Anda di halaman 1dari 9

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas rahmat, barokah, hidayah serta inayah yang
diberikan Allah SWT sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan buku saku digital (e-
book) Pedoman Teknis Pelaksanaan Probity Audit dengan baik. Terselesaikannya penyusunan
buku saku digital (e-book) ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang dengan sabar
mambimbing dan memberikan bantuan serta motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan buku saku digital (e-book) ini tepat waktu.

Harapan bagi penulis adalah semoga dengan tersususunnya buku saku digital (e-book)
ini dapat memberikan informasi yang memadai dalam pelaksanaan Probity Audit kususnya di
Inspektorat Kabupaten Temanggung sehingga dapat memmberikan kelancaran dalam
penugasan auditor.

Temanggung, Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

PENDAHULUAN iii

A. Latar Belakang iii

GAMBARAN UMUM 1

A. Dasar Hukum 1

B. Definisi Probity Audit 1

C. Tujuan Probity Audit 1

PROSEDUR PROBITY AUDIT 2

A. Perencanaan 2

B. Pelaksanaan 3

C. Pengkomunikasian hasil audit 4

ii
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengadaan barang/jasa pemerintah (PBJ) adalah salah satu kegiatan yang dilaksanakan
oleh pemerintah dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsi pemerintahan serta
meningkatkan pelayanan publik, dimana dalam pelaksanaannya perlu dilakukan secara
transparan melalui persaingan sehat, terbuka dan adil sehingga bisa tercapai efisiensi dan
efektifitas pengadaan barang/jasa yang dapat dipertanggungjawabkan kepada publik
(akuntabel).

Sesuai dengan Pasal 76 Peraturan Presiden Nomor 16 tahun 2018, dinyatakan bahwa
Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah wajib melakukan pengawasan pengadaan
barang/jasa melalui Aparat Pengawasan Internal Pemerintah (APIP) pada
Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah. Pengawasan dilaksanakan sejak
perencanaan, persiapan, pemilihan penyedia, pelaksanaan kontrak, dan serah terima
pekerjaan.

Serta sebagaimana diatur dalam Pasal 47 dan 48 Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun
2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah dinyatakan bahwa APIP harus
melakukan pengawasan intern atas penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi
Pemerintah termasuk akuntabilitas keuangan negara, sehingga dari pengawasan intern
tersebut bisa memberikan keyakinan bahwa kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan
tolok ukur yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien untuk kepentingan pimpinan
dalam mewujudkan tata pemerintahan yang baik.

Salah satu bentuk upaya mewujudkan peran APIP dalam melakukan pengawasan
pengadaan barang/jasa adalah melaksanakan audit selama proses pengadaan barang/jasa
berlangsung (real time audit) yang disebut sebagai Probity Audit.

iii
GAMBARAN UMUM

A. Dasar Hukum
Dasar hukum pelaksanaan Probity Audit terhadap pengadaan barang/jasa adalah sebagai
berikut:
1. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah.
2. Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun
2021 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
3. Peraturan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Republik Indonesia
Nomor 3 Tahun 2019 tentang Pedoman Pengawasan Intern Atas Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah.
4. Peraturan-peraturan tentang tugas dan fungsi APIP.
5. Peraturan lain terkait pengadaan barang/jasa.

B. Definisi Probity Audit


Probity diartikan sebagai integritas (integrity), kebenaran (uprightness), dan kejujuran
(honesty) sedangkan untuk Probity Audit sendiri merupakan kegiatan pengawasan
independen terhadap suatu proses pengadaan barang/jasa, dan memberikan pendapat
atau simpulan yang obyektif mengenai apakah proses pengadaan barang/jasa telah sesuai
dengan prosedur, prinsip-prinsip dan etika pengadaan barang/jasa berdasarkan ketentuan
yang berlaku. Prinsip yang diterapkan dalam pengadaan barang/jasa yaitu efisien, efektif,
transparan, terbuka, bersaing, adil dan akuntabel sesuai dengan Peraturan Presiden
Nomor 16 Tahun 2018 Pasal 6.

C. Tujuan Probity Audit


Pelaksanaan Probity Audit bertujuan untuk meyakinkan bahwa pelaksanaan pengadaan
barang/jasa telah dilakukan berdasarkan kejujuran, integritas dan kebenaran untuk
mematuhi prinsip-prinsip pengadaan barang/jasa sesuai ketentuan yaitu efisien, efektif,
transparan, terbuka, bersaing, adil dan akuntabel. Probity Audit juga memberikan
rekomendasi/saran perbaikan atas proses pendaan barang/jasa yang sedang berlangsung.

4
PROSEDUR PROBITY AUDIT

Tahapan probity audit mencakup tahapan perencanaan, pelaksanaan, dan


pengkomunikasian hasil audit.
A. Perencanaan
Tahap perencanaan merupakan tahapan penting karena akan mempengaruhi
pencapaian tujuan probity audit. Tahap perencanaan ini mencakup:
1. Mendapatkan mandat probity audit
Sebenarnya pihak yang membutuhkan probity audit adalah pihak yang melakukan
pengadaan barang/jasa, oleh karena itu, untuk melakukan audit probity ini
diperlukan mandat tertulis dari pihak yang berwenang sebagai dasar pelaksanaan
probity audit, dan sebagai bentuk komitmen bahwa proses pengadaan
barang/jasa akan dilakukan sesuai prinsip-prinsip probity.
a. Penetapan pengadaan barang/jasa yang akan diaudit oleh pejabat yang
berwenang dan/atau Program Kerja Pemeriksaan Tahunan/PKPT dapat
menjadi bentuk mandat bagi APIP kementerian/lembaga/pemerintah daerah
untuk melakukan probity audit.
b. Probity audit juga dapat dilaksanakan berdasarkan permintaan tertulis dari
pimpinan instansi/Pengguna Anggaran (PA)/Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)
dan pelaksanaannya didasarkan pada kesepakatan bersama yang dituangkan
dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK) antara APIP dan pimpinan
instansi/PA/KPA.
2. Penyusunan Tim Audit
Berdasarkan mandat tertulis, disusunlah tim audit. Hal-hal yang perlu
diperhatikan pada tahapan ini antara lain, namun tidak terbatas pada:
a. Jumlah, susunan tim, jangka waktu audit disesuaikan dengan ruang lingkup
audit yang dilakukan dan tingkat risiko dari pengadaan barang/jasa yang akan
diaudit.
b. Susunan tim audit terdiri dari Wakil Penanggung Jawab/Pengendali Mutu,
Pengendali Teknis, Ketua Tim dan Anggota Tim.
c. Tim audit mendapatkan alokasi waktu dan sumber daya yang cukup dalam
melaksanakan penugasan probity audit.
d. Tim Audit yang ditugaskan untuk melaksanakan probity audit mengacu pada
kriteria dan persyaratan yang diuraikan sebelumnya.
3. Penelaahan Awal
Penelaahan awal ini dilaksanakan apabila mandat probity audit berdasarkan
permintaan Instansi/Pengguna Anggaran (PA)/Kuasa Pengguna Anggaran (KPA),
penelaahan ini dapat dilakukan melalui mekanisme ekspose, dimana di dalam
ekspose ini juga dibahas tujuan, ruang lingkup, rencana waktu audit, batasan
tanggung jawab probity auditor dan mekanisme yang dilakukan apabila
ditemukan pelanggaran terhadap prosedur dan ketentuan pengadaan barang/jasa
serta pelanggaran prinsip-prinsip dan etika pengadaan barang/jasa. Dilanjutkan
dengan penilaian risiko penugasan yang bertujuan mengidentifikasikan dan
memitigasi risiko-risiko yang mungkin muncul dalam penugasan Probity Audit,
sehingga bisa memutuskan penugasan Probity Audit diterima atau tidak diterima.

5
4. Penyusunan Kerangka Acuan Kerja Audit
Kerangka acuan kerja ditetapkan secara jelas antara lain, namun tidak terbatas
pada:
a. Standar Audit yang digunakan oleh Auditor dalam melakukan audit;
b. Ruang Lingkup Pelaksanaan ProbityAudit;
c. Persyaratan probity (probity requirement);
d. Kewenangan dan Tanggung Jawab penanggung jawab pengadaan barang/jasa
dan Auditor;
e. Jangka Waktu Penugasan Audit dan pembiayaan;
f. Mekanisme dan Waktu Pelaporan Audit
5. Surat Tugas Audit
Penerbitan surat tugas mengikuti mekanisme yang diatur pada Sub Bagian
Evaluasi dan Pelaporan.
6. Menuyusun Program Kerja Audit
a. Membuat Skema Audit yang berisi tujuan, waktu pelaksanaan audit dan
prosedur audit.
b. Membuat Program Audit yang berisi langkah-langkah audit. Program audit ini
merupakan program audit generik sebagai acuan umum dan harus
dimodifikasi menyesuaikan dengan situasi dan kondisi spesifik pengadaan
barang/jasa yang diaudit, terutama dengan mempertimbangkan risiko
signifikan pada tahapan pengadaan barang/jasa yang diaudit (termasuk risiko
fraud).
c. Membuat Daftar Uji Hasil Audit yang merupakan alat bantu untuk
mempermudah auditor dalam mengambil kesimpulan hasil audit.
7. Pembicaraan Awal dengan Pihak Auditi
Berdasarkan surat tugas yang telah diterbitkan, dilakukan pembicaraan
pendahuluan (entry meeting) antara auditor dengan auditi untuk membahas
teknis pelaksanaan audit, serta mendapatkan gambaran umum tahapan proses
pengadaan barang/jasa pada saat audit mulai dilakukan. Pada tahapan ini, APIP
juga meyakinkan 18 bahwa ruang lingkup audit masih relevan dengan informasi
yang didapat pada saat ekspose dan/atau sesuai dengan KAK. Hal ini ditujukan
untuk meyakinkan relevansi pendekatan probity audit (real time audit) dengan
kondisi terkini proses pengadaan barang/jasa.
8. Mendapatkan surat pernyataan probity dan surat representasi manajemen
Efektifitas probity audit sangat tergantung pada kerja sama, kejujuran, dan
integritas para pihak terkait. Pemahaman dan komitmen tersebut harus
ditekankan sejak awal penugasan probity audit, dimana komitmen tersebut
tersebut dituangkan dalam surat representasi manajemen dan surat pernyataan
probity.

B. Pelaksanaan
1. Secara umum, pelaksanaan probity audit tersebut terdiri dari tiga bagian yaitu:
a. Menyiapkan dokumen yang diperlukan untuk pelaksanaan audit
b. Mengolah Kertas Kerja Audit

6
c. Menyusun Kesimpulan Hasil Audit. Hasil Audit diarahkan untuk memberikan
simpulan bahwa proses pengadaan barang/jasa telah dilakukan sesuai
dengan persyaratan probity (probity requirement).
2. Langkah-langkah pelaksanaan Probity audit mengacu pada pedoman pelaksanaan
probity audit yang mencakup:
a. Audit atas Tahap Perencanaan dan Persiapan Pengadaan Barang/Jasa;
b. Audit atas Tahap Persiapan Pemilihan Penyedia Barang/Jasa;
c. Audit atas Tahap Pelaksanaan Pemilihan Penyedia Barang/Jasa;
d. Audit atas Tahap Pelaksanaan Kontrak Jasa Konstruksi;
e. Audit atas Tahap Pelaksanaan dan Kontrak Jasa Konsultansi Badan Usaha;
f. Audit atas Tahap Pelaksanaan Kontrak Pengadaan Barang/Jasa lainnya;
g. Audit atas Swakelola.
3. Pelaksanaan Probity Audit
Pedoman pelaksanaan probity audit tersebut terdiri dari tiga bagian yaitu:
a. Skema audit, menjelaskan tujuan dan waktu pelaksanaan audit;
b. Program audit, berisi langkah-langkah audit. Program audit ini merupakan
program audit generik sebagai acuan umum dan harus dimodifikasi
menyesuaikan dengan situasi dan kondisi spesifik pengadaan barang/jasa
yang diaudit, terutama dengan mempertimbangkan risiko signifikan pada
tahapan pengadaan barang/jasa yang diaudit (termasuk risiko fraud). Dalam
melakukan modifikasi program audit, probity auditor harus mengacu juga
pada pedoman bagian umum ini;
c. Daftar Uji Hasil Audit, merupakan alat bantu untuk mempermudah auditor
dalam mengambil kesimpulan hasil audit. Penggunaan Daftar Uji ini bukan
menjadi satu-satunya alat bantu bagi probity auditor dalam mengambil
kesimpulan. Instrumen dan atau teknik lain dapat digunakan sepanjang
relevan, efisien dan efektif dalam membantu mencapai tujuan audit,

C. Pengkomunikasian Hasil Probity Audit


1. Pada dasarnya pengkomunikasian hasil audit dilakukan melalui mekanisme
pelaporan yang dituangkan dalam bentuk Laporan Hasil Probity Audit. Namun
demikian, sesuai karakteristik probity audit sebagai mekanisme peringatan dini,
probity auditor dapat menyampaikan hal-hal terkait hasil audit, selama proses
audit masih berlangsung.
2. Apabila dalam pelaksanaan probity audit ditemukan proses pengadaan
barang/jasa yang tidak sesuai dengan ketentuan dan pelanggaran terhadap
prinsip-prinsip pengadaan barang/jasa serta etika pengadaan barang/jasa, auditor
segera menyampaikan kondisi demikian kepada pihak yang bertanggung jawab
terhadap pengadaan barang/jasa untuk dilakukan perbaikan/koreksi pada saat
proses pengadaan dan/atau audit sedang berlangsung dalam bentuk atensi
manajemen, tanpa menunggu laporan hasil audit sebagai bentuk peringatan dini
(early warning) agar manajemen bisa memperbaiki proses tersebut sebelum
berdampak negatif bagi pencapaian tujuan pengadaan barang/jasa. Secara umum
atensi manajemen memuat pokok/kondisi permasalahan dan ketidaksesuaiannya

7
dengan probity requirement, penyebab, dampak/potensi dampak kepada proses
pengadaan barang/jasa, serta saran terkait permasalahan tersebut.
3. Dengan mempertimbangkan efisensi dan efektifitas penugasan audit, atensi
manajemen ini ditandatangani oleh penanggung jawab audit atau personil lain
dalam tim audit yang mendapatkan pendelegasian tertulis dari penanggung jawab
audit. Atensi manajemen ini bukan sebagai bentuk intervensi ataupun
keikutsertaan tim audit dalam proses pengadaan barang/jasa dan tidak
memindahkan tanggung jawab pelaksanaan. Kewenangan dan tanggung jawab
pelaksanaan saran yang disampaikan melalui atensi manajemen sepenuhnya
berada pada penanggung jawab pengadaan barang/jasa. Tindak lanjut yang
dilakukan oleh penanggung jawab pengadaan barang/jasa diberitahukan kepada
probity auditor dan ditembuskan kepada Menteri/Pimpinan Lembaga/Kepala
Daerah bersangkutan atau pihak yang meminta audit.
4. Apabila pihak penanggung jawab pengadaan barang/jasa menolak untuk
melakukan perbaikan/koreksi seperti yang disampaikan melalui atensi
manajemen, maka penanggung jawab probity audit melaporkan kondisi tersebut
kepada atasan penanggung jawab pengadaan barang/jasa dan/atau pihak yang
meminta audit.
5. Berdasarkan pertimbangan profesional menganggap bahwa tingkat risiko
penugasan audit menjadi sangat tinggi dan berdampak pada pencapaian tujuan
audit seperti dilakukannya penanganan kasus pidana korupsi oleh aparat penegak
hukum atas pengadaan barang/jasa tersebut, maka tim audit harus melaporkan
kondisi tersebut kepada penanggung jawab audit. Penanggung jawab audit dapat
mempertimbangkan untuk menghentikan penugasan probity audit dengan
menerbitkan surat pemberhentian penugasan dengan tanpa memberikan
simpulan atas pengadaan barang/jasa yang diaudit disertai alasan penghentian
penugasan tersebut.
6. Proses pengkomunikasian hasil audit juga perlu dilakukan oleh auditor setelah
selesainya proses audit, melalui mekanisme pembahasan hasil audit. Dalam
pembahasan hasil probity audit dibahas hasil temuan dan simpulan, termasuk
saran-saran yang diberikan oleh auditor dan rencana tindak lanjutnya. Pada saat
pembahasan ini dibahas juga atensi manajemen yang telah disampaikan oleh
auditor, dan tindak lanjut yang telah dan akan dilakukan oleh pihak auditi. Hasil
pembahasan ini dituangkan dalam Berita Acara/Risalah Hasil Pembahasan yang
ditandatangani dua belah pihak. Mempertimbangkan karakteristik probity audit
yang real time dan dalam rangka meyakinkan kesesuaian proses pengadaan
barang/jasa dengan probity requirement, maka tindak lanjut hasil audit tidak perlu
menunggu selesainya laporan hasil audit. Setiap tindak lanjut hasil audit
disampaikan buktinya kepada probity auditor, dan instansi auditor harus
memonitor tindak lanjut terkait hasil probity audit tersebut.
7. Setelah dilakukan pembahasan hasil audit, tim audit segera menyusun Laporan
Hasil Probity Audit. Hal-hal terkait pelaporan hasil probity audit.
a. Format Pengomunikasian Hasil Audit
Format laporan hasil audit berbentuk surat dan mengacu pada Penyusunan
Laporan Pengawasan Probity Audit di Inspektorat Kabupaten Temanggung.

8
b. Distribusi Pengomunikasian Hasil Audit
Laporan Hasil Probity Audit diserahkan oleh Tim Audit kepada Sub Bagian
Evaluasi dan Pelaporan. Sub Bagian Evaluasi dan Pelaporan akan mengirimkan
Surat Perintah Tindak Lanjut dan Laporan Hasil Probity Audit kepada Pimpinan
Instansi Penanggung Jawab Pengadaan Barang/Jasa yang ditembuskan kepada
Kepala Daerah dan/atau pihak yang meminta audit.

Anda mungkin juga menyukai