Anda di halaman 1dari 3

ENZIM

Tubuh manusia membutuhkan enzim –enzim dalam proses metabolisme agar reaksi kimia dalam tubuh
manusia dapat meningkat kecepatannya. Tanpa enzim maka reaksi seluler berlangsung sangat lambat,
bahkan mungkin tidak terjadi. Terdapat beberapa enzim yang hanya dijumpai pada sel-sel jaringan
tertentu saja. Kerusakan pada sel-sel jaringan tersebut akan menyebabkan enzim akan keluar dari sel dan
masuk ke dalam plasma darah. Fenomena ini dijadikan dasar untuk menggunakan enzim sebagai petanda
adanya suatu kerusakan jaringan, sehingga peningkatan kadar suatu enzim dalam darah dapat dipakai
sebagai alat bantu penegakan diagnosis suatu penyakit. Contohnya : 1) enzim Aspartat amino transferase
(AST) dan Alanin amino transferase (ALT) sering digunakan untuk menegakan diagnosis penyakit hepar
dan jantung. 2) Enzim Kreatin kinase (CK) digunakan untuk menegakkan diagnosis penyakit otot skelet.
3) Enzim fosfatase asam digunakan untuk menegakkan diagnosis karsinoma prostat.

PERMASALAHAN KLINIS

Bapak Chaeruli, 59 tahun, seorang pengusaha eksport –import dirawat di Bagian /UPF Penyakit Dalam
RSHS dengan keluhan utama : Mual dan muntah-muntah, nyeri perut bagian atas dan merasa warna sclera
matanya menguning.

Riwayat penyakit sekarang :

Pagi-pagi Bapak Chaeruli mengamati urinnya berwarna lebih gelap dari biasanya, dan setelah cukup lama
bercermin ia terlihat bahwa sklera matanya menjadi menguning, nyeri daerah dada dan pembengkakan
tungkai kaki. Bapak ini menduga penyakitnya hepatitis, ia segera pergi ke RSHS dan minta dirawat
nginap. Saat ini ia mengeluh juga adanya sedikit sesak nafas dan batuk-batuk dengan sejumlah kecil
dahak.

Riwayat penyakit sebelumnya ;

Bapak Chaeruli selama beberapa tahun terakhir ini seringkali merasa “tidak enak” pada daerah ulu
hatinya yang timbul sekitar 2 jam setelah makan dan biasanya dapat disembuhkan dengan menelan 1-2
tablet maag. Pemeriksaan radiologis telah 3 kali dilakukan. Pada dua pemeriksaan pertama hanya
ditemukan adanya banyak gas dalam duodenumnya, tetapi pada pemeriksaan ketiga, yang dilakukan
setelah ia mengamati dan mengeluhkan perubahan pada fecesnya menjadi hitam sekitar dua tahun yang
lalu, ditemukan adanya gambaran ulkus pada duodenumnya. Setelah diobati warna fesesnya tidak pernah
menghitam lagi sampai sekarang. Ia menyangkal penggunaan obat yang mengandung salisilat. Bapak
chaeruli tidak dapat menyatakan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi timbulnya gejala di atas,

1
hanya Bapak ini mengakui adanya stress yang berkesinambungan karena memikirkan persaingan keras
dalam usaha yang dilakukannya terutama sejak adanya krisis ekonomi di Indonesia. Bapak Chaeruli
tidak mengindahkan nasehat dokternya untuk mengurangi konsumsi rokok dan minuman kerasnya . Rata-
rata ia menghisap sekitar 45 batang rokok dan minum 2 kaleng bir sehari. Sejak 2 bulan terakhir ini ia
merasa bahwa penelanan obat maag tidak mengurangi gejala penyakitnya, dan ia mulai sering terbangun
di tengah malam karena sering nyeri ulu hati yang kadang-kadang disertai muntah-muntah.

Riwayat Kelurga:

Ayah Bapak Chaeruli meninggal karena kanker kolon. Seorang saudara dan pamannya juga menderita
penyakit ulkus peptikum.

Pemeriksaan Fisik Saat Ini :

Tekanan darah 180/110 mmHg; Nadi 96x/menit, teratur, tidak berubah pada pergantian posisi tubuh;
napas 18x/menit; suhu tubuh : 37,5oC. Sklera : tidak ikterik. Paru-paru : sedikit ronkhi pada dua paru-
paru dengan perpanjangan waktu napas saat ekspirasi. Jantung : tidak ada kelainan. Abdomen : buncit
pada ulu hati. Nyeri tekan (+) pada daerah epigastrum. Hepar : tidak teraba. Pemeriksaan lain : tidak ada
kelainan.

Pemeriksaan Laboratorium :

NO Jenis pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Nilai normal


1. Lekosit Dalam batas normal
2. Hemoglobin 10 g/dL 12 – 16 g/dl
3. Hematokrit 36 % 36 – 48 %
4. Eritrosit 5 x 106/mm3 4,7 – 6,1 x 106/ mm3
5. Kalsium serum 10,1 mg/dL 8,4 – 10,0 mg /dL
6. Albumin 4,5 g/dL 3,5 – 5,5 g/dL
7. Bilirubin total 1,0 mg/dL 0,2 – 1 mg/dL
8. AST 28 IU/L 22 – 37 IU/L
9. ALT 20 IU/L 3 – 36 IU/L
10. LDH 138 IU/L 100 – 190 IU/L
11. Amilase serum 30 IU/L 28 – 85 IU/L
URINE NORMAL
Feses Darah (+) Tidak ada

Penatalaksanaan :

Terapai awal atas Bapak Chaeruli adalah puasa, pengosongan lambung secara kontinu dengan
cara memasang alat nasogastric suction, pemberian cairan infuse intravena dan pemberian obat
suntik untuk mengatasi ulkusnya. Setelah beberapa hari ia mulai diberi makanan cair dan
ternyata keluhan gangguan pada ulu hatinya tidak timbul lagi. Dilakukan pemeriksaan gastrotopi
yang memastikan diagnosis ulkus duodenum. Pada biopsy mukosa gaster ditemukan

2
Helicobacter pylori. Setelah satu minggu, dilakukan analisis getah lambung dengan hasil
produk asam saat puasa adalah 5,3 mEq/jam ( normal : 2,57mEq/jam) dan produk asam setelah
tes histamine adalah 35mEq/jam (normal : 22,6 mEq/jam).

PERTANYAAN UNTUK DIDISKUSIKAN DAN DIBUAT LAPORANNYA SETIAP


KELOMPOK

1. Jelaskan mengapa terjadi keluhan Bapak Chaeruli ? Apa saja problemnya ?


2. Jelaskan fungsi dari masing-masing pemeriksaan laboratorium, mengapa harus diperiksa?
3. Jelaskan bagaimana aktivitas dan mekanisme kerja enzim : a. amylase b. AST c. ALT.
d.LDH
4. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi aktivitas enzim pada umumnya?
5. Apakah fungsi pemeriksaan analisis getah lambung ?
6. Indikasi apakah ditemukan H.pylori ?

Anda mungkin juga menyukai