Anda di halaman 1dari 309

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 5 TAHUN 2021
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS JABATAN FUNGSIONAL PEMERIKSA

SEKRETARIS JENDERAL BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 47 Peraturan Menteri


Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 49 Tahun 2018 tentang Jabatan Fungsional Pemeriksa,
ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan Jabatan
Fungsional Pemeriksa diatur dengan Peraturan Sekretaris
Jenderal Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia dan
Peraturan Badan Kepegawaian Negara sesuai dengan
kewenangan masing-masing;
b. bahwa Keputusan Sekretaris Jenderal Badan Pemeriksa
Keuangan Nomor 292/K/X-XIII.2/6/2011 tentang Petunjuk Teknis
Jabatan Fungsional Pemeriksa sudah tidak sesuai lagi dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan, perkembangan, dan
kebutuhan organisasi, sehingga perlu diganti;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan
Sekretaris Jenderal Badan Pemeriksa Keuangan tentang
Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Pemeriksa;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan


Pemeriksa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2006 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4654);
2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5494);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin
Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2010 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5135);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang
Manajemen Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2017 Nomor 63, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 6037) sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2020 tentang
Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017
tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 68, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6477);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2019 tentang Penilaian
Kinerja Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2019 Nomor 77, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 6340);
6. Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 4 Tahun 2010
tentang Jabatan Fungsional Pemeriksa pada Badan Pemeriksa
Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010
Nomor 136);
7. Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 1 Tahun 2017
tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 1, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6010);
8. Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 7 Tahun
2017 tentang Tata Cara Pelantikan dan Pengambilan Sumpah/
Janji Jabatan Administrator, Jabatan Pengawas, Jabatan
Fungsional, dan Jabatan Pimpinan Tinggi (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 902) sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Badan Kepegawaian Negara Nomor
21 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Peraturan Kepala
Badan Kepegawaian Negara Nomor 7 Tahun 2017 tentang Tata
Cara Pelantikan dan Pengambilan Sumpah/Janji Jabatan
Administrator, Jabatan Pengawas, Jabatan Fungsional, dan
Jabatan Pimpinan Tinggi (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2017 Nomor 1802);
9. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 38 Tahun 2017 tentang Standar
Kompetensi Jabatan Aparatur Sipil Negara (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 1907);
10. Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 3 Tahun 2018
tentang Penyusunan Peraturan, Instruksi, Surat Edaran,
Keputusan, dan Pengumuman pada Badan Pemeriksa
Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2018
Nomor 27);
11. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 49 Tahun 2018 tentang Jabatan
Fungsional Pemeriksa (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2018 Nomor 1420);
12. Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 4 Tahun 2018
tentang Kode Etik Badan Pemeriksa Keuangan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 274, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6295);
13. Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 5 Tahun 2018
tentang Majelis Kehormatan Kode Etik Badan Pemeriksa
Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2018
Nomor 275, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 6296);
14. Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 1 Tahun 2019
tentang Organisasi dan Tata Kerja Pelaksana Badan Pemeriksa
Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019
Nomor 62) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Badan
Pemeriksa Keuangan Nomor 2 Tahun 2020 tentang Perubahan
atas Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 1 Tahun
2019 tentang Organisasi dan Tata Kerja Pelaksana Badan
Pemeriksa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2020 Nomor 197);
15. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 13 Tahun 2019 tentang Pengusulan,
Penetapan, dan Pembinaan Jabatan Fungsional Pegawai Negeri
Sipil (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor
834);
16. Peraturan Badan Kepegawaian Negara Nomor 26 Tahun 2019
tentang Pembinaan Penyelenggara Penilaian Kompetensi
Pegawai Negeri Sipil (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2019 Nomor 1143);
17. Peraturan Badan Kepegawaian Negara Nomor 48 Tahun 2019
tentang Petunjuk Pelaksanaan Pembinaan Jabatan Fungsional
Pemeriksa (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2019
Nomor 1695);
18. Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor
5/K/I-XIII.2/10/2015 tentang Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Badan Pemeriksa Keuangan;
19. Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor
5/K/I-XIII.2/5/2016 tentang Pedoman Manajemen Penunjang
Pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan;
20. Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor
9/K/I-XIII.2/8/2017 tentang Pedoman Penyusunan dan Revisi
Perangkat Lunak pada Badan Pemeriksa Keuangan;
21. Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor
2/K/I-XIII.2/4/2020 tentang Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Investigatif, Penghitungan Kerugian Negara/Daerah, dan
Pemberian Keterangan Ahli Badan Pemeriksa Keuangan;
22. Keputusan Sekretaris Jenderal Badan Pemeriksa Keuangan
Nomor 335/K/X-XIII.2/7/2011 tentang Standar Kompetensi
Teknis Pemeriksa Badan Pemeriksa Keuangan;
23. Keputusan Sekretaris Jenderal Badan Pemeriksa Keuangan
Nomor 9/K/X-XIII.2/1/2014 tentang Pedoman Pendidikan dan
Pelatihan Fungsional di Bidang Pemeriksaan;
24. Keputusan Sekretaris Jenderal Badan Pemeriksa Keuangan
Nomor 438/K/X-XIII.2/10/2015 tentang Petunjuk Teknis
Pemeriksaan dan Penjatuhan Hukuman Disiplin Pegawai Negeri
Sipil pada Pelaksana Badan Pemeriksa Keuangan;

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL BADAN PEMERIKSA
KEUANGAN TENTANG PETUNJUK TEKNIS JABATAN
FUNGSIONAL PEMERIKSA

Pasal 1
Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Pemeriksa yang selanjutnya disebut Juknis JFP
merupakan pedoman penerapan Jabatan Fungsional Pemeriksa yang rinci dan bersifat
teknis bagi Pemeriksa dan pejabat terkait lainnya agar terdapat kesatuan pandangan dan
pengertian dalam melaksanakan ketentuan-ketentuan terkait Jabatan Fungsional
Pemeriksa.

Pasal 2
Juknis JFP disusun dengan sistematika sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
BAB II : JENJANG JABATAN, PANGKAT, DAN GOLONGAN
BAB III : PENGANGKATAN DALAM JABATAN FUNGSIONAL PEMERIKSA
BAB IV : PELANTIKAN DAN PENGAMBILAN SUMPAH/JANJI
BAB V : KEGIATAN YANG DAPAT DINILAI SEBAGAI ANGKA KREDIT
BAB VI : TUGAS LIMPAH
BAB VII : PENILAIAN DAN PENETAPAN ANGKA KREDIT
BAB VIII : PEJABAT YANG MENGUSULKAN ANGKA KREDIT, TIM PENILAI, DAN
PEJABAT YANG BERWENANG MENETAPKAN ANGKA KREDIT
BAB IX : KENAIKAN JABATAN DAN KENAIKAN PANGKAT
BAB X : KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL PEMERIKSA
BAB XI : PENILAIAN KINERJA, PENEGAKAN DISIPLIN, DAN PENEGAKAN
KODE ETIK
BAB XII : PEMBERHENTIAN DARI JABATAN FUNGSIONAL PEMERIKSA
BAB XIII : PENGANGKATAN KEMBALI DALAM JABATAN FUNGSIONAL
PEMERIKSA
BAB XIV : KEIKUTSERTAAN PADA ORGANISASI PROFESI PEMERIKSA
BAB XV : PENGISIAN DAN PENEMPATAN PEMERIKSA PADA SATUAN KERJA
YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN PERUMUSAN PERENCANAAN
STRATEGIS PEMERIKSAAN, EVALUASI DAN PELAPORAN
PEMERIKSAAN, PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PEMERIKSAAN,
PENGUATAN ASPEK HUKUM DALAM PEMERIKSAAN,
PEMERIKSAAN DAN REVIEW TEKNOLOGI INFORMASI, DAN
PENGAWASAN/PENJAMINAN MUTU SELURUH PELAKSANAAN
PEMERIKSAAN
BAB XVI : PENUTUP.

Pasal 3
Juknis JFP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan ini.

Pasal 4
Dokumen penilaian angka kredit, keputusan pengangkatan, kenaikan jabatan,
pemberhentian, dan pengangkatan kembali dalam Jabatan Fungsional Pemeriksa yang
sudah ada sebelum Peraturan ini berlaku, dinyatakan masih tetap berlaku.

Pasal 5
Pada saat Peraturan ini mulai berlaku, bahan usulan penilaian dan penetapan angka kredit
beserta lampiran yang dibuat berdasarkan Keputusan Sekretaris Jenderal Badan Pemeriksa
Keuangan Nomor 292/K/X-XIII.2/6/2011 tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional
Pemeriksa, dinyatakan tetap berlaku sampai dengan tanggal 31 Agustus 2021.

Pasal 6
Pada saat Peraturan ini mulai berlaku, Keputusan Sekretaris Jenderal Badan Pemeriksa
Keuangan Nomor 292/K/X-XIII.2/6/2011 tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional
Pemeriksa, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 7
mulai berlaku
Peraturan ini mulai berlaku pada
pada tanggal
tanggal ditetapkan
ditetapkan dan
dan memiliki
mempunyai
dayadaya
laku laku
surut surut
sejak
terhitung4 mulai
tanggal tanggal
Januari 2021 4 Januari 2021.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 29 Maret 2021

SEKRETARIS JENDERAL BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

BAHTIAR ARIF

Salinan sesuai dengan aslinya


BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Kepala Direktorat Utama Pembinaan dan Pengembangan
Hukum Pemeriksaan Keuangan Negara,

Blucer Welington Rajagukguk


LAMPIRAN : PERATURAN SEKJEN BPK RI
NOMOR : 5 TAHUN 2021
TANGGAL : 29 MARET 2021

JKS-J.101.000/2021
Tanggal 30 April 2021

PETUNJUK TEKNIS
JABATAN FUNGSIONAL PEMERIKSA

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA
TAHUN 2021
Juknis JFP Daftar Isi

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ..................................................................................................................................................i
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................................................iv
DAFTAR TABEL ......................................................................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................................. 1
A. Latar Belakang .............................................................................................................................. 1
B. Maksud dan Tujuan ....................................................................................................................... 2
C. Ruang Lingkup .............................................................................................................................. 2
D. Dasar Hukum ................................................................................................................................ 3
E. Pengertian dan Kedudukan JFP..................................................................................................... 5
F. Sistematika Penyajian ................................................................................................................... 5
BAB II JENJANG JABATAN, PANGKAT, DAN GOLONGAN .............................................................. 7
A. Jenjang Jabatan dalam JFP ............................................................................................................ 7
B. Kebutuhan JFP .............................................................................................................................. 7
C. Pangkat dan Golongan dalam JFP ................................................................................................. 7
BAB III PENGANGKATAN DALAM JABATAN FUNGSIONAL PEMERIKSA ................................ 10
A. Pejabat yang Berwenang Mengangkat ........................................................................................ 10
B. Pengangkatan Pertama ................................................................................................................ 10
1. Persyaratan.............................................................................................................................. 10
2. Mekanisme.............................................................................................................................. 12
3. Bagan Alur.............................................................................................................................. 13
C. Pengangkatan Perpindahan dari Jabatan Lain ............................................................................. 15
1. Persyaratan.............................................................................................................................. 15
2. Mekanisme.............................................................................................................................. 18
3. Bagan Alur.............................................................................................................................. 21
D. Pengangkatan Melalui Promosi ................................................................................................... 23
1. Persyaratan.............................................................................................................................. 23
2. Mekanisme.............................................................................................................................. 24
3. Bagan Alur.............................................................................................................................. 25
BAB IV PELANTIKAN DAN PENGAMBILAN SUMPAH/JANJI ........................................................ 27
A. Kewajiban Pelantikan dan Pengambilan Sumpah/Janji .............................................................. 27
B. Tata Cara Pelaksanaan Pelantikan dan Pengambilan Sumpah/Janji ........................................... 27
BAB V KEGIATAN YANG DAPAT DINILAI SEBAGAI ANGKA KREDIT ...................................... 30
A. Kegiatan Pemeriksaan ................................................................................................................. 30
1. Pemeriksaan Keuangan, Pemeriksaan Kinerja, dan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu,
serta Kegiatan Lainnya yang Dilaksanakan pada AKN I s.d. VII dan BPK Perwakilan ........ 30
2. Pemeriksaan Investigatif......................................................................................................... 41
3. Perumusan Rencana Strategis Pemeriksaan ........................................................................... 58
4. Evaluasi dan Pelaporan Pemeriksaan ..................................................................................... 60
5. Penelitian dan Pengembangan Pemeriksaan ........................................................................... 63
6. Penguatan Aspek Hukum dalam Pemeriksaan ....................................................................... 65
7. Pemeriksaan dan Review Teknologi Informasi ....................................................................... 68
8. Pengawasan/Penjaminan Mutu Seluruh Pelaksanaan Pemeriksaan ....................................... 70
B. Kegiatan Pengembangan Profesi Pemeriksa ............................................................................... 72
1. Pembuatan Karya Tulis/Karya Ilmiah di Bidang Pemeriksaan .............................................. 72
2. Penerjemahan/Penyaduran Buku dan Bahan-bahan Lainnya di Bidang Pemeriksaan ........... 74
3. Penyusunan Pedoman/Ketentuan Pelaksanaan/Ketentuan Teknis di Bidang Pemeriksaan .... 75
4. Bimbingan bagi Pemeriksa di Bawah Jenjang Jabatannya/Tutorial Profesi ........................... 75

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan i


Juknis JFP Daftar Isi

5. Kegiatan Pengembangan Kompetensi di Bidang Pemeriksaan .............................................. 76


C.
Kegiatan Penunjang Tugas Pemeriksaan .................................................................................... 82
1. Pengajar/Instruktur/Narasumber dan Penyusun Modul dalam Diklat .................................... 82
2. Keanggotaan dalam Organisasi Profesi yang Berkaitan dengan Bidang Pemeriksaan .......... 83
3. Kepanitiaan Pengembangan Pemeriksaan dan/atau Kelembagaan ......................................... 83
4. Keanggotaan dalam Tim Penilai ............................................................................................. 84
5. Memperoleh Tanda Penghargaan/Tanda Jasa......................................................................... 84
6. Memperoleh Ijazah/Gelar Pendidikan Lainnya ...................................................................... 85
7. Penyusunan/Pemutakhiran dan Review DEP .......................................................................... 85
8. Penelaahan Hasil Pengaduan Masyarakat............................................................................... 86
9. Pendampingan Konsultan dan/atau Pimpinan, Pejabat BPK terkait Pengembangan
Pemeriksaan dan/atau Kelembagaan ...................................................................................... 86
10. Pembuatan Laporan Berkala ................................................................................................... 86
D. Pendidikan ................................................................................................................................... 87
1. Pendidikan Sekolah dan Memperoleh Ijazah/Gelar................................................................ 87
2. Diklat Fungsional/Teknis serta Memperoleh STTPP atau Sertifikat ...................................... 88
3. Diklat Prajabatan .................................................................................................................... 90
E. Penyetaraan Butir Kegiatan yang Dapat Dinilai Angka Kredit................................................... 90
BAB VI TUGAS LIMPAH ......................................................................................................................... 91
A. Pengertian .................................................................................................................................... 91
B. Jenis Tugas Limpah..................................................................................................................... 91
C. Penugasan yang Tidak Dapat Diakui Sebagai Tugas Limpah..................................................... 92
D. Penghitungan Angka Kredit dalam Penugasan Tugas Limpah ................................................... 93
E. Mekanisme Pelaksanaan Tugas Limpah ..................................................................................... 95
BAB VII PENILAIAN DAN PENETAPAN ANGKA KREDIT ............................................................... 96
A. Hubungan antara Angka Kredit dengan Kinerja Pegawai ........................................................... 96
B. Pengusulan Angka Kredit............................................................................................................ 96
C. Penilaian dan Penetapan Angka Kredit ....................................................................................... 98
D. Mekanisme Pengusulan Angka Kredit ...................................................................................... 100
E. Mekanisme Penilaian dan Penetapan Angka Kredit ................................................................. 100
F. Transparansi dalam Penilaian Angka Kredit ............................................................................. 101
G. Sanksi ........................................................................................................................................ 102
H. Jadwal Kegiatan ........................................................................................................................ 102
I. Bagan Alur ................................................................................................................................ 103
BAB VIII PEJABAT YANG MENGUSULKAN ANGKA KREDIT, TIM PENILAI, DAN PEJABAT
YANG BERWENANG MENETAPKAN ANGKA KREDIT.......................................................... 106
A. Pejabat yang Mengusulkan Angka Kredit ................................................................................. 106
B. Tim Penilai Angka Kredit JFP .................................................................................................. 106
1. Tugas Tim Penilai ................................................................................................................. 107
2. Tugas Sekretariat Tim Penilai .............................................................................................. 108
3. Pengangkatan dan Pemberhentian Tim Penilai dan Sekretariat Tim Penilai ........................ 109
C. Pejabat yang Berwenang Menetapkan Angka Kredit................................................................ 111
BAB IX KENAIKAN JABATAN DAN KENAIKAN PANGKAT ........................................................ 112
A. Kenaikan Jabatan....................................................................................................................... 112
B. Kenaikan Pangkat ...................................................................................................................... 116
C. Komposisi dan Kewajiban Angka Kredit.................................................................................. 125
D. Tabungan Angka Kredit ............................................................................................................ 127
BAB X KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL PEMERIKSA ....................................................... 128
A. Standar Kompetensi .................................................................................................................. 128
B. Uji Kompetensi ......................................................................................................................... 128
C. Pengembangan Kompetensi ...................................................................................................... 131
1. Pengertian Pengembangan Kompetensi dalam JFP .............................................................. 131
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan ii
Juknis JFP Daftar Isi

2. Bentuk Pengembangan Kompetensi dalam JFP ................................................................... 131


3. Pelatihan Fungsional dalam JFP ........................................................................................... 131
4. Pelatihan Teknis Bidang Pemeriksaan.................................................................................. 132
5. Pengembangan Kompetensi Lainnya ................................................................................... 133
BAB XI PENILAIAN KINERJA, PENEGAKAN DISIPLIN, DAN PENEGAKAN KODE ETIK ...... 134
A. Penilaian Kinerja ....................................................................................................................... 134
B. Penegakan Disiplin.................................................................................................................... 137
C. Penegakan Kode Etik ................................................................................................................ 137
BAB XII PEMBERHENTIAN DARI JABATAN FUNGSIONAL PEMERIKSA ................................ 139
A. Pejabat yang Berwenang Menetapkan Keputusan .................................................................... 139
B. Kondisi/Kriteria......................................................................................................................... 139
C. Mekanisme ................................................................................................................................ 141
D. Jadwal........................................................................................................................................ 144
E. Bagan Alur ................................................................................................................................ 145
BAB XIII PENGANGKATAN KEMBALI DALAM JABATAN FUNGSIONAL PEMERIKSA ........ 146
A. Pejabat yang Berwenang Menetapkan Keputusan .................................................................... 146
B. Kondisi/Kriteria......................................................................................................................... 146
C. Mekanisme ................................................................................................................................ 147
D. Jadwal........................................................................................................................................ 151
E. Bagan Alur ................................................................................................................................ 151
BAB XIV KEIKUTSERTAAN PADA ORGANISASI PROFESI PEMERIKSA ................................... 153
A. Organisasi Profesi Pemeriksa .................................................................................................... 153
B. Keikutsertaan pada Organisasi Profesi Pemeriksa .................................................................... 156
BAB XV PENGISIAN DAN PENEMPATAN PEMERIKSA PADA SATUAN KERJA YANG
MELAKSANAKAN KEGIATAN PERUMUSAN RENCANA STRATEGIS PEMERIKSAAN,
EVALUASI DAN PELAPORAN PEMERIKSAAN, PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
PEMERIKSAAN, PENGUATAN ASPEK HUKUM DALAM PEMERIKSAAN,
PEMERIKSAAN DAN REVIEW TEKNOLOGI INFORMASI, DAN PENGAWASAN/
PENJAMINAN MUTU SELURUH PELAKSANAAN PEMERIKSAAN ...................................... 157
A. Pengangkatan ............................................................................................................................ 157
B. Penempatan/Mutasi ................................................................................................................... 158
BAB XVI PENUTUP ............................................................................................................................... 161
A. Pemberlakuan Juknis JFP .......................................................................................................... 161
B. Pemutakhiran Juknis JFP .......................................................................................................... 161
C. Pemantauan Juknis JFP ............................................................................................................. 161
GLOSARIUM ........................................................................................................................................... 286

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan iii


Juknis JFP Daftar Gambar

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Bagan Alur Mekanisme Pengangkatan Pertama dalam JFP ................................................... 14


Gambar 2. Bagan Alur Mekanisme Pengangkatan melalui Perpindahan dari Jabatan Lain ke dalam
JFP .......................................................................................................................................... 22
Gambar 3. Bagan Alur Mekanisme Pengangkatan Melalui Promosi ....................................................... 26
Gambar 4. Bagan Alur Mekanisme Pengusulan Angka Kredit .............................................................. 104
Gambar 5. Bagan Alur Mekanisme Penilaian dan Penetapan Angka Kredit ......................................... 105
Gambar 6. Struktur Organisasi Tim Penilai ........................................................................................... 107
Gambar 7. Bagan Alur Mekanisme Kenaikan Jabatan dalam JFP ......................................................... 115
Gambar 8. Bagan Alur Mekanisme Kenaikan Pangkat dalam JFP di BPK Pusat.................................. 123
Gambar 9. Bagan Alur Mekanisme Kenaikan Pangkat dalam JFP di BPK Perwakilan ....................... 124
Gambar 10. Mekanisme Uji Kompetensi ................................................................................................. 130
Gambar 11. Mekanisme Pemberhentian dari JFP .................................................................................... 145
Gambar 12. Mekanisme Pengangkatan Kembali ke dalam JFP ............................................................... 152
Gambar 13. Mekanisme Pembentukan Organisasi Profesi Pemeriksa ..................................................... 155
Gambar 14. Mekanisme Penempatan Pemeriksa Ahli Muda pada Satuan Kerja yang Melaksanakan
Kegiatan Perumusan Rencana Strategis Pemeriksaan, Evaluasi dan Pelaporan
Pemeriksaan, Penelitian dan Pengembangan Pemeriksaan, Penguatan Aspek Hukum
dalam Pemeriksaan, Pemeriksaan dan Review TI, dan Pengawasan/Penjaminan Mutu
Seluruh Pelaksanaan Pemeriksaan ........................................................................................ 160

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan iv


Juknis JFP Daftar Tabel

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jadwal Kegiatan Pengusulan, Penilaian, dan Penetapan Angka Kredit ...................................... 102
Tabel 2. Komposisi Angka Kredit Paling Rendah untuk Kenaikan Jabatan atau Kenaikan Pangkat ....... 125

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan v


Juknis JFP Daftar Lampiran

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran III. 1 Format Surat Keterangan Memiliki Integritas dan Moralitas ....................................... 162
Lampiran III. 2 Contoh Keputusan Pengangkatan Pertama dalam JFP ................................................. 163
Lampiran III. 3 Format Surat Keterangan Memiliki Pengalaman, Integritas, dan Moralitas ................. 165
Lampiran III. 4 Format Daftar Riwayat Hidup ...................................................................................... 166
Lampiran III. 5 Angka Kredit Pengalaman untuk Pengangkatan Perpindahan dari Jabatan Lain untuk
Jabatan Pimpinan Tinggi, Jabatan Administrator, dan Jabatan Pengawas pada
Pelaksana BPK .............................................................................................................. 169
Lampiran III. 6 Contoh Keputusan Pengangkatan Perpindahan dari Jabatan Lain ke dalam JFP ......... 169
Lampiran III. 7 Format Surat Keterangan Memiliki Rekam Jejak, Integritas, dan Moralitas ................ 171
Lampiran III. 8 Format Surat Keterangan Tidak Pernah Melakukan Pelanggaran Kode Etik dan
Profesi PNS dan Tidak Pernah Dikenakan Hukuman Disiplin PNS............................. 172
Lampiran III. 9 Contoh Keputusan Pengangkatan Melalui Promosi dalam JFP .................................... 173
Lampiran IV Berita Acara Pengambilan Sumpah/Janji Jabatan ........................................................ 175
Lampiran V. 1 Format SKPP ................................................................................................................ 177
Lampiran V. 2 Format SP2P ................................................................................................................. 178
Lampiran V. 3 Pemberian Angka Kredit, Pelaksana Kegiatan, dan Bukti Fisik untuk Kegiatan
Pemeriksaan Keuangan, Pemeriksaan Kinerja, dan PDTT, serta Kegiatan Lainnya
pada AKN I-VII dan BPK Perwakilan .......................................................................... 179
LLampiran V. 4 Pemberian Angka Kredit, Pelaksana Kegiatan, dan Bukti Fisik untuk Kegiatan
Pemeriksaan Investigatif dan Kegiatan Lainnya pada AUI .......................................... 193
Lampiran V. 5 Pemberian Angka Kredit, Pelaksana Kegiatan, dan Bukti Fisik untuk Kegiatan
Perumusan Renstra Pemeriksaan pada Subdirektorat Perencanaan Strategis ............... 224
Lampiran V. 6 Pemberian Angka Kredit, Pelaksana Kegiatan, dan Bukti Fisik untuk Kegiatan
Evaluasi dan Pelaporan Pemeriksaan pada Direktorat Evaluasi dan Pelaporan
Pemeriksaan .................................................................................................................. 228
Lampiran V. 7 Pemberian Angka Kredit, Pelaksana Kegiatan, dan Bukti Fisik untuk Kegiatan
Penelitian dan Pengembangan Pemeriksaan pada Subdirektorat Litbang Pemeriksaan
Keuangan, Subdirektorat Litbang Pemeriksaan Kinerja, dan Subdirektorat Litbang
PDTT ............................................................................................................................ 238
Lampiran V. 8 Pemberian Angka Kredit, Pelaksana Kegiatan, dan Bukti Fisik untuk Kegiatan
Penguatan Aspek Hukum dalam Pemeriksaan pada Ditama Binbangkum PKN .......... 241
Lampiran V. 9 Pemberian Angka Kredit, Pelaksana Kegiatan, dan Bukti Fisik untuk Kegiatan
Pemeriksaan dan Review TI pada Subbagian Dukungan Pemeriksaan ......................... 246
Lampiran V. 10 Pemberian Angka Kredit, Pelaksana Kegiatan, dan Bukti Fisik untuk Kegiatan
Pengawasan/Penjaminan Mutu Seluruh Pelaksanaan Pemeriksaan pada Inspektorat
Utama ............................................................................................................................ 248
Lampiran V. 11 Contoh Organisasi Profesi dan Sertifikasi yang Berkaitan dengan Bidang
Pemeriksaan .................................................................................................................. 253
Lampiran V. 12 Pemberian Angka Kredit, Pelaksana Kegiatan, dan Bukti Fisik untuk Kegiatan
Pengembangan Profesi Pemeriksa ................................................................................ 255
Lampiran V. 13 Pemberian Angka Kredit, Pelaksana Kegiatan, dan Bukti Fisik untuk Kegiatan
Penunjang Tugas Pemeriksaan...................................................................................... 260
Lampiran V. 14 Pemberian Angka Kredit, Pelaksana Kegiatan, dan Bukti Fisik untuk Kegiatan
Pendidikan..................................................................................................................... 265
Lampiran VI Contoh Keterangan Tugas Limpah ............................................................................... 267
Lampiran VII. 1 Format DUPAK ............................................................................................................ 268
Lampiran VII. 2 Contoh Surat Pernyataan telah Melakukan Kegiatan Pemeriksaan .............................. 271
Lampiran VII. 3 Contoh Surat Pernyataan telah Melakukan Kegiatan Pengembangan Profesi .............. 272
Lampiran VII. 4 Contoh Surat Pernyataan telah Melakukan Kegiatan Unsur Penunjang ....................... 273
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan vi
Lampiran VII. 5 Contoh Surat Pernyataan telah Melakukan Kegiatan Pendidikan ................................. 274
Lampiran VII. 6 Contoh Surat Penyampaian DUPAK ............................................................................ 275
Lampiran VII. 7 Format DUPENAK ....................................................................................................... 276
Lampiran VII. 8 Format PAK .................................................................................................................. 277
Lampiran IX Contoh Keputusan Kenaikan Jabatan dalam JFP .......................................................... 279
Lampiran XII Contoh Keputusan Pemberhentian dari JFP .................................................................. 281
Lampiran XIII. 1 Tambahan Angka Kredit Sebagai Penghargaan bagi Pemeriksa yang Diangkat
Kembali ke dalam JFP setelah Diberhentikan dari JFP karena Ditugaskan Secara
Penuh pada Jabatan Pimpinan Tinggi, Jabatan Administrator, Jabatan Pengawas,
atau Jabatan Pelaksana .................................................................................................. 283
Lampiran XIII. 2 Contoh Keputusan Pengangkatan Kembali dalam JFP ................................................. 284

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan vii


Juknis JFP Bab I

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
01 Berdasarkan ketentuan Pasal 9 ayat (1) huruf h Undang-Undang Nomor BPK berwenang
15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), BPK membina JFP
berwenang membina Jabatan Fungsional Pemeriksa (JFP). JFP
berkedudukan sebagai pelaksana teknis di bidang pemeriksaan. Dalam
implementasinya, BPK menugaskan Sekretaris Jenderal selaku Pejabat
Pembina Kepegawaian untuk mengelola JFP di lingkungan BPK.
02 Penerapan JFP di lingkungan BPK mengalami dinamika, baik dalam Dinamika penerapan JFP
tataran implementasi maupun pada perangkat lunak yang menjadi dasar
dan acuan penerapannya.
03 Penerapan JFP telah dilakukan evaluasi untuk mengetahui kendala dan Evaluasi penerapan JFP
permasalahan dalam pelaksanaannya. Evaluasi dilaksanakan pada tahun
2013 melalui kegiatan pemantauan penerapan Juknis JFP. Berdasarkan
hasil pemantauan, diketahui terdapat beberapa permasalahan dalam
penerapan JFP. Permasalahan tersebut berasal dalam substansi Juknis JFP
itu sendiri maupun pada implementasinya yang melibatkan subsistem lain.
Hasil pemantauan yang dimaksud antara lain: permasalahan penerapan
jenjang peran senior dan junior dalam JFP; pemberian angka kredit untuk
kegiatan Pemeriksaan Pendahuluan/Interim perlu diubah dari output
menjadi jam pelaksanaan kegiatan (mandays), kegiatan pemeriksaan yang
belum diperhitungkan angka kreditnya, kegiatan seminar/lokakarya yang
akan disempurnakan menjadi unsur pengembangan profesi,
menambahkan jurnal sebagai media publikasi dalam kegiatan Membuat
Karya Tulis/Karya Ilmiah Hasil Penelitian di Bidang Pemeriksaan yang
Dipublikasikan, kegiatan Penyiapan Bahan dan/atau Pemberian
Keterangan Ahli dimasukkan dalam butir kegiatan Pemeriksaan
Investigatif, persyaratan pengangkatan kembali ke dalam JFP belum
mengakomodir penyetaraan kegiatan bagi Pemeriksa yang menjalani
penugasan secara penuh di luar JFP, persyaratan hukuman disiplin dalam
pembebasan sementara dari JFP bertentangan dengan ketentuan disiplin
Pegawai Negeri Sipil (PNS), dan butir kegiatan Pemeriksa Golongan II
sudah tidak relevan dan perlu dihapuskan.
04 Perubahan ketentuan terkait JFP berlangsung dinamis. Pengaturan Perubahan ketentuan
Aparatur Sipil Negara (ASN) telah ditetapkan dengan Undang-Undang jabatan fungsional
Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara. Ketentuan ini
memberi perhatian akan pentingnya jabatan fungsional sebagai penggerak
kinerja satuan organisasi. Jabatan fungsional pada kategori keahlian
ditetapkan mulai dari jenjang ahli pertama, ahli muda, ahli madya, dan ahli
utama. Kemudian, melalui Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017
tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil, perubahan pengaturan jabatan
fungsional semakin terlihat signifikan. Dengan adanya perubahan
ketentuan tersebut, pengaturan JFP di lingkungan BPK telah
disempurnakan melalui Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 49 Tahun 2018 tentang
Jabatan Fungsional Pemeriksa. Penyempurnaan tersebut mencakup antara

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 1


Juknis JFP Bab I

lain: pengaturan JFP berdasarkan jabatan dan menyesuaikan nomenklatur


jenjangnya sebagai jabatan fungsional keahlian; menambahkan
persyaratan dalam pengangkatan pertama dalam JFP dan perpindahan dari
jabatan lain ke dalam JFP; menghapuskan ketentuan pembebasan
sementara dari JFP dan menyesuaikannya menjadi pemberhentian dari
JFP; menambahkan tugas sebagai Instansi Pembina JFP; dan
menambahkan pengaturan mengenai organisasi profesi. Selain itu, adanya
perubahan struktur organisasi pada pelaksana tugas pemeriksaan
mendorong perlunya menyediakan butir kegiatan pemeriksaan
investigatif. Dalam rangka menjamin kesinambungan pengelolaan JFP di
masa transisi, Sekretaris Jenderal menetapkan Peraturan Sekretaris
Jenderal BPK Nomor 5 Tahun 2019 tentang Penerapan Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik
Indonesia Nomor 49 Tahun 2018 tentang Jabatan Fungsional Pemeriksa
dalam Masa Transisi.
Dinamika pengaturan jabatan fungsional masih berlanjut dengan
ditetapkannya Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi Nomor 13 Tahun 2019 tentang Pengusulan,
Penetapan, dan Pembinaan Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil.
Kemudian, Pemerintah juga menyempurnakan sejumlah ketentuan jabatan
fungsional melalui Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2020 tentang
Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang
Manajemen Pegawai Negeri Sipil.
05 Agar selaras dengan perkembangan penerapan JFP, Keputusan Sekretaris Penyempurnaan Juknis
Jenderal BPK Nomor 292/K/X-XII.2/6/2011 tentang Petunjuk Teknis JFP
Jabatan Fungsional Pemeriksa perlu disempurnakan.

B. Maksud dan Tujuan


06 Juknis JFP dimaksudkan sebagai pedoman penerapan JFP yang rinci dan Maksud
bersifat teknis bagi Pemeriksa dan pejabat terkait lainnya agar terdapat
kesatuan pandangan dan pengertian dalam melaksanakan ketentuan-
ketentuan JFP.
07 Tujuan Juknis JFP adalah untuk memberikan kemudahan dalam Tujuan
pemahaman guna memperlancar pelaksanaan kegiatan-kegiatan terkait
JFP.

C. Ruang Lingkup
08 Juknis JFP mengatur tata laksana JFP yang berlaku bagi Pemeriksa pada Ruang lingkup Juknis JFP
satuan kerja Auditorat Utama Keuangan Negara (AKN) I-VII, Auditorat
Utama Investigasi (AUI), BPK Perwakilan, Direktorat Utama Pembinaan
dan Pengembangan Hukum Pemeriksaan Keuangan Negara (Ditama
Binbangkum PKN), Direktorat Utama Perencanaan, Evaluasi, dan
Pengembangan Pemeriksaan Keuangan Negara, Subbagian Dukungan
Pemeriksaan, Inspektorat Utama, dan pejabat terkait lainnya dalam
penerapan JFP.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 2


Juknis JFP Bab I

D. Dasar Hukum
09 Dasar hukum yang melandasi Juknis JFP adalah sebagai berikut: Dasar hukum yang
a. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa melandasi Juknis JFP
Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor
85, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4654);
b. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494);
c. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin
Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2010 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5135);
d. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen
Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2017 Nomor 63, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 6037) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 17 Tahun 2020 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah
Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 68,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6477);
e. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2019 tentang Penilaian
Kinerja Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2019 Nomor 77, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 6340);
f. Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 4 Tahun 2010 tentang
Jabatan Fungsional Pemeriksa pada Badan Pemeriksa Keuangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 136);
g. Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 1 Tahun 2017 tentang
Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2017 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 6010);
h. Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 7 Tahun 2017
tentang Tata Cara Pelantikan dan Pengambilan Sumpah/Janji Jabatan
Administrator, Jabatan Pengawas, Jabatan Fungsional, dan Jabatan
Pimpinan Tinggi (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017
Nomor 902) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Badan
Kepegawaian Negara Nomor 21 Tahun 2017 tentang Perubahan atas
Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 7 Tahun 2017
tentang Tata Cara Pelantikan dan Pengambilan Sumpah/Janji Jabatan
Administrator, Jabatan Pengawas, Jabatan Fungsional, dan Jabatan
Pimpinan Tinggi (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017
Nomor 1802);
i. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 38 Tahun 2017 tentang Standar
Kompetensi Jabatan Aparatur Sipil Negara (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2017 Nomor 1907);
j. Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 3 Tahun 2018 tentang
Penyusunan Peraturan, Instruksi, Surat Edaran, Keputusan, dan
Pengumuman pada Badan Pemeriksa Keuangan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 27);

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 3


Juknis JFP Bab I

k. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan


Reformasi Birokrasi Nomor 49 Tahun 2018 tentang Jabatan
Fungsional Pemeriksa (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018
Nomor 1420);
l. Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 4 Tahun 2018 tentang
Kode Etik Badan Pemeriksa Keuangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2018 Nomor 274, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 6295);
m. Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 5 Tahun 2018 tentang
Majelis Kehormatan Kode Etik Badan Pemeriksa Keuangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 275,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6296);
n. Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 1 Tahun 2019 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Pelaksana Badan Pemeriksa Keuangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 62)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Badan Pemeriksa
Keuangan Nomor 2 Tahun 2020 tentang Perubahan atas Peraturan
Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 1 Tahun 2019 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Pelaksana Badan Pemeriksa Keuangan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 197);
o. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 13 Tahun 2019 tentang Pengusulan,
Penetapan, dan Pembinaan Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 834);
p. Peraturan Badan Kepegawaian Negara Nomor 26 Tahun 2019 tentang
Pembinaan Penyelenggara Penilaian Kompetensi Pegawai Negeri
Sipil (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 1143);
q. Peraturan Badan Kepegawaian Negara Nomor 48 Tahun 2019 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Pembinaan Jabatan Fungsional Pemeriksa
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 1695);
r. Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor
5/K/I-XIII.2/10/2015 tentang Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Badan Pemeriksa Keuangan;
s. Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor
5/K/I-XIII.2/5/2016 tentang Pedoman Manajemen Penunjang
Pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan;
t. Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor
9/K/I-XIII.2/8/2017 tentang Pedoman Penyusunan dan Revisi
Perangkat Lunak pada Badan Pemeriksa Keuangan;
u. Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor
2/K/I-XIII.2/4/2020 tentang Pedoman Manajemen Pemeriksaan
Investigatif, Penghitungan Kerugian Negara/Daerah, dan Pemberian
Keterangan Ahli Badan Pemeriksa Keuangan;
v. Keputusan Sekretaris Jenderal Badan Pemeriksa Keuangan Nomor
335/K/X-XIII.2/7/2011 tentang Standar Kompetensi Teknis
Pemeriksa Badan Pemeriksa Keuangan;
w. Keputusan Sekretaris Jenderal Badan Pemeriksa Keuangan Nomor
9/K/X-XIII.2/1/2014 tentang Pedoman Pendidikan dan Pelatihan
Fungsional di Bidang Pemeriksaan; dan

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 4


Juknis JFP Bab I

x. Keputusan Sekretaris Jenderal Badan Pemeriksa Keuangan Nomor


438/K/X-XIII.2/10/2015 tentang Petunjuk Teknis Pemeriksaan dan
Penjatuhan Hukuman Disiplin Pegawai Negeri Sipil pada Pelaksana
Badan Pemeriksa Keuangan.

E. Pengertian dan Kedudukan JFP


10 Ketentuan Pasal 1 angka 10 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 Pengertian JFP
tentang BPK menyatakan bahwa Pemeriksa adalah orang yang
melaksanakan tugas pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara untuk dan atas nama BPK. Lebih lanjut dinyatakan
dalam Pasal 34 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006
bahwa Pemeriksa merupakan jabatan fungsional yang menjadi salah satu
bagian dari Pelaksana BPK.
Ketentuan Pasal 1 angka 8 Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 49 Tahun 2018 tentang Jabatan
Fungsional Pemeriksa menyatakan bahwa JFP adalah jabatan yang
mempunyai ruang lingkup, tugas, tanggung jawab, dan wewenang
memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang
diduduki oleh PNS di lingkungan BPK.
11 JFP berkedudukan sebagai pelaksana teknis fungsional bidang Kedudukan JFP
pemeriksaan di lingkungan BPK. Dalam melaksanakan tugasnya,
Pemeriksa berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab secara
langsung kepada Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama, Pejabat
Administrator, atau Pejabat Pengawas yang memiliki keterkaitan dengan
pelaksanaan tugas pemeriksaan. Kedudukan JFP dalam struktur organisasi
tergambar dalam peta jabatan. JFP adalah jabatan karier di lingkungan
BPK.
Selain berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab secara langsung
kepada Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama, Pejabat Administrator, atau
Pejabat Pengawas, Pemeriksa bertanggung jawab melaksanakan dan
menyelesaikan penugasan berdasar tugas jabatan sesuai jenjangnya.

F. Sistematika Penyajian
12 Sistematika penyajian Juknis JFP adalah sebagai berikut: Sistematika penyajian
BAB I Pendahuluan Juknis JFP
BAB II Jenjang Jabatan, Pangkat, dan Golongan
BAB III Pengangkatan dalam JFP
BAB IV Pelantikan dan Pengambilan Sumpah/Janji
BAB V Kegiatan yang Dapat Dinilai Sebagai Angka Kredit
BAB VI Tugas Limpah
BAB VII Penilaian dan Penetapan Angka Kredit
BAB VIII Pejabat yang Mengusulkan Angka Kredit, Tim Penilai, dan
Pejabat yang Berwenang Menetapkan Angka Kredit
BAB IX Kenaikan Jabatan dan Kenaikan Pangkat
BAB X Kompetensi JFP
BAB XI Penilaian Kinerja, Penegakan Disiplin, dan Penegakan
Kode Etik
BAB XII Pemberhentian dari JFP
BAB XIII Pengangkatan Kembali dalam JFP

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 5


Juknis JFP Bab I

BAB XIV Keikutsertaan pada Organisasi Profesi Pemeriksa


BAB XV Pengisian dan Penempatan Pemeriksa pada Satuan Kerja
yang Melaksanakan Kegiatan Perumusan Rencana
Strategis Pemeriksaan, Evaluasi dan Pelaporan
Pemeriksaan, Penelitian dan Pengembangan Pemeriksaan,
Penguatan Aspek Hukum dalam Pemeriksaan, Pemeriksaan
dan Review Teknologi Informasi, dan Pengawasan/
Penjaminan Mutu seluruh Pelaksanaan Pemeriksaan
BAB XVI Penutup

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 6


Juknis JFP Bab II

BAB II
JENJANG JABATAN, PANGKAT, DAN GOLONGAN
01 Bab ini mengatur tentang jenjang jabatan dalam JFP, pangkat, dan Lingkup bahasan
golongan ruang, serta hubungan diantara keduanya dalam JFP sebagai
acuan bagi pejabat terkait untuk menjamin tercapainya perlakuan yang
sama, objektif, dan profesional.

A. Jenjang Jabatan dalam JFP


02 Jenjang jabatan dalam JFP dari yang paling rendah sampai dengan paling Jenjang jabatan dalam
tinggi adalah sebagai berikut: JFP
a. Pemeriksa Ahli Pertama;
b. Pemeriksa Ahli Muda;
c. Pemeriksa Ahli Madya; dan
d. Pemeriksa Ahli Utama.
03 Pengertian masing-masing jenjang jabatan adalah sebagai berikut: Pengertian jenjang
a. Jenjang ahli pertama melaksanakan tugas dan fungsi utama yang jabatan
mensyaratkan kualifikasi profesional tingkat dasar. Pemeriksa Ahli
Pertama memiliki tugas dan fungsi utama melaksanakan pemeriksaan.
b. Jenjang ahli muda melaksanakan tugas dan fungsi utama yang
mensyaratkan kualifikasi profesional tingkat lanjutan. Pemeriksa Ahli
Muda memiliki tugas dan fungsi utama memimpin pemeriksaan.
c. Jenjang ahli madya melaksanakan tugas dan fungsi utama yang
mensyaratkan kualifikasi profesional tingkat tinggi. Pemeriksa Ahli
Madya memiliki tugas dan fungsi utama mengendalikan teknis
pemeriksaan.
d. Jenjang ahli utama melaksanakan tugas dan fungsi utama yang
mensyaratkan kualifikasi profesional tingkat tertinggi. Pemeriksa Ahli
Utama memiliki tugas dan fungsi utama mengendalikan mutu
pemeriksaan.

B. Kebutuhan JFP
04 Jumlah Pemeriksa pada masing-masing jenjang jabatan berdasarkan Penetapan formasi JFP
formasi atau kebutuhan JFP yang ditetapkan secara berkala oleh Sekretaris
Jenderal setelah berkoordinasi dengan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) dan Kepala Badan
Kepegawaian Negara (BKN). Jumlah kebutuhan JFP dan pemenuhannya
pada setiap satuan kerja dimutakhirkan dan diinformasikan secara berkala.
05 Perhitungan formasi atau kebutuhan JFP mengacu pada ketentuan Perhitungan formasi
pedoman perhitungan kebutuhan JFP yang diatur lebih lanjut oleh JFP
Sekretaris Jenderal.

C. Pangkat dan Golongan dalam JFP


06 Pangkat merupakan kedudukan yang menunjukkan tingkatan jabatan. Pangkat dan
Pangkat dan golongan ruang yang sesuai dengan setiap jenjang jabatan golongan/ruang untuk
dalam JFP adalah sebagai berikut: setiap jenjang jabatan
dalam JFP

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 7


Juknis JFP Bab II

a. Pemeriksa Ahli Pertama terdiri atas pangkat Penata Muda, golongan


ruang III/a dan Penata Muda Tingkat I, golongan ruang III/b.
Contoh:
1) AY, S.T., seorang Calon PNS (CPNS) dengan pangkat Penata
Muda, golongan ruang III/a, telah mengikuti pendidikan dan
pelatihan (diklat) fungsional Pemeriksa dan menerima sertifikat.
Setelah diangkat menjadi PNS, dia menduduki jenjang jabatan
Pemeriksa Ahli Pertama.
2) AIM, S.H., seorang Pemeriksa dengan pangkat Penata Muda
Tingkat I, golongan ruang III/b. Dalam JFP, dia menduduki
jenjang Pemeriksa Ahli Pertama.
b. Pemeriksa Ahli Muda terdiri atas pangkat Penata, golongan ruang
III/c dan Penata Tingkat I, golongan ruang III/d.
Contoh:
1) BAS, S.Si., M.A.B., seorang Pemeriksa dengan pangkat Penata,
golongan ruang III/c. Dalam JFP, dia menduduki jenjang
Pemeriksa Ahli Muda.
2) BPM, S.E., M.Sc., seorang Pemeriksa dengan pangkat Penata
Tingkat I, golongan ruang III/d. Dalam JFP, dia menduduki
jenjang Pemeriksa Ahli Muda.
c. Pemeriksa Ahli Madya terdiri atas pangkat Pembina golongan ruang
IV/a, Pembina Tingkat I golongan ruang IV/b, dan Pembina Utama
Muda golongan ruang IV/c.
Contoh:
1) COM, S.E., M.Sc., seorang Pemeriksa dengan pangkat Pembina,
golongan ruang IV/a. Dalam JFP, dia menduduki jenjang
Pemeriksa Ahli Madya.
2) DI, S.H., L.L.M., seorang Pemeriksa dengan pangkat Pembina
Tingkat I, golongan ruang IV/b. Dalam JFP, dia menduduki
jenjang Pemeriksa Ahli Madya.
3) DEK, S.T., M.M., seorang Pemeriksa dengan pangkat Pembina
Utama Muda, golongan ruang IV/c. Dalam JFP, dia menduduki
jenjang Pemeriksa Ahli Madya.
d. Pemeriksa Ahli Utama terdiri atas pangkat Pembina Utama Madya,
golongan ruang IV/d dan Pembina Utama, golongan ruang IV/e.
Contoh:
1) Dr. ES, S.H., M.H., seorang Pemeriksa dengan pangkat Pembina
Utama Madya, golongan ruang IV/d. Dalam JFP, dia menduduki
jenjang Pemeriksa Ahli Utama.
2) Dr. GSP, S.E., M.M., seorang Pemeriksa dengan pangkat
Pembina Utama, golongan ruang IV/e. Dalam JFP, dia
menduduki jenjang Pemeriksa Ahli Utama.
07 Dalam hal tertentu, jenjang jabatan yang ditetapkan ketika seseorang Penetapan jenjang
diangkat dalam JFP tidak sesuai dengan pangkat sebagaimana dimaksud jabatan tidak sesuai
pada paragraf 06. Penetapan jenjang jabatan kepada seseorang tidak sesuai dengan pangkat dan
pangkatnya dapat dimungkinkan terjadi dalam pengangkatan perpindahan golongan/ruang
dari jabatan lain, pengangkatan melalui promosi, atau pengangkatan
kembali.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 8


Juknis JFP Bab II

Contoh:
a. HAA, S.E., M.A., seorang PNS dengan pangkat Pembina, golongan
ruang IV/a, mendaftar seleksi pengangkatan JFP melalui perpindahan
dari jabatan lain. Hasilnya menyatakan yang bersangkutan memenuhi
syarat dalam jenjang Pemeriksa Ahli Muda. Pengangkatan yang
bersangkutan ke dalam JFP adalah pada jenjang Pemeriksa Ahli Muda
dengan pangkat Pembina, golongan ruang IV/a.
b. HFM, S.H., seorang PNS dengan pangkat Penata Muda Tingkat I,
golongan ruang III/b, diberhentikan dari JFP pada jenjang Pemeriksa
Ahli Pertama karena menjalani tugas belajar selama lebih dari
6 (enam) bulan. Selama menjalani tugas belajar, dia memperoleh
kenaikan pangkat menjadi Penata, golongan ruang III/c. Setelah
menyelesaikan tugas belajar, dia diajukan pengangkatan kembali ke
dalam JFP. Berdasarkan berbagai pertimbangan pengangkatan
kembali, dia dapat diangkat ke dalam jenjang Pemeriksa Ahli Pertama
dengan pangkat Penata, golongan ruang III/c.
08 Penyebutan Pangkat dan golongan/ruang adalah sebagaimana dikenal Penyebutan pangkat
selama ini sepanjang belum ada ketentuan lebih lanjut dari Pemerintah. dan golongan/ruang

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 9


Juknis JFP Bab III

BAB III
PENGANGKATAN DALAM
JABATAN FUNGSIONAL PEMERIKSA
01 Bab ini mengatur tentang pengangkatan dalam JFP yang meliputi Lingkup bahasan
pengangkatan pertama, pengangkatan perpindahan dari jabatan lain, dan
pengangkatan melalui promosi. Pengangkatan yang dibahas pada bab ini
merupakan pengangkatan bagi PNS yang belum pernah menduduki JFP.
Masing-masing kategori pengangkatan dijabarkan dari segi persyaratan,
mekanisme, dan ilustrasi. Kemudian, pejabat yang berwenang
mengangkat JFP disajikan berdasar pembagian kewenangan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

A. Pejabat yang Berwenang Mengangkat


02 Pejabat yang berwenang mengangkat dalam JFP adalah sebagai berikut: Pejabat yang
a. Presiden berwenang menetapkan pengangkatan JFP untuk jenjang berwenang
jabatan Pemeriksa Ahli Utama; dan mengangkat
b. Sekretaris Jenderal selaku Pejabat Pembina Kepegawaian berwenang
menetapkan pengangkatan JFP untuk jenjang jabatan Pemeriksa Ahli
Pertama, Pemeriksa Ahli Muda, dan Pemeriksa Ahli Madya.

B. Pengangkatan Pertama

1. Persyaratan
03 Pengangkatan pertama dalam JFP harus memenuhi persyaratan Syarat
sebagai berikut: pengangkatan
a. berstatus PNS; pertama
b. memiliki integritas dan moralitas yang baik;
c. sehat jasmani dan rohani;
d. berijazah paling rendah Strata-Satu (S-1)/ Diploma-Empat (D-4)
bidang akuntansi, hukum, ekonomi, manajemen, atau kualifikasi
pendidikan lain yang ditentukan;
e. mengikuti dan lulus diklat fungsional Pemeriksa; dan
f. nilai prestasi kerja paling kurang bernilai baik dalam 1 (satu) tahun
terakhir.
Contoh:
a. CKI, S.H., adalah CPNS Terhitung Mulai Tanggal (TMT)
1 Oktober 2019 hasil seleksi untuk mengisi lowongan kebutuhan
Pemeriksa Ahli Pertama yang berijazah S-1 Ilmu Hukum. Selama
menjadi CPNS, dia telah mengikuti dan lulus Pelatihan
Pembentukan JFP. Selanjutnya, dia ditempatkan sementara pada
AKN I selama 1 (satu) tahun dan diangkat menjadi PNS dengan
pangkat Penata Muda, golongan ruang III/a, TMT
1 November 2020. Berdasarkan hasil penilaian prestasi kerja, dia
dinilai baik dalam 1 (satu) tahun terakhir. Paling lama pada
tanggal 1 November 2021, Sekretaris Jenderal menetapkan
keputusan pengangkatan pertama dalam JFP dengan jenjang
jabatan Pemeriksa Ahli Pertama.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 10


Juknis JFP Bab III

b. DSK, S.E., adalah CPNS TMT 1 Oktober 2019 hasil seleksi untuk
mengisi lowongan kebutuhan Pemeriksa Ahli Pertama yang
berijazah S-1 Akuntansi. Selanjutnya, dia ditempatkan sementara
pada AKN II selama 1 (satu) tahun dan diangkat menjadi PNS
dengan pangkat Penata Muda, golongan ruang III/a, TMT 1
November 2020. Setelah resmi menjadi PNS, dia telah mengikuti
dan lulus Pelatihan Pembentukan JFP. Berdasarkan hasil penilaian
prestasi kerja, dia dinilai baik dalam 1 (satu) tahun terakhir. Paling
lama pada tanggal 1 November 2021, Sekretaris Jenderal
menetapkan keputusan pengangkatan pertama dalam JFP dengan
jenjang jabatan Pemeriksa Ahli Pertama.
04 Pengangkatan pertama dalam JFP dimaksudkan untuk mengisi Pengangkatan pertama
lowongan kebutuhan JFP dari CPNS. Jenjang jabatan untuk dalam JFP untuk
pengangkatan pertama dalam JFP adalah Pemeriksa Ahli Pertama. mengisi formasi CPNS

05 Pengangkatan pertama dalam JFP berdasarkan formasi JFP yang Pengangkatan pertama
ditetapkan oleh Sekretaris Jenderal setelah berkoordinasi dengan dalam JFP sesuai
Menteri PANRB dan Kepala BKN. dengan formasi

06 Pemenuhan persyaratan pengangkatan pertama dibuktikan dengan Bukti-bukti untuk


dokumen-dokumen antara lain sebagai berikut: pemenuhan persyaratan
a. salinan keputusan pengangkatan menjadi PNS; pengangkatan pertama
b. salinan Pakta Integritas terkini;
c. surat keterangan memiliki integritas dan moralitas yang baik, dari
atasan langsung, paling rendah setingkat Jabatan Pimpinan Tinggi
Pratama;
d. surat pernyataan sehat yang tercantum dalam hasil uji kesehatan,
baik fisik maupun psikologis/jiwa, yang diterbitkan oleh dokter/
ahli/institusi yang ditunjuk BPK;
e. salinan ijazah paling rendah S-1/D-4;
f. salinan sertifikat Pelatihan Pembentukan JFP; dan
g. salinan hasil penilaian prestasi kerja 1 (satu) tahun terakhir.
Format surat keterangan memiliki integritas dan moralitas
sebagaimana dimaksud pada huruf c tercantum dalam Lampiran III.1
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan ini.
Pemenuhan persyaratan kesehatan sebagaimana dimaksud pada
huruf d menggunakan hasil pemeriksaan kesehatan yang sama dengan
keperluan pengangkatan menjadi PNS.
07 Angka kredit untuk pengangkatan pertama dinilai dan ditetapkan pada Angka kredit
saat mulai melaksanakan tugas jabatan.
Contoh:
EYM, S.T., adalah CPNS TMT 1 Oktober 2020 hasil seleksi untuk
mengisi lowongan kebutuhan Pemeriksa Ahli Pertama yang berijazah
S-1 Teknik Sipil. Selama menjadi CPNS, dia telah mengikuti dan lulus
Pelatihan Pembentukan JFP. Selanjutnya, dia ditempatkan sementara
pada AKN III selama 1 (satu) tahun dan diangkat menjadi PNS dengan
pangkat Penata Muda, golongan ruang III/a, TMT
1 November 2021. Berdasarkan hasil penilaian prestasi kerja, dia
dinilai baik dalam 1 (satu) tahun terakhir. Selama menjalankan
penempatan sementara, aktivitasnya yang dapat dinilai angka kredit
sesuai ketentuan JFP adalah sebesar 8 (delapan). Paling lama pada

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 11


Juknis JFP Bab III

tanggal 1 November 2022, dia dapat memperoleh pengangkatan


pertama dalam JFP dengan jenjang jabatan Pemeriksa Ahli Pertama.
2. Mekanisme
08 Mekanisme pengangkatan pertama dalam JFP sebagai berikut: Mekanisme pengangkatan
a. Sekretaris Jenderal mengajukan lowongan kebutuhan JFP kepada pertama
Menteri PANRB dan Kepala BKN untuk mengisi jenjang jabatan
Pemeriksa Ahli Pertama.
b. Biro Sumber Daya Manusia (SDM) menyelenggarakan rekrutmen
CPNS melalui koordinasi dengan Panitia Seleksi Nasional.
c. Berdasar hasil rekrutmen, Biro SDM menyelenggarakan
pemberkasan CPNS dan dilanjutkan proses penetapan Nomor
Induk Pegawai Negeri Sipil (NIP) ke BKN.
d. Berdasar persetujuan teknis BKN, Biro SDM memproses
penerbitan keputusan pengangkatan CPNS kepada Sekretaris
Jenderal.
e. Sekretaris Jenderal menetapkan pengangkatan CPNS.
f. Biro SDM memanggil CPNS untuk ditempatkan sementara
(program magang) pada AKN/BPK Perwakilan dalam rangka
menunggu pemanggilan rangkaian diklat bagi CPNS, seperti
Diklat Prajabatan.
g. Biro SDM memanggil peserta untuk diikutsertakan Pelatihan
Pembentukan JFP.
h. Badan Pendidikan dan Pelatihan Pemeriksaan Keuangan Negara
(Badiklat PKN) menyelenggarakan Pelatihan Pembentukan JFP.
i. Badiklat PKN mengeluarkan sertifikat untuk Pelatihan
Pembentukan JFP bagi peserta yang dinyatakan lulus.
j. Biro SDM mengeluarkan nota dinas penempatan sementara bagi
CPNS untuk melanjutkan program magang pada AKN/BPK
Perwakilan.
k. AKN/BPK Perwakilan melakukan penilaian prestasi kerja dan
penilaian program magang terhadap CPNS.
l. Biro SDM menyelenggarakan tes kesehatan bagi CPNS yang
diusulkan menjadi PNS untuk memenuhi persyaratan sehat
jasmani dan rohani.
m. Biro SDM memproses pengangkatan menjadi PNS bagi CPNS
yang telah memenuhi persyaratan, antara lain lulus Diklat
Prajabatan dan sehat jasmani dan rohani.
n. Biro SDM melalui Tim Penilai Angka Kredit menghitung dan
menetapkan angka kredit bagi setiap calon pemangku JFP yang
telah melaksanakan tugas JFP selama masa penempatan
sementara.
o. Calon pemangku JFP diwajibkan menyusun Daftar Usulan
Penilaian dan Penetapan Angka Kredit (DUPAK) dan
menyerahkannya kepada Biro SDM. Kegiatan yang diajukan
adalah kegiatan terkait tugas JFP pada masa penempatan
sementara.
p. Biro SDM mengajukan usulan penetapan angka kredit kepada
Pejabat yang Berwenang Menetapkan Angka Kredit berdasarkan
hasil penilaian dari Tim Penilai Angka Kredit.
q. Pejabat yang berwenang menetapkan Penetapan Angka Kredit
(PAK) berdasarkan usulan penetapan angka kredit.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 12


Juknis JFP Bab III

r. Biro SDM mengajukan usulan pengangkatan pertama dalam JFP


kepada Sekretaris Jenderal bagi CPNS yang telah diangkat
menjadi PNS dan telah memenuhi persyaratan. Usulan sekurang-
kurangnya memuat nama, NIP, pangkat, unit kerja, jenjang
jabatan, angka kredit, dan terhitung mulai tanggal.
s. Sekretaris Jenderal menetapkan pengangkatan pertama dalam JFP
bagi PNS tersebut dengan keputusan. Contoh keputusan
pengangkatan pertama dalam JFP tercantum dalam Lampiran III.2
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan ini.
09 CPNS yang telah diangkat menjadi PNS dan telah memenuhi Masa paling lama
persyaratan Pelatihan Pembentukan JFP, paling lama 1 (satu) tahun pengangkatan pertama
wajib diangkat dalam JFP.
10 Pada saat menunggu proses pemenuhan persyaratan kelulusan Jabatan selama menunggu
Pelatihan Pembentukan JFP, PNS yang bersangkutan menduduki pengangkatan pertama
Jabatan Pelaksana.
3. Bagan Alur
11 Mekanisme pengangkatan pertama dalam JFP secara lebih jelas Bagan alur mekanisme
digambarkan dalam bagan alur sebagai berikut: pengangkatan pertama

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 13


Juknis JFP Bab III

Gambar 1. Bagan Alur Mekanisme Pengangkatan Pertama dalam JFP

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 14


Juknis JFP Bab III

C. Pengangkatan Perpindahan dari Jabatan Lain

1. Persyaratan
12 Pengangkatan melalui perpindahan dari jabatan lain ke dalam JFP Syarat pengangkatan
harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: perpindahan dari
a. berstatus PNS; jabatan lain
b. memiliki integritas dan moralitas yang baik;
c. sehat jasmani dan rohani;
d. berijazah paling rendah S-1/D-4 bidang ilmu akuntansi, hukum,
ekonomi, manajemen, atau kualifikasi pendidikan lain yang
ditentukan;
e. mengikuti dan lulus uji Kompetensi Teknis, Kompetensi
Manajerial, dan Kompetensi Sosial Kultural;
f. memiliki pengalaman di bidang pemeriksaan paling kurang
2 (dua) tahun;
g. nilai prestasi kerja paling kurang bernilai baik dalam 2 (dua) tahun
terakhir; dan
h. berusia paling tinggi:
1) 53 (lima puluh tiga) tahun bagi yang akan menduduki JFP Ahli
Pertama dan Pemeriksa Ahli Muda;
2) 55 (lima puluh lima) tahun bagi yang akan menduduki JFP
Ahli Madya; dan
3) 60 (enam puluh) tahun bagi yang akan menduduki JFP Ahli
Utama bagi PNS yang telah menduduki Jabatan Pimpinan
Tinggi.
Contoh:
FAU, S.E., Ak., M.M., adalah PNS yang menjabat sebagai Kepala
Subauditorat pada AKN III selama lebih dari 2 (dua) tahun dengan
pangkat Pembina, golongan ruang IV/a, TMT 1 April 2019. Dia
berusia 45 (empat puluh lima) tahun per tanggal 23 Agustus 2019.
Hasil penilaian kinerja dalam 2 (dua) tahun terakhir bernilai baik.
Karena dia belum pernah diangkat ke dalam JFP dan telah memiliki
pengalaman dalam bidang pemeriksaan, pada 1 Oktober 2019 dia
diusulkan untuk diangkat ke dalam JFP melalui pengangkatan
perpindahan dari jabatan lain. Berdasar pengajuan tersebut, Biro SDM
menyatakan dia memenuhi persyaratan dan dilanjutkan ke uji
kompetensi. Kemudian, dia mengikuti uji kompetensi dan lulus untuk
jenjang jabatan Pemeriksa Ahli Muda. Pada tanggal
1 Juni 2020 dia memperoleh pengangkatan ke dalam JFP melalui
perpindahan dari jabatan lain dengan angka kredit sebesar 40 (empat
puluh) pada jenjang jabatan Pemeriksa Ahli Muda, pangkat Pembina,
golongan ruang IV/a.
13 Pengangkatan melalui perpindahan dari jabatan lain ke dalam JFP Pengangkatan
dilaksanakan sesuai dengan formasi JFP yang ditetapkan oleh perpindahan dari
Sekretaris Jenderal setelah berkoordinasi dengan Menteri PANRB dan jabatan lain sesuai
Kepala BKN. dengan formasi

14 Pemenuhan persyaratan pengangkatan perpindahan dari jabatan lain Bukti-bukti untuk


dibuktikan dengan dokumen-dokumen antara lain sebagai berikut: pemenuhan persyaratan
a. salinan keputusan pengangkatan menjadi PNS; pengangkatan
b. salinan Pakta Integritas terkini;
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 15
Juknis JFP Bab III

c. salinan penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) terkini; perpindahan dari


d. salinan penyampaian Laporan Harta Kekayaan Aparatur Sipil jabatan lain
Negara (LHKASN)/Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara
Negara (LHKPN) terkini;
e. surat keterangan memiliki pengalaman, integritas, dan moralitas
yang baik dari atasan langsung, paling rendah setingkat Jabatan
Pimpinan Tinggi Pratama;
f. surat pernyataan sehat yang tercantum dalam hasil uji kesehatan,
baik fisik maupun psikologis/jiwa, yang diterbitkan oleh
dokter/ahli/institusi yang ditunjuk BPK;
g. salinan ijazah paling rendah S-1/D-4;
h. salinan surat tanda lulus uji kompetensi;
i. daftar riwayat hidup yang mencantumkam pengalaman dalam
bidang tugas JFP; dan
j. salinan hasil penilaian prestasi kerja 2 (dua) tahun terakhir.
Format surat keterangan memiliki pengalaman, integritas, dan
moralitas sebagaimana dimaksud pada huruf e tercantum dalam
Lampiran III.3 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan ini.
Format daftar riwayat hidup sebagaimana dimaksud pada huruf i
tercantum dalam Lampiran III.4 yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan ini.
15 Pengangkatan melalui perpindahan dari jabatan lain menetapkan Pangkat ditetapkan
pangkat sesuai dengan pangkat yang dimiliki PNS. sama dengan pangkat
yang dimiliki

16 Pengangkatan melalui perpindahan dari jabatan lain menetapkan Jenjang jabatan


jenjang jabatan berdasarkan hasil uji kompetensi yang berisi ditetapkan sesuai
putusan/rekomendasi jenjang jabatan yang sesuai. dengan hasil uji
kompetensi
17 Angka kredit dalam pengangkatan melalui perpindahan dari jabatan Penetapan angka kredit
lain sesuai dengan jumlah angka kredit yang ditetapkan oleh Pejabat
yang Berwenang Menetapkan Angka Kredit.
Angka kredit untuk pengangkatan perpindahan dari jabatan lain dinilai
dan ditetapkan dari tugas jabatan dengan mempertimbangkan
pengalaman dalam pelaksanaan tugas di bidang JFP.
PNS yang bersangkutan mengajukan penilaian angka kredit melalui
DUPAK. Kegiatan yang diajukan adalah kegiatan yang dilakukan
paling lama 2 (dua) tahun sebelum DUPAK disusun.
Jumlah angka kredit diperhitungkan dari kegiatan pengembangan
profesi Pemeriksa, kegiatan penunjang pemeriksaan, dan kegiatan
pendidikan.
Informasi angka kredit dicantumkan dalam keputusan pengangkatan.
18 Penetapan jenjang jabatan dalam pengangkatan melalui perpindahan Pengangkatan
dari jabatan lain dapat tidak sesuai dengan pangkat/golongan perpindahan dari
sebagaimana dimaksud pada Bab II. jabatan lain
memungkinkan
ketidaksesuaian antara

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 16


Juknis JFP Bab III

Contoh: jenjang jabatan dengan


a. GKY, S.E., Ak., M.H., adalah PNS pada Inspektorat Kementerian pangkat
Pendidikan dan Kebudayaan dengan pangkat Penata, golongan
ruang III/c, TMT 1 Oktober 2019. Dia berusia 40 (empat puluh)
tahun per tanggal 2 Februari 2019. Hasil penilaian kinerja dalam
2 (dua) tahun terakhir bernilai baik. Karena dia belum pernah
diangkat ke dalam JFP dan telah memiliki pengalaman dalam
bidang pemeriksaan, pada tanggal 20 September 2019 dia
melamar ke BPK untuk diangkat ke dalam JFP melalui
pengangkatan perpindahan dari jabatan lain. Berdasar pengajuan
tersebut, Biro SDM menyatakan dia memenuhi persyaratan dan
formasi JFP tersedia. Kemudian, dia mengikuti uji kompetensi dan
ternyata lulus untuk jenjang jabatan Pemeriksa Ahli Pertama.
Angka kredit untuk pengangkatan ditetapkan sebesar 35 (tiga
puluh lima). Sesuai pangkat dan golongannya, lazimnya dia dapat
mencapai jenjang jabatan Pemeriksa Ahli Muda. Namun, hasil uji
kompetensi menyatakan dia dapat diangkat dalam jenjang jabatan
Pemeriksa Ahli Pertama. Pada tanggal 1 Mei 2020 dia
memperoleh pengangkatan ke dalam JFP melalui perpindahan dari
jabatan lain dengan angka kredit sebesar 35 (tiga puluh lima) pada
jenjang jabatan Pemeriksa Ahli Pertama, pangkat Penata,
golongan ruang III/c. Selanjutnya, Biro SDM memproses
perpindahan pegawai antarinstansi ke BKN dan memproses
penempatannya ke AKN/BPK Perwakilan.
b. HPJ, S.E., M.Si., adalah PNS pada AKN IV dengan pangkat
Penata, golongan ruang III/c, TMT 1 Oktober 2018. Karena dia
belum pernah diangkat ke dalam JFP dan telah memiliki
pengalaman dalam bidang pemeriksaan, dia mengajukan
pengangkatan ke dalam JFP melalui perpindahan dari jabatan lain.
Pada tanggal 1 Desember 2019, dia memperoleh pengangkatan
perpindahan dari jabatan lain karena dia telah memenuhi semua
persyaratan, antara lain: ijazah, memiliki integritas dan moralitas
yang baik, sehat jasmani dan rohani, pengalaman pemeriksaan, uji
kompetensi, penilaian prestasi kerja bernilai baik, dan usia.
Setelah menilai kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan, angka
kredit ditetapkan sebesar 38 (tiga puluh delapan). Sesuai dengan
pangkat dan golongannya, dia seharusnya dapat memperoleh
jenjang jabatan Pemeriksa Ahli Muda. Namun berdasarkan hasil
uji kompetensi, dia dapat diangkat ke dalam jenjang jabatan
Pemeriksa Ahli Pertama.
19 Pengangkatan perpindahan dari jabatan lain bagi pejabat fungsional Pengangkatan
yang menduduki jenjang Ahli Utama dapat diangkat ke dalam JFP perpindahan dari
jenjang Pemeriksa Ahli Utama dengan persyaratan sebagai berikut: jabatan lain bagi
a. berstatus PNS; pejabat fungsional
b. memiliki integritas dan moralitas yang baik; jenjang Ahli Utama
c. sehat jasmani dan rohani;
d. berijazah paling rendah S-1/D-4 bidang ilmu akuntansi, hukum,
ekonomi, manajemen, atau kualifikasi pendidikan lain yang
ditentukan;
e. mengikuti dan lulus uji Kompetensi Teknis, Kompetensi
Manajerial, dan Kompetensi Sosial Kultural;

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 17


Juknis JFP Bab III

f. memiliki pengalaman di bidang pemeriksaan paling kurang


2 (dua) tahun;
g. nilai prestasi kerja paling kurang bernilai baik dalam 2 (dua) tahun
terakhir; dan
h. berusia paling tinggi 63 (enam puluh tiga) tahun.
Pengangkatan perpindahan dari jabatan lain bagi pejabat fungsional
yang menduduki jenjang Ahli Utama harus mempertimbangkan
lowongan kebutuhan JFP jenjang Pemeriksa Ahli Utama.
Pengangkatan tersebut harus mendapat persetujuan dari Kementerian
PANRB.
20 Batas waktu penyampaian usul pengangkatan melalui perpindahan Batas waktu usulan
dari jabatan lain sebagai berikut: pengangkatan
a. paling kurang 6 (enam) bulan sebelum batas usia sebagaimana perpindahan dari
dipersyaratkan, yaitu: jabatan lain
1) 53 (lima puluh tiga) tahun bagi yang akan menduduki jenjang
jabatan Pemeriksa Ahli Pertama dan Pemeriksa Ahli Muda;
dan
2) 55 (lima puluh lima) tahun bagi yang akan menduduki jenjang
jabatan Pemeriksa Ahli Madya; dan
b. paling kurang 12 (dua belas) bulan sebelum batas usia
sebagaimana dipersyaratkan, yaitu:
1) 60 (enam puluh) tahun bagi yang akan menduduki jenjang
jabatan Pemeriksa Ahli Utama bagi PNS yang telah
menduduki Jabatan Pimpinan Tinggi; dan
2) 63 (enam puluh tiga) tahun bagi yang akan menduduki jenjang
jabatan Pemeriksa Ahli Utama bagi PNS yang telah
menduduki jabatan fungsional jenjang Ahli Utama.
Contoh:
IJP, S.E., M.M. adalah PNS pada AKN IV, pangkat Pembina Tingkat
I, golongan ruang IV/b, dan menduduki jabatan Kepala Subauditorat.
Dia lahir pada bulan Juni 1965. Apabila pegawai yang bersangkutan
akan diangkat ke dalam JFP melalui perpindahan dari jabatan lain
untuk jenjang Pemeriksa Ahli Madya, penyampaian usul
pengangkatannya sudah diterima oleh Pejabat Pembina Kepegawaian
paling lambat akhir bulan Desember 2019 dan penetapan keputusan
pengangkatannya paling lambat akhir bulan Mei 2020.
2. Mekanisme
21 Mekanisme pengangkatan ke dalam JFP melalui perpindahan dari Mekanisme
jabatan lain bagi PNS pada Pelaksana BPK sebagai berikut: pengangkatan
a. Pimpinan satuan kerja mengusulkan PNS yang tidak memiliki perpindahan dari
rekam jejak JFP pada satuan kerjanya yang menginginkan jalur jabatan lain bagi PNS
karier sebagai Pemeriksa kepada Sekretaris Jenderal dengan pada Pelaksana BPK
tembusan kepada Biro SDM.
b. Biro SDM mengusulkan kepada Sekretaris Jenderal mengenai
penempatan PNS tersebut pada AKN/BPK Perwakilan untuk
memperbanyak pengalaman di bidang tugas JFP dalam rangka
pengangkatan ke dalam JFP melalui perpindahan dari jabatan lain
bagi PNS pada Pelaksana BPK.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 18


Juknis JFP Bab III

c. Biro SDM mengumumkan adanya pengangkatan perpindahan dari


jabatan lain bagi PNS pada Pelaksana BPK dengan
mempertimbangkan jenjang jabatan yang lowong.
d. Pimpinan satuan kerja mengusulkan PNS yang berminat dan telah
memenuhi syarat pengalaman di bidang tugas JFP secara
kumulatif paling singkat 2 (dua) tahun kepada Sekretaris Jenderal
dengan tembusan kepada Biro SDM.
e. Biro SDM melakukan seleksi awal kepada PNS yang
bersangkutan dengan memperhatikan integritas dan moralitas,
kesehatan jasmani dan rohani, latar belakang pendidikan,
pengalaman paling singkat 2 (dua) tahun di bidang tugas JFP,
penilaian prestasi kerja, dan usia.
f. Biro SDM menilai kesesuaian antara formasi JFP yang tersedia
dengan prediksi/target jenjang jabatan yang diinginkan pelamar.
g. Biro SDM melakukan pemanggilan PNS yang dinyatakan
memenuhi kualifikasi pada seleksi awal untuk mengikuti uji
kompetensi.
h. Biro SDM menyelenggarakan uji kompetensi.
i. Biro SDM mengeluarkan surat tanda lulus uji kompetensi yang
berisi putusan/rekomendasi jenjang jabatan yang sesuai.
j. Biro SDM menilai kembali kesesuaian antara formasi JFP yang
tersedia dengan hasil uji kompetensi yang menyatakan jenjang
jabatan yang dapat diisi.
k. PNS yang dinyatakan lulus uji kompetensi diwajibkan menyusun
DUPAK dan menyerahkannya kepada Biro SDM. Kegiatan yang
diajukan adalah kegiatan yang dilakukan paling lama 2 (dua)
tahun sebelum DUPAK disusun.
l. Biro SDM mengajukan usulan penetapan angka kredit kepada
Pejabat yang Berwenang Menetapkan Angka Kredit berdasarkan
hasil penilaian dari Tim Penilai Angka Kredit. Jumlah angka
kredit dihitung dari kegiatan pengembangan profesi Pemeriksa,
kegiatan penunjang pemeriksaan, dan kegiatan pendidikan.
m. Pejabat yang berwenang menetapkan PAK berdasarkan usulan
penetapan angka kredit.
n. Dalam hal pengangkatan perpindahan dari jabatan lain bagi PNS
yang menduduki Jabatan Pimpinan Tinggi, Jabatan Administrator,
dan Jabatan Pengawas pada Pelaksana BPK, Biro SDM
memperhatikan angka kredit pengalaman yang tercantum dalam
Lampiran III.5 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan ini.
o. Biro SDM mengusulkan pengangkatan perpindahan dari jabatan
lain bagi PNS yang telah memenuhi semua persyaratan kepada
Sekretaris Jenderal. Usulan sekurang-kurangnya memuat nama,
NIP, pangkat, unit kerja, jenjang jabatan, angka kredit, dan
terhitung mulai tanggal.
p. Sekretaris Jenderal menetapkan pengangkatan perpindahan dari
jabatan lain dalam bentuk keputusan untuk jenjang jabatan
Pemeriksa Ahli Pertama, Pemeriksa Ahli Muda, atau Pemeriksa
Ahli Madya. Contoh keputusan pengangkatan perpindahan dari
jabatan lain ke dalam JFP tercantum dalam Lampiran III.6 yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan ini.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 19


Juknis JFP Bab III

q. Sekretaris Jenderal menyampaikan usulan dan penetapan atas


pengangkatan perpindahan dari jabatan lain untuk jenjang jabatan
Pemeriksa Ahli Utama kepada Presiden melalui Kementerian
Sekretariat Negara, dengan tembusan Kepala BKN.
22 Mekanisme pengangkatan ke dalam JFP melalui perpindahan dari Mekanisme
jabatan lain bagi PNS dari instansi lain yang sedang melamar ke BPK pengangkatan
untuk formasi JFP sebagai berikut: perpindahan dari
a. Dalam hal jenjang jabatan yang lowong belum dapat diisi oleh jabatan lain bagi PNS
PNS pada Pelaksana BPK melalui pengangkatan perpindahan dari dari instansi lain
jabatan lain, Biro SDM mengusulkan kepada Sekretaris Jenderal
BPK mengenai pengangkatan perpindahan dari jabatan lain bagi
PNS dari instansi lain.
b. PNS dari instansi lain yang memiliki pengalaman
pemeriksaan/audit mengirimkan lamaran untuk berkarier sebagai
Pemeriksa melalui proses pengangkatan perpindahan dari jabatan
lain kepada Sekretaris Jenderal dengan tembusan kepada Biro
SDM. Pengalaman di bidang pemeriksaan sekurang-kurangnya
2 (dua) tahun secara kumulatif sudah dipenuhi pada saat lamaran
diajukan. Hal ini dapat ditunjukkan dari penempatan pelamar pada
unit kerja pengawas/inspektorat, baik pada pemerintah pusat
maupun daerah.
c. Biro SDM melakukan seleksi awal kepada PNS yang
bersangkutan dengan memperhatikan integritas dan moralitas,
kesehatan jasmani dan rohani, latar belakang pendidikan,
pengalaman sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun di bidang
pemeriksaan, penilaian prestasi kerja, dan usia.
d. Biro SDM menilai kesesuaian antara formasi JFP yang tersedia
dengan prediksi/target jenjang jabatan yang diinginkan pelamar.
e. Biro SDM melakukan pemanggilan PNS yang dinyatakan
memenuhi kualifikasi pada seleksi awal untuk mengikuti uji
kompetensi.
f. Biro SDM menyelenggarakan uji kompetensi.
g. Biro SDM mengeluarkan surat tanda lulus uji kompetensi yang
berisi putusan/rekomendasi jenjang jabatan yang sesuai.
h. Biro SDM menilai kembali kesesuaian antara formasi JFP yang
tersedia dengan hasil uji kompetensi yang menyatakan jenjang
jabatan yang dapat diisi.
i. PNS yang dinyatakan lulus uji kompetensi diwajibkan menyusun
DUPAK dan menyerahkannya kepada Biro SDM. Kegiatan yang
diajukan adalah kegiatan yang dilakukan paling lama 2 (dua)
tahun sebelum DUPAK disusun.
j. Biro SDM mengajukan usulan penetapan angka kredit kepada
Pejabat yang Berwenang Menetapkan Angka Kredit berdasarkan
hasil penilaian dari Tim Penilai Angka Kredit. Jumlah angka
kredit dihitung dari kegiatan pengembangan profesi Pemeriksa,
kegiatan penunjang pemeriksaan, dan kegiatan pendidikan.
k. Pejabat yang berwenang menetapkan PAK berdasarkan usulan
penetapan angka kredit.
l. Sekretaris Jenderal menyampaikan usulan mutasi PNS
antarinstansi kepada Kepala BKN dengan menyebutkan jenjang
jabatan yang akan diduduki.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 20


Juknis JFP Bab III

m. Kepala BKN menetapkan mutasi PNS.


n. Biro SDM mengusulkan penempatan PNS yang bersangkutan di
AKN/BPK Perwakilan kepada Sekretaris Jenderal.
o. Biro SDM mengusulkan pengangkatan perpindahan dari jabatan
lain bagi PNS yang telah memenuhi semua persyaratan kepada
Sekretaris Jenderal. Usulan sekurang-kurangnya memuat nama,
NIP, pangkat, unit kerja, jenjang jabatan, angka kredit, dan
terhitung mulai tanggal.
p. Sekretaris Jenderal menetapkan pengangkatan perpindahan dari
jabatan lain dengan Keputusan Sekretaris Jenderal untuk jenjang
jabatan Pemeriksa Ahli Pertama, Pemeriksa Ahli Muda, atau
Pemeriksa Ahli Madya. Format Keputusan Sekretaris Jenderal
tentang pengangkatan perpindahan dari jabatan lain ke dalam JFP
tercantum dalam Lampiran III.6 yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan ini.
q. Sekretaris Jenderal menyampaikan usulan dan penetapan atas
pengangkatan perpindahan dari jabatan lain untuk jenjang jabatan
Pemeriksa Ahli Utama kepada Presiden melalui Kementerian
Sekretariat Negara, dengan tembusan Kepala BKN.
3. Bagan Alur
23 Mekanisme pengangkatan perpindahan dari jabatan lain ke dalam JFP Bagan alur mekanisme
secara lebih jelas digambarkan dalam bagan alur sebagai berikut: pengangkatan
perpindahan dari
jabatan lain

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 21


Juknis JFP Bab III

Gambar 2. Bagan Alur Mekanisme Pengangkatan melalui Perpindahan dari Jabatan Lain ke dalam JFP

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 22


Juknis JFP Bab III

D. Pengangkatan Melalui Promosi

1. Persyaratan
24 Pengangkatan melalui promosi dalam JFP terdiri atas pengangkatan Dua hal
promosi dan kenaikan jenjang jabatan satu tingkat lebih tinggi. pengangkatan
melalui promosi
Pengangkatan melalui promosi yang dibahas pada bab ini merupakan
dalam JFP
pengangkatan bagi PNS yang belum menduduki JFP. Kenaikan
jenjang jabatan satu tingkat lebih tinggi merupakan pengangkatan bagi
PNS yang telah menduduki JFP, yang dibahas pada bab mengenai
kenaikan jabatan dan pangkat.
25 Pengangkatan melalui promosi dalam JFP harus memenuhi Syarat pengangkatan
persyaratan sebagai berikut: melalui promosi
a. mengikuti dan lulus uji Kompetensi Teknis, Kompetensi
Manajerial, dan Kompetensi Sosial Kultural;
b. nilai prestasi kerja paling kurang bernilai baik dalam 2 (dua) tahun
terakhir;
c. memiliki rekam jejak yang baik;
d. tidak pernah melakukan pelanggaran kode etik dan profesi PNS;
dan
e. tidak pernah dikenakan hukuman disiplin PNS.
Contoh:
JMA, S.E., M.H., adalah PNS yang menduduki jabatan Pelaksana pada
Biro SDM dengan pangkat Penata Tingkat I, golongan ruang III/d,
TMT 1 April 2020. Pada tanggal 1 Desember 2020, dia diusulkan
untuk diangkat ke dalam JFP melalui promosi. Berdasarkan penilaian
prestasi kerja dan hasil uji kompetensi serta memperhatikan ketentuan
peraturan perundang-undangan, dia dinyatakan memenuhi syarat. Dia
memperoleh pengangkatan promosi untuk jenjang jabatan Pemeriksa
Ahli Muda, dengan angka kredit 20 (dua puluh) pada tanggal 1
Februari 2021.
26 Pengangkatan melalui promosi dilaksanakan sesuai dengan formasi Pengangkatan melalui
JFP yang ditetapkan oleh Sekretaris Jenderal setelah berkoordinasi promosi sesuai dengan
dengan Menteri PANRB dan Kepala BKN. formasi

27 Pemenuhan persyaratan pengangkatan melalui promosi dibuktikan Bukti-bukti untuk


dengan dokumen-dokumen antara lain sebagai berikut: pemenuhan persyaratan
a. salinan surat tanda lulus uji kompetensi; pengangkatan promosi
b. salinan hasil penilaian prestasi kerja 2 (dua) tahun terakhir;
c. salinan Pakta Integritas terkini;
d. salinan penyampaian SPT terkini;
e. salinan penyampaian LHKASN/LHKPN terkini;
f. surat keterangan memiliki rekam jejak, integritas, dan moralitas
yang baik dari atasan langsung, paling rendah setingkat jabatan
Pimpinan Tinggi Pratama; dan
g. surat keterangan tidak pernah melakukan pelanggaran kode etik
dan profesi PNS dan tidak pernah dikenakan hukuman disiplin
PNS, dari Kepala Biro SDM.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 23


Juknis JFP Bab III

Format surat keterangan memiliki rekam jejak, integritas, dan


moralitas sebagaimana dimaksud pada huruf f tercantum dalam
Lampiran III.7 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan ini.
Format surat keterangan tidak pernah melakukan pelanggaran kode
etik dan profesi PNS dan tidak pernah dikenakan hukuman disiplin
PNS sebagaimana dimaksud pada huruf g tercantum dalam Lampiran
III.8 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan ini.
28 Angka kredit dalam pengangkatan melalui promosi sesuai dengan Penetapan angka kredit
jumlah angka kredit yang ditetapkan oleh Pejabat yang Berwenang
Menetapkan Angka Kredit.
Angka kredit dinilai dan ditetapkan dari tugas jabatan.
29 Pengangkatan melalui promosi dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Pengangkatan melalui
peraturan perundang-undangan. promosi sesuai dengan
ketentuan peraturan
perundang-undangan

2. Mekanisme
30 Mekanisme pengangkatan melalui promosi sebagai berikut: Mekanisme
a. Biro SDM mengidentifikasi PNS pada Pelaksana BPK yang telah pengangkatan melalui
menunjukkan prestasi kerja yang luar biasa baiknya dan tidak promosi
memiliki rekam jejak JFP untuk dipromosikan sebagai Pemeriksa.
Proses identifikasi memperhatikan antara lain hasil inovasi yang
bermanfaat bagi organisasi dan/atau nasional, penilaian kinerja,
penegakan kode etik, dan penerapan disiplin PNS. Hasil
identifikasi tersebut dipelihara dan dimutakhirkan secara berkala.
b. Pimpinan satuan kerja mengusulkan PNS pada satuan kerjanya
yang telah menunjukkan prestasi kerja yang luar biasa baiknya dan
tidak memiliki rekam jejak JFP untuk dipromosikan sebagai
Pemeriksa kepada Sekretaris Jenderal dengan tembusan kepada
Biro SDM.
c. Biro SDM menyajikan hasil identifikasi PNS yang potensial
sebagai Pemeriksa kepada Sekretaris Jenderal dalam rangka
pengangkatan promosi.
d. Biro SDM menilai kesesuaian antara formasi JFP yang tersedia
dengan prediksi/target jenjang jabatan yang akan diisi.
e. Biro SDM melakukan pemanggilan PNS untuk mengikuti uji
kompetensi.
f. Biro SDM menyelenggarakan uji kompetensi.
g. Biro SDM mengeluarkan surat tanda lulus uji kompetensi yang
berisi putusan/rekomendasi jenjang jabatan yang sesuai.
h. PNS yang dinyatakan lulus uji kompetensi diwajibkan menyusun
DUPAK dan menyerahkannya kepada Biro SDM. Kegiatan yang
diajukan adalah kegiatan yang terkait bidang tugas JFP.
i. Biro SDM mengajukan usulan penetapan angka kredit kepada
Pejabat yang Berwenang Menetapkan Angka Kredit berdasarkan
hasil penilaian dari Tim Penilai Angka Kredit. Jumlah angka
kredit dihitung dari kegiatan pengembangan profesi Pemeriksa,
kegiatan penunjang pemeriksaan, dan kegiatan pendidikan.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 24


Juknis JFP Bab III

j. Pejabat yang berwenang menetapkan PAK berdasarkan usulan


penetapan angka kredit.
k. Biro SDM mengusulkan pengangkatan promosi bagi PNS yang
telah memenuhi semua persyaratan kepada Sekretaris Jenderal.
Usulan sekurang-kurangnya memuat nama, NIP, pangkat, rencana
penempatan unit kerja, jenjang jabatan, angka kredit, dan terhitung
mulai tanggal.
l. Sekretaris Jenderal menetapkan pengangkatan melalui promosi
dengan Keputusan Sekretaris Jenderal untuk jenjang jabatan
Pemeriksa Ahli Pertama, Pemeriksa Ahli Muda, atau Pemeriksa
Ahli Madya. Contoh keputusan pengangkatan melalui promosi
dalam JFP tercantum dalam Lampiran III.9 yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan ini.
m. Sekretaris Jenderal menyampaikan usulan dan penetapan atas
pengangkatan melalui promosi untuk jenjang jabatan Pemeriksa
Ahli Utama kepada Presiden melalui Kementerian Sekretariat
Negara, dengan tembusan Kepala BKN.
3. Bagan Alur
31 Mekanisme pengangkatan melalui promosi secara lebih jelas Bagan alur mekanisme
digambarkan dalam bagan alur sebagai berikut: pengangkatan melalui
promosi

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 25


Juknis JFP Bab III

Gambar 3. Bagan Alur Mekanisme Pengangkatan Melalui Promosi

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 26


Juknis JFP Bab IV

BAB IV
PELANTIKAN DAN PENGAMBILAN SUMPAH/JANJI
01 Bab ini mengatur tentang kewajiban dan tata cara pelaksanaan pelantikan Lingkup bahasan
dan pengambilan sumpah/janji dalam pengangkatan JFP guna memenuhi
ketentuan peraturan perundang-undangan.

A. Kewajiban Pelantikan dan Pengambilan Sumpah/Janji


02 Setiap PNS yang diangkat menjadi Pejabat Fungsional Pemeriksa wajib Kewajiban pelantikan dan
dilantik dan diambil sumpah/janji menurut agama atau kepercayaannya pengambilan sumpah/janji
kepada Tuhan Yang Maha Esa.
03 Pelantikan dan pengambilan sumpah/janji wajib dilaksanakan untuk Ragam pelantikan dan
pengangkatan dalam JFP melalui: pengambilan sumpah/janji
a. pengangkatan pertama;
b. pengangkatan perpindahan dari jabatan lain; dan
c. pengangkatan melalui promosi.
Pengangkatan melalui promosi sebagaimana dimaksud pada huruf c
berlaku untuk PNS yang tidak memiliki rekam jejak JFP (belum pernah
menduduki JFP).
Pelantikan dan pengambilan sumpah/janji dapat dilaksanakan untuk:
a. pengangkatan promosi melalui kenaikan jenjang jabatan; dan
b. pengangkatan kembali dalam JFP bagi Pemeriksa yang diberhentikan
dari jabatannya karena:
1) diberhentikan sementara sebagai PNS;
2) menjalani cuti di luar tanggungan negara;
3) menjalani tugas belajar lebih dari 6 (enam) bulan; atau
4) ditugaskan secara penuh pada Jabatan Pimpinan Tinggi, Jabatan
Administrator, Jabatan Pengawas, dan Jabatan Pelaksana.

B. Tata Cara Pelaksanaan Pelantikan dan Pengambilan Sumpah/Janji


04 PNS yang akan dilantik dan diangkat sumpah/janji jabatan diundang Undangan pelantikan dan
secara tertulis paling lambat 1 (satu) hari kerja sebelum tanggal pelantikan pengambilan sumpah/janji
dan pengambilan sumpah/janji jabatan. jabatan

05 Pelantikan dan pengambilan sumpah/janji jabatan dilakukan paling lambat Waktu pelaksanaan
30 (tiga puluh) hari kerja sejak keputusan pengangkatannya ditetapkan, pelantikan dan
atau dibersamakan dengan pelaksanaan pelantikan dan pengambilan pengambilan sumpah/janji
sumpah/janji bagi Jabatan Pengawas, Jabatan Administrator, dan/atau
Jabatan Pimpinan Tinggi.
Waktu pelaksanaan tersebut dikecualikan untuk pelantikan dan
pengambilan sumpah/janji bagi PNS yang diangkat ke jenjang Pemeriksa
Ahli Utama yang keputusan pengangkatannya ditetapkan oleh Presiden.
06 Sumpah/janji jabatan diambil oleh Sekretaris Jenderal selaku Pejabat Pejabat yang melantik dan
Pembina Kepegawaian untuk pelaksanaan di Kantor BPK Pusat, atau mengambil sumpah/janji
Kepala Perwakilan untuk pelaksanaan di Kantor BPK Perwakilan berdasar
penunjukkan dari Sekretaris Jenderal.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 27


Juknis JFP Bab IV

Sekretaris Jenderal atau Kepala Perwakilan melantik dan mengambil


sumpah/janji atas pengangkatan semua jenjang JFP.
07 Susunan acara pelantikan dan pengambilan sumpah/janji jabatan paling Susunan acara pelantikan
kurang memuat:
a. menyanyikan dan/atau mendengarkan Lagu Kebangsaan Indonesia
Raya;
b. pembacaan keputusan pengangkatan dalam JFP;
c. pembacaan naskah pelantikan;
d. pengambilan sumpah/janji jabatan; dan
e. penandatanganan berita acara pelantikan dan pengambilan
sumpah/janji jabatan.
08 Sebelum pengambilan sumpah/janji jabatan, pejabat yang melantik dan Naskah pelantikan
mengambil sumpah/janji membacakan naskah pelantikan, sebagaimana
contoh di bawah ini.
“Bismillaahirrahmaanirrahiim,
Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah S.W.T. Tuhan
Yang Maha Esa atas taufiq dan hidayah-Nya, maka pada hari ini,
... tanggal ... bulan ... tahun ..., saya ... (misalnya, Sekretaris
Jenderal), dengan ini secara resmi melantik:
Saudara-saudara dalam jabatan yang baru di lingkungan Badan
Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia.
Saya percaya bahwa Saudara-saudara akan melaksanakan tugas
dengan sebaik-baiknya, sesuai dengan tanggung jawab yang
diberikan.
Semoga Allah S.W.T Tuhan Yang Maha Esa bersama kita.”
09 Sebelum dilakukan pengambilan sumpah/janji jabatan, pejabat yang Kesediaan
melantik dan mengambil sumpah/janji menanyakan kesediaan kepada
PNS yang mengangkat sumpah/janji yang berbunyi sebagai berikut:
“Sebelum saya mengambil sumpah, saya akan bertanya kepada
Saudara-saudara. Apakah Saudara-saudara bersedia
mengucapkan sumpah menurut agama masing-masing?”
Dalam hal PNS yang mengangkat sumpah/janji bersedia, pejabat yang
melantik dan mengambil sumpah/janji melanjutkan pengambilan sumpah
dengan terlebih dahulu menyatakan:
“Ikutilah kata-kata saya”
Dalam hal PNS yang dilantik dan diambil sumpah/janji jabatan berjumlah
1 (satu) orang, bunyi pertanyaan kesediaan dapat disesuaikan.
10 Pejabat yang melantik dan mengambil sumpah/janji jabatan mengucapkan Bunyi sumpah/janji
susunan kata-kata sumpah/janji jabatan kalimat demi kalimat dan diikuti
oleh PNS yang mengangkat sumpah/janji jabatan.
Sumpah/janji jabatan berbunyi sebagai berikut:
“Demi Allah, saya bersumpah:
bahwa saya, akan setia dan taat kepada Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta akan menjalankan

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 28


Juknis JFP Bab IV

segala peraturan perundang-undangan dengan selurus-lurusnya,


demi dharma bakti saya kepada bangsa dan negara;
bahwa saya dalam menjalankan tugas Jabatan, akan menjunjung
etika Jabatan, bekerja dengan sebaik-baiknya, dan dengan penuh
rasa tanggung jawab;
bahwa saya, akan menjaga integritas, tidak menyalahgunakan
kewenangan, serta menghindarkan diri dari perbuatan tercela.”
Apabila PNS berkeberatan mengucapkan sumpah karena keyakinan
tentang agama atau kepercayaannya kepada Tuhan Yang Maha Esa, PNS
yang bersangkutan mengucapkan janji jabatan. Untuk itu, kalimat “Demi
Allah, saya bersumpah” diganti dengan kalimat “Demi Tuhan Yang Maha
Esa, saya menyatakan dan berjanji dengan sungguh-sungguh”
Bagi PNS yang beragama Kristen, pada akhir sumpah/janji ditambahkan
kalimat yang berbunyi “Kiranya Tuhan menolong saya”.
Bagi PNS yang beragama Hindu, frasa “Demi Allah” diganti dengan “Om
Atah Paramawisesa”.
Bagi PNS yang beragama Budha, frasa “Demi Allah” diganti dengan
“Demi Sang Hyang Adi Budha”.
Bagi PNS yang beragama Khonghucu, frasa “Demi Allah” diganti dengan
“Kehadirat Tian di tempat yang Maha Tinggi dengan bimbingan rohani
Nabi Kong Zi, Dipermuliakanlah”.
Bagi PNS yang berkepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa selain
beragama Islam, Kristen, Hindu, Budha, dan Khonghucu, frasa “Demi
Allah” diganti dengan kalimat lain yang sesuai dengan kepercayannya
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
11 PNS yang mengangkat sumpah/janji Jabatan didampingi oleh seorang Pendamping
rohaniwan dan 2 (dua) orang saksi. Rohaniwan dihadirkan dari
Kementerian Agama. Jabatan para saksi tersebut adalah paling rendah
sama dengan jabatan PNS yang mengangkat sumpah/janji jabatan.
12 Setiap pengambilan sumpah/janji jabatan dituangkan dalam berita acara Berita Acara
yang ditandatangani oleh pejabat yang mengambil sumpah/janji jabatan,
PNS yang mengangkat sumpah/janji jabatan, dan saksi. Berita acara dibuat
rangkap 3 (tiga), dengan ketentuan:
a. 1 (satu) rangkap untuk PNS yang mengangkat sumpah/janji jabatan;
b. 1 (satu) rangkap untuk arsip Biro SDM; dan
c. 1 (satu) rangkap untuk arsip BKN.
Berita acara pengambilan sumpah/janji jabatan sebagaimana dimaksud di
atas tercantum dalam Lampiran IV yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan ini.
13 Pelaksanaan pelantikan dan pengambilan sumpah/janji jabatan secara Pelaksanaan mengacu pada
menyeluruh mengacu pada ketentuan dari Kepala BKN yang mengatur ketentuan Kepala BKN
tentang tata cara pelantikan dan pengambilan sumpah/janji bagi jabatan
fungsional.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 29


Juknis JFP Bab V

BAB V
KEGIATAN YANG DAPAT DINILAI
SEBAGAI ANGKA KREDIT
01 Bab ini mengatur tentang kegiatan yang dapat dinilai sebagai angka kredit Lingkup bahasan
bagi Pemeriksa yang terdiri dari kegiatan pemeriksaan, kegiatan
pengembangan profesi Pemeriksa, kegiatan penunjang tugas pemeriksaan,
dan kegiatan pendidikan.
02 Kegiatan yang dapat dinilai sebagai angka kredit adalah kegiatan yang Kegiatan yang dapat dinilai
dilakukan oleh pegawai yang telah diangkat menjadi PNS. sebagai angka kredit

Dalam hal pengangkatan pertama, kegiatan yang dilakukan selama


menjadi CPNS tidak dapat dinilai sebagai angka kredit. Kegiatan Diklat
Pembentukan JFP dalam rangka pengangkatan pertama dan Diklat
Prajabatan dikecualikan dari ketentuan tersebut.
Dalam hal pengangkatan perpindahan dari jabatan lain dan pengangkatan
promosi bagi PNS yang belum pernah menduduki JFP, kegiatan yang
dilakukan sebelum diangkat ke dalam JFP yang dapat dinilai angka kredit
adalah kegiatan pengembangan profesi Pemeriksa, kegiatan penunjang
tugas pemeriksaan, dan kegiatan pendidikan.

A. Kegiatan Pemeriksaan

1. Pemeriksaan Keuangan, Pemeriksaan Kinerja, dan Pemeriksaan Dengan Tujuan


Tertentu, serta Kegiatan Lainnya yang Dilaksanakan pada AKN I s.d. VII dan BPK
Perwakilan
03 Kegiatan yang dapat dinilai sebagai angka kredit untuk kegiatan Kegiatan Pemeriksaan
Pemeriksaan Keuangan, Pemeriksaan Kinerja, dan Pemeriksaan Keuangan, Pemeriksaan
dengan Tujuan Tertentu (PDTT), serta kegiatan lainnya yang Kinerja, dan PDTT, serta
dilaksanakan pada AKN I s.d. VII dan BPK Perwakilan terdiri dari: kegiatan lainnya yang
a. Penyusunan Rencana Kegiatan Pemeriksaan (RKP); dapat diberikan angka
b. Pemeriksaan; kredit
c. Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan (TLHP);
d. Evaluasi Pemeriksaan;
e. Pemantauan Kerugian Negara/Daerah;
f. Penyusunan Bahan Perumusan Pendapat BPK; dan
g. Penyusunan Bahan Penjelasan BPK.
a. Penyusunan RKP
04 Penyusunan RKP merupakan suatu proses yang sistematis yang Definisi dan tahapan
dimulai dari kegiatan penetapan kebijakan dan strategi penyusunan RKP
pemeriksaan sampai dengan penetapan RKP. Penyusunan RKP
terdiri dari tahapan kegiatan sebagai berikut:
1) penyusunan tema pemeriksaan;
2) penyusunan proposal pemeriksaan;
3) penyusunan RKP;
4) penyusunan revisi RKP; dan
5) penyusunan strategi pemeriksaan.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 30


Juknis JFP Bab V

05 Penghitungan angka kredit untuk kegiatan penyusunan RKP Penghitungan angka kredit
sebagai berikut: untuk penyusunan RKP
1) Pemberian penugasan dalam setiap tahap dapat dilaksanakan
dalam bentuk tim yang terdiri dari berbagai jenjang jabatan
Pemeriksa maupun perorangan. Angka kredit yang diberikan
adalah angka kredit per produk (output) sesuai dengan butir
kegiatan untuk masing-masing jenjang jabatan tanpa
memperhitungkan jumlah hari.
2) Bukti kegiatan/bukti fisik untuk usulan penilaian angka kredit
berupa Surat Keterangan Penyelesaian Penugasan (SKPP)
sesuai dengan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran
V.1 dan Surat Perintah Penugasan Pemeriksaan (SP2P) sesuai
dengan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran V.2
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan ini.
Contoh:
a. Dalam rangka penyusunan RKP, Kepala Perwakilan BPK
Provinsi Sumatera Utara memberikan penugasan tim yang
terdiri dari 4 (empat) orang, yaitu ADK, S.E. (seorang
Pemeriksa Ahli Pertama dengan pangkat Penata Muda,
golongan ruang III/a), BDI, S.E. (seorang Pemeriksa Ahli
Pertama dengan pangkat Penata Muda Tingkat I, golongan
ruang III/b), CHM, S.H., M.H. (seorang Pemeriksa Ahli Muda
dengan pangkat Penata, golongan ruang III/c), dan DNL, S.E.,
M.M., CA. (seorang Pemeriksa Ahli Madya dengan pangkat
Pembina, golongan ruang IV/a) selama 2 (dua) hari. Atas
penugasan tersebut, angka kredit yang diperoleh untuk
masing-masing Pemeriksa adalah sebagai berikut:
1) ADK memperoleh angka kredit sebesar 0,1 (nol koma
satu) dari butir kegiatan melaksanakan administrasi dalam
rangka penyusunan RKP.
2) BDI memperoleh angka kredit sebesar 0,1 (nol koma satu)
dari butir kegiatan melaksanakan administrasi dalam
rangka penyusunan RKP.
3) CHM memperoleh angka kredit sebesar 0,2 (nol koma
dua) dari butir kegiatan menyusun usulan RKP.
4) DNL memperoleh angka kredit sebesar 0,45 (nol koma
empat lima) dari butir kegiatan mengusulkan RKP.
b. Kepala Perwakilan BPK Provinsi Daerah Khusus Ibukota
(DKI) Jakarta memberikan penugasan kepada EMY, S.E.,
Ak., seorang Pemeriksa Ahli Muda dengan pangkat Penata,
golongan ruang III/c, untuk menyusun RKP. Atas penugasan
tersebut, dia memperoleh angka kredit sebesar 0,2 (nol koma
dua) yang berasal dari butir kegiatan menyusun usulan RKP.
c. Kepala Perwakilan BPK Provinsi Maluku Utara memberikan
penugasan kepada AMP, S.T., M.T., seorang Pemeriksa Ahli
Muda dengan pangkat Penata Tingkat I, golongan ruang III/d,
untuk menyusun proposal pemeriksaan pada BPK Provinsi
Maluku Utara. Atas penugasan tersebut, dia memperoleh
angka kredit sebesar 0,19 (nol koma satu sembilan) dari butir
kegiatan menyusun proposal pemeriksaan.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 31


Juknis JFP Bab V

b. Pemeriksaan
06 Kegiatan Pemeriksaan Keuangan, Pemeriksaan Kinerja, dan Tahapan kegiatan
PDTT terdiri dari tahapan sebagai berikut: Pemeriksaan Keuangan,
1) Perencanaan Pemeriksaan; Pemeriksaan Kinerja, dan
2) Pelaksanaan Pemeriksaan; dan PDTT
3) Pelaporan Hasil Pemeriksaan.
1) Perencanaan Pemeriksaan
07 Perencanaan pemeriksaan merupakan awal dari proses Definisi perencanaan
pemeriksaan setelah mempertimbangkan rencana strategis Pemeriksaan Keuangan,
pemeriksaan dan risiko manajemen pemeriksaan BPK sebagai Pemeriksaan Kinerja, dan
dasar penentuan tujuan, lingkup, dan sumber daya yang PDTT
diperlukan dalam proses pemeriksaan. Perencanaan
pemeriksaan diperlukan agar perencanaan pemeriksaan dapat
dilaksanakan secara efisien, efektif, dan sesuai dengan
kebijakan pemeriksaan, rencana kegiatan pemeriksaan, serta
standar pemeriksaan yang ditetapkan oleh BPK.
08 Perencanaan pemeriksaan terdiri dari tahapan kegiatan sebagai Tahapan perencanaan
berikut: Pemeriksaan Keuangan,
a) penyusunan Program Pemeriksaan (P2) Pendahuluan/ Pemeriksaan Kinerja, dan
Interim; PDTT
b) penyusunan P2;
c) penyusunan Program Kerja Perorangan (PKP)
Pemeriksaan Pendahuluan/ Interim;
d) Pemeriksaan Pendahuluan/Interim;
e) penyusunan Kertas Kerja Pemeriksaan (KKP) dalam
Pemeriksaan Pendahuluan/ Interim;
f) penyusunan Laporan Pemeriksaan Pendahuluan/ Interim;
g) review Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) terdahulu;
h) komunikasi dengan Tim Pemeriksaan terdahulu; dan
i) pembahasan atas hasil pengawasan intern.
09 Penghitungan angka kredit untuk kegiatan perencanaan Penghitungan angka kredit
pemeriksaan sebagai berikut: untuk perencanaan
a) Pemberian penugasan dalam kegiatan perencanaan Pemeriksaan Keuangan,
pemeriksaan dapat dilaksanakan dalam bentuk tim yang Pemeriksaan Kinerja, dan
terdiri dari beberapa Pemeriksa ataupun perorangan. PDTT
Angka kredit yang diberikan adalah per produk (output)
sesuai dengan butir kegiatan untuk masing-masing jenjang
jabatan Pemeriksa, kecuali untuk pelaksanaan
Pemeriksaan Pendahuluan/ Interim yang dilakukan pada
entitas.
b) Angka kredit untuk pelaksanaan Pemeriksaan
Pendahuluan/ Interim yang dilakukan pada entitas
diberikan sesuai dengan pelaksanaan pemeriksaan, yaitu
per jam pelaksanaan pemeriksaan sesuai dengan butir
kegiatan untuk masing-masing jenjang jabatan Pemeriksa.
Jam kerja efektif dalam 1 (satu) hari yang diperhitungkan
adalah sebesar 6,3 (enam koma tiga) jam.
c) Angka kredit untuk kegiatan pembahasan atas hasil
pengawasan intern diberikan untuk setiap Laporan Aparat
Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) yang dibahas.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 32


Juknis JFP Bab V

d) Bukti kegiatan/bukti fisik untuk usulan penilaian angka


kredit berupa SKPP sesuai dengan format sebagaimana
tercantum dalam Lampiran V.1 yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan ini dan salah satu
dokumen sebagai berikut:
1) Surat Tugas dari pejabat yang berwenang;
2) SP2P sesuai dengan format sebagaimana tercantum
dalam Lampiran V.2 yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan ini; atau
3) Surat Perintah Persiapan Pemeriksaan (SP3) dari
pejabat yang berwenang.
Contoh:
a. Kepala Perwakilan BPK Provinsi Kalimantan Barat
menugaskan untuk menyusun P2 atas Pemeriksaan
Laporan Keuangan Pemerintah Kota Pontianak kepada
tim yang terdiri dari 4 (empat) orang, yaitu ANK, S.H.
(seorang Pemeriksa Ahli Pertama dengan pangkat Penata
Muda Tingkat I, golongan ruang III/b), BDK, S.T.
(seorang Pemeriksa Ahli Pertama dengan pangkat Penata,
golongan ruang III/c), DMI, S.E., M.Sc., Ak. (seorang
Pemeriksa Ahli Muda dengan pangkat Penata Tingkat I,
golongan ruang III/d), dan EKY, S.E., M.H., Ak. (seorang
Pemeriksa Ahli Madya dengan pangkat Pembina Tingkat
I, golongan ruang IV/b). Atas penugasan tersebut, angka
kredit yang diperoleh untuk masing-masing Pemeriksa
adalah sebagai berikut:
1) ANK memperoleh angka kredit sebesar 0,1 (nol koma
satu) dari butir kegiatan melaksanakan administrasi
dalam rangka penyusunan P2 Perwakilan.
2) BDK memperoleh angka kredit sebesar 0,1 (nol koma
satu) dari butir kegiatan melaksanakan administrasi
dalam rangka penyusunan P2 Perwakilan.
3) DMI memperoleh angka kredit sebesar 0,4 (nol koma
empat) dari butir kegiatan menyusun konsep P2
Perwakilan.
4) EKY memperoleh angka kredit sebesar 0,36 (nol
koma tiga enam) dari butir kegiatan me-review konsep
P2 Perwakilan dari Pemeriksa Ahli Muda.
b. Auditor Utama (Tortama) Keuangan Negara (KN) II
menugaskan tim untuk melaksanakan Pemeriksaan
Pendahuluan atas Penilaian Kembali Barang Milik Negara
pada Kementerian Keuangan yang terdiri dari 5 (lima)
orang, dengan komposisi sebagai berikut:
1) FHM, S.Sos., seorang Pemeriksa Ahli Pertama dengan
pangkat Penata Muda, golongan ruang III/a,
ditugaskan melaksanakan tugas-tugas dalam
Pemeriksaan Pendahuluan/Interim selama 30 (tiga
puluh) hari;
2) GKL, S.E., seorang Pemeriksa Ahli Pertama dengan
pangkat Penata Muda Tingkat I, golongan ruang III/b,
ditugaskan melaksanakan tugas-tugas dalam

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 33


Juknis JFP Bab V

Pemeriksaan Pendahuluan/Interim selama 30 (tiga


puluh) hari;
3) HTK, S.Kom., M.Si., seorang Pemeriksa Ahli Muda
dengan pangkat Penata Tingkat I, golongan ruang
III/d, ditugaskan memimpin pelaksanaan Pemeriksaan
Pendahuluan/Interim selama 30 (tiga puluh) hari;
4) INK, S.E., M.M., CA., seorang Pemeriksa Ahli Madya
dengan pangkat Pembina, golongan ruang IV/a,
ditugaskan melakukan supervisi Pemeriksaan
Pendahuluan/Interim selama 10 (sepuluh) hari; dan
5) JND, S.E., M.M., CFE., seorang Pemeriksa Ahli
Utama dengan pangkat Pembina Utama Madya,
golongan ruang IV/d, ditugaskan mengarahkan
Pemeriksaan Pendahuluan/Interim selama 5 (lima)
hari.
Atas penugasan tersebut, angka kredit yang diperoleh
untuk masing-masing Pemeriksa adalah sebagai berikut:
1) FHM memperoleh angka kredit sebesar 1,89 (satu
koma delapan sembilan) dari butir kegiatan
melaksanakan tugas-tugas dalam Pemeriksaan
Pendahuluan/Interim dengan perhitungan 0,01 x 6,3 x
30.
2) GKL memperoleh angka kredit sebesar 1,89 (satu
koma delapan sembilan) dari butir kegiatan
melaksanakan tugas-tugas dalam Pemeriksaan
Pendahuluan/Interim dengan perhitungan 0,01 x 6,3 x
30.
3) HTK memperoleh angka kredit sebesar 3,78 (tiga
koma tujuh delapan) dari butir kegiatan memimpin
pelaksanaan Pemeriksaan Pendahuluan/Interim
dengan perhitungan 0,02 x 6,3 x 30.
4) INK memperoleh angka kredit sebesar 1,89 (satu
koma delapan sembilan) dari butir kegiatan
melakukan supervisi Pemeriksaan
Pendahuluan/Interim dengan perhitungan 0,03 x 6,3 x
10.
5) JND memperoleh angka kredit sebesar 3,15 (tiga
koma satu lima) dari butir kegiatan mengarahkan
Pemeriksaan Pendahuluan/Interim dengan
perhitungan 0,1 x 6,3 x 5.
c. Dalam rangka perencanaan Pemeriksaan Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Kabupaten
Kotawaringin Barat Tahun Anggaran (TA) 2019, KHA,
S.E., M.A., CA. (seorang Pemeriksa Ahli Muda dengan
pangkat Pembina, golongan ruang IV/a) mendapat
penugasan untuk melakukan komunikasi dengan Tim
Pemeriksa LKPD Kabupaten Kotawaringin Barat tahun
sebelumnya. Atas pelaksanaan tugas tersebut, dia
memperoleh angka kredit sesuai dengan butir kegiatan
untuk kegiatan melakukan komunikasi dengan Tim
Pemeriksaan terdahulu sebesar 0,2 (nol koma dua).

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 34


Juknis JFP Bab V

d. LAR, S.H., M.H., seorang Pemeriksa Ahli Pertama


dengan pangkat Penata Muda Tingkat I, golongan ruang
III/b, melakukan pembahasan atas Laporan APIP pada
Kementerian Sosial sebanyak 3 (tiga) buah laporan. Atas
pelaksanaan tugas tersebut, A memperoleh angka kredit
sesuai dengan butir kegiatan untuk kegiatan melakukan
pembahasan atas hasil pengawasan intern sebesar 0,36
(nol koma tiga enam) dengan perhitungan 3 x 0,12.
2) Pelaksanaan Pemeriksaan
10 Kegiatan pelaksanaan pemeriksaan merupakan realisasi Definisi pelaksanaan
perencanaan pemeriksaan agar pelaksanaan pemeriksaan Pemeriksaan Keuangan,
dapat dilakukan secara efektif, efisien, dan sesuai dengan Pemeriksaan Kinerja, dan
standar pemeriksaan yang ditetapkan oleh BPK. PDTT

11 Pelaksanaan pemeriksaan terdiri dari tahapan kegiatan sebagai Tahapan pelaksanaan


berikut: Pemeriksaan Keuangan,
a) penyusunan PKP Pemeriksaan Terinci; Pemeriksaan Kinerja, dan
b) pelaksanaan Pemeriksaan Terinci; dan PDTT
c) penyusunan KKP dalam Pemeriksaan Terinci.
12 Penghitungan angka kredit untuk kegiatan pelaksanaan Penghitungan angka kredit
pemeriksaan sebagai berikut: untuk pelaksanaan
a) Pemberian penugasan dalam kegiatan pelaksanaan Pemeriksaan Keuangan,
pemeriksaan dapat dilaksanakan dalam bentuk tim yang Pemeriksaan Kinerja, dan
terdiri dari beberapa Pemeriksa ataupun perorangan. PDTT
Angka kredit yang diberikan adalah per produk (output)
sesuai dengan butir kegiatan untuk masing-masing jenjang
jabatan Pemeriksa, kecuali untuk pelaksanaan
Pemeriksaan Terinci yang dilakukan pada entitas.
b) Angka kredit untuk pelaksanaan Pemeriksaan Terinci
yang dilakukan pada entitas diberikan sesuai dengan
pelaksanaan pemeriksaan, yaitu per jam pelaksanaan
pemeriksaan sesuai dengan butir kegiatan untuk masing-
masing jenjang jabatan Pemeriksa. Jam kerja efektif dalam
1 (satu) hari yang diperhitungkan adalah sebesar 6,3
(enam koma tiga) jam.
c) Bukti kegiatan/bukti fisik untuk usulan penilaian angka
kredit berupa SKPP sesuai dengan format sebagaimana
tercantum dalam Lampiran V.1 yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan ini dan salah satu
dokumen sebagai berikut:
1) Surat Tugas dari pejabat yang berwenang;
2) SP2P sesuai dengan format sebagaimana tercantum
dalam Lampiran V.2 yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan ini; atau
3) SP3 dari pejabat yang berwenang.
Contoh:
MES, S.E., M.E., seorang Pemeriksa Ahli Muda dengan
pangkat Penata Tingkat I, golongan ruang III/d, ditugaskan
memimpin tim dalam Pemeriksaan Terinci Kinerja atas
Perlindungan Warga Negara Indonesia pada Kementerian
Luar Negeri TA 2017 s.d. 2019 yang dilaksanakan selama
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 35
Juknis JFP Bab V

25 (dua puluh lima) hari. Tim Pemeriksaan tersebut terdiri dari


4 (empat) orang Anggota Tim yang memiliki tugas dan fungsi
utama melaksanakan pemeriksaan. Atas pelaksanaan tugas
tersebut:
a. MES sebagai Ketua Tim memperoleh angka kredit yaitu
sebesar 5,23 (lima koma dua tiga) dengan rincian:
1) sebesar 0,64 (nol koma enam empat) untuk kegiatan
mengesahkan PKP Pemeriksa Ahli Pertama untuk
pelaksanaan tugas-tugas Pemeriksaan Terinci dengan
perhitungan 0,16 x 4;
2) sebesar 3,15 (tiga koma satu lima) untuk kegiatan
memimpin pelaksanaan Pemeriksaan Terinci dengan
perhitungan 0,02 x 6,3 x 25; dan
3) sebesar 1,44 (satu koma empat empat) untuk kegiatan
me-review KKP Pemeriksa Ahli Pertama dalam
Pemeriksaan Terinci dengan perhitungan 0,36 x 4.
b. Masing-masing Anggota Tim memperoleh angka kredit
sebesar 1,955 (satu koma sembilan lima lima) dengan
rincian:
1) sebesar 0,17 (nol koma satu tujuh) untuk kegiatan
menyusun PKP untuk pelaksanaan tugas-tugas
Pemeriksaan Terinci;
2) sebesar 1,575 (satu koma lima tujuh lima) untuk
kegiatan melaksanakan tugas-tugas dalam
pelaksanaan Pemeriksaan Terinci dengan perhitungan
0,01 x 6,3 x 25; dan
3) sebesar 0,21 (nol koma dua satu) untuk kegiatan
menyusun KKP untuk pelaksanaan tugas-tugas dalam
Pemeriksaan Terinci.
3) Pelaporan Pemeriksaan
13 Pelaporan hasil pemeriksaan merupakan proses penyusunan Definisi pelaporan hasil
laporan berdasarkan hasil analisis atas Temuan Pemeriksaan Pemeriksaan Keuangan,
yang diperoleh pada saat pelaksanaan pemeriksaan yang Pemeriksaan Kinerja, dan
menghasilkan Laporan Hasil Pemeriksaaan (LHP) dan Ikhtisar PDTT
Hasil Pemeriksaan Semester (IHPS).
14 Pelaporan hasil pemeriksaan terdiri dari tahapan kegiatan Tahapan pelaporan hasil
sebagai berikut: Pemeriksaan Keuangan,
a) penyusunan IHPS; Pemeriksaan Kinerja, dan
b) penyusunan LHP; PDTT
c) penyusunan konsep Rekomendasi BPK;
d) pelaporan informasi rahasia; dan
e) evaluasi atas Laporan Hasil Pemeriksaan Kantor Akuntan
Publik (KAP).
15 Penghitungan angka kredit untuk kegiatan pelaporan hasil Penghitungan angka kredit
pemeriksaan sebagai berikut: untuk pelaporan hasil
a) Pemberian penugasan dalam kegiatan pelaporan hasil Pemeriksaan Keuangan,
pemeriksaan dapat dilaksanakan dalam bentuk tim yang Pemeriksaan Kinerja, dan
terdiri dari beberapa Pemeriksa ataupun perorangan. PDTT
Angka kredit yang diberikan adalah per produk (output)

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 36


Juknis JFP Bab V

sesuai dengan butir kegiatan untuk masing-masing jenjang


jabatan Pemeriksa.
b) Bukti kegiatan/bukti fisik untuk usulan penilaian angka
kredit berupa SKPP sesuai dengan format sebagaimana
tercantum dalam Lampiran V.1 dan SP2P sesuai dengan
format sebagaimana tercantum dalam Lampiran V.2 yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan ini.
Contoh:
a. NCA, S.E., M.Si., seorang Pemeriksa Ahli Muda dengan
pangkat Penata, golongan ruang III/c, ditugaskan untuk
menyusun IHPS Semester II TA 2018 pada Kementerian
Sosial. Atas pelaksanaan tersebut, NCA memperoleh
angka kredit sebesar 0,42 (nol koma empat dua) untuk
kegiatan menyiapkan konsep bahan penyusunan IHPS.
b. OMR, S.E., M.Ak., Ak., seorang Pemeriksa Ahli Muda
dengan pangkat Penata Tingkat I, golongan ruang III/d,
ditugaskan sebagai Ketua Tim dalam penyusunan LHP
atas Laporan Keuangan Kementerian Pertanian TA 2018
selama 5 (lima) hari. Atas pelaksanaan tugas tersebut, dia
memperoleh angka kredit sebesar 0,92 (nol koma
sembilan dua) dengan rincian:
1) sebesar 0,52 (nol koma lima dua) untuk kegiatan
menyajikan kelogisan substansi, kaidah bahasa, dan
kebenaran matematis dalam konsep LHP; dan
2) sebesar 0,4 (nol koma empat) untuk kegiatan
menyusun konsep LHP sesuai unsur-unsur temuan
seperti kondisi, kriteria, sebab, dan akibat.
c. Dalam rangka penugasan sebagai Ketua Tim dalam
pemeriksaan atas Laporan Keuangan Kementerian
Pertanian TA 2018 seperti dijelaskan di atas, OMR S.E.,
M.Ak., Ak., juga ditugaskan untuk menyusun konsep
Rekomendasi BPK. Atas pelaksanaan tugas tersebut, dia
memperoleh angka kredit sebesar 0,28 (nol koma dua
delapan) dengan rincian:
1) sebesar 0,14 (nol koma satu empat) untuk kegiatan
menyiapkan usulan konsep Rekomendasi BPK; dan
2) sebesar 0,14 (nol koma satu empat) untuk kegiatan
menyiapkan konsep surat keluar.
c. Pemantauan TLHP
16 Pemantauan TLHP adalah pemantauan kegiatan dan/atau Definisi pemantauan
keputusan yang dilakukan oleh pimpinan entitas yang diperiksa TLHP
dan/atau pihak lain yang kompeten untuk melaksanakan
rekomendasi hasil pemeriksaan.
17 Penghitungan angka kredit untuk kegiatan pemantauan TLHP Penghitungan angka kredit
sebagai berikut: pemantauan TLHP
1) Pemberian penugasan dalam kegiatan pemantauan TLHP
dapat dilaksanakan dalam bentuk tim yang terdiri dari
beberapa jenjang jabatan Pemeriksa. Angka kredit yang
diberikan adalah per produk (output) sesuai dengan butir
kegiatan untuk masing-masing jenjang jabatan Pemeriksa.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 37


Juknis JFP Bab V

Pemberian angka kredit untuk kegiatan ini adalah per entitas


tanpa memperhitungkan tahun anggaran pada 1 (satu)
penugasan.
2) Bukti kegiatan/bukti fisik untuk usulan penilaian angka kredit
berupa SKPP sesuai dengan format sebagaimana tercantum
dalam Lampiran V.1 yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan ini dan Surat Tugas dari pejabat
yang berwenang.
Contoh:
PAL, S.Sos., M.Sc., seorang Pemeriksa Ahli Muda dengan
pangkat Penata Tingkat I, golongan ruang III/d, ditugaskan
sebagai Ketua Tim dalam pemantauan TLHP pada Kementerian
Dalam Negeri Tahun 2017, 2018, dan 2019 yang dilaksanakan
selama 5 (lima) hari. Tim pemantauan tersebut terdiri dari
4 (empat) Anggota Tim. Atas pelaksanaan tugas tersebut:
a. PAL, sebagai Ketua Tim memperoleh angka kredit yaitu
sebesar 0,68 (nol koma enam delapan) dengan rincian:
1) sebesar 0,32 (nol koma tiga dua) untuk kegiatan
melaksanakan penelaahan jawaban TLHP dari entitas
yang diperiksa; dan
2) sebesar 0,36 (nol koma tiga enam) untuk kegiatan
menyusun laporan penelaahan jawaban TLHP dari entitas
yang diperiksa.
b. Masing-masing Anggota Tim memperoleh angka kredit
sebesar 0,46 (nol koma empat enam) dengan rincian:
1) sebesar 0,18 (nol koma satu delapan) untuk kegiatan
melaksanakan administrasi dalam pemantauan TLHP;
2) sebesar 0,12 (nol koma satu dua) untuk kegiatan
menyiapkan bahan pemantauan TLHP; dan
sebesar 0,16 (nol koma satu enam) untuk kegiatan melaksanakan
pemantauan TLHP.
d. Evaluasi Pemeriksaan
18 Evaluasi pemeriksaan adalah kegiatan penilaian kinerja Pemeriksa Definisi evaluasi
dalam suatu pelaksanaan pemeriksaan. pemeriksaan

19 Penghitungan angka kredit untuk kegiatan evaluasi pemeriksaan Penghitungan angka kredit
sebagai berikut: untuk evaluasi
1) Angka kredit yang diberikan adalah per produk (output) pemeriksaan
berdasarkan jumlah Pemeriksa yang dinilai secara berjenjang
dalam Tim Pemeriksa sesuai dengan butir kegiatan untuk
masing-masing jenjang jabatan Pemeriksa.
2) Bukti kegiatan/bukti fisik untuk usulan penilaian angka kredit
berupa SKPP sesuai dengan format sebagaimana tercantum
dalam Lampiran V.1 dan SP2P sesuai dengan format
sebagaimana tercantum dalam Lampiran V.2 yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan ini.
Contoh:
RMT, S.H., L.L.M., seorang Pemeriksa Ahli Muda dengan
pangkat Penata, golongan ruang III/c, telah membuat penilaian
untuk 4 (empat) orang Anggota Tim atas pelaksanaan
Pemeriksaan Belanja Daerah TA 2018 pada Provinsi Sumatera
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 38
Juknis JFP Bab V

Selatan. Atas pelaksanaan tugas tersebut, dia memperoleh angka


kredit sebesar 0,64 (nol koma enam empat) untuk kegiatan
membuat penilaian Pemeriksa Ahli Pertama atas pelaksanaan
pemeriksaan dengan perhitungan 0,16 x 4.
e. Pemantauan Kerugian Negara/Daerah
20 Pemantauan kerugian negara/daerah adalah pemantauan setiap Definisi pemantauan
kerugian negara/daerah yang disebabkan oleh tindakan melanggar kerugian negara/daerah
hukum atau kelalaian seseorang harus diselesaikan sesuai
mekanisme yang berlaku dengan penggantian kerugian
negara/daerah oleh pihak yang menyebabkan kerugian
negara/daerah tersebut.
21 Penghitungan angka kredit untuk kegiatan pemantauan kerugian Penghitungan angka kredit
negara/daerah sebagai berikut: untuk pemantauan
1) Pemberian penugasan dalam kegiatan pemantauan kerugian kerugian negara/daerah
negara/daerah dapat dilaksanakan dalam bentuk tim yang
terdiri dari beberapa Pemeriksa ataupun perorangan. Angka
kredit yang diberikan adalah per produk (output) sesuai
dengan butir kegiatan untuk masing-masing jenjang jabatan
Pemeriksa.
2) Bukti kegiatan/bukti fisik untuk usulan penilaian angka kredit
berupa SKPP sesuai dengan format sebagaimana tercantum
dalam Lampiran V.1 yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan ini dan Surat Tugas dari pejabat
yang berwenang.
Contoh:
SBR, S.T., M.Sc., seorang Pemeriksa Ahli Muda dengan pangkat
Penata Tingkat I, golongan ruang III/d, ditugaskan sebagai Ketua
Tim untuk melaksanakan pemantauan kerugian negara pada
Kementerian Perindustrian yang terdiri dari 4 (empat) Anggota
Tim. Atas pelaksanaan tugas tersebut:
a. SBR memperoleh angka kredit untuk jenjang jabatan
Pemeriksa Ahli Muda sebesar 0,66 (nol koma enam enam),
dengan rincian:
1) sebesar 0,4 (nol koma empat) untuk kegiatan memimpin
pemantauan proses penyelesaian ganti kerugian
negara/daerah; dan
2) sebesar 0,26 (nol koma dua enam) untuk menyusun
konsep Laporan Pemantauan Ganti Kerugian
Negara/Daerah.
b. Masing-masing Anggota Tim memperoleh angka kredit
sebesar 0,41 (nol koma empat satu) dengan rincian:
1) sebesar 0,21 (nol koma dua satu) untuk kegiatan
menyiapkan bahan pemantauan proses penyelesaian ganti
kerugian negara/daerah; dan
2) sebesar 0,2 (nol koma dua) untuk kegiatan melaksanakan
pemantauan proses penyelesaian ganti kerugian
negara/daerah.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 39


Juknis JFP Bab V

f. Penyusunan Bahan Perumusan Pendapat BPK


22 Penyusunan bahan perumusan Pendapat BPK adalah proses Definisi penyusunan bahan
penyusunan bahan yang digunakan untuk merumuskan Pendapat perumusan Pendapat BPK
BPK yang merupakan pernyataan sikap, pertimbangan, dan/atau
hasil konsultasi yang disampaikan kepada pihak yang meminta
dan/atau menerima pendapat terkait atas suatu masalah atau
kebijakan tertentu sehubungan dengan pelaksanaan tugas dan
wewenang BPK terkait pengelolaan keuangan negara sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
23 Penghitungan angka kredit untuk kegiatan penyusunan bahan Penghitungan angka kredit
perumusan Pendapat BPK sebagai berikut: untuk penyusunan bahan
1) Pemberian penugasan dalam kegiatan penyusunan bahan perumusan Pendapat BPK
perumusan Pendapat BPK dapat dilaksanakan dalam bentuk
tim yang terdiri dari beberapa Pemeriksa ataupun perorangan.
Angka kredit yang diberikan adalah per produk (output) sesuai
dengan butir kegiatan untuk masing-masing jenjang jabatan
Pemeriksa.
2) Bukti kegiatan/bukti fisik untuk usulan penilaian angka kredit
berupa SKPP sesuai dengan format sebagaimana tercantum
dalam Lampiran V.1 dan SP2P sesuai dengan format
sebagaimana tercantum dalam Lampiran V.2 yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan ini.
Contoh:
TAH, S.E., M.M. (seorang Pemeriksa Ahli Muda dengan pangkat
Penata Tingkat I, golongan ruang III/d), UMN, S.H., M.H.
(seorang Pemeriksa Ahli Madya dengan pangkat Pembina Tingkat
I dan golongan ruang IV/b), dan WHY, S.E., M.M., CA. (seorang
Pemeriksa Ahli Utama dengan pangkat Pembina Utama, golongan
ruang IV/e) mendapat penugasan untuk melakukan penyusunan
bahan perumusan Pendapat BPK selama 5 (lima) hari. Atas
pelaksanaan tugas tersebut:
a. TAH memperoleh angka kredit sebesar 0,12 (nol koma satu
dua) untuk kegiatan menyiapkan bahan pendukung
perumusan Pendapat BPK yang diperlukan berdasarkan hasil
pemeriksaan;
b. UMN memperoleh angka kredit sebesar 0,36 (nol koma tiga
enam) untuk kegiatan mengompilasi dan menyusun bahan
perumusan Pendapat BPK pada lingkup tugasnya; dan
c. WHY memperoleh angka kredit sebesar 0,4 (nol koma empat)
untuk kegiatan me-review bahan perumusan Pendapat BPK
pada lingkup tugasnya.
g. Penyusunan Bahan Penjelasan BPK
24 Penyusunan bahan penjelasan BPK adalah kegiatan penyusunan Definisi penyusunan bahan
bahan yang digunakan untuk menjelaskan hasil pemeriksaan BPK penjelasan BPK
kepada Pemerintah, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), dan Dewan
Perwakilan Daerah (DPD).
25 Penghitungan angka kredit untuk kegiatan penyusunan bahan Penghitungan angka kredit
penjelasan BPK sebagai berikut: untuk penyusunan bahan
penjelasan BPK

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 40


Juknis JFP Bab V

1) Pemberian penugasan dalam kegiatan penyusunan bahan


penjelasan BPK dapat dilaksanakan dalam bentuk tim yang
terdiri dari beberapa Pemeriksa ataupun perorangan. Angka
kredit yang diberikan adalah per produk (output) sesuai
dengan butir kegiatan untuk masing-masing jenjang jabatan
Pemeriksa.
2) Bukti kegiatan/bukti fisik untuk usulan penilaian angka kredit
berupa SKPP sesuai dengan format sebagaimana tercantum
dalam Lampiran V.1 dan SP2P sesuai dengan format
sebagaimana tercantum dalam Lampiran V.2 yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan ini.
Contoh:
WAH, S.E., M.B.A., Ak. (seorang Pemeriksa Ahli Muda dengan
pangkat Penata, golongan ruang III/c) dan YPH, S.E., M.M., CA.
(seorang Pemeriksa Ahli Madya dengan pangkat Pembina Utama
Muda, golongan ruang IV/c) mendapat penugasan untuk
melakukan penyusunan bahan penjelasan BPK terkait hasil
pemeriksaan Bantuan Likuiditas Bank Indonesia selama 5 (lima)
hari. Atas pelaksanaan tugas tersebut:
a. WAH memperoleh angka kredit sebesar 0,12 (nol koma satu
dua) untuk kegiatan menyiapkan kajian hasil pemeriksaan
yang mengandung unsur tindak pidana korupsi dan/atau
kerugian negara; dan
b. YPH memperoleh angka kredit sebesar 0,36 (nol koma tiga
enam) untuk kegiatan mengompilasi hasil kajian dan
menyusun bahan penjelasan BPK kepada Pemerintah,
lembaga perwakilan, dan Aparat Penegak Hukum (APH)
tentang hasil pemeriksaan pada lingkup tugasnya.
26 Rincian pemberian angka kredit, pelaksana kegiatan, dan bukti fisik Rincian pemberian angka
untuk kegiatan Pemeriksaan Keuangan, Pemeriksaan Kinerja, dan kredit
PDTT, serta kegiatan lainnya pada AKN I s.d. VII dan BPK
Perwakilan tercantum dalam Lampiran V.3 yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan ini.
2. Pemeriksaan Investigatif
27 Kegiatan yang dapat dinilai sebagai angka kredit untuk kegiatan Kegiatan Pemeriksaan
Pemeriksaan Investigatif dan kegiatan lainnya yang dilaksanakan pada Investigatif dan kegiatan
AUI terdiri dari: lainnya yang dapat
a. Penyusunan RKP; diberikan angka kredit
b. Pemeriksaan Investigatif;
c. Pemeriksaan Investigatif dalam rangka Penghitungan Kerugian
Negara (PKN); dan
d. Pemberian Keterangan Ahli Sebagai Ahli/Saksi.
a. Penyusunan RKP
28 Penyusunan RKP merupakan suatu proses yang sistematis yang Definisi dan tahapan
dimulai dari kegiatan penetapan kebijakan dan strategi penyusunan RKP
pemeriksaan sampai dengan penetapan RKP. Penyusunan RKP
terdiri dari tahapan kegiatan sebagai berikut:
1) penyusunan tema pemeriksaan;
2) penyusunan proposal pemeriksaan;
3) penyusunan RKP;
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 41
Juknis JFP Bab V

4) penyusunan revisi RKP; dan


5) penyusunan strategi pemeriksaan.
29 Penghitungan angka kredit untuk kegiatan penyusunan RKP Penghitungan angka kredit
sebagai berikut: untuk penyusunan RKP
1) Pemberian penugasan dalam setiap tahap dapat dilaksanakan
dalam bentuk tim yang terdiri dari berbagai jenjang jabatan
Pemeriksa maupun perorangan. Angka kredit yang diberikan
adalah angka kredit per produk (output) sesuai dengan butir
kegiatan untuk masing-masing jenjang jabatan Pemeriksa
tanpa memperhitungkan jumlah hari.
2) Bukti kegiatan/bukti fisik untuk usulan penilaian angka kredit
berupa SKPP sesuai dengan format sebagaimana tercantum
dalam Lampiran V.1 dan SP2P sesuai dengan format
sebagaimana tercantum dalam Lampiran V.2 yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan ini.
Contoh:
a. Dalam rangka penyusunan RKP, Tortama Investigasi
memberikan penugasan tim yang terdiri dari 4 (empat) orang,
yaitu IMM, S.H. (seorang Pemeriksa Ahli Pertama dengan
pangkat Penata Muda Tingkat I, golongan ruang III/b), JUN,
S.E. (seorang Pemeriksa Ahli Pertama dengan pangkat Penata
Muda Tingkat I, golongan ruang III/b), KMA, S.E., M.Ak.,
(seorang Pemeriksa Ahli Muda dengan pangkat Penata
Tingkat I, golongan ruang III/d), dan LPS, S.H., M.H (seorang
Pemeriksa Ahli Madya dengan pangkat Pembina Tingkat I,
golongan ruang IV/b) selama 2 (dua) hari. Atas penugasan
tersebut, angka kredit yang diperoleh untuk masing-masing
Pemeriksa adalah sebagai berikut:
1) IMM memperoleh angka kredit sebesar 0,1 (nol koma
satu) dari butir kegiatan melaksanakan administrasi dalam
rangka penyusunan RKP;
2) JUN memperoleh angka kredit sebesar 0,1 (nol koma satu)
dari butir kegiatan melaksanakan administrasi dalam
rangka penyusunan RKP;
3) KMA memperoleh angka kredit sebesar 0,2 (nol koma
dua) dari butir kegiatan menyusun usulan RKP; dan
4) LPS memperoleh angka kredit sebesar 0,45 (nol koma
empat lima) dari butir kegiatan mengusulkan RKP.
b. Tortama Investigasi memberikan penugasan kepada MPA,
S.Sos., M.Si., seorang Pemeriksa Ahli Muda dengan pangkat
Penata, golongan ruang III/c, untuk menyusun proposal
pemeriksaan di lingkungan AUI. Atas penugasan tersebut, dia
memperoleh angka kredit sebesar 0,19 (nol koma satu
sembilan) dari butir kegiatan menyusun proposal
pemeriksaan.
b. Pemeriksaan Investigatif
30 Pemeriksaan Investigatif adalah pemeriksaan yang dilakukan guna Definisi Pemeriksaan
mengungkap adanya indikasi kerugian negara/daerah dan/atau Investigatif
unsur pidana.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 42


Juknis JFP Bab V

31 Pemeriksaan Investigatif terdiri dari tahapan kegiatan sebagai Tahapan Pemeriksaan


berikut: Investigatif
1) Pra-perencanaan Pemeriksaan;
2) Perencanaan Pemeriksaan;
3) Pelaksanaan Pemeriksaan;
4) Pelaporan Hasil Pemeriksaan;
5) Evaluasi Pemeriksaan;
6) Pendampingan kepada APH atas Penelahaan LHP
Investigatif; dan
7) Pemantauan Penanganan Penyampaian LHP Investigatif.
1) Pra-perencanaan Pemeriksaan
32 Pra-perencanaan Pemeriksaan Investigatif merupakan Definisi dan tahapan
kegiatan sebelum proses perencanaan Pemeriksaan pra-perencanaan
Investigatif yang bertujuan untuk menetapkan adanya alasan Pemeriksaan Investigatif
(predikasi) yang memadai, sehingga Pemeriksaan Investigatif
dapat dilaksanakan dengan objektif dan dapat
dipertanggungjawabkan.
33 Pra-perencanaan Pemeriksaan Investigatif terdiri dari tahapan
kegiatan sebagai berikut:
a) penerimaan informasi awal;
b) verifikasi informasi awal;
c) penelaahan informasi awal; dan
d) penyusunan simpulan atas hasil analisis dan penelaahan
informasi awal.
34 Penghitungan angka kredit untuk kegiatan pra-perencanaan Penghitungan angka kredit
Pemeriksaan Investigatif sebagai berikut: untuk pra-perencanaan
a. Pemberian penugasan dalam kegiatan pra-perencanaan Pemeriksaan Investigatif
pemeriksaan dapat dilaksanakan dalam bentuk tim yang
terdiri dari beberapa Pemeriksa ataupun perorangan.
Angka kredit yang diberikan adalah per produk (output)
sesuai dengan butir kegiatan untuk masing-masing jenjang
jabatan Pemeriksa, kecuali untuk pelaksanaan
pemeriksaan pendahuluan (jika diperlukan).
b. Angka kredit untuk pelaksanaan pemeriksaan
pendahuluan (jika diperlukan) diberikan sesuai dengan
pelaksanaan pemeriksaan, yaitu per jam pelaksanaan
pemeriksaan sesuai dengan butir kegiatan untuk masing-
masing jenjang jabatan Pemeriksa. Jam kerja efektif dalam
1 (satu) hari yang diperhitungkan adalah sebesar 6,3 (enam
koma tiga) jam.
c. Bukti kegiatan/bukti fisik untuk usulan penilaian angka
kredit berupa SKPP sesuai dengan format sebagaimana
tercantum dalam Lampiran V.1 dan SP2P sesuai dengan
format sebagaimana tercantum dalam Lampiran V.2 yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan ini.
Contoh:
NAP, seorang Pemeriksa Ahli Muda dengan pangkat Penata
Tingkat I, golongan ruang III/d, ditugaskan sebagai Ketua Tim
untuk melaksanakan pra-perencanaan Pemeriksaan
Investigatif atas dugaan tindak pidana korupsi Penerimaan
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 43
Juknis JFP Bab V

Negara Bukan Pajak pada Kementerian Energi dan Sumber


Daya Mineral. Tim tersebut terdiri dari 2 (dua) Anggota Tim
dengan jabatan Pemeriksa Ahli Pertama. Atas pelaksanaan
tugas tersebut:
a. NAP, S.E., M.Ak., Ak., CFE., sebagai Ketua Tim,
memperoleh angka kredit untuk jenjang jabatan Pemeriksa
Ahli Muda sebesar 0,16 (nol koma satu enam) dengan
rincian:
1) sebesar 0,02 (nol koma nol dua) untuk kegiatan
menyusun usulan pembentukan Tim Perencanaan
Pemeriksaan Investigatif (TPPI);
2) sebesar 0,02 (nol koma nol dua) untuk kegiatan
menyusun informasi awal dari berbagai sumber, yaitu
LHP, APH, DPR, media sosial, pengaduan
masyarakat, pemberitaan, dan lain-lain;
3) sebesar 0,03 (nol koma nol tiga) untuk kegiatan
menyusun konsep Laporan Pembahasan Informasi
Awal;
4) sebesar 0,06 (nol koma nol enam) untuk kegiatan
memimpin proses analisis dan penelaahan atas
informasi awal; dan
5) sebesar 0,03 (nol koma nol tiga) untuk kegiatan
menyusun konsep simpulan atas hasil analisis dan
penelaahan informasi awal (predikasi 4W + 1H atau
5W + 1H).
b. Masing-masing Anggota Tim memperoleh angka kredit
sebesar 0,2 (nol koma dua) dengan rincian:
1) sebesar 0,02 (nol koma nol dua) untuk kegiatan
memperoleh informasi awal dari pemberi informasi;
2) sebesar 0,02 (nol koma nol dua) untuk kegiatan
menghimpun informasi awal dari berbagai sumber,
yaitu LHP, APH, DPR, media sosial, pengaduan
masyarakat, pemberitaan, dan lain-lain;
3) sebesar 0,016 (nol koma nol satu enam) untuk kegiatan
mendokumentasikan dan mengadministrasikan
informasi awal;
4) sebesar 0,016 (nol koma nol satu enam) untuk kegiatan
pembahasan informasi awal;
5) sebesar 0,032 (nol koma nol tiga dua) untuk kegiatan
meminta data pendukung kepada pemberi informasi;
6) sebesar 0,016 (nol koma nol satu enam) untuk kegiatan
memverifikasi data pendukung dari pemberi
informasi;
7) sebesar 0,048 (nol koma nol empat delapan) untuk
kegiatan melakukan analisis dan penelaahan atas
informasi awal berdasarkan bukti yang diterima;
8) sebesar 0,016 (nol koma nol satu enam) untuk kegiatan
mengumpulkan petunjuk tambahan untuk melengkapi
analisis awal; dan

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 44


Juknis JFP Bab V

9) sebesar 0,016 (nol koma nol satu enam) untuk kegiatan


menyiapkan bahan untuk penyusunan simpulan atas
hasil analisis dan penelaahan informasi awal.
2) Perencanaan Pemeriksaan
35 Perencanaan Pemeriksaan Investigatif merupakan proses yang Definisi perencanaan
dilakukan setelah adanya persetujuan Pemeriksaan Investigatif Pemeriksaan Investigatif
sebagai dasar penentuan tujuan, lingkup, dan sumber daya
yang diperlukan dalam proses Pemeriksaan Investigatif.
Perencanaan Pemeriksaan Investigatif diperlukan agar
pemeriksaan dapat dilaksanakan secara efisien, efektif, dan
sesuai dengan standar pemeriksaan yang ditetapkan oleh BPK.
36 Perencanaan Pemeriksaan Investigatif terdiri dari tahapan Tahapan perencanaan
kegiatan sebagai berikut: Pemeriksaan Investigatif
a) administrasi penyusunan P2;
b) pengembangan hipotesis dari prediksi yang ada;
c) penyesuaian susunan Tim Pemeriksa setelah hipotesis
disetujui;
d) penyusunan P2 Investigatif;
e) analisis kebutuhan ahli/konsultan (jika diperlukan); dan
f) penyusunan PKP.
37 Penghitungan angka kredit untuk kegiatan perencanaan Penghitungan angka kredit
Pemeriksaan Investigatif sebagai berikut: untuk perencanaan
a) Pemberian penugasan dalam kegiatan perencanaan Pemeriksaan Investigatif
pemeriksaan dapat dilaksanakan dalam bentuk tim yang
terdiri dari beberapa Pemeriksa ataupun perorangan.
Angka kredit yang diberikan adalah per produk (output)
sesuai dengan butir kegiatan untuk masing-masing jenjang
jabatan Pemeriksa.
b) Bukti kegiatan/bukti fisik untuk usulan penilaian angka
kredit berupa SKPP sesuai dengan format sebagaimana
tercantum dalam Lampiran V.1 yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan ini dan salah satu
dokumen sebagai berikut:
1) Surat Tugas dari pejabat yang berwenang;
2) SP2P sesuai dengan format sebagaimana tercantum
dalam Lampiran V.2; atau
3) SP3 dari pejabat yang berwenang.
Contoh:
a. Dalam rangka perencanaan Pemeriksaan Investigatif,
PPT, S.H., M.M., seorang Pemeriksa Ahli Muda dengan
pangkat Penata Tingkat I, golongan ruang III/d, mendapat
penugasan selama 2 (dua) hari untuk menyusun usulan
Tim Pemeriksa. Atas pelaksanaan tugas tersebut, dia
memperoleh angka kredit sesuai dengan butir kegiatan
untuk menyusun usulan Tim Pemeriksa sebesar 0,015 (nol
koma nol satu lima).
b. RSA, S.E., M.M., CA. CFE., seorang Pemeriksa Ahli
Madya dengan pangkat Pembina Tingkat I, golongan
ruang IV/b, terlibat dalam penugasan perencanaan
Pemeriksaan Investigatif selama 5 (lima) hari. Atas
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 45
Juknis JFP Bab V

pelaksanaan tugas tersebut, dia memperoleh angka kredit


sesuai dengan butir kegiatan sebesar 0,15 (nol koma satu
lima) dengan rincian:
1) sebesar 0,03 (nol koma nol tiga) untuk kegiatan me-
review hasil pengembangan hipotesis dari predikasi
yang ada dari Pemeriksa Ahli Muda;
2) sebesar 0,03 (nol koma nol tiga) untuk kegiatan me-
review usulan Tim Pemeriksa dari Pemeriksa Ahli
Muda;
3) sebesar 0,06 (nol koma nol enam) untuk kegiatan me-
review konsep P2 Investigatif dari Pemeriksa Ahli
Muda; dan
4) sebesar 0,03 (nol koma nol tiga) untuk kegiatan me-
review Kerangka Acuan Kerja (KAK) Penggunaan
Ahli/Konsultan (jika diperlukan).
3) Pelaksanaan Pemeriksaan
38 Pelaksanaan Pemeriksaan Investigatif merupakan realisasi Definisi pelaksanaan
perencanaan Pemeriksaan Investigatif agar pelaksanaan Pemeriksaan Investigatif
Pemeriksaan Investigatif dapat dilakukan secara efisien,
efektif, dan sesuai dengan standar pemeriksaan yang
ditetapkan oleh BPK
39 Pelaksanaan Pemeriksaan Investigatif terdiri dari tahapan Tahapan pelaksanaan
kegiatan sebagai berikut: Pemeriksaan Investigatif
a) pelaksanaan Pemeriksaan Investigatif;
b) penyusunan KKP;
c) koordinasi dengan ahli/konsultan (jika diperlukan);
d) penyusunan simpulan atas hipotesa awal;
e) penyusunan prosedur pemeriksaan tambahan/alternatif
(jika diperlukan);
f) pemaparan Tim Pemeriksa dengan pihak internal BPK;
dan
g) pemaparan Tim Pemeriksa dengan Instansi yang
Berwenang.
40 Penghitungan angka kredit untuk kegiatan pelaksanaan Penghitungan angka kredit
Pemeriksaan Investigatif sebagai berikut: untuk pelaksanaan
a) Pemberian penugasan dalam kegiatan pelaksanaan Pemeriksaan Investigatif
Pemeriksaan Investigatif dapat dilaksanakan dalam bentuk
tim yang terdiri dari beberapa Pemeriksa ataupun
perorangan. Angka kredit yang diberikan adalah per
produk (output) sesuai dengan butir kegiatan untuk
masing-masing jenjang jabatan Pemeriksa, kecuali untuk
pelaksanaan Pemeriksaan Investigatif yang dilakukan
pada entitas.
b) Angka kredit untuk pelaksanaan Pemeriksaan Investigatif
yang dilakukan pada entitas diberikan sesuai dengan
pelaksanaan pemeriksaan, yaitu per jam pelaksanaan
pemeriksaan sesuai dengan butir kegiatan untuk masing-
masing jenjang jabatan Pemeriksa. Jam kerja efektif dalam
1 (satu) hari yang diperhitungkan adalah sebesar 6,3 (enam
koma tiga) jam.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 46


Juknis JFP Bab V

c) Bukti kegiatan/bukti fisik untuk usulan penilaian angka


kredit berupa SKPP sesuai dengan format sebagaimana
tercantum dalam Lampiran V.1 yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan ini dan salah satu
dokumen sebagai berikut:
(1) Surat Tugas dari pejabat yang berwenang;
(2) SP2P sesuai dengan format sebagaimana tercantum
dalam Lampiran V.2; atau
(3) SP3 dari pejabat yang berwenang.
Contoh:
SHD, S.T., M.Sc., CFE., seorang Pemeriksa Ahli Muda
dengan pangkat Penata Tingkat I, golongan ruang III/d,
ditugaskan sebagai Ketua Tim dalam pelaksanaan
Pemeriksaan Investigatif atas Konstruksi Jembatan selama
20 (dua puluh) hari. Dalam pemeriksaan tersebut terdapat
kegiatan koordinasi dengan ahli/konsultan. Atas pelaksanaan
tugas tersebut, dia memperoleh angka kredit sebesar 3,04 (tiga
koma nol empat) dengan rincian:
a. sebesar 2,52 (dua koma lima dua) untuk kegiatan
memimpin pelaksanaan Pemeriksaan Investigatif dengan
perhitungan 0,02 x 6,3 x 20;
b. sebesar 0,36 (nol koma tiga enam) untuk kegiatan me-
review KKP yang telah disusun oleh Pemeriksa Ahli
Pertama;
c. sebesar 0,02 (nol koma nol dua) untuk kegiatan menyusun
materi/bahan yang akan digunakan oleh ahli/konsultan;
d. sebesar 0,02 (nol koma nol dua) untuk kegiatan memimpin
proses pembahasan dengan ahli/konsultan;
e. sebesar 0,02 (nol koma nol dua) untuk kegiatan menyusun
Laporan Hasil Pembahasan dengan ahli/konsultan;
f. sebesar 0,02 (nol koma nol dua) untuk kegiatan menyusun
Laporan Hasil Diskusi dengan APH atas pendapat
ahli/konsultan;
g. sebesar 0,04 (nol koma nol empat) untuk kegiatan
menyusun konsep Simpulan atas Hipotesa Awal;
h. sebesar 0,02 (nol koma nol dua) untuk kegiatan menyusun
bahan pemaparan dengan pihak internal BPK; dan
i. sebesar 0,02 (nol koma nol dua) untuk kegiatan menyusun
bahan pemaparan dengan Instansi yang Berwenang.
4) Pelaporan Hasil Pemeriksaan
41 Pelaporan hasil Pemeriksaan Investigatif merupakan proses Definisi pelaporan hasil
penyusunan laporan berdasarkan Kesimpulan Pemeriksaan Pemeriksaan Investigatif
yang diperoleh pada saat pelaksanaan pemeriksaan.
42 Penghitungan angka kredit untuk kegiatan pelaporan hasil Penghitungan angka kredit
Pemeriksaan Investigatif sebagai berikut: untuk pelaporan hasil
a) Pemberian penugasan dalam kegiatan pelaporan hasil Pemeriksaan Investigatif
pemeriksaan dapat dilaksanakan dalam bentuk tim yang
terdiri dari beberapa Pemeriksa ataupun perorangan.
Angka kredit yang diberikan adalah per produk (output)

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 47


Juknis JFP Bab V

sesuai dengan butir kegiatan untuk masing-masing jenjang


jabatan Pemeriksa.
b) Bukti kegiatan/bukti fisik untuk usulan penilaian angka
kredit berupa SKPP sesuai dengan format sebagaimana
tercantum dalam Lampiran V.1 dan SP2P sesuai dengan
format sebagaimana tercantum dalam Lampiran V.2 yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan ini.
Contoh:
TAD, S.E., M.M., CA., seorang Pemeriksa Ahli Utama dengan
pangkat Pembina Utama Madya, golongan ruang IV/d,
ditugaskan pada pelaporan hasil Pemeriksaan Investigatif atas
Dana Desa. Atas penugasan tersebut, dia memperoleh angka
kredit sebesar 0,6064 (nol koma enam nol enam empat)
dengan rincian sebagai berikut:
a. sebesar 0,32 (nol koma tiga dua) untuk kegiatan me-
review kesesuaian konsep LHP Investigatif dengan
Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN);
b. sebesar 0,2 (nol koma dua) untuk kegiatan me-review dan
menyetujui LHP Investigatif; dan
c. sebesar 0,0864 (nol koma nol delapan enam empat) untuk
kegiatan me-review dan menyetujui surat keluar.
5) Evaluasi Pemeriksaan
43 Evaluasi Pemeriksaan Investigatif adalah kegiatan penilaian Definisi evaluasi
kinerja Pemeriksa dalam suatu pelaksanaan Pemeriksaan Pemeriksaan Investigatif
Investigatif.
44 Penghitungan angka kredit untuk kegiatan evaluasi Penghitungan angka kredit
Pemeriksaan Investigatif sebagai berikut: untuk evaluasi
a) Evaluasi Pemeriksaan adalah kegiatan penilaian kinerja Pemeriksaan Investigatif
Pemeriksa dalam suatu pelaksanaan pemeriksaan.
b) Angka kredit yang diberikan adalah per produk (output)
berdasarkan jumlah Pemeriksa yang dinilai secara
berjenjang dalam Tim Pemeriksa sesuai dengan butir
kegiatan untuk masing-masing jenjang jabatan Pemeriksa.
c) Bukti kegiatan/bukti fisik untuk usulan penilaian angka
kredit berupa SKPP sesuai dengan format sebagaimana
tercantum dalam Lampiran V.1 dan SP2P sesuai dengan
format sebagaimana tercantum dalam Lampiran V.2 yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan ini.
Contoh:
VFS, S.E., M.M., CFE., seorang Pemeriksa Ahli Muda dengan
pangkat Pembina, golongan ruang IV/a, telah membuat
penilaian untuk 3 (tiga) orang Anggota Tim atas pelaksanaan
Pemeriksaan Investigatif Pajak Penerangan Jalan. Atas
pelaksanaan tugas tersebut, dia memperoleh angka kredit
sesuai dengan butir kegiatan untuk jenjang jabatan Pemeriksa
Ahli Muda untuk kegiatan membuat penilaian Pemeriksa Ahli
Pertama atas pelaksanaan pemeriksaan sebesar 0,48 (nol koma
empat delapan) dengan perhitungan 0,16 x 3.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 48


Juknis JFP Bab V

6) Pendampingan kepada APH atas Penelaahan LHP Investigatif


45 Pendampingan kepada APH atas penelaahan LHP Investigatif Definisi pendampingan
merupakan kegiatan komunikasi atas dokumen bukti kepada APH atas
Pemeriksaan Investigatif yang diperlukan oleh Instansi yang penelaahan LHP
Berwenang setelah penyampaian LHP Investigatif. Investigatif

46 Penghitungan angka kredit untuk kegiatan pendampingan Penghitungan angka kredit


kepada APH atas penelaahan LHP Investigatif sebagai berikut: untuk pendampingan
a) Pemberian penugasan dalam kegiatan pendampingan kepada APH atas
kepada APH atas penelaahan LHP Investigatif dapat penelaahan LHP
dilaksanakan dalam bentuk tim yang terdiri dari beberapa Investigatif
Pemeriksa ataupun perorangan. Angka kredit yang
diberikan adalah per produk (output) sesuai dengan butir
kegiatan untuk masing-masing jenjang jabatan Pemeriksa.
b) Bukti kegiatan/bukti fisik untuk usulan penilaian angka
kredit berupa SKPP sesuai dengan format sebagaimana
tercantum dalam Lampiran V.1 dan SP2P sesuai dengan
format sebagaimana tercantum dalam Lampiran V.2 yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan ini.
Contoh:
WPK, S.H., seorang Pemeriksa Ahli Pertama dengan pangkat
Penata Muda Tingkat I, golongan ruang III/b, mendapat
penugasan untuk melaksanakan pendampingan kepada APH
atas penelaahan LHP Investigatif. Atas pelaksanaan tugas
tersebut, dia memperoleh angka kredit sebesar 0,048 (nol
koma nol empat delapan) dengan rincian:
a. sebesar 0,016 (nol koma nol satu enam) untuk kegiatan
melaksanakan administrasi dalam rangka pendampingan
kepada APH; dan
b. sebesar 0,032 (nol koma nol tiga dua) untuk kegiatan
menyiapkan salinan dokumen bukti Pemeriksaan
Investigatif yang diperlukan oleh APH.
7) Pemantauan Penanganan Penyampaian LHP Investigatif
47 Pemantauan penanganan penyampaian LHP Investigatif Definisi pemantauan
merupakan kegiatan memantau pelaksanaan tindak lanjut atas penanganan penyampaian
LHP Investigatif yang telah disampaikan kepada Instansi yang LHP Investigatif
Berwenang.
48 Penghitungan angka kredit untuk kegiatan pemantauan Penghitungan angka kredit
penanganan penyampaian LHP Investigatif sebagai berikut: untuk pemantauan
a) Pemberian penugasan dalam kegiatan pemantauan penanganan penyampaian
penanganan penyampaian LHP Investigatif dapat LHP Investigatif
dilaksanakan dalam bentuk tim yang terdiri dari beberapa
Pemeriksa ataupun perorangan. Angka kredit yang
diberikan adalah per produk (output) sesuai dengan butir
kegiatan untuk masing-masing jenjang jabatan Pemeriksa.
b) Bukti kegiatan/bukti fisik untuk usulan penilaian angka
kredit berupa SKPP sesuai dengan format sebagaimana
tercantum dalam Lampiran V.1 dan SP2P sesuai dengan
format sebagaimana tercantum dalam Lampiran V.2 yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan ini.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 49


Juknis JFP Bab V

Contoh:
YUS, S.H., seorang Pemeriksa Ahli Muda dengan pangkat
Penata, golongan ruang III/c, mendapat penugasan untuk
melaksanakan pemantauan penanganan penyampaian LHP
Investigatif. Atas pelaksanaan tugas tersebut, dia memperoleh
angka kredit sebesar 0,04 (nol koma nol empat) dengan
rincian:
a. sebesar 0,02 (nol koma nol dua) untuk melakukan
koordinasi dengan APH mengenai penanganan LHP
Investigatif terkait tahap penyidikan; dan
b. sebesar 0,02 (nol koma nol dua) untuk kegiatan membuat
laporan atas hasil pemantauan penanganan LHP
Investigatif oleh APH.
c. Pemeriksaan Investigatif dalam rangka Penghitungan Kerugian Negara
49 Pemeriksaan Investigatif dalam rangka Penghitungan Kerugian Definisi PKN
Negara yang selanjutnya disingkat PKN adalah Pemeriksaan
Investigatif yang dilakukan untuk menghitung nilai kerugian
negara/daerah yang terjadi akibat penyimpangan dalam
pengelolaan keuangan negara/daerah. PKN dilakukan oleh BPK
dalam proses penyidikan suatu tindak pidana oleh Instansi yang
Berwenang.
50 PKN terdiri dari tahapan kegiatan sebagai berikut: Tahapan PKN
1) Pra-perencanaan PKN;
2) Perencanaan PKN;
3) Pelaksanaan PKN;
4) Pelaporan PKN;
5) Evaluasi Pemeriksaan;
6) Pemantauan Penanganan Penyampaian LHP PKN; dan
7) Penyusunan Bahan Perumusan Pendapat BPK.
1) Pra-perencanaan PKN
51 Pra-perencanaan PKN dilakukan sebelum proses perencanaan Definisi pra-perencanaan
PKN. Tujuan pra-perencanaan PKN adalah untuk menetapkan PKN
adanya alasan (predikasi) yang memadai dari Instansi yang
Berwenang, sehingga PKN dapat dilaksanakan dengan
objektif dan dapat dipertanggungjawabkan.
52 Pra-perencanaan PKN terdiri dari tahapan kegiatan sebagai Tahapan pra-perencanaan
berikut: PKN
a) penerimaan permintaan untuk melakukan Pemeriksaan
Investigatif dalam rangka PKN dari APH;
b) pembentukan TPPI;
c) penyusunan simpulan ada atau tidaknya unsur pidana; dan
d) penyusunan simpulan ada atau tidaknya indikasi kerugian
negara.
53 Penghitungan angka kredit untuk kegiatan pra-perencanaan Penghitungan angka kredit
PKN sebagai berikut: untuk pra-perencanaan
a) Pemberian penugasan dalam kegiatan pra-perencanaan PKN
PKN dapat dilaksanakan dalam bentuk tim yang terdiri
dari beberapa Pemeriksa ataupun perorangan. Angka
kredit yang diberikan adalah per produk (output) sesuai

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 50


Juknis JFP Bab V

dengan butir kegiatan untuk masing-masing jenjang


jabatan Pemeriksa.
b) Bukti kegiatan/bukti fisik untuk usulan penilaian angka
kredit berupa SKPP sesuai dengan format sebagaimana
tercantum dalam Lampiran V.1 dan SP2P sesuai dengan
format sebagaimana tercantum dalam Lampiran V.2 yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan ini.
Contoh:
AAH, S.T., M.M., seorang Pemeriksa Ahli Muda dengan
pangkat Penata Tingkat I, golongan ruang III/d, mendapat
penugasan pra-perencanaan PKN atas Kegiatan Penjualan
Tanah PT. Kereta Api Indonesia. Atas pelaksanaan tugas
tersebut, dia memperoleh angka kredit sebesar 0,09 (nol koma
nol sembilan) dengan rincian:
a. sebesar 0,02 (nol koma nol dua) untuk kegiatan menyusun
usulan pembentukan TPPI;
b. sebesar 0,03 (nol koma nol tiga) untuk kegiatan menyusun
konsep simpulan hasil telaahan untuk menilai kecukupan
bukti terhadap unsur pidana;
c. sebesar 0,02 (nol koma nol dua) untuk kegiatan menelaah
dan meminta bukti tambahan kepada APH apabila belum
diperoleh kejelasan; dan
d. sebesar 0,02 (nol koma nol dua) untuk kegiatan menyusun
konsep simpulan hasil telaahan ada atau tidaknya indikasi
kerugian negara.
2) Perencanaan PKN
54 Perencanaan PKN merupakan proses yang dilakukan setelah Definisi perencanaan PKN
adanya persetujuan PKN sebagai dasar penentuan tujuan,
lingkup, dan sumber daya yang diperlukan dalam proses PKN.
Perencanaan PKN diperlukan agar pemeriksaan dapat
dilaksanakan secara efisien, efektif, dan sesuai dengan standar
pemeriksaan yang ditetapkan oleh BPK.
55 Perencanaan PKN terdiri dari tahapan kegiatan sebagai Tahapan perencanaan PKN
berikut:
a) administrasi penyusunan P2 PKN;
b) penyusunan P2 PKN;
c) analisis kebutuhan ahli/konsultan (jika diperlukan); dan
d) penyusunan PKP.
56 Penghitungan angka kredit untuk kegiatan perencanaan PKN Penghitungan angka kredit
sebagai berikut: untuk perencanaan PKN
a) Pemberian penugasan dalam kegiatan perencanaan PKN
dapat dilaksanakan dalam bentuk tim yang terdiri dari
beberapa Pemeriksa ataupun perorangan. Angka kredit
yang diberikan adalah per produk (output) sesuai dengan
butir kegiatan untuk masing-masing jenjang jabatan
Pemeriksa.
b) Bukti kegiatan/bukti fisik untuk usulan penilaian angka
kredit berupa SKPP sesuai dengan format sebagaimana
tercantum dalam Lampiran V.1 yang merupakan bagian

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 51


Juknis JFP Bab V

tidak terpisahkan dari Peraturan ini dan salah satu


dokumen sebagai berikut:
(1) Surat Tugas dari pejabat yang berwenang;
(2) SP2P sesuai dengan format sebagaimana tercantum
dalam Lampiran V.2 yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan ini; atau
(3) SP3 dari pejabat yang berwenang.
Contoh:
BYK, S.E., M.M., Ak., seorang Pemeriksa Ahli Utama dengan
pangkat Pembina Utama Madya, golongan ruang IV/d,
mendapat penugasan dalam perencanaan PKN atas Kegiatan
Pembangunan Pelabuhan Tanjung Priok. Atas pelaksanaan
tugas tersebut, dia memperoleh angka kredit sebesar 0,2592
(nol koma dua lima sembilan dua) dengan rincian:
a. sebesar 0,0864 (nol koma nol delapan enam empat) untuk
kegiatan me-review dan menyetujui usulan Tim dari
Pemeriksa Ahli Madya;
b. sebesar 0,0864 (nol koma nol delapan enam empat) untuk
kegiatan me-review dan menyetujui P2 PKN dari
Pemeriksa Ahli Madya; dan
c. sebesar 0,0864 (nol koma nol delapan enam empat) untuk
kegiatan me-review dan menyetujui usulan kebutuhan
ahli/konsultan kepada APH.
3) Pelaksanaan PKN
57 Pelaksanaan PKN merupakan realisasi perencanaan PKN Definisi pelaksanaan PKN
untuk menyimpulkan bahwa bukti yang diterima dari Instansi
yang Berwenang dan/atau pihak lain yang terkait pemeriksaan
telah cukup dan tepat untuk menjawab tujuan pemeriksaan.
58 Pelaksanaan PKN terdiri dari tahapan kegiatan sebagai Tahapan pelaksanaan PKN
berikut:
a) review LHP Tim Terdahulu (jika sebelumnya dilakukan
Pemeriksaan Investigatif);
b) pelaksanaan pemeriksaan;
c) penyusunan KKP;
d) koordinasi dengan ahli/konsultan (jika diperlukan);
e) penyusunan Simpulan PKN;
f) penyusunan prosedur pemeriksaan PKN
tambahan/alternatif (jika diperlukan);
g) pemaparan Tim Pemeriksa dengan pihak internal BPK;
dan
h) pemaparan Tim Pemeriksa dengan Instansi yang
Berwenang.
59 Penghitungan angka kredit untuk kegiatan pelaksanaan PKN Penghitungan angka kredit
sebagai berikut: untuk pelaksanaan PKN
a) Pemberian penugasan dalam kegiatan pelaksanaan PKN
dapat dilaksanakan dalam bentuk tim yang terdiri dari
beberapa Pemeriksa ataupun perorangan. Angka kredit
yang diberikan adalah per produk (output) sesuai dengan
butir kegiatan untuk masing-masing jenjang jabatan

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 52


Juknis JFP Bab V

Pemeriksa, kecuali untuk pelaksanaan PKN yang


dilakukan pada entitas.
b) Angka kredit untuk pelaksanaan PKN yang dilakukan
pada entitas diberikan sesuai dengan pelaksanaan
pemeriksaan, yaitu per jam pelaksanaan pemeriksaan
sesuai dengan butir kegiatan untuk masing-masing jenjang
jabatan Pemeriksa. Jam kerja efektif dalam 1 (satu) hari
yang diperhitungkan adalah sebesar 6,3 (enam koma tiga)
jam.
c) Bukti kegiatan/bukti fisik untuk usulan penilaian angka
kredit berupa SKPP sesuai dengan format sebagaimana
tercantum dalam Lampiran V.1 yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan ini dan salah satu
dokumen sebagai berikut:
(1) Surat Tugas dari pejabat yang berwenang;
(2) SP2P sesuai dengan format sebagaimana tercantum
dalam Lampiran V.2 yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan ini; atau
(3) SP3 dari pejabat yang berwenang.
Contoh:
a. CML, S.T., seorang Pemeriksa Ahli Pertama dengan
pangkat Penata Muda Tingkat I, golongan ruang III/b,
ditugaskan sebagai Anggota Tim selama 15 (lima belas)
hari dalam PKN atas Pembangunan Bandara pada
Kabupaten Konawe Utara yang telah didahului dengan
Pemeriksaan Investigatif. Dalam penugasan tersebut,
terdapat koordinasi dengan ahli/konsultan. Atas
pelaksanaan tugas tersebut, dia memperoleh angka kredit
sebesar 1,379 (satu koma tiga tujuh sembilan) dengan
rincian:
1) sebesar 0,16 (nol koma satu enam) untuk kegiatan
melakukan review atas LHP Investigatif Terdahulu;
2) sebesar 0,945 (nol koma sembilan empat lima) untuk
kegiatan melaksanakan tugas-tugas dalam
pelaksanaan PKN dengan perhitungan 0,01 x 6,3 x 15;
3) sebesar 0,21 (nol koma dua satu) untuk kegiatan
menyusun KKP;
4) sebesar 0,016 (nol koma nol satu enam) untuk kegiatan
menyiapkan bahan yang akan digunakan oleh
ahli/konsultan;
5) sebesar 0,016 (nol koma nol satu enam) untuk kegiatan
melakukan pembahasan dengan ahli/konsultan;
6) sebesar 0,016 (nol koma nol satu enam) untuk kegiatan
mendokumentasikan pelaksanaan pembahasan dengan
ahli/konsultan; dan
7) sebesar 0,016 (nol koma nol satu enam) untuk kegiatan
melakukan diskusi dengan APH atas pendapat
ahli/konsultan.
b. Setelah menyelesaikan PKN di atas, CML, S.T.,
ditugaskan untuk melakukan pemaparan hasil PKN
dengan APH. Atas penugasan tersebut, dia memperoleh

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 53


Juknis JFP Bab V

angka kredit sebesar 0,016 (nol koma nol satu enam) untuk
kegiatan menyiapkan data dan bahan untuk pemaparan
dengan Instansi yang Berwenang.
4) Pelaporan PKN
60 Pelaporan PKN merupakan proses penyusunan laporan Definisi pelaporan PKN
berdasarkan Kesimpulan Pemeriksaan yang diperoleh pada
saat pelaksanaan pemeriksaan.
61 Penghitungan angka kredit untuk kegiatan pelaporan PKN Penghitungan angka kredit
sebagai berikut: untuk pelaporan PKN
a) Pemberian penugasan dalam kegiatan pelaporan PKN
dapat dilaksanakan dalam bentuk tim yang terdiri dari
beberapa Pemeriksa ataupun perorangan. Angka kredit
yang diberikan adalah per produk (output) sesuai dengan
butir kegiatan untuk masing-masing jenjang jabatan
Pemeriksa.
b) Bukti kegiatan/bukti fisik untuk usulan penilaian angka
kredit berupa SKPP sesuai dengan format sebagaimana
tercantum dalam Lampiran V.1 dan SP2P sesuai dengan
format sebagaimana tercantum dalam Lampiran V.2 yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan ini.
Contoh:
DSK, S.Sos. M.Si, CFE., seorang Pemeriksa Ahli Muda
dengan pangkat Penata, golongan ruang III/c, ditugaskan
untuk menyusun LHP PKN atas Pembangunan Gedung Olah
Raga di Kota Samarinda. Atas pelaksanaan tugas tersebut, dia
memperoleh angka kredit sebesar 0,66 (nol koma enam enam)
dengan rincian:
a. sebesar 0,52 (nol koma lima dua) untuk kegiatan
menyajikan kelogisan substansi, kaidah bahasa, dan
kebenaran matematis dalam konsep LHP PKN;
b. sebesar 0,12 (nol koma satu dua) untuk kegiatan
menyusun konsep LHP PKN sesuai unsur-unsur temuan
seperti simpulan, perbuatan melawan hukum yang terjadi,
pihak-pihak terkait, dan lain-lain; dan
c. sebesar 0,02 (nol koma nol dua) untuk kegiatan
menyiapkan konsep surat keluar.
5) Evaluasi Pemeriksaan
62 Evaluasi PKN adalah kegiatan penilaian kinerja Pemeriksa Definisi evaluasi PKN
dalam suatu pelaksanaan PKN.
63 Penghitungan angka kredit untuk kegiatan evaluasi PKN Penghitungan angka kredit
sebagai berikut: untuk evaluasi PKN
a) Angka kredit yang diberikan adalah per produk (output)
berdasarkan jumlah Pemeriksa yang dinilai secara
berjenjang dalam Tim Pemeriksa sesuai dengan butir
kegiatan untuk masing-masing jenjang jabatan Pemeriksa.
b) Bukti kegiatan/bukti fisik untuk usulan penilaian angka
kredit berupa SKPP sesuai dengan format sebagaimana
tercantum dalam Lampiran V.1 dan SP2P sesuai dengan

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 54


Juknis JFP Bab V

format sebagaimana tercantum dalam Lampiran V.2


menyusun konsep LHP PKN sesuai unsur-unsur temuan.
Contoh:
ESC, S.E., M.M., CPA., seorang Pemeriksa Ahli Madya
dengan pangkat Pembina, golongan ruang IV/a, melakukan
penilaian atas seorang Ketua Tim PKN yang merupakan
seorang Pemeriksa Ahli Muda. Atas pelaksanaan tugas
tersebut, dia memperoleh angka kredit sesuai dengan butir
kegiatan untuk jenjang jabatan Pemeriksa Ahli Madya sebesar
0,24 (nol koma dua empat) untuk kegiatan menilai kinerja
seorang Pemeriksa Ahli Muda.
6) Pemantauan Penanganan Penyampaian LHP PKN
64 Pemantauan penanganan penyampaian LHP PKN merupakan Definisi pemantauan
kegiatan memantau pelaksanaan tindak lanjut atas LHP PKN penanganan penyampaian
yang telah disampaikan kepada Instansi yang Berwenang. LHP PKN

65 Penghitungan angka kredit untuk kegiatan pemantauan Penghitungan angka kredit


penanganan penyampaian LHP PKN sebagai berikut: untuk pemantauan
a) Pemberian penugasan dalam kegiatan pemantauan penanganan penyampaian
penanganan penyampaian LHP PKN dapat dilaksanakan LHP PKN
dalam bentuk tim yang terdiri dari beberapa Pemeriksa
ataupun perorangan. Angka kredit yang diberikan adalah
per produk (output) sesuai dengan butir kegiatan untuk
masing-masing jenjang jabatan Pemeriksa.
b) Bukti kegiatan/bukti fisik untuk usulan penilaian angka
kredit berupa SKPP sesuai dengan format sebagaimana
tercantum dalam Lampiran V.1 dan SP2P sesuai dengan
format sebagaimana tercantum dalam Lampiran V.2 yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan ini.
Contoh:
FHB, S.E., M.Ak., seorang Pemeriksa Ahli Muda dengan
pangkat Penata, golongan ruang III/c, mendapat tugas untuk
melakukan pemantauan penanganan penyampaian LHP PKN.
Atas pelaksanaan tugas tersebut, dia memperoleh angka kredit
sebesar 0,04 (nol koma nol empat) dengan rincian:
a. sebesar 0,02 (nol koma nol dua) untuk kegiatan melakukan
koordinasi dengan APH mengenai penanganan LHP PKN
terkait dengan tahapan persidangan dan putusan
pengadilan atas nilai kerugian negara; dan
b. sebesar 0,02 (nol koma nol dua) untuk kegiatan membuat
laporan atas hasil pemantauan penanganan LHP PKN oleh
APH.
7) Penyusunan Bahan Perumusan Pendapat BPK
66 Penyusunan bahan perumusan Pendapat BPK adalah proses Definisi penyusunan bahan
penyusunan bahan yang digunakan untuk merumuskan perumusan Pendapat BPK
Pendapat BPK yang merupakan pernyataan sikap,
pertimbangan dan/atau hasil konsultasi yang disampaikan
kepada pihak yang meminta dan/atau menerima pendapat
terkait atas suatu masalah atau kebijakan tertentu sehubungan
dengan pelaksanaan tugas dan wewenang BPK terkait

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 55


Juknis JFP Bab V

pengelolaan keuangan negara sesuai dengan ketentuan


peraturan perundang-undangan.
67 Penghitungan angka kredit untuk kegiatan penyusunan bahan Penghitungan angka kredit
perumusan Pendapat BPK sebagai berikut: untuk penyusunan bahan
a) Pemberian penugasan dalam kegiatan penyusunan bahan perumusan Pendapat BPK
perumusan Pendapat BPK dapat dilaksanakan dalam
bentuk tim yang terdiri dari beberapa Pemeriksa ataupun
perorangan. Angka kredit yang diberikan adalah per
produk (output) sesuai dengan butir kegiatan untuk
masing-masing jenjang jabatan Pemeriksa.
b) Bukti kegiatan/bukti fisik untuk usulan penilaian angka
kredit berupa SKPP sesuai dengan format sebagaimana
tercantum dalam Lampiran V.1 dan SP2P sesuai dengan
format sebagaimana tercantum dalam Lampiran V.2 yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan ini.
Contoh:
GPR, S.E., M.P.A., CFE., seorang Pemeriksa Ahli Muda
dengan pangkat Penata Tingkat I, golongan ruang III/d,
bersama Pemeriksa lain mendapat penugasan untuk
melakukan penyusunan bahan perumusan Pendapat BPK atas
PKN. Atas pelaksanaan tugas tersebut, dia memperoleh angka
kredit sebesar 0,12 (nol koma satu dua) untuk kegiatan
menyiapkan bahan pendukung perumusan Pendapat BPK yang
diperlukan berdasarkan hasil pemeriksaan.
d. Pemberian Keterangan Ahli sebagai Ahli/Saksi Fakta
68 Pemberian Keterangan Ahli adalah keterangan yang diberikan Definisi Pemberian
oleh orang yang ditunjuk BPK karena kompetensinya untuk Keterangan Ahli
memberikan keterangan mengenai kerugian negara/daerah dalam
proses penyidikan dan/atau peradilan berdasarkan permintaan
Instansi yang Berwenang.
69 Pelaksanaan Pemberian Keterangan Ahli terdiri dari tahapan Tahapan Pemberian
kegiatan sebagai berikut: Keterangan Ahli
1) Persiapan Pemberian Keterangan Ahli/Saksi Fakta;
2) Pelaksanaan Pemberian Keterangan Ahli/Saksi Fakta; dan
3) Pelaporan Pemberian Keterangan Ahli/Saksi Fakta.
1) Persiapan Pemberian Keterangan Ahli/Saksi Fakta
70 Persiapan Pemberian Keterangan Ahli/Saksi Fakta merupakan Definisi persiapan
proses sebelum pelaksanaan Pemberian Keterangan Ahli yang Pemberian Keterangan
terdiri dari penerimaan permintaan dari Instansi yang Ahli/Saksi Fakta
Berwenang dan penugasan PKA.
71 Penghitungan angka kredit untuk kegiatan persiapan Penghitungan angka kredit
Pemberian Keterangan Ahli/Saksi Fakta sebagai berikut: untuk persiapan Pemberian
a) Pemberian penugasan dalam kegiatan persiapan Keterangan Ahli/Saksi
Pemberian Keterangan Ahli/Saksi Fakta dapat Fakta
dilaksanakan dalam bentuk tim yang terdiri dari beberapa
Pemeriksa ataupun perorangan. Angka kredit yang
diberikan adalah per produk (output) sesuai dengan butir
kegiatan untuk masing-masing jenjang jabatan Pemeriksa.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 56


Juknis JFP Bab V

b) Bukti kegiatan/bukti fisik untuk usulan penilaian angka


kredit berupa SKPP sesuai dengan format sebagaimana
tercantum dalam Lampiran V.1 yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan ini dan Surat Tugas dari
pejabat yang berwenang.
Contoh:
APP, S.E., M.Acc., CPA., CFE., seorang Pemeriksa Ahli
Madya dengan pangkat Pembina Tingkat I, golongan ruang
IV/b, mendapat penugasan untuk melakukan persiapan dalam
rangka Pemberian Keterangan Ahli sebagai saksi fakta. Atas
pelaksanaan tugas tersebut, dia memperoleh angka kredit
sebesar 0,8 (nol koma delapan) dengan rincian:
a. sebesar 0,32 (nol koma tiga dua) untuk kegiatan
memberikan keterangan sebagai ahli/saksi fakta kepada
penyidik (di Berita Acara Pemeriksaan (BAP));
b. sebesar 0,08 (nol koma nol delapan) untuk kegiatan
melakukan komunikasi dengan Jaksa Penuntut Umum
dalam rangka Pemberian Keterangan Ahli/Saksi Fakta;
c. sebesar 0,32 (nol koma tiga dua) untuk kegiatan
menyiapkan data dan dokumen administratif yang
dibutuhkan dalam rangka Pemberian Keterangan
Ahli/Saksi Fakta; dan
d. sebesar 0,08 (nol koma nol delapan) untuk kegiatan
mengikuti pelaksanaan moot court/peradilan semu sebagai
ahli/saksi fakta.
2) Pelaksanaan Pemberian Keterangan Ahli/Saksi Fakta
72 Pelaksanaan Pemberian Keterangan Ahli/Saksi Fakta Definisi pelaksanaan
merupakan realisasi PKA dalam proses penyidikan dan/atau Pemberian Keterangan
peradilan. Ahli/Saksi Fakta

73 Penghitungan angka kredit untuk kegiatan pelaksanaan Penghitungan angka kredit


Pemberian Keterangan Ahli/Saksi Fakta sebagai berikut: untuk pelaksanaan
a) Pemberian penugasan dalam kegiatan pelaksanaan Pemberian Keterangan
Pemberian Keterangan Ahli/Saksi Fakta dapat Ahli/Saksi Fakta
dilaksanakan dalam bentuk tim yang terdiri dari beberapa
Pemeriksa ataupun perorangan. Angka kredit yang
diberikan adalah per produk (output) sesuai dengan butir
kegiatan untuk masing-masing jenjang jabatan Pemeriksa.
b) Bukti kegiatan/bukti fisik untuk usulan penilaian angka
kredit berupa SKPP sesuai dengan format sebagaimana
tercantum dalam Lampiran V.1 yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dan Surat Tugas dari pejabat yang
berwenang.
Contoh:
APP, S.E., M.Ak., CPA., CFE., seorang Pemeriksa Ahli
Madya dengan pangkat Pembina Tingkat I, golongan ruang
IV/b, mendapat penugasan untuk melaksanakan Pemberian
Keterangan Ahli sebagai saksi fakta. Atas pelaksanaan tugas
tersebut, dia memperoleh angka kredit sebesar 0,48 (nol koma
empat delapan) dengan rincian:

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 57


Juknis JFP Bab V

a. sebesar 0,08 (nol koma nol delapan) untuk kegiatan


melakukan komunikasi dengan Jaksa Penuntut Umum;
dan
b. sebesar 0,4 (nol koma empat) untuk kegiatan memberikan
keterangan sebagai ahli/saksi fakta di Pengadilan Tindak
Pidana Korupsi (Tipikor)/Pengadilan Negeri.
3) Pelaporan Pemberian Keterangan Ahli/Saksi Fakta
74 Pelaporan Pemberian Keterangan Ahli/Saksi Fakta merupakan Definisi pelaporan
proses penyusunan laporan sesuai dengan pelaksanaan PKA. Pemberian Keterangan
Ahli/Saksi Fakta
75 Penghitungan angka kredit untuk kegiatan pelaporan Penghitungan angka kredit
Pemberian Keterangan Ahli/Saksi Fakta sebagai berikut: untuk pelaporan Pemberian
a) Pemberian penugasan dalam kegiatan pelaporan Keterangan Ahli/Saksi
Pemberian Keterangan Ahli/Saksi Fakta dapat Fakta
dilaksanakan dalam bentuk tim yang terdiri dari beberapa
Pemeriksa ataupun perorangan. Angka kredit yang
diberikan adalah per produk (output) sesuai dengan butir
kegiatan untuk masing-masing jenjang jabatan Pemeriksa.
b) Bukti kegiatan/bukti fisik untuk usulan penilaian angka
kredit berupa SKPP sesuai dengan format sebagaimana
tercantum dalam Lampiran V.1 yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan ini dan Surat Tugas dari
pejabat yang berwenang.
Contoh:
Setelah melaksanakan Pemberian Keterangan Ahli sebagai
saksi fakta di Pengadilan Tipikor, APP, S.E., M.Ak., CPA.,
CFE., seorang Pemeriksa Ahli Madya dengan pangkat
Pembina Tingkat I, golongan ruang IV/b, mendapat penugasan
untuk menyusun Laporan Pemberian Keterangan Ahli
tersebut. Atas pelaksanaan tugas tersebut, dia memperoleh
angka kredit sebesar 0,24 (nol koma dua empat) untuk
kegiatan menyusun Laporan Pelaksanaan Pemberian
Keterangan Ahli/Saksi Fakta.
76 Rincian pemberian angka kredit, pelaksana kegiatan, dan bukti fisik Rincian pemberian angka
untuk kegiatan Pemeriksaan Investigatif dan kegiatan lainnya pada kredit
AUI tercantum dalam Lampiran V.4 yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan ini.
3. Perumusan Rencana Strategis Pemeriksaan
77 Kegiatan perumusan rencana strategis (renstra) pemeriksaan yang Kegiatan perumusan
dapat diberikan angka kredit terdiri dari: renstra pemeriksaan yang
a. penyusunan Rencana Kegiatan Tahunan (RKT); dapat diberikan angka
b. penyusunan konsep rancangan teknokratik renstra; kredit
c. penyusunan konsep Renstra BPK;
d. penyusunan renstra satuan kerja eselon I dan II;
e. pendampingan dalam rangka fasilitasi penyusunan renstra satuan
kerja eselon I dan II;
f. penyusunan konsep Rencana Implementasi Renstra (RIR);
g. penyusunan konsep business case fokus pemeriksaan dan inisiatif
strategis;

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 58


Juknis JFP Bab V

h. pendampingan penyusunan KAK fokus pemeriksaan;


i. pelaksanaan sentra koordinasi pengelolaan fokus pemeriksaan dan
inisiatif strategis;
j. pemantauan sentra koordinasi pengelolaan fokus pemeriksaan dan
inisiatif strategis;
k. penyusunan konsep dan pelaksanaan manajemen perubahan; dan
l. perbaikan dokumen perencanaan.
78 Perumusan renstra pemeriksaan merupakan proses penyusunan Definisi perumusan renstra
konsep renstra BPK, konsep RIR, konsep kebijakan di bidang pemeriksaan
pemeriksaan dan nonpemeriksaan, pelaksanaan strategi BPK, serta
pengelolaan manajemen perubahan di BPK sesuai standar, sistem, dan
prosedur yang berlaku guna memastikan proses perencanaan strategis
organisasi dilaksanakan secara akurat dan efektif.
79 Penghitungan angka kredit untuk kegiatan perumusan renstra Penghitungan angka kredit
pemeriksaan sebagai berikut: untuk perumusan renstra
a. Kegiatan perumusan renstra pemeriksaan dilaksanakan pada pemeriksaan
Subdirektorat Perencanaan Strategis pada Direktorat Perencanaan
Strategis dan Manajemen Kinerja.
b. Pemberian penugasan dalam kegiatan perumusan renstra
pemeriksaan dapat dilaksanakan dalam bentuk tim yang terdiri
dari beberapa Pemeriksa ataupun perorangan. Angka kredit yang
diberikan adalah per produk (output) sesuai dengan butir kegiatan
untuk jenjang jabatan Pemeriksa Ahli Muda.
c. Pemberian angka kredit kepada setiap Pemeriksa Ahli Muda
dalam kegiatan perumusan renstra pemeriksaan adalah sebagai
berikut:
1) Jika penugasan dilaksanakan oleh 1 (satu) orang, maka angka
kredit diberikan sebesar 100% (seratus persen).
2) Jika penugasan dilaksanakan oleh 1 (satu) orang koordinator
dan 1 (satu) orang pengikut, maka angka kredit diberikan
sebesar 60% (enam puluh persen) bagi koordinator dan 40%
(empat puluh persen) bagi pengikut.
3) Jika penugasan dilaksanakan oleh 1 (satu) orang koordinator
dan 2 (dua) orang pengikut, maka angka kredit diberikan
sebesar 50% (lima puluh persen) bagi koordinator dan 25%
(dua puluh lima persen) bagi setiap pengikut.
4) Jika penugasan dilaksanakan oleh 1 (satu) orang koordinator
dan 3 (tiga) orang pengikut, maka angka kredit diberikan
sebesar 40% (empat puluh persen) bagi koordinator dan 20%
(dua puluh persen) bagi setiap pengikut.
5) Jika penugasan dilaksanakan oleh 5 (lima) orang atau lebih,
maka angka kredit diberikan sebesar proporsi yang sama.
6) Jika penugasan dilaksanakan oleh 2 (dua) orang atau lebih dan
tidak terdapat atau tidak dapat ditentukan koordinator dan
pengikut, maka angka kredit diberikan sebesar proporsi yang
sama.
d. Bukti kegiatan/bukti fisik untuk usulan penilaian angka kredit
berupa SKPP sesuai dengan format sebagaimana tercantum dalam
Lampiran V.1 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan ini dan Surat Tugas dari pejabat yang berwenang.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 59


Juknis JFP Bab V

Contoh:
a. PSR, S.E., M.P.A., Ak., CA., seorang Pemeriksa Ahli Muda
dengan pangkat Penata, golongan ruang III/c, telah melakukan
tugas menyusun konsep RKT bidang perencanaan strategis
bersama 3 (tiga) orang lainnya. Dalam penugasan tersebut, PSR
ditunjuk sebagai koordinator. Atas pelaksanaan tugas tersebut:
1) PSR memperoleh angka kredit sebesar 0,36 (nol koma tiga
enam), dengan perhitungan 40% x 0,9; dan
2) 3 (tiga) orang lainnya masing-masing memperoleh angka
kredit sebesar 0,18 (nol koma satu delapan), dengan
perhitungan 20% x 0,9.
b. RAT, S.H., M.H., seorang Pemeriksa Ahli Muda dengan pangkat
Penata Tingkat I, golongan ruang III/d, tergabung dalam
penugasan untuk melakukan analisis dalam rangka penyusunan
konsep Renstra BPK. Penugasan tersebut terdiri atas 7 (tujuh)
orang dan tidak terdapat penunjukan koordinator. Atas
pelaksanaan tugas tersebut, dia dan 6 (enam) orang lainnya
masing-masing memperoleh angka kredit sebesar 0,1749 (nol
koma satu tujuh empat sembilan) dengan perhitungan 1,224/7.
c. STR, S.E., M.B.A., Ak., seorang Pemeriksa Ahli Muda dengan
pangkat Penata Tingkat I, golongan ruang III/d, mendapat
penugasan menjadi koordinator untuk menyusun konsep
Manajemen Perubahan bersama 4 (empat) orang lainnya. Atas
pelaksanaan tugas tersebut, dia memperoleh angka kredit sebesar
0,1622 (nol koma satu enam dua dua) dengan perhitungan 0,811/5.
80 Rincian pemberian angka kredit, pelaksana kegiatan, dan bukti fisik Rincian pemberian angka
untuk kegiatan perumusan renstra pemeriksaan pada Subdirektorat kredit
Perencanaan Strategis tercantum dalam Lampiran V.5 yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan ini.
4. Evaluasi dan Pelaporan Pemeriksaan
81 Kegiatan evaluasi dan pelaporan pemeriksaan yang dapat diberikan Kegiatan evaluasi dan
angka kredit terdiri dari: pelaporan pemeriksaan
a. penyusunan RKT; yang dapat diberikan angka
b. pelaksanaan dan penyusunan laporan evaluasi hasil pemeriksaan; kredit
c. penyusunan IHPS;
d. penyusunan kompilasi hasil pemeriksaan;
e. penyusunan kompilasi data pemantauan Tindak Lanjut
Rekomendasi Hasil Pemeriksaan (TLRHP);
f. penyusunan kompilasi data pemantauan penyelesaian ganti
kerugian negara/daerah;
g. penyusunan salinan digital LHP;
h. penyusunan konsep awal IHPS;
i. penyusunan konsep final IHPS;
j. penyusunan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Lima Tahunan (IHPL);
k. penyusunan hasil analisis dan evaluasi data pemantauan TLRHP;
l. penyusunan hasil analisis dan evaluasi data pemantauan terhadap
rekomendasi yang berlarut-larut dan belum ditindaklanjuti;
m. penyusunan hasil analisis dan evaluasi data pemantauan
penyelesaian ganti kerugian negara/daerah;
n. penyusunan konsep bahan Pendapat BPK; dan

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 60


Juknis JFP Bab V

o. pengelolaan daftar tenaga ahli dan/atau tenaga pemeriksa yang


bekerja untuk dan atas nama BPK.
82 Evaluasi dan pelaporan pemeriksaan merupakan proses penyusunan Definisi evaluasi dan
laporan evaluasi secara komprehensif atas hasil pemeriksaan, pelaporan pemeriksaan
penyusunan IHPS atas pemeriksaan, penyusunan kompilasi
pemantauan TLRHP di bidang pemeriksaan dan kompilasi
pemantauan tindak lanjut penyelesaian ganti kerugian negara/daerah
di bidang pemeriksaan, penyiapan dan penyusunan konsep bahan
Pendapat BPK terkait pemeriksaan, dan pengelolaan daftar tenaga ahli
dan/atau tenaga pemeriksa yang bekerja untuk dan atas nama BPK
sesuai dengan standar, sistem, dan prosedur yang berlaku.
83 Penghitungan angka kredit untuk kegiatan evaluasi dan pelaporan Penghitungan angka kredit
pemeriksaan sebagai berikut: untuk evaluasi dan
a. Kegiatan evaluasi dan pelaporan pemeriksaan dilaksanakan pada pelaporan pemeriksaan
semua subdirektorat pada Direktorat Evaluasi dan Pelaporan
Pemeriksaan.
b. Pemberian penugasan dalam kegiatan evaluasi dan pelaporan
pemeriksaan dapat dilaksanakan dalam bentuk tim yang terdiri
dari beberapa Pemeriksa ataupun perorangan. Angka kredit yang
diberikan adalah per produk (output) sesuai dengan butir kegiatan
untuk jenjang jabatan Pemeriksa Ahli Muda.
c. Pemberian angka kredit kepada setiap Pemeriksa Ahli Muda
dalam kegiatan evaluasi dan pelaporan pemeriksaan adalah
sebagai berikut.
1) Jika penugasan dilaksanakan oleh 1 (satu) orang, maka angka
kredit diberikan sebesar 100% (seratus persen).
2) Jika penugasan dilaksanakan oleh 1 (satu) orang koordinator
dan 1 (satu) orang pengikut, maka angka kredit diberikan
sebesar 60% (enam puluh persen) bagi koordinator dan 40%
(empat puluh persen) bagi pengikut.
3) Jika penugasan dilaksanakan oleh 1 (satu) orang koordinator
dan 2 (dua) orang pengikut, maka angka kredit diberikan
sebesar 50% (lima puluh persen) bagi koordinator dan 25%
(dua puluh lima persen) bagi setiap pengikut.
4) Jika penugasan dilaksanakan oleh 1 (satu) orang koordinator
dan 3 (tiga) orang pengikut, maka angka kredit diberikan
sebesar 40% (empat puluh persen) bagi koordinator dan 20%
(dua puluh persen) bagi setiap pengikut.
5) Jika penugasan dilaksanakan oleh 5 (lima) orang atau lebih,
maka angka kredit diberikan sebesar proporsi yang sama.
6) Jika penugasan dilaksanakan oleh 2 (dua) orang atau lebih dan
tidak terdapat atau tidak dapat ditentukan koordinator dan
pengikut, maka angka kredit diberikan sebesar proporsi yang
sama.
d. Bukti kegiatan/bukti fisik untuk usulan penilaian angka kredit
berupa SKPP sesuai dengan format sebagaimana tercantum
Lampiran V.1 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan ini dan Surat Tugas dari pejabat yang berwenang.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 61


Juknis JFP Bab V

Contoh:
a. EVA, S.T., M.Sc., seorang Pemeriksa Ahli Muda dengan pangkat
Penata, golongan ruang III/c, telah selesai menyusun konsep revisi
RKT bidang evaluasi dan pelaporan pemeriksaan. Dalam
penugasan tersebut, EVA ditunjuk sebagai koordinator dan
terdapat 2 (dua) orang lainnya. Atas pelaksanaan tugas tersebut:
1) EVA memperoleh angka kredit sebesar 0,35 (nol koma tiga
lima) dengan dengan perhitungan 50% x 0,7; dan
2) 2 (dua) orang lainnya masing-masing memperoleh angka
kredit sebesar 0,175 (nol koma satu tujuh lima) dengan
perhitungan 25% x 0,7.
b. PLP, S.E., M.M., Ak., seorang Pemeriksa Ahli Muda dengan
pangkat Penata, golongan ruang III/c, mendapat penugasan untuk
menyusun konsep awal IHPS II Tahun 2018 atas LHP Kinerja
Pembangunan Rusunawa yang terdiri dari 24 (dua puluh empat)
temuan pemeriksaan. Atas pelaksanaan tugas tersebut, dia
memperoleh angka kredit sebesar 100% dari setiap kegiatan pada
penyusunan konsep awal IHPS, yaitu 0,199 (nol koma satu
sembilan sembilan) dengan rincian:
1) sebesar 0,12 (nol koma satu dua) untuk kegiatan
mengidentifikasi temuan signifikan per tema dengan
kompleksitas sedang (dari 11 sampai dengan 50 data/LHP);
2) sebesar 0,048 (nol koma nol empat delapan) untuk kegiatan
menyusun konsep awal IHPS dengan kompleksitas sedang
(dari 11 sampai dengan 50 data/LHP); dan
3) sebesar 0,031 (nol koma nol tiga satu) untuk kegiatan
menyiapkan bahan Forum Eselon I dan Sidang BPK terkait
konsep awal IHPS.
c. RPB, S.Kom., M.M., seorang Pemeriksa Ahli Muda dengan
pangkat Penata Tingkat I, golongan ruang III/d, mendapat
penugasan untuk menyusun kompilasi data pemantauan TLRHP
LKPD Kabupaten Banjar TA 2017. Atas pelaksanaan tugas
tersebut, dia memperoleh angka kredit sebesar 0,115 (nol koma
satu satu lima) yang berasal dari butir kegiatan mengumpulkan,
mengompilasi, dan memvalidasi data pemantauan TLRHP.
d. SAM, S.H., M.A.P., seorang Pemeriksa Ahli Muda dengan
pangkat Penata Tingkat I, golongan ruang III/d, mendapat
penugasan untuk melakukan penyusunan konsep bahan Pendapat
BPK Tahun 2019. Atas pelaksanaan tugas tersebut, dia
memperoleh angka kredit sebesar 0,471 (nol koma empat tujuh
satu) dengan rincian:
1) sebesar 0,027 (nol koma nol dua tujuh) untuk kegiatan
menganalisis Usulan Bahan Pendapat (UBP) dari satuan kerja;
2) sebesar 0,004 (nol koma nol nol empat) untuk kegiatan
menyusun jawaban terkait UBP ke satuan kerja;
3) sebesar 0,039 (nol koma nol tiga sembilan) untuk kegiatan
menyusun monitoring UBP;
4) sebesar 0,022 (nol koma nol dua dua) untuk mengidentifikasi
tema pendapat berdasar permintaan, prioritas UBP, atau hasil
pemeriksaan;
5) sebesar 0,102 (nol koma satu nol dua) untuk kegiatan
mengumpulkan data dan informasi serta melakukan telaahan
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 62
Juknis JFP Bab V

terhadap ketentuan dan peraturan dalam penyusunan konsep


bahan Pendapat BPK;
6) sebesar 0,048 (nol koma nol empat delapan) untuk kegiatan
menyusun kerangka alur pikir Pendapat BPK;
7) sebesar 0,103 (nol koma satu nol tiga) untuk kegiatan
menyusun konsep Pendapat BPK;
8) sebesar 0,014 (nol koma nol satu empat) untuk kegiatan
melakukan pembahasan konsep pendapat dengan narasumber;
9) sebesar 0,054 (nol koma nol lima empat) untuk kegiatan
menyiapkan bahan Forum Eselon I dan Sidang BPK terkait
konsep Pendapat BPK; dan
10) sebesar 0,058 (nol koma nol lima delapan) untuk kegiatan
menginventarisir masukan, menyusun konsep final berdasar
masukan, dan menyusun konsep surat keluar.
84 Rincian pemberian angka kredit, pelaksana kegiatan, dan bukti fisik Rincian pemberian angka
untuk kegiatan evaluasi dan pelaporan pemeriksaan pada Direktorat kredit
Evaluasi dan Pelaporan Pemeriksaan tercantum dalam Lampiran V.6
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan ini.
5. Penelitian dan Pengembangan Pemeriksaan
85 Kegiatan penelitian dan pengembangan pemeriksaan yang dapat Kegiatan penelitian dan
diberikan angka kredit terdiri dari: pengembangan
a. penyusunan RKT; pemeriksaan yang dapat
b. penyusunan kajian hasil penelitian bidang pemeriksaan; diberikan angka kredit
c. pengembangan dan pemutakhiran perangkat lunak di bidang
pemeriksaan;
d. diseminasi perangkat lunak;
e. evaluasi/pemantauan/monitoring penerapan perangkat lunak
pemeriksaan;
f. pelaksanaan asistensi/konsultasi di bidang pemeriksaan; dan
g. pengelolaan Jurnal Tata Kelola dan Akuntabilitas Keuangan
Negara (TAKEN).
86 Penelitian dan pengembangan pemeriksaan meliputi proses Definisi penelitian dan
perumusan bahan pertimbangan BPK atas Standar Akuntansi pengembangan
Pemerintahan (SAP) dan rancangan Sistem Pengendalian Intern pemeriksaan
Pemerintah (SPIP) Pusat/Daerah; penelitian dan pengkajian
pengelolaan sektor publik; serta pengembangan perangkat lunak
pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja, PDTT, dan pemeriksaan
investigatif sesuai dengan standar, sistem, dan prosedur yang berlaku
guna mendukung pelaksanaan kegiatan dan pencapaian tujuan
strategis BPK dengan terstruktur, efektif, dan efisien.
87 Penghitungan angka kredit untuk kegiatan penelitian dan Penghitungan angka kredit
pengembangan pemeriksaan sebagai berikut: penelitian dan
a. Kegiatan penelitian dan pengembangan pemeriksaan pengembangan
dilaksanakan pada Subdirektorat Penelitian dan Pengembangan pemeriksaan
(Litbang) Pemeriksaan Keuangan, Subdirektorat Litbang
Pemeriksaan Kinerja, dan Subdirektorat Litbang Pemeriksaan
Dengan Tujuan Tertentu pada Direktorat Litbang.
b. Pemberian penugasan dalam kegiatan penelitian dan
pengembangan pemeriksaan dapat dilaksanakan dalam bentuk tim
yang terdiri dari beberapa Pemeriksa ataupun perorangan. Angka
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 63
Juknis JFP Bab V

kredit yang diberikan adalah per produk (output) sesuai dengan


butir kegiatan untuk jenjang jabatan Pemeriksa Ahli Muda.
c. Pemberian angka kredit kepada setiap Pemeriksa Ahli Muda
dalam kegiatan penelitian dan pengembangan pemeriksaan adalah
sebagai berikut:
1) Jika penugasan dilaksanakan oleh 1 (satu) orang, maka angka
kredit diberikan sebesar 100% (seratus persen).
2) Jika penugasan dilaksanakan oleh 1 (satu) orang koordinator
dan 1 (satu) orang pengikut, maka angka kredit diberikan
sebesar 60% (enam puluh persen) bagi koordinator dan 40%
(empat puluh persen) bagi pengikut.
3) Jika penugasan dilaksanakan oleh 1 (satu) orang koordinator
dan 2 (dua) orang pengikut, maka angka kredit diberikan
sebesar 50% (lima puluh persen) bagi koordinator dan 25%
(dua puluh lima persen) bagi setiap pengikut.
4) Jika penugasan dilaksanakan oleh 1 (satu) orang koordinator
dan 3 (tiga) orang pengikut, maka angka kredit diberikan
sebesar 40% (empat puluh persen) bagi koordinator dan 20%
(dua puluh persen) bagi setiap pengikut.
5) Jika penugasan dilaksanakan oleh 5 (lima) orang atau lebih,
maka angka kredit diberikan sebesar proporsi yang sama.
6) Jika penugasan dilaksanakan oleh 2 (dua) orang atau lebih
dan tidak terdapat atau tidak dapat ditentukan koordinator dan
pengikut, maka angka kredit diberikan sebesar proporsi yang
sama.
d. Bukti kegiatan/bukti fisik untuk usulan penilaian angka kredit
berupa SKPP sesuai dengan format sebagaimana tercantum dalam
Lampiran V.1 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan ini dan Surat Tugas dari pejabat yang berwenang.
Contoh:
a. LTB, S.H., M.Sc., seorang Pemeriksa Ahli Muda dengan pangkat
Penata, golongan ruang III/c, mendapat penugasan untuk
merencanakan penyusunan kajian hasil penelitian atas
Pemeriksaan Alokasi Dana Desa. Penugasan tersebut terdiri atas
3 (tiga) orang dengan LTB sebagai koordinator. Atas penugasan
tersebut:
1) LTB memperoleh angka kredit sebesar 0,118 (nol koma satu
satu delapan) dengan perhitungan 50% x 0,236; dan
2) 2 (dua) orang lainnya masing-masing memperoleh angka
kredit sebesar 0,059 (nol koma nol lima sembilan), dengan
perhitungan 25% x 0,236.
b. Kepala Direktorat Utama Perencanaan, Evaluasi, dan
Pengembangan Pemeriksaan Keuangan Negara (Ditama
Revbang) memberi penugasan kepada 4 (empat) orang Pemeriksa
Ahli Muda untuk melaksanakan penyusunan kajian hasil
penelitian atas Pemeriksaan Penanggulangan Bencana. Penugasan
tersebut tidak diketahui koordinatornya. Atas pelaksanaan tugas
tersebut, masing-masing Pemeriksa Ahli Muda tersebut
memperoleh angka kredit sebesar 0,66 (nol koma enam enam) dari
butir kegiatan melaksanakan penyusunan kajian hasil penelitian
bidang pemeriksaan, dengan perhitungan 2,64/4.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 64


Juknis JFP Bab V

c. MBR, S.E., M.P.P, Ak., seorang Pemeriksa Ahli Muda dengan


pangkat Penata Tingkat I, golongan ruang III/d, mendapat
penugasan untuk menyusun laporan kegiatan penyusunan kajian
atas metode penghitungan kerugian negara/daerah. Penugasan
tersebut terdiri atas 5 (lima) orang dan tidak diketahui
koordinatornya. Atas penugasan tersebut, MBR memperoleh
angka kredit sebesar 0,1004 (nol koma satu nol nol empat) untuk
kegiatan menyusun laporan kegiatan penyusunan kajian hasil
penelitian bidang pemeriksaan, dengan perhitungan 0,502/5.
Pemberian angka kredit tersebut juga berlaku untuk 4 (empat)
orang lainnya.
d. NBR, S.Sos., M.P.P., seorang Pemeriksa Ahli Muda dengan
pangkat Penata Tingkat I, golongan ruang III/d, mendapat
penugasan untuk menyusun perangkat lunak penghitungan
mandays pemeriksaan laporan keuangan. Penugasan tersebut
melibatkan 6 (enam) orang dan NBR ditetapkan sebagai
koordinator. Atas penugasan tersebut, NBR memperoleh angka
kredit sebesar 0,4493 (nol koma empat empat sembilan tiga) untuk
kegiatan melaksanakan penyusunan perangkat lunak bidang
pemeriksaan, dengan perhitungan 2,696/6. Lima orang lainnya
masing-masing juga memperoleh besaran angka kredit yang sama.
88 Rincian pemberian angka kredit, pelaksana kegiatan, dan bukti fisik Rincian pemberian angka
untuk kegiatan penelitian dan pengembangan pemeriksaan pada kredit
Subdirektorat Litbang Pemeriksaan Keuangan, Subdirektorat Litbang
Pemeriksaan Kinerja, dan Subdirektorat Litbang PDTT tercantum
dalam Lampiran V.7 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan ini.
6. Penguatan Aspek Hukum dalam Pemeriksaan
89 Kegiatan penguatan aspek hukum dalam pemeriksaan yang dapat Kegiatan penguatan aspek
diberikan angka kredit terdiri dari: hukum dalam pemeriksaan
a. penyusunan RKT; yang dapat diberikan angka
b. perencanaan penguatan aspek hukum pemeriksaan; kredit
c. pelaksanaan penguatan aspek hukum pemeriksaan;
d. pelaporan penguatan aspek hukum pemeriksaan;
e. pemantauan tindak lanjut penguatan aspek hukum pemeriksaan;
dan
f. bantuan hukum dalam rangka penguatan aspek hukum
pemeriksaan.
90 Penguatan aspek hukum dalam pemeriksaan merupakan kegiatan Definisi penguatan aspek
konsultasi hukum, telaahan hukum, kepaniteraan dalam penyelesaian hukum dalam pemeriksaan
kerugian negara/daerah, penyusunan pertimbangan BPK atas
penyelesaian kerugian negara/daerah dan penghapusan piutang
negara/daerah, legislasi, pelayanan informasi hukum, pengembangan
hukum, dan bantuan hukum berdasarkan kebijakan, standar, sistem,
dan prosedur yang berlaku dalam rangka penguatan aspek hukum
pemeriksaan BPK.
91 Penghitungan angka kredit untuk kegiatan penguatan aspek hukum Penghitungan angka kredit
dalam pemeriksaan sebagai berikut: penguatan aspek hukum
dalam pemeriksaan

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 65


Juknis JFP Bab V

a. Kegiatan penguatan aspek hukum dalam pemeriksaan


dilaksanakan pada semua subdirektorat pada Ditama Binbangkum
PKN.
b. Pemberian penugasan dalam kegiatan penguatan aspek hukum
dalam pemeriksaan dapat dilaksanakan dalam bentuk tim yang
terdiri dari beberapa Pemeriksa ataupun perorangan. Angka kredit
yang diberikan adalah per produk (output) sesuai dengan butir
kegiatan untuk jenjang jabatan Pemeriksa Ahli Muda, kecuali
untuk pelaksanaan pemeriksaan dalam rangka
penilaian/penetapan kasus kerugian negara/daerah dan
pemeriksaan dalam rangka pemberian rekomendasi penghapusan
kerugian negara/daerah.
c. Pemberian angka kredit kepada setiap Pemeriksa Ahli Muda
dalam kegiatan penguatan aspek hukum dalam pemeriksaan
adalah sebagai berikut.
1) Jika penugasan dilaksanakan oleh 1 (satu) orang, maka angka
kredit diberikan sebesar 100% (seratus persen).
2) Jika penugasan dilaksanakan oleh 1 (satu) orang koordinator
dan 1 (satu) orang pengikut, maka angka kredit diberikan
sebesar 60% (enam puluh persen) bagi koordinator dan 40%
(empat puluh persen) bagi pengikut.
3) Jika penugasan dilaksanakan oleh 1 (satu) orang koordinator
dan 2 (dua) orang pengikut, maka angka kredit diberikan
sebesar 50% (lima puluh persen) bagi koordinator dan 25%
(dua puluh lima persen) bagi setiap pengikut.
4) Jika penugasan dilaksanakan oleh 1 (satu) orang koordinator
dan 3 (tiga) orang pengikut, maka angka kredit diberikan
sebesar 40% (empat puluh persen) bagi koordinator dan 20%
(dua puluh persen) bagi setiap pengikut.
5) Jika penugasan dilaksanakan oleh 5 (lima) orang atau lebih,
maka angka kredit diberikan sebesar proporsi yang sama.
6) Jika penugasan dilaksanakan oleh 2 (dua) orang atau lebih dan
tidak terdapat atau tidak dapat ditentukan koordinator dan
pengikut, maka angka kredit diberikan sebesar proporsi yang
sama.
d. Angka kredit untuk pelaksanaan pemeriksaan dalam rangka
penilaian/penetapan kasus kerugian negara/daerah dan
pemeriksaan dalam rangka pemberian rekomendasi penghapusan
kerugian negara/daerah diberikan sesuai dengan waktu
pelaksanaan, yaitu per jam pelaksanaan sesuai dengan butir
kegiatan untuk jenjang jabatan Pemeriksa Ahli Muda. Jam kerja
efektif dalam 1 (satu) hari yang diperhitungkan adalah sebesar 6,3
(enam koma tiga) jam.
e. Bukti kegiatan/bukti fisik untuk usulan penilaian angka kredit
berupa SKPP sesuai dengan format sebagaimana tercantum dalam
Lampiran V.1 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan ini dan Surat Tugas dari pejabat yang berwenang.
Contoh:
a. HKP, S.H., L.L.M., seorang Pemeriksa Ahli Muda dengan
pangkat Penata Tingkat I, golongan ruang III/d, ditugaskan untuk
melaksanakan legal risk assessment atas Pemeriksaan Pajak

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 66


Juknis JFP Bab V

Mineral Bukan Logam pada Kabupaten Kutai Kartanegara TA


2020, bersama 3 (tiga) orang lainnya, tanpa diketahui
koordinatornya. Atas penugasan tersebut, HKP memperoleh
angka kredit sebesar 0,3033 (nol koma tiga nol tiga tiga) untuk
kegiatan melaksanakan legal risk assessment atas pemeriksaan
BPK, dengan perhitungan 1,213/4.
b. IKP, S.H., M.H., seorang Pemeriksa Ahli Muda dengan pangkat
Penata Tingkat I, golongan ruang III/d, mendapat penugasan
untuk melaksanakan pemantauan dan evaluasi pemanfaatan
pemberian pendapat hukum tahun 2020. Penugasan tersebut
terdiri atas 4 (empat) orang dengan IKP sebagai koordinator. Atas
penugasan tersebut:
1) IKP memperoleh angka kredit sebesar 0,5496 (nol koma lima
empat sembilan enam) untuk kegiatan melaksanakan
pemantauan dan evaluasi pemanfaatan pemberian pendapat
hukum, dengan perhitungan 40% x 1,374; dan
2) 3 (tiga) orang lainnya memperoleh angka kredit sebesar
0,2748 (nol koma dua tujuh empat delapan) untuk kegiatan
melaksanakan pemantauan dan evaluasi pemanfaatan
pemberian pendapat hukum, dengan perhitungan 20% x
1,374.
c. Kepala Ditama Binbangkum PKN menugaskan kepada 4 (empat)
orang Pemeriksa Ahli Muda untuk melaksanakan pemeriksaan
dalam rangka penilaian/penetapan kasus kerugian negara/daerah,
selama 5 (lima) hari. Atas penugasan tersebut, masing-masing
Pemeriksa Ahli Muda memperoleh angka kredit sebesar 0,63 (nol
koma enam tiga), dengan perhitungan 0,02 x 6,3 x 5.
d. JAP, S.H., CLA., seorang Pemeriksa Ahli Muda dengan pangkat
Penata, golongan ruang III/c, mendapat penugasan untuk
menyusun laporan penilaian kasus kerugian negara pada
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) TA 2020.
Penugasan tersebut terdiri atas 3 (tiga) orang dengan JAP sebagai
koordinator. Atas penugasan tersebut:
1) JAP memperoleh angka kredit sebesar 0,441 (nol koma empat
empat satu) untuk kegiatan menyusun laporan
penilaian/penetapan kasus kerugian negara/daerah, dengan
perhitungan 50% x 0,882; dan
2) 2 (dua) orang lainnya memperoleh angka kredit sebesar
0,2205 (nol koma dua dua nol lima) untuk kegiatan menyusun
laporan penilaian/penetapan kasus kerugian negara/daerah,
dengan perhitungan 25% x 0,882.
e. KEG, S.H., M.H., seorang Pemeriksa Ahli Muda dengan pangkat
Penata, golongan ruang III/c, mendapat penugasan untuk
menyusun pertimbangan hukum terkait pemberian rekomendasi
penghapusan kerugian negara terhadap Bendahara Pengeluaran
Dinas Perindustrian Kota Samarinda TA 2015. Penugasan tersebut
melibatkan 3 (tiga) orang dengan tidak menunjuk koordinator.
Atas pelaksanaan tugas tersebut, KEG memperoleh angka kredit
sebesar 0,4003 (nol koma empat nol nol tiga) untuk kegiatan
menyusun laporan pemberian pertimbangan hukum terkait
pemberian rekomendasi penghapusan kerugian negara/daerah,
dengan perhitungan 1,201/3.
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 67
Juknis JFP Bab V

f. Kepala Ditama Binbangkum PKN menugaskan penanganan


perkara gugatan hasil pemeriksaan pada lingkup BPK Perwakilan
Provinsi Jawa Tengah kepada 8 (delapan) orang. Atas penugasan
tersebut, Pemeriksa Ahli Muda yang ditugaskan memperoleh
angka kredit sebesar 1,3409 (satu koma tiga empat nol sembilan)
untuk kegiatan melaksanakan penanganan perkara gugatan
perdata dan tata usaha negara, dengan perhitungan 10,727/8.
92 Rincian pemberian angka kredit, pelaksana kegiatan, dan bukti fisik Rincian pemberian angka
untuk kegiatan penguatan aspek hukum dalam pemeriksaan pada kredit
Ditama Binbangkum PKN tercantum dalam Lampiran V.8 yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan ini.
7. Pemeriksaan dan Review Teknologi Informasi
93 Kegiatan pemeriksaan dan review Teknologi Informasi (TI) yang Kegiatan pemeriksaan dan
dapat diberikan angka kredit terdiri dari: review TI yang dapat
a. mengumpulkan data dan informasi aset TI terkait objek diberikan angka kredit
pemeriksaan;
b. melakukan penilaian risiko untuk menentukan ruang lingkup
pemeriksaan TI;
c. menyusun kriteria pemeriksaan TI;
d. menyusun ruang lingkup (scoping) pemeriksaan TI;
e. menyusun metodologi pengumpulan data TI;
f. merencanakan pengolahan dan analisis data TI; dan
g. melaksanakan pengolahan dan analisis data TI serta menyusun
simpulannya.
94 Pemeriksaan dan review TI merupakan proses pemeriksaan TI dari Definisi pemeriksaan dan
segi pengumpulan data dan informasi pemeriksaan, penyusunan review TI
kriteria dan metodologi, bimbingan dan evaluasi atas pemeriksaan TI
guna mendukung efektivitas dan efisiensi pelaksanaan tugas
pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara oleh
BPK.
95 Penghitungan angka kredit untuk kegiatan pemeriksaan dan review TI Penghitungan angka kredit
sebagai berikut: pemeriksaan dan review TI
a. Kegiatan pemeriksaan dan review TI dilaksanakan pada
Subbagian Dukungan Pemeriksaan pada Biro TI.
b. Pemberian penugasan dalam kegiatan pemeriksaan dan review TI
dapat dilaksanakan dalam bentuk tim yang terdiri dari beberapa
Pemeriksa ataupun perorangan. Angka kredit yang diberikan
adalah per produk (output) sesuai dengan butir kegiatan untuk
jenjang jabatan Pemeriksa Ahli Muda.
c. Pemberian angka kredit kepada setiap Pemeriksa Ahli Muda
dalam kegiatan pemeriksaan dan review TI adalah sebagai berikut.
1) Jika penugasan dilaksanakan oleh 1 (satu) orang, maka angka
kredit diberikan sebesar 100% (seratus persen).
2) Jika penugasan dilaksanakan oleh 1 (satu) orang koordinator
dan 1 (satu) orang pengikut, maka angka kredit diberikan
sebesar 60% (enam puluh persen) bagi koordinator dan 40%
(empat puluh persen) bagi pengikut.
3) Jika penugasan dilaksanakan oleh 1 (satu) orang koordinator
dan 2 (dua) orang pengikut, maka angka kredit diberikan

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 68


Juknis JFP Bab V

sebesar 50% (lima puluh persen) bagi koordinator dan 25%


(dua puluh lima persen) bagi setiap pengikut.
4) Jika penugasan dilaksanakan oleh 1 (satu) orang koordinator
dan 3 (tiga) orang pengikut, maka angka kredit diberikan
sebesar 40% (empat puluh persen) bagi koordinator dan 20%
(dua puluh persen) bagi setiap pengikut.
5) Jika penugasan dilaksanakan oleh 5 (lima) orang atau lebih,
maka angka kredit diberikan sebesar proporsi yang sama.
6) Jika penugasan dilaksanakan oleh 2 (dua) orang atau lebih dan
tidak terdapat atau tidak dapat ditentukan koordinator dan
pengikut, maka angka kredit diberikan sebesar proporsi yang
sama.
d. Bukti kegiatan/bukti fisik untuk usulan penilaian angka kredit
berupa SKPP sesuai dengan format sebagaimana tercantum dalam
Lampiran V.1 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan ini dan Surat Tugas dari pejabat yang berwenang.
Contoh:
a. TEY, S.Kom., CISA., seorang Pemeriksa Ahli Muda dengan
pangkat Penata, golongan ruang III/c, mendapat penugasan secara
perorangan untuk mengumpulkan data dan informasi aset TI
terkait Pemeriksaan Pendapatan dan Belanja Aset pada Kedutaan
Besar Republik Indonesia Austria TA 2020. Atas penugasan
tersebut, dia memperoleh angka kredit sebesar 0,182 (nol koma
satu delapan dua) untuk kegiatan mengumpulkan data dan
informasi aset TI terkait objek pemeriksaan, dengan perhitungan
100% x 0,182.
b. UBY, S.Kom., M.Sc., CISA., seorang Pemeriksa Ahli Muda
dengan pangkat Penata Tingkat I, golongan ruang III/d, dan WGU,
S.Kom., CISA., seorang Pemeriksa Ahli Muda dengan pangkat
Penata, golongan ruang III/c, terlibat dalam pemeriksaan dan
mendapat penugasan untuk menyusun kriteria pemeriksaan TI
terkait pemeriksaan katalog elektronik. Atas penugasan tersebut,
UBY dan WGU masing-masing memperoleh angka kredit sebesar
0,121 (nol koma satu dua satu) untuk kegiatan menyusun kriteria
pemeriksaan TI, dengan perhitungan 0,242/2.
c. YOS, S.Kom., M.Si., CISA., seorang Pemeriksa Ahli Muda
dengan pangkat Penata Tingkat I, golongan ruang III/d, mendapat
penugasan untuk menyusun pengembangan metodologi
pengumpulan data TI untuk menunjang Pemeriksaan Penilaian
Kembali Barang Milik Negara pada kementerian-kementerian.
Penugasan tersebut terdiri atas 3 (tiga) orang dengan YOS sebagai
anggota/pengikut. Atas pelaksanaan tugas tersebut:
1) orang yang bertindak sebagai koordinator memperoleh angka
kredit sebesar 0,239 (nol koma dua tiga sembilan) untuk
kegiatan menyusun metodologi pengumpulan data TI, dengan
perhitungan 50% x 0,478; dan
2) YOS dan 1 (satu) orang lainnya memperoleh angka kredit
sebesar 0,1195 (nol koma satu satu sembilan lima) untuk
kegiatan menyusun metodologi pengumpulan data TI, dengan
perhitungan 25% x 0,478.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 69


Juknis JFP Bab V

96 Rincian pemberian angka kredit, pelaksana kegiatan, dan bukti fisik Rincian pemberian angka
untuk kegiatan pemeriksaan dan review TI pada Subbagian Dukungan kredit
Pemeriksaan tercantum dalam Lampiran V.9 yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan ini.
8. Pengawasan/Penjaminan Mutu Seluruh Pelaksanaan Pemeriksaan
97 Kegiatan pengawasan/penjaminan mutu seluruh pelaksanaan Kegiatan pengawasan/
pemeriksaan yang dapat diberikan angka kredit terdiri dari: penjaminan mutu seluruh
a. penyusunan RKT; pelaksanan pemeriksaan
b. review atas kinerja pemeriksaan, pemeriksaan internal, dan yang dapat diberikan angka
pemberkasan; kredit
c. pemberian konsultasi atas kinerja pemeriksaan;
d. pemeriksaan atas kualitas LHP dalam rangka pemberian
penghargaan; dan
e. penguatan integritas.
98 Pengawasan/penjaminan mutu seluruh pelaksanaan pemeriksaan Definisi pengawasan/
merupakan proses pemerolehan keyakinan mutu atas kinerja penjaminan mutu seluruh
pemeriksaan dan kinerja kelembagaan, pengawasan, pemeriksaan dan pelaksanaan pemeriksaan
review atas seluruh aktivitas internal, penilaian risiko dan sistem
kendali kecurangan, serta pelaksanaan penegakan integritas di BPK
berdasarkan kebijakan, standar, sistem, dan prosedur yang berlaku.
99 Penghitungan angka kredit untuk kegiatan pengawasan/penjaminan Penghitungan angka kredit
mutu seluruh pelaksanaan pemeriksaan sebagai berikut: pengawasan/penjaminan
a. Kegiatan pengawasan/penjaminan mutu seluruh pelaksanaan mutu seluruh pelaksanaan
pemeriksaan dilaksanakan pada semua inspektorat pada pemeriksaan
Inspektorat Utama.
b. Pemberian penugasan dalam kegiatan pengawasan/penjaminan
mutu seluruh pelaksanaan pemeriksaan dapat dilaksanakan dalam
bentuk tim yang terdiri dari beberapa Pemeriksa ataupun
perorangan. Angka kredit yang diberikan adalah per produk
(output) sesuai dengan butir kegiatan untuk jenjang jabatan
Pemeriksa Ahli Muda, kecuali untuk pelaksanaan review,
pemeriksaan internal, dan pemberkasan.
c. Pemberian angka kredit kepada setiap Pemeriksa Ahli Muda
dalam kegiatan pengawasan/penjaminan mutu seluruh
pelaksanaan pemeriksaan adalah sebagai berikut.
1) Jika penugasan dilaksanakan oleh 1 (satu) orang, maka angka
kredit diberikan sebesar 100% (seratus persen).
2) Jika penugasan dilaksanakan oleh 1 (satu) orang koordinator
dan 1 (satu) orang pengikut, maka angka kredit diberikan
sebesar 60% (enam puluh persen) bagi koordinator dan 40%
(empat puluh persen) bagi pengikut.
3) Jika penugasan dilaksanakan oleh 1 (satu) orang koordinator
dan 2 (dua) orang pengikut, maka angka kredit diberikan
sebesar 50% (lima puluh persen) bagi koordinator dan 25%
(dua puluh lima persen) bagi setiap pengikut.
4) Jika penugasan dilaksanakan oleh 1 (satu) orang koordinator
dan 3 (tiga) orang pengikut, maka angka kredit diberikan
sebesar 40% (empat puluh persen) bagi koordinator dan 20%
(dua puluh persen) bagi setiap pengikut.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 70


Juknis JFP Bab V

5) Jika penugasan dilaksanakan oleh 5 (lima) orang atau lebih,


maka angka kredit diberikan sebesar proporsi yang sama.
6) Jika penugasan dilaksanakan oleh 2 (dua) orang atau lebih dan
tidak terdapat atau tidak dapat ditentukan koordinator dan
pengikut, maka angka kredit diberikan sebesar proporsi yang
sama.
d. Angka kredit untuk pelaksanaan review, pemeriksaan internal, dan
pemberkasan diberikan sesuai dengan waktu pelaksanaan, yaitu
per jam pelaksanaan sesuai dengan butir kegiatan untuk jenjang
jabatan Pemeriksa Ahli Muda. Jam kerja efektif dalam 1 (satu)
hari yang diperhitungkan adalah sebesar 6,3 (enam koma tiga)
jam.
e. Bukti kegiatan/bukti fisik untuk usulan penilaian angka kredit
berupa SKPP sesuai dengan format sebagaimana tercantum dalam
Lampiran V.1 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan ini dan Surat Tugas dari pejabat yang berwenang.
Contoh:
a. ITM, S.E., M.M., Ak., seorang Pemeriksa Ahli Muda dengan
pangkat Penata Tingkat I, golongan ruang III/d, ditugaskan
sebagai Anggota Tim dalam Review Pelaksanaan Pemeriksaan
atas Laporan Keuangan pada Kementerian Dalam Negeri TA 2020
yang dilaksanakan selama 15 (lima belas) hari. Atas pelaksanaan
tugas tersebut, dia memperoleh angka kredit sebesar 2,239 (dua
koma dua tiga sembilan) dengan rincian:
1) sebesar 0,081 (nol koma nol delapan satu) untuk kegiatan
menyusun PKP atas review, pemeriksaan internal, dan
pemberkasan;
2) sebesar 1,89 (satu koma delapan sembilan) untuk kegiatan
melaksanakan review, pemeriksaan internal, dan pemberkasan
dengan perhitungan 0,02 x 6,3 x 15; dan
3) sebesar 0,268 (nol koma dua enam delapan) untuk kegiatan
menyusun kertas kerja atas review, pemeriksaan internal, dan
pemberkasan.
b. JFA, S.H., M.H., seorang Pemeriksa Ahli Muda dengan pangkat
Penata Tingkat I, golongan ruang III/d, mendapat penugasan
untuk melakukan pemantauan tindak lanjut atas hasil review pada
AKN II periode Semester II Tahun 2020. Penugasan tersebut
terdiri atas 2 (dua) orang dengan JFA ditunjuk sebagai
koordinator. Atas penugasan tersebut:
1) JFA memperoleh angka kredit sebesar 0,5808 (nol koma lima
delapan nol delapan) untuk kegiatan melaksanakan tindak
lanjut hasil review, pemeriksaan internal, dan pemberkasan,
dengan perhitungan 60% x 0,968; dan
2) 1 (satu) orang lainnya memperoleh angka kredit sebesar
0,3872 (nol koma tiga delapan tujuh dua) untuk kegiatan
melaksanakan tindak lanjut hasil review, pemeriksaan
internal, dan pemberkasan, dengan perhitungan 40% x 0,968.
c. Inspektur Utama memberi penugasan kepada 6 (enam) orang
untuk melaksanakan pemeriksaan atas kualitas LHP dalam rangka
pemberian penghargaan pada tahun 2020. Atas penugasan
tersebut, Pemeriksa Ahli Muda yang ditugaskan memperoleh

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 71


Juknis JFP Bab V

angka kredit sebesar 0,3553 (nol koma tiga lima lima tiga) untuk
kegiatan melaksanakan pemeriksaan atas kualitas LHP dalam
rangka pemberian penghargaan, dengan perhitungan 2,132/6.
d. KPI, S.E., M.M., CA., seorang Pemeriksa Ahli Muda dengan
pangkat Pembina, golongan ruang IV/a, mendapat penugasan
untuk menjadi koordinator dalam kegiatan penilaian internal
Program Pembangunan Zona Integritas menuju Wilayah Bebas
Korupsi pada BPK Perwakilan Provinsi Sumatera Selatan pada
tahun 2020. Penugasan tersebut terdiri atas 4 (empat) orang. Atas
penugasan tersebut:
1) KPI memperoleh angka kredit sebesar 0,224 (nol koma dua
dua empat) untuk kegiatan melaksanakan penilaian internal
Zona Integritas, dengan perhitungan 40% x 0,56; dan
2) 3 (tiga) orang lainnya memperoleh angka kredit sebesar 0,112
(nol koma satu satu dua) untuk kegiatan melaksanakan
penilaian internal Zona Integritas, dengan perhitungan 20% x
0,56.
100 Rincian pemberian angka kredit, pelaksana kegiatan, dan bukti fisik Rincian pemberian angka
untuk kegiatan pengawasan/penjaminan mutu seluruh pelaksanaan kredit
pemeriksaan pada Inspektorat Utama tercantum dalam Lampiran V.10
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan ini.

B. Kegiatan Pengembangan Profesi Pemeriksa


101 Pengembangan profesi Pemeriksa merupakan kegiatan terkait Definisi pengembangan
pemeriksaan yang dilakukan untuk meningkatkan kompetensi Pemeriksa, profesi Pemeriksa
baik kompetensi teknis, kompetensi manajerial, dan kompetensi sosial
kultural, dalam menjalankan tugas pokok pemeriksaan.
102 Kegiatan pengembangan profesi Pemeriksa terdiri dari: Kegiatan pengembangan
1. Pembuatan Karya Tulis/Karya Ilmiah di Bidang Pemeriksaan; profesi Pemeriksa
2. Penerjemahan/Penyaduran Buku dan Bahan-bahan Lain di Bidang
Pemeriksaan;
3. Penyusunan Pedoman/Ketentuan Pelaksanaan/Ketentuan Teknis di
Bidang Pemeriksaan;
4. Bimbingan bagi Pemeriksa di bawah Jenjang Jabatannya/Tutorial
Profesi; dan
5. Kegiatan Pengembangan Kompetensi di Bidang Pemeriksaan.
1. Pembuatan Karya Tulis/Karya Ilmiah di Bidang Pemeriksaan
103 Karya tulis/karya ilmiah adalah tulisan hasil pokok pikiran, Definisi karya tulis/karya
pengembangan dan hasil kajian/penelitian yang disusun oleh ilmiah di bidang
Pemeriksa baik perorangan atau kelompok di bidang pemeriksaan atas pemeriksaan
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.
104 Penghitungan angka kredit untuk kegiatan pembuatan karya Penghitungan angka kredit
tulis/karya ilmiah di bidang pemeriksaan sebagai berikut: pembuatan karya
a. Pemberian angka kredit untuk kegiatan pembuatan karya tulis/karya ilmiah di bidang
tulis/karya ilmiah di bidang pemeriksaan bukan merupakan angka pemeriksaan
kredit maksimal (paling banyak). Angka kredit diberikan
berdasarkan hasil penilaian oleh Tim Penilai Karya Tulis Ilmiah,
Terjemahan, serta Saduran Buku dan Bahan Lainnya di Bidang

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 72


Juknis JFP Bab V

Pemeriksaan yang ditetapkan melalui Keputusan Ketua Tim


Penilai.
Contoh:
KAT, S.E., M.M., CPA., seorang Pemeriksa Ahli Madya pangkat
Pembina, golongan ruang IV/a, membuat karya tulis hasil
penelitian di bidang pemeriksaan yang dipublikasikan dalam
bentuk buku yang diterbitkan dan diedarkan secara nasional. Atas
pembuatan karya tulis ilmiah tersebut, Tim Penilai telah
memutuskan angka kredit sebesar 11,25 (sebelas koma dua lima)
dari angka kredit paling banyak sebesar 12,5 (dua belas koma
lima).
b. Pemeriksa yang secara bersama-sama membuat karya tulis/karya
ilmiah di bidang pemeriksaan dengan jumlah penulis paling
banyak 4 (empat) orang, diberikan angka kredit dengan ketentuan
sebagai berikut:
1) apabila terdiri dari 2 (dua) orang penulis, pembagian angka
kreditnya adalah 60% (enam puluh persen) untuk penulis
utama dan 40% (empat puluh persen) untuk penulis pembantu;
2) apabila terdiri dari 3 (tiga) orang penulis, pembagian angka
kreditnya adalah 50% (lima puluh persen) untuk penulis utama
dan masing-masing 25% (dua puluh lima persen) untuk
penulis pembantu;
3) apabila terdiri dari 4 (empat) orang penulis, pembagian angka
kreditnya adalah 40% (empat puluh persen) untuk penulis
utama dan masing-masing 20% (dua puluh persen) untuk
penulis pembantu;
4) apabila tidak terdapat atau tidak dapat ditentukan penulis
utama dan penulis pembantu, pembagian angka kredit sebesar
proporsi yang sama untuk setiap penulis; dan
5) jumlah penulis pembantu paling banyak 3 (tiga) orang.
Contoh:
LBW, S.H., M.H., CLA., seorang Pemeriksa Ahli Utama pangkat
Pembina Utama Madya, golongan ruang IV/d, membuat karya
tulis ilmiah hasil penelitian di bidang pemeriksaan dalam bentuk
buku yang tidak dipublikasikan, tetapi didokumentasikan di
perpustakaan. Pembuatan karya tulis ilmiah tersebut dibantu oleh
3 (tiga) orang lainnya. Berdasarkan penilaian Tim Penilai,
kegiatan tersebut diberikan angka kredit sebesar 7 (tujuh) dari
angka kredit maksimal sebesar 8 (delapan). Atas angka kredit
sebesar 7 (tujuh) tersebut, penulis utama mendapat angka kredit
sebesar 2,8 (dua koma delapan), sedangkan 3 (tiga) orang lainnya
masing-masing mendapat angka kredit sebesar 1,4 (satu koma
empat).
c. Pemberian angka kredit untuk karya tulis/karya ilmiah di bidang
pemeriksaan yang dipublikasikan dalam bentuk jurnal diatur
sebagai berikut:
1) jurnal yang terakreditasi peringkat 1 (satu) oleh Pemerintah
diberikan angka kredit paling tinggi sebesar 15;
2) jurnal yang terakreditasi peringkat 2 (dua) oleh Pemerintah
diberikan angka kredit paling tinggi sebesar 12,5; dan

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 73


Juknis JFP Bab V

3) jurnal yang terakreditasi peringkat 3 (tiga) sampai dengan 6


(enam) oleh Pemerintah diberikan angka kredit paling tinggi
sebesar 6.
d. Ketentuan mengenai penyusunan dan penilaian karya tulis/karya
ilmiah di bidang pemeriksaan mengacu pada ketentuan dari
Sekretaris Jenderal mengenai pedoman penyusunan dan penilaian
karya tersebut.
2. Penerjemahan/Penyaduran Buku dan Bahan-bahan Lainnya di Bidang Pemeriksaan
105 Penerjemahan adalah proses pengalihan yang bertujuan mengubah Definisi penerjemahan/
teks tertulis bahasa sumber menjadi teks bahasa sasaran yang sepadan, penyaduran buku dan
yang membutuhkan pemahaman sintaksis, sistematis, dan pragmatis, bahan-bahan lainnya di
serta pengolahan analisis bahasa sumber. bidang pemeriksaan

Saduran adalah ringkasan dan ikhtisar. Ringkasan adalah penyajian


singkat dari suatu karangan asli, tetapi dengan tetap mempertahankan
urutan isi dan sudut pandangan pengarang asli,
sedangkan perbandingan bagian atau bab dari karangan asli secara
proporsional tetap dipertahankan dalam bentuknya yang singkat itu.
Ikhtisar adalah penyajian singkat dari suatu karangan asli dengan tidak
mempertahankan urutan karangan asli dan tidak perlu memberikan isi
dari seluruh karangan itu secara proporsional.
106 Penghitungan angka kredit untuk kegiatan penerjemahan/penyaduran Penghitungan angka kredit
buku dan bahan-bahan lainnya di bidang pemeriksaan sebagai berikut: penerjemahan/penyaduran
a. Pemberian angka kredit untuk kegiatan penerjemahan/penyaduran buku dan bahan-bahan
buku dan bahan-bahan lainnya di bidang pemeriksaan bukan lainnya di bidang
merupakan angka kredit maksimal (paling banyak). Angka kredit pemeriksaan
diberikan berdasarkan hasil penilaian oleh Tim Penilai Karya
Tulis Ilmiah, Terjemahan, dan Saduran Buku dan Bahan Lainnya
di Bidang Pemeriksaan yang ditetapkan melalui Keputusan Ketua
Tim Penilai.
Contoh:
SDR, S.E., M.Acc, CPA., Ak., seorang Pemeriksa Ahli Muda
dengan pangkat Penata Tingkat I, golongan ruang III/d,
menerjemahkan suatu naskah/artikel terkait pemeriksaan dari
Journal of Accountancy. Terjemahan tersebut disampaikan dalam
bentuk naskah yang tidak dipublikasikan. Berdasarkan penilaian
Tim Penilai, terjemahan tersebut diberikan angka kredit sebesar
1,3 (satu koma tiga) dari angka kredit paling banyak sebesar 1,5
(satu koma lima).
b. Pemeriksa yang secara bersama-sama membuat
penerjemahan/penyaduran buku dan bahan-bahan lainnya di
bidang pemeriksaan dengan jumlah penulis paling banyak 4
(empat) orang, diberikan angka kredit dengan ketentuan
sebagaimana pada paragraf 104 huruf b.
c. Ketentuan mengenai penyusunan dan penilaian
penerjemahan/penyaduran buku dan bahan-bahan lainnya di
bidang pemeriksaan mengacu pada ketentuan dari Sekretaris
Jenderal mengenai pedoman penyusunan dan penilaian
penerjemahan/penyaduran tersebut.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 74


Juknis JFP Bab V

3. Penyusunan Pedoman/Ketentuan Pelaksanaan/Ketentuan Teknis di Bidang


Pemeriksaan
107 Pedoman/ketentuan pelaksanaan/ketentuan teknis di bidang Definisi penyusunan
pemeriksaan yang dapat diberikan angka kredit adalah pedoman/ketentuan
pedoman/ketentuan pelaksanaan/ketentuan teknis yang terkait dengan pelaksanaan/ketentuan
metode, tata cara, sistem, mekanisme, ketentuan umum, dan lainnya teknis di bidang
yang terkait dengan pemeriksaan atau kelembagaan dalam rangka pemeriksaan
pengembangan organisasi.
Forum penyusunan standar/pedoman/petunjuk pelaksanaan/petunjuk
teknis pemeriksaan atau kelembagaan diantaranya dapat berbentuk
focus group discussion, public hearing, atau round table discussion.
108 Penghitungan angka kredit untuk kegiatan penyusunan Penghitungan angka kredit
pedoman/ketentuan pelaksanaan/ketentuan teknis di bidang penyusunan
pemeriksaan sebagai berikut: pedoman/ketentuan
a. Pemberian angka kredit untuk kegiatan penyusunan pelaksanaan/ketentuan
pedoman/ketentuan pelaksanaan/ketentuan teknis pemeriksaan teknis di bidang
atau kelembagaan adalah per produk (output) setiap penugasan pemeriksaan
sesuai dengan butir kegiatan untuk semua jenjang jabatan
Pemeriksa.
b. Pemberian angka kredit pada butir ini tidak diberikan kepada
Pemeriksa yang tugas utamanya melakukan penelitian dan
pengembangan pemeriksaan.
c. Bagi Pemeriksa yang turut serta dalam kepanitiaan pengembangan
pemeriksaan atau kelembagaan dalam rangka penyusunan atau
penyempurnaan pedoman/ketentuan pelaksanaan/ketentuan teknis
yang diformalkan dalam bentuk keputusan, setiap kegiatan dapat
diakui angka kreditnya sesuai butir kegiatan partisipasi dalam
penyusunan pedoman/ketentuan pelaksanaan/ketentuan teknis
pemeriksaan atau kelembagaan.
d. Sementara itu, kegiatan keiikutsertaan dalam kepanitiaan
pengembangan pemeriksaan atau kelembagaan pada kegiatan
penunjang pemeriksaan, tidak diberikan angka kredit.
Contoh:
SJK, S.E., seorang Pemeriksa Ahli Pertama dengan pangkat Penata
Muda Tingkat I, golongan ruang III/b, ditugaskan untuk mendukung
penyusunan Juknis JFP. Atas penugasan tersebut, dia diberikan angka
kredit sebesar 0,2 (nol koma dua), untuk kegiatan menyiapkan bahan
penyusunan konsep petunjuk pelaksanaan dan/atau petunjuk teknis
pemeriksaan atau kelembagaan.
4. Bimbingan bagi Pemeriksa di Bawah Jenjang Jabatannya/Tutorial Profesi
109 Bimbingan bagi Pemeriksa di bawah jenjang jabatannya/tutorial Definisi bimbingan bagi
profesi merupakan bimbingan informal sebagaimana dimaksud dalam Pemeriksa di bawah
Manajemen Kinerja Individu (MAKIN) Tugas Pemeriksaan. jenjang jabatannya/tutorial
Bimbingan informal adalah bagian dari komunikasi rutin yang profesi
dilaksanakan kapan saja dan di mana saja selama periode penilaian
yang bertujuan untuk memantau dan membina ketercapaian sasaran
kerja serta kompetensi. Bimbingan ini dilakukan 1 (satu) kali pada
setiap pelaksanaan pemeriksaan (field audit) dengan jumlah jam
maksimal per orang yang dibimbing adalah 2 (dua) jam.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 75


Juknis JFP Bab V

110 Pemberian angka kredit untuk kegiatan bimbingan bagi Pemeriksa di Penghitungan angka kredit
bawah jenjang jabatannya/tutorial profesi adalah per produk (output) bimbingan bagi Pemeriksa
setiap penugasan sesuai dengan butir kegiatan untuk Pemeriksa yang di bawah jenjang
memberikan bimbingan (mentor). Sementara itu, Pemeriksa yang jabatannya/tutorial profesi
memperoleh bimbingan (mentee) tidak memperoleh angka kredit dari
kegiatan bimbingan tersebut.
Contoh:
BMG, S.E., M.Ak., CA., seorang Pemeriksa Ahli Muda dengan
pangkat Pembina, golongan ruang IV/a, ditugaskan menjadi Ketua
Tim pada Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Kota Yogyakarta.
Pada penugasan tersebut, dia merencanakan, melaksanakan, dan
mengevaluasi kegiatan bimbingan kepada ketiga anggota timnya. Atas
kegiatan pembimbingan ini, dia memperoleh angka kredit sebesar
0,315 (nol koma tiga satu lima), dengan rincian sebagai berikut:
a. sebesar 0,06 (nol koma nol enam) untuk kegiatan merencanakan
bimbingan bagi Pemeriksa di bawah jenjang jabatannya/tutorial
profesi, dengan perhitungan 3 x 0,02;
b. sebesar 0,105 (nol koma satu nol lima) untuk kegiatan
melaksanakan bimbingan bagi Pemeriksa di bawah jenjang
jabatannya/tutorial profesi, dengan perhitungan 3 x 0,035; dan
c. sebesar 0,15 (nol koma satu lima) untuk kegiatan mengevaluasi
dan memperoleh hasil bimbingan bagi Pemeriksa di bawah
jenjang jabatannya/tutorial profesi, dengan perhitungan 3 x 0,05.
5. Kegiatan Pengembangan Kompetensi di Bidang Pemeriksaan
111 Kegiatan pengembangan kompetensi di bidang pemeriksaan terdiri Kegiatan pengembangan
dari: kompetensi di bidang
a. Mengikuti Program Magang/Job Attachment di Lembaga pemeriksaan
Pemeriksaan Setingkat BPK di Negara Lain;
b. Berpartisipasi sebagai Narasumber dalam Pelatihan Internal (In
House Training), Pemaparan (Expose) Perangkat Lunak
Pemeriksaan, dan Knowledge Transfer Forum;
c. Berpartisipasi sebagai Peserta dalam Pelatihan Internal (In House
Training), Pemaparan (Expose) Perangkat Lunak Pemeriksaan,
dan Knowledge Transfer Forum;
d. Mengikuti Seminar/Lokakarya di Bidang Pemeriksaan;
e. Melaksanakan Studi Banding di Bidang Pemeriksaan; dan
f. Memperoleh Sertifikat Profesi yang Berkaitan dengan Bidang
Pemeriksaan.
a. Mengikuti Program Magang/Job Attachment di Lembaga Pemeriksaan Setingkat
BPK di Negara Lain
112 Magang/job attachment merupakan suatu periode tertentu di mana Definis magang/job
pegawai dikirim oleh BPK untuk bekerja sementara di tempat lain attachment
untuk berbagi pengalaman dan keahlian. Yang termasuk dalam
kegiatan ini antara lain adalah magang, job attachment, dan
secondment.
113 Pemberian angka kredit untuk kegiatan mengikuti program Penghitungan angka kredit
magang/job attachment di lembaga pemeriksaan setingkat BPK di mengikuti program
negara lain adalah per produk (output) setiap penugasan sesuai magang/job attachment
dengan butir kegiatan untuk semua jenjang jabatan Pemeriksa dan

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 76


Juknis JFP Bab V

diberikan proporsional sesuai dengan lama pelaksanaan program


(bulan).
Contoh:
JOB, S.E., M.B.A., CPA., CIA., seorang Pemeriksa Ahli Madya,
ditugaskan mengikuti program secondment pada Australian
National Audit Office (ANAO) selama 2 (dua) bulan di Canberra,
Australia, terkait dengan pemeriksaan kinerja pada tahun 2020.
Atas kegiatan ini, dia berhak memperoleh angka kredit sebesar 4
(empat).
b. Berpartisipasi sebagai Narasumber dalam Pelatihan Internal (In House Training),
Pemaparan (Expose) Perangkat Lunak Pemeriksaan, dan Knowledge Transfer
Forum
114 Kegiatan berpartisipasi sebagai narasumber dalam pelatihan Ketentuan pemberian
internal (in house training) dapat diberikan angka kredit dengan angka kredit berpartisipasi
ketentuan sebagai berikut: sebagai narasumber dalam
1) Pelatihan internal (in house training) adalah program pelatihan internal (in house
pelatihan/training di bidang pemeriksaan yang training)
diselenggarakan oleh unit/satuan kerja teknis maupun
penunjang dan pendukung, dengan menggunakan tempat
pelatihan sendiri, peralatan sendiri, serta menentukan peserta
dan trainer sendiri.
2) Pelatihan internal (in house training) yang diselenggarakan
oleh satuan kerja pemeriksaan diikuti paling sedikit
10 (sepuluh) orang dan paling banyak 50 (lima puluh) orang
peserta dengan jumlah pengajar paling banyak 2 (dua) orang
yang memaparkan materi berbeda. Kegiatan ini melibatkan
Subbagian Administrasi SDM pada AKN/AUI atau Subbagian
SDM pada BPK Perwakilan yang berwenang memantau
kehadiran peserta.
3) Materi yang disampaikan dalam pelatihan internal (in house
training) adalah hasil seminar, workshop, conference,
simposium, diklat, studi banding, dan sosialisasi sepanjang
kegiatan yang dipaparkan tersebut paling lama 2 (dua) tahun
sejak tanggal sertifikat. Materi tersebut disampaikan dalam
1 (satu) kali kegiatan pelatihan internal (in house training).
4) Pelatihan internal (in house training) yang diselenggarakan
oleh unit/satuan kerja penunjang dan pendukung tidak dibatasi
oleh jumlah peserta dan pengajar. Unit/satuan kerja penunjang
dan pendukung yang menyelenggarakan kegiatan ini
berwenang memantau kehadiran peserta.
115 Kegiatan berpartisipasi sebagai narasumber dalam pemaparan Ketentuan pemberian
(expose) perangkat lunak pemeriksaan dapat diberikan angka angka kredit berpartisipasi
kredit dengan ketentuan sebagai berikut: sebagai narasumber dalam
1) Pemaparan (expose) perangkat lunak pemeriksaan merupakan pemaparan (expose)
penyebarluasan informasi terhadap draft/pedoman/modul/ perangkat lunak
fatwa/peraturan yang berkaitan dengan perangkat lunak pemeriksaan
pemeriksaan.
2) Pemaparan (expose) diikuti oleh paling sedikit 10 (sepuluh)
orang dan paling banyak 50 (lima puluh) orang peserta dengan
jumlah pengajar paling banyak 2 (dua) orang yang

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 77


Juknis JFP Bab V

memaparkan materi berbeda. Kegiatan ini melibatkan


Subbagian Administrasi SDM pada AKN/AUI atau Subbagian
SDM pada BPK Perwakilan yang berwenang memantau
kehadiran peserta.
3) Materi yang disampaikan dalam pemaparan (expose) adalah
draft/pedoman/modul/fatwa/peraturan di mana materi tersebut
masih berlaku. Materi tersebut disampaikan dalam 1 (satu)
kali kegiatan pemaparan (expose).
116 Peningkatan kompetensi Pemeriksa terkait bidang pemeriksaan Kegiatan berpartisipasi
yang dapat diberikan angka kredit dapat berupa kegiatan sebagai narasumber dalam
knowledge transfer forum yang diselenggarakan oleh Biro SDM. knowledge transfer forum
Kemudian, kegiatan lainnya adalah sosialisasi yang dan kegiatan lainnya
diselenggarakan oleh unit/satuan kerja teknis atau penunjang dan
pendukung. Selain itu, kegiatan berupa simulasi, seperti simulasi
peradilan semu yang diselenggarakan oleh Ditama Binbangkum
PKN.
117 Pemeriksa yang menjadi narasumber dalam pelatihan internal (in Penghitungan angka kredit
house training), pemaparan (expose) perangkat lunak berpartisipasi sebagai
pemeriksaan, dan knowledge transfer forum diberikan angka narasumbe dalam pelatihan
kredit per produk (output) setiap penugasan sesuai dengan butir internal (in house
kegiatan untuk semua jenjang jabatan Pemeriksa. training), pemaparan
(expose) perangkat lunak
Contoh:
pemeriksaan, dan
TRN, S.H., M.M., seorang Pemeriksa Ahli Madya, ditunjuk untuk
knowledge transfer forum
memberikan paparan mengenai Strategi Pengumpulan Data
Pemeriksaan di Masa Pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-
19) dalam kegiatan in house training. Atas partisipasi sebagai
pemateri dalam kegiatan tersebut, dia dapat diberikan angka kredit
sebesar 0,5 (nol koma lima).
c. Berpartisipasi sebagai Peserta dalam Pelatihan Internal (In House Training),
Pemaparan (Expose) Perangkat Lunak Pemeriksaan, dan Knowledge Transfer
Forum
118 Penghitungan angka kredit kegiatan berpartisipasi sebagai peserta Penghitungan angka kredit
dalam pelatihan internal (in house training), pemaparan (expose) berpartisipasi sebagai
perangkat lunak pemeriksaan, dan knowledge transfer forum peserta dalam pelatihan
sebagai berikut: internal (in house
1) Pemeriksa yang menjadi peserta dalam pelatihan internal (in training), pemaparan
house training), pemaparan (expose) perangkat lunak (expose) perangkat lunak
pemeriksaan, dan knowledge transfer forum diberikan angka pemeriksaan, dan
kredit per produk (output) setiap penugasan sesuai dengan knowledge transfer forum
butir kegiatan untuk semua jenjang jabatan Pemeriksa.
2) Bukti kegiatan/bukti fisik untuk penilaian angka kredit ini
berupa daftar hadir dan ikhtisar materi. Ikhtisar materi berisi
ringkasan/rangkuman materi pada kegiatan yang diikuti yang
dibuat sendiri oleh peserta dengan panjang naskah tidak
melebihi 2 (dua) halaman.
Contoh:
KIF, S.Kom., seorang Pemeriksa Ahli Pertama, mengikuti
knowledge transfer forum dengan topik Rancangan Pengolahan
Data TI dalam Pemeriksaan Bantuan Sosial di Masa Pandemi

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 78


Juknis JFP Bab V

Covid-19. Atas partisipasi tersebut, dia dapat memperoleh angka


kredit sebesar 0,1 (nol koma satu).
d. Mengikuti Seminar/Lokakarya di Bidang Pemeriksaan
119 Mengikuti seminar/lokakarya di bidang pemeriksaan dapat Ketentuan pemberian
diberikan angka kredit dengan ketentuan sebagai berikut: angka kredit mengikuti
1) Mengikuti seminar/lokakarya di bidang pemeriksaan adalah seminar/lokakarya di
keterlibatan seseorang dalam pertemuan ilmiah terkait bidang bidang pemeriksaan
pemeriksaan yang menghadirkan ahli di bidangnya untuk
memberikan informasi melalui pengajaran, latihan, dan
diskusi. Seminar di bidang pemeriksaan adalah bentuk
pengajaran yang diberikan secara khusus untuk membahas
suatu topik tertentu di bidang pemeriksaan yang
pelaksanaannya dapat dilakukan oleh suatu lembaga
profesional atau organisasi komersial lainnya. Lokakarya atau
workshop di bidang pemeriksaan adalah suatu acara atau
pertemuan yang dilakukan oleh para ahli di bidang
pemeriksaan yang bertujuan untuk membahas suatu masalah
tertentu di bidang pemeriksaan, sekaligus mencari solusi atas
permasalahan tersebut.
2) Pemberian angka kredit untuk kegiatan peran serta dalam
seminar/lokakarya di bidang pemeriksaan diberikan setiap
kegiatan berdasarkan peran sertanya dalam seminar/lokakarya
tersebut. Angka kredit dapat diberikan untuk
seminar/lokakarya yang dilaksanakan di luar jam kerja/hari
libur.
Contoh:
LKY, S.E., M.M., CA., seorang Pemeriksa Ahli Muda dengan
pangkat Penata, golongan ruang III/c, memperoleh penugasan
untuk menjadi narasumber dalam Seminar Nasional Akuntansi
Sektor Publik yang diselenggarakan oleh Ikatan Akuntan
Indonesia (IAI). Atas kegiatan tersebut, dia diberikan angka kredit
sebesar 1 (satu).
e. Melaksanakan Studi Banding di Bidang Pemeriksaan
120 Melaksanakan studi banding di bidang pemeriksaan dapat Ketentuan pemberian
diberikan angka kredit dengan ketentuan sebagai berikut: angka kredit melaksanakan
1) Studi banding adalah sebuah konsep belajar yang dilakukan di studi banding di bidang
lokasi dan lingkungan berbeda yang merupakan kegiatan yang pemeriksaan
dilakukan untuk peningkatan dan perbaikan sistem, kebijakan,
peraturan perundang-undangan, dan lain-lain di bidang
pemeriksaan.
2) Objek studi banding tidak dapat dilaksanakan pada:
a) kantor perwakilan;
b) kantor pusat; atau
c) entitas pemeriksaan dalam unit kerja setingkat Eselon I
pada AKN/AUI atau setingkat Eselon II pada BPK
Perwakilan tempat kedudukan Pemeriksa.
3) Jumlah peserta studi banding paling banyak 7 (tujuh) orang.
4) Pemberian angka kredit untuk kegiatan melaksanakan studi
banding di bidang pemeriksaan adalah per produk (output)
setiap penugasan sesuai dengan butir kegiatan untuk semua

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 79


Juknis JFP Bab V

jenjang jabatan Pemeriksa. Angka kredit tidak dapat diberikan


untuk studi banding yang dilaksanakan di luar jam kerja/hari
libur.
Contoh:
STB, S.E., LRS, S.H., dan KRN, S.E., M.M., para Pemeriksa pada
BPK Perwakilan Provinsi Bali, ditugaskan untuk melaksanakan
studi banding ke PAM Jaya di DKI Jakarta dalam rangka
pemeriksaan kinerja air bersih pada Perusahaan Daerah Air
Minum (PDAM) Denpasar. Atas keikutsertaan para Pemeriksa
dalam studi banding tersebut, setiap Pemeriksa dapat diberikan
angka kredit sebesar 1 (satu).

f. Memperoleh Sertifikat Profesi yang Berkaitan dengan Bidang Pemeriksaan


121 Memperoleh sertifikat profesi yang berkaitan dengan bidang Ketentuan pemberian
pemeriksaan yang penerbitannya berasal dari luar negeri dan angka kredit memperoleh
dalam negeri dapat diberikan angka kredit dengan ketentuan sertifikat profesi yang
sebagai berikut: berkaitan dengan bidang
1) Sertifikat profesi adalah dokumen yang diterbitkan oleh pemeriksaan
lembaga/organisasi sertifikasi profesi, yang menunjukkan
bahwa orang yang tercantum namanya telah memenuhi
persyaratan sertifikasi tertentu.
Contoh organisasi profesi dan sertifikasi yang berkaitan
dengan bidang pemeriksaan tercantum dalam Lampiran V.11
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan ini.
2) Pemberian angka kredit untuk kegiatan memperoleh sertifikat
profesi yang berkaitan dengan bidang pemeriksaan yang
penerbitannya berasal dari luar negeri dan dalam negeri adalah
setiap sertifikat.
Pendidikan/diklat/review/kursus yang dilakukan dalam rangka
memperoleh sertifikat profesi dapat diberikan angka kredit
sebagai kegiatan diklat fungsional/teknis di bidang
pemeriksaan sesuai dengan periode pelaksanaan diklat. Surat
tanda mengikuti kursus tersebut harus disahkan oleh Badiklat
PKN dalam rangka penyetaraan jam pelajaran.
Contoh:
PMT, S.E., seorang Pemeriksa Ahli Pertama, pangkat Penata
Muda, golongan ruang III/a, pada tahun 2021 mengikuti
kursus persiapan ujian sertifikasi Certified Fraud Examiner
(CFE) selama 104 (seratus empat) jam. Setelah mengikuti
ujian sertifikasi, dia dinyatakan lulus dan memperoleh
sertifikat CFE. Terhadap perolehan sertifikat tersebut dapat
diberikan angka kredit sebesar 3,5 (tiga koma lima).
Terhadap kursus persiapannya, dokumen tanda mengikuti
kursus harus diajukan ke Badiklat PKN untuk penyetaraan jam
pelajaran agar dapat diberikan angka kreditnya dalam kegiatan
diklat fungsional/teknis di bidang pemeriksaan.
122 Kegiatan pengembangan profesi Pemeriksa yang dilakukan Kegiatan pengembangan
bersamaan waktunya dengan kegiatan pemeriksaan di lapangan profesi Pemeriksa yang
(field audit) diantaranya adalah Pemeriksaan Pendahuluan, dilakukan bersamaan

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 80


Juknis JFP Bab V

Pemeriksaan Interim, dan Pemeriksaan Terinci, dapat dengan pelaksanaan


diperhitungkan angka kreditnya yaitu dengan mengurangi jumlah pemeriksaan
hari pada kegiatan pemeriksaan tersebut sebesar jumlah hari pada
kegiatan pengembangan profesi. Kegiatan pengembangan profesi
Pemeriksa yang dapat dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan
pemeriksaan sebagai berikut:
1) penyusunan pedoman/ketentuan pelaksanaan/ketentuan teknis
pemeriksaan;
2) bimbingan bagi Pemeriksa di bawah jenjang
jabatannya/tutorial profesi; dan
3) kegiatan pengembangan kompetensi di bidang pemeriksaan,
kecuali kegiatan memperoleh sertifikat profesi yang berkaitan
dengan bidang pemeriksaan.
Contoh:
PPW, S.E., seorang Pemeriksa Ahli Muda pangkat Penata,
golongan ruang III/c, ditugaskan sebagai Ketua Tim dalam
pemeriksaan LKPD Provinsi DKI Jakarta selama 50 (lima puluh)
hari kerja dari tanggal 3 Februari sampai dengan 14 April 2020.
Pada tanggal 14 Februari 2020, dia melakukan pemaparan
Petunjuk Teknis Penetapan Batas Materialitas dalam Pemeriksaan
Keuangan di BPK Perwakilan Provinsi DKI Jakarta sebagai
pembicara. Atas kegiatan tersebut, kegiatan dan angka kredit yang
dapat diberikan adalah:
a. kegiatan pelaksanaan pemeriksaan, dengan angka kredit
sebesar 6,174 (enam koma satu tujuh empat) dengan
perhitungan 0,02 x 6,3 jam x 49 hari; dan
b. kegiatan berpartisipasi sebagai narasumber dalam pelatihan
internal (inhouse training), pemaparan (expose) perangkat
lunak pemeriksaan, dan knowledge transfer forum, dengan
angka kredit sebesar 0,5 (nol koma lima).
Dalam hal ketiga kegiatan sebagaimana dimaksud di atas
dilakukan pada hari yang sama, jumlah paling banyak pelaksanaan
kegiatan pengembangan profesi yang dapat dinilai angka
kreditnya adalah 1 (satu) kali kegiatan per hari, baik untuk
kegiatan pengembangan profesi yang sama maupun kegiatan
pengembangan profesi yang berbeda.
Contoh:
RPA, S.E., seorang Pemeriksa Ahli Pertama dengan pangkat
Penata, golongan ruang III/c, pada tanggal 22 Desember 2020
mengikuti kegiatan in house training sebagai peserta pada
Auditorat II.C yang diselenggarakan pada pukul 09.00 dengan
materi hasil workshop Penerapan Permen PANRB Nomor 49
Tahun 2018 tentang JFP. Pada hari yang sama, dia juga mengikuti
in house training sebagai peserta dengan materi hasil workshop
Perencanaan Audit Tahunan berdasarkan Risk Based Audit dan
Fraud Auditing di Perguruan Tinggi. Atas kedua kegiatan tersebut,
angka kredit yang dapat diberikan adalah sebesar 0,1 (nol koma
satu) yang berasal dari 1 (satu) kegiatan berpartisipasi sebagai
peserta dalam in house training.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 81


Juknis JFP Bab V

123 Rincian pemberian angka kredit, pelaksana kegiatan, dan bukti fisik untuk Rincian pemberian angka
kegiatan pengembangan profesi Pemeriksa tercantum dalam Lampiran kredit
V.12 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan ini.

C. Kegiatan Penunjang Tugas Pemeriksaan


124 Kegiatan penunjang tugas pemeriksaan adalah semua kegiatan yang dapat Definisi kegiatan
menunjang dan mendukung kemampuan Pemeriksa dalam melakukan penunjang tugas
pemeriksaan. pemeriksaan

125 Kegiatan penunjang tugas pemeriksaan yang dapat diberikan angka kredit Kegiatan penunjang tugas
sebagai berikut: pemeriksaan yang dapat
1. Pengajar/Instruktur/Narasumber dan Penyusunan Modul dalam diberikan angka kredit
Diklat;
2. Keanggotaan dalam Organisasi Profesi yang Berkaitan dengan Bidang
Pemeriksaan;
3. Kepanitiaan Pengembangan Pemeriksaan dan/atau Kelembagaan;
4. Keanggotaan dalam Tim Penilai;
5. Memperoleh Tanda Penghargaan/Tanda Jasa;
6. Memperoleh Ijazah/Gelar Pendidikan Lainnya;
7. Penyusunan/Pemutakhiran dan review Database Entitas Pemeriksaan
(DEP);
8. Penelaahan Hasil Pengaduan Masyarakat;
9. Pendampingan Konsultan dan/atau Pimpinan, Pejabat BPK terkait
dengan Pengembangan Pemeriksaan dan/atau Kelembagaan; dan
10. Pembuatan Laporan Berkala.
1. Pengajar/Instruktur/Narasumber dan Penyusun Modul dalam Diklat
126 Pengajar/instruktur/narasumber di bidang pemeriksaan adalah orang Definisi
yang ditugaskan untuk memberikan pengajaran, latihan, atau pengajar/instruktur/
bimbingan, serta memberikan informasi yang bermanfaat kepada narasumber dan penyusun
peserta yang diajarkan di Badiklat PKN atau lembaga lain di luar modul dalam diklat
Badiklat PKN.
Penyusun modul diklat adalah orang yang ditugaskan untuk
mengembangkan bahan pengajaran dalam bentuk modul yang
berkaitan dengan bidang pemeriksaan sesuai ketentuan Badiklat PKN
untuk diajarkan kepada peserta diklat di Badiklat PKN atau lembaga
lain di luar Badiklat PKN.
127 Pemberian angka kredit untuk kegiatan sebagai Penghitungan angka kredit
pengajar/instruktur/narasumber adalah per jam mengajar setiap pengajar/instruktur/
penugasan sesuai dengan butir kegiatan untuk semua jenjang jabatan narasumber dan penyusun
Pemeriksa. Pemberian angka kredit untuk kegiatan penyusunan modul modul dalam diklat
diklat adalah per produk (output) setiap penugasan sesuai dengan butir
kegiatan untuk semua jenjang jabatan Pemeriksa.
Contoh:
a. INS, S.E., M.M., CA., CIA., seorang Pemeriksa Ahli Utama
dengan pangkat Pembina Utama Madya, golongan ruang IV/d,
memperoleh penugasan untuk menjadi pengajar diklat tentang
Sistem Pengendalian Intern di Badiklat PKN selama 18 (delapan
belas) jam pelajaran. Atas kegiatan tersebut, dia sebagai pengajar
diberikan angka kredit sebesar 0,72 (nol koma tujuh dua), dengan
perhitungan 0,04 x 18.
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 82
Juknis JFP Bab V

b. MDL, S.E., M.P.P., Ak., seorang Pemeriksa Ahli Muda dengan


pangkat Penata Tingkat I, golongan ruang III/d, memperoleh
penugasan untuk menyusun modul diklat tentang Risk Based Audit
di Badiklat PKN. Atas kegiatan tersebut, dia diberikan angka
kredit sebesar 1 (satu).
2. Keanggotaan dalam Organisasi Profesi yang Berkaitan dengan Bidang Pemeriksaan
128 Keanggotaan dalam organisasi profesi yang berkaitan dengan bidang Definisi keanggotaan
pemeriksaan adalah keanggotaan seseorang berdasarkan partisipasi dalam organisasi profesi
(berperan aktif atau ikut dalam kepanitiaan) dalam organisasi profesi yang berkaitan dengan
yang terkait dengan bidang pemeriksaan atau sesuai latar belakang bidang pemeriksaan
pendidikan.
129 Pemberian angka kredit untuk kegiatan keanggotaan dalam organisasi Penghitungan angka kredit
profesi yang berkaitan dengan bidang pemeriksaan diberikan secara keanggotaan dalam
proporsional per tahun untuk Pemeriksa yang berperan aktif sebagai organisasi profesi yang
anggota. Masa keanggotaan Pemeriksa pada suatu organisasi profesi berkaitan dengan bidang
yang diajukan adalah sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun. pemeriksaan

Pemberian angka kredit untuk keikutsertaan dalam kepanitiaan


diberikan atas setiap kegiatan dengan melihat skala organisasi profesi
tersebut (internasional/nasional/provinsi).
Contoh:
a. SRN, S.E., M.M., CA., seorang Pemeriksa Ahli Madya dengan
pangkat Pembina, golongan ruang IV/a, berperan aktif sebagai
anggota IAI sejak bulan Januari 2020. Pada pengajuan DUPAK
bulan Juli 2021, atas keanggotaannya dalam organisasi profesi
skala nasional tersebut, dia diberikan angka kredit secara
proporsional setahun sebesar 0,375 (nol koma tiga tujuh lima),
dengan perhitungan 6/12 x 0,75.
b. PFS, S.E., Ak., CA., seorang Pemeriksa Ahli Muda dengan
pangkat Penata Tingkat I, golongan ruang III/d, adalah anggota
IAI yang menjadi Anggota Tim Penyusun Pedoman Akuntansi
pada tahun 2020. Atas kegiatan tersebut, dia diberikan angka
kredit sebesar 0,375 (nol koma tiga tujuh lima).
3. Kepanitiaan Pengembangan Pemeriksaan dan/atau Kelembagaan
130 Kepanitiaan pengembangan pemeriksaan dan/atau kelembagaan Definisi kepanitiaan
adalah keikutsertaan seorang Pemeriksa menjadi panitia yang pengembangan
dibentuk oleh BPK untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan pemeriksaan dan/atau
pemeriksaan dan/atau kelembagaan yang ditujukan untuk kelembagaan
pengembangan organisasi.
131 Pemberian angka kredit untuk kegiatan kepanitiaan pengembangan Penghitungan angka kredit
pemeriksaan dan/atau kelembagaan diberikan secara proporsional per kepanitiaan pengembangan
tahun berdasarkan perannya dalam kepanitiaan tersebut dan tidak ada pemeriksaan dan/atau
batas paling sedikit dan paling banyak. kelembagaan

Contoh:
a. RHM, S.E., M.M., Ak., seorang Pemeriksa Ahli Madya dengan
pangkat Pembina Utama Muda, golongan ruang IV/c, ditunjuk
sebagai narasumber dalam Tim Pengembangan Pemeriksaan
LKPD yang dibuktikan dengan keputusan kepanitiaan yang
berlaku selama 6 (enam) bulan dan sebagai Ketua dalam Tim

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 83


Juknis JFP Bab V

Sistem Aplikasi Pemeriksaan (SiAP) LKPD dengan keputusan


kepanitiaan yang berlaku selama 3 (tiga) bulan. Atas kegiatan
tersebut, dia diberikan angka kredit:
1) sebagai narasumber pada Tim Pengembangan Pemeriksaan
LKPD diberikan angka kredit sebesar 0,25 (nol koma dua
lima), dengan perhitungan 6/12 x 0,5; dan
2) sebagai Ketua Tim SiAP LKPD diberikan angka kredit
sebesar 0,1 (nol koma satu), dengan perhitungan 3/12 x 0,4.
b. DDR, S.E., seorang Pemeriksa Ahli Pertama dengan pangkat
Penata Muda Tingkat I, golongan ruang III/b, ditunjuk sebagai
Anggota Tim dalam Tim Penyempurnaan Organisasi dan Tata
Kerja Pelaksana BPK dengan keputusan kepanitiaan yang berlaku
selama 6 (enam) bulan. Atas kegiatan tersebut, dia mendapat
angka kredit sebesar 0,125 (nol koma satu dua lima) dengan
perhitungan 6/12 x 0,25.
4. Keanggotaan dalam Tim Penilai
132 Keanggotaan dalam Tim Penilai Angka Kredit merupakan Definisi keanggotaan
keanggotaan dalam Tim Penilai yang telah ditetapkan oleh Sekretaris dalam Tim Penilai
Jenderal untuk melakukan penilaian angka kredit bagi Pemeriksa.
133 Pemberian angka kredit untuk keanggotaan Tim Penilai Angka Kredit Penghitungan angka kredit
diberikan untuk setiap DUPAK yang diterbitkan PAK-nya. keanggotaan dalam Tim
Penilai
Contoh:
TPA, S.H., M.H., CLA., seorang Pemeriksa Ahli Madya dengan
pangkat Pembina, golongan ruang IV/a, ditetapkan sebagai Anggota
Tim Penilai berdasarkan Keputusan Pengangkatan Tim Penilai di BPK
Pusat. Pada semester I tahun 2021, yang bersangkutan menilai 10
(sepuluh) DUPAK Pemeriksa. Atas kegiatan penilaian tersebut, dia
sebagai Anggota Tim diberikan angka kredit sebesar 0,4 (nol koma
empat) dengan perhitungan 0,04 x 10.
5. Memperoleh Tanda Penghargaan/Tanda Jasa
134 Tanda jasa adalah penghargaan negara yang diberikan kepada Definisi tanda
seseorang, kesatuan, institusi, pemerintah, atau organisasi atas penghargaan/tanda jasa
dharmabakti dan kesetiaan luar biasa terhadap bangsa dan negara.
Sementara tanda penghargaan merupakan sesuatu yang diberikan atas
prestasi yang diperoleh/dicapai seseorang/kelompok karena memiliki
kinerja terbaik dan keunggulan di bidang tertentu terkait bidang
pemeriksaan dalam rangka pengabdian kepada nusa dan bangsa.
135 Pemberian angka kredit untuk kegiatan perolehan tanda jasa diberikan Penghitungan angka kredit
berdasarkan masa kerja, sedangkan perolehan penghargaan lainnya perolehan tanda
diberikan berdasarkan tingkat wilayah (nasional, provinsi, atau penghargaan/tanda jasa
kabupaten/kota), setiap kali memperoleh tanda jasa atau penghargaan
lainnya.
Contoh:
a. AZP, S.E., M.M., Ak., seorang Pemeriksa Ahli Utama dengan
pangkat Pembina Utama Madya, golongan ruang IV/d,
memperoleh tanda jasa Satya Lancana Karya Satya (SLKS)
setelah pengabdiannya selama 30 (tiga puluh) tahun di BPK. Atas
perolehan tanda jasa tersebut, dia diberikan angka kredit sebesar
3 (tiga).
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 84
Juknis JFP Bab V

b. Tim Pemeriksaan Kinerja Program Penanganan Pandemi Covid-


19 mendapatkan penghargaan atas LHP terbaik TA 2020 untuk
pemeriksaan kinerja. Atas penghargaan tersebut, tim bersangkutan
mendapatkan angka kredit sebesar 3 (tiga) untuk setiap Pemeriksa.
6. Memperoleh Ijazah/Gelar Pendidikan Lainnya
136 Perolehan ijazah/gelar pendidikan lainnya adalah perolehan gelar Definisi perolehan
pendidikan formal yang telah diakui oleh BPK dan BKN dan tidak ijazah/gelar pendidikan
sesuai dengan bidang tugasnya sebagai Pemeriksa. lainnya

137 Pemberian angka kredit untuk kegiatan perolehan ijazah/gelar Penghitungan angka kredit
pendidikan lainnya diberikan setiap perolehan ijazah/gelar. Pemberian untuk perolehan gelar
angka kredit mengikuti ketentuan sebagaimana diatur dalam kegiatan pendidikan lainnya
pendidikan sekolah untuk memperoleh ijazah/gelar.
Contoh:
a. ZLK, S.E., CA., seorang Pemeriksa Ahli Pertama dengan pangkat
Penata Muda, golongan ruang III/a pada BPK Perwakilan Provinsi
Daerah Istimewa (D.I.) Yogyakarta, memperoleh gelar pendidikan
sarjana psikologi dari sebuah perguruan tinggi swasta di
Yogyakarta. Sebelumnya, gelar pendidikan sarjana ekonominya
telah diakui secara kedinasan. Pada saat yang bersangkutan lulus
sebagai sarjana strata satu di bidang psikologi, dia berhak
memperoleh angka kredit sebesar 5 (lima) untuk perolehan
ijazah/gelar pendidikan lainnya.
b. GPD, S.E., CA., seorang Pemeriksa Ahli Muda dengan pangkat
Penata, golongan ruang III/c. Pada Februari 2018 yang
bersangkutan menempuh pendidikan pascasarjana double degree.
Setelah menempuh pendidikan tersebut, dia memperoleh gelar
M.M. dan M.Com. Sehubungan dia telah memperoleh 2 (dua)
ijazah/gelar sarjana strata dua, dia mendapat angka kredit sebesar
50 (lima puluh) atas ijazah/gelar pertama dari kegiatan pendidikan
dan mendapatkan angka kredit sebesar 10 (sepuluh) untuk
kegiatan penunjang pemeriksaan subkegiatan perolehan
ijazah/gelar kesarjanaan lainnya.
7. Penyusunan/Pemutakhiran dan Review DEP
138 DEP merupakan kumpulan data terkait entitas yang menjadi objek Definisi DEP
pemeriksaan yang sebelumnya dikenal sebagai Dosir Induk Wilayah.
139 Pemberian angka kredit untuk kegiatan penyusunan/pemutakhiran dan Penghitungan angka kredit
review DEP diberikan untuk setiap produk (output) secara penyusunan/pemutakhiran
proporsional per tahun berdasarkan kegiatan yang dilakukan. dan review DEP

Contoh:
TKR, S.E., seorang Pemeriksa Ahli Pertama dengan pangkat Penata
Muda, golongan ruang III/a, pada semester I tahun 2021 ditugaskan
untuk menyusun/memutakhirkan DEP Badan Nasional
Penanggulangan Bencana dan DEP Kementerian Sosial. Atas
pelaksanaan kegiatan penyusunan/pemutakhiran DEP tersebut, dia
diberikan angka kredit sebesar 0,5 (nol koma lima), dengan
perhitungan 2 x 6/12 x 0,5.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 85


Juknis JFP Bab V

8. Penelaahan Hasil Pengaduan Masyarakat


140 Penelahaan hasil pengaduan masyarakat adalah pelaksanaan kajian Definisi penelaahan hasil
atas pengaduan masyarakat yang mengandung informasi atau terdapat pengaduan masyarakat
indikasi terjadinya penyimpangan atau penyalahgunaan wewenang
oleh aparatur negara yang dapat menyebabkan kerugian negara dalam
penyelenggaraan pemerintahan.
141 Pemberian angka kredit untuk kegiatan penelahaan hasil pengaduan Penghitungan angka kredit
masyarakat diberikan atas setiap hasil telaahan. penelaahan hasil
pengaduan masyarakat
Contoh:
HPM, S.Sos., M.A.P., seorang Pemeriksa Ahli Muda dengan pangkat
Penata, golongan ruang III/c, mendapat penugasan untuk melakukan
penelahaan hasil pengaduan masyarakat terkait adanya indikasi
penyalahgunaan alokasi dana desa TA 2020. Atas hasil telaahan
tersebut, dia diberikan angka kredit sebesar 0,3 (nol koma tiga).
9. Pendampingan Konsultan dan/atau Pimpinan, Pejabat BPK terkait Pengembangan
Pemeriksaan dan/atau Kelembagaan
142 Pendampingan konsultan dan/atau pimpinan, pejabat BPK terkait Definisi pendampingan
dengan pengembangan pemeriksaan dan/atau kelembagaan adalah konsultan dan/atau
kegiatan menyiapkan bahan-bahan yang dibutuhkan oleh konsultan pimpinan, pejabat BPK
dan/atau pimpinan, pejabat BPK dalam rangka pengembangan terkait pengembangan
pemeriksaan dan/atau kelembagaan. pemeriksaan dan/atau
kelembagaan

143 Pemberian angka kredit untuk pendampingan konsultan dan/atau Penghitungan angka kredit
pimpinan, pejabat BPK terkait dengan pengembangan pemeriksaan pendampingan konsultan
dan/atau kelembagaan diberikan setiap kegiatan. dan/atau pimpinan, pejabat
BPK terkait
Contoh:
pengembangan
DMA, S.E., M.M., CA., seorang Pemeriksa Ahli Madya dengan
pemeriksaan dan/atau
pangkat Pembina Tingkat I, golongan ruang IV/b, mendapat
kelembagaan
penugasan untuk menyiapkan bahan rapat Pimpinan BPK terkait
pengembangan pemeriksaan atas pengadaan alat utama sistem senjata
(alutsista) Tentara Nasional Indonesia. Atas kegiatan tersebut, dia
diberikan angka kredit sebesar 0,02 (nol koma nol dua).
10. Pembuatan Laporan Berkala
144 Pembuatan laporan berkala adalah kegiatan membuat laporan Definisi pembuatan
pelaksanaan kegiatan secara periodik (mingguan/dua mingguan/ laporan berkala
bulanan) atas realisasi kegiatan dan anggaran berdasarkan RKP yang
disusun oleh unit terkait.
145 Pemberian angka kredit untuk kegiatan pembuatan laporan berkala Penghitungan angka kredit
diberikan setiap laporan. pembuatan laporan berkala

Contoh:
JSK, S.H., seorang Pemeriksa Ahli Pertama dengan pangkat Penata
Muda Tingkat I, golongan ruang III/b, mendapat penugasan untuk
membuat laporan mingguan terkait RKP pada unit kerjanya. Atas
kegiatan tersebut, dia diberikan angka kredit sebesar 0,004 (nol koma
nol nol empat) untuk setiap laporan yang disahkan.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 86


Juknis JFP Bab V

146 Rincian pemberian angka kredit, pelaksana kegiatan, dan bukti fisik untuk Rincian pemberian angka
kegiatan penunjang tugas pemeriksaan tercantum dalam Lampiran V.13 kredit
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan ini.

D. Pendidikan
147 Kegiatan pendidikan yang dapat diberikan angka kredit sebagai berikut: Kegiatan pendidikan yang
1. Pendidikan Sekolah dan Memperoleh Ijazah/Gelar; dapat diberikan angka
2. Diklat Fungsional/Teknis serta Memperoleh Surat Tanda Tamat kredit
Pendidikan dan Pelatihan (STTPP) atau Sertifikat; dan
3. Diklat Prajabatan.
1. Pendidikan Sekolah dan Memperoleh Ijazah/Gelar
148 Pendidikan sekolah dan memperoleh ijazah/gelar dapat diberikan Ketentuan pemberian
angka kredit dengan ketentuan sebagai berikut: angka kredit pendidikan
a. Ijazah/gelar yang diberi angka kredit adalah ijazah/gelar hasil sekolah dan memperoleh
pendidikan formal yang sesuai dengan bidang tugas Pemeriksa ijazah/gelar
yang dikeluarkan oleh lembaga pendidikan sekolah negeri atau
swasta yang telah memperoleh pengesahan/akreditasi dari
kementerian yang berwenang.
b. Ijazah/gelar dapat diberikan angka kredit pada saat pengangkatan
pertama dalam JFP.
c. Ijazah/gelar yang dapat diberikan angka kredit pada saat
pengangkatan pertama dalam JFP adalah ijazah/gelar yang sesuai
dengan formasi/kebutuhan JFP dari CPNS.
Apabila pada saat pengangkatan pertama dalam JFP telah
memiliki ijazah/gelar yang lebih tinggi dari formasi CPNS,
ijazah/gelar tersebut tetap dapat diberikan angka kredit setelah
Pemeriksa yang bersangkutan mengikuti Ujian Penyesuaian
Ijazah. Mekanisme Ujian Penyesuaian Ijazah berdasar ketentuan
peraturan perundang-undangan.
d. Pengajuan usulan penilaian angka kredit kegiatan pendidikan
sekolah dan memperoleh ijazah/gelar harus dilampiri Surat Ijin
Belajar, Surat Persetujuan Pengakuan Ijazah/Pencantuman Gelar
dari BKN, dan salinan ijazah yang disahkan/dilegalisasi oleh
pejabat yang berwenang, yaitu:
1) Dekan/Direktur Program/Pejabat yang ditunjuk, untuk ijazah
Perguruan Tinggi Negeri;
2) Koordinator Perguruan Tinggi Swasta/Badan Akreditasi
Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT), untuk ijazah
perguruan tinggi swasta; atau
3) Tim Penilai Ijazah Luar Negeri pada Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi, untuk ijazah perguruan tinggi luar negeri.
e. Angka kredit yang diberikan untuk setiap ijazah adalah sebagai
berikut:
Angka
No. Ijazah
Kredit
1. Sarjana Strata-Tiga (S-3) 200
2. Sarjana Strata-Dua (S-2) 150
3. Sarjana Strata-Satu (S-1) atau Diploma- 100
Empat (D-4)

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 87


Juknis JFP Bab V

Contoh:
a. BAS, S.E., seorang PNS BPK, memperoleh ijazah S-1 dan diakui
secara kedinasan pada tanggal 20 April 2021. Dia diangkat dalam
JFP pada Mei 2021. Angka kredit pendidikan sekolah yang
diberikan kepadanya adalah sebesar 100 (seratus).
b. MLD, S.E., CA., seorang Pemeriksa Ahli Muda dengan pangkat
Penata, golongan ruang III/c, pada Februari 2020 yang
bersangkutan menempuh pendidikan pascasarjana double degree.
Setelah menempuh pendidikan tersebut, dia memperoleh gelar
M.M. dan M.Com. Sehubungan dia telah memperoleh 2 (dua)
ijazah S-2, salah satu ijazahnya dinilai 150 (seratus lima puluh)
dalam kegiatan pendidikan dan ijazah lainnya akan dinilai angka
kreditnya sebagai penunjang tugas pemeriksaan sebesar
10 (sepuluh) untuk kegiatan memperoleh gelar kesarjanaan lainnya
(S-2). Oleh karena dia sebelumnya telah memiliki angka kredit
sebesar 100 (seratus) untuk ijazah S-1-nya, dia mendapat tambahan
angka kredit sebesar 50 (lima puluh).
c. RCH, S.H., M.H., seorang Pemeriksa Ahli Madya pada AKN VII,
memperoleh ijazah S-3 di bidang hukum dan telah diakui secara
kedinasan pada Februari 2020. Oleh karena dia sebelumnya telah
memiliki angka kredit sebesar 150 (seratus lima puluh) untuk ijazah
S-2-nya, dia mendapat tambahan angka kredit sebesar 50 (lima
puluh), yaitu 200 (dua ratus) dikurangi 150 (seratus lima puluh).
d. JKP, S.E., seorang CPNS TMT 1 April 2019 berpendidikan S-1,
direkrut untuk mengisi kebutuhan JFP. Pada tanggal 1 Juni 2020,
dia diangkat dalam JFP pada jenjang Pemeriksa Ahli Pertama.
Angka kredit yang diberikan untuk pendidikan sekolah sebesar
100 (seratus), yaitu angka kredit untuk ijazah/gelar pendidikan S-1.
Pada tanggal 25 September 2022 yang bersangkutan lulus Ujian
Penyesuaian Ijazah untuk ijazah/gelar pendidikan S-2, sehingga
dapat diberikan angka kredit sebesar 10 (sepuluh).
2. Diklat Fungsional/Teknis serta Memperoleh STTPP atau Sertifikat
149 Diklat fungsional/teknis dapat diberikan angka kredit dengan Ketentuan pemberian
ketentuan sebagai berikut: angka kredit diklat
a. Pengajuan usulan penilaian angka kredit kegiatan diklat fungsional/teknis
fungsional/teknis di bidang pemeriksaan harus dilampiri salinan
STTPP atau sertifikat.
b. Angka kredit yang diberikan untuk kegiatan mengikuti diklat
fungsional/teknis di bidang pemeriksaan adalah sebagai berikut:
Angka
No Uraian
Kredit
1. Mengikuti diklat Pembentukan JFP 6
2. Mengikuti diklat fungsional/teknis yang mendukung tugas
Pemeriksa dan memperoleh STTPP atau sertifikat:
a. lamanya lebih dari 960 jam 15
b. lamanya antara 641-960 jam 9
c. lamanya antara 481-640 jam 6
d. lamanya antara 161-480 jam 3
e. lamanya antara 81-160 jam 2
f. lamanya antara 30-80 jam 1

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 88


Juknis JFP Bab V

Angka
No Uraian
Kredit
g. lamanya kurang dari 30 jam 0,5
3. Mengikuti diklat dan sertifikasi jenjang jabatan:
a. diklat dan sertifikasi Pemeriksa Ahli Utama 12
b. diklat dan sertifikasi Pemeriksa Ahli Madya 9
c. diklat dan sertifikasi Pemeriksa Ahli Muda 6
c. Penilaian angka kredit atas kegiatan diklat yang diselenggarakan
oleh selain Badiklat PKN harus terlebih dahulu memperoleh
pengesahan dan penyetaraan jam diklat dari Badiklat PKN.
Contoh:
a. DKR, S.E., seorang CPNS yang direkrut BPK untuk memenuhi
kebutuhan JFP pada jenjang Pemeriksa Ahli Pertama, mengikuti
dan lulus Diklat Pembentukan JFP dan kemudian menerima
sertifikat pada tanggal 22 April 2021. Atas diklat tersebut, dia
berhak memperoleh angka kredit sebesar 6 (enam).
b. EJK, S.H., M.H, seorang Pemeriksa Ahli Madya, mengikuti diklat
teknis pemeriksaan kinerja di Australia selama 6,5 (enam koma
lima) bulan. Atas diklat tersebut, dia berhak memperoleh angka
kredit sebesar 15 (lima belas).
c. FRS, S.E., M.Sc., CPA., seorang Pemeriksa Ahli Muda, mengikuti
diklat teknis tentang Fraud Audit di Inggris selama 18 (delapan
belas) minggu. Atas diklat tersebut, dia berhak memperoleh angka
kredit sebesar 9 (sembilan).
d. GNA, S.T., M.Sc., seorang Pemeriksa Ahli Muda, mengikuti
diklat teknis tentang pemeriksaan lingkungan di Belanda selama
3 (tiga) bulan. Atas diklat tersebut, dia berhak memperoleh angka
kredit sebesar 6 (enam).
e. GBP, S.E., seorang Pemeriksa Ahli Pertama, mengikuti diklat
teknis mengenai Metodologi Sampling untuk Pemeriksaan Kinerja
Penanganan Pandemi Covid-19 selama 30 (tiga puluh) jam. Atas
diklat tersebut, dia diberikan angka kredit sebesar 1 (satu).
f. HGF, S.E., M.Ak., CA., seorang Pemeriksa Ahli Madya, pada
tahun 2021 mengikuti diklat dan sertifikasi jenjang jabatan
Pemeriksa Ahli Utama. Setelah melalui seluruh tahapan sertifikasi
tersebut dan dipastikan diangkat ke dalam jenjang Pemeriksa Ahli
Utama, dia memperoleh Surat Tanda Sertifikasi Jabatan (STSJ)
Pemeriksa Ahli Utama. Atas STSJ tersebut, dia berhak
memperoleh angka kredit sebesar 12 (dua belas).
g. INA, S.Kom., M.M., CISA., seorang Pemeriksa Ahli Muda, pada
Juni 2021 mengikuti diklat dan sertifikasi Pemeriksa Ahli Madya
yang didahului dengan diklat Pemeriksa Ahli Madya dan
memperoleh sertifikat. Selanjutnya dengan mempertimbangkan
penilaian prestasi kerja, pada November 2021 dia mengikuti
assessment dan mendapat rekomendasi dengan kategori kurang
siap, sehingga dia belum dapat memperoleh STSJ Pemeriksa Ahli
Madya dan belum dapat diberikan angka kredit. Pada November
2023, dia kembali mengikuti assessment dan mendapat
rekomendasi dengan kategori cukup siap. Pada Januari 2024 dia
dapat memperoleh STSJ Pemeriksa Ahli Madya dan diangkat ke

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 89


Juknis JFP Bab V

dalam jenjang Pemeriksa Ahli Madya. Atas STSJ tersebut, dia


memperoleh angka kredit sebesar 9 (sembilan).
3. Diklat Prajabatan
150 Diklat Prajabatan dapat diberikan angka kredit dengan ketentuan Ketentuan pemberian
sebagai berikut: angka kredit Diklat
a. Pengusulan penilaian atas kegiatan Diklat Prajabatan harus Prajabatan
dilampiri salinan sertifikat tanda lulus Diklat Prajabatan.
b. Angka kredit yang diberikan untuk Diklat Prajabatan adalah
sebesar 2 (dua).
Contoh:
JTS, S.H., seorang CPNS BPK yang direkrut untuk mengisi kebutuhan
JFP pada jenjang Pemeriksa Ahli Pertama, mengikuti dan lulus Diklat
Prajabatan golongan III. Atas diklat tersebut, dia berhak memperoleh
angka kredit sebesar 2 (dua).
151 Rincian pemberian angka kredit, pelaksana kegiatan, dan bukti fisik untuk Rincian pemberian angka
kegiatan pendidikan tercantum dalam Lampiran V.14 yang merupakan kredit
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan ini.

E. Penyetaraan Butir Kegiatan yang Dapat Dinilai Angka Kredit


152 Apabila terdapat kegiatan yang perlu penjelasan lebih lanjut terkait dengan Mekanisme perubahan atau
butir kegiatan yang dapat dinilai angka kredit, Subbagian JFP melalui penjelasan atas substansi
Kepala Biro SDM dapat mengajukan penjelasan tersebut kepada Seksi petunjuk teknis
Litbang JFP melalui Kepala Direktorat Litbang untuk kemudian dikaji
lebih lanjut. Apabila memang diperlukan ada perubahan petunjuk teknis
atau penjelasan atas substansi petunjuk teknis, hal itu akan ditetapkan
dengan Surat Edaran Sekretaris Jenderal.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 90


Juknis JFP Bab VI

BAB VI
TUGAS LIMPAH
01 Bab ini mengatur tentang pengertian, jenis tugas limpah, penugasan yang Lingkup bahasan
tidak dapat diakui sebagai tugas limpah, perhitungan angka kredit dalam
pelaksanaan tugas limpah, serta mekanisme pelaksanaan tugas limpah
sebagai acuan bagi pejabat terkait untuk menjamin tercapainya perlakuan
yang sama, objektif, dan profesional sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.

A. Pengertian
02 Tugas limpah adalah penugasan kegiatan pemeriksaan yang diberikan Pengertian tugas limpah
kepada Pemeriksa 1 (satu) tingkat di atas atau 1 (satu) tingkat di bawah
jenjang jabatan yang didudukinya. Tugas limpah dilakukan apabila tidak
terdapat Pemeriksa yang sesuai dengan jenjang jabatan yang diperlukan
untuk melaksanakan penugasan tersebut. Tugas limpah dilaksanakan
berdasarkan penugasan tertulis dari pimpinan satuan kerja.

B. Jenis Tugas Limpah


03 Jenis tugas limpah dalam pelaksanaan kegiatan pemeriksaan terdiri dari: Jenis tugas limpah

1. Tugas limpah 1 (satu) tingkat di atas


Tugas limpah 1 (satu) tingkat di atas adalah pelaksanaan kegiatan
pemeriksaan untuk jenjang jabatan 1 (satu) tingkat lebih tinggi dari
jenjang jabatan yang dimiliki Pemeriksa.
Pelaksanaan tugas limpah 1 (satu) tingkat di atas dapat dilaksanakan
oleh:
a. Pemeriksa Ahli Pertama yang melaksanakan kegiatan
pemeriksaan untuk jenjang jabatan Pemeriksa Ahli Muda;
b. Pemeriksa Ahli Muda yang melaksanakan kegiatan pemeriksaan
untuk jenjang jabatan Pemeriksa Ahli Madya; dan
c. Pemeriksa Ahli Madya yang melaksanakan kegiatan pemeriksaan
untuk jenjang jabatan Pemeriksa Ahli Utama.
Contoh:
FIT, S.E., seorang Pemeriksa Ahli Pertama dengan pangkat Penata
Muda Tingkat I, golongan ruang III/b, ditugaskan memimpin
pelaksanaan pemeriksaan.
Berdasarkan jenjang jabatan, dia dapat melakukan tugas limpah
1 (satu) tingkat di atas jenjang jabatannya sebagai Pemeriksa Ahli
Muda yang memiliki tugas memimpin pelaksanaan pemeriksaan. Oleh
karena itu, pelaksanaan tugas tersebut merupakan tugas limpah
1 (satu) tingkat di atas dan dapat dinilai angka kreditnya.
2. Tugas limpah 1 (satu) tingkat di bawah
Tugas limpah 1 (satu) tingkat di bawah adalah pelaksanaan kegiatan
pemeriksaan untuk jenjang jabatan 1 (satu) tingkat lebih rendah dari
jenjang jabatan yang dimiliki Pemeriksa.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 91


Juknis JFP Bab VI

Pelaksanaan tugas limpah 1 (satu) tingkat di bawah dapat dilaksanakan


oleh:
a. Pemeriksa Ahli Utama yang melaksanakan kegiatan pemeriksaan
untuk jenjang jabatan Pemeriksa Ahli Madya;
b. Pemeriksa Ahli Madya yang melaksanakan kegiatan pemeriksaan
untuk jenjang jabatan Pemeriksa Ahli Muda; dan
c. Pemeriksa Ahli Muda yang melaksanakan kegiatan pemeriksaan
untuk jenjang jabatan Pemeriksa Ahli Pertama.
Contoh:
GAM, S.H., seorang Pemeriksa Ahli Muda dengan pangkat Penata,
golongan ruang III/c, ditugaskan untuk melaksanakan kegiatan
pemeriksaan.
Berdasarkan jenjang jabatan, dia dapat melakukan tugas limpah
1 (satu) tingkat di bawah jenjang jabatannya sebagai Pemeriksa Ahli
Pertama yang memiliki tugas melaksanakan pemeriksaan. Oleh
karena itu, pelaksanaan tugas tersebut merupakan tugas limpah
1 (satu) tingkat di bawah dan dapat dinilai angka kreditnya.

C. Penugasan yang Tidak Dapat Diakui Sebagai Tugas Limpah


04 Penugasan kegiatan pemeriksaan yang diberikan kepada Pemeriksa tidak Penugasan tidak dapat
dapat diakui sebagai tugas limpah apabila tidak dapat memenuhi salah satu diakui sebagai tugas
batasan 1 (satu) tingkat di atas atau 1 (satu) tingkat di bawah dari jenjang limpah
jabatan yang dimiliki.
05 Bentuk penugasan yang tidak dapat diakui sebagai tugas limpah adalah Bentuk penugasan tidak
sebagai berikut: dapat diakui sebagai tugas
1. Pelaksanaan kegiatan di jenjang jabatannya limpah
Pelaksanaan kegiatan ini merupakan pelaksanaan tugas jabatan dalam
jenjang jabatan yang dimiliki Pemeriksa. Angka kredit yang dapat
diakui atas pelaksanaan tugas tersebut adalah sebesar angka kredit
pada kegiatan dalam jenjang jabatannya.
Contoh:
a. HIS, S.E., M.M., seorang Pemeriksa Ahli Muda dengan pangkat
Penata Tingkat I, golongan ruang III/d, ditugaskan memimpin
pelaksanaan pemeriksaan.
Berdasarkan jenjang jabatan, dia sebagai Pemeriksa Ahli Muda
menjalankan tugas sebagai pemimpin pelaksanaan pemeriksaan.
Oleh karena itu, pelaksanaan tugas tersebut bukan merupakan
tugas limpah, tetapi tugas di dalam jenjang jabatannya. Angka
kredit yang dapat diakui adalah sebesar angka kredit pada kegiatan
Pemeriksa Ahli Muda, yaitu memimpin pelaksanaan pemeriksaan.
b. IBK, S.E., M.Si., seorang Pemeriksa Ahli Madya, ditugaskan
untuk mengendalikan teknis pelaksanaan pemeriksaan.
Berdasarkan jenjang jabatan, dia sebagai Pemeriksa Ahli Madya
menjalankan tugas mengendalikan teknis pelaksanaan
pemeriksaan. Oleh karena itu, pelaksanaan tugas tersebut bukan
merupakan tugas limpah, tetapi tugas di dalam jenjang jabatannya.
Angka yang dapat diakui adalah sebesar angka kredit pada
kegiatan Pemeriksa Ahli Madya, yaitu mengendalikan teknis
pelaksanaan pemeriksaan.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 92


Juknis JFP Bab VI

2. Pelaksanaan kegiatan 2 (dua) tingkat di atas atau di bawah jenjang


jabatan yang dimiliki, atau melebihi dari 2 (dua) tingkat
Pelaksanaan kegiatan ini merupakan pelaksanaan tugas jabatan
2 (dua) tingkat di atas atau di bawah jenjang jabatan yang dimiliki
Pemeriksa, atau melebihi dari 2 (dua) tingkat. Pelaksanaan kegiatan
ini tidak dapat diakui angka kreditnya.
Contoh:
a. JPI, S.E., Pemeriksa Ahli Pertama dengan pangkat Penata Muda
Tingkat I, golongan ruang III/b, ditugaskan untuk mengendalikan
teknis pelaksanaan pemeriksaan.
Berdasarkan jenjang jabatan, dia sebagai Pemeriksa Ahli Pertama
tidak dapat melakukan tugas limpah 2 (dua) tingkat di atas jenjang
jabatannya sebagai Pemeriksa Ahli Madya, di mana tugas
Pemeriksa Ahli Madya adalah mengendalikan teknis pelaksanaan
pemeriksaan. Oleh karena itu, pelaksanaan tugas tersebut bukan
merupakan tugas limpah dan tidak dapat dinilai angka kreditnya.
b. KMI, S.E., M.M., seorang Pemeriksa Ahli Madya, ditugaskan
untuk melaksanakan pemeriksaan.
Berdasarkan jenjang jabatan, dia sebagai Pemeriksa Ahli Madya
tidak dapat melakukan tugas limpah 2 (dua) tingkat di bawah
jenjang jabatannya sebagai Pemeriksa Ahli Pertama, di mana
tugas Pemeriksa Ahli Pertama adalah melaksanakan pemeriksaan.
Oleh karena itu, pelaksanaan tugas tersebut bukan merupakan
tugas limpah dan tidak dapat dinilai angka kreditnya.

D. Penghitungan Angka Kredit dalam Penugasan Tugas Limpah


06 Perhitungan angka kredit dalam pelaksanaan tugas limpah 1 (satu) tingkat Angka kredit sebesar 80%
di atas adalah sebesar 80% (delapan puluh persen) dari angka kredit untuk (delapan puluh persen)
butir kegiatan jenjang jabatan 1 (satu) tingkat di atas jenjang jabatan yang untuk pelaksanaan tugas
dimiliki. limpah 1 (satu) tingkat di
atas
Contoh:
LSE, S.T., M.Si., seorang Pemeriksa Ahli Pertama dengan pangkat Penata
Muda Tingkat I, golongan ruang III/b, mendapat penugasan sebagai
berikut:
a. menyusun P2 atas PDTT pada Kementerian Kesehatan TA 2019;
b. memimpin pelaksanaan PDTT pada Kementerian Kesehatan TA 2019
selama 30 (tiga puluh) hari dengan jumlah pelaksana tugas Pemeriksa
Ahli Pertama sebanyak 4 (empat) orang;
c. menyusun LHP atas PDTT pada Kementerian Kesehatan TA 2019
selama 10 (sepuluh) hari; dan
d. membuat penilaian kinerja Pemeriksa Ahli Pertama atas PDTT pada
Kementerian Kesehatan TA 2019.
Atas kegiatan tersebut, maka angka kredit yang diberikan adalah sebagai
berikut:
a. Untuk kegiatan menyusun P2 sebagai pemimpin pelaksanaan
pemeriksaan, angka kredit yang diberikan sebesar 0,32 (80% x 0,4),
yaitu 80% (delapan puluh persen) dari angka kredit yang diberikan
untuk menyusun konsep P2 AKN pada jenjang jabatan Pemeriksa
Ahli Muda.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 93


Juknis JFP Bab VI

b. Untuk kegiatan memimpin pelaksanaan pemeriksaan, angka kredit


yang diberikan sebesar 3,024 (80% x 6,3 x 30 x 0,02), yaitu 80%
(delapan puluh persen) dari angka kredit yang diberikan untuk
memimpin pelaksanaan pemeriksaan pada jenjang jabatan Pemeriksa
Ahli Muda.
c. Untuk kegiatan menyusun LHP sebagai pemimpin pelaksanaan
pemeriksaan, angka kredit yang diberikan adalah:
1) sebesar 0,416 (80% x 0,52), yaitu 80% (delapan puluh persen)
dari angka kredit pada jenjang jabatan Pemeriksa Ahli Muda
untuk kegiatan menyajikan kelogisan substansi, kaidah bahasa,
dan kebenaran matematis dalam konsep LHP;
2) sebesar 0,32 (80% x 0,4), yaitu 80% (delapan puluh persen) dari
angka kredit pada jenjang jabatan Pemeriksa Ahli Muda untuk
kegiatan menyusun konsep LHP sesuai unsur-unsur temuan
(kondisi, kriteria, sebab, dan akibat); dan
3) sebesar 0,112 (80% x 0,14), yaitu 80% (delapan puluh persen) dari
angka kredit pada jenjang jabatan Pemeriksa Ahli Muda untuk
kegiatan menyiapkan usulan konsep Rekomendasi BPK.
d. Untuk kegiatan membuat penilaian penilaian kinerja Pemeriksa,
angka kredit yang diberikan adalah sebesar 0,512 (80% x 0,16 x 4),
yaitu 80% (delapan puluh persen) dari angka kredit pada jenjang
jabatan Pemeriksa Ahli Muda untuk kegiatan membuat penilaian
kinerja Pemeriksa Ahli Pertama atas pelaksanaan pemeriksaan.
07 Perhitungan angka kredit dalam pelaksanaan tugas limpah 1 (satu) tingkat Angka kredit sebesar 100%
di bawah adalah sebesar 100% (seratus persen) dari angka kredit untuk untuk pelaksanaan tugas
butir kegiatan jenjang jabatan 1 (satu) tingkat di bawah jenjang jabatan limpah 1 (satu) tingkat di
yang dimiliki. bawah

Contoh:
MHT, S.E., M.M., seorang Pemeriksa Ahli Madya dengan pangkat
Pembina Tingkat I, golongan ruang IV/b, ditugaskan sebagai berikut:
a. menyusun P2 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) TA 2019
selama 5 (lima) hari;
b. memimpin pelaksanaan Pemeriksaan LKPP TA 2019 selama
60 (enam puluh) hari dengan jumlah pelaksana tugas Pemeriksa Ahli
Pertama sebanyak 5 (lima) orang;
c. menyusun LHP LKPP TA 2019 selama 10 (sepuluh) hari; dan
d. membuat penilaian kinerja Pemeriksa Ahli Pertama atas pemeriksaan
LKPP TA 2019 selama 2 (dua) hari.
Atas kegiatan tersebut, angka kredit yang diberikan adalah sebagai
berikut:
a. Untuk kegiatan menyusun P2, angka kredit yang diberikan sebesar
0,4 (100% x 0,4), yaitu sebagaimana angka kredit yang diberikan
untuk menyusun konsep P2 AKN pada jenjang jabatan Pemeriksa Ahli
Muda.
b. Untuk kegiatan memimpin pelaksanaan pemeriksaan, angka kredit
yang diberikan sebesar 7,56 (100% x 6,3 x 60 x 0,02), yaitu
sebagaimana angka kredit yang diberikan untuk memimpin
pelaksanaan pemeriksaan pada jenjang jabatan Pemeriksa Ahli Muda
selama 60 (enam puluh) hari.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 94


Juknis JFP Bab VI

c. Untuk kegiatan menyusun LHP, angka kredit yang diberikan adalah:


1) sebesar 0,52 (100% x 0,52), yaitu pada jenjang jabatan Pemeriksa
Ahli Muda untuk kegiatan menyajikan kelogisan substansi, kaidah
bahasa, dan kebenaran matematis dalam konsep LHP;
2) sebesar 0,4 (100% x 0,4), yaitu angka kredit pada jenjang jabatan
Pemeriksa Ahli Muda untuk kegiatan menyusun konsep LHP
sesuai unsur-unsur temuan (kondisi, kriteria, sebab, dan akibat);
dan
3) sebesar 0,14 (100% x 0,14), yaitu angka kredit pada jenjang
jabatan Pemeriksa Ahli Muda untuk kegiatan menyiapkan usulan
konsep Rekomendasi BPK.
d. Untuk kegiatan membuat penilaian kinerja Pemeriksa, angka kredit
yang diberikan sebesar 0,8 (100% x 0,16 x 5), yaitu angka kredit pada
jenjang jabatan Pemeriksa Ahli Muda untuk kegiatan membuat
penilaian kinerja Pemeriksa Ahli Pertama atas pelaksanaan
pemeriksaan.
08 Perhitungan angka kredit dalam pelaksanaan tugas limpah berlaku untuk Kegiatan pemeriksaan
kegiatan pemeriksaan. Kegiatan pengembangan profesi, kegiatan diperhitungkan angka
penunjang, dan kegiatan pendidikan tidak diperhitungkan angka kreditnya kredit
sebagai tugas limpah.
Pelaksanaan penugasan pada kegiatan pemeriksaan dan pemberian angka
kreditnya di setiap jenjang jabatan tercantum dalam Lampiran V.3 sampai
dengan Lampiran V.10 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan ini.
Perhitungan angka kredit dalam pelaksanaan tugas limpah memperhatikan
penugasan tertulis dari pimpinan satuan kerja. Contoh keterangan tugas
limpah tercantum dalam Lampiran VI yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan ini.

E. Mekanisme Pelaksanaan Tugas Limpah


09 Tugas limpah dapat diberlakukan apabila pada satuan kerja tertentu tidak Penugasan tugas limpah
terdapat Pemeriksa untuk melaksanakan tugas jabatan yang sesuai dengan dilakukan karena tidak
jenjang jabatan seharusnya. terdapat Pemeriksa yang
sesuai

10 Pelimpahan tugas dilakukan berdasarkan penugasan secara tertulis dari Penugasan tertulis
pimpinan satuan kerja yang bersangkutan kepada Pemeriksa.
11 Dalam pemberian tugas limpah, pimpinan satuan kerja harus memperoleh Yang harus diperhatikan
keyakinan yang memadai bahwa Pemeriksa yang diberikan tugas limpah dalam pemberian tugas
1 (satu) tingkat di atas memiliki kemampuan memadai untuk limpah
melaksanakan penugasan tersebut.
Pimpinan satuan kerja tidak dapat menugaskan Pemeriksa untuk
melaksanakan tugas limpah 2 (dua) tingkat di atas atau di bawah, atau
melebihi 2 (dua) tingkat dari jenjang jabatan Pemeriksa yang
bersangkutan.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 95


Juknis JFP Bab VII

BAB VII
PENILAIAN DAN PENETAPAN ANGKA KREDIT
01 Bab ini mengatur tentang angka kredit yang berkaitan dengan pencapaian Lingkup bahasan
kinerja, pengusulan angka kredit, penilaian dan penetapan angka kredit,
transparansi, sanksi, jadwal kegiatan, serta mekanisme dalam penilaian
dan penetapan angka kredit sebagai acuan bagi pejabat terkait untuk
menjamin tercapainya perlakuan yang sama, objektif, dan profesional
sesuai ketentuan yang berlaku, serta terselenggaranya proses penilaian dan
penetapan angka kredit secara transparan dan tepat waktu.

A. Hubungan antara Angka Kredit dengan Kinerja Pegawai


02 Sasaran Kinerja Pegawai yang selanjutnya disingkat SKP merupakan Target angka kredit
target kinerja tahunan seorang Pemeriksa yang didasarkan pada penetapan sebagai target kinerja
kinerja unit kerja yang bersangkutan. utama pada SKP

Target kinerja pada SKP terdiri dari target kinerja utama berupa target
angka kredit dan/atau target kinerja tambahan berupa target tugas
tambahan.
03 Target angka kredit sebagaimana dimaksud pada paragraf di atas Definisi target angka kredit
merupakan target kinerja utama yang berisi butir kegiatan beserta angka
kreditnya yang ditetapkan setiap tahun sesuai dengan jenjang jabatan
seorang Pemeriksa.
Target angka kredit, bersama dengan target tugas tambahan, digunakan
sebagai dasar untuk penyusunan, penetapan, dan penilaian SKP. Hasil
penilaian SKP Pemeriksa ditetapkan sebagai capaian SKP.
04 Capaian angka kredit diperoleh berdasarkan capaian SKP yang didapat Capaian SKP dan capaian
dari hasil penilaian SKP oleh Tim Penilai Angka Kredit JFP, yang angka kredit
selanjutnya dalam bab ini disebut Tim Penilai. Tim Penilai mengevaluasi
keselarasan hasil kerja dengan target yang disusun dalam SKP serta
menilai capaian kinerja Pemeriksa dalam bentuk angka kredit. Capaian
angka kredit ditetapkan oleh Tim Penilai dalam bentuk PAK.
05 Dalam melakukan penilaian angka kredit, Tim Penilai wajib Kesesuaian tugas
memperhatikan kesesuaian tugas Pemeriksa dan tugas fungsi unit kerja Pemeriksa dengan tugas
berdasarkan kedudukan Pemeriksa yang ditetapkan dalam peta jabatan. unit kerja

Dalam hal pemenuhan personel pada tugas-tugas tertentu terkait


pemeriksaan, Pemeriksa dapat ditugaskan pada satuan kerja lain.
Penugasan terkait pemeriksaan pada satuan kerja lain dapat dinilai angka
kredit.

B. Pengusulan Angka Kredit


06 Kegiatan yang dapat dinilai sebagai angka kredit adalah kegiatan yang Kegiatan yang diusulkan
dilakukan oleh pegawai yang telah diangkat menjadi PNS. dalam perhitungan angka
kredit
Dalam hal pengangkatan pertama, kegiatan yang dilakukan selama
menjadi CPNS tidak dapat dinilai sebagai angka kredit. Kegiatan Diklat

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 96


Juknis JFP Bab VII

Pembentukan JFP dalam rangka pengangkatan pertama dan Diklat


Prajabatan dikecualikan dari ketentuan tersebut.
Dalam hal pengangkatan perpindahan dari jabatan lain dan pengangkatan
melalui promosi bagi PNS yang tidak memiliki rekam jejak JFP, kegiatan
yang dilakukan sebelum diangkat ke dalam JFP yang dapat dinilai angka
kredit adalah kegiatan pengembangan profesi Pemeriksa dan kegiatan
penunjang pemeriksaan.
Ketentuan umum butir kegiatan yang diusulkan Pemeriksa untuk
perhitungan angka kredit sebagai berikut.
1. Butir kegiatan JFP selaras dengan penempatan Pemeriksa yang
bersangkutan. Hal ini berarti butir kegiatan telah sesuai dengan
penetapan kinerja satuan kerja.
Contoh:
GPI, S.H., seorang Pemeriksa Ahli Muda pada AKN III ditugaskan
melakukan pemeriksaan kinerja pada salah satu entitas di lingkup
AKN III. Pemeriksa yang bersangkutan mengusulkan perhitungan
angka kredit atas penugasan tersebut.
2. Terdapat penugasan yang berasal dari satuan kerja lain atas butir
kegiatan JFP kepada Pemeriksa yang bersangkutan. Dalam hal
pemenuhan personil pada tugas-tugas tertentu, Pemeriksa dapat
ditugaskan terkait pemeriksaan pada satuan kerja lain dan kepadanya
dapat diberikan angka kredit.
Contoh:
HAW, S.E., M.Sc., seorang Pemeriksa Ahli Muda pada Subdirektorat
Litbang Pemeriksaan Keuangan ditugaskan melakukan pemeriksaan
keuangan pada salah satu entitas di lingkup AKN V. Pemeriksa yang
bersangkutan mengusulkan perhitungan angka kredit atas penugasan
tersebut.
07 Perhitungan angka kredit dilakukan secara self assesment, yaitu masing- Perhitungan angka kredit
masing Pemeriksa menghitung sendiri angka kredit yang diperoleh melalui DUPAK
berdasarkan bukti-bukti data kegiatan/prestasi kerja yang dimiliki.
Pemeriksa mengusulkan perhitungan angka kredit dalam bentuk DUPAK.
Pengajuan DUPAK dilakukan melalui aplikasi. Format DUPAK
tercantum dalam Lampiran VII.1.
08 DUPAK yang diajukan oleh Pemeriksa dilampiri dengan Surat Pernyataan Dokumen pendukung
Melakukan Kegiatan (SPMK) dan disertai dengan bukti prestasi dengan DUPAK
rincian sebagai berikut:
1. untuk kegiatan pemeriksaan, bukti yang diperlukan adalah SPMK
pemeriksaan, salinan Surat Tugas, SP2P, dan SKPP, dan/atau bukti
prestasi lainnya sesuai dengan jenis kegiatannya;
2. untuk kegiatan pengembangan profesi Pemeriksa, bukti yang
diperlukan adalah SPMK pengembangan profesi Pemeriksa, sertifikat,
SP2P, laporan, makalah, dan/atau bukti prestasi lainnya sesuai dengan
jenis kegiatannya;
3. untuk kegiatan penunjang pemeriksaan, bukti yang diperlukan adalah
SPMK unsur penunjang, salinan sertifikat, piagam penghargaan,
keputusan, kartu tanda anggota organisasi, dan/atau bukti prestasi
lainnya sesuai dengan jenis kegiatannya; dan

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 97


Juknis JFP Bab VII

4. untuk kegiatan pendidikan, bukti yang diperlukan adalah SPMK


pendidikan, salinan ijazah, salinan sertifikat, dan/atau bukti prestasi
lainnya sesuai degan jenis kegiatannya.
Bukti prestasi lainnya adalah bukti tertulis bahwa seorang Pemeriksa telah
melakukan suatu kegiatan yang dapat dipertimbangkan untuk diberikan
angka kredit.
Bukti prestasi Pemeriksa mengenai pemberian angka kredit, pelaksana
kegiatan, dan bukti fisik tercantum dalam Lampiran V.1 sampai dengan
Lampiran V.14 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
ini. Contoh SPMK tercantum dalam Lampiran VII.2 sampai dengan
Lampiran VII.5 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
ini.
09 Pemeriksa mengajukan DUPAK kepada Pejabat yang Mengusulkan Pengajuan DUPAK kepada
Angka Kredit. pejabat

10 Pengajuan DUPAK dilakukan 1 (satu) kali dalam 1 (satu) semester dengan Periode pengajuan
ketentuan sebagai berikut: DUPAK
1. pengajuan DUPAK Semester I, untuk penilaian prestasi kerja bulan
Januari sampai dengan Juni tahun berjalan, diajukan paling lambat
minggu pertama bulan Juli tahun berjalan; dan
2. pengajuan DUPAK Semester II, untuk penilaian prestasi kerja bulan
Juli sampai dengan Desember tahun berjalan, diajukan paling lambat
minggu pertama bulan Januari tahun berikutnya.
Jika terdapat kegiatan Pemeriksa yang dilaksanakan pada periode
pengajuan DUPAK semester tertentu dan berakhir pada periode pengajuan
DUPAK semester berikutnya, maka pengajuan DUPAK atas kegiatan
tersebut adalah pada saat kegiatan tersebut berakhir.

C. Penilaian dan Penetapan Angka Kredit


11 Penilaian dan penetapan angka kredit Pemeriksa yang berkaitan dengan Periode penilaian dan
pencapaian kinerja pegawai dilakukan 2 (dua) kali dalam setahun, yaitu penetapan angka kredit
pada bulan Juli dan Januari, dengan ketentuan sebagai berikut:
1. untuk pengajuan DUPAK Semester I, angka kredit ditetapkan paling
lambat pada minggu keempat bulan Juli tahun berjalan; dan
2. untuk pengajuan DUPAK Semester II, angka kredit ditetapkan paling
lambat pada minggu keempat bulan Januari tahun berikutnya.
12 Penilaian dan penetapan angka kredit Pemeriksa untuk kenaikan pangkat Penilaian angka kredit
dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut: untuk kenaikan pangkat
1. untuk kenaikan pangkat periode April, angka kredit ditetapkan paling
lambat pada minggu keempat bulan Januari tahun berjalan; dan
2. untuk kenaikan pangkat periode Oktober, angka kredit ditetapkan
paling lambat pada minggu keempat bulan Juli tahun berjalan.
13 Penilaian dan penetapan angka kredit untuk proses pengangkatan pertama, Penilaian angka kredit
pengangkatan perpindahan dari jabatan lain, pengangkatan melalui untuk pengangkatan
promosi (baik untuk PNS yang tidak memiliki rekam jejak JFP maupun jabatan
kenaikan jenjang lebih tinggi), dan pengangkatan kembali, dapat
dilakukan sesuai dengan waktu pengangkatan tersebut, di luar periode

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 98


Juknis JFP Bab VII

penilaian dan penetapan angka kredit sebagaimana dimaksud pada


paragraf 11.
14 Kegiatan yang digunakan dalam penilaian dan penetapan angka kredit Periode kegiatan yang
untuk kenaikan pangkat adalah sebagai berikut: dinilai angka kreditnya
1. kegiatan yang dilakukan sampai dengan 31 Desember tahun untuk kenaikan pangkat
sebelumnya (tahun n-1) dan telah diterbitkan PAK, digunakan untuk
kenaikan pangkat periode April tahun berjalan (tahun n); dan
2. kegiatan yang dilakukan dari periode kenaikan pangkat terakhir
sampai dengan tanggal 30 Juni tahun berjalan (tahun n) dan telah
diterbitkan PAK, digunakan untuk kenaikan pangkat periode Oktober
tahun berjalan (tahun n).
Jika terdapat kegiatan yang melewati 2 (dua) periode, maka kegiatan
dimaksud diajukan pada periode diselesaikannya kegiatan. Misalnya, jika
kegiatan dimulai pada bulan April tahun berjalan (tahun n) dan berakhir
pada bulan Juli tahun berjalan (tahun n), maka kegiatan tersebut diajukan
melalui DUPAK untuk kenaikan pangkat April pada tahun depan (tahun
n+1).
15 Kegiatan yang digunakan dalam penilaian dan penetapan angka kredit Kegiatan yang dinilai
untuk pengangkatan adalah sebagai berikut: angka kredit untuk proses
1. kegiatan pengembangan profesi Pemeriksa, kegiatan penunjang tugas pengangkatan
pemeriksaan, dan kegiatan pendidikan untuk pengangkatan pertama;
2. kegiatan pengembangan profesi Pemeriksa, kegiatan penunjang tugas
pemeriksaan, dan kegiatan pendidikan untuk pengangkatan
perpindahan dari jabatan lain;
3. kegiatan pengembangan profesi Pemeriksa, kegiatan penunjang tugas
pemeriksaan, dan kegiatan pendidikan untuk pengangkatan melalui
promosi (yang tidak memiliki rekam jejak JFP); dan
4. kegiatan pemeriksaan, kegiatan pengembangan profesi Pemeriksa,
dan kegiatan penunjang tugas pemeriksaan untuk pengangkatan
kembali.
Periode kegiatan-kegiatan yang dinilai dan ditetapkan angka kreditnya
sesuai dengan ketentuan pada setiap pengangkatan.
16 Secara umum, kegiatan yang dapat dinilai angka kreditnya di dalam Ketentuan umum periode
DUPAK merupakan kegiatan yang dilaksanakan pada tahun berjalan, kegiatan yang dinilai angka
yaitu masa berlakunya penilaian kinerja/SKP. kredit dan kegiatan yang
masih dapat dinilai pada
Dalam hal terdapat kegiatan pemeriksaan, pengembangan profesi
penilaian DUPAK
Pemeriksa, dan kegiatan penunjang tugas pemeriksaan yang belum
berikutnya
diperhitungkan angka kreditnya di dalam DUPAK, kegiatan tersebut
masih dapat dinilai pada 1 (satu) periode penilaian DUPAK berikutnya
sejak tanggal bukti fisik kegiatan atau bukti penyelesaian kegiatan
diterbitkan.
Contoh:
IBD, S.E., M.H., seorang Pemeriksa Ahli Madya, mengusulkan penilaian
angka kredit suatu kegiatan dengan bukti fisik kegiatan atau SKPP yang
diterbitkan pada akhir Juli 2020. Kegiatan tersebut dapat dinilai angka
kreditnya pada periode penilaian DUPAK Semester II tahun 2020 atau
Semester I tahun 2021.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 99


Juknis JFP Bab VII

17 Selama kegiatan penilaian, Pemeriksa tidak diperkenankan untuk Kerahasiaan informasi


memberikan informasi atau tanggapan lainnya mengenai DUPAK yang
bersangkutan tanpa adanya permintaan dari Anggota Tim Penilai.
18 Keputusan PAK oleh Pejabat yang Berwenang Menetapkan Angka Kredit Keputusan PAK bersifat
tidak dapat diajukan keberatan oleh Pemeriksa dan bersifat final pada PAK final pada periode berjalan
periode berjalan.
Contoh:
JSI, S.T., M.Si., seorang Pemeriksa Ahli Madya, menerima PAK semester
II tahun 2020 dan mengajukan keberatan atas hasil penetapan angka
kreditnya. Setelah melalui proses evaluasi, terdapat koreksi atas PAK
semester II tahun 2020 tersebut. Koreksi ini tidak dapat disesuaikan pada
PAK semester II tahun 2020, tetapi dapat disesuaikan pada PAK semester
I tahun 2021.
19 Hasil penilaian angka kredit dituangkan dalam bentuk Daftar Usulan dan Sistem penilaian dan
Penilaian Angka Kredit (DUPENAK) dan ditetapkan dalam bentuk PAK penetapan angka kredit
yang keduanya tersedia dalam aplikasi.

D. Mekanisme Pengusulan Angka Kredit


20 Mekanisme pengusulan angka kredit adalah sebagai berikut: Mekanisme pengusulan
1. Pemeriksa menghitung angka kredit yang diperoleh berdasarkan angka kredit
bukti-bukti data kegiatan yang telah dilakukan dan dituangkan ke
dalam DUPAK. Proses tersebut dilakukan melalui aplikasi.
2. DUPAK diajukan oleh Pemeriksa kepada Pejabat yang Mengusulkan
Angka Kredit, yaitu:
a. Pejabat Administrator/Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama untuk
Pemeriksa Ahli Pertama dan Pemeriksa Ahli Muda; atau
b. Pejabat Pimpinan Tinggi Madya untuk Pemeriksa Ahli Madya
dan Pemeriksa Ahli Utama, setelah sebelumnya mendapat
persetujuan dari Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama.
3. Pejabat yang Mengusulkan Angka Kredit melakukan review atas
pengajuan DUPAK. Jika hasil review menunjukkan bahwa terdapat
kekurangan kelengkapan berkas pengajuan DUPAK, maka berkas
DUPAK tersebut dikembalikan kepada Pemeriksa yang bersangkutan
untuk dilengkapi.
4. Jika hasil review oleh Pejabat yang Mengusulkan Angka Kredit
menunjukkan bahwa berkas DUPAK telah lengkap, maka Pejabat
yang Mengusulkan Angka Kredit menandatangani DUPAK dan
menyampaikan DUPAK yang telah ditandatangani beserta
lampirannya kepada Pejabat yang Berwenang Menetapkan Angka
Kredit melalui Sekretariat Tim Penilai. Contoh surat penyampaian
DUPAK tercantum dalam Lampiran VII.6 yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan ini.

E. Mekanisme Penilaian dan Penetapan Angka Kredit


21 Mekanisme penilaian dan penetapan angka kredit adalah sebagai berikut: Mekanisme penilaian dan
1. Sekretariat Tim Penilai menerima dan memeriksa kelengkapan penetapan angka kredit
DUPAK dan berkas pendukungnya.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 100


Juknis JFP Bab VII

Jika DUPAK belum lengkap, maka Sekretariat Tim Penilai segera


meminta Pemeriksa yang bersangkutan melalui Pejabat yang
Mengusulkan Angka Kredit untuk melengkapinya.
Jika DUPAK telah lengkap, Sekretariat Tim Penilai menyampaikan
DUPAK kepada Ketua Tim Penilai.
2. Ketua Tim Penilai membagi tugas penilaian kepada Anggota Tim
Penilai melalui Sekretariat Tim Penilai.
Setiap DUPAK dinilai oleh 2 (dua) orang Anggota Tim Penilai.
3. Setiap Anggota Tim Penilai melakukan penilaian angka kredit dan
menuangkan hasilnya ke dalam formulir DUPENAK yang tersedia
dalam aplikasi.
Setiap Anggota Tim Penilai kemudian menyampaikan kembali
formulir DUPENAK kepada Ketua Tim Penilai melalui Sekretariat
Tim Penilai. Format DUPENAK tercantum dalam Lampiran VII.7
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan ini.
4. Tim Penilai menyelenggarakan rekonsiliasi hasil penilaian angka
kredit yang difasilitasi oleh Sekretariat Tim Penilai untuk
menyepakati hasil penilaian angka kredit.
Jika tidak terjadi kesepakatan, maka pengambilan keputusan
dilaksanakan dalam rapat Tim Penilai berdasarkan suara terbanyak.
Sekretariat Tim Penilai menuangkan kesepakatan hasil penilaian ke
dalam DUPENAK.
5. Sekretariat Tim Penilai menyusun Konsep PAK berdasarkan
DUPENAK dan menyampaikannya kepada Pejabat yang Berwenang
Menetapkan Angka Kredit. Format PAK tercantum dalam Lampiran
VII.8 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan ini.
6. Pejabat yang Berwenang Menetapkan Angka Kredit menandatangani
PAK dan menyerahkannya kepada Sekretaris Tim Penilai, untuk
segera disampaikan kepada Pemeriksa dan pejabat/instansi terkait
sesuai kebutuhan.

F. Transparansi dalam Penilaian Angka Kredit


22 Sebagai bagian dari transparansi proses penilaian angka kredit, proses Transparansi penilaian
penilaian angka kredit ditampilkan dalam aplikasi selama masa tertentu melalui aplikasi
sebelum hasil penilaian tersebut ditetapkan dalam bentuk PAK, sehingga
pihak-pihak terkait dapat memantau perkembangan prosesnya.
23 Dengan seizin Pejabat yang Berwenang Menetapkan Angka Kredit, Mekanisme permintaan
Pemeriksa melalui Sekretariat Tim Penilai dapat meminta Tim Penilai penjelasan atas proses
untuk memberikan penjelasan atas hasil penilaian angka kredit milik penilaian angka kredit
Pemeriksa yang bersangkutan, dengan mekanisme sebagai berikut:
1. Pemeriksa mengajukan permintaan penjelasan atas hasil penilaian
angka kredit secara tertulis disertai alasan kepada Tim Penilai melalui
Sekretariat Tim Penilai;
2. Sekretariat Tim Penilai menyampaikan permintaan penjelasan atas
hasil penilaian angka kredit kepada Pejabat yang Berwenang
Menetapkan Angka Kredit untuk mendapatkan persetujuan;
3. setelah mendapat persetujuan, Sekretariat Tim Penilai menyampaikan
permintaan penjelasan kepada Tim Penilai;

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 101


Juknis JFP Bab VII

4. Tim Penilai memberikan penjelasan yang diminta terkait hasil


penilaian angka kredit kepada Sekretariat Tim Penilai; dan
5. Sekretariat Tim Penilai memberikan penjelasan yang diminta kepada
Pemeriksa di tempat kedudukan Sekretariat Tim Penilai.
24 Dalam hal penjelasan atas hasil penilaian angka kredit yang tidak dapat Evaluasi penilaian dan
diterima oleh Pemeriksa, Pemeriksa dapat mengajukan permintaan penetapan angka kredit
evaluasi penilaian dan penetapan angka kredit kepada Pejabat Pembina
Kepegawaian dengan mekanisme sebagai berikut:
1. Pemeriksa mengajukan permintaan evaluasi penilaian dan penetapan
angka kredit kepada Pejabat Pembina Kepegawaian secara tertulis;
2. Pejabat Pembina Kepegawaian menunjuk Tim Penilai lain untuk
melakukan penilaian ulang atas DUPAK yang diajukan Pemeriksa
tersebut;
3. apabila dalam penilaian ulang ditemukan kesalahan dan/atau
kekeliruan, Pejabat Pembina Kepegawaian akan memberikan
rekomendasi peninjauan atau koreksi PAK; dan
4. Pejabat yang Berwenang Menetapkan Angka Kredit mengoreksi PAK
Pemeriksa pada PAK periode berikutnya.

G. Sanksi
25 Proses penilaian dan penetapan angka kredit harus dilaksanakan secara Sanksi
jujur, transparan, dan tidak merugikan berbagai pihak. Apabila dalam
proses penilaian dan penetapan angka kredit terdapat kecurangan, antara
lain secara sengaja Pemeriksa membuat bukti fisik palsu dalam pengajuan
DUPAK atau Tim Penilai melakukan kerja sama yang tidak baik dengan
Pemeriksa untuk menguntungkan Pemeriksa yang dinilai, pihak yang
terbukti bersalah akan dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.

H. Jadwal Kegiatan
26 Jadwal kegiatan pengusulan, penilaian, dan penetapan angka kredit dapat Jadwal kegiatan
dilihat pada Tabel 1 berikut. pengusulan, penilaian, dan
penetapan angka kredit

Tabel 1. Jadwal Kegiatan Pengusulan, Penilaian, dan Penetapan Angka Kredit


No. Kegiatan Batas Waktu Pelaksana
A. Pengajuan DUPAK
1. Perhitungan Angka Kredit Setiap penyelesaian Pemeriksa
kegiatan melalui
aplikasi
2. Penyampaian Konsep DUPAK Minggu I bulan Juli/ Pemeriksa
kepada Pejabat yang Mengusulkan Minggu I bulan Januari
Angka Kredit
3. Penyampaian DUPAK kepada Minggu I bulan Juli/ Pejabat yang
Sekretariat Tim Penilai Minggu I bulan Januari Mengusulkan Angka
Kredit
B. Penilaian Angka Kredit
1. Pemeriksaan kelengkapan pengajuan Minggu II bulan Juli/ Sekretariat Tim
DUPAK oleh Sekretariat Tim Penilai Minggu II bulan Januari Penilai

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 102


Juknis JFP Bab VII

No. Kegiatan Batas Waktu Pelaksana


2. Penyampaian kekurangan Minggu II bulan Juli/ Pemeriksa
kelengkapan pengajuan DUPAK Minggu II bulan Januari
3. Penyampaian DUPAK kepada Tim Minggu II bulan Juli/ Sekretariat Tim
Penilai Minggu II bulan Januari Penilai
4. Penilaian angka kredit oleh 2 (dua) Minggu III bulan Juli/ Anggota Tim Penilai
Anggota Tim Penilai Minggu III bulan
Januari
5. Rekonsiliasi dan penetapan Minggu IV bulan Juli/ Sekretariat Tim
DUPENAK Minggu IV bulan Penilai dan Anggota
Januari Tim Penilai
C. Penetapan Angka Kredit
1. Penyusunan Konsep PAK Minggu IV bulan Juli/ Sekretariat Tim
Minggu IV bulan Penilai
Januari
2. Penandatanganan PAK Minggu IV bulan Juli/ Pejabat yang
Minggu IV bulan Berwenang
Januari Menetapkan Angka
Kredit
3. Penyampaian PAK yang telah Minggu IV Bulan Juli/ Pejabat yang
ditandatangani kepada Sekretariat Minggu IV Bulan Berwenang
Tim Penilai Januari Menetapkan Angka
Kredit
4. Pendistribusian PAK kepada pihak Minggu I Bulan Sekretariat Tim
yang berkepentingan Agustus/Minggu I Bulan Penilai
Februari

I. Bagan Alur
27 Mekanisme pengusulan, penilaian, dan penetapan angka kredit Bagan alur
digambarkan dalam bagan alur sebagai berikut.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 103


Juknis JFP Bab VII

Gambar 4. Bagan Alur Mekanisme Pengusulan Angka Kredit

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 104


Juknis JFP Bab VII

Gambar 5. Bagan Alur Mekanisme Penilaian dan Penetapan Angka Kredit

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 105


Juknis JFP Bab VIII

BAB VIII
PEJABAT YANG MENGUSULKAN ANGKA KREDIT,
TIM PENILAI, DAN PEJABAT YANG BERWENANG
MENETAPKAN ANGKA KREDIT
01 Bab ini mengatur tentang Pejabat yang Mengusulkan Angka Kredit, Tim Lingkup bahasan
Penilai Angka Kredit JFP dan Sekretariat Tim Penilai Angka Kredit JFP,
serta Pejabat yang Menetapkan Angka Kredit. Bab ini menjelaskan
tentang tugas pihak-pihak terkait tersebut dalam kegiatan pengusulan,
penilaian, dan penetapan angka kredit bagi Pemeriksa.

A. Pejabat yang Mengusulkan Angka Kredit


02 Pejabat yang Mengusulkan Angka Kredit adalah sebagai berikut: Pejabat yang
a. Pejabat Pimpinan Tinggi Madya yang membidangi pemeriksaan Mengusulkan Angka
keuangan negara kepada Pejabat Pimpinan Tinggi Madya yang Kredit
membidangi kesekretariatan untuk angka kredit Pemeriksa Ahli
Madya dan Pemeriksa Ahli Utama di lingkungan Kantor BPK Pusat;
b. Pejabat Pimpinan Tinggi Madya yang membidangi pemeriksaan
keuangan negara, berdasarkan pengajuan dari Pejabat Pimpinan
Tinggi Pratama di BPK Perwakilan, kepada Pejabat Pimpinan Tinggi
Madya yang membidangi kesekretariatan untuk angka kredit
Pemeriksa Ahli Madya dan Pemeriksa Ahli Utama di lingkungan BPK
Perwakilan;
c. Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama yang membidangi pemeriksaan
keuangan negara kepada Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama di bidang
pengelolaan SDM untuk angka kredit Pemeriksa Ahli Pertama dan
Pemeriksa Ahli Muda di lingkungan BPK Pusat; dan
d. Pejabat Administrator yang membidangi pemeriksaan pada BPK
Perwakilan kepada Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama di BPK
Perwakilan untuk angka kredit Pemeriksa Ahli Pertama dan Pemeriksa
Ahli Muda di lingkungan BPK Perwakilan.

B. Tim Penilai Angka Kredit JFP


03 Tim Penilai Angka Kredit JFP yang selanjutnya dalam bab ini disebut Tim Definisi dan kedudukan
Penilai adalah tim yang dibentuk dan ditetapkan oleh Pejabat yang Tim Penilai
memiliki kewenangan menetapkan angka kredit dan bertugas
mengevaluasi keselarasan hasil kerja dengan tugas yang disusun dalam
SKP serta menilai capaian kinerja Pejabat Fungsional Pemeriksa dalam
bentuk Angka Kredit Pejabat Fungsional Pemeriksa.
Tim Penilai dibedakan berdasarkan kedudukannya, yaitu:
1. Tim Penilai Pusat yang berkedudukan di Kantor BPK Pusat; dan
2. Tim Penilai Perwakilan yang berkedudukan di setiap Kantor BPK
Perwakilan.
04 Hubungan antara Tim Penilai Pusat dengan Tim Penilai Perwakilan Hubungan Tim Penilai
merupakan garis koordinasi. Dalam hal Tim Penilai Perwakilan Pusat dan Tim Penilai
menemukan masalah-masalah yang belum diatur dalam Juknis JFP, Tim Perwakilan

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 106


Juknis JFP Bab VIII

Penilai Perwakilan harus meminta pendapat dan keputusan dari Tim


Penilai Pusat.
05 Tim Penilai terdiri atas pejabat yang berasal dari unsur teknis yang Unsur Tim Penilai
membidangi pemeriksaan, pengelolaan SDM, dan Pemeriksa.
06 Susunan Tim Penilai, baik Tim Penilai Pusat maupun Tim Penilai Susunan Tim Penilai
Perwakilan, adalah sebagai berikut:
a. seorang Ketua merangkap anggota;
b. seorang Sekretaris merangkap anggota dan harus berasal dari unsur
pengelolaan SDM; dan
c. anggota, paling sedikit terdiri dari 3 (tiga) orang dan paling sedikit
2 (dua) orang diantaranya berasal dari Pemeriksa.
07 Jumlah anggota Tim Penilai harus gasal dan disesuaikan dengan beban Jumlah anggota Tim
kerja. Indikator beban kerja tersebut diantaranya adalah jumlah Pemeriksa Penilai
yang akan dinilai angka kreditnya pada satuan kerja tertentu.
08 Apabila jumlah anggota Tim Penilai tidak dapat dipenuhi dari Pejabat Anggota Tim Penilai
Fungsional Pemeriksa, anggota Tim Penilai dapat diangkat dari PNS lain paling kurang 2 (dua)
yang memiliki kompetensi untuk menilai kinerja Pejabat Fungsional orang dari Pejabat
Pemeriksa. Fungsional Pemeriksa

09 Struktur organisasi Tim Penilai dapat dilihat pada gambar berikut ini. Struktur organisasi Tim
Penilai

Gambar 6. Struktur Organisasi Tim Penilai

Ketua

Sekretaris

Anggota Anggota Anggota

1. Tugas Tim Penilai


10 Tugas Tim Penilai adalah sebagai berikut: Tugas Tim Penilai
a. Tim Penilai Pusat bertugas:
1) memeriksa kesesuaian antara kegiatan yang diusulkan oleh
Pemeriksa dengan bukti prestasi kerja;
2) melakukan penilaian dan memberikan angka kredit
berdasarkan ketentuan JFP bagi:
a) Pemeriksa Ahli Pertama sampai dengan Pemeriksa Ahli
Utama di lingkungan BPK Pusat;
b) Pemeriksa Ahli Madya dan Pemeriksa Ahli Utama di
lingkungan BPK Perwakilan;
c) PNS yang akan diangkat ke dalam JFP melalui
pengangkatan pertama, pengangkatan perpindahan dari
jabatan lain, dan pengangkatan melalui promosi (bagi PNS
yang belum pernah menduduki JFP) di lingkungan BPK
Pusat dan BPK Perwakilan;

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 107


Juknis JFP Bab VIII

d) Pemeriksa Ahli Pertama sampai dengan Pemeriksa Ahli


Utama yang akan diangkat kembali ke dalam JFP di
lingkungan BPK Pusat; dan
e) Pemeriksa Ahli Madya dan Pemeriksa Ahli Utama yang
akan diangkat kembali ke dalam JFP di lingkungan BPK
Perwakilan;
3) menuangkan angka kredit hasil penilaian dalam butir dan
kolom/lajur DUPENAK;
4) memberikan rekomendasi kenaikan pangkat dan/atau jenjang
jabatan;
5) memberikan rekomendasi untuk mengikuti uji kompetensi;
6) melakukan pemantauan terhadap hasil penilaian capaian tugas
jabatan Pemeriksa;
7) memberikan pertimbangan penilaian SKP;
8) memberikan bahan pertimbangan kepada pejabat yang
berwenang dalam pengembangan PNS, pengangkatan dalam
jabatan, pemberian tunjangan dan sanksi, mutasi, serta
keikutsertaan Pejabat Fungsional Pemeriksa dalam diklat;
9) memutuskan hal-hal yang belum diatur dalam Juknis JFP
berdasarkan pertimbangan profesionalnya dan dijadikan acuan
dalam penilaian serta mendokumentasikannya sebagai bahan
pertimbangan, apabila dianggap relevan untuk
penyempurnaan Juknis JFP; dan
10) melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan Tim Penilai kepada
Sekretaris Jenderal.
b. Tim Penilai Perwakilan bertugas:
1) memeriksa kesesuaian antara kegiatan yang diusulkan oleh
Pemeriksa dengan bukti prestasi kerja;
2) melakukan penilaian dan memberikan angka kredit
berdasarkan ketentuan JFP bagi:
a) Pemeriksa Ahli Pertama dan Pemeriksa Ahli Muda di
lingkungan BPK Perwakilan; dan
b) Pemeriksa Ahli Pertama dan Pemeriksa Ahli Muda yang
akan diangkat kembali ke dalam JFP di lingkungan BPK
Perwakilan;
3) menuangkan angka kredit hasil penilaian dalam butir dan
kolom/lajur DUPENAK;
4) memberikan rekomendasi kenaikan pangkat dan/atau jenjang
jabatan;
5) memberikan rekomendasi untuk mengikuti uji kompetensi;
6) melakukan pemantauan terhadap hasil penilaian capaian tugas
jabatan Pemeriksa;
7) memberikan pertimbangan penilaian SKP; dan
8) melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan Tim Penilai kepada
Kepala Perwakilan.
2. Tugas Sekretariat Tim Penilai
11 Tim Penilai dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh Sekretariat Sekretariat Tim Penilai
Tim Penilai yang dipimpin oleh Sekretaris. Sekretaris dan Sekretariat
Tim Penilai diutamakan berasal dari satuan kerja:

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 108


Juknis JFP Bab VIII

a. Biro SDM untuk Sekretariat Tim Penilai Pusat; dan


b. Subbagian SDM untuk Sekretariat Tim Penilai Perwakilan.
12 Sekretariat Tim Penilai bertugas membantu Tim Penilai Tugas Sekretariat Tim
mempersiapkan administrasi untuk keperluan penilaian prestasi kerja Penilai
Pemeriksa. Rincian tugas Sekretariat Tim Penilai adalah sebagai
berikut:
a. menerima dan mengadministrasikan formulir DUPAK dari
Pemeriksa;
b. menyampaikan DUPAK kepada Tim Penilai;
c. memfasilitasi rekonsiliasi hasil penilaian angka kredit dan rapat
Tim Penilai;
d. menuangkan DUPAK dan hasil penilaian yang telah disepakati ke
dalam formulir DUPENAK;
e. melayani keperluan Tim Penilai dalam melaksanakan tugasnya;
f. mengadministrasikan hasil kerja Tim Penilai dan bukti-bukti
prestasi kerja yang telah dinilai;
g. menyusun konsep PAK berdasarkan DUPENAK dan
menyampaikannya kepada Pejabat yang Berwenang Menetapkan
Angka Kredit;
h. menyampaikan PAK yang telah ditandatangani kepada Pemeriksa
dan pihak terkait sesuai kebutuhan; dan
i. melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada Ketua Tim Penilai.
13 Apabila Tim Penilai Perwakilan belum dapat dibentuk dan ditetapkan Tim Penilai Perwakilan
karena belum memenuhi syarat keanggotaan Tim Penilai yang belum ditetapkan
ditentukan, Kepala Perwakilan dapat meminta Tim Penilai Pusat untuk
melakukan penilaian angka kredit bagi Pemeriksa pada BPK
Perwakilan.
14 Jika terdapat prestasi kerja Pemeriksa yang dinilai memiliki Tim Penilai Teknis
kekhususan sehingga Tim Penilai yang ada tidak mampu menilai,
maka Sekretaris Jenderal/Kepala Perwakilan membentuk Tim Penilai
Teknis.
Tugas pokok Tim Penilai Teknis adalah memberikan saran dan
pertimbangan kepada Ketua Tim Penilai dalam hal memberikan
penilaian terhadap kegiatan/prestasi Pemeriksa yang bersifat khusus
atau memerlukan keahlian tertentu.
Tim Penilai Teknis bersifat sementara dan menerima tugas serta
bertanggung jawab kepada Ketua Tim Penilai. Anggota Tim Penilai
Teknis terdiri dari para ahli, baik berkedudukan sebagai PNS maupun
bukan PNS, yang memiliki keahlian atau kemampuan teknis yang
diperlukan.
3. Pengangkatan dan Pemberhentian Tim Penilai dan Sekretariat Tim Penilai

a. Pengangkatan
15 Pejabat yang berwenang mengangkat Tim Penilai adalah sebagai Pejabat yang berwenang
berikut: mengangkat Tim Penilai
1) Sekretaris Jenderal bagi Tim Penilai Pusat dan Sekretariat Tim dan Sekretariat Tim Penilai
Penilai Pusat; dan
2) Kepala Perwakilan bagi Tim Penilai Perwakilan dan
Sekretariat Tim Penilai Perwakilan.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 109


Juknis JFP Bab VIII

16 Masa jabatan Tim Penilai dan Sekretariat Tim Penilai adalah Masa jabatan Tim Penilai
3 (tiga) tahun dengan paling banyak 2 (dua) kali masa jabatan dan Sekretariat Tim Penilai
berturut-turut. Setelah 2 (dua) kali masa jabatan berturut-turut
berakhir, anggota Tim Penilai dan anggota Sekretariat Tim Penilai
dapat diangkat kembali setelah melampaui masa tenggang waktu
1 (satu) masa jabatan. Keputusan pengangkatan Tim Penilai dan
Sekretariat Tim Penilai diperbarui minimal setiap semester.
17 Dalam hal terdapat anggota Tim Penilai yang turut dinilai, Ketua Penilaian angka kredit bagi
Tim Penilai dapat mengangkat anggota Tim Penilai Pengganti. Tim Penilai

Dalam hal Ketua Tim Penilai yang dinilai, Ketua Tim Penilai akan
dijabat langsung oleh Pejabat yang Berwenang Menetapkan
Angka Kredit dan pejabat tersebut mengangkat anggota Tim
Penilai Pengganti untuk melakukan penilaian angka kredit
terhadap kegiatan Ketua Tim Penilai.
18 Syarat untuk dapat diangkat menjadi anggota Tim Penilai adalah Syarat untuk diangkat
sebagai berikut: menjadi Anggota Tim
1) menduduki pangkat/jabatan paling rendah sama dengan Penilai
pangkat/jabatan Pemeriksa yang dinilai;
2) memiliki keahlian dan kompetensi untuk melakukan
penilaian;
3) dapat aktif melakukan penilaian;
4) tidak pernah dijatuhi hukuman disiplin;
5) memiliki penilaian prestasi kerja baik dalam 3 (tiga) tahun
terakhir;
6) memiliki masa kerja lebih dari 5 (lima) tahun; dan
7) merupakan PNS yang ditempatkan sesuai dengan kedudukan
Tim Penilai.
b. Pemberhentian
19 Anggota Tim Penilai diberhentikan apabila: Pemberhentian Tim Penilai
1) berhalangan paling singkat 6 (enam) bulan;
2) pensiun;
3) mengundurkan diri dari keanggotaan Tim Penilai;
4) tidak memenuhi syarat lagi sebagai anggota Tim Penilai;
5) berhenti sebagai PNS; atau
6) dipindahkan ke dalam jabatan lain di luar JFP,
dipindahtugaskan dari BPK Pusat ke BPK Perwakilan atau
sebaliknya, atau dipindahtugaskan dari BPK Perwakilan ke
BPK Perwakilan lain.
20 Anggota Sekretariat Tim Penilai diberhentikan apabila: Pemberhentian Sekretariat
1) berhalangan paling singkat 6 (enam) bulan; Tim Penilai
2) pensiun;
3) mengundurkan diri dari keanggotaan Sekretariat Tim Penilai;
4) berhenti sebagai PNS; atau
5) dipindahtugaskan dari BPK Pusat ke BPK Perwakilan atau
sebaliknya, atau dipindahtugaskan dari BPK Perwakilan ke
BPK Perwakilan lain.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 110


Juknis JFP Bab VIII

21 Jika terdapat anggota Tim Penilai/anggota Sekretariat Tim Penilai Penggantian anggota Tim
yang diberhentikan, maka Ketua Tim Penilai mengusulkan Penilai dan anggota
penggantian anggota Tim Penilai/anggota Sekretariat Tim Penilai Sekretariat Tim Penilai
secara definitif sesuai dengan masa kerja yang tersisa kepada
Pejabat yang Berwenang Menetapkan Tim Penilai.

C. Pejabat yang Berwenang Menetapkan Angka Kredit


22 Pejabat yang Berwenang Menetapkan Angka Kredit adalah sebagai Pejabat yang Berwenang
berikut: Menetapkan Angka Kredit
1. Pejabat Pimpinan Tinggi Madya yang membidangi kesekretariatan
untuk angka kredit Pemeriksa Ahli Madya dan Pemeriksa Ahli Utama
di lingkungan Kantor BPK Pusat dan BPK Perwakilan;
2. Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama di bidang pengelolaan SDM untuk
angka kredit Pemeriksa Ahli Pertama dan Pemeriksa Ahli Muda di
lingkungan BPK Pusat; dan
3. Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama di BPK Perwakilan untuk angka
kredit Pemeriksa Ahli Pertama dan Pemeriksa Ahli Muda di
lingkungan BPK Perwakilan.
23 Dalam melaksanakan tugasnya, Pejabat yang Berwenang Menetapkan Pejabat yang Berwenang
Angka Kredit dibantu oleh Tim Penilai Pusat dan Tim Penilai Perwakilan. Menetapkan Angka Kredit
dibantu oleh Tim Penilai

24 Keputusan tentang PAK dari Pejabat yang Berwenang Menetapkan Angka Keputusan penetapan
Kredit tidak dapat diajukan keberatan oleh Pemeriksa dan bersifat final angka kredit
pada PAK periode berjalan.
25 Dalam rangka pengendalian dan tata tertib administrasi, Pejabat yang Penyampaian spesimen
Berwenang Menetapkan Angka Kredit harus membuat spesimen tanda tanda tangan dan paraf
tangan serta paraf dan disampaikan kepada Kepala BKN, u.p. Deputi Pejabat yang Berwenang
Mutasi Kepegawaian, atau Kepala Kantor Regional BKN dan pejabat yang Menetapkan Angka Kredit
terkait.
Apabila terjadi pergantian Pejabat yang Berwenang Menetapkan Angka
Kredit, spesimen tanda tangan dan paraf pejabat yang menggantikan
secepatnya dibuat dan disampaikan kepada Kepala BKN, u.p. Deputi
Mutasi Kepegawaian, atau Kepala Kantor Regional BKN dan pejabat yang
terkait.
26 Apabila Pejabat yang Berwenang Menetapkan Angka Kredit berhalangan Pejabat pengganti bagi
sehingga tidak dapat menetapkan angka kredit, penetapan angka kredit Pejabat yang Berwenang
dapat dilakukan oleh pejabat pengganti dengan jabatan 1 (satu) tingkat di Menetapkan Angka Kredit
bawahnya yang secara fungsional bertanggung jawab di bidang teknis
pemeriksaan dan/atau pengelolaan SDM.
Pelaksanaan penetapan angka kredit oleh pejabat pengganti dilakukan
setelah pejabat pengganti tersebut mendapatkan delegasi atau kuasa dari
Pejabat yang Berwenang Menetapkan Angka Kredit atau atasannya (bagi
Kepala Perwakilan dan Kepala Biro SDM).

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 111


Juknis JFP Bab IX

BAB IX
KENAIKAN JABATAN DAN KENAIKAN PANGKAT
01 Bab ini mengatur tentang rincian kenaikan jabatan dan kenaikan pangkat, Lingkup bahasan
terdiri atas pejabat yang berwenang menetapkan keputusan, pengertian,
persyaratan dan kriteria, jadwal kegiatan, dan mekanisme. Bab ini juga
menyajikan komposisi dan kewajiban angka kredit, serta tabungan angka
kredit pada kenaikan jabatan dan kenaikan pangkat dalam JFP.

A. Kenaikan Jabatan

1. Pejabat yang Berwenang Menetapkan Keputusan


02 Pejabat yang berwenang menetapkan keputusan kenaikan jabatan Pejabat yang berwenang
sebagai berikut: menetapkan keputusan
a. Presiden berwenang menetapkan kenaikan jenjang jabatan dari kenaikan jabatan
Pemeriksa Ahli Madya ke Pemeriksa Ahli Utama; dan
b. Sekretaris Jenderal selaku Pejabat Pembina Kepegawaian
berwenang menetapkan kenaikan jenjang jabatan dari Pemeriksa
Ahli Pertama ke Pemeriksa Ahli Muda dan dari Pemeriksa Ahli
Muda ke Pemeriksa Ahli Madya.
2. Pengertian
03 Kenaikan jabatan dalam JFP adalah kenaikan jenjang jabatan 1 (satu) Pengertian kenaikan
tingkat lebih tinggi, yaitu: jabatan
a. kenaikan jenjang jabatan dari Pemeriksa Ahli Pertama ke
Pemeriksa Ahli Muda;
b. kenaikan jenjang jabatan dari Pemeriksa Ahli Muda ke Pemeriksa
Ahli Madya; dan
c. kenaikan jenjang jabatan dari Pemeriksa Ahli Madya ke
Pemeriksa Ahli Utama.
04 Kenaikan jabatan dalam JFP dilaksanakan melalui Mekanisme Hubungan antara kenaikan
Sertifikasi JFP. jabatan dengan Mekanisme
Sertifikasi JFP

3. Persyaratan dan Kriteria


05 Persyaratan kenaikan jenjang jabatan 1 (satu) tingkat lebih tinggi Persyaratan kenaikan
sebagai berikut: jabatan dalam JFP
a. mengikuti dan lulus uji Kompetensi Teknis, Kompetensi
Manajerial, dan Kompetensi Sosial Kultural;
b. nilai prestasi kerja paling kurang bernilai baik dalam 2 (dua) tahun
terakhir; dan
c. persyaratan lain sebagaimana diatur dalam Mekanisme Sertifikasi
JFP.
06 Kenaikan jenjang jabatan 1 (satu) tingkat lebih tinggi harus Lowongan kebutuhan
memperhatikan ketersediaan lowongan kebutuhan jenjang jabatan jabatan
yang akan diduduki.
07 Angka kredit akumulatif untuk kenaikan jabatan dihitung dari Persyaratan angka kredit
akumulasi angka kredit kenaikan pangkat dalam 1 (satu) jenjang yang akumulatif
sedang diduduki.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 112


Juknis JFP Bab IX

Kenaikan jabatan 1 (satu) tingkat lebih tinggi mempersyaratkan


pemerolehan angka kredit akumulatif paling rendah sebagai berikut:
a. 200 (dua ratus) angka kredit untuk kenaikan dari Pemeriksa Ahli
Pertama ke Pemeriksa Ahli Muda;
b. 400 (empat ratus) angka kredit untuk kenaikan dari Pemeriksa
Ahli Muda ke Pemeriksa Ahli Madya; dan
c. 850 (delapan ratus lima puluh) angka kredit untuk kenaikan dari
Pemeriksa Ahli Madya ke Pemeriksa Ahli Utama.
08 Kenaikan jabatan 1 (satu) tingkat lebih tinggi mempersyaratkan Persyaratan angka kredit
pemerolehan angka kredit paling rendah untuk kegiatan pengembangan profesi
pengembangan profesi, sebagai berikut:
a. 3 (tiga) angka kredit untuk kenaikan dari Pemeriksa Ahli Pertama
ke Pemeriksa Ahli Muda;
b. 6 (enam) angka kredit untuk kenaikan dari Pemeriksa Ahli Muda
ke Pemeriksa Ahli Madya; dan
c. 12 (dua belas) angka kredit untuk kenaikan dari Pemeriksa Ahli
Madya ke Pemeriksa Ahli Utama.
Contoh:
IMM, S.E., Ak., ditetapkan sebagai Pemeriksa Ahli Muda TMT
2 Februari 2015 dan memiliki pangkat Penata Tingkat I, golongan
ruang III/d TMT 1 April 2020. Berdasarkan PAK sampai dengan Juni
2023, yang bersangkutan telah memperoleh angka kredit akumulatif
selama berada pada jenjang Pemeriksa Ahli Muda sebesar lebih dari
200 (dua ratus). Dia juga telah memenuhi ketentuan angka kredit
paling sedikit untuk kegiatan pengembangan profesi dalam rangka
kenaikan jabatan sebesar 6 (enam). Dia telah memenuhi penilaian
prestasi kerja pada 2 (dua) tahun terakhir bernilai baik. Selanjutnya,
dia juga telah lulus pada rangkaian Mekanisme Sertifikasi JFP pada
jenjang Pemeriksa Ahli Madya dan telah dipilih oleh Tim Penilai
Kinerja PNS. Untuk itu, dia diusulkan untuk ditetapkan kenaikan
jabatannya menjadi Pemeriksa Ahli Madya.
4. Jadwal Kegiatan
09 Kenaikan jabatan dapat dilakukan setiap saat sesuai dengan lowongan Jadwal kenaikan jabatan
kebutuhan jabatan atau menyesuaikan waktunya dengan Mekanisme
Sertifikasi JFP.
5. Mekanisme
10 Mekanisme kenaikan jabatan dalam Mekanisme Sertifikasi JFP Mekanisme sertifikasi
sebagai berikut: jabatan
a. Biro SDM mengumumkan lowongan kebutuhan jabatan/formasi
JFP perjenjang jabatan.
b. Biro SDM menawarkan kesempatan mengikuti sertifikasi JFP
kepada Pemeriksa yang ditempatkan pada AKN/AUI/BPK
Perwakilan.
c. Pemeriksa mengajukan keikutsertaan sertifikasi dengan
rekomendasi dari atasan langsung paling rendah Pejabat Pimpinan
Tinggi Pratama di AKN/AUI/BPK Perwakilan.
d. Biro SDM menilai pemenuhan persyaratan dan menyusun daftar
Pemeriksa yang dinyatakan memenuhi persyaratan untuk

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 113


Juknis JFP Bab IX

mengikuti Pelatihan Fungsional dalam rangka kenaikan jenjang


jabatan.
e. Biro SDM mengirim daftar Pemeriksa untuk mengikuti pelatihan
kepada Badiklat PKN.
f. Badiklat PKN memanggil peserta dan menyelenggarakan
pelatihan.
g. Pemeriksa yang lulus pelatihan dilanjutkan dengan uji
Kompetensi Teknis untuk memastikan kompetensi teknisnya.
h. Pemeriksa yang lulus uji Kompetensi Teknis diberi kesempatan
menjalankan tugas jabatan untuk dievaluasi kinerjanya oleh
Pemberi Tugas.
i. Berdasarkan penilaian kinerja tersebut, Pemberi Tugas
merekomendasikan Pemeriksa yang berkinerja paling rendah
“baik” untuk mengikuti proses uji Kompetensi Manajerial dan
Kompetensi Sosial Kultural untuk memastikan kesiapan yang
bersangkutan secara manajerial dan sosial kultural untuk
menempati jabatan yang dituju.
j. Hasil pelatihan, uji Kompetensi Teknis, dan penilaian kinerja
dibobot oleh Biro SDM berdasarkan ketentuan Mekanisme
Sertifikasi JFP.
k. Hasil pembobotan tersebut disajikan kepada Tim Penilai Kinerja
PNS untuk dibandingkan dengan hasil uji Kompetensi Manajerial
dan Kompetensi Sosial Kultural.
l. Tim Penilai Kinerja PNS memilih Pemeriksa sesuai dengan
lowongan kebutuhan jabatan/formasi JFP yang telah ditetapkan.
m. Sertifikasi jabatan menghasilkan kesiapan Pemeriksa memangku
jabatannya yang dinyatakan dengan STSJ.
n. Kepala Biro SDM mengusulkan kenaikan jabatan bagi PNS yang
telah memenuhi semua persyaratan kepada Sekretaris Jenderal.
Usulan sekurang-kurangnya memuat nama, NIP, pangkat, unit
kerja, jenjang jabatan, angka kredit, dan terhitung mulai tanggal.
o. Sekretaris Jenderal menetapkan keputusan kenaikan jabatan
menjadi Pemeriksa Ahli Muda sampai dengan Pemeriksa Ahli
Madya bagi Pemeriksa di lingkup BPK Pusat dan BPK
Perwakilan. Contoh keputusan kenaikan jabatan dalam JFP
tercantum dalam Lampiran IX yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan ini.
p. Sekretaris Jenderal mengusulkan kenaikan jabatan bagi Pemeriksa
Ahli Madya menjadi Pemeriksa Ahli Utama bagi Pemeriksa di
lingkup Kantor BPK Pusat dan BPK Perwakilan kepada Presiden
melalui Kementerian Sekretariat Negara, dengan tembusan
kepada Kepala BKN.
q. Kepala BKN memberikan pertimbangan teknis untuk kenaikan
jabatan bagi Pemeriksa Ahli Madya menjadi Pemeriksa Ahli
Utama kepada Presiden.
r. Presiden menetapkan keputusan kenaikan jabatan bagi Pemeriksa
Ahli Madya menjadi Pemeriksa Ahli Utama setelah memperoleh
pertimbangan teknis dari Kepala BKN.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 114


Juknis JFP Bab IX

11 Pengaturan kenaikan jenjang jabatan secara menyeluruh diatur dalam Ketentuan mengenai
Peraturan Sekretaris Jenderal mengenai Mekanisme Sertifikasi JFP. mekanisme sertifikasi
jabatan

6. Bagan Alur
12 Mekanisme kenaikan jabatan dalam JFP digambarkan dalam bagan Bagan alur mekanisme
alur sebagai berikut: kenaikan jabatan

Gambar 7. Bagan Alur Mekanisme Kenaikan Jabatan dalam JFP

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 115


Juknis JFP Bab IX

B. Kenaikan Pangkat

1. Pejabat yang Berwenang Menetapkan Keputusan


13 Pejabat yang berwenang menetapkan keputusan kenaikan pangkat Pejabat yang
sebagai berikut. berwenang
a. Presiden berwenang menetapkan kenaikan pangkat bagi menetapkan keputusan
Pemeriksa Ahli Madya, pangkat Pembina Utama Muda, golongan kenaikan pangkat
ruang IV/c untuk menjadi Pemeriksa Ahli Utama, pangkat
Pembina Utama Madya, golongan ruang IV/d, dan bagi Pemeriksa
Ahli Utama, pangkat Pembina Utama Madya, golongan ruang
IV/d untuk menjadi Pemeriksa Ahli Utama, pangkat Pembina
Utama, golongan ruang IV/e, setelah mendapat pertimbangan
teknis Kepala BKN.
b. Kepala BKN berwenang atas nama Presiden menetapkan kenaikan
pangkat bagi Pemeriksa Ahli Madya, pangkat Pembina Tingkat I,
golongan ruang IV/b untuk menjadi Pemeriksa Ahli Madya,
pangkat Pembina Utama Muda golongan ruang IV/c, setelah
mendapat pertimbangan teknis Kepala BKN/Kepala Kantor
Regional BKN.
c. Sekretaris Jenderal selaku Pejabat Pembina Kepegawaian
berwenang menetapkan kenaikan pangkat bagi Pemeriksa Ahli
Pertama, pangkat Penata Muda, golongan ruang III/a untuk
menjadi Pemeriksa Ahli Pertama, pangkat Penata Muda Tingkat I,
golongan ruang III/b, sampai dengan jabatan Pemeriksa Ahli
Madya, pangkat Pembina Tingkat I, golongan ruang IV/b di
lingkup BPK Pusat, setelah mendapat persetujuan teknis Kepala
BKN.
d. Kepala Perwakilan berwenang, berdasarkan pelimpahan
wewenang Sekretaris Jenderal, menetapkan kenaikan pangkat
bagi Pemeriksa Ahli Pertama, pangkat Penata Muda, golongan
ruang III/a untuk menjadi Pemeriksa Ahli Pertama, pangkat
Penata Muda Tingkat I, golongan ruang III/b, sampai dengan
jabatan Pemeriksa Ahli Madya, pangkat Pembina Tingkat I,
golongan ruang IV/b di lingkup BPK Perwakilan, setelah
mendapat persetujuan teknis Kepala Kantor Regional BKN.
2. Pengertian
14 Kenaikan pangkat dalam JFP adalah kenaikan kepangkatan 1 (satu) Pengertian kenaikan
tingkat lebih tinggi yang juga ditunjukkan dengan kenaikan pangkat
golongan/ruang, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan, yaitu:
a. kenaikan dari pangkat Penata Muda, golongan ruang III/a ke
pangkat Penata Muda Tingkat I, golongan ruang III/b;
b. kenaikan dari pangkat Penata Muda Tingkat I, golongan ruang
III/b ke pangkat Penata, golongan ruang III/c;
c. kenaikan dari pangkat Penata, golongan ruang III/c ke pangkat
Penata Tingkat I, golongan ruang III/d;
d. kenaikan dari pangkat Penata Tingkat I, golongan ruang III/d ke
pangkat Pembina, golongan ruang IV/a;
e. kenaikan dari pangkat Pembina, golongan ruang IV/a ke pangkat
Pembina Tingkat I, golongan ruang IV/b;

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 116


Juknis JFP Bab IX

f. kenaikan dari pangkat Pembina Tingkat I, golongan ruang IV/b ke


pangkat Pembina Utama Muda, golongan ruang IV/c;
g. kenaikan dari pangkat Pembina Utama Muda, golongan ruang
IV/c ke pangkat Pembina Utama Madya, golongan ruang IV/d;
dan
h. kenaikan dari pangkat Pembina Utama Madya, golongan ruang
IV/d ke pangkat Pembina Utama, golongan ruang IV/e.
15 Penyebutan pangkat dan golongan ruang adalah sebagaimana dikenal Penyebutan pangkat
selama ini sepanjang belum ada ketentuan lebih lanjut dari Pemerintah dan golongan ruang

3. Persyaratan dan Kriteria

a. Kenaikan Pangkat dalam Jabatan yang Sama


16 Kenaikan pangkat dalam jabatan yang sama mempersyaratkan hal- Persyaratan kenaikan
hal sebagai berikut: pangkat dalam jabatan
1) memenuhi target angka kredit akumulatif paling rendah yang yang sama
disyaratkan untuk kenaikan pangkat setingkat lebih tinggi;
2) sekurang-kurangnya telah 2 (dua) tahun dalam pangkat
terakhir; dan
3) penilaian prestasi kerja paling rendah bernilai baik dalam
2 (dua) tahun terakhir.
17 Kenaikan pangkat 1 (satu) tingkat lebih tinggi dalam jenjang Persyaratan angka
jabatan yang sama mempersyaratkan pemerolehan angka kredit kredit akumulatif
akumulatif paling rendah sebagai berikut:
1) 50 (lima puluh) angka kredit untuk kenaikan dari pangkat
Penata Muda, golongan ruang III/a ke pangkat Penata Muda
Tingkat I, golongan ruang III/b;
2) 100 (seratus) angka kredit untuk kenaikan dari pangkat Penata,
golongan ruang III/c ke pangkat Penata Tingkat I, golongan
ruang III/d;
3) 150 (seratus lima puluh) angka kredit untuk kenaikan dari
pangkat Pembina, golongan ruang IV/a ke pangkat Pembina
Tingkat I, golongan ruang IV/b;
4) 150 (seratus lima puluh) angka kredit untuk kenaikan dari
pangkat Pembina Tingkat I, golongan ruang IV/b ke pangkat
Pembina Utama Muda, golongan ruang IV/c; dan
5) 200 (dua ratus) angka kredit untuk kenaikan dari pangkat
Pembina Utama Madya, golongan ruang IV/d ke pangkat
Pembina Utama, golongan ruang IV/e.
18 Kenaikan pangkat dalam 1 (satu) jenjang jabatan yang sama tidak Angka kredit kegiatan
mempersyaratkan angka kredit paling rendah untuk kegiatan pengembangan profesi
pengembangan profesi.
19 Kenaikan pangkat dalam 1 (satu) jenjang jabatan yang sama dapat Angka kredit kegiatan
memperhitungkan angka kredit dari kegiatan penunjang sebesar penunjang
paling tinggi 20% (dua puluh persen) dari angka kredit yang
dipersyaratkan untuk kenaikan pangkat. Rinciannya sebagai
berikut:

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 117


Juknis JFP Bab IX

1) paling tinggi 10 (sepuluh) angka kredit dari kegiatan


penunjang untuk kenaikan dari pangkat Penata Muda,
golongan ruang III/a ke pangkat Penata Muda Tingkat I,
golongan ruang III/b;
2) paling tinggi 20 (dua puluh) angka kredit dari kegiatan
penunjang untuk kenaikan dari pangkat Penata, golongan
ruang III/c ke pangkat Penata Tingkat I, golongan ruang III/d;
3) paling tinggi 30 (tiga puluh) angka kredit dari kegiatan
penunjang untuk kenaikan dari pangkat Pembina, golongan
ruang IV/a ke pangkat Pembina Tingkat I, golongan ruang
IV/b;
4) paling tinggi 30 (tiga puluh) angka kredit dari kegiatan
penunjang untuk kenaikan dari pangkat Pembina Tingkat I,
golongan ruang IV/b ke pangkat Pembina Utama Muda,
golongan ruang IV/c; dan
5) paling tinggi 40 (empat puluh) angka kredit dari kegiatan
penunjang untuk kenaikan dari pangkat Pembina Utama
Madya, golongan ruang IV/d ke pangkat Pembina Utama,
golongan ruang IV/e.
Contoh:
a. KWA, S.E., Ak. adalah seorang Pemeriksa Ahli Muda TMT
1 Februari 2019 dan pangkat Penata, golongan ruang III/c,
TMT 1 Oktober 2019. Berdasarkan PAK sampai dengan Juni
2022, yang bersangkutan telah memperoleh angka kredit
akumulatif untuk kenaikan pangkat sebesar 106 (seratus
enam), dengan rincian 90 (sembilan puluh) angka kredit pada
kegiatan pemeriksaan, pelatihan, dan pengembangan profesi,
serta 16 (enam belas) angka kredit kegiatan penunjang. Hal ini
berarti dia telah memenuhi ketentuan angka kredit paling
tinggi untuk kegiatan penunjang dalam rangka kenaikan
pangkat dari III/c ke III/d, yaitu paling tinggi 20 (dua puluh)
angka kredit. Dia memenuhi penilaian prestasi kerja yang
bernilai baik dalam 2 (dua) tahun terakhir. Untuk itu, dia dapat
diusulkan untuk memperoleh kenaikan pangkat menjadi
Penata Tingkat I, golongan ruang III/d, pada periode Oktober
2022.
b. LSN, S.E., Ak., M.Ak. ditetapkan sebagai Pemeriksa Ahli
Madya TMT 1 Maret 2018 dan menduduki pangkat Pembina
Tingkat I, golongan ruang IV/b, TMT 1 April 2021.
Berdasarkan PAK sampai dengan Desember 2022 diketahui
yang bersangkutan telah memperoleh angka kredit akumulatif
untuk kenaikan pangkat sebesar 156 (seratus lima puluh
enam). Dia memenuhi penilaian kinerja dalam 2 (dua) tahun
terakhir yang bernilai baik. Meskipun dia telah memenuhi
syarat angka kredit akumulatif dan penilaian kinerja, yang
bersangkutan belum dapat diajukan naik pangkat ke Pembina
Utama Muda, golongan ruang IV/c, pada periode April 2023
karena masa kepangkatan yang sedang diduduki kurang dari
2 (dua) tahun.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 118


Juknis JFP Bab IX

b. Kenaikan Pangkat dalam Jabatan yang Lebih Tinggi


20 Kenaikan pangkat dalam jenjang jabatan yang lebih tinggi Persyaratan kenaikan
mempersyaratkan hal-hal sebagai berikut: pangkat untuk jabatan
1) kenaikan jabatan bagi Pemeriksa dalam jenjang yang lebih yang lebih tinggi
tinggi telah ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
2) memenuhi target angka kredit akumulatif paling rendah yang
disyaratkan untuk kenaikan pangkat setingkat lebih tinggi;
3) sekurang-kurangnya telah 2 (dua) tahun dalam pangkat
terakhir; dan
4) penilaian prestasi kerja paling rendah bernilai baik dalam
2 (dua) tahun terakhir.
21 Kenaikan pangkat 1 (satu) tingkat lebih tinggi dalam jenjang Persyaratan angka
jabatan yang lebih tinggi mempersyaratkan pemerolehan angka kredit akumulatif
kredit akumulatif paling rendah sebagai berikut:
1) 50 (lima puluh) angka kredit untuk kenaikan dari pangkat
Penata Muda Tingkat I, golongan ruang III/b ke pangkat
Penata, golongan ruang III/c;
2) 100 (seratus) angka kredit untuk kenaikan dari pangkat Penata
Tingkat I, golongan ruang III/d ke pangkat Pembina, golongan
ruang IV/a; dan
3) 150 (seratus lima puluh) angka kredit untuk kenaikan dari
pangkat Pembina Utama Muda, golongan ruang IV/c ke
pangkat Pembina Utama Madya, golongan ruang IV/d.
22 Kenaikan pangkat dalam jabatan yang lebih tinggi Angka kredit kegiatan
mempersyaratkan angka kredit paling rendah untuk kegiatan pengembangan profesi
pengembangan profesi yang wajib dipenuhi saat kenaikan jabatan
setingkat lebih tinggi, yaitu:
1) 3 (tiga) angka kredit untuk kenaikan dari Pemeriksa Ahli
Pertama ke Pemeriksa Ahli Muda;
2) 6 (enam) angka kredit untuk kenaikan dari Pemeriksa Ahli
Muda ke Pemeriksa Ahli Madya; dan
3) 12 (dua belas) angka kredit untuk kenaikan dari Pemeriksa
Ahli Madya ke Pemeriksa Ahli Utama.
23 Kenaikan pangkat dalam jabatan yang lebih tinggi dapat Angka kredit kegiatan
memperhitungkan angka kredit dari kegiatan penunjang sebesar penunjang
paling tinggi 20% (dua puluh persen) dari angka kredit yang
dipersyaratkan untuk kenaikan pangkat. Rinciannya sebagai
berikut:
1) paling tinggi 10 (sepuluh) angka kredit dari kegiatan
penunjang untuk kenaikan dari pangkat Penata Muda Tingkat
I, golongan ruang III/b ke pangkat Penata, golongan ruang
III/c;
2) paling tinggi 20 (dua puluh) angka kredit dari kegiatan
penunjang untuk kenaikan dari pangkat Penata Tingkat I,
golongan ruang III/d ke pangkat Pembina, golongan ruang
IV/a; dan

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 119


Juknis JFP Bab IX

3) paling tinggi 30 (tiga puluh) angka kredit dari kegiatan


penunjang untuk kenaikan dari pangkat Pembina Utama
Muda, golongan ruang IV/c ke pangkat Pembina Utama
Madya, golongan ruang IV/d.
Contoh:
MMB, S.H. adalah seorang Pemeriksa Ahli Muda dengan pangkat
Penata Tingkat I, golongan ruang III/d, TMT 1 Oktober 2019.
Berdasarkan PAK sampai dengan Juni 2022, yang bersangkutan
telah memperoleh angka kredit akumulatif untuk kenaikan
pangkat sebesar 108 (seratus delapan). Dia telah memenuhi angka
kredit paling rendah untuk kegiatan pengembangan profesi dalam
rangka kenaikan jabatan ke Pemeriksa Ahli Madya yang harus
diperoleh semasa pangkat III/c dan III/d sebesar 6 (enam). Dia
memenuhi penilaian prestasi kerja yang bernilai baik dalam
2 (dua) tahun terakhir. Setelah mengikuti rangkaian sertifikasi JFP
untuk Pemeriksa Ahli Madya, dia ditetapkan kenaikan jabatannya
menjadi Pemeriksa Ahli Madya TMT 1 Januari 2023. Dengan
demikian, dia diusulkan untuk memperoleh kenaikan pangkat
menjadi Pembina, golongan ruang IV/a, pada periode April 2023.
24 Angka kredit akumulatif untuk kenaikan pangkat dihitung dari Perhitungan dan
akumulasi capaian angka kredit setiap tahun. Angka kredit pemberian angka
akumulatif untuk kenaikan pangkat diberikan untuk 1 (satu) kali kredit untuk kenaikan
kenaikan pangkat. Kelebihan angka kredit dapat diperhitungkan pangkat
untuk kenaikan pangkat berikutnya dalam 1 (satu) jenjang jabatan.
c. Jadwal Kegiatan
25 Pengajuan usulan kenaikan pangkat Pemeriksa dapat dilakukan Jadwal kenaikan
2 (dua) kali dalam setahun untuk periode kenaikan pangkat April pangkat
dan Oktober.
d. Mekanisme
26 Mekanisme kenaikan pangkat dalam JFP di lingkup BPK Pusat Mekanisme kenaikan
yang dikelola oleh Biro SDM adalah sebagai berikut. pangkat dalam JFP di
1) Berdasarkan PAK, hasil penilaian prestasi kerja, dan basis lingkup BPK Pusat
data yang dimiliki, Biro SDM menilai pemenuhan persyaratan
kenaikan pangkat Pemeriksa.
2) Untuk kenaikan pangkat menjadi Penata Muda Tingkat I,
golongan ruang III/b, sampai dengan Pembina Tingkat I,
golongan ruang IV/b:
a) kepala satuan kerja di lingkup BPK Pusat mengajukan
Pemeriksa yang telah memenuhi persyaratan kenaikan
pangkat;
b) jika hasil penilaian menunjukkan Pemeriksa telah
memenuhi persyaratan, maka Kepala Biro SDM
menyiapkan usulan kenaikan pangkat yang dilampiri
dengan PAK, penilaian prestasi kerja, serta persyaratan
lainnya dan menyampaikannya kepada Kepala BKN;
c) Kepala BKN memberikan persetujuan teknis atas usulan
kenaikan pangkat dan menyampaikannya kepada Kepala
Biro SDM;

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 120


Juknis JFP Bab IX

d) berdasarkan persetujuan teknis dari Kepala BKN, Kepala


Biro SDM menyiapkan konsep keputusan kenaikan
pangkat dan menyampaikan hasilnya kepada Sekretaris
Jenderal; dan
e) Sekretaris Jenderal menetapkan keputusan kenaikan
pangkat bagi Pemeriksa yang telah disetujui kenaikan
pangkatnya.
3) Untuk kenaikan pangkat menjadi Pembina Utama Muda,
golongan ruang IV/c, sampai dengan Pembina Utama,
golongan ruang IV/e:
a) kepala satuan kerja di lingkup BPK Pusat dan BPK
Perwakilan mengajukan Pemeriksa yang telah memenuhi
persyaratan kenaikan pangkat;
b) jika hasil penilaian menunjukkan Pemeriksa telah
memenuhi persyaratan, maka Kepala Biro SDM
menyiapkan konsep usulan kenaikan pangkat yang
dilampiri dengan PAK, penilaian prestasi kerja, serta
persyaratan lainnya dan menyampaikannya kepada
Sekretaris Jenderal;
c) Sekretaris Jenderal mengusulkan kenaikan pangkat
kepada Presiden melalui Kementerian Sekretariat Negara,
dengan dilampiri PAK, hasil penilaian prestasi kerja, dan
persyaratan lainnya dengan tembusan kepada Kepala
BKN;
d) Kepala BKN memberikan pertimbangan teknis atas usulan
kenaikan pangkat;
e) Kepala BKN menetapkan keputusan kenaikan pangkat
bagi Pemeriksa yang telah disetujui kenaikan pangkat
menjadi Pembina Utama Muda golongan ruang IV/c atas
nama Presiden; dan
f) berdasarkan pertimbangan teknis Kepala BKN, Presiden
menetapkan keputusan kenaikan pangkat bagi Pemeriksa
yang telah disetujui kenaikan pangkat menjadi Pembina
Utama Madya, golongan ruang IV/d, dan Pembina Utama,
golongan ruang IV/e.
27 Mekanisme kenaikan pangkat dalam JFP di lingkup BPK Mekanisme kenaikan
Perwakilan yang dikelola oleh Sekretariat Perwakilan, dhi. pangkat dalam JFP di
Subbagian SDM, adalah sebagai berikut. lingkup BPK
1) Berdasarkan PAK, hasil penilaian prestasi kerja dan basis data Perwakilan
yang dimiliki, Subbagian SDM menilai pemenuhan
persyaratan kenaikan pangkat Pemeriksa.
2) Untuk kenaikan pangkat menjadi Penata Muda Tingkat I,
golongan ruang III/b, sampai dengan Pembina Tingkat I,
golongan ruang IV/b,:
a) atasan langsung Pemeriksa di lingkup BPK Perwakilan
mengajukan Pemeriksa yang telah memenuhi persyaratan
kenaikan pangkat;
b) jika hasil penilaian menunjukkan Pemeriksa telah
memenuhi persyaratan, maka Kepala Subbagian SDM
menyiapkan konsep usulan kenaikan pangkat yang
dilampiri dengan PAK, penilaian prestasi kerja, serta

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 121


Juknis JFP Bab IX

persyaratan lainnya dan menyampaikannya kepada Kepala


Perwakilan;
c) Kepala Perwakilan mengusulkan kenaikan pangkat
kepada Kepala Kantor Regional BKN yang dilampiri
dengan PAK, penilaian prestasi kerja, serta persyaratan
lainnya;
d) Kepala Kantor Regional BKN memberikan persetujuan
teknis atas usulan kenaikan pangkat dan
menyampaikannya kepada Kepala Perwakilan;
e) berdasarkan persetujuan teknis dari Kepala Kantor
Regional BKN, Kepala Subbagian SDM menyiapkan
konsep keputusan kenaikan pangkat dan menyampaikan
hasilnya kepada Kepala Perwakilan; dan
f) Kepala Perwakilan menetapkan keputusan kenaikan
pangkat bagi Pemeriksa yang telah disetujui kenaikan
pangkatnya.
3) Untuk kenaikan pangkat menjadi Pembina Utama Muda,
golongan ruang IV/c, sampai dengan Pembina Utama,
golongan ruang IV/e:
a) jika hasil penilaian menunjukkan Pemeriksa telah
memenuhi persyaratan, maka Kepala Subbagian SDM
menyiapkan konsep usulan kenaikan pangkat yang
dilampiri dengan PAK, penilaian prestasi kerja, serta
persyaratan lainnya dan menyampaikannya kepada Kepala
Perwakilan; dan
b) Kepala Perwakilan mengusulkan Pemeriksa yang telah
memenuhi persyaratan kenaikan pangkat kepada
Sekretaris Jenderal melalui Kepala Biro SDM, untuk
diproses lebih lanjut.
e. Bagan Alur
28 Mekanisme kenaikan pangkat dalam JFP digambarkan dalam Bagan alur mekanisme
bagan alur sebagai berikut: kenaikan pangkat

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 122


Juknis JFP Bab IX

Gambar 8. Bagan Alur Mekanisme Kenaikan Pangkat dalam JFP di BPK Pusat

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 123


Juknis JFP Bab IX

Gambar 9. Bagan Alur Mekanisme Kenaikan Pangkat dalam JFP di BPK Perwakilan

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 124


Juknis JFP Bab IX

C. Komposisi dan Kewajiban Angka Kredit


29 Komposisi angka kredit dari kegiatan-kegiatan untuk kenaikan jabatan Komposisi angka
atau kenaikan pangkat dalam JFP harus memenuhi ketentuan sebagai kredit
berikut:
1. Komposisi angka kredit untuk kenaikan pangkat setingkat lebih tinggi
diatur sebagai berikut:
a. sekurang-kurangnya 80% (delapan puluh persen) angka kredit
berasal dari kegiatan pemeriksaan; dan
b. setinggi-tingginya 20% (dua puluh persen) angka kredit berasal
dari kegiatan penunjang.
2. Angka kredit pengembangan profesi untuk kenaikan jenjang jabatan
setingkat lebih tinggi diatur sebagai berikut:
a. paling rendah 3 (tiga) angka kredit bagi Pemeriksa Ahli Pertama
yang akan naik jabatan setingkat lebih tinggi menjadi Pemeriksa
Ahli Muda;
b. paling rendah 6 (enam) angka kredit bagi Pemeriksa Ahli Muda
yang akan naik jabatan setingkat lebih tinggi menjadi Pemeriksa
Ahli Madya; dan
c. paling rendah 12 (dua belas) angka kredit bagi Pemeriksa Ahli
Madya yang akan naik jabatan setingkat lebih tinggi menjadi
Pemeriksa Ahli Utama.
3. Sesuai dengan SPKN, Pemeriksa juga diharuskan memenuhi
kewajiban pendidikan profesi berkelanjutan paling rendah 80 (delapan
puluh) jam setiap 2 (dua) tahun. Dalam rangka memenuhi hal tersebut,
Pemeriksa diwajibkan mengumpulkan paling rendah 2 (dua) angka
kredit dari kegiatan pelatihan fungsional/teknis di bidang pemeriksaan
pada setiap kenaikan jabatan atau kenaikan pangkat.
30 Komposisi angka kredit paling rendah untuk kenaikan jabatan atau Komposisi angka
kenaikan pangkat sebagai berikut: kredit untuk kenaikan
jabatan atau kenaikan
pangkat

Tabel 2. Komposisi Angka Kredit Paling Rendah untuk Kenaikan Jabatan atau Kenaikan Pangkat

Angka Kredit Paling Rendah


Kenaikan Angka
Kenaikan Pangkat dari Kredit
Kegiatan
Jabatan dari (Golongan Akumulatif
Kegiatan Kegiatan Pengemba-
Ruang) Kenaikan
Pemeriksaan Pelatihan *) ngan
Profesi
Pemeriksa -- -- -- --
Ahli Utama ke --
-- IV/d ke IV/e 200 160 2

Pemeriksa IV/c ke IV/d 150 120 2


Ahli Madya
IV/b ke IV/c 150 120 2 12
ke Pemeriksa
Ahli Utama IV/a ke IV/b 150 120 2
Pemeriksa III/d ke IV/a 100 80 2
Ahli Muda ke
6
Pemeriksa III/c ke III/d 100 80 2
Ahli Madya

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 125


Juknis JFP Bab IX

Angka Kredit Paling Rendah


Kenaikan Angka
Kenaikan Pangkat dari Kredit
Kegiatan
Jabatan dari (Golongan Akumulatif
Kegiatan Kegiatan Pengemba-
Ruang) Kenaikan
Pemeriksaan Pelatihan *) ngan
Profesi
Pemeriksa III/b ke III/c 50 40 2
Ahli Pertama
3
ke Pemeriksa III/a ke III/b 50 40 2
Ahli Muda
Catatan:
*) Kegiatan Pelatihan dalam rangka memenuhi SPKN.

31 Pemeriksa yang telah memenuhi angka kredit yang disyaratkan untuk Kewajiban untuk tetap
kenaikan jabatan tetapi belum dapat diberikan kenaikan jabatan karena mengumpulkan angka
belum tersedia lowongan kebutuhan jabatan, diwajibkan memenuhi target kredit meski belum
angka kredit setiap 1 (satu) tahun, yaitu: naik jabatan
a. paling sedikit 10 (sepuluh) angka kredit untuk Pemeriksa Ahli
Pertama;
b. paling sedikit 20 (dua puluh) angka kredit untuk Pemeriksa Ahli
Muda; dan
c. paling sedikit 30 (tiga puluh) angka kredit untuk Pemeriksa Ahli
Madya.
Contoh:
NHS, S.E., Ak. adalah seorang PNS dengan jabatan Pemeriksa Ahli
Pertama, TMT 1 Februari 2018, dan pangkat Penata Muda Tingkat I,
golongan ruang III/b, TMT 1 Oktober 2020. Berdasarkan PAK sampai
dengan Agustus 2021, dia memperoleh angka kredit akumulatif sebesar
103 (seratus tiga). Meskipun telah memenuhi angka kredit akumulatif
yang disyaratkan untuk kenaikan jabatan dari Pemeriksa Ahli Pertama
menjadi Pemeriksa Ahli Muda, yaitu sebesar 100 (seratus), dia belum
dapat diusulkan untuk memperoleh kenaikan jabatan menjadi Pemeriksa
Ahli Muda. Hal ini disebabkan oleh tidak adanya lowongan kebutuhan
jabatan Pemeriksa Ahli Muda pada saat itu. Dia tetap diharuskan untuk
mengumpulkan angka kredit paling sedikit sebesar 10 (sepuluh) setiap
tahunnya sampai dengan pengangkatan yang bersangkutan menjadi
Pemeriksa Ahli Muda.
32 Pemeriksa yang telah menduduki jabatan Pemeriksa Ahli Utama dan Kewajiban memenuhi
pangkat Pembina Utama, golongan ruang IV/e, diwajibkan memenuhi target angka kredit
target angka kredit setiap tahun paling sedikit sebesar 25 (dua puluh lima) pada jabatan tertinggi
angka kredit. dan pangkat tertinggi

Contoh:
Dr. OPH, M.Sc., S.E., C.A. adalah seorang PNS dengan jabatan Pemeriksa
Ahli Utama. Dia diangkat dalam pangkat Pembina Utama, golongan ruang
IV/e, TMT 1 Oktober 2020. Meskipun yang bersangkutan telah berada
pada jabatan dan pangkat tertinggi, yang bersangkutan wajib memenuhi
target angka kredit pada masa penilaian kinerja pada tahun 2021 sebesar
paling sedikit 25 (dua puluh lima) angka kredit.
33 Pemeriksa tidak diberikan kenaikan jabatan/pangkat apabila target angka Pernyataan tidak
kredit yang dipersyaratkan untuk kenaikan jabatan/pangkat 1 (satu) diberikan kenaikan
tingkat lebih tinggi tidak tercapai. jabatan/pangkat

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 126


Juknis JFP Bab IX

D. Tabungan Angka Kredit


34 Tabungan angka kredit adalah kelebihan angka kredit dari angka kredit Pengertian tabungan
akumulatif paling rendah yang dipersyaratkan untuk kenaikan pangkat angka kredit
setingkat lebih tinggi.
Tabungan angka kredit tidak berlaku untuk kenaikan jabatan.
Pemeriksa yang memperoleh angka kredit yang melebihi angka kredit
untuk kenaikan pangkat setingkat lebih tinggi, kelebihan angka kredit
tersebut dapat diperhitungkan untuk kenaikan pangkat berikutnya dalam
1 (satu) jenjang jabatan tanpa menghilangkan kewajiban pemenuhan
komposisi angka kredit.
35 Tabungan angka kredit pada kegiatan pemeriksaan tidak dapat Tabungan angka kredit
mengurangi kewajiban memenuhi komposisi paling rendah 80% (delapan pada kegiatan
puluh persen) dari angka kredit yang diwajibkan pada kegiatan pemeriksaan
pemeriksaan dalam setiap pengajuan kenaikan pangkat.
36 Tidak ada tabungan angka kredit pada kegiatan pengembangan profesi Tabungan angka kredit
dalam setiap pengajuan kenaikan pangkat. pada kegiatan
pengembangan profesi

37 Tabungan angka kredit pada kegiatan penunjang tidak mengurangi Tabungan angka kredit
perhitungan angka kredit paling tinggi pada kegiatan penunjang dalam pada kegiatan
setiap pengajuan kenaikan pangkat. penunjang

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 127


Juknis JFP Bab X

BAB X
KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL PEMERIKSA
01 Bab ini mengatur tentang standar kompetensi yang dipergunakan untuk Lingkup bahasan
melakukan uji kompetensi dalam JFP, sekaligus pelaksanaan uji
kompetensinya. Di samping itu, bab ini menjelaskan pengembangan
kompetensi untuk meningkatkan kompetensi dan profesionalisme
pemangku JFP.
Ketentuan tersebut digunakan sebagai acuan bagi pejabat terkait untuk
menjamin tercapainya perlakuan yang sama, objektif, dan profesional bagi
Pemeriksa.

A. Standar Kompetensi
02 Standar kompetensi ASN adalah deskripsi pengetahuan, keterampilan, dan Pengertian
perilaku yang diperlukan seorang ASN dalam melaksanakan tugas
jabatan.
Standar kompetensi dalam JFP merupakan standar kemampuan yang
disyaratkan untuk dapat melakukan pekerjaan tertentu dalam bidang
pemeriksaan yang menyangkut aspek pengetahuan, keahlian, serta sikap
kerja tertentu yang relevan dengan tugas dan syarat jabatan.
03 Kompetensi JFP meliputi Kompetensi Teknis, Kompetensi Manajerial, Ragam kompetensi
dan Kompetensi Sosial Kultural. Rinciannya sebagai berikut: JFP
1. Kompetensi Teknis adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/
perilaku yang dapat diamati, diukur, dan dikembangkan yang spesifik
berkaitan dengan bidang teknis pemeriksaan dalam JFP.
2. Kompetensi Manajerial adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/
perilaku yang dapat diamati, diukur, dan dikembangkan untuk
memimpin dan/atau mengelola unit organisasi di lingkup JFP.
3. Kompetensi Sosial Kultural adalah pengetahuan, keterampilan, dan
sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur, dan dikembangkan terkait
dengan pengalaman berinteraksi dengan masyarakat majemuk dalam
hal agama, suku dan budaya, perilaku, wawasan kebangsaan, etika,
nilai-nilai, moral, emosi, dan prinsip, yang harus dipenuhi oleh setiap
pemegang jabatan untuk memperoleh hasil kerja sesuai dengan tugas
jabatan dalam JFP.
04 Kamus kompetensi teknis dalam JFP disusun dan ditetapkan oleh Ketentuan lebih lanjut
Sekretaris Jenderal. diatur oleh Sekretaris
Jenderal
Standar kompetensi untuk JFP secara keseluruhan, yang meliputi kamus
kompetensi teknis, kamus kompetensi manajerial, dan kamus kompetensi
sosial kultural, diatur oleh Sekretaris Jenderal dengan mengacu pada
ketentuan peraturan perundang-undangan.

B. Uji Kompetensi
05 Uji kompetensi adalah proses pengukuran dan penilaian terhadap Pengertian
kompetensi teknis, manajerial, dan/atau sosial kultural dari seorang ASN
dalam melaksanakan tugas dan fungsi dalam jabatan.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 128


Juknis JFP Bab X

Uji kompetensi dalam JFP merupakan proses pengukuran dan penilaian


terhadap kompetensi teknis, manajerial, dan/atau sosial kultural dari
seorang PNS dalam melaksanakan tugas jabatan dalam JFP.
06 PNS yang menduduki JFP harus memenuhi standar kompetensi sesuai Pemenuhan standar
dengan jenjang jabatannya. kompetensi

07 Uji kompetensi dalam JFP dilaksanakan untuk keperluan: Ragam keperluan uji
1. pengangkatan perpindahan dari jabatan lain; kompetensi
2. pengangkatan melalui promosi;
3. pengangkatan promosi melalui kenaikan jenjang jabatan berdasar
Mekanisme Sertifikasi JFP;
4. pengangkatan kembali; atau
5. lainnya, seperti pemetaan profil kompetensi Pemeriksa.
08 Uji kompetensi dilaksanakan secara reguler pada periode tertentu. Uji Jadwal uji kompetensi
kompetensi dapat dilakukan setiap saat sesuai dengan keperluan
sebagaimana dimaksud pada paragraf 07.
09 Mekanisme pelaksanaan uji kompetensi sebagai berikut: Mekanisme uji
1. Biro SDM menyusun daftar PNS yang akan diikutsertakan dalam uji kompetensi
kompetensi sekaligus menyiapkan prasarana dan sarana uji
kompetensi.
2. Biro SDM memanggil peserta uji kompetensi melalui nota dinas yang
ditujukan kepada kepala satuan kerja dan disampaikan juga kepada
setiap peserta.
3. Kepala satuan kerja mempersiapkan dan menugaskan peserta uji
kompetensi pada lingkup tugasnya.
4. Pemanggilan peserta uji kompetensi dilakukan paling lambat
10 (sepuluh) hari kerja sebelum uji kompetensi dilaksanakan.
5. Peserta uji kompetensi melaksanakan uji kompetensi sesuai dengan
tata cara pelaksanaan uji kompetensi yang telah ditentukan, seperti
alokasi waktu, lokasi, akomodasi, dan sebagainya.
6. Biro SDM menyampaikan hasil uji kompetensi kepada peserta
dan/atau pihak-pihak terkait, beserta rencana pengembangan individu
untuk ditindaklanjuti.
7. Biro SDM menyajikan hasil uji kompetensi seluruh pemangku JFP
untuk mendukung pengembangan JFP.
10 Mekanisme uji kompetensi digambarkan dalam bagan alur sebagai Bagan alur uji
berikut. kompetensi

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 129


Juknis JFP Bab X

Gambar 10. Mekanisme Uji Kompetensi

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 130


Juknis JFP Bab X

C. Pengembangan Kompetensi

1. Pengertian Pengembangan Kompetensi dalam JFP


11 Pengembangan kompetensi dalam JFP merupakan upaya pemenuhan Pengertian
kebutuhan kompetensi Pemeriksa dengan standar kompetensi dan pengembangan
rencana pengembangan karier dalam JFP. kompetensi dalam JFP

Setiap Pemeriksa memiliki hak dan kesempatan yang sama untuk


diikutsertakan dalam pengembangan kompetensi melalui
pertimbangan penilaian kinerja dan hasil uji kompetensi Pemeriksa
yang bersangkutan.
12 Sesuai dengan SPKN, Pemeriksa diharuskan memenuhi kewajiban Kewajiban
pendidikan profesi berkelanjutan paling rendah 80 (delapan puluh) pengembangan
jam setiap 2 (dua) tahun. Pemenuhan kewajiban tersebut dilaksanakan kompetensi bagi
paling sedikit 20 (dua puluh) jam dalam 1 (satu) tahun. Pemeriksa

2. Bentuk Pengembangan Kompetensi dalam JFP


13 Pengembangan kompetensi dalam JFP dilaksanakan dalam bentuk Bentuk pengembangan
pendidikan, pelatihan, serta pengembangan kompetensi lainnya. kompetensi dalam JFP

Pengembangan kompetensi dalam bentuk pendidikan merupakan


pemberian tugas belajar pada pendidikan formal dalam jenjang
pendidikan tinggi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. Pada masa sekarang pendidikan S-2 dan S-3 tidak menjadi
persyaratan menduduki jabatan dan proyeksi kenaikan jenjang jabatan
setingkat lebih tinggi.
14 Pengembangan kompetensi dalam bentuk pelatihan di bidang Jenis pelatihan di
pemeriksaan terdiri dari: bidang pemeriksaan
a. Pelatihan Fungsional dalam JFP; dan
b. Pelatihan Teknis Bidang Pemeriksaan.
3. Pelatihan Fungsional dalam JFP
15 Pelatihan fungsional merupakan program peningkatan pengetahuan, Pengertian pelatihan
ketrampilan, dan sikap perilaku Pemeriksa untuk memenuhi fungsional
kompetensi bidang tugas terkait pemeriksaan melalui proses
pembelajaran secara intensif.
Pelatihan fungsional dilaksanakan untuk mencapai persyaratan
kompetensi yang sesuai dengan jenjang jabatan dalam JFP. Pelatihan
fungsional dilaksanakan untuk proyeksi pengembangan karier.
16 Klasifikasi pelatihan fungsional adalah sebagai berikut: Klasifikasi pelatihan
fungsional
a. Pelatihan Pembentukan JFP. Pelatihan ini dilaksanakan bagi PNS
yang tidak memiliki rekam jejak JFP. Pelatihan ini diikuti oleh
PNS yang akan atau telah diangkat ke dalam JFP melalui:
1) pengangkatan pertama;
2) pengangkatan perpindahan dari jabatan lain; dan
3) pengangkatan melalui promosi.
b. Pelatihan Pengangkatan Promosi untuk Kenaikan Jenjang Jabatan.
Pelatihan ini dilaksanakan untuk Pemeriksa yang akan naik ke
jenjang jabatan lebih tinggi. Pelatihan ini terdiri atas:

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 131


Juknis JFP Bab X

1) Pelatihan Pemeriksa Ahli Muda;


2) Pelatihan Pemeriksa Ahli Madya; dan
3) Pelatihan Pemeriksa Ahli Utama.
Pelatihan Pembentukan JFP yang dilaksanakan dalam pengangkatan
pertama wajib diikuti oleh CPNS dari lowongan kebutuhan JFP
sebagai salah satu syarat pengangkatan pertama.
17 Pelatihan fungsional diselenggarakan oleh Badiklat PKN. Penyelenggara
pelatihan fungsional

18 Peserta yang lulus pelatihan fungsional akan diberikan Sertifikat. Sertifikat

19 Ketentuan mengenai pelaksanaan pelatihan fungsional dalam JFP Ketentuan pelatihan


diatur lebih lanjut oleh Sekretaris Jenderal. fungsional selanjutnya

4. Pelatihan Teknis Bidang Pemeriksaan


20 Pelatihan teknis di bidang pemeriksaan merupakan program Pengertian pelatihan
peningkatan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap perilaku Pemeriksa teknis bidang
untuk memenuhi kompetensi penguasaan substantif bidang kerja pemeriksaan
melalui proses pembelajaran secara intensif.
Kompetensi Teknis Pemeriksa BPK adalah seperangkat pengetahuan
serta keterampilan pemeriksaan yang diperlukan oleh Pemeriksa BPK
dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsi pemeriksaan secara
profesional, efektif, dan efisien.
21 Pelatihan teknis di bidang pemeriksaan meliputi berbagai pelatihan Lingkup pelatihan
yang berkaitan dengan cluster Kompetensi Teknis Pemeriksa teknis bidang
sebagaimana dimaksud pada Standar Kompetensi Teknis Pemeriksa. pemeriksaan

22 Pelatihan teknis di bidang pemeriksaan diselenggarakan oleh Badiklat Penyelenggara


PKN atau lembaga lain sesuai dengan kebutuhan satuan pelatihan teknis bidang
kerja/Pemeriksa. pemeriksaan

23 Peserta yang telah lulus akan diberikan Sertifikat. Sertifikat

24 Keikutsertaan Pemeriksa dalam pelatihan teknis bidang pemeriksaan Prosedur persetujuan


yang diselenggarakan lembaga lain harus diberitahukan oleh kepala dan legalisasi sertifikat
satuan kerja terlebih dahulu kepada Badiklat PKN. pelatihan yang
diselenggarakan oleh
Penerbitan sertifikatnya diajukan kepada Badiklat PKN agar pelatihan
lembaga lain
tersebut terstandarisasi dan dapat diakui angka kreditnya.
Prosedur persetujuan dan legalisasi sertifikat pelatihan teknis bidang
pemeriksaan yang diselenggarakan oleh lembaga lain adalah sebagai
berikut:
a. Kepala satuan kerja menyampaikan permintaan persetujuan
mengikutsertakan pegawai dalam pelatihan yang diselenggarakan
oleh lembaga selain BPK atau Badiklat PKN dengan menyertakan
daftar nama yang diusulkan dan surat penawaran/dokumen lain
yang menunjukkan durasi dan cakupan materi/topik pelatihan.
Permintaan persetujuan tersebut disampaikan paling lambat
10 (sepuluh) hari kerja sebelum waktu pelaksanaan.
b. Kepala Badiklat PKN akan memberikan pertimbangan untuk
menyetujui atau menolak permintaan tersebut disertai dengan
jumlah jam pelatihan yang diakui, dan menyampaikan jawaban

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 132


Juknis JFP Bab X

kepada kepala satuan kerja yang mengajukan paling lambat


5 (lima) hari kerja setelah permintaan diterima.
c. Dalam hal Kepala Badiklat PKN menyetujui permintaan tersebut,
segera setelah pelaksanaan pelatihan, kepala satuan kerja
menyampaikan laporan dengan disertai asli sertifikat pelatihan
dan paling banyak 3 (tiga) lembar salinannya untuk dilegalisasi.
25 Kepala satuan kerja wajib mengusulkan Pemeriksa, yang berdasarkan Kewajiban atasan
hasil penilaian prestasi kerjanya terdapat kompetensi teknis yang langsung Pemeriksa
belum terpenuhi dan/atau untuk meningkatkan kompetensi, untuk untuk mengusulkan
mengikuti pelatihan teknis di bidang pemeriksaan sesuai kebutuhan pelatihan teknis di
Pemeriksa serta mempertimbangkan beban kerja pada unit kerjanya. bidang pemeriksaan

26 Ketentuan mengenai pelaksanaan pelatihan teknis di bidang Ketentuan pelatihan


pemeriksaan diatur lebih lanjut oleh Sekretaris Jenderal. teknis selanjutnya

5. Pengembangan Kompetensi Lainnya


27 Selain pelatihan sebagaimana dimaksud di atas, Pemeriksa dapat Program
mengembangkan kompetensinya melalui program pengembangan pengembangan
kompetensi lainnya. kompetensi lainnya

Program pengembangan kompetensi lainnya meliputi pengembangan


kompetensi manajerial, pengembangan kompetensi sosial kultural,
dan kompetensi teknis lain terkait bidang pemeriksaan.
28 Program pengembangan kompetensi lainnya dapat berbentuk: Bentuk program
a. pemeliharaan kinerja dan target kinerja; pengembangan
b. seminar; kompetensi lainnya
c. lokakarya; atau
d. konferensi.
Selain 4 (empat) bentuk pengembangan kompetensi sebagaimana
disebutkan di atas, Pemeriksa dapat mengikuti bentuk kegiatan/
metode lain yang maksud dan tujuan penyelenggaraannya untuk
meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku
Pemeriksa terkait bidang pemeriksaan.
29 Bentuk program pengembangan kompetensi lainnya dapat Penyelenggara
diselenggarakan oleh satuan kerja internal BPK atau lembaga lain
yang menaruh perhatian pada bidang pemeriksaan.
30 Bukti keikutsertaan Pemeriksa dalam program pengembangan Bukti keikutsertaan
kompetensi lainnya dapat berupa Sertifikat atau keterangan dari
penyelenggara.
31 Kepala satuan kerja dapat mengikutsertakan Pemeriksa dalam Peserta dapat berasal
program pengembangan kompetensi lainnya, terutama bagi Pemeriksa dari hasil analisis
yang berdasarkan hasil penilaian prestasi kerjanya terdapat kesenjangan
kompetensi yang belum terpenuhi dan/atau untuk meningkatkan kompetensi
kompetensi.
32 Ketentuan lebih lanjut mengenai pengembangan kompetensi lainnya Ketentuan
diatur oleh Sekretaris Jenderal. pengembangan
kompetensi lainnya

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 133


Juknis JFP Bab XI

BAB XI
PENILAIAN KINERJA, PENEGAKAN DISIPLIN,
DAN PENEGAKAN KODE ETIK
01 Bab ini mengatur tentang penilaian kinerja, penegakan disiplin, dan Lingkup bahasan
penegakan Kode Etik BPK dengan tujuan untuk menjamin objektivitas
pembinaan yang didasarkan sistem prestasi dan sistem karier sehingga
dapat mewujudkan Pemeriksa yang independen, berintegritas, dan
profesional.

A. Penilaian Kinerja
02 Penilaian kinerja JFP bertujuan untuk menjamin objektivitas pembinaan Penilaian kinerja JFP
JFP yang didasarkan pada sistem prestasi dan sistem karier.
Penilaian kinerja JFP dilakukan berdasarkan perencanaan kinerja pada
tingkat individu dan tingkat unit atau organisasi, dengan memperhatikan
target, capaian, hasil, dan manfaat yang dicapai, serta perilaku.
Penilaian kinerja JFP dilakukan secara objektif, terukur, akuntabel,
partisipatif, dan transparan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Penilaian kinerja dalam JFP meliputi SKP dan Perilaku Kerja.
03 SKP merupakan target kinerja tahunan seorang Pemeriksa yang Target angka kredit
didasarkan pada penetapan kinerja unit kerja yang bersangkutan. sebagai target kinerja
utama pada SKP
Target kinerja pada SKP terdiri dari target kinerja utama berupa target
angka kredit dan/atau target kinerja tambahan berupa target tugas
tambahan.
04 Target angka kredit sebagaimana dimaksud pada paragraf 03, diuraikan Definisi target angka
dalam bentuk butir kegiatan yang sesuai dengan penjabaran sasaran unit/ kredit
organisasi dan/atau kegiatan atasan langsung yang harus dicapai untuk
masing-masing jenjang jabatan dalam JFP. Tugas tambahan ditetapkan
oleh pimpinan unit kerja berdasarkan penetapan kinerja unit kerja yang
bersangkutan.
Target angka kredit, bersama dengan target tugas tambahan, digunakan
sebagai dasar untuk penyusunan, penetapan, dan penilaian SKP. Hasil
penilaian SKP Pemeriksa ditetapkan sebagai capaian SKP.
05 Mekanisme penyusunan SKP bagi Pemeriksa dilakukan dengan ketentuan
sebagai berikut:
1. Pemeriksa wajib menyusun SKP yang akan dilaksanakan dalam
1 (satu) tahun berjalan.
2. SKP bagi Pemeriksa diambil dari butir kegiatan yang merupakan
turunan dari penetapan kinerja unit berdasarkan pada tingkat kesulitan
dan syarat kompetensi untuk masing-masing jenjang jabatan.
3. SKP yang disusun harus disetujui dan ditetapkan oleh atasan
langsung, sebagai berikut:

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 134


Juknis JFP Bab XI

a. kinerja utama Pemeriksa disusun dalam bentuk target angka


kredit; dan
b. kinerja tambahan Pemeriksa berupa tugas tambahan.
4. Target angka kredit merupakan kinerja utama yang berisi butir
kegiatan dan diberikan nilai angka kredit, dan ditetapkan setiap tahun
sesuai dengan jenjang jabatan, yang berasal dari tugas jabatan. Butir
tugas jabatan tersedia dalam ketentuan mengenai kegiatan yang dapat
dinilai sebagai angka kredit.
5. Dalam hal Pemeriksa menduduki jenjang jabatan pada tahun berjalan,
target angka kredit ditetapkan secara proporsional berdasarkan jumlah
waktu sejak menduduki jabatan pada tahun berjalan, yaitu:
Target angka kredit dihitung dari norma target angka kredit dibagi
jumlah bulan dalam 1 (satu) tahun kemudian dikali sisa jumlah bulan
tahun berjalan.
norma target angka
target sisa jumlah
kredit
angka = x bulan tahun
jumlah bulan dalam berjalan
kredit
satu tahun

Contoh:
KLM, S.E., Ak., C.A. ditetapkan kenaikan jabatan dari Pemeriksa
Ahli Pertama menjadi Pemeriksa Ahli Muda pada tanggal 1 April
2021. Target angka kredit ditetapkan sebesar 18,75 (delapan belas
koma tujuh lima) atau dihitung dari norma target angka kredit
Pemeriksa Ahli Muda sebesar 25 (dua puluh lima) dibagi 12 (dua
belas) bulan kemudian dikali 9 (sembilan) bulan tersisa pada tahun
2021.
6. Tugas tambahan merupakan kinerja tambahan yang ditetapkan
berdasarkan penetapan kinerja unit kerja yang bersangkutan, dengan
karakteristik sebagai berikut:
a. disepakati antara pimpinan unit kerja atau pejabat penilai kinerja
dengan Pemeriksa yang bersangkutan;
b. diformalkan dalam keputusan;
c. di luar tugas pokok jabatan;
d. sesuai dengan kapasitas yang dimiliki Pemeriksa yang
bersangkutan; dan/atau;
e. terkait langsung dengan tugas atau output organisasi.
06 Mekanisme penilaian SKP bagi Pemeriksa dilakukan dengan ketentuan Mekanisme penilaian
berikut ini. SKP
1. Penilaian SKP dilakukan oleh pejabat penilai yang menilai dengan
menghitung tingkat capaian SKP yang telah ditetapkan.
2. Pengukuran capaian SKP dilakukan dengan membandingkan realisasi
dengan target sesuai dengan SKP yang telah ditetapkan melalui proses
pengumpulan bukti-bukti empiris mengenai realisasi SKP pada setiap
periode pengukuran capaian SKP.
3. Periode pengukuran capaian SKP dapat dilakukan secara periodik
setiap bulan, setiap triwulan, setiap semester, dan/atau tahunan dengan
mempertimbangkan ketersediaan perangkat pengukuran kinerja.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 135


Juknis JFP Bab XI

4. Penilaian perilaku kerja dilakukan oleh pejabat penilai, dapat


berdasarkan penilaian rekan kerja setingkat dan/atau bawahan
langsung, dan dituangkan dalam dokumen perilaku kerja.
5. Penilaian capaian SKP dan perilaku kerja selanjutnya dilakukan dan
ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
07 Pejabat penilai (atasan langsung) dalam penilaian kinerja bagi Pemeriksa Pejabat penilai bagi
Ahli Pertama sampai dengan Pemeriksa Ahli Madya diatur berikut ini. Pemeriksa Ahli
1. Pejabat penilai bagi Pemeriksa Ahli Madya, Pemeriksa Ahli Muda, Pertama sampai
dan Pemeriksa Ahli Pertama adalah Pejabat Administrator yang dengan Pemeriksa Ahli
membawahi JFP. Madya
2. Atasan pejabat penilai bagi Pemeriksa Ahli Madya, Pemeriksa Ahli
Muda, dan Pemeriksa Ahli Pertama adalah Pejabat Pimpinan Tinggi
Pratama yang membawahi JFP.
08 Pejabat penilai (atasan langsung) dalam penilaian kinerja bagi Pemeriksa Pejabat penilai bagi
Ahli Utama diatur berikut ini. Pemeriksa Ahli Utama
1. Pejabat penilai bagi Pemeriksa Ahli Utama adalah Pejabat Pimpinan
Tinggi Pratama yang membawahi JFP.
2. Atasan pejabat penilai bagi Pemeriksa Ahli Utama adalah Pejabat
Pimpinan Tinggi Madya yang membawahi JFP.
09 Capaian SKP disampaikan kepada Tim Penilai Angka Kredit untuk Capaian SKP dan
dilakukan penilaian sebagai capaian angka kredit. Tim Penilai Angka capaian angka kredit
Kredit mengevaluasi keselarasan hasil kerja dengan target yang disusun
dalam SKP serta menilai capaian kinerja Pemeriksa dalam bentuk angka
kredit. Capaian angka kredit ditetapkan oleh Tim Penilai Angka Kredit
dalam bentuk PAK.
10 Ketentuan penilaian angka kredit yang digunakan sebagai dasar penilaian Target angka kredit
kinerja adalah sebagai berikut: Pemeriksa setiap tahun
guna mendukung
a. Pemeriksa setiap tahun wajib mengumpulkan angka kredit dari
penilaian kinerja
kegiatan pemeriksaan, kegiatan pengembangan profesi Pemeriksa,
dan kegiatan penunjang tugas pemeriksaan dengan jumlah angka
kredit paling sedikit:
1) 12,5 (dua belas koma lima) untuk Pemeriksa Ahli Pertama;
2) 25 (dua puluh lima) untuk Pemeriksa Ahli Muda;
3) 37,5 (tiga puluh tujuh koma lima) untuk Pemeriksa Ahli Madya;
dan
4) 50 (lima puluh) untuk Pemeriksa Ahli Utama.
b. Target angka kredit sebagaimana dimaksud pada huruf a, dikecualikan
dalam hal:
1) belum tersedia lowongan kebutuhan JFP (formasi) pada jenjang
jabatan lebih tinggi; atau
2) Pemeriksa Ahli Utama yang memiliki pangkat Pembina Utama,
golongan ruang IV/e.
c. Target angka kredit sebagaimana dimaksud pada huruf a digunakan
sebagai dasar dalam penilaian SKP.
11 Pemeriksa yang telah memenuhi angka kredit yang disyaratkan untuk Target angka kredit
kenaikan jabatan tetapi belum dapat diberikan kenaikan jabatan karena bagi Pemeriksa yang
belum tersedia lowongan kebutuhan jabatan, sebagaimana dimaksud pada belum naik jabatan

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 136


Juknis JFP Bab XI

paragraf 10 huruf b angka 1), diwajibkan memenuhi target angka kredit


setiap 1 (satu) tahun, yaitu:
1. paling sedikit 10 (sepuluh) angka kredit untuk Pemeriksa Ahli
Pertama;
2. paling sedikit 20 (dua puluh) angka kredit untuk Pemeriksa Ahli
Muda; dan
3. paling sedikit 30 (tiga puluh) angka kredit untuk Pemeriksa Ahli
Madya.
12 Pemeriksa yang telah menduduki jabatan Pemeriksa Ahli Utama dan Target angka kredit
pangkat Pembina Utama, golongan ruang IV/e, sebagaimana dimaksud Pemeriksa Ahli Utama
pada paragraf 10 huruf b angka 2), diwajibkan memenuhi target angka pangkat Pembina
kredit setiap tahun paling sedikit sebesar 25 (dua puluh lima) angka kredit. Utama

13 Pemeriksa tidak diberikan kenaikan jabatan/pangkat apabila target angka Tidak diberikan
kredit yang dipersyaratkan untuk kenaikan jabatan/pangkat 1 (satu) kenaikan jabatan/
tingkat lebih tinggi tidak tercapai. pangkat

B. Penegakan Disiplin
14 Dalam rangka mewujudkan Pemeriksa yang handal, profesional, dan Penegakan disiplin
bermoral, Pemeriksa yang diduga melakukan pelanggaran disiplin PNS bagi Pemeriksa
diajukan pada proses penegakan disiplin sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
15 Dalam hal terdapat pelanggaran atas kewajiban mencapai sasaran kerja Penjatuhan hukuman
pegawai yang ditetapkan, Pemeriksa yang tidak dapat memenuhi capaian disiplin karena
sasaran kerja dapat dijatuhi hukuman disiplin sebagai berikut: pencapaian sasaran
1. hukuman disiplin tingkat sedang apabila pencapaian sasaran kerja kerja
pada akhir tahun hanya 25% (dua puluh lima persen) sampai dengan
50% (lima puluh persen); dan
2. hukuman disiplin tingkat berat apabila pencapaian sasaran kerja
kurang dari 25% (dua puluh lima persen).
16 Pemeriksa yang pencapaian sasaran kerjanya kurang dari 25% (dua puluh Pemberhentian dari
lima persen) dan telah dijatuhi hukuman disiplin tingkat berat berupa JFP karena capaian
pembebasan dari jabatan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap, sasaran kerja kurang
diberhentikan dari JFP. dari 25% (dua puluh
lima persen)

17 Mekanisme penegakan disiplin kepada Pemeriksa secara menyeluruh Mekanisme penegakan


mengacu pada ketentuan mengenai pemeriksaan dan penjatuhan hukuman disiplin sesuai dengan
disiplin PNS. ketentuan peraturan
perundang-undangan

C. Penegakan Kode Etik


18 Pemeriksa yang melakukan pelanggaran terhadap kewajiban dan/atau Penegakan kode etik
larangan Kode Etik BPK dapat dijatuhi sanksi kode etik berdasarkan
lingkup dampak sebagai berikut:
1. Pelanggaran terhadap kewajiban dan/atau larangan yang berdampak
negatif terhadap Tim Pemeriksa atau satuan kerja, dijatuhi sanksi
tingkat ringan.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 137


Juknis JFP Bab XI

2. Pelanggaran terhadap kewajiban dan/atau larangan yang berdampak


negatif terhadap unit pelaksana tugas pemeriksaan, dijatuhi sanksi
tingkat sedang.
3. Pelanggaran terhadap kewajiban dan/atau larangan yang berdampak
negatif terhadap negara dan/atau BPK, dijatuhi sanksi tingkat berat.
19 Pemeriksa yang dijatuhi sanksi kode etik atas pelanggaran terhadap Sanksi kode etik
kewajiban dan/atau larangan yang berdampak negatif terhadap Tim tingkat ringan
Pemeriksa atau satuan kerja sebagaimana dimaksud pada paragraf 18
angka 1, dilarang melakukan pemeriksaan selama 1 (satu) tahun dengan
masa percobaan selama 6 (enam) bulan.
20 Pemeriksa yang dijatuhi sanksi kode etik atas pelanggaran terhadap Sanksi kode etik
kewajiban dan/atau larangan yang berdampak negatif terhadap unit tingkat sedang berupa
pelaksana tugas pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada paragraf 18 pemberhentian dari
angka 2, diberhentikan sebagai Pemeriksa paling sedikit 1 (satu) tahun JFP
atau paling lama 2 (dua) tahun. Pemeriksa yang dijatuhi sanksi ini dilarang
ditugaskan dalam pemeriksaan.
Pemeriksa tersebut diberhentikan dari jabatannya untuk ditugaskan secara
penuh pada Jabatan Pelaksana. Pemeriksa tersebut dipindahkan ke unit
kerja nonpemeriksaan dan yang bersangkutan menyandang Jabatan
Pelaksana. Pemeriksa tersebut dapat diangkat kembali ke dalam JFP.
Pengangkatan kembali ke dalam JFP dari Jabatan Pelaksana tersebut
dikecualikan dari ketentuan penyesuaian jenjang jabatan setelah
pengangkatan kembali.
21 Pemeriksa yang dijatuhi sanksi kode etik atas pelanggaran terhadap Sanksi kode etik
kewajiban dan/atau larangan yang berdampak negatif terhadap negara tingkat berat berupa
dan/atau BPK sebagaimana dimaksud pada paragraf 18 angka 3, pemberhentian dari
diberhentikan sebagai Pemeriksa paling sedikit 3 (tiga) tahun atau JFP
diberhentikan secara tetap sebagai Pemeriksa. Pemeriksa yang dijatuhi
sanksi ini dilarang ditugaskan dalam pemeriksaan.
Pemeriksa tersebut diberhentikan dari jabatannya karena tidak memenuhi
persyaratan jabatan. Pemeriksa tersebut dipindahkan ke unit kerja
nonpemeriksaan dan yang bersangkutan menyandang Jabatan Pelaksana.
22 Mekanisme penegakan Kode Etik BPK kepada Pemeriksa secara Mekanisme penegakan
menyeluruh mengacu pada ketentuan mengenai Kode Etik BPK dan kode etik sesuai
Majelis Kehormatan Kode Etik (MKKE) BPK. dengan ketentuan
peraturan perundang-
undangan

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 138


Juknis JFP Bab XII

BAB XII
PEMBERHENTIAN DARI
JABATAN FUNGSIONAL PEMERIKSA
01 Bab ini mengatur tentang pejabat yang berwenang menetapkan keputusan, Lingkup bahasan
kondisi/kriteria, dan mekanisme dalam pemberhentian Pemeriksa dari
JFP. Ketentuan tersebut dipergunakan sebagai acuan bagi pejabat terkait
untuk menjamin tercapainya perlakuan yang sama, objektif, dan
profesional.

A. Pejabat yang Berwenang Menetapkan Keputusan


02 Pejabat yang berwenang menetapkan keputusan pemberhentian dari JFP Pejabat yang
sebagai berikut: berwenang
a. Presiden berwenang menetapkan pemberhentian dari JFP bagi menetapkan keputusan
Pemeriksa Ahli Utama; dan pemberhentian
b. Sekretaris Jenderal selaku Pejabat Pembina Kepegawaian berwenang
menetapkan pemberhentian dari JFP bagi Pemeriksa Ahli Pertama
sampai dengan Pemeriksa Ahli Madya.

B. Kondisi/Kriteria
03 Pemeriksa diberhentikan dari JFP apabila memenuhi kondisi/kriteria Kondisi/kriteria
pemberhentian sebagai berikut: pemberhentian
Pemeriksa dari JFP
1. Mengundurkan diri dari jabatan.
Contoh:
LKI, S.E., M.H., seorang Pemeriksa Ahli Muda yang memiliki
pangkat Penata Tingkat I, golongan ruang III/d, mengajukan
pengunduran diri dari JFP. Atas pengunduran diri tersebut, Biro SDM
selanjutnya mengajukan usulan pemberhentian dari JFP untuk
disampaikan kepada Sekretaris Jenderal.
Pengunduran diri Pemeriksa dalam jenjang jabatan yang didudukinya
dapat dipertimbangkan dalam hal memiliki alasan pribadi yang tidak
memungkinkan untuk melaksanakan tugas JFP.
Pengunduran diri tersebut wajib disampaikan secara tertulis kepada
Sekretaris Jenderal dengan menyertakan alasan.
2. Diberhentikan sementara sebagai PNS.
Pemeriksa diberhentikan sementara sebagai PNS apabila:
a. diangkat menjadi pejabat negara;
b. diangkat menjadi komisioner atau anggota lembaga nonstruktural;
atau
c. ditahan karena menjadi tersangka tindak pidana.
Contoh:
Dr. MSK, S.E., M.M., Ak., C.A, seorang Pemeriksa Ahli Utama yang
memiliki pangkat Pembina Utama, golongan ruang IV/e, ditunjuk
sebagai pejabat negara sehingga sesuai ketentuan yang berlaku
Pemeriksa yang bersangkutan harus diberhentikan sementara sebagai

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 139


Juknis JFP Bab XII

PNS. Dengan diterbitkannya keputusan pengangkatan sebagai pejabat


negara, Biro SDM selanjutnya mengajukan bahan usulan
pemberhentian dari JFP untuk disampaikan kepada Sekretaris
Jenderal.
3. Menjalani cuti di luar tanggungan negara.
Contoh:
NRA, S.T., seorang Pemeriksa Ahli Muda yang memiliki pangkat
Penata Tingkat I, golongan ruang III/d, mengajukan cuti di luar
tanggungan negara untuk jangka waktu 2 (dua) tahun. Atas pengajuan
cuti tersebut, Biro SDM selanjutnya memproses pengajuan cuti
tersebut kepada Sekretaris Jenderal. Setelah pengajuan tersebut
disetujui, Biro SDM mengusulkan pemberhentian dari JFP kepada
Sekretaris Jenderal.
4. Menjalani tugas belajar lebih dari 6 (enam) bulan.
Contoh:
ONK, S.E., seorang Pemeriksa Ahli Pertama yang memiliki pangkat
Penata Muda, golongan ruang III/a, memperoleh beasiswa yang
mengharuskan Pemeriksa yang bersangkutan menjalani tugas belajar
lebih dari 6 (enam) bulan. Atas kondisi tersebut, Biro SDM
mengajukan usulan pemberhentian dari JFP untuk disampaikan
kepada Sekretaris Jenderal.
5. Ditugaskan secara penuh pada Jabatan Pimpinan Tinggi, Jabatan
Administrator, Jabatan Pengawas, atau Jabatan Pelaksana.
Contoh:
PPA, S.H., M.H., seorang Pemeriksa Ahli Utama yang memiliki
pangkat Pembina Utama Madya, golongan ruang IV/d, lolos lelang
jabatan untuk menduduki Jabatan Pimpinan Tinggi di BPK. Dengan
dikeluarkannya keputusan pengangkatan ke dalam jabatan tersebut,
Biro SDM mengajukan usulan pemberhentian dari JFP untuk
disampaikan kepada Sekretaris Jenderal.
6. Tidak memenuhi persyaratan jabatan.
Contoh:
TPW, S.E., M.M., seorang Pemeriksa Ahli Utama yang memiliki
pangkat Pembina Utama, golongan ruang IV/e, dinyatakan tidak
memenuhi standar kompetensi yang dipersyaratkan pada jenjang
tersebut. Berdasarkan hasil tersebut, Biro SDM mengajukan usulan
pemberhentian dari JFP untuk disampaikan kepada Sekretaris
Jenderal.
Kriteria tidak memenuhi persyaratan jabatan dalam pemberhentian
dapat dipertimbangkan dalam hal:
a. tidak memenuhi kualifikasi pendidikan yang dipersyaratkan untuk
menduduki JFP; atau
b. tidak memenuhi standar kompetensi yang ditentukan pada jenjang
JFP yang diduduki.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 140


Juknis JFP Bab XII

04 Selain kondisi sebagaimana dimaksud di atas, Pemeriksa diberhentikan Kondisi/kriteria


dari JFP apabila: pemberhentian
Pemeriksa dari JFP
1. Dijatuhi hukuman disiplin tingkat berat berupa pembebasan dari
karena dijatuhi
jabatan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap.
hukuman disiplin dan
Contoh: sanksi kode etik
RHA, S.E., Ak., C.A., seorang Pemeriksa Ahli Muda yang memiliki
pangkat Penata Tingkat I, golongan ruang III/d, tidak dapat memenuhi
25% (dua puluh lima persen) target sasaran kinerja yang telah
ditetapkan. Kondisi tersebut memicu dilakukannya penegakan disiplin
yang memutuskan Pemeriksa yang bersangkutan diberhentikan dari
JFP. Berdasarkan keputusan tersebut, Biro SDM mengajukan usulan
pemberhentian dari JFP untuk disampaikan kepada Sekretaris
Jenderal.
2. Dijatuhi sanksi Kode Etik BPK atas pelanggaran terhadap kewajiban
dan larangan yang berdampak negatif terhadap unit pelaksana tugas
pemeriksaan.
3. Dijatuhi sanksi Kode Etik BPK atas pelanggaran terhadap kewajiban
dan larangan yang berdampak negatif terhadap negara dan/atau BPK.
Contoh:
STA, S.T., M.T., seorang Pemeriksa Ahli Utama yang memiliki
pangkat Pembina Utama Madya, golongan ruang IV/d, telah terbukti
melanggar Kode Etik BPK dan dikenai sanksi pemberhentian dari JFP
berdasarkan putusan MKKE BPK. Atas kondisi tersebut, Biro SDM
mengajukan usulan pemberhentian dari JFP untuk disampaikan
kepada Sekretaris Jenderal.

C. Mekanisme
05 Mekanisme pemberhentian dari JFP bagi Pemeriksa Ahli Pertama sampai Mekanisme
dengan Pemeriksa Ahli Madya sebagai berikut: pemberhentian dari
JFP bagi Pemeriksa
1. Mekanisme pemberhentian dari JFP bagi Pemeriksa Ahli Pertama
Ahli Pertama sampai
sampai dengan Pemeriksa Ahli Madya yang disebabkan oleh kondisi
dengan Pemeriksa Ahli
mengundurkan diri dari jabatan atau menjalani cuti di luar tanggungan
Madya
negara sebagai berikut:
a. Pemeriksa yang bersangkutan mengajukan surat pengunduran diri
dari JFP atau izin cuti di luar tanggungan negara.
b. Dalam hal pemberhentian karena mengundurkan diri, Biro SDM
mengadakan pemeriksaan atau konfirmasi kepada Pemeriksa yang
bersangkutan.
c. Dalam hal pemberhentian karena menjalani cuti di luar
tanggungan negara, Biro SDM memperhatikan PAK terakhir
sebagai sumber informasi angka kredit dalam proses
pemberhentian.
d. Biro SDM memproses pengajuan pengunduran diri dari JFP atau
izin cuti di luar tanggungan negara kepada Sekretaris Jenderal.
e. Setelah pengajuan tersebut disetujui Sekretaris Jenderal, Kepala
Biro SDM mengajukan usulan pemberhentian dari JFP atas
Pemeriksa yang bersangkutan kepada Sekretaris Jenderal. Usulan

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 141


Juknis JFP Bab XII

sekurang-kurangnya memuat nama, NIP, pangkat, unit kerja,


jenjang jabatan, angka kredit, dan terhitung mulai tanggal.
f. Sekretaris Jenderal menetapkan keputusan pemberhentian dari
JFP melalui Keputusan Sekretaris Jenderal. Contoh keputusan
pemberhentian dari JFP tercantum dalam Lampiran XII yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan ini.
2. Mekanisme pemberhentian dari JFP bagi Pemeriksa Ahli Pertama
sampai dengan Pemeriksa Ahli Madya yang disebabkan oleh kondisi
diberhentikan sementara sebagai PNS; menjalani tugas belajar lebih
dari 6 (enam) bulan; ditugaskan secara penuh pada Jabatan Pimpinan
Tinggi, Jabatan Administrator, Jabatan Pengawas, atau Jabatan
Pelaksana; dijatuhi hukuman disiplin tingkat berat berupa
pembebasan dari jabatan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap;
dijatuhi sanksi Kode Etik BPK atas pelanggaran terhadap kewajiban
dan larangan yang berdampak negatif terhadap unit pelaksana tugas
pemeriksaan; dan dijatuhi sanksi Kode Etik BPK atas pelanggaran
terhadap kewajiban dan larangan yang berdampak negatif terhadap
negara dan/atau BPK sebagai berikut:
a. Biro SDM mengidentifikasi dokumen-dokumen yang dijadikan
dasar pemberhentian, antara lain:
1) Keputusan Sekretaris Jenderal terkait pemberhentian
sementara sebagai PNS;
2) Keputusan Sekretaris Jenderal terkait tugas belajar lebih dari
6 (enam) bulan;
3) Keputusan Sekretaris Jenderal terkait penugasan ke dalam
Jabatan Pimpinan Tinggi, Jabatan Administrator, Jabatan
Pengawas, atau Jabatan Pelaksana;
4) Keputusan Sekretaris Jenderal terkait penjatuhan hukuman
disiplin; dan
5) Keputusan MKKE BPK terkait putusan pelanggaran Kode
Etik BPK.
b. Biro SDM memperhatikan PAK terakhir sebagai sumber
informasi angka kredit dalam proses pemberhentian.
c. Kepala Biro SDM mengajukan usulan pemberhentian dari JFP
atas Pemeriksa yang bersangkutan kepada Sekretaris Jenderal.
Usulan sekurang-kurangnya memuat nama, NIP, pangkat, unit
kerja, jenjang jabatan, angka kredit, dan terhitung mulai tanggal.
d. Sekretaris Jenderal BPK menetapkan keputusan pemberhentian
dari JFP dengan Keputusan Sekretaris Jenderal.
3. Mekanisme pemberhentian dari JFP bagi Pemeriksa Ahli Pertama
sampai dengan Pemeriksa Ahli Madya yang disebabkan oleh kondisi
tidak memenuhi persyaratan jabatan sebagai berikut:
a. Biro SDM melakukan pemeriksaan atau pengujian atas
pemenuhan persyaratan jabatan dalam JFP untuk jenjang
Pemeriksa Ahli Pertama sampai dengan Pemeriksa Ahli Madya.
Hasil pengujian digunakan sebagai dasar untuk menyusun usulan
pemberhentian dari JFP.
b. Kepala Biro SDM mengajukan usulan pemberhentian dari JFP
atas Pemeriksa yang bersangkutan kepada Sekretaris Jenderal.
Usulan sekurang-kurangnya memuat nama, NIP, pangkat, unit
kerja, jenjang jabatan, dan terhitung mulai tanggal.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 142


Juknis JFP Bab XII

c. Sekretaris Jenderal menetapkan keputusan pemberhentian dari


JFP dengan Keputusan Sekretaris Jenderal.
06 Mekanisme pemberhentian dari JFP bagi Pemeriksa Ahli Utama sebagai Mekanisme
berikut: pemberhentian dari
JFP bagi Pemeriksa
1. Mekanisme pemberhentian dari JFP bagi Pemeriksa Ahli Utama yang
Ahli Utama
disebabkan oleh kondisi mengundurkan diri dari jabatan atau
menjalani cuti di luar tanggungan negara sebagai berikut:
a. Pemeriksa yang bersangkutan mengajukan surat pengunduran diri
dari JFP atau izin cuti di luar tanggungan negara.
b. Dalam hal pemberhentian karena mengundurkan diri, Biro SDM
mengadakan pemeriksaan atau konfirmasi kepada Pemeriksa yang
bersangkutan.
c. Dalam hal pemberhentian karena menjalani cuti di luar
tanggungan negara, Biro SDM memperhatikan PAK terakhir
sebagai sumber informasi angka kredit dalam proses
pemberhentian.
d. Biro SDM memproses pengajuan pengunduran diri dari JFP atau
izin cuti di luar tanggungan negara kepada Sekretaris Jenderal.
e. Setelah pengajuan tersebut disetujui Sekretaris Jenderal, Biro
SDM mengajukan bahan usulan pemberhentian dari JFP bagi
Pemeriksa Ahli Utama kepada Sekretaris Jenderal untuk diproses
kepada Presiden. Usulan sekurang-kurangnya memuat nama, NIP,
pangkat, unit kerja, jenjang jabatan, angka kredit, dan terhitung
mulai tanggal.
f. Sekretaris Jenderal mengusulkan penetapan pemberhentian dari
JFP bagi Pemeriksa Ahli Utama kepada Presiden melalui
Kementerian Sekretariat Negara, dengan tembusan kepada Kepala
BKN.
g. Kepala BKN memberikan pertimbangan teknis kepada Presiden
mengenai pemberhentian dari JFP bagi Pemeriksa Ahli Utama
tersebut.
h. Presiden menetapkan pemberhentian dari JFP bagi Pemeriksa
Ahli Utama melalui Keputusan Presiden.
2. Mekanisme pemberhentian dari JFP bagi Pemeriksa Ahli Utama yang
disebabkan oleh kondisi diberhentikan sementara sebagai PNS;
menjalani tugas belajar lebih dari 6 (enam) bulan; ditugaskan secara
penuh pada Jabatan Pimpinan Tinggi, Jabatan Administrator, Jabatan
Pengawas, atau Jabatan Pelaksana; dijatuhi hukuman disiplin tingkat
berat berupa pembebasan dari jabatan yang telah memiliki kekuatan
hukum tetap; dijatuhi sanksi Kode Etik BPK atas pelanggaran
terhadap kewajiban dan larangan yang berdampak negatif terhadap
unit pelaksana tugas pemeriksaan; dan dijatuhi sanksi Kode Etik BPK
atas pelanggaran terhadap kewajiban dan larangan yang berdampak
negatif terhadap negara dan/atau BPK sebagai berikut:
a. Biro SDM mengidentifikasi dokumen-dokumen yang dijadikan
dasar pemberhentian, antara lain:
1) Keputusan Presiden terkait pemberhentian sementara sebagai
PNS;
2) Keputusan Sekretaris Jenderal terkait tugas belajar lebih dari
6 (enam) bulan;

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 143


Juknis JFP Bab XII

3) Keputusan Sekretaris Jenderal terkait penugasan ke dalam


Jabatan Pimpinan Tinggi, Jabatan Administrator, Jabatan
Pengawas, atau Jabatan Pelaksana;
4) Keputusan Sekretaris Jenderal terkait penjatuhan hukuman
disiplin; dan
5) Keputusan MKKE BPK terkait putusan pelanggaran Kode
Etik BPK.
b. Biro SDM memperhatikan PAK terakhir sebagai sumber
informasi angka kredit dalam proses pemberhentian.
c. Biro SDM mengajukan bahan usulan pemberhentian dari JFP bagi
Pemeriksa Ahli Utama kepada Sekretaris Jenderal untuk diproses
kepada Presiden. Usulan sekurang-kurangnya memuat nama, NIP,
pangkat, unit kerja, jenjang jabatan, angka kredit, dan terhitung
mulai tanggal.
d. Sekretaris Jenderal mengusulkan penetapan pemberhentian dari
JFP bagi Pemeriksa Ahli Utama kepada Presiden melalui
Kementerian Sekretariat Negara, dengan tembusan kepada Kepala
BKN.
e. Kepala BKN memberikan pertimbangan teknis kepada Presiden
mengenai pemberhentian dari JFP bagi Pemeriksa Ahli Utama
tersebut.
f. Presiden menetapkan pemberhentian dari JFP bagi Pemeriksa
Ahli Utama dengan Keputusan Presiden.
3. Mekanisme pemberhentian dari JFP bagi Pemeriksa Ahli Utama yang
disebabkan oleh kondisi tidak memenuhi persyaratan jabatan sebagai
berikut:
a. Biro SDM melakukan pemeriksaan atau pengujian atas
pemenuhan persyaratan jabatan dalam JFP untuk jenjang
Pemeriksa Ahli Utama. Hasil pengujian digunakan sebagai dasar
untuk menyusun usulan pemberhentian dari JFP.
b. Biro SDM mengajukan bahan usulan pemberhentian dari JFP bagi
Pemeriksa Ahli Utama kepada Sekretaris Jenderal untuk diproses
kepada Presiden. Usulan sekurang-kurangnya memuat nama, NIP,
pangkat, unit kerja, jenjang jabatan, dan terhitung mulai tanggal.
c. Sekretaris Jenderal mengusulkan penetapan pemberhentian dari
JFP bagi Pemeriksa Ahli Utama kepada Presiden melalui
Kementerian Sekretariat Negara, dengan tembusan kepada Kepala
BKN.
d. Kepala BKN memberikan pertimbangan teknis kepada Presiden
mengenai pemberhentian dari JFP bagi Pemeriksa Ahli Utama
tersebut.
e. Presiden menetapkan pemberhentian dari JFP bagi Pemeriksa
Ahli Utama dengan Keputusan Presiden.

D. Jadwal
07 Pemberhentian dari JFP dilaksanakan setiap saat sesuai dengan kondisi Jadwal pelaksanaan
yang menyebabkan adanya pemberhentian.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 144


Juknis JFP Bab XII

E. Bagan Alur
08 Mekanisme pemberhentian dari JFP digambarkan dalam bagan alur Bagan alur
sebagai berikut:
Gambar 11. Mekanisme Pemberhentian dari JFP

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 145


Juknis JFP Bab XIII

BAB XIII
PENGANGKATAN KEMBALI DALAM
JABATAN FUNGSIONAL PEMERIKSA
01 Bab ini mengatur tentang pejabat yang berwenang menetapkan keputusan, Lingkup bahasan
kondisi/kriteria, dan mekanisme pengangkatan kembali dalam JFP bagi
Pemeriksa yang diberhentikan karena kondisi tertentu.

A. Pejabat yang Berwenang Menetapkan Keputusan


02 Pejabat yang berwenang menetapkan keputusan pengangkatan kembali Pejabat yang berwenang
menetapkan keputusan
dalam JFP sebagai berikut: pengangkatan kembali
a. Presiden berwenang menetapkan pengangkatan kembali dalam JFP
bagi Pemeriksa Ahli Utama; dan
b. Sekretaris Jenderal selaku Pejabat Pembina Kepegawaian berwenang
menetapkan pengangkatan kembali dalam JFP bagi Pemeriksa Ahli
Pertama sampai dengan Pemeriksa Ahli Madya.

B. Kondisi/Kriteria
03 Pengangkatan kembali ke dalam JFP hanya berlaku bagi Pemeriksa yang Kondisi umum
telah diberhentikan karena kondisi sebagai berikut: pengangkatan kembali
a. diberhentikan sementara sebagai PNS;
b. menjalani cuti di luar tanggungan negara;
c. menjalani tugas belajar lebih dari 6 (enam) bulan; atau
d. ditugaskan secara penuh pada Jabatan Pimpinan Tinggi, Jabatan
Administrator, Jabatan Pengawas, atau Jabatan Pelaksana.
Selain kondisi di atas, pengangkatan kembali dapat dilakukan bagi
Pemeriksa yang telah diberhentikan karena:
a. dijatuhi hukuman disiplin tingkat berat berupa pembebasan dari
jabatan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap; atau
b. dijatuhi sanksi Kode Etik BPK atas pelanggaran terhadap kewajiban
dan larangan yang berdampak negatif terhadap unit pelaksana tugas
pemeriksaan.
04 Pengangkatan kembali ke dalam JFP tidak dapat dilakukan kepada PNS Sebab tidak dapat
yang diberhentikan dari JFP karena sebab: dilakukannya
a. mengundurkan diri dari jabatan; atau pengangkatan kembali
b. tidak memenuhi persyaratan jabatan.
Selain itu, pengangkatan kembali tidak dapat dilakukan kepada PNS yang
diberhentikan dari JFP karena dijatuhi sanksi Kode Etik BPK atas
pelanggaran terhadap kewajiban dan larangan yang berdampak negatif
terhadap negara dan/atau BPK.
05 Pengangkatan kembali ke dalam JFP memperhatikan ketersediaan Pengangkatan kembali
kebutuhan JFP (formasi) dalam setiap jenjang jabatan. memperhatikan
formasi

06 Pengangkatan kembali ke dalam JFP bagi Pemeriksa yang diberhentikan Pengangkatan kembali
sebagaimana dimaksud pada paragraf 03 sesuai dengan jenjang jabatan sesuai jenjang jabatan
terakhir. terakhir

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 146


Juknis JFP Bab XIII

07 Pengangkatan kembali ke dalam JFP bagi Pemeriksa yang diberhentikan Angka kredit
sebagaimana dimaksud pada paragraf 03 menggunakan angka kredit pengangkatan kembali
terakhir yang dimiliki dalam jenjang jabatannya dan dapat ditambah
dengan angka kredit dari penilaian pelaksanaan tugas JFP selama
diberhentikan.
08 Pemeriksa yang diberhentikan dari JFP karena ditugaskan secara penuh Penyesuaian jenjang
pada Jabatan Pimpinan Tinggi, Jabatan Administrator, Jabatan Pengawas, jabatan setelah
atau Jabatan Pelaksana sebagaimana dimaksud pada paragraf 03, dapat pengangkatan kembali
disesuaikan pada jenjang sesuai dengan pangkat terakhir pada jabatannya
paling kurang 1 (satu) tahun setelah diangkat kembali pada jenjang JFP
terakhir yang didudukinya, setelah mengikuti dan lulus uji kompetensi
apabila tersedia kebutuhan JFP.
Ketentuan penyesuaian ini dikecualikan bagi Pemeriksa yang diangkat
kembali setelah diberhentikan dari JFP karena dijatuhi sanksi Kode Etik
BPK atas pelanggaran terhadap kewajiban dan larangan yang berdampak
negatif terhadap unit pelaksana tugas pemeriksaan.
Contoh:
a. MFR, S.E., Ak., C.A., seorang PNS yang telah menjalani tugas belajar
lebih dari 6 (enam) bulan, pada Desember 2020 telah melaporkan
penyelesaian tugasnya kepada Sekretaris Jenderal. Pada saat
diberhentikan sebagai JFP, dia menduduki jenjang jabatan Pemeriksa
Ahli Muda. Setelah melalui pertimbangan kebutuhan JFP (formasi)
dan pemenuhan persyaratan terkait, Biro SDM mengusulkan
pengangkatan kembali ke dalam jenjang jabatan Pemeriksa Ahli
Muda kepada Sekretaris Jenderal.
b. NDA, S.H., M.Sc., seorang PNS yang memiliki rekam jejak jabatan
Pemeriksa Ahli Muda, pernah ditugaskan pada sejumlah Jabatan
Pimpinan Tinggi, dan pangkat terakhir Pembina Utama Muda,
golongan ruang IV/c, diusulkan untuk diangkat kembali ke dalam JFP
pada Oktober 2020. Biro SDM mengusulkan pengangkatan kembali
ke dalam jenjang jabatan Pemeriksa Ahli Muda kepada Sekretaris
Jenderal dan telah ditetapkan TMT 1 Desember 2020. Berdasar
pertimbangan formasi dan kelulusan uji kompetensi pada jenjang
Pemeriksa Ahli Madya, dia dapat disesuaikan menjadi Pemeriksa Ahli
Madya pada tanggal 1 Januari 2022.

C. Mekanisme
09 Mekanisme pengangkatan kembali dalam JFP bagi Pemeriksa yang Mekanisme
diberhentikan dari JFP dengan jenjang jabatan Pemeriksa Ahli Pertama pengangkatan kembali
sampai dengan Pemeriksa Ahli Madya sebagai berikut: bagi Pemeriksa Ahli
Pertama sampai
1. Mekanisme pengangkatan kembali dalam JFP bagi Pemeriksa yang
dengan Pemeriksa Ahli
diberhentikan dari JFP dengan jenjang jabatan Pemeriksa Ahli
Madya
Pertama sampai dengan Pemeriksa Ahli Madya yang memenuhi
kondisi pengangkatan kembali: menjalani cuti di luar tanggungan
negara dan ditugaskan secara penuh pada Jabatan Pimpinan Tinggi,
Jabatan Administrator, Jabatan Pengawas, atau Jabatan Pelaksana,
sebagaimana dimaksud pada paragraf 03 sebagai berikut:

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 147


Juknis JFP Bab XIII

a. Pegawai yang bersangkutan mengajukan usulan pengangkatan


kembali dirinya ke dalam JFP kepada kepala satuan kerjanya
untuk diajukan kepada Sekretaris Jenderal.
b. Biro SDM melakukan analisis terkait pemenuhan syarat
pengangkatan kembali dan ketersediaan formasi.
c. Biro SDM memproses persetujuan pemindahan antarkeluarga
jabatan kepada Sekretaris Jenderal.
d. Setelah pemindahan antarkeluarga jabatan disetujui, dalam hal
pengangkatan kembali karena menjalani cuti di luar tanggungan
negara:
1) Pemeriksa yang bersangkutan diwajibkan menyusun DUPAK
dan menyerahkannya kepada Biro SDM.
2) Biro SDM mengajukan usulan penetapan angka kredit kepada
Pejabat yang Berwenang Menetapkan Angka Kredit
berdasarkan hasil penilaian dari Tim Penilai Angka Kredit.
Jumlah angka kredit dihitung dari kegiatan pemeriksaan,
kegiatan pengembangan profesi, dan kegiatan penunjang.
3) Pejabat yang berwenang menetapkan PAK berdasarkan
usulan penetapan angka kredit.
e. Dalam hal pengangkatan kembali karena ditugaskan secara penuh
pada Jabatan Pimpinan Tinggi, Jabatan Administrator, Jabatan
Pengawas, atau Jabatan Pelaksana, Biro SDM memperhatikan
tambahan angka kredit sebagai penghargaan bagi Pemeriksa yang
diangkat kembali ke dalam JFP setelah diberhentikan dari JFP
karena ditugaskan secara penuh pada Jabatan Pimpinan Tinggi,
Jabatan Administrator, Jabatan Pengawas, atau Jabatan Pelaksana
sebagaimana tercantum dalam Lampiran XIII.1 yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan ini.
f. Kepala Biro SDM mengajukan usulan pengangkatan kembali ke
dalam JFP bagi jenjang Pemeriksa Ahli Pertama sampai dengan
Pemeriksa Ahli Madya kepada Sekretaris Jenderal. Usulan
sekurang-kurangnya memuat nama, NIP, pangkat, unit kerja,
jenjang jabatan, angka kredit, dan terhitung mulai tanggal.
g. Sekretaris Jenderal menetapkan pengangkatan kembali dalam JFP
bagi Pemeriksa Ahli Pertama sampai dengan Pemeriksa Ahli
Madya, dengan Keputusan Sekretaris Jenderal. Contoh keputusan
pengangkatan kembali dalam JFP tercantum dalam Lampiran
XIII.2 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
ini.
Pengangkatan kembali dalam JFP bagi PNS yang saat ini menduduki
Jabatan Pimpinan Tinggi, Jabatan Administrator, dan Jabatan
Pengawas dilakukan dengan pertimbangan Tim Penilai Kinerja PNS.
2. Mekanisme pengangkatan kembali dalam JFP bagi Pemeriksa yang
diberhentikan dari JFP dengan jenjang jabatan Pemeriksa Ahli
Pertama sampai dengan Pemeriksa Ahli Madya yang memenuhi
kondisi pengangkatan kembali: diberhentikan sementara sebagai
PNS; menjalani tugas belajar lebih dari 6 (enam) bulan; dijatuhi
hukuman disiplin tingkat berat berupa pembebasan dari jabatan yang
telah memiliki kekuatan hukum tetap; dan dijatuhi sanksi Kode Etik
BPK atas pelanggaran terhadap kewajiban dan larangan yang

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 148


Juknis JFP Bab XIII

berdampak negatif terhadap unit pelaksana tugas pemeriksaan,


sebagaimana dimaksud pada paragraf 03 sebagai berikut:
a. Biro SDM menginventarisasi pegawai yang dapat diangkat
kembali karena sudah menyelesaikan masa pemberhentian dari
JFP.
b. Biro SDM melakukan analisis terkait pemenuhan syarat
pengangkatan kembali dan ketersediaan formasi.
c. Biro SDM memproses persetujuan pemindahan antarkeluarga
jabatan kepada Sekretaris Jenderal.
d. Setelah pemindahan antarkeluarga jabatan disetujui, Pemeriksa
yang bersangkutan diwajibkan menyusun DUPAK dan
menyerahkannya kepada Biro SDM.
e. Biro SDM mengajukan usulan penetapan angka kredit kepada
Pejabat yang Berwenang Menetapkan Angka Kredit berdasarkan
hasil penilaian dari Tim Penilai Angka Kredit. Jumlah angka
kredit dihitung dari kegiatan pemeriksaan, kegiatan
pengembangan profesi, dan kegiatan penunjang.
f. Pejabat yang berwenang menetapkan PAK berdasarkan usulan
penetapan angka kredit.
g. Kepala Biro SDM mengajukan usulan pengangkatan kembali ke
dalam JFP bagi jenjang Pemeriksa Ahli Pertama sampai dengan
Pemeriksa Ahli Madya kepada Sekretaris Jenderal. Usulan
sekurang-kurangnya memuat nama, NIP, pangkat, unit kerja,
jenjang jabatan, angka kredit, dan terhitung mulai tanggal.
h. Sekretaris Jenderal menetapkan pengangkatan kembali dalam JFP
bagi Pemeriksa Ahli Pertama sampai dengan Pemeriksa Ahli
Madya, dengan Keputusan Sekretaris Jenderal.
10 Mekanisme pengangkatan kembali dalam JFP bagi Pemeriksa yang Mekanisme
diberhentikan dari JFP dengan jenjang jabatan Pemeriksa Ahli Utama pengangkatan kembali
sebagai berikut: bagi Pemeriksa Ahli
Utama
1. Mekanisme pengangkatan kembali dalam JFP bagi Pemeriksa yang
diberhentikan dari JFP dengan jenjang jabatan Pemeriksa Ahli Utama
yang memenuhi kondisi pengangkatan kembali: menjalani cuti di luar
tanggungan negara dan ditugaskan secara penuh pada Jabatan
Pimpinan Tinggi, Jabatan Administrator, Jabatan Pengawas, atau
Jabatan Pelaksana, sebagaimana dimaksud pada paragraf 03 sebagai
berikut:
a. Pegawai yang bersangkutan mengajukan usulan pengangkatan
kembali dirinya ke dalam JFP kepada kepala satuan kerjanya
untuk diajukan kepada Sekretaris Jenderal.
b. Biro SDM melakukan analisis terkait pemenuhan syarat
pengangkatan kembali dan ketersediaan formasi.
c. Biro SDM memproses persetujuan pemindahan antarkeluarga
jabatan kepada Sekretaris Jenderal.
d. Setelah pemindahan antarkeluarga jabatan disetujui, dalam hal
pengangkatan kembali karena menjalani cuti di luar tanggungan
negara:
1) Pemeriksa yang bersangkutan diwajibkan menyusun DUPAK
dan menyerahkannya kepada Biro SDM.
2) Biro SDM mengajukan usulan penetapan angka kredit kepada
Pejabat yang Berwenang Menetapkan Angka Kredit

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 149


Juknis JFP Bab XIII

berdasarkan hasil penilaian dari Tim Penilai Angka Kredit.


Jumlah angka kredit dihitung dari kegiatan pemeriksaan,
kegiatan pengembangan profesi, dan kegiatan penunjang.
3) Pejabat yang berwenang menetapkan PAK berdasarkan
usulan penetapan angka kredit.
e. Dalam hal pengangkatan kembali karena ditugaskan secara penuh
pada Jabatan Pimpinan Tinggi, Jabatan Administrator, Jabatan
Pengawas, atau Jabatan Pelaksana, Biro SDM memperhatikan
tambahan angka kredit sebagaimana tercantum dalam Lampiran
XIII.1 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
ini.
f. Biro SDM mengajukan bahan usulan pengangkatan kembali
dalam JFP bagi Pemeriksa Ahli Utama kepada Sekretaris Jenderal
untuk diproses kepada Presiden. Usulan sekurang-kurangnya
memuat nama, NIP, pangkat, unit kerja, jenjang jabatan, angka
kredit, dan terhitung mulai tanggal.
g. Sekretaris Jenderal mengusulkan penetapan pengangkatan
kembali dalam JFP bagi Pemeriksa Ahli Utama kepada Presiden
melalui Kementerian Sekretariat Negara, dengan tembusan
kepada Kepala BKN.
h. Kepala BKN memberikan pertimbangan teknis kepada Presiden
mengenai pengangkatan kembali Pemeriksa Ahli Utama tersebut.
i. Presiden menetapkan pengangkatan kembali dalam JFP bagi
Pemeriksa Ahli Utama tersebut dengan Keputusan Presiden.
Pengangkatan kembali dalam JFP bagi PNS yang saat ini menduduki
Jabatan Pimpinan Tinggi, Jabatan Administrator, dan Jabatan
Pengawas dilakukan dengan pertimbangan Tim Penilai Kinerja PNS.
2. Mekanisme pengangkatan kembali dalam JFP bagi Pemeriksa yang
diberhentikan dari JFP dengan jenjang jabatan Pemeriksa Ahli Utama
yang memenuhi kondisi pengangkatan kembali: diberhentikan
sementara sebagai PNS; menjalani tugas belajar lebih dari 6 (enam)
bulan; dijatuhi hukuman disiplin tingkat berat berupa pembebasan
dari jabatan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap; dan dijatuhi
sanksi Kode Etik BPK atas pelanggaran terhadap kewajiban dan
larangan yang berdampak negatif terhadap unit pelaksana tugas
pemeriksaan, sebagaimana dimaksud pada paragraf 03 sebagai
berikut:
a. Biro SDM menginventarisasi pegawai yang dapat diangkat
kembali karena sudah menyelesaikan masa pemberhentian dari
JFP.
b. Biro SDM melakukan analisis terkait pemenuhan syarat
pengangkatan kembali dan ketersediaan formasi.
c. Biro SDM memproses persetujuan pemindahan antarkeluarga
jabatan kepada Sekretaris Jenderal.
d. Setelah pemindahan antarkeluarga jabatan disetujui, Pemeriksa
yang bersangkutan diwajibkan menyusun DUPAK dan
menyerahkannya kepada Biro SDM.
e. Biro SDM mengajukan usulan penetapan angka kredit kepada
Pejabat yang Berwenang Menetapkan Angka Kredit berdasarkan
hasil penilaian dari Tim Penilai Angka Kredit. Jumlah angka

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 150


Juknis JFP Bab XIII

kredit dihitung dari kegiatan pemeriksaan, kegiatan


pengembangan profesi, dan kegiatan penunjang.
f. Pejabat yang berwenang menetapkan PAK berdasarkan usulan
penetapan angka kredit.
g. Biro SDM mengajukan bahan usulan pengangkatan kembali
dalam JFP bagi Pemeriksa Ahli Utama kepada Sekretaris Jenderal
untuk diproses kepada Presiden. Usulan sekurang-kurangnya
memuat nama, NIP, pangkat, unit kerja, jenjang jabatan, angka
kredit, dan terhitung mulai tanggal.
h. Sekretaris Jenderal mengusulkan penetapan pengangkatan
kembali dalam JFP bagi Pemeriksa Ahli Utama kepada Presiden
melalui Kementerian Sekretariat Negara, dengan tembusan
kepada Kepala BKN.
i. Kepala BKN memberikan pertimbangan teknis kepada Presiden
mengenai pengangkatan kembali Pemeriksa Ahli Utama tersebut.
j. Presiden menetapkan pengangkatan kembali dalam JFP bagi
Pemeriksa Ahli Utama tersebut dalam Keputusan Presiden.

D. Jadwal
11 Pengangkatan kembali ke dalam JFP dilaksanakan setiap saat sesuai Jadwal pelaksanaan
dengan kondisi yang membolehkan diadakannya pengangkatan kembali.

E. Bagan Alur
12 Mekanisme pengangkatan kembali ke dalam JFP digambarkan dalam Bagan alur
bagan alur sebagai berikut:

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 151


Juknis JFP Bab XIII

Gambar 12. Mekanisme Pengangkatan Kembali ke dalam JFP

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 152


Juknis JFP Bab XIV

BAB XIV
KEIKUTSERTAAN PADA
ORGANISASI PROFESI PEMERIKSA
01 Bab ini menjelaskan pembentukan organisasi profesi Pemeriksa dan Lingkup bahasan
keikutsertaan pemangku JFP dalam organisasi profesi Pemeriksa.

A. Organisasi Profesi Pemeriksa


02 Pemeriksa berhimpun dalam 1 (satu) organisasi profesi. Organisasi profesi Pembentukan
Pemeriksa merupakan wadah Pemeriksa yang memiliki keselarasan cita- organisasi profesi
cita guna mendukung pengembangan profesi Pemeriksa. Organisasi Pemeriksa
profesi Pemeriksa memiliki tugas utama, yaitu:
a. memberikan masukan pengembangan Kode Etik BPK;
b. memberikan advokasi kepada Pemeriksa;
c. memberikan masukan penyusunan perangkat lunak pemeriksaan,
seperti standar pemeriksaan, metodologi, best practices, dan lain-lain;
d. memberikan masukan penyusunan standar kompetensi,
penyelenggaraan uji kompetensi, dan sertifikasi kompetensi; dan
e. menyelenggarakan kegiatan pengembangan kompetensi Pemeriksa.
Pembentukan organisasi profesi Pemeriksa difasilitasi oleh Sekretaris
Jenderal. Organisasi profesi Pemeriksa dibentuk paling lambat tanggal
9 Oktober 2023. Organisasi profesi Pemeriksa berkedudukan dan
beralamat di Kantor BPK Pusat.
Pendirian organisasi profesi Pemeriksa harus memenuhi syarat, meliputi:
a. memiliki anggaran dasar dan anggaran rumah tangga;
b. memiliki tujuan dan sasaran pembentukan;
c. memiliki visi dan misi yang jelas dan tergambar dalam program kerja;
d. terdapat sumber pendanaan yang jelas;
e. berdomisili alamat;
f. memiliki pembagian kerja dan tugas dan wewenang yang jelas
berdasarkan struktur organisasi; dan
g. berbadan hukum.
Organisasi profesi Pemeriksa ditetapkan oleh Sekretaris
Jenderal/Pimpinan BPK berdasarkan usulan calon pengurus dengan
disertai rekomendasi/dukungan dari sejumlah pihak yang menaruh
perhatian pada pembentukan organisasi profesi Pemeriksa.
03 Mekanisme pembentukan organisasi profesi Pemeriksa sebagai berikut. Mekanisme
1. PNS/sekelompok PNS pada Pelaksana BPK mengusulkan pembentukan
pembentukan organisasi profesi Pemeriksa. Usulan pembentukan
organisasi profesi Pemeriksa sekurang-kurangnya memuat:
a. konsep anggaran dasar dan anggaran rumah tangga;
b. pernyataan visi dan misi organisasi;
c. usulan nama organisasi;
d. daftar calon pengurus; dan
e. dukungan dari sejumlah PNS/pihak terkait.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 153


Juknis JFP Bab XIV

2. Konsep organisasi profesi Pemeriksa dimintakan


rekomendasi/dukungan dari pihak yang relevan, sebagaimana
dimaksud pada paragraf 02.
3. Sekretaris Jenderal/Pimpinan BPK menetapkan pembentukan
organisasi profesi Pemeriksa. Penetapan organisasi profesi Pemeriksa
disampaikan kepada Kementerian PANRB, BKN, dan Lembaga
Administrasi Negara (LAN).
4. Sekretaris Jenderal/Pimpinan BPK melantik/mengukuhkan
kepengurusan organisasi profesi Pemeriksa.
5. Pengurus mendaftarkan keberadaan organisasi profesi Pemeriksa
kepada Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia dan instansi
terkait lainnya.
04 Mekanisme pembentukan organisasi profesi Pemeriksa digambarkan Bagan alur mekanisme
dalam bagan alur berikut ini. pembentukan

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 154


Juknis JFP Bab XIV

Gambar 13. Mekanisme Pembentukan Organisasi Profesi Pemeriksa

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 155


Juknis JFP Bab XIV

05 Hubungan kerja antara BPK, dhi. Sekretaris Jenderal, dengan organisasi Hubungan kerja
profesi Pemeriksa bersifat koordinatif dan fasilitatif dalam rangka
penyelenggaraan tugas dan fungsi pembinaan JFP.
Dalam melaksanakan hubungan kerja tersebut, Sekretaris Jenderal dapat:
a. memfasilitasi tugas pemberian masukan atas pengembangan Kode
Etik BPK;
b. menjalin kerja sama sebagai mitra dalam tugas pemberian masukan
atas penyusunan perangkat lunak pemeriksaan, penyusunan standar
kompetensi, penyelenggaraan uji kompetensi, sertifikasi kompetensi,
dan pengembangan kompetensi;
c. mendukung tugas pemberian advokasi kepada Pemeriksa; dan
d. melakukan monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan tugas-tugas
organisasi profesi Pemeriksa.

B. Keikutsertaan pada Organisasi Profesi Pemeriksa


06 Setiap pemangku JFP wajib menjadi anggota organisasi profesi Kewajiban menjadi
Pemeriksa. anggota organisasi
profesi

07 Pemangku JFP dapat diberikan advokasi oleh organisasi profesi Advokasi oleh
Pemeriksa. organisasi profesi

08 Keikutsertaan (keanggotaan) pemangku JFP dalam organisasi profesi Pemberian angka


Pemeriksa dapat diberikan angka kredit. kredit

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 156


Juknis JFP Bab XV

BAB XV
PENGISIAN DAN PENEMPATAN PEMERIKSA
PADA SATUAN KERJA YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN
PERUMUSAN RENCANA STRATEGIS PEMERIKSAAN,
EVALUASI DAN PELAPORAN PEMERIKSAAN, PENELITIAN
DAN PENGEMBANGAN PEMERIKSAAN, PENGUATAN
ASPEK HUKUM DALAM PEMERIKSAAN, PEMERIKSAAN
DAN REVIEW TEKNOLOGI INFORMASI, DAN
PENGAWASAN/PENJAMINAN MUTU SELURUH
PELAKSANAAN PEMERIKSAAN
01 Bab ini mengatur tentang tata cara pengisian dan penempatan Pemeriksa Lingkup bahasan
pada satuan kerja yang melaksanakan kegiatan Perumusan Rencana
Strategis Pemeriksaan, Evaluasi dan Pelaporan Pemeriksaan, Penelitian
dan Pengembangan Pemeriksaan, Penguatan Aspek Hukum dalam
Pemeriksaan, Pemeriksaan dan Review TI, dan Pengawasan/Penjaminan
Mutu Seluruh Pelaksanaan Pemeriksaan.

A. Pengangkatan
02 Sejumlah tugas kegiatan JFP dapat dilaksanakan pada satuan kerja Satuan kerja yang
sebagai berikut: melaksanakan kegiatan
1. Kegiatan Perumusan Rencana Strategis Pemeriksaan dilaksanakan Perumusan Rencana
pada Subdirektorat Perencanaan Strategis pada Direktorat Strategis Pemeriksaan,
Perencanaan Strategis dan Manajemen Kinerja; Evaluasi dan Pelaporan
2. Kegiatan Evaluasi dan Pelaporan Pemeriksaan dilaksanakan pada Pemeriksaan, Penelitian
semua subdirektorat pada Direktorat Evaluasi dan Pelaporan dan Pengembangan
Pemeriksaan; Pemeriksaan, Penguatan
3. Kegiatan Penelitian dan Pengembangan Pemeriksaan dilaksanakan Aspek Hukum dalam
pada Subdirektorat Litbang Pemeriksaan Keuangan, Subdirektorat Pemeriksaan,
Litbang Pemeriksaan Kinerja, dan Subdirektorat Litbang PDTT pada Pemeriksaan dan Review
Direktorat Litbang; TI, dan
4. Kegiatan Penguatan Aspek Hukum dalam Pemeriksaan dilaksanakan Pengawasan/Penjaminan
pada semua subdirektorat pada Ditama Binbangkum PKN; Mutu Seluruh
5. Kegiatan Pemeriksaan dan Review TI dilaksanakan pada Subbagian Pelaksanaan
Dukungan Pemeriksaan pada Biro TI; dan Pemeriksaan
6. Kegiatan Pengawasan/Penjaminan Mutu seluruh Pelaksanaan
Pemeriksaan dilaksanakan pada semua inspektorat pada Inspektorat
Utama.
03 Pengisian pertama kali pada satuan kerja yang melaksanakan kegiatan Pengangkatan pegawai
Perumusan Rencana Strategis Pemeriksaan, Evaluasi dan Pelaporan
Pemeriksaan, Penelitian dan Pengembangan Pemeriksaan, Penguatan
Aspek Hukum dalam Pemeriksaan,
Pemeriksaan dan Review TI, dan Pengawasan/Penjaminan Mutu seluruh
Pelaksanaan Pemeriksaan dilaksanakan melalui pengangkatan kembali
atau pengangkatan perpindahan dari jabatan lain.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 157


Juknis JFP Bab XV

Pengisian pertama kali melalui pengangkatan kembali ditujukan kepada


PNS di satuan kerja dimaksud yang pernah dibebaskan sementara dari
JFP pada masa berlakunya Permen PANRB Nomor 17 Tahun 2010
tentang Jabatan Fungsional Pemeriksa dan Angka Kreditnya.
Pengisian pertama kali melalui pengangkatan perpindahan dari jabatan
lain ditujukan kepada PNS di satuan kerja dimaksud yang sedang dan
telah melaksanakan tugas pada satuan kerja dimaksud selama sekurang-
kurangnya 2 (dua) tahun.
04 Pengisian pegawai pada satuan kerja sebagaimana dimaksud pada Jenjang jabatan
paragraf 02 dimaksudkan untuk mengisi kebutuhan jenjang jabatan Pemeriksa Ahli Muda
Pemeriksa Ahli Muda.

B. Penempatan/Mutasi
05 Penempatan Pemeriksa pada satuan kerja yang melaksanakan kegiatan Maksud penempatan
Perumusan Rencana Strategis Pemeriksaan, Evaluasi dan Pelaporan
Pemeriksaan, Penelitian dan Pengembangan Pemeriksaan, Penguatan
Aspek Hukum dalam Pemeriksaan, Pemeriksaan dan Review TI, dan
Pengawasan/Penjaminan Mutu seluruh Pelaksanaan Pemeriksaan
sebagaimana dimaksud pada paragraf 02 untuk memperluas pengetahuan
Pemeriksa mengenai kegiatan-kegiatan terkait pemeriksaan di BPK.
Penempatan tersebut diharapkan dapat mengembangkan karier
Pemeriksa melalui pemberian tugas yang bervariasi sehingga hal itu dapat
berkorelasi positif pada peningkatan kinerja pemeriksaan BPK secara
menyeluruh.
06 Penempatan Pemeriksa pada satuan kerja sebagaimana dimaksud pada Jenjang jabatan
paragraf 02 dilaksanakan untuk mengisi kebutuhan jenjang jabatan Pemeriksa Ahli Muda
Pemeriksa Ahli Muda.
Satuan kerja sebagaimana dimaksud pada paragraf 02 tidak dimaksudkan
untuk menempatkan Pemeriksa yang baru diangkat ke dalam JFP, seperti
Pemeriksa Ahli Pertama. Di samping itu, Pemeriksa Ahli Madya dan
Pemeriksa Ahli Utama tidak diperkenankan ditempatkan pada satuan
kerja sebagaimana dimaksud pada paragraf 02.
07 Pemeriksa selama ditempatkan pada satuan kerja sebagaimana dimaksud Penugasan dan
pada paragraf 02 melaksanakan tugas-tugas yang selaras dengan tugas pemberian angka kredit
dan fungsi satuan kerja yang bersangkutan. Pemeriksa yang
menyelesaikan tugas-tugas tersebut dapat diberikan angka kredit.
Dalam rangka pemeliharaan kompetensi, Pemeriksa dapat ditugaskan
pada kegiatan pemeriksaan lapangan pada AKN/AUI/BPK Perwakilan,
yang meliputi pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja, PDTT, atau
pemeriksaan investigatif. Penugasan tersebut dapat diberikan angka
kredit. Setiap satuan kerja memantau Pemeriksa yang belum memenuhi
kesempatan penugasan tersebut sekurang-kurangnya sekali dalam 2 (dua)
tahun.
Contoh:
WTU, S.H. adalah seorang Pemeriksa Ahli Muda TMT 1 Juni 2019
dengan pangkat Penata, golongan ruang III/c, TMT 1 Oktober 2019.
Mulai tanggal 1 Mei 2020, dia menjalani penempatan pada satuan kerja
yang melaksanakan fungsi Penguatan Aspek Hukum dalam Pemeriksaan.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 158


Juknis JFP Bab XV

Pada Maret 2021, dia diikutsertakan dalam tugas pemeriksaan atas


pemeriksaan laporan keuangan TA 2020 pada salah satu entitas di
AKN III. Atas realisasi tugas tersebut, dia dapat menghitung angka
kreditnya untuk disertakan pada kinerja utama dalam penilaian kinerja
tahun 2021.
08 Penempatan Pemeriksa pada satuan kerja sebagaimana dimaksud pada Masa penempatan
paragraf 02 dilaksanakan dalam masa paling lama 3 (tiga) tahun. Setelah
melewati waktu tersebut, Pemeriksa dipindahtugaskan kembali ke
AKN/AUI/BPK Perwakilan.
Dalam hal seorang Pemeriksa Ahli Muda yang hendak naik ke jenjang
Pemeriksa Ahli Madya, Pemeriksa yang bersangkutan dipindahtugaskan
ke AKN/AUI/BPK Perwakilan agar Pemeriksa yang bersangkutan
memiliki waktu yang cukup untuk mempersiapkan diri mengikuti proses
sertifikasi JFP.
Contoh:
YSI, S.T., M.H. adalah seorang Pemeriksa Ahli Muda TMT 1 Februari
2016 dengan pangkat Penata Tingkat I, golongan ruang III/d, TMT
1 Oktober 2020. Pada tanggal 1 Desember 2021, dia ditempatkan pada
satuan kerja yang melaksanakan fungsi Penelitian dan Pengembangan
Pemeriksaan. Kemudian, dia dipindahtugaskan ke AKN IV TMT 1
Desember 2023.
09 Penempatan Pemeriksa dapat dilakukan bersamaan dengan agenda Jadwal penempatan
pemindahan tempat tugas pegawai sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
10 Pelaksanaan penempatan Pemeriksa pada satuan kerja sebagaimana Pelaksanaan sesuai
dimaksud pada paragraf 02 memperhatikan antara lain pengembangan ketentuan
kompetensi, rencana pengembangan karier, dan ketentuan pemindahan
tempat tugas pegawai.
11 Mekanisme penempatannya dijelaskan berikut ini. Mekanisme penempatan
1. Biro SDM menyusun daftar Pemeriksa Ahli Muda pada satuan kerja
sebagaimana dimaksud pada paragraf 02 yang telah memenuhi masa
kerja 3 (tiga) tahun.
2. Biro SDM menyusun daftar Pemeriksa Ahli Muda pada AKN/
AUI/BPK Perwakilan yang dapat ditempatkan pada satuan kerja
sebagaimana dimaksud pada paragraf 02.
3. Biro SDM mengidentifikasi lowongan kebutuhan jenjang jabatan
Pemeriksa Ahli Muda pada satuan kerja sebagaimana dimaksud pada
paragraf 02.
4. Biro SDM memproses Keputusan Sekretaris Jenderal mengenai
pemindahan tempat tugas bagi Pemeriksa.
5. Sekretaris Jenderal menetapkan Keputusan Sekretaris Jenderal
mengenai pemindahan tempat tugas bagi Pemeriksa.
6. Biro SDM memantau penerapan keputusan tersebut guna
memastikan siklus mutasi masuk dan mutasi keluar pada satuan kerja
sebagaimana dimaksud pada paragraf 02 berlangsung lancar sesuai
rencana pengembangan karier JFP, terutama mengenai pemenuhan
masa paling lama 3 (tiga) tahun.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 159


Juknis JFP Bab XV

12 Mekanisme penempatannya digambarkan dalam bagan alur berikut ini. Bagan alur

Gambar 14. Mekanisme Penempatan Pemeriksa Ahli Muda pada Satuan Kerja yang Melaksanakan
Kegiatan Perumusan Rencana Strategis Pemeriksaan, Evaluasi dan Pelaporan Pemeriksaan, Penelitian
dan Pengembangan Pemeriksaan, Penguatan Aspek Hukum dalam Pemeriksaan, Pemeriksaan dan
Review TI, dan Pengawasan/Penjaminan Mutu Seluruh Pelaksanaan Pemeriksaan

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 160


Juknis JFP Bab XVI

BAB XVI
PENUTUP

A. Pemberlakuan Juknis JFP


01 Juknis JFP ini mulai berlaku saat ditetapkan oleh Sekretaris Jenderal Pemberlakuan Juknis
melalui Peraturan Sekretaris Jenderal. JFP

B. Pemutakhiran Juknis JFP


02 Pemutakhiran Juknis JFP ini dapat berupa perubahan juknis atau Pemutakhiran Juknis
penjelasan atas substansi juknis. JFP

C. Pemantauan Juknis JFP


03 Masukan, kritik, dan saran terkait dengan materi Juknis JFP ini dapat Pemantauan Juknis JFP
disampaikan kepada:

Direktorat Litbang BPK RI


Jl. Jenderal Gatot Subroto No. 31, Jakarta Pusat
Telp. (021) 25549000 pesawat 3317

SEKRETARIS JENDERAL BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

BAHTIAR ARIF

Salinan sesuai dengan aslinya


BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Kepala Direktorat Utama Pembinaan dan Pengembangan
Hukum Pemeriksaan Keuangan Negara,

Blucer Welington Rajagukguk

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 161


Juknis JFP Lampiran III.1

LAMPIRAN III.1 : PERATURAN SEKJEN BPK RI


NOMOR : 5 TAHUN 2021
TANGGAL : 29 MARET 2021

Lampiran III. 1
Format Surat Keterangan Memiliki Integritas dan Moralitas

KETERANGAN INTEGRITAS DAN MORALITAS

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama :
NIP :
Pangkat/Golongan Ruang :
Jabatan :
Unit Kerja :

Menerangkan pegawai di bawah ini:


Nama :
NIP :
Pangkat/Golongan Ruang :
Unit Kerja :

Bahwa yang bersangkutan memiliki integritas dan moralitas yang baik.


Demikian keterangan ini disusun untuk keperluan pengangkatan pertama dalam JFP.

Tempat, Tanggal
Jabatan (JPT Pratama)

Nama .................................................
NIP ....................................................

SEKRETARIS JENDERAL BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

BAHTIAR ARIF
Salinan sesuai dengan aslinya
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Kepala Direktorat Utama Pembinaan dan Pengembangan
Hukum Pemeriksaan Keuangan Negara,

Blucer Welington Rajagukguk

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 162


Juknis JFP Lampiran III.2

LAMPIRAN III.2 : PERATURAN SEKJEN BPK RI


NOMOR : 5 TAHUN 2021
TANGGAL : 29 MARET 2021

Lampiran III. 2
Contoh Keputusan Pengangkatan Pertama dalam JFP

KEPUTUSAN
SEKRETARIS JENDERAL BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR ..............
TENTANG
PENGANGKATAN PERTAMA
DALAM JABATAN FUNGSIONAL PEMERIKSA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
SEKRETARIS JENDERAL BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa Saudara … NIP … pangkat/golongan ruang …, jabatan .... telah memenuhi syarat
dan cakap untuk diangkat dalam Jabatan Fungsional Pemeriksa;
b. bahwa berdasarkan kebutuhan jabatan yang telah ditetapkan, perlu mengangkat yang
bersangkutan dalam Jabatan Fungsional Pemeriksa;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara;
2. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2020 tentang
Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai
Negeri Sipil;
3. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 49
Tahun 2018 tentang Jabatan Fungsional Pemeriksa;
4. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 13
Tahun 2019 tentang Pengusulan, Penetapan, dan Pembinaan Jabatan Fungsional Pegawai
Negeri Sipil;
5. Peraturan Badan Kepegawaian Negara Nomor 48 Tahun 2019 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Pembinaan Jabatan Fungsional Pemeriksa;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan :
KESATU : Pegawai Negeri Sipil di bawah ini:
a. Nama : ...................................................
b. NIP : ...................................................
c. Pangkat/Golongan Ruang/TMT : ...................................................
d. Unit Kerja : ...................................................
Terhitung mulai tanggal ........ diangkat dalam Jabatan Fungsional Pemeriksa jenjang Ahli
………. dengan angka kredit sebesar ……. (…………….)
KEDUA : …………………………………………………………………………………………….... **)
KETIGA : Apabila di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam Keputusan ini, akan diadakan
perbaikan dan perhitungan kembali sebagaimana mestinya.
ASLI Keputusan ini disampaikan kepada Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan untuk
diketahui dan diindahkan sebagaimana mestinya.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 163


Juknis JFP Lampiran III.2

Ditetapkan di ....................
pada tanggal ......................
Jabatan (Pejabat yang Berwenang Mengangkat),

Nama....................................
NIP........................................

TEMBUSAN:
1. Kepala Badan Kepegawaian Negara/Kepala Kantor Regional BKN yang bersangkutan; *)
2. Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama yang membidangi SDM/Bagian yang membidangi SDM yang bersangkutan;*)
3. Pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit;
4. Kepala Perwakilan BPK RI;
5. Kepala Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara/Kepala Biro/Bagian Keuangan yang bersangkutan; *)
6. Pejabat lain yang dianggap perlu.

*) Coret yang tidak perlu.


**) Diisi apabila ada penambahan diktum yang dianggap perlu.

SEKRETARIS JENDERAL BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

BAHTIAR ARIF

Salinan sesuai dengan aslinya


BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Kepala Direktorat Utama Pembinaan dan Pengembangan
Hukum Pemeriksaan Keuangan Negara,

Blucer Welington Rajagukguk

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 164


Juknis JFP Lampiran III.3

LAMPIRAN III.3 : PERATURAN SEKJEN BPK RI


NOMOR : 5 TAHUN 2021
TANGGAL : 29 MARET 2021

Lampiran III. 3
Format Surat Keterangan Memiliki Pengalaman, Integritas, dan Moralitas

KETERANGAN PENGALAMAN, INTEGRITAS, DAN MORALITAS

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama :
NIP :
Pangkat/Golongan Ruang :
Jabatan :
Unit Kerja :
Menerangkan pegawai di bawah ini:
Nama :
NIP :
Pangkat/Golongan Ruang :
Jabatan :
Unit Kerja :
Bahwa yang bersangkutan telah memiliki pengalaman dalam bidang tugas JFP secara kumulatif ….
(……..) tahun, serta memiliki integritas dan moralitas yang baik.
Pengalaman pekerjaan di bidang tugas JFP sebagai berikut: (rincian lebih lengkap dapat dicantumkan
pada Daftar Riwayat Hidup)
1. Melaksanakan……, tahun …..
2. Melaksanakan ……, tahun …., dst.
Demikian keterangan ini disusun untuk keperluan pengangkatan perpindahan dari jabatan lain dalam
JFP.
Tempat, Tanggal
Jabatan (paling rendah JPT Pratama),

Nama .................................................
NIP ..........................................

SEKRETARIS JENDERAL BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA,

ttd.
Salinan sesuai dengan aslinya
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BAHTIAR ARIF
Kepala Direktorat Utama Pembinaan dan Pengembangan
Hukum Pemeriksaan Keuangan Negara,

Blucer Welington Rajagukguk


Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 165
Juknis JFP Lampiran III.4

LAMPIRAN III.4 : PERATURAN SEKJEN BPK RI


NOMOR : 5 TAHUN 2021
TANGGAL : 29 MARET 2021

Lampiran III. 4
Format Daftar Riwayat Hidup

DAFTAR RIWAYAT HIDUP


I. Keterangan
1. Nama Lengkap :
2. NIP :
3. Pangkat/Golongan Ruang :
4. Tempat dan tanggal lahir :
5. Pendidikan terakhir :
6. Instansi :
7. Alamat :
8. No. Telepon :
9. E-mail :

II. Riwayat Pendidikan


NAMA SEKOLAH/ JURUSAN/PROGRAM TAHUN
NO. JENJANG
PERGURUAN TINGGI STUDI LULUS

III. Kursus/Pelatihan di dalam dan di luar negeri


LAMANYA TEMPAT
NO. NAMA KURSUS TAHUN
PELATIHAN PELATIHAN

IV. Riwayat Jabatan (JPT, Administrasi, atau Fungsional)


NOMOR TMT
NO. NAMA JABATAN ESELON
KEPUTUSAN JABATAN

V. Tanda Jasa/Penghargaan
NAMA NEGARA/
NAMA TANDA JASA NOMOR TAHUN
NO. INSTANSI YANG
PENGHARGAAN KEPUTUSAN PEROLEHAN
MEMBERIKAN

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 166


Juknis JFP Lampiran III.4

VI. Pengalaman Kerja di Bidang Tugas JFP

NO. PEKERJAAN/KEGIATAN JABATAN/SEBAGAI TAHUN

Demikian Daftar Riwayat Hidup ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari
terdapat keterangan yang tidak benar saya bersedia menerima segala tindakan yang diambil oleh instansi
pembina JFP.

Tempat, Tanggal
Mengetahui
Jabatan (paling rendah JPT Pratama), Yang membuat,

Nama ……………………. Nama …………………….


NIP …………………………… NIP ……………………………

SEKRETARIS JENDERAL BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

BAHTIAR ARIF

Salinan sesuai dengan aslinya


BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Kepala Direktorat Utama Pembinaan dan Pengembangan
Hukum Pemeriksaan Keuangan Negara,

Blucer Welington Rajagukguk

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 167


Juknis JFP Lampiran III.5

LAMPIRAN III.5 : PERATURAN SEKJEN BPK RI


NOMOR : 5 TAHUN 2021
TANGGAL : 29 MARET 2021

III.5
ANGKA KREDIT PENGALAMAN UNTUK PENGANGKATAN
PERPINDAHAN DARI JABATAN LAIN UNTUK JABATAN PIMPINAN
TINGGI, JABATAN ADMINISTRATOR, DAN JABATAN PENGAWAS
PADA PELAKSANA BPK

MASA KERJA TERAKHIR PADA JABATAN


PIMPINAN TINGGI, JABATAN ADMINISTRATOR,
GOLONGAN/ DAN JABATAN PENGAWAS PADA PELAKSANA BPK
RUANG DAN ANGKA KREDIT PENGALAMAN
< 2 TAHUN 2-4 TAHUN > 4 TAHUN
III/b 3 18 28
III/c 5 35 55

III/d 5 35 55

IV/a 8 53 83
IV/b 8 53 83
IV/c 8 53 83

IV/d 10 70 110
IV/e 200 200 200

SEKRETARIS JENDERAL BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

BAHTIAR ARIF

Salinan sesuai dengan aslinya


BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Kepala Direktorat Utama Pembinaan dan Pengembangan
Hukum Pemeriksaan Keuangan Negara,

Blucer Welington Rajagukguk

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 168


Juknis JFP Lampiran III.6

LAMPIRAN III.6 : PERATURAN SEKJEN BPK RI


NOMOR : 5 TAHUN 2021
TANGGAL : 29 MARET 2021
Lampiran III. 6
Contoh Keputusan Pengangkatan Perpindahan dari Jabatan Lain ke dalam JFP

KEPUTUSAN
SEKRETARIS JENDERAL BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR ..............
TENTANG
PENGANGKATAN PERPINDAHAN DARI JABATAN LAIN
KE DALAM JABATAN FUNGSIONAL PEMERIKSA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
SEKRETARIS JENDERAL BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : bahwa untuk mengisi kebutuhan jabatan yang lowong, Saudara …, NIP …, jabatan ....,
pangkat/golongan ruang …, telah mengikuti dan lulus uji kompetensi sehingga memenuhi
syarat dan cakap untuk diangkat dalam Jabatan Fungsional Pemeriksa melalui perpindahan
dari jabatan lain;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara;
2. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2020 tentang
Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai
Negeri Sipil;
3. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 49
Tahun 2018 tentang Jabatan Fungsional Pemeriksa;
4. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 13
Tahun 2019 tentang Pengusulan, Penetapan, dan Pembinaan Jabatan Fungsional Pegawai
Negeri Sipil;
5. Peraturan Badan Kepegawaian Negara Nomor 48 Tahun 2019 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Pembinaan Jabatan Fungsional Pemeriksa;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan :
KESATU : Mengangkat:
a. Nama : ...................................................
b. NIP : ...................................................
c. Pangkat/Golongan Ruang/TMT : ...................................................
d. Unit Kerja : ...................................................
Terhitung mulai tanggal ........ diangkat dalam Jabatan Fungsional Pemeriksa jenjang Ahli
………. dengan angka kredit sebesar ……. (…………….)
KEDUA : ………………………………………………………………………………………….... **)
KETIGA : Apabila di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam Keputusan ini, akan diadakan
perbaikan dan perhitungan kembali sebagaimana mestinya.
ASLI Keputusan ini disampaikan kepada Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan untuk
diketahui dan diindahkan sebagaimana mestinya.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 169


Juknis JFP Lampiran III.6

Ditetapkan di ....................
pada tanggal ......................
Jabatan (Pejabat yang Berwenang Mengangkat),

Nama....................................
NIP........................................

TEMBUSAN:
1. Kepala Badan Kepegawaian Negara/Kepala Kantor Regional BKN yang bersangkutan; *)
2. Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama yang membidangi SDM/Bagian yang membidangi SDM yang bersangkutan;*)
3. Pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit;
4. Kepala Perwakilan BPK RI.
5. Kepala Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara/Kepala Biro/Bagian Keuangan yang bersangkutan; *)
6. Pejabat lain yang dianggap perlu.

*) Coret yang tidak perlu.


**) Diisi apabila ada penambahan diktum yang dianggap perlu.

SEKRETARIS JENDERAL BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

BAHTIAR ARIF

Salinan sesuai dengan aslinya


BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Kepala Direktorat Utama Pembinaan dan Pengembangan
Hukum Pemeriksaan Keuangan Negara,

Blucer Welington Rajagukguk

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 170


Juknis JFP Lampiran III.7

LAMPIRAN III.7 : PERATURAN SEKJEN BPK RI


NOMOR : 5 TAHUN 2021
TANGGAL : 29 MARET 2021
Lampiran III. 7
Format Surat Keterangan Memiliki Rekam Jejak, Integritas, dan Moralitas

KETERANGAN REKAM JEJAK, INTEGRITAS, DAN MORALITAS

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama :
NIP :
Pangkat/Golongan Ruang :
Jabatan :
Unit Kerja :

Menerangkan pegawai di bawah ini:


Nama :
NIP :
Pangkat/Golongan Ruang :
Jabatan :
Unit Kerja :

Bahwa yang bersangkutan memiliki rekam jejak, integritas, dan moralitas yang baik.
Demikian keterangan ini disusun untuk keperluan pengangkatan promosi dalam JFP.

Tempat, Tanggal
Jabatan (paling rendah JPT Pratama),

Nama .................................................
NIP ..........................................

SEKRETARIS JENDERAL BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

BAHTIAR ARIF
Salinan sesuai dengan aslinya
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Kepala Direktorat Utama Pembinaan dan Pengembangan
Hukum Pemeriksaan Keuangan Negara,

Blucer Welington Rajagukguk

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 171


Juknis JFP Lampiran III.8

LAMPIRAN III.8 : PERATURAN SEKJEN BPK RI


NOMOR : 5 TAHUN 2021
TANGGAL : 29 MARET 2021
Lampiran III. 8
Format Surat Keterangan Tidak Pernah Melakukan Pelanggaran Kode Etik dan Profesi PNS dan Tidak
Pernah Dikenakan Hukuman Disiplin PNS

KETERANGAN MENGENAI KODE ETIK DAN DISIPLIN PNS

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama :
NIP :
Pangkat/Golongan Ruang :
Jabatan :
Unit Kerja :

Menerangkan pegawai di bawah ini:


Nama :
NIP :
Pangkat/Golongan Ruang :
Jabatan :
Unit Kerja :

Bahwa yang bersangkutan tidak pernah melakukan pelanggaran kode etik dan profesi PNS dan tidak
pernah dikenakan hukuman disiplin PNS.
Demikian keterangan ini disusun untuk keperluan pengangkatan promosi dalam JFP.

Tempat, Tanggal
Kepala Biro SDM,

Nama .................................................
NIP ...................................................

SEKRETARIS JENDERAL BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

BAHTIAR ARIF
Salinan sesuai dengan aslinya
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Kepala Direktorat Utama Pembinaan dan Pengembangan
Hukum Pemeriksaan Keuangan Negara,

Blucer Welington Rajagukguk


Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 172
Juknis JFP Lampiran III.9

LAMPIRAN III.9 : PERATURAN SEKJEN BPK RI


NOMOR : 5 TAHUN 2021
TANGGAL : 29 MARET 2021
Lampiran III. 9
Contoh Keputusan Pengangkatan Melalui Promosi dalam JFP

KEPUTUSAN
SEKRETARIS JENDERAL BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR ..............
TENTANG
PENGANGKATAN PROMOSI DALAM JABATAN FUNGSIONAL PEMERIKSA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
SEKRETARIS JENDERAL BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : bahwa untuk mengisi kebutuhan jabatan yang lowong, Saudara …, NIP …, jabatan ....,
pangkat/golongan ruang …, telah mengikuti dan lulus uji kompetensi sehingga memenuhi
syarat dan dianggap cakap untuk diangkat dalam Jabatan Fungsional Pemeriksa melalui
promosi;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara;
2. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2020 tentang
Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai
Negeri Sipil;
3. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 49
Tahun 2018 tentang Jabatan Fungsional Pemeriksa;
4. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 13
Tahun 2019 tentang Pengusulan, Penetapan, dan Pembinaan Jabatan Fungsional Pegawai
Negeri Sipil;
5. Peraturan Badan Kepegawaian Negara Nomor 48 Tahun 2019 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Pembinaan Jabatan Fungsional Pemeriksa;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan :
KESATU : Mengangkat:
a. Nama : ...................................................
b. NIP : ...................................................
c. Pangkat/Golongan Ruang/TMT : ...................................................
d. Unit Kerja : ...................................................
Terhitung mulai tanggal ........ dipromosikan dalam Jabatan Fungsional Pemeriksa jenjang
Ahli ………. dengan angka kredit sebesar ……. (…………….)
KEDUA : ………………………………………………………………………………………….... **)
KETIGA : Apabila di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam Keputusan ini, akan diadakan
perbaikan dan perhitungan kembali sebagaimana mestinya.
ASLI Keputusan ini disampaikan kepada Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan untuk
diketahui dan diindahkan sebagaimana mestinya.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 173


Juknis JFP Lampiran III.9

Ditetapkan di ....................
pada tanggal ......................
Jabatan (Pejabat yang Berwenang Mengangkat),

Nama....................................
NIP........................................

TEMBUSAN:
1. Kepala Badan Kepegawaian Negara/Kepala Kantor Regional BKN yang bersangkutan;*)
2. Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama yang membidangi SDM/Bagian yang membidangi SDM yang bersangkutan;*)
3. Pejabat yang Berwenang Menetapkan Angka Kredit;
4. Kepala Perwakilan BPK RI;
5. Kepala Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara/Kepala Biro/Bagian Keuangan yang bersangkutan;*)
6. Pejabat lain yang dianggap perlu.

*) Coret yang tidak perlu.


**) Diisi apabila ada penambahan diktum yang dianggap perlu.

SEKRETARIS JENDERAL BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

BAHTIAR ARIF

Salinan sesuai dengan aslinya


BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Kepala Direktorat Utama Pembinaan dan Pengembangan
Hukum Pemeriksaan Keuangan Negara,

Blucer Welington Rajagukguk

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 174


Juknis JFP Lampiran IV

LAMPIRAN IV : PERATURAN SEKJEN BPK RI


NOMOR : 5 TAHUN 2021
TANGGAL : 29 MARET 2021
Lampiran IV 1
Berita Acara Pengambilan Sumpah/Janji Jabatan

BERITA ACARA
PENGAMBILAN SUMPAH/JANJI JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL
NOMOR: .................................

Pada hari ini, ..... tanggal ..... bulan ….. tahun ....., dengan mengambil tempat di ...., saya, nama .....
jabatan .....
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2020 tentang Perubahan atas
Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil dengan
disaksikan oleh 2 (dua) orang saksi masing-masing:
1. Nama .... NIP .... jabatan ....
2. Nama .... NIP .... jabatan ....
telah mengambil sumpah/janji jabatan Pegawai Negeri Sipil nama .... dengan Keputusan Sekretaris
Jenderal BPK Nomor .... tanggal .... diangkat dalam jabatan sebagai Pemeriksa Ahli ...
Pegawai Negeri Sipil yang mengangkat sumpah/janji jabatan tersebut didampingi oleh seorang
Rohaniwan, nama .... NIP .... jabatan ....
Pegawai Negeri Sipil yang mengangkat sumpah/janji jabatan tersebut mengucapkan sumpah/janji
Pegawai Negeri Sipil sebagai berikut: (disesuaikan dengan bunyi sumpah/janji jabatan menurut dengan
agama dan kepercayaan PNS yang mengangkat sumpah/ janji)
"Demi Allah, saya bersumpah:
bahwa saya, akan setia dan taat kepada Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
serta akan menjalankan segala peraturan perundang-undangan dengan selurus-lurusnya, demi dharma
bakti saya kepada bangsa dan negara;
bahwa saya dalam menjalankan tugas jabatan, akan menjunjung etika jabatan, bekerja dengan sebaik-
baiknya, dan dengan penuh rasa tanggung jawab;
bahwa saya, akan menjaga integritas, tidak menyalahgunakan kewenangan, serta menghindarkan diri
dari perbuatan tercela”.
Demikian berita acara pengambilan sumpah/janji jabatan ini dibuat dengan sebenar-benarnya untuk
dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Pegawai Negeri Sipil Pejabat


Yang mengangkat sumpah/janji, Yang mengambil sumpah/janji,

Nama ....................................... Nama .......................................


NIP .......................................... NIP ..........................................

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 175


Juknis JFP Lampiran IV

Saksi-Saksi,

Nama ....................................... Nama .......................................


NIP .......................................... NIP ..........................................

Catatan: Pilih antara pengambilan sumpah atau janji. Apabila PNS berkeberatan mengucapkan sumpah karena
keyakinan tentang agama atau kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, PNS yang bersangkutan
mengucapkan janji jabatan.

SEKRETARIS JENDERAL BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

BAHTIAR ARIF

Salinan sesuai dengan aslinya


BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Kepala Direktorat Utama Pembinaan dan Pengembangan
Hukum Pemeriksaan Keuangan Negara,

Blucer Welington Rajagukguk

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 176


Juknis JFP Lampiran V.1

LAMPIRAN V.1 : PERATURAN SEKJEN BPK RI


NOMOR : 5 TAHUN 2021
TANGGAL : 29 MARET 2021
Lampiran V. 1
Format SKPP

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA

SURAT KETERANGAN PENYELESAIAN PENUGASAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, menerangkan bahwa nama-nama Pemeriksa berikut ini telah menyelesaikan
penugasan ................. berdasarkan ST/SP2P/SP3 **) Nomor ................................., mulai tanggal............. sampai
dengan tanggal............. dengan hasil kegiatan sebagai berikut:

URAIAN HASIL TUGAS


NO. NAMA/NIP JABATAN
KEGIATAN KEGIATAN LIMPAH*)
1.
2.
3.
dst.

Demikian keterangan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Tempat, Tanggal
Jabatan (JPT Madya/JPT Pratama),

Nama .................................................
NIP ..........................................

*)
Keterangan tugas limpah satu tingkat ke atas/bawah kepada Pemeriksa yang sesuai (jika ada).
**) Coret yang tidak perlu.

SEKRETARIS JENDERAL BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

BAHTIAR ARIF
Salinan sesuai dengan aslinya
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Kepala Direktorat Utama Pembinaan dan Pengembangan
Hukum Pemeriksaan Keuangan Negara,

Blucer Welington Rajagukguk

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 177


Juknis JFP Lampiran V.2

LAMPIRAN V.2 : PERATURAN SEKJEN BPK RI


NOMOR : 5 TAHUN 2021
TANGGAL : 29 MARET 2021
Lampiran V. 2
Format SP2P

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA

SURAT PERINTAH PENUGASAN PEMERIKSAAN


Nomor ..............................................................

Menugaskan kepada:

JANGKA WAKTU
NO. NAMA/ NIP JABATAN TUGAS LIMPAH*)
(HARI)
1.
2.
3.
Dst

Untuk melaksanakan penugasan ................., mulai tanggal............. sampai dengan tanggal..............


Demikian surat perintah ini diberikan untuk dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab.

Tempat, Tanggal
Jabatan (JPT Madya/JPT Pratama),

Nama .................................................
NIP ..........................................

*)
Keterangan tugas limpah satu tingkat ke atas/bawah kepada Pemeriksa yang sesuai (jika ada).

SEKRETARIS JENDERAL BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

BAHTIAR ARIF

Salinan sesuai dengan aslinya


BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Kepala Direktorat Utama Pembinaan dan Pengembangan
Hukum Pemeriksaan Keuangan Negara,

Blucer Welington Rajagukguk

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 178


Juknis JFP Lampiran V.3

LAMPIRAN V.3 : PERATURAN SEKJEN BPK RI


NOMOR : 5 TAHUN 2021
TANGGAL : 29 MARET 2021
Lampiran V. 3
Pemberian Angka Kredit Pelaksana Kegiatan dan Bukti Fisik untuk Kegiatan Pemeriksaan Keuangan, Pemeriksaan Kinerja, dan PDTT, serta Kegiatan Lainnya pada AKN I-VII dan BPK Perwakilan
PEMBERIAN ANGKA KREDIT, PELAKSANA KEGIATAN, DAN BUKTI FISIK UNTUK KEGIATAN PEMERIKSAAN KEUANGAN,
PEMERIKSAAN KINERJA, DAN PDTT, SERTA KEGIATAN LAINNYA PADA AKN I-VII DAN BPK PERWAKILAN

PELAKSANA PEMBERIAN ANGKA


BUTIR KEGIATAN SATUAN HASIL BUKTI FISIK
KEGIATAN KREDIT
A. PENYUSUNAN RKP
1. Penyusunan Tema Pemeriksaan
a. melaksanakan administrasi dalam rangka penyusunan Tema Tema Pemeriksaan Ahli Pertama 0,1 untuk setiap output SKPP, SP2P
Pemeriksaan setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
b. mengumpulkan data dalam rangka penyusunan Tema Pemeriksaan Tema Pemeriksaan Ahli Pertama 0,18 untuk setiap output SKPP, SP2P
setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
c. menyusun Tema Pemeriksaan Tema Pemeriksaan Ahli Muda 0,2 untuk setiap output SKPP, SP2P
setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
d. mengusulkan Tema Pemeriksaan Tema Pemeriksaan Ahli Madya 0,3 untuk setiap output SKPP, SP2P
setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
e. me-review Tema Pemeriksaan Tema Pemeriksaan Ahli Utama 0,4 untuk setiap output SKPP, SP2P
setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 179


Juknis JFP Lampiran V.3

PELAKSANA PEMBERIAN ANGKA


BUTIR KEGIATAN SATUAN HASIL BUKTI FISIK
KEGIATAN KREDIT
2. Penyusunan Proposal Pemeriksaan
a. melaksanakan administrasi dalam rangka penyusunan Proposal Proposal Ahli Pertama 0,1 untuk setiap output SKPP, SP2P
Pemeriksaan Pemeriksaan setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
b. mengumpulkan data dalam rangka penyusunan Proposal Proposal Ahli Pertama 0,16 untuk setiap output SKPP, SP2P
Pemeriksaan Pemeriksaan setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
c. menyusun Proposal Pemeriksaan Proposal Ahli Muda 0,19 untuk setiap output SKPP, SP2P
Pemeriksaan setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
d. mengusulkan Proposal Pemeriksaan Proposal Ahli Madya 0,3 untuk setiap output SKPP, SP2P
Pemeriksaan setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
e. me-review Proposal Pemeriksaan Proposal Ahli Utama 0,4 untuk setiap output SKPP, SP2P
Pemeriksaan setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
3. Penyusunan RKP
a. melaksanakan administrasi dalam rangka penyusunan RKP RKP Ahli Pertama 0,1 untuk setiap output SKPP, SP2P
setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
b. mengumpulkan data dalam rangka penyusunan RKP RKP Ahli Pertama 0,1 untuk setiap output SKPP, SP2P
setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
c. menyusun usulan RKP RKP Ahli Muda 0,2 untuk setiap output SKPP, SP2P
setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 180


Juknis JFP Lampiran V.3

PELAKSANA PEMBERIAN ANGKA


BUTIR KEGIATAN SATUAN HASIL BUKTI FISIK
KEGIATAN KREDIT
d. mengusulkan RKP RKP Ahli Madya 0,45 untuk setiap output SKPP, SP2P
setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
e. me-review RKP RKP Ahli Utama 0,4 untuk setiap output SKPP, SP2P
setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
4. Penyusunan Revisi RKP
a. melaksanakan administrasi dalam rangka penyusunan Revisi RKP Revisi RKP Ahli Pertama 0,1 untuk setiap output SKPP, SP2P
setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
b. mengumpulkan data dalam rangka penyusunan Revisi RKP Revisi RKP Ahli Pertama 0,05 untuk setiap output SKPP, SP2P
setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
c. menyusun usulan Revisi RKP Revisi RKP Ahli Muda 0,2 untuk setiap output SKPP, SP2P
setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
d. mengusulkan Revisi RKP Revisi RKP Ahli Madya 0,36 untuk setiap output SKPP, SP2P
setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
e. me-review Revisi RKP Revisi RKP Ahli Utama 0,4 untuk setiap output SKPP, SP2P
setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
5. Penyusunan Strategi Pemeriksaan
a. mengusulkan Strategi Pemeriksaan Strategi Pemeriksaan Ahli Madya 0,36 untuk setiap output SKPP, SP2P
setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 181


Juknis JFP Lampiran V.3

PELAKSANA PEMBERIAN ANGKA


BUTIR KEGIATAN SATUAN HASIL BUKTI FISIK
KEGIATAN KREDIT
b. me-review Strategi Pemeriksaan Strategi Pemeriksaan Ahli Utama 0,4 untuk setiap output SKPP, SP2P
setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
B. PEMERIKSAAN
1. Perencanaan Pemeriksaan
a. Penyusunan P2 Pendahuluan
1) menyusun konsep P2 Pendahuluan P2 Pendahuluan Ahli Muda 0,16 untuk setiap output SKPP,
setiap penugasan SP2P/ST/SP3
kepada setiap
Pemeriksa
2) me-review konsep P2 Pendahuluan dari Pemeriksa Ahli Muda P2 Pendahuluan Ahli Madya 0,3 untuk setiap output SKPP,
setiap penugasan SP2P/ST/SP3
kepada setiap
Pemeriksa
3) me-review dan menyetujui P2 Pendahuluan dari Pemeriksa P2 Pendahuluan Ahli Utama 0,4 untuk setiap output SKPP,
Ahli Madya setiap penugasan SP2P/ST/SP3
kepada setiap
Pemeriksa
4) mengarahkan pengumpulan data dan informasi P2 Pendahuluan Ahli Utama 0,4 untuk setiap output SKPP,
setiap penugasan SP2P/ST/SP3
kepada setiap
Pemeriksa
b. Penyusunan P2
1) melaksanakan administrasi penyusunan P2 AKN atau P2 P2 Ahli Pertama 0,1 untuk setiap output SKPP,
Perwakilan setiap penugasan SP2P/ST/SP3
kepada setiap
Pemeriksa
2) menyusun konsep P2 AKN atau P2 Perwakilan P2 Ahli Muda 0,4 untuk setiap output SKPP,
setiap penugasan SP2P/ST/SP3
kepada setiap
Pemeriksa

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 182


Juknis JFP Lampiran V.3

PELAKSANA PEMBERIAN ANGKA


BUTIR KEGIATAN SATUAN HASIL BUKTI FISIK
KEGIATAN KREDIT
3) me-review konsep P2 AKN atau P2 Perwakilan dari Pemeriksa P2 Ahli Madya 0,36 untuk setiap output SKPP,
Ahli Muda setiap penugasan SP2P/ST/SP3
kepada setiap
Pemeriksa
4) me-review dan menyetujui P2 AKN atau P2 Perwakilan dari P2 Ahli Utama 0,4 untuk setiap output SKPP,
Pemeriksa Ahli Madya setiap penugasan SP2P/ST/SP3
kepada setiap
Pemeriksa
c. Penyusunan PKP Pemeriksaan Pendahuluan
1) menyusun PKP untuk pelaksanaan tugas-tugas Pemeriksaan PKP Pendahuluan Ahli Pertama 0,17 untuk setiap output SKPP,
Pendahuluan setiap penugasan SP2P/ST/SP3
kepada setiap
Pemeriksa
2) mengesahkan PKP Pemeriksa Ahli Pertama untuk tugas-tugas PKP Pendahuluan Ahli Muda 0,16 untuk setiap output SKPP,
Pemeriksaan Pendahuluan setiap penugasan SP2P/ST/SP3
kepada setiap
Pemeriksa
d. Pemeriksaan Pendahuluan/Interim
1) melaksanakan tugas-tugas dalam Pemeriksaan Laporan Hasil Ahli Pertama 0,01 untuk setiap jam SKPP, ST
Pendahuluan/Interim Perencanaan setiap hari
Pemeriksaan penugasan setiap
Pemeriksa
2) memimpin pelaksanaan Pemeriksaan Pendahuluan/Interim Laporan Hasil Ahli Muda 0,02 untuk setiap jam SKPP, ST
Perencanaan setiap hari
Pemeriksaan penugasan setiap
Pemeriksa
3) melakukan supervisi Pemeriksaan Pendahuluan/Interim Laporan Hasil Ahli Madya 0,03 untuk setiap jam SKPP, ST
Perencanaan setiap hari
Pemeriksaan penugasan setiap
Pemeriksa
4) mengarahkan Pemeriksaan Pendahuluan/Interim Laporan Hasil Ahli Utama 0,1 untuk setiap jam SKPP, ST
Perencanaan setiap hari
Pemeriksaan penugasan setiap
Pemeriksa

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 183


Juknis JFP Lampiran V.3

PELAKSANA PEMBERIAN ANGKA


BUTIR KEGIATAN SATUAN HASIL BUKTI FISIK
KEGIATAN KREDIT
e. Penyusunan KKP dalam Pemeriksaan Pendahuluan
1) menyusun KKP untuk pelaksanaan tugas-tugas dalam KKP Pendahuluan Ahli Pertama 0,21 untuk setiap output SKPP, SP2P
Pemeriksaan Pendahuluan setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
2) me-review KKP Pemeriksa Ahli Pertama dalam Pemeriksaan KKP Pendahuluan Ahli Muda 0,36 untuk setiap output SKPP, SP2P
Pendahuluan setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
3) me-review KKP Pemeriksa Ahli Pertama dalam Pemeriksaan KKP Pendahuluan Ahli Madya 0,45 untuk setiap output SKPP, SP2P
Pendahuluan yang telah di-review oleh Pemeriksa Ahli Muda setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
f. Penyusunan Laporan Pemeriksaan Pendahuluan
1) menyusun konsep Laporan Pemeriksaan Pendahuluan Laporan Ahli Muda 0,56 untuk setiap output SKPP, SP2P
Pemeriksaan setiap penugasan
Pendahuluan kepada setiap
Pemeriksa
2) me-review konsep Laporan Pemeriksaan Pendahuluan dari Laporan Ahli Madya 0,45 untuk setiap output SKPP, SP2P
Pemeriksa Ahli Muda Pemeriksaan setiap penugasan
Pendahuluan kepada setiap
Pemeriksa
3) me-review dan menyetujui Laporan Pemeriksaan Pendahuluan Laporan Ahli Utama 0,64 untuk setiap output SKPP, SP2P
dari Pemeriksa Ahli Madya Pemeriksaan setiap penugasan
Pendahuluan kepada setiap
Pemeriksa
g. Review LHP Terdahulu
1) melakukan review atas LHP terdahulu Review LHP Ahli Pertama 0,16 untuk setiap output SKPP, SP2P
Terdahulu setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
2) melakukan review atas hasil review dari Pemeriksa Ahli Review LHP Ahli Muda 0,22 untuk setiap output SKPP, SP2P
Pertama terhadap LHP terdahulu Terdahulu setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 184


Juknis JFP Lampiran V.3

PELAKSANA PEMBERIAN ANGKA


BUTIR KEGIATAN SATUAN HASIL BUKTI FISIK
KEGIATAN KREDIT
h. Komunikasi dengan Tim Pemeriksaan Terdahulu
melakukan komunikasi dengan Tim Pemeriksaan terdahulu Laporan Hasil Ahli Muda 0,2 untuk setiap output SKPP, SP2P
Komunikasi dengan setiap penugasan
Tim Pemeriksaan kepada setiap
Terdahulu Pemeriksa
i. Pembahasan atas Hasil Pengawasan Intern
1) melakukan pembahasan atas Hasil Pengawasan Intern Hasil Pembahasan Ahli Pertama 0,12 untuk setiap output SKPP, SP2P
Pengawasan Intern setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
2) me-review hasil pembahasan atas Hasil Pengawasan Intern Hasil Pembahasan Ahli Muda 0,1 untuk setiap output SKPP, SP2P
Pengawasan Intern setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
2. Pelaksanaan Pemeriksaan
a. Penyusunan PKP Pemeriksaan Terinci
1) menyusun PKP untuk pelaksanaan tugas-tugas Pemeriksaan PKP Pemeriksaan Ahli Pertama 0,17 untuk setiap output SKPP,
Terinci Terinci setiap penugasan SP2P/ST/SP3
kepada setiap
Pemeriksa
2) mengesahkan PKP Pemeriksa Ahli Pertama untuk pelaksanaan PKP Pemeriksaan Ahli Muda 0,16 untuk setiap output SKPP,
tugas-tugas Pemeriksaan Terinci Terinci setiap penugasan SP2P/ST/SP3
kepada setiap
Pemeriksa
b. Pelaksanaan Pemeriksaan Terinci
1) melaksanakan tugas-tugas dalam pelaksanaan Pemeriksaan Pemeriksaan sesuai Ahli Pertama 0,01 untuk setiap jam SKPP, ST
Terinci P2 setiap hari
penugasan setiap
Pemeriksa
2) memimpin pelaksanaan Pemeriksaan Terinci Pemeriksaan sesuai Ahli Muda 0,02 untuk setiap jam SKPP, ST
P2 setiap hari
penugasan setiap
Pemeriksa

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 185


Juknis JFP Lampiran V.3

PELAKSANA PEMBERIAN ANGKA


BUTIR KEGIATAN SATUAN HASIL BUKTI FISIK
KEGIATAN KREDIT
3) mengendalikan teknis pelaksanaan Pemeriksaan Terinci Pemeriksaan sesuai Ahli Madya 0,03 untuk setiap jam SKPP, ST
P2 setiap hari
penugasan setiap
Pemeriksa
4) mengendalikan mutu pelaksanaan Pemeriksaan Terinci Pemeriksaan sesuai Ahli Utama 0,1 untuk setiap jam SKPP, ST
P2 setiap hari
penugasan setiap
Pemeriksa
c. Penyusunan KKP dalam Pemeriksaan Terinci
1) menyusun KKP untuk pelaksanaan tugas-tugas dalam KKP Pemeriksaan Ahli Pertama 0,21 untuk setiap output SKPP, SP2P
Pemeriksaan Terinci Terinci setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
2) me-review KKP Pemeriksa Ahli Pertama dalam Pemeriksaan KKP Pemeriksaan Ahli Muda 0,36 untuk setiap output SKPP, SP2P
Terinci Terinci setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
3) me-review KKP Pemeriksa Ahli Pertama dalam Pemeriksaan KKP Pemeriksaan Ahli Madya 0,45 untuk setiap output SKPP, SP2P
Terinci yang telah di-review oleh Pemeriksa Ahli Muda Terinci setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
3. Pelaporan Hasil Pemeriksaan
a. Penyusunan IHPS
1) menyiapkan bahan penyusunan IHPS Konsep Bahan Ahli Pertama 0,21 untuk setiap output SKPP, SP2P
Penyusunan IHPS setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
2) menyiapkan konsep bahan penyusunan IHPS Konsep Bahan Ahli Muda 0,42 untuk setiap output SKPP, SP2P
Penyusunan IHPS setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
3) me-review konsep bahan penyusunan IHPS dari Pemeriksa Konsep Bahan Ahli Madya 0,36 untuk setiap output SKPP, SP2P
Ahli Muda Penyusunan IHPS setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 186


Juknis JFP Lampiran V.3

PELAKSANA PEMBERIAN ANGKA


BUTIR KEGIATAN SATUAN HASIL BUKTI FISIK
KEGIATAN KREDIT
4) me-review konsep bahan penyusunan IHPS dari Pemeriksa Konsep Bahan Ahli Utama 0,48 untuk setiap output SKPP, SP2P
Ahli Madya Penyusunan IHPS setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
b. Penyusunan LHP
1) melaksanakan administrasi dalam penyusunan LHP LHP Ahli Pertama 0,18 untuk setiap output SKPP, SP2P
setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
2) menyiapkan bahan dan data untuk penyusunan LHP LHP Ahli Pertama 0,14 untuk setiap output SKPP, SP2P
setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
3) menyajikan kelogisan substansi, kaidah bahasa, dan kebenaran LHP Ahli Muda 0,52 untuk setiap output SKPP, SP2P
matematis dalam konsep LHP setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
4) menyusun konsep LHP sesuai unsur-unsur temuan seperti LHP Ahli Muda 0,4 untuk setiap output SKPP, SP2P
kondisi, kriteria, sebab, dan akibat setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
5) menganalisis dan me-review konsep LHP LHP Ahli Madya 0,39 untuk setiap output SKPP, SP2P
setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
6) me-review konsep LHP dari segi unsur temuan dan kaidah LHP Ahli Madya 0,45 untuk setiap output SKPP, SP2P
bahasa pelaporan setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
7) me-review kesesuaian konsep LHP dengan SPKN LHP Ahli Utama 0,32 untuk setiap output SKPP, SP2P
setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 187


Juknis JFP Lampiran V.3

PELAKSANA PEMBERIAN ANGKA


BUTIR KEGIATAN SATUAN HASIL BUKTI FISIK
KEGIATAN KREDIT
8) me-review dan menyetujui LHP LHP Ahli Utama 0,2 untuk setiap output SKPP, SP2P
setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
c. Penyusunan Konsep Rekomendasi BPK
1) menyiapkan usulan konsep Rekomendasi BPK Konsep Ahli Muda 0,14 untuk setiap output SKPP, SP2P
Rekomendasi BPK setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
2) menyiapkan konsep Surat Keluar Konsep Ahli Muda 0,14 untuk setiap output SKPP, SP2P
Rekomendasi BPK setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
3) me-review usulan konsep Rekomendasi BPK dari Pemeriksa Konsep Ahli Madya 0,36 untuk setiap output SKPP, SP2P
Ahli Muda Rekomendasi BPK setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
4) melakukan pembahasan atas usulan konsep Rekomendasi BPK Konsep Ahli Madya 0,3 untuk setiap output SKPP, SP2P
Rekomendasi BPK setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
5) membuat Surat Keluar Konsep Ahli Madya 0,24 untuk setiap output SKPP, SP2P
Rekomendasi BPK setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
6) me-review usulan konsep Rekomendasi BPK Konsep Ahli Utama 0,32 untuk setiap output SKPP, SP2P
Rekomendasi BPK setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
d. Pelaporan Informasi Rahasia
1) menyusun konsep Pelaporan Informasi Rahasia Laporan Informasi Ahli Madya 0,39 untuk setiap output SKPP, SP2P
Rahasia setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 188


Juknis JFP Lampiran V.3

PELAKSANA PEMBERIAN ANGKA


BUTIR KEGIATAN SATUAN HASIL BUKTI FISIK
KEGIATAN KREDIT
2) me-review konsep Pelaporan Informasi Rahasia Laporan Informasi Ahli Utama 0,24 untuk setiap output SKPP, SP2P
Rahasia setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
e. Evaluasi atas Laporan Hasil Pemeriksaan KAP
1) melaksanakan evaluasi laporan hasil pelaksanaan Pemeriksaan Laporan Evaluasi Ahli Muda 0,22 untuk setiap output SKPP, SP2P
KAP Hasil Pemeriksaan setiap penugasan
KAP kepada setiap
Pemeriksa
2) menyusun laporan evaluasi atas hasil pelaksanaan Pemeriksaan Laporan Evaluasi Ahli Madya 0,45 untuk setiap output SKPP, SP2P
KAP Hasil Pemeriksaan setiap penugasan
KAP kepada setiap
Pemeriksa
3) me-review laporan evaluasi atas hasil pelaksanaan Laporan Evaluasi Ahli Utama 0,68 untuk setiap output SKPP, SP2P
Pemeriksaan KAP Hasil Pemeriksaan setiap penugasan
KAP kepada setiap
Pemeriksa
4) melaporkan indikasi Tindak Pidana Korupsi Laporan Evaluasi Ahli Utama 0,32 untuk setiap output SKPP, SP2P
Hasil Pemeriksaan setiap penugasan
KAP kepada setiap
Pemeriksa
C. PEMANTAUAN TLHP
1. melaksanakan administrasi dalam pemantauan TLHP Laporan Pemantauan Ahli Pertama 0,18 untuk setiap output SKPP, ST
TLHP setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
2. menyiapkan bahan pemantauan TLHP Laporan Pemantauan Ahli Pertama 0,12 untuk setiap output SKPP, ST
TLHP setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
3. melaksanakan pemantauan TLHP Laporan Pemantauan Ahli Pertama 0,16 untuk setiap output SKPP, ST
TLHP setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 189


Juknis JFP Lampiran V.3

PELAKSANA PEMBERIAN ANGKA


BUTIR KEGIATAN SATUAN HASIL BUKTI FISIK
KEGIATAN KREDIT
4. melaksanakan penelaahan jawaban TLHP dari entitas yang diperiksa Laporan Pemantauan Ahli Muda 0,32 untuk setiap output SKPP, ST
TLHP setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
5. menyusun konsep laporan penelaahan jawaban TLHP dari entitas yang Laporan Pemantauan Ahli Muda 0,36 untuk setiap output SKPP, ST
diperiksa TLHP setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
6. me-review konsep laporan penelaahan jawaban TLHP dari entitas yang Laporan Pemantauan Ahli Madya 0,3 untuk setiap output SKPP, ST
diperiksa TLHP setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
7. me-review dan menyetujui laporan penelaahan jawaban TLHP dari Laporan Pemantauan Ahli Utama 0,6 untuk setiap output SKPP, ST
entitas yang diperiksa TLHP setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
D. EVALUASI PEMERIKSAAN
1. membuat penilaian Pemeriksa Ahli Pertama atas pelaksanaan Penilaian Kinerja Ahli Muda 0,16 untuk setiap output SKPP, SP2P
pemeriksaan Pemeriksa setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
2. menilai kinerja Pemeriksa Ahli Muda Penilaian Kinerja Ahli Madya 0,24 untuk setiap output SKPP, SP2P
Pemeriksa setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
3. melakukan review silang (antar-Pemeriksa Ahli Madya) Hasil Review Silang Ahli Madya 0,3 untuk setiap output SKPP, SP2P
setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
4. menilai kinerja Pemeriksa Ahli Madya Penilaian Kinerja Ahli Utama 0,32 untuk setiap output SKPP, SP2P
Pemeriksa setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 190


Juknis JFP Lampiran V.3

PELAKSANA PEMBERIAN ANGKA


BUTIR KEGIATAN SATUAN HASIL BUKTI FISIK
KEGIATAN KREDIT
5. melakukan review silang (antar-Pemeriksa Ahli Utama) Hasil Review Silang Ahli Utama 0,48 untuk setiap output SKPP, SP2P
setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
E. PEMANTAUAN KERUGIAN NEGARA/DAERAH
1. menyiapkan bahan pemantauan proses penyelesaian Ganti Kerugian Laporan Pemantauan Ahli Pertama 0,21 untuk setiap output SKPP, ST
Negara/Daerah Kerugian setiap penugasan
Negara/Daerah kepada setiap
Pemeriksa
2. melaksanakan pemantauan proses penyelesaian Ganti Kerugian Laporan Pemantauan Ahli Pertama 0,2 untuk setiap output SKPP, ST
Negara/Daerah Kerugian setiap penugasan
Negara/Daerah kepada setiap
Pemeriksa
3. memimpin pemantauan proses penyelesaian Ganti Kerugian Laporan Pemantauan Ahli Muda 0,4 untuk setiap output SKPP, ST
Negara/Daerah Kerugian setiap penugasan
Negara/Daerah kepada setiap
Pemeriksa
4. menyusun konsep Laporan Pemantauan Ganti Kerugian Negara/Daerah Laporan Pemantauan Ahli Muda 0,26 untuk setiap output SKPP, ST
Kerugian setiap penugasan
Negara/Daerah kepada setiap
Pemeriksa
5. me-review konsep Laporan Pemantauan Ganti Kerugian Negara/Daerah Laporan Pemantauan Ahli Madya 0,45 untuk setiap output SKPP, ST
Kerugian setiap penugasan
Negara/Daerah kepada setiap
Pemeriksa
6. me-review dan menyetujui Laporan Pemantauan Ganti Kerugian Laporan Pemantauan Ahli Utama 0,6 untuk setiap output SKPP, ST
Negara/Daerah Kerugian setiap penugasan
Negara/Daerah kepada setiap
Pemeriksa
F. PENYUSUNAN BAHAN PERUMUSAN PENDAPAT BPK
1. menyiapkan bahan pendukung perumusan Pendapat BPK yang diperlukan Bahan Perumusan Ahli Muda 0,12 untuk setiap output SKPP, SP2P
berdasarkan hasil pemeriksaan Pendapat BPK setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 191


Juknis JFP Lampiran V.3

PELAKSANA PEMBERIAN ANGKA


BUTIR KEGIATAN SATUAN HASIL BUKTI FISIK
KEGIATAN KREDIT
2. mengompilasi dan menyusun Bahan Perumusan Pendapat BPK pada Bahan Perumusan Ahli Madya 0,36 untuk setiap output SKPP, SP2P
lingkup tugasnya Pendapat BPK setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
3. me-review Bahan Perumusan Pendapat BPK pada lingkup tugasnya Bahan Perumusan Ahli Utama 0,4 untuk setiap output SKPP, SP2P
Pendapat BPK setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
G. PENYUSUNAN BAHAN PENJELASAN BPK
1. menyiapkan kajian hasil pemeriksaan yang mengandung unsur tindak Bahan Penjelasan Ahli Muda 0,12 untuk setiap output SKPP, SP2P
pidana korupsi dan/atau kerugian negara BPK setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
2. mengompilasi hasil kajian dan menyusun Bahan Penjelasan kepada Bahan Penjelasan Ahli Madya 0,36 untuk setiap output SKPP, SP2P
Pemerintah, lembaga perwakilan, dan APH tentang hasil pemeriksaan BPK setiap penugasan
pada lingkup tugasnya kepada setiap
Pemeriksa
3. me-review Bahan Penjelasan kepada Pemerintah, lembaga perwakilan, Bahan Penjelasan Ahli Utama 0,4 untuk setiap output SKPP, SP2P
dan APH tentang hasil pemeriksaan dari Pemeriksa Ahli Madya pada BPK setiap penugasan
lingkup tugasnya kepada setiap
Pemeriksa

SEKRETARIS JENDERAL BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA,

ttd.
Salinan sesuai dengan aslinya
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BAHTIAR ARIF
Kepala Direktorat Utama Pembinaan dan Pengembangan
Hukum Pemeriksaan Keuangan Negara,

Blucer Welington Rajagukguk


Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 192
Juknis JFP Lampiran V.4

LAMPIRAN V.4 : PERATURAN SEKJEN BPK RI


NOMOR : 5 TAHUN 2021
TANGGAL : 29 MARET 2021
LLampiran V. 4
Pemberian Angka Kredit, Pelaksana Kegiatan, dan Bukti Fisik untuk Kegiatan Pemeriksaan Investigatif dan Kegiatan Lainnya pada AUI
PEMBERIAN ANGKA KREDIT, PELAKSANA KEGIATAN, DAN BUKTI FISIK
UNTUK KEGIATAN PEMERIKSAAN INVESTIGATIF DAN KEGIATAN LAINNYA PADA AUI

PELAKSANA PEMBERIAN ANGKA


BUTIR KEGIATAN SATUAN HASIL BUKTI FISIK
KEGIATAN KREDIT
A. PENYUSUNAN RKP
1. Penyusunan Tema Pemeriksaan
a. melaksanakan administrasi dalam rangka penyusunan Tema Tema Pemeriksaan Ahli Pertama 0,1 untuk setiap output SKPP, SP2P
Pemeriksaan setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
b. mengumpulkan data dalam rangka penyusunan Tema Pemeriksaan Tema Pemeriksaan Ahli Pertama 0,18 untuk setiap output SKPP, SP2P
setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
c. menyusun Tema Pemeriksaan Tema Pemeriksaan Ahli Muda 0,2 untuk setiap output SKPP, SP2P
setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
d. mengusulkan Tema Pemeriksaan Tema Pemeriksaan Ahli Madya 0,3 untuk setiap output SKPP, SP2P
setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
e. me-review Tema Pemeriksaan Tema Pemeriksaan Ahli Utama 0,4 untuk setiap output SKPP, SP2P
setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 193


Juknis JFP Lampiran V.4

PELAKSANA PEMBERIAN ANGKA


BUTIR KEGIATAN SATUAN HASIL BUKTI FISIK
KEGIATAN KREDIT
2. Penyusunan Proposal Pemeriksaan
a. melaksanakan administrasi dalam rangka penyusunan Proposal Proposal Ahli Pertama 0,1 untuk setiap output SKPP, SP2P
Pemeriksaan Pemeriksaan setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
b. mengumpulkan data dalam rangka penyusunan Proposal Pemeriksaan Proposal Ahli Pertama 0,16 untuk setiap output SKPP, SP2P
Pemeriksaan setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
c. menyusun Proposal Pemeriksaan Proposal Ahli Muda 0,19 untuk setiap output SKPP, SP2P
Pemeriksaan setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
d. mengusulkan Proposal Pemeriksaan Proposal Ahli Madya 0,3 untuk setiap output SKPP, SP2P
Pemeriksaan setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
e. me-review Proposal Pemeriksaan Proposal Ahli Utama 0,4 untuk setiap output SKPP, SP2P
Pemeriksaan setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
3. Penyusunan RKP
a. melaksanakan administrasi dalam rangka penyusunan RKP RKP Ahli Pertama 0,1 untuk setiap output SKPP, SP2P
setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
b. mengumpulkan data dalam rangka penyusunan RKP RKP Ahli Pertama 0,1 untuk setiap output SKPP, SP2P
setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
c. menyusun usulan RKP RKP Ahli Muda 0,2 untuk setiap output SKPP, SP2P
setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 194


Juknis JFP Lampiran V.4

PELAKSANA PEMBERIAN ANGKA


BUTIR KEGIATAN SATUAN HASIL BUKTI FISIK
KEGIATAN KREDIT
d. mengusulkan RKP RKP Ahli Madya 0,45 untuk setiap output SKPP, SP2P
setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
e. me-review RKP RKP Ahli Utama 0,4 untuk setiap output SKPP, SP2P
setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
4. Penyusunan Revisi RKP
a. melaksanakan administrasi dalam rangka penyusunan Revisi RKP Revisi RKP Ahli Pertama 0,1 untuk setiap output SKPP, SP2P
setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
b. mengumpulkan data dalam rangka penyusunan Revisi RKP Revisi RKP Ahli Pertama 0,05 untuk setiap output SKPP, SP2P
setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
c. menyusun usulan Revisi RKP Revisi RKP Ahli Muda 0,2 untuk setiap output SKPP, SP2P
setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
d. mengusulkan Revisi RKP Revisi RKP Ahli Madya 0,36 untuk setiap output SKPP, SP2P
setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
e. me-review Revisi RKP Revisi RKP Ahli Utama 0,4 untuk setiap output SKPP, SP2P
setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
5. Penyusunan Strategi Pemeriksaan
a. mengusulkan Strategi Pemeriksaan Strategi Ahli Madya 0,36 untuk setiap output SKPP, SP2P
Pemeriksaan setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 195


Juknis JFP Lampiran V.4

PELAKSANA PEMBERIAN ANGKA


BUTIR KEGIATAN SATUAN HASIL BUKTI FISIK
KEGIATAN KREDIT
b. me-review Strategi Pemeriksaan Strategi Ahli Utama 0,4 untuk setiap output SKPP, SP2P
Pemeriksaan setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
B. PEMERIKSAAN INVESTIGATIF
1. Pra-perencanaan
a. Penerimaan informasi awal
1) menyusun usulan pembentukan TPPI Laporan Ahli Muda 0,02 untuk setiap output SKPP, SP2P
Pembahasan setiap penugasan
Informasi Awal kepada setiap
Pemeriksa
2) me-review usulan pembentukan TPPI Laporan Ahli Madya 0,03 untuk setiap output SKPP, SP2P
Pembahasan setiap penugasan
Informasi Awal kepada setiap
Pemeriksa
3) me-review dan menyetujui pembentukan TPPI Laporan Ahli Utama 0,0432 untuk setiap output SKPP, SP2P
Pembahasan setiap penugasan
Informasi Awal kepada setiap
Pemeriksa
4) memperoleh informasi awal dari Pemberi Informasi Laporan Ahli Pertama 0,02 untuk setiap output SKPP, SP2P
Pembahasan setiap penugasan
Informasi Awal kepada setiap
Pemeriksa
5) menghimpun informasi awal dari berbagai sumber, yaitu: Laporan Ahli Pertama 0,02 untuk setiap output SKPP, SP2P
LHP, APH, DPR, media sosial, pengaduan masyarakat, Pembahasan setiap penugasan
pemberitaan, dan lain-lain Informasi Awal kepada setiap
Pemeriksa
6) menyusun informasi awal dari berbagai sumber, yaitu: LHP, Laporan Ahli Muda 0,02 untuk setiap output SKPP, SP2P
APH, DPR, media sosial, pengaduan masyarakat, Pembahasan setiap penugasan
pemberitaan, dan lan-lain Informasi Awal kepada setiap
Pemeriksa
7) me-review informasi awal dari berbagai sumber, yaitu: LHP, Laporan Ahli Madya 0,03 untuk setiap output SKPP, SP2P
APH, DPR, media sosial, pengaduan masyarakat, Pembahasan setiap penugasan
pemberitaan, dan lain-lain Informasi Awal kepada setiap
Pemeriksa

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 196


Juknis JFP Lampiran V.4

PELAKSANA PEMBERIAN ANGKA


BUTIR KEGIATAN SATUAN HASIL BUKTI FISIK
KEGIATAN KREDIT
8) mendokumentasikan dan mengadministrasikan informasi awal Laporan Ahli Pertama 0,016 untuk setiap output SKPP, SP2P
Pembahasan setiap penugasan
Informasi Awal kepada setiap
Pemeriksa
9) melakukan pembahasan informasi awal Laporan Ahli Pertama 0,016 untuk setiap output SKPP, SP2P
Pembahasan setiap penugasan
Informasi Awal kepada setiap
Pemeriksa
10) menyusun konsep Laporan Pembahasan Informasi Awal Laporan Ahli Muda 0,03 untuk setiap output SKPP, SP2P
Pembahasan setiap penugasan
Informasi Awal kepada setiap
Pemeriksa
11) me-review konsep Laporan Pembahasan Informasi Awal dari Laporan Ahli Madya 0,045 untuk setiap output SKPP, SP2P
Pemeriksa Ahli Muda Pembahasan setiap penugasan
Informasi Awal kepada setiap
Pemeriksa
12) me-review dan menyetujui Laporan Pembahasan Informasi Laporan Ahli Utama 0,0864 untuk setiap output SKPP, SP2P
Awal dari Pemeriksa Ahli Madya Pembahasan setiap penugasan
Informasi Awal kepada setiap
Pemeriksa
b. Verifikasi Informasi Awal
1) meminta data pendukung kepada Pemberi Informasi Informasi Awal Ahli Pertama 0,032 untuk setiap output SKPP, SP2P
yang telah setiap penugasan
diverifikasi kepada setiap
Pemeriksa
2) memverifikasi data pendukung dari Pemberi Informasi Informasi Awal Ahli Pertama 0,016 untuk setiap output SKPP, SP2P
yang telah setiap penugasan
diverifikasi kepada setiap
Pemeriksa
c. Penelaahan Informasi Awal
1) melakukan analisis dan penelahaan atas informasi awal Informasi Awal Ahli Pertama 0,048 untuk setiap output SKPP, SP2P
berdasarkan bukti yang diterima yang telah ditelaah setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 197


Juknis JFP Lampiran V.4

PELAKSANA PEMBERIAN ANGKA


BUTIR KEGIATAN SATUAN HASIL BUKTI FISIK
KEGIATAN KREDIT
2) memimpin proses analisis dan penelaahan atas informasi awal Informasi Awal Ahli Muda 0,06 untuk setiap output SKPP, SP2P
yang telah ditelaah setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
3) mengendalikan teknis proses analisis dan penelaahan atas Informasi Awal Ahli Madya 0,09 untuk setiap output SKPP, SP2P
informasi awal yang telah ditelaah setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
4) mengendalikan mutu proses analisis dan penelaahan atas Informasi Awal Ahli Utama 0,2592 untuk setiap output SKPP, SP2P
informasi awal yang telah ditelaah setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
5) mengumpulkan petunjuk tambahan untuk melengkapi analisis Informasi Awal Ahli Pertama 0,016 untuk setiap output SKPP, SP2P
awal yang telah ditelaah setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
6) melaksanakan tugas-tugas dalam pelaksanaan Pemeriksaan Laporan Hasil Ahli Pertama 0,01 untuk setiap jam SKPP, ST
Pendahuluan (jika diperlukan) Perencanaan setiap hari
Pemeriksaan penugasan setiap
Pemeriksa
7) memimpin pelaksanaan Pemeriksaan Pendahuluan (jika Laporan Hasil Ahli Muda 0,02 untuk setiap jam SKPP, ST
diperlukan) Perencanaan setiap hari
Pemeriksaan penugasan setiap
Pemeriksa
8) mengendalikan teknis pelaksanaan Pemeriksaan Pendahuluan Laporan Hasil Ahli Madya 0,03 untuk setiap jam SKPP, ST
(jika diperlukan) Perencanaan setiap hari
Pemeriksaan penugasan setiap
Pemeriksa
9) mengendalikan mutu pelaksanaan Pemeriksaan Pendahuluan Laporan Hasil Ahli Utama 0,1 untuk setiap jam SKPP, ST
(jika diperlukan) Perencanaan setiap hari
Pemeriksaan penugasan setiap
Pemeriksa

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 198


Juknis JFP Lampiran V.4

PELAKSANA PEMBERIAN ANGKA


BUTIR KEGIATAN SATUAN HASIL BUKTI FISIK
KEGIATAN KREDIT
d. Penyusunan Simpulan atas Hasil Analisis dan Penelaahan Informasi Awal
1) menyiapkan bahan untuk penyusunan simpulan atas hasil Laporan Simpulan Ahli Pertama 0,016 untuk setiap output SKPP, SP2P
analisis dan penelaahan informasi awal atas Hasil Analisis setiap penugasan
dan Penelaahan kepada setiap
Informasi Awal Pemeriksa
2) menyusun konsep simpulan atas hasil analisis dan penelahaan Laporan Simpulan Ahli Muda 0,03 untuk setiap output SKPP, SP2P
informasi awal (predikasi 4W + 1H atau 5W + 1H) atas Hasil Analisis setiap penugasan
dan Penelaahan kepada setiap
Informasi Awal Pemeriksa
3) me-review konsep simpulan atas hasil analisis dan penelaahan Laporan Simpulan Ahli Madya 0,045 untuk setiap output SKPP, SP2P
informasi awal dari Pemeriksa Ahli Muda atas Hasil Analisis setiap penugasan
dan Penelaahan kepada setiap
Informasi Awal Pemeriksa
4) me-review dan menyetujui simpulan atas hasil analisis dan Laporan Simpulan Ahli Utama 0,0864 untuk setiap output SKPP, SP2P
penelaahan informasi awal dari Pemeriksa Ahli Madya atas Hasil Analisis setiap penugasan
dan Penelaahan kepada setiap
Informasi Awal Pemeriksa
5) melakukan diskusi dengan instansi berwenang (APH) dalam Laporan Simpulan Ahli Madya 0,03 untuk setiap output SKPP, SP2P
hal hasil penelaahan dapat memenuhi unsur 5W + 1 H atas Hasil Analisis setiap penugasan
dan Penelaahan kepada setiap
Informasi Awal Pemeriksa
6) memberikan persetujuan untuk menyerahkan Laporan Laporan Simpulan Ahli Utama 0,0864 untuk setiap output SKPP, SP2P
Penelahaan Informasi Awal kepada APH jika hasil predikasi atas Hasil Analisis setiap penugasan
dapat memenuhi unsur 5W + 1H dan Penelaahan kepada setiap
Informasi Awal Pemeriksa
7) memberikan persetujuan untuk dilakukannya Pemeriksaan Laporan Simpulan Ahli Utama 0,0864 untuk setiap output SKPP, SP2P
Pendahuluan/Pemeriksaan Investigatif atas Hasil Analisis setiap penugasan
dan Penelaahan kepada setiap
Informasi Awal Pemeriksa
2. Perencanaan
a. Administrasi penyusunan P2
menyusun usulan Tim Pemeriksa Usulan Tim Ahli Muda 0,015 untuk setiap output SKPP,
Pemeriksa setiap penugasan SP2P/ST/SP3
kepada setiap
Pemeriksa

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 199


Juknis JFP Lampiran V.4

PELAKSANA PEMBERIAN ANGKA


BUTIR KEGIATAN SATUAN HASIL BUKTI FISIK
KEGIATAN KREDIT
b. Pengembangan Hipotesis dari Predikasi yang ada
1) menyiapkan bahan pengembangan hipotesis dari predikasi Hasil Ahli Pertama 0,012 untuk setiap output SKPP,
yang ada pengembangan setiap penugasan SP2P/ST/SP3
hipotesis dari kepada setiap
predikasi yang ada Pemeriksa
2) menyusun hasil pengembangan hipotesis dari predikasi yang Hasil Ahli Muda 0,015 untuk setiap output SKPP,
ada pengembangan setiap penugasan SP2P/ST/SP3
hipotesis dari kepada setiap
predikasi yang ada Pemeriksa
3) me-review hasil pengembangan hipotesis dari predikasi yang Hasil Ahli Madya 0,03 untuk setiap output SKPP,
ada dari Pemeriksa Ahli Muda pengembangan setiap penugasan SP2P/ST/SP3
hipotesis dari kepada setiap
predikasi yang ada Pemeriksa
4) me-review dan menyetujui hasil pengembangan hipotesis dari Hasil Ahli Utama 0,0864 untuk setiap output SKPP,
predikasi yang ada dari Pemeriksa Ahli Madya pengembangan setiap penugasan SP2P/ST/SP3
hipotesis dari kepada setiap
predikasi yang ada Pemeriksa
c. Penyesuaian Susunan Tim Pemeriksa setelah Hipotesis Disetujui
1) me-review usulan Tim Pemeriksa dari Pemeriksa Ahli Muda Konsep Surat Tugas Ahli Madya 0,03 untuk setiap output SKPP,
Pemeriksaan setiap penugasan SP2P/ST/SP3
Investigatif kepada setiap
Pemeriksa
2) me-review dan menyetujui usulan Tim Pemeriksa dari Konsep Surat Tugas Ahli Utama 0,0864 untuk setiap output SKPP,
Pemeriksa Ahli Madya Pemeriksaan setiap penugasan SP2P/ST/SP3
Investigatif kepada setiap
Pemeriksa
3) melakukan komunikasi dengan pihak eksternal terkait dengan Konsep Surat Tugas Ahli Pertama 0,012 untuk setiap output SKPP,
perencanaan pemeriksaan bersama APH dalam rangka join Pemeriksaan setiap penugasan SP2P/ST/SP3
investigation seperti transportasi, akomodasi, jadwal kerja, Investigatif kepada setiap
dan lain-lain (jika diperlukan) Pemeriksa
4) mengarahkan koordinasi dengan pihak eksternal terkait Konsep Surat Tugas Ahli Muda 0,015 untuk setiap output SKPP,
dengan perencanaan pemeriksaan bersama APH dalam rangka Pemeriksaan setiap penugasan SP2P/ST/SP3
join investigation seperti transportasi, akomodasi, jam kerja, Investigatif kepada setiap
dan lain-lain (jika diperlukan) Pemeriksa

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 200


Juknis JFP Lampiran V.4

PELAKSANA PEMBERIAN ANGKA


BUTIR KEGIATAN SATUAN HASIL BUKTI FISIK
KEGIATAN KREDIT
d. Penyusunan P2 Investigatif
1) menyiapkan bahan penyusunan P2 Investigatif P2 Investigatif Ahli Pertama 0,01 untuk setiap output SKPP,
setiap penugasan SP2P/ST/SP3
kepada setiap
Pemeriksa
2) menyusun konsep P2 Investigatif P2 Investigatif Ahli Muda 0,04 untuk setiap output SKPP,
setiap penugasan SP2P/ST/SP3
kepada setiap
Pemeriksa
3) me-review konsep P2 Investigatif dari Pemeriksa Ahli Muda P2 Investigatif Ahli Madya 0,06 untuk setiap output SKPP,
setiap penugasan SP2P/ST/SP3
kepada setiap
Pemeriksa
4) me-review dan menyetujui P2 Investigatif dari Pemeriksa Ahli P2 Investigatif Ahli Utama 0,0864 untuk setiap output SKPP,
Madya setiap penugasan SP2P/ST/SP3
kepada setiap
Pemeriksa
e. Analisis Kebutuhan Ahli/Konsultan (jika diperlukan)
1) melakukan survei dan komunikasi dengan Ahli/Konsultan KAK Penggunaan Ahli Pertama 0,03 untuk setiap output SKPP,
yang akan digunakan Ahli/Konsultan setiap penugasan SP2P/ST/SP3
kepada setiap
Pemeriksa
2) menyusun KAK Penggunaan Ahli/Konsultan KAK Penggunaan Ahli Muda 0,03 untuk setiap output SKPP,
Ahli/Konsultan setiap penugasan SP2P/ST/SP3
kepada setiap
Pemeriksa
3) me-review KAK Penggunaan Ahli/Konsultan KAK Penggunaan Ahli Madya 0,03 untuk setiap output SKPP,
Ahli/Konsultan setiap penugasan SP2P/ST/SP3
kepada setiap
Pemeriksa
4) me-review dan menyetujui KAK Penggunaan Ahli/Konsultan KAK Penggunaan Ahli Utama 0,0864 untuk setiap output SKPP,
Ahli/Konsultan setiap penugasan SP2P/ST/SP3
kepada setiap
Pemeriksa

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 201


Juknis JFP Lampiran V.4

PELAKSANA PEMBERIAN ANGKA


BUTIR KEGIATAN SATUAN HASIL BUKTI FISIK
KEGIATAN KREDIT
f. Penyusunan PKP
1) menyusun PKP untuk pelaksanaan tugas-tugas Pemeriksaan PKP Pemeriksaan Ahli Pertama 0,17 untuk setiap output SKPP,
Investigatif Investigatif setiap penugasan SP2P/ST/SP3
kepada setiap
Pemeriksa
2) mengesahkan PKP Pemeriksa Ahli Pertama untuk PKP Pemeriksaan Ahli Muda 0,16 untuk setiap output SKPP,
pelaksanaan tugas-tugas Pemeriksaan Investigatif Investigatif setiap penugasan SP2P/ST/SP3
kepada setiap
Pemeriksa
3. Pelaksanaan
a. Pelaksanaan Pemeriksaan
1) melaksanakan tugas-tugas dalam pelaksanaan Pemeriksaan Pemeriksaan sesuai Ahli Pertama 0,01 untuk setiap jam SKPP, ST
Investigatif P2 setiap hari
penugasan setiap
Pemeriksa
2) memimpin pelaksanaan Pemeriksaan Investigatif Pemeriksaan sesuai Ahli Muda 0,02 untuk setiap jam SKPP, ST
P2 setiap hari
penugasan setiap
Pemeriksa
3) mengendalikan teknis pelaksanaan Pemeriksaan Investigatif Pemeriksaan sesuai Ahli Madya 0,03 untuk setiap jam SKPP, ST
P2 setiap hari
penugasan setiap
Pemeriksa
4) mengendalikan mutu pelaksanaan Pemeriksaan Investigatif Pemeriksaan sesuai Ahli Utama 0,1 untuk setiap jam SKPP, ST
P2 setiap hari
penugasan setiap
Pemeriksa
b. Penyusunan KKP
1) menyusun KKP KKP Investigatif Ahli Pertama 0,21 untuk setiap output SKPP, SP2P
setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 202


Juknis JFP Lampiran V.4

PELAKSANA PEMBERIAN ANGKA


BUTIR KEGIATAN SATUAN HASIL BUKTI FISIK
KEGIATAN KREDIT
2) me-review KKP yang telah disusun oleh Pemeriksa Ahli KKP Investigatif Ahli Muda 0,36 untuk setiap output SKPP, SP2P
Pertama setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
3) me-review KKP yang sudah di-review oleh Pemeriksa Ahli KKP Investigatif Ahli Madya 0,45 untuk setiap output SKPP, SP2P
Muda setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
c. Berkoordinasi dengan Ahli/Konsultan (jika diperlukan)
1) menyiapkan bahan yang akan digunakan oleh Ahli/Konsultan Laporan Hasil Ahli Pertama 0,016 untuk setiap output SKPP, SP2P
Pembahasan setiap penugasan
dengan kepada setiap
Ahli/Konsultan Pemeriksa
2) menyusun materi/bahan yang akan digunakan oleh Laporan Hasil Ahli Muda 0,02 untuk setiap output SKPP, SP2P
Ahli/Konsultan Pembahasan setiap penugasan
dengan kepada setiap
Ahli/Konsultan Pemeriksa
3) me-review materi/bahan yang akan digunakan oleh Laporan Hasil Ahli Madya 0,03 untuk setiap output SKPP, SP2P
Ahli/Konsultan dari Pemeriksa Ahli Muda Pembahasan setiap penugasan
dengan kepada setiap
Ahli/Konsultan Pemeriksa
4) me-review dan menyetujui materi/bahan yang akan digunakan Laporan Hasil Ahli Utama 0,0864 untuk setiap output SKPP, SP2P
Ahli/Konsultan dari Pemeriksa Ahli Madya Pembahasan setiap penugasan
dengan kepada setiap
Ahli/Konsultan Pemeriksa
5) mengikuti pembahasan dengan Ahli/Konsultan Laporan Hasil Ahli Pertama 0,016 untuk setiap output SKPP, SP2P
Pembahasan setiap penugasan
dengan kepada setiap
Ahli/Konsultan Pemeriksa
6) memimpin proses pembahasan dengan Ahli/Konsultan Laporan Hasil Ahli Muda 0,02 untuk setiap output SKPP, SP2P
Pembahasan setiap penugasan
dengan kepada setiap
Ahli/Konsultan Pemeriksa

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 203


Juknis JFP Lampiran V.4

PELAKSANA PEMBERIAN ANGKA


BUTIR KEGIATAN SATUAN HASIL BUKTI FISIK
KEGIATAN KREDIT
7) mengendalikan proses pembahasan dengan Ahli/Konsultan Laporan Hasil Ahli Madya 0,03 untuk setiap output SKPP, SP2P
Pembahasan setiap penugasan
dengan kepada setiap
Ahli/Konsultan Pemeriksa
8) mengarahkan proses pembahasan dengan Ahli/Konsultan Laporan Hasil Ahli Utama 0,0864 untuk setiap output SKPP, SP2P
Pembahasan setiap penugasan
dengan kepada setiap
Ahli/Konsultan Pemeriksa
9) mendokumentasikan pelaksanaan pembahasan dengan Laporan Hasil Ahli Pertama 0,016 untuk setiap output SKPP, SP2P
Ahli/Konsultan Pembahasan setiap penugasan
dengan kepada setiap
Ahli/Konsultan Pemeriksa
10) menyusun Laporan Hasil Pembahasan dengan Ahli/Konsultan Laporan Hasil Ahli Muda 0,02 untuk setiap output SKPP, SP2P
Pembahasan setiap penugasan
dengan kepada setiap
Ahli/Konsultan Pemeriksa
11) melakukan diskusi dengan APH atas pendapat Ahli/Konsultan Laporan Hasil Ahli Pertama 0,016 untuk setiap output SKPP, SP2P
Pembahasan setiap penugasan
dengan kepada setiap
Ahli/Konsultan Pemeriksa
12) menyusun Laporan Hasil Diskusi dengan APH atas Pendapat Laporan Hasil Ahli Muda 0,02 untuk setiap output SKPP, SP2P
Ahli/Konsultan Pembahasan setiap penugasan
dengan kepada setiap
Ahli/Konsultan Pemeriksa
d. Penyusunan Simpulan atas Hipotesa Awal
1) menyusun konsep Simpulan atas Hipotesa Awal Simpulan atas Ahli Muda 0,04 untuk setiap output SKPP, SP2P
Hipotesa Awal setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
2) me-review konsep Simpulan atas Hipotesa Awal dari Simpulan atas Ahli Madya 0,03 untuk setiap output SKPP, SP2P
Pemeriksa Ahli Muda Hipotesa Awal setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 204


Juknis JFP Lampiran V.4

PELAKSANA PEMBERIAN ANGKA


BUTIR KEGIATAN SATUAN HASIL BUKTI FISIK
KEGIATAN KREDIT
3) me-review dan menyetujui Simpulan atas Hipotesa Awal dari Simpulan atas Ahli Utama 0,0864 untuk setiap output SKPP, SP2P
Pemeriksa Ahli Madya Hipotesa Awal setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
e. Penyusunan Prosedur Pemeriksaan Tambahan/Alternatif (jika diperlukan)
1) menyiapkan bahan penyusunan Prosedur Pemeriksaan Prosedur Ahli Pertama 0,016 untuk setiap output SKPP, SP2P
Investigatif Tambahan/Alternatif Pemeriksaan setiap penugasan
Investigatif kepada setiap
Tambahan/ Pemeriksa
Alternatif
2) menyusun konsep Prosedur Pemeriksaan Investigatif Prosedur Ahli Muda 0,02 untuk setiap output SKPP, SP2P
Tambahan/Alternatif Pemeriksaan setiap penugasan
Investigatif kepada setiap
Tambahan/ Pemeriksa
Alternatif
3) me-review konsep Prosedur Pemeriksaan Investigatif Prosedur Ahli Madya 0,03 untuk setiap output SKPP, SP2P
Tambahan/Alternatif dari Pemeriksa Ahli Muda Pemeriksaan setiap penugasan
Investigatif kepada setiap
Tambahan/ Pemeriksa
Alternatif
4) me-review dan menyetujui Prosedur Pemeriksaan Investigatif Prosedur Ahli Utama 0,0864 untuk setiap output SKPP, SP2P
Tambahan dari Pemeriksa Ahli Madya Pemeriksaan setiap penugasan
Investigatif kepada setiap
Tambahan Pemeriksa
/Alternatif
f. Pemaparan Tim Pemeriksa dengan Pihak Internal BPK
1) menyiapkan data dan bahan untuk pemaparan dengan Pihak Bahan Pemaparan Ahli Pertama 0,016 untuk setiap output SKPP, SP2P
Internal BPK dan Notulen setiap penugasan
Pemaparan kepada setiap
Pemeriksa
2) menyusun bahan pemaparan dengan Pihak Internal BPK Bahan Pemaparan Ahli Muda 0,02 untuk setiap output SKPP, SP2P
dan Notulen setiap penugasan
Pemaparan kepada setiap
Pemeriksa

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 205


Juknis JFP Lampiran V.4

PELAKSANA PEMBERIAN ANGKA


BUTIR KEGIATAN SATUAN HASIL BUKTI FISIK
KEGIATAN KREDIT
3) melakukan pemaparan dengan Pihak Internal BPK Bahan Pemaparan Ahli Madya 0,03 untuk setiap output SKPP, SP2P
dan Notulen setiap penugasan
Pemaparan kepada setiap
Pemeriksa
g. Pemaparan Tim Pemeriksa dengan Instansi yang Berwenang
1) menyiapkan data dan bahan untuk pemaparan dengan Instansi Bahan Pemaparan Ahli Pertama 0,016 untuk setiap output SKPP, SP2P
yang Berwenang dan Notulen setiap penugasan
Pemaparan kepada setiap
Pemeriksa
2) menyusun bahan pemaparan dengan Instansi yang Berwenang Bahan Pemaparan Ahli Muda 0,02 untuk setiap output SKPP, SP2P
dan Notulen setiap penugasan
Pemaparan kepada setiap
Pemeriksa
3) melakukan pemaparan dengan Instansi yang Berwenang Bahan Pemaparan Ahli Madya 0,03 untuk setiap output SKPP, SP2P
dan Notulen setiap penugasan
Pemaparan kepada setiap
Pemeriksa
4. Pelaporan
a. melaksanakan administrasi dalam penyusunan LHP Investigatif LHP Investigatif Ahli Pertama 0,18 untuk setiap output SKPP, SP2P
setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
b. menyiapkan bahan dan data untuk penyusunan LHP Investigatif LHP Investigatif Ahli Pertama 0,14 untuk setiap output SKPP, SP2P
setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
c. menyajikan kelogisan substansi, kaidah bahasa, dan kebenaran LHP Investigatif Ahli Muda 0,52 untuk setiap output SKPP, SP2P
matematis dalam konsep LHP Investigatif setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
d. menyusun konsep LHP Investigatif berdasarkan unsur pelaporan LHP Investigatif Ahli Muda 0,12 untuk setiap output SKPP, SP2P
LHP Investigatif yaitu simpulan, informasi umum, serta uraian hasil setiap penugasan
pemeriksaan dan lampiran kepada setiap
Pemeriksa

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 206


Juknis JFP Lampiran V.4

PELAKSANA PEMBERIAN ANGKA


BUTIR KEGIATAN SATUAN HASIL BUKTI FISIK
KEGIATAN KREDIT
e. menganalisis dan me-review konsep LHP Investigatif LHP Investigatif Ahli Madya 0,39 untuk setiap output SKPP, SP2P
setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
f. me-review konsep LHP Investigatif dari segi unsur temuan dan LHP Investigatif Ahli Madya 0,45 untuk setiap output SKPP, SP2P
kaidah bahasa pelaporan setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
g. me-review kesesuaian konsep LHP Investigatif dengan SPKN LHP Investigatif Ahli Utama 0,32 untuk setiap output SKPP, SP2P
setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
h. me-review dan menyetujui LHP Investigatif LHP Investigatif Ahli Utama 0,2 untuk setiap output SKPP, SP2P
setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
i. menyiapkan konsep surat keluar LHP Investigatif Ahli Muda 0,02 untuk setiap output SKPP, SP2P
setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
j. me-review konsep surat keluar LHP Investigatif Ahli Madya 0,03 untuk setiap output SKPP, SP2P
setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
k. me-review dan menyetujui surat keluar LHP Investigatif Ahli Utama 0,0864 untuk setiap output SKPP, SP2P
setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
5. Evaluasi Pemeriksaan
a. membuat penilaian Pemeriksa Ahli Pertama atas pelaksanaan Penilaian Kinerja Ahli Muda 0,16 untuk setiap output SKPP, SP2P
Pemeriksaan Investigatif Pemeriksa setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 207


Juknis JFP Lampiran V.4

PELAKSANA PEMBERIAN ANGKA


BUTIR KEGIATAN SATUAN HASIL BUKTI FISIK
KEGIATAN KREDIT
b. menilai kinerja Pemeriksa Ahli Muda Penilaian Kinerja Ahli Madya 0,24 untuk setiap output SKPP, SP2P
Pemeriksa setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
c. melakukan review silang (antar-Pemeriksa Ahli Madya) Hasil Review Silang Ahli Madya 0,3 untuk setiap output SKPP, SP2P
setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
d. menilai kinerja Pemeriksa Ahli Madya Penilaian Kinerja Ahli Utama 0,32 untuk setiap output SKPP, SP2P
Pemeriksa setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
e. melakukan review silang (antar-Pemeriksa Ahli Utama) Hasil Review Silang Ahli Utama 0,48 untuk setiap output SKPP, SP2P
setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
6. Pendampingan kepada APH atas Penelahaan LHP Investigatif
a. melaksanakan administrasi dalam rangka pendampingan kepada APH Pendampingan Ahli Pertama 0,016 untuk setiap output SKPP, SP2P
kepada APH setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
b. menyiapkan bahan pemaparan LHP Investigatif kepada APH Pendampingan Ahli Muda 0,02 untuk setiap output SKPP, SP2P
kepada APH setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
c. melakukan pemaparan LHP Investigatif kepada APH Pendampingan Ahli Madya 0,03 untuk setiap output SKPP, SP2P
kepada APH setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
d. melakukan komunikasi dengan APH untuk menginventarisir salinan Pendampingan Ahli Muda 0,02 untuk setiap output SKPP, SP2P
dokumen bukti Pemeriksaan Investigatif yang diperlukan APH kepada APH setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 208


Juknis JFP Lampiran V.4

PELAKSANA PEMBERIAN ANGKA


BUTIR KEGIATAN SATUAN HASIL BUKTI FISIK
KEGIATAN KREDIT
e. menyiapkan salinan dokumen bukti Pemeriksaan Investigatif yang Pendampingan Ahli Pertama 0,032 untuk setiap output SKPP, SP2P
diperlukan oleh APH kepada APH setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
f. mengusulkan penyampaian dokumen bukti Pemeriksaan Investigatif Pendampingan Ahli Madya 0,03 untuk setiap output SKPP, SP2P
kepada APH setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
g. menyetujui penyampaian dokumen bukti Pemeriksaan Investigatif Pendampingan Ahli Utama 0,0864 untuk setiap output SKPP, SP2P
kepada APH setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
h. menyampaikan dokumen bukti Pemeriksaan Investigatif kepada APH Pendampingan Ahli Muda 0,01 untuk setiap output SKPP, SP2P
kepada APH setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
7. Pemantauan Penanganan Penyampaian LHP Investigatif
a. melaksanakan administrasi dalam pemantauan penanganan Laporan Hasil Ahli Pertama 0,024 untuk setiap output SKPP, SP2P
penyampaian LHP Investigatif Pemantauan setiap penugasan
Penanganan LHP kepada setiap
Investigatif oleh Pemeriksa
APH
b. melakukan koordinasi dengan APH mengenai penanganan LHP Laporan Hasil Ahli Muda 0,02 untuk setiap output SKPP, SP2P
Investigatif terkait tahap penyidikan Pemantauan setiap penugasan
Penanganan LHP kepada setiap
Investigatif oleh Pemeriksa
APH
c. membuat Laporan atas Hasil Pemantauan Penanganan LHP Laporan Hasil Ahli Muda 0,02 untuk setiap output SKPP, SP2P
Investigatif oleh APH Pemantauan setiap penugasan
Penanganan LHP kepada setiap
Investigatif oleh Pemeriksa
APH
d. me-review Laporan atas Hasil Pemantauan Penanganan LHP Laporan Hasil Ahli Madya 0,06 untuk setiap output SKPP, SP2P
Investigatif oleh APH Pemantauan setiap penugasan
Penanganan LHP kepada setiap
Pemeriksa

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 209


Juknis JFP Lampiran V.4

PELAKSANA PEMBERIAN ANGKA


BUTIR KEGIATAN SATUAN HASIL BUKTI FISIK
KEGIATAN KREDIT
Investigatif oleh
APH
e. menyetujui Laporan atas Hasil Pemantauan Penanganan LHP Laporan Hasil Ahli Utama 0,0864 untuk setiap output SKPP, SP2P
Investigatif oleh APH Pemantauan setiap penugasan
Penanganan LHP kepada setiap
Investigatif oleh Pemeriksa
APH
C. PEMERIKSAAN INVESTIGATIF DALAM RANGKA PKN
1. Pra-perencanaan
a. Penerimaan Permintaan untuk Melakukan Pemeriksaan Investigatif dalam rangka PKN dari APH
mengadministrasikan dan mendokumentasikan permintaan Permintaan PKN Ahli Pertama 0,008 untuk setiap output SKPP, SP2P
PKN dari APH setiap penugasan
terdokumentasikan kepada setiap
dengan baik Pemeriksa
b. Pembentukan TPPI
1) menyusun usulan pembentukan TPPI TPPI Ahli Muda 0,02 untuk setiap output SKPP, SP2P
setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
2) me-review usulan pembentukan TPPI TPPI Ahli Madya 0,015 untuk setiap output SKPP, SP2P
setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
3) me-review dan menyetujui pembentukan TPPI TPPI Ahli Utama 0,0432 untuk setiap output SKPP, SP2P
setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
c. Penyusunan Simpulan Ada atau Tidaknya Unsur Pidana
1) melakukan permintaan pemaparan kasus dari APH dan bukti Simpulan Hasil Ahli Utama 0,054 untuk setiap output SKPP, SP2P
pendukung Telaahan untuk setiap penugasan
menilai kecukupan kepada setiap
bukti terhadap Pemeriksa
unsur pidana

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 210


Juknis JFP Lampiran V.4

PELAKSANA PEMBERIAN ANGKA


BUTIR KEGIATAN SATUAN HASIL BUKTI FISIK
KEGIATAN KREDIT
2) melakukan telaahan untuk menilai kecukupan bukti terhadap Simpulan Hasil Ahli Pertama 0,016 untuk setiap output SKPP, SP2P
unsur pidana Telaahan untuk setiap penugasan
menilai kecukupan kepada setiap
bukti terhadap Pemeriksa
unsur pidana
3) menyusun konsep simpulan hasil telaahan untuk menilai Simpulan Hasil Ahli Muda 0,03 untuk setiap output SKPP, SP2P
kecukupan bukti terhadap unsur pidana Telaahan untuk setiap penugasan
menilai kecukupan kepada setiap
bukti terhadap Pemeriksa
unsur pidana
4) me-review konsep simpulan hasil telaahan untuk menilai Simpulan Hasil Ahli Madya 0,0225 untuk setiap output SKPP, SP2P
kecukupan bukti terhadap unsur pidana dari Pemeriksa Ahli Telaahan untuk setiap penugasan
Muda menilai kecukupan kepada setiap
bukti terhadap Pemeriksa
unsur pidana
5) me-review dan menyetujui simpulan hasil telaahan untuk Simpulan Hasil Ahli Utama 0,0648 untuk setiap output SKPP, SP2P
menilai kecukupan bukti terhadap unsur pidana dari Telaahan untuk setiap penugasan
Pemeriksa Ahli Madya menilai kecukupan kepada setiap
bukti terhadap Pemeriksa
unsur pidana
6) membuat daftar permintaan bukti tambahan dan mengecek Simpulan Hasil Ahli Pertama 0,008 untuk setiap output SKPP, SP2P
bukti yang ada Telaahan untuk setiap penugasan
menilai kecukupan kepada setiap
bukti terhadap Pemeriksa
unsur pidana
7) menelaah dan meminta bukti tambahan kepada APH, apabila Simpulan Hasil Ahli Muda 0,02 untuk setiap output SKPP, SP2P
belum diperoleh kejelasan Telaahan untuk setiap penugasan
menilai kecukupan kepada setiap
bukti terhadap Pemeriksa
unsur pidana
8) me-review hasil telaahan dari Pemeriksa Ahli Muda atas Simpulan Hasil Ahli Madya 0,0225 untuk setiap output SKPP, SP2P
permintaan bukti tambahan kepada APH Telaahan untuk setiap penugasan
menilai kecukupan kepada setiap
bukti terhadap Pemeriksa
unsur pidana

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 211


Juknis JFP Lampiran V.4

PELAKSANA PEMBERIAN ANGKA


BUTIR KEGIATAN SATUAN HASIL BUKTI FISIK
KEGIATAN KREDIT
9) menyampaikan simpulan hasil telaahan untuk menilai Simpulan Hasil Ahli Utama 0,0648 untuk setiap output SKPP, SP2P
kecukupan bukti terhadap unsur pidana kepada Ketua BPK Telaahan untuk setiap penugasan
menilai kecukupan kepada setiap
bukti terhadap Pemeriksa
unsur pidana
d. Penyusunan Simpulan Ada atau Tidaknya Indikasi Kerugian Negara
1) melakukan telaahan untuk menyimpulkan ada atau tidaknya Simpulan Hasil Ahli Pertama 0,048 untuk setiap output SKPP, SP2P
indikasi kerugian negara Telaahan ada atau setiap penugasan
tidaknya indikasi kepada setiap
kerugian negara Pemeriksa
2) menyusun konsep simpulan hasil telaahan ada atau tidaknya Simpulan Hasil Ahli Muda 0,02 untuk setiap output SKPP, SP2P
indikasi kerugian negara Telaahan ada atau setiap penugasan
tidaknya indikasi kepada setiap
kerugian negara Pemeriksa
3) me-review konsep simpulan hasil telaahan ada atau tidaknya Simpulan Hasil Ahli Madya 0,03 untuk setiap output SKPP, SP2P
indikasi kerugian negara dari Pemeriksa Ahli Muda Telaahan ada atau setiap penugasan
tidaknya indikasi kepada setiap
kerugian negara Pemeriksa
4) me-review dan menyetujui simpulan hasil telaahan ada atau Simpulan Hasil Ahli Utama 0,0648 untuk setiap output SKPP, SP2P
tidaknya indikasi kerugian negara dari Pemeriksa Ahli Madya Telaahan ada atau setiap penugasan
tidaknya indikasi kepada setiap
kerugian negara Pemeriksa
5) menyampaikan simpulan hasil telaahan ada atau tidaknya Simpulan Hasil Ahli Utama 0,0324 untuk setiap output SKPP, SP2P
indikasi kerugian negara kepada Ketua BPK Telaahan ada atau setiap penugasan
tidaknya indikasi kepada setiap
kerugian negara Pemeriksa
2. Perencanaan
a. Administrasi Penyusunan P2 PKN
1) menyusun usulan Tim Pemeriksa Konsep Surat Tugas Ahli Muda 0,015 untuk setiap output SKPP,
PKN setiap penugasan SP2P/ST/SP3
kepada setiap
Pemeriksa

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 212


Juknis JFP Lampiran V.4

PELAKSANA PEMBERIAN ANGKA


BUTIR KEGIATAN SATUAN HASIL BUKTI FISIK
KEGIATAN KREDIT
2) me-review usulan Tim Pemeriksa dari Pemeriksa Ahli Muda Konsep Surat Tugas Ahli Madya 0,03 untuk setiap output SKPP,
PKN setiap penugasan SP2P/ST/SP3
kepada setiap
Pemeriksa
3) me-review dan menyetujui usulan Tim Pemeriksa dari Konsep Surat Tugas Ahli Utama 0,0864 untuk setiap output SKPP,
Pemeriksa Ahli Madya PKN setiap penugasan SP2P/ST/SP3
kepada setiap
Pemeriksa
b. Penyusunan P2 PKN
1) menyiapkan bahan penyusunan P2 PKN P2 PKN Ahli Pertama 0,01 untuk setiap output SKPP,
setiap penugasan SP2P/ST/SP3
kepada setiap
Pemeriksa
2) menyusun konsep P2 PKN P2 PKN Ahli Muda 0,04 untuk setiap output SKPP,
setiap penugasan SP2P/ST/SP3
kepada setiap
Pemeriksa
3) me-review konsep P2 PKN dari Pemeriksa Ahli Muda P2 PKN Ahli Madya 0,06 untuk setiap output SKPP,
setiap penugasan SP2P/ST/SP3
kepada setiap
Pemeriksa
4) me-review dan menyetujui P2 PKN dari Pemeriksa Ahli P2 PKN Ahli Utama 0,0864 untuk setiap output SKPP,
Madya setiap penugasan SP2P/ST/SP3
kepada setiap
Pemeriksa
c. Analisis Kebutuhan Ahli/Konsultan (jika diperlukan)
1) melakukan survei dan komunikasi dengan Ahli/Konsultan Usulan Kebutuhan Ahli Pertama 0,03 untuk setiap output SKPP,
yang akan digunakan Ahli/Konsultan setiap penugasan SP2P/ST/SP3
kepada APH kepada setiap
Pemeriksa
2) mengusulkan kebutuhan Ahli/Konsultan kepada APH Usulan Kebutuhan Ahli Muda 0,03 untuk setiap output SKPP,
Ahli/Konsultan setiap penugasan SP2P/ST/SP3
kepada APH kepada setiap
Pemeriksa

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 213


Juknis JFP Lampiran V.4

PELAKSANA PEMBERIAN ANGKA


BUTIR KEGIATAN SATUAN HASIL BUKTI FISIK
KEGIATAN KREDIT
3) me-review usulan kebutuhan Ahli/Konsultan kepada APH Usulan Kebutuhan Ahli Madya 0,03 untuk setiap output SKPP,
Ahli/Konsultan setiap penugasan SP2P/ST/SP3
kepada APH kepada setiap
Pemeriksa
4) me-review dan menyetujui usulan kebutuhan Ahli/Konsultan Usulan Kebutuhan Ahli Utama 0,0864 untuk setiap output SKPP,
kepada APH Ahli/Konsultan setiap penugasan SP2P/ST/SP3
kepada APH kepada setiap
Pemeriksa
d. Penyusunan PKP
1) menyusun PKP untuk pelaksanaan tugas-tugas Pemeriksaan PKP PKN Ahli Pertama 0,17 untuk setiap output SKPP,
PKN setiap penugasan SP2P/ST/SP3
kepada setiap
Pemeriksa
2) mengesahkan PKP Pemeriksa Ahli Pertama untuk PKP PKN Ahli Muda 0,16 untuk setiap output SKPP,
pelaksanaan tugas-tugas Pemeriksaan PKN setiap penugasan SP2P/ST/SP3
kepada setiap
Pemeriksa
3. Pelaksanaan
a. Review LHP Tim Terdahulu (jika sebelumnya dilakukan Pemeriksaan Investigatif)
1) melakukan komunikasi dengan Tim terdahulu Laporan hasil Ahli Muda 0,2 untuk setiap output SKPP, SP2P
komunikasi dengan setiap penugasan
Tim Pemeriksaan kepada setiap
Terdahulu Pemeriksa
2) melakukan review atas LHP Investigatif terdahulu Hasil Review LHP Ahli Pertama 0,16 untuk setiap output SKPP, SP2P
Investigatif setiap penugasan
Terdahulu kepada setiap
Pemeriksa
3) melakukan review atas hasil review Pemeriksa Ahli Pertama Hasil Review LHP Ahli Muda 0,22 untuk setiap output SKPP, SP2P
terhadap LHP Investigatif terdahulu Investigatif setiap penugasan
Terdahulu kepada setiap
Pemeriksa

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 214


Juknis JFP Lampiran V.4

PELAKSANA PEMBERIAN ANGKA


BUTIR KEGIATAN SATUAN HASIL BUKTI FISIK
KEGIATAN KREDIT
b. Pelaksanaan Pemeriksaan
1) melaksanakan komunikasi dengan APH Pemeriksaan Ahli Muda 0,03 untuk setiap output SKPP, SP2P
dilaksanakan sesuai setiap penugasan
dengan P2 kepada setiap
Pemeriksa
2) melaksanakan tugas-tugas dalam pelaksanaan Pemeriksaan Pemeriksaan Ahli Pertama 0,01 untuk setiap jam SKPP, ST
PKN dilaksanakan sesuai setiap hari
dengan P2 penugasan setiap
Pemeriksa
3) memimpin pelaksanaan Pemeriksaan PKN Pemeriksaan Ahli Muda 0,02 untuk setiap jam SKPP, ST
dilaksanakan sesuai setiap hari
dengan P2 penugasan setiap
Pemeriksa
4) mengendalikan teknis pelaksanaan Pemeriksaan PKN Pemeriksaan Ahli Madya 0,03 untuk setiap jam SKPP, ST
dilaksanakan sesuai setiap hari
dengan P2 penugasan setiap
Pemeriksa
5) mengendalikan mutu pelaksanaan Pemeriksaan PKN Pemeriksaan Ahli Utama 0,1 untuk setiap jam SKPP, ST
dilaksanakan sesuai setiap hari
dengan P2 penugasan setiap
Pemeriksa
c. Penyusunan KKP
1) menyusun KKP KKP PKN Ahli Pertama 0,21 untuk setiap output SKPP, SP2P
setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
2) me-review KKP yang telah disusun oleh Pemeriksa Ahli KKP PKN Ahli Muda 0,36 untuk setiap output SKPP, SP2P
Pertama setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
3) me-review KKP yang sudah di-review oleh Pemeriksa Ahli KKP PKN Ahli Madya 0,45 untuk setiap output SKPP, SP2P
Muda setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 215


Juknis JFP Lampiran V.4

PELAKSANA PEMBERIAN ANGKA


BUTIR KEGIATAN SATUAN HASIL BUKTI FISIK
KEGIATAN KREDIT
d. Berkoordinasi dengan Ahli/Konsultan (jika diperlukan)
1) menyiapkan bahan yang akan digunakan oleh Ahli/Konsultan Laporan Hasil Ahli Pertama 0,016 untuk setiap output SKPP, SP2P
Pembahasan setiap penugasan
dengan kepada setiap
Ahli/Konsultan Pemeriksa
2) menyusun materi/bahan yang akan digunakan oleh Laporan Hasil Ahli Muda 0,02 untuk setiap output SKPP, SP2P
Ahli/Konsultan Pembahasan setiap penugasan
dengan kepada setiap
Ahli/Konsultan Pemeriksa
3) me-review materi/bahan yang akan digunakan oleh Laporan Hasil Ahli Madya 0,03 untuk setiap output SKPP, SP2P
Ahli/Konsultan dari Pemeriksa Ahli Muda Pembahasan setiap penugasan
dengan kepada setiap
Ahli/Konsultan Pemeriksa
4) me-review dan menyetujui materi/bahan yang akan digunakan Laporan Hasil Ahli Utama 0,0864 untuk setiap output SKPP, SP2P
oleh Ahli/Konsultan dari Pemeriksa Ahli Madya Pembahasan setiap penugasan
dengan kepada setiap
Ahli/Konsultan Pemeriksa
5) melakukan pembahasan dengan Ahli/Konsultan Laporan Hasil Ahli Pertama 0,016 untuk setiap output SKPP, SP2P
Pembahasan setiap penugasan
dengan kepada setiap
Ahli/Konsultan Pemeriksa
6) memimpin proses pembahasan dengan Ahli/Konsultan Laporan Hasil Ahli Muda 0,02 untuk setiap output SKPP, SP2P
Pembahasan setiap penugasan
dengan kepada setiap
Ahli/Konsultan Pemeriksa
7) mengendalikan proses pembahasan dengan Ahli/Konsultan Laporan Hasil Ahli Madya 0,03 untuk setiap output SKPP, SP2P
Pembahasan setiap penugasan
dengan kepada setiap
Ahli/Konsultan Pemeriksa
8) mengarahkan proses pembahasan dengan Ahli/Konsultan Laporan Hasil Ahli Utama 0,0864 untuk setiap output SKPP, SP2P
Pembahasan setiap penugasan
dengan kepada setiap
Ahli/Konsultan Pemeriksa

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 216


Juknis JFP Lampiran V.4

PELAKSANA PEMBERIAN ANGKA


BUTIR KEGIATAN SATUAN HASIL BUKTI FISIK
KEGIATAN KREDIT
9) mendokumentasikan pelaksanaan pembahasan dengan Laporan Hasil Ahli Pertama 0,016 untuk setiap output SKPP, SP2P
Ahli/Konsultan Pembahasan setiap penugasan
dengan kepada setiap
Ahli/Konsultan Pemeriksa
10) menyusun Laporan Hasil Pembahasan dengan Ahli/Konsultan Laporan Hasil Ahli Muda 0,02 untuk setiap output SKPP, SP2P
Pembahasan setiap penugasan
dengan kepada setiap
Ahli/Konsultan Pemeriksa
11) melakukan diskusi dengan APH atas pendapat Ahli/Konsultan Laporan Hasil Ahli Pertama 0,016 untuk setiap output SKPP, SP2P
Pembahasan setiap penugasan
dengan kepada setiap
Ahli/Konsultan Pemeriksa
12) menyusun Laporan Hasil Diskusi dengan APH atas Pendapat Laporan Hasil Ahli Muda 0,02 untuk setiap output SKPP, SP2P
Ahli/Konsultan Pembahasan setiap penugasan
dengan kepada setiap
Ahli/Konsultan Pemeriksa
e. Penyusunan Simpulan PKN
1) menyusun konsep Simpulan PKN Simpulan PKN Ahli Muda 0,03 untuk setiap output SKPP, SP2P
setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
2) me-review konsep Simpulan PKN dari Pemeriksa Ahli Muda Simpulan PKN Ahli Madya 0,03 untuk setiap output SKPP, SP2P
setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
3) me-review dan menyetujui Simpulan PKN dari Pemeriksa Simpulan PKN Ahli Utama 0,130 untuk setiap output SKPP, SP2P
Ahli Madya setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
f. Penyusunan Prosedur Pemeriksaan PKN Tambahan/Alternatif (jika diperlukan)
1) menyiapkan bahan penyusunan Prosedur Pemeriksaan PKN Prosedur Ahli Pertama 0,016 untuk setiap output SKPP, SP2P
Tambahan/Alternatif Pemeriksaan PKN setiap penugasan
Tambahan/ kepada setiap
Alternatif Pemeriksa

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 217


Juknis JFP Lampiran V.4

PELAKSANA PEMBERIAN ANGKA


BUTIR KEGIATAN SATUAN HASIL BUKTI FISIK
KEGIATAN KREDIT
2) menyusun konsep Prosedur Pemeriksaan PKN Prosedur Ahli Muda 0,02 untuk setiap output SKPP, SP2P
Tambahan/Alternatif Pemeriksaan PKN setiap penugasan
Tambahan/ kepada setiap
Alternatif Pemeriksa
3) me-review konsep Prosedur Pemeriksaan PKN Prosedur Ahli Madya 0,03 untuk setiap output SKPP, SP2P
Tambahan/Alternatif dari Pemeriksa Ahli Muda Pemeriksaan PKN setiap penugasan
Tambahan/ kepada setiap
Alternatif Pemeriksa
4) me-review dan menyetujui Prosedur Pemeriksaan PKN Prosedur Ahli Utama 0,0864 untuk setiap output SKPP, SP2P
Tambahan/Alternatif dari Pemeriksa Ahli Madya Pemeriksaan PKN setiap penugasan
Tambahan/ kepada setiap
Alternatif Pemeriksa
g. Pemaparan Tim Pemeriksa dengan Pihak Internal BPK
1) menyiapkan data dan bahan untuk pemaparan dengan Pihak Bahan Pemaparan Ahli Pertama 0,016 untuk setiap output SKPP, SP2P
Internal BPK dan Notulen setiap penugasan
Pemaparan kepada setiap
Pemeriksa
2) menyusun bahan pemaparan dengan Pihak Internal BPK Bahan Pemaparan Ahli Muda 0,02 untuk setiap output SKPP, SP2P
dan Notulen setiap penugasan
Pemaparan kepada setiap
Pemeriksa
3) melakukan pemaparan dengan Pihak Internal BPK Bahan Pemaparan Ahli Madya 0,03 untuk setiap output SKPP, SP2P
dan Notulen setiap penugasan
Pemaparan kepada setiap
Pemeriksa
h. Pemaparan Tim Pemeriksa dengan Instansi yang Berwenang
1) menyiapkan data dan bahan untuk pemaparan dengan Instansi Bahan Pemaparan Ahli Pertama 0,016 untuk setiap output SKPP, SP2P
yang Berwenang dan Notulen setiap penugasan
Pemaparan kepada setiap
Pemeriksa
2) menyusun bahan pemaparan dengan Instansi yang Berwenang Bahan Pemaparan Ahli Muda 0,02 untuk setiap output SKPP, SP2P
dan Notulen setiap penugasan
Pemaparan kepada setiap
Pemeriksa

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 218


Juknis JFP Lampiran V.4

PELAKSANA PEMBERIAN ANGKA


BUTIR KEGIATAN SATUAN HASIL BUKTI FISIK
KEGIATAN KREDIT
3) melakukan pemaparan dengan Instansi yang Berwenang Bahan Pemaparan Ahli Madya 0,03 untuk setiap output SKPP, SP2P
dan Notulen setiap penugasan
Pemaparan kepada setiap
Pemeriksa
4. Pelaporan
a. melaksanakan administrasi dalam penyusunan LHP PKN LHP PKN Ahli Pertama 0,18 untuk setiap output SKPP, SP2P
setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
b. menyiapkan bahan dan data untuk penyusunan LHP PKN LHP PKN Ahli Pertama 0,14 untuk setiap output SKPP, SP2P
setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
c. menyajikan kelogisan substansi, kaidah bahasa, dan kebenaran LHP PKN Ahli Muda 0,52 untuk setiap output SKPP, SP2P
matematis dalam konsep LHP PKN setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
d. menyusun konsep LHP PKN sesuai unsur-unsur temuan seperti LHP PKN Ahli Muda 0,12 untuk setiap output SKPP, SP2P
simpulan, perbuatan melawan hukum yang terjadi, pihak-pihak setiap penugasan
terkait, dan lain-lain kepada setiap
Pemeriksa
e. menganalisis dan me-review konsep LHP PKN LHP PKN Ahli Madya 0,39 untuk setiap output SKPP, SP2P
setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
f. me-review konsep LHP PKN dari segi unsur temuan dan kaidah LHP PKN Ahli Madya 0,45 untuk setiap output SKPP, SP2P
bahasa pelaporan setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
g. me-review kesesuaian konsep LHP PKN dengan SPKN LHP PKN Ahli Utama 0,32 untuk setiap output SKPP, SP2P
setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 219


Juknis JFP Lampiran V.4

PELAKSANA PEMBERIAN ANGKA


BUTIR KEGIATAN SATUAN HASIL BUKTI FISIK
KEGIATAN KREDIT
h. me-review dan menyetujui LHP PKN LHP PKN Ahli Utama 0,2 untuk setiap output SKPP, SP2P
setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
i. menyiapkan konsep surat keluar LHP PKN Ahli Muda 0,02 untuk setiap output SKPP, SP2P
setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
j. me-review konsep surat keluar LHP PKN Ahli Madya 0,03 untuk setiap output SKPP, SP2P
setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
k. me-review dan menyetujui surat keluar LHP PKN Ahli Utama 0,0864 untuk setiap output SKPP, SP2P
setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
5. Evaluasi Pemeriksaan
a. membuat penilaian Pemeriksa Ahli Pertama atas pelaksanaan Penilaian Kinerja Ahli Muda 0,16 untuk setiap output SKPP, SP2P
Pemeriksaan PKN Pemeriksa setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
b. menilai kinerja Pemeriksa Ahli Muda Penilaian Kinerja Ahli Madya 0,24 untuk setiap output SKPP, SP2P
Pemeriksa setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
c. melakukan review silang (antar-Pemeriksa Ahli Madya) Hasil Review Silang Ahli Madya 0,3 untuk setiap output SKPP, SP2P
setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
d. menilai kinerja Pemeriksa Ahli Madya Penilaian Kinerja Ahli Utama 0,32 untuk setiap output SKPP, SP2P
Pemeriksa setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 220


Juknis JFP Lampiran V.4

PELAKSANA PEMBERIAN ANGKA


BUTIR KEGIATAN SATUAN HASIL BUKTI FISIK
KEGIATAN KREDIT
e. melakukan review silang (antar-Pemeriksa Ahli Utama) Hasil Review Silang Ahli Utama 0,48 untuk setiap output SKPP, SP2P
setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
6. Pemantauan Penanganan Penyampaian LHP PKN
a. melaksanakan administrasi dalam pemantauan penanganan Laporan Hasil Ahli Pertama 0,024 untuk setiap output SKPP, SP2P
penyampaian LHP PKN Pemantauan setiap penugasan
Penanganan LHP kepada setiap
PKN oleh APH Pemeriksa
b. melakukan koordinasi dengan APH mengenai penanganan LHP PKN Laporan Hasil Ahli Muda 0,02 untuk setiap output SKPP, SP2P
terkait dengan tahapan persidangan dan putusan Pengadilan atas nilai Pemantauan setiap penugasan
kerugian negara Penanganan LHP kepada setiap
PKN oleh APH Pemeriksa
c. membuat laporan atas hasil pemantauan penanganan LHP PKN oleh Laporan Hasil Ahli Muda 0,02 untuk setiap output SKPP, SP2P
APH Pemantauan setiap penugasan
Penanganan LHP kepada setiap
PKN oleh APH Pemeriksa
d. me-review laporan atas hasil pemantauan penanganan PKN oleh Laporan Hasil Ahli Madya 0,06 untuk setiap output SKPP, SP2P
APH Pemantauan setiap penugasan
Penanganan LHP kepada setiap
PKN oleh APH Pemeriksa
e. menyetujui laporan atas hasil pemantauan penanganan LHP PKN Laporan Hasil Ahli Utama 0,0864 untuk setiap output SKPP, SP2P
oleh APH Pemantauan setiap penugasan
Penanganan LHP kepada setiap
PKN oleh APH Pemeriksa
7. Penyusunan Bahan Perumusan Pendapat BPK
a. menyiapkan bahan pendukung perumusan Pendapat BPK yang Bahan Perumusan Ahli Muda 0,12 untuk setiap output SKPP, SP2P
diperlukan berdasarkan hasil pemeriksaan Pendapat BPK setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
b. mengompilasi dan menyusun bahan perumusan Pendapat BPK pada Bahan Perumusan Ahli Madya 0,36 untuk setiap output SKPP, SP2P
lingkup tugasnya Pendapat BPK setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 221


Juknis JFP Lampiran V.4

PELAKSANA PEMBERIAN ANGKA


BUTIR KEGIATAN SATUAN HASIL BUKTI FISIK
KEGIATAN KREDIT
c. me-review bahan perumusan Pendapat BPK pada lingkup tugasnya Bahan Perumusan Ahli Utama 0,4 untuk setiap output SKPP, SP2P
Pendapat BPK setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
D. PEMBERIAN KETERANGAN AHLI SEBAGAI AHLI/SAKSI FAKTA
1. Persiapan
a. memberikan keterangan sebagai Ahli/Saksi Fakta kepada Penyidik BAP sebagai Semua Jenjang 0,32 untuk setiap output SKPP, ST
(di BAP) Ahli/Saksi Fakta setiap penugasan
kepada setiap
Pemeriksa
b. melakukan komunikasi dengan Jaksa Penuntut Umum dalam rangka Laporan Hasil Semua Jenjang 0,08 untuk setiap output SKPP, ST
pemberian keterangan Ahli/Saksi Fakta Komunikasi dengan setiap penugasan
Jaksa Penuntut kepada setiap
Umum Pemeriksa
c. menyiapkan data dan dokumen administratif yang dibutuhkan dalam Laporan Penyiapan Semua Jenjang 0,32 untuk setiap output SKPP, ST
rangka pemberian keterangan Ahli/Saksi Fakta Bahan Pemberian setiap penugasan
Keterangan Ahli/ kepada setiap
Saksi Fakta Pemeriksa
d. mengikuti pelaksanaan mootcourt/peradilan semu sebagai Ahli/Saksi Laporan Partisipasi Semua Jenjang 0,08 untuk setiap output SKPP, ST
Fakta Mootcourt sebagai setiap penugasan
Ahli/Saksi Fakta kepada setiap
Pemeriksa
e. mengikuti pelaksanaan mootcourt/peradilan semu (mootcourt diikuti Laporan Partisipasi Semua Jenjang 0,08 untuk setiap output SKPP, ST
paling sedikit oleh 5 orang sebagai Hakim, Jaksa Penuntut Umum, mootcourt setiap penugasan
Pengacara, terdakwa, dan saksi) kepada setiap
Pemeriksa
2. Pelaksanaan
a. melakukan komunikasi dengan Jaksa Penuntut Umum Laporan Hasil Semua Jenjang 0,08 untuk setiap output SKPP, ST
Komunikasi dengan setiap penugasan
Jaksa Penuntut kepada setiap
Umum Pemeriksa
b. memberikan keterangan sebagai Ahli/Saksi Fakta di Pengadilan Laporan Pemberian Semua Jenjang 0,4 untuk setiap output SKPP, ST
Tipikor/Pengadilan Negeri Keterangan sebagai setiap penugasan
Ahli/Saksi Fakta kepada setiap
Pemeriksa

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 222


Juknis JFP Lampiran V.4

PELAKSANA PEMBERIAN ANGKA


BUTIR KEGIATAN SATUAN HASIL BUKTI FISIK
KEGIATAN KREDIT
c. melakukan pendampingan Ahli/Saksi Fakta dalam memberikan Laporan Semua Jenjang 0,12 untuk setiap output SKPP, ST
keterangan di Pengadilan Tipikor/Pengadilan Negeri Pendampingan setiap penugasan
Ahli/Saksi Fakta kepada setiap
Pemeriksa
3. Pelaporan
menyusun Laporan Pelaksanaan Pemberian Keterangan Ahli/Saksi Laporan Semua Jenjang 0,24 untuk setiap output SKPP, ST
Fakta Pelaksanaan setiap penugasan
Pemberian kepada setiap
Keterangan Pemeriksa
Ahli/Saksi Fakta

SEKRETARIS JENDERAL BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

BAHTIAR ARIF

Salinan sesuai dengan aslinya


BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Kepala Direktorat Utama Pembinaan dan Pengembangan
Hukum Pemeriksaan Keuangan Negara,

Blucer Welington Rajagukguk

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 223


Juknis JFP Lampiran V.5

LAMPIRAN V.5 : PERATURAN SEKJEN BPK RI


NOMOR : 5 TAHUN 2021
TANGGAL : 29 MARET 2021
Lampiran V. 5
Pemberian Angka Kredit, Pelaksana Kegiatan, dan Bukti Fisik untuk Kegiatan Perumusan Renstra Pemeriksaan pada Subdirektorat Perencanaan Strategis
PEMBERIAN ANGKA KREDIT, PELAKSANA KEGIATAN, DAN BUKTI FISIK UNTUK KEGIATAN PERUMUSAN RENSTRA PEMERIKSAAN
PADA SUBDIREKTORAT PERENCANAAN STRATEGIS

PELAKSANA PEMBERIAN ANGKA


BUTIR KEGIATAN SATUAN HASIL BUKTI FISIK
KEGIATAN KREDIT
A. Perumusan Renstra Pemeriksaan
1. Penyusunan RKT
a. menyusun konsep RKT bidang perencanaan strategis Konsep RKT Ahli Muda 0,9 untuk setiap output SKPP, ST
bidang perencanaan setiap penugasan
strategis
b. menyusun konsep Revisi RKT bidang perencanaan strategis Konsep Revisi RKT Ahli Muda 0,7 untuk setiap output SKPP, ST
bidang perencanaan setiap penugasan
strategis
2. Penyusunan Konsep Rancangan Teknokratik Renstra
a. melakukan analisis dalam rangka penyusunan Konsep Rancangan Laporan Hasil Ahli Muda 0,998 untuk setiap output SKPP, ST
Teknokratik Renstra Analisis Rancangan setiap penugasan
Teknokratik
Renstra
b. menyusun Konsep Rancangan Teknokratik Renstra Konsep Rancangan Ahli Muda 0,594 untuk setiap output SKPP, ST
Teknokratik setiap penugasan
Renstra
3. Penyusunan Konsep Renstra BPK
a. melakukan analisis dalam rangka penyusunan Konsep Renstra BPK Laporan Hasil Ahli Muda 1,224 untuk setiap output SKPP, ST
Analisis Renstra setiap penugasan
BPK
b. menyusun Konsep Renstra BPK Konsep Renstra Ahli Muda 0,639 untuk setiap output SKPP, ST
BPK setiap penugasan

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 224


Juknis JFP Lampiran V.5

PELAKSANA PEMBERIAN ANGKA


BUTIR KEGIATAN SATUAN HASIL BUKTI FISIK
KEGIATAN KREDIT
4. Penyusunan Renstra Satker Eselon I dan II
a. melakukan analisis dalam rangka penyusunan Renstra Satuan Kerja Laporan Hasil Ahli Muda 0,779 untuk setiap output SKPP, ST
(Satker) Eselon I dan II (di unit perencanaan, evaluasi, dan Analisis Renstra setiap penugasan
pengembangan pemeriksaan keuangan negara dan unit perencanaan Satker Eselon
strategis pemeriksaan) I dan II
b. menyusun Konsep Renstra Satker Eselon I dan II (di unit Konsep Renstra Ahli Muda 0,405 untuk setiap output SKPP, ST
perencanaan, evaluasi, dan pengembangan pemeriksaan keuangan Satker Eselon setiap penugasan
negara dan unit perencanaan strategis pemeriksaan) I dan II
5. Pendampingan dalam rangka Fasilitasi Penyusunan Renstra Satker Eselon I dan II
melaksanakan pendampingan dalam rangka fasilitasi penyusunan Konsep Renstra Ahli Muda 0,482 untuk setiap output SKPP, ST
Renstra Satker Eselon I dan II Satker Eselon setiap penugasan
I dan II
6. Penyusunan Konsep RIR
a. melakukan analisis dalam rangka penyusunan Konsep RIR Laporan Hasil Ahli Muda 0,859 untuk setiap output SKPP, ST
Analisis RIR setiap penugasan
b. menyusun konsep RIR Konsep RIR Ahli Muda 0,428 untuk setiap output SKPP, ST
setiap penugasan
7. Penyusunan Konsep Business Case Fokus Pemeriksaan dan Inisiatif Strategis
a. melakukan analisis dalam rangka penyusunan Konsep Business Case Laporan Hasil Ahli Muda 1,133 untuk setiap output SKPP, ST
Fokus Pemeriksaan Analisis Business setiap penugasan
Case Fokus
Pemeriksaan
b. menyusun konsep Business Case Fokus Pemeriksaan Konsep Business Ahli Muda 0,436 untuk setiap output SKPP, ST
Case Fokus setiap penugasan
Pemeriksaan
c. melakukan analisis dalam rangka penyusunan Business Case Inisiatif Konsep Business Ahli Muda 1,039 untuk setiap output SKPP, ST
Strategis Case Inisiatif setiap penugasan
Strategis
d. melaksanakan pendampingan penyusunan Business Case Inisiatif Laporan Ahli Muda 0,306 untuk setiap output SKPP, ST
Strategis dengan satker Pendampingan setiap penugasan
Penyusunan
Business Case
Inisiatif Strategis

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 225


Juknis JFP Lampiran V.5

PELAKSANA PEMBERIAN ANGKA


BUTIR KEGIATAN SATUAN HASIL BUKTI FISIK
KEGIATAN KREDIT
8. Pendampingan Penyusunan KAK Fokus Pemeriksaan
melaksanakan pendampingan penyusunan KAK Fokus Pemeriksaan Konsep KAK Ahli Muda 1,018 untuk setiap output SKPP, ST
dengan satker Fokus Pemeriksaan setiap penugasan
9. Pelaksanaan Sentra Koordinasi Pengelolaan Fokus Pemeriksaan dan Inisiatif Strategis
a. melaksanakan kegiatan Sentra Koordinasi Pengelolaan Fokus Laporan Kegiatan Ahli Muda 0,836 untuk setiap output SKPP, ST
Pemeriksaan Pelaksanaan Sentra setiap penugasan
Koordinasi
Pengelolaan Fokus
Pemeriksaan
b. melaksanakan kegiatan Sentra Koordinasi Pengelolaan Inisiatif Laporan Kegiatan Ahli Muda 0,72 untuk setiap output SKPP, ST
Strategis Pelaksanaan Sentra setiap penugasan
Koordinasi
Pengelolaan
Inisiatif Strategis
10. Pelaksanaan Sentra Koordinasi Pengelolaan Fokus Pemeriksaan dan Inisiatif Strategis
a. melaksanakan pemantauan pelaksanaan Fokus Pemeriksaan Laporan Kelompok Ahli Muda 0,733 untuk setiap output SKPP, ST
Kerja Pengelolaan setiap penugasan
Fokus Pemeriksaan
b. melaksanakan pemantauan pelaksanaan Inisiatif Strategis Laporan Ahli Muda 0,696 untuk setiap output SKPP, ST
Implementasi setiap penugasan
Renstra
11. Penyusunan Konsep dan Pelaksanaan Manajemen Perubahan
a. menyusun Konsep Manajemen Perubahan Konsep Manajemen Ahli Muda 0,811 untuk setiap output SKPP, ST
Perubahan setiap penugasan
(termasuk
komunikasi
strategi)
b. melaksanakan tugas-tugas pelaksanaan Manajemen Perubahan Konsep Laporan Ahli Muda 0,243 untuk setiap output SKPP, ST
Pelaksanaan setiap penugasan
Manajemen
Perubahan

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 226


Juknis JFP Lampiran V.5

PELAKSANA PEMBERIAN ANGKA


BUTIR KEGIATAN SATUAN HASIL BUKTI FISIK
KEGIATAN KREDIT
12. Perbaikan dokumen perencanaan
menyusun perbaikan dan revisi dokumen (Renstra/RIR/Business Hasil revisi Ahli Muda 1,177 untuk setiap output SKPP, ST
Case Fokus Pemeriksaan/Business Case Inisiatif Strategis/KAK dokumen setiap penugasan
Fokus Pemeriksaan) perencanaan
Mpiran

SEKRETARIS JENDERAL BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

BAHTIAR ARIF

Salinan sesuai dengan aslinya


BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Kepala Direktorat Utama Pembinaan dan Pengembangan
Hukum Pemeriksaan Keuangan Negara,

Blucer Welington Rajagukguk

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 227


Juknis JFP Lampiran V.6

LAMPIRAN V.6 : PERATURAN SEKJEN BPK RI


NOMOR : 5 TAHUN 2021
TANGGAL : 29 MARET 2021
Lampiran V. 6
Pemberian Angka Kredit, Pelaksana Kegiatan, dan Bukti Fisik untuk Kegiatan Evaluasi dan Pelaporan Pemeriksaan pada Direktorat Evaluasi dan Pelaporan Pemeriksaan
PEMBERIAN ANGKA KREDIT, PELAKSANA KEGIATAN, DAN BUKTI FISIK
UNTUK KEGIATAN EVALUASI DAN PELAPORAN PEMERIKSAAN PADA DIREKTORAT EVALUASI DAN PELAPORAN PEMERIKSAAN

SATUAN PELAKSANA PEMBERIAN ANGKA


BUTIR KEGIATAN BUKTI FISIK
HASIL KEGIATAN KREDIT
A. Evaluasi dan Pelaporan Pemeriksaan
1. Penyusunan RKT
a. menyusun konsep RKT bidang evaluasi dan pelaporan pemeriksaan Konsep RKT Ahli Muda 0,9 untuk setiap output SKPP, ST
bidang evaluasi setiap penugasan
dan pelaporan
pemeriksaan
b. menyusun konsep Revisi RKT bidang evaluasi dan pelaporan Konsep Revisi Ahli Muda 0,7 untuk setiap output SKPP, ST
pemeriksaan RKT bidang setiap penugasan
evaluasi dan
pelaporan
pemeriksaan
2. Pelaksanaan dan Penyusunan Laporan Evaluasi Hasil Pemeriksaan
a. menuangkan bahan evaluasi dalam konsep hasil evaluasi hasil Konsep Hasil Ahli Muda 0,017 untuk setiap output SKPP, ST
pemeriksaan Evaluasi/Matriks setiap penugasan
Evaluasi per LHP/
Lampiran Nota
Dinas per LHP
b. mengompilasi hasil evaluasi hasil pemeriksaan Kompilasi Ahli Muda 0,066 untuk setiap output SKPP, ST
Evaluasi Hasil setiap penugasan
Pemeriksaan
c. menyusun Konsep Laporan Evaluasi Hasil Pemeriksaan Konsep Laporan Ahli Muda 0,086 untuk setiap output SKPP, ST
Evaluasi Hasil setiap penugasan
Pemeriksaan
3. Penyusunan IHPS
a. menyusun konsep program penyusunan IHPS Konsep Program Ahli Muda 0,077 untuk setiap output SKPP, ST
IHPS setiap penugasan

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 228


Juknis JFP Lampiran V.6

SATUAN PELAKSANA PEMBERIAN ANGKA


BUTIR KEGIATAN BUKTI FISIK
HASIL KEGIATAN KREDIT
b. menyusun Konsep Laporan Inventarisasi Bahan IHPS dan memantau Konsep Laporan Ahli Muda 0,049 untuk setiap output SKPP, ST
kelengkapan bahan IHPS Inventarisasi setiap penugasan
Bahan IHPS yang
dilengkapi Daftar
Monitoring
c. memvalidasi dan mengevaluasi hasil pemeriksaan Matriks Temuan Ahli Muda 0,022 untuk setiap output SKPP, ST
Hasil Validasi dan setiap penugasan
Pembahasan, serta
Hasil Analisis dan
Evaluasi
d. mengklasifikasikan hasil pemeriksaan berdasar jenis pemeriksaan dan Daftar LHP per Ahli Muda 0,022 untuk setiap output SKPP, ST
tema/fokus pemeriksaan jenis dan per tema setiap penugasan
pemeriksaan
e. menyusun outline IHPS dengan memperhatikan tema dan fokus Konsep Outline Ahli Muda 0,027 untuk setiap output SKPP, ST
pemeriksaan serta kebijakan pemeriksaan BPK IHPS setiap penugasan
4. Penyusunan Kompilasi Hasil Pemeriksaan
a. mengompilasi dan memvalidasi hasil pemeriksaan dengan Hasil kompilasi Ahli Muda 0,026 untuk setiap output SKPP, ST
kompleksitas rendah (di bawah 10 data/LHP) dan validasi hasil setiap penugasan
pemeriksaan
dengan
kompleksitas
rendah
b. mengompilasi dan memvalidasi hasil pemeriksaan dengan Hasil kompilasi Ahli Muda 0,052 untuk setiap output SKPP, ST
kompleksitas sedang (antara 11 – 50 data/LHP) dan validasi hasil setiap penugasan
pemeriksaan
dengan
kompleksitas
sedang
c. mengompilasi dan memvalidasi hasil pemeriksaan dengan Hasil kompilasi Ahli Muda 0,086 untuk setiap output SKPP, ST
kompleksitas tinggi (antara 51 – 100 data/LHP) dan validasi hasil setiap penugasan
pemeriksaan
dengan
kompleksitas
tinggi

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 229


Juknis JFP Lampiran V.6

SATUAN PELAKSANA PEMBERIAN ANGKA


BUTIR KEGIATAN BUKTI FISIK
HASIL KEGIATAN KREDIT
d. mengompilasi dan memvalidasi hasil pemeriksaan dengan Hasil kompilasi Ahli Muda 0,095 untuk setiap output SKPP, ST
kompleksitas sangat tinggi (di atas 100 data/LHP) dan validasi hasil setiap penugasan
pemeriksaan
dengan
kompleksitas
sangat tinggi
5. Penyusunan Kompilasi Data Pemantauan TLRHP
mengumpulkan, mengompilasi, dan memvalidasi data pemantauan Kompilasi Ahli Muda 0,115 untuk setiap output SKPP, ST
TLRHP TLRHP setiap penugasan
6. Penyusunan Kompilasi Data Pemantauan Penyelesaian Ganti Kerugian Negara/Daerah
mengumpulkan, mengompilasi, dan memvalidasi data pemantauan Kompilasi Ahli Muda 0,067 untuk setiap output SKPP, ST
penyelesaian ganti kerugian negara/daerah penyelesaian ganti setiap penugasan
kerugian negara/
daerah
7. Penyusunan Salinan Digital LHP
a. mengunduh salinan digital LHP dari Sistem Manajemen Pemeriksaan Daftar salinan Ahli Muda 0,001 untuk setiap output SKPP, ST
(SMP) digital LHP setiap penugasan
b. memastikan satker telah melakukan pengecekan sesuai matriks Matriks cek Ahli Muda 0,006 untuk setiap output SKPP, ST
pengecekan salinan digital LHP salinan digital setiap penugasan
LHP
c. mengompilasi dan memvalidasi salinan digital LHP Kompilasi salinan Ahli Muda 0,067 untuk setiap output SKPP, ST
digital LHP setiap penugasan
d. menyusun daftar LHP sesuai outline IHPS Daftar LHP Ahli Muda 0,003 untuk setiap output SKPP, ST
setiap penugasan
e. menautkan (link) salinan digital LHP dengan daftar LHP LHP link Ahli Muda 0,004 untuk setiap output SKPP, ST
setiap penugasan
8. Penyusunan Konsep Awal IHPS
a. mengidentifikasi temuan signifikan per tema dengan kompleksitas Matriks temuan Ahli Muda 0,052 untuk setiap output SKPP, ST
rendah (sampai dengan 10 data/LHP) signifikan dengan setiap penugasan
kompleksitas
rendah

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 230


Juknis JFP Lampiran V.6

SATUAN PELAKSANA PEMBERIAN ANGKA


BUTIR KEGIATAN BUKTI FISIK
HASIL KEGIATAN KREDIT
b. menyusun konsep awal IHPS dengan kompleksitas rendah (sampai Narasi Konsep Ahli Muda 0,046 untuk setiap output SKPP, ST
dengan 10 data/LHP) Awal IHPS setiap penugasan
dengan
kompleksitas
rendah
c. mengidentifikasi temuan signifikan per tema dengan kompleksitas Matriks temuan Ahli Muda 0,12 untuk setiap output SKPP, ST
sedang (dari 11 – 50 data/LHP) signifikan dengan setiap penugasan
kompleksitas
sedang
d. menyusun konsep awal IHPS dengan kompleksitas sedang (dari 11 – Narasi Konsep Ahli Muda 0,048 untuk setiap output SKPP, ST
50 data/LHP) Awal IHPS setiap penugasan
dengan
kompleksitas
sedang
e. mengidentifikasi temuan signifikan per tema dengan kompleksitas Matriks temuan Ahli Muda 0,184 untuk setiap output SKPP, ST
tinggi (dari 51 – 100 data/LHP) signifikan dengan setiap penugasan
kompleksitas
tinggi
f. menyusun konsep awal IHPS dengan kompleksitas tinggi (antara 51 – Narasi Konsep Ahli Muda 0,052 untuk setiap output SKPP, ST
100 data/LHP) Awal IHPS setiap penugasan
dengan
kompleksitas
tinggi
g. mengidentifikasi temuan signifikan per tema dengan kompleksitas Matriks temuan Ahli Muda 0,217 untuk setiap output SKPP, ST
sangat tinggi (di atas 100 data/LHP) signifikan dengan setiap penugasan
kompleksitas
sangat tinggi
h. menyusun konsep awal IHPS dengan kompleksitas sangat tinggi (di Narasi konsep Ahli Muda 0,062 untuk setiap output SKPP, ST
atas 100 data/LHP) awal IHPS setiap penugasan
dengan
kompleksitas
sangat tinggi

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 231


Juknis JFP Lampiran V.6

SATUAN PELAKSANA PEMBERIAN ANGKA


BUTIR KEGIATAN BUKTI FISIK
HASIL KEGIATAN KREDIT
i. menyiapkan bahan Forum Eselon I dan Sidang BPK terkait konsep Konsep Bahan Ahli Muda 0,031 untuk setiap output SKPP, ST
awal IHPS Forum Eselon I setiap penugasan
dan Sidang BPK
terkait konsep
awal IHPS
9. Penyusunan Konsep Final IHPS
a. mengumpulkan dan menyusun rekapitulasi masukan konsep final IHPS Matriks Masukan Ahli Muda 0,039 untuk setiap output SKPP, ST
beserta tindak lanjutnya Konsep Final setiap penugasan
IHPS
b. menyusun konsep final IHPS berdasar masukan Konsep Final Ahli Muda 0,024 untuk setiap output SKPP, ST
IHPS per Tema setiap penugasan
Berdasar
Masukan
c. membuat master salinan digital IHPS berisi IHPS, LHP, dan salinan Master IHPS Ahli Muda 0,014 untuk setiap output SKPP, ST
digital Lampiran dalam Flashdisk setiap penugasan
10. Penyusunan IHPL
a. menyusun konsep program penyusunan IHPL Konsep Program Ahli Muda 0,02 untuk setiap output SKPP, ST
IHPL setiap penugasan
b. menginventarisasi bahan IHPL Laporan Hasil Ahli Muda 0,048 untuk setiap output SKPP, ST
Inventarisasi setiap penugasan
Bahan IHPL
c. merekapitulasi dan mengklasifikasikan tema IHPS Laporan Hasil Ahli Muda 0,004 untuk setiap output SKPP, ST
Rekapitulasi setiap penugasan
Tema IHPS
d. menyusun outline IHPL Outline IHPL Ahli Muda 0,009 untuk setiap output SKPP, ST
setiap penugasan
e. mengompilasi dan memvalidasi bahan IHPL Hasil Kompilasi Ahli Muda 0,066 untuk setiap output SKPP, ST
dan Validasi setiap penugasan
bahan IHPL
f. menyusun konsep awal IHPL berdasarkan kompilasi Konsep awal Ahli Muda 0,101 untuk setiap output SKPP, ST
IHPL setiap penugasan

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 232


Juknis JFP Lampiran V.6

SATUAN PELAKSANA PEMBERIAN ANGKA


BUTIR KEGIATAN BUKTI FISIK
HASIL KEGIATAN KREDIT
g. menyiapkan bahan Forum Eselon I dan Sidang BPK terkait konsep Bahan Forum Ahli Muda 0,02 untuk setiap output SKPP, ST
awal IHPL Eselon I dan setiap penugasan
Sidang BPK
terkait konsep
awal IHPL
h. mengumpulkan dan menyusun rekapitulasi masukan konsep final IHPL Matriks masukan Ahli Muda 0,004 untuk setiap output SKPP, ST
beserta tindak lanjutnya konsep final IHPL setiap penugasan
i. menyusun konsep final IHPL berdasar masukan Konsep final Ahli Muda 0,011 untuk setiap output SKPP, ST
IHPL berdasar setiap penugasan
masukan
11. Penyusunan Hasil Analisis dan Evaluasi Data Pemantauan TLRHP
a. mengumpulkan bahan, menganalisis, mengevaluasi, dan menyusun Bahan dan Ahli Muda 0,023 untuk setiap output SKPP, ST
hasil analisis dan evaluasi data pemantauan TLRHP Konsep Hasil setiap penugasan
Analisis dan
Evaluasi
Pemantauan
TLRHP
b. mengompilasi hasil analisis dan evaluasi data pemantauan TLRHP Kompilasi Hasil Ahli Muda 0,017 untuk setiap output SKPP, ST
Analisis dan setiap penugasan
Evaluasi
pemantauan
TLRHP
c. menyusun konsep laporan analisis dan evaluasi pemantauan TLRHP Konsep Laporan Ahli Muda 0,042 untuk setiap output SKPP, ST
Pemantauan setiap penugasan
TLRHP
12. Penyusunan Hasil Analisis dan Evaluasi Data Pemantauan terhadap Rekomendasi yang Berlarut-larut dan Belum Ditindaklanjuti
a. mengumpulkan bahan, menganalisis, mengevaluasi, dan menyusun Bahan dan Ahli Muda 0,043 untuk setiap output SKPP, ST
hasil analisis dan evaluasi data pemantauan terhadap Rekomendasi Konsep Hasil setiap penugasan
yang berlarut-larut dan belum ditindaklanjuti Analisis dan
Evaluasi terhadap
Rekomendasi
yang Berlarut-
larut dan Belum
Ditindaklanjuti

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 233


Juknis JFP Lampiran V.6

SATUAN PELAKSANA PEMBERIAN ANGKA


BUTIR KEGIATAN BUKTI FISIK
HASIL KEGIATAN KREDIT
b. mengompilasi hasil analisis dan evaluasi data pemantauan terhadap Kompilasi Hasil Ahli Muda 0,019 untuk setiap output SKPP, ST
Rekomendasi yang berlarut-larut dan belum ditindaklanjuti Analisis dan setiap penugasan
Evaluasi terhadap
Rekomendasi
yang Berlarut-
larut dan Belum
Ditindaklanjuti
c. menyusun konsep laporan analisis dan evaluasi terhadap Rekomendasi Konsep Laporan Ahli Muda 0,043 untuk setiap output SKPP, ST
yang berlarut-larut dan belum ditindaklanjuti Evaluasi terhadap setiap penugasan
Rekomendasi
yang Berlarut-
larut dan Belum
Ditindaklanjuti
13. Penyusunan Hasil Analisis dan Evaluasi Data Pemantauan Penyelesaian Ganti Kerugian Negara/Daerah
a. mengumpulkan bahan, menganalisis, mengevaluasi, dan menyusun Bahan dan Ahli Muda 0,023 untuk setiap output SKPP, ST
hasil analisis dan evaluasi data pemantauan Penyelesaian Ganti Konsep Hasil setiap penugasan
Kerugian Negara/Daerah Analisis dan
Evaluasi
Pemantauan
Penyelesaian
Ganti Kerugian
Negara/Daerah
b. mengompilasi hasil analisis dan evaluasi data pemantauan Kompilasi Hasil Ahli Muda 0,025 untuk setiap output SKPP, ST
Penyelesaian Ganti Kerugian Negara/Daerah Analisis dan setiap penugasan
Evaluasi
Pemantauan
Penyelesaian
Ganti Kerugian
Negara/Daerah
c. menyusun konsep laporan analisis dan evaluasi Penyelesaian Ganti Konsep Laporan Ahli Muda 0,036 untuk setiap output SKPP, ST
Kerugian Negara/Daerah Evaluasi setiap penugasan
Penyelesaian
Ganti Kerugian
Negara/Daerah

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 234


Juknis JFP Lampiran V.6

SATUAN PELAKSANA PEMBERIAN ANGKA


BUTIR KEGIATAN BUKTI FISIK
HASIL KEGIATAN KREDIT
14. Penyusunan Konsep Bahan Pendapat BPK
a. menganalisis UBP dari satker Hasil Analisis Ahli Muda 0,027 untuk setiap output SKPP, ST
UBP setiap penugasan
b. menyusun jawaban terkait UBP ke satker Konsep Nota Ahli Muda 0,004 untuk setiap output SKPP, ST
Dinas jawaban setiap penugasan
UBP
c. menyusun monitoring UBP Monitoring UBP Ahli Muda 0,039 untuk setiap output SKPP, ST
setiap penugasan
d. mengidentifikasi tema pendapat berdasar permintaan, prioritas UBP, Usulan Tema Ahli Muda 0,022 untuk setiap output SKPP, ST
atau hasil pemeriksaan Pendapat BPK setiap penugasan
e. mengumpulkan data dan informasi serta melakukan telaahan terhadap Hasil Telaahan Ahli Muda 0,102 untuk setiap output SKPP, ST
ketentuan dan peraturan dalam penyusunan konsep bahan Pendapat Bahan Pendapat setiap penugasan
BPK BPK
f. menyusun kerangka alur pikir Pendapat BPK Kerangka Alur Ahli Muda 0,048 untuk setiap output SKPP, ST
Pikir Pendapat setiap penugasan
BPK
g. menyusun konsep Pendapat BPK Konsep Pendapat Ahli Muda 0,103 untuk setiap output SKPP, ST
BPK setiap penugasan
h. melakukan pembahasan konsep pendapat dengan narasumber Konsep Pendapat Ahli Muda 0,014 untuk setiap output SKPP, ST
Hasil Pembahasan setiap penugasan
i. menyiapkan bahan Forum Eselon I dan Sidang BPK terkait konsep Bahan Forum Ahli Muda 0,054 untuk setiap output SKPP, ST
Pendapat BPK Eselon I dan setiap penugasan
Sidang BPK
terkait konsep
Pendapat BPK
j. menginventarisir masukan, menyusun konsep final berdasar masukan, Konsep Final Ahli Muda 0,058 untuk setiap output SKPP, ST
dan menyusun konsep surat keluar Pendapat BPK setiap penugasan
Berdasar
Masukan

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 235


Juknis JFP Lampiran V.6

SATUAN PELAKSANA PEMBERIAN ANGKA


BUTIR KEGIATAN BUKTI FISIK
HASIL KEGIATAN KREDIT
15. Pengelolaan Daftar Tenaga Ahli dan/atau Tenaga Pemeriksa yang Bekerja Untuk dan Atas Nama BPK
a. mengecek kelengkapan data dan dokumen persyaratan tenaga ahli Daftar Ahli Muda 0,002 untuk setiap output SKPP, ST
dan/atau tenaga pemeriksa terdaftar di BPK Kelengkapan setiap penugasan
tenaga ahli
dan/atau tenaga
pemeriksa
terdaftar di BPK
b. menyiapkan konsep surat keluar dan Surat Tanda Terdaftar (STT) di Konsep Surat dan Ahli Muda 0,006 untuk setiap output SKPP, ST
BPK STT setiap penugasan
c. memutakhirkan data tenaga ahli dan/atau tenaga pemeriksa terdaftar di Daftar Ahli Muda 0,002 untuk setiap output SKPP, ST
BPK Kelengkapan, setiap penugasan
Surat Konfirmasi,
Hasil Rekonsiliasi
tenaga ahli
dan/atau tenaga
pemeriksa
terdaftar di BPK
d. menyusun konsep laporan pemutakhiran data tenaga ahli dan/atau Konsep laporan Ahli Muda 0,006 untuk setiap output SKPP, ST
tenaga pemeriksa terdaftar di BPK pemutakhiran setiap penugasan
tenaga ahli
dan/atau tenaga
pemeriksa
terdaftar di BPK
e. menyiapkan bahan dan menyusun konsep kebijakan penggunaan Bahan dan Ahli Muda 0,004 untuk setiap output SKPP, ST
tenaga ahli dan/atau tenaga pemeriksa yang bekerja untuk dan atas Konsep Kebijakan setiap penugasan
nama BPK penggunaan
tenaga ahli
dan/atau tenaga
pemeriksa yang
bekerja untuk dan
atas nama BPK

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 236


Juknis JFP Lampiran V.6

SATUAN PELAKSANA PEMBERIAN ANGKA


BUTIR KEGIATAN BUKTI FISIK
HASIL KEGIATAN KREDIT
f. menyusun konsep laporan penggunaan tenaga ahli dan/atau tenaga Konsep Laporan Ahli Muda 0,101 untuk setiap output SKPP, ST
pemeriksa yang bekerja untuk dan atas nama BPK Penggunaan setiap penugasan
Tenaga Ahli
dan/atau Tenaga
Pemeriksa yang
Bekerja Untuk
dan Atas Nama
BPK
g. menyiapkan bahan dan menyusun laporan evaluasi penggunaan tenaga Bahan Evaluasi Ahli Muda 0,002 untuk setiap output SKPP, ST
ahli dan/atau tenaga pemeriksa yang bekerja untuk dan atas nama BPK (kuesioner, FGD) setiap penugasan
terkait
penggunaan
tenaga ahli
dan/atau tenaga
pemeriksa yang
bekerja untuk dan
atas nama BPK
h. menyusun konsep Laporan Evaluasi Penggunaan Tenaga Ahli dan/atau Konsep Laporan Ahli Muda 0,101 untuk setiap output SKPP, ST
Tenaga Pemeriksa yang Bekerja Untuk dan Atas Nama BPK Evaluasi setiap penugasan
Penggunaan
Tenaga Ahli
dan/atau Tenaga
Pemeriksa yang
Bekerja Untuk
dan Atas Nama
BPK

SEKRETARIS JENDERAL BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


Salinan sesuai dengan aslinya REPUBLIK INDONESIA,
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Kepala Direktorat Utama Pembinaan dan Pengembangan ttd.
Hukum Pemeriksaan Keuangan Negara,
BAHTIAR ARIF

Blucer Welington Rajagukguk


Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 237
Juknis JFP Lampiran V.7

LAMPIRAN V.7 : PERATURAN SEKJEN BPK RI


NOMOR : 5 TAHUN 2021
TANGGAL : 29 MARET 2021
Lampiran V. 7 Pemberian Angka Kredit, Pelaksana Kegiatan, dan Bukti Fisik untuk Kegiatan Penelitian dan Pengembangan Pemeriksaan pada Subdirektorat Litbang Pemeriksaan Keuangan,
Subdirektorat Litbang Pemeriksaan Kinerja, dan Subdirektorat Litbang PDTT
PEMBERIAN ANGKA KREDIT, PELAKSANA KEGIATAN, DAN BUKTI FISIK UNTUK KEGIATAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
PEMERIKSAAN PADA SUBDIREKTORAT LITBANG PEMERIKSAAN KEUANGAN, SUBDIREKTORAT LITBANG PEMERIKSAAN KINERJA,
DAN SUBDIREKTORAT LITBANG PDTT

PELAKSANA PEMBERIAN ANGKA BUKTI


BUTIR KEGIATAN SATUAN HASIL
KEGIATAN KREDIT FISIK
A. Penelitian dan Pengembangan Pemeriksaan
1. Penyusunan RKT
a. menyusun RKT penelitian, pengkajian, dan pengembangan perangkat Konsep RKT Ahli Muda 0,9 untuk setiap output SKPP, ST
lunak pemeriksaan Penelitian, setiap penugasan
Pengkajian, dan
Pengembangan
Perangkat Lunak
Pemeriksaan
b. menyusun Revisi RKT penelitian, pengkajian, dan pengembangan Konsep Revisi RKT Ahli Muda 0,7 untuk setiap output SKPP, ST
perangkat lunak pemeriksaan Penelitian, setiap penugasan
Pengkajian, dan
Pengembangan
Perangkat Lunak
Pemeriksaan
2. Penyusunan Kajian Hasil Penelitian Bidang Pemeriksaan
a. merencanakan penyusunan kajian hasil penelitian bidang pemeriksaan Laporan kegiatan Ahli Muda 0,236 untuk setiap output SKPP, ST
perencanaan terkait setiap penugasan
penyusunan kajian
hasil penelitian
bidang pemeriksaan
b. melaksanakan penyusunan kajian hasil penelitian bidang pemeriksaan Konsep Kajian Hasil Ahli Muda 2,64 untuk setiap output SKPP, ST
Penelitian Bidang setiap penugasan
Pemeriksaan

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 238


Juknis JFP Lampiran V.7

PELAKSANA PEMBERIAN ANGKA BUKTI


BUTIR KEGIATAN SATUAN HASIL
KEGIATAN KREDIT FISIK
c. menyusun laporan kegiatan penyusunan kajian hasil penelitian bidang Laporan kegiatan Ahli Muda 0,502 untuk setiap output SKPP, ST
pemeriksaan keseluruhan terkait setiap penugasan
penyusunan kajian
hasil penelitian
bidang pemeriksaan
3. Pengembangan dan Pemutakhiran Perangkat Lunak Bidang Pemeriksaan
a. merencanakan pengembangan dan pemutakhiran perangkat lunak bidang Laporan kegiatan Ahli Muda 0,232 untuk setiap output SKPP, ST
pemeriksaan perencanaan setiap penugasan
pengembangan dan
pemutakhiran
perangkat lunak
bidang pemeriksaan
b. melaksanakan penyusunan perangkat lunak bidang pemeriksaan Konsep Perangkat Ahli Muda 2,696 untuk setiap output SKPP, ST
Lunak Bidang setiap penugasan
Pemeriksaan
c. menyusun laporan kegiatan pengembangan dan pemutakhiran perangkat Laporan kegiatan Ahli Muda 0,418 untuk setiap output SKPP, ST
lunak bidang pemeriksaan keseluruhan terkait setiap penugasan
pengembangan dan
pemutakhiran
perangkat lunak
bidang pemeriksaan
4. Diseminasi Perangkat Lunak
a. merencanakan diseminasi perangkat lunak Laporan kegiatan Ahli Muda 0,261 untuk setiap output SKPP, ST
perencanaan terkait setiap penugasan
diseminasi perangkat
lunak
b. melaksanakan kegiatan diseminasi perangkat lunak Materi diseminasi Ahli Muda 0,966 untuk setiap output SKPP, ST
perangkat lunak setiap penugasan
c. menyusun laporan hasil diseminasi Laporan hasil Ahli Muda 0,59 untuk setiap output SKPP, ST
diseminasi perangkat setiap penugasan
lunak

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 239


Juknis JFP Lampiran V.7

PELAKSANA PEMBERIAN ANGKA BUKTI


BUTIR KEGIATAN SATUAN HASIL
KEGIATAN KREDIT FISIK
5. Evaluasi/Pemantauan/Monitoring Penerapan Perangkat Lunak Pemeriksaan
a. merencanakan evaluasi/pemantauan/monitoring penerapan perangkat lunak Laporan kegiatan Ahli Muda 0,368 untuk setiap output SKPP, ST
pemeriksaan perencanaan terkait setiap penugasan
evaluasi/
pemantauan/
monitoring
penerapan perangkat
lunak pemeriksaan
b. melaksanakan evaluasi/pemantauan/monitoring penerapan perangkat lunak Materi/instrumen Ahli Muda 1,617 untuk setiap output SKPP, ST
pemeriksaan terkait evaluasi/ setiap penugasan
pemantauan/
monitoring
penerapan perangkat
lunak pemeriksaan
c. menyusun laporan pemantauan keterterapan perangkat lunak Pemeriksaan Laporan hasil Ahli Muda 0,611 untuk setiap output SKPP, ST
pemantauan setiap penugasan
keterterapan
perangkat lunak
pemeriksaan
6. Pelaksanaan Asistensi/Konsultasi di Bidang Pemeriksaan
melaksanakan asistensi/konsultasi bidang pemeriksaan Laporan Ahli Muda 0,665 untuk setiap output SKPP, ST
Asistensi/Konsultasi setiap penugasan
bidang pemeriksaan
7. Pengelolaan Jurnal TAKEN
mengelola artikel dalam Jurnal TAKEN Laporan pengelolaan Ahli Muda 0,22 untuk setiap output SKPP, ST
artikel dalam Jurnal setiap penugasan
TAKEN

Salinan sesuai dengan aslinya SEKRETARIS JENDERAL BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA,
Kepala Direktorat Utama Pembinaan dan Pengembangan
Hukum Pemeriksaan Keuangan Negara, ttd.

BAHTIAR ARIF
Blucer Welington Rajagukguk
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 240
Juknis JFP Lampiran V.8

LAMPIRAN V.8 : PERATURAN SEKJEN BPK RI


NOMOR : 5 TAHUN 2021
TANGGAL : 29 MARET 2021

Lampiran V. 8 Pemberian Angka Kredit, Pelaksana Kegiatan, dan Bukti Fisik untuk Kegiatan Penguatan Aspek Hukum dalam Pemeriksaan pada Ditama Binbangkum PKN
PEMBERIAN ANGKA KREDIT, PELAKSANA KEGIATAN, DAN BUKTI FISIK UNTUK KEGIATAN PENGUATAN ASPEK HUKUM
DALAM PEMERIKSAAN PADA DITAMA BINBANGKUM PKN

PELAKSANA PEMBERIAN ANGKA BUKTI


BUTIR KEGIATAN SATUAN HASIL
KEGIATAN KREDIT FISIK
A. Penguatan Aspek Hukum dalam Pemeriksaan
1. Penyusunan RKT
a. menyusun RKT penguatan aspek hukum dalam pemeriksaan Konsep RKT Ahli Muda 0,9 untuk setiap output SKPP, ST
Penguatan Aspek setiap penugasan
Hukum dalam
Pemeriksaan
b. menyusun Revisi RKT penguatan aspek hukum dalam pemeriksaan Konsep Revisi Ahli Muda 0,7 untuk setiap output SKPP, ST
RKT Penguatan setiap penugasan
Aspek Hukum
dalam
Pemeriksaan
2. Perencanaan Penguatan Aspek Hukum Pemeriksaan
a. menyusun Program Penguatan Aspek Hukum Pemeriksaan Program Ahli Muda 0,971 untuk setiap output SKPP, ST
Penguatan Aspek setiap penugasan
Hukum
Pemeriksaan
b. menyusun PKP Penguatan Aspek Hukum Pemeriksaan PKP Penguatan Ahli Muda 0,394 untuk setiap output SKPP, ST
Aspek Hukum setiap penugasan
Pemeriksaan
c. menyusun legal knowledge management system dalam rangka penguatan Laporan Legal Ahli Muda 1,486 untuk setiap output SKPP, ST
aspek hukum pemeriksaan Knowledge setiap penugasan
Management
System

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 241


Juknis JFP Lampiran V.8

PELAKSANA PEMBERIAN ANGKA BUKTI


BUTIR KEGIATAN SATUAN HASIL
KEGIATAN KREDIT FISIK
3. Pelaksanaan Penguatan Aspek Hukum Pemeriksaan
a. melaksanakan Legal Risk Assesment atas Pemeriksaan BPK Laporan Ahli Muda 1,213 untuk setiap output SKPP, ST
Assesment atas setiap penugasan
Risiko Hukum
b. menyusun simpulan awal Pengelolaan Informasi Awal Penyusunan Simpulan Awal Ahli Muda 1,594 untuk setiap output SKPP, ST
Pendapat Hukum dalam rangka Penguatan Aspek Hukum Pemeriksaan setiap penugasan
c. menyusun Pendapat Hukum dalam Kegiatan Konsultasi Hukum Pendapat Hukum Ahli Muda 6,062 untuk setiap output SKPP, ST
Pemeriksaan dalam Kegiatan setiap penugasan
Konsultasi Hukum
Pemeriksaan
d. melaksanakan Pemeriksaan dalam rangka Penilaian/Penetapan Kasus Pertimbangan Ahli Muda 0,02 untuk setiap jam SKPP, ST
Kerugian Negara/Daerah Hukum atas setiap hari
Penilaian/ penugasan setiap
Penetapan Kasus Pemeriksa
Kerugian Negara/
Daerah
e. melaksanakan Pemberian Pertimbangan Hukum di Bidang Kepaniteraan Pertimbangan Ahli Muda 3,651 untuk setiap output SKPP, ST
Kerugian Negara/Daerah Hukum di Bidang setiap penugasan
Kepaniteraan
Kerugian
Negara/Daerah
f. melaksanakan Pemeriksaan dalam rangka Pemberian Rekomendasi Pertimbangan Ahli Muda 0,02 untuk setiap jam SKPP, ST
Penghapusan Kerugian Negara/Daerah Hukum atas setiap hari
Rekomendasi penugasan setiap
Penghapusan Pemeriksa
Kerugian
Negara/Daerah
g. menyusun Kertas Kerja Kertas Kerja Ahli Muda 0,506 untuk setiap output SKPP, ST
setiap penugasan
4. Pelaporan Penguatan Aspek Hukum Pemeriksaan
a. menyusun Laporan Hasil Konsultasi Hukum/Pendapat Hukum Laporan Hasil Ahli Muda 2,27 untuk setiap output SKPP, ST
Konsultasi setiap penugasan
Hukum/Pendapat
Hukum

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 242


Juknis JFP Lampiran V.8

PELAKSANA PEMBERIAN ANGKA BUKTI


BUTIR KEGIATAN SATUAN HASIL
KEGIATAN KREDIT FISIK
b. menyusun Surat Penyampaian Pendapat Hukum Konsep Surat Ahli Muda 0,287 untuk setiap output SKPP, ST
Penyampaian setiap penugasan
Pendapat Hukum
c. melaksanakan pemutakhiran Database Pendapat Hukum Database Ahli Muda 1,148 untuk setiap output SKPP, ST
Pendapat Hukum setiap penugasan
d. menyusun Kompilasi Pendapat Hukum/Kompilasi Informasi Hukum Kompilasi Ahli Muda 1,635 untuk setiap output SKPP, ST
Pemeriksaan Pendapat Hukum/ setiap penugasan
Kompilasi
Informasi Hukum
Pemeriksaan
e. menyusun Laporan Pemeriksaan dalam rangka Penilaian/Penetapan Kasus Laporan Ahli Muda 0,882 untuk setiap output SKPP, ST
Kerugian Negara/Daerah Pemeriksaan setiap penugasan
dalam rangka
Penilaian/
Penetapan Kasus
Kerugian Negara/
Daerah
f. menyusun Laporan Penilaian/Penetapan Kasus Kerugian Negara/Daerah Laporan Penilaian/ Ahli Muda 0,882 untuk setiap output SKPP, ST
Penetapan Kasus setiap penugasan
Kerugian Negara/
Daerah
g. menyusun Laporan Pemeriksaan dalam rangka Pemberian Rekomendasi Laporan Ahli Muda 0,882 untuk setiap output SKPP, ST
Penghapusan Kerugian Negara/Daerah Pemeriksaan setiap penugasan
dalam rangka
Pemberian
Rekomendasi
Penghapusan
Kerugian
Negara/Daerah
h. menyusun Laporan Pemberian Pertimbangan Hukum terkait Penyelesaian Pertimbangan Ahli Muda 1,201 untuk setiap output SKPP, ST
Kasus Kerugian Negara/Daerah Hukum terkait setiap penugasan
Penyelesaian
Kasus Kerugian
Negara/Daerah

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 243


Juknis JFP Lampiran V.8

PELAKSANA PEMBERIAN ANGKA BUKTI


BUTIR KEGIATAN SATUAN HASIL
KEGIATAN KREDIT FISIK
i. menyusun Laporan Pemberian Pertimbangan Hukum terkait Pemberian Pertimbangan Ahli Muda 1,201 untuk setiap output SKPP, ST
Rekomendasi Penghapusan Kerugian Negara/Daerah Hukum terkait setiap penugasan
Pemberian
Rekomendasi
Penghapusan
Kerugian
Negara/Daerah
5. Pemantauan Tindak Lanjut Penguatan Aspek Hukum Pemeriksaan
a. melaksanakan pemantauan dan evaluasi pemanfaatan pemberian Pendapat Laporan Ahli Muda 1,374 untuk setiap output SKPP, ST
Hukum Pemantauan dan setiap penugasan
Evaluasi
Pemanfaatan
Pemberian
Pendapat Hukum
b. melaksanakan pemantauan tindak lanjut atas Hasil Sidang Majelis Tuntutan Laporan Ahli Muda 3,749 untuk setiap output SKPP, ST
Perbendaharaan (MTP) Pemantauan setiap penugasan
Tindak Lanjut atas
Hasil Sidang MTP
c. melaksanakan pemantauan tindak lanjut atas Pemberian Rekomendasi Laporan Ahli Muda 0,931 untuk setiap output SKPP, ST
Penghapusan Kerugian Negara/Daerah Pemantauan setiap penugasan
Tindak Lanjut atas
Pemberian
Rekomendasi
Penghapusan
Kerugian
Negara/Daerah
6. Bantuan Hukum dalam rangka Penguatan Aspek Hukum Pemeriksaan
a. melaksanakan penerimaan permintaan bantuan hukum Laporan/Kajian Ahli Muda 1,235 untuk setiap output SKPP, ST
Penerimaan setiap penugasan
Permintaan
Bantuan Hukum
b. melaksanakan pendampingan atas pemberian Keterangan Ahli/Saksi Laporan Ahli Muda 7,543 untuk setiap output SKPP, ST
Pendampingan setiap penugasan
atas Pemberian
Keterangan
Ahli/Saksi

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 244


Juknis JFP Lampiran V.8

PELAKSANA PEMBERIAN ANGKA BUKTI


BUTIR KEGIATAN SATUAN HASIL
KEGIATAN KREDIT FISIK
c. melaksanakan Penanganan Perkara Gugatan Perdata dan Tata Usaha Negara Laporan/Kajian Ahli Muda 10,727 untuk setiap output SKPP, ST
Penanganan setiap penugasan
Perkara Gugatan
Perdata dan Tata
Usaha Negara
d. menyusun laporan kronologi persidangan atau notulen pendampingan Laporan Kegiatan Ahli Muda 2,018 untuk setiap output SKPP, ST
hukum atas Pemberian Keterangan Ahli/Saksi Bantuan Hukum setiap penugasan
e. menyusun kompilasi pemberian bantuan hukum Kompilasi Ahli Muda 4,124 untuk setiap output SKPP, ST
Pemberian setiap penugasan
Bantuan Hukum

SEKRETARIS JENDERAL BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

BAHTIAR ARIF

Salinan sesuai dengan aslinya


BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Kepala Direktorat Utama Pembinaan dan Pengembangan
Hukum Pemeriksaan Keuangan Negara,

Blucer Welington Rajagukguk

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 245


Juknis JFP Lampiran V.9

LAMPIRAN V.9 : PERATURAN SEKJEN BPK RI


NOMOR : 5 TAHUN 2021
TANGGAL : 29 MARET 2021
Lampiran V. 9 Pemberian Angka Kredit, Pelaksana Kegiatan, dan Bukti Fisik untuk Kegiatan Pemeriksaan dan Review TI pada Subbagian Dukungan Pemeriksaan

PEMBERIAN ANGKA KREDIT, PELAKSANA KEGIATAN, DAN BUKTI FISIK UNTUK KEGIATAN PEMERIKSAAN DAN REVIEW TI
PADA SUBBAGIAN DUKUNGAN PEMERIKSAAN

PELAKSANA PEMBERIAN ANGKA BUKTI


BUTIR KEGIATAN SATUAN HASIL
KEGIATAN KREDIT FISIK
Pemeriksaan dan Review TI
1. mengumpulkan data dan informasi aset TI terkait objek pemeriksaan Laporan Ahli Muda 0,182 untuk setiap output SKPP, ST
Pengumpulan Data setiap penugasan
TI
2. melakukan penilaian risiko untuk menentukan ruang lingkup pemeriksaan TI Laporan Penilaian Ahli Muda 0,129 untuk setiap output SKPP, ST
Risiko setiap penugasan
3. menyusun kriteria pemeriksaan TI Laporan Pemetaan Ahli Muda 0,242 untuk setiap output SKPP, ST
Kriteria yang setiap penugasan
relevan dengan
pemeriksaan TI
4. menyusun ruang lingkup (scoping) pemeriksaan TI Laporan Penentuan Ahli Muda 0,236 untuk setiap output SKPP, ST
Ruang Lingkup setiap penugasan
yang relevan
dengan
pemeriksaan TI
5. menyusun metodologi pengumpulan data TI Laporan Ahli Muda 0,478 untuk setiap output SKPP, ST
Pengembangan setiap penugasan
Metodologi
Pemeriksaan TI
6. merencanakan pengolahan dan analisis data TI Rencana Ahli Muda 0,159 untuk setiap output SKPP, ST
pengolahan data TI setiap penugasan

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 246


Juknis JFP Lampiran V.9

PELAKSANA PEMBERIAN ANGKA BUKTI


BUTIR KEGIATAN SATUAN HASIL
KEGIATAN KREDIT FISIK
7. melaksanakan pengolahan dan analisis data TI, serta menyusun simpulannya Laporan Simpulan Ahli Muda 0,644 untuk setiap output SKPP, ST
Hasil Analisis Data setiap penugasan
TI

SEKRETARIS JENDERAL BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

BAHTIAR ARIF

Salinan sesuai dengan aslinya


BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Kepala Direktorat Utama Pembinaan dan Pengembangan
Hukum Pemeriksaan Keuangan Negara,

Blucer Welington Rajagukguk

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 247


Juknis JFP Lampiran V.10

LAMPIRAN V.10 : PERATURAN SEKJEN BPK RI


NOMOR : 5 TAHUN 2021
TANGGAL : 29 MARET 2021
Lampiran V. 10 Pemberian Angka Kredit, Pelaksana Kegiatan, dan Bukti Fisik untuk Kegiatan Pengawasan/Penjaminan Mutu Seluruh Pelaksanaan Pemeriksaan pada Inspektorat Utama

PEMBERIAN ANGKA KREDIT, PELAKSANA KEGIATAN, DAN BUKTI FISIK UNTUK KEGIATAN PENGAWASAN/PENJAMINAN MUTU
SELURUH PELAKSANAAN PEMERIKSAAN PADA INSPEKTORAT UTAMA

PELAKSANA PEMBERIAN ANGKA BUKTI


BUTIR KEGIATAN SATUAN HASIL
KEGIATAN KREDIT FISIK
Pengawasan/Penjaminan Mutu Seluruh Pelaksanaan Pemeriksaan
1. Penyusunan RKT
a. menyusun RKT Pengawasan/Penjaminan Mutu Seluruh Pelaksanaan Konsep RKT Ahli Muda 0,9 untuk setiap output SKPP, ST
Pemeriksaan Pengawasan/ setiap penugasan
Penjaminan Mutu
Seluruh Pelaksanaan
Pemeriksaan
b. menyusun Revisi RKT Pengawasan/Penjaminan Mutu Seluruh Konsep Revisi RKT Ahli Muda 0,7 untuk setiap output SKPP, ST
Pelaksanaan Pemeriksaan Pengawasan/ setiap penugasan
Penjaminan Mutu
Seluruh Pelaksanaan
Pemeriksaan
2. Review atas Kinerja Pemeriksaan, Pemeriksaan Internal, dan Pemberkasan
a. melaksanakan penerimaan informasi awal Laporan penerimaan Ahli Muda 0,289 untuk setiap output SKPP, ST
informasi awal setiap penugasan
b. melaksanakan penelaahan informasi awal Laporan Penelaahan Ahli Muda 0,581 untuk setiap output SKPP, ST
Informasi Awal setiap penugasan
c. melakukan Review Pendahuluan (jika diperlukan) Laporan Perencanaan Ahli Muda 0,02 untuk setiap jam SKPP, ST
Review setiap hari
penugasan setiap
Pemeriksa
d. menyusun Simpulan atas Hasil Analisis dan Penelaahan Informasi Awal Simpulan atas Hasil Ahli Muda 0,319 untuk setiap output SKPP, ST
Analisis dan setiap penugasan
Penelaahan Informasi
Awal

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 248


Juknis JFP Lampiran V.10

PELAKSANA PEMBERIAN ANGKA BUKTI


BUTIR KEGIATAN SATUAN HASIL
KEGIATAN KREDIT FISIK
e. menyusun usulan Tim Review, Pemeriksaan Internal, dan Pemberkasan Usulan Tim Review, Ahli Muda 0,083 untuk setiap output SKPP, ST
Pemeriksaan Internal, setiap penugasan
dan Pemberkasan
f. menyusun Program Review, Pemeriksaan Internal, dan Pemberkasan Program Review, Ahli Muda 0,322 untuk setiap output SKPP, ST
Pemeriksaan Internal, setiap penugasan
dan Pemberkasan
g. menyusun PKP atas Review, Pemeriksaan Internal, dan Pemberkasan PKP atas Review, Ahli Muda 0,081 untuk setiap output SKPP, ST
Pemeriksaan Internal, setiap penugasan
dan Pemberkasan
h. melaksanakan Review, Pemeriksaan Internal, dan Pemberkasan Review, Pemeriksaan Ahli Muda 0,02 untuk setiap jam SKPP, ST
Internal, dan setiap hari
Pemberkasan penugasan setiap
dilaksanakan sesuai Pemeriksa
program
i. menyusun Kertas Kerja atas Review, Pemeriksaan Internal, dan Kertas Kerja atas Ahli Muda 0,268 untuk setiap output SKPP, ST
Pemberkasan Review, Pemeriksaan setiap penugasan
Internal, dan
Pemberkasan
j. menyusun konsep Laporan Hasil Review, Pemeriksaan Internal, dan Laporan Hasil Ahli Muda 1,445 untuk setiap output SKPP, ST
Pemberkasan Review, Pemeriksaan setiap penugasan
Internal, dan
Pemberkasan
k. melaksanakan evaluasi atas Review, Pemeriksaan Internal, dan Laporan Evaluasi atas Ahli Muda 0,048 untuk setiap output SKPP, ST
Pemberkasan Review, Pemeriksaan setiap penugasan
Internal, dan
Pemberkasan
l. melaksanakan Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Review, Pemeriksaan Laporan Pemantauan Ahli Muda 0,968 untuk setiap output SKPP, ST
Internal, dan Pemberkasan Tindak Lanjut Hasil setiap penugasan
Review, Pemeriksaan
Internal, dan
Pemberkasan

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 249


Juknis JFP Lampiran V.10

PELAKSANA PEMBERIAN ANGKA BUKTI


BUTIR KEGIATAN SATUAN HASIL
KEGIATAN KREDIT FISIK
3. Pemberian Konsultasi atas Kinerja Pemeriksaan
a. melaksanakan konsultasi melalui nota dinas atau surel (e-mail) Laporan Konsultasi Ahli Muda 0,543 untuk setiap output SKPP, ST
Melalui Nota Dinas setiap penugasan
atau Surel (E-mail)
b. melaksanakan konsultasi secara tatap muka (seperti sosialisasi, bimbingan Laporan Konsultasi Ahli Muda 1,174 untuk setiap output SKPP, ST
teknis, dan review ex-ante) Secara Tatap Muka setiap penugasan
c. melaksanakan konsultasi melalui portal Inspektorat Utama (Itama) Laporan Konsultasi Ahli Muda 0,708 untuk setiap output SKPP, ST
Melalui Portal Itama setiap penugasan
d. menyusun Laporan Evaluasi Hasil Konsultasi Laporan Evaluasi Ahli Muda 0,267 untuk setiap output SKPP, ST
Hasil Konsultasi setiap penugasan
4. Pemeriksaan atas Kualitas LHP dalam rangka Pemberian Penghargaan
a. mempersiapkan pemeriksaan atas kualitas LHP dalam rangka pemberian Laporan persiapan Ahli Muda 1,838 untuk setiap output SKPP, ST
penghargaan pemeriksaan dalam setiap penugasan
rangka pemberian
penghargaan
b. melaksanakan pemeriksaan atas kualitas LHP dalam rangka pemberian Laporan hasil Ahli Muda 2,132 untuk setiap output SKPP, ST
penghargaan pemeriksaan dalam setiap penugasan
rangka pemberian
penghargaan
c. melaksanakan Focus Group Discussion (FGD) dalam rangka pemberian Laporan hasil FGD Ahli Muda 0,585 untuk setiap output SKPP, ST
penghargaan LHP terbaik dalam rangka setiap penugasan
pemberian
penghargaan LHP
terbaik
5. Penguatan Integritas
a. Melaksanakan penyiapan dan pengelolaan sarana dan prasarana Zona Laporan penyiapan Ahli Muda 0,16 untuk setiap output SKPP, ST
Integritas dan pengelolaan setiap penugasan
sarana dan prasarana
Zona Integritas
b. Melaksanakan pembangunan Zona Integritras Laporan kegiatan Ahli Muda 0,352 untuk setiap output SKPP, ST
pembangunan Zona setiap penugasan
Integritras

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 250


Juknis JFP Lampiran V.10

PELAKSANA PEMBERIAN ANGKA BUKTI


BUTIR KEGIATAN SATUAN HASIL
KEGIATAN KREDIT FISIK
c, Melaksanakan penggerak Zona Integritas Laporan kegiatan Ahli Muda 0,48 untuk setiap output SKPP, ST
penggerak Zona setiap penugasan
Integritas
d. Melaksanakan penilaian internal Zona Integritas Laporan penilaian Ahli Muda 0,56 untuk setiap output SKPP, ST
internal Zona setiap penugasan
Integritas
e. Melaksanakan bimbingan teknis Zona Integritas Laporan kegiatan Ahli Muda 0,576 untuk setiap output SKPP, ST
bimbingan teknis setiap penugasan
Zona Integritas
f. Melaksanakan pendampingan Tim Penilai Nasional Zona Integritas Laporan hasil Ahli Muda 0,564 untuk setiap output SKPP, ST
pendampingan Tim setiap penugasan
Penilai Nasional
g. Melaksanakan penanganan Whistle Blowing System Laporan penanganan Ahli Muda 0,656 untuk setiap output SKPP, ST
Whistle Blowing setiap penugasan
System
h. Melaksanakan Program Pengendalian Gratifikasi Laporan hasil analisis Ahli Muda 0,432 untuk setiap output SKPP, ST
pengendalian setiap penugasan
gratifikasi
i. Melaksanakan sosialisasi Kode Etik Laporan sosialisasi Ahli Muda 1,956 untuk setiap output SKPP, ST
Kode Etik setiap penugasan
j. Melaksanakan klarifikasi penerimaan penghargaan Laporan hasil Ahli Muda 1,408 untuk setiap output SKPP, ST
klarifikasi setiap penugasan
penerimaan
penghargaan
k. Melaksanakan konsultasi penegakan integritas Laporan kegiatan Ahli Muda 0,48 untuk setiap output SKPP, ST
konsultasi penegakan setiap penugasan
integritas
l. Melaksanakan konsultasi penegakan integritas melalui portal Itama Laporan konsultasi Ahli Muda 0,192 untuk setiap output SKPP, ST
melalui portal Itama setiap penugasan
m. Melaksanakan penilaian risk assesment terhadap kecurangan dan penilaian Laporan penilaian Ahli Muda 1,072 untuk setiap output SKPP, ST
budaya sesuai nilai Independensi, Integritas, dan Profesionalisme risk assesment setiap penugasan
terhadap kecurangan
dan penilaian budaya

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 251


Juknis JFP Lampiran V.10

PELAKSANA PEMBERIAN ANGKA BUKTI


BUTIR KEGIATAN SATUAN HASIL
KEGIATAN KREDIT FISIK
n. Menyusun Laporan Evaluasi atas Penegakan Integritas Laporan Evaluasi atas Ahli Muda 0,8 untuk setiap output SKPP, ST
Penegakan Integritas setiap penugasan

SEKRETARIS JENDERAL BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

BAHTIAR ARIF

Salinan sesuai dengan aslinya


BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Kepala Direktorat Utama Pembinaan dan Pengembangan
Hukum Pemeriksaan Keuangan Negara,

Blucer Welington Rajagukguk

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 252


Juknis JFP Lampiran V.11

LAMPIRAN V.11 : PERATURAN SEKJEN BPK RI


NOMOR : 5 TAHUN 2021
TANGGAL : 29 MARET 2021

Lampiran V. 11
Contoh Organisasi Profesi dan Sertifikasi yang Berkaitan dengan Bidang Pemeriksaan
Organisasi Profesi Sertifikasi
Organisasi Internasional
The Institute of Internal Auditors (IIA) Certified Internal Auditor (CIA)
Certification in Control Self-Assessment (CCSA)
Certified Government Auditing Professional (CGAP)
Certified Financial Services Auditor (CFSA)
Information Systems Audit and Control Certified Information Systems Auditor (CISA)
Association (ISACA) Certified Information Security Manager (CISM)
Certified in the Governance of Enterprise IT
(CGEIT)
Certified in Risk and Information Systems Control
(CRISC)
Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) Certified Fraud Examiners (CFE)
The Institute of Risk Management (IRM) Certificate in Risk Management (CIRM)
Certified Practising Accountant Australia (CPA Certified Public Accountant (CPA)
Australia)
Association of Chartered Certified Accountants Chartered Certified Accountant (CCA)
(ACCA) Certified Accounting Technician (CAT)
International Federation of Accountants (IFA)
Association of International Accountants (AIA)
Certified General Accountants Association of Certified General Accountants (CGA)
Canada
 Certified Management Accountants Canada Certified Management Accountants (CMA)
 Chartered Institute of Management
Accountants (CIMA)
 The Institute for Certified Management
Accountants (ICMA)
Chartered Financial Analyst Institute Chartered Financial Analyst (CFA)
Society of Petroleum Engineers Petroleum Engineering Certification

Organisasi Nasional
Institut Akuntan Publik Indonesia Certified Public Accountant (CPA)
Certified PSAK
Sertifikasi Akuntansi Syariah (SAS)
Ikatan Konsultan Pajak Indonesia Bersertifikat Konsultan Pajak (BKP)
Masyarakat Profesi Penilai Indonesia Masyarakat Profesi Penilai Indonesia [MAPPI
(Cert)]

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 253


Juknis JFP Lampiran V.11

Organisasi Profesi Sertifikasi


Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) Akuntan
Chartered Accountant (CA)
Institut Akuntan Manajemen Indonesia (IAMI) Certified Professional Management Accountants
(CPMA)
Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Insinyur Profesional (IP)
Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia Petroleum Engineering Certification
(IATMI)

SEKRETARIS JENDERAL BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

BAHTIAR ARIF

Salinan sesuai dengan aslinya


BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Kepala Direktorat Utama Pembinaan dan Pengembangan
Hukum Pemeriksaan Keuangan Negara,

Blucer Welington Rajagukguk

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 254


Juknis JFP Lampiran V.12

LAMPIRAN V.12 : PERATURAN SEKJEN BPK RI


NOMOR : 5 TAHUN 2021
TANGGAL : 29 MARET 2021
Lampiran V. 12 Pemberian Angka Kredit, Pelaksana Kegiatan, dan Bukti Fisik untuk Kegiatan Pengembangan Profesi Pemeriksa

PEMBERIAN ANGKA KREDIT, PELAKSANA KEGIATAN, DAN BUKTI FISIK UNTUK KEGIATAN PENGEMBANGAN PROFESI PEMERIKSA

SATUAN PELAKSANA PEMBERIAN ANGKA


BUTIR KEGIATAN BUKTI FISIK
HASIL KEGIATAN KREDIT
Pengembangan Profesi Pemeriksa
1. Pembuatan Karya Tulis/Karya Ilmiah di Bidang Pemeriksaan
a. Membuat Karya Tulis/Karya Ilmiah hasil penelitian, pengkajian, survey, dan evaluasi di bidang pemeriksaan yang dipublikasikan, dalam bentuk:
1) buku yang diterbitkan dan diedarkan secara internasional Buku Semua jenjang 15 untuk setiap Keputusan
output Ketua Tim
Penilai Karya
Tulis Ilmiah
2) jurnal yang diedarkan secara internasional Naskah Semua jenjang 15 untuk setiap Keputusan
output Ketua Tim
Penilai Karya
Tulis Ilmiah
3) buku yang diterbitkan dan diedarkan secara nasional Buku Semua jenjang 12,5 untuk setiap Keputusan
output Ketua Tim
Penilai Karya
Tulis Ilmiah
4) majalah yang diakui oleh instansi pembina (BPK) Naskah Semua jenjang 6 untuk setiap Keputusan
output Ketua Tim
Penilai Karya
Tulis Ilmiah
b. Membuat Karya Tulis/Karya Ilmiah hasil penelitian, pengkajian, survey, dan evaluasi di bidang spesialisasi pemeriksaan yang tidak dipublikasikan, tetapi
didokumentasikan di perpustakaan, dalam bentuk:
1) buku Buku Semua jenjang 8 untuk setiap Keputusan
output Ketua Tim
Penilai Karya
Tulis Ilmiah

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 255


Juknis JFP Lampiran V.12

SATUAN PELAKSANA PEMBERIAN ANGKA


BUTIR KEGIATAN BUKTI FISIK
HASIL KEGIATAN KREDIT
2) naskah Naskah Semua jenjang 4 untuk setiap Keputusan
output Ketua Tim
Penilai Karya
Tulis Ilmiah
c. Membuat Karya Tulis/Karya lmiah berupa tinjauan atau ulasan ilmiah dengan gagasan sendiri di bidang pemeriksaan yang dipublikasikan, dalam bentuk:
1) buku yang diterbitkan dan diedarkan secara nasional Buku Semua jenjang 8 untuk setiap Keputusan
output Ketua Tim
Penilai Karya
Tulis Ilmiah
2) majalah yang diakui oleh instansi pembina (BPK) Naskah Semua jenjang 4 untuk setiap Keputusan
output Ketua Tim
Penilai Karya
Tulis Ilmiah
d. Membuat Karya Tulis/Karya Ilmiah berupa tinjauan atau ulasan ilmiah dengan gagasan sendiri di bidang pemeriksaan yang tidak dipublikasikan, dalam bentuk:
1) buku Buku Semua jenjang 7 untuk setiap Keputusan
output Ketua Tim
Penilai Karya
Tulis Ilmiah
2) naskah Naskah Semua jenjang 3,5 untuk setiap Keputusan
output Ketua Tim
Penilai Karya
Tulis Ilmiah
e. Membuat tulisan ilmiah populer di bidang pemeriksaan yang disebarluaskan Naskah Semua jenjang 2 untuk setiap Keputusan
melalui media massa output Ketua Tim
Penilai Karya
Tulis Ilmiah
f. Membuat Karya Tulis/Karya Ilmiah berupa prasaran berupa tinjauan, gagasan Naskah Semua jenjang 3,5 untuk setiap Keputusan
dan/atau ulasan ilmiah di bidang pemeriksaan pada pertemuan ilmiah output Ketua Tim
Penilai Karya
Tulis Ilmiah
2. Penerjemahan/Penyaduran Buku dan Bahan-bahan Lainnya di Bidang Pemeriksaan
a. Menerjemahkan/menyadur di bidang pemeriksaan yang dipublikasikan, dalam bentuk:
1) buku yang diterbitkan dan diedarkan secara nasional Buku Semua jenjang 7 untuk setiap Keputusan
output Ketua Tim
Penilai Karya
Tulis Ilmiah

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 256


Juknis JFP Lampiran V.12

SATUAN PELAKSANA PEMBERIAN ANGKA


BUTIR KEGIATAN BUKTI FISIK
HASIL KEGIATAN KREDIT
2) majalah yang diakui oleh instansi pembina (BPK) Naskah Semua jenjang 3,5 untuk setiap Keputusan
output Ketua Tim
Penilai Karya
Tulis Ilmiah
b. Menerjemahkan/menyadur di bidang pemeriksaan yang tidak dipublikasikan, dalam bentuk:
1) buku Buku Semua jenjang 3 untuk setiap Keputusan
output Ketua Tim
Penilai Karya
Tulis Ilmiah
2) naskah Naskah Semua jenjang 1,5 untuk setiap Keputusan
output Ketua Tim
Penilai Karya
Tulis Ilmiah
3. Penyusunan Pedoman/Ketentuan Pelaksanaan/Ketentuan Teknis di Bidang Pemeriksaan
a. Menyiapkan bahan penyusunan konsep pedoman dan/atau sistem yang Laporan kegiatan Semua jenjang 0,2 untuk setiap ST/SP2P,
berkaitan dengan tugas pemeriksaan atau kelembagaan output setiap Laporan
penugasan kegiatan yang
disahkan
b. Menyiapkan bahan penyempurnaan pedoman dan/atau sistem yang berkaitan Laporan kegiatan Semua jenjang 0,2 untuk setiap ST/SP2P,
dengan tugas pemeriksaan atau kelembagaan output setiap Laporan
penugasan kegiatan yang
disahkan
c. Menyiapkan bahan penyusunan konsep petunjuk pelaksanaan (juklak) Laporan kegiatan Semua jenjang 0,2 untuk setiap ST/SP2P,
dan/atau juknis pemeriksaan atau kelembagaan output setiap Laporan
penugasan kegiatan yang
disahkan
d. Menyiapkan bahan penyempurnaan juklak dan/atau juknis pemeriksaan atau Laporan kegiatan Semua jenjang 0,15 untuk setiap ST/SP2P,
kelembagaan output setiap Laporan
penugasan kegiatan yang
disahkan
4. Bimbingan bagi Pemeriksa di Bawah Jenjang Jabatannya/Tutorial Profesi
a. Merencanakan bimbingan Laporan Semua jenjang 0,02 untuk setiap ST, SP2P,
bimbingan output setiap Laporan
penugasan bimbingan yang
disahkan

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 257


Juknis JFP Lampiran V.12

SATUAN PELAKSANA PEMBERIAN ANGKA


BUTIR KEGIATAN BUKTI FISIK
HASIL KEGIATAN KREDIT
b. Melaksanakan bimbingan, per 2 jam Laporan Semua jenjang 0,035 untuk setiap ST, SP2P,
bimbingan output setiap Laporan
penugasan bimbingan yang
setiap 2 jam disahkan
c. Mengevaluasi dan memperoleh hasil bimbingan Laporan Semua jenjang 0,05 untuk setiap ST, SP2P,
bimbingan output setiap Laporan
penugasan bimbingan yang
disahkan
5. Kegiatan Pengembangan Kompetensi di Bidang Pemeriksaan
a. Mengikuti program magang/job attachment di lembaga pemeriksaan setingkat BPK di negara lain
1) s.d. 3 bulan:
a) s.d. 1 bulan Laporan magang, Semua jenjang 2 untuk setiap Laporan
Instruksi dinas output setiap magang yang
penugasan disahkan,
Instruksi dinas
b) 1-2 bulan Laporan magang, Semua jenjang 4 untuk setiap Laporan
Instruksi dinas output setiap magang yang
penugasan disahkan,
Instruksi dinas
c) 2-3 bulan Laporan magang, Semua jenjang 6 untuk setiap Laporan
Instruksi dinas output setiap magang yang
penugasan disahkan,
Instruksi dinas
2) 3-6 bulan:
a) 3-4 bulan Laporan magang, Semua jenjang 7 untuk setiap Laporan
Instruksi dinas output setiap magang yang
penugasan disahkan,
Instruksi dinas
b) 4-5 bulan Laporan magang, Semua jenjang 8 untuk setiap Laporan
Instruksi dinas output setiap magang yang
penugasan disahkan,
Instruksi dinas
c) 5-6 bulan Laporan magang, Semua jenjang 9 untuk setiap Laporan
Instruksi dinas output setiap magang yang
penugasan disahkan,
Instruksi dinas

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 258


Juknis JFP Lampiran V.12

SATUAN PELAKSANA PEMBERIAN ANGKA


BUTIR KEGIATAN BUKTI FISIK
HASIL KEGIATAN KREDIT
3) > 6 bulan Laporan magang, Semua jenjang 15 untuk setiap Laporan
Instruksi dinas output setiap magang yang
penugasan disahkan,
Instruksi dinas
b. Berpartisipasi sebagai narasumber dalam pelatihan internal (in house Surat penunjukan, Semua jenjang 0,5 untuk setiap Surat
training), pemaparan (expose) perangkat lunak pemeriksaan, dan knowledge Materi output setiap penunjukan,
transfer forum penugasan Materi
c. Berpartisipasi sebagai peserta dalam pelatihan internal (in house training), Ikhtisar materi Semua jenjang 0,1 untuk setiap Daftar hadir,
pemaparan (expose) perangkat lunak pemeriksaan, dan knowledge transfer output setiap Ikhtisar materi
forum penugasan
d. Mengikuti seminar/lokakarya di bidang pemeriksaan, sebagai:
1) Peserta Sertifikat, Tanda Semua jenjang 0,3 untuk setiap Sertifikat,
peserta output setiap Tanda peserta
penugasan
2) Moderator Surat penunjukan Semua jenjang 0,35 untuk setiap Surat
output setiap penunjukan
penugasan
3) Pembicara/Narasumber Surat penunjukan Semua jenjang 1 untuk setiap Surat
output setiap penunjukan,
penugasan Materi
e. Melaksanakan studi banding di bidang pemeriksaan Laporan studi Semua jenjang 1 untuk setiap ST/SP2P,
banding output setiap Laporan studi
penugasan banding yang
disahkan
f. Memperoleh sertifikat profesi yang berkaitan dengan bidang pemeriksaan, yang berasal dari:
1) Luar negeri Sertifikat Semua jenjang 3,5 untuk setiap Sertifikat
output
2) Dalam negeri Sertifikat Semua jenjang 2 untuk setiap Sertifikat
output
Salinan sesuai dengan aslinya SEKRETARIS JENDERAL BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA,
Kepala Direktorat Utama Pembinaan dan Pengembangan
Hukum Pemeriksaan Keuangan Negara, ttd.

BAHTIAR ARIF

Direktorat Litbang Blucer Welington Rajagukguk Badan Pemeriksa Keuangan 259


Juknis JFP Lampiran V.13

LAMPIRAN V.13 : PERATURAN SEKJEN BPK RI


NOMOR : 5 TAHUN 2021
TANGGAL : 29 MARET 2021

Lampiran V. 13 Pemberian Angka Kredit, Pelaksana Kegiatan, dan Bukti Fisik untuk Kegiatan Penunjang Tugas Pemeriksaan
PEMBERIAN ANGKA KREDIT, PELAKSANA KEGIATAN, DAN BUKTI FISIK UNTUK KEGIATAN PENUNJANG TUGAS PEMERIKSAAN

SATUAN PELAKSANA PEMBERIAN ANGKA


BUTIR KEGIATAN BUKTI FISIK
HASIL KEGIATAN KREDIT
Penunjang Pemeriksaan
1. Pengajar/Instruktur/Narasumber dan Penyusunan Modul dalam Diklat
a. Menjadi pengajar/instruktur narasumber pada unit diklat di BPK atau Surat keterangan Semua jenjang 0,04 untuk setiap jam Surat keterangan
instansi lain, per jam mengajar dari mengajar mengajar dari
penyelenggara, penyelenggara,
Jadwal mengajar Jadwal mengajar
b. Menyusun modul yang berkaitan dengan bidang pemeriksaan Surat keputusan Semua jenjang 1 untuk setiap Surat keputusan
penunjukan, modul penunjukan,
Modul yang Modul yang
disetujui disetujui
2. Keanggotaan dalam Organisasi Profesi yang berkaitan dengan Bidang Pemeriksaan
a. Berperan secara aktif sebagai anggota organisasi profesi, setiap tahun:
1) Internasional Tanda anggota Semua jenjang 1 untuk setiap Tanda anggota
organisasi profesi tahun secara organisasi profesi
proporsional
2) Nasional Tanda anggota Semua jenjang 0,75 untuk setiap Tanda anggota
organisasi profesi tahun secara organisasi profesi
proporsional
3) Provinsi Tanda anggota Semua jenjang 0,5 untuk setiap Tanda anggota
organisasi profesi tahun secara organisasi profesi
proporsional
b. Berpartisipasi dalam kepanitiaan organisasi profesi atau sesuai latar belakang pendidikan, setiap kegiatan:
1) Internasional SK Kepanitiaan Semua jenjang 0,5 untuk setiap SK Kepanitiaan
kegiatan
2) Nasional SK Kepanitiaan Semua jenjang 0,375 untuk setiap SK Kepanitiaan
kegiatan

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 260


Juknis JFP Lampiran V.13

SATUAN PELAKSANA PEMBERIAN ANGKA


BUTIR KEGIATAN BUKTI FISIK
HASIL KEGIATAN KREDIT
3) Provinsi SK Kepanitiaan Semua jenjang 0,25 untuk setiap SK Kepanitiaan
kegiatan
3. Kepanitiaan Pengembangan Pemeriksaan dan/atau Kelembagaan
Menjadi panitia pengembangan pemeriksaan dan/atau kelembagaan, sebagai:
a. Penanggung Jawab dan Wakil Penanggung Jawab SK Kepanitiaan Semua jenjang 0,5 untuk setiap SK Kepanitiaan
tahun secara
proporsional
b. Narasumber SK Kepanitiaan Semua jenjang 0,5 untuk setiap SK Kepanitiaan
tahun secara
proporsional
c. Ketua, Wakil Ketua SK Kepanitiaan Semua jenjang 0,4 untuk setiap SK Kepanitiaan
tahun secara
proporsional
d. Sekretaris SK Kepanitiaan Semua jenjang 0,25 untuk setiap SK Kepanitiaan
tahun secara
proporsional
e. Anggota SK Kepanitiaan Semua jenjang 0,25 untuk setiap SK Kepanitiaan
tahun secara
proporsional
4. Keanggotaan dalam Tim Penilai
Menjadi anggota Tim Penilai DUPAK Semua jenjang 0,04 setiap DUPAK Keputusan
tentang Tim
Penilai Angka
Kredit, Daftar
penyampaian
DUPAK dari Tim
Penilai Angka
Kredit
(Sekretariat)
dengan informasi
jumlah DUPAK
yang dinilai

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 261


Juknis JFP Lampiran V.13

SATUAN PELAKSANA PEMBERIAN ANGKA


BUTIR KEGIATAN BUKTI FISIK
HASIL KEGIATAN KREDIT
5. Memperoleh Tanda Penghargaan/Tanda Jasa
a. Tanda penghargaan/tanda jasa Satya Lancana Karya Satya:
1) 30 (tiga puluh) tahun Piagam/sertifikat Semua jenjang 3 setiap piagam/ Piagam/sertifikat
penghargaan/ sertifikat penghargaan/
tanda jasa penghargaan/ tanda jasa
tanda jasa
2) 20 (dua puluh) tahun Piagam/sertifikat Semua jenjang 2 setiap piagam/ Piagam/sertifikat
penghargaan/ sertifikat penghargaan/
tanda jasa penghargaan/ tanda jasa
tanda jasa
3) 10 (sepuluh) tahun Piagam/sertifikat Semua jenjang 1 setiap piagam/ Piagam/sertifikat
penghargaan/ sertifikat penghargaan/
tanda jasa penghargaan/ tanda jasa
tanda jasa
b. Tanda penghargaan/tanda jasa lainnya:
1) tingkat I, nasional Piagam/sertifikat Semua jenjang 3 setiap piagam/ Piagam/sertifikat
penghargaan/ sertifikat penghargaan/
tanda jasa penghargaan/ tanda jasa
tanda jasa
2) tingkat II, provinsi Piagam/sertifikat Semua jenjang 2 setiap piagam/ Piagam/sertifikat
penghargaan/ sertifikat penghargaan/
tanda jasa penghargaan/ tanda jasa
tanda jasa
3) tingkat III, kabupaten/kota Piagam/sertifikat Semua jenjang 1 setiap piagam/ Piagam/sertifikat
penghargaan/ sertifikat penghargaan/
tanda jasa penghargaan/ tanda jasa
tanda jasa
6. Memperoleh Ijazah/Gelar Pendidikan Lainnya
Memperoleh ijazah yang tidak sesuai dengan bidang tugasnya:
a. S-3 Ijazah/Gelar Semua jenjang 15 setiap ijazah Ijazah, Izin
belajar,
Persetujuan
pengakuan ijazah
dari BKN

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 262


Juknis JFP Lampiran V.13

SATUAN PELAKSANA PEMBERIAN ANGKA


BUTIR KEGIATAN BUKTI FISIK
HASIL KEGIATAN KREDIT
b. S-2 Ijazah/Gelar Semua jenjang 10 setiap ijazah Ijazah, Izin
belajar,
Persetujuan
pengakuan ijazah
dari BKN
c. S-1/D-4 Ijazah/Gelar Semua jenjang 5 setiap ijazah Ijazah, Izin
belajar,
Persetujuan
pengakuan ijazah
dari BKN
7. Penyusunan/Pemutakhiran dan review DEP
a. Menyusun/memutakhirkan DEP, per tahun Laporan Semua jenjang 0,5 untuk setiap SP2P, Laporan
Pemutakhiran output setiap Pemutakhiran
DEP tahun secara DEP yang
proporsional disahkan
b. Me-review DEP, per tahun Laporan Semua jenjang 0,3 untuk setiap SP2P, Laporan
Pemutakhiran output setiap Pemutakhiran
DEP tahun secara DEP yang
proporsional disahkan
8. Penelaahan Hasil Pengaduan Masyarakat
Menelaah hasil pengaduan masyarakat Laporan Hasil Semua jenjang 0,3 setiap hasil SP2P, Laporan
Telaah Pengaduan telaah Hasil Telaah
Masyarakat Pengaduan
Masyarakat yang
disahkan
9. Pendamping Konsultan dan/atau Pimpinan, Pejabat BPK terkait dengan Pengembangan Pemeriksaan dan/atau Kelembagaan
Mendampingi konsultan dan/atau Pimpinan, pejabat BPK terkait dengan Laporan Kegiatan Semua jenjang 0,02 setiap kegiatan SP2P, Laporan
pengembangan pemeriksaan dan/atau kelembagaan Pendampingan Kegiatan
Pendampingan
yang disahkan

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 263


Juknis JFP Lampiran V.13

SATUAN PELAKSANA PEMBERIAN ANGKA


BUTIR KEGIATAN BUKTI FISIK
HASIL KEGIATAN KREDIT
10. Pembuatan Laporan Berkala
Pembuatan laporan berkala satuan kerja Laporan berkala Semua jenjang 0,004 setiap laporan SP2P, Laporan
yang disahkan berkala yang
atasan langsung disahkan atasan
langsung

SEKRETARIS JENDERAL BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

BAHTIAR ARIF

Salinan sesuai dengan aslinya


BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Kepala Direktorat Utama Pembinaan dan Pengembangan
Hukum Pemeriksaan Keuangan Negara,

Blucer Welington Rajagukguk

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 264


Juknis JFP Lampiran V.14

LAMPIRAN V.14 : PERATURAN SEKJEN BPK RI


NOMOR : 5 TAHUN 2021
TANGGAL : 29 MARET 2021
Lampiran V. 14 Pemberian Angka Kredit, Pelaksana Kegiatan, dan Bukti Fisik untuk Kegiatan Pendidikan

PEMBERIAN ANGKA KREDIT, PELAKSANA KEGIATAN, DAN BUKTI FISIK UNTUK KEGIATAN PENDIDIKAN

SATUAN PELAKSANA PEMBERIAN ANGKA


BUTIR KEGIATAN BUKTI FISIK
HASIL KEGIATAN KREDIT
Pendidikan
1. Mengikuti Pendidikan sekolah dan memperoleh ijazah/gelar
a. S-3 Ijazah Semua jenjang 200 untuk setiap Ijazah, Izin belajar,
ijazah Persetujuan
pengakuan ijazah
dari BKN
b. S-2 Ijazah Semua jenjang 150 untuk setiap Ijazah, Izin belajar,
ijazah Persetujuan
pengakuan ijazah
dari BKN
c. S-1/D-4 Ijazah Semua jenjang 100 untuk setiap Ijazah, Izin belajar,
ijazah Persetujuan
pengakuan ijazah
dari BKN
2. Mengikuti Diklat JFP Sertifikat Semua jenjang 6 untuk setiap Sertifikat
sertifikat
3. Mengikuti diklat fungsional/teknis yang mendukung tugas Pemeriksa dan memperoleh STTPP atau sertifikat:
a. lamanya lebih dari 960 jam Sertifikat Semua jenjang 15 untuk setiap Sertifikat
sertifikat
b. lamanya antara 641-960 jam Sertifikat Semua jenjang 9 untuk setiap Sertifikat
sertifikat
c. lamanya antara 481-640 jam Sertifikat Semua jenjang 6 untuk setiap Sertifikat
sertifikat
d. lamanya antara 161-480 jam Sertifikat Semua jenjang 3 untuk setiap Sertifikat
sertifikat
e. lamanya 81-160 jam Sertifikat Semua jenjang 2 untuk setiap Sertifikat
sertifikat

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 265


Juknis JFP Lampiran V.14

SATUAN PELAKSANA PEMBERIAN ANGKA


BUTIR KEGIATAN BUKTI FISIK
HASIL KEGIATAN KREDIT
f. lamanya 30-80 jam Sertifikat Semua jenjang 1 untuk setiap Sertifikat
sertifikat
g. lamanya kurang dari 30 jam Sertifikat Semua jenjang 0,5 untuk setiap Sertifikat
sertifikat
4. Mengikuti diklat dan sertifikasi jenjang jabatan:
a. diklat dan sertifikasi Pemeriksa Ahli Utama Sertifikat Ahli Madya 12 untuk setiap Sertifikat
sertifikat
b. diklat dan sertifikasi Pemeriksa Ahli Madya Sertifikat Ahli Muda 9 untuk setiap Sertifikat
sertifikat
c. diklat dan sertifikasi Pemeriksa Ahli Muda Sertifikat Ahli Pertama 6 untuk setiap Sertifikat
sertifikat
5. Mengikuti Diklat Prajabatan Sertifikat Semua jenjang 2 untuk setiap Sertifikat
sertifikat

SEKRETARIS JENDERAL BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

BAHTIAR ARIF

Salinan sesuai dengan aslinya


BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Kepala Direktorat Utama Pembinaan dan Pengembangan
Hukum Pemeriksaan Keuangan Negara,

Blucer Welington Rajagukguk

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 266


Juknis JFP Lampiran VI

LAMPIRAN VI : PERATURAN SEKJEN BPK RI


NOMOR : 5 TAHUN 2021
TANGGAL : 29 MARET 2021
Lampiran VI 1
Contoh Keterangan Tugas Limpah

KETERANGAN TUGAS LIMPAH

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama :
NIP :
Pangkat/Golongan Ruang :
Jabatan :
Unit Kerja :

Menerangkan Pejabat Fungsional Pemeriksa di bawah ini:


Nama :
NIP :
Pangkat/Golongan Ruang :
Jabatan :
Unit Kerja :

Bahwa yang bersangkutan ditugaskan 1 (satu) tingkat di atas atau di bawah (pilih salah satu) dari jenjang
jabatan yang diduduki, yaitu melaksanakan tugas jabatan Pemeriksa Ahli …., dalam pelaksanaan …….
(misalnya, Pemeriksaan atas Laporan Keuangan pada Kementerian Agama TA 2020) selama …. hari.
Keterangan ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari ST Nomor …., tanggal ……
Demikian keterangan ini disusun untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
Tempat, Tanggal
Jabatan (Kepala Auditorat/Kepala Perwakilan),

Nama .................................................
NIP ..........................................

SEKRETARIS JENDERAL BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

BAHTIAR ARIF
Salinan sesuai dengan aslinya
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Kepala Direktorat Utama Pembinaan dan Pengembangan
Hukum Pemeriksaan Keuangan Negara,

Blucer Welington Rajagukguk


Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 267
Juknis JFP Lampiran VII.1

LAMPIRAN VII.1 : PERATURAN SEKJEN BPK RI


NOMOR : 5 TAHUN 2021
TANGGAL : 29 MARET 2021
Lampiran VII. 1
Format DUPAK

DAFTAR USULAN PENILAIAN DAN PENETAPAN ANGKA KREDIT


JABATAN FUNGSIONAL PEMERIKSA
JENJANG PEMERIKSA AHLI..............

SATUAN KERJA: MASA PENILAIAN:


BPK PUSAT/BPK PERWAKILAN....... Bulan ........ s/d Bulan ......... Tahun ....

I. KETERANGAN PERORANGAN
1. Nama :
2. NIP :
3. Nomor Seri Kartu Pegawai :
4. Tempat dan Tanggal Lahir :
5. Jenis Kelamin :
6. Pendidikan yang diperhitungkan angka :
kreditnya
7. Jabatan Pemeriksa/TMT :
8. Masa Kerja Golongan Lama :
9. Masa Kerja Golongan Baru :
10. Unit Kerja :

UNSUR YANG DINILAI


ANGKA KREDIT MENURUT
II.
KEGIATAN DAN BUTIR KEGIATAN PENILAI PENILAI KETERANGAN
USULAN
I II
1 2 3 4 5 6
A. KEGIATAN PEMERIKSAAN
…...................
…...................
…...................
.......................
…...................
JUMLAH KEGIATAN PEMERIKSAAN
B. KEGIATAN PENGEMBANGAN
PROFESI PEMERIKSA
…...................
…...................
JUMLAH KEGIATAN PENGEMBANGAN
PROFESI PEMERIKSA
C. KEGIATAN PENUNJANG TUGAS
PEMERIKSAAN
…...................
…...................
JUMLAH KEGIATAN PENUNJANG
TUGAS PEMERIKSAAN
D. KEGIATAN PENDIDIKAN
…...................
…...................
JUMLAH KEGIATAN PENDIDIKAN

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 268


Juknis JFP Lampiran VII.1

Butir kegiatan jenjang jabatan satu tingkat di atas/di bawah


1 2 3 4 5 6
A. KEGIATAN PEMERIKSAAN
…...................
…...................
JUMLAH KEGIATAN PEMERIKSAAN
JUMLAH KEGIATAN PEMERIKSAAN,
PENGEMBANGAN PROFESI PEMERIKSA,
PENUNJANG TUGAS PEMERIKSAAN, DAN
PENDIDIKAN

III LAMPIRAN PENDUKUNG DUPAK


1. Surat pernyataan melakukan kegiatan pemeriksaan
2. Surat pernyataan melakukan kegiatan pengembangan profesi
3. Surat pernyataan melakukan kegiatan penunjang
4. Surat pernyataan melakukan kegiatan pendidikan Tempat, Tanggal
5. dan seterusnya ........

Nama Pemeriksa..........................
NIP..................

IV CATATAN PEJABAT PENGUSUL


1. .............. Untuk pengusulan Pemeriksa Ahli
2. ............. Madya dan Pemeriksa Ahli Utama
3. ............. pada BPK Pusat dan BPK
4. dan seterusnya Perwakilan:

JPT Pratama,

Nama................................
NIP..................

Pejabat yang Mengusulkan Angka


Kredit (JPT Madya),

Nama................................
NIP..................
------------------------------------------
Untuk pengusulan Pemeriksa Ahli
Pertama dan Pemeriksa Ahli Muda
pada BPK Pusat:

Atasan langsung/Jabatan
Administrator,

Nama................................
NIP..................

Pejabat yang Mengusulkan Angka


Kredit (JPT Pratama),

Nama................................
NIP..................
------------------------------------------

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 269


Juknis JFP Lampiran VII.1

Untuk pengusulan Pemeriksa Ahli


Pertama dan Pemeriksa Ahli Muda
pada BPK Perwakilan:

Pejabat yang Mengusulkan Angka


Kredit (Jabatan Administrator),

Nama................................
NIP..................

V CATATAN ANGGOTA TIM PENILAI


1. ..............
2. ............. Penilai I,
3. .............
4. dan seterusnya
Nama Penilai I...........................
NIP...................

Penilai II,

Nama Penilai II...........................


NIP...................

VI CATATAN KETUA TIM PENILAI


1. ..............
2. .............
3. ............. Ketua Tim Penilai,
4. dan seterusnya

Nama..............................
NIP...................

SEKRETARIS JENDERAL BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

BAHTIAR ARIF

Salinan sesuai dengan aslinya


BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Kepala Direktorat Utama Pembinaan dan Pengembangan
Hukum Pemeriksaan Keuangan Negara,

Blucer Welington Rajagukguk

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 270


Juknis JFP Lampiran VII.2

LAMPIRAN VII.2 : PERATURAN SEKJEN BPK RI


NOMOR : 5 TAHUN 2021
TANGGAL : 29 MARET 2021
Lampiran VII. 2
Contoh Surat Pernyataan telah Melakukan Kegiatan Pemeriksaan

SURAT PERNYATAAN
MELAKUKAN KEGIATAN PEMERIKSAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : ........................................................................
NIP : ........................................................................
Pangkat/golongan ruang/TMT : ........................................................................
Jabatan : ........................................................................
Unit kerja : ........................................................................

Menyatakan bahwa:
Nama : ........................................................................
NIP : ........................................................................
Pangkat/golongan ruang/TMT : ........................................................................
Jabatan : ........................................................................
Unit kerja : ........................................................................

Telah melakukan kegiatan pemeriksaan sebagai berikut:

Jumlah Jumlah
Satuan Angka Keterangan/
No Uraian Kegiatan Tanggal Volume Angka
Hasil Kredit Bukti Fisik
Kegiatan Kredit
1 2 3 4 5 6 7 8
1.
2.
3.
dst.

Demikian pernyataan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Tempat, Tanggal
Jabatan (Atasan langsung/Jabatan Administrator),

Nama .................................................
NIP ..........................................

SEKRETARIS JENDERAL BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA,

ttd.
Salinan sesuai dengan aslinya
BAHTIAR ARIF
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Kepala Direktorat Utama Pembinaan dan Pengembangan
Hukum Pemeriksaan Keuangan Negara,

Blucer Welington Rajagukguk


Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 271
Juknis JFP Lampiran VII.3

LAMPIRAN VII.3 : PERATURAN SEKJEN BPK RI


NOMOR : 5 TAHUN 2021
TANGGAL : 29 MARET 2021
Lampiran VII. 3
Contoh Surat Pernyataan telah Melakukan Kegiatan Pengembangan Profesi

SURAT PERNYATAAN
MELAKUKAN KEGIATAN PENGEMBANGAN PROFESI

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : .......................................................................
NIP : .......................................................................
Pangkat/golongan ruang/TMT : .......................................................................
Jabatan : .......................................................................
Unit kerja : .......................................................................

Menyatakan bahwa:
Nama : .......................................................................
NIP : .......................................................................
Pangkat/golongan ruang/TMT : .......................................................................
Jabatan : .......................................................................
Unit kerja : .......................................................................

Telah melakukan kegiatan pengembangan profesi sebagai berikut:

Jumlah Jumlah
Satuan Angka Keterangan/
No Uraian Kegiatan Tanggal Volume Angka
Hasil Kredit Bukti Fisik
Kegiatan Kredit
1 2 3 4 5 6 7 8
1.
2.
3.
dst.

Demikian pernyataan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Tempat, Tanggal
Jabatan (Atasan langsung/Jabatan Administrator),

Nama .................................................
NIP ..........................................

SEKRETARIS JENDERAL BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

Salinan sesuai dengan aslinya BAHTIAR ARIF


BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Kepala Direktorat Utama Pembinaan dan Pengembangan
Hukum Pemeriksaan Keuangan Negara,

Blucer Welington Rajagukguk


Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 272
Juknis JFP Lampiran VII.4

LAMPIRAN VII.4 : PERATURAN SEKJEN BPK RI


NOMOR : 5 TAHUN 2021
TANGGAL : 29 MARET 2021
Lampiran VII. 4
Contoh Surat Pernyataan telah Melakukan Kegiatan Unsur Penunjang

SURAT PERNYATAAN
MELAKUKAN KEGIATAN UNSUR PENUNJANG

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : .......................................................................
NIP : .......................................................................
Pangkat/golongan ruang/TMT : .......................................................................
Jabatan : .......................................................................
Unit kerja : .......................................................................

Menyatakan bahwa:
Nama : .......................................................................
NIP : .......................................................................
Pangkat/golongan ruang/TMT : .......................................................................
Jabatan : .......................................................................
Unit kerja : .......................................................................

Telah melakukan kegiatan unsur penunjang sebagai berikut:

Jumlah Jumlah
Satuan Angka Keterangan/
No Uraian Kegiatan Tanggal Volume Angka
Hasil Kredit Bukti Fisik
Kegiatan Kredit
1 2 3 4 5 6 7 8
1.
2.
3.
dst.

Demikian pernyataan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Tempat, Tanggal
Jabatan (Atasan langsung/Jabatan Administrator),

Nama .................................................
NIP ..........................................

SEKRETARIS JENDERAL BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

Salinan sesuai dengan aslinya BAHTIAR ARIF


BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Kepala Direktorat Utama Pembinaan dan Pengembangan
Hukum Pemeriksaan Keuangan Negara,

Blucer Welington Rajagukguk


Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 273
Juknis JFP Lampiran VII.5

LAMPIRAN VII.5 : PERATURAN SEKJEN BPK RI


NOMOR : 5 TAHUN 2021
TANGGAL : 29 MARET 2021
Lampiran VII. 5
Contoh Surat Pernyataan telah Melakukan Kegiatan Pendidikan

SURAT PERNYATAAN
TELAH MENGIKUTI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN FUNGSIONAL/TEKNIS
JABATAN FUNGSIONAL PEMERIKSA

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : .......................................................................
NIP : .......................................................................
Pangkat/golongan ruang : .......................................................................
Jabatan : .......................................................................
Unit kerja : .......................................................................

Menyatakan bahwa:
Nama : .......................................................................
NIP : .......................................................................
Pangkat/golongan ruang/TMT : .......................................................................
Jabatan : .......................................................................
Unit kerja : .......................................................................

Telah mengikuti pendidikan dan pelatihan fungsional/teknis Pemeriksa sebagai berikut:

Jumlah Jumlah
Satuan Angka Keterangan/
No Uraian Kegiatan Tanggal Volume Angka
Hasil Kredit Bukti Fisik
Kegiatan Kredit
1 2 3 4 5 6 7 8
1.
2.
3.
dst.

Demikian pernyataan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Tempat, Tanggal
Jabatan (Atasan langsung/Jabatan Administrator),

Nama .................................................
NIP ..........................................

SEKRETARIS JENDERAL BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA,

ttd.
Salinan sesuai dengan aslinya
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BAHTIAR ARIF
Kepala Direktorat Utama Pembinaan dan Pengembangan
Hukum Pemeriksaan Keuangan Negara,

Blucer Welington Rajagukguk


Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 274
Juknis JFP Lampiran VII.6

LAMPIRAN VII.6 : PERATURAN SEKJEN BPK RI


NOMOR : 5 TAHUN 2021
TANGGAL : 29 MARET 2021
Lampiran VII. 6
Contoh Surat Penyampaian DUPAK

Kepada Yth.
Pejabat yang Berwenang Menetapkan Angka Kredit
di
Tempat

Bersama ini kami sampaikan bahan usulan penilaian dan penetapan angka kredit atas nama-nama Pejabat
Fungsional Pemeriksa dan bukti fisiknya, sebagai berikut:
PANGKAT/
NO NAMA/NIP JABATAN UNIT KERJA
GOLONGAN RUANG
1
2
3
dst.

Demikian, atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

Tempat, Tanggal
Jabatan (Pejabat yang Mengusulkan Angka Kredit),

Nama .................................................
NIP ..........................................

SEKRETARIS JENDERAL BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

BAHTIAR ARIF

Salinan sesuai dengan aslinya


BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Kepala Direktorat Utama Pembinaan dan Pengembangan
Hukum Pemeriksaan Keuangan Negara,

Blucer Welington Rajagukguk

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 275


Juknis JFP Lampiran VII.7

LAMPIRAN VII.7 : PERATURAN SEKJEN BPK RI


NOMOR : 5 TAHUN 2021
TANGGAL : 29 MARET 2021
Lampiran VII. 7
Format DUPENAK

DAFTAR USULAN DAN PENILAIAN ANGKA KREDIT

SATUAN KERJA: MASA PENILAIAN:


BPK PUSAT/BPK PERWAKILAN..... Bulan ........ s/d Bulan ......... Tahun ....

NO. KETERANGAN PERORANGAN


1. Nama :
2. NIP :
3. Tempat dan Tanggal Lahir :
4. Jenis Kelamin :
5. Pendidikan yang telah Diperhitungkan :
Angka Kreditnya
6. Pangkat/Golongan Ruang/TMT :
7. Jabatan Pemeriksa/TMT :
8. Masa Kerja Golongan Lama :
9. Masa Kerja Golongan Baru :
10. Unit Kerja :
UNSUR YANG DINILAI
Angka Kredit Menurut Penilaian
No. Kegiatan/ Butir Kegiatan Keputusan
Usulan Penilai I Penilai II Keterangan
Akhir
1 2 3 4 5 6 7
I Kegiatan Pemeriksaan
II Kegiatan Pengembangan
Profesi Pemeriksa
III Kegiatan Penunjang Tugas
Pemeriksaan
IV Kegiatan Pendidikan
Jumlah I, II, III, dan IV

Tempat, Tanggal
Penilai I, Penilai II,

Nama…………..………………… Nama…………..…………………
NIP…................................. NIP….................................
Ketua Tim Penilai,

Nama…………..…………………
NIP….................................

SEKRETARIS JENDERAL BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA,
Salinan sesuai dengan aslinya ttd.
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BAHTIAR ARIF
Kepala Direktorat Utama Pembinaan dan Pengembangan
Hukum Pemeriksaan Keuangan Negara,

Blucer Welington Rajagukguk


Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 276
Juknis JFP Lampiran VII.8

LAMPIRAN VII.8 : PERATURAN SEKJEN BPK RI


NOMOR : 5 TAHUN 2021
TANGGAL : 29 MARET 2021
Lampiran VII. 8
Format PAK

PENETAPAN ANGKA KREDIT


NOMOR .......……

SATUAN KERJA: MASA PENILAIAN:


BPK PUSAT/ BPK PERWAKILAN..... Bulan ........ s/d Bulan ......... Tahun ....

I KETERANGAN PERORANGAN
1 Nama :
2 NIP :
3 Nomor Seri Kartu Pegawai :
4 Pangkat/Golongan Ruang/TMT :
5 Tempat dan Tanggal Lahir :
6 Jenis Kelamin :
7 Pendidikan yang diperhitungkan Angka :
Kreditnya
8 Jabatan Fungsional/TMT :
Lama :
9 Masa Kerja Golongan
Baru :
10 Unit Kerja :
II PENETAPAN ANGKA KREDIT LAMA BARU JUMLAH
A Pendidikan Sekolah
B Angka Kredit Penjenjangan
1 UNSUR UTAMA
a. Pendidikan dan pelatihan fungsional/teknis yang
mendukung tugas Pemeriksa dan memperoleh
Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Pelatihan
(STTPP) atau Sertifikat
b. Pemeriksaan
c. Pengembangan Profesi

Jumlah Unsur Utama


2 UNSUR PENUNJANG
Kegiatan Penunjang Pemeriksa
Jumlah Unsur Penunjang
Jumlah Pendidikan Sekolah dan Angka Kredit Penjenjangan
III DAPAT/TIDAK DAPAT*) DIPERTIMBANGKAN UNTUK DINAIKKAN DALAM JABATAN
………......... /PANGKAT/GOLONGAN RUANG ………………..

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 277


Juknis JFP Lampiran VII.8

ASLI disampaikan kepada: Ditetapkan di …………………


1. Pimpinan instansi pengusul; dan Pada tanggal ……………….…
2. Pemeriksa yang bersangkutan.

Salinan sah disampaikan kepada:


Jabatan (Pejabat yang Berwenang
1. Pejabat yang Berwenang Menetapkan Angka Kredit; Menetapkan Angka Kredit),
2. Sekretaris Tim Penilai yang bersangkutan;
3. Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama yang membidangi kepegawaian/Bagian yang
membidangi SDM yang bersangkutan;*)
4. Pejabat lain yang dipandang perlu. Nama Lengkap..............................
NIP....……………………………
*)
Coret yang tidak perlu.

SEKRETARIS JENDERAL BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

BAHTIAR ARIF

Salinan sesuai dengan aslinya


BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Kepala Direktorat Utama Pembinaan dan Pengembangan
Hukum Pemeriksaan Keuangan Negara,

Blucer Welington Rajagukguk

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 278


Juknis JFP Lampiran IX

LAMPIRAN IX : PERATURAN SEKJEN BPK RI


NOMOR : 5 TAHUN 2021
TANGGAL : 29 MARET 2021
Lampiran IX 1
Contoh Keputusan Kenaikan Jabatan dalam JFP

KEPUTUSAN
SEKRETARIS JENDERAL BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR ..........................
TENTANG
KENAIKAN JABATAN DALAM JABATAN FUNGSIONAL PEMERIKSA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
SEKRETARIS JENDERAL BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : bahwa untuk mengisi kebutuhan jabatan Pemeriksa yang lowong, Saudara ......... NIP
…………… jabatan …………… pangkat/golongan ruang ……… telah memenuhi syarat
dan dianggap cakap untuk dinaikkan dalam jenjang jabatan setingkat lebih tinggi;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara;
2. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2020 tentang
Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai
Negeri Sipil;
3. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 49
Tahun 2018 tentang Jabatan Fungsional Pemeriksa;
4. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 13
Tahun 2019 tentang Pengusulan, Penetapan, dan Pembinaan Jabatan Fungsional Pegawai
Negeri Sipil;
5. Peraturan Badan Kepegawaian Negara Nomor 48 Tahun 2019 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Pembinaan Jabatan Fungsional Pemeriksa;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan :
KESATU : Terhitung mulai tanggal ................................... mengangkat Pegawai Negeri Sipil:
a. Nama : ...................................................
b. NIP : ...................................................
c. Pangkat/golongan ruang/TMT : ...................................................
d. Unit kerja : ...................................................
Dari Jabatan Fungsional Pemeriksa jenjang ……………….. ke dalam Jabatan Fungsional
Pemeriksa jenjang ............... dengan Angka Kredit sebesar ......... (......................).
KEDUA : .....................................................……………………………………….......…….**)
KETIGA : Apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam Keputusan ini, akan diadakan
perbaikan dan perhitungan kembali sebagaimana mestinya.
ASLI Keputusan ini disampaikan kepada Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan untuk
diketahui dan diindahkan sebagaimana mestinya.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 279


Juknis JFP Lampiran IX

Ditetapkan di ....................
pada tanggal ......................
Jabatan (Pejabat yang Berwenang
Mengangkat),

Nama....................................
NIP........................................

TEMBUSAN:
1. Kepala Badan Kepegawaian Negara/Kepala Kantor Regional BKN yang bersangkutan;*)
2. Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama yang membidangi SDM/
Bagian yang membidangi SDM yang bersangkutan;*)
3. Pejabat yang Berwenang Menetapkan Angka Kredit;
4. Kepala Perwakilan BPK RI;
5. Kepala Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara/Kepala Biro/
Bagian Keuangan yang bersangkutan*); dan
6. Pejabat lain yang dianggap perlu.

*)
Dicoret yang tidak perlu.
**)
Diisi apabila ada penambahan diktum yang dianggap perlu.

SEKRETARIS JENDERAL BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

BAHTIAR ARIF

Salinan sesuai dengan aslinya


BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Kepala Direktorat Utama Pembinaan dan Pengembangan
Hukum Pemeriksaan Keuangan Negara,

Blucer Welington Rajagukguk

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 280


Juknis JFP Lampiran XII

LAMPIRAN XII : PERATURAN SEKJEN BPK RI


NOMOR : 5 TAHUN 2021
TANGGAL : 29 MARET 2021
Lampiran XII 1
Contoh Keputusan Pemberhentian dari JFP

KEPUTUSAN
SEKRETARIS JENDERAL BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR ..........................
TENTANG
PEMBERHENTIAN DARI JABATAN FUNGSIONAL PEMERIKSA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
SEKRETARIS JENDERAL BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa berdasarkan surat …… Nomor ……. tanggal ……. perihal usulan pemberhentian
dari Jabatan Fungsional Pemeriksa karena …….;**)
b. bahwa untuk tertib administrasi, perlu melakukan pemberhentian dari Jabatan Fungsional
Pemeriksa;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara;
2. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2020 tentang
Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai
Negeri Sipil;
3. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 49
Tahun 2018 tentang Jabatan Fungsional Pemeriksa;
4. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 13
Tahun 2019 tentang Pengusulan, Penetapan, dan Pembinaan Jabatan Fungsional Pegawai
Negeri Sipil;
5. Peraturan Badan Kepegawaian Negara Nomor 48 Tahun 2019 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Pembinaan Jabatan Fungsional Pemeriksa;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan :
KESATU : Terhitung mulai tanggal ................................... diberhentikan dari Jabatan Fungsional
Pemeriksa:
a. Nama : ...................................................
b. NIP : ...................................................
c. Pangkat/golongan ruang/TMT : ...................................................
d. Jabatan : ...................................................
e. Angka kredit terakhir : ...................................................
f. Unit kerja : ...................................................
KEDUA : .....................................................……………………………………….......…….***)
KETIGA : Apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam Keputusan ini, akan diadakan
perbaikan dan perhitungan kembali sebagaimana mestinya.
ASLI Keputusan ini disampaikan kepada Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan untuk
diketahui dan diindahkan sebagaimana mestinya.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 281


Juknis JFP Lampiran XII

Ditetapkan di ....................
pada tanggal ......................
Jabatan (Pejabat yang Berwenang
Memberhentikan),

Nama....................................
NIP........................................

TEMBUSAN:
1. Kepala Badan Kepegawaian Negara/Kepala Kantor Regional BKN yang bersangkutan;*)
2. Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama yang membidangi SDM/
Bagian yang membidangi SDM yang bersangkutan;*)
3. Pejabat yang Berwenang Menetapkan Angka Kredit;
4. Kepala Perwakilan BPK RI;
5. Kepala Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara/Kepala Biro/
Bagian Keuangan yang bersangkutan*); dan
6. Pejabat lain yang dianggap perlu.

*)
Dicoret yang tidak perlu.
**)
Tulislah surat dari pimpinan unit kerja paling rendah setingkat Pimpinan Tinggi Pratama, nomor surat, tanggal
dikeluarkan surat, perihal surat pengusulan pemberhentian dari jabatan karena ...
***)
Diisi apabila ada penambahan diktum yang dianggap perlu.

SEKRETARIS JENDERAL BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

BAHTIAR ARIF

Salinan sesuai dengan aslinya


BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Kepala Direktorat Utama Pembinaan dan Pengembangan
Hukum Pemeriksaan Keuangan Negara,

Blucer Welington Rajagukguk

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 282


Juknis JFP Lampiran XIII.1

LAMPIRAN XIII.1: PERATURAN SEKJEN BPK RI


NOMOR : 5 TAHUN 2021
TANGGAL : 29 MARET 2021
Lampiran XIII. 1
Tambahan Angka Kredit Sebagai Penghargaan bagi Pemeriksa yang Diangkat Kembali ke dalam JFP setelah Diberhentikan dari JFP karena
Ditugaskan Secara Penuh pada Jabatan Pimpinan Tinggi, Jabatan Administrator, Jabatan Pengawas, atau Jabatan Pelaksana
TAMBAHAN ANGKA KREDIT SEBAGAI PENGHARGAAN
BAGI PEMERIKSA YANG DIANGKAT KEMBALI KE DALAM JFP
SETELAH DIBERHENTIKAN DARI JFP KARENA DITUGASKAN SECARA PENUH
PADA JABATAN PIMPINAN TINGGI, JABATAN ADMINISTRATOR,
JABATAN PENGAWAS, ATAU JABATAN PELAKSANA

MASA KEPANGKATAN DAN TAMBAHAN ANGKA KREDIT


GOLONGAN/
RUANG <1 4 TAHUN/
1 TAHUN 2 TAHUN 3 TAHUN
TAHUN LEBIH
III/b 3 18 28 38 47
III/c 5 35 55 75 95
III/d 5 35 55 75 95
IV/a 8 53 83 113 143
IV/b 8 53 83 113 143
IV/c 8 53 83 113 143
IV/d 10 70 110 150 190
IV/e 200 200 200 200 200

SEKRETARIS JENDERAL BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

BAHTIAR ARIF

Salinan sesuai dengan aslinya


BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Kepala Direktorat Utama Pembinaan dan Pengembangan
Hukum Pemeriksaan Keuangan Negara,

Blucer Welington Rajagukguk

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 283


Juknis JFP Lampiran XIII.2

LAMPIRAN XIII.2: PERATURAN SEKJEN BPK RI


NOMOR : 5 TAHUN 2021
TANGGAL : 29 MARET 2021
Lampiran XIII. 2
Contoh Keputusan Pengangkatan Kembali dalam JFP

KEPUTUSAN
SEKRETARIS JENDERAL BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR ..........
TENTANG
PENGANGKATAN KEMBALI
DALAM JABATAN FUNGSIONAL PEMERIKSA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
SEKRETARIS JENDERAL BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : bahwa Saudara ……… NIP …… pangkat/golongan ruang …… jabatan ........., telah
memenuhi syarat dan dianggap cakap untuk diangkat kembali dalam Jabatan Fungsional
Pemeriksa;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara;
2. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2020 tentang
Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen
Pegawai Negeri Sipil;
3. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 49
Tahun 2018 tentang Jabatan Fungsional Pemeriksa;
4. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 13
Tahun 2019 tentang Pengusulan, Penetapan, dan Pembinaan Jabatan Fungsional Pegawai
Negeri Sipil;
5. Peraturan Badan Kepegawaian Negara Nomor 48 Tahun 2019 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Pembinaan Jabatan Fungsional Pemeriksa;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan :
KESATU : Terhitung mulai tanggal ........... mengangkat kembali Pegawai Negeri Sipil:
a. Nama : ...................................................
b. NIP : ...................................................
c. Pangkat/Golongan Ruang/TMT : ...................................................
d. Unit Kerja : ...................................................
Dalam jabatan Pemeriksa jenjang.......... dengan Angka Kredit sebesar .......... (..........).
KEDUA : ............................................………………………………………………............... **)
KETIGA : Apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam Keputusan ini, akan diadakan
perbaikan dan perhitungan kembali sebagaimana mestinya.
ASLI Keputusan ini disampaikan kepada Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan untuk
diketahui dan diindahkan sebagaimana mestinya.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 284


Juknis JFP Lampiran XIII.2

Ditetapkan di ....................
pada tanggal ......................
Jabatan (Pejabat yang Berwenang
Mengangkat),

Nama....................................
NIP........................................

TEMBUSAN:
1. Kepala Badan Kepegawaian Negara/Kepala Kantor Regional BKN yang bersangkutan*);
2. Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama yang membidangi SDM/
Bagian yang membidangi SDM yang bersangkutan;*)
3. Pejabat yang Berwenang Menetapkan Angka Kredit;
4. Kepala Perwakilan BPK RI;
5. Kepala Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara/Kepala Biro/
Bagian Keuangan yang bersangkutan*); dan
6. Pejabat lain yang dianggap perlu.

*)
Dicoret yang tidak perlu.
**)
Diisi apabila ada penambahan diktum yang dianggap perlu.

SEKRETARIS JENDERAL BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

BAHTIAR ARIF

Salinan sesuai dengan aslinya


BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Kepala Direktorat Utama Pembinaan dan Pengembangan
Hukum Pemeriksaan Keuangan Negara,

Blucer Welington Rajagukguk

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 285


Juknis JFP Glosarium

GLOSARIUM
A
AKN : Auditorat Utama Keuangan Negara; unit organisasi pelaksana tugas pemeriksaan
di BPK Pusat.

Anggota : Pemeriksa yang bertugas dan bertanggung jawab melaksanakan pemeriksaan


Tim sebagaimana dimaksud dalam Pedoman Manajemen Pemeriksaan.

Angka : Satuan nilai dari uraian kegiatan dan/atau akumulasi nilai dari uraian kegiatan
Kredit yang harus dicapai oleh Pemeriksa untuk pembinaan karier yang bersangkutan.

Angka : Akumulasi nilai Angka Kredit minimal yang harus dicapai oleh Pemeriksa sebagai
Kredit salah satu syarat kenaikan pangkat dan jabatan.
Kumulatif

APIP : Aparat Pengawasan Intern Pemerintah.

ASN : Aparatur Sipil Negara; profesi bagi Pegawai Negeri Sipil dan Pegawai Pemerintah
dengan Perjanjian Kerja yang bekerja pada instansi pemerintah.

B
Bahan : Bahan yang digunakan untuk merumuskan Pendapat BPK yang merupakan
Pendapat pernyataan sikap, pertimbangan, dan/atau hasil konsultasi yang disampaikan
BPK kepada pihak yang meminta dan/atau menerima pendapat terkait atas suatu
masalah atau kebijakan tertentu sehubungan dengan pelaksanaan tugas dan
wewenang BPK terkait pengelolaan keuangan negara sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

Bahan : Bahan-bahan yang digunakan untuk menjelaskan hasil pemeriksaan BPK kepada
Penjelasan Pemerintah, DPR, dan DPD.
BPK

Biro SDM : Biro Sumber Daya Manusia; unit organisasi pelaksana tugas manajemen sumber
daya manusia di BPK.

BKN : Badan Kepegawaian Negara; lembaga pemerintah nonkementerian yang diberi


kewenangan melakukan pembinaan dan menyelenggarakan manajemen ASN
secara nasional sebagaimana diatur dalam undang-undang.

BPK : Badan Pemeriksa Keuangan; lembaga negara yang bertugas untuk memeriksa
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

C
CPNS : Calon Pegawai Negeri Sipil.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 286


Juknis JFP Glosarium

D
DEP : Database Entitas Pemeriksaan; kumpulan data terkait entitas yang
menjadi objek pemeriksaan.

Diklat JFP : Pendidikan dan pelatihan untuk memenuhi ataupun meningkatkan


kompetensi dalam pelaksanaan tugas pemeriksaan bagi PNS BPK yang
akan menduduki JFP.

Diklat teknis di : Diklat bagi Pemeriksa untuk memenuhi persyaratan kompetensi teknis
bidang pemeriksaan Pemeriksa di bidang pemeriksaan.

DUPAK : Daftar Usulan Penilaian dan Penetapan Angka Kredit; formulir yang
merupakan hasil usulan perhitungan angka kredit yang dilakukan oleh
Pemeriksa.

DUPENAK : Daftar Usulan dan Penilaian Angka Kredit; formulir yang merupakan hasil
penilaian angka kredit yang dilakukan oleh Tim Penilai Angka Kredit JFP.

E
Entitas pemeriksaan : Unit organisasi yang menjadi objek pemeriksaan BPK.

F
Formasi JFP : Jumlah kebutuhan dalam JFP yang disusun perjenjang jabatan yang
ditetapkan oleh Sekretaris Jenderal setelah berkoordinasi dengan
Pemerintah.

I
IHPS : Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester; dokumen yang memuat ringkasan
mengenai hasil pemeriksaan yang signifikan, hasil pemantauan
pelaksanaan tindak lanjut hasil pemeriksaan, dan hasil pemantauan
penyelesaian pengenaan ganti kerugian negara/daerah dalam satu semester.

Ikhtisar : Penyajian singkat dari suatu karangan asli dengan tidak mempertahankan
urutan karangan asli dan tidak perlu memberikan isi dari seluruh karangan
itu secara proporsional.

J
Jabatan : Kedudukan yang menunjukkan fungsi, tugas, tanggung jawab, wewenang,
dan hak seorang pegawai ASN dalam suatu satuan organisasi.

JF : Jabatan Fungsional; sekelompok Jabatan yang berisi fungsi dan tugas


berkaitan dengan pelayanan fungsional yang berdasarkan pada keahlian
dan keterampilan tertentu.

JFP : Jabatan Fungsional Pemeriksa; jabatan fungsional yang mempunyai ruang


lingkup, tugas, tanggung jawab, dan wewenang untuk memeriksa
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang diduduki oleh PNS
di lingkungan BPK.

K
KAP : Kantor Akuntan Publik; badan usaha yang didirikan berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan dan mendapatkan izin usaha berdasarkan
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 287
Juknis JFP Glosarium

undang-undang tersebut (Pasal 1 angka 5 Undang-Undang Nomor 5 Tahun


2011 tentang Akuntan Publik).

Karya Tulis/Karya : Tulisan hasil pokok pikiran, pengembangan, dan hasil kajian/penelitian
Ilmiah yang disusun oleh Pemeriksa baik perorangan atau kelompok di bidang
pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.
Suatu karangan atau tulisan yang diperoleh sesuai dengan sifat
keilmuannya dan didasari oleh hasil pengamatan, peninjauan, dan
penelitian dalam bidang tertentu, disusun menurut metode tertentu dengan
sistematika penulisan yang bersantun bahasa dan isinya dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya atau keilmiahannya.

Kementerian : Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi;


PANRB kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
pendayagunaan aparatur negara.

Kerugian : Kekurangan uang, surat berharga, dan barang, yang nyata dan pasti
Negara/Daerah jumlahnya sebagai akibat perbuatan melawan hukum baik sengaja maupun
lalai.

Ketua Tim : Pemeriksa yang bertugas dan bertanggung jawab memimpin pelaksanaan
pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pedoman Manajemen
Pemeriksaan.

KKP : Kertas Kerja Pemeriksaan; catatan yang dibuat dan data yang dikumpulkan
oleh Pemeriksa secara sistematis pada saat melaksanakan tugas
pemeriksaan, mulai tahap perencanaan pemeriksaan sampai dengan tahap
pelaporan pemeriksaan.

Komposisi angka : Kewajiban jumlah dan komposisi angka kredit yang harus dipenuhi untuk
kredit untuk kenaikan pangkat atau kenaikan jabatan.
kenaikan pangkat/
jabatan

Kompetensi Teknis : Pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur,
dan dikembangkan yang spesifik berkaitan dengan bidang teknis Jabatan.

Kompetensi : Pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur,


Manajerial dikembangkan untuk memimpin dan/atau mengelola unit organisasi.

Kompetensi Sosial : Pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur,
Kultural dan dikembangkan terkait dengan pengalaman berinteraksi dengan
masyarakat majemuk dalam hal agama, suku dan budaya, perilaku,
wawasan kebangsaan, etika, nilai-nilai, moral, emosi, dan prinsip, yang
harus dipenuhi oleh setiap pemegang Jabatan untuk memperoleh hasil kerja
sesuai dengan peran, fungsi, dan Jabatan.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 288


Juknis JFP Glosarium

L
LHP : Laporan Hasil Pemeriksaan; bentuk pertanggungjawaban tertulis dari
proses pemeriksaan yang berisi hasil analisis atas temuan pemeriksaan
yang diperoleh saat pelaksanaan pemeriksaan.

LKPD : Laporan Keuangan Pemerintah Daerah.

Lokakarya atau : Suatu acara atau pertemuan yang dilakukan oleh para ahli di bidang
Workshop di Bidang pemeriksaan yang bertujuan untuk membahas suatu masalah tertentu di
Pemeriksaan bidang pemeriksaan, sekaligus mencari solusi atas permasalahan tersebut.

M
Mentee : Pemeriksa yang memperoleh bimbingan.

Mentor : Pemeriksa yang memberikan bimbingan.

N
NIP : Nomor Identitas Pegawai Negeri Sipil.

O
Organisasi profesi : Organisasi yang diakui dan ditetapkan oleh BPK untuk pengembangan
Pemeriksa profesionalisme dan pembinaan kode etik serta kode perilaku profesi
Pemeriksa, yang hubungan kerjanya bersifat koordinatif dan fasilitatif
dalam rangka penyelenggaraan tugas dan fungsi pembinaan Pemeriksa.

P
PAK : Penetapan Angka Kredit; hasil penilaian yang diberikan berdasarkan angka
kredit untuk pengangkatan atau kenaikan pangkat atau jabatan dalam JFP.

Pangkat : Kedudukan yang menunjukan tingkatan jabatan.

Pejabat Fungsional : Pegawai ASN yang menduduki JF pada instansi pemerintah.

Pejabat Fungsional : Pelaksana fungsional pemeriksaan BPK yang bertanggung jawab


Pemeriksa melaksanakan penugasan pemeriksaan yang diberikan oleh Pemberi Tugas
Pemeriksaan.

Pelantikan dan : Setiap PNS yang diangkat menjadi Pejabat Fungsional Pemeriksa wajib
pengambilan dilantik dan diambil sumpah/janji menurut agama atau kepercayaannya
sumpah/janji dalam kepada Tuhan Yang Maha Esa.
JFP

Pemaparan (expose) : Penyebarluasan informasi terhadap draft/pedoman/modul/fatwa/ peraturan


perangkat lunak yang berkaitan dengan perangkat lunak pemeriksaan.
pemeriksaan

Pemeriksa : Orang yang melaksanakan tugas pemeriksaan pengelolaan dan tanggung


jawab keuangan negara untuk dan atas nama BPK.

Pemeriksa Ahli : Jenjang JFP yang mensyaratkan kualifikasi profesional tingkat dasar serta
Pertama memiliki tugas dan fungsi utama melaksanakan pemeriksaan.

Pemeriksa Ahli : Jenjang JFP yang mensyaratkan kualifikasi profesional tingkat lanjutan

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 289


Juknis JFP Glosarium

Muda serta memiliki tugas dan fungsi utama memimpin pemeriksaan.

Pemeriksa Ahli : Jenjang JFP yang mensyaratkan kualifikasi profesional tingkat tinggi serta
Madya memiliki tugas dan fungsi utama mengendalikan teknis pemeriksaan.

Pemeriksa Ahli : Jenjang JFP yang mensyaratkan kualifikasi profesional tingkat tertinggi
Utama serta memiliki tugas dan fungsi utama mengendalikan mutu pemeriksaan.

Pemeriksaan : Proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi yang dilakukan secara
independen, objektif, dan profesional berdasarkan standar pemeriksaan,
untuk menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas, dan keandalan
informasi mengenai pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.

Pemeriksaan Interim : Bagian dari Pemeriksaan Keuangan yang dilakukan pada tahun berjalan
atau sebelum entitas menyerahkan laporan keuangan kepada BPK.

Pemeriksaan : Pemeriksaan yang meliputi kegiatan mendapatkan bukti dan pernyataan,


Investigatif penulisan laporan hasil pemeriksaan dan melaporkan tindak kecurangan
(fraud) kepada Aparat Penegak Hukum, membantu dalam menghitung
kerugian negara dan memberikan keterangan ahli di persidangan,
membantu upaya pendeteksian dan pencegahan tindak kecurangan (Fraud
Risk Assessment) dan bersifat investigatif untuk mengungkapkan tindak
kecurangan yang mengakibatkan kerugian pada pihak-pihak terkait, baik
institusi maupun terhadap perorangan melalui proses yang jelas dan
memiliki ketetapan secara hukum atas tindak kecurangan tersebut.

Pemeriksaan : Pemeriksaan lapangan pada Pemeriksaan Kinerja dan PDTT yang


Pendahuluan dilakukan dalam rangka perencanaan pemeriksaan.

Pengembangan : Upaya pemenuhan kebutuhan kompetensi Pemeriksa dengan standar


kompetensi dalam kompetensi dan rencana pengembangan karier dalam JFP.
JFP

Penilaian Kinerja : Penilaian atas pelaksanaan kegiatan yang dilaksanakan oleh Pemeriksa
Pemeriksa sesuai dengan sistem manajemen kinerja yang berlaku di lingkungan BPK.

Perhitungan angka : Masing-masing Pemeriksa menghitung sendiri angka kredit yang diperoleh
kredit dilakukan berdasarkan bukti-bukti data kegiatan yang telah dilakukan.
secara self assesment

Pemberian : Proses pemberian keterangan oleh orang yang kompeten (ahli) untuk
Keterangan Ahli pemeriksaan yang dilakukan di hadapan penyidik atau hakim (proses di
pengadilan) terkait kerugian negara/daerah yang diperoleh berdasarkan
hasil penghitungan kerugian negara/daerah dan akan menjadi salah satu
alat bukti yang digunakan untuk meyakinkan hakim, selain Laporan Hasil
Pemeriksaan untuk Penghitungan Kerugian Negara/Daerah.

PKN : Penghitungan Kerugian Negara; Pemeriksaan Investigatif yang dilakukan


untuk menghitung nilai kerugian negara yang terjadi akibat penyimpangan
dalam pengelolaan keuangan negara/daerah yang bertujuan untuk
menentukan ada atau tidak adanya indikasi kerugian negara, termasuk di
dalamnya menghitung nilai kerugian.

PKP : Program Kerja Perorangan; alokasi kegiatan pemeriksaan yang akan


dilaksanakan berdasarkan Program Pemeriksaan.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 290


Juknis JFP Glosarium

PNS : Pegawai Negeri Sipil; warga negara Indonesia yang memenuhi syarat
tertentu, diangkat sebagai Pegawai ASN secara tetap oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan.

PPK : Pejabat Pembina Kepegawaian; pejabat yang mempunyai kewenangan


menetapkan pengangkatan, pemindahan, pemberhentian, dan pembinaan
manajemen PNS di instansi pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. PPK pada BPK adalah Sekretaris Jenderal.

P2 : Program Pemeriksaan; dokumen yang memuat sekurang-kurangnya dasar


hukum pemeriksaan, standar pemeriksaan, tujuan pemeriksaan, entitas
yang diperiksa, lingkup pemeriksaan, hasil pemahaman Sistem
Pengendalian Intern, sasaran pemeriksaan, kriteria yang digunakan, alasan
pemeriksaan, metodologi pemeriksaan, petunjuk pemeriksaan, jangka
waktu pemeriksaan, susunan dan biaya pemeriksaan, kerangka LHP, waktu
penyampaian, dan distribusi LHP, serta persetujuan Program Pemeriksaan.

R
Rekomendasi BPK : Salah satu hasil kegiatan dalam pelaporan hasil pemeriksaan.

Ringkasan : Penyajian singkat dari suatu karangan asli tetapi dengan tetap
mempertahankan urutan isi dan sudut pandangan pengarang asli,
sedangkan perbandingan bagian atau bab dari karangan asli secara
proporsional tetap dipertahankan dalam bentuknya yang singkat itu.

RKP : Rencana Kegiatan Pemeriksaan; dokumen yang memuat rencana


pemeriksaan yang meliputi urutan pengelompokan tema pemeriksaan,
waktu, kebutuhan Pemeriksa, anggaran, dan infrastruktur lainnya.

RKT : Rencana Kegiatan Tahunan.

S
Seminar di Bidang : Bentuk pengajaran yang diberikan secara khusus untuk membahas suatu
Pemeriksaan topik tertentu di bidang pemeriksaan yang pelaksanaannya dapat dilakukan
oleh suatu lembaga profesional atau organisasi komersial lainnya.

Sertifikasi Jabatan : Proses pengujian dalam rangka menilai pemenuhan syarat kemampuan
Pemeriksa Pemeriksa untuk menduduki jabatan tertentu.
Sertifikasi Jabatan Pemeriksa atau Sertifikasi Kompetensi JFP adalah
proses pemberian bukti pengakuan atas kemampuan teknis, manajerial dan
sosial kultural tertentu yang dimiliki Pemeriksa berdasarkan atas hasil uji
kompetensi yang telah dilakukan berdasarkan standar kompetensi JFP.

Sertifikat : Jaminan tertulis atas penguasaan kompetensi pada bidang keahlian


Kompetensi pemeriksaan tertentu yang diberikan oleh satuan pendidikan dan pelatihan
yang telah terakreditasi oleh lembaga yang berwenang.

SKP : Sasaran Kinerja Pegawai; rencana kerja dan target yang akan dicapai oleh
seorang PNS.

SKPP : Surat Keterangan Penyelesaian Penugasan; surat keterangan yang


menyatakan telah menyelesaikan penugasan pemeriksaan.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 291


Juknis JFP Glosarium

SPKN : Standar Pemeriksaan Keuangan Negara; standar pemeriksaan yang


menjadi acuan dalam pelaksanaan pemeriksaan keuangan negara.

SP2P : Surat Perintah Penugasan Pemeriksaan; surat keterangan yang menyatakan


perintah untuk melakukan penugasan pemeriksaan.

SP3 : Surat Perintah Perencanaan Pemeriksaan; surat keterangan yang


menyatakan perintah untuk melakukan perencanaan pemeriksaan.

SPMK : Surat Pernyataan Melakukan Kegiatan; surat pernyataan yang memuat


uraian kegiatan yang telah dilakukan oleh Pemeriksa.

Standar Kompetensi : Standar kemampuan yang disyaratkan untuk dapat melakukan pekerjaan
JFP tertentu dalam bidang pemeriksaan yang menyangkut aspek pengetahuan,
keahlian, serta sikap kerja tertentu yang relevan dengan tugas dan syarat
jabatan.

STSJ : Surat Tanda Sertifikasi Jabatan; surat tanda lulus telah mengikuti
pendidikan dan pelatihan serta ujian sertifikasi jabatan Pemeriksa.

STTPP : Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Pelatihan; surat tanda lulus telah
mengikuti diklat, atau disebut juga dengan istilah sertifikat.

Studi banding : Sebuah konsep belajar yang dilakukan di lokasi dan lingkungan berbeda
yang merupakan kegiatan yang dilakukan untuk peningkatan dan perbaikan
sistem, kebijakan, peraturan perundangan-undangan, dan lain-lain di
bidang pemeriksaan.

Surat Keluar : Surat pengantar LHP yang akan disampaikan kepada lembaga perwakilan,
entitas yang diperiksa, dan pihak lain yang menerima LHP.

ST : Surat Tugas; surat penugasan kepada Pemeriksa untuk melakukan kegiatan


pemeriksaan pada suatu entitas dan dalam waktu tertentu.

T
TA : Tahun Anggaran.

Tabungan angka : Tabungan angka kredit adalah kelebihan angka kredit dari angka kredit
kredit akumulatif paling rendah yang dipersyaratkan untuk kenaikan pangkat
setingkat lebih tinggi. Tabungan angka kredit tidak berlaku untuk kenaikan
jabatan.

Tanda jasa : Penghargaan negara yang diberikan kepada seseorang, kesatuan, institusi,
pemerintah atau organisasi atas dharmabakti dan kesetiaan luar biasa
terhadap bangsa dan negara. Sementara tanda penghargaan merupakan
sesuatu yang diberikan atas prestasi yang diperoleh/dicapai
seseorang/kelompok karena memiliki kinerja terbaik dan keunggulan di
bidang tertentu terkait bidang pemeriksaan dalam rangka pengabdian
kepada nusa dan bangsa.

Target Angka Kredit : Target kinerja utama yang berisi butir kegiatan beserta angka kreditnya
yang ditetapkan setiap tahun sesuai dengan jenjang jabatan seorang
Pemeriksa.

Terjemahan : Proses pengalihan yang bertujuan mengubah teks tertulis bahasa sumber
menjadi teks bahasa sasaran yang sepadan, dimana proses tersebut
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 292
Juknis JFP Glosarium

membutuhkan pemahaman sintaksis, sistematis, dan pragmatis serta


pengolahan analisis bahasa sumber.

TI : Teknologi Informasi.

Tim Penilai Angka : Tim Penilai yang dibentuk dan ditetapkan oleh pejabat yang memiliki
Kredit JFP kewenangan menetapkan Angka Kredit dan bertugas mengevaluasi
keselarasan hasil kerja dengan tugas yang disusun dalam SKP serta menilai
capaian kinerja Pejabat Fungsional Pemeriksa dalam bentuk Angka Kredit.

Tim Penilai Kinerja : Tim yang dibentuk oleh Pejabat yang Berwenang untuk memberikan
PNS pertimbangan kepada Pejabat Pembina Kepegawaian atas usulan
pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian dalam jabatan,
pengembangan kompetensi, serta pemberian penghargaan bagi PNS.

TMT : Terhitung mulai tanggal.

Tugas limpah : Penugasan kegiatan pemeriksaan yang diberikan kepada Pemeriksa 1 (satu)
tingkat di atas atau 1 (satu) tingkat di bawah jenjang jabatan yang
didudukinya. Tugas limpah dilaksanakan berdasarkan penugasan tertulis
dari pimpinan satuan kerja.

U
Uji kompetensi : Proses pengukuran dan penilaian terhadap kompetensi teknis, manajerial,
dan/atau sosial kultural dari seorang ASN dalam melaksanakan tugas dan
fungsi dalam jabatan.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 293

Anda mungkin juga menyukai