Anda di halaman 1dari 18

ANALISIS KEBUTUHAN TENAGA KERJA PMIK

BERDASARKAN BEBAN KERJA DIRUMAH SAKIT


TK II UDAYANA DENPASAR

OLEH:
WAIREN JUSTTISYA RANTUNG
NIM 214620073

PRODI REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIRA MEDIKA BALI
DENPASAR
2023
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Karya Tulis Ilmiah ini adalah…


LEMBAR PERSETUJUAN PROPOSAL

Nama : Wairen Justtisya Rantung

Nim : 214620073

Judul : Analisis Kebutuhan Tenaga Kerja PMIK Berdasarkan Beban


Kerja Di Rumah Sakit TK II Udayana Denpasar

Program Studi : Rekam Medis dan Informasi Kesehatan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Wira Medika Bali

Telah diperiksa dan disetujui untuk mengikuti Proposal Karya Tulis Ilmiah

Denpasar, 2023

Pembimbing I Pembimbing I
LEMBAR PENGESAHAN PROPOSAL

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

ANALISIS KEBUTUHAN TENAGA KERJA PMIK BERDASARKAN

BEBAN KERJA DI RUMAH SAKIT TK II UDAYANA DENPASAR

Wairen Justtisya Rantung

Nim : 214620073
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Rumah sakit merupakan suatu sistem/bagian dari sistem pelayanan
kesehatan, mempunyai tiga pilar otoritas, yang masing-masing bekerja secara
otonom namun harus terkodinasi dalam sistem tersebut ketiga pilar tersebut
adalah pilar pemilik, pilar profesional kesehatan dan pilar manajemen. Ketiga
pilar tesebut masing-masing mempunyai hierarki kekuasaan/kewenangan
(hierarchy of power) yang mempunyai sifat dan karakteristik yang berbeda.
Keserasian atau ketidakserasian antara ketiga pilar tersebut menentukan
berhasil tidaknya misi suatu rumah sakit (Djojosoegita Hatta, 2014). Menurut
Hatta (2014) Sistem kesehatan (health system) adalah tatanan yang bertujuan
tercapainya derajat kesehatan yang (bermutu) tinggi dan merata, melalui
upaya-upaya dalam tatanan tersebut yang dilaksanakan secara efisien dan
berkualitas serta terjangkau. Rumah sakit adalah suatu bagian menyeluruh dari
organisasi sosial dan medis berfungsi memberikan pelayanan kesehatan yang
lengkap kepada masyarakat, baik kuratif maupun rehabilitatif, dimana
menjangkau pelayanan keluarga dan lingkungan. Rumah sakit merupakan
sebuah institusi pelayanan kesehatan profesional yang pelayanannya dilakukan
oleh dokter, perawat, dan tenaga ahli kesehatan lainnya. Pelayanan rumah
sakit merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan
kesehatan pada umumnya, yang memerlukan penanganan dan perhatian yang
seksama (WHO, 2009). Tujuan ini oleh World Health Organization (WHO)
dirumuskan dalam satu paduan tiga kata efficiency,equity, quality (EEQ).
Sistem kesehatan masyarakat dilaksanakan pada berbagai institusi pelayanan
kesehatan termasuk rumah sakit.

Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam


bidang kesehatan dan memiliki pengetahuan atau keterampilan melalui
pendidikan di bidang kesehatan untuk jenis tertentu serta memerlukan
kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan (UU No. 36, 2014). Salah satu
tenaga kesehatan di rumah sakit adalah petugas rekam medis atau perekam
medis (Cahyaningrum et al., 2018). Dalam peraturan Undang-Undang RI
No.44 tahun 2009 tentang rumah sakit pasal 29 ayat (1) menyatakan bahwa
setiap rumah sakit mempunyai kewajiban untuk menyelenggarakan rekam
medis.

Tujuan penyelenggaraan rekam medis dirumah sakit adalah untuk


menunjang tercapainya tertib administrasi pelayanan kesehatan dengan tujuan
meningkatkan mutu dan mempertahankan standar pelayanan rumah sakit.
Pelayanan rekam medis yang berkualitas harus didukung oleh mutu rekam
medis yang tepat, cepat dan benar. Dimana sumber daya manusia atau petugas
rekam medis menjadi faktor utama dalam melaksanakan penyelenggaraan
rekam medis. Untuk melaksanakan penyelenggaraan rekam medis yang
pastinya harus ditunjang dengan sumber daya manusia (petugas) yang
kompeten, professional yang ahli di bidangnya dan kesesuaian beban kerja
yang dibebankan kepada petugas yang ada (Gemilang, 2015). Perencanaan
sumber daya manusia merupakan fungsi utama yang harus dilaksanakan oleh
setiap organisasi serta harus menjadi perhatian sehingga langkah-langkah yang
diambil oleh manajemen menjadi lebih tepat dan lebih menjamin bahwa di
dalam organisasi tersedia tenaga kesehatan untuk menduduki jabatan dan
pekerjaan yang tepat dalam rangka mencapai suatu tujuan dan berbagai
sasaran yang telah ditetapkan. Salah satu bentuk perencanaan sumber daya
manusia kesehatan adalah perencanaan tenaga rekam medis (Gultom &
Sopian, 2018).

Sumber daya manusia merupakan salah satu komponen penting dalam


organisasi. Keberadaan sumber daya manusia harus direncanakan dan dikelola
dengan baik. Proses perencanaan sumber daya manusia adalah suatu cara yang
digunakan untuk menetapkan tujuan dan pedoman dalam pelaksanaan
organisasi (Marlina, 2015). Jumlah pegawai yang melebihi kapasitas atau
kurang dari kebutuhan organisasi menunjukkan bahwa organisasi kurang baik
dalam mengelola sumber daya manusia. Menurut Wardanis (2018), tujuan dari
perencanaan sumber daya manusia yaitu menentukan kualitas dan kuantitas
pegawai yang akan mengisi suatu jabatan dalam organisasi, pengembangan,
pemeliharaan, kompensasi, pemberhentian pegawai, menjamin ketersediaan
sumber daya manusia masa kini maupun masa depan, tidak terjadinya
tumpang tindih dan kelebihan pegawai dalam pelaksaan organisasi. Pelayanan
kesehatan yang prima tidak lepas dari penyelenggaraan rekam medis yang
bermutu. Agar penyelenggaraan rekam medis bermutu, maka diperlukan
tenaga kerja yang bekerja sesuai dengan kompetensinya. Selain kompetensi,
jumlah tenaga juga penting untuk menunjang pelayanan, baik dari segi waktu
penyediaan berkas rekam medis maupun beban kerja pegawai. Menurut Talib
(2018), analisis beban kerja pegawai rekam medis bertujuan untuk mencapai
produktivitas kerja yang optimal dengan pendayagunaan pergawai sesuai job
description.

Peningkatan pelayanan rekam medis rumah sakit perlu dilakukan analisis


beban kerja petugas rekam medis. Hal ini bertujuan untuk mengetahui beban
kerja mana yang perlu disederhanakan. Selain itu, dengan menganalisis atau
mengukur beban kerja, dapat diambil keputusan berdasarkan bukti ilmiah.
Mengingat besarnya peran rekam medis dalam pelayanan rumah sakit, sudah
saatnya untuk memperhatikan dengan seksama apa saja yang perlu diperh
atikan dalam mendukung peningkatan terbaik rekam medis secara maksimal.
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis ingin mengetahui “Berapa
Kebutuhan Tenaga kerja PMIK Berdasarkan Beban Kerja dirumah sakit TK II
Udayana Denpasar”.

1.3 Tujuan penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahuinya Kebutuhan Tenaga Kerja Berdasarkan Beban Kerja Petugas


Rekam Medis di Rumah Sakit.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya Uraian Tugas Petugas Rekam Medis di Rumah Sakit

b. Diketahuinya Beban Kerja Petugas Rekam Medis di Rumah Sakit

c. Diketahuinya Jumlah Kebutuhan Tenaga Kerja Rekam Medis di Rumah


Sakit

1.4 Manfaat penelitian

1. Manfaat Teoritis
a. Sebagai bahan masukkan bagi institusi yang dapat membantu
peningkatan mutu pendidikan
b. Menambah wawasan dan pengetahuan bagi mahasiswa, baik peneliti
maupun mahasiswa lainnya sebagai bahan kajian
2. Manfaat Praktis
a. Sebagai bahan masukan serta evaluasi rumah sakit secara umum dalam
hal memberikan masukan upaya penambahan jumlah tenaga kerja di
unit rekam medis berdasarkan beban kerja yang ada.
b. Merupakan pengalaman yang sangat berharga bagi penulis karena
dapat mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh dibangku
perkuliahan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian tentang Rumah Sakit

2.1.1. Pengertian Rumah Sakit

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 Tahun 2009 tentang


Rumah Sakit, rumah sakit ialah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna dengan
menyediakan pelayanan rawat jalan, rawat inap dan gawat darurat. Pelayanan
kesehatan paripurna yaitu pelayanan kesehatan yang meliputi upaya promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif.

2.1.2. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 Tahun 2009


tentang Rumah Sakit, tugas rumah sakit adalah memberikan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna meliputi upaya promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif.

Adapun fungsi rumah sakit yaitu sebagai berikut :

1) Penyelenggara pelayanan pengobatan dan pemuihan kesehatan


dengan standar pelayanan rumah sakit.
2) Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui
pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga
sesuai kebutuhan medis.
3) Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya
manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam
pemberian pelayanan kesehatan.
4) Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan
teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan
pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu
pengetahuan bidang kesehatan.

2.1.3. Klasifikasi Rumah Sakit

Menurut Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 Pasal 19, berdasarkan jenis


pelayanan yang diberikan, rumah sakit dikategorikan menjadi rumah sakit umum
dan rumah sakit khusus.

5) Rumah sakit umum yaitu rumah sakit yang memberikan


pelayanan kesehatan pada semua jenis bidang dan jenis
penyakit.
6) Rumah sakit khusus yaitu rumah sakit yang memberikan
pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit
tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis
penyakit atau kekhususan lainnya.

2.2 Kajian tentang Rekam Medis

2.2.1. Pengertian Rekam Medis

Rekam Medis adalah siapa, apa, dimana, dan bagaimana perawatan pasien
selama di rumah sakit, untuk melengkapi rekam medis harus memiliki data yang
cukup tertulis dalam rangkaian kegiatan guna menghasilkan suatu diagnosis,
jaminan, pengobatan dan hasil akhir (Yuliyanti, 2016). Menurut PERMENKES 55
tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pekerjaan Perekam Medis, pengertian
Rekam Medis adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen tentang identitas
pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain kepada pasien pada
fasilitas pelayanan kesehatan. Perekam medis adalah seseorang yang telah lulus
pendidikan Rekam Medis dan Informasi Kesehatan sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.

2.2.2 Tujuan Rekam medis

Menurut Gunarti dan Muchtar (2019 : 45) pembuatan rekam medis


bertujuan untuk mendapatkan data dari pasien mengenai riwayat kesehatan.
Riwayat penyakit di masa lalu dan sekarang selain itu juga pengobatan yang telah
di berikan kepada pasien sebagai upaya meningkatkan pelayanan 7 kesehatan.
Informasi tentang identitas, diagnosis, riwayat penyakit, riwayat pemeriksaan dan
riwayat pengobatan pasien harus di jaga kerahasiaannya oleh dokter, dokter gigi,
tenaga kesehatan tertentu, petugas pengelolah, dan pimpinan sarana pelayanan
kesehatan. Pimpinan sarana kesehatan bertanggung jawab atas hilang, rusak,
pemalsuan dan/atau pengunaan oleh orang atau badan yang tidak berhak atas
rekam medis.

2.2.3 Kegunaan Rekam Medis

a. Aspek Administrasi

Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai administrasi, karena lainnya


menyangkut tindakan berdasarkan wewenang dan tanggung jawab sebagai tenaga
medis dan paramedic dan mencapai tujuan pelayanan kesehatan

b. Aspek Medis

Suatu berkas medis mempunyai nilai medis karena catatan tersebut


dipergunakan sebgai dasar merencanakan pengobatan atau perawatan yang di
berikan kepada pasien.

c. Aspek Hukum (Legal)


Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai hukum, karena isinya
menyangkut masalah adanya jaminan kepastian hukum atas dasar keadilan, dalam
rangka usaha menegakkan hukun serta penyediaan bahan bukti untuk menegakkan
keadilan.

d. Aspek keuangan (Finansial)

Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai keuangan karena isinya dapat
di jadikan sebagai bahan untuk memnetapkan biaya pembayaran pelayanan di
rumah sakit. Tanpa adanya bukti catatan tindakan atau pelayanan di rumah sakit
tidak dapat di pertanggungjawabkan.

e. Aspek penelitian (Riset)

Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai penelitian, karena isisnya


mengandung data atau informasi tentang perkembangan kronologis dari kegiatan
pelayanan medis yang di berikan kepada pasien. Informasi tersebut dapat
digunakan sebagai bahan referensi pengajaran profesi si pemakaian.

f. Aspek pendidikan (Education)

Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai pendidikan, karena isinya


menyangkut data/patau informasi tentang perkembangan kronologis dan kegiatan
pelayanan medis yang di berikan kepada pasien. Informasi tersebut dapat
digunakan sebagai bahan referensi pengajaran profesi si pemakai.

g. Aspek Dokumentasi (Dukumentation)

Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai dokumentasi, karena isinya


menyangkut sumber ingatan harus didokumentasikan dan diapakai sebagai bahan
pertanggungjawaban dan laporan rumah sakit.

2.3 Kajian tentang Kebutuhan Tenaga Rekam Medis

2.3.1. Pengertian dan Jenis Tenaga Kesehatan


a. Pengertian Tenaga Kesehatan

Undang-Undang No.36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan, standar


profesional adalah batasan kemampuan minimal berupa pengetahuan,
keterampilan, dan perilaku profesional yang harus di kuasai dan dimiliki oleh
seorang individu untuk dapat melakukan kegiatan profesionalnya pada masyarakat
secara mandiri yang di buat oleh organisasi profesi. Sedangkat standar operasional
prosedur suatu prangkat intruksi/langka-langka yang di bakukan untuk
menyelesaikan proses kerja rutin tertentu dengan memberikan langkah yang benar
dan terbaik berdasarka konsensus bersama untuk melaksanakan berbagai kegiatan
dan fungsi pelayanan yang profesi.

b. Pengertian Tenaga Rekam Medis

Tenaga rekam medis adalah orang yang mengumpulkan, menyimpan,


mengelola data dan informasi kegiatan pelayanan kesehatan pasien yang
berkualitas tinggi dengan memperhatikan aspek hukum dan etika profesi untuk
menjamin fungsi-fungsi rekam medis dan informasi kesehatan. Menurut Budi
(2011 : 7) untuk menjalankan pekerjaan di rekam medis di perlukan sumber daya
manusia yang memenuhi kompetensi rekam medis. Seorang profesi perekam
medis merupakan lulusan dari Program 10 Studi D3 Rekam Medis dan Informasi
Kesehatan. Profesi perekam medis harus mengusai kompetensinya sebagai
perekam medis.

c. Pengertian beban kerja

Berdasarkan Permendagri Nomor 12 Tahun 2008, beban kerja adalah


besaran pekerjaan yang harus di pikul oleh jabatan atau unit organisasi dan
merupakan hasil kali antara volume kejadian norma waktu.

d. Pengertian analisis beban kerja

Analisis beban kerja adalah suatu teknik manajmen yang dilakukan secara
sistematis untuk memperoleh informasi mengenai tingkat efektifitas dan efesiensi
kerja organisasi berdasrkan volume kerja. Analisis beban kerja juga dapat di
artikan sebagai proses untuk mendapatkan jumlah jam kerja-orang (man-hours)
yang dibutuhkan untuk merampungkan beban kerja dalam waktu tertentu. Analisis
beban kerja bertujuan untuk menentukan berapa jumlah kerja yang di butuhkan
untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Analisis beban kerja bertujuan untuk
menentukan berapa jumlah pegawai yang dibutuhkan untuk merampungkan suatu
pekerjaan dan berapa jumlah tanggung jawab atau beban kerja yang dapat
dilimpahkan kepada seorang pegawai, atau dapat pula dikemukakan bahwa
analisis beban kerja adalah proses untuk menetapkan jumlah jam kerja orang yang
digunakan atau dibutuhkan untuk merampungkan beban kerja dalam waktu
tertentu.

2.4 Kajian Umum Tentang Hari Kerja Efektif dan Jam Kerja Efektif

2.4.1 Defenisi Hari Kerja Efektif

Berdasarkan permendagri Nomor 12 tahun 2008 hari kerja efektif adalah


dalam jumlah hari dalam kalender di kurangi hari libur dan cuti. Perhitungannya
adalah sebagai berikut:

a. Untuk 5 hari kerja


1. Jumlah hari/tahun : 365 hari
2. Jumlah hari libur sabtu-minggu/tahun : 104 hari
3. Jumlah hari libur resmi/tahun : 14 hari
4. Jumlah cuti/tahun : 12 hari
Jumlah hari kerja efektif= 365-104-14-12 hari =235 hari
b. Untuk 6 hari kerja
1. Jumlah hari/tahun : 365 hari
2. Jumlah hari libur sabtu-minggu/tahun : 52 hari
3. Jumlah hari libur resmi/tahun : 14 hari
4. Jumlah cuti/tahun : 12 hari
Jumlah hari kerja efektif= 365-104-14-12 hari =287hari
Peraturan jumlah hari libur resmi dan cuti per tahun diatas disesuaikan
berdasarkan Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri ketenagakerjaan,
dan Menteri Pedayagunaan Aparatur Negara dan reformasi dan Birokrasi
Republik Indonesia Nomor 223 tahun 2018, Nomor 13 tahun 2018 tentang
perubahan atas keputusan bersama Menteri Agama, Menteri ketenagakerjaan dan
Menteri Pedayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik
Nomor 707 tahun 2017, Nomor 256 tahun 2017, Nomor
01/SKB/MENPAN-RB/09/2017 tentang Hari 12 Libur Nasional dan Cuti
Bersama tahun 2019. (Keputusan Bersama Menteri Agama, Menteri Tenaga dan
Transmigrasi, Menteri Negara Pedayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Biokrasi Republik Indonesia, 2017).

2.4.2 Jam Kerja Efektif


Berdasarkan Permendagi Nomor 12 Tahu 2008 jam kerja efektif
adalah jumlah jam kerja formal di kurangi dengan waktu kerja yang hilang
karena tidak bekerja (allowance) seperti buang air, melepas lelah, istirahat
makan dan sebagainya. Allowance rata-rata sekitar 25% dari jumlah jam
kerja formal. Menghitung jam kerja efektif sebaiknya digunakan ukuran 1
minggu. Jam kerja, waktu istirahat kerja, dari pasal 77 sampai 86 Undang-
undang Nomor 13 tahun 2003 tentang tenagakerjaan. Untuk karyawan
yang bekerja 6 hari dalam seminggu, jam kerjanya adalah 7 jam dalam 1
hari dan 42 jam dalam 1 minggu. Sedangkan untuk karyawan dengan 5
hari kerja dalam 1 minggu, kewajiban bekerja mereka 8 jam dalam 1 hari
dan 40 jam dalam 1 minggu. Jam kerja adalah waktu untuk melakukan
pekerjaan, dapat dilaksanakan siang hari atau malam hari.
Di dalam Undang-undang Nomor 13 tahun 2003 pasal 77 telah ditentukan
jam kerja formal atau waktu kerja sebagai berikut :
a. 7 jam dalam 1 hari dan 40 jam dalam 1 minggu untuk 6 hari kerja dalam
1 minggu.
b. 8 jam dalam 1 hari dan 40 jam dalam 1 minggu untuk 5 hari kerja dalam
1 minggu.
Adapun perhitungan jam kerja efektif sebagai berikut:
1) Untuk 5 hari kerja
a) Jumlah jam kerja formal/minggu = 40 jam
b) Jumlah jam kerja formal/hari = x 8 jam
c) Allowance 25% x 40 jam = 10 jam
Jumlah kerja efektif/minggu = 40 jam – 10 jam = 30 jam
Jam kerja efektif/hari = 6 jam
Jam kerja efektif/tahun 235 hari x 6 jam = 1410 jam
2) Untuk 6 hari kerja
a) Jumlah jam kerja formal/minggu = 42 jam
b) Jumlah jam kerja formal/hari = = 7 jam
c) Allowance 25% x 42 jam = 10,5 jam
Jumlah kerja efektif/minggu = 42 jam – 10,5 jam = 32 jam
Jam kerja efektif/hari = = 5,3 jam atau 5 jam
Jam kerja efektif/tahun = 287 hari x 5 jam = 1435 jam

Jika jumlah jam kerja efektif telah diketahui, maka penulis dapat mengambil
langkah-langkah perhitungan beban kerja pada bagian koding untuk mengetahui
berapa jumlah kebutuhan pegawai yang telah ditetapkan dalam permendagri
Nomor 12 tahun 2008 sebagai berikut :

Jumlah kebutuhan tenaga =

Keterangan :

A = Jumlah dalam setahun

B = Jumlah hari buka (hari kerja) setahun

E = Jumlah jam kerja efektif

F = Total waktu yang di perlukan untuk melayani semua pasien (waktu


menyelesaikan satu pekerjaan x jumlah volume kegiatan).

2.4 3. Tujuan Analisis Beban Kerja


Analisis beban kerja dilaksanakan adalah untuk memperoleh seberapa beban
kerja relative dari seseorang pegawai atau karyawan, suatu jabatan. (pekerjaan),
suatu unit kerja ( seksi, bagian, devisi, cabang dan wilayah), bahkan suatu
organisasi atau perusahaan secara keseluruhan.

2.4.5 Kegunaan atau Manfaat Analisis Beban Kerja

Seberapa besar beban kerja relative seorang pegawai atau karyawan unit kerja
dan organisasi atau perusahaan dapat menjagi dasar rekomendasi untuk:

a. Menentukan jumlah kebutuhan pegawai/karyawan (SDM)

b. Menyempurnakan (redesign) tugas jabatan

c. Menyempurnakan (redesign) stuktur organisasi

d. Menentukan standar waktu (standar time)

e. Menetukan kebutuhan pelatihan (training needs) pegawai atau karyawan

2.4.6 Standar Beban Kerja Beban kerja

standar adalah banyaknya kerja (dalam satu kegiatan pelayanan utama)


yang dapat dilakukan oleh seorang tenaga kerja dalam setahun. Sedangkan standar
beban kerja adalah banyaknya jenis pekerjaan yang dapat dilaksanakan oleh
seorang tenaga kesehatan profesional dalam 1 tahun kerja sesuai standar profesi
dan memperhitungkan waktu libur, sakit, ijin, cuti, dan lain-lain dalam menyusun
standar beban kerja dihitung rata-rata waktu per kegiatan pokok sesuai kegiatan
yang dilakukan petugas setiap unit rekam medis, sehingga hasilnya akan berbeda-
beda sesuai dengan waktu yang dibutuhkan.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Anda mungkin juga menyukai