Anda di halaman 1dari 82

JUKNIS PEMERIKSAAN

LKPD

Fasilitator : Dyah Rahmana Kurniawati

DIKLAT PERSIAPAN PEMERIKSAAN LKPD


BPK PERWAKILAN PROVINSI NTT, 25 – 29 JANUARI 2021
TUJUAN PEMBELAJARAN

PESERTA MAMPU :
MEMAHAMI LATAR BELAKANG PENETAPAN JUKNIS PEMERIKSAAN LKPD
MENGETAHUI POKOK-POKOK PERUBAHAN JUKNIS PEMERIKSAAN
MENERAPKAN JUKNIS PEMERIKSAAN LKPD
Agenda
1. Latar Belakang

2. Sistematika

3. Pokok-Pokok Perubahan Juknis Pemeriksaan LKPD

3. BAB II – XII Juknis Pemeriksaan LKPD

3
LATAR BELAKANG

Perkembangan standar pemeriksaan yang ada (Peraturan BPK Nomor 1


1 tahun 2017 tentang SPKN dan pemberlakuan Standar Audit-SPAP).

Hasil evaluasi dan monitoring yang dilakukan oleh Direktorat Litbang,


2 Pokja Pemeriksaan LKPD, dan Satker Pemeriksa.

Memenuhi kebutuhan pengaturan atas beberapa isu pemeriksaan.


3

Harmonisasi metodologi pemeriksaan LKPD dengan pemeriksaan


4 LKPP/LKKL/LKBUN.
SISTEMATIKA JUKNIS LKPD
BAB I PENDAHULUAN

BAB II PROSEDUR ANALITIS

BAB III PEMAHAMAN DAN PENILAIAN RISIKO

BAB IV MATERIALITAS DALAM PEMERIKSAAN LKPD

BAB V UJI PETIK PEMERIKSAAN (AUDIT SAMPLING)

BAB VI KERTAS KERJA PEMERIKSAAN

BAB VII FORMULASI TEMUAN PEMERIKSAAN LKPD

BAB VIII PENYUSUNAN LHP

BAB IX PANDUAN PENYUSUNAN OPINI

BAB X PERENCANAAN PEMERIKSAAN LKPD : PEMERIKSAAN INTERIM

BAB XI PENGENDALIAN DAN PENJAMINAN MUTU

BAB XII PEMERIKSAAN ATAS BLUD

BAB XIII PENUTUP


POKOK-POKOK PERUBAHAN/REVISI
PANDUAN PEMERIKSAAN LKPD

6
POKOK-POKOK PERUBAHAN PANDUAN
LKPD (1)
• Sesuai dengan Kep BPK No. 9 Tahun 2017,
Perubahan Nomenklatur berubah menjadi Juknis Pemeriksaan
LKPD
nomenklatur
• Format disesuaikan dengan penyajian Juknis

Penambahan Rujukan • Penambahan referensi SPKN pada setiap awal Bab


SPKN dan SA-SPAP
• Penambahan referensi SA-SPAP pada setiap awal Bab

• Penyesuaian dasar hukum


Bab I Pendahuluan • Menghapus bagian terkait gambaran umum
penerapan SAP berbasis akrual
POKOK-POKOK PERUBAHAN
PANDUAN LKPD…(2)
Penyempurnaan atas rumus-rumus prosedur analitis
Prosedur analitis sesuai dengan hasil evaluasi

Pemahaman dan Update konsep dan penjelasan sesuai dengan Juknis


penilaian risiko Penilaian Risiko Tahun 2017

• Menyesuaikan indeks KKP sebagaimana indeks dalam


SiAP LK
Kertas Kerja • Ketentuan penyimpanan dokumen dalam aplikasi SiAP
Pemeriksaan akan diatur dalam ketentuan tersendiri (Juklak KKP,
Panduan terkait)
POKOK-POKOK PERUBAHAN PANDUAN
LKPD (3)

Memperjelas basis penghitungan rate


MATERIALITAS materialitas adalah belanja + transfer
Menambahkan keterangan bahwa dalam
penghitungan total nilai yang diaudit
menggunakan angka absolut (tidak
memperhitungkan saldo akun yang negative).
Maksimal nilai TM adalah sebesar Performance
materiality.
Menambahkan factor-factor yang
mempengaruhi materialitas kualitatif
Menambahkan subbab materialitas tahap
pelaporan
POKOK-POKOK PERUBAHAN
PANDUAN LKPD…(4)

Penyusunan LHP Menggabungkan LHP SPI dan Kepatuhan dalam satu


SPI+Kepatuhan buku
Menambahkan subbab sistematika LHP
Menambahkan contoh/Format Gambaran Umum
Pemeriksaan.
Menambahkan paragraph berisi penjelasan bahwa
dalam LHP dimungkinkan adanya bentuk laporan lain
sesuai dengan harapan penugasan (misal, pelaporan
terkait aspek kinerja)
Menambahkan pengaturan terkait Management
Letter
POKOK-POKOK PERUBAHAN
PANDUAN LKPD…(5)

Panduan Memutakhirkan contoh opini sesuai dengan LHP


Perumusan Opini yang ada

• Mengupdate ketentuan terkait BLU


Pemeriksaan atas • Menghilangkan pembahasan pengujian
BLUD konversi SAK ke SAP sebagai dampak adanya
PSAP No. 13 tentang Penyajian LK BLU.
• Menambahkan pembahasan terkait pola
komunikasi pemeriksa BPK dengan auditor
BLUD
BAB II
PROSEDUR ANALITIS
PROSEDUR ANALITIS

Prosedur analitis merupakan evaluasi terhadap informasi keuangan


yang dibuat dengan mempelajari hubungan yang masuk akal antara
data keuangan yang satu dengan data keuangan lainnya atau antara
data keuangan dengan data nonkeuangan.

Perbedaan antara hasil analisis data riil dengan ekspektasi atas pola
hubungan yang seharusnya terjadi, mengindikasikan terjadinya
risiko salah saji yang harus ditelusuri
TUJUAN PROSEDUR ANALITIS

1 Tahap perencanaan pemeriksaan : membantu Pemeriksa dalam emahami


entitas termasuk transaksi dan kejadian pada tahun berjalan, serta membantu
perencanaan sifat, saat, dan lingkup prosedur pemeriksaan.

2 Tahap pelaksanaan pemeriksaan lapangan : ditujukan untuk memperoleh bukti


tentang asersi tertentu yang berhubungan dengan saldo akun atau jenis transaksi, serta
dapat digunakan menilai kecukupan pengungkapan atas setiap perubahan pada
akun laporan keuangan yang diperiksa.

3 Tahap pelaporan : memastikan bahwa akun-akun dalam Laporan Keuangan yang


berkaitan, baik secara vertikal maupun horizontal, sudah sinkron
PELAKSANAAN PROSEDUR ANALITIS

1 Analisis Data 1 Analis Vertikal

2 Analisis Horisontal

Teknik Prediktif bisa dilakukan dengan membandingkan


2
realisasi dan anggaran atau rumusan
lainnya.

Analisa Rasio 1 Analisa Rasio


3
dan Tren
.2 Analisa Tren
BAB III
PEMAHAMAN DAN PENILAIAN RISIKO
JENIS RISIKO

Risiko Pemeriksaan (Audit Risk/AR) 5%

Risiko Bawaan (Inherent Risk/IR)

Risiko Pengendalian (Control Risk/CR)

Risiko Deteksi (Detection Risk/DR)


HUBUNGAN AR, IR, CR, dan DR
TAHAP PENILAIAN RISIKO
a. menentukan tingkat Risiko Pemeriksaan;

b. mengidentifikasi dan menilai Risiko Bawaan untuk masing-


masing akun;

c. mengidentifikasi dan menilai Risiko Pengendalian untuk


masing-masing akun;

d. menetapkan Risiko Deteksi;

e. menentukan strategi pemeriksaan dan membuat link risiko


yang teridentifikasi ke program pemeriksaan.
PENGARUH RISIKO DENGAN
LINGKUP PENGUJIAN
Penentuan Risiko Pengendalian Pengaruh Masing-Masing Risiko Terhadap Pengujian Terinci
Penilaian Subyektif Level Risiko AR IR CR RoMM DR Materialitas Lingkup
Risiko Pengen
dalian
5% 30% L 30% L 9% L 56% H TINGGI TERBATAS

Keyakinan Rendah 30% 5% 30% L 70% M 21% L 24% M SEDANG SEDANG

pemeriksa sangat
5% 30% L 100% H 30% M 17% M SEDANG SEDANG
terjamin
5% 70% M 30% L 21% L 24% M SEDANG SEDANG
Keyakinan Sedang 70%
pemeriksa cukup 5% 70% M 70% M 49% M 10% L RENDAH MENDALAM

terjamin
5% 70% M 100% H 70% H 7% L RENDAH MENDALAM

Keyakinan Tinggi 100% 5% 100% H 30% L 30% M 17% M SEDANG SEDANG


pemeriksa tidak
5% 100% H 70% M 70% H 7% L RENDAH MENDALAM
terjamin
5% 100% H 100% H 100% H 5% L RENDAH MENDALAM
PENGARUH RISIKO DENGAN
LINGKUP PENGUJIAN (2)
Kriteria DR Rendah: Mendalam DR Sedang : Sedang DR Tinggi: Terbatas

Fokus Fokus pemeriksaan Perhatian yang cukup Tidak menjadi fokus

Alokasi sumber daya Prioritas alokasi sumber daya Alokasi sumber daya memadai Alokasi minimal

Pengujian Pengendalian Tidak mengandalkan pengujian Sebagian mengandalkan Mengandalkan pengendalian


pengendalian pengendalian

Pengujian substantif Mendalam. Pilih pada asersi tertentu yang Tidak terlalu mendalam. Pilih Terbatas atau tidak dilakukan.
paling berpengaruh apakah mengutamakan substantif Bila dilakukan dapat hanya
saldo atau transaksi. pilih juga subtantif saldo saja
penekanan pada asersi tertentu
yang paling berpengaru

Prosedur analitis dan uji Wajib dilakukan Wajib dilakukan Prosedur utama
akurasi

Sampel Luas dan Mendalam Menengah Kecil atau tidak diuji

Teknik Pemeriksaan Minimal Review dokumen eksternal,


konfirmasi, reperformance.
Mempertimbangkan kemungkinan fraud
BAB IV
MATERIALITAS
STANDAR AUDIT 320 TENTANG
MATERIALITAS

SA 320 Para. 5 Konsep materialitas diterapkan oleh auditor


pada tahap perencanaan dan pelaksanaan
audit, serta pada saat mengevaluasi dampak
kesalahan penyajian yang teridentifikasi dalam
audit dan kesalahan penyajian yang tidak
dikoreksi, jika ada, terhadap laporan keuangan
dan pada saat merumuskan opini dalam
laporan auditor. (Ref: Para. A1)
JENIS MATERIALITAS

1 OM= Overall materiality, materialitas pada tingkat laporan keuangan.

Pada Juknis sebelumnya OM= planning materiality (PM)


2
Performance materiality (PM) ; merupakan suatu jumlah yang lebih rendah
dari OM, yang ditetapkan untuk mengantisipasi nilai salah saji yg tidak
3 terdeteksi dan tidak dikoreksi, setelah dilakukannya seluruh pengujian.

Konsep performance materiality diterapkan dengan penetapan Tolerable


4 Misstatement (TM)
PERTIMBANGAN PROFESIONAL
DALAM MATERIALITAS

1. Pemahaman pemeriksa terhadap entitas dan lingkungannya;


Penentuan materialitas
bukan sekadar hitung- 2. Hasil pelaksanaan prosedur penilaian risiko;
hitungan sederhana, namun
memerlukan pertimbangan 3. Sifat dan luasnya salah saji yang terungkap dalam
profesional, diantaranya pemeriksaan sebelumnya; dan
memperhitungkan:
4. Ekspektasi mengenai salah saji dalam tahun berjalan. Misalnya
penggunaan suatu perangkat lunak pada kali pertama
menimbulkan ekspektasi salah saji tambahan.
LANGKAH –LANGKAH PENETAPAN MATERIALITAS

Penentuan dasar (basis) penetapan materialitas.


Dapat menggunakan basis Realisasi Belanja atau
Pendapatan

Penentuan tingkat (rate) materialitas;

Penetapan nilai materialitas awal untuk tingkat


LK (OM); dan

Penetapan TM sebagai bentuk materialitas


pelaksanaan
1. BASIS MATERIALITAS

Basis yang digunakan dalam LKPD adalah realisasi belanja, dengan


pertimbangan:
Realisasi belanja merupakan nilai yang cukup tinggi
1 disajikan dalam laporan keuangan;

Penggunaan belanja/alokasi anggaran belanja lebih


2 mendapat perhatian pengguna LK/lembaga perwakilan

3 Nilai realisasi belanja cukup andal


2. PENENTUAN RATE AWAL OM

1 Opini sebelumnya

Faktor-faktor yang 2 Pertimbangan Hasil Pemeriksaan (temuan)

dipertimbangkan
dalam penentuan OM
3 Efektivitas TLHP

4 Integritas personel kunci

Efektivitas SPI- menggunakan rata2 skor SPI COSO +


5 SPI TI, harus sejalan dengan penilain CRM

6 Risiko Fraud – harus sejalan dengan penilain FRAM

18
3. MENENTUKAN TM TINGKAT AKUN

1 Tentukan akun signifikan dengan pertimbangan profesional. Akun


yang diberi nilai TM adalah akun signifikan.

Penentuan akun signifikan ini harus mempertimbangkan pemahaman


2 entitas, hasil penilaian risiko, pengalaman salah saji pada periode
sebelumnya, serta ekspektasi salah saji pada LK yang diperiksa.

3 Akun dengan saldo lebih dari 50% (lima puluh persen) OM secara
kuantitatif dapat dinilai sebagai akun signifikan.

4 Selain itu perlu dilakukan pertimbangan kualitatif.


Pertimbangan Kualitatif
penentuan Akun signifikan

Meskipun saldo akun < 50% OM, suatu akun


harus dipertimbangkan sebagai akun
signifikan, apabila memiliki risiko salah saji
yang tinggi, rentan penyalahgunaan atau
ketidakpatuhan.
KARAKTERISTIK KUALITATIF AKUN SIGNIFIKAN (1)

jumlah maupun frekuensi transaksi sangat banyak dalam 1 tahun;


1
2 sifat dan nilai akun berpengaruh signifikan terhadap LK;

penyajian dan pengungkapan akun tersebut signifikan terhadap LK;


3
standar audit mengharuskan pemeriksaan pada akun tersebut;
4
akun tersebut menjadi fokus perhatian para pemangku kepentingan;
5
6 terdapat regulasi industri yang mengatur akun tersebut;
KARAKTERISTIK KUALITATIF AKUN SIGNIFIKAN (2)

7 terdapat unsur kerugian atas akun tersebut;

8 kemungkinan adanya kewajiban kontinjensi atas akun tersebut

keberadaan transaksi akun tersebut dengan pihak yang


9 mempunyai hubungan istimewa
3. MENENTUKAN TM TINGKAT AKUN (3)

Mengalokasikan OM secara kuantitatif (rumus) pada masing-masing akun


signifikan.Alokasi OM dilakukan per masing-masing jenis laporan (Neraca,
5 LRA, dan LO). Perhitungan nilai total nilai akun menggunakan angka
absolut (tidak ada nilai negative).

Menyesuaikan TM berdasarkan pertimbangan kualitatif


6 (mempertimbangkan risiko salah saji material, waktu dan sumber daya
untuk pengujian, dsb)
3. MENENTUKAN TM TINGKAT AKUN (4)

7 Alokasi pada suatu akun (TM akun) tidak boleh melebihi 50% dari OM

Selanjutnya dimungkinkan untuk mempertimbangkan kembali


8 penentuan TM akun dengan pertimbangan profesional

Pertimbangan kualitatif yang digunakan dalam menentukan akun


signifikan maupun penentuan TM harus sejalan dengan hasil
9 penilaian risiko atas setiap akun
REVISI MATERIALITAS

Pemutakhiran basis yang digunakan dalam


menentukan OM dan TM

Pemutakhiran hasil penilaian risiko


BAB V
UJI PETIK PEMERIKSAAN
(AUDIT SAMPLING)
UJI PETIK PEMERIKSAAN (1)

SPKN PSP 200 • Para. 25: Pemeriksa harus merancang dan


Standar Pelaksanaan melaksanakan prosedur pemeriksaan yang
tepat untuk memperoleh bukti pemeriksaan
yang cukup dan tepat.

• Para. 31: Pemeriksa dapat memperoleh bukti


dengan menggunakan uji petik pemeriksaan
untuk memberikan dasar yang memadai bagi
Pemeriksa untuk menarik kesimpulan.
UJI PETIK PEMERIKSAAN (2)

Penerapan prosedur Pemilihan beberapa unsur


pemeriksaan terhadap kurang dalam suatu populasi sebagai
Definisi Uji dari 100% unsur dalam suatu dasar untuk mengambil
Petik saldo akun atau kelompok kesimpulan atas keseluruhan
transaksi dengan tujuan untuk populasi.
menilai beberapa karakteristik
saldo akun atau kelompok
transaksi tersebut.

Memperoleh bukti
Tujuan & Memperoleh bukti audit yang
pemeriksaan yang cukup
Metode kompeten dan cukup.
dan tepat. Dilakukan dengan
Dilakukan dengan metode
metode pengamatan,
inspeksi, pengamatan,
wawancara, survei dan
pengajuan pertanyaan dan
pengukuran
konfirmasi
TAHAP UJI PETIK PEMERIKSAAN

a. Penentuan tujuan pengujian

b. Penentuan prosedur pemeriksaan

c. Pendefinisian populasi dan unit uji petik

d. Penentuan metode uji petik

e. Penentuan ukuran sampel

f. Evaluasi dan dokumentasi


PENDEKATAN UJI PETIK

NONSTATISTIK
STATISTIK Pemeriksa harus sudah
melakukan atau memiliki:
a. pemahaman yang baik
- Attribute Sampling
terhadap proses bisnis entitas;
- Variable Sampling
b. pemahaman dan penilaian
- Monetary unit Sampling
risiko entitas (AR, IR, CR); dan
c. prosedur analitis.
BAB VI
KERTAS KERJA PEMERIKSAAN
KERTAS KERJA PEMERIKSAAN

SPKN PSP 100 Para 29: Pemeriksa harus menyusun


Standar Umum pada Ddokumentasi pemeriksaan yang memadai
bagian Dokumentasi secara tepat waktu pada seluruh tahapan
Pemeriksaan pemeriksaan dan memberikan pemahaman
yang jelas atas prosedur pemeriksaan yang
dilakukan, pertimbangan profesional, bukti
yang diperoleh, dan kesimpulan yang dibuat..

Para 31: BPK harus mengembangkan sistem


dokumentasi pemeriksaan yang
efisien dan efektif sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
KERTAS KERJA PEMERIKSAAN

DOKUMENTASI Dilakukan pada


PEMERIKSAAN seluruh tahapan
pemeriksaan
Memberikan pemahaman
yang jelas atas :
1. Prosedur (sifat, waktu,
lingkup dan hasil)
2. Pertimbangan
professional
3. Bukti (temuan,
kesimpulan dan
rekomendasi)
4. Kesimpulan
BAB VII
FORMULASI
TEMUAN PEMERIKSAAN LKPD
FORMULASI
TEMUAN PEMERIKSAAN LKPD

SPKN PSP 200 • Para 33: Pemeriksa harus mengembangkan temuan


Standar pemeriksaan apabila menemukan ketidaksesuaian antara kondisi
dan kriteria.
Pelaksanaan
• Para 34: Pemeriksa harus mempertimbangkan unsur temuan
yang terdiri dari kondisi, kriteria, akibat, dan sebab dalam
mengembangkan temuan pemeriksaan.
Namun unsur yang dibutuhkan untuk sebuah temuan
pemeriksaan bergantung pada tujuan pemeriksaan. (Ref: Para.
A21)
• Para 35: Pemeriksa dapat membuat temuan pemeriksaan untuk
memenuhi tujuan pemeriksaan dalam rangka menarik kesimpulan
dan/atau rekomendasi. (Ref: Para. A22)
FORMULASI TEMUAN PEMERIKSAAN

Prinsip TP BPK

1. Prinsip keadilan, tidak boleh merugikan suatu pihak demi


menguntungkan pihak yang lain. Karena pada dasarnya, TP itu
harus memberikan manfaat langsung dan tidak langsung terhadap
proses pengelolaan keuangan daerah yang lebih baik.
b. Prinsip kejujuran, mengungkapkan secara menyeluruh (full
disclosure) atas fakta dan data yang ditemukan oleh pemeriksa
selama melaksanakan pemeriksaan tanpa ada yang ditutup-tutupi.
c. Prinsip profesionalisme, dihasilkan oleh pemeriksa yang
kompeten dan menguasai bidang/objek
pemeriksaan
FORMULASI TEMUAN PEMERIKSAAN

TP LKPD terkait :

a. Ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan


perundangundangan, penyimpangan, dan
ketidakpatutan yang material untuk dilaporkan;
b. Kelemahan SPI yang material untuk dilaporkan;
c. Kegagalan suatu program yang diperiksa; dan
d. Ketidaksesuaian kondisi dengan kriteria yang
ditetapkan
UNSUR TEMUAN PEMERIKSAAN

a. Judul, gambaran awal informasi singkat dan jelas tentang


permasalahan yang dimuat dalam TP.

b. Kondisi, gambaran situasi yang ada.

c. Kriteria, keadaan yang seharusnya dilaksanakan.

d. Akibat, dampak atas perbedaan kondisi dengan kriteria.

e. Sebab, sumber utama perbedaan antara kondisi dan kriteria.

f. Komentar Instansi, tanggapan oleh entitas yang diperiksa


Pengintegrasian Pemeriksaan Kinerja dan PDTT
dengan Pemeriksaan LKPD

Pemeriksaan kinerja dan PDTT yang


dilaksanakan pada TA yang diperiksa
dapat dimasukkan sebagai bagian
dari pemeriksaan interim.
KOMUNIKASI TP (1)

Setelah penyampaian TP, Pelaksana Fungsional


Pemeriksa dalam hal ini Pengendali Teknis dan/atau
Ketua Tim dapat menyelenggarakan diskusi dengan
pimpinan entitas dan/atau pejabat yang diperiksa.
Diskusi tersebut sebagai forum untuk menanggapi TP
sebelum TP diserahkan kepada pimpinan entitas yang
diperiksa. Diskusi dilaksanakan dengan tujuan untuk
mengklarifikasi permasalahan yang diungkap dalam
konsep TP.
KOMUNIKASI TP (2)

Tim Pemeriksa (Pengendali Teknis dan/atau Ketua Tim)


agar Mengomunikasikan kepada pimpinan entitas
dampak TP terhadap kewajaran penyajian laporan
keuangan..
BAB VIII
PENYUSUNAN LHP
SISTEMATIKA LHP LAPORAN
KEUANGAN

SISTEMATIKA LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN

LHP berisi Opini LK LHP SPI & Laporan lain sesuai


Kepatuhan harapan penugasan
1.Resume LHP 1.Contoh LHR
1. Lembar Opin 2.Temuan2 SPI dan Transparansi
kepatuhan Fiskal.
2. Gambaran Umum
3.Ikhtisar 2.LHR Kemandirian
3. LK audited pemantauan TLHP Fiskal)
sebelumnya 3.Pelaporan terkait
Lampiran VIII.3 aspek kinerja
tertentu
LHP YANG BERISI OPINI

1. Hasil pemeriksaan yang memuat opini BPK atas kewajaran


Laporan Keuangan entitas;

2. Gambaran Umum Pemeriksaan;

3. Laporan Keuangan Entitas Yang Telah Diperiksa.

Surat Pernyataan Tanggung Jawab yang ditandatangani oleh


a.
pimpinan entitas disertai dengan tempat dan tanggal.
Pada bagian akhir masing-masing komponen LK audited
b. harus ditandatangani oleh pimpinan entitas.
LHP SPI DAN KEPATUHAN

Resume permasalahan terkait kelemahan SPI dan ketidakpatuhan


1 terhadap peraturan perundang-undangan;

Hasil Pemeriksaan atas SPI dan Kepatuhan yang berisi temuan


2 pemeriksaan; Klasifikasi penyajian temuan berdasarkan siklus

Ikhtisar Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan


sebelumnya (data per tgl dimuat dalam IHPS). Tujuan untuk
3 memberikan perspektif berimbang kepada pembaca LHP terkait
dengan TLHP yang telah dilakukan enitas.
MANAGEMENT LETTER

Temuan Disampaikan oleh PTP Penentuan TP Pemantauan atas


Pemeriksaan yang kepada Pimpinan berdasarkan rekomendasi
tidak material Entitas serta APIP petimbangan dilakukan oleh Tim
(secara kuantitatif bersamaan dengan profesional dan Pemeriksa berikutnya
maupun kualitatif surat keluar LHP didokumentasikan sebagai bagian dari
proses penilaian risiko
KRITERIA TP YANG DAPAT
DISAJIKAN PADA
MANAGEMENT LETTER

TIDAK BERPENGARUH
PADA PENYAJIAN LK CLEARLY TRIVIAL NO FRAUD

Tidak berpengaruh langsung Nilai temuan merupakan jumlah Tidak mengandung:


pada penyajian LK yang dapat dinilai jelas tidak 1. indikasi kecurangan/fraud,
penting (clearly trivial). Besaran 2. ketidakpatuhan yang material,
3. bukan merupakan permasalahan
nilai temuan ini ditentukan
yang menjadi perhatian publik
dengan pertimbangan profesional
CONTOH FORM
MANAGEMENT LETTER

No Judul dan Ringkasan Tanggapan Rekomendasi


Masalah

1 [Judul Singkat [tanggapan [rekomendasi]


Permasalahan] manajemen]

[Ringkasan kondisi,
akibat dan sebab]

2
dst
BAB IX
PANDUAN PENYUSUNAN OPINI
Dasar Pertimbangan Pemberian Opini
• Opini merupakan pernyataan profesional sebagai kesimpulan Pemeriksa
mengenai tingkat kewajaran informasi yang disajikan dalam laporan keuangan
yang didasarkan pada :
(i) kesesuaian dengan standar akuntansi pemerintahan,
(ii) kecukupan pengungkapan,
(iii) kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, dan
(iv) efektivitas SPI.
• Dengan memperhatikan kriteria pemberian opini tersebut, pada dasarnya
terdapat dua kondisi yang menentukan opini yaitu:
a. pembatasan lingkup pemeriksaan atau kecukupan bukti; dan
b. penyimpangan dari prinsip akuntansi atau salah saji.
• Kedua hal tersebut harus dikaitkan dengan tingkat materialitas dan dampaknya
terhadap laporan keuangan secara keseluruhan (pervasiveness).

60
PERTIMBANGAN PEMBERIAN OPINI

MATERIALITAS JENIS OPINI

TIDAK MATERIALITAS WTP – PSH/PHL

PEMBATASAN LINGKUP PELANGGARAN SAP

WDP WDP
MATERIALITAS Keterbatasan Lingkup Ketidaksesuaian SAP

SANGAT
TMP TW
MATERIALITAS 61
PARAGRAF PENEKANAN SUATU HAL

Paragraf Penekanan Suatu Hal: suatu paragraf yang tercantum dalam


laporan Pemeriksa yang mengacu pada suatu hal yang telah disajikan atau
diungkapkan dengan tepat dalam laporan keuangan, yang menurut
pertimbangan Pemeriksa, sedemikian penting bahwa hal tersebut adalah
fundamental bagi pemahaman pengguna laporan keuangan. Contoh :
1) suatu ketidakpastian yang berhubungan dengan hasil di masa depan
atas perkara litigasi yang tidak biasa atau tindakan yang akan dilakukan
oleh regulator;
2) penerapan dini (jika diizinkan) atas suatu standar akuntansi baru yang
berdampak pervasif terhadap laporan keuangan sebelum tanggal
efektif berlakunya; atau
3) suatu bencana alam besar yang telah atau masih berlanjut yang
mempunyai dampak signifikan terhadap posisi keuangan entitas.
62
PARAGRAF HAL LAIN

Paragraf hal lain: suatu paragraf yang tercantum dalam laporan


Pemeriksa yang mengacu pada suatu hal selain yang telah disajikan
atau diungkapkan dalam laporan keuangan, yang menurut
pertimbangan Pemeriksa, relevan bagi pemahaman pengguna laporan
keuangan atas audit, tanggung jawab Pemeriksa, atau laporan
Pemeriksa.
Contoh : Perubahan opini dari opini selain opini WTP di tahun
sebelumnya menjadi opini WTP di tahun berjalan dan upaya tindak
lanjut yang dilakukan entitas tersebut merupakan salah satu hal
penting yang perlu diinformasikan kepada pengguna laporan keuangan
pada paragraf hal lain..

63
BAB X
PERENCANAAN PEMERIKSAAN :
PEMERIKSAAN INTERIM
PERENCANAAN PEMERIKSAAN LKPD

SPKN PSP 200 Para. 9: BPK dan Pemeriksa harus


Standar merencanakan pemeriksaan dengan
Umum sebaikbaiknya.

• Para. 14: Pemeriksa harus memperoleh


pemahaman atas entitas dan/atau hal
pokok/informasi hal pokok yang diperiksa yang
diperlukan untuk mengidentifikasi
permasalahan, menentukan materialitas, risiko,
jenis dan sumber bukti, serta auditabilitas.
LINGKUP PEMERIKSAAN INTERIM
a. SPI;

b. kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan;

c. transaksi atau realisasi anggaran semester I dan/


atau sd periode pemeriksaan interim berlangsung;

d. pemantauan tindak lanjut LHP sebelumnya;

e. informasi lain yang terkait dengan laporan keuangan


TAHAPAN PEMERIKSAAN INTERIM (1)

1. Tahap Persiapan

2. Tahap Pelaksanaan

3. Tahap Pelaporan
TAHAPAN PEMERIKSAAN INTERIM (2)

Tahap Perencanaan

a) Evaluasi hasil pemeriksaan sebelumnya

b) Peroleh Laporan Keuangan Interim

c) Penentuan objek dan lingkup pemeriksaan interim

d) Penentuan tujuan dan penyusunan langkah


pemeriksaan
TAHAPAN PEMERIKSAAN INTERIM (3)

Tahap Pelaksanaan

a) Pemutakhiran data umum entitas dan data terkait SPI


entitas
b) Pengujian atas TLHP sebelumnya

c) Penerapan prosedur pengujian pengendalian

d) Penerapan prosedur pengujian substantive


e) Penerapan prosedur pengujian kepatuhan terhadap
peraturan perundangundangan
f) Penyusunan TP

g) Dokumentasi pemeriksaan
TAHAPAN PEMERIKSAAN INTERIM (4)

Tahap Pelaporan

a) Pengambilan kesimpulan interim

b) Penentuan tingkat materialitas, risiko, dan sampling

c) Penyusunan LHP interim

d) Penyusunan Program Pemeriksaan terinci/


substantif
BAB XI
PENGENDALIAN DAN
PENJAMINAN MUTU
PENGENDALIAN DAN
PENJAMINAN MUTU LKPD

SPKN PSP 200 • Para. 11: Sistem pengendalian mutu terdiri dari prosedur
Standar dan kebijakan untuk memastikan pemerolehan hasil
pemeriksaan yang bermutu tinggi sesuai dengan standar
Umum
pemeriksaan dan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

• Para. 12: Pemeriksa harus menerapkan sistem


pengendalian mutu pada saat penugasan untuk memberikan
keyakinan memadai bahwa Pemeriksaan sesuai dengan
standar pemeriksaan dan ketentuan peraturan perundang-
undangan, dan LHP adalah tepat sesuai dengan kondisinya.
SISTEM PEMEROLEHAN KEYAKINAN MUTU
(SPKM) (1)

Pemerolehan
Pengendalian mutu
keyakinan mutu
(quality control)
(quality assurance)
SISTEM PEMEROLEHAN KEYAKINAN MUTU
(SPKM) (2)

Pengendalian mutu akan menjamin bahwa seluruh tahapan pemeriksaan


dilaksanakan tepat waktu, secara komprehensif, terdokumentasi secara
memadai, dilaksanakan, dan direview oleh Pemeriksa yang kompeten secara
berjenjang.

Pemerolehan keyakinan mutu bertujuan untuk memperoleh hasil pemeriksaan


yang bermutu tinggi dalam rangka memenuhi ketentuan perundang-undangan
dan sesuai dengan standar dan praktik terbaik internasional dalam
pemeriksaan, serta menjadi dasar penilaian atau kriteria atas mutu
pemeriksaan untuk kegiatan sebelum sampai dengan setelah pemeriksaan
dilakukan.
Sistem Manajemen Mutu (SMM) (1)

Tahap Perencanaan

1) pembentukan Tim Perencanaan Pemeriksaan (TPP);

2) penyusunan Paket Program Pemeriksaan;

3) penentuan Tim Pemeriksaan;

4) persetujuan Penugasan; dan

5) penyusunan PKP
Sistem Manajemen Mutu (SMM) (2)

Tahap Pelaksanaan
1) pemberitahuan Pemeriksaan;

2) komunikasi awal;

3) pelaksanaan P2 dan Penyusunan KKP;

4) penyusunan TP;

5) komunikasi akhir;

6) pengakhiran tahap pelaksanaan pemeriksaan;

7) penilaian Kinerja PFP.


Sistem Manajemen Mutu (SMM) (3)

Tahap Pelaporan

1) penyusunan konsep LHP;

2) review konsep LHP;

3) penyampaian konsep LHP dan perolehan tanggapan


dari entitas yang diperiksa;

4) finalisasi konsep LHP;

5) persetujuan konsep LHP dan surat keluar;

6) penerbitan dan Penyerahan LHP


Sistem Manajemen Mutu (SMM) (4)

Pengendalian mutu dapat dilakukan secara hot review


dan cold review.

Pengendalian mutu yang dilakukan mulai dari


perencanaan pemeriksaan sampai dengan LHP
diterbitkan, disebut hot review.

Review yang dilakukan setelah LHP diterbitkan disebut


cold review. Contoh cold review adalah review LHP yang
dilakukan oleh Inspektorat Utama.
BAB XII
PEMERIKSAAN LK BLUD
PEMERIKSAAN BLUD SEBAGAI
AUDIT GRUP
Beberapa risiko yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan LK BLUD
a. terdapat penyalahgunaan pendapatan BLUD dan pembebanan tarif yang
tidak sesuai ketentuan;
b. terdapat rekening BLUD yang tidak dilaporkan;
c. rekening BLUD yang dibuka tidak sesuai peruntukannya;
d. terdapat pendapatan yang tidak dicatat dan/atau penggunaan langsung
oleh bendahara atau kasir;
e. pendapatan dan/atau Belanja BLUD belum disahkan oleh Fungsi BUD;
f. sistem akuntansi dan aplikasi pelaporan keuangan yang ada belum
mendukung penerapan PSAP 13;
g. ketidakakuratan saldo awal;
h. terdapat perbedaan saldo kas pada BLUD dalam LKPD dengan saldo yang
disajikan dalam LK OPD; dan
i. tidak tereliminasinya akun-akun resiprokal (aset, kewajiban, beban, &
pendapatan LO yang berasal dari transaksi antara BLU dengan OPD yang
membawahinya dan/atau pada tingkat LKPD.
PEMERIKSAAN BLUD SEBAGAI
AUDIT GRUP

Dalam hal BLUD diperiksa oleh pemeriksa di luar BPK atau oleh
auditor eksternal, maka Pemeriksa LKPD harus dapat
memperoleh bukti pemeriksaan yang cukup dan tepat untuk
mengurangi risiko pemeriksaan ke tingkat yang dapat diterima,
dengan:
a. membangun komunikasi yang tepat dengan auditor BLUD; dan
b. mengevaluasi bukti pemeriksaan yang diperoleh dalam proses
pemeriksaan konsolidasi dan informasi keuangan dari LK
BLUD.
Proses komunikasi dengan auditor BLUD harus idokumentasikan
dalam KKP.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai