Anda di halaman 1dari 45

ANALISIS BEBAN KERJA TENAGA REKAM MEDIS

TERHADAP KEPUASAN PASIEN DI PUSKESMAS BUAYAN

TUGAS AKHIR

Untuk Memenuhi Sebagian Syarat

Kelulusan Ujian Akhir Program Diploma III

Program Studi Teknik Elektronika

Konsentrasi Teknik Elektro dan Rekam Medis Kesehatan

Disusun Oleh :

SITI MARYAM

NPM.19.314.004

POLITEKNIK PIKSI GANESHA INDONESIA

2022

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Sarana Pelayanan Kesehatan adalah sarana yang digunakan untuk

menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif,

kuratif, yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau

masyarakat. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 43 Tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat atau

Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan tingkat

pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif di

wilayah kerjanya. Upaya Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disingkat

UKM adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan

serta mencegah dan menaggulangi timbulnya masalah kesehatan dengan

sasaran keluarga, kelompok dan masyarakat. Upaya Kesehatan

Perseorangan yang selanjutnya disingkat UKP adalah suatu kegiatan

dan/atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang ditunjuk untuk

peningkatan, pencegahan, pengurangan penderitaan akibat penyakit dan

memulihkan kesehatan perseorangan.

2
Proses pemberian pelayanan kesehatan masyarakat tidak terlepas dari

unit rekam medis. Sesuai dengan Permenkes No. 269/Menkes/Per/111/2008

tentang rekam medis, rekam medis adalah berkas yang berisi catatan dan

dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan, dan

pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. Kegiatan rekam medis

meliputi pendaftaran pasien baru, pendaftaran rawat jalan, penyusunan

berkas rekam medis (assembling), pengembalian rekam medis,

pendistribusian rekam medis hingga back up data harian jumlah

pengunjung.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

33 Tahun 2015 tentang Sumber Daya Manusia Kesehatan yang selanjutnya

disingkat SDMK adalah setiap orang yang bekerja secara aktif di bidang

kesehatan, baik berpendidikan formal maupun tidak, yang untuk jenis

tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.

Keberadaan Sumber Daya Manusia (SDM) harus direncanakan dan dikelola

dengan baik. Dengan tujuan menghasilakn sumber daya manusia yang tepat

meliputi jenis, jumlah, dan kualifikasi sesuai kebutuhan organisasi.

Berdasarkan Peraturan Meteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan

Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2020 tentang

Pedoman Analisis Jabatan dan Analisis Beban Kerja, beban kerja adalah

teknik manajemen yang dilakukan secara sistematis untuk memperoleh

informasi mengenai tingkat efektivitas dan efisiensi kerja organisasi

berdasarkan volume kerja. Pelaksanaan analisis beban kerja dapat menjadi

3
tolak ukur bagi pegawai/unit organisasi dalam pembagian tugas dan

pelaksanaannya, yaitu berupa norma waktu penyelesaian pekerjaan, tingkat

efisiensi kerja, dan standar beban kerja dan prestasi kerja, menyusun

formasi pegawai, serta penyempurnaan sistem prosedur kerja dan

manajemen lainnya. Hasil analisis beban kerja juga dapat dijadikan sebagai

tolak ukur untuk meningkatkan efisiensi kerja dan berbagai langkah kerja

dalam rangka meningkatkan pembinaan, penyempurnaan dan

pendayagunaan aparatur negara baik dari segi kelembagaan, ketatalaksanaan

maupun kepegawaian.

Berdasarkan UU RI No 36 tahun 2009 tentang kesehatan, menjelaskan

bahwa kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa

Indonesia. Tujuan pelayanan kesehatan adalah tercapainya derajat kesehatan

masyarakat yang memuaskan harapan dan kebutuhan masyarakat, melalui

pelayanan yang efektif oleh pemberi pelayanan. Pelayanan yang baik dari

puskesmas akan menunjukkan bahwa puskesmas tersebut berkualitas baik.

Salah satu tanda keberhasilan pelayanan kesehatan di puskesmas adalah

kepuasan pasien. Kepuasan merupakan fungsi dari kesan kinerja dan

harapan, pasien baru akan merasa puas apabila kinerja layanan kesehatan

yang diperolehnya sama atau melebihi harapannya dan sebaliknya,

ketidakpuasan atau perasaan kecewa pasien akan muncul apabila kinerja

layanan kesehatan yang diperolehnya itu tidak sesuai dengan harapannya.

(Pohan, Jaminan Mutu Layanan Kesehatan, 2002).

4
Pelayanan yang dapat memenuhi kepuasan pasien adalah pelayanan

yang terdiri dari unsur-unsur perilaku karyawan yang baik, santun, ramah,

dan menghormai pasiennya, kondisi puskesmas yang baik, fasilitas dan

sarana yang memadai. Untuk menciptakan dan menjaga mutu pelayanan

medis disesuaikan dengan keinginan masyarakat, maka pihak puskesmas

perlu suatu umpan baik dari masyarakat yaitu tanggapan dan penilaian dari

para pasien sehingga dijadikan sebagai suatu bahan evaluasi dan gambaran

apakah pelayanan yang diberikan telah memenuhi harapan pasien atau

belum. Dengan cara ini, puskesmas berupaya menciptakan kinerja yang

paling ideal dengan tujuan dapat memuaskan pasien.

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa jika jumlah tenaga

kerja sedikit, sedangkan beban kerja semakin meningkat, mengakibatkan

produktivitas kerja rendah dan akan mempengaruhi mutu pelayanan

terhadap pasien, demikian juga sebaliknya apabila jumlah petugas lebih

banyak dari pada beban kerja, maka banyak pula waktu yang tersisa

sehingga pekerjaan menjadi kurang efektif. Kebutuhan Sumber Daya

Manusia (SDM) di Puskesmas memerlukan suatu perencanaan dengan

menghitung kebutuhan tenaga kerja berdasarkan beban kerja petugas agar

didapatkan tenaga yang berkualitas sesuai dengan kebutuhan karena dengan

adanya tenaga kerja yang berkualitas akan meningkatkan mutu pelayanan

terhadap pasien.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, petugas masih ada yang

merangkap pekerjaan lain seperti petugas pendaftaran yang merangkap

5
sebagai petugas input data, petugas input data yang merangkap menjadi

petugas koding, petugas filling merangkap sebagai petugas disitribusi.

Sehingga menyebabkan beban kerja dari petugas terlalu banyak. Dan

dikarenaka beban kerja petugas yang banyak mengakibatkan waktu tunggu

bagi pasien terlalu lama masuk ke poliklinik .

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk

meneliti dan mengambil judul ”Analisis Beban Kerja Tenaga Rekam Medis

terhadap Kepuasan Pasien di Puskesmas Buayan”. Mengetahui beban kerja

perekam medis dan kepuasan pasien diharapkan pelayanan dapat

dimaksimalkan sehingga pada akhirnya puskesmas dapat memberi

pelayanan yang berkualitas sekaligus memenuhi harapan dan kepuasan

pasien.

1.2. Pokok Permasalahan

Berdasarkan masalah di atas maka pokok permasalahan dalam penelitian ini

adalah “Bagaimanakah Analisis Beban Kerja Tenaga Rekam Medis

terhadap Kepuasan Pasien di Puskesmas Buayan?”.

1.3. Pertanyaan Penelitian

A. Bagaimana analisis beban kerja perekam medis Puskesmas Buayan?

B. Bagaimana kepusan pasien di Puskesmas Buayan?

C. Bagaimana pengaruh beban kerja perekam medis dengan kepuasan

pasien di Puskesmas Buayan?

6
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian

A. Tujuan Umum

Mengetahui beban kerja tenaga rekam medis terhadap kepuasan

pasien di Puskesmas Buayan.

B. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui beban kerja tenaga rekam medis Puskesmas

Buayan.

2. Untuk mengetahui kepuasan pasien di Puskesmas Buayan.

3. Untuk mengetahui beban kerja tenaga rekam medis terhadap

kepuasan pasien di Puskesmas Buayan.

C. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penulisan laporan ini :

1. Bagi Penulis

Penelitian ini sebagai bahan untuk memperluas wawasan

dan ilmu pengetahuan di bidang rekam medis khususnya analisis

beban keja tenaga rekam medis terhadap kepuasan pasien di

Puskesmas Buayan dengan menerapkan teori yang penulis

peroleh dari institusi pendidikan.

2. Bagi Puskesmas

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai

bahan pertimbangan dalam analisis beban kerja tenaga rekam

medis terhadap kepuasan pasien di Puskesmas Buayan.

3. Bagi Akademik

7
Dapat digunakan sebagai sumber dan referensi bagi

mahasiswa untuk melakukan penelitian selanjutnya.

4. Bagi Peneliti lain

Dengan penelitian ini diharapkan dapat mereferensi dalam

beban kerja rekam medis terhadap kepuasan pasien bagi peneliti

selanjutnya.

8
BAB II

KERANGKA PEMIKIRAN DAN METODOLOGI

PENELITIAN

1.

2.

2.1. Kerangka Pemikiran

A. Konsep Dasar Puskesmas

1. Pengertian Puskesmas

a. Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah fasilitas

pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan

masyarakat dan upaya kesehatan perorangan tingkat pertama,

dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif di

wilayah kerjanya. (Permenkes RI No. 43 Tahun 2019)

b. Pusat kesehatan masyarakat yang dikenal dengan sebutan

puskesmas adalah Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama(FKTP)

yang bertanggungjawab atas kesehatan masyarakat di wilayah

kerjanya pada suatu bagian wilayah kecamatan. (Permenkes

No.44 Tahun 2014)

c. Puskesmas merupakan kesatuan organisasi fungsional yang

menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh,

terpadu, merata dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat

dengan peran serta aktif masyarakat dan menggunakan hasil

9
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna,

dengan biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah dan

masyarakat luas guna mencapai derajat kesehatan yang optimal,

tanpa mengabaikan mutu pelayanan kepada perorangan

(Depkes.2009)

d. Puskesmas adalah suatu organisasi kesehatan fungsional yang

merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang

juga membina peran serta masyarakat disamping memberikan

pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat

diwilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.

2. Tugas dan Fungsi Puskesmas

Tugas dan fungsi puskesmas diatur berdasarkan keputusan

Menteri Kesehatan republik Indonesia nomor

128/MENKES/SK/II/2004 tentang kebijakan dasar pusat kesehatan

masyarakat yaitu:

a. Tugas Puskesmas

Puskesmas memiliki tugas melaksanakan upaya pelayanan

kesehatan preventif, promotif, kuratif dan rehabilitative.

Puskesmas menyelenggarakan kegiatan :

a. Pelayanan promosi kesehatan

b. Pelayanan kesehatan lingkungan

c. Pelayanan kesehatan keluarga

10
d. Pelayanan gizi

e. Pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit.

Sehingga dapat mewujudkan wilayah kerja yang sehat,

dengan masyarakat yang:

a. Memiliki perilakusehat yang meliputi kesadaran,

kemauan, dan kemampuan hidup sehat.

b. Mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu

c. Hidup dalam lingkungan sehat

d. Memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu,

keluarga, kelompok dan masyarakat

b. Fungsi Puskesmas

Dari seluruh penyelenggaran kerja, puskesmas memiliki fungsi :

a. Penyelenggaran UKM (Upaya Kesehatan Masyarakat)

tingkat pertama di wilayah kerjanya.

b. Penyelenggaran UKP (Upaya Kesehatan Perorangan)

tingkat pertama di wilayah kerjanya.

c. Wahana pendidikan di bidang kesehatan, wahana program

internsip, dan atau sebagai jenjang rumah sakit

pendidikan.

B. Konsep Rekam Medis

1. Pengertian Rekam Medis

11
Rekam Medis didefinisikan sebagai berikut:

a. Dalam Permenkes No.269 / Menkes / Per / 111 / 2008

Rekam Medis adalah berkas yang berisikan catatan dan

dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan,

pengobatan, tindakan, dan pelayanan lain yang telah

diberikan kepada pasien.

b. Dalam Pasal 46 ayat (1) UU No. 29 Tahun 2004 tentang

Praktik Kedokteran, yang dimaksud rekam medis adalah

berkas dan dokumen tentang identitas pasien,

pemeriksaan, pengobatan, tindakan, dan pelayanan lain

yang telah diberikan kepada pasien.

c. Menurut Huffman (1981 : 33)

Rekam Medis adalah Informasi mengenai siapa, apa,

mengapa, dimana bilamana dan bagaimana pelayanan

yang diberikan kepada pasien selama masa perawatan

yang memuat pengetahuan mengenai pasien dan

pengobatan.

d. Menurut Gemmala Hatta

Rekam Medis merupakan kumpulan fakta tentang

kehidupan seseorang dan riwayat penyakitnya, termasuk

keadaan sakit, pengobatan saat ini dan saat lampau yang

ditulis oleh para praktisi kesehatan dalam upaya mereka

memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien.

12
Rekam medis adalah kumpulan fakta tentang identitas,

riwayat penyakit, pengobatan saat ini dan masa

lampauyang ditulis oleh profesi kesehatan yang

memberikan pelayanan kepada pasien.

2. Tujuan Rekam Medis

Tujuan rekam medis adalah menunjang tercapainya tertib

administrasi dalam rangka upaya peningkatan pelayanan

kesehatan di rumah sakit. Tanpa didukung suatu sistem

pengelolaan rekam medis yang baik dan benar, tidak akan

tercipta tertib administrasi rumah sakit sebagaimana yang

diharapkan. Sedangkan tertib administrasi merupakan salah satu

faktor yang menentukan didalam upaya pelayanan kesehatan di

rumah sakit (Direktorat Jendral Pelayanan Medik, 2006).

3. Kegunaan Rekam Medis

Secara umum rekam medis mmiliki 6 (enam) kegunaan,

yang untuk mudahnya di singkat sebagai ALFRED yaitu:

a) Administrative (Administrasi)

Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai administrasi,

karena isinya menyangkut tindakan berdasarkan wewenang dan

tanggung jawab sebagai tenaga medis dan paramedis dalam

mencapai tujuan pelayanan kesehatan.

b) Legal (Hukum)

13
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai hukum, karena

isinya menyangkut masalah adanya jaminan kepastian hokum

atas dasar keadilan, dalam rangka usaha untuk menegakkan

hukum serta penyediaan bahan bukti untuk menegakkan

keadilan.

c) Finansial (Keuangan)

Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai keuangan, karena

isinya mengandung data atas informasi dasar untuk perincian

biaya pelayanan kesehatan yang harus dibayar oleh pasien.

d) Riset (Penelitian)

Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai penelitian, karena

isinya menyangkut data/informasi yang dapat dipergunakan

sebagai aspek penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan

dibidang kesehatan.

e) Education (Pendidikan)

Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai pendidikan, karena

isinya menyangkut data/informasi tentang perkembangan

kronologis dan kegiatan pelayanan medis yang diberikan

kepada pasien. Informasi tersebut dapat dipergunakan sebagai

bahan atau referensi pengajaran dibidang profesi si pemakai

f) Documentation (Dokumentasi)

Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai dokumentasi.

Karena isinya meyangkut sumber ingatan yang harus

14
didokumentasikan dan dipakai sebagai bahan

pertanggungjawaban dan laporan rumah sakit.

C. Manajemen Sumber Daya Manusia

1. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia

Sumber Daya Manusia didalam sebuah perusahaan

atau organisasi memiliki peran yang sangat penting. Pengelolaan,

perencanaan dan pengoorganisasian dilingkungan perusahaan

memerlukan Sumber Daya Manusia untuk menjalankan prosesnya.

Sumber Daya Manusia atau Karyawan adalah aset perusahaan

yang penting untuk di perhatikan perusahaan sekaligus harus di

jaga sebaik mungkin. Melihat kondisi diatas manajemen sumber

daya manusia sangat dibutuhkan perusahaan untuk mengatur

dan mengatasi masalah-masalah yang berhubungan dengan

kondisi, tugas dan keadaan sumber daya manusia atau karyawan

di dalam sebuah perusahaan.

1. Menurut Bintoro dan Daryanto (2017 : 15) menyatakan

bahwa “Manajemen Sumber Daya Manusia di singkat MSDM

adalah suatu ilmu atau cara bagaimana mengatur hubungan dan

peranan sumber daya (tenaga kerja) yang dimiliki oleh individu

secara efisien dan efektif serta dapat digunakan secara maksimal

15
sehingga tercapai tujuan bersama perusahaan, karyawan dan

masyarakat menjadi maksimal.”

2. Pengertian menurut R. Supomo dan Eti Nurhayati (2018:1)

menyebutkan bahwa : “Manajemen merupakan alat atau wadah

untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Dengan

manajemen yang baik, tujuan organisasi dapat terwujud dengan

mudah.”

3. Pengertian menurut M. Manullang (2018:2) yang

mendefinisikan: “Manajemen adalah seni dan ilmu perencanaan,

pengorganisasian, penyusunan, pengarahan, dan pengawasan

sumber daya manusia untuk mencapai tujuan yang sudah

ditetapkan terlebih dahulu.”

4. Menurut Herman Sofyandi (2013:6) menyatakan bahwa

“Manajemen SDM didefinisikan sebagai suatu strategi dalam

menerapkan fungsi – fungsi manajemen yaitu planning,

organizing, leading dan controling, didalam setiap aktivitas/fungsi

operasional SDM mulai dari proses penarikan, seleksi, pelatihan

dan pengembangan, penempatan yang meliputi promosi,

demosi dan transfer, penilaian kinerja, pemberian kompensasi,

hubungan industrial, hingga pemutusan hubungan kerja, yang

ditunjukkan bagi peningkatan kontribusi produktif dari SDM

organisasi terhadap pencapaian tujuan organisasi secara lebih

efektif dan efisien”.

16
Dapat disimpulkan bahwa Manajemen Sumber Daya Manusia

adalah “pengakuan” terhadap pentingnya satuan tenaga kerja

organisasi sebagai sumber daya manusia yang vital bagi

pencapaian tujuan-tujuan organisasi,dan pemanfaatan berbagai

fungsi dan kegiatan personalia untuk menjamin bahwa mereka

digunakan secara efektif dan bijak agar bermanfaat bagi individu,

organisasi dan masyarakat (Handoko 1995).

2. Tujuan Manajemen Sumber Daya Manusia

Tujun manajemen sumber daya mansuia antara lain:

1) Tujuan Organisasional

Ditujukan untuk dapat mengenali keberadaan manajemen

sumber daya manusia (MSDM) dalam memberikan kontribusi

pada pencapaian efektivitas organisasi. Walaupun secara formal

suatu departemen sumber daya manusia diciptakan untuk dapat

membantu para manajer, namun demikian para manajer tetap

bertanggung jawab terhadap kinerja karyawan.

2) Tujuan Fungsional

Ditujukan untuk mempertahankan kontribusi bagian-bagian

lain pada tingkat yang sesuai dengan kebutuhan organisasi.

Sumber daya manusia menjadi tidak berharga jika manajemen

sumber daya manusia memiliki kriteri yang lebih rendah dari

tingkat kebutuhan organisasi.

17
3) Tujuan Sosial

Ditujukan untuk secara etis dan social merespon terhadap

kebutuhan- kebutuhan dan tantangan-tantangan masyarakat melalui

tindakan meminimalisasi dampak negatif terhadap organisasi.

Kegagalan organisasi dalam menggunakan sumber dayanya bagi

keuntungan masyarakat dapat menyebabkan hambatan-hambatan.

4) Tujuan Personal

Ditujukan untuk membantu karyawan dalam pencapaian

tujuannya, minimal tujuan-tujuan yang dapat mempertinggi

kontribusi individual terhadap organisasi. Tujuan personal

karyawan harus dipertimbangkan jika para karyawan harus

dipertahankan, dipensiunkan, atau dimotivasi. Jika tujuan personal

tidak dipertimbangkan, kinerja dan kepuasan karyawan dapat

menurun dan karyawan dapat meninggalkan organisasi.

3. Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia

Manajemen SDM ini bertujuan untuk memperbaiki

kontribusi produktif pegawai terhadap organisasi supaya tujuan

organisasi, efektif dan efisien, dapat tercapai. Selain itu,

manajemen SDM juga memiliki fungsi. Hasibuan (2006)

mengemukakan bahwa manajemen SDM memiliki 11 fungsi,

antara lain perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,

pengendalian, pengadaan, pengembangan, kompensasi,

18
pengintegrasian, pemeliharaan, kedisiplinan, dan pemberhatian.

Berikut ini adalah penjelasan dari fungsi-fungsi diatas, meliputi:

1) Perencanaan

Proses mendefinisikan tujuan organisasi, membuat strategi untuk

mencapai tujuan itu, dan mengembangkan rencana aktivitas kerja

organisasi. Proses ini dilakukan dengan merencaakan tenaga kerja

secara efektif dan efisien dalam membaru terwujudnya program.

2) Pengorganisasian

Pengorganisasian adalah kegiatan untuk mengorganisasikan semua

pegawai dengan menetapkan pembagian kerja, hubungan kerja,

delegasi kerja, delegasi wewenang, integrasi, dan koordinasi dalam

bagan organisasi. (organization chart). Tujuan organisasi yang

efektif dapat terwujud apabila pengorganisasian berjalan dengan

baik.

3) Pengarahan

Kegiatan mengarahkan semua karyawan, agar mau bekerjasama

atau bekerja efektif dan efisien dalam membantu tercapainya

tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat. Pengarahan

dilakukan dengan menugaskan bawahan agar mengerjakan semua

tugasnya dengan baik.

4) Pengendalian

Kegiatan mengendalikan semua pegawai agar menaati peraturan-

peraturan perusahaan dan bekerja sesuai dengan rencana. Beberapa

19
hal termasuk dalam kegiatan pengendalian antara lain kehadiran,

kedisiplinan, perilaku, kerjasama, pelaksanaan pekerjaan, dan

menjaga lingkungan.

5) Pengadaan

Proses penarikan, seleksi, penempatan, orientasi, dan induksi untuk

mendapatkan karyawan yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan.

Pengadaan yang baik akan membantu terwujudnya tujuan

organisasi.

6) Pengembangan

Proses peningkatan keterampilan teknis, teoritis, konseptual,

dan moral pegawai melalui pendidikan dan pelatihan. Pendidikan

dan pelatihan yang diberikan tentu harus sesuai dengan kebutuhan

pegawai, masa kini maupun masa depan.

7) Kompensasi

Merupakan balas jasa yang diberikan kepada pekerja untuk jasa

yang telah diberikannya bagi organisasi.

8) Pengintegrasian

Kegiatan untuk mempersatukan kepentingan perusahaan dan

kebutuhan pegawai. Kegiatan ini dimaksudkan agar tercipta kerja

sama yang serasi dan saling menguntungkan.

9) Pemeliharaan

Merupakan upaya yang dilakukan untuk memelihara kemampuan-

kemampuan sumber daya manusia yang telah dimiliki oleh suatu

20
organisasi.

10) Kedisiplinan

Kedisiplinan merupakan fungsi yang terpenting dan kunci

terwujudnya tujuan. Tanpa memiliki kedisiplinan yang baik, tujuan

perusahaan akan lebih sulit untuk terwujud secara maksimal.

11) Pemberhentian

Pemberhentian (separation) adalah putusya hubungan kerja

seseorang dari suatu perusahaan. Pemberhentian ini dapat

disebabkan kerena beberapa hal, yaitu keinginan pegawai,

perusahaan, kontrak kerja berakhir, pensiun, dan lain-lain.

Pelepasan ini diatur oleh Undang-Undang No. 12 Tahun 1964.

4. Sumber Daya Manusia Kesehatan

1. Pengertian Sumber Daya Manusia Kesehatan

Sumber Daya Manusia Kesehatan yang selanjutnya

disingkat SDMK adalah seseorang yang bekerja secara aktif di

bidang kesehatan, baik yang memiliki pendidikan formal

kesehatan maupun tidak yang untuk jenis tertentu memerlukan

kewenangan dalam melakukan upaya kesehatan. Kebutuhan

SDMK adalah jumlah SDMK menurut jenisnya yang

dibutuhkan untuk melaksanakan sejumlah beban kerja yang ada.

Sedangkan, Perencanaan Kebutuhan SDMK adalah proses

sistematis dalam upaya menetapkan jumlah, jenis, dan

21
kualifikasi SDMK yang dibutuhkan sesuai dengan kondisi suatu

wilayah dalam rangka mencapai tujuan pembangunan kesehatan.

(Peaturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 33

Tahun 2015 tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan

Kebutuhan Sumber Daya Manusia Kesehatan).

2. Perencanaan Kebutuhan SDMK

a) Perencanaan Kebutuhan SDMK

Seperti konsep perencanaan pada umumnya, perencanaan

kebutuhan SDMK merupakan penetapan langkah-langkah

sebagai jawaban atas 6 (enam) buah pertanyaan yang lazim

dikenal sebagai 5W + 1 H, yaitu:

1) Tindakan apa yang harus dikerjakan (WHAT)

2) Apakah sebabnya tindakan itu dikerjakan (WHY)

3) Dimanakah tindakan itu akan dilakukan (WHERE)

4) Bilamana tindakan itu dikerjakan (WHEN)

5) Siapa yang akan mengerjakan tindakan itu (WHO)

6) Bagaimana pelaksanaannya (HOW)

Mondy dan Noe (1995) mendefinisikan Perencanaan SDM

sebagai proses yang secara sistematis mengkaji keadaan

sumberdaya manusia untuk memastikan bahwa jenis, jumlah

dan kualitas dengan ketrampilan yang tepat, akan tersedia pada

22
saat mereka dibutuhkan. George Milkovich dan Paul C.

Nystrom (Dale Yoder, 1981) mendefinisikan bahwa

perencanaan tenaga kerja adalah proses peramalan,

pengembangan, pengimplementasian dan pengontrolan yang

menjamin perusahaan mempunyai kesesuaian jumlah pegawai,

penempatan pegawai secara benar, waktu yang tepat, yang

secara otomotis lebih bermanfaat.

b) Tujuan dan Manfaat Perencanaan Kebutuhan SDMK

Perencanaan SDMK dapat memberikan beberapa manfaat baik

bagi unit organisasi maupun bagi pegawai. Manfaat-manfaat

tersebut antara lain:

1. Manfaat bagi institusi :

a. Bahan penataan/penyempurnaan struktur organisasi;

b. Bahan penilaian prestasi kerja jabatan dan prestasi kerja unit;

c. Bahan penyempurnaan sistem dan prosedur kerja;

d. Bahan sarana peningkatan kinerja kelembagaan;

e. Bahan penyusunan standar beban kerja;

jabatan/kelembagaan;

f. Penyusunan rencana kebutuhan pegawai secara riil sesuai

dengan beban kerja organisasi;

g. Bahan perencanaan mutasi pegawai dari unit yang berlebihan

ke unit yang kekurangan;

23
h. Bahan penetapan kebijakan dalam rangka peningkatan

pendayagunaan sumber daya manusia.

2. Manfaat bagi wilayah

a. Bahan perencanaan distribusi;

b. Bahan perencanaan redistribusi (pemerataan);

c. Bahan penyesuaian kapasitas produksi;

d. Bahan pemenuhan kebutuhan SDMK;

e. Bahan pemetaan kekuatan/potensi SDMK antar wilayah;

f. Bahan evaluasi dan penetapan kebijakan pemerataan,

pemanfaatan, dan pengembangan SDMK.

c) Metode Perencanaan Kebutuhan SDMK

Metode perencanaan SDMK dikelompokkan sebagai berikut:

1. Metode berdasarkan Institusi, yang digunakan adalah:

a. Analisis Beban Kerja Kesehatan (ABK Kes);

b. Standar Ketenagaan Minimal.

2. Metode berdasarkan Wilayah

Metode yang digunakan adalah Metode “Ratio Penduduk”

yakni Rasio Tenaga Kesehatan terhadap Jumlah Penduduk di

suatu wilayah.

24
D. Analisis Beban Kerja Kesehatan (ABK Kes)

1. Pengertian Beban Kerja

Beban kerja adalah banyaknya jenis pekerjaan yang harus di

selesaikan oleh tenaga kesehatan professional dalam satu tahun

dalam satu sarana pelayanan kesehatan. (Depkes RI,2004)

Analisis Beban Kerja adalah teknik manajemen yang dilakukan

secara sistematis untuk memperoleh informasi mengenai tingkat

efektivitas dan efisiensi kerja organisasi berdasarkan volume kerja.

(Peraturan Menteri Pendayagunaaan Aparatur Negara dan

Reformasi Birokrasi Republik Indonesia No 1 Tahun 2022).

Metode ABK Kes adalah suatu metode perhitungan kebutuhan

SDMK berdasarkan pada beban kerja yang dilaksanakan oleh

setiap jenis SDMK pada tiap fasilitas pelayanan pelayanan

kesehatan (Fasyankes) sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.

Metode ini digunakan untuk menghitung kebutuhan

semua jenis SDMK.

Langkah-langkah dalam ABK Kes adalah sebagai berikut:

1. Menetapkan fasilitas kesehatan dan jenis SDMK (Sumber Daya

Manusia Kesehatan). Fasilitas kesehatan yaitu UPTD

Puskesmas Buayan Kabupaten Kebumen. Jenis SDMK adalah

petugas rekam medis.

25
2. Menetapkan WKT (Waktu Kerja Tersedia). Waktu kerja

tersedia adalah waktu yang tersedia untuk masingmasing

kategori SDM yang bekerja selama kurun waktu satu tahun.

Berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 68 Tahun 1995

tentang Hari Kerja Dilingkungan Lembaga Pemerintah telah

ditentukan jam kerja instansi pemerintah yaitu 37 jam 30

menit per minggu, baik untuk 5 (lima) hari kerja ataupun 6

(enam) hari kerja. Kebijakan 5 (lima) hari atau 6 (enam) hari

kerja sesuai yang ditetapkan kepala daerah masing-masing.

Berdasarkan Peraturan Badan Kepegawaian Negara Nomor 19

Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Penyusunan Kebutuhan

Pegawai Negeri Sipil, Jam Kerja Efektif (JKE) yaitu 1200 jam

per tahun. Menurut Permen PAN-RB No. 26 tahun 2011 tentang

Pedoman Perhitungan Jumlah Kebutuhan Pegawai Negeri Sipil

Yang Tepat Untuk Daerah, Jam Kerja Efektif (JKE) sebesar

1200 jam per tahun atau 72000 menit per tahun baik 5 hari kerja

atau 6 hari kerja per minggu.

3. Menetapkan komponen Beban Kerja (Tugas Pokok, Tugas

Penunjangan dan Uraian Tugas) dan Norma Waktu

Komponen beban kerja adalah jenis tugas dan uraian tugas yang

secaranyata dilaksanakan oleh jenis SDMK tertentu sesuai

dengan tugas pokok dan fungsi yang telah ditetapkan.

26
Norma Waktu adalah rata-rata waktu yang dibutuhkan oleh

seorang SDMK yang terdidik, terampil, terlatih dan berdedikasi

untuk melaksanakan suatu kegiatan secara normal sesuai dengan

standar pelayanan yang berlaku di fasyankes bersangkutan.

Kebutuhan waktu untuk menyelesaikan kegiatan sangat

bervariasi dan dipengaruhi standar pelayanan, standar

operasional prosedur (SOP), sarana dan prasarana pelayanan

yang tersedia serta kompetensi SDMK itu sendiri. Rata-rata

waktu ditetapkan berdasarkan pengamatan dan pengalaman

selama bekerja dan kesepakatan bersama sesuai dengan kondisi

daerah. Agar diperoleh data rata-rata waktu yang cukup akurat

dan dapat dijadikan acuan, sebaiknya ditetapkan berdasarkan

waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tiap kegiatan

pokok oleh SDMK yang memiliki kompetensi, kegiatan

pelaksanaan standar pelayanan, standar prosedur operasional

(SPO) dan memiliki etos kerja yang baik.

4. Menghitung Standar Beban Kerja (SBK)

Standar Beban Kerja (SBK) adalah volume/kuantitas pekerjaan

selama 1 tahun untuk tiap jenis SDMK SBK untuk suatu

kegiatan pokok disusun berdasarkan waktu yang dibutuhkan

untuk menyelesaiakan setiap kegiatan (Rata-rata Waktu atau

Norma Waktu) dan Waktu Kerja Tersedia (WKT) yang sudah

ditetapkan.

27
Rumus SBK (Standar Beban Kerja)

Waktu Kerja Terseia

Standar Beban Kerja = _________________________________

Norma Waktu per Kegiatan Pokok

Tujuan :

Dihasilkannya SBK SDMK untuk setiap kegiatan pokok.

Data dan informasi dapat diperoleh dari:

a. Data WKT (Waktu Kerja Tersedia) diperoleh dari Langkah 2

b. Data Norma Waktu atau Rata-rata Waktu setiap kegiatan pokok

diperoleh dari Langkah 3

Langkah-langkah perhitungan Standar Beban Kerja (SBK) sebagai

berikut:

a. Pengisian data Jenis tugas, Kegiatan, Norma Waktu, dan Waktu

Kerja

Tersedia (WKT), diambil dari tabel 2 dan tabel 3.

b. Selanjutnya menghitung SBK -> SBK = WKT : Norma Waktu

(7) = (6) / (4)

5. Menghitung Standar Tugas Penunjang (STP) dan Faktor Tugas

Penunjang (FTP)

28
Tugas Penunjang adalah tugas untuk menyelesaikan kegiatan-

kegiatan baik yang terkait langsung atau tidak langsung dengan

tugas pokok dan fungsinya yang dilakukan oleh seluruh jenis

SDMK.

Faktor Tugas Penunjang (FTP) adalah proporsi waktu yang

digunakan untuk menyelesaikan setiap kegiatan per satuan

waktu (per hari atau per minggu atau per bulan atau per

semester).

Standar Tugas Penunjang adalah suatu nilai yang merupakan

pengali terhadap kebutuhan SDMK tugas pokok.

Langkah-langkah perhitungan, sebagai berikut (lihat Tabel 5):

a. Waktu Kegiatan= Rata-rata waktu x 264 hr, bila satuan waktu per

hari

= Rata-rata waktu x 52 mg, bila satuan waktu per

minggu

= Rata-rata waktu x 12 bln, bila satuan waktu per

bulan

= Rata-rata waktu x 2 smt, bila satuan waktu per smt

(6) = (4) x 264, bila satuan waktu per hari

= (4) x 52, bila satuan waktu per minggu

= (4) x 12, bila satuan waktu per bulan

= (4) x 2, bila satuan waktu per semester

b. Faktor Tugas = (Waktu Kegiatan): (WKT) x 100

29
Penunjang

(FTP)

(8) = (6) / (7) x 100

c. Standar Tugas = (1 / (1- FTP/100)), sebagai faktor pengali.

Penunjang

(STP)

6. Menghitung Kebutuhan SDMK

Data dan informasi yang dibutuhkan per Fasyankes, sebagai

berikut:

a. Data yang diperoleh dari langkah-langkah sebelumnya yaitu :

• Waktu Kerja Tersedia (WKT) ...dari langkah-02

• Standar Beban Kerja (SBK) . . . langkah-04, dan

• Standar Tugas Penunjang (STP)... .langkah-05

b. Data Capaian (Cakupan) tugas pokok dan kegiatan tiap

Fasyankes selama kurun waktu satu tahun.

Capaian (1 th)

Kebutuhan SDMK = _________________________ X STP

Standar Beban Kerja

E. Kepuasan Pasien

1. Pengertian Kepuasan Pasien

Kepuasan menurut Kamus Bahasa Inonesia adalah puas,

merasa senang: perihal (hal yang bersifat puas, kesenangan,

30
kelegaan dan sebagainya). Kepuasan dapat diartikan juga

sebagai perasaan puas, rasa senang dan kelegaan seseoarang

karena mengkonsumsi suatu produk atau jasa didalam

mendapatkan pelayanan suatu jasa sesuai dengan harapannya.

Kepuasan pasien merupakan fungsi dari kesan kinerja dan

harapan, pasien baru akan merasa puas apabila kinerja layanan

kesehatan yang diperolehnya sama atau melebihi harapannya

dan sebaliknya, ketidakpuasan atau perasaan kecewa pasien

akan muncul apabila kinerja layanan kesehatan yang

diperolehnya itu tidak sesuai dengan harapannya. (Pohan,

Jaminan Mutu Layanan Kesehatan, 2006).

2. Pengukuran Kepuasan Pasien

Kepuasan pasien adalah keluaran dari layanan kesehatan

dan suatu perubahan dari sistem layanan kesehatan yang

dilakukan tidak mungkin tepat sasaran dan berhasil tanpa

melakukan pengukuran kepuasan pasien. Hasil pengukuran

kepuasan pasien akan digunakan sebagai dasar untuk

mendukung perubahan sistem layanan kesehatan, perangkat

yang digunakan untuk mengukur pasien harus handal dan

dapat dipercaya. Pengumpulan data survei kepuasan pasien

dapat dilakukan dengan pemberian kuesioner dan wawancara.

(Pohan, Jaminan Mutu Layanan Kesehatan, 2006).

31
Pengukuran kepuasan pasien pada fasilitas layanan

kesehatan tidak mudah, karena layanan kesehatan tidak

mengalami semua perlakuan yag dialami oleh pasar bias.

Dalam layanan kesehatan, pilihan-pilihan yang ekonomis tidak

jelas. Pasien tidak mungkin atau sulit mengetahui apakah

layanan kesehatan yang didapatnya optimal atau tidak.

Apabila fasilitas layanan kesehatan (Puskesmas dan Rumah

Sakit) dianggap sebagai produsen suatu layanan kesehatan,

akan dijumpai suatu rentetan dari struktur dan proses. Di

dalam str uktur terdapat gedung, peralatan, obat, profesi

layanan kesehatan, prosedur, kebijaksanaan, organisasi, dan

lain- lain. Proses akan menyangkut penyelenggaraan layanan

kesehatan itu sendiri. Keluaran akan menghasilkan sesuatu

untuk kepentingan pasien dan penyelenggara dari layanan

kesehatan itu (Pohan, Jaminan Mutu Layanan Kesehatan,

2006).

32
Rentetan dari struktur dan proses tersebut dapat dilihat pada gambar berikut :

Lingkungan fisik gedung, Ramah, menghargai manusia,


peralatan, petugas, obat, seni memberi pelayanan,
kebijakan, prosedur, standar penuh perhatian, mau
mendengarkan

Kesinambungan layanan Memberi informasi


kesehatan, rujukan tepat, lengkap, memberi
rekam medik akurat kesempatan bertanya

Hasil layanan efektif, Kepuasan Perhatian terhadap masalah


konsultasi teliti, tidak Pasien psiko-sosi pasien, empati
berulang-ulang

Biaya layanan, efisien, Fokus pengaturan system


sesuai standar layanan kesehatan untuk
memberi kemudahan

Hubungan antar manusia, Kompetensi, konsistensi


saling menghargai, terhadap standar pelayanan
mempercayai, tepat waktu, kesehatan
nyaman, bersih, privaci

Akses Fisik, ekonomi &


budaya, bahasa, istilah
dimengerti pasien

Gambar Konsep Multi Dimensi Kepuasan Pasien

33
3. Perangkat Pengukuran Kepuasan Pasien

Ada beberapa pakar yang menganggap kepuasan pasien

sebagai aspek psikososial dari keefektifan layanan kesehatan

dan mereka mengusulkan beberapa indikator sebagai perangkat

pengukuran kepuasan yaitu :

1. Kepuasan terhadap akses layanan kesehatan

Kepuasan akses terhadap layanan kesehatan akan dinyatakan

oleh sikap pengetahuan tentang:

a. Sejauh mana layanan kesehatan itu tersedia pada waktu dan

tempat saat dibutuhkan.

b. Kemudahan memperoleh layanan kesehatan, baik dalam

keadaan biasa ataupun keadaan gawat darurat.

c. Sejauhmana pasien mengerti sistem layanan kesehatan itu

bekerja, keuntungan dan tersedianya alayana kesehatan

2. Kepuasan terhadap mutu layanan kesehatan

Kepuasan terhadap mutu layanan kesehatan akan dinyatakan

oleh sikap terhadap:

a. Kompetensi teknik dokter/ profesi layanan kesehatan lain

yang berhubungaln dengan pasien.

b. Keluaran dari penyakit atau bagaimana perubahan yang

dirasakan oleh paseien sebagai hasil dari layanan kesehatan.

34
3. Kepuasan terhadap proses layanan kesehatan, termasuk

hubungan antar manusia akan dilakukan dengan melakukan

pengukuran :

a. Sejauh mana ketersediaan layanan puskesmas dan/atau rumah

sakit menurut penilan pasien

b. Persepsi tentang perhatian dan kepedulian dokter dan/atau

profesi layanan kesehatan lain.

c. Tingkat kepercayaan dan keyakinan terhadap dokter

d. Tingkat pengertian tentang kondisi atau diagnosis

e. Sejauhmana tingkat kesulitan untuk dapat mengerti nasihat

dokter dan/atau rencana pengobatan

4. Kepuasan terhadap sistem layanan kesehatan, ditentukan sikap

terhadap :

a. Fasilitas fisik dan lingkungan layanan kesehatan

b. Sistem perjanjian, termasuk menunggu giliran, waktu tunggu

pemanfaatan waktu selama menunggu, sikap menolong atu

kepedulian terhadap personel, mekanisme pemecahan

masalah, dan keluhan yang timbul.

c. Lingkup dan sifat keuntungan dan layanan kesehatan yang

ditawarkan.

4. Aspek yang Memengaruhi Kepuasan Pasien.

35
Pohan (2007) menyatakan bahwa aspek-aspek yang memengaruhi

kepuasan pasien rawat jalan di Puskesmas antara lain :

1. Kesembuhan.

2. Ketersediaan obat.

3. Keleluasaan pribadi atau privasi sewaktu pemeriksaan.

4. Kebersihan.

5. Mendapat informasi yang menyeluruh.

6. Mendapat jawaban yang dimengerti.

7. Ada kesempatan untuk bertanya.

8. Penggunaan bahasa daerah.

9. Kesinambungan petugas kesehatan.

10. Waktu tunggu.

11. Ketersediaan toilet

12. Biaya pelayanan.

13. Tersedianya tempat duduk.

5. Survei Kepuasan Masyarakat

a. Pengertian Survei Kepuasan Masyarakat

Menurut Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur

Negara Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 14

Tahun 2017 Tentang Pedoman Penyusunan Survei Kepuasan

Masyarakat, Survei Kepuasan Masyarakat adalah kegiatan

36
pengukuran secara komprehensif tentang tingkat kepuasan

masyarakat terhadap kualitas layanan yang diberikan oleh

penyelenggara pelayanan publik. Tujuan dari survey kepuasan

masyarakat adalah untuk mengukur tingkat kepuasan

masyarakat sebagai pengguna layanan dan meningkatkan

kualitas penyelenggaraan pelayanan publik.

a. Manfaat

Dengan dilakukan SKM diperoleh manfaat, antara lain:

1. Diketahui kelemahan atau kekurangan dari masing-

masing unsur dalam penyelenggara pelayanan publik;

2. Diketahui kinerja penyelenggara pelayanan yang telah

dilaksanakan oleh unit pelayanan publik secara

periodik;

3. Sebagai bahan penetapan kebijakan yang perlu diambil

dan upaya tindak lanjut yang perlu dilakukan atas hasil

Survei Kepuasan Masyarakat;

4. Diketahui indeks kepuasan masyarakat secara

menyeluruh terhadap hasil pelaksanaan pelayanan

publik pada lingkup Pemerintah Pusat dan Daerah;

5. Memacu persaingan positif, antar unit penyelenggara

pelayanan pada lingkup Pemerintah Pusat dan Daerah

dalam upaya peningkatan kinerja pelayanan;

37
6. Bagi masyarakat dapat diketahui gambaran tentang

kinerja unit pelayanan.

Indeks kepuasan masyarakat ditentukan dengan

skala 1 (satu) sampai dengan (4). Unsur Survei

Kepuasaan Masyarakat adalah unsur-unsur yang

menjadi indikator pengukuran kepuasan masyarakat

terhadap penyelenggaraan pelayanan publik.

1.

2.

2.2. Metodologi Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data

A. Metode Penelitian

Dalam penulisan Tugas Akhir ini penulis menggunakan metode

penelitian deskriptif kuantitatif. Menurut Sugiyono (2008) metode

kuantitatif adalah pendekatan ilmiah yang memandang suatu realitas

itu dapat diklasifikasikan, konkrit, teramati dan terukur, hubungan

variabelnya bersifat sebab akibat dimana data penelitiannya berupa

angka-angka dan analisisnya menggunakan statistik. Metode

penelitian ini digunakan untuk mengungkapkan gambaran yang jelas

mengenai keadaan dan instansi berdasarkan data yang diperoleh,

dengan cara mengumpul dan menganalisis data tersebut dan

38
mengubahnya menjadi informasi baru yang digunakan dalam

menunjang pengambilan keputusan dalam perusahaan.

B. Definisi Operasional Variabel

Menurut Sugiyono (2012: 31), definisi operasional adalah

penentuan konstrak atau sifat yang akan dipelajari sehinga menjadi

variabel yang dapat diukur. Definisi opeasional menjelaskan cara

trtentu yang digunakan untuk meneliti dan mengoperasikan konstrak,

sehingga memungnkan bagi peneliti yang lain untuk melakukan

replikasi pengukuran dengan cara yang sama atau mengembangkan

cara pengukuran konstrak yang lebih baik. Definisi operasional juga

bermanfaat untuk mengarahkan kepada pengukuran atau pengamatan

terhadap variabel-variabel yang bersangkutan serta pengembangan

instrument (alat ukur).

Menurut Sugiyono (2014: 38), definisi variabel adalah suatu

atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang

mempunyai variasi tertetu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Definisi operasional vaiabel yaitu suatu definisi yang diberikan

kepada suatu variabel dan/atau konstrak dengan cara memberikan arti

atau melakukan spesifikasi kegiatan maupun memberian suatu

operasional yang diperlukan untuk mengukur konstrak/ variabel.

Langkah – langkah definisi operasional variabel dapat diuraikan

sebagai berikut ( Hasan, 2004):

39
1. Mempelajari kembali masalah penelitian, kerangka teoritis atau

konseptual, dan hipotesis yang telah kita nyatakan, lalu

menyusun daftar konsep yang akan diukur serta definisi masing-

masing konsep.

2. Dari daftar konsep tadi, kita temukan indikator yang akan

digunakan untuk mengukur suatu konsep. Misalnya, untuk

konsep “status sosial ekonomi” diukur dengan indikator

pendidikan, pekerjaan dan pendapatan.

3. Menyusun daftar variabel yang datanya akan digunakan untul

menjawab masalah penelitian kita.

4. Definisikan pada masing-masing variabel tadi.

5. Memeriksa literature untuk mengetahui lebih dalam mengenai

indikator yang bisa digunakan untuk suatu konsep, arti atau

definisi konsep atau variabel atau istilah yang kita gunakan.

6. Merevisi, jika ada indikator yang telah kita tetapkan atau

definisi operasioanal yang telah kita berikan pada variabel atau

istilah yang kita pakai, mungkin kita perlu membuat indikator

atau definisi opersional.

Langkah – langkah definisi operasional variabel dapat diuraikan

dalam daftar konsep sebagai berikut:

Variabel Definisi
Independe Operasion
n al Metode Indikator Hasil Ukuran
Beban Beban Observasi, 1. Beban 1. Sesuai
kerja kerja Wawancar kerja tenaga dengan
tenaga Perekam a perekam standar beban

40
Perkam Medis di medis kerja
Medis Puskesmas 2. Waktu 2. Tidak sesuai
Buayan kerja dengan
perekam standar beban
medis kerja

Definisi
Variabel Operasion
Dependen al Metode Indikator Hasil Ukur
Kepuasan Kepuasan Kuesioner 1.Kinerja 1. tidak baik
pasien responden tenaga 2. kurang baik
terhadap dokter; 3. baik
pelayanan 2. Kinerja 4. sangat baik
di tenaga
Puskesmas perawat;
Buayan 3. Kondisi
fisik
puskesmas;
4. Sistem
administrasi
pelayanan;
5.
Pembiayaaa
n;
6.Kondisi
kesehatan
pasien
lanisa.
Sumber : Data diolah

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas

obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti. Populasi juga bukan

hanya jumlah yang ada pada obyek atau subyek yang dipelajari,

41
tetapi meliputi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki

obyek atau subyek itu.

Pada penelitian ini, populasi yang digunakan yaitu jumlah

kunjungan pasien selama bulan April 2021 sampai dengan April

2022 yaitu sebanyak 16696 orang ke Puskesmas Buayan.

2. Sampel

Menurut Notoatmodjo (2012:115) sampel adalah objek

yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi tersebut.

Dalam mengambil sampel penelitin ini digunakan cara atau

teknik-teknik tertentu, sehingga sampel tersebut dapat mungkin

mewakili populasinya. Teknik ini biasanya disebut metode

sampling atau teknik sampling.

Teknik pengambilan sampel untuk berkas rekam medis

menggunakan probility sampling yaitu simple random sampling.

Probility sampling adalah teknik pengambilan sampel yang

memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota)

populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Sedangkan

sample random sampling yaitu pengambilan anggota sampel dan

populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang

ada dalam populasi itu ( Wiratna Sujarweni, 2014:69).

Penentuan jumlah sampelnya adalah menggunakan rumus

Slovin ( Wiratna Sujarweni, 2014:66) yakni sebagai berikut :

N
n=
1+(Nx e 2)

42
Keterangan:

n = Ukuan Sampel

N = Populasi

e = Prosentase kelonggaran ketidakterikatan karena kesalahan

pengambilan sampel yang masih diinginkan.

Dengan demikian, maka perhitungan jumlah sampel adalah

16696
1+(16696 x 0,12 )

16696
167,96

99,3 dibulatkan menjadi 100 orang

D. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2013:224) teknik pengumpulan data

merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian. Karena

tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Dalam hal ini

peneliti mengambil data dengan observasi dan wawancara yang

dilakukan di Puskesmas Buayan.

1. Teknik Pengamatan/Observasi

Teknik Observasi menurut Sutrisno Hadi dalam Sugiyono

(2013:145) mengemukakan bahwa observasi merupakan suatu

proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai

proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting

adalah proses-proses pengamatan dan ingatan. Dalam

melakukan pengumpulan data penulis menganalisa mengenai

43
analisis beban kerja tenaga rekam medis terhadap kepuasan

pasien di Puskesmas Buayan.

2. Teknik Wawancara

Wawancara menjadi salah satu teknik yang digunakan

untuk pengumplan data penelitian. Menurut Esterberg dalam

Sugiyono (2013:231) wawancara merupakan pertemuan dua

orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab

sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik

tertentu. Wawancara merupakan komunikasi dua arah untuk

memperoleh informasi dari responden yang terkait. Dapat pula

dikatakan bahwa wawancara merupakan percakapan tatapmuka

(face to face) antara pewawancara dengan narasumber,

dimanapewawancara bertanya langsung tentang suatu objek

yang diteliti dan telah dirancang sebelumnya

3. Kuesioner

Menurut Sugitono (2017:142) angket atau kuesioner

merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis

kepada respnden untuk dijawab. Pada penelitian ini, kuesioner

yang digunakan adalah kesioner tertutup, dimana

pertanyaanmengharapkan responden untuk memlilih salah satu

alternatif jawaban dari setiap pertanyaan yang tersedia. Setiap

pertanyaan angket yang mengharapkan jawaban berbentuk data

44
nominal, ordinal, interval, dan ratio adalah bentuk pertanyaan

tertutup.

45

Anda mungkin juga menyukai