Anda di halaman 1dari 41

MAKALAH

AUDIT KEUANGAN NEGARA LANJUTAN

PENGANTAR STANDAR PEMERIKSAAN KEUANGAN NEGARA (SPKN)


DAN PERBANDINGANNYA DENGAN SPAP/ISA SERTA ARTIKEL TERKAIT

KELOMPOK 1

VINNA NOVITA SARI 1720532013


PUTRI INTAN PERMATA SARI 1720532033

MAGISTER AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ANDALAS
2018
BAB I
PEMBAHASAN MATERI

A. Pengantar SPKN
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004, standar pemeriksaan merupakan
patokan untuk melakukan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.
Standar pemeriksaan terdiri dari standar umum, standar pelaksanaan, dan standar pelaporan
pemeriksaan yang wajib dipedomani oleh BPK dan/atau pemeriksa. Dalam melaksanakan
tugas pemeriksaan, BPK telah menyusun standar pemeriksaan pertama kali pada tahun 1995
yang disebut Standar Audit Pemerintahan (SAP). Seiring dengan perubahan konstitusi dan
peraturan perundang-undangan di bidang pemeriksaan, pada Tahun 2007 BPK menyusun
standar pemeriksaan dengan nama Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN).
Setelah hampir sepuluh tahun digunakan sebagai standar pemeriksaan, SPKN 2007 dinilai
tidak sesuai lagi dengan perkembangan standar audit internasional, nasional, maupun tuntutan
kebutuhan saat ini. Oleh karena itu, SPKN 2007 perlu disempurnakan. Perkembangan standar
pemeriksaan internasional saat ini mengarah kepada perubahan dari berbasis pengaturan
detail (rule-based standards) ke pengaturan berbasis prinsip (principle-based standards).
Perkembangan pada tingkat organisasi badan pemeriksa sedunia, INTOSAI telah
menerbitkan International Standards of Supreme Audit Institutions (ISSAI) untuk menjadi
referensi pengembangan standar bagi anggota INTOSAI. Khusus untuk pemeriksaan
keuangan, INTOSAI mengadopsi keseluruhan International Standards on Auditing (ISA)
yang diterbitkan oleh International Federation of Accountants (IFAC). Seiring dengan
perkembangan standar internasional tersebut, Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP)
Tahun 2001 yang diberlakukan dalam SPKN 2007, juga mengalami perubahan dengan
mengadopsi ISA.
Pada awal 2017, saat BPK genap berusia 70 tahun, BPK berhasil menyelesaikan
penyempurnaan SPKN 2007 yang selanjutnya ditetapkan menjadi Peraturan BPK Nomor 1
Tahun 2017. Sejak diundangkannya Peraturan BPK ini, SPKN mengikat BPK maupun pihak
lain yang melakukan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.
Dengan SPKN ini, diharapkan hasil pemeriksaan keuangan negara dapat lebih berkualitas.
Hasil pemeriksaan yang berkualitas akan bermanfaat bagi pengelolaan keuangan negara yang
lebih baik, akuntabel, transparan, ekonomis, efisien, dan efektif. Dengan demikian akan
berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat Indonesia.
Penyusunan SPKN ini telah melalui proses baku pengembangan standar sebagaimana
diamanatkan dalam undang-undang maupun kelaziman proses penyusunan standar dalam
dunia profesi. SPKN ini akan selalu dipantau perkembangannya dan akan dimutakhirkan
sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan yang ada. Keberhasilan suatu standar
pemeriksaan bukanlah pada penyusunannya, tetapi sejauh mana kesuksesan dalam
penerapannya.

B. Standar Pemeriksaan
Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) memuat persyaratan profesional
pemeriksa, mutu pelaksanaan pemeriksaan, dan persyaratan laporan pemeriksaan yang
profesional. Pelaksanaan pemeriksaan yang didasarkan pada Standar Pemeriksaan akan
meningkatkan kredibilitas informasi yang dilaporkan atau diperoleh dari entitas yang
diperiksa melalui pengumpulan dan pengujian bukti secara obyektif. Apabila pemeriksa
melaksanakan pemeriksaan dengan cara ini dan melaporkan hasilnya sesuai dengan Standar
Pemeriksaan maka hasil pemeriksaan tersebut akan dapat mendukung peningkatan mutu
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara serta pengambilan keputusan
Penyelenggara Negara.
Pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara juga merupakan salah satu
unsur penting dalam rangka terciptanya akuntabilitas publik. Tujuan SPKN adalah untuk
menjadi ukuran mutu bagi para pemeriksa dan organisasi pemeriksa dalam melaksanakan
pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. Pemeriksaan
Pengeloaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara dalam rangka mewujudkan akuntabilitas
publik adalah bagian dari reformasi bidang keuangan negara yang dimulai sejak tahun 2003.
Pengertian pengelolaan dan tanggung jawab Keuangan Negara mencakup akuntabilitas yang
harus diterapkan semua entitas oleh pihak yang melakukan pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara. Akuntabilitas diperlukan untuk dapat mengetahui pelaksanaan program
yang dibiayai dengan keuangan negara, tingkat kepatuhannya terhadap ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, serta untuk mengetahui tingkat kehematan, efisiensi, dan
efektivitas dari program tersebut.
SPKN berlaku untuk:
1. Badan Pemeriksaan Keuangan RI
2. Akuntan publik atau pihak lainnya yang melakukan pemeriksaan atas pengelolaan
keuangan negara untuk dan atas nama BPK RI
3. Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP), termasuk Satuan Pengawas Internal
4. BUMN/BUMD sebagai acuan dalam menyusun standar pemeriksaan sesuai dengan
kedudukan, tugas pokok, dan fungsi masing-masing
5. Pihak-pihak lain yang ingin menggunakan SPK
Setiap pemeriksaan dimulai dengan penetapan tujuan dan penentuan jenis pemeriksaan
yang akan dilaksanakan serta standar yang harus diikuti oleh pemeriksa. Jenis pemeriksaan
yang diuraikan dalam SPKN meliputi:
1. Pemeriksaan Keuangan
Pemeriksaan keuangan adalah pemeriksaan atas laporan keuangan. Pemeriksaan
keuangan tersebut bertujuan untuk memberikan keyakinan yang memadai (reasonable
assurance) apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar, dalam semua hal
yang material sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia atau
basis akuntansi komprehensif selain prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
2. Pemeriksaan Kinerja
Pemeriksaan kinerja adalah pemeriksaan atas pengelolaan keuangan negara yang terdiri
atas pemeriksaan aspek ekonomi dan efisiensi serta pemeriksaan aspek efektivitas.
Pemeriksaan yang dilakukan secara objektif dan sistematis untuk menilai kinerja suatu
entitas. Menghasilkan informasi yang dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja
entitas dan digunakan untuk mengambil keputusan bagi pihak yang berwenang. Contoh
tujuan pemeriksaan atas hasil dan efektivitas program serta pemeriksaan atas ekonomi
dan efisiensi adalah penilaian atas:
a. Sejauhmana tujuan peraturan perundang-undangan dan organisasi dapat dicapai
b. Kemungkinan alternatif lain yang dapat meningkatkan kinerja program atau
menghilangkan faktor-faktor yang menghambat efektivitas program
c. Perbandingan antara biaya dan manfaat atau efektivitas biaya suatu program
d. Sejauhmana suatu program mencapai hasil yang diharapkan atau menimbulkan
dampak yang tidak diharapkan
e. Sejauhmana program berduplikasi, bertumpang tindih, atau bertentangan dengan
program lain yang sejenis
f. Sejauhmana entitas yang diperiksa telah mengikuti ketentuan pengadaan yang sehat
g. Validitas dan keandalan ukuran-ukuran hasil dan efektivitas program, atau ekonomi
dan efisiensi
h. Keandalan, validitas, dan relevansi informasi keuangan yang berkaitan dengan
kinerja suatu program.
3. Pemeriksaan dengan Tujuan Tertentu
Bersifat pemeriksaan, penelaahan, dan prosedur yang disepakati untuk menghasilkan
suatu kesimpulan tentang keandalan suatu asersi entitas yang diperiksa. Sasaran
pemeriksaan ini mencakup pemeriksaan atas hal-hal lain di bidang keuangan,
pemeriksaan investigatif, dan pemeriksaan atas sistem pengendalian internal
pemerintah.
Jenis-jenis Opini Audit:
Opini yang diberikan atas asersi manajemen dari klien atau instansi peusahaan yang
diaudit dikelompokkan menjadi wajar tanpa pengecualian, wajar dengan pengecualian, tidak
membeikan pendapat, dan tidak wajar.
Menurut Standar Profesional Akuntan (PSA 29), opini audit terdiri dari lima jenis yaitu:
1. Opini Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion)
Adalah pendapat yang diberikan ketika audit telah dilaksanakan sesuai dengan Standar
Auditing (SPAP), auditor tidak menemukan kesalahan material secara keseluruhan
laporan keuangan atau tidak terdapat penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku
(SAK). Bentuk laporan ini digunakan apabila terdapat keadaan berikut:
a. Bukti audit yang dibutuhkan telah terkumpul secara mencukupi dan auditor telah
menjalankan tugasnya sedemikian rupa, sehingga ia dapaty memastikan kerja
lapangan telah ditaati.
b. Ketiga standar umum telah diikuti sepenuhnya dalam perikatan kerja.
c. Laporan keuangan yang di audit disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang
lazim yang berlaku di Indonesia yang ditetapkan pula secara konsisten pada laporan-
laporan sebelumnya. Demikian pula penjelasan yang mencukupi telah disertakan
pada catatan kaki dan bagian-bagian lain dari laporan keuangan.
d. Tidak terdapat ketidakpastian yang cukup berarti (no material uncertainties)
mengenai perkembangan di masa mendatang yang tidak dapat diperkirakan
sebelumnya atau dipecahkan secara memuaskan.
2. Opini Wajar Tanpa Pengecualian dengan Paragraf Penjelasan (Modified Unqualified
Opinion)
Adalah pendapat yang diberikan ketika suatu keadaan tertentu yang tidak berpengaruh
langsung terhadap pendapat wajar. Keadaan tertentu dapat terjadi apabila:
a. Pendapat auditor sebagian didasarkan atas pendapat auditor independen lain.’
b. Karena belum adanya aturan yang jelas maka laporan keuangan dibuat menyimpang
dari SAK.
c. Laporan dipengaruhi oleh ketidak[pastian peristiwa masa yang akan datang hasilnya
belum dapat diperkirakan pada tanggal laporan audit.
d. Tersapat keraguan yang besar terhadap kemampuan satuan usaha dalam
mempertahankan kelangsungan hidupnya.
e. Diantara dua periode akuntansi terdapat perubahan yang material dalam penerapan
prinsip akuntansi.
f. Data keuangan tertentu yang diharuskan ada oleh BAPEPAM namun tidak disajikan.
3. Opini Wajar Dengan Pengecualian (Qualified Opinion)
Adalah pendapat yang diberikan ketika laporan keuangan dikatan wajar dalam hal yang
material, tetapi terdapat sesuatu penyimpangan/ kurang lengkap pada pos tertentu,
sehingga harus dikecualikan. Dari pengecualian tersebut yang dapat mungkin terjadi,
apabila:
a. Bukti kurang cukup
b. Adanya pembatasan ruang lingkup
c. Terdapat penyimpangan dalam penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum
(SAK).
Menurut SA 508 paragraf 20 (IAI, 2002:508.11), jenis pendapat ini diberikan apabila:
a. Tidak adanya bukti kompeten yang cukup atau adanya pembatasan lingkup audit
yang material tetapi tidak m,empengaruhi laporan keuangan secara keseluruhan.
b. Auditor yakin bahwa laporan keuangan berisi penyimpangan dari prinsip akuntansi
yang berlaku umum yang berdampak material tetapi tidak mempengaruhi laporan
keuangan secara keseluruhan. Penyimpangan tersebut dapat berupa pengungkapan
yang tidak memadai, maupun perubahan dalam prinsip akuntansi.
4. Opini Tidak Wajar (Adverse Opinion)
Adalah pendapat yang diberikan ketika laporan secara keseluruhan ini dapat terjadi
apabila auditor harus memberi tambahan paragraf untuk menjelaskan ketidakwajaran
atas laporan keuangan, disertai dengan dampak dari akibat ketidakwajaran tersebut,
pada laporan auditnya.
5. Opini Tidak Memberikan Pendapat (Disclaimer of opinion)
Adalah pendapat yang diberikan ketika ruang lingkup pemeriksaan yang dibatasi,
sehingga auditor tidak melaksanakan pemeriksaan sesuai dengan standar auditing yang
ditetapkan IAI. Pembuatan laporannya auditor harus memberi penjelasan tentang
pembatasan ruang lingkup oleh klien yang mengakibatkan auditor tidak memberi
pendapat.
Dalam pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara, setiap manajemen entitas yang
berkaitan dengan keuangan negara memiliki tanggung jawab sesuai kedudukan, fungsi, dan
tugasnya. Manajemen entitas yang diperiksa bertanggung jawab untuk:
1. Mengelola keuangan negara secara tertib, ekonomis, efisien, efektif, transparan, dan
bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan, sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
2. Menyusun dan menyelenggarakan pengendalian intern yang efektif guna menjamin:,
a. pencapaian tujuan sebagaimana mestinya
b. keselamatan/keamanan kekayaan yang dikelola
c. kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan
d. perolehan dan pemeliharaan data/informasi yang handal, dan pengungkapan
data/informasi secara wajar.
3. Menyusun dan menyampaikan laporan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
negara secara tepat waktu
4. Menindaklanjuti rekomendasi BPK, serta menciptakan dan memelihara suatu proses
untuk memantau status tindak lanjut atas rekomendasi dimaksud.
Pemeriksa juga memiliki tanggung jawab secara profesi dalam melaksanakan dan
melaporkan hasil pemeriksaan sebagaimana diatur dalam SPKN. Pemeriksa harus memenuhi
beberapa tanggung jawab sebagai berikut:
1. Pemeriksa secara profesional bertanggung jawab merencanakan dan melaksanakan
pemeriksaan untuk memenuhi tujuan pemeriksaan;
2. Pemeriksa harus mengambil keputusan yang konsisten dengan kepentingan publik
dalam melakukan pemeriksaan;
3. Untuk mempertahankan dan memperluas kepercayaan publik, pemeriksa harus
melaksanakan seluruh tanggung jawab profesionalnya dengan derajat integritas yang
tertinggi;
4. Pelayanan dan kepercayaan publik harus lebih diutamakan di atas kepentingan pribadi;
5. Pemeriksa harus obyektif dan bebas dari benturan kepentingan (conflict of interest)
dalam menjalankan tanggung jawab profesionalnya.;
6. Pemeriksa bertanggung jawab untuk menggunakan pertimbangan profesional dalam
menetapkan lingkup dan metodologi, menentukan pengujian dan prosedur yang akan
dilaksanakan, melaksanakan pemeriksaan, dan melaporkan hasilnya;
7. Pemeriksa bertanggung jawab untuk membantu manajemen dan para pengguna laporan
hasil pemeriksaan lainnya untuk memahami tanggung jawab pemeriksa berdasarkan
Standar Pemeriksaan dan cakupan pemeriksaan yang ditentukan berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Organisasi pemeriksa juga memiliki tanggung jawab untuk meyakinkan bahwa:
1. Independensi dan obyektivitas dipertahankan dalam seluruh tahap pemeriksaan;
2. Pertimbangan profesional (professional judgment) digunakan dalam perencanaan dan
pelaksanaan pemeriksaan dan pelaporan hasil pemeriksaan;
3. Pemeriksaan dilakukan oleh personil yang mempunyai kompetensi profesional dan
secara kolektif mempunyai keahlian dan pengetahuan yang memadai, dan
4. Peer-review yang independen dilaksanakan secara periodik dan menghasilkan suatu
pernyataan, apakah sistem pengendalian mutu organisasi pemeriksa tersebut dirancang
dan memberikan keyakinan yang memadai sesuai dengan Standar Pemeriksaan.

C. Alasan Terjadinya Perubahan SPKN 2007


Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) yang diterbitkan oleh BPK-RI tahun 2007
disusun dengan merujuk pada Generally Accepted Government Auditing Standards
(GAGAS) yang diterbitkan oleh United States – General Accounting Office (US-GAO). Hal
ini tidak menyalahi peraturan perundangan karena undang-undang tidak menyebut secara
spesifik standar pemeriksaan mana yang bisa dipertimbangkan dalam penyusunan SPKN.
Namun demikian dalam perubahan atau revisi SPKN mendatang, BPK-RI sebaiknya
menggunakan standar profesi yang diterbitkan oleh INTOSAI. Usulan ini didasarkan pada
alasan-alasan berikut ini:
1. BPK-RI adalah anggota INTOSAI. Sebagai anggota, seharusnya BPK-RI tunduk pada
aturan yang dibuat oleh organisasi yang diikutinya.
2. Standar profesi yang diterbitkan oleh INTOSAI juga bisa dikatakan sebagai standar
pemeriksaan internasional yang sesuai dengan undang-undang.
3. Standar profesi yang diterbitkan oleh INTOSAI saat ini sudah komprehensif dan
terstruktur sedemikian rupa sehingga kalau diperlukan revisi tidak harus merevisi
seluruh standar, tetapi cukup bagian dari standar saja yang direvisi.
International Standards of Supreme Audit Institutions (ISSAI) merupakan standar profesi
bagi auditor/pemeriksa pemerintahan yang ditetapkan oleh INTOSAI. Standar tersebut
merupakan pengembangan dari standar sebelumnya yang diterbitkan oleh INTOSAI. Standar
audit ini pertama kali diterbitkan pada tahun 1977 dan terus mengalami perubahan-
perubahan.
Dalam pengembangan suatu standar, INTOSAI telah menetapkan langkah-langkah yang
perlu ditempuh secara cermat (due process) dengan tujuan untuk menjaga integritas dan
ketelitian ISSAI sehingga meningkatkan keyakinan bagi para pemangku kepentingan.
ISSAI terdiri dari 4 (empat) level yaitu Founding Principles, Prerequisites for the
Functioning of Supreme Audit Institutions, Fundamental Auditing Principles, dan General
Auditing Guidelines. Level-level tersebut menunjukkan hirarki dari standar itu sendiri,
dimana level 1 merupakan basis bagi pengembangan standar-standar pada level-level
berikutnya. Level 2 berisi prasyarat-prasyarat agar berfungsinya institusi SAI. Sedangkan
level 3 dan level 4 merupakan inti dari standar audit sektor publik itu sendiri yang dapat
digunakan untuk pelaksanaan audit pemerintahan maupun pengembangan lebih lanjut
petunjuk teknis audit pemerintahan. Jenis-jenis audit pemerintahan yang diatur dalam level 3
dan level 4 meliputi audit keuangan (financial audit), audit kinerja (performance audit), dan
audit ketaatan (compliance audit). Selain itu, level 4 juga menyajikan pedoman bagi berbagai
hal-hal khusus maupun isu-isu penting lainnya.
Sesuai dengan Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan
dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, BPK-RI mendapat mandate untuk melaksanakan
pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan Negara. Pemeriksaan tersebut
meliputi pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja, dan pemeriksaan dengan tujuan
tertentu (PDTT). Pemeriksaan yang dilakukan oleh BPK-RI tersebut harus dilaksanakan
berdasarkan standar pemeriksaan yang ditetapkan oleh BPK-RI. Proses penyiapan standar
dimaksud mencakup langkah-langkah yang perlu ditempuh secara cermat (due process) dan
mempertimbangkan standar pemeriksaan internasional.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, disarankan agar BPK-RI menggunakan ISSAI yang
diterbitkan oleh INTOSAI sebagai acuan dalam melakukan perubahan atau revisi atas SPKN
yang saat ini sudah berusia lebih dari 7 (tujuh) tahun. Standar yang diterbitkan oleh INTOSAI
telah melalui langkah-langkah yang perlu ditempuh secara cermat (due process) dan isi
standar INTOSAI telah komprehensif dan mencakup jenis pemeriksaan yang diamanatkan
dalam undang-undang, kecuali untuk pemeriksaan dengan tujuan tertentu yang perlu
dikembangkan dari acuan pada ISSAI tersebut.

D. Perbedaan SPKN 2007 dengan SPKN 2017


Baik SPKN 2007 maupun 2017 diawali dengan kata sambutan dan daftar isi pada
awalnya, kemudian diikuti dengan PeraturaBadan Pemeriksa Keuangan tentang standar
pemeriksan keuangan negara yang mengikatnya. Peraturan untuk SPKN 2007 adalah
Peraturan BPK RI Nomor 01 Tahun 2007 dan Peraturan BPK RI Nomor 1 tahun 2017 untuk
SPKN 2017.
SPKN 2007 memiliki delapan lampiran, sedangkan SPKN 2017 hanya terdapat empat
lampiran. Rincian detail lampiran SPKN 2007 adalah sebagai berikut:
1. Lampiran I : Pendahuluan Standar Pemeriksaan
2. Lampiran II : Pernyataan Standar Pemeriksaan 01 (Standar Umum)
3. Lampiran III : Pernyataan Standar Pemeriksaan 02 (Standar Pelaksanaan Pemeriksaan
Keuangan)
4. Lampiran IV : Pernyataan Standar Pemeriksaan 03 (Standar Pelaporan Pemeriksaan
Keuangan)
5. Lampiran V : Pernyataan Standar Pemeriksaan 04 (Standar Pelaksanaan Pemeriksaan
Kinerja)
6. Lampiran VI : Pernyataan Standar Pemeriksaan 05 (Standar Pelaporan Pemeriksaan
Kinerja)
7. Lampiran VII : Pernyataan Standar Pemeriksaan 06 (Standar Pelaksanaan Pemeriksaan
Dengan Tujuan Tertentu)
8. Lampiran VIII : Pernyataan Standar Pemeriksaan 07 (Standar Pelaporan Pemeriksaan
Dengan Tujuan Tertentu)
Untuk SPKN 2017, memiliki lampiran seperti:
1. Lampiran I : Kerangka Konseptual Pemeriksaan
2. Lampiran II : PSP 100 - Standar Umum
3. Lampiran III : PSP 200 - Standar Pelaksanaan Pemeriksaan
4. Lampiran IV : PSP 300 – Standar Pelaporan Pemeriksaan
SPKN 2017 melakukan simplikasi terhadap lampiran-lampirannya, yang sebelumnya pada
SPKN 2007 terjadi pemisahan dengan tujuan tertentu, SPKN 2017 tidak melakukan
pemisahan secara langsung terkait hal tersebut. SPKN 2007 memiliki 46 standar sedangkan
SPKN 2017 memiliki 300 standar.

Alasan mengapa SPKN 2007 dirubah karena Setelah hampir sepuluh tahun digunakan
sebagai standar pemeriksaan, SPKN 2007 dinilai tidak sesuai lagi dengan perkembangan
standar audit internasional, nasional, maupun tuntutan kebutuhan saat ini. Oleh karena itu,
SPKN 2007 perlu disempurnakan. Perkembangan standar pemeriksaan internasional saat ini
mengarah kepada perubahan dari berbasis pengaturan detail (rule-based standards) ke
pengaturan berbasis prinsip (principle-based standards).
Perkembangan pada tingkat organisasi badan pemeriksa sedunia, INTOSAI telah
menerbitkan International Standards of Supreme Audit Institutions (ISSAI) untuk menjadi
referensi pengembangan standar bagi anggota INTOSAI. Khusus untuk pemeriksaan
keuangan, INTOSAI mengadopsi keseluruhan International Standards on Auditing (ISA)
yang diterbitkan oleh International Federation of Accountants (IFAC). Seiring dengan
perkembangan standar internasional tersebut, Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP)
Tahun 2001 yang diberlakukan dalam SPKN 2007, juga mengalami perubahan dengan
mengadopsi ISA. Pada awal 2017, saat BPK genap berusia 70 tahun, BPK berhasil
menyelesaikan penyempurnaan SPKN 2007 yang selanjutnya ditetapkan menjadi Peraturan
BPK Nomor 1 Tahun 2017. Sejak diundangkannya Peraturan BPK ini, SPKN mengikat BPK
maupun pihak lain yang melakukan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
negara. Dengan SPKN ini, diharapkan hasil pemeriksaan keuangan negara dapat lebih
berkualitas. Hasil pemeriksaan yang berkualitas akan bermanfaat bagi pengelolaan keuangan
negara yang lebih baik, akuntabel, transparan, ekonomis, efisien, dan efektif. Dengan
demikian akan berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat Indonesia.

E. Perbandingan SPKN dengan SPAP/ISA


Standar Pemeriksaan Akuntan Publik (SPAP) adalah Standar Profesional yang diterbitkan
Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) yang digunakan oleh Akuntan Publik dalam
melakukan pemeriksaan atas Entitas swasta (diluar Keuangan Negara), Standar ini
merupakan standar profesional yang digunakan untuk memperoleh mutu tertinggi dalam
pemeriksaan sesuai standar profesional yang telah ditetapkan.
International Standart Auditing (ISA) adalah suatu standar yang dibuat oleh badan
pembuat standar auditing dan assurance, International Auditing and Assurance Standards
Board (IAASB) yang merupakan badan bentukan International Federation of Accountants
(IFAC). ISA telah menjadi standar audit yang dipakai berdasarkan keputusan Ikatan Akuntan
Indonesia dalam upaya mewujudkan Good Governance. ISA diadopsi sepenuhnya sehingga
dapat dikatakan bahwa hampir tidak ada perbedaan antara SPAP dengan ISA, karena SPAP
merupakan adopsi dari ISA.
Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) adalah Standar Profesional yang
diterbitkan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia yang digunakan oleh Akuntan
dalam melakukan pemeriksaan atas Entitas Pemerintah yang mengelola keuangan negara,
Standar ini merupakan standar profesional yang digunakan untuk memperoleh mutu tertinggi
dalam pemeriksaan sesuai standar profesional yang telah ditetapkan.
SPKN harus digunakan bersama-sama dengan SPAP yang ditetapkan oleh IAI. SPAP
tersebut berlaku untuk audit keuangan dan perikatan atestasi yang dilaksanakan oleh akuntan
publik.
Kedua Standar Profesional tersebut digunakan akuntan publik sebagai pedoman dalam
melakukan pemeriksaan. Jika sedang mengaudit entitas swasta (non keuangan negara) maka
standar profesional yang digunakan menggunakan standar SPAP, sedangkan jika dapat
proyek memeriksa entitas pemerintah maka standar yang digunakan dalam pemeriksaan
menggunakan Standar profesional SPKN. Kedua standar tersebut sangat bermanfaat dan
digunakan untuk memperoleh mutu tertinggi dalam melaksanakan audit.
Perbedaan antara SPKN dan SPAP dapat dilihat pada tabel berikut.
1) Perbedaan mendasar
Kriteria SPAP SPKN
Tujuan a. Untuk menetapkan standar a. Mengelola keuangan negara secara
memberikan bimbingan pada tertib, ekonomis, efisien, transparan
tanggung jawab auditor dalam dan bertanggung jawab dengan
membuat laporan audit laporan memperhatikan rasa keadilan dan
keuangan sehubungan dengan going kepatutan, sesuai dengan ketentuan
concern dalam pembuatan laporan peraturan perundang-undangan
keuangan, termasuk pernyatan yang berlaku.
manajemen dalam penilaian entitas b. Menyusun dan menyelenggarakan
kemampuan untuk melanjutkan pengendalian intern yang efektif
sebagai going concern guna menjamin:
1) pencapaian tujuan sebagaimana
semestinya,
2) kepatuhan terhadap
ketentuan perundang-undangan,
3) keselamatan/keamanan
kekayaan yang dikelola,
4) perolehan dan pemeliharaan
data/infomrasi yang handal dan
pengukuran data/informasi
secara wajar

Objek Digunakan sebagai standar untuk Digunakan sebagai standar untuk


memeriksa laporan keuangan pihak memeriksa laporan keuangan
swasta, yang terdiri dari: pemerintah, yang terdiri dari:
1) Laporan Posisi Keuangan (Neraca) 1) Laporan Realisasi Anggaran
2) Laporan Laba Rugi 2) Laporan Perubahan Saldo Anggaran
3) Laporan Perubahan Ekuitas Lebih
4) Laporan Arus Kas 3) Neraca
5) Catatan Atas Laporan keuangan 4) Laporan Operasional
5. 5) Laporan Arus Kas
6) Laporan Perubahan Ekuitas
7) Catatan Atas Laporan Keuangan
Kriteria SPAP SPKN
Subjek Akuntan Publik BPK (Auditor Pemerintah)

Tanggung Auditor mempertimbangkan kejadian Bertanggung jawab untuk membantu


Jawab dan kondisi yang berkaitan dengan going manajemen dan para pengguna laporan
Auditor concern yang berkaitan dengan asumsi hasil lainnya untuk memahami
saat melakukan prosedur penilaian tanggung jawab pemeriksa terhadap
risiko, karena ini mungkin lebih standar pemeriksa.
tepat waktu disesuaikan dengan
manajemen. Dengan cara tinjauan
manajemen dan resolusi dari setiap isu-
isu kepedulian akan identifikasi.

Badan yang Dewan Standar Profesional Akuntan Badan Standar Pemeriksa Keuangan
Membuat Publik Institut Akuntan Publik Negara (BPK)
Indonesia

Karakter - Karakter tersebut adalah keharusan


Pemeriksaan pemeriksa BPK untuk merancang
BPK. prosedur pemeriksaan terhadap
kepatuhan yang terkait dengan
pemeriksaan yang dilakukan dan
waspada atas penyimpangan lainnya.

Ruang Berlaku bagi seluruh akuntan publik Berlaku bagi pemeriksa BPK ataupun
Lingkup dalam melakukan kegiatan pelayanan kantor akuntan public yang melakukan
jasa di sektor swasta kegiatan pemeriksaan pengelolaan
keuangan Negara

Kegiatan a. Auditing a. Pemeriksaan keuangan


yang diatur b. Atestasi b. Pemeriksaan Kinerja
c. Akuntansi dan review c. Pemeriksaan dengan tujuan tertentu
d. Konsultasi
Dalam hal ini SPAP memiliki pengaturan lingkup bidang yang lebih luas daripada
SPKN

Pengendalian Diatur secara khusus dalam suatu Hanya sedikit disinggung dalam
Mutu kumpulan standar tersendiri standar umum

Standar Pada standar auditing dalam SPAP a.


adanya perencanaan dan supervisi
pelaksanaan standar pelaksanaan meliputi : b.
pemahaman atas SPI
a. adanya perencanaan dan supervise c.
perolehan bukti yang kompeten
b. Pemahaman atas SPI d.
pengkomunikasian infomasi oleh
c. Perolehan bukti yang kompeten pemeriksa
e. pertimbangan hasil pemeriksaan
sebelumnya
f. merancang pemeriksaan untuk
mendeteksi adanya penyimpangan,
kecurangan dan ketidakpatutan
g. pengembangan temuan
h. pendokumentasian proses
pemeriksaan
SPKN mengadopsi standar pelaksanaan yang terdapat pada standar auditing SPAP
dengan memberikan beberapa tambahan
Kriteria SPAP SPKN

Standar Pada standar auditing SPAP standar a. Pengungkapan prinsip akuntansi


Pelaporan pelaporannya adalah : yang digunakan
a. Pengungkapan prinsip akuntansi yang b. Pengungkapan atas penerapan
digunakan prnsip akuntansi yang digunakan
b. Pengungkapan atas penerapan prnsip c. Pengungkapan informatif atas
akuntansi yang digunakan laporan yang diperiksa harus
c. Pengungkapan informatif atas memadai
laporan yang diperiksa harus d. Pernyataan pemeriksa atas
memadai keseluruhan hasil pemeriksaan
Pernyataan pemeriksa atas keseluruhan e. Peryataan kepatuhan terhadap
hasil pemeriksaan standar pemeriksaan
f. Pelaporan tentang kepatuhan
terhadap Undang Undang
g. Pelaporan kondisi SPI obyek
pemeriksaan
h. Pelaporan Tanggapan dari Pejabat
yang bertanggungjawab
i. Pelaporan mengenai informasi
rahasia
j. Penerbitan dan Pendistribusian
laporan
SPKN mengadopsi standar pelaporan dalam standar auditing dalam SPAP dengan
memberikan beberapa tambahan

Kendala Penerapan SPKN


Dalam penerapannya ada beberapa kendala yang ditemui oleh penulis, antara lain:
a. Pelaksanaan peer review yang diatur dalam standar umum belum direncanakan secara
konsisten dan hasilnya tidak dipublikasikan secara luas
b. Akuntan publik yang melakukan pemeriksaan atas nama BPK akan mengalami
kesulitan karena adanya dua standar yang mengikat
c. Penetapan kriteria pelaksanaan pemeriksaan kinerja ditetapkan oleh pemeriksa pada
saat menjelang proses pemeriksaan bisa mengakibatkan pemeriksaan menjadi tidak
obyektif karena bisa terjadi ketidaksingkronan dengan sasaran kinerja yang ditetapkan
oleh obyek pemeriksaan
d. Standar pelaporan informasi rahasia belum didukung dengan sanksi yang tegas
terhadap pihak yang bertanggung jawab atas pembocoran infomasi tersebut. Contoh
terbaru adalah kebocoran hasil temuan audit investigasi atas kasus bank century tidak
jelas proses pencarian pihak yg bertanggungjawab atas kebocoran informasi tersebut.

2) Perbedaan dalam Isi

Kriteria SPAP (IAI) SPKN (BPK) Keterangan


Kriteria SPAP (IAI) SPKN (BPK) Keterangan
PSP 01 Standar Umum
Kompetensi Audit harus Pemeriksa secara kolektif Dalam SPKN auditor
dilaksanakan oleh harus memiliki kecakapan lebih ditekankan pada
seorang atau lebih profesional yang memadai kemampuan dalam
yang memiliki untuk melaksanakan tugas pelaksanaan tugas,
keahlian dan pelatihan pemeriksaan sedangkan dalam
teknis yang cukup standar umum auditor
sebagai auditor. ditekankan paling tidak
memiliki pendidikan
formal tentang audit dan
akuntansi. Tanggung
jawab organisasi
pemeriksa dalam
memastikan personil
berkualitas dalam
pelaksanaan tugas
menurut SPKN lebih
ditekankan dan SPKN
lebih detail dalam
menjabarkan mengenai
kecakapan profesional
termasuk dalam jenjang
persyaratan pendidikan
berkelanjutan yang
harus ditempuh oleh
auditor pemerintah
dimana salah satunya
menuliskan setiap 2
tahun harus
menyelesaikan paling
tidak 80 jam pendidikan
yang secara langsung
meningkatkan
kecakapan profesional
pemeriksa untuk
melaksanakan
pemeriksaan.

Independensi Dalam semua hal yang Dalam semua hal yang Pada dasarnya untuk
berhubungan berkaitan dengan pekerjaan sikap mental
dengan perikatan, inde pemeriksaan, organisasi independensi mutlak
pendensi dalam sikap pemeriksa dan pemeriksa, diperlukan oleh auditor
mental harus harus bebas dalam sikap dan hal itu dinyatakan
dipertahankan oleh mental dan penampilan dari dalam masing-masing
auditor. gangguan pribadi, ekstern, pernyataan baik dalam
dan organisasi yang dapat SPKN ataupun PSA.
mempengaruhi Sehingga pernyataan ini
independensinya tidak jauh berbeda dan
tetap berintikan pada
kata independensi
auditor.
Independen sendiri
secara garis besar yang
Kriteria SPAP (IAI) SPKN (BPK) Keterangan
wajib dimiliki auditor
adalah independent in
appearance, in fact, dan
in mind. Hal ini tidak
dijabarkan dalam SPKN
dan lebih memfokuskan
bagaimana gangguan
yang mungkin terjadi
dalam rangka
menggoyang
independensi auditor

Kemahiran Dalam pelaksanaan Dalam pelaksanaan Dua standar ini


Profesional audit dan penyusunan pemeriksaan serta baik SPAP maupun
laporannya, auditor penyusunan laporan hasil SPKN sama-sama
wajib pemeriksaan, pemeriksa menekankan pada
menggunakankemahir wajib menggunakan kemahiran profesional
an profesionalnya den kemahiran profesionalnya yang didalamnya juga
gan cermat dan secara cermat dan seksama terdapat salah satunya
seksama sikap profesional
skeptism, sehingga baik
dalam penjabaran
maupun pernyataannya
sendiri pada dasarnya
tidak berbeda jauh.

Pengendalian Tidak ada Setiap organisasi pemeriksa Dalam SPAP Standar


Mutu yang melaksanakan Pengendalian
(diatur tersendiri pemeriksaan berdasarkan Mutu diatur
dalam Pernyataan Standar Pemeriksaan harus tersendiri dalam
Standar Pengendalian memiliki sistem Pernyataan Standar
Mutu) pengendalian mutu yang Pengendalian Mutu
memadai, dan sistem (PSPM) yang dilengkapi
pengendalian mutu tersebut dengan Interpretasi
harus direviu oleh pihak Pernyataan Standar
lain yang kompeten Pengendalian Mutu
(pengendalian mutu (IPSM)
ekstern)

PSP 02 Standar Pelaksanaan Pemeriksaan Keuangan


Perencanaan dan Pekerjaan harus Pekerjaan harus
Supervisi direncanakan dengan direncanakan dengan
sebaik-baiknya dan sebaik-baiknya dan jika
jika digunakan tenaga digunakan tenaga asisten
asisten harus harus disupervisi dengan
disupervisi dengan semestinya.
semestinya.
Pemahaman Pemahaman yang Pemahaman yang memadai
Pengendalian memadai atas atas pengendalian intern
Intern pengendalian intern harus diperoleh untuk
harus diperoleh untuk merencanakan audit dan
merencanakan audit menentukan sifat dan
Kriteria SPAP (IAI) SPKN (BPK) Keterangan
dan menentukan sifat lingkup pengujian yang
dan lingkup pengujian akan dilakukan.
yang akan dilakukan.

Bukti Audit Bukti audit yang Bukti audit yang kompeten


kompeten harus harus diperoleh melalui
diperoleh melalui inspeksi, pengamatan,
inspeksi, pengamatan, pengajuan pertanyaan, dan
pengajuan pertanyaan, konfirmasi sebagai dasar
dan konfirmasi sebagai memadai untuk
dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas
menyatakan pendapat laporan keuangan yang
atas laporan keuangan diaudit.
yang diaudit.
Komunikasi - Pemeriksa harus Komunikasi pemeriksa
Pemeriksa mengomunikasikan dengan klien pada awal
informasi yang berkaitan pemeriksaan jamak
dengan sifat, saat, lingkup dilakukan oleh auditor
pengujian, pelaporan yang publik tanpa perlu
direncanakan, dan tingkat dimasukkan dalam PSA,
keyakinan kepada namun dalam konteks
manajemen entitas yang pemeriksaan pemerintah
diperiksa dan atau pihak hal ini diperlukan karena
yang meminta pemeriksaan terkait dengan perlunya
panduan tindakan
auditor sehingga bila
terdapat masalah
dikemudian hari dapat
ditelisik apakah auditor
bertindak sesuai standar
atau tidak, apalagi
dalam kasus-kasus
tertentu terdapat
komunikasi yang harus
dilakukan secara tertulis

Pertimbangan - Pemeriksa harus Hal ini perlu karena


Pemeriksaan mempertimbangkan hasil dalam penjelasan
Sebelumnya pemeriksaan sebelumnya disebutkan bahwa
serta tindak lanjut atas manajemen dapat
rekomendasi yang memperoleh sanksi bila
signifikan dan berkaitan tindak lanjut atas
dengan tujuan pemeriksaan rekomendasi tidak
yang sedang dilaksanakan dijalankan, apalagi hal
ini terkait peraturan
perundangan yang
berlaku. Hal ini juga
jamak dilakukan oleh
auditor swasta,
walaupun tidak
tercantum pada
pernyataan standar,
Kriteria SPAP (IAI) SPKN (BPK) Keterangan
walaupun penekanannya
berbeda dimana auditor
swasta tidak
menekankan pada
peraturan perundangan
untuk manajemen

Deteksi - a. Pemeriksa harus merancang Audit tentang


Ketidakpatuhan pemeriksaan untuk kecurangan juga
memberikan keyakinan terdapat pada audit
yang memadai guna swasta walaupun tidak
mendeteksi salah saji dinyatakan dalam PSA.
material yang disebabkan Hal yang paling
oleh ketidakpatuhan mendasar dalam
terhadap ketentuan perbedaan PSP dan PSA
peraturan perundang- ini dalam pernyataan ini
undangan yang adalah pada peraturan
berpengaruh langsung dan perundangan yang
material terhadap penyajian dijadikan salah satu
laporan keuangan. Jika dasar penentuan apakah
informasi tertentu menjadi terdapat penyimpangan
perhatian pemeriksa, dan ketidakpatutan
diantaranya informasi dalam temuan
tersebut memberikan bukti pemeriksaan.
yang berkaitan dengan
penyimpangan dari
ketentuan peraturan
perundang-undangan yang
berpengaruh material tetapi
tidak langsung berpengaruh
terhadap kewajaran
penyajian laporan
keuangan, pemeriksa harus
menerapkan prosedur
pemeriksaan tambahan
untuk memastikan bahwa
penyimpangan dari
ketentuan peraturan
perundang-undangan telah
atau akan terjadi.
b. Pemeriksa harus waspada
pada kemungkinan adanya
situasi dan/atau peristiwa
yang merupakan indikasi
kecurangan dan/atau
ketidakpatutan dan apabila
timbul indikasi tersebut
serta PSP 02 Standar
Pelaksanaan Pemeriksaan
Keuangan berpengaruh
signifikan terhadap
kewajaran penyajian
laporan keuangan,
Kriteria SPAP (IAI) SPKN (BPK) Keterangan
pemeriksa harus
menerapkan prosedur
pemeriksaan tambahan
untuk memastikan bahwa
kecurangan dan/atau
ketidakpatutan telah terjadi
dan menentukan
dampaknya terhadap
kewajaran penyajian
laporan keuangan.

Pengembangan - Pemeriksa harus Penekanan PSP ini lebih


Temuan merencanakan dan pada penekanan pada
Pemeriksaan melaksanakan prosedur perlunya ada standar
pemeriksaan untuk yang detail dalam
mengembangkan unsur- rangka memberikan
unsur temuan pemeriksaan kerangka kerja yang
lengkap dan dalam
untuk pemeriksa agar
terdapat payung hukum
yang kuat bila
ditemukan unsur-unsur
temuan pemeriksaan
yang dapat
dikembangkan, agar
entitas yang diperiksa
tidak dapat beralasan
tidak ada dasaar bagi
pemeriksa untuk
mengembangkan
temuan pemeriksaan.

Dokumentasi - Pemeriksa harus Penekanan PSP ini lebih


Pemeriksaan mempersiapkan dan pada penekanan pada
memelihara dokumentasi perlunya ada standar
pemeriksaan dalam bentuk yang detail dalam
kertas kerja pemeriksaan. rangka memberikan
Dokumentasi pemeriksaan kerangka kerja yang
yang berkaitan dengan lengkap dan dalam
perencanaan, pelaksanaan, untuk pemeriksa agar
dan pelaporan pemeriksaan terdapat payung hukum
harus berisi informasi yang yang kuat bila terdapat
cukup untuk kasus hukum yang
memungkinkan pemeriksa melibatkan hasil
yang berpengalaman, tetapi pemeriksaan.
tidak mempunyai hubungan Dokumentasi yang kuat
dengan pemeriksaan merupakan senjata
tersebut dapat memastikan utama yang dapat
bahwa dokumentasi digunakan pemeriksa
pemeriksaan tersebut dapat dalam menguatkan
menjadi bukti yang posisi dirinya dan BPK.
mendukung pertimbangan
dan simpulan pemeriksa.
Kriteria SPAP (IAI) SPKN (BPK) Keterangan
Dokumentasi pemeriksaan
harus mendukung opini,
temuan, simpulan dan
rekomendasi pemeriksaan
PSP 03 Standar Pelaporan Pemeriksaan Keuangan
Pernyataan Laporan audit harus Laporan audit harus PSP 02 di tiga poin
Penyajian menyatakan apakah menyatakan apakah laporan pertama merupakan
Sesuai PABU laporan keuangan keuangan disajikan sesuai adopsi dari IAI sehingga
disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi pernyataan ini sama
dengan prinsip yang berlaku umum di dengan apa yang
akuntansi yang berlaku Indonesia atau prinsip diterapkan oleh IAI.
umum di Indonesia akuntansi yang lain yang Perbedaan antara PSA
atau prinsip akuntansi berlaku secara dan PSP ini terletak
yang lain yang berlaku komprehensif. pada dimana SPKN
secara komprehensif. menambahkan beberapa
poin lagi sehingga
terlihat bahwa BPK
mengetatkan aturan bagi
para pemeriksanya
dalam melaksanakan
tugas karena tahap-tahap
seperti komunikasi
pemeriksa dengan klien
pada awal pemeriksaan
jamak dilakukan oleh
auditor publik tanpa
perlu dimasukkan dalam
PSA. Namun,
kelemahan standar ini
adalah dimana standar
pelaporan informasi
rahasia yang terkait
dengan rahasia negara
belum didukung
dengan punishment/sank
si yang tegas terhadap
pihak yang bertanggung
jawab dalam melakukan
pembocoran infomasi
tersebut

Pengungkapan Laporan auditor harus Laporan auditor harus


Inkonsistensi menunjukkan, jika menunjukkan, jika ada,
Penerapan ada, ketidakkonsistenan
PABU ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi
penerapan prinsip dalam penyusunan laporan
akuntansi dalam keuangan periode berjalan
penyusunan laporan dibandingkan dengan
keuangan periode penerapan prinsip akuntansi
berjalan dibandingkan tersebut dalam periode
dengan penerapan sebelumnya.
prinsip akuntansi
Kriteria SPAP (IAI) SPKN (BPK) Keterangan
tersebut dalam periode
sebelumnya.

Pengungkapan Pengungkapan Pengungkapan informatif


Kecukupan informatif dalam dalam laporan keuangan
Informasi laporan keuangan harus dipandang memadai,
harus dipandang kecuali dinyatakan lain
memadai, kecuali dalam laporan audit.
dinyatakan lain dalam
laporan audit.
Opini Laporan auditor harus Laporan auditor harus
memuat suatu memuat suatu pernyataan
pernyataan pendapat pendapat mengenai laporan
mengenai laporan keuangan secara
keuangan secara keseluruhan atau suatu
keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan
asersi bahwa demikian tidak dapat
pernyataan demikian diberikan. Jika pendapat
tidak dapat diberikan. secara keseluruhan tidak
Jika pendapat secara dapat diberikan maka
keseluruhan tidak alasannya harus dinyatakan.
dapat diberikan maka Dalam hal nama auditor
alasannya harus dikaitkan dengan laporan
dinyatakan. Dalam hal keuangan, laporan auditor
nama auditor dikaitkan harus memuat petunjuk
dengan laporan yang jelas mengenai sifat
keuangan, laporan pekerjaan audit yang
auditor harus memuat dilaksanakan, jika ada, dan
petunjuk yang jelas tingkat tanggung jawab
mengenai sifat yang dipikul auditor.
pekerjaan audit yang
dilaksanakan, jika ada,
dan tingkat tanggung
jawab yang dipikul
auditor.
Pernyataan - Laporan hasil pemeriksaan Laporan auditor swasta
Sesuai Dengan harus menyatakan bahwa bentuk formalnya juga
Standar pemeriksaan dilakukan telah mencantumkan
Pemeriksaan sesuai dengan Standar bahwa laporan mengacu
Pemeriksaan pada standar
pemeriksaan, sehingga
walaupun tidak
dicantumkan dalam
pernyataan, hal ini juga
merupakan hal yang
wajib dilakukan oleh
auditor pada umumnya.
Penekanan dalam SPKN
adalah untuk
memberikan dasar dan
payung hukum yang
kuat bagi auditornya
Kriteria SPAP (IAI) SPKN (BPK) Keterangan
Laporan - Laporan hasil pemeriksaan Auditor swasta tidak
Kepatuhan atas laporan keuangan perlu (kecuali diminta)
harus mengungkapkan melakukan pengujian
bahwa pemeriksa telah atas kepatuhan terhadap
melakukan pengujian atas ketentuan peraturan
kepatuhan terhadap perundang-undangan
ketentuan peraturan yang berpengaruh
perundang-undangan yang langsung dan material
berpengaruh langsung dan dalam laporan
material terhadap penyajian keuangan. Hal ini yang
laporan keuangan membedakan antara PSP
dan PSA dimana
pengujian kepatuhan
terhadap peraturan
perundangan menjadi
wajib dilakukan.

Laporan - Laporan atas pengendalian Kondisi yang dapat


Pengendalian intern harus dilaporkan sudah
Intern mengungkapkan kelemahan ditentukan dalam PSP
dalam pengendalian intern sehingga kondisi untuk
atas pelaporan keuangan pengendalian intern ini
yang dianggap sebagai terbatas pada apa yang
“kondisi yang dapat dinyatakan, dan hal ini
dilaporkan” berbeda bila di swasta
dimana auditor yang
menilai apakah
pengendalian intern
perlu dilaporkan atau
tidak.

Tanggapan - Laporan hasil pemeriksaan Hal ini perlu dalam


Terperiksa yang memuat adanya pemeriksaan keuangan
kelemahan dalam negara dimana dengan
pengendalian intern, aturan keuangan yang
kecurangan, penyimpangan lebih ketat memerlukan
dari ketentuan peraturan tindak lanjut yang
perundang-undangan, dan konkrit dalam
ketidakpatutan, harus penyelesaian temuan
dilengkapi tanggapan dari pemeriksaan sehingga
pimpinan atau pejabat yang temuan pemeriksaan dan
bertanggung jawab pada rekomendasi mutlak
entitas yang diperiksa dilaksanakan. Hal ini
mengenai temuan dan berbeda dengan di
rekomendasi serta tindakan swasta dimana auditor
koreksi yang direncanakan sampai pada batas
pemberian rekomendasi
dan opini saja,
sedangkan wewenang
pengawasan
pelaksanaan atas
rekomendasi bukan di
tangan auditor dan
Kriteria SPAP (IAI) SPKN (BPK) Keterangan
auditor tidak perlu
“memaksa”
perlaksanaan
rekomendasi. Selain
itu,hal ini perlu
dilakukan auditor
pemerintah karena
penekanan dalam SPKN
adalah untuk
memberikan dasar dan
payung hukum yang
kuat bagi auditornya
apabila ada masalah di
kemudian hari

Informasi Informasi rahasia yang Standar pelaporan


Rahasia dilarang oleh ketentuan informasi rahasia yang
peraturan perundang- terkait dengan rahasia
undangan untuk negara belum didukung
diungkapkan kepada umum denganpunishment/ sank
tidak diungkapkan dalam si yang tegas terhadap
laporan hasil pemeriksaan. pihak yang bertanggung
Namun laporan hasil jawab dalam melakukan
pemeriksaan harus pembocoran infomasi
mengungkapkan sifat tersebut
informasi yang tidak
dilaporkan tersebut dan
ketentuan peraturan
perundang-undangan yang
menyebabkan tidak
dilaporkannya informasi
tersebut

Distribusi - Laporan hasil pemeriksaan Laporan audit pada


Laporan diserahkan kepada lembaga pihak auditor swasta
perwakilan, entitas yang hanya diserahkan pada
diperiksa, pihak yang komite audit/pemilik
mempunyai kewenangan perusahaan, sedangkan
untuk mengatur entitas dalam laporan hasil
yang diperiksa, pihak yang pemeriksaan SPKN
bertanggung jawab untuk diserahkan ke beberapa
melakukan tindak lanjut pihak sesuai aturan
hasil pemeriksaan, dan sehingga kewajiban
kepada pihak lain yang auditor tidak hanya
diberi wewenang untuk kepada BPK saja
menerima laporan hasil sebagai pemberi
pemeriksaan sesuai dengan tugas,namun juga pada
ketentuan peraturan pihak-pihak yang telah
perundang-undangan yang ditentukan.
31 berlaku

PSP 04 Standar Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja


Kriteria SPAP (IAI) SPKN (BPK) Keterangan
Perencanaan - Pekerjaan harus Dalam merencanakan
direncanakan secara pemeriksaan, pemeriksa
memadai harus mendefinisikan
tujuan pemeriksaan, dan
lingkup serta
metodologi pemeriksaan
untuk mencapai tujuan
pemeriksaan tersebut.
Tujuan, lingkup, dan
metodologi pemeriksaan
tidak ditentukan secara
terpisah. Pemeriksa
menentukan ketiga
elemen ini secara
bersama-sama.
Perencanaan
merupakan proses yang
berkesinambungan
selama pemeriksaan.

Supervisi - Staf harus disupervisi Supervisi mencakup


dengan baik pengarahan kegiatan
pemeriksa dan pihak
lain (seperti tenaga ahli
yang terlibat dalam
pemeriksaan) agar
tujuan pemeriksaan
dapat dicapai.

Bukti - Bukti yang cukup, Dalam


Pemeriksaan kompeten, dan relevan mengidentifikasikan
harus diperoleh untuk sumber-sumber data
menjadi dasar yang potensial yang dapat
memadai bagi temuan dan digunakan sebagai bukti
rekomendasi pemeriksa pemeriksaan, pemeriksa
harus
mempertimbangkan
validitas dan keandalan
data tersebut, termasuk
data yang dikumpulkan
oleh entitas yang
diperiksa, data yang
disusun oleh pemeriksa,
atau data yang diberikan
oleh pihak-pihak ketiga.
Demikian juga halnya
dengan kecukupan dan
relevansi bukti-bukti
tersebut.

Dokumentasi - Pemeriksa harus Bentuk dan isi dokumen


Pemeriksaan mempersiapkan dan pemeriksaan harus
memelihara dokumen dirancang sedemikian
Kriteria SPAP (IAI) SPKN (BPK) Keterangan
pemeriksaan dalam bentuk rupa sehingga sesuai
kertas kerja pemeriksaan. dengan kondisi masing-
Dokumen pemeriksaan masing pemeriksaan.
yang berkaitan dengan Informasi yang
perencanaan, pelaksanaan, dimasukkan dalam
dan pelaporan pemeriksaan dokumen pemeriksaan
harus berisi informasi yang menggambarkan catatan
cukup untuk penting mengenai
memungkinkan pemeriksa pekerjaan yang
yang berpengalaman tetapi dilaksanakan oleh
tidak mempunyai hubungan pemeriksa sesuai dengan
dengan pemeriksaan standar dan simpulan
tersebut dapat memastikan pemeriksa. Kuantitas,
bahwa dokumen jenis, dan isi dokumen
pemeriksaan tersebut dapat pemeriksaan didasarkan
menjadi bukti yang atas pertimbangan
mendukung temuan, profesional pemeriksa.
simpulan, dan rekomendasi
pemeriksa”
PSP 05 Standar Pelaporan Pemeriksaan Kinerja
Bentuk Laporan - Pemeriksa harus membuat
laporan hasil pemeriksaan
untuk
mengkomunikasikan setiap
hasil pemeriksaan

Isi Laporan Laporan hasil pemeriksaan Pernyataan standar ini


harus mencakup: mengacu kepada
a. pernyataan bahwa Standar Pemeriksaan
pemeriksaan dilakukan yang berlaku, yang
sesuai dengan harus diikuti oleh
StandarPemeriksaan (lihat pemeriksa selama
paragraf 06); melakukan pemeriksaan.
b. tujuan, lingkup, dan Jika pemeriksa tidak
metodologi pemeriksaan dapat mengikuti Standar
(lihat paragraf 07 s.d. 12); Pemeriksaan, pemeriksa
c. hasil pemeriksaan berupa dilarang untuk
temuan pemeriksaan, menyatakan demikian.
simpulan, dan rekomendasi Dalam situasi demikian,
(lihat paragraf 13 s.d. 26); pemeriksa harus
d. tanggapan pejabat yang mengungkapkan alasan
bertanggung jawab atas tidak dapat diikutinya
hasil pemeriksaan (lihat Standar Pemeriksaan
paragraf 27 s.d. 32); tersebut dan dampaknya
e. pelaporan informasi terhadap hasil
rahasia apabila ada (lihat pemeriksaan.
paragraf 33 s.d.
35)”.Pernyataan bahwa
Pemeriksaan Dilakukan
Sesuai dengan Standar
Pemeriksaan
Kriteria SPAP (IAI) SPKN (BPK) Keterangan
Unsur Kualitas Laporan hasil pemeriksaan
Laporan harus tepat waktu, lengkap,
akurat, obyektif,
meyakinkan, serta jelas,
dan seringkas mungkin

Distribusi Laporan hasil pemeriksaan Laporan hasil


Laporan diserahkan kepada lembaga pemeriksaan harus
perwakilan, entitas yang didistribusikan tepat
diperiksa, pihak yang waktu kepada pihak
mempunyai kewenangan yang berkepentingan
untuk mengatur entitas sesuai dengan ketentuan
yang diperiksa, pihak yang peraturan perundang-
bertanggung jawab untuk undangan. Namun
melakukan tindak lanjut dalam hal yang
hasil pemeriksaan, dan diperiksa merupakan
kepada pihak lain yang rahasia negara maka
diberi wewenang untuk untuk tujuan keamanan
menerima laporan hasil atau dilarang
pemeriksaan disampaikan kepada
sesuai dengan ketentuan pihak-pihak tertentu atas
peraturan perundang- dasar ketentuan
undangan yang berlaku peraturan perundang-
undangan yang berlaku,
pemeriksa dapat
membatasi
pendistribusian laporan
tersebut.

PSP 06 Standar Pelaksanaan Pemeriksaan dengan Tujuan Tertentu


Perencanaan Pekerjaan harus Pekerjaan harus
direncanakan sebaik- direncanakan sebaik-
baiknya dan jika baiknya dan jika digunakan
digunakan asisten asisten harus disupervisi
harus disupervisi dengan semestinya.
dengan semestinya.
Bukti Bukti yang cukup Bukti yang cukup harus
Pemeriksaan harus diperoleh untuk diperoleh untuk
memberikan dasar memberikan dasar rasional
rasional bagi simpulan bagi simpulan yang
yang dinyatakan dalam dinyatakan dalam laporan.
laporan.
Komunikasi - Pemeriksa harus Selama dalam tahap
Pemeriksa mengkomunikasikan perencanaan
informasi yang berkaitan pemeriksaan, pemeriksa
dengan sifat, saat, dan harus
lingkup pengujian serta mengkomunikasikan
pelaporan yang kepada entitas yang
direncanakan atas hal yang diperiksa dan atau pihak
akan dilakukan yang meminta
pemeriksaan, kepada pemeriksaan tersebut
manajemen entitas yang mengenai hal-hal yang
Kriteria SPAP (IAI) SPKN (BPK) Keterangan
diperiksa dan atau pihak berkaitan dengan sifat,
yang meminta saat, lingkup pengujian
Pemeriksaan dan pelaporan, dan
tingkat keyakinan yang
diharapkan serta
kemungkinan adanya
pembatasan atas laporan
hasil pemeriksaan yang
dikaitkan dengan tingkat
keyakinan untuk
mengurangi risiko salah
interpretasi atas laporan
hasil pemeriksaan.

Pertimbangan - Pemeriksa harus Pemeriksa harus


Pemeriksaan mempertimbangkan hasil memperoleh informasi
Sebelumnya pemeriksaan sebelumnya dari entitas yang
serta tindak lanjut atas diperiksa untuk
rekomendasi yang mengidentifikasi
signifikan dan berkaitan pemeriksaan keuangan,
dengan hal yang diperiksa pemeriksaan kinerja,
pemeriksaan dengan
tujuan tertentu, atau
studi lain yang
sebelumnya telah
dilaksanakan yang
berkaitan dengan hal
yang diperiksa. Hal ini
dilakukan untuk
mengidentifikasi tindak
lanjut yang telah
dilakukan berkaitan
dengan temuan dan
rekomendasi yang
signifikan1. Dengan
memahami tindak
lanjut atas rekomendasi
yang signifikan,
pemeriksa dapat
mengevaluasi hal yang
diperiksa. Pemeriksa
harus menggunakan
pertimbangan
profesionalnya dalam
menentukan: (1) periode
yang harus
diperhitungkan, (2)
lingkup pekerjaan
pemeriksaan yang
diperlukan untuk
memahami tindak lanjut
temuan signifikan yang
mempengaruhi
Kriteria SPAP (IAI) SPKN (BPK) Keterangan
pemeriksaan, dan (3)
pengaruhnya terhadap
penilaian risiko dan
prosedur pemeriksaan
dalam perencanaan
pemeriksaan.
Pemahaman - Dalam merencanakan Dalam merencanakan
Pengendalian Pemeriksaan Dengan suatu Pemeriksaan
Intern Tujuan Tertentu dalam Dengan Tujuan
bentuk eksaminasi dan Tertentudalam bentuk
merancang prosedur untuk eksaminasi, pemeriksa
mencapai tujuan harus memperoleh suatu
pemeriksaan, pemeriksa pemahaman atas
harus memperoleh pengendalian intern
pemahaman yang memadai yang berkaitan dengan
tentang pengendalian intern hal yang diuji yang
yang sifatnya material bersifat keuangan
terhadap hal yang diperiksa maupun non-keuangan.
Pengendalian intern
tersebut terkait dengan:
a. Efektivitas dan
efisiensi kegiatan,
termasuk penggunaan
sumber daya entitas.
b. Tingkat keandalan
pelaporan keuangan,
termasuk laporan
pelaksanaan anggaran
dan laporan lain, baik
untuk intern maupun
ekstern.
c. Kepatuhan terhadap
ketentuan peraturan
perundang-undangan.
d. Pengamanan aktiva.

Deteksi - a. Dalam merencanakan Pemeriksa harus


Ketidakpatuhan Pemeriksaan Dengan menggunakan
Tujuan Tertentumdalam pertimbangan
bentuk eksaminasi, profesionalnya dalam
pemeriksa harus merancang merencanakan
pemeriksaan dengan tujuan pemeriksaan dengan
untuk memberikan tujuan tertentu dalam
keyakinan yang memadai bentuk eksaminasi
guna mendeteksi dengan cara: (1)
kecurangan dan memperoleh suatu
penyimpangan dari pemahaman mengenai
ketentuan peraturan dampak yang mungkin
perundang-undangan yang terjadi dari kecurangan
dapat berdampak material dan penyimpangan dari
terhadap hal yang ketentuan peraturan
diperiksa. perundang-undangan
b. Dalam merencanakan terhadap hal yang
Kriteria SPAP (IAI) SPKN (BPK) Keterangan
Pemeriksaan Dengan diperiksa, dan(2)
Tujuan Tertentu dalam mengidentifikasi dan
bentuk reviu atau prosedur menilai risiko yang
yang disepakati, pemeriksa mungkin berdampak
harus waspada terhadap material terhadap
situasi atau peristiwa yang pemeriksaan. Pemeriksa
mungkin merupakan harus
indikasi kecurangan dan mendokumentasikan
penyimpangan dari penilaian risiko. Apabila
ketentuan peraturan ditemukan faktor-faktor
perundang-undangan. risiko, maka
Apabila ditemukan dokumentasinya harus
indikasi kecurangan mencakup:
dan/atau penyimpangan a. Faktor-faktor risiko.
dari ketentuan peraturan b. Penilaian pemeriksa
perundang-undangan yang atas faktor-faktor risiko
secara material tersebut, baik secara
mempengaruhi hal yang sendiri sendiri maupun
diperiksa, pemeriksa harus keseluruhan.
menerapkan prosedur
tambahan untuk
memastikan bahwa
kecurangan dan/atau
penyimpangantersebut telah
terjadi dan menentukan
dampaknya terhadap hal
yang diperiksa.
Pemeriksa harus waspada
terhadap situasi dan/atau
peristiwa yang mungkin
merupakan indikasi
kecurangan dan/atau
ketidakpatutan, dan apabila
ditemukan indikasi tersebut
serta berpengaruh
signifikan terhadap
pemeriksaan, pemeriksa
harus menerapkan prosedur
tambahan untuk
memastikan bahwa
kecurangan dan/atau
ketidakpatutan tersebut
telah terjadi dan
menentukan dampaknya
terhadap hasil pemeriksaan.

Dokumentasi - Pemeriksa harus Bentuk dan isi


Pemeriksaan mempersiapkan dan dokumentasi
memelihara dokumentasi pemeriksaan harus
pemeriksaan dalam bentuk dirancang sedemikian
kertas kerja pemeriksaan. rupa sehingga sesuai
Dokumentasi pemeriksaan dengan kondisi masing-
yang terkait dengan masing pemeriksaan.
Kriteria SPAP (IAI) SPKN (BPK) Keterangan
perencanaan, pelaksanaan, Informasi yang
dan pelaporan pemeriksaan dimasukkan dalam
harus berisi informasi yang dokumentasi
cukup untuk pemeriksaan
memungkinkan pemeriksa menggambarkan catatan
yang berpengalaman tetapi penting mengenai
tidak mempunyai hubungan pemeriksaan yang
dengan pemeriksaan dilaksanakan oleh
tersebut dapat memastikan pemeriksa sesuai dengan
bahwa dokumentasi standar dan simpulan
pemeriksaan tersebut dapat pemeriksa. Kuantitas,
menjadi bukti yang jenis, dan isi
mendukung pertimbangan dokumentasi
dan simpulan pemeriksa pemeriksaan didasarkan
atas pertimbangan
profesional pemeriksa.
PSP 07 Standar Pelaporan Pemeriksaan dengan Tujuan Tertentu
Pernyataan Laporan harus Laporan harus
Asersi menyebutkan asersi menyebutkan asersi yang
yang dilaporkan dan dilaporkan dan menyatakan
menyatakan sifat sifat perikatan atestasi yang
perikatan atestasi yang bersangkutan.
bersangkutan.
Simpulan Atas Laporan harus Laporan harus menyatakan
Asersi menyatakan simpulan simpulan praktisi mengenai
praktisi mengenai apakah asersi disajikan
apakah asersi disajikan sesuai dengan standar yang
sesuai dengan standar telah ditetapkan atau
yang telah ditetapkan kriteria yang dinyatakan
atau kriteria yang dipakai sebagai alat
dinyatakan dipakai pengukur
sebagai alat pengukur
Pengungkapan Laporan harus Laporan harus menyatakan
Keberatan menyatakan semua semua keberatan praktisi
keberatan praktisi yang signifikan tentang
yang signifikan perikatan dan penyajian
tentang perikatan dan asersi.
penyajian asersi.
Pengujian Laporan suatu Laporan suatu perikatan
Berdasarkan perikatan untuk untuk mengevaluasi suatu
Kriteria mengevaluasi suatu asersi yang disusun
asersi yang disusun berdasarkan kriteria yang
berdasarkan kriteria disepakati atau berdasarkan
yang disepakati atau suatu perikatan untuk
berdasarkan suatu melaksanakan prosedur
perikatan untuk yang disepakati harus berisi
melaksanakan suatu pernyataan tentang
prosedur yang keterbatasan pemakaian
disepakati harus berisi laporan hanya oleh pihak-
suatu pernyataan pihak yang menyepakati
tentang keterbatasan kriteria atau prosedur
pemakaian laporan tersebut.
Kriteria SPAP (IAI) SPKN (BPK) Keterangan
hanya oleh pihak-
pihak yang
menyepakati kriteria
atau prosedur tersebut.
Pernyataan Laporan hasil pemeriksaan Pernyataan standar ini
Sesuai Dengan harus menyatakan bahwa mengacu kepada
Standar pemeriksaan dilakukan Standar Pemeriksaan
Pemeriksaan sesuai dengan Standar yang berlaku, yang
Pemeriksaan harus diikuti oleh
pemeriksa selama
melakukan pemeriksaan.
Jika pemeriksa tidak
dapat mengikuti Standar
Pemeriksaan,
pemeriksa dilarang
untuk menyatakan
demikian. Dalam situasi
demikian, pemeriksa
harus mengungkapkan
alasan tidak dapat
diikutinya standar
tersebut dan dampaknya
terhadap hasil
pemeriksaan.

Laporan Laporan Hasil Pemeriksaan Dalam melaporkan


Pengendalian dengan tujuan tertentu pengendalian intern,
Intern dan harus mengungkapkan: kepatuhan terhadap
Kepatuhan a. kelemahan pengendalian ketentuan peraturan
intern yang berkaitan perundang-undangan
dengan hal yang diperiksa, atau ketidakpatutan,
b. kepatuhan terhadap pemeriksa harus
ketentuan peraturan menempatkan temuan
perundang-undangan pemeriksaan dalam
termasuk pengungkapan perspektif yang wajar.
atas penyimpangan Untuk memberikan
administrasi, pelanggaran dasar bagi pengguna
atas perikatan perdata, laporan hasil
maupun penyimpangan pemeriksaan dalam
yang mengandung unsur mempertimbangkan
tindak pidana yang terkait kejadian dan
dengan hal yang diperiksa, konsekuensi kondisi
c. ketidakpatutan yang tersebut, hal-hal yang
material terhadap hal yang diidentifikasi harus
diperiksa dihubungkan dengan
hasil pemeriksaan
secara keseluruhan, dan
jika memungkinkan,
dapat dinyatakan dalam
satuan mata uang.
Kriteria SPAP (IAI) SPKN (BPK) Keterangan
Tanggapan Laporan hasil pemeriksaan Cara yang paling efektif
Terperiksa yang memuat adanya untuk menjamin bahwa
kelemahan dalam suatu laporan hasil
pengendalian intern, pemeriksaan telah
kecurangan, penyimpangan dibuat secara wajar,
dari ketentuan peraturan lengkap dan obyektif
perundang-undangan, dan adalah dengan
ketidakpatutan, harus mendapatkan reviu dan
dilengkapi tanggapan dari tanggapan dari pejabat
pimpinan atau pejabat yang yang bertanggung jawab
bertanggung jawab pada pada entitas yang
entitas yang diperiksa diperiksa. Tanggapan
mengenai temuan dan dari pejabat yang
simpulan serta tindakan bertanggung jawab tidak
koreksi yang direncanakan” hanya mencakup temuan
dan simpulan yang
dibuat oleh pemeriksa,
tetapi juga tindakan
perbaikan yang
direncanakan.
Pemeriksa harus
memuat tanggapan
pejabat tersebut dalam
laporan hasil
pemeriksaannya

Informasi Informasi rahasia yang Informasi tertentu dapat


Rahasia dilarang oleh ketentuan dilarang untuk
peraturan perundang- diungkapkan kepada
undangan untuk umum oleh ketentuan
diungkapkan kepada umum peraturan perundang-
tidak diungkapkan dalam undangan. Informasi
laporan hasil pemeriksaan. tersebut mungkin hanya
Namun laporan hasil dapat diberikan kepada
pemeriksaan harus pihak yang berdasarkan
mengungkapkan sifat ketentuan peraturan
informasi yang tidak perundang-undangan
dilaporkan tersebut dan mempunyai kewenangan
ketentuan peraturan untuk mengetahuinya.
perundang-undangan yang Situasi lain yang
menyebabkan tidak berkaitan dengan
dilaporkannya informasi keamanan publik dapat
tersebut juga mengakibatkan
informasi tersebut
dilarang untuk
diungkapkan dalam
laporan hasil
pemeriksaan.

Distribusi Laporan hasil pemeriksaan Laporan hasil


Laporan diserahkan kepada lembaga pemeriksaan harus
perwakilan, entitas yang didistribusikan tepat
diperiksa, pihak yang waktu kepada pihak
Kriteria SPAP (IAI) SPKN (BPK) Keterangan
mempunyai kewenangan yang berkepentingan
untuk mengatur entitas sesuai dengan ketentuan
yang diperiksa, pihak yang peraturan perundang-
bertanggung jawab untuk undangan. Namun
melakukan tindak lanjut dalam hal yang
hasil pemeriksaan, dan diperiksa merupakan
kepada pihak lain yang rahasia negara maka
diberi wewenang untuk untuk tujuan keamanan
menerima laporan hasil atau dilarang
pemeriksaan sesuai dengan disampaikan kepada
ketentuan peraturan pihak-pihak tertentu atas
perundang-undangan yang dasar ketentuan
berlaku peraturan perundang-
undangan yang berlaku,
pemeriksa dapat
membatasi
pendistribusian laporan
tersebut

International Standard on Auditing (ISA) tidak membagi standar auditing dengan kategori
seperti halnya Standar Pemeriksaan Akuntan Publik (SPAP). Pada ISA, tidak ada Standar
Umum, Standar Pekerjaan Lapangan, dan Standar Pelaporan. Penyajian standar-standar yang
ada di ISA sudah mencerminkan proses pengerjaan auditing.
Pendekatan pekerjaan audit menurut ISA dibagi kedalam enam tahap yaitu :
(1) persetujuan penugasan;
(2) pengumpulan informasi, pemahaman bisnis dan sistem akuntansi klien; serta
penentuan unit yang akan diaudit;
(3) pengembangan strategi audit;
(4) melaksanakan audit;
(5) membentuk opini; dan
(6) membuat laporan audit.
Perbedaan antara SPKN dan ISA dapat dilihat pada tabel berikut.
Kriteria ISA SPKN
Tujuan Untuk menetapkan standar Mengelola keuangan negara secara
memberikan bimbingan pada tanggung tertib, ekonomis, efisien, transparan
jawab auditor dalam membuat laporan dan bertanggung jawab dengan
audit laporan keuangan sehubungan memperhatikan rasa keadilan dan
dengan going concern dalam kepatutan, sesuai dengan ketentuan
pembuatan laporan keuangan, peraturan perundang-undangan yang
termasuk pernyatan manajemen dalam berlaku. Menyusun dan
penilaian entitas kemampuan untuk menyelenggarakan pengendalian
melanjutkan sebagai going concern. intern yang efektif

Tanggung Auditor mempertimbangan kejadian Pemeriksa bertanggung jawa untuk


Kriteria ISA SPKN
Jawab Auditor dan kondisi yang berkaitan dengan membantu manajemen dan para
going concern yang berkaitan dengan pengguna laporan hasil lainnya untuk
asumsi saat melakukan prosedur memhami tanggung jawab peme-
penilaian risiko, karena ini mungkin riksa terhadap standar pemeriksa.
lebih tepat waktu disesuaikan dengan
manajemen. Dengan cara tinjauan
manajemen dan resolusi dari setiap
isu-isu kepedulian akan indentifikasi.

Badan yang International Auditing and Assurance Badan Standar Pemeriksa Keuangan
Membuat Standards Board (IAASB) Negara (BPK)

BAB II
PEMBAHASAN ARTIKEL

1. Artikel 1
a. Identitas Artikel
Judul : Analisis Perbandingan SPAP, IAS, dan SPKN
Penulis : Maylia Pramono Sari
Tahun : 2010
b. Latar Belakang Artikel
Dalam rangka mewujudkan good governance pada sektor privat telah terdapat pedoman
pengelolaan keuangan yaitu Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dan pedoman auditnya
adalah Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP). Sedangkan terkait dengan pengelolaan
keuangan daerah pada sektor publik, telah diterbitkan PP No. 24/2005 mengenai Sandar
Akuntansi Pemerintahan yang mengatur penyajian laporan keuangan (dengan segala plus
minusnya). Namun sampai saat ini belum ada standar audit yang ditetapkan.
Dari pengalaman sebelumnya dan antisipasi tren perubahan pasca krisis Indonesia serta
memperhatikan perubahan pesat yang terjadi di AICPA Professional Standards sebagai
sumber acuan SPAP, Dewan SPAP selama tahun 1999 melakukan perombakan besar atas
SPAP per 1 Agustus 1994 dan menerbitkannya dalam buku yang diberi judul Standar
Professional Akuntan Publik per 1 Januari 2001.
Pada tahun 2004, melalui Konvensi Nasional Akuntan Indonesia telah diputuskan bahwa
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) akan melakukan adopsi sepenuhnya (full adoption)
International Standard on Auditings (ISA) yang diterbitkan oleh International Federation of
Accountants (IFAC). Dengan dilakukannya adopsi ISA, maka ISA akan menggantikan
Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang sekarang sebagian besar isinya diadopsi
dari AICPA Professional Standards tahun 1998.
Dalam hal pemeriksaan pengelolaan keuangan, sektor publik berhak diaudit oleh auditor
independen dari Kantor Akuntan Publik yang berpedoman pada Standar Profesional Akuntan
Publik (SPAP) dan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang berpedoman pada Standar
Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN).
c. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah melihat perbandingan mengenai standar pemeriksaan
nasional yaitu SPAP dan SPKN serta standar pemeriksaan internasional yaitu ISA untuk
menemukan standar yang lebih tepat dan lebih lengkap untuk pemeriksaan sektor publik.
d. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian komparatif.
Penelitian ini dilakukan dengan cara melakukan analisa perbandingan baik persamaan
ataupun perbedaan dari ketiga standar audit tersebut sehingga dapat diperoleh informasi
mengenai berbagai kelebihan dan kekurangan dari ketiga standar tersebut.
e. Hasil Penelitian
Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) merupakan pedoman bagi pekerja auditor di
Indonesia sebagai hasil pengembangan berkelanjutan yang telah dimulai sejak tahun 1973.
SPAP merupakan kodifikasi berbagai pernyataan standar teknis dan aturan etika yang terdiri
dari:
1. Pernyataan Standar Auditing
Standar auditing merupakan panduan audit atas laporan keuangan historis. Standar
auditing terdiri dari 10 standar dan dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar Auditing
(PSA).
2. Pernyataan Standar Atestasi
Standar atestasi memberikan rerangka untuk fungsi atestasi bagi jasa akuntansi publik
yang mencakup tingkat keyakinan tertinggi yang diberikan dalam jasa audit atas
laporan keuangan historis, pemeriksaan atas laporan keuangan prospektif, serta tipe
perikatan atestasi lain yang memberikan keyakinan yang lebih rendah (review,
pemeriksaan, dan prosedur yang disepakati). Standar atestasi terdiri dari 11 standar dan
dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar Atestasi (PSAT).
3. Pernyataan Standar Jasa Akuntansi dan Review
Standar jasa akuntansi dan review memberikan rerangka untuk fungsi nonatestasi bagi
jasa akuntan publik yang mencakup jasa akuntansi dan review. Standar jasa akuntansi
dan review dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar Jasa Akuntansi dan Review
(PSAR).
4. Pernyataan Standar Jasa Konsultasi
Standar jasa konsultasi memberikan panduan bagi praktisi yang menyediakan jasa
konsultasi bagi kliennya melalui kantor akuntan publik. Dalam jasa konsultasi, para
praktisi menyajikan temuan, kesimpulan, dan rekomendasi.
5. Pernyataan Standar Pengendalian Mutu
Standar pengendalian mutu memberikan panduan bagi kantor akuntan publik di dalam
melaksanakan pengendalian kualitas jasa yang dihasilkan oleh kantornya dengan
mematuhi berbagai standar yang diterbitkan oleh Dewan Standar Profesional Akuntan
Publik dan Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik, Ikatan Akuntan Indonesia.
International Auditing and Assurance Standards Board (IAASB) adalah badan yang
dibentuk oleh International of Accountants (IFAC) sebagai badan pembuat standar auditing
dan assurance. Standar yang diterbitkan oleh IAASB terbagi dalam tiga kategori.
1. Standar audit dan review informasi keuangan historis. Standar ini terjadi dari dua
standar yaitu: International Standard on Auditings (ISAs) dan International Standard
on Review Engagement (ISREs). Selanjutnya untuk membantu penerapan standar
auditing, IAASB mengeluarkan International Auditing Practice Statements (IAPSs).
Untuk penerapan standar review, IAASB juga mengeluarkan pedoman interpretasi dan
bantuan praktisnya yang diberi nama International Review Engagement Practice
Statement (IREPSs).
2. Standar untuk penugasan assurance selain audit atau review laporan keuangan historis.
IAASB mngeluarkan International Standard Assurance Engagements (ISAEs) dan
untuk penerapan lebih praktisnya, IAASB telah menerbitkan International Assurance
Engagement Practice Statements (IAEPS).
3. Standar untuk jasa lainnya. IAASB menerbitkan International Standard on Related
Services (ISRSs). Standar ini harus diterapkan pada penugasan kompilasi, pengolahan
informasi, dan jasa penugasan lain. Untuk penerapannya, IAASB mengeluarkan
pedoman interprestasi dan bantuan praktis yang diberi nama International Related
Service Practice Statements (IRSPSs).
Selain mengeluarkan standar untuk pekerjaan auditor, IAASB juga mengeluarkan standar
untuk memberikan mutu pelayanan yang baik yang dinamakan Standard on Quality Controls
(ISQCSs).
ISA tidak membagi standar auditing dengan kategori seperti halnya SPAP. Pada ISA,
tidak ada Standar Umum, Standar Pekerjaan Lapangan, dan Standar Pelaporan. Penyajian
standar-standar yang ada di ISA sudah mencerminkan proses pengerjaan auditing.
Pendekatan pekerjaan audit menurut ISA dibagi kedalam enam tahap dan dari keenam
tahap tersebut tidak jauh berbeda dengan pengaturan dalam SPAP yang menjadi pedoman
audit bagi KAP di Indonesia. Keenam tahap tersebut yaitu: (1) persetujuan penugasan, (2)
pengumpulan informasi, pemahaman bisnis dan sistem akuntansi klien, serta penetuan unit
yang akan diaudit, (3) pengembangan strategi audit, (4) melaksanakan audit, (5) membentuk
opini, (6) membuat laporan audit.
Dalam hal perbandingan SPAP dengan ISA, kecenderungannya memiliki banyak
persamaan dan hampir tidak ada perbedaan karena SPAP mengadopsi dari ISA. Adapun
persamaan ISA dengan SPKN terkait dengan tanggung jawab manajemen:
9. Tujuan ISA:
Tujuan dari ISA adalah untuk menetapkan standar memberikan bimbingan pada
tanggung jawab auditor dalam membuat laporan audit laporan keuangan sehubungan
dengan going concern dalam pembuatan laporan keuangan, termasuk pernyataan
manajemen dalam penilaian entitas kemampuan untuk melanjutkan sebagai going
concern.
Tujuan SPKN:
Tujuan dari SPKN adalah mengelola keuangan negara ecara tertib, ekonomis, efisien,
transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan
kepatuhan, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
10. Tanggung jawab auditor menurut ISA:
Auditor mempertimbangkan kejadian dan kondisi yang berkaitan dengan going concern
yang berkaitan dengan asumsi saat melakukan prosedur penilaian resiko, karena ini
mungkin lebih tepat waktu disesuaikan dengan manajemen.
Tanggung jawab auditor menurut SPKN:
Pemeriksa bertanggung jawab untuk membantu manajemen dan para pengguna laporan
hasil lainnya untuk memahami tanggung jawab pemeriksa terhadap standar pemeriksa.
Berdasarkan Badan yang membuatnya perbedaan ISA dengan SPKN, SPKN dikeluarkan
oleh BPK, sedangkan IAASB merupakan badan yang dibentuk oleh International Federation
of Accountants (IFAC) sebagai badan pembuat standar auditing dan assurance.
Persamaan SPAP dengan SPKN, keduanya mengenai standar umum, standar pekerjaan
lapangan dan standar pelaporan, sama-sama mengenal audit berdasarkan prosedur yang
disepakati.
Perbedaan dari SPAP dan SPKN mengenai tanggung jawab pemeriksa keuangan menurut
SPKN adalah menjunjung tinggi kepentingan publik sedangkan SPAP hanya pada kecukupan
bukti untuk pernyataan opini dan tanggung jawab profesi. Pada intinya SPKN hanya
mengatur hal-hal yang belum diatur SPAP, SPKN lebih luas, SPKN lebih kompleks daripada
SPAP.
Perbedaan SPKN dengan SPAP adalah terletak pada karakter pemeriksaan BPK. Karakter
tersebut adalah keharusan pemeriksa BPK untuk merancang prosedur pemeriksaan terhadap
kepatuhan yang terkait dengan pemeriksaan yag dilakukan dan waspada atas penyimpangan
lainnya. Pengujian terhadap kepatuhan atas peraturan perundang-undangan merupakan nilai
tambah pemeriksaan yang dilakukan BPK RI selama ini. Hal inilah yang membedakan
pemeriksaan BPK dengan pemeriksaan KAP.
f. Kesimpulan
Dalam rangka mewujudkan good governance terkait dengan pengelolaan keuangan
daerah, telah diterbitkan PP No. 24/2005 mengenai Standar Akuntansi Pemerintahan yang
mengatur penyajian laporan keuangan (dengan segala plus minusnya). Namun sampai saat ini
belum ada standar audit yang ditetapkan. Ketiadaan standar audit ini menimbulkan gap antara
auditor (BPK) dengan auditee (pemda). Gap dimaksud berupa persepsi auditee bahwa auditor
melakukan audit dengan hak prerogatif berupa UUD 1945 dan UU 15/2004.
Dalam hal ini dapat kita lihat bahwa sektor publik dalam pengelolaan keuangannya
menggunakan dualisme standar yaitu SAP dan SAK. Untuk pengelolaan sektor publik terkait
dengan kekayaan negara yang tidak dipisahkan menggunakan SAP, sedangkan kekayaan
negara yang dipisahkan yaitu yang dikelola BUMN/BUMD/pihak lain menggunakan SAK.
Namun dalam hal ini SPKN tetap digunakan untuk semua komponen keuangan negara baik
pemeriksaan atas pengelolaan kekayaan oleh pemerintah maupun BUMN/BUMD.
Perbedaan SPKN dengan SPAP adalah terletak pada karakter pemeriksaan BPK. Karakter
tersebut adalah keharusan pemeriksa BPK untuk merancang prosedur pemeriksaan terhadap
kepatuhan yang terkait dengan pemeriksaan yang dilakukan dan waspada atas penyimpangan
lainnya. Pengujian terhadap kepatuhan atas peraturan perundang-undangan merupakan nilai
tambah pemeriksaan yang dilakukan BPK RI selama ini. Hal inilah yang membedakan
pemeriksaan BPK dengan pemeriksaan KAP. Oleh karenanya, tidak salah kalau kita sebut
pemeriksaan BPK RI adalah pemeriksaan plus atau pemeriksaan bernilai tambah atau dengan
kata lain SPKN merupakan SPAP plus.

BAB III
PERTANYAAN DAN JAWABAN

1. Osra David (Kelompok 6)


Pertanyaan:
Salah satu yang menggunakan SPKN adalah pihak-pihak lain yang ingin menggunakan
SPK. Apa maksud dari pihak-pihak lain tersebut, apakah swasta juga bisa menerapkan
SPKN dalam melakukan pemeriksaan?
Jawaban:
Pihak-pihak lain seperti KAP yang ditunjuk oleh BPK untuk melakukan pemeriksaan
terhadap entitas sektor publik.
Maksudnya, ketika

2. Heri Faisal Harahap (Kelompok 2)


Pertanyaan:
BPK dan BPKP mempunyai fungsi yang sama, apakah BPKP juga menggunakan SPKN
ketika melakukan audit internal?
Jawaban:
BPKP tidak menggunakan SPKN karena BPKP tidak melakukan audit keuangan. BPKP
hanya melakukan audit kinerja dan audit dengan tujuan tertentu. Baik BPKP ataupun
Inspektorat mereka hanya mengeluarkan review internal dan review tersebut yang akan
digunakan BPK untuk melakukan pemeriksaan dengan menggunakan SPKN.

3. Dita Prismanisa (Kelompok 2)


Pertanyaan:
Apakah review terhadap laporan keuangan diatur di dalam SPKN?
Jawaban:

LAMPIRAN III
PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2017
STANDAR PEMERIKSAAN KEUANGAN NEGARA
PERNYATAAN STANDAR PEMERIKSAAN200

Supervisi adalah kegiatan yang mencakup pemberian arahan dan panduan kepada
Pemeriksa selama pemeriksaan untuk memastikan pencapaian tujuan pemeriksaan dan
pemenuhan standar pemeriksaan dengan tetap menerima informasi mutakhir tentang
masalah signifikan yang dihadapi, melaksanakan review atas pekerjaan yang dilakukan,
dan memberikan pelatihan (training) dan bimbingan (mentoring)yang efektif dalam rangka
pelaksanaan pengendalian mutu

Sifat dan luas supervisi, serta reviewatas hasil pekerjaan Pemeriksa dapat bervariasi
bergantung pada sejumlah faktor, seperti jumlah personel dalam tim Pemeriksa,
pentingnya pekerjaan pemeriksaan, dan pengalaman Pemeriksa.

Untuk meningkatkan kepercayaan pemangku kepentingan terhadap hasil pemeriksaan


BPK, mutlak diperlukan standar pengendalian mutu. Sistem pengendalian mutu BPK
harus sesuai dengan standar pengendalian mutu supaya kualitas pemeriksaan yang
dilakukan tetap terjaga. Sistem pengendalian mutu harus mencakup, tetapi tidak terbatas
pada, hal-hal seperti supervisi, review berjenjang, monitoring, dan konsultasi selama
proses pemeriksaan. Sistem pengendalian mutu BPK ditelaah secara intern dan juga oleh
badan pemeriksa keuangan negara lain yang menjadi anggota organisasi pemeriksa
keuangan sedunia

4. Siapakah yang mengaudit Badan Pemeriksa Keuangan ?


Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) juga diaudit sama seperti tugas yang dilakukannya
yakni mengaudit pengelolaan keuangan pemerintah pusat, pemerintah daerah termasuk
lembaga negara. Tapi audit terhadap BPK dilakukan Kantor Akuntan Publik (KAP) yang
diusulkan sendiri."Yang mengaudit BPK adalah akuntan publik yang dipilih oleh Komisi
XI DPR dari usulan BPK dan Kemenkeu dan disetujui oleh paripurna DPR," kata Wakil
Ketua Komisi XI Marwan Cik Asan saat dihubungi detikcom, Rabu (8/7/2015).
Aturan soal pengaudit BPK tertuang dalam Undang-Undang Nomor 15, Tahun 2006
tentang BPK. Pada Pasal 32 tentang Akuntabilitas dipaparkan mengenai pemeriksaan
pengelolaan dan tanggungjawab keuangan tahunan BPK yang dilakukan oleh akuntan
publik.
Pada ayat 2 Pasal 32, disebutkan akuntan publik pengaudit BPK ditunjuk oleh DPR
atas usul BPK dan Menteri Keuangan di mana masing-masin mengusulkan 3 nama
akuntan publik. "Akuntan publik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dalam 2 (dua)
tahunterakhir tidak melakukan tugas untuk dan atas nama BPK atau memberikan
jasa kepada BPK," demikian bunyi ayat 3 pada Pasal 32.
Hasil pemeriksaan nantinya diserahkan kepada DPR dengan salinan kepada
pemerintah untuk penyusunan laporan keuangan pemerintah pusat.
Pada tahun 2015, BPK diaudit oleh kantor akuntan publik Wisnu Soewito. Hak ini
diputuskan dalam rapat paripurna lanjutan di masa sidang ketiga tahun 2014-2015 dengan
agenda laporan Komisi XI DPR RI soal hasil fit and proper test Kantor Akuntan Publik
(KAP) sebagai pemeriksa laporan keuangan BPK Tahun 2014 pada 14 April 2015.
Saat itu Wakil Ketua Komisi XI, Gus Irawan Pasaribu dalam laporannya di paripurna
mengatakan putusan pihaknya yang secara musyawarah mufakat memilih Wisnu B
Soewito & Rekan.
Adapun KAP yang diajukan pihak Kementerian Keuangan adalah KAP Heliantono &
Rekan, KAP Doli, Bambang, Sulistyanto, Dadang & Ali, serta KAP Hadori Sugiarto
Adi&Rekan.Namun, satu calon KAP yang diusulkan BPK dan Menkeu memiliki
kesamaan yakni KAP Hadori Sugiarto Adi & Rekan. Sehingga jumlah KAP yang ikut uji
kelayakan dan kepatutan di Komisi XI pada saat itu ada lima KAP.

Anda mungkin juga menyukai