Anda di halaman 1dari 14

PEMERINTAH KOTA BANDUNG

DINAS KESEHATAN
UPT PUSKESMAS PASIRLAYUNG
Jl. Padasuka No 146 Kecamatan Cibeunying Kidul
Telp 022(87832090) Email:pasirlayungphc@gmail.com 40192

LAPORAN KEGIATAN PENINGKATAN KETERAMPILAN PELAYANAN HOME CARE DAN


LONG TERM CARE PADA USIA LANJUT BAGI PETUGAS PUSKESMAS
HOTEL , KOTA BANDUNG
TANGGAL 20-21 AGUSTUS 2019

I. Pendahuluan
Berdasarkan hasil proyeksi penduduk BPS, sejak tahun 2010, terjadi
perubahan bentuk piramida yang semakin melebar/menggemuk di bagian tengah
sehingga ujung piramida yang dimulai dari usia 60 tahun ke atas pun semakin
melebar. Hal ini menunjukkan bahwa makin terlihatnya peningkatan jumlah
penduduk Lansia yang menunjukkan adanya transisi menuju struktur penduduk
tua (ageing population).
Jumlah penduduk Lansia pada tahun 2035 sebesar 48 juta (15,77%),
meningkat dua kali lipat dibanding pada tahun 2010 sebesar 18 juta (7,56%).
Berdasarkan hasil Susenas KOR tahun 2018, rasio ketergantungan penduduk
lansia : 14,49% atau sekitar 7 orang usia produktif menanggung beban 1 orang
lansia. Angka ketergantungan lansia akan semakin meningkat seiring dengan
menurunnya jumlah penduduk usia produktif, dan meningkatnya jumlah
penduduk lansia. Sehingga perlu dilakukan langkah-langkah antisipatif agar
penduduk Lansia di masa depan nantinya tidak menjadi beban bagi pemerintah
dan masyarakat, bahkan mampu produktif dan berperan aktif sehingga menjadi
aset yang berharga di dalam pembangunan.
Dewasa ini kita menghadapi masalah kesehatan double burden, yaitu masih
tingginya penyakit infeksi dan meningkatnya penyakit tidak menular. Berdasarkan
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, 2013 dan 2018, terlihat bahwa
kejadian hipertensi, diabetes melitus dan stroke makin meningkat dengan
meningkatnya usia dan trendnya dalam 11 tahun mengalami peningkatan juga.
Tetapi kejadian gangguan mental emosional juga makin meningkat dengan
meningkatnya usia dan tetapi trendnya dalam 11 tahun mengalami penurunan.
Dampak dari peningkatkan kasus penyakit tidak menular menyebabkan terjadinya
peningkatan kasus DEMENSIA.
Jumlah orang yang Demensia di dunia tahun 2015 sebesar 46.8 juta orang
dan akan terus meningkat menjadi 131.5 juta orang pada tahun 2050. Jumlah
orang yang Demensia di Indonesia adalah 1,2 juta tahun 2015 dan akan meningkat
menjadi 4 juta tahun 2050. Prevalensi Demensia di D.I.Yogyakarta : 20,1% (Survey
Meter, 2016).
Berdasarkan data Riskesdas tahun 2018, terdapat 74,3% lansia masih
mandiri sedangkan 3,7% lansia telah mengalami kemandirian sedang, berat, dan
total. Menurut penyebab ketergantungan, penyakit stroke paling banyak
menyebabkan ketergantungan sedang, berat, dan total.
Untuk mendorong percepatan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan
Lansia di fasilitas kesehatan maka diperlukan kegiatan peningkatan keterampilan
pelayanan home care dan long term care pada lansia.

II. Isi
- Tempat Pelaksanaan : Hotel GRANDIA
- Waktu pelaksanaan : 20-21 Agustus 2019
- Susunan Acara
KEGIATAN PENINGKATAN PELAYANAN HOME CARE DAN PJP
TAHUN 2019
20 Agustus 2019
JAM KEGIATAN Pemateri

MATERI 1 (PEDOMAN UNTUK PUSKESMAS DALAM PERAWATAN JANGKA PANJANG


BAGI LANJUT USIA)

ANALISA SITUASI KESEHATAN LANJUT USIA


• Berdasarkan hasil proyeksi penduduk BPS, sejak tahun 2010, terjadi
perubahan bentuk piramida yang semakin melebar/menggemuk di bagian
tengah sehingga ujung piramida yang dimulai dari usia 60 tahun ke atas pun
semakin melebar. Hal ini menunjukkan bahwa makin terlihatnya
peningkatan jumlah penduduk Lansia yang menunjukkan adanya transisi
menuju struktur penduduk tua (ageing population).
• Jumlah penduduk Lansia pada tahun 2035 sebesar 48 juta (15,77%),
meningkat dua kali lipat dibanding pada tahun 2010 sebesar 18 juta (7,56%).
• Berdasarkan hasil Susenas KOR tahun 2018, rasio ketergantungan
penduduk lansia : 14,49% atau sekitar 7 orang usia produktif menanggung
beban 1 orang lansia. Angka ketergantungan lansia akan semakin meningkat
seiring dengan menurunnya jumlah penduduk usia produktif, dan
meningkatnya jumlah penduduk lansia. Sehingga perlu dilakukan langkah-
langkah antisipatif agar penduduk Lansia di masa depan nantinya tidak
menjadi beban bagi pemerintah dan masyarakat, bahkan mampu produktif
dan berperan aktif sehingga menjadi aset yang berharga di dalam
pembangunan.
• Dewasa ini kita menghadapi masalah kesehatan double burden, yaitu masih
tingginya penyakit infeksi dan meningkatnya penyakit tidak menular.
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, 2013 dan 2018,
terlihat bahwa kejadian hipertensi, diabetes melitus dan stroke makin
meningkat dengan meningkatnya usia dan trendnya dalam 11 tahun
mengalami peningkatan juga. Tetapi kejadian gangguan mental emosional
juga makin meningkat dengan meningkatnya usia dan tetapi trendnya dalam
11 tahun mengalami penurunan.
• Dampak dari peningkatkan kasus penyakit tidak menular menyebabkan
terjadinya peningkatan kasus DEMENSIA.
• Jumlah orang yang Demensia di dunia tahun 2015 sebesar 46.8 juta orang
dan akan terus meningkat menjadi 131.5 juta orang pada tahun 2050
• Jumlah orang yang Demensia di Indonesia adalah 1,2 juta tahun 2015 dan
akan meningkat menjadi 4 juta tahun 2050.
• Prevalensi Demensia di D.I.Yogyakarta : 20,1% (Survey Meter, 2016)
• Berdasarkan data Riskesdas tahun 2018, terdapat 74,3% lansia masih
mandiri sedangkan 3,7% lansia telah mengalami kemandirian sedang, berat,
dan total. Menurut penyebab ketergantungan, penyakit stroke paling banyak
menyebabkan ketergantungan sedang, berat, dan total.

KEBIJAKAN PELAYANAN KESEHATAN LANJUT USIA


Untuk mencapai tujuan tersebut, ada beberapa regulasi yang sudah
mendukung yaitu UU Nomor 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia (saat ini
sedang proses revisi), UU Nomor 39 tahun 1999 tentang HAM, UU Nomor 11 tahun
2009 tentang kesejahteraan Sosial dan UU Nomor 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan.
Untuk mendorong percepatan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan
Lansia di fasilitas kesehatan telah diterbitkan :
- Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 75 tahun 2014 tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat
- Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 79 tahun 2014 tentang Pelayanan
Geriatri di Rumah Sakit (Pasal 3 ayat 3 : Pelayanan Geriatri sebagaimana
yang dimaksud pada ayat 1 dan 2 dilaksanakan secara terpadu dengan
pendekatan Multidisiplin bekerja secara Interdisiplin. Pasal 4 ayat 1:
Berdasarkan kemampuan pelayanan geriatri di Rumah Sakit dibagi menjadi
(a) tingkat sederhana; (b) tingkat lengkap;(c) tingkat sempurna dan (d) tingkat
paripurna)
- Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 67 tahun 2015 tentang
Penyelenggaraan Kesehatan Lanjut Usia di Pusat Kesehatan Masyarakat,
(Pasal 4 ayat 2 : Pelayanan kesehatan bagi lansia meliputi: (a) pengkajian
paripurna lansia; (b) pelayanan kesehatan bagi lansia sehat; dan (c)
pelayanan kesehatan bagi Pasien Geriatri; Pasal 5 ayat 1 : Pelayanan
kesehatan lansia di Puskesmas dilakukan di ruangan khusus lansia; Pasal 6
ayat 1 : Untuk meningkatkan akses dan cakupan pelayanan kesehatan lansia
di Puskesmas dapat dilakukan pelayanan luar gedung sesuai dengan
kebutuhan
- Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 25 tahun 2016 tentang Rencana Aksi
Nasional Kesehatan Lansia tahun 2016-2019. Dan untuk mengawal
implementasi dari RAN ini maka dibentuk Pokja Kesehatan Lansia melalui
Kepmenkes RI Nomor. HK.01.07/MENKES/144/2018 tentang Pokja
Kesehatan Lansia di Lingkungan Kemenkes.
Dalam hal ini, tujuan dari Kebijakan Pelayanan Kesehatan Lansia adalah
untuk peningkatan akses dan kualitas layanan kesehatan bagi lansia di fasyankes
primer dan rujukan serta pemberdayaan potensi lansia di masyarakat. Hal ini
diharapkan dapat meningkatkan derajat kesehatan lansia untuk mencapai Lansia
yang sehat, mandiri, aktif, produktif dan berdayaguna bagi keluarga dan
masyarakat atau kita sebut juga dengan LANSIA SMART.
Untuk mencapai tujuan tersebut, Kementerian Kesehatan sudah
mengeluarkan beberapa regulasi berupa Permenkes termasuk Permenkes nomor 25
tahun 2016 tentang Rencana Aksi Nasional tahun 2016-2019. Diharapkan dengan
adanya regulasi ini dapat membantu percepatan dalam mewujudkan Indonesia
yang ramah lansia, khususnya dibidang kesehatan. Saya mendapatkan laporan
bahwa Permenkes nomor 79 tahun 2014 tentang pelayanan geriatri di rumah sakit
telah masuk ke dalam paket penilaian akreditasi rumah sakit. Tentu peran dari
pemda sangat diharapkan dalam terimplementasinya permenkes tersebut, sehingga
kualitas pelayanan kesehatan bagi lansia semakin dapat ditingkatkan.

PERAWATAN JANGKA PANJANG PADA LANJUT USIA


Definisi Perawatan Jangka Panjang :
Sistem kegiatan-kegiatan terpadu yang dilakukan oleh caregiver informal atau
profesional untuk memastikan bahwa lanjut usia yang tidak sepenuhnya
mampu merawat diri sendiri, dapat menjaga kualitas tertinggi kehidupannya,
sesuai dengan keinginannya, dan dengan kemungkinan terbesar memiliki
kebebasan, otonomi, partisipasi, pemenuhan kebutuhan pribadi serta
kemanusiaan (WHO)
Definisi Home care :
Bentuk pelayanan kesehatan komprehensif kepada lansia yang bertujuan
memandirikan lansia dan keluarganya yang dilakukan di rumah dengan
melibatkan lansia dan keluarga sebagai subyek untuk berpartisipasi dalam
kegiatan perawatan yang dilakukan oleh tim petugas kesehatan puskesmas.

Manfaat Perawatan Jangka Panjang

BAGI KELUARGA BAGI LANSIA

Mengurangi beban
keluarga

Meningkatkan hubungan &


ketahanan keluarga

Pelaksanaan PJP di tingkat puskesmas


a. Pelaksanaan di tingkat Puskesmas
b. Pelaksanaan di Tingkat Individu  berfokus pada kebutuhan lansia
Mekanisme Pelaksanaan

Tempat Pelaksanaan PJP


Tempat/
Wahana PJP

Peran Puskesmas dalam Pembinaan dan Pengawasan PJP

Dilakukan secara berjenjang sesuai kewenangan masing2

Jejaring dan Kemitraan di Tk Puskesmas

PEMBIAYAAN
• Sistem pembiayaan pada PJP pada dasarnya sama dengan pembiayaan
pelayanan kesehatan perorangan lainnya yaitu melalui asuransi swasta atau
pemerintah dengan BPJS (PBI dan Non PBI).
• Namun saat ini masih banyak komponen pelayanan PJP yang belum dapat
dibayarkan oleh BPJS atau jaminan kesehatan lainnya. Karenanya
komponen tersebut harus dibayarkan melalui cara lain, misalnya bantuan
yang tidak mengikat, donatur atau dari kantong sendiri/out of pocket.

PENCATATAN DAN PELAPORAN


1. Puskesmas melakukan pencatatan berkoordinasi dengan jejaring kemitraan
PJP
2. Hasil pencatatan puskesmas dilaporkan ke dinas kesehatan kabupaten/kota
mengikuti periode dan format pencatatan dan pelaporan yang telah ada
3. Kegiatan PJP termasuk kedalam kegiatan luar gedung. Hal yang perlu
dilaporkan berupa jumlah wahana PJP yang ada di wilayah kerja puskesmas
dan jumlah lansia yang mendapat pelayanan PJP.
4. Dinas kesehatan kemudian mengirimkan laporan ke tingkat yang lebih tinggi
secara berjenjang sesuai dengan sistem yang telah berjalan.

KEGIATAN PENINGKATAN PELAYANAN HOME CARE DAN PJP


TAHUN 2019
21 Agustus 2019
JAM KEGIATAN Pemateri

MATERI 2 (LONG TERM CARE)


Latar Belakang
 Pertumbuhan penduduk Lansia Indonesia berdampak adanya masalah
sosial, ekonomi dan kesehatan
 Sebagian Lansia merupakan Lansia tidak potensial
 Membutuhkan penanganan bersama pemerintah keluarga dan masyarakat

Masalah pada Lansia


 - Kesehatan dan gizi
 - Kesulitan/ kemiskinan
 - Fisik dan emosional
 - Kurang intensitas komunikasi
 - Mental spiritual (ketakutan menjalani sisa hidup)

Peran Pendamping
1. Pembela (Advocator)
Berperan sebagai pembela pada dasarnya berfokus pada Lansia,
memperlakukan dengan adil
2. Fasilitator
Berperan sebagai penghubung Lansia dengan sistem sumber yang ada di
masyarakat, merujuk dan menindaklanjuti pelayanan dan memberikan
pertolongan
3. Enabler
Mengidentifikasi permasalahan Lansia, kebutuhan, meluruskan
permasalaan, menjajagi langkah-langkah menghadapi masalah Lansia
4. Penjangkauan
Berperan menjangkau kelompok-kelompok Lansia yang membutuhkan
antuan dan mencatat kondisi lingkungan yang menghambat akses Lansia
5. Pembimbingan
Berperan membimbing dan mendorong Lansia dalam berbagai hal yang
berkaitan dengan kegiatan pelayanan Kesejahteraan Sosial Lansia
6. Penggerak
Berperan menggerakan, menciptakan peluang-peluang dan mencari sumber
dan daya untuk mengembangkan pelayanan sosial bagi Lansia
7. Motivator
Memberi rangsangan dan dorongan semangat kepada Lansia untuk dapat
bersikap positif, pola piker, potensi Lansia
8. Katalisator
Memberikan masukan-masukan dalam berbagai masalah yang dirasakan
oleh Lansia dan mau mendengarkan keluhan-keluhan dan dapat membantu
alternative pemecahan masalah yang dapat dipilih oleh Lansia
9. Mediator
Pendamping berperan dalam menghubungkan dan memediasi Lansia dengan
berbagai pihak termasuk sistem sumber formal dan informal
10. Elaborator
Berperan dalam mengembangkan dan menindaklanjuti gagasan atau ide
yang muncul dari Lansia
Perawatan jangka panjang
Keterbatasan lansia pada kemampuan untuk merawat diri sendiri tampak
jelas hal ini merupakan indikator akan kebutuhan untuk perawatan jangka
panjang. Di Indonesia negara berkembang memberikan dukungan perawatan
jangka panjang yang memungkinkan lansia tinggal di rumah sendiri selama
mungkin akan sangat membantu untuk memperbaiki kondisi kesehatan
mereka. Memerlukan sistem pelayanan dan pelatihan bagi pendamping
untuk memberikan perawatan Long Term Care

PERAWATAN LONG TERM CARE OLEH PENDAMPING


Perawatan Long Term Care (LTC) adalah proses pemberian bantuan dan
dukungan jangka panjang bagi Lansia yang tidak mampu merawat dirinya
sendiri baik sebagian maupun total. Karena mempunyai keterbatasan dalam
aspek fisik atau mental yang diberikan oleh pendamping, informal maupun
profesional.

Pelayanan Kesehatan Lansia


1. Ketergantungan ringan
○ Mengikuti kegiatan di Posbindu, Lansia aktif
○ Pemberdayaan Lansia agar tetap sehat dan mandiri
2. Ketergantungan sedang
o Layanan Home Care
o Layanan Rujukan Kesehatan
3. Ketergantungan sedang dan berat dirujuk ke
o Keluarga
o Panti
o Puskesmas
o Rumah Sakit

Peran Keluarga
 Agama
 Kasih sayang
 Perlindungan
 Sosial Budaya
 Sosialisasi
 Pendidikan
 Ekonomi
 Lingkungan
Perawatan Long Term Care
• Perawatan LTC mencakup pelayanan perawatan sosial dan rehabilitasi untuk
orang-orang yang membutuhkan
• Fasilitas pelayanan jangka panjang menyediakan berbagai pola pelayanan
termasuk cusrodial menengah rehabilitasi dan perawatan terampil
• Penyedia perawatan dan pengawasan dalam lingkungan yang terstruktur
untuk para Lansia dengan keterbatasan fisik dan mental

Perlunya Fasilitas Perawatan LTC Panti Werdha


 Penuaan adalah konsekuensi yang tidak dapat dihindari jika seseorang
berumur panjang
 Penuaan merupakan bagian dari siklus hidup sebelum akhirnya meninggal
 Penuaan menurunnya fungsi tubuh manusia
 Penuaan merupakan suatu penyakit akan tetap merupakan kondisi fisiologis

Program Long Term Care Program Day Care bagi Lansia Home Care JSLU
 Pelayanan di Panti di Indonesia identik untuk mengatasi permasalahan sosial
Lansia dalam perumahan atau tempat tinggal
 Pelayanan yang ditujukan untuk Lansia terlantar baik dari kemiskinan
ketelantaran tingkat kemampuan fungsional ( kebutuhan dasar)
 Nursing Home. Fasilitas pelayanan yang ditujukan kepada Lansia yang
mengalami tingkat kemampuan fungsional

III. Penutup
Rencana Tindak Lanjut :
- Melaporkan kepada kepala Puskesmas tentang hasil kegiatan peningkatan
keterampilan pelayanan home care dan long term care pada lansia
- Sosialisasi heal kegiatan dalam dinamisasi staf atau lokakarya bulanan
puskesmas
- Koordinasi kegiatan home care dan long term care dengan program
puskesmas, layad rawat dll
- Sosialisasi program home care dan long term care pada kader di wilayah
- Membuat tim home care dan long term care di puskesmas
- Pencatatan dan pelaporan

Bandung, 1 September 2019


Mengetahui,
Kepala UPT Puskesmas Pasirlayung Peserta Orientasi
dr. Rachmi Chasnah Ipah Saripah, S.Kep., Ners
NIP. 19851203 201212 2 001 NIP. 19801122 200604 2 011
DOKUMENTASI KEGIATAN
SURAT TUGAS
ABSENSI

Anda mungkin juga menyukai