Anda di halaman 1dari 108

·- PETUNJUK

PELAKSANAAN
PEMERIKSAAN
KEPATUHAN

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA
2018
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................ i


DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Tujuan Penyusunan Juklak...................................................................... 2
C. Dasar Hukum Juklak ............................................................................... 2
D. Lingkup Juklak ........................................................................................ 3
E. Posisi Juklak ............................................................................................ 4
F. Sistematika Juklak .................................................................................. 4
BAB II KONSEP PEMERIKSAAN KEPATUHAN ....................................................... 5
A. Definisi Pemeriksaan Kepatuhan ............................................................ 5
B. Tujuan Pemeriksaan Kepatuhan ............................................................. 5
C. Pemeriksaan Kepatuhan dalam Konteks Sektor Publik ........................... 5
D. Lingkup Pemeriksaan Kepatuhan ............................................................ 6
E. Prinsip Umum Pemeriksaan Kepatuhan ................................................. 6
F. Metodologi Pemeriksaan Kepatuhan.................................................... 16
BAB III PERENCANAAN PEMERIKSAAN KEPATUHAN......................................... 19
A. Pendahuluan ........................................................................................ 19
B. Tujuan dan Lingkup Perencanaan ......................................................... 19
C. Perencanaan Pemeriksaan Kepatuhan ................................................. 20
1. Identifikasi Pengguna Hasil Pemeriksaan dan Pihak yang Bertanggung
Jawab ................................................................................................... 20
2. Penentuan Hal Pokok, Tujuan, dan Lingkup Pemeriksaan................. 21
3. Identifikasi Kriteria ........................................................................... 25
4. Pemahaman Entitas dan Lingkungannya .......................................... 28
5. Pemahaman Sistem Pengendalian Intern ......................................... 29
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan i
6. Penentuan Materialitas .................................................................... 31
7. Penilaian Risiko................................................................................. 34
8. Penentuan Uji Petik .......................................................................... 38
9. Penyusunan Strategi dan Rencana Pemeriksaan .............................. 40
BAB IV PELAKSANAAN PEMERIKSAAN KEPATUHAN ......................................... 43
A. Pendahuluan ........................................................................................ 43
B. Pemerolehan dan Analisis Bukti ........................................................... 43
C. Pengembangan Temuan ....................................................................... 47
D. Pemerolehan Tanggapan atas Temuan Pemeriksaan ........................... 48
BAB V PELAPORAN PEMERIKSAAN KEPATUHAN............................................... 49
A. Pendahuluan ........................................................................................ 49
B. Penyusunan LHP ................................................................................... 49
1. Prinsip Laporan yang Baik ................................................................. 49
2. Kerangka dan Isi LHP Kepatuhan ...................................................... 51
3. Penyusunan Kesimpulan Pemeriksaan ............................................. 52
4. Temuan dengan Indikasi Awal Kecurangan....................................... 57
5. Penyusunan Rekomendasi Pemeriksaan........................................... 57
C. Tindak Lanjut Pemeriksaan Kepatuhan ................................................. 58
BAB VI PENUTUP ............................................................................................... 61
A. Pemberlakuan Juklak ............................................................................ 61
B. Pemutakhiran Juklak ............................................................................ 61
C. Pemantauan Juklak............................................................................... 61
GLOSARIUM ....................................................................................................... 63
DAFTAR SINGKATAN DAN AKRONIM ................................................................ 67
REFERENSI.......................................................................................................... 69
LAMPIRAN .......................................................................................................... 71

ii Badan Pemeriksa Keuangan Direktorat Litbang


Juklak Pemeriksaan Kepatuhan Daftar Lampiran

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran III.1 Contoh Hal Pokok, Informasi Hal Pokok, dan Kriterianya

Lampiran III.2 Contoh Kertas Kerja Pemahaman Tujuan dan Harapan


Penugasan

Lampiran III.3 Contoh Kertas Kerja Identifikasi Hal Pokok dan Kriteria
Pemeriksaan

Lampiran III.4 Laporan Hasil Perencanaan Pemeriksaan

Lampiran V.1 Contoh Formulasi Penilaian atas Permasalahan/Temuan dengan


Menggunakan Metode Pembobotan

Lampiran V.2 Format Kesimpulan

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan iii


iv Badan Pemeriksa Keuangan Direktorat Litbang
Juklak Pemeriksaan Kepatuhan Bab I

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
01 Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Latar belakang

Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan


Negara, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) mempunyai
kewenangan untuk melakukan pemeriksaan keuangan,
pemeriksaan kinerja, dan Pemeriksaan Dengan Tujuan
Tertentu (PDTT). Berdasarkan penjelasan undang-undang
tersebut, PDTT adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan
tujuan khusus, di luar pemeriksaan keuangan dan pemeriksaan
kinerja. PDTT merupakan wadah atas beberapa jenis
pemeriksaan, yang dilaksanakan dalam bentuk eksaminasi
dengan tingkat keyakinan tinggi.
02 BPK telah menyusun dan menetapkan Petunjuk Pelaksanaan
(Juklak) PDTT yaitu Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan
Nomor 2/K/I-XIII.2/2/2009 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu dengan mengacu pada
Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 1 Tahun 2007
tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) dan
Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 1/K/I-
XIII.2/2/2008 tentang Pedoman Manajemen Pemeriksaan
(PMP). Namun, dengan mempertimbangkan perkembangan
jenis pemeriksaan dan meningkatkan mutu para pemeriksa
serta organisasi pemeriksa dalam melaksanakan pemeriksaan
atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang
dapat dipertanggungjawabkan, BPK telah menetapkan
Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 1 Tahun 2017
tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara. SPKN antara
lain mengatur standar pelaksanaan dan pelaporan PDTT. PDTT
dapat berbentuk pemeriksaan kepatuhan dan pemeriksaan
investigatif.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 1


03 Selanjutnya, agar terdapat keseragaman pelaksanaan PDTT
khususnya pemeriksaan kepatuhan bagi Pemeriksa BPK dan
pihak lain yang melaksanakan pemeriksaan pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara yang bertindak untuk dan
atas nama BPK, maka disusun Juklak Pemeriksaan Kepatuhan.
Juklak Pemeriksaan Kepatuhan merupakan salah satu
pedoman PDTT terkait dengan pengelolaan keuangan negara
yang disusun dengan memperhatikan peraturan perundang-
undangan, SPKN, PMP, The International Standard of Supreme
Audit Institutions (ISSAI), dan praktik-praktik internasional
terbaik (international best practices).

B. Tujuan Penyusunan Juklak


04 Penyusunan Juklak Pemeriksaan Kepatuhan ini bertujuan Tujuan

untuk:
a. menciptakan kesamaan persepsi dan keseragaman
metodologi sehingga tercapai pemeriksaan yang sistematis,
efektif, dan efisien;
b. menjabarkan langkah-langkah yang terdapat di dalam SPKN;
dan
c. menjaga mutu pemeriksaan BPK.

C. Dasar Hukum Juklak


05 Dasar hukum penyusunan Juklak Pemeriksaan Kepatuhan ini Dasar hukum

adalah:
a. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4400);
b. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan
Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 85, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4654);

2 Badan Pemeriksa Keuangan Direktorat Litbang


Juklak Pemeriksaan Kepatuhan Bab I

c. Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia


Nomor 1 Tahun 2017 tentang Standar Pemeriksaan
Keuangan Negara;
d. Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 3 Tahun 2018
tentang Penyusunan Peraturan, Instruksi, Surat Edaran,
Keputusan, dan Pengumuman pada Badan Pemeriksa
Keuangan;
e. Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 3/K/I-
XIII.2/7/2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Pelaksana
Badan Pemeriksa Keuangan sebagaimana telah beberapa
kali diubah terakhir dengan Keputusan Badan Pemeriksa
Keuangan Nomor 14/K/I-XIII.2/9/2017 tentang Perubahan
Keempat atas Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan
Nomor 3/K/I-XIII.2/7/2014 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Pelaksana Badan Pemeriksa Keuangan;
f. Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 5/K/I-
XIII.2/10/2015 tentang Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Badan Pemeriksa Keuangan;
g. Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 5/K/I-
XIII.2/5/2016 tentang Pedoman Manajemen Penunjang
Pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan; dan
h. Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 9/K/I-
XIII.2/8/2017 tentang Pedoman Penyusunan dan Revisi
Perangkat Lunak pada Badan Pemeriksa Keuangan.

D. Lingkup Juklak
06 Juklak Pemeriksaan Kepatuhan ini mengatur metodologi Lingkup

pemeriksaan kepatuhan yang berdiri sendiri mulai dari tahap


perencanaan, pelaksanaan, hingga pelaporan. Juklak
Pemeriksaan Kepatuhan ini tidak mengatur prosedur-prosedur
pemeriksaan secara rinci pada setiap tahapan pemeriksaan.
Penjabaran atas teknik pemeriksaan yang lebih detail akan
dijabarkan dalam suatu petunjuk teknis terkait pemeriksaan
kepatuhan.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 3


E. Posisi Juklak
07 Posisi Juklak dalam pedoman pemeriksaan BPK: Posisi

UUD
UU Nomor 15 Tahun 2004 Mandat
UU Nomor 15 Tahun 2006

Kode Etik SPKN SPKM Standar

PMP PMPP Pedoman

PDTT Juklak
Keuangan Kinerja
Kepatuhan Investigatif

Juknis Juknis

F. Sistematika Juklak
08 Juklak Pemeriksaan Kepatuhan ini disusun dengan sistematika Sistematika

sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan
Bab II Konsep Pemeriksaan Kepatuhan
Bab III Perencanaan Pemeriksaan Kepatuhan
Bab IV Pelaksanaan Pemeriksaan Kepatuhan
Bab V Pelaporan Pemeriksaan Kepatuhan
Bab VI Penutup
Glosarium
Daftar Singkatan dan Akronim
Referensi
Lampiran

4 Badan Pemeriksa Keuangan Direktorat Litbang


Juklak Pemeriksaan Kepatuhan Bab II

BAB II
KONSEP PEMERIKSAAN KEPATUHAN

A. Definisi Pemeriksaan Kepatuhan


01 Pemeriksaan kepatuhan merupakan pemeriksaan untuk Definisi
pemeriksaan
menilai apakah hal pokok (subject matter) sesuai dengan kepatuhan
ketentuan peraturan perundang-undangan (yang digunakan
sebagai kriteria).

B. Tujuan Pemeriksaan Kepatuhan


02 Tujuan pemeriksaan kepatuhan adalah untuk menyediakan Tujuan
pemeriksaan
informasi ke pengguna (intended user) Laporan Hasil kepatuhan
Pemeriksaan (LHP) apakah entitas yang diperiksa
mengikuti/mematuhi peraturan perundang-undangan,
keputusan legislatif, kontrak, dan kode etik (codes of conduct)
yang ditetapkan.

C. Pemeriksaan Kepatuhan dalam Konteks Sektor Publik


03 Aspek pemeriksaan kepatuhan terdiri dari regularity (ketaatan Pemeriksaan
kepatuhan
kepada kriteria formal seperti peraturan perundangan dan dalam konteks
perjanjian yang relevan) dan/atau propriety (ketaatan pada sektor publik

prinsip umum pelaksanaan tata kelola keuangan yang baik dan


perilaku pejabat publik).
Lembaga sektor publik dituntut untuk transparan dan
akuntabel serta melaksanakan tata kelola dengan baik dalam
mengelola dana yang dihimpun dari masyarakat. Publik tidak
dapat serta-merta mempercayai mutlak pejabat sektor publik
dalam memenuhi tanggung jawabnya. Disinilah pemeriksaan
kepatuhan memerankan pola dalam meyakini prinsip-prinsip
transparansi, akuntabilitas, dan tata kelola yang baik dengan:
a. menyediakan laporan (pemeriksaan) yang dapat diandalkan
apakah dana publik telah digunakan sesuai dengan
peraturan;

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 5


b. melaporkan penyimpangan dan pelanggaran terhadap
peraturan; dan
c. mengidentifikasi kelemahan dan penyimpangan terhadap
peraturan dan menilai etika/kepatutan para
pejabat/pegawai sektor publik.

D. Lingkup Pemeriksaan Kepatuhan


04 Pemeriksaan kepatuhan dapat dilakukan berdiri sendiri Lingkup
pemeriksaan
maupun bersamaan dengan pemeriksaan keuangan atau kepatuhan
pemeriksaan kinerja. Untuk pemeriksaan kepatuhan yang
dikombinasikan dengan keuangan atau kinerja, pemeriksa
menggunakan standar sesuai dengan penugasan. Pemeriksa
dapat menerapkan Juklak Pemeriksaan Kepatuhan ini selama
tidak bertentangan dengan standar yang digunakan sesuai
dengan penugasan. Pemeriksaan kepatuhan sebagai jenis PDTT
merupakan pemeriksaan kepatuhan yang berdiri sendiri.

E. Prinsip Umum Pemeriksaan Kepatuhan


05 Prinsip umum pemeriksaan kepatuhan meliputi: Prinsip umum
pemeriksaan
a. objektivitas dan etika; kepatuhan
b. risiko pemeriksaan;
c. risiko kecurangan;
d. materialitas;
e. pertimbangan dan skeptisisme profesional;
f. pengendalian mutu;
g. dokumentasi; dan
h. komunikasi.

a. Objektivitas dan etika Objektivitas


dan etika
06 Pemeriksa harus mematuhi prosedur yang relevan terkait
objektivitas dan etika.
Pemeriksa harus menunjukkan sikap profesional dan
integritas, objektif, dan memiliki kompetensi profesional
yang dibutuhkan serta melaksanakan kehati-hatian.
Pemeriksa juga harus menjaga independensi dalam fakta

6 Badan Pemeriksa Keuangan Direktorat Litbang


Juklak Pemeriksaan Kepatuhan Bab II

dan penampilan serta kerahasiaan mengenai semua


masalah pemeriksaan.
07 Pemeriksa harus berhati-hati untuk tetap bersikap objektif
sehingga temuan dan kesimpulan tidak memihak.
Pemeriksa harus menunjukkan objektivitas dalam memilih
tujuan pemeriksaan dan mengidentifikasi kriteria.
Pemeriksa perlu memastikan bahwa komunikasi dengan
pemangku kepentingan tidak berkompromi dengan
objektivitas BPK. Ketika kebebasan dan kemandirian dalam
menetapkan hal pokok dan kriteria dibatasi oleh undang-
undang atau mungkin adanya permintaan lembaga
perwakilan, objektivitas pemeriksa harus tetap dijaga.

b. Risiko Pemeriksaan Risiko


pemeriksaan
08 Risiko pemeriksaan adalah risiko bahwa hasil pemeriksaan
atau kesimpulan pemeriksa akan tidak sesuai dengan
kondisi yang sebenarnya. Pemeriksa harus
mempertimbangkan risiko pemeriksaan selama proses
pemeriksaan.
Tiga komponen risiko pemeriksaan:
1) risiko bawaan (Inherent Risk/IR), yaitu risiko
ketidakpatuhan entitas atas ketentuan peraturan
perundang-undangan, sebelum terdapat pengendalian
intern terkait;
2) risiko pengendalian (Control Risk/CR), yaitu risiko bahwa
pengendalian intern yang relevan dengan risiko bawaan
tidak memadai atau tidak bekerja dengan baik untuk
mencegah terjadinya ketidakpatuhan; dan
3) risiko deteksi (Detection Risk/DR), yaitu risiko bahwa
prosedur yang dilakukan oleh pemeriksa akan
menyebabkan kesimpulan yang salah.
09 Pemeriksa harus mengurangi risiko yang mengakibatkan
kesimpulan yang tidak benar sampai ke tingkat yang dapat
diterima
Pengurangan risiko pemeriksaan meliputi aspek:
mengantisipasi risiko yang mungkin terjadi atau diketahui

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 7


atas pekerjaan yang dihadapi atau konsekuensinya,
membangun prosedur untuk mengatasi risiko tersebut
selama pemeriksaan, dan mendokumentasikan apa dan
bagaimana risiko tersebut akan dihadapi. Pemeriksa perlu
mengevaluasi apakah lingkup pekerjaan yang dilaksanakan
telah cukup. Selanjutnya, dalam menyimpulkan, pemeriksa
perlu mengevaluasi apakah pemeriksa telah memiliki bukti
pemeriksaan yang cukup dan sesuai ketika menilai hal
pokok terhadap kriteria untuk membentuk kesimpulan,
berdasarkan tingkat risikonya.

c. Risiko Kecurangan Risiko


kecurangan
010 Pemeriksa harus mempertimbangkan risiko kecurangan
selama proses pemeriksaan, dan mendokumentasikan
hasil penilaiannya.
Pemeriksa perlu mengidentifikasi dan menilai risiko
kecurangan dan mendapatkan bukti pemeriksaan yang
cukup dan sesuai. Dikarenakan keterbatasan bawaan dari
pemeriksaan, terdapat risiko yang tidak dapat dihindari
yaitu tindakan melanggar hukum termasuk kecurangan
yang tidak dapat dideteksi oleh pemeriksa. Risiko tidak
terdeteksinya pelanggaran hukum yang dihasilkan dari
kecurangan lebih tinggi daripada pelanggaran hukum yang
dihasilkan oleh kesalahan. Hal ini dikarenakan kecurangan
dapat melibatkan skema yang terorganisasi yang dirancang
untuk disembunyikan, kesengajaan untuk tidak mencatat
transaksi, atau penyimpangan yang sengaja dilakukan
terhadap pemeriksa. Usaha penyembunyian tersebut lebih
sulit untuk dideteksi ketika dilakukan bersamaan dengan
kolusi.
011 Pemeriksa bertanggung jawab untuk menjaga skeptisisme
profesional selama pemeriksaan dan menyadari fakta
bahwa prosedur pemeriksaan yang efektif untuk
mendeteksi kesalahan mungkin tidak efektif dalam
mendeteksi kecurangan. Ketika kecurangan yang dicurigai
telah diidentifikasi, pemeriksa mengambil langkah untuk
memastikan bahwa pemeriksa secara tepat merespons
8 Badan Pemeriksa Keuangan Direktorat Litbang
Juklak Pemeriksaan Kepatuhan Bab II

sesuai dengan mandat BPK. Tanggung jawab utama untuk


pencegahan dan deteksi kecurangan ada pada manajemen
entitas melalui perancangan dan pelaksanaan Sistem
Pengendalian Intern (SPI) yang baik. Walaupun sebuah
pemeriksaan dapat bertindak sebagai pencegah
kecurangan, pemeriksaan biasanya tidak dirancang untuk
mendeteksi kecurangan.

d. Materialitas Materialitas

012 Pemeriksa harus mempertimbangkan materialitas pada


seluruh proses pemeriksaan dengan menggunakan
pertimbangan profesional.
Penentuan materialitas memerlukan pertimbangan
profesional dan bergantung pada interpretasi pemeriksa
atas kebutuhan pengguna hasil pemeriksaan.
013 Pemeriksa harus menentukan materialitas sebagai dasar
dalam membuat desain pemeriksaan. Materialitas
diterapkan pada setiap tahap pemeriksaan, yaitu:
a. tahap perencanaan, untuk membantu pemeriksa menilai
risiko material dan menentukan sifat, waktu, dan luasnya
prosedur pemeriksaan;
b. tahap pelaksanaan, ketika mempertimbangkan
informasi baru yang mungkin akan mengubah prosedur
yang telah direncanakan, untuk membantu pemeriksa
dalam memutuskan luas prosedur pemeriksaan,
mengevaluasi bukti yang diperoleh, serta efek
ketidakpatuhan yang teridentifikasi; dan
c. tahap pelaporan dan kesimpulan, untuk menentukan
dampak ketidakpatuhan pada kesimpulan pemeriksaan.
014 Sesuatu dapat dinilai material jika pengetahuan mengenai
hal tersebut mungkin akan memengaruhi pengambilan
keputusan oleh pengguna LHP. Dalam menentukan
materialitas, pemeriksa memperhatikan kebutuhan
pemangku kepentingan (lembaga perwakilan, harapan
publik, pemilik, dan pihak manajemen) dan dugaan
kecurangan terkait dengan hal pokok yang diperiksa.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 9


Materialitas meliputi aspek kuantitatif dan kualitatif. Aspek
kuantitatif sering dinyatakan dalam nilai, seperti
persentase, jumlah orang, atau jumlah uang yang terlibat.
Sedangkan aspek kualitatif dinyatakan sebagai sifat yang
melekat atau karakteristik dari suatu hal.
015 Pertimbangan materialitas memengaruhi keputusan
mengenai sifat, waktu, dan luas prosedur pemeriksaan,
serta evaluasi hasil pemeriksaan. Khusus pemeriksaan
kepatuhan yang berdiri sendiri, penentuan topik dan kriteria
pemeriksaan juga mempertimbangkan materialitas.
016 Dalam pemeriksaan kepatuhan, tujuan pemeriksa
menetapkan tingkat materialitas adalah untuk:
a. mengidentifikasi dan menilai risiko adanya
ketidakpatuhan material;
b. menentukan sifat, waktu, dan kedalaman prosedur
pemeriksaan;
c. mengevaluasi apakah terdapat ketidakpatuhan material
atas ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
d. melaporkan temuan ketidakpatuhan dan hal-hal lain
yang diwajibkan untuk dilaporkan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
017 Faktor-faktor yang dapat dipertimbangkan oleh pemeriksa
dalam menilai risiko adanya ketidakpatuhan material adalah
sebagai berikut:
a. kompleksitas ketentuan peraturan perundang-
undangan;
b. kerawanan terjadinya ketidakpatuhan terhadap
ketentuan peraturan perundang-undangan;
c. jangka waktu hal pokok yang diperiksa telah menjadi
subjek yang harus patuh terhadap ketentuan peraturan
perundang-undangan;
d. kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-
undangan pada tahun-tahun sebelumnya;
e. dampak potensial ketidakpatuhan terhadap ketentuan
peraturan perundang-undangan bagi hal pokok yang
diperiksa;
10 Badan Pemeriksa Keuangan Direktorat Litbang
Juklak Pemeriksaan Kepatuhan Bab II

f. tingkat pertimbangan yang digunakan entitas dalam


mematuhi peraturan; dan
g. hasil penilaian risiko pemeriksaan sebelumnya.
018 Pemeriksa harus memutakhirkan penilaian terhadap
materialitas sepanjang proses pemeriksaan berdasarkan
penilaian risiko dengan menggunakan pertimbangan
profesional dan mendokumentasikan pemutakhiran
tersebut dalam Kertas Kerja Pemeriksaan (KKP).

e. Pertimbangan dan skeptisisme profesional Pertimbangan


dan
019 Pemeriksa harus melaksanakan pertimbangan profesional skeptisisme
profesional
selama proses pemeriksaan.
Untuk menunjukkan pertimbangan profesional, pemeriksa
mengikuti pelatihan yang relevan, menggunakan
pengetahuan dan pengalaman dalam konteks yang diatur
oleh standar pemeriksaan dan etik, sehingga keputusan
yang dipertimbangkan dengan baik dapat dibuat pada
seluruh tahapan proses pemeriksaan.
020 Jika terdapat kesulitan dalam kepakaran atau isu yang
tidak dapat dipecahkan dalam tim pemeriksa, pemeriksa
dapat menggunakan tenaga ahli.
Isu yang sulit dapat membutuhkan kompetensi dan
pengalaman yang tidak tercakup dalam tim pemeriksa. Hal
ini dapat berupa isu terkait dengan kompetensi bisnis
khusus, metodologi, atau yuridis. Isu yang tidak dapat
dipecahkan harus dapat dijelaskan di dalam tim pemeriksa,
dan diantara tim pemeriksa dan pihak lain yang terlibat
dalam pemeriksaan. Jika pemeriksa memerlukan keahlian
yang tidak dimiliki oleh tim pemeriksa, maka pemeriksa
dapat menggunakan tenaga ahli.
021 Pemeriksa harus melaksanakan skeptisisme profesional
dan mempertahankan pemikiran yang objektif dan
terbuka.
Skeptisisme profesional adalah sebuah sikap yang
mempertahankan pemikiran yang objektif dan terbuka
dengan cara waspada terhadap kondisi yang dapat

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 11


mengindikasikan kemungkinan ketidakpatuhan sebagai
akibat dari kesalahan atau kecurangan. Skeptisisme
profesional penting ketika mengevaluasi bukti pemeriksaan
yang berlawanan dengan bukti pemeriksaan lainnya dan
informasi yang mempertanyakan keandalan bukti
pemeriksaan, seperti dokumen dan respons atas
pertanyaan.
Penerapan skeptisisme profesional penting untuk
memastikan bahwa pemeriksa menghindari bias pribadi dan
tidak berlebihan menyamaratakan ketika menarik
kesimpulan dari observasi. Sebagai tambahan, pemeriksa
harus bersikap rasional berdasarkan penilaian kritis atas
bukti yang dikumpulkan.

f. Pengendalian Mutu Pengendalian


Mutu
022 BPK bertanggung jawab atas kualitas keseluruhan
pemeriksaan untuk memastikan bahwa pemeriksaan
dilaksanakan sesuai dengan standar profesional, hukum,
dan peraturan serta laporan sesuai dengan kondisinya.
Dalam lingkup prosedur pengendalian mutu, BPK memiliki
sistem keyakinan mutu untuk menjamin kualitas
pemeriksaan keseluruhan. Prosedur pengendalian mutu
dapat berupa supervisi, review, konsultasi, dan pelatihan
yang cukup dan meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan,
dan pelaporan. Kualitas keseluruhan BPK tergantung pada
sebuah sistem yang mendefinisikan peran dan tanggung
jawab secara jelas. BPK memastikan bahwa prosedur dan
review yang cukup dilaksanakan selama proses
pemeriksaan. Pengendalian mutu didokumentasikan dalam
KKP.
023 Tim pemeriksa secara kolektif memiliki kompetensi
profesional yang diperlukan untuk melaksanakan
pemeriksaan.
Tim pemeriksa dibentuk untuk secara kolektif memiliki
kompetensi, pengetahuan, keterampilan, dan keahlian
untuk melaksanakan pemeriksaan sesuai dengan standar

12 Badan Pemeriksa Keuangan Direktorat Litbang


Juklak Pemeriksaan Kepatuhan Bab II

profesional. Tergantung pada hal pokoknya, kompetensi


profesional mencakup:
a. keterampilan pemeriksaan dan analisis/pengumpulan
data;
b. kompetensi hukum;
c. pemahaman dan pengalaman praktis dari jenis
pemeriksaan yang telah dilaksanakan;
d. pengetahuan atas standar dan kewenangan yang dapat
diaplikasikan;
e. pemahaman atas kegiatan entitas yang diperiksa dan
pengalaman yang sesuai untuk jenis entitas dan kegiatan
yang diperiksa;
f. kemampuan dan pengalaman untuk melaksanakan
pertimbangan profesional; dan
g. menghasilkan laporan pemeriksaan yang sesuai dengan
kondisi.
024 Pemeriksa harus bertanggung jawab atas keseluruhan
kualitas pemeriksaan.
Pemeriksa bertanggung jawab atas kinerja pemeriksaan dan
harus menerapkan prosedur pengendalian mutu selama
proses pemeriksaan. Prosedur tersebut harus bertujuan
untuk memastikan bahwa pemeriksaan sesuai dengan
standar yang berlaku dan laporan pemeriksaan, kesimpulan
atau pendapat adalah tepat sesuai dengan kondisi.
g. Dokumentasi Dokumentasi

025 Pemeriksa harus menyiapkan dokumentasi pemeriksaaan


yang cukup rinci untuk mendukung pemahaman yang jelas
atas pekerjaan yang telah dilaksanakan, bukti yang
didapatkan, dan kesimpulan yang diambil. Pemeriksa
harus menyiapkan dokumentasi pemeriksaan secara tepat
waktu, menjaga tetap terbarukan selama pemeriksaan,
dan melengkapi dokumentasi bukti pemeriksaan yang
mendukung temuan pemeriksaan sebelum laporan
pemeriksaan diterbitkan.
Tujuan dokumentasi pekerjaan pemeriksaan adalah untuk
meningkatkan transparansi pekerjaan yang dilaksanakan,
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 13
dan memungkinkan pemeriksa yang berpengalaman yang
tidak memiliki hubungan dengan pemeriksaan sebelumnya
untuk:
a. memahami masalah penting yang muncul selama
pemeriksaan, kesimpulan yang diambil, dan
pertimbangan profesional signifikan yang dibuat dalam
mencapai kesimpulan;
b. memahami hubungan antara hal pokok yang diperiksa,
kriteria, lingkup pemeriksaan, penilaian risiko, strategi
pemeriksaan dan perencanaan pemeriksaan, serta sifat,
waktu, keluasan dan hasil dari prosedur dilakukan;
c. memahami bukti yang diperoleh untuk mendukung
kesimpulan;
d. memahami alasan yang mendasari semua hal signifikan
yang memerlukan pertimbangan profesional;
e. memahami kesimpulan hasil pemeriksaan; dan
f. memahami hal penting lainnya yang diungkap dalam
dokumentasi.
026 Dokumentasi meliputi:
a. penjelasan hal pokok pemeriksaan;
b. penilaian risiko, strategi pemeriksaan dan perencanaan
pemeriksaan, serta dokumen terkait;
c. metode yang diaplikasikan dan lingkup serta jangka
waktu pemeriksaan;
d. sifat, waktu, dan luas prosedur pemeriksaan yang
dilaksanakan;
e. hasil prosedur pemeriksaan yang dilaksanakan dan bukti
pemeriksaan yang didapatkan;
f. evaluasi bukti pemeriksaan dalam membentuk temuan,
kesimpulan, dan rekomendasi;
g. pertimbangan yang dilakukan dalam proses
pemeriksaan, termasuk penggunaan tenaga ahli dan
alasan di belakangnya;
h. komunikasi dengan dan tanggapan dari entitas yang
diperiksa; dan

14 Badan Pemeriksa Keuangan Direktorat Litbang


Juklak Pemeriksaan Kepatuhan Bab II

i. review pengawasan dan pengendalian mutu lainnya.


Dokumentasi harus cukup untuk menunjukkan bagaimana
pemeriksa mendefinisikan tujuan, hal pokok, kriteria dan
lingkup, dan alasan mengapa metode atau analisis dipilih.
Untuk tujuan ini, dokumentasi harus terorganisir untuk
menyediakan hubungan yang jelas dan langsung dengan
temuan dan bukti yang mendukungnya.
027 Secara khusus dalam tahap perencanaan, dokumentasi
yang disimpan oleh pemeriksa harus memiliki:
a. informasi yang dibutuhkan untuk memahami entitas
yang diperiksa dan lingkungannya yang memungkinkan
penilaian risiko;
b. penilaian materialitas atas hal pokok; dan
c. identifikasi sumber bukti pemeriksaan yang
memungkinkan.
028 Pemeriksa perlu memakai prosedur yang tepat untuk
menjaga kerahasiaan dan pengamanan atas dokumentasi
pemeriksaan dan menyimpannya untuk jangka waktu yang
memadai sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan dan memungkinkan pelaksanaan kegiatan tindak
lanjut pemeriksaan. Mendokumentasikan keputusan kunci
yang sudah dibuat adalah penting untuk menunjukkan
independensi dan ketidakberpihakan pemeriksa dalam
analisisnya. Kehadiran isu sensitif membutuhkan
dokumentasi atas fakta yang relevan yang dipertimbangkan
oleh pemeriksa dalam memilih tindakan tertentu atau
dalam mengambil keputusan tertentu. Dengan demikian,
tindakan dan keputusan dijelaskan dan transparan.
Dokumentasi pemeriksaan dapat mengacu pada pedoman
pengelolaan KKP yang telah ada.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 15


h. Komunikasi Komunikasi

029 Pemeriksa harus melakukan komunikasi yang efektif


selama proses pemeriksaan.
Komunikasi harus dilakukan pada semua tahap
pemeriksaan mulai dari tahap perencanaan sampai dengan
tahap pelaporan. Pemeriksa harus mengomunikasikan
kriteria pemeriksaan, ketidaksesuaian dengan kriteria, dan
juga kesulitan dalam melakukan pemeriksaan kepada pihak
yang bertanggung jawab. Mengomunikasikan hal-hal
tersebut dapat membantu dalam mencapai saling
pengertian dalam proses pemeriksaan dan kegiatan pihak
yang bertanggung jawab. Bentuk komunikasi dengan pihak
yang bertanggung jawab selama proses pemeriksaan perlu
disesuaikan dengan kondisinya. Pemeriksa perlu
mempertimbangkan waktu komunikasi dan bentuk
komunikasi apakah dilakukan secara lisan atau tertulis atau
keduanya.
030 Temuan ketidakpatuhan yang material harus
dikomunikasikan dengan level manajemen yang sesuai
dan pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola. Hal
signifikan lainnya dari pemeriksaan yang secara langsung
relevan dengan entitas juga harus dikomunikasikan.
Temuan yang tidak dianggap material atau tidak
dimasukkan dalam laporan pemeriksaan, dapat
dikomunikasikan kepada manajemen selama pemeriksaan.
Mengomunikasikan temuan tersebut dapat membantu
entitas untuk memperbaiki temuan ketidakpatuhan dan
menghindari temuan yang serupa di masa mendatang.

F. Metodologi Pemeriksaan Kepatuhan


031 Tiga tahapan dalam pemeriksaan kepatuhan yaitu Metodologi
pemeriksaan
perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan. Langkah-langkah kepatuhan
dalam metodologi pemeriksaan kepatuhan ditunjukkan dalam
gambar.

16 Badan Pemeriksa Keuangan Direktorat Litbang


Juklak Pemeriksaan Kepatuhan Bab II

Gambar Metodologi Pemeriksaan Kepatuhan


Ukuran Kinerja Pemeriksaan:
-Standar Pemeriksaan Keuangan Negara
-Sistem Pemerolehan Keyakinan Mutu
-Panduan Manajemen Pemeriksaan
-Tujuan dan Harapan Penugasan

PERENCANAAN PELAKSANAAN PELAPORAN

1. Identifikasi Pengguna
Hasil Pemeriksaan dan
Pihak yang Bertanggung
Jawab
10. Pemerolehan
2. Penentuan Hal Pokok, dan Analisis Bukti 13. Penyusunan
Tujuan, dan Lingkup LHP
Pemeriksaan

3. Identifikasi Kriteria

4. Pemahaman Entitas
dan Lingkungannya
11. Pengembangan
Temuan
5. Pemahaman Sistem
Pengendalian Intern

6. Penentuan Materialitas

14. Tindak Lanjut


7. Penilaian Risiko
12. Pemerolehan Pemeriksaan
Tanggapan atas Kepatuhan
8. Penentuan Uji Petik Temuan
Pemeriksaan
9. Penyusunan Strategi
dan Rencana Pemeriksaan

SUPERVISI, KENDALI DAN PENJAMINAN MUTU


(Supervision, Quality Control and Assurance)

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 17


032 Tahap perencanaan pemeriksaan meliputi 9 (sembilan) langkah Tahap
perencanaan
kegiatan, yaitu: pemeriksaan
a. identifikasi pengguna hasil pemeriksaan dan pihak yang terdiri dari
sembilan
bertanggung jawab;
langkah
b. penentuan hal pokok, tujuan, dan lingkup pemeriksaan;
c. identifikasi kriteria;
d. pemahaman entitas dan lingkungannya;
e. pemahaman sistem pengendalian intern;
f. penentuan materialitas;
g. penilaian risiko;
h. penentuan uji petik; dan
i. penyusunan strategi dan rencana pemeriksaan.

033 Tahap pelaksanaan pemeriksaan meliputi 3 (tiga) langkah Tahap


pelaksanaan
kegiatan, yaitu: pemeriksaan
a. pemerolehan dan analisis bukti; terdiri dari
tiga langkah
b. pengembangan temuan; dan
c. pemerolehan tanggapan atas temuan pemeriksaan.

034 Tahap pelaporan pemeriksaan meliputi 2 (dua) langkah Tahap


pelaporan
kegiatan, yaitu penyusunan LHP dan tindak lanjut pemeriksaan pemeriksaan
kepatuhan. terdiri dari
dua langkah

035 Ukuran kinerja yang digunakan untuk menilai keberhasilan


pemeriksaan kepatuhan adalah SPKN, Sistem Pemerolehan
Keyakinan Mutu (SPKM), PMP, dan tujuan serta harapan
penugasan. Kegiatan supervisi dan pengendalian mutu
dilakukan terhadap seluruh tahapan pemeriksaan kepatuhan.

18 Badan Pemeriksa Keuangan Direktorat Litbang


Juklak Pemeriksaan Kepatuhan Bab III

BAB III
PERENCANAAN PEMERIKSAAN KEPATUHAN

A. Pendahuluan
01 Secara umum, perencanaan pemeriksaan kepatuhan memiliki Aspek dalam
perencanaan
2 (dua) aspek. Pertama, pemeriksa membangun strategi
keseluruhan mencakup lingkup, fokus, waktu, dan pelaksanaan
pemeriksaan. Kedua, berdasarkan strategi tersebut, pemeriksa
menyiapkan rencana pemeriksaan yang menunjukkan
pendekatan secara detail dan langkah-langkah khusus terkait
sifat, waktu, dan luas prosedur yang akan dilaksanakan, serta
alasan pemilihannya. Sifat dan luas aktivitas perencanaan akan
bervariasi tergantung pada kondisi pemeriksaan, seperti
kompleksitas dari hal pokok dan kriteria.

B. Tujuan dan Lingkup Perencanaan


02 Pemeriksa harus merencanakan pemeriksaan untuk Pentingnya
perencanaan
memastikan bahwa pemeriksaan dilaksanakan dengan cara
yang ekonomis, efisien, efektif, tepat waktu, dan sesuai dengan
kebijakan pemeriksaan, Rencana Kerja Pemeriksaan (RKP),
serta SPKN yang ditetapkan oleh BPK.
Pada tahap perencanaan, pemeriksa melihat hubungan antara
hal pokok, kriteria, dan lingkup pemeriksaan kepatuhan.
Pemeriksa mempertimbangkan kebutuhan pengguna laporan
dan menggunakan pertimbangan profesional dalam
melakukan perencanaan.
03 Perencanaan membantu untuk: Tujuan
perencanaan
a. memberikan perhatian yang tepat kepada area yang
penting dalam pemeriksaan;
b. mengidentifikasi masalah-masalah potensial secara tepat
waktu;
c. mengatur dan mengelola pemeriksaan secara tepat;
d. membagi tugas kepada anggota tim secara tepat;

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 19


e. memfasilitasi arahan, pengawasan, dan review pekerjaan
anggota tim; dan
f. mempertimbangkan perlu tidaknya penggunaan tenaga
ahli.
04 Perencanaan pemeriksaan meliputi: Lingkup
perencanaan
a. identifikasi pengguna hasil pemeriksaan dan pihak yang
bertanggung jawab;
b. penentuan hal pokok, tujuan, dan lingkup;
c. identifikasi kriteria;
d. pemahaman entitas dan lingkungannya;
e. pemahaman sistem pengendalian intern;
f. penentuan materialitas;
g. penilaian risiko;
h. penentuan uji petik; dan
i. membangun strategi dan rencana pemeriksaan/Program
Pemeriksaan (P2).

C. Perencanaan Pemeriksaan Kepatuhan


1. Identifikasi Pengguna Hasil Pemeriksaan dan Pihak yang
Bertanggung Jawab

05 Pemeriksa harus secara jelas mengidentifikasi pengguna hasil Identifikasi


pengguna LHP
pemeriksaan/LHP dan pihak yang bertanggung jawab serta dan pihak
mempertimbangkan implikasi atas peran mereka untuk yang
bertanggung
kepentingan pemeriksaaan.
jawab
Pengguna hasil pemeriksaan/LHP adalah pihak yang menerima
laporan pemeriksaan kepatuhan yang disiapkan oleh
pemeriksa. Pengguna LHP dapat berasal dari legislatif atau
badan pengawas, dan pihak yang bertanggung jawab atas tata
kelola. Pihak yang bertanggung jawab memiliki tanggung jawab
atas hal pokok dan menjadi subjek pemeriksaan.
06 Identifikasi pihak yang bertanggung jawab penting ketika
menentukan kriteria pemeriksaan. Pihak yang bertanggung
jawab harus mematuhi kriteria yang berasal dari misalnya
hukum, peraturan, ketentuan penganggaran, dan peraturan
keuangan. Penetapan kriteria dipengaruhi oleh hal

20 Badan Pemeriksa Keuangan Direktorat Litbang


Juklak Pemeriksaan Kepatuhan Bab III

pokok/informasi hal pokok yang akan diperiksa. Pemeriksa


juga perlu mengomunikasikan kriteria kepada pihak yang
bertanggung jawab selama proses pemeriksaan. Untuk
beberapa hal pokok, pihak yang bertanggung jawab dapat lebih
dari satu, misalnya pada kasus lebih dari satu entitas yang
terlibat dalam pelaksanaan anggaran. Pada kasus tersebut,
jumlah pengguna LHP juga dapat bertambah. Sebagai contoh,
pada pemeriksaan kepatuhan pelaksanaan impor beras, pihak
yang bertanggung jawab adalah Direktorat Jenderal Bea Cukai
Kementerian Keuangan, Direktorat Jenderal Perdagangan Luar
Negeri Kementerian Perdagangan, dan instansi terkait lainnya.

2. Penentuan Hal Pokok, Tujuan, dan Lingkup Pemeriksaan

07 Pada umumnya tahap perencanaan dilakukan di awal Penentuan hal


pokok, tujuan,
pemeriksaan. Apabila diperlukan, pemeriksa dapat dan lingkup
memperbarui rencana, untuk mencerminkan perubahan yang pemeriksaan

signifikan selama pemeriksaan. Pemeriksa dapat


menyesuaikan lingkup dan prosedur sesuai dengan kondisi di
lapangan.

Hal Pokok
08 Hal pokok dapat berbentuk kuantitatif yang dapat diukur Hal Pokok

maupun kualitatif yang sifatnya lebih subjektif. Hal pokok harus


dapat diidentifikasi dan dinilai dengan kriteria sehingga
memungkinkan pengumpulan bukti tentang informasi hal
pokok untuk mendukung kesimpulan. Hal pokok pemeriksaan
kepatuhan dapat cukup luas dan bervariasi dari pemeriksaan
satu ke pemeriksaan lainnya. Hal pokok dapat bersifat umum
atau sangat spesifik.
09 Pemeriksa perlu menentukan hal pokok dan kriteria secara Contoh hal
pokok
hati-hati sehingga dapat menghasilkan laporan yang berguna
dan memenuhi harapan pemberi tugas. Oleh karena itu,
pemeriksa harus selalu mencari:
a. aspek penting dari hal pokok; dan
b. kriteria yang sesuai tersedia untuk pengukuran hal pokok.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 21


Beberapa contoh dari hal pokok yang dapat dijadikan referensi
antara lain:
a. pengelolaan dan pertanggungjawaban belanja bantuan
sosial;
b. pengadaan barang dan jasa;
c. belanja modal infrastruktur;
d. pengelolaan operasional bank;
e. penerimaan negara dan Dana Bagi Hasil (DBH);
f. pelaksanaan impor beras;
g. pelaksanaan karantina komoditi hortikultura;
h. pelaksanaan kegiatan pengerukan;
i. pencetakan dan pemusnahan Rupiah;
j. pengelolaan hibah luar negeri, dll.
(Contoh Hal Pokok, Informasi Hal Pokok, dan Kriterianya dapat
dilihat pada Lampiran III.1 yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Keputusan ini)

Tujuan Pemeriksaan
010 Pemeriksa harus menyatakan secara jelas tujuan pemeriksaan Tujuan
pemeriksaan
atas hal pokok atau informasi hal pokok yang akan diperiksa.
Dalam pemeriksaan kepatuhan, mendeteksi kecurangan bukan
merupakan tujuan utama, namun pemeriksa harus
memasukkan faktor risiko terjadinya kecurangan dalam
penilaian risiko dan tetap waspada terhadap indikasi
kecurangan saat melaksanakan pekerjaan mereka.
011 Tujuan pemeriksaan akan memengaruhi hal-hal sebagai Pengaruh
tujuan
berikut: pemeriksaan
a. hal pokok/informasi hal pokok yang akan diperiksa; dan
b. kriteria pemeriksaan.
012 Tujuan pemeriksaan harus memiliki karakteristik: Karakteristik
tujuan
a. realistis; pemeriksaan
b. dapat dicapai; dan
c. memberikan informasi yang cukup kepada entitas serta
pemangku kepentingan lainnya tentang fokus pemeriksaan.
013 Dalam menyusun dan menetapkan tujuan, pemeriksa perlu Faktor-faktor
yang
memperhatikan harapan penugasan. Selain itu, faktor-faktor
22 Badan Pemeriksa Keuangan Direktorat Litbang
Juklak Pemeriksaan Kepatuhan Bab III

yang perlu diperhatikan dalam menyusun dan menetapkan memengaruhi


tujuan
tujuan, antara lain:
a. SPI entitas;
b. hasil penilaian signifikansi/materialitas;
c. risiko pemeriksaan;
d. Rencana Strategis (Renstra) BPK;
e. sifat pemeriksaan apakah mandatory (diwajibkan dalam
undang-undang) atau reguler;
f. informasi dari LHP sebelumnya; dan
g. Renstra entitas yang diperiksa.
014 Pemeriksa perlu mengomunikasikan kepada pemberi tugas Pentingnya
komunikasi
mengenai: tujuan dan
a. tujuan dan implikasi tujuan tersebut terhadap kedalaman harapan
penugasan
prosedur yang akan dilakukan dan jenis bukti yang akan
dikumpulkan; dan
b. alasan penugasan.
Komunikasi atas kedua hal tersebut bertujuan untuk
memperoleh pemahaman mengenai harapan pemberi tugas
atas output yang akan dihasilkan. Pemahaman tujuan dan
harapan penugasan dilakukan untuk mengurangi risiko
kesalahan penafsiran atas tugas yang diberikan atau atas
harapan dari pihak lain, baik yang dilakukan oleh pemeriksa
maupun pemberi tugas. Pemeriksa perlu melakukan
komunikasi baik lisan maupun tertulis dengan pemberi tugas,
dan didokumentasikan dalam bentuk formulir tujuan dan
harapan penugasan.
(Contoh Kertas Kerja Pemahaman Tujuan dan Harapan
Penugasan dapat dilihat pada Lampiran III.2 yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Keputusan ini)
Lingkup Pemeriksaan
015 Lingkup pemeriksaan adalah pernyataan yang jelas mengenai Lingkup
Pemeriksaan
fokus, luas, dan batasan pemeriksaan. Lingkup pemeriksaan
mencakup pengidentifikasian objek/sasaran pemeriksaan,
aspek yang diperiksa, organisasi, lokasi geografis, dan periode
yang dicakup dalam pemeriksaan. Lingkup ataupun batas
pemeriksaan dapat juga didefinisikan dengan "apa yang
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 23
diperiksa", "siapa yang diperiksa", "di mana yang akan
diperiksa", dan "kapan akan diperiksa".
Lingkup pemeriksaan harus dikomunikasikan kepada entitas.
Informasi mengenai lingkup pemeriksaan sebaiknya dilakukan
secara tertulis. Proses pemeriksaan yang efektif tergantung
pada tingkat pemahaman pemeriksa maupun pihak yang
diperiksa mengenai lingkup pemeriksaan. Lingkup
pemeriksaan harus dinyatakan secara jelas dalam laporan
karena akan memengaruhi bentuk kesimpulan.
016 Dalam menentukan lingkup pemeriksaan, faktor-faktor yang Faktor yang
dipertimbangk
dipertimbangkan antara lain: an dalam
a. kepentingan atau harapan publik atau legislatif; penentuan
lingkup
b. pengaruh kepada masyarakat;
pemeriksaan
c. proyek dengan dana publik yang signifikan;
d. penerima dana publik;
e. signifikansi ketentuan hukum tertentu;
f. prinsip tata kelola pemerintahan yang baik;
g. peran badan sektor publik yang berbeda;
h. hak warga negara dan badan sektor publik;
i. potensi pelanggaran dari ketentuan peraturan perundang-
undangan yang mengatur aktivitas entitas publik, atau
utang negara, defisit dan kewajiban ekstern;
j. ketidakpatuhan pengendalian intern, atau ketiadaan SPI
yang cukup;
k. temuan pemeriksaan sebelumnya; dan
l. risiko ketidakpatuhan dari pihak ketiga.
017 Pada saat pelaksanaan pemeriksaan dimungkinkan adanya Perubahan
lingkup
perubahan lingkup pemeriksaan. Kondisi yang memungkinkan pemeriksaan
adanya perubahan lingkup pemeriksaan kepatuhan pada saat
pelaksanaan pemeriksaan antara lain adalah:
a. Ditemukannya hal-hal yang berdampak signifikan atas
pengendalian intern entitas dan berdasarkan penilaian
risiko ditemukan risiko tinggi tidak tercapainya tujuan
pemeriksaan yang ditetapkan pada tahap perencanaan.
Lingkup pemeriksaan akan difokuskan pada hal

24 Badan Pemeriksa Keuangan Direktorat Litbang


Juklak Pemeriksaan Kepatuhan Bab III

pokok/akun/unit kerja yang memiliki tingkat risiko tinggi


dan/atau sifat operasi bisnis yang kompleks atau baru.
b. Pemahaman bisnis proses yang lebih rinci baru diperoleh
ketika pelaksanaan pemeriksaan dan berbeda dengan
pemahaman pada saat perencanaan pemeriksaan, seperti:
1) Perubahan produk hukum terkait proses bisnis entitas;
dan
2) Perubahan struktur organisasi (antara lain perubahan
Peraturan Pemerintah (PP) atau Peraturan Daerah
(Perda), dan adanya merger/akuisisi).
c. Terdapat masalah yang krusial dan material yang
mengakibatkan kerugian negara, tindak pidana korupsi, dan
kecurangan.
Perubahan lingkup harus didokumentasikan oleh pemeriksa.

3. Identifikasi Kriteria

018 Kriteria adalah alat ukur yang digunakan untuk menilai hal Identifikasi
kriteria
pokok yang sedang diperiksa. Kriteria merupakan hal yang
utama dalam pemeriksaan kepatuhan karena tujuan
pemeriksaan adalah untuk menilai apakah hal pokok yang
diperiksa sesuai (patuh) dengan aturan yang berlaku yang
menjadi kriteria. Kriteria yang digunakan dalam pemeriksaan
kepatuhan diinformasikan kepada pihak yang diperiksa pada
awal pemeriksaan (entry meeting) agar diperoleh kesamaan
pemahaman antara pemeriksa dan pihak yang diperiksa.
Kesamaan pemahaman mencegah ketidaksepakatan atas
kriteria pada saat pembahasan temuan.
019 Kriteria dapat spesifik atau lebih umum, dan dapat diambil dari Sifat kriteria

berbagai sumber, termasuk undang-undang, peraturan,


standar-standar, prinsip-prinsip, dan praktik terbaik. Kriteria
dapat bersifat formal, seperti undang-undang, peraturan di
bawah kerangka undang-undang, dan peraturan lainnya yang
relevan terkait dengan undang-undang, serta peraturan dan
perjanjian, kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh
pejabat dari entitas yang diperiksa, dan lain-lain.
Ketika kriteria formal tidak ada atau belum disahkan secara
hukum atau ada kekurangan dalam legislasi tentang
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 25
penerapannya, pemeriksa dapat menggunakan prinsip-prinsip
yang diterima umum, pendapat ahli, kepatutan, kode etik, atau
yang berhubungan dengan harapan mengenai perilaku.
Kriteria tersebut harus dikomunikasikan dengan entitas yang
diperiksa. Sebagai contoh, kewajaran biaya jamuan yang tidak
diatur secara eksplisit dalam ketentuan apapun.
020 Kriteria pemeriksaan yang baik memiliki karakteristik sebagai Karakteristik
kriteria
berikut:
a. Relevan: kriteria yang relevan menghasilkan informasi hal
pokok yang membantu pengambilan keputusan oleh
pengguna LHP;
b. Lengkap: faktor-faktor relevan yang dapat memengaruhi
kesimpulan tidak ada yang diabaikan;
c. Andal: kriteria yang andal menghasilkan kesimpulan yang
konsisten ketika digunakan dan diuji dengan cara yang
sama, oleh pemeriksa lain, pada kondisi yang sama;
d. Netral: kriteria netral menghasilkan informasi hal pokok
yang bebas dari bias yang sesuai dalam situasi perikatan;
e. Dimengerti: kriteria yang dapat dimengerti menghasilkan
informasi hal pokok yang dapat dimengerti oleh pengguna
LHP;
f. Kegunaan: kriteria yang berguna menghasilkan temuan dan
kesimpulan yang memenuhi kebutuhan pengguna
informasi;
g. Keterbandingan: kriteria yang dapat dibandingkan
konsisten dengan yang digunakan dalam pemeriksaan
kepatuhan pada entitas lain yang serupa atau aktivitas yang
digunakan pada pemeriksaan kepatuhan sebelumnya pada
entitas yang diperiksa;
h. Dapat diterima: kriteria yang dapat diterima adalah kriteria
yang disetujui oleh ahli yang independen dalam bidangnya,
entitas yang diperiksa, legislatif, media, dan masyarakat;
dan
i. Ketersediaan: kriteria tersedia untuk pengguna LHP
sehingga mereka mengerti sifat pemeriksaan yang
dilaksanakan dan sebagai dasar laporan pemeriksaan.

26 Badan Pemeriksa Keuangan Direktorat Litbang


Juklak Pemeriksaan Kepatuhan Bab III

021 Kriteria yang digunakan bergantung pada sejumlah faktor, Faktor-faktor


yang
antara lain: memengaruhi
a. tujuan pemeriksaan; kriteria

b. lingkup pemeriksaan; dan


c. hal pokok/informasi hal pokok yang diperiksa.
022 Sumber kriteria yang beragam memungkinkan adanya Sumber
kriteria
ketentuan yang saling bertentangan dan adanya interpretasi
yang berbeda. Selain itu, terdapat kemungkinan bahwa
peraturan yang di bawah tidak konsisten dengan peraturan di
atasnya. Apabila pemeriksa mengidentifikasi adanya
pertentangan antara beberapa sumber kriteria yang
digunakan, maka pemeriksa harus menganalisis konsekuensi
adanya pertentangan tersebut, dan menindaklanjuti dengan
melakukan beberapa hal antara lain:
a. memodifikasi tujuan pemeriksaan atau hal pokok yang akan
diperiksa; atau
b. memutuskan untuk tidak melakukan penilaian atas hal
pokok; atau
c. melibatkan para ahli untuk memperoleh pandangan atas
adanya pertentangan beberapa sumber kriteria.
023 Pemeriksa perlu menetapkan kriteria sebagai: Tujuan
penetapan
a. alat untuk mengaitkan tujuan dengan P2 selama tahap kriteria
pengumpulan dan analisis bukti;
b. dasar dalam pengumpulan bukti dan penetapan prosedur
pengumpulan bukti;
c. dasar penetapan temuan; dan
d. hal yang akan dikomunikasikan oleh pemeriksa dengan
manajemen entitas yang diperiksa mengenai sifat
pemeriksaan.
024 Langkah-langkah dalam penentuan kriteria: Langkah
penentuan
a. mencari sumber-sumber kriteria yang masih berlaku; kriteria
b. mengkaji kesesuaian kriteria dengan hal yang akan
diperiksa;
c. menentukan kriteria yang akan digunakan; dan

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 27


d. memastikan kriteria yang digunakan dapat diterima oleh
para pihak.
(Contoh Kertas Kerja Identifikasi Hal Pokok dan Kriteria
Pemeriksaan dapat dilihat pada Lampiran III.3 yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Keputusan ini)

4. Pemahaman Entitas dan Lingkungannya

025 Pemeriksa perlu memiliki pemahaman yang menyeluruh Pemahaman


entitas dan
tentang entitas dan lingkungan entitas, serta bagaimana lingkungannya
pengaruhnya terhadap hal pokok dan informasi hal pokok.
Pemahaman entitas dapat membantu pemeriksa dalam
memperoleh gambaran umum entitas yang akan digunakan
sebagai input dalam penilaian risiko dan SPI, serta menentukan
kriteria dan materialitas pemeriksaan.
Dalam hal pemeriksaan kepatuhan mencakup lebih dari 1
(satu) satu entitas, pemeriksa harus memperoleh pemahaman
atas semua entitas yang akan diperiksa dalam lingkup yang
ditentukan.
026 Pemahaman entitas dan lingkungannya harus dilakukan Faktor-faktor
pemahaman
dengan memperhatikan faktor-faktor: entitas dan
a. Intern lingkungannya

1) tujuan dan strategi entitas;


2) praktik tata kelola yang dilakukan entitas (kontinuitas
dan efektivitas);
3) kekuatan dan kelemahan organisasi;
4) sumber daya (Sumber Daya Manusia (SDM), keuangan
dan teknologi);
5) sifat operasional entitas;
6) ukuran kinerja entitas;
7) alur dan saluran komunikasi; dan
8) budaya organisasi.
Informasi terkait faktor intern dapat berasal dari:
struktur organisasi entitas, laporan pemeriksaan intern,
kebijakan entitas, database entitas, dan lain-lain.
b. Ekstern
1) peraturan perundangan;

28 Badan Pemeriksa Keuangan Direktorat Litbang


Juklak Pemeriksaan Kepatuhan Bab III

2) hubungan dengan pihak ketiga;


3) kebutuhan pemangku kepentingan/stakeholder;
4) kondisi perekonomian dan geopolitik; dan
5) teknologi dan informasi.
Informasi terkait faktor ekstern dapat berasal dari:
LHP dan hasil komunikasi dengan pemeriksa sebelumnya,
laporan pemantauan tindak lanjut hasil pemeriksaan,
internet, media massa, dan lain-lain.
027 Langkah-langkah dalam tahapan pemahaman entitas adalah Langkah-
langkah
sebagai berikut: pemahaman
a. memahami tujuan entitas, kegiatan pengelolaan entitas

(perencanaan, pelaksanaan, pelaporan, dan pengawasan)


entitas, serta strategi entitas untuk mencapai tujuan;
b. memahami pengaruh lingkungan terhadap pencapaian
tujuan entitas;
c. mengidentifikasi temuan dan rekomendasi yang signifikan
atas pemeriksaan sebelumnya, atau studi lain yang
sebelumnya telah dilaksanakan;
d. mengidentifikasi peraturan-peraturan yang harus dipatuhi
oleh entitas;
e. memahami kekuatan dan kelemahan entitas dalam
merespons kepatuhan terhadap perundang-undangan; dan
f. memahami dampak yang mungkin terjadi dari kecurangan
dan/atau penyimpangan dari ketentuan peraturan
perundang-undangan terhadap hal yang diperiksa.
Setelah pemahaman diperoleh, pemeriksa perlu
mengidentifikasi dan menilai risiko yang mungkin berdampak
material terhadap pemeriksaan.

5. Pemahaman Sistem Pengendalian Intern

028 Pemahaman atas pengendalian intern merupakan bagian yang Pemahaman


SPI
melengkapi pemahaman entitas. Pemeriksa menggunakan
pertimbangan profesional untuk memutuskan apakah suatu
pengendalian relevan atau tidak dengan mempertimbangkan
hal pokok, sifat, lingkup, dan tujuan pemeriksaan kepatuhan.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 29


029 Dalam konteks pemeriksaan kepatuhan, SPI terdiri dari
kebijakan, struktur, prosedur, proses, tugas, dan faktor-faktor
lainnya yang membantu entitas untuk merespons dengan tepat
risiko ketidakpatuhan. Sebuah sistem yang efektif harus
menjaga aset entitas yang diperiksa, memfasilitasi pelaporan
intern dan ekstern, serta membantu entitas yang diperiksa
untuk mematuhi peraturan yang terkait.
030 Pemeriksa harus menguji keandalan pengendalian tersebut
dan menilai risiko apakah struktur pengendalian yang ada
dapat mencegah atau mendeteksi ketidakpatuhan material
serta memperbaiki ketidakpatuhan yang terdeteksi.
Hasil dari penilaian pengendalian intern akan membantu
pemeriksa menentukan tingkat keyakinan, sifat, waktu, dan
lingkup prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan.
031 Pemeriksa perlu memperoleh pemahaman atas seluruh Komponen SPI

komponen SPI yaitu (1) lingkungan pengendalian; (2) proses


penilaian risiko entitas; (3) aktivitas pengendalian; (4) sistem
informasi dan komunikasi; serta (5) pemantauan yang relevan
dengan pemeriksaan. Selain itu, pemeriksa perlu memahami
mengenai:
a. bentuk pengendalian;
b. apakah pengendalian telah memadai serta dapat
mendeteksi, mencegah, dan mengoreksi ketidakpatuhan;
dan
c. apakah pengendalian bekerja sebagaimana yang
diharapkan.
032 Penilaian SPI entitas secara mendalam dapat dilakukan dengan
melakukan review dokumen, diskusi dengan
pimpinan/manajemen entitas, diskusi dengan personil satuan
kerja pengawas intern, observasi fisik, dan pengujian
pengendalian.
Hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam menilai
pengendalian intern entitas yaitu komunikasi, penegakan
integritas dan nilai-nilai etika, komitmen terhadap kompetensi,
tata kelola, filosofi dan gaya operasi manajemen, struktur
organisasi, keberadaan dan tingkat aktivitas pemeriksa intern,
30 Badan Pemeriksa Keuangan Direktorat Litbang
Juklak Pemeriksaan Kepatuhan Bab III

pembagian wewenang dan tanggung jawab, serta kebijakan


dan praktik SDM entitas yang diperiksa.

6. Penentuan Materialitas

033 Penilaian materialitas pada tahap perencanaan pemeriksaan Penentuan


materialitas
membantu pemeriksa untuk mengidentifikasi hal-hal yang
menjadi perhatian atau dipandang penting oleh pengguna hasil
pemeriksaan. Hal terpenting dalam menentukan materialitas
pada tahap perencanaan adalah mempertimbangkan apakah
kepatuhan atau ketidakpatuhan tersebut memengaruhi
keputusan pengguna. Pemeriksa harus menilai ulang
materialitas yang ditetapkannya sepanjang proses
pemeriksaan.
034 Penentuan materialitas dapat berdasarkan penilaian terhadap Faktor-faktor
yang harus
pentingnya temuan pemeriksaan. Pada akhir pemeriksaan, dipertimbangk
pemeriksa harus mempertimbangkan apakah temuan cukup an dalam
menilai
signifikan untuk dimasukkan dalam laporan. Untuk
materialitas
melaksanakan hal tersebut, dalam menentukan material atau informasi
tidaknya suatu informasi pada tahap perencanaan, pemeriksa
harus mempertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut:
a. konteks di mana masalah muncul, misalnya jika masalah
tersebut terkait dengan kepatuhan terhadap undang-
undang atau peraturan;
b. harapan publik dan kepentingan umum;
c. kebutuhan untuk pengawasan legislatif dan peraturan di
area tertentu;
d. kebutuhan akan keterbukaan dan transparansi; dan
e. kegiatan yang menggunakan pembiayaan besar.
Ketidakpatuhan dapat tidak berhubungan sama sekali dengan
nilai, jumlah, atau ukuran.
035 Suatu hal dapat dianggap material meskipun nilainya lebih Unsur yang
menyebabkan
rendah atau berakibat pervasif apabila didalamnya terdapat suatu hal
unsur: dianggap
material
a. kecurangan (fraud);
b. tindakan melanggar hukum disengaja atau ketidakpatuhan;

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 31


c. informasi yang salah atau tidak lengkap untuk manajemen,
pemeriksa, atau legislatif;
d. kesengajaan mengabaikan untuk melanjutkan permintaan
yang dibuat oleh manajemen, badan otoritas, atau
pemeriksa; dan
e. kejadian dan transaksi yang dilakukan namun tidak
didukung dengan dasar hukum yang memadai untuk
melaksanakan kegiatan atau transaksi tertentu.
036 Materialitas Kuantitatif Materialitas
kuantitatif
Materialitas kuantitatif ditentukan dengan persentase
terhadap basis tertentu. Persentase tersebut merupakan
ambang batas yang berfungsi sebagai faktor penentu dalam
perhitungan ukuran sampel untuk pengujian substantif dan
dalam interpretasi hasil pemeriksaan.
037 Penentuan persentase membutuhkan pertimbangan
profesional pemeriksa atas ukuran-ukuran yang mungkin
menurut pengguna laporan penting dan atas tingkat
maksimum ketidakpatuhan yang dapat diterima. Basis yang
digunakan biasanya adalah total pengeluaran atau total
pendapatan atau neraca.
Pemeriksa dapat menggunakan nilai yang dianggarkan jika
pemeriksaan direncanakan sebelum adanya realisasi akhir.
Ketika data aktual atas pengeluaran dan pendapatan diperoleh,
maka pemeriksa harus me-review kembali ambang materialitas
yang ditetapkan.
Contoh:
Batas materialitas ditetapkan antara 0,5% dan 2% dari total
pengeluaran atau total pendapatan yang menjadi lingkup
pemeriksaan (nilai yang paling mencerminkan tingkat aktivitas
keuangan atau subjek pemeriksaan).
038 Materialitas Kualitatif Materialitas
kualitatif
Aspek kualitatif dapat menyebabkan ketidakpatuhan menjadi
material walaupun secara kuantitatif nilainya kecil (tidak
material). Hal tersebut dapat disebabkan karena:
a. Material secara sifat (material by nature)

32 Badan Pemeriksa Keuangan Direktorat Litbang


Juklak Pemeriksaan Kepatuhan Bab III

Berhubungan dengan karakteristik yang melekat dan


melibatkan isu yang mempersyaratkan pengungkapan
tertentu atau kepentingan politik/publik yang tinggi,
termasuk di dalamnya dugaan salah kelola, kecurangan,
tidak sah, atau penyimpangan disengaja.
b. Material secara konteks (material by context)
Merupakan hal yang material karena keadaan mereka,
sehingga kesan yang diberikan kepada pengguna LHP
berubah, termasuk di dalamnya kesalahan kecil yang dapat
memberikan efek yang signifikan. Contohnya, hasil dari
pengadaan barang/jasa tidak tercatat sebagai aset.
Isu yang bersifat material karena sifat atau konteksnya harus
diungkapkan dan dalam kasus tertentu harus diputuskan oleh
Badan, apakah akan menjadi pertimbangan dalam penarikan
kesimpulan pemeriksaan.
039 Beberapa contoh materialitas kualitatif yang tidak Contoh
materialitas
berhubungan dengan kuantitas sama sekali, antara lain: kualitatif
a. Suatu bangunan diwajibkan untuk diperiksa kelayakannya
setiap tahun, namun instansi pemerintah belum melakukan
pemeriksaan selama 5 (lima) tahun terakhir.
Ketidakpatuhan tersebut dapat menjadi signifikan karena
aspek kualitatif seperti implikasi keamanan. Meskipun tidak
mengakibatkan nilai uang tertentu, ketidakpatuhan yang
terjadi adalah material karena menimbulkan dampak
potensial seperti keselamatan penghuni bangunan.
b. Suatu kontrak pendanaan mensyaratkan bahwa penerima
dana harus mempersiapkan laporan keuangan dan
mengirimkannya ke lembaga donor pada tanggal tertentu.
Namun laporan keuangan belum disiapkan dan tidak dikirim
sesuai tanggal. Material atau tidaknya ketidakpatuhan
tergantung pada konsekuensi yang mungkin timbul sebagai
akibat dari ketidakpatuhan penyampaian laporan tersebut.
040 Pertimbangan profesional pemeriksa dibutuhkan dalam
menyimpulkan materialitas dari ketidakpatuhan yang
teridentifikasi, misalnya entitas telah memenuhi sembilan dari
sepuluh peraturan yang relevan, tetapi tidak memenuhi salah

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 33


satu peraturan. Pertimbangan profesional diperlukan untuk
menyimpulkan apakah entitas mematuhi peraturan secara
keseluruhan. Pemeriksa dapat mempertimbangkan pentingnya
peraturan yang tidak dipatuhi entitas, serta hubungan
peraturan tersebut dengan peraturan lainnya.

7. Penilaian Risiko

041 Setelah meninjau pengendalian intern entitas yang diperiksa, Tujuan


penilaian
pemeriksa perlu fokus dalam menentukan kemungkinan risiko
adanya:
a. ketidakpatuhan terhadap peraturan yang signifikan; dan
b. dampak ketidakpatuhan pada entitas yang diperiksa dalam
hal ini tujuan entitas.
Tujuan melakukan penilaian risiko dalam pemeriksaan
kepatuhan adalah untuk mengidentifikasi area-area kritis
dengan risiko ketidakpatuhan tinggi dan mengalokasikan
sumber daya untuk memeriksa area yang kritis tersebut.
Apabila peraturan perundangan yang terkait dengan hal pokok
yang diperiksa sangat luas, pemeriksa harus fokus dalam
mengidentifikasi ketidakpatuhan terhadap ketentuan
peraturan perundang-undangan dan materialitas dalam
konteks pemeriksaan kepatuhan yang dilakukan.
042 Langkah-langkah dalam penilaian risiko adalah sebagai berikut: Langkah-
langkah
a. mengidentifikasi risiko yang berasal dari peraturan dalam
perundangan, ketentuan yang berlaku, transaksi dan penilaian
risiko
aktivitas berisiko, dan lain-lain;
b. mengevaluasi apakah entitas memiliki sistem
pengendalian/prosedur untuk mengelola risiko tersebut
dan bagaimana entitas mengelola ketidakpatuhan;
c. menilai kemampuan entitas dalam mengidentifikasi,
mengukur, memonitor, dan mengendalikan risiko-risiko
kunci dalam mencapai tujuan;
d. melakukan analisis atas risiko ketidakpatuhan yaitu
menentukan seberapa besar dampak dan frekuensi risiko
yang akan terjadi;
e. mempertimbangkan kecurangan yang mungkin terjadi; dan

34 Badan Pemeriksa Keuangan Direktorat Litbang


Juklak Pemeriksaan Kepatuhan Bab III

f. hasil penilaian risiko dapat dipertimbangkan oleh pemeriksa


untuk menentukan fokus pemeriksaan.
043 Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam menilai risiko Faktor yang
memengaruhi
ketidakpatuhan adalah: penilaian
a. kebaruan dan kompleksitas peraturan yang harus dipatuhi; risiko ketidak-
patuhan
b. layanan yang diberikan oleh entitas dan bagaimana mereka
dipengaruhi oleh faktor ekstern;
c. tingkat pengawasan oleh pemerintah;
d. kerentanan ketentuan peraturan perundang-undangan
terhadap ketidakpatuhan;
e. lamanya waktu entitas menjadi subjek atas ketentuan
peraturan perundang-undangan;
f. pengamatan pemeriksa tentang bagaimana entitas telah
memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan di
tahun-tahun sebelumnya;
g. kemungkinan dampak yang muncul yang ditimbulkan oleh
ketidakpatuhan;
h. pertimbangan yang digunakan dalam mematuhi peraturan;
i. biaya yang harus dikeluarkan untuk menaati ketentuan
peraturan perundang-undangan;
j. kegagalan pencegahan atas ketidakpatuhan; dan
k. kemampuan entitas untuk menaati ketentuan peraturan
perundang-undangan.
044 Adanya keterbatasan pemeriksaan mengakibatkan Keterbatasan
dalam
pemeriksaan kepatuhan tidak dapat memberikan garansi atau kepatuhan
jaminan mutlak bahwa semua ketidakpatuhan akan terdeteksi.
Ketika menilai risiko hal pokok atau entitas, pemeriksa perlu
memahami keterbatasan dalam kepatuhan (inherent
limitations of compliance), antara lain:
a. pertimbangan manajemen dalam menafsirkan hukum dan
peraturan;
b. kesalahan manusia (human error);
c. desain sistem yang tidak sesuai atau fungsi sistem yang
tidak efektif;
d. pengendalian terabaikan;
e. penyembunyian bukti;

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 35


f. kekhawatiran pemangku kepentingan;
g. perubahan signifikan;
h. potensi kecurangan;
i. pemborosan dan penyalahgunaan sumber daya; dan
j. penyalahgunaan pengendalian intern dan lingkungan
pengendalian.
045 Ketidakpatuhan dapat terjadi karena kecurangan atau error Pertimbangan
risiko
(kesalahan), sehingga kedua hal tersebut harus kecurangan
dipertimbangkan dalam setiap tahap pemeriksaan. Kecurangan
adalah tindakan yang sengaja dilakukan untuk mendapatkan
keuntungan yang tidak sah dan tidak adil. Faktor yang
membedakan kecurangan dan kesalahan adalah apakah
tindakan yang menyebabkan ketidakpatuhan sengaja atau
tidak sengaja.
Pemeriksa perlu memiliki pemahaman yang jelas tentang arti
kecurangan. Pihak yang bertanggung jawab atas tindakan
kecurangan dapat berasal dari pihak yang bertanggung jawab,
pegawai, atau pihak ketiga. Prosedur pemeriksaan yang efektif
untuk mendeteksi kesalahan mungkin tidak efektif dalam
mendeteksi kecurangan. Risiko tidak terdeteksinya
ketidakpatuhan sebagai hasil dari kecurangan lebih tinggi
daripada risiko tidak terdeteksi dari hasil sebuah kesalahan.
046 Tanggung jawab utama untuk mencegah dan mendeteksi Tujuan
penilaian
kecurangan ada pada manajemen entitas, dengan merancang, risiko
melaksanakan, dan memelihara SPI yang memadai. Ketika kecurangan

melaksanakan penilaian risiko khususnya risiko kecurangan


(fraud risk assessment), pemeriksa harus menyadari bahwa
walaupun pengendalian intern secara tertulis relevan, tetapi
tidak menjamin bahwa dalam praktiknya pengendalian
berfungsi seperti yang diinginkan.
Meskipun suatu pemeriksaan dapat mencegah kecurangan,
namun normalnya pemeriksaan kepatuhan tidak dirancang
untuk mendeteksi kecurangan. Tujuan penilaian risiko
kecurangan adalah untuk:
a. mengidentifikasi kecurangan bawaan pada entitas;

36 Badan Pemeriksa Keuangan Direktorat Litbang


Juklak Pemeriksaan Kepatuhan Bab III

b. mengidentifikasi dan menilai pengendalian intern entitas;


dan
c. menilai risiko yang tersisa (residual risk) untuk
mempertimbangkan prosedur pemeriksaan yang perlu
dilakukan.
047 Pertanyaan di bawah ini relevan untuk dipertimbangkan ketika Pertanyaan
penilaian
pemeriksa melakukan penilaian risiko kecurangan pada entitas: risiko
a. Apakah entitas sudah membangun framework (kerangka) kecurangan

pengendalian kecurangan secara jelas?


b. Apakah kebijakan dan prosedur pendeteksian dan
pencegahan kecurangan telah dijalankan secara integral
dan selaras dengan kegiatan entitas?
c. Apakah semua pihak terkait sudah berkontribusi dan
membangun kebijakan dalam upaya pendeteksian dan
pencegahan kecurangan?
d. Apakah kebijakan entitas terkait kecurangan berhubungan
dengan elemen seperti (1) tone of the top, (2) penilaian
risiko kecurangan, (3) pengendalian intern berbasis risiko,
(4) pelaporan intern, (5) pelaporan ekstern, (6)
pengungkapan kepentingan publik, (7) investigasi, (8) kode
etik, (9) pendidikan dan kesadaran bagi karyawan, dan (10)
kesadaran masyarakat?
e. Apakah kebijakan secara keseluruhan dan beberapa
kebijakan dan prosedur entitas mencerminkan kebutuhan
khusus entitas?
f. Apakah kerangka pengendalian kecurangan yang ada di-
review secara periodik? Kapan dilakukan review terakhir?
g. Apakah pendekatan struktural yang ada telah
melaksanakan rekomendasi hasil review di atas?
h. Apakah entitas telah memprioritaskan untuk melaksanakan
rekomendasi terkait perubahan dan perbaikan kebijakan
dan prosedur operasional entitas?
i. Apakah entitas telah mengomunikasikan secara efektif atau
menumbuhkan perhatian terhadap kerangka pengendalian
kecurangannya?
j. Apakah kerangka pengendalian kecurangan secara mudah
diakses oleh semua pihak yang terkait?
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 37
k. Apakah semua pihak yang terkait telah berkomitmen
terhadap prinsip dan kebijakan terkait pengendalian
kecurangan?
l. Apakah seseorang/unit organisasi dalam entitas
memperhatikan “rasa memiliki” dan administrasi kerangka
pengendalian kecurangan?
048 Contoh area dan situasi yang dapat secara khusus Contoh area
dan situasi
menimbulkan risiko kecurangan pada sektor publik yang dapat
diantaranya: menimbulkan
risiko
a. hibah dan bantuan kepada pihak ketiga;
kecurangan
b. pengadaan barang dan jasa;
c. pelaksanaan tugas dan wewenang pegawai;
d. salah saji atau salah tafsir yang disengaja atas hasil atau
informasi; dan
e. privatisasi entitas pemerintah.

8. Penentuan Uji Petik

049 Pemeriksa merancang prosedur pemeriksaan dan pengambilan Penentuan uji


petik
sampel sehingga jika terdapat ketidakpatuhan yang mencapai
tingkat materialitas tertentu, akan teridentifikasi dengan
menggunakan uji petik. Pelaksanaan uji petik memiliki risiko
bahwa kesimpulan pemeriksa yang didasarkan pada sampel
yang dipilih berbeda dengan kesimpulan apabila prosedur
pemeriksaan diterapkan terhadap keseluruhan populasi. Oleh
karena itu dengan uji petik diharapkan pemeriksa dapat
merancang dan memilih sampel pemeriksaan, melaksanakan
prosedur pemeriksaan pada item sampel, dan mengevaluasi
hasil dari sampel sehingga memberikan dasar yang tepat bagi
pemeriksa dalam menarik kesimpulan tentang populasi dari
sampel yang diambil.
050 Uji petik dapat menggunakan metode statistika yang Faktor yang
memengaruhi
melibatkan pilihan acak dan penggunaan teori probabilitas pemilihan
untuk mengevaluasi hasil atau nonstatistika. Keputusan metode uji
petik
menggunakan pendekatan statistika atau nonstatistika
bergantung pada pertimbangan profesional pemeriksa.

38 Badan Pemeriksa Keuangan Direktorat Litbang


Juklak Pemeriksaan Kepatuhan Bab III

Faktor-faktor yang memengaruhi pemilihan metode uji petik


(statistika dan nonstatistika), yaitu:
a. risiko pemeriksaan;
Contoh: Semakin tinggi tingkat risiko bawaan dan/atau
risiko pengendalian yang dinilai oleh pemeriksa, maka risiko
deteksi semakin rendah. Kondisi ini memerlukan
pemeriksaan substantif dengan ukuran sampel yang
semakin besar.
b. biaya dan manfaat;
c. kondisi entitas/risiko entitas; dan
d. kompetensi pemeriksa.
051 Langkah-langkah uji petik: Langkah-
langkah uji
a. menentukan populasi yang akan dipilih; petik
b. mengeksplorasi sifat populasi;
c. stratifikasi sampel, jika sesuai;
Stratifikasi berarti: (1) membagi populasi ke dalam
subpopulasi atau tingkatan menggunakan kriteria
pemeriksaan yang telah ditetapkan dan didokumentasikan
(misalnya nilai moneter, umur piutang, dan lain-lain); dan
(2) menerapkan prosedur pemeriksaan untuk item sampel
dari masing-masing subpopulasi (misalnya stratifikasi
berdasarkan nilai maka menguji semua item bernilai tinggi
dan sampel yang representatif dari item bernilai rendah);
d. menentukan ukuran sampel;
Semakin besar ukuran sampel, semakin besar akurasi dan
kemungkinan bahwa sampel telah mewakili populasi,
sehingga risiko sampling lebih rendah.
e. memilih metode sampel dan alasan mengapa metode
tersebut dipilih; dan
f. mengevaluasi apakah uji petik dapat diproyeksikan untuk
populasi yang dimaksudkan.
Ukuran sampel harus cukup untuk memungkinkan pemeriksa
menyimpulkan pada tingkat risiko uji petik yang sesuai, bahwa:
a. Untuk pengujian pengendalian, tingkat penyimpangan total
tidak melebihi tingkat penyimpangan yang dapat
ditoleransi.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 39


b. Untuk pengujian substantif, penyimpangan jumlah nilai
uang tidak melebihi tingkat materialitas yang dapat diterima
oleh pemeriksa.
052 Dalam pemeriksaan kepatuhan dimungkinkan adanya Pemeriksaan
pendahuluan
pemeriksaan pendahuluan yang bertujuan untuk dalam
merencanakan besar sampel dan tingkat materialitas. Selain itu pemeriksaan
kepatuhan
pemeriksaan pendahuluan dilakukan untuk menilai desain dan
penerapan pengendalian intern yang diperiksa apakah telah
cukup untuk memberikan keyakinan bahwa objek yang
diperiksa telah mematuhi kriteria yang ditentukan. Penentuan
besarnya sampel dalam pemeriksaan terinci sangat bergantung
pada hasil pemeriksaan pendahuluan.
Metode pengambilan sampel mengacu pada pedoman yang
berlaku.

9. Penyusunan Strategi dan Rencana Pemeriksaan

053 Perencanaan pemeriksaan dilakukan supaya pemeriksaan Penyusunan


strategi dan
dapat dilaksanakan secara efektif. Tahapan terakhir dalam rencana
perencanaan pemeriksaan adalah pengembangan strategi pemeriksaan

pemeriksaan (audit strategy) yang berisi hal-hal yang akan


dilakukan selama pemeriksaan, dan rencana pemeriksaan
(audit plan) yang merumuskan bagaimana cara melakukan
pemeriksaan.
054 Tujuan strategi pemeriksaan adalah untuk mendesain seluruh Tujuan
strategi
keputusan atas hal-hal sebagai berikut: pemeriksaan
a. tujuan, ruang lingkup, hal pokok, kriteria, dan karakteristik
lain dari pemeriksaan kepatuhan, dengan
mempertimbangkan mandat dan unsur-unsur yang
terkandung dalam definisi pemeriksaan kepatuhan;
b. tanggung jawab dan tujuan pelaporan, pihak yang dituju,
waktu, dan bentuk pelaporan;
c. komunikasi dengan entitas;
d. faktor signifikan yang dapat memengaruhi fokus dan
sasaran pemeriksaan;
e. materialitas dan penilaian risiko;

40 Badan Pemeriksa Keuangan Direktorat Litbang


Juklak Pemeriksaan Kepatuhan Bab III

f. informasi yang diperoleh dari pemeriksaan sebelumnya


atau yang terkait;
g. komposisi dan alokasi kerja tim pemeriksa, termasuk
kebutuhan ahli;
h. waktu pemeriksaan;
i. entitas tempat dilakukan pemeriksaan; dan
j. penggunaan pekerjaan pemeriksa intern sebagai salah satu
faktor dalam menentukan sifat, saat, atau luas prosedur
pemeriksaan.
055 Strategi dan rencana pemeriksaan harus didokumentasikan Laporan Hasil
Perencanaan
secara tertulis dan diperbarui sepanjang proses pemeriksaan. Pemeriksaan
Sebagai hasil akhir dari tahap perencanaan, pemeriksa
menyusun Laporan Hasil Perencanaan Pemeriksaan (LHPP), P2,
dan Program Kerja Perorangan (PKP).
LHPP merupakan output pemahaman objek pemeriksaan yang
menjadi bahan penyusunan konsep P2. LHPP antara lain
memuat kesimpulan mengenai hal-hal berikut:
a. kompleksitas pemeriksaan yang akan dijadikan sebagai
dasar dalam menentukan komposisi tim pemeriksa; dan
b. kebutuhan penggunaan tenaga ahli dalam pemeriksaan.
Format Laporan Hasil Perencanaan Pemeriksaan dapat dilihat
pada Lampiran III.4 yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Keputusan ini.
Penyusunan P2 dan PKP mengacu pada PMP yang berlaku.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 41


42 Badan Pemeriksa Keuangan Direktorat Litbang
Juklak Pemeriksaan Kepatuhan Bab IV

BAB IV
PELAKSANAAN PEMERIKSAAN KEPATUHAN

A. Pendahuluan
01 Tahap pelaksanaan pemeriksaan kepatuhan merupakan Pendahuluan

implementasi dari P2 pada tahap perencanaan pemeriksaan


kepatuhan.
02 Tujuan dari pelaksanaan pemeriksaan kepatuhan adalah untuk Tujuan
pelaksanaan
mendapatkan bukti yang cukup, kompeten, dan relevan pemeriksaan
sebagai dasar yang memadai dalam mengembangkan temuan kepatuhan

pemeriksaan kepatuhan dan menyusun kesimpulan


pemeriksaan kepatuhan.
03 Pelaksanaan pemeriksaan kepatuhan meliputi pemerolehan Lingkup
pelaksanaan
dan analisis bukti, pengembangan temuan, dan pemerolehan pemeriksaan
tanggapan atas temuan. Pemeriksa melaksanakan prosedur kepatuhan

pemeriksaan kepatuhan menggunakan pertimbangan


profesional yang disesuaikan dengan situasi di entitas.

B. Pemerolehan dan Analisis Bukti


04 Bukti pemeriksaan adalah informasi yang digunakan oleh Pengertian
bukti
pemeriksa dalam menentukan kesesuaian hal pokok dengan pemeriksaan
kriteria pemeriksaan. Sifat dan sumber bukti pemeriksaan yang
diperlukan harus ditentukan secara pasti sesuai kriteria,
materialitas, hal pokok, dan ruang lingkup pemeriksaan. Proses
pengumpulan bukti dilakukan sampai pemeriksa yakin bahwa
bukti telah cukup dan tepat untuk mendukung kesimpulan.
05 Kecukupan adalah ukuran kuantitas bukti yang dibutuhkan Kecukupan

untuk mendukung temuan pemeriksaan dan kesimpulan.


Kecukupan bukti dapat dinilai dari kemampuannya untuk
meyakinkan pengguna laporan.
06 Bukti pemeriksaan yang cukup berkaitan dengan keputusan Bukti yang
cukup
tentang tingkat keyakinan. Dalam menyusun kesimpulan
dengan tingkat keyakinan yang memadai, pemeriksa perlu
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 43
mendapatkan lebih banyak bukti. Jumlah bukti yang diperlukan
tergantung pada risiko pemeriksaan (semakin besar risiko
pemeriksaan, maka semakin banyak bukti diperlukan) dan
pada kualitas bukti (semakin tinggi kualitas bukti, maka
semakin sedikit bukti yang diperlukan).
07 Ketepatan adalah ukuran kualitas bukti yang mencakup Ketepatan

relevansi, validitas, dan keandalan.


a. Relevansi mengacu pada keterkaitan dan pentingnya bukti
dengan permasalahan yang sedang diperiksa.
b. Validitas mengacu pada tingkat keakuratan bukti sebagai
dasar untuk mengukur apa yang sedang dievaluasi. Validitas
juga berarti tingkat kebenaran, kekuatan, atau keabsahan
suatu fakta atau informasi.
c. Keandalan mengacu pada sejauh mana bukti pemeriksaan
telah dikumpulkan dan diperoleh dengan metode yang
transparan dan dapat diterapkan. Keandalan bukti
dipengaruhi oleh sumber, sifat, dan keadaan khusus di
mana bukti diperoleh.
08 Pemeriksa perlu merencanakan respons yang memadai guna
menilai risiko. Respons tersebut termasuk mendesain prosedur
pemeriksaan atas risiko seperti prosedur substantif dan uji
pengendalian. Prosedur substantif mencakup tes detail dan
prosedur analitis. Ketika pemeriksa ingin menentukan sifat,
waktu, dan luas prosedur substantif, pemeriksa perlu
mendapatkan bukti bahwa pengendalian berjalan efektif.
Desain dan implementasi atas kunci pengendalian yang relevan
dengan hal pokok harus dievaluasi secara cukup.
Kuantitas bukti yang diminta tergantung pada risiko
pemeriksaan (semakin tinggi risiko, bukti yang harus
didapatkan semakin banyak). Kualitas bukti juga tergantung
pada risiko pemeriksaan (semakin berkualitas sebuah bukti,
kemungkinan lebih sedikit bukti yang diminta). Namun pada
saat yang bersamaan pemeriksa harus menilai jumlah bukti
yang bergantung pada kekhususan sebuah pemeriksaan dan
tidak hanya memperhatikan kuantitas atau kualitas bukti.

44 Badan Pemeriksa Keuangan Direktorat Litbang


Juklak Pemeriksaan Kepatuhan Bab IV

Pemeriksa melaksanakan prosedur pemeriksaan yang efektif


sejalan dengan rencana pemeriksaan untuk mengumpulkan
bukti pemeriksaan dan memenuhi tujuan pemeriksaan.
Pemeriksa perlu menggabungkan dan membandingkan bukti
dari berbagai sumber dengan menggunakan teknik/metode
yang berbeda dalam rangka memenuhi persyaratan kecukupan
dan ketepatan.
09 Metode pengumpulan bukti pemeriksaan: Metode
pengumpulan
a. pengamatan; bukti
b. inspeksi; pemeriksaan

c. permintaan keterangan;
d. konfirmasi ekstern;
e. re-performance;
f. perhitungan ulang;
g. pengujian substantif;
h. uji pengendalian; dan
i. prosedur analitis.
010 Pengamatan adalah melihat proses atau prosedur yang Pengamatan

dilakukan oleh orang lain. Pengamatan memberikan bukti


pemeriksaan berupa kinerja dari suatu proses atau prosedur,
tetapi terbatas pada saat pengamatan dilakukan dan fakta
bahwa tindakan yang diamati dapat memengaruhi bagaimana
proses atau prosedur dilakukan.
011 Inspeksi meliputi pemeriksaan buku, catatan, atau dokumen, Inspeksi

baik intern atau ekstern, dalam bentuk kertas, elektronik, atau


pemeriksaan fisik. Pemeriksa mempertimbangkan keandalan
dokumen yang diperiksa dan tetap memperhatikan risiko
kecurangan serta kemungkinan adanya pemalsuan dokumen.
012 Permintaan keterangan termasuk mencari informasi dari pihak Permintaan
keterangan
yang relevan, baik di dalam maupun di luar entitas yang
diperiksa. Permintaan keterangan dapat dilakukan dengan cara
wawancara, memberikan kuesioner, dan memperoleh
dokumentasi tertulis dari entitas yang diperiksa.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 45


013 Konfirmasi ekstern merepresentasikan bukti pemeriksaan yang Konfirmasi
ekstern
diperoleh pemeriksa sebagai tanggapan tertulis dari pihak
ketiga untuk menguji validitas bukti pemeriksaan.
014 Re-performance merupakan pelaksanaan prosedur yang sama Re-
performance
secara independen yang sudah dilakukan oleh entitas yang
diperiksa. Re-performance dapat dilakukan secara manual atau
berbasiskan komputer.
015 Perhitungan ulang merupakan pemeriksaan akurasi Perhitungan
ulang
matematika suatu dokumen atau catatan. Perhitungan ulang
dapat dilakukan secara manual atau elektronik.
016 Pengujian substantif melibatkan pengujian transaksi atau Pengujian
substantif
kegiatan rinci terhadap kriteria pemeriksaan. Pengujian
substantif akan efektif jika dikombinasikan dengan metode
pengumpulan bukti lainnya.
017 Uji pengendalian merupakan pengujian atas pengendalian Uji
pengendalian
yang telah dilakukan manajemen untuk mengurangi risiko
ketidakpatuhan.
018 Prosedur analitis dapat digunakan baik sebagai bagian dari Prosedur
analitis
analisis risiko maupun ketika mengumpulkan bukti
pemeriksaan. Bukti pemeriksaan dapat dikumpulkan dengan
membandingkan data, analisis trend, atau mengidentifikasi
kondisi yang tidak sesuai harapan, baik berdasarkan data
historis maupun pengalaman pemeriksa.
Teknik analisis regresi atau metode matematika lainnya dapat
membantu pemeriksa dalam membandingkan hasil aktual
dengan yang diharapkan. Prosedur analitis tidak bisa menjadi
satu-satunya teknik yang digunakan, melainkan harus
dilakukan bersama-sama dengan metode pengujian lainnya
untuk dapat memberikan hasil analisis yang memadai.
019 Pemeriksa mendokumentasikan hal-hal yang signifikan sebagai Dokumentasi
pemeriksaan
bukti untuk mendukung kesimpulan dan laporan. Dokumentasi
pemeriksaan harus cukup lengkap dan rinci sehingga
pemeriksa memahami kegiatan pemeriksaan yang dilakukan
dalam mendukung kesimpulan.

46 Badan Pemeriksa Keuangan Direktorat Litbang


Juklak Pemeriksaan Kepatuhan Bab IV

Dokumentasi dilakukan selama proses pemeriksaan. Hal-hal


yang didokumentasikan antara lain: kriteria yang digunakan,
kegiatan pemeriksaan yang dilakukan, bukti yang diperoleh,
pertimbangan yang dibuat, dan review yang dilakukan.
Pemeriksa mempersiapkan dokumentasi pemeriksaan yang
relevan sebelum laporan diterbitkan. Dokumentasi disimpan
untuk periode waktu tertentu.
020 Pemeriksa menggunakan pertimbangan profesional dalam Evaluasi bukti
pemeriksaan
memastikan bukti telah cukup dan tepat untuk menunjukkan kepatuhan
pihak yang bertanggung jawab atas tindakan ketidakpatuhan.
Pertimbangan profesional tersebut antara lain:
a. penilaian terhadap pelaksanaan tanggung jawab yang
disebutkan dalam peraturan;
b. penentuan apakah ketidakpatuhan atau perbuatan
melawan hukum dari pejabat publik menyebabkan
penyimpangan administrasi, kerugian, penyalahgunaan,
atau pemborosan;
c. penilaian terhadap kemungkinan situasi pengecualian
(yaitu force majeure, keadaan tidak terduga); dan
d. penilaian terhadap hubungan antara pihak ketiga dengan
manajer entitas, serta kemungkinan efek dan konsekuensi
atas adanya tindakan ketidakpatuhan.

C. Pengembangan Temuan
021 Unsur temuan yang harus ada adalah kondisi, kriteria, dan Unsur temuan

akibat, sedangkan unsur sebab bersifat opsional tergantung


dengan kedalaman pengujian yang dilakukan pemeriksa untuk
dapat menentukan penyebab utama dari ketidakpatuhan yang
timbul.
022 Hal-hal yang yang perlu diperhatikan dalam menyusun suatu Menyusun
temuan
temuan pemeriksaan: pemeriksaan
a. temuan pemeriksaan harus dapat mengakomodasi tujuan
pemeriksaan yang telah ditetapkan;
b. pengungkapan unsur-unsur dalam temuan disesuaikan
dengan tujuan pemeriksaan kepatuhan;

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 47


c. temuan pemeriksaan harus didukung oleh bukti-bukti
pemeriksaan yang cukup, kompeten, dan relevan;
d. temuan pemeriksaan sedapat mungkin disajikan dalam
suatu urutan yang logis, akurat, dan lengkap; dan
e. temuan pemeriksaan merupakan hasil dari proses analisis
bukti-bukti pemeriksaan oleh tim pemeriksa di lapangan.
023 Langkah-langkah dalam penyusunan temuan pemeriksaan Langkah-
langkah
adalah sebagai berikut: penyusunan
a. melakukan analisis hasil pengujian bukti untuk temuan
pemeriksaan
mengidentifikasi adanya perbedaan (gap) yang signifikan
antara kondisi dan kriteria;
b. mengidentifikasi dampak yang ditimbulkan dari perbedaan
untuk mengetahui akibat dan sebab, apabila terdapat
perbedaan yang signifikan antara kondisi dengan kriteria;
dan
c. menyusun unsur-unsur temuan pemeriksaan dari temuan
tersebut.
Konsep temuan pemeriksaan disusun pada saat pemeriksaan
berlangsung. Seluruh langkah dalam penyusunan temuan
pemeriksaan didokumentasikan dalam suatu KKP.

D. Pemerolehan Tanggapan atas Temuan Pemeriksaan


024 Konsep temuan pemeriksaan disusun oleh pemeriksa melalui Tanggapan
temuan
review berjenjang dan didokumentasikan ke dalam KKP. pemeriksaan
Selanjutnya pemeriksa menyampaikan konsep temuan
pemeriksaan kepada pejabat entitas untuk dimintakan
komentar instansi.
Pemeriksa perlu mendiskusikan hasil pemeriksaan kepada
entitas. Hal ini dilakukan dengan menjelaskan bagaimana
temuan, kriteria, dan kesimpulan yang dikembangkan secara
seimbang dan beralasan serta bagaimana konsep kesimpulan
atau rekomendasi secara keseluruhan dicapai berdasarkan
temuan.
025 Temuan pemeriksaan yang telah memperoleh Himpunan
Temuan
komentar/tanggapan dari pimpinan entitas dihimpun menjadi Pemeriksaan
Himpunan Temuan Pemeriksaan.
48 Badan Pemeriksa Keuangan Direktorat Litbang
Juklak Pemeriksaan Kepatuhan Bab V

BAB V
PELAPORAN PEMERIKSAAN KEPATUHAN

A. Pendahuluan
01 Pelaporan adalah suatu kegiatan memberikan kesimpulan Pengertian

tertulis atas evaluasi terhadap bukti-bukti dan informasi yang


diperoleh selama proses pemeriksaan. Kesimpulan
pemeriksaan harus dapat memberikan keyakinan yang
memadai dan dikomunikasikan kepada pengguna dalam
bentuk LHP.
02 LHP berfungsi untuk: Fungsi LHP

a. mengomunikasikan hasil pemeriksaan kepada pihak yang


berkepentingan berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
b. menghindari kesalahpahaman atas hasil pemeriksaan;
c. sebagai bahan untuk melakukan tindakan perbaikan oleh
pihak yang bertanggung jawab; dan
d. memudahkan pemantauan tindak lanjut untuk menentukan
pengaruh tindakan perbaikan yang semestinya dilakukan.
03 Pelaporan pemeriksaan terdiri atas 2 (dua) langkah kegiatan, Kegiatan
pelaporan
yaitu:
a. penyusunan LHP (temuan pemeriksaan, kesimpulan,
rekomendasi, dan action plan); dan
b. Tindak Lanjut Pemeriksaan.

B. Penyusunan LHP
1. Prinsip Laporan yang Baik

04 LHP yang baik harus mengandung prinsip-prinsip sebagai Prinsip LHP


yang baik
berikut:
a. Tepat Waktu
LHP harus tepat waktu agar informasi yang disampaikan
bermanfaat secara maksimal. LHP yang dibuat dengan hati-

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 49


hati tetapi terlambat disampaikan, nilainya menjadi
berkurang bagi pengguna LHP.
b. Lengkap
LHP harus memuat secara lengkap semua informasi dari
bukti untuk memenuhi tujuan pemeriksaan. LHP juga harus
menyajikan secara memadai informasi yang dibutuhkan
agar memberikan pemahaman bagi pengguna atas hal yang
diperiksa, temuan, dan kesimpulan pemeriksa.
c. Akurat
LHP harus akurat dalam menyajikan informasi, didukung
oleh bukti yang cukup dan tepat. LHP yang akurat
memberikan keyakinan kepada pengguna LHP bahwa hal
yang dilaporkan memiliki kredibilitas dan dapat diandalkan.
Satu ketidakakuratan dalam LHP dapat menimbulkan
keraguan atas keandalan seluruh laporan dan dapat
mengalihkan perhatian pengguna LHP dari substansi LHP.
Apabila terdapat data yang dapat memengaruhi kesimpulan
pemeriksaan yang tidak dapat diuji lebih lanjut oleh
pemeriksa, pemeriksa harus secara jelas
mengungkapkannya dalam LHP.
d. Objektif
LHP harus objektif. Pemeriksa harus menyajikan LHP:
1) secara seimbang dan tidak memihak; dan
2) sesuai dengan fakta yang ditemui di lapangan.
e. Meyakinkan
LHP harus menyajikan hubungan logis antara tujuan
pemeriksaan, kriteria, temuan, kesimpulan, dan
rekomendasi (apabila ada). Informasi yang disajikan harus
meyakinkan pengguna LHP untuk mengakui validitas
temuan tersebut dan manfaat penerapan rekomendasi
(apabila ada).
f. Jelas
LHP harus jelas yaitu mudah dibaca dan dipahami.
Pemeriksa harus menulis LHP dengan bahasa yang jelas,
tidak ambigu, sesederhana mungkin, dan apabila
menggunakan istilah-istilah teknis agar dijelaskan

50 Badan Pemeriksa Keuangan Direktorat Litbang


Juklak Pemeriksaan Kepatuhan Bab V

maknanya untuk memudahkan pemahaman pembaca.


Pemeriksa juga harus menyusun LHP dengan logis untuk
memberi kejelasan dan pemahaman bagi pengguna LHP.
g. Ringkas
LHP harus ringkas, tidak memuat informasi yang tidak perlu
atau tidak relevan dengan tujuan pemeriksaan. LHP yang
menyajikan informasi yang kurang memadai atau memuat
hal-hal yang tidak relevan akan berdampak pada
kesalahpahaman pembaca atas informasi LHP.

2. Kerangka dan Isi LHP Kepatuhan

05 LHP Kepatuhan memuat lembar penyataan tanggung jawab Kerangka dan


isi LHP
entitas, LHP Kepatuhan, informasi umum, uraian hasil Kepatuhan
pemeriksaan, tindak lanjut, serta lampiran.
Kerangka LHP Kepatuhan secara detail adalah:
1. Lembar Pernyataan Tanggung Jawab Entitas
Memuat pernyataan tanggung jawab entitas terhadap
segala informasi atas hal pokok yang diperiksa.
2. Laporan Hasil Pemeriksaan Kepatuhan
Memuat ringkasan hasil pemeriksaan dan kesimpulan.
3. Bab I: Pendahuluan
Bab ini memuat:
a. Dasar Hukum
b. Standar Pemeriksaan
c. Tujuan Pemeriksaan
d. Lingkup Pemeriksaan
e. Kriteria Pemeriksaan
f. Metodologi Pemeriksaan
1) Metode uji petik
2) Metode pengumpulan bukti
3) Metode penarikan kesimpulan
g. Jangka Waktu Pemeriksaan
4. Bab II: Gambaran Umum
Bab ini memuat informasi umum dan sistem pengendalian
intern atas entitas/objek/aktivitas/kegiatan yang berkaitan
dengan hal pokok yang diperiksa.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 51


5. Bab III: Hasil Pemeriksaan
6. Bab IV: Hasil Pemantauan Tindak Lanjut Pemeriksaan
Bab ini memuat ringkasan hasil pemantauan tindak lanjut
yang telah dilakukan oleh entitas atas hasil pemeriksaan
terkait hal pokok yang sedang diperiksa.
7. Lampiran
06 Unsur LHP Kepatuhan antara lain: Unsur LHP
Kepatuhan
a. pernyataan bahwa pemeriksaan dilaksanakan sesuai
dengan standar pemeriksaan;
b. tujuan, lingkup, dan metodologi;
c. lembar kesimpulan;
d. temuan pemeriksaan;
e. rekomendasi pemeriksaan (apabila ada);
f. tanggapan pihak yang bertanggung jawab; dan
g. penandatanganan LHP.
07 Struktur lembar kesimpulan LHP Kepatuhan adalah: Struktur
lembar
a. judul; kesimpulan
b. penerima;
c. deskripsi atas informasi hal pokok dan hal pokok yang
mendasari;
d. luas dan batasan pemeriksaan, termasuk periode yang
diperiksa;
e. tujuan pemeriksaan;
f. tanggung jawab dari pihak yang bertanggung jawab dan
pemeriksa;
g. kriteria pemeriksaan;
h. identifikasi standar pemeriksaan dan tingkat keyakinan;
i. ringkasan prosedur dan metodologi yang digunakan;
j. kesimpulan;
k. tanggapan dari entitas terperiksa (dapat dilampirkan);
l. tanggal laporan; dan
m. tanda tangan.

3. Penyusunan Kesimpulan Pemeriksaan

08 Kesimpulan pemeriksaan kepatuhan merupakan pernyataan Pengertian

keyakinan hasil analisis logis untuk menjawab tujuan


52 Badan Pemeriksa Keuangan Direktorat Litbang
Juklak Pemeriksaan Kepatuhan Bab V

pemeriksaan dengan didukung bukti yang tepat/sesuai.


Dengan kata lain, unsur tujuan pemeriksaan, bukti dan
metodologi memegang peranan penting dalam penyusunan
kesimpulan.
09 Proses penarikan kesimpulan pemeriksaan kepatuhan adalah Proses
penarikan
sebagai berikut: kesimpulan
a. merangkum semua temuan pemeriksaan yang telah
dikomunikasikan dengan entitas yang diperiksa dan
menganalisisnya dalam proses pengambilan keputusan;
b. menentukan material atau tidaknya penyimpangan yang
terjadi;
c. menentukan bentuk kesimpulan yang sesuai setelah
mempertimbangkan materialitas;
Untuk mempermudah penarikan kesimpulan, pemeriksa
dapat memformulasikan (secara kuantitatif dan kualitatif)
atas hasil pemeriksaan dengan faktor-faktor/parameter
tertentu. Faktor-faktor tersebut antara lain nilai, dampak,
indikasi kecurangan, visibilitas dan sensitivitas, dan
besarnya harapan. Contoh Formulasi Penilaian atas
Permasalahan/Temuan dengan Menggunakan Metode
Pembobotan dapat dilihat pada Lampiran V.1 yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan ini.
d. menuangkan kesimpulan dalam bentuk draft dan
berkomunikasi dengan pihak yang bertanggung jawab jika
terdapat modifikasi dalam kesimpulan; dan
e. menuangkan kesimpulan secara terinci dalam LHP sesudah
melalui proses pembahasan.
Kesimpulan hasil pemeriksaan kepatuhan dinyatakan tersendiri
dalam 1 (satu) lembar pernyataan kesimpulan, memuat satu
kesimpulan secara umum atas tujuan pemeriksaan.
010 Faktor-faktor yang mendukung kualitas penarikan kesimpulan Faktor
pendukung
oleh pemeriksa adalah sebagai berikut: kualitas
a. Tujuan Pemeriksaan penarikan
kesimpulan
Kesimpulan dalam pemeriksaan kepatuhan pada dasarnya
merupakan jawaban atas tujuan pemeriksaan, sehingga
penentuan tujuan pemeriksaan akan sangat memengaruhi

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 53


penarikan kesimpulan. Tujuan yang diharapkan oleh
pemberi tugas harus dijabarkan dengan spesifik dan jelas
serta didokumentasikan dalam tahapan perencanaan.
b. Lingkup Pemeriksaan
Lingkup pemeriksaan harus ditetapkan secara jelas dan
spesifik. Semakin spesifik lingkup pemeriksaan, maka akan
semakin membantu pemeriksa dalam menyusun
kesimpulan dan membantu pengalokasian sumber daya
pemeriksaan lebih tepat dan efisien.
Apabila terdapat pembatasan lingkup pemeriksaan, maka
diungkapkan dalam laporan. Pembatasan terhadap lingkup
pemeriksaan, terdiri dari:
1) Pembatasan oleh entitas yang diperiksa
Hal ini terjadi karena entitas benar-benar tidak
memberikan data/informasi yang dibutuhkan. Hal ini
harus didukung oleh bukti–bukti secara tertulis dan
disadari oleh kedua belah pihak. Template formulir
berita acara penolakan pemeriksaan/pemberian
keterangan/dokumen pemeriksaan dapat dilihat pada
PMP.
2) Pembatasan oleh keadaan
Hal ini terjadi pada saat pemeriksa menghadapi
keterbatasan di luar kendali pemeriksa maupun pihak
terperiksa.
c. Kriteria
Untuk mendapatkan kesimpulan pemeriksaan kepatuhan
yang tepat, maka penentuan kriteria sangat penting dan
termasuk langkah awal dalam perencanaan pemeriksaan
kepatuhan.
d. Materialitas
Materialitas digunakan pemeriksa untuk menentukan
bentuk kesimpulan pemeriksaan apakah sesuai dengan
kriteria, tidak sesuai dengan kriteria, sesuai kriteria dengan
pengecualian, atau tidak menyatakan kesimpulan.
e. Uji Petik
Pemeriksa harus menjelaskan apakah hasil uji petik dapat
diproyeksikan untuk populasi yang dimaksudkan jika uji
54 Badan Pemeriksa Keuangan Direktorat Litbang
Juklak Pemeriksaan Kepatuhan Bab V

petik tersebut secara signifikan mendukung temuan,


kesimpulan, atau rekomendasi pemeriksaan.
f. Bukti Pemeriksaan
Dalam rangka membuat kesimpulan, pemeriksa harus
memperoleh bukti pemeriksaan yang tepat, cukup, dan
harus mematuhi prinsip-prinsip umum dalam perolehan
bukti pemeriksaan.
g. Keluasan (pervasiveness)
Pervasif merupakan kondisi di mana permasalahan yang ada
memiliki dampak yang luas atau melibatkan koordinasi
banyak pihak/unit kerja.
011 Beberapa contoh situasi dimana mungkin ada risiko Contoh
pervasif
ketidakpatuhan material yang pervasif terhadap
ketidakpatuhan entitas adalah:
a. Suatu entitas yang mengalami kesulitan keuangan dan
menyebabkan terjadinya peningkatan risiko atas dana hibah
yang akan dialihkan untuk tujuan yang tidak sah.
b. Suatu entitas yang memiliki sejarah pencatatan yang buruk
atas program-programnya.
012 Faktor-faktor yang dapat memengaruhi pemeriksa dalam Faktor yang
memengaruhi
menentukan material atau tidaknya suatu ketidakpatuhan, materialitas
yaitu: ketidakpatuha
n
a. Jumlah yang terlibat (jumlah uang atau ukuran kuantitatif
lainnya, seperti jumlah penduduk, entitas atau organisasi
yang terlibat, tingkat emisi polutan, atau penundaan waktu
dalam hubungannya dalam tenggat waktu).
b. Sifat dari ketidakpatuhan, seperti hukum, peraturan, atau
prosedur intern.
c. Masalah yang mendorong munculnya ketidakpatuhan,
seperti kelalaian dan kecurangan.
d. Dampak yang memungkinkan dan konsekuensi yang
mungkin ditimbulkan oleh ketidakpatuhan.
e. Visibilitas dan sensitivitas dari program yang sedang
diperiksa (apakah memengaruhi kepentingan publik atau
apakah berdampak pada kerentanan warga).

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 55


f. Kebutuhan dan harapan dari badan legislatif,
masyarakat/publik, atau pengguna laporan lainnya.
Pada saat pemeriksa melakukan evaluasi, pemeriksa harus
menyadari apakah materialitas atas ketidakpatuhan itu
pervasif atau tidak. Jika tidak memungkinkan untuk
mendapatkan bukti yang cukup dan sesuai karena
ketidakpastian atau adanya pembatasan lingkup, maka
pemeriksa harus menilai apakah ketidakpatuhan tersebut
material dan pervasif.
013 Pemeriksa melaksanakan prosedur pemeriksaan untuk Subsequent
event
menentukan apakah terdapat “subsequent event“ atau
terdapat peristiwa yang terjadi setelah selesainya pekerjaan
lapangan sampai dengan tanggal laporan pemeriksaan yang
dapat dipertimbangkan atas kesimpulan terjadinya suatu
ketidakpatuhan dan memerlukan pengungkapan tertentu.
Pengungkapan subsequent event tidak memengaruhi
penarikan kesimpulan.
014 Kesimpulan adalah penyataan atas keyakinan (keyakinan Bentuk
kesimpulan
positif) untuk menjawab tujuan pemeriksaan. Bentuk
kesimpulan dan pertimbangan yang dapat diterapkan dalam
penarikan kesimpulan adalah sebagai berikut:
a. Kesimpulan “Sesuai dengan Kriteria”
1) patuh pada semua kriteria; dan/atau
2) terdapat ketidakpatuhan dan/atau potensi terjadinya
ketidakpatuhan yang tidak material dan tidak terdapat
isu independensi.
b. Kesimpulan “Tidak Sesuai dengan Kriteria”
Terdapat ketidakpatuhan yang material dan bersifat
pervasif serta memengaruhi keseluruhan hal pokok yang
disebabkan dari penyimpangan atas kriteria.
c. Kesimpulan “Sesuai Kriteria dengan Pengecualian”
1) terdapat ketidakpatuhan yang material tapi tidak
bersifat luas (pervasif); dan/atau
2) pembatasan ruang lingkup yang berpotensi
menyebabkan terjadinya ketidakpatuhan material tetapi
tidak bersifat luas (pervasif).
56 Badan Pemeriksa Keuangan Direktorat Litbang
Juklak Pemeriksaan Kepatuhan Bab V

d. Kesimpulan “Tidak Menyatakan Kesimpulan”


1) terdapat potensi terjadinya ketidakpatuhan yang
material dan bersifat luas (pervasif) dan memengaruhi
keseluruhan objek yang diperiksa (subject matter)
disebabkan pembatasan lingkup oleh pihak terperiksa
atau penyebab lainnya, sehingga lingkup pemeriksaan
sangat terbatas dan pemeriksa tidak dapat menerapkan
prosedur alternatif untuk mendapatkan bukti yang
memadai; dan/atau
2) terdapat isu independensi dan hal ini tidak memerlukan
pertimbangan materialitas.
Format Kesimpulan dapat dilihat pada Lampiran V.2 yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan ini.

4. Temuan dengan Indikasi Awal Kecurangan

015 Temuan pemeriksaan yang mengandung indikasi awal Temuan


dengan
kecurangan disajikan dalam LHP tanpa menjelaskan secara indikasi awal
mendetail dugaan kecurangan tersebut. Namun pemeriksa kecurangan

lebih menitikberatkan penjelasannya kepada dampak temuan


tersebut terhadap pokok/informasi hal pokok sesuai tujuan
pemeriksaan. Pemeriksa dapat mengungkapkan 4W+ 2H
(What, When, Where, dan Who + How dan How Much) untuk
temuan pemeriksaan yang mengandung indikasi awal
kecurangan sepanjang mendukung tujuan pemeriksaan. Unsur
“Why” sebaiknya diungkapkan dalam pemeriksaan investigatif,
sesuai dengan prosedur yang berlaku di BPK.

5. Penyusunan Rekomendasi Pemeriksaan

016 Dalam pemeriksaan kepatuhan, pemeriksa tidak diharuskan Rekomendasi


pemeriksaan
memberikan rekomendasi pada setiap temuan
pemeriksaannya. Rekomendasi harus diberikan jika penyebab
temuan diketahui dengan pasti dan memenuhi harapan
penugasan/sesuai dengan tujuan, serta apabila pemeriksa
memiliki keyakinan dan pemahaman memadai terhadap suatu
permasalahan yang diungkap. Rekomendasi harus dapat
memperbaiki kelemahan yang ada, namun tidak melampaui
apa yang menjadi batas tanggung jawab manajemen entitas.
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 57
Rekomendasi harus secara jelas menyatakan apa yang harus
diperbaiki serta siapa yang memiliki wewenang, untuk
menginisiasi perbaikan yang direkomendasikan. Rekomendasi
harus disampaikan sejalan dengan tujuan, temuan, dan
kesimpulan hasil pemeriksaan.

C. Tindak Lanjut Pemeriksaan Kepatuhan


017 Konsep LHP disampaikan kepada entitas untuk memperoleh Tindak lanjut
pemeriksaan
tanggapan berupa rencana aksi sebagai bentuk rencana tindak kepatuhan
lanjut entitas.
018 BPK memiliki peran dalam melakukan pemantauan tindak Peran BPK
dalam tindak
lanjut oleh pihak yang bertanggung jawab atas rekomendasi lanjut
dalam LHP. Kebutuhan tindak lanjut akan tergantung pada sifat
hal pokok, ketidakpatuhan, dan kondisi tertentu dari
pemeriksaan. Dalam hal tindak lanjut belum
ditindaklanjuti/belum selesai ditindaklanjuti, pemeriksa perlu
mempertimbangkan kemungkinan ketidakpatuhan tersebut
masih terjadi (berulang) pada lingkup periode yang diperiksa.
Hal tersebut harus dinyatakan sebagai temuan berulang,
sehingga harus diformulasikan kembali dan dipertimbangkan
dampaknya terhadap kesimpulan pemeriksaan kepatuhan
pada periode berjalan.
Pemeriksa harus memberikan waktu yang cukup bagi pihak
yang bertanggung jawab untuk melaksanakan rekomendasi
sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan
memastikan bahwa tindak lanjut relevan bagi pengguna LHP.
019 Proses pemantauan tindak lanjut rekomendasi bertujuan untuk Tujuan
pemantauan
memastikan tindakan korektif yang telah dilakukan oleh pihak tindak lanjut
yang bertanggung jawab dalam menanggapi rekomendasi atas
temuan ketidakpatuhan yang ditemukan pada LHP
sebelumnya.
020 Proses pemantauan tindak lanjut rekomendasi memberikan Manfaat
tindak lanjut
manfaat bagi entitas yang diperiksa, pengguna LHP, dan
pemeriksa, yaitu untuk:

58 Badan Pemeriksa Keuangan Direktorat Litbang


Juklak Pemeriksaan Kepatuhan Bab V

a. Menunjukkan keefektifan pihak yang bertanggung jawab


dalam mengatasi masalah.
b. Menyediakan update/pemutakhiran kepada pengguna
laporan atas apa yang telah dilakukan dan dicapai oleh pihak
yang bertanggung jawab dan celah perbedaan yang ada.
c. Menilai keefektifan pekerjaan pemeriksa dan
merencanakan pemeriksaan di masa datang.
Pemantauan tindak lanjut mengacu pada ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 59


60 Badan Pemeriksa Keuangan Direktorat Litbang
Juklak Pemeriksaan Kepatuhan Bab VI

BAB VI
PENUTUP

A. Pemberlakuan Juklak
01 Juklak Pemeriksaan Kepatuhan berlaku pada saat Pemberlakuan
juklak
ditetapkannya Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan tentang
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kepatuhan.

B. Pemutakhiran Juklak
02 Pemutakhiran Juklak Pemeriksaan Kepatuhan dapat berupa Pemutakhiran
juklak
perubahan juklak yang dimaksud atau penjelasan atas
substansi juklak tersebut.
03 Perubahan atas juklak ini akan disampaikan secara resmi
melalui keputusan tentang perubahan petunjuk dimaksud.
04 Penjelasan atas substansi juklak ini disampaikan secara tertulis
dari Tim Pemantauan Juklak pada Direktorat Penelitian dan
Pengembangan.

C. Pemantauan Juklak
05 Juklak Pemeriksaan Kepatuhan ini merupakan dokumen yang Pemantauan
juklak
dapat berubah sesuai dengan perubahan peraturan
perundang-undangan dan kondisi lain. Oleh karena itu,
pemantauan atas juklak ini akan dilakukan oleh Tim
Pemantauan Juklak Pemeriksaan Kepatuhan di BPK. Selain itu,
masukan atau pertanyaan terkait dengan Juklak ini dapat
disampaikan kepada:

Ditama Revbang
Direktorat Penelitian dan Pengembangan
Subdirektorat Litbang PDTT
Lantai II Gedung Arsip R.216

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 61


Jl. Gatot Subroto 31 Jakarta 10210
Telp. (021)-25549000 ext. 3311/3313
Email: subditlitbangpdtt@bpk.go.id.

WAKIL KETUA BADAN PEMERIKSA KETUA BADAN PEMERIKSA


KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

ttd. ttd.

BAHRULLAH AKBAR MOERMAHADI SOERJA DJANEGARA


Salinan sesuai dengan aslinya
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Kepala Direktorat Utama Pembinaan dan Pengembangan Hukum
Pemeriksaan Keuangan Negara,
Tt
d.
Nizam Burhanuddin

62 Badan Pemeriksa Keuangan Direktorat Litbang


Juklak Pemeriksaan Kepatuhan Glosarium

GLOSARIUM

B
Badan : Sebutan untuk BPK-RI yang terdiri dari
Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota BPK.

E
Entitas Pemeriksaan : Unit organisasi yang menjadi objek
pemeriksaan BPK.

H
Hal Pokok : Hal-hal yang diperiksa dan/atau hal-hal yang
menjadi perhatian dalam suatu penugasan
pemeriksaan, yang dapat berupa informasi,
kondisi, atau aktivitas yang dapat
diukur/dievaluasi berdasarkan kriteria
tertentu.
Harapan Penugasan : Keinginan dari yang memberi tugas, dhi.
Pemberi Tugas Pemeriksaan (PTP), terhadap
pelaksanaan tugas pemeriksaan.
Hasil Pemeriksaan : Produk dari pelaksanaan tugas pemeriksaan
yang terdiri dari KKP, LHP, dan dokumen
pemeriksaan lainnya.

I
Informasi Hal Pokok : Hasil evaluasi atau hasil pengukuran hal
pokok terhadap kriteria.
ISSAI : International Standards of Supreme Audit
Institutions adalah standar yang dikeluarkan
oleh Organisasi Lembaga Pemeriksa Sedunia
atau The International Organisation of
Supreme Audit Institutions (INTOSAI) untuk
menjadi pedoman bagi Lembaga Pemeriksa
(Supreme Audit Institutions).

K
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 63
Kepatutan (Propriety) : Ketaatan pada prinsip umum pelaksanaan
tata kelola keuangan yang baik dan perilaku
pejabat publik.
Kerugian Negara : Kekurangan uang, surat berharga, dan
barang, yang nyata dan pasti jumlahnya
sebagai akibat perbuatan melawan hukum
baik sengaja maupun lalai (Pasal 1 Angka 22
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004
tentang Perbendaharaan Negara).
Kertas Kerja Pemeriksaan (KKP) : Catatan-catatan yang dibuat dan data yang
dikumpulkan oleh Pemeriksa secara
sistematis pada saat melaksanakan tugas
pemeriksaan mulai tahap perencanaan
pemeriksaan sampai dengan tahap
pelaporan pemeriksaan.

L
LHP : Laporan Hasil Pemeriksaan adalah bentuk
pertanggungjawaban tertulis dari proses
pemeriksaan yang berisi hasil analisis atas
temuan pemeriksaan yang diperoleh saat
pelaksanaan pemeriksaan.
LHPP : Laporan Hasil Perencanaan Pemeriksaan
adalah bentuk pertanggungjawaban tertulis
dari pelaksanaan pemahaman objek
pemeriksaan yang menjadi bahan
penyusunan konsep program pemeriksaan.

O
Objek Pemeriksaan : Entitas/instansi/satuan kerja/kegiatan yang
menjadi sasaran pemeriksaan.

P
Pemeriksa : Orang yang melaksanakan tugas
pemeriksaan pengelolaan dan tanggung
jawab keuangan negara untuk dan atas

64 Badan Pemeriksa Keuangan Direktorat Litbang


Juklak Pemeriksaan Kepatuhan Glosarium

nama BPK (Pasal 1 angka 10 Undang-Undang


Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan
Pemeriksa Keuangan).
Pemeriksaan Pendahuluan : Pemeriksaan lapangan pada pemeriksaan
kepatuhan yang dilakukan dalam rangka
perencanaan pemeriksaan.
Pemilik Kepentingan (Stakeholders) : Seseorang/perwakilan yang memiliki hak
untuk menentukan masa depan entitas atau
lembaga yang dimiliki.
Pengguna LHP : Lembaga perwakilan, pemerintah, serta
pihak lain yang mempunyai kepentingan
terhadap LHP.
Petunjuk Teknis Pemeriksaan : Petunjuk yang memuat teknik-teknik dan
urutan langkah pemeriksaan yang harus
dilakukan terhadap suatu objek
pemeriksaan tertentu yang disesuaikan
dengan tujuan dan sarana pemeriksaan.
Pihak yang Bertanggung Jawab : Pihak yang diperiksa, yang bertanggung
jawab atas informasi hal pokok dan/atau
bertanggung jawab mengelola hal pokok,
dan/atau bertanggung jawab
menindaklanjuti hasil pemeriksaan antara
lain Presiden, Menteri, dan Kepala Daerah.
Program Pemeriksaan (P2) : Langkah pemeriksaan di lapangan yang
harus dilaksanakan oleh tim pemeriksa.
Prosedur : 1. Tahap kegiatan untuk menyelesaikan
suatu aktivitas.
2. Langkah-langkah yang secara pasti dalam
memecahkan suatu masalah.
PKP : Program Kerja Perorangan adalah alokasi
kegiatan pemeriksaan yang akan
dilaksanakan berdasarkan P2.

R
Rencana Aksi : Merupakan aksi yang akan dilaksanakan
oleh entitas yang diperiksa berdasarkan
rekomendasi BPK yang termuat dalam LHP.
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 65
RKP : Rencana Kegiatan Pemeriksaan adalah
dokumen yang memuat rencana
pemeriksaan yang meliputi urutan
pengelompokan tema pemeriksaan, waktu,
kebutuhan pemeriksa, anggaran, dan
infrastruktur lainnya.

S
SPKN : Standar Pemeriksaan Keuangan Negara
adalah standar pemeriksaan yang menjadi
acuan dalam pelaksanaan pemeriksaan
keuangan negara.
Standar : 1. Ukuran tertentu yang dipakai sebagai
patokan atau ukuran baku.
2. Sesuatu yang dianggap tetap nilainya
sehingga dapat dipakai sebagai ukuran nilai
(harga).

T
Temuan Pemeriksaan : Indikasi permasalahan yang ditemui di
dalam pemeriksaan di lapangan.
Tim Pemeriksa : Terdiri dari Pengendali Mutu yang bertindak
sebagai Penanggung Jawab, Pengendali
Mutu lainnya (jika diperlukan), Pengendali
Teknis, Ketua Tim, dan Anggota Tim.

66 Badan Pemeriksa Keuangan Direktorat Litbang


Juklak Pemeriksaan Kepatuhan Daftar Singkatan dan Akronim

DAFTAR SINGKATAN DAN AKRONIM

A
APBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
B
BMN : Barang Milik Negara
BPK : Badan Pemeriksa Keuangan
BPP : Buku Pedoman Perusahaan
C
CMOB : Credit Manual For Overseas Branch
CR : Control Risk
D
DBH : Dana Bagi Hasil
DR : Detection Risk
E
ESDM : Energi dan Sumber Daya Mineral
I
IR : Inherent Risk
J
Juklak : Petunjuk Pelaksanaan
Juknis : Petunjuk Teknis
K
KCLN : Kantor Cabang Luar Negeri
Keppres : Keputusan Presiden
KKP : Kertas Kerja Pemeriksaan
L
LBMN : Laporan Barang Milik Negara
LHP : Laporan Hasil Pemeriksaan
LHPP : Laporan Hasil Perencanaan Pemeriksaan
N
NIP : Nomor Induk Pegawai
P
PBB : Pajak Bumi Bangunan
PDTT : Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 67
Perda : Peraturan Daerah
Perpres : Peraturan Presiden
PKP : Program Kerja Perorangan

PMK : Peraturan Menteri Keuangan


PMP : Pedoman Manajemen Pemeriksaan
PMPP : Pedoman Manajemen Penunjang Pemeriksaan
PMS : Performance Management System
PNBP : Penerimaan Negara Bukan Pajak
PP : Peraturan Pemerintah
PPh : Pajak Penghasilan
PTK : Pedoman Tata Kerja
P2 : Program Pemeriksaan
R
Renstra : Rencana Strategis
RKA-K/L : Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga
RKP : Rencana Kerja Pemeriksaan
RKS : Rencana Kerja dan Syarat
S
SDA : Sumber Daya Alam
SDM : Sumber Daya Manusia
SLA : Service Level Agreement
SOP : Standar Operasional Prosedur
SPI : Sistem Pengendalian Intern
SPIP : Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
SPKM : Sistem Pemerolehan Keyakinan Mutu
SPKN : Standar Pemeriksaan Keuangan Negara
T
TA : Tahun Anggaran
U
UU : Undang-Undang
UUD : Undang-Undang Dasar

68 Badan Pemeriksa Keuangan Direktorat Litbang


Juklak Pemeriksaan Kepatuhan Referensi

REFERENSI

BPK RI. (2009). Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu.


Jakarta: Direktorat Litbang.

BPK RI. (2015). Pedoman Manajemen Pemeriksaan. Jakarta: Direktorat Litbang.

BPK RI. (2016). Kajian Pemeriksaan Kepatuhan. Jakarta: Direktorat Litbang.

BPK RI. (2016). Pedoman Manajemen Penunjang Pemeriksaan. Jakarta: Direktorat


Litbang.

BPK RI. (2017). Pedoman Penyusunan dan Revisi Perangkat Lunak di BPK. Jakarta:
Direktorat Litbang.

BPK RI. (2017). Standar Pemeriksaan Keuangan Negara. Jakarta: Direktorat Litbang.

Comptroller and Auditor General of India. (2016). Compliance Auditing Guidelines.


Diakses dari http://www.cag.gov.in/sites/default/files/cag_pdf/Compliance_
Guidelines_approved_final_preface.pdf.

European Court of Auditors. (2012). Financial and Compliance Audit Manual.


Diakses dari http://www.eca.europa.eu/Lists/ECADocuments/FCAM_2012/
FCAM_2012_EN.PDF.

INTOSAI. (2010). International Standards of Supreme Audit Institutions (ISSAI) 100


tentang prinsip fundamental pemeriksaan sektor publik. Diakses dari
http://www.issai.org/en_us/site-issai/issai-framework/3-fundamental-
auditing-priciples.htm.

INTOSAI. (2010). ISSAI 400 tentang prinsip fundamental pemeriksaan kepatuhan.


Diakses dari http://www.intosai.org/issai-executive-summaries/view/article/
issai-400-fundamental-principles-of-compliance-auditing.html.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 69


INTOSAI. (2016). ISSAI 4000 tentang pedoman pemeriksaan kepatuhan. Diakses
dari http://www.intosai.org/issai-executive-summaries/view/article/issai-
4000-compliance-audit-guidelines-general-introduction.html.

Intosai Development Initiative. (2014). ISSAI Implementation Handbook-


Compliance Audit. Diakses dari http://www.idicommunity.org/3i/index.php/3i-
library/cat_view/3-handbooks.

OCEG. (2015). GRC Capability Model Red book version 3. Diakses dari
https://go.oceg.org/grc-capability-model-red-book.

State of Utah. (2013). Legal Compliance Audit Guide. Diakses dari


https://auditor.utah.gov/wp-content/uploads/sites/5/2013/05/Legal-
Compliance-Audit-Guide-2013.pdf.

70 Badan Pemeriksa Keuangan Direktorat Litbang


Juklak Pemeriksaan Kepatuhan Lampiran III.1

LAMPIRAN III.1 : KEPUTUSAN BPK-RI


NOMOR : 3/K/I-XIII.2/5/2018
TANGGAL : 11 MEI 2018

CONTOH HAL POKOK, INFORMASI HAL POKOK, DAN KRITERIANYA

No Hal Pokok Informasi Hal Pokok Kriteria

1 Pengelolaan operasional Laporan pengelolaan loans, Ketentuan intern bank terkait pengelolaan loans,
Kantor Cabang Bank xxx trade finance, securities, trade finance, securities, funding, dan operasional
funding, dan operasional lainnya.
lainnya a. Anggaran Dasar Perusahaan PT Bank xx
b. Rencana Jangka Panjang tahun 20xx-20xx
c. Rencana Bisnis Bank tahun 20xx s.d 20xx
d. Ketentuan Intern Bank xx yang meliputi:
1) Buku Pedoman Perusahaan (BPP)
Perencanaan Strategis
2) Buku Pedoman Performance Management
System (PMS) dan Service Level Agreement
(SLA)
3) Buku Pedoman Kebijakan Akuntansi
4) BPP Divisi Internasional dan masing-
masing Kantor Cabang Luar Negeri (KCLN)
5) BPP tata kerja transaksi impor dan ekspor
6) BPP tata kerja letter of intent
7) Credit Manual for Overseas Branch (CMOB)
8) BPP Surat Berharga
9) Ketentuan pembentukan A dan P account
e. Ketentuan-ketentuan lainnya yang terkait,
baik ketentuan intern maupun dari otoritas
lokal KCLN yang relevan dengan pengelolaan
operasional Bank xx KCLN kota xx
2 Pengadaan barang dan jasa Tahap perencanaan: Peraturan terkait pengadaan barang/jasa
dokumen penganggaran pemerintah dan surat perjanjian/kontrak.
Rencana Kerja dan Anggaran a. Peraturan Pemerintah (PP) tentang Sistem
Kementerian Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP)
Negara/Lembaga (RKA-K/L) b. Peraturan Presiden (Perpres) tentang
hingga dokumen pengadaan barang/jasa pemerintah dan
usulan/proposal dari perubahannya
masing-masing pimpinan c. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan
tinggi utama/madya tentang mekanisme pelaksanaan pembayaran
atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja
Tahap pelaksanaan:
Negara (APBN)
dokumen
d. Surat perjanjian/kontrak
pengadaan/Rencana Kerja
dan Syarat (RKS),
pelaksanaan pelelangan,
serah terima barang hingga
pembayaran

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 71


No Hal Pokok Informasi Hal Pokok Kriteria
3 Pelaksanaan belanja dan Daftar rekapitulasi Peraturan terkait pelaksanaan belanja,
pengelolaan aset keuangan, laporan pengadaan barang/jasa, dan pengelolaan barang
penerimaan dan milik negara/daerah.
pengeluaran Penerimaan a. PP tentang pengelolaan barang milik
Negara Bukan Pajak negara/daerah
(PNBP)/belanja, dan Laporan b. Perpres tentang pengadaan barang/jasa
Barang Milik Negara (LBMN) pemerintah
c. Peraturan menteri tentang mekanisme
pelaksanaan anggaran belanja negara di
lingkungan kementerian
d. Peraturan menteri tentang pedoman
pelaksanaan pengadaan barang/jasa serta
evaluasi pemberian/penerimaan hibah di
lingkungan kementerian
4 Belanja modal infrastruktur Anggaran belanja modal Peraturan terkait pengadaan barang, pengelolaan
Tahun Anggaran xxxx serta barang, pengelolaan keuangan, dan surat
realisasinya sampai dengan perjanjian/kontrak.
31 Desember xxxx a. Undang-Undang (UU) tentang jalan
b. UU tentang jasa konstruksi
c. PP tentang pengelolaan barang negara/daerah
d. PP tentang pelaksanaan jasa konstruksi
e. Perpres tentang pengadaan barang/jasa
pemerintah
f. Peraturan menteri tentang pedoman
pengelolaan keuangan daerah
g. Peraturan menteri tentang pedoman
pengelolaan barang daerah
h. Peraturan menteri tentang pedoman
pengadaan pekerjaan konstruksi dan jasa
konsultansi
i. Peraturan tentang pedoman penunjukan
langsung pengadaan kendaraan pemerintah
j. Kontrak-kontrak yang terkait dengan
pengadaan barang/jasa
5 Penerimaan negara dan Laporan realisasi penyaluran Peraturan terkait penyaluran DBH SDA Migas dan
Dana Bagi Hasil (DBH) DBH Sumber Daya Alam PBB Migas bagian daerah.
(SDA) Minyak dan Gas Bumi a. UU tentang minyak dan gas bumi
(Migas) dan Realisasi DBH b. UU tentang keuangan negara
Pajak Bumi dan Bangunan
c. UU tentang perbendaharaan negara
(PBB) Migas bagian daerah
d. UU tentang perimbangan keuangan antara
dari tahun 20xx s.d. tahun pemerintah pusat dan pemerintah daerah
20xx
e. PP tentang kegiatan usaha hulu minyak dan
gas bumi
f. PP tentang dana perimbangan
g. PP tentang biaya operasi yang dapat
dikembalikan dan perlakuan Pajak
Penghasilan (PPh) di bidang usaha hulu minyak
dan gas bumi

72 Badan Pemeriksa Keuangan Direktorat Litbang


Juklak Pemeriksaan Kepatuhan Lampiran III.1

No Hal Pokok Informasi Hal Pokok Kriteria

h. Perpres tentang pengalihan pelaksanaan


tugas dan fungsi kegiatan usaha hulu minyak
dan gas bumi
i. Perpres tentang penyelenggaraan
pengelolaan kegiatan usaha hulu minyak dan
gas bumi
j. Peraturan menteri tentang tata cara
penetapan dan penawaran wilayah kerja
minyak dan gas bumi
k. Peraturan menteri tentang pedoman
kebijakan peningkatan produksi minyak dan
gas bumi
l. Peraturan menteri tentang organisasi dan tata
kerja satker khusus pelaksana kegiatan usaha
hulu minyak dan gas bumi
m. Peraturan menteri tentang tata cara
penetapan dan penawaran wilayah kerja
minyak dan gas bumi
n. Peraturan menteri tentang rekening minyak
dan gas bumi
o. Peraturan menteri tentang pengalokasian
anggaran transfer ke daerah
p. Peraturan menteri tentang pelaksanaan dan
pertanggungjawaban anggaran transfer ke
daerah
q. Standar Operasional Prosedur (SOP) dan/atau
Pedoman Tata Kerja (PTK) yang berlaku di
instansi yang terkait dengan pemeriksaan
6 Pelaksanaan impor beras Laporan impor beras Peraturan terkait impor beras.
a. Peraturan menteri tentang ketentuan impor
dan ekspor beras
b. Buku tarif kepabeanan Indonesia tahun 20xx
c. Peraturan Menteri Keuangan (PMK) tentang
penetapan sistem klasifikasi barang dan
pembebanan tarif bea masuk atas barang
impor
d. Surat rekomendasi yang dikeluarkan
Kementerian Pertanian untuk setiap
permohonan beras tahun 20xx
7 Pengelolaan dan Laporan Peraturan terkait pelaksanaan dan
pertanggungjawaban pertanggungjawaban pertanggungjawaban bantuan sosial.
belanja bantuan sosial bantuan sosial a. Keputusan Presiden (Keppres) tentang
pedoman pelaksanaan APBN
b. Perpres tentang pengadaan barang dan jasa
dan peraturan perubahannya
c. PMK tentang belanja bansos pada
kementerian negara/lembaga
d. Buletin teknis tentang akuntansi belanja
bantuan sosial
e. Pedoman/panduan pengelolaan bantuan
sosial
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 73
No Hal Pokok Informasi Hal Pokok Kriteria

8 Pelaksanaan karantina Laporan realisasi PNBP atas Peraturan terkait PNBP atas pelaksanaan
komoditi hortikultura pelaksanaan karantina karantina komoditi hortikultura.
komoditi hortikultura a. UU tentang karantina hewan, ikan, dan
tumbuhan
b. UU tentang kepabeanan
c. UU tentang hortikultura
d. PP tentang tarif atas jenis penerimaan negara
bukan pajak yang berlaku pada Departemen
Pertanian dan perubahannya
e. PMK tentang penetapan sistem klasifikasi
barang dan pembebanan tarif bea masuk atas
barang impor
9 Pelaksanaan kegiatan Laporan realisasi Peraturan terkait pelaksanaan kegiatan
pengerukan pelaksanaan kegiatan pengerukan.
pengerukan a. UU tentang pelayaran
b. UU tentang jasa konstruksi
c. PP tentang angkutan di perairan
d. PP tentang penyelenggaraan jasa konstruksi
e. PP tentang kepelabuhanan
f. PP tentang kenavigasian
g. Keppres tentang pelaksanaan APBN
h. Perpres tentang pengadaan barang/jasa
pemerintah
i. Peraturan menteri tentang standar biaya
j. Peraturan menteri tentang pengerukan dan
reklamasi
k. Peraturan menteri tentang alur pelayaran di
laut
l. Pedoman teknis kegiatan pelabuhan dan
pengerukan
m. Peraturan tentang juklak penatausahaan dan
penyusunan laporan pertanggungjawaban
bendahara kementerian
negara/lembaga/kantor/satker
10 Pencetakan dan Kontrak pengadaan bahan Peraturan terkait pencetakan dan pemusnahan
pemusnahan Rupiah uang dan persediaan bahan uang.
uang a. UU tentang mata uang
b. Nota kesepahaman tentang pelaksanaan
koordinasi dalam rangka perencanaan dan
pencetakan serta pemusnahan Rupiah
c. Peraturan pelaksanaan terkait pencetakan
dan pemusnahan uang

74 Badan Pemeriksa Keuangan Direktorat Litbang


Juklak Pemeriksaan Kepatuhan Lampiran III.1

No Hal Pokok Informasi Hal Pokok Kriteria


11 Pengelolaan hibah luar Laporan realisasi hibah Peraturan terkait pengelolaan pinjaman dan
negeri hibah luar negeri.
a. PP tentang tata cara pengadaan pinjaman luar
negeri dan penerimaan hibah
b. Pedoman pengelolaan pinjaman dan hibah
luar negeri
c. Perjanjian hibah

WAKIL KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA, REPUBLIK INDONESIA,

ttd. ttd.

BAHRULLAH AKBAR MOERMAHADI SOERJA DJANEGARA

Salinan sesuai dengan aslinya


BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Kepala Direktorat Utama Pembinaan dan Pengembangan Hukum
Pemeriksaan Keuangan Negara,
Tt
d.

Nizam Burhanuddin

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 75


LAMPIRAN III.2 : KEPUTUSAN BPK-RI
NOMOR : 3/K/I-XIII.2/5/2018
TANGGAL : 11 MEI 2018

CONTOH KERTAS KERJA PEMAHAMAN TUJUAN DAN HARAPAN PENUGASAN

Pemeriksaan Kepatuhan No. Indeks


Atas ………….. Dibuat oleh:
Tahun ……….. Di-review oleh:
Disetujui oleh:

KERTAS KERJA PEMAHAMAN TUJUAN DAN HARAPAN PENUGASAN


Tujuan kegiatan pada tahap ini adalah pemeriksa dapat memahami tujuan dari dilaksanakannya pemeriksaan dan
harapan dari pemberi tugas.
I. Tujuan Penugasan
1. .....................................................................................................................................................................
2. . ...................................................................................................................................................................
3. Dst c
II. Harapan Penugasan
1. Standar Pemeriksaan
.....................................................................................................................................................................
2. Jangka Waktu Pemeriksaan
.....................................................................................................................................................................
3. Fokus dan Sasaran Pemeriksaan
.....................................................................................................................................................................
4. Dst
III. Arahan lainnya (*opsional)
1. .....................................................................................................................................................................
2. ....................................................................................................................................................................
3. Dst

(Tempat), (tanggal)…………………….

Pemberi Tugas Pemeriksaan


……………………..

WAKIL KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA, REPUBLIK INDONESIA,

ttd. ttd.

BAHRULLAH AKBAR MOERMAHADI SOERJA DJANEGARA

Salinan sesuai dengan aslinya


BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Kepala Direktorat Utama Pembinaan dan Pengembangan Hukum
Pemeriksaan Keuangan Negara,
Tt

Nizam Burhanuddin

76 Badan Pemeriksa Keuangan Direktorat Litbang


Juklak Pemeriksaan Kepatuhan Lampiran III.3

LAMPIRAN III.3 : KEPUTUSAN BPK-RI


NOMOR : 3/K/I-XIII.2/5/2018
TANGGAL : 11 MEI 2018

CONTOH KERTAS KERJA IDENTIFIKASI HAL POKOK DAN KRITERIA PEMERIKSAAN

Pemeriksaan Kepatuhan No. Indeks


Atas ………….. Dibuat oleh:
Tahun ……….. Di-review oleh:
Disetujui oleh:

KERTAS KERJA IDENTIFIKASI HAL POKOK DAN KRITERIA PEMERIKSAAN

Informasi Sumber Kriteria


Hal Pokok Keterangan
Hal Pokok Kriteria Nomor Tentang
1. UU UU Pemeriksaan Pengelolaan dan
No.15/2004 Tanggung Jawab Keuangan Negara
2. PP Dst Dst
3. dst

Catatan:
Sebaiknya kriteria yang digunakan adalah kriteria yang berkaitan langsung dengan hal pokok dan tujuan
pemeriksaan.

WAKIL KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA, REPUBLIK INDONESIA,

BAHRULLAH AKBAR MOERMAHADI SOERJA DJANEGARA

Salinan sesuai dengan aslinya


BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Kepala Direktorat Utama Pembinaan dan Pengembangan Hukum
Pemeriksaan Keuangan Negara,
Tt
d.

Nizam Burhanuddin

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 77


LAMPIRAN III.4 : KEPUTUSAN BPK-RI
NOMOR : 3/K/I-XIII.2/5/2018
TANGGAL : 11 MEI 2018

LAPORAN HASIL PERENCANAAN PEMERIKSAAN

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN HASIL PERENCANAAN PEMERIKSAAN (LHPP)

Entitas yang diperiksa : [Isi entitas yang diperiksa]


Tahun Anggaran yang diperiksa : [Isi Tahun Anggaran Berjalan]
I. Gambaran Mengenai Entitas Pemeriksaan
[Isi dengan narasi mengenai gambaran umum, bussiness process, dan seputar masalah dari
entitas yang relevan dengan hal pokok pemeriksaan]
II. Gambaran Mengenai Lingkup Pemeriksaan
[Isi dengan narasi mengenai gambaran umum terkait "apa yang diperiksa", "siapa yang
diperiksa", "di mana yang akan diperiksa" dan "jangka waktu mana yang diperiksa"]
III. Stakeholders Entitas
[Isi dengan penjelasan naratif mengenai stakeholders entitas dan hubungan antara hal pokok
dengan entitas yang relevan dengan hal pokok]
IV. Gambaran Mengenai Faktor Internal dan Eksternal Entitas
[Isi dengan mengenai bagaimana faktor internal dan eksternal memengaruhi entitas yang
relevan dengan hal pokok]
V. Gambaran Mengenai Aspek Utama Hal Pokok dan Analisis Kriteria Pemeriksaan
[Isi dengan: (1) penentuan aspek-aspek utama dari hal pokok yang kemudian dikaitkan
dengan kriteria pemeriksaan yang relevan (2) penentuan kriteria pemeriksaan yang relevan
dengan aspek utama]
Contoh:
Hal Pokok: “Pelaksanaan Kontrak dan Penyerahan Barang”
No Aspek Utama Subaspek (kriteria) Sumber Kriteria
1. Kuantitas dan Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan
kualitas hasil (PPHP) telah melakukan pengecekan
pekerjaan jumlah atau volume dan kualitas atau
spesifikasi barang/jasa sesuai dengan
surat perjanjian (kontrak).
Kuantitas dan kualitas barang/jasa
yang diserahkan telah sesuai dengan
surat perjanjian.

78 Badan Pemeriksa Keuangan Direktorat Litbang


Juklak Pemeriksaan Kepatuhan Lampiran III.4

No Aspek Utama Subaspek (kriteria) Sumber Kriteria


2. Ketepatan waktu Penyerahan barang/jasa oleh
penyerahan hasil penyedia barang/jasa dilakukan tepat
pekerjaan waktu sesuai Surat Perjanjian.
Keterlambatan penyerahan
barang/jasa (bila ada) oleh penyedia
barang/jasa hanya disebabkan oleh
hal-hal di luar kemampuan penyedia
barang/jasa (force majeure).
Penyedia barang/jasa telah
dikenakan sanksi/denda
keterlambatan sesuai dengan
ketentuan dalam surat perjanjian.
3. Subkontrak Pihak lain dilarang mengambil alih
tanggung jawab penyedia
barang/jasa untuk melaksanakan
seluruh pekerjaan utama yang
ditetapkan dalam kontrak kepada
pihak lainnya.
Apabila hanya mengambil sebagian
pekerjaan utama dan tidak
mengambil alih seluruh pekerjaan
utama, pihak lain yang terlibat
tersebut merupakan penyedia
barang/jasa spesialis.

VI. Risiko-risiko Signifikan atas Hal Pokok


[Isi dengan penjelasan mengenai risiko-risiko yang mungkin terjadi pada hal pokok
pemeriksaan yang dapat memengaruhi kepatuhan entitas terhadap kriteria]
Pengaruh
terhadap Signifikansi Respons/Kontrol Respons
No. Identifikasi risiko
auditee/hal risiko dari auditee pemeriksa
pokok
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Kebijakan
a. ……………………………
b. …………….
2 Regulasi/Peraturan
a. …………
b. …………….
3 Koordinasi antar
lembaga/hubungan
dengan stakeholders
4 Sistem Informasi
a. ………….
b. …………..
5 Aktivitas/bussiness
process/manajerial/tupoksi
a. …..
b. …….

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 79


Keterangan:
1. Kolom (1) diisi dengan nomor urut.
2. Kolom (2) diisi dengan risiko teridentifikasi yang berasal dari kebijakan, peraturan
perundangan/ketentuan yang berlaku, komunikasi antarlembaga, tupoksi/manajerial/organisasi,
sistem informasi, stakeholder, transaksi, dan aktivitas berisiko yang berpengaruh terhadap entitas
yang diperiksa.
Berikut ini beberapa contoh:
- Kebijakan pemerintah pada sektor publik tidak jelas dan sangat sektoral;
- Perubahan kebijakan pemerintah pusat atau daerah yang signifikan;
- Sorotan masyarakat terhadap integritas manajemen;
- Perubahan atau pergantian kepemimpinan dalam manajemen entitas;
- Tuntutan ataupun desakan dari pihak lain, seperti dari instansi penegak hukum;
- Auditee melakukan perubahan yang signifikan atas kebijakan akuntansinya yang digunakan
sebagai dasar penyusunan laporan keuangan;
- Pada tahun anggaran berjalan, terdapat mutasi dan transaksi keuangan dengan jumlah besar;
- Sistem informasi yang belum terintegrasi antar bagian, dll.
3. Kolom (3) diisi dengan pengaruh faktor yang teridentifikasi pada kolom (2) terhadap entitas.
4. Kolom (4) diisi dengan tingkat signifikansi risiko entitas yang diidentifikasi terhadap pemeriksaan
secara keseluruhan.
5. Kolom (5) diisi dengan kontrol dari auditee terhadap adanya kondisi tersebut.
6. Kolom (6) diisi dengan respons pemeriksa atas risiko yang teridentifikasi. Respons dapat berupa
perencanaan pemeriksaan khususnya mengenai lingkup dan strategi pemeriksaannya untuk
menghadapi risiko yang teridentifikasi tersebut.
Contoh:
Pengaruh Signifi- Respons/
Respons
No Identifikasi risiko terhadap kansi Kontrol dari
pemeriksa
auditee risiko auditee
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Kebijakan
Kebijakan pembangunan Budget untuk Sedang Auditee Pemeriksa perlu
jalan baru lebih pemeliharaan menyusun skala melihat apakah
diutamakan daripada jalan terbatas prioritas perencanaan
pemeliharaan jalan yang sehingga pemeliharaan pemeliharaan
sudah ada kualitas jalan jalan jalan sudah
tidak terjamin didasarkan
analisa
kebutuhan
Kebijakan moratorium Auditee (dhi. Tinggi Auditee Pemeriksa
pemberian izin Kementerian memastikan melakukan
pertambangan yang Energi dan data perizinan pembandingan
selama ini dilakukan oleh Sumber Daya pertambangan data izin
pemerintah kabupaten Mineral/ESDM) dari Pemerintah pertambangan
berpotensi Daerah akurat daerah dengan
gagal dalam dan update surat pencabutan
memverifikasi izin Kementerian
izin ESDM
pertambangan
yang akan
dicabut
Kebijakan pemerintah Anggaran Sedang Auditee secara Pemeriksa
menerima hibah pesawat pemeliharaan ketat melakukan melakukan
bekas meningkat dan uji kelayakan observasi dan cek
potensi terbang pesawat fisik terkait
terjadinya bekas kesiapan pesawat
kanibalisasi

80 Badan Pemeriksa Keuangan Direktorat Litbang


Juklak Pemeriksaan Kepatuhan Lampiran III.4

Pengaruh Signifi- Respons/


Respons
No Identifikasi risiko terhadap kansi Kontrol dari
pemeriksa
auditee risiko auditee
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
2 Ketentuan peraturan
perundang-undangan
Belum adanya peraturan Alokasi dana Sedang Tidak ada, Pemeriksa harus
daerah tentang alokasi desa tidak mengacu pada memperhatikan
dana desa memiliki dasar Peraturan mekanisme dan
hukum Pemerintah pengelolaan
Nomor 72 Tahun alokasi dana desa
2005 tentang
Desa
3 Koordinasi antarlembaga
Lemahnya koordinasi Biaya Tinggi Membangun Pemeriksa harus
antarlembaga terkait pemeliharaan database jalan melihat apakah
kebijakan, perencanaan, tidak ekonomis yang update database jalan
penganggaran, dan dan kualitas sebagai bahan didasarkan pada
pelaksanaan pemeliharaan hasil perencanaan kondisi riil
jalan pemeliharaan dan Pemeriksa juga
rendah penganggaran perlu menguji
pemeliharaan apakah database
tersebut
dikomunikasikan
pada saat
perencanaan dan
penganggaran
4 Sistem Informasi
Penggunaan aplikasi baru Potensi aplikasi Tinggi Membuat back Menguji aplikasi
dalam pengadaan barang belum dapat up dengan tetap yang ada dan
dan jasa mengakomodir menggunakan mengumpulkan
transaksi atau hardcopy pada informasi terkait
tahapan masa peralihan kesiapan
pengadaan, penggunaannya
SDM belum
menguasai
aplikasi
5 Aktivitas/business process
yang berisiko
Penggunaan penerimaan Potensi Tinggi Membuat Pemeriksa harus
pajak daerah secara terjadinya mekanisme menguji apakah
langsung tanpa melalui kas kekurangan penerimaan mekanisme
daerah penerimaan pajak daerah tersebut telah
efektif
Pemilihan penyedia Hasil pengadaan Tinggi Membangun Pemeriksa perlu
barang cenderung tidak ekonomis Whistleblowing melakukan fraud
direkayasa dan tidak fair System risk assessment
dan pengujian
substantif
Dst

VII. Sumber daya yang digunakan


[Isi dengan sumber daya yang dikelola oleh entitas atau sumber daya yang digunakan terkait
dengan hal yang diperiksa, misalnya anggaran entitas]

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 81


VIII. Materialitas
[Isi dengan materialitas perencanaan pemeriksaan dan judgment penentuan materialitas
tersebut. Selain itu pemeriksa perlu merancang materialitas pelaporan untuk menentukan
batas penyimpangan yang akan digunakan]
IX. Temuan/rekomendasi sebelumnya
[Isi dengan temuan dan rekomendasi signifikan dari pemeriksaan/studi sebelumnya]
X. Pejabat Entitas
Nama Jabatan

XI. Kesimpulan
[Isi dengan kesimpulan mengenai pemahaman atas entitas berdasarkan kondisi yang telah
dijelaskan pada romawi I s.d. IX antara lain kesimpulan mengenai kompleksitas pemeriksaan
dan kebutuhan tenaga ahli]

……………, …………………. 20xx


Ketua Tim,

(Nama Jelas)

WAKIL KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA, REPUBLIK INDONESIA,

ttd. ttd.

BAHRULLAH AKBAR MOERMAHADI SOERJA DJANEGARA

Salinan sesuai dengan aslinya


BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Kepala Direktorat Utama Pembinaan dan Pengembangan Hukum
Pemeriksaan Keuangan Negara,
Tt
d.

Nizam Burhanuddin

82 Badan Pemeriksa Keuangan Direktorat Litbang


Juklak Pemeriksaan Kepatuhan Lampiran V.1

LAMPIRAN V.1 : KEPUTUSAN BPK-RI


NOMOR : 3/K/I-XIII.2/5/2018
TANGGAL : 11 MEI 2018

CONTOH FORMULASI PENILAIAN ATAS PERMASALAHAN/TEMUAN


DENGAN MENGGUNAKAN METODE PEMBOBOTAN

Pemeriksaan Kepatuhan No. Indeks


Atas ………….. Dibuat oleh:
Tahun ……….. Di-review oleh:
Disetujui oleh:

CONTOH FORMULASI PENILAIAN ATAS PERMASALAHAN/TEMUAN


DENGAN MENGGUNAKAN METODE PEMBOBOTAN

Langkah-Langkah Penyimpulan (bila menggunakan pembobotan)

1. Setelah tujuan dan hal pokok ditetapkan maka pemeriksa perlu mem-breakdown hal pokok.
2. Hal pokok di-breakdown menjadi beberapa aspek utama yang relevan dengan tujuan
pemeriksaan.
3. Setelah aspek ditentukan, maka dilanjutkan dengan membobot masing-masing aspek tersebut
(lihat Membobot Aspek).
4. Selanjutnya masing-masing aspek tersebut dirinci menjadi beberapa subaspek yang relevan
yang didasarkan pada kriteria.
5. Setelah subaspek ditentukan, maka dilanjutkan dengan membobot subaspek (lihat Membobot
Subaspek/Kriteria).
6. Temuan-temuan yang muncul dikelompokkan dan disatukan pada subaspek yang relevan.
7. Temuan yang sudah terkelompokkan ke dalam subaspek selanjutnya dibobot (lihat Membobot
Temuan).
8. Masing-masing hasil/skor temuan tertimbang selanjutnya dikurangkan dengan Nilai
Tertimbang untuk mencari Penyimpangan Temuan Tertimbangnya.
9. Selanjutnya masing-masing Penyimpangan Temuan Tertimbang tersebut dikurangkan dengan
masing-masing Batas Penyimpangan Tertimbang.
10. Bila hasilnya melebihi batas penyimpangan tertimbang berarti dinyatakan “Menyimpang
Secara Material”.
11. Bila hasilnya tidak melebihi batas penyimpangan tertimbang berarti dinyatakan “Tidak
Menyimpang Secara Material”.

Membobot Aspek
Yang dimaksud aspek di sini mencakup antara lain:
• Tahapan proses bisnis dari hal pokok.
• Hal/bagian/unsur utama dari hal pokok yang menjadi isu sentral dari tujuan pemeriksaan.
• Contoh aspek dalam pemeriksaan:
o Hal pokok "pengadaan barang dan jasa", aspek yang dinilai antara lain: perencanaan
pengadaan, pemilihan penyedia barang, dan pelaksanaan kontrak.
o Hal pokok "pengelolaan Barang Milik Negara (BMN)", aspek yang dinilai antara lain:
penatausahaan, pengamanan, pemeliharaan, dan pelaporan BMN.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 83


o Hal pokok "pengelolaan pertambangan batubara", aspek yang dinilai antara lain: perizinan,
PNBP, dan pengelolaan lingkungan pertambangan batubara.
o Hal pokok "pelaksanaan kontrak" aspek yang dinilai: kuantitas dan kualitas barang,
ketepatan waktu penyerahan barang dan subkontrak.
o Hal pokok "pengelolaan operasional Bank X pada KCLN", aspek yang dinilai: loan, trade
finance, securities, dan operasional lainnya.
o Hal pokok "pengelolaan dana desa", aspek yang dinilai: perencanaan, pelaksanaan,
pelaporan, dan monitoring.

Panduan dalam Membobot Aspek


1. Pahami tujuan pemeriksaan secara mendalam dan mengaitkannya dengan kriteria utama.
2. Menganalisis pengaruh kepatuhan aspek terhadap kriteria utama.
3. Memperhitungkan secara kualitatif kontribusi masing-masing aspek terhadap kepatuhan hal
pokok terhadap kriteria.
4. Pertimbangan lainnya adalah besarnya tahapan proses yang dilalui oleh aspek, banyaknya
ketentuan yang disyaratkan oleh kriteria pada aspek, dan besarnya anggaran yang dibutuhkan
aspek.

Contoh sederhana pembobotan aspek


Hal pokok pemeriksaan misalnya “Pelaksanaan Kontrak “
No Aspek Bobot Pertimbangan
1 Kuantitas dan kualitas 40% Aspek kuantitas dan kualitas barang dibobot lebih tinggi dari
hasil pekerjaan yang lain karena tingginya perhatian kriteria utama dalam aspek
ini. Ketidaktepatan kuantitas dan kualitas dapat berdampak
buruk/merugikan bagi pemilik.
2 Ketepatan waktu 35% Aspek ketepatan waktu juga cukup penting mengingat
penyerahan kepentingan pihak pemilik dalam memanfaatkan barang secara
pekerjaan tepat waktu. Keterlambatan pekerjaan akan cukup berdampak.
3 Subkontrak 25% Meskipun aspek subkontrak tidak boleh dilanggar namun tidak
dibobot tinggi karena yang prioritas dilihat adalah hasil
pekerjaannya.

Membobot Subaspek/Kriteria
1. Masing-masing aspek yang telah disusun selanjutnya di-breakdown menjadi beberapa
subaspek yang didasarkan pada kriteria utama yang relevan dengan tujuan pemeriksaan.
2. Yang sangat penting diperhatikan dalam membobot subaspek/kriteria adalah substansi, tujuan
utama, dan latar belakang kriteria itu sendiri.
3. Pemeriksa dapat mendiskusikan dengan ahli terkait sifat (nature) dan konteks dari peraturan
yang akan dijadikan sebagai kriteria pemeriksaan.
4. Dengan memahami nature dan konteks peraturan (kriteria) pemeriksa diharapkan mampu
menganalisis aspek kekakuan dan kelenturan dari sebuah kriteria.
5. Selain itu pemeriksa juga harus mempertimbangkan konsekuensi/implikasi dari peraturan.
6. Selanjutnya pemeriksa dapat menilai pengaruh/kontribusi rincian kriteria terhadap
keberhasilan kriteria dalam mencapai tujuannya.

Contoh: Hal Pokok Pemeriksaan Pelaksanaan Kontrak


No Aspek Subaspek Bobot Pertimbangan
1. Kuantitas dan PPHP telah melakukan 20%
kualitas hasil pengecekan jumlah atau
pekerjaan volume dan kualitas atau
(40%) spesifikasi barang/jasa sesuai
dengan surat perjanjian

84 Badan Pemeriksa Keuangan Direktorat Litbang


Juklak Pemeriksaan Kepatuhan Lampiran V.1

No Aspek Subaspek Bobot Pertimbangan


Kuantitas dan kualitas 80% Kriteria ini dibobot sangat signifikan
barang/jasa yang diserahkan karena secara substansi menjadi
telah sesuai dengan surat kriteria yang sangat berpengaruh
perjanjian (dominan) dalam keberhasilan
pengadaan
2. Ketepatan Penyerahan barang/jasa oleh 70% Kriteria ini dibobot sangat signifikan
waktu penyedia barang/jasa karena secara substansi menjadi
penyerahan dilakukan tepat waktu sesuai kriteria yang sangat berpengaruh
hasil Surat Perjanjian (dominan) dan memiliki nature (law)
(35%) yang kaku
Keterlambatan penyerahan 15%
barang/jasa (bila ada) oleh
penyedia barang/jasa hanya
disebabkan oleh hal-hal di luar
kemampuan penyedia
barang/jasa (force majeure)
Penyedia barang/jasa telah 15%
dikenakan sanksi/denda
keterlambatan sesuai dengan
ketentuan dalam surat
perjanjian
3. Subkontrak Pihak lain dilarang mengambil 60% Nature of law dari kriteria ini cukup
(25%) alih tanggung jawab penyedia kaku karena mengatur pokok
barang/jasa untuk tanggung jawab para pihak
melaksanakan seluruh
pekerjaan utama yang
ditetapkan dalam kontrak
kepada pihak lainnya
Apabila hanya mengambil 40%
sebagian pekerjaan utama dan
tidak mengambil alih seluruh
pekerjaan utama, pihak lain
yang terlibat tersebut
merupakan penyedia
barang/jasa spesialis

Membobot Temuan
Beberapa faktor/parameter yang perlu dipertimbangkan ketika membobot temuan antara lain:
1. Nilai temuan (nominal atau frekuensi terjadinya atau luasnya kejadian).
2. Dampak (dampak finansial, dampak hukum, dampak reputasi, dampak fisik/operasional,
dampak lingkungan, atau dampak sosial politik).
3. Sensitivitas atau harapan publik.
4. Indikasi kecurangan.
5. Pertimbangan lainnya (menurut judgment pemeriksa).

Selanjutnya parameter tersebut dibobot. Penggunaan parameter di atas disesuaikan dengan


temuan yang ada. Jadi tidak harus semua 5 (lima) parameter di atas dipertimbangkan namun
tergantung dari konteks temuan. Berikut ini beberapa contoh dalam membobot/me-rating
parameter pertimbangan:
No Parameter Rating Pertimbangan
1. Nilai Tinggi Cukup jauh di atas materialitas perencanaan
Sedang Di sekitar materialitas perencanaan
Rendah Jauh di bawah materialitas perencanaan
2. Dampak
Dampak Finansial Tinggi Menimbulkan kerugian negara/potensi
kerugian negara
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 85
No Parameter Rating Pertimbangan
Sedang Menimbulkan pemborosan
Rendah Tidak berdampak

Dampak Hukum Tinggi Dapat dituntut di pengadilan


Sedang Diselidiki oleh pihak yang berwenang
Rendah Ditegur keras oleh pihak yang berwenang

Dampak Reputasi Tinggi Ketidakpatuhan diberitakan di headline media


nasional sehingga memperburuk
reputasi/citra
Sedang Ketidakpatuhan diberitakan di media regional
Rendah Ketidakpatuhan diberitakan di media lokal

Dampak lingkungan Tinggi Menimbulkan bencana/kerusakan lingkungan


Sedang Potensi bencana
Rendah Turunnya daya dukung lingkungan

Dampak fisik/operasional Tinggi Output tidak bisa digunakan sama sekali


Sedang Sebagian (medium) output bisa digunakan
Rendah Sebagian besar output bisa digunakan

3. Sensitivitas atau harapan Tinggi Mencederai rasa keadilan publik secara luas,
publik tingginya pengaduan
Sedang Mencederai rasa keadilan publik secara
terbatas, pengaduan cukup
Rendah Pengaduan rendah

4. Indikasi kecurangan Tinggi Melibatkan unsur internal-eksternal, top


management
Sedang Melibatkan unsur internal atau eksternal
Rendah Insidental/individual
Pembobotan temuan dapat dilakukan dengan tingkat persentase maupun skala tertentu
Contoh pembobotan dengan skala tertentu/persentase:
Skala Keterangan Persentase
1 Paling rendah 0%
2 Rendah ..
3 Menengah ..
4 Paling tinggi 100%

Contoh Membobot Temuan untuk Ilustrasi kasus di bawah ini:


Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai apakah para pihak telah patuh terhadap ketentuan
pelaksanaan kontrak/perjanjian. Hal pokok pemeriksaan ini adalah pelaksanaan kontrak, lingkup
pemeriksaannya meliputi belanja konstruksi (jalan dan jembatan) pada Satker Dinas Pekerjaan
Umum di Pemerintah Kabupaten X Tahun Anggaran 2017. Realisasi belanja jalan dan jembatan
pada tahun 2017 diketahui senilai Rp100 miliar. Jumlah kontrak pengadaan 50 buah. Pemeriksa
(diasumsikan) telah melakukan penilaian risiko terhadap entitas terkait hal pokok tersebut.
Menurut pemeriksa tingkat risiko secara keseluruhan berada di level menengah. Berdasarkan
judgment, pemeriksa melakukan sampling atas kontrak yang ada senilai Rp50 miliar (50%). Pada
saat perencanaan pemeriksa menetapkan tingkat materialitas perencanaan sebesar 2% dari
realisasi belanja jalan dan jembatan (Rp2 miliar). Pemeriksa menemukan 7 penyimpangan sesuai
subaspek/kriteria (baik material maupun tidak material) sebagai berikut:

86 Badan Pemeriksa Keuangan Direktorat Litbang


Juklak Pemeriksaan Kepatuhan Lampiran V.1

Harapan Indikasi Rata-


Subaspek/kriteria Temuan Nilai Dampak Jumlah
publik Kecurangan rata
PPHP telah melakukan (1) Pengecekan 1 1 1 1 4 1
pengecekan jumlah jumlah atau
atau volume dan volume yang
dilakukan
kualitas atau spesifikasi PPHP
barang/jasa sesuai atas sebagian kecil
dengan Surat Perjanjian pekerjaan tidak
akurat
Kuantitas dan kualitas (2) Terjadi kurang 1 2 1 1 5 1,25
barang/jasa yang volume pada
diserahkan telah sesuai sebagian kecil
dengan Surat Perjanjian pekerjaan Rp300
juta
Penyerahan (3) Terdapat 1 2 1 1 5 1,25
barang/jasa oleh keterlambatan
penyedia barang/jasa penyerahan hasil
dilakukan tepat waktu senilai Rp600 juta
sesuai Surat Perjanjian
Keterlambatan (4) Keterlambatan 1 1 1 1 4 1
penyerahan pada temuan (2)
barang/jasa (bila ada) tidak dikarenakan
oleh penyedia force majeure
barang/jasa hanya
disebabkan oleh hal-hal
di luar kemampuan
penyedia barang/jasa
(force majeure)
Penyedia barang/jasa (5) Denda 1 2 1 1 5 1,25
telah dikenakan keterlambatan atas
sanksi/denda temuan (3) senilai
keterlambatan sesuai Rp6 juta belum
dengan ketentuan dipungut
dalam surat perjanjian
Pihak lain dilarang (6) Beberapa paket 4 4 4 4 16 4
mengambil alih jalan senilai total
tanggung jawab Rp45 miliar
penyedia barang/jasa dikerjakan oleh
untuk melaksanakan subkon semuanya
seluruh pekerjaan
utama yang ditetapkan
dalam kontrak kepada
pihak lainnya
Apabila hanya (7) Beberapa paket 4 4 4 4 16 4
mengambil sebagian sebagian
pekerjaan utama dan pekerjaannya
tidak mengambil alih dikerjakan oleh
seluruh pekerjaan subkon yang tidak
utama, pihak lain yang spesialis senilai
terlibat tersebut Rp15 miliar
merupakan penyedia
barang/jasa spesialis

Penentuan Batas Penyimpangan


Batas Penyimpangan dalam konteks pembobotan dapat diartikan sebagai suatu batas untuk menilai
apakah temuan tersebut menyimpang atau tidak menyimpang secara material. Penentuan Batas
Penyimpangan tergantung dari judgment pemeriksa dalam memandang tingkat kepatuhan hal
pokok terhadap kriteria setelah mempertimbangkan parameter nilai, dampak, sensitivitas/harapan

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 87


publik, dan kecurangan. Pemeriksa dapat menggunakan metodologi penentuan materialitas
(materialitas pelaporan) pemeriksaan keuangan dalam menentukan batas penyimpangan.
Pada kasus di atas, setelah menemukan penyimpangan (temuan) pemeriksa melakukan diskusi
internal tim untuk menentukan batas penyimpangan material. Berdasarkan diskusi diputuskan
batas penyimpangan materialnya senilai 10% atau 0,3 (bila menggunakan skala 1 s.d. 4). Selain itu
pemeriksa juga perlu menetapkan rentang bobot untuk menentukan bentuk kesimpulan yang akan
ditarik. Misalnya untuk kasus di atas pemeriksa menetapkan:
Skala Bentuk Kesimpulan Keterangan
1 ≤ x < 1,3 Sesuai Jika total bobot masih di bawah batas
penyimpangan 10% (skala 0,3) atau 1 +
0,3=1,3. Artinya tidak ada temuan
(penyimpangan pada subaspek) yang
material.
1,3 ≤ x < 1,8 Sesuai Kriteria Dengan Pengecualian Bentuk SDP ditetapkan setelah hasil
(SDP) pembobotan beberapa subaspek berada di
atas batas penyimpangan namun tidak
bersifat pervasif/menyeluruh.
1,8 ≤ x < 4 Tidak Sesuai (TS) Bentuk TS ditetapkan setelah hasil
pembobotan pada sebagian besar subaspek
di atas batas penyimpangan dan bersifat
pervasif/menyeluruh.

Pembobotan di atas tidak semata-mata mendasarkan pada angka hasil formulasi pembobotan saja,
pemeriksa masih dapat menggunakan beberapa pertimbangan kualitatif lainnya apabila diperlukan
sampai pemeriksa merasa yakin dengan judgment profesionalnya meskipun sebenarnya formulasi
pembobotan ini sudah mengakomodasi pertimbangan kualitatif.

Berdasarkan perhitungan/formulasi pembobotan untuk kasus di atas (lihat Lampiran 1) didapatkan:


1. Total skor bobotnya 1,9.
2. Terdapat 2 (dua) subaspek (pada aspek subkontrak) yang bobot penyimpangannya di atas
batas penyimpangan.

Dalam kasus ini pemeriksa dapat saja memutuskan bentuk simpulannya “Tidak Sesuai Dengan
Kriteria” karena total skornya berada di atas 1,8. Di sisi lain pemeriksa juga harus
mempertimbangkan apakah penyimpangan pada aspek subkontrak bersifat pervasif atau
terlokalisir pada aspek tersebut saja. Bila pemeriksa merasa yakin penyimpangan pada aspek
subkontrak tidak pervasif/menyeluruh ke subaspek lainnya maka bentuk kesimpulannya “Sesuai
Kriteria Dengan Pengecualian” pada aspek subkontrak.

……………, …………………. 20xx


Ketua Tim,
(Nama Jelas)

88 Badan Pemeriksa Keuangan Direktorat Litbang


Juklak Pemeriksaan Kepatuhan
Lampiran 1
Direktorat Litbang

Tujuan Pemeriksaan : Menilai Apakah Pelaksanaan Kontrak Pengadaan Jalan Telah Sesuai dengan Peraturan Perundangan
Hal pokok : Pelaksanaan Kontrak Pengadaan Jalan
Lingkup : Kontrak Pengadaan Jalan pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten "X" Tahun 2017
Total Kontrak : Rp100 Miliar. Sampling: Rp50 Miliar
Batas
Skor Penyimpangan
Pembo- Bobot Nilai Skala Skor Selisih
Aspek Subaspek/Kriteria Temuan Penyimpangan (Tertimbang) Kesimpulan per Subaspek
botan Kriteria Tertimbang Temuan Temuan Penyimpangan
Tertimbang yang Bisa
Ditoleransi
(1) (2) (3) (4) (5) = (2)*(4) (6) (7) = (8)=(7)-(5) (9)=0,3X (5) (10) = (8) -(9)
(5)*(6)
A Kuantitas 40% PPHP telah melakukan 20% 0,08 Temuan 1 1 0,08 0,00 0,02 -0,02 Di Bawah Batas Tidak Me-
dan pengecekan jumlah atau Penyimpangan nyimpang
Kualitas volume dan kualitas atau Secara
spesifikasi barang/jasa sesuai Material
Badan Pemeriksa Keuangan

dengan Surat Perjanjian


Kuantitas dan kualitas 80% 0,32 Temuan 2 1,25 0,4 0,08 0,10 -0,02 Di Bawah Batas Tidak Me-
barang/jasa yang diserahkan Penyimpangan nyimpang
telah sesuai dengan Surat Secara
Perjanjian Material
B Ketepatan 35% Penyerahan barang/jasa oleh 70% 0,245 Temuan 3 1,25 0,30625 0,06 0,07 -0,01 Di Bawah Batas Tidak Me-
Waktu penyedia barang/jasa Penyimpangan nyimpang
dilakukan tepat waktu sesuai Secara
Surat Perjanjian Material
Keterlambatan penyerahan 15% 0,053 Temuan 4 1 0,0525 0,00 0,02 -0,02 Di Bawah Batas Tidak Me-
barang/jasa (bila ada) oleh Penyimpangan nyimpang
penyedia barang/jasa hanya Secara
disebabkan oleh hal-hal di Material
luar kemampuan penyedia
barang/jasa (force majeure)

Lampiran V.1
Penyedia barang/jasa telah 15% 0,053 Temuan 5 1,25 0,065625 0,01 0,02 0,00 Tidak Melebihi Tidak Me-
dikenakan sanksi/denda Batas nyimpang
keterlambatan sesuai dengan Penyimpangan Secara
ketentuan dalam Surat Material
Perjanjian
89
Batas

90
Skor Penyimpangan
Pembo- Bobot Nilai Skala Skor Selisih
Aspek Subaspek/Kriteria Temuan Penyimpangan (Tertimbang) Kesimpulan per Subaspek
botan Kriteria Tertimbang Temuan Temuan Penyimpangan
Tertimbang yang Bisa
Ditoleransi
C Subkon 25% Pihak lain dilarang mengambil 60% 0,15 Temuan 6 4 0,6 0,45 0,05 0,41 Melebihi Batas Me-
alih tanggung jawab penyedia Penyimpangan nyimpang
barang/jasa untuk Secara
Juklak Pemeriksaan Kepatuhan

melaksanakan seluruh Material


pekerjaan utama yang
ditetapkan dalam kontrak
kepada pihak lainnya
Apabila hanya mengambil 40% 0,10 Temuan 7 4 0,4 0,30 0,03 0,27 Melebihi Batas Me-
sebagian pekerjaan utama Penyimpangan nyimpang
dan tidak mengambil alih Secara
seluruh pekerjaan utama, Material
pihak lain yang terlibat
tersebut merupakan
penyedia barang/jasa
spesialis
100% 1,00 1,904375 0,30
Total batas
skor penyimpangan

Badan Pemeriksa Keuangan


WAKIL KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA, REPUBLIK INDONESIA,

ttd. ttd.

BAHRULLAH AKBAR MOERMAHADI SOERJA DJANEGARA


Salinan sesuai dengan aslinya
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Kepala Direktorat Utama Pembinaan dan Pengembangan Hukum
Pemeriksaan Keuangan Negara,
Ttd.
Lampiran V.1

Nizam Burhanuddin

Direktorat Litbang
90 Badan Pemeriksa Keuangan Direktorat Litbang
Juklak Pemeriksaan Kepatuhan Lampiran V.2

LAMPIRAN V.2 : KEPUTUSAN BPK-RI


NOMOR : 3/K/I-XIII.2/5/2018
TANGGAL : 11 MEI 2018

FORMAT KESIMPULAN

a. FORMAT KESIMPULAN SESUAI DENGAN KRITERIA

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA

Laporan Hasil Pemeriksaan Kepatuhan atas <hal yang diperiksa>

Pengguna laporan <nama entitas>

Berdasarkan Undang-Undang (UU) Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan


Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara dan UU Nomor 15 Tahun 2006 tentang
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), BPK telah melaksanakan Pemeriksaan Kepatuhan atas
..... <sebutkan hal yang diperiksa> Tahun Anggaran (TA) ..... . Pemeriksaan ini bertujuan ......
<sebutkan tujuan pemeriksaan>.

Tanggung Jawab Manajemen

(Entitas) bertanggung jawab atas perencanaan/pelaksanaan/penyusunan/dan seterusnya


(sebutkan hal yang diperiksa) agar sesuai dengan (sebutkan kriteria) sehingga bebas dari
kesalahan yang material dan kecurangan.

Tanggung Jawab BPK

Tanggung jawab BPK adalah menyatakan kesimpulan atas (sebutkan hal yang diperiksa)
berdasarkan hasil pemeriksaan. BPK melaksanakan pemeriksaan berdasarkan Standar
Pemeriksaan Keuangan Negara. Standar tersebut mengharuskan BPK mematuhi kode etik
BPK, serta merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan untuk memperoleh keyakinan
yang memadai.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 91


Pemeriksaan dilakukan dengan menguji bukti-bukti sesuai dengan prosedur pemeriksaan
yang dipilih dengan pertimbangan pemeriksa dan penilaian risiko termasuk risiko
kecurangan. Dalam melakukan penilaian risiko, pemeriksa mempertimbangkan
pengendalian intern yang relevan untuk merancang prosedur pemeriksaan yang tepat
sesuai dengan kondisi yang ada. BPK yakin bahwa bukti pemeriksaan yang telah diperoleh
adalah cukup dan tepat sebagai dasar menyatakan kesimpulan.

Kesimpulan

Berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan, BPK menyimpulkan bahwa…. <sebutkan


hal pokok yang diperiksa> telah sesuai dengan <sebutkan kriteria yang telah ditetapkan
atau telah dinyatakan> dalam semua hal yang material.

…………….., …….. 20xx


<tanggal pada saat kesimpulan dibuat>
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
PENANGGUNG JAWAB PEMERIKSAAN,

<tanda tangan, nama, dan Nomor Induk Pegawai (NIP)


penanggung jawab>

92 Badan Pemeriksa Keuangan Direktorat Litbang


Juklak Pemeriksaan Kepatuhan Lampiran V.2

b. FORMAT KESIMPULAN TIDAK SESUAI DENGAN KRITERIA

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA

Laporan Hasil Pemeriksaan Kepatuhan atas <hal yang diperiksa>

Pengguna laporan <nama entitas>

Berdasarkan Undang-Undang (UU) Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan


Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara dan UU Nomor 15 Tahun 2006 tentang
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), BPK telah melaksanakan Pemeriksaan Kepatuhan atas
..... <sebutkan hal yang diperiksa> Tahun Anggaran (TA) ..... . Pemeriksaan ini bertujuan ......
<sebutkan tujuan pemeriksaan>.

Tanggung Jawab Manajemen

(Entitas) bertanggung jawab atas perencanaan/pelaksanaan/penyusunan/dan seterusnya


(sebutkan hal yang diperiksa) agar sesuai dengan (sebutkan kriteria) sehingga bebas dari
kesalahan yang material dan kecurangan.

Tanggung Jawab BPK

Tanggung jawab BPK adalah menyatakan kesimpulan atas (sebutkan hal yang diperiksa)
berdasarkan hasil pemeriksaan. BPK melaksanakan pemeriksaan berdasarkan Standar
Pemeriksaan Keuangan Negara. Standar tersebut mengharuskan BPK mematuhi kode etik
BPK, serta merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan untuk memperoleh keyakinan
yang memadai.

Pemeriksaan dilakukan dengan menguji bukti-bukti sesuai dengan prosedur pemeriksaan


yang dipilih dengan pertimbangan pemeriksa dan penilaian risiko termasuk risiko
kecurangan. Dalam melakukan penilaian risiko, pemeriksa mempertimbangkan
pengendalian intern yang relevan untuk merancang prosedur pemeriksaan yang tepat
sesuai dengan kondisi yang ada. BPK yakin bahwa bukti pemeriksaan yang telah diperoleh
adalah cukup dan tepat sebagai dasar menyatakan kesimpulan.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 93


Dasar Kesimpulan

Jelaskan hal-hal yang menjadi alasan kesimpulan tidak sesuai

Kesimpulan

Dikarenakan signifikansi hal-hal yang dijelaskan pada paragraf di atas, maka BPK
menyimpulkan bahwa ...... <sebutkan hal pokok yang diperiksa> dilaksanakan tidak sesuai
dengan <sebutkan kriteria yang telah ditetapkan atau telah dinyatakan> dalam semua hal
yang material.

…………….., …….. 20xx


<tanggal pada saat kesimpulan dibuat>
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
PENANGGUNG JAWAB PEMERIKSAAN,

<tanda tangan, nama, dan NIP penanggung jawab>

94 Badan Pemeriksa Keuangan Direktorat Litbang


Juklak Pemeriksaan Kepatuhan Lampiran V.2

c. FORMAT KESIMPULAN SESUAI KRITERIA DENGAN PENGECUALIAN

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA

Laporan Hasil Pemeriksaan Kepatuhan atas <hal yang diperiksa>

Pengguna laporan <nama entitas>

Berdasarkan Undang-Undang (UU) Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan


Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara dan UU Nomor 15 Tahun 2006 tentang
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), BPK telah melaksanakan Pemeriksaan Kepatuhan atas
..... <sebutkan hal yang diperiksa> Tahun Anggaran (TA) ..... . Pemeriksaan ini bertujuan ......
<sebutkan tujuan pemeriksaan>.

Tanggung Jawab Manajemen

(Entitas) bertanggung jawab atas perencanaan/pelaksanaan/penyusunan/dan seterusnya


(sebutkan hal yang diperiksa) agar sesuai dengan (sebutkan kriteria) sehingga bebas dari
kesalahan yang material dan kecurangan.

Tanggung Jawab BPK

Tanggung jawab BPK adalah menyatakan kesimpulan atas (sebutkan hal yang diperiksa)
berdasarkan hasil pemeriksaan. BPK melaksanakan pemeriksaan berdasarkan Standar
Pemeriksaan Keuangan Negara. Standar tersebut mengharuskan BPK mematuhi kode etik
BPK, serta merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan untuk memperoleh keyakinan
yang memadai.

Pemeriksaan dilakukan dengan menguji bukti-bukti sesuai dengan prosedur pemeriksaan


yang dipilih dengan pertimbangan pemeriksa dan penilaian risiko termasuk risiko
kecurangan. Dalam melakukan penilaian risiko, pemeriksa mempertimbangkan
pengendalian intern yang relevan untuk merancang prosedur pemeriksaan yang tepat
sesuai dengan kondisi yang ada. BPK yakin bahwa bukti pemeriksaan yang telah diperoleh
adalah cukup dan tepat sebagai dasar menyatakan kesimpulan.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 95


Dasar Kesimpulan

Jelaskan beberapa hal utama yang tidak sesuai

Kesimpulan

Berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan, kecuali hal-hal yang dijelaskan pada
paragraf di atas, BPK menyimpulkan bahwa…. <sebutkan hal pokok yang diperiksa>, telah
dilaksanakan sesuai dengan <sebutkan kriteria yang telah ditetapkan atau telah
dinyatakan> dalam semua hal yang material.

…………….., …….. 20xx


<tanggal pada saat kesimpulan dibuat>
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
PENANGGUNG JAWAB PEMERIKSAAN,

<tanda tangan, nama, dan NIP penanggung jawab>

96 Badan Pemeriksa Keuangan Direktorat Litbang


Juklak Pemeriksaan Kepatuhan Lampiran V.2

d. FORMAT KESIMPULAN TIDAK MENYATAKAN KESIMPULAN

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA

Laporan Hasil Pemeriksaan Kepatuhan atas <hal yang diperiksa>

Pengguna laporan <nama entitas>

Berdasarkan Undang-Undang (UU) Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan


Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara dan UU Nomor 15 Tahun 2006 tentang
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), BPK telah melaksanakan Pemeriksaan Kepatuhan atas
..... <sebutkan hal yang diperiksa> Tahun Anggaran (TA) ..... . Pemeriksaan ini bertujuan ......
<sebutkan tujuan pemeriksaan>.

Tanggung Jawab Manajemen

(Entitas) bertanggung jawab atas perencanaan/pelaksanaan/penyusunan/dan seterusnya


(sebutkan hal yang diperiksa) agar sesuai dengan (sebutkan kriteria) sehingga bebas dari
kesalahan yang material dan kecurangan.

Tanggung Jawab BPK

Tanggung jawab BPK adalah menyatakan kesimpulan atas (sebutkan hal yang diperiksa)
berdasarkan hasil pemeriksaan. BPK melaksanakan pemeriksaan berdasarkan Standar
Pemeriksaan Keuangan Negara. Namun, karena hal yang dijelaskan dalam paragraf Dasar
Kesimpulan Tidak Menyatakan Kesimpulan, BPK tidak dapat memperoleh bukti
pemeriksaan yang cukup dan tepat untuk menyediakan suatu dasar bagi kesimpulan
pemeriksaan.

Dasar Kesimpulan Tidak Menyatakan Kesimpulan

Jelaskan hal-hal yang menjadi alasan tidak menyatakan kesimpulan

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 97


Kesimpulan

Dikarenakan BPK tidak memperoleh bukti yang cukup dan tepat sebagaimana dijelaskan
pada paragraf di atas, maka BPK tidak menyatakan suatu kesimpulan atas …<sebutkan hal
pokok yang diperiksa>.

…………….., …….. 20xx


<tanggal pada saat kesimpulan dibuat>
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
PENANGGUNG JAWAB PEMERIKSAAN,

<tanda tangan, nama, dan NIP penanggung jawab>

WAKIL KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA, REPUBLIK INDONESIA,

ttd. ttd.

BAHRULLAH AKBAR MOERMAHADI SOERJA DJANEGARA

Salinan sesuai dengan aslinya


BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Kepala Direktorat Utama Pembinaan dan Pengembangan Hukum
Pemeriksaan Keuangan Negara,
Tt
d.

Nizam Burhanuddin

98 Badan Pemeriksa Keuangan Direktorat Litbang

Anda mungkin juga menyukai