Anda di halaman 1dari 65

KEPUTUSAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 5/K/I-XIII.2/8/2010

TENTANG

PETUNJUK TEKNIS KODERING TEMUAN PEMERIKSAAN

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa untuk menjamin penyajian data dan informasi yang


akurat, mutakhir dan dapat dipercaya dalam pengolahan
data dan informasi temuan pemeriksaan dan rekomendasi
hasil pemeriksaan, perlu didukung aplikasi teknologi sistem
informasi yang terintegrasi dengan Sistem Manajemen
Pemeriksaan (SMP), dimulai dari perencanaan sampai
dengan pemantauan tindak lanjut;
b. bahwa untuk mengolah database temuan pemeriksaan
menjadi informasi yang menggambarkan statistik temuan
pemeriksaan, diperlukan kode dan klasifikasi temuan
pemeriksaan sehingga dapat memberikan manfaat kepada
pemilik kepentingan dalam melakukan analisis dan
pengambilan keputusan;
c. bahwa sehubungan dengan hal tersebut pada huruf a dan
huruf b, perlu ditetapkan Keputusan Badan Pemeriksa
Keuangan tentang Petunjuk Teknis Kodering Temuan
Pemeriksaan;

Mengingat : 1. Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 1 Tahun


2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor
42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2007 Nomor 4707);
2. Surat Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor
31/SK/I-VIII.3/8/2006 tanggal 31 Agustus 2006 tentang Tata
Cara Pembentukan Peraturan, Keputusan, dan Naskah
Dinas pada Badan Pemeriksa Keuangan Republik
Indonesia;
3. Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 39/K/I-
VIII.3/7/2007 tanggal 13 Juli 2007 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Pelaksana Badan Pemeriksa Keuangan;
4. Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 03/K/I-
XIII.2.2/03/2009 tentang Petunjuk Pelaksanaan Sistem
Pemerolehan Keyakinan Mutu;
5. Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor: 5/K/I-
XIII.2/8/2009 tanggal 26 Agustus 2009 tentang Perubahan
Atas Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 1/K/I-
XIII.2/2/2008 tentang Panduan Manajemen Pemeriksaan;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : KEPUTUSAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN TENTANG


PETUNJUK TEKNIS KODERING TEMUAN PEMERIKSAAN.

Pasal 1

Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan:


1. Petunjuk Teknis Kodering Temuan Pemeriksaan, yang selanjutnya disebut Juknis
Kodering Temuan Pemeriksaan, adalah salah satu acuan bagi Pelaksana BPK
dalam melaksanakan tugas pemeriksaan, yaitu sebagai pedoman dalam
pengelompokan dan pemberian kode temuan pemeriksaan pada saat temuan
tersebut diunggah ke dalam Sistem Manajemen Pemeriksaan (SMP).
2. Kodering Temuan Pemeriksaan adalah kode temuan hasil pemeriksaan berdasarkan
atribut yang tersedia dan terintegrasi dengan SMP pada saat temuan tersebut
diunggah ke dalam SMP.
3. Klasifikasi temuan pemeriksaan adalah alat analisis yang digunakan untuk
mengelompokkan temuan pemeriksaan sesuai kategori masalah yang diungkap
dalam uraian temuan pemeriksaan.

Pasal 2

Seluruh unsur Pelaksana BPK wajib menggunakan Juknis Kodering Temuan


Pemeriksaan sebagai pedoman dalam melaksanakan tugas pemeriksaan dan/atau
pemantauan tindak lanjut hasil pemeriksaan.
Pasal 3

Juknis Kodering Temuan Pemeriksaan, memuat:


1. atribut kodering temuan pemeriksaan;
2. kode klasifikasi temuan pemeriksaan;
3. penentuan klasifikasi temuan pemeriksaan;
4. mekanisme perubahan atau penambahan klasifikasi temuan pemeriksaan;
5. klasifikasi rekomendasi atas temuan pemeriksaan; dan
6. penentuan jenis rekomendasi atas temuan pemeriksaan.

Pasal 4

Juknis Kodering Temuan Pemeriksaan, merupakan pelengkap dari Standar


Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) dan Panduan Manajemen Pemeriksaan (PMP)
dalam memetakan permasalahan yang diungkap dalam laporan hasil pemeriksaan.

Pasal 5

Pada saat Keputusan ini mulai berlaku, Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor
07/SK/K/1996 tentang Petunjuk Pengelompokan dan Kode Kelompok Temuan
Pemeriksaan BPK, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 6

Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 27 Agustus 2010

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA
WAKIL KETUA, KETUA,

ttd. ttd.

HERMAN WIDYANANDA HADI POERNOMO

Salinan sesuai dengan aslinya


BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
Kepala Direktorat Utama Pembinaan dan Pengembangan
Hukum Pemeriksaan Keuangan Negara,

Hendar Ristriawan
LAMPIRAN : KEPUTUSAN BPK RI
NOMOR : 5/K/I-XIII.2/8/2010
TANGGAL : 27 Agustus 2010

PETUNJUK TEKNIS
KODERING TEMUAN
PEMERIKSAAN

Badan Pemeriksa Keuangan


Republik Indonesia
2010
Juknis Kodering Temuan Hasil Pemeriksaan Daftar Isi

DAFTAR ISI

Hal

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………. i

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................ 1
A. Latar Belakang........................................................................................... 1
B. Tujuan........... ……………………………………….................................. 2
C. Lingkup Bahasan..……......……………………………………................. 2
D. Kedudukan Juknis Kodering Temuan Pemeriksaan ............................ 3
E. Dasar Hukum Penyusunan........................................................................... 4
F. Sistematika Penulisan…………………………………………….............. 4

BAB II GAMBARAN UMUM .............................................…………....................... 5


A. Pengertian ………………………...………………………………............ 5
B. Umum...........................................………………….................................. 6
C. Peran dan Tanggungjawab.......................................................................... 6

BAB III PEDOMAN KODERING TEMUAN PEMERIKSAAN .....…................ 7


A. Atribut Kodering Temuan Pemeriksaan ………………………………. 7
B. Kode Klasifikasi Temuan Pemeriksaan ……..…………………………… 8
C. Penentuan Klasifikasi Temuan Pemeriksaan ……..……………………… 18
D. Mekanisme Perubahan atau Penambahan Klasifikasi Temuan
Pemeriksaan ……………………………………………………………… 20
E. Klasifikasi Rekomendasi Hasil Pemeriksaan ………………….………… 20
F. Penentuan Jenis Rekomendasi Hasil Pemeriksaan ………………………. 21

BAB IV PENUTUP........................................................................................................ 22
A. Pemberlakuan Juknis................................................................................... 22
B. Perubahan Juknis.................................................................................... 22
C. Pemantauan Juknis...................................................................................... 22

DAFTAR LAMPIRAN ii
DAFTAR TABEL iii
DAFTAR GAMBAR iv

i
Juknis Kodering Temuan Hasil Pemeriksaan Daftar Isi

Daftar Lampiran

Lampiran III.1 : Kamus Klasifikasi Temuan Pemeriksaan


Lampiran III.2 : Kertas Kerja Input Temuan Pemeriksaan
Lampiran III.3 : Pemetaan Rekomendasi Berdasarkan Implikasi Nilai Mata Uang
Lampiran III.4 : Alternatif Rekomendasi untuk Tiap-tiap Jenis Temuan Pemeriksaan

ii
Juknis Kodering Temuan Hasil Pemeriksaan Daftar Isi

Daftar Tabel

Tabel 1 : Atribut Kodering Temuan Pemeriksaan


Tabel 2 : Kode Jenis Temuan per Subkelompok Temuan per Kelompok Temuan
Tabel 3 : Klasifikasi Temuan Pemeriksaan Berdasarkan Jenis Pemeriksaan

iii
Juknis Kodering Temuan Hasil Pemeriksaan Daftar Isi

Daftar Gambar

Gambar 1 : Hubungan Juknis Kodering Temuan Pemeriksaan dengan pedoman


pemeriksaan BPK
Gambar 2 : Pembagian dan Kode Klasifikasi Temuan Pemeriksaan

iv
Juknis Kodering Temuan Pemeriksaan Bab I

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

01 Untuk melaksanakan amanat UUD 1945 dan ketentuan di dalam paket BPK perlu mengatur
mekanisme pemberian
tiga undang-undang bidang keuangan negara, serta Undang-Undang kode temuan pemeriksaan
Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan, Badan yang dapat memberikan
Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK) melaksanakan landasan yang seragam
bagi pemeriksa dalam
pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. memetakan permasalahan
yang diungkap dalam
temuan pemeriksaan
02 Pemeriksaan adalah proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi beserta tindak lanjut yang
yang dilakukan secara independen, objektif, dan profesional berdasarkan disarankan dalam
standar pemeriksaan, untuk menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas, rekomendasi hasil
pemeriksaan.
dan keandalan informasi mengenai pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara. Hasil pemeriksaan diserahkan kepada lembaga
perwakilan serta pemerintah untuk ditindaklanjuti.

03 Untuk menjamin penyajian data dan informasi yang akurat, mutakhir


dan dapat dipercaya, maka pengolahan data dan informasi temuan
pemeriksaan dan rekomendasi hasil pemeriksaan perlu dilakukan dengan
dukungan aplikasi teknologi sistem informasi. Aplikasi tersebut
terintegrasi dengan sistem manajemen pemeriksaan (SMP) yang dimulai
dari perencanaan sampai dengan pemantauan tindak lanjut.

04 Agar database temuan pemeriksaan dapat diolah menjadi informasi yang


menggambarkan statistik temuan pemeriksaan, diperlukan kode dan
klasifikasi sehingga dapat memberikan manfaat kepada pemilik
kepentingan dalam melakukan analisis dan pengambilan keputusan.

05 Memperhatikan hal tersebut, maka perihal kodering temuan pemeriksaan


dan rekomendasi hasil pemeriksaan menjadi penting. Oleh karena itu,
perlu dibuatkan peraturan lebih lanjut yang mengatur mekanisme
pemberian kode temuan pemeriksaan yang di dalamnya terdapat
petunjuk pengklasifikasian temuan pemeriksaan dan rekomendasi hasil
pemeriksaan.

06 Klasifikasi temuan pemeriksaan merupakan alat analisis untuk


mengelompokkan temuan berdasarkan masalah yang diungkap dalam
temuan pemeriksaan baik dalam pemeriksaan keuangan, pemeriksaan
kinerja maupun dalam pemeriksaan dengan tujuan tertentu.

07 Petunjuk mengenai klasifikasi temuan pemeriksaan dapat juga


digunakan pemeriksa sebagai acuan untuk menentukan area risiko (risk
area) atau kemungkinan permasalahan yang dapat diungkap dalam
temuan pemeriksaan.

1
Juknis Kodering Temuan Pemeriksaan Bab I

08 Petunjuk Teknis (Juknis) Kodering Temuan Pemeriksaan ini disusun


mengacu kepada Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) Sistem
Pemerolehan Keyakinan Mutu (SPKM) yang ditetapkan dengan
Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia
Nomor 03/K/I-XIII.2.2/03/2009 Bab VI huruf D tentang
Metodologi Pemeriksaan yang menyatakan bahwa BPK dan
pimpinan satker pelaksana BPK terkait menetapkan pedoman
pemeriksaan yang rinci untuk semua jenis pemeriksaan yang
menjadi mandat dan tugas BPK.

B. Tujuan

09 Tujuan Juknis Kodering Temuan Pemeriksaan adalah: Tujuan penyusunan


pedoman
a. memberikan panduan bagi pemeriksa dalam menentukan area risiko
(risk area) atau kemungkinan permasalahan yang dapat diungkap
dalam temuan pemeriksaan;
b. memberikan pedoman dalam menentukan kelompok permasalahan
dan rekomendasinya sebagai atribut yang harus disertakan saat
input temuan pemeriksaan ke dalam SMP;
c. untuk memenuhi kebutuhan penyusunan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan
Semester (IHPS) dan pemantauan tindak lanjut hasil pemeriksaan
yang dilaksanakan dengan dukungan aplikasi teknologi sistem
informasi yang terintegrasi dengan sistem manajemen pemeriksaan
(SMP); dan
d. memudahkan para pemilik kepentingan dalam memilih informasi
yang dibutuhkan dengan memasukkan query berdasarkan kode
yang tersedia.

C. Lingkup Bahasan
Lingkup bahasan juknis
10 Juknis ini digunakan sebagai petunjuk dalam pemberian kode temuan ini adalah untuk semua
pemeriksaan dan rekomendasi hasil pemeriksaan pada saat diunggah ke temuan pemeriksaan yang
dalam SMP pada seluruh unsur Pelaksana BPK yang terkait dengan diunggah ke SMP

pelaksanaan tugas pemeriksaan dan pemantauan tindak lanjut hasil


pemeriksaan. Unit yang terkait dalam mekanisme pemantauan tindak
lanjut hasil pemeriksaan adalah AKN, Biro Hubungan Masyarakat dan
Luar Negeri (Humas), Biro Teknologi dan Informasi (TI), dan
Direktorat Evaluasi dan Pelaporan Pemeriksaan (Dit. EPP).

2
Juknis Kodering Temuan Pemeriksaan Bab I

D. Kedudukan Juknis Kodering Temuan Pemeriksaan


11 Juknis Kodering Temuan Pemeriksaan merupakan pedoman yang rinci Kedudukan juknis
Kodering Temuan
untuk semua jenis pemeriksaan sebagaimana diatur dalam Juklak Sistem Pemeriksaan
Pemerolehan Keyakinan Mutu (SPKM). Pedoman ini terutama
digunakan dalam proses pelaksanaan dan pelaporan pemeriksaan serta
pemantauan tindak lanjut hasil pemeriksaan. Hubungan Juknis Kodering
Temuan Pemeriksaan dengan pedoman pemeriksaan BPK dapat dilihat
pada Gambar 1 berikut.

Gambar 1: Hubungan Juknis Kodering Temuan Pemeriksaan dengan pedoman pemeriksaan BPK

3
Juknis Kodering Temuan Pemeriksaan Bab I

E. Dasar Hukum Penyusunan


Dasar hukum penyusunan
12 Dasar hukum penyusunan Juknis Kodering Temuan Pemeriksaan adalah:
a. Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 1 Tahun 2007
tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 42, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 4707);
b. Surat Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 31/SK/I-
VIII.3/8/2006 tanggal 31 Agustus 2006 tentang Tata Cara
Pembentukan Peraturan, Keputusan, dan Naskah Dinas pada Badan
Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia;
c. Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 39/K/I-
VIII.3/7/2007 tanggal 13 Juli 2007 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Pelaksana Badan Pemeriksa Keuangan;
d. Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 09/K/I-
XIII.2/07/2008 tanggal 31 Juli 2008 tentang Penyusunan atau
Penyempurnaan Pedoman Pemeriksaan dan Non Pemeriksaan;
e. Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 03/K/I-
XIII.2.2/03/2009 tentang Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) Sistem
Pemerolehan Keyakinan Mutu (SPKM);
f. Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor: 5/K/I-
XIII.2/8/2009 tanggal 26 Agustus 2009 tentang Perubahan Atas
Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 1/K/I-XIII.2/2/2008
tentang Panduan Manajemen Pemeriksaan..

F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan:
13 Juknis Kodering Temuan Pemeriksaan ini disusun dengan sistematika
sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan
BAB II : Gambaran Umum
BAB III : Pedoman Kodering Temuan Pemeriksaan
BAB IV : Penutup

4
Juknis Kodering Temuan Pemeriksaan Bab II

BAB II
GAMBARAN UMUM
A. Pengertian
Pengertian kodering temuan
01 Kodering temuan pemeriksaan, adalah kegiatan pemberian kode temuan pemeriksaan
pemeriksaan berdasarkan atribut yang tersedia dan terintegrasi dengan
SMP pada saat temuan tersebut diunggah ke dalam SMP.

02 Hasil Pemeriksaan adalah hasil akhir dari proses penilaian kebenaran, Pengertian hasil pemeriksaan
kepatuhan, kecermatan, kredibilitas, dan keandalan data/informasi
mengenai pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang
dilakukan secara independen, obyektif, dan profesional berdasarkan
Standar Pemeriksaan, yang dituangkan dalam laporan hasil pemeriksaan
sebagai Keputusan BPK.

03 Jenis pemeriksaan, adalah jenis pemeriksaan sebagaimana diatur dalam Pengertian jenis pemeriksaan
Pasal 4 UU No. 15 Tahun 2004 dan dalam Pendahuluan Standar
Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN).

04 Entitas adalah sebagaimana yang diatur dalam petunjuk teknis database Pengertian entitas
entitas.

05 Klasifikasi temuan pemeriksaan adalah alat analisis yang digunakan untuk Pengertian klasifikasi
temuan pemeriksaan
mengelompokkan temuan pemeriksaan sesuai kategori masalah yang
diungkap dalam uraian temuan pemeriksaan.

06 Waktu Pelaksanaan Pemeriksaan adalah tanggal saat dimulainya Pengertian waktu


pelaksanaan pemeriksaan
pemeriksaan sedangkan Tanggal Penerbitan LHP adalah tanggal yang
tertera pada Surat Keluar pengantar penyampaian LHP.

07 Rekomendasi adalah saran dari Badan Pemeriksa Keuangan berdasarkan Pengertian rekomendasi
hasil pemeriksaannya, yang ditujukan kepada orang dan/atau badan yang
berwenang untuk melakukan tindakan dan/atau perbaikan.

08 Klasifikasi rekomendasi hasil pemeriksaan adalah alat analisis yang Pengertian klasifikasi
rekomendasi
digunakan untuk mengelompokkan rekomendasi hasil pemeriksaan.
Pengelompokan tersebut dilakukan berdasarkan kategori tindak
lanjut yang disarankan untuk dapat mengatasai masalah yang
diungkap dalam temuan pemeriksaan.

5
Juknis Kodering Temuan Pemeriksaan Bab II

B. Umum

09 Kodering ini berlaku untuk semua temuan pemeriksaan BPK yang


diunggah ke dalam SMP.

10 Pengelola database temuan pemeriksaan adalah Kasubaud MIA pada


masing-masing AKN dan/atau Kasubagset Kepala Perwakilan (Kalan)
BPK, namun tanggung jawab terhadap kebenaran dan keakuratan data
tetap terletak pada Tortama dan/atau Kalan BPK.

C. Peran dan Tanggung Jawab

11 Badan memiliki peran antara lain mengesahkan laporan hasil pemeriksaan. Pedoman adalah dasar untuk
melakukan sesuatu

12 AKN/Perwakilan BPK memiliki peran antara lain menetapkan kode Peran AKN

temuan pemeriksaan termasuk menetapkan klasifikasi temuan pemeriksaan


beserta jenis rekomendasinya.

13 Ditama Revbang memiliki peran antara lain mengikhtisarkan dan Peran Ditama Revbang
menuangkan seluruh temuan pemeriksaan ke dalam Ikhtisar Hasil
Pemeriksaan Semester (IHPS) berdasarkan klasifikasi yang dibuat oleh
AKN/Perwakilan BPK.

14 Biro Humas memiliki peran yaitu memuat Laporan Hasil Pemeriksaan dan Peran Biro Humas
IHPS termasuk di dalamnya pemantauan tindak lanjut hasil pemeriksaan
yang telah dilengkapi dengan kodering ke dalam website BPK.

15 Subaud MIA atau Subagset Kalan BPK memiliki peran antara lain Peran Subaud MIA atau
Subagset Kalan
mengelola database kodering temuan pemeriksaan dan memvalidasi kertas
kerja input temuan pemeriksaan (KKITP) pada saat temuan diunggah ke
dalam SMP.

6
Juknis Kodering Temuan Pemeriksaan Bab III

BAB III
PEDOMAN KODERING TEMUAN PEMERIKSAAN

A. Atribut Kodering Temuan Pemeriksaan

01 Dengan digunakannya SMP sebagai pusat database temuan pemeriksaan Temuan pemeriksaan
BPK, maka setiap temuan pemeriksaan dilengkapi dengan kode temuan diberi kode pada saat
pada saat temuan tersebut diunggah ke SMP. Kode temuan tersebut diunggah ke SMP

tersedia dalam bentuk pilihan menu dengan menggunakan atribut seperti


yang tersaji dalam tabel 1 berikut.

Tabel 1: Atribut Kodering Temuan Pemeriksaan

Jenis Kode Entitas Kode Kode Waktu Tanggal


Pemeriksaan AKN dan Klasifi- Pelaksanaan Penerbitan
Kode kasi Pemeriksaan LHP
Eselon II Temuan
Keuangan Pemerintah
Pusat
Kinerja Pemerintah
Daerah
PDTT BI
BUMN
BUMD
BLU
Lembaga
Lainnya
x. Mengacu pada xxx. xxxxx ddmm20xx. ddmm20xx
database
entitas

02 Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa atribut yang digunakan dalam
kodering temuan pemeriksaan adalah : Atribut kodering temuan
a. Jenis Pemeriksaan : pemeriksaan
Jenis pemeriksaan dibagi berdasarkan pembagian sebagai berikut :
1) Pemeriksaan Keuangan;
2) Pemeriksaan Kinerja; dan
3) Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu.
Pada saat temuan diunggah ke dalam SMP, jenis pemeriksaan
ini terkonstruksi secara otomatis sesuai jenis pemeriksaan yang
di-input dalam rencana kerja pemeriksaan (RKP).

b. Kode Entitas
Pembagian entitas mengacu pada tugas BPK sesuai Undang-Undang
No. 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan Pasal 6 ayat
(1). Kode entitas terkonstruksi secara otomatis melalui Sistem
Aplikasi Database Entitas Pemeriksaan.

c. Kode Auditorat Utama Keuangan Negara (AKN) dan


Eselon II
Kode Auditorat Utama Keuangan Negara (AKN) dan Eselon II

7
Juknis Kodering Temuan Pemeriksaan Bab III

(auditorat/perwakilan) yang melakukan pemeriksaan terkonstruksi


secara otomatis melalui aplikasi Database Entitas.

d. Kode Klasifikasi Temuan Pemeriksaan


Klasifikasi temuan pemeriksaan dibagi tiga tingkatan. Tingkatan
pertama adalah kelompok temuan yang terbagi atas tiga kelompok;
tingkatan kedua adalah subkelompok temuan yang merupakan
turunan dari masing-masing kelompok temuan dan tingkatan yang
ketiga adalah jenis temuan yang merupakan penjabaran dari masing-
masing subkelompok temuan. Penjelasan rinci mengenai klasifikasi
temuan pemeriksaan akan diuraikan tersendiri dalam bab ini.

e. Waktu Pelaksanaan Pemeriksaan dan Tanggal Penerbitan


LHP
Waktu Pelaksanaan Pemeriksaan adalah tanggal saat dimulainya
pemeriksaan sedangkan Tanggal Penerbitan LHP adalah tanggal
yang tertera pada Surat Keluar pengantar penyampaian LHP. Kode
ini bermanfaat sebagai pengendalian atas proses penyelesaian LHP,
sehingga dapat memberikan informasi apabila ada proses
penyelesaian LHP yang berlarut-larut.

B. Kode Klasifikasi Temuan Pemeriksaan

03 Pembagian klasifikasi temuan pemeriksaan dilakukan berdasarkan Tingkatan klasifikasi


temuan
deskripsi yang merupakan ciri khas dari masing-masing klasifikasi.
Pembagian tersebut dibagi ke dalam tiga tahap yaitu:
a. kelompok temuan;
b. subkelompok temuan sebagai subklasifikasi kelompok temuan;
c. jenis temuan sebagai subklasifikasi dari kelompok temuan.

04 Kode klasifikasi temuan pemeriksaan terdiri dari lima digit angka Kode klasifikasi temuan
dengan rincian: pemeriksaan
a. satu digit pertama adalah kode kelompok temuan;
b. dua digit setelahnya adalah kode subkelompok temuan;
c. dua digit terakhir adalah kode jenis temuan.

05 Kelompok temuan dibagi atas :


Kelompok temuan
a. Temuan ketidakpatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan
(Jika temuan termasuk kelompok temuan ketidakpatuhan, maka digit
pertama kode klasifikasi temuan adalah angka 1);
b. Temuan kelemahan sistem pengendalian intern (Jika temuan
termasuk kelompok temuan ketidakpatuhan, maka digit pertama
kode klasifikasi temuan adalah angka 2);
c. Temuan 3E (Jika temuan termasuk kelompok temuan
ketidakpatuhan, maka digit pertama kode klasifikasi temuan adalah
angka 3).

8
Juknis Kodering Temuan Pemeriksaan Bab III

06 Temuan ketidakpatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan terbagi Subkelompok temuan


dalam kelompok temuan
atas subkelompok temuan sebagai berikut. ketidakpatuhan terhadap
a. Subkelompok temuan kerugian negara/daerah atau kerugian ketentuan perundang-
negara/daerah yang terjadi pada perusahaan milik negara/daerah undangan

(Jika temuan termasuk subkelompok temuan ini, maka tiga digit


pertama kode klasifikasi temuan adalah angka 101).
b. Subkelompok temuan potensi kerugian negara/daerah atau kerugian
negara/daerah yang terjadi pada perusahaan milik negara/daerah
(Jika temuan termasuk subkelompok temuan ini, maka tiga digit
pertama kode klasifikasi temuan adalah angka 102);
c. Subkelompok temuan kekurangan penerimaan negara/daerah atau
perusahaan milik negara/daerah (Jika temuan termasuk subkelompok
temuan ini, maka tiga digit pertama kode klasifikasi temuan adalah
angka 103);
d. Subkelompok temuan administrasi (Jika temuan termasuk
subkelompok temuan ini, maka tiga digit pertama kode klasifikasi
temuan adalah angka 104);
e. Subkelompok temuan Indikasi Tindak Pidana (Jika temuan termasuk
subkelompok temuan ini, maka tiga digit pertama kode klasifikasi
temuan adalah angka 105).

07 Penjelasan atas subkelompok temuan dalam kelompok temuan Penjelasan atas


subkelompok temuan
ketidakpatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan adalah sebagai dalam kelompok temuan
berikut. ketidakpatuhan terhadap
ketentuan perundang-
a. Temuan kerugian negara/daerah atau kerugian negara/daerah yang undangan
terjadi pada perusahaan milik negara/daerah mengungkap
permasalahan berkurangnya kekayaan negara/daerah atau
perusahaan milik negara/daerah berupa uang, surat berharga, dan
barang, yang nyata dan pasti jumlahnya sebagai akibat perbuatan
melawan hukum baik sengaja maupun lalai.
b. Temuan potensi kerugian negara/daerah atau potensi kerugian
negara/daerah yang terjadi pada perusahaan milik negara/daerah
mengungkap adanya suatu perbuatan melawan hukum baik sengaja
maupun lalai yang dapat mengakibatkan risiko terjadinya kerugian di
masa yang akan datang berupa berkurangnya uang, surat berharga,
dan barang yang nyata dan pasti jumlahnya.
c. Temuan kekurangan penerimaan negara/daerah atau perusahaan
milik negara/daerah mengungkap adanya penerimaan yang sudah
menjadi hak negara/daerah atau perusahaan milik negara/daerah
tetapi tidak atau belum masuk ke kas negara/daerah atau perusahaan
milik negara/daerah karena adanya unsur ketidakpatuhan terhadap
ketentuan perundang-undangan.
d. Temuan administrasi mengungkap adanya penyimpangan terhadap
ketentuan yang berlaku baik dalam pelaksanaan anggaran atau
pengelolaan aset maupun operasional perusahaan, tetapi
penyimpangan tersebut tidak mengakibatkan kerugian atau potensi
kerugian negara/daerah atau perusahaan milik negara/daerah, tidak
mengurangi hak negara/daerah, (kekurangan penerimaan), tidak
menghambat program entitas, dan tidak mengandung unsur indikasi
tindak pidana.

9
Juknis Kodering Temuan Pemeriksaan Bab III

e. Temuan indikasi tindak pidana mengungkap adanya perbuatan yang


diduga memenuhi unsur-unsur tindak pidana yang diatur dalam
peraturan perundang-undangan dan diancam dengan sanksi pidana
dalam peraturan perundang-undangan.

08 Temuan kelemahan sistem pengendalian intern terbagi atas kelompok Subkelompok temuan
dalam kelompok temuan
temuan sebagai berikut. kelemahan sistem
a. Kelompok temuan kelemahan sistem pengendalian akuntansi dan pengendalian intern
pelaporan (Jika temuan termasuk subkelompok temuan ini, maka
tiga digit pertama kode klasifikasi temuan adalah angka 201);
b. Kelompok kelemahan sistem pengendalian pelaksanaan anggaran
pendapatan dan belanja (Jika temuan termasuk subkelompok temuan
ini, maka tiga digit pertama kode klasifikasi temuan adalah angka
202);
c. Kelompok kelemahan struktur pengendalian intern (Jika temuan
termasuk subkelompok temuan ini, maka tiga digit pertama kode
klasifikasi temuan adalah angka 203).

09 Penjelasan atas subkelompok temuan dalam kelompok temuan Penjelasan atas


subkelompok temuan
kelemahan sistem pengendalian intern adalah sebagai berikut. dalam kelompok temuan
a. Temuan kelemahan sistem pengendalian akuntansi dan pelaporan kelemahan sistem
mengungkap kelemahan sistem pengendalian terkait kegiatan pengendalian intern

pencatatan akuntansi dan pelaporan keuangan yang dapat


mempengaruhi keandalan pelaporan keuangan dan pengamanan atas
aset.
b. Temuan kelemahan sistem pengendalian pelaksanaan anggaran
pendapatan dan belanja mengungkap kelemahan pengendalian
terkait dengan pemungutan dan penyetoran penerimaan
negara/daerah serta pelaksanaan program/kegiatan pada entitas yang
diperiksa dan dapat mempengaruhi efisiensi dan efektivitas
pelaksanaan kegiatan serta membuka peluang terjadinya
ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan.
c. Temuan kelemahan struktur pengendalian intern mengungkap
kelemahan yang terkait dengan ada/tidak adanya struktur
pengendalian intern atau efektivitas struktur pengendalian intern
yang ada dalam entitas yang diperiksa dan berpengaruh terhadap
efektivitas sistem pengendalian intern secara keseluruhan.

10 Temuan 3E terbagi atas kelompok temuan sebagai berikut. Subkelompok temuan


dalam kelompok temuan
a. Kelompok temuan ketidakhematan/pemborosan/ketidakekonomisan 3E
(Jika temuan termasuk subkelompok temuan ini, maka tiga digit
pertama kode klasifikasi temuan adalah angka 301);
b. Kelompok temuan ketidakefisienan (Jika temuan termasuk
subkelompok temuan ini, maka tiga digit pertama kode klasifikasi
temuan adalah angka 302);
c. Kelompok temuan ketidakefektifan (Jika temuan termasuk
subkelompok temuan ini, maka tiga digit pertama kode klasifikasi
temuan adalah angka 303).

10
Juknis Kodering Temuan Pemeriksaan Bab III

11 Penjelasan atas subkelompok temuan dalam kelompok temuan 3E adalah Penjelasan atas
subkelompok temuan
sebagai berikut. dalam kelompok temuan
a. Temuan mengenai ketidakhematan mengungkap adanya penggunaan 3E
input dengan harga atau kuantitas/kualitas yang lebih tinggi dari
standar, kuantitas/kualitas yang melebihi kebutuhan, dan harga yang
lebih mahal dibandingkan dengan pengadaan serupa pada waktu
yang sama.
b. Temuan mengenai ketidakefisienan mengungkap permasalahan rasio
penggunaan kuantitas/kualitas input untuk satu satuan output yang
lebih besar dari seharusnya.
c. Temuan mengenai ketidakefektifan berorientasi pada pencapaian
hasil (outcome), yaitu temuan yang mengungkapkan adanya kegiatan
yang tidak memberikan manfaat atau hasil yang direncanakan serta
fungsi instansi yang tidak optimal sehingga tujuan organisasi tidak
tercapai.

12 Dalam setiap subkelompok temuan terdapat subklasifikasi yang disebut


dengan jenis temuan yang merupakan tingkatan terbawah dalam
klasifikasi temuan pemeriksaan. Jenis temuan merupakan deskripsi
singkat dari pokok permasalahan yang diungkap dalam batang tubuh
temuan pemeriksaan. Kode jenis temuan adalah dua digit terakhir dari
seluruh kode klasifikasi temuan yang terdiri dari lima digit.

13 Dengan demikian kode klasifikasi temuan dapat dijabarkan sebagai


berikut:

X XX XX

Kelompok temuan
Subkelompok temuan
Jenis temuan

14 Secara ringkas pembagian klasifikasi temuan tersebut dapat dilihat


dalam gambar 2.

11
Juknis Kodering Temuan Pemeriksaan Bab III

Gambar 2: Pembagian dan Kode Klasifikasi Temuan Pemeriksaan

12
Juknis Kodering Temuan Pemeriksaan Bab III

15 Jenis temuan per subkelompok temuan per kelompok temuan beserta


kodenya dapat dilihat dalam tabel 2.

Tabel 2: Kode Jenis Temuan per Subkelompok Temuan per Kelompok Temuan

Kode Temuan

Sub Uraian
Kelompok Jenis
Kelompok
Temuan Temuan
Temuan
1 Temuan ketidakpatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan
01 Kerugian negara/daerah atau kerugian negara/daerah yang terjadi
pada perusahaan milik negara/daerah
01 Belanja atau pengadaan barang/jasa fiktif
02 Rekanan pengadaan barang/jasa tidak menyelesaikan pekerjaan
03 Kekurangan volume pekerjaan dan/atau barang
04 Kelebihan pembayaran selain kekurangan volume pekerjaan dan/atau
barang
05 Pemahalan harga (Mark up)
06 Penggunaan uang/barang untuk kepentingan pribadi
07 Pembayaran honorarium dan/atau biaya perjalanan dinas ganda dan/atau
melebihi standar yang ditetapkan
08 Spesifikasi barang/jasa yang diterima tidak sesuai dengan kontrak
09 Belanja tidak sesuai atau melebihi ketentuan
10 Pengembalian pinjaman/piutang atau dana bergulir macet
11 Kelebihan penetapan dan pembayaran restitusi pajak atau penetapan
kompensasi kerugian
12 Penjualan/pertukaran/penghapusan aset negara/daerah tidak sesuai
ketentuan dan merugikan negara/daerah
13 Pengenaan ganti kerugian negara belum/tidak dilaksanakan sesuai
ketentuan
14 Entitas belum/tidak melaksanakan tuntutan perbendaharaan (TP) sesuai
ketentuan
15 Penghapusan hak tagih tidak sesuai ketentuan
16 Pelanggaran ketentuan pemberian diskon penjualan
17 Penentuan HPP terlalu rendah sehingga penentuan harga jual lebih rendah
dari yang seharusnya
18 Jaminan pelaksanaan dalam pelaksanaan pekerjaan, pemanfaatan barang
dan pemberian fasilitas tidak dapat dicairkan
19 Penyetoran penerimaan negara/daerah dengan bukti fiktif

02 Potensi kerugian negara/daerah atau kerugian negara/daerah yang


terjadi pada perusahaan milik negara/daerah
01 Kelebihan pembayaran dalam pengadaan barang/jasa tetapi pembayaran
pekerjaan belum dilakukan sebagian atau seluruhnya
02 Rekanan belum melaksanakan kewajiban pemeliharaan barang hasil
pengadaan yang telah rusak selama masa pemeliharaan

13
Juknis Kodering Temuan Pemeriksaan Bab III

Kode Temuan

Sub Uraian
Kelompok Jenis
Kelompok
Temuan Temuan
Temuan
03 Aset dikuasai pihak lain
04 Pembelian aset yang berstatus sengketa
05 Aset tidak diketahui keberadaannya
06 Pemberian jaminan dalam pelaksanaan pekerjaan, pemanfaatan barang dan
pemberian fasilitas tidak sesuai ketentuan
07 Pihak ketiga belum melaksanakan kewajiban untuk menyerahkan aset
kepada negara/daerah
08 Piutang/pinjaman atau dana bergulir yang berpotensi tidak tertagih
09 Penghapusan piutang tidak sesuai ketentuan
10 Pencairan anggaran pada akhir tahun anggaran untuk pekerjaan yang
belum selesai

03 Kekurangan penerimaan negara/daerah atau perusahaan milik


negara/daerah
01 Penerimaan negara/daerah atau denda keterlambatan pekerjaan
belum/tidak ditetapkan dipungut/diterima/disetor ke kas negara/daerah
atau perusahaan milik negara/daerah
02 Penggunaan langsung penerimaan negara/daerah
03 Dana Perimbangan yang telah ditetapkan belum masuk ke kas daerah
04 Penerimaan negara/daerah diterima atau digunakan oleh instansi yang
tidak berhak
05 Pengenaan tarif pajak/PNBP lebih rendah dari ketentuan
06 Koreksi perhitungan bagi hasil dengan KKKS
07 Kelebihan pembayaran subsidi oleh pemerintah

04 Administrasi
01 Pertanggungjawaban tidak akuntabel (bukti tidak lengkap/tidak valid)
02 Pekerjaan dilaksanakan mendahului kontrak atau penetapan anggaran
03 Proses pengadaan barang/jasa tidak sesuai ketentuan (tidak menimbulkan
kerugian negara)
04 Pemecahan kontrak untuk menghindari pelelangan
05 Pelaksanaan lelang secara proforma
06 Penyimpangan terhadap peraturan per-UU-an bidang pengelolaan
perlengkapan atau barang milik negara/daerah/perusahaan
07 Penyimpangan terhadap peraturan perundang-undangan bidang tertentu
lainnya seperti kehutanan, pertambangan, perpajakan, dll.
08 Koreksi perhitungan susbsidi/kewajiban pelayanan umum
09 Pembentukan cadangan piutang, perhitungan penyusutan atau amortisasi
tidak sesuai ketentuan
10 Penyetoran penerimaan negara/daerah atau kas di bendaharawan ke Kas
negara/daerah melebihi batas waktu yang ditentukan

14
Juknis Kodering Temuan Pemeriksaan Bab III

Kode Temuan

Sub Uraian
Kelompok Jenis
Kelompok
Temuan Temuan
Temuan
11 Pertanggungjawaban/penyetoran uang persediaan melebihi batas waktu
yang ditentukan
12 Sisa kas di bendahara pengeluaran akhir Tahun Anggaran belum/tidak
disetor ke kas negara/daerah
13 Pengeluaran investasi pemerintah tidak didukung bukti yang sah
14 Kepemilikan aset tidak/belum didukung bukti yang sah
15 Pengalihan anggaran antar MAK tidak sah
16 Pelampauan pagu anggaran

05 Indikasi tindak pidana


01 Indikasi tindak pidana korupsi
02 Indikasi tindak pidana perbankan
03 Indikasi tindak pidana perpajakan
04 Indikasi tindak pidana kepabeanan
05 Indikasi tindak pidana kehutanan
06 Indikasi tindak pidana pasar modal
07 Indikasi tindak pidana khusus lainnya

2 Temuan kelemahan sistem pengendalian intern


01 Kelemahan sistem pengendalian akuntansi dan pelaporan
01 Pencatatan tidak/belum dilakukan atau tidak akurat
02 Proses penyusunan laporan tidak sesuai ketentuan
03 Entitas terlambat menyampaikan laporan
04 Sistem Informasi Akuntansi dan Pelaporan tidak memadai
05 Sistem Informasi Akuntansi dan Pelaporan belum didukung SDM yang
memadai

02 Kelemahan sistem pengendalian pelaksanaan anggaran pendapatan


dan belanja
01 Perencanaan kegiatan tidak memadai
02 Mekanisme pemungutan, penyetoran dan pelaporan serta penggunaan
Penerimaan negara/daerah/perusahaan dan hibah tidak sesuai ketentuan
03 Penyimpangan terhadap peraturan perundang-undangan bidang teknis
tertentu atau ketentuan intern organisasi yang diperiksa tentang
pendapatan dan belanja
04 Pelaksanaan belanja di luar mekanisme APBN/APBD
05 Penetapan/pelaksanaan kebijakan tidak tepat atau belum dilakukan
berakibat hilangnya potensi penerimaan/pendapatan
06 Penetapan/pelaksanaan kebijakan tidak tepat atau belum dilakukan
berakibat peningkatan biaya/belanja
07 Kelemahan pengelolaan fisik aset

15
Juknis Kodering Temuan Pemeriksaan Bab III

Kode Temuan

Sub Uraian
Kelompok Jenis
Kelompok
Temuan Temuan
Temuan

03 Kelemahan struktur pengendalian intern


01 Entitas tidak memiliki SOP yang formal untuk suatu prosedur atau
keseluruhan prosedur
02 SOP yang ada pada entitas tidak berjalan secara optimal atau tidak ditaati
03 Entitas tidak memiliki Satuan Pengawas Intern
04 Satuan Pengawas Intern yang ada tidak memadai atau tidak berjalan
optimal
05 Tidak ada pemisahan tugas dan fungsi yang memadai

3 Temuan 3E
01 Ketidakhematan/pemborosan/ ketidakekonomisan
01 Pengadaan barang/jasa melebihi kebutuhan
02 Penetapan kualitas dan kuantitas barang/jasa yang digunakan tidak sesuai
standar
03 Pemborosan keuangan negara/daerah/perusahaan atau kemahalan harga

02 Ketidakefisienan
01 Penggunaan kuantitas input untuk satu satuan output lebih besar/tinggi
dari yang seharusnya
02 Penggunaan kualitas input untuk satu satuan output lebih tinggi dari
seharusnya

03 Ketidakefektifan
01 Penggunaan anggaran tidak tepat sasaran/tidak sesuai peruntukan
02 Pemanfaatan barang/jasa dilakukan tidak sesuai dengan rencana yang
ditetapkan
03 Barang yang dibeli belum/tidak dapat dimanfaatkan
04 Pemanfaatan barang/jasa tidak berdampak terhadap pencapaian tujuan
organisasi
05 Pelaksanaan kegiatan terlambat/terhambat sehingga mempengaruhi
pencapaian tujuan organisasi
06 Pelayanan kepada masyarakat tidak optimal
07 Fungsi atau tugas instansi yang diperiksa tidak diselenggarakan dengan
baik termasuk target penerimaan tidak tercapai
08 Penggunaan biaya promosi/pemasaran tidak efektif

16
Juknis Kodering Temuan Pemeriksaan Bab III

16 Dengan demikian, pemberian kode klasifikasi temuan dapat digambarkan Contoh pemberian kode
klasifikasi temuan
sebagai berikut. pemeriksaan
Contoh: temuan mengungkap pengadaan komputer fiktif
 kelompok temuan: ketidakpatuhan terhadap ketentuan perundang-
undangan.
 subkelompok temuan: kerugian negara/daerah atau kerugian
negara/daerah yang terjadi pada perusahaan milik negara/daerah.
 jenis temuan: Belanja atau pengadaan barang/jasa fiktif.

Maka kode klasifikasi temuan tersebut adalah :

1 01 01
ketidakpatuhan terhadap ketentuan perundang-
undangan
kerugian negara/daerah atau kerugian
negara/daerah yang terjadi pada perusahaan
milik negara/daerah

Belanja atau pengadaan barang/jasa fiktif

17 Penjelasan mengenai deskripsi dan contoh temuan pemeriksaan untuk


setiap klasifikasi temuan dapat dilihat dalam Lampiran III.1.

18 Klasifikasi temuan merupakan pengelompokan temuan pemeriksaan


yang berisiko tinggi terjadi dalam pengelolaan keuangan negara/daerah
atau kerugian negara/daerah yang ada di perusahaan yang dapat
diungkap oleh pemeriksa dalam laporan hasil pemeriksaan tergantung
dari jenis pemeriksaan yang dilakukan.

19 Dalam pemeriksaan keuangan potensi temuan pemeriksaan yang dapat


diungkap oleh pemeriksa adalah temuan ketidakpatuhan terhadap
ketentuan perundang-undangan kecuali kelompok temuan indikasi
tindak pidana karena kelompok temuan tersebut hanya diungkap dalam
pemeriksaan dengan tujuan tertentu yaitu pemeriksaan investigatif.
Kelompok temuan yang juga dapat diungkap adalah temuan kelemahan
sistem pengendalian intern.

20 Dalam pemeriksaan kinerja potensi temuan yang diungkap oleh


pemeriksa adalah temuan 3E dan sebagian dari temuan ketidakpatuhan
yaitu kelompok temuan mengenai kecurangan yang mengakibatkan
kerugian negara/daerah atau kerugian negara/daerah yang terjadi di
perusahaan, potensi kerugian negara/daerah atau kerugian negara/daerah
yang terjadi di perusahaan, dan kekurangan penerimaan sebagaimana
diatur dalam Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN).

21 Dalam pemeriksaan dengan tujuan tertentu pemeriksa dapat


mengungkap seluruh klasifikasi sesuai dengan tujuan spesifik yang ingin
dicapai dari pemeriksaan yang dilakukan seperti yang dinyatakan dalam
program pemeriksaan.

17
Juknis Kodering Temuan Pemeriksaan Bab III

22 Secara ringkas, klasifikasi temuan pemeriksaan berdasarkan jenis


pemeriksaan dapat dilihat pada tabel 3 berikut.

Tabel 3: Klasifikasi Temuan Pemeriksaan Berdasarkan Jenis Pemeriksaan

Jenis Ketidakpatuhan SPI 3E


Pemeriksaan
Keuangan Ada, kecuali temuan indikasi Ada Tidak ada /
tindak pidana diisi
Kinerja Ada, khusus temuan mengenai Tidak ada/ Ada
kecurangan yang diisi
mengakibatkan:
 kerugian negara/daerah
atau kerugian
negara/daerah yang terjadi
di perusahaan
 potensi kerugian negara/
daerah atau kerugian
negara/daerah yang terjadi
di perusahaan
 kekurangan penerimaan
PDTT Ada Ada Ada

C. Penentuan Klasifikasi Temuan Pemeriksaan


Identifikasi kelompok
23 Dalam menentukan klasifikasi temuan, langkah pertama yang harus temuan
dilakukan adalah identifikasi kelompok temuan. Pemeriksa terlebih
dahulu harus mengidentifikasi apakah temuan pemeriksaan dapat
diklasifikasikan dalam kelompok temuan kelemahan SPI atau tidak.
Apabila temuan teridentifikasi tidak termasuk ke dalam kelompok
temuan kelemahan SPI maka selanjutnya pemeriksa mengidentifikasi
apakah temuan tersebut masuk ke dalam kelompok temuan
ketidakpatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan atau temuan 3E
sesuai pokok permasalahan yang diungkap dalam keseluruhan uraian
temuan pemeriksaan.

24 Sebuah temuan diklasifikasikan ke dalam kelompok temuan kelemahan Ciri Temuan kelemahan
SPI apabila mengungkap mengenai kurang/tidak adanya tindakan dan SPI berkaitan dengan
pencapaian tujuan SPI
kegiatan yang dilakukan oleh pimpinan dan seluruh pegawai secara terus
menerus untuk memberikan keyakinan memadai atas
a. tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan
efisien,
b. keandalan pelaporan keuangan,
c. pengamanan aset negara/daerah/perusahaan, dan
d. ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.

18
Juknis Kodering Temuan Pemeriksaan Bab III

25 Setelah pemeriksa dapat mengidentifikasi kelompok temuan, langkah Penentuan subkelompok


temuan menggunakan
selanjutnya adalah menentukan subkelompok temuan. Penentuan pendekatan akibat dengan
subkelompok temuan dilakukan dengan pendekatan akibat yang mempertimbangkan unsur
dinyatakan dalam batang tubuh temuan pemeriksaan tetapi tetap lain

mempertimbangkan unsur lain seperti kondisi, kriteria, sebab dan saran.

26 Setelah pemeriksa dapat menentukan subkelompok temuan, maka Jenis temuan merupakan
deskripsi singkat pokok
penentuan selanjutnya adalah jenis temuan yang merupakan deskripsi permasalahan yang
singkat pokok permasalahan yang diungkap dalam batang tubuh temuan diungkap
pemeriksaan.

27 Dalam menentukan klasifikasi temuan, pemeriksa harus dapat


mengklasifikasikan temuan ke dalam satu klasifikasi jenis temuan.
Apabila ada temuan yang menurut pendapat pemeriksa dapat masuk ke
dalam dua kategori atau lebih, maka temuan dikategorikan ke dalam
klasifikasi jenis temuan dengan permasalahan yang dianggap lebih
signifikan.

28 Pemberian kode klasifikasi temuan pemeriksaan dilakukan paling lambat


3 (tiga) hari kerja setelah LHP ditandatangani oleh penanggung jawab
pemeriksaan. Proses penentuan klasifikasi temuan pemeriksaan
dilakukan oleh pemeriksa dengan persetujuan penanggung jawab
pemeriksaan atau kepala subauditorat. Dalam menentukan klasifikasi
temuan yang berindikasi tindak pidana, penangung jawab pemeriksaan
atau kepala subauditorat harus berkonsultasi terlebih dahulu dengan
Direktorat Utama Pembinaan dan Pengembangan Hukum Pemeriksaan
Keuangan Negara/Sub Bagian Hukum dan Humas Perwakilan BPK.
Hasil pengklasifikasian tersebut dituangkan dalam Kertas Kerja Input
Temuan Pemeriksaan atau KKITP (Lampiran III.2). KKITP
selanjutnya digunakan sebagai dasar penyusunan bahan ikhtisar hasil
pemeriksaan semester (IHPS).

29 LHP dan KKITP disampaikan kepada kasubaud MIA atau kasubagset


kepala perwakilan untuk di-input oleh seorang petugas (inputer) ke
dalam SMP setelah dibahas dalam proses penyusunan IHPS.
Selanjutnya hasil input tersebut divalidasi oleh kasubaud MIA AKN atau
kasubagset kepala perwakilan.

30 LHP yang diunggah adalah LHP yang sudah mendapat persetujuan dari Persetujuan
Tortama/Kalan untuk
Tortama/Kalan. Persetujuan tersebut dituangkan dalam bentuk nota dinas mempublikasikan LHP
yang menyatakan bahwa LHP tersebut sudah dapat dipublikasikan.

19
Juknis Kodering Temuan Pemeriksaan Bab III

D. Mekanisme Perubahan atau Penambahan Klasifikasi Temuan


Pemeriksaan

31 Auditorat/perwakilan dapat mengusulkan penambahan atau perubahan


klasifikasi temuan pemeriksaan kepada Ditama Revbang d.h.i Direktorat
Evaluasi dan Pelaporan Pemeriksaan (Dit. EPP) disertai dengan uraian
temuan pemeriksaan dimaksud. Berdasarkan usulan tersebut Dit. EPP
melakukan reviu apakah temuan tersebut sudah bisa dikelompokkan ke
dalam klasifikasi temuan yang sudah ada. Apabila hasil reviu
menyatakan bahwa klasifikasi tersebut belum ada atau sudah ada tetapi
klasifikasinya tidak tepat maka Dit EPP mengusulkan klasifikasi tersebut
untuk ditambahkan dalam SMP. Apabila hasil reviu menyatakan bahwa
temuan tersebut sudah bisa dikelompokkan ke dalam klasifikasi yang
sudah ada maka Dit EPP membuat penjelasan yang disampaikan kepada
auditorat/perwakilan yang menyampaikan usulan. Hasil reviu tersebut
disampaikan Dit. EPP kepada auditorat/perwakilan tersebut paling
lambat 10 (sepuluh) hari kerja sejak usulan diterima.

E. Klasifikasi Rekomendasi Hasil Pemeriksaan

32 Klasifikasi rekomendasi hasil pemeriksaan digunakan untuk


mengelompokkan rekomendasi hasil pemeriksaan sesuai kategori tindak
lanjut yang disarankan untuk dapat mengatasi masalah yang diungkap
dalam temuan pemeriksaan.

33 Pembagian jenis dan kode rekomendasi hasil pemeriksaan adalah


sebagai berikut :
1) Penyetoran ke Kas Negara/Daerah, Kas BUMN/D, dan masyarakat
(Kode: 01);
2) Pengembalian barang kepada Negara, Daerah, BUMN/D, dan
masyarakat (Kode: 02);
3) Perbaikan fisik barang/jasa dalam proses pembangunan atau
penggantian barang/jasa oleh rekanan (Kode: 03);
4) Penghapusan barang milik Negara (Kode: 04);
5) Pelaksanaan sanksi administrasi kepegawaian (Kode: 05);
6) Perbaikan laporan dan penertiban administrasi/kelengkapan
administrasi (Kode: 06);
7) Perbaikan sistem dan prosedur akuntansi dan pelaporan (Kode: 07);
8) Peningkatan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia
pendukung sistem pengendalian (Kode: 08);
9) Perubahan atau perbaikan prosedur, peraturan dan kebijakan (Kode:
09);
10) Perubahan atau perbaikan struktur organisasi (Kode: 10);
11) Koordinasi antar instansi termasuk juga penyerahan penanganan
kasus kepada instansi yang berwenang (Kode: 11);
12) Pelaksanaan penelitian oleh tim khusus atau audit lanjutan oleh unit
pengawas intern (Kode: 12);
13) Pelaksanaan sosialisasi (Kode: 13);
14) Lain-lain (Kode: 14).

20
Juknis Kodering Temuan Pemeriksaan Bab III

34 Pemetaan rekomendasi dalam database pemantauan tindak lanjut


pemeriksaan dilakukan berdasarkan implikasi nilai mata uang. Suatu
rekomendasi dikatakan berimplikasi mata uang jika tindak lanjut yang
harus dilaksanakan berupa tindakan penyetoran uang atau pengembalian
barang atau perbaikan/penggantian barang/jasa yang dapat dinilai dengan
uang kepada negara/daerah/perusahaan/masyarakat. Dengan demikian
proses input rekomendasi yang memiliki implikasi mata uang ke dalam
database pemantauan tindak lanjut hasil pemeriksaan disertai dengan
input nilai mata uang yang dinyatakan dalam rekomendasi yang
bersangkutan.

35 Pemetaan rekomendasi berdasarkan implikasi nilai mata uang dan


alternatif rekomendasi untuk tiap-tiap jenis temuan pemeriksaan dimuat
dalam lampiran III.3 dan III.4.

F. Penentuan Jenis Rekomendasi Hasil Pemeriksaan

36 Proses penentuan jenis rekomendasi hasil pemeriksaan dilakukan oleh


pemeriksa dengan persetujuan penangung jawab pemeriksaan atau
kepala sub auditorat. Penentuan tersebut dituangkan dalam KKITP
(Lampiran III.2). Hasilnya kemudian di-input oleh seorang petugas
(inputer) ke dalam SMP dan selanjutnya divalidasi oleh kepala sub
auditorat MIA AKN atau kasubagset kepala perwakilan.

21
Juknis Kodering Temuan Pemeriksaan Bab IV

BAB IV
PENUTUP

A. Pemberlakuan Juknis
01 Juknis Kodering Temuan Pemeriksaan ini mulai berlaku saat ditetapkan Juknis ini mulai
berlaku sejak
oleh Badan melalui Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan. ditetapkan berdasarkan
Keputusan BPK.

B. Perubahan Juknis
02 Perubahan Juknis Kodering Temuan Pemeriksaan akan dilakukan melalui Perubahan juknis ini
dilakukan melalui
Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan tentang perubahan atas juknis Keputusan BPK.
dimaksud.

C. Pemantauan Juknis
03 Juknis ini merupakan dokumen yang dapat berubah sesuai dengan Pemantuan juknis ini
dilakukan oleh tim
perubahan peraturan perundang-undangan, standar pemeriksaan, dan pemantauan pada
kondisi lain. Oleh karena itu, pemantauan atas juklak ini akan dilakukan Direktorat Litbang
oleh tim Pemantauan Juknis Kodering Temuan Pemeriksaan. Selain itu,
masukan atau pertanyaan terkait dengan juknis ini dapat disampaikan
kepada:

Direktorat Penelitian dan Pengembangan


Direktorat Utama Perencanaan, Evaluasi, Penelitian dan Pengembangan,
Pendidikan dan Pelatihan Pemeriksaan Keuangan Negara
Lantai II Gedung Arsip, BPK-RI
Jl. Gatot Subroto 31 Jakarta 10210
Telp. (021)-5704395 pesawat 104, 730
Email: litbang@bpk.go.id

WAKIL KETUA, KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA,

ttd. ttd.

HERMAN WIDYANANDA HADI POERNOMO

22
LAMPIRAN III.1 : KEPUTUSAN BPK RI
NOMOR : 5/K/I-XIII.2/8/2010
TANGGAL : 27 Agustus 2010

Kamus Klasifikasi Temuan Pemeriksaan

Klasifikasi pada Jenis


No. Kode Klasifikasi Temuan Deskripsi Contoh Temuan Pemeriksaan Keterangan
Keuangan Kinerja PDTT
1. 1 Temuan Ketidakpatuhan Terhadap
ketentuan perundang-undangan
a. 101 Kerugian negara/daerah atau kerugian Temuan dianggap masuk kategori v v v Baik Temuan yang
negara/daerah yang terjadi pada kerugian apabila telah terjadi sudah terbit Surat
perusahaan milik negara/daerah kerugian nyata berupa Keterangan Tanggung
Jawab Mutlak (SKTJM)
berkurangnya kekayaan negara
maupun yang belum
sesuai pengertian dalam UU No.1
Tahun 2004 Pasal 1 angka 22 :
"Kerugian negara/daerah adalah
kekurangan uang, surat berharga,
dan barang, yang nyata dan pasti
jumlahnya sebagai akibat perbuatan
melawan hukum baik sengaja
maupun lalai".
Kerugian tersebut terjadi baik
dalam pengelolaan keuangan
negara/daerah (APBN/APBD)
maupun dalam pengelolaan
kekayaan negara/daerah yang
dipisahkan (BUMN/BUMD)
1) 10101 Belanja atau pengadaan barang/jasa fiktif Seluruh pekerjaan pengadaan 1) Dalam Kontrak pengadaan 10
barang/jasa dalam satu Surat Perjanjian komputer hasil cek fisik
(Kontrak) tidak dilaksanakan sampai menunjukkan tidak ada satu
dengan batas waktu yang diperjanjikan komputer pun yang diterima oleh
dan pembayaran atas pekerjaan pengguna barang.
tersebut sudah dibayarkan seluruhnya; 2) Kontrak pekerjaan pelatihan oleh
termasuk juga pembayaran untuk biaya pihak ketiga ternyata tidak
perjalanan dinas dan pembayaran dilaksanakan namun pembayaran
honor untuk kegiatan yang terbukti telah dilakukan
fiktif.

23
Klasifikasi pada Jenis
No. Kode Klasifikasi Temuan Deskripsi Contoh Temuan Pemeriksaan Keterangan
Keuangan Kinerja PDTT
2) 10102 Rekanan pengadaan barang/jasa tidak Rekanan pengadaan barang/jasa tidak Berdasarkan hasil cek fisik diketahui
menyelesaikan pekerjaan melaksanakan sebagian atau bahwa ada pekerjaan pembangunan
seluruhnya pekerjaan yang gedung kantor yang tidak selesai. Hasil
diperjanjikan dan sebagian wawancara dengan pengguna barang
pembayaran atas pekerjaan tersebut menunjukkan bahwa pekerjaan tersebut
sudah dilakukan (uang muka dan/atau telah dilakukan lelang dan dari hasil
termijn). Pembayaran yang sudah lelang tersebut telah diperoleh rekanan
dilakukan tersebut lebih besar daripada pemenang lelang dan telah diikat
uang jaminan pelaksanaan pekerjaan dengan kontrak untuk melaksanakan
dan/atau jaminan uang muka. Dalam pekerjaan tersebut. Pengguna
kondisi tersebut rekanan memilih barang/jasa telah menerima jaminan
untuk membiarkan jaminan uang muka dan jaminan pelaksanaan
pelaksanaan pekerjaan dan/atau pekerjaan dengan nilai total sebesar Rp
jaminan uang muka dicairkan oleh 250 jt; sebaliknya rekanan telah
pengguna barang/jasa daripada menerima uang muka dan pembayaran
menyelesaikan tanggung jawabnya termijn I dengan total Rp 300 jt. Di
melaksanakan pekerjaan yang tengah perjalanan pembangunan gedung
diperjanjikan karena kerugian yang tersebut, rekanan menghentikan
akan diderita (biasanya terjadi pelaksanaan pekerjaan tanpa ada alasan
kenaikan harga yang cukup signifikan yang jelas dan sampai dengan akhir
terhadap harga yang tercantum dalam Tahun Anggaran atau waktu
RAB). Pada akhirnya penyelesaian pemeriksaan (cek fisik) pembangunan
pekerjaan menjadi tanggung jawab gedung tersebut tidak diselesaikan,
pemerintah sehingga negara mengalami keruguan
sebesar Rp 50 jt
3) 10103 Kekurangan volume pekerjaan dan/atau Barang yang diterima (kualitas Pembangunan gedung seluas 200 M2 Kelebihan pembayaran
barang maupun kuantitas) kurang dari yang telah selesai dan dilakukan pembayaran dalam kegiatan
seharusnya. Dalam kasus kekurangan 100%. Hasil cek fisik menunjukkan pengadaan barang/jasa
volume pekerjaan, pekerjaan yang bahwa luas bangunan hanya 160 M2.
dilaksanakan kurang 100% tapi
pembayaran dilakukan 100% sehingga
kerugian yang terjadi merupakan
selisih antara uang yang telah
dibayarkan dengan nilai prestasi
pekerjaan/barang yang diterima

24
Klasifikasi pada Jenis
No. Kode Klasifikasi Temuan Deskripsi Contoh Temuan Pemeriksaan Keterangan
Keuangan Kinerja PDTT
4) 10104 Kelebihan pembayaran selain kekurangan Adanya pembayaran terhadap suatu Berdasarkan analisa atas perhitungan Kelebihan pembayaran
volume pekerjaan dan/atau barang unsur biaya dalam kontrak yang biaya dalam kontrak pekerjaan dengan dalam kegiatan
seharusnya tidak dilakukan. menggunakan metode unit cost pengadaan barang/jasa
diketahui terdapat perhitungan biaya
yang tidak seharusnya diperhitungkan
sehingga pembayaran yang telah
dilakukan melebihi prestasi pekerjaan
yang diterima
5) 10105 Pemahalan harga (Mark up) Kemahalan yang terjadi akibat 1) Dalam pengadaan mobil pemadam
pelanggaran prosedur pengadaan atau kebakaran harga yang dibayar oleh
kecurangan. pemerintah adalah sebesar Rp6 miliar.
Setelah dikonfirmasi oleh pemeriksa
kepada suplier barang tersebut,
ternyata diketahui harga sebenarnya
adalah Rp4 miliar sehingga ada
indikasi mark up oleh panitia
pengadaan barang/jasa sebesar Rp2
miliar.
2) Diketahui pengadaan mobil Toyota
Innova untuk spesifikasi 2000 cc Type
G adalah Rp200 juta. Setelah
dikonfirmasi kepada ATPM, harga
untuk spesifikasi tersebut adalah
Rp180 juta. (Dalam kasus ini biasanya
panitia pengadaan barang/jasa
menggunakan rekanan yang bukan
dealer mobil akan tetapi rekanan yang
merupakan pedagang umum untuk
digunakan sebagai kamuflase dalam
proses lelang. Dalam kenyataannya,
pemeriksa dapat mengembangkan
teknik/prosedur audit untuk
membuktikan bahwa pembelian mobil
tersebut langsung dilakukan ke
ATPM)
6) 10106 Penggunaan uang/barang untuk Penggunaan uang atau barang secara 1) Penggunaan uang persediaan oleh
kepentingan pribadi tidak sah yang digunakan selain untuk bendaharawan atau sisa uang muka
keperluan dinas kerja oleh pelaksana kegiatan untuk
membiayai keperluan pribadi;
2) AC Split, meja kantor atau BMN

25
Klasifikasi pada Jenis
No. Kode Klasifikasi Temuan Deskripsi Contoh Temuan Pemeriksaan Keterangan
Keuangan Kinerja PDTT
lain yang dibawa oleh pegawai
negeri secara tidak sah (tanpa surat
bon pinjam) dan dimanfaatkan untuk
kepentingan pribadi, misalnya AC
split yang seharusnya dipasang di
ruangan kantor namun dipasang di
rumah pribadi PNS;
3) Di atas tanah milik pemerintah
didirikan bangunan pribadi.
7) 10107 Pembayaran honorarium dan/atau biaya Seorang pegawai negeri atau Diketahui pada tanggal 15 s.d. 25 Juli
perjalanan dinas ganda dan/atau melebihi penyelenggara negara/daerah: 2007 pegawai negeri X melaksanakan
standar yang ditetapkan 1. menerima lebih dari satu kali honor perjalanan dinas ke kota A dengan
rapat untuk hari dan tanggal yang menerima biaya perjalanan dinas
sama; sebesar Rp 10 jt. Hasil pemeriksaan
2. menerima biaya perjalanan dinas dokumen pembayaran honor rapat
lebih dari satu kali untuk diketahui bahwa yang bersangkutan
perjalanan dinas yang dilaksanakan pada tanggal 16 s.d. 19 menerima honor
pada hari dan tanggal yang sama; konsinyering sebesar Rp 2 jt. Hasil
3. menerima honor rapat akan tetapi wawancara dengan PNS yang
pada hari dan tanggal yang sama bersangkutan dan dari hasil penelitian
juga menerima biaya perjalanan atas keabsahan bukti-bukti
dinas; atau pertanggungjawaban diketahui bahwa
4. menerima biaya honor atau biaya PNS yang bersangkutan sebenarnya
perjalanan dinas yang tidak melakukan perjalanan ke kota A.
diperkenankan menurut ketentuan Dengan kerugian negara yang harus
atau melebihi ketentuan. dikembalikan adalah sebesar Rp 2 jt.
8) 10108 Spesifikasi barang/jasa yang diterima Barang yang diterima dari rekanan Pengadaan komputer dengan spesifikasi
tidak sesuai dengan kontrak pengadaan barang/jasa tidak sama processor Intel Pentium Core Duo dan
dengan yang diperjanjikan dalam motherboard ASUS. Hasil pemeriksaan
kontrak dan teridentifikasi barang yang fisik menunjukkan bahwa Processor
diterima berdasarkan perhitungan yang digunakan adalah AMD dengan
nilainya lebih rendah dari nilai barang kecepatan yang sama dan motherboard
yang diperjanjikan. Kerugian yang yang terpasang adalah ECS. Hasil
terjadi merupakan total loss karena konfirmasi dengan pedagang komputer
hasil pekerjaan/barang yang diterima ternyata terdapat total harga processor
tidak sesuai standar mutu yang AMD dengan kecepatan yang sama dan
ditetapkan sehingga tidak dapat motherboard ECS lebih murah
digunakan untuk kebutuhan yang dibandingkan total harga Processor Intel
direncanakan. Pentium Core Duo dan motherboard
ASUS sebesar Rp 1 juta. Kerugian

26
Klasifikasi pada Jenis
No. Kode Klasifikasi Temuan Deskripsi Contoh Temuan Pemeriksaan Keterangan
Keuangan Kinerja PDTT
negara yang terjadi merupakan nilai
seluruh kontrak sehingga seluruh
barang yang diterima harus diganti
dengan barang yang sesuai dengan
kontrak.
9) 10109 Belanja tidak sesuai atau melebihi Terdapat pengeluaran biaya yang tidak 1) Hasil pemeriksaan dokumen Kelebihan pembayaran
ketentuan diperkenankan oleh peraturan per-UU- menunjukkan bahwa seorang kepada penyelenggara
an atau nilai yang diberikan lebih kepala dinas menerima tunjangan negara/daerah atau
pelaksana kegiatan
tinggi dari nilai yang ditetapkan dalam sewa rumah padahal yang
untuk kegiatan yang
peraturan per-UU-an seperti: bersangkutan sudah mendapat dilakukan secara
1. kegiatan yang tidak diperkenankan fasilitas rumah dinas. Menurut swakelola
untuk dibiayai negara/daerah atau ketentuan yang berlaku (Perda
perusahaan milik negara/daerah terkait, Keputusan Menteri Dalam
seperti perayaan ulang tahun Negeri atau aturan lain) apabila
instansi; seorang kepala dinas sudah
2. pembayaran tunjangan kepada mendapat fasilitas rumah dinas
penyelenggara negara/daerah atau maka yang bersangkutan tidak
pengelola perusahaan boleh menerima tunjangan sewa
negara/daerah yang menyalahi rumah. Maka tunjangan tersebut
aturan; adalah kerugian daerah yang harus
3. pembayaran uang kepada pihak dikembalikan ke kas daerah;
yang tidak berhak menurut aturan. 2) Pemberian bantuan kepada pihak
yang tidak berhak atau tidak sah
menurut aturan (contoh : bantuan
sosial kepada keluarga
penyelenggara negara/daerah tanpa
alas an yang sah).

27
Klasifikasi pada Jenis
No. Kode Klasifikasi Temuan Deskripsi Contoh Temuan Pemeriksaan Keterangan
Keuangan Kinerja PDTT
10) 10110 Pengembalian pinjaman/piutang atau Pinjaman/piutang yang macet bukan Sebuah bank pemerintah memberikan
dana bergulir macet disebabkan oleh risiko bisnis akan pinjaman kepada nasabah tanpa
tetapi diakibatkan oleh pelanggaran memperhatikan prinsip kehati-hatian
prosedur atau peraturan per-UU-an (5C : Capital, Capacity, Character,
sehingga pinjaman menjadi macet atau Collateral dan Condition of Economy),
tidak dapat lagi dilakukan upaya misalnya dengan sengaja dan tanpa
penagihan kepada debitur. Nilai prosedur yang wajar, sebuah bank
kerugian adalah selisih pinjaman pemerintah memberikan pinjaman
dengan nilai agunan yang bisa sebesar Rp 1 miliar kepada nasabah
disita/ditarik yang hanya memberikan jaminan
(collateral) sebesar Rp 100 jt. Sehingga
kemudian pinjaman tersebut macet
(misalnya nasabah melarikan diri atau
dinyatakan pailit) pada saat pokok
hutang + bunga yang tertunggak
sebesar Rp 800 jt. dengan demikian
telah terjadi kerugian sebesar Rp 700 jt
(setelah dikurangi collateral).
11) 10111 Kelebihan penetapan dan pembayaran Penetapan besarnya restitusi pajak atau Sebuah perusahaan yang merupakan
restitusi pajak atau penetapan kompensasi kerugian melebihi dari wajib pajak menerima restitusi pajak
kompensasi kerugian ketentuan yang berlaku, misal karena sebesar Rp 5 miliar. Berdasarkan hasil
pembebanan biaya yang seharusnya perhitungan tim pemeriksa terhadap
tidak dilakukan atau adanya koreksi fiskal laporan keuangan
pendapatan Wajib Pajak yang komersial diketahui bahwa terdapat
belum/tidak diakui dalam perhitungan beberapa item biaya yang seharusnya
pendapatan kena pajak. tidak dikurangkan terhadap penghasilan
kena pajak sehingga kerugian yang
dialami oleh wajib pajak menjadi lebih
rendah. Dengan demikian restitusi yang
seharusnya diterima oleh wajib pajak
juga berkurang seiring dengan
penurunan kerugian yang dialami wajib
pajak.

28
Klasifikasi pada Jenis
No. Kode Klasifikasi Temuan Deskripsi Contoh Temuan Pemeriksaan Keterangan
Keuangan Kinerja PDTT
12) 10112 Penjualan/pertukaran/penghapusan aset Penjualan/pertukaran/penghapusan aset Penjualan rumah dinas yang sebenarnya
negara/daerah tidak sesuai ketentuan dan negara/daerah melanggar ketentuan statusnya tidak boleh dijual, namun ada
merugikan negara/daerah penghapusan dan nilai uang/aset yang tindakan kecurangan untuk mengubah
diterima oleh negara/daerah atau status rumah dinas tersebut sehingga
perusahaan negara/daerah lebih kecil boleh dijual. Nilai pasar rumah dinas
dari nilai aset yang tersebut adalah Rp 1 miliar, namun
dijual/dipertukarkan/dihapuskan. rumah dinas tersebut dijual dengan nilai
Rp 200 jt. Kerugian Negara yang terjadi
adalah selisih nilai pasar/nilai
sesungguhnya dari aset tersebut dengan
nilai uang yang diperoleh Negara yaitu
sebesar Rp 800 jt.
13) 10113 Pengenaan ganti kerugian negara Cukup jelas Atas BMN yang hilang oleh pegawai
belum/tidak dilaksanakan sesuai belum dikenakan Pengenaan Ganti
ketentuan Kerugian Negara.
14) 10114 Entitas belum/tidak melaksanakan Cukup jelas Terdapat ketekoran kas di kas
tuntutan perbendaharaan (TP) sesuai negara/daerah yang belum dilakukan
ketentuan proses tuntutan perbendaharaan.
15) 10115 Penghapusan hak tagih tidak sesuai Pemberhentian upaya hukum untuk Penghapusan piutang kepada debitur
ketentuan menagih piutang kepada debitur yang tertentu yang melanggar ketentuan
melanggar ketentuan dan/atau internal bank dan BI tanpa persetujuan
dilakukan tanpa persetujuan pihak dewan direksi dan atas piutang tersebut
yang berwenang. bank tidak lagi melakukan upaya
penagihan.
16) 10116 Pelanggaran ketentuan pemberian diskon Perusahaan negara/daerah memberikan Permberian cash discount yang tidak
penjualan diskon penjulan kepada konsumen sesuai dengan ketentuan dewan direksi.
tertentu dengan tarif yang lebih besar
dari ketentuan.

29
Klasifikasi pada Jenis
No. Kode Klasifikasi Temuan Deskripsi Contoh Temuan Pemeriksaan Keterangan
Keuangan Kinerja PDTT
17) 10117 Penentuan HPP terlalu rendah sehingga Entitas mengalami kerugian atau HPP suatu proyek berdasarkan
penentuan harga jual lebih rendah dari negara dirugikan karena harga jual aset perhitungan terperiksa (auditee) adalah
yang seharusnya (aset tetap atau persediaan) yang Rp 7 miliar dan harga jual yang
ditentukan lebih rendah dari yang disepakati dengan klien adalah Rp 9
seharusnya (Dalam kasus miliar sehingga menghasilkan gross
harga/penjualan reguler/bukan special profit sebesar Rp 2 miliar. Berdasarkan
pricing). Hal tersebut terjadi karena hasil perhitungan ulang oleh tim
berdasarkan perhitungan HPP entitas pemeriksa dengan mengacu pada
telah mendapatkan keuntungan (gross kebijakan akuntansi yang berlaku pada
profit) yang diharapkan. Namun, perusahaan, ternyata terdapat unsur
karena adanya komponen biaya pokok biaya yang tidak diperhitungkan sebagai
produksi yang tidak dimasukkan dalam perhitungan HPP yang seharusnya
perhitungan HPP atau karena estimasi sebesar Rp 10 miliar sehingga dengan
harga pokok aset lebih rendah daripada harga jual sebesar Rp 9 miliar
harga wajar aset tersebut, sebenarnya perusahaan mengalami
kenyataannya, entitas tersebut kerugian dari proyek tersebut sebesar
mendapatkan gross profit yang lebih Rp 1 miliar.
kecil jika mengacu pada perhitungan
HPP yang benar.
18) 10118 Jaminan pelaksanaan dalam pelaksanaan Jaminan pelaksanaan tidak dapat Rekanan pelaksana pekerjaan tidak
pekerjaan, pemanfaatan barang dan dicairkan karena suatu hal seperti melaksanakan dengan jangka waktu
pemberian fasilitas tidak dapat dicairkan kadaluarsa, bank penjamin bermasalah, yang disepakati dalam kontrak sehingga
dll. harus dikenakan sanksi berupa denda
dengan nilai maksimum sebesar 5% dari
total nilai kontrak. Karena rekanan
tersebut tidak mau membayar denda,
maka seharusnya pengguna barang/jasa
mencairkan jaminan pelaksanaan
pekerjaan. Namun, jaminan pelaksanaan
tersebut tidak dapat dicairkan karena
waktu pencairan melewati batas waktu
yang tertera dalam jaminan
pelaksanaan.
19) 10119 Penyetoran penerimaan negara/daerah Adanya penyelewengan uang
dengan bukti fiktif penerimaan negara/daerah dengan cara
membuat bukti penyetoran fiktif
seolah-oleh uang yang ada di
bendaharawan penerima telah di setor
ke kas Negara/daerah.

30
Klasifikasi pada Jenis
No. Kode Klasifikasi Temuan Deskripsi Contoh Temuan Pemeriksaan Keterangan
Keuangan Kinerja PDTT
b. 102 Potensi kerugian negara/daerah atau Adanya suatu perbuatan melawan v v v Kerugian dianggap
kerugian negara/daerah yang terjadi hukum baik sengaja maupun lalai potensi karena belum
pada perusahaan milik negara/daerah yang dapat mengakibatkan risiko terjadi kerugian nyata
sesuai pengertian dalam
terjadinya kerugian di masa yang
UU No.1 Tahun 2004
akan datang berupa berkurangnya Pasal 1 angka 22, tetapi
kekayaan negara/daerah atau berupa risiko terjadi
perusahaan daerah berupa uang, kerugian apabila suatu
surat berharga, dan barang, yang kondisi yang dapat
nyata dan pasti jumlahnya sesuai mengakibatkan kerugian
pengertian dalam UU No.1 Tahun negara/daerah benar-
2004 Pasal 1 angka 22. benar terjadi di
kemudian hari.
Potensi kerugian tersebut terjadi
baik dalam pengelolaan keuangan
negara/daerah (APBN/APBD)
maupun dalam pengelolaan
kekayaan negara/daerah yang
dipisahkan (BUMN/BUMD)
1) 10201 Kelebihan pembayaran dalam pengadaan Terdapat kelebihan pembayaran dalam Berdasarkan hasil cek fisik diketahui
barang/jasa tetapi pembayaran pekerjaan pengadaan barang/jasa yang bahwa ada pekerjaan pembangunan
belum dilakukan sebagian atau disebabkan oleh kemahalan harga, gedung kantor yang sedang dalam
seluruhnya kurang volume pekerjaan, kelebihan proses pengerjaan oleh rekanan. Hasil
perhitungan dsb tetapi pembayaran cek fisik tersebut menunjukkan bahwa
atas pekerjaan tersebut belum dibayar terdapat kekurangan fisik pekerjaan
sebagian atau seluruhnya. Hal tersebut yaitu dengan total nilai sebesar Rp 50 jt.
berpotensi merugikan Negara/Daerah Dari hasil pemeriksaan dokumen
jika atas pekerjaan tersebut tetap diketahui bahwa pembayaran termijn
dilakukan pembayaran. terakhir sebesar Rp 100 jt belum
dilakukan. Dengan demikian negara
berpotensi mengalami kerugian sebesar
Rp 50 jt apabila pembayaran termijn
terakhir (pelunasan) atas pekerjaan
tersebut tetap dibayarkan sebelum
kekurangan fisik yang terjadi diperbaiki
oleh rekanan.

31
Klasifikasi pada Jenis
No. Kode Klasifikasi Temuan Deskripsi Contoh Temuan Pemeriksaan Keterangan
Keuangan Kinerja PDTT
2) 10202 Rekanan belum melaksanakan kewajiban Berpotensi mengakibatkan kerugian Hasil cek fisik atas pembangunan
pemeliharaan barang hasil pengadaan apabila nyata-nyata rekanan tidak gedung kantor menunjukkan bahwa
yang telah rusak selama masa melaksanakan kewajiban pemeliharaan pembangunan fisik telah selesai 100%,
pemeliharaan yang sudah disepakati dalam kontrak. namun sampai batas waktu yang
Kerugian dihitung setelah dikurangi ditetapkan dalam kontrak rekanan
biaya retensi. belum melaksanakan kewajiban
pemeliharaan walaupun dari hasil cek
fisik diperoleh fakta bahwa terdapat
beberapa bagian gedung telah
mengalami kerusakan.
3) 10203 Aset dikuasai pihak lain Aset pemerintah seperti tanah, gedung 1) Hasil pemeriksaan fisik atas Barang
atau peralatan kantor yang digunakan Milik Negara berdasarkan daftar
pihak lain secara tidak sah dan tanpa inventaris kantor yang dilakukan pada
adanya perjanjian pinjam meminjam tanggal 17 Juni 2008 menunjukkan
yang jelas atau aset yang belum bahwa terdapat notebook kantor senilai
dikembalikan oleh pihak lain setelah Rp 16 jt yang dipinjam oleh pegawai
berakhirnya masa peminjaman yang dengan menggunakan nota peminjaman.
tertera dalam surat perjanjian pinjam Batas peminjaman berdasarkan nota
meminjam tersebut adalah tanggal 1 Februari 2008.
2) Di atas tanah milik pemerintah
didirikan bangunan milik swasta. Tanah
tersebut digunakan berdasarkan surat
perjanjian pinjam-meminjam.
Berdasarkan hasil penelitian atas
dokumen surat perjanjian pinjam-
meminjam tersebut diketahui bahwa
masa berakhirnya pinjaman tersebut
tidak diatur secara jelas.
4) 10204 Pembelian aset yang berstatus sengketa Pemerintah telah melakukan Pengadaan tanah untuk pembangunan
pembayaran atas suatu aset dan di gedung kantor yang dibeli dari
kemudian hari diketahui bahwa aset masyarakat dengan surat-surat
tersebut berstatus sengketa. Berpotensi kepemilikan yang lengkap dan sah,
merugikan negara apabila ternyata di namun setelah dilakukan pembayaran di
pengadilan terbukti bahwa tanah yang kemudian hari ada tuntutan dari pihak
dibeli bukan milik pihak yang lain yang mengaku sebagai pemilik sah
menerima pembayaran dari tanah yang dibeli dan memiliki
bukti-bukti kepemilikan yang juga sah
menurut ketentuan yang berlaku.

32
Klasifikasi pada Jenis
No. Kode Klasifikasi Temuan Deskripsi Contoh Temuan Pemeriksaan Keterangan
Keuangan Kinerja PDTT
5) 10205 Aset tidak diketahui keberadaannya Hasil pemeriksaan menunjukkan Peralatan kantor yang tidak diketahui
bahwa terdapat aset yang tercantum keberadaannya pasca reorganisasi atau
dalam catatan akuntansi BMN tetapi penggabungan dua atau lebih
tidak diketahui keberadaan fisiknya. departemen atau kementerian
negara/lembaga.

6) 10206 Pemberian jaminan dalam pelaksanaan Tidak adanya jaminan atas 1) Untuk pekerjaan pengadaan
pekerjaan, pemanfaatan barang dan pelaksanaan pekerjaan, pemanfaatan barang/jasa rekanan tidak
pemberian fasilitas tidak sesuai ketentuan kayu/barang negara, dan pemberian memberikan jaminan pelaksanaan
fasilitas seperti kemudahan pekerjaan, atau jaminan
ekspor/impor. pelaksanaan pekerjaan tidak
ditambah/disesuaikan dengan nilai
kontrak yang berubah menjadi
lebih tinggi karena adanya
addendum.
2) Kayu hasil pembukaan lahan
transmigrasi dimanfaatkan oleh
pihak ketiga dengan menggunakan
surat ijin pemanfaatan kayu. Hasil
pemeriksaan dokumen
menunjukkan bahwa pihak ketiga
belum menyerahkan bank garansi,
sementara kayu dimaksud telah
diangkut ke gudang pemohon dan
pembayaran atas kayu tersebut
belum diterima oleh pemerintah.
7) 10207 Pihak ketiga belum melaksanakan Adanya kewajiban pihak ketiga Pengembang belum menyerahkan
kewajiban untuk menyerahkan aset berdasarkan persyaratan dalam fasos/fasum yang dipersyaratkan terkait
kepada negara/daerah peraturan perundang-undangan tertentu dengan pengembangan kawasan tertentu
untuk menyerahkan sejumlah aset menjadi kawasan perumahan.
kepada negara/daerah yang belum
dilaksanakan.

33
Klasifikasi pada Jenis
No. Kode Klasifikasi Temuan Deskripsi Contoh Temuan Pemeriksaan Keterangan
Keuangan Kinerja PDTT
8) 10208 Piutang/pinjaman atau dana bergulir yang Piutang/pinjaman yang berpotensi Sebuah bank pemerintah memberikan
berpotensi tidak tertagih macet terjadi bukan disebabkan oleh pinjaman kepada nasabah tanpa
risiko bisnis akan tetapi diakibatkan memperhatikan prinsip kehati-hatian
oleh pelanggaran prosedur atau (5C : Capital, Capacity, Character,
peraturan per-UU-an sehingga Collateral dan Condition of Economy),
piutang/pinjaman berpotensi macet. misalnya dengan sengaja dan tanpa
Namun, atas piutang tersebut masih prosedur yang wajar, sebuah bank
dapat dilakukan upaya penagihan pemerintah memberikan pinjaman
kepada debitur. Potensi nilai kerugian sebesar Rp 1 miliar kepada nasabah
adalah selisih pinjaman dengan nilai ketika perekonomian sedang mengalami
agunan yang bisa disita/ditarik. krisis (condition of economy). Karena
krisis belum juga mereda, kemudian
pembayaran atas pinjaman tersebut
menjadi tersendat-sendat. Hal tersebut
terlihat dari pembayaran cicilan dari
nasabah yang selalu lewat dari tanggal
jatuh tempo dengan tenggang waktu
yang termasuk kategori "diawasi".
9) 10209 Penghapusan piutang tidak sesuai Penghapusan piutang dalam laporan Penghapusan catatan piutang kepada
ketentuan keuangan yang melanggar ketentuan debitur tertentu yang melanggar
dan/atau dilakukan tanpa persetujuan ketentuan internal bank dan BI tanpa
pihak yang berwenang, tetapi atas persetujuan dewan direksi, tetapi bank
piutang tersebut masih dapat masih mengupayakan untuk dapat
diupayakan untuk ditagih. menagih piutang yang dihapus buku
tersebut.
10) 10210 Pencairan anggaran pada akhir tahun Pada akhir tahun anggaran terdapat Pada akhir tahun anggaran terdapat
anggaran untuk pekerjaan yang belum pencairan anggaran oleh pengelola kontrak pekerjaan renovasi gedung
selesai anggaran untuk membayar pekerjaan kantor. Pada batas akhir pencairan,
yang dilaksanakan oleh rekanan prestasi pekerjaan yang telah selesai
walaupun pekerjaan tersebut belum baru mencapai 75%. Namun, Berita
selesai. Acara serah terima (BAST) menyatakan
bahwa pekerjaan telah selesai 100%
sehingga SP2D yang diterbitkan untuk
membayar pekerjaan tersebut dicairkan
sebesar 100%.

34
Klasifikasi pada Jenis
No. Kode Klasifikasi Temuan Deskripsi Contoh Temuan Pemeriksaan Keterangan
Keuangan Kinerja PDTT
c. 103 Kekurangan penerimaan Penerimaan yang sudah menjadi v x v Termasuk kekurangan
negara/daerah atau perusahaan milik hak negara/daerah atau perusahaan penerimaan
negara/daerah milik negara/daerah, tetapi tidak negara/daerah yang
ditemukan dalam
masuk ke kas negara/daerah atau
pemeriksaan atas
perusahaan milik negara/daerah perusahaan
karena adanya unsur negara/daerah
ketidakpatuhan.
1) 10301 Penerimaan negara/daerah atau denda Cukup jelas 1) Hasil pemeriksaan atas dokumen
keterlambatan pekerjaan belum/tidak pelaksanaan pekerjaan menunjukkan
ditetapkan dipungut/diterima/disetor ke bahwa rekanan terlambat dalam
kas negara/daerah atau perusahaan milik menyelesaikan pekerjaan sesuai
negara/daerah batas waktu yang ditetapkan dalam
kontrak, namun rekanan tersebut
belum dikenakan denda atas
keterlambatan tersebut.
2) Hasil pemungutan PNBP yang ada
pada rekening bendaharawan
penerima belum disetor ke kas
negara.
3) PNBP atas penggunaan jasa
pelayanan oleh masyarakat tidak
dipungut.
4) PNBP atas penggunaan/pengelolaan
aset negara oleh pihak ketiga tidak
dipungut.
5) PNBP belum diterima karena
perbedaan sistem/penafsiran atas
kontrak subsidi listrik, BBM, dan
lain-lain.
6) PBB belum diterbitkan SPPT.
7) BUMN/BUMD sebagai wajib
pungut pajak belum menyetorkan
pajak yang dipungut dari wajib pajak
ke kas negara/daerah.

35
Klasifikasi pada Jenis
No. Kode Klasifikasi Temuan Deskripsi Contoh Temuan Pemeriksaan Keterangan
Keuangan Kinerja PDTT
2) 10302 Penggunaan langsung penerimaan Penggunaan penerimaan negara/daerah PNBP yang berasal dari pelayanan
negara/daerah tanpa melalui mekanisme anggaran kepada masyarakat digunakan untuk
(melanggar asas "bruto") pembayaran honor petugas pelayanan
tanpa melalui mekanisme anggaran
(PNBP disetor ke kas negara kemudian
tahun berikutnya dianggarkan untuk
kegiatan yang terkait dengan pelayanan
yang menghasilkan PNBP)
4) 10303 Dana perimbangan yang telah ditetapkan Cukup jelas Dana bagi hasil dari pusat belum masuk
belum masuk ke kas daerah ke kas daerah karena belum ditransfer
dari pusat atau sudah ditransfer tetapi
masuk ke rekening antara

5) 10304 Penerimaan negara/daerah diterima atau Penerimaan yang berdasarkan 1) PNBP dari penggunaan Tenaga
digunakan oleh instansi yang tidak ketentuan yang berlaku termasuk Kerja Asing yang berdasarkan
berhak penerimaan suatu instansi, tetapi ketentuan (fatwa Mahkamah
dipungut/ digunakan oleh instansi lain Agung) merupakan penerimaan
yang tidak berhak atau disetor ke Depnakertrans, akan tetapi oleh
instansi yang tidak berhak. Pemerintah Daerah sebagai wajib
pungut disetorkan ke kas daerah.
2) Penerimaan daerah yang disetor ke
kas Negara atau dipungut oleh
Pemerintah Pusat.
3) Potongan pajak pusat yang
dipotong oleh pemerintah daerah
digunakan oleh pemerintah daerah.
6) 10305 Pengenaan tarif pajak/PNBP lebih rendah Tarif yang dikenakan kepada wajib
dari ketentuan setor lebih rendah daripada tarif yang
diatur menurut ketentuan yang berlaku
sehingga pajak/PNBP yang diterima
oleh negara/daerah lebih kecil dari
yang seharusnya.

7) 10306 Koreksi perhitungan bagi hasil dengan Hasil perhitungan kembali atas bagi Perhitungan kembali bagi hasil PPS dan
KKKS hasil menunjukkan bahwa besarnya KMGBP periode 2003 s.d. 2007
bagi hasil yang telah disetor ke kas menunjukkan adanya koreksi alokasi
negara lebih kecil dari yang seharusnya biaya depresiasi yang mengurangi cost
karena adanya unsur biaya yang tidak recovery periode tersebut seluruhnya
boleh diperhitungkan atau adanya sebesar US$2.180 miliar. Hal tersebut
kesalahan perhitungan dalam cost mengakibatkan KKKS PT Pertamina
recovery. (persero) dan KKKS PT Pertamina EP

36
Klasifikasi pada Jenis
No. Kode Klasifikasi Temuan Deskripsi Contoh Temuan Pemeriksaan Keterangan
Keuangan Kinerja PDTT
mempunyai kewajiban untuk
menyerahkan tambahan bagian negara
masing-masing sebesar US$683.83 juta
dan US$631.91 juta atau seluruhnya
sebesar US$1.31 miliar.
8) 10307 Kelebihan pembayaran subsidi oleh Subsidi yang telah dibayarkan oleh
pemerintah pemerintah lebih besar dari
seharusnya.

e. 104 Administrasi Temuan yang mengungkap adanya v x v


penyimpangan terhadap ketentuan
yang berlaku baik dalam
pelaksanaan anggaran/pengelolaan
aset maupun operasional
perusahaan, tetapi penyimpangan
tersebut tidak mengakibatkan
kerugian/potensi kerugian
negara/daerah atau perusahaan
milik negara/daerah, tidak
mengurangi hak negara/daerah,
(kekurangan penerimaan), tidak
menghambat program entitas, dan
tidak mengandung unsur indikasi
tindak pidana.

1) 10401 Pertanggungjawaban tidak akuntabel Pertanggungjawaban keuangan telah Pertanggungjawaban pengeluaran untuk Temuan
(bukti tidak lengkap/tidak valid) selesai (SPM GU untuk di Pusat atau bantuan parpol hanya berupa tanda diklasifikasikan sebagai
SPM BS di Daerah sudah terbit), terima dari parpol yang menerima temuan administrasi
setelah tim pemeriksa
namun tidak disertai bukti bantuan dan tidak disertai bukti-bukti
menempuh prosedur
pertanggungjawaban yang lengkap penggunaannya. untuk dapat
dan/atau sah untuk memperoleh memperoleh keyakinan
pembayaran. yang memadai bahwa
kegiatan yang dibiayai
dari anggaran tidak
fiktif sehingga
permasalahan yang
terjadi benar-benar
diyakini sebagai
permasalahan yang
bersifat administratif.

37
Klasifikasi pada Jenis
No. Kode Klasifikasi Temuan Deskripsi Contoh Temuan Pemeriksaan Keterangan
Keuangan Kinerja PDTT
2) 10402 Pekerjaan dilaksanakan mendahului Pekerjaan sudah dimulai sebelum Hasil pemeriksaan atas dokumen
kontrak atau penetapan anggaran kontrak pekerjaan ditandatangani atau pelaksanaan pekerjaan (buku harian
dokumen anggaran disetujui proyek) menunjukkan bahwa pekerjaan
DPR/DPRD. telah dimulai sebelum kontrak
pekerjaan ditandatangani karena proses
lelang belum tuntas, misalnya
keberatan-keberatan dari rekanan-
rekanan yang kalah belum dievaluasi.
3) 10403 Proses pengadaan barang/jasa tidak Terdapat proses pengadaan yang tidak HPS tidak dibuat.
sesuai ketentuan (tidak menimbulkan mengacu kepada peraturan per-UU-an
kerugian negara) atau sebagian kegiatan yang harus
dilakukan dalam proses pengadaan
tidak dilaksanakan.
4) 10404 Pemecahan kontrak untuk menghindari Untuk kegiatan yang sama atau Pengadaan 20 unit komputer untuk
pelelangan pengadaan barang sama dalam satu kelengkapan lab komputer dilakukan
kegiatan/program yang pengadaannya secara bertahap dalam satu tahun
dilakukan berulang-ulang dengan nilai anggaran sehingga pengadaannya
yang lebih kecil untuk menghindari dilakukan dengan penunjukan langsung
pelelangan. dengan tujuan menghindari pelelangan.
5) 10405 Pelaksanaan lelang secara proforma Dokumen pengadaan lengkap namun Hasil pemeriksaan dokumen lelang
berdasarkan pendalaman auditor, menunjukkan seluruh proses lelang
diketahui bahwa sebagian atau seluruh yang diharuskan menurut ketentuan
kegiatan yang tercermin dalam (Kepres 80 Tahun 2003) dilaksanakan
dokumen pengadaan ternyata lelang dengan tertib. Namun hasil pemeriksaan
tidak dilaksanakan. selanjutnya diketahui bahwa dokumen
penawaran dari rekanan dibuat oleh
panitia pengadaan sendiri untuk
mengatur pemenang tender.
6) 10406 Penyimpangan terhadap peraturan per- Penyimpangan-penyimpangan yang Barang belum diadministrasikan, daftar-
UU-an bidang pengelolaan perlengkapan terjadi dalam administrasi pengelolaan daftar belum dibuat, dan penghapusan
atau barang milik BMN seperti masalah penatausahaan, tanpa persetujuan Menteri Keuangan.
negara/daerah/perusahaan penghapusan, dll, dan tidak
menimbulkan kerugian negara/daerah.
7) 10407 Penyimpangan terhadap peraturan Penyimpangan berupa ketidakpatuhan 1) Kegiatan eksploitasi perusahaan
perundang-undangan bidang tertentu dalam pelaksanaan peraturan tambang batu bara di kawasan hutan
lainnya seperti kehutanan, pertambangan, perundang-undangan yang mengatur menyalahi ketentuan
perpajakan, dll. bidang tertentu dan tidak menimbulkan 2) Pengeluaran dana untuk investasi
kerugian negara/daerah pada kegiatan yang tidak sesuai
dengan ketentuan

38
Klasifikasi pada Jenis
No. Kode Klasifikasi Temuan Deskripsi Contoh Temuan Pemeriksaan Keterangan
Keuangan Kinerja PDTT
8) 10408 Koreksi perhitungan susbsidi/kewajiban Koreksi perhitungan subsidi yang tidak
pelayanan umum berdampak pada pengembalian atau
kompensasi subsidi.
9) 10409 Pembentukan cadangan piutang, Metode perhitungan yang digunakan Perhitungan penyisihan piutang usaha
perhitungan penyusutan atau amortisasi dalam pembentukan cadangan piutang, dalam laporan keuangan tidak sesuai
tidak sesuai ketentuan penyusutan atau amortisasi tidak sesuai dengan kepeutusan Menteri Negara
ketentuan. Otonomi Daerah No.8 Tahun 2000.
10) 10410 Penyetoran penerimaan negara/daerah Pada saat pemeriksaan dilaksanakan, Penyetoran PNBP oleh bendaharawan
atau kas di bendaharawan ke Kas penerimaan negara/daerah sudah penerima ke kas negara melewati batas
negara/daerah melebihi batas waktu yang disetor ke kas negara/daerah tetapi akhir tahun anggaran.
ditentukan berdasarkan pemeriksaan atas
dokumen penyetoran menunjukkan
bahwa tanggal penyetoran dilakukan
melewati batas waktu yang ditentukan.
11) 10411 Pertanggungjawaban/penyetoran uang Pada saat pemeriksaan dilaksanakan, Penyetoran kas di bendaharawan
persediaan melebihi batas waktu yang kas di bendaharawan sudah disetor ke pengeluaran ke kas negara melewati
ditentukan kas negara/daerah tetapi berdasarkan batas waktu yang ditetapkan dalam
pemeriksaan atas dokumen penyetoran Surat Edaran Dirjen Perbendaharaan.
menunjukkan bahwa tanggal
penyetoran/pertanggungjawaban
dilakukan melewati batas waktu yang
ditentukan.
12) 10412 Sisa kas di bendahara pengeluaran akhir Sisa kas akhir tahun anggaran yang ada
Tahun Anggaran belum/tidak disetor ke dalam pengurusan bendahara
kas negara/daerah pengeluaran belum disetorkan kas
negara/daerah yang menurut ketentuan
yang berlaku sisa kas tersebut
seharusnya disetorkan ke kas
negara/daerah.
13) 10413 Pengeluaran investasi pemerintah tidak Kegaiatan penyertaan modal atau Tidak ada sertifikat saham atau obligasi
didukung bukti yang sah investasi lainnya tidak dilengkapi atas penempatan dana pemerintah
dengan dokumen yang sah. daerah pada perusahaan daerah.

14) 10414 Kepemilikan aset tidak/belum didukung Aset tetap berupa tanah, bangunan, Tanah belum bersertifikat; mobil tidak
bukti yang sah atau peralatan dan mesin tidak/belum dilengkapi dengan BPKB, dll.
didukung oleh bukti kepemilikan yang
sah yang menunjukkan bahwa aset
tersebut adalah milik
negara/daerah/perusahaan.

39
Klasifikasi pada Jenis
No. Kode Klasifikasi Temuan Deskripsi Contoh Temuan Pemeriksaan Keterangan
Keuangan Kinerja PDTT
15) 10415 Pengalihan anggaran antar MAK tidak Penggunaan anggaran untuk kegiatan Penggunaan anggaran untuk kegiatan Secara substansi
sah lain (dengan MAK berbeda) tanpa pelatihan digunakan untuk perjalanan penggunaan anggaran
melalui mekanisme pengalihan yang dinas tanpa persetujuan dari pihak yang untuk kegiatan dengan
MAK berbeda walaupun
telah ditetapkan dalam peraturan per- berwenang untuk menyetujui
pelaporan dalam LRA
UU-an. pengalihan tersebut. masih menggunakan
MAK yang sama seperti
yang telah ditetapkan
dalam dokumen
anggaran (mengacu
pada prinsip subtance
over form).
16) 10416 Pelampauan pagu anggaran Pencairan anggaran dilakukan melebihi
batas dana yang telah ditetapkan dalam
dokumen anggaran tanpa adanya revisi
anggaran.

f. 105 Indikasi Tindak Pidana Temuan yang mengungkap adanya x x v Khusus pemeriksaan
indikasi tindak pidana, yaitu temuan investigatif
yang mengungkap adanya
perbuatan yang diduga memenuhi
unsur-unsur tindak pidana yang
diatur dalam peraturan perundang-
undangan dan diancam dengan
sanksi pidana dalam peraturan
perundang-undangan.
1) 10501 Indikasi Tindak Pidana Korupsi Pengertian sesuai dengan Undang- Penyalahgunaan wewenang untuk
Undang No. 31 Tahun 1999 jo. UU memperkaya diri sendiri/orang
No. 20 Tahun 2001 tentang lain/organisasi yang merugikan
Pemberantasan Tindak Pidana keuangan Negara.
Korupsi.
2) 10502 Indikasi Tindak Pidana Perbankan Pengertian sesuai dengan UU No 10 Penggelapan dana nasabah untuk
Tahun 1998 Tentang Perbankan. pendanaan proyek pada perusahaan
yang berada pada satu grup.

3) 10503 Indikasi Tindak Pidana Perpajakan Pengertian sesuai dengan UU No. 1) Penggelapan pajak;
28/2007 tentang Ketentuan Umum dan 2) Restitusi pajak dengan
Tata Cara Perpajakan (KUP) dan menggunakan dokumen fiktif.
Peraturan Perundang-undangan yang
mengatur tentang perpajakan.

40
Klasifikasi pada Jenis
No. Kode Klasifikasi Temuan Deskripsi Contoh Temuan Pemeriksaan Keterangan
Keuangan Kinerja PDTT
4) 10504 Indikasi Tindak Pidana Kepabeanan Pengertian sesuai Undang-Undang Penyelundupan barang
Nomor 10 Tahun 1995 tentang
Kepabeanan
5) 10505 Indikasi Tindak Pidana Kehutanan Pengertian sesuai UU No. 41 Tahun Penebangan liar, pengalihan fungsi
1999 Tentang Kehutanan hutan, dsb.
6) 10506 Indikasi Tindak Pidana Pasar Modal Pengertian sesuai UU No 8 Tahun insider trading
1995 Tentang Pasar Modal
7) 10507 Indikasi Tindak Pidana Khusus Lainnya Tindak Pidana Khusus selain yang Tindak pidana pemalsuan dokumen
telah disebutkan di atas

2. 2 Temuan kelemahan sistem Kurang/tidak adanya tindakan dan v x v  Ketidakpatuhan


pengendalian intern kegiatan yang dilakukan oleh terhadap peraturan
pimpinan dan seluruh pegawai mengenai sistem dan
prosedur;
secara terus menerus untuk
 Terkait permasalahan
memberikan keyakinan memadai
pengendalian internal
atas tercapainya tujuan organisasi baik menurut COSO
melalui kegiatan yang efektif dan maupun OKP 6;
efisien, keandalan pelaporan  Merupakan unsur
keuangan, pengamanan aset negara, sebab terjadinya
dan ketaatan terhadap peraturan ketidakpatuhan yang
perundang-undangan diuraikan secara rinci
dalam kondisi temuan
pemeriksaan.

a. 201 Kelemahan sistem pengendalian Kelemahan sistem pengendalian


akuntansi dan pelaporan yang terkait kegiatan pencatatan
akuntansi dan pelaporan keuangan
yang dapat mempengaruhi
keandalan pelaporan keuangan dan
pengamanan atas aset.
1) 20101 Pencatatan tidak/belum dilakukan atau Cukup jelas Terdapat dokumen sumber berupa SPM
tidak akurat yang sudah diterbitkan SP2D-nya
belum dicatat oleh UAKPA
mengakibatkan realisasi belanja kurang
dicatat (understated).

41
Klasifikasi pada Jenis
No. Kode Klasifikasi Temuan Deskripsi Contoh Temuan Pemeriksaan Keterangan
Keuangan Kinerja PDTT
2) 20102 Proses penyusunan laporan tidak sesuai Proses atau tata cara maupun 1) Organisasi penyusunan Laporan
ketentuan organisasi akuntansi dan pelaporan Keuangan Kementerian
yang dilaksanakan oleh entitas yang Negara/Lembaga terutama Sistem
diperiksa tidak mengacu pada Akuntansi Aset Tetap tidak
ketentuan yang berlaku. dilakukan secara berjenjang sesuai
Peraturan Menteri Keuangan tentang
Sistem Penyusunan Laporan
Keuangan pada Kementerian
Negara/Lembaga.
2) Proses input laporan keuangan tidak
menggunakan data yang valid.
3) 20103 Entitas terlambat menyampaikan laporan Cukup jelas Penyampaian LRA dan Neraca
Kementerian Negara/Lembaga ke
Departemen Keuangan melebihi batas
waktu yang ditetapkan yaitu 2 bulan
sejak tahun anggaran berakhir.
4) 20104 Sistem informasi akuntansi dan Sistem informasi dan pelaporan yang Unit Akuntansi Pembantu Pengguna
pelaporan tidak memadai ada pada entitas yang diperiksa tidak Anggaran - Wilayah (UAPPA-W) atau
dapat mendukung terciptanya Unit Akuntansi Kuasa Pengguna
informasi akuntansi dan pelaporan Anggaran (UAKPA) tidak dibentuk
yang akurat, tepat waktu dan dapat
dipercaya
5) 20105 Sistem informasi akuntansi dan Cukup jelas Unit akuntansi tidak memiliki cukup
pelaporan belum didukung SDM yang personil untuk menjalankan sistem
memadai akuntansi dan pelaporan atau personil
yang ada tidak memiliki kompetensi
yang cukup untuk menjalankan sistem
informasi akuntansi dan pelaporan.

b. 202 Kelemahan sistem pengendalian Kelemahan pengendalian terkait


pelaksanaan anggaran pendapatan dengan pemungutan dan penyetoran
dan belanja penerimaan negara/daerah serta
pelaksanaan program/kegiatan pada
entitas yang diperiksa sehingga
dapat mempengaruhi efisiensi dan
efektivitas pelaksanaan kegiatan
serta membuka peluang terjadinya
ketidakpatuhan terhadap peraturan
perundang-undangan.

42
Klasifikasi pada Jenis
No. Kode Klasifikasi Temuan Deskripsi Contoh Temuan Pemeriksaan Keterangan
Keuangan Kinerja PDTT
1) 20201 Perencanaan kegiatan tidak memadai Kegiatan penganggaran tidak sesuai 1) Biaya untuk kegiatan perjalanan
dengan tahapan yang seharusnya; salah dinas untuk mendukung kegitan
penganggaran, dll operasional dianggarkan dalam
kegiatan pelatihan yang sifatnya
tidak rutin.
2) Belanja untuk pembelian peralatan
yang seahrusnya dianggarkan pada
belanja modal dianggarkan pada
belanja barang.
2) 20202 Mekanisme pemungutan, penyetoran dan Cukup jelas Mekanisme penyetoran PNBP
pelaporan serta penggunaan penerimaan berjenjang dalam suatu entitas (tidak
negara/daerah/perusahaan dan hibah langsung disetor ke kas negara) atau
tidak sesuai ketentuan mekanisme pemungutan yang tidak
mengacu pada ketentuan yang telah
ditetapkan.
3) 20203 Penyimpangan terhadap peraturan Cukup jelas Besaran tunjangan pegawai tidak
perundang-undangan bidang teknis mengacu pada ketentuan intern yang
tertentu atau ketentuan intern organisasi telah disahkan oleh pimpinan entitas.
yang diperiksa tentang pendapatan dan
belanja
4) 20204 Pelaksanaan belanja di luar mekanisme Belanja tidak dicatat/diakui sebagai Penggunaan dana cadangan untuk dana
APBN/APBD pengeluaran pemerintah atau adanya talangan yang tidak ada dalam dokumen
penggunaan uang negara (dana anggaran dan tidak dicatat sebagai
cadangan) yang tidak mempunyai realisasi anggaran baik pengeluaran
allotment dalam UU APBN/Perda maupun pengembaliannya.
APBD.

5) 20205 Penetapan/pelaksanaan kebijakan tidak Kebijakan yang dibuat tidak tepat atau Penerapan tarif PSDH atas kayu
tepat atau belum dilakukan berakibat kebijakannya sudah tepat tetapi dalam berdiameter kecil tidak konsisten karena
hilangnya potensi pelaksanaannya tidak tepat sehingga ada jenis kayu bulat kecil yang
penerimaan/pendapatan negara/daerah atau perusahaan dikenakan tarif PSDH lebih kecil dari
negara/daerah kehilangan potensi kelompok kayu sejenis lainnya sehingga
pendapatan yang seharusnya diterima. negara kehilangan potensi penerimaan
sebesar selisih tarif PSDH yang
dikenakan dengan tarif kayu sejenis
lainnya.

43
Klasifikasi pada Jenis
No. Kode Klasifikasi Temuan Deskripsi Contoh Temuan Pemeriksaan Keterangan
Keuangan Kinerja PDTT
6) 20206 Penetapan/pelaksanaan kebijakan tidak Kebijakan yang dibuat tidak tepat atau 1) Perusahaan terlambat membayar
tepat atau belum dilakukan berakibat kebijakannya sudah tepat tetapi dalam kewajiban pada saat tanggal jatuh
peningkatan biaya/belanja pelaksanaannya tidak tepat sehingga tempo sehingga perusahaan harus
negara/daerah atau perusahaan menanggung denda/finalty atas
negara/daerah harus menanggung keterlambatan penyelesaian
biaya yang seharusnya tidak kewajiban tersebut.
dikeluarkan. 2) Penyerapan pinjaman luar negeri
terlambat mengakibatkan Negara
harus menanggung tambahan biaya
berupa commitment fee.
7) 20207 Kelemahan pengelolaan fisik aset Lemahnya manajemen fisik aset 1) Penyimpanan kas, surat berharga
seperti kas, surat berharga atau aset atau aset setara kas lainnya dalam
setara kas lainnya, persediaan dan aset tempat yang tidak didukung
tetap yang mengakibatkan fisik aset pengamanan yang memadai seperti
berpotensi hilang/berkurang atau filling cabinet, lemari kayu, dll.
rusak. 2) Kebocoran air PDAM yang
melebihi batas toleransi yang
diperkenankan akibat pengendalian
saluran pipa air yang tidak
memadai.
3) Mencairnya persediaan balok es
karena suhu gudang yang kurang
dingin.
4) Persediaan rusak karena
pemeliharaan gudang yang tidak
memadai.

c. 203 Kelemahan struktur pengendalian Kelemahan yang terkait dengan


intern ada/tidak adanya struktur
pengendalian intern atau efektivitas
struktur pengendalian intern yang
ada dalam entitas yang diperiksa
sehingga berpengaruh terhadap
efektivitas sistem pengendalian
intern secara keseluruhan.
1) 20301 Entitas tidak memiliki SOP yang formal Entitas belum membuat atau Entitas tidak memiliki prosedur
untuk suatu prosedur atau keseluruhan menetapkan SOP atau SOP yang telah pengajuan surat penugasan pegawai
prosedur ditetapkan tidak mengakomodir suatu yang baku.
prosedur yang penting dalam suatu
sistem.

44
Klasifikasi pada Jenis
No. Kode Klasifikasi Temuan Deskripsi Contoh Temuan Pemeriksaan Keterangan
Keuangan Kinerja PDTT
2) 20302 SOP yang ada pada entitas tidak berjalan Entitas memiliki SOP yang baku Surat penugasan pegawai
secara optimal atau tidak ditaati namun SOP tersebut tidak dapat ditandatangani oleh pejabat yang
berjalan secara efektif atau sama sekali tingkatannya lebih rendah dari tingkat
tidak berjalan atau tidak ditaati. yang ditetapkan dalam SOP.

3) 20303 Entitas tidak memiliki Satuan Pengawas Satuan Pengawas intern belum Entitas yang diperiksa tidak memiliki
Intern dibentuk secara resmi berdasarkan personil auditor internal yang memadai.
Surat Ketetapan Pimpinan Entitas.

4) 20304 Satuan Pengawas Intern yang ada tidak Satuan Pengawas Intern intern yang Auditor internal tidak melakukan
memadai atau tidak berjalan optimal telah dibentuk secara resmi pemeriksaan atas proses penyusunan
berdasarkan Surat Ketetapan Pimpinan laporan keuangan entitas.
Entitas tidak menjalankan fungsi
pengawasan secara optimal.
5) 20305 Tidak ada pemisahan tugas dan fungsi Dalam organisasi yang diperiksa, baik Adanya perangkapan fungsi pada satu
yang memadai pembagian organisasi maupun tugas unit kerja yang seharusnya dipisahkan
dan fungsinya tidak secara memadai seperti fungsi pencatatan dan fungsi
mendukung fungsi pengendalian. penyimpanan.

3. 3 Temuan 3E
a. 301 Ketidakhematan/pemborosan/ Temuan ini mengungkap adanya x v v
ketidakekonomisan penggunaan input dengan harga
atau kualitas/kuantitas yang lebih
tinggi dari standar,
kuantitas/kualitas yang melebihi
kebutuhan, dan harga yang lebih
mahal dibandingkan dengan
pengadaan serupa pada waktu dan
kondisi yang sama.
1) 30101 Pengadaan barang/jasa melebihi Jumlah barang yang dibeli melebihi Terdapat sisa barang hasil pengadaan
kebutuhan kebutuhan yang direncanakan atau yang tidak digunakan dengan jumlah
kebutuhan nyata dengan jumlah yang yang cukup material setelah seluruh
material. rangkaian kegiatan selesai dilaksanakan.
2) 30102 Penetapan kualitas dan kuantitas Kualitas dan kuantitas barang/jasa Pembelian komputer per unit Rp 20 jt,
barang/jasa yang digunakan tidak sesuai tidak sesuai dengan standar yang menurut standar Pemda setempat harga
standar ditetapkan oleh Pemerintah Setempat, komputer untuk spesifikasi yang sama
Instansi yang berwenang atau adalah Rp 15 jt sehingga terjadi
ketentuan intern instansi yang pemborosan sebesar Rp 5 jt per unit.
diperiksa.

45
Klasifikasi pada Jenis
No. Kode Klasifikasi Temuan Deskripsi Contoh Temuan Pemeriksaan Keterangan
Keuangan Kinerja PDTT
3) 30103 Pemborosan keuangan 1) Entitas mendapatkan barang/jasa Pembelian Notebook Satellite U205-
negara/daerah/perusahaan atau lebih mahal dibandingkan rata-rata S5057 dengan harga Rp 25 jt. Hasil
kemahalan harga harga pengadaan untuk suatu survai menunjukkan bahwa pada waktu
kualitas yang telah ditetapkan. yang relevan dengan waktu pembelian
2) Entitas mendapatkan barang ternyata harga notebook untuk
dengan kualitas yang lebih rendah spesifikasi tersebut adalah Rp20 jt
dibandingkan rata-rata kualiatas sehingga terjadi kemahalan harga
barang/jasa hasil pengadaan untuk sebesar Rp5 jt.
suatu harga beli yang sama.
3) Kemahalan yang diakibatkan oleh
penetapan harga dalam HPS terlalu
tinggi dibandingkan dengan harga
wajar barang/jasa yang ada di
pasar. Barang yang dibeli bersifat
umum, banyak penyedia
barang/jasa, tapi berdasarkan data
hasil survai di pasar pada waktu
yang relevan, fakta menunjukkan
bahwa pada umumnya harga pasar
barang/jasa yang bersangkutan jauh
lebih rendah dari harga yang
ditetapkan dalam HPS.

b. 302 Ketidakefisienan Temuan yang berorientasi pada x v v


proses, yaitu rasio antara input dan
output yang lebih tinggi
dibandingkan standar atau rata-rata
rasio untuk kegiatan serupa.

1) 30201 Penggunaan kuantitas input untuk satu Rasio penggunaan kuantitas input 1) Pengaspalan 1 km jalan
satuan output lebih besar/tinggi dari yang untuk satu satuan input lebih membutuhkan 10 drum aspal tetapi
seharusnya besar/tinggi dari standar yang kenyataan dipakai 12 drum aspal.
ditetapkan dalam peraturan per-UU-an 2) Jangka waktu penyelesaian 1 buah
atau menurut standar baku yang dokumen membutuhkan waktu 3
ditetapkan oleh ahli. hari dibandingkan dengan standar
pelayanan yang mengharuskan
penyelesaian dokumen
dilaksanakan dalam 1 hari.

46
Klasifikasi pada Jenis
No. Kode Klasifikasi Temuan Deskripsi Contoh Temuan Pemeriksaan Keterangan
Keuangan Kinerja PDTT
2) 30202 Penggunaan kualitas input untuk satu Rasio penggunaan kualitas input untuk Pelaksanaan konsinyering yang
satuan output lebih tinggi dari seharusnya satu satuan input lebih besar/tinggi dari seharusnya dilaksanakan di pusdiklat
standar yang ditetapkan dalam atau hotel bintang empat, tapi
peraturan per-UU-an atau menurut dilaksankan di hotel bintang lima.
standar baku yang ditetapkan oleh ahli.

c. 303 Ketidakefektifan Temuan ini berorientasi pada x v v


pencapaian hasil (outcome), yaitu
temuan yang mengungkap kegiatan
yang tidak memberikan manfaat
atau hasil yang direncanakan serta
fungsi instansi yang tidak optimal
sehingga tujuan organisasi tidak
tercapai.

1) 30301 Penggunaan anggaran tidak tepat Penggunaan anggaran tidak efektif 1) Pemberian bantuan sosial yang Kegiatan yang dibiayai
sasaran/tidak sesuai peruntukan karena dalam pelaksanaannya sasaran salah sasaran. masih dalam MAK yang
kegiatan tidak tepat seperti yang 2) Bantuan untuk instansi vertikal. sama tetapi
mengakibatkan tujuan
tercantum dalam dokumen anggaran
yang hendak dicapai
atau anggaran digunakan untuk tujuan berdasarkan dokumen
selain yang tercantum dalam dokumen anggaran menjadi tidak
anggaran terwujud.
2) 30302 Pemanfaatan barang/jasa dilakukan tidak Penggunaan anggaran tidak efektif 1) Penggunaan kendaraan dinas oleh
sesuai dengan rencana yang ditetapkan karena barang/jasa yang telah dibeli istri pejabat untuk keperluan
sesuai anggaran yang direncanakan pribadi yang sedianya
digunakan bukan untuk kegiatan yang direncanakan untuk keperluan
semula direncanakan. dinas.
2) Penggunaan alat kesehatan hasil
pengadaan yang sedianya
digunakan untuk mendukung
kegiatan puskesmas keliling tetapi
digunakan untuk keperluan
puskesmas.

47
Klasifikasi pada Jenis
No. Kode Klasifikasi Temuan Deskripsi Contoh Temuan Pemeriksaan Keterangan
Keuangan Kinerja PDTT
3) 30303 Barang yang dibeli belum/tidak dapat Barang/jasa hasil pengadaan Pengadaan buku untuk bantuan
dimanfaatkan belum/tidak dapat dimanfaatkan karena operasional sekolah yang menggunakan
berbagai faktor seperti perencanaan kurikulum yang sudah tidak
yang tidak akurat atau adanya dipergunakan lagi sehingga buku
perubahan lingkungan yang tersebut tidak dapat dimanfaatkan untuk
mengakibatkan barang/jasa kegiatan belajar mengajar.
belum/tidak dapat
disalurkan/dimanfaatkan.
4) 30304 Pemanfaatan barang/jasa tidak Pemanfaatan barang/jasa sesuai dengan Pengadaan jaringan internet pada kantor
berdampak terhadap pencapaian tujuan rencana tetapi tidak mendukung atau UPT Dinas tidak dapat mendukung
organisasi berdampak pada pencapaian tujuan proses perencanaan maupun pelaporan
organisasi. kegiatan organisasi.
5) 30305 Pelaksanaan kegiatan Cukup jelas Pembangunan jembatan atau jalan yang
terlambat/terhambat sehingga terhambat karena proses pembebasan
mempengaruhi pencapaian tujuan tanah yang terlambat atau terhambat
organisasi status tanah yang terlibat sengketa.

6) 30306 Pelayanan kepada masyarakat tidak pelayanan kepada masyarakat tidak Fungsi pelayanan pembuatan surat-surat
optimal dapat dilakukan secara optimal yang tidak didukung dengan teknologi
sehubungan dengan adanya berbagai komputer yang memadai sehingga
kendala yang menghambat proses penyelesaian surat membutuhkan
pelaksanaan pelayanan kepada waktu yang cukup lama.
masyarakat
7) 30307 Fungsi atau tugas instansi yang diperiksa Cukup jelas Dinas Pendapatan tidak melakukan
tidak diselenggarakan dengan baik upaya proaktif untuk melakukan
termasuk target penerimaan tidak penagihan pajak daerah sehingga target
tercapai PAD yang bersumber dari pajak daerah
tidak tercapai.

48
Klasifikasi pada Jenis
No. Kode Klasifikasi Temuan Deskripsi Contoh Temuan Pemeriksaan Keterangan
Keuangan Kinerja PDTT
8) 30308 Penggunaan biaya promosi/pemasaran Penggunaan biaya promosi/pemasaran Dana pemasaran pada BUMN atau dana
tidak efektif tidak berpengaruh terhadap APBN/APBD yang digunakan untuk
peningkatan penjualan atau sosialisasi atau kunjungan kerja untuk
pengumpulan dana pihak ketiga. mempromosikan iklim investasi namun
tidak mendatangkan hasil seperti yang
diharapkan.
Keterangan :
V = klasifikasi temuan disajikan dalam laporan pemeriksaan menurut jenis pemeriksaan yang tercantum dalam judul kolom
X = klasifikasi temuan tidak disajikan dalam laporan pemeriksaan menurut jenis pemeriksaan yang tercantum dalam judul
kolom

KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


WAKIL KETUA, REPUBLIK INDONESIA,

ttd.
ttd.

HERMAN WIDYANANDA HADI POERNOMO

49
LAMPIRAN III.2 : KEPUTUSAN BPK RI
NOMOR : 5/K/I-XIII.2/8 /2010
TANGGAL : 27 Agustus 2010

Kertas Kerja Input Temuan Pemeriksaan

Obrik :
No & Tgl LHP :
Jenis pemeriksaan :
Tahun Anggaran :
AKN/Perwakilan :

kode
Kode
No Judul Temuan Klasifikasi No Rekomendasi Keterangan
Rekomendasi
Temuan

1 2 3 4 5 6 7

1 1
2
dst

2 1
2
dst

3 1
2
dst

dst

Telah divalidasi oleh:


Penanggung Jawab
Pemeriksaan/Kasubaud Kasubaud MIA/Kasubagset Kalan

Nama Nama
NIP NIP

Keterangan :
Kolom 1: diisi dengan No. urut temuan pemeriksaan.
50
Kolom 2: diisi dengan uraian judul temuan sesuai LHP.
Kolom 3: diisi dengan kode klasifikasi temuan sesuai tabel 2 dalam bab III juknis ini.
Kolom 4: diisi dengan no. urut rekomendasi per temuan pemeriksaan.
Kolom 5: diisi dengan uraian rekomendasi sesuai LHP.
Kolom 6: diisi dengan kode rekomendasi sesuai paragrap 33 Bab III juknis ini.

KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


WAKIL KETUA, REPUBLIK INDONESIA,

ttd.
ttd.

HERMAN WIDYANANDA HADI POERNOMO

51
LAMPIRAN III.3 : KEPUTUSAN BPK RI
NOMOR : 5/K/I-XIII.2/8/2010
TANGGAL : 27 Agustus 2010

Pemetaan Rekomendasi Berdasarkan Implikasi Nilai Mata Uang

Berimplikasi nilai Mata


Uang
No. Rekomendasi
Ya Tidak

1. Penyetoran ke Kas Negara/Daerah, Kas BUMN/D, dan Masyararakat √

2. Pengembalian barang kepada Negara, Daerah, BUMN/D, dan masyarakat √

3. Perbaikan fisik barang/jasa dalam proses pembangunan atau penggantian barang/jasa √


oleh rekanan

4. Penghapusan barang milik Negara √

5. Pelaksanaan sanksi administrasi kepegawaian √

6. Perbaikan laporan dan penertiban administrasi/kelengkapan administrasi √

7. Perbaikan sistem dan prosedur akuntansi dan pelaporan √

8. Peningkatan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia pendukung sistem √


pengendalian

9. Perubahan atau perbaikan prosedur, peraturan dan kebijakan √

10. Perubahan atau perbaikan struktur organisasi √

11. Koordinasi antar instansi termasuk juga penyerahan penanganan kasus kepada instansi √
yang berwenang

12. Pelaksanaan penelitian oleh Tim khusus atau audit lanjutan oleh unit pengawas intern √

13. Pelaksanaan sosialisasi √

14. Lain-lain √

WAKIL KETUA, KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA,

ttd. ttd.

HERMAN WIDYANANDA HADI POERNOMO

52
LAMPIRAN III.4 : KEPUTUSAN BPK RI
NOMOR : 5/K/I-XIII.2/8/2010
TANGGAL : 27 Agustus 2010

Alternatif Rekomendasi untuk Tiap-tiap Jenis Temuan Pemeriksaan


Alternatif Rekomendasi
No. Kode Klasifikasi Temuan (No. urut rekomendasi berdasarkan
lampiran III.3 juknis ini)
Temuan Ketidakpatuhan Terhadap Peraturan
1. 1
a. 101 Kerugian negara/daerah atau kerugian
negara/daerah yang terjadi pada perusahaan
milik negara/daerah
1) 10101 Belanja dan/atau pengadaan barang/jasa fiktif 1, 5, 9,11,12
2) 10102 Rekanan pengadaan barang/jasa tidak 1, 3,11,12
menyelesaikan pekerjaan
3) 10103 Kekurangan volume pekerjaan dan/atau barang 1, 3, 5, 9, 11, 12
4) 10104 Kelebihan pembayaran selain kekurangan volume 1, 3, 5, 9, 11, 12
pekerjaan dan/atau barang
5) 10105 Pemahalan Harga (Mark up) 1, 5, 9,11,12
6) 10106 Penggunaan uang/barang untuk kepentingan pribadi 1, 2, 5, 9, 11, 12

7) 10107 Pembayaran honorarium dan/atau biaya perjalanan 1, 5, 9, 11, 12


dinas ganda dan/atau melebihi standar yang
ditetapkan
8) 10108 Spesifikasi barang/jasa yang diterima tidak sesuai 1, 3, 5, 11, 12
dengan kontrak
9) 10109 Belanja tidak sesuai atau melebihi ketentuan 1, 5, 9, 11, 12

10) 10110 Pengembalian pinjaman/piutang atau dana bergulir 1, 5, 9, 11, 12


macet
11) 10111 Kelebihan penetapan dan pembayaran restitusi pajak 1, 5, 9, 11, 12
atau penetapan kompensasi kerugian
12) 10112 Penjualan/pertukaran/penghapusan aset 1, 5, 9, 11, 12
negara/daerah tidak sesuai ketentuan dan merugikan
negara/daerah
13) 10113 Pengenaan ganti kerugian negara belum/tidak 1, 2, 3, 5, 9,11,12
dilaksanakan sesuai ketentuan
14) 10114 Entitas belum/tidak melaksanakan tuntutan 1, 2, 3, 5, 9,11,12
perbendaharaan (TP) sesuai ketentuan
15) 10115 Penghapusan hak tagih tidak sesuai ketentuan 1,5,7,9,11,12

16) 10116 Pelanggaran ketentuan pemberian diskon penjualan 1,5,9,11,12

53
Alternatif Rekomendasi
No. Kode Klasifikasi Temuan (No. urut rekomendasi berdasarkan
lampiran III.3 juknis ini)
17) 10117 Penentuan HPP terlalu rendah sehingga penentuan 1, 5, 9, 11, 12
harga jual lebih rendah dari yang seharusnya

18) 10118 Jaminan pelaksanaan dalam pelaksanaan pekerjaan, 1,5,9,11,12


pemanfaatan barang dan pemberian fasilitas tidak
dapat dicairkan
19) 10119 Penyetoran penerimaan negara/daerah dengan bukti 1,5,9,11,12
fiktif

b. 102 Potensi kerugian negara/daerah atau kerugian


negara/daerah yang terjadi pada perusahaan
milik negara/daerah
1) 10201 Kelebihan pembayaran dalam pengadaan 5, 9, 12
barang/jasa tetapi pembayaran pekerjaan belum
dilakukan sebagian atau seluruhnya
2) 10202 Rekanan belum melaksanakan kewajiban 3, 6, 9, 12
pemeliharaan barang hasil pengadaan yang telah
rusak selama masa pemeliharaan
3) 10203 Aset dikuasai pihak lain 2, 5, 6, 9, 12
4) 10204 Pembelian aset yang berstatus sengketa 5, 6, 9, 12
5) 10205 Aset tidak diketahui keberadaannya 2,5, 6, 9, 12
6) 10206 Pemberian jaminan pelaksanaan dalam pelaksanaan 5, 6, 9, 12
pekerjaan, pemanfaatan barang dan pemberian
fasilitas tidak sesuai ketentuan
7) 10207 Pihak ketiga belum melaksanakan kewajiban untuk 5, 6, 9, 12
menyerahkan aset kepada negara/daerah
8) 10208 Piutang/pinjaman atau dana bergulir yang 5, 9, 12
berpotensi tidak tertagih
9) 10209 Penghapusan piutang tidak sesuai ketentuan 5,7,9,11,12
10) 10210 Pencairan anggaran pada akhir tahun anggaran 1,3,5,9,11,12
untuk pekerjaan yang belum selesai

c. 103 Kekurangan penerimaan negara/daerah atau


perusahaan milik Negara/daerah
1) 10301 Penerimaan negara/daerah atau denda keterlambatan 1, 5, 9, 11, 12
pekerjaan belum/tidak ditetapkan atau
dipungut/diterima/disetor ke kas negara/daerah atau
perusahaan milik negara/daerah
2) 10302 Penggunaan langsung penerimaan negara/daerah 5, 6, 9, 12
3) 10303 Dana perimbangan yang telah ditetapkan belum 1, 5, 6, 9, 12
masuk ke kas daerah
4) 10304 Penerimaan negara/daerah diterima atau digunakan 1, 5, 6, 9,11,12
oleh instansi yang tidak berhak
5) 10305 Pengenaan tarif pajak/PNBP lebih rendah dari 1, 5, 6, 9,12
ketentuan
54
Alternatif Rekomendasi
No. Kode Klasifikasi Temuan (No. urut rekomendasi berdasarkan
lampiran III.3 juknis ini)
6) 10306 Koreksi perhitungan bagi hasil dengan KKKS 1, 5, 6, 9,12
7) 10307 Kelebihan pembayaran subsidi oleh pemerintah 1, 5, 6, 9,12

d. 104 Administrasi
1) 10401 Pertanggungjawaban tidak akuntabel (bukti tidak 5, 6, 9, 12
lengkap/tidak valid)
2) 10402 Pekerjaan dilaksanakan mendahului kontrak 5, 9, 12
3) 10403 Proses pengadaan barang/jasa tidak sesuai ketentuan 5, 6, 9, 13
(tidak menimbulkan kerugian negara)
4) 10404 Pemecahan kontrak untuk menghindari pelelangan 5, 6, 9, 12
5) 10405 Pelaksanaan lelang secara proforma 5, 9, 12
6) 10406 Penyimpangan terhadap peraturan per-UU-an 4, 5, 6, 9, 13
bidang pengelolaan perlengkapan atau Barang Milik
Negara/Daerah/Perusahaan
7) 10407 Penyimpangan terhadap peraturan perundang- 5,9,12
undangan bidang tertentu lainnya seperti kehutanan,
pertambangan, perpajakan, dll.
8) 10408 Koreksi perhitungan susbsidi/kewajiban pelayanan 6,9
umum
9) 10409 Pembentukan cadangan piutang, perhitungan 5,6,9,12
penyusutan atau amortisasi tidak sesuai ketentuan
10) 10410 Penyetoran Penerimaan Negara/Daerah melebihi 5,9
batas waktu yang ditentukan
11) 10411 Pertanggungjawaban/penyetoran uang persediaan 5,9
melebihi batas waktu yang ditentukan
12) 10412 Sisa kas di bendahara pengeluaran akhir Tahun 1, 5, 6, 9, 12
Anggaran belum disetor ke kas negara/daerah
13) 10413 Pengeluaran investasi pemerintah tidak didukung 5,6,9,12
bukti yang sah
14) 10414 Kepemilikan aset tidak/belum didukung bukti yang 5,6,9,12
sah
15) 10415 Pengalihan anggaran antar MAK tidak sah 5, 9
16) 10416 Pelampauan pagu anggaran 5,6,9,12

f. 105 Indikasi Tindak Pidana


1) 10501 Indikasi Tindak Pidana Korupsi 5, 11, 12
2) 10502 Indikasi Tindak Pidana Perbankan 5, 11, 12
3) 10503 Indikasi Tindak Pidana Perpajakan 5, 11, 12
4) 10504 Indikasi Tindak Pidana Kepabeanan 5, 11, 12
5) 10505 Indikasi Tindak Pidana Kehutanan 5, 11, 12
6) 10506 Indikasi Tindak Pidana Pasar Modal 5, 11, 12
7) 10507 Indikasi Tindak Pidana Khusus Lainnya 5, 11, 12

55
Alternatif Rekomendasi
No. Kode Klasifikasi Temuan (No. urut rekomendasi berdasarkan
lampiran III.3 juknis ini)
2. 2 Temuan Kelemahan Sistem Pengendalian Intern
a. 201 Kelemahan Sistem Pengendalian Akuntansi dan
Pelaporan
1) 20101 Pencatatan tidak/belum dilakukan atau tidak akurat 5,6,7
2) 20102 Proses penyusunan laporan tidak sesuai ketentuan 5, 6, 13
3) 20103 Entitas terlambat menyampaikan laporan 5,6
4) 20104 Sistem Informasi Akuntansi dan Pelaporan tidak 7, 13
memadai
5) 20105 Sistem Informasi Akuntansi dan Pelaporan belum 8, 13
didukung SDM yang memadai

b. 202 Kelemahan Sistem Pengendalian Pelaksanaan


Anggaran Pendapatan dan Belanja
1) 20201 Perencanaan kegiatan tidak memadai 5, 9, 13
1) 20202 Mekanisme pemungutan, penyetoran dan pelaporan 5, 9, 13
serta penggunaan Penerimaan
Negara/Daerah/Perusahaan dan Hibah tidak sesuai
ketentuan
3) 20203 Penyimpangan terhadap peraturan perundang- 5, 9, 13
undangan bidang teknis tertentu atau ketentuan
intern organisasi yang diperiksa tentang
pendapatan dan belanja
4) 20204 Pelaksanaan belanja di luar mekanisme APBN 7, 9
5) 20205 Penetapan/pelaksanaan kebijakan tidak tepat atau 5,9,11
belum dilakukan berakibat hilangnya potensi
penerimaan/pendapatan
6) 20206 Penetapan/pelaksanaan kebijakan tidak tepat atau 5,9,11
belum dilakukan berakibat peningkatan
biaya/belanja
7) 20207 Kelemahan pengelolaan fisik aset 5,7,9,12

c. 203 Kelemahan Struktur Pengendalian Intern


1) 20301 Entitas tidak memiliki SOP yang formal untuk suatu 9, 13
prosedur atau keseluruhan prosedur
2) 20302 SOP yang ada pada entitas tidak berjalan secara 5, 13
optimal atau tidak ditaati
3) 20303 Entitas tidak memiliki Satuan Pengawas Intern 9,10
4) 20304 Satuan Pengawas Intern yang ada tidak memadai 5, 10
atau tidak berjalan optimal
5) 20305 Tidak ada pemisahan tugas dan fungsi yang 9,10
memadai

3. 3 Temuan 3E
a. 301 Ketidakhematan/pemborosan
1) 30101 Pengadaan barang/jasa melebihi kebutuhan 5, 9

56
Alternatif Rekomendasi
No. Kode Klasifikasi Temuan (No. urut rekomendasi berdasarkan
lampiran III.3 juknis ini)
2) 30102 Penetapan kualitas dan kuantitas barang/jasa yang 5, 9, 13
digunakan tidak sesuai standar
3) 30103 Pemborosan keuangan negara/daerah/perusahaan 5, 9, 12
atau kemahalan harga

b. 302 Ketidakefisienan
1) 30201 Penggunaan kuantitas input untuk satu satuan output 5, 9, 13
lebih besar/tinggi dari yang seharusnya
2) 30202 Penggunaan kualitas input untuk satu satuan output 5, 9, 13
lebih tinggi dari seharusnya

c. 303 Ketidakefektifan
1) 30301 Penggunaan anggaran tidak tepat sasaran/tidak 5, 9
sesuai peruntukan
2) 30302 Pemanfaatan barang/jasa dilakukan tidak sesuai 5, 9, 12
dengan rencana yang ditetapkan
3) 30303 Barang yang dibeli belum/tidak dapat dimanfaatkan 5, 9, 11
4) 30304 Pemanfaatan barang/jasa tidak berdampak terhadap 5, 9, 11
pencapaian tujuan organisasi
5) 30305 Pelaksanaan kegiatan terlambat/terhambat sehingga 5, 9, 11
mempengaruhi pencapaian tujuan organisasi

6) 30306 Pelayanan kepada masyarakat tidak optimal 5, 8, 9, 11, 13


7) 30307 Fungsi atau tugas instansi yang diperiksa tidak 5, 8, 9, 11, 13
diselenggarakan dengan baik termasuk target
penerimaan tidak tercapai
8) 30308 Penggunaan biaya promosi/pemasaran tidak efektif 5, 9, 11

WAKIL KETUA, KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA,

ttd. ttd.

HERMAN WIDYANANDA HADI POERNOMO

57

Anda mungkin juga menyukai