Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Aparatur Sipil Negara (ASN) adalah pekerjaan bagi Pegawai Negeri Sipil dan
pegawai pemerintah dengan perjanjian kontrak kerja yang bertugas pada instansi
pemerintah. Menurut UU No. 5 tahun 2014 Pegawai Negeri Sipil adalah warga
negara Indonesia yang mempunyai syarat tertentu untuk diangkat menjadi Pegawai
ASN. Pengangkatan tersebut dilakukan untuk menduduki jabatan pemerintahan
yang dilakukan oleh pejabat pembina kepegawaian. Pegawai Negeri Sipil
menunaikan kebijakan publik yang diatur oleh pejabat Pembina Kepegawaian
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pegawai Negeri Sipil
harus memberikan pelayanan publik yang berkualitas dan professional guna
mempererat persatuan dan kesatuan NKRI.

Dalam UU Nomor 5 Tahun 2014 juga sudah dinyatakan bahwa ASN yang
lazimnya disebut sebagai birokrasi bukan hanya merujuk kepada kriteria pekerjaan
tetapi merujuk kepada sebuah profesi pelayanan publik. ASN juga aktif sebagai
perencana, pelaksana, dan pengawas penyelenggaraan tugas umum pemerintahan
dan pembangunan nasional dengan cara mengimplementasikan kebijakan dan
pelayanan publik yang profesional, bersih dari kasus korupsi, kolusi dan nepotisme,
serta bebas dari campur tangan politik.

Untuk mewujudkan hal tersebut maka Pemerintah melalui Undang-Undang Nomor


5 Tahun 2014 dan Peraturan LAN No 25 Tahun 2017 mewajibkan Pelatihan Dasar
(LATSAR) terintegrasi bagi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS). Pelaksanaan
Pelatihan Dasar (LATSAR) ini bermaksud untuk membentuk PNS yang
profesional, yaitu PNS yang wataknya dibentuk oleh nilai-nilai dasar profesi PNS,
sehingga mampu menunaikan tugas dan perannya secara profesional menjadi
pelayan masyarakat. Sesuai dengan Peraturan Kepala Lembaga Administrasi
Negara Nomor 21 Tahun 2018 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelatihan Dasar
CPNS Golongan III, peserta Diklat memperoleh materi tentang nilai-nilai dasar
profesi PNS, yaitu ANEKA (Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika publik, Komitmen

1
mutu dan Anti korupsi) serta materi peran dan kedudukan PNS yang terdiri dari
Manajemen ASN, Pelayanan Publik, dan Whole of Government.

Melalui proses LATSAR, CPNS mendapatkan penjelasan, pendalaman,


penghayatan, dan penguasaan nilai-nilai dasar tersebut. Penerapan nilai-nilai inilah
yang membutuhkan rangkaian proses perencanaan yang dimulai dengan pendataaan
tugas pokok (sasaran kerja pegawai) di satuan/unit kerja, penetapan masalah dan
pemecahan isu untuk kemudian merujuk penerapan nilai-nilai dasar dalam kegiatan
tersebut. Proses ini lah yang disebut aktualisasi atau habituasi selama di unit kerja
rumah sakit.

Rumah sakit merupakan sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan rawat


inap, rawat jalan, gawat darurat dan tindakan medik yang dilakukan dalam 24 jam.
Rumah sakit harus mampu meningkatkan pelayanan kesehatan yang lebih bermutu
agar terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang setingi-tingginya serta
menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara paripurna. Untuk meningkatkan
mutu pelayanan rumah sakit dan untuk meningkatkan keselamatan pasien,
manajemen rumah sakit harus memiliki sistem yang mampu mengidentifikasi dan
melakukan intervensi tanda-tanda awal penurunan kondisi pasien. Dimana
upayanya di fokuskan pada penentuan awal tanda penurunan kondisi pasien secara
objektif berdasarkan indikator klinis dan resikonya.

Kejadian henti jantung merupakan kondisi akhir terburuk dari semua penyakit.
Kejadian henti jantung di dalam rumah sakit perlu diberikan perhatian khusus
karena berkaitan dengan penyebab mortalitas, juga berkaitan dengan sistem deteksi
dini penurunan kondisi pasien dan respon rumah sakit dalam menghadapi kejadian
henti jantung pada pasien yang sedang dirawat. Sebagian besar kasus henti jantung
di rumah sakit sebenarnya dapat diperkirakan sebelumnya. Keadaan ini dapat
diperkirakan melalui penuruanan kondisi pasien yang digambarkan dengan
gangguan parameter tanda vital seperti tekanan darah, denyut nadi, pernafasan, dan
kesadaran. Penurunan kondisi pasien sering tidak diobservasi dengan baik sehingga
berakhir pada henti jantung dan juga kematian. Kejadian gangguan tanda vital
tersebut sering sekali tidak disadari oleh tim perawat.

2
Berdasarkan dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2014 tentang Jenjang
Pangkat, Golongan Ruang Jabatan Fungsional Perawat Ahli Pertama salah satu
tugas pokok dan fungsi penulis adalah melakukan pengkajian keperawatan lanjutan
individu, tahapannya yaitu mengumpulkan data pasien secara subjektif dan
objektif, menganalisa data keluhan dan data pemeriksaan pasien,
mendokumentasikan pelayanan yang telah diberikan pada lembar rekam medis
pasien. Early warning system (EWS) merupakan salah satu alat atau sistem skoring
menggunakan karakteristik pasien yang dapat medeteksi perburukan klinis pada
pasien di ruang rawat inap. Early warning system (EWS) dapat digunakan untuk
menentukan tingkat keparahan penyakit yang menggabungkan parameter klinis
menjadi skor tunggal. Pasien dengan skor lebih besar dari ambang batas di
identifikasi dan dirujuk ke tingkat perawatan yang lebih tinggi. Selain itu, sesuai
dengan kebijakan standar nasional akreditasi rumah sakit early warning system
(EWS) merupakan salah satu elemen dalam Pelayanan Asuhan Pasien (PAP) yang
harus di terapkan dan di dokumentasikan pada rekam medis pasien di rumah sakit.
Dimana early warning system (EWS) harus diterapkan untuk meningkatkan mutu
pelayan rumah sakit. Dalam pengisian Formulir Early Warning Syatem (EWS)
menerapkan Standar Operasional Prosedur (SOP) sangatlah penting untuk menjaga
keseragaman pola kerja dan kualitas sehingga menghindari terjadinya
miskomunikasi, konflik dan permasalahan pada pelaksanaan tugas atau pekerjaan
dalam suatu organisasi. Menurut Tjipto Atmoko, Standar Operasional Prosedur
(SOP) merupakan suatu pedoman atau acuan untuk melaksanakan tugas pekerjaan
sesuai dengan fungsi dan alat penilaian kinerja instansi pemerintah berdasarkan
indikator-indikator teknis, administratif dan prosedural sesuai tata kerja, prosedur
kerja dan sistem kerja pada unit kerja yang bersangkutan.

Dari pengalaman penulis diatas ditemukan masalah belum sesuainya pengisian


formulir Early Warnig System (EWS) dengan SOP (Standar Operasional Prosedur)
di ruang rawat inap UPTD RSUD Tulang Bawang Barat. Hal ini terlihat dari tidak
terdapatnya formulir early warning system (EWS) yang diisi oleh perawat saat
melakukan pendokumentasian di rekam medis pasien. Hal ini disebabkan perawat
yang tidak bekerja di daerah pelayanan kritis/ intensif kurang mempunyai

3
pengetahuan dan pelatihan yang cukup untuk melakukan asesmen serta mengetahui
pasien yang akan masuk dalam kondisi kritis. Perawat belum memahami
pelaksanaan serta pengisian formulir early warning system (EWS) di ruang rawat
inap. Oleh karena itu melalui rancangan aktualisasi yang dibuat berdasarkan
masalah yang ada di rumah sakit ini diharapkan dalam memberikan pelayanan
kepada pasien, rumah sakit harus lebih mengutamakan keselamatan pasien serta
bisa meningkatkan kepuasan masyarakat terhadap pelayanan UPTD RSUD Tulang
Bawang Barat. Maka laporan aktualisasi ini penulis memilih judul “Mekanisme
Pengisian Formulir Early Warning System (EWS) Sesuai Standar Operasional
Prosedur (SOP) di Ruang Rawat Inap UPTD RSUD Tulang Bawang Barat”.

B. Tujuan dan Manfaat


1. Tujuan
Adapun tujuan yang akan dicapai dalam rancangan aktualisasi ini, antara lain:
a. Bagi UPTD RSUD Tulang Bawang Barat
1) Mewujudkan nilai-nilai ANEKA di lingkungan kerja khususnya Ruang
Rawat Inap UPTD RSUD TUlang Bawang Barat;
2) Memberikan dampak positif bagi SKPD tempat bekerja dengan
menyelesaikan isu yang diangkat sebagai bahan perbaikan;
b. Bagi peserta
1) Memecahkan masalah terkait belum optimalnya pengisian formulir
early warning system (EWS) oleh perawat disebabkan perawat yang
belum memahami SOP Early Warning System (EWS) di ruang rawat
inap UPTD RSUD Tulang Bawang Barat
2) Menerapkan nilai-nilai ANEKA sesuai dengan Tugas dan Fungsi Pokok
(TUPOKSI) ASN di UPTD RSUD Tulang Bawang Barat

2. Manfaat
a. Bagi Peserta Latihan Dasar CPNS
1) Mampu mengaktualisasikan nilai-nilai dasar profesi ASN, yang meliputi
Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, dan Anti
Korupsi serta peran ASN sebagai pelayanan public, pelaksana kebijakan,
dan perekat pemersatu bangsa.

4
2) Menjadi tenaga kesehatan yang mampu menjalankan tugas dan fungsinya
dengan baik dan benar.
b. Bagi UPTD RSUD Tulang Bawang Barat
1) Aktualisasi dapat meningkatkan efektifitas, efisiensi, dan inovasi serta
mutu pelayanan asuhan keperawatan yang lebih baik di UPTD RSUD
Tulang Bawang Barat.
2) Terwujudnya manajemen ASN yang baik, yang dilakukan oleh organisasi
sehingga tersedianya sumber daya ASN yang unggul, selaras dengan
perkembangan zaman
c. Bagi Perawat
1) Meningkatnya pemahaman perawat tentang SOP pengisian Formulir Early
Warning System (EWS) di Ruang Rawat Inap UPTD RSUD Tulang
Bawang Barat
2) Menjadi tenaga kesehatan yang mampu menjalankan tugas dan fungsinya
dengan baik dan benar.
d. Bagi Masyarakat
Memperoleh pelayanan yang berkualitas sesuai dengan kebutuhan dan
harapannya, dalam bidang kesehatan melalui uapaya pemberian pelayanan
prima.

C. Ruang Lingkup
Rancangan aktualisasi ini dibatasi dengan ruang lingup sebagai berikut:
1. Isu kontemporer yang diangkat merupakan isu mengenai belum sesuainya
pengisian formulir early warning system (EWS) dengan Standar Operasional
Prosedur (SPO) di ruang rawat inap UPTD RSUD Tulang Bawang Barat
sehingga perlu dibuat suatu inovasi Mekanisme Pengisisan Formulir Early
Warning System (EWS) Sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP) di Ruang
Rawat Inap UPTD RSUD Tulang Bawang Barat
2. Pelaksanaan kegiatan aktualisasi mengandung nilai-nilai dasar profesi ASN
yaitu Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu dan Anti
Korupsi (ANEKA) dan peran ASN.
3. Pelaksanaan kegiatan aktualisasi sesuai dengan persetujuan dan arahan mentor.

5
4. Penulis melaksanakan aktualisasi dan Habituasi di UPTD RSUD Tulang
Bawang Barat yaitu pada tanggal 13 oktober 2020 sampai 26 november 2020.

6
BAB II
RANCANGAN AKTUALISASI

A. Deskripsi Organisasi
1. Profil UPTD RSUD Tulang Bawang Barat
Penulis merupakan seorang perawat Ahli Pertama di UPTD RSUD Tulang
Bawang Barat. UPTD RSUD Tulang Bawang Barat didirikan pada tahun 2015,
berlokasi di tiyuh panaragan kabupaten Tulang Bawangh Barat memiliki
identitas sebagai berikut:
a) Gambaran Umum Uptd Rsud Tulang Bawang Barat
 Data Umum
 Struktur Organisasi RSUD Tulang Bawang Barat
 Nama Perusahaan : UPTD RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Tulang
Bawang Barat
 Direktur : dr. Pramono Satrio Wibowo
 Tanggal Pendirian : Tanggal 02 November 2015
 Nomor Izin Pendirian : 503/001/III.13/2015
 Tanggal Peresmian : Februari 2016
 Kelas Pelayanan : Kelas D
 Jumlah Tempat Tidur : 27
 Nomor Izin Operasional : 503 / 001 / II.17 /TUBABA/ 2017
 Masa Berlaku Izin Operasional : 18 Oktober 2023
 Izin Mendirikan Bangunan (IMB) : 503/001/III.13/2015

 Surat Izin Tempat Usaha (SITU) : 660/269/III.07/TBB/2015

 Alamat Kantor : Jl. Diponegoro Tiyuh Panaragan Kec.Tulang Bawang


Tengah. Kab. Tulang Bawang Barat. Telf (0726)
7575438 email:
rsudtubaba@gmail.com
 Pemilik : PEMDA TULANG BAWANG BARAT
 Jenis Pelayanan (Kelas) : Rumah Sakit Umum Daerah
 Status Lahan RS : Hak Milik
 Status Permodalan : Negeri
 Pemilik Modal : PEMDA TULANG BAWANG BARAT.

No Jabatan Nama

7
1 Direktur dr. Pramono Satrio Wibowo
2 Kepala Sub Bagian Tata Usaha Rita Istiqomatul Izzati,S.Farm., Apt

3 Kepala Seksi Pelayanan Medik dan dr. Indah Sofiana Rades.,MM.Kes


Keperawatan
4 Kepala Seksi Penunjang Medik dan Non Lika Diana, SKM.,MM
Medik
5 Kepala Instalasi Gawat Darurat Sairullah, AMd.Kep
6 Kepala Instalasi Rawat Jalan Tri Idayani, AMd.Keb
7 Kepala Instalasi Keperawatan Denny Julianto, AMd.Kep
8 Kepala Instalasi Kebidanan Ida Lela, AMd.Keb
9 Kepala Instalasi Farmasi Stephanus Dwi Arianto, SSi. Apt
10 Kepala Instalasi Laboratorium Enik Susilahati, AMd.AK
11 Kepala Instalasi Radiologi Ridho Achmad, AMd.Rad
12 Kepala Instalasi IPSRS Amelia Saputri , AMd.KL, SKM
13 Kepala Instalasi Gizi Marsila Wati Amd.Gz

b) Visi, Misi, Motto, Nilai – nilai Organisasi


1) Visi dan Misi Kabupaten Tulang Bawang Barat
Visi Kabupaten Tulang Bawang Barat adalah “Kabupaten Tulang
Bawang Barat yang Maju, Sejahtera, dan Berdaya Saing”.

Misi Kabupaten Tulang Bawang Barat antara lain :


 Mengembangkan sumber daya manusia yang produktif, kreatif,
dan inovatif.
 Mengembangkan perekonomian daerah yang kokoh, merata, dan
berkelanjutan.
 Memperluas cakupan prasarana, sarana, dan utilitas wilayah
yang bersinergi dan terintegrasi antar wilayah.
 Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih.
 Membangun kehidupan masyarakat yang religius, demokratis,
partisipatif, taat hukum, dan mentransformasi budaya daerah
sebagai sumber energi sosial pembangunan.

8
2) Visi dan Misi UPTD RSUD Tulang Bawang Barat
Dalam upaya mengembangkan organisasi dan meningkatkan
kualitas pelayanannya kepada masyarakat, Rumah Sakit Umum
Daerah (RSUD) Tulang Bawang Barat memiliki Visi Dan Misi dan
nilai – nilai Sebagai Berikut.

Visi :
“Mewujudkan Masyarakat Tulang Bawang Barat Sehat dan Berdaya
Saing”

Misi :
Misi RSUD Tulang Bawang Barat adalah:
 Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berkualitas;
 Meningkatkan upaya dan mutu pelayanan kesehatan;
 Meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas dan
berdaya saing;
 Meningkatkan sarana dan prasarana Rumah Sakit Umum Daerah
Tulang Bawang Barat;
 Menjadi salah satu Rumah Sakit rujukan di Kabupaten Tulang
Bawang Barat;

Motto

Motto UPTD RSUD TULANG BAWANG BARAT adalah “Melayani


dengan Sepenuh Hati”

Tata Nilai Organisasi

Tata Nilai Organisasi di UPTD RSUD Tulang Bawang Barat adalah


“SEHAT”

 Santun
 Empati
 Humanis
 Akurat

9
 Terbaik

c) Tugas Pokok dan Fungsi Perawat Ahli Pertama


Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2014 tentang
Jenjang Pangkat, Golongan Ruang Jabatan Fungsional Perawat Kategori
Keahlian sebagaimana dimaksud pada ayat (3), sesuai dengan jenjang
jabatannya yaitu, Perawat Ahli Pertama / Penata Muda, Golongan Ruang
III.a.
Rincian kegiatan perawat kategori keahlian sesuai dengan jenjang jabatan,
sebagai berikut :
1) melakukan pengkajian keperawatan dasar pada masyarakat;
2) melakukan pengkajian keperawatan lanjutan pada individu,
tahapannya:
 mengumpulkan data pasien secara subjektif dan objektif,
 menganalisa data keluhan dan data pemeriksaan pasien,
 mendokumentasikan pelayanan yang telah diberikan pada
lembar rekam medis pasien
3) melakukan pengkajian keperawatan lanjutan pada keluarga;
4) memberikan konsultasi data pengkajian keperawatan dasar/lanjut;
5) merumuskan diagnosa keperawatan pada individu;
6) membuat prioritas diagnosa keperawatan;
7) merumuskan tujuan keperawatan pada individu dalam rangka
menyusun rencana tindakan keperawatan;
8) merumuskan tujuan keperawatan pada keluarga dalam rangka
menyusun rencana tindakan keperawatan;
9) menetapkan tindakan keperawatan pada individu dalam rangka
menyusun rencana tindakan keperawatan;
10) menetapkan tindakan keperawatan pada keluarga dalam rangka
menyusun rencana tindakan keperawatan;
11) melakukan stimulasi tumbuh kembang pada individu dalam rangka
melakukan upaya promotif;

10
12) memfasilitasi adaptasi dalam hospitalisasi pada individu dalam
rangka melakukan upaya promotif;
13) melaksanakan case finding/deteksi dini/ penemuan kasus baru pada
individu dalam rangka melakukan upaya promotif;
14) melakukan support kepatuhan terhadap intervensi kesehatan pada
individu;
15) melakukan pendidikan kesehatan pada individu pasien;
16) mengajarkan keluarga untuk meningkatkan kesehatan anggota
keluarganya;
17) mengajarkan teknik kontrol infeksi pada keluarga dengan penyakit
menular;
18) melakukan pendidikan kesehatan pada kelompok;
19) melakukan peningkatan/penguatan kemampuan sukarelawan dalam
meningkatkan masalah kesehatan masyarakat dalam rangka
melakukan upaya promotif;
20) melakukan pendidikan kesehatan pada masyarakat;
21) melakukan manajemen inkontinen urine dalam rangka pemenuhan
kebutuhan eliminasi;
22) melakukan manajemen inkontinen faecal dalam rangka pemenuhan
kebutuhan eliminasi;
23) melakukan upaya membuat pasien tidur;
24) melakukan relaksasi psikologis;
25) melakukan tatakelola keperawatan perlindungan terhadap pasien
dengan risiko trauma/injury;
26) melakukan manajemen febrile neutropeni;
27) melakukan komunikasi terapeutik dalam pemberian asuhan
keperawatan;
28) memfasilitasi pasien dalam pemenuhan kebutuhan spiritual dalam
rangka tindakan keperawatan yang berkaitan dengan ibadah;
29) melakukan pendampingan pada pasien menjelang ajal (dying care);
30) memfasilitasi suasana lingkungan yang tenang dan aman;

11
31) mengambil sampel darah melalui arteri, pulmonari arteri, cvp dalam
rangka tindakan keperawatan spesifik terkait kasus dan kondisi
pasien;
32) merawat pasien dengan WSD;
33) memantau pemberian elektrolit konsentrasi tinggi;
34) melakukan resusitasi bayi baru lahir;
35) melakukan tatakelola keperawatan pada pasien dengan kemoterapi
(pre, intra, post);
36) melakukan perawatan luka kanker;
37) melakukan penatalaksanaan ekstravasasi;
38) melakukan rehabilitasi mental spiritual pada individu;
39) melakukan perawatan lanjutan pasca hospitalisasi/bencana dalam
rangka melakukan upaya rehabilitatif pada keluarga;
40) memberikan perawatan pada pasien menjelang ajal sampai
meninggal;
41) memberikan dukungan dalam proses kehilangan, berduka dan
kematian;
42) melakukan penatalaksanaan manajemen gejala;
43) melakukan evaluasi tindakan keperawatan pada individu;
44) memodifikasi rencana asuhan keperawatan;
45) melakukan dokumentasi perencanaan keperawatan;
46) melakukan dokumentasi pelaksanaan tindakan keperawatan;
47) melakukan dokumentasi evaluasi keperawatan;
48) menyusun rencana kegiatan individu perawat;
49) melakukan preseptorship dan mentorship;
50) melaksanakan fungsi pengarahan pelaksanaan pelayanan
keperawatan sebagai ketua tim/perawat primer;
51) melaksanakan kegiatan bantuan/partisipasi kesehatan;
52) melaksanakan tugas lapangan di bidang kesehatan;
53) melaksanakan penanggulangan penyakit/wabah tertentu; dan
melakukan supervisi lapangan.

Tugas Tambahan:

12
1) Melakukan tugas lain selain Tupoksi sesuai perintah atasan
2) Inisiatif Sendiri dengan Persetujuan Atasan
3) Inovasi yang disetujui oleh atasan

B. Deskripsi Isu
Permasalahan isu muncul sebagai akibat dari ketidaksesuaian dengan suatu proses
yang di tetapkan sehingga tidak tercapai tujuan yang diinginkan. Terdapat beberapa
permasalahan/isu yang ada di UPTD RSUD Tulang Bawang Barat yang di ambil
berdasarkan kriteria isu yaitu actual, kekhalayakan, problematic, dan kelayakan.
1) Aktual yaitu isu yang timbul benar-benar terjadi dan sedang hangat di bicarakan
dalam masyarakat,
2) Kekhalayakan, artinya isu tersebut menyangkut hajat hidup orang banyak
3) Problematik yaitu isu dengan permasalahan yang kompleks sehingga perlu
segera dicarikan solusinya,
4) Kelayakan yaitu isu yang masuk akal dan realistis serta relevan untuk
dimunculkan inisiatif pemecahan masalah.

Berdasarkan hal tersebut di atas dan mencermati beberapa kriteria tersebut, penulis
mengidentifikasi ada beberapa isu yang perlu di angkat dalam rancangan aktualisasi
ini, yaitu antara lain:

1) Belum sesuainya pengisian formulir early warning system (EWS) dengan


Standar Operasional Prosedur (SPO) di ruang rawat inap UPTD RSUD Tulang
Bawang Barat
2) Belum optimalnya pemberian edukasi pada keluarga pasien dengan resiko jatuh
di Ruang Rawat Inap UPTD RSUD Tulang Bawang Barat
3) Kurangnya Kesadaran pasien tentang Bahaya penyakit Hipertensi di Ruang
Rawat Inap UPTD RSUD Tulang Bawang Barat

C. Analisis Isu
Isu adalah suatu masalah yang terjadi baik di dalam maupun diluar organisasi yang
muncul karena adanya kesenjangan antara realita dengan ekspetasi (kondisi ideal
yang menjadi harapan) apabila tidak segera diatasi akan berakibat buruk bagi
organisai maupun pihak terkait.

13
Berdasarkan deskripsi isu di atas, maka perlu dipilih isu prioritas yang akan
diselesaikan dalam pelaksanaan aktualisasi. Dalam menentukan isu prioritas yang
penulis yang gunakan adalah Urgency, Seriousness, dan Growth.

Urgency, Seberapa mendesak isu tersebut harus dibahas dikaitkan dengan waktu
yang tersedia serta seberapa keras tekanan waktu tersebut untuk memecahkan
masalah yang menyebabkan isu tadi.

Seriousness, Seberapa serius isu tersebut perlu dibahas dikaitkan dengan akibat
yang timbul dengan penundaan pemecahan masalah yang menimbulkan isu tersebut
atau akibat yang menimbulkan masalah-masalah lain kalau masalah penyebab isu
tidak dipecahkan. Perlu dimengerti bahwa dalam keadaan yang sama, suatu
masalah yang dapat menimbulkan masalah lain adalah lebih serius bila
dibandingkan dengan suatu masalah lain yang berdiri sendiri.

Growth, Seberapa kemungkinan-kemungkinannya isu tersebut menjadi


berkembang dikaitkan kemungkinan masalah penyebab isu akan makin memburuk
kalau dibiarkan. Penggunaan metode USG dalam penentuan prioritas masalah
dilaksanakan apabila pihak perencana telah siap mengatasi masalah yang ada, serta
hal yang sangat dipentingkan adalah aspek yang ada dimasyarakat dan aspek dari
masalah itu sendiri.

Dari beberapa masalah diatas maka akan dipilih satu isu. Dalam penetapan isu
digunakan metode USG (Urgency, Seriousness, Growth).

Score
No. Identifikasi Isu Total Rangking
U S G
1. Belum sesuainya pengisian formulir early
warning system (EWS) dengan Standar
Operasional Prosedur (SPO) di ruang rawat inap 4 5 5 14 1
UPTD RSUD Tulang Bawang Barat
2. belum optimalnya pemberian edukasi pada
keluarga pasien dengan resiko jatuh di Ruang 4 4 4 12 2
Rawat Inap UPTD RSUD Tulang Bawang Barat
3. Kurangnya Kesadaran pasien tentang bahaya
penyakit Hipertensi di Ruang Rawat Inap UPTD 4 3 4 10 3
RSUD Tulang Bawang Barat

14
Tabel 2.1 Analisis Identifikasi Isu Menggunakan Teknik USG

Keterangan Urgency : Keterangan Serious : Keterangan Growth:


5 : Sangat Mendesak 5 : Sangat Berpengaruh 5 : Sangat Berdampak
4 : Mendesak 4 : Berpengaruh 4 : Berdampak
3 : Cukup Mendesak 3 : Cukup Berrpengaruh 3 : Cukup Berdampak
2 : Tidak Mendesak 2 : Tidak Berpengaruh 2 : Tidak Berdampak
1 : Sangat Tidak Mendesak 1 : Sangat Tidak berpengaruh 1 : Sangat Tidak Berdampak

a) Urgency : Bahwa isu yang diangkat perlu dibahas, dianalisis dan


ditindaklanjuti karena tingkat resiko akibat kurang optimalnya pengisian
Form Early Warning Sistem (EWS) dapat berdampak pada keselamatan
pasien dan mutu pelayanan.
b) Seriousness : Isu ini sangat berpengaruh terhadap diri sendiri , pasien dan
rumah sakit sehingga perlu adanya system informasi adaptasi kebiasaan baru
yang benar melalui sosialisasi tetang cara pengisian formulir early warning
system (EWS) kepada staf perawat
c) Growth : Isu ini akan menjadi buruk jika tidak ditangani, karena dapat
berdampak pada keselamatan pasien dan mutu pelayanan.

4) Dari identifikasi isu dengan menggunakan analisa Urgency Seriousness Growth


(USG) maka diperoleh isu prioritas (Core issue) “Belum sesuainya pengisian
formulir early warning system (EWS) dengan Standar Operasional Prosedur
(SPO) di ruang rawat inap UPTD RSUD Tulang Bawang Barat”

D. Argumentasi Terhadap Core Isu Terpilih


Berdasarkan skor dari table 2.1. Identifikasi menggunakan metode USG (Urgency,
Seriousness and Growth) maka isu yang di dapat yaitu “Belum sesuainya pengisian
formulir early warning system (EWS) dengan Standar Operasional Prosedur (SPO)
di ruang rawat inap UPTD RSUD Tulang Bawang Barat ” sehingga dirumuskan
gagasan pemecah isu yaitu : Mekanisme Pengisisan Formulir Early Warning
System (EWS) Sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP) di Ruang Rawat Inap
UPTD RSUD Tulang Bawang Barat. Adapun rumusan sasarannya adalah

15
“Melakukan sosialisasi tetang cara pengisian formulir early warning system (EWS)
kepada staf perawat di ruang rawat inap”.

Dalam pengisisan formulis Early Warning System (EWS) dengan menerapkan


Standar Operasional Prosedur sangatlah penting untuk melaksanakan tugas
pekerjaan sesuai dengan fungsi dan dapat menghindari terjadinya miskomunikasi,
konflik dan permasalahan pada pelaksanaan tugas/pekerjaan.

Seperti halnya, Standar Operasional Prosedur yang ada di laboratorium disesuaikan


dengan standar keselamatan dan kesehatan. Langkah-langkah operasional ini
dilaksanakan dalam rangka memperlancar proses kerja di ruang keperawatan agar
dapat berjalan dengan benar serta dilaksanakan sesuai ketentuan , sehingga
memiliki output yang sama dan terstandar.

Bila masalah ini tidak segera dituntaskan maka di khawatirkan akan timbul masalah
sering terjadi kegawat daruratan henti jantung (Code Blue) yang dapat mengancam
nyawa pasien. Apabila kejadian mortalitas meningkat maka mutu pelayanan rumah
sakit akan menurun. Pasien akan kurang puas dan kurang percaya dengan
pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit. Sehingga dibutuhkan penerapan early
warning system (EWS) yang akan membuat perawat mampu mengidentifikasi
keadaan pasien memburuk sedini-dininya dan bila perlu mencari bantuan perawat
yang kompeten atau dirujuk ke tingkat perawatan yang lebih tinggi (ICU).

E. Landasan Teori
1. Nilai – Nilai Dasar ASN
Sebagai upaya untuk mendukung reformasi birokrasi dan mengarahkan cita-
cita Good Goverment, maka Aparatur Sipil Negara (ASN) dituntut senantiasa
mampu mengembangkan Nilai-nilai dasar Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika
Public, Komitmen Mutu, dan Anti korupsi (ANEKA) dengan merujuk pada
pasal 10 Undang - undang Nomor 5 Tahun 2014. Secara empiris ASN melalui
nilai - nilai dasar tersebut harus mampu berfungsi sebagai pelaksana
kebijakan publik, pelayanan publik dan perekat bangsa.
a. Akuntabilitas

16
Akuntabilitas mengacu pada harapan implisist atau eksplisit bahwa
keputusan atau tindakan seorang akan di evaluasi oleh pihak lain dan hasil
evaluasinya dapat berupa reward atau punishment . Akuntabilitas yang
dlakukan oleh PNS tersebut mengalami permasalahan dalam transpransi
dan akses informasi, penyalahgunaan wewenang, penggunaan sumberdaya
milik negara dan konflik kepentingan, tidak terlibat dalam politik praktis,
melayani warga secara adil dan konsisten dalam menjalankan tugas dan
fungsinya. (Lembaga Administrasi Negara, 2015).
PNS yang akuntabel adalah PNS yang mampu mengambil pilihan yang
tepat ketika terjadi konflik kepentingan, tidak terlibat dalam politik praktis,
melayani masyarakat secara adil dan konsisten dalam menjalankan tugas
dan fungsinya.
Ada beberapa indikator dari Nilai-nilai dasar pada akuntabiltas yang
harus diperhatikan, antara lain :
1) Kepemimpinan
Lingkungan yang akuntabel tercipta dari atas ke bawah dimana
pimpinan memainkan peranan yang penting dalam menciptakan hal
tersebut.

2) Transparansi
Transparansi dapat diartikan sebagai keterbukaan atas semua tindakan
dan kebijakan yang dilakukan oleh individu maupun kelompok /
institusi.
3) Integritas
Integritas mempunyai makna konsistensi dan keteguhan yang tak
tergoyahkan dalam menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan keyakinan.
4) Tanggungjawab
Tanggungjawab merupakan kesadaran manusia akan tingkah laku atau
perbuatannya yang disengaja maupun yang tidak disengaja.
Tanggungjawab juga dapat berarti berbuat sebagai perwujudan
kesadaran akan kewajiban.
5) Keadilan

17
Keadilan adalah kondisi kebenaran ideal secara moral mengenai
sesuatu hal, baik menyangkut benda maupun orang.
6) Kepercayaan
Rasa keadilan membawa pada sebuah kepercayaan. Kepercayaan ini
akan melahirkan akuntabilitas.
7) Keseimbangan
Pencapaian akuntabilitas dalam lingkungan kerja, diperlukan adanya
keseimbangan antara akuntabilitas dan kewenangan, serta harapan dan
kapasitas. Selain itu, adanya harapan dalam mewujudkan kinerja yang
baik juga harus disertai dengan keseimbangan kapasitas sumber daya
dan keahlian (skill) yang dimiliki.
8) Kejelasan
Fokus utama untuk kejelasan adalah mengetahui kewenangan, peran
dan tanggungjawab, misi organisasi, kinerja yang diharapkan
organisasi, dan sistem pelaporan kinerja baik individu maupun
organisasi.
9) Konsistensi
Konsistensi adalah sebuah usaha untuk terus dan terus melakukan
sesuatu sampai pada tercapainya tujuan akhir. (LAN, 2015).
Terdapat beberapa aspek akuntabilitas, yaitu
 Akuntabilitas adalah sebuah hubungan
Hubungan yang dimaksud adalah hubungan dua pihak antara
individu/kelompok/institusi dengan negara dan masyarakat
 Akuntabilitas berorientasi pada hasil
Hasil yang diharapkan dari akuntabilitas adalah perilaku aparat
pemerintah yang bertanggung jawab, adil dan inovatif
 Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan
Laporan kinerja adalah perwujudan dari akuntabilitas.
 Akuntabilitas memerlukan konsekuen
Akuntabilitas adalah kewajiban menunjukan tanggung jawab dan
menghasilkan konsekuensi
 Akuntabilitas memperbaiki kinerja

18
Tujuan utama akuntabilitas adalah untuk memperbaiki kinerja PNS
dalam memberikan layanan

b. Nasionalisme
Nasionalisme sangat penting dimiliki oleh setiap pegawai ASN. Bukan
sekedar wawasan saja tetapi kemampuan mengaktualisasikan nasionalisme
dalam menjalankan fungsi dan tugasnya merupakan hal yang lebih penting.
ASN yang memiliki nasionalisme yang kuat memiliki orientasi berpikir
mementingkan kepentingan publik, bangsa, dan negara, serta mampu
menerapkan nilai-nilai Pancasila dan semangat nasionalisme serta
wawasan kebangsaan dalam setiap pelaksanaan fungsi dan tugasnya sesuai
bidangnya masing-masing (Lembaga Administrasi Negara, 2015).

Nilai-nilai yang terkandung dalam nasionalisme pancasila diantaranya adil


dan tidak diskriminasi, profesional dan berintegritas, menjunjung tinggi
keadilan, disiplin. Untuk mewujudkan ASN dengan semangat nasionalisme
tinggi, beberapa indikator yang dilakukan untuk mencapai keberhasilan
adalah sebagai berikut :
1) Memiliki pemahaman tentang keragaman bangsa dilihat aspek sejarah,
budaya, dan tingkat kemajuan sosial ekonomi dan implikasinya
terhadap manajemen kebijakan dan pelayanan publik.
2) Mengenali nilai- nilai perjuangan kemerdekaan, keteladanan dari para pendiri
bangsa, dan menjadikannya sebagai sumber motivasi dan inspirasi dalam
penyelenggaraan pemerintahan.
3) Menjaga dan mengimplementasikan nilai-nilai gotong royong dan
kebersamaan sebagai modal sosial dan kultural penyelenggaraan kegiatan
pemerintahan.
Nasionalisme dalam arti sempit merupakan sikap yang meninggikan bangsanya
sendiri, sekaligus tidak menghargai bangsa lain sebagaimana mestinya. Dalam arti
luas, nasionalisme berarti pandangan tentang rasa cinta yang wajar terhadap
bangsa dan negara, sekaligus menghormati bangsa lain. Nasionalisme Pancasila
merupakan pandangan atau paham kecintaan manusia Indonesia terhadap bangsa
dan tanah airnya yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila.

19
Ada lima indikator dari nilai-nilai dasar nasionalisme yang harus
diperhatikan, yaitu :
a) Sila pertama : Ketuhanan Yang Maha Esa
Ketuhanan YME menjadikan Indonesia bukan sebagai negara sekuler yang
membatasi agama dalam ruang privat. Pancasila justru mendorong nilai-nilai
ketuhanan mendasari kehidupan masyarakat dan berpolitik. Nilai-nilai
ketuhanan yang dikehendaki Pancasila adalah nilai-nilai ketuhanan yang
positif, yang digali dari nilai-nilai keagamaan yang terbuka (inklusif),
membebaskan dan menjunjung tinggi keadilan dan persaudaraan.

Dengan berpegang teguh pada nilai-nilai ketuhanan diharapkan bisa


memperkuat pembentukan karakter dan kepribadian, melahirkan etos kerja
yang positif, dan memiliki kepercayaan diri untuk mengembangkan potensi
diri dan kekayaan alam yang diberikan Tuhan untuk kemakmuran
masyarakat.

b) Sila kedua : Kemanusiaan yang Adil dan Beradab


Sila kedua memiliki konsekuensi ke dalam dan ke luar. Ke dalam berarti
menjadi pedoman negara dalam memuliakan nilai-nilai kemanusiaan dan hak
asasi manusia. Ini berarti negara menjalankan fungsi “melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan
kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

c) Sila ketiga: Persatuan Indonesia


Semangat kebangsaan adalah mengakui manusia dalam keragaman dan
terbagi dalam golongan-golongan. Keberadaan bangsa Indonesia terjadi
karena memiliki satu nyawa, satu asal akal yang tumbuh dalam jiwa rakyat
sebelumnya, yang menjalani satu kesatuan riwayat, yang membangkitkan
persatuan karakter dan kehendak untuk hidup bersama dalam suatu wilayah
geopolitik nyata.

d) Sila keempat : Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan / Perwakilan

20
Demokrasi permusyawaratan mempunyai dua fungsi. Fungsi pertama ,
badan permusyawaratan/perwakilan bisa menjadi ajang memperjuangkan
asprasi beragam golongan yang ada di masyarakat. Fungsi kedua, semangat
permusyawaratan bisa menguatkan negara persatuan, bukan negara untuk
satu golongan atau perorangan. Permusyawaratan dengan landasan
kekeluargaan dan hikmat kebijaksanaan diharapkan bisa mencapai
kesepakatan yang membawa kebaikan bagi semua pihak.

e) Sila kelima : Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia


Dalam rangka mewujudkan keadilan sosial, para pendiri bangsa menyatakan
bahwa Negara merupakan organisasi masyarakat yang bertujuan
menyelenggarakan keadilan. Keadilan sosial juga merupakan perwujudan
imperative etis dari amanat pancasila dan UUD 1945.

c. Etika Publik
Etika dapat dipahami sebagai sistem penilaian perilaku serta keyakinan untuk
menentukan perbuatan yang pantas guna menjamin adanya perlindungan hak-hak
individu, mencakup cara-cara pengambilan keputusan untuk membantu
membedakan hal-hal yang baik dan buruk serta mengarahkan apa yang
seharusnya dilakukan sesuai nila-nilai yang dianut.

Konsep etika sering disamakan dengan moral. Padahal ada perbedaan antara
keduanya. Etika lebih dipahami sebagai refleksi yang baik atau benar. Sedangkan
moral mengacu pada kewajiban untuk melakukan yang baik atau apa yang
seharusnya dilakukan. Etika juga dipandang sebagai karakter atau etos
individu/kelompok berdasarkan nilai-nilai dan norma-norma luhur. Kode etik
adalah aturan-aturan yang mengatur tingkah laku dalam suatu kelompok khusus,
sudut pandangnya hanya ditujukan pada hal-hal prinsip dalam bentuk ketentuan
tertulis. Kode etik profesi dimaksudkan untuk mengatur tingkah laku/etika suatu
kelompok khusus dalam masyarakat melalui ketentuan-ketentuan tertulis yang
diharapkan dapat dipegang teguh oleh sekelompok profesional tertentu.
Berdasarkan UU ASN, kode etik dan kode perilaku ASN adalah :
1) Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab dan
berintegritas.
2) Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin.
3) Melayani dengan sikap hormat, sopan dan tanpa tekanan.

21
4) Melaksanakan tugasnya sesuai dengan peraturan perundangan yang
berlaku. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau
pejabat yang berwenang sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan dan etika pemerintahan.
5) Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara.
6) Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung
jawab, efektif dan efisien.
7) Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan
tugasnya. Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan
kepada pihak lain yang memerlukan informasi terkait kepentingan
kedinasan.
8) Tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas, status,
kekuasaan dan jabatannya untuk mendapat atau mencari keuntungan
atau manfaat bagi diri sendiri atau untuk orang lain.
9) Memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan
integritas ASN.
10) Melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai
disiplin pegawai ASN.

Etika publik merupakan refleksi tentang standar/ norma yang menentukan


baik/ buruk, benar/salah prilaku, tindakan dan keputusan untuk
mengarahkan kebijakan publik dalam rangka menjalankan tanggung jawab
pelayanan publik. Integritas publik menuntut para pemimpin dan pejabat
publik untuk memiliki komitmen moral dengan mempertimbangkan
keseimbangan antara penilaian kelembagaan, dimensi-dimensi pribadi, dan
kebijaksanaan didalam pelayanan publik (Haryatmoko, 2001).

Sementara itu, nilai-nilai dasar etika publik yaitu,

1) Memegang teguh nilai-nilai dalam ideologi Negara Pancasila.


2) Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan
Republik Indonesia 1945.
3) Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak.
4) Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian.

22
5) Menciptakan lingkungan kerja yang non diskriminatif.
6) Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika luhur.
7) Mempertanggung jawabkan tindakan dan kinerjanya kepada publik.
8) Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program
pemerintah.
9) Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat,
akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan santun.
10) Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi.
11) Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerjasama.
12) Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai.
13) Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan.
14) Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis
sebagai perangkat sistem karir.

d. Komitmen Mutu
Komitmen mutu adalah janji pada diri kita sendiri atau pada orang lain
yang tercermin dalam tindakan kita untuk menjaga mutu kinerja pegawai.
Bidang apapun yang menjadi tanggung jawab pegawai negeri sipil semua
mesti dilaksanakan secara optimal agar dapat memberi kepuasan kepada
stakeholder. Komitmen mutu merupakan tindakan untuk menghargai
efektivitas, efisiensi, inovasi dan kinerja yang berorientasi mutu dalam
penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik.
Ada empat indikator dari nilai-nilai dasar komitmen mutu yang harus
diperhatikan, yaitu :
1) Efektif
Efektif adalah berhasil guna, dapat mencapai hasil sesuai dengan
target. Sedangkan efektivitas menunjukkan tingkat ketercapaian target
yang telah direncanakan, baik menyangkut jumlah maupun mutu hasil
kerja. Efektifitas organisasi tidak hanya diukur dari performans untuk
mencapai target (rencana) mutu, kuantitas, ketepatan waktu dan
alokasi sumber daya, melainkan juga diukur dari kepuasan dan
terpenuhinya kebutuhan pelanggan.
2) Efisien

23
Efisien adalah berdaya guna, dapat menjalankan tugas dan mencapai
hasil tanpa menimbulkan keborosan. Sedangkan efisiensi merupakan
tingkat ketepatan realiasi penggunaan sumberdaya dan bagaimana
pekerjaan dilaksanakan sehingga dapat diketahui ada tidaknya
pemborosan sumber daya, penyalahgunaan alokasi, penyimpangan
prosedur dan mekanisme yang ke luar alur.
3) Inovasi
Inovasi Pelayanan Publik adalah hasil pemikiran baru yang
konstruktif, sehingga akan memotivasi setiap individu untuk
membangun karakter sebagai aparatur yang diwujudkan dalam bentuk
profesionalisme layanan publik yang berbeda dari sebelumnya, bukan
sekedar menjalankan atau menggugurkan tugas rutin.
4) Mutu
Mutu merupakan suatu kondisi dinamis berkaitan dengan produk, jasa,
manusia, proses dan lingkungan yang sesuai atau bahkan melebihi
harapan konsumen. Mutu mencerminkan nilai keunggulan produk/jasa
yang diberikan kepada pelanggan sesuai dengan kebutuhan dan
keinginannya, bahkan melampaui harapannya. Mutu merupakan salah
satu standar yang menjadi dasar untuk mengukur capaian hasil kerja.
Mutu menjadi salah satu alat vital untuk mempertahankan
keberlanjutan organisasi dan menjaga kredibilitas institusi.
Ada lima dimensi karakteristik yang digunakan pelanggan dalam
mengevaluasi kualitas pelayan yaitu :
a) Tangibles (bukti langsung), yaitu : meliputi fasilitas fisik,
perlengkapan, pegawai, dan sarana komunikasi;
b) Reliability (kehandalan), yaitu kemampuan dalam memberikan
pelayanan dengan segera dan memuaskan serta sesuai dengan
yang telah dijanjikan;
c) Responsiveness (daya tangkap), yaitu keinginan untuk
memberikan pelayanan dengan tanggap;
d) Assurance (jaminan), yaitu mencakup kemampuan, kesopanan,
dan sifat dapat dipercaya;

24
e) Empaty, yaitu kemudahan dalam melakukan hubungan,
komunikasi yang baik, dan perhatian dengan tulus terhadap
kebutuhan pelanggan.

e. Anti Korupsi
Kata korupsi berasal dari bahasa latin yaitu Corruptio yang artinya
kerusakan, kebobrokan, dan kebusukan. Korupsi sering dikatakan sebagai
kejahatan luar biasa karena dampaknya yang luar biasa menyebabkan
kerusakan baik dalam ruang lingkup pribadi, keluarga, masyarakat, dan
kehidupan yang lebih luas yang tidak hanya berdampak buruk dalam kurun
waktu yang pendek, namun juga secara jangka panjang (Lembaga
Administrasi Negara, 2015).
Ada 9 (sembilan) indikator dari nilai-nilai dasar anti korupsi yang
harus diperhatikan, yaitu :
a) Jujur
Kejujuran merupakan nilai dasar yang menjadi landasan utama bagi
penegakan integritas diri seseorang. Tanpa adanya kejujuran mustahil
seseorang bisa menjadi pribadi yang berintegritas. Seseorang dituntut
untuk bisa berkata jujur dan transparan serta tidak berdusta baik
terhadap diri sendiri maupun orang lain, sehingga dapat membentengi
diri terhadap godaan untuk berbuat curang.

b) Peduli
Kepedulian sosial kepada sesama menjadikan seseorang memiliki sifat
kasih sayang. Individu yang memiliki jiwa sosial tinggi akan
memperhatikan lingkungan sekelilingnya di mana masih terdapat
banyak orang yang tidak mampu, menderita, dan membutuhkan uluran
tangan. Pribadi dengan jiwa sosial tidak akan tergoda untuk
memperkaya diri sendiri dengan cara yang tidak benar tetapi ia malah
berupaya untuk menyisihkan sebagian penghasilannya untuk
membantu sesama.

c) Mandiri

25
Kemandirian membentuk karakter yang kuat pada diri seseorang
menjadi tidak bergantung terlalu banyak pada orang lain. Mentalitas
kemandirian yang dimiliki seseorang memungkinkannya untuk
mengoptimalkan daya pikirnya guna bekerja secara efektif. Pribadi
yang mandiri tidak akan menjalin hubungan dengan pihak-pihak yang
tidak bertanggungjawab demi mencapai keuntungan sesaat.

d) Disiplin
Disiplin adalah kunci keberhasilan semua orang. Ketekunan dan
konsistensi untuk terus mengembangkan potensi diri membuat
seseorang akan selalu mampu memberdayakan dirinya dalam
menjalani tugasnya. Kepatuhan pada prinsip kebaikan dan kebenaran
menjadi pegangan utama dalam bekerja. Seseorang yang mempunyai
pegangan kuat terhadap nilai kedisiplinan tidak akan terjerumus dalam
kemalasan yang mendambakan kekayaan dengan cara yang mudah.

e) Tanggung Jawab
Pribadi yang utuh dan mengenal diri dengan baik akan menyadari
bahwa keberadaan dirinya di muka bumi adalah untuk melakukan
perbuatan baik demi kemaslahatan sesama manusia. Segala tindak
tanduk dan kegiatan yang dilakukannya akan dipertanggungjawabkan
sepenuhnya kepada Tuhan Yang Maha Esa, masyarakat, negara, dan
bangsanya. Dengan kesadaran seperti ini maka seseorang tidak akan
tergelincir dalam perbuatan tercela dan nista.

f) Kerja Keras
Individu beretos kerja akan selalu berupaya meningkatkan kualitas
hasil kerjanya demi terwujudnya kemanfaatan publik yang sebesar-
besarnya. Ia mencurahkan daya pikir dan kemampuannya untuk
melaksanakan tugas dan berkarya dengan sebaik-baiknya. Ia tidak
akan mau memperoleh sesuatu tanpa mengeluarkan keringat.

g) Sederhana

26
Pribadi yang berintegritas tinggi adalah seseorang yang menyadari
kebutuhannya dan berupaya memenuhi kebutuhannya dengan
semestinya tanpa berlebih-lebihan. Ia tidak tergoda untuk hidup dalam
gelimang kemewahan. Kekayaan utama yang menjadi modal
kehidupannya adalah ilmu pengetahuan. Ia sadar bahwa mengejar
harta tidak akan pernah ada habisnya karena hawa nafsu keserakahan
akan selalu memacu untuk mencari harta sebanyak-banyaknya.

h) Berani
Seseorang yang memiliki karakter kuat akan memiliki keberanian
untuk menyatakan kebenaran dan menolak kebathilan. Ia tidak akan
mentolerir adanya penyimpangan dan berani menyatakan penyangkalan
secara tegas. Ia juga berani berdiri sendirian dalam kebenaran
walaupun semua kolega dan teman-teman sejawatnya melakukan
perbuatan yang menyimpang dari hal yang semestinya. Ia tidak takut
dimusuhi dan tidak memiliki teman kalau ternyata mereka mengajak
kepada hal-hal yang menyimpang.

i) Adil
Pribadi dengan karakter yang baik akan menyadari bahwa apa yang dia
terima sesuai dengan jerih payahnya. Ia tidak akan menuntut
untukmendapatkan lebih dari apa yang ia sudah upayakan. Bila ia
seorang pimpinan maka ia akan memberi kompensasi yang adil kepada
bawahannya sesuai dengan kinerjanya. Ia juga ingin mewujudkan
keadilan dan kemakmuran bagi masyarakat dan bangsanya.

Agar perilaku anti korupsi dapat diwujudkan, maka terdapat beberapa


indikator keberhasilan, yaitu :

1) Mampu mengidentifikasi sikap dan perilaku yang mengarah dan


atau termasuk prilaku korupsi.
2) Mampu menjelaskan cara-cara menghindari prilaku korupsi.

27
3) Mampu menjelaskan risiko dari tindakan korupsi bagi dirinya,
keluarga, dan masyarakat secara keseluruhan.

2. Manajemen ASN Dalam Peran Dan Kedudukan ASN


Untuk menjalankan kedudukannya berdasarkan Pasal 10 Undang-Undang No.
5 tahun 2014, Pegawai ASN berfungsi sebagai pelaksana kebijakan publik,
pelayan publik, perekat dan pemersatu bangsa. Tugas Pegawai ASN menurut
Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 Pasal 11 mengatakan bahwa tugas dari
ASN adalah melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh pejabat pembina
kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan,
memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas, dan
mempererat persatuan dan kesatuan bangsa.

Peran ASN terdapat dalam pasal 12 Undang-Undang No. 5 Tahun 2014, yaitu
sebagai perencana, pelaksana dan pengawas penyelenggaraan tugas umum
pemerintahan dan pembangunan nasional melalui pelaksanaan kebijakan dan
pelayanan publik yang profesional, bebas dari intervensi politik, serta bersih
dari praktik korupsi, kolusi dan nepotisme.

Asas penyelenggaraan kebijakan dan manajemen ASN, yaitu:


a) Asas kepastian hukum;
b) Profesionalitas;
c) Proporsionalitas;
d) Keterpaduan;
e) Delegasi;
f) Netralitas;
g) Akuntabilitas;
h) Efektif dan efisien;
i) Keterbukaan;
j) Non diskriminatif;
k) Persatuan dan kesatuan;
l) Keadilan dan kesetaraan; dan
m) Kesejahteraan.

28
3. WoG (Whole of Government) dalam Peran dan Kedudukan ASN
Whole of Government (WoG) merupakan cara pendekatan penyelenggaraan
pemerintah yang menyatukan upaya-upaya kolaboratif pemerintah dari seluruh
sektor dalam ruang lingkup koordinasi yang lebih luas guna mencapai tujuan-
tujuan perumusan kebijakan, manajemen program, dan pelayanan publik.

Whole of Government bertujuan menciptakan Good Governance di mana


terdapat tiga pilar di dalamnya, yaitu pemeritah, swasta/bisnis dan masyarakat.
Adapun WoG diperlukan, antara lain:
a. Dorongan publik dalam mewujudkan integrasi kebijakan, program
pembangunan dan pelayanan agar tercipta penyelenggaraan
pemerintahan yang lebih baik;
b. Mendorong pentingnya WoG dalam menyatukan institusi pemerintah
sebagai penyelenggara kebijakan dan layanan publik;
c. Adanya nuansa kompetisi antar sektor, satu sektor bisa menjadi sangat
superior terhadap sektor lain, atau masing-masing sektor tumbuh namun
tidak berjalan beriringan, melainkan justru kontraproduktif atau ‘saling
membunuh’;
d. Tumbuhnya ego sektoral (mentalitas silo) yang mendorong perilaku dan
nilai individu maupun kelompok yang menyempit pada kepentingan
sektornya yang kontra produktif terhadap tujuan-tujuan yang lebih besar
atau yang berskala nasional; dan
e. Keberagaman latar belakang nilai, budaya, adat istiadat, serta bentuk
latar belakang lainnya mendorong adanya potensi disintegrasi.

Adapun indikator dari Whole of Govermenmet, antara lain: Integrasi,


Koordinasi; dan Kapasitas.

4. Pelayanan Publik Dalam Peran Dan Kedudukan ASN


Pelayanan Publik di seluruh daerah provinsi serta kabupaten/kota di Indonesia
dan telah memperoleh landasan konstitusional, yaitu diatur dalam Pasal 18 A
UUD RI Tahun 1945. Ketentuan Pasal 18 A tersebut selanjutnya di
implementasikan melalui UU Pelayanan Publik. Dalam Undang-Undang

29
Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, Pasal 1 Angka 1
dirumuskan:
“Pelayanan Publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka
pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa dan/atau
pelayanan administrasi yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan
publik”

Pemerintah dalam menjalankan fungsinya sebagai pelayan dalam


penyelenggaraan pelayanan publik diperlukan sebuah kebijakan yang
mengatur tentang pelayanan publik. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009
Tentang Pelayanan Publik dimaksudkan untuk memberikan kepastian hukum
bagi pihak penyelenggara pelayanan publik maupun masyarakat. Dalam
mengatur penyelenggaraan pelayanan publik, maka diterapkan suatu pola
penyelenggaraan pelayanan publik agar pelaksanaanya dapat berjalan
sistematis, akuntabel dan transparansi. Pola penyelenggaraan pelayanan publik
terdiri dari:
a) Fungsional, yaitu pola pelayanan publik yang diberikan oleh
penyelenggara pelayanan, sesuai dengan tugas, fungsi, dan
kewenangannya.
b) Terpusat, yaitu pola pelayanan publik diberikan secara tunggal oleh
penyelenggara pelayanan berdasarkan pelimpahan wewenang dari
penyelenggara pelayanan terkait lainnya yang bersangkutan.
c) Terpadu
Terpadu satu atap, yaitu pola pelayanan terpadu satu atap diselenggarakan
dalam satu tempat yang meliputi berbagai jenis pelayanan yang tidak
mempunyai keterkaitan proses dan dilayani melalui beberapa pintu.
Terpadu satu pintu, yaitu pola pelayanan terpadu satu pintu diselenggarakan
pada satu tempat yang meliputi berbagai jenis pelayanan yang memiliki
keterkaitan proses dan dilayani melalui satu pintu.
Terdapat 3 unsur penting dalam pelayanan publik, yaitu unsur pertama,
adalah organisasi penyelenggara pelayanan publik, unsur kedua, adalah
penerima layanan (pelanggan) yaitu orang, masyarakat atau organisasi yang

30
berkepentingan, dan unsur ketiga, adalah kepuasan yang diberikan dan atau
diterima oleh penerima layanan / pelanggan.
Berbagai literatur administrasi publik menyebut bahwa prinsip pelayanan
publik yang baik untuk mewujudkan pelayanan prima adalah :
1) Partisipatif
2) Transparan
3) Responsif
4) Tidak diskriminatif
5) Mudah dan murah
6) Efektif dan efisien
7) Aksesibel
8) Akuntabel
9) Berkeadilan

5. Early Warning System (EWS)


a. Definisi
1) Early Warning Scoring System adalah sebuah sistem skoring
fisiologis yang umumnya digunakan di unit medikal bedah sebelum
pasien mengalami kondisi kegawatan. Skoring EWSS disertai
dengan algoritme tindakan berdasarkan hasil skoring dari pengkajian
pasien. (Duncan & McMullan, 2012).
2) Early Warning System (EWS) adalah sistem peringatan dini yang
dapat diartikan sebagai rangkaian sistem komunikasi informasi yang
dimulai dari deteksi awal, dan pengambilan keputusan selanjutnya.
Deteksi dini merupakan gambaran dan isyarat terjadinya gangguan
fungsi tubuh yang buruk atau ketidakstabilitas fisik pasien sehingga
dapat menjadi kode dan atau mempersiapkan kejadian buruk dan
meminimalkan dampaknya, penilaian untuk mengukur peringatan
dini ini menggunakan Early Warning Score.

31
3) Early Warning Score (EWS) adalah sebuah pendekatan sistematis
yang menggunakan skoring untuk mengidentifikasi perubahan
kondisi seseorang sekaligus menentukan langkah selanjutnya yang
harus dikerjakan. Penilaian ini dilakukan pada orang dewasa
(berusia lebih dari 16 tahun), tidak untuk anak-anak dan ibu hamil.
Sistem ini dikembangkan oleh Royal College of Physicians, the
Royal College of Nursing, the National Outreach Forum and NHS
Training for Innovatio, London tahun 2012.
4) Sistem skoring EWS menggunakan pengkajian yang menggunakan
7 (tujuh) parameter fisiologis yaitu:
 Frekuensi pernapasan/respiratory rate
 saturasi oksigen,
 kebutuhan alat bantu O2
 tekanan darah sistolik,
 frekuensi nadi,
 suhu tubuh, dan
 tingkat kesadaran
untuk mendeteksi terjadinya perburukan/ kegawatan kondisi pasien
yang tujuannya adalah mencegah hilangya nyawa seseorang dan
mengurangi dampak yang lebih parah dari sebelumnya.
5. Pediatric Early Warning System (PEWS) adalah penggunaan skor
peringatan dini dan penerapan perubahan kompleks yang diperlukan
untuk pengenalan dini terhadap pasien anak di rumah sakit.
6. Sistem skoring PEWS menggunakan pengkajian yang menggunakan
10 (sepuluh) parameter fisiologis, yaitu:
a) respirasi,
b) saturasi oksigen,
c) kebutuhan alat bantu O2
d) tekanan darah sistolik,
e) frekuensi nadi,
f) suhu tubuh, dan
g) tingkat kesadaran
h) warna kulit
32
i) nyeri
j) urine

b. Indikasi penggunaan Early Warning System (EWS)


Berdasarkan panduan klinis Early Warning System (EWS), terdapat
beberapa kriteria pasien yang perlu dilakukan scoring EWS , meliputi:
1) Pasien dewasa yang dirawat baik di ruang rawat inap penyakit
dalam maupun bedah
2) Semua pasien di area pelayanan di rumah sakit, termasuk dalam
perawatan ODC (One Day Care), kateterisasi jantung, OPD (Out
Patient Departement) dan area perawatan khusus lainnya
3) Pasien dengan karakteristik khusu yaitu pasien anak-anak
(Pediatric), ibu hamil (Obstetric), dan unit pelayanan khusus (ICU,
ICCU, HCU, HD) dengan menggunakan standar EWS yang telah
dimodifikasi seperti Pediatric Early Warning System (PEWS) dan
Obstetric Early Warning System(OEWS)

c. Definisi Standar Operasional Prosedur (SOP)


Menurut Tjipto Atmoko, Standar Operasional Prosedur (SOP) merupakan
suatu pedoman atau acuan untuk melaksanakan tugas pekerjaan sesuai
dengan fungsi dan alat penilaian kinerja instansi pemerintah berdasarkan
indikator-indikator teknis, administratif dan prosedural sesuai tata kerja,
prosedur kerja dan sistem kerja pada unit kerja yang bersangkutan.

33

Anda mungkin juga menyukai