Dalam berbagai forum yang ada kaitannya dengan kegiatan akuntansi internasional seperti
IFRS, kita sering mendengar istilah harmonisasi dan konvergensi. Secara sederhana,
harmonisasi adalah upaya menyelaraskan standar-standar (akuntansi, pengauditan, dan lain-
lain) yang beraneka ragam. Ini dijajaki dalam dekade 1970-an dan mencapai momentumnya
di awal 1990-an. Gaung harmonisasi kita dengar di Indonesia, dan menjadi masukan dalam
penyusunan standar di Indonesia selama hampir seperrempat abad. Secara sederhana dunia
akuntansi (standard setting, enforcement, dan accounting governance) dibagi dalam apa yang
disebut tradisi Anglo-Saxon dan tradisi Daratan Eropa, dan negara-negara penganut tradisi
tersebut dikenal sebagai Anglo-Saxon countries dan Continental European countries.
“Peningkatan dalam integrasi perekonomian dunia” tidak lain dari globalisasi. Konvergensi
adalah konsekuensi logis dari globalisasi. Jika harmonisasi mengisyaratkan keselarasan,
maka konvergensi menuntut keseragaman.
Report On The Observance Of Standards and Codes (lebih dikenal dengan singkatannya
“ROSC”) merupakan inisiatif bersama antara Bank Dunia dan IMF. ROSC mengulas berbagi
hambatan yang dihadapi profesi, regulator, dan dunia usaha (misalnya usaha kecil dan
menengah atau UKM). Beberapa di antara hambatan ini sudah dijawab, antara lain dengan
Undang-Undang Akuntan Publik Nomor 5 Tahun 2011, meskipun masih harus diikuti dengan
aturan pelaksanaan dan penegakkan hukumnya. Pelaksanaan dan penegakan hukum ini,
dalam ROSC, dicatat sebagai salah satu kelemahan kita. IAI dilaporkan mencapai banyak
kemjuan dalam upaya konvergensi IFRS. ROSC terdiri atas bagian-bagian sebagai berikut:
Pengantar
Kerangka Instusional
Standar Akuntansi yang dirancang dan dipraktikkan
Standar Auditing yang dirancang dan dipraktikkan
Persepsi Mengenai Mutu Pelaporan Keuangan
Rekomendasi Kebijakan
SMO 1 – Membuat dan memublikasi quality control standards dan petunjuk bagi
KAP untuk mengimplementasikan sistem pengendalian mutu sesuai International
Standard on Quality Control (ISQC)
SMO 2 – Berkenaan dengan standar pendidikan bagi akuntan profesional, petunjuk
mengenai pendidikan bagi akuntan profesional, dan terbitan mengenai pendidikan
bagi akuntan profesional yang diterbitkan oleh Education Committee of IFAC
(EDCOM)
SMO 3 – Berkenaan dengan standar pengendalian mutu, auditing, dan asurans untuk
anggota (dalam hal ini anggota IAPI)
SMO 4 – Berkenaan dengan kode etik dan pernyataan lainnya yang diterbitkan oleh
teh Ethics Committee of IFAC
SMO 5 – Berkenaan dengan International Public Sector Accounting Standards
(IPSASs) dan petunjuk lain yang diterbitkan the Public Sector Committee (PSC) of
IFAC
SMO 6 – Berkenaan dengan investigasi dan penjatuhan sanksi dalam pelanggaran
perilaku, termasuk tetapi tidak terbatas pada, pelanggaran standar dan ketentuan
profesional oleh anggota (maksudnya anggota IAPI), dan jika diatur dalam
ketentuan perundang-undangan, oleh KAP
SMO 7 – Berkenaan dengan IFRS yang duterbitkan oleh IASB
Lima dari kewajiban yang disebutkan di atas, masuk “wilayah IAPI”, yakni SMO 1 sampai
dengan 4, dan SMO 6.
Pemilihan sampel (di antara) praktisi ini dilakukan secara sangat informal, atas dasar
pengetahuan penulis bahwa KAP mereka sudah melaksanakan ISA, dan kesediaan para
praktisi menjadi responden atau menunjuk partner lain dalam KAP nya, untuk menjadi
responden. Dengan perkataan lain, mungkin saja ada KAP lain yang sudah melaksanakan
ISA, namun tidak menjadi sampel dalam survei kecil ini. Penulis mengajukan pertanyaan
mengenai pelaksanaan ISA oleh KAP yang bersangkutan. Semua praktisi (akuntan publik)
yang berpartisipasi dalam survei kecil, menjawab kuesioner secara lisan atau tertulis, dalam
kapasitas pribadi, dan bukan atas nama KAP di mana mereka berpraktik. Semua responden
berpraktik dalam KAP yang mempunyai jaringan praktik akuntansi global atau internasional.
Alternatifnya ialah melahirkan dan memberdayakan Organisasi Audit Indonesia (OAI). OAI
ini dicantumkan dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik,,
khususnya Pasal 33 ayat 2 huruf (a). OAI dapat menjadi wadah untuk menyusun pedoman
audit bagi KAP yang menjadi anggota ISA dan materi lain yang berkaitan dengan ISA dapat
diunduh dengan cuma-cuma di situs Web IFAC.
Semua responden berkomunikasi dengan klien mereka tentang rencana penerapan ISA. Salah
satu responden memberi tips yaitu dalam mengomunikasikan ISA, KAP jangan terjebak
dalam perangkap “metodologi audit terdahulu mengandung cacat”.
Sebagai bagian dari pertanyaan di atas, penulis menambahkan: apakah klien setuju,
keberatan, bertanya tentang dampak audit berbasis ISA terhadap fee, atau apakah ada yag
pindah KAP (sebagai akibat dari perubahan dalam pendekatan audit?). inilah jawabannya:
Tanggapan auditor terhadap risiko ayng dinilai utuk risiko salah saji material,
didokumentasikan dalam suatu rencana audit yang:
Uji Pengendalian
o Identifikasi pengendalian yang intern yang relevan, yang jika diuji,
dapat mengurangi lingkup prosedur substantif lainnya.
o Identifikasi setiap asersi yang tidak dapat ditangani dengan prosedur
substantif saja.
Prosedur Analitikal Substantif
Ini adalah prosedur di mana jumlah total suatu arus transaksi (misalnya
penjualan) dapat diperkirakan dengan cukup tepat berdasarkan bukti yang
tersedia.
Pendadakan
Dalam hal tertentu, auditor perlu memasukkan unsur pendadakan dalam
prosedur audit, misalnya ketika menanggapi salah saji material karena
kecurangan.
Management Override
Auditor juga mempertimbangkan perlunya prosedur audit yang spesifik
menangani kemungkinan management override atau putusan manajemen
untuk meniadakan atau mengabaikan pengendalian dengan membuat
“pengecualian”.
Significant Risks
Istilah significant risks atau risiko signifikan dalam ISAs mempunyai makna
khusus.
3. Pelaporan/Reporting
Tahap melaporkan meliputi:
Merumuskan pendapat berdasarkan bukti audit yang diperoleh
Membuat dan menerbitkan menerbitkan laporan yang tepat, sesuai kesimpulan
yang ditarik
Dokumentasi
Dokumentasi audit yang cukup, diharuskan agar auditor yang berpengalaman, yang tidak
berhubungan dengan audit itu, memahami:
Hal kecil yang dipertimbangkan, atau semua kearifan profesional yang diterapkan
dalam audit
Kepatuhan terhadap hal-hal yang ditunjukkan dengan jelas dalam dokumen lain dalam
audit file
Fleksibilitas waktu
Upaya tim audit terfokus pada area kunci
Prosedur audit terfokus pada resiko
Pemahaman atas pengendalian internal
Komunikasi tepat waktu
Sebagai tambahan, ISAs berisi sejumlah alinea yang membahas pertimbangan khusus untuk
audit entitas kecil dan menengah. Bahan-bahan ini merupakan petunjuk berharga dalam
menerapkan ketentuan ISA tertentu dalam konteks audit entitas kecil dan menengah.
Beberapa saran untuk menerapkan kewajiban yang ditetapkan ISAs dalam penugasan audit
yang kecil adalah sebagai berikut:
Ambillah waktu untuk membaca seluruh clarified ISAs dan latihan staf
Ambillah waktu untuk merencanakan audit dengan baik, meskipun entitasnya kecil
Evaluasi lingkungan pengendalian
Sempurnakan auditnya, buta peningkatan dari tahun ke tahun, apakah KAP Anda atau
KAP lain yang mengaudit tahun lalu