TUGAS
Disusun oleh:
A. Latar Belakang
Menurut Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Bab
1 pasal 1 Ayat 1 berbunyi “Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan,
jiwa, dan sosial atau kebutuhan dasar dan modal utama untuk hidup” setiap
manusia untuk hidup dan memiliki kesehatan, tercapai derajat kesehatan yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial maupun ekonomi.
Menurut Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 Bab 1 Pasal 1 ayat 1
tentang rumah sakit adalah “Rumah sakit merupakan salah satu sarana yang
memberikan fasilitas kesehatan, pelayanan kesehatan di rumah sakit sudah
seharusnya mampu memberikan pelayanan yang baik”. Salah satu faktor yang
ikut mendukung dalam meningkatkan pelayanan kesehatan adalah dengan
terlaksananya penyelenggaraan pelayanan rekam medis di rumah sakit.
Rekam medis menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia nomor 269/MENKES/PER/III/2008 Bab 1 Pasal 1 Ayat 1 adalah
“Berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien,
pemeriksaan, pengobatan tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan
kepada pasien”. Setiap rumah sakit harus membuat rekam medis baik itu
rekam medis rawat jalan maupun rawat inap.
Setiap sarana pelayanan kesehatan rekam medis disimpan di tempat
penyimpanan berkas rekam medis (filing). Cara penyimpanan rekam medis di
setiap sarana pelayanan kesehatan berbeda. Ada dua cara penyimpanan yaitu
secara sentralisasi dan desentralisasi. Cara penyimpanan sentralisasi adalah
penyimpanan rekam medis seorang pasien dalam satu kesatuan baik catatan-
catatan kunjungan poliklinik maupun catatan-catatan selama pasien dirawat.
Cara penyimpanan desentralisasi adalah penyimpanan rekam medis pasien
rawat inap dan rawat jalan dipisah.
1
2
Rekam medis rawat inap harus disimpan lima tahun sejak pasien
berobat terakhir atau pulang dari berobat di rumah sakit. Setalah lima tahun
rekam medis aktif di pindahkan ke ruangan in-aktif, setelah dua tahun di
inaktif berkas rekam medis dapat di pilah nilai guna dari setiap formulir, dan
langsung dapat di lakukan pemusnahan kecuali ringkasan masuk dan keluar,
resume penyakit, lembar operasi, identifikasi bayi baru lahir, lembar
persetujuan tindakan medis, lembar kematian.
Pemusnahan adalah proses pengahancuran formulir-formulir yang
terdapat di dalam rekam medis yang sudah tidak mengandung nilai guna.
Pemusnahan arsip adalah proses kegiatan penghancuran arsip yang tidak
diperlukan lagi baik oleh instansi yang bersangkutan maupun oleh Arsip
Nasional. Penghancuran tersebut har us dilaksanakan secara total, yaitu
dengan cara membakar habis, dicacah atau dengan cara lain sehingga tidak
dapat lagi dikenal baik isi maupun bentuknya (Barthos, 2014:8).
Akreditasi rumah sakit merupakan sebuah proses penilaian dan
penetapan kelayakan rumah sakit berdasarkan standar pelayanan yang telah
ditetapkan oleh lembaga independen akreditasi Kementerian Kesehatan,
akreditasi rumah sakit di Indonesia dilaksanakan untuk menilai kepatuhan
rumah sakit terhadap standar akreditasi.
Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit (SNARS) Edisi 1
merupakan standar akreditasi baru yang bersifat nasional dan diberlakukan
secara nasional di Indonesia. Disebut dengan Edisi 1, karena di Indonesia
baru pertama kali ditetapkan standar nasional untuk akreditasi rumah sakit.
Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan pada tanggal 22-
26 Januari 2018 di ruangan penyimpanan rekam medis rawat inap inaktif,
setelah penulis melakukan observasi dan wawancara terhadap staf bagian
penyimpanan rekam medis rawat inap RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.
Ruang penyimpanan tersebut sudah penuh, penulis menemukan
permasalahan, yaitu masih ada berkas rekam medis yang menumpuk belum
dilakukan pemusnahan, sebanyak 124.645 berkas rekam medis, terhitung dari
tahun 2009-2011 di ruang penyimpanan inaktif, disebabkan adanya
keterlambatan
pelaksanaan pemusnahan rekam medis yang belum berjalan sesuai sarana dan
prosedur, terdapat sebagian rekam medis inaktif di simpan di luar ruangan
penyimpanan tepatnya di jalur evakuasi sehingga menghambat jalur evakuasi
dan bisa mengakibatkan kecelakaan petugas, rekam medis disimpan di tangga
akses jalan ke ruang penyimpanan inaktif sehingga kurang terjaganya
keamanan, kerahasiaan, dan keselamatan, dengan terdapatnya banyak berkas
di luar ruang penyimpanan sehingga mengakibatkan petugas kesulitan untuk
melakukan pencarian atau pelacakan berkas rekam medis. Retensi,
Pemusnahan rekam medis merupakan salah satu elemen penelaian
Manajemen Informasi Rekam Medis (MIRM) yang akan di nilai oleh tim
surveior SNARS Edisi 1, MIRM 10 nilai yang didapat apabila tidak
dilakukan pemusnahan akan mendapatkan nilai 0 (Nol).
Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, maka penulis tertarik
untuk mengangkat judul “Tinjauan Pelaksanaan Pemusnahan Rekam
Medis Rawat Inap Non Aktif Guna Menunjang Standar MIRM 10
Akreditasi SNARS Di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, serta untuk memperjelas tujuan
yang akan dicapai, maka dalam penelitian ini masalah yang akan di bahas
dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut :
1. Bagaimana prosedur pemusnahan rekam medis rawat inap non aktif di
RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung ?
2. Bagaimana pelaksanaan pemusnahan rekam medis rawat inap non aktif
guna menunjang standar MIRM 10 akreditasi SNARS di RSUP Dr.
Hasan Sadikin Bandung ?
3. Faktor apa saja yang menjadi penyebab keterlambatan dalam
pelaksanaan pemusnahan rekam medis rawat inap non aktif di RSUP Dr.
Hasan Sadikin Bandung ?
4. Upaya apa saja yang dilakukan oleh instalasi rekam medis untuk
melakukan pelaksanaan pemusnahan rekam medis rawat inap non aktif di
RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung ?
C. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis membatasi
permasalahan hanya pada Tinjauan pelaksanaan pemusnahan rekam medis
rawat inap non aktif di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.
D. Tujuan penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan
pemusnahan Rekam Medis Rawat Inap Non aktif di RSUP Dr. Hasan
Sadikin Bandung.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui prosedur pemusnahan rekam medis rawat inap non aktif
di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.
b. Mengetahui pelaksanaan pemusnahan rekam medis rawat inap non
aktif guna menunjang standar MIRM 10 akreditasi SNARS di RSUP
Dr. Hasan Sadikin Bandung.
c. Megetahui faktor apa saja yang menjadi penyebab keterlambatan
dalam pelaksanaan pemusnahan rekam medis rawat inap non aktif di
RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.
d. Mengetahui upaya apa saja yang dilakukan oleh instalasi rekam
medis untuk melakukan pelaksanaan pemusnahan rekam medis
rawat inap non aktif di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.
E. Manfaat penulisan
1. Bagi peneliti
a. Memberikan tambahan pengetahuan yang dapat dipakai sehingga
peneliti dapat memperoleh perbedaan apa yang dipelajari dikampus
dengan apa yang ada dirumah sakit.
b. Dapat menambah wawasan lebih tentang ilmu rekam medis dan
informasi kesehatan dan memberikan bekal pengalaman
implementasi yang nyata sebagai penerapan ilmu yang telah
diperoleh yang mungkin dibutuhkan saat menghadapi dunia kerja.
2. Bagi Instalasi Rekam Medis RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu masukan
dan bahan pertimbangan dalam menagatasi pelaksanaan pemusnahan
berkas rekam medis non aktif yang akan dimusnahkan, agar sesuai
dengan prosedur yang ada sehingga nantinya dapat di implementasikan di
RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.
3. Bagi Akademik
Diharapkan dapat menambah referesnsi mengenai pelaksanaan
pemusnahan berkas rekam medis dan memberikan kontribusi bagi
Lembaga Politeknik TEDC Bandung jurusan Rekam medis dan
Informasi Kesehatan dan laporan ini dapat berguna untuk bahan
pembelajaran selanjutnya bagi mahasiswa/i rekam medis dan informasi
kesehatan.
A. Konsep Pelaksanaan
1. Pengertian Pelaksanaan
Menurut Westra (2011:24), Pelaksanaan adalah sebagai usaha-
usaha yang dilakukan untuk melaksanakan semua rencana dan
kebijaksanaan yang telah dirumuskan dan ditetapkan dengan melengkapi
segala kebutuhan alat-alat yang diperlukan, siapa yang akan
melaksanakan, dimana tempat pelaksanaanya, dan kapan waktu
dimulainya.
Menurut Tjokroadmudjoyo (2011:24), Pelaksanaan sebagai
proses dapat kita pahami dalam bentuk rangkaian kegiatan yakni berawal
dari kebijakan guna mencapai suatu tujuan maka kebijakan itu
diturunkan dalam suatu program atau proyek.
2. Faktor – faktor yang dapat menunjang pelaksanaan
Faktor yang dapat menunjang pelaksanaan sebagai berikut :
a. Komunikasi, merupakan suatu program yang dapat dilaksanakan
dengan baik apabila jelas bagi para pelaksana. Hal ini menyangkut
proses penyampaian informasi, kejelasan informasi, kejelasan
informasi dan konsistensi informasi yang disampaikan.
b. Resouces (sumber daya), dalam hal ini meliputi empat komponen
yaitu terpenuhinya jumlah staf dan kualitas mutu, informasi yang
diperlukan guna peng ambilan keputusan atau kewenangan yang
cukup guna melaksanakan tugas sebagai tanggung jawab dan
fasilitas yang dibutuhkan dalam pelaksanaan.
c. Disposisi, sikap dan komitmen dari pada pelaksanaan terhadap
program khususnya dari mereka yang menjadi implementasi
program.
d. Struktur Birokrasi, yaitu SOP (Standar Opreating procedures), yang
mengatur tata aliran dalam pelaksanaan program. Jika hal ini tidak
7
8
B. Konsep Pemusnahan
1. Pengertian Pemusnahan
Menurut kementrian komunikasi dan informasi RI (2003)
Pemusnahan adalah aksi yang diambil terhadap record-record yang telah
habis masa penyimpanannya menurut aturan dan prosedur administrasi
yang telah ditentukan. Aksi ini mencakup transfer / migrasi ke arsip
ataupun penghapusan.
Menurut Peraturan Kepala Arsip Nasional RI tentang pedoman
pemusnahan pasal 1 adalah, Pemusnahan arsip adalah kegiatan
memusnahkan arsip yang tidak mempunyai nilai kegunaan dan telah
melampaui jangka waktu penyimpanan.
Pemusnahan adalah suatu proses kegiatan penghancuran secara
fisik arsip rekam medis yang telah berakhir fungsi dan nilai gunanya
rendah (Depkes RI, 2006). Dalam Permenkes Nomor
269/Menkes/Per/III/2008 Bab IV tentang Penyimpanan, Pemusnahan,
dan Kerahasiaan pada pasal 9 dijelaskan :
a. Rekam Medis pada sarana kesehatan non rumah sakit wajib
disimpan sekurang-kurangnya untuk jangka waktu 2 (dua) tahun
terhitung dari tanggal terakhir pasien tersebut berobat.
b. Setelah batas waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilampaui,
rekam medis dapat dimusnahkan.
2. Dasar Hukum
Beberapa dasar hukum yang mengandung aturan tentang
pemusnahan rekam medis, yaitu :
a. UU No.29 tahun.2004 tentang Praktik Kedokteran (paragraf 3 pasal
46-47)
b. Permenkes 269 /Menkes / Per /III /2008 bab IV
c. SK Dirjen Pelayanan Medik no. 78 /Yanmed /RS Umdik /YMU /1 /
91 Tentang Penyelenggaraan Rekam Medis di Rumah sakit (bab III
D-E)
d. Surat Edaran Dijen YanMed no.HK.00.06.1.5.01160 tahun 1995
tentang petunjuk teknis pengadaan formulir rekam medis dasar dan
pemusnahan arsip rekam medis di rumah sakit beserta lampirannya.
e. Manual Rekam Medis (Konsil Kedokteran Indonesia, bab V . item
C, 2006).
f. Pernyataan IDI tentang Rekam Medis, item no.11
3. Tata Cara Pemusnahan
Berdasarkan pada Surat Edaran Direktur Jendral Pelayanan Medis
(1995) tentang Tata Cara Pemusnahan yaitu :
a. Pembentukan tim pemusnahan dari unsur rekam medis dan tata
usaha dengan SK Direktur rumah sakit.
b. Tim pembuat daftar pertelaan arsip.
c. Pelaksanaan pemusnahan : dibakar dengan menggunakan
incinerator, dibakar biasa, dicacah, dibuat bubur oleh pihak ke-3,
disaksikan tim pemusnahan.
d. Tim pemusnahan membuat berita acara pemusnahan yang ditanda
tangani Ketua dan Sekretaris, diketahui Direktur rumah sakit.
e. Berita acara pemusahan rekam medis, yang asli disimpan di rumah
sakit, lembar ke-2 dikirm kepada pemilik rumah sakit (Rumah Sakit
Vertikal kepada Dirjen Pelayanan Medik).
a. Berkas Rekam Medis yang dinilai adalah berkas rekam medis yang
telah 2 tahun inaktif.
b. Indikator yang digunakan untuk menilai berkas rekam medis inaktif :
1) Seringnya rekam medis digunakan untuk pendidikan dan
penelitian.
2) Nilai guna primer, mencakup : administrasi, hukum, keuangan,
dan iptek.
3) Nilai guna sekunder, mencakup : pembuktian dan sejarah.
c. Lembar rekam medis yang dipilah :
1) Ringkasan masuk dan keluar
2) Resume
3) Lembaran operasi
4) Lembar identifikasi bayi lahir hidup
5) Lembar persetujuan
6) Lembar kematian
d. Berkas rekam medis tertentu disimpan di ruang berkas rekam medis
inaktif.
e. Lembar rekam medis sisa dan berkas rekam medis rusak atau tidak
terbaca disiapkan untuk dimusnahakan.
f. Tim penilai dibentuk dengan SK direktur beranggotakan komite
rekam medis/komite medis, petugas rekam medis senior, perawat
senior dan petugas lain yang terkait.
Menurut Ery Rustiyanto – Warih Ambar Rahayu (2011:58), Tata
cara penilaian rekam medis dalam pemusnahan, sebagai berikut :
a. Alur
Dinilai TIM
RM rusak / Dimusnahkan
tidak terbaca
RM tertentu Disimpan
RM RM tertentu Disimpan
Inaktif
Lembar RM sisa (selain diatas)
Dimusnahkan
Ketentuan tertentu di RSRM rusak & tidak terbaca
.............................,.............2010
Ttd.............................
Mengetahui / Menyetujui
Ttd.............................
.................................................
Aktif Inaktif
No Keluhan Penyakit Rawat Rawat Rawat Rawat
Jalan Inap Jalan Inap
1 Umum 5th 5th 2th 2th
2 Mata 5th 10th 2th 2th
3 Jiwa 10th 5th 5th 2th
4 Orthopedi 10th 10th 2th 5th
5 Kusta 15th 15th 2th 2th
6 Ketergantungan Obat 15th 15th 2th 2th
7 Jantung 10th 10th 2th 2th
8 Paru 5th 10th 2th 2th
9 Anak Menurut kebutuhan 2th 2th
Sumber : Dirjen Pelayanan Medik
A. Metode Penelitian
Menurut Sugiyono (2017:2) metode penelitian pada dasarnya
merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan
tertentu. Berdasarkan hal tersebut terdapat empat kata kunci yang perlu
diperhatikan yaitu cara ilmiah, data, tujuan dan kegunaan.
Menurut Sugiyono (2017:21) menyatakan bahwa metode deskriptif
adalah suatu metode yang digunakan untuk menggambarkan atau
menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat
kesimpulan yang lebih halus.
Menurut Sugiyono (2017:8), Metode penelitian kualitatif adalah
metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi
yang alamiah (natural setting), disebut juga sebagai metode etnographi,
karena pada awalnya metode ini lebih banyak digunakan untuk penelitian
bidang antropologi budaya, disebut sebagai metode kualitatif, karena data
yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif.
Jenis penilitian yang akan digunakan penulis adalah deskriptif dengan
menggunakan pendekatan kualitatif. Dalam penelitian ini bermaksud
melakukan pengamatan dan memberikan deskripsi atau menggambarkan
mengenai pelaksanaan pemusnahan rekam medis non aktif rawat inap.
B. Informan Penelitian
Menurut Andi ( 2010:147) bahwa informan adalah orang yang
diperkirakan menguasai dan memahami data, informasi, ataupun fakta dari
suatu objek penelitian.
Informan dalam penelitian ini adalah 1 orang petugas penyimpanan
rekam medis inaktif rawat inap, kepala sub instalasi rekam medis rawat inap,
dan kepala instalasi rekam medis RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.
C. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Menurut Notoatmodjo (2010:131), Obesrvasi dalah suatu
prosedur yang berencana, yang lain meliputi melihat, mendengar dan
mencatat sejumlah taraf aktifitas tertentu atau situasi tertentu yang ada
hubungannya dengan masalah yang diteliti.
Teknik ini ditunjukan untuk mengamati lansung pelaksanaa
pemusnahan rekam medis non aktif rawat inap, serta menghitung rekam
medis yang belum dimusnahkan di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.
2. Wawancara
Menurut Sugiyono (2017:137), Wawancara adalah teknik
pengumpulan data apabila penelitian ingin melakukan studi penelitian
untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila
penelitian ingin mengetahui hal-hal responden yang lebih mendalam dan
jumlah respondennya sedikit/kecil.
Peneliti melakukan wawancara langsung kepada Petugas
penyimpanan inaktif untuk mengetahui tentang keterlambatan
pelaksanaan pemusnahan rekam medis non aktif.
3. Dokumentasi
Menurut Dr Saryono (2013:61), Dokumentasi adalah sejumlah
besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang berbentuk
dokumentasi. Sebagian besar data yang tersedia adalah berbentuk foto,
catatan harian dan sebagainya. Secara detail bahan dokumen terbagi
beberapa macam salah satunya data di server dan flasdisk.
Dokumentasi ini diambil dari rekam medis non aktif pasien rawat
inap pada tahun 2009-2011.
4. Studi Kepustakaan / Studi Literatur
Menurut Notoatmodjo (2010:22), adalah cara untuk memperoleh
dukungan teoritis terhadap masalah penelitian yang dipilih, maka peneliti
perlu banyak membaca buku literatur, baik berupa buku teks (teori)
maupun hasil penelitian orang lain, majalah, jurnal, dan sebagainya.
Pengumpulan data yang dilakukan penulis dengan mempelajari
buku-buku literatur, jurnal dari internet, dan maupun catatan ketika
kuliah yang berkaitan dengan masalah yang dibahas.
D. Instrumen Penelitian
Menurut Notoatmodjo (2010:87), Instrumen penelitian adalah alat-alat
yang akan digunakan untuk pengumpulan data. Pada peneltian ini instrumen
yang digunakan peneliti dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut :
1. Check list
Menurut Notoatmodjo (2010:137), Check list adalah suatu daftar
untuk men”cek”, yang berisi nama subjek dan beberapa gejala/identitas
lainnya dari sasaran pengamatan. Check list dalam peneliti ini berisi hal-
hal yang diamati, meliputi fasilitas pemusnahan, lembar-lembar yang
dipilih.
2. Alat Tulis
Alat tulis pada peneliti ini adalah pena dan buku tulis yang
digunakan untuk mencatat hasil penelitian dan juga hasil wawancara.
3. Kamera
Penulis menggunakan kamera sebagai alat bantu untuk
mengambil gambar rekam medis yang berhubungan dengan pelaksanaan
pemusnahan rekam medis non aktif di RSUP Dr. Hasan Sadikin
Bandung.
E. Kerangka Konsep
Menurut Notoatmodjo (2010), Kerangka konsep penelitian adalah
kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur
melalui penelitian yang dilakukan. Karena konsep merupakan model
konseptual yang berkaitan dengan bagaimana seorang peneliti menyusun teori
atau menghubungkan secara logis beberapa faktor yang dianggap penting
untuk masalah. Berdasarkan kerangka teori yang ada, maka kerangka konsep
yang digunakan, sebagai berikut :
Variabel X Tinjauan Pelaksnaan
Pemusnahan Rekam Medis Non Aktif RawatVariabel
Inap Y Standar MIRM 10 Akreditasi SNAR
Kebijakan
Prosedur
Keamanan dan Kerahasiaan
Pelaksanaan Pemusnahan
Tepat Waktu
Rekam Medis Non Aktif
Sumber Daya Manusia (SDM)
Feed Back
F. Definisi Operasional
Menurut Azwar (2010:45), Definisi operasional adalah rumusan
pengertian variabel yang dipakai sebagai pegangan dalam pengumpulan data.
Definisi Operasional dari kerangka konsep di atas dapat dilihat pada tabel
berikut ini :
Haliman & Wulandari. (2012). Cerdas Memilih Rumah Sakit. Yogyakarta: CV.
Andi Offset.
http://ajyaa.blogspot.co.id/2017/10/download-pedoman-snars-edisi-
full.html?m=1. 10 April 2018 19.37
http://akreditasi.my.id/2018/download/instrumen-survei-snars-2018/. 28 April
2018 16.38
https://nasional.kompas.com/read/2017/08/09/23192351/standar-nasional-rumah-
sakit-akan-diresmikan. 02 Mei 2018
40