Anda di halaman 1dari 14

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Peneliti terdahulu


2.1.1 Ikka Muldiana (2016) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Faktor-
faktor Yang Mempengaruhi Duplikasi Penomoran Rekam Medis Di
Rumah Sakit Atma Jaya 2016”
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuai faktor-faktor yang
mempengaruhi duplikasi penomoran rekam medis di rumah sakit atma jaya
dengan menggunakan rancangan kualitatif dengan metode penelitian deskriptif,
yaitu metode yang bertujuan mendeskripsikan atau memberi gambaran pada suatu
objek penelitian. Teknik pengumpulan data menggunakan cara wawancara dan
observasi.Penyebab terjadinya duplikasi nomor rekam medis di rumah sakit atma
jaya dikarenakan kurangnya pemahaman petugas mengenai standart operating
procedure (SOP) penomoran pada pendaftaran pasien. Sebagian besar beban kerja
petugas tidak sesuai dengan pendidikan petugas rekam medis, karena sebagian
besar petugas adalah sarjana atau diploma namun dari sarjana atau diploma rekam
medis.
2.1.2 Lilis Fitrianingsih (2013) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis
Faktor-faktor Penyebab Duplikasi Nomor Rekam Medis Tempat
Penerimaan Pasien Rawat Inap Rumah Sakit Daerah Balung Jember
Periode 2012”
Penelititian ini bertujuan untuk mengetahui factor-faktor penyebab
terjadinya duplikasi nomor rekam medis pasien rawat inap dirumah sakit daerah
balung jember dengan metode fishbone. Jenis penelitian yang digunakan adalah
deskriptif. Sampel pada peneliti ini yaitu 1 kepala rekam medis dan 3 petugas
penerimaan pasien rawat inap dengan instrument pedoman wawancara dan
observasi. Teknik penyajian data dalam penelitian ini yaitu texture dan
menggunakan teknik analisis kualitatif. Rumah sakit daerah balung jember sudah
ada Standart Operational Procedur (SOP) penomeran rekam medis. Berdasarkan
penelitian petugas pendaftran berjumlah 3 orang dan di bagi dalam 3 sift,
duplikasi nomor rekam medis disebabkan oleh beberapa factor yaitu terdapat pada

7
8

factor man meliputi: (jenis kelamin, pendidikan, beban kerja), methods


(pemahaman standart operasional procedure), material (kelengkapan sarana
prasarana). Rumah sakit daerah balung jember sebaiknya lebih memperhatikan
latar belakang pendidikan pegawai, perlu mengadakan pelatihan dan sosialisasi
standart operational procedur (sop) penomoran serta melengkapi sarana prasarana
pada penerimaan pasien rawat inap.

2.2 State Of The Art


Berdasarkan karya ilmiah diatas, maka Skripsi yang berjudul “Analisis
Sistem Penomoran Pasien Rawat Inap dan Rawat Jalan di Puskesmas Gladak
Pakem Jember Tahun 2017” memiliki persamaan dan perbedaan sebagai berikut :
No Materi Lilis Fitrianingsih Ikka Muldiana Diananda Wegi
(2013) (2016) Putri (2017)
1 Judul Faktor-faktor penyebab Analisis yang Analisis Sistem
terjadinya duplikasi di mempengaruhi aplikasi Penomoran Rawat
RSUD Balung Jember penomoran rekam Inap dan Rawat
2012 medis di rumah sakit Jalan Di Puskesmas
atma jaya 2016 Gladak Pakem
jember 2017
2 Tempat RSUD Balung Jember Rumah Sakit Atma Puskesmas Gladak
Penelitian Jaya Pakem
3 Metode Penelitian deskriptif penelitian rancangan Kualitatif dengan
kualitatif kualitatif dengan menggunakan teori
metode ABC
deskriptif
4 Objek Penomoran, petugas Penomoran dan Petugas Penomoran, Petugas
pendaftaran, SOP Pendaftaran Pendaftaran, Kartu
penomoran, dan KIB
sarana dan
prasarana dalam
pendaftaran pasien
rawat inap

2.3 Puskesmas
2.3.1 Pengertian Puskesmas
Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis (UPT) dari Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan
kesehatan di suatu wilayah kerja. (Bambang, 2010:31)
Tiga fungsi yang harus diperankan oleh Puskesmas, yaitu :
9

1. Puskesmas merupakan pusat penggerak pembangunan berwawasan


kesehatan
2. Puskesmas merupakan pusat pemberdayaan masyarakat
3. Puskesmas merupakan pusat pelayanan kesehatan individu dan pelayanan
kesehatan masyarakat (Bambang, 2010:33)
Peraturan Dinas Kesehatan jawa Timur mengenai standart puskesmas
menyebutkan bahwa Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) di Puskesmas
bagian rawat jalan terdiri dari penanggung jawab:
1. Poli Umum
2. Poli KIA/KB
3. Poli Gigi
4. Klinik Gigi
5. Ambulan
6. Unit Gawat Darurat
7. Radiologi
8. Laboratorium
9. Kamar Obat/ Apotik dan Gedung Oab
10. Puskesmas Keliling
Puskesmas Gladak Pakem berlokasi di Jl. Wolter Monginsidi No.25,
Kranjingan, Sumbersari, Kabupaten Jember, Jawa Timur merupakan puskesmas
yang melayani layanan kesehatan masyarakat, khususnya melayani pasien yang
berada di wilayah Pakem dan daerah setempat yang masih masuk dalam wilayah
kabupaten Jember.
2.3.2 Tujuan Puskesmas
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75
tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat pasal 2, penyelenggaraan
pembangunan kesehatan di Puskesmas bertujuan untuk mewujudkan msyarakat
yang :
a. memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat.
b. mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu
10

c. hidup dalam lingkungan sehat dan


d. memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat.
2.3.3 Tugas dan Fungsi Puskesmas
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75
tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat pasal 4, Puskesmas mempunyai
tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan
kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka mendukung terwujudnya kecamatan
yang sehat. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana yang dimaksud dalam pasal
4, Puskesmas menyelenggarakan fungsi :
a. Penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya
b. Penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya

2.4 Rekam Medis


2.4.1 Pengertian Rekam Medis
Pengertian Rekam Medis (RI, 2008) adalah berkas yang berisikan
cacatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan
dan pelayanan lainyang telah diberikan kepada pasien.
2.4.2 Tujuan Rekam Medis
Menunjang tercapainya tertib administrasi dalam rangka upaya
peningkatan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Tanpa didukung suatusistem
pengelolaan rekammedis yang baik dan benar, tidak akan tercipta tertib
administrasi rumah sakit sebagaimana yang diharapkan. Sedangkan tertib
administrasi merupakan salah satu faktor yang menetukan di dalam upaya
pelayanan kesehatan di rumah sakit (Depkes, 2006).Kegunaan Rekam Medis
2.4.3 Isi Rekam Medis
Menurut (Garmelia, 2010) Kegunaan rekam medis dapat dilihat dari
beberapa aspek, antara lain:
11

1. Aspek Administrasi
Karena isi rekam medis menyangkut tindakan berdasarkan wewenang dan
tanggung jawab sebagai tenaga medis, para medis dan tenaga kesehatan
lainnya dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan
2. Aspek Medis
Karena catatan/rekaman tersebut di pergunakan sebagai dasar untuk
merencanakan pengobatan/perawatan yang harus diberikan kepada
seorang pasien
3. Aspek Hukum
Menyangkut masalah adanya jaminan kepastian hokum atas dasar
keadilan, dalam rangka usaha menegakkan hokum serta penyediaan bahan
tanda bukti untuk menegakkan keadilan
4. Aspek Keuangan
Mengandung data/informasi yang dapat dipergunakan sebagai dasar
pembiayaan.
5. Aspek penelitian
Menyangkut data/informasi yang dapat dipergunakan sebagai dasar
penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan
6. Aspek Pendidikan
Menyangkut data/informasi tentang perkembangan kronologis dan
kegiatan pelayanan medic yang diberikan kepada pasien. Informasi
tersebut dapat dipergunakansebagai bahan referensi penjajaran di bidang
kesehatan.
7. Aspek Dokumentasi
Menyangkut sumber ingatan yang harus didokumentasikan dan dipakai
sebagai bahan pertanggungjawaban dan laporan rumah sakit.
2.4.4 Isi Rekam Medis
Menurut Formulir dan cara pengisisan rekam medis rawat jalan dan rawat
inap sesuai dengan permenkes 269/Menkes/Per/III/2008
12

1. Isi Rekam Medis rawat jalan sekurang kurangnya memuat:


a. Identitas pasien
b. Tanggal dan waktu
c. Hasil anamnesis, mencangkup sekurang-kurangnya keluhan dan riwayat
penyakit
d. Hasil Pemeriksaan fisik dan penunjang medic
e. Diagnosis
f. Rencana penatalaksanaan
g. Pengobatan dan/atau tindakan
h. Pelayanan lain yang telah diberikan
i. Untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan odontogram klinik
j. Persetujuan tindakan bila diperlukan
2. Isi rekam medis rawat inap perawatan satu hari sekurang-kurangnya
memuat
a. Identitas pasien
b. Tanggal dan waktu
c. Hasil anamnesis, mencangkup sekurang-kurangnya keluhan dan riwayat
penyakit
d. Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik
e. Diagnosis
f. Rencana penata laksanaan
g. Pengobatan dan/atau tindakan
h. Persetujuan tindakan bila diperlukan
i. Catatan observasi klinis dan hasil pengobatan
j. Ringkasan pulang (discharge summary)
k. Nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi, atau tenaga kesehatan tertentu
yang memberikan pelayanan kesehatan.
l. Pelayanan lain yang dilakukan oleh tenaga kesehatan tertentu, dan untuk
pasien gigi di lengkapi dengan odontogram klinik
13

3. Isi rekam medis pasien gawat darurat, sekurang-kurangnya memuat:


a. Identitas pasien
b. Kondisi saat pasien tiba disarana pelayanan kesehatan
c. Identitas pengantar pasien
d. Tanggal dan waktu
e. Hasil anamnesis, mencangkup sekurang-kurangnya keluhan dan riwayat
penyakit
f. Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medic
g. Diagnosis
h. Pengobatan dan/atau tindakan
i. Ringkasan kondisi pasien sebelum meninggalkan pelayanan unit gawat
darurat dan rencana tindak lanjut
j. Nama atau tanda tangan dokter, dokter gigi atau tenaga kesehatan tentang
yang memberikan pelayanan kesehatan
k. Sarana transportasi yang digunakan bagi pasien yang akan di pindahkan ke
sarana pelayanan kesehatan lainnya
l. Pelayanan lain yang telah di berikan kepada pasien
2.4.5 Unit Rekam Medis
Unit rekam medis sebagai alah satu gerbang terdepan dalam pelayanan
kesehatan, dapat sebagai salah satu ukuran kepuasan pasien dalam menerima
pelayanan. Ruang lingkup unit rekam medis mulai dari penerimaan pasien sampai
dengan penyajian informasi kesehatan. Tugas unit rekam medis mulai dari
pengumpulan data, pemrosesan data, dan penyajian informasi kesehatan. Data
yang di kumpulkan berupa data sosial dan data medis. Data sosial didapatkan
ketika pasien mendaftar sebagai pasien, sedangkan data medis didapatkan setelah
pasien mendapat pemeriksaan dari tenaga kesehatan (Budi, 2011).

2.5 Penerimaan Pasien


2.5.1 Definisi Penerimaan pasien
Tempat penerimaan pasien merupakan gerbang pelayanan pertama di
suatu fasilitas pelayanan kesehatan.selain fasilitas yang mendukung, petugas
14

penerimaan pasien harus menguasai alur pasien, alur berkas rekam medis, dan
prosedur penerimaan pasien, sehingga petugas dapat memberikan pelayanan dan
informasi yang cepat dan tepat. Alur pasien menggambarkan tentang bagan,
tahapan, pelayanan, dari awal pasien datang sampai pelayanan berakhir atau
pulang dari suatu fasilitas pelayanan kesehatan.Sistem penerimaan pasien terdiri
dari beberapa subsistem, yaitu subsistem penerimaan pasien rawat jalan, rawat
darurat dan rawat inap.
a. Pasien Rawat Jalan
Menurut Huffman (1984) pelayanan rawat jalan adalah pelayanan yang
diberikan kepada pasien yang tidak mendapatkan pelayanan rawat inap difasilitas
pelayanan kesehatan. Kegiatan penerimaan pasien, sebaiknya prosedur diletakkan
di tempat yang mudah dibaca oleh petugas penerimaan pasien. Hal ini dilakukan
untuk mengontrol pekerjaan yang telah dilakukan sehingga pekerjaan yang
dilakukan dapat konsisten dan sesuai aturan.
b. Pasien rawat Inap
Penerimaan pasien rawat inap adalah penerimaan pasien untuk
mendapatkan pelayanan lanjutan setelah mendapatkan surat pengantar dirawat
dari pihak yang berwenang. Dalam hal ini pihak yang member surat pengantar
adalah dokter dari klinik atau pelayanan rawat darurat di fasilitas pelayanan
kesehatan yang lain.
c. Pasien Gawat Darurat
Pasien rawat darurat merupakan pasien yang datang ke tempat penerimaan
pasien rawat darurat yang dibuka selama 24 jam pelayanan,disini pasien ditolong
terlebih dahulu setelah itu kemudian menyelesaikan administrasinya. Pasien yang
diterima di pelayanan rawat darurat berasal dari rujukan fasilitas pelayanan
kesehatan atau pasien datang sendiri. Pasien rujukan adalah pasien yang dikirim
atau diambil dari fasilitas pelayanan kesehatan yang lain untuk dirawat di fasilitas
pelayanan kesehatantersebut disertai surat permintaan merawat dari fasilitas
pelayanan kesehatan yang meminta merujuk pasien. Sedangkan yang dimaksud
dengan pasien datang sendiri adalah pasien yang datang ke fasilitas pelayanan
15

pelayanan kesehatan tanpa adanya surat pengantar dari fasilitas pelayanan


kesehatan yang lain.
Kegiatan pelayanan disetiap bagian (penerimaan rawat jalan, rawat
darurat, dan rawat inap) harus dicatat dalam sebuah register. Register ini
merupakan bukti kinerja yang telah dilkukan di masing-masing bagian. Register
yang berada pada tempat penerimaan pasien disebut dengan register penerimaan
pasien. (Budi, 2011:37-39)
2.5.2 Sistem penomoran
Menurut (Budi, 2011) Sistem penomoran dalam pelayanan rekam medis
yaitu tata cara penulisan nomor yang diberikan kepada pasien yang datang berobat
sebagai bagian dari identitas pribadi pasien yang bersangkutan. Sistem penomoran
terbagi menjadi 3 sistem penomoran yaitu :
a. Pemberian Nomor Unit (Unit Numbering System)
Pada sistem ini setiap pasien yang berkunjung ke fasilitas pelayanan
kesehatan akan mendapatkan satu nomor rekam medis (berkas rekam medis)
ketika pasien tersebut pertama kali datang dan tercatat sebagai pasien di fasilitas
pelayanan kesehatan tersebut.
Kekurangan menggunakan unit numbering sistem adalah untuk pelayanan
pasien lama akan lebih lama dibanding dengan sistem penomoran seri. Hal ini
karena pada pasien lama akan dicarikan berkas rekam medisnya yang lama setelah
ketemu baru pasien akan mendapatkan pelayanan.
b. Pemberian Nomor Seri (Serial Numbering Sistem)
Pada sistem ini, petugas pendaftaran memberikan nomor baru (berkas
baru) pada setiap kali pasien datang berkunjung ke fasilitas pelayanan kesehatan.
Kekurangan menggunakan serial numbering sistem adalah untuk pasien
lama tidak perlu membutuhkan waktu untuk mencari berkas rekam medis
sebelumnya, karena 1 pasien dapat memperoleh lebih dari 1 nomor rekam medis
(berkas), informasi pelayanan yang pernah disapatkan pasien menjadi tidak
berkesinambungan sehingga dapat merugikan pasien.
16

c. Pemberian Nomor Seri Unit (Serial Unit Numbering Sistem)


Sistem ini merupakan perpaduan antara sistem seri dan unit yaitu dengan
memberikan nomor baru (berkas rekam medis baru) kepada seluruh pasien yang
berkunjung tetapi kemudian untuk pasien lama akan dicarikan berkas rekam
medisnya.
Kekurangan menggunakan Seri Unit Numbering Sistem adalah petugas
akan mencari berkas pasien lama dan menggabungkan dengan berkas yang baru.
Informasi klinis pada saat pelayanan tidak disertakan, sehingga petugas pelayanan
tidak dapat melihat pelayanan yang telah diberikan kepada pasien pada kunjungan
sebelumnya.

2.6 Duplikasi
Berdasarkan penelitian (Rokaiyah & Setijaningsih, 2015) duplikasi nomor
rekam medis adalah satu nomor rekam medis ganda yang dimiliki pasien maupun
satu nomor rekam medis dimiliki oleh beberapa pasien.
Duplikasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah
perangkapan,perulangan, dan keadaan merangkap. Penyebab adanya duplikasi
nomor rekam medis dengan nama pasien yang berbeda dikarenakan kurangnya
petugas admisi menanyakan informasi pasien, keterbatasan jumlah petugas,
kurang telitinya petugas pendaftaran, dan proses identifikasi yang kurang tepat
sehingga menyebabkan seorang pasien mendapat lebih dari satu nomor rekam
medis (Muldiana & Widjaja, 2016)

2.7 Perilaku
2.7.1 Definisi Perilaku
Skinner (1938) perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap
stimulus (rangsangan dari luar). Dengan demikian perilaku manusia terjadi
melalui proses: Stimulus Organisme Respons, sehingga teori
Skin-ner ini disebut teori “ S-O-R” (stimulus-organisme-respon). Berdasarkan
teori “S-O-R” tersebut, maka perilaku manusia dapat dikelompokkan menjadi
dua, yakni”
17

a. Perilaku Tertutup (covert behavior)


Perilaku tertutup terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut masih
belum dapat diamati orang lain (dari luar) secara jelas. Respons seseorang masih
terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan dan sikap
terhadap stimulus yang bersangkutan. Bentuk “unobservable
behavior”atau“covert behavior” yang dapat diukur adalah pengetahuan dan
sikap.
b. Perilaku terbuka (Overt Behavior)
Perilaku terbuka ini terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut sudah
berupa tindakan atau praktik ini dapat diamati orang lain dari luar atau
“observable behavior”.(Notoatmodjo, 2007)
2.7.2 Faktor Pembentuk perilaku
Perilaku terbentuk didalam diri seseorang dari dua faktor yakni stimulus
merupakan faktor dari luar diri seseorang tersebut (faktor eksternal), dan respon
yang merupakan faktor dari dalam diri seseorang yang bersangkutan (faktor
internal). Faktor eksternal atau stimulus adalah merupakan faktor lingkungan,
baik lingkungan fisik, dan non fisik dalam bentuk sosial, budaya, ekonomi, politik
dan sebagainya.Berdasarkan penelitian-penelitian yang sudah ada faktor eksternal
yang paling besar perannya dalam membentuk perilaku manusia adalah faktor
social budaya dimana seseorang tersebut berada.Sedangkan faktor internal yang
menetukan seseorang itu merespon stimulus dari luar adalah perhatian,
pengamatan, persepsi, motivasi, fantasi, sugesti dan sebagainya Notoatmodjo
(2014).

2.8 Teori Perilaku “ABC” Sulzer, Azarof,Mayer


Teori ABC atau lebih dikenal dengan metode ABC ini mengungkapkan
bahwa perilaku adalah merupakan suatu proses dan seakligus hasil interaksi antara
:AntacedenBehaviorConcequencest (Notoadmodjo, 2014)

ANTECEDENT-BEHAVIOR-COSEQUENCES

GAMBAR 2.1 ABC model (Notoadmodjo, 2014)


18

2.8.1 Antecedent
Suatu pemicu (trigger) yang menyebabkan seorang berperilaku, yakni
kejadian dilingkungan kita. Antecedent ini dapat berupa alamian (hujan, angina,
cuaca, dan sebagainya), dan buatan manusia atau “man made” (interaksi dan
komunikasi dengan orang lain).
a. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui
pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan
raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam
membentuk tindakan seseorang (overt behavior).
b. Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang
terhadap stimulus atau objek. Newcomb, salah seorang ahli psikologis sosial,
menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak,
dan bukan merupakan pelaksaan motif tertentu. Sikap belum merupakan
pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas,
akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku (Soekidjo
Notoatmodjo, 2007)
2.8.2 Behavior
Reaksi atau tindakan terhadap adanya “antecedent” atau pemicu tersebut
yang berasal dari lingkungan.
2.8.3 Concequences
Kejadian selanjutnya yang mengikuti perilaku atau tindakan tersebut
(konsequensi) (Notoadmodjo, 2014)
Consequence ialah sesuatu yang mengikuti perilaku atau dengan kata lain
akibat dari perilaku yang dilakukan (Anonim, 2010)
19

a. Reward
Reward yaitu ganjaran, hadiah atau memberi penghargaan. Hadiah adalah
sesuatu yang menyenangkan yang diberikan setelah seseorang melakukan
tingkah laku yang diinginkan. Tujuan reward adalah membangkitkan atau
mengembangkan minat.
b. Punishment
Punisment (hukuman) adalah suatu perbuatan, dimana kita secara sadar
dan sengaja menjatuhkan nestapa kepada orang lain, yang baik dari segi
kejasmanian maupun dari segi kerohanian orang lain itu mempunyai
kelemahan bila dibandingkan dengan diri kita. Suatu hukuman itu pantas,
bilamana nestapa yang ditimbulkan itu mempunyai nilai positif, atau
mempunyai nilai paedagogis.

2.9 Kerangka Konsep


Berdasarkan permasalahan yang terdapat pada latar belakang serta tinjauan
pustaka, maka kerangka konsep penelitian sebagai berikut :

Antecenden Behavior Concequences


a. Pengetahuan a. Punismant
b. Sikap

Analisis Sistem Penomoran


rawat jalan dan rawat inap

Gambar 2.2 Kerangka Konsep


20

Pada kerangka konsep diatas menjelaskan bahwa penyebab terjadinya


duplikasi nomor rekam medis rawat inap dan rawat jalan adalah perilaku
petugas pendaftaran pasien rawat jalan dan pasien rawat inap. Teori yang
digunakan adalah teori ABC (Antacedent, Behavior, Concequnces).
A. Antecedent,
Suatu pemicu yang menyebabkan seseorang berperilaku yakni meliputi
pengetahuan dan sikap. Pengetahuan yang kurang tentang penomoran
membuat petugas kurang memahami sistem penomoran, dan sikap
petugas yang kurang teliti dalam bertugas.
B. Behavior
Reksi atau tindakan terhadap adanya “antecedent” atau pemicu tersebut
yang berasal dari lingkungan yaitu pembuatan SPO (Standart Procedure
Operational) untuk di jadikan pedoman tentang penomoran dikarenakan
di puskesmas Gladak Pakem tidak memiliki SPO tentang penomoran
berkas rekam medis.
C. Concequences
Kejadian selanjutnya yang mengikuti perilaku atau tindakan tersebut
(konsekuensi) yaitu petugas pendaftaran rawat jalan mendapat teguran
dari petugas lainnya, seperti perawat yang melayani pasien.
Berdasarkan beberapa faktor identifikasi sistem penomoran rekam
medis sehingga mengakibatkan terjadinya duplikasi nomor rekam medis dan
melakukan upaya penyusunan sistem penomoran rawat jalan dan rawat inap
(Notoadmodjo, 2014)

Anda mungkin juga menyukai