Anda di halaman 1dari 7

MENGAPA MENGADOPSI ISA?

Dari Harmonisasi Menuju Konvergensi

Dalam berbagai forum yang ada kaitannya dengan kegiatan akuntansi internasional seperti
IFRS, kita sering mendengar istilah harmonisasi dan konvergensi. Secara sederhana,
harmonisasi adalah upaya menyelaraskan standar-standar (akuntansi, pengauditan, dan lain-
lain) yang beraneka ragam. Ini dijajaki dalam dekade 1970-an dan mencapai momentumnya
di awal 1990-an. Gaung harmonisasi kita dengar di Indonesia, dan menjadi masukan dalam
penyusunan standar di Indonesia selama hampir seperrempat abad. Secara sederhana dunia
akuntansi (standard setting, enforcement, dan accounting governance) dibagi dalam apa yang
disebut tradisi Anglo-Saxon dan tradisi Daratan Eropa, dan negara-negara penganut tradisi
tersebut dikenal sebagai Anglo-Saxon countries dan Continental European countries.
“Peningkatan dalam integrasi perekonomian dunia” tidak lain dari globalisasi. Konvergensi
adalah konsekuensi logis dari globalisasi. Jika harmonisasi mengisyaratkan keselarasan,
maka konvergensi menuntut keseragaman.

Adopsi ISA dari Perspektif Lembaga Internasional

Report On The Observance Of Standards and Codes (lebih dikenal dengan singkatannya
“ROSC”) merupakan inisiatif bersama antara Bank Dunia dan IMF. ROSC mengulas berbagi
hambatan yang dihadapi profesi, regulator, dan dunia usaha (misalnya usaha kecil dan
menengah atau UKM). Beberapa di antara hambatan ini sudah dijawab, antara lain dengan
Undang-Undang Akuntan Publik Nomor 5 Tahun 2011, meskipun masih harus diikuti dengan
aturan pelaksanaan dan penegakkan hukumnya. Pelaksanaan dan penegakan hukum ini,
dalam ROSC, dicatat sebagai salah satu kelemahan kita. IAI dilaporkan mencapai banyak
kemjuan dalam upaya konvergensi IFRS. ROSC terdiri atas bagian-bagian sebagai berikut:

 Pengantar
 Kerangka Instusional
 Standar Akuntansi yang dirancang dan dipraktikkan
 Standar Auditing yang dirancang dan dipraktikkan
 Persepsi Mengenai Mutu Pelaporan Keuangan
 Rekomendasi Kebijakan

Telaah ROSC menggunakan International Financial Reporting Standards (IFRS) dan


International Standards on Auditing (ISA) sebagai acuan, berdasarkan pengalaman
internasional dan good practices dalam bidang regulasi akuntansi dan auditing. Telaahan ini
menggunakan diagnostic template yang dikembangkan Bank Dunia untuk memudahkan
penilaian. Laporan ini menyajikan ringkasan eksekutif yang sangat tegas, dibandingkan
dengan kutipan dari bagian-bagian lain. Dalam pemahasan mengenai kerangka institusional
memiliki kutipan yang menyatakan “The Indonesia Institute of Accountants has decided to
move toward full ISA compliance starting with the audit of FY2007.” Terjemahan bebas:
“Ikatan Akuntansi Indonesia telah memutuskan untuk berpindah (dari PSAK lama) ke ISA
secara penuh mulai tahun buku 2007.”
ROSC mengusulkan perlunya petunjuk-petunjuk yang memadai dan pelatihan yang
mendalam bagi auditor. Pengalaman negara-negara lain dan pengalaman KAP-KAP di
Indonesia menguatkan usulan tadi. Kembali ke pernyataan pokoknya: Mengapa Indonesia
“harus” beralih ke standar akuntansi dan audit internasional (konvergensi dengan IFRS dan
adopsi ISA)? Mengadopsi atau tidak mengadopsi ISA adalah sepenuhnya keputusan
Indonesia bukan Bank Dunia dan IMF. Mengadopsi atau tidak mengadopsi ISA harus dilihat
dari segi kestabian dan kemantapan pasar uang, pasar modal, dan penanaman modal di
Indonesia. Kestabilan dan kemantapan ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
profesi akuntansi.

Pengalaman Negara Lain

Bagaimana pengalaman negara-negara lain dalam mengadopsi standar-standar internasional


(IFRS dan ISA)? Makalah yang membahas pengalaman negara lain ditulis oleh dua staf Bank
Dunia dan seorang analis kebijakan yang sangat terlibat dalam kegiatan ROSC; mereka
adalah John Hegarty, Frederic Gielen, dan Ana Cristina Hirata Barros. Makalah mereka
berasal dari bahan presentasi pada konferensi mengenai “Challenges Associted with the
Implementation of International Accounting & Auditing Standards” tanggal 15 Oktober
2004, dalam Financial Stability Forum di Basel, Swiss dan pada konferensi mengenai
“Practical Implementation Challenges of IFRS” pada tanggal 26 Oktober 2004 dalam United
Nations Conference on Trade and Development di Geneva, Swiss. Judul makalah mereka
agak panjang, yakni Implementation of International Accounting and Auditing Standards:
Lessons Learned from the World Bank’s Accounting and Auditing ROSC Program. Lessons
Learned from ROSC Program ini ditulis pada awal kuartal keempat tahun 2004.hal ini
kembali menunjukkan bahwa gagasan dan gerkan menuju ISA (dan IFRS) bukan sesuatu
yang baru. Maklah ini memerinci hambatan-hambatan bagi penerapan stndar iternasional.
Bagian berjudul Impediments to the Successful Implementation of International Standards
membahas tentang hambatan-hambatan sebagai berikut:

 Kesalahpahaman mengenai sifat standar internasional


 Tidak ada atau minimnya mekanisme yang tepat untuk memberikan otoritas bagi
standar internasional di tingkat nasional
 Tidak sejalannya standar internasional dengan kerangka hukum di negara tersebut
 Tidak ada atau minimnya keterkaitan antara pelaporan keuangan untuk tujuan umum
dan pelaporan yang ditentukan oleh regulator
 Tidak tepatnya lingkup penerapan standar internasional
 Tidak dapat diamatinya kepatuhan
 Hal-hal yang perlu diperbaiki dalam standar yang bersangkutan
 Ketidaksesuaian antara ketentuan akuntansi dan auditing dengan kemampuan untuk
melaksanakannya
 Ketidaksesuian antara ketentuan akuntansi dan auditing dengan kemampuan regulator
atau pengawas untuk memaksakannya
 Peran khusus jejaring kantor akuntan internasional

Proyek ISA di Indonesia


Lembaga internasional yang mencetuskan dan mendorong gagasan mengenai ISA dan IFRS
adalah IFAC dan afiliasinya. Bank Dunia dan IMF memonitor kemajuan negara-negara yang
mengimplementasikan IFRS dan ISA. Keanggotaan Indonesia di IFAC diwakili oleh IAI.
Sebagai anggota IFAC Indonesia mempunyai kewajiban yang dituangkan dalam Statements
of Membership Obligations disingkat SMO. SMO diterbitkan oleh IFAC Board pada bula
April 2004, dan dapat diperoleh dari situs Web IFAC. Ada tujuh kewajiban anggota IFAC
yang disebut dalam SMO, yakni kewajiban sebagai berikut.

 SMO 1 – Membuat dan memublikasi quality control standards dan petunjuk bagi
KAP untuk mengimplementasikan sistem pengendalian mutu sesuai International
Standard on Quality Control (ISQC)
 SMO 2 – Berkenaan dengan standar pendidikan bagi akuntan profesional, petunjuk
mengenai pendidikan bagi akuntan profesional, dan terbitan mengenai pendidikan
bagi akuntan profesional yang diterbitkan oleh Education Committee of IFAC
(EDCOM)
 SMO 3 – Berkenaan dengan standar pengendalian mutu, auditing, dan asurans untuk
anggota (dalam hal ini anggota IAPI)
 SMO 4 – Berkenaan dengan kode etik dan pernyataan lainnya yang diterbitkan oleh
teh Ethics Committee of IFAC
 SMO 5 – Berkenaan dengan International Public Sector Accounting Standards
(IPSASs) dan petunjuk lain yang diterbitkan the Public Sector Committee (PSC) of
IFAC
 SMO 6 – Berkenaan dengan investigasi dan penjatuhan sanksi dalam pelanggaran
perilaku, termasuk tetapi tidak terbatas pada, pelanggaran standar dan ketentuan
profesional oleh anggota (maksudnya anggota IAPI), dan jika diatur dalam
ketentuan perundang-undangan, oleh KAP
 SMO 7 – Berkenaan dengan IFRS yang duterbitkan oleh IASB

Lima dari kewajiban yang disebutkan di atas, masuk “wilayah IAPI”, yakni SMO 1 sampai
dengan 4, dan SMO 6.

Pengalaman KAP Mengadopsi ISA

Pemilihan sampel (di antara) praktisi ini dilakukan secara sangat informal, atas dasar
pengetahuan penulis bahwa KAP mereka sudah melaksanakan ISA, dan kesediaan para
praktisi menjadi responden atau menunjuk partner lain dalam KAP nya, untuk menjadi
responden. Dengan perkataan lain, mungkin saja ada KAP lain yang sudah melaksanakan
ISA, namun tidak menjadi sampel dalam survei kecil ini. Penulis mengajukan pertanyaan
mengenai pelaksanaan ISA oleh KAP yang bersangkutan. Semua praktisi (akuntan publik)
yang berpartisipasi dalam survei kecil, menjawab kuesioner secara lisan atau tertulis, dalam
kapasitas pribadi, dan bukan atas nama KAP di mana mereka berpraktik. Semua responden
berpraktik dalam KAP yang mempunyai jaringan praktik akuntansi global atau internasional.

Kapan KAP Mulai Melaksanakan ISA?


Atas pertanyaan ini, responden memberikan jawaban yang bervariasi antara tahun 2000
sampai 2008. Kesimpulan menunjukkan betapa pentingnya peran IAPI dan DSP dalam
menyediakan terjemahan ISA, exposure draft, pembahasan exposure draft, penerbitan standar
yang baru, dan sosialisasi dari standar-standar itu kepada anggota. DSP berperan dalam
menyiapkan pedoman bagi anggota IAPI, peran DSP serupa dengan peran jaringan yang
menyediakan Audit Manuals bagi memberfirms-nya.

Alternatifnya ialah melahirkan dan memberdayakan Organisasi Audit Indonesia (OAI). OAI
ini dicantumkan dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik,,
khususnya Pasal 33 ayat 2 huruf (a). OAI dapat menjadi wadah untuk menyusun pedoman
audit bagi KAP yang menjadi anggota ISA dan materi lain yang berkaitan dengan ISA dapat
diunduh dengan cuma-cuma di situs Web IFAC.

Komunikasi dengan Klien

Semua responden berkomunikasi dengan klien mereka tentang rencana penerapan ISA. Salah
satu responden memberi tips yaitu dalam mengomunikasikan ISA, KAP jangan terjebak
dalam perangkap “metodologi audit terdahulu mengandung cacat”.

Bagaimana Tanggapan Klien?

Sebagai bagian dari pertanyaan di atas, penulis menambahkan: apakah klien setuju,
keberatan, bertanya tentang dampak audit berbasis ISA terhadap fee, atau apakah ada yag
pindah KAP (sebagai akibat dari perubahan dalam pendekatan audit?). inilah jawabannya:

 Tanggapan responden pada umumnya, “fee is not an issue”


 Ada responden yang kehilangan klien karena penerapan ISA
 Klien memberikan tanggapan yang sangat positif ketika kami menegaskan dampak
ISA tertentu dalam audit yang akan datang
 Karena pelaksanaan ISA, kami justru mendapatkan klien baru
 Pada umunya klien setuju

Komunikasi dengan Regulator

Jawaban responden sangat bervariasi:

 Kami tidak mengomunikasikan rencana atau implementasi ISA


 Kami tidak mengomunikasikan hal ini kepada regulator
 Hubungan kami dengan regulator adalah bagian yang tidak terpisahkan dari firm
policy
 Tidak secara khusus, namun dalam kesempatan review berkala oleh PPAJ, kami
menginformasikan bahwa metodologi sudah mengadopsi ISAs
 KAP tidak mempunyai kebijakan khusus untuk mengomunikasikan ISA kepada
regulator.
BAB 4

Melaksanakan Audit Berbasis Risiko

1. Risk Assessment (Menilai Risiko).


Yaitu melaksanakan prosedur penilaian risiko untuk mengidentifikasi dan menilai
risiko salah saji yang material dalam laporan keuangan. Tujuan auditor adalah
mengidentifikasi dan menilai salah saji yang material, karena kecurangan atau
kesalahan, pada tingkat laporan keuangan dan asersi, melalui pemahaman terhadap
entitas dan lingkungannya, termasuk pengendalian intern entitas, yang memberikan
dasar untuk mernacang dan mengimpelemntasikan tanggapan terhadap risiko (salah
saji material) yang dinilai. Ada beberapa keharusan dalam tahap risk assessment:
 Sejak awal, libatkan audit senior
 Tekankan skeptisisme profesional
 Rencanakan auditnya
 Laksanakan diskusi tim audit dan komunikasi berkelanjutan
 Fokus pada idenntifikasi risiko
 Evaluasi secara cerdas tanggapan manajemen mengenai risiko
 Gunakan kearifan profesional
2. Risk response (Menanggapi Risiko)
Yaitu merancang dan melaksanakan prosedur audit selanjutnya yang menanggapi
risiko (salah saji yang material) yang telah diidentifikasi dan dinilai, pada tingkat
laporan keuangan dan asersi. Tujuan auditor adalah memperoleh bukti audit yang
cukup dan tepat tentang risiko (salah saji material) yang dinilai, dengan merancang
dan mengimplementasikan tanggapan yang tepat terhadap risiko tersebut. Dalam
tahap ini, auditor:
 Menilai risiko bawaan dan risiko pengendalian pada tingkat laporan keuangan
dan pada tingkat asersi (untuk setiap jenis transaksi, saldo akun, dan
pengungkapan).
 Mengembangkan prosedur audit yang menanggapi risiko yang dinilai.

Tanggapan auditor terhadap risiko ayng dinilai utuk risiko salah saji material,
didokumentasikan dalam suatu rencana audit yang:

 Berisi tanggapan menyeluruh atas risiko yang diidentifikasi pada tingkat


laporan keuangan
 Menangani area laporan keuangan yang material
 Berisi sifat, luasnya, dan penjadwalan perosedur audit spesifik untuk
menanggapi risiko salah saji material, pada tingkat asersi

Beberapa hal yang menajdi pertimbangan auditor dalam merencanakan kombinasi


prosedur audit yang tepat untuk menanggapi risiko, termasuk berikut ini:

 Uji Pengendalian
o Identifikasi pengendalian yang intern yang relevan, yang jika diuji,
dapat mengurangi lingkup prosedur substantif lainnya.
o Identifikasi setiap asersi yang tidak dapat ditangani dengan prosedur
substantif saja.
 Prosedur Analitikal Substantif
Ini adalah prosedur di mana jumlah total suatu arus transaksi (misalnya
penjualan) dapat diperkirakan dengan cukup tepat berdasarkan bukti yang
tersedia.
 Pendadakan
Dalam hal tertentu, auditor perlu memasukkan unsur pendadakan dalam
prosedur audit, misalnya ketika menanggapi salah saji material karena
kecurangan.
 Management Override
Auditor juga mempertimbangkan perlunya prosedur audit yang spesifik
menangani kemungkinan management override atau putusan manajemen
untuk meniadakan atau mengabaikan pengendalian dengan membuat
“pengecualian”.
 Significant Risks
Istilah significant risks atau risiko signifikan dalam ISAs mempunyai makna
khusus.
3. Pelaporan/Reporting
Tahap melaporkan meliputi:
 Merumuskan pendapat berdasarkan bukti audit yang diperoleh
 Membuat dan menerbitkan menerbitkan laporan yang tepat, sesuai kesimpulan
yang ditarik

Tujuan auditor adalah:

 Merumuskan opini mengenai laporan keuangan berdasarkan evaluasi atas


kesimpulan yang ditarik atas bukti audit yang diperoleh
 Memberikan opini dengan jelas, melalui laporan tertulis, yang juga
menjelaskan dasar (untuk memberikan) pendapat tersebut

Dalam tahap ini sangatlah penting untuk menentukan:

 Setaip perubahan dalam tingkat risiko yang dimuat


 Apakah kesimpulan yang ditarik dari pekerjaan audit sudah tepat
 Apakah ada situasi mencurigakan yang dialami
 Risiko tambahan (yang sebelumnya tidak teridentifikasi) sudah dinilai dengan
tepat dan prosedur audit selanjutnya, sudah dilaksanakan sebagaimana
diwajibkan (ISAs)

Jika semua prosedur sudah dilaksanakan dan kesimoulan dicapai maka:


 Temuan audit dilaporkan kepada manajemen dan TCWG (those charged with
governance)
 Opini audit dirumuskan dan keputusan mengenai redaksi yang tepat untuk
laporan auditor, harus dibuat

Dokumentasi

Dokumentasi audit yang cukup, diharuskan agar auditor yang berpengalaman, yang tidak
berhubungan dengan audit itu, memahami:

 Sifat, jadwal waktu, dan luasnya prosedur audit yang dilaksanakan


 Hasil pelaksanaan prosedur tersebut dan bukti audit yang diperoleh
 Hal-hal penting yang timbul selama audit berlangsung, kesimpulan yang ditarik, dan
kearifan profesional yang diterapkan untuk sampai pada kesimpulan itu

Auditor tidak perlu mendokumentasikan:

 Hal kecil yang dipertimbangkan, atau semua kearifan profesional yang diterapkan
dalam audit
 Kepatuhan terhadap hal-hal yang ditunjukkan dengan jelas dalam dokumen lain dalam
audit file

Manfaat Audit Berbasis Risiko

 Fleksibilitas waktu
 Upaya tim audit terfokus pada area kunci
 Prosedur audit terfokus pada resiko
 Pemahaman atas pengendalian internal
 Komunikasi tepat waktu

ISAs untuk Entitas Kecil

Sebagai tambahan, ISAs berisi sejumlah alinea yang membahas pertimbangan khusus untuk
audit entitas kecil dan menengah. Bahan-bahan ini merupakan petunjuk berharga dalam
menerapkan ketentuan ISA tertentu dalam konteks audit entitas kecil dan menengah.
Beberapa saran untuk menerapkan kewajiban yang ditetapkan ISAs dalam penugasan audit
yang kecil adalah sebagai berikut:

 Ambillah waktu untuk membaca seluruh clarified ISAs dan latihan staf
 Ambillah waktu untuk merencanakan audit dengan baik, meskipun entitasnya kecil
 Evaluasi lingkungan pengendalian
 Sempurnakan auditnya, buta peningkatan dari tahun ke tahun, apakah KAP Anda atau
KAP lain yang mengaudit tahun lalu

Anda mungkin juga menyukai