Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN STASE MANAJEMEN KEPERAWATAN

RUANG BEDAH RS SOEDARSONO

(Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praklinik III Manajemen Keperawatan)

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 10

MERKIA LISMA 2019610106

KRISOGONUS BUBI 2019610097

ADRIANO NAZARIO LEMOS 2019610100

REMIGIO HALEK ALVES 2019610102

RISKA OKTAFIANINGSIH ABRIYANTI 2019610105

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI
MALANG
2023
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rumah sakit merupakan organisasi badan usaha di bidang kesehatan mempunyai peranan

penting dalam mewujudkan derajat kesehatan masyarakat secara optimal menurut Wahyudi

Setya (2011). Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan dirasakan

sebagai suatu fenomena yang harus direspon oleh perawat. Oleh karena itu pelayanan

keperawatan ini perlu mendapat prioritas utama dalam pengembangan kemasa depan.Perawat

harus mau mengembangkan ilmu pengetahuannya dan berubah sesuai tuntutan

masyarakat,dan menjadi tenaga perawat yang profesional. Pengembangan dalam berbagai

aspek keperawatan bersifat salingberhubungan, saling bergantung, saling mempengaruhi

dansaling berkepentingan. Oleh karena itu inovasi dalam pendidikan keperawatan, praktek

keperawatan, ilmu keperawatan dan kehidupan keprofesian merupakan fokusutama

keperawatan Indonesia dalam dalam proses profesionalitas.

Menurut WHO, Rumah sakit adalah suatu bagian penyeluruh dari oragnisasi sosial dan

medis berfungsi memberikan pelayanan kesehatan yang lengkap kepada masyarakat, baik

kuratif maupun rehabilitative dimana pelayanan keluarga menjangkau pelayanan keluarga

dan lingkungan. Rumah sakit merupakan sebuah institusi pelayan kesehetan professional

yang pelayanannya dilakukan oleh dokter, perawat, dan tenaga ahli kesehatan lainnya.

Pelayanan rumah sakit merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari system pelayanan

kesehatan pada umumnya, yang memerlukan penanganan dan perhatian dengan seksama

(Hasibuan,wulan dan wigati, 2014).

Dalam menjalankan tugasnya, seorang manajer perawat dan perawat banyak mengalami

tantangan baik dari profesi sendiri dan profesi lain. Walaupun perawat banyak mengalami

tantangan dalam profesinya, namun Perawat dituntut untuk bertindak sesuai dengan
perlakuan yang adil, terlepas dari status ekonomi, ras, etnis, usia, kewarganegaraan, kecatatan

ataupun orientasi seksual (Bermen Snyder 2015).  Adil yang berarti tidak

mendiskriminasikan pasien berdasarkan agama, ras, sosial budaya, ekonomi tetapi

memperlakukan pasien sebagai individu yang memerlukan bantuan dengan keunikan yang

dimiliki. Dalam beberapa dekade terakhir, sistem perawatan kesehatan nasional telah

berurusan dengan peningkatan permintaan untuk berkualitas tinggi dan layanan berpusat pada

pasien, tetapi sumber daya yang terbatas sering menantang keberlanjutan mereka. Tantangan

profesi keperawatan adalah profesi yang sudah mendapatkan pengakuan dari profesi lain,

dituntut untuk mengembangkan dirinya untuk berpartisipasi aktif dalam sistem pelayanan

kesehatan agar keberadaannya mendapat pengakuan dari masyarakat.

Berdasarkan latar belakang di atas, dan fenomena yang yang terjadi,maka mahasiswa

keperawatan perlu mengetahui serta memahami tentang manajemen keperawatan.

B. Tujuan

1. Tujuan umum

Mahasiswa keperawatan mampu mengidentifikasi gambaran praktik pelayanan yang

dihadapai dalam melaksanakan tugasnya dalam pelayanan asuhan keperawatan di RS.

Soedarsono.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui gambaran profil rumah sakit RS. Soedarsono.

b. Menganalisis situasi di unit pelayanan sebagai dasar untuk menyusun rencana

sterategis dan rencana operasional unit Soedarsono

c. Menetapkan proritas kebutuhan dan masalah manajemen keperawatan bersama

pihak rumah sakit dan unit Soedarsono

d. Menyusun tujuan dan rencana alternatif pemenuhan kebutuhan dan menyelesaikan

masalah yang telah ditetapkan.


e. Menyusulkan alternatif pemenuhan kebutuhan dan penyelesaian masalah yan

bersifat teknik operasional bagi rumah sakit Soedarsono

f. Menyelesaikan alternatif pemenuhan kebutuhan dan penyelsesain masalah yang di

sepakati bersama unit terkait di rumah sakit Soedarsono.

g. Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan pada aspek masukan dan proses dan manajemen

keperawatan di rumah sakit Soedarsono

h. Menyususn rencana tindak lanjut dari asli yang dicapai berupa upaya

mempertahankan dan memperbaiki hasil melalui kerjasama dengan unit di rumah

sakit Soedarsono.

C. Manfaat

1. Bagi Rumah Sakit Soedarsono


Sebagai bahan evaluasi dan informasi yang berguna bagi manajemen
keperawatan rumah sakit dalam menetapkan kebijakan tentang penting dalam
pelaksanaan praktek manajemen keperawatan serta membantu melaksanakan kegiatan
yang terkait dengan pengembangan sumber daya manusia yang dibutuhkan bagi
perawat untuk menunjung sesuai model asuhan keperawatan.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan bagi dunia pendidikan ini dapat memperkaya bahasan masalah
manajemen sumber daya manusia dibidang dunia pendidikan keperawatan yang
berhubungan dengan kinerja perawat untuk meningkatkan kualitas proses belajar
secara aktif terkait dengan peningkatan kemampuan mahasiswa didalam
mempersiapkan pelayanan keperawatan untuk meningkatkan pelayanan keperawatan
yang profesional dan berkualitas.
3. Mahasiswa
Mahasiswa dapat mengetahui layanan keperawatan yang ada dirumah sakit
Soedarsono, sehingga diharapakan mahasiswa dapat belajar melalui praktek
manajemen keperawatan diharapkan juga mahasiswa juga dapat mengikuti sarana dan
prasana dalam meningkatkan layanan keperawatan sesuai harapan yang diinginkan,
Dan dapat menjadi bahan pembelajaran dalam melakukan praktik kklinik manajemen
di rumah sakit.
BAB II

KAJIAN SITUASI MANAJEMEN KEPERAWATAN RUANG BEDAH RS

SOEDARSONO

A. Kajian Situasi Rumah Sakit

a. Sejarah Singkat Rumah Sakit

RSUD dr. R. Soedarsono bediri sejak tahun 1917

Tipe / Kelas : C

Pemilik : Pemerintah Kota Pasuruan

Alamat : Jl. Dokter Wahidin Sudiro Husodo No.1-4 Kota Pasuruan

email : rsud@pasuruankota.go.id

No.Telp : (0343) 421073

b. Falsafah, Motto, Visi, Misi, Tujuan Rumah Sakit

1. Falsafah : Pelayanan secara professional berlandaskan hati nurani,

dengan berorientasi pada mutu dan keselamatan pasien.

2. Motto : Senyum, Mutu, Amanah, Respek, dan Terpercaya

3. Visi : Menjadikan Rumah Sakit pilihan utama masyarakat yang

memiliki kualitas prima dalam pelayanan

4. Misi :

a. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan Paripurna, Bermutu, dan

Terjangkau Bagi Masyarakat dan Berorientasi pada Keselamatan Pasien

b. Menyelenggarakan manajemen Rumah Sakit secara Profesional, Efektif dan

Efisien

5. Tujuan Rumah Sakit


1. Selalu mengutamakan penderita dengan penuh kerendahan hati dan selalu

bersedia untuk menolong Dengan kebersamaan semuanya mengjadi lebih

mudah

2. Setiap pelayanan dilandasi oleh kemanusiaan etik dan keikhlasan kepada

Tuhan.

c. Jenis-jenis Pelayanan Rumah Sakit

1. Layanan prehospital care atau yang bisa disebut juga layanan pra rumah sakit ini

merupakan perawatan medis darurat yang diberikan kepada pasien, sebelum

datang ke rumah sakit. Pasien akan mendapatkan aktivasi layanan medis darurat

jika ada kejadian gawat darurat.

2. Menurut Direktur RSUD dr R. Soedarsono dr M. Burhan MMRS, angka

kegawatdaruratan di Kota Pasuruan dinilai cukup tinggi. “Untuk itu diperlukan

layanan yang cepat dan tepat di lapangan bagi pasien yang membutuhkan

melalui pelayanan prehospital care ini,” kata dr. M Burhan.

3. seringkali kejadian gawat darurat terjadi kesalahan dalam penanganannya.

“Kecelakaan lalu lintas misalnya. Seringkali kita jumpai kesalahan penanganan

yang dilakukan warga. Oleh karena itu kami bentuk layanan gawat darurat di

lapangan yang didukung oleh tenaga dokter dan perawat yang sudah

tersertifikasi,

4. Sementara itu, Kepala Ruang IGD (Instalasi Gawat Darurat), Sugianto

menuturkan, prehospital care bisa didapatkan secara gratis. “Warga bisa

mengaksesnya melalui Layanan Panggilan Darurat.


B. Kajian Situasi Ruangan (5M)

1. Man

a. Kuantitas sumber daya manusia :


 Sumber daya manusia yang ada didalam ruangan ada tenaga keperawatan dan non
keperawatan
- Tenaga keperawatan berjumlah: 13
- Non keperawatan berjumlah :6

b. Kualifikasi sumber daya manusia :


 Karakteristik tenaga perawat berdasarkan tingkat pendidikan

No tingkat pendidikan jumlah Presentase


1 D3 keperawatan 6 46,1%
2 D4 keperawatan 5 38,4%

3 S. Kep Ners 2 15,3%

Jumlah 13 99,8% (100%)


(sumber data primer 2020)

Kesimpulan : Hampir separuh perawat dari D3 Keperawatan yaitu 46,1% dan S.Kep
Ners nya 15% saja
 Karakteristik ketenagaan berdasarkan non perawat

No spesifik pekerjaan jumlah presentase


1 administrasi 2 18%
2 cleaning service 1 9%
3 Security 3 27%
jumlah 6 100%
( sumber data primer 2020)

Kesimpulan : Ketenaga kerjaan berdasarkan non perawat sebagian besar adalah

pekerjaan security yaitu berjumlah 3 orang (50%).


 Karakteristik ketenagaan perawat berdasarkan masa kerja

No masa kerja jumlah Presentase

1. <5 tahun 7 70%


2. >5 tahun 6 30%

Jumlah 13 100%

(sumber data primer 2020)

Kesimpulan : Sebagian besar masa kerja perawat <5 tahun berjumlah 7 (70%) orang

dan >5 tahun 6 (30%) hanya orang .

 Karakteristik ketenagaan berdasarkan pelatihan yang diperoleh

No Pelatihan Jumlah Presentase


1 BTCLS 17 85%
2 CODE BLUE 1 5%
3 CWCCA 2 10%
(sumber data primer 2020)

Kesimpulan : Jumlah ketenagaan perawat yaitu sebagian besar mengikuti pelatihan


BTCLS dengan jumlah 17 dengan persentase 85% dan lebih sedikit
yang mengikuti pelatihan CODE BLUE 1 dengan presentase 5% dan
CWCCA 2 dengan presentase 10%.

 Tingkat ketergantungan pasien

kualitas pasien
Tingkat ketergantungan pasien jumlah pasien Presentase
minimal care 10 23,8%
Parsial Care 30 71,4%
total care 2 4,7%
jumlah 42 99,9% (100%)
Kesimpulan : Jumlah pasien sebagian besar dengan tingkat ketergantungan parsial
care sebanyak 30 orang (71,4%) dan pasien pada minimal care 10
orang (23,8%) serta total care 2 orang (4,7%).
c. Kebutuhan tenaga perawat sesuai tingkat ketergantungan pasien (Rumus
Gillies)
AxB xC
Tenaga perawat =
(C−D) xE
Keterangan :
A: Jumlah jam keperawatan yang dibutuhkan klien/hari
B: Rata-rata klien/hari
C: Jumlah hari/tahun
D: Hari libur masing-masing perawat
E: Jumlah jam kerja tiap perawat

 Menentukan terlebih dahulu jam keperawatan yang dibutuhkan klien/hari, yaitu:


 Keperawatan langsung
- Keperawatan minimal care 10 orang pasien : 10x1 jam = 10 jam
- Keperawatan persial care 30 orang pasien : 30x3 jam = 90 jam
- Keperawatan total care 2 orang pasien : 2x6 jam = 12 jam
= 112 jam
 Keperawatan tidak langsung
- Keperawatan tidak langsung 42 orang pasien: 42x1 jam = 42 jam
- Penyuluhan kesehatan 42 orang pasien : 42x0,25 jam = 10,5 jam
= 52,5 jam

 Total jam keperawatan keseluruhan untuk 42 pasien adalah 164,5 jam


 Menentukan jumlah jam keperawatan/hari = 164,5 jam/42 pasien = 3,91
jam/pasien

 Menentukan jumlah kebutuhan tenaga keperawatan pada ruangan dengan


rumus

3,91x42x365 hari = 59,940 = 29,32 atau 29 orang


(365 hari-73 hari)x7 jam 2,044

 Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan per shift


 Fasilitas untuk pasien
- Pagi 47% x 29 orang = 14 orang
- Siang 36% x 29 orang = 10 orang
- Malam 17% x 29 orang = 5 orang
29 orang

 Kesimpulan : Dari hasil pengkajian diatas maka dapat disimpulkan jumlah


kebutuhan perawat masih kurang dari jumlah kebutuhan pasien serta
minimnya pelatihan diruangan bedah karena pendidikannya < 5 tahun

2. Material dan Mechine

a. Penataan Gedung/lokasi dan denah rumah


1. Sebelah utara berbatasan dengan ruangan penyakit dalam
2. Sebelah selatan berbatasan dengan ruang radiologi
3. Sebelah barat berbatasan dengan poli rawat jalan
4. Sebelah timur berbatasan pintu masuk
b. Fasilitas sarana dan prasarana

1. Fasilitas untuk pasien

a. Rawat Jalan

b. Rawat Inap

c. Pelayanan Rawat Darurat

d. Pelayanan Intensive Care Unit (ICU)

e. Pelayanan Bedah

f. BPJS Kesehatan

g. Ambulance

2. Fasilitas untuk petugas kesehatan

Dalam kasus tidak dicantumkan fasilitas untuk petugas kesehatan yang diberikan

3. Alat kesehatan yang ada diruangan

No Nama Barang atau Alat Jumlah Keterangan Standart Kekurangan


1. Timbangan Injak 1  1:42 41
2 Timbangan Bayi 1  1:42 41
3 Pengukur Tinggi Badan 1  1:42 41
4 Tensi meter Jarum 2  2:42 40
5 Tensi meter Lipat /duduk 2  2:42 40
6 Stetoskop anak 2  2:42 40
7 Stetoskop dewasa 2  2:42 40
8 Termometer digital 2  2:42 40

9 Manometer tabung 10  10:42 32

10 Manometer sentral 5  5:42 37


11 Suction 1  1:42 41

12 Nebulizer 1  1:42 41

13 Infus pump B. brown 1  1:42 41

14 Ambu bag bayi 1  1:42 41

15 Ambu bag anak 1  1:42 41

16 Senter 3  3:42 39

17 Tromol besar 1  1:42 41

18 Bak Instrumen (putih) 1  1:42 41

19 Bak Instrumen (stainlise) 2  2:42 40

20 Kom tutup 2  2:42 40

21 Kom tanpa tutup 2  2:42 40

22 Bengkok 1  1:42 41

23 Gunting perban 2  2:42 40

24 Klem 1  1:42 41

25 Pinset anatomi dan cirugis 4  4:42 40

26 Tongue spatel 3  3:42 39

27 Kunci inggris - × x x

28 Kursi roda 3  3:42 49

29 Kabel listrik Panjang 2  2:42 40

30 Tabung O2 transport 1  1:42 41

31 Troli O2 transport - × x x

32 Pengukur panjang bayi 1  1:42 41


33 Mesin EKG 1  1:42 41

34 Gunting biasa 1  1:42 41

35 Monitor 3  3:42 39
36 Syring pump 2  2:42 40
37 Infuse pump 2  2:42 40
38 Tabung O2 diruangan 1  1:42 41
tindakan

Kesimpulan : peralatan diruang bedah belum lengkap beberapa alat masih ada yang belum

tersedia, seperti mesih EKG, troli O2, dan kunci inggris. Set peralatan perawatan luka hanya

tersedia 1 set, tidak mencukupi dengan jumlah pasien yang membutuhkan.

4. Consumable (obat-obatan habis pakai)

1. obat oral : obat-obatan terdiri dari pil, tablet, bubuk, drase, kapsul, sirup.

2.Injeksi

Kesimpulan : Jumlah peralatan masih kurang dan belum sesuai dengan rasio jumlah

pasien

3. Method

1) Penerapan MAKP

Salah satu metode yang paling sering digunakan di rumah sakit adalah
metode model asuhan keperawatan tim. Dimana metode tim merupakan metode
yang menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang berbeda-berda dalam
memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat
ruangan dibagi menjadi 2- 3 tim/grup yang terdiri atas tenaga profesional,
teknikal, dan pembantu dalam satu kelompok kecil yang saling membantu.
Penerapan MAKP model tim sudah optimal dilaksanakan dan sudah sesuai
dengan SOP.
Kesimpulan : penerapan MAKP sudah optimal dan sesuai dengan SOP
2) Penerapan timbang terima/operan jaga

- Observasi
Berdasarkan hasil wawancara di RS Dr. Soedarsono Pasuruan pada tanggal
21 Desember 2022, bahwa Timbang terima dilakukan 3x/ hari (pagi, siang,
malam) yaitu saat pergantian shift. Timbang terima yang shift pagi dilakukan di
bed pasien dan seluruh perawat menghadir, sehingga perawat yang dinas pagi
mengetahui kondisi pasien dan melakukan pengkajian dan lama mengunjungi
pasien 15 menit. Timbang terima kadang dilakukan tepat waktu kadang tidak
dilakukan tepat waktu ( karena perawat dinas malam kadang tidak on time).
Sebelum memulai timbang terima, perawat yang dinas sebelumnya menyiapkan
data pasien yang dioperkan pada perawat dinas selanjutnya dalam buku khusus.

Teknik pelaporan timbang terima adalah perawat dinas sebelumnya


menyampaikan kondisi pasien dan terapi yang sudah didapatkan, serta tindak
lanjut terapi selanjutnya dan dilakukan hanya di nurse station, perawat dinas
pagi tidak melakukan validasi ke bed pasien untuk melihat kondisi pasien. Dari
hasil obervasi sudah terdapat buku operan jaga, namun belum ada SOP terkait
dengan prosedur timbang terima di ruangan.
Kesimpulan : timbang terima belum sesuai optimal.
3) Penerapan ronde keperawatan
- Observasi
Dari hasil observasi tanggal 21 Desember 2022 belum ada SOP atau petunjuk
teksns pelaksanaan ronde keperawatan di ruangan.
- Wawancara
Dari hasil wawancara dengan kepala ruangan bahwa Ronde Keperawatan tidak belum
pernah dilakukan di ruangan, pernah dilakukan hanya pada saat ada mahasiswa praktek
profesi manajemen keperawatan
Kesimpulan : belum rutin di lakukan

4) Sentralisasi Obat
- Observasi
Dari hasil observasi dari tanggal 21 Desember 2022Sentralisasi obat sudah
dilakukan namun belum optimal. Alur sentralisasi obat yaitu obat yang
diresepkan oleh dokter kemudian diserahkan kepada perawat, kemudian perawat
memberikan resep obat ke apotik langsung tanpa diserahkan kepada keluarga
pasien untuk ditembus diapotik sendiri. Selanjutnya, perawat mengambil obat
yang sudah diresepkan dari apotik dan kemudian melayani pemberian obat
sesuai dengan instruksi yang diberikan oleh dokter. Untuk obat injeksi perawat
menyimpannya di Nurse station tetapi tidak disimpan di dalam satu kotak
khusus untuk obat pasien melainkan dibiarkan di dalam tas plastic. Sedangkan
obat oral diberikan/disimpan oleh keluarga untuk dibawa ke ruangan rawatan
biasa/rawat inap.
- Wawancara
Berdasarkan wawancara tanggal 22 Desember 2022kepada beberapa perawat
bahwa sentralisasi obat di ruang bedahbelum dilakukan secara optimal terlebih
pada penyimpanan obat yang dari apotik yang hanya disimpan di dalam plastik
tidak di dalam satu kotak khusus untuk pasien sebelum pindah ke ruangan rawat
inap di belakang. Biasanya, obat injeksi disimpan oleh perawat dan obat oral
disimpan/diberikan pada keluarga pasien.

Kesimpulan : belum di lakukan secara optimal

5) Penerapan Discharge Planning


-Observasi
Dari hasil observasi didapatkan bahwa dsui RM pasien sudah ada formulir
dokumentasi untuk pelaksanaan discharge planning dan terisi dengan lengkap.
Ruangan juga telah mempunyai leafleat edukasi untuk 10 besar diagnosa pasien
yang melakukan rawat inap. Ruangan jga telah mempunyai SOP terkait dengan
pelaksanaan discharge planning.
-Wawancara
Dari hasil wawancara dengan perawat di ruangan didapatkan bahwa discharge
planning sudah dilakukan dengan baik dan pendokumentasian juga sudah
dilakukan di RM pasien. PErawat juga telah melakukan discage planning sejak
pasien masuk ruangan, terkait dengan perawatan yang dibutuhkan oleh pasien
dan juga pengetahuan pasien dan keluarga selama perawatan dirumah.
Kesimpulan : sudah menerapkan Discharge Planning di ruangan
6) Penerapan Supervisi
-Wawancara
Dari hasil wawancara supervisi dilakukan secara langsung oleh bidang
keperawatan di ruangan bedah, kepada kepala ruangan dan ketua tim yang ada
di ruangan, dan ketua tim secara langsung melakukan supervisi pada perawat
pelaksana. Kemudian ketua tim melaporkan hasil supervisi pada kepala ruangan
dan perawat pelaksana (supervisi tidak langsung) dan hasil ini dijadikan
dokumentasi untuk ruangan
-Kuesioner
Dari hasil penyebaran kuesioner didapatkan di ruangan bedah bahwa 90%
perawat maupun bidan telah memahami tentang supervisi dan pelaksanaan
supervisi di ruangan.
Kesimpulan : supervisi sudah optimal
7) Penerapan Dokumentasi keperawatan

- format pendokumentasian dengan format asuhan keperawatan pengkajian tersedia


dalam formulir tersendiri terdokumentasi dengan lengkap dan pendokumentasian
menggunakan SDKI, SLKI, SIKI yang versi lama.
Kesimpulan : Penerapan Dokumentasi keperawatan di ruangan bedah dilakukan secara
baik serta pengkajian dan mmenggunakan buku 3 S

4. Money
1) Sumber pendapatan ruangan/ pemasukan
- sistem pembayaran pasien dikelola oleh pihak rumah sakit, berdasarkan jaminan
yang digunakan oleh pasien antara lain : pasien BPJS/JKN biaya perawatannya
ditanggung oleh jaminan tersebut, mengikuti aturan yang telah ditetapkan dan
batas waktu pengurusan selama 3 hari, jika melewati batas yang ditentukan
maka dihitung sebagai pasien umum.
- Biaya pendapatan ruangan di dapatkan dari Pasien umum, dimana seluruh
biaya perawatannya ditanggung oleh pasien dan keluarga.
- Biaya perawatan disesuaikan jaminan kelas yang ditentukan oleh BPJS/JKN
2) Rencana Anggaran Belanja (RAB) ruangan , yang meliputi dana untuk kegiatan:
- Operasional (kegiatan pelayanan)
- Manajemen (penggajian pegawai, listrik, air, telpon, dan lainnya)
- Pengembangan

No Jenis pembiayaan Keterangan


1 RUANG BEDAH Pertindakan
Pemeriksaan Rp. 50.000
Tindakan Rp. 60.000
Konsul Saat di Rp. 75.000
RUANG BEDAH Rp. 30.000
Lewat Telepon
2 RUANGAN Rp. 250.000 Perhari
Kelas 1 Rp. 150.000
Kelas 2 Rp. 100.000
Kelas 3 Rp. 250.000
Isolasi Rp. 350.000
HCU/RESUS Rp.450.000
NICU/PICU
3. KONSUL DI Pertindakan
RUANGAN Rp. 25.000
Kelas 1,2 Rp. 20.000
Kelas 3, Isolasi Rp. 30.000
HCU/NICU
4. TINDAKAN Pertindakan
Kelas 1,2 Rp. 60.000
Kelas 3/ Isolasi Rp. 50.000
EKG
Kelas 1, 2, RUANG Rp. 75.000
BEDAH/RESUS, Rp. 65.000
HCU,
Isolasi Kelas
3
Catatan: Pasang IVFD
2x Hitung 1x Tindakan
Rawat luka 4x Hitung 1x
Tindakan
ASKEP Pertindakan
Kelas 1 Rp. 25.000
Kelas 2 Rp. 20.000
Kelas 3 Rp. 15.000
Isolasi/RUA Rp. 20.000
NG Rp. 100.000
BEDAH
HCU, PICU, NICU
ADMIN Pertindakan
Kelas 1,2, Isolasi Rp. 10.000
Kelas 3 Rp. 5.000
HCU, PICU, Rp. 20.000
NICU
AMBULANCE Pertindakan
Dalam Kota Rp. 100.000
Luar Kota Rp. 6.500/ Km
PERSALINAN Pertindakan
Normal:
Kelas 1,2 Rp. 1.250.000
Kelas 3 Rp. 1.000.000
Penyulit:
Kelas 1,2 Rp. 1.500.000
Kelas 3 Rp. 1.250.000
SC;
Kelas 1,2 Rp. 4.500.000
Kelas 3 Rp. 4.000.000
Kuretase:
Kelas 1,2 Rp. 2.500.000
Kelas 3 Rp. 2.250.000

Kesimpulan : Sumber pendapatan ruangan/pemasukan di rumah sakit sudah optimal

5. Mutu
 BOR (Efisiensi Pelayanan di Ruangan Instalasi Gawat Darurat)
No Periode Jumlah Hari Jumlah Bed BOR
rawat
1 September 325 50 22 %
2 Oktober 296 50 19%
3 Nopember 247 50 16%
Total 868 50 57%
 Metode menggunakan rumus gilis
Ket:
Jumlah hari perawatan =A
Jumlah tempat tidur yang aktif =B
Jumlah hari satu bulan = C
A
BOR = x 100 %
BxC
1. September
325
BOR = x 100 %
50 x 30
325
= x 100 %
1,500

= 21,666

= Jadi dibulatkan menjadi 22%


Jadi jumlah presentase pemakaian tempat tiudr pada satuan waktu
tertentu yaitu 22
2. Oktober
296
BOR = x 100 %
50 x 31
296
= x 100 %
1,550

= 19,09

Jadi jumlah presentase pemakaian tempat tiudr pada satuan waktu tertentu yaitu 19%

3. November
247
BOR = x 100 %
50 x 30
247
= x 100 %
1,500

= 16,46

Jadi jumlah presentase pemakaian tempat tiudr pada satuan waktu tertentu
yaitu 16 %
Kesimpulan : Sediaan BOR di RSUD Soedarsono belum ideal. Karna belum memenuhi
standar Depkes yaitu 60-80%.

Indicator Mutu Pelayanan


1. keselamatan pasien (Pasien safety)
Layanan keperawatan yang telah terapkan di ruangan masih indikator pasient safety saja.
Hasil Observasi Penerapan 6 Safety Goals di Ruangan Instalasi Gawat Darurat.
a) Identifikasi Pasien dengan benar
perawat yang melakukan identifikasi pasien belum optimal karena masih ada
beberapa point yang dilewatkan perawat hanya menanyakan nama pasien tidak
menayakan no rekam medis pasien sebelum melakukan tindakan pada pasien.Dari
hasil wawancara dengan Kepala Ruang belum ada SOP tentang identidikasi pasien.
b) Meningkatkan komunikasi yang efektif
Dalam meningkatkan komunikasi efektif yang perlu ditingkatkan adalah melakukan
proses feedback saat menerima instruksi pertelepon, melakukan handover saat serah
terima pasien, melakukan critical result dalam waktu 30 menit dan menggunakan
singkatan yang dibakukan. Ruangan Bedahmenggunakan teknik komunikasi
terapeutik dengan menggunakan komunikasi SBAR.
c) Meningkatakan keamanan obat High alert
Meningkatkan keamaan penggunaan obat yang membutuhkan perhatian tidak
menyimpan elektrolit konstrasi tinggi di ruangan perawatan (termasuk potassium
choride/KCL dan sodium chlorida/Nacl 0,9 %. Berdasarkan hasil observasi di
ruangan gawat darurat dalam pemberian obat sudah tepat dengan memperhatikan 6B
(Benar pasien, Benar obat, Benar dosis, Benar rute/cara, Benar waktu, dan Benar
dokumentasi).
d) Memastikan lokasi pembedahan yang benar, prosedur yang benar, pembedahan
pada pasien yang benar
Melakukan site marking yang dimaksud adalah tindakan pemberian tanda
identifikasi khusus untuk penandaan sisi kanan atau kiri pada pasien yang akan
dilakukan tindakan operasi dengan prosedur yang tepat dan benar. Menggunakan
dan melengkapi surgical checklist dan melakukan time out.
Berdasarkan hasil observasi di ruangan bedahsetiap tindakan yang dilakukan oleh
perawat sudah tepat.
e) Mengurangi risiko infeksi akibat perawatan kesehatan
Cara untuk mengurangi risiko infeksi yaitu dengan melakukan cuci tangan dengan
benar dan menerapkan five moment yaitu sebelum kontak dengan pasien, sebelum
melakukan tindakan aseptic, setelah kontak dengan cairan tubuh pasien, setelah
kontak dengan pasien dan setelah kontak dengan lingkungan pasien.
Berdasarkan hasil observas di ruangan sudah ada SOP 5 langkah cuci tangan dan
five moment sudah diketahui oleh petugas, namun penerapannya yang belum
optimal (dari 10 perawat yang diobservasi 60% perawat melakukan cuci tangan
hanya setelah melakukan tindakan keperawatan)

f) Mengurangi risiko jatuh


Untuk mengurangi risiko jatuh yang dilakukan adalah melakukan pengkajian awal
dan berkala mengenai risiko pasien jatuh dan melakukan tindakan untuk mengurangi
risiko yang teridentifikasi.
Berdasarkan pengkajian 22 Desember 2022, 30% pasien yang datang di ruangan
bedahberisiko jatuh. Ruangan sudah memiliki instrumen pengkajian MFS untuk
mengkaji resiko jatuh pasien. Untuk pasien dengan resiko jatih diberi tanda di bed
pasien dan tempat tidur diberi pengaman samping kiri dan kanan.
2. perawatan diri
Belum diterapkan dan belum dipantau.
3. kepuasan pasien
Belum diterapkan dan belum dipantau.
4. kenyamanan
Belum diterapkan dan belum dipantau.
5. kecemasan
Belum diterapkan dan belum dipantau.
6. pengetahuan
Belum diterapkan dan belum dipantau.

Kesimpulan :

1. Jadi kesimpulannya mutu layanan keperawatan yang telah terapkan di ruangan masih indikatr
pasient safety saja, untuk indikator lain (Perawatan diri, Kepuasan pasien, Kenyamanan, Kecemasan,
Pengetahuan belum diterapkan dan belum dipantau)

2. Dari hasil observasi dari didapatkan perawat yang melakukan identifikasi pasien belum optimal
karena masih ada beberapa point yang dilewatkan perawat hanya menanyakan nama pasien tidak
menayakan no rekam medis pasien sebelum melakukan tindakan pada pasien.

3. Dari hasil wawancara dengan Kepala Ruang belum ada SOP tentang identidikasi pasien. Penerapan
cuci tangan belum optimal karena perawat hanya melakukannya sete;lah Tindakan.

C. Analisa SWOT
N Analisa swot Bobot Rating Skor Bobot X
O Rating
Man(M.1-5)
a.Ifa
Kekuatan Strenght (M.1)
-

Kekuatan ( streangth) (M.2)


Penerapan MAKP
0,4 3 1,2 S-W
 MAKP yang digunakan adalah
(23,1-
metode model asuhan
24,8)
keperawatan tim
= - 1,7
 Perawat ruangan dibagi 0,3 3 0,9
menjadi 2- 3 tim/grup yang
terdiri atas tenaga profesional,
teknikal, dan pembantu dalam
satu kelompok kecil yang
saling membantu.
 Penerapan MAKP model tim 0,3 2 0,6
sudah optimal dilaksanakan
dan sudah sesuai dengan SOP.
Penerapan timbang terima/
operan jaga 0,3 3 0,9
 Timbang terima dilakukan
3x/hari (pagi, siang, malam)
yaitu saat pergantian shif 0,3 2 0,6
 Timbang terima yang shif
pagi dilakukan di bed pasien
dan seluruh perawat hadir 0,2 3 0,6
 Sebelum melakukan timbang
terima , perawat dinas
sebelumnya menyiapkan
data pasien yang dioperkan
pada perawat dinas
selanjutnya dalam buku 0,2 3 0,6
khusus
 Sudah terdapat buku operan
jaga
Ronde keperawatan
 -
Sentralisasi obat 0,6 3
 Sudah dilaksanakan kegiatan 1,8
kolaborasi sentralisasi obat
oleh dokter, perawat dan
0,4 2
farmasi
0,8
 Adanya kemauan perawat
untuk melakukan sentralisasi 0,2 3
obat 0,6
Discharge planning
 RM pasien sudah ada
formulir dokumentasi untuk
pelaksanaan discharge
planning dan terisi dengan 0,3 3
lengkap
 Ruangan sudah memiliki 0,9
leaflet edukasi untuk 10 0,3 2
besar diagnosa pasien yang
melakukan rawat inap
 Ada SOP terkait dengan 0,6
pelaksanaan discharge
planning
 discharge planning sudah 0,6 3
dilakukan dengan baik
supervi 1,8
 Supervisi dilakukan secara 0,4 2
langsung oleh bidang 0,8
keperawatan diruang bedah
 Perawat dan bidan telah
memahami tentang supervisi
dan pelaksanaan supervisi 0,6 3
diruangan
Penerapan dokumentasi
keperawatan 1,8
 Format pendokumentasian
dengan format asuhan 0,4 3
keperawatan pengkajian
sudah tersedia
0,3 2
 Pendokumentasian 1,2
menggunakan SDKI, SLKI
SIKI
Kekuatan streangth (M.3)
 Metode MAKP yaitu 0,2 3 0,6
menggunakan dengan
metode model asuhan
keperawatan Tim
0,6
 Penerapan timbang
terima/operan jaga sudah 0,2 4
terlaksana. Dengan
pembagian sift pagi,siang
dan malam
 Sentralisasi obat: diresepkan 0,8
dari dokter kemudian di
berikan kepada perawat
setelah itu perawat 0,3 2
memberikan resep obat ke
apotik dan menjelaskan
kepada klien cara minum
obat secara teratur dan benar 0,8
0,4 4
 Discharge planing : sudah di
lakukan dengan baik dan
pendokomentasian sudah di
lakukan di RM Pasien
0,4 4
1,6
Kekuatan streangth (M.4)
 Adanya pendapatan dari
0,2 3
pasien dengan biaya BPJS
yang dapat di Klaim
setelahperawatan 1,6
 Adanya pendapatan dari
pasien dengan pembayaran 0,4 2
umum 0,6 2 0,6
 Biaya berawatan disesuaikan
dengan jaminan kelas yang d I
tentukan oleh BPJS/JKN 8,4

Kekuatan streangth (M.5) 0,8


 Rata-rata BOR cukup baik 0,3 2 1,2
 Setiap tindakan yang
dilakukan oleh perawat 2
0,2 23,1
sudah tepat

Total 0,3 3 0,6


Kelemahan Weeaknesses (M.1)
 Sebagian besar tenaga perawat 0,4
adalah D3 Keperawatan
(46,1%)
 Sebagian besar masa kerja 1 2 0,9
perawat <5 tahun (70%)
 Jumlah ketenagakerjaan yang
mengikuti CWCCA sangat
minim yaitu 2 orang (10%) 3
0,6
Weeaknesesess kelemahan 2
(M.2)
Penerapan MAKP 0,4 2
 Ada perawat yang tidak puas
dengan penerapan MAKP 1,8
Penerapan timbang
terima/operan jaga 0,6 2
 Timbang terima kadang
dilakukan tepat waktu, 0,8
kadang tidak di lakukan tepat
waktu. 0,4 2
 Belum ada SOP terkait
dengan prosedur timbang 1,2
terima diruangan
Ronde Keperawatan
 Belum ada SOP atau
petunjuk teknis pelaksanaan 2 0,8
ronde keperawatan di 0,5
ruangan 2
 Ronde keperawatan tidak 0,5
belum pernah di lakukan di
2
ruangan, pernah dilakukan
1
hanya pada saat ada 1
mahasiswa praktek profesi 2
manajemen keperawatan 1 1
Sentralisasi Obat
 Tidak ada kotak khusus
untuk penyimpanan obat 2
 Sentralisasi obat belum
dilakukan secara optimal
Discharge Planning 2 2
 keterbatasan waktu dan 1
tenaga perawat
Supervisi
 Ketua tim melaporkan hasil
supervisi pada kepala
ruangan dan perawat 2 2
pelaksana (supervisi tidak 0,2
langsung
Penerapan dokumentasi
keperawatan 3
 Pendokumentasian 0,3
menggunakan SDKI, SLKI,
2 0,4
SIKI MASIH versi lama
0,3
Weeaknesesess kelemahan
(M.3) 0,9
 Belum ada SOP terkait
dengan prosedur timbang
terima di ruangan 0,6
 Belum ada SOP atau
petunjuk teknis pelaksanaan
dalam ronde keperawatandi 2
ruangan 0,2
 Belum di lakukan secara
optimal terlebih pada
penyimpanan obat yang dari
apotik yang hanya disimpan
dalam plastik tidak di dalam 0,4
satu kotak khusus
untukpasien sebelum pindah
ke ruangan rawat inap di
belakang 3
 Format pendokumentasian 1
dengan format asuha
keperawatan pengkajian
tersedia dalam formulir
tersendiri terdokumentasi
dengan lengkap dan 3 3
pendokumentasian 1
menggunakan dengan buku
3S versi lama

Weeaknesesess kelemahan
(M.4) 3
 Jasa intesif untuk pelayanan
dan jasa medik yang
diberikan sama untuk semua
perawat 9,2

Weeaknesesess kelemahan
(M.5)
 Mutu pelayanan
keperawatan yang telah
24,8
diterapakan diruangan masih
indikator pasien safety saja
untuk indikator
lain(perawatan diri kepuasan
pasien, kenyamanan,
kecemasan,pengetahuan
belum diterapkan dan belum
dipantau

Total
b.Efas
Kesempatan (opurtunity)
M.1
 adanya kesempatan D.III 0,3 2 0,6
keperawatan dan D.4
keperawatan untuk mengikuti O-T
pelatihan atau kegiatan sejenis (29,8-
untuk mengbangkan kopetensi 0,2 3 0,6 26,3)
 adanya kesempatan D.III dan = 3,5
D.4 Unutk melanjutkan S-1
 Adanya kesempatan S.KEP 0,5 3 1,5
NERS untuk melanjutkan
pendidikan

Kesempatan (opurtunity) M.2


Penerapan MAKP 0,5 3 1,5
 Ada kebijakan pemerintah
tentang profesionalisasi
perawat
 Ada kebijakan manajemen RS 0,5 2 1
tentang pelaksanaan MAKP
Penerapan Timbang
Terima/operan jaga
 Adanya kerjasama yang baik 0,6 3 1,8
antar perawat
 Adanya kesempatan untuk
0,4 3 1,2
menyiapkan buku operan
jaga
Ronde Keperawatan
 Adanya kesempatan untuk 0,6 3 1,8
mengadakan SOP atau
petunjuk teknis pelaksanaan
ronde keperawatan di
ruangan 0,4 2 0,8
 Ronde keperawatan bisa di
lakukan di ruangan
Sentralisasi Obat
1 2 2,7
 Adanya kesempatan untuk
menyiapkan kotak khusus
obat 0,6 2 1,2
 Sentralisasi obat dapat
dilaksanakan secara optimal
Discharge Planning 1 2 2
 Adanya kerjasama yang baik
antar tenaga kesehatan
Supervisi 0,5 3 1,5
 Adanya teguran bagi yang
tidak melaksanakan
pekerjaan dengan baik 0,5 2 1
 Hasil supervisi dapat di
berlakukan sebagai pedoman
untuk daftar penilaian
prestasi perawat (DP3) 1 3 3
Penerapan dokumentasi
keperawatan
 Kerjasama yang baik antar
tenaga kesehatan
0,3 2 0,6
Kesempatan (opurtunity) M.3
 Adanya kesempatan untuk
pengadaan SOP terkait
dengan prosedur timbang 0,3 3 0,9
terima di ruangan
 Adnya kesempatan untuk
pengadaan SOP atau petunjuk 0,2 4 0,8
teknis pelaksanaan dalam
ronde keperawatandi ruangan
 Adanya kesempatan untuk 0,2 2 0,4
menyiapkan kotak obat khusus
pasien rawat inap .
 Adanya kesempatan untuk
pendokumentasian dengan
buku 3S dengan versi baru 0,5 2 1

Kesempatan (opurtunity) M.4 0,5 3 1,5


 Pengeluaran sebagian besar
dibiayai institusi
 Adanya kesempatan untuk
menambah penghasilan dari 0,2 2 0,4
pemeriksaan tindakan,
konsultasi diruang bedah
0,4 3 1,2
Kesempatan (opurtunity) M.5
 Adanya kesempatan untuk
menyiapkan SOP tentang 0,4 2 0,8
identifikasi pasien
 Meningkatkan keamanan
penggunanan obat yang 11,6 29.8
membutuhkan perhatian
 Telah tersedia instrumen 2
0,4 0,8
pengkajian MFS untuk
mengkaji resiko jatuh pasien
Total
0,4 2 0,8
Ancaman Treatened (M.1)
 Adanya tuntutan tinggi dari 0,2 3 0,6
masyarakat untuk pelayanan
yang lebih profesional
 Adanya persainga yang kuat
antara rumah sakit
 tingginya kesadaran
1 3 3
masyarakat akan pentingnya
kesehatan

Ancaman Treatened (M.2)


Penerapan MAKP
 Persaingan antar rumah sakit 1 2 2
yang semangkin ketat sesuai
dengan perkembangan dunia
global
Penerapan timbang terima/
operan jaga 0,5 2 1
 Adanya tuntutan masyarakat
untuk mendapatkan
pelayanan kesehtan yang
lebih baik 0,5 2 1
Ronde keperawatan
 Tuntutan masyarakat yang
tinggi untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan yang 0,5 2 1
optimal dan profesional
 Persaingan antar ruangan
yang semangkin kuat dalam
pemberian layanan kesehatan
Sentralisasi obat 0,5 2 1
 Adanya tuntutan pasien
untuk mendapatkan 1 3 3
pelayanan yang optimal dan
profesional
 Mangkintinggi kesadaran
masyarakat akan hukum 1 2 2
Discharge planning
 Tingginya kesadaran
masyarakat akan pentingnya
kesehatan
Supervise
0,5 3 1,5
 Adanya tuntutan pasien
untuk mendapatkan
pelayanan yang optimal dan 0,5 2 1
professional
Penerapan dokumentasi
keperawatan
 Tingkat kesadaran
masyarakat akan tanggung 0,6 3 1,8
jawab
 Persaingan RS dalam
meberikan pelayanan
Kesehatan 0,4 2 0,8

Ancaman (Treatened) M. 3
 Persaingan antar rumah sakit
yang semakin ketat sesuai
dengan perkembangan dunia 1 3 3
global
 Tuntutan masyakat yang
semakin tinggi akan
profesionalitas pemberian
asuhan keperawatan

Ancaman (Treatened) M.4


 Adanya tuntutan yang ;lebih
tinggi yang dari masyarakat
untuk mendapatkan 1 2 2
pelayanan kesehatan yang
lebih profesional sehingga
membutuhkan pendanaan
yang lebih besar untuk 11 26,3
membiyayai saran dan
prasana
Ancaman (Treatened) M.5
 Adanya persaingan rumah
sakit dalam memberikan
layanan keperawatan

TOTAL

Diagram Layang analisa SWOT Ruang

Keterangan :

a. Sumber Daya Manusia (M1)


b. Sarana dan Prasarana (M2)
1. Penerapan MAKP
2. Timbang terima
3. Ronde keperawatan
4. Sentralisasi obat
5. Discharge planning
6. Supervisi
7. Dokumentasi keperawatan
c. Metode (M3)
d. Machine (M4)
e. Keuangan (M5)
Identifikasi masalah

Setelah dilakukan analisis situasi dengan menggunakan pendekana SWOT maka kelompok
dapat merumuskan masalah sebagai berikut:

1). Timbang terimah sudah dilalukan tetapi belum optimal,materi belum terfokus pada
masalah keperawatan.

2). Ronde keperawatan hanya di lakukan pada saat ada mahasiswa praktek profesi
manajemne keperawatan dan belum ada SOP.

3). Pemberian obat sudah sesuai dengan instruksi dokter, namun tidak di simpan dalam satu
kota khusus melainkan dibiarkan dalam tas plastik.

BAB III

PERUMUSAN MASALAH DAN PERENCANAAN PENYELESAIAAN


MASALAH MANAJEMEN KEPERAWATAN DI RUANG BEDAH RS
SOEDARSONO.
A. Analisa data
Berupa intisari dari hasil kajian situasi pada bab sebelumnya.

No Data Fokus Masalah


Ds: Tidak optimalnya timbang terima dan
- Berdasarkan wawancara hasil ronde keperawatan
timbang terima kadang dilakukan
tepat waktu kadang tidak
dilakukan tepat waktu (karena
perawat dinas malam kadang tidak
on time).

- Dari hasil wawancara dengan


kepala ruangan bahwa Ronde
Keperawatan tidak belum pernah
dilakukan di ruangan

Do: Belum ada SOP atau petunjuk


teknis pelaksanaan ronde keperawatan
di ruangan.

Ds: Berdasarkan hasil wawancara Tidak optimalnya Pengelolaan logistic


kepada beberapa perawat bahwa dan obat belum optimal.
sentralisasi obat di ruang bedah belum
dilakukan secara optimal

Do: Untuk obat injeksi perawat


menyimpannya di Nurse station tetapi
tidak disimpan di dalam satu kotak
khusus untuk obat pasien melainkan
dibiarkan di dalam tas plastic

B. Rumusan penyebab masalah manajemen keperawatan

Ronde keperawatan Timbang terima Penerapan MAKP


Jumalah
belum rutin di belum sesuai dan sudah optimal dan
kebutuhan perawat
lakukan belum optimal sesuai dengan sop
masih kurang

Belum ada Timbang Karna sudah  Kurangnya tenaga


SOP dan teknik terimah tidak menerapkan kesehatan
pelaksanaan model MAKP tim
dilaksanakan  Minimnya pelatihan dir
ronde tepat waktu dan
belum ada SOP uangan bedah karena
 Karna kurangnya
jumlah BOR
Sudah mempunyai SOP Perawat menyimpan obat  Tidak menanyakan
terkait injeksi di nurse stasion identitas pasien
dan tidak di simpan
dalam 1 kotak

 BOR belum
Dokumentasi sesuai Discharge plening Pengelolaan logistic mencapai
dengan buku 3 S sudah sesuai dan obat belum di standar (60%-
lakukan secara 80%)
optimal  Pasient sapety
belum optimal

C. Rumusan Prioritas masalah


Prioritas masalah dapat dilakukan dengan memperhatikan aspek:
1) Magnitude (Mg), yaitu kecenderungan dan seringnya masalah terjadi;
2) Severity (Sv), yaitu besarnya kerugian yang ditimbulkan;
3) Manageability (Mn), yaitu kemampuan menyelesaikan masalah masalah;
4) Nursing Concern (Nc), yaitu fokus pada Keperawatan;
5) Affordabilility (Af), yaitu ketersedian sumber daya.
Setiap masalah diberikan nilai dengan rentang 1-5 dengan kriteria sebagai berikut :

Nilai 1 = sangat kurang sesuai,

Nilai 2 = kurang sesuai,

Nilai 3 = cukup sesuai,

Nilai 4 = sesuai

Nilai 5 = sangat sesuai.

Contoh tabel 1. Prioritas Masalah Manajemen Keperawatan

No Masalah Mg Sv Mn Nc Af Skor

1 Tidak optimalnya ronde 2 1 2 2 2 9


keperawatan

2 .Tidak optimalnya Pengelolaan 3 2 2 3 3 12


logistic dan obat belum optimal

3 Timbang terima sudah 2 2 2 3 2 11


dilakukan tetapi belum optimal,
materi belum terfokus pada
masalah keperawatan.

Indikator Keberhasilan

 Ronde keperawatan :

a. Membuat jadwal dan alur ronde keperawatan


b. Memotivasi perawat agar melakukan visitasi tiap pasien di ruangan
Hasil yang ingin dicapai:
a. Kepuasan pasien yang mendapatkan asuhan keperawatan
b. Efesiensi waktu pelayanan keperawatan

Pengelolaan logistik dan obat


Indikator keberhasilan:
a. Proses pengelolaan logistik dan obat sesuai standar

Hasil yang ingin dicapai:

a. Perawat mengetahui proses pengelolaan obat sesuai standar

Timbang terima:

Idikator keberhasilan:

a. Membuat jadwal dan alur timbang terima


b. Memotivasi perawat dalam visitasi ruangan

Hasil yang ingin dicapai:

a. Mengetahui kondisi pasien diruangan secara menyeluruh


b. Pencatatan  dokumentasi  lebih  optimal

Anda mungkin juga menyukai