KELOMPOK 1
MAGISTER AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ANDALAS
2018
BAB I
PEMBAHASAN MATERI
A. Pengantar SPKN
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004, standar pemeriksaan merupakan
patokan untuk melakukan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.
Standar pemeriksaan terdiri dari standar umum, standar pelaksanaan, dan standar pelaporan
pemeriksaan yang wajib dipedomani oleh BPK dan/atau pemeriksa. Dalam melaksanakan
tugas pemeriksaan, BPK telah menyusun standar pemeriksaan pertama kali pada tahun 1995
yang disebut Standar Audit Pemerintahan (SAP). Seiring dengan perubahan konstitusi dan
peraturan perundang-undangan di bidang pemeriksaan, pada Tahun 2007 BPK menyusun
standar pemeriksaan dengan nama Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN).
Setelah hampir sepuluh tahun digunakan sebagai standar pemeriksaan, SPKN 2007 dinilai
tidak sesuai lagi dengan perkembangan standar audit internasional, nasional, maupun tuntutan
kebutuhan saat ini. Oleh karena itu, SPKN 2007 perlu disempurnakan. Perkembangan standar
pemeriksaan internasional saat ini mengarah kepada perubahan dari berbasis pengaturan
detail (rule-based standards) ke pengaturan berbasis prinsip (principle-based standards).
Perkembangan pada tingkat organisasi badan pemeriksa sedunia, INTOSAI telah
menerbitkan International Standards of Supreme Audit Institutions (ISSAI) untuk menjadi
referensi pengembangan standar bagi anggota INTOSAI. Khusus untuk pemeriksaan
keuangan, INTOSAI mengadopsi keseluruhan International Standards on Auditing (ISA)
yang diterbitkan oleh International Federation of Accountants (IFAC). Seiring dengan
perkembangan standar internasional tersebut, Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP)
Tahun 2001 yang diberlakukan dalam SPKN 2007, juga mengalami perubahan dengan
mengadopsi ISA.
Pada awal 2017, saat BPK genap berusia 70 tahun, BPK berhasil menyelesaikan
penyempurnaan SPKN 2007 yang selanjutnya ditetapkan menjadi Peraturan BPK Nomor 1
Tahun 2017. Sejak diundangkannya Peraturan BPK ini, SPKN mengikat BPK maupun pihak
lain yang melakukan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.
Dengan SPKN ini, diharapkan hasil pemeriksaan keuangan negara dapat lebih berkualitas.
Hasil pemeriksaan yang berkualitas akan bermanfaat bagi pengelolaan keuangan negara yang
lebih baik, akuntabel, transparan, ekonomis, efisien, dan efektif. Dengan demikian akan
berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat Indonesia.
Penyusunan SPKN ini telah melalui proses baku pengembangan standar sebagaimana
diamanatkan dalam undang-undang maupun kelaziman proses penyusunan standar dalam
dunia profesi. SPKN ini akan selalu dipantau perkembangannya dan akan dimutakhirkan
sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan yang ada. Keberhasilan suatu standar
pemeriksaan bukanlah pada penyusunannya, tetapi sejauh mana kesuksesan dalam
penerapannya.
B. Standar Pemeriksaan
Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) memuat persyaratan profesional
pemeriksa, mutu pelaksanaan pemeriksaan, dan persyaratan laporan pemeriksaan yang
profesional. Pelaksanaan pemeriksaan yang didasarkan pada Standar Pemeriksaan akan
meningkatkan kredibilitas informasi yang dilaporkan atau diperoleh dari entitas yang
diperiksa melalui pengumpulan dan pengujian bukti secara obyektif. Apabila pemeriksa
melaksanakan pemeriksaan dengan cara ini dan melaporkan hasilnya sesuai dengan Standar
Pemeriksaan maka hasil pemeriksaan tersebut akan dapat mendukung peningkatan mutu
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara serta pengambilan keputusan
Penyelenggara Negara.
Pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara juga merupakan salah satu
unsur penting dalam rangka terciptanya akuntabilitas publik. Tujuan SPKN adalah untuk
menjadi ukuran mutu bagi para pemeriksa dan organisasi pemeriksa dalam melaksanakan
pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. Pemeriksaan
Pengeloaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara dalam rangka mewujudkan akuntabilitas
publik adalah bagian dari reformasi bidang keuangan negara yang dimulai sejak tahun 2003.
Pengertian pengelolaan dan tanggung jawab Keuangan Negara mencakup akuntabilitas yang
harus diterapkan semua entitas oleh pihak yang melakukan pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara. Akuntabilitas diperlukan untuk dapat mengetahui pelaksanaan program
yang dibiayai dengan keuangan negara, tingkat kepatuhannya terhadap ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, serta untuk mengetahui tingkat kehematan, efisiensi, dan
efektivitas dari program tersebut.
SPKN berlaku untuk:
1. Badan Pemeriksaan Keuangan RI
2. Akuntan publik atau pihak lainnya yang melakukan pemeriksaan atas pengelolaan
keuangan negara untuk dan atas nama BPK RI
3. Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP), termasuk Satuan Pengawas Internal
4. BUMN/BUMD sebagai acuan dalam menyusun standar pemeriksaan sesuai dengan
kedudukan, tugas pokok, dan fungsi masing-masing
5. Pihak-pihak lain yang ingin menggunakan SPK
Setiap pemeriksaan dimulai dengan penetapan tujuan dan penentuan jenis pemeriksaan
yang akan dilaksanakan serta standar yang harus diikuti oleh pemeriksa. Jenis pemeriksaan
yang diuraikan dalam SPKN meliputi:
1. Pemeriksaan Keuangan
Pemeriksaan keuangan adalah pemeriksaan atas laporan keuangan. Pemeriksaan
keuangan tersebut bertujuan untuk memberikan keyakinan yang memadai (reasonable
assurance) apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar, dalam semua hal
yang material sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia atau
basis akuntansi komprehensif selain prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
2. Pemeriksaan Kinerja
Pemeriksaan kinerja adalah pemeriksaan atas pengelolaan keuangan negara yang terdiri
atas pemeriksaan aspek ekonomi dan efisiensi serta pemeriksaan aspek efektivitas.
Pemeriksaan yang dilakukan secara objektif dan sistematis untuk menilai kinerja suatu
entitas. Menghasilkan informasi yang dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja
entitas dan digunakan untuk mengambil keputusan bagi pihak yang berwenang. Contoh
tujuan pemeriksaan atas hasil dan efektivitas program serta pemeriksaan atas ekonomi
dan efisiensi adalah penilaian atas:
a. Sejauhmana tujuan peraturan perundang-undangan dan organisasi dapat dicapai
b. Kemungkinan alternatif lain yang dapat meningkatkan kinerja program atau
menghilangkan faktor-faktor yang menghambat efektivitas program
c. Perbandingan antara biaya dan manfaat atau efektivitas biaya suatu program
d. Sejauhmana suatu program mencapai hasil yang diharapkan atau menimbulkan
dampak yang tidak diharapkan
e. Sejauhmana program berduplikasi, bertumpang tindih, atau bertentangan dengan
program lain yang sejenis
f. Sejauhmana entitas yang diperiksa telah mengikuti ketentuan pengadaan yang sehat
g. Validitas dan keandalan ukuran-ukuran hasil dan efektivitas program, atau ekonomi
dan efisiensi
h. Keandalan, validitas, dan relevansi informasi keuangan yang berkaitan dengan
kinerja suatu program.
3. Pemeriksaan dengan Tujuan Tertentu
Bersifat pemeriksaan, penelaahan, dan prosedur yang disepakati untuk menghasilkan
suatu kesimpulan tentang keandalan suatu asersi entitas yang diperiksa. Sasaran
pemeriksaan ini mencakup pemeriksaan atas hal-hal lain di bidang keuangan,
pemeriksaan investigatif, dan pemeriksaan atas sistem pengendalian internal
pemerintah.
Jenis-jenis Opini Audit:
Opini yang diberikan atas asersi manajemen dari klien atau instansi peusahaan yang
diaudit dikelompokkan menjadi wajar tanpa pengecualian, wajar dengan pengecualian, tidak
membeikan pendapat, dan tidak wajar.
Menurut Standar Profesional Akuntan (PSA 29), opini audit terdiri dari lima jenis yaitu:
1. Opini Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion)
Adalah pendapat yang diberikan ketika audit telah dilaksanakan sesuai dengan Standar
Auditing (SPAP), auditor tidak menemukan kesalahan material secara keseluruhan
laporan keuangan atau tidak terdapat penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku
(SAK). Bentuk laporan ini digunakan apabila terdapat keadaan berikut:
a. Bukti audit yang dibutuhkan telah terkumpul secara mencukupi dan auditor telah
menjalankan tugasnya sedemikian rupa, sehingga ia dapaty memastikan kerja
lapangan telah ditaati.
b. Ketiga standar umum telah diikuti sepenuhnya dalam perikatan kerja.
c. Laporan keuangan yang di audit disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang
lazim yang berlaku di Indonesia yang ditetapkan pula secara konsisten pada laporan-
laporan sebelumnya. Demikian pula penjelasan yang mencukupi telah disertakan
pada catatan kaki dan bagian-bagian lain dari laporan keuangan.
d. Tidak terdapat ketidakpastian yang cukup berarti (no material uncertainties)
mengenai perkembangan di masa mendatang yang tidak dapat diperkirakan
sebelumnya atau dipecahkan secara memuaskan.
2. Opini Wajar Tanpa Pengecualian dengan Paragraf Penjelasan (Modified Unqualified
Opinion)
Adalah pendapat yang diberikan ketika suatu keadaan tertentu yang tidak berpengaruh
langsung terhadap pendapat wajar. Keadaan tertentu dapat terjadi apabila:
a. Pendapat auditor sebagian didasarkan atas pendapat auditor independen lain.’
b. Karena belum adanya aturan yang jelas maka laporan keuangan dibuat menyimpang
dari SAK.
c. Laporan dipengaruhi oleh ketidak[pastian peristiwa masa yang akan datang hasilnya
belum dapat diperkirakan pada tanggal laporan audit.
d. Tersapat keraguan yang besar terhadap kemampuan satuan usaha dalam
mempertahankan kelangsungan hidupnya.
e. Diantara dua periode akuntansi terdapat perubahan yang material dalam penerapan
prinsip akuntansi.
f. Data keuangan tertentu yang diharuskan ada oleh BAPEPAM namun tidak disajikan.
3. Opini Wajar Dengan Pengecualian (Qualified Opinion)
Adalah pendapat yang diberikan ketika laporan keuangan dikatan wajar dalam hal yang
material, tetapi terdapat sesuatu penyimpangan/ kurang lengkap pada pos tertentu,
sehingga harus dikecualikan. Dari pengecualian tersebut yang dapat mungkin terjadi,
apabila:
a. Bukti kurang cukup
b. Adanya pembatasan ruang lingkup
c. Terdapat penyimpangan dalam penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum
(SAK).
Menurut SA 508 paragraf 20 (IAI, 2002:508.11), jenis pendapat ini diberikan apabila:
a. Tidak adanya bukti kompeten yang cukup atau adanya pembatasan lingkup audit
yang material tetapi tidak m,empengaruhi laporan keuangan secara keseluruhan.
b. Auditor yakin bahwa laporan keuangan berisi penyimpangan dari prinsip akuntansi
yang berlaku umum yang berdampak material tetapi tidak mempengaruhi laporan
keuangan secara keseluruhan. Penyimpangan tersebut dapat berupa pengungkapan
yang tidak memadai, maupun perubahan dalam prinsip akuntansi.
4. Opini Tidak Wajar (Adverse Opinion)
Adalah pendapat yang diberikan ketika laporan secara keseluruhan ini dapat terjadi
apabila auditor harus memberi tambahan paragraf untuk menjelaskan ketidakwajaran
atas laporan keuangan, disertai dengan dampak dari akibat ketidakwajaran tersebut,
pada laporan auditnya.
5. Opini Tidak Memberikan Pendapat (Disclaimer of opinion)
Adalah pendapat yang diberikan ketika ruang lingkup pemeriksaan yang dibatasi,
sehingga auditor tidak melaksanakan pemeriksaan sesuai dengan standar auditing yang
ditetapkan IAI. Pembuatan laporannya auditor harus memberi penjelasan tentang
pembatasan ruang lingkup oleh klien yang mengakibatkan auditor tidak memberi
pendapat.
Dalam pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara, setiap manajemen entitas yang
berkaitan dengan keuangan negara memiliki tanggung jawab sesuai kedudukan, fungsi, dan
tugasnya. Manajemen entitas yang diperiksa bertanggung jawab untuk:
1. Mengelola keuangan negara secara tertib, ekonomis, efisien, efektif, transparan, dan
bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan, sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
2. Menyusun dan menyelenggarakan pengendalian intern yang efektif guna menjamin:,
a. pencapaian tujuan sebagaimana mestinya
b. keselamatan/keamanan kekayaan yang dikelola
c. kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan
d. perolehan dan pemeliharaan data/informasi yang handal, dan pengungkapan
data/informasi secara wajar.
3. Menyusun dan menyampaikan laporan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
negara secara tepat waktu
4. Menindaklanjuti rekomendasi BPK, serta menciptakan dan memelihara suatu proses
untuk memantau status tindak lanjut atas rekomendasi dimaksud.
Pemeriksa juga memiliki tanggung jawab secara profesi dalam melaksanakan dan
melaporkan hasil pemeriksaan sebagaimana diatur dalam SPKN. Pemeriksa harus memenuhi
beberapa tanggung jawab sebagai berikut:
1. Pemeriksa secara profesional bertanggung jawab merencanakan dan melaksanakan
pemeriksaan untuk memenuhi tujuan pemeriksaan;
2. Pemeriksa harus mengambil keputusan yang konsisten dengan kepentingan publik
dalam melakukan pemeriksaan;
3. Untuk mempertahankan dan memperluas kepercayaan publik, pemeriksa harus
melaksanakan seluruh tanggung jawab profesionalnya dengan derajat integritas yang
tertinggi;
4. Pelayanan dan kepercayaan publik harus lebih diutamakan di atas kepentingan pribadi;
5. Pemeriksa harus obyektif dan bebas dari benturan kepentingan (conflict of interest)
dalam menjalankan tanggung jawab profesionalnya.;
6. Pemeriksa bertanggung jawab untuk menggunakan pertimbangan profesional dalam
menetapkan lingkup dan metodologi, menentukan pengujian dan prosedur yang akan
dilaksanakan, melaksanakan pemeriksaan, dan melaporkan hasilnya;
7. Pemeriksa bertanggung jawab untuk membantu manajemen dan para pengguna laporan
hasil pemeriksaan lainnya untuk memahami tanggung jawab pemeriksa berdasarkan
Standar Pemeriksaan dan cakupan pemeriksaan yang ditentukan berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Organisasi pemeriksa juga memiliki tanggung jawab untuk meyakinkan bahwa:
1. Independensi dan obyektivitas dipertahankan dalam seluruh tahap pemeriksaan;
2. Pertimbangan profesional (professional judgment) digunakan dalam perencanaan dan
pelaksanaan pemeriksaan dan pelaporan hasil pemeriksaan;
3. Pemeriksaan dilakukan oleh personil yang mempunyai kompetensi profesional dan
secara kolektif mempunyai keahlian dan pengetahuan yang memadai, dan
4. Peer-review yang independen dilaksanakan secara periodik dan menghasilkan suatu
pernyataan, apakah sistem pengendalian mutu organisasi pemeriksa tersebut dirancang
dan memberikan keyakinan yang memadai sesuai dengan Standar Pemeriksaan.
Alasan mengapa SPKN 2007 dirubah karena Setelah hampir sepuluh tahun digunakan
sebagai standar pemeriksaan, SPKN 2007 dinilai tidak sesuai lagi dengan perkembangan
standar audit internasional, nasional, maupun tuntutan kebutuhan saat ini. Oleh karena itu,
SPKN 2007 perlu disempurnakan. Perkembangan standar pemeriksaan internasional saat ini
mengarah kepada perubahan dari berbasis pengaturan detail (rule-based standards) ke
pengaturan berbasis prinsip (principle-based standards).
Perkembangan pada tingkat organisasi badan pemeriksa sedunia, INTOSAI telah
menerbitkan International Standards of Supreme Audit Institutions (ISSAI) untuk menjadi
referensi pengembangan standar bagi anggota INTOSAI. Khusus untuk pemeriksaan
keuangan, INTOSAI mengadopsi keseluruhan International Standards on Auditing (ISA)
yang diterbitkan oleh International Federation of Accountants (IFAC). Seiring dengan
perkembangan standar internasional tersebut, Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP)
Tahun 2001 yang diberlakukan dalam SPKN 2007, juga mengalami perubahan dengan
mengadopsi ISA. Pada awal 2017, saat BPK genap berusia 70 tahun, BPK berhasil
menyelesaikan penyempurnaan SPKN 2007 yang selanjutnya ditetapkan menjadi Peraturan
BPK Nomor 1 Tahun 2017. Sejak diundangkannya Peraturan BPK ini, SPKN mengikat BPK
maupun pihak lain yang melakukan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
negara. Dengan SPKN ini, diharapkan hasil pemeriksaan keuangan negara dapat lebih
berkualitas. Hasil pemeriksaan yang berkualitas akan bermanfaat bagi pengelolaan keuangan
negara yang lebih baik, akuntabel, transparan, ekonomis, efisien, dan efektif. Dengan
demikian akan berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat Indonesia.
Badan yang Dewan Standar Profesional Akuntan Badan Standar Pemeriksa Keuangan
Membuat Publik Institut Akuntan Publik Negara (BPK)
Indonesia
Ruang Berlaku bagi seluruh akuntan publik Berlaku bagi pemeriksa BPK ataupun
Lingkup dalam melakukan kegiatan pelayanan kantor akuntan public yang melakukan
jasa di sektor swasta kegiatan pemeriksaan pengelolaan
keuangan Negara
Pengendalian Diatur secara khusus dalam suatu Hanya sedikit disinggung dalam
Mutu kumpulan standar tersendiri standar umum
Independensi Dalam semua hal yang Dalam semua hal yang Pada dasarnya untuk
berhubungan berkaitan dengan pekerjaan sikap mental
dengan perikatan, inde pemeriksaan, organisasi independensi mutlak
pendensi dalam sikap pemeriksa dan pemeriksa, diperlukan oleh auditor
mental harus harus bebas dalam sikap dan hal itu dinyatakan
dipertahankan oleh mental dan penampilan dari dalam masing-masing
auditor. gangguan pribadi, ekstern, pernyataan baik dalam
dan organisasi yang dapat SPKN ataupun PSA.
mempengaruhi Sehingga pernyataan ini
independensinya tidak jauh berbeda dan
tetap berintikan pada
kata independensi
auditor.
Independen sendiri
secara garis besar yang
Kriteria SPAP (IAI) SPKN (BPK) Keterangan
wajib dimiliki auditor
adalah independent in
appearance, in fact, dan
in mind. Hal ini tidak
dijabarkan dalam SPKN
dan lebih memfokuskan
bagaimana gangguan
yang mungkin terjadi
dalam rangka
menggoyang
independensi auditor
International Standard on Auditing (ISA) tidak membagi standar auditing dengan kategori
seperti halnya Standar Pemeriksaan Akuntan Publik (SPAP). Pada ISA, tidak ada Standar
Umum, Standar Pekerjaan Lapangan, dan Standar Pelaporan. Penyajian standar-standar yang
ada di ISA sudah mencerminkan proses pengerjaan auditing.
Pendekatan pekerjaan audit menurut ISA dibagi kedalam enam tahap yaitu :
(1) persetujuan penugasan;
(2) pengumpulan informasi, pemahaman bisnis dan sistem akuntansi klien; serta
penentuan unit yang akan diaudit;
(3) pengembangan strategi audit;
(4) melaksanakan audit;
(5) membentuk opini; dan
(6) membuat laporan audit.
Perbedaan antara SPKN dan ISA dapat dilihat pada tabel berikut.
Kriteria ISA SPKN
Tujuan Untuk menetapkan standar Mengelola keuangan negara secara
memberikan bimbingan pada tanggung tertib, ekonomis, efisien, transparan
jawab auditor dalam membuat laporan dan bertanggung jawab dengan
audit laporan keuangan sehubungan memperhatikan rasa keadilan dan
dengan going concern dalam kepatutan, sesuai dengan ketentuan
pembuatan laporan keuangan, peraturan perundang-undangan yang
termasuk pernyatan manajemen dalam berlaku. Menyusun dan
penilaian entitas kemampuan untuk menyelenggarakan pengendalian
melanjutkan sebagai going concern. intern yang efektif
Badan yang International Auditing and Assurance Badan Standar Pemeriksa Keuangan
Membuat Standards Board (IAASB) Negara (BPK)
BAB II
PEMBAHASAN ARTIKEL
1. Artikel 1
a. Identitas Artikel
Judul : Analisis Perbandingan SPAP, IAS, dan SPKN
Penulis : Maylia Pramono Sari
Tahun : 2010
b. Latar Belakang Artikel
Dalam rangka mewujudkan good governance pada sektor privat telah terdapat pedoman
pengelolaan keuangan yaitu Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dan pedoman auditnya
adalah Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP). Sedangkan terkait dengan pengelolaan
keuangan daerah pada sektor publik, telah diterbitkan PP No. 24/2005 mengenai Sandar
Akuntansi Pemerintahan yang mengatur penyajian laporan keuangan (dengan segala plus
minusnya). Namun sampai saat ini belum ada standar audit yang ditetapkan.
Dari pengalaman sebelumnya dan antisipasi tren perubahan pasca krisis Indonesia serta
memperhatikan perubahan pesat yang terjadi di AICPA Professional Standards sebagai
sumber acuan SPAP, Dewan SPAP selama tahun 1999 melakukan perombakan besar atas
SPAP per 1 Agustus 1994 dan menerbitkannya dalam buku yang diberi judul Standar
Professional Akuntan Publik per 1 Januari 2001.
Pada tahun 2004, melalui Konvensi Nasional Akuntan Indonesia telah diputuskan bahwa
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) akan melakukan adopsi sepenuhnya (full adoption)
International Standard on Auditings (ISA) yang diterbitkan oleh International Federation of
Accountants (IFAC). Dengan dilakukannya adopsi ISA, maka ISA akan menggantikan
Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang sekarang sebagian besar isinya diadopsi
dari AICPA Professional Standards tahun 1998.
Dalam hal pemeriksaan pengelolaan keuangan, sektor publik berhak diaudit oleh auditor
independen dari Kantor Akuntan Publik yang berpedoman pada Standar Profesional Akuntan
Publik (SPAP) dan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang berpedoman pada Standar
Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN).
c. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah melihat perbandingan mengenai standar pemeriksaan
nasional yaitu SPAP dan SPKN serta standar pemeriksaan internasional yaitu ISA untuk
menemukan standar yang lebih tepat dan lebih lengkap untuk pemeriksaan sektor publik.
d. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian komparatif.
Penelitian ini dilakukan dengan cara melakukan analisa perbandingan baik persamaan
ataupun perbedaan dari ketiga standar audit tersebut sehingga dapat diperoleh informasi
mengenai berbagai kelebihan dan kekurangan dari ketiga standar tersebut.
e. Hasil Penelitian
Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) merupakan pedoman bagi pekerja auditor di
Indonesia sebagai hasil pengembangan berkelanjutan yang telah dimulai sejak tahun 1973.
SPAP merupakan kodifikasi berbagai pernyataan standar teknis dan aturan etika yang terdiri
dari:
1. Pernyataan Standar Auditing
Standar auditing merupakan panduan audit atas laporan keuangan historis. Standar
auditing terdiri dari 10 standar dan dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar Auditing
(PSA).
2. Pernyataan Standar Atestasi
Standar atestasi memberikan rerangka untuk fungsi atestasi bagi jasa akuntansi publik
yang mencakup tingkat keyakinan tertinggi yang diberikan dalam jasa audit atas
laporan keuangan historis, pemeriksaan atas laporan keuangan prospektif, serta tipe
perikatan atestasi lain yang memberikan keyakinan yang lebih rendah (review,
pemeriksaan, dan prosedur yang disepakati). Standar atestasi terdiri dari 11 standar dan
dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar Atestasi (PSAT).
3. Pernyataan Standar Jasa Akuntansi dan Review
Standar jasa akuntansi dan review memberikan rerangka untuk fungsi nonatestasi bagi
jasa akuntan publik yang mencakup jasa akuntansi dan review. Standar jasa akuntansi
dan review dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar Jasa Akuntansi dan Review
(PSAR).
4. Pernyataan Standar Jasa Konsultasi
Standar jasa konsultasi memberikan panduan bagi praktisi yang menyediakan jasa
konsultasi bagi kliennya melalui kantor akuntan publik. Dalam jasa konsultasi, para
praktisi menyajikan temuan, kesimpulan, dan rekomendasi.
5. Pernyataan Standar Pengendalian Mutu
Standar pengendalian mutu memberikan panduan bagi kantor akuntan publik di dalam
melaksanakan pengendalian kualitas jasa yang dihasilkan oleh kantornya dengan
mematuhi berbagai standar yang diterbitkan oleh Dewan Standar Profesional Akuntan
Publik dan Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik, Ikatan Akuntan Indonesia.
International Auditing and Assurance Standards Board (IAASB) adalah badan yang
dibentuk oleh International of Accountants (IFAC) sebagai badan pembuat standar auditing
dan assurance. Standar yang diterbitkan oleh IAASB terbagi dalam tiga kategori.
1. Standar audit dan review informasi keuangan historis. Standar ini terjadi dari dua
standar yaitu: International Standard on Auditings (ISAs) dan International Standard
on Review Engagement (ISREs). Selanjutnya untuk membantu penerapan standar
auditing, IAASB mengeluarkan International Auditing Practice Statements (IAPSs).
Untuk penerapan standar review, IAASB juga mengeluarkan pedoman interpretasi dan
bantuan praktisnya yang diberi nama International Review Engagement Practice
Statement (IREPSs).
2. Standar untuk penugasan assurance selain audit atau review laporan keuangan historis.
IAASB mngeluarkan International Standard Assurance Engagements (ISAEs) dan
untuk penerapan lebih praktisnya, IAASB telah menerbitkan International Assurance
Engagement Practice Statements (IAEPS).
3. Standar untuk jasa lainnya. IAASB menerbitkan International Standard on Related
Services (ISRSs). Standar ini harus diterapkan pada penugasan kompilasi, pengolahan
informasi, dan jasa penugasan lain. Untuk penerapannya, IAASB mengeluarkan
pedoman interprestasi dan bantuan praktis yang diberi nama International Related
Service Practice Statements (IRSPSs).
Selain mengeluarkan standar untuk pekerjaan auditor, IAASB juga mengeluarkan standar
untuk memberikan mutu pelayanan yang baik yang dinamakan Standard on Quality Controls
(ISQCSs).
ISA tidak membagi standar auditing dengan kategori seperti halnya SPAP. Pada ISA,
tidak ada Standar Umum, Standar Pekerjaan Lapangan, dan Standar Pelaporan. Penyajian
standar-standar yang ada di ISA sudah mencerminkan proses pengerjaan auditing.
Pendekatan pekerjaan audit menurut ISA dibagi kedalam enam tahap dan dari keenam
tahap tersebut tidak jauh berbeda dengan pengaturan dalam SPAP yang menjadi pedoman
audit bagi KAP di Indonesia. Keenam tahap tersebut yaitu: (1) persetujuan penugasan, (2)
pengumpulan informasi, pemahaman bisnis dan sistem akuntansi klien, serta penetuan unit
yang akan diaudit, (3) pengembangan strategi audit, (4) melaksanakan audit, (5) membentuk
opini, (6) membuat laporan audit.
Dalam hal perbandingan SPAP dengan ISA, kecenderungannya memiliki banyak
persamaan dan hampir tidak ada perbedaan karena SPAP mengadopsi dari ISA. Adapun
persamaan ISA dengan SPKN terkait dengan tanggung jawab manajemen:
9. Tujuan ISA:
Tujuan dari ISA adalah untuk menetapkan standar memberikan bimbingan pada
tanggung jawab auditor dalam membuat laporan audit laporan keuangan sehubungan
dengan going concern dalam pembuatan laporan keuangan, termasuk pernyataan
manajemen dalam penilaian entitas kemampuan untuk melanjutkan sebagai going
concern.
Tujuan SPKN:
Tujuan dari SPKN adalah mengelola keuangan negara ecara tertib, ekonomis, efisien,
transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan
kepatuhan, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
10. Tanggung jawab auditor menurut ISA:
Auditor mempertimbangkan kejadian dan kondisi yang berkaitan dengan going concern
yang berkaitan dengan asumsi saat melakukan prosedur penilaian resiko, karena ini
mungkin lebih tepat waktu disesuaikan dengan manajemen.
Tanggung jawab auditor menurut SPKN:
Pemeriksa bertanggung jawab untuk membantu manajemen dan para pengguna laporan
hasil lainnya untuk memahami tanggung jawab pemeriksa terhadap standar pemeriksa.
Berdasarkan Badan yang membuatnya perbedaan ISA dengan SPKN, SPKN dikeluarkan
oleh BPK, sedangkan IAASB merupakan badan yang dibentuk oleh International Federation
of Accountants (IFAC) sebagai badan pembuat standar auditing dan assurance.
Persamaan SPAP dengan SPKN, keduanya mengenai standar umum, standar pekerjaan
lapangan dan standar pelaporan, sama-sama mengenal audit berdasarkan prosedur yang
disepakati.
Perbedaan dari SPAP dan SPKN mengenai tanggung jawab pemeriksa keuangan menurut
SPKN adalah menjunjung tinggi kepentingan publik sedangkan SPAP hanya pada kecukupan
bukti untuk pernyataan opini dan tanggung jawab profesi. Pada intinya SPKN hanya
mengatur hal-hal yang belum diatur SPAP, SPKN lebih luas, SPKN lebih kompleks daripada
SPAP.
Perbedaan SPKN dengan SPAP adalah terletak pada karakter pemeriksaan BPK. Karakter
tersebut adalah keharusan pemeriksa BPK untuk merancang prosedur pemeriksaan terhadap
kepatuhan yang terkait dengan pemeriksaan yag dilakukan dan waspada atas penyimpangan
lainnya. Pengujian terhadap kepatuhan atas peraturan perundang-undangan merupakan nilai
tambah pemeriksaan yang dilakukan BPK RI selama ini. Hal inilah yang membedakan
pemeriksaan BPK dengan pemeriksaan KAP.
f. Kesimpulan
Dalam rangka mewujudkan good governance terkait dengan pengelolaan keuangan
daerah, telah diterbitkan PP No. 24/2005 mengenai Standar Akuntansi Pemerintahan yang
mengatur penyajian laporan keuangan (dengan segala plus minusnya). Namun sampai saat ini
belum ada standar audit yang ditetapkan. Ketiadaan standar audit ini menimbulkan gap antara
auditor (BPK) dengan auditee (pemda). Gap dimaksud berupa persepsi auditee bahwa auditor
melakukan audit dengan hak prerogatif berupa UUD 1945 dan UU 15/2004.
Dalam hal ini dapat kita lihat bahwa sektor publik dalam pengelolaan keuangannya
menggunakan dualisme standar yaitu SAP dan SAK. Untuk pengelolaan sektor publik terkait
dengan kekayaan negara yang tidak dipisahkan menggunakan SAP, sedangkan kekayaan
negara yang dipisahkan yaitu yang dikelola BUMN/BUMD/pihak lain menggunakan SAK.
Namun dalam hal ini SPKN tetap digunakan untuk semua komponen keuangan negara baik
pemeriksaan atas pengelolaan kekayaan oleh pemerintah maupun BUMN/BUMD.
Perbedaan SPKN dengan SPAP adalah terletak pada karakter pemeriksaan BPK. Karakter
tersebut adalah keharusan pemeriksa BPK untuk merancang prosedur pemeriksaan terhadap
kepatuhan yang terkait dengan pemeriksaan yang dilakukan dan waspada atas penyimpangan
lainnya. Pengujian terhadap kepatuhan atas peraturan perundang-undangan merupakan nilai
tambah pemeriksaan yang dilakukan BPK RI selama ini. Hal inilah yang membedakan
pemeriksaan BPK dengan pemeriksaan KAP. Oleh karenanya, tidak salah kalau kita sebut
pemeriksaan BPK RI adalah pemeriksaan plus atau pemeriksaan bernilai tambah atau dengan
kata lain SPKN merupakan SPAP plus.
BAB III
PERTANYAAN DAN JAWABAN
LAMPIRAN III
PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2017
STANDAR PEMERIKSAAN KEUANGAN NEGARA
PERNYATAAN STANDAR PEMERIKSAAN200
Supervisi adalah kegiatan yang mencakup pemberian arahan dan panduan kepada
Pemeriksa selama pemeriksaan untuk memastikan pencapaian tujuan pemeriksaan dan
pemenuhan standar pemeriksaan dengan tetap menerima informasi mutakhir tentang
masalah signifikan yang dihadapi, melaksanakan review atas pekerjaan yang dilakukan,
dan memberikan pelatihan (training) dan bimbingan (mentoring)yang efektif dalam rangka
pelaksanaan pengendalian mutu
Sifat dan luas supervisi, serta reviewatas hasil pekerjaan Pemeriksa dapat bervariasi
bergantung pada sejumlah faktor, seperti jumlah personel dalam tim Pemeriksa,
pentingnya pekerjaan pemeriksaan, dan pengalaman Pemeriksa.