Anda di halaman 1dari 7

DOSEN : Dr. Muhammad Hadi, SKM,M.

Kep

MAKALAH
KEPEMIMPINAN DALAM KEPERAWATAN
(Critical Thinking dalam Keperawatan)

DI SUSUN OLEH :
ASRI
NPM: 2017980062
KELAS : 1.C

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2017/2018

1
ANALISIS CRITIKAL THINKING DALAM KEPERAWATAN OLEH KEPALA
RUANGAN SERUNI PERAWATAN INTERNA DAN PERAWATAN BEDAH
RSUD H.A.SULTHAN DG.RADJA BULUKUMBA
1. Profil Rumah Sakit
Rumah Sakit Umum Bulukumba didirikan pertama kali pada tahun 1969 yang terletak
di Jl.Dr.Soetomo No.1 Bulukumba bergabung dengan Kantor Dinas Kesehatan
Bulukumba.
Sesuai dengan tuntutan perkembangan kebutuhan RSU, kemudian dibangunlah
Rumah Sakit Umum Baru yang berlokasi di Jl.Serikaya No.17 diwilayah Kecamatan
Ujungbulu Kabupaten Bulukumba di atas lahan seluas 5 ha, dengan luas bangunan 15.000
m².
Pada tanggal 18 Maret 1987 seluruh pelayanan rawat inap dan rawat jalan
dipindahkan di lokasi Rumah Sakit Umum baru dan diresmikan penggunaannya oleh
Menteri Kesehatan Republik Indonesia yang saat itu dijabat oleh Bapak Suwarjono
Surjaningrat, dengan status rumah sakit tipe “D”
Pada tahun 1990, Rumah Sakit Umum Bulukumba ditingkatkan lagi kelasnya menjadi
Rumah Sakit tipe “C” berdasarkan Peraturan Daerah No. 1 Tahun 2007, tanggal 17
Januari 2007 berganti nama menjadi RSUD.H.ANDI SULTHAN DAENG RADJA
(Pahlawan Nasional Kabupaten Bulukumba) yang diresmikan oleh Gubernur Sulawesi
Selatan yang saat itu dijabat oleh Bapak H. M. Amin Syam.
Ruang Perawatan seruni interna merupakan ruang perawatan yang memiliki 3 kamar
diantaranya 1 kamar neuro dan 2 kamar perawatan interna yang memiliki fasilitas tempat
tidur sebanyak 19 bed yang dilengkapi dengan meja sebanyak 19 juga. Fasilitas AC
sebanyak 1 buah, kipas angin sebanyak 7 buah, fasilitas WC dengan rincian 1 WC untuk
pasien Neuro tapi tidak terpakai,1 WC untuk perawat dan 1 WC untuk pasien, kursi
tunggu sebanyak 4 buah.
Jumlah tenaga keperawatan di Ruang Perawatan seruni interna sebanyak 11 orang.
Dengan kualifikasi pendidikan untuk jenjang D.III sebanyak 5 orang, S.1 Keperawatan
sebanyak 1 orang, dan S.1 Keperawatan+Ners sebanyak 5 orang.
2. Analisis Critikal Thinking
Menurut Arwani (2006) dalam (Sharfina, 2014) Kepala ruangan disebuah ruangan
keperawatan, Perlu melakukan kegiatan koordinasi, kegiatan unit yang menjadi tanggung
jawabnya dan melakukan kegiatan evaluasi, kegiatan penampilan kerja staff dalam upaya
mempertahankan kualitas pelayanan pemberian asuhan keperawatan dapat dipilih
disesuaikan dengan kondisi dan jumlah pasien, dan kategori pendidikan serta pengalaman
staf di unit yang bersangkutan.
Berpikir kritis sebagai "proses mental konseptualisasi, penerapan, menganalisis,
mensintesis, dan mengevaluasi informasi untuk mencapai jawaban atau kesimpulan.
Berfikir kritis juga melibatkan refleksi atas makna pernyataan, pemeriksaan bukti dan
penalaran yang ditawarkan, dan membentuk penilaian tentang fakta. Pemikiran kritis
digunakan, sebagian besar setuju bahwa ini lebih lengkap daripada pemecahan masalah
atau membuat keputusan, melibatkan penalaran dan evaluasi yang tinggi, dan memiliki
komponen kognitif dan afektif . Wawasan, intuisi, empati, dan kemauan untuk
mengambil Tindakan adalah komponen tambahan dari pemikiran kritis. Keterampilan
2
yang sama ini penting bagi beberapa orang dalam pengambilan keputusan dan pemecahan
masalah (Bessie & Carol, 2013).
Berfikir kritis merupakan seseuatu hal yang harus dimiliki oleh perawat professional
terutama manajer keperawatan dalam hal ini di Rumah Sakit yaitu Kepala Ruangan.
Kepela ruangan memegang peranan penting dalam hal pembentukan karakter dan berfikir
kritis bagi para anggota keperawatan. Kemampuan berfikir kritis untuk meningkatkan
praktik klinik di ruang perawatan dan mengurangi kesalahan klinis yang dilakukan oleh
perawat (Mulyaningsih,2011).
Berfikir kritis tidak hanya memerlukan kemampuan kognitif, tetapi kebiasaan kita untuk
bertanya, mempunyaki relasi yang baik dan memiliki sikap jujur dan selalu mau berfikir
jernih terhadap suatu masalah (Facione, 1990 dalam Potter, 2009).
2.1 Kemampuan berfikir kritis kepala Ruangan Seruni RSUD H.A.Sulthan Dg.Radja
yaitu kepala ruangan seruni memilki tenaga keperawatan yang hanya rata – rata
memilki latar belakang pendidikan DIII Keperawatan dilihat dari data hanya 5 orang
S1 Keperawatan 1 orang dan Profesi Ners hanya 5 orang.
Berdasarkan data tersebut kemampuan seorang kepala ruangan untuk tanggap
terhadap kebutuhan tenaga yang ada yang masih kurang dan belum memiliki
kemampuan keahlian di bidangnya secara professional serta tenaga yang tidak pernah
mengikuti pelatihan - pelatihan terutama terkait dengan kemampuan keahlian
keterampilan yang dimilikinya. Seorang kepala ruangan dengan melihat kondisi
tersebut harus mampu secara tanggap melihat bahwa dengan terbatasnya tenaga
apalagi dengan kemampuan secara professional yang belum sesuai dengan bidangnya
masing – masing.
Disamping itu pula kepala ruang dengan tenaga yang tersedia masih terdapatnya
tenaga – tenaga DIII Keperawatan yang seharusnya harus melanjutkan pendidikan ke
jenjang yang lebih tinggi agar segala permasalahan dan kebutuhan masyarakat mampu
untuk kita penuhi. Serta terdapat 1 orang tenaga dengan latar pendidikan yang masih
sarjana keperawatan. Apalagi disaat sekarang ini masyarakat semakin kritis terhadap
pelayanan yang ada dan merasa sadar akan tuntutan haknya yang haru terpenuhi.
Misalnya kita mengambil contoh pada bagian manajemen kepala ruangan, tidak
mampu mengevaluasi tingkat Kebutuhan Pasien seperti dalam perhitungan BOR,
ALOS,TOI dan mengukur tingkat kepuasan pasien terhadap layanan. Contoh lain
yang bisa kita ambil seperti jika terdapat pasien – pasien yang memiliki kasus yang
kompleks, perawat sangat memiliki ketergantungan terhadap dokter dalam hal
pemenuhan kebutuhan pasien.
2.2 Perilaku kepemimpinan positif yang dilakukan oleh kepala ruangan Seruni di RSUD
H.A.Sulthan Dg.Radja Kab.Bulukumba, kepala ruangan tersebut setiap hari sebelum
bekerja melakukan briefing kepada Ketua tim dan para anggota yang bertugas di hari
itu untuk mengingatkan kembali tindakan atau intervensi yang akan diberikan kepada
pasien dan mengevaluasi setiap proses yang telah dilakukan diakhir pergantian shift.
Kepala ruangan tersebut tiap pagi berkeliling - keliling ruangan memantau pasien dan
perawat melihat secara langsung bagiamana tindakan yang diberikan kepada pasien.
Kepala Ruangan Seruni di Rumah Sakit tersebut selalu memberikan motivasi akan
pentingnya tanggungjawab dalam penanganan pasien dan selalu berhati – hati dalam
3
pemenuhan kebutuhan pasien karena menurutnya kebutuhan dasar pasien adalah hal
yang sangat penting dan itu merupakan tanggungjawab seorang perawat. Tugas inilah
yang merupakan pembeda antara seorang perawat dengan dokter.
Dimana kita ketahui motivasi merupakan hal yang sangat penting menurut Nur
Salam tahun 2014 mengatakan bahwa Motivasi akan menjadi suatu masalah apabila
tiga hal tidak dapat terpenuhi. Tiga hal tersebut adalah pembagian tugas yang tidak
jelas, hambatan dalam pelaksanaan, dan kurang/tidak adanya penghargaan.
Manajer memegang peranan Penting dalam memotivasi staf untuk mencapai
tujuan suatu organisasi yang akan kita capai (Nursalam, 2009). Peran manajer dapat
mempengaruhi motivasi dan lingkungan, tetapi ada beberapa faktor lain yang dapat
mempengaruhinya tergantung dari tugas yang diberikan terutama bagaimana manajer
bekerja dalam suatu organisasi. Olehnya itu Perawat yang memiliki kinerja yang
meningkat dan mampu melaksanakan tugas dengan penuh tanggung jawab akan
diberikan reward berupa insentif sesuai dengan jumlah gaji yang telah diberikan tiap
bulan, akan tetapi bagi perawat yang malas, akan dipotong jumlah gaji atau insentif
yang diberikan sesuai dengan jumlah jam keterlambatan/ ketidakhadiran perawat
tersebut. Menurut Herzberg (1966) dalam teori motivasinya disebutkan bahwa
recognition (pengakuan) dari seorang pimpinan atas keberhasilan para perawat
melakukan suatu pekerjaan itu sangat penting.
Pengakuan tersebut dapat dilakukan melalui berbagai cara, misalnya: dengan
menyatakan keberhasilan langsung di tempat kerjanya, memberikan surat penghargaan,
hadiah berupa uang tunai, medali, kenaikan pangkat, atau promosi jabatan
(Mangkunegara, 2005 dalam Rahayu). Penelitian yang dilakukan di Kab.Kendal yang
menyatakan bahwa terdapat hubungan antara Pemberian Reward dengan peningkatan
kinerja perawat(Keperawatan & Care, 2015).
2.3Perilaku negative dari kepala ruangan seruni tersebut adalah dengan adanya
pemotongan insentif ketika ada perawat yang terlambat, serta kepala ruangan tidak
pernah mengikutkan staffnya untuk mengikuti pelatihan – pelatihan terhadap
kompetensi yang dimilikinya, sehingga setiap staf tidak memilki keahlian khusus
dalam hal melakukan perawatan. Misalnya diperawatan Seruni tersebut yang terbagi
dalam dua tim yaitu tim Perawatan Bedah dan Tim perawatan Interna.
Tidak ada perawat yang ahli dalam perawatan luka misalnya, Sehingga akan
berdampak pada kompetensi yang dimilki perawat dan akan memilki ketergantungan
pada dokter. Disamping itu pelayanan yang akan diberikan tidak mampu untuk
memenuhi segala tuntutan dan kebutuhan yang akan diperlukan oleh masyarakat,
disamping itu sikap perawat dalam melayani pasien pun juga menjadi perhatian,
karena tidak jarang perawat dan keluarga pasien sering terjadi konflik dalam hal
pemenihan kebutuhan pasien.
Tidak sedikit perawat yang bekerja sesuai dengan kebiasaan mereka dan tidak
adanya peningkatan kemampuan dan skill yang dimilki oleh staf dalam hal ini adalah
tenaga keperawatan. Penelitian yang dilakukkan oleh Febrian yang menyatakan
bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan dan pelatihan dengan
peningkatan kinerja keperawatan(Duminggu et al., n.d.2015).

4
2.4 Perencanaan yang realistic dan Inovativ sebagai seorang kepala ruangan pada
Ruangan Seruni Dengan menggunakan pendekatan model Rubbelfer dan Scheffer
(1999/2007) dalam keperawatan yaitu Total Recall, Habits, Inguiry, New Idea and
Creativity dan konowing How You Think atau yang lebih dikenal dengan THINK yaitu
:
2.4.1 Total Recall
Kemampuan mengingat kembali merupakan kemampuan mengingat
beberapa fakta atau tempat dan mengingat kembali pengalamannya dalam
memori ketika dibutuhkan (Mulyaningsih,2011).
2.4.2 Habits (kebiasaan)
Pola pikir yang diulang – ulang akan menjadi kebiasaan baru dan akan
dilakukan secara spontan karena perilaku tersebut sering dilakukan.
2.4.3 Inguiri (Penyelidikan)
Inguiry adalah penemuan fakta – fakta melalui pembuktian dengan
pengujian terhadap isu penting atau kejadian yang membutuhkan pertanyaan dan
jawaban. Pada aplikasi asuhan keperawatan hal ini merupakan hal yang sangat
penting terutama penyakit pasien yang semakin kompleks
2.4.4 New Idea and Creativity
Merupakan ide baru dan kreatifitas yang harus dimunculkan dan merupakan
bentuk berfikir yang baru karena dikeperwatan memilki banyak standar yang
dapat dikembangkan dengan baik. Perawat tidak hanya dituntut untuk
melakukan kegiatan akan tetapi dituntuu untuk berfikir kritis dan membangun
ide ide kreatif. Ide yang dimaksud adalah mampu membuat fomula baru dan
mampu berfikir tentang tingkat kesembuhan pasien yang memilki lama
perawatan sangat tinggi.
2.4.5 Knowing How You Think
Mengetahui apa yang kita kerjakan. Metode ini merupakan hal yang sangat
efektif agara kita mampu bekerja dengan orang lain atau profesi lain dengan
cara kolaborasi
Perencanaan merupakan langkah awal dalam manajemen keperawatan dimana dengan
perencanaan yang baik dan tepat sasaran dapat tercapai tujuan yang diharapkan
Perencanaan yang realistic dan inovatif yang dilakukan Kepala Ruangan berdasarkan
pendekatan THINK tersebut diatas adalah :
1. Menyusun rencana untuk mengikutkan/ menugaskan staff perawat secara berkala
untuk mengikuti pelatihan – pelatihan sesuai dengan kompetensi dan kemampuan tiap
individu yang diminati dan dilakukan secara terus- menerus berdasarkan tingkat
kebutuhan yang diperlukan di Ruangan tersebut. Program Pendidikan In Service
adalah instruksi atau pelatihan yang diadakan oleh institusi atau agen pelayanan
kesehatan. Program ini dirancang untuk meningkatkan pengetahuan , keterampilan
dan kompetensi perawat serta professional lain yang bekerja pada institusi (Potter,
2009). Penelitian yang dilakukan oleh Hasanah yang menatakan bahwa ada hubungan
antara pendidikan dan pelatihan dengan kinerja perawat dalam pelayanan kesehatan
di RSUD Muntilan Kabupaten Magelang. Nilai korelasi Kendall Tau sebesar 0,356

5
yang berarti tingkat keeratan yang rendah artinya semakin rendah pendidikan dan
pelatihan perawat maka semakin rendah pula kinerja perawat di RSUD Muntilan.
2. Menempatkan tenaga – tenaga ahli sesuai dengan kompetensi keahlian yang dimiliki
sehingga perawat semakin professional dalam menangani masalah – masalah pasien.
Seperti misalnya perawat A ahli dalam melakukan perawatan luka secara moderen,
perawat B ahli dalam pemasangan dan interpretasi EKG, sehingga perawat betul –
betul menguasai dan terampil di setiap tindakan yang diberikan dan pasien akan
merasa terlindungi dan merasa puas terhadap tindakan tersebut.
3. Kepala ruangan harus tanggap dan mengevaluasi kemampuan dan keterampilan yang
dimiliki tiap staff dengan mengevaluasi keterampilan yang dimiliki, maka akan
menentukan kelemahan dan kelebihan yang dimilkinya sehingga memudahkan untuk
mengidentifikasi apa yang seharusnya diperlukan oleh staff.
4. Ide ide kreatif yang sangat diperlukan sebagai kepala ruangan dalam meningkatkan
kemampuan kompetensi anggota yang dimiliki misalnya.
5. Memberikan peluang kepada seluruh staf terutama yang masih memiliki latar
belakang pendidikan DIII dan yang masih berlatar belakang pendidikan S1 untuk
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tingi. Pendidikan yang berkelanjutan
adalah suatu jalan untuk membantu keterampilan keperawatan untuk tetap
diperbaharui (Potter, 2009).

6
DAFTAR PUSTAKA
1. Bessie, L., & Carol, J. (2013). Leadership Roles and Management Function in
Nursing. Journal of Chemical Information and Modeling (Vol. 53).
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
2. Duminggu, F., Mandagi, C. K. F., Kawatu, P. A. T., Kesehatan, F., Universitas, M., &
Ratulangi, S. (n.d.). PANCARAN KASIH GMIM KOTA MANADO Sumber daya
manusia merupakan sumber daya terpenting yang dimiliki suatu perawat di rumah
sakit maka kinerja perawat menjadi hal penting untuk diperhatikan . Perawat
merupakan ujung tombak pelayanan di rumah sakit dan tenag, 3, 18–25.
3. Keperawatan, P. A., & Care, D. N. (2015). HUBUNGAN PEMBERIAN REWARD
KEPADA PERAWAT DENGAN ABSTRACT, 1–6.
4. Nursalam, 2009, Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam praktik
KeperawatanProfesional, Jakarta ,Salemba Medika.
5. Nursalam, 2009, Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam praktik
KeperawatanProfesional, Jakarta ,Salemba Medika.
6. Potter dan Perry , 2009, Fundamental Keperawatan , Fundamental Of Nuraing, Buku
1 Edisi 7 .Jakarta Salemba Medika.
7. Rahayu, S., & Dewi, E. (n.d.). HUBUNGAN ANTARA SYSTEM REWARD
DENGAN.
8. Sharfina, D. (2014). Kepemimpinan Kepala Ruangan. Igarss 2014, (X), 1–5.
https://doi.org/10.1007/s13398-014-0173-7.2

Anda mungkin juga menyukai