Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Puskesmas sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas kesehatan Kab/Kota yang


mempunyai tanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu
wilayah (Dirjen Bina Upaya Kesehatan, 2004), yang terdepan dan langsung dapat
menjangkau masyarakat. Puskesmas melaksanakan pelayanan kesehatan melalui
upaya pokok kegiatan puskesmas yang salah satunya upaya pengobatan.
Pelayanan kesehatan diberikan puskesmas melalui pengobatan rawat jalan dan
rawat inap pada beberapa tempat dalam upaya meningkatkan upaya kesehatan
individu dan upaya kesehatan masyarakat. Didalam pelayanannya puskesmas
perlu didukung oleh tenaga kesehatan yang profesional.
Perawat sebagai tenaga kesehatan merupakan bagian dari puskesmas,
memiliki tanggung jawab melaksanakan pelayanan asuhan keperawatan kepada
pasien atau klien baik individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat.
Kegiatan perawat di puskesmas mencakup Upaya Kesehatan Perorangan (UKP)
dan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) yang dilaksanakan sesuai dengan
kompetensi peran dan fungsinya baik di dalam gedung (rawat jalan) maupun di
luar gedung seperti pusling, posyandu dan posbindu.
Pelayanan asuhan keperawatan yang diberikan menggunakan pendekatan
proses keperawatan yaitu tahap pengkajian, penetapan diagnosa keperawatan,
penetapan rencana tindakan, implementasi tindakan keperawatan dan tahap
evaluasi, semua proses keperawatan ini kemudian didokumentasikan sebagai bukti
yang bisa digunakan sebagai tanggung jawab dan tanggung gugat dalam bentuk
pencatatan dan pelaporan.
Pendokumentasian ini sangat penting, namun pelaksanaannya di lapangan
masih kurang baik seperti disebutkan dalam sebuah penelitian yang dilakukan
oleh Sriyatun tahun 2003, menyebutkan pendokumentasian askep di rawat inap
RSDM hanya 72%,dan termasuk katergori tidak baik, pendokumentasian ini ada

1
banyak faktor yang mempengaruhi antara lain : beban kerja, waktu yang terbatas
karena jumlah pasien yang banyak, dan bisa dipengaruhi faktor sarana pendukung
seperti format pendokumentasian itu sendiri.
Oleh karena itu makalah ini akan menganalisa pendokumentasian pada pasien
dan individu di puskesmas yang akan menitikberatkan pada format yang sulit dan
kurang relevan dengan situasi dan kondisi yang ada pada rawat jalan puskesmas.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum


Terlaksananya dokumentasi yang lebih baik pada pasien individu di klinik
rawat jalan puskesmas

1.2.2 Tujuan Khusus


a. Adanya format yang efektif dan efisien di klinik rawat jalan sebagai
dokumentasi perawat
b. Mengurangi beban kerja perawat dengan format yang lebih sederhana
c. Adanya format yang lebih fokus dan sesuai dengan kondisi di puskesmas

1.3 Sistematika Penulisan

Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Lampiran
Daftar Gambar
Bab I. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
1.2. Tujuan
1.3. Sistematika Penulisan
Bab II Pembahasan
2.1 Tinjauan Teori
2.2. Analisa Masalah

2
2.3. Alternatif Pemecahan Masalah
Bab III Penutup
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
Lampiran
Gambar

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Tinjauan Teori


2.1.1. Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat)
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
128/MENKES/SK/II/2004 Tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat
(Depkes RI, 2004), Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota yang mempunyai tanggung jawab menyelenggarakan
pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja
Tujuan didirikan puskesmas itu sendiri adalah untuk mendukung
tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional, yakni meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang
bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas agar terwujud derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya dalam rangka mewujudkan Indonesia Sehat 2014.
Sedangkan jika dilihat dari segi fungsinya maka puskesmas berfungsi
sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pusat
pemberdayaan masyarakat, dan pusat pelayanan kesehatan strata pertama yang
meliputi pelayanan kesehatan perorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat.
Upaya kesehatan masyarakat sendiri dapat dikelompokkan menjadi dua
yaitu upaya kesehatan wajib seperti upaya promosi kesehatan, upaya kesehatan
lingkungan,KIA dan KB, Perbaikan Gizi Masyarakat,Upaya Pencegahan dan
Pemberantasan Penyakit menular serta upaya Pengobatan.Selain upaya wajib
puskesmas memiliki upaya kesehatan pengembangan antara lain upaya kesehatan
sekolah, upaya kesehatan oleh raga, upaya kesehatan kerja termasuk ke dalamnya
upaya Keperawatan Kesehatan Masyarakat

2.1.2. Perawat
Perawat Puskesmas profesional yang ideal adalah perawat komunitas yang
memiliki latar belakang pendidikan serta kompetensi di bidang keperawatan
komunitas sehingga dapat menerapkan 12 peran dan fungsinya.

4
Perawat Puskesmas diharapkan minimal dapat melaksanakan enam
perannya yaitu sebagai : a. Penemu kasus; b. Pendidik kesehatan; c. Pemberi
pelayanan kesehatan; d. Koordinator dan kolaborator; e. Konselor; f. Panutan atau
model peran.
Selain itu tanggung jawab dan kewenangan utama perawat termasuk
perawat Puskesmas berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No. 1239 Tahun
2001 tentang Registrasi dan Praktik Perawat adalah melaksanakan asuhan
keperawatan baik terhadap individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat.
Perawat dalam praktek menjalankan peran fungsi,tanggung jawab dan
wewenangnya,perawat harus memiliki kompetensi minimal antara lain :
a. Pelayanan /asuhan keperawatan individu,keluarga,kelompok / masyarakat
b. Pendidik atau penyuluh kesehatan dalam rangka promosi kesehatan
c. Pengamatan Penyakit menular dan tidak menular
d. Motivasi Individu, keluarga dan masyarakat
e. Membina Pelayanan Kesehatan yang bersumber daya masyarakat
f. Konseling keperawatan/ kesehatan
g. Pelatihan kader / masyarakat
h. Kerjasama TIM dalam tenaga kesehatan
i. Monitoring dan evaluasi
j. Pendokumentasian kegiatan termasuk pencatatan dan pelaporan

2.1.3. Dokumentasi
2.1.3.1 Definisi Dokumentasi
Dokumentasi adalah hal yang penting dilakukan disetiap bidang pekerjaan
termasuk dalam bidang keperawatan, secara umum dokumentasi dapat
didefiniskan sebagai berikut :
“ Dokumentasi adalah Catatan yang dapat dibuktikan atau dijadikan bukti secara
hukum” (Tung Palan, 1983).
Di dalam bidang keperwatan, salah satu bentuk dokumentasi yang penting
untuk dikerjakan oleh perawat adalah dokumentasi keperawatan, dokumentasi
keperawatan itu sendiri adalah suatu dokumen yang berisi data lengkap, nyata

5
dan tercatat bukan hanya tentang tingkat kesakitan pasien tetapi juga jenis dan
kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan (Fisbach, 1991)
Menurut Nasrul Effendi, Dokumentasi keperawatn adalah catatan dan
pelaporan keperawatan adalah kumpulan informasi perawatan dan kesehatan
pasien yang dilakukan oleh perawat sebagai pertanggung jawaban dan
pertanggung gugatan terhadap asuhan keperawatan yang diberikan, sedangkan
Zaidin Ali menyebutkan dokumentasi keperawatan adalah suatu catatan yang
memuat seluruh informasi yang dibutuhkan untuk menentukan diagnosa
keperawatan menyusun rencana keperawatan melaksanakan dan mengevaluasi
tindakan keperawatan yang disusun secara sistematis valid, dan dapat
dipertanggung jawabkan secara moral dan hukum.
Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa dokumentasi
keperawatan adalah catatan atau dokumen yang berisi data lengkap berupa
informasi perawatan dan kesehatan pasien yang disusun secara sistematis serta
dapat dipertanggungjawabkan secara moral dan hukum.
2.1.3.2. Tujuan Dokumentasi Keperawatan (Nursalam, 2008)
Dokumentasi keperawatan memiliki tujuan antara lain :
a. Mengidentifikasi status kesehatan klien dalam rangka
mendokumentasi kan kebutuhan klien
b. Dokumentasi untuk penelitian, keuangan, hukum dan etika hal ini
menyediakan :
- Bukti kualitas asuhan keperawatan
- Bukti legal dokumentasi sebagai pertanggung jawaban kepada
klien
- Informasi terhadap perlindungan individu
- Bukti aplikasi standar praktik keperawatan
- Sumber informasi statistik untuk standar dan riset keperawatan
- Pengurangan biaya informasi
- Sumber informasi untuk data yang harus dimasukkan komunikasi
konsep resiko asuhan keperawatan
- Infomasi untuk peserta didik keperawatan persepsi hak klien

6
- Dokumentasi untuk tenaga profesional, tanggung jawab etik, dan
menjaga kerahasian informasi klien
- Suatu data keuangan yang sesuai
- Data perencanaan pelayanan kesehatan dimasa yang akan datang

Disamping tujuan diatas, ada beberapa tujuan dari dokementasi menurut


Zaidin Ali :
1. Dokumentasi dapat menghindari kesalahan, tumpang tindih dan
ketidaklengkapan informasi dalam asuhan keperawatan
2. Adanya koordinasi sesama perawat yang baik dan dinamis dalam bentuk
tulisan
3. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas tenaga keperawatan
4. Terjaminnya kualitas asuhan keperawatan
5. Perawat mendapat perlindungan secara hukum
6. Memberi data bagi penelitian , penulisan karya ilmiah dan penyempurnaan
standar asuha keperawatan

2.1.3.3. Model Dokumentasi


Banyak literatur dan ahli yang membahas sistem dokumentasi
keperawatan. Berikut adalah beberapa model dokumentasi keperawatan yang
sering dipergunakan di pelayanan kesehatan Indonesia :
A. Catatan berorientasi pada sumber (Source Oriented Record (SOR))
Pencatatan sistem ini berdasarkan kepada siapa atau suber yang mengelola
pendokumentasian, seperti dokter atau perawat yang memiliki format masing-
masing, SOR ini memiliki lima komponen antara lain :
- Lembar penerimaan
- Lembar instruksi dokter
- Lembar riwayat medik
- Catatan perawat
- Catatan dari laporan khusus
Keuntungan dari SOR ini adalah
 Mudah dalam menempatkan catatan mengenai data yang diperoleh

7
 Menyajikan data berurutan dan mudah diidentifikasi
 Format dapat menyederhanakan proses pendokumentasian masalah,
kejadian perubahan , intervensi , respon dan hasil
Kerugian dari SOR adalah
 Informasi sulit dipelajari secara lengkap karena berada pada format yang
berbeda
 Perkembangan klien sulit dipantau

B. Catatan Berorientasi Pada Masalah (Problem Oriented record (POR))


Sistem pendokumentasian ini disusun berdasarkan permasalahan klien,
yang didapat dari perawat atau dokter maupun petugas kesehatan lainnya. Sistem
pendokumentasian POR ini terdiri dari 4 komponen yaitu :
- Data Dasar, data yang berisi semua informasi yang diperoleh suatu
pertama kali seperti pengkajian keperawatan, pengkajian riwayat
penyakit atau kesehatan, data laboratorium atau radiologi, data yang
terkumpul berguna membantu menegakkan diagnosis, dan intervensi
yang akan dilakukan.
- Data Masalah, Daftar masalah ini berisi data masalah yang diidentifikasi
berdasarkan data dasar, yang selanjutnya disusun secara kronologis
sesuai dengan tanggal identifikasi masalah, daftar masalah ini mencakup
berbagai masalah, fisiologis, psikologis, sosio-kultural, spiritual tumbuh
kembang, ekonomi dan lingkungan.
- Rencana Asuhan pada proses ini rencana asuhan ditulis oleh tenaga
kesehatan yang menyusun daftar masalah, misalkan dokter menuliskan
instruksi medis, sedangkan perawat menulis instruksi keperawatan atau
rencana asuhan keperawatan. Sistem ini terdiri dari 3 bagian yaitu
diagnostik, teurapeutik/usulan terapi dan pendidikan klien.
- Catatan perkembangan, berisi perkembangan kemajuan dari tiap-tiap
masalah kesehatan klien yang dilakukan
Keuntungan :
 Fokus askep lebih menekankan pada masalah klien
 Pendokumentasian tentang kontinuitas dari asuhan keperawatan

8
 Evaluasi dan penyelesaian jelas didokumentasikan, serta disusun
berdasarkan masalah yang spesifik
 Daftar masalah berupa checklist untuk diagnosa keperawatan dan untuk
masalah klien dan daftar tersebut bisa sebagai alat bantu perawat untuk
mengingat suatu perhatian
 Data yang diintervensi dapat dijelaskan dalam rencana asuhan
keperawatan
Kerugian :
 Penekanan hanya pada masalah penyakit dan ketidakmampuan sehingga
mengakibatkan pada pendekatan pengobatan yang negatif
 Akan muncul kesulitan jika daftar masalah belum dilakukan intervensi
atau muncul masalah baru
 Catatan perkembangan akan menimbulkan pengulangan yang tidak perlu
 Perawatan yang rutin mungkin dijabarkan dalam pendokumentasian

C. Catatan Berorientasi Pada Perkembangan / Kemajuan ( Progress Oriented


Record)
Model pendokumentasian ini berorientasi pada perkembangan yang terjadi
pada pasien. Berkut adalah contoh bentuk catatan yang berorientasi pada
perkembangan
- Catatan Perawat, catatan perawat ini harus diisi dalam 24 jam meliputi
berbagai informasi tentang : pengkajian, asuhan keperawatan mandiri,
asuhan keperawatan bersifat pendelegasian, evaluasi keberhasilan dari
asuhan keperawatan, tindakan kolaborasi dokter-perawat, kunjungan
berbagai anggota tim kesehatan lain
- Lembar alur / flow sheet, format ini adalah bentuk lembaran yang
mencantumkan angka-angka dan grafik yang harus diisi perawat,
berupa hasil pengukuran atau observasi. Flow sheet ini merupakan cara
cepat dan paling efisien untuk mendokumentasikan informasi, oleh
karena itu flos sheet lebih sering digunakan pada Unit Gawat Darurat .
UGD, terutama data fisiologis

9
- Catatan pemulangan dan ringkasan rujukan, catatan ini dipersiapkan
ketika klien pulang yang isinya mencakup masalah kesehatan yang
masih terjadi, pengobatan terakhir, penanganan atau tindakan yang
masih harus dilakukan, pola makan dan istirahat.

D. Charting by Exception (CBE)


Sistem pendokumentasian ini mencatat hasil atau temuan yang
menyimpang dari keadaaan normal atau standar tertentu secara naratif. CBE ini
memiliki 3 komponen yaitu :
- Flow Sheet atau lembar alur, yang berisi kesimpulan penemuan penting
dan menjabarkan indikator pengkajian dan temuan klinis instruksi
dokter atau perawat, catatan pendidikan dan pencatatan pemulangan
klien
- Dokumentasi dilakukan berdasarkan standar praktek keperawatan, oleh
karena itu standar harus cukup spesifik menguraikan dengan jelas
praktik keperawatan yang sebenarnya.
- Biasanya disimpan di ujung tempat tidur klien sehingga pencatatan
dapat dengan mudah dilakukan
Keuntungan CBE :
 Tersusunnya standar minimal untuk pengkajian dan intervensi
 Data yang tidak normal tampak jelas
 Data yang tidak normal secara mudah dapat ditadai dan dipahami
 Data normal atau respon diharapkan tidak mengganggu informasi lain
 Menghemat waktu karena catatan rutin dan observasi tidak dituliskan
 Pendokumentasian ulang/duplikasi dapat dikurangi
 Data klien dapat didokumentasikan pada format klien secepatnya
 Informasi terbaru dapat diletakkan pada tempat tidur klien
 Jumlah halaman lebih sedikit digunakan dalam dokumentasi
 Rencana asuhan keperawatan disimpan sebagai catatan yang permanen

10
Kerugian CBE :
 Pendokumentasian secara narasi singkat dan sangat bergantung pada
checklist
 Kemungkinan ada pendokumentasian yang masih kosong atau tidak ada
 Pendokumentasin rutin sering diabaikan
 Adanya kejadian yang tidak semuanya didokumentasikan
 Tidak mengakomodasikan pendokumentasian displin ilmu lain
 Dokumentasi proses keperawatan tidak selalu berhubungan dengan adanya
suatu kejadian

E. Problem-Intervention-Evaluation (PIE)
Sistem pendokumentasian ini suatu pendekatan berorintasi pada
penekanan pada proses keperawatan dan diagnosa keperawatan
Keuntungan PIE :
 Memungkinkan pengggunaan proses keperawatan
 Rencana intervensi dan catatan perkembangan dapat dihubungkan
 Memungkinkan askep yang terus menerus dibuat secara jelas
mengidentifikasi masalah klien dan intervensi keperawatan
 Perkembangan klien dapat mudah digambarkan dari awal sampai pulang
 Dapat diadaptasi untuk pendokumentasian yang otomatis
Kerugian PIE :
 Tidak dapat digunakan untuk pendokumentasian semua ilmu
 Pembatasan rencana intervensi yang tidak aplikatif untuk beberapa situasi
keperawatan

F. Process-Oriented System (FOCUS)


Sistem pendokumentasian ini merupakan suatu proses orientasi dan klien
fokus. Proses keperawatan untuk mengorganisasi dokumentasi asuhan
keperawatan catatan perkembangan pada penulisannya menggunakan format Data
Action- Response (DAR) dengan tiga kolom.
Pada bagian Data berisi tentang data subjektif dan data objektif, pada
bagian Action : askep yang akan dilakukan berdasarkan pengkajian atau evaluasi

11
pada klien, sedangkan pada bagian Response : perawat menuliskan respon klien
terhadap tidakan medis atau keperawatan
Keuntungan :
 Focus fleksibel dan menyediakan kunci dan pedoman pendokumentasian
diagnosa keperawatan
 Catatan rencana askep merupakan pendokumentasian index berdasarkan
tanda fokus yang memudahkan data untuk dikenali
 Waktu lebih singkat tanpa harus menuliskan pada beberapa bagian dari
format
 Sistem pendokumentasian yang mudah digunakan dan dipahami oleh
profesi kesehatan lain
Kerugian FOCUS :
 Penggunaan pendokumentasian Action dapat membingungkan dalam hal
membedakan intervensi antar yang akan dan yang telah dilaksanakan
 Penggunaan Focus pada kolom tidak konsisten dengan istilah pada
rencana asuhan keperawatan

G. Sistem Dokumentasi CORE dengan format DAE


Komponen umum dan sistem proses bagan meliputi database rencana
keperawatan, flow sheet, catatan perkembangan dan perencanaan pulang. DAE
yang merupakan singkatan dari Data Action Evaluation.
Keuntungan :
 Memfasilitasi dokumentasi untuk seluruh komponen proses keperawatan
 Format DAE merupaka kumpulan dari diagnosa keperawatan dan status
fungsional membentuk suatu variasi dan pemecahan masalah
 DAE mengembangka dokumentasi yang lebih efisien
 Meningkatkan dokumentasi mengenai informasi psikososial sehari-hari
Kerugian :
 Bukti dari kronologis tidak terlalu tergambar
 Catatan perkembangan tidak selalu berhubungan dengan perencanaan
keperawatan
 Dibutuhkan pemantauan / monitoring yang teliti untuk jaminan mutu

12
 Pengembangan dari format membutuhkan banyak waktu.

2.2 Analisa Masalah


Perawat sebagai bagian dari puskesmas memiliki tanggung jawab dalam
melaksankan asuhan keperawatan pada pasien atau klien baik individu, keluarga,
kelompok khusus dan measyarakat. Bentuk kegiatan asuhan keperawatan adalah
mendokumentasikan asuhan keperawatan yang telah dilakukan karena itulah
dokumentasi keperawatan menjadi penting sebagai bentuk tanggung jawab.
Namun hasil pengamatan di lapangan, pendokumentasian ini masih belum
terlaksana dengan baik, terutama klinik rawat jalan di puskesmas. Hal ini
disebabkan oleh beberapa hal diantaranya :
a. Beban kerja perawat puskesmas yang berat, perawat di puskesmas rata-rata
memiliki beban kerja yang berat karena selain memberikan asuhan
keperawatan, perawat puskesmas sebagai pengelola program, bahkan tidak
hanya satu program. Hal ini menyebabkan perawat kurang melaksakan
dokumentasi keperawatan. Selain itu juga sebuah penelitian Supratman tahun
2006, menyimpulkan bahwa “beban kerja perawat yang berat semakin berat
akan menurunkan hasil pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan.
b. Waktu yang terbatas, karena jumlah pasien klinik rawat jalan yang banyak
(Lihat Gambar 1- 2), hal ini menyebabkan perawat tidak dapat berlama-lama
pada saat pendokumentasian, sehingga pada akhirnya tidak melakukan
pendokumentasian.
c. Format asuhan keperawatan individu yang ada terlalu rumit dan kurang
relevan untuk pasien rawat jalan puskesmas, contohnya : (lihat lampiran 1):
 Format yang ada berdasarkan penyakit, sehingga bisa menimbulkan
kesulitan memilih format pada saat penggunaannya
 Rencana tindakan yang ada pada format tersebut cenderung untuk pasien –
pasien rawat inap

13
2.3. Alternatif Pemecahan Masalah
Pelayanan rawat jalan di puskesmas, adalah hal yang rutin dilaksanakan
namun pendokumentasiannya tidak terlaksana dengan baik dikarenakan beberapa
faktor seperti yang disebut dalam analisa masalah.
Untuk itu Penulis mencoba memberikan solusi dari permasalahan yang
ada, sebelumnya penulis akan membagi faktor penyebab kedalam dua bagian :
a. Faktor yang tidak dapat diubah dengan cepat seperti beban kerja dan
jumlah pasien
b. Faktor yang dapat diubah dengan cepat : Format asuhan keperawatan
Untuk faktor yang tidak dapat diubah, sementara solusinya tidak ada
karena hal ini terkait dengan faktor luar seperti pengadaan pegawai dan kunjungan
pasien
Alternatif yang akan dibahas lebih dalam adalah model
pendokumentasian atau format asuhan keperawatan individu yang sudah ada
sebagai solusi yaitu :
a. Perubahan format yang sudah ada dengan menyesuaikan dengan rencana
dan implementasi yang sesuai dengan situasi dan kondisi, contoh :
Intervensi dan implementasi yang memungkinkan untuk dilakukan di
klinik rawat jalan adalah berupa pendidikan kesehatan/penyuluhan
kesehatan sederhana, sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pasien/klien.
Dengan demikian perubahan pada format lebih ditekankan pada perubahan
intervensi/implementasi, serta evaluasi yang menyesuaikan dengan
intervensi dan implementasi. (Lihat lampiran 2)
b. Menambah format baru, lebih sederhana dan lebih sesuai untuk digunakan
pada klinik rawat jalan dengan model FOCUS dan DAE. ( Lihat Lampiran
3 ),format bantu ini diharapkan dapat mengcover semua keluhan atau
diagnosa yang ada,dalam format bantu ini penulis hanya menampilkan
diagnosa keperawatan berupa “Defisit Pengetahuan yang berhubungan
dengan....”dimana hal itulah yang sering terjadi pada klinik rawat jalan ,
dan bisa dilakukan untuk setiap kasus yang ada pada klinik rawat
jalan,disamping itu intervensi yang paling banyak dan dapat dilakukan

14
pada klinik rawat jalan adalah pendidikan kesehatan dan penyuluhan
sederhana yang sesuai dengan kebutuhan pasien.

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Perawat sebagai bagian dari Puskesmas mempunyai kewajiban untuk
memberikan pelayanan dalam bentuk asuhan keperawatan baik kepada individu,
keluarga dan masyarakat di dalam gedung (Rawat Jalan) maupun di luar gedung.
Segala bentuk asuhan keperawatan harus didokumentasikan dengan baik
sebagai tanggung jawab perawat dalam pelaksanaan pendokumentasian ini belum
terlaksana dengan baik disebabkan oleh berbagai hal diantaranya beban kerja
perawat, waktu yang terbatas karena jumlah pasien yang banyak dan format
dokumen yang terlalu rumit dan kurang relevan untuk pasien rawat jalan
puskesmas.

3.2 Saran
Untuk bisa terlaksananya pendokumentasian dengan baik di klinik rawat
jalan puskesmas, penulis memberikan saran antara lain :
1. Untuk Dinas Kesehatan terutama kepada Penanggung Jawab Program
Keperawatan Kesehatan Masyarakat dibawah Sie. Pelayanan Kesehatan
Dasar, untuk mengkaji ulang pendokumentasian perawat pada klinik rawat
jalan Puskesmas serta efektifitas Format Asuhan Keperawatan untuk individu
yang sudah ada saat ini.
2. Untuk Kepala Puskesmas agar dapat menjalankan fungsi supervisor dalam hal
ini sebagai pengawas terhadap pendokumentasian perawat di klinik rawat
jalan Puskesmas.
3. Pengadaan Format Bantu untuk pendokumentasian perawat pada klinik rawat
jalan puskesmas yang sederhana namun efektif dan efisien.

16
DAFTAR PUSTAKA

Ali,Zaidin. (2002). Dasar - dasar Keperawatan Profesional. Jakarta : Widya


Medika.
Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan. (2013). Pedoman Kegiatan Perawat
Kesehatan Masyarakat di Puskesmas. Bandung : Dinas Kesehatan Kota
Bandung.
Hidayah,A.Aziz Alimul. ( 2007). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta
: Salemba Medika
Nasution,S.& Thomas,M. (2011). Buku Penuntun Membuat Tesis Skripsi
Disertasi Makalah. Jakarta : PT. Bumi Aksara.
Nursalam. (2008). Proses dan Dokumentasi Keperawatan: Konsep dan Praktik.
Jakarta : Salemba Medika
Radiani,Eni. (2009). Analisis Motivasi Perawat Dalam Pendokumentasian
Asuhan Keperawatan (Askep) di Puskesmas Rawat Inap Kabupaten
Ciamis. http://eprints.undip.ac.id. Diakses tanggal 26 September 2014.
Sriyatun. (2003). Hubungan Supervisi Kepala Ruang dengan Pendokumentasian
Asuhan Keperawatan di RSUD Moewardi Surakarta.Skripsi Program
Studi Ilmu Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran.
Supratman, & Utami,Yuni Wulan. (2009). Pendokumentasian Asuhan
Keperawatan ditinjau dari Beban Kerja Perawat. Berita Ilmu
Keperawatan ISSN 1979-2697. Vol. 2 No 1. Tanggal Diakses 29
September 2014
Taylor,Cynthia M,& Ralph ,Sheila Parks. (Ed.10). (2010). Diagnosis
Keperawatan : dengan rencana asuhan. Alih Bahasa Eni Meiliya. Jakarta :
EGC.

17

Anda mungkin juga menyukai