Anda di halaman 1dari 57

Penugasan Konsultatif

Audit Internal
(penerapannya di sektor publik)

Tim Dosen Audit Internal Organisasi Sektor Publik


Isi Pembahasan

A. Sepintas tentang B. Konsekuensi & C. Standar Konsultasi


Audit Internal Keuntungan Audit Internal dalam
Konsultasi Audit ISPPIA
Internal

D. Tujuan dan Ciri E. Bidang-bidang F. Skema/Model G. Kasus Penerapan


Konsultasi Audit Konsultasi Audit Konsultasi Audit
Internal Internal Internal

2
A. Sepintas Audit Internal

Definisi terakhir
Internal auditing is an independent,
Manajemen Risiko
objective assurance and consulting
activity designed to add value and
improve an organization's operations.  It
helps an organization accomplish its
objectives by bringing a systematic, Pengendalian
disciplined approach to evaluate and
improve the effectiveness of risk
management, control, and governance
processes. Tata Kelola
3
A.1. Karakter Audit Internal
1 Jenis Penugasan Asurans & Konsultasi
2 Jenis Audit -Audit operasional
-Audit keuangan*
-Audit kepatuhan
-Audit PDTT/ kecurangan dll
3 Pendekatan Audit Manajemen risiko / R
GRC Pengendalian(internal) /C
Tata kelola /G
4 Karakter Asurans : represif&preventif
Rekomendasi Konsultasi : preventif
4
A.1. Pendekatan yang digunakan Audit Internal
Untuk mencapai tujuan dalam melaksanakan kegiatan asurans maupun
konsultasi, internal audit mengadakan pendekatan yang sistematis dan
disiplin dengan mengevaluasi dan mengembangkan:

1. Manajemen Risiko

2. Sistem Pengendalian

3. Tata Kelola
5
A.1.1 Konsultasi dalam manajemen risiko (sektor publik)

“Konsultasi IA dalam manajemen risiko, terutama penetapan:


1. Identifikasi risiko
2. Perubahan bobot risiko periodikal dikaitkan dengan kondisi
internal , (SW dlm SWOT terhadap 5M) maupun eksternal
( POLEKSOSBUD dan persepsi masayarakat/publik)
3. Mitigasi risiko/ antisipasi risiko
Tindakan mitigasi pun belum
tentu menghilangkan risiko

7
Click icon to add picture Click icon to add picture Click icon to add picture

8 Annual Review 4/30/23


A.1.2 Pendekatan Terhadap Sistem Pengendalian
Apakah sudah dievaluasi komponen sistem
pengendalian yang ada dalam organisasi?

Apakah sistem pengendalian yang ada diperkirakan sdh dapat


mengantisipasi risiko yang diperkirakan akan terjadi?

Apakah dalam pengembangan sistem pengendalian selalu


dipertimbangkan analisa manfaat dan biaya (benefit cost
9 analysis) dalam upaya mencapai tiga tujuan risiko??
Bidang dan Tujuan Pengendalian

Semua Kelompok Tujuannya agar dari Agar tujuan tersebut


input- proses dan pengendalian input, tercapai, semua
output dari tiap-tiap proses dan output komponen pengendalian
proses bisnis dari dapat dicapai (lingkungan
semua level struktur laporan keuangan pengendalian, penilaian
organisasi yang handal, risiko,kegiatan
kegiatan yag efisien pengendalian, informasi
dan efektif serta dan komunikasi serta
ditaatinya semua monitoring) dalam
peraturan dan organisasi harus dalam
10 perundangan kondisi memadai
Pengendalian Terhadap Peraturan


• Memonitor hierarki peraturan, sehingga peraturan yang lebih rendah
hierarkinya tetap sejalan dengan peraturan yang lebih tinggi (misal:
universitas terikat UU nomor 12/2012 tentang Pendidikan Tinggi, maka
peraturan internal /statuta, keputusan Rektor, Juklak kegiatan KKN ,
peraturan kemahasiswaan, LPM, dst, harus menyesuaikan dengan UU
12/2012 ; peraturan penggajian dan kepegawaian BUMN, tidak boleh
menyimpang dari Undang Undang Tenaga Kerja)
• Peraturan yang sifatnya operasional/juklak/manual, perlu disesuaikan
dengan lingkungan pengendalian yang bersumber dari perkembangan
teknologi/IT, (misalnya pengendalian dokumen dengan sistem prenumber
yang “ kalah” dengan teknologi scanning)
Pengendalian Kegiatan yang Efektif

“• Pengendalian harus diadakan terhadap semua kegiatan yang


terkait dengan proses pelayanan pemerintah, dengan
mengadakan Quality Function Deployment/QFD dari
masing-masing sub proses/ tahapan kegiatan.
• Tingkat efektifitas harus dikaitkan dengan efisiensi setiap
output per satuan waktu.
• Pengendalian efektifitas/ output per satuan waktu harus
didasari dengan kajian analisa benefit cost analisis
A.1.3 Pendekatan Tata Kelola

“• Pendekatan Tata Kelola dapat secara Rules Driven dan Culture Driven
• Rules Driven mengarah kepada penyusunan system/aturan yang adaa di
Perusahaan (Board Manual, WBS, Code Of Conduct, Internal Audit Charter,
Pakta Integritas, PP, Perpres, Kepmen, dll). pendekatannya pada unsur
ketaatan aturan yg dapat dipaksakan dengan sanksi
• Cultural Driven mengarah kepada pengembangan integritas, budaya, etika,
prinsip t.a.r.i.f., dll). fokusnya lebih kepada membangun kesadaran anggota
organisasi terhadap integritas atau prinsip yang didasari kesepakatan
bersama. Lebih efektif berdasarkan contoh atasan.
• Keduanya harus didukung sdm yang kompeten dan bermoral/berperilaku etis

Kaitan Risiko, Pengendalian & Tata Kelola


( SUMBER : RBIA DAVID GRIFFITH, DI ILUSTRASI
A.2.Karakter Rekomendasi Audit Internal


A.2.1.Ciri Asurans dan Tugas Konsultasi dari Auditor Internal


• Kegiatan pemberian asurans: dilaksanakan oleh tiga fihak, yaitu direksi, SPI
dan auditee. Tahap pemberian keyakinan yang memadai meliputi: kegiatan
review(baca: pemeriksaan)SPI terhadap auditee, menyiapkan rekomendasi dan
memprediksi risiko, kemudian dilaporkan kepada direksi. pelaporan dapat
berupa pemberian keyakinan positif (bila dari hasil review, kinerja auditee
sesuai atau lebih baik dari target), maupun keyakinan negatif ( perlu tindakan
antisipasi/action plan untuk mitigasi risiko kegagalan target). Biasanya
dilaporkan dalam bentuk LHP/LHA.
• Kegiatan konsultasi: dilaksanakan dua fihak, yaitu SPI dan klien/auditee.
Kegiatan ini tidak harus diikuti atau diawali dengan review/audit. Biasanya
dilaporkan periodikal secara kolektif

B. Konsekuensi dan
kelebihan konsultasi
Auditor Internal

19
B.1. Konsekuensi Penugasan Konsultasi
Auditor Internal (faktor penghambat)
Terjadi duplikasi pekerjaan dengan fungsi-fungsi yang
sebelumnya telah ada
Adanya dua peran berbeda pada periode yang sama , menyulitkan
pelaksanaan tugas bagi individu auditor ( Brinks-2009: organisasi Unit AI
dipecah secara struktural dalam dua kelompok job)terapkan Psikologi dan
komunikasi audit. Pendapat ini mendasari IIA Belanda untuk meminta para
praktisi ahli IA di Belanda memberikan arah konsultasi IA
Pendekatan konsultasi dapat dimanfaatkan untuk mempelajari celah-
celah kecurangan bagi auditee yang berniat tidak baik. Jadi, auditor
harus mempunyai keyakinan, konsultasi diberikan bila auditor tidak
20
melakukan kecurangan.
B.1.1.Prof DR MJW Vlan Twist ( IIA Belanda)

“• Fokus asurans adalah menilai apakah kegiatan dikerjakan


secara baik atau tidak baik ( efisien>< in efisien; efektif><
inefektif, kecurangan>< bersih dan tatakelola baik), sifatnya
menilai masa lalu/ historis, lebih mudah menjaga independensi
dan obyektivitas auditor
• Disisi lain, Konsultasi berfokus mengkaji, apa yag mungkin
dapat dilakukan untuk menjadi lebih baik dan apa yg
diperlukan, sifatnya mengembangkan sesuatu untuk masa yang
akan datang, auditor sulit untuk independen dan obyektif
B.2. Faktor Pendukung Konsultasi Auditor Internal
Konsultasi bersifat komprehensif yg tidak terkait dengan silo-silo/fungsi tertentu saja.
karena didasari data audit operasional yang terkait dengan siklus proses bisnis yang
melibatkan semua fungsi organisasi.
Anggota IA umumnya pernah bertugas di unit operasional sehingga mempunyai
pengalaman saat memberi konsultasi dibidang terkait
Internal Audit memeriksa dengan pendekatan yg simultan, yaitu manajemen risiko,
sistem pengendalian dan tatakelola, sehingga konsulnya dapat bersifat integral.
Hasil konsultasi, dapat didesain untuk mencegah fraud
Secara prinsip, konsultasi didasari International Standard for Professional Practice of
Internal Auditor ( ISPPIA) yang dikeluarkan IIA ( USA).

Ciri pasal dalam ISPPIA yang mengatur konsultasi menggunakan kode C dibelakang
nomor
22 standar nya, sedang standar asurans berkode A dibelakang nomor standar nya

Kaitan konsultasi dng Audit operasiona/AO dlm siklus bisnis


AO
pengad
aan
AO AO
IT dan person
lainnya alia
Konsulta
si yg
integratif
AO AO
Pemasar
an/
keuang
humas AO an
Produksi/
jasa/
Pelayana
n
Kerangka SPAI (Untuk konsultasi)


• SPAI merupakan awal dari serangkaian Pedoman Praktik Audit Internal (PPAI)
• Keseluruhan PPAI terdiri atas 4 hal:(1) definisi AI, (2) kode etik profesi AI, (3) SPAI dan
(4) interpretasi SPAI (saran penerapan)
• SPAI terdiri atas 3 standar: (1) standar atribut (2) standar kinerja (3) standar implementasi
• (1)Standar atribut berkenaan dengan karakter organisasi, individu dan pihak-pihak yang
melakukan kegiatan audit internal;(2) standar kinerja menjelaskan sifat dari kegiatan audit
internal, merupakan ukuran kualitas pekerjaan audit internal dan memberikan praktek-
praktek terbaik pelaksanaan audit. Standar atribut dan standar kinerja berlaku untuk
semua jenis penugasan audit internal; (3)standar implementasi hanya berlaku untuk satu
penugasan tertentu (misalnya, untuk kegiatan assurance, untuk kegiatan konsultasi, utk
kegiatan investigasi dan standar implementasi untuk control self assessment /CSA)
Perkembangan Standar Profesi (Konsultasi)


• Standar Profesi Auditor Internal(SPAI) di Indonesia pertama kali ditetapkan mulai tgl 12-
05-2004 dan diberlakukan tahun 2005.
• SPAI disusun/diadaptasi dari Standards for Professional Practice of Internal Auditing-
tahun 2001(SPPIA-USA) oleh lima organisasi audit internal. Umumnya SPPIA direvisi
setiap dua tahun.
• Karena SPPIA digunakan di negara yang menganut one tier board sedangkan di
Indonesia saat ini menganut pola two tier board (baca bahasan hal tersebut pada bab
komite audit),maka pelaksanaan SPAI di Indonesia tetap harus memperhatikan
mekanisme organisasi perseroan pola two tier board, termasuk kesesuaian pasal-pasal
dalam internal audit charter dan komite audit charter
• Dengan diterbitkannya IPPF (International Prfessional Practice for Internal Auditor)
2007 oleh IIA (USA), maka standar profesi dari SPPIA disesuaikan menjadi ISPPIA.
Penerapannya dapat lebih flexible, baik di negara yg mengikuti one maupun two tier
board
• Asosiasi Auditor Internal (AAI) tahun 2017 menyusun standar profesi yang bersumber
dari ISPPIA tahun 2017, dengan pengelompokan , standar audit bernomor kode “A”
dibelakang angka pasal, sedang standar untuk konsultasi bernomor kode “C” ,
dibelakang nomor angka pasal
C. Standar konsultasi berdasar ISPPIA 2017
1.Standar atribut
1000.C1 : Sifat jasa konsultasi harus didefinisikan dalam piagam audit internal
1130.C1.: audit internal dapat memberikan jasa konsultasi terhadap kegiatan yang semula pernah menjadi
tanggung jawabnya
1130.C2 : jika AI memiliki potensi kendala independensi atau obyektivitas pada penugasan jasa konsultasi yg
diusulkan, hal tsb harus diungkap sebalum penugasan diterima
1210 C! : kepala AI harus menolak penugasan konsultasi atau memperoleh saran dan bantuan yang
kompeten, jika auditornya tidak memiliki pengetahuan, ketrampilan, atau kompetensi utk melaksanakan
seluruh atau sebagian penugasan tersebut
1220 C! : auditor internal harus menerapkan kecermatan profesional dlm melaksanakan penugasan
konsultasi dng memperhatikan hal-halk sbb :
1. Kebutuhan dan harapan klien, mencakup sifat,saat,dan komunikasi hasil penugasan
2. Kompleksitas relatif dan luasnya cakupan pekerjaan yang di[perlukan utk mencapai tujuan penugasan
3. 27Biaya penugasan konsultasi dlm hubungannya dng potensi manfaat
C. Standar konsultasi berdasar ISPPIA 2017 (2)

2.Standar kinerja
2010.C1 : Kepala AI harus mempertimbangkan penerimaan rencana penugasan konsultasi berdasarkan
potensi peningkatan pengelolaan risiko, nilai tambah, dan peningkatan kegiatan operasional yg dpt
diberikan dari penugasan tsb. Penugasan yang diterima harus tercakup dlm perencanaan.
2120.C1 : selam penugasan konsultasi, AI harus memperhatikan risiko yg terkait dengan tujuan
penugasansert harus waspada terhadap risiko lain yg signifikan
2120.C2 : auditor internal harus menerapkan pengetahuan mengenai risiko yg diperolehnya melalui
penugasan konsultasi dlm penugasan evaluasi proses pengelolaan risiko organisasi
2120.C3 : ketika membantu manajemen dlm penyusunan atau peningkatan proses pengelolaan risiko,
auditor internal harus menolak menerima tanggungjawab manajemen yg senyatanya melakukan
pengelolaan risiko
2130.C1 : AI harus menerapkan pengetahuannya mengenai pengendalian yg diperolehnya melalui
penugasan
28 konsultasi utk penugasan evaluasi proses pengendalian organisasi
C. Standar konsultasi berdasar ISPPIA 2017 (3)
2201.C1 : AI harus membuat nota kesepahaman dengan klien penugasan yg memuat tujuan, ruang
lingkup, tanggung jawab masing2 pihak, dan harapan lain klien. Utk penugasan yg signifikan, nota
kesepahaman ini harus didokumentasikan
2220.C2 :selama penugasan konsultasi,Auditor harus memperhatikanpengendalian yg terkait dng
tujuan penugasan, serta waspada terhadap berbagai permasalahan pengendalian yg signifikan
2240.C1 : program kerja penugasan konsultasi berbeda dlm bentuk dan isinya, tergantung pada
sifat setiap penugasan
2330.C1 : Kepala AI harus menetapkan kebijakan kustodian dan retensi penyimpanan dokumentasi
penugasan konsultasi, termasuk penyampaiannya kepada pihak internal maupun eksternal
organisasi. Kebijakan tsb harus sesuai dengan ketentuan organisasi dan peraturan per undang2 an
yg berlaku serta ketentuan lainnya
2420.C1 : komunikasi yg disampaikan harus akurat, obyektif, jelas, ringkas, konstruktif, lengkap
dan 29tepat waktu
C. Standar konsultasi berdasar ISPPIA 2017 (4)

2440 .C1 : Kepala AI bertanggung jawab mengkomunikasikan hasil akhir


konsultasi kepada klien
2440.C2 : dalam penugasan konsultasi, permasalahan tata kelola, manajemen
risiko,dan pengendalian, dapat sekaligus diidentifikasi . Apabila isu tsb
berpengaruh signifikan thd organisasi, mak hal tersebut harus
dikomunikasikan kepada manajemen senior dan Dewan.
2500.C1 : aktivitas AI harus memantau disposisi hasil penugasan konsultasi
utk memantau tindakan perbaikan yg telah dilakukan oleh klien sesuai dengan
hasil kesepakatan penugasan konsultasi
30
D. Tujuan dan Ciri Konsultasi AI (versi Prof Vlan
Twist)

• Konsultasi ditujukan agar peningkatan perubahan nilai tambah dapat


lebih cepat, lingkupnya, harus dapat mengurangi risiko dan
meningkatkan efektifitas pengendalian dan tatakelola
• Konsultasi harus dapat meningkatkan opini audit terhadap klien
dibandingkan hasil audit periode sebelumnya
• Ciri konsultasi adalah profesi yg bersifat sekunder ( sesuai kebutuhan
dan kesepakatan klien), profesi yang bersifat mendukung politik
dalam organisasi, berimprovisasi dan bersifat taylor made
31
E. Bidang penugasan konsultasi( IIA handbook, dikutip
dari Spencer Pickett)-1

32
E.1.Tipe penugasan konsultasi AI( versi Reding,at all)-2

• Pemberian saran : terkait dengan perubahan organisasi,


misalnya dlm hal pengurangan staf, redesain proses bisnis, desain
pengendalian, pengembangan SOP, saran mitigasi risiko tinggi,dll
• Pelatihan : dalam manajemen risiko, internal control, cost
reduction program
• Fasilitator: bidang CSA, risk asessment, counterpart KAP ,dll
33
F. SKEMA PERMODELAN KONSULTASI AI


E.1.Tipe penugasan konsultasi AI( versi Reding,at all)-2

• Pemberian saran : terkait dengan perubahan organisasi,


misalnya dlm hal pengurangan staf, redesain proses bisnis, desain
pengendalian, pengembangan SOP, saran mitigasi risiko tinggi,dll
• Pelatihan : dalam manajemen risiko, internal control, cost
reduction program
• Fasilitator: bidang CSA, risk asessment, counterpart KAP ,dll
35
PENERAPAN KEGIATAN KONSULTASI AI SEKTOR


PUBLIK
Penerapan konsultasi AI sektor publik dapat semua bidang
sesuai dengan penerapan kegiatan di Unit-unit/direktorat/
badan/balai.
Umumnya , yang sudah dilaksanakan , konsultasi di bidang :

• PENDAMPINGAN / PERPRES 16 /2018


• ANTISIPASI RISIKO BIRO/DIREKTORAT
• PENYEMPURNAAN ATURAN PRODUK KEMENTERIAN
Mengenal Perpres 16 tahun 2018 dalam pendampingan
Audit Internal (Probity audit)

“Dasar : Peraturan Presiden nomor 16 tahun 2018 tentang


Pengadaan Barang dan Jasa , Peraturan Pemerintah Nomor 60
tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Internal Pemerintah
(SPIP) , Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang
Keuangan Negara serta Keputusan Menteri, terkait dengan
aturan pelaksanaan PP 16 Tahun 2018. Sepanjang belum
memiliki aturan pengadaan tersendiri, aturan ini berlaku bagi
lembaga , BUMD, Perguruan Tinggi Negeri dan lembaga
lainnya.
Arti Probity dalam Pengadaan

“Probity diartikan sebagai integritas (integrity), kebenaran


(uprightness), dan kejujuran (honesty). Konsep probity tidak
hanya digunakan untuk mencegah terjadinya korupsi atau
ketidakjujuran tetapi juga untuk memastikan bahwa proses
penyelenggaraan kegiatan sektor publik, seperti proses
pengadaan barang/jasa, penjualan aset, dan pemberian
sponsor/hibah dilaksanakan secara wajar, obyektif, transparan,
dan akuntabel.
Arti Probity dalam Pengadaan (2)


• Terkait dengan proses pengadaan barang/jasa, dan mengacu pada
pengertian di atas, probity diartikan sebagai ’good process’ yaitu proses
pengadaan barang/jasa dilakukan dengan prinsip – prinsip penegakan
integritas, kebenaran, dan kejujuran untuk memenuhi ketentuan
perundangan – undangan yang berlaku. Berdasarkan pengertian dimaksud,
probity audit dapat didefinisikan sebagai kegiatan penilaian (independen)
untuk memastikan bahwa proses pengadaan barang/jasa telah dilaksanakan
secara konsisten sesuai dengan prinsip penegakan integritas, kebenaran,
dan kejujuran dan memenuhi ketentuan perundangan berlaku yang
bertujuan meningkatkan akuntabilitas penggunaan dana sektor publik.
Prinsip Probity Pengadaan


• Prinsip probity yang pada dasarnya merupakan prinsip – prinsip
pengadaan barang/jasa sebagaimana diatur dalam Peraturan
Presiden No.16 Tahun 2018 yaitu:
1. Efisien dan efektif sehingga belanja pengadaan barang/jasa dapat
memaksimalkan nilai uang (best value for public money);
2. Transparan, terbuka, adil/tidak diskriminatif, dan bersaing
3. Akuntabel yaitu seluruh proses pengadaan barang jasa
dipertangungjawabkan sesuai dengan peraturan perundangan yang
berlaku;
4. Bebas dari benturan kepentingan (conflict of interest).
Probity Audit dan Standar Audit


• Probity audit merupakan metode audit yang digunakan dalam pengadaan
barang dan jasa sesuai dengan PP 16 Tahun 2018 , secara efisien dan
efektif ,dimulai sejak proses perencanaan pengadaan, pelaksanaan pengadaan
serta ketepatan hasil barang dan jasa yang diadakan dengan menggunakan
dana APBN dan/ atau APBD
• Standar audit yang digunakan dalam melakukan probity audit atas pengadaan
barang/jasa adalah Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur
Negara Nomor: PER/05/M.PAN/03/2008) tanggal 31 Maret 2008 tentang
Standar Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah yang meliputi: 1.
Prinsip-Prinsip Dasar; 2. Standar Umum; 3. Standar Pelaksanaan; 4. Standar
Pelaporan; 5. Standar Tindak Lanjut.
Pelaksanaan Pendampingan AI Probity Audit: 1. Tahap Persiapan


• a. Penyusunan Tim Audit; Auditor yang ditugaskan untuk melaksanakan probity audit mengacu
pada kriteria dan persyaratan yang ditetapkan dalam kebijakan pelaksanaan probity audit. Jumlah,
susunan tim, jangka waktu audit disesuaikan dengan ruang lingkup audit yang dilakukan. Surat tugas
dikeluarkan oleh Pimpinan Instansi yang melaksanakan probity audit dan ditujukan kepada auditan.
• b. Penyusunan Kerangka Acuan Kerja Audit; Auditor dan auditan menyusun Kerangka Acuan
Kerja yang disepakati bersama. Dalam kerangka acuan kerja ditetapkan secara jelas antara lain: 1)
Standar Audit Yang Digunakan oleh Auditor dalam Melakukan Audit; 2) Ruang Lingkup
Pelaksanaan Probity Audit; 3) Kewenangan dan Tanggung Jawab Auditor; 4) Jangka Waktu
Penugasan Audit; 5) Mekanisme dan Waktu Pelaporan Audit.
• c. Pembicaraan dengan Pihak Auditan Tahap awal yang perlu dilakukan yaitu pembicaraan
pendahuluan (entry meeting) antara auditor dengan auditan untuk membahas tujuan, ruang
lingkup, waktu dan mekanisme pelaporan dan langkah-langkah yang dilakukan apabila
ditemukan pelanggaran terhadap prosedur dan ketentuan pengadaan barang/jasa dan
pelanggaran prinsip – prinsip probity.
Pelaksanaan Pendampingan Probity Audit:
2. Tahap Pelaksanaan & Pelaporan


• Langkah – langkah pelaksanaan probity audit dan pelaporan hasil audit mengacu pada tahapan yang
akan diaudit:
a. Perencanaan Pengadaan;
b. Persiapan Pengadaan;
c. Pemilihan Pascakualifikasi;
d. Pemilihan Prakualifikasi;
e. Pelaksanaan Kontrak Jasa Konsultansi Badan Usaha;
f. Pelaksanaan Kontrak Jasa Konsultansi Perseorangan;
g. Pelaksanaan Kontrak Konstruksi;
h. Pelaksanaan Kontrak Pengadaan Barang.
• Pedoman Probity Audit.
a. Skema audit menjelaskan tujuan dan waktu pelaksanaan audit;
b. Program audit rinci berisi langkah-langkah audit;
c. Daftar Uji Hasil Audit (Jawaban “Ya” atau “Tidak”). Audit :
Tahap 3. Audit atas Pemanfaatan Hasil


• Tahapan ini menilai apakah hasil dari pengadaan dapat
dimanfaatkan sesuai dengan tujuan semula
• Pada awal perencanaan terdapat kriteria-kriteria hasil yang
merupakan target kinerja dari hasil pengadaan ( outcomes)
• Auditor menghitung tingkat efektifitas dari pencapaian
target berdasarkan audit program rinci untuk mengetahui
tingkat pencapaian outcomes
PROBITY AUDIT AUDIT IN PROCESS


F.1.Contoh konsultasi penyesuaian aturan


KOLOM ANALISIS TERDIRI DARI :
• ATURAN LAMA ( DISUSUN PASAL YG BERMASALAH)
• KEUNTUNGAN/ KELEBIHAN
• SISTEM PENGENDALIAN EKSISTING
• RISIKO
• USULAN PERBAIKAN ( PASAL USULAN ATURAN BARU)
• KEUNTUNGAN/ KELEBIHAN
• RISIKO
• USULAN PENGENDALIAN TAMBAHAN
• RISK RESIDUAL
• BENEFIT COST ANALISIS DAN KESIMPULAN
Antisipasi risiko


• Antisipasi : perhitungan tentang hal-hal yang akan
(belum) terjadi ( kamus umum BI)
• Risiko : kemungkinan terjadinya peristiwa yang dapat
menimbulkan dampak terhadap pencapaian tujuan.
• Antisipasi risiko : memperhitungkan hal hal yang
belum terjadi untuk mengurangi dampak yang
merugikan akibat terjadinya suatu peristiwa /SWOT
Keuntungan Antisipasi risiko


• Dampak merugikan dari suatu peristiwa risiko dapat
diminimalisasi, dipersiapkanlebih dini cara pencegahannya
dengan biaya yang optimal pendekatan internal audit dengan
evaluasi benefit cost analyses dari rencana tindak
lanjut( komponen ke 3- IC COSO: kegiatan pengendalian )
• Meningkatkan kepekaan terhadap faktor yang mempengaruhi
tujuan perusahaan ( untuk shareholder maupun stake holder)
atas unsur-unsur leading factors organisasi mempertahankan
kelangsungan hidup organisasi
Meningkatkan rekomendasi antisipatif


• Memfokuskan rekomendasi yang bernilai tambah signifikan melalui RBIA
• Melaksanakan post audit in proccess, bukan audit setelah suatu kegiatan
(suatu proyek) selesai
• Menerapkan quality function deployment (QFD) dari kegiatan yang diaudit
• Menyusun program analisis sensitivitas dari suatu temuan audit
• Membuat data base simulasi dampak temuan, terhadap pengaruh perubahan
• Mereview posisi organisasi dan hubungan antar fungsi dengan auditor serta
aliran informasinya
• Sosialisasi yang efektif kepada pimpinan mengenai fungsi konsultatif
( melalui fihak III)
Contoh : konsultasi AI utk perbaikan SOP


• Setelah mengadakan audit beberapa kali dibidang pengadaan,
ternyata temuan keterlambatan produksi /jasa pelayanan di Balai
suatu Kementerian ,disebabkan lambatnya pengadaan terhadap
komponen/ parts yg kecil-kecil yang dibutuhkan segera unit
operasional tetapi diadakan secara terpusat/sentralisasi. Para kepala
unit mengeluh, karena pengadaan komponen / bahan pembantu
diadakan terpusat sering terlambat. Kepala unit mengusulkan agar
diadakan pemisahan pengadaan/ desentralisasi terhadap parts yang
segera dibutuhkan. Apakah langkah awal AI untuk memberikan
konsultasi perubahan aturan pengadaan di Kementerian tsb?
Contoh : mendeploy kasus (lanjutan)


Analisis awal
a. Pengadaan sentralisasi
• Apa kelebihan2 yang ada bila pengadaan terpusat semuanya.
• Apa risiko2 yang terjadi pada pengadaan sentralisasi
• Bagaimana mengatasi eliminasi risiko sentralisasi pengadaan/ action plannya
• Berapa biaya action plan mengatasi risiko
• Apa kelebihan bila pengadaan didesentralisasi
b. Pengadaan desentralisasi dengan trade off sentralisasi
• Apa risiko2 yang terjadi bila pengadaan didesentralisasi  kecurangan, fraud, korupsi
• Bagaimana mengatasi risiko dan berapa biayanya untuk action plan mengatasi risiko  
controlling rutin, sanksi tegas, BPK
• Data keuntungan dan konsekuensi apa yg dapat dikuantifikasi
• Swot apa yang diidentifikasi
Contoh : (lanjutan)


c. Analisis dan hitung manfaat dan biayanya, bandingkan
kedua alternatif, mana yang paling menguntungkan
d. Buat simulasi trade off , pengadaan apa saja yang
sebaiknya di sentralisasi dan pengadaan apa saja yang
sebaiknya didesentralisasi
(Kolom-kolom matriks . yang digunakan : nomor , alternatif
SOP, benefit& kuantitasi nilai, risiko & kuantitasi dampak,
action plan, biaya action plan, analisis/kesimpulan)
Contoh 2: …. (lanjutan)


. Analisis awal
a. Pengadaan sentralisasi
• Apa kelebihan2 yang ada bila pengadaan terpusat semuanya.
• Apa risiko2 yang terjadi pada pengadaan sentralisasi
• Bagaimana mengatasi eliminasi risiko sentralisasi pengadaan/ action plannya
• Berapa biaya action plan mengatasi risiko
• Apa kelebihan bila pengadaan didesentralisasi
b. Pengadaan desentralisasi dengan trade off sentralisasi
• Apa risiko2 yang terjadi bila pengadaan didesentralisasi
• Bagaimana mengatasi risiko dan berapa biayanya untuk action plan mengatasi risiko.
c. Menghitung / manfaat dan biaya dengan meng-kuantitasi taksiran dalam nilai rupiah dari masing2
alternatif ( butir a dan butir b)
Kuantifikasi data


• .Yang perlu dikuantifikasi a.l : Bagaimana klasifikasi dan
proporsi pengadaan barang /bahan baku yang utama dan bahan
pendukung, nilai dan kondisi barang yang bersifat langka dan
tidak langka, pengaruh keterlambatan produksi akibat
keterlambatan pengadaan, sumber2 pemasok sebagai komponen
value chain terkait b iaya tranportasi
• Yg sulit dikuantifikasi : Resistensi /Budaya Pegawai terhadap
kepentingan pribadi terhadap perubahan sistem
Analisa manfaat dan biaya(1)


Sentralisasi penuh

Keuntungannya :
a.Harga bahan baku 10M turun 10%
b.Biaya pengadaan 100jt turun 5%
c.Biaya pengawasan 200jt turu 5%
Kerugian/risiko :
a.Keterlambatan produksi dan
Sentralisasi penuh

Keuntungannya :
a.Harga bahan baku 10M turun 10%
b.Biaya pengadaan 100jt turun 5%
c.Biaya pengawasan 200jt turu 5%
Kerugian/risiko :
a.Keterlambatan produksi dan
dliverypenjualan Rp 20 M berestko denda dliverypenjualan Rp 20 M berestko denda
3%, gaji tenaga langsung yang 3%, gaji tenaga langsung yang
menganggur 1 M menganggur 1 M
b.Rehab gudang pusat perlu biaya b.Rehab gudang pusat perlu biaya
300juta( umur rehab 10 tahun),gudang 300juta( umur rehab 10 tahun),gudang
divisi jauh jaraknya divisi jauh jaraknya
c.Pengriman barang2 ke divisi tambah Rp c.Pengriman barang2 ke divisi tambah Rp
300jt 300jt
Kuantitasi nilai : Rp Kuantitasi nilai : Rp
Analisa manfaat dan biaya(2)


Sentralisasi penuh:
Keuntungannya :
a.Harga bahan baku 10M turun 10%
b.Biaya pengadaan 100jt turun 5%
c.Biaya pengawasan 200jt turu 5%
Kerugian/risiko :
a.Keterlambatan produksi dan
dliverypenjualan Rp 20 M berestko denda
Sentralisasi penuh
Desentralisasi penuh
Keuntungan :
a.Produksi dan delivery lebih cepat, risiko denda 0%dari 20M,
karyawan tidak menganggur
b.Bahan pendukung di daerah harganya =dipusat
Risiko/konsekuensi:
a.Biaya pengawasan ,biaya gudang divisi dan harga bahan baku naik
3%, gaji tenaga langsung yang 7% dr standar
menganggur 1 M b.Risiko bahan baku hilang Rp 300jt
b.Rehab gudang pusat perlu biaya Keuntungan /benefit :
300juta( umur rehab 10 tahun),gudang Desntralisasi mendidik karyaman divisi lebih matang dlm pengambilan
divisi jauh jaraknya keputusan
c.Pengriman barang2 ke divisi tambah Rp Nilai maturity nya Rp 700 juta
300jt
Kuantitasi nilai : Rp Kuantitasi nilai: Rp
Thank you

Anda mungkin juga menyukai