Anda di halaman 1dari 27

ANALISA KEBUTUHAN TENAGA BIDAN

DENGAN MENGGUNAKAN BEBERAPA METODE


DI RUANG KEBIDANAN
RUMAH SAKIT DERAH IDAMAN KOTA BANJARBARU
KALIMANTAN SELATAN

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH IDAMAN KOTA BANJARBARU


KALIMANTAN SELATAN
TAHUN 2017
LEMBARAN PERSETUJUAN
PERMOHONAN KEBUTUHAN TENAGA BIDAN
DI RUANG KEBIDANAN
RUMAH SAKIT DAERAH IDAMAN KOTA BANJARBARU

Banjarbaru, Oktober 2017


Mengetahui,

Ka.Instalasi Rawat Inap Ka.Ruang Kebidanan

Dr.Atjo Adhmart, Sp.OG Risa Paula, S,KM


NIP. 19670321 199803 1 006 NIP. 19710925 199103 2 002

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Ketenagaan merupakan salah satu sumber daya yang diperlukan dalam
sistem kesehatan suatu negara untuk meningkatkan kesehatan hidup masyarakat.
Ketenagaan membutuhkan masa persiapan yang terpanjang dibandingkan dengan
sumber daya yang lain dan tergantung yang menyalurkan mobilisasi atau usaha-
usaha untuk pemerataan pelayanan.
Dalam merencanakan kebutuhan tenaga kesehatan, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia telah menyusun modul dasar susunan personalia (DSP) yang
memuat tentang metode perhitungan tenaga kesehatan yaitu estimasi beban kerja.
Dalam metode ini tiap-tiap pegawai dapat dihitung beban kerjanya berdasarkan
tugas dan fungsinya.
Efektifitas dan efisiensi ketenagakerjaan merupakan salah satu indicator
keberhasilan rumah sakit bila didukung oleh ketersediaan jumlah sumberdaya
manusia yang cukup dengan kualitas yang tinggi professional sesuai dengan
fungsi dan tugas setiap pegawai.
Kedudukan Rumah sakit Idaman Kota Banjarbaru adalah Rumah Sakit
milik Pemerintah Kota Banjarbaru yang berdiri sejak 1963 dan merupakan Rumah
Sakit Umum type D sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI
No.214/Menkes/SK/II/1993 tanggal 26 Februari 1993, kemudian pada tanggal 21
Agustus 2013 menjadi type C sesuai Surat Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor HK.02.03/1/1470/2013. Mengacu pada Visi Rumah
Sakit Daerah Idaman Kota Banjarbaru” Rumah sakit unggul dalam pelayanan dan
berkarakter.” Adapun Falsafah Kebidanan adalah Pelayanan kebidanan dan
kandungan RSD Idaman Kota Banjarbaru bahwa kehamilan beserta janinnya
adalah Anugerah Tuhan Yang Maha Esa yang sangat tinggi nilainya dan oleh
karena itu dengan segala daya dan upaya harus dijaga, dipelihara, dan dihindarkan
dari segala gangguan.
Ruang Kebidanan merupakan bagian dari RSD Idaman Kota Banjarbaru
yang mempunyai fungsi memberikan pelayanan kesehatan untuk wanita hamil dan
wanita dengan keluhan penyakit kandungan. Pelayanan kesehatan yang diberikan
oleh RSD Idaman Kota Banjarbaru merupakan pelayanan yang professional dan
optimal.
Pelayanan kesehatan pada ruang kebidanan ini berupa tindakan – tindakan
medis untuk penangganan kelahiran normal maupun dengan faktor penyulit, bila
diperlukan dapat juga dilakukan tindakan sectio.
Ditangani oleh dokter Spesialis Kandungan dan tenaga bidan yang
profesional. Untuk meningkatkan profesionalisme beberapa tenaga bidan telah
mendapatkan program pelatihan APN di RSU Ulin Banjarmasin.
Sumber daya manusia yang dimiliki oleh ruang Kebidanan saat ini terdiri
dari 1 orang dokter SpOG dan 1 orang dokter SpOG (K).
Dalam penyelenggaraan Ruang Kebidanan berpedoman dan mengacu pada
Misi Rumah Sakit Daerah Idaman Kota Banjarbaru yaitu:
1. Mewujudkan Sistem Pelayanan Kesehatan yang Berdayaguna, Berhasilguna,
dan Terjangkau.
2. Menunjang Pendidikan Fakultas Kedokteran dan Tenaga Kesehatan lainnya.
3. Mendorong Terciptanya Sumber Daya Manusia yang Profesional, dapat
Dipertanggungjawabkan dan Mengutamakan Pengguna Jasa kesehatan yang
Berdasarkan Moral, Etika dan Hukum.
4. Melaksanakan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit sesuai dengan
prosedur dan standar.
5. Mengupayakan Kemandirian Pengelolaan Pendapatan untuk Menunjang
Terwujudnya Pelayanan Prima.
Efektifitas dan efisiensi ketenagaan dalam kebidanan juga sangat ditunjang
oleh pemberian asuhan kebidanan yang tepat dan kompetensi bidan yang
memadai. Oleh karena itu, perlu kiranya dilakukan perencanaan yang strategis dan
sistematis dalam memenuhi kebutuhan tenaga kebidanan. Dan perencanaan yang
baik mempertimbangkan : klasifikasi klien berdasarkan tingkat ketergantungan,
metode pemberian asuhan kebidanan, jumlah dan kategori tenaga kebidanan serta
perhitungan jumlah tenaga bidan. Untuk itu diperlukan kontribusi kepala ruangan
dalam menganalisis dan merencanakan kebutuhan tenaga keperawatan di suatu
unit rumah sakit.
B.  RUMUSAN MASALAH
Dari fakta di atas menunjukan bahwa ketenagakerjaan merupakan
indicator penting untuk keberhasialn suatu rumah sakit melakukan pelayanan pada
masyarakat. Dari factor tersebut maka diambil rumusan masalah “Analisa
Kebutuhan Tenaga Bidan Dengan Menggunakan Beberapa Metode Di Ruang
Kebidanan.”

C. TUJUAN
1.  Tujuan Umum
Tujuan umumnya adalah agar mengetahui perhitungan ketenagakerjaan yang
efektif dan efisien

2.   Tujuan Khusus
a)  Mengetahui tentang perhitungan tenaga bidan yang ada di rumah sakit.
b)  Mengetahui hakekat dan prinsip – prinsip dalam ketenagkerjaan
c)  Mengetahui metode perhitungan dalam kebidanan
d)  Dengan adanya pre planning ini diharapkan agar menambah pengetahuan
tentang pembagian tenaga bidan di sebuah unit di rumah sakit secara
efektif dan efisien.

III
LANDASAN TEORI
A.  HAKEKAT KETENAGAKERJAAN
Hakekat ketenagakerjaan pada intinya adalah pengeturan, mobilisasi
potensi, proses motivasi, dan pengembangan sumber daya manusia dalam
memenuhi kepuasan melalui karyanya. Hal ini berguna untuk tercapainya tujuan
individu, organisasi, ataupun komunitas dimana ia berkarya.
Keputusan yang diambil tentang ketenagakerjaan sangat dipengaruhi oleh
falsafah yang dianut oleh pimpinan kebidanan tentang pendayagunaan tenaga
kerja. Misalnya, pandangan tentang motivasi kerja dan konsep tentang tenaga
kebidanan. Dari pandangan tersebut akan terbentuk pola ketenagakerjaan yang
disesuaikan dengan gambaran pimpinan.

B. PRINSIP – PRINSIP DALAM KETENAGAKERJAAN


1. Pembagian Kerja
Prinsip dasar untuk mencapai efisiensi yaitu pekerjaan dibagi-bagi
sehingga setiap orang memilik tugas tertentu. Untuk ini kepala bidang
keperawatan perlu mengetahui tentang :
1.   Pendidikan dan pengalaman setiap staf
2.   Peran dan fungsi perawat yang diterapkan di RS tersebut
3.   Mengetahui ruang lingkup tugas kepala bidang keperawatan dan kedudukan
dalam organisasi
4.   Mengetahui batas wewenang dalam melaksanakan tugas dan tanggung
jawabnya
5.   Mengetahui hal- hal-hal yang dapat didelegasikan kepada staf dan kepada
tenaga non kebidanan
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pengelompokkan dan pembagian kerja
1. Jumlah tugas yang dibebankan seseorang terbatas dan sesuai dengan
kemampuannya
2. Tiap bangsal / bagian memiliki perincian aktivitas yang jelas dan tertulis
3. Tiap staf memiliki perincian tugas yang jelas
4. Variasi tugas bagi seseorang diusahakan sejenis atau erat hubungannya
5. Mencegah terjadinya pengkotakkan antar staf/kegiatan
6. Penggolongan tugas berdasarkan kepentingan mendesak, kesulitan dan waktu
Disamping itu setiap staf mengetahui kepada siapa dia harus melapor, minta
bantuan atau bertanya, dan siapa atasan langsung serta dari siapa dia menerima
tugas
2. Pendelegasian Tugas
Pendelegasian adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab kepada
staf untuk bertindak dalam batas-batas tertentu. Dengan pendelegasian, seorang
pimpinan dapat mencapai tujuan dan sasaran kelompok melalui usaha orang lain,
hal mana merupakan inti manajemen. Selain itu dengan pendelegasian , seorang
pimpinan mempunyai waktu lebih banyak untuk melakukan hal lain yang lebih
penting seperti perencanaan dan evaluasi. Pendelegasian juga merupakan alat
pengembangan dan latihan manajemen yang bermanfaat. Staf yang memiliki
minat terhadap tantangan yang lebih besar akan menjadi lebih komit dan puas bila
diberikan kesempatan untuk memegang tugas atau tantangan yang penting.
Sebaliknya kurangnya pendelegasian akan menghambat inisiatif staf.
Keuntungan bagi staf dengan melakukan pendelegasian adalah
mengambangkan rasa tanggung jawab, meningkatkan pengetahuan dan rasa
percaya diri, berkualitas, lebih komit dan puas pada pekerjaan. Disamping itu
mamfaat pendelegasian untuk kepala bidang keperawatan sendiri adalah
mempunyai waktu lebih banyak untuk melakukan hal-hal lain seperti perencanaan
dan evaluasi, meningkatkan kedewasaan dan rasa percaya diri, memberikan
pengaruh dan power baik intern maupun ekstern, dapat mencapai pelayanan dan
sasaran keperawatan melalui usaha orang lain
Walaupun pendelegasian merupakan alat manajemen yang efektif, banyak
pimpinan yang gagal mengerjakan pendelegasian ini. Beberapa alasan yang
menghambat dalam melakukan pendelegasian :
o  Meyakini pendapat yang salah “Jika kamu ingin hal itu dilaksanakan dengan
tepat, kerjakanlah sendiri”.
o  Kurang percaya diri
o  Takut dianggap malas
o  Takut persaingan
o  Takut kehilangan kendali
o  Merasa tidak pasti tentang apa dan kapan melakukan pendelegasian,
mempunyai definisi kerja yang tidak jelas
o  Takut tidak disukai oleh staf, dianggap melemparkan tugas
o  Menolak untuk mengambil resiko tergantung pada orang lain
o  Kurang kontrol yang memberikan peringatan dini adanya masalah, sehubungan
dengan tugas yang didelegasikan
o  Kurang contoh dari pimpinan lain dalam hal mendelegasikan
o  Kurang keyakinan dan dan kepercayaan terhadap staf, merasa staf kurang
memiliki ketrampilan atau pengetahuan untuk melakukan tugas tersebut.
Dalam pendelegasian wewenang, masalah yang terpenting adalah apa
tugas dan seberapa besar wewenang yang harus dan dapat dilimpahkan kepada
staf.
Hal ini tergantung pada :
a. Sifat kegiatan ; untuk kegiatan rutin, delegasi wewenang dapat diberikan lebih
besar kepada staf.
b. Kemampuan staf ; tugas yang didelegasikan jangan terlalu ringan atau terlalu
berat.
c.  Hasil yang diharapkan ; Applebaum dan Rohrs menyarankan agar pimpinan
jangan mendelegasikan tanggung jawab untuk perencanaan strategik atau
mengevaluasi dan mendisiplin bawahan baru. Mereka juga menyarankan agar
mendelegasikan tugas yang utuh dari pada mendelegasikan sebagian aspek dari
suatu kegiatan.
Beberapa petunjuk untuk melakukan pendelegasian yang efektif :
  jangan membaurkan dengan pelemparan tugas. Oleh karena itu jangan
Mendelegasikan tugas yang anda sendiri tidak mau melakukannya.
  jangan takut salah
  jangan mendelegasikan tugas pada seseorang yang kurang memiliki
ketrampilan atau pengetahuan untuk sukses
  kembangkan tingkat keterampilan dan pengetahuan staf, sehingga mereka
dapat
melakukan tugas yang didelegasikan
  perlihatkan rasa percaya atas kemampuan staf untuk berhasil
  antisipasi kesalahan yang dapat terjadi dan ambil langkah pemecahan
masalahnya
  hindari kritik bila terjadi kesalahan
  berikan penjelasan yang jelas tentang tanggung jawab, wewenang, tanggung
gugat dan dukungan yang tersedia
  berikan pengakuan dan penghargaan atas tugas yang telah terlaksana
dengan baik
Langkah yang harus ditempuh agar dapat melakukan pendelegasian yang
efektif :
1.  Tetapkan tugas yang akan didelegasikan
2.  Pilihlah orang yang akan diberi delegasi
3.  Berikan uraian tugas yang akan didelegasikan dengan jelas
4.  Uraikan hasil spesifik yang anda harapkan dan kapan anda harapkan hasil
tersebut
5.  Jelaskan batas wewenang dan tanggung jawab yang dimiliki staf tersebut
6.  Minta staf tersebut menyimpulkan pokok tugasnya dan cek penerimaan staf
tersebut atas tugas yang didelegasikan.
7.  Tetapkan waktu untuk mengontrol perkembangan
8.  Berikan dukungan
9.  Evaluasi hasilnya
3. Koordinasi
Koordinasi adalah keselarasan tindakan, usaha, sikap dan penyesuaian
antar tenaga yang ada dibangsal. Keselarasan ini dapat terjalin antar bidan dengan
anggota tim kesehatan lain maupun dengan tenaga dari bagian lain.
Manfaat Koordinasi:
-   menghindari perasaan lepas antar tugas yang ada dibangsal / bagian dan
perasaan lebih penting dari yang lain
-   menumbuhkan rasa saling membantu
-   menimbulkan kesatuan tindakan dan sikap antar staf

Cara koordinasi:
Komunikasi terbuka, dialog, pertemuan/rapat, pencatatan dan pelaporan,
pembakuan formulir yang berlaku.
4.  Manajemen Waktu
Dalam mengorganisir sumber daya, sering kepala bidang keperawatan
mengalami kesulitan dalam mengatur dan mengendalikan waktu. Banyak waktu
pengelola dihabiskan untuk orang lain. Oleh karena itu perlu pengontrolan waktu
sehingga dapat digunakan lebih efektif.
Untuk mengendalikan waktu agar lebih efektif perlu :
1. Analisa waktu yang dipakai; membuat agenda harian untuk menentukan
kategori kegiatan yang ada
2. Memeriksa kembali masing-masing porsi dari tiap aktifitas
3. Menentukan prioritas pekerjaan menurut kegawatan, dan perkembangannnya
serta tujuan yang akan dicapai
4. Mendelegasikan

Hambatan yang sering terjadi pada pengaturan waktu


1. terperangkap dalam pekerjaan
2. Menunda karena takut salah
3. Tamu yang tidak terjadwal
4. Telpon
5. Rapat yang tidak produktif
6. Peraturan “open door”
7. Tidak dapat mengatakan “tidak” pada hal-hal yang tidak perlu
C. Perhitungan Tenaga Bidan.
Didalam penerapan kebutuhan ketenaga kerjaan harus diperhatikan adanya
faktor yang terkait beban kerja bidan, diantaranya seperti berikut :
a. Jumlah klien yang dirawat/hari/bulan/tahun dalam suatu unit
b. Kondisi atau tingkat ketergantungan klien
c. Rata-rata hari perawatan klien
d. Pengukuran perawatan langsung dan tidak langsung
e. Frekuensi tindakan yang dibutuhkan
f. Rata-rata waktu keperawatan langsung dan tidak langsung
g. Pemberian cuti
Menurut Suyanto (2008), perhitungan tenaga kerja perawat/ bidan perlu
diperhatikan hal-hal, sebagai berikut :
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan tenaga kebidanan.
a. Faktor klien, meliputi : tingkat kompleksitas bidan, kondisi pasien sesuai
dengan jenis penyakit dan usianya, jumlah pasien dan fluktuasinya, keadaan
sosial ekonomi dan harapan pasien dan keluarga.
b. Faktor tenaga, meliputi : jumlah dan komposisi tenaga kebidanan, kebijakan
pengaturan dinas, uraian tugas bidan, kebijakan personalia, tingkat
pendidikan dan pengalaman kerja
c.  Faktor lingkungan, meliputi : tipe dan lokasi rumah sakit, lay out kebidanan,
fasilitas dan jenis pelayanan yang diberikan, kelengkapan peralatan medik
atau diagnostik, pelayanan penunjang dari instalasi lain dan macam kegiatan
yang dilaksanakan.
d.  Faktor organisasi, meliputi : mutu pelayanan yang ditetapkan dan kebijakan
pembinaan dan pengembangan.
2. Rumusan perhitungan tenaga perawat/ bidan
a.  Peraturan Men.Kes.R.I. No.262/Men.Kes./Per/VII/1979 menetapkan bahwa
perbandingan jumlah tempat tidur rumah sakit dibanding dengan jumlah
perawat/ bidan adalah sebagai berikut:
Jumlah tempat tidur : Jumlah bidan = 3-4 tempat tidur : 2 perawat/bidan.
b. Hasil Work Shop Perawatan oleh Dep.Kes RI di Ciloto Tahun 1971
menyebutkan
bahwa :
Jumlah tenaga keperawatan : pasien = 5 : 9 tiap shift.
c. Menggunakan sistem klasifikasi pasien berdasarkan perhitungan kebutuhan
tenaga.
Klasifikasi Klien Berdasarkan Tingkat Ketergantungan Menurut Douglas
(1984, dalam Swansburg & Swansburg, 1999) membagi klasifikasi klien
berdasarkan tingkat ketergantungan klien dengan menggunakan standar
sebagai berikut :
a) Kategori I : self care/perawatan mandiri, memerlukan waktu 1-2 jam/hari
  kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri
  makanan dan minum dilakukan sendiri
  ambulasi dengan pengawasan
  observasi tanda-tanda vital setiap pergantian shift
  minimal dengan status psikologi stabil
  perawatan luka sederhana.
b) Kategori II : Intermediate care/perawatan partial, memerlukan waktu 3-4
jam/hari
  kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu
  observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam
  ambulasi dibantu
  pengobatan dengan injeksi
  klien dengan kateter urin, pemasukan dan pengeluaran dicatat
  klien dengan infus, dan klien dengan pleura pungsi.
c) Kategori III : Total care/Intensif care, memerlukan waktu 5-6 jam/hari
  semua kebutuhan klien dibantu
  perubahan posisi setiap 2 jam dengan bantuan
  observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam
  makan dan minum melalui selang lambung
  pengobatan intravena “perdrip”
  dilakukan suction
  gelisah / disorientasi
  perawatan luka kompleks
D. Metode – metode Cara Perhitungan Ketenagakerjaan
Tingkat ketergantungan perhitungan tenaga bidan ada beberapa metode, antara
lain yaitu
  Metode Douglas
  Metode Sistem Akuitas
  Metode Gillies
  Metode Swanburg
Penjelasan dari metode-metode cara perhitungan ketenagakerjaan adalah sebagai
berikut :
1) Metode Douglas
Douglas (1984, dalam Swansburg & Swansburg, 1999) menetapkan jumlah bidan
yang dibutuhkan dalam suatu unit perawatan berdasarkan klasifikasi klien, dimana
masing-masing kategori mempunyai nilai standar per shift nya, yaitu sebagai
berikut :
Klasifikasi KLien
Jumlah
Minimal Parsial Total
Pasien
Pagi Sore Malam Pagi Sore Malam Pagi Sore Malam
1 0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,10 0,36 0,30 0,20
2 0,34 0,28 0,14 0,54 0,30 0,20 0,72 0,60 0,40
3 0,51 0,42 0,21 0,81 0,45 0,30 1,08 0,90 0,60
dst

Contoh kasus
Ruang rawat dengan 17 orang klien, dimana 3 orang dengan ketergantungan
minimal, 8 orang dengan ketergantungan partial dan 6 orang dengan
ketergantungan total.
Maka jumlah perawat yang dibutuhkan :
Minimal Parsial Total Jumlah
0.27 x 8 = 0.36 x 6 = 4.83 (5)
Pagi 0,17 x 3 = 0,51
2.16 2.16 orang
3.42 (4)
Sore 0.14 x 3 = 0.42 0.15 x 8 = 1.2 0.3 x 6 = 1.8
orang
2.21 (2)
Malam 0.07 x 3 = 0.21 0.10 x 8 = 0.8 0.2 x 6 = 1.2
orang
Jumlah secara keseluruhan bidan perhari                                                   11
Orang
2) Metode Sistem Akuitas
Kelas I : 2 jam/hari
Kelas II : 3 jam/hari
Kelas III : 4,5 jam/hari
Kelas IV : 6 jam/hari
Untuk tiga kali pergantian shift ¨ Pagi : Sore : Malam = 35% : 35 % : 30%
Contoh :
Rata rata jumlah klien
1. kelas I       = 3 orang x 2 jam/hari             = 6 jam
2. kelas II      = 8 orang x 3 jam/hari             = 24 jam
3. kelas III     = 4 orang x 4.5 jam/hari          = 18 jam
4. kelas IV    = 2 orang x 6 jam/hari              = 12 jam
Jumlah jam                           :  60 jam
-   Pagi/sore = 60 jam x 35% = 2.625 orang (3 orang)
8 jam
-   Malam = 60 jam x 30% = 2.25 orang (2 orang )
8 jam
jadi jumlah bidan dinas 1 hari = 3+3+2 = 8 orang.
3) Metode Gillies
Gillies (1994) menjelaskan rumus kebutuhan tenaga kebidanann di suatu unit
perawatan
adalah sebagai berikut :
Jumlah jam keperawatan           rata rata              jumlah
yang dibutuhkan klien/hari   x   klien/hari       x   hari/tahun
Jumlah hari/tahun   -   hari libur masing2 bidan  x   jmlh jam kerja tiap bidan

jumlah kebidanan yang dibutuhkan /tahun


=  jumlah jam keperawatan yang di berikan bidan/tahun
=  jumlah bidan di satu unit
Prinsip perhitungan rumus Gillies :
Jumlah Jam keperawatan yang dibutuhkan klien perhari adalah :
1. Waktu keperawatan langsung (rata rata 4-5 jam/klien/hari) dengan spesifikasi
pembagian adalah : keperawatan mandiri (self care) = ¼ x 4 = 1 jam ,
keperawatan partial (partial care ) = ¾ x 4 = 3 jam , keperawatan total (total
care) = 1-1.5 x 4 = 4-6 jam dan keperawatan intensif (intensive care) = 2 x 4 jam
= 8 jam.
2. Waktu keperawatan tidak langsung
·menurut RS Detroit (Gillies, 1994) = 38 menit/klien/hari
· menurut Wolfe & Young ( Gillies, 1994) = 60 menit/klien/hari = 1
jam/klien/hari
3. Waktu penyuluhan kesehatan lebih kurang 15 menit/hari/klien = 0,25
jam/hari/klien
4.  Rata rata klien per hari adalah jumlah klien yang dirawat di suatu unit
berdasarkan rata- rata biaya atau menurut Bed Occupancy Rate (BOR) dengan
rumus :
Jumlah hari perawatan RS dalam waktu tertentu x 100 %
Jumlah tempat tidur x 365 hari
5. Jumlah hari pertahun yaitu : 365 hari.
6. Hari libur masing-masing perawat per tahun, yaitu : 73 hari ( hari  minggu/libur
= 52hari ( untuk hari sabtu tergantung kebijakan rumah sakit setempat, kalau
ini merupakan hari libur maka harus diperhitungkan , begitu juga sebaliknya ),
hari libur nasional = 13 hari, dan cuti tahunan = 8 hari).
7.  Jumlah jam kerja tiap bidan adalah 40 jam per minggu (kalau hari kerja efektif
6 hari maka 40/6 = 6.6 = 7 jam per hari, kalau hari kerja efektif 5 hari maka
40/5 = 8 jam per hari)
8.  Jumlah tenaga kebidanan yang dibutuhkan disatu unit harus ditambah 20%
(untuk antisipasi kekurangan /cadangan ).
9. Perbandingan profesional berbanding dengan vocasional = 55% : 45 %
Contoh
1. Rata rata jam perawatan klien per hari = 5 jam/hari
2. Rata rata = 17 klien / hari (3 orang dengan ketergantungan minimal, 8 orang
Dengan ketergantungan partial dan 6 orang dengan ketergantungan total)
3. Jumlah jam kerja tiap bidan = 40 jam/minggu ( 6 hari/minggu ) jadi jumlah jam
kerja perhari 40 jam dibagi 6 = 7 jam /hari
4. Jumlah hari libur : 73 hari ( 52 +8 (cuti) + 13 (libur nasional)
  Jumlah jam keperawatan langsung
- Ketergantungan minimal      = 3 orang x 1 jam = 3 jam
- Ketergantungan partial         = 8 orang x 3 jam = 24 jam
- Ketergantungan total            = 6 orang x 6 jam = 36 jam
Jumlah jam  = 63 jam
  Jumlah keperawatan tidak langsung
17 orang klien x 1 jam = 17 jam
  Pendidikan Kesehatan = 17 orang klien x 0,25 = 4,25 jam

Sehingga Jumlah total jam keperawatan /klien/hari :


63 jam + 17 jam + 4,25 jam = 4,96 Jam/klien/hari
17 orang
Jadi,
1. Jumlah tenaga yang dibutuhkan :
4,96 x 17 x 365    =   30.776,8 = 15,06 orang ( 15 orang )
(365 – 73) x 7              2044
2. Untuk cadangan 20% menjadi 15 x 20% = 3 orang
3. Jadi jumlah tenaga yang dibutuhkan secara keseluruhan 15 + 3 = 18 orang /hari
Perbandingan profesional berbanding dengan vocasional = 55% : 45 % = 10 : 8
orang
4) Metode Swansburg
Contoh:
Pada suatu unit dengan 24 tempat tidur dan 17 klien rata rata perhari .
Jumlah jam kontak langsung bidan – klien = 5 jam /klien/hari.
1) Total jam bidan /hari : 17 x 5 jam = 85 jam jumlah bidan yang dibutuhkan : 85
/ 7= 12,143 ( 12 orang) bidan/hari
2) Total jam kerja /minggu = 40 jam jumlah shift perminggu = 12 x 7 (1 minggu)
= 84 shift/minggu jumlah staf yang dibutuhkan perhari = 84/6 = 14 orang
(jumlah staf sama bekerja setiap hari dengan 6 hari kerja perminggu dan 7
jam/shift)
Menurut Warstler dalam Swansburg dan Swansburg (1999),
merekomendasikan untuk pembagian proporsi dinas dalam satu hari ¨ pagi :
siang : malam = 47 % : 36 % : 17 %
Sehingga jika jumlah total staf kebidanan /hari = 14 orang
  Pagi     : 47% x 14 = 6,58 = 7 orang
  Sore     : 36% x 14 = 5,04 = 5 orang
  Malam : 17% x 14 = 2,38 = 2 orang
BAB III
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


1. Ruang Merpati (Nifas)
Berikut ini adalah kualifikasi SDM di unit kerja Rawat kelas I, II &
III ,Ruang Kebidanan (Merpati), adapun daftar kualifikasi ketenagaan dapat
dilihat pada tabel di bawah ini:
No
Nama Jabatan Pendidikan Jumlah Tenaga
.
1. Kepala Ruangan S1 Kes Mas 1
2 Wakil K.Ruangan D IV Kebidanan 1
3. Katim D III Kebidanan 2
4. Bidan Pelaksana D III Kebidanan 15

2. Ruang Kenari (VK)


Daftar kualifikasi ketenagaan dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
No
Nama Jabatan Pendidikan Jumlah Tenaga
.
1. Kepala Ruangan D IV Kebidanan 1
2 Wakil K.Ruangan D IV Kebidanan 1
3. Katim D III Kebidanan 2
4. Bidan Pelaksana D III Kebidanan 15

3. Distribusi Ketenagaan
a. Ruang Merpati (Nifas)
Pengaturan tenaga kerja di unit Rawat Inap Rumah Sakit Daerah Idaman
Kota Banjarbaru berdasarkan shift. Tenaga kerja di unit Rawat Inap kelas
I, II & III, ruang Merpati (nifas) saat ini berjumlah 19 Orang.
Yang memegang tanggung jawab sebagai berikut :
1. Kepala Ruangan : 1 Orang
2. Wakil K.Ruangan : 1 Orang
3. Ketua Tim : 2 Orang
4. Bidan Pelaksana : 15 Orang
b.Ruang Kenari (VK)
Pengaturan tenaga kerja di unit Rawat Inap Rumah Sakit Daerah Idaman
Kota Banjarbaru berdasarkan shift. Ruang Kenari (VK) saat ini berjumlah
19 Orang. Yang memegang tanggung jawab sebagai berikut :
1. Kepala Ruangan : 1 Orang
2. Wakil K.Ruangan : 1 Orang
3. Ketua Tim : 2 Orang
4. Bidan Pelaksana : 15 Orang

4.Pengaturan Jaga
Rumah Sakit Daerah Idaman kota Banjarbaru merupakan Rumah
Sakit yang beroperasional selama 24 jam sehari untuk melayani masyarakat
umum. Karyawan bekerja secara shift dengan waktu kerja yang di atur secara
mandiri oleh unit kerja rawat inap kelas I, II & III , ruang Merpati (Nifas) dan
ruang Kenari (VK)
Adapun untuk tata tertib jam kerja adalah sebagai berikut :
1) Batas keterlambatan karyawan maksimal 15 menit dari dimulainya jadwal
shift.
2) Apabila keterlambatan melebihi batas toleransi yang diberikan, maka
karyawan tersebut akan mendapat evaluasi kedisiplinan dari atasan
langsung.
3) Apabila terjadi keterlambatan secara terus menerus, akan diberikan surat
peringatan.
4) Izin meninggalkan dinas maksimal 3 jam dalam 1 hari kerja atas
persetujuan kepala Ruangan atau Katim.
Pengaturan tenaga kerja di Rawat kelas I, II & III, ruang Merpati (Nifas) dan
Ruang Kenari (VK) berdasarkan shift di bawah ini :
a) Kepala Ruangan / Wakil Kepala Ruangan
 Senin – Kamis : 07.30 wita – 14.30 wita
 Jum’at : 07.00 wita – 11.30 wita
 Sabtu : 07.30 wita  13.00 wita

b) Karyawan Shift
 Senin – Minggu
 Shift I : 07.30 wita – 14.30 wita
 Shift II : 14.30 wita – 21.00 wita
 Shift III : 21.00 wita – 07.30 wita
BAB IV
POLA KETENAGAKERJAAN
DI RUANG KEBIDANAN

A. Ruang Merpati (Nifas) dan Ruang Kenari (VK)


Untuk ruang kebidanan di RSD Idaman Kota Banjarbaru terbagi 2 ruang
yaitu Ruang Merpati (Nifas) dan Ruang Kenari (VK). Alur rawat inap semua
pasien kebidanan terlebih dulu di terima di Ruang Kenari (VK) yang merupakan
IGD Kebidanan, kemudian dilakukan pengkajian terhadap pasien dan kolaborasi
dengan dokter Obgyn untuk diberikan terapy dan tindakan, setelah selesai pasien
akan dipindahkan ke Ruang Merpati (Nifas) berdasarkan SOP yang ada untuk
perawatan selanjutnya .

Metode dan cara perhitungan ketenagakerjaan adalah sebagai berikut :


1. Metode Douglas
Douglas (1984, dalam Swansburg & Swansburg, 1999) menetapkan jumlah bidan
yang dibutuhkan dalam suatu unit perawatan berdasarkan klasifikasi klien, dimana
masing-masing kategori mempunyai nilai standar per shift nya, yaitu sebagai
berikut :
Klasifikasi KLien
Jumlah
Minimal Parsial Total
Pasien
Pagi Sore Malam Pagi Sore Malam Pagi Sore Malam
1 0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,10 0,36 0,30 0,20
2 0,34 0,28 0,14 0,54 0,30 0,20 0,72 0,60 0,40
3 0,51 0,42 0,21 0,81 0,45 0,30 1,08 0,90 0,60
dst

Di Ruang Merpati
Ruang rawat dengan 18 orang klien, dimana 5 orang dengan ketergantungan
minimal 7 orang dengan ketergantungan partial dan 6 orang dengan
ketergantungan total.

Maka jumlah bidan yang dibutuhkan :


Minimal Parsial Total Jumlah
Pagi 0,17 x 5 = 0,85 0.27 x 7 = 0.36 x 6 = 4.9 (5) orang
1.89 2.16
Sore 0.14 x 5 = 0.7 0.15 x 7 = 0.3 x 6 = 1.8 3.55 (4)
1.05 orang
Malam 0.07 x 5 = 0.35 0.10 x 7 = 0.7 0.2 x 6 = 1.2 2.25 (2)
orang
Jumlah secara keseluruhan bidan perhari                                                         11
Orang

2. Metode Sistem Akuitas


Kelas I : 2 jam/hari
Kelas II : 3 jam/hari
Kelas III : 4,5 jam/hari
Untuk tiga kali pergantian shift ¨ Pagi : Sore : Malam = 35% : 35 % : 30%
Contoh :
Rata rata jumlah klien
1. kelas I       = 5 orang x 2 jam/hari             = 10 jam
2. kelas II      = 6 orang x 3 jam/hari             = 18 jam
3. kelas III     = 7 orang x 4.5 jam/hari          = 31.5 jam
Jumlah jam                                                     : 59.5 jam
-   Pagi/sore = 59.5 jam x 35% = 2.603 orang (3 orang)
8 jam
-   Malam = 59.5 jam x 30% = 2.23 orang (2 orang )
8 jam
jadi jumlah bidan dinas 1 hari = 3+3+2 = 8 orang.
3. Metode Gillies
Gillies (1994) menjelaskan rumus kebutuhan tenaga kebidanan di suatu unit
perawatan
adalah sebagai berikut :
Jumlah jam keperawatan           rata rata              jumlah
yang dibutuhkan klien/hari   x   klien/hari       x   hari/tahun
Jumlah hari/tahun   -   hari libur masing2 bidan  x   jmlh jam kerja tiap bidan

jumlah kebidanan yang dibutuhkan /tahun


=  jumlah jam keperawatan yang di berikan bidan/tahun
=  jumlah bidan di satu unit

Prinsip perhitungan rumus Gillies :


Jumlah Jam keperawatan yang dibutuhkan klien perhari adalah :
1. Waktu keperawatan langsung (rata rata 4-5 jam/klien/hari) dengan spesifikasi
Pembagian adalah : keperawatan mandiri (self care) = ¼ x 4 = 1 jam ,
keperawatan partial (partial care ) = ¾ x 4 = 3 jam , keperawatan total (total
care) = 1-1.5 x 4 = 4-6 jam dan keperawatan intensif (intensive care) = 2 x 4
jam = 8 jam.
2. Waktu keperawatan tidak langsung
·menurut RS Detroit (Gillies, 1994) = 38 menit/klien/hari
· menurut Wolfe & Young ( Gillies, 1994) = 60 menit/klien/hari = 1
jam/klien/hari
3. Waktu penyuluhan kesehatan lebih kurang 15 menit/hari/klien = 0,25
jam/hari/klien
4.  Rata rata klien per hari adalah jumlah klien yang dirawat di suatu unit
berdasarkan
rata- rata biaya atau menurut Bed Occupancy Rate (BOR) dengan rumus :
Jumlah hari perawatan RS dalam waktu tertentu x 100 %
Jumlah tempat tidur x 365 hari
5. Jumlah hari pertahun yaitu : 365 hari.
6. Hari libur masing-masing perawat per tahun, yaitu : 73 hari ( hari  minggu/libur
= 52 hari ( untuk hari sabtu tergantung kebijakan rumah sakit setempat, kalau
ini merupakan hari libur maka harus diperhitungkan , begitu juga
sebaliknya), hari libur nasional = 13 hari, dan cuti tahunan = 8 hari).
7.  Jumlah jam kerja tiap bidan adalah 40 jam per minggu (kalau hari kerja efektif
6 hari maka 40/6 = 6.6 = 7 jam per hari, kalau hari kerja efektif 5 hari maka
40/5 = 8 jam per hari)
8.  Jumlah tenaga kebidanan yang dibutuhkan disatu unit harus ditambah 20%
(untukantisipasi kekurangan /cadangan ).
9. Perbandingan profesional berbanding dengan vocasional = 55% : 45 %

Contoh di Ruang Merpati (Nifas) dan Ruang Kenari (VK)


Jumlah pasien sama tiap ruang sehubungan dengan pasien dari Ruang Kenari
(VK) setelah tindakan selesai dipindahkan ke Ruang Merpati (Nifas) untuk
perawatan selanjutnya.
1. Rata rata jam perawatan klien per hari = 5 jam/hari
2. Rata rata = 18 klien / hari (5 orang dengan ketergantungan minimal, 7 orang
Dengan ketergantungan partial dan 6 orang dengan ketergantungan total)
3. Jumlah jam kerja tiap bidan = 40 jam/minggu ( 6 hari/minggu ) jadi jumlah jam
kerja perhari 40 jam dibagi 6 = 7 jam /hari
4. Jumlah hari libur : 73 hari ( 52 +8 (cuti) + 13 (libur nasional)
  Jumlah jam keperawatan langsung
- Ketergantungan minimal      = 5 orang x 1 jam = 5 jam
- Ketergantungan partial         = 7 orang x 3 jam = 21 jam
- Ketergantungan total            = 6 orang x 6 jam = 36 jam
Jumlah jam    = 62 jam
  Jumlah keperawatan tidak langsung
18 orang klien x 1 jam = 18 jam
  Pendidikan Kesehatan = 18 orang klien x 0,25 = 4,5 jam
Sehingga Jumlah total jam keperawatan /klien/hari :
62 jam + 17 jam + 4,5 jam = 4,63 Jam/klien/hari
18 orang
Jadi,
1. Jumlah tenaga yang dibutuhkan :
4,63 x 17 x 365    =   28,729 = 14,05 orang ( 14 orang )
(365 – 73) x 7              2044
2. Untuk cadangan 20% menjadi 14 x 20% = 2,8 orang
3. Jadi jumlah tenaga yang dibutuhkan secara keseluruhan 14 + 3 = 17 orang
/hari Perbandingan profesional berbanding dengan vocasional = 55% : 45 %
= 10 : 8 orang

4. Metode Swansburg
Contoh:
Pada suatu unit dengan 27 tempat tidur dan 18 klien rata rata perhari .
Jumlah jam kontak langsung bidan – klien = 5 jam /klien/hari.
1) Total jam bidan /hari : 18 x 5 jam = 90 jam jumlah bidan yang dibutuhkan :
90 /
7 = 12,857 ( 13 orang) bidan/hari
2) Total jam kerja /minggu = 40 jam jumlah shift perminggu = 13 x 7 (1
minggu)
= 91 shift/minggu jumlah staf yang dibutuhkan perhari = 91/6 = 15 orang
(jumlah staf sama bekerja setiap hari dengan 6 hari kerja perminggu dan 7
jam/shift)
Menurut Warstler dalam Swansburg dan Swansburg (1999),
merekomendasikan untuk
pembagian proporsi dinas dalam satu hari ¨ pagi : siang : malam = 47 % : 36
% : 17 %
Sehingga jika jumlah total staf kebidanan /hari = 15 orang
  Pagi     : 47% x 15 = 7,05 = 7 orang
  Sore     : 36% x 15 = 5,4 = 5 orang
  Malam : 17% x 15 = 2,55 = 3 orang

B.Kesimpulan
Berdasarkan hasil penghitungan kebutuhan tenaga di Ruang kebidanan
RSD Idaman Kota Banjarbaru dengan menggunakan beberapa metode yang sudah
diuraikan sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
a. Ruang Kebidanan RSD Idaman Kota Banjarbaru Kalimantan Selatan terbagi
2 ruangan. Ruang Merpati (Nifas) 15 orang bidan dan Kenari (VK) 15 orang
bidan. Dokter SpOG berjumlah 2 orang ( 1 orang konsultan), tenaga
administrasi 3 orang dan tenaga umum 1 orang.
b. Tenaga bidan yang bekerja di masing masing Ruang Merpati (Nifas) dan
Ruang kenari (VK) RSD Idaman Kota Banjarbaru memiliki latarbelakang D
III, D IV, dan S1 Kes Mas.
c. Jumlah pasien di Ruang Merpati (Nifas) dan Ruang Kenari (VK) k urun
waktu 3 tahun dari tahun 2014 hingga 2016 setelah dirata rata mencapai 7042
d. Waktu kerja ruang kebidanan RSD Idaman Kota Banjarbaru Kalimantan
Selatan dalam waktu 1 tahun sebanyak 365 hari dan jumlah jam kerja tiap
bidan adalah 40 jam per minggu (kalau hari kerja efektif 6 hari maka 40/6 =
6.6 = 7 jam per hari, kalau hari kerja efektif 5 hari maka 40/5 = 8 jam per
hari)
e. Metode penghitungan kebutuhan menggunakan beberapa metode :
 Metode Douglas berdasarkan ketergantungan perawatan dari jumlah
pasien dibutuhkan 11 orang tenaga bidan per hari.
 Metode Sistem Akuitas berdasarkan kelas perawatan dan jam perhari
untuk pergantian 3 shif dibutuhkan 8 orang tenaga bidan perhari.
 Metode Gillies berdasarkan ketergantungan perawatan dan lama jam
perawatan ditambah 20% cadangan dibutuhkan 17 orang tenaga bidan per
hari.
 Metode Swansburg berdasarkan jumlah tempat tidur , jumlah pasien per
hari dan jam perawatan per pasien per hari dibutuhkan 13 orang bidan per
hari sedangkan bila berdasarkan proporsi dinas dalam shif dalam
prosentase dibutuhkan 15 orang bidan per hari
f. Ketenagaan bidan saat ini baik Ruang Merpati (Nifas) maupun Ruang Kenari
(VK) bidan jaga per hari berjumlah 12 orang perhari dengan jumlah pasien
rata rata 18 orang per hari. Bila berdasarkan Metode Gillies ditambahkan
20% untuk cadangan maka dibutuhkan 2,4 dibulatkan menjadi 2 orang bidan
lagi. Untuk menutupi kekurangan tenakga apabila ada bidan yang cuti atau
sakit.
DAFTAR PUSTAKA

DepKesRI (2003), Indonesia sehat 2010. Jakarta : Departemen Kesehatan R.I

Douglas, Laura Mae. (1992) The effective Nurse : Leader and Manager ., 4 Th.


Ed,. Mosby -
year book, Inc.

Gillies, D.A. (1994). Nursing management, a system approach. Third Edition.


Philadelphia :
WB Saunders.

Marquis, B.L. dan Huston, C.J. (1998). Management Decision Making for


Nurses (3rd ed)
Philadelphia: Lippincot – Raven Publisher

Marquis, B.L. dan Huston, C.J. (2000). Leaderships Roles and Management


Functions in
Nursing (3rd ed) Philadelphia: Lippincot – Raven Publisher

Swansburg, R.C. & Swansburg, R.J. (1999). Introductory management and


leadership for
nurses. Canada : Jones and Barlett Publishers

Anda mungkin juga menyukai