Anda di halaman 1dari 41

TINJAUAN PELAKSANAAN PEMUSNAHAN REKAM MEDIS

RAWAT INAP NON AKTIF GUNA MENUNJANG


STANDAR MIRM 10 AKREDITASI SNARS
DI RSUP Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG

TUGAS

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas


Mata Kuliah Metodologi Penelitian

Disusun oleh:

Nama : Nurul Ulfa Hasanah


NIM : E711911018

PROGRAM STUDI REKAM MEDIS &


INFORMASI KESEHATAN
POLITEKNIK TEDC BANDUNG TAHUN 2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Bab
1 pasal 1 Ayat 1 berbunyi “Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan,
jiwa, dan sosial atau kebutuhan dasar dan modal utama untuk hidup” setiap
manusia untuk hidup dan memiliki kesehatan, tercapai derajat kesehatan yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial maupun ekonomi.
Menurut Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 Bab 1 Pasal 1 ayat 1
tentang rumah sakit adalah “Rumah sakit merupakan salah satu sarana yang
memberikan fasilitas kesehatan, pelayanan kesehatan di rumah sakit sudah
seharusnya mampu memberikan pelayanan yang baik”. Salah satu faktor yang
ikut mendukung dalam meningkatkan pelayanan kesehatan adalah dengan
terlaksananya penyelenggaraan pelayanan rekam medis di rumah sakit.
Rekam medis menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia nomor 269/MENKES/PER/III/2008 Bab 1 Pasal 1 Ayat 1 adalah
“Berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien,
pemeriksaan, pengobatan tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan
kepada pasien”. Setiap rumah sakit harus membuat rekam medis baik itu
rekam medis rawat jalan maupun rawat inap.
Setiap sarana pelayanan kesehatan rekam medis disimpan di tempat
penyimpanan berkas rekam medis (filing). Cara penyimpanan rekam medis di
setiap sarana pelayanan kesehatan berbeda. Ada dua cara penyimpanan yaitu
secara sentralisasi dan desentralisasi. Cara penyimpanan sentralisasi adalah
penyimpanan rekam medis seorang pasien dalam satu kesatuan baik catatan-
catatan kunjungan poliklinik maupun catatan-catatan selama pasien dirawat.
Cara penyimpanan desentralisasi adalah penyimpanan rekam medis pasien
rawat inap dan rawat jalan dipisah.

1
2

Rekam medis rawat inap harus disimpan lima tahun sejak pasien
berobat terakhir atau pulang dari berobat di rumah sakit. Setalah lima tahun
rekam medis aktif di pindahkan ke ruangan in-aktif, setelah dua tahun di
inaktif berkas rekam medis dapat di pilah nilai guna dari setiap formulir, dan
langsung dapat di lakukan pemusnahan kecuali ringkasan masuk dan keluar,
resume penyakit, lembar operasi, identifikasi bayi baru lahir, lembar
persetujuan tindakan medis, lembar kematian.
Pemusnahan adalah proses pengahancuran formulir-formulir yang
terdapat di dalam rekam medis yang sudah tidak mengandung nilai guna.
Pemusnahan arsip adalah proses kegiatan penghancuran arsip yang tidak
diperlukan lagi baik oleh instansi yang bersangkutan maupun oleh Arsip
Nasional. Penghancuran tersebut har us dilaksanakan secara total, yaitu
dengan cara membakar habis, dicacah atau dengan cara lain sehingga tidak
dapat lagi dikenal baik isi maupun bentuknya (Barthos, 2014:8).
Akreditasi rumah sakit merupakan sebuah proses penilaian dan
penetapan kelayakan rumah sakit berdasarkan standar pelayanan yang telah
ditetapkan oleh lembaga independen akreditasi Kementerian Kesehatan,
akreditasi rumah sakit di Indonesia dilaksanakan untuk menilai kepatuhan
rumah sakit terhadap standar akreditasi.
Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit (SNARS) Edisi 1
merupakan standar akreditasi baru yang bersifat nasional dan diberlakukan
secara nasional di Indonesia. Disebut dengan Edisi 1, karena di Indonesia
baru pertama kali ditetapkan standar nasional untuk akreditasi rumah sakit.
Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan pada tanggal 22-
26 Januari 2018 di ruangan penyimpanan rekam medis rawat inap inaktif,
setelah penulis melakukan observasi dan wawancara terhadap staf bagian
penyimpanan rekam medis rawat inap RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.
Ruang penyimpanan tersebut sudah penuh, penulis menemukan
permasalahan, yaitu masih ada berkas rekam medis yang menumpuk belum
dilakukan pemusnahan, sebanyak 124.645 berkas rekam medis, terhitung dari
tahun 2009-2011 di ruang penyimpanan inaktif, disebabkan adanya
keterlambatan
pelaksanaan pemusnahan rekam medis yang belum berjalan sesuai sarana dan
prosedur, terdapat sebagian rekam medis inaktif di simpan di luar ruangan
penyimpanan tepatnya di jalur evakuasi sehingga menghambat jalur evakuasi
dan bisa mengakibatkan kecelakaan petugas, rekam medis disimpan di tangga
akses jalan ke ruang penyimpanan inaktif sehingga kurang terjaganya
keamanan, kerahasiaan, dan keselamatan, dengan terdapatnya banyak berkas
di luar ruang penyimpanan sehingga mengakibatkan petugas kesulitan untuk
melakukan pencarian atau pelacakan berkas rekam medis. Retensi,
Pemusnahan rekam medis merupakan salah satu elemen penelaian
Manajemen Informasi Rekam Medis (MIRM) yang akan di nilai oleh tim
surveior SNARS Edisi 1, MIRM 10 nilai yang didapat apabila tidak
dilakukan pemusnahan akan mendapatkan nilai 0 (Nol).
Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, maka penulis tertarik
untuk mengangkat judul “Tinjauan Pelaksanaan Pemusnahan Rekam
Medis Rawat Inap Non Aktif Guna Menunjang Standar MIRM 10
Akreditasi SNARS Di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, serta untuk memperjelas tujuan
yang akan dicapai, maka dalam penelitian ini masalah yang akan di bahas
dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut :
1. Bagaimana prosedur pemusnahan rekam medis rawat inap non aktif di
RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung ?
2. Bagaimana pelaksanaan pemusnahan rekam medis rawat inap non aktif
guna menunjang standar MIRM 10 akreditasi SNARS di RSUP Dr.
Hasan Sadikin Bandung ?
3. Faktor apa saja yang menjadi penyebab keterlambatan dalam
pelaksanaan pemusnahan rekam medis rawat inap non aktif di RSUP Dr.
Hasan Sadikin Bandung ?
4. Upaya apa saja yang dilakukan oleh instalasi rekam medis untuk
melakukan pelaksanaan pemusnahan rekam medis rawat inap non aktif di
RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung ?

C. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis membatasi
permasalahan hanya pada Tinjauan pelaksanaan pemusnahan rekam medis
rawat inap non aktif di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.

D. Tujuan penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan
pemusnahan Rekam Medis Rawat Inap Non aktif di RSUP Dr. Hasan
Sadikin Bandung.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui prosedur pemusnahan rekam medis rawat inap non aktif
di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.
b. Mengetahui pelaksanaan pemusnahan rekam medis rawat inap non
aktif guna menunjang standar MIRM 10 akreditasi SNARS di RSUP
Dr. Hasan Sadikin Bandung.
c. Megetahui faktor apa saja yang menjadi penyebab keterlambatan
dalam pelaksanaan pemusnahan rekam medis rawat inap non aktif di
RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.
d. Mengetahui upaya apa saja yang dilakukan oleh instalasi rekam
medis untuk melakukan pelaksanaan pemusnahan rekam medis
rawat inap non aktif di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.
E. Manfaat penulisan
1. Bagi peneliti
a. Memberikan tambahan pengetahuan yang dapat dipakai sehingga
peneliti dapat memperoleh perbedaan apa yang dipelajari dikampus
dengan apa yang ada dirumah sakit.
b. Dapat menambah wawasan lebih tentang ilmu rekam medis dan
informasi kesehatan dan memberikan bekal pengalaman
implementasi yang nyata sebagai penerapan ilmu yang telah
diperoleh yang mungkin dibutuhkan saat menghadapi dunia kerja.
2. Bagi Instalasi Rekam Medis RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu masukan
dan bahan pertimbangan dalam menagatasi pelaksanaan pemusnahan
berkas rekam medis non aktif yang akan dimusnahkan, agar sesuai
dengan prosedur yang ada sehingga nantinya dapat di implementasikan di
RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.
3. Bagi Akademik
Diharapkan dapat menambah referesnsi mengenai pelaksanaan
pemusnahan berkas rekam medis dan memberikan kontribusi bagi
Lembaga Politeknik TEDC Bandung jurusan Rekam medis dan
Informasi Kesehatan dan laporan ini dapat berguna untuk bahan
pembelajaran selanjutnya bagi mahasiswa/i rekam medis dan informasi
kesehatan.

F. Sistematika penulisan penelitian


Bab I Pendahuluan
Pada bab ini di jelaskan secara singkat mengenai latar belakang,
rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan
sistematika penulisan penelitian.
Bab II Tinjauan Pustaka
Pada bab ini menjelaskan mengenai teori-teori yang akan menjadi
dasar dari topik penelitian.
Bab III Metode Penelitian
Pada bab ini menjelaskan mengenai metodologi yang digunakan
dalam penelitian.
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
Pada bab ini penulis menjelaskan tentang tinjauan Pelaksanaan
Pemusnahan Berkas Rekam Medis Inaktif Rawat Inap Guna Menunjang
Penyimpanan Rekam Medis Di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.
Bab V Penutup
Pada bab ini berisi kesimpulan yang diambil bedasarkan hasil analisa
dari bab sebelumnya serta saran-saran yang dapat membangun dan dapat
memberikan perkembangan.
Daftar pustaka
Lampiran
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Konsep Pelaksanaan
1. Pengertian Pelaksanaan
Menurut Westra (2011:24), Pelaksanaan adalah sebagai usaha-
usaha yang dilakukan untuk melaksanakan semua rencana dan
kebijaksanaan yang telah dirumuskan dan ditetapkan dengan melengkapi
segala kebutuhan alat-alat yang diperlukan, siapa yang akan
melaksanakan, dimana tempat pelaksanaanya, dan kapan waktu
dimulainya.
Menurut Tjokroadmudjoyo (2011:24), Pelaksanaan sebagai
proses dapat kita pahami dalam bentuk rangkaian kegiatan yakni berawal
dari kebijakan guna mencapai suatu tujuan maka kebijakan itu
diturunkan dalam suatu program atau proyek.
2. Faktor – faktor yang dapat menunjang pelaksanaan
Faktor yang dapat menunjang pelaksanaan sebagai berikut :
a. Komunikasi, merupakan suatu program yang dapat dilaksanakan
dengan baik apabila jelas bagi para pelaksana. Hal ini menyangkut
proses penyampaian informasi, kejelasan informasi, kejelasan
informasi dan konsistensi informasi yang disampaikan.
b. Resouces (sumber daya), dalam hal ini meliputi empat komponen
yaitu terpenuhinya jumlah staf dan kualitas mutu, informasi yang
diperlukan guna peng ambilan keputusan atau kewenangan yang
cukup guna melaksanakan tugas sebagai tanggung jawab dan
fasilitas yang dibutuhkan dalam pelaksanaan.
c. Disposisi, sikap dan komitmen dari pada pelaksanaan terhadap
program khususnya dari mereka yang menjadi implementasi
program.
d. Struktur Birokrasi, yaitu SOP (Standar Opreating procedures), yang
mengatur tata aliran dalam pelaksanaan program. Jika hal ini tidak

7
8

sulit dalam mencapai hasil yang memuaskan, karena penyelsaian


khusus tanpa pola yang baku.

B. Konsep Pemusnahan
1. Pengertian Pemusnahan
Menurut kementrian komunikasi dan informasi RI (2003)
Pemusnahan adalah aksi yang diambil terhadap record-record yang telah
habis masa penyimpanannya menurut aturan dan prosedur administrasi
yang telah ditentukan. Aksi ini mencakup transfer / migrasi ke arsip
ataupun penghapusan.
Menurut Peraturan Kepala Arsip Nasional RI tentang pedoman
pemusnahan pasal 1 adalah, Pemusnahan arsip adalah kegiatan
memusnahkan arsip yang tidak mempunyai nilai kegunaan dan telah
melampaui jangka waktu penyimpanan.
Pemusnahan adalah suatu proses kegiatan penghancuran secara
fisik arsip rekam medis yang telah berakhir fungsi dan nilai gunanya
rendah (Depkes RI, 2006). Dalam Permenkes Nomor
269/Menkes/Per/III/2008 Bab IV tentang Penyimpanan, Pemusnahan,
dan Kerahasiaan pada pasal 9 dijelaskan :
a. Rekam Medis pada sarana kesehatan non rumah sakit wajib
disimpan sekurang-kurangnya untuk jangka waktu 2 (dua) tahun
terhitung dari tanggal terakhir pasien tersebut berobat.
b. Setelah batas waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilampaui,
rekam medis dapat dimusnahkan.

Menurut Barthos (2014:8), Pemusnahan arsip adalah proses


kegiatan penghancuran arsip yang tidak diperlukan lagi baik oleh
instansi yang bersangkutan maupun oleh Arsip Nasional. Penghancuran
tersebut harus dilaksanakan secara total, yaitu dengan cara membakar
habis, dicacah atau dengan cara lain sehingga tidak dapat lagi dikenal
baik isi maupun bentuknya.
Menurut Sulistyo-Basuki (2003), Pemusnahan arsip dinamis
inaktif artinya pemusnahan arsip dinamis inaktif yang tidak diperluakan
lagi bagi badan korporasi. Pemusnahan dapat dilakukan oleh badan
korporasi pemilik arsip dinamis inaktif atau pihak lain.

2. Dasar Hukum
Beberapa dasar hukum yang mengandung aturan tentang
pemusnahan rekam medis, yaitu :
a. UU No.29 tahun.2004 tentang Praktik Kedokteran (paragraf 3 pasal
46-47)
b. Permenkes 269 /Menkes / Per /III /2008 bab IV
c. SK Dirjen Pelayanan Medik no. 78 /Yanmed /RS Umdik /YMU /1 /
91 Tentang Penyelenggaraan Rekam Medis di Rumah sakit (bab III
D-E)
d. Surat Edaran Dijen YanMed no.HK.00.06.1.5.01160 tahun 1995
tentang petunjuk teknis pengadaan formulir rekam medis dasar dan
pemusnahan arsip rekam medis di rumah sakit beserta lampirannya.
e. Manual Rekam Medis (Konsil Kedokteran Indonesia, bab V . item
C, 2006).
f. Pernyataan IDI tentang Rekam Medis, item no.11
3. Tata Cara Pemusnahan
Berdasarkan pada Surat Edaran Direktur Jendral Pelayanan Medis
(1995) tentang Tata Cara Pemusnahan yaitu :
a. Pembentukan tim pemusnahan dari unsur rekam medis dan tata
usaha dengan SK Direktur rumah sakit.
b. Tim pembuat daftar pertelaan arsip.
c. Pelaksanaan pemusnahan : dibakar dengan menggunakan
incinerator, dibakar biasa, dicacah, dibuat bubur oleh pihak ke-3,
disaksikan tim pemusnahan.
d. Tim pemusnahan membuat berita acara pemusnahan yang ditanda
tangani Ketua dan Sekretaris, diketahui Direktur rumah sakit.
e. Berita acara pemusahan rekam medis, yang asli disimpan di rumah
sakit, lembar ke-2 dikirm kepada pemilik rumah sakit (Rumah Sakit
Vertikal kepada Dirjen Pelayanan Medik).

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 87


tahun 1999 tentang Tata Cara Penyerahan Dan Pemusnahan Dokumen
Perusahaan, dalam melakukan pemusnahan wajib membuat berita acara
pemusnahan. Tata Cara Pemusnahan Dokumen Perusahaan sebagai
berikut :

a. Setiap pemusnahan dokumen perusahaan wajib dibuatkan berita


acara pemusnahan dokumen perusahaan.
b. Berita acara pemusnahan dokumen sekurang-kurangnya dibuat
rangkap tiga dengan ketentuan lembar pertama untuk pimpinan
perusahaan, lembar kedua untuk unit pengolahan dan lembar ketiga
untuk unit kearsipan.
c. Pada setiap lembar berita acara dokumen perusahaan dilampirkan
daftar pertelaan dari dokumen perusahaan yang dimaksud.
d. Berita acara pemusnahan dokumen perusahan sekurang-kurangnya
memuat keterangan tempat, hari, tanggal, bulan dan tahun dilakukan
pemusnahan, keterangan tentang pelaksanaan pemusnahan, tanda
tangan dan nama jelas pejabat yang melaksanakan pemusnahan, serta
tanda tangan dan nama jelas saksi-saksi.

Menurut Surat Edaran Dirjen Pelayanan Medik No. Hk.


00.06.1.5.01160 tentang, Petunjuk Teknis Pengadaan Formulir Rekam
Medis Dan Pemusnahan Arsip Rekam Medis Di Rumah Sakit,
Pelaksanaan Pemusnahan dapat dilakukan dengan cara :

a. Dibakar, menggunakan incinerator atau dibakar biasa.


b. Dicacah, dibuat bubur.
c. Pihak ketiga disaksikan tim pemusnahan.
Menurut Sugiarto dan Wahyono (2005:108), pemusnahan arsip
dapat dilakukan dengan cara :

a. Pembakaran, pembakaran merupakan cara yang paling dikenal untuk


memusnahkan arsip. Akan teteapi dengan cara seperti ini, dianggap
kurang aman, karena terkadang masih ada dokumen yang belum
terbakar, atau masih dapat dikenali. Selain itu, cara pembakaran
dianggap kurang ramah lingkungan dan cara ini tidak mungkin
dilakukan di dalam gedung.
b. Pencacahan, cara pencacahan dokumen ini menggunakan alat
pencacah baik manual atau mesin penghancur (paper shredder).
Dengan menggunakan mesin pencacah kertas, dokumen akan
terpotong-potong sehingga tidak bisa dikenali lagi. Cara ini banyak
dilakukan oleh petugas arsip karena lebih praktis.
c. Proses Kimiawi, merupakan pemusnahan dokumen dengan
menggunakan bahan kimiawi guna melunakkan kertas dan
melenyapkan tulisan.
d. Pembuburan atau Pulping merupakan metode pemusnahan dokumen
yang ekonomis, aman, nyaman, dan tak terluangkan. Dokumen yang
akan dimusnahakan dicampur dengan air kemudian dicacah dan
disaring yang akan menghasilkan lapisan bubur kertas. Dengan
menjadi bubur kertas maka wujud asli dokumen dan isi dokumen
tidak akan dapat dikenali lagi.

Menurut Sugiarto dan Wahyono (2005:108), Pemusnahan arsip


dapat dilakukan dengan langkah-langkah :

a. Seleksi, untuk memastikan arsip-arsip yang akan dimusnahkan.


b. Pembuatan daftar jenis arsip yang akan dimusnahkan (daftar
pertelaan).
c. Pembuatan berita acara pemusnahan arsip.
d. Pelaksanaan pemusnahan dengan saksi-saksi.
Menurut Surat Edaran Dirjen Pelayanan Medik Tahun 1995 No.
Hk. 00.06.1.5.01160 tentang, Petunjuk Teknis Pengadaan Formulir
Rekam Medis Dan Pemusnahan Arsip Rekam Medis Di Rumah Sakit,
disebutkan bahwa Tata Cara Penilaian Berkas Rekam Medis yang akan
dimusnahkan dilakukan dengan cara :

a. Berkas Rekam Medis yang dinilai adalah berkas rekam medis yang
telah 2 tahun inaktif.
b. Indikator yang digunakan untuk menilai berkas rekam medis inaktif :
1) Seringnya rekam medis digunakan untuk pendidikan dan
penelitian.
2) Nilai guna primer, mencakup : administrasi, hukum, keuangan,
dan iptek.
3) Nilai guna sekunder, mencakup : pembuktian dan sejarah.
c. Lembar rekam medis yang dipilah :
1) Ringkasan masuk dan keluar
2) Resume
3) Lembaran operasi
4) Lembar identifikasi bayi lahir hidup
5) Lembar persetujuan
6) Lembar kematian
d. Berkas rekam medis tertentu disimpan di ruang berkas rekam medis
inaktif.
e. Lembar rekam medis sisa dan berkas rekam medis rusak atau tidak
terbaca disiapkan untuk dimusnahakan.
f. Tim penilai dibentuk dengan SK direktur beranggotakan komite
rekam medis/komite medis, petugas rekam medis senior, perawat
senior dan petugas lain yang terkait.
Menurut Ery Rustiyanto – Warih Ambar Rahayu (2011:58), Tata
cara penilaian rekam medis dalam pemusnahan, sebagai berikut :

a. Alur

Pemindahan RM Aktif RM Inaktif

Dinilai TIM

Penyusutan Rekam Medis

RM ada nilai guna


RM tidak ada nilai guna

RM rusak / Dimusnahkan
tidak terbaca

RM tertentu Disimpan

Sumber : Surat Edaran Dirjen Yanmed No.HK.00.06.1.5.0.1160

Gambar 2. 1. Alur Penilaian Rekam Medis Dalam Pemusnahan


b. Prosedur

TIM RETENSI Lembar RM yang terpilih RMK,


resume, dll
Ketentuan umum

Ketentuan khusus : anak, jantung, mata, jiwa, dll

RM RM tertentu Disimpan
Inaktif
Lembar RM sisa (selain diatas)

Dimusnahkan
Ketentuan tertentu di RSRM rusak & tidak terbaca

Sumber : Ery Rustiyanto – Warih Ambar Rahayu (2011:58)

Gambar 2. 2. Prosedur Penilaian Rekam Medis Dalam Pemusnahan

Menurut Surat Edaran Dirjen Pelayanan Medik No. Hk.


00.06.1.5.01160 tentang, Petunjuk Teknis Pengadaan Formulir Rekam
Medis Dasar Dan Pemusnahan Arsip Rekam Medis Di Rumah Sakit, tim
pemusnahan harus membuat dokumentasi pemusnahan berkas rekam
medis yang terdiri dari :

a. Pembuatan Daftar Pertelaan


Tabel Daftar Pertelaan rekam medis inaktif yang akan
dimusnahakan.

Tabel 2. 1. Daftar Pertelaan Rekam Medis Inaktif


Jangka Waktu Diagnosis
No Nomor RM Tahun
Penyimpanan Akhir
1
2
3
4
Sumber: 5
Dirjen
Pelayanan Medik No. HK.00.06.1.5.01160

Petunjuk pengisisan daftar pertelaan rekam medis inaktif yang


akan dimusnahkan :

1) Nomor : Nomor unit arsip rekam medis.


2) Nomor Rekam Medis : Nomor arsip rekam medis yang akan
disimpan.
3) Tahun : Tahun terakhir kunjungan/pelayanan pasien di rumah
sakit.
4) Jangka Waktu Penyimpanan : Menunjukan jangka /tenggang
waktu yang ditentukan oleh komite rekam medis untuk
penyimpanan arsip rekam medis inaktif yang mempunyai nilai
guna tertentu.
5) Diagnosa Akhir : Diagnosa penyakit pasien pada saat terakhir
dilayani unit pelayanan Rumah Sakit atau diagnosa yang paling
dominan bagi pasien yang mempunyai lebih dari satu diagnosa.
b. Pembuatan Berita Acara
Tim pemusnahan membuat berita acara pemusnahan yang
ditanda tangani oleh ketua dan sekretaris dan diketahui oleh direktur
rumah sakit.
Berita acara pemusnahan rekam medis yang asli disimpan di
rumah sakit. Lembar kedua dikirim kepada pemilik rumah sakit
(rumah sakit vertikal kepada Dirjen Pelayanan Medik). Khusus
untuk
rekam medis yang sudah rusak/tidak terbaca dapat langsung
dimusnahkan dengan terlebih dahulu membuat pernyataan di atas
kertas segel oleh direktur rumah sakit.

BERITA ACARA PEMUSNAHAN ARSIP


Pada hari ini....................
Yang bertanda tangan dibawah ini :
1. ....................
2. ....................

Telah melakukan pemusnahan arsip dengan


dap..........sebagaimana tercantum paa daftar pertelaan yang telah dimusnahkan (DPTM) terlampir pada berita acara pemusnahan ini.
bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa..........tersebut diatas telah dimusnahkan dengan sempurna, sehingga tidak dapat dik
acara pemusnahan ini dibuat dalam rangkap 3 (tiga) dengan pembagian sebagai berikut :
....
....
....

.............................,.............2010
Ttd.............................
Mengetahui / Menyetujui

Ttd.............................
.................................................

Sumber : Sulistyo-Basuki (2003)


Gambar 2. 3. Contoh Berita Acara Pemusnahan
C. Konsep Rekam Medis
1. Pengertian Rekam Medis
Rekam Medis menurut Peraturan Mentri Kesehatan Republik
Indonesia No.269/MENKES/PER/III/2008 adalah berkas yang berisikan
catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan,
tindakan dan pelayanan lain yang telah diberkan kepada pasien.
Menurut Huffman (Firdaus, 2008) Rekam Medis adalah berkas
yang menyatakan siapa, apa, mengapa, dimana, kapan dan bagaimana
pelayanan yang diperoleh seorang pasien selama dirawat atau menjalani
pengobatan.
2. Dasar Hukum Penyelenggaraan Rekam Medis
a. UU No. 36 tahun 2014 tentang tenaga kesehatan
b. UU No. 44 tahun 2009 tentang rumah sakit
c. UU No. 29 tahun 2009 tentang peraktek kedokteran
d. Peraturan Pemerintah No. 034/Birhud/1992 tentang perencanaan dan
pemeliharaan rumah sakit dimana antara lain disebutkan bahwa guna
menunjang terselengaranya rencana induk yang baik, maka setiap
rumah sakit diwajibkan :
1) Mempunyai dan merawat statistik yang up to date
2) Membina medical record yang berdasarkan ketentuan-ketentuan
yang telah ditetapkan
e. Peraturan Mentri Kesehatan No.134/1978 tentang Struktur
Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum dimana antara lain
disebutkan bahwa salah satu sub bab bagian adalah pencatatan
medik.
f. Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam Medis.
Pada BAB III Tata cara penyelenggara pasal 5 :
1) Setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik
kedokteran wajib membuat rekam medis.
2) Rekam medis seagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dibuat
segera dan dilengkapi setelah pasien menerima pelayanan.
3) Pembuatan rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilaksanakan melalui pencatatan dan pendokumentasian hasil
pemeriksaan, pengobatan, tindakan, dan pelayanan lain yang
telah diberikan kepada pasien.
4) Setiap pencatatan ke dalam rekam medis harus dibubuhi nama,
waktu dan tanda tangan dokter, dokter gigi atau tenaga
kesehatan tertentu yang memberikan pelayanan kesehatan secara
langsung.
5) Dalam hal terjadi kesalahan dalam melakukan pencatatan pada
rekam medis dapat dilakukan pembetulan.
6) Pembetulan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) hanya dapat
dilakukan dengan cara pencoretan tanpa menghilangkan catatan
yang dibetulkan dan dibubuhi paraf dokter, dokter gigi atau
tenaga kesehatan tertentu yang bersangkutan.
g. Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 36 Tahun
2012 Tentang Rahasia Kedokteran.
3. Sistem Pelayanan Rekam Medis
Menurut Ery Rustiyanto – Warih Ambar Rahayu (2011:5), Sistem
rekam medis di pelayanan kesehatan terdiri bagian :
a. TPPRJ (Tempat Penerimaan Pasie Rawat Jalan)
b. TPPRI (Tempat Penerimaan Pasien Rawat Inap)
c. Assembling (Merakit Dokumen Rekam Medis)
d. Coding (Memberikan suatu kode penyakit, kode tindakan operasi,
kode dokter, kode wilayah, kode kematian atau kode-kode yang
berkaitan dengan proses pelayanan kesehatan)
e. Indexing (Mengelompokan kode-kode yang berkaitan dengan proses
pelayanan kesehatan, menjadi satu)
f. Analizing dan Reporting (Membuat laporan hasil pelayanan
kesehatan dan melakukan analisis data dari hasil laporan)
g. Filing (kegiatan menyimpan, penataan atau penyimpanan (storage)
berkas rekam medis untuk mempermudah pengambilan kembali atau
retrieval)
4. Tujuan Rekam Medis
Tujuan rekam medis menurut Hatta (2017:80) dapat dibagi dalam
dua kelompok besar, yaitu tujuan primer dan tujuan sekunder :
a. Tujuan Primer
Tujuan rekam medis ditunjukan kepada hal yang paling
berhubungan langsung dengan pelayanan pasien. Tujuan primer
terbagi dalam lima kepentingan, yaitu :
1) Bagi pasien :
a) Mencatat jenis pelayanan yang telah diterima
b) Bukti pelayanan
c) Memungkinkan tenaga kesehatan dalam menilai dan
mengenai kondisi resiko
d) Mengetahui biaya pelayanan
2) Bagi kepentingan pelayanan pasien :
a) Membantu kelanjutan pelayanan
b) Menggambarkan keadaan penyakit dan penyebab
c) Menilai dan mengelola risiko perorangan pasien
d) Mendokumentasikan pelayanan yang diberikan
3) Bagi manajemen pelayanan :
a) Mendokumentasikan adanya kasus penyakit gabungan dan
praktiknya
b) Menganalisis kegawatan penyakit
c) Merumuskan pedoman praktik penangan risiko
4) Bagi menunjang pelayanan :
a) Alokasi sumber
b) Menganalisis kecenderungan dan mengembangkan dugaan
c) Menilai beban kerja
5) Bagi pembiayaan :
a) Mendokumentasikan unit pelayanan yang memungut biaya
pemeriksaan
b) Menetapkan biaya yang harus dibayar
c) Mengajukan klaim asuransi
d) Melaporkan pengeluaran
b. Tujuan Sekunder
Tujuan sekunder rekam medis ditujukan kepada hal yang
berkaitan dengan lingkungan seputar pelayanan pasien namun tidak
berhubungan langsung secara spesifik, yaitu :
1) Edukasi :
a) Mendokumentasikan pengalaman profesional di bidang
kesehatan
b) Menyiapkan sesi pertemuan dan presentasi
c) Bahan pengajaran
2) Peraturan (regulasi)
a) Bukti pengajuan perkara ke pengadilan (litigasi)
b) Membantu pemasaran pengawasan (surveillance)
c) Menilai kepatuhan sesuai standar pelayanan
3) Riset :
a) Mengembangkan produk baru
b) Melaksanakan riset klinis
c) Menilai teknologi
4) Pengambilan kebijakan :
a) Mengalokasikan sumber-sumber
b) Melaksanakan rencana strategis
c) Memonitor kesehatan masyarakat
5) Industri :
a) Melaksanakan riset dan pengembangan
b) Merencanakan strategi pemasaran
5. Kegunaan Rekam Medis
Menurut Hatta (2017:85), Fungsi utama Rekam Medis / Rekam
Kesehatan adalah untuk menyimpan data dan informasi pelayanan
pasien. Agar fungsi itu tercapai, beragam metode dikembangkan secara
efektif seperti dengan melaksanakan ataupun mengembangkan sejumlah
sistem,
kebijakan, dan proses pengumpulan, termasuk menyimpannya secara
mudah diakses disertai dengan keamanan yang baik.
6. Nilai Guna Rekam Medis
Menurut Ery Rustiyanto (2009) mengemukakan nilai guna rekam
medis, antara lain:
a. Bagi Pasien
1) Menyediakan bukti asuhan keperawatan atau tindakan medis
yang diterima oleh pasien.
2) Menyediakan data bagi pasien jika pasien datang untuk yang
kedua kalinya dan seterusnya.
3) Menyediakan data yang dapat melindungi kepentingan hukum
pasien dalam kasus-kasus konpensasi pekerja kecelakaan pribadi
atau mal praktek.
b. Bagi fasilitas layanan kesehatan
1) Memiliki data yang dipakai untuk pekerja professional kesehatan.
2) Sebagai bukti atas biaya pembayaran pelayanan medis pasien.
3) Mengevaluasi penggunaan sumber daya.
c. Bagi pemberi pelayanan
1) Menyediakan informasi untuk membantu seluruh tenaga
profesional dalam merawat pasien.
2) Membantu dokter dalam menyediakan data perawatan yang
bersifat berkesinambungan pada berbagai tingkatan pelayanan
kesehatan.
3) Menyediakan data-data untuk penelitian dan pendidikan.
7. Kepemilikan Rekam Medis
Kepemilikan rekam medis dalam pasal 47 ayat 1 (Hatta,
2017:201) menyatakan bahwa “rekam medis milik sarana pelayanan
kesehatan sedangkan isinya milik pasien”. Pasal 52 UU peraktik
kedokteran (Hatta, 2017:201) menyatakan bahwa “memperoleh isi rekam
medis adalah suatu hak pasien”.
8. Komponen Rekam Medis
Menurut Rano (2017:32), Rekam medis pada umumnya terdiri
dari beberapa komponen berikut ini :
a. Formulir rekam medis.
b. Pengikat lembar (paper clip / paper fastener) untuk menyatukan
lembar-lembar kertas.
c. Pembatas bagian (divider) untuk menjadi tanda batas antar episode
pelayanan.
d. Map rekam medis (folder).
9. Manfaat Rekam Medis
Menurut Rano (2017:68), Manfaat rekam medis dibuat terutama
untuk kepentingan pasien, rekam medis juga dapat dimanfaatkan untuk
berbagai hal lain sejauh tidak melanggar peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Menurut Permenkes RI No. 269 tahun 2008 pasal 13, manfaat
rekam medis sebagai berikut :
a. Pemeliharaan kesehatan dan pengobatan pasien
b. Alat bukti untuk penegak hukum, disiplin kedokteran umum dan
kedokteran baik umum atau gigi
c. Keperluan pendidikan dan penelitian
d. Dasar pembiayaan pelayanan kesehatan
e. Data statistik kesehatan
10. Retensi Rekam Medis
Menurut Dirjen Yanmed (2006:99) mengemukakan bahwa “retensi
berkas rekam medis adalah suatu kegiatan pengurangan rekam medis dari
rak penyimpanan dengan cara memilih nilai guna dari tiap-tiap formulir”.
Menurut Dirjen Yanmed (2006:99) retensi yaitu suatu kegiatan
pengurangan atau memisahkan arsip dari rak penyimpanan dari dokumen
aktif menjadi inaktif.
Menurut Menurut Savitri Citra Budi (2011:107) dalam pelaksaan
retensi yang perlu dipertimbangkan adalah :
a. Ketersediaan ruang penyimpanan (filing) biasanya selama masih
mencukupi maka pihak rumah sakit masih “belum minat” untuk
melakukan penyusutan rekam medis.
b. Tingkat penggunaan rekam medis.
c. Kasus-kasus yang terkait masalah hukum (medico-legal) biasanya
juga disimpan lebih lama sampai 20 tahun.
Menurut surat edaran Dirjen Pelayanan Medik Nomor
HK.00.06.1.5.01160 tertanggal 21 maret 1995 tentang Petunjuk Teknis
Pengadaan Formulir Rekam Medis Dasar Dan Pemusnahan Arsip
Rekam Medis Di Rumah Sakit, untuk pertama kalinya sebelum
melakukan porses retensi harus terlebih dahulu ditetapkan jadwal retensi
rekam medis dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 2. 2. Jadwal Retensi

Aktif Inaktif
No Keluhan Penyakit Rawat Rawat Rawat Rawat
Jalan Inap Jalan Inap
1 Umum 5th 5th 2th 2th
2 Mata 5th 10th 2th 2th
3 Jiwa 10th 5th 5th 2th
4 Orthopedi 10th 10th 2th 5th
5 Kusta 15th 15th 2th 2th
6 Ketergantungan Obat 15th 15th 2th 2th
7 Jantung 10th 10th 2th 2th
8 Paru 5th 10th 2th 2th
9 Anak Menurut kebutuhan 2th 2th
Sumber : Dirjen Pelayanan Medik

11. Rekam Medis Inaktif


Pada surat Edaran Dirjen Pelayanan Medis No.
HK.00.06.1.5.01160 tanggal 121 maret 1995 tentang Petujuk Teknis
Pengadaan Formulir Rekam Medis Dasar dan Pemusnahan Arsip Rekam
Medis Di Rumah Sakit yang disebutkan bahwa arsip rekam medis Inaktif
adalah naskah atau berkas yang telah disimpan minimal selama 5 tahun
di unit kerja rekam medis dihitung sejak tanggal terakhir pasien tersebut
dilayani pada sarana pelayanan kesehatan atau 5 tahun setelah meninggal
dunia.
Menurut Sulistyo-Basuki (2003: 246), arsip dinamis adalah asrip
yan g sudah jarang digunakan namun harus tetap dipertahankan untuk
keperluan rujukan atau memenuhi persyaratan retensi sesuai ketentuan
undang-undang. Dalam menentukan cara untuk menyimpan arsip
dinamis inaktif yang dilihat dari segi manajemen arsip dinamis dan
pemakai, perusahaan memerlukan tiga pertimbangan, yaitu :
a. Pengembangan Jadwal Pemusnahan
Jadwal pemusnahan dimuat dalam jadwal retensi arsip
dinamis, keberadaan jadwal untuk memjamin bahwa arsip dinamis
tetap dipertahankan dalam jangka waktu yang sesuai dengan nilainya.
b. Keputusan Menyangkut Media Penyimpanan
Untuk mengambil keputusan apakah arsip dinamis inaktif
akan tetap disimpan dalam format kertas atau format elektronik.
c. Keputusan Menyangkut Fasilitas Penyimpanan
Keputusan ini menyangkut jenis fasilitas penyimpanan yang
paling sesuai untuk menyimpan arsip dinamis inaktif, serta metode
pemusnahan yang sesuai.
12. Rekam Medis Non Aktif
Menurut SPO pemusnahan RSUP Proklamasi Karawang (2016),
Rekam medis non aktif adalah rekam medis yang masa non aktifnya
sudah masa endap 2 tahun dan pasien tidak datang lagi dihapus dengan
menghancurkan semua hasil pemeriksaan.
Menurut SPO pemusnahan RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung
(2017), Rekam medis non aktif adalah rekam medis yang sudah melewati
masa in aktif dengan terlebih dahulu memilah lembaran-lembaran rekam
medis yang bernilai guna dan rekam medis khusus yan harus dilestarikan.
13. Rekam Medis Rawat Inap
Menurut Savitri Citra Budi (2011:37), Penerimaan Pasien Rawat
Inap adalah Penerimaan pasien untuk mendaptkan pelayanan lanjutan
setelah mendapatkan surat pengantar dirawat dari pihak yang berwenang.
Dalam hal ini pihak yang memberi surat pengantar adalah dokter dari
klinik atau pelayanan rawat darurat di fasilitas pelayanan kesehatan
tersebut bukan dari fasilitas pelayanan kesehatan yang lain.
Menurut Permenkes No.76 tahun 2016 tentang pedoman
Indonesian Case Base Groups (INA-CBG) dalam pelaksanaan Jaminan
Kesehatan Nasional pada BAB 1 menjelaskan bahwa, pelayanan rawat
inap adalah pelayanan kepada pasien untuk observasi, perawatan,
diagnosis, pengobatan, rehabilitas, dan/atau pelayanan kesehatan lainnya
dengan menempati tempat tidur.
Menurut Permenkes No.269/MENKES/PER/III/2008 isi rekam
medis untuk pasien rawat inap sekurang-kurangnya memuat :
a. Identitas pasien
b. Tanggal dan waktu
c. Hasil anamnesis, mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan
riwayat penyakit
d. Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik
e. Diagnosis
f. Rencana penatalaksanaan
g. Pengobatan dan atau tindakan
h. Persetujuan tindakan bila diperlukan
i. Catatan observasi klinis dan hasil pengobatan
j. Ringkaasan pulang
k. Nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi, atau tenaga kesehatan
tertentu yang memberikan pelayanan kesehatan
l. Pelayanan laian yang telah dilakuakan oleh tenaga kesehatan tertentu
m. Untuk pasien gigi dilengkapi dengan odontogram klinik

D. Konsep Akreditasi SNARS


1. Pengertian Akreditasi SNARS
Menurut Pedoman Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit
(SNARS) Edisi 1 Agustus Tahun 2017, Akreditasi rumah sakit
merupakan sebuah proses penilaian dan penetapan kelayakan rumah sakit
berdasarkan standar pelayanan yang telah ditetapkan oleh lembaga
independen akreditasi Kementerian Kesehatan, akreditasi rumah sakit di
Indonesia dilaksanakan untuk menilai kepatuhan rumah sakit terhadap
standar akreditasi.
Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit (SNARS) Edisi 1
merupakan standar akreditasi baru yang bersifat nasional dan
diberlakukan secara nasional di Indonesia. Disebut dengan Edisi 1, karena
di Indonesia baru pertama kali ditetapkan standar nasional untuk
akreditasi rumah sakit. Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit edisi 1
berisi 16 bab. Dalam Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit Edisi 1
yang selanjutnya disebut SNARS Edisi 1 ini juga dijelaskan bagaimana
proses penyusunan, penambahan bab penting pada SNARS Edisi 1 ini,
referensi dari setiap bab dan juga glosarium istilah-istilah penting,
termasuk juga kebijakan pelaksanaan akreditasi rumah sakit. Selain itu
ada penambahan standar dalam SNARS 2018 yang terdiri dari standar
pengendalian resistensi antimikroba (PRA) dan juga standar integrasi
pendidikan kesehatan dalam pelayanan rumah sakit. Adapun kajian
seluruh bab yang tertuang dalam SNARS 2018 edisi 1 adalah sebagai
berikut:
a. Sasaran Keselamatan Pasien (SKP)
b. Akses ke Rumah Sakit dan Kontinuitas (ARK)
c. Hak Pasien dan Keluarga (HPK)
d. Asesmen Pasien (AP)
e. Pelayanan Asuhan Pasien ( PAP)
f. Pelayanan Anestesi dan Bedah (PAB)
g. Pelayanan Kefarmasian dan Penggunaan Obat (PKPO)
h. Manajemen Komunikasi dan Edukasi (MKE)
i. Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP)
j. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI)
k. Tata Kelola Rumah Sakit (TKRS)
l. Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK)
m. Kompetensi dan Kewenangan Staf (KKF)
n. Manajemen Informasi dan Rekam Medik (MIRM)
o. Program Nasional (menurunkan kematian KIA, menurunkan
keskitan HIV/AIDS dan TB, pengendalian resistensi mikroba dan
pelayanan geriatri)
p. Integrasi Pendidikan Kesehatan dalam Pelayanan Rumah Sakit
(IPKP)

Seluruh bab yang tertuang dalam SNAR 2018 edisi 1 merupakan


rincinan dari pengelompokan fungsi-fungsi standar akreditasi yang
terdiri dari:

a. Standar keselamatan pasien


b. Standar pelayanan berfokus pasien
c. Standar manajemen rumah sakit
d. Program nasional, dan
e. Integrasi pendidikan kesehatan dalam pelayanan di rumah sakit
2. Manajemen Informasi dan Rekam Medis ( MIRM)
Informasi merupakan sumber daya yang harus dikelola secara
efektif oleh pimpinan rumah sakit seperti halnya sumber daya manusia,
material, dan finansial. Setiap rumah sakit berupaya mendapatkan,
mengelola, dan menggunakan informasi untuk
meningkatkan/memperbaiki hasil asuhan pasien, kinerja individual, serta
kinerja rumah sakit secara keseluruhan. Seiring dengan perjalanan waktu,
rumah sakit harus lebih efektif dalam :
a. Mengidentifikasi kebutuhan informasi
b. Merancang suatu sistem manajemen informasi
c. Mendefinisikan serta mendapatkan data dan informasi
d. Menganalisis data dan mengolahnya menjadi informasi
e. Mengirim serta melaporkan data dan informasi
f. Mengintegrasikan dan menggunakan informasi
Standar MIRM meliputi organisasi dan manajemen, akses serta
penyimpanan Rekam Medis, dan Rekam Medis pasien.
3. MIRM 10
a. Standar MIRM 10
Rumah sakit mempunyai regulasi tentang retensi rekam medis
b. Maksud dan Tujuan MIRM 10
Rumah sakit mempunyai regulasi menentukan jangka waktu
retensi rekam medis, data, dan informasi lainnya terkait pasien sesuai
dengan peraturan perundang-undangan untuk mendukung asuhan
pasien, manajemen, dokumentasi yang sah secara hukum, serta
pendidikan dan penelitian.
Untuk rekam medis dalam bentuk kertas dilakukan pemilahan
rekam medis aktif dan rekam medis yang tidak aktif serta disimpan
secara terpisah. Penentuan jangka waktu retensi berkam rekam medis
ditentukan atas dasar nilai kegunaan tiap-tiap berkas rekam medis
yang konsisten dengan kerahasiaan dan keabsahan informasi. Bila
jangka waktu retensi sudah habis maka rekam medis, serta data dan
informasi yang terkait dengan pasien dimusnahkan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
c. Elemen Penilaian MIRM 10
1) Terdapat regulasi tentang jangka waktu penyimpanan berkas
rekam medis pasien, serta data dan informasi lainnya terkait
dengan pasien. (R).
2) Dalam rentang waktu penyimpanan berkas rekam medis, rumah
sakit menjamin keamanan dan kerahasiaan rekam medis. (O,W).
3) Dokumen, serta data dan informasi dalam bentuk berkas
dimusnahkan setelah melampaui periode waktu penyimpanan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan. (D,W).

Tabel 2. 3. Standar Elemen Penilaian MIRM 10 Akreditasi SNARS edisi 1

No Elemen Penilaian MIRM 10 Telusur Skor


1 Terdapat regulasi tentang R Regulasi tentang penetapan 10 TL
jangka waktu penyimpanan jangka waktu penyimpanan - -
berkas rekam medis pasien, berkas rekam medis pasien 0 TT
serta data dan informasi
lainnya terkait dengan pasien.
2 Dalam rentang waktu O Lihat tempat penyimpanan 10 TL
penyimpanan berkas rekam berkas rekam medis 5 TS
medis, Rumah Sakit menjamin 0 TT
keamanan dan kerahasiaan W Kepala unit / staf rekam
rekam medis. medis
3 Dokumen, serta data dan D 1) Bukti pelaksanaan 10 TL
informasi dalam bentuk berkas pemusnahan 5 TS
dimusnahkan setelah 2) Berkas rekam medis 0 TT
melampaui periode waktu 3) Bukti berita acara
penyimpanan sesuai peraturan pemusnahan
perundangan.
W  Kepala unit / staf rekam
medis
 Tim pemusnahan
Sumber : Instrumen survei SNARS edisi 1
E. Konsep Rumah Sakit
1. Pengertian Rumah Sakit
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
340/MENKES/PER/III/2010 pasal 1, Rumah Sakit merupakan Institusi
Pelayanan Kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap,
rawat jalan dan gawat darurat.
Menurut Haliman & Wulandari (2012), Rumah Sakit adalah
institusi kesehatan professional yang pelayannya diselenggarkan oleh
dokter, perawat dan tenaga ahli lainnya. Di dalam rumah sakit terdapat
banyak aktivitas dan kegiatan yang berlangsung secara berkaitan.
2. Tujuan Rumah Sakit
Tujuan Rumah Sakit menurut Undang-Undang nomor 44 Tahun
2009 pasal 3:
a. Mempermudah akses masyarakat untuk mendapat pelayanan
kesehatan.
b. Memberikan perlindungan terhadap kesehatan pasien, masyarakat,
lingkungan rumah sakit dan sumberdaya manusia di rumah sakit.
c. Meningkatkan mutu dan mempertahankan standar pelayanan rumah
sakit.
d. Memberikan kepastian hukum kepada pasien, masyarakat, sumber
daya manusia rumah sakit, dan rumah sakit.
3. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit
Menurut UU RI No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit
disebutkan bahwa rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan
kesehatan perseorangan secara paripurna.
a. Tugas Rumah Sakit
Rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna.
b. Fungsi Rumah Sakit
Menurut UU RI No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit,
rumah sakit mempunyai fungsi sebagai berikut:
1) Menyelenggarakan pelayanan pengobatan dan pemulihan
kesehatan sesuai dengan setandar pelayanan rumah sakit.
2) Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui
pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga
sesuai kebutuhan medis.
3) Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya
manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam
pemberian pelayanan kesehatan.
4) Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan
teknologi bidang kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu
pengetahuan bidang kesehatan.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian
Menurut Sugiyono (2017:2) metode penelitian pada dasarnya
merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan
tertentu. Berdasarkan hal tersebut terdapat empat kata kunci yang perlu
diperhatikan yaitu cara ilmiah, data, tujuan dan kegunaan.
Menurut Sugiyono (2017:21) menyatakan bahwa metode deskriptif
adalah suatu metode yang digunakan untuk menggambarkan atau
menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat
kesimpulan yang lebih halus.
Menurut Sugiyono (2017:8), Metode penelitian kualitatif adalah
metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi
yang alamiah (natural setting), disebut juga sebagai metode etnographi,
karena pada awalnya metode ini lebih banyak digunakan untuk penelitian
bidang antropologi budaya, disebut sebagai metode kualitatif, karena data
yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif.
Jenis penilitian yang akan digunakan penulis adalah deskriptif dengan
menggunakan pendekatan kualitatif. Dalam penelitian ini bermaksud
melakukan pengamatan dan memberikan deskripsi atau menggambarkan
mengenai pelaksanaan pemusnahan rekam medis non aktif rawat inap.

B. Informan Penelitian
Menurut Andi ( 2010:147) bahwa informan adalah orang yang
diperkirakan menguasai dan memahami data, informasi, ataupun fakta dari
suatu objek penelitian.
Informan dalam penelitian ini adalah 1 orang petugas penyimpanan
rekam medis inaktif rawat inap, kepala sub instalasi rekam medis rawat inap,
dan kepala instalasi rekam medis RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.
C. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Menurut Notoatmodjo (2010:131), Obesrvasi dalah suatu
prosedur yang berencana, yang lain meliputi melihat, mendengar dan
mencatat sejumlah taraf aktifitas tertentu atau situasi tertentu yang ada
hubungannya dengan masalah yang diteliti.
Teknik ini ditunjukan untuk mengamati lansung pelaksanaa
pemusnahan rekam medis non aktif rawat inap, serta menghitung rekam
medis yang belum dimusnahkan di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.
2. Wawancara
Menurut Sugiyono (2017:137), Wawancara adalah teknik
pengumpulan data apabila penelitian ingin melakukan studi penelitian
untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila
penelitian ingin mengetahui hal-hal responden yang lebih mendalam dan
jumlah respondennya sedikit/kecil.
Peneliti melakukan wawancara langsung kepada Petugas
penyimpanan inaktif untuk mengetahui tentang keterlambatan
pelaksanaan pemusnahan rekam medis non aktif.
3. Dokumentasi
Menurut Dr Saryono (2013:61), Dokumentasi adalah sejumlah
besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang berbentuk
dokumentasi. Sebagian besar data yang tersedia adalah berbentuk foto,
catatan harian dan sebagainya. Secara detail bahan dokumen terbagi
beberapa macam salah satunya data di server dan flasdisk.
Dokumentasi ini diambil dari rekam medis non aktif pasien rawat
inap pada tahun 2009-2011.
4. Studi Kepustakaan / Studi Literatur
Menurut Notoatmodjo (2010:22), adalah cara untuk memperoleh
dukungan teoritis terhadap masalah penelitian yang dipilih, maka peneliti
perlu banyak membaca buku literatur, baik berupa buku teks (teori)
maupun hasil penelitian orang lain, majalah, jurnal, dan sebagainya.
Pengumpulan data yang dilakukan penulis dengan mempelajari
buku-buku literatur, jurnal dari internet, dan maupun catatan ketika
kuliah yang berkaitan dengan masalah yang dibahas.

D. Instrumen Penelitian
Menurut Notoatmodjo (2010:87), Instrumen penelitian adalah alat-alat
yang akan digunakan untuk pengumpulan data. Pada peneltian ini instrumen
yang digunakan peneliti dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut :
1. Check list
Menurut Notoatmodjo (2010:137), Check list adalah suatu daftar
untuk men”cek”, yang berisi nama subjek dan beberapa gejala/identitas
lainnya dari sasaran pengamatan. Check list dalam peneliti ini berisi hal-
hal yang diamati, meliputi fasilitas pemusnahan, lembar-lembar yang
dipilih.
2. Alat Tulis
Alat tulis pada peneliti ini adalah pena dan buku tulis yang
digunakan untuk mencatat hasil penelitian dan juga hasil wawancara.
3. Kamera
Penulis menggunakan kamera sebagai alat bantu untuk
mengambil gambar rekam medis yang berhubungan dengan pelaksanaan
pemusnahan rekam medis non aktif di RSUP Dr. Hasan Sadikin
Bandung.

E. Kerangka Konsep
Menurut Notoatmodjo (2010), Kerangka konsep penelitian adalah
kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur
melalui penelitian yang dilakukan. Karena konsep merupakan model
konseptual yang berkaitan dengan bagaimana seorang peneliti menyusun teori
atau menghubungkan secara logis beberapa faktor yang dianggap penting
untuk masalah. Berdasarkan kerangka teori yang ada, maka kerangka konsep
yang digunakan, sebagai berikut :
Variabel X Tinjauan Pelaksnaan
Pemusnahan Rekam Medis Non Aktif RawatVariabel
Inap Y Standar MIRM 10 Akreditasi SNAR

Kebijakan
Prosedur
Keamanan dan Kerahasiaan
Pelaksanaan Pemusnahan
Tepat Waktu
Rekam Medis Non Aktif
Sumber Daya Manusia (SDM)

Feed Back

Gambar 3. 1. kerangka konsep

F. Definisi Operasional
Menurut Azwar (2010:45), Definisi operasional adalah rumusan
pengertian variabel yang dipakai sebagai pegangan dalam pengumpulan data.
Definisi Operasional dari kerangka konsep di atas dapat dilihat pada tabel
berikut ini :

Tabel 3. 1. Definisi Operasional

Variabel Definisi Alat Ukur Hasil


Variabel X : 1.Menurut KBBI, Prosedur Observasi 1.Mengetahui
adalah Tahapan kegiatan rekam medis
1.Prosedur untuk menyelsaikan suatu Wawancara non aktif yang
pemusnahan aktivitas, Metode langkah akan
demi langkah secara pasti Dokumentasi dimusnahakan
2.Pelaksanaan dalam memecahkan suatu
pemusnahan masalah. Studi 2.Mengetahui
2.Menurut (Westra, 2009), kepustakaan prosedur
3.Rekam medis Pelaksanaan adalah sebagai pemusnahan
non aktif usaha-usaha yang dilakukan
untuk melaksanakan semua
rencana dan kebijaksanaan 3.Mengetahui
4. Sumber yang telah dirumuskan dan pelaksanaan
Daya ditetapkan dengan pemusnahan
Manusia melengkapi segala
(SDM) kebutuhan alat-alat yang 4.Mengetahui
diperlukan, siapa yang akan jumlah SDM
melaksanakan, dimana yang
tempat pelaksanaanya, dan melaksanaka
kapan waktu dimulainya. pemusnahan
3.Menurut (Dirjen Yanmed,
2006), Pemusnahan adalah
suatu proses kegiatan
penghancuran secara fisik
arsip rekam medis yang telah
berakhir fungsi dan nilai
gunanya rendah.
4.Menurut SPO Rumah Sakit
Dr. Hasan Sadikin Bandung
(2014), Rekam medis non
aktif adalah rekam medis
yang sudah melewati masa
in aktif dengan terlebih
dahulu memilah lembaran-
lembaran rekam medis yang
bernilai guna dan rekam
medis khusus yan harus
dilestarikan.
5.Sumber Daya Manusia
(SDM) adalah salah satu
faktor yang sangat penting
bahkan tidak dapat
dilepaskan dari sebuah
organisasi, baik institusi
maupun perusahaan.
Variabel Y : 1.Menurut (KBBI), kebijakan Observasi 1.Mengetahui
adalah rangkaian konsep dan bagaimana
1.Kebijakan asas yang menjadi garis dan Wawancara kebijakan dari
dasar rencana dalam prosedur
2.Keamanan dan pelaksanaan pekerjaan, Dokumentasi pemusnahan
Kerahasiaan kepemimpinan, serta cara rekam medis
bertindak (tentang perintah, Studi non aktif
3.Tepat Waktu organisasi, dan kepustakaan
sebagainnya).
2.Keamanan adalah keadaan 2.Mengetahui
bebas dari bahaya. Istilah ini keamanan dan
bisa digunakan dengan kerahasiaan
hubungan kepada kejahatan, rekam medis
segala bentuk kecelakaan,
dan lain-lain. 3.Mengetahui
3.Kerhasiaan adalah ketepatan
kerahasiaan bersifat rahasia; waktu
perihal rahasia; untuk pelaksanaan
menjamin kerahasiaanya, pemusnahan
surat ini dimasukan ke dalam sesuai dengan
sampul. prosedur
4.Tepat Waktu adalah ukuran
dalam arti bahwa alokasi
waktu adalah satuan yang
penting dalam mengukur
kinerja.

G. Waktu dan Tempat Penelitian


1. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dimulai bulan Agustus 2020.
2. Tempat penelitian
Tempat penelitian dilaksanakan pada instalasi rekam medis rawat
inap RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.
DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita, R. (2011). Pengelolaan, Pendapatan, dan anggaran daerah .


yogyakarta: Graha Ilmu.
Azwar, A. (2010). pengantar administrasi kesehatan edisi kedua. jakarta: PT Bina
Rupa Aksara.
Barthos, B. (2014). Manajemen Kearsipan : untuk kearsipan lembaga negara,
swasta, dan perguruan tinggi. jakarta: Bumi aksara.
Basuki, S. (2003). manajemen Arsip Dinamis. jakarta: Gramedia.
Budi, S. C. (2011). Manajemen Unit Kerja Rekam Medis. Yogyakarta: Quantum
sinergis Media.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2006). Pedoman Penyelenggaraan
Dan Prosedur Rekam Medis Rumah Sakit Revisi II. Jakarta: Direktorat
Jenderal Pelayanan Medik

Haliman & Wulandari. (2012). Cerdas Memilih Rumah Sakit. Yogyakarta: CV.
Andi Offset.

Hatta, G. R. (2017). Pedoman Manajemen Informasi Kesehatan disarana


Pelayanan kesehatan. Jakarta: Universitas Indonesia.
Huffman, E. K. (Firdaus, 2008). Medical Record Manajemen. Physycia Record
Company.
Indradi S, R. (2017). Rekam Medis. Tangerang selatan: Universitas Terbuka.
Menkoinfo Republik Indonesia. (2003). Kementrian Komunikasi & Informasi
Tentang Pemusnahan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2008). Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor.269/MENKES/PER/III/2008 Tentang Rekam
Medis. Jakarta:Indonesia
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2016). Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor.76 Tahun 2016 Tentang Pedoman Indonesian
Case Base Groups (INA-CBG).
Notoadmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Peraturan Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia. Nomor.25 Tahun 2012
tentang Pedoman Pemusnahan.
PeraturanPemerintah Republik Indonesia. Nomor 87 Tahun 1999 Tentang Tata
Cara Penyerahan dan Pemusnahan.
Rustiyanto, E., & Rahayu, W. A. (2011). Manajemen Filling Dokumen Rekam
Medis dan Informasi kesehatan. Yogyakarta: Politeknik Kesehatan
Permata Indonesia.
SPO. (2017). Pemusnahan Berkas Rekam Medis Non aktif. Bandung: RSUP Dr.
Hasan Sadikin.
SPO. (2016). Pemusnahan Berkas Rekam Medis Non Aktif. Karawang: RSU
Proklamasi.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
ALFABETA.
Surat Edaran Direktorat Jendral Pelayanan Medis. Tahun !995 tentang Tata cara
Pemusnahan.
Saryono, & Anggraeni, D,M. (2013). Metodologi Penelitian Kualitatif &
kuantitatif dalam bidang kesehatan. yogyakarta: Nuha Medika.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang
Rumah Sakit
http://khrisnapandit.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/53899/rekam+medis+
%28MATERI+7%29.pdf . 22 Februari 2018 19.36
http://digilib.unila.ac.id/4718/11/BAB%20II.pdf. 2 Maret 2018 09.16
http://KARS.or.id, pdpersi.co.id. 25 Maret 218 14.45

http://ajyaa.blogspot.co.id/2017/10/download-pedoman-snars-edisi-
full.html?m=1. 10 April 2018 19.37
http://akreditasi.my.id/2018/download/instrumen-survei-snars-2018/. 28 April
2018 16.38
https://nasional.kompas.com/read/2017/08/09/23192351/standar-nasional-rumah-
sakit-akan-diresmikan. 02 Mei 2018
40

Anda mungkin juga menyukai