Anda di halaman 1dari 27

MODUL PERTEMUAN 10

PRAKTIKUM AUDIT INTERNAL ORGANISASI PUBLIK

Disusun oleh:
Kelompok 4
1. Yasmin Tsimar 120204210013
2. Silvy Halda M. Lase 120204210017
3. Aurelia Viana Afrita 120204210020
4. Amanda Putri Sabrina 120204210035
5. Nyimas Hafizah Astriliya 120204210036
6. Triana Oktariani 120204210044
7. Nurhuda 120204210053

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PROGRAM STUDI AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK
JATINANGOR
2023
Tim Saudara pada tanggal 10-30 Maret 2019 bersama Tim Audit mendapatkan tugas untuk
melakukan audit Kinerja pada RSUD AR. Tujuan Audit Kinerja Saudara adalah “Menilai
efektivitas pengelolaan pelayanan rawat jalan dan rawat inap”.
Berikut adalah soal dan pertanyaan, dimana terdapat 6 turunan dari Tujuan Audit.
1. Tujuan Audit:

Apakah Pemerintah Kabupaten telah menetapkan kebijakan terkait penyediaan pelayanan


kesehatan khususnya rawat jalan dan rawat inap?

Kriteria:
Untuk menjamin kelangsungan pemenuhan pendanaan pelayanan dasar masyarakat
seperti kesehatan, pengalokasian belanja bersifat wajib dalam APBD berpedoman pada
peraturan yang berlaku. Bidang kesehatan merupakan urusan pemerintah wajib yang
terkait pelayanan dasar. Pengalokasian anggaran kesehatan diatur dalam UU Nomor 36
Tahun 2009 tentang Kesehatan. Besar anggaran kesehatan Pemerintah Provinsi, dan
Kabupaten/Kota dialokasikan minimal sebesar 10% (sepuluh persen) dari anggaran
belanja daerah di luar gaji.
Kondisi riil:
• Total Belanja Pemda diluar gaji Rp818.537.302.847,27
• Alokasi anggaran kesehatan Rp78.735.328.286,00
Pertanyaan:
a. Identifikasi permasalahan atas kondisi diatas
Jawab : Alokasi anggaran untuk kesehatan tidak sesuai dengan kriteria yang
menyatakan bahwa besar anggaran kesehatan pemerintah provinsi, dan
kabupaten/kota dialokasikan sebesar 10%.
Seharusnya total alokasi anggaran kesehatan berjumlah 10% dari total belanja
pemda diluar gaji.
Perhitungan = Rp818.537.302,27 x 10% = Rp81.853.730.284,727
Total alokasi anggaran kesehatan minimal yang tepat seharusnya adalah sejumlah
Rp81.853.730.284,727. Oleh karena itu, terdapat selisih sebesar
Rp3.118.401.998,727 antara kondisi rill alokasi anggaran kesehatan dengan
kriteria minimal jumlah alokasi anggaran kesehatan.
b. Buatlah prosedur audit untuk mengungkapkan permasalahan diatas
Jawab :
2. Tujuan Audit:

Apakah RSUD AR telah menetapkan perangkat organisasi yang memadai dalam


pelayanan rawat jalan dan rawat inap?
Kriteria:
Berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 77 Tahun 2015 tentang Pedoman
Organisasi Rumah Sakit diketahui bahwa Organisasi Rumah Sakit paling sedikit terdiri
atas:
a. Kepala Rumah Sakit atau Direktur Rumah Sakit;
b. Unsur pelayanan medis;
c. Unsur keperawatan;
d. Unsur penunjang medis;
e. Unsur administrasi umum dan keuangan;
f. Komite medis; dan
g. Satuan pemeriksaan internal.

Kondisi riil:
Dari hasil pemeriksaan dokumen struktur organisasi RSUD AR diketahui hal-hal sebagai
berikut:
a. Struktur organisasi RSUD AR belum memuat Komite Medis dan Satuan
Pemeriksaan Internal.
b. Berdasarkan Perpres Nomor 77 Tahun 2015 diketahui bahwa struktur organisasi
rumah sakit harus memuat unsur pelayanan medis yang terdiri dari pelayanan rawat
jalan, rawat inap dan gawat darurat. Sedangkan pada struktur organisasi RSUD AR,
Bidang Pelayanan Medik terdiri dari Seksi Penunjang Medik dan Seksi Pendidikan
dan Pelatihan.
c. Perpres Nomor 77 Tahun 2015 menyatakan bahwa seluruh rumah sakit wajib
menerapkan pengorganisasian rumah sakit sesuai Perpres Nomor 77 Tahun 2015
dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) tahun sejak Peraturan Presiden ini
diundangkan yaitu pada 3 Juli 2015. Namun RSUD AR belum menerapkan
pengorganisasian rumah sakit sesuai Perpres Nomor 77 Tahun 2015.
Pertanyaan:
a. Identifikasi permasalahan atas kondisi diatas

b. Buatlah prosedur audit untuk mengungkapkan permasalahan diatas

3. Tujuan Audit :

Apakah RSUD AR telah menetapkan kebijakan yang memadai dalam mendukung


pelayanan rawat jalan dan rawat inap?

Kriteria:
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 dan Permenkes Nomor 4 Tahun
2018, diketahui bahwa setiap pasien mempunyai hak mengajukan pengaduan atas
kualitas pelayanan yang didapatkan.
Kondisi riil:
Dari hasil pemeriksaan dokumen pada RSUD AR diketahui hal-hal sebagai berikut:
a. Berdasarkan hasil pemeriksaan dokumen struktur organisasi dan wawancara
dengan Direktur diperoleh informasi bahwa belum terdapat unit khusus yang
bertugas menangani keluhan dan pengaduan dari pasien dan masyarakat pada
umumnya, penetapan petugas pengelola kotak saran dan petugas pengaduan tidak
disertai dengan uraian tugas yang jelas dan lengkap.
b. Berdasarkan pemeriksaan SPO pada RSUD AR diketahui bahwa tidak terdapat
SPO penanganan pengaduan dari pasien dan keluarga pasien pada unit pelayanan
rawat jalan dan rawat inap.
c. RSUD AR belum memiliki fasilitas seperti website rumah sakit, hotline pengaduan
dan keluhan, dan media komunikasi call center seperti telepon dan telepon selular.
Selain itu, kotak saran yang ada belum memadai dan berfungsi sebagaimana
mestinya, karena pasien langsung melakukan komplain dan pengaduan kepada
petugas atau melalui Lembaga Sosial Masyarakat (LSM) karena pasien berasumsi
bahwa dengan melakukan komplain dan pengaduan kepada LSM maka
permasalahan pasien dapat segera ditindaklanjuti oleh pihak RSUD.
d. RSUD AR belum menetapkan mekanisme yang mengatur tentang tata cara dan
metode penanganan keluhan dan pengaduan pasien dan keluarga pasien baik yang
disampaikan secara langsung kepada petugas maupun yang disampaikan secara
tidak langsung terkait pelayanan kesehatan pada RSUD. Pada prakteknya,
penanganan keluhan dan pengaduan atas pelaksanaan kegiatan pelayanan rawat
jalan dan rawat inap dilakukan oleh Kasubag Umum dan Kepala Bagian Tata Usaha
untuk diinventarisir, dianalisa, dan ditindaklanjuti. Namun belum terdapat laporan
terkait keluhan dan pengaduan serta tindak lanjutnya yang disampaikan kepada
Direktur RSUD AR, Kepala Bagian Tata Usaha hanya melaporkan secara lisan
kepada Direktur RSUD AR.
Pertanyaan:
a. Identifikasi permasalahan atas kondisi diatas
RSUD AR belum menetapkan kebijakan memadai dalam mendukung pelayanan
rawat jalan dan rawat inap terkait penanganan pengaduan pasien yang seharusnya
berdasarkan Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit dan
Permenkes Nomor 4 Tahun 2018 tentang kewajiban rumah sakit dan kewajiban pasien,
setiap Rumah Sakit berkewajiban melakukan pelayanan yang berorientasi pada hak
dan kepentingan Pasien dan wajib menyediakan unit pelayanan pengaduan. Beberapa
masalah yang terjadi pada RSUD AR antara lain;
RSUD AR belum membentuk unit khusus yang bertugas menangani keluhan dan
pengaduan dari pasien dan masyarakat serta tidak terdapat kebijakan terkait uraian
tugas yang jelas dan lengkap untuk petugas pengelola kotak saran dan petugas
pengaduan. RSUD AR juga tidak membuat SPO penanganan pengaduan dari pasien
dan keluarga pasien pada unit pelayanan rawat jalan dan rawat inap sehingga pada
pelaksanaanya kurang terarah dan terstruktur.
Permasalahan lain yang terjadi yaitu RSUD AR belum memiliki fasilitas seperti
website rumah sakit, hotline pengaduan dan keluhan, dan media komunikasi call
center seperti telepon dan telepon selular melainkan masih menggunakan kotak saran.
Namun kotak saran tersebut juga belum berjalan efektif dan berfungsi sebagaimana
mestinya karena pasien langsung melakukan komplain dan pengaduan kepada
Lembaga Sosial Masyarakat (LSM) dan berasumsi bahwa permasalahan pasien dapat
segera ditindaklanjuti oleh pihak RSUD. Selain itu, RSUD AR belum menetapkan
mekanisme yang mengatur tentang tata cara dan metode penanganan keluhan dan
pengaduan pasien dan keluarga pasien baik yang disampaikan secara langsung kepada
petugas maupun yang disampaikan secara tidak langsung terkait pelayanan kesehatan
pada RSUD.

b. Buatlah prosedur audit untuk mengungkapkan permasalahan diatas


Pada prosedur audit terdapat empat tahapan dan elemen audit kinerja yaitu tahap
pengenalan dan perencanaan dengan elemen survei pendahuluan dan review SPM;
tahap pengauditan dengan elemen review hasil-hasil program, review ekonomi, dan
review kepatuhan; tahap pelaporan dengan elemen persiapan laporan, review dan
revisi, serta pengiriman dan penyajian laporan; tahap penindaklanjutan dengan elemen
desain follow up, investigasi, dan pelaporan. Berikut adalah prosedur audit yang
bertujuan untuk mengungkapkan permasalahan terkait RSUD AR telah menetapkan
kebijakan yang memadai dalam mendukung pelayanan rawat jalan dan rawat inap.
1. Permasalahan terkait belum adanya unit khusus yang bertugas menangani
keluhan dan pengaduan pasien
a. Masalah:
Pada RSUD AR belum terdapat unit khusus yang bertugas menangani
keluhan dan pengaduan dari pasien dan masyarakat pada umumnya,
penetapan petugas pengelola kotak saran dan petugas pengaduan tidak
disertai dengan uraian tugas yang jelas dan lengkap.
b. Identifikasi tujuan audit:
4. Tujuan Audit:

Apakah perencanaan kebutuhan Sumber Daya Manusia (SDM) pelayanan rawat jalan dan
rawat inap telah disusun secara memadai?
Kriteria:
Permenkes Nomor 33 Tahun 2015 tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan Kebutuhan
SDM Kesehatan, Pasal 1, yang menyatakan bahwa Pedoman Penyusunan Perencanaan
Kebutuhan SDM Kesehatan bertujuan untuk memberikan acuan bagi setiap satuan kerja
dari tingkat institusi, kabupaten/kota, provinsi, dan nasional dalam melaksanakan
penyusunan perencanaan kebutuhan sumber daya manusia kesehatan sesuai dengan tugas
dan fungsi masing-masing

Kondisi riil:
Dari hasil pemeriksaan pada RSUD AR diketahui hal-hal sebagai berikut:
a. RSUD AR telah menggunakan aplikasi SIRS Online sejak Tahun 2017 dan
SISDMK sejak awal tahun 2019. Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) adalah
suatu proses pengumpulan, pengolahan dan penyajian data rumah sakit
se-Indonesia. SIRS bertujuan untuk melaporkan data rumah sakit secara cepat
kepada Kementerian Kesehatan yang meliputi data identitas rumah sakit (RS
Online), data ketenagaan yang bekerja di rumah sakit, data rekapitulasi kegiatan
pelayanan, data kompilasi penyakit/morbiditas pasien rawat inap, dan data
kompilasi penyakit/morbiditas pasien rawat jalan. Sementara, aplikasi Sistem
Informasi SDM Kesehatan (SISDMK) merupakan aplikasi yang digunakan untuk
mendukung upaya pemerintah dalam updating data tenaga kesehatan dan sarana
kesehatan terkini secara online. Penggunaan aplikasi SISDMK ini dimulai sejak
tahun 2019.
b. Penggunaan aplikasi SISDMK pada RSUD AR belum dilakukan secara optimal,
karena belum menyajikan database ketenagaan/sumber daya manusia (SDM)
secara lengkap dan akurat. Database SDM yang dihasilkan SIRS Online dan
SDMK hanya sebatas rekapitulasi pegawai yang dimiliki oleh rumah sakit dan
belum menyajikan data terkait pelatihan atau sertifikasi keahlian yang
dimiliki.
c. Kepala Sub Bagian Kepegawaian RSUD AR menginformasikan bahwa
pengelolaan database kepegawaian hanya berupa Daftar Urut Kepangkatan
(DUK) dengan menggunakan aplikasi microsoft excel yang memuat informasi
jumlah SDM, pendidikan, masa kerja dan diklat kepemimpinan yang pernah
dilaksanakan oleh masing-masing pegawai.
d. Sub Bagian Kepegawaian menyimpan arsip data masing-masing pegawai dalam
box file per pegawai mulai dari SK Capeg, SK terakhir, SKP, uraian tugas, dan
sertifikat diklat-diklat kepemimpinan. Sertifikat diklat selain diklat kepemimpinan
diinventarisir dan diarsipkan oleh Seksi Pendidikan dan Pelatihan pada Bidang
Pelayanan Medik. Sub Bagian Kepegawaian juga telah melakukan inventarisasi
atas salinan sertifikat surat tanda registrasi seluruh tenaga kesehatan RSUD AR.
e. Kepala Bidang Keperawatan menginformasikan bahwa pengelolaan SDM
pada unit rawat jalan dan rawat inap hanya sebatas pengumpulan data
tentang jumlah perawat pelaksana, namun belum diolah ke dalam database
sehingga unit rawat jalan tidak memiliki database SDM. Unit rawat jalan dan
rawat inap hanya memiliki rekapitulasi jumlah SDM namun belum menyajikan
informasi terkait pelatihan dan sertifikasi keahlian yang dimiliki masing-masing
pegawai.
f. RSUD AR telah menggunakan aplikasi Renbut online sejak tahun 2017, namun
perencanaan kebutuhan SDM yang dilaporkan kepada Kemenkes melalui Aplikasi
Renbut Online hanya berdasarkan perkiraan dan tidak berdasarkan analisis
kebutuhan serta informasi yang andal antara lain karena hanya berdasarkan
pada data pegawai PNS yang dimiliki.
Pertanyaan:
a. Identifikasi permasalahan atas kondisi diatas
Permasalahan mengenai perencanaan kebutuhan Sumber Daya Manusia
(SDM) pelayanan rawat jalan dan rawat inap pada RSUD AR terdapat pada
rekapitulasi data pada sistem database yang belum lengkap, file dokumen para
pegawai yang masih tersimpan dalam bentuk kertas/paper, serta penyusunan
perencanaan kebutuhan SDM yang dilaporkan kepada kemenkes hanya berdasar
perkiraan tanpa disertai analisis kebutuhan maupun informasi yang andal, hanya
berpacu pada data pegawai PNS yang dimiliki. Adapun permasalahan terkait unit
rawat inap dan rawat jalan yang hanya memiliki data tercatat secara manual
terkait jumlah para pegawainya namun data tersebut belum diinput dan diolah
kedalam database. Berikut adalah analisis terhadap setiap masalah tersebut:
1. Permasalahan pada rekapitulasi data-data akan kebutuhan SDM adalah
walaupun sudah memakai aplikasi yaitu SIDMK (Sistem Informasi SDM
Kesehatan), data para pegawai yang terekam pada database hanya sebatas data
jumlah pegawai yang ada di RSUD AR yang hanya berupa Daftar Urut
Kepangkatan (DUK) dengan menggunakan aplikasi microsoft excel yang
memuat informasi jumlah SDM, pendidikan, masa kerja dan diklat
kepemimpinan yang pernah dilaksanakan oleh masing-masing pegawai,
sehingga data pegawai yang ada di aplikasi SIDMK tidak tercantum
informasi/data mengenai pelatihan atau sertifikasi pelatihan keahlian yang
dimiliki oleh tiap pegawai. Hal ini merupakan suatu bias karena sebagai tenaga
kesehatan, para pegawai tentunya harus memiliki suatu kualifikasi profesi
untuk dapat menjalankan praktek medis/kesehatan, yang mana kualifikasi
tersebut hanya dapat diakui lewat adanya sertifikasi pelatihan. Dengan tidak
tersedianya database yang memuat informasi terkait sertifikasi pelatihan yang
dimiliki oleh setiap pegawai RSUD AR, maka seharusnya pembagian kerja
tidak dapat dilakukan karena keahlian pegawai pada tiap bidang medis tidak
dapat diakui dan diragukan kompetensinya. Adapun walau apabila para
pegawai ternyata memiliki sertifikasi pelatihan namun tidak tercantum datanya
pada database RSUD AR maka akan timbul suatu masalah yaitu Kemenkes
akan sulit mengakui kekompetenan para pegawai RSUD AR karena data-data
sertifikasi pelatihan tidak tersedia. Beberapa masalah lainnya terkait dengan
kondisi ini adalah:
a. Risiko kesalahan medis yang lebih tinggi, yaitu sertifikasi pelatihan yang
tepat dapat menunjukkan kemampuan dan kualifikasi para tenaga
kesehatan. Tanpa database sertifikasi pelatihan yang terkait, RSUD AR
akan kesulitan memastikan bahwa tenaga kesehatannya memiliki
keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk melakukan tugas
mereka dengan aman dan efektif. Hal ini dapat meningkatkan risiko
kesalahan medis yang dapat membahayakan keselamatan pasien. Ditambah
apabila mencocokan secara manual suatu keahlian pegawai dengan bidang
medis tempat ia akan ditempatkan, tentunya akan sulit bila tidak dilakukan
secara otomatis dengan sistem. Sehingga kemungkinan kesalahan
penempatan pegawai pada suatu bidang medis, akan tinggi. Hal ini akan
berakibat fatal bagi penanganan para pasien.
b. Sulit untuk memastikan kualitas layanan kesehatan, yakini suatu kualitas
layanan kesehatan yang baik membutuhkan tenaga kesehatan yang terlatih
dan terampil. Tanpa database sertifikasi pelatihan, RSUD AR akan
kesulitan memastikan bahwa tenaga kesehatannya memiliki kualitas yang
diperlukan untuk memberikan layanan kesehatan yang berkualitas tinggi.
c. Sulit untuk melakukan perencanaan dan pengembangan tenaga kesehatan:
Database sertifikasi pelatihan dapat membantu RSUD AR melakukan
perencanaan dan pengembangan tenaga kesehatan yang lebih efektif. Tanpa
data ini, RSUD AR akan sulit dalam mengidentifikasi kebutuhan pelatihan
dan pengembangan yang diperlukan untuk meningkatkan keterampilan dan
pengetahuan tenaga kesehatannya. Karena tidak ada dasar pembagian SDM
nya, yaitu sertifikasi pelatihan.
d. Tidak efektif dalam memenuhi persyaratan regulasi: Ada berbagai
peraturan dan persyaratan regulasi yang harus dipenuhi oleh rumah sakit di
Indonesia. Salah satunya adalah persyaratan terkait sertifikasi pelatihan
tenaga kesehatan. Tanpa database sertifikasi pelatihan, RSUD AR
mengalami masalah dalam memastikan bahwa mereka memenuhi
persyaratan ini dan dapat mengalami masalah dalam memperoleh lisensi
atau perizinan yang diperlukan.
2. Inventarisasi dokumen berupa SK Capeg, SK terakhir, SKP, uraian tugas,
sertifikat diklat-diklat kepemimpinan, dan inventarisasi atas salinan
sertifikat surat tanda registrasi seluruh tenaga kesehatan RSUD AR,
masih dilakukan secara manual yaitu inventarisasi dokumen dilakukan
dengan cara menyimpan bukti fisik berupa kertas dari
dokumen-dokumen tersebut. Tentunya cara ini tidak sesuai dengan kriteria
dan ketentuan yang ada sebab kriteria audit kinerja memiliki kriteria untuk
mengevaluasi kinerja organisasi dengan memperhatikan aspek efisiensi
operasi. Dan cara inventarisasi dokumen ini tentunya tidak efisien. Dengan
melakukan inventarisasi fisik maka terdapat beberapa masalah yang
ditimbulkan yaitu sulitnya mengecek berkas-berkas apabila suatu saat berkas
tersebut diminta, maka akan terdapat kemungkinan bahwa pegawai lupa tempat
berkas tersebut disimpan, adapun masalah berupa hancurnya atau rusaknya
fisik dari dokumen-dokumen tersebut. Solusi dari masalah ini adalah untuk
menyimpan dokumen ke dalam database di sistem yang terintegrasi miliki
RSUD AR yang saling terintegrasi sistem dan databasenya dengan
Kementerian Kesehatan, sehingga lebih baik dokumen-dokumen di-scan dan
disimpan dalam sistem di komputer. Sehingga pegawai berpatokan pada sistem
secara otomatis untuk mengecek tiap berkas. Dan hanya memberi bentuk fisik
dokumen apabila diminta. Dengan begitu pengarsipan dan inventarisasi akan
lebih terorganisir dan meminimalisir terjadinya kesalahan.
3. Unit rawat inap dan unit rawat jalan tidak memiliki database informasi
pegawai yang bekerja di unitnya. Masalah ini tentunya sangat fatal karena
dengan tidak adanya database maka siapa saja dapat menangani pasien di unit
rawat inap dan rawat jalan, dan apabila dibawa ke ranah hukum tentunya
RSUD AR akan kesulitan untuk menanganinya sebab dari awal memang tidak
terdapat database para pegawai di unit rawat inap dan unit rawat jalan. Masalah
lainnya adalah:
a. Kesulitan dalam manajemen SDM: Tanpa database pegawai, RSUD AR
akan kesulitan dalam mengelola data dan informasi terkait dengan
karyawan, seperti kualifikasi, pelatihan, dan sertifikasi. Hal ini dapat
menghambat kemampuan rumah sakit untuk melakukan pengembangan
dan perencanaan SDM yang efektif, termasuk dalam hal rekrutmen,
promosi, dan evaluasi karyawan.
b. Kesulitan dalam penugasan: Tanpa database pegawai, RSUD AR sukar
dalam mengetahui kualifikasi dan kemampuan setiap karyawan, sehingga
sulit untuk menentukan penugasan yang sesuai dengan kemampuan dan
keahlian mereka. Hal ini dapat mengakibatkan ketidakseimbangan beban
kerja dan kinerja yang tidak optimal dari karyawan.
c. Risiko keselamatan pasien: Ketidaktahuan RSUD AR terhadap
kualifikasi dan kemampuan karyawan dapat berdampak pada risiko
keselamatan pasien. Karyawan yang tidak memenuhi syarat atau kurang
terlatih mungkin tidak dapat memberikan perawatan yang sesuai dengan
standar medis yang diperlukan, yang dapat membahayakan keselamatan
dan kesehatan pasien.
d. Kesulitan dalam evaluasi kinerja: Tanpa database pegawai, RSUD AR
akan kesulitan dalam mengevaluasi kinerja karyawan. Evaluasi kinerja
yang tidak teratur dan terkini dapat menghambat kemampuan rumah sakit
untuk mengetahui potensi karyawan dan melakukan pengembangan
karyawan yang sesuai.
4. Perencanaan kebutuhan SDM yang dilaporkan kepada Kemenkes melalui
Aplikasi Renbut Online hanya berdasarkan perkiraan dan tidak
berdasarkan analisis kebutuhan serta informasi yang andal antara lain
karena hanya berdasarkan pada data pegawai PNS yang dimiliki. Terkait
dengan masalah ini tentunya akan menimbulkan ketidakakuratan terhadap
kebutuhan SDM yang akan berakibat pada tidak bekerjanya unit-unit medis
secara maksimal seperti terjadinya kekurangan atau kelebihan tenaga kerja,
penempatan karyawan yang tidak sesuai dengan kualifikasi dan keahlian, atau
bahkan kesulitan dalam mempertahankan karyawan terbaik. Yang mana
masalah-masalah tersebut kemungkinan besar akan memberikan kontijensi
biaya yang tidak terduga pada RSUD AR. Yaitu Contohnya, jika manajer salah
dalam menghitung kebutuhan pegawai di suatu unit medis RSUD AR dan
melakukan rekrutmen yang tidak diperlukan, maka akan terjadi biaya yang
tidak perlu untuk gaji, tunjangan, pelatihan, dan sertifikasi untuk karyawan
tersebut. Di sisi lain, jika perencanaan kebutuhan SDM kurang dan ada
kekurangan karyawan, maka dapat timbul biaya tambahan untuk gaji lembur
atau outsourcing tenaga kerja untuk menutupi kekurangan tersebut. Selain itu,
apabila pegawai ditempatkan pada posisi yang tidak sesuai dengan kualifikasi
dan keahlian mereka, maka dapat mengakibatkan kinerja yang buruk,
kelebihan beban kerja, atau bahkan kesalahan yang dapat mengakibatkan
kerugian finansial. Akibatnya, RSUD AR akan membutuhkan biaya tambahan
untuk melatih karyawan atau bahkan merekrut karyawan baru untuk
menggantikan karyawan yang keluar. Hal ini dapat memberikan kerugian pada
RSUD AR apabila perkiraan perencanaan kebutuhan SDM tersebut salah
(karena tidak didasari analisis) yang akan berdampak pada kontinuitas kegiatan
operasional RSUD AR, seperti apabila ada biaya kontijensi dan dana anggaran
tidak cukup, maka akan memberi masalah yang besar bagi keberlangsungan
RSUD AR.
b. Buatlah prosedur audit untuk mengungkapkan permasalahan diatas
Prosedur audit kinerja memiliki empat tahapan yaitu tahap pengenalan dan
perencanaan dengan elemen survei pendahuluan dan review SPM; tahap
pengauditan dengan elemen review hasil-hasil program, review ekonomi, dan
review kepatuhan; tahap pelaporan dengan elemen persiapan laporan, review dan
revisi, serta pengiriman dan penyajian laporan; tahap penindaklanjutan dengan
elemen design follow up, investigasi, dan pelaporan. Berikut ini adalah prosedur
audit untuk tiap masalah yang ada terkait perencanaan kebutuhan Sumber Daya
Manusia (SDM) pelayanan rawat jalan dan rawat inap yang ada di RSUD AR:
1. Prosedur audit untuk permasalahan rekapitulasi data pegawai
a) Masalah:
Data para pegawai yang terekam pada database hanya sebatas data
jumlah pegawai yang ada di RSUD AR yang hanya berupa Daftar Urut
Kepangkatan (DUK) dengan menggunakan aplikasi microsoft excel yang
memuat informasi jumlah SDM, pendidikan, masa kerja dan diklat
kepemimpinan yang pernah dilaksanakan oleh masing-masing pegawai,
sehingga data pegawai yang ada di aplikasi SIDMK tidak tercantum
informasi/data mengenai pelatihan atau sertifikasi pelatihan keahlian yang
dimiliki oleh tiap pegawai.
b) Prosedur audit:
1. Pengenalan dan Perencanaan Audit
Pada tahap ini, auditor perlu mengumpulkan informasi awal
tentang RSUD AR dan masalah yang ada. Hal ini dilakukan dengan
melakukan survei pendahuluan dan review Sistem Pengendalian
Manajemen. Survei pendahuluan bertujuan untuk mengumpulkan
informasi awal tentang kondisi RSUD AR, sedangkan review SPM
dilakukan untuk mengevaluasi kinerja RSUD AR dari Sistem
Pengendalian Manajemen yang diterapkan. Pengenalan dan
Perencanaan audit meliputi kegiatan:
a. Melakukan identifikasi tujuan audit dan risiko audit
1) Identifikasi tujuan audit: Tujuan audit adalah untuk
mengevaluasi efektivitas dan efisiensi sistem informasi SDM
yang digunakan oleh RSUD AR serta mengidentifikasi
kelemahan dalam pengelolaan data pegawai, terutama dalam hal
informasi dan data mengenai pelatihan atau sertifikasi pelatihan
keahlian yang dimiliki oleh tiap pegawai.
2) Identifikasi Risiko
Risiko yang mungkin timbul akibat kurangnya informasi
dan data mengenai pelatihan atau sertifikasi pelatihan keahlian
yang dimiliki oleh tiap pegawai adalah:
a) Kualitas pelayanan yang diberikan oleh tenaga medis tidak
optimal karena kurangnya pemahaman mengenai keahlian
dan keterampilan yang dimiliki oleh masing-masing pegawai.
b) Kesulitan dalam melakukan evaluasi kinerja dan
pengembangan karyawan karena informasi yang tidak
lengkap mengenai pelatihan atau sertifikasi pelatihan
keahlian yang dimiliki oleh masing-masing pegawai.
b. Penentuan cakupan audit, yaitu data yang akan diaudit.
c. Penentuan metode audit yang akan digunakan, seperti wawancara
dengan karyawan, pengujian data, dan observasi langsung
d. Penentuan waktu dan anggaran yang dibutuhkan untuk melakukan
audi
2. Pelaksanaan Audit/Pengauditan
Pada tahap ini, auditor akan melakukan pengauditan dengan
elemen review hasil-hasil program, review ekonomi, dan review
kepatuhan. Review hasil-hasil program bertujuan untuk mengevaluasi
apakah RSUD AR telah melaksanakan program pelatihan atau
sertifikasi pelatihan keahlian bagi para pegawainya. Review ekonomi
bertujuan untuk mengevaluasi apakah program pelatihan atau sertifikasi
pelatihan keahlian tersebut telah memberikan manfaat yang ekonomis
bagi RSUD AR. Review kepatuhan bertujuan untuk mengevaluasi
apakah RSUD AR telah mematuhi peraturan perundang-undangan yang
berlaku terkait pelaksanaan program pelatihan atau sertifikasi pelatihan
keahlian bagi para pegawainya. Pelaksanaan audit/pengauditan meliput
kegiatan:
a. Pengumpulan data yang diperlukan, seperti data DUK dan
informasi mengenai pelatihan atau sertifikasi pelatihan keahlian
yang dimiliki oleh tiap pegawai.
b. Pengujian data untuk memastikan kebenaran dan kelengkapan data
yang tersedia.
c. Wawancara dengan karyawan untuk mendapatkan informasi
tambahan mengenai pengelolaan data pegawai.
3. Evaluasi hasil audit
Evaluasi hasil audit dilakukan dengan membandingkan data DUK
dan informasi mengenai pelatihan atau sertifikasi pelatihan keahlian
yang dimiliki oleh tiap pegawai yang ada di RSUD AR dengan standar
yang ditetapkan. Jika terdapat kelemahan dalam pengelolaan data
pegawai, maka dapat disarankan untuk melakukan perbaikan dengan
menyusun sistem informasi yang lebih lengkap dan efektif.
4. Pelaporan hasil audit
Hasil audit dilaporkan kepada manajemen RSUD AR beserta
dengan rekomendasi perbaikan yang diperlukan untuk meningkatkan
pengelolaan data pegawai. Manajemen RSUD AR dapat menggunakan
hasil audit ini untuk melakukan perbaikan dalam pengelolaan data
pegawai dan meningkatkan kualitas pelayanan yang diberikan oleh
tenaga medis.
5. Penindaklanjutan hasil audit
Pada tahap ini, auditor akan melakukan follow-up terhadap
masalah yang ditemukan dan memberikan rekomendasi terkait cara
penanganannya. Auditor perlu melakukan investigasi untuk
memastikan bahwa rekomendasi yang diberikan telah dilaksanakan
dengan benar. Setelah itu, auditor akan membuat laporan follow-up
terkait hasil investigasi tersebut.

2. Prosedur audit untuk permasalahan Inventarisasi dokumen yang masih


dilakukan secara manual dengan pengarsipan fisik
a) Masalah: Inventarisasi dokumen berupa SK Capeg, SK terakhir, SKP,
uraian tugas, sertifikat diklat-diklat kepemimpinan, dan inventarisasi atas
salinan sertifikat surat tanda registrasi seluruh tenaga kesehatan RSUD
AR, masih dilakukan secara manual yaitu inventarisasi dokumen
dilakukan dengan cara menyimpan bukti fisik berupa kertas dari
dokumen-dokumen tersebut. Tidak ada sistem terintegrasi untuk
inventarisasi dan pengarsipan dokumen.
b) Prosedur Audit:
1. Tahap Pengenalan dan Perencanaan
Tahap pengenalan dan perencanaan audit memuat kegiatan berikut:
a. Survei pendahuluan dan review SPM: Melakukan penjelasan
tentang masalah yang akan diaudit dan tujuan dari audit ini kepada
pihak-pihak terkait di RSUD AR.
b. Identifikasi dan pengumpulan data: Melakukan pengumpulan
informasi dan data terkait dengan masalah audit, seperti kebijakan
dan prosedur terkait pengelolaan dokumen, sistem pengarsipan
yang ada, serta data inventaris dokumen yang dimiliki.
c. Identifikasi tujuan audit dan identifikasi risiko audit
● Identifikasi tujuan audit:
1) Memastikan adanya sistem terintegrasi untuk inventarisasi
dan pengarsipan dokumen yang efektif dan efisien.
2) Menilai tingkat kepatuhan RSUD AR terhadap standar
pengarsipan dokumen yang berlaku.
3) Mengidentifikasi potensi risiko yang timbul dari kurangnya
sistem terintegrasi untuk inventarisasi dan pengarsipan
dokumen.
● Identifikasi risiko:
1) Risiko kepatuhan, yaitu risiko bahwa RSUD AR tidak
mematuhi standar pengarsipan dokumen yang berlaku dan
dapat mengalami sanksi atau denda.
2) Risiko keandalan, yaitu risiko bahwa dokumen yang
disimpan secara manual dapat rusak, hilang, atau tidak
terdeteksi adanya kesalahan.
3) Risiko kecukupan, yaitu risiko bahwa inventarisasi dokumen
yang dilakukan secara manual tidak mencakup seluruh
dokumen yang dibutuhkan atau tidak dapat memberikan
informasi yang cukup akurat dan tepat waktu.
2. Tahap Pengauditan
a. Review hasil-hasil program: Melakukan penilaian terhadap sistem
pengelolaan dokumen yang ada di RSUD AR dan mencari
kelemahan yang mungkin terjadi.
b. Review ekonomi: Melakukan penilaian terhadap efektivitas
pengelolaan dokumen dari segi biaya dan manfaat yang diperoleh.
c. Review kepatuhan: Melakukan penilaian terhadap kepatuhan RSUD
AR terhadap kebijakan dan prosedur terkait pengelolaan dokumen
3. Tahap Pelaporan
a. Persiapan laporan: Menyusun laporan hasil audit kinerja, yang
berisi temuan-temuan dan rekomendasi perbaikan terkait masalah
pengelolaan dokumen.
b. Review dan revisi: Menyelesaikan laporan hasil audit dan
melakukan revisi jika diperlukan.
c. Pengiriman dan penyajian laporan: Menyerahkan laporan hasil audit
kinerja kepada pihak yang berwenang di RSUD AR.
4. Tahap Penindaklanjutan:
a. Design follow up: Merancang rencana tindak lanjut untuk
menangani temuan-temuan yang terdapat pada laporan hasil audit.
b. Investigasi: Melakukan investigasi terhadap temuan-temuan yang
diidentifikasi dan menentukan tindakan perbaikan yang harus
dilakukan.
c. Pelaporan: Melaporkan hasil tindakan perbaikan dan tindak lanjut
yang telah dilakukan terhadap temuan-temuan audit kinerja.
3. Prosedur audit untuk permasalahan Unit rawat inap dan unit rawat
jalan tidak memiliki database informasi pegawai yang bekerja di
unitnya.
a) Masalah: Unit rawat inap dan unit rawat jalan tidak memiliki database
informasi pegawai yang bekerja di unitnya.
b) Prosedur audit:
1. Tahap pengenalan dan perencanaan audit
a. Survei pendahuluan: melakukan pengumpulan data awal terkait
masalah tersebut, termasuk memahami kebijakan dan prosedur yang
terkait dengan pengelolaan data pegawai di RSUD AR, serta
melakukan wawancara dengan pihak terkait, seperti manajer unit
rawat inap dan unit rawat jalan, staf kepegawaian, dan staff IT.
b. Review SPM: melakukan review sistem pengendalian manajemen
terkait dengan pengelolaan data pegawai di unit rawat inap dan unit
rawat jalan.
c. Identifikasi tujuan dan risiko audit
● Identifikasi tujuan audit:
1) Menilai efektivitas manajemen SDM dalam mengelola data
pegawai di unit rawat inap dan unit rawat jalan.
2) Menilai kualitas pengelolaan informasi pegawai di unit rawat
inap dan unit rawat jalan.
3) Menilai kesiapan unit rawat inap dan unit rawat jalan dalam
menyediakan informasi pegawai yang akurat dan terkini.
● Identifikasi risiko:
1) Risiko ketidakefektifan manajemen SDM dalam mengelola
data pegawai dapat mengakibatkan kesulitan dalam melakukan
pengelolaan dan pengembangan SDM di masa depan.
2) Risiko ketidakakuratan informasi pegawai yang disediakan
dapat mengakibatkan kesalahan dalam pengambilan keputusan
yang dapat berdampak pada kinerja unit rawat inap dan unit
rawat jalan.
3) Risiko ketidaksiapan unit rawat inap dan unit rawat jalan dalam
menyediakan informasi pegawai yang akurat dan terkini dapat
menghambat proses pengambilan keputusan dan
pengembangan SDM di masa depan.
2. Tahap pengauditan
a. Review Hasil Program: melakukan review terhadap pelaksanaan
program pengelolaan data pegawai di unit rawat inap dan unit rawat
jalan, seperti apakah telah dilakukan inventarisasi pegawai,
bagaimana prosesnya, dan apakah data pegawai tercatat dengan
benar.
b. Review Ekonomi: melakukan analisis ekonomi terhadap pengelolaan
data pegawai di unit rawat inap dan unit rawat jalan, seperti efisiensi
biaya yang terkait dengan pengelolaan data pegawai.
c. Review Kepatuhan: melakukan pengecekan apakah proses
pengelolaan data pegawai di unit rawat inap dan unit rawat jalan
telah sesuai dengan kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan
oleh RSUD AR dan peraturan dari Kementerian Kesehatan.
3. Tahap pelaporan
a. Persiapan Laporan: menyusun laporan hasil audit yang mencakup
temuan, rekomendasi, serta usulan perbaikan.
b. Review dan Revisi: melakukan review dan revisi terhadap laporan
hasil audit bersama dengan tim auditor dan pihak terkait di RSUD
AR.
c. Pengiriman dan Penyajian Laporan: menyampaikan laporan hasil
audit kepada manajemen RSUD AR dan mengadakan presentasi
hasil audit.
4. Tahap penindaklanjutan
a. Design Follow Up: menyusun rencana tindak lanjut atas temuan dan
rekomendasi yang telah diberikan.
b. Investigasi: melakukan investigasi terhadap temuan dan rekomendasi
yang belum terselesaikan.
c. Pelaporan: memberikan laporan atas tindak lanjut yang telah
dilakukan terhadap temuan dan rekomendasi.
4. Prosedur audit untuk permasalahan perencanaan kebutuhan SDM yang
dilaporkan kepada Kemenkes melalui Aplikasi Renbut Online hanya
berdasarkan perkiraan dan tidak berdasarkan analisis kebutuhan serta
informasi yang andal antara lain karena hanya berdasarkan pada data
pegawai PNS yang dimiliki.
a) Masalah: Perencanaan kebutuhan SDM yang dilaporkan kepada
Kemenkes melalui Aplikasi Renbut Online hanya berdasarkan perkiraan
dan tidak berdasarkan analisis kebutuhan serta informasi yang andal antara
lain karena hanya berdasarkan pada data pegawai PNS yang dimiliki.
b) Prosedur audit:
1. Tahap pengenalan dan perencanaan audit
a. Melakukan survei pendahuluan dan review SPM terkait proses
perencanaan kebutuhan SDM dan pelaporan ke Kemenkes. Survei
pendahuluan mengenai lingkup SDM di unit rawat inap dan di unit
rawat jalan di RSUD AR, bagaimana kegiatan pencatatan pegawai di
unit-unit tersebut, masalah yang dihadapi, teknis kegiatan, prosedur
pencatatan jumlah pegawai di tiap unit, manajemen SDM di tiap
unit, dan lainnya.
b. Mempelajari informasi terkait Aplikasi Renbut Online yang
digunakan oleh RSUD AR.
c. Menentukan tujuan audit dan risiko-risiko terkait masalah yang
dihadapi.
● Tujuan Audit:
1) Memastikan bahwa perencanaan kebutuhan SDM
dilakukan secara akurat dan terperinci.
2) Memastikan bahwa informasi yang digunakan dalam
perencanaan kebutuhan SDM andal dan didukung oleh data
yang valid.
3) Menilai apakah perencanaan kebutuhan SDM memenuhi
persyaratan Kemenkes dan berada dalam batas anggaran
yang disetujui.
4) Memberikan rekomendasi perbaikan jika ditemukan
ketidaksesuaian antara perencanaan kebutuhan SDM
dengan kebutuhan aktual.
● Risiko Audit:
1) Risiko perencanaan kebutuhan SDM yang tidak akurat,
sehingga RSUD AR mengalami kekurangan atau kelebihan
tenaga kerja.
2) Risiko penggunaan data yang tidak andal dalam
perencanaan kebutuhan SDM, sehingga mengakibatkan
ketidaksesuaian antara kebutuhan dan ketersediaan tenaga
kerja di RSUD AR.
3) Risiko adanya ketidaksesuaian perencanaan kebutuhan
SDM dengan persyaratan Kemenkes, sehingga RSUD AR
menerima sanksi atau denda.
4) Risiko melebihi batas anggaran yang disetujui untuk
perencanaan kebutuhan SDM, sehingga mengakibatkan
RSUD AR kekurangan anggaran untuk kegiatan lain.
2. Tahap pengauditan
● Review Program berupa:
a. Melakukan review terhadap hasil perencanaan kebutuhan SDM
dan pelaporan yang telah dilakukan oleh RSUD AR ke
Kemenkes.
b. Melakukan review terhadap data pegawai PNS yang dimiliki oleh
RSUD AR dan mengevaluasi apakah data tersebut akurat dan
lengkap.
c. Melakukan wawancara dengan pimpinan RSUD AR dan staf
terkait untuk memperoleh informasi terkait proses perencanaan
kebutuhan SDM dan pelaporan ke Kemenkes.
d. Melakukan review terhadap metode yang digunakan RSUD AR
untuk menentukan kebutuhan SDM dan menganalisis apakah
metode tersebut dapat diandalkan.
e. Mengevaluasi apakah RSUD AR melakukan analisis kebutuhan
SDM dengan tepat dan memperhitungkan faktor-faktor yang
mempengaruhi kebutuhan SDM seperti perubahan jumlah pasien,
kondisi kesehatan masyarakat, dan perkembangan teknologi
medis.
f. Mengevaluasi apakah RSUD AR melakukan pemetaan
kompetensi pegawai yang dimiliki dan mempertimbangkan
kebutuhan kompetensi untuk masa depan.
● Review ekonomi: pembiayaan seputar pengelolaan dan pencatatan
jumlah pegawai di unit rawat jalan dan di unit rawat inap
● Review kepatuhan: apakah prosedur pencatatan pegawai di unit
rawat jalan dan di unit rawat inap adalah prosedur yang sesuai
dengan kriteria yang ditetapkan oleh Kemenkes?
3. Tahap pelaporan
a. Mempersiapkan laporan hasil audit kinerja yang mencakup temuan,
rekomendasi, dan tindak lanjut yang harus dilakukan oleh RSUD
AR untuk memperbaiki masalah yang ada.
b. Melakukan review dan revisi laporan sesuai dengan umpan balik
yang diberikan oleh pimpinan RSUD AR dan staf terkait.
c. Mengirimkan dan menyajikan laporan hasil audit kinerja kepada
pimpinan RSUD AR dan hanya apabila diperlukan laporan hasil
audit kinerja juga disampaikan kepada Kemenkes.
4. Tahap penindaklanjutan
a. Merancang follow-up untuk memantau implementasi tindak lanjut
yang direkomendasikan dalam laporan hasil audit kinerja.
b. Melakukan investigasi apabila terdapat kendala atau masalah dalam
implementasi tindak lanjut yang direkomendasikan.
c. Melaporkan hasil follow-up dan investigasi kepada pimpinan RSUD
AR dan apabila diperlukan juga dilaporkan kepada Kemenkes.
5. Tujuan Audit:

Apakah perencanaan sarana dan prasarana pelayanan rawat jalan dan rawat inap telah
disusun secara memadai?
Kriteria:
a. Terdapat database sarana dan prasarana yang mutakhir sebagai dasar dalam
perencanaan kebutuhan sarana dan prasarana pelayanan rawat jalan dan rawat inap.
b. Terdapat perencanaan sarana dan prasarana pelayanan rawat jalan dan rawat inap
sesuai standar dan ketentuan, analisis kebutuhan, perencanaan pemenuhan,
pemeliharaan, dan peningkatan sarana dan prasarana serta anggaran sarana dan
prasarana yang cukup pada pelayanan rawat jalan dan rawat inap.
Kondisi Riil:
a. RSUD AR mempunyai database terkait sarana prasarana dan alat kesehatan berupa
Buku Inventaris, serta data sarana prasarana dan alat kesehatan yang disajikan pada
SIRS dan ASPAK. Namun database sarana prasarana dan alat kesehatan unit
pelayanan rawat jalan dan rawat inap pada Buku Inventaris, SIRS, dan ASPAK
hanya menampilkan informasi tentang ketersediaan sarana prasarana dan alat
kesehatan pada ruangan pelayanan rawat jalan dan rawat inap, sedangkan untuk
kondisi fisik belum mencerminkan kondisi terkini. Berdasarkan keterangan dari
Bendahara Barang yang membuat Buku Inventaris, update terkait kondisi sarana
prasarana dan alat kesehatan belum dilakukan karena dalam menetapkan kondisi
alat kesehatan harus berdasarkan penilaian dari teknisi elektromedis sementara
RSUD AR belum memiliki teknisi elektromedis. Selain itu, belum pernah
dilakukan kegiatan penilaian dan pengecekan sarana dan prasarana.
b. Bendahara Barang dan Kepala Bidang Pelayanan Medik menginformasikan bahwa
database sarana dan prasarana tidak digunakan dalam menyusun rencana kebutuhan
sarana dan prasarana pelayanan rawat jalan dan rawat inap. Kepala Bidang
Pelayanan Medik menyusun usulan rencana kebutuhan sarana dan prasarana
pelayanan rawat jalan dan rawat inap berdasarkan realisasi anggaran pengadaan dan
pemeliharaan sarana dan prasarana tahun lalu ditambah estimasi kenaikan kurang
lebih sepuluh persen.
c. Kepala Bidang Pelayanan Medik tidak menyampaikan rencana kebutuhan dan
pemeliharaan sarana prasarana dan alat kesehatan serta kalibrasi alat-alat kesehatan
pada pelayanan rawat jalan dan rawat inap secara rinci kepada Bidang Perencanaan
sesuai usulan yang disampaikan oleh masing-masing unit radiologi, laboratorium,
farmasi, gizi, IPSRS dan unit penunjang medik lainnya. Usulan yang disampaikan
hanya berupa besaran nominal tanpa rincian jenis dan jumlah sarana prasarana dan
alat kesehatan yang dibutuhkan dan/atau memerlukan pemeliharaan (kalibrasi).
d. Kepala Bidang Pelayanan Medik belum melakukan identifikasi terkait ketersediaan
dan kondisi sarana, prasarana dan alat kesehatan yang ada di rumah sakit.
Pertanyaan:
a. Identifikasi permasalahan atas kondisi diatas
b. Buatlah prosedur audit untuk mengungkapkan permasalahan diatas

6. Tujuan Audit:

Apakah perencanaan kebutuhan Obat dan Bahan Habis Pakai (OBHP) pelayanan rawat
jalan dan rawat inap telah disusun secara memadai?

Kriteria:
Permenkes Nomor 58 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah
Sakit Pasal 6 ayat (1) yang menyatakan bahwa Penyelenggaraan Pelayanan Kefarmasian
di Rumah Sakit harus menjamin ketersediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai yang aman, bermutu, bermanfaat, dan terjangkau.
Kondisi Riil:
Dari hasil pemeriksaan pada RSUD AR diketahui hal-hal sebagai berikut:
a. Kepala Ruangan Rawat Jalan dan IGD belum pernah menyusun identifikasi
kebutuhan obat pada unit pelayanannya untuk disampaikan kepada Instalasi
Farmasi sebagai pengelola sediaan farmasi.
b. Kepala Ruangan Rawat Inap belum pernah menyusun identifikasi kebutuhan
Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) pada unit pelayanannya.
c. Kepala Ruangan Rawat Jalan tidak pernah menyediakan data perencanaan BMHP
untuk disampaikan kepada Instalasi Farmasi sebagai pengelola sediaan farmasi.
d. Kepala Ruangan IGD telah melakukan identifikasi jenis BMHP yang sering
digunakan dalam pelayanan di IGD dan menyampaikan perencanaan kebutuhan
BMHP IGD kepada Kepala Instalasi Farmasi.
e. Kepala Ruangan Rawat Jalan tidak pernah menerima blangko isian kebutuhan obat
dan BMHP dari Instalasi Farmasi dalam rangka perencanaan dan pengadaan obat
dan BMHP di RSUD AR, sedangkan Kepala Ruangan IGD menerima blangko isian
kebutuhan obat dan BMHP dari Instalasi Farmasi pada awal tahun.
f. Instalasi Farmasi hanya melakukan perencanaan tahunan saja dan disesuaikan
dengan anggaran yang tersedia serta tidak ada pemisahan perencanaan Obat dan
BMHP untuk Unit Pelayanan Rawat Jalan dan Unit Pelayanan Rawat Inap.
Pertanyaan:
a. Identifikasi permasalahan atas kondisi diatas
Kepala Ruangan Rawat Jalan dan IGD kurang menerapkan Standar atau
Kebijakan dengan baik dalam menjalankan tugasnya. Dalam menjalankan proses
bisnisnya RSUD AR menerapkan Permenkes Nomor 58 Tahun 2014 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit Pasal 6 ayat (1) yang menyatakan
bahwa Penyelenggaraan Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit harus menjamin
ketersediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang
aman, bermutu, bermanfaat, dan terjangkau. Tetapi keadaan yang sebenarnya justru
berbanding terbalik, seperti yang terjadi di RSUD AR bahwa Kepala Ruangan
Rawat Jalan dan IGD belum pernah menyusun identifikasi obat dan juga Kepala
Ruangan Rawat Inap belum pernah menyusun Bahan Medis Habis Pakai (BMHP),
sebab dari kejadian ini sangat memungkinkan RS akan kekurangan obat dan
BMHP. Kondisi seperti ini tidak sesuai dengan stadar yang digunakan. Kejadian
selanjutnya yaitu Kepala Ruangan Rawat Jalan tidak menyediakan data
perencanaan BMHP, hal ini menyebabkan Instalasi Farmasi sebagai pengelola
ketersediaan farmasi tidak bisa memperkirakan dengan tepat apa saja yang
dibutuhkan dan seberapa banyaknya. Ketidakadilan Instalasi Farmasi saat
melakukan perencanaan dan pengadaan obat yaitu memberikan blangko isian
kebutuhan obat kepada Kepala Ruangan IGD tetapi tidak memberikan kepada
Kepala Ruangan Rawat Jalan. Instalasi Farmasi juga hanya menyusun perencanaan
tahunan saja, dan dalam penyusunannya tidak memisahkan perencanaan obat dan
BMHP untuk Unit Pelayanan Rawat Jalan dan Unit Pelayanan Rawat Inap. Kondisi
seperti ini mungkin akan kurang efektif karena akan lebih baik jika perencanaan
obat atau BMHP disesuaikan dengan unit masing-masing sehingga tiap unit sudah
memiliki ketersediaan yang cukup.
b. Buatlah prosedur audit untuk mengungkapkan permasalahan diatas

Anda mungkin juga menyukai