran yang ada.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 109


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Glosarium

Badan : Sebutan untuk BPK-RI yang terdiri dari Ketua, Wakil Ketua
dan Anggota BPK.

DEP : Database Entitas Pemeriksaan; merupakan kumpulan data


terkait entitas yang menjadi objek pemeriksaan.

Entitas : Unit organisasi yang menjadi objek pemeriksaan BPK.


Pemeriksaan

Ex-Ante : Kegiatan pengendalian dan pemerolehan keyakinan mutu


yang dilakukan selama proses pemeriksaan, sebelum LHP
diterbitkan.

Ex-Post : Kegiatan pengendalian dan pemerolehan keyakinan mutu


yang dilakukan setelah LHP diterbitkan.

Harapan : Keinginan dari yang memberi tugas, dhi. PTP, terhadap


Penugasan pelaksanaan tugas pemeriksaan.

Hasil : Produk dari pelaksanaan tugas pemeriksaan yang terdiri


Pemeriksaan dari LHP dan IHPS.

IHPS : Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester; dokumen yang


disusun yang memuat ringkasan mengenai hasil
pemeriksaan yang signifikan, hasil pemantauan
pelaksanaan tindak lanjut hasil pemeriksaan, dan hasil
pemantauan penyelesaian pengenaan ganti kerugian
negara/daerah dalam satu semester.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 110


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Glosarium

ISSAI : International Standards of Supreme Audit Institutions


adalah standar yang dikeluarkan oleh Organisasi Lembaga
Pemeriksa Sedunia atau The International Organisation of
Supreme Audit Institutions (INTOSAI) untuk menjadi
pedoman bagi Lembaga Pemeriksa (Supreme Audit
Institutions).

Instansi Vertikal : Perangkat dari Kementerian atau Lembaga Pemerintah


Nonkementerian yang mempunyai lingkungan kerja di
wilayah yang bersangkutan (Peraturan Pemerintah Nomor 6
Tahun 1998 tentang Koordinasi Kegiatan Instansi Vertikal di
Daerah).

Instansi yang : Aparat Penegak Hukum yang berwenang menindaklanjuti


berwenang laporan hasil pemeriksaan BPK yang berindikasi pidana
dhi. Kejaksaan, Kepolisian dan Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK), untuk ditindaklanjuti dalam rangka
penegakan hukum sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan yang berlaku.

Jabatan : Jabatan yang mempunyai lingkup, tugas, tanggung jawab,


Fungsional dan wewenang untuk melakukan pemeriksaan pengelolaan
Pemeriksa dan tanggung jawab keuangan negara yang diduduki oleh
(JFP) Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkungan BPK (Peraturan
BPK Nomor 4 Tahun 2010 tentang Jabatan Fungsional
Pemeriksa pada Badan Pemeriksa Keuangan).

KAP : Kantor Akuntan Publik adalah badan usaha yang didirikan


berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan dan
mendapatkan izin usaha berdasarkan UU tersebut (Pasal 1
angka 5 UU Nomor 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik).

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 111


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Glosarium

Keadaan kahar : Keadaan di luar kemampuan atau kekuasaan manusia.


(force majeur)

Kebijakan dan : Kebijakan dan strategi yang dituangkan dalam tema


Strategi pemeriksaan yang akan dilaksanakan oleh pelaksana
Pemeriksaan pemeriksa BPK selama periode tertentu.

Ketua Tim : Peran yang dimiliki Pemeriksa yang bertindak sebagai


koordinator pemeriksaan di lapangan dan bertanggung
jawab kepada Pengendali Teknis atas pelaksanaan
pemeriksaan di lapangan.

Kerugian : Kekurangan uang, surat berharga, dan barang, yang nyata


Negara/Daerah dan pasti jumlahnya sebagai akibat perbuatan melawan
hukum baik sengaja maupun lalai (Pasal 1 Angka 22 UU
Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara).

KKP : Kertas Kerja Pemeriksaan; catatan-catatan yang dibuat


dan data yang dikumpulkan oleh Pemeriksa secara
sistematis pada saat melaksanakan tugas pemeriksaan
mulai tahap perencanaan pemeriksaan sampai dengan
tahap pelaporan pemeriksaan.

Kompeten : Kemampuan yang cukup untuk melakukan tugas yang


diberikan.

Kondisi Khusus : Kondisi yang sewaktu-waktu dapat terjadi dalam


dalam pemeriksaan sehingga perlu dimasukkan dalam pengaturan
Pemeriksaan PMP untuk mengetahui kondisi lingkungan pemeriksaan
yang berbeda dengan kondisi umum dan perlu
diakomodasikan dalam pemeriksaan. Kondisi khusus dalam
pemeriksaan yang diatur dalam PMP yaitu Pemeriksaan
Interim/Pendahuluan, Pemeriksaan Tematik, Pemeriksaan
On Call, dan Pemanfaatan Pemeriksa yang Bekerja Untuk
dan Atas Nama BPK.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 112


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Glosarium

LAPPL : Laporan Akhir Pelaksanaan Pemeriksaan Lapangan adalah


bentuk pertanggungjawaban tertulis dari pengakhiran
pelaksanaan pemeriksaan yang berisi informasi mengenai
waktu keberangkatan, waktu kembali, akomodasi selama
melaksanakan pemeriksaan, dan kendala yang dihadapi
selama melaksanakan pekerjaan pemeriksaan.

LHP : Laporan Hasil Pemeriksaan; bentuk pertanggungjawaban


tertulis dari proses pemeriksaan yang berisi hasil analisis
atas temuan pemeriksaan yang diperoleh saat pelaksanaan
pemeriksaan.

LHPP : Laporan Hasil Perencanaan Pemeriksaan adalah bentuk


pertanggungjawaban tertulis dari pelaksanaan pemahaman
objek pemeriksaan yang menjadi bahan penyusunan
konsep program pemeriksaan.

Matematis : Hal-hal yang berkaitan dengan angka, seperti penghitungan


dan nilai.

Objek : Entitas/instansi/satuan kerja/kegiatan yang menjadi sasaran


Pemeriksaan pemeriksaan.

On Call : Penugasan pemeriksaan di luar Rencana Kegiatan


Pemeriksaan (RKP) yang dilakukan atas permintaan
pemangku kepentingan BPK.

Opini : Pendapat yang dikeluarkan Pemeriksa terhadap laporan


keuangan entitas yang diperiksa.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 113


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Glosarium

Pemeriksa : Orang yang melaksanakan tugas pemeriksaan pengelolaan


dan tanggung jawab keuangan negara untuk dan atas
nama BPK (UU Nomor 15 Tahun 2006 Bab I Pasal 1 angka
10).

Pemeriksaan : Bagian dari pemeriksaan keuangan yang dilakukan pada


Interim tahun berjalan atau sebelum entitas menyerahkan laporan
keuangan kepada BPK.

Pemeriksaan : Pemeriksaan lapangan pada pemeriksaan kinerja dan


Pendahuluan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu (PDTT) yang
dilakukan dalam rangka perencanaan pemeriksaan.

Pemeriksaan : Pemeriksaan di luar pemeriksaan keuangan dan dilakukan


Tematik sesuai tema yang terdapat pada Kebijakan dan Strategi
Pemeriksaan BPK atas program pemerintah dalam suatu
bidang yang diselenggarakan oleh berbagai entitas
pemeriksaan.

Pemilik : Seseorang/perwakilan yang memiliki hak untuk menentukan


Kepentingan masa depan entitas atau lembaga yang dimiliki.
(Stakeholders)

Penanggung : PFP yang berperan sebagai Pengendali Mutu atau PSP


Jawab yang ditunjuk untuk menyetujui dan menandatangani LHP
Pemeriksaan serta bertanggung jawab menjamin keseluruhan mutu yang
ditugaskan kepada PFP di bawahnya.

Pengendali : Pemeriksa yang menjamin mutu pemeriksaan agar sesuai


Mutu dengan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN),
Pedoman Manajemen Pemeriksaan (PMP) dan Sistem
Pemerolehan Keyakinan Mutu (SPKM).

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 114


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Glosarium

Pengendali : Pemeriksa yang bertugas menjaga secara teknis hasil


Teknis pemeriksaan dan bertanggung jawab kepada Pengendali
Mutu dan/atau Penanggung Jawab pemeriksaan.

Perangkat : Petunjuk tertulis yang dapat berupa antara lain Juklak,


Lunak Juknis, POS, Pedoman yang dipergunakan sebagai dasar
dalam menjalankan suatu proses dan/atau kegiatan.

Peran Formal : Peran PFP yang dibangun berdasarkan kompetensi


PFP Pemeriksa yang dibuktikan melalui proses sertifikasi peran
dan diakui secara formal oleh BPK sebagai Pembina
Jabatan Fungsional Pemeriksa melalui Surat Ketetapan
Peran (SKP) pemeriksa oleh Sekretaris Jenderal BPK.

Peran : Peran penugasan yang dilakukan oleh masing-masing PFP


Penugasan PFP pada setiap kali penugasan pemeriksaan.

Pertemuan awal : Komunikasi sebelum dilaksanakannya pemeriksaan di


lapangan antara pimpinan entitas yang diperiksa dengan
Tim Pemeriksaan.

Pertemuan akhir : Komunikasi antara pimpinan entitas yang diperiksa dengan


Tim Pemeriksa setelah dilaksanakannya pemeriksaan di
lapangan yang biasanya diserahkan pula temuan
pemeriksaan dalam pertemuan ini.

PFP : Pejabat Fungsional Pemeriksa adalah Pelaksana fungsional


pemeriksaan BPK yang bertanggung jawab melaksanakan
penugasan pemeriksaan yang diberikan oleh PTP.

PKP : Program Kerja Perorangan adalah merupakan alokasi


kegiatan pemeriksaan yang akan dilaksanakan berdasarkan
Program Pemeriksaan.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 115


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Glosarium

Program : Langkah pemeriksaan di lapangan yang harus di


Pemeriksaan laksanakan oleh Tim Pemeriksa.

Prosedur : Urutan kerja atau kegiatan yang terencana untuk


mengerjakan pekerjaan yang berulang dengan cara
seragam dan terpadu (Pedoman Penyusunan POS BPK,
2010).

PSP : Pejabat Struktural Pemeriksaan adalah pejabat pelaksana


unit pemeriksa yang bertanggung jawab untuk mengelola
sumber daya pemeriksaan dan menjamin mutu
pemeriksaan sesuai dengan lingkup wilayah kerja
pemeriksaannya.

PTP : Pemberi Tugas Pemeriksaan adalah Badan yang terdiri dari


Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota atau pejabat yang
diberikan penugasan secara tertulis oleh Badan yang
bertanggung jawab memberikan arah dan penugasan
pemeriksaan kepada PSP dan PFP, serta menandatangani
LHP (kecuali ditugaskan kepada Penanggung Jawab) dan
menyerahkan LHP dan Surat Keluar kepada lembaga
perwakilan dan entitas yang diperiksa.

Rencana Aksi : Merupakan aksi yang akan dilaksanakan oleh entitas yang
diperiksa berdasarkan rekomendasi BPK yang termuat
dalam LHP.

Risiko : Risiko internal BPK sebagai lembaga pemeriksa eksternal


Manajemen antara lain terkait risiko kebutuhan SDM, biaya
Pemeriksaan pemeriksaan, reputasi BPK serta hasil pemeriksaan.
BPK

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 116


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Glosarium

RKP : Rencana Kegiatan Pemeriksaan adalah dokumen yang


memuat rencana pemeriksaan yang meliputi urutan
pengelompokan tema pemeriksaan, waktu, kebutuhan
Pemeriksa, anggaran, dan infrastruktur lainnya.

Sekretariat Unit : Sekretariat AKN pada Kantor BPK Pusat/Subbag Tata


Kerja Usaha pada Kantor BPK Perwakilan/Subbag Tata Usaha
Pemeriksaan dan Humas pada Kantor BPK Perwakilan/Subbagset
Anggota adalah unit kerja pelaksana tugas kesekretariatan
yang bertanggung jawab untuk mendukung administrasi
pemeriksaan serta melaksanakan kegiatan manajemen
intern pada lingkup unit kerja pemeriksaan.

Sertifikasi : Proses yang dilakukan untuk menguji kualifikasi PFP


tertentu seperti yang telah dipersyaratkan untuk masing-
masing jenjang peran. Jabatan penugasan disandang pada
setiap kali penugasan pemeriksaan.

Sertifikasi Peran : Proses pengujian yang dilakukan terhadap Pemeriksa untuk


Pemeriksa menilai apakah Pemeriksa memenuhi syarat kemampuan
untuk menduduki peran Pemeriksa tertentu (Peraturan BPK
No. 4 Tahun 2010 tentang Jabatan Fungsional Pemeriksa).

SMM : Sistem Manajemen Mutu adalah sekumpulan prosedur


terdokumentasi dan praktik-praktik standar untuk
manajemen sistem, yang bertujuan menjamin kesesuaian
dari suatu proses dan produk (barang atau jasa) terhadap
kebutuhan persyaratan tertentu yang ditentukan oleh
pelanggan dan organisasi (Gaspersz, 2008:268).

SPKN : Standar Pemeriksaan Keuangan Negara adalah standar


pemeriksaan yang menjadi acuan dalam pelaksanaan
pemeriksaan keuangan negara.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 117


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Glosarium

Standar : 1. Ukuran tertentu yang dipakai sebagai patokan atau


ukuran baku.
2. Sesuatu yang dianggap tetap nilainya sehingga dapat
dipakai sebagai ukuran nilai (harga).

STSP : Surat Tanda Sertifikasi Peran adalah Surat tanda lulus telah
mengikuti pendidikan dan pelatihan serta ujian sertifikasi
peran Pemeriksa (Peraturan BPK No. 4 Tahun 2010
tentang Jabatan Fungsional Pemeriksa).

Surat Keluar : Surat pengantar LHP yang akan disampaikan kepada


lembaga perwakilan, entitas yang diperiksa, dan pihak lain
yang menerima LHP.

Surat Perintah : Surat perintah yang dikeluarkan untuk membentuk Tim


Perencanaan Perencanaan Pemeriksaan yang bertugas menyusun
Pemeriksaan program pemeriksaan untuk kebutuhan intern dalam rangka
mempersiapkan program pemeriksaan.

Surat Tugas : Surat penugasan kepada Pemeriksa untuk


melakukan kegiatan pemeriksaan pada suatu entitas dan
dalam waktu tertentu.

Temuan : Indikasi permasalahan yang ditemui di dalam pemeriksaan


Pemeriksaan di lapangan.

Tenaga Ahli : Orang dengan keahlian tertentu yang diperlukan dalam


suatu pemeriksaan serta memenuhi persyaratan
profesionalisme yang dibutuhkan BPK.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 118


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Glosarium

Tim : Terdiri dari Pengendali Mutu yang bertindak sebagai


Pemeriksaan Penanggung Jawab, Pengendali Mutu lainnya (jika
diperlukan), Pengendali Teknis, Ketua Tim, dan Anggota
Tim.

TPP : Tim Perencanaan Pemeriksaan; kumpulan dua personil


PFP atau lebih yang dibentuk dengan tujuan untuk
menyusun program pemeriksaan sebagai langkah awal
perencanaan pemeriksaan.

Unit Kerja : AKN atau BPK Perwakilan yang melaksanakan tugas


Pemeriksaan memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
negara.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 119


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Contoh Template Formulir
1. Surat Tugas

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA
[diisi dengan: Alamat BPK/ Perwakilan, Nomor telepon dan fax]

SURAT TUGAS
Nomor : ....../ST/.........../......../20XX
[disesuaikan dengan kode penomoran yang ditetapkan]

Berdasarkan Undang-undang Nomor 15 Tahun 2006, Badan Pemeriksa Keuangan memberi


tugas kepada:

[diisi nama, peran dalam tim, dan jangka waktu pemeriksaan seperti contoh berikut]

No. Nama Jabatan


1. Nama A Penanggung Jawab ….. hari
2. Nama B Pengendali Teknis ….. hari
3. Nama C Ketua Tim ….. hari
4. Nama D Anggota Tim ….. hari

untuk melaksanakan: [diisi jenis pemeriksaan, nama entitas yang diperiksa, objek pemeriksaan,
tahun yang diperiksa, dan lokasi yang disesuaikan dengan kebutuhan]

[diisi tempat dan tanggal surat tugas]

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


Ketua/Wakil Ketua/Anggota/Kepala Perwakilan Provinsi …...,

[diisi nama pemberi tugas pemeriksaan]

Tembusan [disesuaikan dengan kebutuhan dan tingkat jabatan]:


1. [pihak ekstern; bisa lebih dari satu]
2. [pihak intern; untuk penugasan dari Badan: Sekjen, Tortama, Inspektur utama, Kepala Ditama Revbang]
3. [pihak intern untuk penugasan dari Kepala Perwakilan: Anggota dan Tortama terkait, Inspektur Utama, Kepala
Ditama Revbang].

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Contoh Template Formulir
2. Surat Perintah Perencanaan Pemeriksaan (SP3)

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA

SURAT PERINTAH PERENCANAAN PEMERIKSAAN (SP3)


Nomor : ......../SP3/.../.../20XX

Sehubungan dengan akan dilaksanakannya pemeriksaan .......... [diisi dengan jenis


pemeriksaan untuk tahun 20XX], kami memberi tugas kepada :

No. Nama Jabatan

1. ....................................................... .................................

2. ....................................................... .................................

3. ....................................................... .................................

Untuk melakukan persiapan pemeriksaan dalam rangka penyusunan Program Pemeriksaan


atas ........................... [objek pemeriksaan sesuai RKP] dengan jangka waktu pelaksanaan ...... hari.

Demikian surat perintah ini diberikan untuk dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan penuh
tanggung jawab.

..................,.................... 20XX

Tortama KN..../Kepala Perwakilan Provinsi...,

....................................
NIP ............................

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Contoh Template Formulir
3. Surat Pernyataan Independensi

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA

SURAT PERNYATAAN INDEPENDENSI


DALAM PELAKSANAAN PEMERIKSAAN ........ [diisi dengan nama penugasan]

Guna mewujudkan independensi yang merupakan salah satu nilai dasar Badan Pemeriksa Keuangan
sebagai lembaga pemeriksa eksternal serta untuk memenuhi peraturan perundang-undangan dan
persyaratan profesi pemeriksa sebagaimana tercantum dalam :
1. Standar Pemeriksaan Keuangan Negara; dan
2. Peraturan BPK RI Nomor 2 tahun 2007 tentang Kode Etik BPK RI;
maka dengan ini saya menyatakan independen dalam melaksanakan penugasan pemeriksaan
............... sesuai dengan Surat Tugas No ..............., dengan :
1. tidak mempunyai hubungan keluarga sedarah sampai derajat ketiga baik menurut garis lurus
maupun garis ke samping ataupun hubungan yang timbul karena perkawinan dengan pejabat
entitas yang diperiksa;
2. tidak memiliki pertentangan kepentingan (conflict of interest) dalam pelaksanaan tugas dan
kewajiban profesional;
3. tidak memiliki hal-hal lain yang dapat mempengaruhi independensi saya selama penugasan.
Jika selama penugasan diketahui terdapat pertentangan dengan pernyataan di atas, maka saya akan
melaporkan kondisi tersebut kepada Penanggung Jawab pemeriksaan.

Jika pernyataan saya tidak sesuai dengan kondisi yang sebenarnya, maka saya bersedia menerima
konsekuensi hukum sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

.................,.........................20XX

.......................................
NIP. ....................................

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Contoh Template Formulir
4. Surat Pernyataan Gangguan Independensi

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA

SURAT PERNYATAAN
GANGGUAN INDEPENDENSI

Kepada Yth.
Tortama/Kalan .........

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, dalam rangka pemeriksaan…………….[diisi


dengan nama penugasan], dengan ini menyatakan bahwa saya memiliki gangguan
independensi seperti yang diatur di dalam Standar Pemeriksaan Keuangan Negara dan Kode Etik
BPK, yaitu sebagai berikut.

1. ……………………………………………………………………………….......................

2. …………………………………………………………………………………....................

3. ……………………………………………………………………………………….............

Apabila saya menerima penugasan pemeriksaan tersebut, maka independensi saya tidak
sepenuhnya terjamin.

Mohon dipertimbangkan untuk meninjau kembali posisi penugasan saya dalam


pemeriksaan ……………………………[nama penugasan].

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

.................,......…………20XX

Menyetujui, Mengetahui, Yang Menyatakan,


Pengendali Mutu, Pengendali Teknis/Ketua Tim,

[nama lengkap] [nama lengkap] [nama lengkap]


NIP .................................
NIP ................................. NIP .................................

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Contoh Template Formulir
5. Laporan Hasil Perencanaan Pemeriksaan (LHPP)

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN HASIL PERENCANAAN PEMERIKSAAN (LHPP)

Entitas yang diperiksa : [Isi Entitas Terperiksa]

Tahun Anggaran yang diperiksa : [Isi Tahun Anggaran Berjalan]

I. Gambaran Mengenai Bidang Kerja Entitas (sesuai TUPOKSI)

[Isi dengan narasi mengenai bidang kerja entitas terperiksa sesuai dengan tugas pokok dan
fungsinya secara detail]

II. Gambaran Mengenai Struktur Organisasi dan Pejabat Entitas

[Isi dengan narasi mengenai gambaran umum struktur organisasi entitas terperiksa serta
pejabat-pejabat terkait dengan struktur tersebut secara detail]

III. Gambaran Mengenai Stakeholders Entitas


[isi dengan penjelasan naratif mengenai hubungan entitas terperiksa dengan masing-masing
stakeholdernya]

IV. Gambaran Mengenai Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Entitas

[Isi dengan dengan data angka maupun statistik mengenai kondisi sosial ekonomi yang
berhubungan dengan entitas pemeriksaan secara rinci]

V. Gambaran Mengenai Peraturan-Peraturan Terkait Objek Pemeriksaan

[Isi dengan dasar-dasar hukum yang berhubungan dengan objek pemeriksaan terkait secara
lengkap dan berurutan]

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Contoh Template Formulir
5. Laporan Hasil Perencanaan Pemeriksaan (LHPP)

VI. Risiko-risiko terkait Tupoksi, Organisasi, Stakeholders, Faktor Ekonomi & Sosial, dan
Peraturan Terkait yang Dapat secara Signifikan Mempengaruhi Pertanggungjawaban
Pengelolaan Keuangan Entitas

[Isi dengan penjelasan mengenai risiko-risiko yang mungkin dihadapi entitas pemeriksaan yang
dapat mempengaruhi pertanggungjawaban pengelolaan keuangan entitas tersebut dengan
lengkap dan rinci]

VII. Pejabat Entitas

Nama Jabatan

VIII.Kesimpulan

[Isi dengan kesimpulan mengenai pemahaman atas entitas berdasarkan kondisi yang telah
dijelaskan pada angka I s.d. VII antara lain kesimpulan mengenai kompleksitas pemeriksaan dan
kebutuhan tenaga ahli]

........., .....................20XX

Ketua Tim,

(Nama)

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Contoh Template Formulir
6. Tujuan dan Harapan Penugasan

TUJUAN DAN HARAPAN PENUGASAN

I. Tujuan Penugasan

1. ……………………………………………..…..……………………………………………………………
………………………................................….................………………………………………………..

2. …………………………………………..…………………………………………………………………..
…………………………................…………………………………………………...............................

3. dst.

II. Harapan Penugasan

1. Standar Pemeriksaan
………………………………………………………………………………………….............................
…............………………………………………………………….........................................................

2. Jangka Waktu Pemeriksaan


………………………………………………………………………………………….............................
…............………………………………………………………….........................................................

3. Fokus dan Sasaran Pemeriksaan


………………………………………………………………………………………….............................
…............………………………………………………………….........................................................

4. dst.

III. Rencana Pencapaian Hasil Pemeriksaan Yang Diharapkan

1. ……………………………………………..……………………………………………………………..…
….……..............................………………….....................................................................................

2. ……………………………………………..……………………………………………………………..…
…...............................……………………….......................…………………………………………....

3. dst.

.............., ………...........20XX

Pemberi Tugas Pemeriksaan,

...............................
NIP ............................

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Contoh Template Formulir
7. Program Pemeriksaan

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA

PROGRAM PEMERIKSAAN
ATAS
............ [diisi dengan objek pemeriksaan]

PADA
[Nama Entitas]
........................

DI

……………………….

AUDITORAT UTAMA KEUANGAN NEGARA …../


BPK PERWAKILAN PROVINSI ..............
TAHUN ANGGARAN.....

Nomor :
Tanggal :

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Contoh Template Formulir
7. Program Pemeriksaan

1. Dasar Hukum Pemeriksaan


………………………………………………………………………………………................................…
…………………………………………………………………………………………................................

2. Standar Pemeriksaan, yaitu:


Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN)

3. Tujuan Pemeriksaan
………………………………………………………………………………………................................…
…………………………………………………………………………………………................................

4. Entitas Yang Diperiksa


………………………………………………………………………………………................................…
…………………………………………………………………………………………................................

5. Lingkup Pemeriksaan
………………………………………………………………………………………................................…
…………………………………………………………………………………………................................

6. Hasil Pemahaman Sistem Pengendalian Intern (SPI)


………………………………………………………………………………………................................…
…………………………………………………………………………………………................................

7. Sasaran Pemeriksaan
………………………………………………………………………………………................................…
…………………………………………………………………………………………................................

8. Kriteria Pemeriksaan
………………………………………………………………………………………................................…
…………………………………………………………………………………………................................

9. Alasan Pemeriksaan
………………………………………………………………………………………................................…
…………………………………………………………………………………………................................

10. Metode Pemeriksaan


………………………………………………………………………………………................................…
…………………………………………………………………………………………................................

11. Petunjuk Pemeriksaan


………………………………………………………………………………………................................…
…………………………………………………………………………………………................................

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Contoh Template Formulir
7. Program Pemeriksaan

12. Jangka Waktu Pemeriksaan

Uraian Jumlah Hari Pemeriksaan


No. Kegiatan Ketua Anggota Anggota Anggota
Jumlah Keterangan
Pemeriksaan Tim Tim Tim Tim
1 2 3 4 5 6 7 8

Keterangan:
1. Hari kerja = ....... hari
2. Hari libur dan/atau Minggu = ....... hari
3. Perjalanan pergi dan pulang = ....... hari
Jumlah = ....... hari
= hari

13. Susunan Tim dan Rincian Biaya Pemeriksaan

Susunan Tim Rincian Biaya Pemeriksaan


Pemeriksaan Jumlah Hari
No. Golongan/ Lain- Ket
Nama Pemeriksaan Lumpsum Transpor Jumlah
Pangkat lain

14. Kerangka LHP (terlampir)


………………………………………………………………………………………................................…
…………………………………………………………………………………………................................

15. Waktu Penyampaian dan Distribusi LHP


………………………………………………………………………………………................................…
…………………………………………………………………………………………................................

………………, …………........20XX

Penanggung Jawab,

………………………………
NIP. ………..............

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Contoh Template Formulir
8. Program Kerja Perorangan (PKP)

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA

PROGRAM KERJA PERORANGAN


PEMERIKSAAN ATAS .......... [disesuaikan dengan P2-nya]

Nama Anggota Tim Pemeriksa: .......................

Waktu Pemeriksaan
Langkah Catatan
No. Pemeriksaan (mandays) KKP No. Ketua Tim
Rencana Realisasi
1 2 3 4 5 6

………., …....………...20XX

Disetujui oleh, Disusun oleh,

(Ketua Tim) (Anggota Tim)


……………............................ ………..................…….
NIP. …….......… NIP. ……….......

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Contoh Template Formulir
9. Surat Pemberitahuan Pemeriksaan

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA

[diisi dengan Alamat BPK Pusat/BPK Perwakilan, Nomor Telepon dan Fax]

...............,.................20XX

Nomor :
Lampiran : ….. berkas
Hal : Pemberitahuan Pemeriksaan

Yth.
[diisi nama jabatan/pimpinan dan alamat entitas yang diperiksa]

Sehubungan dengan pelaksanaan ……. [isi jenis, lingkup pemeriksaan sesuai Surat
Tugas] sesuai Surat Tugas No….. tanggal …… terlampir, kami akan melaksanakan tugas
pemeriksaan selama …. hari. Pemeriksaan tersebut akan dimulai tanggal ….. dan akan berakhir
tanggal ……
Dalam rangka pemeriksaan tersebut, kami membutuhkan dokumen-dokumen sebagai
berikut.

1. .............[isi dengan dokumen yang diminta]


2. dst.......

Dokumen lainnya yang belum tercantum dalam surat ini akan kami mintakan
kemudian dalam pelaksanaan pemeriksaan.

Demikian pemberitahuan kami. Atas bantuan dan kerja sama yang baik, kami

mengucapkan terima kasih.

Ketua Tim,

......................
NIP ..............................

Tembusan Yth.:
1. Pengendali Mutu;
2. Pengendali Teknis.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Contoh Template Formulir
10. Surat Perikatan Penugasan Pemeriksaan antara BPK RI
dengan Lembaga Perwakilan/Donor/
Pemangku Kepentingan Lainnya

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA

SURAT PERIKATAN PENUGASAN PEMERIKSAAN


ANTARA BPK RI DENGAN
LEMBAGA PERWAKILAN/DONOR/PEMANGKU KEPENTINGAN LAINNYA

Kepada Yth. Pimpinan : [Isi dengan Nama Pemangku Kepentingan yang Meminta Pemeriksaan]
Objek Pemeriksaan : [Isi dengan Judul Pemeriksaan yang Diminta]

1. [Tujuan dan ruang lingkup pemeriksaan]


[Isi dengan nama pemangku kepentingan] telah meminta kepada Badan Pemeriksa Keuangan
Republik Indonesia (BPK RI) untuk memeriksa [pilih: program/proyek/kegiatan] [isi dengan
program/proyek/kegiatan Entitas Terperiksa] yang menggunakan dana [pilih: APBN/APBD] tahun
anggaran [yyyy]. BPK ingin menegaskan penerimaan dan pemahamannya atas perikatan
penugasan pemeriksaan tersebut melalui surat ini. Pemeriksaan BPK dilaksanakan dengan
tujuan untuk menyatakan suatu [simpulan dan/atau rekomendasi] atas atas penyelenggaraan
[program/proyek/kegiatan] [isi dengan nama Entitas Terperiksa] tersebut.

2. [Tanggung jawab BPK]


Pemeriksa BPK akan melaksanakan pemeriksaan berdasarkan Standar Pemeriksaan Keuangan
Negara. Standar tersebut mengharuskan BPK untuk mematuhi Kode Etik Profesi serta
merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan agar memperoleh keyakinan yang memadai
bahwa hasil pemeriksaannya terhadap [isi dengan objek pemeriksaan] [pilih: memenuhi prinsip
ekonomi/efisiensi/efektivitas atau tidak terdapat ketidakpatuhan atas program/proyek/kegiatan
yang dilaksanakan entitas terperiksa]. Suatu pemeriksaan meliputi pemeriksaan, atas dasar
pengujian, bukti-bukti yang mendukung jumlah-jumlah tercatat dalam bukti-bukti tersebut [atau isi
dengan metodologi lain yang digunakan dalam pemeriksaan]. Prosedur yang dipilih tergantung
pada pertimbangan pemeriksa, termasuk penaksiran atas risiko, baik yang diakibatkan oleh
kecurangan maupun kesalahan. Pemeriksaan juga mencakup penilaian atas ketepatan kebijakan
yang digunakan dan memadainya estimasi signifikan yang dibuat oleh pimpinan entitas.

Oleh karena adanya keterbatasan inheren dari suatu pemeriksaan, bersama dengan
keterbatasan inheren pengendalian internal, terdapat risiko yang tidak dapat dihindari
kemungkinan tidak terdeteksinya penyimpangan material, meskipun pemeriksaan telah
direncanakan dan dilaksanakan berdasarkan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Contoh Template Formulir
10. Surat Perikatan Penugasan Pemeriksaan antara BPK RI
dengan Lembaga Perwakilan/Donor/
Pemangku Kepentingan Lainnya

Dalam melakukan penilaian risiko, kami mempertimbangkan pengendalian intern yang relevan
untuk merancang prosedur pemeriksaan yang tepat sesuai dengan kondisi yang bersangkutan,
[boleh digunakan dan boleh tidak digunakan: namun tidak bertujuan untuk menyatakan opini atas
efektivitas pengendalian internal entitas]. Namun, BPK akan mengkomunikasikan secara tertulis
defisiensi signifikan pada pengendalian internal yang relevan dengan pemeriksaan ini, yang
diidentifikasi oleh pemeriksa BPK dalam pelaksanaan pemeriksaan.

3. [Harapan penugasan dari pemangku kepentingan yang meminta pemeriksaan, kesepakatan


mengenai perubahan-perubahan tujuan, ruang lingkup dan harapan penugasan, serta bentuk
komunikasi dengan pemangku kepentingan]

Berdasarkan hasil komunikasi dan kesepakatan dengan [isi dengan pemangku kepentingan yang
meminta pemeriksaan], harapan penugasan pemeriksaan ini antara lain:
[isi dengan harapan penugasan pemangku kepentingan yang meminta pemeriksaan]

Perencanaan pemeriksaan dilakukan untuk memberikan pemahaman awal terhadap objek


pemeriksaan yang dapat mempengaruhi tujuan dan/atau lingkup pemeriksaan dan/atau harapan
penugasan. Dalam hal perencanaan pemeriksaan menyimpulkan kondisi yang menyebabkan
diharuskannya perubahan tujuan dan/atau lingkup pemeriksaan dan/atau harapan penugasan,
BPK akan menyesuaikan perubahan tersebut dalam pelaksanaan pemeriksaannya dan
mengkomunikasikannya kepada [isi dengan nama pemangku kepentingan yang meminta
pemeriksaan].

Komunikasi lainnya yang berlangsung selama pemeriksaan dengan [isi dengan nama pemangku
kepentingan yang meminta pemeriksaan] dan pemangku kepentingan terkait lainnya dilakukan
BPK dengan tetap menjaga integritas, independensi, dan profesionalismenya.

4. [Informasi relevan lainnya]

5. [Isi dan bentuk dari laporan hasil pemeriksaan BPK]

Isi laporan hasil pemeriksaan BPK mungkin perlu diubah sesuai dengan temuan pemeriksa BPK.
Pengungkapan mengenai informasi rahasia yang terdapat dalam laporan hasil pemeriksaan BPK
dilakukan berdasarkan ketentuan dalam peraturan perundangan terkait. Bentuk laporan hasil
pemeriksaan BPK mengikuti ketentuan yang telah ditetapkan oleh BPK.

6. [Masukan informasi lainnya, seperti biaya dan istilah-istilah spesifik lainnya, jika relevan]
Biaya pemeriksaan dibebankan kepada anggaran BPK RI.

7. [Penyerahan laporan]
Laporan hasil pemeriksaan akan diserahkan kepada [isi dengan nama pemangku kepentingan
yang meminta pemeriksaan] dan kepada pihak-pihak lain yang terkait.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Contoh Template Formulir
10. Surat Perikatan Penugasan Pemeriksaan antara BPK RI
dengan Lembaga Perwakilan/Donor/
Pemangku Kepentingan Lainnya

Silahkan menandatangani dan mengembalikan salinan terlampir surat perikatan penugasan


pemeriksaan ini sebagai pengakuan dan kesepakatan [isi dengan nama pemangku kepentingan
yang meminta pemeriksaan] atas pengaturan tentang pemeriksaan tersebut.

Badan Pemeriksa Keuangan RI [Nama Entitas Pemeriksaan]


Diakui dan disetujui atas nama BPK RI Diakui dan disetujui atas nama [isi dengan
oleh nama pemangku kepentingan yang
meminta pemeriksaan] oleh

(tanda tangan) (tanda tangan)

………………….. …………………..
[Isi dengan nama anggota BPK terkait] [Isi dengan nama pimpinan pemangku
kepentingan yang meminta pemeriksaan]
Anggota [Isi dengan jabatan anggota BPK
terkait] BPK RI [Isi dengan jabatan pimpinan pemangku
kepentingan yang meminta pemeriksaan]
Tanggal dd/mm/yyyy
Tanggal dd/mm/yyyy

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Contoh Template Formulir
11. Berita Acara Penolakan Pemeriksaan/Pemberian
Keterangan/Dokumen Pemeriksaan

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA

BERITA ACARA PENOLAKAN PEMERIKSAAN/


PEMBERIAN KETERANGAN/DOKUMEN PEMERIKSAAN

Pada hari ini, …………tanggal ………………..saya:


Nama : ....................................
Jabatan : ................................
pada Badan Pemeriksa Keuangan, dalam melaksanakan tugas pemeriksaan berdasarkan Surat
Tugas No. ...................................tanggal .......................... telah meminta kepada:
Nama : .....................................
Jabatan : .....................................
pada .................................... untuk dapat memeriksa/memperoleh keterangan dan dokumen-dokumen
pemeriksaan.
Meskipun kepadanya sudah diberitahukan, dibacakan, dan dijelaskan Pasal 10, Pasal 11, dan
Pasal 24 UU Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab
Keuangan Negara dan Pasal 9 ayat (1) huruf b UU Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan
Pemeriksa Keuangan yang berbunyi:

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004


Pasal 10:
Dalam pelaksanaan tugas pemeriksaan, pemeriksa dapat:
a. meminta dokumen yang wajib disampaikan oleh pejabat atau pihak lain yang berkaitan
dengan pelaksanaan pemeriksaan pengelolaan dan tanggungjawab keuangan negara;
b. mengakses semua data yang disimpan di berbagai media, aset, lokasi, dan segala jenis barang
atau dokumen dalam penguasaan atau kendali dari entitas yang menjadi obyek pemeriksaan atau
entitas lain yang dipandang perlu dalam pelaksanaan tugas pemeriksaannya;
c. melakukan penyegelan tempat penyimpanan uang, barang, dan dokumen pengelolaan keuangan
negara;
d. meminta keterangan kepada seseorang;
e. memotret, merekam dan/atau mengambil sampel sebagai alat bantu pemeriksaan.

Pasal 11
Dalam rangka meminta keterangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 10 huruf d, BPK dapat
melakukan pemanggilan kepada seseorang.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Contoh Template Formulir
11. Berita Acara Penolakan Pemeriksaan/Pemberian
Keterangan/Dokumen Pemeriksaan

Pasal 24
(1) Setiap orang yang dengan sengaja tidak menjalankan kewajiban menyerahkan dokumen
dan/atau menolak memberikan keterangan yang diperlukan untuk kepentingan kelancaran
pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara dimaksud dalam Pasal 10
dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun 6 (enam) bulan dan/atau denda
paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
(2) Setiap orang yang dengan sengaja mencegah, menghalangi, dan/atau menggagalkan
pelaksanaan pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 dipidana dengan pidana
penjara paling lama 1 (satu) tahun 6 (enam) bulan dan/atau denda paling banyak
Rp500.000.000,00 (lima ratusjuta rupiah).
(3) Setiap orang yang menolak pemanggilan yang dilakukan oleh BPK sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 11 tanpa menyampaikan alasan penolakan secara tertulis dipidana dengan
pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun 6 (enam) bulan dan/atau denda paling banyak
Rp500.000,000,00 (lima ratus juta rupiah).
(4) Setiap orang yang dengan sengaja memalsukan atau membuat palsu dokumen yang
diserahkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 3
(tiga) tahun dan/atau denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006


Pasal 9 ayat (1)
Dalam melaksanakan tugasnya, BPK berwenang:
b. meminta keterangan dan/atau dokumen yang wajib diberikan oleh setiap orang, unit
organisasi Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Lembaga Negara lainnya, Bank Indonesia,
Badan Usaha Milik Negara, Badan Layanan Umum, Badan Usaha Milik Daerah, dan
lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan Negara.

Yang bersangkutan tetap menolak untuk diperiksa/memberi keterangan dan dokumen


pemeriksaan, dengan alasan: ...............................................................................................................

Berita Acara ini dibuat atas sumpah/janji yang dilakukan pada waktu saya menerima jabatan.

................, ........................20XX

Pihak yang diperiksa, Pihak yang memeriksa,

......................................... .........................................
NIP .................................. NIP ..................................

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Contoh Template Formulir
12. Surat Pernyataan Penolakan Menandatangani BA Penolakan
Pemeriksaan/Pemberian Keterangan/Dokumen Pemeriksaan

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA

SURAT PERNYATAAN
PENOLAKAN MENANDATANGANI BERITA ACARA PENOLAKAN
PEMERIKSAAN/PEMBERIAN KETERANGAN/DOKUMEN PEMERIKSAAN

Yang bertandatangan di bawah ini :

Nama :
Instansi :
Jabatan :
Alamat :

Menyatakan menolak untuk menandatangani Berita Acara Penolakan Pemeriksaan/Pemberian


Keterangan/Dokumen dalam pemeriksaan yang dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan sesuai
dengan Surat Tugas Nomor ...................................., dengan alasan sebagai berikut.

1. ...............................................................................................................................................
2. ...............................................................................................................................................
3. ...............................................................................................................................................

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya tanpa paksaan/tekanan dari pihak
lain.

....................., .......................20XX

Pihak yang menyatakan,

...........................................
NIP ..................................

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Contoh Template Formulir
13. Sampul Temuan Pemeriksaan

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA

TEMUAN PEMERIKSAAN

ATAS

.....................................................................

PADA

........................................................................

TAHUN 20XX

DI

....................................

AKN : ................................
Tanggal : ................................

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Contoh Template Formulir
14. Surat Penyampaian Temuan Pemeriksaan

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA

[diisi dengan: Alamat BPK, Nomor Telepon dan Fax]

Nomor : ....................... Yth.


Lampiran : ..... berkas [isi dengan jabatan pimpinan
Perihal : Penyampaian Temuan Pemeriksaan entitas yang diperiksa]

Kami sampaikan dengan hormat Temuan Pemeriksaan atas [isi dengan jenis pemeriksaan]
untuk Tahun 20XX pada [isi dengan objek pemeriksaan sesuai P2] untuk mendapatkan perhatian.

Atas perhatian dan kerja sama yang baik, kami mengucapkan terima kasih.

Diterima oleh : ............., ............................20XX

[diisi dengan jabatan pimpinan entitas yang Pengendali Mutu,


diperiksa]

[diisi dengan jabatan pimpinan entitas yang [isi dengan nama Pengendali Mutu]
diperiksa]

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Contoh Template Formulir
15. Risalah Pembahasan Temuan Pemeriksaan

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Contoh Template Formulir
16. Laporan Akhir Pelaksanaan Pemeriksaan Lapangan (LAPPL)

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN AKHIR PELAKSANAAN PEMERIKSAAN LAPANGAN (LAPPL)

...................,.......................20XX

Kepada Yth.:
Kepala Auditorat/Kepala Perwakilan
di
[Tempat]

Bersama ini kami sampaikan dengan hormat Laporan Pelaksanaan Kegiatan Pemeriksaan
atas ........ [diisi dengan objek pemeriksaan] Tahun Anggaran 20XX, sebagai berikut.

1. Jangka Waktu Pemeriksaan :


a. Tim berangkat tanggal :
b. Tim kembali tanggal :
2. Tempat menginap Tim :
3. Perkembangan pemeriksaan : [Dilampirkan Laporan Mingguan]
4. Hambatan yang dihadapi Tim :
dalam pemeriksaan
5. Fasilitas yang diterima Tim selama :
pemeriksaan
6. Penilaian kinerja Tim Dalam : [Dilampirkan]
Melaksanakan Pemeriksaan
7. Temuan Pemeriksaan : [Dilampirkan Nota Penyampaian temuan
pemeriksaan & konsep temuan pemeriksaan]
8. Pertanggungjawaban keuangan : [Diisi dengan resume pertanggungjawaban
keuangan]
Demikian laporan ini kami sampaikan dan atas perhatian Bapak/Ibu kami mengucapkan
terima kasih.
Pengendali Teknis, Ketua Tim,

.................................... ....................................
NIP. ………………………. NIP. ………………………..

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Contoh Template Formulir
17. Risalah Pembahasan Konsep LHP

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Contoh Template Formulir
18. Risalah Pembahasan Tanggapan Entitas yang Belum
Memadai/Memerlukan Penjelasan Lebih Lanjut

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Contoh Template Formulir
18. Risalah Pembahasan Tanggapan Entitas yang Belum
Memadai/Memerlukan Penjelasan Lebih Lanjut

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Contoh Template Formulir
19. Surat Keluar

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA
[diisi dengan: Alamat BPK Pusat/BPK Perwakilan, Nomor telepon dan fax]

..............., ..................20XX

Nomor : [Nomor surat keluar] Kepada Yth.


Lampiran : ..... berkas [Pimpinan Entitas/Lembaga Perwakilan]
Perihal : Hasil Pemeriksaan atas ............... di
.................

Badan Pemeriksa Keuangan berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 dan Undang-
undang Nomor 15 Tahun 2004, telah melakukan pemeriksaan atas .................

Pemeriksaan ditujukan untuk ...................................................

Pokok-pokok hasil pemeriksaan atas ............... Tahun .................. yang perlu mendapat perhatian
adalah sebagai berikut. [diisi dengan Judul Temuan Pemeriksaan disertai uraian singkatnya]
1. ...............................................................................................................................................
2. ...............................................................................................................................................
3. ...............dst
Berdasarkan kelemahan-kelemahan tersebut, BPK menyarankan [Pimpinan Entitas] agar:

[diisi dengan rekomendasi BPK]

Untuk jelasnya kami lampirkan laporan hasil pemeriksaan dimaksud, yaitu Laporan Nomor ............
[Nomor laporan hasil pemeriksaan]; bertanggal ................. [tanggal laporan].

Sesuai Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004, jawaban atau penjelasan entitas kepada BPK tentang
tindak lanjut atas rekomendasi BPK disampaikan selambat-lambatnya 60 (enam puluh) hari setelah
laporan hasil pemeriksaan sejak hasil pemeriksaan ini diterima.

Atas perhatian dan kerjasama [Pimpinan Entitas], kami ucapkan terima kasih.

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA
Ketua/Wakil Ketua/Anggota/Kepala Perwakilan Provinsi....,

[Nama]

Tembusan: [disesuaikan dengan kebutuhan dan tingkat jabatan]

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Contoh Template Formulir
20. Sampul Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP)

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN

ATAS

[OBJEK PEMERIKSAAN]
[ENTITAS YANG DIPERIKSA] TAHUN ANGGARAN 20XX
DI
[TEMPAT ENTITAS]

AKN/BPK PERWAKILAN

DI
[TEMPAT AKN/BPK PERWAKILAN]

Nomor :
Tanggal :

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Contoh Template Formulir
21. Surat Penyampaian Konsep LHP dan
Permintaan Tanggapan serta Rencana Aksi

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA
Jl. Jenderal Gatot Subroto No.31 Telp.25549000 Pswt. 3585 Fax. (021) 570 4371 Jakarta 10210

.............., ......................20XX

Nomor : .......
Sifat : Rahasia
Lampiran : ........ berkas
Perihal : Penyampaian Konsep Laporan Hasil Pemeriksaan
dan Permintaan Tanggapan serta Rencana Aksi
atas ............ [diisi dengan nama objek pemeriksaan]

Yth. ............. [diisi dengan pimpinan entitas]


di
.............

Sehubungan dengan Pemeriksaan atas [diisi dengan nama program pemeriksaan] pada
.............. [diisi dengan nama entitas], bersama ini kami sampaikan Konsep Laporan Hasil
Pemeriksaan dimaksud untuk memperoleh tanggapan Saudara.
Kami harapkan tanggapan tersebut sudah dapat kami terima pada tanggal .........................
Tanggapan dapat disampaikan pada alamat dibawah ini:

Jl. Jenderal Gatot Subroto No. 31 Jakarta Pusat 10210


Telp (021) 25549000 Ext. .... Fax .....

Apabila tanggapan tersebut tidak kami peroleh dalam jangka waktu tersebut, kami menganggap
Saudara menerima Konsep Laporan Hasil Pemeriksaan tersebut. Selain itu kami sampaikan juga
formulir Rencana Aksi sebagai bentuk rencana tindak lanjut atas Konsep Laporan Hasil Pemeriksaan
tersebut.
Demikian kami sampaikan, atas perhatian dan tindak lanjutnya kami mengucapkan terima
kasih.

Tortama KN ..../Kalan Provinsi.....,

..........................................
NIP. ................................

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Contoh Template Formulir
22. Rencana Aksi

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Contoh Template Formulir
23. Lembar Review

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA

LEMBAR REVIEW

Objek Pemeriksaan :

Nama Reviewer :

Jabatan dalam ST :

Prosedur yang di-review* : 1. Perencanaan


2. Pelaksanaan
3. Pelaporan
*diisi dengan prosedur pemeriksaan yang di-review serta diberi tickmark jika sudah di-review

No. Deskripsi Kegiatan** Hasil Review Tanggal Paraf

** diisi tahapan dari prosedur pemeriksaan yang di-review

Catatan Tambahan :

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Contoh Template Formulir
24. Kuesioner

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA

Kuesioner Kepuasan Pemilik Kepentingan


atas Kinerja BPK Terkait Hasil Pemeriksaan

Kementerian/Lembaga/Pemprov/Pemkot/Pemkab : ..............................................
Pemeriksaan atas : ..............................................
Mohon penilaian ditunjukkan dengan memberi tanda tickmark (√) pada kolom yang disediakan.
1 2 3 5
4
No ASPEK KUALITAS INFORMASI TIDAK KURANG CUKUP SANGAT
MEMUASKAN
MEMUASKAN MEMUASKAN MEMUASKAN MEMUASKAN
Independensi
1 Pemeriksaan dilakukan bebas dari campur tangan
pimpinan untuk menentukan, mengeliminasi atau
memodifikasi bagian-bagian tertentu yang diperiksa.
2 Pemeriksaan dilakukan bebas dari kepentingan
pribadi maupun pihak lain untuk mempengaruhi
dan membatasi segala kegiatan pemeriksaan.
3 Pemeriksaan bebas dari kewajiban pihak lain untuk
mempengaruhi fakta-fakta yang dilaporkan.
4 Pemeriksaan bebas dari bahasa atau istilah-
istilah yang menimbulkan multi tafsir.
5 Isi laporan pemeriksaan bebas dari pengaruh pihak
tertentu.
6 Pemeriksa dapat diandalkan dan dipercaya.
7 Dalam kegiatan pemeriksaan, pemeriksa
mengemukaan pendapat menurut apa adanya dan
tidak dipengaruhi oleh pandangan subyektif pihak-
pihak lain yang berkepentingan.
8 Pemeriksa tidak mencari-cari kesalahan yang
dilakukan oleh objek pemeriksaan.
9 Pemeriksa dapat mempertahankan kriteria dan
kebijaksanaan-kebijaksanaan yang berlaku.

Integritas
1 Pemeriksa bersikap tegas dalam menerapkan
prinsip, nilai dan keputusan.
2 Pemeriksa bersikap jujur dengan tetap memegang
rahasia pihak yang diperiksa.
3 Dalam melaksanakan pemeriksaan, pemeriksa
harus taat pada peraturan-peraturan yang berlaku.
4 Pemeriksa bekerja sesuai keadaan yang
sebenarnya, tidak menambah maupun
mengurangi fakta yang ada.
5 Pemeriksa tidak menerima segala sesuatu dalam
bentuk apapun yang bukan haknya.
6 Pemeriksa tidak diintimidasi oleh orang lain dan
tidak tunduk karena tekanan yang dilakukan oleh
orang lain guna mempengaruhi sikap dan
pendapatnya.
7 Pemeriksa tidak mempertimbangkan keadaan
seseorang/sekelompok orang atau suatu unit
organisasi untuk membenarkan perbuatan
melanggar ketentuan atau peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Contoh Template Formulir
24. Kuesioner

1 2 3 5
4
No ASPEK KUALITAS INFORMASI TIDAK KURANG CUKUP SANGAT
MEMUASKAN
MEMUASKAN MEMUASKAN MEMUASKAN MEMUASKAN
Profesionalisme
1 Kejelasan pengungkapan temuan dalam Laporan
Hasil Pemeriksaan.
2 Sistematika Penyajian Laporan Hasil Pemeriksaan.
3 Manfaat Laporan Hasil Pemeriksaan untuk
membantu fungsi pengawasan dalam pengelolaan
keuangan negara/daerah.
4 Manfaat Laporan Hasil Pemeriksaan untuk
melakukan fungsi penganggaran dalam pengelolaan
keuangan negara/daerah.
5 Manfaat Laporan Hasil Pemeriksaan untuk
meningkatkan pertanggungjawaban pengelolaan
keuangan negara/daerah.
6 Ketepatan waktu penyampaian Laporan Hasil
Pemeriksaan.
7 Pemeriksa memiliki kemampuan untuk melakukan
review analitis, teori organisasi, auditing, akuntansi
dan pengetahuan tentang sektor publik yang
memadai dalam melakukan pemeriksaan.

Catatan Tambahan :

..............., ............20XX

Mengetahui,
[diisi Jabatan Pimpinan Entitas]

...........................................
NIP .........................

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Contoh Template Formulir
25. Daftar Perangkat Lunak Terkait

DAFTAR PERANGKAT LUNAK TERKAIT

No Nama Perangkat Lunak Nomor & Tanggal Penetapan

1 Petunjuk Teknis Pemeriksaan Investigatif atas Indikasi Keputusan BPK Nomor 17/K/I-
Tindak Pidana Korupsi yang Mengakibatkan Kerugian XIII.2/12/2008 tanggal 24 Desember
Negara/Daerah 2008
2 Petunjuk Pelaksanaan Sistem Pemerolehan Keyakinan Keputusan BPK Nomor 03/K/I-
Mutu XIII.2/03/2009 tanggal 25 Maret 2009
3 Petunjuk Teknis Pemeriksaan Atas Laporan Keuangan Keputusan BPK Nomor 51/K/I-
Pemerintah Pusat dan Laporan Keuangan VIII.3/08/2007 tanggal 31 Agustus 2007
Kementerian/Lembaga

4 Petunjuk Teknis Pemeriksaan Atas Laporan Keuangan Keputusan BPK Nomor 56a/K/I-
Pemerintah Daerah XX.2/09/2007 tanggal 21 September
2007
5 Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Kertas Kerja Keputusan BPK Nomor 04/K/I-
Pemeriksaan (KKP) XIII.2/05/2011 tanggal 26 Mei 2011
6 Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) Peraturan BPK Nomor 1 Tahun 2007
7 Petunjuk Pelaksanaan Penilaian Kinerja Pelaksanaan Keputusan Sekretaris Jenderal No.
Pemeriksaan Pada Pelaksana BPK 139/K/X-XIII.2/4/2014 tanggal 3 April
2014
8 Petunjuk Teknis Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester (IHPS) Keputusan BPK No. 2/K/I-XIII.2/5/2011
tanggal 19 Mei 2011
9 Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Keuangan Keputusan BPK No. 4/K/I-XIII.2/5/2008
tanggal 19 Mei 2008
10 Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja Keputusan BPK No. 9/K/I-XIII.2/12/2011
tanggal 30 Desember 2011
11 Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Dengan Tujuan Keputusan BPK No. 2/K/I-XIII.2/I/2009
Tertentu tanggal 27 Februari 2009
12 Tatacara Pelaporan Unsur Pidana yang ditemukan dalam Keputusan BPK No.2/K/I-XIII.2/6/2013
pemeriksaan kepada instansi berwenang tanggal 26 Juni 2013
13 Kesepakatan Bersama BPK RI dengan Kejaksaan Agung RI No. 01/KB/I-VIII.3/07/2007
tentang Tindak Lanjut Penegakan Hukum Terhadap Hasil No. KEP-071/A/JA/07/2007
Pemeriksaan BPK yang Duduga Mengandung Unsur Tindak Tanggal 25 Juni 2007
Pidana
14 Kesepakatan Bersama BPK RI dengan Kepolisian Negara RI No. 01/KB/I-XIII.3/11/2008
tentang Tindak Lanjut Penegakan Hukum Terhadap Hasil No. POL. B/11/XI/2008
Pemeriksaan BPK yang Berindikasi Tindak Pidana Tanggal 21 November 2008
15 Kesepakatan Bersama BPK RI dengan Komisi No. 01/KB/I-VIII.3/09/2006
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi tentang Kerjasama No. 22/KPK-BPK/IX/2006
Dalam Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Tanggal 25 September 2006
Pidana Korupsi
16 Kesepakatan Bersama BPK RI dengan Pusat Pelaporan dan No. 02/KB/I-VII.3/09/2006
Analisis Transaksi Keuangan tentang Kerjasama Dalam No. NK-1/1.02/PPATK/09/06
Rangka Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Tanggal 25 September 2006
Pencucian Uang
17 Pedoman Pemberian Pendapat Hukum atas Hasil Keputusan Sekjen BPK RI Nomor
Pemeriksaan BPK pada Dit KHK 540/K/X-XIII.2/9/2013 tanggal 13
September 2013

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan


Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Contoh Template Formulir
25. Daftar Perangkat Lunak Terkait

No Nama Perangkat Lunak Nomor & Tanggal Penetapan

18 POS Pemberian Pendapat Hukum atas Hasil Pemeriksaan Keputusan Sekjen BPK RI No. 323/K/X-
BPK pada Direktorat KHK XIII.2/5/2013 tgl 20 Mei 2013
19 Pedoman Pemberian Pendapat Hukum pada Subbag Keputusan Sekjen BPK RI No. 277/K/X-
Hukum dan Humas BPK Perwakilan XIII.2/5/2013 tgl 3 Mei 2013
20 POS Pemberian Pendapat Hukum pada Subbag Hukum dan Keputusan Sekjen BPK RI No. 18/K/X-
Humas BPK Perwakilan XIII.2/1/2013 tgl 28 Januari 2013

WAKIL KETUA, KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA,

ttd ttd

SAPTO AMAL DAMANDARI HARRY AZHAR AZIS

Salinan sesuai dengan aslinya


BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Kepala Direktorat Utama Pembinaan dan Pengembangan
Hukum Pemeriksaan Keuangan Negara,

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan

Anda mungkin juga menyukai