Anda di halaman 1dari 21

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Mutu pelayanan kesehatan adalah penampilan yang pantas atau sesuai

(yang berhubungan dengan standar-standar) dari suatu intervensi yang diketahui

aman, yang dapat memberikan hasil kepada masyarakat yang bersangkutan dan

yang telah mempunyai kemampuan untuk menghasilkan dampak pada kematian,

kesakitan, ketidakmampuan dan kekurangan gizi (Milton I Roemer dan C

Montoya Aguiler, WHO, 1988).

Masalah mutu pelayanan di puskesmas yaitu, Pelayanan Kesehatan di taraf

Puskesmas saat ini masih sering dikeluhkan oleh masyarakat. Hal-hal yang sering

dikeluhkan adalah Petugas tidak ramah : Petugas yang selalu marah-marah begitu

ada pasien, yang datang. administrasi yang lama, petugas yang sering terlambat

dan pulang cepat, selalu menjadi keluhan masyarakat. yang menyebabkan

masyarakat sering berobat ke pengobatan alternatif, dengan biaya yang tidak

terlalu mahal, namun hati pasien bisa jauh lebih nyaman. Obat yang ala kadarnya:

Tak asing lagi jika masyarat mengeluh masalah ini. obat demam dikasi pil dan

tablet yang sama dengan obat gatal. sisanya jika ingin obat yang lebih bagus lagi,

masyarakat harus membeli di apotek. Dokter tidak ada : Untuk puskesmas yang

ada di ibukota provinsi justru dokter ada banyak bahkan ada yang sampai

spesialis. namun di pedalaman, kabupaten, dan daerah daerah yang jauh dari kota,

dokter sangat langka. hanya ada pada jam jam tertentu atau pada hari hari tertentu.

padahal sakit gak bisa dijadwalkan kan? apalagi kalau dokternya tidak tentu.

1
2

Pelayanan kesehatan yang bermutu masih jauh dari harapan masyarakat,

serta berkembangnya kesadaran akan pentingnya mutu, maka UU Kesehatan

Nomor 23 tahun 1992 menekankan pentingnya upaya peningkatan mutu

pelayanan kesehatan, khususnya ditingkat Puskesmas. Pusat Kesehatan

Masyarakat (Puskesmas) adalah organisasi fungsional yang menyelenggarakan

upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima dan

terjangkau oleh masyarakat, dengan peran serta aktif masyarakat dan

menggunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna,

dengan biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah dan masyarakat. Upaya

kesehatan tesebut diselenggarakan dengan menitikberatkan kepada pelayanan

untuk masyarakat luas guna mencapai derajat kesehatan yang optimal, tanpa

mengabaikan mutu pelayanan kepada perorangan. Pengelolaan puskesmas

biasanya berada di bawah Dinas Kesehatan Kabupaten dan Kota.

Upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yaitu memperhatikan Visi

Pemerintah Kabupaten Jombang yang berbunyi ”Pemberdayaan dan pelayanan

prima menuju masyarakat Jombang sejahtera dan beriman tahun 2005” dan

dibarengi tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan kesehatan yang

semakin meningkat dan mendesak, perlu mendapatkan perhatian yang serius bagi

semua kalangan yang berkompeten, khususnya Dinas Kesehatan dan Puskesmas

melalui strategi “Puskesmas Idaman”, yaitu Puskesmas yang fokus pada

pelanggan, baik pelanggan internal maupun eksternal.

Akreditasi pengakuan terhadap fasilitas yang diberikan oleh lembaga

independen penyelenggara Akreditasi yang ditetapkan oleh menteri setelah dinilai


3

bahwa fasilitas kesehatan tingkat pertama tersebut telah memenuhi standar

akreditasi.Dimasa transisi,penyelenggaraan akreditasi FKTP dilakukan oleh

Komisi Akreditasi FKTP yang dibentuk oleh Menteri Kesehatan melalui

Keputusan Menteri Kesehatan No.HK.02.02/Menkes/59/2105.Komisi Akreditasi

FKTP selain bertugas melaksanakan survei dan penetapan status akreditasi FKTP

juga bertugas memberikan kajian dan rekomendasi kepada Menteri dalam rangka

penetapan lembaga independen penyelenggara Akreditasi.

Manfaat akreditasi yaitu : Memberikan keunggulan kompetitif,

memperkuat kepercayaan masyarakat terhadap fasyankes, menjamin

diselenggarakannya pelayanan kesehatan primer kepada pasien dan masyarakat,

meningkatkan pendidikan pada staf Fasyankes primer untuk memberikan

pelayanan terbaik bagi masyarakat, meningkatkan pengelolaan risiko baik pada

pelayanan pasien baik di Puskesmas maupun fasyankes primer lainnya, dan

penyelenggaraan upaya Puskesmas kepada masyarakat, membangun dan

meningkatkan kerja tim antarstaf fasyankes primer, meningkatkan reliabilitas

dalam pelayanan, ketertiban pendokumentasian, dan konsistensi dalam bekerja,

meningkatkan keamanan dalam bekerja.

Akreditasi Puskesmas adalah suatu pengakuan terhadap hasil dari proses

penilaian eksternal, oleh Komisioner Akreditasi terhadap Puskesmas apakah

sesuai dengan standar akreditasi yang ditetapkan.

Motivasi dapat dipandang sebagai satu ciri yang ada pada tenaga kerja.

Selama bekerja, motivasi kerja tenaga kerja mengalami perubahan-perubahan

sebagai hasil interaksi antara tenaga kerja dengan lingkungan kerjanya, sehingga
4

dapat pula dipandang sebagai keluaran dari tenaga kerja. Tenaga kerja mulai

bekerja dengan derajat motivasi kerja tertentu. Tergantung apa yang dialami

selama ia bekerja, dan tergantung bagaimana ia persepsikan imbalan yang

diberikan kepadanya atas hasil kerjanya ia akan mengalami kenaikan atau

penurunan dari motivasi kerjanya. Salah satu dampak dari motivasi kerja adalah

disiplin kerja, seperti keterlambatan pegawai datang di tempat kerja, kurang

bertanggungjawabnya pegawai terhadap pekerjaan, dan sebagainya. Hal ini juga

terjadi pada tenaga-tenaga kesehatan baik di instansi pemerintah maupun swasta

(Indar, 2013).

Menurut Malayu (2005), motivasi berasal dari kata latin movere yang

berarti dorongan atau pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan

kerja seseorang agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif, dan terintegrasi

dengan segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan. Motivasi (motivasion)

dalam manajemen hanya ditujukkan pada sumber daya manusia umumnya dan

bawahan khususnya. Pentingnya motivasi karena motivasi adalah hal yang

menyebabkan, menyalurkan, dan mendukung prilaku manusia, supaya mau

bekerja giat dan antusias mencapai hasil yang optimal. Sedangkan menurut Edwin

B Flippo (dalam malayu 2005), menyebutkan bahwa motivasi adalah suatu

keahlian, dalam mengarahkan pegawai dan organisasi agar mau bekerja secara

berhasil, sehingga para pegawai dan tujuan organisasi sekali gus.

Mc. Donald (dalam Sardiman, 2007), menyebutkan bahwa motivasi

sebagai perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya

“feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari


5

pengertian Mc. Donald ini mengandung tiga elemen penting yaitu: Bahwa

motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu

manusia (walaupun motivasiitu muncul dari dalam diri manusia), penampakannya

akan menyangkut kegiatan fisik manusia, Motivasi di tandai dengan munculnya,

rasa/”feeling” yang relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, efeksi dan

emosi serta dapat menentukan tinggkah-laku manusia, Motivasi akan dirangsang

karena adanya tujuan dan tujuan ini akan menyangkut soal kebutuhan.

Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) adalah suatu organisasi

kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat

yang juga membina peran serta masyarakat di samping memberikan pelayanan

secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam

bentuk kegiatan pokok. Menurut Depkes RI (2004) puskesmas merupakan unit

pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab

menyelenggarakan pembangunan kesehatan di wilayah kerja (Effendi, 2009).

Pada survey awal pendahuluan, berdasarkan hasil wawancara peneliti

dengan 10 orang yang sedang bekerja di puskesmas tigarunggu dari 44 pegawai,

mengatakan mereka termotivasi dengan adanya rencana akreditasi puskesmas

tigarunggu dimana mereka bekerja, sesuai dengan kebijakan Menteri Kesehatan

bahwa setiap puskesmas diIndonesia pada tahun 2019 sudah terakreditasi, bagi

Puskesmas yang tidak terakreditasi harus rela ditiadakan/tutup. Dan konsekwensi

bagi puskesmas yang tutup pegawai nya harus dipindahkan ke puskesmas yang

telah diakreditasi, dan ternyata bagi puskesmas yang telah akreditasi berhak

menerima dan tidak menerima pegawai ditempatnya.


6

Oleh sebab itu, ada rasa cemas dan bingung para pegawai apabila

puskesmas Tigarunggu nanti nya tidak terakreditasi, akan di pindah tugaskan

kemana. Secara selain dari syarat fisik bangunan juga dari pegawai, bahwa salah

satu syarat nya pegawai atau petugas harus sesuai dengan tupoksi masing-masing.

Dan dipuskesmas Tigarunggu masih terdapat program yang tidak dipegang sesuai

tupoksi contoh: Apotik dipegang tenaga pemilik kesehatan, analis memegang

BPJS , Poli gigi tidak memiliki dokter gigi dan lain sebagai nya.

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian “ Motivasi Pegawai Dalam Menghadapi Perencanaan Pelaksanaan

Akreditasi Puskesmas Tigarunggu Kecamatan Purba Kabupaten Simalungun

Tahun 2016”

1.2. Perumusan Masalah


Rumusan masalah penelitian ini adalah “Bagaimana Motivasi Pegawai

Dalam Mengadapi Perencanaan Pelaksanaan Akreditasi Puskesmas Tigarunggu

Kecamatan Purba Kabupaten Simalungun Tahun 2016”.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum


Untuk mengetahui Motivasi Pegawai Dalam Mengadapi Perencanaan

Pelaksanaan Akreditasi Puskesmas Tigarunggu Kecamatan Purba Kabupaten

Simalungun Tahun 2016.

1.3.2. Tujuan Khusus


1. Untuk mengetahui motivasi positif pegawai Dalam Mengadapi

Perencanaan Pelaksanaan Akreditasi Puskesmas Tigarunggu

Kecamatan Purba Kabupaten Simalungun Tahun 2016.


7

2. Untuk mengetahui motivasi negatif pegawai Dalam Mengadapi

Perencanaan Pelaksanaan Akreditasi Puskesmas Tigarunggu

Kecamatan Purba Kabupaten Simalungun Tahun 2016.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Bagi Peneliti

Untuk menambah wawasan dan pengetahuan peneliti dalam penerapan

ilmu yang dipeoleh selama perkuliahan.

1.4.2. Bagi Instansi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan kebijakan untuk

meningkatkan pemberian komunikasi, informasi, edukasi, tentang Motivasi

Pegawai Dalam Mengadapi Perencanaan Pelaksanaan Akreditasi Puskesmas

Tigarunggu Kecamatan Purba Kabupaten Simalungun Tahun 2016 dan sebagai

bahan refrensi di perpustakaan kebidanan STIKes Sumatra Utara.

1.4.3. Bagi Pegawai Puskesmas Tigarunggu

Untuk menambahkan pengetahuan dan wawasan dan sebagai bahan

masukan bagi Pegawai Puskesmas Tigarunggu mengenai Motivasi Pegawai

Dalam Mengadapi Perencanaan Pelaksanaan Akreditasi Puskesmas Tigarunggu

Kecamatan Purba Kabupaten Simalungun Tahun 2016.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Motivasi
2.1.1. Defenisi Motivasi
Motivasi merupakan akibat dari interaksi individu dan situasi. Motivasi

sebagai proses yang ikut menentukan intensitas arah, dan ketekunan individu

dalam usaha mencapai sasaran (Robbins, 2006).


8

Supardi (2004) dikutip Desi, dkk (2014) mengatakan motivasi adalah

keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk

melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai tujuan. Motivasi yang ada

pada seseorang akan mewujudkan suatu perilaku yang diarahkan pada tujuan

mencapai sasaran kepuasan.


Siagian (2002), menyatakan bahwa yang diinginkan seseorang dari

pekerjaannya pada umumnya adalah sesuatu yang mempunyai arti penting bagi

dirinya sendiri dan bagi instansi. Heidjrachman dan Husnan (2003),

mengemukakan bahwa motivasi merupakan proses untuk mencoba mempengaruhi

seseorang agar melakukan sesuatu yang kita inginkan.


Ada beberapa teori yang spesifik yang dapat menerangkan tentang

motivasi antara lain:


a . Hierarchy of need theory (Abraham Maslow’ s hierarchy of needs) Maslow

(Hasibuan, 2009). Mengemukakan tentang teori kebutuhan manusia yang

dibagi kedalam lima tingkatan, yaitu :


- Kebutuhan fisiologis.
- Kebutuhan keamanan.
- Kebutuhan sosial.
- Kebutuhan penghargaan.
- Kebutuhan aktualisasi diri.
b . Herzberg Two Factor Theory (Teori8 Dua Faktor Herzberg) Herzberg, (dalam

Hasibuan 2006) menyatakan bahwa hubungan individu dengan pekerjaannya

merupakan suatu dasar sikap seseorang terhadap pekerjaannya yang dapat

menentukan kesuksesan atau kegagalan individu tersebut. Penelitian awal

Herzberg melahirkan dua kesimpulan mengenai teori tersebut.


Pertama, ada serangkaian kondisi ekstrinsik, keadaan pekerjaan (job

contex), yang menyebabkan rasa tidak puas (dissatisfaction) diantara para

pegawai apabila kondisi ini tidak ada. Faktor ini mencakup :


1. Upah
9

2. Keamanan kerja interpersonal


3. Kondisi kerja
4. Status
5. Prosedur perusahaan
6. Mutu dari supervise teknis
7. Mutu dari hubungan diantara teman sejawat dan atasan / bawahan.
Kedua, serangkaian kondisi instrinsik, kepuasan pekerjaan (job content),

yang apabila terdapat dalam pekerjaan akan menggerakkan tingkat motivasi yang

kuat, yang dapat menghasilkan prestasi kerja yang baik. Serangkaian faktor ini

dinamakan satisfiers atau motivator yang meliputi :

1. Prestasi (achievement),
2. Pengakuan (recognition),
3. Tanggungjawab (responsibility),
4. Kemajuan (advancement),
5. Pekerjaan itu sendiri (the work itself) ,
6. Kemungkinan berkembang (the possibility of growth).
c. McClelland Need For Achievement Theory Teori lain dikemukakan oleh

McClelland (dalam Robbins, 2006). Teori ini terfokus pada tiga kebutuhan

yaitu kebutuhan berprestasi ( need for achievement), kebutuhan berafiliasi

( need for affiliation), dan kebutuhan berkuasa ( need for power)”.

2.1.2. Jenis-jenis Motivasi

Ada 2 (dua) jenis motivasi positif dan motivasi negatif (Hasibuan, 1984 :

195).

Motivasi positif (incentive positive), adalah suatu dorongan yang bersifat

positif, yaitu jika pegawai dapat menghasilkan prestasi diatas prestasi standar,

maka pegawai diberikan insentif berupa hadiah. Juga menurut Hasibuan, 2006

mengatakan motivasi positif (incentive positive) sebagai sebuah motivasi yang

diberikan oleh seorang manejer kepada bawahannya dengan memberikan hadiah

kepada mereka yang berprestasi baik, dimana dengan motivasi positif ini
10

semangat kerja bawahan akan meningkat, karena manusia pada umumnya senang

menerima yang baik-baik saja. Sebaliknya, motivasi negatif (incentive negative),

adalah mendorong pegawai dengan ancaman hukuman, artinya jika prestasinya

kurang dari prestasi standar akan dikenakan hukuman. Motivasi negatif (incentive

negative) juga dapat berbentuk,yaitu mendorong pegawai dengan ancaman

hukuman dan tidak diberi hadiah.

Faktor–faktor motivasi dalam dua kelompok, yaitu :

1) Faktor eksternal (karakteristik organisasi), yaitu lingkungan kerja yang

menyenangkan, tingkat kompensasi, supervisi yang baik, adanya penghargaan

atas prestasi, status dan tanggung jawab.

2) Faktor internal (karakteristik pribadi), yaitu tingkat kematangan pribadi,

tingkat pendidikan, keinginan dan harapan pribadi, kebutuhan, kelelahan dan

kebosanan.

Empat macam pola motivasi yang sangat penting adalah :

1. Motivasi Prestasi (Achievement Motivation).

2. Motivasi Afiliasi (Affiliation Motivation).

3. Motivasi Kompetensi (Competence Motivation).

4. Motivasi Kekuasaan (Power Motivation ).

2.1.3. Faktor-faktor Motivasi

Gouzaly (2000 : 257) dalam bukunya, “Manajemen Sumber Daya

Manusia” mengelompokkan faktor-faktor motivasi kedalam dua kelompok yaitu,

faktor eksternal (karakteristik organisasi) dan faktor internal (karakteristik

pribadi). Faktor eksternal (karakteristik organisasi) yaitu : lingkungan kerja yang


11

menyenangkan, tingkat kompensasi, supervisi yang baik, adanya penghargaan atas

prestasi, status dan tanggung jawab. Faktor internal (karakteristik pribadi) yaitu :

tingkat kematangan pribadi, tingkat pendidikan, keinginan dan harapan pribadi,

kebutuhan, kelelahan dan kebosanan.

2.2. Puskesmas
2.2.1. Definisi Puskesmas
Puskesmas adalah organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat

pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat

dan memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di

wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok (Depkes RI, 1991). Dengan kata

lain puskesmas mempunyai wewenang dan tanggungjawab atas pemeliharaan

kesehatan masyarakat dalam wilayah kerjanya. Menurut Kepmenkes RI No.

128/Menkes/SK/II/2004 puskesmas merupakan Unit Pelayanan Teknis Dinas

kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan

pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.

2.2.2. Fungsi Puskesmas

Fungsi Puskesmas itu sendiri meliputi sebagai berikut :

a. Fungsi Pokok
1. Pusat pengerak pembangunan berwawasan kesehatan Pusat pemberdayaan
2. Masyarakat dan keluarga dalam pembangunan kesehatan

Pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama


b. Peran Puskesmas
Sebagai lembaga kesehatan yang menjangkau masyarakat diwilayah terkecil

dalam hal pengorganisasian masyarakat serta peran aktif masyarakat dalam

penyelenggaraan kesehatan secara mandiri


12

c. Cara-cara yang ditempuh


1. Merangsang masyarakat termasuk swasta untuk melaksanakan kegiatan

dalam rangka menolong dirinya sendiri.


2. Memberikan petunjuk kepada masyarakat tentang bagaimana menggunakan

sumber daya secara efisien dan efektif.


3. Memberikan bantuan teknis
4. Memberikan pelayanan kesehatan langsung kepada masyarakat
5. Kerjasama lintas sector
d. Program Pokok Puskesmas
a. KIA
b. KB
c. Usaha Kesehatan Gizi
d. Kesehatan Lingkungan
e. Pemberantasan dan pencegahan penyakit menular
f. Pengobatan termasuk penaganan darurat karena kecelakaan
g. Penyuluhan kesehatan masyarakat
h. Kesehatan sekolah
i. Kesehatan olah raga
j. Perawatan Kesehatan
k. Masyarakat
l. Kesehatan kerja
m. Kesehatan Gigi dan Mulut
n. Kesehatan jiwa
o. Kesehatan mata
p. Laboratorium sederhana
q. Pencatatan dan pelaporan dalam rangka SIK
r. Pembinaan pemgobatan tradisional
s. Kesehatan remaja
t. Dana sehat
u. Satuan Penunjang
e. Puskesmas Pembantu
Pengertian puskesmas pembantu yaitu Unit pelayanan kesehatan yang

sederhana dan berfungsi menunjang dan membantu melaksanakan kegiatan-

kegiatan yang dilakukan puskesmas dalam rung lingkup wilayah yang lebih

kecil .
f. Puskesmas Keliling

Pengertian puskesmas Keliling yaitu Unit pelayanan kesehatan keliling yang

dilengkapi dengan kendaraan bermotor dan peralatan kesehatan, peralatan


13

komunikasiserta sejumlah tenaga yang berasal dari puskesmas.dengan funsi

dan tugas yaitu Memberi pelayanan kesehatan daerah terpencil ,Melakukan

penyelidikan KLB,Transport rujukan pasien, Penyuluhan kesehatan dengan

audiovisual.
g. Bidan Desa
Bagi desa yang belum ada fasilitas pelayanan kesehatan ditempatkan seorang

bidan yang bertempat tinggal di desa tersebut dan bertanggung jawab kepada

kepala puskesmas.Wilayah kerjanyadengan jumlah penduduk 3.000 orang.


Adapun Tugas utama bidan desa yaitu :
a. Membina PSM
b. Memberikan pelayanan KIA, KB, Persalinan Normal, POSYANDU
c. Menerima rujukan dari masyarakat

2.2.3. Tujuan Puskesmas

Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas

adalah untuk mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional

yakni meningkatkan kesadaran , kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi orang

yang bertempat tinggal diwilayah kerja puskesmas agar terwujud derajat

kesehatan yang setinggi-tingginya dalam rangka mewujudkan Indonesiam Sehat

2010.

2.2.4. Tugas Puskesmas

Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dinas (UPTD) kesehatan

kabupaten/kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan

pembangunankesehatan disuatu wilayah. Puskesmas sebagai pusat pelayanan

kesehatan strata pertama menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan tingkat

pertama secara menyeluruh, terpadu , dan berkesinambungan, yang meliputi

pelayanan kesehatan perorang (private goods) dan pelayanan kesehatan


14

masyarakat (public goods). Puskesmas melakukan kegiatan-kegiatan termasuk

upaya kesehatan masyarakat sebagai bentuk usaha pembangunan kesehatan.

Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi fungsional yang langsung

memberikan pelayanan secara mrnyeluruh kepada masyarakat dalam satu wilayah

kerja tertentu dalam bentuk usaha-usaha kesehatan pokok.Jenis pelayan kesehatan

disesuaikandengan kemampuan puskesmas, namun terdapat upaya kesehatan

wajib yang harus dilaksanakan oleh puskesmas ditambah dengan upaya kesehatan

pengembangan yang disesuaikan dengan permasalahan yang ada serta

kemampuan puskesmas. Upaya-upaya kesehatan wajib tersebut adalah ( Basic

Six):

a. Upaya promosi kesehatan


b. Upaya kesehatan lingkungan
c. Upaya kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana
d. Upaya perbaikan gizi masyarakat
e. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular
f. Upaya pengobatan
Berdasarkan pertimbangan diatas maka pada tahun 1994 dibangunlah

Puskesmas Wangisagara yang beralamat di Jln Raya Wangisagara dengan nomor

kode Puskesmas yaitu 2904. Status puskesmas Wangisagara saat ini yaitu TTP.

Adapun status puskesmas dalam program TB Paru yaitu PRM. PRM ini dibentuk

dengan harapan bisa menciptakan sebuah kecamatan yang sehat untuk menuju

Indonesia Sehat 2010.


2.3. Motivasi Pegawai Dalam Mengadapi Perencanaan Pelaksanaan
Akreditasi Puskesmas Tigarunggu

Motivasi berasal dari kata latin movere yang berarti dorongan atau

menggerakkan. Secara konkrit motivasi dapat diberi batasan sebagai “ Proses

pemberian motif (penggerak) bekerja kepada para bawahan sedemikian rupa


15

sehingga mereka mau bekerja dengan ikhlas demi tercapainya tujuan organisasi

secara efisien“ (Sarwoto, 1979 ).

Menurut Azwar (2000), motivasi adalah rangsangan, dorongan ataupun

pembangkit tenaga yang dimiliki seseorang atau sekolompok masyarakat yang

mau berbuat dan bekerjasama secara optimal dalam melaksanakan sesuatu yang

telah direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Hasil penelitian Anwar (2005), dalam judul “Pengaruh Motivasi Terhadap

Kepuasan Kerja Pegawai Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional

Kabupaten Muara Enim tahun 2005” Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel-

variabel bebas faktor-faktor motivasi yang terdiri dari lingkungan kerja, tingkat

pendidikan, keinginan dan harapan pribadi, dan kebutuhan secara bersama-sama

mempunyai pengaruh yang signifikan pada p=0,000 (p<0,05).

2.4. Kerangka Konsep Penelitian

Konsep adalah merupakan abstraksi yang terbentuk oleh generelasasi dari

hal-hal yang khusus. Konsep hanya dapat diamati melalui konstruksi atau yang

lebih dikenal dengan nama variable. Kerangka konsep penelitian pada diukur

melalui penelitian yang akan dilakukan.


Oleh sebab itu, kerangka konsep ini terdiri dari variable-variabel serta

hubunngan variable yang satu dengan yang lain (Notoatmodjo, 2012).

Berdasarkan tinjauan teorites dan tujuan penelitian yang berjudul Motivasi

Pegawai Dalam Mengadapi Perencanaan Pelaksanaan Akreditasi Puskesmas

Tigarunggu Kecamatan Purba Kabupaten Simalungun Tahun 2016.

Variable Independent Variable Dependent

Motivasi

- Positif
- Negatif
16

Akreditasi
Puskesmas
Gambar 3.1 Kerangka Konsep

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui

Motivasi Pegawai Dalam Menghadapi Perencanaan Pelaksanaan Akreditasi

Puskesmas Tigarunggu Kecamatan Purba Kabupaten Simalungun Tahun 2016”

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian di lakukan di Puskesmas Tigarunggu Kecamatan Purba

Kabupaten Simalungun. Alasan memilih lokasi penelitian adalah sebagai berikut :


17

a. Karena ditemui adanya Motivasi Pegawai Dalam Mengadapi Perencanaan

Pelaksanaan Akreditasi Puskesmas Tigarunggu Kecamatan Purba Kabupaten

Simalungun Tahun 2016.


b. Ada izin untuk melaksanakan penelitian di lokasi.
c. Jumlah pegawai 44 Karena ditemui adanya Motivasi Pegawai Dalam

Mengadapi Perencanaan Pelaksanaan Akreditasi Puskesmas Tigarunggu

Kecamatan Purba Kabupaten Simalungun Tahun 2016 mencukupi sampel

sesuai dengan yang di butuhkan dalam penelitian.


3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian yang di lakukan dari bulan November 2016 sampai dengan

Maret Tahun 2017.

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian


3.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai Puskesmas
19
Tigarunggu Kabupaten Simalungun yang berjumlah 44 orang.
3.3.2. Sampel
Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi

(Notoatmodjo, 2012).
Pengambilan sampel yang akan dilakukan dalam penelitian ini

menggunakan Total Population yaitu dimana seluruh populasi menjadi sampel

sebanyak 44 orang.
3.4. Jenis Dan Cara Pengumpulan Data

3.4.1. Jenis Data

Menurut Notoatmodjo (2012), ada dua jenis dan cara pengumpulan data

yaitu:
1. Data Primer
Pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner yang berisi

pertanyaan-pertanyaan yang akan diisi oleh responden yaitu kepada pegawai

Puskesmas Tigarunggu Kabupaten Simalungun. Pada saat pengisian kuesioner


18

respoden dan didampingi oleh peneliti untuk menjelaskan hal-hal yang tidak

dimengerti.
2. Data Sekunder
Data yang diperoleh dari Puskesmas serta referensi buku-buku perpustakaan

yang berhubungan dengan penelitian serta pendukung lainnya.

3.4.2. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan prosedur sebagai berikut : sebelum

melakukan pengisian kuesioner peneliti terlebih dahulu menjelaskan tentang cara

pengisian kuesioner serta maksud dan tujuan dari penelitian. Meningkatkan

responden agar memberikan jawaban pada lembar kuesioner tanpa dipengaruhi

oleh orang lain, kemudian memeriksa kelengkapannya pada akhir pengumpulan

dan penelitian (Notoatmodjo, 2012).


Diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter

atau nariabel subjek pada pemeriksaan (Notoatmodjo, 2012).


3.5. Defenisi Operasional

Defenisi Operasional adalah uraian untuk membatasi ruang lingkup atau

pengertian variable-variabel yang diamati atau diteliti (Notoatmodjo, 2012).

Berdasarkan uraian diatas maka defenisi operasional yang dapat penulis rumuskan

dalam penelitian ini adalah:


1. Motivasi adalah hal yang menyebabkan, menyalurkan dan mendukung

perilaku manusia, supaya mau bekerja giat dan antusias mencapai hasil yang

optimal.
2. Puskesmas adalah organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat

pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta

masyarakat dan memberikan pelayanan secara menyeluruh.


19

3. Akreditasi Puskesmas adalah suatu pengakuan terhadap hasil dari proses

penilaian eksternal, oleh Komisioner Akreditasi terhadap Puskesmas, apakah

sesuai dengan standar akreditasi yang ditetapkan.


3.6. Aspek Pengukuran Data

Kuesioner tentang Motivasi Pegawai berjumlah 40 pernyataan dengan

pilihan jawaban, SS,S, TS, STS, jika responden menjawab “SS” diberi skor 4, “S”

diberi skor 3, “TS” diberi skor 2 dan jika responden menjawab “STS” maka diberi

skor 1.

1. Positif jika didapat skor 40

2. Negatif jika didapat skor < 40

3.7. Pengolahan Dan Analisa Data

3.7.1. Pengolahan Data


Sebelum responden mengisi kuesioner, terlebih dahulu peneliti

menjelaskan cara mengisi kuesioner, kemudian memberikan kesempatan kepada

responden untuk mengisi kuesioner.


Menurut Notoatmodjo (2012), pengolahan data dapat dilakukan secara

manual dengan langkah-langkah sebagai berikut:


1. Pemeriksaan Data (Editing)
Editing adalah hasil wawancara, angket atau pengamatan dari pengamatan

dari lapangan harus dilakukan penyutingan (editing) terlebih dahulu. Secara

umum editing adalah kegiatan untuk pencetakan dan perbaikan isian formulir

ataupun kuesioner tersebut.


2. Pemberian Kode (Coding)
Coding adalah mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjasi angka

atau bilangan.

3. Tabulating
20

Tabulating adalah memasukkan data yang diberi kode atau tanda kedalam

tabel distribusi frekuensi untuk mempermudah saat menganalisa data.


4. Pemberian nilai (Scoring)
Scoring adalah peneliti menghitung skor yang diperoleh setiap responden

berdasarkan jawaban atas pertanyaan yang diajukan.


3.8. Teknik Analisa Data

Analisa data adalah data yang telah diolah baik secara manual maupun

menggunakan bantuan komputer, tidak akan ada maknanya tanpa dianalisis.

Menganalisis data tidak sekedar mendeskripsikan dan menginterpretasikan data

yang telah diolah (Notoadmodjo, 2010).

Data yang didapat dari pengisian kuesioner oleh responden kemudian

dianalisa secara Deskripsi dengan menghitung presentase setiap variabel

dependent dan independent dan sajikan dalam tabel distribusi frekuensi.

DAFTAR PUSTAKA

Anita, 2015. Hubungan Pedoman PendampingAkreditasi. Puskes Tigarunggu.


Stikes Ngudi Waluyo Ungaran.
21

Anita. 2015. Akreditasi. Jakarta : PT Pustaka Binaman Pressindo

Anwar, 2005. Pengaruh Motivasi Terhadap Kepuasan Kerja Pegawai Badan


Koordinator Keluarga Berencana Nasional Kabupaten Muara Enem.
Universitas Andalas.

Bea,Septiari, 2012. Masalah Mutu Pelayanan Kesehatan.Yogyakarta : Niha


Medika.

Dayaksini, 2014. Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Kejadian Perilaku
Agrsif Pada Remaja Di SMP III Bawen Kecamatan Bandungan
Kabupaten Semarang. Semarang. Stikes Ngudi Waluyo Ungaran.

Hidayati, Nur.2014. Permasalahan Puskesmas

Ismail, Faizan. 2014. Pengaruh Program Pendidikan Pelatihan, Motivasi Dan


Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Tenaga Penyeluh Keluarga
Berencana Di Provinsi Riau. Riau. Universitas Riau.

Keni. 2008. Motivasi Kerja Pegawai Dalam Pelaksanaan Tugas Pada Kantor
Dinas Pendidikan Kabupaten Pasaman Barat. FIP UNP.

Kenny, 2008. Masalah Yang Muncul Dilingkup Puskesmas. Universitas


Gunadarma.

Melayu.2005. Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas


(Quality Improvement Efforts In The Health Service Centers).
Yogyakarta : P. Idea (Kelompok Pilar Media) Anggota IKAPI

Milton. 1988. Mutupelayanan kesehatan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Nurul. 2013. Faktor Yang Berhubungan Dengan Motivasi Kerja Tenaga


Kesehatan Dipuskesmas Banggae II Kabupaten Majene Provinsi
Sulawesi Barat Tahun 2013. Alih Bahasa : dr. Med. Meitasari Tjandrasa.
Jakarta Penerbit Erlangga

Reni. 2013. Mutu Pelayanan Puskesmas. Jakarta. Universitas Andalas

Anda mungkin juga menyukai